Anda di halaman 1dari 0

Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)

Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 1


ANALISIS KELAYAKAN USAHA
Akhmad Rizqul Karim, SP., M.Sc.
1
I. Pendahuluan
Merencanakan sebuah usaha perlu perhitungan yang tepat. Hal tersebut dilakukan
agar usaha yang dijalankan memiliki arah dan tujuan yang jelas. Selain itu pengelolaan
suatu usaha diharapkan akan mendatangkan penghasilan dan kepuasan bagi pemiliknya.
Pencapaian tujuan usaha harus memenuhi beberapa kriteria kelayakan usaha. Jika
diihat dari segi bisnis, suatu usaha sebelum dijalankan harus dinilai layak atau tidak layak
untuk dijalankan. Agar tujuan pendirian usaha dapat tercapai sesuai keinginan, sebaiknya
terlebih dahulu dilakukan sebuah studi. Tujuannya adalah untuk menilai apakah investasi
yang akan ditanamkan layak atau tidak untuk dijalankan (dalam arti sesuai dengan tujuan
perusahaan). Dengan kata lain, jika usaha tersebut dijalankan, akan memberikan
bermanfaat atau tidak.
Seorang pemilik usaha dituntut harus bisa melakukan analisis kelayakan usaha
dari berbagai aspek. Analisis kelayakan usaha ini dapat dilakukan sebelum menjalankan
suatu usaha dan ketika terjadi pengembangan atau ekspansi usaha tersebut. Pengetahuan
tentang analisis kelayakan usaha akan menjadi pegangan dalam menjalankan suatu usaha
agar usaha tersebut tidak mengalami kerugian.
Analisis kelayakan usaha berfungsi untuk menentukan suatu usaha layak
dijalankan atau tidak. Hal tersebut penting dilakukan agar suatu usaha yang sedang
dirintis atau dikembangkan terhindar dari kerugian. Kesalahan dalam merencanakan
suatu usaha akan berakibat pembengkakan investasi. Hal ini juga dapat terjadi apabila
pemilik usaha ingin mengembangkan usahanya yang telah berjalan tanpa perhitungan
yang matang. Oleh karena itu analisis kelayakan usaha menjadi penting sekali untuk
diperhatikan. Pada bab ini dibahas difinisi dan aspek-aspek yang terdapat pada analisis
kelayakan usaha serta ilustrasi aplikasi analisis kelayakan usaha dari aspek keuangan.
II. Difinisi dan Aspek Analisis Kelayakan Usaha
1
Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UNSOED
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 2
Analisis kelayakan usaha dapat diartikan sebagai suatu alat analisis yang
digunakan untuk menilai kelayakan suatu usaha. Analisis kelayakan usaha dimulai dari
sebuah ide bisnis. Diperlukan sebuah penelitian untuk mengetahui apakah ide bisnis
tersebut layak dilakukan atau tidak.
Seseorang yang akan merintis sebuah UKM pasti telah melakukan analisis kelayakan
usaha yang berkaitan dengan bidang usahanya. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan
dapat berupa analisis kelayakan usaha sederhana dan kompleks, tergantung dari besar
kecilnya usaha tersebut. Semakin besar usaha yang akan dirintis maka semakin kompleks
analisis kelayakan usaha yang dilakukan.
Analisis kelayakan usaha yang dilakukan oleh wirausahawan yang sedang
merintis suatu usaha berbeda-beda. Analisis kelayakan usaha yang dilakukan oleh
wirausahawan yang bergerak dalam bidang jasa akan berbeda dengan wirausahawan
yang bergerak dalam bidang produksi barang. Hal tersebut sangat normal sekali karena
kemungkinan besar terdapat perbedaan pada aspek-aspek yang dijadikan pertimbangan
dalam analisis kelayakan usaha.
Secara umum aspek yang menjadi objek analisis kelayakan usaha diantaranya
adalah (1) Aspek hukum, (2) Aspek lingkungan, (3) Aspek pasar dan pemasaran, (4)
Aspek teknis dan teknologi, (5) Aspek manajemen dan sumber daya manusia dan (6)
Aspek keuangan (Suliyanto, 2010). Aspek-aspek tersebut terkait antara satu dengan yang
lain. Namun demikian pada UKM yang baru dirintis biasanya hanya memperhatikan
sebagian dari aspek tersebut. Perhatikan gambar 1 berikut ini.
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 3
Aspek
Hukum
Analisa
Usaha
Aspek
Lingkungan
Aspek Pasar
dan Pemasaran
Aspek
Teknis dan
Teknologi
Aspek Manajemen
Sumber Daya
Manusia
Aspek
Keuangan
Gambar 1 . Aspek analisis kelayakan usaha
Seperti pada difinisi UKM, wirausahawan yang sedang merintis suatu usaha
melakukan pekerjaannya secara mandiri. Perintisan usaha tersebut biasanya dimulai dari
pemilik usaha yang bersangkutan. Oleh karena itu aspek manajemen dan sumber daya
manusia sering diabaikan karena usaha yang dirintis tersebut belum berkembang dan
membutuhkan banyak tenaga kerja. Selain itu aspek lingkungan juga sering terabaikan
karena UKM memiliki wilayah operasional yang sempit dan terbatas. Demikian juga
UKM yang baru dirintis belum banyak berhubungan dengan pihak luar sehingga aspek
hukum juga masih dipandang belum perlu mendapat perhatian.
Aspek yang sering diperhatikan oleh UKM adalah aspek teknis dan teknologi,
aspek pasar dan pemasaran serta aspek keuangan. Aspek teknis dan teknologi berkaitan
dengan kesiapan UKM dalam menjalankan produksi dalam bisnisnya. Aspek pasar dan
pemasaran berkaitan dengan potensi pasar, keadaan persaingan usaha sejenis, market
share, dan strategi pemasaran produk yang akan dipilih. Sedangkan aspek keuangan
berkaitan dengan biaya-biaya yang timbul (investasi dan modal kerja) dari usaha tersebut
serta tingkat pengembalian investasi dan pendapatan usaha yang dijalankan.
Aspek teknis dan teknologi
Aspek teknis dan teknologi dipandang perlu diperhatikan untuk mengetahui
apakah secara teknis usaha dapat dijalankan dan teknologi yang diperlukan sudah
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 4
tersedia. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam analisis kelayakan usaha dari aspek
teknis dan teknologi antara lain:
Penentuan lokasi usaha
Penentuan luas atau skala produksi
Penentuan alat-alat produksi
Penentuan teknologi yang digunakan dalam berproduksi
Penentuan lokasi produksi dapat dilakukan dengan mempertimbangkan jenis
usaha yang akan atau sedang dikembangkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan lokasi produksi antara lain: (1) Ketersediaan bahan mentah, (2) Letak pasar
yang dituju, (3) Ketersediaan sumber energi, air dan sarana telekomunikasi, dan (4)
Ketersediaan sarana transportasi.
Luas atau skala produksi masing-masing usaha berbeda satu dengan yang lain.
Luas produksi sangat penting untuk direncanakan agar usaha yang dikembangkan
mencapai tingkat keuntungan yang maksimal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan luas produksi usaha antara lain: (1) Bahan dasar yang digunakan
dalam proses produksi, (2) Produk yang dihasilkan, (3) Besar kecilnya mesin yang
digunakan, dan (4) Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi.
Penentuan alat-alat produksi yang digunakan berkaitan erat dengan keuntungan
dan kerugian jangka panjang. Ketepatan alat produksi akan menunjang keuntungan
jangka panjang karena pemilik usaha dapat mengoptimalkan penggunaan alat tersebut.
Sebaliknya, kesalahan dalam memilih alat-alat produksi akan memaksa pemilik usaha
untuk mengganti alat tersebut. Jika ini terjadi maka pemilik usaha sama saja melakukan
investasi dua kali untuk pekerjaan yang sama. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam memilih alat-alat produksi antara lain: kesesuaian dengan teknologi, kesesuaian
harga peralatan dengan kemampuan keuangan, kemampuan atau kapasitas produksi
peralatan, ketersediaan suku cadang dan perawatan, kualitas dan umur ekonomis.
Teknologi senantiasa berkembang dari masa ke masa. Meskipun demikian, tidak
selalu teknologi baru cocok diterapkan pada proses produksi usaha yang sedang
dikembangkan. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan teknologi
dalam melakukan proses produksi antara lain: (1) Kemampuan tenaga kerja dalam
menggunakan teknologi, (2) Kesesuaian teknologi dengan bahan baku yang digunakan,
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 5
(3) Kemungkinan pengembangan teknologi peralatan di masa yang akan datang, dan (4)
Keberhasilan pemakaian teknologi di tempat lain.
Aspek pasar dan pemasaran
Menjadi seorang pemilik usaha yang sukses tidak hanya dituntut untuk
memproduksi produk yang berkualitas saja, tetapi juga harus mengerti siapa saja yang
akan membeli produk tersebut. Oleh karena itu seorang pemilik usaha yang cerdas akan
membuat rencana pemasaran terlebih dahulu sebelum memproduksi sebuah produk.
Rencana pemasaran dibuat setelah data-data dan informasi tentang pasar diketahui.
Namun sebelum mengolah data-data dan informasi tersebut, seorang pemilik usaha harus
bisa menjawab minimal tiga pertanyaan tentang bisnis yang sedang dirintis. Perhatikan
gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Gambaran umum sasaran pemasaran
Pertanyaan pertama adalah dimana posisi kita saat ini?. Maksud pertanyaan ini
adalah pengetahuan pemilik usaha tentang posisi usahanya tersebut. Untuk menjawab
pertanyaan tersebut seorang pemilik usaha harus mengetahui latar belakang perusahaan
yang didirikan, kekuatan dan kelemahan perusahaan, kondisi persaingan usaha dan
bagaimana peluang serta hambatan yang dihadapi.
Banyak sekali latar belakang sebuah usaha didirikan. Latar belakang terebut bisa
berupa mencari keuntungan semata, mencari keuntungan sekaligus berusaha untuk
mandiri sebagai seorang pemilik usaha, atau hanya ingin sekedar coba-coba karena
melihat peluang yang bagus. Setelah latar belakang pendirian usaha ditetapkan, pemilik
usaha harus mampu melihat kekuatan dan kelemahan perusahaan yang dibangunnya
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 6
tersebut. Kekuatan dan kelemahan dapat dilihat dari sisi peralatan produksi, keuangan,
lokasi, sumber daya manusia, teknologi yang digunakan dan ketersediaan bahan baku.
Sedangkan peluang dan hambatan diketahui dari pencarian data-data dan informasi
tentang pasar suatu produk. Bisa jadi data-data atau informasi tersebut didapatkan dari
survey pasar, informasi dari pelaku usaha yang sudah terlebih dahulu berdiri, tanya jawab
dengan toko-toko tentang selera masyarakat, dan lain sebagainya.
Pertanyaan kedua adalah kemanakah arah, tujuan dan sasaran pemasaran
produk yang diproduksi? Setelah mengerti peluang dan hambatan dalam suatu usaha,
pemilik usaha harus segera menetapkan sasaran pasarnya. Apakah produk yang
dihasilkan tersebut akan dijual dengan cara langsung ke konsumen (direct selling), dijual
dengan metode konsinyasi (dititipkan) ke toko-toko, atau dengan cara dipesan terlebih
dahulu. Hal ini menjadi cukup penting karena akan berkaitan erat dengan proses produksi
yang akan dilakukan.
Pertanyaan ketiga adalah bagaimana caranya untuk mencapai sasaran
tersebut? Ada berbagai cara yang bisa ditempuh untuk mencapai sasaran usaha yang
telah ditetapkan. Namun cara-cara tersebut pasti memiliki banyak sekali rintangan.
Rintangan yang timbul dapat berasal dari proses produksi, distribusi produk, jaminan
kualitas dan lain-lain. Meskipun memiliki rintangan, pemilik usaha dituntut untuk tetap
berjuang pantang menyerah dan berfikir kreatif serta inovatif untuk menghadapi dan
memecahkan semua bentuk rintangan yang mungkin timbul untuk mencapai sasaran
yang akan dituju.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa rencana pemasaran (marketing plan)
adalah suatu proses perencanaan yang harus disiapkan untuk mengetahui posisi
perusahaan, mengetahui sasaran yang akan dicapai dan tindakan-tindakan untuk
mencapai sasaran tersebut. Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan dalam rencana
pemasaran, yaitu:
1. Menganalisa keadaan lingkungan dan peluang pasar
2. Mengembangkan sasaran pemasaran
3. Menetapkan strategi pemasaran yang tepat dan sesuai dengan lingkungan dan
peluang pasar tersebut
4. Menciptakan taktik atau tindakan-tindakan yang diperlukan untuk melaksanakan
strategi pemasaran yang telah dibuat
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 7
a. Perubahan Pandangan tentang Pemasaran
Semenjak pemilik usaha mempelajari tentang pemasaran, berkembang
pandangan-pandangan tentang pemasaran tersebut. Perubahan pandangan tentang
pemasaran tersebut dapat dilihat pada gambar 3a sampai dengan 3e berikut ini.
Gambar 3a Gambar 3b
Gambar 3c Gambar 3d
Produksi
Keuangan Personalia
Pemasaran
Produksi
Keuangan
Personalia
Pemasaran
Pemasaran
Keuang
an
Person
alia
Produk
si
Customer/
Pelanggan
Keuan
gan
Person
alia
Produk
si
Pemas
aran
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 8
Gambar 3e
Penjelasan gambar:
Gambar 3a : Pandangan tentang pemasaran yang pertama ditunjukkan pada gambar
ini. Pada awalnya kegiatan pemasaran masih memiliki porsi yang sama
dengan kegiatan yang lain. Porsi kegiatan pemasaran masih sama dengan
kegiatan produksi, personalia dan keuangan. Hal tersebut terjadi karena
waktu itu sebuah perusahaan hanya berfikir untuk menciptakan produk
saja. Kondisi lingkungan saat itu menunjukkan bahwa belum banyak
saingan yang muncul, teknologi belum berkembang pesat dan
perusahaan sejenis belum terlalu banyak
Gambar 3b : Pada gambar tersebut ditunjukkan bahwa porsi kegiatan pemasaran
diperbesar dari kegiatan yang lain. Pemilik usaha sudah berfikir tentang
efisiensi tenaga kerja, sehingga porsi kegiatan personalia dikurangi.
Sudah mulai muncul mesin-mesin pengganti tenaga manusia sehingga
kebutuhan tenaga kerja dikurangi.
Gambar 3c : Gambar ini menunjukkan bahwa kegiatan pemasaran menjadi sentral
dari kegiatan perusahaan. Semua unit kegiatan yang lain (produksi,
keuangan dan personalia) diarahkan untuk membantu kegiatan
pemasaran. Orientasi perusahaan berubah yang semula hanya berusaha
untuk menciptakan produk sesuai dengan sudut pandang perusahaan,
sekarang berubah untuk menciptakan produk sesuai sudut pandang
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 9
konsumen. Oleh karena itu perusahaan mulai menekankan pada produksi
yang berorientasi pasar dan permintaan.
Gambar 3d : Pada gambar 3d tersebut terlihat adanya istilah baru dalam kegiatan
perusahaan yaitu langgangan. Dikarenakan persaingan usaha sejenis
semakin ketat, perusahaan mulai berlomba-lomba menciptakan
langganan. Semua kegiatan perusahaan mulai dari pemasaran, produksi,
personalia dan keuangan diarahkan untuk memberikan layanan
terbaiknya demi menciptakan langganan.
Gambar 3e : Gambar 3e menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan benar-benar fokus
untuk menciptakan langganan produk perusahaan tersebut. Usaha
menciptakan pelanggan didukung sepenuhnya oleh kegiatan pemasaran.
Sedangkan kegiatan pemasaran perusahaan didukung juga oleh semua
kegiatan yang ada pada perusahaan tersebut. Istilah Pembeli adalah Raja
benar-benar diberlakukan. Langganan dengan pembeli memiliki
perbedaan. Pembeli bisa jadi hanya sekali saja membeli produk dari
perusahaan tersebut, namun pelanggan adalah pembeli yang datang
kembali untuk membeli produk. Menciptakan pembeli tidak semudah
menjual produk saja. Pelanggan tercipta karena pembeli merasa
mendapat manfaat yang lebih dibandingkan dengan uang yang telah
dibayarkannya. Manfaat yang lebih tersebut didapat dari kualitas produk,
pelayanan bagian pemasaran, kenyamanan ketika menggunakan produk
dan jaminan (garansi) keamanan saat mengkonsumsi produk.
b. Pemasaran dengan Konsep AIDA+S
Sekarang ini perilaku konsumen dalam membeli produk dapat digambarkan
dengan konsep AIDA+S. Gambar 4 menggambarkan urutan perilaku konsumen dalam
membeli barang.
1. Attention = Perhatian
2. Iterest = Minat
3. Desire = Keinginan
4. Action = Tindakan
5. Satisfaction = Kepuasan
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 10
Gambar 4. Konsep AIDA+S
Sekarang bayangkan Anda memiliki sebuah toko yang menjual berbagai macam
produk. Ada beberapa produk yang dipajang pada etalase toko tersebut. Suatu ketika ada
seorang konsumen yang lewat di depan toko Anda. Karena Anda memajang beberapa
produk yang menarik, konsumen tersebut tertarik untuk melihat produk yang Anda
pajang tersebut. Ketika konsumen melihat produk yang dipajang tersebut berarti
konsumen tersebut telah menunjukkan perhatiannya (Attention). Setelah konsumen
menunjukkan perhatiannya pada produk tersebut, kemudian akan ada dua kemungkinan
yang terjadi. Konsumen tersebut akan berlalu begitu saja atau konsumen tersebut akan
berhenti sebentar dan menunjukkan minat (Interest) pada produk yang telah
diperhatikannya tadi. Jika konsumen sudah mulai berminat, bagian pemasaran harus
segera merespon minat konsumen tersebut dan mencoba memunculkan keinginan
(Desire) konsumen untuk membeli barang tersebut. Konsumen harus dibuat mengerti dan
merasakan bahwa ketika dia membeli barang tersebut, konsumen mendapatkan nilai yang
lebih besar dibandingkan dengan uang yang akan dikeluarkan untuk membayar produk
tersebut. Jika keinginan konsumen telah muncul maka dia akan memutuskan untuk
membeli produk tersebut. Hal ini yang dinamakan dengan tindakan (Action). Sampai di
sini proses penjualan telah selesai, namun proses pemasaran belum selesai.
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 11
Proses pemasaran yang berhasil dapat dilihat dari respon konsumen setelah
membeli produk yang dijual. Jika konsumen puas dan mau kembali lagi untuk membeli
di toko tersebut, maka konsumen tersebut dapat dikatakan telah mendapatkan kepuasan
(Satisfaction). Membuat konsumen merasakan kepuasan dalam membeli suatu produk
memerlukan usaha yang cukup keras. Usaha tersebut dimulai dari pembuatan kualitas
dan bentuk produk yang dijual, pelayanan di saat konsumen membeli produk, jaminan
keamanan dan lain-lain. Inti dari kepuasan konsumen adalah konsumen merasa bahwa
uang yang dibayarkan ketika membeli produk lebih kecil dibandingkan dengan nilai
produk tersebut ditambah dengan pelayanan penjual yang memuaskan.
Aspek keuangan
Aspek keuangan sering juga disebut dengan analisis finansial usaha. Menurut
Sofyan (2003) analisis finansial adalah kegiatan melakukan penilaian dan penentuan
satuan rupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari keputusan yang dibuat
dalam tahapan analisis kelayakan usaha. Kegiatan analisis finansial dapat dikelompokkan
menjadi tiga kegiatan utama, yaitu: (1) Membuat seluruh rekap penerimaan usaha, baik
yang berasal dari kegiatan utama usaha tersebut maupun kegiatan sampingannya, (2)
Membuat seluruh rekap biaya yang dikeluarkan untuk operasional usaha tersebut, dan (3)
Menguji aliran kas masuk yang dihasilkan oleh usaha tersebut, apakah layak atau tidak
layak sesuai dengan kriteria finansial.
Beberapa manfaat analisis finansial usaha antara lain:
Pemilik usaha: mendapatkan informasi tentang keuntungan usaha dan tingkat
pengembalian usaha terhadap modal yang telah ditanamkan pada usaha tersebut.
Pemberi pinjaman: mendapatkan informasi tentang kelayakan usaha jika usaha
tersebut dibiayai. Selain itu pemberi pinjaman juga akan mengetahui apakah usaha
tersebut mampu mengembalikan pinjaman yang diberikan (angsuran pokok dan
bunganya) atau pemenuhan kesepakatan bagi hasil bagi yang menganut sistem
syariah.
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 12
Pemerintah: mengetahui kemampuan usaha tersebut dalam memberikan kontribusi
bagi pendapatan pemerintah. Pemerintah sebagai pemberi ijin usaha berkepentingan
untuk mengabulkan permohonan ijin usaha sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
Pelaksana usaha: sebagai panduan dalam menjalankan usaha agar dapat sesuai
dengan target dan rencana yang telah disusun.
Kriteria finansial yang digunakan untuk mengetahui sebuah usaha layak
dijalankan atau tidak antara lain: Payback Period (PP), Net Present Value (NPV),
Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI). Payback Period (PP)
digunakan untuk menentukan berapa lama modal yang ditanamkan dalam suatu usaha
kembali. Alternatif PP yang paling baik adalah yang paling cepat dalam pengembalian
modal tersebut. Terdapat dua asumsi yang digunakan untuk menghitung PP, yaitu jika
suatu usaha memiliki aliran kas yang sama dan jika usaha tersebut tidak memiliki aliran
kas yang sama.
Pertama, jika suatu usaha memiliki aliran kas yang sama maka rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut:
kas Aliran
Modal
PP
n
1 t

=
=
Contoh:
Usaha A Usaha B
Modal Rp. 50.000.000,- Rp. 50.000.000,-
Aliran kas per tahun Rp. 15.000.000,- Rp. 17.000.000,-
Waktu usaha 5 tahun 5 tahun
33 , 3
000 Rp.15.000.
000 Rp.50.000.
PP
A usaha
= =
94 , 2
000 Rp.17.000.
000 Rp.50.000.
PP
B usaha
= =
PP usaha A bernilai 3,33 tahun atau 3 tahun 4 bulan. Sedangkan PP usaha B bernilai 2
tahun 11 bulan. Dalam memilih alternatif usaha berdasarkan hasil perhitungan PP
tersebut, usaha B lebih layak dibandingkan dengan usaha A karena memiliki tingkat
pengembalian modal lebih cepat.
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 13
Kedua, jika suatu usaha memiliki aliran kas yang berbeda maka metode yang
digunakan menggunakan iterasi. Contoh:
Usaha A Usaha B
Modal Rp. 50.000.000,- Rp. 50.000.000,-
Penerimaan tahun ke-1 Rp. 7.000.000,- Rp. 8.000.000,-
Penerimaan tahun ke-2 Rp.10.000.000,- Rp. 9.000.000,-
Penerimaan tahun ke-3 Rp.12.000.000,- Rp. 12.000.000,-
Penerimaan tahun ke-4 Rp. 15.000.000,- Rp. 14.000.000,-
Penerimaan tahun ke-5 Rp.17.000.000,- Rp. 16.000.000,-
Perhitungan PP usaha A:
Rp. 50.000.000
Rp. 7.000.000 - (tahun ke-1)
Rp. 43.000.000
Rp. 10.000.000 - (tahun ke-2)
Rp. 33.000.000
Rp. 12.000.000 - (tahun ke-3)
Rp. 21.000.000
Rp. 15.000.000 - (tahun ke-4)
Rp. 6.000.000
Perhitungan PP usaha B:
Rp. 50.000.000
Rp. 8.000.000 - (tahun ke-1)
Rp. 42.000.000
Rp. 9.000.000 - (tahun ke-2)
Rp. 33.000.000
Rp. 12.000.000 - (tahun ke-3)
Rp. 21.000.000
Rp. 14.000.000 - (tahun ke-4)
Rp. 7.000.000
PP usaha A memiliki nilai empat tahun x bulan. Nilai x tersebut dihitung dengan cara:
( )
hari 13 bulan 3 x
hari 30 x 0,43 bulan 3 x
atau bulan 43 , 3 x
bulan 12
000 . 000 . 21 Rp.
00 Rp.6.000.0
x
=
+ =
=
= x
sehingga PP usaha A adalah 4 tahun 3 bulan 13 hari.
Dengan menggunakan cara yang sama PP usaha B adalah 4 tahun 3 bulan 29 hari.
Dengan demikian usaha A lebih layak karena memiliki tingkat pengembalian modal yang
lebih cepat.
Pada ilustrasi tersebut, modal adalah semua biaya yang diperkirakan keluar
selama usaha berjalan dalam kurun waktu 5 tahun. Biaya-biaya tersebut dapat berupa
biaya investasi, penyusutan, biaya operasional, pajak, biaya overhead dan lain-lain.
Net Present Value (NPV) merupakan metode yang dilakukan dengan
membandingkan nilai sekarang (present value) dari aliran kas masuk bersih dengan nilai
sekarang (present value) biaya yang dikeluarkan. Jika hasil perhitungan NPV bernilai
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 14
positif berarti usaha tersebut layak dilakukan. Dan jika NPV bernilai negatif maka usaha
tersebut tidak layak dilakukan. Hasil perhitungan NPV sangat dipengaruhi oleh tingkat
suku bunga (discount rate) yang ditentukan. Rumus yang digunakan untuk menghitung
NPV adalah:
( )

=
+
=
n
t
t
r
0
t
1
CF
NPV
Keterangan:
NPV : Nett Present Value
CF
t
: Cash Flow (aliran kas) pada periode t
r : discount rate (tingkat suku bunga)
Dalam mencari nilai present value terdapat istilah discount factor (DF) atau nilai diskon
dari nilai uang di masa depan yang dibawa/dinilai pada saat sekarang (present). Rumus
untuk mencari DF tersebut adalah:
( )
t
r + 1
1
Internal Rate of Return (IRR) merupakan metode yang digunakan untuk
menghitung tingkat bunga yang dapat menyamakan antara nilai sekarang (present value)
dari semua aliran kas yang masuk dengan aliran kas yang keluar. Untuk mencari tingkat
bunga yang benar-benar sama digunakan metode interpolasi. Rumus interpolasi yang
digunakan adalah:
( )

+ =
neg pos
pos neg
pos
NPV NPV
i i NPV
i IRR
Keterangan:
i
pos
: discount rate yang menghasilkan NPV positif
i
neg
: discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV
pos
: Nett Present Value positif
NPV
neg
: Nett Present Value negatif
Profitability Index (PI) merupakan perbandingan antara benefit (present value of
proceed) dengan biaya (present value of cost) yang dikeluarkan dalam sebuah usaha.
Benefit yang dimaksud dalam analisa PI adalah nilai sekarang dari usaha tersebut.
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 15
Kriteria usaha layak adalah jika Profitability Index (PI) tersebut bernilai lebih besar dari
1. Rumus yang digunakan adalah:
Investasi Biaya
masuk kas Aliran
PI =
Contoh perhitungan analisis kelayakan usaha menggunakan metode NPV, IRR dan PI
adalah sebagai berikut:
Sebuah usaha memiliki data-data perhitungan sebagai berikut:
Usaha A Usaha B
Modal Rp. 50.000.000,- Rp. 50.000.000,-
Penerimaan tahun ke-1 Rp. 7.000.000,- Rp. 8.000.000,-
Penerimaan tahun ke-2 Rp.10.000.000,- Rp. 9.000.000,-
Penerimaan tahun ke-3 Rp.12.000.000,- Rp. 12.000.000,-
Penerimaan tahun ke-4 Rp. 15.000.000,- Rp. 14.000.000,-
Penerimaan tahun ke-5 Rp.17.000.000,- Rp. 16.000.000,-
Discount rate (r) untuk lima tahun mendatang diasumsikan 5% per tahun. Untuk mencari
alternatif usaha yang paling baik antara usaha A dan B, maka dibuat tabel seperti di
bawah ini:
Tahun
Aliran kas
(A)
Aliran kas
(B)
Discount Factor
(r = 5%)
Present Value
(A)
Present Value
(B)
0 50,000,000 50,000,000 1 -50,000,000 50,000,000
1 7,000,000 8,000,000 0.9524 6,666,667
2
7,619,048
2 10,000,000 9,000,000 0.9070 9,070,295 8,163,265
3 12,000,000 12,000,000 0.8638 10,366,051 10,366,051
4 15,000,000 14,000,000 0.8227 12,340,537 11,517,835
5 17,000,000 16,000,000 0.7835 13,319,945 12,536,419
a. Nilai NPV dicari dengan menjumlahkan semua nilai present value dari tahun ke-0,
sehingga:
NPV
A
: -50,000,000 + 6,666,667 + 9,070,295 + 10,366,051 + 12,340,537 +
13,319,945
: 1,763,495
2
Nilai present value dicari dengan mengalikan Aliran kas dengan discount factor (DF). Rumus DF =
( )
t
r 1
1
+
sehingga DF =
( )
1
05 , 0 1
1
+
. Nilai t berubah sesuai dengan tahun (t) berikutnya.
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 16
NPV
B
: -50.000.000 + 7,619,048 + 8,163,265 + 10,366,051 + 11,517,835 +
12,536,419
: 202,617
Jika dilihat dari NPV antara usaha A dengan usaha B, maka yang lebih layak
dijalankan adalah usaha A karena nilai NPV lebih besar.
b. Nilai IRR dapat dicari dengan cara coba-coba atau trial and error. Cara yang
digunakan adalah dengan merubah nilai discount rate (r) sehingga didapatkan
discount factor (DF) tertentu. DF tersebut digunakan untuk mencari NPV hingga
bernilai negatif. Jika nilai NPV sudah negatif maka perhitungan dihentikan dan nilai
IRR dapat dicari. Perhatikan tabel berikut ini:
Tahun
Aliran kas
(A)
Aliran kas
(B)
Discount
Factor
(r = 5%)
Discount
Factor
(r = 7%)
Present
Value A
(r = 5%)
Present
Value B
(r = 5%)
Present
Value A
(r = 7%)
Present
Value B
(r = 7%)
0 -50,000,000 -50,000,000 1 1 -50,000,000 -50,000,000 -50,000,000 -50,000,000
1 7,000,000 8,000,000 0.9524 0.9346 6,666,667 7,619,048 6,542,056 7,476,636
2 10,000,000 9,000,000 0.9070 0.8734 9,070,295 8,163,265 8,734,387 7,860,949
3 12,000,000 12,000,000 0.8638 0.8163 10,366,051 10,366,051 9,795,575 9,795,575
4 15,000,000 14,000,000 0.8227 0.7629 12,340,537 11,517,835 11,443,428 10,680,533
5 17,000,000 16,000,000 0.7835 0.7130 13,319,945 12,536,419 12,120,765 11,407,779
NPV 1,763,495 202,617 (1,363,789) (2,778,530)
Rumus IRR yang digunakan adalah
( )

+ =
neg pos
pos neg
pos
NPV NPV
i i NPV
i IRR sehingga IRR
usaha A adalah:
( )

+ =
789 . 363 . 1 - 495 . 763 . 1
5 - 7 1.763.495
5 IRR

+ =
399.706
3.526.990
5 IRR
IRR = 5+8,82 = 13,82 %
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 17
Kriteria kelayakan berdasarkan hasil IRR adalah apabila IRR lebih besar dari pada
suku bunga deposito bank yang berlaku. Misalkan saat ini suku bunga deposito
adalah 6% per tahun, sedangkan hasil IRR adalah 13,82 %, maka usaha tersebut
layak dilakukan karena IRR > r (suku bunga deposito). Dengan cara yang sama IRR
usaha B dapat dicari sehingga kelayakan usahanya dapat diketahui. Jika menghadapi
dua buah alternatif usaha, maka IRR terbesar yang sebaiknya dipilih.
c. Nilai Probability Index (PI) dapat dicari dengan menggunakan rumus
Investasi Biaya
masuk kas Aliran
PI = . Aliran kas masuk usaha A adalah penjumlahan present
value aliran kas masuk dari tahun ke-1 sampai dengan tahun ke-5.
Aliran kas masuk usaha A : 6,666,667 + 9,070,295 + 10,366,051 + 12,340,537 +
13,319,945 = 51,763,495
Aliran kas masuk usaha A : 7,619,048 + 8,163,265 + 10,366,051 + 11,517,835 +
12,536,419 = 50,202,617
Biaya investasi : 50.000.000
03 , 1
50.000.000
51.763.495
PI
A usaha
= =
004 , 1
50.000.000
50.202.617
PI
B usaha
= =
Dengan demikian kedua usaha tersebut layak karena kriteria kelayakan usaha menurut
nilai Probability Index (PI) adalah ketika PI > 1. Namun jika diminta untuk memilih
alternatif usaha A dan usaha B, yang paling layak adalah usaha A karena nilai PI
usaha A
lebih besar dari PI
usaha B
.
Ketika usaha sedang berjalan kemungkinan terjadi perubahan-perubahan harga
input dan output. Perubahan tersebut terjadi seiring dengan dinamika pasar produk yang
dijual. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka diperlukan analisis sensitivitas yang
berfungsi untuk mencari batasan-batasan kegiatan produksi agar usaha tersebut tidak
mengalami kerugian. Namun sebelum mempelajari analisis sensitivitas, diperlukan juga
pengetahuan tentang perhitungan pendapatan, biaya, keuntungan, rasio pendapatan
dengan biaya, dan titik impas atau Break Event Point (BEP).
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 18
Secara sederhana pendapatan dapat diartikan sebagai banyaknya uang yang
diterima dengan menjual sejumlah produk usaha dengan harga tertentu. Secara
matematis, pendapatan (R) = jumlah produk yang dijual (Q) x harga produk (P) atau TR
= Q x P.
Biaya pada usaha kecil terbagi menjadi dua, yaitu biaya tetap atau Fixed Cost
(FC) dan biaya variabel atau Variable Cost (VC). Biaya tetap (FC) adalah semua biaya
pada suatu usaha yang tidak terpengaruh pada jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya
tetap tersebut akan selalu muncul meskipun usaha tersebut berhenti berproduksi. Contoh
dari biaya tetap diantaranya adalah penyusutan peralatan, gaji pokok karyawan tetap,
sewa lahan atau kios dan pajak bangunan.
Sebagai contoh adalah biaya penyusutan peralatan. Mengapa biaya penyusutan
peralatan digolongkan biaya tetap? Karena suatu peralatan yang diinvestasikan pada
suatu usaha memiliki umur ekonomis tertentu yang mana apabila alat tersebut dipakai
atau tidak dipakai, nilai penyusutannya tetap ada dan terus melekat pada alat tersebut.
Misalkan seorang pengusaha salon yang menginvestasikan alat-alat pelurus rambut
(rebonding) untuk menambah pelayanan kepada konsumennya. Harga satu set alat
tersebut Rp. 10.000.000,- dengan usia pakai diperkirakan 3 tahun. Jika setelah 3 tahun
alat tersebut dijual akan laku dengan harga Rp. 500.000,-. Dari ilustrasi tersebut dapat
dihitung biaya penyusutannya dengan metode garis lurus sebagai berikut:
Jumlah alat 1 set
Harga awal Rp. 10.000.000,-
Perkiraan nilai sisa Rp. 500.000,-
Umur pakai
(usia ekonomis)
3 tahun atau
3 x 12 bulan = 36 bulan
bulan per 263.889
36
9.500.000
Penyusutan
bulan 36
500.000 - 10.000.000
Penyusutan
pakai umur
sisa nilai Perkiraan - awal Harga
Penyusutan
= =
=
=
Dari hasil perhitungan ternyata penyusutan 1 set alat rebonding adalah sebesar Rp.
263.889,- per bulan. Dengan demikian pengusaha salon tersebut akan terus dibebani
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 19
dengan biaya tetap sebesar Rp. 263.889,- setiap bulan meskipun salon yang dikelolanya
berhenti beroperasi.
Biaya variabel (VC) adalah semua biaya pada suatu usaha yang dipengaruhi oleh
besar kecilnya produksi. Contoh biaya variabel diantaranya adalah biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja harian, biaya listrik dan air, dan biaya transportasi operasional harian.
Biaya bahan baku menjadi biaya variabel karena banyak sedikitnya produksi ditentukan
dengan jumlah bahan baku yang digunakan. Semakin banyak bahan baku yang
digunakan maka semakin banyak produksi yang dihasilkan. Sementara itu bahan baku
memiliki harga tertentu sehingga jika dikalikan dengan jumlahnya menjadi biaya bahan
baku.
Keuntungan merupakan selisih antara pendapatan dengan total biaya. Suatu usaha
dikatakan untung apabila pendapatannya lebih besar dari pada biayanya. Sedangkan rasio
pendapatan dengan biaya ( ) ratio C R adalah perbandingan antara pendapatan dengan
biaya yang dikeluarkan. Suatu usaha dikatakan masih layak dijalankan apabila
( ) ratio C R lebih besar dari pada satu.
Titik impas atau Break Event Point (BEP) adalah suatu nilai yang mana
menunjukkan suatu usaha tidak mengalami keuntungan dan kerugian. BEP merupakan
titik kritis suatu usaha. Jika pemilik usaha menginginkan keuntungan maka produksi
maupun pendapatannya harus di atas BEP tersebut. Terdapat tiga jenis BEP, yaitu: (1)
BEP pendapatan yang menunjukkan kelayakan suatu usaha apabila pendapatannya
melebihi BEP tersebut, (2) BEP jumlah produksi yang menunjukkan kelayakan suatu
usaha apabila jumlah produksi lebih besar dari BEP tersebut, dan (3) BEP harga jual
yang menunjukkan kelayakan suatu usaha apabila harga jual produk lebih besar dari pada
BEP tersebut.
Secara umum rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 20
Q
TC
BEP
AVC P
FC
BEP
TR
VC
1
FC
BEP
TC
TR
ratio C R
TC - TR
VC FC TC
Q x P TR
harga
produksi
pendapatan
=

=
=
=
+ =
=
Seperti yang sudah disebutkan di bagian awal bab ini bahwa analisis kelayakan
usaha dilakukan pada saat mengawali atau merintis usaha dan pengembangan usaha.
Perhatikan gambar ... berikut ini.
Gambar ... Pembagian analisa keuangan usaha
Pada usaha baru, analisa keuangan usaha menggunakan asumsi-asumsi. Asumsi
tersebut diperoleh dari survey, baik pada harga jual produk (output) dan harga faktor-
faktor produksi (input). Sedangkan pada pengembangan usaha, analisis kelayakan usaha
menggunakan data dan proyeksi usaha. Data tersebut diperoleh dari history atau rekap
pencatatan atas pendapatan dan biaya produksi. Selanjutnya, data-data tersebut dianalisa
Keterangan:
TR : Pendapatan total
P : Harga jual produk
Q : Jumlah produk yang dijual
TC : Biaya total
FC : Biaya tetap
VC : Biaya variabel
: Keuntungan
( ) ratio C R : Rasio pendapatan dengan biaya
BEP : Titik impas atau Break Event Point
AVC : Rerata biaya variabel
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 21
untuk menentukan proyeksi pengembangan usaha di masa depan. Proyeksi yang
dilakukan antara lain proyeksi terhadap harga jual produk, kapasitas produksi,
permintaan produk, dan harga faktor-faktor produksi.
Perhitungan ketika mengawali usaha dibandingkan dengan pengembangan usaha
kurang lebih sama. Namun biasanya variabel yang diperhitungkan dalam pengembangan
usaha lebih banyak dibandingkan dengan ketika mengawali usaha. Hal tersebut
dikarenakan pengusaha telah mengetahui realita kebutuhan dan pemasaran usahanya.
Selain itu skala usaha yang dikembangkan pasti meningkat.
III. Aplikasi Perhitungan Analisis kelayakan usaha
Setelah mengetahui beberapa alat untuk menganalisis suatu usaha layak
dijalankan atau tidak, akan diberikan sebuah ilustrasi perhitungan rencana usaha dan
pengembangannya. Contoh kasusnya seperti ilustrasi di bawah ini:
Ilustrasi:
Pak Rizqul sedang merintis sebuah usaha kursus bahasa Inggris. Kursus tersebut
rencananya dilakukan di lahan pekarangan sebelah rumahnya yang masih kosong. Untuk
tahap awal tentor dari usaha tersebut adalah istri pak Rizqul sendiri. Demi mewujudkan
rencana tersebut, pak Rizqul membutuhkan investasi sebagai berikut:
No. Kebutuhan investasi
Jumlah
Unit
Harga per unit
(Rp.)
Total Biaya
(Rp.)
Umur
ekonomis
1 Bangunan semi permanen 20 M
2
1 10,000,000 10,000,000 5 tahun
2 White board ukuran 200 x 60 cm 2 600,000 1,200,000 5 tahun
3 Kursi meja portable 20 250,000 5,000,000 5 tahun
4 Audio System 1 1,000,000 1,000,000 5 tahun
5 LCD 1 2000000 2,000,000 5 tahun
6 DVD player 1 300000 300,000 5 tahun
Total Investasi 19,500,000
Untuk menjalankan usaha tersebut, pak Rizqul membutuhkan bahan-bahan dan tenaga
kerja sebagai berikut:
No. Pengeluaran
Jumlah
Unit
Harga per unit
(Rp.)
Total Biaya
(Rp.)
1 Alat tulis 20 2,000 40,000
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 22
2 Kertas (rim) 1 30,000 30,000
3 Modul 20 20,000 400,000
4 Honor tutor 20 30,000 600,000
5 Listrik 100,000
5 Perawatan alat 50,000
6 Perawatan/kebersihan ruang 50,000
Total Biaya per bulan 1,270,000
Total Biaya per tahun 15,240,000
Kursus tersebut menggunakan sistem paket yang berlaku 1 bulan per paketnya. Biaya per
paket adalah Rp. 100.000,- per peserta. Peserta yang ikut dalam kursus tersebut
diperkirakan rata-rata 75% dari total kapasitas kelas, sehingga setiap paket ada 15 peserta
yang mengikuti kursus. Setiap hari terdapat 2 paket kelas, yaitu paket pemula dan
lanjutan. Dengan demikian ada 30 peserta yang mengikuti kursus. Perhitungan untuk
pendapatan bulanan adalah:
000/tahun Rp.36.000. 00/bulan Rp.3.000.0 Pendapatan
Rp.100.000 x 2 x 15 Pendapatan
peserta per Biaya rakan x diselengga yang Kursus paket x per Peserta Pendapatan
= =
=
=

Discount rate ditentukan berdasarkan tingkat inflasi tahunan sebesar 6% per tahun.
Dengan data tersebut dapat dihitung nilai NPV, IRR dan PP sebagai berikut:
Tahun Keterangan Aliran kas
Discount
Factor
(r = 6%)
Discount
Factor
(r = 26%)
Present
Value
(r = 5%)
Present
Value
(r = 26%)
0
Modal & Biaya
Operasional
selama 5 tahun
- 95,700,000 1 1 - 95,700,000 - 95,700,000
1
Pendapatan
tahun ke-1
36,000,000 0.9434 0.7937 33,962,264 28,571,429
2
Pendapatan
tahun ke-2
36,000,000 0.8900 0.6299 32,039,872 22,675,737
3
Pendapatan
tahun ke-3
36,000,000 0.8396 0.4999 30,226,294 17,996,617
4
Pendapatan
tahun ke-4
36,000,000 0.7921 0.3968 28,515,372 14,283,029
5
Pendapatan
tahun ke-5
36,000,000 0.7473 0.3149 26,901,294 11,335,737
NPV 55,945,096 - 837,451
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 23
Hasil analisa:
a. NPV dengan r = 6% menghasilkan nilai Rp. 55.945.096. Usaha dikatakan layak
dijalankan karena NPV > 0 (positif)
b. IRR dihitung sebagai berikut:
( )

+ =
37.451 8 - 5.945.096 5
6 - 26 55.945.096
6 IRR

+ =
55.107.645
920 1.118.901.
6 IRR
IRR = 6+20,3 = 26,3 % menunjukkan usaha layak dilakukan karena IRR > bunga
deposito bank ( rata-rata 6 sd 8 persen per tahun)
c. Probability Index dihitung dengan rumus
Investasi Biaya
masuk kas Aliran
PI =
Aliran kas masuk usaha A : 33,962,264 + 32,039,872 + 30,226,294 + 28,515,372 +
26,901,294 = 151,645,096
Biaya investasi : 95,700,000
58 , 1
95.700.000
6 151.645.09
PI = = menunjukkan bahwa usaha layak dilakukan karena PI > 1.
Kemudian untuk menghitung kelayakan usaha yang dijalankan per bulan,
digunakan analisis kelayakan usaha dengan menghitung keuntungan usaha, R/C ratio dan
Break Event Point. Perhatikan rumus-rumus berikut ini.
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 24
Q
TC
BEP
AVC P
FC
BEP
TR
VC
1
FC
BEP
TC
TR
ratio C R
TC - TR
VC FC TC
Q x P TR
harga
produksi
pendapatan
=

=
=
=
+ =
=
Yang belum ada dari data-data tersebut adalah Biaya total (TC) dan Rerata Biaya
variabel (AVC). Untuk menghitung biaya total per bulan diperlukan variabel biaya tetap
(FC) dan biaya variabel (VC). Biaya variabel telah diketahui, sehingga tinggal biaya
tetap (FC) yang perlu dicari. Untuk mencari biaya tetap (FC) digunakan metode
penyusutan alat-alat investasi.
No. Kebutuhan investasi
Jumlah
Unit
Harga per
unit (Rp.)
Total Biaya
(Rp.)
Umur
ekonomis
Penyusutan
per bulan
3
1 Bangunan semi permanen 20 M
2
1 10,000,000 10,000,000 5 tahun 166,667
2 White board ukuran 200 x 60 cm 2 600,000 1,200,000 5 tahun 20,000
3 Kursi meja portable 20 250,000 5,000,000 5 tahun 83,333
4 Audio System 1 1,000,000 1,000,000 5 tahun 16,667
5 LCD 1 2,000,000 2,000,000 5 tahun 33,333
6 DVD player 1 300,000 300,000 5 tahun 5,000
Total penyusutan per bulan 325,000
Untuk mencari Rerata biaya variabel (AVC) digunakan cara membagi total biaya
variabel (operasional) per bulan dengan jumlah peserta per bulan. Perhatikan tabel
berikut ini.
Biaya Variabel (operasional) per bulan
3
Penyusutan per bulan dicari dengan membagi harga alat dengan umur ekonomis (per bulan) sehingga
bulan 12 x (tahun) ekonomis umur
alat Harga
bulan per Penyusutan =
Keterangan:
TR : Pendapatan total
P : Harga jual produk
Q : Jumlah produk yang dijual
TC : Biaya total
FC : Biaya tetap
VC : Biaya variabel
: Keuntungan
( ) ratio C R : Rasio pendapatan dengan biaya
BEP : Titik impas atau Break Event Point
AVC : Rerata biaya variabel
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 25
No. Pengeluaran
Jumlah
Unit
Harga per unit
(Rp.)
Total Biaya
(Rp.)
1 Alat tulis 20 2,000 40,000
2 Kertas (rim) 1 30,000 30,000
3 Modul 20 20,000 400,000
4 Honor tutor 20 30,000 600,000
5 Listrik 100,000
6 Perawatan alat 50,000
7 Perawatan/kebersihan ruang 50,000
Total Biaya per bulan 1,270,000
Rerata biaya variabel (peserta 30 orang) 42,333
3.000.000 TR
30 x 100.000 TR
Q x P TR
=
=
=
1.595.000 TC
1.270.000 325.000 TC
VC FC TC
=
+ =
+ =
000 . 405 . 1
000 . 595 . 1 000 . 000 . 3
TC - TR
=
=
=
88 , 1 ratio C R
1.595.000
3.000.000
ratio C R
TC
TR
ratio C R
=
=
=
Keuntungan usaha kursus tersebut adalah Rp. 1.405.000,- per bulan. Jika dilihat dari hasil
R/C ratio = 1,88 menunjukkan bahwa setiap Rp.1000,- yang ditanamkan pada usaha
tersebut akan memberikan pendapatan sebesar Rp.1.880,-.
570.175 BEP
57 , 0
325.000
BEP
3.000.000
1.270.000
1
325.000
BEP
TR
VC
1
FC
BEP
pendapatan
pendapatan
pendapatan
pendapatan
=
=

=
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 26
BEP pendapatan = Rp. 570.175,- menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak untung dan
tidak rugi jika memperoleh pendapatan sebesar Rp. 570.175,-/bulan.
7 6 , 5 BEP
57.667
325.000
BEP
333 . 42 000 . 100
325.000
BEP
AVC P
FC
BEP
produksi
produksi
produksi
produksi
=
=

=
BEP produksi = 5,6 atau dibulatkan menjadi 6 menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak
untung dan tidak rugi jika peserta yang mengikuti kursus sebanyak 6 orang.
166 . 3 5 BEP
30
1.595.000
BEP
harga
harga
=
=
BEP harga = Rp. 53.166,- menunjukkan bahwa usaha kursus tersebut tidak untung dan
tidak rugi jika peserta dikenakan biaya sebesar Rp. 53.166,- per orang, dengan catatan
peserta kursus sebanyak 30 orang.
IV. Penutup
Analisis kelayakan usaha penting sekali dilakukan ketika seseorang akan
mengawali atau merintis sebuah usaha maupun mengembangkan usaha yang telah
berjalan. Secara finansial, ada beberapa indikator yang perlu diuji untuk mengetahui
usaha tersebut layak dilakukan atau tidak. Tulisan ini merupakan ikhtisar sederhana
tentang analisis kelayakan usaha yang sangat sering dilakukan oleh orang yang akan
mengawali usaha maupun mengembangkan usaha yang telah dirintisnya.
Kelayakan suatu usaha dapat dilihat dari berbagai macam aspek. Aspek-aspek
tersebut saling berkaitan karena saling mendukung untuk keberlangsungan usaha yang
dijalankan. Yang lebih penting adalah dukungan biaya operasional untuk menjalankan
usaha tersebut. Sebuah usaha didirikan untuk mencapai tujuannya yaitu memberikan
manfaat secara maksimal kepada pemilik usaha. Jika usaha tersebut telah memberikan
manfaat maka usaha tersebut layak untuk dijalankan.
Beberapa indikator yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha antara lain
adalah analisis kelayakan dari aspek teknis dan teknologi, pasar dan pemasaran serta
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 27
keuangan. Aspek keuangan dihitung berdasarkan nilai Payback Period (PP), Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI). Beberapa
indikator aspek keuangan tersebut merupakan penghitungan berdasarkan nilai waktu.
Selain indikator tersebut ada juga penghitungan aspek keuangan dengan mencari
keuntungan ( ), R/C ratio dan titik impas (Break Event Point).
Analisis Kelayakan Usaha (untuk kalangan sendiri)
Akhmad Rizqul K., SP., M.Sc. Halaman ke - 28
Referensi
Alma, B. 2004. Kewirausahaan. Penerbit Alfabeta. Bandung.Fuad M., dkk. 2009. Pengantar
Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Arifin, J. dan Syukri, M. 2006. Aplikasi Excel dalam Bisnis Perbankan Terapan. PT. Elex
Media Komputindo. Jakarta.
Arsyad, L. 2000. Ekonomi Manajerial: Ekonomi Mikro Terapan untuk Manajemen Bisnis.
BPFE. Yogyakarta.
Fuad, M. dkk. 2009. Pengantar Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
http://ecolife001crp.blogspot.com/2009/01/studi-kelayakan-usaha.html (diakses tanggal 2
Oktober 2012)
http://reviewpla.net/7/7-alasan-mengapa-pengembangan-kewirausahaan-perlu-didukung-
sepenuhnya (diakses tanggal 25 September 2012)
Sholihin, AI. 2010. Buku Pintar Ekonomi Syariah. PT. Gramedia Utama. Jakarta.
Sofyan, 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Graha Ilmu. Yogyakarta
Suliyanto, 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit Andi. Yogyakarta
Suratiyah, K. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Depok.
www.bps.go.id (diakses tanggal 25 September 2012)

Anda mungkin juga menyukai