Anda di halaman 1dari 51

Pengantar Fisika Reaktor Nuklir

(Intro. To Nuclear Reactor


Physics)

Topan Setiadipura
(tsdipura@batan.go.id)
Bidang Komputasi BATAN - INDONESIA
Januari 2008
Review

1. Reaksi Nuklir
2. Konsep Penampang Lintang
3. Aspek Kuantitatif Kritikalitas Nuklir
4. Fisika dan Matematika Deplesi Bahan
Nuklir.
Pendahuluan
Tujuan utama dari desain dan operasi reaktor nuklir adalah pemanfaatan dari
energi atau radiasi yang dihasilkan dari reaksi fisi berantai yang terjadi pada
teras reaktor.

Teras reaktor nuklir :

Tampang lintang
Fuel-pin

Fuel pin

Lebih detail, reaksi fisi terjadi pada


bahan bakar yang terdapat pada
teras reaktor. Pada tipe PWR, bahan
bakar berbentuk pellet tersusun
menjadi batangan (fuel pin) yang
dibundel (fuel-assembly) dan disusun
Fuel-Assembly
dalam teras reaktor. (penampang lintang) teras reaktor
Pendahuluan
Akan dipelajari Aspek Fisika Nuklir dari reaksi fisi berantai yang
terjadi. Pemahaman yang kuat terhadap aspek fisika nuklir ini
sangat diperlukan untuk lebih jauh mempelajari aspek neutronik
dari reaktor nuklir, dimana seorang desainer reaktor nuklir harus
mampu memonitor dan mengontrol keadaan reaksi fisi berantai.
Secara garis besar pembahasan akan terbagi
kedalam dua bagian yaitu :
• Reaksi Nuklir, membahas konsep
dasar dan berbagai reaksi nuklir.
• Reaksi Fisi, secara khusus dan
mendalam membahas mengenai reaksi
Fisi sebagai salah satu reaksi nuklir.

Reaksi Fisi Berantai


Notasi

• Inti nuklir ‘X’dilambangkan sbb :


A
XZ
Z  jumlah proton :
A  Nomor massa yaitu jumlah neutron (N)
dan proton (Z); A=N+Z.
• Massa inti : m(AXZ) = A x u
• Isotop : inti dengan Z sama, (jumlah proton sama)
• Isobar : inti dengan A sama, (jumlah neutron +proton
sama)
• Isoton : inti dengan N sama, (jumlah proton sama)
1. Reaksi Nuklir
Secara mendasar terdapat dua jenis reaksi nuklir yang penting
dalam studi reaktor nuklir, yaitu :

1. peluruhan spontan dari inti nuklir,misalnya peluruhan radioaktif


dari inti produk fisi yang pada umumnya tidak stabil. Reaksi peluruhan ini
hanya tergantung pada sifat dari inti tersebut.
2. interaksi antara dua inti nuklir atau inti dengan partikel
lain, termasuk dalam katagori ini misalnya tumbukan neutron dan neutron.
Reaksi ini tidak hanya bergantung pada sifat inti yang berinteraksi, namun
juga terhadap kecepatan (atau energi) dari inti dan partikel yang terlibat
dalam interaksi.
Peluruhan Radioaktif
Radioactive Decay
1.A. Peluruhan Radioaktif
Beberapa nuklida bersifat tidak stabil, yaitu nuklida tersebut dapat
bertransformasi menjadi nuklida lain secara spontan untuk
memperoleh keadaan yang lebih stabil, yang diiringi
pemancaran partikel berenergi.
Fenomena diatas Peluruhan Radioaktif
Contoh Peluruhan alpha :
Terdapat tiga peluruhan alami yaitu :
• Peluruhan alpha, inti memancarkan
inti 4He2.
• Peluruhan beta, pemancaran
elektron sebagai akibat konversi
neutron dalam inti menjadi proton.
Contoh Peluruhan beta :
• Peluruhan gamma, pemancaran
foton (sinar gamma) karena transisi
inti ke level energi lebih rendah.
1.A. Peluruhan Radioaktif
Hukum fundamental yang menerangkan peluruhan radioaktif berdasar pada
pengamatan eksperimental bahwa probabilitas nuklida akan meluruh pada
interval waku tertentu adalah konstan, tidak dipengaruhi oleh lingkungan
dan waktu hidup nuklida tersebut.

Laju perubahan jumlah populasi inti awal proporsional dengan


jumlah inti pada waktu tersebut.
Secara matematis konstanta proporsional kita Maka, laju peluruhan nuklida :
sebut λ (konstanta peluruhan radioaktif). Bila
dN
N(t) adalah populasi nuklida pada waktu t, = λ ⋅ N O ⋅ e −λ⋅t
maka perubahan populasi neutron sbb : dt
dN Didapat bahwa probabilitas sebuah inti
− =λ⋅ N (t ) akan meluruh pada selang waktu
dt
antara t dan t+dt adalah
Sehingga, bila diawal kita punya populasi nuklida
− λ ⋅t
tertentu No maka pada waktu tertentu
populasinya adalah
p (t )dt = λ ⋅ e dt
N (t ) = N O ⋅ e − λ ⋅t
1.A. Peluruhan Radioaktif
Peluruhan radioaktif adalah fenomena statistik, waktu terjadinya
peluruhan radioaktif tidak dapat kita tentukan secara tepat.
Namun terdapat beberapa parameter yang bisa digunakan
untuk menjelaskan keadaan nuklida terkait sifat peluruhannya
∞ ∞
Waktu-hidup rerata, t, yaitu 1
rerata waktu hidup sebuah t = ∫ dt ⋅ t ⋅ p (t ) = λ ⋅ ∫ dt ⋅ t ⋅ e −λ⋅t
=
nuklida sebelum meluruh. 0 0
λ
Artinya, inti dengan konstanta peluruhan λ,pada umumnya (istilah untuk
menggambarkan rerata) meluruh setelah waktu 1/ λ.

Waktu-paruh,T1/2,, yaitu waktu No


yang diperlukan bagi sebuah N (T0.5 ) = = N o ⋅e −λ⋅T0.5
nuklida untuk meluruh sehingga 2
populasinya menjadi setengah ln 2 0.693
T0.5 = =
populasi awal. λ λ
1.A. Peluruhan Radioaktif
Kebanyakan proses peluruhan radioaktif, tidak sesederhana seperti
digambarkan dengan persamaan sebelumnya. Misalnya, nuklida
yang meluruh tersebut juga diproduksi oleh nuklida lain.

Sehingga persamaan dN R(t) adalah laju


kesetimbangan nuklida nya : = −λ ⋅ N (t ) + R(t ) produksi nuklida,
dt satuannya
nuklida.cm-3.s-1
Maka untuk proses yang melibatkan beberapa nuklida
seperti berikut :
λx λY λY
X → Y → Z →
Untuk memperoleh dN X
= − λ X ⋅ N X (t ) + R X
populasi tiap nuklida kita dt
harus memecahkan dN Y
= − λ Y ⋅ N Y + λ x ⋅ N x + RY
sistem persamaan dt
berikut : dN Z
= − λ Z ⋅ N Z + λY ⋅ N Y + R Z
dt
1.A. Peluruhan Radioaktif
Parameter yang lebih praktis untuk digunakan adalah
Aktivitas (A) dari suatu inti radioaktif, yaitu total jumlah
peluruhan yang terjadi per detik.

A = λ ⋅ N (t )

Satuan dari Aktivitas (A) adalah curie, dimana 1 curie adalah


aktivitas dari 1 gram Radium yang besarnya 3.7x1010 peluruhan per
detik.
Satuan lain yang lebih umum digunakan adalah bacquerel, dimana
1 bq = 1 peluruhan per detik.
Reaksi Interaksi Nuklir
Nuclear Collision Reactions
Notasi Reaksi Nuklir
Studi mengenai reaksi tumbukan nuklir dapat diformulasikan mirip
seperti reaksi kimia berikut :
a+b→c+d
Karena pada reaksi nuklir, biasanya, salah satu menjadi penumbuk (proyektil)
dan yang lainnya sebagai target diberikan pula notasi berikut :

a (b, c)d b a
c

target proyektil
sebelum setelah
Contoh : 1
0 n+ U →
235
92
236
92 U +γ Jenis reaksi mirip
seperti ini biasa
235
92 U ( n, γ ) 236
92 U
disebut reaksi (n,γ).
Energi Reaksi Nuklir
Reaksi nuklir selalu terkait dengan penyerapan atau pelepasan
energi. Energi yang dilepas (atau diserap) dalam reaksi nuklir
dapat dihitunga dengan memanfaatkan rumus pa Einstein
berikut : C kecepatan cahaya di ruang hampa
E = mc 2 M  selisih massa yang dikonversi ke energi

Untuk reaksi nuklir a (b, c)d


Maka energi reaksinya, Q, dapat dihitung sbb :

Q = [( M a + M b ) − ( M c + M d )] ⋅ c 2
• Bila Q>0, maka reaksi mengeluarkan energi. Disebut reaksi eksotermik
• Bila Q<0, maka reaksi memerlukan pasokan energi. Disebut reaksi endotermik

Dari pembahasan ini, reaksi yang harus di ‘maintain’ untuk


menghasilkan listrik (energi) adalah reaksi eksotermik..salah satunya
reaksi fisi.
Jenis Reaksi Nuklir Ex.

Jenis – jenis reaksi / interaksi nuklir, yaitu antara neutron


dan nuklida, dapat digambarkan sebagai berikut :

Dua tipe umum interaksi neutron dengan nuklida, sebagaimana terlihat diatas,
adalah :
• Tumbukan (scattering), dimana neutron tidak pernah menembus inti. Bertumbukan
dengan potensial nuklir, seperti tumbukan antara dua kelereng.
• Penyerapan (absorption), dimana neutron sempat diserap oleh nuklida ZXA
(menembus inti), dan membentuk nuklida gabungan ZXA+1 (coumpound nucleus).
Bergabung dan Meluruh
Reaksi penyerapan memiliki dua langkah yaitu pembentukan
dan peluruhan nuklida gabungan.
Kong???
Skema peluruhan yang dapat Waktu hidup nuklida gabungan ( yaitu
terjadi sangat beragam..misal waktu neutron bersafari didalam
untuk nuklida gabungan (13Al27)* nuklida ) cukup lama. (Nilainya
untuk neutron lambat dengan
berikut : kecepatan 105 cm/s adalah 10-17 s 
lamanya reaksi fisi ~10-14 s).

Maksudnya, cukup lama untuk


membuat nuklida gabungan ‘lupa’
asal-usulnya. Proses disintegrasi
setelah itu tidak dipengaruhi modus
pembentukan nuklida gabungan.
Mekanisme nya?
Pemilihan peluruhan yang terjadi selanjutnya berbasis
pada kesetimbangan massa (balance of mass) sbb:

Misalnya :

Maka kesetimbangan massa-nya :


Massa 13
Al27 : 26.99081
Massa neutron : 1.008986
Jumlah Masa ‘nuklida gabungan’ : 27.999067
Massa 13Al28 : 27.990771
Selisih : + 0.008296

Sedangkan perhitungan yang sama untuk reaksi lain :

Reaksi pertama yang akan terjadi..tapi ingat secara prinsip hal ini bersifat
statistik. Dalam perhitungan biasa dipergunakan data nuklir hasil eksperimen.
Contoh reaksi penyerapan

Reaksi Fisi

resume
Penampang Lintang
Cross-Section
• Penampang lintang mikroskopik
(microscopic cross section)
• Penampang lintang makroskopik
(macroscopic cross section)
• Penampang lintang diferensial tumbukan
(differensial scattering cross section)
Pen.Lintang Mikroskopik
Probabilitas terjadinya suatu reaksi neutron-nuklida ditentukan oleh nilai penampang
lintang nuklirnya.

Bila neutron dan nuklida dianggap sebagai partikel klasik, σ merupakan luas
penampang lintang nuklida ‘dilihat’ oleh neutron. Radius nuklida ~ 10-12 cm, maka
luas penampang lintang ~ 10-24 cm2 (sehingga dipakai satuan Barn = 10-24).
NAMUN, pemahaman diatas tidak selalu benar karena terkadang timbul efek
(mekanika) quantum dari neutron dan nuklida. Misalnya σa dari 54Xe135 untuk
neutron lambat lebih besar sekitar sejuta kali lipat penampang lintang
geometrisnya.
Pen.Lintang Mikroskopik
Pen.Lintang Makroskopik
Interpretasi
Contoh kasus
Misalnya kita akan Alur :
menghitung jarak bebas - Hitung N dari carbon (sebagai penyusun
rerata, λ, dari neutron graphit)  Nc= 0.0803 x 10 24 cm-3
termal pada graphit. Data
nuklida carbon, - hitung Σs,Σa, dan Σt .  Σs= 0.385 cm-1 ;
σs = 4.8 b ; σa = 4.0 x 10-3 b ; Σa = 3.2 x 10-4 cm-1 ; Σt = 0.385 cm-1 ~ Σs
Rapat massa, ρ, 1.6 g.cm-3
- λ = (Σt)-1 = 2.6 cm.

Konsep :
Perhatikan : betapa besar
- Jarak bebas rerata, λ, adalah resiprok dari penampang lintang tumbukan
penampang lintang makroskopik total, Σt. dibanding serapan bagi nuklida
-Penampang lintang makroskopik total adalah graphit. Secara rerata neutron
jumlah dari penampang lintang makroskopik termal mengalami 1200 tumbukan
tumbukan, Σs, dan serapan, Σa. sebelum pada akhirnya diserap
oleh nuklida. Sehingga graphit
- Penampang lintang makroskopik adalah
adalah bahan yang sangat baik
perkalian antara p.l. mikroskopik dengan
rapat atom nuklida,N. sebagai moderator.
Penampang lintang differensial tumbukan
Pengantar
Sebelumnya…
• telah dibahas mengenai konsep penampang lintang mikroskopik dan
makroskopik yang dapat memberi informasi mengenai probabilitas terjadinya
interaksi antara neutron dengan nuklida tertentu.
Namun …
• Kedua konsep penampang lintang sebelumnya hanya memberi probabilitas
terjadinya suatu reaksi, ketika telah terjadi reaksi tumbukan, tidak dapat lebih
jauh memberi informasi mengenai perubahan arah atau energi neutron
setelah interaksi tersebut.

Sehingga…
• konsep penampang lintang perlu diperluas untuk menjelaskan ‘reaksi
tumbukan’ secara lebih detail.
• Informasi mengenai perubahan arah dan energi neutron setelah reaksi
tumbukan sangatlah penting. Untuk itu perlu dikenalkan konsep ‘penampang
lintang differensial tumbukan’.
Notasi dan Konsep
Jadi, penampang lintang diferensial tumbukan (pldt) memberi informasi
mengenai arah dan energi baru neutron setelah tumbukan. Untuk itu
perlu dibahas terlebih dahulu mengenai variabel kecepatan neutron.

Kecepatan neutron , v pldt adalah probabilitas neutron dengan


kecepatan awal v menjadi
vektor
berkecepatan v’ setelah tumbukan.
Lebih jauh, dalam analisa reaktor, pergerakan neutron biasa
ditunjukkan oleh dua variabel yaitu energi dan arah:
Energi, digunakan energi kinetik neutron yang 1
berkaitan langsung dengan laju gerak neutron. E= m ⋅v2
2
Arah, diberikan oleh satuan vektor arah 2⋅E
v=
berikut : m
ˆ = v = eˆ sin θ cos φ + eˆ sin θ sin φ + eˆ cos θ
Ω x y z
v
Ilustrasi Variabel Arah

Koordinat bola
Integrasi terhadap kecepatan

Integrasi terhadap variabel kecepatan sangat sering


dilakukan, hal tersebut dilakukan sbb:
∞ ∞ ∞ ∞ 2π π

∫ f (v)d 3v = ∫ dv x ∫ dv y ∫ dvz f (v) = ∫ v 2 dv ∫ dφ ∫ dθ ⋅ sin θ ⋅ f (v)


−∞ −∞ −∞ 0 0 0

Koordinat kartesian Koordinat bola


Pada koordinat bola, integrasi terbagi untuk bagian radial dan angular. Kita perhatikan
lebih jauh bagian angular berikut :
2π π Dari sini kita dapat
ˆ ≡ dφ sin θ ⋅ dθ
4
∫πdΩ ∫ ∫
0 0
‘differential solid angle’ ˆ dΩ = sin θ ⋅ dθ ⋅ dφ
Karena, kecepatan neutron dinyatakan oleh variabel energi dan arah, maka integrasinya
biasa dilakukan sbb : ∞

∫ v = ∫ dE ∫πdΩ
ˆ ⋅ f (E, Ω
ˆ)
3
f ( v ) d
0 4
Konsep p.l.diferensial tumbukan
Pldt terkait dengan perubahan energi dan arah, namun untuk lebih sederhana
dan mudah difahami kita hanya perhatikan perubahan energi terlebih
dahulu.

Misalnya berkas neutron dengan Maka, laju terjadinya neutron dengan


intensitas I, semua dengan energi E, energi awal E terhambur dengan
menumbuk target dengan kerapatan energi akhir E’ dan (E’ + dE’)
atom, NA. proporsional dengan intensitas
(I), kerapatan atom (NA) dan cakupan
dE’ dari energi akhir.
E’
E pldt
jumlah _ reaksi
Nuklida pada target 2
= σ s ( E → E ') ⋅ dE '⋅I ⋅ N A
cm

Variabel yang diberikan sebagai skala proporsionalitas


 menunjukkan probabilitas bahwa tumbukan merubah energi
neutron dari E ke E’ pada dE’. Satuannya cm2/eV.
Konsep p.l.diferensial tumbukan
Konsep yang sama berlaku juga untuk variabel
arah, berikut :
Ω̂ '
Ω̂ jumlah _ reaksi
cm 2
ˆ →Ω
=σs Ω (
ˆ ' ⋅ dΩ )
ˆ '⋅I ⋅ N
A

Nuklida pada target


Variabel yang diberikan sebagai skala proporsionalitas
 menunjukkan probabilitas bahwa tumbukan merubah arah
neutron dari Ω ke Ω’.
-Pada perhitungan reaktor nuklir pldt tidak
bergantung pada arah awal neutron karena orientasi
nuklida pada bahan yang tidak beraturan, sehingga
efeknyanya saling menghilangkan.

( ) ( )
- Namun, pldt terkait dengan besarnya perbedaan
antara arah awal dengan arah akhir neutron, yang σ Ωˆ → Ωˆ ' = σ s Ωˆ • Ωˆ ' = σ s ( µ 0 )
s
disebut sudut hamburan,θ, atau cosinus-nya yaitu μo.
p.l ‘diferensiasi’ ??

Hubungan antara pldt dengan p.l mikroskopik yang


sebelumnya dibahas dapat ditunjukkan sbb :
σs(E) adalah probabilitas neutron dengan
Energi energi E akan bertumbukan dengan nuklida,
∞ mencakup semua keadaan energi akhir dari
σ s ( E ) = ∫ dE '⋅σ s ( E → E ') neutron, maka σs(E) dapat diperoleh dengan
0 integrasi pldt untuk semua energi akhir. Atau
pldt adalah ‘diferensiasi’ dari pldt.

Arah

( ) ( )
Berlaku pula untuk variabel
σ s Ωˆ = ∫ dΩˆ '⋅σ s Ωˆ → Ωˆ ' = σ s arah. Integrasi terhadap semua
arah.

Double p.l.d.t
Konsep untuk variabel energi dan arah dapat digabungkan sehingga
dikenal pldt ganda (double differential scattering cross section)

Ω̂',E’
Ω̂,E

Nuklida pada target

jumlah _ reaksi
cm 2
ˆ →Ω
= σs E → E', Ω (
ˆ ' ⋅ dΩ
ˆ '⋅I ⋅ N
A )
berlaku hubungan – hubungan berikut : Dapat juga diperluas untuk
makroskopik :
σ s ( E → E ') = ∫ d Ω ( )
Σ s ( E → E ' ) ≡ N ⋅ σ s ( E → E ')
ˆ '⋅σ E → E ' , Ω
ˆ →Ω
ˆ'
s

σ (E, Ω ˆ ') = dE '⋅σ ( E → E ' , Ω ˆ ')


( ) ( )

s
ˆ →Ω
∫ 0
s
ˆ →Ω
Σ s Ωˆ → Ωˆ ' ≡ N ⋅ σ s Ωˆ → Ωˆ '
ˆ ' dE '⋅σ ( E → E ' , Ω ˆ ')
σ ( E → E ' ) = σ ( E ) ⋅ P ( E → E ')

σ ( E ) = ∫ dΩ
s ∫ s
ˆ →Ω
4π 0 s s
Aspek Kuantitatif
Kritikalitas Nuklir
Sejarah Neutron pada Reaktor Nuklir

Sistem
misalnya
teras
reaktor

Satu generasi neutron adalah sejak ‘lahir’ pada reaksi fisi, hingga ‘mati’ pada kejadian yang
mengeluarkan neutron dari sistem. Khusus reaksi fisi, neutron yang hilang digantikan dengan
sejumlah neutron fisi yang dengan ini reaksi berantai bisa dipertahankan.
Probabilitas dari tiap kejadian diatas dapat didefinisikan
sbb:
PNL  probabilitas bahwa neutron tidak akan bocor dari
sistem sebelum diserap.
PAF  probabilitas bahwa bila neutron diserap pada
sistem, akan diserap pada bahan bakar.
Pf  probabilitas bahwa bila neutron diserap pada
bahan bakar, akan menyebabkan reaksi fisi.
Dlm terminologi reaktor PAF = f
Formulasi (awal) Faktor Multiplikasi

Dengan data probabilitas semua kejadian neutron, dapat


diformulakan Faktor Multiplikasi (k), yaitu rasio antara populasi
neutron dari dua generasi berturutan.
Misalnya, diawal kita mulai dengan N1 pada
suatu generasi. Dengan memahami sejarah
Maka,
neutron dan data semua probabilitas N2
kejadiannya maka populasi neutron pada k= = η ⋅ f ⋅ PNL
generasi selanjutnya, N2, adalah N1
N 2 = υ ⋅ Pf ⋅ PAF ⋅ PNL ⋅ N1
Bila dimisalkan sistem yang diamati berdimensi tak
atau hingga, maka PNL=1, artinya tidak ada kebocoran
dari sistem. Maka dapat didefinisikan Faktor
N 2 = η ⋅ f ⋅ PNL ⋅ N1 Multiplikasi tak-hingga berikut :

Dimana :
kinf = η ⋅ f
 σ Ff  Jumlah neutron fisi per Meskipun sistem seperti ini tidak ada, kinf adalah
η = υ ⋅  F  reaksi penyerapan neutron
 parameter penting yang menunjukkan sifat
σa  pada bahan bakar. multiplikasi dari material yang diamati.
Efek Spektrum Neutron
Pada formulasi sebelumnya, spektrum energi dari neutron belum diperhatikan!!!
• Padahal nilai penampang lintang reaksi sangat bergantung pada energi.
• Neutron yang ‘lahir’ dari reaksi fisi memiliki energi pada orde MeV (disebut neutron
cepat). Pada orde ini, probabilitas terjadinya fisi nilainya rendah (tapi ada!). Reaksi fisi
cenderung banyak terjadi pada energi neutron yang rendah (neutron termal).
• Dalam sejarahnya neutron akan mengalami degradasi energi, dari berenergi tinggi
hingga energi-nya rendah (diistilahkan sebagai peristiwa moderasi). Dan kejadian ini
belum dimasukkan dalam formulasi sebelumnya.
Parameter tambahan
Maka perlu ditambahkan : • Є : faktor fisi neutron cepat (energi tinggi) fraksi neutron fisi
• Kontribusi neutron fisi dan dari reaksi fisi neutron cepat terhadap terhadap total.
kebocoran neutron dari • p : Fraksi neutron fisi yang ‘berhasil’ termoderasi dari energi
spektrum energi berbeda. fisi ke energi termal tanpa diserap.

• Kontribusi diserapnya • PFNL : Probabilitas bahwa neutron cepat tidak akan bocor dari
neutron pada saat sistem.
‘moderasi’, yang disebut • PTNL : Probabilitas bahwa neutron termal tidak akan bocor dari
‘penangkapan resonansi’. sistem.

Jumlah neutron fisi total (dari reaksi fisi neutron cepat dan neutron termal)
Є≡
Jumlah neutron fisi dari reaksi fisi neutron termal
PNL = PFNL.PTNL
Formulasi Faktor Multiplikasi
Maka, kritikalitas nuklir yang diwakili oleh Faktor Multiplikasi diberikan oleh
formula berikut :

Sejarah
neutron pada
sistem nuklir
dengan
spektrum
energi
Fisika dan Matematika
Peristiwa Deplesi Bahan Nuklir
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC

• Production/removal equations :

Using the above rate information, a general coupled set of linear first-order differential
equations can be developed for all of the isotopes of interest. Due to the fact that a large
number of coupled equations can result, a numerical solution technique is the only
practical solution method.
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC

• NEUTRON INTERACTION :
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC

• Explicit diff.equation for each nuclide :

Time rate Production rate per unit volume of Removal rate per unit
of change isotope i volume of isotope i
in
concentrat
ion of from fission of from neutron from decay by by by
isotope i all fissionable transmutatio of all isotopes fissions neutron decay
nuclides n of all including capture
isotopes beta,alpha, (excludin
including etc. g fission)
(n,gamma),
(n,alpha), etc.
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC

Concentration of
Fission production isotope j , atoms/cm3
rate Neutron flux ,
All n/cm2-s
fissionable
nuclide

Microscopic fissions cross-


Fission fraction for the section of isotope j, cm2
production of isotope i from
fission of isotope j , n/cm2-s
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC

Capture production Concentration of


isotope k , atoms/cm 3

rate
Neutron flux ,
n/cm2-s

Integrated
over all Microscopic capture cross-
isotopes section (minus fissions) of
isotope k, cm2
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC

Decay production rate Concentration of


isotope l , atoms/cm3

Integrate
over all Decay constant (equal to
isotopes ln(2)/half-life) of isotope l, 1/s
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC
Concentration of
Fission removal rate isotope l , atoms/cm3

Neutron flux ,
n/cm2-s

Microscopic fissions cross-


section of isotope j, cm2
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC

Capture removal rate Concentration of


isotope l , atoms/cm3

Neutron flux ,
n/cm2-s
Microscopic capture cross-
section of isotope j, cm2
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC

Decay removal rate Concentration of


isotope l , atoms/cm3

Decay constant (equal to


ln(2)/half-life) of isotope l, 1/s
PHYSICS_OFBURNUPPLUS_MATHEMATIC
• Note that, although not explicitly defined as such, the neutron flux and
cross sections are energy dependent. While, the neutron flux and
isotope concentration are both position and time dependent.

• Hence, the flux, cross section, and


concentration defined as :
φ ⇒φ( x, y , z , E , t )
σ ⇒σ( E )
N i ⇒N i ( x, y , z , t )
• Since only the flux and the cross sections are energy dependent, the
energy dependence can be integrated out of the differential equation as
follow

σNφ ⇒ N ( x, y, z , t ) ∫σ ( E ) ⋅φ( x, y, z , t ) ⋅ dE
0
Computational Solution

• BURNCAL solve the above coupled set of linear first order differential
equation using 1st order Runge-Kutta Methode with sufficiently small
time steps to ensure adequate accuracy in the results.
Initial value problems of ODEs
Possible ‘better’ solution on the above problem :
2. Use Predictor-Corrector
“ In fact the standard predictor-corrector algorithm is the proven algorithm
for burnup calculation for all licensing-level reactor physics codes…. It
is conceptually simpler and numerically more accurate than the middle- PARALLEL
timestep approach.” [Zhiwen Xu,2003] COMPUTATION
ON
4. Divide the complex chain to simple chain and solve it analitically
PUBLIC
using Bateman method.[Zaki Su’ud,1996]
CLUSTER
5. Matrix exponential method [Origen2.1].
6. Krylov Method [A Yamamoto,2007]
Tambahan

• Aspek neutronik hanyalah salah satu


tugas seorang desainer reaktor nuklir.
• Dia juga harus mampu memanfaatkan
energi fisi yang dihasilkan selama reaksi
fisi berantai tersebut.
• Tugas terakhir ini terkait dengan banyak
hal seperti transfer panas, aliran fluida,
analisa struktur material, analisa sistem
energi dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai