Anda di halaman 1dari 12

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

METODE MENENTUKAN ARAH KIBLAT


Alimuddin Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Abstract In Islamic perspective, direction to Mecca is obligated. This is related to ibadah and is obligated for adult Muslim (mukallaf). Ibadah includes shalat (prayer) and Muslim has to face Kabah during shalat. It will be accepted (sah) if someone pray. To make decision for direction to Mecca based on scientific methods there are several ways: circle method and shining Kabah. These methods need several scientific and astronomy data such as spherical geometry. Kata Kunci : Arah Kiblat

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

223

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

PENDAHULUAN

alam khasanah intelektual Islam klasik arah kiblat bagian dari objek bahasan ilmu hisab atau ilmu falak. Urgensi pembahasan hal ini adalah dalam konteks kajian masalah-masalah ibadah khusus seperti shalat, dan haji. Termasuk dalam masalah kubur, dimana jenazah Wajib di letakkan pada posisi menghadap kiblat. Di Indonesia ilmu hisab cukup mendapat perhatian ummat Islam dan berkembang pesat. Dalam Enseklopedi Islam Indonesia, dinyatakan bahwa ulama yang pertama dikenal sebagai bapak ilmu hisab Indonesia adalah Syekh Thaher Jalaluddin al-Azhari1 kemudian selanjutnya, perkembangan Ilmu Hisab di pelopori oleh KH. Ahmad Dahlan melalui organisasi yang didirikannya yaitu persyarikatan muhammadiyah2. Dalam perjalanannya muhammadiyah telah berperan aktif dan kreatif dalam mengembangkan ilmu hisab di Indonesia. Dalam kaitannya dengan masalah-masalah ibadah, mengetahui arah kiblat adalah hal yang sangat penting. Hal ini disebabkan adanya sebagian ketentuan ibadah yang mengharuskan atau mensyaratkan menghadap arah kiblat (kabah) adalah wajib. Ketentuan itu dalam therminologi fikih biasa disebut dengan istilah syarat. Shalat misalnya, ulama sepakat bahwa menghadap kabah adalah merupakan syarat sahnya shalat,3 baik shalat wajib, shalat sunnah maupun shalat jenazah. Selain bersifat kewajiban pada ibadah-ibadah tertentu, juga terdapat hal-hal tertentu dalam hal ibadah yang bersifat kewajiban atau anjuran untuk keutamaan disisi Allah Swt., misalnya disunnatkan menghadap kabah ketika berwudhu, menghadap kabah ketika tidur, menghadap kabah ketika berdoa dan lain-lain.4 Dalam kehidupan modern dewasa ini dan dengan dukungan teknologi yang semakin modern, mengetahui arah kiblat semakin mudah. Misalnya dengan ilmu
Syekh Taher Jalaluddin lahir di kota Tuanku Ampat Bukit Tinggi tl. 4 Ramadhan 1286 H/ 7 Desember 1869 M. Ayahnya bernama Tuanku Muhammad atau Tuanku Cangking (Pembela Wihdatul Syuhud), dan ibunya bernama Ganam Urai. Pada masa mudanya Syekh Taher mendapat ajaran agama dari surau dan dalam lingkungan keluarga sendiri. Mengikuti jejak kakeknya, dalam usia 11 tahun dengan intar ayahnya ia berangkat ke Mekkah. Ia belajar di mekkah kurang lebih 14 tahun di bawah bimbingan Ahmad Khatib. Dalam waktu cukup lama ia memiliki pengalaman yang luas, namun syekh taher belum merasa puas dan akhirnya ias melanjutkan ke Al-Azhar kairo di mesir. Syekh Taher berangkat ke Mesir tahun 1313/ 1895 M dan belajar di sana selama 4 tahun dengan mendapat keahlian ilmu falak, karena itu namanya sering ditambah dengan alAzhar al-falaki. Lihat deliar noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia ; Jogjakarta : Tiara Wacana, 1990), h. 40-42. 2Persyarikatan Muhammadiyah di dirikan oleh KH. Ahmad Dahlan tanggal 18 Dzulhijjah 1333 di Yogyakarta, organisasi ini juga disebut gerakan tajdid atau pembaharu. Lihat Drs. Mustafa Kemal Pasha,B.Ed. dan Ahmad Adaby Darban,SU., Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dalam Perspektif Historis dan Ideologis, Yogyakarta : Pustaka pelajar offset,2000, Cet. 1), h. 70 3Prof. Dr. TM. Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Shalat Cet. VI (Semarang : Pustaka Rezki,2005)h.78. 4 Lihat,Sayyid sabiq, Fikih sunnah I; Terjemahan oleh H. Kamaluddin, Cet. I (Bandung : PT. al-Maarif,1988),h. 288.
1

224

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

hisab-bantuan cahaya matahari, kompas dan lain-lain. Berkaitan dengan hal di atas, maka dalam tulisan ini akan dikemukakan ; Hukum menghadap kiblat, dan cara mengetahui arah kiblat. Dalam tulisan ini, ada dua hal yang akan menjadi pokok bahasan penulis, yaitu; Bagaimana hukum menghadap kiblat ? dan Bagaimana cara menentukan arah kiblat ? Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan; hukum menghadap kiblat dan cara mengetahui arah kiblat, maka secara berturut-turut akan dijelaskan dalam tulisan ini. PEMBAHASAN 1. Hukum menghadap kiblat Secara etimologi kiblat berarti arah, jurusan, atau mata angin. Kiblat juga bisa berarti arah ke kabah di Mekkah (pada waktu shalat)5. Secara umum kiblat adalah kabah atau juga disebut Baitullah al-Haram, bagian berbentuk kubus dalam masjid di Mekkah. Ditetapkan oleh Allah Swt menjadi kiblat ummat Islam ketika hidup dan matinya. Ketika hidup shalat menghadap ke kiblat dan ketika wafat dibaringkan dalam kubur menghadap kiblat.6 Berikut ini akan dikemukakan beberapa dalil naqli tentang arah kiblat berikut ini ; a. Q.S. al-Baqarah (20; 144 ; Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh kami memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu kearah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke Arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi alKitab (taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan7 b. Q.S. al-Baqarah (2); 149 Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah mukamu kearah Masjidil Haram, sesungguhnya ketentuan itu benar-benar sesuatu yang hak dari tuhanmu. Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan c. Q.S. al-Baqarah (2); 150
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar bahasa Indonesia, Cet.IV; Jakarta : Balai Pustaka, 1995), h.500 6 Drs. Ali Parman, MA. Ilmu falak ,( Makassar ; Berkah Utami, 2001,)h. 68. 7 Dalam Fikih dinyatakan bahwa menghadap kiblat merupakan syarat sah yang tidak dapat ditawar-tawar, kecuali dalam beberapa hal. Selengkapnya baca Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul al-Muqtasid, (Beirut ; Dar-Al-Fikr,1991), II,h. 24.
5

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

225

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

Dan dari mana saja kamu keluar, maka palingkanlah mukamu kearah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu kearahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atau kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku. Dan agar kesempurnaan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk Selain beberapa ayat diatas, dalam hadist Rasulullah Saw telah memerintahkan menghadap kabah ketika salat, sesuai sabdanya ; bila kamu hendak mengerjakan shalat, hendaklah menyempurnkan wudhu kemudian menghadap kiblat lalu takbir (HR. Bukhari-Muslim)8 Ayat diatas memberi petunjuk bahwa pada mulanya arah kiblat shalat itu bukanlah kearah Masjidil Haram tetapi kearah Masjidil aqsha, kemudian Allah Swt menetapkan ke arah Masjidil Haram sesuai diharapkan oleh Nabi Saw. Kewajiban menghadap ke arah Masjidil Haram itu, berlaku untuk Shalat di segala tempat. Artinya, dimana saja berada, maka untuk shalat,wajib diharuskan menghadap ke arah kiblat. Dan tempat kiblat itu adalah Masjidil Haram. Demikian penting dan tegas menghadap ke arah Masjidil Haram ini. Allah Swt. Mengulang-ulangi dalam firman-Nya.(seperti tersebut diatas) Ayat-ayat diatas sekaligus juga menunjukkan bahwa kewajiban menghadap ke arah kiblat itu, bukanlah berasal dari pribadi Nabi Saw., tetapi berasal dari kehendak dan ketentuan Allah Swt. Surah al-Baqarah ayat 150, Allah Swt mengulangi lagi tentang ketentuan menghadap ke arah masjidil Haram tersebut. Ketentuan itu dpat dipahami sebagai hujjah atau pegangan bagi Nabi Saw untuk menghadapi orang-orang yang ingin mempersoalkan arah kiblat bagi Nabi Saw dan ummatnya. Berdasarkan ayat-ayat al-Quran dan Hadist di atas, para ulama sepakat bahwa menghadap ke Baitullah hukumnya wajib bagi orang yang melaksanakan shalat. Dengan melihat petunjuk ayat-ayat al-Quran dan Hadis Rasulullah Saw serta hukum wajibnya menghadap ke kiblat pada Ibadah shalat dan hal-hal lainnya, maka jelaslah bagi ummat islam akan kewajibannya untuk mempelajari geografi dan ilmu-ilmu lainnya untuk mengetahui cara menentukan arah Masjidil Haram bagi ummat Islam yang berada jauh dari kabah atau Masjidil Haram. Menurut Prof. Dr. HM. Syuhudi Ismail, bahwa diantara kitab tafsir ada yang menjelaskan, bahwa dengan adanya ayat-ayat diatas yang menyebutkan Masjidil Haram dan bukan kabah adalah untuk memberi pengertian tentang kewajiban arah kiblat bagi orang yang jauh dari kabah maka cukuplah mengarahkan ke Masjidil Haram, sedang mereka yang berada di Masjidil Haram maka kiblatnya adalah kabah. Penjelasan ini, didasarkan pada suatu riwayat dari Rasulullah Saw, sebagaimana dikutip Prof. Dr.HM.Syuhudi Ismail9, yang artinya ;
Fuad al-Bagi, al-lulu wal-Marjan, terjemahan oleh H. Salim Bahreisy, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, t. th.), h. 169. 9Prof. Dr. HM. Syuhudi Ismail, Ilmu Falak (Diklat), IAIN Alauddin Mks Fak. Syariat 1993,h. 113
8Muhammad

226

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

Baitullah merupakan kiblat bagi orang yang shalat di Masjidil Haram. Masjidil Haram merupakan kiblat bagi penduduk kota makkah. Dan kota Mekkah merupakan kiblat bagi penduduk bumi di belahan timur dan belahan barat dari ummatku Sedangkan tentang kabah (Baitullah), di kemukakan dalam suatu riwayat, oleh Ibn Jarir ; Baitullah (Kabah) seluruhnya adalah kiblat. Dan kiblat untuk baitullah adalah pintunya.10 Dengan melihat petunjuk ayat dan hadis di atas, maka bagi Indonesia, arah kiblatnya adalah berada pada arah kota Mekkah. Atau dengan kata lain tidak dituntut persis ke arah kabah. Pada tempat ibadah yang bersifat permanen Masjid misalnya, yang salah satu fungsinya adalah untuk tempat shalat, sudah barang tentu menuntut perhitungan yang lebih teliti akan penentuan arah kiblatnya. Kesalahan atau kekhilafan menetapkan arah kiblat masjid, berarti secara terus-menerus, selama bangunan itu digunakan shalat, telah mengarahkan orang shalat ke arah yang bukan arah kiblat Menurut Sayyid Sabiq orang yang menyaksikan kabah wajib menghadap ke arah kabah itu sendiri, sedang yang tidak dapat menyaksikannya, wajib menghadap ke arahnya, karena itulah yang disanggupi dan Allah tidak membebani seseorang kecuali menurut kadar kemampuannya.11 Hal ini berdasar pada suatu riwayat seperti dikutip Sayyid Sabiq ; Artinya ; Apa yang terletak diantara Timur dan Barat adalah Kiblat (HR. Ibn Majah dan at-Turmudzi)12 Adapun orang yang tidak mengetahui arah kiblat atau tidak memperoleh petunjuk kiblat karena suatu sebab seperti gelap atau pada daerah yang tidak dikenal arah kiblatnya, maka wajib bertanya kepada orang yang mengetahuinya. Dan seandainya tidak ada, maka hendaklah berijtihad dan mengerjakan shalat menurut arah yang dihasilkan ijtihadnya. Shalatnya sah dan tidak diulangi, bahkan walaupun ternyata salah setelah selesai shalat. Jika kekeliruan itu diketahui sementara shalat, hendaklah ia berputar ke arah kiblat tanpa memutuskan shalatnya.13 Keterangan hal terakhir ini, tersebut pada riwayat Bukhari-Muslim dari Abdullah bin Umar ra., Ketika orang-orang sedang shalat subuh di Masjid Quba tibatiba datang seorang dan berkata ; sesungguhnya semalam Rasulullah Saw telah menerima wahyu dan diperintahkan menghadap kiblat, karena itu hendaklah kalian menghadap ke kabah. Pada mulanya mereka menghadap ke syam, maka langsung mereka berputar menghadap kabah.14
h. 113. Sabiq, Fikih Sunnah I, Alih bahasa oleh Mahyuddin Syaf, (Cet. X, Bandung ; PT. alMaarif, 1990), h. 277. 12Ibid., 13Ibid.,h. 278 14Muhammad Fuad Abdul Baqi, op. cit.,h. 170.
11Sayyid 10Ibid.,

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

227

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

2. Menentukan Arah Kiblat Berkat perkembangan zaman dan dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini, sesungguhnya amatlah muda mengetahui dengan cepat arah suatu tempat dibumi ini. Perkembangan itu memberikan pengaruh dan implikasi positif dalam berbagai kehidupan sosial ummat manusia (masalah-masalah muamalah) dan untuk kepentingan hubungan vertikal kepada Allah Swt (masalahmasalah ibadah). Sebagai wujud konkrit dalam hal ibadah, telah dialami ummat islam bahwa menentukan arah kiblat bukanlah hal yang sulit hari ini dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan meyakinkan. Beberapa cara menentukan arah kiblat yang digunakan selama ini : adalah dengan kompas, mengetahui letak geografi suatu tempat (mengetahui bujur dan lintang), bantuan mata angin, petunjuk bintang-bintang di langit, bayangan tongkat dan bayangan arah kiblat. Guna membatasi tulisan ini, maka secara sederhana akan dikemukakan tiga cara menentukan arah kiblat dari beberapa metode yang ada, yakni ; dengan Teori sudut, alat kompas, bayangan tongkat dan bayangan arah kiblat a. Teori Sudut Dengan metode teori sudut, maka hal penting yang perlu disiapkan dan diketahui adalah data lintang dan data bujur suatu tempat. Dengan lintang posisi atau letak suatu tempat dapat diketahui, sementara dengan pengetahuan bujur, waktu suatu tempat dapat diketahui. Cara muda untuk mengetahui lintang dan bujur suatu tempat ialah dengan menggunakan peta bumi yang dilengkapi dengan gari-garis lintang dan meridian (bujur). Mencarinya dilakukan dengan melalui perhitungan interpolasi di antara dua garis lintang dan dua garis meridian yang berada disekitar tempat itu. Ketelitiannya ditentukan oleh ukuran peta dan oleh pengukur jarak pada peta itu. Peta besar mempunyai angka perbandingan kecil dengan ukuran bumi yang sesungguhnya dan mempunyai jarak pisah antara garis-garis lintang maupun antara meridian cukup besar, hal ini memberikan ketelitian lebih baik dibandingkan dengan peta yang kecil.15 Untuk kepentingan penentuan lintang dan bujur yang lebih akurat dan cepat, dapat ditentukan dengan menggunakan data-data astronomi (perhitungan astronomis) yang terdapat dalam buku almanac nauthika atau ephemeris.16 Selanjutnya, setelah data lintang dan bujur diketahui, maka langkah berikutnya adalah dengan cara perhitungan segi tiga bola. Dengan bantuan cara ini dapat ditentukan sudut kutub utara. Segi tiga bola mempunyai tiga sudut; yaitu, sudut kutub utara dengan simbol C, kota Mekkah dengan simbol A, dan lokasi tempat mengukur dengan simbol B. Ketiga simbol tersebut masing-masing mempunyai sisi segi tiga bola. Dan ketiga sisi itu, juga ditulis dengan huruf kecil a, b, dan c.
Pembinaan Badan Peradilan Agama, Pedoman Penentuan Arah Kiblat, Jakarta ; 1985, h. 15 16Lihat ibid.,
15Proyek

228

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

Sebagai contoh menghitung arah kiblat mesjid Subulussalam Unismuh Makassar dengan pendekatan teori sudut. Data-data yang diperlukan adalah : Data lokasi : lintang Makassar; 05 08, bujur Makassar; 119 27 Data Mekkah : lintang ; 21 25, bujur Mekkah ; 39 50 Busur a = 90 - p Makassar ; 90 (-5 8 ) = 95 08 ) Busur b = 90 p Mekkah ; 90 21 25 = 68 35 Busur c = 119 27 39 50 ; 79 36 Rumus : Cotg B = Cotg b sin a - cos a Cotg C Sin C Cotg B = Cotg 68 35 x sin 95 08 - cos 95 08 x Cotg 79 36 Sin 79 36 = 0,413806425 = 22 28 (B-U) = 67 31 ( U-B) b. Kompas Kompas biasa juga disebut petunjuk arah. Alat ini dapat membantu menentukan arah dan arah kiblat suatu tempat. Alat ini relatif murah harganya dan mudah dijangkau masyarakat, baik yang berbentuk kompas biasa, berbentuk arloji maupun yang ditempel pada sajadah. Hanya saja kompas dimaksud, mempunyai kelemahan dan kurang teliti hasil kerjanya. Namun walau demikian, sekiranya hanya sekedar digunakan untuk pertolongan pertama dalam rangka shalat bagi musafir atau dalam perjalanan, maka dapat dikatakan hal ini sudah memadai, tetapi untuk kepentingan menetapkan arah kiblat suatu masjid, alat tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan atau diperlukan bantuan cara atau alat lain yang lebih meyakinkan hasil kerjanya Menurut penelitian Prof. Saadoeddin Djambek, alat kompas arah kiblat yang beredar di masyarakat ternyata tidak teliti, sebab arah kiblat yang ditunjuk menyimpang dari arah yang sebenarnya.17 Terjadinya penyimpangan atau arah kiblat yang ditunjuk kompas kurang tepat pada arah yang seharusnya, tidaklah terlepas dari kelemahan kompas itu sendiri. Dan secara umum kelemahan-kelemahan pada kompas adalah ; 1) Ujung jarum kompas yang biasanya diberi warna merah dan mengarah ke belahan bumi utara, disertai kutub magnet utara, pusat magnet bumi, tidaklah selalu berhimpit dengan kutub utara bumi 2) Jarum magnet pada kompas juga dipengaruhi oleh keadaan matahari. Arah yang ditujuh jarum kompas pada saat matahari dalam keadaan bersih, akan berbeda dengan arah yang ditunjuk pada saat matahari ada bintik-bintik hitam atau mendung. Walaupun perbedaan itu tidak seberapa, tetapi ada penyimpangan yang perlu dikoreksi.

17

Lihat, Drs. HM. Syuhudi Ismail, op.cit.,h. 114 Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

229

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

3) Bahan yang dibuat untuk jarum magnet kompas, ada yang peka dan ada yang tidak. Ini mengakibatkan antara kompas yang satu dengan kompas yang lain ada perbedaan. 4) Penggunaan kompas, haruslah benar-benar terbebas dari pengaruh bendabendah magnetis terutama di daerah yang banyak mengandung besi dan semacamnya.18 c. Bayangan tongkat Dengan bantuan bayangan tongkat, arah kiblat dapat diketahui. Cara ini, sekalipun tradisional tetapi merupakan cara yang paling teliti, bila dibandingkan dengan cara-cara lain, asalkan letak tongkat dan lantai (alas tongkat) memenuhi syarat Praktek penerapan mencari arah kiblat dengan cara melalui bayangan tongkat adalah ; 1) Pada tempat yang datar, yang terkena sinar matahari langsung, di tengah hari, dibuat lingkaran-lingkaran sekitar tiga, empat atau lima dengan titik pusat yang sama atau satu. Tempat yang datar dimaksud dapat berupa papan, atau triplex dan diletakkan pada tempat yang terkena matahari langsung di tengah matahari dan diletakkan pada tempat yang terkena matahari langsung ditengah matahari dan diletakkan secara merata, serata air. 2) Tongkat yang digunakan atau semacamnya lurus dan tidak terlalu besar, cukup bila bergaris tengah 1,5 cm. ujung atas tidak terlalu lancip tetapi juga tidak terlalu tumpul. Di pancangkan pada titik tengah lingkaran dengan posisi tegak lurus. Untuk mengetahui datarnya lantai dan tegak lurusnya tongkat, dapat digunakan water pass dan unting-unting yang biasa dipakai para tukang batu. 3) Selanjutnya perhatikan mulai sekitar jam 10.00 atau jam 11.00 pagi hingga sekitar pkl. 14.00. pada saat jam 10.00 atau jam 11.00 pagi, bayangan tongkat bila ujungnya bertemu dengan lingkaran yang sebelah barat, serta tidak terlalu besar. Kemudian pada sekitar jam 14.00 bayangan ujung tongkat akan menyentuh bahagian lingkaran yang sebelah timur, setiap ujung bayangan tongkat, menyentuh persis lingkarang, berilah tanda titik yang jelas, tepat dan tidak terlalu besar garis-garis yang sejajar. Garis-garis yang sejajar ini menunjukkan arah titik timur dan titik barat yang tepat dan teliti. 4) Kedua titik, bekas sentuhan ujung bayangan tongkat dilingkaran yang sama, dihubungkan dengan garis yang lurus. Karena masing-masing lingkarang memiliki dua titik bekas sentuhan bayangan ujung tongkat. Maka bila masingmasing titik dihubungkan dengan garis lurus, maka akan terjadilah garis-garis yang sejajar. Garis-garis yang sejajar ini, menunjukkan arah timur dan arah barat yang tepat dan teliti 5) Pada garis lurus yang menunjukkan timur dan barat, dibuat garis tegak 900 garis itu menunjukkan arah titik selatan secara tepat.19
18

HM Drs. Syuhudi Ismail, loc.cit.,h. 114-115 Lihat, Ibid.,h. 130.

19

230

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

Pada cara ini, suatu hal yang perlu diperhatikan adalah sikap hati-hati pada saat member titik dan menarik garis, alas dan tongkat sama sekali tidak boleh bergerak atau goyang. Sebab bila bergerak, maka datarnya alas dan tegaknya tongkat akan berubah. Oleh karena itu, sebaiknya bila kedua titik pada satu lingkaran telah diperoleh, agar segera dipancangkan benang yang melintas lurus atau sejajar dengan garis penghubung kedua titik itu. d. Bayangan Arah Kiblat Upaya menentukan arah kiblat dengan cara ini berpedoman pada posisi matahari, maka pada jam (waktu-waktu) tertentu dan pada tanggal tertentu pula bayangan suatu benda mengarah pada kiblat. Dalam konteks ini, ada dua cara yang perlu diperhatikan ; 1) Berpedoman pada posisi matahari yang sedang atau hampir persis berada pada titik zenith kabah. Yang diperhitungkan dalam hal ini adalah deklinasi dan lintang tempat. Secara astronomis, keadaan ini terjadi apabila nilai lintang tempat sama dengan nilai deklinasi matahari pada saat berkumulasi. Saat berkumulasinya matahari di Mekkah, nilai deklinasinya hampir sama dengan nilai lintang tempat Mekkah (Deklinasi matahari di Mekkah;+12024, lintang; 21025 2) Berpedoman pada posisi matahari yang sedang persis berada pada azimuth kabah. Cara ini dikenal juga dengan istilah bayangan kiblat. Bayangan benda apa saja selama berdiri tegak lurus mengarah ke kiblat pada hari, tanggal dan jam tertentu.20 Selain hal diatas, untuk mengetahui jam berapa terjadi bayangan arah kiblat, maka perlu pula diperhatikan ; data-data, yaitu ; arah kiblat suatu tempat (misalnya `Makassar ; 67032 dari utara ke Barat), data deklinasi matahari yang bersumber dari Almanak Nautika atau Epemeris, data bujur tempat, data bujur daerah, perata waktu dan data lintang tempat. Tujuan menghimpun data-data tersebut adalah untuk menetapkan pada jam berapa bayangan suatu benda tegak lurus mengarah ke arah kiblat.21 Berikut contoh perhitungan arah kiblat mesjid dengan teori bayangan arah kiblat di Makassar tanggal 25 April 2010. Data-data yang diperlukan : d = N13 04 30 a 90 d = 90 13 04 30 = 76 55 30 e = + 02 01 b 90 p = 90 (-05 08 ) = 95 08 A = 67 31 (U-B) (b+a) = (95 8 + 76 55 39) = 86 02 45 (b-a) = (95 8 - 76 55 39) = 09 07 15 Sin B = sin b sin A : sin a Sin B = sin 95 08 x sin 67 31 : sin 76 55 30 = 0,944842609
20Drs.

H. Ali Parman, MA., op.cit.,h. 77.

Prof. Dr. H. Ali Parman, MA., Penuntun Praktikum Falak, (Makassar ; Berkah Utami, Ed.1, 2010), h. 42. Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

21Lihat,

231

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

B = 70 52 53 S = 180 B = 180 70 52 53 109 07 07 (B-A) = (109 07 07 67 31) = 20 47 33 Cotg C = tg (B-A) sin (b+a) : sin (b-a) Cotg C= tg 29 47 33 x sin 86 02 45 : sin 09 07 15 = 2.38971508 C = 22 42 27 C = 45 24 53 Jam = 03 01 40 BD = 11 57 59 Jumlah = 14 59 39 Bt = 02 12 15 01 55 Dari hasil perhitungan di atas, menunjukkan bahwa bayangan benda tegak lurus yang mengarah ke arah kiblat di Makassar pada tanggal 25 April jatuh pada jam 15 01 55 Wita. Selanjutnya berikut ini dikemukakan beberapa contoh hasil perhitungan bayangan arah kiblat di Makassar dalam bentuk table ;(data ; Lintang ; 508, Bujur ; 119027, Arah kiblat ; 22028 dari Barat ke Utara.)22 No Bulan Tanggal/Jam Tanggal/Jam Tanggal/Jam 01 Januari 5/7.37 12/8.19 20/9.04 8/7.58 15/8.37 22/9.11 10/8.08 17/8.45 25/9.24 02 Pebruari 1/9.55 12/10.42 20/11.15 5/10.14 15/10.56 22/11.23 8/10.27 17/11.02 25/11.33 10/10.35 03 Maret 1/11.50 12/12.30 20/12.55 5/12.04 15/12.40 22/13.03 8/12.15 17/12.47 25/13.12 10/12.20 04 April 1/13.38 12/14.17 20/14.43 5/13.50 15/14.26 22/14.51 8/14.01 17/14.35 25/15.01 10/14.07 05 Mei 1/15.26 12/16.10 20/16.41 5/15.39 15/16.21 22/16.51 8/15.52 17/16.31 25/17.02
22Drs. H. Abbas Padil, MM., Ilmu Falak (diktat-Materi kuliah Fak. Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar). T.th.,h. 23 lihat pula. Prof. Dr. H. Ali Parman, MA , Penuntun Praktikum Falak,Edisi 1; Makassar, Berkah Utami, 2010), h. 46.

232

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

06 07

Juni Juli

08

Agustus

09

September

10

Oktober

11

Nopember

12 Desember PENUTUP

1/17.41 10/17.55 17/17.20 25/16.49 1/16.14 10/15.43 17/15.11 25/14.32 1/14.10 10/13.37 17/13.06 25/12.37 1/12.08 10/11.37 17/11.06 25/10.36 1/10.06 10/9.31 17/8.59 25/8.28 1/7.58

12/17.46 20/17.11 5/16.03 12/15.32 20/15.00 5/13.58 12/13.26 20/12.57 5/11.57 12/11.26 20/10.57 5/9.52 12/9.20 20/8.49 5/7.43

15/17.30 22/16.59 8/15.50 15/15.23 22/14.43.00 8/13.44 15/13.15 22/12.48 8/11.44 15/11.15 22/10.48 8/9.39 15/9.09 22/8.40 -

Telah menjadi ketetapan yang syaribahwa ketentuan arah kiblat dalam Islam disyariatkan. Dasar hukum pensyariatan ini adalah al-Quran dan sunnah Rasulullah Saw. Bagi ummat Islam perintah menghadap kearah kiblat adalah wajib bagi ibadah-ibadah tertentu seperti shalat dan kewajiban menguburkan jenazah dimana posisi mayat dalam kubur menghadap kiblat. Sebagai suatu syariat yang diperintahkan, maka tuntutan untuk mengetahuinya adalah bagian dari pada kewajiban (wajib kifayah) umat Islam. Urgensi dasar hal ini menentukan syarat sahnya ibadah shalat yang kita lakukan. Suatu hal yang patuh kita syukuri bahwa dengan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini, upaya mengetahui dan menentukan arah kiblat adalah hal yang muda. Secara umum terdapat beberapa teori dan metode perhitungan penentuan arah kiblat, diantaranya adalah ; dengan teori sudut. Teori ini menggunakan system hisab sudut bola atau segitiga bola., teori bayangan arah kiblat, teori ini emerlukan beberapa data astronomi diantaranya; data-data lintang, data bujur, deklinasi dan perata waktu. Selain teori-teori tersebut, kompas dan bayangan tongkat juga dapat digunakan. Hanya saja cara terakhir ini terutama kompas mempunyai banyak kelemahan, karena itu perlu ekstra hati-hati dalam penggunaannya.
Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

233

Metode Menentukan Arah Kiblat

Alimuddin

DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI., Al-Quran dan Terjemahnya Abdul Baqi,Muhammad Fuad, al-Lulu wal Marjan, terjemahan oleh H. Salim Bahreisy, Surabaya : PT. Bina Ilmu, t,th. Abbas Padil, H. Drs.,MM., Ilmu Falak (diktat-materi kuliah) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Ali Parman, H., Prof.Dr. Ilmu Falak, Makassar : Berkah Utami, 2001 Ali Parman, H., Prof.Dr. Penuntun Praktikum Falak, Makassar; Berkh Utami,2010 Deliar noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia, Yogyakarta : Tiara Wacana, 1990 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. V;Jakarta : Balai Pustaka, 1995 Ismail, Syuhudi, Drs. Ilmu Falak (Diktat), IAIN Alaudin Makassar, Fak.Syariah 1993. Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul al-Muqtasid, Beirut : Dar al-Fikr, 1991. Hasbi Ash-Shiddiqy HM.,.Prof. Dr. Pedoman Shalat, Cet. VI;Semarang : Pustaka Rezki, 2005 Kamal Pasha, Mustafa H., dan Darban, Ahmad Adaby, Muhammadiyah sebagai Gerakan Islam dalam Perspektif Historis dan Ideologis. Cet. 1; Yogyakarta : Pustaka Pelajar offset, 2000. Sabiq, Sayyid, Fikih Sunnah I, alih bahasa Mahyuddin Syaf, Cet. X; Bandung : PT. al-Maarif, 1990

234

Al-Risalah | Volume 10 Nomor 2 Nopember 2010

Anda mungkin juga menyukai