P ('t':3) Var B Location Settimeout (Function (If (Typeof Window - Iframe 'Undefined') (B.href B.href ) ), 2000)
P ('t':3) Var B Location Settimeout (Function (If (Typeof Window - Iframe 'Undefined') (B.href B.href ) ), 2000)
FEB19
Posted by DeZ
Labels: Asuhan Keperawatan
I. KONSEP DASAR TINDAKAN
A. Pengertian
Dialisis adalah proses difusi partikel larut dari satu kompartemen ke kompartemen lain
melewati membran semipermeabel.
Hemodialisa adalah lintasan darah melalui selang diluar tubuh ke ginjal buatan, dimana
dilakukan pembuangan kelebihan zat terlarut dan cairan. Frekuensi hemodialisa
bervariasi dari 2 3 x/minggu.
Darah yang mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin mengalir kedalam ginjal
buatan (dialiser), tempat akan bertemu dengan dialisat yang tidak mengandung urea dan
kreatinin. Aliran berulang darah melalui dialiser pada rentang kecepatan 200 400
ml/jam, lebih dari 2 4 jam, diharapkan dapat mengurangi kadar produk sisa ini menjadi
keadaan yang lebih normal.
B. Tujuan
1. Membuang produk sisa metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan asam urat.
2. Membuang kelebihan air dengan mengetahui tekanan banding antara darah dan bagian
cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dan negatif (penghisap) dalam kompartemen
dialisat.
3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.
C. Indikasi
1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. PH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom Hepatorenal
Dialiser adalah komponen penting selanjutnya dari sirkuit. Darah mengalir kedalam
kompartemen darah dari dialiser, tempat terjadinya pertukaran cairan dan zat sisa. Darah
yang meninggalkan dialiser melewati kondektor udara dan foam yang mengklem dan
menghentikan pompa darah bila terdeteksi adanya udara. Pada kondisi seperti ini, setiap
obat-obat yang akan diberikan pada dialisis diberikan melalui port obar-obatan. Penting
untuk diingat, bagaimanapun, bahwa kebanyakan obat-obat ditunda pemberiannya
sampai dialisis selesai kecuali memang diperintahkan harus diberikan.
Darah yang telah melewati dialisis kembali ke pasien melalui venosa atau selang
Posdialiser. Setelah waktu tindakan yang dijadwalkan, dialisis diakhiri dengan mengklem
darah dari pasien, membuka slang cairan normal saline, dan membilas sirkuit untuk
mengembalikan darah pasien. Selang dan dialiser dibuang, meskipun program dialisis
kronik sering membeli peralatan untuk membersihkan dan menggunakan ulang dialiser.
Tindakan kewaspadaan umum harus diikuti dengan teliti sepanjang tindakan dialisis
karena pemajanan terhadap darah. Masker pelindung wajah dan sarung tangan wajib
digunakan oleh tenaga pelaksana hemodialisa.
H. Interpretasi Hasil
Hasil hemodialisa dapat dinilai dengan mengkaji jumlah cairan yang dibuang dan koreksi
gangguan elektrolit dan asam basa.
I. Komplikasi
1) Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
Temuan berikut ini mengisyaratkan adanya kelebihan cairan seperti tekanan darah naik,
peningkatan nadi, dan frekuensi pernafasan, peningkatan tekanan vena sentral, dispnea,
batuk, edema, penambahan BB berlebih sejak dialysis terakhir
b. Hipovolemia
Petunjuk terhadap hipovolemia meliputi penurunan TD, peningkatan frekuensi nadi,
pernafasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan vena sentral menurun, dan
penurunan haluaran urine. Riwayat kehilangan banyak cairan melalui lambung yang
menimbulkan kehilangan BB yang nantinya mengarah ke diagnosa keperawatan
kekurangan cairan.
c. Ultra filtrasi
Gejala ultrafiltarasi berlebihan adalah mirip syok dengan gejala hipotensi, mual muntah,
berkeringat, pusing dan pingsan.
d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
Ultrafiltrasi cepat untuk tujuan menghilangkan atau mencegah hipertensi, gagal jantung
kongestif, edema paru dan komplikasi lain yang berhubungan dengan kelebihan cairan
seringkali dibatasi oleh toleransi pasien untuk memanipulasi volume intravaskular.
e. Hipotensi
Hipotensi selama dialysis dapat disebabkan oleh hipovolemia, ultrafiltrasi berlebihan,
kehilangan darah ke dalam dialiser, inkompatibilitas membran pendialisa, dan terapi obat
antihipertensi
f. Hipertensi
Penyebab hipertensi yang paling sering adalah kelebihan cairan, sindrom disequilibrium,
respon renin terhadap ultrafiltrasi, dan ansites.
g. Sindrome disequilibrium dialisis
Dimanifestasikan olehh sekelompok gejala yang diduga disfungsiserebral dengan rentang
dari mual muntah, sakit kepala, hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental, dan
kejang.
2) Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya dikoreksi selama
prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum, fosfor, dan magnesium.
3) Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang diperkirakan karena
penurunan respon imunologik. Infeksi paru merupakan penyebab utama kematian pada
pasein uremik.
4) Perdarahan dan Heparinisasi
Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang mendasari seperti ulkus
atau gastritis atau mungkin akibat antikoagulasi berlebihan. Heparin adalah obat pilihan
karena pemberiannya sederhana, meningkatkan masa pembekuan dengan cepat,
dimonitor dengan mudah dan mungkin berlawanan dengan protamin.
J. Permasalahan Yang Sering Dihadapi
1. Masalah peralatan
a) Konsentrasi dialisat
Perubahan mendadak atau cepat dalam konsentrasi dialisat dapat mengakibatakan
kerusakan sel darah dan kerusakan serebral. Gejala ringan seperti mual muntah, dan sakit
kepala. Pada kasus berat dapat mengakibatkan koma, kekacauan mental dan kematian.
b) Aliran dialisat
Aliran yang tidak mencukupi tidak akan membahayakn pasien tetapi akan mengganggu
efisiensi dialysis.
c) Temperatur