Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN

PROYEK KONSTRUKSI JALAN DI KABUPATEN JAYAPURA


Santje Magdalena Iriyanto
Staf Pengajar Teknik Sipil USTJ Jayapura
ABSTRAK
Pada pekerjaan proyek konstruksi jalan biasanya terjadi kendala pada pekerjaan proyek
tersebut baik kendala yang memang sudah diperhitungkan maupun kendala yang di luar
perhitungan perencana. Kendala tersebut menjadi penyebab terlambatnya penyelesaian proyek,
sehingga proyek tersebut tidak berlangsung sesuai dengan rencana.
Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan atau mengetahui faktor-faktor
yang sangat mempengaruhi keterlambatan penyelesaian proyek konstruksi jalan. Penelitian ini
dilakukan dengan cara penyebaran kuisioner dengan responden (proyek konstruksi jalan di
Kabupaten Jayapura). Pengolahan data kuisioner menggunakan alat bantu pemprograman
komputer yaitu Microsoft exel.
Dari hasil penelitian didapat 50 faktor penyebab keterlambatan penyelesaian proyek
konstruksi jalan. Dari ke-50 faktor tersebut didapat 39 faktor utama yang sangat berpengaruh dan
menjadi penyebab utama terlambatnya proyek konstruksi. Faktor tertinggi yang menjadi penyebab
keterlambatan yaitu kekurangan bahan konstruksi dan ketersediaan keuangan selama
pelaksanaan dan faktor terendah yang menjadi penyebab keterlambatan yaitu kesukuan atau
nasionalisme atau kultur tenaga kerja dan tanda-tanda pengontrolan paktisi pada pekerjaan dalam
lokasi proyek.
Faktor utama yang sangat berpengaruh yaitu kekurangan bahan konstruksi, faktor ini
disebabkan karena pemesanan bahan kontruksi yang tidak sesuai kebutuhan, pemakaian yang
berlebihan, cara mengatasinya yaitu sebaiknya sebelum memulai pelaksanaan proyek disarankan
untuk membuat jadwal pengadaan dan penggunaan bahan agar bahan konstruksi datang sesuai
jadwal dan digunakan sesuai kebutuhan. Ketersediaan keuangan selama pelaksanaan, faktor ini
disebabkan oleh kurang terampilnya bagian keuangan dalam mengatur keuangan proyek, cara
mengatasinya sebaiknya kontraktor mancari tenaga keuangan yang pandai dalam mengatur
keuangan di proyek.
Kata Kunci : Konstruksi Jalan, Keterlambatan, Kontraktor.
A. Pedahuluan
1. Latar belakang
Di Kabupaten Jayapura, perkembangan
perusahaan yang bergerak di bidang konstruksi
tidak menunjukkan angka penurunan. Hal ini
menunjukkan bahwa pembangunan di
Kabupaten Jayapura tidak terpengaruh oleh
adanya situasi perekonomian nasional yang
sedang mengalami krisis (krisis moneter). Pada
kenyataannya pelaksanaan pekerjaan proyek
fisik selalu mendapatkan kendala, baik kendala
yang sudah diperhitungkan, maupun yang di
luar perhitungan Perencana. Kendala itu
menjadi penyebab terhambatnya pekerjaan
proyek, sehingga pekerjaan proyek tersebut
tidak berlangsung sesuai dengan rencana. Oleh
karena itu, dalam pelaksanaan suatu proyek
konstruksi selalu ada kemungkinan, bahwa
waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan proyek, akan melebihi waktu
yang telah ditentukan dalam dokumen
kontrak pekerjaan, dengan kata lain bahwa
waktu penyelesaian proyek menjadi terhambat.
Bermacam-macam masalah penyebab
keterlambatan proyek, antara lain masalah
bahan, tenaga kerja, peralatan, keuangan,
lingkungan, dan masalah manajemen yang
kurang baik.
Kontraktor yang mengerjakan proyek tepat
waktu, tentu akan menguntungkan kedua
belah pihak. Dalam rangka mendapatkan
posisi sebagai perusahaan yang baik dan selalu
tepat waktu dalam penyelesaian proyek, selalu
diupayakan suatu metode untuk menghindari
keterlambatan yang terjadi di dunia usaha
konstruksi. Berbagai cara telah dilakukan oleh
perusahaan-perusahaan konstruksi untuk
menghindari keterlambatan penyelesaian proyek
konstruksi, misalnya mengerjakan keseluruhan
pekerjaan konstruksi (tanpa dikerjakan oleh sub-
kontraktor), maupun memberdayakan sumber
daya manusia.
Keterlambatan proyek disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya keterlambatan
yang disebabkan oleh kontraktor yaitu
terlambatnya memulai pekerjaaan, pekerja dan
pelaksana kurang berpengalaman, terlambat
mendatangkan peralatan, mandor yang kurang
aktif, dan rencana kerja yang kurang baik.
Keterlambatan yang diakibatkan kesalahan
owner yaitu terlambatnya angsuran
pembayaran oleh kontraktor, terlambatnya
penyediaan lahan, mengadakan perubahan
pekerjaan yang besar, pemilik menugaskan
kontraktor lain untuk mengerjakan proyek
tersebut. Keterlambatan yang diakibatkan oleh
kedua belah pihak yaitu akibat kebakaran yang
bukan kesalahan kontraktor, konsultan, owner ;
akibat perang, gemapa, banjir, ataupun bencana
lainnya dan perubahan moneter.
Dari kasus tersebut di atas, maka
penelitian ini difokuskan untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab
keterlambatan proyek di Kabupaten dari pihak
Kontraktor.
2. Permasalahan
Permasalahan yang akan diteliti yaitu :
a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang
menyebabkan keterlambatan pekerjaan
proyek konstruksi jalan di Kabupaten
Jayapura.
b. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang
sangat mempengaruhi keterlambatan
penyelesaian proyek konstruksi jalan di
Kabupaten Jayapura.
3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
a. Mendapatkan faktor-faktor penyebab
keterlambatan penyelesaian proyek
konstruksi jalan di Kabupaten Jayapura.
b. Mencari faktor utama yang mempengaruhi
keterlambatan penyelesaian proyek
konstruksi jalan pada Kabupaten
Jayapura.
4. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah
memberikan gambaran yang jelas tentang
penyebab keterlambatan yang dialami
oleh para kontraktor konstruksi dan
factor-faktor penyebabnya, sehingga bisa
dipakai acuan para kontraktor di wilayah
Kabupaten Jayapura.
PRO0RAMS1UI 1FKNIKSIPII
B. Tinjauan Pustaka
Di dalam suatu proyek konstruksi terdapat
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang-
orang yang terlibat di dalam proyek itu sendiri.
Menurut Soeharto (1995), kegiatan proyek dapat
diartikan sebagai suatu kegiatan sementara
yang berlangsung dalam jangka waktu
terbatas, dengan alokasi sumber dana tertentu
dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas
yang sasarannya telah digariskan dengan
tegas. Banyak kegiatan dan pihak-pihak yang
terlibat di dalam pelaksanaan proyek konstruksi
menimbulkan banyak permasalahan yang
bersifat kompleks. Kompleksitas proyek
tergantung dari :
Jumlah macam kegiatan di dalam proyek.
Macam dan jumlah hubungan antar
kelompok (organisasi) di dalam proyek itu
sendiri.
Macam dan jumlah hubungan antar
kegiatan (organisasi) di dalam proyek
dengan pihak luar.
Kompleksitas ini tergantung pada besar kecilnya
ukuran suatu proyek. Proyek kecil dapat saja
bersifat lebih kompleks dari pada proyek
dengan ukuran yang lebih besar.
Kompleksitas memerlukan pengaturan dan
pengendalian yang sedemikian rupa sehingga
tidak terjadi benturan- benturan dalam
pelaksanaan proyek dan perlu juga adanya
manajemen proyek yang handal dan tangguh
untuk menopang pelaksanaan proyek.
1. Manajemen Konstruksi
Untuk melaksanakan suatu proyek selalu
diinginkan agar efisiensi dan efektifitas harus
terpenuhi, dengan hal tersebut tentunya sangat
diperlukan suatu manajemen yang baik, maka
dalam hal ini sangat diperlukan suatu
manajemen proyek yang mengatur jalannya
proyek tersebut.
Menurut James AF Stoner, manajemen adalah
proses perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian, dan pengawasan terhadap
usaha-usaha para anggota organisasi dan
penggunaan sumber daya organisasi lainnya,
agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.
Menurut George R. Terry, manajemen
merupakan suatu proses yang khas, yang
terdiri dari tindakan perencana (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan
atau pelaksana (actuating), dan pengawasan
(controlling), yang dilakukan untuk
menentukan serta mencapai sasaran yang telah
ditetapkan melalui sumber daya manusia dan
sumber daya lain. Keberhasilan dalam
pengendalian proyek antara lain ditentukan oleh
ketersediaan pihak manajemen puncak (top
management) untuk mengerahkan orang dan
sumber daya lain dalam perencanaan dan
pengendalian proyek.
Manajemen konstruksi memiliki ruang lingkup
yang cukup luas, karena mencakup tahap
kegiatan sejak awal pelaksanaan pekerjaan
sampai dengan akhir pelaksanaan yang
berupa hasil pembangunan. Tahap kegiatan
tersebut pada umumnya dibagi menjadi empat
tahap yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan (controlling).
2. Pengertian Keterlambatan Proyek
Menurut R. Amperawan Kusjadmikahadi
(1999) bahwa, keterlambatan proyek konstruksi
berarti bertambahnya waktu pelaksanaan
penyelesaian proyek yang telah direncanakan
dan tercantum dalam dokumen kontrak.
Penyelesaian pekerjaan tidak tepat waktu
adalah merupakan kekurangan dari tingkat
produktifitas dan sudah barang tentu
kesemuanya ini akan mengakibatkan
pemborosan dalam pembiayaan, baik berupa
pembiayaan langsung yang dibelanjakan untuk
proyek-proyek Pemerintah, maupun berwujud
pembengkakan investasi dan kerugian-
kerugian pada proyek-proyek swasta.
Peran aktif manajemen merupakan
salah satu kunci utama keberhasilan
pengelolaan proyek. Pengkajian jadwal proyek
diperlukan untuk menentukan langkah
perubahan mendasar agar keterlambatan
penyelesaian proyek dapat dihindari atau
dikurangi.
3. Dampak Keterlambatan
Keterlambatan proyek akan menimbulkan
kerugian pada pihak
Kontraktor, Konsultan, dan Owner, yaitu :
a. Pihak Kontraktor
b. Keterlambatan penyelesaian proyek
berakibat naiknya overhead karena
bertambah panjangnya waktu pelaksanaan.
Biaya overhead meliputi biaya untuk
perusahaan secara keseluruhan, terlepas
ada tidaknya kontrak yang sedang
ditangani.
c. Pihak Konsultan
Konsultan akan mengalami kerugian waktu,
serta akan terlambat dalam mengerjakan
proyek yang lainnya, jika pelaksanan proyek
mengalami keterlambatan penyelesaian.
d. Pihak Owner
Keterlambatan proyek pada pihak
pemilik/Owner, berarti kehilangan penghasilan
dari bangunan yang seharusnya sudah dapat
digunakan atau disewakan. Apabila pemilik
adalah pemerintah, untuk fasilitas umum
misalnya rumah sakit tentunya keterlambatan
akan merugikan pelayanan kesehatan
masyarakat, atau merugikan program pelayanan
yang telah disusun. Kerugian ini tidak dapat
dinilai dengan uang tidak dapat dibayar kembali.
Sedangkan apabila pihak pemilik adalah non
pemerintah, misalnya pembangunan gedung,
pertokoan, atau hotel, tentu jadwal pemakaian
gedung tersebut akan mundur dari waktu yang
direncanakan, sehingga ada waktu kosong tanpa
mendapatkan uang
4. Penyebab Keterlambatan
Menurut Antill (1989), bahwa
keterlambatan proyek disebabkan oleh beberapa
faktor yang berasal dari Kontraktor, Owner,
dan selain dari kedua belah pihak.
a. Keterlambatan akibat kesalahan Kontraktor,
antara lain:
Terlambatnya memulai pelaksanaan
proyek
Pekerja dan Pelaksana kurang
berpengalaman. c.Terlambat
mendatangkan peralatan.
Mandor yang kurang aktif.
Rencana kerja yang kurang baik
b. .Keterlambatan akibat kesalahan Owner
Terlambatnya angsuran pembayaran oleh
Kontraktor.
Terlambatnya penyediaan lahan.
Mengadakan perubahan pekerjaan yang
besar.
PRO0RAMS1UI 1FKNIKSIPII
Pemilik menugaskan Kontraktor lain
untuk mengerjakan proyek tersebut.
c. Keterlambatan yang diakibatkan selain
kedua belah pihak diatas, antara lain:
Akibat kebakaran yang bukan kesalahn
Kontraktor, Konsultan, Owner.
Akibat perang, gempa, banjir, ataupun
bencana lainnya.
Perubahan moneter.
C. Metode Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, sampel diperoleh dari
perusahaan konstruksi yang bekerja dan
menyelesaikan proyek konstruksi di Kabupaten
Jayapura. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara pengumpulan data primer, yaitu suatu
cara mengumpulkan data yang langsung
berhubungan dengan responden, tanpa melalui
perantara atau pihak lain, misalnya dari
suatu badan satistik atau referensi data lainnya.
Kuisioner digunakan sebagai alat pengumpul
data. Nama-nama Kontraktor dan jenis proyek
yang diperoleh melalui daftar rekanan dari
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Jayapura.
Pengambilan sampel penelitian ini
menggunakan sistem random sampling yaitu
setiap individu dalam populasi mempunyai
kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Pada umumnya penelitian atau
studi tentang masalah hubungan faktor-faktor
keterlambatan pelaksanaan proyek dari persepsi
Kontraktor pada proyek pembangunan daerah
Jayapura.
Selain itu, data pada penelitian ini merupakan
data kuantitaif, yaitu suatu data yang
dikumpulkan dan diolah untuk mencari atau
mendapatkan berapa besar faktor-faktor yang
mempengaruhi keterlambatan pekerjaan dan
kerugian yang diderita perusahaan konstruksi
dalam pelaksanaan proyek tersebut.
2. Data Perencanaan
Sebelum menyusun kuisioner peneliti
melakukan analisis dahulu dengan mempelajari
teori-teori sebagai dasar pembahasan dan
pemecahan masalah yang berupa buku dan
bacaan-bacaan lain yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
Daftar pertanyaan atau kuisioner ini telah
disusun sedemikian sehingga diharapkan dapat
memudahkan responden untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Daftar
pertanyaan atau kuisioner tersebut dibagikan
kepada responden untuk diisi dengan jalan
mendatangi langsung ke kantor Dinas PU
Kabupaten Jayapura. Karena jawaban masih
bersifat kualitaif maka perlu dikuantitatifkan
dengan jalan memberi nilai/skor masing-masing
variabel, adapun nilai/skor sebagai berikut:
a. Untuk jawaban tidak berpengaruh diberi skor 1
b. Untuk jawaban agak berpengaruh diberi skor 2
c. Untuk jawaban berpengaruh diberi skor 3
d. Untuk jawaban sangat berpengaruh diberi
skor 4.
Bersdasarkan uraian diatas data
perencanaan penelitian ini diperoleh secara
langsung, dengan cara memberikan pertanyaan
dalam bentuk kuisioner kepada kontraktor yang
sedang menyelesaikan suatu proyek konstruksi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gambar 1.
Flowchart alur perencanaan penelitian dibawah
ini.
Gambar 1. Flowchart Perencanaan Penelitian
D. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil pengolahan dan analisis yang sesuai
dengan tahapan penelitian maka didapat hasil
sebagai berikut:
1. Faktor Bahan
Untuk melihat urutan bahan yang menyebabkan
keterlambatan dapat dilihat pada tabel 1 sbbi:
Tabel 1. Urutan Rangking Dari Variabel Faktor
Bahan
Kode
Faktor Keterlambatan
Nilai
Rata- rata
Rangking
FB1 Kekurangan bahan konstruksi 3.7333 1
FB3 Keterlambatan pengiriman
bahan
3.4333 2
FB2 Perubahan material pada
bentuk, funsi dan spesifikasi
3.2667 3
FB7 Ketidaktepatan waktu
pemesanan
3.2333 4
FB5 Keterlambatan pabrikasi
khusus bahan bangunan
3.1667 5
FB6 Kelangkaan karena
kekhususan
3.1667 6
FB4 Kerusakan bahan di tempat
penyimpanan
2.9667 7
Pada variabel faktor keterlambatan ini, yang
menjadi penyebab keterlambatan tertinggi
adalah faktor kekurangan bahan konstruksi
sebesar 3.7333 dan yang p aling rendah yaitu
faktor kerusakan bahan di tempat
penyimpanan dengan nilai rata-rata sebesar
2.9667.
2. Faktor Tenaga Kerja
Tabel 2. Urutan Rangking Dari Variabel Faktor
Tenaga Kerja
Kode Faktor Keterlambatan
Nilai
rata-rata
Rangking
FTk2 Kemampuan tenaga kerja 3.7000 1
FTk1
Kesukuan atau
nasionalisme atau kultur
tenaga kerja
3.5000 2
FTk3 Kekurangan tenaga kerja 2.5667 3
Sumber : Hasil Analisis Data
Pada variabel faktor keterlambatan ini, yang
menjadi peneyebab keterlambatan tertinggi
adalah faktor Kemapuan Tenaga Kerja
sebesar 3.7000 dan yang paling rendah yaitu
faktor ketidaktepatan waktu pemesanan dengan
nilai rata-rata sebesar 2.5667.
3. Faktor Peralatan
Tabel 3. Urutan Rangking Dari Variabel Faktor
Peralatan
Kode Faktor Keterlambatan Nilai Rata-
rata
Rangking
FP1 Kerusakan peralatan 3.6333 1
FP5 Produktifitas peralatan 3.4667 2
FP4 Keterlambatan pengiriman
peralatan
3.4333 3
FP2 Kekurangan peralatan 3.3667 4
FP6 Kesalahan manajemen
peralatan
3.3000 5
FP3
Kemampuan Mandor atau
opertator yang
Kurang
3.2000 6
Sumber : Hasil Analisis Data
Studi Pustaka :
1. Sasaran Proyek
2. Penyebab
Keterlambatan
Pengumpulan Data :
1. Survey
Lapangan
2. Kuisioner
Rekapitulasi data
Data pengolahan mrnggunakan
alat bantu Microsoft exel
Analisa dan Pembahasan
Kesimpulan
selesai
Kode Faktor Keterlambatan
Nilai
Rata-
rata
Rang
king
FK1 Ketersediaan keuangan selama
pelaksanaan
3.7333 1
FK2 Keterlambatan proses
pembayaran oleh owner
3.6667 2
FK3
Tidak adanya uang intensif
untuk kontraktor, apabila
waktu penyelesaian lebih cepat
dari jadwal
3.1000 3
FK4 Situasi perekonomian nasional
(krisis moneter)
2.9333 4
FK5 Fluktuasi nilai tukar rupiah
terhadap dollar
2.8333 5
Kode Faktor Keterlambatan
Nilai
Rata-rata
Rang
king
FL3 Pengaruh hujan pada aktifitas
konstruksi
3.4333 1
FL4
Pengaruh keamanan lingkungan
terhadap pembangunan
3.3000 2
FL2 Pengaruh udara panas pada
aktifitas konstruksi
3.1333 3
FL1 Faktor sosial dan budaya 2.6667 4
Kode Faktor Keterlambtan
Nilai
Rata-
rata
Rangking
FPrb1 Terjadi perubahan desain
oleh owner
3.7000 1
FPrb2 Kesalahan desain yang
dibuat oleh perencana
3.7000 1
FPrb3 Kesalahan penyelidikan
tanah
3.3667 2
FPrb4
Kondisi permukaan air
dibawah tanah
lapangan
3.0000 3
FPrb5 Masalah geologi di lokasi 2.8000 4
Pada variabel faktor keterlambatan ini, yang
menjadi penyebab keterlambatan tertinggi
adalah faktor kerusakan peralatan sebesar 3.6333
dan yang paling rendah yaitu faktor kemampuan
mandor atau operator yang kurang sebesar 3.200.
4. Faktor Keuangan
Tabel 4. Urutan Rangking Dari Variabel Faktor
Keuangan
Sumber : Hasil Analisis Data
Pada variabel faktor keterlambatan ini, yang
menjadi penyebab keterlmbatan tertinggi adalah
faktor ketersediaan keuangan selama pelaksanaan
sebesar 3.7333 dan yang paling rendah yaitu
faktor fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar
sebesar 2.8333.
5. Faktor Lingkungan
Tabel 5. Urutan Rangking Dari Variabel Faktor
Lingkungan
Sumber : Hasil Analisis Data
Pada variabel faktor keterlambatan ini, yang
menjadi penyebab keterlambatan tertinggi adalah
faktor pengaruh hujan pada aktifitas kontruksi
pelaksanaan sebesar 3.4333 dan yang paling
rendah yaitu faktor faktor social dan budaya
sebesar 2.6667.
6. Faktor Perubahan
Tabel 6. Urutan Rangking Dari Variabel Faktor
Perubahan
Sumber : Hasil Analisis Data
Pada variabel faktor keterlambatan ini, yang
menjadi penyebab keterlambatan tertinggi adalah
faktor terjadi perubahan desain oleh owner
sebesar 3.7000 dan yang paling rendah yaitu
masalah geologi sebesar 2.8000.
Perubahan pekerjaan yang terjadi selama
pelaksanaan proyek konstruksi dapat menyulitkan
pihak Kontraktor, sehingga kadang menyebabkan
waktu pelaksanaan proyek menjadi terganggu.
Dampak perubahan yang terjadi karena perubahan
desain yang dibuat oleh Owner, masalah geologi
di lokasi, kesalahan desain oleh Perencana,
kesalahan dalam penyelidikan tanah dan kondisi
permukaan air bawah tanah di lapangan akan
berpengaruh terhadap perintah pekerjaan.
Perubahan perintah pekerjaan dapat
menyebabkan perubahan biaya, baik itu
Kode Faktor Keterlambatan
Nilai
Rata-
rata
Rang
king
FHP1 Perolehan ijin dari Pemerintah 3.6000 1
FHP2 Perolehan ijin tenaga kerja 3.2258 2
FHP3 Birokrasi yang berbelit-belit
dalam operasi proyek
3.2333 3
Kode Faktor Keterlambatan
Nilai
Rata-
rata
Rang
king
FKr2 Tidak adanya kerjasama antara
kontraktor dengan owner
3.6000 1
FKr3 Keterlambatan owner dalam
pembuatan keputusan
3.5667 2
FKr6
Komunikasi yang kurang antar
owner dengan perencana pada
perencanaan
3.4333 3
FKr8 Organisasi yang jelek pada
kontraktor dan konsultan
3.4333 4
FKr1 Konflik antara kontraktor dan
konsultan
3.3667 5
FKr4 Negosiasi dan perijinan pada kontrak 3.3333 6
FKr7 Perbedaan jadwal sub kontraktor
dalam pelaksanaan proyek
3.1667 7
FKr9
Kontrol kontraktor utama terhadap
sub kontraktor dalam pelaksanaan
pekerjaan
3.1333 8
FKr5 Perselisihan pekerjaan antara bagian-
bagian yang berbeda dalam proyek
2.9667 9
terhadap biaya langsung akibat waktu yang
terlambat, dan biaya-biaya dampak yang besarnya
tidak terdeteksi..
7. Faktor Hubugan Dengan pemerintah
Tabel 6 Urutan Rangking Dari Variabel Faktor
Hubungan dengan Pemerintah
Sumber : Hasil Analisis Data
Pada variabel faktor keterlambatan ini,
yang menjadi penyebab ketrlambatan tertinggi
adalah faktor perolehan ijin dari pemerintah
sebesar 3.6000 dan yang paling rendah yaitu
birokrasi yang berbelit-belit dalam operasi
proyek sebesar 2.8000.
8. Faktor Kontrak
Tabel 7 Urutan Rangking Dari Variabel
Faktor Kontrak
Sumber : Hasil Analisis Data
Pada variabel faktor keterlambatan ini, yang
menjadi penyebab keterlambatan tertinggi
adalah faktor tidak adanya kerjanya antara
kontraktor dengan owner sebesar 3.6000
dan yang paling rendah yaitu faktor
perselisihan pekerja antara bagian-bagian yang
berbeda dalam proyek sebesar 2,9667
9. Faktor Waktu dan Kontrol
Tabel 8 Urutan Rangking Dari Variabel Faktor
Waktu dan Kontrol
Kode Faktor Keterlambatan
Nilai
Rata-rata
Rang
king
FKW4 Kekurangan tenaga kerja
manajeman terlatih untuk
mendukung pelaksanaan
konstruksi
3.5000 1
FKW5
Masalah yang terjadi selama
pelaksanaan
3.3667 2
FKW6 Tidak memenuhi perencanaan awal
proyek
3.3333 3
FKW1
Persiapan jadwal kerja dan revisi
oleh konsultan ketika konstruksi
sedang berjalan
3.2333 4
FKW7
Persiapan dan ijin shop drawing
3.2000 5
FKW2 Prosedur pemeriksaan dan
pengetesan dalam proyek
3.0000 6
FKW8 Menunggu ijin untuk kontrol 2.9000 7
FKW3
Tanda-tanda pengontrolan praktisi
pada pekerjaan dalam lokasi proyek
2.5862 8
Sumber : Hasil Analisis Data
Pada variabel faktor keterlambatan ini, yang
menjadi penyebab keterlambatan tertinggi adalah
kekurangan tenaga kerja manajeman terlatih
untuk mendukung pelaksanaan konstruksi
sebesar 3.5000 dan yang paling rendah yaitu
faktor Tanda-tanda pengontrolan praktisi pada
pekerjaan dalam lokasi proyek sebesar 2,5862
Dari table analisis diatas maka dapat disimpulkan Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Yang Sangat
Berpengaruh dan Rekomendasinya dapat dilihat pada table 9 dan table 10 dibawah ini.
Tabel 9. Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Yang Sangat Berpengaruh dan Rekomendasinya.
Ran
king
Nilai
Rata-
rata
Faktor
Keterlam
batan
Penyebab Rekomendasi
(1) (2) (3) (4) (5)
1 3.7333 Kekurangan bahan
Konstruksi
Bahan konstruksi yang di pesan tidak sesuai
dengan kebutuhan, pemakaian bahan
yang berlebihan, bahan yang datang
terlambat sehingga stok di lapangan
kurang atau habis.
Sebelum melaksanakan proyek disarankan untuk
membuat
jadwal pengadaan dan penggunaan bahan
agar barang konstruksi datang sesuai
jadwal yang telah dibuat.
3.7333 Ketersediaan
keuangan
selama pelaksanaan
Keterampilan dari bagian keuangan proyek
dalam mengatur keungan.
Untuk meminimalkan faktor tersebut diperluakan
tenaga
yang ahli dalam mengatur keuangan proyek.
2 3.7000 Kemampuan tenaga
Kerja
Pemilihan tenaga kerja yang tidak sesuai
dengan
kebutuhan sehingga tenaga kerja yang
direkrut tidak dapat digunakan secara
maksimal.
Sebaiknya kontraktor memilih tenga kerja yang
dibutuhkan
berdasarkan kebuthan dilapangan.
3.7000 Terjadi perubahan
desain oleh owner
Perencanaan yang tidak tepat sehingga
menyebabkan perubahan desain.
Untuk meminimalkan faktor tersebut sebaiknya pihak-
pihak
yang akan terlibat mulai dari owner,
perencana, dan pelaksana melakuakan rapat
kordinasi untuk membahas perubahan-
perubahan desain.
3.7000 Kesalahan desain
yang
dibuat oleh perencana
Data perencanaan yang kurang akurat
sehingga
perencanaan yang dibuat oleh
perencana tidak tepat, sehingga
menyebabkan terhambatnya
pelaksanaan pekerjaan.
Sebaiknya sebelum memulai pelaksanaan diadakan
rapat
kordinasi oleh owner untuk membahas msalah
perencanaan. Apakah perencanaan yang telah
dibuat telah sesuai dengan standart perencanaan.
3 3.6667 Keterlambatan proses
pembayaran
oleh owner
Peryaratan yang dibutuhkan untuk
penagihan
kurang lengkap. Birokrasi yang
berbelit-belit dalam pengurusan
proses pembayaran.
Meminta kejelasan dari pihak owner tentang
persyaratan
yang dibutuhkan untuk penagihan.
4 3.6333 Kerusakan peralatan Peralatan yang digunakan tidak terawat
dengan
baik.
Sebaiknya sebelum memulai pelaksanaan proyek,
kontraktor
memeriksa kembali peralatan yang akan digunakan.
5 3.6000 Perolehan ijin dari
Pemerintah
Persyaratan yang dilengkapi untuk
perolehan
ijin kurang lengkap, kontraktor yang
mengurus bagian perijinan kurang handal
dalam mengurus perijinan tersebut.
Meminta kejelasan dari pihak owner tentang
persyaratan
yang dibutuhkan untuk perolehan perijinan.
3.6000 Tidak adanya
kerjasama
antara
kontraktor
dengan owner
Komunikasi yang kurang antar kontraktor
dan
owner.
Perlunya dilakukan rapat koordinasi agar terjalin kerja
sama
antar unsur-unsur proyek yang terkaik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
6 3.5667 Keterlambatan owner
dalam
pembuatan
keputusan
Kurang jelasnya pembahasan atau
perencanaan
sehingga membuat owner
lambat dala pengambilan
keputusan.
Perlunya dilakukan rapat koordinasi guna membahas
tentang
permasalahan proyek, agar dalam pengambilan
keputusan oleh owner tidak menagalami
keterlambatan. 7 3.5000 Kekurangan tenaga
Kerja
Tidak tersedianya tenaga kerja, kurangnya
tenaga kerja yang terampil.
Untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja, kontraktor
utama
memberikan tanggung jawab pekerjaan kepada sub
kontraktor (pemborong) menjamin ketersediaan
tenaga kerja.
3.5000 Kekurangan tenaga
kerja manajeman
terlatih untuk
mendukung
pelaksanaan
konstruksi
Perekrutan tenaga kerja yang tidak sesuai
dengan kebutuhan.
Mencari tenaga terampil yang benar-benar mampu
mendukung pelaksaaan konstruksi, dengan cara
mencari tenaga yang sudah berpengalaman dalam
bidang konstruksi.
8 3.4667 Produktifitas
peralatan
Kemampuan dari operator yang kurang,
pengalaman dari operator sehingga
produktifitas peralatan tidak mencapai
maksimal.
Mencari operator yang bertanggung jawab dan
mempunyai pengalaman serta kemampuan untuk
memaksimalkan produktifitas.
9 3.4333 Keterlambatan
pengiriman bahan
Sulitnya medan untuk mencapai lokasi
proyek
dan tidak mempunyai jadwal pengadaan
bahan.
Sebelum melaksanakan proyek disarankan untuk
membuat
jadwal pengadaan bahan agar barang
konstruksi datang sesuai jadwal yang telah
dibuat. 3.4333 Keterlambatan
pengiriman peralatan
Sulitnya medan untuk mencapai lokasi
proyek
dan tidak mempunyai jadwal mobilisasi
perlatan
Kontraktor membuat jadwal mobilisasi peralatan, agar
tidak
terjadi kerterlambatan pengiriman peralatan.
3.4333 Pengaruh hujan pada
aktifitas konstruksi
Pembuatan jadwal kerja yang tidak sesuai
dengan kondisi cuaca daerah setempat.
Sebaiknya membuat jadwal kerja berdasarkan data
cuaca dari
BMG
3.4333 Komunikasi yang
kurang antar
owner dengan
perencana pada
perencanaan
Tidak adanya kerja sama antar perencana
dengan owner.
Perlunya dilakukan rapat koordinasi agar terjalin kerja
sama
antar unsur-unsur proyek yang terkaik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3.4333 Organisasi yang jelek
pada kontraktor
dan konsultan
Pembagian tugas dan tanggung jawab yang
kurang baik, sehingga pelaksanaan
pekerjaan tidak terkontrol.
Tenaga kerja yang tidak memiliki keahlian
yang dibutuhkan.
Sebainya sebelum memulai perkerjaan kontraktor
dan
konsultan membuat organisasi yang bagus, dan
membuat pembagian pekerjaan, agar tiap-tiap orang
yang didalam perusahaan mempunyai tanggung
jawab masing-masing sesuai dengan kemampuan
yang dimilki
10 3.3667 Kekurangan peralatan Sulitnya mobilisasi peralatan ke lokasi
proyek,
sulitnya mendapatkan peralatan.
Sebaiknya sebelum memulai pelaksanaan kontraktor
membuat daftar pelaratan yang akan digunakan,
kemudian meakukan loby kepada supplier yang
mampu menyediakan perlatan yang dibutuhkan.
(1) (2) (3) (4) (5)
3.3667 Kesalahan
penyelidikan
tanah
Kurang ahlinya tenaga surveyor lapangan
dalam penelitian tentang struktur tanah,
peralatan yang kurang memadai dalam
penyelidikan tanah.
Sebaiknya kontraktor yang akan melaksanakan
pekerjaan mempunyai tenaga ahli yang berkompeten,
dan berkoordinasi dengan orang yang mempunyai
peralatan yang lengkap untuk melkukan penyelidikan
tana.
3.3667 Konflik antara
kontraktor
dan
konsultan
Komunikasi atau kerjasama antar keduanya
sehingga menyebabkan terhambatnya
pelaksanaan pekerjaan.
Perlunya dilakukan rapat koordinasi agar terjalin
kerjasama
antar unsur-unsur proyek yang terkaik dalam
pelaksanaan pekerjaan.
3.3667 Masalah yang terjadi
selama pelaksanaan
Kurangnya kerjasama dan koordinasi
antara
seluruh komponen yang
terlibat dalam pelaksanaan
proyek.
Perlunya dilakukan rapat koordinasi untuk
menyelesaikan
masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaan
pekerjaan.
11 3.3333 Negosiasi dan
perijinan pada kontrak
Nilai kontrak yang terlalu rendah. Perlunya dilakukan rapat dengan pemilik proyek untuk
membahas tentang nilai kontrak dan insentif bila
pekerjaan tersebut diselesaikan tepat waktu.
3.3333 Tidak memenuhi
perencanaan
awal proyek
Perubahan struktur tanah pada lokasi
proyek,
pelaksanaan pekerjaan yang tidak
mengikuti
RKS.
Perlu dilakukan rapat dengan pemilik proyek untuk
mencari
solusi permasalahan tersebut.
12 3.3000 Kesalahan
manajemen peralatan
Tenaga yang tidak ahli dalam
manajemen peralatan.
Sebaiknya kontraktor memilki tenaga yang benar-
benar ahli dalam manajemen peralatan.
3.3000 Pengaruh keamanan
lingkungan
terhadap
pembangunan
proyek
Kurangnya sosialisasi tentang proyek
kepada
warga sekitar, tidak dilibatkannya warga
sekitar dalam pelaksanaan pekerjaan.
Sebaiknya kontraktor melakukan sosialisasi kepada
warga
sekitar tentang proye yang akan dilaksanakan,
melibatkan warga sekitar dalam proses
pelaksanaan pekerjaan. 3.3000 Perolehan ijin tenaga
kerja
Tidak lengkapnya peryaratan untuk
pengurusan
ijin tenaga kerja.
Perlunya dilakukan kerjasama antara pemerintah dan
kontraktor pelaksana pekerjaan agar perolehan ijin
tenaga kerja bisa cepat ditindak lanjuti guna
lancarnya penyelesaian.
13 3.2667 Perubahan
material pada
bentuk, fungsi
dan spesifikasi
Pemakaian material yang tidak sesuai
dengan fungsinya.
Sebelum melaksanakan proyek disarankan untuk
membuat jadwal pengadaan bahan serta
kegunaannya telah dibuat.
14 3.2333 Ketidaktepatan waktu
pemesanan
Tidak memiliki jadwal pengadaan bahan. Membuat jadwal pengadaan bahan.
3.2333 Birokrasi yang
berbelit-belit
dalam operasi
proyek
Tidak terampilnya tenaga kerja yang diberi
tugas untuk mengurus operasi proyek.
Sebaiknya kontraktor menugaskan tenaga kerja yang
benar-
benar paham dalam operasional proyek.
3.2333 Persiapan jadwal kerja
dan revisi oleh
konsultan
ketika
konstruksi
sedang
berjalan
Tidak sigapnya tenaga kerja yang
ditugaskan
melakukan revisi penjadwalan.
Sebaiknya tenaga kerja ditugaskan untuk melakukan
revisi
jadwal sesuai dengan konstruksi yang sedang berjalan.
15 3.2000 Kemampuan mandor
atau opertator
yang kurang
Perekrutan mandor atau operator yang
asal-
asalan.
Memilih mandor atau operator yang telah
berpengalaman
melaksanakan pekerjaan konstruksi bila perlu
yang sudah memiliki sertifikat..
3.2000 Persiapan dan ijin shop
drawing
Belum jelasnya gambar yang
direncanakan.
Sebaiknya sebelum memulai pelakasanaan pekerjaan
dilakukan rapat kordinasi untuk membahas tentang
persiapan dan perijinan shop drawing.
16 3.1667 Keterlambatan
pabrikasi
khusus
bahan
bangunan
Lambatnya pemesanan untuk pabrikasi
bahan
konstrusi yang sulit didapatkan.
Membuat jadwal penggunaan bahan agar pabrikasi
dapat
dilakukan sebelum bahan tersebut akan digunakan.
3.1667 Kelangkaan karena
kekhususan
Sulitnya mencari bahan yang langka
(khusus)
karena tidak mempunyai
supplier yang memasok
bahan konstrusi.
Membuat daftar bahan yang akan digunakan, agar
mengetahui bahan/barang mana saja yang sulit di cari,
sehingga bahan/barang yang sulit di dapatkan di beri
prioritas
3.1667 Perbedaan jadwal
sub kontraktor
dalam pelaksanaan
Tidak ada kerjasama dan komunikasi
antara sub kontraktor dalam pelaksanaan
sehingga pelasanaan pekerjaan tidak
terkontrol dengan baik.
Sebaiknya melakuakan rapat kordinasi untuk
membahas perbedaan jadwal subkontraktor dalam
pelaksanaan, agar kegiatan didalam proyek dapat
terkontrol dengan baik.
17 3.1333 Pengaruh udara panas
pada
aktifitas
konstruk
si
Pembuatan jadwal yang berdasarkan data
cuaca
dari BMG.
Sebaiknya membuat jadwal kerja berdasarkan data
cuaca dari
BMG
3.1333 Kontrol kontraktor
utama terhadap sub
kontraktor dalam
pelaksanaan
pekerjaan
Tenaga ahli yang ditugaskan untuk
mengawas
pekerjaan yang
dilaksanakan oleh sub
kontraktor tidak dijalan
dengan baik.
Kontraktor utama harus menugaskan tenaga yang
benar-
benar melakukan kontrol, agar pekerjaan
tersebut cepat selesai sesuai dengan jadwal
yang telah direncanakan.
18 3.1000 Tidak adanya uang
insentif untuk
kontraktor, apabila
waktu penyelesaian
lebih cepat dari
jadwal
Kurangnya loby ke pemilik proyek untuk
membicarakan tentang bonus bila
pekerjaan yang dilaksanakan lebih cepat
dari jadwal yang direncanakan.
Perlu dilakukan pembicaraan antara owner dengan
kontraktor
untuk membahas uang insentif apabila kontraktor
tersebut dapat menyelesaikan proyek tersebut sesuai
jadwal atau lebih cepat dari jadwal yang
direncanakan.
Tabel 10. Faktor-faktor Penyebab Keterlambatan Yang Berpengaruh dan Rekomendasinya.
Ran
king
Nilai
Rata-
rata
Faktor
Keterlam
batan
Penyebab Rekomendasi
(1) (2) (3) (4) (5)
19 3.000 Prosedur pemeriksaan
dan pengetesan
dalam proyek
Terlambatnya peralatan dan tenaga yang
akan
dipakai dan ditugaskan untuk
melakukan pengetesan.
Sebaiknya disarankan kepada kontraktor apabila
melaksanakan pekerjaan sebaiknya berkoordinasi
dengan pemerintah khususnya dinas PU yang
memiliki peralatan dan tenaga ahli yang memadai
untuk melakukan pengetesan.
20 2.9667 Kerusakan bahan di
tempat penyimpanan
Gudang penyimpanan yang tidak
terlindungi dengan baik, penataan barang
didalam gudang yang kurang baik.
Disarankan kepada kontraktor agar membuat gudang
yang terlindungi dengan baik serta terlindungi cuaca.
2.9667 Perselisihan pekerjaan
antara bagian-
bagian yang
berbeda dalam
proyek.
Perkelahian antara para pekerja sehingga
menghambat pekerjaan.
Sebaiknya kontraktor membuat aturan yang tegas,
apabila terjadi perkelahian dalam proyek langsung
dikeluarkan dari proyek.
21 2.9333 Situasi perekonomian
nasional (krisis
moneter)
Lemahnya nilai Rupiah terhadap dollar,
sehingga membuat naiknya
harga bahan bangunan.
Kontraktor harus berkoordinasi dengan pemilik
proyek, guna membahas serta mengantisipasi bila
pada saat pelaksanaan pekerjaan terjadi perubahan
harga bahan dan material.
22 2.9000 Menunggu ijin kontrol Tenaga yang ditugaskan untuk
melaksanakan kontrol bekerja kurang
maksimal, sehingga terlambatnya
pengontrolan.
Kontraktor harus mempunyai tenaga yang benar-
benar ahli dalam mengurus perijinan kontrol.
23 2.8333 Fluktuasi nilai tukar
rupiah terhadap
dollar.
Lemahnya mata uang rupiah
terhadap mata uang asing.
Sebaiknya sebelum memulai pelaksanaan
pekerjaan kontraktor sudah harus
memperhitungkan biaya tak terduga untuk
mengantisipasi bila terjadi perubahan harga bahan
dan material.
24 2.8000 Masalah geologi di
lokasi
Akses menuju tempat pelaksanaan
pekerjaan yang kurang memadai.
Sebaiknya sebelum memulai pelaksanaan pekerjaan
kontraktor harus melakukan survey lokasi untuk
mengetahui masalah geologi di lokasi.
25 2.6667 Faktor sosial dan
budaya
Adanya pembeda social antara pekerja
yang satu dengan yang lain serta budaya
yang dimiliki oleh pekerja dengan warga
daerah sekitar lokasi proyek.
Perlunya dilakukan sosialisasi oleh kontraktor
kepada warga sekitar dan kepada para pekerja.
26 2.5667 Kesukuan atau
nasionalisme
atau kultur
tenaga kerja.
Perbedaan bahasa antara tenaga kerja yang
dimiliki, tidak saling bekerja sama antara
tenaga kerja yang berbeda daerah.
Sebaiknya sebelum memulai pekerjaan kontraktor
harus mencari tenaga kerja yang benar-benar siap
bekerja sama dengan siapa saja.
2.566 Tanda-tanda
pengontrolan
praktisi pada
pekerjaan dalam
lokasi proyek
Tenaga kerja yang ditugaskan untuk
melakukan
pengontrolan kurang berpengalaman
sehingga terjadi keterlambatan.
Kontraktor harus menugaskan tenaga yang benar-
benar
paham terhadap tugas dan tanggug jawab yang
diberikan.
(Sumber : Hasil Analisis Data)
Dari Tabel 9 dan 10 diatas didapatkan urutan
rangking dari 50 faktor penyebab
keterlambatan. Dari Ke -50 faktor tersebut
didapatkan 39 faktor penyebab utama yang
sangat berpengaruh dalam keterlambatan
penyelesaian proyek yang diurutkan dari
rangking 1 sampai dengan rangking 18 dan
didapatkan juga 11 faktor penyebab yang
berpengaruh dalam keterlambatan penyelesaian
proyek yang diurutkan dari rangking 19 sampai
dengan rangking 26.
E. Penutup
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan
yang telah dilakukan terhadap 30 responden,
maka dapat disimpulkan sebgai berikut:
a. Faktor-faktor penyebab keterlambatan
penyelesaian proyek konstruksi didentifikasi
terdapat 50 faktor keterlambatan yang
dibagi dalam 9 jens faktor penyebab
keterlambatan. Ke-50 faktor tersebut
didapatkan dari hasil wawancara pertama
dengan responden, kemudian disimpulkan
menjadi 50 faktor yang dibagi dalam 9 jenis
faktor keterlambatan.
b. Dari hasil analisis faktor-faktor penyebab
keterlambatan tersebut diatas didapatkan 39
fakor utama yang sangat berpengaruh dalam
penyelesaian proyek konstruksi pada
Kabupaten Jayapura
2. Saran
Berdasarkan hasil analisis yang telah
dilakukan dan kesimpulan, maka dapat
disarankan sebagai berikut :
a. Faktor-faktor yang sangat berpengaruh
merupakan faktor utama paling
berpengaruh dalam pelaksanaan
konstruksi, tetapi tidak menutup
kemungkinan faktor-faktor yang
dikategorikan berpengaruh tidak
mengakibatkan keterlambatan, maka dari
itu perlu dilakukan penelitian lanjutan
untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh jika faktor-faktor yang masuk
dalam kategori tingkat berpengaruh
terjadi.
b. Dalam penelitian ini objek penelitian
dikhususkan pada proyek konstruksi jalan
di Kabupaten Jayapura, dengan tidak
memperhitungkan panjang dan lebar
jalan. Maka perlu dilakukan penelitian
lanjutan yang memperhitungkan panjang
serta lebar jalan.
F. Daftar Pustaka
Ervianto, W. I (2002), Manajemen Proyek
Konstruksi, Penerbit Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
Leonda, Gesti (2008). Studi Keterlambatan
Penyelesaian Proyek Konstruksi Pada Tahun
2007 di Daerah Belitung. Tugas Akhir
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.
Project Management Body of Knowledge
(PMBOK), Third Edition, 2004
Sjawal, Mansur (2009). Analisa Risiko Pada
Proyek Konstruksi Jembatan di
Provinsi Papua, Tesis Institut Teknologi
Sepuluh November, Surabaya. Soeharto,
Imam (2001). Manajemen Proyek. Jilid 1.
Edisi Kedua. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Sugiono (2006), Statistik Untuk Penelitian,
Penerbit Alfabeta, Bandung.
Soeharto, Imam (2001). Manajemen Proyek.
Jilid 2. Edisi Kedua. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Zainuddin, Masyhuri, Metodologi Penelitian
Pendekatan Praktis dan Aplikatif, Refika
Aditima.

Anda mungkin juga menyukai