Anda di halaman 1dari 61

PT.

PINDAD (Persero)
Laporan Kerja Praktek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Pindad adalah perusahaan industri dan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan produk militer dan komersial di Indonesia. Pada perkembangan global saat ini PT. Pindad terus bersaing dengan perusahan-perusahan industri lain sejenis dengan cara meningkatkan kualitas dan membangu kepercayaan terhadap konsumen. Untuk mencapai hal tersebut penyelenggaraan proses produki yang ada harus dilakukan secara terpadu yang didukung dengan mesin mesin yang saling berintegerasi dengan manusia, sehingga peningkatan mutu sumber daya manusia juga dlakukan terus menerus ke arah yang leih baik. PT. Pindad menggunakan sistem produksi make to order, dimana perusahaan akan melakukan produksi sesuai dengan permintaan yang ada dan waktu yang disepakati. Penggunaan sistem produksi ini dikarenakan produk yang di produksi oleh PT. Pindad bukan produk biasa yang ada di lingkungan masyarakat. Kegiatan yada ada pada PT. Pindad yaitu shift dan non shift. Kegiatan non shift adalah kegiatan diluar lantai produksi yaitu jam 07.00-16.00 dan kegitan shift adalah kegiatan yang ada pada lantai produksi, pada lantai produksi PT. Pindad persero terdapat 3 shift, yaitu shift 1 dengan jam operasi pukul 06.00-14.00 dan shift 2 dengan jam operasi pukul 14.00-22.00. Waktu kerja operator dalam tiap shift cukup lama dan kegiatan tersebut dilakukan setiap hari kerja. Melihat kondisi kerja yang ada, perusahaan perlu memikirkan kenyamanan, kesehatan, dan keselamatan kerja operaor. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu aspek perlindungan tenaga kerja dan juga meningkatkan produktivitas kerja. Pentingnya implementasi SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bagi perusahaan adalah tanggung jawab moral pengusaha terhadap pekerjaannya, praktek manajemen perusahaan yang baik, dan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 1

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

juga pemenuhan aspek hukum yang berlaku (UU no. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja, Permenaker no. 05 tahun 1996 tentang Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja, dan UU no. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan). Fasilitas kerja juga memiliki peran penting terhadap produktivitas pekerja. Dengan fasilitas dan sistem kerja yang ada pekerja cenderung mudah kelelahan dan menimbulkan efek pegal-pegal pada badan pekerja, yang akhirnya menibulkan potensi produktivitas berkurang dan kegiatan produksi menjadi tidak tepat target. Seringkali operator tidak mematuhi atau memikirkan tentang keselamatan kerja mesikpun operator tersebut mengetahui bahwa hal tersebut berbahaya, seperti tidak menggunakan sarung tangan saat proses pemesinan karena tidak nyaman jika menggunakan sarung tangan. Postur kerja yag kurang baik juga dapat menyebabkan dampak yang berbahaya karena operator tidak akan merasakan sakit pada saat itu juga melainkan sakit yang terjadi bersifat komularif dari pekerjaan yang dilakukan secara terus menuerus. Penerapan ergonomi yang masih kurang juga salah satu penyebab operator melakukan pekerjaan berdasarkan naluri seseorang dan tidak melihat dari aspek keselamatan kerja. Resiko kecelakaan cenderung dapat terjadi apabila operator tidak memperhatikan keselamatan kerja. Penerapan ergonomi yang dapat dimanfaatkan pada sistem kerja dapat berupa penambahan fasilitas seperti meja, kursi dll yang dibuat berdarkan ergonomi sehingga dapat membantu operator dalam proses produksi. 1.2 Perumusan Masalah Dari beberapa permasalahan yang ada terkait degan keselamatan kerja dan ergonomi, maka yang akan dibahas pada laporan kerja praktek ini, yaitu:

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 2

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

1. Postur kerja operator saat melakukan pekerjaan terutama material handling secara manual perlu diamati dan dievaluasi guna mengetahui bahaya dari postur kerja tersebut dengan menggunakan metode RULA. 2. Memberikan rekomendasi tentang postur kerja yang lebih aman (menambahkan fasilitas bila diperlukan). 1.3 Tujuan Secara garis besar tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk mengetahui tentang kondisi kerja pada lantai produksi di PT. Pindad. Namun secara khusus tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk menganalisis dan memberikan rekomendasi secara teoritis mengenai postur kerja operator dalam lantai produksi khususnya material handling. 1.4 Batasan Masalah Dalam penyusunan laporan kegiatan Kerja Praktek ini, batasan lingkup laporan ini sebagai berikut : 1. Pengamatan dilakukan teradap 2 operator shift 1, yaitu pada proses pengelasan base plate dan penghalusan external locking device, Departemen Prasarana Kerata Api, Divisi Tempa & Cor, PT. Pindad (Persero). 2. Aktivitas yang di amati adalah postur kerja operator saat akan mengambil material dan meletakan material. 3. Alat bantu atau fasilitas yang terdapat pada lingkungan kerja operator adalah meja kerja untuk pengelasan, palet besar, dan kursi. 4. Metode yang digunakan dalam melakukan analisis dan pengolahan data adalah RULA analysis dengan menggunakan perangkat lunak CATIA V5R18. 1.5 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 3

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek yang dilakukan oleh penulis dapat dirinci sebagai berikut: Tempat Tanggal Pelaksanaan Hari Kerja Jam Kerja Departemen Divis : PT Pindad (Persero) : 22 Juli 2013 30 Agustus 2013 : Senin Jumat : 08.00 16.00 WIB : Prasarana Kereta Api : Tempa & Cor

1.6 Metode Pengumpulan Data Pada kegiatan kerja praktek ini dlakukan pengambilan data dan informasi yang berkaitan atau berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode antara lain : 1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh berdasarkan pengamatan langsung dilapangan, antara lain : a. Pengukuran dan pengambilan gambar atau foto terhadap postur kerja operator, pada saat material handling b. Wawancara atau pengajuan pertanyaan kepada pihak pihak yang terkait, seperti pembimbing lapangan dan operator. 2. Data Sekunder, yaitu data yang tidak berhubungan langsung dengan didang permasalahan namun dapat menunjang dalam pengerjaam laporan kerja praktek. Data yang didapat adalah studi literatur sebagai referensi. 1.7 Sistematika Penulisan

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 4

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Sistematika penulisan yang digunakan dalam Laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan laporan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi teori teori yang dijadikan sebagai referensi pengerjaan laporan berdasarkan bidang kajian yang dipilih. BAB III TINJAUAN SISTEM Pada bab ini akan menggambarkan profil perusahaan berupa sejarah singkat perusahaan, visi misi, dan struktur organisasi perusahaan. BAB IV METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang bagaimana langkah langkah yang dilakukan dalam proses penelitian dalam kerja praktek yang telah dilakukan. BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS Bab ini berisi tentang pengumpulan data, pengolahan data, analisisnya dan rekomendasi yang diberikan oleh penulis dari permasalahan yang ada sesuai dengan data yang diperoleh. BAB VI PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan mengenai hasil dari kegiatan penelitian yang telah dilakukan dan saran yang dapat dijadikan usulan agar lebih baik dalam pengembangan penelitian selanjutnya.

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 5

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ergonomi Ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) yang artinya sebagai studi tentang aspek - aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. (Nurmianto, 2004) Tujuan dari ergonomi ini adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling serasi antara sub sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja. Tujuan utama ergonomi ada empat yaitu : 1. 2. 3. 4. Memaksimalkan efisiensi karyawan. Memperbaiki kesehatan dan keselamatan kerja. Menganjurkan agar bekerja dengan aman, nyaman dan bersemangat. Memaksimalkan bentuk kerja (Santoso, 2004; Notoatmodjo, 2003) Untuk dapat mempermudah pemahaman terhadap ergonomi, kita dapat menggunakan konsep umum dari cara berfikir yang rasional yang biasa kita gunakan. Mengadopsi istilah (5W + 1H) dapat mempermudah kita berfikir secara sistematis di dalam memahami dan menerapkan ergonomi a. What is ergonomics? Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yang tediri dari dua kata yaitu ergos berarti kerja dan nomos berarti aturan atau hukum. Jadi

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 6

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

secara ringkas ergonomi adalah suatu aturan atau norma dalam sistem kerja. b. Why is ergonomics? Dari pengalaman menunjukkan bahwa setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan, apabila tidak dilakukan secara ergonomi akan mengakibatkan ketidaknyamanan, biaya tinggi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja meningkat, performansi menurun yang berakibat pada penurunan efisiensi dan daya kerja. c. Where is ergonomics? Secara umum penerapan ergonomi dapat dilakukan dimana saja, baik di lingkungan rumah, di perjalanan, di lingkungan sosial maupun dilingkungan di tempat kerja. d. When is ergonomics applied? Ergonomi dapat di terapkan dimana saja dan kapan saja sehingga kita dapat merasa sehat, aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas. e. Who must apply ergonomics? Setiap komponen masyarakat baik masyarakat pekerja maupun masyarakat sosial dalam upaya menciptakan kenyamanan, kesehatan, keselamatan dan produktivitas kerja yang setinggi-tingginya. f. How is ergonomics applied? Untuk dapat menerapkan ergonomi secara tepat dan benar, maka kita harus mempelajari dan memahami ergonomi secara detail. (Tarwaka, dkk, 2011) 2.2 Biomekanika Biomekanika merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja tersebut.

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 7

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Biomekanik adalah suatu ilmu yang menggunakan hukum-hukum fisika dan konsep keteknikan untuk mempelajari gerakan yang dialami oleh beberapa segmen tubuh dan gaya-gaya yang terjadi pada bagian tubuh tersebut selama aktivitas normal. Sebuah lembaga di Amerika yang bernama NIOSH (National Institute Of Occopational Safety And Health) pada tahun 1981 melakukan analisa terhadap kekuatan manusia dalam mengangkat atau memindahkan beban, merekomendasikan batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan dalam jangka waktu yang cukup lama. Biomekanika dapat diterapkan pada: 1. Merancang kembali pekerjaan yang sudah ada. 2. Mengevaluasi pekerjaan. 3. Penyaringan pegawai. 4. Tugas-tugas penanganan manual. Tujuan mempelajari ilmu biomekanika antara lain: 1. Untuk menjelaskan tiap komponen dari seluruh sistem tubuh dan interaksinya. 2. Untuk mensimulasikan kondisi berbahaya, sulit untuk diukur atau waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan sebuah pekerjaan. 3. Untuk memperkirakan resiko yang mungkin muncul dari sebuah pekerjaan dan memperkirakan beban maksimal yang aman untuk diangkat. Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: A. General Biomechanic Adalah bagian dari biomekanika yang berbicara mengenai hukumhukum dan konsep-konsep dasar yang mempengaruhi organ tubuh manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak. Dibagi menjadi 2, yaitu Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 8

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Biostatic adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform).

Biodinamic adalah bagian dari biomekanika umum yang berkaitan dengan gambaran gerakan-gerakan tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematika) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik).

B. Occupational Biomechanic Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanika terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material, dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat (http://aguswibisono.com)
2.3 Biomekanika dan Manual Material Handling

Titik berat bahasan biomekanika adalah pada fisik manusia khususnya pada saat manusia melakukan kegiatan penanganan material secara manual (Manual Material Handling / MMH) yang biasanya tanpa menggunakan alat bantu apapun. Contoh MMH adalah pengangkatan dan pemindahan secara manual, atau pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot tubuh. Pekerjaan penanganan material secara manual (Manual Material Handling) yang terdiri dari mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa merupakan sumber utama komplain karyawan di industri (Ayoub & Dempsey, 1999). Meskipun kemajuan teknologi telah banyak membantu aktivitas manusia, namun tetap saja ada beberapa pekerjaan manual seperti MMH yang tidak dapat dihilangkan dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan. Pekerjaan ini membutuhkan usaha fisik sedang hingga besar dalam durasi waktu kerja tertentu. Usaha fisik ini banyak mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun low back pain, yang menjadi isu besar di negara-negara industri belakangan ini.

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 9

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Aktivitas MMH yang tidak tepat dapat menimbulkan kerugian bahkan kecelakaan kerja. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas MMH yang tidak benar salah satunya adalah keluhan muskoloskeletal. Keluhan muskoloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan yang sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dalam jangka waktu yang lama akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan inilah yang biasanya disebut sebagai muskoloskeletal disorder (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal. Grandjean, 1993 Khusus saat melakukan MMH jenis pengangkatan, organ tubuh yang mendapatkan pengaruh paling besar adalah pada bagian tulang belakang, biomekanika pun membahas mengenai struktur tulang belakang pada tubuh manusia. Pengangkatan manual yang dilakukan oleh operator akan membuat struktur tulang belakang mengalami tekanan yang berlebihan, meskipun pengangkatan manual tersebut dilakukan tidak terlalu sering atau dengan kata lain frekuensinya jarang. Namun demikian, hal tersebut tetap saja memberikan pengaruh buruk terhadap struktur tulang belakang. Tingginya tingkat cidera atau kecelakaan kerja selain merugikan secara langsung yaitu sakit yang diderita oleh pekerja, kecelakaan tersebut juga akan berdampak buruk terhadap kinerja perusahaan yaitu berupa penurunan produktivitas perusahaan, baik melalui beban biaya pengobatan yang cukup tinggi dan juga ketidakhadiran pekerja serta penurunan dalam kualitas kerja.

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 10

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Contoh dari penerapan ilmu biomekanika selain MMH adalah untuk menjelaskan efek getaran dan dampak yang timbul akibat kerja, menyelidiki karakteristik kolom tulang belakang, menguji penggunaan alat prosthetic, dll. http://ergonomi-fit.blogspot.com/ 2.4 Sistem Kerangka dan Otot Manusia (Musculoskeletal System) Di dalam tubuh manusia terdapat beberapa sistem koordinasi, dan salah satunya adalah sistem otot dan kerangka (Musculoskeletal system). Sistem ini sebenarnya tersusun oleh dua buah sistem, yaitu otot dan tulang. Keduanya saling berkaitan dalam menjalankan pergerakan tubuh manusia. Otot menempel pada bagian tulang untuk menggerakkan tulang rangka. Organ-organ tubuh manusia yang menyusun sistem ini meliputi : a. Tulang
Bagian ini tersusun dari jaringan yang sangat keras berfungsi sebagai pembentuk kerangka dan pelindung dari organ dalam. Tulang dalam sistem gerak berfungsi pembentuk gerakan pasif. Tulang juga berperan penting proses pembentukkan sel-sel darah merah di bagian sumsum.

b. Sambungan Tulang Rawan


Jaringan ini berfungsi sebagai penghubung antar tulang seperti pada setiap sambungan. Dengan adanya jaringan ini pergerakan tulang relatif kecil, sehingga melindungi dari pergeseran tulang.

c. Ligamen
Berfungsi sebagai penghubung bagian sambungan dan menempel pada tulang pada ujungnya. Ligamen memiliki peranan penting dalam melindungi persendian. Ligamen tersebut untuk membatasi rentang gerak dari tulang yang dihubungkan.

d. Otot
Penggerak utama dalam tubuh manusia adalah otot atau sering disebut sabagai alat gerak aktif. Sel-sel otot menghasilkan panas tubuh untuk menjaga kestabilan panas tubuh akibat pengaruh dari luar. Tendon merupakan otot panjang dengan kekuatan elastis yang tinggi.

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 11

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada 2 system muskuloskeletal. Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 Peter Vi(2000) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal (Grandjen, 1993; Manuaba, 2000) : Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) biasanya dialami pekerja yang mengalami aktifitas kerja yang menuntut tenaga yang besar. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cidera otot skeletal. Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) biasanya dialami pekerja yang mengalami aktifitas kerja yang menuntut tenaga yang besar. Apabila hal serupa sering dilakukan, maka akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot, bahkan dapat menyebabkan terjadinya cidera otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi-posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiahnya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi, semakin tinggi pula terjadi keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan kerja tidak sesuai dengan kemmpuan dan keterbatasan pekerja. Faktor penyebab sekunder Tekanan Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot lunak, seperti saat tangan harus memegang alat dalam jangka waktu yang lama, akan dapat Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 12

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

menyebabkan keluhan pada otot tersebut akibat tekanan langsung yang diterima. Apabila hal ini berlangsung terus menerus akan menyebabkan keluhan yang menetap. Getaran Getaran dengan frekuensi yang tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini akan menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akibatnya menimbulkan rasa nyeri otot. Mikroklimat Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja, sehingga gerakannya menjadi lamban, sulit bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot Faktor kombinasi Resiko terjadinya keluhan otot skeletal akan semakin meningkat dengan tugas yang semakin berat oleh tubuh. Beberapa hal yang mempengaruhi faktor kombinasi tersebut adalah :
.

Umur Chaffin(1979) dan Guo et al(1995) menyatakan bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami orang pada usia kerja , yaitu 24-65 tahun. Biasanya keluhan pertama dialami pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

Jenis Kelamin Dalam pendesainan suatu beban tugas harus diperhatikan jenis kelamin pemakainya, Astarnd dan Rodahl (1977) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya 60% dari kekuatan otot pria, keluhan otot juga lebih banyak dialami wanita dibandingkan pria. Namun pendapat ini masih diperdebatkan oleh para ahli

Kebiasaan merokok

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 13

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Sama halnya dengan jenis kelamin, kebiasaan merokok pun masih dalam taraf perdebatan para ahli. Namun dari penelitian oleh para ahli diperoleh bahwa meningkatnya frekuensi merokok akan meningkatkan keluahan otot yang dirasakan. Kesegaran jasmani Pada umumnya keluhan otot jarang dialami oleh seseorang yang dalam aktifitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk beristirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam pekerjaan kesehariannya memerlukan tenaga besar dan tidak cukup istirahat akan lebih sering mengalami keluhan otot. Tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan menongkat sejalan dengan bertambahnya aktivitas fisik. Kekuatan Fisik Chaffin dan Park (1977) seperti yang dilaporkan oleh NIOSH menemukan keluhan punggung yang tajam pada para pekerja yang menuntut pekerjaan otot diatas batas kekuatan otot maksimalnya. Dan pekerja yang memiliki kekuatan otot rendah beresiko tiga kali lipat lebih besar mengalami keluhan otot dibandingkan pekerja yang memiliki kekuatan otot yang tinggi. Namun sama halnya dengan kebiasaan merokok dan jenis kelamin, pendapat ini masih diperdebatkan. Ukuran Tubuh (Antropometri) Walaupun pengaruhnya relatif kecil, ukuran tubuh juga menyebabkan keluhan otot skeletal. Vessy et al (1990) menyatakan bahwa wanita gemuk memiliki risiko 3 kali lebih besar dibandingkan dengan wanita kurus. Temuan lain menyatakan bahwa tubuh yang tinggi umumnya sering mengalami keluhan sakit punggung, tetapi tubuh tinggi tak mempunyai pengaruh terhadap keluhan pada leher, bahu, dan pergelangan tangan. 2.5 RULA (Rapid Upper Limb Assessment) RULA merupakan sebuah metode dalam biomekanika yang bertujuan untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 14

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas. Faktor-faktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee sebagai faktor beban eksternal ( external load factors) yang meliputi : Jumlah gerakan Kerja otot statis Gaya Postur kerja yang ditentukan oleh perlengkapan dan perabotan Waktu kerja tanpa istirahat Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap. Tahap pertama "pengembangan metode untuk merekam postur kerja", kedua "pengembangan sistem penilaian dengan skor untuk pengelompokan bagian tubuh ", dan ketiga "pengembangan Grand Score dan Action List" . McAtamney, 1993 Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan diberi skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin, Herberts et al, Schuldt et al, dan Harms-Ringdahl & Schuldt. Skornya sebagai berikut: 1 untuk ekstensi 20 dan fleksi 20 2 untuk ekstensi lebih dari 20 atau fleksi antara 20-45; 3 untuk fleksi antara 45-90; 4 untuk fleksi lebih dari 90. Grup B Leher, punggung dan kaki :

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 15

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan jangkauannya sebagai berikut: 1 untuk fleksi 0-10; 2 untuk fleksi 10-20; 3 untuk fleksi lebih dari 20; 4 bila dalam posisi ekstensi.
Tabel 2.1 Kategori Tindakan RULA

Kategori tindakan 12 34 56 7

Level

Tindakan

Minimum Aman Kecil Diperlukan beberapa waktu ke Depan Sedang Tindakan dalam waktu dekat Tinggi Tindakan sekarang juga

Tampilan RULA Analysis dalam CATIA, ilustrasi skor di gambarkan dengan warna yang berbeda dan masing masing warna tersebut memiliki rentang nilai tertentu menurut segment nya. Rentang skor untuk setiap warna disajikan dalam Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Rentang skor untuk setiap warna

Segment Upper arm Forearm Wrist Wrist twist Neck Trunk


2.5.1 Aplikasi RULA

Score Range 1 to 6 1 to 3 1 to 4 1 to 2 1 to 6 1 to 6

Color associated to the score 2 3 4 5 6

Sumber: Pradanos (2011)

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 16

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Selama periode RULA sedang diuji validasi, metode ini telah digunakan di sistem kerja industri maupun perkantoran oleh ahli ergonomi dari Institute for Ocupational Ergonomics dan oleh fisioterapis yang menghadiri kursus pengenalan ergonomi. Operasi-operasi spesifik dimana RULA dilaporkan sebagai piranti pengukuran yang berguna antara lain sejumlah operasi pengepakan manual dengan mesin, pekerjaan berbasis komputer, operasi pembuatan garmen. Operasi pengecekan supermarket, pekerjaan mikroskopik dan pekerjaan di industri manufaktur mobil. Sekali pengguna merasa familiar dengan RULA, mereka melaporkan bahwa RULA cepat dan mudah digunakan. RULA sering kali dilaporkan sangat berguna dalam mempresentasikan konsep pembebanan musculoskeletal akibat kerja dalam pertemuan dengan manjemen. Para manajemen cepat menyadari dan meningat skor final dan level tindakan yang terkait. Hal ini sangat membantu dalam mengkomunikasikan masalah, memutuskan prioritas investigasi dan perubahan yang harus dilakukan pada tempat kerja. Sebagai tambahan, RULA ditemukan secara khusus berharga dalam pengukuran kembali perubahan dalam pembebanan musculoskeletal setelah modifikasi telah diperkenalkan pada pekerjaan dan stasiun kerja. Seperti telah dikatakan sebelumnya, jika pengukuran konprehensif dari tempat kerja akan dilakukan, RULA sebaiknya digunakan sebagai bagian dari studi ergonomi yang lebih besar yang meliputi faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan organisasi. Metodologi yang lebih lengkap untuk mengidentifikasi dan menginvestigasi kelainan tubuh bagian atas terkait kerja, termasuk RULA, telah dihasilkan oleh Institute for Ocupational Ergonomics. 2.6 Aplikasi CATIA

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 17

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Dikembangkan oleh Dassault Systmes selama lebih dari 20 tahun, CATIA (Computer-Aided Three-Dimensional Interactive Application) saat ini dikenal luas sebagai software CAD/CAE/CAM papan atas tingkat dunia. Ribuan perusahaan dari berbagai macam industri di seluruh dunia telah memilih untuk menggunakan CATIA dalam memastikan keberhasilan produk mereka. Begitu juga dengan perguruan tinggi di seluruh dunia yang menggunakan software ini untuk keperluan pendidikan maupun penelitian. CATIA adalah engineering software untuk aplikasi CAD (Computer Aided Design), CAE (Computer Aided Engineering) dan CAM (Computer Aided Manufacturing) yang saling terintegrasi satu dengan lainnya. Merupakan solusi yang sangat tepat dalam menangani proses pengembangan produk secara lengkap, dari awal berupa konsep desain, analisa kekuatan sampai pengerjaan di work shop (proses manufaktur). Desain di CATIA mencakup gambar 2 dimensi (2D) maupun 3 dimensi (3D) baik berupa model wireframe & surface maupun model berupa benda-benda solid. Dengan tampilan yang sangat user friendly, merancang produk yang rumit di CATIA dapat menjadi terasa lebih mudah mudah. Aplikasi ini juga bisa untuk mendesain berbagai jenis barang (tidak spesifik satu barang saja) dengan tingkat kerumitan yang tinggi, dan keunggulan utama dari aplikasi ini adalah mampu mendesain ribuan part.

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 18

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Perhitungan yang ditawarkan dalam CATIA ini adalah static linier, dynamic, thermal, dan bukling. Namun pada studi ini hanya akan dilakukan perhitungan static. CATIA V5 Release 14 merupakan program desain grafis tiga dimensi yang dibuat oleh Dassault Sistem yang mampu membuat gambar dan analisis dalam bidang teknik. Dalam perancangan benda kerja, peneliti menggunakan program CATIA dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut : a. Program CATIA V5 Release 14 mempunyai aplikasi yang lengkap yang dapat digunakan dalam bidang pendidikan dan bidang industri yang meliputi mechanical design, analysis, simulation, dan aplikasi lainnya. b. Cara pembuatan atau pemodelan benda kerja dengan program CATIA V5 Release 14 relatif mudah dibandingkan dengan menggunakan program sejenis serta mempunyai tingkat akurasi yang tinggi. c. Design part (desain komponen) dengan CATIA V5 Release 14 akan menghasilkan gambar yang sesuai dengan hasil produk sesungguhnya. Sehingga produk yang telah didesain dapat dilihat secara nyata dalam tampilan tiga dimensi, sehingga kita bisa mengetahui secara detail bagian dari produk tersebut. d. Dengan CATIA V5 Release 14 dapat juga dilakukan analisis statis dari produk yang telah didesain, sehingga dapat dilihat bagian dari produk yang kurang aman sehingga akan mempermudah mendesain produk sampai didapat produk sesuai yang diinginkan sebelum proses produksi dilakukan. Untuk proses manufaktur dengan mesin CNC, CAM di CATIA saat ini tersedia modul lathe programming (mencakup 2-axis dan multi-axis) serta milling programming ( mencakup 2.5, 3 dan 5-axis). CATIA dapat diterapkan di industri-industri dengan ruang lingkup yang sangat luas, dari industri pesawat terbang (aerospace), otomotif, dan industri mesin-mesin, juga pada industri elektronik, kapal, desain pabrik/ bangunan, dan bahkan barangbarang yang sering digunakan sehari-hari (consumer goods). Dapat dikatakan, saat

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 19

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

ini CATIA digunakan untuk merancang apa saja, dari desain pesawat terbang sampai barang-barang perhiasan. http://www.3ds.com 2.7 Antropometri Antropometri berasal dari kata antropos dan metricos. Antropos berarti manusia dan metricos berarti ukuran. Antropometri adalah ukuran ukuran tubuh manusia secara alamiah baik dalam melakukan aktivitas statis (ukuran sebenarnya) maupun dinamis (disesuaikan dengan pekerjaan) (Wignjosoebroto, 2003). Antropometri adalah ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dimensi dan karakteristik tubuh manusia lainnya seperti volume, pusat gravitasi dan massa segmen tubuh manusia. Ukuran ukuran tubuh manusia sangat bervariasi, bergantung pada umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan dan periode dari masa ke masa. Pengukuran dimensi dimensi tubuh manusia merupakan bagian yang terpenting dari antropometri karena akan menjadi data dasar untuk mempersiapkan desain berbagai peralatan, mesin, proses dan tempat kerja Ukuran tubuh yang penting untuk penerapan ergonomi, yaitu : 1. Pada sikap berdiri : tinggi badan berdiri, tinggi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, tinggi pangkal jari tangan, tinggi ujung ujung jari. 2. Pada sikap duduk : tinggi duduk, tinggi posisi mata, tinggi bahu, tinggi siku, tebal paha, jarak bokong lutut, jarak bokong lekuk lutut, tinggi lutut, lebar bahu, lebar pinggul Harrianto, 2008 Penerapan data antropometri dapat dilakukan jika tersedia nilai rata rata (x) dan standar deviasi (SD) dari suatu distribusi normal. Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari sekelompok orang yang ukurannya sama atau lebih rendah dari nilai tersebut (setelah perhitungan persentil). Misalnya 95th persentil akan menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau berada di bawah ukuran tersebut; sedangkan 5th persentil akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran itu

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 20

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

(Wignjosoebroto, 2003). Pemakaian nilai nilai persentil yang umum diaplikasikan dalam perhitungan antropometri dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Nilai Presentil

Alat antropometer dapat digunakan untuk mengetahui ukuran tubuh. Selain itu, pengukuran tubuh dapat dilakukan dengan metode ukur tukang jahit menurut Sumamur (antropometry by Sumamurs tailor method). Sumamur, 1989

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 21

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

BAB III TINJAUAN SISTEM


3.1 Tinjauan Umum Perusahaan

3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Pindad adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi alat-alat persenjataan, munisi serta manufaktur alat industri. Artillerie Contructie Winkel (ACW) menjadi embrio sebuah kecemerlangan. Berdiri pada tahun 1808 di Surabaya, ACW kemudian berganti nama menjadi Artillerie Inrichtingen (AI) pada tahun 1923 dan beralih tempat ke Bandung. Setelah sempat berganti nama beberapa kali termasuk dinamai Pabrik senjata dan Mesiu pada tanggal 29 April 1950 yang kemudian ditetapkan sebagai hari jadinya. Perusahaan ini resmi bernama Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) di tahun 1962. tanggal 29 April 1983 menjadi titik balik bagi Pindad dimana statusnya ditingkatkan menjadi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan nama PT. Pindad (Persero) yang menuntut dirinya untuk semakin mandiri dan berorientasi bisnis. Pengalaman panjang dalam industri presisi, menjadi bekal utama PT Pindad ketika memutuskan terjun ke dalam bisnis produk komersial / non militer. Saat ini PT Pindad yang 100% dimiliki oleh Negara mempunyai dua lokasi pabrik, di Turen, Malang seluas 160 hektar dan di Bandung seluas 66 hektar. 3.1.2
Sejarah Perkembangan PT. Pindad (Persero) a. Jaman Penjajahan Belanda Pada tahun 1808, Belanda mendirikan Bengkel Perbaikan Artileri

(ACW : Artillerie Construtie Winkel) di Semarang dan Surabaya, kemudian kedua pabrik tersebut direlokasi ke Bandung pada tahun 1923, dan berganti nama menjadi AI (Artillerie Inrichtingen) dibawah Departemen Van Oorlog dengan kegiatannya meliputi senjata, munisi dan perkakasnya.
b. Jaman Penjajahan Jepang

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 22

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Pada tahun 1942, Jepang masuk ke Indonesia, kemudian AI jatuh ketangan tentara Jepang dan berganti nama menjadi Dai Ichi Kozo dimana kegiatan intinya tetap meneruskan kebijakan yang dilaksanakan Belanda.
c. Jaman Perjuangan Sekarang

Pada tahun 1946, dengan bantuan tentara sekutu Belanda mengambil alih kembali Dai Ichi Kozo, kemudian berganti nama menjadi LPB (Leger Productie Bedrjiven) pada tahun 1947. Pada tanggal 27 Desember 1949, Konperensi Meja Bundar (KMB) ditandatangani yang menghasilkan pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat. Pada tanggal 29 April 1950, LPB diserahterimakan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS) dan berganti nama menjadi PSM (Pabrik Senjata dan Mesiu). Pada tahun 1962, berganti nama menjadi Perindustrian Angkatan Darat (Pindad). Setelah beberapa kali berganti nama akhirnya pada tanggal 29 April 1983, Pindad berubah status menjadi PT. Pindad (Persero). Pada tahun 1989, PT. Pindad menjadi salah satu industri strategis dibawah BPIS. Pada tahun 1998, PT. Pindad menjadi anak perusahaan PT. Pakarya Industri (Persero). Pada tahun 1999, PT. Pindad menjadi anak perusahaan PT. Bahana Pakarya Industri Srategis (BPIS). Sejak tahun 2002, PT. Pindad berada dibawah pembinaan Kementrian BUMN hingga sekarang. 3.1.3 Tujuan dan Sasaran PT PINDAD (Persero)
1) Tujuan PT Pindad (Persero)

Berdasarkan anggaran dasar PT Pindad (Persero), tujuan pendirian PT Pindad (Persero) adalah melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintahan dibidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya dan khususnya dalam bidang industri alat / peralatan pertahanan dan keamanan, industri manufaktur, Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 23

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

jasa dan perdagangan dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas. 2) Sasaran PT. PINDAD (Persero) Meningkatkan potensi PT Pindad (Persero) untuk mendapatkan peluang usaha yang menjamin masa depan PT Pindad (Persero) melalui sinergi Internal. 3.1.4 Visi dan Misi PT. PINDAD (Persero) PT. Pindad (Persero) mempunyai Visi yaitu menjadi perusahaan sehat yang mempunyai inti usaha terpadu, beroperasi secara fleksibel serta mandiri secara finansial. Misi PT. Pindad adalah melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang alat dan peralatan untuk mendukung kemandirian pertahanan dan keamanan negara serta melaksanakan kegiatan usaha dalam bidang alat dan peralatan industri, dengan mendapatkan laba untuk pertumbuhan perusahaan melalui keunggulan teknologi dan efisiensi 3.2 Struktur Organisasi PT. Pindad (Persero) adalah perusahaan industri manufaktur dan satusatunya produsen dalam negeri untuk peralatan militer yang memiliki fasilitas memadai ditambah sumber daya manusia yang berpengalaman yang berbasis teknologi mekanik. Struktur organisasi PT. Pindad (Persero) merupakan wujud sinergi dari kridebilitas para staf dengan fungsi manajer (Direktur Utama) yang memiliki peranan penting dalam menentukan penggunaan kebijakan / keputusan yang dibantu dengan beberapa staf dalam mewujudkan objek (tujuan) perusahaan. Struktur organisasi PT. Pindad (Persero) merupakan suatu system, dimana satu departemen dengan departemen lain memiliki keterkaitan dan saling mempengaruhi dalam proses pencapaian objek perusahaan melalui kerjasama 3.2.1 Jajaran Direksi PT. PINDAD (Persero) Direktur Utama, membawahi 4 (empat) Direktur, yaitu :

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 24

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

a. Direktur Produk Komersial, yang bertanggung jawab terhadap 5 (lima) unit produksi yaitu : 1. Divisi Tempa dan Cor ( Komponen cor, Tempa dan Stamping) 2. Divisi Mesin Industri dan Jasa (Peralatan transportasi, mesin mesin & jasa pemeliharaan mesin) 3. Divisi Rekayasa Industri (Konstruksi pabrik : CPO, minyak goreng dan bio diesel) 4. Unit Pengembangan Kendaraan Fungsi Khusus (Kendaraan militer : truk, APR dan APS) 5. Unit Bahan Peledak Komersial (Detonator listrik dan Panfo) b. Direktur Produk Militer, yang bertanggung jawab terhadap 2 (dua) unit produksi, yaitu : 1. Divisi Senjata (Senjata bahu : SS1, SS2 berbagai variant, senjata genggam : Revolver, pistol) 2. Divisi Munisi (Munisi : MKK, MKB, munisi khusus & pyroteknik) dan dibantu oleh 2 Deputi, yaitu : 3. Deputi Direktur Produk Militer Bid. Penelitian & Pengembangan 4. Deputi Direktur Produk Militer Bid. Pemasaran & Penjualan c. DirekturAdministrasi dan Keuangan, membawahi 2 (dua) Deputi yaitu : 1. 2. Deputi Direktur Administrasi & Keuangan Bid. Adminstrasi Deputi Direktur Adminstrasi & Keuangan Bid. Keuangan

d. Direktur Perencanaan dan Pengembangan, membawahi 2 (dua) Deputi :


1. Deputi Direktur Bid. Perencanaan & Pengembangan Bid. Sumber Daya 2. Deputi Direktur Bid. Perencanaan & Pengembangan Bid. Bang. Usaha

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 25

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

KOMISARIS : Jenderal TNI Agustadi Sasongko Purnomo : Komisaris Utama Mayjen TNI (Purn) Sardan Marbun Dr. Ir. Richard Mengko Brigjen TNI RM. Abdul Rachman, S.IP DIREKSI : Ir. Adik Avianto Soedarsono, MSIE., Phd. Ir. Slamet Irianto, MM Ir. Tri Hardjono, MM Drs. Kemas Hasani Ir. Wahju Utomo, MBA : Direktur Utama : Direktur Produk Militer : Direktur Perencanaan &Pengembangan : Direktur Administrasi dan Keuangan : Direktur Produk Komersil : Komisaris : Komisaris : Komisaris

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 26

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 27

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

3.2.2

Logo PT. PINDAD (Persero)

Gambar Makna Logo PT. Pindad (Persero) : 1. Pengertian Logo PT. Pindad (Persero) adalah lambing perusahaan berupa senjata cakra dengan bintang bersudut lima dan bertuliskan Pindad. 2. Arti dan Makna Logo a. Cakra, adalah senjata pamungkas kresna Keampuhannya memiliki kemampuan untuk menghancurkan dan atau sebaliknya menambarkan (menetralisir) bahaya senjata yang datang mengancamnya, sehingga dengan demikian memiliki potensi untuk mendukung perang ataupun menciptakan kedamaian b. Bintang bersudut lima Melambangkan bahwa gerak dan laju PT. Pindad (Persero) berlandaskan Pancasila, falsafah / dasar / ideology bangsa dan Negara Indonesia di dalam ikut serta mewujudkan terciptanya masyarakat adil dan makmur. c. Pisau Frais, melambangkan industri, dengan : 1. 4 (empat) buah lubang Spi Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 28

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Melambangkan kemampuan teknologi untuk ; mengelola, meniru, merubah, dan mencipta suatu bahan atau produk. 2. 8 (delapan) buah pisau (cakra) Melambangkan kemampuan untuk memproduksi sarana militer / hankam dan sarana sipil / komersil dalam rangka ikut serta mendukung terciptanya ketahanan nasional bangsa Indonesia yang bertumpu pada 8 (delapan) gatra (aspek). d. Batang dan ekor Melambangkan pengendalian gerak dan laju PT. Pindad (Persero) secara berdaya dan berhasil guna, 4 (empat) helai sirip ekor, melambangkan keserasian gerak antara unsure-unsur ; manusia, modal, metoda, dan pemasaran. e. Warna 1) Senjata Cakra : Biru Laut 2) Bintang : Kuning Emas 3) Tulisan Pindad : Kuning Emas 3.3. Deskripsi Kerja PT. Pindad (Persero) adalah perusahaan multi bisnis / produk yang terdiri dari bisnis / produk militer dan bisnis / produk komersial. Kegiatan usaha dan produksi dilakukan di Turen Malang dan di Bandung yang sekaligus sebagai kantor pusat. 3.3.1. Bisnis / Produk Militer Bisnis / Produk Militer dilaksanakan oleh Divisi Munisi yang berlokasi di Turen Malang dan Divisi Senjata yang berlokasi di Bandung Jawa Barat. Alat dan peralatan yag diproduksi adalah berbagai senjata dan amunisi untuk keperluan TNI dan Polri. 1. Divisi Senjata (Divjat) Divisi ini memproduksi dan menjual produk sebagai berikut : a. Senjata Ringan, antara lain : Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 29

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

1. SS1 berbagai variant 2. SS2 berbagai variant 3. Sabhara 4. SPG 5. SPR-1 6. Shot Gun
b. Senjata Genggam, antara lain : 1. Pistol P2 Kal. 9 mm 2. Pistol P3 Kal. 7.65 mm 3. Revolver 4. Pistol P3A 5. Pistol Isyarat c. Senjata Berat, antara lain : 1. Senapan Mesin-3 (SM-3) 2. Mortir 60 CO 3. Mortir 60 LR 4. Mortir 81

2. Divisi Munisi (Divmu) Divisi ini memproduksi dan menjual berbagai macam munisi sebagai berikut : a. Munisi Kaliber Kecil (MKK), antara lain : 1. MU Kal. 9 mm 2. MU Kal. 7.62 mm 3. MU Kal. 12.7 mm 4. MU Kal. 5.56 mm 5. MU Kal. 38 SP Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 30

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

6. MU Kal. 45 mm 7. MU Kal. 7.65 mm b. Munisi Kaliber Besar (MKB), antara lain : 1. GL Kal. 40mm HE 2. GMO Kal. 60mm CO 3. GMO Kal. 60mm LR 4. GMO Kal. 81mm SB c. Munisi Khusus (Musus), antara lain: 1. MU Kal. 5.56mm 2. MU Kal. 7.62mm 3. Gas Air Mata Super Seven 4. Granat Tangan Air mata 5. Granat Tangan asap 6. Detonator Listrik 7. Detonator Non Listrik 8. Sumbu Api 9. Sumbu Ledak 10. Booster serta TNT 3. Pelanggan Produk Militer : 1. TNT 2. POLRI 3. Departemen Kehakiman 4. Departemen Kehutanan 5. Dirjen Bea & Cukai 6. Ekspor 3.3.2. Bisnis / Produk Komersial Bisnis / Produk Komersial dilaksanakan oleh Divisi Mesin Industri dan Jasa (Div. Mijas), Divisi Rekayasa Industri (Div. Rekin), Divisi Tempa dan Cor (Div. T&C), Unit Kendaraan Fungsi Khusus (Unit KFK) dan Unit Handakom. Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 31

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

1. Divisi Mesin Industri dan Jasa (Div. Mijas) Divisi ini memproduksi dan menjual produk untuk kebutuhan : a. Sarana Kereta Api b. Peralatan Kapal Laut c. Jasa Permesinan d. Produk Dedicated Machines e. Harsintrik, antara lain : 1. Generator 2. Traction Motor 3. Electrical Machinery f. Jasa Laboratorium
2. Divisi Tempa dan Cor (Div. T&C) Divisi ini memproduksi dan menjual produk sebagai berikut : a. Produk Casting, untuk kebutuhan : 1. Industri Pompa Air 2. Industri automotive 3. Industri Pertambangan dan Industri Baja 4. Militer, antara lain Bom b. Produk Forging untuk kebutuhan : 1. Industri Pompa air 2. Industri Pupuk 3. Industri Semen 4. Industri Kereta Api 5. Industri Migas 6. Militer, antara lain Sangkur c. Produk Stamping, untuk kebutuhan Pompa air

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 32

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

d. Produk Praska antara lain Rail Fastering 3. Divisi Rekayasa Industri (Div. Rekin)

Divisi ini memproduksi dan menjual produk untuk kebutuhan sebagai berikut: a. EPC (Enginering Procurement dab Contruction) antara lain : 1. Palm Industri 2. PKS 3. Bio Diesel b. Jasa Pabrikasi antara lain : 1. Pembuatan Peralatan Pabrik Beton Ringan 4. Unit Kendaraan Fungsi Khusus (Unit KFK) Unit ini memproduksi dan menjual produk-produk sebagai berikut : a. Panser 6x6 Pindad b. Truk 2 Ton c. Ranpur Lapis Baja 6x6 5. Unit Handakom Unit ini memproduksi dan menjual produk-produk bahan peledak komersial antara lain : a. Bahan Peledak dan Assesoris b. Jasa Peledakan c. Jasa Pemusnahan d. Jasa Transportasi 6. Pelanggan Produk Komersial : 1. PT. KAI (Persero) 2. PT. INKA (Persero) 3. PT. PLN (Persero) 4. Departemen Perhubungan 5. Galangan Kapal Nasional 6. Industri Pertambangan Nasional 7. Insdustri Perminyakan dan Gas Nasional Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 33

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

8. Industri Agro Nasional 9. Industri Elektronik Nasional

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 34

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Gambar

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 35

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Aktivitas Manual Material Handling Pengamatan yang dilakukan operator pada bagian pengelasan Base Plate : Kegiatan Berat Beban Proses Pengelasan Base Plate Proses Penghalusan External Locking Device Fasilitas dan Benda kerja yang digunakan oleh Operator a. Palet Pada Bagian Pengelasan Palet ini digunakan untuk tempat menaruh material base plate sebelum dan setelah dilakukan proses pengelasan, ukuran palet juga disesuaikan dengan ukuran dilapangan yanga ada, 15 25 59 125 77 0.09 Poor (kg) 29 Posisi Tangan (cm) Posisi Awal Posisi Akhir V H V H 28 50 38 30 Frekuensi per Menit 0.1 Poor Coupling

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 36

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar b. Mesin Milling Dibawah ini merupakan gambar yang di asumsikan sebagai mesin milling karena keperluan pengolahan data hanya membutuhkan tinggi dari tempat material diletakan pada mesin tersebut.

Gambar c. Palet Pada Bagian Penghalusan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 37

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Palet ini digunakan untuk tempat menaruh material External Locking Device sebelum dan setelah dilakukan proses penghalusan, ukuran palet juga disesuaikan dengan ukuran dilapangan yanga ada,

Gambar d. Meja Pengelasan Dibawah ini ada meja yang digunakan pada saat proses pengelasan, dan dimensi yang digunakan disesuaikan berdasarkan data lapangan,

Gambar e. Base Plate

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 38

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Dibawah ini adalah gambar dari material base plate yang ukurannya disesuaikan dengan data lapangan yang di dapat,

Gambar f. External Locking Device Dibawah ini adalah gambar dari material External Locking Device yang ukurannya disesuaikan dengan data lapangan yang di dapat,

Gambar Gambar Postur Kerja Operator saat Manual Material Handling 1. Pengelasan Base Plate Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 39

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Manual Material Handling pada Proses Pengelasan

Gambar postur kerja di Posisi awal

Gambar postur kerja di Posisi Akhir 2. Penghalusan External Locking Device Manual Material Handling Pada Proses Penghalusan Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 40

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar postur kerja di Posisi Awal

Gambar postur kerja di Posisi Akhir 5.2 Pengolahan Data Pengolahan data yang dilakukan adalah membuat postur kerja operator mengunnakan Softaware CATIA V5R18 yang disesuaikan dengan foto dan data data yang didapat saat pengamatan. Dalam analisis RULA pada software CATIA terdapat empat kategori warna yaitu merah untuk kondisi paling membutuhkan tindakan, orange untuk kondisi Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 41

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

perlu tindakan dalam waktu dekat, kuning untuk kondisi yang masih perlu diamati beberapa waktu ke depan, dan warna hijau untuk kodisi aman Manual Material Handling pada Proses Pengelasan a. Posisi Awal

Gambar Gambar diatas menampilkan postur kerja operator yang hampir disesuaikan semirip mungkin dengan data yang didapat di lapangan. Dapat dilihat juga Horizontal Location = 500 mm dan Vertical Location = 280 mm, Coupling Condition Poor. Data yang didapat dari lapangan Horizintal location = 50 cm dan Vertical location = 28 cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gambar postur kerja diatas sama dengan kejadian nyata dilapangan.

Gambar

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 42

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar Pada hasil RULA yang didapat cidera yang mungkin dapat terjadi pada operator dengan postur kerja seperti ini dengan rincian sebagai berikut : Merah : wrist twist Orange : wrist Kuning: forearm, upper arm, trunk Hijau: Neck

Final score yang diperoleh berdasarkan analisis RULA adalah 7 dan berwarna merah, sehingga diberitahukan bahwa operator dengan postur kerja tersebut dibutuhkan tindakan saat itu juga. b. Posisi akhir

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 43

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar Gambar diatas menampilkan postur kerja operator yang hampir disesuaikan semirip mungkin dengan data yang didapat di lapangan. Dapat dilihat juga Horizontal Location = 300 mm dan Vertical Location = 370 mm, Coupling Condition Poor. Data yang didapat dari lapangan Horizintal location = 30 cm dan Vertical location = 38 cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gambar postur kerja diatas hampir sama dengan kejadian nyata dilapangan.

Gambar

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 44

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar Pada hasil RULA yang didapat cidera yang mungkin dapat terjadi pada operator dengan postur kerja seperti ini dengan rincian sebagai berikut : Kuning: forearm, upper arm, trunk, neck Hijau: wrist dan wrist twist Final score yang diperoleh berdasarkan analisis RULA adalah 7 dan berwarna merah, sehingga diberitahukan bahwa operaor dengan postur kerja tersebut dibutuhkan tindakan saat itu juga. Manual Material Handling pada Proses Penghalusan a. Posisi Awal

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 45

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar Gambar diatas menampilkan postur kerja operator yang hampir disesuaikan semirip mungkin dengan data yang didapat di lapangan. Dapat dilihat juga Horizontal Location = 570 mm dan Vertical Location = 250 mm, Coupling Condition Poor. Data yang didapat dari lapangan Horizintal location = 59 cm dan Vertical location = 25 cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gambar postur kerja diatas hampir sama dengan kejadian nyata dilapangan.

Gambar 5. Analisis RULA Postur kerja posisi awal (Right)

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 46

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar 5. Hasil RULA Postur kerja posisi awal (Right)

Gambar 5. Analisis RULA Postur kerja posisi awal (Leftt)

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 47

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar 5. Hasil RULA Postur kerja posisi awal (Left) Dari kedua gambar analisis RULA di atas ( Right dan Left), terlihat perbedaan antara tangan kanan dan kiri Operator. Pada wrist kanan warnanya adalah Kuning yang mana berisiko cedera lebih besar daripada wrist kiri yang memiliki warna Hijau. Untuk segmen tubuh lainnya yang dianalisis memiliki indikator warna yang sama, yaitu: Forearm: Kuning Upper arm, neck , Trunk: kuning Wrist Twist: hijau

Final score yang diperoleh berdasarkan analisis RULA adalah 7 dan berwarna merah, sehingga diberitahukan bahwa operaor dengan postur kerja tersebut dibutuhkan tindakan saat itu juga. b. Posisi Akhir Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 48

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar Gambar diatas menampilkan postur kerja operator yang hampir disesuaikan semirip mungkin dengan data yang didapat di lapangan. Dapat dilihat juga Horizontal Location = 770 mm dan Vertical Location = 1260 mm, Coupling Condition Poor. Data yang didapat dari lapangan Horizintal location = 77 cm dan Vertical location = 125 cm. Sehingga dapat disimpulkan bahwa gambar postur kerja diatas hampir sama dengan kejadian nyata dilapangan.

Gambar

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 49

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar Pada hasil RULA yang didapat cidera yang mungkin dapat terjadi pada operator dengan postur kerja seperti ini dengan rincian sebagai berikut : Kuning: forearm, upper arm, trunk, Neck Hijau: wrist twist, wrist Final score yang diperoleh berdasarkan Analisis RULA adalah 7 dan berwarna merah, sehingga diberitahukan bahwa operaor dengan postur kerja tersebut dibutuhkan tindakan saat itu juga.
5.3 Saran Perbaikan

Berdasarkan hasil dari pengolahan data di atas semua postur kerja operator dalam proses manual material handling memiliki scro 7 dan berwarna merah yang berarti perlu dirubah dan ditindaklajuti saat itu juga untuk mengurangi resiko cidera yang terjadi pada operator. Salah satu cara untuk mengurangi resiko cidera yang mungkin terjadi pada operator adalah dengan menambahkan atau merancang ulang fasilitas pendukung Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 50

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

kerja untuk meletakan palet yang berisis material yang selanjutnya akan diproses. Fasilats kerja yang diberikan akan disesuaikan dengan data antropometri manusia (populasi Indonesia) 1. Perbaikan Manual Material Handling Pada bagian Proses Pengelasan Posisi Awal Penambahan Fasilitas Meja pada nagian proses Pengelasan Base Plate Berikut Ukuran dimensi pada meja yang disarankan : Panjang dan lebar meja akan disesuaikan dengan ukuran palet yaitu : 77 cm dan 130 cm. Untuk tinggi meja akan disesuaikan dengan antropometri tubuh manusia yaitu Tinggi genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah persentil 5% - tinggi palet, jadi 655 mm 160 mm = 495 mm.

Meja diberikan agar posisi material yang akan dijangkau lebih tinggi dari sebelumnya sehingga operator tidak membungkukkan badan saat menjangkau material tersebut. Setelah menggunakan fasilitas pembantu meja ini maka postur kerja yang didapat adalah sebagai berikut beserta hasil analisis RULA

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 51

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar

gambar

Dari hasil analisis RULA diatas menunjukan perbaikan dari yg sebelum menggunakan fasilitas tambahan meja memiliki final scor 7 dan setelah menggunakan alat bantu meja memiliki final score 5. Namun hasil dari analisis RULA ini postur kerja tersebut belum termasuk kedalam zona aman (warna hijau atau kuning), namun pembuatan alat bantu tersebut berdasarka dimensi penyesuain terhadap ukuran anthropometri populasi di Indonesia, sehingga bila fasilitas yang diberikan berdasarkan anthropometri maka masih Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 52

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

terdapat resiko cidera yang akan dialami oleh operator dengan berat beban yang akan dipindahkan (berat beban tidak dapat dikurangi). Rekomendasi lain untuk fasilitas pembantu juga dapat dibuat agar operator dapat meminimalisir resiko cidera, namun perhitungan dari ukuran fasilitas bantu meja tersebut tidak memiliki dasar dasar apapun melainkan hanya bersifat spekulasi, berikut design fasilitas meja pembantu, postur kerja dan Hasil Nanalisis RULAnya :

gambar

Gambar

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 53

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar

Dari hasil analisis RULA diatas memiliki Final score 4 yang berarti bahwa psotur kerja dari operator tersebut masih dapat dikatakan aman atau resiko cidera yang mungkin dialami lebih kesil.
Posisi Akhir

Redesign Meja Kerja saat Proses Pengelasan Pada postur kerja ini adalah postur kerja operator saat meletekan base plate pada meja kerja proses pengelasan, agar postur kerja operator dapat lebih baik maka disarankan untuk merancang ulang meja tersebut berdasarkan ukuran anthropometri, yaitu sebagai berikut : Panjang dan lebar meja akan tetap disesuaikan berdasarkan aslinya. Tinggi dari meja tersebut adalah tinggi genggam tangan pada posisi relax kebawah persentil 5% yaitu 655 mm.

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 54

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

gambar Meja dengan ukuran seperti diatas untuk memudahkan operator saat meletakan material tersebut operator tidak perlu terlalu membungkukkan badan saat meletakan material tersebut. Setelah merancang ulang fasilitas meja ini maka postur kerja yang didapat adalah sebagai berikut beserta hasil analisis RULA

Gambar

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 55

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Gambar Dari hasil analisis RULA diatas menunjukan perbaikan dari yg sebelum menggunakan fasilitas tambahan meja memiliki final score 7 dan setelah merancang ulang meja memiliki final score 4. Dapat dilihat postur kerja operaotr setelah merancang ulang meja untuk meletakkan material tidak terlalu membungkung sehingga resiko cidera yang mungkin dapat terjadi lebih sedikit dibanding dengan postur kerja operator yang ada saat ini. 2. Perbaikan Manual Material Handling Pada bagian Proses Penghalusan Posisi Awal Penambahan Fasilitas Meja pada Bagian proses Penghalusan External Locking Device Berikut Ukuran dimensi pada meja yang disarankan : Panjang dan lebar meja akan disesuaikan dengan ukuran palet yaitu : 77 cm dan 130 cm. Untuk tinggi meja akan disesuaikan dengan antropometri tubuh manusia yaitu Tinggi genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah persentil 5% - tinggi palet, jadi 655 mm 100 mm = 555 mm. Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 56

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

gambar Meja dengan ukuran seperti diatas untuk memudahkan operator saat menjangkau material tersebut operator tidak perlu terlalu membungkukkan badan saat akan mengambil material tersebut. Setelah menambahkan fasilitas meja ini maka postur kerja yang didapat adalah sebagai berikut beserta hasil analisis RULA

Gambar

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 57

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Dari hasil analisis RULA diatas menunjukan perbaikan dari yg sebelum menggunakan fasilitas tambahan meja memiliki final score 7 dan setelah merancang ulang meja memiliki final score 4. Dapat dilihat postur kerja operaotr setelah merancang ulang meja untuk meletakkan material tidak terlalu membungkung sehingga resiko cidera yang mungkin dapat terjadi lebih sedikit dibanding dengan postur kerja operator yang ada saat ini. Tambahan Pijakin kaki ditambahkan pada gambar diatas agar operator tidak perlu naik turun pijakan saat manual material handiling, karena pijakan tersebut diberikan untuk membantu operator untuk meletakan material pada ragum di mesin milling, karena tinggi dari mesin milling tersebut tidak dapat diubah. Posisi Akhir Penambahan Fasilitas Pijakan pada Bagian proses Penghalusan External Locking Device Berikut ukuran dimensi pada pijakan kaki yang disarankan :

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 58

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Panjang dan lebar meja akan disesuaikan dengan kebutuhan yaitu : 77 cm dan 130 cm. Untuk tinggi pijakan akan disesuaikan dengan antropometri tubuh manusia yaitu tinggi ragum pada mesin milling - Tinggi genggaman tangan pada posisi relaks ke bawah persentil 5% - tinggi palet, jadi 1200 mm 655 mm = 545 mm.

Gambar Pijakan kaki dengan ukuran seperti diatas untuk memudahkan operator saat meletakkan material tersebutke ragum pada mesin milling sehingga operator tidak perlu terlalu membungkukkan badan saat akan meletakkan material tersebut. Setelah menambahkan fasilitas pijakan kaki ini maka postur kerja yang didapat adalah sebagai berikut beserta hasil analisis RULA

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 59

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

gambar

Gambar

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 60

PT. PINDAD (Persero)


Laporan Kerja Praktek

Dari hasil analisis RULA diatas menunjukan perbaikan dari yg sebelum menggunakan fasilitas tambahan meja memiliki final score 7 dan setelah merancang ulang meja memiliki final score 4. Dapat dilihat postur kerja operator setelah menambahkan fasilitas pijakan kaki untuk membantu saat meletakkan material tidak terlalu membungkung sehingga resiko cidera yang mungkin dapat terjadi lebih sedikit dibanding dengan postur kerja operator yang ada saat ini. Menambahkan pijakan kaki karena tinggi dari ragum mesin milling tidak dianjurkan untuk dirubah, sehingga cara lain adalah menambahkan pijakan kaki seperti gambar diatas.

Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Diponegoro 61

Anda mungkin juga menyukai