Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Dalam dunia pertambangan, perlu dilakukan kegiatan penyelidikan geologi yang dilakukan untuk mengidentifikasi, menetukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, kuantitas dan kualitas suatu endapan bahan galian untuk kemudian dapat dilakukan analisis kemungkinan dilakukanya penambangan. Selain itu penyelidikan geologi digunakan untuk mencari, menghitung nilai ekonomis cadangan bahanbahan galian atas dasar datadata geologi yang dikumpulkan baik data permukaan bumi maupun bawah permukaan bumi. Datadata geologi ini adalah data dasar yang sangat penting selain untuk mencari dan menghitung cadangan, juga sangat penting dalam perencanaan tambang itu sendiri. Suatu data geologi berisi datadata penting dan dapat diterjemahkan ke dalam informasi yang dapat digunakan langsung untuk memecahkan persoalan eksplorasi bahan galian, persoalan lingkungan maupun persoalan keteknisan lainnya. Keadaan geologilah yang menentukan tingkat kesuburan tanah untuk pertanian, banyaknya air yang bisa tersedia bagi kehidupan seharihari, banyaknya minyak bumi, batubara dan energi lainnya, banyaknya bahan galian/ mineral untuk industri, bahan bangunan untuk konstruksi dan juga ada tidaknya letusan gunung api, gerakan tanah, longsor dan bencana alam lainnya yang mengancam keselamatan manusia. Dalam eksplorasi pertambangan, data-data geologi didapatkan pada tahap eksplorasi pendahuluan yang terdiri dari studi literatur, survei, dan pemetaan. Umumnya studi literatut digunakan untuk mengetahui kondisi geologi regional daerah yang diperkirakan memiliki cadangan bahan tambang, setelah itu dilakukan survei untuk mengetahui keadaan sebenarnya sehingga akan didapatkan data-data geologi yang akan digunakan untuk pemetaan lokasi pertambangan. Pemetaan ini umumnya digunakan untuk memetakan lokasi singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian. Selain itu pemetaan ini juga dapat berfungsi untuk mengetahui perubahan atau batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Dari kegiatan pemetaan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dan lain sebagainya. Hasilnya akan dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka
1|Page

dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya. Mengingat pentingnya pemetaan pada eksplorasi pertambangan, maka dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai aplikasi pemetaan dalam eksplorasi pertambangan. Untuk mempermudah penjelasan mengenai aplikasi pemetaan dalam eksplorasi pertambangan, maka pada makalah ini akan dijelaskan studi kasus mengenai hal tersebut. Studi kasus yang berjudul Kajian Zonasi Daerah Potensi Batubara untuk Tambang Dalam Provinsi Kalimantan Selatan Bagian Tengah yang studi awal dalam perencanaan pemilihan daerah berpotensi untuk pengembangan batubara di daerah tersebut. Secara umum kajian bertujuan untuk menginventaris besarnya sumberdaya serta karakteristik batubara di daerah pengandung batubara pada kedalaman lebih dari 100 meter.

1.2.Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah, 1. Apa pengertian eksplorasi pertambangan? 2. Bagaimana tahap-tahap eksplorasi pertambangan? 3. Bagaimana metode untuk melakukan eksplorasi pertambangan? 4. Bagaimana pemetaan berpengaruh dalam ekplorasi pertambangan pada contoh kasus yang telah ada?

1.3.Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pengertian eksplorasi pertambangan, tahap-tahap eksplorasi pertambangan, metode eksplorasi pertambangan, dan pemetaan dalam eksplorasi pertambangan pada contoh studi kasus yang telah ada.

2|Page

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Eksplorasi Pertambangan Pertambangan ialah suatu rangkaian kegiatan mulai dari kegiatan penyelidikan bahan galian sampai dengan pemasaran bahan galian. secara umum tahapan kegiatan pertambangan terdiri dari Penyelidikan Umum (Prospeksi), Eksplorasi, Penambangan, Pengolahan, Pengangkutan, dan Pemasaran. Eksplorasi merupakan kegiatan yang dilakukan setelah prospeksi atau setelah endapan suatu bahan galian ditemukan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut. Selain untuk mendapatkan data penyebaran dan ketebalan bahan galian, dalam kegiatan ini juga dilakukan pengambilan contoh bahan galian dan tanah penutup. Tahap ekplorasi ini juga sangat berperan pada tahan reklamasi nanti, melalui eksplorasi ini kita dapat mengetahui dan mengenali seluruh komponen ekosistem yang ada sebelumnya. (Di, 2012)

2.2. Metode Eksplorasi Setelah diketahui terdapatnya bahan galian di suatu daerah dalam kegiatan prospeksi, yang mempunyai prospek untuk dilakukan kegiatan selanjutnya, maka dilakukanlah eksplorasi dengan metode atau cara antara lain sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical dapat dilakukan dengan cara membuat parit uji, sumur uji, pembuatan adit dam pemboran inti. 2. Untuk mengetahui kualitas bahan galian, diambil contoh bahan galian yang berasal dari titik percontohan dan dianalisis di laboratorium. 3. Pada beberapa jenis bahan galian juga dapat dilakukan beberapa penyelidikan geofisik seperti seismic, SP, IP dan resistivity. 4. Setelah titik percontohan yang dibuat dianggap cukup memadai untuk mengetahui penyebaran lateral dan vertical bahan galian, maka dibuat peta penyebaran cadangan bahan galian dan dilakukan perhitungan cadangan bahan galian.

3|Page

5. Selain dari itu, juga kadang-kadang diperlukan analisis contoh batuan yang berada di lapisan atas atau bawah bahan galian untuk mengetahui sifat-sifat fisik dan keteknikannya. (Thomas, 1978)

2.3. Tahap-tahap Eksplorasi Tahapan-tahapan eksplorasi secara umum ada dua, yaitu eksplorasi awal atau pendahuluan dan eksplorasi detil. Penjelasan tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut, 1. Tahap Eksplorasi Pendahuluan Dalam tahap eksplorasi pendahuluan ini tingkat ketelitian yang diperlukan masih kecil sehingga peta-peta yang digunakan dalam eksplorasi pendahuluan juga berskala kecil 1 : 50.000 sampai 1 : 25.000. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah: a. Studi Literatur Dalam tahap ini, sebelum memilih lokasi-lokasi eksplorasi dilakukan studi terhadap data dan peta-peta yang sudah ada (dari survei-survei terdahulu), catatan-catatan lama, laporan-laporan temuan dll, lalu dipilih daerah yang akan disurvei. Setelah pemilihan lokasi ditentukan langkah berikutnya, studi faktor-faktor geologi regional dan provinsi metalografi dari peta geologi regional sangat penting untuk memilih daerah eksplorasi, karena pembentukan endapan bahan galian dipengaruhi dan tergantung pada proses-proses geologi yang pernah terjadi, dan tanda-tandanya dapat dilihat di lapangan. b. Survei Dan Pemetaan Jika peta dasar (peta topografi) dari daerah eksplorasi sudah tersedia, maka survei dan pemetaan singkapan (outcrop) atau gejala geologi lainnya sudah dapat dimulai (peta topografi skala 1 : 50.000 atau 1 : 25.000). Tetapi jika belum ada, maka perlu dilakukan pemetaan topografi lebih dahulu. Kalau di daerah tersebut sudah ada peta geologi, maka hal ini sangat menguntungkan, karena survei bisa langsung ditujukan untuk mencari tanda-tanda endapan yang dicari (singkapan), melengkapi peta geologi dan mengambil contoh dari singkapan-singkapan yang penting. Selain singkapan-singkapan batuan pembawa bahan galian atau batubara (sasaran langsung), yang perlu juga diperhatikan adalah perubahan/batas batuan, orientasi lapisan batuan sedimen (jurus dan kemiringan), orientasi sesar dan tanda-tanda lainnya. Hal-hal penting tersebut harus diplot pada peta dasar dengan bantuan alat-alat seperti kompas
4|Page

geologi, inklinometer, altimeter, serta tanda-tanda alami seperti bukit, lembah, belokan sungai, jalan, kampung, dll. Dengan demikian peta geologi dapat dilengkapi atau dibuat baru (peta singkapan). Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.). Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan, gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan dengan tahap eksplorasi selanjutnya. 2. Tahap Eksplorasi Detail Setelah tahapan eksplorasi pendahuluan diketahui bahwa cadangan yang ada mempunyai prospek yang baik, maka diteruskan dengan tahap eksplorasi detail (White, 1997). Kegiatan utama dalam tahap ini adalah sampling dengan jarak yang lebih dekat (rapat), yaitu dengan memperbanyak sumur uji atau lubang bor untuk mendapatkan data yang lebih teliti mengenai penyebaran dan ketebalan cadangan (volume cadangan), penyebaran kadar/kualitas secara mendatar maupun tegak. Dari sampling yang rapat tersebut dihasilkan cadangan terhitung dengan klasifikasi terukur, dengan kesalahan yang kecil (<20%), sehingga dengan demikian perencanaan tambang yang dibuat menjadi lebih teliti dan resiko dapat dihindarkan. Pengetahuan atau data yang lebih akurat mengenai kedalaman, ketebalan, kemiringan, dan penyebaran cadangan secara 3-Dimensi (panjang-lebar-tebal) serta data mengenai kekuatan batuan sampling, kondisi air tanah, dan penyebaran struktur (kalau ada) akan sangat memudahkan perencanaan kemajuan tambang, lebar/ukuran bahwa bukaan atau kemiringan lereng tambang. Juga penting untuk merencanakan produksi bulanan/tahunan dan pemilihan peralatan tambang maupun prioritas bantu lainnya.

5|Page

3. Studi Kelayakan Merupakan tahapan akhir dari rentetan penyelidikan awal yang dilakukan sebelumnya sebagai penentu apakah kegiatan penambangan endapan bahan galian tersebut layak dilakukan atau tidak. Dasar pertimbangan yang digunakan meliputi pertimbangan teknis dan ekonomis dengan teknologi yang ada pada saat ini, dan dengan memperhatikan keselamatan kerja serta kelestarian lingkungan hidup. Bila tidak atau belum layak maka data tersebut diarsipkan. (Marjoribanks, 2009)

2.4 Studi Kasus:

Kajian Zonasi Daerah Potensi Batubara Untuk Tambang Dalam

Provinsi Kalimantan Selatan Bagian Tengah 2.4.1. Lokasi Daerah Kajian zonasi potensi tambang dalam dilakukan di propinsi Kalimantan Selatan sebagai daerah kedua penghasil batubara terbesar di Indonesia (Gambar 1). Daerah kajian dibatasi oleh garis lintang 3 di arah Selatan dengan batas propinsi di arah utara.
o

Gambar 1. Peta Indeks Kalimantan Selatan

6|Page

2.4.2. Metoda dan Sistematika Pengerjaan Metoda yang digunakan dalam kajian batubara tambang dalam berupa studi literatur, dengan melakukan proses inventarisasi serta evaluasi data sekunder yang berasal dari laporan-laporan baik dari instansi terkait, maupun dari dinas pertambangan daerah setempat. Secara umum, lingkup pekerjaan dalam kajian ini dapat dibagi kedalam 3 bagian utama, yaitu: 1. Pengelompokan/pengkelasan wilayah dengan potensi sumberdaya batubara di propinsi Kalimantan Selatan, yang berdasarkan parameter yang telah ditentukan, dianggap berpotensi untuk ditambang dengan menggunakan teknik tambang dalam. 2. Pembuatan peta zonasi potensi batubara untuk tambang dalam. 3. Penghitungan besarnya sumberdaya hipotetik batubara di kedalaman >100m. Sedangkan secara lebih terinci, sistematika pekerjaan dalam kajian ini adalah: 1. Studi literatur yang juga meliputi inventarisasi data sekunder . 2. Evaluasi data sekunder 3. Uji petik lapangan untuk data-data penting yang tidak tersedia serta membutuhkan inventarisasi langsung dari wilayah terpilih 4. Pengelompokan lapisan batubara terpilih 5. Pembuatan penampang geologi yang dilalui oleh sebaran lapisan batubara terpilih 6. Penentuan zonasi daerah potensi batubara tambang dalam pada peta geologi. 7. Evaluasi akhir, pembuatan laporan 2.4.3. Parameter Pembuatan Zonasi Pembuatan zonasi tambang dalam melibatkan data singkapan batubara permukaan dan atau bawah permukaan dan dibuat mengacu pada 3 parameter yaitu: Kedalaman lapisan Dalam kajian ini karena terbatasnya data pemboran dalam, zonasi sebagian besar dibuat dari kedalaman 100m hingga kedalaman 300m atau maksimal hingga 500m. Ketebalan lapisan Karena kajian bersifat regional pada peta berskala kecil dan dengan mempertimbangkan karakteristik formasi pembawa batubara di daerah kajian, yaitu formasi Tanjung (dengan ketebalan batubara rata-rata 2m) dan formasi Warukin (dengan ketebalan rata-rata lapisan
7|Page

batubara > 2m), untuk memudahkan penzonaan, pembagian zonasi berdasarkan ketebalan dibuat dengan mengacu pada dua kriteria yaitu zona dengan ketebalan rata-rata lapisan batubara > 2m dan zona dengan ketebalan rata-rata lapisan batubara < 2m. Kualitas batubara Pembagian zona berdasarkan kualitas batubara, dibuat dengan mengacu pada klassifikasi yang dibuat oleh Direktorat Inventarisasi Sumberdaya Mineral. Dalam kajian ini berdasarkan kualitasnya, penzonaan potensi batubara tambang dalam dibagi kedalam dua kategori yaitu zona potensi batubara dengan kalori >6100 (high class) dan zona potensi batubara dengan kalori <6100 (low-medium class).

2.4.4. Parameter Penentuan Zonasi Potensial Sedangkan dalam menentukan zona berpotensi, penilaian dibuat mengacu pada 3 parameter geologi dasar yaitu ketebalan, kemiringan dan kualitas lapisan batubara, yaitu: Ketebalan batubara yang dianggap paling ekonomis untuk ditambang dengan teknik tambang dalam adalah 2-4 m. Batubara dengan ketebalan > 4 m dianggap lebih beresiko untuk ditambang dengan teknik tambang dalam. Tetapi kemajuan teknologi saat ini telah memungkinkan penambangan dengan teknik tambang dalam untuk batubara dengan ketebalan hingga 7 m. Dalam kajian ini ditentukan bahwa zona yang dianggap berpotensi memiliki ketebalan 2-7 m. Batubara kurang dari 2 m jelas kurang menguntungkan untuk ditambang dengan metoda tambang dalam, sedangkan batubara dengan ketebalan > 7 m beresiko tinggi dan kemungkinan membutuhkan biaya investasi yang lebih besar, sehingga kemungkinan juga kurang menguntungkan. Kemiringan lapisan batubara yang dianggap ideal untuk tambang dalam adalah 10-15 , tetapi seperti halnya ketebalan, kemajuan teknologi saat ini telah memungkinkan batubara dengan kemiringan curam (< 35 ) untuk ditambang dengan metoda tambang dalam. Oleh karena itu dalam kajian ini ditentukan bahwa zona yang dianggap berpotensi memiliki kemiringan < 35 . Kualitas sudah barang tentu menentukan keekonomisan suatu lapisan batubara untuk ditambang dengan teknik tambang dalam. Dalam hal ini ditentukan bahwa zona yang
o o o

8|Page

lebih berpotensi adalah zona yang memiliki batubara dengan kualitas tinggi (high class) yaitu batubara dengan kalori > 6100.

Tabel 1Kriteria Zona Potensial untuk tambang dalam di propinsi Kalimantan Selatan

2.4.5. Geologi Regional Wilayah yang dikaji sebagian besar termasuk ke dalam sub cekungan Barito bagianUtara dan sub cekungan Asam-asam. Wilayah kajian meliputi 4 (empat) lembar Peta Geologi, yaitu Lembar Buntok, Balikpapan, Amuntai dan Sampanahan. Sejarah pengendapan di cekungan Barito dimulai dengan pengisian batuan sedimen Tersier setebal +6000 meter yang telah mengalami mega siklus transgresi dari Eosen sampai Oligosen-Miosen dan regresi dari Miosen sampai Pliosen. Akibat dari terangkatnya pengunungan Meratus sekitar Miosen tengah, maka cekungan Barito tersisolasi dari laut bagian Timur yang menyebabkan terjadinya endapan-endapan sediment klastik dan batubara yang sangat tebal dengan sumber sedimentasi dari barat. Batuan dasar dari dari cekungan Barito adalah batuan Pra Tersier yang termasuk dalam satuan batuan volkanik Kasale yang dikorelasikan dengan formasi Haruyan yang berumur Kapur atas, dimana di atasnya diendapkan secara tidak selaras formasi Tanjung berumur Eosen yang kemudian diendapkan secara selaras formasi Berai yang berumur Oligo-Miosen dan diatasnya kemudian diendapkan formasi Warukin yang berumur Miosen. Batubara di cekungan Barito ditemukan pada formasi Tanjung yang berumur Eosen dan formasi Warukin yang berumur Miosen. Ketebalan batubara Eosen bervariasi dari 2 hingga 4 meter sedangkan batubara miosen ditemukan sangat tebal, beberapa bahkan hingga lebih dari 30 meter.

9|Page

Tabel 2 Stratigrafi Cekungan Barito

Berdasarkan parameter serta kriteria yang telah ditentukan dalam kajian ini penzonaan telah berhasil dikerjakan pada sebagian besar wilayah penghasil batubara di Kalimantan Selatan, yang dibagi kedalam 6 Blok utama, yaitu: 1. Blok Tanjung 2. Blok Amuntai 3. Blok Rantau 4. Blok Banjarbaru 5. Blok Sebamban-Pularan 6. Blok Satui-Kintap Informasi zonasi potensi tambang dalam disajikan dalam bentuk 6 peta zonasi berskala 1 : 100.000. Kegiatan pengkajian juga telah berhasil memperkirakan bersarnya sumberdaya hipotetik batubara di kedalaman 100-300m, dalam zona yang dianggap berpotensi maupun kurang berpotensi untuk tambang dalam. Secara lebih rinci, karakteristik setiap blok berserta zonasinya dapat dilihat pada tabel:

10 | P a g e

Gambar 2 Peta blok wilayah kajian zonasi potensi tambang dalam di propinsi Kalimantan Selatan

A. Formasi Tanjung

11 | P a g e

B. Formasi Warukin

Tabel 3 Karakteristik zona di blok-blok wilayah kajian zonasi potensi batubara untuk tambang dalam Kalimantan Selatan

Gambar 3 Contoh zonasi potensi batubara untuk tambang dalam di formasi Tanjung, Blok Tanjung, skala 1:100.000

(Rita, 2005)

12 | P a g e

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan Kesimpulan dari makalah ini adalah eksplorasi pertambangan merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan kepastian tentang endapan bahan galian yang meliputi bentuk, ukuran, letak kedudukan, kualitas (kadar) endapan bahan galian serta karakteristik fisik dari endapan bahan galian tersebut. Metode-metode eksplorasi antara lain membuat parit untuk mengetahui penyebaran secara lateral dan vertical, mengambil contoh bahan galian dan dianalisa di laboratorium, penyelidikan geofisika dan membuat peta penyebaran dan analisis keadaan geologi. Sedangkan tahapan kegiatan eksplorasi pertambangan terdiri dari eksplorasi pendahuluan, survei detail, dan survei kelayakan. Hasil kajian dari contoh studi kasus berhasil merekonstruksi sekitar 30 zona terpilih yang didasarkan ketebalan, kualitas dan kemiringan dianggap paling berpotensi untuk dilakukan penambangan dengan metoda tambang dalam. Karena sebagian besar data yang dipergunakan adalah data permukaan, studi lebih lanjut termasuk diantaranya pengeboran dalam sangat diperlukan terutama di wilayah-wilayah yang dalam kajian awal ini dianggap berpotensi untuk pengembangan tambang dalam. Sumberdaya hipotetik di zona berpotensi untuk tambang dalam yang berhasil dikalkulasi dalam kajian ini diperkirakan sebesar 398.925, 580 x 103 ton.

Sedangkan sumberdaya hipotetik di semua zona di kedalaman 100-300m yang berhasil dikalkulasi dalam kajian ini diperkirakan sebesar 1.058.530,845 x103 ton.

13 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA
Di, V. (2012, Juni 18). Tahapan-tahapan Kegiatan Usaha Pertambangan. Retrieved Februari 26, 2013, from Kumpulan Info Tambang: http://kumpulaninfotambang.blogspot.com/2011/12/tahapan-tahapan-kegiatan-usaha.html Marjoribanks, R. W. (2009). Geological Methods in Mineral Exploration and Miniing. New York: Springer. Rita, S. S. (2005). KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM . Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Batubara , 3-7. Thomas, L. (1978). An Introduction to Mining. Australia: Methuen Of Australia.

14 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai