adenoidektomi yang sepenuhnya mengambil tonsil dan kapsulnya dengan menyayat ruang peritonsil antara kapsul tonsil dan dinding otot. Infeksi tenggorokan dan gangguan pernapasan saat tidur merupakan dua hal yang menjadi indikasi tonsilektomi. Kedua hal ini dapat mengganggu kesehatan dan kualitas hidup penderitanya . Etiologi
operasi pengangkatan tonsil/amandel, bagian dari
kelompok jaringan limfoid (seperti kelenjar di leher) yang berperan untuk melawan infeksi kuman yang terhirup atau tertelan. Patofisiologi
Karena proses radang berulang yang timbul maka
selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa dengan submandibula (Soepardi, 2007). Tanda dan Gejala
Suhu > 38.3°C, atau
Limfadenopati leher dengan nyeri (> 2 cm), atau Eksudat tonsil Kultur positif dari Steptococcus β-hemolyticus grup A Anatomi Tonsilektomi Komplikasi
.potongan kecil amandel mungkin masih
tersisa lingual tonsilitis .perubahan kemampuan pengecapan merasa kejanggalan di tenggorokan .Mual, muntah .Kesulitan makan .Pendarahan Indikasi
Indikasi tonsilektomi dulu dan sekarang tidak berbeda, namun terdapat
perbedaan prioritas relatif dalam menentukan indikasi tonsilektomi pada saat ini.Dulu diindikasikan untuk terapi tonsilitis kronik dan berulang.Saat ini indikasi utama adalah obstruksi saluran nafas dan hipertrofi tonsil. Berdasarkan The American Academy of Otolaryngology- Head and Neck Surgery (AAO-HNS) tahun 2011 indikasi tonsilektomi terbagi menjadi: 1. Indikasi absolut • Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan nafas atas,disfagia berat,gangguan tidur, atau terdapat komplikasi kardiopulmonal. • Abses peritonsilar yang tidak respon terhadap pengobatan medik dan drainase, kecuali jika dilakukan fase akut. • Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam. 2. Indikasi relatif • Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap pengobatan medik. 3. Kontra-indikasi • Tonsil yang akan dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi. • Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil pertahun, meskipun tidak diberikan pengobatan medik yang adekuat. • Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptokokus yang tidak membaik dengan pemberian antibiotik kuman resisten terhadap β- laktamase. • Riwayat penyakit perdarahan • Risiko anestesi yang buruk atau riwayat penyakit yang tidak terkontrol • Anemia Teknik operasi
Teknik operasi yang optimal dengan morbiditas
yang rendah sampai sekarang masih menjadi kontroversi, masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan.Penyembuhan luka pada tonsilektomi terjadi per sekundam.Jenis pemilihan iaitu jenis teknik operasi difokuskan pada morbiditas seperti nyeri, perdarahan pre operatif dan pasca operatif serta durasi operasi.Beberapa teknik tonsilektomi dan peralatan baru ditemukan disamping teknik Teknik yang paling banyak dingunakan diindonesia
1. Guillotine Tonsilektomi guillotine dipakai untuk mengangkat
tonsil secara cepat dan praktis. Tonsil dijepit kemudian pisau guillotine digunakan untuk melepas tonsil beserta kapsul tonsil dari fosa tonsil. Sering terdapat sisa dari tonsil karena tidak seluruhnya terangkat atau timbul perdarahan yang hebat. 2. Teknik Diseksi Kebanyakan tonsilektomi saat ini dilakukan dengan metode diseksi.Metode pengangkatan tonsil dengan menggunakan skapel dan dilakukan dalam anestesi.Tonsil digenggam dengan menggunakan klem tonsil dan ditarik kearah medial, sehingga menyebabkan tonsil menjadi tegang. Dengan menggunakan sickle knife dilakukan pemotongan mukosa dari pilar tersebut. 3. Intracapsular partial tonsillectomy Intracapsular tonsilektomi merupakan tonsilektomi parsial yang dilakukan dengan menggunakan mikrodebrider endoskopi. Mikrodebrider endoskopi bukan merupakan peralatan ideal untuk tindakan tonsilektomi, namun tidak ada alat lain yang dapat menyamai ketepatan dan ketelitian alat ini dalam membersihkan jaringan tonsil tanpa melukai kapsulnya. Pemeriksaan Dx
Rapid Antigen Display Test (RADT) dikembangkan
untuk identifikasi streptokokus Grup A dengan melakukan apusan tenggorokan. Meskipun tes ini lebih mahal daripada kultur agar darah, tesnya memberikan hasil yang lebih cepat. RADT memiliki akurasi 93% dan spesifisitas > 95% dibandingkan dengan kultur darah. Pengobatan
Telah diberikan antibiotik dengan dosis yang cukup
pada kasus terbukti atau dicurigai akibat skeleoktomi TERIMA KASIH