Anda di halaman 1dari 93

1.1. Latar Belakang Islam di Singapura merupakan agama minoritas.

Berdasarkan data pada 2008, sekitar 15 persen penduduk Singapura yang jumlahnya 4.839.000 adalah Muslim. Mayoritas kelompok etnik Melayu di Singapura memeluk Islam. Selain itu, pemeluk Islam meliputi kelompok etnik India dan Pakistan, juga sejumlah kecil kelompok etnik Cina, Arab, dan Eurasia. Sekitar 17 persen muslimin Singapura berasal dari kelompok etnik India. Kaum muslim di Singapura secara tradisi merupakan muslim Sunni yang mengikuti mazhab Syafii. Sebagian muslim Singapura mengikuti mazhab Hanafi. Ada juga kelompok muslim Syiah di Singapura. Dalam pengertian persentase etnis, penduduk Singapura relatif stabil semenjak pertengahan abad ke-19. Perubahan demografik yang mengesankan terjadi pada awal abad ke-19, ketika penduduk Cina secara perlahan mulai mengambil alih menjadi penduduk mayoritas yang menonjol dibanding yang bersuku Melayu. Sejak tahun 1891 jumlah penduduk Cina Singapura adalah 67.1%, Melayu 19.7%, India 8.8% dan yang lain-lain, termasuk Eropa dan Arab, 4.3%. Sensus yang dilakukan pada tahun 1990 menunjukkan keseluruhan penduduk Singapura berjumlah 2.7 juta orang. Komposisi penduduknya terdiri dari mayoritas Cina dengan 77.7%, Melayu 14.1%, India 7.1 % dan warga lainnya 1.1% (J.L. Esposito, 1995:76). Sementara itu kalau jumlah penduduk dilihat dari komposisi keagamaannya pada sensus yang sama tahun 1990 adalah sebagai berikut: pengikut Budhha 31.1%; Taoisme 22.4%; Islam 15.3%; Kristen 12.5%; Hindu 3.7% dan agama lain 0.6% (Sharon Siddique, 1995:1). Dilihat dari komposisi keagamaan, etnis Melayu secara mayoritas merupakan pemeluk agama Islam. Atau bahkan bisa dikatakan bahwa etnis Melayu berarti Islam. Komposisi penduduk Melayu yang 14.1% adalah sama dengan 380.600 orang. Dilihat dari segi tingkat pendidikannya adalah: Pendidikan Non-Formal 15.1%; Pendidikan dasar 32.7%; Pendidikan Sekolah Menengah Pertama 47.3%; Pendidikan Sekolah Menengah Atas 3.5% dan Pendidikan Tinggi 1.4%. Sedang apabila dilihat dari komposisi pekerjaannya adalah: Bidang Teknik dan Professional 9.7%; Bidang Administrasi dan Managerial 1.1%; Ulama dan Guru Agama/Profesi Keagamaan 15.4%; Sales dan Servis 14.0%: Pertanian dan Nelayan 0.3%; Produksi dan Relasi 13 57% dan lain-lain 2.5%. Mengenai partisipasi kerja antara laki-laki dan perempuan adalah: laki-laki pekerja 78.3% dan wanita pekerja 47.3% (Sharon Siddique, 1995:4). Dalam dua puluh tahun, antara tahun 1970 sampai tahun 1990, menurut Sharon Siddique, telah terjadi perubahan yang dramatis atas MuslimMelayu Singapura. Telah terjadi peningkatan, misalnya dalam bidang pendidikan: untuk pendidikan tingkat menengah pertama dari 36.4% menjadi 47.3%; pada tingkat menengah atas dari 1.0% menjadi 3.5% dan pada pendidikan tinggi dari 0.2% menjadi 1.4%. Dalam bidang pekerjaan, yang paling menarik adalah menurunnya prosentase dalam bidang pertanian (dari 5.3% menjadi 0.3%); sales dan pelayan (dari 27% menjadi14.%), dan menaiknya secara tajam pada bidang produksi

(43% menjadi 57%). Pergeseran juga terjadi pada kemampuan keahlian etnis Melayu untuk mengikuti perkembangan teknologi tinggi. Karena upah yang lebih tinggi hanya mungkin diperoleh dengan tingkat keahlian dan produktifitas yang tingi. Rata-rata pendapatan keluarga perbulan adalah S$ 2,246 % (Sharon Siddique, 1995:4). 1.2. Rumusan Masalah Berikut rumusan masalah dari makalah ini : 1) Sejarah masuknya Islam ke Singaoura? 2) Bagaimana perkembangan Islam di Sinagpura? 3) Apa saja peranan MUIS di Singapura? 4) Pendidikan Islam di Singapura? BAB II PEMBAHASAN 2.1. Singapura di Asia Tenggara Menurut sebuah legenda yang tercantum dalam sejarah Melayu, seorang Tamil putera raja bernama Sang Nila Utama dan Isterinya bernama Wan Sri Bini (puteri Banten) bersama-sama dengan pengikutnya berangkat dari Banten yang kemudian berlabuh disebuah pulau di Selatan Semenanjung Malaya. Disaat mereka naik kedaratan, Sang Nila Utama melihat se-ekor binatang buas melintasi jalan yang akan mereka lalui; binatang itu lebih besar dari kambing, badan binatang itu berwarna cokelat, lehernya berwarna hitam, dan dadanya berwarna putih, binatang itu ternyata singa. Sang Nila Utama menganggap peristiwa itu merupakan petanda baik. Maka kemudian ia memberi nama wilayah yang dimasuki itu dengan Singapura, artinya kota singa. 1 Singapura adalah sebuah pulau yang terletak diujung Semananjung Tanah Melayu, yang awalnya bernama "Pulau Ujung" (Pu-Lo-Chung), "Salahit" -Selat,dan berikutnya Temasek", "Tumasik"(Jawa),"Tam-ma-sik"(China). Istilah Singapura sediri muncul pada tahun 1299 ketika Pangeran Sang Nila Utama singgah di pulau ini dan menemukan seekor binatang seperti Singa, sehingga pulau itu disebut Lion City(Kota Singa). Versi lain mengatakan bahwa pada abad ke-14 pulau ini menjadi tempat singgahnya para pedagang Majapahit sehingga Singapura bararti kota (Pura) singgah (Singgah). Sebagai sebuah negara imigran yang era modernnya selalu dihitung sejak Stamford Raffles menemukan pada tahun 1819, mendapatkan kemerdekaan penuhnya pada 9 Agustus 1965 dan selanjutnya bergabung menjadi salah satu anggota PBB dengan presiden pertama Yusof bin Ishak. Penduduk Negara pulau ini adalah multi etnis. Dari jumlah penduduk 4.131.200 jiwa, etnis China sebanyak 79.7%, Melayu 13.9%, India 7.9%, dan etnis

1 Hsu Yun-tsiao, Notes On The Historial Position Of Singapure, Malayan History, Journal, Singapore, 1992, hal 226. lain sekitar 1.5%.2 dengan demikian etnis China adalah etnis mayoritas, disusul Melayu dan India. Etnis melayu sebagian besar berasal dari imigran Sulawesi, Bawean, dan lain-lain. Singapura menganut sistem sekuler, di mana pemerintah menerapkan netralitas terhadap semua agama yang ada. Berdasarkan hasil sensus tahun 2000, diketahui bahwa penduduk singapura yang berumur di atas 15 tahun menganut beberapa agama, yaitu Budha 42.5%. Islam 14.9%, Kristen 14.6%, Tao 8.5%, Hindu 4.0% dan Agama lain (Yahudi, Zoroaster,dll 0.6%). Kecuali itu, masih ada sekitar 14.8% yang tidak memiliki atau menganut agama tertentu. Semenjak akhir abad ke-14 sampai tahun 1511, Singapura menjadi wilayah bagian dari kerajaan Malaka. Dan dalam abad ke-18 Singapura berada dibawah kekuasaan kerajaan Johor, dan kemudian menempatkan seorang Tumenggung di Singapura sudah menjadi pelabuhan Transito yang penting sebagai jalur perdagangan antara barat dan Cina, sehingga orang Barat akhirnya sangat menaruh perhatian terhadap fungsi pelabuhan Singapura. Inggris bermaksud untuk menciptakan Singapura menjadi kota pelabuhan yang akan menjadi kota transit antara jalur India dan Cina, oleh karena itu pada tahun 1818 Gubernur Jendral Inggris di India memerintahkan Sir Thomas Stamford Raffles untuk menguasai Singapura. Islam dan mengubah namanya menjadi Megat Iskandar Syah (James Nach, 1976:24-25). Setelah peristiwa tahun 1402-1403, selama 400 tahun kemudian Singapura menjadi daerah yang tidak bertuan. Menjadi daerah yang ditinggalkan manusia. Singapura menjadi tempat tinggal para bajak dan perompak (W.S. Morgan, 1956:21). Pada kurun sejak ceritera ditemukannya sampai ditinggalkan penduduknya, tidak ada gambaran yang jelas mengenai agama yang dianut oleh penduduk Singapura. Perkiraan yang mungkin dikemukakan adalah agama Hindu dan agama pagan yang sifatnya animistis dan dinamistis, sebagai keumuman agama-agama asli Nusantara 2 http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura, 25/05/2010,12:34WIB 2.2. Posisi Melayu-Muslim di Singapura 1. Ekonomi Dibanding dengan Negara-negara minoritas muslim lainnya di kawasan Asia-Tenggara, Singapura merupakan sebuah Negara yang relative kaya. Hal ini secara teoritis tentunya berdampak pula pada kondisi umat islamnya. Sejarah Melayu Singapura menunjukkan pada awalnya kondisi ekonomi

masyarakat Melayu-Muslim sangat berbeda dengan kondisi hari ini. Mereka bekerja pada sektor-sektor strategis dan 70% bekerja dikawasan kota, hanya 30% saja yang bekerja di kawasan kampung. Hal ini sebagai bukti bahwa sejak awal orang Melayu-muslim telah menjadi etnis yang memiliki tingkat ekonomi yang memuaskan. Dengan demikian, orang Melayu identik dengan nuansa hidup kota.3 Kondisi ini amat berbeda dengan yang terjadi saat ini. Sekarang, secara umum tingkat perekonomian Melayu-muslim berada jauh di bawah etnis lain. Bahkan, mereka selalu disebutkan kelompok marjinal secara ekonomi. Ini disebabkan arus imigran Cina terus meningkat dan leluasa memasuki kawasan Singapura. 2. Seni dan Budaya Sebuah tesis Ph.d oleh Betts, seorang ahli sains politik Amerika, mengklaim bahwa masyarakat melayu gagal untuk merubah dirinya sebelum tahun 1959. Ia menuliskan bahwa banyak perkara tentang cara hidup orang melayu diakui umumnya tidak selaras dengan keadaan dan kemajuan yang pesat di Singapura. Disisi lain, factor-faktor intrinsik dalam masyarakat Melayu menghalangi penerimaan ataupun internalisasi secara pesat akan perubahan. Dia menganggap bahwa kampung-kampung dipinggiran Singapura pada Hakikatnya bersifat perdesaan. Faktanya Banyak orang melayu yang merasa puas hanya

dengan bermata pencarian menangkap ikan, bertani, dan aktivitas lain yang bercorak tradisional tanpa mempedulikan perkembangan zaman.4 Hal senada juga diungkapkan oleh Badlington dalam desertasinya (1974) bahwa masyarakat Melayu belum dapat merubah dirinya sebelum tahun 1959. Masyarakat melayu selalu dihalangi oleh kekangan-kekangan budaya yang mendefinisikan menurut garis etnis. Orang bukan Melayu telah bejaya memutuskan diri sama sekali dari pada kokongan tradisi yang menghalang pembangunan ekonomi, akan tetapi masyarakat Melayu terus terpengaruh oleh gerak budaya yang bertentangan. Badlington juga menjelaskan bahwa pandangan orang Melayu tentang rezeki mengakibatkan fatalisme (menyerah pada takdir) dan tidak ada usaha untuk meraihnya. Bagi Badlington, kaum-kaum lain di Singapura telah berubah sedangkan orang melayu tinggal beku dan tinggal sejarah, dikekang oleh nilai-nilai budaya mereka. Nilai-nilai yang dibincangkan oleh Badlington terdiri hanya dari pada yang dianggapnya sebagai negative bagi kemajuan orang Melayu. Nilai-nilai ini digambarkan sebagai cirri-ciri budaya yang kekal dan diretifikasi secara abstrak dari pada konteks social dan materialnya Menanggapi isi dari pada desertasi Badlington, yang secara umum

memarginalkan kertepurukan ekonomi orang Melayu dilatarbelakangi oleh adanya budata yang kaku dan katalis yang nota bene bersumber dari syariat Islam berupa Al-Quran dan Hadist, perlu disanggah keabsahannya. Justru sebenarnya penjelasan-penjelasan kemunduran Melayu bukan semata-mata berasal dari sumber budaya Melayu yang juga melibatkan tafsiran Al-Quran. Akan tetapi juga berasal dari diskriminasi dan perbedaan kesempatan yang diberikan kepada orang Melayu dan etnis Cina pada awal 1970-an. Memang harus diakui bahwa mundurnya social budaya orang Melayu dan minimnya semangat untuk bekerja, khususnya menyoroti kaum wanitanya disebabkan masih dangkalnya pemikiran dan interfretasi umat dalam memahami syariat. Khususnya tafsiran yang salah kaprah terhadap Islam, dimana pada masa ini banyak sikap pasif terhadap agama yang dilihat orang Melayu sebagai menjamin masa depan tanpa perlu berusaha, cukup menyerah pada takdir dan usaha untuk mengembangkan karir hidupnya, hanya dengan mencukupi biaya hidup dalam jangka pendek. Namun disisi lain, pada kenyataannya, banyak surat kabar di Singapura yang sengaja menggemborkan keterpurukan ekonomi dan social budaya Melayu identik dengan perdesaan. Publikasi yang diedarkan oleh berbagai surat kabar seperti The Miror dan Akhbar Kebangsaan dalam terbitan utamanyamenegaskan bahwa Melayu kedesaan sifatnya. Isu-isu negative dari surat kabar ini, akhirnya dibantah oleh sebuah penerbitan khas keluaran Majelis Hal-Ehwal Islam yang menandaskan bahwa kenyataannya orang-orang melayu banyak yang memiliki propesi tinggi di perkotaan, bukan hanya sebatas nelayan, tukan kebun dan pekerjaan-pekerjaan perdesaan lainnya. Bila diteliti pula tentang budaya Melayu yang ingin menjalin antara etnis, biasanya perkawinan yang dianggap paling selaras adalah pekawinan antara dua komponen yang berbeda suku namun masih dalam satu agama. Perkawinan semacam ini dianggap selaras atau sekupu, karena antara dua belah pihak masih memiliki satu visi dan misi, seiman dan seagama dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. 3 www.halamansatu.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=164, 26/05/2010/, 09:17WIB 4. muhnur.blogspot.com 3. Politik Mencermati akar persoalan yang sering muncul dikalangan minoritas muslim, mengingat serangkaian konflik antara pihak minoritas dengan mayoritas biasanya terletak pada tarik-menarik kepentingan di tingkat politik. Umat Islam pada umumnya menyakini bahwa agama mereka diturunkan oleh tuhan untuk mengatur kehidupan umat manusia baik ditingkat individu maupun kolektif. Oleh sebab itu, umat Islam Singapura menginginkan agar pendirian sebuah partai disesuaikan dengan kepentingan-kepetingan berdasarkan keyakinan dan

keimanan yang dipegangi bersama, yang di yakinin memancarkan identitas, kesatuan, dan solidaritas kepada sesame muslim. Ada dua partai politik yang berdasarkan etnis melayu yaitu Persatuan Melayu Singapura dan Pertumbuhan Kebangsaan Melayu-Singapura.5 Namun dalam perjalanannya, kedua partai ini tidak mendapatkan tempat dihati pemilih, temasuk dimayoritas Melayu-Muslim sendiri. Partai yang berbasis agama dan etnis di Singapura tidak dapat berkembang dengan baik, apalagi berharap menjadi pemenang. Selama ini, hanya PAP lah partai politik utama masyarakat melayu Muslim Singapura. Dalam konteks politik yang lebih luas, melayu Muslim belum mendapatkan refresentasi politik sesuai dengan keinginan mereka. Sampai saat ini, hanya satu anggota cabinet yang berasal dari kelompok Islam dan amat minim yang bisa duduk di parlemen, akibat dari pemerataan penduduk MelayuMuslim dengan Cina sehingga sulit bagi muslim untuk menjadi calon anggota legeslatif. Secara umum dapat dikatakan bahwa, dari sisi politik, Muslim Singapura masih menyisakan persoalan. Namun demikian, dilihat dari realitas yang terjadi di tengah masyarakat, isu politik boleh dikatakan tidak terlalu menarik bagi mereka, karena mereka berada pada posisi minoritas. Strategi perjuangan politis masih dianggap belum dapat membawa banyak keuntungan bagi masa depan mereka. 2.3. Sejarah Masuknya Islam ke Singapura Sejarah kehadiran agama Islam di Singapura tidak dapat dipisahkan dengan sejarah kedatangan Islam di Asia Tenggara pada umumnya, begitu pula sejarah perkembangan dari masa kemasa yang selalu berkaitan dengan perkembangan agama Islam diwilayah lainya. Pada sebagian ahli sejarah sudah hampir sepakat bahwa agama Islam sudah sampai ke Asia Tenggara pada abad pertama Hijriah atau pada akhir abad ke-7 Masehi, karena pada abad itu pedagang-pedagang Arab atau pedagang Muslim India sudah mengadakan perdagangan sampai keselat Malaka dan ke Cina, sebagian ada yang singgah di Sumatera dan Jawa. Kemudian jalur perdagangan itu menjadi rute tetap pada pedagang Arab dan India yang menjulur dari laut Tengah melalui Persia dan India ke Asia Tenggara dan terus ke Tiongkok. 6 5 www.antara.co.id/arc/2007/10/27/sekolah-islam-di-singapura-akan-naikan-standarakademis 6 Taufiq abdullah(Ed.), Islam Di-Indonesia, Tinta Mas Jakarta, 1974, hal 118. Namun untuk menentukan dengan pasti kapan sesungguhnya awal kehadiran agama Islam, dimana dimulai, kemana penyebarannya, siapa penyebarnya, dan bagaimana metode pengajarannya adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah, karena sulit menentukan bukti yang dapat dipercaya kebenarannya.

Singapura sendiri mempunyai peranan penting dalam penyebaran Islam di Asia Tenggara. Posisi stategis yang merupakan nilai lebih Singapura menjadikannya sebagai transit bagi perdagangan dari berbagai kawasan. Pada sisi lain, selain sebagai transit perdagangan letaknya yang strategis ini juga telah memungkinkannya menjadi pusat informasi dan komunikasi dakwah Islam, karena secara geografis Singapura hanyalah salah satu pulau kecil yang terdapat di tanah Semenanjung Melayu. Singapura menjadi sebuah Negara Republik yang merdeka setelah melepaskan diri dari Malaysia pada tanggal 17 Agustus 1965. Saat ini, Singapura merupakan Negara paling maju diantara Negara-negara tetangganya di kawasan Asia Tenggara. Namun demikian, Islam relative tidak berkembang di Negara ini, baik bila dibandingkan dengan sejarah masa lalunya, maupun bila dibandingkan dengan perkembangan Islam di Negara-negara lainnya di kawasan Asia Tenggara. 7 Sejak abad ke-15, pedagang Muslim menjadi unsur penting dalam perniagaan wilayah Timur, tidak terkecuali Singapura. Beberapa diantara para pedagang ada yang menetap, dan menjalin hubungan perkawinan dengan penduduk setempat. Lama-kelamaan mereka membentuk suatu komunitas tersendiri. Para pedagang tersebut tidak jarang menjadi guru agama dan imam. Dalam komunitas Muslim ini juga sudah terdapat sistem pendidikan agama yang bersifat tradisional. Pada umumnya mereka belajar agama dirumah-rumah, yang kemudian dilanjutkan di surau-surau dan mesjid. Pada tahun 1800 di kampong Glam dan kawasan Rocor menjadi pusat pendidikan tradisional. Dalam hal ini, guru-guru dan imam sangat penting peranannya dalam memupuk penghayatan keagamaan pada masyarakat Muslim Singapura. Sama dengan Muslim di kawasan Asia Tenggara lainnya, Muslim di Singapura pada masa awal menganut mazhab Syafi'I dan berpaham teologi Asy'ariyah. 7 Sejarah Islam Asia Tenggara, Drs. H. Suhaimi, M.Ag, Unri Press, Cetakan Kedua, 2010, Pekanbaru. Pada abad-19 di kalangan komunitas muslim Singapura juga terdapat kelompok pendatang yang berasal dari Jawa, Sumatera, Sulawesi, Riau, dan Bawean serta kelompok Imigran yang berasal dari luar seperti muslim India, dan keturunan Arab khususnya Hadramaut. Kedatangan imigran secara besar-besaran ini secara tidak langsung telah membuat pelabuhan Singapura berkembang menjadi gerbang ekonomi yang penting di Selat Melaka. Pada abad ke-19 hal ini telah menjadikan kota Singapura selain sebagai sentral ekonomi juga menjadikan Singapura punya peranan penting selain sebagai pusat perdagangan juga sebagai pusat informasi dan dakwah Islam. Pada fase awal, Islam yang disuguhkan kepada masyarakat Asia Tenggara lebih kental dengan nuansa tasawuf. Karena itu, penyebaran Islam di Singapura juga tidak terlepas dari corak tasawuf ini. Buktinya pengajaran tasawuf ternyata sangat diminati oleh ulama-ulama tempatan dan raja-raja Melayu. Kumpulan tarekat sufi

terbesar di Singapura yamg masih ada sampai sekarang ialah Tariqah Alawiyyah yang terdapat di Masjid Balawi. Tarekat ini dipimpin oleh Syed Hasan bin Muhannad bin Salim al-Attas.8 Selain tarekat itu juga dijumpai tarekat Al-Qadiriyyah Wa al Naqshabandiyyah yang berpusat di Geylang Road yang dikelola oleh organisasi PERPTAPIS (Persatuan Taman Pengajian Islam). Tarekat ini berasal dari Suryalaya, Tasik Malaya, Jawa Barat. Gurunya bernama K.H Ahmad Tajul Ariffin dan Haji Ali bin Haji Muhammad. Tarekat lainnya yang diamalkan di Republik Singapura ialah Al-Shaziliyyah, Al-Idrisiyyah, Al-Darqawiyyah dan Al-Rifaiyyah. Para ulama asal Yaman (Hadramaut) yang bernama Syed Abu Bakar Taha Alsaggof dalam mengembangkan Islam di Singapura sangat besar. Dialah dai dan penyebar Islam pertama era modern di negeri pulau itu dan membuka lembaga pendidikan Islam, yakni Madrasah Al-Juneid yamg masih eksis sampai saat ini. 2.4. Perkembangan Islam di Singapura Sebagai Negara yang berdiri setelah perang dunia II singapura meurpakan Negara paling Maju di kawasan Asia Tenggara. Singapura memiliki Ekonomi atau Prekonomian Pasar yang sangat maju, yang secara historis berputar di sekitar perdagangan Interpot Bersama Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan, Singapura adalah satu dari Macan Asia . Ekonominya sangat bergantung pada ekspor dan pengolahan barang impor, khususnya di bidang manufaktur yang mewakili 26% PDB Singapura tahun 2005 dan meliputi sector elektronik, pengolahan minyak Bumi, bahan kimia, teknik mekanik dan ilmu biomedis. Tahun 2006, Singapura memproduksi sekitar 10% keluaran Waferwafer dunia. Singapura memiliki salah satu dari pelabuhan tersibuk di Dunia dan merupakan pusat pertukaran mata uang asing terbesar keempat di dunia setelah London, New York dan Tokyo. Bank Dunia menempatkan Singapura pada peringkat hub logistik teratas dunia.9 Namun demikian ditengah kemajuan Singapura sebagai sebuah negara yang menjadi sentral perdaganagan Asia Tenggara dan memiliki perjalanan panjang mengenai perjumpaan dengan Islam. Singapura merupakan neagara yang memiliki penduduk Muslim yang Minoritas. Dengan jumlah penduduk sekitar 4,99 Juta jiwa hanya sekitar 14.9 % saja yang memeluk agama Islam. Dan menjadi agama kedua terbesar setelah Buddha 42,9% di ikuti oleh Ateis 14.8 %, Kristen 14.6%, Taouisme 8% dan Hinddu 4% serta agama lainnya 0.6%.6 8 Dr. Munzir Hitami, Sejarah Islam Asia Tenggara, (Pekanbaru: Alaf Riau, 2006), hlm. 32. Wajah Islam di Singapura tidak jauh beda dari wajah muslim di negeri jirannya, Malaysia. Banyak kesamaan, baik dalam praktek ibadah maupun dalam kultur kehidupan sehari-hari. Barangkali hal ini dipengaruhi oleh sisa warisan Malaysia, ketika Negara kecil itu resmi pisah dari induknya, Malaysia, pada tahun 1965. Hal ini jika di urut melalui sejarahnya, keberadaan Islam di Singapura tak

lepas dari keberdaan Etnis Melayu yang mendiami pulau tersebut. Ditambah dengan golongan lain yang dikatagorikan sebagai Migran Muslim. Mereka inilah, terutama migranArab, sebagai penyandang dana utama dalam pembangunan masjidmasjid, lembaga lembaga pendidikan dan organisasiorganisasi Islam. 7 Sejak pertengahan abad ke19, ketika Belanda melakukan tindakan represif dan pembatasan atas calon haji Indonesia, Singapura menjadi alternatif mereka sebagai tempat pemberangkatan. Brokerbroker perjalan ibadah haji ini adalah kalangan migranArab. Berbeda dengan Muslim imigran, masyarakat Melayu merupakan mayoritas. Mengikuti pembagian Sharon Siddique, mungkin karena mayoritas migran yang berasal dari dalam wilayah (Jawa, Sumatera, Riau dan Sulawesi), 9 http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura, 15/05/2012,13:34 WIB. cenderung membawa isteri dan anak mereka. Dengan demikian rasioseks (khususnya pada komponen mayoritas yang berbahasa Melayu) lebih seimbang dibanding komunitaskomunitas lain. Kenyataan yang demikian berakibat pada kelambatan terjadinya asimilasi kemelayuan. Kelompok migran biasanya mendiami kampungkampung yang ditata berdasarkan tempat asal. Dan ini berakibat pada menguatnya bahasabahasa etnis dan adat istiadat. Dengan demikian, karena heteroginitas penduduk Muslim Singapura, orang bukan mendapatkan suatu komunitas Muslim, namum sejumlah komunitas Muslim. Hal ini diperkuat dari dalam dengan pelestarian batasbatas linguistik, tempat tinggal yang berorientasi tempat asal, spesialisasi pekerjaan, status ekonomi dan berbagai tingkat pendidikan (Taufik Abdullah,1989:391). Bersamaan dengan itu, gejala yang terjadi pada migran luar wilayah (Arab dan India) memiliki kecenderungan terbalik. Migrasi yang mereka lakukan hampir secara eksklusif hanya dilakukan oleh kaum pria. Dengan mengawini wanita Muslim Melayu, berarti mereka membangun keluargakeluarga baru di Singapura. Hal ini selanjutnya memberikan definisi komunitas baru Arab dan Muslim India yang, melalui garis patrilineal memberi identitas pada diri mereka sendiri, namun menurut garis matrilineal adalah keturunan pribumi. Proses ini melahirkan suatu komunitas ArabMelayu dan Jawi Peranakan yang mulai mengidentifikasi diri dengan bahasa Melayu dan dengan adat istiadat serta kebiasaan local.8 7 Lapidus, Ira M. A History of Islamic Societies. Cambridge: Cambridge University Press, 1991. Hlm. 761 8 Abdullah, Taufik dan Sharon Siddique (ed.). Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Terj. Rochman Achwan. Jakarta: LP3ES, 1988.hlm. 390. Seperti disebutkan di atas, Keturunan Arab adalah para pedagang, pengusaha dan tuan tanah. Meskipun dari sudut jumlah tidak besar, namun kekayaan dan status tinggi memasukkan mereka dalam elit sosial komunitas Muslim. Begitu juga dengan JawiPeranakan, mereka menikmati status tinggi dalam komunitas yang lebih luas. Namun juga penting ditekankan, komunitas Jawi Peranakan mementingkan

pendidikan, tidak hanya dalam bahasa Melayu tetapi juga Inggris. Seperti juga disebutkan di atas, sejak pertengahan abad ke19, golongan Jawi Peranakan secara aktif terlibat dalam penerbitan, jurnalisme dan mempromosikan bahasa Melayu. Dibandingkan dengan dua saudaranya (Arab dan Jawi Peranakan) kebanyakan orang Melayu hidup dengan standar ekonomi yang lebih rendah. Kalau distratakan secara sosial dan ekonomi, dan barangkali politik, strata pertama dan kedua adalah migran Arab dan Jawi Peranakan (migran India), dan strata ketiga adalah orang Melayu. Terlebih jika dibandingkan dengan penduduk Singapura lainnya (Cina). Begitu juga di bidang pendidikan. Di bawah sistem pendidikan yang pesat di Singapura, pada tahun 1980, hanya sekitar 679 orang Melayu yang merupakan lulusan pendidikan tinggi. Penekanan pada kebijakan sekolah dwibahasa oleh pemerintah Singapura dan terutama penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa wajib di sekolahsekolah, telah menurunkan kualitas sekolahsekolah dasar Melayu. Seiring dengan membanjirnya arus urbanisasi ke Singapura dan tidak memadainya kebutuhan akan papan dalam dua dekade terakhir, pemerintah telah membangun rumahrumah rakyat, yang mewajibkan penduduknya, termasuk orang Melayu, untuk tinggal di perumahan perumahan. Mereka pun segera pindah dari kampung tradisional yang terdiri dari satu etnis saja ke sebuah tempat tinggal modern yang terdiri dari campuran berbagai etnik. Keadaan yang demikian memberikan pengaruh terhadap kehidupan orangorang Melayu, dan tampaknya masih kesulitan untuk beradaptasi. Memperhatikan adanya persoalanpersoalan yang berkaitan dengan kepentingan pelaksanaan ajaran di kalangan komunitas umat Islam, pemerintah Inggris perlu melakukan campur tangan. Pada tahun 1887 suatu kelompok yang terdiri dari 143 warga Muslim Singapura mengirim sebuah petisi kepada Gubernur yang meminta diangkatnyaseorang kadhi sebagai pejabat untuk mengurusi masalah perkawinan. Pada tiga tahun kemudian, tahun 1880, pemerintah Inggris menetapkan Ordonansi Perkawinan Umat Islam (Mahomedan Marriage Ordinance). Wewenang legal lembaga ini hanya semata pada soalsoal perkawinan dan perceraian. Adanya atau ditetapkannya ordonansi ini berarti adanya pengakuan resmi dari pemerintah kolonial Inggris akan perdata Muslim. Pada pertengahan abad ke19, ketika pemerintah HindiaBelanda membatasi dan melakukan represi terhadap calon jemaah haji, banyak di antara mereka yang menggunakan Singapura sebagai pilihannya. Karena perlunya pengaturan bagi perjalanan haji, pada tahun 1905 Dewan Legislatif mengeluarkan sebuah ordonansi sebagai landasan pengaturan dan pengawasan agen perantara perjalanan haji. Dan mengharuskan para agen perjalanan haji untuk memiliki surat izin. Sejak awal abad ke20, warga Muslim, khususnya keturunan Arab dan India, mulai dilibatkan dalam berbagai dewan pekerja Inggris. Karena banyaknya keluhan yang berkaitan dengan tindakan salah urus di dalam badanbadan keagamaan, maka pada tahun 1905 ditetapkan Mahomedan and Hindu Endowment Board (Dewan Penyokong Bagi Pemeluk Islam dan Hindu), yang dimaksudkan untuk mengatur masalah wakaf. Dewan ini berjalan sampai tahun 1941 dan diaktifkan kembali tahun

1946. Setelah tahun 1948 diangkat dua orang dari wakil komunitas Muslim. Pada tahun 1952 Dewan ini diubah namanya menjadi Muslim and Hindu Endowment Board. Dan berlangsung sampai pembubarannya pada tahun 1968. Tonggak berikutnya pada tahun 1951 dibentuk Mohamedan Advisory Board (Dewan Penasehat 20 Urusan Muslim), yang dimaksudkan sebagai badan yang memberikan nasehatnasehat kepada pemerintah mengenai persoalanpersoalan komunitas Muslim izin (Taufik Abdullah,1989:3978). Setelah Singapura merdeka, tahun 1965, lembagalembaga Muslim bentukan kolonial Inggris diadaptasikan dengan kondisi Singapura merdeka. Di antara lembagalembaga baru itu adalah AMLA (The Administration of Muslim Law Act). Lembaga ini dimasukkan ke parlemen pada tanggal 13 Desember 1965, dan menjadi undangundang pada tanggal 25 Agustus 1966. Akta ini memberikan ruang yang fleksibel bagi Dewan Agama Islam, Pengadilan Agama dan Pencatat Perkawinan Islam dalam menetapkan hukum Syariat. Pada tahun 1966 AMLA menyerukan pembentukan MUIS (Majlis Ugama Islam SingapuraIslamic Religious Council of Singapore) sebagai suatu badan hukum untuk menjadi penasihat Presiden Singapura dalam hal berkaitan dengan agama Islam di Singapura. Pelantikan pertama anggota MUIS dilakukan pada tahun 1968. Bersama dengan Peradilan Syariah dan Pencatat Perkawinan, MUIS merupakan pusat pengaturan kehidupan komunitas Muslim di Singapura. Semua lembaga ini secaraadministratif berada di bawah Kementerian Pembangunan Masyarakat (the Ministryof Community Development). Tugas MUIS disini sama seperti MUI di Indonesia, tugas mereka mengatur kegiatan Islam di Singapura seperti mengeluarkan sertifikasi halal untuk makan yang menurut ketentuan Islam baik untuk di konsumsi. Melakukan perhitungan waktu shalat di Singapura, menjadi penyelengara pernikahan secara Islam. Banyak masjid yang dibangun oleh komunitas ini. Di Singapura, dengan jumlah penduduk Muslim tidak lebih dari setengah juta jamaah, terdapat 69 buah masjid. Masjidmasjid itu didirikan oleh etnis Melayu, para sayid keturunan Arab yang berimigran dari Hadramaut pada abad ke19, dan warga keturunan Melayu dan Bugis dari Indonesia. Masjidmasjid di sini berada di bawah Lembaga Masjid, yang pengurusnya dilantik olehg MUIS (Majelis Ugama Islam Singapura), semacam MUI di Indonesia. Banyak peraturan yang dikeluarkan pemerintah setempat terhadap masjidmasjid ini. Seperti masalah pengeras suara, terutama pada saat shalat subuh. Bahkan juga pada saat shalat wajib lainnya. Jangan harap Anda bisa mendengar suara azan seperti di Indonesia. Di Singapura, waktu shalat shubuh sekitar pukul 05.30 (perbedaan waktu Singapura dengan WIB satu jam). Aturan lainnya, jangan cobacoba berbicara politik di masjid. Apalagi sampai mencela atau mengkritik kebijakan pemerintah Singapura. Konon, pernah seorang mubaligh Indonesia sampai diperingatkan ketika dalam tablighnya menyinggung masalah politik. Selain itu, juga dilarang mencela dan menyentuh masalah adat istiadat dan agama lain. Menurut Syed Isa bin Muhammad bin Semit, pimpinan MUIS, peraturan ini ditujukan untuk menjaga keharmonisan agama di Singapura. Seperti yang

dikemukakanMuhammad Rauf, pimpinan Masjid AlFalahyang kakeknya berasal dari Banjarmasin, pemerintah Singapura kini ingin membaurkan masyarakatnya agar mereka dapat hidup berdampingan. Dengan menyatukan keturunan Melayu, Cina, dan India tinggal bersama dalam flatflat. Tidak lagi diperkampungan khusus seperti beberapa tahun lalu. Di tempat yang dulu merupakan daerah nelayan di Singapura yang terletak di dekat pelabuhan, terdapat Masjid Muhammad Salleh, yang berkapasitas sekitar 300 jamaah. Seperti masjidmasjid lainnya di Singapura, beberapa ruangannya diberi AC dan ada ruang khusus untuk wanita di bagian atas. Haji Muhammad Salleh membangun masjid ini pada 1902. Warga kelahiran Betawi ini, bersebelahan dengan masjid membangun sebuah kubah yang dijadikan makam, Habib Nuh bin Muhammad Alhabsji. Habib yang wafat 1866 dalam usia hampir satu abad, merupakan generasi pertama dari warga keturunan Hadramaut yang berdakwah di Singapura. Banyak umat yang berziarah. Tak hanya umat Islam di Singapura, tapi juga warga India yang beragama Hindu. Ada masjid di Orchad Road, Orchad Road yang memanjang sekitar dua km merupakan pusat perbelanjaan paling terkemuka di Singapura. Berbelok kearah kiri hanya sekitar 100 meter dari Orchad Road, terletak Masjid AlFalah. Masjid ini secara resmi dibuka oleh Dr Ahmad Mattar, menteri lingkungan dan masalah Islam Singapura pada 25 Januari 1987. Memasuki masjid ini, tempat masuk pria dan wanita dipisah. Seperti juga masjidmasjid lainnya di Singapura, kebersihannya sangat terjaga, termasuk tempat wudhu dan toilet. Jamaah yang shalat di masjid ini bukan hanya para pegawai pertokoan dan perkantoran yang Beragama Islam, tapi juga para wisatawan mancanegara, termasuk wisatawan dari Timur Tengah. ''Kalau Jumat yang shalat sampai di kiri kanan masjid, yang jumlahnya lebih dari 1000 jamaah,'' kata H Mohamad Syukur, salah seorang pengurusnya. Masjid Ba'alawie, merupakan salah satu masjid yang dibangun oleh keluarga Alatas di Kampung Arab, yang penduduknya banyak warga Melayu. Masjid yang dibangun 1952 ini, dapat menampung sekitar 400 jamaah. Dan pada hari shalat Jumat, jamaah membludak hingga jalanan. Tiap Kamis malam di sini ada pengajian, yang banyak peminatnya. Masjid Sultan masjid tertua Berdekatan Masjid Ba'alawie, terdapat Masjid Sultan, di Muscat Street. Inilah masjid tertua tapi juga terbesar di Singapura, yang dapat menampung lebih lima ribu jamaah. Seperti masjidmasjid di Singapura lainnya, tiap masjid dilengkapi dengan berbagai fasiliitas seperti ruang kerja, komputer, serta penyejuk ruangan di tiap ruangan dan tempat tempat sidang. Masjid Sultan yang dibangun tidak lama setelah Raffles mendirikan Singapura, merupakan simbol persatuan umat Islam di Singapura. Sepintas masjid yang dilengkapi dengan auditorium ini, dengan kapasitas kursi 425 buah, seperti bangunan bersejarah Taj Mahal di Agra, India. Berlantai dua, Masjid Sultan juga dilengkapi ruang resepsi untuk umat Islam di sini. Di samping untuk pertemuan dengan kapasitas kursi untuk 200 orang. Sebuah masjid tua lainnya yang dibangun oleh Syed Omar Bin Ali Aljuneid, seorang pedagang Arab dari Palembang adalah Masjid Omar Kampung Malaka. Masjid ini dibangun 1820 dan merupakan masjid pertama di Singapura. Kampung Malaka yang terletak di sebelah selatan Sungai Singapura, di disain oleh Raffles dalam tahun 1822 untuk kelompok Melayu, Arab, Jawi Peranakan dan Indonesia. Keluarga Aljunied juga menyokong pembangunan sekolah, rumah sakit,

dan mesjid, maupun jadi sponsor kegiatankegiatan dakwah. Untuk itu nama mereka diabadikan di Kampung Malaka, yakni Aljunied Road dan Syed Alwi Road. Yang belakangan ini adalah cucu Syed Omar. Di pusat perbelanjaan 'Little India', Masjid Angullia, yang dapat menampung 400 jamaah. Sesuai namanya masjid inidibangunm keluarga Angullia, seorang Muslim yang berasal dari Bombay (Mumbay) pada 1890. Sementara Masjid Hajjah Fatimah, yang bersuamikan keturunan bangsawan dari Sulawesi dibangun di Kampung Jawa pada 18451846. Untuk Singapura dengan penduduk Muslim minoritas, puluhan masjid yang tidak pernah sunyi dari kegiatan dakwah adalah satu hal yang pantas dibanggakan. Dalam perkembangan selanjutnya, masyarakat Singapura selalu berupaya untuk memajukan diri mereka seiring dengan kemajuan negaranya. Pemodernan pemikiran umat Islam Singapura berpengaruh pula terhadap berkurangnya mitos dan kepercayaan kepada Khufarat, sehingga semakin mulai menuju kepada cara beragama yang lebih rasional. Berdasarkan keterangan sebelumnya, Singapura modern sering dihubungkan dengan masukknya Sir Stamford Raffles ke pulau itu pada tahun 1819. Waktu itu Singapura hanya didiami oleh lebih kurang 120 orang Melayu (termasuk dari keturunan Bugis, Jawa, dan lainnya) dan 30 orang Cina. Tahun 1901, jumlah orang Melayu itu berkembang menjadi 23.060 orang, yang terdiri dari 12.335 orang penduduk asli kepulauan Melayu, hampir 1000 orang keturunan arab, dan 600 orang keturunan Jawa. Jumlah penduduk Singapura secara keseluruhan pada waktu itu sekitar 228.555 orang, dengan 72% etnis Cina.10 Orang Melayu awalnya tinggal dikawasan Kampung Gelam yaitu suatu kawasan di pesisir sungai. Di sekitar Kampung Gelam tersebut mereka hidup secara bersamaan dengan orang-orang keturunan Bugis, Boyan, Jawa dan Arab. Dengan demikian, secara umum muslim Singapura terbagi kepada dua kelompok besar, yaitu etnis Melayu sekitar 90%. Sisanya adalah etnis non-Melayu (India, Timur Tengah, Indonesia, dan lain-lain) sekitar 10%. Sementara itu, pada tahun 1947 bilangan penduduk-nya bertambah menjadi 940.824(115.735 Melayu dan 730.133 Cina). Pada tahun 1957 menunjukan bahwa penduduk Singapura telah meningkat kepada 1.445.929 orang (1.090.596 Cina, 197.059 Melayu/Indonesia, 124.084 India/Pakistan dan 34.190 lainnya). Di akhir tahun 1976, jumlah penduduk Singapura adalah 2.294.900 orang (17% orang Islam dan 15% dari itu adalah orang Melayu). 10 http://id.wikipedia.org/wiki/Singapura, 15/05/2012,13:34WIB. Menurut istilah Sharon Siddique, muslim Singapura dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu migrant yang berasal dari dalam dan luar wilayah. Migrant dari dalam wilayah berasal dari Jawa, Sumatra, Sulawesi, Riau dan Bawean. Kelompok ini selalu diidentikkan ke dalam etnis Melayu. Adapun kelompok migrant dari luar wilayah dibagi menjadi dua kelompok penting, yaitu muslim India yang berasal dari subkontinen India (Pantai Timur dan Pantai Selatan India) dan keturunan Arab, khususnya Hadramaut. Dengan demikian, Sharon berpandangan bahwa muslim Singapura adalah para migran.11

Migran yang berasal dari luar wilayah secara umum berasal dari golongan muslim yang kaya dan terdidik. Kelompok ini pula akhirnya membentuk kelompok elit social dan ekonomi Singapura. Mereka mempelopori perkembangan Singapura sebagai pusat pendidikan dan penerbitan muslim. Disamping itu, mereka juga sebagai penyumbang dana terbesar untuk pembangunan mesjid, lembaga pendidikan dan organisasi social Islam lainnya. Di antara mereka itu dikenal dengaan keluarga al-Segat, al-Kaff, dan al-Juneid. Secara akademis belum ada pendapat yang pasti tentang asal usul migrant dalam wilayah. Dari beberapa kajian ada yang berpendapat mereka itu berasal dari Riau, Pahang, Terengganu, Kelantan. Saat ini, Jumlah umat Islam di Singapura kurang lebih 15% dari total penduduknya, yang sekitar 4,5 juta total jiwa. Dan kebanyakan penduduk Singapura mengklaim keyakinan dan beragama pada dirinya sebagai "Free-Thinker", namun belum dapat dipastikan berapa jumlah free-thinker tersebut.12 11 www.id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Islam_di_Singapura, 15/05/2012, 13:52WIB. 12 www.voa-islam.com/news/south-east-asia/2009/08/03/607/voice-of-al-islam-disingapura-1silaturahim-ke-negeri-merlion/ 2.5. Peranan Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) Lembaga-lembaga Islam di Singapura diantaranya adalah, Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS), Himpunan Dakwah Islamiyah Singapura (JAMIYAH) dan Majelis Pendidikan Anak-anak Muslim (MENDAKI).13 Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) yang berada dibawah undangundang pemerintahan, dibentuk pada tahun 1968. Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) merupakan badan yang memiliki peran penting dalam urusan agama islam. Fungsi dan tugas Majlis Ugama Islam Singapura sebagai berikut : 1. Memberi saran kepada presiden Singapura dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan agama Islam di Singapura. 2. Mengurusi masalah yang berkaitan dengan agama Islam dan kaum muslimin di Singapura, termasuk urusan haji dan sertifikasi halal. 3. Mengelola wakaf dan dana kaum muslimin berdasarkan undang-undang dan amanah 4. Mengelola pengumpulan zakat, infak, dan sedekah, untuk mendukung dan mensyiarkan agama Islam atau untuk kepentingan umat Islam. 5. Mengelola semua masjid dan madrasah di Singapura. 14 Dimensi perkembangan Islam itu yang cukup menggembirakan, terutama dalam hal manajemen profesionalisme dalam hal pengelolaan zakat, infaq, sedekah, dan wakaf (ZIS wakaf). Di Singapura, sebagaimana dijelaskan oleh kepala Divisi Pembangunan Agama dan Penelitian, Majlis Ulama Islam Singapura (MUIS), Zalman Putra Ahmad Ali, pengelolaan ZIS wakaf, diperuntukkan bagi pemerataan

dan kesejahteraan umat Islam. "Pemberdayaan amanat agama ini tidak akan mencapai target maksimal jika tidak dikelola secara professional. 15 MUIS sendiri sebagai lembaga tertinggi pemerintah untuk Hal Ehwal Islam (setingkat kementerian agama di Indonesia), memang bertanggung jawab dan ikut mengelola langsung pengelolaan ZIS wakaf, sehingga dapat mengetahui secara pasti pelaksanaannya. Sistem manajemen profesioanl yang diterapkan oleh MUIS ini telah diterapkan lebih dari 10 tahun terakhir. Dalam pembayaran ZIS misalnya, tidak lagi secara manual, dengan cara pergi ke tempat penyaluran atau lembaga yang dipercaya, tapi sejak dua tahun terakhir pembayarannya dapat dilakukan melalui sistem on-line, seperti manajemen bank. 13 Asy ari, dkk. Pengantar Studi Islam. 315. 14 Taufik Abdullah dan Sharon Siddique_editor. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. (jakarta: LP3ES, 1988), 385. 15 www.muis.gov.sg Dengan cara demikian akan diketahui seluruh dana yang terhimpun saat itu juga. Sementara untuk wakaf, telah lima tahun lebih dikelola dengan sistem wakaf produktif. Harta benda dari wakaf dikelola dengan azas manfaat, bukan lagi untuk pembangunan masjid atau kuburan, sebagaimana di Indonesia. Misalnya, dana wakaf dipakai untuk pembangunan real estate atau supermarket atau usaha lainnya yang menguntungkan. Keuntungannya kemudian dipakai lagi untuk pengembangan Islam. Di sini, jangan dikira ada kesempatan penyelewengan. Sebab, jika terbukti melakukan korupsi, misalnya terhadap dana ZIS atau wakaf, maka hukuman yang sangat beratlah imbalannya. Memang di Singapura penegakan hukum cukup bagus, dan tingkat KKN-nya sangat minim. Berkaitan dengan ZIS ini, menurut Zalman, rata-rata dana ZIS setiap tahunnya terkumpul berkisar 18-20 juta dolar Singapura (sekitar 10 dolar AS). Khusus pegawai di MUIS, digaji dari dana zakat tersebut. Sementara itu, dana bagi pengembangan masjid dan madrasah, ada kasnya sendiri. Tidak lagi diambilkan dari dana ZIS wakaf tersebut. Untuk madrasah ada kotak bernama "Dana Madrasah". Sedangkan dana masjid diperoleh dari sumbangan kaum muslim, khususnya kotak Jumat. Meski juga terkadang masih dapat bantuan dari dana ZIS wakaf. 2.6. Madrasah, Masjid, dan LSM Manajemen profesionalitas dalam pemberdayaan potensi dan peningkatan kualitas umat bukan hanya terlihat pada aspek ZIS wakaf. Ia juga tampak jelas dalam pengelolaan pendidikan (madrasah), masjid, dan lembaga-lembaga swadaya Islam non-pemerintah (NGO).16 Lembaga pendidikan Islam (madrasah) dikelola secara modern dan profesional, dengan kelengkapan perangkat keras dan lunak. Dari seluruh madrasah Islam (sebanyak enam buah, seluruhnya di bawah naungan MUIS), system pendidikan diterapkan dengan memadukan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.

Keenam madrasah itu adalah madrasah Al-Irsyad Al-Islamiah, madrasah Al-Maarif Al-Islamiah, madrasah Alsagoff Al-Islamiah, madrasah Aljunied Al-Islamiah, madrasah Al-Arabiah Al-Islamiah, dan madrasah Wak Tanjong Al-Islamiah. 17 Waktu penyelenggaraan belajar mengajar dimulai dari pukul 08.00 hingga 14.00. Lama waktu ini juga berlaku di sekolah-sekolah umum dan non-madrasah. Agar tidak ketinggalan dengan kemajuan teknologi, maka di setiap madrasah dibangun laboratorium komputer dan internet, serta sistem pendukung pendidikan audio converence. Selain dilengkapi fasilitas internet, setiap madrasah juga mempunyai server tersendiri bagi pengembangan pendidikan modern. "Murid dibiasakan dengan teknologi, terutama teknologi internet. Setiap hari, mereka diberi waktu dua jam untuk aplikasi dan pemberdayaan internet," jelas Mokson Mahori, Lc, guru di madrasah Al Junied Al Islamiyah. Sayangnya, pendidikan Islam baru ada dalam institusi TK hingga madrasah Aliyah (SMU). Untuk perguruan tingginya hingga kini belum ada. Manajemen yang sama juga diterapkan dalam pengelolaan masjid. Tidak seperti yang dipahami selama ini, bahwa masjid hanya sebatas tempat ibadah mahdhoh an sich (shalat lima waktu dan shalat Jumat). Tetapi, masid di negeri sekuler ini, benar-benar berfungsi sebagaimana zaman Rasulullah, sebagai pusat kegiatan Islam. Saat ini di Singapura terdapat 70 masjid. Selain tempatnya yang sangat bersih dan indah, juga di ruas kanan dan kiri disetiap masjid terdapat ruanganruangan kelas untuk belajar agama dan kursus keterampilan. Berbagai disiplin ilmu agama diajarkan setiap siang dan sore hari. Kegiatan ceramah rohani usai juga diajarkan usai shalat shubuh atau maghrib. Aktivitas lainnya, diskusi berbagai masalah kontemporer dan keislaman. Diskusi ini biasanya diadakan oleh organisasi remaja di setiap masjid. Dewan pengurus setiap masjid juga menerbitkan media (majalah dan buletin) sebagai media dakwah dan ukhuwah sesama muslim. Berbeda dengan di negara lainnya, para pengurus masjid digaji khusus, dan memiliki ruangan pengurus eksekutif laiknya perkantoran modern. 16 muslim.or.id/infokajian/singapura/pengajian-rutin-islam-di-singapura.html 17 id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Islam_di_Singapura 2.7. Model Pendidikan Islam di Singapura Sejarah awal munculnya pendidikan Islam di Singapura tidak dapat diketahui dengan pasti. Yang jelas pendidikan islam telah ada pada pase awal kedatangan islam ke Singapura itu sendiri. Pendidikan islam di Singapura di sampaikan para ulama yang berasal dari negeri lain di Asia Tenggara atau dari Negara Asia Barat dan dari benua kecil India. Para ulama tersebut diantaranya ialah Syaikh Khatib Minangkabau, Syaikh Tuanku Mudo Wali Aceh, Syaikh Ahmad

Aminuddin Luis Bangkahulu, Syaikh Syed Usman bin Yahya bin Akil (Mufti Betawi), Syaikh Habib Ali Habsyi (Kwitang Jakarta), Syaikh Anwar Seribandung (Palembang), Syaikh Mustafa Husain (Purba Baru Tapanuli), Syaukh Muhammad jamil Jaho (Padang Panjang) dll. Seperti di Negara lain, pendidikan agama Islam di Singpura dijalankan mengikuti tradisi dan system persekolahan modern. System tradisional, mengikuti pola pendidikan Islam berdasarkan system persekolahan pondok Malaysia dan Patani atau pesantren di Indonesia. Adapun system modern adalah melalui system sekolah yang merujuk ke Mesir dan Barat, yang dikenal dengan madrasah, sekolah arab atau sekolah agama. Ada empat madrasah terbesar di Singapura sampai saat ini, yaitu : a. Madrasah al-Junied al-Islamiyyah, didirikan pada bulan muharam 1346H (1927M) oleh pangeran Al-Sayyid Umar bin Ali al-Junied dari Palembang. Mata pelajaran yang diajarkan dimadrasah ini adalah ilmu Hisab, Tarikh, Ilmu Alam, Bahasa Melayu, Bahasa Inggris, Sains, Sastra Melayu dan mata pelajaran lainnya. b. Madrasah al-Maarif, didirikan pada tahun 1940-an. Pengasuh madrasah ini adalah lulusan universitas al-Azhar, Mesir dan dari kawasan Asia Barat. c. Madrasah Wak Tanjung Al-Islamiyyah, didirikan pada tahun 1955 d. Madrasah Al-Sago (atau Al-Saqaf), didirikan pada tahun 1912 diatas tanah yang diwaqafkan oleh Sed Muhammad bin Sed Al-Saqof. Pada kenyataannya, kemajuan sebuah Negara tidak lepas dari kondisi geografis dan keadaan pendidikannya. Pendidikan merupakan standarisasi penilaian secara tidak langsung yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengkategorisasikan maju tidaknya sebuah Negara. Demikian pula halnya Negara Singapura, dilihat dari factor pendidikan tekanan bagi kaum muslim dan melayu di Singapura sungguh-sungguh nyata. Ini terlihat dari meningkatnya pendidikan dan kemajuan ekonomi yang telah dicapai orang-orang singapura lainnya khususnya orang-orang Cina yang mayoritas dinegara itu. Tekanan tersebut nampak nyata dalam tulisan-tulisan dan studi-studi yang dilakukan komunitas Muslim-Melayu sepanjang tahun 1980-an. Dilatarbelakangi sensus penduduk 1980 yang menyatakan bahwa orang-orang Melayu Singapura tertinggal di belakang etnis lain, dalam status social ekonomi, diskursus public kembali diaktifkan organisasi-organisasi muslim seperti Majlis Pusat untuk menggerakan pesan bahwa jalan keluar bagi kaum muslim adalah meningkatkan pendidikan dan kompetensi professional. Sejalan dengan seruan itu adalah himbauan dari pemimpin-pemimpin muslim dan aktifitas-aktifitas yang berorientasi islam agar menanggulangi status social ekonomi mereka dalam kerangka dan prinsip-prinsip islam. Sejauh menyangkut masalah pendidikan walau sejak tahun 1970-an pesan pentingnya pendidikan (khususnya pendidikan tinggi) sebagai katalis bagi kehidupan yang lebih layak bagi etnis melayu telah disuarakan oleh organisasiorganisasi Melayu, kembali di intensifkan pada tahun 1981. Pada tahun itu pula didirikan majelis

pendidikan anak-anak (MENDAKI) yang mengarahkan kegiatannya pada masalah pendidikan bagi anak-anak muslim. Pemimpin melayu muslim sangat berhasil dalam menarik dukungan yang besar, bukan hanya dari perhimpunan-perhimpunan atau kelompok-kelompok Melayu-muslim, tapi juga dari pemerintah. Status majlis itu kemudian meningkat menjadi yayasan tahun 1982 setelah majelis sukses melaksanakan Kongres tentang Pendidikan Anak-Anak Muslim, suatu kesempatan dimana Perdan Menteri menyampaikan suatu key note addres. Disamping itu pembentukan MENDAKI juga mempercepat kehadiran dan publikasi bahan-bahan dan karya-karya yang terkait dengan pendidikan bagi minoritas di Singapura. Walaupun karya-karya dalam bentuk buku masih langka, tersedia makalah-makalah yang disajikakan dalam seminar dan konferenaikonferensi dan artikel-artikel yang dipublikasikan oleh MENDAKI dan lembagalembaga muslim lainnya seperti MUIS dan JAMIYYAH. MENDAKI misalnya, menerbitkan a collection of mendake papers (1982), suatu kompilasi dari sekitar sepulus proyek yang mencakup bermacam-macam masalah yang berkaitan dengan pendidikan bagi kaum muslim, dan MUIS menerbitkan jurnal yang pertama kali tentang masalah-masalah kaum muslim di Singapura, fajar islam tahun1988. fajar islam diterbitkan, menurut editornya, dengan tujuan untuk memahami perkembangan social ekonomi dan politik yang mempengaruhi kaum muslim Singapura dan menelaahnya secara cermat, obyektif dan analitik. Mencermati masalah keterpurukan pendidikan minoritas muslim (Melayu) dari etnis Cina (non islam lain) di Singapura, terlihat bahwa etnis Cina cenderung memiliki prestasi pendidikan, dimana dengan terdapatnya halangan dan rintangan dalam pencapaian stabilitas sosio ekonomi seseorang individual melalui pendidikan Singapura periode 1959-1980, dimana kondisi ekonomi etnis Cina memang sudah mapan sebelum perang, akan diwarisi anak-anak mereka, sehingga pendidikan mereka juga cenderung lebih tinggi dan lebih mapan, ditambah lagi basis bahasa inggris yang mereka kuasai. Hal semacam ini, justru terdapat bagi kebanyakan etnis melayu (muslim), karena pada periode 1960-1970 an, 60% perhasilan perkapital penduduk melayu tergolong ekonomi lemah (rendah), sementara Cina hanya 40% terkategorikan penduduk miskin. Kondisi dan akta ini, tentunya tercermin pula dalam penyaluran pendidikan di antara anak-anak muslim dengan etnis cina dalam rangka memasuki sekolah menengah. Pada tahun 1983 60% pelajar-pelajar melayu disalurkan kealiran sekolah rendah (biasa), sedangkan etnis cina sebanyak 40%. Selain jurang ekonomi yang mempengaruhi semua penduduk singapura terdapat factor lain yang unik kepada orang melayu dan menyababkan merekan lebih rugi dari pada orang cina. tahun 1965, kurang lebih 50% pelajar melayu mendaftarkan diri dalam program pendidikan yang diajar dalam bahasa melayu. Sungguhpun pendidikan inggris cepat sekali menjadi popular setelah kemerdekaan singapura dari Malaysia pada 1965, para pelajar yang mulanya berbasis melayu, terpaksa mengundurkan diri. Sedangkan

para pelajar melayu yang layak dan cukup kredibel dalam memasuki pendidikan menengah dipindahkan kealiran inggris dimana merekan tidak mempunyai persediaan dan kesiapan dari segi bahasa. Bagi sebagian kecil pelajaran Melayu yang layak ke Universitas banyak yang bingung dalam mengambil atau memperdalamilmu mereka melalui kursus-kursus professional dan sains yang semuanya diajar dalam bahasa inggis. Mereka sama sekali tidak diperkenangkan untuk mengambil kursus-kursus itu, sehingga ketika mereka telah tamat dari Universitas dan ingin berkerja dengan melamarkan Ijazah yang mereka peroleh, sering kali peluang bagi para siswa aliran Melayu mendapat perlakuan yang kurang adil. Hal ini sebenarnya juga dialami oleh etnis Cina, mereka juga diperlakukan sebagaimana etnis Melayu, akan tetapi keunggulan Cina dari Melayu adalah mereka memiliki alternalif yang dapat menjembatani anak-anak mereka untuk bekerja di sektor-sektor ekonomi yang menggunakan bahasa Cina. Selain faktor-faktor ekonomi yang etnis yang menjelaskan prestasi pelajarpelajar Melayu dibidang pendidikan kiranya masih perlu dikaji menurut golongan etnis apakah kelemahan prestasi pendidikan pelajar-pelajar Melayu berbeda jauh dari orang-orang Cina yang berpuncak dari factor-faktor dalam budaya melayu sendiri. Dikalangan setengah elit Melayu pemerintah dan orang Cina sungguh-sungguh percaya bahwa orang melayu kurang kuat berkerja dan kurang berorientasikan pencapaian dalam pendidikan dan dalam ekonomi secara umum dari pada orang Cina. Nilai-nilai budaya yang tidak sesuai adalah sebab kenapa prestasi pendidikan dan ekonomi mereka lemah. Budaya orang Cina dan budaya Melayu memiliki perbedaan dalam menata pola urusan rumah tangga. Dalam budaya Cina, nilai pendidikan bagi anak sangat dijunjung tinggi. Oleh karenanya pendidikan anak-anak mereka harus diutamakan dan diperhatikan secara serius, walau anak juga dilibatkan dalam urusan usaha menghasilkan uang atau peningkatan ekonomi keluarga. Mungkin hal ini pula yang memicu semangat orang-orang Cina untuk lebih berdikari dan lebih tinggi semangat kemandiriannya jika dibandingkan dengan orang-orang Melayu. Semangat kerja ini, akhirnya mendarah daging dalam menempuh jalur pendidikan sehingga dibidang pendidikan pun, etnis Cina terlihat lebih unggul dari pada etnis melayu. Keberadaan lembaga swadaya masyarakat Islam (LSM) juga tak kalah pentingnya dalam upaya menjadikan muslim dan komunitas Islam negeri itu potret yang maju dan progresif. Berbagai LSM Islam yang ada terbukti berperan penting dalam agenda-agenda riil masyarakat muslim. Saat ini, tidak kurang dari sepuluh LSM, di antaranya adalah: Association of Muslim Professionals (AMP), Kesatuan Guru-Guru Melayu Singapura (KGMS), Muslim Converts Association (Darul Arqam), Muhammadiyah, Muslim Missionary Soceity Singapore (Jamiyah), Council for the Development of Singapore Muslim Community (MENDAKI), National University Singapore (NUS) Muslim Society, Perdaus (Persatuan dai dan ulama Singapura), Singapore Religious Teachers Association (Pergas), Mercy Relief (Center for Humanitarian), International

Assembly of Islamic Studies (IMPIAN), dan Lembaga Pendidikan Alquran Singapura (LPQS).18 Seluruh lembaga dan sistem manajemen profesional ini ditujukan bukan saja pada terbentuknya kualitas muslim dan komunitas Islam yang maju, moderat dan progresif, tetapi juga potret yang mampu berkompetisi dan meningkatkan citra Islam di tengah pemandangan global yang kurang baik saat ini. Model demikian inilah yang kini terus diperjuangkan agar Islam yang rahmat menjelma dalam kehidupan masyarakat Singapura 18 id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Islam_di_Singapura PENUTUP Kesimpulan Masih ada kesamaran mengenai kepan pertama kali Singapura ditemukan. Ada sejumlah legenda yang berkembang tentang mengapa pulau itu kemudian bernama Singapura. Pernah pulau itu menjadi wilayah kekuasaan Majapahit, dan pernah pula menjadi vassal Kerajaan Siam dan Pahang. Tetapi perkembangan yang pesat atas Singapura adalah setelah pulau itu menjadi bagian dari koloni Inggris. Perkembangan Islam di Singapura tidak bisa dilepaskan dari proses Islamisasi yang terjadi di Nusantara dan Semenanjung Malaysia. Proses awal Islamisasi ini terjadi sekitar abad 15, ketika Malaka menjadi pusat penting kekuatan Islam. Intensitas Islamisasi di Singapura juga terjadi setelah ia berada di bawah koloni Inggris. Penduduk Muslim Singapura terbagi kepada dua golongan, yaitu Muslimpribumi dan Muslim-migran. Pribumi adalah orang Melayu, sedang migran adalah orang-orang Jawa, Bugis, Sumatera, Riau, Arab dan India. Dalam perkembangan selanjutnya, peran yang menonjol dipegang oleh para Muslim-migran. Untuk pembangunan masjid-masjid banyak dipelopori oleh migran-Arab. Mereke juga punya peran penting dalam penerbitan buku-buku Islam, terutama sekali buku-buku keagamaan yang bercirikan pemikiran reformis. Peran-peran politik umat Islam di Singapura ternyata juga banyak dipelopori oleh kaum migran ini. Mengingat keberadaannya sebagai kaum minoritas, umat Islam Singapura lebih bersikap adaptasionis, melakukan kerjasama yang menguntungkan dengan pemerintah Singapura. Pada tahap awal proses Islamisasi, Islam diidentikan dengan agamanya orang Melayu. Dalam hal ini karena Islam menjadi agama yang dianut oleh sultan di Malaka, yang juga pernah singgah di Singapura ketika lari dari Palembang, dan kemudian mendirikan kesultanan Malaka dan menjadi Muslim. Identifikasi Melayu dan Sultan ini memberikan kemungkinan awal dari perkembangan Islam di Singapura. Sekalipun demikia, dalam beberapa abad kemudian (kurang lebih 4 abad), Singapura menjadi daerah yang tidak bertuan. Dan penghuni pulau Singapura adalah para perompak laut.

Pada tahap kedua, proses Islamisasi terjadi terutama setelah Singapura menjadi pilihan Raffles sebagai basis perdagangan Inggris di belahan timur. Singapura kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan yang menarik minat Muslim Melayu di sekitarnya dan juga pedagang-pedagang Muslim Arab dan India untuk bermigran ke Singapura. Sejak itulah, awal abad 19, proses pembentukan peradaban Islam di Singapura berlangsung sampai sekarang. Dengan dimotori oleh migran Arab dan India, juga dukungan Muslim Melayu, Islam berkembang di Singapura membangun citra dirinya. Seiring dengan perjalan sejarahnya, komunitas Muslim memainkan peran dalam perkembangan pembaharuan Islam di kawasan Asia Tenggara. Tercatat penerbitan majalah dan buku yang memiliki muatan refomis dipublikasikan dari Singapura. Bersamaan dengan itu, untuk memenuhi kebutuhan dalam melaksanakan ajaran Islam, Muslim Singapura telah mendapatkan perhatian dari pemerintah dengan sejumlah kelembagaan Muslimnya, yang dewasa ini kita kenal seperti AMLA dan MUIS. Di bawah MUIS itulah dikoordinasikan berbagai kelembagaan yang menunjang kelangsungan kehidupan umat Islam Singapura. Sebagai kelompok minoritas, tentu ada pilihan-pilihan nyata yang dihadapi Muslim Singapura. Dalam hal ini nampaknya umat Islam Singapura lebih mengambil sikap dan pilihan yang adaptasionis dan kerjasama ketimbang melepaskan diri dari ikatan nasional Singapura. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik dan Siddique, Sharon. 1988. Tradisi dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. LP3ES. Jakarta. Artikel Online dari : www.muis.gov.sg, 15/05/2012,14:21 WIB. Artikel Online dari : id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Islam_di_Singapura, 16/05/2012,09:59 WIB. Artikel Online dari : id.wikipedia.org/wiki/Singapura, 15/05/2012,13:34 WIB. Artikel Online dari : muslim.or.id/infokajian/singapura/pengajian-rutin-islamdisingapura. html, 16/05/2012,08:05 WIB. Artikel Online dari : www.id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Islam_di_Singapura, 15/05/2012, 13:52WIB. Artikel Online dari : www.voa-islam.com/news/singapore/2009/07/04/114/islamdisingapuramenuju-komunitas-muslim-yang-maju/, 15/05/2012,15:14 WIB. Artikel Online dari : www.voa-islam.com/news/south-east-asia/2009/08/03/607/voice-ofalislamdi-singapura-1-silaturahim-ke-negeri-merlion/, 15/05/2012,14:00 WIB. Artiket Online dari : www.voa-islam.net/news/singapore/2009/08/03/607/voice-ofalislamdisingapura-%28uslim.or.id/infokajian/singapura/pengajian-rutin-islam-disingapura. html, 15/05/2012,14:44 WIB.

Asy ari, dkk. 2004. Pengantar Studi Islam. IAIN Sunan Ampel Press. Surabaya Hitami, Munzir. 2006. Sejarah Islam Asia Tenggara. Alaf Riau Pekanbaru. Hsu Yun-tsiao. 1992. Notes On The Historial Position Of Singapure. Malayan History. Singapore. Suhaimi. 2010. Sejarah Islam Asia Tenggara. Unri Press, Cetakan Kedua. Pekanbaru. Taufiq abdullah(Ed.). 1974. Islam Di-Indonesia. Tinta Mas. Jakarta. Zuhairini, dkk. 1994. Sejarah Pendidikan Islam, Bumi Aksara. Jakarta. Description: Sejarah dan Perkembangan Islam di Siangapura Rating: 4.5 Reviewer: Salman Syuhada ItemReviewed: Sejarah dan Perkembangan Islam di Siangapura

A. LATAR BELAKANG Di Malaysia, penduduknya terdiri dari beragam etnis dan agama. Sensus nasional Malaysia tahun 2000 mencatat etnis melayu berjumlah 65,1% dari seluruh jumlah penduduk, meningkat 4,5 persen selama sepuluh tahun terakhir. Sisanya terdiri dari 26 persen Cina,menurun dari 28,1 persen di tahun 1990, kira-kira 6,9 persenindia dan 2 persen lain-lain. Tahun 2000 jumlah muslim 65,4 persen dari seluruh jumlah penduduk, meningkat dari 58,6 persen di tahun 1990. Sisanya terdiri dari berbagai penganut agama. Yang terbesar adalah penganut Budha 19,2 persen, Kristen 9,1 persen, dan Hindu 6,3 persen. Namun demikian, dalam masyarakat yang beragam etnis dan agama, dimana jumlah Muslimnya hanya separuh lebih sedikit dari seluruh jumlah penduduk, citra dan nuansa Islam sangat kentara. Dalam perkembangan terakhir, dukungan pemerintah terhadap Islam dapat dilihat dari pembangunan secara besar-besaran pusat Islam di Putrajaya, serta intensifikasi program-program dan dan kegiatan keislaman melalui lembaga itu. Abdullah Ahmad Badawi yang menjabat sebagai Perdana Menteri sejak tahun 2004 menggantikan Mahatir Muhammad juga tak ketinggalan dalam menyuarakan pesan-pesan Islam. Hal ini dapat ditunjukkan dari konsep pembangunan masyarakat agamis yang digagasnya, yang dikenal dengan istilah Islam Hadhary Selain itu, di tingkat Negara, pemerintah yang dipimpin partai UMNO menerapkan banyak sekali aturan agama dalam rangka mendukung pelaksanaan ajaran alQuran dalam kehidupan kaum Muslim.berbeda dengan pengadilan agama di Indonesia, pengadilan agama di Malaysia tidak hannya menangani masalah-masalah kekeluargaan seperti perkawinan, perceraian, warisan, dan waqaf. Pengadilan agama di Malaysia juga menangani perkara-perkara hukum yang lebih luas dari itu, termasuk misalnya perkara zina (hubungan intim antara pria dan wanita diluar nikah), khalwat (hubungan intim antara pria dan wanita diluar nikah, tetapi tidak sampai melakukan hubungan seksual, misalnya hanya berciuman),

meminum minuman keras, tak mau membayar zakat, tidak melaksanakan shalat jumat dan tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, menyebarkan ajaran agama yang sesat, atau melakukan penghinaan terhadap pejabat agama atau terhadap Islam.

B. RUMUSAN MASALAH Makalah ini akan membahas tentang Lanjutan Islam di Malaysia, maka penulis menyusun rumusan masalah sebagai berikut : 1. Peran UMNO memperjuangkan kebangkitan Islam. 2. Peran PAS memperjuangkan kebangkitan Islam. 3. Peran organisasi lainnya di Malaysia (FOSIS, HAMIM, dan ABIM)

BAB II PEMBAHASAN MASALAH


1. Peran UMNO memperjuangkan kebangkitan Islam. a. Latar Belakang Berdirinya UMNO Menurut sejarah sejak tahun 900 Masehi di Jazirah Malaya telah berdiri beberapa kerajaan melayu yang berada dalam wilayah pengaruh kerajaan Sriwijaya. Pengaruh ini dilanjutkan oleh kerajaan Majapahit dan kerajaan Siam pada akhir abad ke-13. Pada abad 14 datanglah zaman kekemasan di jazirah malaya yang ditandai dengan berdirinya Kerajaan Melaka bersamaan dengan tersebarnya islam di wilayah tersebut. Pada tahun 1511 kerajaan Melaka ini dikuasai oleh Portugis dan digantikan oleh Belanda pada tahun 1641. Kemudian pada abad 18 Inggris datang dan mulai merebut pulau Pinang dari sultan Kedah dan singapura dari sultan Johor dan terakhir ia melakukan pertukaran wilayah jajahan dengan Belanda yakni, Melaka dengan Bengkulu. Dua tahun setelah itu Inggris berhasil menghimpun wilayah-wilayah diatas dalam satu wilayah kekuasaannya yaitu Straits Settlements (wilayah pemukiman selat melaka). Para sultan yang merasa khawatir

akan besarnya pengaruh Inggris akhirnya terpaksa menandatangani Persetujuan Pangkor (1874) yang memberi wewenang kepada Inggris untuk bertindak sebagai penasihat sultan-sultan melayu. Pada tahun 1895 wilayah Perak, Selangor, Negeri Sembilan, dan Pahang bergabung menjadi Federasi Negara-Negara Bagian Melayu atau Persekutuan Tanah Melayu. Selanjutnya pada tahun 1909, kerajaan Siam (Thailand) menyerahkan Kedah, Perlis, Kelantan dan Terengganu kepada Inggris karena merasa masyarakat di wilayah tersebut lebih cocok bergabung dalam Persekutuan Tanah Melayu secara etnis. Setahun kemudian terjadi gelombang imigrasi besar dari Cina dan India akibat perkembangan ekonomi di wilayah Melaka tersebut. Rasa Nasionalisme sejatinya telah muncul sebelum Perang Dunia II yang mana mereka menentang pendudukan Jepang. Hal ini kemudian melahirkan UMNO ( United Malay National Organization) pada tahun 1946 dan sampai saat ini berkembang menjadi partai melayu paling kuat. Di tahun yang sama wilayah Serawak bergabung dalam wilayah jajahan Inggris. Setelah PD II jazirah malaya ini berada dibawah kepemimpinan Militer Inggris dan Straits Settlements dibubarkan. Otonomi pemerintahan di tangan sultan melayu mulai dirintis namun gagal, sehingga diadakanlah Federation of Malaya Agreement pada tahun 1948. Persetujuan ini dilakukan untuk memberi kekuasaan yang besar kepada Komisaris Tinggi dan Dewan Legislatif Federal bentukan Inggris. UndangUndang Dasar baru berhasil dibuat pada tahun 1950 dan dua jabatan diatas menjadi Badan Eksekutif dan Badan Legislatif. Tujuh tahun kemudian tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1957, Inggris memberikan kemerdekaan kepada federasi Persekutuan Tanah Melayu dengan kepala negara pertama Tuanku Sir Abdul Rahmani bni almarhum Tuanku Muhammad. Dengan demikian, bila kelahiran UMNO bertujuan untuk menentang Uni Malaya yang diinisiasi kolonial Inggris dan memperjuangkan kemerdekaan, maka kelahiran PAS bertujuan memenuhi ruang kosong, dalam rangka perhatian dalam perjuangan UMNO. Dari sinilah akan dilihat perbedaan dasar UMNO-PAS terhadap Islam, suatu perbedaan yang menjadi dasar kritik dan koreksi PAS terhadap kebijakan dan pelaksanaan pemerintahan UMNO. [1]
1

1[1]. Helmiati, Dinamika Islam Asia Tenggara, hlm. 122

Penyebaran Islam di Malaysia tidak bisa dilepaskan dengan peranan kerajaan Malaka. Karena Malaka merupakan salah satu pusat kunci perkembangan Islam pesisir hingga kepulauan Sulu Philipina. Islam berkembang setelah Sultan Muzaffar Syah (14451459). Dengan dikeluarkannya Hukum Kanun Malaka dan Undang-Undang Islam sebagai dasarnya (Zainal Abidin : 22). Pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis, tetapi tahun 1641 Portugis mampu dikalahkan Belanda, karena jajahan Belanda tidak mentolerir penguasa Melayu melanggengkan adat istiadat mereka, maka pada akhirnya Belanda jatuh ke tangan Inggris tahun 1795. tahun 1874 Inggris membuat perjanjian Pangkor, yang isinya Inggris berjanji tidak akan ikut campur dalam urusan-urusan yang menyangkut adat istiadat dan agama orang Melayu. Dibandingkan Portugis dan Belanda, maka Inggris adalah penjajah yang lebih simpatik terhadap Islam. Berdasarkan UUD Malaysia sejak merdeka 31 Agustus 1957, Islam merupakan agama resmi negara, walaupun agama-agama lain tetap dijamin. Dari jumlah penduduk 18 juta tahun 1995, yang memeluk Islam tidak lebih dari 55%, namun citra Islam di negara ini sangat mencolok, karena Islam menjadi faktor utama bagi identitas Melayu. Dikatakan orang Melayu identik dengan muslim adalah simbol dari nasionalisme Melayu. Salah satu penyebabnya adalah setelah terjadinya peristiwa berdarah kerusuhan rasial antar etnis Melayu dan Cina yang terjadi 13 Mei 1969. Semangat nasionalisme Melayu sebenarnya tumbuh sejak tahun 1930-an, tetapi puncaknya ketika penjajahan Inggris semakin intensif yang akhirnya tahun 1948 lahir gerakan Partai Politik Melayu dengan nama UMNO (United of Malay Nationalism Organization) pada awalnya hanya berfungsi sebagai jaringan administrasi penjajahan Inggris di Malaysia. UMNO didirikan pada dasarnya adalah akibat langsung perlawanan Melayu yang ketuanya adalah Onn Jakfar terhadap usulan Inggris membentuk Malayan Union. UMNO lalu menjadi pusat ketegangan antara kelompok yang cenderung nasionalis etnis-sekuler dengan pemimpin yang lebih Islami seperti Ahmad Fuad. Karena pemimpin kelompok kedua ini tidak puas pada kelompok yang pertama tentang perjuangan Islam yang dilakukan UMNO, akhirnya mereka keluar dari UMNO dan membentuk HAMIM (Hizbul Muslimin) Partai Islam pertama diketuai oleh Abu Bakar al-Bakir tahun 1948,

dengan motto memperjuangkan kemerdekaan Melayu dan membangun Masyarakat Islam berdasarkan prinsip Islam, dan Malaya sebagai negara Islam. Organisasi ini secepatnya dilarang Inggris dan pemimpinnya ditangkap, karena bertentangan dengan keinginan Inggris. Tetapi lembaga inilah yang mengilhami berdirinya PAS di kemudian hari. b. UMNO dalam Pemerintahan UMNO pada masa kepemimpinan Tunku Abdurrahman (setelah Onn Jakfar) menegaskan dalam Anggaran Dasar UMNO 1960 berjanji mendorong kemajuan Islam sebagai modus vivendi atau cara hidup, tetapi negeri ini bukanlah negara Islam sebagai umumnya dipahami dan hanya mengakui Islam sebagai agama resmi negara, dalam arti ia pendukung negara sekuler. Untuk memenuhi janji ini, Abdurrahman membangun mesjid negara tahun 1961 dan juga menyelenggarakan MTQ tingkat nasional. Tetapi kebijakan ini hanya bersifat simbolis demi menentramkan elemen-elemen pro-Islam di arena politik. Untuk memperkuat posisi politik, Abdurrahman sebagai presiden UMNO dan sebagai Perdana Menteri menjalin aliansi dengan partai non-Melayu seperti MCA dan MIC. Untuk mempertegas ideologi negara, Abdurrahman menerapkan secara resmi tahun 1970 prinsip dasar rukun negara, yaitu Kepercayaan kepada Tuhan; kesetiaan kepada raja dan negara; menjunjung tinggi konstitusi negara dan negara hukum; prilaku dan moralitas yang baik. Pada tahun 1971 pemerintah juga mengeluarkan kebijakan ekonomi baru yang dikenal dengan NEP (New Economic Policy). Kebijakan ini bertujuan ingin mengangkat harkat dan martabat orang Melayu, dan membangkitkan kembali semangat nasionalisme Melayu. Harapannya tahun 1990 nanti akan ada keseimbangan kue nasional sekurangkurangnya 30% bagi kaum Melayu (bumi putra); 40% bagi nonp-Melayu (India dan Cina) serta 30% bagi perusahaan multinasional. Kebijakan ini dibuat mengingat kemiskinan yang melilit bagi etnis Melayu, sementara ekonomi dipegang oleh Cina. Satu-satunya organisasi pemuda yang diizinkan pemerintah UMNO adalah ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia) berdiri tahun 1969. lembaga ini didirikan bertujuan membela dan memajukan Islam, khususnya kesempurnaan sebagai (al-Dini) serta untuk menanggulangi masalah pembangunan bangsa. Tokoh-tokoh kunci ABIM adalah Anwar

Ibrahim, Siddiq Fadhil, Ghani Samsudin, Kamaruddin Noer dan Kamaruddin Jakfar. ABIM memberi dukungan terhadap berdirinya negara Islam dan hukum Islam. sampai tahun 1981 ABIM dengan lantang menyatakan : a. Pemerintah tidak Islami, karena banyak korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, penindasan buruh, dan lain-lain. b. Menuduh ISA (Internal Security Act- Undang-Undang Keamanan dalam negeri) dan SAB (Societies Act Bill RUU kegiatan masyarakat) agar dicabut karena bertentangan dengan hak asasi manusia. c. Pembangunan yang dilakukan pemerintah tidak mampu menanggulangi masalah komunal negeri. d. ABIM menyangkal kritikan UMNO mengenai kegiatan ekstrimis muslim, dengan mengatakan bahwa pemerintah anti dakwah Islam. Tahun 1981 ketika Mahathir mejadi Perdana Menteri, menawarkan kepada Anwar Ibrahim (Presiden ABIM) agar bergabung dengan pemerintah. Atas bujukan itu Anwar mau pindah haluan dengan misi Dakwah Islam dan perbaikan nasib kaum Melayu. Penilaian Anwar karena Mahathir lebih Islami dibanding pendahulunya. Banyak kebijakan yang dibuat Mahathir untuk meyakinkan rakyat Malaysia bahwa UMNO dan pemerintah benar-benar mendukung prinsip-prinsip Islam, bukan sekedar dukungan simbolis. Secara kronologis kebijakan pro-Islam yang dibuat : 1. Pemerintah merevisi sistem hukum nasional agar lebih selaras dengan hukum Islam (1978). 2. Mendirikan pusat penelitian Asia Tenggara (M$ 26 juta) tahun 1979. 3. Agama Islam dijadikan materi Ujian Nasional di sekolah (1979). 4. Penetapan bulan dakwah nasional (1979). 5. Menyusun kembali sistem ekonomi model Islam. 6. Pembangunan sekolah guru Islam (M$ 22 juta) 1980. 7. Pendirian Bank Islam, Pegadaian Islam, Asuransi Islam, Yayasan Ekonomi Islam (1981 1982). 8. Memperbanyak program keIslaman di TV dan radio (1981). 9. Bergabungnya Anwar Ibrahim dengan UMNO dan pemerintah (1982).

10. Pendirian rumah sakit Islam (1983). 11. Pendirian Universitas Islam Internasional (1983). 12. Deklarasi resmi Islam Tubuh Pemerintahan (1984). 13. Kebijakan agama Islam saja yang dapat siaran di TV dan radio. 14. Status hakim dan pengadilan Islam disetarakan dengan pengadilan sipil. 15. Membangun desa-desa Islam di kota-kota sepanjang Malaysia. Sikap pemerintah dan UMNO terhadap Islam memasuki era Mahathir sejak tahun 1981 mulai berubah, yaitu terbuka dan mendukung Islam. Tetapi penilaian aktivis oposisi, dukungan itu bersifat ambivalen, karena pada sisi lain pemerintah bersikap waspada untuk mengendalikan dan mengekang individu-individu atau kelompok Islam, dengan alasan kegiatan Islamnya membahayakan stabilitas negara. Adapun pemimpin-pemimpin UMNO yang otomatis menjadi perdana Menteri semenjak Malaysia Merdeka bisa dilihat sejak pertama yaitu : 1. Dato Onn Jakfar : Penggagas berdirinya UMNO dan memimpin tahun 1946-1957 keturunan dari Bugis (Sulawesi). 2. Tunku Abdurrahman : Bapak Kemerdekaan memimpin tahun 1951- 1971 3. Tun Abdul Razak : bapak Keamanan memimpin tahun 1971-1976 4. Husein Onn : Bapak keamanan memimpin tahun 1976-1981 5. DR. Mahathir : bapak Malaysia Modern memerintah 1981-2005 M. 6. Ahmad Badawi : memerintah dari tahun 2005 hingga 2009 7. Tun Muh. Najib : memerintah dari tahun 2009 hingga sekarang.

2. Peran PAS ( ) memperjuangkan kebangkitan Islam Partai Islam Se-Malaysia (PAS/ ) lahir pada tanggal 23/24 Agustus 1951 bertepatan tanggal 21/22 Zulkaidah 1370 H di Kkelab Melayu Banda Butterworth seberang Prai. Partai ini lahir dipelopori oleh beberapa ulama dari United Malaya National Organization (UMNO), yang awalnya (1946-1948 M) hanya berbentuk organisasi kemasyarakatan bagi

perkumpulan orang-orang Melayu. Namun pada pertengahan 1948 M, organisasi ini mengubah haluan ke wilayah politik. Dalam perpolitikan orang Melayu masa itu, ada dua kubu yang memiliki paham berbeda. Satu pihak berbasis pendidikan Barat, sementara di pihak lain memiliki basis pendidikan Timur Tengah. Kelompok Pertama membawa visi politik mengarah kepada demokrasi Barat, yaitu memiliki konsep bahwa antara agama dan politik tidak mungkin dipadukan, mereka umumnya mendapat restu dan pengakuan dari pihak kolonial Inggris. Sementara kelompok Kedua, memandang politik sebagai bagian dari Islam, Karena itu Islam dianggap sebagai Din wa al Daulah. Oleh pihak Inggris kelompok terakhir ini dianggap sebagai oposisi pemerintah bentukannya. a. Latar Belakang Berdirinya PAS PAS dibangun di atas kehancuran partai Hizbul Muslimin (HAMIM), yaitu Partai Politik Islam pertama dan satu-satunya pada waktu kolonial Inggris bercokol di kawasan Malaysia. Partai HAMIM ini digerakkan oleh kelompok muslim Melayu yang memiliki komitmen dengan tiga dasar perjuangan. Pertama, untuk membebaskan bangsa Melayu dan tanah Melayu dar penjajahan Inggris.kedua, membentuk negara Islam sejagat, dan Ketiga, untuk mewujudkan tanah Melayu sebagai negara Daar al-Islam. Visi penting PAS adalah ide pembentukan negara Islam yang punya perbedaan mencolok dengan konsep kenegaraan dikendalikan oleh UMNO (United Malay National Organization). Akibatnya PAS berupaya mengkritik terus menerus kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah (UMNO), karena kebijakan itu belum mampu menyentuh persoalan mendasar sesuai dengan konsepsi PAS. Hal ini tidak lain persoalan tentang kebijakan yang dibuat pemerintah tidak didasarkan pada al- Quran dan Hadits. b. PAS sebagai Oposisi Pemerintahan Partai Islam Se-Malaysia (PAS/) sebagai bagian dari oposisi pemerintah memiliki peran penting dalam politik Malaysia. PAS masih mampu mengendalikan kekuasaannya atas negara bagian Kelantan hingga sekarang. Namun kendalinya terhadap negara bagian Trengganu (dimenangkan tahun 1959) mulai surut sejak tahun 1962, yaitu ketika saat itu beberapa aktivis PAS membelot ke UMNO. Salah satu ciri penting perjuangan PAS adalah konsisten dalam memperjuangkan negara Islam. Menurut mereka konsep inilah

yang belum bisa dijalankan sepenuhnya oleh UMNO untuk dijadikan sarana mengangkat citra identitas mereka dihadapan warga muslim, mengingat dasar eksistensi UMNO adalah nasionalis etnis dan punya visi sekuler. Visi PAS yang dicirikan sebagai negara Islam dengan dasar syariat Islam, sejak awal partai ini dikibarkan dalam masyarakat muslim tahun 1951 sering disebarluaskan, dan makin intensif sejak kepemimpinan Yusuf Rawa tahun 1982, namun sempat surut pada tahun 1970-an masa kepemimpinan Asri Muda. Otomatis PAS menolak bentuk sekuler yang dijadikan eksistensi negara Malaysia hingga sekarang dibawah pemerintah UMNO, dimana agama tidak memperoleh peran yang berarti di dalam negara, dan dimana hukum buatan manusia justru lebih unggul dari pada hukum ciptaan Tuhan. Meski praktiknya sulit menerapkan kedua bentuk hukum itu secara seiring dalam konteks Malaysia yang plural. Namun daya tarik simbol dan kultural model negara Islam dari sebagian kalangan warga melayu, khususnya yang tinggal di kampung-kampung tidak dapat diremehkan begitu saja. Pada awal berdirinya PAS 1951, Ahmad Fuad terpilih sebagai presidan partai. Bersamaan dengan Ahmad Fuad terdapat sederet tokoh yang ikut membesarkan PAS seperti Hasan Adli, DR. Burhanuddin Helmi dan Zulkifli Muhammad. Meskipun partai PAS saat itu begitu anti dengan kolonialis Inggris, namun mereka masih berusaha mendukung pemerintah Datok Onn Jakfar sebagai pemimpin United Malay National Organization (UMNO) betukan Inggris. Pada tanggal 25 Desember 1956, DR. Abbas Alias presi den PAS digantikan oleh DR. Burhanuddin Helmi. Sebagai wakil presiden ditunjuk DR. Zulkifli Muhammad Kedua tokoh ini memiliki peran penting dalam menggagas pergerakan politik Islam dan mengkompromikan dengan paham nasionalisme Melayu. Menurut mereka meskipun sulit untuk menggabungkan antara keduanya, namun ia tetap berusaha menggabungkan antara idealis Islam dengan Nasionalisme etnis Melayu. Burhanuddin menyatakan bahwa Politik Islam tidak bisa dipisahkan dari alQuran dan Hadits, dan pada saat yang sama kita perlu meneguhkan falsafah melayu untuk bangsa Melayu. Namun John Funston membantah bahwa keterlibatan Burhanuddin Helmi di pentas politik lebih didasarkan pada motivasi religius. Pada masanya Kelantan, Trengganu dan Kedah, menjadi basis masa pemilu 1959.

Kekalahan PAS dalam Pemilu tahun 1964 di negeri bagian yang berbasis PAS (Trengganu, Kedah dan Kelantan) dapat dirinci pada tiga peristiwa penting. Pertama, didiskualifikasikan DR. Burhanuddin Helmi sebagai kandidat pemilu saat itu. Kedua, meninggalnya deputi presiden PAS, DR. Zulkifli Muhammad beberapa waktu setelah ia memenangkan kursi di parlemen. Ketiga, dari segi ekonomi, PAS mengalami masa-masa sulit, karena macetnya saluran berbagai dana ke negeri-negeri bagian yang dikuasai PAS. Dengan wafatnya DR. Zulkifli Muhammad bulan Mei 1964, jabatan wakil presiden PAS saat itu dipegang oleh Burhanuddin Helmi, sementara ia masih dalam tahanan pemerinhtah, maka kendali jabatan tersebut otomatis diaksanakan oleh DR. Asri Muda. Hingga pada Oktober 1969, jabatan yang Dipertuan Agung PAS dipegang oleh DR. Asri Muda. Dalam konsepsi PAS istilah negara dikemukakan oleh pimpinan PAS Abdul Hadi Awang bahwa suatu negara harus mendaulatkan hukum Allah, syariat Allah wajib menjadi akidah negara dan pegangan pemerintah, karena dari akidah ini dapat ditegakkan konstitusi dan sistem negara Islam. Dari sini dapat ditelaah bahwa konsep negara Islam ada tiga karakteristik : pertama, Medaulatkan Syariat Islam; kedua, Umat Islam memberikan dukungan yang kuat; ketiga, pemerintah Islam yang menaunginya. Kemudian tokoh PAS lain Syafei Ibrahim menegaskan bahwa Islam adalah ideologi partai PAS dan partai ini berjuang untuk mengamalkan Islam secara menyeluruh setiap aspek dalam Islam. Ini berarti bahwa ia menyakini bahwa ajaran Islam sebagai ideologi yang lengkap. Islam tidak hanya diyakini sebagiannya saja, tetapi meliputi semua aspek, baik ekonomi, sosial-budaya, hukum dan politik. Pandangan ini mempertegas kosepsi partai bahwa menjadikan pemerintahan Islam adalah sarana mencapai tujuan. Karena menurut mereka, dengan terwujudnya negara Islam akan memungkinkan terlaksananya hukum Islam secara menyeluruh atau integrated. Konsep lain dari tokoh PAS tentang prinsip-prinsip pembentukan negara Islam dikemukakan oleh Nakhaie Haji Ahmad : 1. Negara dan pemerintahan Islam dibentuk atas kedaulatan hukum Allah.

2. Negara dan pemerintahan Islam ditegakkan atas kekuasaan Ummah dalam arti bahwa negara Islam tidak akan terwujud tanpa umat. 3. Negara dan pemerintahan Islam ditegakkan atas dasar keadilan. Dan keadilan merupakan prinsip utama dalam menegakkan pemerintahan Islam yang mencakup keadilan di setiap aspek. 4. Negara Islam ditegakkan atas dasar sistem musyawarah (sura). 5. Pemerintahan yang bertanggungjawab dan adanya ketaatan dari rakyat. Konsep ini bertentangan dengan konsep nasionalisme negara bangsa yang diusung oleh pemerintah UMNO. Karena itu, PAS berupaya mengkritik terus menerus kebijakankebijakanyang dibuat oleh Pemerintah (UMNO), karena kebijakan itu belum mampu menyentuh persoalan mendasar yaitu tidak didasarkan pada al-Quran dan Hadits. PAS mengibaratkan program Islamisasi yang buat pemerintah seperti gincu atau kosmetik yang hanya sebatas label menempel dalam sistem yang tidak ada kaitannya dengan prinsip ajaran Islam sebagai ideologi. Bahkan penerapan Islam yang dibuat pemerintah UMNO, menurut tokoh PAS Yusuf Rawa diibaratkan sebagai buah getah di dahan, kemudian diumumkan kepada orang ramai bahwa itu adalah buah durian. Sebutlah umpamanya kebijakan pendirian Bank Islam, Universitas Islam, Asuransi Islam, dan lain-lain, tetapi kebijakan itu belum mampu menciptakan perlembagaan (UndangUndang) negara sesuai dengan cita-cita Islam. PAS pada dasarnya mau bekerjasama dengan pemerintah UMNO, namun apabila pemerintah mau dan sanggup menerapkan prinsip-prinsip Islam dalam negara, termasuk menjadikan hukum Islam (yang ada dalam al-Quran dan Hadits) sebagai pedoman dalam menjalankan roda pemerintahan. Berdasarkan konsepsi PAS di atas, menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia termasuk dalam urusan bernegara, ajaran Islam harus menjadi dasar negara, syariah Islam harus dijadikan konstitusi negara dan kedaulatan politik berada di tangan Tuhan. 2[2] Konsep ummah yang dipahami PAS bertentangan dengan negara bangsa (nation state) yang banyak diakui oleh negara-negara modern (Eropa) termasuk UMNO.

2[2]. Muhammad Syukri Salleh, Perkembangan Kontemporer Gerakan Islam di Malaysia: Pergeseran dari Konfrontatif ke Kooperatif, dalam Moeflich Hasbullah, Dinamika Islam Asia Tenggara. Hlm. 122

Menurut ilmuan muslim, Muhammad Imarah bahwa Islam sebagai agama sebenarnya tidak menentukan suatu sistem pemerintahan tertentu bagi kaum muslimin, karena logika tentang kesesuaian agama Islam untuk sepanjang zaman dan tempat menuntut agar soal-soal yang selalu berubah oleh kekuatan evolusi harus diserahkan kepada akal manusia untuk memikirkannya, dibentuk menurut kepentingan umum dan dalam kerangka prinsip umum yang telah digariskan agama Islam. Islam tidak meletakkan suatu pola yang baku tentang teori negara atau sistem politik yang harus dijalankan oleh ummah. Model sistem kenegaraan PAS, merefleksikan adanya kecenderungan untuk menekankan aspek legal formal idealisme politik Islam, yang ditandai oleh keinginan untuk menerapkan syariah secara langsung sebagai konstitusi negara. Sedangkan aliran yang bertolak belakang dengan konsepsi PAS, menekankan substansinya daripada bentuk negara yang legal formal. Penekanan substansi ini menginginkan agar terwujdunya nilainilai keadilan, persamaan, musyawarah dan partisipasi yang tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Pendekatan ini lebih mudah menghubungkan antara Islam dengan sistem politik modern. Karena itu, menurut Michael Hudson menganggap bahwa bahwa tradisi pemikiran politik Islam yang berkembang dalam kurun sejarah Islam lebih kaya, beraneka ragam dan lentur.

3. Organisasi lainnya di Malaysia ( PKMM, HAMIM, ABIM dan FOSIS) a. PKMM PKMM didirikan oleh Mokhtaruddin Lasso dan Ahmad Boestamam. Keduanya memainkan perana dalam pucuk pimpinan awal partai itu: Yang Dipertua: Mokhtaruddin Lasso Wakil Yang Dipertua - Dr. Burhanuddin Helmi Sekretaris - Dahari Ali Bendahara - Arshad Ashaari Anggota Komite - Ahmad Boestamam

Sebulan setelah kelahirannya, PKMM telah mendirikan beberapa cabang di beberapa buah negeri yaitu di Jakarta, Perlis, Selangor, Melaka dan Singapura. PKMM menyebarkan pengaruhnya melalui koran-koran hariannya yaitu Suara Rakyat, Pelita Malaya dan Semboyan Baru dan terbitan bulanan yaitu majalah Berjuang dan Voice of the People. PKMM memiliki dua cabang pemuda dan pemudi yaitu Angkatan Pemuda Insaf (API) yang dipimpin oleh Ahmad Boestamam, dan Angkatan Wanita Sedar (AWAS) yang dipimpin oleh Shamsiah Fakeh. Namun Ahmad Boestamam telah dapat merenggangkan API dari PKMM di bawah Mokhtaruddin Lasso dan pengaruh komunisme serta mengeluarkan manifesto yang terpisah dari PKMM. Namun beberapa bulan kemudian ketika Uni Melayu Muda (KMM) bergabung dengan PKMM, Dr Burhanuddin Helmi telah mengambil alih pucuk pimpinan sebagai presidennya yang kedua. Dalam bulan Desember 1947, PKMM berubah lagi pucuk pimpinan dan kali ini disandang oleh Ishak Haji Muhammad sebagai presidennya yang ketiga. Dengan perubahan pucuk-pucuk pimpinan itu PKMM tidak lagi condong ke komunisme sebaliknya bersifat nasionalisme. Dr. Burhanuddin membawa PKMM ke arah mewujudkan Melayu Raya yaitu satu gagasan Uni Malaya-Indonesia yang merupakan salah satu perjuangan utama PKMM. Pada dasarnya perjuangan PKMM adalah didorong oleh tekad untuk mendapatkan kemerdekaan penuh dari Inggris. PKMM lebih cenderung untuk Tanah Melayu bergabung Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaan pada 1949. Bila UMNO didirikan, PKMM telah bergabung bersama badan-badan Melayu yang lain, tetapi setelah itu telah keluar darinya apabila tidak setuju dengan pemasukan simbol keris dalam bendera UMNO dan tidak puas dengan sistem satu badan (tidak menghitung ukuran) satu suara dalamnya. Akhirnya, badan-badan yang 'berhaluan kiri' (melawan Inggris) meninggalkan UMNO dan UMNO tinggal 'sayap kanan', yang lebih ramah Inggris. PKMM juga berusaha mendirikan Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yaitu gabungan partai-partai politik radikal Melayu dan kemudian bergabung pula dengan AllMalaya Council of Joint Action (AMCJA) yang bertujuan menentang konten Perjanjian Federasi 1948 untuk pembentukan Federasi Tanah Melayu.

Perjuangan PKMM dilabel oleh Inggris sebagai 'berbau' komunis dan dengan itu beberapa orang pemimpinnya telah ditangkap dan dipenjarakan. Akhirnya pada 18 Juni 1948, PKMM (dan beberapa partai anti-penjajah lain) dilarang dan darurat dinyatakan oleh otoritas Inggris dengan persetujuan Yang Dipertua UMNO, Dato 'Onn Jaafar. b. HAMIM Parti Hizbul Muslimin Malaysia (HAMIM) merupakan partai pecahandari Partai Islam Se-Malaysia (PAS) yang didirikan pada 1983 oleh Tan Sri Dr. Haji Asri Muda, mantan presiden PAS yang meninggalkan partai itu pada 23 Februari 1983 setelah kekalahan PAS di kerajaan negeri Kelantan dalam Pemilihan Umum Malaysia pada tahun 1982 yang melihat arus kesedaran dan kebangkitan Islam yang semakin kuat ketika itu, di mana kemudian kaum ulama mengambil-alih kepimpinan pusat PAS dari kelompok nasionalis pada Muktamar PAS ke-28 tahun 1982. Lantaran itu HAMIM diasaskan sebagai alternatif PAS dan telah bergabung dengan Barisan Nasional kemudian meninggalkannya pada tahun 1989 untuk bergabung dengan keompok oposisi, Angkatan Perpaduan Ummah (APU) yang terdiri dari Partai Islam Se-Malaysia (PAS), Partai Melayu Semangat 46 (S46), Barisan Jemaah Islamiah Se-Malaysia (BERJASA), Partai Hizbul Muslimin Malaysia (HAMIM), dan Kongres India Muslim Malaysia (KIMMA) untuk menghadapi Pemilihan umum Malaysia tahun 1990, sehingga mendapatkan satu kursi di Dewan Undangan Negeri Kelantan untuk membentuk pemerintahan koalisi APU di Kelantan.

c.

ABIM Organisasi yang disebut Gerakan Pemuda Muslim Malaysia Belia (Angkatan Islam Malaysia-ABIM) muncul di Malaysia selama periode kebangkitan Islam pada awal 1970an. Dakwah mereka (propagasi Islam) 28 kegiatan telah membuat dampak yang langgeng pada publik, terutama para pemuda dan berperan dalam memimpin masyarakat untuk secara efektif memeluk Islam sebagai jalan hidup. Menurut Zainah Anwar, mantan pemimpin sebuah perempuan feminis gerakan di Malaysia yang pernah belajar gerakangerakan mahasiswa Islam pada tahun 1970 dan 1980, pembentukan ABIM adalah sebuah peristiwa penting bagi kebangkitan Islam di Malaysia.29 Bahwa menjadi kasus ini, Islam

selalu menjadi bagian dari struktur sosial-politik Malaysia sebelum berdirinya dari ABIM, 30 seperti yang disaksikan melalui peran PAS. Namun demikian, pentingnya Islamn revivalisme pada 1970-an adalah bahwa ABIM dibawa ke arus utama Malaysia. ABIM didirikan pada tahun 1971 dan dimulai sebagai sebuah cabang dari dua organisasi, Melayu Bahasa Society (Persatuan Bahasa Melayu-PBM) dari University of Malaya dan Asosiasi Nasional Mahasiswa Muslim Malaysia (Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia-PKPIM), yang didirikan pada bulan Juni 1961. PKPIM ini menjadi salah satu yang paling penting dan berpengaruh organisasi mahasiswa di Malaysia pada 1960-an. Meskipun kebanyakan para organisasi pemuda tersedia untuk siswa Melayu untuk dipilih, seperti Federasi Melayu Siswa Association (Gabungan Pelajar Melayu Semenanjung-GPMS) dan Malaysia Asosiasi Klub Remaja (MAYC), PKPIM tetap populer karena didirikan pada Platform Islam. PKPIM mencapai puncak popularitas dan kesuksesan dengan tahun 1960, dan yang anggota memutuskan untuk membentuk sebuah organisasi yang akan memungkinkan mereka untuk terus terlibat dalam pemuda dan aktivisme Islam setelah menyelesaikan studi mereka. Tujuan Islam PKPIM bisa disaksikan di kampus Universitas Malaya. Anggotanya melanjutkan kampanye dakwah banyak terhadap apa organisasi dianggap sebagai kegiatan tidak bermoral dan tidak etis oleh siswa dipengaruhi oleh budaya pop Barat seperti Halloween pihak dan balls.31 Setelah lulus, anggota inti dari PKPIM dan juga PBM melanjutkan untuk membentuk ABIM sebagai modus baru mereka karena aktivitas dakwah. Anwar Ibrahim, salah satu anggota pendiri ABIM menyampaikan pidato pembukaan pada peluncuran ABIM selama PKPIM di Pertemuan kesepuluh Umum Tahunan yang diselenggarakan di Fakultas Studi Islam, Nasional University of Malaysia tahun 1970. Dia membenarkan pembentukan ABIM dengan menyatakan "Pemimpin ABIM harus membuktikan bahwa kritik mereka tidak hanya disuarakan dengan keras selama kehadiran mereka di kampus (bila mereka adalah anggota PKPIM) tapi mereka harus terus berjuang "32. Para ABIM awal tidak hanya terdiri dari mantan Universitas Malaya lulusan. Zainah Anwar mengamati bahwa orang muda yang membentuk sebagai anggota aktif ABIM adalah lulusan dan juga profesional muda, membentuk kelompok sosial yang paling reseptif terhadap ideologi

dari kebangkitan Islam di Malaysia.33 Chandra Muzaffar menyebutkan bahwa proporsi yang baik dari Anggota ABIM berasal dari kelas menengah, meskipun juga telah bekerja kelas member. Tujuan ABIM utama dan menyeluruh selama tahun yang baru lahir adalah untuk mereformasi pikiran dan semangat masyarakat Muslim Malaysia melalui setiap cara yang mungkin, 35 tetapi berharap untuk mencapai hal ini oleh perbankan pada energi anggota muda, sebagaimana tercermin dalam tujuan sebagai berikut: a) Untuk menyediakan platform untuk siswa lulus dari universitas dan perguruan tinggi yang memiliki terlibat dalam kegiatan dakwah untuk melanjutkan aktivisme Islam mereka; b) Untuk mengisi kekosongan organisasi melayani kepentingan pemuda Muslim di semua tingkat dalam masyarakat Malaysia, dan c) Untuk menghasilkan kebangkitan Islam di Malaysia.36 Selama awal awal, ABIM dioperasikan sesuai dengan modus operandi yang sama yang ditetapkan oleh PKPIM. Namun, seperti ABIM mampu menyerap lebih banyak anggota dan berikut lebih besar dari masyarakat, segera outgrew PKPIM. Meskipun demikian, hubungan mereka berlanjut sampai hari ini, mana lulus PKPIM anggota secara alami akan bergabung ABIM saat meninggalkan kampus. Ini hubungan itu penting karena memberikan ABIM dengan anggota rapi dan terlatih, akrab dengan tujuan dakwah Islam. Akibatnya, Kamaruddin Mohd. Juga, mantan anggota baik PKPIM dan ABIM, telah tepat digambarkan ABIM sebagai "kakak" PKPIM yang .Keragaman anggotanya dan daya tariknya terhadap Muslim kelas menengah yang lulusan dari universitas luar negeri yang disediakan ABIM pandangan, profesional sopan untuk Islam gerakan yang di Malaysia sudah lama dikaitkan dengan tradisi kuno dan keterbelakangan. ABIM memiliki array yang luas dari anggota di seluruh dunia dengan perwakilan di Amerika Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Pakistan, Australia dan New Zealand.38 Namun, apa yang unik tentang ABIM adalah kenyataan bahwa ia tidak memaksakan pembatasan pada keanggotaan. ABIM anggota berasal dari tiga tingkat yang berbeda latar belakang pendidikan, sekolah yaitu bahasa Inggris, Sekolah Malaysia dan sekolah Arab, tetapi untuk bergabung dengan ABIM, mereka melakukannya dengan visi bersama melayani Islam. Namun, ini juga telah menciptakan banyak pandangan berbeda dalam organisasi.

Anggota dengan latar belakang agama dan dilatih di sekolah-sekolah Islam dicap sebagai konservatif sementara mereka yang menghadiri sekolah bahasa Inggris berbasis media dipandang sebagai "liberal" . Namun demikian, ABIM mengambil ini dengan dosis optimisme, dengan alasan bahwa etika Islam memungkinkan dan mengakomodasi perbedaan pendapat. Ini kontras antara ABIM dan organisasi lain gerakan / Islam di Malaysia telah memungkinkan munculnya dua kategorisasi yang berbeda dari gerakan-gerakan Islam atau Islam "Revivalis" di Malaysia. Satu digambarkan sebagai lebih moderat dalam keyakinan dan praktik dan yang lainnya adalah konservatif tetapi tidak harus garis keras. Kelompok moderat yang terbaik diwakili oleh ABIM dan konservatif sebagian besar anggota PAS pada tahun 1970. Utama Perbedaan antara keduanya adalah pada dasarnya pandangan dan pendekatan vis-vis Islamisasi Malaysia. ABIM memegang bawah ke atas pandang, yaitu Islamisasi umat atau populasi pertama sebelum sampai ke eselon atas struktur sosial, sementara PAS mengambil konvensional melihat dari atas ke bawah-Islamisasi yang hanya dapat dicapai melalui pembentukan Islam negara. Alasan lain untuk menjelaskan kebutuhan untuk ABIM ketika ada sudah PAS adalah fakta bahwa PAS telah mengadopsi lebih "nasionalis" pendekatan dan sikap pada tahun 1960 setelah kematian Dr Burhanudin Al-Helmi dan di bawah kepemimpinan Muda Asri. Saya berpendapat bahwa reformasi Islam budaya tidak hadir dan tidak ada di bawah Asri karena ia lebih sibuk dengan ide Melayu nasionalisme. Anggota ABIM Banyak yang kecewa dengan path PAS telah diambil di bawah Asri dan pada awal 1970-an, para pemuda yang memiliki banyak aspirasi tentang reformasi melalui Islam memutuskan untuk bergabung ABIM sebagai gantinya, melihat bagaimana ABIM telah melakukan upaya serius untuk menanamkan sebuah Reformasi Islam budaya dalam masyarakat Malaysia. Munculnya PKPIM dan ABIM kemudian adalah konsekuensi dari apa Manutty digambarkan sebagai "Islam identitas krisis "di antara para pemuda, yang pada waktu itu sedang mencari makna baru dalam Islam.40 Meskipun ketentuan dan penempatan Islam dalam konstitusi dan melalui mempengaruhi dari Islam beberapa kebijakan sosial-ekonomi dan budaya berbasis, hal itu tidak memberikan kepuasan apapun untuk pemuda-pemuda dan mahasiswa. Bagi

mereka, lingkungan arus utama dibentuk oleh UMNO dan pemerintah tetap "sekuler" dan tidak Islam, dan ini adalah sumber untuk ideologis ketegangan. Munculnya ABIM dalam banyak ekspresi idealisme yang kuat di antara Pemerintah Malaysia pemuda berpendidikan, yang berusaha reformasi masyarakat vis--vis Islam. Mei 13 tragedi disediakan ABIM dengan alasan untuk mengusulkan kembali kepada Islam sebagai solusi untuk masalah yang mempengaruhi masyarakat Melayu. Para kebangkitan Islam yang dimulai di Malaysia pada awal 1970 juga sukses karena popularitas dan penerimaan beberapa tajdid (pembaharuan) dan ialah (reformasi) ide-ide yang disebarkan oleh ABIM dan anggotanya. Dalam bab berikut, saya berpendapat bahwa karya tokoh Ikhwanul Muslimin seperti Hasan Al-Banna dan Hasan Al-Hudaybi memasok alat dan kerangka kerja yang memungkinkan ABIM untuk menghasut dan mengoperasikan dengan sukses gerakan kebangkitan. d. FOSIS FOSIS dibentuk pada bulan Juli 1963 di sebuah pertemuan yang diadakan di Ruang Cadbury di Universitas Birmingham. Pada pertemuan ini, perwakilan dari masyarakat Islam yang berbeda sepakat untuk membentuk suatu badan nasional untuk menjaga kepentingan mahasiswa Muslim di universitas. Anggota pendiri termasuk masyarakat Islam dari University of Birmingham, University of Bristol, University of Dublin, Imperial College (London), University of Leeds, London Islam Circle, Muslim Mahasiswa Masyarakat Inggris, Universitas Oxford, Sekolah Studi Oriental dan Afrika (London ), Sheffield Islam Circle, Wolverhampton Melayu Teachers College. Pada saat itu, organisasi itu bernama FOSIS (Federasi Masyarakat Mahasiswa Islam) dan berganti nama akhir tahun itu untuk variasi saat ini dari FOSIS. Pada tahun 60-an awal, FOSIS adalah kelompok dukungan hanya bahwa banyak Muslim di Inggris dan Irlandia bisa melihat ke atas dukungan dan saran. Selama bertahun-tahun, FOSIS telah menjadi tuan rumah sejumlah konferensi tingkat tinggi Islam / Ulama. Pada tahun 1960-an, FOSIS adalah salah satu organisasi pertama di Inggris untuk menjadi tuan rumah Malcolm X (juga dikenal sebagai El-Hajj Malik ElShabazz) pada ceramah. Sejak itu, beberapa ulama paling berpengaruh di dunia Islam dan pengkhotbah seperti Ahmed Deedat, Khurram Murad dan Imam Siraj Wahhaj telah

mengunjungi FOSIS untuk mengatasi siswa Muslim. Tren ini terus selama bertahuntahun, dengan FOSIS membuat ceramah pada bagian universitas kegiatan rutin mereka. Ada dua konferensi yang diatur oleh FOSIS dalam satu tahun akademik. Konferensi FOSIS Tahunan (juga dikenal sebagai FAC untuk pendek) adalah konferensi nasional hanya tahunan yang diselenggarakan di Inggris untuk mahasiswa Muslim. Ini dimulai pada tahun 1964 dan sudah berjalan setiap tahun sejak, biasanya diadakan selama periode musim panas tahun ini. Konferensi, biasanya, meliputi kuliah oleh para sarjana Islam terkemuka, hiburan oleh artis nasyid, sebuah kompetisi video, presentasi oleh komite FOSIS berbeda dan lebih banyak lagi lainnya. Pada tahun 2009, salah satu yang lebih baru penafsiran dari FAC, melihat lebih dari 600 siswa menghadiri dengan berbagai kegiatan yang berbeda di acara. Para FOSIS Musim Dingin Council (juga dikenal sebagai WC untuk pendek) telah berjalan sejak tahun 1966 dan diadakan terutama di liburan Desember. Ini menyediakan tinjauan tengah semester dari FOSIS dan membantu untuk membangun visi bagi organisasi untuk semester kedua.

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
1. Politik di kancah pemerintahan Malaysia didominasi oleh dua partai politik di Malaysia, yaitu UMNO dan PAS. 2. 3. UMNO menganut ideologi nasionalis dan sekular yang mengesampingkan asas keislaman. PAS adalah partai yang muncul akibat adanya ketidakpuasan masyarakat muslim atas bentuk ideologi pemerintahan yang dijalankan UMNO, karena cenderung sekular dan mengesampingkan kaidah-kaidah keislaman. Sehingga PAS melakukan pendekatan secara konfrontatif dalam mencapai tujuannya, yaitu mengembalikan kedudukan agama Islam kedalam ideologi pemerintahan.

4.

Organisasi lainnya yang turut berperan dalam pengembangan Islam di Malaysia kebanyakan merupakan organisasi kepemudaan dan pelajar.

B. SARAN Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh Karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan.

BAB IV DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah, Moeflich (2003). Asia Tenggara : Konsentrasi Baru Kebangkitan Islam. Bandung: Fukomedia. Helmiati (2007). Dinamika Islam Asia Tenggara. Pekanbaru: Suska Press. Mutalib, Hussin (1993). Islam in Malaysia: From Revivalism to Islamic State?. Singapore: Singapore University Press. Adnan, Taufik Amal,Samsu Rizal Panggabean (2004). Politik Syariat Islam: dari Indonesia hingga Nigeria. Jakarta: Pustaka Alvabet. Moze (2011). Sejarah Singkat Malaysia. Dikutip dari: http://moze91.wordpress.com/2011/04/21/sejarah-singkat-malaysia/, 15 Mei 2012. Abdul Malek, Zulkifly (2011) From Cairo to Kuala Lumpur: The Influence of The egyptian Muslim Brotherhood on The Muslim Youth Movement of Malaysia (ABIM). (MA Thesis). Georgetown University. Description: Sejarah dan Kebangkitan Islam di Malaysia Rating: 4.5 Reviewer: Salman Syuhada ItemReviewed: Sejarah dan Kebangkitan Islam di Malaysia

Sejarah Islam pada Fase sebelum dan sesudah Kemerdekaan

1. Fase Sebelum Kemerdekaan

1) Birokrasi Keagamaan

Oleh karena penyebaran Islam di Indonesia pertama-tama dilakukan oleh para pedagang, pertumbuhan komunitas Islam bermula di berbagai pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera, Jawa dan pulau lainnya. Keajaan-kerajaan Islam yang pertama berdiri juga di daerah pesisir. Demikian juga kerajaan Samudera Pasai, Aceh, Demak,Banten dan Cirebon, Ternate, dan Tidore. Dari sana kemudian, Islam menyebar ke daerah-daerah sekitar. Begitu pula yang terjadi di Sulawesi dan Kalimantan. Menjelang akhir abad ke-17, pengaruh Islam sudah hampir merata di berbagai wilayah penting di Nusantara. Disamping merupakan pusat-pusat politik dan perdagangan, ibu kota kerajaan juga merupakan tempat berkumpul para ulama dan mubalig Islam. Ibn Batuthah menceritakan, sultan kerajaan Samudera Pasai, Sultan Al-Malik Al-Zahir, dikelilingi oleh ulama dan

mubalig Islam, dan raja sendiri sangatt menggemari diskusi mengenai masalah-masalah keagamaan.3[1] Kedudukan ulama sebagai penasehat raja, terutama dalam keagamaan juga terdapat di kerajaan-kerajaan Islam lainnya. Para ulama juga duduk dalam jabatan-jabatan keagamaan yang tingkat dan namanya berbeda-berbeda, antara satu daerah dengan daerah lainnya, pada umumnya disebut qadhli, meski dengan sialek yang berbeda. Tetapi, penerapan hokum Islam di satu kerajaan lebuh jelas dibandingkan dengan kerajaan lain. Yang terkuat di antaranya adalah Aceh dan Banten.4[2] 2) Ulama dan ilmu-ilmu keagamaan Penyebarab dan pertumbuhan kebudayaan Islam di Indonesia terutama terletak dipundak para ulama. Paling tidak ada dua cara yang dilakukannya. Pertama, membentuk kader-kader ulama yang akan bertugas sebagai muballig ke daerah-daerah yang lebih luas. Kedua, melalui karya-karya yang tersebar diberbagai tempat yang jauh.5[3] Karyakarya tersebut mencerminkan perkembangan pemikiran dan ilmu-ilmu keagamaan di Indonesia pada masa itu. 3) Arsitek Bangunan Oleh karena perbedaan latar belakang budaya, arsitektur bangunan islam di Indonesia berbeda dengan yang terdapat di dunia Islam lainnya. Hasil-hasil seni bangunan pada zaman pertumbuhan dan perkembangan Islam di Indonesia antara lain masjid-masjid kuno Demak, Sendang Duwur Agung Banten, Baiturrahman di Aceh, dan daerah-daerah lain.

2. Fase Kemerdekaan

3[1] Taufik Abdullah (Ed.), Sejarah Umat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 1991), hlm. 110. 4[2] Baca A.C Milner, Islam dan Negara Muslim, dalam Azyumardi Azra (Ed.) , Perspektif Islam di Asia Tenggara, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1989) 5[3] Taufik Abdullah, op.cit., hlm. 111.

Terdapat asumsi yang senantiasa melekat dalam setiap penelitian sejarah bahwa masa kini sebagian dibentuk oleh masa lalu dan sebagian masa depan dibentuk hari ini. Demikian pula halnya dengan kenyataan umat islam Indonesia pada masa kini, tentu sangat dipengaruhi masa lalunya. Bertolak dari asumsi itu, kita perlu memahami kehidupan umat Islam Indonesia pada pasca kemerdekaan yang akan menentukan sebagian wajah lehidupan umat Islam Indonesia pada masa-masa selanjutnya. Dalam hal ini tidak berlebihan jika Harry J. Benda menyatakan bahwa sejarah Islam Indonesia adalah sejarah perluasan peradaban santru dan pengaruhnya terhadap kehidupan agama, social dan politik di Indonesia.6[4] Islam di Indonesia telah diakui sebagai kekuatan cultural, tetapi islam dicegah untuk merumuskan bangsa Indonesia menurut versi islam. Sebagai kekuatan moral dan budaya, islam diakui keberadaannya, tetapi tidak pada kekuatan politik secara riil (nyata) di negeri ini.7[5] Seperti halnya pada masa penjajahan Belanda, sesuai dengan pendapat Snouck Hurgronye, islam sebagai kekuatan ibadah (sholat) atau soal haji perlu diberi kebebasan, namun sebagai kekuatan politik perlu dibatasi.8[6] Perkembangan selanjutnya pada masa Orde Lama, islam telah diberi tempat tertentu dalam konfigurasi (bentuk/wujud) yang paradoks, terutama dalam dunia politik. Sedangkan pada masa Orde Baru, tampaknya islam diakui hanya sebatas sebagai landasan moral bagi pembangunan bangsa dan negara. Perkembangan selanjutnya pada masa Orde Lama, Islam telah diberi tempat tertentuu dalam konfigurasi yang oaradoks terutama dalam dunia politik. Sedangkan pada masa Orde Baru tampaknya Islam diakui hanya sebatas sebagai landasan moral bagi pembangunan bangsa dan Negara. Ajaran islam pada hakikatnya terlalu dinamis untuk dapat dijinakkan begitu saja. Berdasarkan pengalaman melawan penjajah yang tak mungkin dihadapi dengan perlawanan fisik, tetapi harus melalui pemikiran-pemikiran dan kekuatan organisasi. Seperti : - Budi Utomo (1908) Taman Siswa (1922) - Sarikat Islam (1911) Nahdhatul Ulama (1926) - Muhammadiyah (1912) Partai Nasional Indonesia (1927) - Partai Komunis Indonesia (1914) Menurut Deliar Noer, selain yang tersebut diatas masih ada organisasi islam lainnya yang berdiri pada masa itu, diantaranya: - Jamiat Khair (1905) 6[4] Harry J. Benda, The Crescent and the Rishing Sun: Indonesian Islam under Javanese Occupation 1942-1980, Terj. Daniel Dhakidae, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1980), hlm. 33. 7[5] Thohir Ajid, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam : Melacak Akar-Akar Sejarah, Sosial, Politikm dan Budaya Umat Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 304. 8[6] B.J. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia 1945-1970, (Jakarta: Grafitipers, 1985), hlm. 16.

- Persyarikatan Ulama ( 1911) - Persatuan Islam (1920) - Partai Arab Indonesia (1934) Organisasi perbaharu terpenting dikalangan organisasi tersebut diatas, adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, dan Nadhatul Ulama yang dipelopori oleh K.H Hasyim Asyari. Untuk mempersatukan pemikiran guna menghadapi kaum penjajah, maka Muhammadiyah dan Nadhatul Ulama bersama-sama menjadi sponsor pembentukan suatu federasi islam yang baru yang disebut Majelis Islam Ala Indonesia ( Majelis Islam Tertinggi di Indonesia ) yang disingkat MIAI, yang didirikan di Surabaya pada tahun 1937. Masa pemerintahan Jepang, ada tiga pranata sosial yang dibentuk oleh pemerintahan Jepang yang menguntungkan kaum muslim di Indonesia, yaitu : a. Shumubu, yaitu Kantor Urusan Agama yang menggantikan Kantor Urusan Pribumi zaman Belanda, yang dipimpin oleh Hoesein Djayadiningrat pada 1 Oktober 1943. b. Masyumi, ( Majelis Syura Muslimin Indonesia ) menggantikan MIAI yang dibubarkan pada bulan oktober 1943, Tujuan didirikannya adalah selain untuk memperkokohkan Persatuan Umat Islam di Indonesia, juga untuk meningkatkan bantuan kaum muslimin kepada usaha peperangan Jepang. c. Hizbullah, ( Partai Allah atau Angkatan Allah ) semacam organisasi militer untuk pemuda-pemuda muslimin yang dipimpin oleh Zainul Arifin. Organisasi inilah yang menjadi cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI).

3. Fase Setelah Kemerdekaan

1) Departemen Agama Sebagaimana telah disebutkan, sejak awal kebangkitan nasional, posisi agama sudah mulai dibicarakan kaitannya dengan politik atau Negara. Ada dua pendapat yang didukung oleh dua golongan yang bertentangan tentang hal itu. Satu golongan berpendapat, Negara Indonesia merdeka hendaknya merupakan sebuah Negara sekuler, negara yang dengan jelas memisahkan persoalan agama dan politik, sebagaimana diterapkan di Negara Turki oleh Mustafa Kamal. Golongan lainnya berpendapat, Negara Indonesia merdeka adalah Negara Islam. Kedua pendapat itu terlihat misalnya, sebelum kemerdekaan, dalam polemic antara Soekarno dengan Agus Salim, kemudian dengan M. Natsir di akhir tahun 1930-an dan awal 1940-an; diskusi dan perdebatan di

1. 2. 3. 4. 5. 6.

dalam siding-sidang BPUPKI yang menghasilkan Piagam Jakarta. Setelah kemerdekaan, persoalan itu juga terangkat kembali di dalam siding-sidang konstituante hasil pemilihan umum 1955 M yang berakhir dengan keluarnya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, yaitu kembali kepada UUD 1945.9[7] Meskipun persoalan itu belum selesai dipecahkan, tampaknya para pemimpin bangsa Indonesia sudah bergerak jauh ke depan, memikirkan alternative jalan tengah dari dua [endapat tersebut. Mereka menganjurkan suatu Negara yang mempunyai dasar keagamaan secara umum dan pemerintahan engakui nilai keagamaan yang positif, karena itu akan memajukan kegiatan keagamaan. Dalam kerangka itulah, Departemen Agama didirikan. Tujuan dan fungsi Departemen Agama yang dirumuskan pada tahun 1967 adalah sebagai berikut :10[8] mengurus serta mengatur pendidikan agama di sekolah-sekolah, serta membimbing perguruan-perguruan agama mengikuti dan memperhatikan hal yang bersangkutan dengan agama dan keagamaan member penerangan dan penyuluhan agama mengurus dan mengatur peradilan agama serta mengelesaikan masalah yang berhubungan dengan hokum agama mengurus dan memperkembangan IAIN, perguruan tinggi agama swasta dan pesantren luhur, serta mengurus dan mengawasi pendidikan agama pada perguruan-perguruan tinggi mengatur, mengurus, dan mengawasi penyelenggaraan ibadah haji.

2) Pendidikan Sebagaimana telah disebutkan, salah satu tugas penting yang dilakukan Departemen Agama adalah menyelenggarakan, membimbing, dan mengawasi pendidikan agama. Lembaga-lembaga pendidikan Islam sudah berkembang dalam beberapa bentuk pendidikan Islam zaman penjajahan Belanda. Salah satu bentuk pendidikan Islam tertua di Indonesia adalah pesantren yang tersebar di berbagai pelosok. Tidak ada hubungan antara satu dengan yang lain. Lembaga ini dipimpin oleh seseorang ulama atau kiai. Untuk tingkat kelanjutan, tidak ada kurikulum yang jelas pada lembaga ini. Kemajuan seorang penuntut sangat ditentukan oleh kerajinan, kesungguhan, dan ketekunan masingmasing. Setelah merdeka, terutama setelah berdirinya Departemen Agama, persoalan pendidikan agama Islam mulai mendapat perhatian lebih serius. Badan Pekerja Komite Nasional Pusat dalam bulan Desember 1945 menganjutkan agar pendidikan madrasah diteruskan. Badan ini juga mendesak pemerintah agar memberikan bantuan kepada madrasah. Departemen Agama dengan segera membentuk seksi khusus yang bertugas menyusun pelajaran dan pendidikan agama Islam dan Kristen, mengawasi pengangkatan guru-guru Agama, dan mengwasi pendidikan agama. Pada tahun 1946, Departemen 9[7] Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 306. 10[8] Deliar Noer, Administrasi Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1983), hlm. 36-37.

3)

4)

1. 2. 3. 4.

Agama mengadakan latihan 90 guru agama, 45 orang diantaranya kemudian diangkat sekolah guru dan hakim Islam di Solo.11[9] Hukum Islam Salah saatu lembaga Islam yang sangat penting yang juga ditangani oleh Departemen Agama adalah hokum atau syariat. Pengadilan Islam di Indonesia membatasi dirinya pada soal-soal hokum muamalat bersifat peribadi. Hokum muamalat pun terbatas pada masalah nikah, cerai, rujuk; hokum waris itu. (paraid/manicure faraidh, wakaf hibah dan baitul mal.12[10] Keberadaan lembaga keadilanagama di masa Indonesia merdeka adalah kelanjutan dari masa colonial belanda. Pada masa pendudukan adalah kelanjutan dari masa colonial Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, pengadilan agama tidak mengalami perubahan. Setelah Indonesia merdeka jumlah pengadilan agama bertambah,tetapi administrasinya tidak segera dapat diperbaiki. Para hakim Islam tampak keta dan kaku, karena hanya berpegang pada ahab Syafii. Sementara itu, belum ada kitab undang-undang yang seragam yang dapat dijadikan pegangan para hakim dan pengadilan Agama didominasi oleh golongan tradisionalis. Karena itulah, sekolah Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN) dan Fakultas Syariah di perguruan-perguruan tinggi Islam didirikan. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Disamping Departemen Agama, cara lain pemerintah Indonesia dalam menyelnggarakan administrasi Islam ialah mendirikan Majelis Ulama. Suatu prigram pemerintah, apalagi yang berkenan dengan agama, hanya bisa berhasil dengan baik bila disokong oleh ulama. Karena itu, kerja sa,a antara pemerintah da ulama perlu terjalin dengan baik. Pertama kali Majelis Ulama didirikan pada masa pemerintahan Soekarno. Majelis ini pertama-tama berdiri di daerah-daerah karena diperlukan untuk menjamin keamanan. Di Jawa Barat berdiri pada tanggal 12 Juli 1958 diketuai oleh seorang panglima Militer. Setelah keamanan sudah pulih dari pemberontakan DI-TII tahun 1961, Majelis Ulama ini bergerak dalam kegiatan-kegiatan di luar persoalan keamanan, seperti dakwah dan pendidikan.13[11] Dalam pedoman Dasar Majelis Ulama Indonesia yang disahkan dalam kongres tersebut,, Majelis Ulama berfungsi : memberi fatwa dan nasehat mengenai masalah keagamaan dan kemasyarakatn kepada pemerintahan dan umat Islam umumnya sebagau amar maruf nahi mungkar, dalam usaha meningkatkan ketahanan nasional. mempererat ukhuwah islamiyah dan memelihara serta meningkatkan suasana kerukunan antarumat beragama dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa. mewakili umat Islam dalam konsultasai antarumat beragama. penghubung antara ulama dan umara (pemerintahan) serta menjadi penerjemah timbal balik antara pemerintahan dan umat guna menyukseskan pembangunan nasional. Description: Sejarah Islam pada Fase sebelum dan sesudah Kemerdekaan Rating: 4.5 Reviewer: Salman Syuhada ItemReviewed: Sejarah Islam pada Fase sebelum dan sesudah Kemerdekaan 11[9] Ibid, hlm. 59. 12[10] Ibid, hlm. 84. 13[11] Ibid, hlm. 125-126.

-Islam pada Fase Kerajaan di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejak zaman prasejarah, penduduk kepulauan Indinesia dikenal debagai pelayarpelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejal awal abad Masehi sudah ada ruterute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wiyah barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang berasal dari Maluku, dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual pada pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatera dan Jawa antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi pedagang asing, seperti Lamuri (Aceh) Barus dan Palembang di Sumatera, Sunda Kelapa dan Gresik.

Pedagang-pedagang muslim Asal Arab, Parsi dan India juga ada yang sampai kepulauan untuk berdagang sejak abad ke-7 M , ketika Islam pertama kaliberkembang di Timur Tengah. Malaka, jauh sebelum ditaklukkan Portugis (1511), merupakan pusat utama lalu lintas perdagangan dan pelayaran. Melalui Malaka, hasil hutan dan rempahrempah dari seluruh pelosok Nusantara dibawa ke Cina dan India, terutama Gujarat perjalanan laut melintasi laut Arab. Dari sana perjalanan bercabang dua. Jalan pertama di sebelah utara menuju Teluk Oman melalui Selat Ormus ke Teluk Parsi. Jalan kedua melalui Teluk Aden dan Laut Merah, dan dari kota Suez jalan perdagangan harus melalui daratan ke kairo dan Iskandariah. Melalui jalan pelayaran tersebut kapal-kapal Arab, Parsi dan India mondar-mandir dari barat ke Timur dan terus ke negeri Cina dengan menggunakan angin musim untuk pelayaran pulang perginya. Ada indikasi bahwa kapal-kapal Cina pun mengikuti jalan yersebut sesudah abad ke-9 M tetapi tidak lama kemudian kapal-kapal tersebut hanya sampai di pantai barat India, karena barang-barang yang diperlukan sudah dapat dibeli disini. Kapal-kapal Indonesia juga mengambil bagian dalam perjalanan niaga tersebut. Pada zaman Sriwijaya pedagang-pedagang Nusantara mengunjungi pelabuhan-pelabuhan Cina dan pantai Timur Afrika. Menurut J.C. Van Leur berdasarkan berbagai cerita perjalanan dapat diperkirakan bahwa sejak 674 M ada kolonial-kolonial Arab di barat laut Sumatera, yaitu di Barus, daerah penghasil kapur barus terkenal. dari berita Cina diketahui bahwa di mas adinasti Tang (abad ke 9-10) orang-orang Ta-Shih ada di Kantotn (Kan-fu) dan Sumatera. TaShih adalah sebutan untuk orang-orang Arab dan Parsi, yang ketika itu jelas sudah menjadi muslim. Perkembangan pelayaran dan perdagangan yang bersifat internasional antara negeri-negeri di Asia bagian barat dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam dibawah Bani Umayyah di bagian barat dan kerajaan Cina zaman dinasti Tang di Asia bagian timur serta kejayaan Sriwijya di Asia Tenggara. Akan tetapi, menurut Taufik Abdullah, belum ada bukti bahwa pribumi Indonesia di tempat-tempat yang disinggahi oleh para pedagang muslim itu yang beragama Islam. Adanya koloni itu,

diduga sejauh yang paling bisa dipertanggungjawabkan, ialah para pedagang Arab tersebut hanya berdiam untuk menunggu musim yang baik bagi pelayaran. Baru pada zaman-zaman berikutnya penduduk kepulauan ini masuk islam,tentu bermula dari penduduk pribumi di koloni-koloni pedagang muslim itu. Menjelang abad ke-13 M, masyarakat musim sudah ada di Sumatera Pasai, Perlak dan Palembang di Sumatera. Di Jawa, makam Fatimah binti Maimun di Leran (Gresik) yang berangka tahun 475 H (1082 M), dan makam-makam Islam di Tralaya yang berasal dari abad ke-13 M merupakan bukti berkembangnya komunitas Islam, termasuk di pusat kekuasaan HinduJawa ketika itu, Majapahit. Namun, sumber sejarah yang sahih yang memberikan kesaksian masyarakat sejarah yang dapat dipertanggungjawabkan tentang berkembangnya Islam di Indonesia, baik berupaprasasti dan histografi tradisional maupun

berita asing, baru terdapat ketika komunitas Islam berubah menjadi pusat kekuasaan. Sampai berdirinya kerajaan-kerajaan Islam itu, perkembangan agama Islam di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga fase, (1) Singgahnya pedagang-pedagang Islam di pelabuhan- pelabuhan Nusantara. Sumbernya adalah berita luar negeri, terutama Cina (2) Adanya komunitas-komunitas Islam di beberapa daerah kepulauan Indonesia. Sumbernya, di samping berita-berita asing, juga makam-makam Islam, dan (3) Berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 1.2.3 Kondisi politik kerajaan-kerajaan di Indonesia Islam masuk ke Indonesia Sebab-sebab Islam mudah diterima di masyarakat

BAB II PEMBAHASAN

Perkembangan Islam awal di Asia Tenggara pat diklasifikasikan menjadi tiga fase. Pertama fase singgahnya para pedagang muslim dipelabuhan-pelabuhan Asia Tenggara,kedua adanya komunitas-komunitas Muslim dibeberapa daerah di Nusantara, ketiga adalah fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam. Proses Islamisasi massif di Asia Tenggara tidak dapat dilepaskan dari peranan kerajaan Islam (kesultanan). Berawal ketika raja setempat memeluk Islam, selanjutnya diikuti para pembesar istana, kaum bangsawan dan kemudian rakyat jelata. Dalam perkembangan selanjutnya, kesultanan memainkan peranan penting tidak hanya dalam pemapanan kesultanan sebagai institusi politik Muslim, pembentukan dan pengembangan institusi-institusi Muslim lainnya, seperti pendidikan dan hukum (peradilan agama) tetapi juga dalam peningkatan syiar dan dakwah Islam. Sejak kehadirannya,kesultanan Islam menjadi kekuatan vital dalam perdagangan bebas internasional. Anthony Reid bahkan menyebutkan masa kesultanan Islam Nusantara sebagai the age of commerce (masa perdagangan). Dalam masa perdagangan bebas internasional ini,kesulatanan mencapai kemakmuran yang pad gilirannya sangat menentukan bagi perkembangan Islam secara keseluruhan di Asia Tenggara. Diantara kerajaan Islam dimaksud adalah kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Malaka,Kesultanan Aceh Darussalam dan Palembang. Di Jawa juga terdapat kerajaan Islam yaitu Kesultanan Demak yang dilanjutkan oleh Kesultanan Pajang,Kesultanan Mataram,Kesultanan Cirebon dan Banten. Kerajaan Islam di Kalimantan dan Sulawesi antara lain Kerajaan Gowa-Tallo,Kerajaan Buton dan Kerajaan Bone,Wajo,Soppeng dan Luwu. Institusi Islam lainnya di Kalimantan adalah Kesultanan Sambas, Pontianak, Banjar, Pasir, Bulungan, Tanjungpura, Mempawah,Sintang dan Kutai. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di Kepulauan Maluku pada tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayang Ullah. Walaupun rajanya sudah masuk Islam namun vbelum menerapkan Islam sebagai institusi politik.

Kesultanan Ternate baru menjadi Institusi politik Islam setelah Kerajaan Ternate menjadi Kesultanan Ternate dengan Sultan pertamanya Sultan Zainal Abidin pada tahun 1486. Kerajaan lain yang menjadi representasi Islam di Maluku adalah Tidore dan Kerajaan Bacan. Selain iu,berkat dakwah yang dilakukan Kerajaan Bacan banyak kepala-kepala suku di Papua yang memeluk Islam. 14[1] 1.1 Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Sumatera Aceh yang secara geografis terletak di utara pulau Sumatera,dipandang sebagai daerah pertama yang menerima Isam di Nusantara. Konon kerajaan Islam Perlak telah berdiri sejak abad ke-9 M. Pendapat ini dikemukakan antara lain oleh Yunus Jamil dan Hasymi yang konon telah didirikan pada 225H/845M. Pendirinya adalah para pelaut pedagang Muslim asal Parsi,Arab dan Gujarat yang mula-mula datang untuk mengIslamkan penduduk setempat. Namun menurut Azra,sampai saat ini belum ada bukti akurat yang bisa dipegangi,bahwa pada pertengahan abad ke-9M telah terdapat entitas politik Muslim di kawasan ini yang disebut Kesultanan Perlak.15[2] 1. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Islam pertama di Indonesia adalah kerajaan Samudera Pasai yang merupakan kerajaan kembar. Kerajaan ini terletak di pesisir Timur Laut Aceh. 14[1] Helmiati. Sejarah Islam Asia Tenggara. (Pekanbaru: Zanafa, 2011), 19-21. 15[2] Helmiati. Sejarah Isam Asia Tenggara. (Pekanbaru: Suska Pres, 2011), 17-18.

Kemunculannya sebagai kerajaan Islam diperkirakan mulai awal atau peretengahan abad ke-13 M,sebagai hasil dari proses Islamisasi daerah-daerah pantai yang pernah disinggahi pedagang-pedagang Muslim sejak abad ke-7 M, ke-8 M dan seterusnya. Bukti berdirinya kerajaan Samudera Pasai pada abad ke-13 M itu didukung oleh adanya nisan kubur terbuat dari granit asal Samudera Pasai. Dari nisan itu,dapat diketahui bahwa raja pertama kerajaan itu meninggal pada bulan Ramadhan tahun 696 H, yang diperkirakan bertepatan dengan tahun 1297 M. Malik Al-Saleh, raja pertama merupakan pendiri kerajaan tersebut. Hal itu diketahui melalui tradisi Hikayat Raja-raja Pasai,Hikayat Melayu dan juga hasil penelitian atas beberapa sumber yang dilakukan sarjana-sarjana Barat, khususnya para sarjana Belanda,seperti Snouck Hurgronye,J.P. Molqurtte, J.L.Moens, J.Hushoff Poll, G.P.Rouffaer, H.K.J.Cowan, dn lain-lain. Dari segi peta politik, munculnya kerajaan Samudera Pasai abad ke-13 M itu sejalan dengan suramnya peranan maritim Kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya memegang peranan penting di kawasan Sumatera dan sekelilingnya.Dalam Hikayat Rajaraja Pasai disebutkan gelar Malik Al-Saleh sebelum menjadi raja adalah Merah Sile atau Merah Selu. Yang masuk Islam berkat pertemuannya dengan Syaikh Ismail, seseorang utusan Syarif Mekah, yang kemudian memberinya gelar Sultan Malik Al-Saleh. Nisan kubur itu didapatkan di Gampong Samudera bekas kerajaan Samudera Pasai tersebut.Merah Selu adalah putra Merah Gajah. Nama Merah Merupakan gelar bangsawan yang lazim di Sumatera Utara. Selu kemungkinan berasal dari kata Sungkala yang aslinya berasal dari Sanskarit Chula. Kepemimpinannya yang menonjol menempatkan dirinya menjadi raja. Dari hikayat itu, terdapat petunjuk bahwa tempat pertama sebagai pusat kerajaa Samudera Pasai adalah Muara Sungai Peusangan sebuah sungai yang cukup panjang dan lebar di sepanjang jalur pantai yang memudahkan perahu-perahu dan kapal-kapal yang mengayuhkan dayungnya ke pedalaman dan sebaliknya. Ada dua kota yangterletak berseberangan di muara sungai Peusangan itu, Pasai dan Samudera. Kota Samudera

terletak agak lebih ke pedalaman, sedangkan kota Pasai terletak lebih ke muara. Ditempat yang terakhir inilah terletak beberapa makam raja-raja. Pendapat bahwa Islam sudah berkembang di sana sejak awal abad ke-15 M, didukung oleh berita Cina dan Ibnu Batutah, seorang pengembara terkenal asal Maroko, yang pada pertengahan abad ke-14 M (tahun 746H/135M) mengunjungi Samudera Pasai dalam perjalanannya dari Delhi ke Cina. Ketika itu Samudera Pasai diperntah oleh Sultan Malik Al-Zahir putra Sultan Malik Al-Saleh. Menurut sumber-sumber Cina, pada awal yahun 1282 M kerajaan kecil Sa-mu-ta-la (Samudera) mengirim kepada raja Cina dutaduta yang disebut dengan nama-nama muslim yakni Husein dan Sulaiman. Ibnu Batutah menyatakan bahwa Islam sudah hampir satu abad lamanya disiarkan disana. Ia meriwayatakan kesalehan, kerendahan hati, dan semangat keagamaan rajanya yang seperti rakyatnya mengikuti mazhab Syafii. Berdasarkan beritanya pula, kerajaan Samudera Pasai ketika itu merupakan pusat studi agama Islam dan tempat berkumpul ulama-ulama dari berbagai negeri Islam untuk berdiskusi masalah keagamaan dan keduniaan. Dalam kehidupan perekonomiannya, kerajaan maritim ini tidak mempunyai basis agraris. Basis perekonomiannya adalah perdagangan dan pelayaran. Pengawasan terhadap perdagangan dan pelayaran itu merupakan sendi-sendi kekuasaan yang memungkinkan kerjaan memperoleh penghasilan dan pajak yang besar. Tome Pires menceritakan, di Pasai ada mata uang dirham. Dikatakan bahwa setiap kapal yang membawa barangbarang dari Barat dikenakan pajak 6 %. Samudera Pasai pada waktu itu ditinjau dari segi georafis dan sosial ekonomi, memang merupakan suatu daerah yang penting sebagai penghubung pusat-pusat perdagangan di kepulauan Indonesia, India, Cina dan Arab. Ia merupakan pusat perdagangan yang sangat penting. Adanya mata uang itu membuktikan bahwa kerajaan ini pada saat itu merupakan kerajaan yang makmur. Mata uang dirham dari Samudera Pasai tersebut pernah diteliti oleh H.K.J. Coan utnuk menunjukkan bukti-bukti sejarah raja-raja Pasai. Mata uang tersebut menggunakan nama-nama Sultan Alauddin, Sultan Manshur Malik Al-Zahir, Sultan Abu Zaid, dan

Abdullah. Pada tahun 1973 M, ditemukan lagi 11 mata uang dirham diantaranya bertuliskan nama Sultan Muhammad Malik Al-Zahir, Sultan Ahmad, dan Sultan Abdullah, semuanya adalah raja-raja Samudera Pasai pada abad ke-14 dan 15 M. 16[3] Kerajaan islam tertua ini menjadi pusat kegiatan keagamaan yang utama di kepulauan Nusantara kala itu. Disini pula peradaban dan kebudayaan islam tumbuh dan mekar. Sebagai kota dagang yang makmur dan pusat kegiatan keagamaan yang utama di kepulauan Nusantara, Pasai bukan saja menjadi tumpuan perhatian para pedagang Arab dan Parsi, tetapi juga menaik perhatian para ulama dan cendikiawan dari negeri Arab dan Parsi untuk datang ke kota ini dengan tujuan menyebarkan agama dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam kitab Rihlah, Ibnu Batutah yang mengunjungi Sumatera, memberitakan bahwa raja dan bangsawan Pasai sering mengundang para ulama dan cerdik pandai dari Arab dan Parsi untuk membincangkan berbagai perkara agama dan ilmu-ilmu agama di istananya. Karena mendapat sambutan hangat itulah mereka senang tinggal di Pasai dan membuka lembaga pendidikan yang memungkinkan pengajaran Islam dan ilmu agama berkembang. Ilmu-ilmu yang diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam antara lain ialah dasar-dasar ajaran Islam, hukum Islam, Ilmu Kalam atau Teologi, Ilmu Tasawuf, Ilmu Tafsir, dan Hadis, dan berbagai ilmu pengetahuan lain yang penting bagi penyebaran agama Islam seperti ilmu hisab, Mantiq (logika), nahwu (tata bahasa Arab), sejarah, astronomi, ilmu ketabiban dan lain-lain. Selain ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum, kesusastraan Arab dan Parsi turut pula diajarkan. Salah satu karya intelektual yang dihasilkan di Pasai ialah Hikayat Raja-raja Pasai. Kitab ini ditulis pada tahun 1365. Menurut Hadi W.N. dari sudut corak bahasa melayu dan aksara yang digunkan, karya ini rampung dikerjakan pada saat bahasa Melayu telah benar-benar mengalami proses islamisasi, dan aksara Arab-Melayu telah mulai mantap dan luas digunakan. Selanjutnya bahasa Melayu Pasai dan aksara Arab-Melayu Pasai inilah yang digunakan oleh para penulis Muslim di Asia Tenggara sehingga akhir abad ke-19 M sebagai bahasa pergaulan intelektual, perdagangan dan administrasi. 16[3] Yatim, Badri, Sejarah Peradadaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), 205-208.

Sebuah kitab Tasawuf Durr al-Manzum karangan Maulana Abu Ishaq telah diterjemahkan dalam bahasa melayu oleh Abdullah Patakan, seorang ulama terkenal dari Pasai memenuhi permintaan Masyur Syah, Sultan Malaka pertengahan abad ke-15 M. Baik penyaduran maupun terjemahan karya-karya Arab-Parsi ini dilakukan dalam rangka pribumisasi Kebudayaan Islam, agar kebudayaan islam tidak asing bagi masyarakat Asia Tenggara. Dengan demikian Islam dapat dijadikan cermin dan rujukan untuk memandang, memahami dan menafsirkan realitas kehidupan. Kerajaan Samudera Pasai muncul seiring dengan mundurnya peranan maritim kerajaan Sriwijaya, yang sebelumnya memegang peranan penting dikawasan Sumatera dan sekelilingnya. 17[4] Nama-nama raja Kerajaan Samudera Pasai beserta urutannya, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sultan Malik Al-Saleh yang memerintah sampai tahun 1207 M Muhammad Malik Al-Zahir (1297-1326 M) Muhammad Malik Al-Zahir (1326-1345 M) Manshur Malik Al-Zahir (1345-1346 M) Ahmad Malik Al-Zahir (1346-1383 M) Zain Al-Abidin Malik Al-Zahir (1383-1405 M) Nahrasiah (1402-?) Abu Zaid Malik al-Zahir (?-1455 M) Mahmud Malik Al-Zahir (1455-1477 M)

10. Zain Al-Abidin (1477-1500 M) 11. Abdullah Malik Al-Zahir (1501-1513 M) 12. Zain Al-Abidin (1513-1524 M) Keajaan Samudera Pasai berlangsung sampai tahun 1524 M. Pada tahun 1521 M kerajaan ini ditaklukkan oleh Portugis yang mendudukinya selama 3 tahun, kemudian tahun 1524 M dianeksasi oleh raja Aceh, Ali Mukhayatsyah. Selanjutnya kerajaan Samudera Pasai berada di bawah pengaruh kesultanan Aceh yang berpusat di Bandar Aceh Darussalam.
18

[5]

17[4] Helmiati, Op.Cit., 24-27. 18[5] Badri, Op.Cit., 208.

Peninggalan Sejarah Samudera Pasai, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Batu Nisan 2. Makam Raja Kerajaan Samudera Pasai

2.

Kerajaan Aceh Darusslam

a.

Kedatangan dan Penetrasi Islam Aceh yang secara geografis terletak di utara pulau Sumatera, dipandang sebagai daerah pertama yang menerima Islam di Nusantara. Konon sejak kerajaan Islam Perlak berdiri sejak abad ke-9 M. Kerajaan Islam berikutnya Samudera Pasai yang berdiri sejak akhir abad ke-13 M. Sementara Kesultanan Aceh Darussalam disuga berdiri pada abad ke-15 M diatas puing-puing kerajaan Lamuri oleh Sultan Muzaffar Syah (1465-1497 M). Menurut Anas Machmud, dialah yang membangun kota Aceh Darussalam, dan pada masa pemerintahannya Aceh mengalami kemajuan dalam bidang pedagangan karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M). Namun demikian, H.J. deGraaf dan Denys Lombard dengan mengutip Tome Pires menyebutkan bahwa sultan pertama kerajaan Aceh adalah Ali Mughayat Syah. Tidak diketahui kapan ia naik tahta kerajaan ini. Ia digambarkan oleh Tome Pires sebagai seorang raja Muslim yang gagah perkasa yang berhasil menggabungkan beberapa pelabuhan dagang di bawah kekuasaannya. Pada masa pemerintahannya, Ali Mughayat Syah meluaskan wilayah kekuasaannya ke daerah Pidie yang bekerjasama dengan Portugis, kemudian ke Pasai pada tahun 1524 M. Dengan kemenangannya terhadap dua kerajaan tersebut, ia dengan mudah dapat melebarkan sayap kekuasaannya ke Sumatera Timur. Keberhasilannya dalam menguasai beberapa wilayah dan menggabungkannya

menjadi Kesultanan Aceh Darussalam itulah yang menyebabkan ia dianggap sebagai pendiri kekuasaan Aceh sesungguhnya. Ali Mughayat Syah digantikan oleh anak sulungnya, Salad ad-Din (1528-1537 M). Ia menyerang Malaka pad tahun 1537, tetapi mengalami kegagalan. Salad ad-Din digantikan oleh saudaranya, Alauddin Riayat Syah al-Kahhar (1537-1568). Pada masa pemerintahannya, ia berhasil menaklukkan Aru dan Johor, bahkan dengan bantuan persenjataan Dinasti Ottoman, ia menyerang Portugis di Malaka. Alauddin Riayat Syah digantikan oleh Sultan Ali Riayat Syah (1568-1573), kemudian Sultan Seri Alam, Sultan Muda (1604-1607), dan Mahkota Alam (1607-1636). Dari Kesultanan ini, Islam kemudian tersebar ke berbagai negeri-negeri Melayu lainnya. Pengaruh dan kekuasaan kesultanan Aceh Darussalam pada masa itu sangat dirasakan di kepulauan Sumatera dan semenanjung tanah Melayu, terutama ketika kesultanan itu dibawah pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1608-1637). Seluruh sarangan yang dilancarkan pihak Portugis dapat ditangkis oleh sultan-sultan Aceh. Mereka juga telah menanamkan pengaruh Islam. Islampun berkembang dengan pesat dan mendapat dukungan dari penguasa di Haramayn (Mekah dan Madinah), dan memperoleh keabsahan dari sana. Berbeda dengan daerah lainnya di Nusantara, dalam sejarah dan tradisi Aceh, pusat kekuasaan didirikan dan diyakini sebagai diberi dasar oleh Islam. Dengan kata lain, Islamlah yang memberi dasar bagi adanya pusat kekuasaan itu, Islam berkembang seiring dengan berdirinya kerajaan itu. Ini berbeda dengan Malaka, Makassar dan kota-kota partai lainnya, dimana proses Islamisasi di pusat kerajaan terjadi ketika pedagang Islam yang menguasai kehidupan kota berhasil menarik raja yang kafir untuk masuk Islam. Jika di Jawa, pusat kekuasaan (kraton dikalahkan oleh Islam dari pinggiran (Majapahit dikalahkan oleh aliansi Demak-Kudus), maka Aceh tidak mengenal konfrontasi kekuasaan seperti itu. Kesultanan Aceh Darussalam didirikan atas dasar Islam, Islamlah yang menjadi dasar bagi adanya kekuasaan kesultanan itu. Dengan demikian penguas kesultanan Aceh tidaklah terjerat oleh keharusan untuk melanjutkan sistem dan tradisi lama, melainkan mendapat kesempatan untuk merumuskan tradisi baru yang relatif Iskandar Muda, gelar

terlepas dari keharusan doktrin dan kenyataan sosial yang ada sebelumnya. Demikianlah, sementara definisi keIslaman diperteguh, yang mencapai puncaknya di abad ke-17, pengaturan sistem kekuasaan yang relevanpun dirintis pula. b. Kejayaan Aceh dalam Bidang Ekonomi, Politik dan Agama Kesultanan Aceh Darussalam menjadi kerajaan Islam terbesar di Nusantara dan kelima terbesar di dunia pada abad ke-15 M. Pendapat senada juga dikemukakan oleh A.H. Johns bahwa Aceh adalah negara kota Islam terpenting di dunia Melayu antara abad ke-15 dan 17 disamping Malaka. Kemajuan kesultanan Aceh mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-17. Hal ini agaknya sangat terpengaruh oleh kemunduran kerajaan Malaka yang mengalami pendudukan orang-orang Portugis. Antara lain karena, karena saudagar-saudagar Muslim yang sebelumnya berdagang dengan Malaka memindahkan kegiatan mereka ke Aceh, setelah Malaka dikuasai Portugis (1511 M). Ketika Malaka jatuh tahun 1511, daerah pengaruhnya di Sumatera mulai melepaskan diri. Di bawah pimpinan Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530), Aceh mulai melebar kekuasaannya ke daerah sekitarnya, bahkan kesultanan ini berhasil mengusir Portugis dari Pasai tahun 1524. Pada puncak kemegahannya, hegemoni politik kesultanan ini mencapai pesisir barat Minangkabau dan mencakup Pedit, Pasai, Perlak, Deli, Johor, Kedah, Pahang, dan lain-lain. Dalam bentuk pemerintahan negara kota abad ke-17, Aceh bukan saja jauh lebih dikenal, tetapi menurut A.H. Johns, berdasarkan semua bukti yang ada nampaknya Aceh sangat penting. Aceh menjadi pusat perkembangan sebuah kerajaan maritim yang perkasa yang sangat Islami dan mandiri dalam perdagangan. Kesultanan ini juga punya hubungan internasional yang luas jangkauannya. Sejauh menyangkut hubungan dengan Timur Tengah, tidak ada negara-negara lain di Nusantara yang mempunyai hubungan-hubungan politik dan diplomatik yang begitu intens dengan kerajaan-kerajaan Islam di Mughal, Persia, dan Turki Utsmani kecuali Aceh. Dengan jalinan persahabatan itu, Turki Utsmani membantu Aceh tidak hanya di bidang militer tetapi juga di bidang politik yang diindikasikan melalui pengakuan terhadap Aceh sebagai bagian dari Khilafah Islam. Oleh

karena itu, posisi Aceh pada abad ke-16 diakui di dunia Islam secara Internasional. Agaknya, alasan inilah yang dijadikan sejarawan sebagai argumen untuk menyatakan Aceh sebagai salah satu negara Muslim terkemuka di dunia saat itu. Aceh merupakan negeri yang amat kaya dan makmur pada masa itu. Aceh dikenal memiliki sumber daya alam yang kaya. Selain dikenal sebagai penghasil kapur barus dan menyan, juga dikenal sebagai penghasil timah dan rempah-rempah seperti lada dan kopi. Aceh juga menempati letak strategis dengan posisinya sebagai pusat pelabuhan dagang dan jalur transportasi dengan negara-negara lain. Letak strategis pusat pemerintahan kesultanan Aceh Darussalam ditambah lagi oleh kekayaan sumber daya alamnya telah pula menghantarkannya menjadi negara kota yang makmur dan sejahtera. Dilihat dari aspek pengembangan agama Islam, peran Aceh tak dapat diabaikan. Seiring dengan kemajuan dan kemakmurannya dalam bidang ekonomi, politik dan budaya, maka perkembangan pemikiran keagamaan serta penyebaran dakwah Islampun semakin meningkat. Kemajuan kerajaan Aceh dalam bidang agama ditandai dengan munculnya Aceh sebagai kiblat pengajaran Islam. Aceh ketika itu menjadi center ilmu pengetahuan di Asia Tenggara yang melahirkan nama-nama para intelektual Muslim atau ulama-ulama terkenal seperti Hamzah Fansuri (w.1600), Syamsuddin al-Sumatrani (w.1630), Nuruddin al-Raniri (w.1657), dan Abdul Rauf al-Sinkili (w.1660). Sekitar abad ke-17/18 M, keempat tokoh tersebut telah mewarnai sejarah pemikiran keagamaan kesultanan Aceh. Dua nama terakhir, al-Raniri dan al-Sinkili, adalah dua dari tiga mata rantai utama dari jaringan ulama di wilayah Melayu Indonesia dengan Timur Tengah yang mempunyai peranan penting dalam menghadirkan pembaharuan-pembaharuan keagamaan, dan dalam membawa tradisi besar Islam ke wilayah Melayu Indonesia dengan menghalangi kecendrungan kuat pengaruh tradisi lokal ke dalam Islam. Selain itu, Aceh berperan pula sebagai pintu gerbang ke tanah suci bagi para penziarah dan pelajar jawi yang menuju ke Mekah, Madinah dan pusat-pusat pengetahuan di Mesir serta bagian-bagian lain dari kesultanan Turki, sehingga tak heran bila Aceh dijuluki sebagai Serambi Mekah. Peran ini membuat Aceh berhubungan erat

dengan kota-kota pelabuhan Muslim yang lain dari Nusantara. Selain itu, Aceh juga berperan sebagai tempat pertemuan ulama dan intelektual Muslim dari berbagai Dunia Melayu dan Muslim dari Timur Tengah. Singkatnya, kehidupan intelektual keagamaan berkembang sangat baik di kesultanan ini sehingga menjadikanny berfungsi sebagai senter intelektualisme Islam abad ke-17, sebagai pusat berkembangnya ajaran dan pemikiran Islam di Asia Tenggara. Sejauh menyangkut hukum, A.C. Milner menyebutkan secara implisit, bahwa syariat menjad sumber hukum kala itu. Para pengunjung Eropa sering menyebutkan tentang penggunaan hukum Islam seperti hukum potong tangan,hukum cambuk,pelarangan riba dan penghapusan siksaan kuno yang dipandang bertentangan dengan Islam seperti pencelupan ke dalam minyak panas dan menjilat besi yang panasmemerah bagi pelanggaran hukum. Dilihat dari pelaksanaan doktrin hukum Islam, serta pengaruh politik agama ini dalam sistem dan struktur kesultanan, dapat disimpulkan bahwa kesultanan Aceh Darussalam merupakan sebuah bentuk negara Islam (Islamic state). Dalam sistem pemerintahan, terdapat jabatan Kadhi Malikul Adil yang harus dijabat oleh ahli hukum agama. Selain itu, kedudukan ulama walau tidak menjadi bagian dari struktur kekuasaan yang utama tetapi mempunyai peran yang dominan dalam menentukan kebijakan-kebijakan pemerintah karena perannya sebagai penasehat sultan. Di masa Sultan Iskandar Tsani, para ulama besar mulai meletakkan dasar bagi corak pengaturan sosial. Diantaranya adalah kemitraan antara pemegang otoritas politik dan pemegang otoritas spritual di seluruh tingkat pemerintahan. Seorang Sultan bukan saja harus didampingi oleh Kadhi Malikul Adil, seorang pejabat negara dalam persoalan hukum, dan seorang ulama besar, sebagai penasehat rohani, tetapi pada pemerintahan tingkat gampong-pun seorang keucik (kepala desa) harus didampingi oleh imam Meunasah disamping apa yang disebut Tuha-peut (para ketua desa). begitu juga pada tingkat mukim, (lurah) seorang Imeum mukim didampingi, diawasi dan dikontrol oleh miniparlemen yang dikenal dengan istilah tuha-lapan. Jika dikampung, kepala desa

dianggap ayah sementara imam maunasah harus dianggap ibu, pada tingkat kesultanan dikenal aturan adat bok poteu meureuhom,hukom bok Syiah kualakekeuasaan adat ada ditangan sultan, ketentuan hukum (keagamaan) ada ditangan Syiah Kuala. Namun demikian wewenang antara kedua wilayah ini tidaklah sama sekali terpisah. Sering sekali sebelum sultan atau ulue balang membuat keputusan, ia harus terlebih dahulu bermusyawarah dengan para ulama dan orang-orang tua. Dengan demikian dapat dipertimbangkan apakah suatu putusan sah atau tidak menurut pandangan agama,sehingga pengaruh Islam sangat besar sekali pada adat istiadt Aceh. Pada saat ini, ulama-ulama besar Aceh menghasilkan karya-karya besar yang mondial dimana selanjutnya mempengaruh pemikiran Islam di seluruh nusantara. Saat itu terdapat jumlah karya-karya keagamaan yang mencolok menurut standar Melayu yang dihasilkan di bawah pengawasannya, baik yang orisinal atau yang berbentuk terjemahan. c. Empat Ulama Besar Aceh Aceh dalam sejarahnya pernah menjadi center ilmu pengetahuan di Asia Tenggara yang melahirkan nama-nama para intelektual Muslim atau ulama-ulama terkenal seperti Hamzah Fansuri (w.1600),Syamsuddin al-Sumatrani (w.1630),Nuruddin al-Raniri (w.1657) dan Abdul Rauf al-Sinkli (w.1660). Hamzah Fansuri adalah seorang sufi terkemuka,satrawan besar,pengembara dan ahli agama. Dia dilahirkan ditanah Fansuri atau Barus dan diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-16 dan 17 M, Hamzah Fansuri mempelajari tasawuf setelah menjadi anggota tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Syekh Abdul Qadir Jailani dan di dalam tarekat ini Ia dibaiat. Ada tiga risalah tasawuf karangan al-Fansuri yang dijumpai, yaitu Syarab al-Asiqin (Minuman orang Birahi),Asrar al-Arifin (Rahasia ahli Marifat) dan alMuntahi. Sealain itu juga dijumpai tidak kurang dari 32 ikatan-ikatan atau untaian syair

digubahnya. Syair-syairnya dianggap sebagai syair Melayu pertama yang ditulis dalam bahasa Melayu baru. Tentang Syamsuddin al-Sumatrani, tidak banyak informasi yang didapat menyangkut kehidupannya. Ia juga memegang jabatan sebagai penasehat agama di kesultanan Aceh. Syamsuddin adalah penulis produktif dan dan menguasai beberapa bahasa. Dia menulis dalam bahasa Melayu dan sebagian besar karya-karyanya berkaitan dengan kalam dan tasawuf. Periode sebelum kedatangan ar-Raniri merupakan masa di mana Islam mistik, terutama dari aliran Wujudiyah berjaya, bukan hanya di Aceh tetapi juga di banyak bagian wilayah Nusantara. Yang berkembang saat itu adalh satu faham tasawuf yang bersifat pantheistik dan anti dunia yang yang terutama dikembangkan oleh Ibnu Arabi (w.1240). Setelah kedatangan Nuruddin ar-Raniri, muncul gerakan-gerakan pembaharuan tasawuf yang hasilnya adalah munculnya suatu bentuk tasawuf yang diistilahkan dengan neo-sifisme, yaitu suatu bentuk tasawuf yang merekonsiliasi dan mengharmoniskan antara syariat dan tasawuf.19[6] Ulama besar Aceh lainnya adalah Abdurrahman al-Singkili. Al-Singkili hidup dalam enam periode kesultanan Aceh: Sultan Iskandar Muda, Iskandar Tsani,Sultanah Safiat al-din, Sultanah Nakiyat al-Din, Sultanah Zakiyat al-Din, dan Sultanah Kamal alDin. Pada masa 4 Sultanah inilah al-Singkili sebagai seorang alim dan mufti dari sebuah kesultanan yang besar seperti Aceh, yang pernah belajar di Mekkah dan Madinah, mempunyai hubungan dengan beberapa ulama dari berbagai negara, menjadi kahlifah tarekat Syattariyah , telah membuatnya bukan hanya mempunyai bukan hanya mempunyai legitimasi keagamaan yang otoritatif, tetapi juga politik yang kuat.20[7] d. Masa Kemunduran Aceh Darussalam

19[6] Helmiati, Op.Cit., 35-47. 20[7] Ibid. Hlm 49

Aceh mulai mengalami kemunduran setelah Sultan Iskandar Tsani berpulang ke rahmatullah. Sebagai penggantinya, beberapa orang Sultanah (pemimpin wanita) menduduki singgasana pada tahun 1641-1699. Mereka adalah Sultanah Safiat al-Din, Sultanah Nakiyat al-Din, Sultanah Kamala al-Din. Kepemimpinan para sultanah ini mendapat perlawanan dari kaum ulama Wujudiyah yang berujung dengan datangnya fatwa dari Mutfi Besar Mekah yang mengatakan keberatannya akan kepemimpinan wanita. Padahal menurut satu sumber Sultanah Safiat al-Din adalah seorang wanita yang cakap. Pada masa pemerintahan sultanah ini, beberapa wilayah taklukkan lepas dan kesultanan menjadi terpecah-pecah. Meski upaya pemulihan dilakukan, namun tidak membawa banyak kemajuan. Menjelang abad ke-18 kesultanan Aceh merupakan bayangan belaka dari masa silam, Aceh tidak lagi memiliki kepemimpinan yang tangguh. Aceh mengalami kemerosotan politik dan ekonomi, selain itu wacana pemikiran Islam yang sempat berkembang pesatpun mengalami kemunduran. Kemunduran kesultanan Aceh selain disebabkan oleh faktor internal juga sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal.21[8] 2.2 Tumbuh dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa Kapan tepatnya Islam datang ke Jawa, masih menjadi perdebatan di kalangan peneliti. De Graaf dan Pigeau meyakini bahwa besar sekali kemungkinan pada abad ke13 di Jawa sudah ada orang Islam yang menetap.sebab menurutnya, jalan perdagangan di laut yang menyusuri pantai timur Sumatera melalui laut Jawa ke Inonesia bagian timur, sudah ditempuh sejak zaman dahulu. Para pelaut itu, baik yang sudah beragama Islam maupun yang tidak, dalam perjalanan singgah di banyak tempat. Pusat-pusat pemukiman di pantai utara Jawa menurutnya ternyata sangat cocok untuk itu. Pendapat ini masih meragukan karena hipotesisi tersebut terlalu umum dan masih dapat diperdebatkan. Pendapat lain mengatakan bahwa Islam datang ke Jawa pada abad ke-15 M. Hal ini diindikasikan oleh adanya pemukiman Islam di daerah ini. Ma Huan, misalnya 21[8] Ibid. Hlm 52-53.

melaporkan bahwa antara tahun 1415-1432 M terdapat komunitas Muslim di Jawa bagian Timur. Selain itu di Jawa juga ditemukan sejumlah batu nisan pada abad yang sama seperti pada makam Malik Ibrahim yang berangka tahun 1419, dan Putri Campa berangka tahun 1370 Caka. Menurut badad Jawa, Malik Ibrahim adalah ulama dari tanah Arab, keturunan Zainal Abidin, cicit Nabi Muhammad. Pendapat senada dikemukakan oleh Hamka, bahwa Maulana Malik Ibrahim adalah seorang bangsa Arab yang datang ke Kasyan, Persia, yang datang ke Jawa sebagai penyebar agama Islam. Islam berkembang di Jawa bersamaan dengan melemahnya kekuasaan Raja Majapahit. Pada saat kerajaan Majapahit mengalami masa surut, secara praktis wilayahwilayah kekuasaanya mulai memisahkan diri. Hal ini member peluang kepada penguasapenguasa Islam di pesisir untuk membangun pusat-pusat kekuasaan yang independen. Salah satu sistem pemerintahan yang kemudian berkembang menjadi kerajaan tersendiri adalah Demak,Berikutnya Pahang,Mataram,Cirebon,Banten,dsb.22[9] 1. Demak Di bawah pimpinan Sunan Ampel Denta, Wali Songo bersepakat mengangkat Raden Patah menjadi raja pertama kerajaan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, dengan gelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panemahan Palembang Sayidin Panatagama. Raden Patah dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalam persoalan-persoalan agama,dibantu oleh para ulama, Wali Songo. Sebelumnya, Demak yang masih bernama Bintoro merupakan daerah vassal Majapahit yang diberikan Raja Majapahit kepada Raden Patah. Daerah ini lambat laun menjadi pusat perkembangan agama Islam yang diselenggarakan oleh para wali. Pemerintahan Raden Patah berlangsung kira-kira di akhir abad ke-16. Dikatakan, ia adalah seorang anak Raja Majapahit dari seorang ibu Muslim keturunan Campa. Ia digantiakn oleh anaknya, Sambrang Lor, dikenal juga dengan nama Pati Unus. Menurut Tome Pires, Pati Unus baru berumur 17 tahun ketika menggantikan ayahga sekitar tahun 22[9] [9] Helmiati. Sejarah Isam Asia Tenggara. (Pekanbaru: Suska Pres, 2011), 17-18.

1507. Menurutnya, tidak lama setelah naik tahta, ia merencanakan suatu serangan terhadap Malaka. Semangat perangnya semakin memuncak ketika Malaka ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1511. Akan tetapi, sekitar pergantian tahun 1512-1213, ternyata mengalami kekalhan besar. Pati Unus digantikan oleh Trenggono yang dilantik sebagai sultan oleh Sunan Gunung Jati dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin. Ia memerintah pada tahun 15241546. Pada masa Sultan Demak yang ketiga inilah Islam dikembangkan ke seluruh tanah Jawa, bahkan sampai ke Kalimantan Selatan, penaklukkan Sunda Kelapa berakhir tahun 1527 yang dilakukan oleh pasukan gabungan Demak dan Cirebon di bawah pimpinan Fadhila Khan. Majapahit dan Tuban jatuh ke bawah kekuasaan kerajaan Demak diperkirakan pada tahun 1527 itu juga. Selanjutnya, pada tahun 1529, Demak berhasil menundukkan Madiun, Blora (1530), Surabaya (1531), Pasuran (1535), dan antara tahun 1541-1542 Lamongan, Blitar, Wirasaba dan Kediri (1544). Palembang dan Banjarmasin mengakui kekuasaan Demak. Sementara daerah Jawa Tengan bagian Selatan seitar Gunung Merapi, Pengging, dan Pajang berhasil dikuasai berkat pemuka Islam, Syaikh Siti Jenar dan Sunan Tembayat. Pada tahun 1546, dalam penyerbuan ke Blambangan, Sultan Trenggono terbunuh. Ia digantikan adiknya, Prawoto. Masa pemerintahanya tidak berlangsung lama karena, terjad pembrontakan oleh adipati-adipati sekitar kerajaan Demak. Sunan Prawoto sendiri kemudian dibunuh oleh Aria Penangsang dari Jipang pada tahun 1549. Dengan demikian, kerajaan Demak berakhir dan dilanjutkan oleh kerajaan Pajang di bawah Jaka Tingkir yang berhasil membunuh Aria Penangsang.23[10] Salah satu peninggalan bersejarah Kesultanan Pajang adalah pelanjut Kesultanan Demak adalah Mesjid Agung Demak, yang diduga didirikan oleh para Walisongo. Lokasi ibukota Kesultanan Demak, yang pada masa itu dapat dilayari dari laut dan dinamakan Bintara,saat ini telah menjadi kota DEmak di Jawa Tengah.24[11] 2. Pajang 23[10] Badri, Op.Cit., 210-212. 24[11] Helmiati, Op.Cit, 52.

Kesultanan Pajng adalah pelanjut dan dipandang sebagai pewaris kerajaan Islam Demak. Kesultanan yang terletak di daerah Kartasura sekarang merupakan kerajaan Islam pertama yang terletak di daerah pedalaman pulau Jawa. Usia kesultanan ini tidak panjang. Kekuasaan dan kebesarannya kemudian diambil alih oleh kerajaan Matram. Sultan atau raja pertama kesultanan ini adalah Jaka Tingkir yang berasal dari Pengging, di Lereng Gunung Merapi. Oleh Raja Demak ketiga, Sultan Trenggono, Jaka Tingkir diangkat menjadi penguasa di Pajang, setelah sebelumnya dikawinkan dengan anak perempuannya. Kediaman penguasa Pajang itu, menurut Babad, dibangun dengan mencontoh kraton Demak. Pada tahun 1546, Sultan Demak meninggal dunia. Setelah itu, muncul kekacauan di ibu kota. Konon, Jaka Tingkir yang telah menjadi penguasa Pajang itu dengan segera mengambil alih kekuasaannya, karena anak Sulung Sultan Trenggono yang menjadi pewaris tahta kesultanan, susuhan Prawoto, dibunuh oleh kemenakannya, Aria Penangsang yang waktu itu menjadi penguasa di Jipang. Setelah itu, ia memerintahkan agar semua benda pusaka Demak dipindahkan ke Pajang. Setelah menjadi Raja yang paling berpengaruh di pulau Jawa, ia bergelar Sultan Adiwijaya. Pada masanya sejarah Islam di Jawa mulai dalam bentuk baru, titik politik itu membawa akibat yang sangat besar dalam perkembangan peradaban Islam di Jawa. Sultan Adiwijaya memperluas kekuasaannya di tanah pedalaman ke arah Timur sampai sampai daerah Madiun, dialiran anak sungai Bengawan Solo yang terbesar. Setelah itu, secara berturut-turut ia dapat menundukkan Blora (1554) dan Kediri (1577). Pada tahun 1581, ia berhasil mendapatkan pengakuan sebagai Sultan Islam dari raja-raja terpenting di Jawa Timur. Pada umumnya hubungan antara keraton Pajang dan raja-raja Jawa Timur memang bersahabat.

Selama pemerintahan Sultan Adiwijaya, kesustraan dan kesenian keraton yang sudah maju di Demak dan Jepara lambat laun dikenal dipedalaman Jawa. Pengaruh agama Islam yang kuat di pesisir menjalar dan tersebar ke daerah pedalaman. Sultan Pajang meninggal dunia tahun 1587 dan dimakamkan di Butuh, suatu daerah di sebelah barat taman kerajaan Pajang. Dia digantikan oleh menantunya, Aria Pangiri, anak susuhan Prawoto tersebut di atas. Waktu itu, Aria Pangiri menjadi penguasa di Demak. Setelah menetap di karaton Pajang, Aria Pangiri dikelilingi oleh pejabatpejabat yang dibawanya dari Demak. Sementara itu, anak Sultan Adiwijaya, Pangeran Benawa, dijadikan penguasa di Jipang. Pengeran muda ini, kerena tidak puas dengan nasibnya di tengah-tengah lingkungan yang masih asing baginya, meminta bantuan kepada Senopati, penguasa Mataram, untuk mengusir Raja Pajang yang baru itu. Pada tahun 1588, usahanya itu berhasil. Sebagai rasa terima kasih, Pangeran Benawa menyerahkan hak atas warisan Ayahnya kepada Senopati. Akan tetai, Senopati menyatakan keinginannya untuk tetap tinggal di Matram ia hanya minta pusaka kerajaan Pajang. Riwayat kerajaan Pajang berakhir pada tahun 1618. Kerajaan Pajang waktu itu membrontak terhadap Mataram yang ketika itu di bawah Sultan Agung. Pajang dihancurkan, rajanya melahirkan diri ke Giri dan Surabaya. 3. Mataram Awal dari kerajaan Mataram adalah ketika Sultan Adiwijaya dari Pajang meminta bantuan kepada Ki Pamahaman yang berasal dari Pajang dari daerah pedalaman untuk menghadapi dan menumpas pembrontakan Aria Penangsang tersebut. Sebagai hadiah atasnya, sultan kemudian menghadiahkan daerah Mataram kepada Ki Pamahaman yang menurunkan raja-raja Mataram Islam.

Pada tahun 1577 M, Ki Gede Pamahaman menempati isatana barunya di Mataram. Dia digantikan oleh putranya, Senopati tahun 1584 dan dikukuhkan oleh Sultan Pajang. Senopatilah yang dipandang sebagai Sultan Mataram pertama, setelah Pangeran Benawa, anak Sultan Adiwijaya, menawarkan kekuasaan atas pajang kepada Senopati. Meskipun Senopati menolak dan hanya meminta pusaka kerajaan, di antaranya Gong Kiai Skar Dlima,Kendali Kiai Macan Guguh, dan Pelana Kiai Jatayu, namun dalam tradisi Jawa, penyerahan benda-benda pusaka itu sama artinya dengan penyerahan kekuasaan. Senopati kemudian berkeinginan menguasai juga semua raja bawahan Pajang, tetapi ia tidak mendapat pengakuan dari para penguasa Jawa Timur sebagai pengganti raja Demak dan kemudian Pajang. Melalui perjuangan berat, peperangan demi peperangan, barulah ia berhasil menguasai sebagian. Senopati meninggal dunia tahun 1601 M, dan digantikan oleh putranya Seda Ing Krapyak yang memerintah sampai tahun 1613 M. Seda Ing Krapyak digantikan oleh putranya, Sultan Agung, yang melanjutkan usaha ayahnya. Pada tahun 11619, seluruh Jawa Timur praktis sudah berada di bawah kekuasaanya. Di masa pemerintahannya Sultan Agung inilah kontak-kontak bersenjata antara kerajaan Mataram dengan VOC mulai terjadi. Pada tahun 1630 M, Sultan Agung wafat tahun 1646 M dan dimakamkan di Imogiri. Ia digantikan oleh putra mahkota. Masa pemerintahan Amangkarut I hampir tidak pernah reda dari konflik. Dalam setiap konflik, yang tampil sebagai lawan adalah mereka yang didukung oleh para ulama yang bertolak dari keprihatinan agama. Tindakan pertama pemerintahannya adalah menumpas pendukung Pangeran Alit dengan membunuh banyak ulama yang dicurigai. Ia yakin ulama dan santri adalah bahaya bagi tahtanya. Sekitar 5000-6000 ulama merasa tidak memerlukan titel sultan. Pada tahun 1677 M dan 1678 M, pembrontakan para ulama muncul kembali dengan tokoh spiritual Raden Kajoran. Pembrontakan-pembrontakan seperti itulah yang mengakibatkan runtuhnya Kraton Mataram. 4. Cirebon

Kesultanan Cirebon adalah kerajaan Islam pertama di Jawa Barat. Kerajaan ini didirikan oleh Sunan Gunung Jati. Di awal abad ke-16, Cirebon masih merupakan sebuah daerah kecil di bawah kekuasaan Pakuan Pajajaran. Araja Pajajaran hanya menempatkan seorang juru labuhan di sana, bernama Pangeran Walangsungsang, seorang tokoh yang mempunyai hubungan darah dengan raja Pajajaran. Ketika berhasil memajukan Cirebon, ia sudah menganut agama Islam. Disebutkan oleh Tome Pires, Islam sudah ada di Cirebon sekitar 1470-1475 M. Akan tetapi, orang yang berhasil meningkatkan status Cirebon menjadi sebuah kerajaan adalah Syarif Hidayat yang terkenal dengan gelar Sunan Gunung Jati, pengganti dan keponakan dari Pangeran Walangsungsang. Dialah pendiri dinasti raja-raja Cirebon dan kemudian juga Banten. Sebagai keponakan dari Pangeran Walangsungsang, Sunan Gunung Jati juga mempunyai hubungan darah dengan raja Pajajaran. Raja dimaksud adalah Prabu Siliwangi, raja Sunda yang berkedudukan di Pakuan Pajajaran, yang nikah dengan Nyai Subang Larang tahun 1422. Dari perkawinannya itu lahirlah tiga orang putra, masingmasing Raden Walangsungsang, Nyai Lara Santang dari perkawinannya dengan Maulana Sultan Mahmaud alias Syarif Andullah dari Bani Hasyim, ketika Nyai itu naik haji. Disebutkan, Sunan Gunung Jati lahir tahun 1448 M dan wafat pada 1568 M dalam usia 120 tahun. Karena kedudukan sebagai salah seorang Wali Songo, ia mendapat penghormatan dari raja-raja lain di Jawa, seperti Demak dan Pajang. Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah Kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha meruntuhkan kerajaan Pajajaran yang masih belum menganut Islam. Dari Cirebon, Sunan Gunung Jati mengembangkan Islam ke daerah-daerah laindi Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten. Dasar bagi pengembangan Islam dan perdagangan kaum Muslimin di Banten diletakkan oleh Sunan Gunung Jati tahun 1524 atau 1525 M. Ketika ia kembali ke Cirebon, Banten diserahkan kepada anaknya, Sultan Hasanuddin. Sultan inilah yang menurunkan raja-raja

Banten. Ditangan raja-raja Banten tersebut, akhirnya kerajaan Pajajran dikalahkan. Atas prakarsa Sunan Gunung Jati juga penyerangan ke Sunda Kelapa dilakukan (1527 M). Penyerangan ini dipimpin oleh Falatehan dengan bantuan tentara Demak. Setelah Sunan Gunung Jati wafat, ia digantikan oleh cicitnya yang terkenal dengan gelar Pangeran Ratu atau Panembahan Ratu. Panembahan Ratu wafat tahun 1650 dan digantikan oleh putranya yang bergelar Panembahan Girilaya.25[12] 5. Banten Sunan Gunung Jati disebut-sebut sebagai orang yang telah menyebarkan Islam ke Banten. Menurut sumber tradisional, penguasa Pajajaran di Banten menerima Sunan Gunung Jati dengan ramah tamah dan tertarik untuk masuk Islam. Dengan segera ia menjadi orang yang berkuasa atas kota itu dengan bantuan tentara Jawa yang memang dimintanya. Namun menurut Barros, penyebaran Islam di Jawa Barat tidak mealui jalan damai, sebagaimana disebutkan oleh sumber tradisonal. Beberapa proses konversi ke Islam mungkin terjadi secara sukarela, tetapi kekuasaan tidak diperoleh kecuali dengan menggunakan kekerasan. Setelah kembali ke Cirebon, kekuasaannya atas Banten diserahkan kepada anknya, Sultan Hasanuddin. Hsanuddin menikah dengan putri Demak dan diresmikan menjadi Panembahan Bnaten pada tahun 1552. Ia meneruskan usaha-usaha ayahnya dalam meluaskan daerah Islam, yaitu ke Lampung dan sekitarnya di Sumatera Selatan. Pada tahun 1658, di saat kekuasaan Demak beralih ke Pajang, Hasanuddin memerdekakan Banten. Itulah sebabnya oleh tradisi ia dianggap sebagai raja Islam yang pertama di Banten, yang semula memang menjadi daerah vasal dari Demak. Ia digantikan oleh anknya Yusuf. Seperti ayahnya, Yusuf melanjutkan penyebaran agama Islam dan berhasil menhIslamkan sejumlah besar golongan bangsawan Sunda Pakuwan, setelah ia berhasil menaklukkan daerah itu.

25[12] Badri, Op.Cit., 212-216.

A.C Milner mengatakan bahwa pada abad 17, Banten dan Aceh adalah kerajaan Islam di nusantara yang paling ketat melaksanakan hukum Islam sebagai hukum Negara. Sementara kerajaan Mataram tidak ketat melaksanakannya karena masih dipengaruhi oleh adat, Budha atau Hindu. Demikian pula di Banten, hukuman terhadap pencuri dengan memotong tangan kanan,kaki kiri,tangan kiri, dan seterusnya berturut-turut bagi pencurian senilai 1 gram emas, pada tahun 1651-1680 M di bawah sultan Ageng Tirtayasa. Sejarah Banten menyebutkan Syaikh tertinggi dengan sebutan kyai Ali atau Ki Ali ya. Gelar ng kemudian disebut dengan kali (Qadhi yang dijawakan). Orang yang memegang jabatan ini sekitar tahun 1650 diberi gelar Fakih Najmuddin. Gelar inilah yang dikenal selama dua abad selanjutnya. Qadhipada permulaan dijabat oleh seoarng ulama dari Mekah, tetapi belakangan setelah tahun 1651qadhi yang diangkat berasal dari keturunan bangsawan Banten. Qadhi di Banten mempunyai peranan yang besar dalam bidang politik misalnya penentuan pengganti maulana Yusuf.26[13] 2.3 Tumbuh dan Berkembangnya Kerajaan-Kerajaan Islam di Kalimantan,Maluku dan Sulawesi 1. Kalimantan Kalimantan terlalu luas untuk berada dibawah suatu kekuasaan pada waktu datangnya Islam. Daerah barat laut menerima Islam dari Malaya, daerah timur dari Makassar dan wilayah selatan dari Jawa. a. Berdirinya Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan Tulisan-tulisan yang membicarakan tentang masuknya Islam di Kalimantan Selatan selalu mengidentikkan dengan berdirinya kerajaan Banjarmasin. Kerajaan Banjar merupakan kelanjutan dari kerajaan Daha yang beragama Hindu. Peristiwanya dimulai ketika terjadi pertentangan dalam keluarga istana, antara pangeran Samudera sebagai pewaris sah kerajaan Daha, dengan pamannya Pangeran Tumenggung. Seperti dikisahkan dalam hikayat Banjar, ketika Raja Sukarama merasa sudah hampir tiba ajalnya, ia berwasiat, agar yang menggantikannya nanti adalah cucunya Raden Samudera. Tentu saja 26[13] Helmiati, Op.Cit, 58-60.

keempat orang putranya tidak menerima sikap ayahnya itu, lebih-lebih Pangeran Tumenggung yang sangat berambisi. Setelah Sukarama wafat, jabatan raja dipegang oleh anak tertua, Pangeran Mangkubumi. Waktu itu, Pangeran Samudera baru berumur 7 tahun. Pangeran Mangkubumi tidak terlalu lama berkuasa. Ia terbunuh oleh seorang pegawai istana yang berhasil dihasut Pangeran Tumanggung. Dengan meninggalnya Pangeran Mangkubumi, maka Pangeran Tumanggng yang tampil menjadi raja Daha. Dalam pada itu, Pangeran Samudera berkelana ke wilayah muara. Ia kemudian diasuh oleh seorang patih, bernama Patih Masih. Atas bantuannya, Pangeran Samudera dapat menghimpun kekuatan perlawanan. Dalam serangan pertamanya, Pangeran Samudera berhasil menguasai Muara Bahan, sebuah pelabuhan strategis yang sering dikunjungi para pedagang luar, seperti dari pesisir utara Jawa, Gujarat, dan Malaka. Peperangan terus berlangsung secara seimbang. Patih Masih mengusulkan kepada Pangeran Samudera untuk meminta bantuan kepada Raja Demak. Sultan Demak bersedia membantu asal Pangeran Samudera nanti masuk Islam. Sultan Demak kemudian mengirim bantuan seribu orang tentara beserta seorang penghlu bernama Khatib Dayan untuk mengislamkan orang Banjar. Dalam peperangan itu, Pangeran Samudera memperoleh kemenangan dan sesuai dengan janjinya, ia beserta seluruh kerabat keratin dan penduduk Banjar menyatakan diri masuk Islam. Pangeran Samudera sendiri, setelah masuk Islam, diberi nama Sultan Suryanullah Suriansyah, yang dinobatkan sebagai raja pertama dalam kerajaan Islam Banjar. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 1526 M dan yang menjadi Sultan Demak ketika itu Trenggono, sultan ketiga yang berkuasa pada tahun 1521-1546. Ketika Suryanullah naik tahta, beberapa daerah sekitarnya sudah mengakui kekuasaannya, yakni daerah Sambas, Batanglawai, Sukadana, Kotawaringin, Sampit, Medawi, dan Sambangan.

Sultan Suryanullah diganti oleh putra tertuanya yang bergelar Sultan Rahmatullah. Raja-raja Banjar berikutnya adalah Sultan Hidayatullah (putra Sultan Rahmatullah) dan Marhum Panambahan yang dikenal dengan Sultan Mustainullah. Pada masa Marhum Panambahan, ibu kota kerajaan dipindahkan beberapa kali. Pertama ke Amuntai, kemudian ke Tambangan dan Batang Banju, dan akhirnya ke Amuntai kembali. Perpindahan ibu kota kerajaan itu terjadi akibat datangnya pihak Belanda ke Banjar dan menimbulkan hura-hura. b. Kutai di Kalimantan Timur Menurut risalah Kutai, dua orang penyebar Islam tiba di Kutai pada masa pemerintahan Raja Mahkota. Salah seorang di antaranya adalah Tuan di Bandang, yang dikenal dengan DatoRi Bandang dari Makassar, yang lainnya adalah Tuan Tunggang Parangan. Setelah pengislaman itu, DatoRi Bandang kembali ke Makassar, sementara Tuan Tunggang Parangan tetap di Kutai. Melalui yang terakhir inilah Raja Mahkota tunduk kepada keimanan Islam. Setelah itu, segera dibangun sebuah Masjid dan pengajaran agama dapat dimulai. Yang pertama sekali mengikuti pengajaran itu adalah Raja Mahkota sendiri, kemudian pangeran, para menteri, panglima dan hulubalang, dan akhirnya rakyat biasa. Sejak itu, Raja Mahkota berusaha keras menyebarkan Islam dengan pedang. Proses Islamisasi di Kutai dan daerah sekitarnya diperkirakan terjadi pada tahun 1575. Penyebaran lebih jauh ke daerah-daerah pedalaman dilakukan terutama pada waktu puteranya, Aji di Langgar dan pengganti-penggantinya meneruskan perang ke daerah Muara Kaman. 2. Maluku Islam mencapai kepulauan rempah-rempah yang sekarang dikenal dengan Maluku ini pada pertengahan terakhir abad ke-15. Sekitar tahun 1460, raja Ternate memeluk agama Islam. Nama raja itu adalaah Vongi Tidore. Ia mengambil seorang istri keturunan ningrat dari Jawa. Namun, H.J. de Graaf berpendapat, raja pertama yang benar-benar Muslim addalah Zayn Al-Abidin (1486-1500 M). Di masa itu, gelombang perdagangan

Muslim terus meningkat, sehingga raja menyerah kepada tekanan para pedagang Muslim itu dan memutuskan belajar tentang Islam pada Madrasah Giri. Di Giri, ia dikenal dengan nama Raja Bulawa atau raja Cengkeh, mungkin karena ia membawa cengkeh ke sana sebagai hadiah. Ketika kembali dari Jawa, ia mengajak Tuhubahahul ke daerahnya. Yang terakhir ini kemudian dikenal sebagai penyebar utama Islam di Kepulauan Maluku. Karena usia Islam masih muda di Ternate, Portogis yang tiba di sana tahun 1522 M, berharap dapat menggantikannya dengan agama Kristen. Harapan itu tidak terwujud. Usaha mereka hanya mendatangkan hasil yang sedikit. Berkenaan dengan ambon, sejarawan Ambon satu-satunya, Rijali, menceritakan, Perdana Jamilu dari Hitu (salah satu semenanjung ambon) menemani penguasa Ternate, Zayn AlAbidin, dalam perjalanannya ke Giri. Menurut de Graaf, pernyataan ini hanya menunjukkan bahwa hubungan antara Hitu dengan Ternate memang sangat dekat. Menurutnya, tersebarnya Islam di Hitu lebih dikarenakan datangnya seorang qadi, Ibrahim yang menjadi qadi di Ambon, dan memberikan pengajaran kepada seluruh guru agama Islam di Pulau ini. Ambon bahkan mendirikan sebuah Masjid bergonjong tujuh yang mengingatkan orang kepada Giri, bangunan yang didirikan dalam bentuk yang sama. Riwayat setempat menguatkan pendapat ini, yang menyebutkan bahwa sumber Islam di Ambon adalah Jawa, meskipun Pasai dan Mekah yang disebut-sebut. Dalam riwayat itu disebutkan, pendiri sebuah kampong di Kailolo adalah Usman yang memperoleh Islam dari seorang guru agama dari Jawa, yang mengadakan perjalanan dari Mekah ke Gresik. Komunikasi antara Maluku dan Giri memang masih bertahan sampai abad ke-17. Bahkan, Demak dan Jepara merupakan sekutu-sekutu Hitu dalam peperangan melawan Portugis yang menempatkan diri di Leitimor, semenanjung Ambon yang penduduknya masih menyembah berhala. Di daerah inilah Portugis berhasil memperkenalkan Kristen kepada penganut agama berhala itu. 3. Sulawesi (Gowa-Tallo, Bone, Wajo, Soppeng dan Luwu)

Kerajaan Gowa-Tallo, kerajaan kembar yang saling berbatasan, biasanya disebut kerajaan Makassar. Kerajaan ini terletak di Semenanjung Barat Daya pulau Sulawesi, yang merupakan daerah transito sangat strategis. Sejak Gowa-Tallo tampil sebagai pusat perdagangan laut, kerajaan ini menjalin hubungan baik dengan ternate yang telah menerima Islam dari Gresik/Giri. Di bawah pemerintahan Sultan Babullah, Ternate mengadakan perjanjian persahabatan dengan Gowa-Tallo. Ketika itulah, raja Ternate berusaha mengajak penguasa Gowa-Tallo untuk menganut agama Islam, tetapi gagal. Baru pada waktu DatoRi Bandang datang ke kerajaan Gowa-Tallo, agama Islam mulai masuk kerajaan ini.Alauddin (1591-1636) adalah Sultan pertama yang menganut Islam tahun 1605. Penyebaran Islam setelah itu berlangsung sesuai dengan tradisi yang telah lama diterima oleh para raja, keturunan To Manurung. Tradisi itu mengharuskan seorang raja untuk memberitahukan hal baik kepada yang lain. Karena itu, kerajaan kembar GowaTallo menyampaikan pesan Islam kepada kerajaan-kerajaan lain seperti Luwu, yang lebih tua, Wajo, Soppeng, dan Bone. Raja Luwu segera menerima Pesan Islam itu. Sementara itu, tiga kerajaan: Wajo, Soppeng, dan Bone yang terikat dalam aliansi Tallumpoece (tiga kerajaan) dalam perebutan hegemoni dengan Gowa-Tallo, Islam kemudian melalui peperangan. Wajo menerima Islam tanggal 10 Mei 1610 dan Bone, saingan politik Gowa sejak pertengahan abad ke-16, tanggal 23 November 1611. Raja Bone pertama yang masuk Islam dikenal dengan gelar Sultan Adam. Namun, meski sudah Islam, peperangan-peperangan antara sering terjadi dan bahkan, melibatkan Belanda untuk mengambil keuntungan politik daripadanya.27[14] 2.4 Kesultanan Johor-Riau dan Riau Lingga Kesultanan Riau Lingga merupakam Kerajaan Islam yang berdiri di Kepulauan Riau pada paruh pertama abad ke-19. Secara historis kemunculan kerajaan ini bisa dirunut dari sejarah Kerajaan Malaka dan Johor. Ketika Kesultanan Malaka berdiri pada 27[14] Badri, Op.Cit., 219-224.

abad ke-15 M, Riau Lingga merupakakn daerah kekuasaan Malaka. Di saat Malaka runtuh karena serangan kolonial Portugis, muncul kerajaan Riau Johor yang menggantikan posisi Malaka sebagai representasi kekuatan politik puak Melayu di kawasan tersebut. Ketika itu Riau Lingga termasuk wilayah yang berada di kekuasaan Riau Johor. 1. Sejarah Kesultanan Johor Riau Kesultanan Johor yang terkadang disebut juga sebagai Johor-Riau atau JohorRiau-Lingga adalah kerajaan yang didirikan pad tahun 1528 oleh Sultan Alauddin Riayat Syah, putra sultan terakhir Malaka, Mahmud Syah. Sebelumnya daerah Johor-Riau merupakan bagian dari Kesultanan Malaka yang runtuh akibat serangan Portugis pada tahun 1511. Pada puncak kejayaanya Kesultanan Johor-Riau mencakup wilayah Johor sekarang, Singapura, Kepulauan Riau dan daerah-daerah di Sumatera seperti Riau Daratan dan Jambi. Berikut adalah nama-nama sultan yang memerintah Kesultanan Johor Riau sejak 1528-1824. 1. 1528-1564: Sultan Alauddin Riayat Syah II (Raja Ali/ Raja Alauddin) 2. 1564-1570: Sultan Muzaffar Syah II (Raja Muzafar / Radin Bahar) 3. 1570-1571: Sultan Abd. Jalil Syah 1 (Raja Abdul Jalil) 4. 1570/71-1597: Sultan Ali Jalla Abdul Jalil Syah II (Raja Umar) 5. 1597-1615: Sultan Alauddin Riayat Syah III (Raja Mansur) 6. 1615-1623: Sultan Abdullah Maayat Syah (Raja Mansur) 7. 1623-1677: Sultan Abdul Jalil Syah II (Raja Bujang) 8. 1677-1685: Sultan Ibrahim Syah (Raja Ibrahim/Putera Raja Bajau) 9. 1685-1699: Sultan Mahmud Syah II (Raja Mahmud) 10. 1699-1720: Sultan Abdul Jalil IV (Bendahara Paduka Raja Tun Abdul Jalil) 11. 1718-1722: Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah (Raja Kecil/Yang DiPertuan Johor) 12. 1722-1760: Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah (Raja Sulaiman/Yang DiPertuan Besar Johor-Riau) 13. 1760-1761: Sultan Abdul Jalil Muazzam Syah 14. 1761: Sultan Ahmad Riayat Syah

15. 1761-1812: Sultan Mahmud Syah III (Raja Mahmud) 16. 1812-1819: Sultan Abdul Rahman Muazzam Syah (Tengku Abdul Rahman). Sejak masa kesultanan Johor Riau, terutama sejak tahun 1722 kemudian diteruskan oleh Kesultanan Riau Lingga, diterapkan apa yang oleh Andaya diistilahkan dengan tradisi dua nahkoda untuk satu perahu kerajaan, yaitu Sultan dan Yang Dipertuan Muda (YDM). Hal ini berawal sejak Sultan Sulaiman Badrul Alamsyah menyerahkan roda pelaksanaan pemerintahan kepada bangsawan Bugis dan keturunannya, sebagai imbalan atas bantuan mereka mengusir Raja Kecik dari Johor. Penguasa Melayu dan keturunan bangsawan Bugis terikat janji setia di bawah persaksian kitab suci Alqran bahwa apabila bangsawan Bugis berhasil memulihkan kehormatan Raja Sulaiman maka bangsawan Bugis secara turun-temurun akan diangkat menjadi Yang Dipertuan Muda Kerajaan Melayu Riau. Selain itu, mereka juga berjanji untuk saling mengakui persaudaraan di kalangan mereka dan saling tolong-menolong. Peristiwa ini tergambar dalam Syair Upu-Upu Limaa yang digubah oleh Raja Ali Haji dalam karyanya, Silsilah Melayu Bugis. Karena itu, setelah lima bersaudara keturunan bangsawan Bugis berhasil mengusir Raja Kecil dari kerajaan Johor Riau dan Raja Sulaiman berhasil kembali mendduki singagasana kerajaan, maka salah seorang dari lima bersaudara, yaitu Daeng Marewa dikukuhkan sebagai Yang Dipertuan Muda pertama Kerajaan Johor Riau. Jabatan ini setara atau sama dengan kedudukan Perdana Menteri. Sementara bangsawan Melayu tetap memegang jabatan yang tertinggi sebagai symbol kerajaan dengan kedudukan Yang Dipertuan Besar Riau atau sultan secara turun temurun. Pemerintahan gabungan ini dalam kenyataannya mampu membawa kerajaan Johor Riau kepada kejayaan dan dominasi politik di perairan Selat Malaka dan sekitarnya lebih dari setengah abad. Suku Bugis yang datang ke Riau di bawah pimpinan Daeng Calek itu kemudian hari melepaskan bahasa sukunya, dan hampir meninggalkan sejumlah tradisinya, dan hidup dalam masyarakat Melayu dengan kehidupan tradisi dan budaya Melayu. Konsekuensinya, suku Bugis dalam generasi berikutnya tidak lagi tampak dalam

penampilan yang bergaya Bugis, tetapi lebih merupakan suatu generasi Melayu yang baru. Hal utama yang dilakukan oleh Sultan Sulaiman dan YDM pertama, Daeng Marewa adalah memperkokoh dasar-dasar pemerintahannya. Cara pemerintahan kesultanan Melayu ini agak sedikit unik. Ia tidak bersifat sentralistik. Tiap-tiap pembesar mempunyai daerah pemerintahan sendiri dan tinggal di daerah kekuasaannya itu. Secara nominal kesultanan Johor Riau masih mewarisi hirarki kerajaan Melayu Malaka seperti pegawai pemerintahan yang terdiri dari Raja Muda, Bendahara, Tumenggung, Penghulu, Bendahari dan Syahbandar. Hanya saja istilah dan fungsi Raja Muda sekarang berubah setelah bangsawan Bugis ikut terlibat dalam pemerintahan kerajaan Johor Riau. Jabatan itu kini berubah istilah menjadi Yang Dipertuan Muda dan didominasi oleh keturunan Bugis, dimana Daeng Marewa menjadi orang pertama yang menduduki posisi itu. Selain itu, dari segi fungsi, bila dulu Raja Muda merupakan jabatan calon pengganti Raja dan Sultan, kini hal itu tidak berlaku lagi. Diantara sebab-sebab perubahan itu, perrtama karena sekarang pemegang jabatan itu adalah dari kalangan pendatang yaitu suku bugis. Kedua, sudah menjadi kesepakatan bahwa jabatan sultan akan kekal di kalangan bangsa Melayu. Meskipun secara teoritis, kekuasaan tertinggi berada di tangan sultan (Yang Dipertuan Besar), namun secara operasional kekuasaan pemerintahan berada di tangan Yang Dipertuan Muda. Yang terakhir inilah yang mengatur dan menjalankan roda pemerintahan kerajaan. Wilkinson memberikan satu ilustrasi tentang keduanya, seperti dikutip oleh Hamid Abdullah: Yang Dipertuan Besar sepertinya menempati posisi sebagai seorang istri baru dapat makan kalau diberi. Sementara Yang Dipertuan Muda ibaratnya menempati posisi sebagai seorang suami dimana setiap keinginannya harus menjadi kenyataan. Berikut adalah nama-nama Yang Dipertuan Muda di Kesultanan Johor Riau yang muncul sejak pemerintahan Sultan Sulaiman Badrul Alam Syah: No Yang Dipertuan Muda Riau Masa Jabatan Pusat Pemerintahan

1 2 3 4 5

Daeng Marewa Daeng Celak Daeng Kamboja Raja Haji bin Daeng Celak Raja Ali

1722-1728 1728-1745 1745-1777 1777-1784 1784-1805

Hulu Riau Hulu Riau Hulu Riau Hulu Riau Pulau Bayan

Setelah berhasil meletakkan dasar pemerintahan politik dalam negeri, Sultan Sulaiman dan Yang Dipertuan Muda pertama, Daeng Marewa, melakukan hubungan politik dan perdagangan luar negeri. Secara berangsur-angsur kerajaan Johor Riau mulai ramai dikunjungi orang dari berbagai daerah dan bangsa, misalnya dari China, Siam, India dan Arab. Kemajuan terus meningkat ketika Daeng Celak menjabat sebagai YDM II kerajaan ini (1708-1745). Pada masa pemerintahannya, ia membangun perkebunan gambir yang menjadi salah satu komoditi perdagangan untuk pendapatan ekonomi kerajaan. Ia juga mengembangkan pertambangan timah di daerah Selangor. Belakangan, usaha itu dilanjutkan oleh Yang Dipertuan misalnya Selangor, Perak, Kedah Indragiri, Jambi dan Bangka (Palembang) Mempawah dan Pontianak. 28[15]

2. Sejarah Kesultanan Riau Lingga Kisah berdirinya kerajaan Riau Lingga tidak terlepas dari peranan Belanda dan Inggris yang ikut campur dalam konflik internal keluarha Kerajaan Riau Johor. Pada tahun 1811, Sultan Johor,Mahmud Syah III wafat, dan putranya Husin sedang tidak berada di Johor. Maka naiklah Abdul Rahman Muadzam Syah,adik tiri Husin sebagai sultan dengan dukungan Belanda, dan sempat berkuasa selama hampir tujuh tahun, yakni hingga 1819. Husin sangat kecewa dengan pelantikan itu. Potensi konflik ini kemudian diketahui oleh Inggris dan langsung memanfaatkan situasi dengan mendekati Husin. Atas dukungan Inggris, Husin akhirnya berhasil menjadi sultan dengan imbalan pemberian

2815 Helmiati, Op.Cit, 60-64.

konsesi atas Singapura kepada Inggris, sedangkan Abdul Rahman menjadi raja di Riau Lingga atas jasa baik Belanda. 29[16] 2.5 Hubungan Politik dan Keagamaan antara Kerajaan-Kerajaan Islam Hubungan antara satu kerajaan Islam dengan kerajaan Islam lainnya pertamatama memang terjalin karena persamaan agama. Hubungan itu pada mulanya, mengambil bentuk kegiatan dakwah, kemudian berlanjut setelah kerajaan-kerajaan Islam berdiri. Demikianlah misalnya antara Giri dengan daerah-daerah Islam di Indonesia bagian Timur, terutama Maluku. Adalah dalam rangka penyebaran Islam itu pula, Fadhilah Khan dari Pasai datang ke Demak, untuk memperluas wilayah kekuasaan ke Sunda Kelapa. Dalam bidang politik, agama pada mulanya dipergunakan untuk memperkuat diri dalam menghadapi pihak-pihak atau kerajaan-kerajaan yang bukan Islam, terutama yang mengancam kehidupan politik maupun ekonomi. Persekutuan antara Demak dengan Cirebon dalam menaklukkan Banten dan Sunda Kelapa dapat diambil sebagai contoh. Contoh lainnya adalah persekutuan kerajaan-kerajaan Islam dalam menghadapi Portugis dan Kompeni Belanda yang berusaha memonopoli pelayaran dan perdagangan. Hubungan antar kerajaan-kerajaan Islam lebih banyak terletak dalam bidang budaya dan keagamaan. Samudera pasai dan kemudian Aceh yang dikenal dengan Serambi Makkah menjadi pusat pendidikan dan pengajaran Islam. Dari sini ajaran-ajaran Islam tersebar ke seluruh pelosok Nusantara melalui karya-karya ulama dan muridmuridnya yang menuntut ilmu ke sana. Demikian pula halnya dengan Giri di Jawa Timur terhadap daerah-daerah di Indonesia bagian Timur. Karya-karya sastra dan keagamaan dengan segera berkembang di kerajaan-kerajaan Islam. Tema dan isi karya-karya itu seringkali mirip antara satu dengan yang lain. Kerajaan Islam itu telah merintis terwujudnya idiom cultural yang sama, yaitu Islam. Hal ini menjadi pendorong terjadinya interaksi budaya yang makin erat.

29[16] Ibid. Hlm 68.

2.6

Tiga Pola Pembentukan Budaya Yang Terlihat Dalam Proses Pembentukan Negara:Aceh,Sulawesi Selatan dan Jawa Dalam Rentang waktu sejak akhir abad ke-13, ketika Samudera Pasai berdiri, sampai abad ke-17, di saat istana Gowa-Tallo resmi menganut Islam, menurut Taufik Abdullah, setidaknya tiga pola pembentukan budaya yang memperlihatkan bentuknya dalam proses pembentukkan Negara telah terjadi. Ketiga pola itu adalah:

1.

Pola Samudera Pasai Lahirnya kerajaan Samudera Pasai berlangsung melalui perubahan dari Negara yang segmenter ke Negara yang terpusat. Sejak awal perkembangannya, Samudera Pasai menunjukkan banyak pertanda dari pembentukan suatu Negara baru. Kerajaan ini tidak saja berhadapan dengan golongan-golongan yang belum ditundukkan dan diislamkan dari wilayah pedalaman, tetapi juga harus menyelesaikan pertentangan politik bserta pertentangan keluarga yang berkepanjangan. Dengan pola tersebut, Samudera Pasai memiliki kebebasan budaya untuk memformulasikan struktur dan system kekuasaan, yang mencerminkan gambaran tentang dirinya.Pola yang sama dapat pula disaksikan pada proses terbentuknya kerajaan Aceh Darussalam.

2.

Pola Sulawesi Selatan Pola ini adalah pola islamisasi melalui konversi keratin atau pusat kekuasaan. Dalam sejarah Islam di Asia Tenggara, pola ini didahului oleh berdirinya kerajaan Islam Malaka. Proses islamisasi berlangsung dalam suatu struktur Negara yang telah memiliki basis legitimasi geneologis. Konversi agama menunjukkan kemampuan raja. Penguasa terhindar dari penghinaan rakyatnya dalam masalah kenegaraan. Pola Islamisasi melalui konversi keratin atau pusat kekuasaan seperti itu, di Indonesia terjadi juga di Sulawesi Selatan,Maluku dan Banjarmasin. Tidak seperti Samudera Pasai, Islamisasi di Gowa-Tallo,Ternate,Banjarmasin dan sebagainya yang mempunyai pola yang sama, tidak memberi landasan bagi pembentukan negara. Islam tidak mengubah desa menjadi suatu bentuk baru organisasi kekuasaan, seperti yang

terjadi di Samudera Pasai. Konversi agama dijalankan, tetapi pusat kekuasaan telah ada lebih dahulu. 3. Pola Jawa Di Jawa, Islam mendapatkan suatu sistem politik dan struktur kekuasaan yang telah lama mapan, berpusat di keraton pusat Majapahit. Sebenarnya komunitas pedagang Muslim mendapatkan tempat dalam pusat-pusat politik pada abad ke-11. Komunitas itu makin membesar pada abad ke-14. Ketika posisi raja melemah,para saudagar kaya di berbagai kadipaten di wilayah pesisir mendapat peluang besar untuk menjauhkan diri dari kekuasaan raja. Mereka kemudian tidak hanya masuk Islam tetapi juga membangun pusat-pusat politik yang independen. Setelah kraton pusat menjadi goyah, kraton-kraton kecil mulai bersaing menggantikan Majapahit. Dengan posisi baru ini,Demak tidak saja menjadi pemegang hegemoni politik, tetapi juga menjadi jembatan penyeberangan Islam yang paling penting di Jawa. Walaupun mencapai keberhasilan politik dengan cepat,Demak tidak saja harus menghadapi masalah legitimilasi politik, tetapi juga panggilan kultural untuk kontiunitas. Dilema kultural dari dominasi politik Islam di dalam suasana tradisi Siwa-Budhistik telah jauh menukik ke dalam kesadaran. Hal itu akan jelas ketika kraton dipindahkan oleh Jaka Tingkir ke Pajang di pedalaman dan semakin jelas ketika Mataram berhasil menggantikan kedudukan Pajang tahun 1588. Tidak seperti pola Samudera Pasai,Islam mendorong pembentukan negara yang supra-desa,juga tidak seperti Gowa-Tallo,keraton yang diIslamkan. Di Jawa Islam tampil sebagai penantang,untuk kemudian mengambil alih kekuasaan yang ada. Jadi, yang tampil adalah suatu dilema kultural dari orang baru di dalam bangunan politik yang lama.30[17] 2.7 Kondisi Politik Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia Cikal bakal kekuasaan Islam telah dirintis pada periode abad 1-5 H/7-8 M, tetapi semuanya tenggelam dalam hegemoni maritime Sriwijaya yang berpusat di Palembang dan kerajaan Hindu-Jawa seperti Singasari dan Majapahit di Jawa Timur. Pada periode 30[17] Badri, Op.Cit., 225-227.

ini, para pedagang dan mubaligh muslim membentuk komunitas-komunitas Islam. Mereka memperkenalkan Islam yang mengajarkan toleransi dan persamaan derajat di antara sesama, sementara ajaran Hindu-Jawa menekankan perbedaan derajat manusia. Ajaran Islam ini sangat menarik perhatian penduduk setempat. Kerena itu, Islam tersebar di Kepulauan Indonesia terhitung cepat, meski dengan damai. Masuknya Islam ke daerah-daerah di Indonesia tidak dalam waktu yang bersamaan. Di samping itu, keadaan politik dan sosial budaya daerah-daerah ketika didatangi Islam juga berlainan. Pada abad ke-7 sampai ke-10, kerajaan Sriwijaya meluaskan kekuasaannya ke daerah Semenanjung Malaka yang merupakan kunci bagi pelayaran dan perdagangan internasional. Datangnya orang-orang muslim ke daerah itu sama sekali belum memperlihatkan dampak-dampak politik, karena mereka datang memang hanya untuk usaha pelayaran dan perdagangan. Keterlibatan orang-orang Islam dalam biang polotik baru terlihat pada abad ke-9 M, ketika mereka terlibat dalam pemberontakan petani-petani Cina terhadap kekuasaan Tang pada masa pemerintahan Kaisar Hi-Tsung (878-889 M ). Akibat pemberontakan itu, kaum muslimin banyak yang dibunuh. Sebagian lainnya lari ke Kedah, wilayah yang masuk kekuasaan Sriwijaya, bahkan ada yang ke Palembang dan membuat perkampungan muslim di sini. Kerajaan Sriwijaya pada waktu itu memang melindungi orang-orang muslim di wilayah kekuasaanya. Kemudian politik dan ekonomi berlangsung sampai abad ke-12 M. Pada akhir abad ke-12 M, kerajaan ini mulai memasuki masa kemunduannya. Untuk memeprtahankan posisi ekonomi Kerajaan Sriwijaya membuat peraturan cukai yang lebih berat bagi kapal-kapal dagang asing yang singgah ke pelabuhan-pelabuhannya. Akan tetapi, kapal-kapal dagang asing seringkali menyingkir. Kemunduran ekonomi ini membawa dampak terhadap perkembangan polotik. Kemunduran politik dan ekonomi Sriwijaya dipercepat oleh usaha-usaha kerajaan Singasari yang sedang bangkit di Jawa. Kerajaan Jawa ini melakukan ekspedisi Pamalayu tahun 1275 M dan mendorong daerah-daerah di Selat Malaka yang dikuasai kerajaan Sriwijaya untuk melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan tersebut. Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan pula oleh pedagang-pedagang muslim untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan politik da neprdagangan. Mereka mendukung

daerah-daerah yang muncul dan daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam, yaitu kerajaan Samudera Pasai di pesisir timur laut Aceh. Daerah ini sudah disinggahi pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7 dan ke-8 M. Proses ini tentu berjalan disana sejak abad tersebut. Kerajaaa Samudera Pasai dengan segera berkembang , baik dalam bidang politik maupun perdagangan. Kareana kekacauan-kekacauan dalam negeri sendiri akibat perebutan kekuasaan di Istana, Kerajaan Singasari, juga pelanjutnya, Majapahit tidk mampu mengontrol daearah Melayu dn Selat Malaka dengan baik sehingga kerajaan Samudera Pasai dan Malaka dapat berkembang dan mencapai puncak kekuasaanya hingga abad ke-16 M. Di Kerajaan Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan Patih Gajah Mada masih berkuasa, situasi politik pusat kerajaan memeng tenang, sahingga banyak daerah di Kepulauan Nusantara mengakui berada di bawah perlindungannya. Tetapi Sejak Gajah Mada meninggal dunia (1364 M) dan disusul Hayam Wuruk (1389 M), situasi Majapahit kembali mengalami kegoncangan. Perebutan kekuasan antara Wikramawhardana dan Bhre Wirabumi berlangsung lebih dar sepuluh tahun. Setelah Bhre Wirabumi meninggal, perebutan kekuasaan di kalangan Istana kembali muncul dan berlarut-lart. Pad tahun 1468 M,Majapahit diserang Giriindawardhana dari Kediri. Sejak itu, kebesaran Majapahit dapat dikatakan sudah habis. Tom Pires (1512 dalam-1515 M), dalam tulisannya Suma Oriental, tidak lagi menyebut-nyebut nama Mjapahit. Kelemahan-kelemahan yang semakin lama semakin memuncak akhirnya menyebabkan keruntuhannya. 2.8 Masuknya Pengaruh Islam ke Indonesia Ada beberapa teori tentang masuknya agama Islam di Indonesia . pendapat tersebut dikemukakan oleh para ahli dari dalam negeri dn luar negeri. Pendapat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Snouck Hurgronje, Kreamer,H.J. Vanden Berg dan Mugnette mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M melalui Gujarat,India. Tidak langsung dari tanah Arab dan bukan oleh orang-orang Arab. Teori itu didasarkan pada kenyataan bahwa batu nisan yang ditemukan diberbagai tempat di Nusantara, termasuk makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik, batu nisa Sultan al-Malik, al-Shaleh raja pertama kerajaan Samudera

Pasai yang meninggal pada tahun 1297 M mempunyai bentuk yang sama dengan batu Wirjosoeparto yang juga alasannya berdasarkan data arkelogis, yaitu ditemukannya batu nisan raja Islam di Samudera Pasai. 2. Husein Jayadiningrat mengatakan Islam masuk ke Indonesia melalui Iran (Persia). Hal itu dibuktikan dengan ejaan dalam tulisan Arab. Baris di atas, di bawah, dan baris di depan disebut jabar (zabar) dan pes (pjes). Istilah ini berasal dari bahasa Iran, sedangkan menurut bahasa Arab, ejaanya adalh fathah, kasroh dan domah. Begitu juga ,huruf sin tidak bergigi sedangkan huruf sin dari bahasa Arab bergigi. Selain itu, gelar syah yang biasa dipakai di Persia juga pernah dipergunakan oleh Raja Malaka dan Aceh. 3. Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), D. Mansyur dn beberapa ahli lainnya mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia adalah langsung dari Arab (Orang Muslim etnis Arab Mekkah). Dalam seminar Sejak masuknya Islam ke Indonesia di Medan tahun 1963 di simpulkan bahwa Islam sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 (yaitu sudh ada sejak abad ke-7 M) melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina , Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat. Senda dengan itu, Alwi Sihab juga mengatakan Islam pertama kali maimur suknya ke Nusantara pada abad pertama Hijriyah langsung dari Arab, dasarnya adalah Cina pada masa Dinasti Tang yang menyatakan adanya perkampungan Arab di Cina. Cina yang dimaksudadalah gugusan pulau di Timur. Termasuk Kepulauan Indonesia. 4. Sajana Muslim kontemporer seperti Taufik Abdullah mengkompromikan kedua pendapat tersebut. Menurut pendpatnya memang benar Islam sudah datang ke Indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 atau ke-8 M. Tetapi baru dianut oleh para pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13 dengan berdirinya Kerajaan Samudera Pasai. a. Tempat-tempat yang mula didatangi dan pembawa Islam Sebagai pembenaran daripada kedatangan Islam di Indonesia sepanjang jalan perdagangan maritim, maka tentunya tempat-tempat yang berada atau dekat dengan jalur pelayaran itulah yang lebih mudah dan pertama didatangiagama Islam. Sarana

komunikasi perdagangannya yang berkembang pada abad-abad kedatangan agama Islam itu adalah lautan atau smaudera yang pada akhirnya akan terkonsentrasi di pelabuhanpelabuhan. Atas petunjuk itulah, maka dipastikan bahwa daerah atau tepat-tmpat yang mula-mula didatangi agama Islam di Indonesia ini adalah daerah-daerah pesisir atau daeah-daerah pelabuhan, dan seperti dinyatakan, dan menjadi keputusan seminar di Medan adalah pesisir Sumatera. Agussalim dan Kreamer mengatakan karena posisi Sumatera merypakan tempat terdekat dan paaling sering disinggahi oleh pedagangpedagang muslim dalam pelayarannya. b. Cara Penyebaran Islam di Indonesia Cara, saluran dan pola penyebaran islam di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Melalui perdagangan. Perdagangan memegang peran utama karena islam mulai diperkenalkan melalui sejumlah Bandar penting. Perdagangan itu pula yang memungkinkan persebaran pengaruh islam yang luas di Indonesia. Jadi, persebaran itu berawal dari pesisir lalu pedalaman. Menurut Tome Pires, bahwa ketika pesisir utara Jawa belum Islam, disana telah terdapat pedagang-pedagang Arab, Gujarat dan lain-lain. Kebanyakan mereka beragama Islam, mereka kaya. Kemudian penguasa Jawa mulai menganut agama Islam. 2. 3. Melalui Dakwah. Dilakukan oleh para mubalig yang datang bersama pedagang yang memang bertugas khusus untuk menyebarkan Islam. Melalui perkawinan. Perkawinan antara pedagang muslim, mubalig dengan anak bangsawan Indonesia. Hal ini akan mempercepat terbentuknya inti sosial, yaitu keluarga muslim dan masyarakat muslim. Sebelum menikah sang gadis menjadi muslim terlebih dulu. Perkawinan secara muslim di kalangan terpandang memperlancar penyebaran pengaruh Islam. 4. Melalui Pendidikan. Setelah kedudukan para pedagang mantap, mereka menguasai kekuatan ekonomi di Bandar-bandar seperti di Gresik. Pusat-pusat perekonomian itu berkembang menjadi pusat pendidikan dan penyebaran Islam. Karena terbuka bagi siapapun, banyak anak dan remaja dari berbagai kalangan tertarik untuk belajar, sehingga memperluas pengaruh Islam keberbagai penjuru Indonesia.

5.

Melalui kesenian. Pertunjukan wayang merupakan salah satu sarana kesenian yang digunakan untuk menyebarkan Islam. Tokoh termasyur yang mahir mementaskan wayang adalah Sunan Kalijaga. Kisah yang ditampilkan diambil dari mahabrata ataupun Ramayana. Selama pementasan disisipkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Setelah selesai pertunjukan dalang tidak meminta upah, tetapi mengajak para penonton untuk mengikutinya mengucapkan dua kalimat syahadat.

c.

Pemegang Peran Penyebaran Agama Islam di Indonesia Golongan yang berperan dalam proses penyebaran agama Islam di Indonesia adalah:

1.

Peran ulama. Agama islam pada awalnya dibawa oleh para pedagang dari Arab, Persia dan India, kemudian disebarkan dan dikembangkan oleh para ulama dan mubaligh Indonesia seperti:

a. b. c.

Datori Bnadang dan Dato Sulaiaman yang menyebarkan agama Islam di Gowa dan Tallo Datori Bandang bersama Tuan Tunggangri Parangan yang melanjutkan penyebaran agama Isam samapi ke Kutai Para wali dengan sebutan wali Sanga yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa. Sebenarnya nama Wali Sanga adalah nama suatu dewan mubaligh di Jawa. Apabila salah satu anggota dewan wafat, ia digantikan oleh wali yang lain berdasarkan musyawarah. Setiap wali mempunyai tugas melanjutkan penyiaran Islam di Pulau Jawa. Berikut ini adalan nama-nama Wali Sanga:

1. Maulana Malik Ibrahim, berasal dari Persia dan kemudian menetap di Gresik. Dikenal dengan nama Sunan Gresik. 2. 3. Sunan Ampel, semula bernama Raden Rahmat dan berkedudukan di Ampel, dekat Surabaya. Sunan Bonang, semula bernama Mahdun Ibrahim adalah putra Raden Rahmat yang berkedudukan di Bonang, dekat Tuban. 4. Sunan Drajat, semula bernama Syarifudin adalah putra Raden Rahmat berkedudukan di Drajat, dekat Sedayu.

5. Sunan Giri, semula bernama Raden Paku adalah murid Sunan Ampel yang berkedudukan di Giri, didekat Gresik. 6. Sunan Muria, semula bernama Raden Umar Said dan berkedudukan di Gunung Muria di daerah Kudus. 7. Sunan Kalijaga, semula bernama Joko Said dan berkedudukan di Kadilangu dekat Demak. 8. Sunan Kudus, semula bernama Jafar Sidik berkedudukan di Kudus. 9. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang berkedudukan di Gunung Jati, Cirebon. Dalam penyebaran Islam di Jawa, peran wali sangat besar. Dengan penuh kesadarn dan kearifan, agama Islam disampaikan kepada masyarakat. Dengan Islam cepat berkembang di pulau Jawa. Selain wali Sanga, masih banyak wali lain yang memiliki andil besar dalam pengembangan ajaran Islam di Pulau Jawa. Beberapa wali yang dimaksud adalah Syekh Subakir, Sunan Geseng, Syekh Mojo Agung dan Syekh Siti Jenar. Pada mulanya Syekh Jenar termasuk anggota Wali Sanga, tetapi karena ajaran membahayakan maka Syekh Siti Jenar dicoret dari wali sanga digantikan Sunan Bayat. Setelah memiliki pengaruh kuat di Jawa, agama Islam berkembang ke wilayah Nusantara yang lain, seperti Kalimantan, Sulawesi dan Maluku. Penyiaran agama Islam di Kalimantan dilakukan oleh Kerajaan Demak. Islam tersebut di Maluku, Ternate dan Tidore setelah Sultan Ternate Sultan Ternate Zainal Abidin belajar agama Islam ke Giri, Jawa Timur. Sepulangnya dari belajar agama, ia menyampaikan ajaran islam kepada rakyatnya. 2. Peran Pedagang. Sejak abad ke-7, pedagang muslim dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Di samping berdagang, para pedagang Islam dapat menyampaikan dan menyebarkan agama Islam. Saluran islamisasi melalui perdagangan terjadi sangat intensif dan dinamis. Alasannya sebagai berikut:

a.

Dalam agama Islam tidak ada pemisahan antara manusia sebagai pedagang dan kewajibannya sebagai muslim untuk menyampaikan ajaran kepercayaannya kepada pihak lain.

b.

Perdagangan pada masa Islam di Indonesia sangat menguntungkan karena banyak golongan bangsawan dan raja yang ikut dalam perdagangan, bahkan mereka menjadi pemilkik kapal dan saham. Kehadiran para pedagang muslim itu diterima dengan sikap terbuka oleh penguasa setempat. Sikap bersahabat yang ditampilkan oleh para pedagang itu membuat mereka tidak mengalami kesulitan saat mengenalkan ajaran dan nilai-nilai Islam. Bahkan, penguasa setempat memperkenankan rakyatnya menjadi muslim. Misalnya, pada abad ke-14, penguasa Ternate yang bukan muslim, tidak keberatan ketika sejumlah rakyatnya masuk islam. Keterbukaan yang sama muncul juga di Kerajaan Majapahit yang beragama Hindu.

3. Peran Muslim Cina. Peran etnis Cina dalam percaturan sejarah nasional memiliki keunikan tersendiri ika dibandingkan dengan etnis minoritas yang lain, seperti Arab dan India. Etnis Cina banyak mewarnai kehidupan kehidupan sosial politk di masa lalu, termasuk sumbangsih mereka dalam upaya penyebaran agama Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berbagai teori berkaitan dengan sejarah masuknya Islam ke Indonesia berfokus pada 3 hal, yaitu tempat asal kedatangannya, para pembawanya dan waktu datangnya.

Penyebaran Islam di Nusantara membawa pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan diantaranya dalam aspek: pola penyebaran penduduk (demografi), pola bangunan (arsitektur), pendidikan dan organisasi politik. 3.2 Saran Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya membangun demi perbaikan.

DAFTAR PUSATAKA Helmiati. Sejarah Islam Asia Tenggara.2011.Pekanbaru: Zanafa. Helmiati. Sejarah Isam Asia Tenggara.2011.Pekanbaru :Suska Press. Yatim,Badri.Sejarah Peradaban Islam.2008.Jakarta:PT RajaGrfindo Persada. Nutsusanto,Nugroho.2008.Sejarah Nasional III.Jakarta:Balai Pustaka. Syam,Nur.2005.Islam Pesisir.Jakarta:LKis. Description: Islam pada Fase Kerajaan di Indonesia Rating: 4.5 Reviewer: Salman Syuhada ItemReviewed: Islam pada Fase Kerajaan di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai