3390/dj7030076
Dosen Pembimbing :
Mahasiswa :
Abstrak:
Kista Dentigerous adalah lesi kistik (kista) yang secara radiografis terlihat gambaran area radiolusen
unilocular berbatas tegas yang melibatkan mahkota gigi impaksi. Pada laporan kasus ini menyajikan
adanya kasus dengan gambaran radiografik yang tidak biasa dari Kista Dentigerous dengan impaksi gigi
M2 kanan mandibula, pada pasien berusia 16 tahun, dengan suspek diagnosis Ameloblastoma atau
Odontogenic Keratocyst (OKC) karena adanya gambaran radiolusen multilokular terlihat pada radiografi
panoramik. Dengan menggunakan multi-slice computed tomography (MSCT), terlihat lesi unilokular
tanpa septa (batas rongga), dengan koefisien atenuasi 3,9-22,9 HU yang memperlihatkan adanya lesi
kistik.
Karena perluasan kista, marsupialisasi dilakukan bersamaan dengan analisis histopatologi dari
fragmen yang diambil dan menunjukkan Kista Dentigerous. Sembilan bulan kemudian, ukuran
lesi mengecil kemudian dieksisi total. Gigi M2 kanan rahang bawah yang impaksi juga diekstraksi.
Pemeriksaan histopatologi mengkonfirmasi diagnosis kista dentigerous. Satu tahun kemudian,
radiografi panoramik menunjukkan penyembuhan tulang mandibula yang lengkap. Kista
Dentigerous yang berukuran besar terkadang dapat menunjukkan kelainan patologi lain yang
lebih agresif.
Diagnosis yang tepat penting untuk menghindari kesalahan karena DC, OKC dan Ameloblastoma
memerlukan perawatan yang berbeda. Oleh karena itu, pemeriksaan histologis sangat penting
untuk menegakkan diagnosis kerja. Dalam kasus kami, MSCT dan analisis koefisien atenuasi
jaringan berkontribusi untuk mendirikan diagnosis dan penatalaksanaan pada Kista Dentigerous.
Keywords: dentigerous cyst; radiographic differential diagnosis; multislice computed tomography; hounsfield unit analysis
PENDAHULUAN
• Kista Dentigerous didefinisikan sebagai lesi kistik yang melibatkan mahkota gigi impaksi, disebabkan
oleh akumulasi cairan antara epitel folikel dan mahkota gigi.
• Kista Dentigerous merupakan kista odontogenik noninflamasi yang paling umum terjadi, dan paling
banyak melibatkan gigi M3 mandibula pada pasien pria dengan insidensi tertinggi yaitu usia remaja atau
dewasa muda.
• Kista Dentigerous menunjukkan pembengkakan yang lambat
tanpa adanya rasa sakit yang dan dapat menyebabkan Pada kista dengan ukuran yang besar
perpindahan gigi atau resorpsi gigi serta tulang disekitarnya. akan berhubungan dengan rasa sakit
Secara histologis: Secara radiografis:
• Telihat gambaran rongga yang dilapisi oleh epitel • Gambaran area radiolusen unilokular di sekitar
tipis non-keratinisasi tanpa adanya rete peg mahkota gigi impaksi yang dikelilingi oleh area
(perluasan epitel yang menonjol ke dalam jaringan sklerotik yang terlihat jelas.
ikat).
• Pada kista dengan ukuran besar dapat
• Dinding Kista Dentigerous biasanya berserat menyebabkan ekspansi tulang kortikal.
(fibrous) dan tidak memiliki sel inflamasi
• Kista Dentigerous jarang terlihat gambaran
multilokular dalam radiografi panoramik
• Ameloblastoma
• Odontogenic keratocysts (OKCs) Pada kasus ini berdasarkan dengan lesi lain yang lebih agresif,
• Tumor odontogenik lainnya
• Computed tomography (CT), seperti Cone Beam CT (CBCT) atau multi-slice computed tomography
(MSCT), memiliki aplikasi penting dalam mengevaluasi lesi di area kepala dan leher.
• Pencitraan/radiografi adalah teknik non-invasif yang memungkinkan melihat ukuran dan margin
lesi, destruksi tulang dan pola ekspansi untuk dianalisis secara tepat.
• Selain itu, MSCT memberikan pengukuran yang akurat dari nilai CT (koefisien atenuasi jaringan).
• Selama prosedur ini, cairan bening dan pucat mengalir keluar dari rongga. Lesi diirigasi setiap
minggu dengan larutan oral klorheksidin glukonat 0,12%.
• Selama pengobatan, melalui pemeriksaan sitologi terdeteksi adanya infeksi candida (Candida sp.)
yang berasal dari rongga bekas kista. Infeksi candida diobati dengan pemberian itrakonazol (1x
sehari selama 10 hari).
• Setelah sembilan bulan, pengempesan atau pengecilan
dari rongga yang signifikan dari lesi diamati pada
radiografi panoramik.
Kista Dentigerous sering muncul dengan gambaran daerah radiolusen sederhana di sekitar mahkota
gigi yang impaksi, namun Kista dengan ukuran besar dapat menunjukkan gambaran multilokular dan
terlihat seperti lesi lain seperti ameloblastoma dan OKC.
Oleh karena itu, pemeriksaan penunjang histologi sangat penting untuk menegakkan diagnosis.
Secara histologi, Kista Dentigerous menunjukkan rongga yang dilapisi oleh epitel berlapis non-keratin
yang mengandung antara dua atau tiga lapisan sel kuboid dan/atau gepeng. Dinding jaringan ikatnya
berserat dan sering tanpa adanya sel inflamasi.
• Keratocysts Odontogenik, menunjukkan rongga yang dilapisi oleh epitel skuamosa
berlapis parakeratin yang tipis dan teratur tanpa rate pegs.
• Sel-sel lapisan basalnya berbentuk kuboid atau kolumnar dan seringkali hiperkromatik.
Lumen kista ini mengandung bahan seperti keju yang memeperlihatkan keterlibatan
agregat lapisan keratin.
• Mirip dengan Kista Dentigerous, bagian pertemuan antarmuka antara epitel OKC dan
jaringan ikat adalah datar.
• Ameloblastoma unikistik adalah varian dari ameloblastoma dengan
gambaran yang tampak sebagai kista.
• Epitel yang melapisi kista ini, terdiri dari sel-sel ameloblastik yang
menunjukkan palisading dan polaritas nukleus terbalik.
• Diketahui bahwa radiografi panoramik adalah penunjang yang berguna untuk diagnosis,
tetapi hanya menampilkan gambar dua dimensi dari struktur yang sebenarnya adalah
tiga dimensi.
• Selain itu, memiliki nilai yang terbatas untuk menentukan ukuran, margin lesi, komposisi
jaringan, serta pola destruksi dan perluasan tulang yang terlibat.
• Dalam penelitian kami, MSCT dilakukan dan, tidak seperti radiografi
panoramik, MSCT dapat menunjukkan area hipoatenuasi tanpa sekat.
• Dekompresi/Marsupialisasi adalah prosedur konservatif yang Selain itu, teknik ini memungkinkan
bertujuan untuk mengurangi ukuran kista tanpa merusak struktur aposisi bertahap jaringan tulang
anatomi seperti saraf alveolar, atau bahkan menyebabkan fraktur sebelum enukleasi kista lengkap.
mandibula selama operasi.
Pada kasus ini, mempertahankan gigi dianggap tidak mungkin, terutama karena
ukuran lesi kistik yang besar. Dan berdasarkan analisis histologi mengkonfirmasi
diagnosis Kista Dentigerous yang menunjukkan gambaran dinding jaringan ikat fibrosa
yang tidak meradang yang dilapisi oleh epitel berlapis tipis non-keratin.
Dalam kasus lesi kistik yang besar atau secara radiografis tidak biasa,
adalah wajib untuk melakukan biopsi sebelum merencanakan
perawatan bedah.
Untuk pilihan terapi, tergantung pada ukuran lesi dan diagnosis, dapat
dilakukan enukleasi, marsupialisasi atau dekompresi.
Pada kasus ini, biopsi insisional awal yang dilakukan selama proses
marsupialisasi membuktikan diagnosis Kista Dentigerous yang
memungkinkan pendekatan secara konservatif.
Selain itu, analisis koefisien atenuasi jaringan yang dilakukan oleh MSCT
juga berguna dalam proses pendirian diagnosis, hal ini dilakukan untuk
menghilangkan kemungkinan lesi lain seperti Ameloblastoma solid atau
Keratocyst Odontogenik.
TERIMAKASIH