Anda di halaman 1dari 5

1. Pengertian filsafat komunikasi Onong U.

Effendy dalam buku Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi mendefinisikan filsafat komunikasi sebagai suatu disiplin yang menelaah pemahaman (verstehen) secara fundamental, metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistis teori dan proses komunikasi yang meliputi segala dimensi menurut bidangnya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya. 1.2 Kajian Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis terhadap komunikasi Filsafat merupakan karya atau pemikiran manusia tentang hakikat sesuatu dan hakikat sesuatu itu merupakan inti yang sedalam-dalamnya tentang sesuatu tersebut. Ditinjau dari filsafat, hakikat sesuatu itu adalah tempat sesuatu di alam semesta dan hubungannya dengan isi alam semesta yang lain. Ilmu ada diantara sesuatu itu dan ilmu merupakan salah satu obyek dari filsafat, termasuk juga ilmu komunikasi. Berkaitan dengan manusia sebagai makhluk yang berpikir, maka sepanjang hidupnya manusia akan selalu menggunakan akalnya untuk berpikir. Dalam melihat obyek disekitarnya bahkan untuk dirinya sendiri, manusia akan selalu bertanya-tanya. Usaha manusia untuk memikirkan dunia sekitarnya menghasilkan pengetahuan, ilmu dan teknologi. Beraneka ragam hasil pemikiran manusia, namun pada hakikatnya upaya manusia dalam memperoleh pengetahuan didasarkan pada tiga masalah pokok, yaitu: 1. Apakah yang ingin kita ketahui? 2. Bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan? 3. Apakah nilai pengetahuan tersebut bagi kita? Ketiga pertanyaan yang tampaknya sederhana tersebut mencakup permasalahan yang sangat asasi. Ketiga pernyataan tersebut ternyata sangat mendasar dan merupakan pengkajian secara filsafati terhadap ilmu. Ontologi membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, hakikat apa yang dikaji. Ontologi adalah penjelasan tentang keberadaan atau eksistensi yang mempermasalahkan akar yang paling mendasardari ilmu tersebut. Jadi dalam ontologi yang dipermasalahkan adalah akar-akarnya sampai menjadi ilmu itu (apapun akarnya), misalnya psikologi, psikologi sosial, sosiologi, dan antropologi. Epistemologi adalah teori tentang pengetahuan, yang menjawab pertanyaan kedua, bagaimanakah cara kita memperoleh pengetahuan. Epistemologi adalah sesuatu yang mempermasalahkan tentang pengertian (meaning), karena meaning ini timbulnya selalu berkaitan dengan ilmu yang sudah bercabang-cabang itu. Pertanyaan tentang nilai kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh akan dijawab oleh aksiologi yaitu teori tentng nilai. Filsafat komunikasi antara lain berisikan tentang apa yang disebut komunikasi dilihat dari sudut pandang ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Namun demikian, filsafat
1

Kismiyati El Karimah dan Uud Wahyudin, Filsafat dan Etika Komunikasi, 2010, Widya Padjajaran: Bandung, hlm 36 2 Kismiyati El Karimah dan Uud Wahyudin, Filsafat dan Etika Komunikasi, 2010, Widya Padjajaran: Bandung, hlm 40-44

komunikasi itu bukan sekedar menanyakan tentang apa saja tetapi juga menanyakan bagaimana dan mengapa. Dilihat dari sudut pandang ontologi yang merupakan cabang filsafat yang mempelajari apa yang diketahui, dalam filsafat komunikasi dengan sendirinya akan dipelajari tentang apa yang diketahui berkaitan dengan komunikasi, antar lain bahasa, umpan balik, dan efek. Ontologi sebagian besar berhubungan dengan alam eksistensi manusia. Isu-isu ontologi dianggap penting karen bagaimana cara seorang penyusun teori mengonseptualisasikan komunikasi bergantung pada bagaimana komunikator dipandang. Sedangkan dilihat dari sudut pandang epistemologi yang mempelajari bagaimana mengetahui tentang apa yang mereka ketahui, jelas bahwa epistemologi mempelajari pengetahuan. Melalui isu-isu dasar yang diketengahkan dalam pertanyaan-pertanyaan: sampai sejauhmana pengetahuan dapat eksis sebelum pengalaman, sampai sejauhmana pengetahuan dapat dipastikan, dengan proses apa pengetahuan muncul, apakah pengetahuan yang paling baik dipahami sebagian-sebagian atau keseluruhan, dan sejauhmana pengetahuan eksplisit. Terakhir, aksiologi yang berpijak pada etika yang mempelajari tentang apakah teori berkemampuan menggerakkan teori dan penelitian. Isu-isu aksiologi antara lain: dapatkah teori bebas nilai. Ilmu klasik menyatakan bahwa teori-teori dan penelitian adlah bebas nilai. Ilmu pengetahuan adalah netral karena berupaya mendapakan fakta-fakta sebagaimana adanya; Isu selanjutnya adalah sampai sejauhmana praktik penelitian mempengaruhi yang dipelajari. Dan terakhir, sampai sejauhmana ilmu pengetahuan harus berupaya mencapai perubahan sosial. Untuk mengkaji secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis terhadap komunikasi pemikiran Richard Lanigan dalam karyanya Communication Models in Philosophy, Review and Commentary, membahas secara khusus analisis filsafat mengenai komunikasi (philosophic analysis on communication) (Effendy, 1933: 322) yang berkaitan dengan penyelidikan secara sistematis, studi erhadap metafisika berkaitan dengan kajian ontologis, epistemologis, aksiologis, dan logika. 1. Metafisika Menurut Richard Lanigan, metafisika adalah studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realita. Berkaitan dengan teori komunikasi, metafisika berkaitan dengan halhal sebagai berikut: a) Sifat manusia dan hubungannya secara konstektual dan individual dengan realita dalam alam semesta. b) Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab dan aturan. c) Problema pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia. Aristoteles menyebut ada dua obyek metafisika, yaitu: Ada sebagai yang ada, yang oleh Prof. Dr. Delgaauw dalam karyanya Metafisika dijelaskan bahwa ciri yang ada sebagai yaang ada dapat diserapnya oleh panca indera. Dalam hal ini panca indera juga disebut ontologi.

Ada sebagai yang ilahi, adalah keberadaann yang mutlak, yang sama sekali tidak bergantung pada orang lain. Berbicara ada yang ilahi berarti berbicara tentang suatu ada yang pada dasarnya tidak dapat ditangkap oleh panca indera, namun dapat dimengerti oleh akal. 2. Epistemologi Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah pada dasarnya dilandasi oleh: - Kerangka pemikiran yang logis. - Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangka pemikiran. - Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara faktual. 3. Aksiologi Tinjauan terhadap filsafat komunikasi, Richard Lanigan mengatakan bahwa aksiologi merupakan studi tentang etika dan estetika. Hal ini berarti aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya atau mengekspresikannya. Masalah nilai ini sangat penting bagi seorang komunikator ketika ia mengemas pikirannya sebagai isi pesan dengan bahasa sebagai lambang. Hal ini berkaitan dengan efek yang ditimbulkan oleh pesan tersebut. Karena itulah seorang komunikator haruslah terlebih dahulu melakukan pertimbangan nilai (value judgement) apakah pesan yang akan dikomunikasikan etis atau tidak, estetis atau tidak. 4. Logika Logika berkaitan dengan telaah terhadap asas-asas dan metode penalaran secara benar (deal with the study of the principles and methods of correct reasoning). Logika berkaitan erat dengan ilmu karena tidak ada satu ilmu pun yang tidak menggunakan proses penalaran yaitu proses logika. Karena itulah dalam komunikasi, posisi logika amatlah penting, karena pemikiran yang akan dikomunikasikan kepada orang lain haruslah merupakan keputusan sebagai hasil dari proses berpikir yang logis.

1.3 Pikiran sebagai isi pesan komunikasi. Secara elementer komunikasi berarti proses penyampaian pesan atau pernyataan seseorang kepada orang lain, atau oleh seorang komunikator kepada komunikan. Pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, yaitu isi pesan (the ontent of the message) dan lambang (symbol). Isi pesan komunikasi terutama adalah pikiran, meski adakalanya perasaan hanya merupakan faktor pengaruh saja. Sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. Pikiran sebagai hasil interaksi manusia dengan lingkungannya. Pikiran sebagai isi pesan tidak dapat dikomunikasikan apabila tidak ada bahasa. 1.3.1 Kemampuan berpikir sebagai ciri khas manusia
3

Kismiyati El Karimah dan Uud Wahyudin, Filsafat dan Etika Komunikasi, 2010, Widya Padjajaran: Bandung, hlm 45-51

Ciri khas manusia adalah kemampuannya berpikir, hal ini untuk membedakan manusia lebih tinggi derajatnya dibanding makhluk hidup yang lain. Aristoteles memberikan definisi manusia sebagai binatang yang berakal budi, animal rationale. Hal ini berkaitan dengan pendapat aristoteles yang menyatakan ada tiga jenis makhluk hidup dengan roh yang tarafnya bertingkat-tingkat, yakni roh vegetatif, roh sensitif, dan roh intelek. 1.3.2 Intensitas berpikir Berpikir dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi realitas yang muncul di hadapan kesadarannya dalam pengalaman dan pengertian (Huijbers, 1986: 116). Sedangkan kemampuan manusia untuk mengutarakan pikirannya kepada orang lain disebut kemampuan berkomunikasi. Dengan demikian, betapa penting arti hubungan antara berpikir dan komunikasi. Dua aspek penting dalam diri manusia berhubungan dengan fungsi berpikir, yaitu wissen atau mengetahui dan vestehen atau memahami / mengerti. Kaitan antara fungsi berpikir untuk mengetahui dan untuk memahami, manusia dalam proses berpikirnya dapat berpijak dari pengalaman yang sifatnya sensitivo-rasional dan pengalaman yang sifatnya metarasional (Poespoprodjo, 1991:4). a) Berpikir dari sensitivo-rasional Dalam berpikir manusia bertolak pada pengalaman konkrit. Manusia berpikir tentang realitas, diawali dengan pengalaman sebagai rekaman dari penginderaan terhadap realitas yang dijumpainya sepanjang hidupnya. Dalam setiap proses komunikasi yang melibatkan manusia sebagai komunikan, dia akan menjumpai rekaman dari pengalaman tersebut. Maka ketika dia berpikir dan mengkomunikasikannya kepad aorang lain, hasil berpikirnya berkisar pada persoalan tahu dan mengetahui. b) Berpikir sampai metarasional Kemampuan berpikir manusia tidak berhenti pada dimensi tahu dan mengetahui. Manusia ingin memahaminya secara mendalam, untuk dapat mengerti. Disini pemikirannya tidak sekadar sensitivo-rasional, melainkan metarasional. Manusia tidak lagi bertolak dari realitas yang dapat diindera saja, tetapi hal-hal yang telah menjadi obyek berpikir secara metafisik. 1.3.3 Pertimbangan nilai. Sebelum suatu pesan disampaikan kepada komunikan, seorang komunikator haruslah melakukan pertimbangan nilai (value judgement) dalam mengemas pikirannya dengan bahasa dan ideasi (pengidean). Ideasi sebagai kegiatan manusia untuk menyusun konsep. Pentingnya pemahaman nilai bagi seorang komunikator, karena sebelum emmutuskan untuk mengomunikasikan pesan, komunikator telah menetapkan suatu tujuan untuk menghasilkan efek tertentu. Masalah nilai melekat pada keterpautan antara sejumlah manusia yang terikat sebagai konsekuensi dari hubungan sosial.

2. Pengertian etika. Etika sebagai salah satu cabang pokok ilmu filsafat menelaah dan menyelidiki gejalagejala yang timbul dalam diri manusia baik sebagai individu yang mandiri maupun sebagai anggota masyarakat. Etika mencoba untuk meneliti tingkah laku manusia yang dianggap merupakan cerminan dari apa yang terkandung dalam jiwanya atau dalam hati nuraninya. Banyak pendapat tentang pengertian etika. Banyaknya pendapat ini dapat dilihat dari definisidefinisi yang diajukan oleh para ahli tentang etika, baik yang bersifat deskriptif, normatif, atau secara etimologis. Menurut William Benton, dalam Encyclopedia Britannica yang terbit tahun 1972, bahwa Etika (berasal dari bahasa Yunani, Ethos yang berarti karakter) adalah studi yang sistematis dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus, benar, salah dan sebagainya atau tentang prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita dalam penerapannya di dalam segala hal, disebut juga filsafat moral (dari kata Latin mores yang artinya adat istiadat). Sedangkan menurut Louis O Kattsoff dalam bukunya Elements of Philosophy yang diterbitkan tahun 1953, etika adalah cabang aksiologi yang pada pokoknya mempersoalkan tentang predikat baik dan buruk (dalam arti susila atau tidak susila). Menurut Kattsoff, ragam definisi etika ditinjau dari pengertiannya dibagi menjadi 3, yaitu: 1) Etika deskriptif Dalam pengertian ini etika bersangkutan dengan nilai dan ilmu pengetahuan yang membicarakan masalah baik dan buruknya tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Etika bersangkutan dengan pencacatan terhadap corak-corak predikat serta tanggapan-tanggapan kesusilaan yang dapat ditemukan dalam masyarakat. Sehingga ilmu ini hanya bersifat pemaparan atau penggambaran saja. 2) Etika normatif Etika sering dipandang sebagai suatu ilmu yang mengadakan ukuran-ukuran atau norma-norma yang dapat dipakai untuk menanggapi atau menilai perbuatan dan tingkah laku seseorang dalam bermasyarakat. Etika normatif ini berusaha mencari ukuran umum bagi baik dan buruknya tingkah laku. 3) Etika kefilsafatan Analisa tentang apa yang orang maksudkan bilamana mempergunakan predikatpredikat kesusilaan. Apa yang disebut perbuatan etis, tidak etis dan sebagainya. Analisa ini diperoleh dengan mengadakan penyelidikan tentang penggunaan yang sesungguhnya dari predikat-predikat yang didapat dalam pernyataan. Secara lebih jelas kefilsafatan mempersoalkan tentang arti-arti yang dikandung oleh istilah-istilah kesusilaan yang dipergunakan oleh orang dalam membuat tanggapan-tanggapan kesusilaan.
4

Kismiyati El Karimah dan Uud Wahyudin, Filsafat dan Etika Komunikasi, 2010, Widya Padjajaran: Bandung, hlm 59-62

Anda mungkin juga menyukai