Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

PERCOBAAN II PENENTUAN MASSA MOLEKUL BEDASARKAN PENGUKURAN BOBOT JENIS

Nama NIM Kelompok

: MEITY JOLANDA K : H311 08 262 : 5 (Lima)

Hari/Tgl. Praktikum : Senin / 15 Maret 2010 Asisten : A. YANTI PUSPITA SARI

LABORATORIUM KIMIA FISIKA JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2009

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Gas terdiri dari banyak partikel. Partikel-partikel tersebut senantiasa bergerak dengan kecepatan dan arah yang beraneka ragam. Partikel-partikel gas tersebar secara merata di semua bagian ruangan yang ditempati. Gaya atau interaksi antar partikelpartikelnya sangat kecil. Massa molekul relatif didefinisikan sebagai massa suatu zat dalam tiap mol, yang merupakan perhitungan jumlah massa atom relatif penyusunnya. Massa molekul relatif dapat ditentukan dengan beberapa cara. Penentuan massa molekul relatif yang digunakan antara lain dengan menggunakan spektrum massa, dengan alat Victor Meyer. Secara sederhana, massa molekul suatu gas dapat ditentukan menggunakan nilai kerapatan atau bobot jenis berdasarkan tetapan gas ideal. Dalam percobaan ini, dilakukan penentuan massa molekul relatif suatu cairan yang bersifat mudah menguap berdasarkan persamaan gas ideal, dengan terlebih dahulu menentukan kerapatan dari cairan tersebut. Untuk lebih memahami dan mempelajari penentuan massa molekul relatif dari suatu cairan mudah menguap berdasarkan persamaan gas ideal, maka dilakukanlah percobaan ini.

1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan 1.2.1 Maksud Percobaan Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mempelajari dan memahami penentuan massa molekul zat yang mudah menguap berdasarkan pengukuran bobot jenis.

1.2.2 Tujuan Percobaan Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah : 1. Menentukan kerapatan aseton dan kloroform dengan menimbang bobot sebelum dan sesudah penguapan. 2. Menentukan massa molekul aseton dan kloroform dengan menggunakan nilai kerapatan berdasarkan persamaan gas ideal.

1.3 Prinsip Percobaan Menentukan massa molekul dari zat mudah menguap dengan menggunakan bahan aseton dan kloroform melalui proses penguapan, pengembunan, dan penentuan selisih bobot zat sebelum dan sesudah menguap.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Yang dimaksud dengan bobot jenis suatu zat menurut defenisi lama adalah bilangan yang menyatakan berapa gram bobot 1 cm3 suatu zat atau berapa kg bobot 1 dm3 air pada suhu 4 oC. jadi bilangan yang menyatakan berapa kali bobot 1 dm3 suatu zat dengan bobot 1 dm3 air pada suhu 4 oC disebut juga bobot jenis (Taba dkk., 2010). Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat ekstensif. Suatu sifat yang tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif. Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci,1987). Density changes with temperature (in most cases it decreases with increasing temperature, since almost all substances expand when heated). Consequently, the temperature must be recorded along with density value. In addition, the pressure of gases must be specified (Stoker, 1993). The densities of solids and liquids are often compared to the density of water. Anything less dense (lighter) than water floats on it, and anything more dense (heavier) sinks. In a similar vein, densities of gases are compared to that of air. Any gas less dense (lighter) will rise in air, and anything more dense (heavier) will

sink in air. To calculate on objects density, we must make two measurements; one involves determining the objects mass, and the other its volume (Stoker, 1993). Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus, kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena hampir semua substansi mengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat dengan nilai kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas harus spesifik (Stoker,1993). Kerapatan padatan dan cairan sering dibandingkan dengan kerapatan air. Zat yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) dari air akan mengapung, dan zat yang kerapatannya lebih besar (lebih berat) dari air akan tenggelam dalam air. Dengan jalan yang saama. kerapatan gas dibandingkan dengan kerapatan udara. gas yang kerapatannya lebih rendah (lebih ringan) akan naik dalam udara, dan gas yang kerapatannya lebih besar (lebih berat) akan turun dalam udara (Stoker,1993). Untuk menghitung kerapatan suatu zat, kita harus membuat dua pengukuran; pertama, menetapkan massa zat tersebut, dan kedua menentukan volumenya (Stoker, 1993). Bobot molekul suatu zat adalah jumlah bobot dari atom-atom yang ditunjukkan dalam rumusnya. Penggunaan istilah bobot molekul suatu zat tidak berarti bahwa zat tertentu itu terdiri dari molekul-molekul. Istilah molekul merujuk ke suatu partikel netral, tetapi banyak zat yang terbuat dari partikel bermuatan yang disebut ion. Beberapa ahli kimia menggunakan istilah bobot rumus untuk merujuk jumlah bobot atom yang tertunjuk dalam rumus suatu zat, dan menggunakan istilah bobot molekul untuk merujuk zat-zat yang terdiri dari molekul. Defenisi yang lebih umum mengenai istilah bobot molekul diterima dengan luas karena memungkinkan penggunaan suatu konsep yang dikenal dalam semua kasus, tanpa memaksa pemakai

istilah itu mencari terlebih dahulu partikel macam apa yang dikandung oleh zat tertentu itu (Keenan dkk, 1980). Oleh karena molekul itu terdiri atas atom-atom, maka massa molekul harus menyatakan massa rumus yaitu massa diperoleh dari penjumlahan massa atom relatif dari unsur-unsur penyusun molekul tersebut, dengan demikian massa molekul relatif (Mr) adalah bilangan yang menyatakan jumlah massa atom relatif dari unsur-unsur penyusun rumus molekul tersebut (Tim dosen kimia, 2008). Bila sifat termodinamika ekstensif dari sistem dibagi oleh sejumlah zat (sebagai orang kimia biasanya digunakan mol), maka didapat sifat intensif. Misalnya bila sistem terdiri dari zat murni, kemudian ukurannya diperbesar dua kali, maka volumnya bertambah dua kali, tetapi volum molarnya tetap. Secara teliti, harus digunakan lambing lain untuk volum dan volum molar, karena besaran ini memiliki dimensi yang berbeda. Volum dapat dinyatakan dalam meter kubik atau liter, tetapi volum molar dinyatakan dalam meter kubik per mol atau liter per mol. Jadi hokum gas ideal ditulid sebagai PV = nRT, dengan V yang menyatakan volum per mol (Farrington dan Daniels, 1992). Percobaan ini merupakan cara lain disamping penentuan massa molekul gas dengan alat Victor Meyer. Persamaan gas ideal dapat digunakan untuk menentukan massa molekul zat mudah menguap.

dimana: M = massa molekul zat mudah menguap = densitas gas (g dm-3) P = tekanan gas (atm) V = volume (dm3) T = suhu absolute (K) R = tetapan gas (dm3 atm mol-1 K-1) (Taba dkk, 2010).

BAB III METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest, aseton, kloroform, aluminium foil, karet gelang, dan sabun.

3.2 Alat Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah erlenmeyer 100 mL, gelas piala 250 mL, termometer skala -5-105 oC, labu semprot, pipet volum 5 mL, bulb, pemanas, neraca analitik, gegep kayu, desikator, dan neraca digital.

3.3 Prosedur Percobaan Pertama-tama erlenmeyer yang telah dibersihkan dan dikeringkan ditutup dengan aluminium foil dan karet gelang, kemudian ditimbang kosong. Setelah itu, erlenmeyer tadi dibuka dan diisi dengan aquadest sampai penuh, kemudian ditimbang kembali. Setelah itu, aquadest dikeluarkan dari erlenmeyer kemudian erlenmeyer tersebut dibilas dengan larutan aseton kemudian dipipet aseton sebanyak 5 mL lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu erlenmeyer ditutup dengan aluminium foil dan karet gelang. Kemudian dibuat lubang-lubang kecil pada aluminium foil menggunakan jarum. Setelah itu, dimasukkan kedalam gelas piala berisi aquadest yang sudah dididihkan. Setelah semua larutan aseton dalam erlenmeyer menguap, erlenmeyer dikeluarkan kemudian suhu air dalam gelas piala diukur dengan termometer. Setelah itu, erlenmeyer tadi bagian luarnya dikeringkan dengan tissue kemudian dimasukkan kedalam desikator dan ditunggu sampai dingin. Setelah

erlenmeyer dingin dapat dilihat embun yang terbentuk. Kemudian erlenmeyer ditimbang. Lalu semua alat dibersihkan kembali. Untuk menentukan bobot molekul kloroform, dilakukan seperti diatas tetapi larutan aseton diganti dengan kloroform.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1Hasil Pengamatan 1) Untuk Kloroform Bobot Erlenmeyer + air Bobot Erlenmeyer kosong Suhu air dalam Erlenmeyer Suhu air dalam penangas Massa jenis air 2) Untuk Aseton Bobot Erlenmeyer + air Bobot Erlenmeyer kosong Suhu air dalam Erlenmeyer Suhu air dalam penangas Massa jenis air Tabel Pengamatan Jenis Zat Cair Kloroform Aseton Bobot Erlenmeyer + Aluminium Foil + Karet Gelang (g) 39,65 38,36 Bobot Erlenmeyer + Aluminium Foil + Karet Gelang + uap Cairan (g) 39,95 38,40 = 95,97 gram = 37,75 gram = 30,4 oC = 97,9 oC = 1 g/mL = 110,03 gram = 38,84 gram = 30,5 oC = 96 oC = 1 g/mL

No. 1 2

4.2 Perhitungan 1) Untuk Kloroform Bobot erlenmeyer + aluminium foil + karet + uap = 39,95 g

Bobot erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang Bobot kloroform Bobot air + erlenmeyer Bobot erlenmeyer kosong Bobot air Massa jenis air ()

= 39,65 g = 0,28 g = 110,03 g = 38,84 g = 71,19 g = 1 g/mL

Vgas = Vair = 0,071 L ( )

( ) ( ) Suhu penangas air = 96 oC = 369 K Tekanan gas = 760 mmHg = 1 atm

Mr teoritis kloroform = 119,5 g/mol 2) Untuk aseton Bobot erlenmeyer + aluminium foil + karet + uap Bobot erlenmeyer + aluminium foil + karet gelang Bobot aseton Bobot air + erlenmeyer Bobot erlenmeyer kosong Bobot air Massa jenis air () = 38,36 g = 38,40 g = 0,04 g = 95,97 g = 37,75 g = 58,22 g = 1 g/mL

Vgas = Vair = 0,058 L ( )

( ) ( ) Suhu penangas air = 97,9 oC = 370,9 K Tekanan gas = 760 mmHg = 1 atm

Mr teoritis aseton = 58 g/mol

4.2 Pembahasan Percobaan ini dilakukan untuk menentukan massa molekul relatif suatu gas yang bersifat mudah menguap. Dalam percobaan ini ditentukan massa molekul dari aseton dan kloroform. Dalam percobaan ini, dilakukan penimbangan terhadap erlenmeyer kosong yang akan digunakan sebagai wadah dalam menguapkan aseton dan kloroform. Penimbangan juga dilakukan pada erlenmeyer yang berisi air serta pada erlenmeyer kosong yang ditutup menggunakan aluminium foil dan karet gelang. Pengukuran bobot ini menggunakan neraca analitik. Semua pengukuran bobot ini dimaksudkan agar mengetahui bobot air yang terdapat dalam erlenmeyer, dengan demikian volume air yang juga merupakan volume gas dapat diukur. Setelah dilakukan penimbangan pada erlenmeyer, erlenmeyer diisi dengan kloroform dan aseton, kemudian ditutup kembali menggunakan aluminium foil dan karet yang sama pada saat pengukuran sebelumnya. Hal ini dimaksudkan agar cairan tidak menguap ke luar, karena cairan yang digunakan (aseton dan kloroform) sifatnya mudah menguap. Aluminium foil kemudian dilubangi dengan menggunakan jarum agar uap dapat keluar, kemudian erlenmeyer berisi aseton dan kloroform direndam dalam gelas kimia berisi air di atas pemanas listrik hingga semua cairan menguap. Setelah semua cairan menguap,

erlenmeyer diangkat dari gelas kimia dan diukur suhu air dalam gelas kimia tersebut untuk mengetahui temperatur atau suhu terbentuknya gas. Air yang menempel pada bagian luar erlemeyer dilap kemudian erlenmeyer dimasukkan ke dalam desikator. Penyimpanan erlenmeyer pada desikator ini bertujuan mengkondisikan erlenmeyer berisi agar tekanan gas dalam erlemeyer sama dengan tekanan luar, selain itu desikator ini juga befungsi untuk mengeringkan atau mendinginkan gas yang terdapat dalam erlenmeyer. Setelah dingin, erlenmeyer ditimbang bobotnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui bobot gas yang terdapat dalam erlenmeyer tersebut. Berdasarkan hasil percobaan ini, didapatkan massa molekul relatif untuk aseton adalah 20,981 g/mol dan massa molekul relatif untuk kloroform adalah 119,483 g/mol. Secara teoritis, massa molekul relatif untuk aseton adalah 58 g/mol dan massa molekul relatif untuk kloroform 119,5 g/mol. Berdasarkan nilai tersebut, dapat dilihat bahwa pada aseton diperoleh massa molekul relatif yang berbeda jauh dengan teoritis. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang ketelitian saat melakukan percobaan. Misalnya pada saat menimbang Erlenmeyer kosong, erlenmeyernya tidak benar-benar kering. Sedangkan pada kloroform diperoleh massa molekul relatif yang sudah sangat mendekati nilai teoritis. Mungkin perlu lebih teliti lagi agar hasil yang diperoleh sama dengan nilai teoritis. Kerapatan untuk kloroform dan aseton berdasarkan pengukuran yang diperoleh dalam percobaan ini adalah 3,944 g/L untuk klofororm, dan 0,689 g/L untuk aseton.

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Kerapatan kloroform adalah 3,944 g/L dan kerapatan aseton adalah 0,689 g/L. 2. Massa molekul kloroform adalah 119,483 g/mol dan massa molekul aseton adalah 20,981 g/mol.

5.2 Saran 1. Percobaan Percobaan yang dilakukan sudah baik. Tetapi sebaiknya lebih ditingkatkan misalnya alat-alat yang akan digunakan terlebih dahulu diperiksa apakah masih layak pakai atau tidak.

2. Asisten Sudah baik . lebih ditingkatkan saja.

DAFTAR PUSTAKA

Farrington, R.A., dan Daniels, A., 1992, Kimia Fisika, Erlangga, Jakarta. Keenan, C.W., Kleinfelter, D.C., dan Wood, J.H., 1980, Ilmu Kimia Untuk Universitas, Erlangga, Jakarta. Petrucci, R. H., 1985, Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern, Erlangga, Jakarta. Stoker, H. S., 1993, Introduction to Chemical Principles, Macmillan Publishing Company, New York. Taba, P., Zakir, M., dan Fauziah, St., 2010, Penuntun Praktikum Kimia Fisika, Universitas Hasanuddin, Makassar. Tim Dosen Kimia, 2008, Kimia Dasar, UPT MKU Universitas Hasanuddin, Makassar.

LEMBAR PENGESAHAN

Makassar, 19 Maret 2010 Asisten Praktikan

A. Yanti Puspita Sari

Meity Jolanda Karoma

Bagan Prosedur Kerja Kloroform dan Aseton Dimasukkan dalam erlenmeyer yang sebelumnya telah diukur bobot kosongnya, bobotnya + air, serta bobotnya + alfol +karet gelang. Erlenmeyer ditutup menggunakan aluminium foil dan diikat dengan karet gelang. Dibuat lubang-lubang kecil pada penutup erlenmeyer. Erlenmeyer dipanaskan dalam penangas hingga semua cairan menguap. Erlenmeyer diangkat dari penangas, dimasukkan dalam desikator dan suhu air pada penangas diukur. Setelah dingin, erlenmeyer yang berisi gas ditimbang kembali.

Data

Anda mungkin juga menyukai