Anda di halaman 1dari 18

MANAJEMEN PERFORASI SENTRAL MEMBRAN TIMPANI DENGAN KAUTERISASI KIMIA MENGGUNAKAN TRICHLORO ACETIC ACID (TCA)

RIRIN RINANTI 030.06.220

ABSTRAK

Tiga puluh kasus perforasi membran timpani yang kering, kecil (terbatas pada satu kuadran) dan sentral dipilih untuk penelitian. Kasus-kasus ini dipelajari untuk pendekatan pada perforasi dengan menggunakan larutan jenuh tri-kloro asam asetat pada interval mingguan selama empat minggu Penelitian ini menyimpulkan dengan tingkat keberhasilan 82,1% secara keseluruhan dengan rata-rata 2,78 aplikasi

INTRODUCTION

cauterisasi kimia dengan menggunakan trikloro asam asetat adalah suatu prosedur yang dilakukan untuk memperbaiki membran timpani yang perforasi. Meskipun prosedur myringoplasty telah berkembang kembali dan semakin ditingkatkan ke tingkat akurasi yang tinggi, tetapi kita masih membutuhkan teknik yang sederhana, mudah dan terjangkau

INTRODUCTION

Perforasi membran timpani terbanyak dikarenakan otitis media akut atau kronis, sedangkan yang lain berasal dari trauma Manifestasi yang paling umum ditimbulkan adalah gangguan pendengaran (tuli konduktif) dan otore berulang yang mengakibatkan komplikasi psikologis dan mempengaruhi kualitas aktivitas hidup sehari-hari

Materials and Methods

setiap kasus yang datang ke THT dengan keluhan keluar secret dari telinga dan kesulitan dalam pendengaran diperiksa secara detail Pasien yang memiliki tuli konduktif dan perforasi kering dipilih untuk penelitian Pada awal dilakukan pemeriksaan klinis terinci dari telinga, hidung dan tenggorokan Perhatian khusus pada pemeriksaan otoscopic

Materials and Methods

Pemeriksaan Otoscopic harus dilakukan dalam setiap kasus, karena memberikan informasi yang berguna seperti mengetahui ukuran perforasi (persentase daerah yang telah perforasi di membran timpani), lokasi menurut kuadran (antero-inferior, anterosuperior, postero-inferior dan postero-superior) Semua pasien yang memiliki tanda-tanda dan gejala penyakit hidung dilakukan endoskopi hidung untuk memeriksa kondisi hidung, serta mencari patologi yang dapat mengganggu fungsi tuba Eustachi.

Materials and Methods

Dilakukan Pemeriksaan audiometri dengan audiometri nada murni dan ambang dengarnya dicatat Pada audiogram prapengobatan dibandingkan dengan audiogram pasca perawatan untuk mengetahui perbaikan pendengaran Patensi dari tuba estachius dipastikan dengan menggunakan manuver Valsava.

Materials and Methods

Secret aktif dari telinga dipakai untuk kultur dan uji sensitivitas antibiotik yang tepat dalam dosis dan durasi yang memadai diberikan kepada pasien untuk menjaga telinga kering selama empat minggu Pasien dijelaskan tentang prosedur sebelum waktu audiometry dan memadai diambil untuk pengujian. Berikut ini adalah kriteria untuk seleksi kasus

Materials and Methods

1.
2.

3.

4.

5.

6.

Berikut ini adalah kriteria untuk seleksi kasus: perforasinya tipe sentral yaitu di ParsTensa Telinga harus kering setidaknya empat minggu sebelum prosedur dilakukan Ukuran perforasi tidak boleh melebihi 25% dari gendang telinga yaitu terbatas pada satu kuadran tes garpu tala menunjukkan tes Rinne negatif tuli konduktifnya murni sebaiknya gap tulang udara pada audiometry harus ada tuba Eustachia harus dipastikan paten dengan menggunakan manuver Valsava.

Materials and Methods


Setelah mempertimbangkan semua kriteria untuk seleksi, kasus dipelajari menurut format berikut: 1. Kanalis auditorius eksternal dibersihkan dengan larutan iodin povidine. 2. dengan otoskop, Bagian Marginal perforasi kemudian dibakar dengan larutan jenuh tri-kloro asam asetat menggunakan probe kapas jobson Horne. 3. Tanda dibuat ditepi atas perforasi dari dalam ke arah luar untuk memecahkan barier epitel, ditandai dengan perubahan warna putih pada margin perforasi. 4. gel busa basah steril, dipotong menurut ukuran ditempatkan di perforasi. 5. Kauterisasi perforasi membrane timpani diulangi pada setiap minggu maksimal sampai empat minggu Kasus dianggap berhasil setelah perforasi tertutup.

Observations & Discussion


Tiga puluh kasus yang dipilih untuk studi, dimana 2 kasus tidak difollow up Dari 30 kasus yang diteliti, 19 diantaranya adalah pria dan 11 adalah perempuan Tabel-1 menunjukkan sebagian besar kasus, 19 kasus (82,61%) memiliki celah tulang udara dari 21 dB 30 dB pada presentasi. Pasca perawatan, sebagian besar kasus, 21 (91,3%) memiliki celah udara tulang kurang dari 20 dB. Sidang sosial yang memadai adalah penutupan pasca perawatan kesenjangan AB dalam waktu 20 dB. Dari 28 pasien kasus, 23 kasus berhasil. Dalam 5 kasus perforasi tidak menutup meskipun empat aplikasi. Sosial yang memadai mendengar dicapai dalam semua kasus. Tidak ada memburuknya pendengaran pada setiap pasien setelah perawatan

Observations & Discussion


Table 1 - Comparison of pre-treatment and post-treatment airbone gap.
Air bone gap (dB) Pre-treatment cases Post-treatment cases

0-10 11-20 21-30 >31 TOTAL

0 2 19 2 23

1 20 2 0 23

Observations & Discussion


Table 2 - Air conduction hearing threshold
AC hearing threshold (dB) Pre-treatment number of cases Post-treatment number of cases

<10

11-20

16

21-30

21

>30

Total

23

23

Observations & Discussion


Table 3 Average air-bone gap
Sl. No. Air-bone gap dB

Average AB gap pre-treatment

26.13

II

Average AB gap post-treatment

14.90

III

Average improvement ( Amount of closure of AB gap)

11.23

Observations & Discussion


Table 4 Average number of tri-chloro acetic acid application
Number of tri-chloro acetic acid application Number of patients with healed perforation Total Applications

1 2 3 4 Total Average Applications

0 8 12 3 23

0 16 36 12 64 2.78

Conclusions

Studi ini menyimpulkan bahwa kauter trikloro asam asetat untuk perforasi membran timpani pada kasus-kasus yang dipilih adalah sebuah metode yang sederhana yang dapat dilakukan secara rawat jalan dan tidak memerlukan rawat inap Membran timpani yang telah sembuh akan terlihat normal, karena membran yang di kauterisasi memiliki semua lapisan membran timpani yang normal

References

1. Derlacki.E.L, Repair of central perforations of tympanic membrane, Archieves of otolaryngolgy, Oct 1953;58: 405 420 2. Juers, Office closure of tympanic perforation, Laryngoscope 1958, 68: 1207. 3. Sellars.S.L, Closure of tympanic membrane perforation by cautery a reappraisal. Journal of Laryngology 1969; 83:487. 4. Kuljit.S.Uppal, Closure of tympanic membrane perforations by chemical cautery, Indian journal of otolaryngol and HNS,vol. 49. No. 2, April June 1997: 151 153. 5. Khullar Narendra.k, Kotwal Sunil, Closure of tympanic membrane perforations: Efficacy of Simple methods, Indian journal of otolaryngology 2000: vol.6, N0.1, 19-21.

Anda mungkin juga menyukai