Pembesaran amandel yang mengakibatkan penutupan jalan nafas, nyeri tenggorok hebat,
gangguan tidur atau komplikasi jantung-paru.
Radang amandel berulang ( lebih dari 3 kali dalam satu tahun) walapun telah dilakukan
pengobatan optimal.
Bau mulut dan nafas yang diakibatkan oleh radang amandel berulang dan tidak beresopon
baik dengan pengobatan.
Tonsillitis yang disebabkan kuman streptococcus yang tidak berespon baik dengan
pengobatan
Tonsil atau amandel adalah benda bulat mirip bakso yang posisinya berada di belakang kiri dan kanan
tenggorokan. Ukuran amandel juga beragam, mulai dari sebesar kelereng hingga seukuran bola
pimpong seperti yang di jelaskan oleh dr Kristiawan SpTHT-KL dari Rumah Sakit Mitra Keluarga
Cikarang.
Amandel merupakan salah satu bagian tubuh (kelenjar getah bening) yang berfungsi sebagai
penghadang agar kuman tidak mudah masuk ke saluran pernapasan manusia, selain kelenjar getah
bening yang ada diseluruh bagian tubuh.
Amandel pada orang sehat akan berwarna sesuai dengan warna jaringan disekitarnya dan
berpermukaan rata. Sedangkan pada orang yang mengalami tonsilitis (infeksi atau radang amandel)
warnanya bisa menjadi kemerahan atau terdapat bercak putih pada amandel dan ukuran tonsil
kemudian membesar.
Sesuai dengan berbagai tingkatan kondisi penyakit amandel, penanganan tonsilitis (radang amandel)
sangatlah beragam, mulai dari terapi obat hingga operasi pengangkatan tonsil atau amandel sebagai
solusi akhir.
Karena amandel sebenarnya mempunyai manfaat untuk tubuh, maka operasi dilakukan bila efek
buruknya lebih besar dibandingkan manfaatnya, lanjut Dr. Kristiawan dengan ramah. Dr Kristiawan
menjelaskan ada dua macam operasi amandel, yaitu cara tradisional dan cara modern.
Cara tradisional
1. Teknik Guillotine
Yaitu dengan menjepit tonsil dengan alat guillotine kemudian dipotong. Teknik ini dalam
pengerjaannya sangat cepat namun demikian dalam pengelolaan perdarahan saat operasi cukup lama
dan resiko perdarahan pasca operasi juga cukup besar selain itu nyeri pasca oparasi juga cukup
mengganggu pasien dalam hal kenyamanan pasca operasi.
2. Teknik Diseksi
Yaitu dengan menggunakan pisau potong untuk memisahkan tonsil dari jaringan pengikatnya. Operasi
dengan teknik ini bisa cepat tapi komplikasinya sangat besar antara lain resiko perdarahan pasca
operasi, sehingga teknik ini sudah jarang dilakukan.
Cara modern
1. Teknik Elektrokauter
Teknik ini lebih cepat tapi panas yang dihasilkan sangat tinggi mencapai 400-600 derajat C, sehingga
dapat terjadi kerusakan jaringan yang hebat pasca operasi.
2. Teknik Microderider
Teknik dengan menggunakan alat yang diputar dan bila terjadi perdarahan langsung disedot. Tetapi
kelemahannya harga alat masih mahal.
3. Teknik Radiofrekuensi
Teknik operasi dengan menggunakan energi temperatur rendah (40-70 derajat C), berbeda dengan
teknik elektrokauter yang menggunakan energi dengan temperatur mencapai 400 derajat C. Teknik
radiofrekuensi menggunakan gelombang radio pada frekuensi 1,5-4,5 MHz.
4. Teknik Thermal welding
Teknik operasi ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari teknik radiofrekuensi dimana
penggunaan energi temperature rendah hanya disebarkan diujung alat pemotong yang dilidungi suatu
bahan peredam panas, sehingga luas jaringan yang terpapar panas sangat minimal. Dengan paparan
panas yang minimal ini resiko nyeri pasca operasi lebih minimal, proses pemulihan lebih cepat.
Hingga saat ini kebanyakan dokter THT khususnya di Indonesia masih menggunakan cara
konvensional untuk prosedur operasi amandel, yaitu dengan teknik Guillotine dan teknik diseksi.
Namun sejak satu dekade terakhir, diperkenalkan cara baru dengan menggunakan teknologi mutakhir
dalam operasi pengangkatan tonsil, yaitu dengan menggunakan teknik radiofrekuensi dan
teknikthermal welding.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa negara, disimpulkan bahwa penggunaan
radiofrekuensi dan thermal welding dalam tonsilektomi (pengangkatan tonsil/amandel) memiliki
beberapa keuntungan, diantaranya:
Lebih aman
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya, penderita amandel yang telah dilakukan
pengangkatan amandel menggunakan teknik thermal welding dan radiofrekuensi derajat nyeri pasca
operasi satu hari setelah operasi sangat minimal sehingga memberikan tingkat kenyamanan yang jauh
di atas prosedur bedah konvensional, bahkan dengan proses pemulihan yang lebih cepat, jelas dr
Kristiawan SpTHT-KL.
Sejak tahun 2010 hingga saat ini, Rumah Sakit Mitra Keluarga Cikarang telah mengaplikasikan teknik
operasi menggunakan thermal welding kepada pasien-pasien yang akan melakukan operasi amandel
dan kecenderungan pemakaian teknik ini semakin meningkat sejalan dengan kenyamanan dan
kepuasan pasien setelah menjalani prosedur pengangkatan amandel dengan teknik ini. Sejak awal
2012 ini RS Mitra Keluarga Cikarang kembali melengkapi kecanggihan alat kedokteran dibidang
pembedahan THT dengan medatangkan alat radiofrekensi.
Selain itu, radiofrekuensi tidak hanya digunakan untuk operasi amandel, tetapi juga dapat digunakan
untuk mengatasi masalah lain seputar THT seperti mengecilkan konka untuk kasus hidung yang sering
tersumbat, melebarkan tenggorok pada pasien Obstructive Sleep Apnea (OSA), mendengkur,
mengecilkan dasar lidah (pada pasien OSA) dan mimisan berulang yang tidak sembuh-sembuh melalui
pengobatan, pengangkatan tumor di bidang telinga hidung dan tenggorok jelas Dr Kristiawan SpTHTKL yang berpraktek sebagai dokter tetap di RS Mitra Keluarga Cikarang.
(di salin dari Majalah Info Bekasi)
Radang
amandel (bahasa
Inggris: tonsillitis)
adalah infeksi pada amandel yang kadang mengakibatkan sakit tenggorokan dan demam.
Secara klinis peradangan ini ada yang akut (baru), ditandai dengan nyeri menelan (odinofagi), dan
tidak jarang disertai demam. Sedangkan yang sudah menahun biasanya tidak nyeri menelan, tapi
jika ukurannya cukup besar (hipertrofi) akan menyebabkan kesulitan menelan (disfagia)
Kapan amandel harus dibedah? Para ahli masih belum satu pendapat mengenai ini, namun
umumnya literatur klinik membagi indikasi pembedahan radang amandel (tonsilektomi) atas 2 yaitu:
1. Absolut (mutlak: harus dibedah)
2. Relatif (tidak mutlak: sebaiknya dibedah)
Daftar isi
[sembunyikan]
1Gejala
2Penyebab
3Pengobatan
4Komplikasi
5Referensi
sakit tenggorokan
batuk
sakit kepala
sakit mata
tubuh sakit
otalgia
demam
panas dingin
hidung mampet
Tonsilitis akut disebabkan oleh bakteri dan virus dan akan disertai dengan gejala sakit telinga saat
menelan, bau mulut, dan air liur bersama dengan radang tenggorokan dan demam. Dalam hal ini,
permukaan tonsil mungkin merah cerah atau memiliki lapisan putih keabu-abuan, sedangkan
kelenjar getah bening di leher akan membengkak.
pengurang sakit tenggorokan (obat kumur air garam, belah ketupat, cairan hangat)
Jika tonsilitis disebabkan oleh kelompok A streptococus, maka antibiotiklah yang berguna, dengan
penisilin atau amoksilin sebagai pilihan pertamanya. Cephalosporin dan macrodile dianggap sebagai
alternatif yang baik bagi penisilin dalam penyakit akut. Sebuah macrolide seperti eritromisin
digunakan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin. Pasien yang gagal terapi penicilin dapat
menanggapi pengobatan yang efektif terhadap bakteri yang memproduksi beta-laktamase seperti
klindamisin atau amoksisilin-klavulanat .Bakteri penghasil beta-laktamase aerobik dan anaerobik
yang berada di jaringan tonsil dapat "memerisai" kelompok A streptokokus dari penisilin. Bila
tonsilitis disebabkan oleh virus, lama penyakit tergantung pada virus mana yang terlibat. Biasanya,
pemulihan lengkap terjadi dalam satu minggu, namun dapat berlangsung selama dua minggu.
Kasus kronis dapat diobati dengan tonsilektomi (operasi pengangkatan tonsil) sebagai pilihan untuk
pengobatan. Dengan catatan, riset ilmiah telah menemukan bahwa anak-anak hanya memiliki
sedikit keuntungan dari tonsilektomi untuk kasus kronis tonsilitis.
Penyakit tonsilitis adalah infeksi yang terjadi pada tonsil atau amandel yang
biasanya disebabkan oleh virus atau bakteri. Kebanyakan atau umumnya infeksi
tonsilitis ini terjadi pada anak yang masih berusia muda sekitar 5 hingga 15
tahun. Kondisi ini dapat terjadi kadang-kadang atau sering kambuh. Dalam ilmu
medis atau kedokteran, radang tonsillitis ini terbagi menjadi dua berdasarkan
lama berlangsungnya penyakit. Kedua bagian tersebut adalah tonsilitis akut dan
tonsilitis kronis.
Pada bagian belakang tenggorokan Anda (terletak di antara kotak suara dan
tonsil), dua massa dari jaringan yang disebut amandel berperan sebagai filter,
menjebak kuman yang bisa masuk saluran udara dan menyebabkan infeksi.
Amandel juga memproduksi antibodi untuk melawan infeksi. Tapi kadangkadang amandel sendiri menjadi terinfeksi. Kewalahan oleh bakteri atau virus,
mereka membengkak dan meradang, kondisi inilah yang dikenal sebagai
tonsilitis.
Tonsilitis akut adalah apabila penyakit atau keluhan yang diderita pasien
berlangsung kurang dari 3 minggu. Sedangkan untuk penyakit tonsilitis kronis
apabila radang terjadi sebanyak 7 kali dalam kurun waktu satu tahun, atau 5
kali dalam kurun waktu dua tahun, atau 3 kali dalam kurun waktu satu tahun
secara berkala selama tiga tahun. Begitulah perbedaaan antara tonsilitis akut
dan tonsilitis kronis.
Asuhan Keperawatan
sebagai bahan sharing bagi seluruh mahasiswa kesehatan By : Yohanes Oda Teda Ona
widarma
SELASA, 24 MEI 2011
PENGERTIAN TONSILITIS
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain
atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Tonsilitis adalah peradangan amandel sehingga amandel menjadi bengkak,
merah, melunak dan memiliki bintik-bintik putih di permukaannya. Pembengkakan
ini disebabkan oleh infeksi baik virus atau bakteri.
Klasifikasi Tonsilitis
1.
Tonsillitis akut
Tonsilitis viral
Ini lebih menyerupai common cold yang disertai rasa nyeri tenggorok.
Penyebab paling tersering adalah virus Epstein Barr.
b.
Tonsilitis Bakterial
Radang akut tonsil dapat disebabkan kuman grup A stereptococcus beta
hemoliticus yang dikenal sebagai strept throat, pneumococcus, streptococcus
viridian dan streptococcus piogenes. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri
yang mulai mati.
Dari kedua Tonsilitis viral dan Tonsilitis Bakterial dapat meenimbulkan gejala
perkembangan lanjut tonsillitis akut yaitu :
Abses peritonsil dengan gejala perkembangan lanjut dari infiltrat peritonsili. Dan
gejala klinis sama dengan infiltrat perintonsiler. Apabila dilakukan aspirasi
(penyedotan dengan spuit/ suntikan) di tempat pembengkakan di dekat palatum
mole (langit- langit) akan keluar NANAH.
2.
Tonsilitis membranosa
b. Tonsilitis Septik
Penyebab streptococcus hemoliticus yang terdapat dalam susu sapi sehingga
menimbulkan epidemi. Oleh karena di Indonesia susu sapi dimasak dulu dengan
cara pasteurisasi sebelum diminum maka penyakit ini jarang ditemukan.
3.
a.
Tonsilitis kronik
Faktor predisposisi timbulnya tonsilitis kronis ialah rangsangan yang
menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh
cuaca kelemahan fisik dan pengobatan tonsilitis yang tidak adekuat kuman
penyebabnya sama dengan
tonsilitis akut tetapi kadang-kadang kuman berubah menjadi kuman golongan gram
negatif.
(Soepardi,Efiary Arsyad,dkk 2007)
2.
ANATOMI FISIOLOGI
3.
ETIOLOGI TONSILITIS
Pneumococcus
Staphilococcus
Haemalphilus influenza
Streptococcus viridens
Streptococcus pyogenes
Staphilococcus
Pneumococcus
Virus
Adenovirus
ECHO
4.
PATOFISIOLOGI
Membran Limfogen
Proses Inflamasi
5.
6.
TEST DIAGNOSTIK
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk memperkuat diagnosa
tonsilitis akut adalah pemeriksaan laboratorium meliputi :
7.
KOMPLIKASI
Komplikasi tonsilitis akut dan kronik menurut Mansjoer, A (1999), yaitu :
o Abses pertonsil
Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini
terjadi beberapa hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh
streptococcus group A.
8.
PENCEGAHAN
Imunisasi DPT
Terapi antibiotik
Operasi tonsil
9.
PENATALAKSANAAN
1.
Penatalaksanaan Medis
a)
b)
Diet cairan atau semicari beberapa hari . Serbat dan gelatin adalh makanan
yang dapat diberikan . Makanan yang harus dihindari adalah makanan pedas,
dingin, panas, asam, atau mentah. Makanan yang dibatasi adalah makanan yang
cenderung meningkatkan mukus yang terbentuk misanya susu dan produk lunak
(es krim).
Pendidikan yang dapat diberikan kepada pasien dan keluarga adalah tentang
tanda dan gejala hemoragi. Biasanya tanda dan gejala muncul 12-24 jam pertama.
Paien diinstruksikan untuk melapor setiap pendarahan yang terjadi.
c)
Pasca operasi
Collar es dipasang pada leher, dan basin serta tisu disiapkanekspectorasi darah
dan lendir
d)
Analgetik
e)
Antipiretik
2.
Penatalaksanaan Keperawatan
a)
b)
c)
d)
e)
nyeri telan yang berat, gangguan tidur atau sudah terjadi komplikasi penyakitpenyakit kardiopulmonal.
2.
4.
Jika mengalami Tonsilitis 3 kali atau lebih dalam satu tahun dan tidak
Bau mulut atau bau nafas tak sedap yang menetap pada Tonsilitis kronis
Tonsilitis kronis atau Tonsilitis berulang yang diduga sebagai carrier kuman
Tonsilektomi juga tidak dikerjakan apabila terdapat infeksi akut lokal, kecuali bila
disertai sumbatan jalan napas atas. Tonsilektomi sebaiknya baru dilakukan setelah
minimal 23 minggu bebas dari infeksi akut. Di samping itu tonsilektomi juga tidak
dilakukan pada penyakit-penyakit sistemik yang tidak terkontrol seperti diabetes
atau penyakit jantung pulmonal
ASUHAN KEPERAWATAN
I.
Pengkajian
Hari/tanggal
Waktu
: 08.30 WIB
Tempat
: Ruang Delima
Oleh
: Perawat Lina
A. Identitas Klien
B.
Nama
: Nn.T
Umur
: 19 th
Pekerjaan
: Mahasiswa
Alamat
: Sleman,Jogjakarta
Status Pernikahan
: Belum menikah
Suku
: Jawa, Indonesia
Diagnosa Medis
: Tonsilitis Akut
Tanggal Masuk RS
: 28 Oktober 2010
No.RM
: 430055
Penanggung Jawab
Nama
: Ny.S
Umur
: 42 th
Alamat
: Sleman,Jogjakarta
Hubungan
: Ibu
Keluhan Tambahan
Suara serak
Merasa lesu
Nafas berbau
C.
Awalnya klien demam selama 2 hari. Kemudian klien mengukur suhu dan diperoleh
suhu 38,20C. Setelah itu klien memutuskan untuk periksa ke rumah sakit X, karena
ia mengalami nyeri pada tenggorok dan sakit saat menelan. Saat dilakukan
pemeriksaan bagian mulut terjadi pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi
orofaring. Klien kemudian disarankan untuk dilakukan pemeriksaan kultur : usap
tonsilar. Ternyata hasilnya positif terdapat Streptococcus group A. Tim medis
menyarankan klien untuk dilakukan operasi dan klien menyetujui.
: 84 x/menit
: 22x/menit
B.
TD
: 100/60 mmHg
Suhu
: 38,20 C
Palatum simetris
Uvula simetris
Napas bau
C.
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan mata : tidak ada sekret di sudut mata, konjungtiva tidak pucat, sklera
tidak ikterik, pasien bisa membaca dan membedakan warna.
Pemeriksaan telinga : bersih, tidak ada cairan keluar, simetris antara kanan dan kiri
Pemeriksaan mulut dan tenggorokan : tidak ada caries pada gigi, terdapat
pembesaran pada jaringan limfatik kedua sisi orofaring.
DO :
-
Pasien gelisah
pasien gelisah
pasien murung
TD 100/60 mmHg
Nadi 84x/menit
RR 22x/menit
Suhu 38,20C
4. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi pada faring dan tonsil, ditandai
oleh :
DS :
-
Suhu : 38,20C
RR : 22 x/menit
Nadi : 84 x/menit
TD : 100/60 mmHg
Tonsil : T3
Pasien lemas
Kulit kering
: Nn.T
Ruang
: Delima
Tanggal
No.
Diagnosa Keperawatan
1.
Setelah dilakukan
1. Berikan tindakan
tindakan keperawatan
nyaman dan aktivitas
selama 2 jam nyeri yang
hiburan
dialami pasien menurun
dengan kriteria :
DS:
Pasien mengatakan nyeri saat
menelan
DO :
Pasien menunjukkan
nyeri berkurang (skala 3)
DO :
DO :
Rencana Tindakan
2.
Anjurkan perilaku
penggunaan manajemen
stress
3.
Berikan analgetik,
misalnya kodein; ASA;
dan darvan sesuai
indikasi
Setelah dilakukan
1.
tindakan keperawatan
selama 2 jam pasien
menunjukkan kemampuan
untuk mengatasi masalah
dengan kriteria :
Berikan informasi
akurat dan konsisten
mengenai prognosis.
Hindari argumen
mengenai persepsi
pasien terhadap situasi
tersebut
operasi
DS :
DO :
pasien gelisah
pasien murung
TD100/60 mmHg
2.
DO :
Pasien lebih rileks
Nadi 84x/menit
RR22x/menit
3.
Suhu 38,20C
Tunjukkan / dorong
tindakan relaksasi
misalnya imajinasi
Setelah dilakukan
1. Tegaskan jumlah
tindakkan keperawatan 3
persiapan pra operasi
x 24 jam diharapkan
dan retensi informasi.Kaj
pasien memahami
tingkat ansietas
mengenai penyakitnya
sehubungan dengan
dengan kriteria :
diagnosis dan
pmbedahan
DS :
Pasien mengatakan
sudah paham mengenai
penyakitnya
DO:
Pasien lebih rileks
2.
Staphilococcus
3.
Haemalphilus influenza
4.
1.
2.
Streptococcus viridens
3.
Streptococcus pyogenes
4.
Staphilococcus
5.
Pneumococcus
6.
Virus
7.
Adenovirus
8.
ECHO
9.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Iskandar N (1993), patofisiologi tonsillitis yaitu :
Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superficial
mengadakan reaksi. Terdapat pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli
morfonuklear. Proses ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak
kuning yang disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel
yang terlepas, suatu tonsillitis akut dengan detritus disebut tonsillitis lakunaris, bila
bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi tonsillitis lakonaris. Bila bercak
melebar, lebih besar lagi sehingga terbentuk membran semu (Pseudomembran),
sedangkan pada tonsillitis kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel
mukosa dan jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan
limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang antara
kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini meluas sehingga
menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengkapan dengan jaringan sekitar fosa
tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfe
submandibula.
D. MANIFESTASI KLINIK
Menurut Megantara, Imam 2006
Gejalanya berupa nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri
seringkali dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan
yang sama).
Gejala lain :
1.
Demam
2.
3.
Sakit kepala
4.
Muntah
Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba auditorius (eustochi) dan dapat
mengakibatkan otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang
telinga.
3.
Mastoiditis akut
Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel
mastoid.
4.
Laringitis
5.
Sinusitis
6.
Rhinitis
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan tonsilitis secara umum, menurut Firman S, 2006 :
1. Jika penyebabnya bakteri, diberikan antibiotik peroral (melalui mulut) selama 10 hari,
jika mengalami kesulitan menelan, bisa diberikan dalam bentuk suntikan.
2. Pengangkatan tonsil (tonsilektomi) dilakukan jika :
Tonsilitis terjadi sebanyak 5 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 2 tahun.
Tonsilitis terjadi sebanyak 3 kali atau lebih / tahun dalam kurun waktu 3 tahun.
1.
Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat kumur atau obat
isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan eritromisin atau klindomisin.
Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari komplikasi kantung
selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan tenggorok 3x negatif.
Pemberian antipiretik.
2.
Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi konservatif
tidak berhasil.
PENDAHULUAN Beberapa Pengertian tentang Tonsil dan adenoid. Hadirin yang saya
muliakan, Tonsil (amandel) dan adenoid ( amandel belakang hidung) merupakan
bagian dari sistem daya pertahanan tubuh manusia. Semua orang sejak dari kecil
sampai dewasa mempunyai tonsil dan adenoid. Hanya dalam kondisi tertentu tonsil
dapat dipertimbangkan untuk diambil (operasi). Adenotonsilektomi merupakan
tindakan operasi pengambilan tonsil dan adenoid. Adenotonsilitis kronis obstruktif
merupakan peradangan dari tonsil dan adenoid yang lama dan menimbulkan