Anda di halaman 1dari 25

Dent. J. 2019, 7, 76; doi:10.

3390/dj7030076

Unusual Imaging Features of


Dentigerous Cyst: A Case Report
Carla Patrícia Martinelli-kläy, Celso Ricardo Martinelli, Celso Martinelli, Henrique Roberto Macedo And Tommaso Lombardi

Dosen Pembimbing :
Mahasiswa :
Abstrak:

Kista Dentigerous adalah lesi kistik (kista) yang secara radiografis terlihat gambaran area radiolusen
unilocular berbatas tegas yang melibatkan mahkota gigi impaksi. Pada laporan kasus ini menyajikan
adanya kasus dengan gambaran radiografik yang tidak biasa dari Kista Dentigerous dengan impaksi gigi
M2 kanan mandibula, pada pasien berusia 16 tahun, dengan suspek diagnosis Ameloblastoma atau
Odontogenic Keratocyst (OKC) karena adanya gambaran radiolusen multilokular terlihat pada radiografi
panoramik. Dengan menggunakan multi-slice computed tomography (MSCT), terlihat lesi unilokular
tanpa septa (batas rongga), dengan koefisien atenuasi 3,9-22,9 HU yang memperlihatkan adanya lesi
kistik.
Karena perluasan kista, marsupialisasi dilakukan bersamaan dengan analisis histopatologi dari
fragmen yang diambil dan menunjukkan Kista Dentigerous. Sembilan bulan kemudian, ukuran
lesi mengecil kemudian dieksisi total. Gigi M2 kanan rahang bawah yang impaksi juga diekstraksi.
Pemeriksaan histopatologi mengkonfirmasi diagnosis kista dentigerous. Satu tahun kemudian,
radiografi panoramik menunjukkan penyembuhan tulang mandibula yang lengkap. Kista
Dentigerous yang berukuran besar terkadang dapat menunjukkan kelainan patologi lain yang
lebih agresif.

Diagnosis yang tepat penting untuk menghindari kesalahan karena DC, OKC dan Ameloblastoma
memerlukan perawatan yang berbeda. Oleh karena itu, pemeriksaan histologis sangat penting
untuk menegakkan diagnosis kerja. Dalam kasus kami, MSCT dan analisis koefisien atenuasi
jaringan berkontribusi untuk mendirikan diagnosis dan penatalaksanaan pada Kista Dentigerous.

Keywords: dentigerous cyst; radiographic differential diagnosis; multislice computed tomography; hounsfield unit analysis
PENDAHULUAN

• Kista Dentigerous didefinisikan sebagai lesi kistik yang melibatkan mahkota gigi impaksi, disebabkan
oleh akumulasi cairan antara epitel folikel dan mahkota gigi.

• Kista Dentigerous merupakan kista odontogenik noninflamasi yang paling umum terjadi, dan paling
banyak melibatkan gigi M3 mandibula pada pasien pria dengan insidensi tertinggi yaitu usia remaja atau
dewasa muda.
• Kista Dentigerous menunjukkan pembengkakan yang lambat
tanpa adanya rasa sakit yang dan dapat menyebabkan Pada kista dengan ukuran yang besar
perpindahan gigi atau resorpsi gigi serta tulang disekitarnya. akan berhubungan dengan rasa sakit
Secara histologis: Secara radiografis:

• Telihat gambaran rongga yang dilapisi oleh epitel • Gambaran area radiolusen unilokular di sekitar
tipis non-keratinisasi tanpa adanya rete peg mahkota gigi impaksi yang dikelilingi oleh area
(perluasan epitel yang menonjol ke dalam jaringan sklerotik yang terlihat jelas.
ikat).
• Pada kista dengan ukuran besar dapat
• Dinding Kista Dentigerous biasanya berserat menyebabkan ekspansi tulang kortikal.
(fibrous) dan tidak memiliki sel inflamasi
• Kista Dentigerous jarang terlihat gambaran
multilokular dalam radiografi panoramik

(Hal ini mungkin terjadi karena pertumbuhan kista


pada area dengan kepadatan tulang yang
berbeda)
Diagnosis banding

• Ameloblastoma
• Odontogenic keratocysts (OKCs) Pada kasus ini berdasarkan dengan lesi lain yang lebih agresif,
• Tumor odontogenik lainnya
• Computed tomography (CT), seperti Cone Beam CT (CBCT) atau multi-slice computed tomography
(MSCT), memiliki aplikasi penting dalam mengevaluasi lesi di area kepala dan leher.

• Pencitraan/radiografi adalah teknik non-invasif yang memungkinkan melihat ukuran dan margin
lesi, destruksi tulang dan pola ekspansi untuk dianalisis secara tepat.

• Selain itu, MSCT memberikan pengukuran yang akurat dari nilai CT (koefisien atenuasi jaringan).

Setiap jaringan memiliki kemampuan menyerap sinar-X


dalam proporsi tertentu seperti tulang yang banyak
menyerap sinar-X sedangkan udara hampir tidak terserap.

Dalam pengukuran nilai CT, Skala arbitrer yang digunakan


bernama skala Hounsfield menunjukkan koefisien atenuasi
ini: 1000 Hounsfield unit (HU) mewakili redaman udara, 0
adalah redaman air dan +1000 HU adalah redaman tulang
Pada laporan kasus ini membahas temuan Kista Dentigerous yang tidak biasa yang awalnya
didiagnosis sebagai ameloblastoma karena gambaran multilokular pada radiografi
panoramik.
LAPORAN KASUS

• Seorang laki-laki berusia 16 tahun dirujuk ke Pusat


Diagnosis dan Pengobatan Penyakit Mulut dengan
diagnosis klinis Ameloblastoma dan rencana
terapi Hemi-Mandibulektomi

• Ketika datang, tidak ada aspek yang relevan dalam


riwayat medisnya yang diamati

• Pasien tersebut membawa radiografi panoramik


yang memperlihatkan adanya lesi multilokular
dengan keterlibatan gigi M2 kanan rahang bawah
yang impaksi

• Lesi ini dikatakan suspek Ameloblastoma atau


Odontogenic keratocyst (OKC) Gambar 1. Radiografi panoramik: Lesi radiolusen multilokular yang berbatas tegas,
melibatkan impaksi molar kedua kanan rahang bawah.
• Lesi ini meluas dari mandibular notch hingga
premolar pertama kanan

• Adanya pergeseran (displacement) kanal


mandibula dan gigi M3 ke arah mandibular
notch juga diamati

Gambar 1. Radiografi panoramik: Lesi radiolusen multilokular yang berbatas tegas,


melibatkan impaksi molar kedua kanan rahang bawah.
Para dokter memiliki akses untuk melihat gambaran
radiografi lain milik pasien yang diambil saat usia 13 tahun,
menunjukkan adanya area sklerotik terlihat jelas di sekitar
mahkota gigi M2 kanan mandibula yang menunjukkan folikel
gigi hiperplastik atau gambaran kista dentigerous.

Selama tiga tahun tersebut, pasien tidak berkonsultasi. Hasil


pemeriksaan intraoral hanya terlihat sedikit pembengkakan
tanpa adanya rasa sakit pada tulang kortikal bukal dan
lingual yang meluas dari daerah molar pertama kanan
bawah ke arah cabang nervus mandibula.

Gambar 2. Radiografi panoramik pada saat pasien usia 13 tahun:


Lesi radiolusen berbatas tegas unilokular (berukuran sekitar 4 mm)
di sekitar molar kedua kanan rahang bawah yang impaksi
• Dengan tujuan analisis lesi lebih lanjut, dilakukan
MSCT dan tidak seperti radiografi panoramik, ini
menunjukkan area hipoatenuasi tanpa sekat.

• Nilai unit Hounsfield (HU) pada lesi bervariasi


dari 3,9 hingga 22,9 HU, yang menunjukkan lesi
mengandung cairan yang kompatibel dengan
kista dentigerous atau bisa juga ameloblastoma
unikistik.

• Dari analisis koefisien atenuasi jaringan ini, lesi


seperti ameloblastoma (tipe padat/multikistik),
atau lesi kistik yang mengandung substansi
seperti keju seperti yang ditemukan pada
keratokista odontogenik dapat diabaikan. Gambar 3. Gambar sagital multi-slice computed tomography (MSCT):
Terlihat gambaran lesi uniloculated besar yang melibatkan impaksi M2 kanan
(artinya bukan Ameloblastoma atau OKC) rahang bawah. Koefisien atenuasi lesi bervariasi dari 3,9 hingga 22,9 HU
• Karena perluasan lesi, marsupialisasi dilakukan bersamaan dengan analisis histopatologi dari
fragmen yang diambil, yang menunjukkan kista dentigerous.

• Selama prosedur ini, cairan bening dan pucat mengalir keluar dari rongga. Lesi diirigasi setiap
minggu dengan larutan oral klorheksidin glukonat 0,12%.

• Selama pengobatan, melalui pemeriksaan sitologi terdeteksi adanya infeksi candida (Candida sp.)
yang berasal dari rongga bekas kista. Infeksi candida diobati dengan pemberian itrakonazol (1x
sehari selama 10 hari).
• Setelah sembilan bulan, pengempesan atau pengecilan
dari rongga yang signifikan dari lesi diamati pada
radiografi panoramik.

• Kemudian dilanjutkan dengan Eksisi dari jaringan kista,


serta ekstraksi M2 kanan rahang bawah yang impaksi

• Hasil pemeriksaan histopatologi mengkonfirmasi


diagnosis kista dentigerous.

Gambar 4. Photomicrograph: Sebuah lapisan epitel non-keratinisasi tanpa


adanya rete peg dan dinding berserat dengan sel-sel inflamasi.
Gambar 5. Radiografi panoramik satu tahun kemudian: Penyembuhan tulang mandibula yang lengkap

• Satu tahun kemudian, radiografi panoramik baru dilakukan yang menunjukkan


penyembuhan tulang mandibula yang lengkap. Molar ketiga kanan mandibula di ekstraksi
setelah bermigrasi ke regio retromolar untuk meminimalkan trauma bedah.
DISKUSI

Kista Dentigerous sering muncul dengan gambaran daerah radiolusen sederhana di sekitar mahkota
gigi yang impaksi, namun Kista dengan ukuran besar dapat menunjukkan gambaran multilokular dan
terlihat seperti lesi lain seperti ameloblastoma dan OKC.

Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang histologi sangat penting untuk menegakkan diagnosis.
Secara histologi, Kista Dentigerous menunjukkan rongga yang dilapisi oleh epitel berlapis non-keratin
yang mengandung antara dua atau tiga lapisan sel kuboid dan/atau gepeng. Dinding jaringan ikatnya
berserat dan sering tanpa adanya sel inflamasi.
• Keratocysts Odontogenik, menunjukkan rongga yang dilapisi oleh epitel skuamosa
berlapis parakeratin yang tipis dan teratur tanpa rate pegs.

• Sel-sel lapisan basalnya berbentuk kuboid atau kolumnar dan seringkali hiperkromatik.
Lumen kista ini mengandung bahan seperti keju yang memeperlihatkan keterlibatan
agregat lapisan keratin.

• Mirip dengan Kista Dentigerous, bagian pertemuan antarmuka antara epitel OKC dan
jaringan ikat adalah datar.
• Ameloblastoma unikistik adalah varian dari ameloblastoma dengan
gambaran yang tampak sebagai kista.

• Epitel yang melapisi kista ini, terdiri dari sel-sel ameloblastik yang
menunjukkan palisading dan polaritas nukleus terbalik.

• Daerah suprabasilar sering menampilkan tampilan retikulum stelata


yang merenggang. Gambaran histologis yang sama ditemukan pada
varian solid ameloblastoma.
• Tidak seperti Kista Dentigerous, Ameloblastoma dan Keratocysts Odontogenik
memiliki sifat agresif dan memerlukan bentuk perawatan yang berbeda.

• Keratosis odontogenik merupakan kista jinak yang memiliki tingkat rekurensi


yang relatif tinggi. Pilihan perawatan seperti diobati enukleasi, marsupialisasi,
dekompresi atau reseksi marginal dapat dilakukan tergantung dari ukuran dan
lokasinya.

• Ameloblastoma adalah tumor odontogenik jinak yang biasanya memerlukan


reseksi bedah yang luas.

• Sedangkan Kista Dentigerous biasanya diobati dengan enukleasi dan kuretase.


• Pada laporan kasus ini, Kista Dentigerous yang awalnya didiagnosis sebagai
Ameloblastoma dengan Hemi-Mandibulektomi sebagai terapi yang disarankan.
Diagnosis ameloblastoma didirikan hanya dengan mempertimbangkan radiografi
panoramik dan pemeriksaan klinis.

• Gambaran multilokular yang diamati pada radiografi panoramik kemungkinan


disebabkan oleh perluasan yang tidak merata dari Kista Dentigerous dengan ukuran
besar di area yang memiliki kepadatan tulang yang berbeda.

• Diketahui bahwa radiografi panoramik adalah penunjang yang berguna untuk diagnosis,
tetapi hanya menampilkan gambar dua dimensi dari struktur yang sebenarnya adalah
tiga dimensi.

• Selain itu, memiliki nilai yang terbatas untuk menentukan ukuran, margin lesi, komposisi
jaringan, serta pola destruksi dan perluasan tulang yang terlibat.
• Dalam penelitian kami, MSCT dilakukan dan, tidak seperti radiografi
panoramik, MSCT dapat menunjukkan area hipoatenuasi tanpa sekat.

• Kami juga menemukan adanya variasi koefisien atenuasi jaringan dari


3,9 hingga 22,9 HU, yang menunjukkan lesi yang mengandung cairan
serosa yang kompatibel dengan kandungan dari Kista Dentigerous.

• Menurut literatur, Ameloblastoma (tipe padat/multikistik) memiliki


35,9 plus/minus 12,6 HU dan OKCs menunjukkan 28,4 plus/minus 10,5
atau hingga 40 HU.

• Ameloblastoma unikistik menunjukkan Unit Hounsfield sebesar 31,0


plus/minus 6,0 HU.

• Diketahui bahwa MSCT memberikan pengukuran yang akurat dari


koefisien atenuasi jaringan.

• Selain itu, biopsi insisional yang dilakukan selama marsupialisasi


mengkonfirmasi diagnosis Kista Dentigerous.
• Karena perluasan lesi yang besar, Marsupialisasi adalah pengobatan
awal yang dipilih.

• Dekompresi/Marsupialisasi adalah prosedur konservatif yang Selain itu, teknik ini memungkinkan
bertujuan untuk mengurangi ukuran kista tanpa merusak struktur aposisi bertahap jaringan tulang
anatomi seperti saraf alveolar, atau bahkan menyebabkan fraktur sebelum enukleasi kista lengkap.
mandibula selama operasi.

• Melalui pemeriksaan sitologi, ditemukan adanya infeksi dari Candida


sp. yang berasal dari rongga diamati dan segera diobati dengan
Itrakonazol (1x sehari selama 10 hari). Pengambilan apusan sitologi
digunakan dan berguna selama perawatan marsupialisasi untuk
mendeteksi adanya infeksi lain.
• Setelah sembilan bulan kemudian, terlihat penurunan ukuran lesi yang
cukup besar, lalu dilanjutkan dengan eksisi, dan ektraksi gigi M2 kanan
rahang bawah yang impaksi.

• Menurut Anavi dkk., rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk dekompresi


Kista Dentigerous adalah 7,6 bulan pada pasien di bawah usia 18 tahun.

• Pada anak-anak, hanya marsupialisasi, dekompresi dan/atau enukleasi


dari Kista Dentigerous yang disarankan dalam upaya untuk
mempertahankan gigi dan mendorong erupsinya.

Pada kasus ini, mempertahankan gigi dianggap tidak mungkin, terutama karena
ukuran lesi kistik yang besar. Dan berdasarkan analisis histologi mengkonfirmasi
diagnosis Kista Dentigerous yang menunjukkan gambaran dinding jaringan ikat fibrosa
yang tidak meradang yang dilapisi oleh epitel berlapis tipis non-keratin.
Dalam kasus lesi kistik yang besar atau secara radiografis tidak biasa,
adalah wajib untuk melakukan biopsi sebelum merencanakan
perawatan bedah.

Untuk pilihan terapi, tergantung pada ukuran lesi dan diagnosis, dapat
dilakukan enukleasi, marsupialisasi atau dekompresi.

Pada kasus ini, biopsi insisional awal yang dilakukan selama proses
marsupialisasi membuktikan diagnosis Kista Dentigerous yang
memungkinkan pendekatan secara konservatif.

Selain itu, analisis koefisien atenuasi jaringan yang dilakukan oleh MSCT
juga berguna dalam proses pendirian diagnosis, hal ini dilakukan untuk
menghilangkan kemungkinan lesi lain seperti Ameloblastoma solid atau
Keratocyst Odontogenik.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai