Topan Setiadipura
(tsdipura@batan.go.id)
Bidang Komputasi BATAN - INDONESIA
Januari 2008
Review
1. Reaksi Nuklir
2. Konsep Penampang Lintang
3. Aspek Kuantitatif Kritikalitas Nuklir
4. Fisika dan Matematika Deplesi Bahan
Nuklir.
Pendahuluan
Tujuan utama dari desain dan operasi reaktor nuklir adalah pemanfaatan dari
energi atau radiasi yang dihasilkan dari reaksi fisi berantai yang terjadi pada
teras reaktor.
Tampang lintang
Fuel-pin
Fuel pin
A = λ ⋅ N (t )
a (b, c)d b a
c
target proyektil
sebelum setelah
Contoh : 1
0 n+ U →
235
92
236
92 U +γ Jenis reaksi mirip
seperti ini biasa
235
92 U ( n, γ ) 236
92 U
disebut reaksi (n,γ).
Energi Reaksi Nuklir
Reaksi nuklir selalu terkait dengan penyerapan atau pelepasan
energi. Energi yang dilepas (atau diserap) dalam reaksi nuklir
dapat dihitunga dengan memanfaatkan rumus pa Einstein
berikut : C kecepatan cahaya di ruang hampa
E = mc 2 M selisih massa yang dikonversi ke energi
Q = [( M a + M b ) − ( M c + M d )] ⋅ c 2
• Bila Q>0, maka reaksi mengeluarkan energi. Disebut reaksi eksotermik
• Bila Q<0, maka reaksi memerlukan pasokan energi. Disebut reaksi endotermik
Dua tipe umum interaksi neutron dengan nuklida, sebagaimana terlihat diatas,
adalah :
• Tumbukan (scattering), dimana neutron tidak pernah menembus inti. Bertumbukan
dengan potensial nuklir, seperti tumbukan antara dua kelereng.
• Penyerapan (absorption), dimana neutron sempat diserap oleh nuklida ZXA
(menembus inti), dan membentuk nuklida gabungan ZXA+1 (coumpound nucleus).
Bergabung dan Meluruh
Reaksi penyerapan memiliki dua langkah yaitu pembentukan
dan peluruhan nuklida gabungan.
Kong???
Skema peluruhan yang dapat Waktu hidup nuklida gabungan ( yaitu
terjadi sangat beragam..misal waktu neutron bersafari didalam
untuk nuklida gabungan (13Al27)* nuklida ) cukup lama. (Nilainya
untuk neutron lambat dengan
berikut : kecepatan 105 cm/s adalah 10-17 s
lamanya reaksi fisi ~10-14 s).
Misalnya :
Reaksi pertama yang akan terjadi..tapi ingat secara prinsip hal ini bersifat
statistik. Dalam perhitungan biasa dipergunakan data nuklir hasil eksperimen.
Contoh reaksi penyerapan
Reaksi Fisi
resume
Penampang Lintang
Cross-Section
• Penampang lintang mikroskopik
(microscopic cross section)
• Penampang lintang makroskopik
(macroscopic cross section)
• Penampang lintang diferensial tumbukan
(differensial scattering cross section)
Pen.Lintang Mikroskopik
Probabilitas terjadinya suatu reaksi neutron-nuklida ditentukan oleh nilai penampang
lintang nuklirnya.
Bila neutron dan nuklida dianggap sebagai partikel klasik, σ merupakan luas
penampang lintang nuklida ‘dilihat’ oleh neutron. Radius nuklida ~ 10-12 cm, maka
luas penampang lintang ~ 10-24 cm2 (sehingga dipakai satuan Barn = 10-24).
NAMUN, pemahaman diatas tidak selalu benar karena terkadang timbul efek
(mekanika) quantum dari neutron dan nuklida. Misalnya σa dari 54Xe135 untuk
neutron lambat lebih besar sekitar sejuta kali lipat penampang lintang
geometrisnya.
Pen.Lintang Mikroskopik
Pen.Lintang Makroskopik
Interpretasi
Contoh kasus
Misalnya kita akan Alur :
menghitung jarak bebas - Hitung N dari carbon (sebagai penyusun
rerata, λ, dari neutron graphit) Nc= 0.0803 x 10 24 cm-3
termal pada graphit. Data
nuklida carbon, - hitung Σs,Σa, dan Σt . Σs= 0.385 cm-1 ;
σs = 4.8 b ; σa = 4.0 x 10-3 b ; Σa = 3.2 x 10-4 cm-1 ; Σt = 0.385 cm-1 ~ Σs
Rapat massa, ρ, 1.6 g.cm-3
- λ = (Σt)-1 = 2.6 cm.
Konsep :
Perhatikan : betapa besar
- Jarak bebas rerata, λ, adalah resiprok dari penampang lintang tumbukan
penampang lintang makroskopik total, Σt. dibanding serapan bagi nuklida
-Penampang lintang makroskopik total adalah graphit. Secara rerata neutron
jumlah dari penampang lintang makroskopik termal mengalami 1200 tumbukan
tumbukan, Σs, dan serapan, Σa. sebelum pada akhirnya diserap
oleh nuklida. Sehingga graphit
- Penampang lintang makroskopik adalah
adalah bahan yang sangat baik
perkalian antara p.l. mikroskopik dengan
rapat atom nuklida,N. sebagai moderator.
Penampang lintang differensial tumbukan
Pengantar
Sebelumnya…
• telah dibahas mengenai konsep penampang lintang mikroskopik dan
makroskopik yang dapat memberi informasi mengenai probabilitas terjadinya
interaksi antara neutron dengan nuklida tertentu.
Namun …
• Kedua konsep penampang lintang sebelumnya hanya memberi probabilitas
terjadinya suatu reaksi, ketika telah terjadi reaksi tumbukan, tidak dapat lebih
jauh memberi informasi mengenai perubahan arah atau energi neutron
setelah interaksi tersebut.
Sehingga…
• konsep penampang lintang perlu diperluas untuk menjelaskan ‘reaksi
tumbukan’ secara lebih detail.
• Informasi mengenai perubahan arah dan energi neutron setelah reaksi
tumbukan sangatlah penting. Untuk itu perlu dikenalkan konsep ‘penampang
lintang differensial tumbukan’.
Notasi dan Konsep
Jadi, penampang lintang diferensial tumbukan (pldt) memberi informasi
mengenai arah dan energi baru neutron setelah tumbukan. Untuk itu
perlu dibahas terlebih dahulu mengenai variabel kecepatan neutron.
Koordinat bola
Integrasi terhadap kecepatan
∫ v = ∫ dE ∫πdΩ
ˆ ⋅ f (E, Ω
ˆ)
3
f ( v ) d
0 4
Konsep p.l.diferensial tumbukan
Pldt terkait dengan perubahan energi dan arah, namun untuk lebih sederhana
dan mudah difahami kita hanya perhatikan perubahan energi terlebih
dahulu.
( ) ( )
- Namun, pldt terkait dengan besarnya perbedaan
antara arah awal dengan arah akhir neutron, yang σ Ωˆ → Ωˆ ' = σ s Ωˆ • Ωˆ ' = σ s ( µ 0 )
s
disebut sudut hamburan,θ, atau cosinus-nya yaitu μo.
p.l ‘diferensiasi’ ??
Arah
( ) ( )
Berlaku pula untuk variabel
σ s Ωˆ = ∫ dΩˆ '⋅σ s Ωˆ → Ωˆ ' = σ s arah. Integrasi terhadap semua
arah.
4π
Double p.l.d.t
Konsep untuk variabel energi dan arah dapat digabungkan sehingga
dikenal pldt ganda (double differential scattering cross section)
Ω̂',E’
Ω̂,E
jumlah _ reaksi
cm 2
ˆ →Ω
= σs E → E', Ω (
ˆ ' ⋅ dΩ
ˆ '⋅I ⋅ N
A )
berlaku hubungan – hubungan berikut : Dapat juga diperluas untuk
makroskopik :
σ s ( E → E ') = ∫ d Ω ( )
Σ s ( E → E ' ) ≡ N ⋅ σ s ( E → E ')
ˆ '⋅σ E → E ' , Ω
ˆ →Ω
ˆ'
s
4π
s
ˆ →Ω
∫ 0
s
ˆ →Ω
Σ s Ωˆ → Ωˆ ' ≡ N ⋅ σ s Ωˆ → Ωˆ '
ˆ ' dE '⋅σ ( E → E ' , Ω ˆ ')
σ ( E → E ' ) = σ ( E ) ⋅ P ( E → E ')
∞
σ ( E ) = ∫ dΩ
s ∫ s
ˆ →Ω
4π 0 s s
Aspek Kuantitatif
Kritikalitas Nuklir
Sejarah Neutron pada Reaktor Nuklir
Sistem
misalnya
teras
reaktor
Satu generasi neutron adalah sejak ‘lahir’ pada reaksi fisi, hingga ‘mati’ pada kejadian yang
mengeluarkan neutron dari sistem. Khusus reaksi fisi, neutron yang hilang digantikan dengan
sejumlah neutron fisi yang dengan ini reaksi berantai bisa dipertahankan.
Probabilitas dari tiap kejadian diatas dapat didefinisikan
sbb:
PNL probabilitas bahwa neutron tidak akan bocor dari
sistem sebelum diserap.
PAF probabilitas bahwa bila neutron diserap pada
sistem, akan diserap pada bahan bakar.
Pf probabilitas bahwa bila neutron diserap pada
bahan bakar, akan menyebabkan reaksi fisi.
Dlm terminologi reaktor PAF = f
Formulasi (awal) Faktor Multiplikasi
Dimana :
kinf = η ⋅ f
σ Ff Jumlah neutron fisi per Meskipun sistem seperti ini tidak ada, kinf adalah
η = υ ⋅ F reaksi penyerapan neutron
parameter penting yang menunjukkan sifat
σa pada bahan bakar. multiplikasi dari material yang diamati.
Efek Spektrum Neutron
Pada formulasi sebelumnya, spektrum energi dari neutron belum diperhatikan!!!
• Padahal nilai penampang lintang reaksi sangat bergantung pada energi.
• Neutron yang ‘lahir’ dari reaksi fisi memiliki energi pada orde MeV (disebut neutron
cepat). Pada orde ini, probabilitas terjadinya fisi nilainya rendah (tapi ada!). Reaksi fisi
cenderung banyak terjadi pada energi neutron yang rendah (neutron termal).
• Dalam sejarahnya neutron akan mengalami degradasi energi, dari berenergi tinggi
hingga energi-nya rendah (diistilahkan sebagai peristiwa moderasi). Dan kejadian ini
belum dimasukkan dalam formulasi sebelumnya.
Parameter tambahan
Maka perlu ditambahkan : • Є : faktor fisi neutron cepat (energi tinggi) fraksi neutron fisi
• Kontribusi neutron fisi dan dari reaksi fisi neutron cepat terhadap terhadap total.
kebocoran neutron dari • p : Fraksi neutron fisi yang ‘berhasil’ termoderasi dari energi
spektrum energi berbeda. fisi ke energi termal tanpa diserap.
• Kontribusi diserapnya • PFNL : Probabilitas bahwa neutron cepat tidak akan bocor dari
neutron pada saat sistem.
‘moderasi’, yang disebut • PTNL : Probabilitas bahwa neutron termal tidak akan bocor dari
‘penangkapan resonansi’. sistem.
Jumlah neutron fisi total (dari reaksi fisi neutron cepat dan neutron termal)
Є≡
Jumlah neutron fisi dari reaksi fisi neutron termal
PNL = PFNL.PTNL
Formulasi Faktor Multiplikasi
Maka, kritikalitas nuklir yang diwakili oleh Faktor Multiplikasi diberikan oleh
formula berikut :
Sejarah
neutron pada
sistem nuklir
dengan
spektrum
energi
Fisika dan Matematika
Peristiwa Deplesi Bahan Nuklir
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC
• Production/removal equations :
Using the above rate information, a general coupled set of linear first-order differential
equations can be developed for all of the isotopes of interest. Due to the fact that a large
number of coupled equations can result, a numerical solution technique is the only
practical solution method.
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC
• NEUTRON INTERACTION :
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC
Time rate Production rate per unit volume of Removal rate per unit
of change isotope i volume of isotope i
in
concentrat
ion of from fission of from neutron from decay by by by
isotope i all fissionable transmutatio of all isotopes fissions neutron decay
nuclides n of all including capture
isotopes beta,alpha, (excludin
including etc. g fission)
(n,gamma),
(n,alpha), etc.
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC
Concentration of
Fission production isotope j , atoms/cm3
rate Neutron flux ,
All n/cm2-s
fissionable
nuclide
rate
Neutron flux ,
n/cm2-s
Integrated
over all Microscopic capture cross-
isotopes section (minus fissions) of
isotope k, cm2
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC
Integrate
over all Decay constant (equal to
isotopes ln(2)/half-life) of isotope l, 1/s
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC
Concentration of
Fission removal rate isotope l , atoms/cm3
Neutron flux ,
n/cm2-s
Neutron flux ,
n/cm2-s
Microscopic capture cross-
section of isotope j, cm2
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC
• BURNCAL solve the above coupled set of linear first order differential
equation using 1st order Runge-Kutta Methode with sufficiently small
time steps to ensure adequate accuracy in the results.
Initial value problems of ODEs
Possible ‘better’ solution on the above problem :
2. Use Predictor-Corrector
“ In fact the standard predictor-corrector algorithm is the proven algorithm
for burnup calculation for all licensing-level reactor physics codes…. It
is conceptually simpler and numerically more accurate than the middle- PARALLEL
timestep approach.” [Zhiwen Xu,2003] COMPUTATION
ON
4. Divide the complex chain to simple chain and solve it analitically
PUBLIC
using Bateman method.[Zaki Su’ud,1996]
CLUSTER
5. Matrix exponential method [Origen2.1].
6. Krylov Method [A Yamamoto,2007]
Tambahan