Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sirtu merupakan singkatan dari pasir diambil sir dan batu diambil tu
sehingga singkatannya menjadi sirtu. Istilah sirtu telah dikenal oleh orang
teknik terutama yang berkecimpung dan bidang fisik jalan maupun
pembangunan gedung. Sirtu biasanya diambil dari endapan sungai atau yang
terdapat digunung tetapi materialnya sudah berkomposisi seperti sirtu dari
sungai.
Sirtu terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang terendapkan di
daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sirtu biasanya merupakan bahan
yang belum terpadukan dan biasanya tersebar di daerah aliran sungai. Sirtu
juga bisa diambil dari satuan konglomerat atau breksi yang tersebar di daerah
daratan (daerah yang tinggi).
Sirtu berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar merupakan
material dari batuan beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran
halus terdiri pasir dan lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan
induknya bercampur menjadi satu dengan material halus. Kuatnya proses
ubahan atau pelapukan batuan dan jauhnya transportasi sehingga material
batuan berbentuk elip atau bulat dengan ukuran mulai kerikil sampai
bongkah.
Penggunaan sirtu terbatas sebagai bahan bangunan terutama untuk
campuran beton, sedang penggalian sering dilakukan dengan secara
tradisional tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Sirtu yang lepas sangat
baik untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, dan airport. Selain
itu dapat pula dipergunakan dalam campuran beton, aspal/hotmix, plester,
bahan bangunan dan tanah urug.
1.2 Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui ganesa pembentukan, proses pengolahan,
penambangan, pemanfaatan serta kegunaan dari bahan galian sirtu.

1
BAB II
GANESA BAHAN GALIAN SIRTU
2.1 Genesa Bahan Galian Sirtu
Sirtu adalah singkatan dari pasir batu, karena komposisi ukuran butir yang
tidak seragam. Sirtu terjadi karena akumulasi pasir dan batuan yang
terendapkan di daerah-daerah relatif rendah atau lembah. Sirtu yang terdapat
di beberapa wilayah umumnya berasal dari pasir dan batuan gunungapi.
Sirtu biasanya merupakan bahan yang belum terpadukan dan biasanya
tersebar di daerah aliran sungai. Sirtu juga bisa diambil dari satuan
konglomerat atau breksi yang tersebar di daerah daratan (daerah yang tinggi).
Sirtu berasal dari dua bagian yang yang berukuran besar merupakan
material dari batuan beku, metamorf dan sedimen. Sedangkan berukuran
halus terdiri pasir dan lempung. Seluruh material tersebut tererosi dari batuan
induknya bercampur menjadi satu dengan material halus. Kuatnya proses
ubahan atau pelapukan batuan dan jauhnya transportasi sehingga material
batuan berbentuk elip atau bulat dengan ukuran mulai kerikil sampai
bongkah.
Biasanya sirtu diendapkan pada lingkungan air seperti sungai, danau
maupun laut dikenal dengan sebutan aluvium. Kenampakan sirtu saat ini
adalah sesuatu yang tidak padu antara meterial batuan dengan halusnya. Bila
endapan aluvium ini sudah terbentuk dengan ketebalan dan penyebaran yang
sangat luas, bersamaan dengan berjalannya waktu dan proses geologi yang
berkerja sehingga kenampakan batuan ini sudah berada pada daerah
ketinggian atau bukit. Nama sirtu pun beralih menjadi konglomerat karena
batuan tersebut sudah padu menjadi satu antara material batuan dengan
material halusnya. Rumus kimia SiO2 Fe2, O3 CaO MgO.
Sifat fisik bahan galian sirtu, yaitu :
 Agregat pasir memenuhi persyaratan di bawah ini :
1. Agregat pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras
dengan indikasi kekerasan  2,2. Butir-butir agregat halus harus
bersifat kekal.

2
2. Agregat pasir tidak boleh mengandung zat-zat yang dapat merusak
beton, seperti zat-zat yang reaktif alkali.
 Agregat lempung memenuhi persyaratan di bawah ini :
1. Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organis terlalu
banyak.
2. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 %
(ditentukan terhadap berat kering).
Paduan antara material yang besar-besar seperti material batuan dan
material pasir serta material lempung. Material batuan beku sangat baik untuk
bahan pondasi bangunan ringan - sedang, sedangkan material halus sangat
baik untuk pengisi celah dan batuan bangunan.
2.2 Penyebaran Sirtu
Sirtu tersebar luas di wilayah Indonesia, terutama di sekitar daerah aliran
sungai dan pedataran. Lokasi keterdapatan sirtu di Indonesia

 Sumatera Utara : S. Alasa, S. Bogali, S. Moi, S. Oyo, S.


Loou.
 DI. Aceh : Samadua, Sawang, Labuhan Haji Barat,
Kluet Utara, Pasie Raja, Kluet Selatan, Kluet Tengah, Kluet TimurDesa
Kampung Baru, Desa Sikoran, Desa Biskang, Desa Sianjo-anjo, Desa Lae
Sipola, Desa Lae Raso, Desa Kuala Makmur, Desa Luan Balu, Desa
Lasingalu, Desa Simpang Abail, Desa Suak Bulu, Desa Enao, Desa
Lataling, Desa Labuan Bakti.
 Lampung : Way Seputih, Way Saru Balah, Way
Bambang, S. Semaka, Way Bandung, Way Laay/Menterang, Waigalih,
Merbau, Mataram Way Tenumbang, Way Pedada, Way Laay, Dusun
Tembaka, Way Gedau, Way Baturaja, Way Melesom, Way Kenda way,
Desa Bambang, Way Malaya, Way Halami, Sungai Manula, Way
Mincang, Desa Putih Doh, Way Cangkanan, Way Semaka, Way Semuong,
Desa Siring Betah, Way Belu, Desa Belu, Way Maja II, Way Lalaan, Desa
Piabung, Way Tebu, Desa Purwodadi.

3
 Riau : Rantau Kasai, Bangun Purba Timur Jaya,
Sungai Napal, Menaming, Ujungbatu, Rokan, Batulangkah.
 Banten : S. Cisimeut, S. Ciujung, S. Cidikit,
Cimandur, Cihara, Cileles, S. Cilembar, S. Cibubgur, S. Ciliman, Cikapar,
Teluk Naga, Curug, Cikupa, Pasir Keris, Jatiuwung, Balaraja, Sepatan,
Legok, Serpong, Ciputat, S. Ciujung, S. Cisadane, G. Karang, G. Gede,
Cimarga, Rajeg, Benda, Curug, Cipondoh.
 Jawa Barat : Lembang, Nanjung, Banjaran, Cililin, Garut,
Tarogong, Cileungsi, Cicurug, Cibatu, Cimalaka, Cibulu, Cipeles, Tomo,
Sinar Galih, Cikondang, Cimarta, Wirareja, Purwakarta, Pacing,
Kalimanti, S. Cisanggarung, S. Cilutung, S. Cisadane, Cibarusah, Toklet,
Cisereh, Sekitar kawasan sayap Gn. Galunggung, Cipatujah, Cianjur,
Sukabumi, Bogor, Purwakarta, Karawang, Subang, Tasikmalaya.
 Jawa Tengah : Bantar Kawung, Kaligung, Sendang, Bantir,
K. Pemali, K. Serayu, K. Patebon, K. Progo, Tegarejo, K. Pabean,
Mojosari, K. Jebol, Sungai Tajum, Logawa, Krukut, Banjaran.
 Jawa Timur : K. Perang, K. Bangkok, K. Lesti, Pronojiwo,
Petajun, Penanggal, Jaglo, K. Mujur, Padang Sari, K. Porong, K.
Bengawan Solo, K. Musir, K. Brantas, K. Gumbalo, K. Porong, K. Baru.
 Kalimantan Tengah : S. Kahayang, Tewah.
 Kalimantan Selatan : Beroyong, Pagar, Padang Batung, S. Kentep,
Binuang, S. Batang Alai.
 Kalimantan Barat : Sungai Kelewai, Sungai Pinoh bagian hulu,
Desa Ambayo Selatan, Desa Keranji Panjang, Desa Anik, Desa Muara
Behe, Sungai Tayan, Sei Ilai.
 Bali : Gumaksa.
 Nusa Tenggara Timur : Sungai Kadengar, Desa Kananggar, Desa
Hambautang.
 Sulawesi Tenggara : Ranomuto, S. Koneweha, Unaaha.
 Sulawesi Selatan : S. Minahasa, Babru, Mangassa, Tompobulu,
Logora, Bikeru, Labettang, Lembang Lohe Biroro, Bonto, Kanrung,

4
Bongki Batumimbalo, Biringere, Sungai Bone-Bone, Sungai Kanjiro,
Sungai Uraso, Mata air panas Pincara, Sungai Baliase, Sungai Radda,
Sungai Rongkong, Sungai Tomoni, Sungai Kalaena, Sungai Singgeni,
Sungai Bambalu.
 Sulawesi Utara : Ratatotok, Donowudu, Marisa, Lamilo,
Bulantio.
 Sulawesi Barat : Tallu Banua, Pu Awang, Gentungan.
 Gorontalo : Leatu Utara, Sungai Paguyaman, Sungai
Bone, Sungai Bilonga, Sungai Bone, Muara Sungai Bilungala, Patilanggio.
 Maluku : S. Takoma, Susupu, S. Sidangol, S. Loko, P.
Seram.
 Maluku Utara : Batunuhan, Wae Poti, Wae Nibe, Wae
Sepait, Wae Tabi, Wamlana, Wae Mana, Wae Puda Liku Hoson, Wae
Mangi Fena Kute, Wae Ili Waha Wahi, Wae Langa Walnetata, Wae
Bebek, Wae Duma, Wae Apu, Wae Lata, Wae Kajeli, Wae Kawa, Wae
Fana, Wae Hanua, Wae Sapalewa, Wae Mala, Wae Kaputih, Wae Uli,
Wae Hau, Wae Marina, Wae Ela, Wae Sarisa, Wae Samu, Wae Hatu, Wae
Mital, Wae Ira, Wae Ama, Wae Tala.
 Papua : Remu, Holmaffin, S. Woske, Sewan
 Papua Barat : P. Waigeo, P. Batanta, P. Salawati, Desa
Aman, Distrik Timbuni, Distrik Maskona, Distrik Jagiro, Distrik Bintuni,
Distrik Bintuni.

2.1 Peta penyebaran sirtu di indonesia

5
2.3 Eksplorasi Sirtu
Eksplorasi sirtu tidak seperti eksplorasi mineral lainnya dikarenakan
biasanya sirtu tampak dipermukaan, jadi hanya diperlukan perhitungan
cadangan bahan galian tersebut untuk mengetahui seberapa banyak cadangan
dan luasannya untuk mengethaui keekonomisan dari cadangan tersebut.

6
BAB III
PENAMBANGAN DAN PENGOLAHAN BAHAN GALIAN SIRTU

3.1 Penambangan Sirtu


Bahan galian pasir dan batu ini keterdapatannya nampak dipermukaan oleh
sebab itu sistem penambangan yang dilakukan adalah sistem tambang terbuka
yang sangat mudah dilakukan dengan menggunakan peralatan yang sangat
sederhana. Perusahaan tambang sirtu biasanya melakukan pemisahan antara
batu dan pasir tersebut, karena biaanya menyesuaikan permintaan dari
konsumen tersebut. Tahapan penambangannya yaitu, pertama dalam
penambangan sirtu adalah mengambil atau memisahkan sirtu dari tanah
penutup, biasanya menggunakan alat berat seperti backhoe. Setelah itu akan
diangkut oleh dump truk untuk dibawa ketempat crushing untuk membuat
batu yang berukuran besar menjadi ukuran sama seperti yang di inginkan

3.1 Gambar Penambangan Sirtu

7
3.2 Pengolahan Sirtu
Pengolahan sirtu sangat sederhana, yaitu dengan metode crushing
bongkahan batuan yang masih besar dan hasil yang akan keluar adalah batuan-
batuan berdiameter lebih kecil dan beragam dan juga ada yang menjadi pasir
setelah itu kita pisahkan pasir dan batuan berdiameter sama sesuai dengan
kebutuhan sendiri. Untuk pasirnya dapat digunakan sebagai bahan campuran
pembuatan bangunan, yaitu dengan cara mencampurkan pasir tersebut dengan
material lainnya seperti semen. Batu juga bisa dimanfaatkan untuk campuran
pembuatan bangunan, selain itu sirtu juga dapat dijadikan sebagai urug.
Perusahaan tambang sirtu membuat sirtu sendiri sesuai dengan permintaan
konsumen.

3.2 Gambar Diagram alir proses crushing sirtu


Produk yang dihasilkan dari stone crusher pertama adalah produk
pengolahan batu pasir untuk agregat kelas A dan B. Agregat kelas A dan B
adalah material yang digunakan untuk pondasi dalam proses pengaspalan.
Sedangan dari stone crusher kedua adalah split yaitu material pecahan sirtu
dengan ukuran maksimal 30 mm dan pasir yaitu material hasil pecahan batuan dan

8
campuran pasir yang mempunyai maksimal ukuran 16 mm yang keduanya akan
digunakan dalam pengolahan aspal mixing plant dan untuk pembuatan beton.
Pada alat ini material yang diolah adalah material yang memiliki kualitas dan
kekerasan paling baik. Stone crusher kedua ini memproduksi material menjadi 4
fraksi (abu batu, medium,agregat ½, agregat ¾.)

Gambar 3.3 Stone Crusher Unit 1


Hasil produk diatas tidak untuk dijual dalam bentuk batu split melainkan
digunakan untuk bahan pembuatan beton dan hotmix.

9
BAB IV
PEMANFAATAN DAN PROSPEK
4.1 Pemanfaatan Sirtu
Sampai saat ini penggunaan sirtu biasa digunakan sebagai bahan bangunan
terutama untuk campuran beton, sedang penggalian sering dilakukan dengan
secara tradisional tanpa memperhatikan dampak lingkungan. Sirtu yang lepas
sangat baik untuk bahan pengeras jalan biasa maupun jalan tol, dan airport.
Selain itu dapat pula dipergunakan dalam campuran beton, aspal/hotmix,
plester, bahan bangunan dan tanah urug.
Contoh pemanfaatan Sirtu Menjadi Beton:
Alat yang di Gunakan :
Berikut ini adalah peralatan yang digunakan untuk pebuatan beton di PT. Arena
Reka Buana:
1. Batchling Plant
Berikut ini akan dijelaskan bagian-bagian dari batchling plant :
a. Cement Silo berfungsi untuk tempat penyimpanan semen dan menjaga
semen agar tetap baik. Pada PT.RBA terdapat 4 tabung cement silo.

4.1 Gambar Cement Silo

10
b. Belt Conveyor berfungsi untuk menarik bahan/material (agregat kasar dan
agregat halus) ke atas dari bin ke storage bin.

4.2 Gambar Belt Conveyor


c. Bin berfungsi sebagai tempat pengumpulan bahan/material (agregat kasar
dan agregat halus) yang berasal dari penumpukan bahan di stockpile.

4.3 Gambar Bin dan Bin storge


d. Storage bin digunakan untuk pemisah fraksi agregat. Storage bin dibagi
menjadi 4 (empat) fraksi, yaitu agregat butir kasar(split), butir menengah
(screening), butir halus (pasir), dan fly ash.

11
e. Timbangan, pada alat batching plant dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu
timbangan untuk agregat, timbangan untuk semen, dan timbangan untuk
air.

4.4 Gambar Timbangan


f. Tempat Penampungan Air berfungsi sebagai supply kebutuhan air pada
ready mix.

4.5 Penampungan air


2. Dump truck Berfungsi untuk mengangkut bahan/material (agregat kasar dan
agregat halus) hasil pengolahan ke stockpile

12
3. Wheel loader berfungsi untuk alat angkut bahan/material (agregat kasar dan
agregat halus) dari tempat penumpukan material menuju ke bin.

4.6 Wheel loader


4. Cement Truck, berfungsi sebagai pengangkutan semen curah dari pabrik
semen ke base camp.
5. Concrete Mixer Truck adalah suatu kendaraan truk khusus yang dilengkapi
dengan concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur campuran beton
ready mix, sama dengan alat molen. Concrete Mixer Truck digunakan untuk
mengangkut adukan beton readymix dari tempat pencampuran beton ke lokasi
proyek. Concrete Mixer Truck memiliki kapasitas 7 m3.

13
4.7 Cement Truck dan Concrete Mixer Truck

Bahan yang digunakan


Berikut bahan yang digunakan pada kegiatan batchling plant :
1. Semen Curah menggunakan semen yang diproduksi oleh PT. Semen Gresik
(jenis semen OBC). Pemilihan semen Gresik karena semen ini memiliki umur
pengerasan awal lebih tinggi
2. Air merupakan komponen yang dipakai untuk menghasilkan beton dengan
fungsi sebagai pelarut semua material tersebut.
3. Agregat halus atau pasir didapat dari hasil pengolahan sizing oleh crusher,
memiliki ukuran maksimal 0,75 inchi. Pasir yang digunakan berasal dari
Progo dan sebagian lagi dari pasir gunung merapi.
4. Agregat kasar atau split adalah batu belah yang didapat dari hasil tambang
andesit yang telah diproses dengan stone crusher. Batu split yang digunakan
berukuran 27 mm.
5. Fliash atau bahan mineral pembantu ini banyak ditambahkan kedalam
campuran beton dengan berbagai tujuan, antara lain untuk mengurangi
pemakaian semen dan mengurangi atau menambah kelecekan beton segar.

14
6. Adiktif atau obat ada dua jenis yakni LN untuk mempercepat umur beton dan
fiset untuk memperlambat umur beton. Hal ini di lakukan untuk
mempermudah pengecoran di lapangan karena jarak dan kondisi lalulintas
(transportasi ) tidak menentu. Jika beton basah normal tanpa zat aditif akan
mengering sekitar 3-4 jam. Jika di tambahkan dengan zat aditif akan menjadi
lebih lama sekitar 6-7 jam (proses setting Hidrasi semen)

Prosedur pembuatan
Prosedur pembuatan beton adalah yang pertama memasukan air dan obat
kedalam mixer kemudian split yang sudah di timbang dimasukkan secukupnya
kedalam mix lagi dengan menggunakan belt conveyor. Setelah memasukan split
kemudian memasukkan semen cair yang sudah ditampung pada silo semen tadi,
selanjutnya memasukkan pasir lagi menggunakan belt conveyor. Untuk beberapa
perusahaan campuran betonya digunakan juga fly ash untuk mengurangi
penggunaan semen curah, namun penggunaan fly ash tidak dilakukan untuk semua
beton. Setelah semua material tadi dimasukkan, maka material tadi akan dicampur
ke dalam mixer yang sudah tersedia. Setelah dicampur material akan langsung
dimasukkan ke mixer truck (kapsulnya) dan dilakukan slam atau pengecekan
kekentalan oleh teknisi. Pengecekan kekentalan yakni penambahan air pada beton
yang telah siap digunaakan yang bertujuan untuk mencegah beton agar tidak keras
sebelum digunakan. Penambahan air dilakukan sesuai dengan lama waktunya
menuju proyek. Untuk perjalanan jauh, slam yang biasanya digunakan adalah
slam tinggi yakni sekitar 16 cm ± 2 cm.
Umur beton maksimal 3 jam setelah keluar dari batchling plant kalau lebih
dari 3 jam maka beton tersebut akan setting (rusak, panas, beku). Ada beberapa
proyek yang meminta untuk mempercepat kekerasan beton maka campuran brton
tadi akan ditambah obat sikaLN agar beton lebih cepat kering, dan agar beton
tidak cepat kering diguanak obat fiset. Hampir tiap kali produksi digunakan fiset
agar beton tidak cepat kering bila diangkut ke proyek. Biasanya kalau beton sudah
hamper 3 jam dan belum dituang, maka harus dilakukan penambahan fiset dengan

15
ukuran 0,2 + air per kubiknya. Obat LN dan fiset tadi nanti akan dibawah ke
basecampnya dan penambahan obatnya tadi dilakukan basecampnya oleh teknisi.

3.2.1 Produk
Produk yang dihasilkan dari batchling plant ini adalah beton. Beton tipe
dry mixed yang digunakan kebanyakan untuk pembuatan gedung-gedung disekitar
daerah wonosari. Untuk konsumenya PT. Arena Reka Buana (ARB)
mengantarkan beton hasil produksinya paling jauh sampai ke Purworejo.

4.8 Proses Pemuatan Material ke


Concrete Mixer Truck
Untuk produk jadi beton yang di hasilkan oleh PT.Aneka reka Buana ini
sangat bervaritif tergantung dari kebutuhan pasar. Perbedaan dari berbagai
macam variasi produk di bedakan dari komposisi bahan bahan yang di gunakan
(split,semen,pasir,air,dll). Macam macam produk beton diantaranya ada
beberapa karakter yang berbeda :
 K125 : Untuk pembangunan lantai dasar
 K225 : Untuk bangunan rumah biasa
 K250 : Untuk bangunan bertingkat 2
 K275 : Untuk bangunan ruko
 K400 : Untuk pembanguanan jalan tol
 K425 : Untuk tiang panjang
 Dll.

16
Untuk pemesanan minimal beton di PT. Aneka Reka Buana ini adalah 3 m3.
Selama perusahaan ini beroperasi pemesanan terbanyak adan produksi tercepat
700 m3 dalam 12 jam.

Biaya dan Pemasaran


Untuk harga pemasaran beton jadi PT. Aneka Reka Buana mematok harga sesuai
dengan karakter beton yang di pesan :
 K125 : Rp. 720.000 /m3
 K225 : Rp. 810.000 /m3
 K250 : Rp. 830.000 /m3
 K275 : Rp. 845.000 /m3
 K400 : Rp. 930.000 /m3
 K425 : Rp. 959.000 /m3
 Dll.

4.2 Prospek Bahan Galian Sirtu


Indonesia memiliki potensi dan cadangan bahan galian golongan C cukup
besar yang menyebar hampir merata di seluruh wilayah, antara lain sirtu
dengan cadangan terbesar. Pendukung lainnya adalah ketersediaan sumber
daya manusia di sektor pertambangan BGI yang banyak, dan industri pemakai
di dalam negeri yang sangat besar. Dengan indikator tersebut seharusnya
pengusahaan di sektor ini dapat berkembang dengan baik sehingga dapat
memberikan manfaat yang maksimal bagi bangsa dan negara. Di pasaran
harga bahan galian sirtu cukup menjanjikan yaitu Rp. 135.000/m3. Dan
apabila diolah lagi akan menghasilkan nilai jual yang lebih tinggi. Misalnya
diolah menjadi beton harganya akan jauh lebih meningkat yaitu di kisaran
harga Rp. 700.000 – 1.000.000/m3 tergantung dari karakteristik dan kualitas
beton yang di inginkan.

17
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sirtu merupakan singkatan dari pasir diambil sir dan batu diambil tu
sehingga singkatannya menjadi sirtu.Sirtu biasanya merupakan bahan yang
belum terpadukan dan biasanya tersebar di daerah aliran sungai. Sirtu juga
bisa diambil dari satuan konglomerat atau breksi yang tersebar di daerah
daratan (daerah yang tinggi).
Sirtu tersebar luas di wilayah Indonesia, terutama di sekitar daerah aliran
sungai dan pedataran. Lokasi keterdapatan sirtu di Indonesia

Eksplorasi sirtu tidak seperti eksplorasi mineral lainnya dikarenakan


biasanya sirtu tampak dipermukaan, jadi hanya diperlukan perhitungan
cadangan bahan galian

Tahapan penambangannya yaitu, pertama dalam penambangan sirtu adalah


mengambil atau memisahkan sirtu dari tanah penutup, biasanya menggunakan
alat berat seperti backhoe. Setelah itu akan diangkut oleh dump truk untuk
dibawa ketempat crushing untuk membuat batu yang berukuran besar menjadi
ukuran sama seperti yang di inginkan

Pengolahan sirtu sangat sederhana, yaitu dengan metode crushing


bongkahan batuan yang masih besar dan hasil yang akan keluar adalah
batuan-batuan berdiameter lebih kecil dan beragam dan juga ada yang
menjadi pasir setelah itu kita pisahkan pasir dan batuan berdiameter sama
sesuai dengan kebutuhan sendiri

Sampai saat ini penggunaan sirtu biasa digunakan sebagai bahan bangunan
terutama untuk campuran beton, jalan tol, dan airport. Selain itu dapat pula
dipergunakan dalam, aspal/hotmix, plester, bahan bangunan dan tanah urug.
Indonesia memiliki potensi dan cadangan bahan galian golongan C cukup
besar yang menyebar hampir merata di seluruh wilayah, antara lain sirtu
dengan cadangan terbesar. Di pasaran harga bahan galian sirtu cukup

18
menjanjikan yaitu Rp. 135.000/m3. Dan apabila diolah lagi akan
menghasilkan nilai jual yang lebih tinggi. Misalnya diolah menjadi beton
harganya akan jauh lebih meningkat yaitu di kisaran harga Rp. 700.000 –
1.000.000/m3 tergantung dari karakteristik dan kualitas beton yang di
inginkan.

5.2 Saran
Sarannya itu sebaiknya pemerintah lebih memperdulikan lagi bahan galian
sirtu sebab bahan galian ini memiliki cadangan yang besar dan pada cadangan
ini masih belum banyak yang di tambang.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:MPrPiDs7uMQJ:doddyset
iagraha.blogspot.com/2012/09/sirtu-pasir-batu_23.html+&cd=1&hl=id&ct=clnk

20

Anda mungkin juga menyukai