Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Meningkatnya kebutuhan dalam pendidikan, mendorong pemerintah Indonesia menyalurkan berbagai bantuan demi kelangsungan pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dana bantuan operasional Sekolah (BOS) diperuntukkan bagi setiap sekolah tingkat dasar di Indonesia dengan tujuan meningkatkan beban biaya pendidikan demi tuntasnya wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Namun kebijakan Dana BOS bukan berarti berhentinya permsalahan pendidikan, masalah baru muncul terkait dengan penyelewengan dana BOS, dan ketidakefektifan pengelolan dana BOS, tujuan dari pemerintah sendiri baik, namun terkadang sistem yang ada menjadi bumerang dan mnghadirkan masalah baru, selain itu pribadi dan budaya manusia Indonesia ikut berpengaruh terhadap penyelewengan dan ketidakefektifan pengelolaan dana BOS. Oleh karena itu, etika administrasi diperlukan untuk mengatasi masalah

pengelolaan dana BOS, dan kaitannya dengan sila dua kemanusiaan yang adil dan beradab serta sila kelima keadilan bagi seluruh rakyat indonesia sehingga bisa memberikan gambaran terkait dengan pengelolaan dana BOS serta permaslahannya, solusi yang muncul bukan berarti solusi terbaik, ini hanyalah sedikit sumbangan pemikiran untuk perkembangan pendidikan di Indonesia. B. Rumusan Masalah Untuk mempermudah pembahasan dalam makalah ini, disusun bebrapa rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini, rumusan terseut diantaranya : 1. Apa permasalah yang muncul dalam pengelolaan dana bos? 2. Seperti apa Nilai Substansial Sila ke dua dan Sila ke Lima Pancasila? 3. Bagaimana penyimpangan dana BOP ditinjau dari Sila dua dan Sila lima Pancasila?

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Dana BOS Bantuan Operasional Sekolah (BOS) merupakan pengembangan lebih lajut dari Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Bidang Pendidikan, yang dilaksanakan pemerintah pada kurun 1998-2003, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM yang dilaksanakan dalam kurun 2003-2005. BOS dimaksudkan sebagai subsidi biaya operasional sekolah kepada semua peserta didik wajib belajar, yang untuk tahun 2009 jumlahnya mencapai 26.866.992 siswa sekolah dasar, yang disalurkan melalui satuan pendidikan. Dengan Program BOS, satuan pendidikan diharapkan tidak lagi memungut biaya operasional sekolah kepada peserta didik, terutama mereka yang miskin. Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RKAS/RAPBS, di samping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah. Hasil kesepakatan penggunaan dana BOS (dan dana lainnya tersebut) harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat yang dilampirkan tanda tangan seluruh peserta rapat yang hadir. Dari seluruh dana BOS yang diterima oleh sekolah, sekolah wajib menggunakan sebagian dana tersebut untuk membeli buku teks pelajaran atau mengganti yang telah rusak. Buku yang harus dibeli untuk tingkat SD adalah buku mata pelajaran Pendidikan Agama, serta mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, sedangkan tingkat SMP adalah buku mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dan mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Adapun dana BOS selebihnya digunakan untuk membiayai kegiatan-kegitan berikut: 1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru 2. Pembelian buku referensi dan pengayaan untuk dikoleksi di perpustakaan (hanya bagi sekolah yang tidak menerima DAK). 3. Pembelian buku teks pelajaran lainnya (selain yang wajib dibeli) untuk dikoleksi di perpustakaan. 4. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran pengayaan, pemantapan persiapan ujian, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja, unit kesehatan sekolah, dan sejenisnya 5. Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur tulis, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran/majalah pendidikan, minuman dan makanan ringan untuk kebutuhan seharihari di sekolah, serta pengadaan suku cadang alat kantor. 6. Pembiayaan perawatan sekolah, yaitu pengecetan, perbaikan atap bocor, perbaikan pintu dan jendela, perbaikan mebeler, perbaikan sanitasi sekolah, perbaikan lantai ubin/keramik, dan perawatan fasilitas sekolah lainnya. 7. Pengembangan profesi guru seperti pelatihan, KKG/MGMP dan KKKS/MKKS. Khusus untuk sekolah yang memperoleh hibah/block grant pengembangan KKG/MGMP atau sejenisnya pada tahun anggaran yang sama tidak diperkenankan menggunakan dana BOS untuk peruntukan yang sama. B. Penyelewengan Dana BOS Mulai pertengahan 2010, kemendiknas mulai menggunakan mekanisme baru penyaluran dana BOS. Dana BOS tidak lagi langsung ditransfer dari bendahara negara ke rekening sekolah, tetapi ditransfer ke kas APBD selanjutnya ke rekening sekolah. Kemendiknas beralasan, mekanisme baru ini bertujuan untuk memberikan kewenangan lebih besar kepada pemerintah daerah dalam penyaluran dana BOS. Dengan cara ini, diharapkan pengelolaan menjadi lebih tepat waktu, tepat jumlah, dan tak ada penyelewengan. Harus diakui, masalah utama dana BOS terletak pada lambatnya penyaluran dan pengelolaan di tingkat sekolah yang tidak transparan. Selama ini, keterlambatan transfer terjadi karena
3

berbagai faktor, seperti keterlambatan transfer oleh pemerintah pusat dan lamanya keluar surat pengantar pencairan dana oleh tim manajer BOS daerah. Akibatnya, kepala sekolah harus mencari berbagai sumber pinjaman untuk mengatasi keterlambatan itu. Bahkan, ada yang meminjam kepada rentenir dengan bunga tinggi. Untuk menutupi biaya ini, kepsek memanipulasi surat pertanggungjawaban yang wajib disampaikan setiap triwulan kepada tim manajemen BOS daerah. Ini mudah karena kuitansi kosong dan stempel toko mudah didapat. BPK Perwakilan Jakarta, misalnya, menemukan indikasi penyelewengan pengelolaan dana sekolah, terutama dana BOS tahun 2007-2009, sebesar Rp 5,7 miliar di tujuh sekolah di DKI Jakarta. Sekolah-sekolah tersebut terbukti memanipulasi surat perintah jalan (SPJ) dengan kuitansi fiktif dan kecurangan lain dalam SPJ. Penyimpangan terjadi pada 2.054 atau 63,5 persen dari total sampel sekolah itu. Ratarata penyimpangan setiap sekolah mencapai Rp 13,6 juta. Penyimpangan dana BOS yang terungkap antara lain dalam bentuk pemberian bantuan transportasi ke luar negeri, biaya sumbangan PGRI, dan insentif guru PNS. Periode 2004-2009, kejaksaan dan kepolisian seluruh Indonesia juga berhasil menindak 33 kasus korupsi terkait dengan dana operasional sekolah, termasuk dana BOS. Kerugian negara dari kasus ini lebih kurang Rp 12,8 miliar. Selain itu, sebanyak 33 saksi yang terdiri dari kepsek, kepala dinas pendidikan, dan pegawai dinas pendidikan telah ditetapkan sebagai tersangka. Sekolah harus rela membayar sejumlah uang muka ataupun pemotongan dana sebagai syarat pencairan dana BOS. Kepsek dan guru juga harus loyal pada kepentingan politisi lokal ketika musim pilkada. Dengan demikian, praktik korupsi dana BOS akan semakin marak karena aktor yang terlibat dalam penyaluran semakin banyak.

C. Pengertian Pancasila yang Substansial Titik tolak Notonagoro tentang pengertian Pancasila yang substansial didasarkan pada ajran Aristoteles tentang Hylemorfisme, bahwa segala hal yang konkret, berwujud dan berubah tersusun dari substansi dan kualitan-kualitas. Substansi merupakan inti kesamaan semua eksistensi dalam satu genus. Setiap substansi terdiri atas bagian inti dan pelengkap. a) Pengertian Substansial Sila ke Dua Konsep Notonagoro tentang isi arti sila kemanusiaan yang adil dan beradab terutama didasarkan pada pengerian hakikat manusia., manusia sebagai kesatuan mengandung bawaan mutlak untuk dijelmakan dalam perbuatan lahir batin, yaitu tabiat saleh atau watak saleh, dan pribadi saleh. Pengertian Substansialnya sendiri adalah manusia terdiri dari unsur-unsur jiwa dan tubuh, akal-rasa-kehendak dalam kesatuan ketunggalan, sifat perseorangan dan mahluk social dalam kesatuan ketunggalan, serta kedudukan kodrat pribadi berdiri sendiri dan mahluk Tuhan dalam kesatuan ketunggalan. Hakikat manusia adalah mahluk yang majemuk tunggal atau monopluralis. Pengertian hakikat manusia majemuk tunggal menyimpulkan hubungan kemanusiaan selengkapnya, yaitu tentang hubungan dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan lingkungan hidupnya, serta dengan Tuhan. b) Pengertian Substansial Sila Ke Lima Pengertian substansial sila kelima Pancasila adalah hakikat adil, yaitu dipenuhinya sebagai wajib segala sesuatu yang telah merupakan suatu hak di dalam hubungan hidup. Kewajiban untuk memenuhi lebih diutamakan daripada penuntun hak. Keadilan social mengandung hubungan keadilan segitiga, yaitu antara masyarakat, bangsa, dan negara sebagai pihak yang mempunyai wajib memenuhi hak terhadap warga-warganya, disebut keadilan membagi atau distributive. Warga-warga negara sebagai pihak yang mempunyai wajib memenuhi hak terhadap negara disebut keadilan bertaat atau legal. Kewajiban memenuhi hak antara sesama warga-warga masyarakat, bangsa, dan negara disebut keadilan timbale balik atau komutatif (Notonagoro, 1980: 155).

D. Penyelewengan BOS Ditinjau Dari Sila ke Dua dan Sila Kelima Pancasila Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Jelas terlihat bahwa didalam implementasinya, fungsi pengawasan sangat kurang. Tidak ada partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses implementasi anggaran di semua tingkat penyelenggara, Kemendiknas, dinas pendidikan, maupun sekolah. Pada tingkat pusat, proses penganggaran pun turut dimonopoli oleh Kemendiknas, akibatnya kepentingan Kemendiknas lah yang lebih terpenuhi, bukan mendahulukan yang perlu. Dari penjelasan diatas jelas bahwa tidak seusai dengan sila ke dua yaitu tentang hubungan dengan dirinya sendiri, sesama manusia dan lingkungan hidupnya, serta dengan Tuhan. Penyebab yang lain misalnya pada tingkat penyelenggara (Sekolah dan perguruan tinggi), tidak ada aturan mengenai mekanisme penyusunan anggaran, warga dan stakeholder tidak memiliki akses untuk mendapat informasi mengenai anggaran sehingga mereka tidak bisa melakukan pengawasan. Lembaga pengawasan internal seperti Itjen, Bawasda, Bawasko, pun tidak mampu menjalankan fungsi. Serta pada tingkat sekolah, semua kebijakan baik akademis maupun finansial direncanakan dan dikelola kepala sekolah, dan komite sekolah dibajak oleh kepala sekolah sehingga menjadi kepanjangan tangan kepala sekolah. Hal ini juga tidak sesuai dengan sila kelima yang berhakikat adil, yaitu dipenuhinya sebagai wajib segala sesuatu yang telah merupakan suatu hak di dalam hubungan hidup. Kewajiban untuk memenuhi lebih diutamakan daripada penuntun hak.

KESIMPULAN Untuk kemajuan pendidikan, dibutuhkan konsentrasi yang tinggi dari berbagai elemen bangsa terutama pemerintah. Dalam UUD 1945, dinyatakan bahwa pendidikan merupakan hak bagi setap warga Negara, dan untuk program wajib belajar pendidikan dasar, pemerintah berkewajiban untuk mengupayakan pendanaannya. Selain itu, Perkembangan pendanaan pemerintah melalui APBN mengalami perkembangan, pengurangan subsidi untuk BBM mempengaruhi besaran subsidi untuk bidang lainnya, begitu juga dengan pendidikan, salah satu hasinya yaitu adanya pendanaan Bantuan Operasioanl Sekolah (BOS) dalam pendidikan. Mekanisme pencairan BOS pada awalnya berasal dari pusat, tapi sejak pertengahan 2010 dana BOS ditransfer ke pemerintah daerah yang akan menjadi sumber APBD. Shingga saat ini sekolah-sekolah tidak menerima langsung dari rekening pusat, tapi bersumber pada APBD. Penggunaan dana BOS diperuntukan bagi seluruh biaya operasional rutin sekolah, sedangkan untuk biaya pembangunan tidak berasal dari BOS. Penyalahgunaan pengelolaan dana BOS banyak ditemukan di beberapa daerah, kasus yang paling sering adalah penggelembungan jumlah siswa, penyalahgunan dana, dan bahkan data dan pelaporan fiktif sering menghiasi surat kabar tentang penyelewengan dana BOS. Hal ini bisa juga dipicu oleh system yang berjalan, lemahnya pengaawasan dan partisipasi public yang kurang, sehingga menyebabkan tujuan dari adanya subsidi BOS sendiri menjadi kurang dan cenderung berkurang kebermanfaataannya. Untuk itu diperlukan tindakan preventif dari setiap lembaga dan elemen dari bangsa serta aplikasi dari etika admisistrasi untuk kemajuan dan pengefektifan pengelolaan dana BOS. Diantaranya solusi yang ditawarkan adalah dengan memegang erat pedoman kemanusiaan dan etika administrasi yang baik, salah satunya dengan memahami isi arti substansial Pancasila diantaranya Sila ke Dua dan Sila ke Lima agar bias menjalan kan administrasi dengan baik sebagai manusia yang baik dan juga adil-seadilnya yang mendahulukan kewajiban baru kemudian menuntut hak.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.menkokesra.go.id/content/dana-bos-rawan-penyelewengan Diakses tanggal 15 desember pukul 15.00

http://krjogja.com/read/190652/dugaan-penyelewengan-dana-bos-segera-diselidiki.kr Diakses tanggal 15 desember pukul 15.00

http://www.siwalimanews.com/show.php?mode=artikel-visi&id=8513&path=list-visi.html tanggal 15 desember pukul 15.00

Diakses

https://lapor.ukp.go.id/id/243308/lima-guru-ditangkap-karena-melaporkan-penyelewengan-dana-olehkepala-sekolah.html Diakses tanggal 15 desember pukul 15.00

Anda mungkin juga menyukai