Cementifying fibroma
adalah salah satu bentuk neoplasma fibrous benigna yang kalsifikasi lesinya lebih dominan adalah hanya mengandung cementum dan jaringan ikat fibrous yang abnormal, dimana terjadi suatu proses neoplastik yang jarang ditemukan dan berasal dari elemen-elemen yang terdapat didalam jaringan periodontal
Trauma Infeksi
PATOFISIOLOGIS
Hanya terdiri dari jaringan seluler dan tidak terdapat materi kalsifikasi. Gambaran ini menunjukkan sementum Tahap I yang immature dan tampak gambaran radiolusen.
Pada tahap kedua disebut cementoblastic stage, pada tahap ini sementum terdapat pada massa fibrous, Tahap II terkalsifikasi dan menunjukkan gambaran radiopak. Pada tahap akhir, mature inactive stage semua massa Tahap III terkalsifikasi dan berkapsul
GAMBARAN KLINIS
Tanpa disertai rasa sakit
Pertumbuhannya lambat pada rahang
Tidak teridentifikasi oleh pasien tetapi terkadang bengkak pada wajah
Pada beberapa kasus, bisa tumbuh dengan cepat dan menimbulkan gejala
CONT.
CONT.
gambaran radiopak meluas ke lamina kortikal bukal dan lingual dan terjadi pergeseran gigi-gigi sebelahnya tampak resorpsi akar dengan lesi berbatas jelas dengan tulang
CONT.
CONT.
GAMBARAN HISTOPATOLOGIS
Pemeriksaan mikroskopis dari jaringan menunjukkan lesi terdiri dari massa jaringan fibrosa yang berpoliferasi,dengan kalsifikasi yang lebih dominan pada daerah sementum
DIAGNOSA BANDING
Cementoblastoma Compound Odontoma Complex Odontoma
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Cementifying fibroma
Prosedur Operative
TEKNIK BEDAH ENUKLEASI : 1. Pemberian antibiotik profilaksis tidak diperlukan, kecuali jika pasien menderita penyakit sistemik tertentu 2. Untuk lesi yang besar, dapat dilakukan mucoperiosteal flap dan akses ke kista didapatkan melalui labial plate of bone, yang meninggalkan alveolar crest tetap utuh untuk memastikan tinggi tulang adekuat setelah penyembuhan 3. Saat akses ke lesi sudah didapatkan melalui pengunaan osseuswindow, dokter gigi mulai melakukan bedah enukleasi
CONT.
4. Athin-bladed curettage merupakan instrumen yang paling tepat untuk memotong conective tissue layer dinding lesi dari kavitas tulang. Permukaan yang cekung harus selalu menghadap ke kavitas tulang, sedangkan bagian yang cembung melakukan pemotongan/pelepasan lesi. Tahap ini harus dilakukan dengan sangat hati-hati untuk menghindari hancurnya lesi. Terlebih lagi, lesi akan lebih mudah terlepas dari kavitas tulang saat intracystic pressure dijaga.
CONT.
5. Saat lesi telah berhasil diangkat, kavitas tulang harus diperiksa, adalah jaringan lesi yang tertinggal. Mengirigasi dan mengeringkan kavitas dengan gauze akan mempermudah pemeriksaan. Jaringan kista yang tersisa diangkat dengan kuret. Daerah-daerah tepi kavitas tulang dihaluskan dengan bone file sebelum ditutup
6.
CONT.
7. Daerah-daerah tepi kavitas tulang dihaluskan dengan bone file sebelum ditutup 8. Setelah itu, watertight primary closure seharusnya didapatkan dengan appropriately positioned sutures 9. Kavitas tulang akan berisi blood clots, yang akan menghilang seiring berjalannya waktu. Gambaran radiografis akan pertumbuhan tulang akan tampak dalam waktu 6 hingga 12 bulan
CONT.
10. Jika primary closure rusak dan luka bekas operasi terbuka, luka diirigasi dengan saling steril, dan anappropriate length of strip gauze sedikit dipenuhi dengan antibiotic ointment seharusnya dimasukkakan ke dalam kavitas dengan lembut. Prosedur ini dilakukan setiap 2-3 hari sekali, secara bertahap dikurangi seiring dengan pemulihan luka
GAMBAR
Eliminasi tumor secara menyeluruh dan mencegah kembalinya tumor dapat mengembalikan estetis dan gangguan fungsional pada pasien
DAFTAR PUSTAKA
Schuurs. Moorer.Prahl-Andersen,et. 1997 patologi Gigi Geligi Kelainan-kelainan Jaringan Keras Gigi. Diterjemahkan oleh Sutatmi, S. Yogyakarta; Gajah Mada University Press. Friedrich A. Pasler, 1993, Color Atlas of Dental Medicine, Thieme GeorgeThieme Verlag Stuttgart, New York Bernier J. Changes in bone and dental cementum in periodontal diseases. Med Hyg 1952;10:474 Goaz & White, 1994. Oral Radiology Principles and Interpretation, 3rd ed. Mosby Company