Anda di halaman 1dari 6

Lampiran SAR 2005

1
KETENTUAN BERLANGGANAN TENAGA LISTRIK
PASAL 1
KETENTUAN UMUM

Dalam Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik ini, yang dimaksud dengan :
(1) PIHAK PERTAMA adalah Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara yang didirikan dengan Akta Notaris Sutjipto, SH
di Jakarta Nomor 169 tanggal 30 Juli 1994 dan perubahannya.
(2) PIHAK KEDUA adalah setiap orang atau Badan Usaha atau Badan/Lembaga lainnya yang membeli Tenaga Listrik dari Instalasi PIHAK
PERTAMA berdasarkan alas hak yang sah.
(3) Tenaga Listrik adalah bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan dan didistribusikan untuk semua keperluan di luar listrik
yang digunakan dalam komunikasi atau isyarat.
(4) APP ( Alat Pembatas dan Pengukur ) adalah Alat Pembatas dan Pengukur milik PIHAK PERTAMA untuk membatasi dan mengukur energi
listrik yang dipakai oleh PIHAK KEDUA.
(5) Instalasi PIHAK PERTAMA adalah instalasi milik PIHAK PERTAMA sampai dengan Alat Pembatas (AP) atau APP.

(6) Instalasi PIHAK KEDUA adalah instalasi milik atau yang dikuasai PIHAK KEDUA sesudah AP atau APP milik PIHAK PERTAMA yang telah
disahkan oleh yang berwenang.
(7) Perlengkapan APP adalah peralatan pendukung milik PIHAK PERTAMA untuk mengoperasikan APP yang meliputi antara lain kotak/lemari,
dan atau trafo arus, volt meter, ampere meter, saklar waktu, terminal, pengawatan semua peralatan dan kunci.
(8) Kotak APP adalah kotak tempat dipasangnya APP yang di dalamnya berisi blok jepit untuk menghubungkan terminal-terminal APP.
(9) Lemari APP adalah suatu lemari tempat dipasangnya APP dan sebagian atau seluruh perlengkapan APP.
(10) P2TL ( Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik ) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh PIHAK PERTAMA terhadap Instalasi PIHAK
PERTAMA dan Istalasi PIHAK KEDUA dalam rangka Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik.
(11) Segel adalah Suatu alat yang dipasang oleh PIHAK PERTAMA pada APP dan perlengkapan APP sebagai pengaman APP dan perlengkapan
APP
(12) Tanda Tera adalah alat yang dipasang pada Alat Pengukur oleh Instansi yang berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, sebagai pengaman kebenaran pengukuran;
(13) Tagihan Susulan adalah tagihan kemudian sebagai akibat adanya penyesuaian dengan ketentuan atau sebagai akibat adanya pelanggaran.
(14) Pemutusan Sementara adalah penghentian untuk sementara penyaluran Tenaga Listrik ke Instalasi PIHAK KEDUA.
(15) Pemutusan Rampung adalah penghentian untuk seterusnya penyaluran Tenaga Listrik ke Instalasi PIHAK KEDUA dengan mengambil /
membongkar sebagian atau seluruh peralatan untuk penyaluran Tenaga Listrik ke Instalasi PIHAK KEDUA.
(16) Force majeur atau keadaan memaksa adalah suatu keadaan yang mengakibatkan salah satu pihak tidak dapat memenuhi prestasi
sebagaimana diwajibkan dalam Perjanjian ini, yang disebabkan oleh keadaan diluar kekuasaan dan kemampuan salah satu pihak, dan
yang membebaskannya dari tanggung jawab dan tanggung gugat yang dinyatakan oleh Pemerintah.
(17) Daya Tersambung adalah besarnya daya yang disepakati oleh PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA dalam perjanjian jual beli tenaga listrik.
(18) TDL (Tarif Dasar Listrik) adalah ketentuan Pemerintah yang berlaku mengenai Golongan Tarif dan harga jual Tenaga Listrik yang
disediakan oleh PIHAK PERTAMA.
(19) BB (Biaya Beban) adalah biaya tetap yang ditagihkan kepada PIHAK KEDUA berkaitan dengan jumlah daya kVA yang disediakan PIHAK
PERTAMA.
(20) Biaya Pemakaian kWh, adalah biaya pemakaian energi listrik yang dikonsumsi oleh PIHAK KEDUA.
(21) Biaya Kelebihan kVArh, adalah biaya yang dibayar PIHAK KEDUA karena pemakaian kVArh melewati jumlah tertentu yang diperjanjikan.

(22) Tagihan Rekening Listrik adalah tagihan yang didasarkan pada perhitungan biaya atas pemakaian daya dan energi listrik oleh PIHAK
KEDUA, pajak dan meterai;
(23) BK (Biaya Keterlambatan), adalah biaya yang dibebankan pada PIHAK KEDUA karena tidak memenuhi kewajiban membayar tagihan PIHAK
PERTAMA tepat pada waktunya;
(24) BP (Biaya Penyambungan) adalah biaya yang dibayar calon PIHAK KEDUA untuk memperoleh penyambungan Tenaga Listrik atau biaya
yang dibayar oleh PIHAK KEDUA untuk penambahan daya
(25) UJL (Uang Jaminan Pelanggan) adalah uang yang merupakan jaminan atas pemakaian daya dan energi selama menjadi Pelanggan;
(26) TMP (Tingkat Mutu Pelayanan) adalah 13 (tiga belas) jenis layanan dengan masing masing Indikator Pelayanan yang diumumkan setiap
awal triwulanan di setiap Unit Pelayanan PIHAK PERTAMA sebagai komitmen PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.
(27) Biaya Perubahan Administrasi adalah biaya perubahan daya, golongan tarif dan nama atau perubahan data lainnya atas permintaan
PIHAK KEDUA.
Lampiran SAR 2005
2
PASAL 2
KELANGSUNGAN PENYALURAN TENAGA LISTRIK
(1) Penyaluran Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam perjanjian ini dilaksanakan secara terus menerus tanpa terputus-putus, kecuali
dalam hal - hal sebagai berikut :
a. Terjadi force majeure.
b. Atas perintah instansi yang berwenang dan atau pengadilan
c. Dilakukan pemutusan sementara.
(2) Penyaluran tenaga listrik akan disalurkan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dengan ketentuan peralatan kontrol instalasi PIHAK
KEDUA harus tidak peka / dibuat tidak peka terhadap kedip tegangan.
(3) Apabila terjadi penghentian penyaluran tenaga listrik karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, maka PIHAK
PERTAMA dibebaskan dari kewajiban memberikan ganti rugi. Kecuali penghentian yang diakibatkan selain dari ayat (1) pasal ini,
ketentuannya diatur dalam TMP.
PASAL 3
PEMBATASAN DAN PENGUKURAN
(1) Pemakaian tenaga listrik oleh PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini, akan dibatasi dan diukur dengan seperangkat
APP milik PIHAK PERTAMA yang dipasang pada sisi Jaringan instalasi milik PIHAK PERTAMA.
(2) Pembacaan dan pencatatan pemakaian tenaga listrik oleh PIHAK KEDUA, akan dilakukan secara periodik oleh PIHAK PERTAMA atau pihak
ketiga yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA.
(3) Alat pengukur yang digunakan untuk mengukur pemakaian tenaga listrik PIHAK KEDUA harus ditera dan disegel oleh Instansi yang
berwenang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Alat pembatas dan kotak APP disegel oleh PIHAK PERTAMA dan
biaya peneraan serta penyegelan dimaksud menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK PERTAMA.
(4) PIHAK KEDUA dapat meminta kepada PIHAK PERTAMA untuk dilakukan peneraan ulang alat pengukur apabila terjadi keragu-raguan
terhadap bekerjanya APP sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini.
(5) Biaya peneraan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) pasal ini menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK KEDUA apabila terbukti
bahwa alat pengukur masih dalam batas kewajaran.

PASAL 4
HARGA JUAL TENAGA LISTRIK
(1) Harga jual yang berlaku untuk jual beli tenaga listrik ditetapkan berdasarkan ketentuan harga / TDL yang berlaku sebagaimana dimaksud
dalam Perjanjian ini.
(2) Apabila terjadi perubahan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini, maka PARA PIHAK sepakat menyesuaikan harga jual
dimaksud dengan harga jual yang baru/berlaku setelah diumumkan, tanpa dibuatkan Addendum .

PASAL 5
BIAYA
(1) Untuk keperluan penyaluran tenaga listrik dimaksud dalam Perjanjian ini, PIHAK KEDUA membayar biaya kepada PIHAK PERTAMA
sebagaimana tercantum dalam perjanjian ini.
(2) Biaya Penyambungan (BP) dan Biaya Pengadaan Fasilitas dimaksud dalam perjanjian ini yang telah dibayarkan oleh PIHAK KEDUA kepada
PIHAK PERTAMA selanjutnya menjadi hak milik PIHAK PERTAMA dan tidak dapat ditarik kembali oleh PIHAK KEDUA.
(3) Pengembalian pembayaran biaya sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) pasal ini oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA, hanya
dapat dilakukan apabila PIHAK PERTAMA mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak sebelum layanan penyaluran tenaga listrik dilaksanakan
oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA.

Pasal 6
UANG JAMINAN PELANGGAN
(1) Untuk penyaluran tenaga listrik sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini, PIHAK KEDUA membayar UJL kepada PIHAK PERTAMA sesuai
ketentuan harga / TDL yang berlaku.
(2) Apabila Perjanjian ini berakhir karena sebab apapun juga, maka UJL yang telah dibayarkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, akan dibayarkan kembali kepada PIHAK KEDUA setelah diperhitungkan dengan seluruh
kewajiban PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA yang belum dilunasi.
Lampiran SAR 2005
3
(3) PARA PIHAK sepakat untuk menyesuaikan UJL sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini berdasarkan:
a. Ketentuan harga / TDL yang berlaku.
b. Pada saat PIHAK KEDUA mengajukan permintaan untuk :
- Perubahan daya.
- Perubahan golongan tarif.
- Perubahan nama.
- Penyambungan kembali aliran listrik akibat pemutusan sementara.
- Pemindahan dan/atau perubahan letak sambungan tenaga listrik.
c. Pada saat penyesuaian golongan tarif atau tenaga listrik (daya) akibat hasil P2TL atau laporan pihak ketiga yang kebenarannya
terbukti .

PASAL 7
TATA CARA PEMBAYARAN
(1) Pembayaran biaya tersebut dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pembayaran UJL dalam Pasal 6 ayat (1) Perjanjian ini, dilakukan sebagai berikut :
a. UJL dilunasi sekaligus pada saat penandatanganan perjanjian ini.
b. Untuk calon Pelanggan MENYALA, biaya Instalasi Rumah/Instalasi PIHAK KEDUA dilunasi sekaligus pada saat penandatanganan
perjanjian ini, dan biaya instalasi tersebut tidak masuk ke Kas PIHAK PERTAMA melainkan diterimakan langsung kepada Kontraktor
Listrik yang ditunjuk PIHAK PERTAMA.
c. Biaya Penyambungan (BP) dilunasi sekaligus pada saat penandatanganan perjanjian ini kecuali bagi calon pelanggan MENYALA,
BERSINAR dan LAYANAN PRIMA, BP dapat dilunasi atau diangsur selama 12 (dua belas) kali angsuran bulanan dengan besar
angsuran ditentukan KEDUA PIHAK dalam Berita Acara atau Surat Pengakuan Hutang dan untuk angsuran pertama dilunasi sekaligus
pada saat penandatanganan perjanjian ini dan untuk angsuran berikutnya pembayarannya dijadikan satu dalam Tagihan Rekening
Listrik PIHAK KEDUA sampai dengan angsuran BP dilunasi.
d. Untuk LAYANAN PRIMA, apabila pengadaan fasilitas untuk peningkatan keandalan penyaluran tenaga listrik disediakan oleh PIHAK
PERTAMA, maka PIHAK KEDUA dapat melunasi biaya pengadaan falitas kepada PIHAK PERTAMA atau mengangsur selama 60 (enam
puluh) kali angsuran bulanan dengan besar angsuran ditentukan KEDUA PIHAK dalam Berita Acara atau Surat Pengakuan Hutang
dan untuk angsuran pertama dilunasi sekaligus pada saat penandatanganan perjanjian ini dan untuk angsuran berikutnya
pembayarannya dijadikan satu dalam Tagihan Rekening Listrik PIHAK KEDUA sampai dengan angsuran biaya pengadaaan fasilitas
dilunasi.
(2) Tagihan Rekening Listrik dibayar setiap bulan pada tanggal yang akan di tetapkan oleh PIHAK PERTAMA dengan menyampaikan
pemberitahuan kepada PIHAK KEDUA, yang diperhitungkan berdasarkan jumlah pemakaian tenaga listrik sesuai hasil pembacaan dan
pencatatan sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 ayat (1) Perjanjian ini.
(3) Pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pasal ini, dapat dilakukan:
a. Secara tunai di Kas Kantor PT. PLN (PERSERO) Unit setempat atau loket-loket pelayanan yang ditentukan PIHAK PERTAMA.
b. Giro.
c. Transfer melalui Bank yang ditunjuk oleh PIHAK PERTAMA
d. Cara pembayaran lain yang ditentukan PIHAK PERTAMA
(4) Pembayaran dengan menggunakan giro dianggap lunas dan dinyatakan tidak mengalami keterlambatan, apabila giro tersebut dapat
dipindahbukukan oleh PIHAK PERTAMA sampai dengan batas waktu terakhir pelunasan pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) pasal ini.
(5) Pembayaran dengan cara transfer dianggap lunas dan tidak mengalami keterlambatan apabila transfer yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA
telah masuk ke rekening PIHAK PERTAMA selambat-lambatnya pada hari terakhir batas waktu pelunasan pembayarannya.
(6) Apabila pembayaran dengan giro telah dapat dipindahbukukan oleh PIHAK PERTAMA atau pembayaran dengan transfer telah masuk
rekening PIHAK PERTAMA sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan (5) pasal ini, maka PIHAK PERTAMA memberikan bukti pelunasan
pembayaran kepada PIHAK KEDUA.
PASAL 8
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
1. HAK PIHAK KEDUA :

(a) Menerima pembayaran Tagihan Listrik atas pemakaian tenaga listrik oleh PIHAK KEDUA.
(b) Melakukan kegiatan pekerjaan pengoperasian, pemeliharaan, perbaikan, pemeriksaan, perluasan, rehabilitasi instalasi peralatan listrik milik
PIHAK PERTAMA dan pemeriksaan instalasi milik PIHAK KEDUA setiap saat apabila dipandang perlu terhadap instalasi dan atau peralatan
listrik dimaksud.
(c) Melakukan pemadaman atau penghentian penyaluran tenaga listrik dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud butir 1.(a). pasal
ini setelah memberitahu terlebih dahulu melalui media masa tentang rencana kerja dan pemadaman kepada PIHAK KEDUA dalam waktu 1
x 24 jam sebelum pelaksanaan pemadaman kecuali apabila dalam keadaan force majeure, terjadi gangguan atau kerusakan mendadak
pada saluran listrik dan APP PIHAK PERTAMA.
(d) Masuk ke persil dan bangunan PIHAK KEDUA dan menggunakannya untuk sementara waktu, menggunakan tanah, melintas di atas atau di
bawah tanah, melintas di atas atau dibawah bangunan yang dibangun di atas atau di bawah tanah, dan memotong dan atau menebang
tanaman milik PIHAK KEDUA yang menghalangi kelangsungan penyaluran tenaga listrik atau membahayakan keselamatan umum.

(e) Memasuki pekarangan/halaman milik PIHAK KEDUA dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional PIHAK PERTAMA, termasuk juga
dalam P2TL.
Lampiran SAR 2005
4
(f) Memeriksa pemanfaatan tenaga listrik pada bangunan PIHAK KEDUA dan atau melakukan P2TL berdasarkan ketentuan yang berlaku.

(g) Melakukan penyesuaian golongan tarif apabila pemanfaatan tenaga listrik oleh PIHAK KEDUA tidak sesuai dengan peruntukan golongan
tarif dalam perjanjian ini dengan sepengetahuan PIHAK KEDUA.
(h) Melakukan penyesuaian golongan tarif apabila pemanfaatan tenaga listrik oleh PIHAK KEDUA tidak sesuai dengan peruntukan golongan
tarif dalam perjanjian ini dengan sepengetahuan PIHAK KEDUA.
(i) Menjual tenaga listrik kepada PIHAK LAIN (pembeli tenaga listrik yang lainnya) dari instalasi listrik milik PIHAK PERTAMA melintasi tanah
dan atau bangunan milik PIHAK KEDUA dengan ketentuan bahwa sambungan baru tersebut tidak akan mengurangi kehandalan
penyaluran tenaga listrik kepada PIHAK KEDUA
(j) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik.

2. HAK PIHAK PERTAMA :


(a) Memberikan pelayanan yang baik kepada PIHAK KEDUA sesuai TMP yang telah diumumkan oleh PIHAK PERTAMA..
(b) Menyalurkan tenaga listrik ke instalasi PIHAK KEDUA dan melaksanakan kegiatan butir 2.(a) pasal ini setelah PIHAK KEDUA melakukan
pembayaran sesuai Pasal 7 ayat (1) dan setelah pekerjaan pemasangan Instalasi PIHAK KEDUA selesai dilaksanakan dengan baik dan
memenuhi standar(SNI/SPLN) oleh Kontraktor Listrik.
(c) Memberikan reduksi / pengurangan tagihan listrik sesuai peraturan yang berlaku, apabila tidak sesuai dengan TMP.
(d) Menerbitkan rekening Tagihan Listrik setiap bulannya sesuai dengan peraturan PIHAK PERTAMA.
(e) Memberikan restitusi/pembayaran kembali, apabila terbukti pembayaran yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA lebih
besar dari yang diperjanjikan.
(f) Memberitahukan kepada PIHAK KEDUA apabila terjadi perubahan pola bayar tagihan listrik.
(g) Melakukan peneraan APP milik PIHAK PERTAMA bekerja sama dengan Instansi terkait (Metrologi) sebelum dilakukan pemasangan di tanah
dan atau bangunan milik PIHAK KEDUA.
(h) Melengkapi identitas setiap petugas atau siapapun juga yang akan melakukan tindakan mengatas namakan kepentingan PIHAK PERTAMA.
(i) Mensosialisasikan perubahan TDL yang telah ditetapkan oleh PEMERINTAH.
(j) Mengumumkan TMP setiap awal triwulan melalui media massa atau papan pengumuman di kantor pelayanan PIHAK PERTAMA.
(k) Mengumumkan daftar Biro Teknik Listrik / Instalatur yang terdaftar dan sah di wilayah kerja PIHAK PERTAMA pada papan
pengumuman dikantor pelayanan PIHAK PERTAMA
(l) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usaha.
(m) Memperhatikan keselamatan ketenagalistrikan.
PASAL 10
SANKSI KETERLAMBATAN PEMBAYARAN
(1) Apabila terjadi keterlambatan pembayaran tagihan listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) Perjanjian ini, PIHAK KEDUA
dikenakan BK (biaya keterlambatan) berdasarkan TDL yang berlaku yang harus dilunasi untuk setiap bulan keterlambatan.
(2) PIHAK PERTAMA akan memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA mengenai keterlambatan sebagaimana dimaksud ayat (1)
pasal ini, disertai dengan batas akhir waktu pembayaran keterlambatan dimaksud dengan sanksi pemutusan sementara.
(3) Apabila sampai dengan batas akhir waktu pembayaran sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, PIHAK KEDUA tidak memenuhi
kewajibannya maka PIHAK PERTAMAakan melakukan pemutusan sementara penyaluran tenaga listrik ke instalasi PIHAK KEDUA.
(4) PIHAK KEDUA wajib membayar BK (biaya keterlambatan) sesuai dengan ketentuan TDL yang berlaku sebagai berikut :

BK pertama : dikenakan untuk pelunasan dalam masa 30 (tigapuluh) hari pertama setelah batas akhir masa pembayaran bagi masing
masing pelanggan.
BK kedua : dikenakan untuk pelunasan dalam masa 30 (tigapuluh) hari kedua setelah batas akhir masa pembayaran bagi masing
masing pelanggan
BK ketiga : dikenakan untuk pelunasan dalam masa 30 (tigapuluh) hari ketiga atau sesudahnya dari batas akhir masa pembayaran
bagi masing masing pelanggan.

(5) Penyaluran kembali tenaga listrik yang telah diputus sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini, akan dilakukan oleh
PIHAK PERTAMA setelah PIHAK KEDUA melunasi seluruh kewajibannya kepada PIHAK PERTAMA.
(6) Apabila dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari kalender terhitung sejak pemutusan sementara sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
pasal ini, PIHAK KEDUA tidak memenuhi kewajibannya, maka PIHAK PERTAMA berhak mengakhiri Perjanjian ini secara sepihak dengan
melakukan pemutusan rampung berupa penghentian penyaluran tenaga listrik, dengan mengambil sebagian atau seluruh instalasi listrik
milik PIHAK PERTAMA yang ada di tanah dan atau bangunan milik PIHAK KEDUA.
(7) Apabila terjadi pengakhiran perjanjian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (6) pasal ini, maka PIHAK KEDUA tetap
berkewajiban melunasi selisih seluruh tagihan listrik yang terhutang berikut BK (biaya keterlambatan) setelah diperhitungkan dengan UJL
yang ada.
PASAL 11
PENYAMBUNGAN KEMBALI ALIRAN LISTRIK
Lampiran SAR 2005
5
Apabila PIHAK KEDUA mengajukan permohonan penyambungan kembali setelah pemutusan rampung oleh PIHAK PERTAMA sebagaimana
(1) dimaksud dalam Pasal 10 ayat (6) Perjanjian ini, maka PIHAK KEDUA akan diperlakukan sebagai pemohon baru sesuai dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku.
(2) PIHAK PERTAMA akan melakukan penyambungan kembali setelah PIHAK KEDUA memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) pasal ini, serta telah melunasi seluruh kewajiban membayar tagihan listrik bulanan yang terhutang berikut BK (biaya
keterlambatan).
PASAL 12
PERALIHAN BANGUNAN / PERSIL PIHAK KEDUA KEPADA PIHAK LAIN
(1) Apabila PIHAK KEDUA menyewakan tanah dan bangunan beserta sambungan tenaga listrik kepada PIHAK LAIN, maka segala akibat
hukum yang timbul termasuk kewajiban membayar tunggakan pembayaran tagihan listrik, biaya keterlambatan dan tagihan susulan
sebagai akibat sewa menyewa tersebut, tetap menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA untuk melunasinya kepada PIHAK PERTAMA.

(2) Apabila PIHAK KEDUA mengalihkan kepemilikan atas tanah dan bangunan beserta sambungan tenaga listrik kepada PIHAK LAIN karena
sebab-sebab apapun, maka PIHAK KEDUA wajib memberitahukan peralihan tersebut secara tertulis kepada PIHAK PERTAMA
selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak tanggal peralihan.

(3) Pemberitahuan peralihan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini, selanjutnya akan dijadikan dasar untuk pembuatan perjanjian baru
antara PIHAK PERTAMA dengan PIHAK LAIN sebagai pemilik baru.

(4) Apabila ketentuan tersebut dalam ayat (2) dan ayat (3) pasal ini tidak dipenuhi, PIHAK KEDUA masih tetap bertanggung jawab atas segala
kesalahan / pelanggaran yang dilakukan PIHAK LAIN atau pemilik baru. Selain itu PIHAK PERTAMA berhak melakukan tindakan hukum
sesuai dengan Perjanjian ini, baik terhadap PIHAK KEDUA maupun PIHAK LAIN tersebut.
(5) Pelanggaran ketentuan ayat (2) pasal ini dapat dijadikan dasar oleh PIHAK PERTAMA untuk mengakhiri Perjanjian ini.

PASAL 13
LARANGAN - LARANGAN
(1) PIHAK KEDUA dilarang menjual dan atau memberikan tenaga listrik yang dibeli dan diterima dari PIHAK PERTAMA kepada pihak lain
tanpa sepengetahuan dan persetujuan tertulis dari PIHAK PERTAMA.
(2) PIHAK KEDUA dengan cara dan dalih apapun dilarang merusak / atau mengubah instalasi PIHAK PERTAMA.
(3) PIHAK KEDUA dilarang memakai tenaga listrik selain peruntukan sesuai dengan perjanjian.
(4) Apabila terjadi pelanggaran atas ketentuan tersebut dalam ayat (1) sampai dengan ayat (3) pasal ini, maka PIHAK PERTAMA akan
melaksanakan pemutusan penyaluran tenaga listrik / menghentikan perjanjian jual beli tenaga listrik ini secara sepihak dan PIHAK KEDUA
wajib membayar tagihan susulan yang diajukan PIHAK PERTAMA.

PASAL 14
PENERTIBAN PEMAKAIAN TENAGA LISTRIK (P2TL)
(1) Yang dimaksud sebagai Pelanggaran atas Perjanjian ini sebagai hasil temuan pelaksanaan P2TL oleh petugas PIHAK PERTAMA dinyatakan
terjadi bila ditemukan salah satu atau beberapa keadaan sebagai berikut :
a. Segel rusak atau putus atau terbuka atau tidak sesuai dengan aslinya;
b. APP rusak atau hilang atau tidak bekerja sebagaimana mestinya;
c. Perlengkapan APP rusak atau hilang atau tidak bekerja sebagaimana mestinya;
d. Penggunaan tenaga listrik yang tidak sesuai dengan peruntukannya;
e. Terdapat sambungan langsung;
(2) Masing masing pelanggaran sesuai ayat (1) pasal ini dikenakan Tagihan Susulan dan atau Biaya sesuai aturan yang berlaku (terlampir).
(3) Tagihan susulan dan atau Biaya dibayar sesuai peraturan P2TL yang berlaku dan apabila tidak dilunasi sesuai jangka waktu atau tahapan
pembayaran, PIHAK PERTAMA akan melaksanakan pemutusan sementara dan apabila dalam jangka waktu 60 (enampuluh) hari kalender
sejak tanggal pemutusan sementara PIHAK KEDUA belum melunasi tagihan susulan yang ditetapkan maka PIHAK PERTAMA akan
melaksanakan pemutusan rampung.
(4) Kerusakan sebagaimana dimaksud ayat (1). pasal ini tidak dikategorikan sebagai pelanggaran apabila telah dilaporkan oleh pelanggan
untuk yang pertama kalinya dan dapat dibuktikan bahwa kerusakan tersebut bukan / tidak dilakukan oleh pelanggan

(5) Hasil temuan sesuai pelanggaran seperti tersebut dalam ayat (1) pasal ini dibuatkan berita acara (BA) yang ditandatangani oleh PARA
PIHAK atau oleh sekurang kurangnya 2 (dua) orang saksi dan petugas PIHAK PERTAMA.

PASAL 15
SANKSI SANKSI PELANGGARAN
Sanksi atas pelanggaran dapat berupa pengenaan Biaya keterlambatan, Tagihan susulan, Pemutusan Sementara, Pemutusan Rampung dan
Pembatalan Perjanjian.

PASAL 16
PAJAK
Segala bentuk Pajak yang timbul akibat jual beli tenaga listrik ini menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK KEDUA, kecuali yang secara tegas
Segala bentuk Pajak yang timbul akibat jual beli tenaga listrik ini menjadi beban dan tanggung jawab PIHAK KEDUA, kecuali 6
yang secara tegas
Lampiran SAR 2005

diatur dalam peraturan perundang-undangan menjadi beban PIHAK PERTAMA.

PASAL 17
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
(1) Perjanjian ini dapat berakhir karena
a. Kesepakatan PARA PIHAK.
b. Terjadi pelangggaran terhadap perjanjian ini.
c. Adanya peraturan perundang-undangan atau putusan pengadilan yang berakibat terjadi pengakhiran Perjanjian ini.
(2) Apabila terjadi pengakhiran perjanjian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini, maka PIHAK KEDUA tetap
berkewajiban melunasi selisih seluruh tagihan listrik yang terhutang berikut BK (biaya keterlambatan) setelah diperhitungkan dengan UJL
yang ada.
(3) Apabila salah satu pihak melakukan pengakhiran perjanjian, PARA PIHAK sepakat untuk tidak memberlakukan ketentuan Pasal 1266 dan
1267 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

PASAL 17
PENGAKHIRAN PERJANJIAN
(1) Apabila terjadi perselisihan pendapat dalam pelaksanaan Perjanjian ini, maka PARA PIHAK akan menyelesaikan dengan cara musyawarah
untuk mencapai mufakat.
(2) Apabila penyelesaian perselisihan dengan cara musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini tidak tercapai, PARA PIHAK
akan menyerahkan penyelesaiannya melalui Pengadilan Negeri.
PASAL 18
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
(1) Apabila terjadi perselisihan pendapat dalam pelaksanaan Perjanjian ini, maka PARA PIHAK akan menyelesaikan dengan cara musyawarah
untuk mencapai mufakat.
(2) Apabila penyelesaian perselisihan dengan cara musyawarah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini tidak tercapai, PARA PIHAK
akan menyerahkan penyelesaiannya melalui Pengadilan Negeri.

PASAL 19
PERUBAHAN-PERUBAHAN
(1) Perubahan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (2) dan Pasal 6 Perjanjian ini, khususnya yang berhubungan dengan TDL tidak perlu
dibuatkan Addendum, namun berlaku dengan sendirinya dan mengikat PARA PIHAK dengan diberitahukannya perubahan tersebut oleh
PIHAK PERTAMA melalui media massa
(2) Setiap perubahan selain yang disebutkan dalam ayat (1) pasal ini, hanya dapat diberlakukan atas kesepakatan PARA PIHAK dan akan
diatur dalam Addendum dan atau Amandemen sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
(3) Setiap perubahan selain yang disebutkan dalam ayat (1) pasal ini, hanya dapat diberlakukan atas kesepakatan PARA PIHAK dan akan
diatur dalam Addendum dan atau Amandemen sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini.
(4) Pelanggan yang meminta perubahan Daya, Golongan Tarif dan Nama seperti tersebut pada ayat (2) pasal ini yang tidak memperhitungkan
/ membayar BP (biaya penyambungan) dikenakan Biaya Perubahan Administrasi sesuai ketentuan TDL yang berlaku.
(5) Permintaan layanan Sambungan Tenaga Listrik seperti tersebut pada ayat (2) pasal ini yang diatur dengan transaksi Tarif Multiguna, tidak
dikenakan Biaya Perubahan Administrasi
PIHAK KEDUA PIHAK KEDUA

( SUHRADI ) ( SUWARNO, ST )

Anda mungkin juga menyukai