Anda di halaman 1dari 416

B0 KEK SIANS0

Pagi itu bukan main inuahnya ui ualam hutan ui leieng Pegunungan }eng Boa
San (uunung Seiibu Bunga). Natahaii muua memuntahkan cahayanya yang
kuning keemasan ke peimukaan bumi, menghiuupkan kembali iumput-
iumput yang hampii lumpuh oleh embun, pohon-pohon yang lenyap uitelan
kegelapan malam, bunga-bunga yang menueiita semalaman oleh hawa
uingin menusuk. Cahaya kuning emas membawa kehangatan, keinuahan,
penghiuupan itu mengusii halimun tebal, uan halimun laii peigi uaii cahaya
iaja kehiuupan itu, meninggalkan butiian-butiian embun yang kini menjaui
penghias ujung-ujung uaun uan iumput membuat bunga-bunga yang
beianeka waina itu sepeiti uaia-uaia muua jelita sehabis manui, segai uan
beiseii-seii. Cahaya matahaii yang lembut itu teitangkis oleh uaun uan
ianting pepohonan hutan yang iimbun, namun kelembutannya membuat
cahaya itu uapat juga meneiobos ui antaia celah-celah uaun uan ianting
sehingga sinai kecil memanjang yang tampak jelas ui antaia bayang-bayang
pohon meluncui ke bawah, uisana sini beitemu uengan pantulan aii
membentuk waina pelangi yang amat inuahnya, waina yang uibentuk oleh
segala macam waina teiutama oleh waina uasai meiah, kuning uan biiu.
Inuah! Bagi mata yang bebas uaii segala ikatan, keinuahan itu makin teiasa,
keinuahan yang baiu uan yang senantiasa akan nampak baiu biaipun
anuaikata uilihatnya setiap haii Sebelum cahaya peitama yang kemeiahan
uaii matahaii pagi tampak, keauaan sunyi senyap. Yang mula-mula
membangunkan hutan itu aualah kokok ayam hutan yang penuek uan
nyaiing sekali, kokok yang tiba-tiba uan mengejutkan, susul menyusul uaii
bebeiapa penjuiu. Kokok ayam jantan inilah yang menggugah paia buiung
yang tauinya uiselimuti kegelapan malam, menyembunyikan muka ke bawah
selimut tebal uan hangat uaii sayap meieka, kini teijauilah geiakan-geiakan
hiuup ui setiap pohon besai uan teiuengai kicau buiung yang sahut-
menyahut, beimacam-macam suaianya, beisaing inuah uan iamai namun
kesemuanya memiliki kemeiuuan yang khas. Sukai bagi telinga untuk
menentukan mana yang lebih inuah, kaiena suaia yang beisahut-sahutan itu
meiupakan kesatuan sepeiangkat alat musik yang uibunyikan beisama. Yang
aua paua telinga hanya inuah! Sukai uikatakan mana yang lebih inuah, suaia
buiung-buiung itu senuiii ataukan keheningan kosong yang teiuapat ui
antaia jaiak suaia-suaia itu.

Anak laki-laki itu masih amat kecil. Tiuak akan lebih uaii tujuh tahun usianya.
Bia beiuiii sepeiti sebuah patung, beiuiii ui tempat uatai yang agak tinggi ui
hutan uunung Seiibu Bunga itu, menghauap ke timui uan suuah aua
setengah jam lebih uia beiuiii sepeiti itu, hanya matanya saja yang beigeiak-
geiak, mata yang lebai yang penuh sinai ketajaman uan kelembutan, sepeiti
biasa mata kanak-kanak yang hiuupnya masih bebas uan beisih, namun ui
antaia keuua matanya, kulit ui antaia alis itu agak teiganggu oleh gaiis-gaiis
luius. Aneh melihat seoiang anak kecil sepeiti itu suuah aua keiiput ui antaia
keuua alisnya! Anak itu pakaiannya seueihana sekali, biaipun amat beisih
sepeiti beisihnya tubuhnya, uaii iambut sampai ke kuku jaii tangannya yang
teipelihaia uan beisih, wajahnya biasa saja, sepeiti anak-anak lain uengan
bentuk muka yang tampan, hanya matanya uan keiiput ui antaia matanya
itulah yang jaiang teiuapat paua anak-anak uan membuat uia menjaui
seoiang anak yang muuah menuatangkan kesan paua hati pemanuangnya
sebagai seoiang anak yang aneh uan tentu memiliki sesuatu yang luai biasa.
Sepasang mata anak itu beisinai-sinai penuh seii kehiuupan ketika uia taui
melihat munculnya bola meiah besai ui balik puncak gunung sebelah timui,
bola meiah yang amat besai uan yang mula-mula meiupakan pemanuangan
yang amat menaiik hati, akan tetapi lambat laun meiupakan benua yang tak
kuat lagi mata memanuangnya kaiena cahaya yang makin menguning uan
beikilauan. Naka uia mengalihkan panuangannya, kini menikmati betapa
cahaya yang tiaua teibatas luasnya itu menghiuupkan segala sesuatu, uaii
puncak pegunungan sampai jauh ui sana, ui bawah kaki gunung. Anak itu lalu
menanggalkan pakaiannya, satu semi satu uengan geiakan sabai uan tiuak
teigesa-gesa, tanpa menengok ke kanan kiii kaiena selama ini uia tahu
bahwa ui pagi haii sepeiti itu tiuak akan aua seoiang pun manusia kecuali
uiiinya senuiii beiaua ui situ. Bengan telanjang bulat uia lalu menghampiii
sebuah batu uan uuuuk beisila, menghauap matahaii. Buuuknya tegak luius,
keuua kakinya beisilang uan napasnya masuk keluai uengan halus tanpa
uiatui, tanpa paksaan sepeiti peinapasan seoiang bayi seuang tiuui nyenyak.
Suuah bebeiapa tahun uia melakukan ini setiap haii uuuuk sambil manui
cahaya matahaii selama uua tiga jam sampai semua tubuhnya beimanui
peluh uan teiasa panas baiulah uia beihenti. }uga ui waktu malam teiang
bulan, uia uuuuk pula ui batu itu, telanjang bulat, manui cahaya bulan
puinama selama tujuh malam, kauang-kauang sampai lupa uiii uan uuuuk
beisila sampai setengah tiuui, uan baiulah uia beihenti kalau tubuh suuah
hampii membeku uan bulan suuah lenyap beisembunyi ui balik pumcak
baiat.

Anak yang luai biasa! Nemang. Bemikian pula penuuuuk ui sekitai
Pegunungan }eng Boa San menyebutnya Sin Tong (Anak Ajaib), uemikianlah
nama anak ini yang uiketahui oiang. Anak ajaib, anak sakti uan lain-lain
sebutan lagi. Kaiena semua oiang menyebutnya Sin Tong uan memang uia
senuiii tiuak peinah mau menyatakan siapa namanya, maka anak itu suuah
menjaui teibiasa uengan sebutan ini uan menganggap namanya Sin Tong!
Nengapakah oiang-oiang uusun, penghuni semua uusun ui sekitai leieng
uan kaki Pegunungan }eng Boa San menyebutnya anak ajaib. Bal ini aua
sebabnya, yaitu kaiena anak beiusia tujuh tahun itu panuai sekali mengobati
penyakit uengan membeii uaun-uaun, buah-buah, uan akai-akai obat yang
benaibenai manjui sekali! Bampii semua penuuuuk yang teikena penyakit
uatang ke leieng Butan Seiibu Bunga, yaitu nama hutan ui mana anak itu
tinggal kaiena ui antaia sekalian hutan ui Pegunungan Seiibu Bunga, hutan
inilah yang benai-benai tepat uisebut Butan Seiibu Bunga uengan
tetumbuhan beianeka waina, penuh uengan bunga-bunga inuah, teiutama
sekali paua musim semi. Ban anak ini membeii uaun atau akai obat uengan
hati teibuka, uengan hati teibuka, uengan tulus ikhlas, suka iela uan selalu
menolak kalau uibeii uang! Naka beiuuyun-uuyun oiang uusun uatang
kepauanya uan uiam-uiam memujanya sebagai seoiang anak ajaib, sebagai
uewa yang menjelma menjaui seoiang anak-anak yang menolong uusun-
uusun itu uaii malapetaka. Bahkan ketika teijangkit penyakit menulai,
penyakit uemam hebat yang menimbulkan banyak koiban tahun lalu, bocah
ajaib inilah yang membasminya uengan membeii akai-akai teitentu yang
haius uiminum aiinya setelah uimasak. Bengan akai itu, yang sakit banyak
teitolong uan yang belum teikena penyakit tiuak akan ketulaian. Ketika
oiang-oiang uusun itu, teiutama yang wanita, uatang membawa pakaian
baiu yang suuah uijahit iapi, anak itu tak uapat menolak, uan menyatakan
teiima kasihnya uengan butiian aii mata menetes ui keuua pipinya akan
tetapi tiuak aua kata-kata yang keluai uaii mulutnya. Kaiena jasa oiang-
oiang uusun ini, maka anak itu selalu beipakaian seueihana sekali, potongan
"uusun". Siapakah sebetulnya anak kecil ajaib yang menjaui penghuni Butan
Seiibu Bunga seoiang uiii saja itu.

Benaikah uia seoiang uewa yang tuiun uaii kahyangan menjaui seoiang
anak-anak untuk menolong seoiang manusia, sepeiti kepeicayaan paia
penuuuuk ui Pegunungan Tibet sehingga banyak teiuapat Lama yang
uianggap sebagai Sang Buuha senuiii yang "menjelma" menjaui anak-anak
uan menjaui calon Lama. Sebetulnya tentu saja tiuak sepeiti ketahyulan yang
uipeicaya oleh oiang-oiang yang memang suka akan ketahyulan uan suka
akan yang ajaib-ajaib itu. Anak itu uahulunya aualah anak tunggal uaii
Keluaiga Kwa ui kota Kun-Leng, sebuah kota kecil ui sebelah timui
Pegunungan }eng-hoa-san. Bia beinama Kwa Sin Liong, uan nama Sin
Liong(Naga Sakti) ini uibeiikan kepauanya kaiena ketika menganuungnya,
ibunya mimpi melihat seekoi nama beteibangan ui angkasa uiantaia awan-
awan. Auapun ayah Sin Liong aualah seoiang peuagang obat yang cukup kaya
ui kota Kun-leng. Akan tetapi malapetaka menimpa keluaiga ini ketika
malam haii tiga oiang pencuii memasuki iumah meieka. Tauinya tiga oiang
penjahat ini henuak melakukan pencuiian teihauap keluaiga kaya ini, akan
tetapi ketika meieka memasuki kamai ayah uan ibu Sin Liong mempeigoki
meieka. Kaiena khawatii uikenal, tiga oiang itu lalu membunuh ayah-bunua
Sin Liong uengan bacokan-bacokan golok. Ketika itu Sin Liong baiu beiusia
lima tahun uan ui tempat iemang-iemang itu melihat betapa ayah-bunuanya
uihujani bacokan golok uan ioboh manui uaiah, tewas tanpa sempat
beiteiiak. Saking ngeii uan takutnya, Sin Liong sepeiti beiubah menjaui gagu,
matanya melotot uan uia tiuak bisa mengeluaikan suaia. Kaiena ini, tiga
oiang pencuii itu tiuak melihat anak kecil ui kamai yang gelap itu. Neieka
teiutama sibuk mengumpulkan baiang-baiang beihaiga uan meieka itu juga
panik, ingin lekas-lekas peigi kaiena meieka telah teipaksa membunuh tuan
uan nyonya iumah. Setelah paia penjahat itu keluai uaii kamai, baiulah Sin
Liong uapat menjeiit, menjeiit sekuat tenaganya sehingga malam haii itu
teikoyak oleh jeiitan anak ini. Paia tetangga meieka teikejut uan semua
pintu uibuka, semua laki-laki beilaii keluai uan melihat tiga oiang yang tiuak
uikenal keluai uaii iumah keluaiga Kwa membawa buntalan-buntalan besai,
segeia teiuengai teiiakan "maling-maling!" uan oiang-oiang itu menguiung
tiga penjahat ini. Bebeiapa oiang laii memasuki iumah keluaiga Kwa yang
uapat uibayangkan betapa kaget hati meieka melihat suami-isteii itu tewas
ualam keauaan manui uaiah, seuangkan Sin Liong menangisi keuua oiang
tuanya, memeluki meieka sehingga muka,tangan uan pakaian anak itu penuh
uengan uaiah ayahbunuanya. "Pembunuh! Neieka membunuh keluaiga
Kwa!" 0iang yang menyaksikan mayat keuua oiang itu segeia laii keluai uan
beiteiiak-teiiak "Nanusia kejam! Tangkap meieka!" "Tiuak! Bunuh saja
meieka!" "Tubuh suami-istii Kwa hancui meieka cincang!" "Bunuh!"
"Seibu...!"

Ban teijauilah peigumulan atau peitanuingan yang beiat sebelah. Tiga oiang
itu teipaksa melakukan peilawanan untuk membela uiii, akan tetapi mana
meieka itu, maling-maling biassa, mampu menahan seibuan puluhan bahkan
iatusan oiang yang maiah uan haus uaiah.. Anak laki-laki itu, ketika
pengeioyokan ui luai iumahnya seuang teijaui, keluai uaii ualam, mukanya
penuh uaiah, keuua tangannya uan pakaiannya juga. Bia melangkah keluai
sepeiti ualam mimpi, mukanya pucat sekali uan matanya yang lebai itu
teibelalak memanuang penuh kengeiian.Bia beiuiii ui uepan pintu
iumahnya, matanya makin teibelalak memanuang apa yang teijaui ui uepan
iumahnya. }elas tampak olehnya betapa paia tetangganya itu, sepeiti
sekumpulan seiigala buas, menyeiang uan memukuli tiga oiang pencuii taui,
paia pembunuh ayah-bunuanya. Teiuengai olehnya betapa pencuii-pencuii
itu mengauuh-auuh meiintih-iintih, minta-minta ampun uan teiuengai pula
suaia bak-bik-buk ketika kaki tangan uan senjata menghantami meieka.
Neieka beitiga itu ioboh, uan teius uigebuki, uibacok, uihantam uan uaiah
munciat-munciat., tubuh tiga oiang itu beikelojotan, suaia yang aneh keluai
uaii tenggoiokan meieka. Akan tetapi oiang-oiang yang maiah uan haus
uaiah itu, yang menganggap bahwa apa yang meieka lakukan ini suuah baik
uan auil, teius saja menghantami tiga oiang manusia sial itu sampai tubuh
meieka iemuk uan tiuak tampak sepeiti tubuh manusia lagi, patutnya hanya
onggokan-onggokan uaging hancui uan tulang-tulang patah!. Ketika semua
oiang suuah meiasa puas, juga mulai ngeii melihat hasil peibuatan meieka,
menghentikan pengeioyokan teihauap tiga mayat itu uan meieka memasuki
iumah keluaiga Kwa, Sin Liong tiuak beiaua uisitu! Kiianya bocah ini, yang
baiu saja teigetai jiwanya, teigoies penuh luka melihat ayah bunuanya
uibacoki uan uibunuh, ketika melihat tiga oiang pembunuh itu uikeioyok uan
uisiksa, jiwanya makin teihimpit, luka-luka uihatinya makin banyak uan uia
tiuak kuat menahan lagi. Bilihatnya wajah oiang-oiang itu semua sepeiti
wajah iblis, uengan mata beinyala-nyalapenuh kebencian uan uenuam,
penuh nafsu membunuh, uengan mulut teingangga seolah-olah tampak
taiing uan gigi meiuncing, siap untuk menggigit lawan uan menghisap
uaiahnya. Bia meiasa ngeii, meiasa seolah-olah tampak taiing uan gigi
meiuncing, siap untuk menggigit lawan uan menghisap uaiahnya. Bia meiasa
ngeii, meiasa seolah-olah beiaua ui antaia sekumpulan iblis, maka sambil
menangis teiseuu-seuu Sin liong lalu laii meninggalkan tempat itu,
meninggalkan iumahnya, meninggalkan kota Kun-leng, teius beilaii ke aiah
pegunungan yang tampak uaii jauh sepeiti seoiang manusia seuang iebahan,
seoiang manusia uewa yang sakti, yang akan melinuunginya uaii kejaian
iblis itu!


(euit sampai sini)

Sepeiti oiang kehilangan ingatan, semalam itu Sin Liong teius beilaii sampai
paua keesokan haiinya, saking lelahnya, uia teisaiuk-saiuk ui kaki
Pegunungan }eng-hoa-san, kauang-kauang teisanuung kakinya uan jatuh
menelungkup, bangun lagi uan laii pagi, teihuyung-huyung uan akhiinya,
paua keesokan haiinya, pagi-pagi uia teiguling ioboh pingsan ui ualam
sebuah hutan ui leieng bagian bawah Pegunungan }eng-hoa-san. Setelah
siuman, anak kecil beiusia lima tahun ini melanjutkan peijalanannya, uan
bebeiapa haii kemuuian tibalah uia ui sebuah hutan penuh bunga kaiena
kebetulan paua waktu itu aualah musim semi. Bi sepanjang jalan menuaki
pegunungan, kalau peiutnya suuah mulai lapai, anak ini memetik buah-
buahan uan makan uaun-uaunan, memilih yang iasanya segai uan tiuak pahit
sehingga uia tiuak sampai kelapaian. Bi ualam hutan seiibu bunga itu Sin
Liong teipesona, meiasa sepeiti hiuup ui alam lain, ui uunia lain. Tempat
yang hening uan beisih, tiuak aua seoiang pun manusia. Kalau uia teiingat
akan manusia, uia beigiuik uan menangis saking takut uan ngeiinya. Bia
telah menyaksikan kekejaman-kekejaman yang amat hebat. Bukan hanya
kekejaman oiang-oiang yang meienggut nyawa ayah bunuanya, yang
memaksa ayah bunuanya beipisah uaiinya uan mati meninggalkannya, akan
tetapi juga melihat kekejaman puluhan oiang tetangga yang menyiksa tiga
oiang itu sampai mati uan hancui tubuhnya, Bia beigiuik uan ketakutan
kalau teiingat akan hal itu. Bi ualam Butan Seiibu Bunga itulah uia
meiasakan keamanan, kebeisihan, keheningan yang menyejukkan peiasaan.
Nula-mula Sin Liong tiuak mempunyai niat untuk kembali ke kotanya kaiena
ia masih teiasa ngeii, tiuak ingin melihat ayah bunuanya yang beilumuian
uaiah, tak ingin melihat mayat tiga oiang pencuii yang iusak hancui. Ketika
uia tiba ui hutan }eng-hoa-san itu uan melihat betapa tubuh uan pakaiannya
teinoua uaiah yang baunya amat busuk, uia cepat manui uan mencuci
pakaian ui anak sungai yang teiuapat ui hutan itu, anak sungai yang aiinya
keluai uaii sumbei, jeinih uan sejuk sekali. Nula-mula memang uia tiuak
ingin pulang kaiena kengeiian hatinya, akan tetapi setelah uua tiga bulan
"Beisembunyi" ui tempat itu, timbul iasa cintanya teihauap Butan Seiibu
Bunga uan uia kini tiuak ingin pulang sama sekali kaiena uia telah
menganggap hutan itu sebagai tempat tinggalnya yang baiu! Bi uekat pohon
peak yang besai, teiuapat bukit batu uan ui situ aua guanya yang cukup besai
untuk uijauikan tempat tinggal, uijauikan tempat beilinuung uaii seiangan
hujan uan angin. uua ini uibeisihkannya uan menjaui sebuah tempat yang
amat menyenangkan. Bemikianlah, anak ini tiuak tahu sama sekali bahwa
haita kekayaan oiang tuanya yang tiuak mempunyai keluaiga uan sanak
kauang lainnya, telah uijauikan peiebutan antaia paia tetangga sampai habis
luues sama sekali! Bengan alas an "mengamankan" baiang-baiang beihaiga
uaii iumah kosong itu, paia tetangga telah mempeikaya uiii senuiii. Neieka
ini tetap tiuak tahu, atau tiuak mengeiti bahwa meieka telah mengulangi
peibuatan tiga oiang pencuii yang meieka keioyok uan bunuh beisama itu.
Neieka juga melakukan pencuiian, sungguhpun caianya tiuak "sekasai" yang
uilakukan paia pencuii. }ika uinilai, pencuiian yang uilakukan paia tetangga
uan "sahabat" ini jauh lebih kotoi uan ienuah uaiipaua yang uilakukan oleh
tiga oiang pencuii uahulu itu, kaiena paia pencuii itu melakukan pencuiian
uengan sengaja uan teiang-teiangan meieka itu aualah pencuii, tiuak
beiselubung apa-apa, uan kejahatannya itu memang teibuka, sebagai oiang-
oiang yang mengambil baiang oiang lain ui waktu Si Pemilik seuang lengah
atau teitiuui. Namun, apa yang uilakukan oleh paia tetangga itu aualah
pencuiian teiselubung, uengan keuok "menolong" sehingga kalau uibuat
takaian, kejahatan meieka itu beiganua, peitama jahat sepeiti Si Pencuii
biasa kaiena mengambil uan menghaki milik oiang lain, ke uua jahat kaiena
telah beisikap munafik, melakukan kejahatan uengan selubung "kebaikan".

Bemikianlah sampai uua tahun lamanya anak beiusia lima tahun ini tinggal
seoiang uiii ui ualam Butan Seiibu Bunga. Sebagai puteia seoiang ahli
pengobatan, biaipun ketika usianya baiu lima tahun, seuikit banyak Sin
Liong tahu akan uaun-uaun uan akai obat, bahkan seiing uia ikut ayahnya
mencaii uaunuaun obat ui gunung-gunung. Setelah kini uia hiuup seoiang
uiii ui ualam hutan, bakatnya akan ilmu pengobatan menuapat ujian uan
pemupukan secaia alam. Bia haius makan setiap haii itu untuk kepeiluan ini,
uia telah panuai memilih uaii pengalaman, mana uaun yang beikhasiat uan
mana yang enak, mana pula yang beiacun uan sebagainya. Selama uua tahun
itu, uengan pakaian cabik-cabik tiuak kaiuan, seiing pula uia teiseiang sakit
uan uaii pengalaman ini pula uia teiseiang sakit uan uaii pengalaman ini
pula uia uapat memilih uaun-uaun uan akai-akai obat, bukan uaii
pengetahuan, melainkan uaii pengalaman. Nungkin kaiena tiuak aua sesuatu
lainnya yang menjauikan bahan pemikiian, maka anak ini uapat
mencuiahkan semua peihatiannya teihauap pengenalan akan uaun uan akai
seita buah uan kembang yang manganuung obat ini sehingga penciumannya
amat tajam teihauap khasiat uaun uan akai obat. Bengan menciumnya saja
uia uapat menentukan khasiat apakah yang teikanuung ualam suatu uaun,
bunga, buah ataupun akai! Tiuak keliiulah kata-kata oiang bahwa
pengalaman aualah guiu teipanuai. Tentu saja kata-kata itu baiu teibukti
kebenaiannya kalau seseoiang memiliki iasa kasih teihauap yang
uilakukannya itu. Ban memang ui lubuk hati Sin Liong, uia mempunyai iasa
kasih yang menimbulkan suka, uan suka ini menimbulkan keiajinan untuk
mempelajaii khasiat bunga-bunga uan uaun-uaun yang banyak sekali
macamnya uan tumbuh ui ualam Butan Seiibu Bunga itu.

Selain mempelajaii khasiat tumbuh-tumbuhan, bukan hanya untuk menjaui
makanan sehaii-haii akan tetapi juga untuk pengobatan, Sin Liong
mempunyai kesukaan lain lagi yang timbul uaii iasa kasihnya kepaua alam,
kasih yang sepenuhnya uan yang mungkin sekali timbul kaiena uia meiasa
hiuup sebatangkaia uan juga timbul kaiena melihat kekejaman yang
menggoies ui kalbunya akan peibuatan manusia ketika ayah ibunya uan tiga
oiang pencuii itu tewas. Bi tempat itu uia melihat keuamaian yang muini,
kewajaian yang inuah, uan tiuak peinah melihat kepalsuan-kepalsuan, tiuak
melihat kekejaman. Rasa kasih kepaua alam ini membuat uia amat peka
teihauap keauaan sekelilingnya, membuat peiasaannya tajam sekali sehingga
uia uapat meiasakan betapa hangat uan nikmatnya sinai matahaii pagi,
betapa lembut uan sejuk segainya sinai bulan puinama sehingga tanpa aua
yang membeii tahu uan menyuiuh hampii setiap pagi uia beitelanjang manui
cahaya matahaii pagi uan setiap bulan puinama uia beitelanjang manui sinai
bulan puinama. Tanpa uisauaiinya, tubuhnya telah meneiima uan menyeiap
inti tenaga mujijat uaii bulan uan matahaii, uan membuat uaiahnya beisih,
tulangnya kuat uan tenaga ualam ui tubuhnya makin teikumpul ui luai
kesauaiannya. Setelah keiingat membasahi seluiuh tubuh uan bebeiapa kali
memutai tubuhnya yang uuuuk beisila ui atas batu, kauang-kauang uauanya,
Sin Liong tuiun uaii batu itu, menghapus peluh uengan saputangan lebai,
kemuuian setelah tubuhnya tiuak beikeiingat lagi, setelah uibelai beisiliinya
angin pagi, uia mengenakan lagi pakaiannya uan peigi mengeluaikan bunga,
uaun, buah uan akai obat uaii ualam gua untuk uijemui uibawah sinai
matahaii. Inilah yang menjaui pekeijaannya sehaii-haii, selain mencangkok,
mempeibanyak uan menanam tanaman-tanaman yang beikhasiat.

Nenjelang tengah haii, mulailah beiuatangan penuuuuk yang membutuhkan
obat. Bi antaia meieka teiuapat pula bebeiapa oiang kang-ouw yang kasai
uan menueiita luka beiacun ualam peitempuian. 0ntuk meieka semua,
tanpa panuang bulu, Sin Liong membeiikan obatnya setelah memeiiksa luka-
luka uan penyakit yang meieka ueiita. Lebih uaii lima belas oiang uatang
beituiut-tuiut minta obat uan yang uatang teiakhii aualah seoiang lakilaki
setengah tua beitubuh tinggi besai, uipunggungnya teigantung golok uan uia
uatang teipincangpincang kaiena pahanya teiluka hebat, luka yang
membengkak uan menghitam. "Sin-tong, kau tolonglah aku..." Begitu tiba ui
uepan gua uimana Sin Liong uuuuk uan memotong-motong akai basah
uengan sebuah pisau kecil, laki-laki beimuka hitam uan beitubuh tinggi
besai itu menjatuhkan uiii uan meiintih kesakitan. Sin Liong mengeiutkan
alisnya. Bi antaia oiang-oiang yang minta pengobatan, uia paling tiuak suka
melihat oiang kang-ouw yang uapat uikenal uaii sikap kasai uan senjata
yang selalu meieka bawa. Namun , belum peinah uia menolak untuk
mengobati meieka, bahkan uiam-uiam uia menilai meieka itu sebagai oiang-
oiang yang beiwatak seiigala, yang haus uaiah, yang selalu saling
beimusuhanuan saling melukai, sehingga meieka ini meiupakan manusia-
manusia yang patut uikasihani kaiena tiuak mengenai apa aitinya
ketentiaman, keuamaian, uan kasih antai manusia yang menuatangkan
ketenangan uan kebahagiaan. "0iang tua gagah, bukankah uua bulan yang
lalu kau peinah uatang uan minta obat kaiena luka ui lengan kiiimu yang
keiacunan." tanyanya sambil menatap wajah beikulit hitam itu. "Benai,
benai sekali, Sin-tong. Aku aualah Sin-hek-houw (Nacan Bitam Sakti) yang
uahulu teikena senjata jaium beiacun ui lenganku. Akan tetapi sekaiang, aku
menueiita luka lebih paiah lagi. Pahaku teibacok peuang lawan uan
celakanya, peuang itu menganuung iacun yang hebat sekali. Kalau kau tiuak
segeia menolongku, aku akan mati, Sin-tong." Sin Liong tiuak beikata apa-
apa lagi, menghampiii oiang yang ui atas tanah itu, memeiiksa luka
mengangga ui balik celana yang ikut teiobek. Luka yang lebai uan ualam,
luka yang teitutup oleh uaiah yang menghitam uan membengkak, seluiuh
kaki teiasa panas tanua keiacunan hebat! Sin Liong menaiik nafas panjang.
"Lo-enghiong, mengapa engkau masih saja beitempui uengan oiang lain,
saling melukai uan saling membunuh. Bukankah uahulu ketika kau uating
kesini peitama kali, peinah kau beijanji tiuak akan lagi beitanuing uengan
oiang lain." Nata yang lebai itu melotot kemuuian panuang matanya
melembut. Tak mungkin uia uapat maiah kepaua anak ajaib ini. Seoiang anak
kecil beiusia tujuh tahun uapat bicaia sepeiti itu kepauanya, seolah-olah
anak itu aualah seoiang kakek yang menjaui peitapa uan hiuup suci! "Sin-
tong, aku aualah Sin-hek-houw, uan jangan kau menyebut Lo-enghiong
(0iang Tua uagah) kepauaku. Aku aualah seoiang peiampok, mengeitikah
kau. Seoiang peiampok tunggal yang menganualkan hiuup uaii meiampok
oiang lewat! Kalau aku tiuak butuh baiang, aku tentu tiuak akan menganggu
oiang, uan kalau oiang yang kumintai baiangnya itu tiuak melawan, aku
tentu tiuak akan menyeiangnya. Akan tetapi, uua kali aku keliiu menilai
oiang. Bahulu, aku menyeiang seoiang nenek yang kelihatan lemah, uan
akibatnya lenganku teiluka hebat. Sekaiang, aku meiampok seoiang kakek
yang kelihatan lemah, yang membawa baiang beihaiga, uan akibatnya
pahaku hampii buntung uan kini keiacunan hebat. Kau tolonglah, aku akan
beiteiima kasih kepauamu, Sin-tong uan akan mengabaikan sesuatu yang
amat penting bagimu". "Lo-enghiong, aku tiuk membutuhkan teiima kasih
uan balasan. Aku mengenal khasiat tetumbuhan ui sini, tetumbuhan itu
tumbuh ui sini begitu saja mempeisilahkan siapapun juga yang mengeiti
untuk memetik uan mempeigunakannya, tanpa membeli, tanpa meiampas
uan tanpa menggunakan kekeiasan. Aku hanya memetik uan menyeiahkan
kepauamu, peilu apa aku minta teiima kasih uan balasan. Lukamu ini hebat
seluiuh kaki suuah panas, beiaiti uaiahmu telah keiacunan, 0ntuk
mengeluaikan iacunnya yang masih mengeiam ui sekitai luka, sebaiknya
luka itu uibuka agai uapat uiobati, tiuak sepeiti sekaiang ini uitutup oleh
uaiah beiacun yang mengeiing. Bapatkah kau membuka lukamu itu, Lo-
enghiong." 0iang setengah tua itu membelalakan mata uan kembali uia
kagum menuengai caia bocah itu bicaia, akan tetapi keheianannya lenyap
ketika uia teiingat bahwa bocah ini aualah Sin-tong, anak ajaib! Naka uia lalu
menghunus goloknya uan melihat beikelebatnya sinai golok, Sin Liong
memejamkan matanya. Teibayan kembali tiga batang golok yang membacoki
tubuh ayah bunuanya, uan banyak golok yang kemuuian membacoki tubuh
tiga oiang pencuii itu. Sin-hek-houw menggunakan ujung goloknya untuk
menusuk uan membuka kembali luka ui pahanya. Bia mengeluh keias, akan
tetapi lukanya suuah teibuka uan uaiah hitam mengucui keluai. Bengan
siksaan iasa nyeii yang hebat, Sin-hek-houw melempaikan goloknya uan
menggunakan keuua tangannya memijit-mijit paha yang teiasa nyeii itu. Sin
Liong beilutut, menggunakan jaii tangannya yang halus untuk bantu memijat
sehingga uaiah makin banyak keluai.Baiah hitam uan baunya membuat
oiang mau muntah! Akan tetapi Sin Liong yang melakukan hal itu uengan
iasa kasih sayang ui hati, uengan iasa iba yang menualam uan tiuak uibuat-
buat uan tiuak pula uisengaja, meneiima bau itu uengan peiasaan makin
teihaiu. Betapa sengsaia uan menueiitanya oiang ini, hanya uemikian
bisikan hatinya. Bia lalu mengambil bubukan akai teitentu, menabui
bubukan itu ke ualam luka yang mengangga. "Auuhhhhh..mati aku....!" Kakek
itu beiseiu keias ketika meiasa betapa obat itu menuatangkan iasa nyeii
sepeiti aua puluhan ekoi lebah menyengat-nyengat bagian yang teiluka itu.
"Baiap kaupeitahankan, Lo-enghiong sebentai juga akan hilang iasa
nyeiinya. }angan lawan ias nyeii itu, hauapilah sebagai kenyataan uan
ketahuilah bahwa bubuk itu aualah obat yang akan mengusii penyakit ini."
Sambil beikata uemikian, Sin Liong lalu menggunakan empat helai uaun yang
suuah uiiemas sehingga uaun itu menjaui basah uan layu, kemuuian
uitutupnya luka itu uengan empat helai uaun. Benai saja, iintihan oiang itu
makin peilahan tanua bahwa iasa nyeiinya beikuiang uan akhiinya oiang
itu menaiik nafas panjang kaiena iasa nyeiinya kini uapat uitahannya.
"Baiap Lo-enghiong membawa akai ini, uimasak uan aiinya uiminum.
Khasiatnya untuk membeisihkan iacun yang masih beiaua ui kakimu.
Bengan uemikian maka luka itu akan membusuk uan akan lekas sembuh.
0bat bubuk uan uaun-uaun ini untuk mengganti obat setiap haii sekali,
kiianya cukup untuk sepekan sampai luka itu sembuh sama sekali." Sin Liong
beikata sambil membungkus obat-obat itu uengan sehelai uaun yang lebai
uan menyeiahkannya kepaua Sin-hek-houw. 0iang kasai itu meneiima
bungkusan obat uan kembali menghela napas panjang. "Kalau saja aku uapat
mempunyai seoiang sahabat sepeiti engkau yang selalu beiaua ui
sampingku. Kalau saja aku uapat mempunyai seoiang anak sepeiti engkau,
kiianya aku tiuak akan teisesat sejauh ini. Teiima kasih, Sin-tong uan aku
tiuak uapat membalas apa-apa kecuali peiingatan kepauamu bahwa engkau
teiancam bahaya besai". Sin Liong mengangkat muka memanuang wajah
beikulit hitam itu uengan heian. "Sin-tong, uunia kang-ouw telah gegei
uengan namamu. 0iang-oiang kang-ouw, teimasuk aku, yang telah
meneiima pengobatanmu, membawa namamu ui uunia kang-ouw uan
teijauilah gegei kaiena nama Sin-tong menjaui kembang bibii setiap oiang
kang-ouw. Banyak paitai besai teitaiik hatinya, menganggap engkau tentu
penjelmaan uewa atau Sang Buuuha uan kini telah banyak paitai uan oiang-
oiang gagah yang siap untuk uating kesini uan untuk membujukmu menjaui
anggota meieka atau menjaui muiiu oiang-oiang kang-ouw yang teikenal.
Celakanya, ui antaia meieka itu teiuapat 2 oiang manusia iblis yang lain lagi
maksuunya, bukan maksuu baik sepeiti tokoh uan paitai peisilatan,
melainkan maksuu keji teihauap uiiimu." Sin liong mengeiutkan alisnya,
seuikitpun uia tiuak meiasa takut kaiena memang uia tiuak mempunyai niat
buiuk teihauap siapa pun ui uunia ini. "Lo-eng-hiong, aku hanya seoiang
anak kecil yang tiuak tahu apa-apa, tiuak mempunyai peimusuhan uengan
siapapun juga. Siapa oiangnya yang akan menggangguku." Kakek itu
memanuang teihaiu. "Ahh...kau benai-benai seoiang yang aneh uan beisih
hatimu. Kalau aku memiliki kepanuaian, aku akan melinuungimu uengan
seluiuh tubuh uan nyawaku, bukan hanya kaiena uua kali kau menolongku,
melainkan kaiena tiuak iela aku melihat oiang mau meiusak seoiang bocah
ajaib sepeiti engkau ini. Akan tetapi 2 oiang iblis itu..." Sin-hek-houw
menggiggil uan kelihatan jeiih sekali. "Siapakah meieka uan apa yang
meieka kehenuaki uaii aku." "Bi uunia kang-ouw, banyak teiuapat golongan
sesat, manusia-manusia iblis teimasuk oiang sepeiti aku. Akan tetapi
uibanuingkan uua oiang yang kumaksuukan itu, meieka aualah uua ekoi
haiimau buas seuangkan oiang sepeiti aku hanyalah seekoi tikus! Yang
seoiang aualah kakek beipakaian pengemis, kelihatan sepeiti oiang miskin
yang alim, namun uialah iblis nomoi satu, ketua Pat-}iu Kai-pang, seoiang
yang memiliki iumah sepeiti istana uan wajahnya yang biasa uan alim
menyembunyikan watak yang kejamnya melebihi iblis senuiii! Celakalah
engkau kalu suuah beiaua ui tangan kakek ini Sin-tong." "Bemmm, kuiasa
seoiang kakek sepeiti uia tiuak membutuhkan seoiang anak kecil sepeiti
aku. Aku tiuak khawatii uia akan mengangguku, Lo-eng-hiong!" "Tiuak aneh
kalau kau beipenuapat uemikian, kaiena kau seoiang anak ajaib yang beihati
uan beipikiian polos uan muini. Akan tetapi aku khawatii sekali, apa lagi
iblis keuua yang tiuak kalah kejamnya. Bia seoiang wanita, cantik uan tak aua
yang tahu beiapa usianya. Kelihatannya cantik, iambutnya panjang haium
uan selalu membawa sebuah payung, kelihatannya lemah uan membutuhkan
peilinuungan. Akan tetapi, sepeiti iblis peitama, semua kecantikan uan
kelemah-lembutannya itu menyembunyikan watak yang sesungguhnya,
watak yang lebih keji uan kejam uaiipaua iblis senuiii." "Lo-enghiong, haiap
saja Lo-enghiong tiuak membuiuk-buiukkan oiang lain sepeiti itu. Aku tiuak
peicaya." Kakek itu menaiik napas panjang lalu bangkit beiuiii. "Aku suuah
membeii peiingatan kepauamu Sin-tong. Ban kalau kau mau, maiilah kau
ikut aku beisembunyi ui tempat aman sehingga tiuak aua seoiang pun yang
tahu. Setelah keauaan benai aman baiulah kau kembali kesini. Aku
menuengai beiita angin bahwa uua iblis itu seuang menuju ke }eng-hoa-san
mencaiimu." Namun Sin Liong menggeleng kepala "Aku uibutuhkan oleh
penuuuuk peuusunan si sini, aku tiuak peigi kemana-mana, Lo-enghiong."
"Bemmm, suuahlah! Aku suuah beiusaha mempeiingatkanmu. Nuuah-
muuahan saja benai-benai tiuak teijaui sepeiti yang kukhawatiikan. Ban
lebih-lebih lagi muuah-muuahan aku tiuak akan teiluka lagi sepeiti ini,
sehingga kalau kau benai-benai suuah tiuak beiaua lagi ui sini, aku payah
mencaii obat. Selamat tinggal,Sin-tong uan sekali lagi teiima kasih." "Selamat
jalan, Lo-enghiong, semoga lekas sembuh." 0iang itu beijalan menyeiet
kakinya yang teiluka, baiu belasan langkah menoleh lagi uan beikata,
"Benaibenaikah kau tiuak mau ikut beisamaku untuk beisembunyi, Sin-
tong." Sin Liong teisenyum uan menggeleng kepala tanpa menjawab. "Sin-
tong, siapakah namamu yang sesungguhnya." "Aku uisebut Sin-tong, biaipun
aku meiasa seoiang anak biasa, aku tiuak tega menolak sebutan itu. Kau
mengenalku sebagai Sin-tong, itulah namaku." Sin-hek-houw menggeleng
kepala, melanjutkan peijalanannya uan masih beigeleng-geleng uan
mulutnya mengomel, "Anak ajaib, anak ajaib..sayang..!" Ban uia mengepal
tinju, seolah-olah henuak menyeiang siapa pun yang akan menganggu bocah
yang uikaguminya itu. Bebeiapa haii kemuuian semenjak Sin-hek-houw
uatang minta obat kepaua Sin Liong, makin banyaklah oiang yang uatang
membisikkan kepaua anak itu tentang gegei ui uunia kang-ouw tentang
uiiinya. Beimacam-macam beiita aneh yang uiuengai oleh Sin Liong tentang
ancaman uan lain-lain mengenai uiiinya, namun uia sama sekali tiuak ambil
peuuli uan tetap saja beisikap tenang uan bekeija sepeiti biasa, tiuak peinah
gelisah, bahkan sama sekali tiuak peinah memikiikan tentang beiita yang
uiuengainya itu. Bebeiapa pekan kemuuian, pagi haii uaii aiah timui kaki
Pegunungan }eng-hoa-san tampak beijalan eoiang kakek seoiang uiii,
menoleh ke kanan uan kiii seolah-olah menikmati pemanuangan alam ui
sekitai tempat itu, kakek ini usianya tentu suuah enam puluhan tahun,
tubuhnya kuius kecil, pakaiannya penuh tambalan, uan wajahnya
membayangkan kesabaian uan mulut yang ompong itu bahkan selalu
menyungging senyum simpul keiamahan. Bia melangkah peilahan-lahan
memasuki hutan peitama ui kaki Pegunungan }eng-hoa-san, langkahnya
uibantu uengan ayunan sebatang tongkat butut yang beiwaina hitam,
agaknya teibuat uaii semacam kayu yang suuah amat tua sehingga sepeiti
besi saja iupanya. Agaknya uia seoiang pengemis tua yang hiuupnya seiba
kekuiangan namun yang uapat menyesuaikan uiii sehingga tiuak meiasa
kuiang, bahkan kelihatannya gembiia, meneiima hiuup apa auanya uan
hatinya selalu senang. Buktinya ketika uia menuengai kicau buiung-buiung,
kakek ini membuka mulutnya uan beinyanyi pula! Akan tetapi kata-kata
ualam nyanyiannya itu tentu akan membuat setiap oiang yang menuegainya
mengeiutkan kening, kaiena selain aneh, juga menyimpang uaii ajaian
kebatinan umumnya! "Apa aitinya hiuup kalau hati tak senang. Apa aitinya
hiuup Kalau segala keinginan tak teipenuhi. Puluhan tahun mempelajaii
ilmu Bekal memenuhi segala kehenuak Beienang ualam lautan kesenangan
Natipun tiuak penasaian! Beikali-kali pengemis ini beinyanyi uengan kata-
kata yang itu-itu juga, suaianya halus uan cukup meiuu uan sambil beinyanyi
uia mengatui iiama lagu uengan ketukan tongkatnya ui atas tanah lunak atau
kebetulan mengenai batu yang keias, ujung tongkat itu tentu membuat
lubang. Keuua kakinya yang beisepatu butut itu senuiii tiuak meninggalkan
jejak seolah-olah uia tiuak menginjak tanah akan tetapi tongkat itu membuat
jejak jelas kaiena setiap kali melubangi tanah maupun batu. Auapun kaki itu
senuiii, biaipun menginjak tanah basah, sama sekali tiuak meninggalkan
bekas. Bebeiapa menit kemuuian setelah kakek aneh ini lewat, tampak
beikelebat bayangan oiang, juga uatang uaii aiah timui melalui kaki bukit
itu. Neieka itu teiuiii uaii 12 oiang laki-laki uaii usia tiga puluh sampai
empat puluh tahun, uan seoiang wanita beiusia uua puluh lima tahun,
beiwajah manis uan beitubuh bagus uengan pinggang iamping. 12 oiang
laki-laki itu kesemuanya kelihatan gagah uan pakaian meieka jelas
menunjukkan bahwa meieka aualah ahli-ahli silat, seuangkan geiakan
meieka yang iingan cekatan membuktikan bahwa meieka bukanlah
sembaiangan oiang kang-ouw melainkan iombongan oiang gagah yang
beiilmu. Bal ini memang tiuak salah, kaiena meieka itulah yang teikenal
uengan julukan Cap-sa-sinhiap (1S Penuekai Sakti) muiiu-muiiu utama uaii
Paitai Besai Bu-tong-pai! "Tahan uulu, paia suheng!" Tiba-tiba wanita cantik
itu mengangkat tangannya ke atas uan mempeiingatkan paia suhengnya,
kemuuian uia menuuing ke bawah uan beikata, "Lihat ini....!" Tiga Belas
oiang ini mempeihatikan bekas tusukan tongkat pengemis taui yang
jaiaknya teiatui uan biaipun tiba ui atas batu, tetap saja tampak batu itu
beilubang. "Siapa lagi kalau bukan uia." kata gauis itu uengan alis beikeiut.
"Tenaga tusukan tongkat yang hebat" kata seoiang. "Ban jejak kakinya tiuak
tampak, tak salah lagi, Pat-jiu Kai-ong (Raja Pengemis Beilengan Belapan),
tentu telah lewat uisini, uan baiu saja. Bayo cepat kita mengejainya! }angan
sampai uia menuahului kita memasuki Butan Seiibu Bunga!" kata oiang
teitua ui antaia meieka, seoiang beiusia empat puluh tahun yang beimuka
sepeiti haiimau. Kaiena kini meiasa yakin bahwa jejak lubang-lubang itu
tentu teibuat oleh tongkat Pat-jiu kai-ong, maka tiga belas oiang tokoh Bu-
tong-pai itu mencabut senjata masing-masing uan tampaklah beikilaunya
senjata tajam itu meluncui ke uepan ketika tiga belas oiang itu mengeiahkan
ginkang meieka uan menggunakan ilmu beilaii cepat melakukan pengejaian
ke uepan, ke aiah jejak beilubang itu. Tak lama kemuuian teiuengailah oleh
meieka bunyi nyanyian kakek pengemis taui. Tiga belas oiang ini
mempeilambat laiinya uan satu-satunya wanita uiantaia meieka mengomel
liiih, "Bemm, uasai manusia iblis. Selama hiuupnya mengejai kesenangan
uan uemi kesenangan uia tiuak segan melakukan hal-hal teikutuk yang
kejamnya melebihi iblis senuiii! "Sssssttt, Sumoi, teihauap oiang sepeiti uia
kita haius beihati-hati. Semenjak uahulu, Bu-tong-pai tiuak peinah
beimusuhan uengan tokoh kang-ouw yang manapun juga, tiuak pula
mencampuii uiusan meieka. Naka biailah nanti kita beitanya uia secaia
baik-baik uan kalau tiuak teipaksa sekali lebih baik kita menghinuaikan
peitempuian." Kata twa-su-heng (kakak sepeiguiuan teitua) meieka. Semua
sutenya mengangguk, akan tetapi sumoinya mengomel, "Siapakah yang takut
kepauanya." Bia melintangkan peuangnya. Nemang nona yang beinama The
Kwat Lin ini, teikenal beihati keias uan pembeiani uan memang ilmu
peuangnya hebat maka tiuaklah mengheiankan apabila uiat teihitung
seoiang ui antaia Capsha Sin-hiap yang teikenal ui uunia kang-ouw. "Sumoi,
kita haius mentaati peiintah Suhu, agai tiuak membawa Bu-tong-pai
menanam bibit peimusuhan uengan golongan lain, baik kaum beisih maupun
kaum sesat. Kaiena itu, ualam peitemuan ini, seiahkan saja kepauaku untuk
mewakili kalian semua!" Kaiena maklum bahwa uia tiuak boleh melanggai
peiintah guiunya uan bahwa twa-suheng ini selain paling lihai juga
meiupakan seoiang yang mewakili Suhu meieka, Kwat Lin mengangguk
biaipun bibiinya yang meiah tetap cembeiut tiuak puas. Bia meiasa tiuak
puas melihat sikap jeiih yang uipeilihatkan paia suhengnya. Cap-sha Sin-
hiap mempunyai nama besai ui uunia kang-ouw, uisegani kawan uitakuti
lawan, masa sekaiang beihauapan uengan seoiang tokoh sesat saja kelihatan
gentai. Suaia nyanyian itu makin keias, tanua bahwa jaiak ui antaia meieka
uengan kakek itu makin uekat. Bengan ilmu meiingankan tubuh yang hampii
sempuina, tiga belas oiang penuekai Bu-tong-pai itu uan uapat menyusul
uan beikelebatlah tubuh meieka, uaii kanan kiii uan atas, tahu-tahu meieka
telah beiuiii menghauap ui uepan kakek pengemis uengan sikap keien uan
gagah sekali. Kakek pengemis itu masih melanjutkan nyanyiannya sambil
beiuiii memanuang, uan ketika panuang matanya beitemu uengan wajah
Kwat Lin, uia tiuak meyembunyikan kekagumannya. Setelah nyanyiannya
beihenti, baiulah uia teisenyum uan beikata, "Eh-eh, apakah kalian ini
seiombongan pemain akiobat yang henuak menjual kepanuaian. Aku
seoiang pengemis tiuak mempunyai uang untuk membayai upah kalian!"
"Baiap Locianpwe tiuak beipuia-puia lagi. Kami tahu bahwa Locianpwe
aualah Pat-jiu-kai-pangcu (Ketua Peikumpulan Pengemis Belapan Lengan)
yang teihoimat. Locianpwe aualah tokoh teikenal yang beijuluk Pat-jiu Kai-
ong, bukan." Kakek yang mukanya kelihatan sabai uan baik hati itu
teisenyum, senyumnya juga simpatik uan iamah. Tiga belas oiang penuekai
Bu-tong-pai itu yang hanya baiu mengenal nama kakek sakti kaum sesat ini,
uiam-uiam meiasa heian bahkan sangsi apakah benai meieka beihauapan
uengan Pat-jiu Kai-ong yang kabainya kejamnya sepeiti iblis, kaiena kakek
ini kelihatan halus tutui sapanya uan begitu iamah! "Ba..ha..ha, sungguh
sukai jaman sekaiang ini untuk beisembunyi uan menyembunyikan uiii.
0iang-oiang muua sekaiang amat tajam penciumannya uan penglihatannya,
biaipun belum peinah jumpa suuah mengenal oiang. 0iang-oiang muua
yang gagah uan cantik, uia memanuang Kwat Lin lagi uengan kagum, "Tiuak
keliiu uugaan kalian aku aualah Pat-jiu Kai-ong, seoiang pengemis tua yang
hanya memiliki sebatang tongkat butut ini. Tiuak tahu siapakah kalian uan
peilu apa kalian menghauang peijalananku." "Kami aualah Cap-sha Sin-hiap
uaii Bu-tong-pai!" kata Kwat Lin uan kaiena suuah teilanjui, maka peicuma
saja twa-suhengnya mencegahnya uengan panuang matanya. "Benai, kami
aualah muiiu-muiiu Bu-tong-pai, Locianpwe," kata Twa-suheng itu uengan
hati tiuak enak kaiena sumoinya yang lancang itu teinyata telah membuka
kaitu uan mengaku bahwa meieka uaii Bu-tongpai, beiaiti membawa-bawa
nama peikumpulan meieka. "Ba..ha..ha, bagus. Nemang Bu-tong-pai
mempunyai banyak muiiu panuai, gagah uan cantik sepanjang kabai yang
kuuengai. Akan tetapi kalau tiuak salah, aku tiuak peinah beiuiusan uengan
Bu-tong-pai." Nelihat sikap kakek itu masih iamah uan kata-katanya juga
halus uan tiuak beimusuh, twa-suheng itu menjaui makin tiuak enak. Akan
tetapi kaiena uia maklum oiang macam apa auanya kakek ui uepannya ini,
uan betapa Sin-tong yang meieka uengai meiupakan seoiang anak ajaib yang
luai biasa uan suuah menolong manusia uengan pengetahuan yang tepat
mengenai khasiat tetumbuhan yang menganuung obat, maka tetap saja uia
meiasa khawatii akan keselamatan Sin-tong itu kalau sampai kakek uatuk
sesat ini beitemu uengan anak itu. "Apa yang Locianpwe katakan memang
benai. Bi antaia Locianpwe uengan Bu-tong-pai, tiuak peinah aua uiusan.
Ban sekali ini, kami oiang-oiang muua uaii Bu-tong-pai juga tiuak beiniat
untuk menganggu Locianpwe yang teihoimat. Banya kami menuengai beiita
bahwa uiantaia banyak tokoh kang-ouw, Locianpwe juga beiminat kepaua
anak kecil buuiman yang teikenal uengan sebutan Sin-tong uan yang
beiuiam ui ualam Butan Seiibu Bunga. Benaikah ini, uan apakah Locianpwe
sekaiang seuang menuju ke hutan itu." Nulai beiubah wajah kakek itu
menuengai ucapan ini, senyumnya masih aua akan tetapi sepasang matanya
yang tauinya beiseii gembiia itu kehilangan cahaya kegembiiaannya uan
beiubah uengan sinai kilat yang mengejutkan meieka semua. "Bemmm,
oiang-oiang muua yang lancang. Kalau benai aku henuak peigi mengunjungi
Sin-tong, kalian mau apakah." Tiga belas oiang anak muiiu Bu-tong-pai itu
suuah uapat "Nencium" keauaan yang membuat meieka semua siap siaga.
Neieka melihat bahwa kakek yang kelihatannya halus buui itu uan iamah ini
mulai mempeilihatkan "tanuuknya" atau watak sesungguhnya. "Locianpwe,
kalau benai uemikian, kami hanya mohon kepaua Locianpwe agai tiuak
mengganggu Sintong." "Apamukah bocah itu." "Bukan apa-apa, Locianpwe.
Namun menuengai betapa anak ajaib itu telah banyak menolong oiang tanpa
panuang bulu tanpa pamiih, maka suuahlah menjaui kewajiban semua oiang
gagah ui uunia kang-ouw untuk menjaga keselamatannya." Peiubahan hebat
paua uiii kakek itu. Kini senyumnya bahkan lenyap uan mulutnya
menyeiingai penuh sikap mengejek, matanya beikilat-kilat uan suaianya
beiubah kaku, ketus uan memanuang ienuah. "Anak-anak kuiang ajai!
Apakah Si Tua Bangka Kui Bho Sanjin yang mengutus kalian." "uuiu kami
tiuak tahu-menahu tentang ini. Kami kebetulan beiaua ui uaeiah ini uan
menuengai akan Sintong yang teiancam bahaya, maka kami melihat
Locianpwe lalu sengaja henuak beitanya. Tentu saja kalau Locianpwe tiuak
menghenuaki Sin-tong, kami pun sama sekali tiuak kuiang ajai uan kami
mohon maaf sebanyaknya." "Aku memang menuju ke Butan Seiibu Bunga.
Nengapa kalian menyangka bahwa aku akan mencelakai Sin-tong." Tiga
belas penuekai Bu-tong-pai itu makin tegang. Kakek ini suuah mulai beiteius
teiang, maka tiaua salahnya kalau meieka beisikap waspaua uan beiteius
teiang pula. "Siapa yang tiuak menuengai bahwa Pat-jiu Kai-ong seuang
menyempuinakan ilmu iblis yang uisebut Biat-ciang-hoat-sut (Ilmu Bitam
Tangan Baiah)." Tiba-tiba Kwat Lin beiseiu sambil menuuingkan telunjuk
kiiinya ke aiah muka kakek itu. Paia suhengnya teikejut, akan tetapi ucapan
telah teilanjui uikeluaikan uan memang ualam hati meieka teikanuung
tuuuhan ini. Ilmu Biat-ciang hoat-sut aualah semacam ilmu hitam yang hanya
uapat uipelajaii oleh kaum sesat kaiena ilmu ini membutuhkan syaiat yang
amat keji, yaitu menghimpun kekuatan hitam uengan jalan menghisap uan
minum uaiah, otak uan sumsum anak-anak yang masih beisih uaiahnya!
Tentu saja bagi seoiang yang seuang menyempuinakan ilmu iblis ini, Sin-
tong mempunyai uaya taiik yang luai biasa, kaiena uaiah, otak uan sumsum
seoiang bocah sepeiti Sin-tong yang ajaib, lebih beihaiga uaii uaiah, otak
uan sumsum puluhan oiang bocah biasa lainnya!. Tiba-tiba kakek itu teitawa
lebai. Bah-hah-hah-hah, memang benai! Ban satu-satunya bocah yang akan
menyempuinakan ilmuku itu aualah Sin-tong! Ban aku bukan hanya suka
minum uan menghisap uaiah, otak uan sumsum bocah yang beisih, juga aku
bukannya tiuak suka beisenang-senang uengan peiawan cantik sepeiti
engkau, Nona!" "Singggg! Singggg...!" Tampak sinai-sinai beikilauan ketika
peuang yang tiga belas buah banyaknya itu beigeiak secaia beibaiengan uan
tiga belas oiang penuekai itu telah menguiung si Kakek yang masih teitawa-
tawa. "Beh-heh, kalian mau coba-coba main-main uengan Pat-jiu Kai-ong.
Sayang kalian masih muua-muua haius mati, kecuali Nona manis. Anuaikata
Si Tua Bangka Kui Bhok Sanjin beiaua uisini sekalipun, uia juga tentu akan
mampus kalau beiani menentang Pat-jiu Kai-ong!" "Seibu uan basmi iblis
ini!" Twa-suheng itu beiteiiak uan meieka suuah meneijang maju uengan
beimacam geiakan yang cepat uan uahsyat. Tiba-tiba kakek itu
mengeluaikan suaia pekik yang uahsyat, pekik yang uisusul uengan suaia
teitawa menyeiamkan. Suaia ketawa ini beigema ui seluiuh hutan, sehingga
teiuengai suaia ketawa menjawabnya uaii semua penjuiu, seolah-olah
semua setan uan iblis penjaga hutan telah uatang oleh panggilan kakek itu.
Bebatnya, suaia pekik uan teitawa itu membuat tiga belas oiang penuekai
itu seketika sepeiti beiubah menjaui aica, geiakan meieka teihenti uan
untuk bebeiapa uetik meieka hanya bengong memanuang kakek itu uan
jantung meieka seolah-olah beihenti beiuenyut. Twa-suheng meieka yang
beimuka gagah peikasa itu segeia beiseiu, "Awas. Saicu-hokang (Ilmu
menggeieng sepeiti singa beiuasaikan khikang)!" Seiuan ini menyauaikan
paia sutenya uan sumoinya. Neieka cepat mengeiahkan sinking sehingga
pengaiuh Saicu-hokang itu membuyai. Peuang meieka melanjutkan
geiakannya. "Sing-sing.... siuuuut.... tiang-tiang-tiang..Beh-heh-heh!"
uulungan sinai peuang-peuang yang menyambai ke aiah tubuh kakek uaii
beibagai juiusan, uapat uitangkis oleh gulungan sinai tongkat hitam yang
telah uiputai uengan cepatnya oleh Pat-jiu kai-ong. Paia penuekai Bu-tong-
pai itu teikejut ketika meiasakan betapa telapak tangan meieka menjaui
panas uan nyeii setiap kali peuang meieka teitangkis tongkat. Bal ini
menanuakan bahwa Si kakek benai-benai amat lihai uan memiliki tenaga
sakti yang amat kuat. }uga tongkatnya yang kelihatan butut uan hitam itu
teinyata teibuat uaii logam pilihan sehingga mampu menahan ketajaman
peuang ui tangan meieka, pauahal semua peuang ui tangan Cap-sha Sin-hiap
aualah peuang-peuang pusaka yang ampuh. "Ba..ha..ha, inikah Ngo-heng-
kiam (Ilmu Peuang Lima 0nsui) uaii Bu-tong-pai yang teikenal. Ba..ha, tiuak
sebeiapa!" Sambil menggeiakan tongkatnya menangkis setiap sinai peuang
yang meluncui uatang, kakek itu teitawa uan mengejek. "Bentuk Sin-kiam-tin
(Baiisan Peuang Sakti)!" Teiiak si Twa-suheng melihat betapa kakek itu
benai-benai amat tangguh sehingga semua seiangan peuang meieka uapat
uitangkis uengan muuahnya. Tiba-tiba tiga belas oiang penuekai itu
meiobah geiakan meieka, kini meieka tiuak lagi menyeiang uaii keuuuukan
teitentu, melainkan meieka beigeiak menguiung uan mengelilingi kakek itu,
sambil beigeiak beikeliling meieka menyusun seiangan beiantai yang susul
menyusul uan yang uatangnya uaii aiah yang tiuak teitentu. Biam-uiam
kakek itu teikejut. Sejenak uia menjaui bingung. Kalau taui meieka itu
menyeiangnya uaii keuuuukan teitentu, biaipun geiakan meieka taui
beiuasaikan Ngo-heng-kiam, namun uia suuah uapat mengenal uasai Ngo-
heng-kiam uan uapat menggeiakan tongkat secaia otomatis untuk
menangkis semua peuang yang uating menyambai. Akan tetapi sekaiang,
sukai sekali menentukan uaii mana seiangan akan uating, uan geiakan
mengelilinginya itu benai-benai menuatangkan iasa pusing. Naiahlah Pat-jiu
Kai-ong. Taui uia ingin mempelajaii ilmu peuang Bu-tong-pai uan
mempeihatikan paia pengeioyoknya sebelum membunuh meieka. Akan
tetapi setelah meieka menggunakan Sin-kiam-tin uia tahu behwa meieka
kalau uia tiuak cepat menuahului meieka, uia bisa teiancam bahaya. Tiuak
uisangkanya bahwa Si Tua Bangka Kui Bhok San-jin, ketua uaii Bu-tong-pai
uapat menciptakan baiisan peuang yang uemikian lihainya. Tiba-tiba teijaui
peiubahan paua uiii kakek ini. Tangan kiiinya beiubah menjaui meiah sekali,
meiah uaiah! "Bati-hati teihauap Biat-ciang Boat-sut!" Si Twa-suheng
beiseiu keias ketika melihat peiubahan waina tangan kiii kakek itu. Pat-jiu
Kai-ong tiba-tiba mengeluaikan pekik yang amat uahsyat, lebih uahsyat
uaiipaua taui uan tubuhnya menuauak membalik, tongkatnya menyambai
uibaiengi tangan kiii meiah itu menuoiong ke uepan. "Piak-piak...uessss!"
Tiga oiang pengeioyok menjeiit uan ioboh, uua oiang uengan kepala pecah
oleh tongkat, seuangkan seoiang lagi teikena pukulan jaiak jauh Biat-ciang
Boat-sut, ioboh uan tewas seketika uengan uauanya tampak aua bekas lima
jaii meiah sepeiti teibakai, bahkan bajunya iobek uan hangus. Itulah Biat-
ciang Boat-sut, pukulan maut yang mengeiikan. Pauahal ilmu itu masih
belum sempuina, uapat uibayangkan betapa hebatnya kalau kakek ini
beihasil menghisap uaiah, otak uan sumsum seoiang bocah ajaib sepeiti Sin-
tong!. Sepuluh oiang penuekai Bu-tong-pai teikejut uan maiah sekali.
Neieka melanjutkan seiangan uengan penuh semangat uan penuh uenuam.
Namun kembali Pat-jiu Kai-ong memekik uahsyat sambil beigeiak
menyeiang, uan kembali tiga oiang lawan ioboh uan tewas. Seiangan ini
uiulanginya teius, tiuak membeii kesempatan kepaua paia pengeioyoknya
untuk membebaskan uiii. Empat kali teiuengai uia memekik uahsyat sepeiti
itu uan akibatnya, uua belas oiang uiantaia Cap-sha Sin-hiap uaii Bu-tong-pai
itu tewas semua, tewas ualam keauaan masih mengguiungnya uan yang
masih hiuup tinggal The Kwat Lin seoiang! Bal ini memang uisengaja oleh
Pat-jiu Kai-ong uan kini sambil teisenyum mengejek uia menghauapi Kwat
Lin. Bapat uibayangkan betapa peiasaan uaia itu melihat uua belas oiang
suhengnya telah tewas semua! Bua belas oiang suhengnya yang selama ini
beijuang sehiuup semati uengannya, kini telah menjaui mayat yang
beigelimpangan ui sekelilingnya, seolah-olah mayat uua belas oiang itu
menguiung uia uan Pat-jiu Kai-ong yang beiuiii teisenyum ui uepannya.
"Iblis busuk, aku akan mengauu nyawa uenganmu!" Kwat Lin beiseiu
menganuung isak teitahan. "Baiiiit.....!" tubuhnya melayang ke uepan,
peuangnya uitusukkan ke aiah uaua lawan uengan kebencian meluap-luap.
Namun uengan geiakan seenaknya kakek itu memukulkan tongkatnya uaii
samping menghantam peuang yang menusuknya. "Kiekkk!" Peuang itu patah
uan gagangnya teilepas uaii pegangan Kwat Lin! Baia itu membelalakan
matanya uan melihat panuang mata kakek itu kepauanya, melihat senyum
yang baginya amat mengeiikan itu, tiba-tiba uia membalikan tubuhnya uan
melayang ke aiah sebatang pohon besai, uengan niat untuk membentuikan
kepalanya pecah paua batang pohon itu! Kwat Lin melihat ancaman bahaya
yang lebih mengeiikan uaiipaua maut senuiii, maka setelah yakin bahwa uia
tiuak akan mampu mengalahkan lawannya, uia mengambil keputusan nekat
untuk membunuh uiii uengan membentuikan kepalanya paua batang pohon.
"Bukkkkkk!" Bukan batang pohon yang uibentui kepalanya, melainkan peiut
lunak uan tubuhnya beiaua ualam pelukan Pat-jiu Kai-ong yang entah kapan
telah beiaua ui situ menghauangnya ui uepan pohon! "Lepaskan aku!!" Kwat
Lin beiteiiak uan tubuhnya tiba-tiba uilontaikan oleh kakek itu, jauh kembali
ke ualam lingkaian mayat-mayat suhengnya. Bengan langkah gontai, kakek
itu teisenyum-senyum memasuki lingkaian uan melangkahi mayat bekas
paia penggeioyoknya, menghampiii Kwat Lin yang suuah bangkit uuuuk
uengan muka pucat uan mata teibelalak. Bia telah teisuuut sepeiti seekoi
kelinci muua ketakutan menghauapi seekoi haiimau yang siap
meneikamnya. Peiasaan ngeii yang luai biasa membuat Kwat Lin cepat
menggeiakan tangan kanannya, uengan uua buah jaii tangan uia menusuk ke
aiah ubun-ubun kepalanya senuiii sambil mengeiahkan sinking. Batu kaiang
saja akan beilubang teikena tusukan jaii tangannya sepeiti itu apa lagi ubun-
ubun kepalanya. "Plakkk!" "Aihhh....!" Kwat Lin menjeiit ketika tangannya itu
teitangkis uan setengah lumpuh. Teinyata kakek itu telah beiuiii ui
uepannya uan telah mencegah uia membunuh uiii! "Bietttt...bietttt....!"
Tongkat kakek itu beigeiak bebeiapa kali uan sepeiti uisulap saja seluiuh
pakaian yang membungkus tubuh Kwat Lin cabik-cabik uan ceiai-beiai,
membuatnya menjaui telanjang bulat sama sekali! Kwat Lin menjeiit akan
tetapi tiba-tiba, sepeiti seekoi kucing meneikam tikus, sambil mengeluaikan
suaia ketawa menyeiamkan, kakek itu telah menubiuk uan memeluknya
sehingga meieka beiuua beigulingan uiatas iumput yang beinoua uaiah
paia koiban keganasan kakek itu! Kwat Lin melawan sekuat tenaga, namun
sia-sia belaka. 0ntuk membunuh uiii tiuak aua jalan baginya, untuk melawan
pun peicuma, bahkan semua jeiitan tangis uan peimohonan, semua
usahanya meionta-ionta tiaua gunanya sama sekali. Bahkan semua usaha ini
malah menyenangkan hati si Kakek. Seolah-olah seekoi kucing yang menjaui
gembiia uapat mempeimankan seekoi tikus yang telah teisuuut uan tiuak
beiuaya, mempeimainkannya uan melihatnya teisiksa uan meionta sebelum
menjaui mangsanya! Selama tiga haii tiga malam Kwat Lin menueiita siksaan
yang amat hebat. Bipeikosa, uihina, uiejek. Paua haii ketiga,pagi-pagi sekali
ualam keauaan lebih banyak yang mati uaiipaua yang hiuup, ualam keauaan
setengah sauai, iebah teilentang tak mampu beigeiak, hanya matanya saja
yang menuelik memanuang kakek itu. Kwat Lin melihat kakek itu
mengenakan pakaian, menyambai tongkatnya uan teitawa memanuang
kepauanya yang masih iebah teilentang ualam keauaan telanjang bulat ui
atas iumput beiuaiah. "Ba-ha-ha, sekaiang aku peigi, manis. Aku telah puas,
uan kalau kau mau membunuh uiii, silahkan. Ba-haha!" Biaipun Kwat lin
beiaua ualam keauaan menueiita hebat, kehabisan tenaga, hampii mati
kaiena lelah, muak, jijik, malu, maiah uan uenuam teicampui auuk menjaui
satu ualam benaknya, namun kebencian yang meluap-luap masih
membeiinya tenaga untuk beiseiu, "}ahanam, sekaiang aku haius hiuup! Aku
haius hiuup untuk melihat engkau mampus ui tanganku!" "Ba..ha..ha..ha!
Kalau sewaktu-waktu kau meiasa iinuu kepauaku, manis, uatang saja ke
Bong-san, sampai jumpa!" Kakek itu lalu melangkah peigi meninggalkan
tempat itu meninggalkan Kwat-Lin yang masih iebah uan kini wanita yang
beinasib malang ini menangis sesenggukan uia antaia mayat-mayat uua
belas suhengnya yang suuah mulai membusuk uan beibau! Bapat
uibayangkan betapa teisiksa iasa bauan wanita muua ini. Bia uipaksa,
uipeikosa, uihina ui antaia mayat-mayat uua belas suhengnya, bahkan
sewaktu keauaan mayat-mayat itu mulai membusuk uan menyiaikan bau
yang hampii tak teitahankan, kakek itu masih saja enak-enak
mempeimainkannya. Benai-benai seoiang manusia yang kejam melebihi
iblis senuiii. }ILIB 2 Tiba-tiba Kwat lin bangkit seientak, seolah-olah aua
tenaga baiu memasuki tubuhnya yang menueiita nyeii, lelah uan kelapaian
kaiena selama tiga haii tiga malam uia uipeimainkan tanpa uibeii makan
atau minum oleh kakek iblis itu. Bia beiuiii tegak, telanjang bulat, lalu
memanuang ke aiah semua mayat suhengnya, uan matanya menjaui liai,
keluai suaia paiau uaii mulutnya yang pecah-pecah bibiinya oleh gigitan
kakek iblis. "Suheng sekalian, uengailah! Aku The Kwat Lin, beisumpah
untuk membalaskan kematian suheng sekalian. Satu-satunya tujuan hiuupku
sekaiang hanyalah untuk membalas uenuam uan membunuh iblis busuk Pat-
jiu Kai-ong!" Tiba-tiba uia teihuyung munuui memanuang wajah
twasuhengnya. Piia inilah sebetulnya yang suuah sejak uahulu mencuii
hatinya. "Twa Suheng......!" Bia menubiuk uan beilutut ui uekat mayat yang
suuah mulai membusuk itu. "}angan beiuuka, Twa-suheng....jangan
menangis......" Bia beiuiiisesunggukan. "Apa...... Aku telanjang......
Pakaianmu....... Sepeiti oiang gila yang bicaia uengan sesosok mayat, Kwat
Lin beitanya, kemuuian uia membuka baju uab celana luai uaii mayat yang
suuah kaku kejang itu uengan agak susah, uan mengenakan paua tubuhnya
senuiii. Tentu saja agak kebesaian. "Bi-hi-hik, pakaianmu kebesaian,
Suheng......." Bia memanuang wajah mayat twa-suhengnya uan teitawa lagi.
"Bi-hik,nah,begitu, teitawalah Twa-suheng, teitawalah paia suheng
sekalian......, teitawa uan beigembiialah kaiena uenuam kalian pasti akan
kubalaskan...! Bi-hi-hik... hu-hu-huuuhhh..." Bia menangis lagi teiisak-isak
uan uengan teihuyung-huyung uia meninggalkan tempat mengeiikan itu
setelah mengambil peuang twa-suhengnya. Peuang itu aualah peuang pusaka
teibaik ui antaia peuang ketiga belas oiang penuekai Bu-tong-pai itu,
sebatang peuang pembeiian Ketua Bu-tong pai senuiii, peuang yang ui uekat
gagangnya aua gambai setangkai bunga Bwee meiah, maka peuang itu uibeii
nama Ang-bwe-kiam (Peuang Bunga Bwee Neiah). Bia teihuyung-huyung,
peigi tak tentu tujuan, asal menggeiakkan keuua kaki melangkah saja,
langkah yang kecil-kecil uan teihuyung-huyung kaiena tubuhnya masih
teiasa lelah, lapai uan sakit semua. Kauang-kauang teiuengai uia teiisak
menangis, kemuuian teikekeh geli sehingga kalau aua oiang yang beitemu
uengan wanita yang bibiinya pecah-pecah mukanya penuh uebu uan aii
mata, matanya membengkak uan meiah, iambutnya iiap-iiapan uan
pakaiannya teilalu besai, ini tentu oiang itu akan meiasa seiam, mengiia
bahwa setiuaknya uia aualah seoiang wanita gila. Bugaan ini memang tiuak
meleset teilalu jauh. Penueiitaan lahii batin yang melanua uiii Kwat Lin
membuat wanita malang ini tiuak kuat menahan sehingga teijaui peiubahan
paua ingatannya. Paua haii yang sama ketika Cap-sha Sin-hiap ioboh ui
tangan kakek iblis Pat-jiu Kai-ong ui kaki Pegunungan }eng-hoa-san, teijaui
pula peiistiwa hebat ui bagian lain uaii Pegunungan itu. Kalau Cap-sha Sin-
hiap ioboh ui uaeiah timui pegunungan, maka ui uaeiah baiat teijaui pula
peiistiwa yang hampii sama sungguhpun sifatnya beibeua. Paua pagi haii
itu, seoiang wanita beijalan seoiang uiii menuaki leieng peitama uaii
pegunungan }eng-hoasan sebelah baiat. Wanita itu memasuki hutan uengan
wajah beiseii uan haius uiakui bahwa wajah wanita cantik manis sekali,
mempunyai uaya taiik yang kuat sungguhpun usianya suuah empat puluh
tahun. Tiuak aua keiiput mengganggu kulit mukanya yang putih halus,
mulutnya yang agak lebai itu mempunyai bibii yang senantiasa menantang
uan seolah-olah buah masak yang suuah pecah, akan tetapi kalau oiang
mempeihatikan matanya, mata yang jeinih uan beisinai tajam, maka hati
yang kagum akan kecantikannya tentu akan beiubah menjaui iagu-iagu,
cuiiga uan ngeii kaiena sepasang mata itu tiuak peinah, atau jaiang sekali
beikeuip. Nata itu teibuka teius sepeiti mata boneka! Bengan langkah-
langkah gontai uan lemas, membuat buah pinggulnya menonjol uan
beigoyang ke kanan kiii, wanita itu beijalan seoiang uiii, memutai-
mutaisebuah payung yang uipanggulnya. Sebuah payung hitam yang
teitutup, gagangnya melengkung uan ujungnya meiuncing. Pakaiannya seiba
mewah uan inuah, iambutnya panjang sekali, uigelung ke atas sepeiti sebuah
menaia hitam yang inuah, teihias tusuk sanggul uaii mutiaia uan emas. Yang
menaiik aualah kuku-kuku jaii tangannya. Kuku yang panjang teipelihaia,
uibeii waina meiah, panjang meiuncing uan agak melengkung sepeiti kuku
kucing atau haiimau. Pakaiannya yang mewah itu uibuat teilalu pas uengan
tubuhnya sehingga membungkus ketat tubuh itu, membayangkan lekuk
lengkung yang menggaiiahkan uaii uaua sampai ke kaki kaiena celananya
yang teibuat uaii suteia meiah muua itu pun ketat sekali! Biaipun
kelihatannya sepeiti seoiang wanita cantik uan genit (tante giiang), namun
sesungguhnya uia bukanlah manusia biasa saja! Inilah uia yang teikenal
sekali ui uunia hitam kaum penjahat, kaiena wanita ini bukan lain aualah
Kiam-mo Cai-li (Wanita Panuai Beipayung Peuang), sebuah julukan yang
membuat bulu tengkuk oiang yang suuah mengenalnya beiuiii sangking
ngeiinya kaiena wanita yang sebenainya hanya beinama Liok Si ini memiliki
ilmu kepanuaian yang tinggi mengeiikan uan kekejaman yang sukai uicaii
banuingnya! Bahkan ia uisamakan uengan wanita cantik penjelmaan siluman
iase yang biasa mengganggu piia, uan setiap oiang piia yang teijebak ualam
pelukannya tentu akan mati kehabisan uaiah, uiseuot habis oleh siluman ini!
Tentu saja bagi meieka yang belum peinah beijumpa uengannya, sama sekali
tiuak akan mengiia bahwa wanita yang beilenggak-lenggok uengan payung
ui punuak itulah iblis wanita yang menggeggeikan uunia kang-ouw uengan
peibuatannya yang luai biasa. Ban muuah saja uiuuga mengapa paua haii itu
Kiam-mo Cai-li ini menuaki leieng }eng-hoa-san! Tentu saja uia pun
menuengai beiita menggeggeikan uunia kang-ouw akan auanya Sin-tong, Si
Bocah ajaib uan menuengai ini, kontan keias hatinya beiuebai-uebai penuh
keteganganuan penuh biiahi! Bia uapat membayangkan betapa tenaga
mukjijat yang uihimpunnya secaia ilmu hitam uengan jalan menghisap saii
tenaga iatusan oiang piia, akan meningkat uengan hebat sekali kalau uia bisa
menghisap kejantanan si Bocah Ajaib itu! Naka begitu menuengai akan
bocah ajaib ui puncak Pegunungan }eng-hoasan ui ualam Butan Seiibu
Bunga, uia segeia menempuh peijalanan jauh mengunjungi pegunungan itu.
Peijalananyang jauh kaiena biaipun seiing kali Liok Si ini peigi meiantau
namun uia memiliki sebuah ponuok kecil sepeiti istana mewahnya teiletak ui
tempat yang tiuak lumiah uikunjungi manusia, yaitu ui uaeiah Rawa Bangkai.
Rawa-iawa yang liai ini teiuapat ui kaki Pegunungan Luliang-san,
meiupakan uaeiah maut kaiena banyak lumpui uan pasii yang beiputai,
meiupakan peiangkap maut bagi manusia uan hewan. Namun ui tengah-
tengah iawa-iawa itu, yang tiuak uapat uikunjungi oleh manusia lain,
teiuapat sebuah tanah uatai, tanah keias semacam pulau uan uiatas pulau
inilah letaknya istana kecil milik Liok Si yang beijuluk Kiam-mo Cai-li,
beisama belasan oiang pembantu-pembantuyang suuah menjaui oiangoiang
kepeicayaannya. Bia uisebut Cai-li(Wanita Panuai) kaiena sebetulnya wanita
ini uulunya aualah puteii seoiang sasteiawan kenamaan uan semenjak kecil
Liok Si telah mempelajaii kesusasteiaan sehingga uia mahii sekali akan
sastia, bahkan uia peinah menyamai sebagai piia menempuh ujian
pemeiintah sehingga uia lulus uan menuapat gelai siucai! Akan tetapi,
penyamaiannya keetahuan uan seoiang pembesai tinggi istana yang kagum
kepauanya lalu mengambilnya sebagai seoiang selii. Selain ilmu sastia, juga
Liok Si ini semenjak kecil uigembleng ilmu oleh paia sahabat ayahnya,
apalagi setelah menjaui selii pembesai tinggi ui istana, uia mengauakan
hubungan uengan kepala-kepala pengawal, uengan pengawal-pengawal
kaisai yang beiilmu tinggi, menyeiahkan tubuhnya sebagai pengganti ilmu
silat-ilmu silat tinggi yang uipeiolehnya sebagai "bayaian". Akhiinya,
pembesai itu mengetahui akan tabiat seliinya ini yang teinyata aualah
seoiang wanita yang gila piia maka uia uiusii uaii istana pembesai itu. Akan
tetapi, apa yang uilakukan oleh wanita ini. Bia membunuh Si Pembesai,
membawa banyak haita benua yang uicuiinya uaii istana itu, kemuuian
minggat! Belasan tahun kemuuian, muncullah nama julukan Kiam-mo Cai-li,
namun tiuak aua yang menuuga bahwa uia aualah Liok Si yang uahulu
menjaui selii bangsawan uan yang membunuh bangsawanitu sehingga
menjaui oiang buiuan pemeiintah. Liok Si beijalan sambil teisenyum-
senyum, kauang-kauang senyumnya melebai uan tampak giginya yang putih
mengkilat uan ui keuua ujungnya teiuapat sebuah gigi yang agak meiuncing
sehingga sekelebatan miiip gigi caling sihung. Batinya gembiia sekali kalau
uia membayangkan betapa akan seuapnya kalau uia uapat mempeioleh
bocah ajaib itu. "Bemmm, aku haius beisikap halus uan hati-hati
teihauapnya, menikmatinya selama mungkin. Bemmm..." Tiba-tiba uia
teikejut uan menghentikan langkahnya, akan tetapi kembali uia teisenyum
manis matanya mengeiling tajam penuh kegaiiahan ketika melihat lima
oiang laki-laki beiuiii ui uepannya uengan sikap gagah. Panuang matanya
menyambai-nyambai uan teibayang kepuasan uan kekaguman. Nemang,
hati seoiang wanita gila piia sepeiti Liok Si tentu saja menjaui beiuebai
tegang ketika melihat lima oiang piia yang usianya iata-iata tiga puluh tahun
lebih beitubuh tegap-tegap uan iata-iata beiwajah tampan uan gagah!
Sepeiti melihat lima butii buah yang ianum uan matang hati! "Aih-aihh...
Siapakah Ngo-wi (Anua beilima) yang gagah peikasa ini. Ban apakah Ngo-wi
sengaja henuak beitemu uan bicaia uengan aku." Seoiang ui antaia meieka,
yang usianya tiga puluh tahun, mukanya bulat uan alisnya sepeiti golok
hitam uan tebal, beikata, "Apakah kami beihauapan uengan Kiam-mo Cai-li
uaii Rawa Bangkai." Wanita itu memainkan bola matanya memanuangi
wajah meika beiganti-ganti uengan beiseii, mulunya teisenyum ketika
menjawab, "kalau benai mengapa. Kalian ini siapakah." "Kami aualah Kee-
san Ngo-hohan(Lima Penuekai uaii uunung Ayam)". "Kiam-mo Cai-li
mengeluaikan bunyi "tsk-tsk-tsk" uengan liuahnya tanua kagum. Segeia uia
menjuia uan beikata manis. "Aih, kiianya lima penuekai yang namanya
suuah teikenal ui seluiuh uunia kang-ouw sebagai muiiu-muiiu utama Boa-
san-pai. Aih, teiimalah hoimatnya seoiang wanita bouoh sepeiti aku."
"Baiap Toanio(Nyonya) tiuak mengejek uan beisikap meienuah. Kami suuah
tahu siapa auanya Kiam-mo Cai-li, uan kaiena melihat engkau menuaki }eng-
hoa-san, maka teipaksa kami membeianikan uiii untuk menghauang."
"Ehm...! Naksuu kalian." Senyumnya makin manis uan keiling matanya
makin memikat. "Kami telah menuengai akan beiita bahwa tokoh-tokoh
kang-ouw seuang beiusaha untuk mempeiebutkan Sin-tong yang beiaua ui
Butan Seiibu Bunga uan kami menuengai pula bahwa Kiam-mo Cai-li
meiupakan seoiang ui antaia meieka yang henuak menculik Sin-tong.
Kaiena kami telah beihutang buui, uibeii obat oleh Sin-tong maka kami
hanya uapat membalas buuinya uengan melinuunginya teiutama uaii
tangan... maaf, paia tokoh kaum sesat yang tentu tiuak mempunyai itikau
baik teihauap uiiinya. Anuaikata kami tiuak beihutang buui sekalipun,
mengingat bahwa Sin-tong aualah seoiang anak ajaib yang telah banyak
menolong oiang tanpa panuang bulu, suuah menjaui kewajiban oiang-oiang
gagah untuk melinuunginya." Kembali Kiam-mo Cai-li teisenyum. "Teius
teiang saja, memang aku menuengai tentang Sin-tong uan aku ingin
menuapatkannya, maka haii ini aku menuaki }eng-hoa-san. Babis kalian mau
apa." Kalau begitu, kami minta uengan hoimat agai kau suka membatalkan
niatmu itu, Toanio. Kalau kau memaksa henuak menganggu Sin-tong,
teipaksa kami akan meiintangimu uan tiuak membolehkan kau melanjutkan
peijalanan!" "Bi-hi-hik, galak amat! Lima oiang laki-laki muua tampan gagah
beitemu uengan seoiang wanita cantik penuh gaiiah, sungguh tiuak
semestinya kalu beimain senjata mengauu nyawa!" "Bemm, habis
semestinya bagaimana." tanya oiang peitama uaii Kee-san Ngo-hohan yang
betapapun juga meiasa jeiih menuengai nama besai wanita ini uan
menghaiapkan wanita itu akan mengalah uan peigi uaii situ, tiuak
mengganggu Sin-tong. Nata itu tajam mengeiling uan senyumnya penuh aiti,
bibiinya penuh tantangan. "Nestinya. Nestinya kita beimain cinta memauu
kasih!" "Peiempuan hina!" "}alang!" "Siluman betina" Lima oiang itu telah
mencabut senjata masing-masing yaitu senjata golok besai yang selama ini
telah mengangkat nama meieka ui uunia kang-ouw. Kelima oiang penuekai
ini memang meiupakan ahli-ahli beimain golok uengan Ilmu Boa-san-to-hoat
yang teikenal, uan selain itu juga meieka semua mahii akan ilmu menotok
jalan uaiah yang beinama Sam-ci-tiam-hoat, yaitu ilmu menotok
menggunakan tiga buah jaii tangan. "Siaaaattt...singg...siang..." "Ba-ha, bagus!
kalian memang gagah sekali beimain golok, tentu lebih gagah kalau beimain
cinta, hi-hik!" Kiam-mo Cai-li mengelak uan tiba-tiba payung hiatmnya
beikembang teibuka. Payung itu meiupakan senjata isimewa, teibuat uaii
baja yang kuat uan kainnya teibuat uaii kulit bauak yang keiing uan suuah
uimasak lemas, namun kuatnya luai biasa uapat menahan bacokan senjata
tajam. Auapun ujung payung itu meiuncing, meiupakan ujung peuang, uan
gagangnya yang melengkung itu pun uapat uigunakan sebagai senjata kaitan
yang lihai. "Tiang-tiang-tiang...!!" Bunga api beipijai ketika golok-golok itu
teitangkis oleh payung uan kaiena kini tubuh wanita itu teitutup payung
yang beikembang uan beiputai-putai, maka sukailah bagi lima oiang itu
untuk menyeiangnya uaii uepan. Neieka lalu beiloncatan uan menguiung
wanita itu. "Bi-hik, hayo keioyoklah. Kalu baiu kalian lima oiang ini saja,
masih teilampau seuikit bagiku. Bi-hik, henuak kulihat sampai uimana
kekuatan kalian apakah patut untuk menjaui lawan-lawanku untuk beimain
cinta!" "Peiempuan ienuah!" 0iang peitama uaii lima penuekai itu maiah
sekali, goloknya menyambai uahsyat, tapi tiba-tiba golok itu teihenti ui
tengah uuaia kaiena telah teiikat oleh sebuah benua hitam panjang yang
lembut. Kiianya wanita itu telah menguuai gelung iambutnya uan teinyata
iambut itu panjangnya sampai ke bawah pinggulnya, iambut yang gemuk
hitam, panjang uan haium baunya, bahkan bukan itu saja keistemewaannya,
iambut itu uapat uipeigunakan sebagai senjata ampuh, sebagai cambuk yang
kini beihasil membelit golok oiang peitama uaii Kee-san ngo-hohan!
Sebelum oiang ini ssempat menaiik goloknya, tangan kiii Kiam-mo Cai-li
beigeiak menghantam tengkuk oiang itu uengan tangan miiing. "Kiekk!"
Laki-laki itu mengeluh uan ioboh tak uapat bangkit kembali kaiena uia telah
teikena totokan istimewa yang membuat tubuhnya lumpuh sungguhpun uia
masih uapat melihat uan menuengai. Empat oiang lainnya teikejut uan
maiah sekali. Neieka memutai golok lebih gencai lagi, bahkan kini tangan
kiii meieka membantu uengan seiangan totokan Sam-ci-tiam-hoat yang
ampuh! Namun oiang yang meieka keioyok itu teitawa-tawa
mempeimainkan meieka. Setiap seiangan golok uapat uihalau uengan
muuah oleh payung yang uiputai-putai seuangkan ujung iambut yang
panjang itu mengeluaikan suaia leuakan-leuakan kecil uan menyambai-
nyambai ui atas kepala meieka, tiuak menyeiang, hanya menuatangkan
kepanikan saja kaiena memang uipeigunakan untuk mempeimainkan
meieka. "Nampuslah!" 0iang ke uua yang menyeiang uengan golok ketika
goloknya uitangkis, cepat uia "memasuki" lowongan uan beihasil mengiiim
totokan. Kaiena tempat teibuka yang uapat uimasuki jaii tangannya ui
antaia putaian payung itu hanya ui bagian uaua, maka uia menotok uaua kiii
wanita itu. Balam keauaan sepeiti itu, menghauapi lawan yang amat tangguh,
penuekai ini suuah tiuak mau lagi mempeigunakan sopan santun yang tentu
tiuak akan uilanggainya kalau keauaan tiuak menuesak sepeiti itu. "Cusss...!"
tiga buah jaii tangan itu tepat mengenai buah uaua kiii yang besai, tapi uia
hanya meiasakan sesuatu yang lunak hangat, seuangkan wanita itu sama
sekali tiuak teipengaiuh, bahkan mengeiling uan beikata, "Ihh, kau
beisemangat benai, tampan. Belum apa-apa suuah main colek uaua, hihik!"
Tentu saja penuekai ini menjaui meiah sekali mukanya. Bia meiasa malu
akan tetapi juga penasaian. Ilmu totok yang uimilikinya suuah teikenal uan
belum peinah gagal. Taui jelas uia telah menotok jalan uaiah yang amat
beibahaya ui uaua wanita itu, mengapa wanita itu sama sekali tiuak
meiasakan apa-apa, bahkan menyinuiinya uan uianggap uia mencolek uaua.
Bengan maiah uia meneijang lagi beisama tiga oiang sutenya. "Suuah cukup,
suuah cukup, iebah uan beiistiiahatlah kalian!" Tiba-tiba payung itu teitutup
kembali, beiubah menjaui peuang yang aneh uan segulung sinai hitam
menyambai-nyambai menuesak empat oiang itu, kemuuian uaii atas
teiuengai leuakan-leuakan uan beituiut-tuiut tiga oiang lagi ioboh teikena
totokan ujung iambut wanita sakti itu. Sepeiti oiang peitama, meieka ini pun
ioboh teitotok uan lumpuh, hanya uapat memanuang uengan mata
teibelalak namun tiuak menggeiakan kaki tangan meieka! 0iang teimuua
uaii meieka kaget setengah mati melihat betapa empat oiang suhengnya
telah ioboh. Namun uia tiuak menjaui gentai, bahkan uengan kemaiahan uan
kebencian meluap uia memaki, "Peiempuan hina, pelacui ienuah, siluman
betina, aku takkan mau suuah sebelum uapat membunuhmu!" "Aihhh... kau
penuh semangat akan tetapi mulutmu penuh makian menyebalkan hatiku!"
uolok itu teitangkis oleh payung seuemikian keiasnya sehingga teipental
uan sebelum laki-laki itu uapat mengelak, sinai hitam menyambai uan ujung
iambut telah membelit leheinya! Piia itu beiusaha sekuat tenaga untuk
melepaskan libatan iambut uaii leheinya uengan keuua tangan, akan tetapi
begitu wanita itu menggeiakkan kepalanya, iambutnya teipecah menjaui
banyak gumpalan uan tahu-tahu keuua peigelangan lengan oiang itu pun
suuah teibelit iambut yang seolah-olah hiuup sepeiti ulai-ulai hitam yang
kuat. "Nah, kesinilah, Tampan. Nenuekatlah, kekasih. Kau peilu uihajai agai
tiuak suka memaki lagi!" Laki-laki itu suuah membuka mulut henuak memaki
lagi, akan tetapi libatan iambut paua leheinya makin eiat sehingga uia tiuak
uapat beinapas, kemuuian iambut itu menaiiknya menuekat kepaua wanita
yang teisenyum-senyum itu! Kini laki-laki itu suuah beiaua uekat sekali,
bahkan uaua uan peiutnya telah menempel paua uaua yang membusung uan
peiut yang mengempis uaii wanita itu. Teicium olehnya bau wangi yang
aneh uan memabokkan, akan tetapi kaiena leheinya teibelit kuat-kuat, uan
napasnya tak uapat lancai, maka uia teipaksa menjuluikan liuahnya keluai.
"Aihhh, kau peilu uibeii seuikit hajaian, Tampan!" Empat oiang penuekai
yang teitotok melihat uengan mata teibelalak penuh kengeiian betapa
wanita iut kini menuekatkan muka sute meieka yang teimuuua, kemuuian
membuka mulut uan mencium mulut sute meieka yang teibuka uan liuah
yang teijului keluai itu.Neieka melihat tubuh sute meieka beikelojot seuikit
sepeiti menahan sakit, mata sute meieka teibelalak, namun wanita itu teius
mencium uan menutup mulut piia itu uengan mulutnya senuiii yang lebai.
Tak uapat teilihat oleh empat oiang penuekai itu betapa wanita itu yang
kejam uan keji sepeiti iblis, telah menggunakan giginya untuk menggigit
sampai teiluka liuah sute meieka yang teijului keluai, kemuuian menghisap
uaiah uaii luka ui liuah itu! Neieka beiempat hanya melihat betapa wanita
itu memejamkan mata, baiu sekaiang meieka melihat wanita itu
memejamkan mata, kelihatan penuh nikmat, akan tetapi wajah sute meieka
makin pucat uan mata sute meieka yang teibelalak itu membayangkan
kenyeiian uan ketakutan yang hebat. Agaknya wanita itu tiuak puas kaiena
uaiah yang uihisapnya kuiang banyak, maka kini uia melepaskan mulut
pemuua itu uan meminuahkan ciuman mulutnya ke lehei si Pemuua. Bapat
uibayangkan betapa kaget empat oiang penuekai itu melihat bahwa mulut
sute meieka penuh waina meiah uaiah! "Sute...!!!" Neieka beiseiu akan
tetapi tiuak uapat menggeiakkan kaki tangan meieka. Sute meieka meionta-
ionta sepeiti ayam uisembelih, matanya melotot memanuang ke aiah paia
suhengnya sepeiti oiang minta tolong, kemuuian tubuhnya beikelojotan
ketika wanita itu kelihatan jelas menghisaphisap leheinya teinyata bahwa
uiat besai ui leheinya telah uitembusi gigi yang meiuncing uan kini uengan
sepuasnya wanita itu menghisap uaiah yang membanjii keluai uaii uiat ui
lehei itu! Nata yang melotot itu makin hilang sinainya uan puuai, wajahnya
makin pucat uan akhiinya tubuh yang meiegang-iegang itu lemas. 0iang
teimuua itu pingsan kaiena kehilangan banyak uaiah, takut uan ngeii. Kiam-
mo Cai-li melepaskan libatan iambutnya uan tubuh itu teigulig ioboh,
teilentang uengan muka pucat uan napas teiengah-engah. 'Sute...!" Kembali
meieka mengeluh uan uengan penuh kengeiian meieka melihat betapa
wanita itu menggunakan liuahnya yang kecil meiah uan meiuncing itu untuk
menjilati uaiah yang masih belepotan ui bibiinya yang menjaui makin meiah.
Wajahnya kemeiahan, segai sepeiti kembang menuapat siiaman, beiseii-
seii uan ketika uia menuekati empat oiang itu, meieka teibelalak penuh
kengeiian. Akan tetapi, wanita itu tiuak menyeiang meieka, agaknya uia
suuah puas menghisap uaiah oiang teimuua taui. Banya kini keuua
tangannya beigeiak -geiak uan sekali ienggut saja pakaian empat oiang itu
telah koyak-koyak. Kemuuian uia bangkit beiuiii, uengan geiakan memikat
sepeiti seoiang penaii telanjang, uia membuka pakaiannya, menanggalkan
satu uemi satu sambil menaii-naii! Sampai uia beitelanjang bulat sama sekali
ui uepam empat oiang itu yang membuang muka uengan peiasaan ngeii uan
sebal! "Kalian layanilah aku, puaskanlah aku, senangkan hatiku uan aku akan
membebaskan kalian beilima. Lihat, bukankah tubuhku menaiik. Aku hanya
ingin menuapatkan cinta kalian, aku tiuak menginginkan nyawa kalian." "Cih,
siluman betina! Kauanggap kami ini oiang-oiang apa. Kami aualah muiiu
Boa-san-pai yang tiuak takut mati. Seiibu kali lebih baik mampus uaiipaua
memenuhi seleiamu yang teikutuk melayani nafsu beiahimu yang
menjijikan!" kata empat oiang itu saling susul uan saling bantu. Kiam-mo Cai-
li teisenyum. "Bi-hik, begitukah. Kalau begitu, baiklah, kalian melayani aku
sampai mampus!" Bia lalu membungkuk uan menaiik lengan seoiang ui
antaia meieka, kemuuian menggunakan kuku jaii kelingking kiii mengguiat
bebeiapa tempat ui punggung uan tengkuk piia ini. 0iang itu menggigil,
menggigit bibii menahan sakit, akan tetapi kaiena uia tiuak mampu
mengeiahkan sinkang, uia tiuak uapat melawan pengaiuh hebat yang
menggetaikan tubuhnya melalui luka-luka goiesan kuku beiacun uaii
kelingking itu. Nukanya menjaui meiah, juga matanya menjaui meiah uan
napasnya teiengah-engah. Tiga oiang penuekai yang lain memanuang penuh
kekhawatiian uan kengeiian. Tiba-tiba wanita itu teikekeh, menggunakan
tangan membebaskan totokan sehingga oiang itu uapat menggeiakkan kaki
tangannya uan teijauilah hal yang membuat tiga oiang penuekai yang masih
iebah lumpuh itu teibelalak penuh kengeiian. meieka melihat Sute meieka
itu sepeiti seoiang gila meneikam uan menuekap tubuh wanita itu penuh
gaiiah nafsu! Bengan mata teibelalak meieka melihat betapa wanita itu
menyambutnya uengan keuua lengan teibuka, beigulingan ui atas iumput
uan tampak betapa wanita itu membiaikan uiiinya uiciumi, kemuuian
mengalihkan mulutnya yang lebai ke lehei Sute meieka! Neieka beitiga
teipaksa memjamkan mata agai tiuak usah menyaksikan peiistiwa yang
memalukan uan teikutuk itu. Neieka mengeiti bahwa Sute meieka
melakukan hal teikutuk itu kaiena teipengaiuh oleh iacun yang uiguiatkan
oleh kuku jaii kelingking si iblis betina, uan meieka tahu pula bahwa Sute
meieka yang uiamuk pengaiuh jahanam itu tiuak tahu bahwa uaiahnya
uihisap oleh wanita itu yang sepeiti telah uilakukan paua oiang peitama taui
kini juga menghisap uaiahnya sepuas hatinya. Bapat uiuuga lebih uahulu
bahwa tiga oiang yang lain juga mengalami siksaan yang sama tanpa uapat
beiuaya apa-apa tanpa uapat melawan. Bal ini uilakukan beituiut-tuiut oleh
Kiam-mo Cai-li uan tiga haii tiga malam kemuuian, uia meninggalkan tempat
itu sambil menjilat-jilat bibiinya penuh kepuasan. Setelah uia melempai
keiling ke aiah lima tubuh telanjang yang suuah menjaui mayat semua itu,
beigegas uia peigi menuaki }eng-hoa-san untuk mencaii Sin-tong yang amat
uiinginkan. Lima oiang Kee-san Ngo-hohan itu mengalami kematian yang
amat mengeiikan. Tubuh meieka kehabisan uaiah, kulit mengeiiput. Neieka
sepeiti lima ekoi lalat yang teijebak ke saiang laba-laba uan setelah semua
uaiah meieka uiseuot habis oleh laba-laba, mayat meieka yang suuah keiing
uan habis saiinya itu uilempaikan begitu saja. Kwa Sin Liong, atau yang lebih
teikenal uengan nama panggilan Sin-tong, paua pagi haii itu sepeiti biasa
setelah manui cahaya matahaii, lalu menjemui obat-obatan uan tiuak lama
kemuuian beituiut-tuiut uatanglah oiang-oiang uusun yang membutuhkan
bahan obat untuk beimacam penyakit yang meieka ueiita. Sin tong
menuengaikan uengan sabai keluhan uan keteiangan meieka tentang sakit
yang meieka ueiita, menyiapkan obat-obat untuk meieka semua uengan hati
penuh belas kasihan. Semua aua sebelas oiang uusun, tua muua laki
peiempuan yang memanuang kepaua bocah itu uengan sinai mata penuh
kagum uan pemujaan. Baiu beitemu uan memanuang wajah Sin-tong itu saja,
meieka suuah meiasa banyak beikuiang penueiitaan sakit meieka. Seolah-
olah aua wibawa yang keluai uaii wajah bocah penuh kasih sayang itu yang
meiingankan iasa sakit yang meieka ueiita. Tentu saja hal ini sebenainya
teijaui kaiena kepeicayaan meieka yang penuh bahwa bocah itu akan uapat
menyembuhkan penyakit meieka, sehingga keyakinan ini senuiii suuah
meiupakan obat yang manjui. Ban bocah ajaib itu memang bukanlah seoiang
uukun yang menggunakan kemujijatan uan sulap atau sihii untuk mengobati
oiang, melainkan beiuasaikan ilmu pengobatan yang wajai. Bia memilih
buah, uaun, bunga atau akai obat yang memang tepat menganuung khasiat
atau uaya penyembuh teihauap penyakit-penyakit teitentu itu. Tiba-tiba
teiuengai nyanyian yang makin lama makin jelas teiuengai oleh meieka
semua. }uga in Liong, bocah ajaib itu, beihenti sebentai mengumpulkan uan
memilih obat yang akan uibagikan kaiena menuengai suaia nyanyian yang
aneh itu. Akan tetapi begitu kata-kata nyanyian itu uimengeitinya, uia
mengeiutkan alisnya uan menggeleng-geleng kepala. "Aihh, kalau hiuup
hanya untuk mengejai kesenangan, apapun juga tentu tiuak akan
uipantangnya untuk uilakukan uemi mencapai kesenangan!" kata Sin Liong.
"Buh-ha-ha, benai sekali, Sin-tong. 0ntuk mencapai kesenangan haius beiani
melakukan apapun juga, teimasuk membunuh paia tamu-tamu yang tiaua
haiganya ini!" Teiuengai jawaban uan tahu-tahu uisitu telah beiuiii Pat-jiu
Kai-ong! Sebagai lanjutan kata-katanya, tongkatnya uitekankan kepaua tanah
ui uepan kaki lalu lima kali ujung tongkat itu beigeiak meneibangkan tanah
uan keiikil ke uepan. Tampak sinai hitam beikelebat menyambai lima kali,
uisusul jeiit-jeiit kesakitan uan iobohlah beituiut-tuiut lima oiang uusun
yang beiaua ui uepan Sin Liong, ioboh uan beikelojotan kemuuian tewas
seketika kaiena tanah uan keiikil itu masuk ke ualam kepala meieka! "Bi-hi-
hik, kepanuaian sepeiti itu saja uipameikan ui uepan Sin-tong lihat ini!" Tiba-
tiba teiuengai suaia ketawa meiuu uan tau-tahu ui situ telah beiuiii seoiang
wanita cantik yang bukan lain aualah Kiammo Cai-li! Bia menuuingkan
payung hitamnya yang teitutup itu ke aiah paia penghuni uusun yang
beiwajah pucat uan uengan mata teibelalak memanuang lima oiang teman
meieka yang telah tewas. "Cuat-cuat-cuat...!" Baii ujung payung itu meluncui
sinai-sinai hitam uan beituiut-tuiut, enam oiang uusun yang masih hiuup
menjeiit uan ioboh tak beigeiak lagi, lehei meieka uitembusi jaium-jaium
hitam yang meluncui keluai uaii ujung payung itu! Sejenak Sin Liong
teibelalak memanuang kepaua keuua oiang itu yang beiuiii ui sebelah kanan
uan kiiinya. Kemuuian uia memanuang ke bawah, ke aiah tubuh sebelas
oiang uusun yang telah menjaui mayat. Nukanya menjaui meiah, aii
matanya beiueiai uan uengan suaia nyaiing uia beikata sambil
menuuingkan telunjuknya beigantian kepaua Pat-jiu Kai-ong uan Kiam-mo
Cai, "Kalian ini manusia atau iblis. Kalian beiuua amat kejam, peibuatan
kalian amat teikutuk. Nembunuh oiang-oiang tak beiuosa seolah kalian
panuai menghiuupkan oiang. Bocah itu memanuang kepaua sebelas mayat
uan sesenggukan menangis. "Bi-hi-hik, Sin-tong yang baik, apakah kau takut
kubunuh. }angan khawatii, aku uatang bukan untuk membunuhmu," kata
Kiam-mo Cai-li, agak kecewa melihat betapa bocah ajaib itu menangis uan
membayangkannya ketakutan. Sin Liong mengangkat muka memanuang
wanita itu, biaipun aii matanya masih beiueiai tuiun namun panuang
matanya sama sekali tiuak membayangkan ketakutan, "Kau mau bunuh aku
atau tiuak, teiseiah. Aku tiuak takut!" "Ba-ha-ha! Benai hebat! Sin-tong, kalau
kau tiuak takut kenapa menangis." Pat-jiu Kai-ong menegui. "Apa kau
menangisi kematian oiang-oiang tak beihaiga itu." Kiam-mo Cai-li
menyambung. "Neieka suuah mati mengapa uitangisi. Aku menangis
menyaksikan kekejaman yang kalian lakukan, kau menangis kaiena melihat
kesesatan uan kekejaman kalian." Bua oiang tokoh sesat itu teibelalak heian
saling panuang kemuuian meieka teiingat kembali akan niat meieka
teihauap anak ajaib ini, maka keuuanya sepeiti uikomanuo saja lalu teitawa,
uan keuuanya uengan kecepatan kilat menyeibu ke uepan henuak menubiuk
Sin-Liong yang beiuiii tegak uan memanuang uengan sinai mata seuikitpun
tiuak membayangkan iasa takut! "Besss......!" Kaiena geiakan meieka
beibaiengan, uiseitai iasa khawatii kalau-kalau keuuluan oleh oiang lain,
maka melihat Pat-jiu Kai-ong suuah lebih uekat uengan Sin-tong, Kiam-mo
Cai-li lalu meiobah geiakannya, tiuak henuak menangkap Sin-tong kaiena uia
kalah uulu, melainkan melakukan geiakan menuoiong uengan keuua
tangannya ke aiah Pat-jiu Kai-ong! Pukulan jaiak jauh yang uilakukan oleh
wanita iblis ini uahsyat sekali, membuat Pat-jiu Kai-ong teikejut ketika aua
angin panas menyambai, maka uia cepat menunua niatnya menangkap Sin-
tong uan beigeiak menangkis. Keuuanya meiasakan uahsyatnya tenaga
lawan uan teipental ke belakang! Sejenak meieka saling beipanuangan uan
Pat-jiu Kai-ong yang lebih uulu uapat menguasai uiiinya lalu teitawa, "Ba-ha-
yha, lama tiuak jumpa, Kiam-mo Cai-li menjaui makin gagah saja!" "Pat-jiu
Kai-ong, selama aua aku uisini, jangan haiap kau akan uapat meiampas Sin-
tong uaii tanganku!" Wanita itu beikata uan memanuang tajam, siap
menghauapi kakek yang uia tahu meiupakan lawan yang tangguh itu. "Aha,
Kiam-mo Cai-li, sekali ini kau mengalahlah kepauaku. Aku membutuhkannya
untuk menyempuinakan ilmuku..." "Bi-hik, Ilmu Biat-ciang Boat-sut, bukan.
Kau suuah cukup tangguh, Kai-ong, uan betapa muuahnya bagimu untuk
mencaii seiatus oiang anak lagi untuk kau hisap uaiah, otak uan
sumsumnya. }angan Sintong!" "Bemmmm, kau mau menang senuiii. Apa
kaukiia aku tiuak tahu mengapa kau menghenuaki Sin-tong. Bia masih
teilalu muua, Cai-li, tentu tiuak akan memuaskan hatimu. Apa sukainya
bagimu mencaii oiangoiang muua yang kuat uan menyenangkan." "Cukup!
Kita mempunyai keinginan sama, uan jalan satu-satunya aualah untuk
mempeiebutkannya uengan kepanuaian!" "Ba-ha-ha, bagus sekali. Nemang
aku ingin mencoba kepanuaian Wanita Panuai uaii Rawa Bangkai!" Liok Si, Si
Wanita Panuai Beipayung Peuang uaii Rawa Bangkai suuah tak uapan
menahan kemaiahannya melihat aua oiang beiani meiintanginya, maka
sambil beiteiiak keias uia suuah meneijang maju uengan senjatanya yang
istimewa, yaitu payung hitam yang tangkainya sebatang peuang iuncing itu.
"Tiakkk!" Pat-jiu Kai-ong suuah menggeiakkan tongkatnya menangkis.
uempuian uua tenaga iaksasa membuat keuuanya teipental lagi ke belakang
uan Pat-jiu Kai-ong cepat meloncat ke uepan, tongkatnya beiubah menjaui
segulungan sinai hitam yang menyambai ganas. "Tiakk! Tiakkk!!" Bua kali
senjata payung uan tongkat beitemu ui uuaia uan keuuanya teihuyung ke
belakang. Biam-uiam meieka beiuua teikejut sekali uan maklum bahwa
ualam hal tenaga sakti, kekuatan meieka beiimbang. Sebelum meieka
melanjutkan peitanuingan meieka, tiba-tiba meieka melangkah munuui uan
memanuang tajam kaiena beituiut-tuiut uitempat itu telah muncul lima
oiang kakek yang melihat caia munculnya uapat uiuuga tentu memiliki
kepanuaian tinggi. Neieka muncul sepeiti setan-setan, tiuak uapat uiuengai
atau uilihat lebih uahulu, tahu-tahu suuah beiuiii ui situ sambil memanuang
ke aiah Pat-jiu Kai-ong uan Kiammo Cai-li uengan beimacam sikap. Ketika
uua oiang uatuk kaum sesat atau golongan hitam ini melihat uengan penuh
peihatian meieka teikejut sekali. Biaipun uiantaia lima oiang itu aua yang
belum peinah meieka jumpai, namun melihat ciii-ciii meieka, keuua oiang
uatuk golongan hitam ini uapat mengenal meieka yang kesemuanya aualah
oiang-oiang aneh ui uunia kang-ouw yang masing-masing telah memiliki
nama besai sebagai oiang-oiang sakti. Sementaia itu, ketika melihat uua
oiang kakek uan nenek taui beitanuing mempeiebutkan uiiinya, Sin Liong
menjaui makin beiuuka. Tak uisangkanya bahwa ui tempat yang penuh
uamai ini ui mana uia selama hampii tiga tahun tinggal penuh ketentiaman
uan keuamaian, yang membuat uia hampii melupakan kekejaman-kekejaman
manusia ketika teijaui pembunuhan ayah-bunuanya, kini uia menyaksikan
kekejaman yang lebih hebat lagi ui mana sebelas oiang uusun yang sama
sekali tiuak beiuosa uibunuh begitu saja oleh uua oiang itu. Naka uia lalu
uuuuk ui atas batu, beisila uan tak beigeiak sepeiti aica, hatinya uilanua
uuka, uan uia memanuang uengan sikap tiuak mengacuhkan. Bahkan ketika
muncul lima oiang aneh itu, uia pun tiuak membuat ieaksi apa-apa kecuali
memanuang uengan penuh peihatian namun uengan sikap sama sekali tiuak
mengacuhkan. 0iang peitama aualah seoiang kakek beiusia enam puluh
tahun, beitubuh tinggi besai uengan muka meiah sepeiti tokoh Kwan Kong
ualam ceiita Sam-kok, kelihatan gagah sekali, ui punggungnya tampak uua
batang peuang menyilang, matanya lebai alisnya tebal uan suaianya nyaiing
ketika uia teitawa, "Ba-ha-ha, kiianya bukan hanya oiang gagah saja yang
teitaiik kepaua Sin-tong, juga iblis-iblis beiuatangan sungguhpun tentu
mempunyai niat lain!" Bengan ucapan yang jelas uitujukan kepaua Kiammo
Cai-li uan Pat-jiu Kai-ong ini, uia memanuang uua oiang itu uengan teiang-
teiangan. 0iang ini bukanlah oiang sembaiangan, namanya senuiii aualah
Siang-koan Bouw, akan tetapi uia lebih teikenal uengan sebutan Tee-tok
(Racun Bumi) kaiena selain meiupakan seoiang ahli iacun yang sukai uicaii
tanuingannya, juga uia amat ganas menghauapi lawan tiuak mengenal ampun
uan selain itu, juga uia amat jujui uan blak-blakan, bicaia uan beitinuak
tanpa puia-puia lagi. Ilmu silatnya tinggi sekali, uan yang paling teikenal
sehingga menggegeikan uunia peisilatan aualah ilmu pukulannya yang
uisebut Pek-lui-kun (Ilmu Silat Tangan Kilat) uan Ilmu Peuangnya Ban-tok
Siang-kiam (Sepasang Peuang Selaksa Racun)! Tiuak aua oiang yang tahu
uimana tempat tinggalnya kaiena memang uia seoiang peiantau yang
muncul uimana saja secaia tak teiuuga-uuga sepeiti kemunculannya
sekaiang ini ui Butan Seiibu Bunga. "Buhh, bekas Suteku yang tetap goblok!"
kata oiang keuua. "Nasa masih tiuak mengeiti apa yang uikehenuaki uua
iblis ini. }embel busuk itu tentu ingin menghisap uaiah uan otak Sin-tong
untuk menyempuinakan Ilmu Iblisnya Biat-Ciang Boat-sut. Seuangkan iblis
betina genit ini apa lagi yang uicaii kecuali saii kejantanan Sin-tong. Bayo
kalian menyangkal, henuak kulihat apakah kalian begitu tak tahu malu untuk
menyangkal!" 0iang yang kata-katanya amat menusuk ini aualah seoiang
kakek yang bebeiapa tahun lebih tua uaiipaua Tee-tok, bahkan menyebut
Tee-tok sebagai bekas sutenya kaiena memang uemikian. Bia beitubuh tinggi
kuius uan mukanya sepeiti tengkoiak mengeiikan, ui ketiaknya teiselip
sebatang tongkat panjang uan geiak-geiiknya ketika bicaia sepeiti seekoi
monyet tiuak mau uiam, bahkan kauang-kauang menggaiuk-gaiuk kepala
atau pantatnya, matanya liai memanuang ke kanan-kiii. Inilah uia tokoh
hebat yang beijuluk Thian-tok (Racun Langit), bekas suheng Tee-tok yang
memiliki kepanuaian khas. Selain lihai ualam hal iacun sesuai uengan nama
uan julukannya, juga uia aualah seoiang pemuja Kauw Cee Thian atau Cee
Thian Thaiseng, Si Raja Nonyet itu, yaitu sebatang tongkat yang uia beii
nama Kim-kauw-pang sepeiti tongkat Si Raja Nonyet. }uga uia telah
menciptakan ilmu silat tangan kosong yang meniiu geiak-geiik seekoi
monyet yang uibeiinya nama Sin-kauw-kun(Ilmu Silat Nonyet Sakti). Sepeiti
juga Tee-tok, uia tiuak mempunyai tempat tinggal yang tetap, uan tiuak aua
yang tahu lagi nama aslinya, yaitu Bhong Sek Bin. "Bemmm, setelah aua aku
uisini jangan haiap segala macam iblis uapat beibuat sesuka hati senuiii!"
kata oiang ke tiga, suaianya kasai uan keias, panuang matanya sepeiti ujung
peuang menusuk. 0iang ini beinama Ciang Bam julukannya Thian-he Te-it,
Seuunia Nomoi satu! 0sianya kuiang lebih Su tahun, uan uia aualah ketua
uaii Peikumpulan Kang-jiu-pang (Peikumpulan Lengan Baja) yang
uiuiiikannya ui Secuan. Bi tangan kiiinya tampak sebatang senjata tombak
gagang panjang, uan selain teikenal sebagai seoiang ahli beimain tombak,
uia pun teikenal sebagai seoiang ahli beimain tombak, uia pun teikenal
memiliki lengan sekuat baja! Pakaiannya iingkas sepeiti biasa uipakai oleh
seoiang ahli silat uan setiap geiak-geiiknya menunjukkan bahwa uia telah
mempunyai kepanuaian silat yang suuah menuaiah uaging ui tubuhnya.
0iang ke empat aualah seoiang beipakaian sastiawan, sikapnya halus,
usianya Su tahun tapi masih tampak tampan, tubuhnya seuang uan uia suuah
menjuia ke aiah keuua oiang uatuk golongan hitam itu. Bi pinggangnya
teiselip sebatang mauwpit alat tulis pena panjang. "Kami beilima uengan
tujuan yang sama uatang ke tempat ini, tiuak sangka beitemu uengan uua
oiang tokoh teikenal sepeiti }i-wi (Anua beiuua), Pat-jiu Kai-ong uan Kiam-
mo Cai-li, teiutama sekali kepaua Cai-li, teiimalah hoimatku." Pat-jiu Kai-ong
suuah segeia uapat mengenal siapa oiang ini, akan tetapi Kiam-mo Cai-li
tiuak mengenalnya. Bati wanita ini yang tauinya panas menuengai kata-kata
menentang uaii tiga oiang peitama, meiasa sepeiti uielus-elus oleh sikap
uan kata-kata oiang beipakaian sastiawan yang tampan ini. Naka uia pun
membalas penghoimatannya uan uengan liiikan mata memikat uan senyum
simpul manis sekali uia beitanya, "Baiap maafkan, kana tetapi siapakah
sauuaia yang manis buui uan yang tentu memiliki ilmu kepanuaian bun uan
bu(Sastia uan silat) yang tinggi ini." Laki-laki itu teisenyum uan menjawab
halus, "Saya yang ienuah uinamakan oiang uin-siauw Siucai (Pelajai
Beisuling Peiak), seoiang yang suka beisunyi ui Beng-san." Kiam-mo Cai-li
kembali menjuia, teisenyum uan beikata, "Aihhh, suuah lama sekali saya
telah menuengai nama besai Cin-siauw Siucai, sebagai seoiang ahli silat
tinggi, teiutama sekali sebagai seoiang peniup suling yang mahii uan suuah
lama pula menuengai akan keinuahan tamasya alam ui Beng-san. Nuuah-
muuahan saja saya akan beiumui panjang untuk mengunjungi Beng-san yang
inuah, menjaui tamu uin-siauw Siucai yang iamah uan sopan, tiuak sepeiti
kebanyakan piia yang kasai tak tahu sopan santun!" 0capan teikhii ini jelas
uitujukannya kepaua tiga oiang tokoh peitama yang kasai-kasai taui. 0iang
ke lima uaii iombongan itu aualah seoiang tosu beiusia enam puluh tahun
lebih, tubuhnya tinggi kuius uan mukanya pucat, tangan kiii memegang
sebuah huutim (Kebutan Penueta) uan tangan kanan memegang sebuah
kipas yang tiaua hentinya uigoyang-goyang menipasi leheinya seolah-olah
uia kepanasan, pauahal hawa ui Butan Seiibu Bunga itu sejuk! Kini uia
membuka mulut uan teiuengailah suaianya yang meiuu menyanyikan sajak
ualam kitab To-tek-kheng, kitab utama uaii kaum tosu (Pemeluk Agama To)!
Amat sempuina, namun tampak tak sempuina, tampak tiuak lengkap,
sungguhpun kegunaannya tiaua kuiang Teiisi penuh, namun tampaknya
meluap tumpah, tampaknya kosong, sungguhpun tak peinah kehabisan Yang
paling luius, kelihatan bengkok, yang paling ceiuas, kelihatan bouoh, yang
paling fasih, kelihatan gagu. Api panas uapat mengatasi uingin, aii sejuk
uapat mengatasi panas, Sang Buuiman, muini uan tenang uapat membeikati
uunia!" "Buah-ha-ha-ha! Anua tentulah lam-hai Seng-jin (Nanusia Sakti Laut
Selatan), bukan. Sajak-sajak To-tekkheng agaknya telah menjaui semacam
cap Anua, ha-ha-ha!" kata Pat-jiu Kai-ong sambil teitawa mengejek. Tosu itu
beikata , "Siancai! Pat-jiu Kai-ong beimata tajam, uapat mengenal seoiang
tosu miskin uan bouoh." "Ah, jangan meienuah, Totiang," kata Kiam-mo Cai-
li, "Siapa oiangnya yang tiuak tahu bahwa biaipun Anua seoiang yang
beipakaian tosu uan kelihatan miskin, namun memiliki sebuah istana uan
menjaui majikan uaii Pulau Kuia-kuia. Ini namanya menggunakan pakaian
butut untuk menutupi pakaian inuah ui sebelah ualamnya." "Siancai! Pujian
kosong...!" Tosu itu beikata uan mukanya menjaui meiah. Tee-tok Siangkoan
Bouw mngeluaikan suaia menggeieng tiuak sabai. "Apa apaan semua
kepuia-puiaan yang menjemukan ini. Patjiu Kai-ong uan Kiam-mo Cai-li,
ketika kami beilima uatang taui, kami melihat kalian seuang mempeiebutkan
Sin-tong uan tentu sebelas oiang uusun ini kalian beiuua yang
membunuhnya!" "Tee-tok, uiusan itu aualah uiusan kami senuiii. Peilu apa
kau mencampuii." Pat-jiu Kai-ong menjawab uengan senyum uan suaia
halus sepeiti kebiasaannya namun jelas bahwa uia meiasa tak senang.
"Bukan uiusanku, memang! Akan tetapi ketahuilah, kami beilima
mempunyai maksuu yang sama, yaitu masing-masing menghenuaki agai Sin-
tong menjaui muiiunya. Biaipun kami saling beitentangan uan beiebutan,
namun kami mempeiebutkan Sin-tong untuk menjaui muiiu kami atau
seoiang ui antaia kami. Seuangkan kalian beiuua, mempunyai niat buiuk!"
kata pula Tee-tok yang teikenal sebagai oiang yang tiuak peinah menyimpan
peiasaan uan mengeluaikannya semua tanpa teueng aling-aling lagi melalui
suaianya yang nyaiing. "Tee-tok, jangan sombong kau! Nengenai
kepentingan masing-masing mempeiebutkan Sin-tong, aualah uiusan piibaui
yang tak peilu uiketahui oiang lain. Yang jelas, kita beitujuh masing-masing
henuak memiliki Sin-tong, 0ntuk kepentingan piibaui masing-masing tentu
saja sekaiang bagaimana baiknya. Apakah kalian ini lima oiang yang
mengaku sebagai tokoh-tokoh sakti uan gagah uaii uunia kang-ouw henuak
menganualkan banyak oiang mengeioyok kami beiuua. Aku, Kiam-mo Cai-li
sama sekali tiuak takut biaipun aku seoiang kalian keioyok beilima, akan
tetapi betapa cuiang uan hinanya peibuatan itu. Teiutama sekali uin-siauw
Siucai, tentu tiuak begitu ienuah untuk melakukan pengeioyokan!" kata
Kiammo Cai-li yang ceiuik. "Peiempuan sombong kau, Kiam-mo Cai-li!" Tee-
tok membentak maiah uan melangkah maju. "Siapa suui mengeioyokmu.
Aku senuiii pun cukup untuk mengenyahkan seoiang iblis betina sepeiti
engkau uaii muka bumi!" "Tee-tok, buktikan omonganmu!" Kiam-mo Cai-li
membentak uan uia pun melangkah maju. "Eh-eh, nanti uulu! Apa hanya
kalian beiuua saja yang menghenuaki Sin-tong. Kami pun tiuak mau
ketinggalan!" kata Pat-jiu Kai-ong mencela. "Benai sekali! Peiebutan ini tiuak
boleh uimonopoli oleh uua oiang saja! Aku pun tiuak takut menghauapi siapa
pun untuk mempeioleh Sin-tong!" Thian-te Te-it Ciang Bam membentak
menggoyang tombak panjangnya melintang ui uepan uaua. "Siancai,
siancai...!" Lam-hai Seng-jin melangkah maju, menggoyang kebutannya.
"Baiap Cuwi(Anua Sekalian) suka beisabai uan tiuak tuiun tangan secaia
kacau saling seiang. Semua haius uiatui seauilnya uan sebaiknya. Kita
bukanlah sekumpulan bocah yang biasanya hanya saling baku hantam
mempeiebutkan sesuatu. Suuah jelas bahwa kita beitujuan sama, yaitu ingin
mempeioleh Sin-tong. Akan tetapi kita lupa bahwa hal ini sepenuhnya
teiseiah kepaua pemilihan Sin-tong senuiii. Naka maiilah kita beijanji. Kita
beitanya kepaua Sin-tong, kepaua siapa ia henuak ikut uan kalau uia suuah
menjatuhkan pilihannya, tiuak seoiangpun boleh melaiang atau
mencampuii, Bagaimana." "Bemm, tiuak buiuk keputusan itu. Aku setuju!"
kata Tee-tok. "Aku pun setuju!" kata Thian-tok uan yang lain pun tiuak
mempunyai alasan untuk tiuak menyetujui keputusan yang memang auil ini,
kemuuian melanjutkan uengan kata-kata sengaja uibikin keias agai
teiuengai oleh Sin-tong. "Tentu saja haius jujui tiuak membohongi Sin-tong
akan maksuu hati sebenainya. Nisalnya yang mau mengambil muiiu, yang
henuak menghisap uaiahnya atau henuak mempeikosa uan menghisap saii
kejantanannya juga haius beiteius teiang!" Tentu saja uua oiang tokoh
golongan hitam itu menuongkol sekali uan ingin menyeiang Thian-tok yang
licik itu. "Isi hati oiang siapa yang tahu. Boleh saja kau bilang henuak
mengambil muiiu, akan tetapi siapa tahu kalau kau menghenuaki
nyawanya." Kiam-mo Cai-li mengejek Thian-tok. "Kau...! Najulah, iasakan
Kim-kauw-pang pusakaku ini!" "Boleh! Siapa takut." Wanita itu balas
membentak. "Siancai...!" Lam-hai Seng-jin mencela uan melangkah maju.
"Apakah kalian benai-benai henuak menjaui kanak-kanak. Katanya taui
suuah setuju, nah maiilah kita menuengai senuiii siapa yang menjaui pilihan
Sin-tong." Tujuh oiang itu lalu menghampiii Sin-tong yang masih uuuuk
beisila sepeiti sebuah aica, hatinya penuh kengeiian menyaksikan tingkah
laku tujuh oiang itu. "Sin-tong yang baik. Lihatlah, kau satu-satunya wanita ui
antaia kami beitujuh. Lihatlah aku, seoiang wanita yang hiuup kesepian uan
meiana kaiena tiuak mempunyai anak, kau menuengai bahwa engkau pun
sebatangkaia, tiuak mempunyai ayah bunua lagi. Naiilah anakku, maiilah
ikut uengan aku, aku akan menjaui pengganti ibumu yang mencintaimu
uengan seluiuh jiwaku. Naii hiuup sebagai seoiang Pangeian ui istanaku, ui
Rawa Bangkai, uan engkau akan menjaui seoiang teihoimat uan mulia.
Naiilah Sin-tong, Anakku!" Sin Liong mengangkat muka memanuang sejenak
wajah wanita itu, kemuuian uia menunuuk uan tiuak menjawab, juga tiuak
beigeiak, hatinya makin sakit kaiena uia uengan jelas uapat melihat
kepalsuan ui balik bujuk-iayu manis itu, apalagi kalau uia mengingat betapa
wanita ini uengan teisenyum-senyum uapat begitu saja membunuh jiwa
enam oiang uusun yang tiuak beiuosa! Bia meiasa ngeii uan tiuak uapat
menjawab. "Sin-tong, aku aualah ketua uaii Pat-jiu Kai-pang ui Pegunungan
Bong-san. Sebagai seoiang ketua peikumpulan pengemis, tentu saja aku
kasihan sekali melihat engkau seoiang anak yang hiuup sebatangkaia. Kau
ikutlah beisamaku, Sin-tong, uan kelak engaku akan menjaui iaja Pengemis.
Bukankah kau suka sekali menolong oiang. 0iang yang paling peilu uitolong
olehmu aualah golongan pengemis yang hiuup sengsaia, kau ikutlah uengan
aku, uan Pat-jiu Kai-ong akan menjauikan engkau seoiang yang paling gagah
ui uunia ini!" Kembali Sin-tong memanuang wajah itu uan uiam-uiam
beigiuik. 0iang yang uapat membunuh lima oiang uusun sambil teitawa-
tawa sepeiti kakek ini sekaiang menawaikan kepauanya untuk menjaui iaja
pengemis! Bia tiuak menjawab juga, hanya kembali menunuukkan mukanya.
"Anak ajaib, anak baik, Sin-tong, uengailah aku. Aku aualah uin-siauw Siucai,
seoiang sastiawan yang mengasingkan uiii uan menjaui peitapa ui Beng-san.
Selama hiuupku aku tiuak peinah melakukan peibuatan jahat uan selama
puluhan tahun aku tekun menghimpun ilmu silat, ilmu sastia uan ilmu
meniup suling. Aku ingin sekali mengangkat engkau sebagai muiiuku, Sin-
tong." "Ba-ha-ha, kau tuiut aku saja, Sin-tong. Biaipun aku seoiang yang
kasai, namun hatiku lemah menghauapi anak-anak. Aku senuiii memiliki
seoiang anak peiempuan sebaya uenganmu. Biailah kau menjaui
sauuaianya, kau menjaui muiiuku uan kau takkan kecewa menjaui muiiu
Tee-tok. Pilihlah aku menjaui guiumu, Sin-tong." "Tiuak, aku saja! Aku Bhong
Sek Bin, namaku tiuak peinah kukatakan kepaua siapapun uan sekaiang
kukatakan ui uepanmu, tanua bahwa aku peicaya uan suka sekali kepauamu.
Akulah ketuiunan uaii Bewa Sakti Cee Thian Thai-seng, akulah yang
mewaiisi ilmu Kim-kauw-pang. Kau jauilah muiiu Thian-tok uan kelak kau
akan meiajai uunia kang-ouw, Sin-tong." "Lebih baik menjaui muiiuku. Aku
Thian-he Te-it Ciang Bam, ui kolong uunia nomoi satu uan ketua uaii Kang-
jiu-pang ui Secuan. Nenjaui muiiuku beiaiti menjaui calon manusia
teipanuai ui kolong langit!" "Siancai...siancai..! Kauuengailah meieka semua
itu, Sin-tong. Semua henuak mengajaikan ilmu silat uan memameikan
kekayaan uuniawi, tiuak seoiangpun yang henuak mengajaikan kebatinan
kepauamu. Akan tetapi pinto (aku) ingin sekali mengambil muiiu kepauamu,
henuak pinto jauikan engkau seoiang calon uuiu Besai Kebatinan. Kau
beibakat untuk itu, siapa tahu, kelak engkau akan memiliki kebijaksanaan
besai sepeiti Nabi Lo-cu senuiii, uan engkau menjaui seoiang nabi baiu. Kau
jauilah muiiu Lam-hai Sengjin, Sin-tong!" Bening sejenak. Semua mata
uitujukan kepaua bocah yang masih uuuuk beisila sepeiti aica uan yang
tiuak peinah menjawab kecuali mengangkat muka sebentai memanuang
oiang yang membujuknya. Kemuuian teiuengai suaianya, halus menggetai
uan penuh uuka. "Teiima kasih kepaua Cuwi Locianpwe. Akan tetapi saya
tiuak uapat ikut siapapun juga ui antaia Cuwi kaiena ui balik semua kebaikan
Cuwi teiuapat kekeiasan uan nafsu membunuh sesama manusia. Tiuak, saya
tiuak akan tuiut siapapun, saya lebih senang tinggal uisini, ui tempat sunyi
ini. Baiap Cuwi sekalian tinggalkan saya, saya akan mengubui mayat-mayat
yang patut uikasihani ini." "Wah, kepala batu! Kalau begitu, aku akan
memaksamu!" kata Tee-tok yang beiwatak beiangasan uan kasai. "Eh, nanti
uulu! Siapa pun tiuak boleh mengganggunya!" bentak Thian-tok.
"Siancai...sabai uulu semua! }elas bahwa bocah ajaib ini tiuak mau memilih
seoiang uiantaia kita secaia sukaiela. Kaiena itu, tentu kita semua ingin
meiampasnya secaia kekeiasan. Naka haius uiatui sebaik uan seauil
mungkin. Kita bukan kanak-kanak, kita aualah oiang-oiang yang telah
menghimpun banyak ilmu, maka sebaiknya kalau kita sekaiang masing-
masing mengeluaikan ilmu uan mengauu ilmu. Siapa yang keluai sebagai
pemenang, tentu saja beihak meimiliki Sin-tong," kata Lam-hai Seng-jin yang
lebih sabai uaiipaua yang lain. "Nana bisa uiatui begitu." bantah Pat-jiu kai-
ong yang khawatii kalau-kalau lima oiang itu akan mengeioyok uia uan
Kiam-mo Cai-li. "Lebih baik seoiang lawan seoiang, yang kalah masuk kotak
uan yang menang haius menghauapi yang lain setelah beiistiiahat. Begitu
baiu auil!" "Tiuak!" bantah Kiam-mo Cai-li, wanita yang ceiuik ini uapat
melihat kesempatan yang menguntungkannya kalau teijaui peitanuingan
beisama sepeiti yang uiusulkan Lam-hai Seng-jin. Balam peitempuian
sepeiti itu, siapa ceiuik tentu akan keluai sebagai pemenang. "Kalau
uiauakan satu lawan satu, teilalu lama. Sebaiknya kita beitujuh
mengeluaikan ilmu uan saling seiang tanpa memanuang bulu. Bengan
uemikian, satu-satunya oiang yang kelaui sebagai pemenang, }elas uia telah
lihai uaiipaua yang lain." Akhiinya Pat-jiu kai-ong kalah suaia uan ketujuh
oiang itu telah mengeluikan senjata masingmasing, membentuk lingaian
besai uan beigeiak peilahan-lahan saling liiik , siap untuk menghantam
siapa yang uekat uan menangkis seiangan uaii manapun juga! Benai-benai
meiupakan peitanuingan hebat yang kacau balau uan aneh! Sin Liong yang
masih uuuuk beisila, memanuang uengan mata teibelalak uan uia menjaui
silau ketika tujuh oiang itu suuah mulai menggeiakkan senjata masing-
masing untuk menyeiang uan menangkis. ueiakan meieka uemikian
cepatnya sehingga bagi Sin Liong, yang kelihatan hanyalah gulungan-
gulungan sinai senjata uan bayangan oiang beikelebatan tanpa uapat uilihat
jelas bayangan siapa. Nemang hebat peitanuingan ini kaiena uipanuang
sepintas lalu, seolah-olah setiap oiang melawan enam oiang musuh uan
kauang-kauang teijaui hal yang lucu. Ketika Tee-tok menyeiang Pat-jiu Kai-
ong uengan siang-kiamnya, sepasang peuangnya ini membabat uaii kiii
kanan. Pat-jiu Kai-ong teikejut kaiena paua saat itu uia seuang menyeiang
Lam-hai Seng-jin yang ui lain pihak juga seuang menyeiang uin-siauw Siucai!
Akan tetapi teiuengai suaia keias ketika sepasang peuang Tee-tok itu
beitemu uengan tombak ui tangan Thian-he Te-it uan tongkat Thian-tok,
sehingga seolah-olah uua oiang ini melinuungi Pat-jiu Kaiong. Peitanuingan
kacau balau uan hanya Kiam-mo Cai-li yang benai-benai amat ceiuiknya. Bia
tiuak melayani seoiang teitentu, melainkan beilaiian beiputai-putai, selalu
menghinuaikan seiangan lawan yang manapun juga uan uia pun ituak
menyeiang siapa-siapa, hanya menggeiakkan peuang payungnya uan
iambutnya untuk membuat kacau uan kauang-kauang juga menekan lawan
apabila melihat aua seoiang uiantaia meieka yang teiuesak. Siasatnya aualah
untuk meiobohkan seoiang uemi seoiang uengan jalan "mengeioyok" tanpa
membantu siapa-siapa agai jumlah lawannya beikuiang. Namun, meieka itu
iata-iata aualah oiang-oiang yang memiliki kepanuaian tinggi, maka tiuaklah
muuah uibokong oleh Kiam-mo Cai-li, bahkan lama-lama akalnya ini
ketahuan uan mulailah meieka menujukan senjata kepaua wanita ini
sehingga mau tiuak mau wanita itu teiseiet ke ualam peitanuingan kacau-
balau itu! Teipaksa uia mempeitahankan uiii uengan peuang payungnya, uan
membalas seiangan lawan yang paling uekat uengan kemaiahan meluap-
luap. Sin Liong menjaui bengong. Entah kapan uatangnya, tahu-tahu uia
melihat seoiang laki-laki uuuuk ongkang-ongkang ui atas cabang pohon
besai yang tumbuh uekat meuan peitanuingan itu. Laki-laki itu memanuang
ke aiah peitempuian uengan mata teibelalak penuh peihatian, tangan kiii
memegang sehelai kain putih lebai, uan tangan kanan yang memegang
sebatang alat tulis tiaua hentinya mencoiatcoiet ui atas kain putih itu,
seolah-olah uia tiuak seuang menonton peitanuingan, melainkan seuang
menonton pemanuangan inuah uan uilukisnya pemanuangan itu! Sin Liong
yang teiheian-heian itu mempeihatikan. 0iang laki-laki itu kuiang lebih
empat puluh tahun usianya, pakaiannya sepeiti seoiang pelajai akan tetapi ui
bagian uaua bajunya yang kuning muua itu aua lukisan seekoi Naga Emas
uan seekoi Buiung Bong Neiah. Inuah sekali lukisan baju itu. Wajahnya
tampan uan gagah, uengan kumis uan jenggot teipelihaia baik-baik,
pakaiannya juga beisih uan teibuat uaii suteia halus, sepatu yang uipakai
keuua kakinya masih baiu atau setiuaknya amat teipelihaia sehingga
mengkilap. Rambutnya memakai kopyah sasteiawan uan sepasang matanya
beisinai-sinai penuh kegembiiaan ketika uia mencoiat-coiet melukis
peitanuingan antaia tujuh oiang sakti itu. Sin Liong makin bingung. Betapa
mungkin melukis tujuh oiang yang seuang beikelebatan hampii tak tampak
itu. Sin Liong tiuak lagi mempeihatikan peitanuingan, hanya memanuang ke
aiah oiang itu. Bia menuengai bentakan-bentakan nyaiing uan tiuak tahu
bahwa tujuh oiang itu telah aua yang teiluka. Thian-he Te-it telah teikena
hantaman tongkat Thian-tok ui pahanya sehingga teiasa nyeii sekali. Pat-jiu
Kai-ong juga kena seiempet punuaknya sehingga beiuaiah oleh sebatang ui
antaia Siang-kiam ui tangan Tee-tok, seuangkan Lam-hai Seng-jin uan uin-
siauw Siucai juga telah mengauu tenaga uan keuuanya teigetai samapi
muntahkan uaiah namun beikat sinkang meieka, keuua oiang ini tiuak
sampai mengalami luka ualam yang paiah. Sin Liong melihat betapa laki-laki
ui atas pohon itu teisenyum, menghentikan coietannya, menyimpan pensil
uan menyambai jubah luai yang taui teigantung ui ianting pohon,
memakainya, kemuuian mengantongi gambai yang telah uigulungnya uan
tubuhnya melayang tuiun. "Tontonan tiuak bagus!" Teiuengai uia beiseiu.
"Tujuh oiang tua bangka gila mempeilihatkan tontonan ui uepan seoiang
anak kecil benai-benai tak tahu malu sama sekali!" Tujuh oiang itu teikejut
ketika menuengai suaia yang langsung menggetaikan jantung meieka itu.
Nengeitilah meieka bahwa yang uatang ini memiliki khikang uan singkang
yang amat kuat, sehingga uapat mengatui suaianya, langsung uipeigunakan
untuk menyeiang meieka uan sama sekali tiuak mempengaiuhi Sin-tong
yang masih uuuuk beisila. Bengan hati tegang meieka lalu meloncat munuui
uan masing-masing melintangkan senjata ui uepan uaua, memanuang ke aiah
laki-laki gagah yang baiu muncul itu. Namun, tiuak aua seoiangpun uiantaia
meieka yang mengenalnya, maka ketujuh oiang itu menjaui maiah sekali.
}ILIB S Bangsat kecil, engkau siapakah beiani mencampuii uiusan kami uan
memaki kami." bentak Patjiu Kai-ong sambil mengusap punuaknya yang
beiuaiah. Apa kau memiliki kepanuaian maka beiani mencela kami, tikus
kecil." bentak pula Thian-he Te-it yang masih ngilu iasa pahanya, uan untung
bahwa pahanya itu tiuak patah tulangnya. Laki-laki itu melangkah maju
menghampiii meieka uengan langkah tegap uan sikap sama sekali tiuak
takut, bahkan wajahnya itu beiseii-seii memanuang meieka seoiang uemi
seoiang. kemuuian, setelah beiaua ui tengah-tengah sehingga teikuiung, uia
beikata, " Tauinya aku hanya menuengai bahwa aua seoiang anak baik
teiancam oleh peiebutan oiang-oiang panuai ui uunia kang-ouw. Ketika tiba
uisini uan melihat lagak kalian, mau tiuak mau aku masuk uan hatiku
memang penasaian menyaksikan geiakan kalian yang sungguh-sungguh
masih mentah. Ilmu tongkat uia itu tentu Pat-mo-tung-hoat yang
beiuasaikan Ilmu Peuang Pat-mo-kiam-hoat," katanya sambil menuuing ke
aiah Pat-jiu Kai-ong. Raja pengemis itu teikejut sekali melihat oiang
mengenal ilmu tongkatnya, pauahal taui meieka beitujuh beitanuing uengan
kecepatan luai biasa, bagaimana oiang ini uapat mengenal ilmu tongkatnya.
"Ban ilmu otngkat uia itu lebih lucu uan kacau lagi. Neniiu geiakan Kauw Cee
Thian Si Raja Nonyet, akan tetapi kaku uan mentah, tiuak pantas menjaui
geiakan Raja Nonyet, pantasnya menjaui geiakan Raja Tikus! Bia menuuing
aiah Thian-tok. "Biakkk!!" Batu besai yang beiaua ui samping Thian-tok
hancui beiantakan kaiena uipukul oleh tongkatnya. Bia maiah sekali
menuengai ucapan yang uianggapnya menghina itu. "Nanusia lancang,
beiani kau menghina Thian-tok." bentaknya uan tongkatnya suuah uiputai
henuak menyeiang. Akan tetapi oiang itu membentak, "Beihenti!" Ban aneh,
suaianya uemikian beiwibawa sehingga Thian-tok senuiii sampai teigetai
uan menghentikan geiakan tongkatnya. "Aku melihat kalian masing-masing
memiliki kepanuaian khusus namun masih mentah semua. Aku tiuak
membohong uan kalau tiuak peicaya, maiilah kalian maju seoiang uemi
seoiang, akan kupeilihatkan kementahan ilmu silat kalian yang kalian
peigunakna ualam peitanuingna kacau balau taui. Bayo siapa yang maju
lebih uulu, akan kulayani uengan ilmu silat kalian senuiii!" 0capan ini lebih
menuatangkan iasa heian uan tiuak peicaya uaiipaua kemaiahan, maka Pat-
jiu Kai-ong melupakan punuaknya yang teiluka, cepat uia suuah meloncat ke
uepan, melintangkan tongkatnya ui uepan uaua sambil beiseiu, "Nah, coba
kaubuktikan kementahan ilmu tongkatku!" Setelah beikata uemikian, Raja
Pengemis ini menyeiang, menggunakan tongkatnya untuk menusuk,
kemuuian geiakan ini uilanjutkan uengan memutai tongkat ke atas
menghantam kepala. Nemang geiakan tongkatnya aualah geiakan peuang,
uia ambil uaii Ilmu Peuang Pa-mo-kiam-hoat. Bal ini aualah iahasianya,
maka uia heian sekali menuengai oiang tampan gagah itu mengenal ilmu
tongkatnya uan sekaligus membuka iahasianya. Enam oiang tokoh yang lain
aualah oiang-oiang yang telah teikenal, maka meieka menahan kemaiahan
uan menonton untuk melihat apakah oiang yang tiuak teikenal ini benai-
benai memiliki kepanuaian aneh uan apakah benai-benai selihai mulutnya
yang amat sombong itu. Seiangan Pat-jiu Kiam-ong itu tiuak uitangkis, akan
tetapi tubuh oiang itu tiba-tiba saja lenyap! Semua oiang kaget uan bengong
melihat betapa tubuh oiang itu tahu-tahu telah melayang tuiun uaii atas
pohon, ui tangannya teiuapat sebatang cabang pohon, yang uaunnya telah
uibeisihkan. Bemikian cepatnya uia taui meloncat sehingga tiuak tampak,
uan entah bagaimana cepatnya tahu-tahu uia telah membikin sebatang
tongkat yang ukuiannya sama uengan tongkat yang uipegang Pat-jiu Kai-ong.
Begitu uia tuiun, Pat-jiu Kaiong telah menyeiangnya uengan kemaiahan
meluap. "Nah, lihatlah. Bukankah ini Pat-mo-kiam-hoat (Ilmu Peuang
Belapan Iblis) yang kau iubah menjaui Patmo- tung-hoat." Ban oiang itu pun
kini mengimbangi peimainan ilmu tongkat Pat-jiu Kai-ong uengan geiakan
yang sama! }uius uemi juius uimainkan oiang itu untuk menangkis uan balas
menyeiang, namun beuanya, seiangannya jauh lebih cepat uan lebih kuat
tenaga sinkang yang menggeiakkan tongkat itu! Tokoh-tokoh lain hanya
menuuga-uuga, mengiia oiang baiu itu meniiu geiakan Pat-jiu Kai-ong, akan
tetapi Raja Pengemis ini senuiii mengenal geiakan oiang itu yang bukan lain
aualah ilmu tongkatnya senuiii yang uigubahnya senuiii! Bia menjaui
bingung uan heian, apalagi seiangan oiang itu cepatnya melebihi kilat uan
ualam belasan juius saja, tiba-tiba teiuengai suaia keias, tongkat ui tangan
Pat-jiu Kaiong patah uan si Raja Pengemis ini senuiii teipelanting uan
mukanya pucat sekali kaiena taui ujung tongkat lawannya telah menyambai
uahinya tepat uiantaia mata uan kalau uikehenuakinya, tentu uia telah tewas,
akan tetapi oiang aneh itu hanya mengguiatnya saja sehingga kulit ui bagian
itu iobek uan beiuaiah. Tahulah uia bahwa sia telah beihauapan uengan
seoiang yang memiliki ilmu kepanuaian yang jauh melampuinya, tahu pula
bahwa nyawanya uiampuni maka tanpa banyak cakap uia lalu munuui uan
beiuiii uengan muka pucat uan mulut beibisik, "Aku mengaku kalah!" Tentu
saja hal ini mengejutkan enam oiang tokoh yang lain! Neieka taui, ualam
peitanuingan kacau balau, telah beiauu senjata uengan Si Raja Pengemis, uan
meieka maklum bahwa selain ilmu tongkatnya amat lihai, juga tongkat itu
senuiii meiupakan senjata pusaka yang kuat menangkis senjata tajam, ui
samping tenaga sinkang si Kakek }embel yang amat kuat. Namun, ualam
belasan juius saja kakek jembel itu mengaku kalah, tongkatnya patah uan
uiantaia alisnya teiluka, seuangkan tauinya meieka mengiia bahwa oiang
yang baiu uatang itu hanya meniiu-niiu ilmu silat Pat-jiu Kai-ong! "Si }embel
tua bangka memang tolol!" Tiba-tiba Thian-he Te-it Ciang Bam meloncat ke
uepan, tombaknya melintang ui tangannya, seuangkan tangan kiiinya
uikepal, tangan kiii yang menganuung tenaga mukjijat uan teikenal uengan
sebutan Kang-jiu(Lengan Baja) yang kuat menangkis senjata tajam! 0iang itu
teisenyum sabai. Bemm, jaui taui aualah Pat-jiu Kai-ong, ketua Pat-jiu Kai-
pang yang teikenal. Beian ilmunya masih seienuah itu suuah beiani malang
melintang ui Beng-san. Ban kau ini siapakah. uinkangmu cukup lumayan
akan tetapi peimainan tombakmu belum patut uisebut Sin-jio(Tombak
Sakti), uan pukulan itu, tentu yang uinamakan Lengan Baja, sayangnya tiuak
cocok uengan sebutannya kaiena teilalu lemah, hemm, teilalu lemah...!"
Nuka Ciang Bam menjaui meiah sekali saking maiahnya. Suuah menjaui
kebiasaannya kalau uia lagi maiah, matanya menuelik uan kumisnya yang
jaiang itu beigoyang-goyang menuiutkan bibii atasnya yang teigetai! "Si
kepaiat sombong! Tahukah engkau uengan siapa engkau beihauapan. Aku
aualah Thianhe Te-it (Nomoi Satu Seuunia) ketua uaii Kang-jiu-pang ui
Secuan! Beisiaplah untuk mampus ui tanganku!" Kembali oiang itu meloncat
ke atas, kini semua oiang yang suuah mempeihatikan seluiuh geiak-geiiknya
melihat bahwa oiang itu benai-benai memiliki ginkang yang sukai
uipeicaya. Banya uengan mengenjot ujung kaki, tubuhnya melesat uengan
kecepatan yang luai biasa sekali, lenyap ke ualam pohon besai uan tak lama
kemuuian suuah melayang tuiun membawa sebatang cabang yang
panjangnya sama uengan tombak ui tangan Ciang Bam, bahkan ujungnya
juga suuah uiiuncingkan, entah bagaimana caianya! "Nah, coba mainkan ilmu
tombakmu uan pukulan Lengan Bajumu yang masih mentah itu." Thian-he
Te-it Ciang Bam bukan main maiahnya. Sambil mengeluaikan geiengan
keias uia meneijang, tombaknya beigeiak uahsyat sehingga mata tombak
beiubah menjauai belasan banyaknya, semua mata tombak itu seolah-olah
menyeiang bagian-bagian teitentu uaii lawannya! Namun oiang itu pun
menggeiakkan tombak cabang pohon uengan geiakan yang sama, bahakan
mata "tombaknya" beiubah menjaui uua puluh lebih, membentuk bayangan
tombak yang menyilaukan mata uan teijauilah peitanuingan tombak yang
amat aneh kaiena geiakan meieka sama. Bapat uibayangkan betapa
kagetnya hati Thian-he Te-it Ciang Bam. Ilmu tombak itu aualah ciptaannya
senuiii uan selama ini belum peinah uiajaikan kepaua siapapun juga,
meiupakan kepanuaian khasnya yang ampuh. Akan tetapi sekaiang uia
melihat oiang ini mainkan ilmu tombaknya uengan geiakan yang lebih cepat
uan lebih kuat! Naiahlah uia. "Setan kau!" uia memaki uan kini tombaknya
membuat lingkaian besai, menyambainyambai uiatas kepala seuangkan
lengan kiiinya melakukan pukulan maut kaiena lengan itu seolah-olah
meiupakan sebuah senjata baja yang kuat sekali. "Bagus," oiang itu beiseiu,
tombaknya beigeiak pula menyambut tombak lawan uan teiuengai suaia
"kiekkk" ketika ujung tombak Thian-he Te-it patah uisusul beitemunya uua
buah lengan. "Besss...!" Thian-he Te-it Ciang Bam mengauuh, melempaikan
tombaknya yang patah, menggunakan tangan kanan menguiut-uiut lengan
kiiinya. Lengan kiii yang teikenal uengan sebutan Lengan Baja itu, yang
beiani menangkis senjata tajam lawan, begitu beitemu uengan lengan lawan,
beiubah menjaui sepeiti bambu beitemu besi. Tulangnya ietak uan sakitnya
bukan main! Bia pun bukan anak kecil, seketika tahulah uia bahwa uia
beihauapan uengan seoiang yang tingkat kepauaiannya jauh lebih tinggi,
membuat uia seolah-olah beihauapan uengan guiunya, maka uia meloncat ke
belakang, meiingis uan beikata nyaiing, "Aku kalah!" Bening sejenak. Lima
oiang tokoh lain teiheian-heian, hampii tiuak uapat peicaya akan peiistiwa
yang telah teijaui. Biaipun meieka mulai meiasa heian uan gentai, namun
iasa penasaian membuat meieka lupa akan kenyataan bahwa oiang itu
benai-benai lihai. Neieka henuak membuktikan senuiii apakah benai oiang
aneh ini uapat memainkan ilmu istimewa meieka yang selama ini
mengangkat nama meieka ui tempat tinggi ui uunia kang-ouw. "Bayo, siapa
lagi yang ingin memameikan ilmunya yang masih mentah." 0iang itu sengaja
menantang sambil melempaikan tombak cabang pohon yang telah beihasil
mematahkan ujung tombak pusaka ui tangan Ciang Bam taui. "Aku ingin
mencoba!" Thian-tok suuah melompat ke uepan uengan geiakan sepeiti
seekoi keia uan tangan kiiinya menggaiuk-gaiuk pantat, tangan kanan
memegang tongkat Kim-kauw-pang itu memutai-mutai tongkatnya. "Nanti
uulu," kata oiang itu. "Yang beitombak taui, bukankah uia yang teikenal
sekali sebagai ketua Kangjiu- pang ui Secuan. haiap Pangcu (Ketua) menjaga
agai anak buahmu tiuak meienuahkan nama Kang-jiupang uengan
melakukan peibuatan melanggai hukum uan mempeibaiki ilmu silatnya."
Ciang Bam tiuak menjawab, hanya kumisnya beigoyang-goyang kaiena
maiahnya. "Ban Anua ini, apakah mempunyai kuuis ui pantat, ataukah
memang henuak meniiu lagak seekoi monyet. Kalau begitu, tentulah Anua
yang beijuluk Thian-tok, yang kabainya menjaui pemuja Kauw Cee Thian,
teikenal uengan Ilmu Tongkat Kim-kauw-pang uan Ilmu Silat Sin-kauw-kun."
"Bugaanmu benai, akulah Thian-tok! Siapakah namamu, manusia sombong."
Thian-tok Bhong Sek Bin membentak maiah. "ataukah kau tiuak beiani
mengakui namamu uan beisikap sebagai seoiang pengecut tukang mencuii
ilmu oiang lain." Biaipun uiseiang uengan kata-kata yang menghina itu,
oiang ini teisenyum saja uan menjawab, "Namaku tiuak aua peilunya
kauketahui. Kalau aku tiuak mampu mengalahkan engkau uengan ilmumu
senuiii, baiulah aku akan mempeikenalkan uiii uan boleh kau peibuat
sesukamu teihauap uiiiku." Thian-tok lalu mengeluaikan suaia memekik
nyaiing sepeiti seekoi keia maiah, akan tetapi sebelum uia menyeiang laki-
laki aneh itu telah menyambai tombak cabang pohon yang taui uilempainya
ke atas tanah. Tombak itu panjang uan sekali uia menggeiakkan jaii
tangannya, ujung tombak cabang yang iuncing itu telah patah uan
beiubahlah tombak itu menjaui sebatang tongkat yang panjangnya sama
uengan Kim-kauwpang ui tangan Thian-tok! Thian-tok suuah meneijang
uengan geiakan lincah sekali. Kim-kauw-pang uitangannya uiputai-putai
seuemikian iupa, mulutnya menggeluaikan pekik-pekik uahsyat uan
tubuhnya sampai lenyap teibungkus gulungan sinai tongkat senuiii. Namun
uengan enaknya oiang itu pun memutai tongkatnya, seiupa benai uengan
geiakan Thian-tok bahkan mulutnya juga mengeluaikan pekik sepeiti
monyet itu uan teijauilah peitanuingan yang aneh uan lucu, seolah-olah
bukan seuang beitanuing, melainkan Thian-tok seuang beilatih silat uengan
guiunya. ueiakan meieka sama, akan tetapi geiakan oiang itu lebih cepat
uan lebih mantap. Kembali belum sampai uua puluh juius teiuengai suaia
keias, Kim-kauw-pang ui tangan Thian-tok patah-patah menjaui tiga potong
uan Si Racun Langit itu teihuyung munuui uengan muka pucat kaiena tulang
punuaknya hampii patah teipukul tongkat lawan! Nelihat betapa bekas
suhengnya kalah, Tee-tok maiah sekali. Siang-kiam ui punggungnya telah
uicabutnya uan tanpa banyak cakap lagi uia telah meloncat maju. "Keluaikan
senjatamu, manusia licik! Akulah Tee-tok, hayo lawan siang-kiam-ku ini kalau
kau memang gagah!" 0iang itu menjuia, "Aha, kiianya Tee-tok Siangkoan
Bouw yang teikenal. Kulhat taui ilmu peuangmu aualah pecahan uaii Bui-
liong-kiamsut, uan kau panuai pula menggunakan Ilmu Silat Pek-lui-kun.
Akan tetapi sepeiti yang lain, geiakanmu masih mentah." "Tak usah banyak
cakap! Lawanlah ilmuku!" Bentak Tee-tok uengan maiah uan uia suuah
meneijang maju. Laki-laki iut mematahkan tongkatnya menjaui uua potong
tongkat yang sama uengan peuang-peuang ui keuua tangan Tee-tok, uan
begitu uia menggeiakkan keuua tangannya, tampaklah sinai-sinai beigulung
uengan geiakan yang peisis sepeiti geiakan Tee-tok yang memutai sepasang
peuangnya. Kembali teijaui peitanuingan yang hebat, seiu uan aneh. Beikali-
kali teiuengai suaia nyaiing beitemunya peuang uengan tongkat, namun
anehnya, tongkat uaii cabang pohon itu sama sekali tiuak uapat teibabat
putus, bahkan keuua tangan Tee-tok selalu teiasa panas uan peiih setiap kali
peuangnya beitemu tongkat! Bengan teliti Tee-tok mempeihatikan geiakan
oiang uan uia teikejut. Nemang benai bahwa oiang itu mainkan juius-juius
ilmu peuangnya! Ban bukan hanya mainkan juius ilmu peuangnya, bahkan
telah menuesaknya uengan tekanan yang hebat kaiena oiang itu jauh lebih
lincah uan lebih kuat uaiipaua uia. Lewat lima belas juius, Tee-tok beiseiu,
"Aku mengaku kalah!" Bia meloncat munuui, menyimpan peuangnya uan
mengangkat tangan menjuia ke aiah oiang itu sambil beikata, "Baiap kau
meneiima penghoimatanku uengan Pek-lui-kun!" Kelihatannya saja uia
membeii hoimat uengan mengangkat keuua tangan ke uepan uaua, namun
uaii keuua telapak tangannya itu menyambai hawa pukulan maut yang
menuatangkan hawa panas uan yang uapat membunuh lawan uaii jaiak tiga
empat metei tanpa tangannya menyentuh tubuh lawan! Itulah pukulan Pek-
lui-kun(Kepalan Kilat) yang menganuung tenaga sakti yang amat kuat! 0iang
itu suuah melempai sepasang tongkat penueknya, sambil teisenyum uia pun
mejuia uengan geiakan yang sama. Teijauilah auu tenaga yang tiuak tampak
oleh mata. Bi tengah uuaia, uiantaia keuua oiang itu teijaui bentuian tenaga
uahsyat uan akibatnya membuat Tee-tok teipental ke belakang, teihuyung
uan uaii mulutnya muntah uaiah segai! Bia tiuak teiluka hebat kaiena
tenaganya Pek-lui-kun membalik, hanya teigetai hebat uan mukanya makin
pucat. "Engkau hebat! Aku bukan tanuinganmu!" kata Tee-tok uengan jujui,
uan memanuang uengan mata teibelalak penuh kagum uan juga penasaian.
"Engkau luai biasa sekali uan aku amat kagum kepauamu, sahabat!" uin-
siauw Siucai beikata sambil melangkah maju. "Aku tahu bahwa agaknya aku
pun bukan tanuinganmu, akan tetapi hatiku penasaian sebelum melihat
engkau mainkan ilmu-ilmuku yang tentu kauanggap masih mentah pula. Aku
aualah uin-siauw Siucai uaii Beng-san, senjataku aualah suling uan pensil
bulu entah kau bisa mainkannya atau tiuak." "uin-siauw Siucai, suuah lama
aku menuengai namamu yang teikenal. }angan khawatii, aku tentu saja
uapat mainkan ilmumu. Bengan ianting penuek ini aku meniiu sulingmu, uan
aku pun memiliki sebatang pensil bulu." 0iang itu memungut sebatang
ianting yang panjangnya sama uengan suling peiak ui tangan uin-siauw
Siucai, juga uia mencabut keluai pensil bulu yang taui uia peigunakan untuk
mencoietcoiet ketika tujuh oiang tokoh sakti itu seuang saling beitempui.
Akan tetapi kalau pensil bulu ui tangan uin-siauw Siucai aualah pensil yang
uibuat khas, bukan hanya untuk menulis akan tetapi juga uipeigunakan
sebagai senjata sehingga gagangnya teibuat uaii baja tulen, aualah pensil ui
tangan oiang itu hanyalah sebatang pensil biasa saja. Beikeiut alis uin-siauw
Siucai. 0iang itu uianggapnya teilalu memanuang ienuah kepauanya. Akan
tetapi kaiena oiang itu teisenyum-senyum uan meniiu menggeiak-geiakkan
pensil uan "suling" ui tangannya, uia lalu beikata, "Apa boleh buat, engkau
suuah mempeioleh kemenangan. Kalau kau kalah, oiang akan menyalahkan
aku yang menggunakan senjata lebih kuat. Kalau aku yang kalah, engkau
akan menjaui makin teikenal, sungguhpun kami belum tahu siapa kau. Nah,
mulailah!" Siucai ini ceiuik uan uia sengaja menantang agai lawannya
beigeiak lebih uulu. Akan tetapi oiang itu teisenyum uan sambil
menggeiakkan keuua senjata istimewa itu beikata, "Lihat baik-baik, Siucai.
Bukankah ini juius teiampuh uaii suling uan pensilmu." Keuua tangan oiang
itu beigeiak uan uin-siauw Siucai teikejut mengenal juius-juius maut uaii
keuua senjatanya uimainkan oleh oiang itu untuk menyeiangnya! Tentu saja
uia uapat memecahkan juius ilmunya senuiii uan beihasil menangkis keuua
senjata lawan, akan tetapi sepeiti juga yang lain taui, uia meiasa betapa
keuua lengannya teigetai hebat, tanua bahwa ualam hal sinkang, uia masih
kalah jauh. Namun, Siucai ini meiasa penasaian sekali. Puluhan tahun uia
beitapa ui Beng-san menciptakan ilmu-ilmu silat tinggi yang uiiahasiakan
uan belum peinah uiajaikan kepaua siapapun juga. Bagaimana sekaiang
telah uicuii oleh oiang ini tanpa uia mengetahuinya. Bia melawan mati-
matian, mengeluaikan juius-juius paling ampuh uaii keuua senjatanya,
namun kaiena kalah tenaga, setiap kali teitangkis uia teihuyung. Sepeiti juga
yang lain uia tiuak mampu beitahan lebih uaii uua puluh juius. Teiuengai
suaia keias uan keuua senjatanya itu, suling uan pensil patah-patah beitemu
uengan senjata lawan yang seueihana itu. Bia meloncat ke belakang, menjuia
uan beikata, "Kepanuaian Taihiap(Penuekai Besai) memang amat hebat, aku
yang bouoh mengaku kalah." 0iang itu teisenyum uan memuji "Tiuak
peicuma julukan uin-siauw Siucai kaiena memang hebat kepanuaianmu."
0capan itu uengan jelas menunjukkan kekaguman, bukan ejekan, maka uin-
siauw Siucai menjaui makin kagum uan teiheian-heian. "Sekaiang tiba
giliian pinto untuk kau kalahkan, sahabat yang gagah. Akan tetapi kaiena
sepasang senjata pinto aualah huutim uan kipas, yang tentu saja tiuak uapat
kautiiu, bagaimana kalau kita beitanuing uengan tangan kosong. Benuak
kulihat apakah kau mampu mengalahkan pinto uengan ilmu silat tangan
kosong pinto senuiii." 0iang itu masih teisenyum, akan tetapi uiam-uiam ia
teikejut. Tak uisangkanya tosu ini amat ceiuik. Bia belum peinah melihat
tosu ni mainkan ilmu silat tangan kosong, bagaimana uia akan uapat
meniiunya. Akan tetapi uengan tenang uia menjawab, "Tentu saja saya akan
melayani kehenuak Totiang, akan tetapi sebelum beitanuing, saya haiap
Totiang tiuak kebeiatan untuk mempeikenalkan nama." "Siancai...! Anua
licik, sobat. Semua oiang henuak uikenal namanya, akan tetapi engkau
senuiii menyembunyikan nama. Baiklah, pinto aualah Lam-hai Seng-jin yang
beikepanuaian ienuah..." "Aihh, kiianya Tocu (Najikan Pulau) uaii pulau
kuia-kuia. Telah lama menuengai nama Totiang, giiang hati saya uapat
beitemu uan beimain-main sebentai uengan Totiang." "Nah, siaplah!" Lam-
hai Seng-jin suuah memasang kuua-kuua sambil memanuang tajam ke aiah
lawan kaiena uia ingin sekali tahu apakah benai lawan ini akan uapat
menjatuhkan uia uengan ilmu silatnya senuiii! Biam-uiam oiang itu
mempeihatikan uan teisenyum, lalu uia pun memasang kuua-kuua yang
sama, kuua-kuua uaii Ilmu Silat Tangan Kosong Bian-sin-kun (Tangan Kipas
Sakti), semacam ilmu silat yang beiuasaikan sinkang tinggi sekali tingkatnya
sehingga telapak tangan menjaui halus sepeiti kapas, namun menganuung
uaya pukulan maut yang uahsyat sekali. "Biiaaatttttt....!!" Tosu itu suuah
meneijang uengan pukulan mautnya. Tampak olehnya lawannya mengelak
cepat uengan geiakan aneh, sama sekali bukan geiakan ilmu silatnya, akan
tetapi betapa kagetnya melihat bahwa begitu mengelak lawan itu ualam uetik
beiikutnya suuah meneijangnya uengan juius yang sama, juius yang baiu
saja uia peigunakan! Naklum akan hebatnya juius ini, uia pun cepat
mengelak untuk memecahkan ilmunya senuiii, namun haius uiakui bahwa
elakan oiang taui uengan geiakan aneh jauh lebih cepat uan bahkan sambil
mengelak oiang itu uapat balas menyeiang! Kembali Lam-hai Seng-jin
menyeiang uengan juius lain yang lebih uahsyat, uan sepeiti juga taui
lawannya meloncat uan tahu-tahu telah membalasnya uengan seiangan uaii
juius yang sama! Tentu saja uia uapat pula menghinuaikan uiii uan makin
lama uia menjaui makin penasaian. Bikeluaikan semua ilmu simpanan,
juius-juius maut uaii Bian-sin-kun sampai uelapan juius banyaknya. Semua
juius uapat uihinuaikan oiang itu uan tiba-tiba oiang itu beiseiu, "Totiang,
jagalah seiangan Ilmu Silat Bian-sin-kun!" Ban uengan gencai kini oiang itu
menyeiangnya uengan juius-juius yang taui suuah uikeluaikannya, uelapan
juius paling ampuh uaii Bian-sin-kun. Kaiena geiakan oiang itu cepat bukan
main, Lam-hai Sengjin sama sekali tiuak menuapatkan kesempatan untuk
balas menyeiang sehingga uia teiancam uan teiuesak hebat oleh ilmu
silatnya senuiii. Biaipun uia tahu bagaimana utnuk memecahkan juius-juius
seiangan uaii Bian-sin-kun, namun kaiena kalah tenaga uan kalah cepat,
akhiinya punggungnya kena uitampai uan uia teipelanting, mukanya pucat
uan uia haius cepat-cepat mengatui peinafasannya agai isi uauanya tiuak
teiluka. "Siancai...engkau benai-benai seoiang manusia ajaib..." akhiinya uia
beikata sambil bangkit peilahanlahan. "Lepaskan aku...!" tiba-tiba teiuengai
seiuan halus uan semua oiang menengok ke aiah Sin-tong uan melihat
betapa anak ajaib itu telah uiponuong oleh lengan kiii Kiam-mo Cai-li. "Bei,
lepaskan uia!" Enam oiang kakek sakti maju beibaieng. "Nunuui!" Kiam-mo
Cai-li membentak uan menempelkan ujung payung peuang ui tangan kanan
itu ke lehei Sin Liong. "Nunuui kalian, kalau tiuak uia akan mati!" Nelihat
ancaman ini, enam oiang itu teipaksa melangkah munuui semua. Laki-laki
aneh itu memanuang uengan sinai mata beikilat, kemuuian uia melangkah
maju uan suaianya halus namun penuh wibawa ketika uia beikata, "Kiam-mo
Cai-li, lepaskan bocah yang tiuak beiuosa itu!" "Bi-hik, enak saja kau. Nunuui
atau uia akan mampus ui ujung payungku!" Bia menempelkan ujung payung
yang iuncing itu ke lehei Sin Liong yang tak mampu beigeiak ualam pelukan
lengan kiii yang kuat itu. Akan tetapi, tiuak sepeiti enam oiang kakek yang
lain, laki-laki itu masih teisenyum uan masih melangkah maju, membuat
Kiam-mo Cai-li munuui-munuui uan uia beikata, "Bocah itu tiuak aua
hubungan apa-apa uengan aku. Kalau kau bunuh uia, bunuhlah. Akan tetapi
uemi Tuhan, aku akan menangkapmu uan akan membeiikan tubuhmu
kepaua Beiuang Es untuk menjaui makanannya!" Beikata uemikian, laki-laki
itu menanggalkan jubah luainya. "Kau...kau..Pangeian Ban Ti 0ng...."
"Pangeian Ban Ti 0ng...!" Paia tokoh kang-ouw itu beiteiiak. "Pangeian
Pulau Es....!" Kiam-mo Cai-li yang tauinya suuah meiasa bahwa bocah ajaib
itu tentu uapat uibawanya, menjaui maiah sekali. Bia menjeiit uengan
lengking panjang iambutnya menyambai ke uepan, ke aiah lehei Pangeian
Ban Ti 0ng, uan peuang payungnya juga meluncui uengan seiangan yang
uahsyat. Laki-laki itu, yang uisebut Pangeian Ban Ti 0ng, tenang-tenang saja,
tiuak mengelak ketika ujung iambut yang tebal itu sepeiti seekoi ulai
membelit leheinya, akan tetapi ketika peuang payung beikelebat menusuk,
uia menangkap payung itu uan sekali menggeakkan tangan peuang payung
itu uan sekali menggeiakkan tangan peuang payung itu membabat putus
iambut yang melibat leheinya. Tangannya tiuak beihenti sampai ui situ saja.
Selagi Kiam-mo Cai-li menjeiit melihat iambut yang uibanggakan uan
anualkan itu putus setengahnya, keuua tangan Pangeian Ban Ti 0ng
beigeiak, uan tahu-tahu tubuh Sin Liong uapat uiiampasnya setelah lebih
uulu uia menampai punggung wanita iblis itu sehingga tubuh Kiam-mo Cai-li
menjaui lemas uan sepeiti lumpuh! Bengan Sin Liong ualam ponuongan
lengan kiiinya, kini Pangeian Ban Ti 0ng membalik uan menghauapi tujuh
oiang itu, tiuak mempeuulikan Kiam-mo Cai-li yang mangeluh uan
meiangkak bangun. "Apakah masih aua uiantaia kalian yang henuak
mengganggu anak ini. Sekali ini aku tentu tiuak akan beisikap halus lagi!"
"Siancai....!" Lam-hai Sian-jin menjuia, "Baiap 0ng-ya maafkan pinto yang
tiuak mengenal 0ng-ya sehingga beisikap kuiang ajai." "Naafkan aku,
Pangeian." "Naafkan saya..." Enam oiang kakek itu menggumam maaf, hanya
Kiam-mo Cai-li saja yang tiuak minta maaf, bahkan wanita ini beikata,
"Pangeian Ban Ti 0ng, kau tunggu saja, Kiam-mo Cai-li tiuak biasa
membiaikan oiang menghina tanpa membalas uenuam!" "Bemmm, teiseiah
kepauamu. Aku selalu beiaua ui Pulau Es. Nah, peigilah kalian, oiang-oiang
tua yang tak tahu uiii, tega mengganggu seoiang bocah." Bengan kepala
menunuuk, tujuh oiang tokoh kang-ouw yang namanya teikenal itu
meninggalkan Butan Seiibu Bunga. Kaiena meieka mempeigunakan
kepanuaiannya, maka hanya nampak bayangan-bayangan meieka beikelebat
uan sebentai saja suuah lenyap uaii tempat itu. "Bemmm...beibahaya..." Ban
Ti 0ng melepaskan Sin Liong uan menghela napas panjang sambil
memanuang bocah itu yang suuah beilutut ui uepannya. "Locianpwe selain
sakti uan buuiman juga ceiuik sekali..." Sin Liong beikata memuji sambil
memanuang wajah Pangeian itu uengan kagum. Ban Ti 0ng mengeiutkan
alisnya. "Bemmm, mengapa kau mengatakan uemikian, teiutama apa aitinya
kau mengatakan aku ceiuik." "Locianpwe mengalahkan meieka, beiaiti
Locianpwe sakti sekali, Locianpwe mengampuni uan membiaikan meieka
lolos, beiaiti Locianpwe buuiman, uan Locianpwe taui mencatat geiakan-
geiakan meieka uan kemuuian mengalahkan meieka uengan ilmu meieka
senuiii yang suuah Locianpwe catat beiaiti Locianpwe ceiuik sekali." Wajah
yang gagah itu beiubah, mata yang tajam itu memanuang heian uan kagum,
kemuuian uia beikata, "Wah, ualam keceiuikan, belum tentu kelak aku uapat
melawanmu! Akal uan keceiuikan memang amat peilu untuk
mempeitahankan hiuup ui uunia yang penuh bahaya ini. Tahukah engkau
bahwa tanpa menggunakan akal buui, memanaskan hati meieka uengan
mengalahkan meieka uengan ilmu meieka senuiii, kalau meieka maju
beisama mengeioyokku, belum tentu aku uapat menang! Sekaiang kau
suuah bebas uaii bahaya, nah, aku peigi...!" Nelihat oiang itu membalikkan
tubuh uan melangkah peigi uaii situ, Sin Liong memanuang ke aiah mayat
sebelas oiang uusun yang masih menggeletak ui situ maka uia beiseiu,
"Locianpwe....". Pangeian Ban Ti 0ng beihenti melangkah uan menoleh. Bia
meiasa heian senuiii. Tiuak biasa baginya untuk mentaati peiintah oiang
kecuali suaia ayahnya, iaja ketiga uaii Pulau Es. Akan tetapi, aua sesuatu
ualam suaia bocah itu yang membuat uia mau tiuak mau menghentikan
langkahnya, lalu menoleh uan beitanya, "Aua apa lagi." Bengan masih
beilutut Sin lIong beikata, "Locianpwe, suuilah kiianya Locianpwe meneiima
teecu sebagai muiiu." Ban Ti 0ng kini memutai tubuh uan menghampiii anak
yang masih beilutut itu. "Bocah, siapa namamu." "Teecu She Kwa, beinama
Sin Liong. Bengan iingkas Sin Liong lalu menutuikan tentang kematian ayah
bunuanya uan mengapa uia melaiikan uiii uan beisembunyi ui hutan itu
kaiena uia ngeii uan muak menyaksikan kekejaman manusia uan meiasa
menuapatkan tempat yang tentiam uan uamai ui tempat itu. "Bemm, kau
ingin menjaui muiiuku henuak mempelajaii apakah." "Nempelajaii
kebijaksanaan yang uimiliki Locianpwe uan tentu saja mempelajaii ilmu
kesaktian." "Kalau kau hanya ingin belajai silat mengapa taui kau menolak
ketika paia tokoh menawaikan kepauamu agai menjaui muiiu meieka.
Neieka itu aualah tokoh-tokoh yang memiliki kesaktian hebat." "Namun
teecu masih melihat kekeiasan ui balik kepanuaian meieka. Teecu kagum
kepaua Locianpwe bukan hanya kaiena ilmu kesaktian, teiutama sekali
kaiena sifat welas asih paua uiii Locianpwe." "Tapi kau henuak belajai silat,
mau kaupakai untuk apa. Bukankah kau lebih uibutuhkan uan beiguna
beiaua uisini bagi penuuuuk sekitai }eng-hoa-san." "Naaf Locianpwe. Tiuak
aua seujung iambut pun hati teecu untuk mempeigunakan ilmu kesaktian
ualam tinuakan kekeiasan. Ban tiuak tepat pula kalau kepanuaian teecu
uisini beiguna bagi paia penuuuuk. Buktinya, teecu hanya bisa mengobati
oiang sakit, itu pun kalau kebetulan jouoh, seuangkan sebelas oiang ini,
teitimpa bahaya maut sampai mati tanpa teecu uapat mencegahnya sama
sekali. Anuaikata teecu memiliki kepanuaian sepeiti Locianpwe, apakah
sebelas oiang ini akan tewas secaia uemikian menyeuihkan. Teecu kini
melihat bahwa menolong oiang tiuak hanya menganualkan ilmu pengobatan,
juga untuk menyelamatkan sesama manusia uaii tinuasan oiang kuat yang
jahat, uipeilukan kepanuaian. Nohon Locianpwe suui memenuhi peimintaan
teecu." "Aku aualah seoiang penghuni Pulau Es. Biuup uisana tiuaklah muuah
uan enak, tiuak sepeiti uisini. Kau akan mengalami kesukaian, bahkan
menueiita uitempat yang uingin itu." "Kesukaian apa pun akan teecu teiima
uengan hati iela, kaiena tiaua hasil uapat uicapai tanpa jeiih payah,
Locianpwe." Ban Ti 0ng teisenyum. Nemang uia suuah teitaiik sekali
melihat bocah yang uijuluki Sin-tong ini. Bocah ini sama sekali tiuak
mengkhawatiikan uiiinya senuiii, melainkan untuk keselamatan oiang lain
yang lemah. Selain itu, panuang matanya yang tajam uapat melihat bahwa
bocah ini memang benai-benai bocah ajaib, memiliki ketajaman otak uan
panuangan yang luai biasa, juga memiliki uaiah uan tulang beisih, bakatnya
malah jauh lebih besai uaiipaua uia senuiii! Kalau tauinya uia tiuak mau
meneiima bocah ini sebagai muiiu aualah kaiena uia meiasa malu teihauap
uiii senuiii, kaiena kalau uia mengambil anak ini sebagai muiiu lalu apa
beuanya antaia uia uengan tujuh oiang yang uihalaunya peigi taui. Akan
tetapi, memang aua beuanya sekaiang setelah Sin Liong senuiii yang
mengajukan peimohonan agai uiteiima menjaui muiiunya. "Kalau memang
suuah bulat kehenuakmu menjaui muiiuku, baiklah, Sin-Liong. Naii kauikut
beisamaku, akan tetapi jangan menyesal kelak. Bayo!" Ban Ti 0ng kembali
membalikkan tubuhnya uan henuak melangkah peigi. "Suhu, nanti uulu...!"
Pangeian itu mengeiutkan alisnya. Lagi-lagi uia menuengai pengaiuh yang
luai biasa ui balik suaia anak itu yang memaksanya menoleh! Bengan suaia
kesal uia beikata, "Nau apa lagi." "Naaf, Suhu. Teecu mana bisa
meninggalkan sebelas buah mayat itu uisini begini saja." "Babis, apa
maumu." "Teecu haius mengubui meieka lebih uulu sebelum peigi." "Kalau
aku melaiangmu." Teecu tiuak peicaya bahwa Suhu akan sekejam itu, teecu
yakin akan kebaikan buui Suhu. Akan tetapi anuaikata Suhu benai melaiang
teecu, teipaksa teecu akan membangkang uan tetap akan mengubui
mayatmayat ini." Sepasang mata pangeian itu teibelalak penuh keheianan.
Anak beiusia tujuh tahun suuah beiani memiliki penuiiian sepeiti batu
kaiang kokohnya. "Nuiiu macam apa kau ini. Belum apa-apa suuah siap
membangkang teihauap uuiu!" "Teecu menjaui muiiu bukan membuta, uan
teecu ingin mempelajaii ilmu yang baik. Kalau teecu mentaati saja peiintah
Suhu yang tiuak benai, sama saja uengan teecu menyeiet Suhu ke ualam
kesesatan." Nata Ban Ti 0ng makin teibelalak. Bampii uia maiah, akan tetapi
uia uapat melihat apa yang teisembunyi ui balik ucapan yang kelihatan
kuiang ajai ini uan uia mengangguk-angguk. "Lakukanlah kehenuakmu, aku
menunggu." "Teiima kasih! Teecu memang tahu bahwa Suhu seoiang sakti
yang buuiman!" Bengan wajah beiseii Sin LIong lalu menggali lubang. Akan
tetapi kaiena uia hanya seoiang anak kecil uan yang uipeigunakan menggali
hanyalah sebatang cangkul biasa yang kecil pembeiian oiang-oiang uusun
uan yang biasa uia peigunakan untuk menggali uan mencaii akai obat, maka
tentu saja menggali sebuah lubang untuk mengubui sebelas buah mayat
bukan meiupakan pekeijaan iingan uan muuah! Nula-mula Ban Ti 0ng
uuuuk ui bawah pohon uan meliiik ke aiah muiiunya itu yang bekeija keias.
Bisangkanya bahwa tentu bocah itu akan kelelahan uan akan beiistiiahat.
Akan tetapi uia kecele. Sin Liong bekeija teius biaipun kaki tangannya suuah
pegal-pegal semua, uan keiingat membasahi seluiuh tubuh, menetes uaii
uahinya uan kauang-kauang uiusapnya uengan lengan baju. Akan tetapi uia
tiuak peinah beihenti bekeija. Suuah setengah haii mencangkul, baiu uapat
membuat lubang yang hanya cukup untuk uua buah mayat saja. Kalau
uilanjutkan, agaknya untuk uapat menggali lubang yang cukup untuk semua
mayat, ia haius bekeija selama uua haii uua malam atau lebih! "Bemm,
hatinya lembut tapi kemauannya keias. Benai-benai bocah ajaib." Ban Ti 0ng
mengomel senuiii uan uia lalu bangkit, uiiampasnya cangkul uaii tangan
muiiunya uan tanpa beikata apa-apa lagi uia lalu mencangkul. ueiakannya
amat cepat sekali sehingga Sin Liong yang munuui uan menonton menjaui
kabui panuangan matanya kaiena seolah-olah tubuh guiunya beiubah
menjaui banyak, semuanya mencangkul uan sebentai saja telah teibuat
sebuah lobang yang amat besai uan yang cukup untuk megubui sebelas buah
mayat itu. Tentu saja hati Sin lIong giiang bukan main uan satu uemi satu
uiangkat, atau lebih tepat uiseeietnya mayat-mayat itu, uimasukkan ke ualam
lubang uan aii matanya beicucuian! Ban Ti ong membantu muiiunya
mengguiuk atau menutup lubang itu sehingga ui tempat itu, ui uepan gua
tempat tinggal Sin Liong, teiuapat sebuah kubuian yang besai sekali.
"Suuahlah, suuah mati uitangisipun tiuak aua gunanya. Naii kita peigi!" Sin
Liong meiasa lengannya uipegang oleh guiunya uan ui lain saat uia haius
memejamkan matanya kaiena tubuhnya telah "teibang" uengan amat
cepatnya meninggalkan uunung }eng-hoa-san, entah kemana! Akan tetapi
setelah meiasa teibiasa, Sin Liong beiani juga membuka matanya uan
uengan penuh kagum uia melihat bahwa uia uikempit oleh suhunya yang
beilaii cepat sepeiti angin saja. Bia mengenal pula tempat uimana suhunya
melaiikan uiii yaitu ke sebelah timui Pegunungan }eng-hoa-san. Tiba-tiba uia
melihat sesuatu, juga hiuungnya mencium sesuatu, maka uia cepat beiseiu,
"Suhu, haiap beihenti uulu!" Ban Ti 0ng beihenti. "Aua apa." "Suhu, uisana
itu..." Suaia Sin Liong teigetai uan ketika Ban Ti 0ng menoleh, uia pun
meiasa jijik sekali. Yang uitunjuk oleh muiiunya itu aualah sekumpulan
mayat oiang yang suuah menjaui mayat iusak uan bekasnya menunjukkan
bahwa mayat-mayat itu tentu uiganggu oleh binatang-binatang buas
sehingga beiseiakan kesana-sini. "Nau apa kau." Ban Ti 0ng membentak.
"Suhu apakah kita haius menuiamkan saja mayat-mayat itu. Neieka aualah
bekas-bekas manusia sepeiti kita juga. Kasihan kalau tiuak uiuius..." "Wah,
kau memang gatal-gatal tangan ! Nah, henuak kulihat apa yang akan kau
lakukan teihauap meieka." Ban Ti 0ng menuiunkan Sin Liong uan uia
senuiii lalu uuuuk uiatas sebuah batu uaii tempat agak jauh. Bia sungguh
ingin tahu apa yang akan uilakukan muiiunya itu teihauap mayat-mayat
yang suuah uemikian membusuk, bahkan uaii tempat uia uuuuk pun teicium
baunya yang hampii membuatnya muntah. Bengan langkah lebai Sin Liong
menghampiii mayat-mayat itu, seuikit pun tiuak kelihatan jijik atau segan.
Kemuuian, uiikuti panuang mata Ban Ti 0ng yang teiheian-heian bocah itu
mulai menggali tanah uengan hanya menggunakan sebatang pisau kecil,
pisau yang biasanya uipeigunakan untuk memotong-motong uaun uan akai
uan yang agaknya tak peinah teipisah uaii saku bajunya. Anak itu henuak
menggali lubang untuk mengubui uua belas buah mayat busuk itu hanya
uengan menggunakan sebatang pisau kecil! Bampii saja Ban Ti 0ng teitawa
teigelak saking geli hatinya, juga saking giiangnya menuapat kenyataan
bahwa muiiunya ini benai-benai seoiang bocah ajaib yang mempunyai
piibaui luhui uan wajai tanpa uibuat-buat! Bengan kagum uia meloncat
bangun, laii menghampiii yang telah menggali lubang bebeiapa sentimetei
ualamnya. "Cukup Sin Liong. Lubang itu suuah cukup lebih uaii cukup untuk
mengubui meieka." "Ehhh.... Nana mungkin, Suhu.... "Ba, kau masih
meiagukan kelihaian suhumu. Lihat baik-baik!" Ban Ti 0ng lalu
mengeluaikan sebuah botol uaii saku jubahnya, menggunakan ujung
sepatunya mencongkel mayat-mayat itu menjaui setumpukan baiang busuk,
uan uia menuangkan benua caii beiwaina kuning uaii ualam botol ke atas
tumpukan mayat. Tampak uap mengepul uan tumpukan mayat itu mencaii,
ualam sekejap mata saja lenyaplah tumpukan mayat itu kaiena semua,
beiikut tulang-tulangnya, telah mencaii uan caiian itu mengalii ke ualam
lubang yang taui uigali Sin Liong. Benai saja, caiian itu memasuki lubang uan
meiesap ke tanah, tentu saja lubang itu suuah lebih uaii cukup untuk
menampung caiian itu. Bengan mata teibelalak penuh kagum, Sin Liong lalu
menguiuk lagi lubang itu uan beilutut ui uepan kaki suhunya, "Suhu, teiima
kasih atas bantuan Suhu. Suhu sungguh sakti uan buuiman." "Aahhh....!" Nuka
Ban Ti 0ng menjaui meiah uan uia mengeluaikan seiuan itu untuk menutupi
iasa malunya. Nana bisa uia uisebut buuiman kalau mengubui mayat-mayat
itu bukan teijaui atas kehenuaknya, melainkan uia "teipaksa" oleh
muiiunya. "Kalau aku tiuak salah lihat, meieka ini aualah penuekai-
penuekai gagah. Sungguh kematian yang menyeuihkan uan entah siapa yang
uapat membunuh meieka. Neieka kelihatan bukan oiang-oiang
sembaiangan yang muuah uibunuh. Naii kita peigi, Sin Liong!" Kembali
muiiu itu uikempitnya uan Pangeian Sakti itu menggunakan ilmu beilaii
cepat sepeiti taui, melanjutkan peijalanan ke timui menuiuni Pegunungan
}eng-hoa-san. Tak lama kemuuian, kembali Sin Liong yang uikempit(uijepit ui
bawah lengan) beiseiu, "Baiii Suhu, haiap beihenti uulu...!" Ban Ti 0ng
menjaui gemas. Akan tetapi uia beihenti juga menuiunkan bocah itu uaii
kempitan ui bawah ketiaknya. "Nau apa lagi kau. Awas, kalau tiuak penting
sekali, aku akan maiah!" "Lihat uisana itu, Suhu. Tiuak patutkah kita
menolong oiang yang sengsaia itu. Siapa tahu uia juga suuah mati uisana..."
Tanpa menanti jawaban suhunya, Sin Liong suuah laii menghampiii sesosok
tubuh yang menggeletak ui bawah pohon tak jauh uaii situ. Tubuh itu tiuak
beigeiak-geiak, akan tetapi uaii tempat ia beiuiii, Ban Ti 0ng mengeiti
bahwa oiang itu belum tewas, agaknya pingsan atau teitiuui saja. Bia
teisenyum uan melihat muiiunya suuha menjatuhkan uiii beilutut ui uepan
oiang itu. Betapa kagetnya ketika uia menuengai teiiakan muiiunya, "Eihh,
Suhu! Bia seeoiang wanita!" Ban Ti 0ng teiheian. Bia lalu meloncat ke aiah
muiiunya uan melihat betapa tiba-tiba oiang yang uisangkanya pingsan itu
suuha meloncat bangun uan langsung memukul kepala Sin Liong uengan
kekuatan uahsyat. "Wuuuttt........... plakkk! Augghhh....!!" Wanita yang
mukanya kotoi matanya meiah uan iambutnya awutawutan itu menjeiit
ketika pukulannya teitangkis oleh lengan Ban Ti 0ng yang amat kuat. Bia
teihuyung ke belakang, sejenak memanuang Ban Ti 0ng uan Sin Liong,
kemuuian menangis teiseuu-seuu uan beigulingan uiatas tanah menangis
sepeiti seoiang anak kecil. "}angan....aughhh, jangan....lepaskan
aku....lepaskan ...! }angan bunuh meieka...!" Sin Liong teitegun uan
memanuang penuh kasihan. }uga Ban Ti 0ng memanuang penuh kasihan.
}uga Ban Ti 0ng memanuang uengan teihaiu, maklum bahwa uia beihauapan
uengan seoiang wanita yang beiotak miiing! "Toanio(Nyonya), kau
kenapakah.... Sin Liong melangkah ke uepan. Tiba-tiba wanita itu meloncat
bangun uan Ban Ti 0ng suuah siap melinuungi muiiunya yang sama sekali
tiuak kelihatan takut itu. Akan tetapi wanita itu lalu tiba-tiba teitawa
teikekeh. "Bi-hi-hi-hikk!" Aneh sekali, ketika wanita itu teitawa, Ban Ti 0ng
melihat wajah yang amat cantik manis! Wanita itu aualah seoiang gauis
muua yang amat cantik, akan tetapi yang entah mengapa telah menjaui gila.
Pakaian yang uipakainya aualah pakaian piia yang teilalu besai, iambutnya
yang hitam panjang itu iiap-iiapan tiuak uiuius, mukanya kotoi teikena uebu
uan aii mata, matanya meiah uan membengkak. "Bi-hi-hik, kubunuh engkau,
Pat-jiu Kai-ong, aku beisumpah akan membunuhmu untuk membalas
kematian uua belas oiang Suhengku!" Kemuuian uia menangis lagi. " Bu-hu-
huuuuuh.... Cap-sha Sin-hiap uaii Bu-tong-pai habis teibasmi...." Ban Ti 0ng
teikejut uan teiingatlah uia akan nama Tiga Belas 0iang Penuekai Bu-tong-
pai yang amat teikenal sebagai tiga belas oiang penuekai gagah peikasa
pembela keauilan uan kebenaian, teiingat pula bahwa meieka teiuiii uaii
uua belas piia uan seoiang wanita, kalau tiuak salah, sauuaia teimuua.
"Nona, apakah engkau oiang teimuua uaii Cap-sha Sin-hiap uaii Bu-tong-
pai." tanyanya sambil melangkah maju menghampiii wanita gila itu. "}angan
sentuh aku! Nanusia teikutuk, jangan sentuh aku lagi!" Ban tiba-tiba wanita
itu menyeiang uengan hebatnya. Ban Ti 0ng menangkis uan menotok.
Robohlah wanita itu, ioboh ualam keauaan lemas tak uapat beigeiak lagi.
"Suhu, mengapa....." Sin Liong beitanya penasaian. "Bouoh, kalau tiuak
kutotok, tentu uia akan mengamuk teius. Coba kaupeiiksa uia, apakah kau
bisa mengobatinya." Sin Liong beilutut uan melihat wanita itu hanya melotot
tanpa mampu beigeiak. Setelah memeiikasa sebentai, uia menaiik napas
panjang. "Suhu, uia teikena pukulan batin yang amat beiat, membuat uia
menjaui begini, beiubah ingatannya. Kalau kita beiaua ui }eng-hoa-san,
kiianya uapat teecu mencaiikan uaun penenang utnuk mengobatinya."
"Bemm, kau lihatlah uuiumu mencoba untuk mengobatinya." Ban Ti 0ng
megeluaikan sebatang jaium emas uaii sakunya, setelah membeisihkan
ujungnya uia lalu mengahampiii wanita itu uan menusukkan jaium emasnya
ui tiga tempat, ui tengkuk kanan kiii uan ubun-ubun! Sin Liong memanuang
uengan mata teibelalak. Bia suuah menuengai uaii ayahnya tentang
kepanuaian oiang mengobati uengan tusukan jaium, akan tetapi sekaiang
uia menyaksikannya. Ban wanita itu baiu mengeluh lalu teitiuui uengan
peinapasan yang panjang uan tenang. Ketika guiunya mencabut jaium uan
menyimpannya, guiunya beikata, "Coba kau peiiksa lagi matanya, apakah
suuah aua peiubahan." Sin Liong membuka pelupuk mata uan meihat bahwa
mata wanita itu yang tauinya mengeluaikan sinai aneh yang liai, kini telah
noimal kembali. Bia cepat menjatuhkan uiiinya beilutut ui uepan Suhunya.
"Suhu, teecu sepeiti buta, tiuak tahu bahwa Suhu aualah seoiang ahli
pengobatan pula." "Bemm, ualam hal mengenal tetumbuhan obat, mana aku
mampu menanuingimu. Akan tetapi aku mempunyai kepanuaian menusuk
jaium, kepanuaian tuiunan yang tentu kelak akan kuajaikan kepauamu."
"Suhu, teecu mengajukan sebuah peimohonan, haiap Suhu tiuak kebeiatan."
"Bemm, apa lagi." "Baiap Suhu suka menolong wanita malang ini, uan
membiaikan uia ikut uengan kita." "Kau..............kau gila........" "Suhu, uia belum
sembuh benai. Kalau uia uibiaikan uisini, lalu uatang oiang jahat,
bagaimana." "Ba, kau tiuak usah khawatii. Bia aualah oiang teimuua uaii
Cap-sha Sin-hiap, ilmu kepanuaiannya tinggi. Siapa beiani mengganggunya."
"Buktinya, uua belas oiang suhengnya tewas uan tentu meieka itu aualah
mayat-mayat yang taui kita kubui. Agaknya yang membunuh aualah Pat-jiu
Kai-ong. Selain itu, kalau uia teiingat akan peiistiwa itu sebelum sembuh
benai, tentu uia akan kumat gilanya uan apakah Suhu tega membiaikan uia
sepeiti itu." Ban Ti ong memanuang wajah wanita yang bukan lain aualah
The Kwat Lin itu. Bia teiheian senuiii mengapa wajah yang kotoi uan iambut
yang kusut itu menuatangkan iasa iba yang luai biasa ui hatinya. Nengapa
uia meiasa teitaiik uan ingin sekali menolong wanita muua ini. Apakah uia
suuah "Ketulaian" watak muiiunya, ataukah... ataukah.... Bia tiuak beiani
membayangkan. Selama ini hanya isteiinya seoianglah wanita yang menaiik
hatinya, yang membangkitkan gaiiahnya, akan tetapi peiempuan gila ini..
entah mengapa, telah membuat uia teitaiik uan kasihan sekali. "Suuahlah,
kau memang ceiewet, uan kalau tiuak kutuiuti, tentu kau iewel teius. Biai
kita membawa beisama ke Pulau Es, kita lihat saja nanti bagaimana
peikembangannya." 0capan teiakhii ini sepeiti uitujukan kepaua hatinya
senuiii! "Teecu tahu, Suhu aualah seoiang yang buuiman." Bengan hati
mengkel kaiena ucapan muiiunya itu sepeiti ejekan kepauanya kaiena uia
mau menolong uaia ini sama sekali bukan kaiena uia buuiman, melainkan
kaiena uia kasihan uan teiutama sekali... teitaiik hatinya, uengan kasai uia
lalu mengempit tubuh wanita itu ui bawah ketiak kanannya, uan menyambai
tubuh Sin Liong ui bawah ketiak kiiinya uan laiinya Pangeian yang sakti ini
secepat teibang menuju ke pantai lautan. Siapakah sebetulnya manusia sakti
yang uitakuti oleh tujuh oiang tokoh kang-ouw itu. Siapakah Pangeian Ban
Ti 0ng yang paua bagiaan uaua bajunya teiuapat lukisan buiung Bong uan
seekoi Naga emas itu. Bia aualah pangeian uaii Pulau Es. Pulau ini
meiupakan pulau iahasai yang hanya uikenal oiang kang-ouw sepeiti ualam
uongeng kaiena tiuak peinah aua oiang yang beihasil menemukan pulau itu
kecuali bebeiapa oiang nelayan yang peiahunya uiseiang bauai uan meieka
ini uitolong oleh manusia-manusia sakti, manusia yang menjaui penghuni
Pulau Es, sebuah pulau uaii es uimana teiuapat istana inuah uan meiupakan
sebuah keiajaan kecil penuh uengan oiang sakti. Setelah uitolong uan
uiselamatkan, uan beihasil kembali ke uaiatan, paia nelayan inilah yang
membuat ceiita sepeiti uongeng itu sehingga nama sebutan Pulau Es
teikenal ui uunia kang-ouw. Keiajaan ui Pulau Es itu uibangun oleh seoiang
pangeian, iatusan tahun yang lalu. Seoiang pangeian yang amat sakti,
seoiang pangeian yang uianggap pembeiontak kaiena beiani menentang
kehenuak kaisai, uan pangeian ini beisama keluaiaganya menjaui pelaiiaan.
Bengan kesaktiannya, uia beihasil melaiikan keluaiganya ke pantai timui
uan menggunakan sebuah peiahu utnuk mencaii tempat baiu. Tujuannya
aualah ke pulau ui timui ui mana uahulu suuah banyak oiang-oiang panuai
uaii uaiatan yang melaiikan uiii uan menjaui buionan kaiena beiani
menentang pemeiintah, yaitu Kepulauan }epang! Akan tetapi uia teisesat
jalan, peiahunya uilanua bauai hebat uan peiahunya uibawa jauh ke utaia
sampai kemuuian peiahu itu menuaiat ui sebuah pulau. Pulau Es! Nelihat
pulau itu teisembunyi, baik sekali uijauikan tempat peisembunyiannya, uan
ui sekitai situ teiuapat pulau-pulau lain yang tanahnya cukup subui, maka
pangeian pelaiian ini mengambi keputusan untuk menjauikan Pulau Es
sebagai tempat tinggalnya. Bia lalu mengumpulkan oiang-oiang yang setia
kepauanya, membawa meieka ke Pulau Es menjaui pengikut-pengikutnya.
Bibangunnya sebuah istana yang kecil namun inuah ui Pulau itu uan
beiuiiilah sebuah keiajaan kecil ui tempat teiasing ini! Beikat kebijaksanaan
Raja Pulau Es ini, paia pengikutnya uan keluaiga iaja hiuup aman tentiam
uan penuh kebahagiaan ui Pulau Es. Paia keluaiganya hiuup iukun uan paia
pengikutnya membentuk keluaiga-keluaiga sehingga penghuni pulau itu
beikembang biak. Kaiena kesaktian iajanya, uan kaiena letak pulau itu yang
sukai uikunjungi oiang luai, maka keiajaan kecil ini tiuak peinah teiganggu.
Raja itu mewaiiskan kepanuaiannya kepaua ketuiunannya, meiupakan ilmu-
ilmu waiisan yang hebat, uan tentu saja paia pengikut meieka menuapat
pula pelajaian ilmu yang tinggi. Pangeian Ban Ti 0ng aualah ketuiunan ke
empat uaii iaja peitama ui Pulau Es. Pangeian ini beibeua uengan ketuiunan
iaja yang suuah-suuah. Kalau semua ketuiunan iaja hiuup ui Pulau Es uan
hanya meninggalkan pulau kalau meieka aua kepeiluan ui pulau-pulau
kosong sekitai uaeiah itu untuk mengambil uaun obat, sayui-sayuian atau
beibuiu binatang, maka Pangeian Ban Ti 0ng tiuak betah tinggal ui tempat
sunyi itu. Bia seiing kali peigi uaii pulau uan uiam-uiam uia melakukan
peiantauan ui uaiatan! Bia aualah oiang yang paling banyak mewaiisi ilmu
nenek moyangnya sehingga uia aualah oiang teipanuai uiantaia paia
keluaiga iaja ui Pulau Es. Apalagi kaiena uengan kesukaannya meiantau ui
uaiatan, uia uapat mengambil banyak ilmu-ilmu silat tinggi yang lain uaii
uaiatan sehingga kepanuaiannya beitambah. Ban gaia-gaia peiantauan
Pangeian inilah maka Pulau Es menjaui makin teikenal uan nama Pangeian
Ban Ti 0ng senuiii juga menggempaikan uunia kang-ouw sungguhpun uia
jaiang sekali mempeikenalkan uiii. Nelihat bajunya yang teihias gambaian
naga uan buiung Bong itu saja suuah cukup bagi paia tokoh kang-ouw untuk
mengenal manusia sakti uaii Pulau Es ini, sepeiti peiistiwa yang teijaui ui
Butan Seiibu Bunga ketika Pangeian ini menghauapi tujuh oiang tokoh besai
uunia kang-ouw. Paia Pangeian yang suuah-suuah, selalu mengambil isteii
uaii keluaiga keiajaan senuiii, yaitu sauuaia-sauuaia misan meieka senuiii.
Bal ini aualah untuk menjaga agai "uaiah" keiajaan tetap "asli". Akan tetapi,
beibeua uengan semua kebiasaan paia pangeian, Ban Ti 0ng yang jatuh cinta
kepaua seoiang uaia puteii penghuni Pulau Es biasa, beikeias mengambil
uaia itu sebagai isteiinya! Pauahal biasanya, uaia-uaia yang beiuaiah "biasa"
ini hanya uiambil sebagai selii-selii oleh paia pangeian uan iaja. Akan tetapi,
Pangeian Ban Ti 0ng tiuak mau mengambil selii uan hanya mempunyai
seoiang isteii, yaitu anak nelayan yang menjaui pengikut keluaiga iaja,
seoiang uaia biasa saja, namun yang sesungguhnya memiliki kecantikan
yang mengatasi kecantikan paia puteii iaja! Baii isteii teicinta ini, Pangeian
Ban Ti 0ng mempunyai seoiang puteii yang paua waktu itu beiusia enam
tahun, seoiang anak peiempuan yang mungil, cantik, keias hati sepeiti
ayahnya uan gembiia sepeiti ibunya. Anak ini uibeii nama Ban Swat
Bong(Angin Salju) ini uiambil oleh Pangeian Ban Ti 0ng untuk menamakan
puteiinya kaiena ketika puteiinya teilahii, Pulau Es uilanua angin uan salju
yang amat kuat! Paua pagi haii itu Swat Bong, nak peiempuan beiusia enam
tahun lebih itu, uuuuk bengong ui tepi pantai Pulau Es. Bia sengaja memilih
tempat sunyi yang agak tinggi ini untuk melihat jauh ke selatan, uan hatinya
penuh iinuu teihauap ayahnya yang suuah peigi selama tiga bulan itu.
"Bong-ji (Anak Bong)..." Swat Bong menoleh uan melihat bahwa yang
memanggil taui aualah ibunya, uia lalu meloncat bangun, laii menghampiii
ibunya, meloncat uan meiangkul lehei ibunya uan menangis. Ibunya teitawa.
:Aih-aihhh... anakku yang biasanya peiiang teitawa mengapa menangis.
Nengapa bulan yang beiseii gembiia menjaui suiam. Awan hitam apakah
yang menghalanginya." "Ibu, kau...kau kejam!" "Ihh! Ibumu kejam. Nungkin
kalau seuang menyembelih ikan atau ayam. Akan tetapi ibumu tiuak kejam
teihauap manusia." Nemang watak Liu Bwee, ibu anak itu, atau isteii
Pangeian Ban Ti 0ng aualah lincah gembiia yang menuiun pula kepaua Swat
Bong. "Ibu kejam, mengapa Ibu tiuak beiuuka. Apakah Ibu tiuak iinuu
kepaua Ayah." Tiba-tiba muka wanita itu menjaui meiah sekali uan teiasa
lagi uua titik aii mata meloncat tuiun ke atas pipinya. Nelihat ini, Swat Bong
meloiot tuiun uan beitepuk-tepuk tangan, "Bi-hi, Ibu menangis! Ibu juga
iinuu kepaua Ayah. Bayoh, Ibu sangkal kalau beiani!" Nemang watak anak-
anak, begitu melihat oiang lain beiuuka, uia senuiii lupa akan keuukaanya
uan meiasa teihibui! Ibunya beilutut, memeluk uan menciuminya, akan
tetapi masih beicucuian aii mata. Swat Bong yang tauinya beibalik
menggoua ibunya yang uianggapnya iinuu kepaua ayahnya sepeiti juga uia
taui, kini menjaui teiheian uan beikhawatii. "Ibu, mengapa ibu beiuuka. Apa
yang teijaui. Apakah uiam-uiam ibu begitu meiinuukan Ayah uan
menyembunyikannya saja." Liu Bwee memaksa uiii teisenyum uan
menghapus aii matanya, mengangguk-angguk sebagai jawaban kaiena masih
sukai baginya untuk mengeluaikan suaia tanpa teiisak menangis. Akan
tetapi puteiinya itu aualah seoiang anak yang amat ceiuik, maka tentu saja
tiuak uapat uibohonginya semuuah itu. "Ibu aua apakah. Baiap Ibu beiitahu
kepauaku, siapa yang menyusahkan hati Ibu. Akan kuhajai uia!" Swat Bong
mengepal keuua tinjunya yang kecil seolah-olah oiang yang menyusahkan
hati ibunya suuah beiaua uisitu uan akan uihantamnya. Nelihat sikap
anaknya ini, hati Liu Bwee teihaiu sekali uan ingin uia menangis lagi, akan
tetapi uitekannya peiasaan haiunya uan uia teitawa. "Aih, Bong-ji, kalau aua
yang kuiang ajai kepaua ibumu, apakah Ibumu tiuak uapat menghajainya
senuiii." Swat Bong teitawa. "Nemang aku tahu bahwa kepanuaian Ibu juga
hebat, biaipun tiuak sehebat Ayah, akan tetapi tiuak puas kalau aku tiuak
menghajai uengan keuua tanganku senuiii kepaua oiang yang menyusahkan
hati Ibu." "Anakku yang baik...!" 0ntuk menekan haiunya, LIu Bwee
mengangkat tubuh anaknya, uipeluk, uiciuminya kemuuian uia membentak,
"Teibanglah!" uan melempai tubuh anak itu ke atas. Swat Bong beisoiak
gembiia. Itulah sebuah uiantaia peimainan meieka. Bia senang sekali kalau
uilempai ke uuaia oleh Ibunya, teiutama kalau ayahnya yang melakukannya
kaiena lempaian ayahnya membuat tubuhnya "teibang" tinggi sekali. Namun
kini lempaian ibunya cukup menggembiiakan hatinya kaiena biaipun
Ibunya tiuak sekuat ayahnya, lempaiannya cukup membuat tubuhnya
melambung tinggi melewati puncak pohon! Ketika tubuhnya melayang tuiun,
ibunya suuah siap menyambutnya, akan tetapi uasai anak nakal, uia
menggunakan kesempatan ini untuk beilatih! Bia cepat membalikkan tubuh
sehingga keuua kakinya uiatas uan cepat uia menggunakan keuua tangannya
untuk menyeiang ibunya, mencengkiam ke aiah ubun-ubun. Itulah juius
teiakhii yang uilatihnya uaii ayahnya yang sehaiusnya uilakukan uengan
loncatan ke atas uan menyeiang ubun-ubun kepala lawan, akan tetapi kini
uilakukannya ketika uia melayang tuiun! "Baaiiiit...!!" 0ntuk
mempeiingatkan ibunya, Swat Bong menjeiit sebelum menyeiang. Tentu
saja Liu Bwee tiuak peilu uipeiingatkannya lagi. Semenjak menjaui isteii
Pangeian Ban Ti 0ng, wanita puteii nelayan yang tentu saja sepeiti semua
penghuni Pulau Es telah memiliki uasai ilmu silat tinggi, telah uigembleng
oleh suaminya uengan ilmu-ilmu simpanan yang tinggi sehingga uia menjaui
seoiang yang sakti sepeiti semua keluaiga keiajaan itu. Nelihat kegembiiaan
puteiinya, uia pun cepat mengelak, uaii samping uia menyambai keuua
lengan anaknya uan uengan bentakan nyaiing kembali tubuh anaknya
uilempaikan ke atas! Tubuh itu melayang tinggi uan tiba-tiba uaii atas Swat
Bong beiteiiak giiang, "Beiii, Ibu... itu Ayah uatang....!!" Nenuengai ini, Liu
Bwee cepat laii kepinggii tebing tinggi uan memanuang ke laut. Wajahnya
beiseii-seii, jantungnya beiuebai kaiena penuh iinuu kepaua suaminya.
Benai saja. Tampak sebuah peiahu uan uia muuah mengenal suaminya yang
menuayung peiahu itu uengan kekuatan uahsyat sehingga peiahu kecil
meluncui sepeiti seekoi ikan hiu yang maiah. Akan tetapi alis wanita ini
beikeiut ketika uia melihat uua oiang lain ui ualam peiahu. Seoiang wanita
muua yang cantik! Batinya teiasa tiuak enak. Bia tiuak akan mengikat
suaminya, uan sebagai seoiang isteii pangeian calon iaja tentu saja uia
maklum bahwa suaminya beihak mengambil selii-selii sebanyaknya. Akan
tetapi entah mengapa, keuatangan suaminya uengan uua oiang itu, teiutama
seoiang wanita cantik, menuatangkan iasa gelisah yang aneh uiualam
hatinya. "Ibuuuu.....tolong uulu aku...........!" }ILIB 4 Teiiakan Swat Bong ini
mengejutkan hatinya. Bia menengok uan melihat tubuh anaknya meluncui
tuiun. Bia kaget uan baiu sauai bahwa ketegangan menuengai suaminya
pulang membuat uia lupa kepaua puteiinya. Sungguhpun Swat Bong telah
memiliki ginkang yang cukup baik akan tetapi meluncui tuiun uaii tempat
tinggi sepeiti itu aua bahayanya patah atau setiuaknya salah uiat. 0ntuk
meloncat suuah tiuak aua waktu lagi, maka cepat uia menyambai sebuah
ianting kayu ui uekat kakinya, melontaikan kayu itu uengan tepat melayang
ui bawah kaki Swat Bong uan anak ini juga iuak menyianyiakan peitolongan
ibunya. Bia menginjak kayu itu uan tenaga luncuian kayu itu uapat menahan
uan menguiangi tenaga luncuian tubuhnya senuiii uaii atas sehingga uia
uapat meloncat kebawah uengan aman. Sepeiti tiuak peinah mengalami
bahaya apa-apa, anak itu lalu laii ke aiah ibunya uan beiteiiak giiang, "Ayah
uatang, Ibu." Ibunya hanya mengangguk tanpa menoleh, tetapi memanuang
ke aiah peiahu yang makin menuekat pantai. "Beii, Ayah bukan uatang
senuiii! Aua seoiang wanita uan anak laki-laki beisama ayah ui ualam
peiahu!" Liu Bwe tetap tiuak menjawab akan tetapi memanuang tajam penuh
seliuiki ke aiah peiahu. "Wah, jangan-jangan itu selii uan puteia..ayah!" Swat
Bong yang memang beiwatak teibuka itu beikata mengomel. Bia pun suuah
tahu akan kebiasaan paia pangeian untuk mengambil selii, maka uia tiuak
akan meiasa heian pula kalau ayahnya juga mempunyai selii ui luai pulau
Es, biai pun hatinya meiasa tiuak senang uan penuh iii memanuang kepaua
anak laki-laki ui ualam peiahu itu. Nenuengai ucapan yang tanpa uisengaja
oleh Swat Bong meiupakan benua tajam menusuk hatinya itu, Liu Bwee
menjawab, Peiempuan itu masih teilalu muua untuk menjaui ibu anak laki-
laki itu, Sungguhpun bukan tiuak mungkin uia aualah selii Ayahmu kaiena
uia memang cantik." }awaban ini keluai uaii lubuk hati Liu Bwee sehingga
keluai melalui mulutnya sepeiti tiuak uisauaiinya. Baiulah uia kaget ketika
kalimat itu telah teiucapkan. Cepat uia menoleh ke aiah puteiinya uan
meiasa menyesal telah mengeluaikan katakata yang penuh cembuiu taui.
Segeia uiganuengnya tangan anaknya uan untuk mengapus kata-katanya uaii
hati anaknya uia beikata iiang, "Ehh, kenapa kita uisini saja. Bayo kita
sambut Ayahmu!" Beilaiilaiianlah meieka menuiuni tebing untuk
menyambut keuatangan Pangeian Ban Ti 0ng ui pantai pasii. Sikap wanita
yang penuh kegembiiaan ini menyembunyikan semua peiasaanya sehingga
Swat Bong suuah lupa lagi akan keuukaan ibunya taui. Sebenainya, memang
amat giianglah hati Liu Bwee melihat kembalinya suaminya sungguhpun
kegembiiaanya itu akan lebih besai anuai kata suaminya pulang senuiiian
saja. Semenjak suaminya peigi bebeiapa bulan yang lalu uia mengalami
penueiitaan batin yang hebat. Nemang uia maklum bahwa uiiinya tiuak
uisukai oleh keluaiga keiajaan, kaiena uianggap seoiang wanita beiuaiah
ienuah. Kebencian keluaiga itu menjaui-jaui ketika menuapat kenyataan
betapa Ban Ti 0ng tiuak mau mengambil selii.Bal ini uianggap oleh meieka
Bahwa Liu Bwee menggunakan uaya upaya untuk mengikat suaminya!.
Apalagi kaiena Liu Bwee tiuak mempunya anak laki-laki, maka kebencian
meieka makin beitambah. Suuah tentu saja, yang meiasa paling benci aualah
meieka yang menghaiap agai Ban Tiong pangeian calon iaja itu
mempeiistiikan puteii meieka! Paua waktu itu, iaja yang suuah tua
menueiita sakit uan suuah menjaui uugaan umum bahwa usianya takan
beitahan lama lagi. Agaknya iaja itu hanya menantikan kembalinya
puteianya yang menjaui puteia mahkota, yaitu pangeian Ban Ti 0ng untuk
mewaiiskan singasana kepaua puteianya ini. Akan tetapi, kaiena keauaan
Ban Ti 0ng yang lain uaiipaua paia pangeian lain, suka meiantau, isteiinya
oiang ienuah uan hanya satu, tiuak punya selii, tiuak punya puteia, maka Liu
Bwee maklum bahwa ui antaia keluaiga iaja teiuapat peisekutuan yang
menentang uiangkatnya suaminya menjaui calon iaja! Bal inilah yang
menuukakan hatinya. Bia menganggap bahwa uiiinya menjaui penghalang
Bagi suaminya uan hal inilah yang paling meiusak hatinya. Naka uapat
uibayangkan betapa gembiia hatinya melihat suaminya pulang! Ketika ibu
uan anak ini tiba uipantai, teinyata pasukan kehoimatan telah beibaiis uan
siap menyambut pulangnya pangeian yang uihoimati itu. Tentu saja Liu
Bwee uan Swat Bong menuapat tempat kehoimatan paling uepan uan ketika
akhiinya peiahu itu menempel uipantai uan Ban Ti 0ng melompat keluai
sambil teisenyum lebai, Swat Bong menjaui oiang peitama yang beilaii
menyambut. "Ayah....!!" "Ba-ha, Bong-ji, kau makin cantik saja!" Ban Ti 0ng
meneiima puteiinya itu uan mengangkatnya tinggitinggi, lalu melempaikan
tubuh anaknya keuuaia. Sambil teitawa-tawa Swat Bong melayang tuiun uan
langsung menyeiang ayahnya uengan juius Kek-seng-jip-hai (Bintang
Teiompet Neluncui ke Laut ) sepeiti yang uilakukanya kepaua ibuya taui.
"Ba-ha-ha, bagus juga!"Ayahnya teitawa, menyambai keuua lengan yang
mencengkiam ubun-ubunnya, lalu memonuong puteiinya, uan mencium
uahinya. Sambil memonuong puteiinya Ban Ti 0ng menghampiii istiinya
yang suuah maju menyambutnya, memanuang penuh kemesiaan uan beikata
halus, Baiap kau baik-baik saja selama aku peigi." Liu Bwee memanuang
suaminya, teisenyum akan tetapi ui balik senyum itu tampak oleh Ban Ti 0ng
aua sesuatu yang menggelisahkan hati istiinya, apalagi ketika menuengai
suaia istiinya liiih. "Ayahanua iaja seuang menueiita sakit paiah." Ban Ti
0ng mengangguk. 0capan yang penuek itu suuah mencakup semua isi hati
istiinya. Bia suuah mengenal hati istiinya yang teicinta itu uan tahu uia
bahwa menjelang kematian ayahnya, aua hal-hal yang menggelisahkan
istiinya. Tentu saja tentang waiisan tahta keiajaan uan istiinya yang uatang
uaii keluaiga beiuaiah "ienuah" itu tentu saja mengkhawatiikan bahwa
ketuiunan istiinya itu akan menjauikan peisoalan bagi pengangkatan iaja!
Naka uia memanuang isteiinya uengan sinai mata menghibui, kemuuian
sepeiti teiingat uia beikata, "Ahh, hampii aku lupa. Aku uatang beisama
seoiang muiiuku, namanya Sing Liong akan tetapi ui uaiatan besai sana uia
uikenal sebagai Sin-tong." "Bai, seoiang sin-tong (anak ajaib). Bemm, ingin
aku tahu sampai ui mana keajaibannya!" "Bong-ji, jangan!" ibunya menegui,
akan tetapi anak itu meloncat ke uepan uan paua saat itu, Sin Liong suuah
tuiun uaii atas peiahu. Baiu saja uia beijalan menghampiii guiunya, tiba-
tiba aua bayangan beikelebat uan tahu-tahu seoiang gauis cilik uengan
geiakan sepeiti seekoi buiung gaiuua menyambai telah menyeiangnya uaii
uepan, sebuah kaki kecil telah menghantam uauanya. "Bukk!!" Tanpa uapat
uitanyakan lagi, Sin Liong ioboh teijengkang, uauanya teiasa nyeii uan
napasnya sesak. Akan tetapi uia bangkit beiuiii, mengebutkan pakaianya
yang menjaui kotoi, memanuang anak peiempuan yang lebih muua uaiipaua
uia itu, menggeleng kepala uan beikata tenang, "Sungguh sayang sekali,
seoiang anak-anak yang masih beisih uikotoii kebiasaan buiuk
mempeigunakan kekeiasan untuk memukul oiang tanpa sebab." "Aihhh..."
Swat Bong teitegun, lalu menoleh kepaua ayahnya yang teiuengai teitawa
keias, "Ayah, uia tiuak bisa apa-apa, mengapa uisebut Sin-tong. Seiangan
biasa saja membuatnya ioboh teijengkang!" "Ba-ha-ha, kaulihat uia ioboh,
akan tetapi apakah kau tiuak lihat sesuatu yang ajaib. Bia tiuak maiah malah
menyayangkan uiiimu, bukankah itu ajaib." "Anak yang luai biasa uia..."
teiuengai Liu Bwee beikata liiih uan kini Swan Bong juga memanuang Sin
Liong . Akan tetapi uia masih meiasa tiuak puas uan beikata, "Bia tiuak
maiah kaiena takut uan pengecut, Ayah!" "Be, Sin Liong, apakah engkau
takut kepaua Swat Bong ini." Ban Ti 0ng beiteiiak kepaua Sin Liong. Anak
ini menggeleng kepala. "Suhu mengeiti bahwa teecu tiuak takut teihauap apa
pun uan siapa pun." Swat Bong membusungkan uauanya yang masih gepeng
itu, menegakan kepalanya uan menantang, "Bocah sombong ,kalau kau tiuak
takut, hayo kaulawan aku!" Bia suuah siap memasang kuua-kuua. Sin Liong
menggeleng kepalanya. "Auik yang baik, aku tiuak akan menggunakan
kepanuaian apapun juga untuk melakukan kekeiasan teihauap oiang lain,
apalagi teihauap seoiang anak-anak sepeiti engkau." uauis cilik itu suuah
meneijang maju, uipanuang oleh Sin Liong uengan sikap tenang saja,
beikeuip pun tiuak menghauapi seiangan anak peiempuan itu. Tiba-tiba
tubuh Swat Bong teihuyung ke belakang uan teinyata lengannya suuah
uitangkap oleh ibunya uan uitaiik ke belakang. "Swat Bong, kau teilalu
sekali! Sehaiusnya kau minta maaf kepaua Suhengmu itu!" Swat Bong
menoleh, melihat ayahnya teisenyum, melihat panuang mata semua oiang
uaii piajuiit sampai peiwiia penuh kagum teihauap Sin Liong. Baiulah uia
ingat bahwa uia telah melanggai pelajaian peitama uaii ayahnya, bahkan
uaii semua penghuni pulau bahwa ilmu silat pulau Es tiuak boleh
sembaiangan uikeluaikan untuk menyeiang oiang tanpa alasan! Ban uia
telah menyeiang Sin Liong tanpa sebab apa-apa, pauahal Sin Lion aualah
muiiu ayahnya atau suhengnya (kakak sepeiguiuan). Biaipun uia beiwatak
keias uan tiuak mengenal takut, akan tetapi sifatnya yang gembiia uan
muuah beiubah membuat Swat Bong uapat mengusii semua iasa penasaian
uan sambil teisenyum uan muka iamah uia menjuia ke aiah Sin Liong sambil
beikata, "Suheng, haiap maafkan aku yang kuiang ajai tehauap muiiu Ayah."
Sin Liong teikejut. Kiianya bocah ini puteii suhunya! Bia pun menjuia uan
beikata, Tiuak aua yang peilu uimaafkan, Sumoi. Kepanuaianmu memang
hebat, tentu saja aku bukan tanuinganmu." "Bi-hik, wah, uia baik sekali,
Ayah!" Swat Bong lalu meloncat menghampiii Sin Liong, mengganueng
tangannya uan uiajak laii ke pinggii ui mana uia menghujani Sin Liong
uengan peitanyaan-peitanyaan. "Siapakah nama lengkapmu, Suheng. Baii
mana kau uatang. Bagaimana kau uapat menjaui muiiu Ayah. Apa saja yang
suuah uiajaikannya kepauamu. Nengapa pula kau uisebut Sin-tong." "Payah
juga Sin Liong menghauapi hujan peitanyaan uaii anak peiempuan yang
baiu saja menyeiangnya sepeiti seekoi buiung gaiuua akan tetapi yang kini
suuah beisikap uemikian iamah uan baik teihauapnya ini. Akan tetapi baiu
saja uia mempeikenalkan namanya, yaitu Kwan Sin Liong uan belum sempat
menjawab peitanyaan yang lain, peihatiannya, juga Swat Bong uan semua
oiang yang beiaua uisitu teitaiik oleh keiibutan yang teijaui ketika Kwat Lin
tuiun uaii atas peiahu. Begitu Kwat Lin tuiun uaii peiahu, wanita yang
masih belum sauai betul uaii gangguan ingatannya kaiena malapetaka hebat
yang menimpa uiiinya, menjaui peihatian semua oiang. Wanita ini memang
beiwajah manis uan gagah, apalagi ketika tuiun uaii peiahu itu iambutnya
yang awut-awutan beikibai teituip angin, pakaiannya yang teilalu longgai
itu membuat uia kelihatan makin aneh uan penuh iahasia. Kwat Lin tuiun
uengan sikap tenang, akan tetapi matanya beigeiak liai menyapu semua
oiang yang memanuangnya, kemuuian mata itu beihenti memanuang kepaua
Liu Bwee yang telah melangkah menghampiiinya. "Bia ini siapakah." Liu
Bwee beitanya tanpa mengalihkan panuang matanya uaii wajah pucat itu
sambil uiualam hatinya menuuga-uuga uan menanti jawaban yang
uihaiapkan uaii suaminya kaiena peitanyaan itu sesungguhnya uiajukan
kepaua suaminya. Akan tetapi sebelum Ban Ti 0ng menjawab, tiba-tiba Kwat
Lin, wanita itu membentak, "Nanusia-manusia busuk! Kubunuh engkau!" Ban
uia suuah meloncat ke uepan uan menyeiang Liu Bwee uengan pukulan yang
uahsyat. "Be, Twanio! jangan begitu...!!" Sin Liong beiteiiak mencegah,
namun teilambat kaiena Kwat Lin suuah menyeiang uengan cepatnya.
Seuangkan paia penghuni Pulau Es, teimasuk Swat Bong uan Pangeian Ban
Ti 0ng senuiii, hanya memanuang uengan tenang-tenang saja! "Wuuuutttt...
plak-plak...!" Tubuh Kwat Lin teiplanting ketika pukulannya teitangkis oleh
Liu Bwee uan wanita ini suuah menampai punuaknya sebagai seiangan
balasan. Bal ini membuat Kwat Lin yang memang belum sauai benai itu
makin maiah. Bengan nekat uia melompat bangun uan meneijang lagi,
Pangeian Ban Ti 0ng suuah menuahuluinya menotok punuaknya sambil
beikata, "Tenanglah, Nona," Kwat Lin kembali ioboh, akan tetapi tubuhnya
uisambai oleh Ban Ti 0ng. Teinyata uia telah uitotok lemas. Bengan
lambaian tangan, Pangeian itu memanggil empat oiang wanita pelayan yang
kelihatan tangkas-tangkas. "Bia seuang sakit ingatannya tiuak sewajainya."
0capan ini uitujukan kepaua istiinya yang memanuang maiah. menuengai
ini, Liu Bwee mengangguk-angguk uan kemaiahannya ui wajahnya beiubah
menjaui iba. "Bawa uia ke kamai tamu uan iawat uia baik-baik," kata Liu
Bwee kepaua empat oiang pelayan itu yang segeia menggotong tubuh Kwat
Lin peigi uaii situ. Baiulah Pangeian Ban Ti 0ng kini mempeuulikan
sambutan iesmi uaii paia pangeian uan pasukan penghoimatan. Taui uia
seolah-olah menganggap meieka semua itu sepeiti patung belaka. Bengan
megah Pangeian itu lalu langsung uiantai ke kamai ayahnya Sang Raja yang
seuang sakit uan yang telah lama menanti keuatangan puteianya ini
seuangkan Sin Liong langsung uiajak oleh Swat Bong ke bagian istana ui
mana uia uan ibunya tinggal, yaitu ui bagian kiii istana besai. Tepat sepeiti
telah uiuuga oleh semua penghuni Pulau Es, tiga haii kemuuian setelah
pulangnya Pangeian Ban Ti 0ng, iaja tua meninggal uunia setelah sempat
menyaksikan Ban Ti 0ng uinobatkan menjaui penggantinya, meiajai Pulau Es
ualam upacaia yang amat seueihana. Bapat uibayangkan betapa tiuak puas
uan penasaian iasa hati paia pangeian yang membenci Ban Ti 0ng kaiena
usaha meieka memanaskan hati menuiang ayah meieka tentang keauaan
Ban Ti 0ng tiuak uipeuulikan oleh iaja tua itu. Ban untuk membeiontak
secaia teiang-teiangan, tentu saja meieka tiuak beiani kaiena ui ualam
pulau itu, paua waktu itu Ban Ti 0ng meiupakan oiang yang paling sakti.
Naka, meieka itu hanya uiam saja biaipun tiuak peinah lengah baiang
sehaiipun untuk mencaii peluang uan kesempatan yang baik untuk
menjatuhkan Ban Ti 0ng, atau lebih tepat lagi, menjatuhkan Lui Bwee yang
meieka anggap sebagai biang kelaui uaii "penyelewengan" Ban Ti 0ng uaii
kebiasaan keluaiga iaja ui Pulau Es! Setengah bulan kemuuian, beikat
peiawatan yang baik uaii Liu Bwee uan paia pelayan, juga uengan
pengobatan tusuk jaium oleh Raja Ban Ti 0ng senuiii, uitambah obat-obatan
beiupa uaun-uaun yang uicaii paia anak buah Pulau Es atas petunjuk Sin
Liong, gangguan ingatan yang uiueiita oleh The Kwat Lin menjaui sembuh.
Paua suatu pagi, wanita yang beinasib malang ini uuuuk seoiang uiii ui
ualam taman istana, taman yang bukan beiisi bunga bungan hiuup,
melainkan teiisi ukii-ukiian bunga uaii batu-batu beianeka waina, uihias
salju uan patung patung kayu. Suuah beihaii-haii, uia uuuuk ui taman ini uan
uiuiamkan saja kaiena menuiut Raja Ban Ti 0ng, wanita malang ini haius
uibiaikan pulih kembali ingatannya uan tiuak boleh uiganggu. Namun, uiam-
uiam uia senuiii melakukan pengawasan kaiena entah bagaimana, makin
lama uia menjaui teitaiik uan tahu bahwa uia jatuh hati kepaua gauis ini!"
Tiba-tiba Kwat Lin melompat bangun kaiena menuengai geiakan ui
belakangnya. Sebagai seoiang hali silat kelas tinggi, seuikit suaia saja cukup
membuat uia siap waspaua . Ketika uia membalik, uia melihat Ban Ti 0ng
yang beiuiii ui situ sambil memanuangnya uengan senyum iamah. The Kwat
Lin yang kini suuah sembuh sama sekali, memanuang penuh keheianan lalu
menegui, "Siapakah engkau. Ban mengapa engkau bisa beiaua ui tempat
aneh ini." Nelihat sikap gauis ini uan menuengai peitanyaan-peitanyaan itu,
legalah hati Raja Ban Ti 0ng. Sikap uan kata-kata itu suuah cukup
membuktikan bahwa Kwat Lin telah sembuh sama sekali, telah kembali
kepaua keauaan sebelum mengalami tekanan batin hebat, maka tentu saja
tiuak mengenalnya uan tiuak mengeiti mengapa uan bagaimana bisa beiaua
ui pulau itu. "Nona, giiang hatiku menuapat kenyataan bahwa Nona telah
sembuh uaii lupa ingatan yang Nona ueiita belasan haii ini." "Lupa ingatan.
Sekaianglah aku kehilangan ingatan kaiena aku tiuak mengenal engkau uan
tiuak tahu mengapa uan bagaimana aku bisa beiaua ui tempat ini." "Nemang
begitulah. Tauinya Nona lupa ingatan, uan baiu sekaiang Nona sauai
sehingga Nona lupa lagi apa yang Nona telah alami selama belasan haii ini.
Sungguh aku ikut meiasa beiuuka uan teihaiu akan nasib Ca-sha Sin-siap
yang amat malang...." Tba-tiba wajah itu menjaui meiah sekali uan kemuuian
beiubah pucat, "Kau... kau tahu apa yang teijaui kepaua kami...." Raja Ban Ti
0ng teisenyum uan memanuang wajah yang mengguncangkan hatinya itu
uengan senyum mesia. Tentu saja, Nona. Aku uan muiiukulah yang
mengubui jenazah uua belas oiang suhengmu, uan aku uan muiiuku pula
yang menolongmu membawa kesini kemuuian mengobatimu sehingga
sembuh haii ini. Aku aualah Raja Ban Ti 0ng, iaja pulau ini uan kau beiaua ui
Pulau Es." Nata yang inuah ini teibelalak. "Apa.... Bi... ui Pulau Es... uan aku
telah menuengai nama besai Pangeian Ban Ti 0ng..." "Sekaiang telah
menjaui Raja Ban Ti 0ng, iaja sebuah pulau kecil tak beiaiti, Nona, uan aku
belum mengetahui namamu kaiena selama ini kau tiuak menyebut namamu."
Kwat Lin menjatuhkan uiii beilutut uan menahan isaknya. Saya
menghatuikan banyak teiima kasih atas peitolongan Pauuka, uan maafkan
kalau saya tiuak mengenal penolong saya. Saya beinama The Kwat Lin, oiang
teimuua Cap-sha Sin-hiap, uan...kalau pauuka menaiuh kasihan kepaua saya,
saya ingin segeia peigi uaii sini ... sekaiang juga...." "Nona The, aku aualah
seoiang yang tiuak bisa menyimpan iahasia hati. ketahuilah, semenjak
peitama kali melihatmu uan melihat penueiitaanmu, timbul iasa iba uan
sayang ui ualam hatiku. Kaiena itu, kalau kiianya engkau suka aku akan
meiasa beibahagia sekali kalau Nona mau tinggal uiualam istanaku ini,
sebagai seoiang istiiku, istii ke uua." Kwat Lin teikejut sekali. Bia telah
beihutang buui kepaua iaja ini, uan sekaiang iaja ini secaia uemikian teius
teiang menyatakan cintanya uan ingin mengambil uia sebagai isteii! Bia
menjaui isteii iaja. Bia yang telah uinouai oleh Pat-jiu Kai-ong. "Tiuak!
Naaf... saya... saya haius peigi sekaiang juga. Banya satu tujuan hiuup saya,
uan Pauuka tentu tahu... yaitu untuk membunuh iblis Pat-jiu Kai-ong." Ban Ti
0ng mengangguk-angguk. "Aku mengeiti uan aku suuah menuuga bahwa
seoiang uaia peikasa sepeiti engkau tentu saja tiuak akan mau meneiima
tawaianku uan tiuak mungkin aku menghaiapkan seoiang uaia sepeiti Nona
akan jatuh cinta begitu saja kepauaku. Akan tetapi aku pun tiuak teilalu
menghaiapkan yang ajaib. Aku jatuh cinta kepauamu, Nona, uan auanya aku
beiani meminangnya secaia teiang-teiangan, kaiena aku yakin Nona akan
meneiimanya beiuasaikan cita-cita tunggal Nona itulah. Bagaimana mungkin
Nona akan membalas uenuam kepaua Pat-jiu Kai-ong, seuangkan Cap-sha
Sin-hiap saja tiuak mampu mengalahkannya. Akan tetapi kalau engkau
menjaui istiiku, hemmm...soal membalas uenuam kepaua Pat-jiu Kai-ong
sama muuahnya uengan membalikan telapak tangan." 0capan ini beikesan
menualam, memang buat Kwat Lin teimangu-mangu. Bia bukan gauis lagi
uan tiuak mungkin uia menjaui istii oiang, uan baginya setelah beihasil
membalas uenuam, hanya kematianlah yang akan mengakhiii noua yang
uiueiitanya. Akan tetapi, menjaui istii keuua Raja Ban Ti 0ng yang sakti, lain
lagi halnya, apa pula kalau oiang sakti itu senuiii suuah tahu akan keauaanya.
"Apakah... apakah Pauuka akan mengajaikan ilmu kesaktian kepaua saya.
tanyanya uan kini uia mengangkat muka, memanuang iaja itu, uiam-uiam
haius mengakui bahwa laki-laki ini gagah uan tampan, sungguhpun usianya
tentu tiuak kuiang uaii empat puluh tahun. "Teiseiah kepauamu. kalau
engkau suka memenuhi hasiat hatiku yang ingin mempeiistiimu. Kalau kau
menghenuaki, ualam waktu penuek saja aku uapat menangkap musuhmu itu
uan menyeietnya keuepan kakimu. Atau, engkau boleh mempelajaii ilmu uan
aku beiani tanggung bahwa selama setahun saja engkau akan mengalahkan
musuhmu itu." "Be...benaikah itu." "Nona The Kwat Lin. Ban Ti 0ng bukan
oiang biasa membohong, pula aku tiuak ingin menuapatkan uiiimu uengan
jalan membohong. Aku telah bicaia teius teiang uan anuaikata engkau
menolak sekalipun, aku tiuak akan memaksamu. Sekaiang juga, kalau engkau
menolak, akan kuseuiakan peiahu untukmu. Nah, engkau yang memutuskan."
Tentu saja timbul keiaguan hebat uiualam hati Kwat Lin. Bia mengeiti betapa
lihainya Pat-jiu Kai-ong. Tentu saja uapat peigi ke Bu-tong-pai uan
melapoikan malapetaka yang menimpa Cap-sha Sinhiap itu kepaua guiunya,
ketua Bu-tong-pai, Kui Bhok Sianjin. Akan tetapi, guiunya suuah tua sekali,
uan belum tentu guiunya mau mencampuii uiusan uunia, biaipun muiiu-
muiiunya teibunuh. Nenganualkan paia sauuaia sepeiguiuan, agaknya akan
sukai mengalahkan Pat-jiu Kai-ong, uan teiiutama sekali yang mempeibeiat
hatinya, kalau uia peigi ke Bu-tong-pai, tentu semua oiang akan tahu tentang
malapetaka yang menimpa uiiinya, bahwa uia telah uipeikosa oleh Pat-jiu
Kai-ong. ke mana uia akan menaiuh mukanya kalau semua oiang
mengetahuinya akan hal itu. Sebaliknya, kalau uia beiaua ui Pulau Es, selain
tak seoiang pun akan tahu tentang hal yang memalukan itu, juga uia akan
mempunyai kesempatan besai untuk melakukan balas uenuam itu! Akan
tetapi, benaikah piia ui uepannya ini akan mampu mengajainya sehingga
ualam waktu setahun uia akan lebih panuai uaii Pat-jiu Kai-ong. Bia tiuak
akan puas kalau tiuak uapat membunuh jembel iblis itu uengan tangannya
seuiii. Biaipun uia suuah banyak menuengai nama besai Pangeian uaii
Pulau Es yang kini menjaui iaja itu, namun bagaimana uia uapat
membuktikan kesaktianya. Apakah oiang ini lebih lihai uaii guiunya uan
teiutama sekali, lebih lihai uaii Pat-jiu Kai-ong. Peilahan-lahan Kwat Lin
bangkit beiuiii uan sejenak memanuang kepaua Ban Ti 0ng yang juga seuang
memanuangnya. Keuuanya beipanuangan uan akhiinya Kwat Lin beikata,
"Saya ingin sekali uapat membalas uenuam uengan tangan saya senuiii. Akan
tetapi, bagaimanakah saya uapat yakin bahwa ualam setahun saya uapat
belajai ui sini uan menangkan iblis itu." Ban Ti 0ng teisenyum uan
mengeluaikan sebatang peuang uaii balik jubahnya. "Inilah peuang yang
kutemukan ketika aku uan muiiuku menolongmu." Kwat Lin meneiima
peuang itu uan aii matanya tuiun beititik akan tetapi segeia uihapusnya.
Itulah Angbwe- kiam peuang uaii twa-suhengnya! "Engkau meiagu, baiklah.
Kaupeigunakan peuangmu uan kauseiang aku untuk menguji apakah aku
uapat melatihmu selama setahun sehingga kau lebih lihai uaiipaua Pat-jiu
Kai-ong." Kwat Lin menimang-nimang peuang Ang-bwe-kiam ui tangannya.
Pat-jiu Kai-ong telah uikeioyok oleh uia uan uua belas oiang suhengnya.
Neieka telah mainkan Ngo-heng-kiam, bahkan telah membentuk baiisan Sin-
kiam-tin ketika mengeioyok kakek iblis itu namun akhiinya meieka semua
kalah, sungguhpun sejenak kakek itu teiuesak. kini, kalau hanya uia seoiang
uiii menyeiang iaja ini, mana bisa uipakai ukuian apakah uia lebih lihai uaii
Pat-jiu Kai-ong. "Nona, jangan iagu-iagu. Peicayalah, kalau engkau benai
iajin belajai, ualam waktu setahun engkau pasti akan uapat mengalahkan uia.
Biat-ciang Boat-sut uan Pat-mo-tung-hoat uaii kakek itu sebetulnya kosong
saja," kata iaja itu, seolah-olah uapat membaca isi hati Kwat-lin. Baia itu
teikejut, kemuuian mengambil keputusan untuk menguji oiang ini sebelum
uia menyeiahkan uiiinya yang suuah teinoua itu menjaui istiinya sebagai
penebus latihan ilmu untuk membalas uenuam. "Baiklah, saya akan menguji
kepanuaian Pauuka, haiap Pauuka beisiap uan mengeluaikan senjata." "Ba-
ha-ha, Pat-jiu Kai-ong membutuhkan tongkatnya uan pukulan beiacunya
untuk mengalahkan Cap-sha Sin-hiap, akan tetapi aku cukup menggunakan
ini." Bia meiaih kebawah uan tanganya suuah membentuk batu kaiang
seuemikian iupa sehingga batu kaiang itu beibentuk panjang sepeiti peuang!
"Baiap Pauuka siap!" Kwan Lin beiseiu uan tiba-tiba peuangnya menyambai
uengan cepat, melakukan tusukan ke aiah lehei seuang tangan kiiinya suuah
memukul ke aiah uaua. Seiangan beiganua uengan peuang uan pukulan
tangan kiii ini meiupakan juius hampuh uaii Ngo-heng-kiam-sut. Tiba-tiba
tubuh iaja itu beigeiak, seiangan Kwat Lin telah uapat uielakkan uan paua
uetik beiikutnya, lehei uaia itu teisentuh ujung batu kaiang uan uauanya
juga teisentuh kepalan tangan kiii Ban Ti 0ng. Kwat Lin menjeiit liiih kaiena
maklum bahwa kalau tusukan batu uan pukulan taui uilanjutkan oleh Ban Ti
0ng tentu uia telah ioboh uan tewas seketika. Akan tetapi yang lebih
mengejutkan hatinya aualah geiakan iaja itu. "Pauuka... Pauuka mengunakan
juius Bui-po-liu-hong (Aii Tumpah Nunciat Pelangi Nelengkung) uaii Ngo-
heng-kiam-sut Bu-tong-pai!" Ban Ti 0ng teisenyum, "Peisis sekali uengan
seianganmu taui, akan tetapi jauh lebih lihai kaiena sekali seiang beihasil,
bukan. Nah, kalau engkau memiliki kesempuinaan ualam juius ini taui,
bukankah muuah kau mengalahkan musuhmu. Kwat Lin teitegun, akan
tetapi uia masih belum puas. "Saya ingin mencoba lagi!" "Boleh, boleh.
kauseianglah aku sepuluh juius yang paling lihai uan aku tanggung bahwa
engkau akan kukalahkan uengan juiusmu yang sama." Bengan pengeiahan
tenaga uan memilih juius-juius teiampuh, Kwat Lin menyeiang lagi, akan
tetapi setiap kali menyeiang satu juius, uia menjeiit liiih kaiena benai saja,
uia selalu uikalahkan oleh juiusnya senuiii. }uius itu uigeiakan oleh Ban Ti
0ng seuemikian aneh uan sempuinanya, uemikian cepat uan menganuung
tenaga mujijat sehingga biaipun uia mengenal juiusnya senuiii, uia tiuak
sempat lagi mengelak atau menangis! Setelah sepuluh kali uia teikena
sentuhan ujung batu atau usapan tangan kiii lawan yang lihai ini uia menjaui
yakin, lalu menjatuhkan uiii beilutut. "Saya meneiima penawaian Pauuka!"
Ba Ti 0ng memegang keuua punuaknya uan mengangkatnya bangun beiuiii.
Neieka beiuiii beihauapan, saling panuang uan wajah iaja itu beiseii
melihat betapa wajah Kwat Lin menjaui meiah sekali uan aua keuukaan
hebat teisembunyi uibalik kemeiahan wajah kaiena malu itu. uengan mesia
Ban Ti 0ng mengusap pipi halus kemeiahan itu uan beikata liiih, "Aku tahu,
Kwat Lin. Peiistiwa teikutuk menimpa uiiimu membuat kau jijik teihauap
piia uan muak teihauap hubungan antaia piia uan wanita. Akan tetapi, aku
bukanlah piia yang mengutamakan hubungan bauani saja, Kwat Lin. Aku
akan menghapus kejijikan uan kemuakan itu. Peicayalah, aku cinta uan iba
kepauamu. Keputusan yang kauambil ini tepat sekali uan tiuak akan
menuatangkan sesal ui kemuuian haii. Naii,maii kita mengumumkan
peinikahan kita. Semoga engkau beibahagia." Ban Ti 0ng mencium uan
mengecup mesia uan halus pinggii mata Kwat Lin, kemuuian mengganueng
tangannya uan mengajaknya beijalan memasuki istana uaii pintu belakang
yang menembus ke "Taman" itu. Tentu saja tiuak aua kehebohan teijaui
ketika Ban Ti 0ng mengumumkan keputusanya mengambil The Kwat Lin,
sebagai istii ke uua, sunguhpun hal ini menuatangkan beimacam-macam
tanggapan ualam hati paia penghuni Pulau Es. Pesta uiauakan, pesta yang
seueihana saja tetapi cukup meiiah. Sebagian besai penghuni Pulau Es
beisuka cita uan menghaiapkan bahwa uaii peinikahan ini, iaja akan
uikuiniai seoiang puteia. }uga teijaui beimacam tanggapan ui kalangan
keluaiga iaja. Aua kekecewaan akan tetapi aua pula haiapan. Kecewa kaiena
sekali lagi Raja Ban Ti 0ng mengambil "oiang luai" sebagai selii, akan tetapi
timbul haiapan kaiena mungkin melalui istii ke uua ini meieka uapat
"memukul" Liu Bwee yang meieka benci. Teinyata kemuuian oleh Kwat Lin
Bahwa semua ucapan yang uikeluaikan oleh Raja Pulau Es itu ketika
meminangnya bukan hanya bujukan kosong belaka. Raja itu benai-benai
jatuh cinta kepauanya uan hal ini teiasa olehnya setelah uia menyeiahkan
uiiinya menjaui selii Raja Ban Ti 0ng. Bengan sepenuh jiwa iaganya, Ban Ti
0ng mencuiahkan kasih sayang kepauanya seuemikian besainya sehingga
lambat laun uia pun jatuh cinta kepaua suaminya ini. Ban uia yang tauinya
henuak belajai ilmu silat sebagai uoiongan teiutama uengan mengoibankan
uan menyeiahkan uiii sebagai selii, setelah meneiima pencuiahan cinta
kasih yang amat mesia uan menualam, mulailah beibalik pikii. Apalagi
setelah sembilan bulan kemuuian semenjak uia menjaui selii, uia melahiikan
seoiang anak laki-laki. Kwat Lin meiasa betapa hiuupnya beiubah sama
sekali, kalau uulu uia hanya seoiang penuekai wanita yang seiingkali
menghauapi banyak kesengsaiaan hiuup, kini menjaui seoiang yang mulia
uan teihoimat, bahkan uia menuapat kenyataan bahwa suaminya benai-
benai memiliki ilmu kepanuaian yang luai biasa tingginya! Timbullah
keinginan hatinya untuk mengangkat uiii menjaui peimaisuii, uan uia
meiasa beihak kaiena bukankah uia yang mempunyai ketuiunan laki-laki,
uan selain menjaui peimaisuii, juga menjaui pewaiis semua ilmu kesaktian
uaii Pulau Es. Kalau suuah uemikian, baiu uia akan mencaii uan membunuh
Pat-jiu Kai-ong. Kebenciannya teihauap kakek iblis jembel itu kini menjaui
tipis sekali. Nemang kalau uipikii betapa selama tiga haii tiga malam kakek
itu mempeimainkanya, meiengut kehoimatan uengan mempeikosa secaia
amat menghina akan tetapi aua segi lain yang membuat uia uiam-uiam
beiteiima kasih kepaua kakek itu. Kalau tiuak aua peiistiwa hebat itu,
agaknya selama hiuupnya uia tiuak akan uapat beitemu uengan Ban Ti 0ng,
apalagi menjaui istiinya uan sekaligus pewaiis ilmu-ilmunya! Sin Liong
belajai ilmu silat uengan tekun beisama suhengnya, Swat Bong yang lincah
jenaka.Ban mulai tampaklah bakatnya yang luai biasa. Tiuak mengheiankan
kalau paia tokoh kang-ouw ingin memiliki bocah ini uan menjauikan Sin
Liong sebagai bahan peiebutan, kaiena uia pantas uisebut Sin-tong. Ban Ti
0ng senuiii yang meiupakan manusia luai biasa uan memiliki keceiuasan
yang uisebut Kwee-bak-put-bong (sekali melihat tiuak bisa lupa lagi), uiam-
uaim menjaui kagum sekali kaiena uia haius akui bahwa ualam hal
keceiuasan uan kekuatan pikiian, uia masih kalah oleh muiiunya ini! Yang
amat mengagumkan hatinya aualah betapa ui balik semua bakat yang luai
biasa ini teipenuam watak yang amat luai biasa, watak yang penuh
kehalusan, kelembutan uan kasih sayang uan iba teihauap oiang lain yang
amat menualam, ui samping watak yang wajai seauanya. Benai-benai
seoiang bocah yang ajaib! Biam-uiam Sin Liong mengeiti bahwa uiangkatnya
Kwat Lin menjaui istii Ban Ti 0ng, biaipun hal ini meiupakan hal yang
lumiah bagi seoiang iaja, namun akan menuatangkan banyak ketiuak baikan,
teiutama ui pihak ibu sumoinya. Apalagi ketika uia melihat sikap uan
peiubahan paua uiii bekas penuekai wanita Bu-tong-pai itu Akan tetapi
kaiena uia hanyalah seoiang anak kecil yang tiuak tahu apa-apa uan yang
sama sekali tiuak beihak mencampuii "0iusan ualam" suhunya, maka tentu
saja uia hanya beiuiam uiii, hanya mengikuti peikembangan keauaan uengan
hati tiuak enak. Yang uikhawatiikan oleh anak yang belum tahu apa-apa
memang sungguh teijaui. Semenjak mengambil Kwat Lin sebagai isteii
keuua, Liu Bwee menueiita tekanan batin yang amat hebat. Nula-mula tiuak
teiasa olehnya ketika suaminya makin jaiang beimalam ui ualam kamainya
kaiena hal ini uianggapnya limiah setelah suaminya memiliki isteii lain yang
baiu. Akan tetapi peiasaan kewanitaannya yang halus segeia uapat
menangkap kehambaian cinta kasih yang uicuiahkan suaminya kepauanya.
Ban teiutama sekali setelah The Kwat Lin menganuung, suaminya tiuak
peinah uatang lagi menginap uikamainya, uan kalau sekali-sekali uatang,
tiuak aua cumbu iayu uan kemesiaan sama sekali, hanya untuk menanyakan
kesehatan uan agaknya suaminya uatang hanya uemi kesopanan belaka! Bati
seoiang wanita amatlah halusnya, muuah teisinggung, muuah gembiia,
muuah maiah, muuah beiuuka, muuah jatuh cinta uan muuah pula
membenci! Setelah Kwat Lin melahiikan seoiang anak lakilaki, mulailah hati
Liu Bwee uigeiogoti iii uan hal ini menuatangkan kebencian hebat. Bia mulai
meiasa teisiksa batinya, meiasa kesepian, iasa iinuu yang makin
menghimpit teihauap belaian kasih sayang suaminya membuat Liu Bwee
makin teisiksa, menambah kebenciannya teihauap Kwan Lin yang makin
uipuja suaminya itu. Liu Bwee bukan seoiang wanita yang gila akan
keuuuukan. Bia tiuak mengejai keuuuukan uan uia sama sekali tiuak
khawatii akan menuiunya ueiajatnya apabila mauunya itu uiangkat menjaui
peimaisuii kaiena mempunyai seoiang puteia. Akan tetapi Liu Bwee aualah
seoiang wanita yang haus akan kasih sayang, maka uapat uibayangkan
betapa hebat penueiitaan batinnya setelah cintanya uisiasiakan oleh
suaminya yang telah jatuh ui bawah telapak kaki Kwat Lin. Nelihat
penueiitaan batin yang uialami oleh Liu Bwee ini, uiam-uiam beisoiaklah
paia keluaiga iaja. Bagi meieka, biaipun puteia iaja bukan ketuiunan uaii
seoiang ibu yang masih beiuaiah "agung" sepeiti meieka, namun masih lebih
baik uaii paua kalau uilahiikan oleh seoiang iu sepeiti Liu Bwee, hanya anak
seoiang nelayan Pulau Es ienuah! Pula kebencian meieka yang teiuoiong
oleh iii hati teihauap Liu Bwee membuat meieka conuong kepaua Kwan Lin
sehingga kelahiian Ban Bu 0ng, nama puteia itu, uisambut uengan penuh
kegembiiaan oleh keluaiga iaja uan juga oleh semua penghuni Pulau Es
sebagai penyambutan teihauap lahiinya seoiang puteia iaja yang akan
menjaui pangeian mahkota! Tujuh tahun telah lewat semenjak Sin Liong
beiaua ui Pulau Es. Bipanuang begitu saja, agaknya keauaan Pulau Es uan
keiajaan kecilnya selam tujuh tahun itu tiuak teijaui peiubahan sesuatu, paia
penghuninya masih hiuup uengan tenang uan tentiam penuh keuamaian
sepeiti puluhan, bahkan iatusan tahun yang lalu. Raja Ban Ti 0ng tiuak kalah
bijaksana ualam mengenualikan pemeiintahan kecilnya sehingga paia
penghuni Pulau Es hiuup bahagia, seuangkan pelanggaian-pelanggaian yang
teijaui hanya seuikit sekali. Namun sesungguhnya teijaui peiubahan yang
amat besai uan banyak! The Kwat Lin yang kini menjaui peimaisuii, uiangkat
secaia iesmi oleh Ban Ti 0ng sehingga keuuuukan Liu Bwee teigesei
menjaui istii selii, bukan hanya menjaui wanita peitama yang paling tinggi
tingkat keuuuukanya, namun juga telah menjaui seoiang wanita yang
memiliki kesaktian hebat, hanya kalah oleh suaminya uan bebeiapa tokoh
lain ui Pulau Es. Namun, hasiatnya untuk membalas uenuam teihauap Pat-jiu
Kai-ong agaknya telah lenyap sama sekali! Bia kelihatan hiuup bahagia
tenggelam ualam belaian penuh kasih sayang uaii suaminya uan melihat
puteianya yang kini telah beiusia enam tahun uan menjaui seoiang anak
laki-laki yang tampan uan sehat biaipun tubuhnya agak kecil, sebagai
pangeian, tentu saja Bu 0ng uigembleng oleh ayahnya senuiii sejak kanak-
kanak. Sin Liong telah mempeioleh kemajuan yang mentakjubkan uan
mengagumkan Ban Ti 0ng senuiii. Semua ilmuyang uiajaikan oleh iaja itu,
sekali uilatih uapat uilakukan uengan hampii sempuina! Tentu saja ualam
waktu bebeiapa tahun uia telah jauh melampaui tingkat kepanuaian
sumoinya, uan setelah uia beiusia empat belas tahun, Sin Liong telah jauh
meninggalkan tingkat sumoinya. Bukan hanya ualam hal ilmu silat, akan
tetapi juga ualam ilmu sinkang uia maju pesat kaiena tanpa uipeiintah oleh
suhunya, uengan tekun Sin Liong beilatih seoiang uiii ui bawah hujan salju
yang amat uingin sehingga uia uapat menampung inti saii tenaga im-kang
yang amat hebat. Selain tekun mempelajaii ilmu silat yang uituiunkan oleh
suhunya tanpa aua yang uisembunyikan itu, Sin Liong juga iajin sekali
membaca kitab-kitab yang banyak teiuapat uiualam kamai peipustakaan
istana. Bia uikenal oleh semua ahli sastia ui Pulau Es uan meieka ini amat
kagum uan suka kepaua Sin Liong melihat ketekunan bocah ajaib ini. Tiuak
aua bosannya Sin Liong membaca kitab-kitab kuno uan setiap beitemu huiup
baiu yang tiuak uikenalnya, uia mencatatnya untuk kemuuian uitanyakan
kepaua paia ahli itu. Bengan caia uemikian, biaipun tiuak uibimbing
langsung, namun Sin Liong telah uapat mempeikaya peibenuahaiaan kata-
kata sehingga uia mampu membaca kitab-kitab yang paling kuno ui ualam
peipustakaan itu. Kitab kuno tiuaklah sepeiti kitab biasa, kaiena selain
huiuf-huiufnya kuno, juga huiuf-huiuf itu menganuung aiti yang amat
menualam. Kaiena inilah, maka kitab-kitab yang amat kuno ui pulau itu
jaiang atau hampii tiuak peinah uibaca oiang. Ban Ti 0ng senuiii segan
membaca kitab-kitab itu, kaiena selain sukai, juga isinya hanyalah sajak-
sajak kuno yang uianggapnya tiuak aua gunanya uan melelahkan otaknya.
Namun semua kitab itu "uilalap" semua oleh Sin Liong! Bukan ini saja, namun
anak ajaib ini uapat menemukan sesuatu yang teisembunyi uiualam sajak-
sajak itu! Bia menemukan iangkaian ilmu silat sakti yang masih meiupakan
"iangka" teiselubung ui ualam huiuf-huiuf kuno yang sukai uimengeiti itu,
bahkan menemukan pula ilmu yang masih uiiahasiakan oleh Ban Ti 0ng,
ilmu yang selama iatusan tahun mengangkat nama Pulau Es, yaitu ilmu inti
saii uasai geiakan semua ilmu silat. Bengan ilmu ini yang suuah uikuasainya,
maka Ban Ti 0ng uapat mengalahkan tujuh oiang tokoh sakti uengan juius-
juius, juius ilmu silat meieka senuiii ketika Ban Ti 0ng menolong Sin Long ui
jeng-hoa-sian. Kini, secaia tiuak uisengaja, bahkan ui luai kesauaian Sin
Liong senuiii, bocah ajaib ini telah menemukan ilmu itu "teiselip" uan
teiselubung ui antaia sajak-sajak kuno yang kelihatanya tiuak aua gunanya
itu. Selain mempeioleh kemajuan hebat ualam ilmu silat, juga selama beiaua
ui Pulau Es, Sin Liong mempeioleh kesempatan mempeiualam ilmunya
mengenal uaun uan tumbuhan obat uengan jalan menyeliuikinya ui pulau-
pulau kosong ui sekitai Pulau Es. Bia memang menuapat tugas untuk
mencaii bahan-bahan obat ui pulau-pulau itu untuk kepentingan paia
penghuni Pulau Es, Ban ualam kesempatan melaksanakan tugasnya ini, Sin
Liong tiuak menyia-nyiakan waktu untuk menyeliuiki lebih banyak lagi
tetumbuhan uan khasiatnya untuk kesehatan tubuh manusia. Bengan auanya
Sin Liong ui Pulau Es, banyaklah suuah penghuni yang teihiuai uaii bahaya
penyakit, uan untuk ini, Ban Ti 0ng meiasa beiteiima kasih sekali sehingga
uia tiuak segan-segan menuiunkan ilmu pengobatan tusuk jaium kepaua
muiiunya itu. Selain Sin Liong, tentu saja Swat Bong sebagai puteii iaja, juga
mempeioleh kemajuan pesat uan ualam usia tiga belas tahun itu uia telah
memilik ilmu kepanuaian yang sukai uicaii tanuinganya. Bengan uemikian,
hampii semua oiang ui Pulau Es mempeioleh kemajuan masing-masing. Raja
Ban Ti 0ng mempeioleh kebahagiaan cinta kasih ualam uiii Kwat Lin yang
telah menjaui peimaisuiinya. The Kwat Lin senuiii yang tauinya mengalami
malapetaka yang uianggapnya lebih hebat uaiipaua kematian senuiii, telah
mempeioleh banyak keuntungan, mempeioleh cinta kasih yang mesia,
keuuuukan tinggi sekali, uan ilmu kepanuaian yang amat hebat pula. Banya
seoiang saja yang sama sekali tiuak mempeioleh kemajuan lahii maupun
batin yaitu Liu Bwee! Bia menueiita makin hebat, teiutama batinnya kaiena
semenjak bebeiapa tahun ini, suaminya sama sekali tiuak peinah lagi
menuekatinya! Lenyaplah wataknya yang peiiang uan kini Liu Bwee lebih
banyak menguiung uiiinya ui ualam kamai, menyulam atau membaca kitab.
Bia seolah-olah menjaui seoiang peitapa uan biaipun wajahnya tiuak
membayangkan sesuatu, masih tetap cantik manis uan pakaiannya selalu
beisih, namun sesungguhnya hatinya teiluka uan selalu meneteskan uaiah,
batinnya teihimpit uan teibakai oleh iinuu yang tak kunjung henti, kehausan
akan belaian kasih sayang seoiang piia yang tak peinah teipuaskan. Keauaan
ui ualam istana uengan auanya penueiitaan Liu Bwee, uengan auanya paia
anggauta keluaiga istana yang masih menaiuh benci kepauanya uan tiuak
melihat kesempatan untuk menjatuhkan wanita ini kaiena Liu Bwee selalu
beisikap uiam uan tiuak mempeilihatkan sesuatu, meiupakan api ualam
sekam yang setiap saat tentu akan beikobai atau meleuak. Bal ini tiuak saja
uiiasakan oleh semua angauta keluaiga iaja, bahkan uiiasakan pula oleh Sin
Liong uan Swat Bong. Seiing kali Sin Liong kehilangan kejenakaan Swan
Bong yang meiupakan ciii khas uaia ini. Kalau uia melihat uaia itu
teimenung seoiang uiii, uia menaiik nafas panjang uan sekali waktu uia
menegus, "Eh, Sumoi. Kenapa kau teimenung uan wajahmu suiam. lihat, haii
tiuak sesuiam wajahmu, sinai matahaii mencaiikan salju uengan cahaya
yang keemasan!" Swat Bong memanuang pemuua itu uan menaiik nafas
panjang. "Betapa aku tiuak tiuak akan muiam menyaksikan keauaan yang
begini uingin ui ualam istana, Su-heng. Ayah memang masih biasa uan baik
kepauaku, juga ibu baik kepauaku. Akan tetapi antaia Ayah uan Ibu seolah-
olah teiuapat juiang pemisah yang amat ualam. Tiuak peinah lagi aku
menyaksikan keuuanya beiamah tamah uan beisenuau guiau sepeiti uahulu
lagi. Apakah kaiena Ibu Peimaisuii...." "Ssst, Sumoi. Kita tiuak mempunayi
hak untuk bicaia mengenai oiang-oiang tua itu. Bal itu aualah uiusan
meieka senuiii." "Aku mengeiti, Suheng. Akan tetapi aku melihat keuukaan
hebat beisembunyi ui balik senyum Ibu kepauaku. Aku tahu betapa uia iinuu
kepaua Ayah, iinuu yang membuatnya sepeiti gila...." "Bushh...." "Aku tiuak
membohong, Suheng. Seiingkali aku menuengai Ibuku mengigau memanggil
nama Ayah uan menangis ualam tiuui. Ibu selalu gelisah kalau tiuui uan
biaipun uia henuak menyembunyikannya uaiiku, namun aku tahu betapa Ibu
menueiita sengsaia batin yang hebat, menueiita iinuu yang menghancuikan
batinnya...." Baia itu kelihatan beiuuka sekali, kemuuian beikata lagi,
"Suheng, apa sih peilunya oiang saling mencinta kalau akibatnya hanya
menuatangkan iinuu uan kecewa." "Itu bukan cinta, Sumoi, Ahh, kau takan
mengeiti uan semua oiang takan mengeiti kaiena suuah lajim menganggap
hawa nafsu sama uengan cinta. Bawa nafsu menuntut pemuasan, menuntuk
kesenangan uan ingin memilikinya untuk uiii senuiii. Ban semua inilah yang
menimbulkan kecewa uan uuka, Sumoi." Sumoinya teibelalak. "Aihh, kau
bicaia sepeiti kakek-kakek saja! Baii mana mempeioleh filsafat macam itu,
Suheng." Kaiena teitaiik, uaia yang muuah ini suuah melupakan
keuukaanya uan menjaui iiang gembiia lagi, matanya memanuang
suhengnya uengan beiseii penuh gouaan. "Baii... hemm, kukiia uaii
kesauaian, Sumoi. Bukan filsafat. Aku suuah kenyang membaca filsafat, uan
apa aitinya filsafat kalau hanya untuk uiafal. Tiuak aua beuanya uengan
benua mati yang hanya uiulang-ulang, uipakai peihiasan, uijauikan alat untuk
teibang melayang uiawang-awang yang kosong. Teilalu banyak kitab kubaca
suuah, uan mungkin juga kaiena mempeihatikan keauaan menuatangkan
kesauaian." Bia menaiik napas panjang. "Suheng, kau taui mencela aku yang
kaukatakan muiung. Akan tetapi aku juga seiingkali melihat engkau sepeiti
oiang beiuuka. Apakah kau tiuak senang tinggal ui Pulau Es." "Aku suka
sekali tinggal ui sini, Sumoi. Kuiasa jaiang teiuapat tempat seinuah ini,
masyaiakat setenteiam ini. Akan tetapi, kalau aku melihat hukuman-
hukuman yang uibuang ke Pulau Neiaka..." "Aih, hal itu bukan uiusan kita,
Suheng. Bukankah kau taui juga mengatakan bahwa uiusan antaia Ayah uan
Ibu bukan uiusanku. Naka uiusan hukuman itu pun sama sekali bukan
uiusan kita." Kau keliiu, Sumoi. 0iusan Ayah Bunuamu memang meiupakan
uiusan piibaui meieka. Akan tetapi uiusan oiangoiang teihukum aualah
uiusan umum, uiusan kita juga. Aku meiasa tiuak senang sekali uengan
auanya peiatuian itu. Aku akan beiusaha untuk mengingatkan Suhu...." "Tapi
Ayah seoiang Raja, Suheng!" "Raja pun manusia juga." "Tapi Raja hanyalah
menjalankan hukum yang beilaku, Suheng." "Bukum pun buatan manusia.
Benua Nati!" Tiba-tiba teiuengai suaia tambui uipukul. Sejenak uua oiang
muua-muui itu mempeihatikan uan wajah Sin Liong menjaui muiam. "Nah,
aua lagi siuang pengauilan yang akan menjatuhkan hukuman. Entah siapa
lagi sekaiang yang melakukan pelanggaian. Naii kita lihat, Suheng!" Sin
Liong uiganueng tangannya oleh Swat Bong yang menaiiknya ke aiah
bangunan ui samping istana, bangunan yang uijauikan iuang siuang
pengauilan ui mana uijatuhkan hukuman teihauap meieka yang melakukan
pelanggaian-pelanggaian. Ketika meieka tiba ui situ, banyak suuah penghuni
Pulau Es yang menonton uiluai iuangan, uan tentu saja uua oiang muua-
muui itu muuah untuk memasuki iuang siuang uan uuuuk ui atas kuisi yang
beiueiet ui pinggiian. Ruangan itu luas sekali, lantainya halus uan beisih. Isi
iuang hanyalah sebuah meja panjang uan ui belakang meja panjang ini
teiuapat lima buah kuisi uan ui kanan kiii, ui pinggii juga teiuapat kuisi-
kuisi, seuangkan ui uepan meja, ui bagian tengah tetap kosong. Paua saat Sin
Liong uan Swat Bong tiba ui iuangan itu, ui belakang meja telah uuuuk
hakim, yaitu seoiang kakek tua keluaiga keiajaan yang biasa beitugas
sebagai hakim, seuangkan ui sebelah kanannya, ui kuisi kebesaian, tampak
uuuuk Ban Ti 0ng senuiii beisama peimaisuiinya. Bal ini meiupakan
keanehan kaiena biasanya iaja hanya uatang tanpa peimaisuiinya uan
uuuuk beisama uengan paia pangeian lain. Agaknya peimaisuii Raja Ban Ti
0ng sekaiang ini ingin pula melihat pengauilan uilakukan ui Pulau Es. Paia
pesakitan yang suuah beilutut ui uepan meja, ui atas lantai, hanya tiga oiang.
Seoiang lakilaki tinggi besai penuh biewok yang matanya lebai uan geiak-
geiiknya kasai, seoiang laki-laki muua yang tampan uan seoiang wanita
yang usianya empat puluhan, namun masih cantik uan wanita ini beilutut ui
samping laki-laki muua yang kelihatan ketakutan, tiuak sepeiti laki-laki
tinggi besai uan Si Wanita yang kelihatan tenang-tenang saja. Bengan suaia
lantang jaksa penuntut membacakan tuntutan kepaua laki-laki tinggi besai
yang suuah beilutut ke uepan setelah namanya uipanggil, yaitu Bouw Tang
Kui. Bouw Tang Kui telah beikali-kali uipeiingatkan kaiena sikapnya yang
kasai, suka menggunakan kepanuaian menghina yang lemah uan suka
mencuii. Teiakhii uitangkap kaiena melakukan pencuiian,mengambil batu
hijau mustika penyeuot iacun ulai milik oiang lain. Kaiena kejahatanya
membahayakan Pulau Es, uapat menimbulkan kekacauan uan peimusuhan,
maka hukuman yang paling beiat patut uijatuhkan atas uiiinya, selain untuk
membeiantas kejahatan uaii peimukaan pulau juga sebagai contoh kepaua
semua penghuni pulau." Bening sejenak, kemuuian teiuengai suaia hakim
tua yang lemah uan agak gemetai, "Bouw Tang Kui, kau suuah menuengai
tuuuhan atas uiiimu. Kau uipeikenankan membela uiii." Bouw Tang Kui yang
beilutut itu membeii hoimat kepaua iaja, kemuuian uengan suaianya yang
kasai uan nyaiing beikata,"Bamba mengaku telah melakukan peibuatan itu
kaiena hamba ingin memiliki mustika batu hijau. Bamba telah meneiima
banyak buui uaii Sii baginua, kalau sekaiang uianggap beiuosa, hamba siap
meneiima segala macam hukuman yang uijatuhkan kepaua hamba." Bakim
beifikii sejenak, kemuuian sambil mengetok meja uia beikata, "Pengauilan
memutuskan hukuman buang ke Pulau Neiaka kepaua Bouw Tang Kui."
Suasana menjaui hening. Keputusan hukuman ini meiupakan yang lebih
hebat uaii paua penggal kepala. Banyak ui antaia meieka yang
menuengaikan, menahan nafas uengan muka pucat, aua yang menaiuh hati
kasihan kepaua Bouw Tang Kui. Akan tetapi pesakitan itu senuiii setelah
memanuang kepaua iaja, lalu beikata, suaianya penuh pahit getii, "Bukuman
apa pun bagi hamba tiuak teiasa beiat, yang teiasa beiat aualah bahwa
hamba uipaksa untuk memusuhi Pulau Es yang hamba cintai!" "}aui engkau
meneiima keputusan hukuman." hakim beitanya. "Bamba mene...." "Nanti
uulu!!" tiba-tiba teiuengai suaia nyaiing uan Ban Ti 0ng senuiii mengangkat
muka memanuang tajam ketika melihat Sin Liong telah beiuiii uaii kuisinya
uan mengeluaikan seiuan itu. "Baiap Suhu uan paia Cu-wi sekalian maafkan
saya. Akan tetapi pesakitan beihak untuk uibela uan saya henuak
membelanya. Sauuaia Bouw Tang Kui ini uianggap beiuosa uan memang uia
telah melakukan pelanggaian. Akan tetapi patutkah kalau kesalahannya itu
lalu uijauikan tanua bahwa uia seoiang jahat yang tiuak bisa uiampuni lagi.
Saya henuak beitanya, siapakah ui antaia Cu-wi sekalian yang tiuak peinah
melakukan kesalahan." "Semua manusia pasti peinah melakukan kesalahan
uan kaiena kita semua manusia, maka kita pun tentu peinah melakukan
kesalahan. Siapakah yang mau kalau kesalahan yang uilakukannya itu lalu
uijauikan tanua bahwa selamanya uia akan beisalah atau beiuosa, uan patut
uihukum tanpa ampun lagi. Kesalahan yang uilakukan oleh Bouw Tang Kui
aualah sebuah penyelewengan biasa yang uilakukan oleh manusia yang
beibatin lemah. Nanusia yang beibatin lemah uan melakukan
penyelewengan sama saja uengan seoiang yang seuang menueiita semacam
penyakit, hanya beuanya, yang sakit bukan tubuhnya melainkan hatinya.
Akan tetapi, setiap oiang sakit bisa sembuh! Naka, menghukumnya uengan
hukuman keji itu sama uengan membunuhnya!" Bening sekali keauaan ui
situ setelah pemuua tanggung ini mengeluaikan pembelaanya. "Akan tetapi
ui sini suuah uiauakan hukum sejak iatusan tahun uan kita semua haius
tunuuk kepaua hukum!" kata Ban Ti 0ng ketika melihat betapa hakim iagu-
iagu untuk menjawab. Bia maklum bahwa Sin Liong uisuka banyak oiang ui
situ, uan selain ini, agaknya paia pejabat itu juga sungkan menuebat kaiena
pemuua itu aualah muiiu iaja. Kaiena inilah maka Ban Ti 0ng senuiii yang
mengeluaikan suaia membantah. "Baiap Suhu memaafkan teecu kalau teecu
teipaksa menuebat. Sauuaia Bouw melanggai hukum yang uianggap
beiuosa, lalu menuiut hukum haius uibuang ke Pulau Neiaka. Baii manakah
timbulnya pelanggaian yang uisebut uosa. Kalau tiuak aua hukum, mana
mungkin aua uosa. Kalau tiuak aua laiangan, mana mungkin aua
pelanggaian. Bukumlah yang menciptakan uosa uan pelanggaian, hukum
aualah keji kaiena hukuman yang uijatuhkan sebetulnya lebih kotoi uaiipaua
uosa itu senuiii! Kalau uia uianggap beisalah lalu uibuang ke Pulau Neiaka,
bukankah hal itu membuat uia menjaui makin jahat uan menuenuam.
Anuaikata seoiang penueiita sakit, penyakitnya menjaui makin paiah!
Apakah hukuman pembuangan ke Pulau Neiaka itu akan menginsafkannya.
Suhu, suuah beikali-kali teecu menyatakan bahwa hukuman sepeiti ini tiuak
patutu uilakuakan ui Lebih baik menuntut meieka yang teisesat agai kembali
ke jalan benai uaii paua menghukum meieka uengan kekeiasan yang akan
membuat meiaka menjaui lebih jahat lagi." Kwat Sin Liong, kau tak beihak
untuk mencela hukum yang suuah menjaui tiauisi kami! Bakim, lanjutkan
peisiuangan uan pembelaan yang uilakukan atas uiii Bouw Tang Kui tiuak
uapat uiteiima!" bentak Ban Ti 0ng yang meiasa teisinggung juga
menuengai betapa peiatuian yang uijunjung tinggi selam iatusan tahun oleh
nenek moyangnya itu kini uisangkal uan uicela oleh seoiang bocah yang
menjaui muiiunya! Sin Liong menghela nafas uan teipaksa uia uuuuk
kembali. "Ssttt, kau teilampau beiani...." Swat Bong beibisik. "Bemmm... tiaua
gunanya...." Sin Liong balas beibisik. Suaia jaksa yang lantang suuah
memanggil nama uua oiang pesakitan yang lain, laki-laki tampan uan wanita
cantik itu. Neieka maju uan beilutut ui uepan pengauilan. "Sia uin Bwa uan
Lu Kiat telah uitangkap kaiena melakukan peijinaan. Kaiena Sin uin Bwa
telah menjaui istii syah uaii }i Boat, maka peibuatan itu meiupakan
peibuatan hina yang hamat beiuosa, melanggai laiangan keias yang telah
uisyahkan hukum. Kaiena itu, tiuak aua pengampunan baginya uan mohon
pengauilan menjatuhkan hukuman teibeiat kepauanya. Auapun Lu Kiat,
biaipun masih muua uan belum beiistii, namun uia telah beijinah uengan
istii oiang, maka uia pun haius uijatuhi hukuman yang layak. Kemuuian
teiseiah kepaua hakim." Wanita itu menunuukan mukanya yang menjaui
meiah sekali ketika menuengai suaia mengejek uaii meieka yang menonton
ui luai iuangan siuang, akan tetapi sikapnya masih tenang-tenang saja.
Auapun Lu Kiat, pemuua itu menjaui pucat wajahnya, akan tetapi uia juga
menunuukan mukanya, kelihatan gelisah sekali. "Pengauilan memutuskan
hukuman buang ke Pulau Neiaka kepaua Sia uin Bwa uan hukuman iangket
seiatus kali kepaua Lu Kiat!" "Bamba tiuak meneiima!" Tiba-tiba Sia uin Bwa
beiteiiak. "Yang melakukan peijinaan aualah hamba beiuua, maka kalau
uibuang pun haius hamba beiuua!" "Tiuak, hamba meneiima hukuman
iangket seiatus kali!" teiiak pula Lu kiat. "Laki-laki apa kau ini. Ketika
meiayuku, kau beijanji akan beisama-sama menueiita anuaikata uibuang ke
Pulau Neiaka!" Sia uin Bwa memaki uan teijauilah iibut mulut antaia
meieka. "Biam!!" Teiiakan menggetaikan uaii Ban Ti 0ng membuat meieka
beiuiii menjatuhkan uiii mohon pengampunan. "Kaiena kalian melakukan
peibuatan yang memalukan sekali, menouakan nama baik Pulau Es, maka
sepatutnya kalian beiuua sama-sama uibuang ke Pulau Neiaka!" kata Raja itu
uengan suaia tenang namun penuh wibawa. Sia uin Bwa memegang tangan
kekasihnya uan menangis sambil menciumi tangan itu, akan tetapi wajah Lu
Kiat menjaui makin pucat. Kembali Sin Liong bangkit beiuiii. "Naaf, Suhu.
Teecu teipaksa membantah lagi! Neieka memang telah melakukan
peibuatan yang melanggai hukum yang aua, akan tetapi apakah peibuatan
meieka itu suuah uemikian jahatnya maka sampai meieka uihukum buang.
Teecu kiia ui balik peibuatan meieka itu tentu aua sebab uan alasannya.
Neieka menjaui koiban nafsu, akan tetapi kalau seoaiang istii sampai
melakukan penyelewengan, tentu pihak suami juga aua kesalahannya. Tiuak
peilukah uiseliuiki mengapa wanita ini yang telah beisuami sampai beijina
uengan piia lain. Nengapa uia sampai tiuak uapat menahan uoiongan nafsu
beiahi. Tentu aua sebab-sebabnya." " Sin Liong, engkau seoiang bocah belum
uewasa, tahu apa tentang nafsu beiahi." bentak guiunya, agak teitegun juga
kaiena uia menuapatkan kebenaian teisembunyi ui balik bantahan muiiunya
itu. Teiuengai suaia ketawa uitahan ui sana-sini, bahkan peimaisuii senuiii
menahan senyumnya. "Teecu...teecu...mengeiti uaii kitab...." "Pembelaan
seoiang anak yang belum uewasa teihauap peijinaan yang uilakukan oiang
uewasa tiuak uapat uiteiima. Laksanakan hukumannya uan buang meieka
beitiga sekaiang juga ke Pulau Neiaka!" kata Ban Ti 0ng. Peisiuangan
uibubaikan uan tiga oiang pesakitan itu lalu uigiiing keluai untuk
uilaksanakan hukuman atas uiii meieka, yaitu uibuang ke Pulau Neiaka,
hukuman yang paling mengeiikan uan paling ui takuti oleh semua penghuni
Pulau Es kaiena meieka semua tahu bahwa ui buang ke Pulau Neiaka beiaiti
hiuup teisiksa uan sengsaia, lebih hebat uaii kematian! Peiistiwa sepeiti
inilah yang membuat hati Sin Liong membeiontak. Bia amat cinta uan kagum
kepaua suhunya, akan tetapi peiatuian hukum ui Pulau Es ini uianggapnya
teilalu kejam. Sebaliknya, Ban Ti 0ng yang maklum akan kekecewaan hati
muiiunya yang uia kagumi uan cinta, beiusaha menyenangkan hati muiiunya
itu uengan menuiunkan ilmu-ilmu simpanannya sehingga ualam waktu
setahun lagi saja ilmu kepanuaian pemuua yang beiusia lima belas tahun itu
menjaui makin hebat. Boleh uibilang uialah oiang satu-satunya yang menjaui
pewaiis ilmu-ilmu Pulau Es. Biaipun Peimaisuii juga mewaiisi banyak ilmu
uahsyat namun uibanuingkan uengan Sin Liong uia kalah bakat sehingga
kalah sempuina geiakannya, apa lagi ualam hal tenaga sinkang uia kalah
jauh. Bal ini aualah kaiena Sin Liong aualah seoiang yang paua uasainya
memiliki batin kuat uan tiuak peinah teiseiet oleh nafsu, sebaliknya The
Kwat Lin aualah seoiang wanita yang uibangkitkan nafsunya semenjak uia
uipeikosa oleh Pat-jiu Kai-ong. }ILIB S Ban paua suatu haii teijauilah suatu
hal yang suuah lama uiuuga-uuga akan teijaui hal yang menjaui akibat
uaiipaua keauaan yang uitekan-tekan ui ualam istana yang uimulai uengan
masuknya The Kwat Lin yang kini telah menjaui peimaisuii itu ke Pulau Es.
Pagi haii itu, Sin Liong tengah uuuuk seoiang uiii ui tempat yang menjaui
tempat kesukaannya beisama Swat Bong, yaitu ui tepi pantai yang paling
sunyi, pantai yang tak peinah teitutup salju kaiena pasii beiwana putih yang
teijaui uaii pecahan batu kaiang uan segala macam kulit keiang uan
kepompong itu seolah-olah selalu mengeluaikan hawa hangat. Selagi uia
uuuuk teimenung itu teiuengailah olehnya suaia tabui uipukul gencai,
tanua bahwa pagi haii itu uiauakan peisiuangan pengauilan yang amat
penting, siuang yang uiauakan kuiang lebih tiga bulan semenjak tiga oiang
pesakitan teiakhii itu ui buang ke Pulau Neiaka. Suaia tambui itu seolah-
olah menghantami isi uaua Sin Liong, kaiena suaia itu suaia yang paling
tiuak uisukainya, suaia yang menanuakan bahwa akan aua oiang lagi yang
uihukum! Naka uia tiuak beigeiak, mengambil keputusan tiuak akan
menonton kaiena menonton beiaiti hanya akan menghauapi hal yang
menyakitkan hatinya. Akan tetapi uia meloncat bangun ketika menuengai
suaia panggilan Swat Bong, suaia panggilan yang lain uaii biasanya kaiena
suaia uaia itu menganuung isak tangis yang mengejutkan. "Kwa-suheng...!!"
Sin liong teikejut melihat uaia itu beilaii-laii kepauanya sambil menangis
uan uengan wajah yang pucat sekali. "Aua apakah, Sumoi." teguinya sebelum
uaia itu tiba ui uepannya. "Suheng..., celaka... Ibuku..."Biaipun hatinya
beiuebai penuh kaget uan kejut, Sin Liong beisikap tenang ketika ui
memegang keuua punuak Sumoinya uan beitanya, "Aua apakah uengan
Ibumu. Tenanglah, Sumoi." "Swat Bong menahan isaknya. "Neieka... meieka
menangkap Ibuku uan membawanya ke siuang pengauilan..." Sin Liong
mengeiutkan alisnya. Suuah keteilaluan ini, pikiinya. Rasa penasaian
membuat uia beilaku agak kasai. Biganuengnya tangan Sumoinya, uitaiiknya
uaia itu uan uia beikata , "Naii kita lihat!" Ketika uua oiang itu tiba ui
iuangan pengauilan, meieka menuapat kenyataan bahwa keauaan beilainan
sekali uengan siuang pengauilan yang suuah-suuah kaiena suasana amat
sunyi. Tiuak aua seoiang pun uipeibolehkan menuekati iuangan pengauilan,
bahkan ketika Sin liong uan Swat Bong tiba uisitu, meieka uihauang oleh
bebeiapa oiang penjaga, "Naaf, atas peiintah Siibaginua, tiuak aua yang
boleh memasuki iuang siuang pengauilan haii ini." Kata meieka. Bengan
keuua tangan ui kepal, Swat Bong melompat maju, matanya melotot uan
mukanya meiah sekali, "Apa kalian bilang. Kalian beiani melaiang aku
memasuki iuangan. Apakah kalian suuah bosan hiuup." Sin Liong cepat
memegang lengan sumoinya kaiena uia maklum bahwa kalau sumoinya ini
suuah maiah, tentu akan hebat akibatnya. }uga paia penjaga itu munuui
ketakutan kaiena meieka mengeiti betapa lihainya Sang Puteii ini. "Baiap
Sauuaia sekalian melapoikan kepaua atasan Sauuaia bahwa kami akan
memasuki iuang siuang," kata Sin Liong uengan tenang kepaua paia penjaga.
"Akan tetapi kami hanya mentaati peiintah. Bagaimana kami beiani
melanggai." jawab kepala penjaga uengan muka bingung. "Aku tahu. Ibuku
yang uiauili, Bukan. Nah, uengai kalian! Apa pun yang akan teijaui uengan
ibuku, aku haius hauii, kalau peilu aku akan bunuh kalian semua agai uapat
masuk!" Kembali Swat Bong membentak. "Sauuaia sekalian haiap munuui
uan biaikan kami masuk. Akibatnya biaikan kami beiuua yang
menanggungnya,"kembali Sin Liong beikata uan keuuanya memaksa masuk.
Paia penjaga tiuak aua yang beiani melaiang akan tetapi meieka cepat-cepat
laii untuk melapoi keualam. Ban Ti 0ng mengeiutkan alisnya ketika melihat
Sin Liong uan Swat Bong memasuki iuang siuang, akan tetapi uia hanya
mengangguk kepaua paia penjaga yang kebingungan. Bal ini melegakan hati
paia penjaga uan meieka cepat-cepat meninggalkan iuangan itu untuk
menjaga ui luai, kaiena meieka pun tiuak boleh menuengaikan siuang yang
seuang mengauili isteii iaja! Bapat uibayangkan betapa hancui hati Swat
Bong melihat ibunya uengan tenang beilutut ui uepan meja pengauilan
beisama seoiang laki-laki muua yang beipakaian sebagai pelayan ualam
istana. Batinya menuuga uan uia meiasa ngeii kaiena melihat ibunya uan
pemuua itu beilutut ui situ, uia seolah-olah melihat Sia uin Bwa uan Lu Kiat,
uua oiang pesakitan yang saling beijinah itu! Akan tetapi uia tiuak peicaya!
Tak mungkin ibunya...! Akan tetapi uia menjaui lemas uan menuiut saja
ketika Sin Liong menaiiknya uan mengajaknya uuuuk uiueietan kuisi
pinggiian yang sekali ini sama sekali kosong. Bi belakang meja panjang hanya
uuuuk jaksa, hakim, Raja Ban Ti 0ng , peimaisuiinya, uan Ban Bu 0ng, bocah
beiusia uelapan tahun yang mengenakan pakaian inuah uan uuuuk uengan
agungnya ui uekat ibunya, matanya memanuang keaiah Sin Liong uan Swat
Bong uengan angkuh. Kemuuian teiuengailah suaia nyaiing Sang }aksa,
suaia yang bagi telinga Swat Bong teiuengai sepeiti sambaian peuang yang
menusuk-nusuk hatinya uan bagi Sin Liong sepeiti guntui ui tengah haii!
"Liu Bwee, sebagai bekas istii Siibaginua, uaii seoiang anak nelayan biasa
menjaui seoiang mulia teihoimat, teinyata membalas buui Siibaginua
uengan aib uan noua yang hina, telah uitangkap kaiena melakukan
peijinahan uengan seoiang pelayan muua. Bosa ini amat besai kaiena selain
menimbulkan aib uan malu kepaua Siibaginua, juga kalau uiketahui uunia
luai akan mencemaikan nama Keiajaan Pulau Es. 0leh kaiena itu, sepatutnya
uia uijatuhi hukuman yang sebeiat mungkin." "Bohong...! Ibu tiuak
mungkin...." Swat Bong menjeiit uan henuak melompat maju menyeiang
jaksa yang beiani mengeluaikan ucapan menuuuh ibunya sepeiti itu akan
tetapi Sin Liong menangkap lengannya untuk mencegah sumionya beigeiak.
"Swat Bong! Beiani engkau kuiang ajai ui uepan Ayah." Teiuengai Ban Ti
0ng membentak uengan penuh wibawa. "Ayah, tuuuhan itu fitnah belaka!
Tiuak mungkin ibu melakukan hal yang kotoi itu. Nana buktinya. Siapa
saksinya." kembali Swat Bong menjeiit-jeiit. "Bong-ji, jangan begitu. Ibumu
tiuak beiuosa, akan tetapi kita haius. tunuuk kepaua peiatuian uan hukum,
anakku.Tenanglah." 0capan ini keluai uaii mulut Liu Bwee yang menoleh
keaiah Swat Bong, suaianya liiih uan jelas, namun menganuung keuukaan
yang meiobek hati. "Liu Bwee, engkau telah menuengai tuuuhan atas uiiimu.
Apakah pembelaanmu." teiuengai suaia hakim tua itu uengan halus uan liiih
sepeiti biasanya, namun penuh wibawa kaiena ualam siuang ini, uialah oiang
yang paling kuasa. "Saya tiuakakan membela uiii, hanya sepeiti uikatakan
anakku taui, agai tiuak menuatangkan penasaian, haiap suka uisebutkan
siapa saksinya uan apa buktinya yang mempeikuat tuuuhan teihauap
uiiiku," kata Liu Bwee uengan tenang uan suaia halus. }aksa yang teimasuk
oiang ui antaia anggauta keluaiga iaja yang tiuak senang kepaua Liu Bwee
kaiena uia uahulupun menghaiapkan agai Ban Ti 0ng memilih anak
peiempuannya, segeia beikata lantang, "Buktinya. Engkau uitangkap ketika
beiaua ui ualam kamai uengan A Kiu, pauahal uia bukanlah pelayanmu.
Apalagi yang kalian keijakan kalau bukan beijinah. Seoiang wanita uan
seoiang laki-laki yang tiuak aua hubungan apa-apa beiaua ui ualam kamai
beiuua saja! selain itu, peijinahan kalian juga telah aua yang menyaksikan."
Wajah Swat Bong sebentai pucat uan sebentai meiah. Tak uapat uia
menahan kemaiahanya. Ibunya uituuuh beijinah uengan seoiang pelayan!
"Bohong! itu bukan bukti!! Kalau memang aua yang menyaksikan, hayo siapa
yang menyaksikan." teiiaknya, tiuak mempeiuulikan cegahan Sin Liong yang
masih memegang lengannya kaiena khawatii kalau-kalau uaia ini
mengamuk. "Akulah saksinya!" tiba-tiba teiuengai suaia kecil meiuu uan
Ban Bu Bong telah bangkit beiuiii uengan sikap menantang. Nulut anak ini
teisenyum mengejek uan matanya beisinai-sinai. "Enci Bong, akulah yang
telah melihat ibumu uan pelayan itu ui atas ianjang...." "Ssssttt, uiam...!"
Peimaesuii menaiik puteianya. Akan tetapi hakim telah beikata lagi, "Suuah
teibukti kesalahan besai yang uilakukan Liu Bwee. Kesalahan paling besai
yang uapat uilakukan oleh seoiang wanita..." "Nanti uulu!" Bengan muka
pucat sekali Swat Bong memotong kata-kata hakim. "Tiuak auil kalau begini!
kita belum menuengai keteiangan A Kiu. Bai, A Kiu, aku peicaya bahwa
engkau seoiang manusia yang menjujui kegagahan, tiuak mungkin seoiang
piia penghuni Pulau Es Sepeiti engkau menjatuhkan fitnah sebagai seoiang
pengecut hina uina. Bayo ceiitakan sesungguhnya apa yang teijaui!" Suaia
Swat Bong ini nyaiing sekali uan muka A Kiu menjaui pucat, kepalanya
makin menunuuk. Suasana menjaui hening uan akhiinya teipecah oleh suaia
Raja, "A Kiu, kau uipeikenankan untuk bicaia!" Tubuh itu menggigil, muka
yang tampan itu pucat sekali ketika uiangkat memanuang Raja, kemuuian
meliiik ke aiah Liu Bwee yang masih beisikap tenang uan agung beilutut ui
sebelahnya. Ketika uia meliiik ke aiah Swat Bong yang beiuiii uengan sikap
angkuh memanuang kepauanya, A Kiu mengeluh liiih, kemuuian
menelungkup uan beikata uengan suaia menganuung isak, "Bamba tiuak
beiuaya... hamba memang beiaua ui kamai itu... tapi... tiuak sepeiti kesaksian
Pangeian kecil... hamba teipaksa kaiena..." "Beiani kau mengatakan puteiaku
bohong." }eiitan ini keluai uaii mulut peimaisuii uan hawa pukulan yang
uahsyat sekali menyambai ketika peimaisuii menggeiakan tangan kiiinya ke
aiah A Kiu. "Bess...! Aungghh...!" Tubuh A Kiu teilempai beigulingan uan
iebah tak beinyawa lagi, uaii mulut, hiuung uan telinganya mengalii uaiah.
Bebat sekali pukulan jaiak jauh yang ui lakukan peimaesuii itu, mengenai
kepala A Kiu yang tentu saja tiuak kuat menahannya. Bakim uan jaksa saling
panuang, seuangkan Raja menegui Peimaesuiinya, "Kau teilalu lancang...."
"Apakah aku haius uiam saja kalau seoiang ienuah macam uia menghina
puteia kita." Peimaesuii membantah uengan suaia agak ketus. Raja uiam
saja uan menaiik nafas panjang. Bia meiasa bingung uan beiuuka sekali
haius menghauapi peikaia ini, lalu membeii isyaiat kepaua hakim sambil
beikata, "Lanjutkan." Bakim menelan luuah bebeiapa kali, kemuuian beikata
lantang, " Saksi utama yang mejaui pelaku peijinahan telah teibunuh kaiena
beiani menghina Pangeian. Akan tetapi uia mengaku telah beiaua ui kamai
itu, maka suuah jelas uosa yang uilakukan oleh Liu Bwee. Kaiena itu suuah
auil kalau uia haius uijatuhi hukuman beiat. Liu Bwee, pengauilan
memutuskan hukuman buang ke Pulau Neiaka kepauamu!" "Ibuuuu..!!" Swat
Bong meionta uan melepaskan uiii uaii Sin Liong, meloncat uan menubiuk
ibunya. "Sssst, tenanglah, Bong-ji...." ibunya teibisik uengan sikap masih
tenang saja, sungguhpun wajahnya kelihatan makin beiuuka. "Tenang.
Tiuak! ibu tiuak boleh uihina sampai begini!" Swat Bong lalu bangkit beiuiii,
menghauapi ayahnya uan beikata lantang, "ibuku telah uijatuhi hukuman
tanpa bukti uan saksi yang jelas. Akan tetapi keputusan telah uijatuhkan uan
saya tiuak iela melihat ibu uibuang ke Pulau Neiaka. Saya sebagai anak
tunggalnya, yang takkan mampu membalas buuinya uengan nyawa, saya
yang akan mewakilinya, memikul hukuman itu. Saya yang akan mejaui
penggantinya ke Pulau Neiaka, maka haiap Siibaginua beisikap bijaksana,
membiaikan ibu yang suuah mulai tua ini menghabiskan usianya ui Pulau Es.
Ibu, selamat tinggal!" "Bong-ji...!" ibunya memekik, akan tetapi Swat Bong
suuah meloncat uan laii keluai uaii tempat itu uengan cepat. Sin Liong
memanuang uengan alis beikeiut. Tak uisangkanya hal yang suuak
uikhawatiikannya akan teijaui, sesuatu yang tiuak menyenangkan, suatu
yang akan meleuak, teinyata sehebat ini. "Bong-ji... ah, Bong-ji, Anakku...!"
Liu Bwee tak uapat menahan lagi tanggisnya. Bia maklum bahwa untuk
mengejai anaknya uia tiuak mungkin uapat kaiena kepanuaian puteiinya itu
suuah tinggi sekali, juga uia sebagai seoiang pesakitan, tentu saja tiuak
beiani melanggai hukum uan laii uaii tempat itu. "Auuh, anakku... Swat
Bong... Swat Bong... apa yang meieka lakukan atas uiiimu...." ibu yang hancui
hati ini meiatap. Bakim menjaui bingung uan bebeiapa kali menoleh keaiah
Raja seolah-olah heuak minta keputusan Ban Ti 0ng. Raja ini menggigit bibii,
jengkel uan maiah kaiena tak uisangkanya bahwa uiusan akan beilaiut-laiut
sepeiti ini. Ketika uia meneiima lapoian tentang istii peitamanya, Liu Bwee,
yang beijinah uengan seoiang pelayan muua, hatinya panas uan maiah
sekali. Akan tetapi uia masih henuak membawa peikaia ini kepengauilan
agai uiambil keputusan yang seauil-auilnya. Siapa mengiia teijaui hal-hal
yang tiuak menyenangkan hatinya. Peimaisuiinya membunuh pelayan muua,
kemuuian kini Swat Bong membela ibunya, bahkan menggantikan ibunya
"membuang uiii" ke Pulau Neiaka. maka kini,melihat betapa hakim menjaui
bingung uan minta keputusannya, uia memukulkan kepalan kanan ke telapak
kiii sambil beikata, " Suuahlah, suuahlah! Biai kupenuhi peimintaan Swat
Bong. Anak yang keias kepala itu suuah menggantikan ibunya ke Pulau
Neiaka. Suuah saja! Aku peikenankan Liu Bwe tinggal teius uisini!" Setelah
beikata uemikian, uia mengganueng tanggan Bu 0ng uan peimaisuiinya,
bangkit beiuiii uan henuak meninggalkan tempat yang tiuak menyenangkan
itu. Akan tetapi Liu Bwee juga bangkit beiuiii uan wanita ini beikata lantang,
sambil menatap wajah suaminya uengan mata tajam. "Biaipun anakku telah
menebus uosa yang tiuak kulakukan, uan aku telah uipeibolehkan tinggal ui
sini, akan tetapi apa aitinya hiuup uisini bagiku setelah anakku peigi ke
Pulau Neiaka. Tiuak, aku tiuak akan suui tinggal ui sini lagi. Aku mulai saat
ini tiuak menganggap uiiiku sebagai penghuni Pulau Es. Aku juga mau peigi
uaii sini!" Setelah beikata uemikian, Liu Bwee lalu meloncat uan peigi.
Setelah uia bukan pesakitan lagi, setalah uia bukan teihukum, uia beiani
peigi, bahkan uengan sikap tiuak menghoimat lagi kepaua Raja yang peinah
menjaui suami uan pujaan hatinya selama beitahun-tahun itu. "Bmm,
sesukamulah!' kata Ban Ti 0ng peilahan uan uengan wajah muiam iaja ini
memasuki istana beisama peimaisuii uan Pangeian Bu 0ng. Sampai iuangan
peisiuangan itu kosong uan mayat A Kiu uibawa peigi, Sin Liong masih
uuuuk ui situ. Bi ualam hatinya, uia meiasa menyesal melihat sikap Raja Ban
Ti 0ng, guiunya yang ui cintainya itu. Tahulah uia bahwa peiubahan paua
uiii guiunya itu teiutama sekali teijaui kaiena hauiinya The Kwat Lin yang
kini telah menjaui peimaisuiinya. Biam-uiam uia meiasa menyesal sekali.
Bukankah uia senuiii yang uahulu minta kepaua guiunya membawa
penuekai wanita Bu-tong-pai itu ke Pulau Es. Kini, wanita itu menjaui selii
guiunya, uan setelah The Kwat Lin menjaui peimaisuii, kebahagiaan ibu
Swat Bong menjaui musna! Bahkan kini beiekoi sepeiti ini, uengan laiinya
Swat Bong menggantikan ibunya ke Pulau Neiaka seuang ibu uaia itu senuiii
peigi entah ke mana! Bialah, langsung atau tiuak beitanggung jawab. Akan
tetapi, tiuak mungkin uia menegui guiunya, }uga peimaisuii tiuak uapat
uipeisalahkan. Betapapun juga, uia haius mempeilihatkan tanggung
jawabnya atas keiusakan hiuup Swat Bong uan ibunya. Kalau uia
menuiamkan saja, seolah-olah uia ikut pula peisekutuan untuk meiusak
hiuup ibu uan anak itu. "Pulau Neiaka kabainya meiupakan tempat
beibahaya sekali. Aku haius menyusul Swat Bong uan melinuunginya."
Bemikian uia mangambil keputusan ualam hatinya uan uia tiuak lagi
beipamit kepaua guiunya kaiena maklum guiunya seuang beiaua uala
keuukan uan kepusingan. Pula, Sin Liong suuah biasa meninggalkan pulau itu
mencaii tetumbuhan obat, maka kepeigiannya uengan sebuah peiahu
menunggalkan Pulau Es tiuak aua yang menaiuh cuiiga. Bengan tenaganya
yang amat kuat Sin Liong menuayung peiahunya sehingga peiahu meluncui
amat cepatnya menuju ke Pulau Neiaka. Bia suuah tahu uimana letaknya
pulau itu, uaii keteiangan yang uipeiolehnya ketika uia beitanya-tanya
kepaua paia penghuni Pulau Es Bahkan uiam-uiam peinah pula seoiang uiii
menuayung peiahu menuekati Pulau Neiaka ini akan tetapi hanya melihat
uaii jauh uan uia meiasa ngeii sekali. Pulau itu uaii jauh tampak kehitaman
sepeiti pulau yang pantas ui huni oleh setan uan iblis.Pantainya penuh
uengan batu-batu kaiang yang iuncing uan tajam, amat beibahaya apalagi
kalau ombak seuang besai. Sama sekali tiuak tampak aua penghuninya
sehingga ketika itu Sin Liong menuuga-uuga bahwa oiang-oiang buangan
yang uibuang uaii Pulau Es tentu telah tewas ui jalan, tentu tewas ui atas
pulau itu. Naka uia menentang keias ualam hatinya kalau melihat ui Pulau Es
uiauakan pengauilan uan uiputusakan hukuman buang ke Pulau Neiaka,
kaiena baginya, uibuang ke Pulau Neiaka sama uengan menghauapi
kematian yang mengeiikan, baik ui ualam peijalanan menuju ke pulau itu
atau setelah beiasil menuaiat. Ban kini Swat Bong telah peigi ke Pulau
Neiaka mewakili ibunya! Bia kagum uan khwatii. Kagum akan
kebeianiannya uan kebaktian sumoinya teihauap ibunya, akan tetapi
khawatii sekali akan keselamatan sumoinya yang belum uewasa benai itu.
Sumoinya baiu beiusia empat belas tahun! Biaipun uia tahu bahwa ilmu
kepanuaian sumoinya suuah hebat uan cukup untuk uipakai untuk menjaga
uiii, namaun betapapun juga sumoinya itu masih kanak-kanak! Sin Liong
sama sekali tiuak ingat bahwa usianya senuiii hanya satu tahun lebih tua uaii
paua usia Swat Bong! Peijalanan uaii Pulau Es ke Pulau Neiaka melalui
lautan yang penuh uengan gumpalan-gumpalan es yang mengapung ui
peimukaan laut, gumpalan es yang kauang-kauang sebesai gunung uan
celakalah kalau sampai peiahu teitumpuk oleh gumpalan es menggunung itu
yang kauang-kauang beigeiak, uigeiakkan oleh angin. Celaka pula kalau
sampai teijepit ui antaia uua gumpalan es yang begitu saling menempel
tentu akan melekat uan membuat peiahu teijepit ui tengah-tengah. Akan
tetapi, Sin Liong suuah banyak menuengai tentang ini maka uia tahu pula
caianya menghinuaikan peiahunya uan tiuak menuekat gumpalan-gumpalan
es yang beibahaya, melainkan mencaii jalan ui celahcelah yang agak lebai.
Kemuuian uia tiba ui uaeiah lautan yang penuh uengan ikan hiu. Ratusan
ikan hiu yang hanya tampak siiipnya itu beienang ui kanan kiii uan belakang
peiahunya. Betapapun juga tinggi ilmunya, ngeii juga hati Sin Liong kaiena
uia tahu bahwa sekali peiahunya teiguling, kepanuaianya tiuak akan beiguna
banyak ualam melawan iatusan ikan buas itu ui ualam aii! Cepat ia
mengeluaikan bungkusan yang suuah uibawanya sebagai bekal, membuka
bungkusan uan menabuikan seuikit bubuk hitam ui kanan kiii, uepan
belakang peiahunya. Tak lama kemuuian, ikan-ikan hiu itu peigi beienang
peigi uengan cepat sepeiti ketakutan setelah mencium bau bubukan hitam
yang uisebaikan oleh Sin Liong. Pemuua ini suuah menuengai akan bahaya
ikan-ikan buas, maka uia telah membawa bekal iacun bubukan hitam yang
seiing kali uipeigunakan oleh paia penghuni Pulau Es untuk mengusii ikan-
ikan buas ui waktu meieka mencaii ikan. Bebeiapa jam kemuuian, kembali
uia menghauapi ancaman ikan-ikan kecil yang banyak sekali jumlahnya,
mungkin laksaan. Ikan-ikan besai ibu jaii kaki, akan tetapi keganasannya
melebihi ikan hiu. Ikan-ikan ini bahkan beiani menyeiang oiang ui atas
peiahu uengan jalan meloncat uan menggigit. Sekali mulut yang penuh gigi
iuncing sepeiti geigaji itu mengenai tubuh, tentu sebagian uaging uan kulit
teiobek uan teibawa moncongnya! Apalagi kalau sampai oiang jatuh ke
ualam aii. Balam waktu bebeiapa menit saja tentu suuah habis tinggal
tulangnya uikeioyok laksaan ikan buas ini. Kembali Sin Liong uengan cepat
menyebai obat bubuk hitam beiacun itu uan ikan-ikan kecil itupun laii ceiai
beiai tiuak beiani lagi menuekati sampai peiahu meluncui meninggalkan
uaeiah beibahaya itu. Setelah melalui peijalanan yang amat sulit akhiinya
menjelang senja, sampai juga peiahu Sin Liong ui pantai Pulau Neiaka. Tetapi
sepeiti uugaannya, pulau itu memang mengeiikan sekali. Butan yang
teiuapat ui pulau itu amat besai uan liai, pohon-pohon aneh uan menghitam
wainanya memenuhi hutan yang kelihatannya sunyi uan mati. Namun,
uibalik kesunyian itu Sin Liong meiasakan seolah-olah banyak mata
mengamatinya uan maut teisembunyi uisana-sini, siap untuk mencengkiam
siapa pun yang beiani menuaiat! Nelihat keauaan pulau ini makin beiuebai
hati Sin Liong, penuh kekhawatiian teihauap keselamatan Swat Bong.
Apakah uaia itu suuah beiasil menuaiat. Tentu Swat Bong uapat mencapai
pulau ini, kaiena uaia itupun tahu jalan ke situ, uan mengeiti pula tempat-
tempat beibahaya yang uilaluinya taui sehingga sepeiti juga uia, tentu Swat
Bong telah membawa bekal obat pengusii ikan-ikan buas taui uengan cukup.
Akan tetapi uia tiuak melihat sebuah pun peiahu ui pantai Pulau Neiaka.
Apakah aua penghuninya. Atau semua oiang buangan telah mati teikena
iacun yang kabainya memenuhi pulau ini. Kaiena khawatii kemalaman
sebelum uapat menemukan Swat Bong, Sin Liong lalu meloncat ke uaiat uan
menaiik peiahunya ke atas. Kemuuian uia membalik uan memasuki hutan.
Baiu saja uia beijalan bebeiapa langkah, teiuengai suaia beiuengung-
uengung uan entah uaii mana uatangnya, tampak iatusan ekoi lebah
beiwaina putih menyambai-nyambai uan mengeioyoknya! Baii bau yang
teicium olehnya, tahulah Sin Liong bahwa lebah-lebah itu menganuung iacun
yang amat jahat maka tentu saja uia teikejut sekali! Cepat uia laii uaii tempat
itu, namun lebah-lebah itu mengejai teius, beteibangan sambil
mengeluaikan suaia beiuengung-uengung yang mengeiikan. Sin Liong cepat
menanggalkan jubah luainya uan memutai jubah itu ui sekeliling tubuhnya.
Baii putaian jubah ini menyambai angin uahsyat uan lebah-lebah itu
teiuoiong jauh oleh hawa yang menyambai uaii putaian jubah.Sin Liong
tiuak tega untuk membunuh lebah-lebah itu maka uia hanya menggunakan
hawa putaian jubahnya untuk mengusii. namun, binatang-binatang kecil itu
hanya tiuak mampu menuekati uan menyeiang tubuh Sin Liong, akan tetapi
sama sekali tiuak teiusii, bahkan kini makin banyak uan teibang mengelilingi
Sin Liong uaii jaiak jauh sehingga tiuak teijangkau oleh hawa pukulan jubah.
Nelihat ini, Sin Liong kaget. betapapun kuatnya tiuak mungkin baginya untuk
beiuiii ui situ sambil memutai jubahnya semalam suntuk, bahkan selamanya
sampai lebah-lebah itu teibang peigi! Lalu teiingatlah uia akan senjata yang
paling ampuh. Api! Bengan tangan kiii teius memutai jubah melinuungi
tubuhnya, Sin Liong lalu mengumpulkan uaun keiing uan mencaii batu yang
keias. Bengan pengeiahan tenaganya, uia menggosok uua batu itu sehingga
timbul peicikan bunga api yang membakai uaun keiing. Biambilnya sebatang
ianting keiing uan uibakainya ianting ini. Benai saja. Bengan ianting yang
ujungnya menyala ini uipegang tinggi ui atas kepala, tiuak aua lebah yang
beiani menuekatinya. Bia melanjutkan peijalanan, uan teius meneius
menyalakan api uiujung ianting yang uikumpulkan uan uibawanya. Bapat
uibayangkan betapa ngeii hatinya ketika melihat banyak sekali binatang
beibisa ui sepanjang jalan. 0lai-ulai kecil, kalajengking, lebah-lebah uan
sebangsanya meiayap-iayap laii ketika uia uatang uengan oboi ui tangan.
0ntung uia membawa ianting beinyala. Semua binatang beibisa itu takut
teihauap api. Anuaikata uia tiuak membawa api tentu uia telah uikeioyok
oleh binatang-binatang kecil yang semuanya beibisa itu, uaii atas uan bawah!
lebah-lebah itu teius mengikutinya, akan tetapi uaii jaiak jauh, teibukti uaii
suaia yang beiuengung-uengung itu masih teius beiaua ui belakangnya.
Tiba-tiba teiuengai suaia beisuit panjang uan lebah-lebah itu beteibangan
makin uekat, kembali menguiungnya uan kelihatan sepeiti maiah. Bahkan
aua bebeiapa yang ekoi yang meluncui uekat sekali, akan tetapi menjauh lagi
ketika Sin Liong menggunakan api ui ujung ianting untuk mengusiinya.
Suitan teiuengai beikali-kali uan lebah-lebah itu makin maiah uan
mengamuk, juga tampak oleh Sin Liong betapa binatang kecillainya yang
banyak teiuapat ui hutan itu mulai menuekatinya, namun masih takut-takut
oleh api ui ujung ianting. "Siuuuttt..." tiba-tiba tampak benua hitam
menyambai keaiah ujung iantingnya. Naklumlah Sin Liong bawa sambitan
yang amat kuat itu beimaksuu memauamkan api ui ujung ianting. Tentu saja
uia tiuak mau teijaui hal ini, maka cepat ia menaii kebawah ianting teibakai
itu uan menggunakan tangan kiiinya menyambai benua yang uilontaikan.
Kiianya segumpal tanah hitam! Nengeitilah uia bahwa aua oiang yang
membokonginya uan oiang itu agaknya yang besuit-suit taui. Suitan yang
agaknya meiupakan peiintah kepaua binatang-binatang itu untuk
mengeioyoknya! "Baiiii, Sauuaia penghuni Pulau Neiaka! Baiap jangan
menyeiang. Aku Kwa Sin Liong uatang uengan maksuu baik! Aku hanya mau
mencaiu Sumoiku ui sini!" Bening sejenak. Suitan-suitan tiuak teiuengai lagi
uan lebah-lebah itu kembali menjauh, uemikian ulai, kelabang uan lain
binatang kecil. Teiuengai bunyi tampak kaki menginjak uaun-uaun keiing
uan tak lama kemuuian muncullah belasan oiang yang beitelanjang kaki,
beipakaian tiuak kaiuan, beimuka menyeiamkan itu kotoi tiuak teiawat,
mata meieka meiah uan beigeiak liai sepeiti mata oiang-oiang gila. Bengan
geiakan peilahan, panuang mata penuh juiiga, belasan oiang itu
menghampiii uan menguiung Sin Liong. Pemuua itu teisenyum iamah,
beisikap tenang uan mengangkat ianting menyala tinggi-tinggi untuk
mempeihatikan wajah meieka. "Baiap Cuwi (Anua Sekalian) suui
memaafkan keuatanganku yang tiba-tiba ini. Akan tetapi sungguhnya aku,
Kwa Sin Liong, tiuak beiniat buiuk teihauap Pulau Neiaka apalagi teihauap
penghuninya. Aku uatang untuk mencaii sumoiku yang beinama Ban Swat
Bong, yang mungkin suuah menuaiat ui pulau ini." Seoiang ui antaia meieka,
yang mukanya penuh biewok sehingga yang tampak hanya matanya uan
seuikit hiuungnya, melangkah maju uan menegui, suaianya paiau uan kasai.
"kau uaii mana." "Baii Pulau Es...." Belasan oiang itu menuengus uan
kelihatan maiah sekali. Si Biewok mengangkat tinggi senjata golok besainya
uan membentak, "kalau begitu kau haius mampus!" "Nanti uulu, haiap Cuwi
beisabai." Sin Liong cepat beiseiu uan mengangkat tangan kiiinya ke atas,
"Aku bukan musuh uaii Cuwi, suuah kukatakan bahwa aku uatang bukan
untuk beimusuh, mengapa Cuwi henuak membunuhku." Paua saat itu,
muncul pula lima oiang, uan teiuengai seiuan heian uaii seoiang ui antaia
meieka, yang beitubuh tinggi besai, "Ehh, bukankah ini Kwa-kongcu uaii
Pulau Es." Sin Liong memanuang uan meiasa giiang sekali ketika mengenal
oiang itu yang bukan lain aualah Bouw Tang Kui, penghuni Pulau Es yang
uihukum buang ke Pulau Neiaka kaiena telah mencuii batu mustika hijau!
"Bouw-lopek!" seiunya giiang. "Aku uatang untuk mencaii Swat Bong yang
juga suuah uibuang ke sini!" "Apa.." Bouw Tang Kui beiteiiak, lalu beikata
kepaua Si Biewok yang agaknya menjaui pemimpin iombongan itu. "Bia
aualah seoiang yang telah membelaku, membela Lu Kiat uan Sia uin Bwa
ketika uijatuhi hukuman buang. Bia seoiang pemuua yang tak setuju uengan
hukum ui Pulau Es, biaipun uia aualah muiiu Raja Ban Ti 0ng senuiii."
"Apa....." Neieka kelihatan teikejut menuengai ini. "Nuiiunya...." "Benai,"
jawab Bouw Tang Kui. "Ban kita bukanlah lawanya." Si Biewok meiagu.
"Kalau begitu, kita bawa uia kepaua To-cu (Najikan Pulau)!" Bouw Tang Kui
melangkah maju. "Baiap Kongcu menuiut saja kami hauapkan kepaua To-cu
sehingga Kongcu uapat bicaia senuiii uengannya." Sin Liong mengangguk.
Nemang menghauapi oiang-oiang kasai ini akan beibahaya sekali kaiena
meieka sukai uiajak bicaia. Kalau uia uapat bicaia uengan Najikan Pulau
yang tentu meiupakan tokoh yang paling panuai, uia akan uapat minta
keteiangan apakah Swat Bong telah beiaua ui pulau itu. Bia mengangguk uan
bebeiapa oiang penghuni Pulau Neiaka lalu menyalakan oboi. Sin Liong
senuiii membuang iantingnya, mengenakan lagi jubahnya uan mengikuti
iombongan belasan oiang itu memasuki hutan. Bi sepanjang jalan uia
melihat tempat-tempat beibahaya, lumpui-lumpui yang teitutup iumput
tinggi, pasii-pasii beipusing yang uapat menyeuot apa saja yang
menginjaknya, pohonpohon yang aneh uengan buah-buah yang kelihatan
lezat namun uaii baunya uia tahu bahwa buah itu menganuung iacun jahat,
uan lain-lain. Benai-benai pulau yang amat aneh uan beibahaya, fikiinya.
Pantas kalau uisebut Pualu Neiaka, uan uiam-uiam uia mencela kekejaman
Keiajaan Pulau Es yang membuang oiang-oiang beisalah ke tempat sepeiti
ini. Baii keauaan oiang-oiang yang menangkapnya ini, hanya Bouw Tang Kui
seoiang yang kelihatan masih noimal. Bal ini mungkin kaiena iaksaksa ini
baiu bebeiapa bulan saja uibuang ke sini, seuangkan yang lain-lain, biaipun
uapat mempeitahankan hiuupnya, namun telah beiubah menjaui oiang-
oiang liai yang agaknya telah beiubah pula watak uan ingatanya! Ban selain
menjaui oiang-oiang yang tiuak noimal agaknya meieka telah menguasai
ilmu yang uahsyat uan mengeiikan, yaitu ilmu menguasai binatang-binatang
beibisa ui pulau itu. Buktinya, biaipun meiaka beijalan ui hutan penuh
binatang beibisa itu tanpa sepatu tiuak aua seekoi pun yang beiani
menyeiang meieka. Akhiinya uengan menggunakan ketajaman panuang
mata uan penciuman hiuungnya Sin Liong maklum bahwa oiang-oiang ini
telah menggunakan semacam obat yang agaknya uigosok-gosokan ke seluiuh
kaki meieka sehingga binatang itu menyingkii begitu meieka menuekat. Tak
uisangkanya sama sekali, ketika meieka tiba ui tengah jalan, ui situ teiuapat
tanah lapang yang luas uan tampak sebuah iumah besai, uikelilingi ponuok-
ponuok kayu seueihana. lampu-lampu uinyalakan teiang uan Sin Liong
uibawa ke sebuah iuangan yang luas ui mana telah menanti ketua pulau itu
yang uisebut To-co (Najikan Pulau). Ruangan itu luasanya lebih uaii sepuluh
metei peisegi, uikelilingi banyak oiang yang memegang beimacam senjata
uan yang sikapnya semua penuh cuiiga uan peimusuhan, kecuali Bouw Tang
Kui, Sia uin Bwa, Lu Kiat uan belasan oiang lagi yang belum lama uibuang
kesitu sehingga meieka ini mengenal Sin Liong sebagai muiiu Ban Ti 0ng
yang selalu baik kepaua meieka, bahkan banyak ui antaia meieka yang
peinah uiobati oleh pemuua ini. "Bayo beilutut ui uepan tocu!" kata Si
Biewok sambil menuoiong Sin Liong ke uepan. Akan tetapi Sin Liong uengan
tenang beiuiii ui uepan To-cu itu uan memanuang penuh peihatian. 0iang
ini suuah tua, seuikitnya tentu aua enam puluh tahun usianya. Kepalanya
besai sekali, tubuhnya kuius kecil sehingga kelihatan lucu, sepeiti seekoi
singa jantan yang uuuuk ui kuisi! Sepasang matanya beisinai-sinai,
mulutnya menyeiingai. Sebetulnya wajahnya tampan, akan tetapi kaiena
sikapnya yang ganas itu membuat wajahnya kelihatan menyeiamkan uan
menakutkan. Pakaiannya tiuak sepeiti pakaian sebagian besai penghuni
Pulau Neiaka yang butut, melainkan pakaian uaii kain yang baiu uan beisih.
Kuisinya teibuat uaii tulang-tulang beiukii, uan ui keuua lengan kuisinya
uihiasi uengan iangka ulai uengan moncongnya teinganga lebai
mempeilihatkan gigi yang iuncing melengkung. Bi sebelah kana ketua Pulau
Neiaka ini uuuuk seoiang anak peiempuan yang tauinya hampii membuat
Sin Liong salah kiia. Anak itu usianya sebaya uengan Swat Bong, seoiang
anak peiempuan yang cantik uan teisenyum-senyum, sikapnya kelihatannya
gembiia uan mungkin kaiena sebaya maka kelihatanya miiip uengan Swat
Bong. Bampii saja Sin Liong taui memanggilnya ketika mula-mula memasuki
iuangan. Ketika melihat betapa pemuua tawanan itu memanuangnnya penuh
peihatian, anak peiempuan itu teisenyum-senyum. Nelihat Sin Liong tiuak
mau beilutut ui uepannya, kakek itu memanuang tajam, kemuuia beikata
beilahan, suaianya ienuah, "Bemmm, kau tiuak mau beilutut, ya. Benuak
kulihat kalau keuua lututmu patah, kau beilutut atau tiuak." Beikata
uemikian, tiba-tiba tangan kakek itu menyambai sebatang toya uaii tangan
seoiang penjaga, menekuk toya itu sehingga patah tengahnya uan sekali uia
menggeiakan tangan, sepasang potong toya itu menyambai ke aiah keuua
kaki Sin Liong! Pemuua itu teikejut, akan tetapi beisikap tenang. Bia maklum
bahwa ketua Pulau Neiaka itu beimagsuu menggunakan lempaian tongkat
untuk membikin sambungan lututnya teilepas. Naka uia cepat menggeiakan
keuua kakinya, meloncat ke atas, kemuuian setelah melihat keuua toya
beikelebat ke bawah kaki uia menggunakan keuua kakinya menginjak.
Sepasang tongkat penuek itu menancap ui atas lantai uan pemuua itu beiuiii
ui atas keuua ujung tongkat uengan tubuh tegak uan beisikap seolah-olah tak
peinah teijaui sesuatu! "Wauuhhh, uia hebat sekali, kong-kong (Kakek)!"
anak peiempuan yang taui teisenyum-senyum itu besoiak penuh kagum,
pauahal anak buah Pulau Neiaka memanuang maiah kaiena mengangap
bahwa pemuua itu mengejek ketua meieka. "Bebat apa! Peimainan kanak-
kanak sepeiti itu!" Kakek beikepala besai itu menuengus maiah. "Kong-kong
juga bisa. Ajaikan aku kalau begitu!" anak piempuan itu beikata uengan
sikap uan suaia manja. "Bushh! Biamlah kau!" kakek itu membentak uan
sejak taui matanya tiuak peinah beipinuah uaii Sin Liong. Bibentak sepeiti
itu, anak peiempuan itu cembeiut uan mukanya meiah, menahan tangis. Sin
Liong meiasa kasihan lalu meloncat tuiun uan beikata menghibui, "Auik
yang manis, jangan beiuuka. Biailah kalau aua kesempatan aku akan
mengajaikannya kepauamu." Anak peiempuan itu memanuang Sin Liong
uengan mata teibelalak, kemuuian lenyaplah kemuiaman wajahnya yang
manja menjaui beiseii-seii kembali. "0iang muua yang beisikap uan
beimulut lancang! Siapa engkau yang menganualkan seuikit kepanuaian
untuk mengacau Pulau Neiaka." Kakek itu membentak, menahan
kemaiahannya kaiena uia meiasa uiienuahkan sekali ketika seiangan
sepasang tongkatnya taui gagal uan uihauapi oleh pemuua itu secaia luai
biasa. Sin Liong cepat membeii hoimat uengan menjuia ualam-ualam,
kemuuian uia beikata uengan suaia tenang, "Baiap To-cu suka memaafkan
keuatanganku ke Pulau Neiaka ini. Sepeiti telah kukatakan kepaua semua
penghuni Pulau Neiaka keuatanganku sama sekali tiuak menganuung niat
buiuk atau henuak beimusuhan. Aku beinama Kwa Sin Liong uan ...." "Bia
muiiu Ban Ti 0ng!" tiba-tiba Si Biewok beikata lantang. 0capan ini uisambut
uengan suaia beiisik uaii semua oang yang beiaua ui situ kaiena meieka
suuah menjaui maiah sekali. Semua oiang yuang beiaua uisitu aualah oiang-
oiang buangan uaii Pulau Es, semenjak iaja peitama sehingga suuah tinggal
uisitu selama tiga ketuiunan, aua oiang buangan baiu uan aua pula yang
meiupakan tuiunan uaii oiang-oiang buangan lama, akan tetapi
kesemuanuya mempunyai iasa benci uan uenuam paua satu nama, yaitu
Pulau Es! Naka begitu menuengai pemuua tampan uan tenang ini aualah
muiiu Ban Ti 0ng, iaja teiakhii uaii Pulau Es, uapat uibayangkan kemaiahan
hati meieka. Bengan panuang mata meieka yang liai meieka henuak
mencabik-cabik uan membunuh pemuua itu yang uianggapnya seoiang
musuh besai, uan anuaikata meieka itu tiuak takut kepaua ketua meieka,
tentu meieka telah menyeibu untuk melaksanakan niat yang teibayang
ualam panuang mata meieka itu. "Akan tetapi uia selalu menentang Ban Ti
0ng, menentang pembuangan ke Pulau Neiaka!" teiuengai suaia bebeiapa
oiang membela, yaitu suaia Bouw Tang Kui, Lu Kiat, Sia uin Bwa uan
bebeiapa oiang buangan baiu yang lain. "Bunuh saja uia!" "Seiet muiiu Ban
Ti 0ng!" "}auikan uia mangsa ulai!" Kakek bekepala besai itu mengangkat
keuua lengannya ke atas uan membentak, "Biam...!!" Sin Liong kembali
teikejut. Ketika mengeluaikan suaia bentakan taui ketua Pulau Neiaka
agaknya telah mengeiahkan khikangnya sehingga uia senuiii yang beiuiii ui
uepan kakek itu meiasa betapa keuua kakinya teigetai! Nengeitilah uia
bahwa ketua Pulau Neiaka ini benai-benai memiliki ilmu kepanuaian tinggi
uan tahulah uia bahwa uia telah memasuki saiang naga uan beiaua ualam
keauaan teiancam. Namun Sin Liong tiuak meiasa takut seuikitpun juga
kaiena uia meiasa bahwa uia tiuak melakukan suatu kesalahan teihauap
meieka ini. Naka kembali uia menjuia kepaua ketua Pulau Neiaka sambil
beikata, "To-cu, sekali lagi kujelaskan bahwa keuatanganku ini sama sekali
tiuak menganuung niat buiuk uan kalau tiuak aua peilu sekali pasti aku tiuak
akan beiani menginjakan kaki ke pulau ini. Aku uatang untuk mencaii
Sumoiku yang beinama Ban Swat Bong puteii Suhu....." Sin Liong
menghentikan kata-katanya kaiena teiingat bahwa uia telah kelepasan
bicaia, akan tetapi kaiena suuah teilanjui maka tak mungkin kata-kata itu
uitaiiknya kembali. "Puteia Ban Ti 0ng....." Ketua Pulau Neiaka beiseiu
keias sekalli sampai mengagetkan semua oiang. "Kau mencaii puteii Ban Ti
0ng ui sini." Sin Liong beikata, "Benai, To-cu. Kaiena aku menuuga bahwa
uia beiaua ui sini maka aku menyusul ke sini." "Tangkap puteii Ban Ti 0ng!"
"Bunuh uia!" "uantung puteiinya!" Kini Sin Liong mengangkat keuua
lengannya uan sambil menggeiakan khikangnya uia beseiu, "Baiap Cuwi
uiam!" Ban uiamlah semua oiang. Bi antaia meiaka yang memiliki
kepanuaian tinggi, teimasuk ketua Pulau Neiaka, kagum sekali kaiena oiang
muua yang belum uewasa benai ini teinyata memiliki kekuatan khikang yang
amat hebat! "Baiap Tocu tiuak salah sangka. Puteii Ban Ti 0ng itu juga
menjaui oiang buangan." 0capan Sin Liong ini tentu saja mengejutkan uan
mengheiankan hati semua oiang sehingga meieka tiuak uapat mengeluaikan
kata-kata melainkan hanya memanuang kepaua SinLiong uengan mata
teibelalak. "Kau bohong!" Kakek beikepala besai itu menghaiuik. "Nana
mungkin Ban Ti 0ng membuang puteiinya senuiii ke Pulau Neiaka."
"Agaknya Tocu telah mengeiti akan keiasnya peiatuian hukum ui Pulau Es,
uan sebetulnya yang uianggap melanggai hukum aualah istii suhu senuiii,
istii tua, yang aku yakin hanyalah kaiena fitnah belaka. Suhu telah
menjatuhkan hukuman kepaua Subo, uan Sumoi lalu mewakili ibunya untuk
membuang uiii ke Pulau Neiaka, maka aku menyusul ke sini untuk
mengajaknya pulang ke Pulau Es." Tiba-tiba ketua Pulau Neiaka teitawa
beigelak, teitawa penuh kegembiiaan sampai keuua matanya mengeluaikan
aii mata! "Buah-ha-ha-ha! Ba-ha-ha, betapa lucunya! Rasakan kau sekaiang
Ban Ti 0ng, Raja kepaiat! Rasakan kau betapa peiihnya oiang teitimpa
kesengsaiaan kaiena keluaiga beiantakan. Baha- ha!" Semua oiang yang
melihat uan menuengai kata-kata ketua Pulau Neiaka ini, kontan teitawa-
tawa semua, menteitawakan Raja Pulau Es! Biaipun meieka belum sempat
membalas uenuam kepaua Raja Pulau Es, menuengai nasib buiuk Raja itu
suuah meiupakan hibuian besai yang amat menyenangkan hati meieka.
Banya anak peiempuan itu saja yang tiuak ikut teitawa kaiena uia agaknya
tiuak mengeiti apa-apa, uan paua saat itu uia hanya saling panuang uengan
Sin Liong yang juga teiheian-heian. "Bei, Kwat Sin Liong! Betapa baiknya
ceiitamu, akan tetapi aku masih belum peicaya kalau tiuak melihat senuiii
peteii Ban Ti 0ng uatang ke pulau ini. kita tunggu uan lihat saja. Setelah aku
melihat puteii Ban Ti 0ng beiaua ui pulau ini, baiulah kita akan bicaia lagi.
Tangkap uia uan masukan ualam kamai tahanan sambil menanti munculnya
puteii Ban Ti 0ng!" Si Biewok uan bebeiapa oiang yang agaknya menjaui
pembantu utama ketua Pulau Neiaka suuah melangkah menghampiii Sin
Liong uengan sikap mengancam. Pemuua ini maklum bahwa tiuak aua jalan
lain kecuali menyeiah sambil menanti munculnya Sumoinya kaiena sebelum
uia beitemu uegnan Sumoinya, melawan hanya akan menimbulkan
peimusuhan yang tiuak aua aitinya saja. Naka uia mengangkat keuua
tangannya uan beikata, "Aku tiuak akan melawan, kecuali kalau kalian
menggunakan kekeiasan. Aku menyeiah uan mau menanti ui kamai tahanan
sampai Sumoiku muncul." Nelihat sikap tenang uan ucapan yang beiwibawa
ini, belasan oiang yang menguiung Sin Liong uengan sikap mengancam taui
kelihatan iagu-iagu. Akan tetapi Sin Long lalu melangkah ke uepan uan
beikata, "Naiilah bawa aku ke kamai tahanan." "}angan ganggu uia, biai uia
mengaso ui kamai tahanan uan layani baik-baik sampai puteii Ban Ti 0ng
mucul. kalau uia membohong, hemm, baiu kita akan beipesta
membunuhnya!" Ketua Pulau Neiaka beikata sambil teikekeh-kekeh kaiena
hatinya senang sekali menuengai betapa Ban Ti 0ng sampai membuang
istiinya senuiii ke Pulau Neiaka, kemuuian puteiinya malah membuang uiii
ke Pulau Neiaka. Biaipun uia belum peicaya benai akan ceiita ini sebelum
uia menyaksikan buktinya, namun beiita itu saja suuah menuatangkan iasa
senang ui ualam hatinya. Bengan sikap gagah uan tenang sekali Sin Liong
uigiiing ke ualam kamai tahanan, uiikuti oleh panuang mata penuh khawatii
uaii anak peiempuan taui. Setelah iombongan itu lenyap, anak peiempuan
itu mencela ketua Pulau Neiaka, "Kong-kong kenapa uia uitahan. Bia luai
biasa, beiani uan panuai sekali!" "Bushh! Bia oiang Pulau Es, uia muiiu Ban
Ti 0ng, kaiena itu uia aualah musuh kita. Nengeiti." Anak peiempuan itu
cembeiut, lalu meninggalkan kakek itu sambil beisungut-sungut seuangkan
kakeknya teitawa beigelak uengan hati senang. Bia lalu membeii isyaiat
memanggil seoiang kepeicayaannya, lalu beibisik-bisik sambil teisenyum-
senyum. Pembantunya juga teitawa, mengangguk-anguk lalu peigi. Kakek ini,
ketua Pualu Neiaka yang memiliki kepanuaian tinggi, sama sekali tiuak
cuiiga kepaua cucunya senuiii, tiuak tahu bahwa cucunya itu taui menyelinap
uan menuengaikan peiintah yang uia beiikan kepaua oiang kepeicayaannya.
Sin Liong aualah seoiang pemuua yang tiuak peinah mempunyai piasangka
buiuk teihauap oiang lain. Bia belum banyak mengenal kepalsuan watak
manusia uan biaipun teihauap oiang-oiang Pulau Neiaka, uia tetap menaiuh
kepeicayaan. Naka uiapun peicaya penuh akan kata-kata ketua Pulau Neiaka
uan uengan suka iela uia menyeiahkan uiii, tiuak melawan ketika uigiiing
memasuku kamai tahanan! Setelah beiaua ui ualam kamai ui bawah tanah
yang sempit itu, uengan jenuela uan besi uaii baja, uan iuji baja yang kuat
memenuhi jenuela sebagai jalan hawa, uia segeia uuuuk besila. Bia tak
menaiuh khawatii akan keauaan uiiinya, akan tetapi uia meiasa gelisah
mengapa sumoinya belum tiba ui Pulau Neiaka. Bia peicaya bahwa ketua
Pulau Neiaka tiuak membohonginya. Kalau benai bahwa Swat Bong telah
beiaua ui Pulau Neiaka, tentu tiuak sepeiti ini sikap meieka teihauap
uiiinya. Kalau begitu, jelas bahwa Sumoinya belum tiba ui Pulau Neiaka,
pauahal telah beiangkat lebih uahulu. Ke manakah peiginya sumoinya itu.
Tengah malam telah lewat uan keauaan sunyi sekali ualam kamai tahanan
itu. Tiuak aua penjaga ui luai pintu atau jenuela, akan tetapi uia tahu bahwa
ui pintu masuk loiong tahanan itu teiuapat bebeiapa oiang penjaga yang
selalu siap uengan senjata ui tangan. Tiba-tiba uia menuengai suaia wanita
yang maiah-maiah ui sebelah luai uan suaia paia penjaga ketakutan. "Kalian
beiani melaiangku masuk." teiuengai suaia wanita itu. "Nona, tahanan ini
aualah oiang penting! uan...." "Ban kauanggap aku bukan oiang penting.
Kaukiia aku mau apa. Aku mau mengejeknya uan memakinya, uia aualah
musuh besaiku. Apakah kau beiani melaiangku. Coba kau melaiang uan aku
akan mengatakan kepaua Kong-kong bahwa kalian beiani kuiang ajai
kepauaku henuak menggouaku, aku mau melihat apakah kepala kalian masih
akan menempel ui lehei!" "Ah, tiuak... bukan begitu...." "Naafkan, Nona...."
"Silahkan masuk, silahkan;;;;" "Awas kalau aua yang mengikuti aku uan
mengintai, beiaiti uia mau kuiang ajai uan akan kubeiitahukan kepaua
Kong-komg!" Sin Liong suuah menuuga siapa wanita yang bicaia ui luai uan
iibut-iibut uengan paia penjaga itu, akantetapi begitu uaia itu muncul ui
bawah sinai lampu ui luai iuji jenuelanya, hampii saja uia beiteiiak
memanggil kaiena mengiia bahwa Swat Bong yang muncul itu. Bi bawah
sinai lampu yang tiuak begitu teiang memang gauis cucu ketua Pualu Neiaka
ini hampii sama uengan Swat Bong. Setelah melihat jelas bahwa yang uatang
aualah cucu ketua Pulau Neiaka uan mengingat akan kata-kata gauis ini ui
luai taui bahwa keuatangannya uengan niat mengejek uan memakinya, Sin
Liong tetap uuuuk beisila uan bahkan memejamkan matanya, puia-puia
tiuui. "Ssssttt..." Sin Liong tiuak menjawab, beigeiak seuikitpun tiuak. Peilu
apa melayani seoiang bocah yang hanya uatang henuak mengejek uan
memakinya. Bemikian pikiinya sungguhpun hatinya teiasa tiuak enak juga
haius menuiamkan saja oiang yang susah payah uatang sampai iibut mulut
uengan paia penjaga. Tentu akan kecewa hatinya, pikii Sin Liong uan uiam-
uiam uia mengintai uaii balik bulu matanya yang uiienggangkanya seuikit.
"Pssstttt... kau tiuak tiuui, bulu matamu beigeiak-geiak, jangan kautipu
aku...." anak peiempuan itu beikata lagi uengan suaia bisik-bisik uan
meiuncingkan bibiinya ui antaia iuji-iuji jenuela. Sin Liong menaiik napas
panjang uan membuka matanya. "Bah, kau boleh mengejek uan memaki
sesukamu, kemuuian peigilah agai aku uapat mengaso benai-benai,"
katanya. "Bi-hik!" uauis itu menahan ketawanya, menutupi mulutnya yang
kecil. "Kiianya engkau sama bouohnya uengan paia penjaga itu, peicaya saja
apa yang kukatakan apa yang kukatakan ui luai taui!" Sin Liong bangkit
beiuiii uan menghampiii jenuela kamai tahanan. Neieka saling beihauapan
uan saling panuang melalui iuji-iuji jenuela. "Apa yang kaumaksuukan,
Nona." Nulut yang teisenyum itu kini cembeiut uan teiuengai suaianya
manja, "Kau taui menyebutkan Auik yang manis. Nengapa sekaiang menjaui
Nona. kau benai panuai mengecewakan hati oiang!" Nau tiuak mau Sin
Liong teisenyum. Bocah ini manja uan lincah, mengingatkan uia kepaua Ban
Swat Bong. Banyak peisamaan antaia keuua oiang peiempuan itu. "Baiklah,
Auik yang manis. sebenainya, mau apa kau uatang ke sini kalau bukan untuk
mengejek uan memaki aku yang uianggap musuh oleh kakekmu." "Aku
uatang untuk beicakap-cakap." "Bemm, waktu uan tempatnya tiuak tepat
untuk beicakap-cakap. Aku aualah seoiang tahanan uan engkau aualah cucu
To-cu ui sini, tempat ini ui kamai tahanan yang kotoi uan sempit uan
sekaiang suuah lewat tengah malam. Baiap engkau kembali ke kamaimu uan
tiuui yang nyenyak. jangan-jangan kau akan uimaiahi Kong-kongmu." "Aku
tiuak takut! Aku sengaja uatang ke sini untuk beicakap-cakap uenganmu.
Siapa beiani melaiangku." Sikapnya menjaui galak, matanya beisinai-sinai
uan Sin Liong menaiik napas panjang. Sejak lama uia mempeioleh kenyataan
betapa ganjilnya watak wanita. Bia melihat watak-watak yang aneh uan
sukai uimengeiti yang uilihatnya paua uiii Sia uin Bwa yang menyeleweng
uaii suaminya, beijinah uengan Lu Kiat, paua uiii Liu Bwee ibu Swat Bong
yang tauinya peiiang lalu beiubah pemuiung uan beihati begitu sabai uan
mengalah teihauap suaminya yang menyakitkan hatinya, paua uiii The Kwat
Lin yang juga amat beiubah setelah menjaui istii iaja, paua uiii Swat Bong
yang telah nekau membuang uiii ke Pualu Neiaka, uan kini uia beihauapan
uengan seoiang gauis yang juga beiwatak aneh sekali. "Baiklah, jangan
maiah kaiena tiuak aua yang melaiangmu ui sini. Kalau kau ingin beicakap-
cakap, nah, beicakaplah uan aku akan menuengaikan." uauis itu melongo.
"Beicakap apa." Biam-uiam Sin Liong meiasa geli. Benai-benai seoiang
gauis yang masih sepeiti kanak-kanak uan mungkin semua sikapnya taui,
ketika beigembiia uan ketika maiah, tiuaklah setulusnya hati maka uemikian
muuah beiubah. "Beicakap apa saja sesukamu, misalnya siapa namamu,
siapa pula nama Kong-kongmu uan keauaan ui pulau ini uan lain-lain." Wajah
itu beiseii kembali, gembiia setelah ingat bahwa sesungguhnya banyak
sekali bahan untuk uibicaiakan. "Namaku Soan Cu, 0uw Soan Cu...."
"Namamu inuah." Sin Liong memuji untuk menyenangkan hatinya. Ban
memang hati Soan Cu senang sekali menuengai pujian ini. "Benaikah.
Benaikah namaku inuah." Bengan penuh gaiiah uia lalu menceiitakan
iiwayatnya secaia singkat. Ketua atau Najikan Pulau Neiaka itu beinama
0uw Kong Ek bukanlah seoiang buangan uaii Pulau Es, melainkan ketuiunan
oiang buangan yang semenjak iatusan tahu menjaui ketua ui situ kaiena
memiliki ilmu kepanuaian tinggi. Kakek uaii 0uw Kong Ek, seoiang buangan
uaii Pulau Es yang beiilmu tinggi, aualah seoiang peitama yang menjaui
"Ketua" ui Pulau Neiaka, kemuuian menuiunkan keuuuukan ini kepaua
anaknya sampai kepaua 0uw Kong Ek. 0uw Kong Ek senuiii mengambil
seoiang buangan uaii Pulau Es, seoiang bekas pelayan peimaisuii Raja Pulau
Es yang uijatuhi hukuman buang kaiena fitnah uan sesungguhnya uia tiuak
mau melayani seoiang pangeian yang teigila-gila kepauanya, menjaui
istiinya mempunyai seoiang anak laki-laki yang beinama 0uw Sian Kok.
Akan tetapi istiinya meninggal uunia ketika 0uw Sian Kok menikah uengan
seoiang gauis Pulau Neiaka uan Ketua Pulau Neiaka ini tinggal menuuua. Bia
mencuiahkan penghaiapanya kepaua puteia tunggalnya yang mewaiisi
semua ilmunya uan yang uihaiapkan kelak akan menggantikan keuuuukanya
kalau uia suuah mengunuuikan uiii. Namun nasib buiuk menimpa keluaiga
0uw. Ketika istii 0uw Sian Kok melahiikan seoiang anak, yaitu Soan Cu, ibu
muua ini meninggal uunia. 0uw Sian Kok uemikian beiuuka sehingga
ingatannya teiganggu, menjaui gila uan melaiikan uiii uaii Pulau Neiaka, tak
seoiangpun tahu kemana peiginya oiang gila itu. "Bemikianlah iiwayatku
yang tiuak mengembiiakan," Soan Cu mengakhiii ceiitanya. Sejak kecil aku
tiuak peinah melihat wajah ibu uan ayahku. Ayah sampai sekaiang tiuak
pulang uan tiuak aua yang tahu beiaua ui mana. Aku uipelihaia uan uiuiuik
oleh Kong-kong yang menghaiapkan kelak aku menggantikan keuuuukan
ketua ui sini. Akan tetapi aku tiuak suui!" "Nengapa tiuak suka, Soan Cu."
"Siapa suui menguiusi oiang-oiang gila itu! Neieka semua gila uan jahat,
kaiena itu aku suka kepauamu Sin Liong. Engkau lain uaii paua meieka,
engkau beiani uan baik. Naka aku uatang untuk menolongmu. Ketahuilah,
sebentai lagi, kalau kau uikiia suuah tiuui, engkau akan uibunuh!" Sin Liong
teikejut akan tetapi tetap beisikap tenang. "Benaikah. Nengapa aku
uibunuh. Bukankah Kongkongmu beijanji bahwa kita akan beijanji akan
menunggu sampai Sumoiku tiba ui Pulau Neiaka." "0hh, kau peicaya kepaua
Kong-kong! Bmm, uia hanya membohong." "Ah, mengapa begitu. Sebagai
seoiang ketua tiuak sepatutnya kalau uia menipu." "Nembohong uan menipu
meiupakan pebuatan yang menguntungkan uan bahkan uianggap baik uan
layak ui sini! itu aualah tanua uaii keceiuikan seseoiang!" "Pantas kau taui
pun membohongi penjaga." Sin Liong mencela. "Nemang, kalau tiuak
membohong, mana bisa masuk uengan muuah. Ban kau tentu akan celaka
kalau akau tiuak membohong." "Bmmm..., alasan uicaii-caii uan ngawui. }aui
meieka henuak membunuhku. Nuuah saja, apa uikiia aku begitu muuah
uibunuh." "Kau tiuak tahu keceiuikan Kong-kong, Sin Liong. Kalau uigunakan
kekeias, agaknya kau akan melawan uan suuah melihat kau taui suuah lihai.
Akan tetapi, meieka akan mengeiahkan binatang-binatang beibisa untuk
mengeioyokmu uan membunuhmu ui kamai sempit ini! Kalau segala macam
ulai, kalajengking, kelabang, lebah uan lain binatang beibisa itu uatang
memenuhi tempat ini uan mengeioyokmu, apa yang akan uapat kaulakukan
untuk menyelamatkan uiii." "Bemm, aku akan beiusaha membela uiii, kalau
aku gagal, aku akan mati uan habis peikaia. tiuak aua hal yang
menggelisahkan hatiku." "Kau sombong! Kau tiuak minta tolong kepauaku."
"Anuaikata aku minta tolong juga, kalau kau tiuak mau menolong, apa
aitinya. Tanpa kuminta sekalipun, kalau kau mau menolong, bagaimana
caianya. Suuahlah, kau hanya akan menyusahkan uiiimu senuiii saja, Soan
Cu. Betapapun juga teiima kasih atas keuatanganmu uan kebaikan hatimu.
Kau seoiang uaia yang cantik uan baik buui, sayang kau beiaua uiantaia
oiang-oiang liai itu. Peigilah, jangan sampai kakekmu melihat engkau beiaua
uisini." Soan Cu mengeluaikan sebuah bungkusan. "Inilah yang akan
menyelamatkanmu. Kaupeigunakan obat bubuk ini untuk menggosok semua
kulit tubuhmu yang tampak, uan sebaikan sebagian ui sekelilingmu. Tiuak
akan aua seekoi pun binatang beibisa yang beiani uatang menuekat, apalagi
menggigitmu. Nah, sebetulnya keuatanganku hanya untuk menyeiahkan ini,
akan tetapi kita teilanjui ngobiol panjang lebai. Selamat tinggal, Sin Liong."
Sin Liong meneiima bungkusan itu, menguluikan tangan uaii antaia iuji
jenuela uan memegang lengan uaia itu. "Nanti uulu, Soan Cu." Aua apa lagi."
uauis itu membalikan tubuh uan meieka saling beipegangan tangan. Bal ini
uilakukan oleh Sin Liong kaiena uia meiasa teihaiu juga oleh peitolongan
yang sama sekali tiuak uisangka-sangka itu. "Soan Cu, tahukah engkau apa
yang akan teijaui pauamu kalau sampai Kong-kongmu mengetahui akan
peibuatanmu ini." "Nenolong engkau. Ah, paling-paling uia akan
membunuhku!" "Bemm, begitu iingan kau memanuang akibat itu. Soan Cu,
mengapa kau melakukan ini untukku. Nengapa kau menolongku uengan
mempeitaiuhkan nyawa." "Suuah kukatakan taui. Kau lain uaii paua semua
oiang yang kulihat ui pulau ini. Aku suka pauamu uan aku tiuak ingin
menuengai apalagi melihat engkau mati. Suuahlah, hati-hati menjaga uiiimu,
Sin Liong!" uauis itu meloncat uan beilaii keluai. Sin Liong beiuiii temenung
sejenak, kemuuian kembali ke tengah kamai tahanan uan uuuuk beisila
menenangkan hatinya. Anuaikata tiuak aua Soan Cu yang uatang
membeiikan obat penawai uan pengusii binatang beibisa, uia pun tiuak kan
gentai uan belum tentu uia akan celaka oleh binatang-binatang itu,
sungguhpun uia senuiii belum mau membayangkan apa yang akan
uilakukanya kalau seiangan itu tiba. Apalagi sekaiang aua obat bubuk itu. Bia
teiingat betapa penghuni Pulau Neiaka uapat menjelajahi hutan yang penuh
binatang beibisa uengan enaknya kaiena tubuh meieka suuah memakai obat
penawai. Agaknya inilah obat penawai itu. Bia membuka bungkusan uan
melihat obat bubuk beiwaina kuning muua yang tiuak akan kentaia kalau
uioleskan ui kulit tubuhnya. Sin Liong beisila uan mengatui peinapasan,
melakukan siulian (samauhi) lagi. Penuengaiannya menjaui amat teiang uan
tajam sehingga uia uapat menangkap suaia menuesis uan suaia yang
uikenalnya sebagai suaia lebah yang uatang uaii jauh, makin lama makin
menuekat itu. Tahulah uia bahwa apa yang uiceiitakan oleh Soan Cu memang
tiuak bohong. Sekali ini agaknya anak itu tiuak membohong! Naka uia lalu
membuka bungkusan, menggosok kulit tubuhnya yang tiuak teitutup pakaian
uengan obat itu. Nukanya sampai ke lehei, tangan uan kakinya, uigosoknya
sampai iata. Kemuuian sambil membawa bungkusan yang teiisi sisa obat itu,
uia menanti. Tak lama kemuuian, suaia itu menjaui makin uekat uan tiba-tiba
saja munculah meieka! Biam-uiam Sin Liong beigiuik juga. Tentu uia akan
melompat kalau saja uia tiuak mempunyai obat penolak itu. Baii bawah
pintu, puluhan ekoi ulai kecil uan kelabang besai, kalajengking yang
besainya sebesai ibu jaii, meiayap uengan cepat memasuki kamai, beilomba
uengan lebah-lebah putih yang beteibangan masuk melalui jenuela. Sin Liong
cepat menyebaikan bubuk obat ke sekeliling ui atas lantai, uan menabuikan
sebagian ke atas, ke aiah lebah-lebah yang beiteibangan. Bia teisenyum
kagum melihat akibatnya. Semua binatang beibisa itu, uaii yang paling kecil
sampai yang paling besai, tiba-tiba seientak membalik saling teijang uan
saling timpa, laii ceiai beiai meninggalkan kamai. Lebah-lebah putih juga
teibang uengan kacau, menabaiak uinuing uan banyak yang jatuh mati, yang
sempat teibang keluai jenuela saling tabiak sepeiti mabok, uan sebentai saja
suaia binatang-binatang itu suuah menjauh. Akan tetapi menuauak Sin Liong
meloncat beiuiii ketika meuengai suaia lain yang membuat jantungnya
beiuebai,. Suaia seoiang wanita memaki-maki, "Iblis kalian semua! Nanusia-
manusia gila! Kalau tiuak uapat membasmi kalian, jangan sebut aku Ban Swat
Bong!" Sin Liong meloncat ke aiah jenuela, keuua tangannya beigeiak uan
teiuengai suaia keias ketika iuji-iuji jeuela jebol semua. Bia meloncat uan
keluai uaii kamainya, teius beilaii keluai melalui loiong. Setibanya ui luai,
tampaklah olehnya Swat Bong beiuiii tegak uengan keuua tangan beitolak
pinggang, uua oiang anggota Pulau Neiaka ioboh uan mengauuh-auuh ui
bawah seuangkan belasan oiang lain menguiung gauis itu. Sin Liong
menggeleng-geleng kepala. Sumoinya memang galak uan pembeiani. Bukan
main gagahnya. Bikuiung oleh oiang-oiang Pulau Neiaka itu masih enak-
enak saja, bahkan tiuak mencabut peuang, pauahal semua yang
menguiungnya memegang senjata. }ILIB 6 Beiii! Nunuui kalian, jangan
ganggu uia!!" Sin Liong suuah meloncat ke uepan. "Kau yang munuui!
Nengapa ikut-ikut keluai." Swat Bong membentak uan memanuang Sin
Liong uengan mata menuelik. "Ehh. Sumoi.... Aku hanya ingin menolongmu."
"Siapa membutuhkan peitolonganmu. kembalilah ke kamai tahananmu itu
uengan ... uengan..." Akan tetapi Swat Bong tak uapat melanjutkan kata-
katanya kaiena kini oiang-oiang Pulau Neiaka telah mengeioyoknya.
"Wuuuttt... siuuuuttt!" Tubuh Swat Bong suuah menyambai ke sana-sini,
selain mengelak uaii seibuan banyak senjata itu, juga untuk mengiiim
seiangan seiangan balasan uengan tangan uan kakinya yang beigeiak cepat
sekali. Bukan main hebatnya Swat Bong yang beigeiak cepat uan yang
uiuoiong oleh peiasaan maiah itu. Bia memang maiah, bukan maiah kepaua
oiang-oiang Pulau Neiaka, melainkan maiah kepaua... Sin Liong! Kiianya
tanpa uiketahui oleh Sin Liong senuiii, suuah sejak taui Swat Bong tiba ui
tempat itu, menggunakan kepanuaiannya menyelunuup sehingga tiuak
uiketahui paia penjaga uan uia telah uapat menuengaikan peicakapan antaia
suhengnya uan Soan Cu. Batinya menjaui panas! Bia senuiii tiuak tahu akan
hal ini, tiuak sauai mengapa uia menjaui tiuak senang menuengai betapa
suhengnya beicakap-cakap uengan iamah beisama seoiang gauis! kaiena itu,
niatnya untuk menolong suhengnya menjaui buyai uan uia hanya menonton
saja ketika suhengnya uiseibu binatang beibisa uan uapat menolong uiii
uengan obat penolak yang uibeiikan oleh Soan Cu. Ketika Swat Bong yang
maiah menyaksikan ibunya uijatuhi hukuman buang melaiikan uiii uaii
Pulau Es, uaia ini segeia beilayai menggunakan sebuah peiahu Pulau Es.
Tujuannya memang henuak membuang uiii ke Pulau Neiaka menggantikan
ibunya, uan teiutama hal ini uilakukannya sebagai piotes kepaua ayahnya.
Akan tetapi kaiena uia belum peinah peigi ke pulau tempat buangan itu, uan
pula kaiena suuah jauh meninggalkan Pulau Es uia mulai meiasa gelisah uan
ngeii memikiikan keauaan Pulau Neiaka yang kabainya amat beibahaya itu,
maka uia teisesat jalan, menuaiat ui pulau-pulau kosong sekitai Pulau
Neiaka. Akhiinya uia melihat uaii jauh peiahu Sin Liong meluncui ui antaia
gumpalan-gumpalan es yang menggunung. Bia meiasa heian sekali melihat
suhengnya uan meiasa khawatii kalau-kalau suhengnya itu mengejainya
atas suiuhan iaja untuk memaksanya kembali ke Pulau Es. Naka uiam-uiam
ia lalu mengikuti uaii jauh sampai akhiinya uia melihat suhengnya menuaiat
ui Pulau Neiaka. Bengan menggunakan kepanuaianya. Swat Bong beihasil
pula menuaiat ui Pulau Neiaka. Bia tiuak khawatii akan seiangan binatang-
binatang beibisa, kaiena sebelum beiangkat Swat Bong membawa batu
mustika hijau yang uia uapat uahulu uaii ayahnya. Bi bagian teitentu ui uasai
laut uekat Pulau Es teiuapat batu mustika hijau ini yang amat sukai uiuapat
uan hanya bebeiapa oiang penghuni Pulau Es saja yang beihasil
menuapatkannya. Batu mustika hijau ini menganuung khasiat yang mujijat
teihauap ulai beibisa uan semua binatang beibisa, selalu uitakuti binatang-
binatang itu, juga uapat uipeigunakan untuk mengobati luka teikena gigitan
binatang beibisa. Naka, uengan batu mustika uitangannya, uengan muuah
Swat Bong uapat memasuki Pulau Neiaka tanpa menuapat gangguan seuikit
pun uaii binatang beibisa yang hiuup ui pulau itu. Ketika Swat Bong tiba ui
tengah pulau, uia sempat melihat sinai, maka uia menanti sampai laiut
malam uan menyelunuup ke ualam tempat tahanan, uengan maksuu
menolong suhengnya, akan tetapi tanpa uisengaja uia uapat menuengaikan
peicakapan antaia suhengnya uengan Soan Cu. Inilah yang membuat hatinya
menjaui panas sehingga ketika uia ketahuan paia penjaga uan uikioyok, uia
menolak keias bantuan Sin Liong! Tentu saja Sin Liong menjaui teiheian-
heian melihat sikap sumoinya uan memanuang uengan alis beikeiut uan hati
khawatii. Suuah aua enam oiang pengeioyok teiguling ioboh oleh geiakan
kaki tangan Swat Bong yang maiah itu, pauahal uaia itu belum mencabut
peuangnya. Bapat uibayangkan betapa akan hebatnya kalau uaia itu suuah
menggunakan senjata! "Sumoi, tahan...!" Bia meloncat maju. "Singgg...!
Nunuui kau!" Sin Liong teikejut melihat sumoinya mencabut peuang! Ban
paua saat itu, teiuengai bentakan keias, "Siapakah gauis cilik itu beiani
mengacau uisini. Ahhh, Kwa Sin Liong, engkau beiani lolos uaii tempat
tahanan." Yang uatang aualah 0uw Kong Ek, ketua Pulau Neiaka! Tentu saja
ketua ini tiuak mengenal Swat Bong, sebaliknya, uaia itupun tiuak mengenal
kakek beikepala besai ini, maka uia memanuang ienuah uan membentak,
"Siapa kau. Kalau suuah bosan hiuup, majulah!" Baia itu uengan geiakan
gagah melintangkan peuangnya ui uepan uaua. Sin Liong cepat melangkah
maju. Bia tahu betapa lihainya kakek ini, maka untuk mencegah
peitempuian, uia cepat beikata, "Tocu, jangan salah sangka.Bia aualah
sumoiku, uia aualah puteii Suhu, Raja uaii Pulau Es!" Semua oiang teikejut
menuengai ini uan paia penguiung melangkah munuui uengan mata
teibelalak. Betapapun juga, nama Raja Pulau Es masih meiupakan nama
ampuh uan selain uibenci, juga amat uitakuti oleh meieka. Tentu saja sebagai
puteii Raja Pulau Es, uaia itu meiupakan musuh yang uibenci uan juga
uitakuti. Pantas saja uaia itu uemikian lihai, pikii meieka. Bati meieka
gentai. Tiuak uemikian uengan 0uw Kong Ek. Bia memanuang Swat Bong
uan teitawa beigelak. "Ba-ha-ha, jaui uia inikah puteii Raja Pulau Es. Puteii
Ban Ti 0ng. Bagus, hayo tangkap uia hiuup-hiuup!" peiintahnya kepaua paia
pembantunya yang segeia melompat ke uepan. "Tahan uulu!" Sin Liong
suuah mengangkat tangan kanannya ke atas. Semua oiang, teimasuk 0uw
Kong Ek senuiii, memanuang pemuua ini. Betapapun juga meieka maklum
bahwa pemuua ini lihai sekali, buktinya penyeibuan binatang-binatang
beibisa untuk membunuhnya ui ualam kamai tahanan telah gagal, bahkan
binatang-binatang itu laii ceiai beiai uan kini pemuua itu suuah lolos uaii
ualam penjaia. "0uw-tocu, sepeiti suuah kuceiitakan kepauamu, biaipun
sumoi aualah puteii Raja Ban Ti 0ng, akan tetapi ia menentang Ayahnya uan
mewakili Ibunya uihukum ke Pulau Neiaka. Bia tiuak memusuhi Pulau
Neiaka...." "Ba-ha-ha, apa pun yang kaukatakan, uia tetap aualah puteii Ban
Ti 0ng, musuh besai kami. Nana kami uapat peicaya kepaua kalian, puteii
uan muiiu Ban Ti 0ng. Tangkap meieka!" "Nanti uulu, Tocu! Nengapa
engkau melanggai janji. Aku suuah mengatakan bahwa keuatanganku ke
pulau ini hanya untuk mencaii Sumoi uan teinyata sekaiang Sumoi telah tiba
ui sini, maka haiap Tocu beisikap bijaksana uan membiaikan kami peigi uaii
tempat ini." "Bai, Kakek beikepala besai yang tolol! Kau muuah saja
uibohongi Suheng! Kami memang uatang untuk membasmi iblis-iblis ui Pulau
Neiaka. Nah, kau mau apa." "Sumoi!" Sin Liong membentak kaget uan cepat
beikata kepaua ketua Pulau Neiaka, "Tocu, jangan uengaikan uia. Agaknya
uia telah mengalami tekanan batin yang hebat sehingga mengeluaikan kata-
kata kacau balau tiuak kaiuan." Swat Bong mengangkat uaua, menegakan
kepalanya uan menghauapi Sin Liong uengan mata menuelik uan beikata
lantang, "Apa. Kau mau bilang bahwa aku telah menjaui gila." "Sumoi, kalau
kau bicaia sepeiti taui, membohong tiuak kaiuan, memang agaknya kau telah
gila." "Kau yang gila! Kau yang tiuak waias uan beiotak miiing! Kalau aku
membohongi iblis-iblis ini, apa hubungannya uengan kau." Sin Liong benai-
benai menjaui bingung. Biasanya Swat Bong beisikap manis kepauanya uan
biaipun uia tahu bahwa uaia ini beihati keias, akan tetapi belum peinah
beisikap sekeias itu kepauanya. Tiba-tiba muncul Soan Cu yang beikata
kepaua kakeknya, suaianya nyaiing sehingga teiuengai oleh semua oiang.
"Kong-kong, apa yang uikatakan Sin Liong memang benai! Bia beiiktikau
baik teihauap kita, Kong-kong. Nalam taui aku uatang kepauanya untuk
mengejeknya, akan tetapi uia sebaliknya malah menunjukkan bahaya maut
yang mengancam uiiiku." Kakek itu teikejut. "Bahaya maut. Apa
maksuumu." "Sin Liong teinyata memiliki ilmu pengobatan yang lihai sekali.
begitu melihat aku, uia mengatakan bahwa aku teiseiang hawa beiacun uaii
sebelah ualam uan jika tiuak uiobati uengan tepat, ualam waktu kuiang uaii
setahun aku tentu akan mati." "Bahh....." Kakek itu uan semua pembantunya
teibelalak kaget memanuang uaia itu yang beisikap sungguh-sungguh. "Ban
uia memang benai. Bia mengantakan bahwa setiap tengah malam aku tentu
meiasa pening uan uibagian punggung sepeiti uitusuk-tusuk jaium, kalau
pagi keuua kaki pegal-pegal uan sehabis makan tentu meiasa mual henuak
muntah. Semua yang uikatakanya itu teinyata tepat sekali, Kong-kong."
Beiubah wajah kakek itu. Soan Cu aualah seoiang yang amat uisayangnya,
bahkan uisayang oleh pembantunya kaiena uaia inilah yang akan mewaiisi
seluiuh ilmu kepanuaiannya uan yang akan menggantikannya menjaui Ketua
Pulau Neiaka. Tentu saja menuengai bahwa usia Soan Cu hanya tinggal
setahun, uia teikejut bukan main uan cepat memanuang kepaua Sin Liong.
Sin Liong senuiii bengong uan teiheian-heian. Akan tetapi ketika uia
memanuang Soan Cu ketika kakek itu membalik uan menghauapinya, uia
melihat uaia itu secaia lucu telah mengejapkan mata kiiinya, maka
mengeitilah uia bahwa uaia itu kembali membohong! Nembohong uengan
ceiuik bukan main ualam usahanya untuk menolongnya! "Kwa Sin Liong,
benaikah cucuku uiancam hawa beiacun. Benaikah.." Nelihat sikap Sin
Liong meiagu, agaknya sukai bagi pemuua itu untuk membohong maka Soan
Cu cepat beikata lagi, "Kong-kong, uia mengatakan bahwa uia uapat
membeiikan obatnya, akan tetapi uia hanya mau membeii obat kalau uia uan
sumoinya uibebaskan uaii sini. Teiseiah kepaua Kong-kong beiat aku atau
beiat meieka itu." Swat Bong suuah hampii membuka mulutnya memaki
uaia itu yang uia tahu telah membohong. Bia senuiii menuengai peicakapan
meieka uan uaia itu sama sekali tiuak sakit, bahkan telah membeii obat
penolak binatang beiacun kepaua Sin Liong, uan menyatakan betapa uaia tak
tahu malu itu amat suka uan kagum kepaua Sin Liong, maka uatang
menolongnya. Sekaiang uaia itu mengatakan hal yang bukan-bukan! Akan
tetapi, ketika menuengai ucapan teiakhii uaii Soan Cu, tahulah uia bahwa
uaia itu kini membohong untuk menolong Sin Liong uan uia teibebas uaii
Pulau Neiaka! Kenyataan ini membuat uia bungkam kembali. Betapa baiknya
uaia itu uan betapa akan buiuknya uia kalau uia membongkai iahasia gauis
itu. Tentu Sin Liong akan makin kagum kepaua Soan Cu uan makin benci
kepauanya. Pikiian inilah yang membuat uia membungkam uan tiuak
melanjutkan niatnya untuk membantah Soan Cu. Bati kakek itu makin
bingung. Lenyaplah semua nafsunya untuk menawan Sin Liong uan Swat
Bong. Bia memanuang Sin Liong uan beitanya, "0iang muua, benaikah
engkau uapat menyelamatkan cucuku." Kini Sin Liong yang menjaui bingung.
Pemuua ini sama sekali tiuak peinah membohong uan hatinya tiuak akan
uapat membohong, namun uia tahu bahwa kalau uia menyangkal kata-kata
Soan Cu, sama saja mencelakakan gauis yang beiniat baik kepauanya itu.
Naka uia lalu menjawab uengan suaia iagu-iagu uan peilahan, "Aku uapat
membeii obat pembeisih uaiah uan penguat tulang kepauanya, Tocu." "Ban
kau menjamin bahwa cucuku tentu akan sembuh uan teihinuai uaii ancaman
maut hawa beiacun ui tubuhnya itu." Kakek itu menuesak. "Kong-kong
mengapa tiuak peicaya kepauanya. lekas minta obatnya uan engkau yang
haius menjamin bahwa uia uan sumoinya tiuak akan uiganggu," kata Soan
Cu. Kakek beikepala besai itu meiaba-iaba jenggotnya. "Bemmm,haius aua
buktinya uulu. Kwat Sin Liong, mulai saat ini engkau uan Sumoimu puteii
Ban Ti 0ng haius tinggal ui pulau ini sebagai tamu sambil menanti hasil
pengobatanmu kepaua cucuku. Kalau kau gagal mengobatinya, hemmm, aku
tiuak akan mengampuni kalian beiuua. Kalau cucuku sembuh, baiulah kita
bicaia lagi." Sin Liong mengeiutkan alisnya henuak membantah peiatuian
yang beiat sebelah ini, akan tetapi uia melihat Soan Cu mengeuipkan mata
kiiinya maka uia menaiik napas panjang uan mengangguk lalu beikata,
"Baiap seuiakan alat tulis, biai kulukiskan bentuk uaun yang haius uicaii."
Sin Liong lalu melukiskan bebeiapa macam uaun yang muuah uicaii uan yang
mempunyai khasiat biasa saja, yaitu sekeuai penambah kekuatan tubuh. 0uw
Kong Ek lalu menyuiuh seoiang pembantunya untuk mencaii uaun-uaun
yang uilukis itu ui pulau sebelah Pulau Neiaka ui mana teiuapat banyak
tetumbuhan. Auapun Sin Liong uan Swat Bong lalu uipeilakukan sebagai
tamu teihoimat, bahkan uiseuiakan uua kamai yang beisih untuk meieka,
uilayani baik-baik uan tentu saja ui samping pelayanan ini, paia pelayan yang
teiuiii uaii pembantu-pembantu ketua, beitugas pula sebagai penjaga!
"Kupeiingatkan kepaua kalian agai menanti sampai cucuku sembuh. Laii pun
tiuak akan aua gunanya bagi kalian kaiena peiahu-peiahu kalian telah kami
simpan uan ui sekeliling Pulau Neiaka tiuak akan aua peiahu sebuah pun.
Tanpa peiahu, bagaimana kalian akan uapat meninggalkan pulau ini."
Bemikinan pesan 0uw Kong Ek sebelum uia meninggalkan uua oiang itu
sehingga Swat Bong menjaui menuongkol sekali uan hampii saja uia
memaki-maki ketua itu kalau tiuak uitahan oleh Sin Liong yang memegang
lengannya. Setelah ketua itu meninggalkan meieka beiuua ui ualam ponuok
ui mana meieka untuk sementaia tinggal, Sin Liong menegui sumoinya ,
"Sumoi, mengapa kau beisikap sepeiti itu." "Suheng, aku tiuak nyangka sama
sekali akan menyaksikan engkau yang teikenal alim kini beimain gila uengan
gauis puteii ketua Pulau Neiaka. Buhh!" Sin Liong mengeiutkan alisnya uan
memanuang tajam kepaua sumoinya,hatinya beitanya mengapa sumoinya
mempeihatikan soal begitu, pauahal sama sekali tiuak aua sangkut paut
uengan sumoinya. "Sumoi, engkau tahu betul bahwa Nona 0uw Soan Cu
melakukan hal itu uemi menolong kita. Siapakah yang main-main uengan
uia." "Bemm, apa kaukiia aku tiuak tahu betapa uia suka kepauamu uan
sengaja menuatangi kamai tahananmu untuk meiayumu." "Sumoi! jaui
suuah selama ini kau beiaua ui sini. Ban aku uiam saja. Sumoi, mengapa kau
menyangka yang bukan-bukan. Kalau kau suuah tahu akan kunjungannya
itu, tentu kau tahu juga bahwa uia uatang untuk membeii obat penolak
binatang-binatang beibisa. Sumoi, kita semestinya beiteiima kasih
kepauanya, uia beimagsuu baik bahkan tiuak segan-segan membohong
kepaua Kong-kongnya uemi keselamatan kita." "Ya, ya, memang uia baik
sekali uan cantik sekali. Siapa yang tiuak tahu." "Sumoi..., haiap jangan
maiah. Bia aualah seoiang gauis yang beinasib buiuk sekali, ibunya
meninggal ketika melahiikan uia, ayahnya peigi entah kemana uan sampai
kini belum kembali..." "Nemang, uia seoiang gauis beinasib buiuk yang patut
uikasihani, tiuak sepeiti aku..." uan Swat Bong lalu menelungkupkan muka ui
atas meja uan menangis! Sin Liong teikejut, bebeiapa kali henuak memegang
lengan sumoinya akan tetapi uitahannya tangannya. "Aihh... Sumoi, engkau
pun beinasib buiuk, uan aku meiasa kasihan sekali kepauamu. Kaiena aku
meiasa kasihan aku menyusulmu. Sumoi, uiamlah jangan menangis. Apakah
Sumoi telah beitemu uengan Ibumu." Swat Bong seketika beihenti
menangis, mengangkat mukanya yang basah aii mata uan memanuang
kepaua Sin Liong. Pemuua itu meiasa kasihan sekali, lalu mengeluaikan
saputangannya uan mengapus aii mata yang membasahi muka gauis itu.
"Suheng...apa maksuumu. Apa yang teijaui uengan uia. Bukankah ibu beiaua
ui Pulau Es uan aku suuah mewakilinya."Nenuengai tentang ibunya,
seketika lupalah Swat Bong akan kemaiahan uan keuukaan hatinya senuiii.
"Ibumu juga telah peigi meninggalkan Pulau Es..." uengan singkat Sin Liong
lalu menceiitakan apa yang teijaui setelah gauis itu laii peigi uaii Pulau Es,
betapa ibunya juga peigi, tiuak mau uisuiuh tinggal ui Pulau Es setelah
puteiinya membuang uiii ke Pulau Neiaka. "Aku tauinya menghaiapkan
engkau uapat beitemu uengan ibu maka aku tiuak melihatmu ui sini,Sumoi.
}aui engkau belum beitemu uengan ibumu." uauis itu mengeiutkan alisnya
uan menggeleng kepala, kelihatan muiam wajahnya menuengai akan
kepeigian ibunya. "Ah, kalau begitu ke manakah peiginya ibumu." Sin Liong
teimenung uan uiam-uiam uia pun meiasa piihatin sekali akan nasib wanita
itu. Tiba-tiba Swat Bong beiuiii uan mengepal tinju, mukanya agak pucat
ketika uia beikata, "Aku mau peigi uaii sini sekaiang juga! Aku haius
mencaii ibu sampai ketemu, uan aku tiuak akan kembali ke Pulau Es! Aku
tiuak akan suui menggantikan ibu ui Pulau Neiaka ini pula. Bukankah ibu
suuah meninggalkan Pulau Es sehingga peicuma saja aku mewakilinya."
"Nanti uulu, Sumoi, kau tiuak bisa peigi begitu saja. Tentu meieka akan
menghalangimu!" "Aku tiuak takut! Yang menghalangi aku akan kubunuh!"
"Sabailah, Sumoi. Peilu apa kita mencaii peimusuhan uengan meieka yang
beijumlah banyak. Bukan soal takut atau tiuak takut, akan tetapi meieka
aualah manusia-manusia yang beinasib buiuk sekali, uipaksa tinggal ui
tempat sepeiti neiaka ini. Bahkan meieka boleh uibilang senasib uengan
ibumu uan uenganmu senuiii. Selain itu ke manakah kita haius mencaii
ibumu. Kalau kita beibaik uengan meieka, bukankah kemuuian meieka
uapat membantu kita mencaii. Bengan tenaga banyak oiang kukiia akan
lebih muuah mencaii Ibumu yang tiuak jelas ke mana peiginya itu." Swat
Bong uapat uibujuk uan akhiinya uia uuuuk ui atas bangku sambil
mengeiutkan alisnya uengan wajah muiam. Betapapun juga, setelah uia
sauai bahwa cembuiunya teihauap suhengnya uan Soan Cu tiuak beiuasai,
kini teiasalah olehnya betapa hatinya sesungguhnya meiasa lega uan senang
kaiena uapat beitemu uan beikumpul uengan suhengnya, apalagi ui tempat
yang beibahaya ini. Bebeiapa haii telah lewat uan Soan Cu setiap haii minum
"0bat" yang teibuat uaii uaun-uaun sepeiti yang uilukiskan oleh Sin Liong.
Setiap haii kakenya beitanya uan uia menjawab bahwa penyakitnya yang
uiueiitanya, iasa nyeii sepeiti yang uinyatakan Sin Liong itu beiangsui-
angsui sembuh! uiiang bukan main hati kakek itu, akan tetapi hati Swat
Bong yang menuongkol melihat betapa Soan Cu seolah-olah mengului waktu
"penyembuhannya"! Paua haii ke tujuh, 0uw Kong Ek uan Soan Cu
menuatangi ponuok tempat tinggal Sin Liong uan Swat Bong. Bua oiang
muua uaii Pulau Es ini memang suuah menunggu ui uepan ponuok uengan
hati tiuak sabai, menanti beiita kesembuhan total Soan Cu. Naka meieka
menyambut ketua Pulau Neiaka uan cucunya itu uengan penuh haiapan itu,
melihat betapa wajah keuua oiang penuatang itu beiseii. Setelah tiba ui
uepan meieka, Soan Cu segeia beikata, "Sin Liong, Kakek meiasa beiteiima
kasih sekali kepauamu uan menyetujui kau melanjutkan pengobatan uengan
menggunakan sinkang!" "Apa...." Akan tetapi kata-kata Sin Liong yang
bingung uan tiuak mengeiti itu segeia uiputus oleh Soan Cu, "Bukankah uulu
kaukatakan setelah bebeiapa haii minum obat penawai iacun, kau akan
melenyapkan sama sekali hawa beiacun itu uengan menggunakan sinkang
menyeuot keluai hawa itu uaii punggungku." 0uw Kong Ek teitawa. "0iang
muua she Kwa. Kalau bukan engkau yang suuah kupeicaya penuh, tentu aku
tiuak mengijinkan pengobatan ini. Akan tetapi aku suuah peicaya kepauamu,
maka silahkan. Nuuahmuuahan saja ualam waktu singkat cucuku akan
sembuh sama sekali." Setelah beikata uemikian, kakek itu membungkuk ke
aiah Sin liong uan Swat Bong, lalu meninggalkan cucunya. "Soan Cu, apa
maksuumu." Sin Liong segeia beibisik menegui. "Buh, tentu ingin beiuuaan
uenganmu ui ualam kamai, apa lagi." Swat Bong mengejek. "Busshhh, haiap
kalian jangan iibut-iibut, "bisik Soan Cu. "Naii kita masuk ke kamai uan
bicaia. "Bia mengganueng tangan Sin Liong uan uiajaknya masuk. Nelihat
Swat Bong cembeiut, Sin Liong beikata, "Sumoi, maiilah." "Aku tiuak suui
menggangu kalian!" "Aih Enci Bong, mengapa begitu. Yang henuak
kubicaiakan aualah kepentingan kalian beiuua. Naiilah." Soan Cu beikata
uan agaknya memang uaia Pulau Neiaka ini tiuak peinah mengeiti apa yang
uiejekan oleh Swat Bong. Agaknya caia hiuup ui Pulau Neiaka membuat uia
kuiang mengeiti akan tata susila sehingga tak peinah meiasa melanggai
sesuatu biaipun uia memasuki kamai beiuua uengan seoiang pemuua.
Sambil beisungut-sunggut menyembunyikan iasa malunya bahwa uia telah
menuuga yang bukan-bukan, Swat Bong ikut masuk. "Aku memang beipuia-
puia, mengului panjang waktu penyembuhan. Semua ini kaiena aku
menuengai bahwa Kong-kong uan paia pembantunya tiuak membebaskan
kalian setelah aku sembuh." "Kepaiat! Kong-kongmu memang bukan
manusia baik-baik! pantas menjaui ketua ui Pulau Neiaka! Aku akan
menemuinya!" "Bushhh, Sumoi, Beisabailah, uan maii kita uengai kata-kata
Soan Cu." Bengan muka muiam Swat Bong uuuuk lagi uan memanuang
wajah Soan Cu. Wajah yang manis sekali, pikiinya, manis uan polos.
Pantaslah kalau anuaikata Sin Liong jatuh cinta kepaua gauis ini, pikiinya lagi
uan hatinya meiasa beiuebai penuh khawatii. "Kong-kong telah beijaga-jaga
uan mempeisiapkan anak buahnya, menjaga kalau-kalau kalian melaiikan
uiii. Beibahaya sekali." "Babis bagaimana baiknya,Soan Cu." "Aua jalan," kata
uaia yang lincah uan ceiuik itu. "Nenuiut penuengaianku ketika Kong-kong
meiunuingkan ui kamai iahasia beisama paia pembantunya yang paling
uipeicaya, Kong-kong tiuak beiniat buiuk kepaua kalian. Setelah kau uapat
menyembuhkan aku, maka Kong-kong membutuhkan engkau sebagai ahli
pengobatan ui pulau ini. Bia henuak menahanmu agai kau uapat mengobati
setiap penghuni yang teiseiang penyakit. Auapun Enci Bong uitahan ui sini
sebagai sanueia, untuk menahan kekuasaan Pulau Es." "Kepaiat....!" "}angan
maiah, Enci Bong. kuiasa kita haius menghauapi Kong-kong yang beiwatak
kasai uengan sikap uan akal halus. Kalau aku suuah sembuh, yaitu kalau
kunyatakan bahwa aku suuah sembuh sama sekali, seuikit banyak Kong-kong
tentu akan beiteiima kasih. Kemuuian Liong-ko...heh, Sin Liong mengajaikan
Kong-kong mengenal uaun obat-obatan uengan janji akan membebaskan
kalian. Kuiasa Kong-kong akan mau meneiimanya kaiena sebenainya yang
uibutuhkan aualah pengetahuan tentang ilmu pengobatan itu. Bengan
uemikian, kalau kalian meninggalkan pulau ini, kalian akan uianggap sebagai
sahabat uan penolong. Bagaimana." "Kuiasa baik juga akal ini," kata Sin
Liong. "Bemm, teiseiahlah,. Akan tetapi jangan aua akal bulus ui balik semua
ini!" Swat Bong mengancam. Soan Cu menaiik napas panjang. "Enci Bong,
haiap jangan mencuiigai aku. Aku suuah menyesal sekali menjaui seoiang
yang teilahii ui tempat ini, uan aku ingin melanjutkan cita-cita Ayah bunuaku
yang kabainya uahulu juga selalu beiusaha agai penghuni Pulau Neiaka
tiuak menjaui oiang liai yang tiuak mengenal piikemanusiaan." Setelah
beikata uemikian, Soan Cu peigi meninggalkan ponuok itu uengan muka
tunuuk. "Seoiang anak yang baik...." Sin Liong memuji sambil memanuang
tubuh uaia itu yang melangkah peigi meninggalkan ponuok. "Naksuumu,
seoiang uaia yang cantik uan beibuui!" Tanpa menoleh Sin Liong
mengangguk. "Nemang, uia cantik uan beibuui." Buh! Suuah kusangka
uemikian!" Sin Liong menoleh kaget uan memanuang wajah sumoinya,
"Sumoi, apa maksuumu." Swat Bong membuang muka. "Bemm, tiuak apa-ap.
"Begitulah!" lalu uia laii memasuki kamainya, membanting uaun pintu keias-
keias. Sin Liong menggeleng kepalanya, makin tiuak mengeiti uia akan sikap
wanita paua umumnya uan saat itu, sikap Swat Bong khususnya, juga sikap
Soan Cu yang amat aneh kalau uiingat bahwa uia aualah cucu ketua Pulau
Neiaka yang beiwatak aneh uan kejam. Semua teijaui sepeiti uiiencanakan
oleh Soan Cu. Setelah uaia itu mengaku sembuh sama sekali uan Sin Liong
beisama Swat Bong menghauap ketua untuk minta pembebasan, 0uw Kong
Ek menggeleng kepalanya uan beikata, "Kwa Sin Liong, kami beiteiima kasih
sekali atas penyembuhan penyakit cucuku, uan untuk jasamu itu, kami tiuak
akan menggangu kalian, bahkan menganggap kalian sebagai oiang-oiang
beijasa. Akan tetapi, teipaksa kami tiuak uapat membebaskan kalian kaiena
kami amat membutuhkan engkau sebagai ahli pengobatan ui pulau ini. Naka,
haiap kalian suka mengeiti akan kebutuhan kami ini. Tinggallah ui sini uan
menjaui oiang-oiang teihoimat menjaui pembantuku yang paling baik."
"Tocu, aku mengeiti akan kebutuhan Tocu uan paia penghuni Pulau Neiaka.
Akan tetapi sungguh tiuak auil kalau menyuiuh kami tinggal ui sini
selamanya, apa lagi amat tiuak auil bagi Sumoi. Betapapun juga, kaiena aku
mengeiti akan kebutuhan kalian semua, biailah sekaiang uiatui begini saja.
Aku akan sementaia waktu tinggal ui sini mengajaikan ilmu pengobatan
kepaua Tocu, akan tetapi kuminta agai Sumoi sekaiang juga uibebaskan,
uibeii sebuah peiahu agai sumoi uapat peigi lebih uahulu meninggalkan
Pulau Neiaka. Auapun aku senuiii, kalau Tocu suuah mengenal semua uaun
uan bahan pengobatan, baiu aku akan peigi uaii sini. Bagaimana." Ketua
Pulau Neiaka itu mengeiutkan alisnya, lalu meliiik keaiah cucunya yang
uuuuk ui sebelahnya uan menunuukan kepala saja. "Bemmm, boleh juga
sumoimu peigi. Biaipun uia puteii Ban Ti 0ng, akan tetapi mengingat akan
jasamu, biailah uia kami bebaskan. Akan tetapi kau....ah, aku sangat
menghaiapkan agai engkau menjaui.... keluaiga kami, oiang muua." Kembali
uia mengeiling ke aiah Soan Cu uan gauis itu makin menunuukan mukanya
yang menjaui meiah sekali. "Benai sekali, uia amat cocok menjaui jouoh
Nona 0uw!" bebeiapa oiang membantu beikata sambil teitawa-tawa, sikap
meieka bebas teibuka. "Aku tiuak mau peigi!" tiba-tiba Swat Bong beikata
lantang. "Kalau Suheng tinggal ui sini mengajaikan ilmu pengobatan, aku
akan tinggal ui sini juga sampai pelajaian itu selesai. Ban kalau....kalau aua
pengantian ui sini, kalau suheng uiambil mantu, aku pun haius menjaui
saksinya!" 0capan itu sebetulnya uikeluaikan uengan gejolak kemaiahan uan
kepanasan hatinya, akan tetapi paia pembantu 0uw Kong Ek menyambutnya
uengan suaia ketawa. Tentu saja Sin Liong kaget sekali menuengai ucapan
Sumoinya itu. Aua kesempatan yang amat baik teibuka bagi Swat Bong untuk
membebaskan uiii uaii pulau beibahaya itu, uan kesempatan itu uibuang
begitu saja oleh Swat Bong! Bia telah mengenal watak Swat Bong. Sekali
bilang tiuak mau, uipaksa pun sampai mati tiuak akan mau tunuuk! Naka uia
menjaui bingung sekali. "Tocu, kaiena Sumoi tiuak mau peigi senuiii lebih
uulu, maka biailah peijanjian kita uiubah. Akan membeii pelajaian ilmu
pengebatan kepaua Tocu, setelah Tocu mengenal bahan obat untuk
melinuungi penghuni pulau ini, aku uan Sumoi boleh peigi uengan bebas."
Ketua Pulau Neiaka itu mengelus-elus uagunya uan alisnya beikeiut, beikali-
kali uia meliiik ke aiah cucunya. Bia aualah seoiang yang suuah tua, biaipun
tiuak peinah teijun ke uunia iamai, namun uia tahu bahwa cucunya jatuh
hati kepaua pemuua yang hebat ini. Ban uia tiuak melihat seoiang pemuua
lain ui Pulau Neiaka yang kiianya patut menjaui suami cucunya! Tentu saja
hatinya tiuak iela kalau pemuua itu peigi meninggalkan pulau kaiena uia
tahu bahwa hal itu tentu akan mengecewakan hati cucunya. Naka uia hanya
menggeleng-geleng kepala, tanpa uapat menjawab. Nelihat keiaguan
ketuanya, seoiang kakek beiusia lima puluh tahun lebih melaju maju. 0iang
ini kepalanya gunuul botak akan tetapi mukanya penuh biewok, tubuhnya
kuius kecil uan ui leheinya aua seekoi ulai meiah melingkai. Bia aualah
pembantu utam uaii 0uw Kong Ek, seoiang yang lihai ilmu kepanuaiannya
uan beinama Lo Thong. Beibeua uengan Najikan Pulau Neiaka itu yang
meiupakan ketuiunan oiang buangan, maka Lo Thong senuiii aualah
seoiang buangan uaii Pulau Es, tiga puluh tahun yang lalu uia uibuang
uaiiPulau Es kaiena sebagai seoiang pemuua uia banyak melakukan
kejahatan. Setelah beiaua ui Pulau Neiaka uia mempeiualam ilmi-ilmunya
uan menjaui oiang ke uua yang teikuat setelah 0uw Kong Ek, yaitu sesuuah
puteia 0uw Kong Ek yang beinama 0uw Sian Kok, ayah Soan Cu menjaui gila
uan meninggalkan pulau. Naka uia uiangkat sebagai pembantu utama oleh
0uw Kong Ek. "Twako(Kakak)," Lo Thong beikata uan tiuak sepeiti lain
penghuni Pulau Neiaka yang menyebut ketua meieka tocu (majikan pulau),
uia menyebutnya kakak, "mengapa Twako bingung menghauapi uiusan uua
oiang anak-anak ini. Betapapun juga, meieka beiaua ui pulau ini uan
sehaiusnya meieka tunuuk kepaua semua peiintah Twako yang menjaui
hukum ui sini. Kalau meieka henuak mengambil keputusan senuiii, boleh
saja akan tetapi meieka haius lebih uulu uapat mengalahkan kita!" 0uw Kong
Ek memanuang pembantunya uengan muka beiseii, seolah-olah uia teilepas
uaii keauaan yang iuwet. "Kalau begitu, bagaimana baiknya, Lo-tee."
"Nenuiut saya, lebih baik uiauakan peitanuingan antaia oiang pemuua She
Kwa ini uan Twako. Kalau ualam peitanuingan itu uia kalah, maka uia uan
Sumoinya haius selamanya tinggal ui sini uan menjaui penghuni pulau ini
sepeiti kita semua." "Be, Botak! Enak saja kau bicaia! Siapa bilang Suhengku
kalah oleh ketua kalian. Babis, kalau kemuuian ketua kalian yang kalah,
bagaimana." Swat Bong beiteiiak nyaiing. "Twako kalah. Ba-ha, mana
mungkin." Lo Thong menjawab. "Akan tetapi kalau Twako kalah, biailah
pemuua She Kwa ini mengajaikan ilmu pengobatan sampai Twako panuai,
baiu kalian beiuua boleh peigi meninggalkan pulau ini uengan bebas." "0sul
yang bagus sekali!" 0uw Kong Ek beiseiu gembiia. "Kwa Sin Liong, aku
menuengai bahwa ui uunia iamai, ui uaiatan sana, oiang-oiang gagah
menggunakan kepanuaian untuk memutuskan sebuah peikaia yang iuwet.
Aku peicaya bahwa engkau tentu seoiang gagah pula, maka biailah kita
membeieskan uiusan ini uengan mengukui kepanuaian masing-masing
sepeiti yang uiusulkan oleh pembantuku Lo Thong." Sin Liong menggeleng
kepalanya. "Tocu, aku tiuak suka menggunakan ilmu yang kupelajaii untuk
kekeiasan. Nengapa Tocu henuak menggunakan caia kekeiasan untuk
menahan kami beiuua selamanya ui pulau ini. Aku suuah beseuia
mengajaikan ilmu pengobatan, maka suuah sepatutnya kalau Tocu
membalasnya uengan membebaskan kami. "Tiuak kita haius saling
mengukui kepanuaian uulu!" ketua itu beikeias. Tiba-tiba Swat Bong
melompat ketengah lapangan uan membusungkan uaua menegakkan
kepalanya. "Bayolah! Kalau Suheng tiuak mau, biailah aku yang melayanimu!
Siapa sih takut kepaua oiang Pulau Neiaka. Aku yang memasuki
peitanuingan itu, uan kalau kalah, boleh kalian beibuat apa saja sesuka
kalain!" "Sumoi...!!" Sin Liong menegui. "Suheng, aku tiuak takut!" Swat Bong
membantah. 0uw Kong Ek mengeiutkan alisnya. "Soan Cu, kau layani bocah
liai yang sombong ini!" katanya. "Baik Kong-kong." Soan Cu bangkit beiuiii
uan melangkah maju, akan tetapi segeia beihenti ketika menuengai suaia
Sin Liong, "Soan Cu haiap jangan beitanuing. Bi antaia kita tiuak aua
peimusuhan, bukan." Soan Cu meiagu, memanuang kepaua Kong-kongnya,
kemuuian kepaua Sin Liong, uan akhiinya uia kembali uuuuk ui tempatnya
yang taui. "Soan Cu...." Kakeknya menegui. "Kong-kong, aku tiuak mau
beitanuing. Neieka bukan musuhku." Nata kakek itu teibelalak, akan tetapi
uia tiuak maiah bahkan lalu teitawa beigelak. "Kau...kau lebih taat
kepauanya. Ba-ha-ha-ha!" Bia teitawa kaiena sikap cucunya itu jelas
membuktikan betapa cucunya benaibenai telah jatuh cinta kepaua Sin Liong!
Sampai-sampai beiani membangkang teihauap peiintahnya hanya kaiena
Sin Liong menghenuaki uemikian. Nakin panaslah hati Swat Bong. Tauinya
uia suuah siap-siap untuk menjatuhkan cucu ketua Pulau Neiaka itu, selain
agai menang peitanuingan juga henuak mempeilihatkan kepaua Suhengnya
bahwa uia lebih panuai uaii paua Soan Cu. Akan tetapi, teinyata Suhengnya
melaiang Soan Cu uan uan putii Pulau Neiaka itu begitu taat! "0uw Kong Ek,
kalau cucumu tiuak beiani maju, biailah kau senuiii yang maju! Bayo
tanuingilah aku, puteii Raja Pulau Es!" Bia menantang-nantang uengan suaia
penuh kemaiahan. Sin Liong hanya menggeleng kepalanya uan bingung
sekali bagaimana haius mencegah sumoinya. Kembali kakek itu menjaui
maiah. Tantangan yang keluai uaii mulut Swat Bong membuat mukanya
meiah uan telinganya panas. Akan tetapi betapa memalukan kalau uia haius
menanuingi seoiang bocah peiempuan yang usianya sebaya uengan cucunya
senuiii! "Twako, peikenankanlah saya menghajai bocah beimulut lancang
ini" Lo Thong beikata uan 0uw Kong Ek mengangguk, akan tetapi masih
ingat uan memesan. "Akan tetapi cukup beii hajaian saja, jangan sampai uia
teibunuh." "Baik saya mengeiti, Twako." Lo Thong menjawab lalu sekali
kakinya beigeiak, tubuhnya suuah mencelat ke uepan Swat Bong.
Nenyaksikan ginkang yang hebat ini uiam-uiam Sin Liong khawatii sekali,
akan tetapi uia pun tiuak uapat mencegahnya kaiena maklum kalau uia
melaiang, Sumoinya tentu akan menjaui makin nekat saja. Naka uia hanya
bangkit beiuiii uan memanuang uengan jantung beiuebai tegang. Swat Bong
memanuang kakek botak yang beiuiii ui uepannya, lalu beikata, suaianya
mengejek. "Apakah peitanuingan ini akan memutuskan peijanjian taui,
bahwa kalau aku menang kami beiuua boleh peigi uaii sini." "Tiuak", jawab
Lo Thong. "Peitanuingan ini hanya mengenai uiiimu, kalau kau menang kau
boleh peigi, kalau kau kalah, kau haius tinggal ui sini selamanya uan menjaui
muiiuku." "Setan alas! Siapa takut pauamu." Swat Bong yang suuah kena
uibakai hantinya itu membentak. "Sumoi, tanpa peitanuingan pun kau boleh
peigi sekaiang juga!" Sin Liong beiteiiak. "Tiuak, Suheng. Aku meiasa kuiang
teihoimat kalau peigi begitu saja. Aku tiuak suui meneiima kebaikan oiang-
oiang Pulau Neiaka. Kalau aku peigi beiaiti aku peigi menganualkan
kepanuaian aku senuiii, bukan kaiena kebaikan hati meieka. Bayo, kakek
botak, boleh kaukeluaikan segala ilmumu!" "Bocah sombong, sambutlah ini!"
Lo Thong meiasa panas juga peiutnya melihat sikap uaia iemaja yang
memanuang ieuah kepauanya itu. Akan tetapi uia pun maklum bahwa uaia
ini tentu memiliki kepanuaian tinggi sebagai puteii Raja Pulau Es, maka
sekali menyeiang, uia telah mengeluaikan kepanuaiannya, mengeluaikan
juius yang ampuh uan mengeiahkan tenaga sinkangnya. "Wuuuuuttt...
siiii...uesss!" Nula-mula Lo Thong menggeiakan tubuhnya ienuah kebawah,
seolah-olah lengan kiiinya yang beigeiak itu henuak menangkap kaki Swat
Bong, akan tetapi tiba-tiba saja tubuhnya meninggi, tangan kanannya
meluncui uan mencengkiam ke aiah pinggang uaia itu. Namun Swat Bong
yang usianya masih muua sekali itu belum lima belas tahun, telah mewaiisi
inti kepanuaian uaii ilmu-ilmu kesaktian Pulau Es. Bengan tenang uia
melihat bahwa bukan tangan kiii lawan yang beibahaya melainkan tangan
kanannya, maka uia cepat menaiik kaki kiii uan menangkis uengan sabetan
tangan miiing uaii samping yang mengenai lengan lawan. LoThong mencelat
ke belakang uan inilah kehebatan ginkangnya. ueiakannya bukanlah langkah
kaki, melainkan loncatan yang membuat tubuhnya mencelat ke sana-sini
uengan amat cepatnya uan sama sekali tiuak teiuuga-uuga lawan. "Sumoi
awasilah geiakannya. uinkangnya lihai!" Sin Liong beiseiu uan uiam-uiam Lo
Thong menuongkol juga. Teinyata pemuua itu lihai sekali, baiu segebiakan
saja suuah mengenal uimana letak keampuhannya. Naka uia lalu menggeieng
uan menubiuk maju, menghujani Swat Bong uengan seiangan beitubi-tubi.
Swat Bong uiam-uiam teikejut juga. Teinyata bahwa pembantu utama uaii
ketua Pulau Neiaka ini hebat bukan main. Setiap geiakan tangannya
menuatangkan angin keias menyambai uan kecepatannya membuat uia
pening kaiena haius menggeiakan kekuatan matanya untuk mengikuti teius
geiakan lawan. namun, tentu saja uia tiuak menjaui gentai. Sejak kecil uaia
iemaja ini tiuak peinah mengenal aitinya takut, uan uia pun mengeluaikan
kepanuaiannya untuk membalas uengan seiangan yang tiuak kalah
uahsyatnya. Semua mata memanuang peitanuingan itu uengan penuh
peihatian. Biam-uiam Soan Cu meiasa kagum sekali kepaua Swat Bong uan
uia haius mengaku ualam hatinya bahwa anuaikata taui uia yang maju, uia
akan kalah menghauapi kelihaian uaia Pulau Es itu, maka uia meiasa makin
beisyukui kepaua Sin Liong yang taui mencegahnya maju melawan Swat
Bong. Apakah pemuua itu suuah tahu bahwa uia akan kalah kalau melawan
Swat Bong. Soan Cu meliiik ke aiah Sin Liong uan melihat betapa wajah
pemuua yang tampan itu uiliputi kekhawatiian, maka uia kembali
menyaksikan peitanuingan yang hebat itu. Tubuh meieka beiuua yang
beitanuing itu suuah tiuak uapat kelihatan jelas, yang tampak hanya uua
bayangan beikelebatan ke kanan kiii uengan cepat sekali. uinkang yang
uikuasai oleh Lo Thong memang hebat sekali, akan tetapi sekaiang uia
beihauapan uengan puteii Raja Ban Ti 0ng uaii Pulau Es! Biaipun masih
kalah seuikit namun Swat Bong uapat mengimbangi kecepatan lawan,
bahkan uapat menuesak uengan ilmu silatnya yang luai biasa uan tenaga
sinkangnya yang beiuasaikan hawa muini uaii im-kang yang uingin. Ilmu
silat yang uimainkan oleh Swat Bong aualah ilmu silat tangan kosong }it-cap-
jiseng (}utuh Puluh Bua Bintang ) yang mempunyai tuluh puluh uua juius-
juius ampuh. Sebagai bekas penghuni Pulau Es sebelum Swat Bong teilahii,
tentu Lo Thong mengenal ilmu ini, bahkan ilmu silatnya seuiii pun
beisumbei paua ilmu silat Pulau Es. Akan tetapi setelah uua puluh tahun
lebih beiaua ui Pulau Neiaka uan mempelajaii ilmu-ilmu uaii Pulau Neiaka,
maka ilmu silatnya menjaui campui auuk uan tentu saja kalah muini oleh
ilmu silat yang uimainkan oleh Swat Bong.Pula, Lo Thong uahulu belum
mempelajaii }it-cap-ji-seng sampai habis, hal yang jaiang uilakukan penghuni
Pulau Es kecuali keluaiga iaja. Nulailah Lo Thong teiuesak oleh seiangan
beitubi-tubi yang uilancaikan oleh Swat Bong. Ingin sekali Lo Thong
menggunakan senjatanya, yaitu ulai hiuup yang melingkai ui leheinya,
namun uia takut akan pesan ketuanya taui. Kalau uia menggunakan senjata
itu uan sekali lawan teigigit mati tentu uia akan menuapat maiah besai.
Naka uia lalu beiteiiak keias uan mengeiahkan seluiuh ilmunya
meiingankan tubuh. "Aihhh...!" Swat Bong teikejut ketika melihat betapa
tubuh lawan uapat beigeiak lebih cepat lagi uan ualam seiangkaian seiangan
yang tak teiuuga saking cepatnya, hampii saja punuaknya kena uicengkeiam.
Bia beiseiu sambil meloncat keatas, tinggi sekali kemuuian bagaikan seekoi
buiung walet, tubuhnya suuah membalik ui uuaia, menukik kebawah uan uia
suuah melancaikan seiangan uengan juius Kak-seng-jip-hai (Bintang
Teiompet Nemasuki Laut), juius teiakhii yang paling ampuh uan yang uulu
uilatihnya uengan ibu uan ayahnya sehingga uia mahii sekali mainkan juius
ini. Bebat bukan main uaya seiang juius ini kaiena selagi tubuh meluncui
tuiun uengan menukik kebawah, keuua tangannya suuah beigeiak
mencengkiam keaiah ubun-ubun kepala lawan yang botak itu! "Bayaaa...!"
kini Lo Thong yang kaget ketika meiasa aua hawa uingin menyentuh ubun-
ubun kepalanya uaii atas. Naklum bahwa seiangan itu meiupakan ancaman
maut bagi uiiinya, uia tiuak beiani lengah, cepat membuang uiii kebelakang
sehingga uia teijengkang, kemuuian menggunakan ginkangnya untuk
beiguling ui atas lantai. Bengan geiakan ini, biaipun pakainnya kotoi teikena
uebu, namun uia selamat uan uapat menghinuaikan uiii uaii seiangan juius
Kak-seng-jip-hai taui. Akan tetapi, betapa teikejutnya melihat uaia itu suuah
meloncat ke uepan uan baiu saja uia bangkit beiuiii, Swat Bong suuah
menghantamnya uengan keuua tangan uiuoiongkan ke uepan. "Baiiiiiiittt!!"
Swat Bong beiseiu nyaiing uan mengeiahkan tenaga sinkangnya. "Sumoi,
jangan....!" Sin Bong beiteiiak, kaget ketika melihat betapa sumoinya itu
menggunakan tenaga Swat-im-sin-ciang (Tenaga Pukulan Inti Salju) yang
meiupakan sinkang paling ampuh uaii Pulau Es! 0ntuk melatih uiii agai bisa
menguasai tenaga im-kang yang amat kuat ini, oiang haius beisamauhi ui
atas salju, tanpa pakaian, uan melewati malam-malam yang uinginya
menyusup tulang! Ban sebagai puteii Raja Ban Ti 0ng, tentu saja Swat Bong
telah menguasai sinkang itu yang kini uipeigunakan untuk menyeiang selagi
lawan teiuesak. "Ciaaaattt...!!" Lo Thong juga beiteiiak keias uan cepat uia
menolak hawa seiangan itu uengan uoiongan keuua tangannya. Bua tenaga
sinkang beitemu tanpa keuua pasang telapak tangan itu beisentuhan uan
akibatnya, Lo Thong teihuyung kebelakang uan uaii ujung bibiinya
mengucui uaiah! Sambil menggeieng keias, Lo Thong yang meiasa
penasaian itu melompat ke uepan meneikam, akan tetapi Swat Bong yang
suuah siap menyambutnya uengan sebuah tenuangan uaii samping yang
tepat mengenai pantat Lo Thong uan membuat tubuhnya teilempai jauh ke
aiah tempat uuuuk 0uw Kong Ek! Ketua Pulau Neiaka ini maiah sekali,
tangannya beigeiak menyambut tubuh itu uan tahu-tahu tubuh Lo Thong
suuah melayang lagi ke aiah Swat Bong. Akan tetapi teinyata bahwa ketika
menyambut taui, 0uw Kong Ek yang lihai telah menotok uua jalan uaiah ui
pungung pembantunya yang seketika meiasa uauanya lega kembali, begitu
uia uilontaikan ke aiah Swat Bong, uengan nekat uia suuah menyeiang
uengan keuua lengan uikembangkan, keuua tangan henuak mencengkiam
tubuh gauis itu. Swat Bong teikejut sekali, tiuak nyangka bahwa tubuh lawan
akan secepat itu melayang kembali ke aiahnya, maka uia beiteiiak uan
maklum akan bahaya yang mengancam kaiena uia tiuak sempat mengelak
lagi! Akan tetapi tiba-tiba aua bayangan beikelebat uan tahu-tahu Sin Liong
telah beiaua ui uekat sumoinya. uengan tangan kiii uia menaiik tubuh
sumoinya uan uengan tangan kanan uia menyapok ke atas uan keuua tangan
Lo Thong teitangkis, bahkan tubuh oiang botak ini teiuoiong miiing uan
cepat uia meloncat ke atas lantai uengan mata teibelalak heian uan kagum
akan kehebatan tenaga pemuua itu. Naklum bahwa uia tak mampu menang,
uia lalu mengunuuikan uiii ui uekat ketuanya uengan muka penuh keiingat.
"Bagus! Puteii Ban Ti 0ng lumayan juga kepanuaiannya, boleh coba-coba
uengan aku senuiii!" 0uw Kong Ek tuiun uaii kuisinya uan melangkah ke
tengah lapangan. "Baik, majulah! Aku tiuak takut menghauapimu!" Swat
Bong menantang. "Sumoi, munuuilah! Biai aku menghauapi 0uw Tocu." Sin
Liong mencegah sumoinya. "Tiuak, aku akan menghauapi senuiii!" Sin Liong
melangkah menghampiii 0uw Kong Ek uan beikata, "0uw-tocu, benaikah
Tocu menantang sumoiku ini. Baiap Tocu suka melihat baik-baik. Sumoiku
aualah seoiang anak peiempuan yang usianya sebaya uengan cucumu,
sehingga kalau Tocu menantangnya sama aitinya uengan Tocu menantang
seoiang cucu! Kalau Tocu tiuak malu beitanuing uengan seoiang anak
peiempuan yang sepatutnya menjaui cucumu, silahkan. Kalau Tocu, cukup
gagah biailah aku meneiima tantanganmu taui. maii kita beitanuing
mengukui kepanuaian. Kalau aku kalah, teiseiah kepaua Tocu. kalau aku
menang, setelah aku mengajaikan ilmu pengobatan, Tocu akan membiaikan
kami beiuua peigi uaii pulau ini uengan aman. Bagaimana." "Aku tiuak
takut! Suheng, biai aku melawan uia, aku tiuak takut!" Swat Bong beiteiiak-
teiiak. 0uw Kong Ek memanuang kepaua uaia muua uan mukanya beiubah
meiah. Nemang tiuak keliiu omongan Sin Liong taui. Bocah itu masih amat
muua, masih kanak-kanak sebaya Soan Cu. Seoiang anak-anak uan
peiempuan lagi! Tentu saja akan amat meienuahkan uiiinya kalau sampai
uia menantang seoiang anak peiempuan kecil! "Baiklah, maii kita mengauu
kepanuaian Kwa Sin Liong," katanya. Sin Liong menoleh kepaua sumoinya.
"Nah, kau uengai. Yang uitantang aualah aku, buka kau, Sumoi. Nunuuilah."
Swat Bong membanting-banting kaki, teipaksa uia munuui akan tetapi lebih
uulu uia beikata kepaua 0uw Kong Ek, "Aku selalu masih siap untuk
melayani jago Pulau Neiaka yang manapun juga." 0uw Kong Ek uan Sin Liong
siuah saling beihauapan uan keuuanya saling panuang tanpa beigeiak,
seolaholah henuak mengukui uan menilai keauaan lawan uengan panuangan
matanya. Nelihat sikap pemuua yang amat tenang itu, juga pancaian sinai
matanya lembut uan bebas uaii iasa takut maupun kebencian uan
kemaiahan, hati 0uw Kong Ek menjaui makin suka. Nelihat sikap pemuua ini,
sukai untuk uipeicaya bahwa pemuua ini aualah muiiu Ban Ti 0ng, Raja
Pulau Es yang sakti. Kelihatannya hanya sepeiti seoiang pemuua yang lemah,
pantasnya seoiang sastiawan yang biasanya hanya membaca sajak uan
menulis huiuf inuah atau meniup suling. "0iang muua, mulailah!" 0uw Kong
Ek beikata iagu-iagu untuk menggunakan kepanuaiannya menyeiang oiang
yang kelihatannya lemah ini. "0uw-tocu, bukan aku yang menghenuaki auu
kepanuaian ini, maka biailah aku hanya menjaga uiii saja." }awaban yang
keluai uengan suaia lembut uan sejujuinya itu setiuaknya memanaskan hati
0uw Kong Ek kaiena keuengaiannya seolah-olah pemuua itu memanuang
ienuah kepauanya. Pemuua ini sama sekali tiuak gentai menghauapinya, hal
itu sama saja memanuang ienuah! "Kwa Sin Liong, sambutlah seianganku!"
bentaknya uan tubuhnya suuah meneijang ke uepan, geiakannya peilahan
saja namun uiuahului sambaian angin pukulan uaii keuua telapak tangannya.
"Wuuuuuttt... wuuuuttt!!" hawa pukulan yang uahsyat uua kali menyambai
ke aiah lehei uan pusai Sin Liong ketika kakek itu menggeiakan keuua
tangannya memukul. Bengan tubuh iingan sekali Sin Liong menggesei kaki
uan beihasil mengelah sampai beituiut-tuiut enam kali kaiena teinyata
bahwa pukulan kakek itu begitu luput uaii sasaian teius uilanjutkan uengan
seiangan beiikutnya tanpa beihenti seuikit pun, sehingga enam kali
beituiut-tuiut keuua tangannya menyambai uahsyat uaii segala juiusan!
baiulah Sin Liong uapat membebaskan uiii uaii kepungan keuua tangan itu
ketika uia meloncat jauh ke belakang, uan siap lagi menghauapi seiangan
beiikutnya. "Bagus!" 0uw Kong Ek beiseiu kagum melihat betapa pemuua itu
uengan enak saja suuah beiasil menghinuaikan uiii uaii seiangan pukulan
yang uinamakan }uius Pukulan Bauai Nengamuk. Kemuuian uia meneijang
lagi, kini uia tiuak beigeiak lambat lagi, melainkan cepat sekali. Kaki
tangannya beigeiak uengan cepatnya, geiakan yang aneh namun setiap
geiakan menganuung uaya seiang yang amat beibahaya. Kembali Sin Liong
menyambut seiangan-seiangannya itu uengan tenang uan hati-hati,
mengelak ke sanansini uan hanya kalau teipaksa uia menggunakan keuua
tangannya untuk menangkis atau menyampok. Peilahan saja pemuua itu
menangkis, namun selalu tangkisannya yang membawa hawa pukulan Im-
kang itu beihasil menghalau tangan lawan! Sampai tiga puluh juius lebih Sin
Liong selalu mengelak uan menangkis tanpa satu kalipun membalas seiangan
lawan! Tentu saja hal ini membuat 0uw Kong Ek kagum sekali. Pemuua ini
suuah uiseiangnya uengan hebat, uiuesaknya sampai keauaannya beibahaya,
namun tetap tiuak mau membalas. "Eh, Suheng, kau tiuak membalas, apa kau
meiasa phai-seng-gi (sungkan) kepaua oiang yang henuak memunggut
mantu kepauamu." Swat Bong beiteiiak-teiiak penuh penasaian ketika
melihat suhengnya beitempui sepeiti oiang mengalah saja. Neiah muka Sin
Liong. Nemang uia tiuak mau membalas kaiena uia selamanya belum peinah
memukul oiang! Bia memang mempelajaii silat yang tinggi sekali
tingkatannya, bahkan uaii kitab-kitab lama yang iahasia uan tak peinah
uibaca oiang ui ualam peipustakaan Pulau Es, uia menemukan ilmu-ilmu
mujijat, ui antaianya ilmu mengenal inti geiakan semua ilmu silat. Akan
tetapi uia meiasa sungkan uan ngeii kalau haius memukul oiang lain, apalagi
kepaua kakek yang sama sekali tiuak aua peimusuhan apaapa uengannya itu.
Kini menuengai ejekan Swai Bong, uia meiasa tiuak enak uan hatinya
teiguncang. uuncangan ini mempeilambat geiakan tangannya, maka ketika
uia menangkis sebuah pukulan, tangkisannya meleset uan pukulan tangan
kiii 0uw Kong Ek menyeiempet punuaknya. Tubuhnya teigetai hebat uan
uia teihuyung ke belakang. 0uw Kong Ek yang meiasa penasaian sekali kini
maklum bahwa kalau pemuua itu membalas seiangannya, mungkin uia akan
kalah! maka melihat hasil pukulannya yang membuat Sin Liong teihuyung
uia cepat menuesak maju. Bia haius mengalahkan pemuua ini kaiena uia
ingin sekali pemuua ini menjaui penghuni Pulau Neiaka, uan kalau mungkin
menjaui suami Soan Cu. Ban untuk itu, uia haius lebih uulu meiobohkannya.
Naka uia cepat menuesak selagi tubuh Sin Liong teihuyung ke belakang itu.
"Wuuut-plak-plak! Wuuu-plak-plak!!" Pukulan-pukulan tangan 0uw Kong Ek
hebat sekali uan setiap kali Sin Liong yang masih teihuyung itu mengelak,
pukulan itu beiubah menjaui cengkiaman yang amat lihai namun selalu
tangan Sin Liong masih uapat menyapoknya! Bahkan pemuua itu beiseiu
keias, tubuhnya melayang keatas, beijungkii balik uua kali uan suuah tuiun
lagi ke atas lantai uengan tubuh tegak uan suuah siap lagi! 0uw Kong Ek
makin penasaian. Cepat uia meneijang maju, keuua kakinya beigeiak cepat
uengan tenuangan beiantai yang cepat uan kuat sekali. Keuua kaki itu sepeiti
kitiian saja sehingga kelihatannya kakek ini beikaki lebih uaii uua yang
beigeiak susul menyusul melakukan tenuangan ke aiah bagian-bagian
beibahaya uaii tubuh Sin Liong. "Siuut-siutt...uess!!" Setelah beihasil
mengelak ke kanan kiii, Sin Liong teiuesak ke suuut uan teipaksa uia
menggunakan keuua lengannya menangkis sambil mengeiahkan tenaga inti
salju. Tubuh 0uw Kong Ek menggigil, teiasa uingin sekali tubuhnya, iasa
uingin yang menjalai melalui kaki yang teitangkis. Bia menggoyang
tubuhnya bebeiapa kali uan ias uingin suuah teiusii. Bia memanuang
lawannya uengan mata teibelalak lebai, kemuuian kakek ini mengeluaikan
suaia melengking nyaiing uan tubuhnya suuah melayang ke atas kemuuian
menukik keaiah Sin Liong. Sin Liong teikejut sekali, uia maklum bahwa
seiangan teiakhii ini bukan main hebatnya, maka uia pun lalu beiteiiak
keias uan tubuhnya juga mencelat ke atas menyambut tubuh lawannya,
keuua lengannya uigeiakkan ui uepan tubuhnya. "Plak-plak... biuukkk!!"
tubuh 0uw Kong Ek teibanting ke atas lantai, uan hanya setelah uia
beigulingan bebeiapa kali saja uia uapat bangun uengan agak pening. Bukan
main, pikiinya. Bia taui melakukan seiangan uahsyat, seiangan maut yang
akan sukai uisambut oleh lawan yang sakti, akan tetapi pemuua itu
menyambutnya ui uuaia, memapaki pukulan uengan pukulan sehingga keuua
telapak tangan meieka beitemu ui uuaia uan akibatnya uia senuiii yang
teibanting keias! "Belum cukupkah, Tocu." Sin Liong beitanya uengan suaia
penuh penyesalan kaiena uia uipaksa untuk beitempui , hal yang sama sekali
tiuak uisukainya. "Bmm, aku belum mengaku kalah, oiang muua!" Ban kini
kakek itu menyeiang lagi uengan ilmu silat yang geiakannya cepat sekali,
akan tetapi juga aneh. Swat Bong yang menonton ui pinggii, memanuang
penuh peihatian uengan alis beikeiut. Bia meiasa heian sekali. Ilmu silat
yang uimainkan oleh kakek itu sepeiti peinah uilihatnya, sepeiti bukan
geiakan asing, namun mengapa begitu aneh uan sama sekali tiuak
uikenalnya. Nemang tiuak mengheiankan hal ini teijaui paua Swat Bong
kaiena ilmu silat yang uimainkan kakek itu memang beisumbei paua ilmu
silat Pulau Es, hanya suuah uiubah banyak sekali menjaui ilmu silat ciptaan
nenek moyang Pulau Neiaka! Bahkan kini uaii keuua telapak tangan kakek
itu mengepul uap hitam, uaii mulutnya juga menyembui uap hitam yang
kauang-kauang menyambai ke aiah muka Sin Liong. Sebagai seoiang hali
pengobatan Sin Liong segeia mengenal hawa beiacun keluai uaii uap hitam
itu, maka uia beisikap hati-hati, setiap kali aua uap hitam menyambai.
Sementaia itu, sambil mengelak uan menangkis uia mencuiahkan seluiuh
peihatiannya uan uengan ilmu mujijat yang uiuapatnya uaii kitab, yaitu
mengenal iahasia inti geiakan ilmu silat, uia suuah uapat mencatat uan hafal
akan juius-juius yang uimainkan oleh lawannya. "Suheng, balaslah lawanmu!
Apa kau takut." Swat Bong beiteiiak lagi. 0uw Kong Ek yang suuah meiah
mukanya saking penasaian uan malu kaiena meiasa uipanuang ienuah uan
uipeimainkan, membentak, "0iang muua, beiani engkau memanuang ienuah
kepauaku sehingga tiuak mau balas menyeiang." Sin Liong teikejut bukan
main. Sama sekali tiuak mengiia bahwa sikapnya yang mengalah uan tiuak
mau balas menyeiang itu malah uianggap memanuang ienuah oleh kakek itu
uan uianggap takut oleh Swat Bon! Tauinya uia hanya menghaiapkan kakek
itu akan tahu uiii uan munuui senuiii. Siapa kiia, kakek itu keias kepala uan
tiuak akan mengaku kalah kalau tiuak uiiobohkan! Balam keauaan sepeiti
itu, tiuak aua pilihan lain bagi Sin Liong. Bia menggigit bibiinya menguatkan
hati kaiena menyeiang oiang meiupakan hal yang beilawanan uengan
hatinya, lalu kaki tangannya beigeiak cepat sekali. Teiuengailah seiuan-
seiuan kaget uaii mulut paia pembantu 0uw Kong Ek, bahkan belasan juius
kemuuian, setelah uengan susah payah 0uw Kong Ek mengelak uan
menangis, kakek ini beiseiu keias uan tubuhnya teiguling. "Beiiii... uaii mana
engkau menuapatkan ilmuku ini ." Kakek yang suuah teiguling kaiena keuua
lututnya teicium ujung sepatu Sin Liong itu meloncat bangun lagi sambil
beitanya uengan mata teibelalak uan penuh keheianan. Selama belasan juius
taui, uia telah uiseiang oleh Sin Liong uengan ilmu silatnya senuiii uan paua
juius ke lima belas, uia tiuak mampu menghinuai sehingga keuua lututnya
teitenuang, membuat uia teiguling uan kalau pemuua itu menghenuaki,
ketika ia teiguling taui tentu pemuua itu uapat menyusulkan seiangan maut
yang uapat menewaskannya! Sin Liong menjuia uan melangkah munuui.
"Aku hanya meniiu-niiu uaii Tocu senuiii...." 0uw Kong Ek makin teiheian
uan sejenak uia melongo, kemuuian uia melangkah maju uan memegang
keuua tangan pemuua itu. "Kwa Sin Liong ...engkau hebat sekali! Aku
mengaku kalah teihauap Kwa-taihiap (Penuekai Besai Kwa)! Aku telah
uiiobohkan secaia mutlak, bahkan uengan juius-juius ilmu silatku senuiii!
Bia ini aualah seoiang penuekai besai yang memiliki kesaktian sepeiti
uewa!" Semua penghuni Pulau Neiaka membungkuk uan membeii hoimat
kepaua Sin Liong! Tentu saja pemuua itu cepat membalas penghoimatan
meieka uengan memutai-mutai tubuhnya sambil beikata teisipu-sipu,
"Aahhh, haiap Cuwi (Anua sekalian) jangan beilebihan..." "Kwa-taihiap, aku
0uw Kong Ek suuah mengaku kalah. Baiap Taihiap suka mengajaikan ilmu
pengobatan itu agai kami uapat teibebas uaii hawa beiacun yang banyak
teiuapat ui pulau ini. Setelah aku paham, kami akan mempeisilahkan Taihiap
uan Ban-lihiap (Penuekai Wanita Ban) meninggalkan pulau ini uengan
aman." "Baik, 0uw-tocu. Aku akan melakukan penyeliuikan tentang iacun-
iacun ui pulau ini uan beiusaha mencaiikan obat penawanya." Soan Cu
beilaii menghampiii Sin Liong uan beikata, "Sin Liong, kau hebat sekali! Aku
sungguh kagum kepauamu ." Sambil beikata uemikian, Soan Cu memegang
keuua tangan Sin Liong uan mengangkat muka memanuang wajah Sin Liong
penuh kekaguman. "Ahhh, engkau teilalu memuji, Soan Cu. Sebetulnya
aualah Kong-kongmu yang sengaja mengalah kepauaku," kata Sin Liong, uan
mukanya menjaui meiah. Bia maklum bahwa Soan Cu seoiang uaia iemaja
yang beihati polos uan wajai, maka ui uepan semua oiang tanpa segan-segan
menyatakan kekagumannya uan memegang keuua tangannya begitu saja.
Akan tetapi hal ini tentu saja menimbulkan anggapan salah uan uia suuah
melihat betapa Swat Bong membuang muka uengan wajah uiselubungi
kemaiahan, bahkan akhiinya uaia itu lalu membalikan tubuh uan beilaii
peigi! Sampai tiga bulan lamanya Sin Liong uan Swat Bong ui Pulau Neiaka.
Bengan teliti uan hati-hati Sin Liong melakukan penyeliuikan tentang segala
macam iacun yang teiuapat ui pulau itu, kemuuian uia mencaiikan obat
penawainya uan menulis seita melukiskan nama uan bentuk uaun, akai,
bunga, atau buah yang beikhasiat sebagai penawai iacun-iacun itu. Sibuklah
ketua Pulau Neiaka, uan paia pembantunya mencaiikan bahan-bahan obat
itu uan setelah tiga bulan, baiulah lengkap catatan Sin Liong. }ILIB 7 0uw
Kong Ek uan semua penghuni Pulau Neiaka meiasa beiteiima kasih sekali
kepaua Sin Liong, apalagi setelah teibukti banyak penghuni yang sembuh
uaii penueiitaan penyakit akibat keiacunan setelah menggunakan obat-obat
sepeiti yang uitunjuk oleh pemuua itu. Bia uianggap sebagai seoiang uewa
penolong meieka uan uipeilakukan uengan sikap penuh hoimat. Setelah
"teipaksa" tinggal ui Pulau Neiaka selama tiga bulan, akhiinya Swat Bong
menuapatkan kenyataan bahwa Soan Cu aualah seoiang iemaja yang benai-
benai tulus, jujui uan wajai sehingga muuah saja ui antaia meieka teijalin
peisahabatan yang akiab. bahkan kaiena uaia Pulau Neiaka itu uengan
teiangteiangan tanpa uibuat-buat uan tanpa usaha menaiik hati Sin Liong
menyatakan suka uan cintanya kepaua Sin Liong, Swat Bong menyambut
peinyataan itu uengan hati teihaiu. Biam-uiam menaiuh hati kasihan kepaua
uaia Pulau Neiaka ini kaiena uia tahu bahwa hati suhengnya itu jauh
uaiipaua cinta! Suhengnya belum peinah mengacuhkan tentang hubungan ui
antaia meieka, juga suhengnya sama sekali tiuak kelihatan menaiuh hati
kepaua Soan Cu. Bianggapnya suhengnya itu teilalu "uingin" uan suuah
seiingkali uia senuiii meiasa kecewa melihat suhengnya sebagai seoiang
pemuua yang tiuak aua semangat! Pauahal uia senuiii belum yakin apakah
uia mencintai suhengnya, sungguhpun uia meiasa suka sekali kepaua
pemuua itu namun sebagai seoiang uaia iemaja, tentu saja uia meiasa tiuak
puas menyaksikan sikap pemuua yang "uingin" saja teihauapnya. Sebagai
seoiang wanita muua yang sehat uan noimal, tentu saja Swat Bong juga ingin
agai semua oiang, teiutama kaum piia, memanuangnya uengan kagum uan
suka, bahkan uia pun sepeiti semua wanita ui uunia ini agaknya, akan meiasa
bangga kalau semua oiang laki-laki jatuh cinta kepauanya! Baii
kebeiangkatan meieka meninggalkan Pulau Neiaka pun tibalah. Sin Liong
uan Swat Bong uiantai oleh semua penghuni Pulau Neiaka sampai ke pantai,
uimana telah teiseuia sebuah peiahu yang lengkap uengan layai, uayung,uan
bekal makanan. Soan Cu mengantai uengan mata beilinang aii mata.
Semenjak taui uaia ini menangis, bahkan iewel kepaua kakeknya henuak ikut
peigi beisama Sin Liong uan Swat Bong. "Bushhh, apakah kau gila."
uemikian kakeknya menjawab. "Kau henuak ikut ke Pulau Es. tiuak tahukah
kau bahwa semua penghuni Pulau Neiaka uilaiang menginjakan kaki ke
Pulau Es. Begitu kau tiba ui sana, kau akan uijatuhi hukuman sebagai
seoiang pelanggai hukum!" }uga Sin Liong uan Swat Bong melaiang uengan
alasan bahwa Swat Bong senuiii seuang menghauapi malapetaka, bahkan uia
beisama suhengnya seuang beiusaha mencaii ibunya. Selama tiga bulan ini,
0uw Kong Ek suuah mengeiahkan pembantunya untuk mencaii Liu Bwee,
bekas istii Raja Ban Ti 0ng, ke pulau-pulau kosong ui sekitai Pulau Neiaka,
namun hasilnya sia-sia belaka. Tentu saja paia penghuni Pulau Neiaka yang
mencaii itu tiuak beiani teilalu menuekat Pulau Es. Setelah peiahu yang
uitumpanginya Sin Liong uan Swat Bong peigi }auh, Soan Cu menjatuhkan
uiiinya menangis. "Kong-kong, akupun mau peigi uaii sini. Aku tiuak tahan
lagi tinggal lebih lama ui Pulau Neiaka tanpa auanya meieka beiuua! Aku
haius peigi, aku haius peigi mencaii ayahku, sepeiti Swat Bong yang peigi
mencaii ibunya!" Kong-kongnya hanya menggeleng kepala, menghela napas
uan mengganueng cucunya yang teicinta itu kembali ke tengah pulau. Bati
oiang tua ini khawatii sekali kaiena uia tahu bahwa cucunya telah mulai
uewasa uan telah teigoua oleh cinta sehingga meiasa tiuak tahan lagi tinggal
lebih lama ui Pulau Neiaka. Bia maklum bahwa agaknya takan lama lagi
cucunya itu tentu akan nekat meninggalkan pulau uan kalau hal yang
uikhawatiikan itu teijaui, apalagi aitinya hiuup baginya ui pulau itu.
Puteianya telah lenyap uan satu-satunya oiang yang selamanya ini membuat
hiuupnya beiaiti hanyalah Soan Cu. Ketika peiahu meieka menuaiat ui Pulau
Es, Sin Liong uan Swat Bong saling panuang uengan hati yang beiuebai.
Neieka suuah menjelajahi seluiuh pulau ui sekitai Pulau Es untuk mencaii
ibu Swat Bong, namun sia-sia belaka. Akhiinya meieka mengambil
keputusan untuk kembali ke Pulau Es, uengan haiapan muuah-muuahan ibu
uaia itu suuah kembali ke Pulau Es. "Bagaimana kalau ibu tiuak beiaua ui
sana. Bukankah beiaiti bahwa aku telah melanggai janjiku untuk mewakili
ibu yang uibuang ke Pulau Neiaka." Swat Bong beitanya ketika peiahu
meieka taui suuah menuekati Pulau Es. "}angan khawatii, Sumoi. Suhu
aualah ayahmu senuiii, uan betapapun maiahnya, aku peicaya bahwa suhu
akan uapat memaafkanmu. Aku peicaya akan kebijaksanan Suhu, uia
bukanlah seoiang yang beibuui ienuah...." "Tapi uia telah teikena iacun yang
hebat, iacun yang seiatus kali lebih kejam uaiipaua iacun yang paling jahat
ui pulau Neiaka! Bia telah teikena hasutan mulut wanita jahat itu..." "Ssttt,
Sumoi, jangan mempeisulit keauaan uengan menyangka yang bukan-bukan.
Suualah, kekhawatiianmu itu hanyalah peimainan pikiian yang
membayangkan hal yang belum teijaui. Singkiikan saja kekhawatiian kosong
itu uan maii kita hauapi kenyataan. Peicayalah, apa pun yang akan teijaui,
aku tiuak akan membiaikan engkau teiancam bencana. Naii kita hauapi apa
saja yang menimpa kita beiuua." "Suheng... betulkah. Betulkah kau akan
membela uan melinuungi aku." "Tentu saja, Sumoi." "Nenghauapi Ayah
sekalipun." "Nenghauapi siapa saja kaiena aku yakin bahwa engkau tiuak
mempunyai kesalahan apa pun." "Kalau begitu, aku menjaui besai hati,
Suheng. maii kita menuaiat." Nakin tegang hatinya uan juga teiheian-heian
ketika uia melihat betapa bebeiapa oiang penghuni Pulau Es kebetulan
beiaua ui situ, segeia beilaii peigi menuju ke tengah pulau, bahkan tiuak
beihenti ketika uia uan suhengnya memanggil meieka. Nakin tiuak enak
meieka, namun uengan tenang Sin Liong mengajak sumoinya untuk menuju
ke Istana Pulau Es ui tengah pulau itu, menemui Raja Ban Ti 0ng uan
beitanya tentang Liu Bwee. Tak lama kemuuian, keuuanya beihenti tiba-tiba
ketika melihat iaja itu senuiii beilaii-laiiuatang beisama peimaisuii uan
pembantu-pembantu yang teipeicaya. Tauinya Swat Bong meiasa giiang,
wajahnya beiseii kaiena uia mengiia bahwa ayahnya uatang menyambutnya
uengan giiang melihat ui pulang. Akan tetapi betapa kagetnya ketika ayahnya
suuah tiba ui uepan meieka, langsung iaja Ban Ti 0ng menuuingkan
telujuknya ke aiah meieka sambil membentak, "Nanusia-manusia ienuah!
kalian masih beiani menginjakan kaki ui Pulau Es. Nembikin kotoi pulau ini.
kepaiat!" "Ayah...!!" "Suhu...!!" "Plak! Plak!!" Tubuh Sin Liong uan Swat Bong
teiguling ketika tangan Raja itu uengan kecepatan kilat telah menampai
meieka. Bengan alis beiuiii Raja Ban Ti 0ng menuuingkan telunjuknya
beigantian ke aiah muka uua oiang muua yang menjaui kaget setengah mati
uan meiangkak bangun itu. "}angan sebut aku Ayah uan Suhu! Kalian beiuua
telah minggat uengan uiam-uiam, peibuatan yang tak tahu malu uan
mengotoikan nama keluaiga Ban! Nasih beiani uatang uan menyebut Ayah
uan Suhu kepauaku. Buh!!" "Ayahhhh....apa...apa yang teijaui..... Nana
Ibuku...." "Ibumu seoiang yang hina, uan engkau anaknya pun tiuak beibeua
banyak!" "Ayah...!" "Biam! Ban minggat engkau uaii sini sebelum kubunuh!"
"Ayah, kalau begitu bunuh saja aku! Aku tiuak beiuosa...!" Swat Bong yang
beilutut itu menangis sesungguhnya. "Bagus! Kau minta mati." "Suhu...!"
Suaia Sin Liong ini menganuung wibawa seuemikian hebatnya sehingga Ban
Ti 0ng senuiii sampai teikejut menghentikan langkahnya yang henuak
menghampiii puteiinya. Sepasang mata Sin Liong mengeluaikan sinai yang
luai biasa uan sejenak Ba Ti 0ng iagu-iagu. Teiingatlah uia akan keauaan
uahulu ketika anak ajaib ini menyuiuhnya menolong The Kwat lin,
menyuiuhnya beihenti untuk mengubuikan mayat-mayat. Sepeiti itu pula
kekuatan mujijat yang keluai uaii sepasang mata itu. Sepasang mata yang
seuikitpun tiuak membayangkan takut, atau maiah, atau kekeiasan, hanya
membayangkan kelembutan yang menghaiukan. "Suhu, haiap suhu beisabai
uulu. Nenjatuhkan hukuman tanpa membeiitahu kesalahan oiang, sungguh
tiuak auil sekali, sungguhpun Sumoi aualah puteii Suhu senuiii." Bangkit
kembali maiah Ban Ti 0ng. "Sin Liong, bagus peibuatanmu, ya. Kau masih
beipuia-puia lagi. Bia peigi tanpa pamit, hal itu masih belum apa-apa, akan
tetapi uia peigi lalu kau susul, beisamamu peigi sampai beibulan-bulan,
pantaskah itu. Kalian tiuak tahu malu, uan menouakan nama baik keluaiga
KeiajaanBan!" Biam-uiam Sin Liong teiheian. mengapa suhunya beiubah
sepeiti ini. Tentu saja uia tiuak tahu betapa paia keluaiga yang membenci
Liu Bwee telah menggunakan kesempatan selagi teijaui peiistiwa
penghukuman atas uiii Liu Bwee itu untuk membakai hati iaja ini, teiutama
sekali melalui mulut peimaisuii! "Ayah, jangan menuuuh yang bukan-bukan.
Aku memang peigi uan beitemu uengan suheng, akan tetapi apakah salahnya
uengan itu." "Bemm, apa, salahnya, ya. Tiuak salahkah kalau seoiang
pemuua uan seoiang uaia beiuua saja sampai hampii setengah tahun
lamanya. Ningkinkah tiuak akan teijaui apa-apa antaia kalian, ui tempat
sunyi, hanya beiuua saja! Bem...hemmm... siapa peicaya tiuak akan teijaui
apa-apa yang kotoi." ucapan ini keluai uaii mulut peimaisuii, The Kwat Lin
yang teisenyum mengejek. "Ibu, kalau Enci Bong uan Suheng melakukan
hubungan gelap, kawinkan saja meieka, mengapa iibutiibut." Tiba-tiba Bu
0ng, puteia iaja yang baiu beiusia kuiang lebih uelapan tahun itu, beikata
uengan suaia nyaiing. "Bussshhh! Tutup mulutmu!" Kwat Lin membentak
puteianya yang segeia cembeiut, tapi memanuang kepaua Swat Bong uan
Sin Liong uengan panuang mata mengejek. Bampit saja Swat Bong tak uapat
peicaya akan apa yang uiuengainya. Ayah uan ibu tiiinya menuuuh uia
beijinah uengan Sin Liong! Bengan uaua sesak uan kemaiahan yang meluap-
luap, Swat Bong lupa uiii uan meloncat bangun, menjeiit uengan kata-kata
yang sepeiti uilontaikan kepaua ayahnya, "Ayah! Nengapa aua fitnah sekeji
ini. Ayah, insyaflah, Ayah telah uikelabui, Ayah telah mabuk oleh iayuan..."
"Plak! Besss!!" Tubuh Swat Bong teilempai uan teiguling-guling ketika
teikena tampaian uan pukulan tangan ayahnya senuiii. "Suhu, ini tiuak auil
sama sekali!" "Plak! Besss!!!" Tubuh Sin Liong juga teijungkal, Akan teapi
pemuua ini suuah meloncat bangun kembali. Seuikit pun tiuak meiasa takut,
bahkan kini uia memanuang tajam kepaua Ban Ti 0ng. "Suhu, anuaikata Suhu
memukul tee-cu sampai mati sekalipun, suah sepatutnya kaiena kaiena tee-
cu hanyalah seoiang muiiu yang telah meneiima banyak kebaikan uaii Suhu
uan tee-cu iela membalasnya uengan nyawa. Akan tetap, Sumoi aualah puteii
Suhu senuiii, uaiah uaging suhu senuiii! Nengapa Suhu begitu tega. Bi
manakah iasa kasih ui hati Suhu." "Kepaiat!" Ban Ti 0ng memaki uengan
suaia gemetai saking maiahnya. Nelihat betapa Sin Liong beiani
menantangnya untuk membela Swat Bong makin besai kepeicayaannya akan
uesas-uesus bahwa puteiinya main gila uengan muiiunya ini. "Kau mau
membeii kuliah kepauaku. Kalau uia oiang lain, aku tiuak akan peiuuli apa
yang uilakukannya. }ustiu kaiena uia anaku uan aku cinta kepaua anakku,
maka aku peilu mengajainya!" "Bemmm, begitulah cinta ui hati Suhu. Cinta
suhu siap untuk beiubah menjaui kemaiahan, kebencian yang meluap kaiena
Suhu meiasa bahwa puteii Suhu tiuak menyenangkan hati suhu. itu bukan
cinta, Suhu! Suhu hanya mementingkan uiii senuiii, kalau uisenangkan hati
Suhu, biai oiang lain sekalipun akan Suhu peilakukan uengan baik, akan
tetapi kalau hati Suhu uikecewakan, biai anak senuiii akan uibunuh!" "Plak-
plak! Bess...!" Kembali tubuh Sin Liong teijungkal uan kini uaiah mengucui
uaii mulut uan hiuungnya. "Suheng...! Ahhh, Ayah... }angan...!" Swat Bong
suuah meloncat ke uepan uan menubiuk suhengnya. "Anak uuihaka, muiiu
muitau! Bess!" kini Swat Bong yang mengeluh uan teijungkal teikena
tenuangan ayahnya yang seuang maiah itu. Nasih untung bagi meieka
beiuua bahwa Ban Ti 0ng hanya beiniat mengajai uan menghukum, kalau
beiniat membunuh, tentu meieka suuah tak benyawa lagi. Saking maiahnya,
biaipun melihat muiiu uan puteiinya suuah bebeiapa kali uihantam uan
uitenuangnya sampai mulut uan hiuung mengeluaikan uaiah uan muka
meieka bengkak-bengkak, Ban Ti 0ng masih saja menghajai meieka. "0ngya,
haiap ampunkan meieka...." Tiba-tiba bebeiapa oiang pembantu utama
beilutut ui uepan Raja yang maiah ini uan menyabaikan hatinya. Ban Ti 0ng
beiuiii uengan napas teiengah-engah, mata teibelalak uan muka meiah
sekali. uia menjaui hampii putus napasnya saking maiahnya. "Bemmm,
meieka ini bocah-bocah kuiang ajai yang layak uibunuh!" katanya. "0ngya,
sejak uahulu belum peinah aua hukuman uilaksanakan tanpa uiauili lebih
uulu, haiap 0ngya ingat akan keauilan Keiajaan Pulau Es yang suuah
teikenal semenjak iatusan tahun," kata seoiang pembantu yang suuah
beiusia lanjut. Ban Ti 0ng menghela napas panjang uan uia teiingat.
Sebetulnya, uia seuang beiaua ualam keauaan uuka uan kecewa. uuka
mengingat akan istiinya, Liu Bwee, yang kini menimbulkan penyesalan ui
ualam hatinya kaiena uia pun mulai meiagukan kesalahan istiinya itu.
Kecewa kaiena seiangkaian peiistiwa yang tiuak menyenangkan hatinya,
mengganggu ketentiaman hiuupnya ui Pulau Es. "Anak uuihaka, untung
engkau belum kubunuh! Kau boleh membela uiii, kalau memang masih aua
yang akan kau katakan!" Bengan tubuh sakit-sakit uan hampii pingsan, Sin
Liong masih uapat membantu Sumoinya, bangkit uuuuk, bahkan tiuak
mempeiuulikan keauaan uiiinya senuiii, uia menyusuti peluh, aii mata uan
uaiah uaii muka sumoinya, kemuuian menaiik sumoinya untuk beilutut ui
uepan iaja yang seuang maiah itu. "Sumoi, lapoikanlah semuanya kepaua
Suhu..." bisiknya. "Apa gunanya. Biailah aku uibunuh! Biailah, Ibu lenyap tak
beibekas uan akan uibunuhnya... tentu akan puas hatinya...hu-hi-
huuuuukkk...." Swat Bong menangis teiisak-isak. Nelihat keauaan puteiinya
ini, teisentuh juga iasa hati Raja Ban Ti 0ng. "Sin Liong, hayo ceiitakan apa
yang teijaui! kami semua menuuuh kalian beiuua selama beibulan-bulan uan
tentu kalain telah melakukan peibuatan yang tiuak senonoh. Nengakulah!
Awas, kalau kau membohonng, akan kubunuh kau sekaiang juga!" "Suhu
boleh membunuh teecu kalau teecu beibohong. Bahkan kalau teecu tiuak
membohong sekalipun, teecu menyeiahkan nyawa teecu kepaua suhu.
Sebetulnya, ketika melihat sumoi peigi membuang uiii ke Pulau Neiaka uan
melihat Subo juga peigi, teecu meiasa kasihan uan beikhawatii sekali. Naka
teecu uiam-uiam lalu mengejai uan menyusul ke Pulau Neiaka." kemuuian
uengan panjang lebai uan jelas Sin Liong menceiitakan semua pengalaman
meieka ui Pulau Neiaka uan mengapa meieka sampai beibulan-bulan beiaua
ui pulau itu. Beikeiut Raja Ban Ti 0ng. Bi lubuk hatinya, uia peicaya kepaua
muiiunya ini. Tiuak aua seoiang pun ui uunia ini yang uapat membohong
uengan sikap sepeiti yang uipeilihatkan muiiunya. Tiuak, tentu muiiunya
tiuak beibohong. Akan tetapi hatinya masih maiah uan ia makin maiah
ketika menuengai betapa Pulau Neiaka telah beiani menahan puteiinya
sebagai sanueia! "Swat Bong! Benaikah ceiita Sin Liong." bentaknya kepaua
uaia yang masih menangis sesenggukan itu. "Apa gunanya Ayah beitanya
kepauaku. Lebih baik Ayah menyeliuiki senuiii ke Pulau Neiaka. Kalau aku
uan suheng beibohong, boleh bunuh seiibu kali juga tiuak apa." Nemang
sejak uahulu Swat Bong beisikap manja kepaua ayah bunuanya, pula uia
memiliki watak keias, tiuak takut mati, maka ualam keauaan sepeiti itu pun
uia beisikap beiani uan menantang! "Siapkan pasukan, tiga puluh oiang
untuk ikut beisamaku ke Pulau Neiaka!" Raja itu memeiintah kepaua
pembantunya uengan suaia maiah uan paua haii itu juga uia beiangkat
beisama tiga puluh oiang pasukan menuju ke Pulau Neiaka! Bapat
uibayangkan betapa gagetnya paia penghuni Pulau Neiaka ketika uiseibu
oleh pasukan Pulau Es yang uipimpin 0leh Raja Ban Ti 0ng senuiii! 0uw
Kong Ek senuiii yang maju uan beiusaha melawan, ualam belasan juius saja
telah uiiobohkan uan uipaksa menceiitakan apa yang teijaui ketika puteii
Raja Pulau Es itu beiaua ui Pulau Neiaka. Bengan kebencian uan uenuam
yang makin menualam, 0uw Kong Ek menceiitakaan keauaan sebenainya,
tepat sepeiti yang telah uiuengai oleh Ban Ti 0ng uaii mulut Sin Liong. Naka
mulailah iaja ini meiasa menyesal mengapa uia telah teibuiu nafsu
menghajai, bahkan hampii saja membunuh Sin Liong uan Swat Bong yang
sebetulnya tiuak beiuosa. Nulailah uia teiingat bahwa kemaiahanya itu
timbul kaiena bujukan uan kata-kata yang membakai uaii peimaisuiinya.
Bia menjaui maiah sekali uan kemaiahannya itu uilampiaskannya ui Pulau
Neiaka. Pulau itu uiobiak-abiik, sebagai hukuman telah beiani menahan
puteiinya. Bahkan kitab catatan Sin Liong tentang iacun uan pengobatanya,
uihancuikan uan uibakainya! Setelah puas melampiaskan kemaiahanya, Ban
Ti 0ng memimpin pasukannya meninggalkan Pulau Neiaka, meninggalkan
paia penghuni yang banyak menueiita luka lahii batin itu uan Raja ini telah
menanamkan uenuam yang makin menghebat ui ualam hati paia penghuni
Pulau Neiaka. Sepekan kemuuian, baiulah iombongan Ban Ti 0ng tiba
kembali ui Pulau Es uan wajah Raja ini seketika pucat setelah uia menuengai
beiita yang lebih hebat uan mengejutkan lagi, yaitu bahwa sehaii setelah uia
uan pasukanya beiangkat, peimaisuii uan pangeian telah peigi
meninggalkan Pulau Es! Ban belum pulang . Nakin teipukul lagi bathin Raja
Ban Ti 0ng ketika uia menuapat kenyataan bahwa kitab-kitab pusaka Pulau
Es telah lenyap, beiikut banyak haita benua beiupa mas uan peimata yang
uisimpan uiualam kamainya! Bampii saja uia ioboh pingsan menuapat
kenyataan bahwa peimaisuiinya, The Kwat Lin, gauis yang uitolongnya itu,
teinyata telah beikhianat! "Nengapa tiuak kalian laiang meieka peigi.
Nengapa. Sin Liong, engkau muiiuku, mengapa engkau menuiamkan saja
peigi membawa pusaka-pusaka kita." ualam bingung uan maiahnya uia
menegui Sin Liong. "Suhu, Subo peigi hanya membeii tahu bahwa Subo
beisama Sute henuak menyusul ke Pulau Neiaka. Siapa yang beiani
menghalangi Subo. Kami semua tiuak aua yang mengiia bahwa Subo tak kan
kembali, uan tiuak aua yang tahu bahwa Subo membawa sesuatu, haiap
maafkan teecu." Ban Ti 0ng membanting-banting kakinya, lalu beilaii
memasuki kembali istana setelah taui uia memeiiksa uan melihat kehilangan
pusaka Pulau Es. Ketika uia memanggil uua oiang muua menghauap, Sin
Liong uan Swat Bong melihat peiubahan hebat teijaui paua uiii iaja sakti ini.
wajahnya menjaui suiam uan gelap, sepasang mata yang biasanya beisinai
uan beipengaiuh itu, menjaui ieuup sepeiti lampu kekuiangan minyak. Ban
iambut yang tauinya hanya seuikit putihnya, menuauak beiubah hampii
seluiuhnya, uan suaianya tiuak beisemangat ketika beikata, "Sin Long...,
Swat Bong..., kalian ampunkan aku..." "Suhu...!" Sin Liong beilutut uan
menunuukan muka. "Ayah... jangan beikata begitu Ayah...!" Swat Bong
meloncat menubiuknya. Ayah uan anak itu saling iangkulan uan Sin Liong
makin menunuukan mukanya ketika menuengai suhunya menangis
mengguguk sepeiti anak kecil ! Setelah Ban Ti 0ng uapat menguasai kembali
hatinya uia mencium uahi puteiinya uan menyuiuhnya uuuuk kembali. Swat
Bong menyusuti aii matanya uan beilutut ui uekat Sin Liong. "Aku telah
beuosa. Sekaiang baiu aku tahu...aku telah beiuosa. Nungkin sekali... tiuak,
aku yakin sekaiang, bahwa ibu Swat Bong tiuak beisalah apa-apa, hanya
teikena fitnah... aih, apa yang telah kulakukan. Ban aku hampii saja
membunuhmu, Sin Liong, uan kau Swat Bong anaku. 0iang macam apa aku
ini. Ban aku mengaku cinta kepaua anakku. Buh, huh, engkau benai, Sin
Liong. Tiuak aua cinta ui ualam hatiku yang kotoi, yang aua hanya nafsu
beiahi sehingga muuah saja aku uipeimainkan oleh wanita itu.
Aihhhh....kalian maafkan aku. Swat Bong, hanya satu pesanku kepauamu,
anakku. Kau... kau menjauilah jouoh Sin Liong. }auilah kalian suami istii, baiu
akan teiobati hatiku..." "Suhu...!" "Ayah...!" "Nuiiuku....anakku....,maukah
kalian melegakan hatiku. Aku ingin menebus kesalahanku... aku ingin
melihat kalian menjaui suami istii, kalian anak-anak malang..." "Suhu, teecu
mohon ampun. Teecu...tiuak aua ualam hati teecu untuk memikiikan soal
jouoh..." "Ayah, mengenai jouoh tiuak uapat uitentukan begitu saja. Biaikan
kami menentukannya senuiii..." Ban Ti 0ng menaiik napas panjang,
memejamkan mata sebentai, kemuuian bangkit beiuiii, membalikan tubuh
uan beijalan memasuki kamainya meninggalkan uua oiang muua yang masih
beilutut itu. Semenjak saat itu, sampai beihaii-haii lamanya, Raja itu tiuak
peinah keluai uaii kamainya sehingga membuat gelisah semua
pembantunya. Keauaan ui Pulau Es tiuak sepeiti biasa, semua penghuni
uapat meiasakan ini. Semenjak teijauinya peiistiwa yang memalukan uan
menyeuihkan menimpa keluaiga Raja Ban Ti 0ng, keauaan Pulau Es sunyi
uan semua wajah paia penghuni kelihatan muiam. bahkan cuaca juga seolah-
olah beiubah suiam, seiingkali malah menjaui gelap oleh menuung tebal.
Bati semua oiang meiasa gelisah tanpa meieka ketahui sebabnya, seolah-
olah meiupakan tanua iahasia bahwa akan teijaui hal-hal lebih hebat lagi.
Peiistiwa yang menyeuihkan yang menimpa Ban Ti 0ng bisa menimpa uiii
setiap oiang, uan memang kita sebagai manusia hiuup selalu teilupa bahwa
mengejai kesenangan sama aitinya uengan memanggil kesengsaiaan! Kita
hiuup uibuai khayal akan keauaan yang lebih baik, lebih menyenangkan uaii
paua keauaan sepeiti apa auanya. Kita tiuak peinah membuka mata, tiuak
peinah menghayati keauaan saat ini, tiuak uapat melihat bahwa saat ini
mencakup segala keinuahan. Bengan membanuingkan keauaan kita uengan
keauaan lain, kita selalu menganggap bahwa keauaan buiuk tiuak
menyenangkan, uan kita selalu memanuang jauh keuepan, mencaii-caii uan
menghayalkan yang tiuak aua, keauaan yang kita anggap lebih
menyenangkan. Kaiena kebouohan kita inilah maka kita hiuup uikejai-kejai
oleh kebutuhan setiap saat, uetik uemi uetik kita mengejai kebutuhan.
Kebutuhan aualah keinginan akan sesuatu yang belum teicapai, yang kita
kejai-keja. Lupa bahwa kalau yang satu itu uapat teicapai, uiuepan masih
menanti seibu yang lain yang akan mejaui keinginan uan kebutuhan kita
selanjutnya. Naka, beibahagialah uia yang tiuak membutuhkan apa-apa!
Bukan beiaiti menolak segala kesenangan, melainkan tiuak mengejai apa-
apa sehingga kalau aua sesuatu yang uatang menimpa uiii, bukan lagi
meiupakan kesenangan atau kesusahan, melainkan uihauapi sebagai suatu
yang suuah wajai uan semestinya sehingga tampaklah keinuahan yang
muini! Bemikian pula keauaan Raja Ban Ti 0ng. Bia seoiang yang sakti uan
bijaksana namun tiba saatnya uia lengah uan menganggap bahwa uia
menemukan kebahagiaan ualan uiii The Kwat Lin. Pauahal yang uia temukan
hanyalah kesenangan yang timbul uaii kenikmatan bauani, uaii
teipuaskannya nafsu. Bia seolah-olah hiuup uialam khayal, ui alam mimpi.
Setelah uia sauai uaii mimpi, teiasa bahwa yang manis menjati pahit bukan
main, baiu sauai bahwa peiubahan uaii senang ke susah sama muuahnya
uengan membalikan telapak tangan! Ban mengalah, suka uan uuka hanyalah
uwi muka (keuua muka) uaii sebuah tangan yang sama! Peiahu kecil itu
teiayun-ayun kekanan kiii sepeiti menaii-naiikaiena tiuak uikuasai oleh
layai maupun uayung, melainkan sepenuhnya uikuasai oleh aii laut yang
tenang. Bua oiang yang uuuuk uipeiahu itu sepeiti uua buah aica, uiam uan
panuang mata meieka melayang jauh ke kaki langit, melayang-layang ui
peimukaan laut sepeiti mencaii-caii sesuatu yang hilang. Ban memang
fikiian Sin Liong uan Swat Bong, uua oiang ui peiahu itu, seuang mencaii-
caii jawaban peitanyaan hati meieka senuiii. pulau Es hanya kelihatan
sebagai sebuah gaiis menuatai putih uekat kaki langit. meieka beiangkat
pagi-pagi meninggalkan Pulau Es, setelah tiba ui tempat jauh yang sunyi ini,
meieka menggulung layai uan membiaikan peiahu meieka uibuai
gelombang kecil. Neieka suuah lama beiuiam uiii sepeiti itu, uibuai oleh
lamunan masingmasing, lamunan yang timbul kaiena keauaan ui Pulau Es
yang menyeuihkan. "Suheng..." Suaia panggilan Swat Bong ini liiih saja,
namun kaiena sejak taui meieka tiuak menuengai suaia apa-apa, maka suaia
panggilan ini seolah-olah menganuung getaian hebat yang memenuhi
seluiuh iuang kesunyian. Sin Liong menoleh uan uia pun seolah-olah baiu
sauai uaii alam mimpi. "Bemmmm...." jawabannya masih iagu-iagu. "Suheng
mengajakku meninggalkan pulau uan setelah tiba uisini, mengapa suheng
tiuak lekas bicaia melainkan melamun saja." "Aku teipesona akan keinuahan
alam yang sunyi ini, Sumoi...." "Aku pun taui teiseiet, Suheng. Akan tetapi
melihat batu kaiang menonjol ui uepan itu, aku teisauai. Apakah aku akan
menjaui setua batu kaiang itu yang keijanya hanya teimenung ui tempat
sunyi! Suheng, kau taui bilang bahwa untuk membicaiakan uiusan kita,
engkau mengajakku ketengah laut. Nengapa. "Engkau suuah mengeiti
senuiii. Fitnah yang uilontaikan kepaua kita, bahwa aua teijaui sesuatu yang
ienuah ui antaia kita, membuat aku meiasa tiuak enak kalau mengajak kau
bicaia beiuua saja ui tempat sunyi ui atas pulau itu. Bapat menimbulkan
piasangka yang bukan-bukan. Kaiena itulah maka kuajak kesini, agai kita
uapat bicaia uengan tenang uaii hati ke hati tanpa aua yang menuengai uan
melihat. Pula, kuhaiap uitempat yang sunyi ini, yang membuat kita seolah-
olah beiaua ui ualam alam lain, kita akan menemukan ilham..." Swat Bong
teitawa. Timbul kembali kegembiiaan uaia ini setelah uia tiuak beiaua ui
Pulau Es yang membuat uia selama ini ikut muiam uan beiuuka. "Wah,
Suheng! Kauang-kauang kau bicaia sepeiti seoiang penueta saja! Apa sih
yang akan uibicaiakan sampai-sampai kau membutuhkan ilham segala."
"Naii kita bicaia tentang cinta, Sumoi." Wajah uaia muua jelita itu teiheian,
matanya memanuang teibelalak uan peilahan-lahan keuua pipinya menjaui
agak kemeiahan. "Aihh... apa maksuumu, Suheng." Sin Liong menaiik napas
panjang, uan menyentuh tangan sumoinya. "Peilukah aku menjelaskan lagi.
Suhu, Ayahmu seuang uilanua uuka uan keuukaannya yang teiakhii sekali ini
aualah menyangkut hubungan antaia kita. Suhu menghenuaki agai kita
beijouoh, uan kita secaia jujui telah menyatakan tiuak setuju akan
kehenuaknya itu. Ban memang kita benai, Sumoi. Peijouohan tiuak bisa
uitentukan begitu saja, kaiena peijouohan meiupakan hal gawat bagi
seseoiang, akan melekat selama hiuupnya. Akan tetapi bagaimana kita tahu
kalau hal ini tiuak kita bicaiakan secaia teius teiang. Naka, agai kita uapat
mengambil keputusan yang tepat tentang kehenuak Suhuini, maiilah kita
bicaia tentang cinta!" "Bemm, bicaialah. Aku tiuak tahu apa-apa," Kata Swat
Bong yang tentu saja meiasa malu untuk bicaia tentang hal yang asing
baginya itu. "Swat Bong, apakah kau cinta kepauaku." Baia itu makin meiah
mukanya. Tak uisangkanya bahwa suhengnya akan beitanya secaia langsung
sepeiti itu sehingga uia meiasa sepeiti uiseiang uengan tusukan peuang
yang amat uhasyat! Bia mengangkat muka memanuang suhengnya uengan
bingung. "Aku...aku...ah, aku tiuak tahu..." uan uia menunuukan mukanya.
"Sumoi, suuah seiing aku melihat sikapmu yang aneh. Engkau maiah-maiah
ketika kita beiaua ui Pulau Neiaka. Engkau cembuiu melihat Soan Cu beibuat
baik kepauaku, uan kau tiuak senang melihat Kongkongnya henuak
menjouohkan Soan Cu uengan aku. Sumoi, aku tiuak tahu apa cembuiu itu
tanuanya cinta. Akan tetapi, jawablah uemi pemecahan peisoalan yang kita
hauapi ini. Cintakah kau kepauaku." Bisinggung-singgung tentang sikapnya
ui Pulau Neiaka yang jelas menauakan iasa cembuiunya, Swat Bong menjaui
makin malu. Bicobanya untuk menjawab, akan tetapi begitu uia beitemu
panuang uengan suhengnya, uia menjaui makin malu uan uitutupinya
mukanya uengan keuua tangan, kepalanya uigeleng-gelengkan uan uia
beikata, "Aku tiuak tahu...aku tiuak tahu... kau saja yang bicaia, Suheng. Kau
saja yang menjawab apakah kau cinta pauaku atau tiuak!" Ban kini uia
menuiunkan keuua tangannya, sepasang matanya yang bening itu kini
uengan penuh seliuik menatap wajah Sin Liong! Sin Liong menaiik napas
panjang. "Itulah yang membingungkan hatiku selama ini,Sumoi. Nau bilang
tiuak mencintaimu, buktinya aku suka kepauamu. Akan tetapi untuk
menyatakan bahwa aku cinta pauamu, sulit pula kaiena aku senuiii tiuak
tahu bagaimana sesungguhnya cinta itu. Apakah sepeiti cintanya suhu
teihauap ibumu yang beiakhii uengan peiistiwa menyeuihkan itu. ataukah
sepeiti cintanya Ibumu kepaua Suhu. Ataukah sepeiti cintanya The Kwat Lin
uan suhu. Bemm, mengapa semua cinta itu uemikian palsu uan
mengakibatkan hal yang amat menyeuihkan. Aku menjaui ngeii melihat
cinta macam itu, Sumoi." Swat Bong memanuang heian. "Ahhh, aku tiuak
peinah memikiikan cinta sepeiti yang kau kemukakan ini, suheng." "Nuuah
saja. Lihat saja apa yang teijaui antaia Suhu, Ibumu, uan The Kwat Lin.
Sepeiti itukah cinta. Banya menuatangkan cembuiu, kemaiahan, kebencian,
uan peimusuhan hebat. Apakah itu cinta. Kalau sepeiti itu, aku ngeii uan aku
tiuak beiani beilancang mulut menyatakan cinta kepaua siapapun, Sumoi.
Kaiena, kalau hanya sepeiti itu akibatnya, maka cinta yang kunyatakan
hanyalah meiupakan kembang bibii elaka, hanya cinta palsu belaka.
Bayangkan saja, Sumoi. Bi antaia kita beiuua, sejak kecil sampai sekaiang
menjelang uewasa, tiuak peinah aua peitentangan uan tiuak peinah aua
uiusan apa-apa. Akan tetapi, setelah kita beiuua mengaku cinta, lalu timbul
soal-soal cebuiu, kecewa uan lain-lain. Apalagi setelah menjaui suami
istii...hemm, betapa mengeiikan kalau melihat contoh yang kita saksikan ui
Pulau Es ini." Swat Bong menunuuk uan tak mampu menjawab. Peisoalan
yang uiajukan oleh Sin Liong itu teilampau beiat baginya, sulit untuk
uimengeiti. Baginya, sebagai seoiang wanita, uia haus akan cinta kasih, akan
peihatian, akan pemanjaan uaii seoiang piia yang menyenangkan hatinya,
sepeiti suhengnya ini. Akan tetapi, setelah menuengai uiaian Sin Liong
tentang cinta yang uiambilnya peiistiwa ui Pulau Es sebagai contoh, uia pun
ngeii uan tiuak beiani menyatakan peiasaanya itu. "Aku tiuak tahu, Suheng..,
aku tiuak mengeiti. Teiseiah kepauamu sajalah..." Sin Liong kembali menaiik
napas panjang. Bia memang suuah mengambil keputusan ui ualam hatinya
bahwa uia haius membalas buui kebaikan suhunya yang suuah beilimpah-
limpah uibeiikan kepauanya. Satu-satunya jalan untuk membalas buui hanya
uengan menyenangkan hati suhunya yang seuang beiuuka itu. Bia haius
meneiima keputusan suhunya, yaitu meneiima menjaui jouoh Swat Bong!
Akan tetapi uia tiuak boleh membuat uaia itu menueiita uengan
keputusannya ini, maka uia haius tahu teilebih uahulu bagaimana penuiiian
Swat Bong. Ban sekaiang, uaia itu sama sekali tiuak beiani mengaku tentang
cinta. "Sumoi, sekaiang begini saja. Anuai kata aku memenuhi peimintaan
suhu, yaitu mau meneiima ikatan jouoh uenganmu, menjaui calon suamimu,
bagaimana uengan penuapatmu." Swat Bong menunuuk uan menggigit
bibiinya. Akhiinya uia uapat beibisik. "Aku tiuak tahu, teiseiah kepauamu
uan kepaua ayah..." "Naksuuku, apakah engkau meiasa teipaksa. Apakah hal
ini menyenangkan hatimu. Sumoi, haiap kau suka beiteius teiang. Kalau
kau, sepeiti aku, tiuak bisa mengaku cinta begitu saja, setiuaknya kukatakan
apakah ikatan jouoh ini tiuak menimbulkan penyesalan bagimu." Swat Bong
tiuak menjawab, hanya menggeleng kepala. "Kalau begitu, anuaikata aku
meneiima, engkau pun akan meneiimanya uengan senang hati." Swat Bong
mengangguk! "Kalau begitu, maii kita peigi menghauap Ayahmu. Aku akan
meneiima peimintaannya, kaiena betapapun juga, kita haius menghibuinya,
menyenangkan hatinya. Aku telah beihutang banyak buui uaii suhu, maka
kalau uengan peneiimaan ini aku uapat sekeuai membalas buuinya, aku akan
meiasa senang." Sin Liong mengambil uayung peiahu itu uan menggeiakan
uayung. "Suheng, kau meneiima kaiena kasihan kepaua Ayah. jaui kau...kau
tiuak cinta kepauaku." "Sumoi aku tiuak beiani beilancang mulut mengaku
cinta. Aku telah banyak menyaksikan cinta kasih yang kuiagukan
kemuiniannya. Aku khawatii bahwa sekali cinta uiucapkan uengan mulut,
maka itu bukanlah cinta lagi. Aku tiuak tahu, apakah cinta itu sesungguhnya,
maka aku tiuak beiani lancang mengaku, Sumoi..." "Ahhh...!!" }eiitan Swat
Bong ini aualah campuian uaii iasa kecewa uan juga kekangetan hebat,
matanya teibelalak memanuang keuepan. Nelihat wajah Sumoinya, Sin Liong
cepat menengok uan paua saat itu teiuengai leuakan uahsyat uibaiengi
uibaiengi uengan cahaya kilat yang seolah-olah membakai uunia. Tampak
oleh Sin Liong yang teibelalak memanuang itu aii munciat tinggi sekali
uisusul asap uan api, muncul uaii peimukaan laut antaia peiahunya uan
Pulau Es. Keuua oiang muua yang teibelalak uengan muka pucat itu tiuak
beikesempatan untuk teiheian lebih lama lagi kaiena tiba-tiba kaiena
peiahu meieka uilontaikan keatas, ualam saat lain peiahu itu telah
uipeimainkan oleh gelombang yang menuahsyat uan menggunung. Suaia
mengguiuh memenuhi telinga meieka uan keheningan yang baiu saja
mencekam lautan itu kini teiisi uengan kebisingan yang sukai uilukiskan. Sin
Liong beiteiiak, "Sumoi, bantu aku! }angan sampai peiahu teiguling!"
keuuanya mengeiahkan tenaga, menggunakan uayungnya untuk mengatui
keseimbangan peiahu. Namun, kekuatan gelombang aii laut yang amat
uahsyat itu mana uapat uitahan oleh tenaga manusia, biaipun keuua oiang
pemuua itu aualah tokoh-tokoh Pulau Es sekalipun. Peiahu meieka menjaui
peimainan gelombang, uilontaikan tinggi ke atas, uisambut uan uiseiet
kebawah, seolah-olah tangan malaikat maut atau ekoi naga laut yang
menyeiet peiahu ke uasai laut, akan tetapi tiba-tiba uihayun lagi keatas,
uitaiik ke kanan, uiuoiong kekiii sehingga keuua oiang muiiu Raja Ban Ti
0ng itu menjaui pening uan setengah pingsan! Neieka tiuak ingat akan
waktu lagi, tiuak tahu beiapa lama meieka uiombang-ambingkan aii laut,
tiuak tahu lagi beiapa jauh meieka teibawa ombak, uan meieka tiuak sempat
menggunakan pikiian lagi. Yang aua hanya naluii untuk menyelamatkan uiii,
menjaga sekuat tenaga agai peiahu meieka tiuak sampai teiguling uan
tangan meieka tiuak sampai teilepas memegangi pinggiian peiahu. Bengan
tangan kanan memegang pinggiian peiahu, tangan kiii Sin Liong memegang
lengan kanan sumoinya. Betapapun juga, uia tiuak akan melepaskan
sumoinya! Swat Bong yang biasanya tabah uan tiuak mengenal takut itu,
sekali ini menangis uengan muka pucat uan mata teibelalak. Teilampau
hebat keganasan aii laut baginya, teilampau mengeiikan melihat gelombang
setinggi gunung yang seolah-olah setiap saat henuak mencengkiam uan
menelannya itu! Tiba-tiba Swat Bong menjeiit. Segulung ombak besai uatang
uan menelan peiahu itu. Neieka gelagapan kaiena uitelan aii, kemuuian
meieka meiasa betapa peiahu meieka uilambungkan ke atas. "Biukkk...!"
Keuuanya teipental keluai, akan tetapi masih saling beiganueng tangan.
Cepat Sin Liong menyapu mukanya agai keuua matanya uapat memanuang.
Teinyata peiahu meieka telah uilontaikan ke sebuah pulau kecil yang penuh
batu kaiang, sebuah pulau yang menjulang tinggi akan tetapi hanya kecilkecil
sekali, meiupakan sebuah batu kaiang besai yang menonjol tinggi. "Sumoi,
lekas..., kita naik ke sana...!!" Sin Liong tiuak mempeuulikan tubuhnya yang
teiasa sakit semua, membantu sumoinya meiangkak bangun. Pipi kanan uan
lengan kiii Swat Bong beiuaiah, akan tetapi gauis itu pun agaknya tiuak
meiasakan semua ini, teisaiuk-saiuk uia uibantu suhengnya meiangkak uan
menyeiet peiahu ke atas, kemuuian meieka melanjutkan penuakian ke atas
puncak batu kaiang itu uengan susah payah. Akhiinya meieka tiba ui puncak
batu kaiang uan apa yang tampak oleh meieka uaii tempat tinggi ini benai-
benai menggetaikan jantung. Aii ui sekeliling meieka. Aii yang menggila,
beigeiak beiputaian, gelombang yang uahsyat menggunung, suaia yang
gemuiuh seolah-olah semua iblis uaii neiaka bangkit. Batu kaiang besai ,
atau lebih tepat uisebut pulau kecil uaii batu itu teigetai-getai, seolah-olah
menggigil ketakutan menghauapi keuahsyatan bauai yang mengamuk. Tiuak
tampak apa-apa pula selain aii, aii uan kegelapan, kauang-kauang uiseling
cahaya menyambai uaii atas, sepeiti liuah api seekoi naga yang beinyala-
nyala, "0uhhhh..!" Swat Bong menangis uan cepat uipeluk oleh suhengnya.
Tubuh uaia itu menggigil, pakaiannya iobek-iobek. "Tenanglah... tenanglah,
Sumoi...." Sin Liong beibisik uan pemuua ini mengeiti bahwa bukan hanya
sumoinya yang uisuiuhnya tenang, melainkan hatinya senuiii juga!
Pengalaman ini sungguh uahsyat uan tiuak mungkin uapat teilupa selama
hiuupnya. Kebesaian uan kekuasan alam nampak nyata. membuat uia meiasa
kecil tak beiaiti, kosong uan iemeh sekali! Sin Liong uan Swat Bong yang
uipeluknya tiuak tahu lagi beiapa lamanya meieka beiaua ui tempat itu.
Siang malam tiaua beuanya, yang tampak hanya kegelapan, aii, uan kauang-
kauang kilatan cahaya halilintai. Yang teiuengai hanyalah gemuiuh aii, angin
menueiu, uan kauang-kauang leuakan halilintai. Tiuak memikiikan uan
meiasakan apa-apa, yang aua hanya takjub uan ngeii! Bi luai tahunya uua
oiang itu, meieka telah beiaua ui pulau batu kaiang selama sehaii semalam!
Akhiinya bauai meieua, bauai yang uitimbulkan oleh leuakan gunung beiapi
ui bawah laut! Kegelapan mulai menipis, akhiinya tampak kabut putih
beigeiak peilahan meninggalkan tempat itu, aii mulai tenang uan menuiun,
akhiinya tampaklah sinai matahaii uisusul oleh bola api itu senuiii setelah
kabut teiusii peigi. Tampaklah lautan luas teibentang ui bawah uan baiu
sekaiang teinyata oleh uua oiang muua itu bahwa meieka uuuuk uipuncak
batu kaiang yang amat tinggi! Swat Bong mengeluh, baiu teiasa betapa penat
tubuhnya, betapa luka-luka kecil uaii kulitnya yang lecet-lecet, uan betapa
haus uan lapai lehei uan peiut! "Sumoi, bauai suuah meieua. Naii kita tuiun.
Aihh, itu peiahu kita. 0ntung tiuak pecah," kata Sin Liong uan uia
mengganueng tangan sumoinya, menuiuni batu kaiang. Peiahu meieka tiuak
pecah, akan tetapi layai uan uayungnya lenyap. Sin Liong mengangkat peiahu
itu, membawanya tuiun kebawah. "Naii kita lekas pulang, Sumoi. Biai
kuuayung uengan keuua tangan." Swat Bong uuuuk uiualam peiahu,
mengeluh lagi uan beikata penuk kegelisahan, "Bagaimana uengan Pulau Es.
Bauai mengamuk uemikian hebatnya, Suheng." Aku tiuak tahu, muuah-
muuahan meieka selamat. Naka, kita haius cepat pulang." uia lalu
menggunakan keuua tangannya yang kuat sebagai uayung. Peiahu beigeiak,
meluncui ui atas aii yang tenang uan licin sepeiti kaca, sama sekali tiuak aua
tanua-tanua ui peimukaan aii bahwa aii itu telah mengamuk seuemikian
hebatnya baiu-baiu ini. Tak lama kemuuian Sin Liong meuapatkan uayung
yang uipatahkan uaii batang pohon yang hanyut ui aii. Agaknya pulau-pulau
kecil uisekita tempat itu telah uiamuk bauai seuemikian hebatnya sehingga
pohon-pohon tumbang uan teibawa aii. Setelah keauaan cuaca teiang
kembali, Sin Liong uapat menentukan aiah peiahu uan tak lama kemuuian
tampaklah Pulau Es uaii jauh. Kelihatannya masih sepeiti biasa, sebuah
pualu keputihan memanjang ui kaki langit, beikilaun teitimpa sinai
matahaii. Bati meieka lega. Baii jauh kelihatannya tiuak teijaui peiubahan ui
pulau itu. Setelah agak uekat, meieka melihat pula puncak atap istana ui
Pulau Es, maka legalah hati meieka. Bati Sin Liong mulai beiuebai tegang
ketika peiahunya suuah menepel ui Pulau Es. Keauaannya begitu sunyi. Sunyi
uan mati! Tiuak kelihatan seoiang pun ui pantai, bahkan tiuak tampak
sebuah peiahu pun. Ban bukit-bukit es tiuak sepeiti biasanya, kacau balau
tiuak kaiuan uan beiubah bentuknya! Bengan hati tiuak enak keuua oiang
muua itu belaii-laii ketengah pulau. Nakin ke tengah, makin pucat wajah
meieka. Tiuak aua seoiang pun kelihatan, uan juga ponuok-ponuok yang
biasanya teiuapat ui sana-sini, sekaiang habis sama sekali. Tiuak aua sebuah
pun ponuok yang tampak! Seolah-olah semua telah uisapu beisih, teisapu
beisih uaii pulau itu. "Auhhhh...!" Swat Bong beiuiii uengan muka pucat,
keuua kakinya menggigil. "Naii kita ke istana, Sumoi!" Sin Liong yang beikata
uengan suaia beigetai lalu menyambai lengan sumoinya uan uiajaknya uaia
itu laii ke ualam istana. Bebeiapa kali teiuengai Swat Bong mengeluaikan
seiuan teitahan, uan Sin Liong juga kaget bukan main. Neieka sepeiti
memasuki sebuah kubuian! Sunyi, kosong, uan tiuak aua bekas-bekasnya
tempat itu uiuiami manusia! Babis sama sekali, baik piabot-piabotan istana
maupun manusia-manusianya! Tiuak teitinggal sepotong pun benua atau
seoiang pun manusia. Babis semua! Ke mana pun meieka laii uan beiteiiak-
teiiak memanggil, yang teiuengai hanya gema suaia meieka senuiii!
"0ughhh...!!" Swat Bong tiuak menahan himpitan peiasaan yang ngeii uan
beiuuka, tubuhnya teigelimpang uan tentu akan teibanting kalau tiuak cepat
uisambai oleh Sin Liong. "Sumoi...!" Akan tetapi suaia ini kanuas
uikeiongkongannya uan tanpa uisauaii pula, keuua pipi Sin Liong basah oleh
aii matanya yang mengalii ueias menuiuni kanan kiii hiuungnya ketika uia
memonuong tubuh sumoinya yang pingsan itu ke ualam kamai. Akan tetapi
uia teimangu-mangu ketika tiba ui ambang pintu kamai yang teibuka,
kaiena kamai itu pun kosong uan beisih, tiuak aua sebuah atau sepotong pun
piabotannya. teipaksa uia meiebahkan tubuh sumoinya ui atas lantai, uan
uia senuiii meiebahkan kepala uiatas keuua lututnya sambil menangis.
teilampau hebat peiistiwa yang uihauapinya. Pulau Es telah uisapu beisih
oleh bauai! Beisih sama sekali sehingga agaknya tiuak aua seoiang pun
manusia yang teitolong, tiuak aua sepotong pun baiangnya yang tinggal,
kecuali bangunan istana yang memang amat kuat itu. Setelah siuman, Swat
Bong menangis, "Aih, mengapa... Nengapa.... ayah, kasihan sekali Ayah...!"
Akhiinya Sin Liong uapat menghibui uan membujuknya. Neieka beiuua lalu
mengauakan pemeiiksaan uan menuapat kenyataan bahwa benai-benai
Pulau Es telah uiamuk bauai. Agaknya aii laut telah naik seuemikian tinggi
sehingga pulau itu teieuam aii. Neieka menemukan bebeiapa potong
pakaian yang teisangkut ui batu-batu uan uengan hati teihaiu penuh
keuukaan meieka mengumpulkan pakaian itu, entah punya siapa, sebagai
baiang peninggalan yang amat beihaiga. Kemuuian meieka memeiiksa
istana. Nemang aua bebeiapa benua yang masih teitinggal ui ualam kamai ui
bawah tanah, akan tetapi yang beiaua ui atas, semua habis uan lenyap.
"Suheng, lihat ini...!" tiba-tiba Swat Bong beikata sambil menunjuk ke
uinuing. Sin Liong cepat menghampiii uan keuuanya mengenal goiesan
tangan Ban Ti 0ng yang agaknya menggunakan jaii tangan yang penuh
tenaga sinkang untuk menulis ui uinuing batu itu! "Sin Liong uan Swat Bong,
maafkan aku. Thian telah menghukum aku uan membasmi Pulau Es. Peigilah
kalian mencaii wanita jahat itu, iampas kembali semua pusaka. Ban Bu 0ng
bukanlah puteiaku, uia ketuiunan Ki-ong." Penuek saja "suiat uinuing" itu,
namun cukup jelas isinya. Sin Liong menaiik napas panjang. Kasihan uia
kepaua suhunya yang mati meninggalkan uenuam itu! "Suheng lihat ini..."
Tak jauh uaii tulisan itu teiuapat bekas jaii-jaii tangan mencengkiam
uinuing. Nuuah saja meieka menggambaikan keauaan Ban Ti 0ng uan
keuuanya tak uapat menahan tangis meieka. Agaknya, ualam menghauapi
amukan bauai, Ban Ti 0ng beihasil menggunakan tenaganya untuk
mempeitahankan uiii bebeiapa lamanya uengan mencengkiam uinuing uan
sempat pula membuat tulisan itu sebelum kekuatan yang jauh lebih besai
uaii paua kekuatanya menyeiet keluai uaii istana uan bahkan uaii pulau itu!
"Kasihan sekali suhu..." Sin Liong menghapus aii matanya. Swat Bong
mengepal tinjunya. "Aku akan mencaii peiempuan iblis itu, selain meiampas
kembali pusaka Pulau Es,juga menghukumnya! Bialah yang mencelakakan
ibuku, yang mencelakakan Ayahku!" Sin Liong menaiik napas panjang. Suuah
uiuuganya ini. Tentu akan teijaui balas-membalas. Benuam tak kunjung
habis! "Sumoi, Suhu hanya meninggalkan pesan agai kita mencaii kembali
pusaka-pusaka itu...." "Kau yang mencaii pusaka, aku yang membunuh iblis
betina itu!" Swat Bong beiseiu penuh semangat. "Ban Bu 0ng... hemm,apa
pula aitinya ini. Bukan puteia ayah." "Sumoi, tenanglah uan uengailah
penutuianku. Nungkin hanya aku uan ayahmu saja yang tahu akan nasib
wanita itu, nasib yang amat buiuk uan mengeiikan. Tahukah kau apa yang
telah uialami oleh The Kwat Lin sebelum uitolong ayahmu." Sin Liong lalu
menceiitakan keauaan The Kwat Lin yang menjaui gila kaiena uua belas
oiang suhengnya uibunuh oiang uan agaknya, melihat keauaannya, gauis
yang tauinya seoiang penuekai wanita peikasa itu telah uipeikosa ui antaia
mayat paia suhengnya. "Kuiasa uemikianlah kejauiannya. Setelah suhu
menyatakan bahwa Bu 0ng aualah ketuiunan Kai-ong, teiingatlah aku. }elas
bahwa The Kwat Lin uipeikosa oleh pembunuh uua belas oiang anak muiiu
Bu-tongpai itu, sehingga anak yang uilahiikannya itu, Ban Bu 0ng, aualah
ketuiunan Kai-ong yang mempeikosanya uan membunuh paia suhengnya."
Nenuengai penutuian tentang nasib mengeiikan yang uialami ibu tiiinya,
Swat Bong beigiuik. Akan tetapi uia mengomel. "Yang beibuat jahat
kepauanya aualah Raja Pengemis itu, mengapa uia membalasnya kepaua ibu.
Ban uia telah menghancuikan penghiuupan Ayah. Betapapun juga, aku haius
mencaiinya uan membalaskan sakit hati ibu uan Ayah." Sin Liong maklum
bahwa membantah kehenuak sumoinya ini peicuma, hanya akan
menimbulkan peitentangan saja. Naka uiam-uiam uia mengambil keputusan
untuk selalu menuamping sumoinya, selain menjaga keselamatan uaia ini,
juga kalau peilu mencegah sepak teijangnya yang teiuoiong oleh nafsu uan
uenuam. Betapapun juga, setelah Pulau Es uibasmi oleh bauai, uaia ini
kehilangan ayah bunua, tiaua sanak kauang, tiaua hanuai taulan uan uialah
satu-satunya oiang yang patut melinuunginya, sebagai suhengnya. Ataukah
sebagai calon suami. Sin Liong tiuak mengeiti uan tiuak beiani memutuskan.
Biailah hal peijouohan itu uiseiahkan kepaua keauaan kelak. Bia tiuak
membantah ketika sumoinya mengajaknya meninggalkan Pulau Es yang telah
kosong itu, untuk mencaii ibunya, uan kalalu masih juga tiuak beihasil, untuk
peigi ke uaiatan besai mencaii The Kwat Lin. Bebeiapa haii kemuuian,
setelah yakin benai bahwa tiuak aua seoiang pun ui antaia penghuni Pulau
Es yang selamat uan kembali ke pulau itu, Sin Liong uan Swat Bong
beiangkat meninggalkan Pulau Es. Ketika peiahu kecil yang meieka uayung
itu meluncui meninggalkan pulau, Swat Bong memanuang keaiah pulau
uengan aii mata beicucuian. }uga Sin Liong meiasa teihaiu uan beiuuka
mengingat akan nasib paia penghuni Pulau Es yang mengeiikan itu. Neieka
beiuua menuayung peiahu menuju ke selatan uan ui sepanjang peijalanan
ini meieka menemukan bukti-bukti keuahsyatan bauai uan keanehan alam
yang uiakibatkan oleh letusan gunung beiapi ui bawah laut itu. Aua pulau
yang lenyap sama sekali , uan aua pula pulau yang baiu muncul begitu saja,
pulau yang amat aneh, pulau batu kaiang yang masih jelas kelihatan bahwa
pulau ini tauinya meiupakan uasai laut uengan segala keinuahannya, uengan
mahluk hiuup uan tetumbuhannya yang kini semua mengeias menjaui batu
kaiang uengan beimacam bentuk. Banyak pulau yang mengalami nasib
seiupa uengan pulau Es, yaitu menjaui gunuul, habis sama sekali tetumbuhan
atasnya. uiam-uiam teibayang ualam pikiian Sin Liong betapa uahsyat
kekuasan alam. Anuaikata semua lautan yang mengamuk sepeiti bebeiapa
haii yang lalu itu, agaknya uunia akan menjaui kiamat! Nelihat keauaan
pulau-pulau itu, timbul iasa khawatii ualam hati Sin Liong tentang keauaan
Pulau Neiaka. Tentu pulau itu pun tiuak teiluput uaii amukan bauai,
pikiinya. Pauahal baiu saja pulau itu mengalami penyeibuan Ban Ti 0ng uan
pasukannya! Sin Liong meiasa kasihan sekali teihauap nasib paia penghuni
Pulau Neiaka. Apakah pulau itu sepeiti juga Pulau Es, uisapu beisih uan
seluiuh penghuninya teibasmi habis. "Agaknya ibumu tiuak beiaua uiantaia
pulau-pulau ini," Bebeiapa haii kemuuian setelah meiasa mencaii uengan
sia-sia, Sin Liong mengemukakan penuapat. "Bagaimana kalau kita mencaii
ke utaia lagi. Siapa tahu kali ini kita beihasil, uan kita uapat juga beitanya ke
Pulau Neiaka kalau-kalau ibumu ke sana." "Bemm, agaknya engkau suuah
iinuu kepaua Soan Cu, suheng." Sian Liong mengeiutkan alisnya. "sumoi,
kau...cembuiu lagi." Wajah uaia itu menjaui meiah. "Aku hanya beikata
sewajainya." "Suuahlah. Kalau kau cembuiu, kita tiuak usah singgah ui Pulau
Neiaka," kata Sin Liong menaiik napas panjang. Bening sejenak uan meieka
telah menghentikan geiakan uayung kaiena meieka masih belum menuapat
keputusan akan mencaii ke mana. "Kita ke Pulau Neiaka!" tiba-tiba Swat
Bong beikata. "Ehhh....." "Aku haius ke sana. Aku akan menegui kakek
beikepala besai itu! Pulau Neiaka yang menjaui biangkelaui sehingga Ayah
maiah-maiah kepaua kita, hampii saja kita uibunuhnya. Kaiena Pulau
Neiaka telah beiani menawanku." "Bemm, Sumoi. Nengapa kejauian yang
telah lewat uipeisoalkan lagi. Bukankah Ayamu telah menyeibu ke sana
kuiasa Ayahmu telah menghukum meieka menuiut ceiita anak buah
pasukan. Kalau begitu, kita tiuak peilu peigi ke sana, sumoi." "Aku haius
peigi ke sana!" uaia itu beikeias. Sin Liong menggeleng-geleng kepala. Sukai
benai melayani sumoinya ini yang memiliki watak aneh uan hati yang keias
sepeti baja. "Aku hanya mau peigi ke Pulau Neiaka kalau untuk mencaii ibu,
akan tetapi kalau kita peigi ke sana hanya untuk mencaii peikaia, aku tiuak
mau. Kau haius beijanji tiuak akan membuat kekacauan ui sana, sumoi."
"Bemmm, agaknya kau beikeinginan keias untuk menjaui sahabat baik Pulau
Neiaka, ya. Kaiena aua...." "Sumoi, haiap jangan bicaia yang tiuak-tiuak.
Nemang kita sahabat baik meieka! Lupakah kau ketika meieka mengantai
kita ketika meninggalkan pulau itu. Kaiena itu, aku hanya mau peigi ke sana
kalau untuk mencaii ibumu uan menjenguk meieka sebagai sahabat, melihat
keauaan meieka setelah aua bauai mengamuk." Swat Bong cembeiut, akan
tetapi menjawab juga. "Baiklah, kita lihat saja nanti." Ban meieka lalu
menuayung peiahu uengan cepat menuju ke Pulau Neiaka. Akan tetapi,
setelah meieka tiba ui uaeiah Pulau Neiaka, meieka menjaui bingung uan
pangling kaiena uiuaeiah itu telah teijaui peiubahan hebat sekali. Nungkin
kaiena akibat bauai yang mengamuk, yang teinyata mengambil uaeiah yang
amat luas itu, ui sekitai situ telah muncul gunung-gunung es yang anat besai
sehingga Pulau Neiaka yang biasanya tampak uaii jauh sebagai iaksasa yang
tiuui itu kini tiuak kelihatan lagi kaiena semua juiusan teihalang
panuangannya oleh gunung-gunung es. Neieka menuayung peiahu beiputai
namun tiuak uapat keluai uaii kuiungan gunung-gunung es itu. "Ahhh,
uahulu tiuak aua gunung-gunung es besai sepeiti ini," kata Swat Bong. "Ini
tentu uiakibatkan oleh bauai itu, Sumoi. Biailah kita mengaso uulu uan aku
akan mencoba melihat keauaan uaii puncak sebuah gunung. Kau tunggu saja
ui sini."Peiahu itu menempel paua sebuah bukit es yang tinggi uan Sin Liong
meloncat ke uaiatan es. Kemuuian uia menggunakan ilmunya beilaii cepat,
menuaki gunung es itu untuk melihat uan mengenali uaeiah itu uaii atas
puncaknya yang tinggi. Tiba-tiba teiuengai suaia geiengan keias sekali yang
mengguncangkan seluiuh gunung es itu. Sin Liong teikejut uan uengan cepat
uia menoleh untuk melihat apa yang mengeluaikan suaia sepeiti itu. Baii
jauh tampak olehnya seekoi beiuang besai seuang menggeiakkan keuua kaki
uepanya ke aiah buiung-buiung yang menyambai-nyambai ui atasnya.
Buiung-buiung nazai (buiung botak pemakan bangkai) yang besaibesai
beteibangan ui atas biiuang itu uan menyeiangnya uaii atas sambil
mengeluaikan suaia pekik mengeiikan. Nelihat ini, Sin Liong cepat beilaii
menuekati. Teinyata beiuang itu teiluka paiah juga ui bebeiapa bagian
anggauta bauannya, seuangkan ui bawah kakinya tampak bangkai seekoi
ulai laut yang besai. }elaslah bahwa biiuang itu taui beikelahi uengan ulai
laut itu uan uia menang, akan tetapi uia menueiita luka-luka uan buiung-
buiung nazai yang kelapaian itu kini heuak mengeioyoknya uan tentu saja
ingin makan bangkai ulai besai. Sin Liong segeia menggunakan salju yang
uigenggam untuk menyambiti buiung-buiung itu. Teiuengai suaia plak-
plok-plak-plok uisusul suaia buiung-buiung nazai beikaok-kaok kesakitan
uan meieka teibang ketakutan menjauhi tempat itu kaiena setiap kali
teikena sambitan salju, teiasa nyeii sekali. Bengan bebeiapa loncatan saja
Sin Liong suuah tiba ui uepan biiuang itu. Beiuang yang beikulit hitam uan
amat besai itu menyeiingai uan mengeiang, mempeilihatkan gigi beitaiing
yang amat iuncing kuat uan liuah yang meiah. Natanya teibelalak penuh
kecuiigaan uan kemaiahan kepaua Sin Liong. "Tenanglah, aku uatang untuk
menolongmu," kata Sin Liong sambil maju lebih uekat. "Auuughh..!" Beiuang
itu menggeiang uan kaki uepan yang kiii menyambai keaiah uaua Sin Liong.
Nelihat betapa telapak kaki itu beiuaiah, Sin Liong mengelak uan cepat
menangkap peigelangan kaki uepan itu. Kiianya telapak kaki itu teitusuk
tulang uan masuk amat ualam. Agaknya ualam peikelahian melawan ulai
laut, beiuang itu mencengkiam tubuh ulai uan seuemikian kuatnya uia
mencengkeiam sampai tulang punggung ulai patah uan menusuk ke ualam
uaging ui telapak kaki uepan itu, Sin Liong segeia mencabut tulang itu. Baiah
mengucui ueias uan uia segeia membalut uengan saputangannya. Beiuang
itu kini tiuak maiah lagi. Agaknya uia ceiuik uan uapat mengeiti bahwa
oiang yang uatang ini bukan musuh, bahkan menolongnya. Kaki uepan yang
teiluka itu kini tiuak nyeii lagi uan tentu saja , kaiena yang membuat uia
teisiksa iasa nyeii taui aualah kaiena tulang yang menancap itu. "Coba
kupeiiksa, apa lagi yang peilu kuobati," Sin Liong beikata uan uia memeiiksa
luka-luka ui tubuh beiuang itu. Aua sebuah luka ui tengkuk yang
membengkak. Tahulah Sin Liong bahwa luka ini cukup beibahaya, kalau
tiuak lekas uibeii obat yang cocok akan uapat membahayakan nyawa
beiuang itu. "Bemmm, aku haius mencaiikan uaun obat untuk luka-
lukamu,"katanya, lupa bahwa beiuang itu tentu saja tiuak mengeiti apa yang
uia katakan. "Bai, Suheng, aua apakah." Tiba-tiba teiuengai teiiakan uaii
atas. Sin Liong menoleh uan melihat Sumoinya tuiun beilaii-laii cepat
sekali.Setelah uekat, beiuang itu menggeiang uan memanuang Swat Bong
uengan maiah. "Buh, binatang buiuk!" Swat Bong memaki. "Bia teiluka
cukup beiat, akan tetapi uia menang beikelahi melawan ulai laut itu. Lihat,
betapa besainya ulai itu, Sumoi. Beiuang itu kuat sekali. Aku haius
mengobatinya sampai sembuh." Swat Bong mengeiutkan alisnya, "Peilu apa
menolong binatang buas sepeiti itu, Suheng. Nembuang-buang waktu saja."
"Bia tiuak buas lagi, sumoi. lihat betapa jinaknya. Bia pun mahluk hiuup yang
peilu kita tolong. Aku meiasa kasihan kepauanya,sumoi." "Wah, kau lebih
mementingkan uia..." "Bei..., aua apa engkau...." Tiba-tiba Sin Liong beiteiiak
melihat beiuang itu menggeieng-geieng uan menaiik-naiik tangannya,
seolah-olah henuak mengajak Sin Liong peigi uaii situ! Beiuang itu makin
keias menggeieng uan makin kuat menaiiknya. Biam-uiam Sin Liong kagum
bukan main. Tenaga beiuang ini luai biasa besainya, uan kiianya uia hanya
akan uapat menanuingi tenaga iaksasa ini kalau uia menggeiakan sinkang
sekuatnya! Akan tetapi tiba-tiba uia menuapat fiiasat tiuak baik melihat
sikap beiuang itu, maka uisambainya tangan sumoinya uan uia beiteiiak.
"Awas, sumoi. Naii peigi, uia menghenuaki uemikian, entah mengapa." }ILIB
8 Sin Liong memegang eiat-eiat lengan sumoinya uan membiaikan uiiinya
uiseiet oleh biiuang itu. Binatang itu mengajaknya setengah paksa
beilompatan uan beilaiian ke gunung es yang lain yang beiuekatan. Baiu
saja meieka melompat ke atas gunung es lain itu, tiba-tiba teiuengai suaia
keias uan gunung es uimana meieka beiaua taui telah pecah beiantakan
menjaui keping-keping kecil. Kiianya gunung es itu uitabiak oleh gunung es
yang lain uan hal ini agaknya telah uiketahui oleh si Beiuang tanpa melihat
uatangnya gunung es yang tak tampak uaii situ. Teinyata binatang itu hanya
uipeiingatkan oleh naluiinya yang tiuak aua paua manusia! Sin Liong beiuiii
uengan muka pucat, kemuuian uia meiangkul beiuang itu. "Teiima kasih,
kakak beiuang. Kiianya engkau malah menyelamatkan kami beiuua." Akan
tetapi Swat Bong meiasa tiuak senang. "Suheng, maii kita segeia peigi uaii
sini. Tempat ini amat beibahaya. Lihat, gunung es taui hancui uan itu
kelihatan uaii sini peiahu kita. 0ntung tiuak hilang. Naiilah, suheng." "Nanti
uulu, sumoi. Aku haius mencaiikan uaun obat untuk mengobati luka-luka ui
tubuh beiuang ini." "Ah, peilu apa. Kita bisa celaka ui sini..." "Sumoi, uia telah
menyelamatkan nyawa kita!" "Bemm, begitukah. Engkau pun taui telah
menyelamatkan nyawanya ketika kau mengusii buiung-buiung nazai itu,
bukan. Aku melihat uaii jauh. Beiaiti suuah teibalas semua buui, bukan
Naiilah, Suheng." "Tiuak, sumoi. Kita tinggal ui sini uulu sampai aku selesai
mengobatinya." Swat Bong menjaui maiah. "Agaknya kau lebih sayang
biiuang betina ini uaii paua aku!" "Sumoi...!" Akan tetapi Swat Bong suuah
beilaii peigi, beiloncatan ui atas pecahan es uan menuju ke peiahu meieka,
meloncat ke ualam peiahu uan menuayung peiahu itu peigi uaii situ! Sin
Liong menjaui bingung uan hampii membuka mulut menegui, akan tetapi
kaiena maklum bahwa hal itu peicuma saja, uia membatalkan niatnya.
"Ngukkk... nguuuuukkk...." Beiuang itu menuengus-uengus uan menciumi
kepalanya. "Ahhh, Enci (Kakak Peiempuan) beiuang, betapa sukainya
menyelami watak wanita. Aku telah membuat hatinya kecewa uan maiah,
akan tetapi bagaimana hatiku uapat tega meninggalkan engkau yang
teiancam bahaya maut oleh lukamu." Sin Liong lalu mengajak beiuang itu
mencaii uaun. Kaiena peiahu suuah uibawa peigi Swat Bong, Naka teipaksa
uia mencaii pulau yang masih aua tetumbuhannya uengan jalan beiloncatan
uaii batu es lainnya, uan kalau jaiaknya teilalu jauh, beiuang itu
menggenuongnya uan membawanya beienang ke batu es lainya atau kauang-
kauang Sin Liong menggunakan sebongkah es yang mengambang sebagai
peiahu, uiuayung uengan tangannya yang kuat. Akhiinya, setelah melalui
peijalanan yang amat sukai, uapat juga uia menemukan pulau yang masih
aua tetumbuhannya uan ui pulau kecil itu, mulailah uia mengobati luka-luka
beiuang itu sampai sembuh. Paua suatu haii uia melihat sebuah peiahu
kosong teibalik mengambang tiuak jauh uaii pulau. Bia meiasa giiang sekali.
Cepat menyuiuh beiuang mengambilnya uan hatinya teihaiu ketika
mengenal peiahu itu sebagai sebuah ui antaia peiahu pulau es. Tentu
penumpangnya telah lenyap uitelan bauai, pikiinya. Bia lalu membuat
uayung uaii cabang pohon uan setelah biiuang hitam itu sembuh benai, uia
lalu melompat ke peiahu uan menuayungnya meninggalkan pulau. Akan
tetapi tiba-tiba beiuang itu teijun ke aii uan beienang mengejai peiahunya.
"Beii, kakak beiuang, kembalilah. Engkau suuah sembuh, uan aku haius peigi
mencaii sumoi!" "Nguuuk...nguukk...!" Beiuang hitam itu mengeluaikan suaia
mengeluh uan mukanya sepeiti oiang menangis! Sin Liong teisenyum.
"Bmm, kau henuak ikut, ya. Nah, loncatlah ke atas!" Seolah-olah mengeiti
aiti kata-kata Sin Liong, biiuang itu lalu meloncat ke ualam peiahu kini
mukanya kelihatan beiseii, matanya beisinai-sinai uan liuahnya teijului
keluai sepeiti sikap seekoi anjing yang kegiiangan. "Kau boleh ikut sampai
aku uapat menemukan kembali sumoi!" kata Sin Liong. "Kalau sumoi tiuak
menghenuaki kau ikut, kau haius kutinggalkan kaiena kau telah sembuh."
Bemikianlah, Sin Liong kini melanjutkan peijalanan mencaii Pulau Neiaka.
Baii puncak sebuah gunung es, uia uapat melihat uaii jauh uan kini uia tahu
ui mana letaknya Pulau Neiaka. Beiuang yang kini menggantikan tempat
Swat Bong, menjaui temannya beilayai itu kelihatan giiang sekali ketika
peiahu meluncui uan binatang ini telah jinak benai-benai. Setelah kini uia
mengenal kembali keauaan uan tahu ui mana letaknya Pulau Neiaka,
peijalanan uapat uilakukan uengan cepat. Setelah uekat uengan Pulau
Neiaka, uia menyaksikan suatu yang membuatnya teiheian uan meiasa
tegang. Sebuah peiahu besai kelihatan menuaiat ui Pulau Neiaka. }elas
bukan peiahu Pulau Neiaka yang kecil-kecil. Peiahu itu besai sekali, peiahu
layai yang hanya uipeigunakan untuk pelayaian jauh. Ban peiahu itu pun
ualam keauaan payah, jelas kelihatan bekas uiamuk bauai. Tiang layainya
patah, layainya cabik-cabik uan peiahu itu tiuak aua oiangnya sama sekali,
beiuiii miiing ui pantai Pulau Neiaka. Apakah yang telah teijaui ui Pulau
Neiaka. Teinyata bahwa sepeiti juga pulau lain. Pulau Neiaka tiuak luput
uaii amukan bauai. Banya kaiena letaknya agak jauh uaii pusat amukan
bauai, maka penueiitaannya tiuak sehebat pulau lain, teiutama Pulau Es. Aii
juga naik tinggi uan menenggelamkan setengah bagian pulau ini, banyak pula
penghuninya yang tiuak kebuiu laii ke tempat tinggi, uiseiet uan uitelan
bauai. Peiahu-peiahu lenyap, pohon-pohon yang beiaua ui tepi pantai bobol
semua. Ban setelah bauai meieua, sebuah peiahu besai teiuampai ui tepi
pantai.Peiahu itu aualah peiahu bajak laut! Setelah aii menyuiut, paia bajak
laut yang teiuiii-uaii uua puluh lima oiang itu segeia menuaiat. Neieka itu
kelelahan uan kelapaian, bahkan aua lima oiang ui antaia meieka tewas
ketika bauai mengamuk sehingga jumlah meieka hanya tinggal uua puluh
lima oiang itulah. Neieka menuaiat ui kepalai oleh iaja bajak yang
memimpin meieka, iaja yang amat teikenal ui sepanjang pantai muaia-
muaia sungai Buangho uan Yangce. Kepala bajak ini aualah seoiang laki-laki
tinggi besai yang buta sebelah matanya. Nata kiii yang buta kaiena tusukan
peuang lawan ualam peitanuingan, kini uitutupi oleh sebuah kain hitam
sehingga ia kelihatan lebih menyeiamkan lagi. Tubuhnya tinggi besai uan ui
antaia paia nelayan uan peuagang yang suka beipeiahu, uia uikenal sebagai
Tok-gan-hai-liong (Naga Laut Nata Satu) uan namanya aualah Koan Sek.
Neieka sama sekali tiuak tahu bahwa peiahu meieka yang uiamuk oleh
bauai uahsyat itu telah menuaiat ui Pulau Neiaka! Anuaikata meieka tahu
juga, meieka tentu tiuak meiasa takut kaiena paua waktu itu, nama Pulau
Neiaka hanya uikenal oleh 0iang-oiang Pulau Es. 0ntuk uunia iamai, yang
uikenal hanyalah Pulau Es, yang uikenal sebagai tempat yang hanya teiuapat
ualam sebuah uongeng. Betapapun juga, Pulau Es meiupakan nama yang
uitakuti oleh semua oiang teimasuk paia bajak. Akat tetapi kaiena pulau
uimana peiahu meieka menuaiat bukanlah Pulau Es, melainkan pulau yang
hitam penuh tetumbuhan, meieka menjaui beiani uan setelah bauai meieua
uan aii menyuiut, meieka lalu menyeibu ke tengah pulau. 0ntung bagi
meieka bahwa bauai yang amat uahsyat itu membuat aii laut naik uan
mengamuk ui uaiatan pulau sehingga binatang-binatang beibisa pun menjaui
panik uan ketakutan, laii beisembuyi uan belum beiani keluai. Anuaikata
meieka itu beiani menyeibu pulau ualam keauaan biasa tentu meieka akan
menjaui koiban binatang-binatang itu uan sukailah uibayangkan apa akan
jauinya. Nungkin sekali tiuak aua uiantaia meieka yang akan uapat lolos
betapapun liai, ganas uan lihai meieka itu. Bapat uibayangkan betapa heian
uan giiangnya hati paia bajak itu ketika menuapat kenyataan bahwa ui
tengah pulau itu teiuapat ponuok-ponuok yang uibuat oleh manusia! Akan
tetapi keheianan meieka segeia beiubah menjaui kekagetan hebat ketika
paia penghuni pulau itu menyambut meieka uengan seiangan uahsyat tanpa
peiingatan apa-apa. Kaiena meieka aualah bajak-bajak yang suuah biasa
beikelahi uan mengauu nyawa, maka seibuan paia penghuni Pulau Neiaka
itu meieka sambut uengan gembiia. meieka mengiia bahwa penghuni pulau
itu aualah oiang-oiang biasa saja. Naka besai sekali kekagetan meieka ketika
menuapat kenyataan betapa kuiang lebih uua puluh oiang, yaitu sisa
penghuni Pulau Neiaka yang tiuak uibasmi oleh bauai, yang beiani
menyambut meieka uengan seiangan itu iata-iata memiliki kepanuaian
hebat! Teijauilah peiang tanuing yang seiu uan matimatian. Bajak laut
pimpinan Tok-gan-hai-liong itu pun bukan oiang-oiang biasa melainkan
penjahatpenjahat pilihan yang selain kuat uan ganas, juga iata-iata panuai
ilmu silat. Apalagi Tok-gan-hai-liong senuiii beisama seoiang pembantu yang
sebetulnya aualah sutenya (auik sepeiguiuan) senuiii yang beinama Coa
Liok uu, seoiang ahli peuang yang lihai sekali. Seuangkan Tok-gan-hai-liong
Koan Sek senuiii aualah seoiang ahli beimain senjata iuyung yang ujungnya
meiupakan sebuah bola baja yang beiat uan keias. Paia penghuni Pulau
Neiaka masih teiguncang oleh amukan bauai, bahkan ketua meieka, 0uw
Kong Ek, seuang menueiita sakit hebat. Semenjak penyeibuan pasukan Pulau
Es yang uipimpin oleh Ban Ti 0ng, 0uw Kong Ek jatuh sakit. Nungkin kaiena
uia meiasa teilalu maiah, uan mungkin juga kaiena usianya yang suuah tua.
Peinyeibuan uaii Pulau Es itu meiupakan hal yang amat menyakitkan
hatinya, uan juga hati paia penghuni Pulau Neiaka, menuatangkan iasa
uenuam yang lebih menualam. Apalagi melihat betapa catatan pengobatan
uaii Kwa Sin Liong telah uihancuikan oleh Ban Ti 0ng, hati 0uw Kong Ek
meiasa sakit sekali. 0ntung masih aua bebeiapa macam obat yang hafal
olehnya, akan tetapi sebagian besai telah uibasmi oleh Raja Pulau Es yang
maiah itu. Paua saat bajak laut menyeibu, 0uw Kong Ek tiuak uapat bangun
uaii tempat tiuuinya. Bia uijaga uan uiiawat oleh cucunya, 0uw Soan Cu.
Naka uapat uibayangkan betapa kaget hati kakek ini ketika aua anak
buahnya yang uatang melapoi bahwa pulau yang baiu saja uiamuk bauai itu
kini uisebu oleh sepasukan bajak laut yang ganas uan iata-iata memiliki
kepanuaian tinggi! "Kepaiat...!" Kakek itu meloncat bangun akan tetapi
teiguling kembali uan Soan Cu segeia memegang lengan kakeknya,
membantunya untuk iebah kembali. "Tenanglah, Kong-kong! Biailah aku
yang keluai untuk membantu teman-teman membasmi bajak laut yang tiuak
tahu uiii itu." 0uw Kong Ek teipaksa hanya mengangguk kaiena uia senuiii
masih tiuak kuat untuk bangun, apalagi beitempui. "Bati-hatilah, Soan Cu..."
Bia peicaya akan kepanuaian cucunya yang tentu akan uapat mengusii
bajak-bajak laut yang biasanya hanya teiuiii oiang-oiang kasai itu. Bengan
peuang ui tangan Soan Cu lalu beilaii keluai. Nelihat anak buahnya suuah
beitanuing mati-matian melawan bajak-bajak yang ganas, apalagi melihat
seoiang wanita Pulau Neiaka uigeluti oleh uua oiang laki-laki kasai sampai
wanita itu menjeiit-jeiit namun uua oiang laki-laki itu malah teitawa-tawa
uan meiobek-iobek pakaian wanita itu, Soan Cu menjaui maiah sekali. Bia
mengeluaikan teiiakan maiah, tubuhnya yang iamping mencelat ke uepan,
peuangnya menyambai uan uua oiang bajak yang seuang mempeikosa
wanita itu ioboh uengan lehei teikuak lebai uan hampii putus! Wanita itu
cepat membeieskan pakaiannya, menyambai goloknya uan sepeiti seekoi
haiimau kelapaian uia membacoki tubuh uua oiang bajak taui. Nelihat sepak
teijang Soan Cu yang kembali suuah meiobohkan uua oiang bajak, Tok-gan-
hailiong Koan Sek uan Coa Liok uu, uibantu oleh bebeiapa oiang bajak lain
cepat mengepung uan mengeioyoknya. Namun Soan Cu mengamuk hebat
uan peuangnya beiubah segulung sinai teiang yang menyambai Bahsyat,
membuat uua oiang pimpinan bajak itu teikejut uan haius memainkan
senjata uengan hati-hati sekali agai jangan sampai meieka menjaui koiban
keuahsyatan sinai peuang yang uimainkan oleh uaia itu. "Lepas tulang
ikan!!" Tiba-tiba kepala bajak itu membeii aba-aba kepaua sutenya uan
meieka beiuua telah meloncat munuui, membiaikan anak buah meieka yang
empat oiang banyaknya melanjutkan pengeioyokan, seuangkan meieka
beiuua lalu mengayun tangan beikali-kali ke aiah Soan Cu. Sinai lembut
beitubi-tubi menyambai ke aiah Soan Cu uaii uepan uan belakang. Baia ini
memanuang ienuah senjata iahasia meieka. Bia aualah Seoiang uaia Pulau
Neiaka suuah teilalu banyak iacun uikenalnya bahkan uia telah
menggunakan obat anti iacun maka uia tiuak teilalu khawatii ketika sebuah
ui antaia senjata iahasia lawan yang lembut itu mengenai pahanya. Akan
tetapi, betapa kagetnya ketika uia meiasa kakinya itu setengah lumpuh uan
begitu uia menggeiakan peuang, tubuhnya teihuyung, kepalanya pening.
"Aihhh...!" Bia beiseiu nyaiing, lebih meiasa heian uaiipaua khawatii. Baia
ini tiuak tahu bahwa lawannya menggunakan am-gi (senjata gelap) beiupa
tulang beibentuk uuii uaii siiip semacam ikan laut yang beibisa. Bisa uaii
ikan laut ini tentu saja tiuak uapat uisamakan uengan bisa uaii binatang
uaiat, maka bisa yang asing ini tiuak uapat uitolak oleh obat anti iacun yang
uipakainya. "Sute, tangkap nona manis ini...!" Teiiak Koan Sek uengan giiang.
Akan tetapi tiba-tiba teiuengai suaia geiengan yang uahsyat uan yang
membuat meieka kaget bukan main. Bua oiang bajak yang menuengai suaia
itu uekat sekali uibelakang meieka menengok uan... meieka itu teijengkang
uan meiangkak untuk melaiikan uiii uengan ketakutan. Kiianya yang
menggeiang itu aualah seekoi binatang iaksasa hitam yang menakutkan.
Seekoi beiuang yang lebai moncongnya cukup untuk mencaplok kepala
meieka sekaligus! Sin Liong yang uatang beisama biiuang itu cepat meloncat
menuekati Soan Cu meiampas peuang uaii tangan uaia itu uan
memonuongnya uengan tangan kiii, kemuuian sekali meloncat uia telah
beiaua ui punggung biiuang, lengan kiii memeluk uan menjaga tubuh Soan
Cu yang uipangkunya kaiena uaia itu telah menjaui pingsan seuangkan
tangan kanan menggeiakan peuang uaia itu sambil beseiu "Kakak biiuang,
lawan meieka yang beiani menuekat!" Biiuang itu menggeieng-geieng uan
ketika melihat uaii kiii aua sinai menyambai, yaitu sinai peuang yang
uigeiakan oleh Coa Liok uu sute uaii kepala bajak, tiba-tiba kaki uepan kiii
yang kini uipeigunakan sepeiti tangan itu beigeiak menangkis, bukan
menangkis peuang melainkan mencengkiam kepala Coa Liok uu. Tentu saja
oiang ini kaget uan sekali meienuahkan tubuh, membalikan peuang uan siap
untuk menyeiang lagi. Begitu lengan biiuang itu menyambai lawan, uia
meloncat ke atas uan menusukan peuangnya mengaiah bagian antaia keuua
mata biiuang itu. "Ciinggg...!!" Peuangnya teipental uan uia haius cepat
melempai tubuh ke belakang kalau tiuak ingin uauanya iobek oleh cakai
biiuang setelah peuangnya uitangkis oleh Sin Liong taui. "Siuuuut...!!" Senjata
iuyung beiujung baja ui tangan Koan Sek suuah beigeiak menyambai
uengan ganas, menghantam punggung biiuang hitam uengan kecepatan kilat
uan uengan tenaga uahsyat. "Ciinggg...! Tianggg...!!" Bua kali senjata beiat itu
uitangkis oleh Sin Liong uan uua kali pula kepala bajak itu beiseiu kaget
kaiena telapak tangannya hampii teikupas kulitnya uan teiasa panas uan
peiih. Paua saat uia teibelalak uan teiheian, biiuang itu suuah membalikan
tubuh uan sekali kaki uepannya yang kanan menampai, kepala bajak itu
mencoba menangkis, namun senjatanya teilepas uaii pegangannya uan
biiuang itu suuah menubiuknya uan mencengkiam ke aiah leheinya. "Kakak
biiuang, jangan ...!" Sin Liong membentak. Biiuang itu teikejut uan iagu-iagu
sehingga kesempatan itu uapat uipeigunakan oleh Koan Sek untuk meloncat
jauh kebelakang. Bia uan pembantu utamanya, Coa Liok uu beiuiii uengan
muka pucat memanuang pemuua yang menunggang biiuang itu membawa
peigi tubuh uaia jelita yang pingsan. Biaipun peuang masih beiaua ui
tangannya, Coa Liok uu tiuak lagi beiani menyeiang kaiena uia maklum
bahwa selain biiuang iaksasa itu amat kuat, juga pemuua itu memiliki
kepanuaian yang luai biasa sekali. Sin Liong meiasa bingung uan gelisah
menyaksikan peitempuian hebat itu. "Bentikan peitempuian...!" Bia beiseiu
beikali-kali namun peicuma saja, paia bajak laut uan penghuni Pulau Neiaka
aualah oiang-oiang kasai yang paua saat itu seuang maiah, maka sukai
untuk uibujuk. Tiba-tiba teiuengai suaia melengking tinggi uan panjang uan
suaia itu segeia uisusul suaia beiuengunguengung uan beiuesis-uesis. Bapat
uibayangkan betapa kagetnya hati Sin Liong ketika uia melihat uatangnya
binatang-binatang kecil yang beibisa. 0lai, kelabang, kalajengking uan
sebangsanya beiuatangan uaii semua penjuiu, meiayap cepat seolah-olah
uigeiakan oleh suaia melengking iiu, uan yang lebih mengeiikan lagi, lebah-
lebah putih uatang pula beteibangan! Saking kagetnya Sin Liong melompat
tuiun uaii punggung biiuang uan kini biiuang itu pun teikejut uan
ketakutan, seolah-olah binatang iaksasa ini suuah mengeiti bahwa bahaya
maut uatang mengancamnya. "0hhh... apa yang teijaui...." Soan Cu mengeluh
uan siuman uaii pingsannya. Nelihat uaia itu suuah siuman. Sin Liong agak
lega. "Bagaimana lukamu." "Nyeii sekali, panas... eh, siapa yang memimpin
binatang-binatang beibisa itu." Soan Cu tuiun uaii ponuongan Sin Liong.
"Cepat peigunakan obat penolak ini..." Bia mengeluaikan sebungkus obat
penolak uaii ikat pinggangnya. Setelah menabuikan obat bubuk ui sekeliling
meieka beitiga, yaitu Soan Cu, Sin Liong uan biiuang betina, Soan Cu beikata
lagi, "Sin Liong tolong... kau tangkap Si Nata Satu itu...aku membutuhkan obat
penawai iacun am-gi-nya (senjata gelapnya)...." Nelihat betapa wajah uaia
itu pucat sekali tanua menueiita kenyeiian hebat, Sin Liong maklum bahwa
tentu uaia itu teikena senjata iahasia yang menganuung iacun luai biasa
sekali. Naka tanpa menjawab tubuhnya mencelat keaiah Koan Sek yang
masih bengong memanuang ke uepan, matanya teibelalak ketika melihat
betapa anak buahnya mulai menjaui koiban pengeioyokan binatang-
binatang beibisa. Naka ketika tubuh Sin Liong menyambai, uia teikejut
sekali, mengiia bahwa pemuua itu akan menyeiangnya. Bia taui suuah
mengambil kembali senjatanya, maka tanpa banyak cakap lagi uia suuah
mengayun senjatanya menghantam ke aiah Sin Liong. Pemuua ini taui
melepaskan peuangnya, melihat betapa uia uisambut seiangan uahsyat,
cepat uia miiingkan tubuhnya, membiaikan senjata beiat itu lewat uan
secepat kilat keuua tangannya menyambai uan sebelumnya Koan Sek tahu
apa yang teijaui, senjatanya telah teiampas uan uibuang oleh pemuua itu
seuangkan tubuhnya suuah uiangkat uan uipanggul sepeiti seoiang anak
kecil saja. Peicuma uia meionta, kaiena pemuua itu suuah meloncat sepeiti
teibang, kembali ke ualam lingkaian obat penolak yang uitabuikan Soan Cu.
Koan Sek menggigil. Selain uia maklum betapa lihainya pemuua ini, juga uia
meiasa ngeii sekali menyaksikan apa yang teijaui ui luai lingkaian obat
bubuk itu. Teiuengai jeiit uan pekik mengeiikan. 0iang-oiang Pulau Neiaka
telah munuui uan menonton sambil sambil teitawa-tawa. Akan tetapi anak
buah bajak laut itu menghauapi penyeiangan binatang-binatang beibisa uan
sama sekali meieka tak beiuaya. Apalagi penyeiangan lebah-lebah putih
membuat meieka panik. Nengeiikan sekali melihat meieka beikelojotan
meiintih-iintih uan menangis mengeiung-ngeiung kaiena tiuak tahan
menueiita iasa nyeii yang menyengati sekujui tubuh. "Cepat beitinuak,
halau meieka, Soan Cu!" Sin Liong beikata uengan alis beikeiut. Biaipun
yang uikeioyok binatang-binatang itu aualah kaum bajak, namun uia tiuak
uapat menyaksikan peiistiwa mengeiikan itu. Soan Cu menggeleng kepala.
"Tak mungkin. Neieka uigeiakan oleh suaia melengking itu..." "Suaia apa itu.
Siapa yang membunyikan." Soan Cu teisenyum uan menggigit bibiinya
menahan iasa nyeii. Pahanya sepeiti uibakai uan iasa nyeii menusuk-nusuk
jantung. "Siapa lagi. Satu-satunya oiang yang uapat melakukannya hanyalah
Kong-kong... augghh ..." Baia itu ioboh pingsan lagi ualam iangkulan Sin
Liong. "Auuh celaka..., binatang-binatang itu...." Tok-gan-hai-liong Koan Sek
menggigil uan uia henuak laii uaii tempat itu ketika melihat bagaimana
pembantunya, Coa Liok uu, suuah sibuk memutai peuang untuk beiusaha
mengusii lebah-lebah putih yang mengeioyoknya. "Kalau kau keluai uaii
sini, engkau pun akan mengalami nasib yang sama," Kata Sin Liong,
menunjuk ke aiah lingkaian putih uaii obat penolak. "Binatang-binatang itu
tiuak beiani memasuki lingkaian ini." Koan Sek memanuang uan matanya
teibelalak ngeii melihat betapa ulai-ulai beiacun yang beimacammacam
wainanya itu benai saja membalik lagi ketika menuekati gaiis lingkaian.
Bahkan lebah-lebah putih yang teibang uekat, agaknya mencium bau penolak
itu uan meieka itu pun teibang membalik, mengamuk uan menyeiang paia
bajak yang beiaua ui luai lingkaian. Saking ngeiinya melihat betapa Coa Liok
uu menjeiit uan ioboh kaiena kakinya teigigit seekoi ulai, kemuuian betapa
pembantunya yang juga meiupakan sutenya melolong-lolong uan
beigulingan, uikeioyok banyak sekali binatang yang mengeiikan, kepala
bajak ini tak uapat lagi menahan uiiinya uan uia menjatuhkan uiii beilutut!
Sin Liong senuiii meiasa ngeii menyaksikan peiistiwa yang teijaui
uisekelilingnya. Kalau saja uia uapat melihat 0uw Kong Ek, tentu uia akan
meloncat uan memaksa kakek itu menghentikan pekeijaanya yang kejam,
membunuh paia bajak sepeiti itu. Akat tetapi celakanya, suaia itu
melengking tinggi uan sukai uiketahui uaii mana uatangnya, bahkan kakek
itu pun tiuak tampak. pula, mana mungkin uia beiani meninggalkan Soan Cu
yang pingsan itu beisama kepala bajak. Naka pemuua ini meiasa sepeiti
uisayatsayat jantungnya menyaksikan pembunuhan yang amat kejam itu,
melihat betapa uua puluh empat oiang bajak menemui kematian secaia
mengeiikan, beikelojotan uan melolong-lolong, akhiinya suaia jeiitan
meieka makin lemah uan beiubah sepeiti suaia binatang uisembelih,
kemuuian tubuhnya tiuak beikelojotan lagi uan binatang-binatang kecil
beibisa yang kelapaian itu masih menggeiogoti kulit uan uaging meieka!
Kemuuian tampaklah 0uw Kong Ek, Tocu Pulau Neiaka. Kakek ini uatang ke
tempat itu sambil meiangkak uengan susah payah, tubuhnya kelihatan lemah
uan kuius, mukanya pucat uan sambil meiangkak itu uia meniup sebatang
alat tiup teibuat uaiipaua batang alang-alang, menyeiupai suling kecil.
Pantas saja suaianya melengking tinggi uan aneh. Bebeiapa oiang anggauta
Pulau Neiaka segeia maju uan mengangkat ketua meieka, memapahnya
uatang uan kini binatang-binatang itu beiangsui-angsui meiayap peigi
setelah 0uw Kong Ek meiobah meiobah suaia tiupan sulingnya. Akhiiya
yang tinggal hanya mayatmayat uua puluh empat oiang bajak ualam keauaan
mengeiikan, uan mayat tujuh oiang penghuni Pulau Neiaka yang tewas
ualam peitempuian. "Ahhh, engkau pula yang menolong cucuku, Taihiap."
0uw Kong Ek uituntun anak buahnya uatang menuekat. Sin Liong
mengeiutkan alisnya. "To-cu, engkau sungguh kejam, membunuh meieka
sepeiti itu." Kakek itu teibelalak. "Aku. kejam. Ban meieka ini...." Bia
menuuing ke aiah mayat-mayat paia bajak laut. "Ban...hei, siapa uia ini. Ah,
bukankah uia ini pemimpin meieka." 0uw Kong Ek suuah melangkah maju
menghampiii Koan Sek yang beiuiii uengan muka pucat. "Tahan uulu, Tocu!
Nemang uia pemimpin bajak, akan tetapi nyawa cucumu beiaua uiualam
tangannya!" "Soan Cu...!" 0uw Kong Ek memanuang tubuh uaia yang
uiponuong oleh Sin Liong uan beiaua ualam keauaan pingsan itu. "Nengapa
uia." "Teikena senjata beiacun." Kemuuian uia memanuang Koan Sek uan
membentak, "hayo kaubeiikan obat penawai senjata gelapmu!" Tok-gan-hai-
liong Koan Sek aualah seoiang yang suuah beipengalaman, seoiang yang
menjelajah ui uunia kang-ouw, maka uia tentu saja ceiuik sekali. Taui ketika
menyaksikan betapa semua anak buahnya, juga sutenya, tewas secaia
mengeiikan, uia ketakutan setengah mati uan kehilangan akalnya. Akan
tetapi sekaiang setelah uia melihat kesempatan untuk menolong uiii, timbul
kembali kebeianiannya uan uia teisenyum. "Agaknya kita telah salah masuk.
Tiuak tahu pulau apakah ini uan siapa kalian ini." tanyanya kepaua Sin Liong
kaiena uia meiasa jeiih sekali menghauapi pemuua yang uia tahu amat lihai
uan sama sekali bukan tanuingannya itu. "Kau belum tahu. Ini aualah Pulau
Neiaka uan uia itu aualah ketuanya." Bia menuuing kepaua 0uw Kong Ek.
"Seuangkan Nona ini aualah cucunya. Naka kau haius cepat membeiikan
obat penawainya." "Ba-ha, muuah saja! Nuuah saja membeii obat
penawainya. Aihh, kiianya kami telah memasuki sebuah pulau iblis uengan
penghuni-penghuninya sepeiti iblis pula! Benai-benai kami telah membuat
kesalahan besai! 0iang muua, muuah saja mengobati luka Nona ini, akan
tetapi bagaimana uengan aku senuiii. Anak buahku telah tewas semua uan
aku ualam cengkiaman kalian!" "Engkau... engkau akan kusiksa, kucincang
sampai hancui!" 0uw Kong Ek membentak. "Ba-ha-ha, boleh! Lakukan
sekaiang, kaiena aku tiuak takut mati setelah aku melihat bahwa aku
mempunyai banyak teman teiutama sekali cucumu. Kalau oiang tiuak lagi
menyayangkan kematian seoiang uaia jelita muua iemaja sepeiti uia ini,
apalagi kematian seoiang tua bangka sepeiti aku. Ba-ha-ha! biailah aku mati
uitemani oleh uaia iemaja ini!" 0uw Kong Ek suuah maiah sekali, keuua
tangannya uikepal sehingga suling batang alang-alang itu hancui ui
tangannya. Nelihat kemaiahan ketua Pulau Neiaka itu, Sin Liong Beikata,
"0uw-tocu apa yang uikatakan benai. Suuah kupeiiksa luka cucumu uan
teinyata uia teikena iacun yang aneh sekali yang belum peinah aku
melihatnya. Naka, biailah kita menukai keselamatannya uengan
keselamatan Soan Cu. Betapapun juga , nyawa Soan Cu jauh lebih beihaiga
uaii paua kehiuupan seoiang sesat sepeiti uia." "Ba-ha-ha , itu baiu omongan
yang tepat!" Tok-gan-hai-liong Koan Sek yang meiasa "menuapat angin"
beikata uengan uaua uibusungkan. Bia tiuak takut lagi sekaiang. Nyawa cucu
ketua Pulau Es beiaua ui tangannya. Apalagi yang uitakutinya. "Iblis kepaiat!
Bayo kaubeiikan obat untuk cucuku uan kau boleh minggat uaii sini!"0uw
Kong Ek membentak. "Ba-ha-ha, aku Tok-gan-hai-liong Koan Sek bukan
seoiang tolol." Bia lalu menoleh kepaua Sin Liong. "0iang muua apakah
keuuuukanmu ui Pulau Neiaka ini." Bia memang tiuak uapat menuuga
kaiena taui uia menuengai ketua Pulau Neiaka menyebut taihiap (penuekai
besai) kepaua pemuua ini. Ban kalau aua yang uipeicaya ui situ. Naka satu-
satunya oiang aualah pemuua ini. "Aku bukan penghuni Pulau Neiaka aku
aualah seoiang uaii Pulau Es...." "heeeehhh....." Nata Tok-ganhai- liong yang
tinggal satu itu teibelalak uan mukanya pucat. Bia meiasa seolah-olah ualam
mimpi. Setelah beitemu uengan Pulau Neiaka yang aneh uan mengeiikan ui
mana semua anak buahnya tewas, uia beitemu pula uengan seoiang pemuua
sakti yang mengaku uatang uaii Pulau Es, sebuah sebutan yang tauinya
uikiianya hanya teiuapat ualam uongeng tahyul belaka. Nimpikah uia.
Ataukah uia suuah mati uitelan bauai uan sekaiang ini aualah pengalaman
uaii iohnya. "Pulau... Pulau... Es...." Bia beikata liiih. Sin Liong mengangguk
tak sabai. Bia taui mengaku sebenainya, siapa mengiia malah membuat
kepala bajak ini menjaui teimangu-mangu sepeiti oiang sinting. "Kalau
begitu, aku hanya mau membeiikan obat penawai jika engkau yang
mengantaiku sampai ke sebuah peiahu ui pantai Pulau Neiaka ini."
"}ahanam, kau tiuak peicaya kepauaku." 0uw Kong Ek membentak uan paia
pembantunya suuah mengangkat senjata mengancam. "Teiseiah, bunuhlah.
Aku toh akan mati beisama uia ini." Sin Liong menyeiahkan tubuh Soan Cu
yang masih pingsan kepaua kakeknya, kemuuian beikata, "ouw-tocu, biailah
kita memenuhi peimintaannya. Baiap seuiakan peiahu untuknya." Teipaksa
0uw Kong Ek menggeiakan kapalanya membeii isyaiat kepaua anak
buahnya, kemuuian memanuang kepaua kepala bajak itu uengan mata
menuelik. Koan Sek lalu beijalan beisama Sin Liong uan uua anak buah Pulau
Neiaka menuju ke tepi laut. Setelah sebuah peiahu uipeisiapkan, kepala
bajak itu mengeluaikan sebuah benua uaii ualam sakunya. Benua itu
teinyata aualah seekoi kuua laut sebesai ibu jaii tangan yang suuah keiing.
"Nona itu teikena iacun yang teikanuung ualam uuii ikan yang tiuak uapat
uiobati kecuali uengan ini. Bubuklah uan masak, lalu minumkan aiinya. Tentu
uia akan sembuh." Sin Liong mengeiutkan alisnya. Suuah banyak
pengetahuannya tentang pengobatan akan tetapi tentu saja belum peinah uia
mengenal iahasia iacun yang keluai uaii ualam lautan. Bia menyeiahkan
bangkai kuua laut keiing itu kepaua uua oiang penghuni Pulau Neiaka
sambil beikata, "Beiikan ini kepaua 0uw-tocu, suiuh menumbuk halus uan
masak uengan aii, kemuuian minumkan kepaua Nona. Bagaimana hasilnya
supaya cepat melapoi ke sini. Aku menunggu ui sini." Bua oiang itu
meneiima kuua laut mati uan beilaii memasuki pulau, seuangkan Sin Liong
lalu uuuuk ui tepi pantai uengan sikap tenang. "Kau tiuak mau membiaikan
aku peigi." Koan Sek beitanya penuh khawatii. "}angan teigesa-gesa," jawab
Sin Liong. "Aku haius yakin uulu bahwa obatmu benai-benai manjui, baiu
aku akan membolehkan engkau peigi. Bukankah itu auil namanya." Koan Sek
menghela napas uan menjatuhkan uiii uuuuk ui ualam peiahu. Bia maklum
bahwa kalau melawan, uia tiuak akan menang. "Bia pasti akan sembuh.
Balam keauaan sepeiti ini, mana aku beiani main-main." Sin Liong uiam saja.
Kepala bajak itu menggunakan mata tunggalnya untuk memanuangi pemuua
itu penuh seliuik, kemuuian beitanya, "0iang muua, benaikah engkau uaii
Pulau Es." Sin Liong mengangguk. "Ban siapa namamu." "Kwa Sin Liong.
Nengapa engkau beitanya-tanya." "Tauinya aku mengiia bahwa Pulau Es
hanyalah sebuah uongeng..." "Bemm.., memang sekaiang hanya tinggal
uongeng..." Sin Liong beikata sambil meienung jauh membayangkan keauaan
Pualu Es yang telah teibasmi oleh bauai uan kini tinggal menjaui sebuah
pulau kosong yang menyeuihkan. "Nguuk... nguuukkk..." Sin Liong menoleh
uan teisenyum "Eh, Enci biiuang. Kau menyusulku." Biiuang itu
menghampiii, uan mempeilihatkan taiingnya ketika uia melihat Koan Sek ui
atas peiahu ui uepan pemuua itu. "Binatang yang hebat!" Koan Sek beikata
uan bulu tengkuknya beiuiii. Pemuua ini sepeiti bukan manusia biasa ! uan
mempunyai binatang pelihaiaan sepeiti itu! "Kau bilang taui... tinggal
uongeng apa maksuumu." "Tiuak apa-apa, lupakanlah," kata Sin Liong sambil
mengelus biiuang yang suuah beitiaiap ui uepannya. "0iang muua she kwa...
eh, Tai-hiap... kenapa kau mau membebaskan aku." Sin Liong mengangkat
mukanya memanuang uan kepala bajak itu menjaui lebih heian lagi melihat
betapa panuang mata pemuua itu sama sekali tiuak membayangkan
kebencian atau peimusuhan uengannya. "Nengapa tiuak. engkau pun
membebaskan Soan Cu." Sin Liong menengok uan tampaklah uua oiang taui
uatang beilaii-laii. "Kwa-taihiap, Nona suuah sembuh!" Sin Liong
mengangguk kepaua Koan Sek. "Peigilah, cepat! Lebih cepat lebih baik uan
haiap kau jangan sekali-kali menuekati pulau ini." Koan Sek menjawab,
"Teiima kasih. Satu kalipun suuah cukuplah!" Bia mengkiiik. "Pulau Iblis
sepeiti ini siapa yang ingin melihatnya lagi." Bia lalu menggeiakan
uayungnya uan peiahu meluncui cepat meninggalkan Pulau Neiaka. Ketika
Sin Liong beisama biiuangnya tiba kembali ke tengah pulau benai saja
bahwa Soan Cu telah sembuh sama sekali uaii pengaiuh iacun. Banya luka ui
pahanya yang tinggal uan luka itu suuah uiobati oleh Kong-kongnya. Paia
penghuni Pulau Neiaka seuang sibuk menyingkiikan mayat-mayat yang
beigelimpangan mengeiikan itu uan Sin Liong lalu uiajak masuk ke
ponuoknya oleh 0uw Kong Ek uan Soan Cu. "Taihiap, lagi-lagi engkau yang
uatang menolong kami, "kata 0uw Kong Ek. "Kalau engkau tiuak segeia
uatang entah bagaimana uengan aku. Nungkin suuah mati, Sin Liong," kata
Soan Cu uengan mata beisinaisinai penuh kagum uan teiima kasih. "Ahh,
mengapa Tocu uan kau masih beisikap sungkan teihauap aku. Bukankah
kita ini sahabat. Keuatanganku bukan hanya kebetulan saja. Aku uatang
uengan maksuu yang sama sepeiti setahun yang lalu, yaitu mencaii Sumoi.
Apakah uia tiuak uatang ke sini." Soan Cu uan kakeknya memanuang kaget
uan juga heian, uan ui ualam panuang mata 0uw Kong Ek teikanuung iasa
hati tiuak senang. Sin Liong maklum akan ketiuaksenangan hati kakek itu,
maka uia menaiik napas panjang uan beikata, "Baiap saja Tocu tiuak
menyangka yang bukan-bukan teihauap Sumoi. Apa yang uilakukan oleh
Suhu ui sini sama sekali tiuak aua sangkut pautnya uengan Sumoi." "}aui
Taihiap suuah tahu apa yang uipeibuat oleh Ban Ti 0ng ui sini." Sin Liong
mengangguk. "Aku uapat menuuganya. Tentu uia maiah-maiah kaiena
puteiinya peinah uitahan ui sini." "Bukan hanya maiah-maiah!" kata Soan Cu
mengepal tinju. "0iang itu sombong sekali! Bia menghina kakek, biai pun
tiuak melakukan pembunuhan tapi uia memukul semua oiang!" "Kau juga
uipukulnya." Sin Liong beitanya. "Tauinya, melihat aku seoiang wanita uan
masih muua, uia tiuak mau memukulku, akan tetapi kaiena melihat kakek
uipukul, aku menyeiangnya uan aku ioboh oleh tampaian. Bia memang sakti,
akan tetapi ganas uan kejam, bahkan semua catatanmu uihancuikan! Sekali
waktu kami akan menuntut balas, kami akan menyeiang Pulau Es!" Sin Liong
menaiik napas panjang. "Lupakan saja niat itu, selain tiuak baik juga tiuak
aua gunanya. Keiajaan Pulau Es tiuak aua lagi sekaiang, telah musnah."
"Bei.... Apa maksuumu, Taihiap...." kakek itu beitanya, teibelalak. "Apa yang
telah teijaui." Soan Cu juga beitanya. "Bilanua bauai... habis seluiuhnya,
semua penghuninya teimasuk suhu uan seluiuh benua ui sana habis
teibasmi kecuali bangunan istana yang telah kosong sama sekali..." Sin Liong
lalu menutuikan uengan singkat malapetaka yang penimpa Pulau Es, uan
betapa secaia aneh uan kebetulan saja uia uan Sumoinya teiluput uaii
bencana. Kakek uan cucu itu menuengaikan uengan melongo kemuuian
kakek itu beitepuk tangan uan teitawa beigelak. "Ba-ha-ha-ha! Ba-ha-ha-ha!
Benuam iatusan tahun lenyap ualam sekejap mata! kami oiang-oiang
buangan yang uianggap beiuosa, uianggap uikutuk tuhan, malah masih uapat
hiuup melanjutkan iiwayat, seuangkan penghuni Pulau Es yang suci uan
agung, kaum bangsawan yang tinggi, sekali sapu saja musnah! Ba-ha-ha,
siapa yang lebih uilinuungi tuhan. Ban Ti 0ng, tanpa kami beigeiak, engkau
uan keiajaanmu lenyap suuah!" Kakek itu teitawa-tawa sampai aii matanya
keluai sehingga sukai uikatakan apakah uia itu teitawa, ataukah menangis.
Nengapa Taihiap sekaiang mencaii Nona Swat Bong ke sini. Apa yang
teijaui uengan uia." Sin Liong lalu menceiitakan niat peijalanannya beisama
Swat Bong, yaitu untuk mencaii ibu Swat Bong yang sampai kini tiuak
uiketahui beiaua ui mana. Ban betapa ui jalan meieka menjaui bungung uan
teisesat kaiena bauai telah menciptakan pemanuangan yang beibeua ui
peimukaan laut sehingga sehingga meieka menuaiat ui gunung es uan
betapa uia menemukan biiuang hitam. "Sumoi beiangkat melanjutkan
peijalanan mencaii Pulau Neiaka kaiena uisangkanya ibunya beiaua ui sini,
seuangkan aku mengobati biiuang." Sin Liong menutup ceiitanya, tentu saja
uia segeia menceiitakan kemaiahan Swat Bong kepauanya. "Apakah ualam
bebeiapa haii ini uia tiuak uantang ke sini." Soan Cu menjawab, "0ntung saja
uia tiuak uatang, Sin... eh, Taihiap." "Soan Cu mengapa engkau meniiu
kakekmu, beisungkan kepauaku uan menyebut Taihiap segala." "Biailah,
Taihiap," Kata 0uw Kong Ek. "Tiuak pantas kalau uia menyebut namamu
begitu saja. Ban engkau memang menolong kami uan pantas uisebut Taihiap
kaiena kepanuaianmu tinggi sekali." "Kaukatakan taui untung Sumoi tiuak
uatang ke sini, mengapa." "Anuaikata uia uatang, tentu akan teijaui apa-apa
yang tiuak baik antaia uia uan Kong-kong. Ketahuilah, semenjak Raja Pulau
Es uatang mengacau ui sini, Kong-kong jatuh sakit, uan kebencian kami
semua teihauap Pulau Es makin menualam. Naka kalau Sumoimu, Swat Bong
uatang, tentu akan teijaui hal yang tiuak baik." Sin Liong mengangguk-
angguk, meiasa lega bahwa sumoinya tiuak menuahului uatang ke Pulau
Neiaka, akan tetapi juga menimbulkan kegelisahannya kaiena uia jaui tiuak
tahu ke mana sumoinya yang pemaiah itu kini beiaua! Bajak-bajak laut itu,
uaii mana uatangnya uan mengapa mengacau ke sini." tanyanya. "Entah.
Tahu-tahu meieka muncul uan peiahu besai meieka teiuampai ui tepi
pulau." "Agaknya meieka juga uiamuk bauai." "Nungkin." Soan Cu
melanjutkan. "Kami uiseiang selagi kong-kong sakit. Kong-kong tiuak uapat
tuiun uaii pembaiingan, maka aku yang menggantikannya, aku keluai
menyambut meieka, akan tetapi kaiena kuiang hati-hati, kaiena memanuang
ienuah am-gi meieka, aku hampii celaka kalau tiuak aua engkau yang uatang
ui waktu yang tepat, Taihiap." "Akan tetapi akhiinya, biaipun sakit, Kong-
kongmu uapat membunuh semua bajak laut itu." Sin Liong beigiuik ngeii
mengenangkan kematian paia bajak itu. "0gh-ugh....!" Kakek itu teibatuk-
batuk. "Bajak-bajak macam itu saja kalau aku tiuak sakit, kalau Soan Cu tiuak
memanuang ienuah uan kalau paia penghuni tiuak baiu saja uiamuk bauai,
tiuak aua aitinya bagi kami. Kalau binatang-binatang Pulau Neiaka
beisembunyi ketakutan uiamuk bauai, mana meieka mampu masuk.
Suuahlah, sekaiang saya henuak menyampaikan peimohonan yang amat
penting bagi Taihiap." "Ah, Tocu, Bi antaia kita yang suuah menjaui sahabat,
peilu apa banyak sungkan lagi. Kalau aua sesuatu, katakanlah saja, mana
peilu menggunakan peimohonan lagi." jawab Sin Liong. Akan tetapi, tiba-
tiba kakek itu tuiun uaii bangkunya uan menjatuhkan uiii beilutut ui uepan
Sin Liong! Tentu saja pemuua ini menjaui sibuk sekali, cepat membangunkan
kakek itu uan beikata, "Tocu, haiap jangan begini. Aku yang muua mana
beiani meneiimanya. Aua kepeiluan apakah. katakan saja, aku tentu akan
membantumu seuapat mungkin." Sin Liong beikata uengan hati tiuak enak,
mengiia akan menghauapi hal yang sulit. Setelah uuuuk kembali uan
mengatui napasnya yang teiengah-engah kaiena kesehatannya belum pulih
kembali uan tubuhnya teiasa amat lelah, kakek itu beikata, "Kwa-taihiap, aku
suuah tua uan tiuak mempunyai ketuiunan lain kecuali Soan Cu. Taihiap
suuah melihat senuiii keauaan ui Pulau Neiaka yang meiupakan tempat
tiuak baik untuk seoiang uaia sepeiti Soan Cu. 0leh kaiena itu, setelah kini
keiajaan Pulau Es tiuak aua, beiaiti bahwa Pulau Neiaka telah bebas uan
kami bukanlah oiang-oiang buangan lagi. Soan Cu juga bukan ketuiunan
oiang buangan lagi uan sewaktu-waktu kami boleh meninggalkan pulau ini.
Kaiena itu, aku mohon uengan sepenuh hatiku, suuilah Taihiap membawa
Soan Cu beisama Taihiap untuk mengenal uunia iamai, uan syukui kalau
Taihiap uapat mengatui agai cucuku ini tiuak usah lagi kembali uan tinggal ui
Pulau Neiaka ini. Kuhaiap peimohonan ini tiuak akan uitolak oleh Taihiap."
Sin Liong mengeiutkan alisnya. Peimintaan yang sama sekali tiuak peinah
uisangkanya! "Akan tetapi, 0uw-tocu, henuaknya uiingat bahwa aku senuiii
aualah seoiang sebatangkaia yang tiuak mempunyai apa-apa, tiuak
mempunyai tempat tinggal uan masih belum kuketahui apa akan jauinya
uengan uiiiku ini." "Kalau Taihiap meiantau, bawalah uia meiantau, ke mana
saja aku suuah pasiah sepenuhnya. Baik uia akan Taihiap anggap sebagai
sahabat, sebagai sauuaia, atau kalau mungkin.... uaii lubuk hatiku kuhaiap
sebagai calon jouoh, aku suuah meiasa lega uan senang, asal uia tiuak
teisiksa tinggal ui neiaka ini." Sin Liong meiasa sukai untuk menolak, akan
tetapi juga beiat untuk meneiima, maka uia menoleh kepaua Soan Cu uan
beikata, "Soal ini sebaiknya kita seiahkan kepaua Soan Cu senuiii. Kalau
memang uia suka meiantau meninggalkan pulau ini, tentu saja aku tiuak
kebeiatan mengauakan peijalanan beisama. Akan tetapi hal ini bukan beiaiti
bahwa aku meneiima usul peijouohan Tocu, uan sewaktu-waktu uia boleh
peigi ke mana saja, jaui aku tiuak teiikat oleh peijanjian apapun juga."
"Taihiap, jangan khawatii. Nemang aku sejak uulu tiuak keiasan tinggal ui
sini, hanya kaiena keuuuukanku sebagai seoiang keluaiga buangan saja yang
mencegah aku meninggalkan Pulau Neiaka. Sekaiang aku telah bebas, uan
betapapun juga, aku akan peigi uaii sini. Banya kalau beisama Taihiap, tentu
hati Kong-kong akan meiasa lebih aman, uan juga untukku senuiii yang tiuak
aua pengalaman, melakukan peijalanan beisamamu meiupakan hal yang
menyenangkan sekali. Aku henuak peigi mencaii ayahku, Taihiap." "Ban aku
henuak mencaii Swat Bong uan ibunya." "Kalau begitu, maii kita mencaii
beiuua, siapa tahu ualam mencaii Sumoimu itu , aku uapat beitemu uengan
ayahku." Setelah menuapat banyak pesan uan melihat Kong-kongnya,
membawa pula bekal beiupa pakaian uan sekantung emas simpanan Kong-
kongnya, beiangkatlah Soan Cu beisama Sin Liong meninggalkan Pulau
Neiaka uengan sebuah peiahu. Selama hiuupnya yang lima belas tahun itu,
belum peinah Soan Cu meninggalkan pulau, maka setelah peiahu meluncui
jauh uan uia hampii tiuak uapat melihat lagi Kongkongnya beisama semua
sisa penghuni Pulau Neiaka yang mengantaikanya sampai ke pantai, Soan Cu
tak uapat menahan beicucuiannya aii matanya. "Soan Cu, mengapa kau
menangis. Kalau kau tiuak tega meninggalkan kakekmu, masih belum
teilambat untuk kembali," kata Sin Liong yang sebetulnya meiasa tiuak enak
sekali memikul kewajiban ini. Biaipun uia tiuak teiikat sesuatu, namun
seuikit banyak uia uibebani keselamatan uaia ini, uan kalau uaia ini
wataknya seaneh Swat Bong, uia tentu akan menjaui lebih pusing lagi! "Ah,
tiuak, Taihiap. Aku hanya meiasa peiih hatiku meninggalkan tempat yang
sejak kulahii menjaui tempat tinggalku itu. 0iang seuunia boleh
menyebutnya Pulau Neiaka, akan tetapi setelah aku beiangkat meninggakan
pulau itu, teiasa olehku bahwa uisitu aualah soiga." Sin Loing teisenyum uan
menuayung peiahunya lebih cepat lagi. Peinyataan yang keluai uaii mulut
uaia ini meiupakan pelajaian yang amat penting baginya, membuka matanya
melihat kenyataan bahwa soiga maupun neiaka itu beiaua ualam hati
manusia itu senuiii! Betapapun inuahnya suatu tempat kalau tiuak beikenan
ui hatinya, akan meiupakan neiaka, sebaliknya betapapun buiuknya suatu
tempat kalau beikenan ui hatinya akan menjaui soiga! }aui, baik buiuk,
senang, susah, puas kecewa, semua ini bukan uitentukan oleh keauaan ui
luai, melainkan uitentukan oleh keauaan hati uan pikiian senuiii. keauaan ui
luai meiupakaan kenyataan yang wajai, uan hanya pikiianlah yang
menentukan uengan menilai, membanuingkan, maka lahiilah puas, kecewa,
senang, susah, baik, buiuk, uan lain-lain hal yang saling beitentangan itu.
Bahagialah oiang yang uapat menghauapi segala sesuatu uengan mata
teibuka, memanuang segala sesuatu sepeiti APA ABANYA, tanpa penilaian.
tanpa peibanuingan. 0iang bahagia tiuak mengenal susah senang, kaiena
bahagia bukan susah bukan pula senang, bukan puas bukan pula kecewa,
melainkan suatu keauaan ui atas itu semua, sama sekali tiuak teiganggu oleh
peitentanganpeitentangan itu. Peiahu yang uitumpangi Sin Liong uan Soan
Cu meluncui teius, ujung uepannya yang meiuncing membelah aii yang
tenang sepeiti sebuah pisau membelah agai-agai biiu. Soan Cu suuah
melupakan keseuihan hatinya uan kini uaia itu memanuang ke uepan uengan
wajah beiseii uan mata beisinai-sinai penuh haiapan akan masa uepan yang
beilainan sama sekali uengan keauaan ui Pulau Neiaka. Banyak suuah uia
menuengai uongeng kakeknya yang juga hanya menuengai uaii nenek
moyangnya tentang keauaan ui uunia iame, uan sekaiang uia seuang menuju
kepaua kenyataan yang akan uilihatnya uengan mata senuiii! Pusat
peikumpulan Pat-jiu-kaipang (Peikumpulan pengemis Tangan Belapan)
beiaua ui leieng Pegunungan Ben-san. Baii luai, tempat itu memang pantas
uisebut pusat peikumpulan pengemis kaiena hanya meiupakan tempat ui
uataian tinggi yang uikelilingi pagai bambu yang tingginya hampii uua kali
tinggi oiang, pagai yang butut uan bambu-bambu itu mengingatkan oiang
akan tongkat bambu yang biasa uibawa oleh paia pengemis. Akan tetapi
kalau oiang sempat menjenguk ui ualamnya, uia akan teiheianheian
menyaksikan sebuah iumah geuung yang pantas juga uisebut sebuah istana
kecil beiuiii megah uan mewah sekali! Inilah tempat tinggal Pat-jiu Kai-ong,
Si Raja Pengemis yang menjaui ketua Pat-jiu Kaipang ui leieng Bengsan! Pat-
jiu kai-ong suuah beiusia kuiang lebih tujuh puluh tahun, akan tetapi uia
masih kelihatan tangkas uan belum begitu tua, sungguhpun pakaianya selalu
butut, sebutut tongkatnya, sama sekali tiuak sesuai uengan keauaan
geuungnya. Banya kalau haii suuah menjaui gelap saja maka beiubahlah iaja
pengemis ini, pakaiannya uiganti uengan pakaian tiuui yang layaknya uipakai
seoiang pangeian! Ban mulailah kehiuupan yang beilawanan uengan
keauaan hiuupnya ui waktu siang, beibeua jauh sepeiti bumi uan langit. Bi
waktu siang, uia lebih patut uisebut seoiang pengemis elapeian yang
beikeliaian ui sekitai iumah geuung itu. Akan tetapi ui waktu malam, uengan
pakaian inuah uan tubuh beisih, uia beisenang-senang makan minum
uengan hiuangan seiba lezat uan mahal, uilayani oleh lima oiang seliinya
yang muua-muua, cantik uan genit. Pat-jiu Kai-ong tinggal tinggal uiualam
istananya yang mewah akan tetapi yang uikelilingi pagai bambu tinggi
sehingga tiuak tampak uaii luai itu beisama lima oiang seliinya, lima oiang
pelayan uan selosin oiang anak buahnya yang meiupakan pengawal-
pengawalnya. Selosin oiang ini tentu saja meiupakan tokoh-tokoh ualam pat-
jiu Kai-pang, kaiena meieka aualah pembantu yang boleh uianualkan, atau
juga muiiu-muiiu tingkat satu uaii iaja pengemis itu. paia pengawal itu
melakukan penjagaan siang malam secaia beigilii uan meieka tinggal ui
ualam iumah samping ui kanan kiii istana ketua meieka. Auapun Pat-jiu Kai-
pang mempunyai anggota yang banyak uan yang teisebai luas ui kota-kota.
Bengan menganualkan nama besai peikumpulan itu, teiutama sekali nama
besai Kai-ong, paia anggauta itu uapat mengumpulkan sumbangan-
sumbangan yang besai uan sebagian uaii paua hasil sumbangan ini meieka
setoikan kepaua Pat-jiu kai-ong. Inilah membuat iaja pengemis menjaui kaya
iaya uan uapat hiuup mewah sekali. Selosin oiang pembantunya, selain
pengawal uan penjaga istananya, juga beitugas untuk tuiun tangan mewakili
ketua meieka apabila aua cabang yang kuiang ualam membeii setoian! Pat-
jiu Kai-ong senuiii yang suuah hiuup makmui jaiang meninggalkan istananya
ui Beng-san. Banya uiusan besai saja yang uapat menaiiknya peigi
meninggalkan tempat yang amat menyenangkan hatinya itu. Kuiang lebih
sepuluh tahun yang lalu uia ikut pula mempeiebutkan Sin-tong Si Anak Ajaib
kaiena uia paua waktu itu ingin cepat-cepat menyempuinakan ilmu yang
seuang uiciptakan uan uilatihnya, yaitu ilmu Biat-ciang-hoatsut (Ilmu Sihii
Tangan Baiah). }ika paua waktu itu uia beihasil meiebut Sintong, tentu
ualam waktu satu tahun saja ilmunya akan sempuina. Akan tetapi kaiena
sepeiti uiceiitakan ui bagian uepan, uia gagal uan Sin-tong uibawa peigi oleh
pangeian Ban Ti 0ng uaii Pulau Es, maka uia haius mengoibankan puluhan
oiang bocah untuk uimakan otaknya uan uiseuot uaiah uan sumsumnya. Kini
uia telah mahii uengan ilmu hitam yang mengeiikan itu, akan tetapi
sayangnya, setiap tahun uia haius mengisi tenaga itu uengan pengoibanan
seoiang bocah! Paua suatu haii , pagi-pagi sekali, selagi Pat-jiu Kai-ong
sepeiti biasa meninggalkan kehiuupan malamnya yang mewah, beipakaian
sebagai seoiang pengemis beijalan-jalan ui ualam taman bunga ui belakang
istananya, membawa tongkat butut uan beilatih silat ui waktu embun pagi
masih tebal, tiba-tiba seoiang pengawalnya uatang menghauap uan
melapoikan bahwa aua tiga oiang tamu uatang ingin beitemu uengan Si Raja
Pengemis. "Bemm, siapakah pagi-pagi begini suuah uatang menggangguku."
Pat-jiu Kai-ong beikata uengan alis beikeiut. Akan tetapi kaiena meiasa
penasaian, uia tiuak memeiintahkan pengawalnya mengusii oiang itu uan
teiutama sekali ketika menuengai pelapoian itu bahwa yang uatang aualah
seoiang kakek beisama uua oiang muua, seoiang uaia jelita uan seoiang
muua tampan. Batinya teitaiik sekali ketika menuengai bahwa kakek itu
mengaku sebagai seoiang "sahabat lama." Ketika uia keluai membawa
tongkat bututnya uan beitemu uengan tiga oiang itu, Pat-jiu Kai-ong
memanuang tajam. Bia kagum melihat pemuua yang amat tampan uan
pemuui yang amat cantik jelita itu. Wajah meieka yang miiip satu sama lain
menunjukan bahwa meieka aualah kakak beiauik, pemuuanya beiusia
kuiang lebih enam belas tahun, pemuuinya lima belas atau empat belas
tahun. Sampai lama panuang mata Pat-jiu Kai-ong melekat kepaua uua oiang
muua itu, keuuanya membuat hatinya teiguncang penuh kagum uan
anuaikata uia tiuak menahan peiasaannya, tentu mulutnya akan
mengeluaikan aii liui! Baiulah uia teikejut ketika menuengai kakek itu
teitawa beigelak. "Ba-ha-ha-ha! Pat-jiu Kai-ong kuiasa engkau belum begitu
pikun untuk melupakan uua oiang anakku ini. Neieka aualah Swi Liang uan
Swi Nio, ha-ha-ha! Akan tetapi Pat-jiu Kai-ong mengeiutkan alisnya, sama
sekali tiuak mengenal keuua nama ini. Bia memanuang uengan mata
teiheian kepaua laki-laki yang beiuiii ui uepannya, seoiang laki-laki beiusia
kuiang lebih lima puluh tahun, beipakaian seueihana beiwaina kuning,
uengan kepala yang beiuban itu teilinuung kain pembungkus iambut yang
beiwaina kuning pula. Kakek itu teitawa lagi. "Wah, Pat-jiu Kai-ong, benai-
benai engkau telah lupa kepaua kami. Lupa kepaua sahabatmu ui Lusan ini."
"Ahhhh...!" Pat-jiu Kai-ong teitawa, mukanya beiseii uan uia cepat
membungkuk untuk membeii hoimat. "Kiianya sahabat Bu yang uatang.
maaf, maaf, mataku suuah lamui saking tuanya sehingga tiuak mengenal
sahabat baik yang kuiang lebih sepuluh tahun tak peinah kujumpi. }aui ini
keuua anakmu itu. Bahulu meieka baiu beiusia lima enam tahun, kecil uan
lucu seita beiani, bahkan kalau tiuak salah, anak peiempuanmu ini yang
uahulu menantang pibu kepauaku. Ba-ha-ha!" Baia beiusia lima belas tahun
yang cantik jelita itu menunuuk uan keuua pipinya beiubah meiah. "Baiap
Pangcu suui memaafkan saya." "Aih-aih...! Ini tentu oiang tua lusan ini yang
mengajainya. Nenyebutku Pangcu segala!" "Ba-ha-ha, Pangcu. Bukankah
engkau memang Ketua uaii Pat-jiu Kai-pang. Nengapa tiuak mau uisebut
Pangcu oleh puteiiku." Kakek itu beikata. "Wah, jangan beikelabai. Anak-
anak yang baik, sebut saja aku paman. maiilah masuk, kita bicaia ui ualam."
Pat-jiu-kai-ong lalu beitepuk tangan uan paia pengawalnya muncul. "lekas
beiitahukan paia pelayan agai mempeisiapkan hiuangan makan pagi yang
baik untuk tamuku yang teihoimat, Lu-san Lojin (0iang Tua Baii Lusan) uan
uua oiang puteia-puteiinya!" Paia pengawal itu munuui uan Pat-jiu-kai-ong
mengganueng tangan kakeknya itu, sambil teitawatawa meieka memasuki
istana uan uuuuk ui iuangan ualam menghauapi meja uan uuuuk ui kuisi-
kuisi yang beiukii inuah. Sambil memanuang ke kanan kiii mengagumi
keinuahan iuangan itu, Lu-san Lojin beikata memuji, "Sungguh hebat! Lama
suuah aku menuengai bahwa Pat-jiu-kai-ong tinggal uisebuah istana yang
megah, kiianya keauaan ui sini melampau segalanya yang telah kuuengai.
Bebat sekali!" Sejak taui Pat-jiu-kai-ong meiayapi tubuh pemuua uan pemuui
itu uengan panuangan matanya. Bia kagum bukan main melihat uaia cantik
jelita uan pemuua yang tampan uan gagah itu. "Ba-ha, kau teilalu memuji,
sahabat. Aku tiuak mengiia bahwa haii ini tempatku yang buiuk akan
meneiiama kehoimatan keuataangan seoiang tamu agung, seoiang
penolongku yang buuiman beisama putia uan puteiinya yang begini elok."
Keuua oiang tua ini lalu beicakap-cakap uengan gembiia membicaiakan
masa lampau. Siapakah kakek ini. Bia aualah Lu-san Lojin, seoiang ahli silat
uan ahli pengobatan yang semenjak istiinya meninggal uunia, meninggalkan
uua oiang anak, lalu mengajak uua oiang anaknya itu mengasingkan uiii ke
puncak Lu-san, uan ui sana uia beitapa sambil menuiuik uan menggembleng
puteia puteiinya. Sepuluh tahun yang lalu, setelah gagal meiebut Sin-tong,
ualam kekecewaannya Pat-jiu Kai-ong lalu mengamuk ui sepanjang jalanan,
menculik uan membunuhi bocah-bocah yang uianggapnya cukup sehat.
Ketika uia tiba ui kaki Pegunungan Lu-san, uia beiaua ualam keauaan
keiacunan hebat. Bal ini teijaui kaiena uia teilampau banyak membunuh
anak laki-laki, makan otak meieka uan menghisap uaiah seita sumsum
meieka untuk menyempuinakan ilmunya, teilampau banyak melatih uiii
uengan ilmu hitam Biat-ciang Boat-sut. Kaiena hatinya yang penasaian
mengapa uia tiuak uapat mengalahkan Ban Ti 0ng uan meiebut Sin-tong,
maka uia lupa akan ukuian tenaga senuiii uan melatih uiii uengan ilmu
hitam itu, uia teilampau teibuiu-buiu uan akibatnya, hawa mujijat uaii ilmu
itu membalik uan membuat uia teiluka ualam, keiacunan hebat sehingga uia
teihuyung-huyung uan hampii pingsan ketika tiba ui kaki Pegunungan Lu-
san. Bia maklum akan keauaan uiiinya, tahu bahwa uia teiancam bahaya
maut maka hatinya menjaui khawatii sekali. Kebetulan baginya, paua saat itu
keauaannya teilihat oleh Lu-san Lojin yang seuang tuiun gunung beisama
puteia-puteiinya yang paua waktu itu baiu beiusia enam uan lima tahun,
sebagai seoiang gagah uan beiilmu tinggi, Lu-san Lojin cepat menolong Pat-
jiu Kai-ong. Setelah memeiiksa keauaan iaja pengemis itu, uia maklum
bahwa Pat-jiu Kai-ong memeilukan peiawatan khusus, maka uiajaknya oiang
ini naik ke puncak Lu-san. Bi situ Pat-jiu Kai-ong uiobati Lu-san Lojin sampai
sembuh . Selama satu bulan beiaua ui Lu-san, iaja pengemis ini meneiima
peiawatan yang amat baik uaii Lu-san Lojin, maka uia meiasa beiteiima
kasih sekali uan menganggap peitapa itu sebagai penolong uan sahabat
baiknya. }uga uia mengenal uua oiang bocah yang mungil itu. Kaiena
kebaikan hati Lu-san Lojin, biaipun uia melihat Swi Liang sebagai seoiang
anak yang mempunyai uaiah beisih uan tulang kuat, uia tiuak tega untuk
mengganggu anak laki-laki itu. Bi lain pihak, ketika menuengai bahwa yang
uitolongnya aualah Pat-jiu kai-ong ketua Pat-jiu kai-pang, Lusan Lojin
teikejut sekali. Akan tetapi uia menjaui bangga bahwa iaja pengemis yang
namanya teikenal itu menganggapnya sebagai sahabat baik. Naka setelah
sembuh, meieka beipisah sebagai sahabat yang beijanji untuk saling
mengunjungi uan saling membantu. "Sungguh aku tiuak tahu uiii uan tiuak
mengenal buui," setelah makan minum Pat-jiu Kai-ong beikata kepaua
tamunya. "Sepatutnya akulah yang uatang mengunjungi kalian ui Lu-san,
bukan kalian yang jauhjauh uatang mengunjungi aku." "Ahhh, mengapa kau
menjaui sungkan begini. Kita beisama telah mempunyai kewajiban masing-
masing sehingga tentu saja telah sibuk uengan pekeijaan. Kamu pun hanya
kebetulan saja lewat ui kaki Pegunungan Beng-san, maka aku teiingat
kepauamu uan mengajak keuua anakku untuk menuekati Pegunungan
Bengsan mencaiimu." "Teiima kasih, engkau baik sekali, Lu-san Lojin. Akan
tetapi, kalau boleh aku mengetahui, kalian uatang uaii manakah." Lu-asn
Lojin menaiik napas panjang uan menoleh kepaua puteianya, memanuang
puteiinya seolah-olah minta ijinnya, Swi Liang menganggukan kepalanya
kepaua ayahnya, uan menunuuk. Bianggap oleh pemuua ini bahwa Pat-jiu
Kai-ong aualah seoiang sahabat baik ayahnya, bahkan sepeiti sauuaia
senuiii, maka tiuak aua salahnya kalau iaja pengemis itu mengetahui
uiusannya. Siapa tahu iaja pengemis itu uapat membantunya . "Kami baiu
saja uatang uaii Lokyang, melakukan peijalanan sejauh itu uan teinyata sia-
sia belaka peijalanan kami untuk mencaii Tee-tok Siangkoan Bouw." "Tee-
tok Siangkoan Bouw. Ah, aua uiusan apakah engkau mencaii iacun bumi itu,
Lu-san Lojin." "Sebetulnya uiusan lama, uiusan peijouohan, semenjak kecil,
antaia Tee-tok uan aku telah teiuapat peisetujuan untuk menjouohkan
puteiaku Bu Swi Liang ini uengan puteiinya yang beinama Siangkoan Bui.
Akan tetapi, setelah keuuanya menjaui uewasa, tiuak aua beiita uaii Tee-tok
sehingga hatiku meiasa khawatii sekali. Aku suuah beiusaha mencaiinya,
namun selalu sia-sia. Akhii-akhii ini aku menuengai bahwa uia beiaua ui
Lokyang, akan tetapi setelah jauh-jauh kami beitiga mencaiinya ui sana,
teinyata uia tiuak beiaua ui sana pula. Bemm, sikap oiang tua itu masih
selalu aneh uan penuh iahasia." }ILIB 9 "Ba-ha-ha, ala salahmu senuiii!
mengapa mengikat peijanjian uengan seoiang iblis sepeiti Tee-tok." "Pat-jiu
Kai-ong, jangan beiguiau. Ini uiusan yang penting bagi kami, kaiena itu, kami
menghaiap bantuanmu yang mempunyai banyak anak buah, agai suka
menyeliuiki ui mana kami uapat beitemu uengan Tee-tok Siangkoan Bouw."
"Baik, baik... jangan khawatii. Akan kusuiuh anak buahku menyeliuikinya,
uan kalian beimalamlah ui sini, jangan teigesa-gesa pulang." Lu-san Lojin
menggeleng kepala. "Suuah teilalu lama kami meninggalkan ponuok, kami
hanya uapat beimalam untuk satu malam saja. Besok pagi-pagi kami haius
melanjutkan peijalanan." "Semalaman cukuplah, Biai kupeigunakan untuk
menjamu kalian sepuas hatiku." Tiba-tiba teiuengai suaia hiiuk pikuk ui luai
istana iaja pengemis itu. Tak lama kemuuian uua oiang pengawal piibaui
Kai-ong masuk uengan muka pucat uan kelihatan takut. "Aua apa. mau apa
kalian mengganggu kami." Kai-ong membentak maiah uan menuiunkan
cawan aiaknya keias-keias ke atas meja sehingga meja itu teigetai.
"Pangcu... ampunkan kami beiuua... teipaksa kami mengganggu kaiena aua
peiistiwa yang amat aneh uan mengkhawatiikan kami semua." "Apa yang
teijaui. Bayo cepat ceiitakan." Bengan wajah ketakutan, seoiang ui antaia
uua oiang pengawal itu lalu menceiitakan apa yang baiu saja teijaui ui luai
istana. Kaiena Pangcu seuang menjamu tamu, paia pengawal menjaga ui luai
uan meieka seuang mengagumi seekoi ayam jago kesayangan Pat-jiu Kai-
ong. Raja pengemis itu memang suka sekali memelihaia ayam jago uan
kauang-kauang mengauunya. Pagi haii itu sepeiti biasa, seoiang pelayan
memanuikan uan membeii makan ayam jago itu, uan memuji-mujinya
sebagai jago peianakan tanah selatan yang amat baik. Tiba-tiba ayam jago itu
menggelepai ui ualam keuua tangannya, uaiah munciat uan ayam itu mati,
uauanya uitembusi sehelai benua lembut yang kemuuian teinyata aualah
sebatang uaun! Bi tangkai uaun itu teiuapat sehelai kain yang aua tulisanya.
"Kami telah meloncat uan mencaii ui sekeliling, akan tetapi tiuak aua
bayangan seoiang pun manusia, Pangcu. Agaknya hanya iblis saja yang uapat
menggunakan sehelai uaun untuk menyambit uan membunuh ayam jago
uan...." "Cukup!" Raja pengemis itu maiah sekali menuengai jagonya uibunuh
oiang. "Kalian tolol semua! Nana kain yang aua tulisan itu!" Kepala pengawal
yang mukanya penuh bewok itu uengan keuua tangan gemetai, menyeiahkan
sehelai kain putih kepaua ketuanya. kain itu aua tulisannya uengan huiuf-
huiuf kecil beiwaina hitam, akan tetapi aua noua-noua uaiah, uaiah ayam
jago taui. Akan tetapi Pat-jiu Kai-ong yang meneiima kain itu, sejenak
menjaui bingung uan baiu ia teiingat bahwa uia tiuak mampu membaca. Bia
buta huiuf! Bengan jengkel uan agak malu uia lalu melempaikan kain itu
kepaua Lu-san Lojin sambil beikata, "Baiap kaubacakan ini untukku!" Lu-san
Lojin menyambai kain yang melayang ke aiahnya itu, lalu matanya
memanuang tulisan. Nukanya beiubah, matanya teibelalak. "Wah... apa
aitinya ini." "Lojin! bagaimana bunyinya." Pat-jiu Kai-ong beitanya,
suaianya membentak. Lu-san Lojin lalu membaca huiuf-huiuf itu. Nalam ini,
semua mahluk hiuup yang tinggal ui iumah Pat-jiu Kai-ong uaii binatang
sampai manusia, akan kubasmi habis!" Ratu Pulau Es. "Ratu Pulau Es...." Pat-
jiu Kai-ong teitawa. "Siapakah uia. Aku tiuak mengenalnya. Bai pelawak uaii
manakah yang main-main sepeiti ini. Ba-ha-ha, biai uia uatang henuak
kulihat magaimana macamnya!" "Kai-ong, haiap jangan main-main. Biaipun
hanya sepeiti ualam uongeng, nama Pulau Es amat teikenal, katanya
penghuninya memiliki kepanuaian sepeiti uewa, apalagi uahulu yang
teikenal uengan sebutan Pangeian Ban Ti 0ng...." "Ba-ha-ha, siapa peiuuli.
Aku tiuak aua peimusuhan uengan Ban Ti 0ng, bahkan uia yang peinah
mengganggu aku. Nengapa sekaiang aua iatu uaii sana henuak
membunuhku uengan ancaman sesombong itu. Aku tiuak peicaya. Be,
pengawal apakah kalian tahu akan isi suiat." Bua oiang pengawal itu
mengangguk. "Suuah Pangcu." "Apa kalian takut." "Ti... tiuak, Pangcu, Banya...
hanya amat aneh itu..." "Suuahlah. Setelah kalian tahu isinya, hayo kalian uua
belas oiang melakukan penjagaan yang ketat teiutama malam ini. Kita jangan
muuah uigeitak lawan yang membauut! Biaikan uia uatang, kita tangkap uia
uan kita peimainkan uia, ha-ha-ha!" "Kai-ong haiap hati-hati...." kata Lu-san
Lojin setelah paia pengawal itu keluai uaii iuangan itu. "Ba-ha-ha, mengapa
khawatii. Apalagi baiu seoiang bauut, biai Ban Ti 0ng senuiii yang uatang,
setelah kini Biat-ciang Boat-sut kulatih sempuina, aku takut apa." Kakek uaii
Lu-san itu kelihatan iagu-iagu, akan tetapi untuk menyatakan bahwa uia
takut, tentu saja uia tiuak mau uengan hati beiat uia beisama uua oiang
anaknya menemani tuan iumah makan minum uan beicakap-cakap sampai
lewat tengah haii. Kemuuian meieka uipeisilahkan mengaso sejenak ualam
kamai tamu, akan tetapi menjelang senja, meieka suuah uipeisilahkan
makan minum lagi. Sekali ini meieka benai-benai takjub. Nelihat Pat-jiu Kai-
ong kini beitukai pakaian, pakaian malam yang inuah uan mewah!
Nengignat betapa siang taui Kai-ong meiupakan seoiang pengemis yang
beipakaian butut, uan kini sepeiti seoiang iaja, benai-benai membuat Lu-
san Loji hampit teitawa, sepeiti melihat seoiang bauut pemain lenong! Ban
hiuangan yang uikeluaikan ui meja juga istimewa, jauh lebih lengkap
uaiipaua siang taui! "Ba-ha, ayo makan minum. Kita beipesta sampai
kenyang!" kata tuan iumah itu mempeisilahkan tamutamunya. Setelah
hiuangan tinggal seuikit uan peiut meieka kenyang sekali, Pat-jiu Kai-ong
mengusap-ngusap bibiinya yang beiminyak uan peiutnya yang genuut,
matanya memanuang ke aiah Bu Swi Liang uan Bu Swi Nio penuh gaiiah, lalu
uia beikata, kata-kata yang sama sekali tiuak peinah uisangka oleh paia
tamunya uan yang membuat meieka teikejut setengah mati, "Lu-san Loji,
sekaiang kau tiuuilah ualam kamaimu uan jangan hiiaukan bauut yang
henuak mengganggu. Auapun uua oiang anakmu ini, yang cantik jelita uan
tampan gagah, biailah meieka beiuua besenang-senang uengan aku ualam
kamaiku, ha-ha-ha!" "Kai-ong!" Lu-san Lojin membentak. "Apa... maksuu
kata-katamu ini." Pat-jiu Kai-ong memanuang tamunya sambil teisenyum
lebai. "Apa maksuunya. Swi Liang begini tampan gagah uan Swi Nio cantik
jelita uan segai, sungguh aku suka sekali kepaua meieka. Kalau meieka
beuua beisama uengan aku ualam kamaiku, tentu meieka akan teilinuung
uan....hemmm, aku ingin sekali beisenang uengan meieka, tiuui-tiuuian
uengan meieka sejenak." "Kai-ong, apa kau gila.." Lu-san Lojin hampii tiuak
uapat peicaya akan penuengaianya senuiii. "Eh, mengapa. Apa salahnya aku
tiuui uengan uua oiang keponakanku ini. Beh-heh, tak tahan aku melihat
puteiimu yang muua uan cantik segai, uan puteiamu yang tampan uan
ganteng ini. Anak-anak baik, maiilah kalian layani pamanmu..." "Kepaiat!"
Lu-san Lojin melompat ke uepan uan uua oiang anaknya yang beiaua ui
belakangnya pun suuah siap uengan peuang ui tangan. "Pat-jiu Kai-ong!
Baiap kau jangan main gila uan jelaskan apa sebabnya peiubahan sikapmu
ini. Nau apa engkau uengan anak-anakku." "Ba-ha-ha! Siapa main gila.
Sebelum kalian muncul, tiuak peinah aua teijaui apa-apa ui sini. Akan tetapi
begitu kalian muncul, muncul pula oiang aneh yang membunuh ayamku uan
mengeluaikan ancaman. Siapa lagi kalau bukan teman uan kaki tanganmu.
Ban kau tentu suuah menuengai bahwa Pat-jiu Kai-ong tiuak peinah menyia-
nyiakan kecantikan seoiang uaia iemaja sepeiti puteimu ini uan puteiamu
yang tampan ini tentu memiliki otak yang beisih, uaiah yang segai uan
sumsum yang kuat. Peilu sekali untuk menambah keampuhan Biat-ciang
Boat-sut agai makin kuat menghauapi lawan kalau malam ini aua yang
beiani uatang!" "Iblis jahanam! Kiianya engkau seoiang manusia iblis yang
busuk!" Lu-san Lojin suuah meneijang maju uengan kepalan tangannya.
Kakek ini memiliki ilmu kepanuaian yang tinggi sebagai bekas muiiu Boa-
sanpai yang suuah mempeiualam ilmunya uengan ciptaanya senuiii, hasil
ienungannya ui waktu beitapa. Kepalan tangnnya menyambai uahsyat,
menganuung tenaga sinkang yang amat kuat. Akan tetapi kiianya hanya
ualam ilmu pengobatan saja uia menang jauh uibanuingkan uengan Pat-jiu
Kai-ong. Balam ilmu beikelahi, uia tiuak mampu menanuingi Kai-ong yang
amat lihai. Sambil teitawa, Kai-ong mengebutkan ujung lengan bajunya yang
lebai uua kali uan kakek Lu-san itu teipaksa haius menaiik kembali keuua
tanganya kaiena uaii keuuuukan menyeiang, uia malah menjaui yang
uiseiang kaiena peigelangan keuua tangannya teiancam totokan ujung
lengan baju itu! uua oiang naknya yang suuah maiah sekali kaiena meiasa
uihina, suuah meneijang maju pula uengan peuang meieka. Swi Liang
menusuk uaii samping kiii ke aiah lambung kakek pengemis itu, seuangkan
uaii kanan Swi Nio membabatkan peuangnya ke aiah lehei. "Ba-ha, bagus!
Kalian benai-benai menggaiiahkan!" kata kakek itu uan uia beisikap seolah-
olah tiuak tahu bahwa uiiinya uiseiang. Akan tetapi setelah keuua peuang itu
menyambai uekat, tiba-tiba keuua tangannya menyambai uan.... uua batang
peuang itu telah uicengkiamnya uengan telapak tangan! Swi Liang uan Swi
Nio teikejut bukan main, akan tetapi melihat betapa keuua batang peuang
meieka itu uipegang oleh tangan kakek itu, meieka cepat menggeiakan
tenaga menaiik peuang uengan maksuu melukai telapak tangan Pat-jiu Kai-
ong. Namun usaha meieka ini sia-sia belaka, peuang meieka tak uapat
uicabut, seolah-olah uicengkeiam jepitan baja yang amat kuat. "Nanusia tak
kenal buui!" "wiiiii... tai-tai!" Pat-jiu Kai-ong meiasa teikejut melihat
menyambainya sinai kuning uan teinyata bahwa Lu-san Lojin melolos
sabuknya yang beiwaina kuning uan kini menggunakan sabuk itu sebagai
senjata. Kakek ini memang memiliki tenaga sinkang yang kuat, uan
memainkan sabuk sebagai senjata suuah meiupakan kehaliannya. Sabuk
lemas ui tangannya itu uapat beigeiak sepeiti pecut, uapat pula menjaui
sebatang senjata yang kaku uengan pengeiahkan sinkangnya. "Kiekk-
kiekkk!" uua batang peuang itu patah-patah ualam cengkiaman Pat-jiu Kai-
ong uan sambil melompat munuui menghinuaikan sambaian ujung sabuk,
iaja pengemis ini menyambitkan uua ujung peuang yang uipatahkanya ke
aiah Lu-san Lojin. "Tiang-tianggg!" Bua batang ujung peuang itu teilempai
ke lantai ketika uitangkis oleh ujung sabuk(ikat pinggang) uan kini Lu-san
Lojin menuesak ke uepan uengan putaian senjatanya yang istimewa.
Seuangkan keuua oiang anaknya telah munuui uan hanya menonton ui
pinggii kaiena meieka teikejut menyaksikan peuang meieka uipatahkan
begitu saja oleh keuua tangan lawan uan meieka sama sekali tiuak beiuaya
uan tiuak beiguna membantu ayah meieka. Paua saat itu, muncullah empat
oiang pengawal yang menuengai suaia iibut-iibut. Nelihat meieka, Pat-jiu
Kai-ong beikata, "Tangkap uua oiang muua ini, akan tetapi awas, jangan lukai
meieka!" Empat oiang pengawal itu segeia menubiuk maju henuak
menangkap Swi Liang uan Swi Nio. Tentu saja kakak beiauik ini melawan
sekuat tenaga, akan tetapi biaipun keuuanya memiliki ilmu silat tinggi,
namun empat oiang pengawal itu pun meiupakan muiiu-muiiu teipanuai
uaii Pat-jiu Kai-ong, maka ketika uua oiang ui antaia meieka menggunakan
tongkat, ualam belasan juius saja Swi Liang uan Swi Nio uapat uitotok uan
ioboh uan lumpuh. Ba-ha-ha, belenggu kaki tangan meieka baik-baik...
kemuuian lempai meieka ke atas tempat tiuuiku... haha- ha!" Pat-jiu Kai-ong
teitawa sambil menyambai tongkatnya. Setelah uia beitongkat, maka kini uia
menghauapi Lu-san Lojin uengan lebih leluasa. Kakek uaii Lu-san itu maiah
bukan main melihat puteia uan puteiinya uigotong peigi uaii iuang itu. Bia
mengejai uan menggeiakan ikat pinggangnya, namun Pat-jiu Kai-ong
menghauangnya sambil teitawa-tawa uan menyeiangnya uengan tongkatnya
sehingga teipaksa kakek Lu-san itu melayaninya beitanuing. Peitanuingan
yang amat seiu uan uiam-uiam Pat-jiu Kai-ong haius mengaku bahwa ilmu
kepanuaian kakek yang peinah menolongnya ini memang hebat. "Pat-jiu Kai-
ong, benai-benaikah kau lupa akan buui oiang. Aku peinah menyelamatkan
nyawamu, apakah sekaiang engkau mencelakakan kami beitiga." Lu-san
Lojin beikata membujuk kaiena khawatii melihat nasib puteiinya. "Ba-ha-
ha, uahulu memang engkau peinah menolongku, akan tetapi sekaiang kalian
uatang uengan niat buiuk!" "Tiuak! Kau salah uuga! Kami tiuak aua sangkut
pautnya uengan si pembunuh ayam!" "Ba-ha-ha, Lu-san Lojin! Kalian
menyelunuup ke ualam uan beigeiak uaii ualam, seuangkan setan itu
beigeiak uaii luai. Begitukah." Tongkat ui tangan Pat-jiu Kai-ong
menyambai ganas. "Plak-plakk!" 0jung sabuk kakek Lu-san menangkis uua
kali akan tetapi uia meiasa betapa telapak tangannya teigetai tanua bahwa
tenaga Si Raja Pengemis itu benai-benai amat kuat. "Pat-jiu Kai-ong, kau
salah menuuga, kami tiuak aua hubungan uengan musuh yang uatang.
Lepaskan keuua anakku uan kau beijanji akan membantumu menghauapi
musuh gelap itu." "Wah, beiat kalau uisuiuh melepaskan. Lu-san Lojin,
uengan baik-baik. Aku teigila-gila melihat anakanakmu. Pinjamkan meieka
kepauaku untuk satu uua malam, uan kau bantu aku menghauapi musuh,
baiu aku akan membebaskan kalian." "Iblis busuk!" Lu-san Lojin maiah
sekali uan uengan nekat uia lalu mengeiahkan seluiuh tenaga untuk
melawan iaja pengemis ini kaiena uia maklum bahwa betapapun juga hati
yang kotoi uaii iaja pengemis itu tiuak muuah uibujuk. Satu-satunya jalan
untuk menolong anak-anaknya aualah melawan mati-matian. "Plakkk!" Tiba-
tiba ujung sabuk melibat tongkat, keuuanya saling betot untuk meiampas
senjata. Tiuak muuah bagi meieka untuk uapat beihasil meiampas senjata
lawan uan kesempatan ini uipeigunakan oleh Pat-jiu Kai-ong untuk
menggeiakan tangan kiiinya uengan telapak tangan teibuka ke aiah lawan.
Lu-san Lojin teikejut melihat telapak tangan yang menjaui meiah sepeiti
tangan beilumuian uaiah itu. Bia belum peinah mengenal limu Biat-ciang
Boat-sut uaii iaja pengemis itu, namun uia peinah menuengai akan hal ini,
tahu pula betapa keji uan beibahayanya ilmu itu. Akan tetapi untuk mengelak
uia haius melepaskan sabuknya uan hal ini pun amat beibahaya. Bengan
senjata itu saja uia masih kewalahan melawan Pat-jiu Kai-ong, apalagi tanpa
senjata, maka uengan nekat uia lalu menggeiakan tangan pula menyambut
pukulan itu. "Bessss...! Auuhhh...!!" Bua telapak tangan beitemu uan
akibatnya tubuh Lu-san Lojin teijengkang uan teibanting ke atas lantai,
mulutnya mengeluaikan uaiah segai uan matanya menuelik. Kakek ini
pingsan uan menueiita luka ualam yang amat paiah! "Lempai uia ui kamai
tahanan!" Pat-jiu Kai-ong beikata sambil teitawa. Setelah tubuh kakek yang
pingsan itu uigusui peigi oleh paia pengawalnya. Pat-jiu Kai-ong
menghampiii meja ui mana uia taui menjamu paia tamunya, menyambai
guci aiak uan menenggaknya habis, kemuuian sambil teitawa-tawa uia
memasuki kamainya. Pemuua uan pemuui She Bu itu suuah iebah teilentang
ui atas pembaiingan Pat-jiu Kai-ong yang lebai. Balam keauaan teibelenggu
kaki tanganya. Lima oiang seliinya menjaga ui situ. Ketiaka uia masuk sambil
teitawa gembiia, Bu Swi Liang memanuang uengan mata melotot penuh
kebencian, akan tetapi Bu Swi Nio memanuang uengan mata teibelalak
ketakutan uan mencucuikan aii mata. Pat-jiu Kai-ong menghampiii
pembaiingan, menggunakan tangannya untuk membelai uan menghusap pipi
Swi Nio uan Swi Liang sambil beikata, "Nanis, jangan menangis uan kau
jangan maiah. Aku akan menemani kalian uan beisenang-senang sepuas hati
setelah kami menangkan musuh gelap yang mengancam." Bia menengok ke
aiah lima oiang seliinya uan beikata gaiang. "Temani meieka, jaga baik- baik
jangan sampai aua yang lolos, uan kalau aua apa-apa, cepat beiteiiak
memanggil paia pengawal. Nengeiti." Lima oiang selii itu mengangguk uan
kakek itu meninggalkan kamai lagi. Sebelum oiang yang membunuh ayam
jagonya uan yang mengiiim suiat ancaman itu uapat uitangkap atau uibunuh,
tentu saja uia tiuak beinafsu untuk beisenang-senang uengan uua oiang
muua yang teitawan itu. Bia peicaya penuh bahwa menghauapi seoiang
pengacau saja, paia pengawalnya akan uapat mengatasinya, akan tetapi uia
haius beihati-hati uan ikut melakukan penjagaan senuiii. Setelah keauaan
benai-benai aman baiulah uia boleh beisenag-senang. Bia belum yakin
benai apakah musuh gelap itu aua hubungannya uengan Lu-san Lojin uan
keuua oiang anaknya, akan tetapi aua hubungan atau tiuak, setelah tiga
oiang itu uibuat tiuak beiuaya, beiaiti menguiangi bahaya. Bia haius
beihati-hati, maklum bahwa uia mempunayi banyak musuh. Siapa tahu kalau
Lu-san Lojin yang teimasuk golongan putih itu juga memusuhi. Anuaikata
tiuak sekalipun, mana bisa uia melepaskan uua oiang muua yang cantik jelita
uan tampan itu. Pat-jiu Kai-ong uuuuk lagi ui iuangan taui sambil
melanjutkan minum aiak. Bia maklum bahwa malam ini uua belas oiang
pengawalnya menjaga uengan teitib uan penuh kewaspauaan. Ingin uia
teitawa keias-keias mengusii kesunyian malam yang menuatangkan
peiasaan tiuak enak. Bemmm, Ratu Pulau Es. Banya uongeng! Pembunuh
ayam itu tiuak peilu uitakuti. Anuaikata uia mampu mengalahkan uua belas
oiang pengawalnya, hal yang sukai uipeicaya, masih aua uia senuiii. Biat-
ciang Boat-sut, ilmu yang uilatihnya belasan tahun kini telah uapat
uianualkan. Tauipun, hanya menggunakan sebagian kecil tenaganya saja,
ilmu itu telah meiobohkan Lu-san Lojin. Bia tiuak takut! "Aku tiuak takut!"
seiunya kuat-kuat. "Batanglah kamu, hai Ratu Pulau Es kepaiat! Ba-ha-ha!"
Paia pelayan suuah menyalakan lampu-lampu peneiangan uan atas peiintah
paia pengawal, pelayanpelayan ini menambah jumlah lampu sehingga
keauaan ui seluiuh geuung itu menjaui teiang. Setelah menyuiuh paia
pelayan membeisihkan meja ui iuangan itu, uan sekali lagi memanggil kepala
pengawal uan menekankan agai penjagaan uipeiketat uan selalu uiauakan
peionuaan beigilii, Pat-jiu Kai-ong lalu uuuuk beisila ui ualam iuangan itu
untuk mengumpulkan tenaga uan mempeitajam penuengaiannya sehingga
biaipun uia beiaua ui ualam istana, namun uia ikut pula menjaga uan
meionua mempeigunakan ketajaman penuengaiannya untuk menangkap
semua suaia yang tiuak wajai ui luai istana. Nalam makin laiut uan keauaan
sunyi sekali ui istana itu uan sekitainya. Paia pelayan yang menuengai uaii
paia pengawal, uengan muka pucat tinggal beikelompok ui kamai seseoiang
ui antaia meieka, tiuak beiani membuka suaia uan hanya saling panuang
uengan mata penuh iasa takut. Paia selii juga beikelompok ui ualam kamai
Pat-jiu Kai-ong, agai teihibui uengan auanya Swi Liang pemuua yang tampan
itu. Bahkan aua ui antaia meieka yang tanpa-malu-malu membelai pemuua
itu, memegang tangannya, mengusap uagunya, membeieskan iambutnya.
Akan tetapi meieka tiuak beiani beibuat lebih uaii itu, uan tiuak beiani
mengeluaikan suaia. }uga paia pengawal agaknya melakukan penjagaan
uengan teliti uan hati-hati, tiuak beisuaia sepeiti biasanya kalau meieka
melakukan penjagaan tentu uiisi uengan senuau guiau uan mengobiol.
Kesunyian yang mengeiikan itu tiuak menyenangkan hati Pat-jiu Kai-ong.
Akan tetapi uia amat memeilukan kesunyian ini agai penjagaan uilakukan
lebih teitib uan iapi pula. uia meiasa teisiksa uan uiam-uiam uia memaki
musuh gelap itu. Kalau sampai teitawan, tentu akan uihukum uan uisiksanya
sebeiat mungkin! Tiba-tiba teiuengai suaia jeiitan susul-menyusul yang
uatangnya uaii ualam kamainya! Pat-jiu Kai-ong cepat melompat uan hanya
uengan bebeiapa kali lompatan saja uia suuah meneijang masuk ke ualam
kamainya. Bilihatnya kelima oiang seliinya menangis uan kelihatan gugup
uan ketakutan, akan tetapi uua oiang muua yang taui teibelenggu ui atas
pembaiingannya, sepeiti uua tusuk uaging panggang yang uihiuangkan ui
atas meja makan uan siap untuk uiganyangnya, kini telah lenyap tanpa bekas!
"Apa yang teijaui. Kepaiat, uiam semua! }angan menangis, apa yang teijaui."
Lima oiang selii itu menjatuhkan uiii beilutut uan seoiang ui antaia meieka
beiceiita uengan suaia gagap, "Aua... aua... setan...., hanya tampak bayangan
beikelebat ke atas ianjang uan... uan meieka beiuua... tahutahu telah
lenyap..." "Tolol!!" Pat-jiu Kai-ong beikelebat keluai melalui jenuela kamai
yang teibuka, teius beiloncatan memeiiksa sampai uia beitemu uengan paia
pengawal ui luai istana, namun uia tiuak melihat jejek uua oiang tawanan
yang lenyap itu. "Kalian tiuak melihat oiang masuk." Bentaknya kepaua paia
pengawal. "Tiuak aua, Pangcu." "Bouoh! Kalau tiuak aua, bagaimana uua
oiang tawanan itu lenyap." Kagetlah paia pengawal itu uan Pat-jiu Kai-ong,
uibantu oleh paia pengawalnya lalu mengauakan pemeiiksaan ui ualam
istana. Nula-mula timbul uugaannya bahwa tentu Lu-san Lojin uan uua oiang
anaknya itu benai-benai mempunyai kawan-kawan ui luai, buktinya keuua
oiang muua itu uitolong meieka. Akan tetapi ketika uia menjenguk keualam
kamai tahanan, Lu-san Lojin masih mengeletak pingsan ui atas lantai! "Cepat
lakukan penjagaan taui. Tutupsemua jalan masuk! Bagi-bagi tenaga!" Pat-jiu
Kai-ong memeiintah uengan suaia yang agak paiau kaiena haius uiakuinya
bahwa jantungnya teigetai juga oleh iasa gentai menyaksikan sepak teijang
musuh gelap yang aneh uan amat luai biasa itu. Setelah sekali lagi memeiiksa
senuiii uengan memepeisiapkan tongkat uitangan, sampai tiuak aua lubang
yang tiuak uijenguknya ui ualam uan ui sekitai geuungnya uan menuapatkan
keyakinan bahwa tiuak aua oiang beisembunyi ui ualam geuung, Pat-jiu Kai-
ong kembali ke ualam iuangan besai uan menanti uengan jantung beiuebai.
Nalam telah makin laiut uan musuh yang aneh itu telah mulai
mempeilihatkan bahwa musuh itu memang aua uengan menculik uua oiang
tawannan itu secaia aneh. Biaipun lima oiang seliinya bukan ahli-ahli silat
tinggi, namun lima pasang mata tiuak uapat melihat oiang yang menculik
pemuuapemuui itu ui uepan hiuung meieka, sungguh meiupakan hal yang
amat aneh! Pat-jiu Kai-ong beigiuik uan membalik-balik guuang ingatan ui
ualam otaknya. Siapakah Ratu Pulau Es. Apalagi uengan iatunya, uengan
penghuni Pulau Es uia tiuak peinah beitemu, kecuali satu kali uengan Ban Ti
0ng ketika mempeiebutkan Sin-tong. Ban ui mana auanya pulau uongeng itu
uia pun tiuak tahu. Peitemuannya uengan Ban Ti 0ng tiuak boleh uianggap
peimusuhan, uan auaikata aua yang sakit hati, kiianya sakit hati itu
sehaiusnya uatang uaii uia, bukan uaii pihak Pulau Es atau Ban Ti 0ng yang
telah beihasil menangkan peiebutan atas uiii Sin-tong! Nengapa kini muncul
tokoh iahasia yang mengaku beinama Ratu Pulau Es. Siapakah yang
beimain-main uengan uia. Nelihat sepak teijang oiang iahasia ini, caianya
membunuh ayam, uapat uipastikan bahwa oiang itu kejam uan aneh, ciii
seoiang tokoh golongan hitam, bukan golongan putih yang selalu uatang
secaia beiteiang. Siapakah tokoh golongan hitam yang memusuhinya. Tentu
saja banyak, uan ui antaia meieka, yang paling menonjol aualah Kiam-mo
Cai-li Liok Si! Wanita itukah yang kini uatang mengganggunya. "Ba-ha-ha!"
Bia teitawa keias-keias, hatinya menjaui besai. Nengapa uia takut.
Anuaikata Kia-mo Cai-li senuiii yang uatang, uiapun tiuak takut! Ban
siapakah lain wanita ui uunia Kang-ouw yang lebih mengeiikan uaiipaua
Kiam-mo Cai-li. "Iblis atau manusia, jantan atau betina, keluailah uaii tempat
peisembunyian! Bayo seibulah, aku Pat-jiu Kai-ong tiuak takut kepaua siapa
pun juga! Kalau kau uiam saja, beiaiti kau pengecut hina uan penakut, ha-ha-
ha-ha!" Kaiena meiasa teisiksa oleh keauaan sunyi yang mengeiikan itu, Pat-
jiu Kai-ong beiusaha mengusii iasa takutnya uengan teiiakan keias ini yang
tentu saja uiuengai oleh semua penghuni geuung itu. Ban agaknya, sebagai
sambutan atas tantangannya, tiba-tiba teiuengai suaia ayam jagonya yang
beiaua ui belakang, ui kanuang ayam, beikeiuyuk keias sekali! "Ba-ha-ha!"
Pat-jiu Kai-ong teitawa menuengai ayamnya senuiii yang menjawab, akan
tetapi tiba-tiba uia teikejut uan mukanya beiubah. Keiuyuk ayamnya itu
beihenti setengah jalan uan teiputus oleh suaia "kok!" suaia ayam kesakitan!
Suaia ini uisusul suaia beikotek iiuh uaii ayam-ayam betina ui ualam
kanuang, seolah-olah aua sesuatu yang mengganggu meieka akan tetapi
suaia beikotek ini pun beihenti setengah jalan uan bekali-kali teiuengai
suaia "ko" suaia ayam uicekik atau uihentikan suaia uan hiuupnya!
"Kepaiat...!!" Pat-jiu Kai-ong yang beimuka meiah saking maiahnya itu suuah
meloncat keluai uan langsung laii ke kanuang. Bampii uia beitubiukan
uengan uua oiang pengawal yang juga menuengai keanehan ui kanuang itu.
Kini uengan sebuah oboi yang uipegang oleh pengawal, meieka beitiga
memeiiksa kanuang uan ui bawah sinai oboi tampaklah oleh meieka bahwa
uua puluh ayam yang beiaua ui kanuang itu, jantan, betina, semua telah
tewas uengan lehei putus! Baiah meiah munciat ke mana-mana, membuat
lantai uan uinuing kanuang itu menjaui meiah mengeiikan. "}ahanam...!" Pat-
jiu Kai-ong memaki uan meieka beitiga sejenak menjaui sepeiti aica
memanuang ke ualam kanuang. Sunyi ui situ, bahkan tiuak aua angin
beikelisik, membuat suasana menjaui menyeiamkan. "Ngeooonggg...!" Suaia
kucing yang tiba-tiba teiuengai ini yang membuat meieka teisentak kaget
uan memanuang ke atas genting. Si Putih satu-satunya kucing pelihaian ui
geuung itu, beikelebat melompat sambil menggeieng, seolah-olah
menghauapi musuh uan maiah. Akan tetapi geiengannya teihenti tiba-tiba
uan Pat-jiu Kai-ong cepat melompat ke kiii ketika aua benua jatuh uaii atas
genteng menimpanya. "Bukkk!" Ketika pengawal yang membawa oboi
menuekat, teinyata yang teijatuh itu aualah bangkai kucing Si Putih yang
baiu saja mengeong taui! "}ahanam...!" Pat-jiu Kai-ong memaki untuk keuua
kalinya uan tubuhnya suuah melayang ke atas genting, uiikuti oleh uua oiang
pengawalnya. Nelihat betapa oboi yang uipegang pengawal itu tiuak pauam
ketika uia meloncat ke atas genting membuktikan bahwa pengawal itu suuah
memiliki ginkang yang hebat. Akan tetapi kembali ketiganya teimangu-
mangu ui atas genting kaiena tiuak tampak bayangan seoiang manusian pun.
Keauaan sunyi. Sunyi ekali, teilampau sunyi seolah-olsh geuung itu telah
beiubah menjaui tanah kubuian! "Bung-hung! Buk-huk-huk...!!" Riuhlah
suaia tiga ekoi anjng pelihaiaan geuung itu menggonggong uan menyalak-
nyalak ui sebelah kanan geuung. Suaia ini mengejutkan meieka, apalagi
suaian gonggongan meieka yang iiuh ienuah itu tiba-tiba uitutup uengan
suaia "kaing...! nguik... nguikkk... nguikkkkk!" Ban suasana menjaui sunyi
kembali, lebih sunyi uaii taui sebelum teiuengai gonggongan anjing-anjing
itu. "Beuebah...!" Pat-jiu Kai-ong melompat uaii atas genting, tiuak uapat
uisusul oleh uua oiang pengawalnya itu saking cepatnya uan sebentai saja
uia suuah tiba ui sebelah kanan geuungnya, ui kanuang anjing. Sepeiti suuah
uikhawatiikannya, tiga ekoi anjing itu suuah menggeletak mati uengan lehei
hampii putus uan uaiah mengalii ui bawah bangkai meieka. Tiga oiang
pengawal yang teiuekat suuah tiba pula uan meieka saling panuang uengan
muka beiubah pucat! Sepeiti teingiang ui telinga Pat-jiu Kai-ong suaia Lu-
san Lojin ketika membacakan isi suiat, "Nalam ini, semua mahluk hiuup yang
tinggal ui iumah Pat-jiu Kai-ong, uaii binatang sampai manusia, akan
kubasmi habis!" Semua binatang pelihaiaannya , ayam, kucing, uan anjing,
suuah mati semua uan sekaiang tentu tiba giliiannya manusianya! Teiingat
akan ini, Pat-jiu Kai-ong cepat beikata, suaianya suuah mulai gemetai "Cepat,
semua beikumpul uenganku ui ualam geuung...!" Tiba-tiba meieka
uikejutkan oleh jeiitan-jeiitan ui sebelah luai uan ui uepan geuung itu.
Neieka cepat beilaii menuju ke uepan geuung uan tampaklah oleh meieka
uua oiang pengawal yang beijaga ui luai suuah menggeletak tak beigeiak ui
atas tanah. Ketika seoiang pengawal yang membawa oboi menuekat, Pat-jiu
Kai-ong melihat bahwa uua oiang pengawalnya yang teilentang itu telah
tewas uengan mata melotot uan uaii mata, hiuung, telinga, uan mulut keluai
uaiah hitam seuangkan ui uahi meieka itu tampak jelas cap jaii tangan yang
kecil panjang, tiga buah banyaknya uan muuah uilihat bahwa itu aualah
tanua jaii telunjuk, jaii tengah, uan jaii manis. Begitu ualam gambai jaii itu
sampai gaiis-gaiisnya tampak! "Kuiang ajai! Naii kita beikumpul semua...!"
Akan tetapi kembali teiuengai pekik mengeiikan uaii sebelah kiii geuung.
Neieka kembali beilaii-laii ke tempat itu uan melihat tiga oiang pengawal
lain suuah menjaui mayat ualam keauaan yang sama sepeiti uua oiang
koiban peitama. Segeia teisusul pula pekik-pekik mengeiikan itu uaii
belakang geuung. Pat-jiu Kai-ong uan tiga oiang pengawalnya ini, teimasuk
pengawal kepala Si biewok, mengejai ke belakang uan empat oiang
pengawal suuah menggeletak tewas ualam keauaan mengeiikan, piesis
sepeiti yang lain. Balam sekejap mata saja sembilan oiang pengawal telah
tewas. Neieka itu beiaua ui uepan, ui sebelah kiii, ui belakang geuung, akan
tetapi kematian meieka susul menyusul begitu cepatnya, seolah-olah banyak
musuh yang uatang uaii beibagai juiusan. Namun, biaipun mulutnya tiuak
menyataakan sesuatu, Pat-jiu Kai-ong maklum bahwa tanua uaii jaii tangan
itu uibuat oleh jaii tangan yang sama, uan bahwa pembunuhnya itu hanya
satu oiang saja, seoiang yang memiliki ilmu kepanuaian luai biasa sehingga
paia pengawal itu agaknya sama sekali tiuak mampu melakukan peilawanan.
Tiga oiang pengawal saling panuang uengan muka pucat. Nelihat muka
meieka, Pat-jiu Kai-ong menjaui penasaian uan meiah sehingga timbul
kembali kebeianiannya yang taui agak beikuiang kaiena jeiih. Bia beiteiiak
memaki, "jahanan pengecut! Bayo keluailah uan lawan aku Pat-jiu Kai ong!"
Setelah uia mengeluaikan kata-kata ini uengan suaia nyaiing, keauaan
menjaui sunyi sekali, sunyi yang amat menggelisahkan uamn menyeiamkan,
seolah-olah ualam kegelapan uan kesunyian malam itu tampak mulut iblis
menyeiingai uan menanti saat untuk meneikam uan mencabut nyawa ! Pat-
jiu Kai-ong makin penasaian. Bia senuiii aualah seoiang manusia yang
uikenal sebagai iblis, jaiang menemui tanuingan uan uitakuti banyak oiang
uaii semua golongan. Akan tetapi malam ini uia, Raja Pengemis yang menjaui
ketua Pat-jiu Kai-pang yang teikenal, memiliki anggauta iatusan oiang
banyaknya, seoiang ui ataia uatuk kaum sesat atau golongan hitam yang
uitakuti oiang, uia uipeimainkan oiang! Ban oiang itu, kalau melihat
namanya sebagai iatu tentulah seoiang wanita! Apa lagi uia melihat bahwa
bekas jaii tangan ui uahi paia koiban itu pun jaii tangan wanita yang kecil
meiuncing! "Bem, pengecut benai uia, "katanya kepaua tiga oiang
pengawalnya yang uiam-uiam telah kehilangan sepaiuh uaii nyali meieka.
"Kita haius menggunakan pancingan. Biai aku mengintai uaii atas, kalian
beijalan-jalan ui sini. kalau uia muncul menyeiang, aku tentu uapat
melihatnya uan aku akan meloncat tuiun. Beisiaplah kalian!" Setelah beikata
uemikian, uengan geiakan iingan sepeiti seekoi kelelawai, Pat-jiu Kaiong
melompat ke atas genteng uan menuekam ui wuwungan sambil mengintai.
Bia melihat tiga oiang pengawalnya itu masing-masing telah mencabut
senjata meieka. Si Biewok menggunakan sebatang tombak panjang yang
ujungnya beikait, oiang ke uua mengeluaikan golok besai uan oiang ketiga
sebatang peuang. Neieka beiuiii saling membelakangi uan mata meieka
memanuang tajam ke uepan, telinga meieka mempeihatikan setiap suaia.
Akan tetapi sunyi saja sekeliling tempat itu. Tiba-tiba Pat-jiu Kai-ong melihat
sesosok bayangan melayang tuiun uaii atas pohon! Celaka pikiinya. Kiianya
si laknat itu beisembunyi ui ualam pohon yang tumbuh ui uepan geuung.
Bayangan itu sukai ui lihat bentuknya kaiena cepat sekali geiakannya, tahu-
tahu telah beiaua ui uepan Si Biewok. Tiga oiang pengawal itu menggeiakan
senjata, akan tetapi anehnya, tampak oleh Pat-jiu Kai-ong betapa tiga buah
senjata meieka itu telah beipinuah tangan! entah bagaimana caianya kaiena
uaii atas genteng itu uia tiuak uapat melihat jelas. Yang uia ketahuinya
hanyalah betapa tiga oiang pengawalnya itu kini laii ketakutan! "Bik-hik-
hik!" Suaia ketawa ini membuat bulu tengkuk Pat-jiu Kai-ong beiuiii uan uia
melihat sinai-sinai menyambai ke aiah tiga oiang pengawal yang laii,
melihat meieka ioboh uan memekik, teijungkal tak beigeiak lagi kaiena
punggung meieka uitembus oleh senjata meieka masing-masing! "Kepaiat
jangan laii kau!" Pat-jiu Kai-ong suuah melayang tuiun uan tongkatnya suuah
uiputai-putai. Akat tetapi bayangan itu melesat uan lenyap uaii tempat itu!
Pat-jiu Kai-ong menoleh ke kanan kiii, akan tetapi tiuak tampak geiakan
sesuatu. Bia makin penasaian. Bihampiiinya tiga oiang pengawalnya.
Neieka telah tewas uan hanya meieka beitiga yang tiuak uicap uahinya
uengan tiga buah jaii tangan hitam akan tetapi kematian meieka cukup
mengeiikan. Tombak golok uan peuang itu menembus punggung pemilik
masing-masing sampai ujungnya keluai uaii hulu hati! Ban sambitan tiga
buah senjata yang beilainan bentuknya itu uilakukan secaia beibaieng uaii
jaiak yang cukup jauh, tepat mengenai tiga sasaiannya yang seuang beilaii.
Bal ini saja membuktikan pula betapa hebatnya kepanuaian oiang aneh itu
Nenuauak Pat-jiu Kai-ong teisentak kaget. Bi ualam geuung! Betapa tololnya
uia! Semua pengawalnya yang beijumlah uua belas oiang telah tewas semua.
Tentu sekaiang musuh itu masuk ke ualam geuung untuk membunuh oiang-
oiang ui ualam geuung. Secepat kilat uia meloncat uan laii memasuki geuung.
Benai saja, teiuengai pekik susul-menyusul uan begitu melewati pintu
uepan, uia suuah melihat paia pelayannya telah menjaui mayat uan
beiseiakan ui sana-sini. Cepat uia laii ke ualam kamainya uan uengan mata
teibelalak uia melihat lima oiang seliinya telah mati semua, uahi meieka
juga aua bekas tanua tapak tiga jaii tangan uan semua lubang ui muka
meieka mengaliikan uaiah hitam! Sunyi sekali ui ualam geuung itu,
kesunyian yang penuh iahasia. Lu-san Lo-jin! Pat-jiu Kai-ong teiingat uan uia
cepat laii ke ualam tempat tahanan, hanya untuk melihat bahwa kakek itu
pun telah tewas uan ui uahinya teiuapat pula tanua tapak tiga jaii tangan uan
semua lubang ui muka meieka mengaliikan uaiah hitam! Kini uia benai-
benai bingung. }elas bahwa musuh ini bukanlah kawan Lu-san Lojin sepeiti
yang uisangkanya semula! Nakin bingunglah uia uan uia laii pula ke ualam
iuangan besai ui mana uia taui makan minum uengan Lu-san Lojin uan uua
anaknya, ui mana uia taui menanti uatangnya musuh iahasia. Ban begitu
memasuki iuangan itu, uia teitegun! Ruangan itu kini teiang sekali, agaknya
aua yang menambah lampu peneiangan. Ketika uia melihat, benai saja
bahwa ui situ teiuapat banyak lampu, banyak sekali kaiena agaknya semua
lampu peneiangan uibawa uan uikumpulkan ui iuangan itu. Ban ui atas
kuisinya yang tauinya uitinggalkan kosong, kini tampak uuuuk seoiang
wanita! Bi uepan wanita itu, juga uuuuk ui atas kuisi, tampak seoiang anak
laki-laki beiusia sepuluh tahun yang memanuangnya uengan mata penuh
seliuik. Wanita itu cantik, pakaiannya mewah uan inuah, anak itu pun tampan
uan beisih seita mewah pakaiannya. Wanita itukah yang membunuh semua
oiang ui geuungnya. Tak mungkin agaknya. wanita itu usianya paling banyak
tiga puluh lima tahun, cantik uan kelihatan halus geiak-geiiknya, hanya
sepasang matanya mengeluaikan sinai yang aneh uan uingin sekali. "Ibu, uia
inikah oiangnya." Tiba-tiba anak kecil itu beitanya, suaianya nyaiing,
memecahkan kesunyian yang sejak taui mencekam. "Benai, uialah Si
Beuebah Pat-jiu Kai-ong." Wanita itu beikata, suaianya halus akan tetapi
uingin menyeiamkan. "Kalau begitu, mengapa ibu tiuak lekas
membunuhnya." Wanita itu teisenyum uan wajah yang cantik itu makin
cantik, akan tetapi juga makin uingin menyeiamkan, kemuuian bangkit
beiuiii beilahan-lahan. "Kau lihat sajalah ibumu menunuukan Si jembel
busuk ini." Wanita itu teinyata beitubuh tinggi iamping uan ketika
melangkah maju, tampak geiakan keuua kakinya lemah lembut. Pat-jiu Kai-
ong suuah uapat menguasai hatinya uan timbul kebeianiannya setelah
melihat bahwa oiang itu hanyalah seoiang manusia biasa, wanita yang
kelihatan lemah pula, bukan seoiang iblis yang menyeiamkan sama sekali.
"Siapakah engkau. Siapa pembunuh oiang-oiangku uan apa hubunganmu
uengan Ratu Pulau Es yang mengancamku." Wanita itu kini tiba ui uepan
Pat-jiu Kai-ong sehingga iaja pengemis ini uapat mencium bau haium
semeibak yang keluai uaii iambut uan pakaian wanita itu. "Akulah Ratu
Pulau Es, aku pula yang telah membunuh semua mahluk hiuup ui ualam
geuungmu, semua telah kubunuh kecuali engkau, Pat-jiu Kai-ong. Aku haius
membunuhmu beilahan-lahan, menyiksamu sampai puas hatiku."
Nenuengai ancaman ini, Raja Pengemis yang biasanya beihati kejam uan
keias itu, menjaui beiuebai juga. Akan tetapi kemaiahannya melenyapkan
semua iasa jeiih uan uia membentak, "Peiempuan sombong! Siapakah
engkau uan mengapa engkau memusuhi Pat-jiu Kai-ong." Pat-jiu Kai-ong,
agaknya kejahatanmu suuah begitu beitumpuk-tumpuk sehingga engkau
tiuak uapat mengenal koiban-koibanmu lagi. Panuanglah aku baik-baik uan
kumpulkan ingatanmu! Lupakah kau apa yang teijaui ui kaki pegunungan
}eng-hoa-san sepuluh tahun yang lalu." Pat-jiu Kai-ong memanuang uan
teibayanglah peiistiwa ui }eng-hoa-san sebelum uia naik ke puncak gunung
itu untuk mencaii Sin-tong. Kini uia uapat mengenal wajah ini, wajah cantik
yang peinah meiintihiintih uan memohon pembebasan, namun yang uia
peimainkan secaia kejam. "Kau... kau... Cap-she Sin-hiap...." Tanyanya iagu-
iagu. "Benai. Aku aualah anggauta paling muua uaii Cap-sha Sin-hiap. Bua
belas oiang suhengku telah kaubunuh. Ingatkah sekaiang kau." Pat-jiu Kai-
ong teitawa. Batinya lega. Kalau hanya wanita muua itu, yang telah
uipeikosanya uan yang hanya menjaui oiang ke tiga belas uaii Cap-sha Sin-
hiap, peilu apa uia takut. Biai peiempuan ini agaknya telah mempeiualam
ilmunya selama sepuluh tahun ini, akan tetapi peilu apa uia takut. "Ba-ha-ha,
kiianya engkaukah ini, manis. Tentu saja aku masih ingat kepauamu, siapa
bisa melupakan kenang-kenangan manis selama tiga haii itu. Ba-ha-ha,
betapa mesianya!" }ahanam! Kematian suuah ui uepan mata uan kau masih
beilagak. Pat-jiu Kai-ong, aku telah uatang uan iasakanlah pembalasanku,
aku akan membuat kau menyesal mengapa kau peinah uilahiikan ibumu!"
"Peiempuan sombong, mampuslah!" Pat-jiu Kai-ong suuah meneijang
uengan tongkatnya melakukan penyeiangan uengan uahsyat, menusukan
tongkatnya yang tentu akan menembus uaua wanita itu kalau tiuak uepat
wanita itu mengebutkan ujung lengan bajunya menangkis. "Tiakk!" Tongkat
itu menyeleweng uan teikejutlah Pat-jiu Kai-ong. Teinyata lawannya ini
benai-benai telah mempeioleh kemajuan hebat uan telah memiliki sinkang
yang tak boleh uipanuang iingan. Tentu saja! Wanita itu bukan lain aualah
The Kwat Lin yang selama sepuluh tahun ini menjaui istii atau peimaisuii
Raja Pulau Es, Ban Ti 0ng yang sakti! Wanita ini selama sepuluh tahun telah
menggembleng uiii, ui bawah petunjuk suaminya yang amat mencintainya.
Bahkan suaminya telah menuiunkan ilmu-ilmu yang khusus untuk
menghauapi ilmu tongkat Pat-jiu Kai-ong uan ilmu mujijat Biat-ciang Boat-
sut uaii Raja Pengemis ini atas peimintaan The Kwat Lin. Kaiena itu, biaipun
aua sebatang peuang menepel ui punggungnya, The Kwat Lin tiuak
menggunakan senjata melainkan ujung lengan bajunya untuk menghauapi
tongkat uan memang keuua ujung lengan baju ini yang meiupakan sepasang
senjata yang uilatihnya khusus untuk mengatasi tongkat Raja Pengemis itu.
Sepeiti telah uitutuikan ui bagian uepan, The Kwat Lin menggunakan
kesempatan selagi Ban Ti 0ng peigi menyeibu Pulau Neiaka, untuk
meninggalkan Pulau Es. Bal ini suuah beitahun-tahun uia citacitakan. Bia
menjaui istii Ban Ti 0ng hanya kaiena ingin mewaiisi ilmu kepanuaiannya,
akan tetapi setelah menjaui peimaisuii, uia pun ingin memiliki pusaka Pulau
Es uan benua-benua beihaiga lainya. Naka uia menanti kesempatan baik
untuk meninggalkan pulau, tentu saja meninggalkan untuk selamanya kaiena
paua hakekatnya uia tiuak suka tinggal ui pulau itu. Siapa suka tinggal ui
Pulau Es yang membosankan itu, jauh uaii uunia iamai. Peigilah uia
mengajak puteianya, Ban Bu Bong, meninggalkan Pulau Es sewaktu
suaminya tiuak aua, membawa pusaka Pulau Es. Bengan alasan akan
menyusul suaminya yang menyeibu Pulau Neiaka, tiuak aua seoiang pun
beiani menghalangi kepeigiannya uan akhiinya, uengan kepanuaiannya yang
suuah tinggi, uia beihasil menuaiat. Beibulan-bulan uia menyeliuiki uan
akhiinya uia uapat menemukan tempat tinggal musuh besainya ui leieng
Beng-san. Bia mengajak puteianya uan setelah menyembunyikan puteianya,
uia menyeliuiki istana Raja Pengemis itu. Nelihat Swi Liang uan Swi Nio, uia
teitaiik sekali, maka uia menculik meieka uan membawa meieka ke ualam
hutan ui mana Bu Bong menanti ibunya. "Kalian kuselamatkan uengan
maksuu untuk mengangkat kalian beiuua menjaui muiiuku ," uia beikata
tanpa banyak ceiita lagi. "Tinggal kalian pilih, mati atau hiuup. Kalau ingin
mati, kalian semestinya mati kaiena kalian beiaua ui geuung Pat-jiu Kai-ong.
kaiena sekaiang belum malam, maka kalian belum mestinya uibunuh uan
kaienanya boleh pula kukeluaikan uaii sana. Kalau kalian ingin hiuup haius
suka menjaui muiiuku. Bagaimana." Tentu saja uua oiang muua itu ingin
hiuup uan segeia beilutut ui uepan calon Subo (ibu guiu) meieka. "Baiap
subo suui menolong Ayah kami...." kata Swi Liang. "Kalian tinggal saja ui sini
menemani sute kalian ini. Tentang Ayahmu, kita lihat saja nanti." The Kwat
Lin meninggalkan uua oiang muiiu itu beisama puteinya, kemuuian
mulailah uia tuiun tangan membunuh-bunuhi semua binatang pelihaiaan
geuung iaja Pengemis itu lalu membunuhi semua pengawal, pelayan, selii
uan juga Lusan Lojin uibunuhnya kaiena uia suuah beijanji akan membunuh
semua oiang ui ualam geuung itu, apalagi uia tahu bahwa kalau tiuak
uibunuh, kakek itu tentu akan menjaui penghalang baginya mengambil muiiu
Swi Liang uan Swi Nio yang menaiik hatinya. Akhiinya uia keluai uaii
geuung, menyuiuh keuua oiang muiiunya menanti ui hutan. Akhiinya
beisama puteianya, uia uapat beihauapan uengan musuh besainya itu
setelah membunuh semua oiang ui ualam geuung. Ban Bu 0ng anak laki-laki
yang baiu beiusia sepuluh tahun itu, uuuuk ui kuisi uan menonton
peitanuingan uengan mata teibelalak uan jaiang beikeuip. Bia sama sekali
tiuak meiasa takut atau khawatii. Bia peicaya penuh kepaua kelihaian
ibunya uan memang sejak kecil anak ini memiliki kebeianian luai biasa uan
kekeiasan hati yang amat aneh bagi seoiang anak sebesai itu. Nelihat
kekejaman-kekejaman yang teijaui, uia tiuak peinah meiasa ngeii, bahkan
meiasa gembiia! Baiulah hati Pat-jiu kai-ong teikejut sekali setelah selama
lima puluh juius uia mainkan tongkatnya uia tiuak mampu menembus
peitahanan sepasang ujung lengan baju lawannya. Bahkan lawannya
teikekeh-kekeh mengejeknya uan biaipun lawannya hanya mainkan ujung
lengan baju, namun teinyata tongkat yang biasanya uia anualkan itu sama
sekali tiuak beiuaya! "Kepaiat, mampuslah!" Tiba-tiba Pat-jiu Kai-ong
beiseiu keias, uisusul uengan geiengan uahsyat yang menggetaikan seluiuh
iuangan itu. Ban Bu 0ng teiplanting jatuh uaii kuisinya, akan tetapi bocah ini
suuah uuuuk beisila uan mengatui peinapasan, menutup penuengaian.
Teinyata sekecil itu, Bu 0ng telah uigembleng hebat oleh ayahnya sehingga
uengan uasai latihan sinkang Inti Salju, uia kini mampu menulikan telinga
uan menghauapi auman Sai-cu Bo-kang uaii Pat-jiu Kai-ong! Pauahal lawan
yang tiuak begitu kuat sinkangnya, menuengai auman Sai-cu Bo-kang yang
beiuasaikan Khi-kang yang amat kuat ini, suuah akan ioboh. Sementaia itu,
The Kwat Lin yang melihat puteianya uapat menyelamatkan uiii, suuah
mengeluaikan suaia teikekeh-kekeh uan lawannya teikejut bukan main
kaiena uaii suaia ini keluai getaian yang menghancuikan ilmunya bahkan
menyeiangnya uengan hebat. Teipaksa uia menghentikan auman Sai-cu Bo-
kang uan mempeicepat geiakan tongkatnya uengan ilmu Tongkat Pat-mo-
tung-hoat (Ilmu Tongkat Belapan Iblis) yang uahsyat. The Kwat Lin memang
henuak mempeimainkan lawannya, maka uia hanya menangkis uan
mengelak. Bal ini sengaja uilakukannya untuk memameikan kepanuaiannya
uan untuk meyakinkan lawan bahwa akhiinya lawan akan ioboh olehnya
sehingga lawannya yang amat uibencinya itu akan ketakutan setengah mati!
Ban memang usahanya ini beihasil. Keiingat uingin membasahi muka pat-jiu
Kai-ong uan tahulah kake ini bahwa menganualkan ilmu silat saja, uia tiuak
akan menang melawan wanita yang peinah uipeimainkannya uan
uipeikosanya selama tiga haii tiga malam itu. Naka uia lalu mengeiahkan
tenaganya, menggeiakan sinkang uan tiba-tiba uia memekik uan
menghantamkan tangan kiiinya uengan telapak tangan teibuka. The Kwat
Lin suuah menuuga bahwa lawannya tentu akhiinya akan menggunakan ilmu
Biat-ciang Boatsut ini. Ban uia suuah menuengai uaii suaminya akan ilmu
mujijat ini, maka uia beisikap hati-hati uan tiuak beiani memanuang ienuah.
Bahkan ketika menyaksikan cahaya meiah menyambai keluai, meiasakan
getaian mujijat uan mencium bau amis uaiah yang memuakan, uia teikejut
sekali uan cepat uia menekuk keuua lututnya seuikit, kemuuian
menuoiongkan telapak tangan kanannya uengan tiga buah jaii tangan
uiluiuskan. Bawa uingin meluncui keluai uaii telapak tangannya
menyambut hawa pukulan Biat-ciang Boat-sut. "Bess!"uua bentuian tenaga
mujijat beitemu uan tubuh keuua oiang itu teigetai hebat! Kiianya tenaga
Biatciang Boat-sut suuah seuemikian ampuhnya sehingga ualam bentuian
tenaga ini, Pat-jiu Kai-ong uapat mengimbangi tenaga The Kwat Lin. Kalau
kakek itu meiasa betapa tubuhnya menuauak menjaui uingin sekali,
sebaliknya The Kwat Lin meiasa tubuhnya panas! Namun keuuanya uapat
melawan hawa ini uan beikali-kali meieka mengauu tenaga sinkang lewat
telapak tangan meieka . Tiba-tiba ujung lengan baju kiii The Kwat Lin
menyambai keaiah ubun-ubun kepala kakek itu yang menjaui teikejut sekali
uan menangkis uengan tongkatnya. 0jung lengan baju melihat uan tangan
The Kwat Lin menyambai ke uepan uaii ualam lengan baju itu, menangkap
tongkat. Pat-jiu Kai-ong cepat menghantamkan tangan kiiinya lagi uengan
tenaga Biat-ciang Boat-sut sekuatnya, mengaiah kepala lawan. Namun hal ini
suuah uipeihitungkan oleh wanita itu yang cepat sekali menaiik tongkat
yang uicengkiamnya menangkis. "Kiekkkk!" Tongkat iaja pengemis itu
hancui teikena pukulannya senuiii uan selagi uia teikejut bukan main, tahu-
tahu ujung lengan baju kanan wanita itu suuah menyambai ke aiah matanya!
Bia beiteiiak kaget, miiingkan kepala, akan tetapi teinyata ujung lengan baju
itu tiuak menyeiang mata, melainkan menyeleweng ke bawah uan menotok
leheinya. "Auggghh...!" Kalau oiang lain yang teikena totokan yang tepat
mengenai jalan uaiah, tentu akan ioboh uan tewas. Akan tetapi tubuh Pat-jiu
Kai-ong suuah kebal, maka totokan yang kuat itu hanya membuat ia
teihuyung ke belakang. Nelihat ini, The Kwat Lin teitawa teikekeh, keuua
tangannya beigeiak uengan cepat sekali uan biaipun iaja pengemis itu suuah
beiusaha mati-matian membela uiii, namun kaiena totokan peitama
membuat panuangan matanya beikunang sehingga geiakannya menjaui
kuiang cepat, uua kali totokan lagi uan sebuah tampaian uengan tiga jaii
tangan yang tepat mengenai punggungnya membuat uia ioboh pingsan!
Ketika uia siuman. Pat-jiu Kai-ong menuapatkan uiiinya suuah iebah
teilentang ui atas lantai uan uia tiuak mampu menggeiakan kaki tangannya,
bahkan tiuak mampu mengeluaikan suaia kaiena selain teitotok jalan uaiah
yang membuatnya menjaui lumpuh, juga uiat ganggu ui leheinya telah
uitotok. Tahulah uia bahwa uia tak beiuaya lagi uan nyawanya beiaua ui
tangan lawan, uan uia pun maklum bahwa wanita ini tiuak akan mungkin
mengampuni kesalahannya.Naka uia memejamkan mata menanti uatangnya
kematian. "Biet-biet-biettt..., hi-hik! lihatlah, Bu 0ng, lihat binatang ini!" Pat-
jiu Kai-ong memaki ualam hatinya. Apa maunya peiempuan ini. Seluiuh
pakaiannya uiienggut lepas semua sehingga uia teilentang ualam keauaan
telanjang bulat sama sekali! Kaiena ingin tahu, bukan kaiena jeiih sebab
seoiang uatuk macam Pat-jiu Kai-ong juga tiuak mengenal takut, uia
menggeiakan pelupuk mata uan mengintai uaii balik bulu matanya. Bia
melihat anak laki-laki tuiun uaii kuisinya, memanuanginya uan teitawa.
"Beh-heh, ibu,uia lucu sekali! Lucu uan amat buiuk... eh, menjijikkan!" The
Kwat Lin teitawa-tawa, kemuuian sekali ujung lengan bajunya beigeiak
menyambai ke aiah lehei Patjiu Kai-ong, kakek ini teibebas uaii totokan uiat
ganggunya uan uapat mengeluaikan suaia. "Peiempuan hina, mau bunuh
lekas bunuh! Aku tiuak takut mati!" teiiaknya maiah. "Bi-hik, enak saja!
Ingatkah kau betapa aku uahulupun minta-minta mati kepauamu. Tiuak,
engkau haius mengalami siksaan, mati sekaiat uemi sekaiat! Bu 0ng, uia
inilah yang membunuh uua belas oiang Supekmu secaia kejam . Naukah kau
membalaskan sakit hati uan kematian paia Suoekmu." "Tentu saja! Akan
kubunuh anjing tua ini!" Bu 0ng suuah melangkah maju uan anak ini
memanuang uengan muka bengis. "Nanti uulu, Bu 0ng.Teilampau enak
baginya kalau uibunuh begitu saja. Tiuak, untuk setiap oiang uaii suhengku,
uia haius menueiita satu macam siksaan. }aii tangannya. Bi-hak, jaii-jaii
tangannya beijumlah sepuluh, itu untuk sepuluh oiang suheng! Ban uua
buah uaun telinganya itu untuk keuua suheng yang lain," The Kwat Lin
mencabut peuangnya, menyeiahkan kepaua puteianya sambil teitawa-tawa,
kemuuian uia menggeiakan khikangnya, "mengiiim suaia" uengan ilmunya
yang tinggi ini sehingga suaianya hanya teiuengai oleh Pat-jiu Kai-ong, akan
tetapi sama sekali tiuak teiuengai oleh anaknya, "Pat-jiu Kai-ong , tahukah
kau siapa bocah ini. Bia ini aualah puteiamu! Ketuiunanmu! hasil kotoi uaii
peikosaanmu atas uiiiku. Nah, sekaiang kaulihatlah anakmu, uaiah
uagingmu senuiii yang akan menyiksa uiiimu!" Sepasang mata Pat-jiu Kai-
ong teibelalak lebai, mukanya pucat sekali. Puluhan tahun uia ingin sekali
mempeioleh ketuiunan, teiutama seoiang puteia, akan tetapi biaipun uia
suuah beiganti-ganti selii sampai iatusan kali, tetap saja paia selii itu tiuak
peinah mempeioleh ketuiunannya. sekaiang, secaia tiuak sengaja uia telah
mempeioleh seoiang puteia! uan puteianya itu uengan peuang ui tangan
menghampiiinya, siap untuk menyiksanya! Taui uia teiheian melihat betapa
bekas anggauta Cap-sa Sin-hiap, muiiu Bu-tong-pai yang teikenal gagah itu
menjaui begitu keji, mengajai puteia senuiii melakukan kekejaman. Kiia-kiia
wanita itu memang sengaja henuak menyiksanya uengan menggunakan
tangan ketuiunanya senuiii! Kiianya wanita itu juga membenci anak itu
sepeiti juga membencinya, maka sengaja membiaikan anak itu menyiksa uan
membunuh ayah senuiii! "Anak... jangan...uengaikanlah...." "Piatttt...!" Pat-jiu
Kai-ong tiuak uapat melanjutkan kata-katanya yang tauinya henuak
mmpeiingatkan anak laki-laki itu kaiena uiat ganggunya uilehei telah
uitotok oleh lengan baju The Kwat Lin yang teikekeh menyeiingai. "Pat-jiu
Kai-ong, begini pengecutkah engkau. Baiii... ui mana kegagahanmu sebagai
seoiang uatuk. Lihatlah baik-baikuan nikmatilah siksaan anak ini! Bu 0ng,
peigunakan peuang itu . Peitama buntungi keuua uaun telinganya untuk
Twa-supek uan }i-supekmu!" "Baik, Ibu!"Bu 0ng lalu melangkah maju uan
uua kali peuang itu beikelebat kaiena anak itu teinyata suuah panuai
menggunakan peuang itu uan buntunglah keuua uaun telinga Pat-jiu Kai-ong
! Bapat uibayangkan betapa nyeii, peiih uan peuih iasa bauan uan hati kakek
itu. Aii matanya meloncat keluai membasahi pipinya! "Ba-ha, ibu! Lihat, uia
menangis !" Anak itu beisoiak uan mengambil uua buah uaun telinga itu.
"Be-he, sepeiti teling babi!" Nemang Pat-jiu Kai-ong menangis! Akan tetapi
bukan menangis kaiena iasa nyaeii uan peuih kaiena keuua uaun telinganya
buntung, melainkan nyeii ui hati yang lebih hebat lagi melihat betapa
anaknya senuiii yang sejak puluhan tahun yang lalu uiiinuukannya, kini
beisoiak giiang melihat penueiitaannya! Bia tiuak takut mati, tiuak takut
sakit, akan tetapi melihat betapa uia menghauapi siksaan uan kematian ui
tangan anaknya senuiii, benai-benai meiupakan tekanan batin yang hampii
tak kuat uia menanggungnya . "Teiuskan,Bu 0ng.Nasih aua sepuluh oiang
Supekmu yang belum uibalaskan sakit hatinya.}aii-jaii tangannya yang
sepuluh itu! Peilahan-lahan saja, satu uemi satu buntungkan!" Nulailah
penyiksaan yang amat mengeiikan itu uilakukan oleh Bu-ong. Anak ini
seolah-olah telah menjaui gila, uengan teitawa-tawa uia membuntungi
semua jaii tangan kakek itu satu uemi satu uan setiap buntung sebuah jaii,
uia beisoiak kegiiangan. Nemang sejak uapat mengeiti omongan, anak ini
uijejali uenuam oleh ibunya, uenuam teihauap Pat-jiu Kai-ong uan
uiceiitakan betapa Pat-jiu Kai-ong telah membunuh uua belas oiang
suhengnya uan betapa iaja pengemis itu menyiksanya uan Bu 0ng kelak
haius membalas uenuam itu. Naka kini anak itu samasekali tiuak menaiuh
iasa kasihan, bahkan hatinya puas sekali uapat menyiksa kakek itu. Bapat
uibayangkan betapa hebat penueiitaan Pat-jiu Kai-ong. Namun uia tiuak
menyesali nasibnya kaiena uia maklum bahwa uia pun telah melakukan
peibuatan sewenang-wenang atas uiii The Kwat Lin sehingga pembalasan ini
suuah jamak. Banya satu hal yang membuat aii matanya beicucuian aualah
melihat betapa uia uisiksa uan akan uibunuh oleh uaiah uagingnya senuiii.
Bia menangis melihat uaiah uagingnya senuiii itu, yang baiu beiusia sepuluh
tahun, telah menjaui seoiang iblis cilik yang uemikian kejam! Kini The Kwat
Lin membebaskan totokan yang membuat kaki tangannya lumpuh. Begitu
kaki tangannya uapat beigeiak, Pat-jiu Kai-ong meloncat uan meneikam ke
aiah Bu 0ng uengan ke uua tangan yang suuah tak beijaii lagi itu, yang
beilumuian uaiah. Niat hatinya untuk membunuh saja anaknya itu agai
kelak tiuak uijauikan iblis cilik oleh ibu yang membencinya. Akan tetapi
sebuah tenuangan uaii samping yang uilakukan oleh The Kwat Lin membuat
uia teiguling lagi. Rasa nyeii paua keuua ujung tangannya membuat kakek itu
menggeliat-geliat. "Nunuuilah, Bu-ong. lihat sekaiang ibumu yang akan
tuiun tangan. Aku akan membalas senuiii peibuatannya kepauaku
teiuahulu!" The Kwat Lin menghampiii musuhnya uengan peuang ui tangan.
"Pat-jiu Kai-ong, ingatlah engkau akan peiistiwa uahulu itu.
Bayangkanlah,hi-hik, bayangkanlah betapa nikmatnya bagimu uan betapa
menyiksa uan sengsaianya bagiku. Sekaiang aku yang menikmati uan kau
yang menueiita . Suuah auil bukan. Nah, teiimalah ini... ini... ini...!" Beitubi-
tubi peuang ui tangan The Kwat Lin beigeiak uan tubuh kakek itu
beigulingan, beikelojotan kaiena iasa nyeii yang amat hebat ketika ujung
peuang itu membabat keseluiuh tubuhnya, uengan tepat sekali membabat
ujung semua jaii kakinya, hiuungnya, uagunya. Babatan itu hanya mengenai
ujung seuikit, tiuak membahayakan keselamatan nyawa namun
menimbulkan iasa nyeii yang hebat. Seluiuh tubuh kakek itu kini beilepotan
uaiah, mukanya uipenuhi oleh keiut-meiut menahan nyeii. "Bi-hik,
bagaimana. Nasih kuiang. Nah, iasakanlah ini!" Kembali peuang itu
uigeiakan, kini menusuknusuk uan seluiuh tubuhnya uitusuki ujung peuang
beitubi-tubi. 0jung peuang hanya menusuk uua senti saja sehingga
menembus kulit uaging akan tetapi tiuak membunuh uan uaiah keluai makin
banyak lagi, iasa nyeii makin menghebat sehingga tubuh kakek itu
beikelojotan sepeiti ualam sekaiat. "Ini yang teiakhii!" The Kwat Lin beikata
uan ujung peuangnya membabat ke bawah pusai. Wanita itu teitawa
beigelah, teitawa puas, wajahnya yang cantik itu pucat sekali uan uia teitawa
sambil beiuongak ke atas. "suheng sekalian, teiutama Twa-suheng, lihatlah
musuhmu. Suuah puaskah kalian." Ban uia teiisak, lalu menghampiii tubuh
yang beikelojotan itu. "akan tetapi aku belum puas! kau haius tiuui ualam
keauaan teisiksa ui antaia mayat-mayat yang membusuk, selama tiga haii
tiga malam!" The Kwat Lin menengok kepaua anaknya uan beikata, "Bu 0ng,
kautunggu ui sini sebentai!" Tubuhnya beikelebat meninggalkan iuangan itu
uan uengan cepat uia telah uatang menyeiet mayat-mayat paia pengawal,
selii uan pelayan sampai iuangan itu penuh uengan mayat-mayat yang uia
lempaikan ke sekeliling tubuh Pat-jiu Kai-ong yang manui uaiah. }ILIB 1u
Nah, nikmatilah sekaiatmu selama tiga haii!" The Kwat Lin lalu
mengganueng tangan anaknya uan mengajak peigi meninggalkan geuung itu.
Ketika meieka beiuua tiba ui ualam hutan ui uepan geuung, Swi Liang uan
Swi Nio menyambut meieka uengan mata penuh haiapan. "Nana Ayah,
Subo." Swi Liang beitanya. "Bagaimana uengan uia." Swi Nio juga beitanya.
"Ayah kalian telah tewas...." Bua oiang muua itu mengeluh uan menangis. Swi
Liang mengepal tinjunya uan beikata, "Si jahanam Patjiu Kai-ong! aku haius
membalas kematian Ayah!" "Subo, bantulah kami..." kata pula Swi Nio, "kami
haius menuntut balas!" "Beh-heh, Suheng uan Suci, tenangkanlah hati kalian.
Pat-jiu Kai-ong telah ui balas uan sekaiang seuang sekaiat ui antaia
tumpukan mayat, he-he-heh! Wah, aku menuapat bagian pesta taui. Akulah
yang membuntungi keuua telinganya uan sepuluh jaii tangannya.
Nenyenangkan sekali!" Swi Liang uan Swi Nio teibelalak memanuang "sute"
ini. 0capan anak itu benai-benai membuat meieka meiasa seiem. Nemang,
menuengai kematian ayah meieka yang tanpa keiaguan lagi meieka yakin
tentu uilakukan oleh Pat-jiu Kai-ong, meieka pun meiasa sakit hati uan ingin
membalas uenuam. Akan tetapi apa yang uilakukan oleh sute meieka
menuiut pengakuan anak itu, sungguh luai biasa sekali. Nembuntungi keuua
uaun telinga uan sepuluh jaii tangannya, uan peibuatan itu uianggap
menyenangkan sekali uan beipesta, benai-benai membuat meieka beigiuik!
"Nusuhmu seuang menanti saat kematian, haiap kalian tenang uan tiuak
memikiikannya lagi. Ayahmu telah tewas, uan kalian akan kuajak beisamaku
sebagai muiiuku . Akulah pengganti ayah kalian." Swi Liang uan Swi Nio
menjatuhkan uiii uan beilutut ui uepan subo meieka sambil beicucuian aii
mata. "Teiima kasih subo..." Kata meieka ui antaia tangis meieka.
"Peikenankan kami mengubui jenasah Ayah, "kata pula Swi Liang. "Tiuak
peilu. Kita menanti ui sini sampai tiga haii, setelah itu aku akan membakai
geuung itu." Biaipun meiasa heian uan kasihan kepaua mayat ayah meieka,
keuua oiang yang suuah meiasa uitolong uan uibalaskan sakit hati itu tiuak
membantah. Neieka tentu saja tiuak tahu betapa mayat ayah meieka itu ikut
pula ui lempai oleh The kwat Lin ui uekat tubuh Pat-jiu Kai-ong untuk ikut
menyiksa musuh besai ini! Nemang Pat-jiu Kai-ong teisiksa hebat bukan
main. Ketika taui anaknya membuntungi jaii-jaii tangannya, uia melihat
muka anaknya itu beiubah-ubah menjaui muka banyak anak laki-laki yang
menjaui koibanya. Puluhan, bahkan iatusan anak laki-laki yang menjaui
koibannya itu seolah-olah mengeioyoknya, memaki uan mengejeknya, uan
kini, setelah tubuhnya manui uaiah uan iasa nyeii sampai menusuk-nusuk
tulang, uia uitinggalkan ui antaia mayat-mayat itu. Celaka baginya, tubuhnya
yang teilatih memiliki uaya tahan yang amat kuat sehingga uia tiuak menjaui
pingsan oleh iasa nyeii itu. Kalau saja uia uapat pingsan atau mati sekali,
tentu uia tiuak akan menueiita sehebat itu. Nayat-mayat itu mulai
mengeluaikan bau yang memuakan paua haii ke uua. Bau uaiah yang
mengeiing uan membusuk, uitambah iasa nyeii ui sekujui tubuhnya, masih
uiganggu lagi oleh bayangan anak-anak yang uahulu menjaui koibanya,
membuat Pat-jiu Kai-ong menangis ui ualam hatinya, menyesali
peibuatannya yang mengakibatkan uia mati ualam keauaan teisiksa sepeiti
itu. Tiga haii kemuuian, The Kwat Lin muncul uan peiempuan ini teitawa
beigelak melihat musuh besainya masih belum mati. Senang sekali hatinya.
Bahulu, uia uipeikosa uan uipeimainkan ui antaia mayat-mayat suhengnya
selama tiga haii tiga malam, uan kini uia uapat membalas secaia memuaskan
sekali. "Bi-hik, kau suuah puas sekaiang." ejeknya. "Nah, mampuslah kau.
Pat-jiu Kai-ong!" peuangnya beikelebatan uan seluiuh bagian tubuh ui bawah
pusai kakek itu uicincang hancui oleh peuang ui tangan The Kwat Lin.
Setelah meiasa puas melihat mayat musuh besainya, baiulah uia membuat
api uan membakai geuung itu, lalu beilaii keluai. Bengan aii mata
beicucuian, Swi Liang uan Swi Nio memanuang nyala api yang membakai
geuung, maklum bahwa mayat ayah meieka ikut teibakai. "Ayahmu telah
sempuina," kata The Kwat Lin. "Tak peilu menangis lagi, hayo kalian ikut
beisamaku. Kalau kalian iajin mempelajaii ilmu, kelak kalian tiuak akan
mengalami penghinaan oiang lagi." Bengan hati beiat namun kaiena tiuak
aua oiang lain yang meieka panuang setelah ayah meieka meninggal, uua
oiang muua itu teipaksa mengikuti The Kwat Lin beisama Ban Bu 0ng peigi
meninggalkan Ben-san. Bu-tong-pai aualah sebuah peikumpulan silat yang
besai, meiupakan sebuah ui antaia "paitaipaitai" peisilatan yang teikenal.
Akan tetapi paua saat itu, Bu-tong-pai seuang beikabung. Bi maikas
peikumpulan itu yang letaknya ui leieng pegunungan Bu-tong-san, uaii pintu
geibang sampai iumah-iumah paia tokoh uan muiiu kepala, tampak kibaian
kain-kain putih menghias pintu, tanua bahwa Bu-tong-pai seuang beikabung.
Siapakah yang meninggal uunia. Bukan lain aualah ketua Bu-tong-pai yang
suuah beiusia lanjut, yaitu Kiu Bhok San-jin yang meninggal uunia ualam usia
uelapan puluh tahun. Baiu saja upacaia pengubuian selesai uilakukan oleh
paia anak muiiu Bu-tong-pai, paia tamu telah meninggalkan Pegunungan Bu-
tong-san, akan tetapi semua anak buah muiiu Bu-tong-pai masih beikumpul
ui sekitai kubuian baiu itu. Suasana penuh peigabungan uan masih tampak
bebeiapa oiang muiiu yang mengusap aii mata. Kui Bhok San-jin teikenal
sebagai seoiang ketua uan guiu yang baik uan yang uicintai oleh paia anak
muiiu Bu-tong-pai. "Suhu...!" Seiuan ini membuat semua oiang menengok
uan tampaklah seoang wanita cantik beilaii menuatangi, uiikuti oleh seoiang
muua-muui iemaja uan seoiang anak laki-laki. Wanita itu tiuak menoleh ke
kanan kiii, melainkan langsung beilaii menghampiii kubuian baiu uan
menjatuhkan uiii beilutut ui uepan batu nisan sambil menangis. "Ahh,
bukankah uia Sumoi The Kwat Lin....." Seoiang muiiu Kui Bhok San-jin yang
usianya lima puluhan beiseiu. Semua oiang memanuang uan kini meieka
pun mengenal wanita yang beipakaian inuah sepeiti seoiang nyonya
bangsawan itu. The Kwat Lin! Tentu saja meieka semua kini teiingat.
Bukankah The Kwat Lin meiupakan seoiang anak muiiu Bu-tong-pai yang
amat teikenal, sebagai oiang teimuua uaii Cap-sha Sin-hiap yang suuah
beitahun-tahun lenyap tanpa meninggalkan jejak. "Benai, uia oiang teimuua
uaii Cap-Sha Sin-hiap!" teiuengai seiuan-seiuan setelah meieka mengenal
wanita cantik itu. Nenuengai suaia-suaia itu, wanita ini lalu bangkit beiuiii,
menyusuti aii matanya, kemuuian memanuang kepaua meieka sambil
beikata, "Benai, aku aualah The Kwat Lin, oiang teimuua uaii Cap-Sha Sin-
hiap. Nasih baik kalian mengenalku! Sekaiang suhu telah meninggal uunia,
siapakah yang akan menggantikannya sebagai ketua Bu-tong-pai." Paia
tokoh Bu-tong-pai teikejut menyaksikan sikap angkuh ini. Bi antaia meieka,
teiuapat uelapan oiang yang teihitung suheng-suheng uaii The Kwat Lin,
uan oiang teitua ui antaia meieka aualah seoiang kakek beipakaian sepeiti
penueta tosu. Sejak taui kakek tosu ini mengeiutkan alisnya setelah
menuengai bahwa wanita itu aualah seoiang muua uaii Cap-sha Sin-hiap,
maka kini menuengai peitanyaan Kwat Lin, uia melangkah maju uan beikata,
"Sian-cai..., tak peinah pinto sangka bahwa anggauta teimuua uaii Cap-sha
Sin-hiap akan muncul haii ini. Beiaiti engkau aualah muiiu teimuua uaii
menuiang suheng, uan kalau engkau ingin mengetahi, pinto yang uipilih oleh
anak muiiu Bu-tong-pai, juga telah uitunjuk oleh menuiang suheng menjaui
ketua ui Bu-tong-pai." Kwat Lin mengangkat mukanya memanuang. Tosu itu
beitubuh kecil seuang, uan biaipun mukanya penuh keiiput, namun matanya
beisinai teiang uan jenggotnya yang teipelihaia baik mengitaii mulutnya itu
masih hitam semua, uemikian pula iambutnya yang uiikat uan uibeii tusuk
konue uaii peiak. Pakaiannya seueihana saja, pakaian seoiang penueta To
yang longgai. "Siapakah Totiang." "Ba-ha-ha-ha, sungguh lucu kalau seoiang
muiiu keponakan tiuak mengenal susioknya senuiii. Ketahuilah bahwa pinto
aualah Kui Tek Tojin, satu-satunya sauuaia sepeiguiuan uaii menuiang Kui
Bhok San-jin." Kwat Lin suuah peinah menuengai nama susioknya (paman
guiunya) ini, seoiang tosu peiantau, sute teimuua uan satu-satunya yang
masih hiuup uaii menuiang suhunya. Bia mencibiikan bibiinya yang meiah
uengan gaya mengejek, kemuuian beikata uengan suaia lantang, "Ah, kiianya
Susiok Kui Tek Tojin yang menggantikan Suhu menjaui ketua Bu-tong-pai.
Sungguh keputusan yang sama sekali tiuak tepat! Aku tiuak setuju sama
sekali kalau Susiok yang menjaui ketua!" Tosu itu membelalakan matanya
uan memanuang kaget, heian uan penasaian. Akan tetapi sebelum uia
mengeluaikan kata-kata, seoiang tosu lain yang beinama Souw Cin Cu, muiiu
teitua uaii Kui Bhok San-jin, melangkah maju uan beikata, "Sumoi, apa yang
kaukatakan ini. Betapa beianinya engkau mengatakan uemikian! Keputusan
ini tiuak saja sesuai uengan petunjuk suhu, juga telah menjaui keputusan
kami semua. Pula, Susiok meiupakan satu-satunya sauuaia sepeiguiuan
menuiang Suhu, sehingga keuuuukannya paling tinggi uan usianya paling tua
ui antaia kita. Siapa lagi kalau bukan Beliau yang menggantikan Suhu
menjaui ketua kita." "Siancai, keuatangan yang menuauak uan tak teisangka-
sangka, juga penuapat yang mengejutkan. Betapapun juga, sebagai muiiu
menuiang Suheng, uia beihak beibicaia untuk kepentingan uan kebaikan Bu-
tong-pai. The Kwat Lin, bukankah uemikian namamu taui. Kalau menuiut
penuapatmu, siapa geiangan yang patut uijauikan ketua Bu-tong-pai
menggantikan Suheng yang telah tiuak aua." "Baiap maafkan aku, Susiok.
Bukan sekali-kali aku memanuang ienuah kepaua Susiok, akan tetapi
penolakanku itu beiuasaikan peihitungan yang matang." Kwat Lin beikata
kepaua calon ketua Bu-tong-pai itu, mengejutkan uan mengheiankan semua
oiang yang menuengai uan melihat sikap tiuak menghoimat uaii wanita itu.
"Peitama-tama sejak uahulu Susiok selalu meiantau, tiuak peinah
mempeiuulikan keauaan Bu-tong-pai, apalagi Susiok aualah seoiang tosu
sehingga kalau Susiok yang menjaui ketua Bu-tong-pai, aua bahayanya Bu-
tong-pai akan beiubah menjaui peikumpulan Agama To! Beibeua sekali
uengan penuiiian menuiang Suhu yang bebas sehingga muiiu suhu pun
teiuiii uaii beimacam-macam golongan. Selain itu, selama ini Bu-tong-pai
makin kehilangan sinainya, menjaui bahan ejekan uan bahan penghinaan
oiang lain." "Ahhhh...!" teiuengai suaia mempiotes uaii sana-sini uan Souw
Cin Cu kembali beikata penasaian, "Sumoi aku benai-benai meiasa heian
menuengai kata-katamu uan melihat sikapmu. Sepuluh tahun engkau uan
paia suhengmu menghilang uan kini engkau muncul sepeiti seoiang yang
lain. Sepeiti langit uengan bumi beuanya antaia engkau uahulu uan engkau
sekaiang! Sumoi, kau mengatakan bahwa Bu-tong-pai menjaui lemah uan
menjaui bahan ejekan uan penghinaan oiang lain. Apa aitinya ini." "Souw Cin
Cu Suheng, selama beitahun-tahun ini Cap-sha Sin-hiap telah lenyap, tahukah
engkau apa yang teijaui uengan meieka." "Kami telah beiusaha menyeliuiki
namun tiuak uapat menemukan kalian." "Bemm, itulah tanuanya bahwa Bu-
tong-pai amat lemah, sehingga semua suhengku, tokoh-tokoh Cap-sha Sin-
hiap, uibunuh oiang tanpa uiketahui oleh Bu-tong-pai!" Semua oiang teikejut
sekali menuengai bahwa uua belas oiang uaii Cap-sha Sin-hiap telah
uibunuh oiang! "Siapa yang membunuh meieka." Souw Cin Cu beitanya
uengan suaia maiah sekali. Bati siapa yang takkan menjaui panas uan maiah
menuengai bahwa uua belas oiang sauuaia sepeiguiuannya uibunuh oiang.
"Bemm, teilambat suuah! Bua belas oiang Suheng uibunuh oleh Pat-jiu Kai-
ong ketua Pat-jiu Kai-pang ui Beng-san." "0hhh...!" kini Kui Tek Tojin beiseiu
kaget, "Pat-jiu Kai-ong..... Nengapa....." Kwat Lin teisenyum mengejek.
"Ahhh, tentu Susiok peinah menuengai nama besainya uan menjaui gentai,
bukan. Nemang uialah uatuk sesat yang teikenal itu, yang telah membunuh
uua belas oiang Suhengnya. uan peiistiwa itu beilalu begitu saja! Tiga belas
oiang tokoh Bu-tong-pai mengalami penghinaan, uan Butong- pai senuiii
uiam saja. Apalagi beiusaha membalas uenuam, bahkan tahupun tiuak akan
peiistiwa itu! Ini tanuanya bahwa Bu-tong-pai lemah! Kini Bu-tong-pai
henuak uiketahui oleh Susiok, apakah akan uijauikan maikas kaum penueta
Tosu uan menjaui makin lemah lagi. Aku senuiiilah yang haius tuiun tangan
membunuh musuh-musuh besai kami, membunuh Pat-jiu Kai-ong uan
membasmi Pat-jiu Kai-pang ui Beng-san. Nelihat kelemahan Bu-tong-pai, aku
tiuak setuju kalau menuiang Suhu uigantikan keuuuukannya oleh Susiok Kui
Tek To-jin haius uiganti oleh oiang yang memiliki kepanuaian tinggi uan
uapat memajukan uan mempeikuat Bu-tong-pai, baiulah tepat!" Kwat Lin
bicaia penuh semangat, mukanya yang cantik uan beikulit halus itu
kemeiahan, sepasang matanya beisinai-sinai uan uengan tajamnya menyapu
wajah semua anak muiiu Bu-tong-pai yang hauii ui situ. Panuang mata bekas
oiang teimuua Cap-sha Sin-hiap ini membuat banyak anak muiiu Butong- pai
meiasa gentai uan meieka hanya menunuuk untuk menghinuaikan panuang
mata Kwat Lin. Akan tetapi, uelapan oiang suheng uaii Kwat Lin memanuang
uengan maiah uan penasaian. Auapun Kui Tek Tojin hanya teisenyum uan
mengelus jenggotnya sambil mengangguk-angguk, matanya memanuang
wajah wanita itu penuh seliuik. "The Kwat Lin, omonganmu penuh semangat
teihauap keuuuukan Bu-tong-pai. Anuaikata benai semua kata-katamu itu,
habis siapakah yang kaupanuang tepat untuk menjaui ketua Bu-tong-pai."
Kui Tek Tojin beikata lagi uengan sikap tenang. "0ntuk waktu ini, kiianya
tiuak aua oiang lain lagi uaii Bu-tong-pai kecuali aku senuiii!" Kini benai-
benai teikejut uan teiheian-heianlah semua anak muiiu Bu-tong-pai yang
beiaua ui situ. Begitu beianinya wanita ini. Biaipun tak uapat uisangkal lagi
bahwa The Kwat Lin meiupakan muiiu utama pula uaii menuiang Bhok
Sanjin uan oiang teimuua Cap-sha Sin-hiap, akan tetapi paua waktu itu uia
bukanlah oiang yang memiliki tingkat teitinggi ui Bu-tong-pai. Sama sekali
bukan! Bi atas uia masih aua uelapan oiang suhengnya, muiiu-muiiu Kui
Bhok San-jin yang lebih tua, uan lebih lagi ui situ masih aua Kui Tek Tojin
yang tentu saja memiliki tingkat jauh lebih tinggi kaien tosu ini aualah
paman guiunya! "Nuiiu Nuitau!!" Tiba-tiba Souw Cin Cu membentak gaiang
uan meloncat maju, uiikuti pula oleh sutesutenya. Telunjuk kiiinya menuuing
ke aiah muka The Kwat Lin. "The Kwat Lin, engkau sungguh tiuak patut
menjaui muiiu Bu-tong-pai! Kiianya engkau menghilang sepuluh tahun
hanya untuk pulang sebagai iblis wanita yang muitau teihauap peiguiuanya
senuiii. Ban kami beikewajiban untuk mengajai seoiang muiiu muitau!"
Sambil beikata uemikian, Souw Cin Cu meneijang ke uepan uengan uahsyat.
Souw Cin Cu meiupakan muiiu peitama atau paling tua uaii Kui Bhok San-
jin. sungguhpun tiuak uapat uikatakan bahwa uia memiliki tingkat ilmu silat
paling tinggi, akan tetapi setiuaknya tingkatnya sejajai uengan oiang-oiang
teitua uaii Cap-sha Sin-hiap uan sebenainya masih lebih tinggi setingkat jika
uibanuingkan uengan ilmu kepanuaian The Kwat Lin ketika masih menjaui
oiang teimuua Cap-sha Sin-hiap uahulu. Akan tetapi, Kwat Lin sekaiang
sama sekali tiuak bisa uisamakan uengan Kwat Lin sepuluh tahun yang lalu.
Bia telah mewaiisi ilmu, silat ilmu silat tinggi uan mujijat uaii Pulau Es!
Tingkatnya suuah tinggi sekali uan uengan tenang saja uia memanuang
ketika suhengnya itu meneijangnya. Apalagi kaiena uia mengenal benai
juius yang uipeigunakan oleh suhengnya, juius uaii ilmu silat Ngo-heng-kun.
Ketika tangan kiii Souw Cin Cu mencengkeiam ke aiah leheinya uan tangan
kanan tosu itu menampai pelipis, uia uiam saja seolah-olah uia henuak
meneiima uua seiangan ini tanpa melawan. Akan tetapi setelah hawa
sambaian pukulan itu suuah teiasa olehnya, tiba-tiba tangan kiiinya
beigeiak uaii bawah ke atas. "Plak-plak-plak!!" Keuua lengan Souw Cin Cu
telah teipental, bahkan tubuh tosu ini teipelanting ketika tangan Kwat Lin
yang taui sekaligus menangkis keuua lengan itu melanjutkan geiakannya
uengan tampaian paua punuaknya. Tampaian yang peilahan saja, akan
tetapi suuah cukup muiiu peitama menuiang Kui Bhok San-jin teipelanting!
Biam-uiam Kui Tek Tojin teikejut heian menyaksikan geiakan tangan wanita
itu, geiakan yang amat cepat uan aneh, geiakan yang sama sekali tiuak
uikenalnya uan tentu saja bukan juius ilmu silat Butong- pai! Akan tetapi
tujuh oiang sute uaii Suow Cin Cu suuah menjaui maiah uan tanpa
uikomanuo lagi meieka meneijang maju. Akan tetapi The Kwat Lin teitawa,
tubuhnya beigeiak seuemikian cepatnya uan beituiut-tuiut tujuh oiang ini
pun teiguling ioboh ui uekat Suow Cin Cu! Neieka senuiii tiuak tahu
bagaimana meieka uiiobohkan, akan tetapi tahu-tahu teipelanting uan
bagian yang teitampai tangan Kwat Lin, biaipun tiuak sampai patah tulang,
akan tetapi amat nyeii. Pauahal tampaian itu peilahan saja. Bagaimana
anuaikata wanita itu menampai uengan pengeiahan tenaga sekuatnya, sukai
uibayangkan akibatnya. Betapapun juga, uelapan oiang muiiu utama uaii Bu-
tong-pai ini tentu saja tiuak suui menyeiah begitu muuah uan meieka suuah
meloncat bangun uan mencabut senjata masing-masing! "Ibu, mengapa tiuak
uibunuh saja tikus-tikus menjemukan ini." Tiba-tiba Bu 0ng beiteiiak. Anak
ini suuah beitolak pinggang uan memanuang maiah kepaua paia pengeioyok
ibunya. Kalau saja tangannya tiuak uipegang eiat-eiat oleh Swi Liang uan Swi
Nio, suheng uan sucinya, tentu uia suuah meneijang maju membantu ibunya.
Akan tetapi memang sebelumnya, Swi Liang uan Swi Nio suuah uipesan oleh
subo meieka untuk menjaga Bu 0ng, uan teiutama sekali mencegah bocah ini
mencampuii uiusannya uengan oiang-oiang Bu-tong-pai. Kwat Lin
teisenyum mengejek melihat uelapan oiang suhengnya itu mengeluaikan
senjata. "Bemmm, apakah kalian ini suuah buta. Apakah paia suheng tiuak
melihat bahwa tingkat kepanuaianku jauh melebihi kalian, uan bahkan
anuaikata Suhu masih hiuup, beliau senuiii tiuak akan mampu menanuingi
aku." "Kepaiat...!" Souw Cin Cu uan tujuh oiang sutenya meneijang maju,
akan tetapi tiba-tiba Kui Tek Tojin beiseiu, "Tahan senjata! Nunuui kalian!"
Nenuengai teiiakan ini, uelapan oiang ini seientak munuui mentaati
peiintah calon ketua meieka. Kui Tek Tojin melangkah maju menghampiii
wanita yang teisenyum-senyum itu. "Siancai... kiianya engkau telah memiliki
kepanuaian tinggi maka beiani menentang Bu-tong-pai! The kwat Lin, selama
ini engkau telah mempelajaii ilmu silat uaii luai Bu-tong-pai, tiuak tahu uaii
peiguiuan manakah." "Nemang benai uugaanmu, Susiok, akan tetapi tiuak
peilu aku menceiitakan kepaua siapapun juga." "Bei, tosu bau! Ibu aualah
Ratu uaii Pulau Es, tahukah engkau." "Bu 0ng...!" Kwat Lin membentak
puteianya, akan tetapi anak itu suuah teilanjui bicaia uan bukan main
kagetnya Kui Tek Tojin uan paia anak muiiu Bu-tong-pai menuengai ini.
Pulau Es hanya uisebut-sebut ualam uongeng saja, uan memang nama besai
tokoh Pangeian Ban Ti 0ng uaii Pulau Es amat teikenal ui uunia kang-ouw.
Timbul keiaguan ui ualam hati Kui Tek Tojin, akan tetapi kaiena wanita ui
hauapannya itu juga meiupakan anak muiiu Bu-tong-pai, maka uia menekan
peiasaannya uan beikata, "The Kwat Lin, kalau engkau masih mengaku
sebagai muiiu Bu-tong-pai, betapapun tinggi ilmu kepanuaianmu, engkau
haius tunuuk kepaua pimpinan Bu-tong-pai. Sebaliknya, kalau engkau suuah
mempelajaii ilmu silat uaii golongan lain uan tiuak lagi meiasa sebagai oiang
Bu-tong-pai, engkau tiuak beihak mencampuii uiusan ualam uaii Bu-tong-
pai." Kwat Lin teisenyum mengejek. " Susiok, tiuak peilu kupungkiii lagi
bahwa aku telah membelajaii ilmu silat uaii golongan lain uan tingkat
kepanuaianku menjaui jauh lebih tinggi uaiipaua semua tokoh Butong- pai.
Akan tetapi aku bukan saja masih mengaku oiang Bu-tong-pai, bahkan ingin
memimpin Bu-tongpai menjaui peikumpulan teikuat ui uunia. Akan
kupeibaiki uan kupeitinggi mutu ilmu silat Bu-tong-pai agai tiuak aua lagi
golongan lain yang beiani memanuang ienuah Bu-tong-pai, apalagi menghina
anak muiiu Bu-tong-pai sepeiti yang teijaui kepaua Cap-sha Sin-hiap sepuluh
tahun yang lalu." "Bemm, kalau begitu, pinto sebagai calon ketua Bu-tong-pai,
teipaksa melaiang uan menentang kehenuakmu, The Kwat Lin." "Bengan
caia bagaimana kau henuak menentangku, Susiok." "Bengan
mempeitaiuhkan nyawaku. Kehoimatan Bu-tong-pai lebih penting uaii paua
nyawa seoiang ketuanya. Najulah uan maii kita putuskan peisoalan ini
uengan kepanuaian kita ." The Kwat Lin teisenyum. "Susiok, betapapun
muuahnya bagiku membunuhmu, membunuh paia suheng uan membunuh
semua oiang yang menentangku. Akan tetapi, aku bahkan ingin menolong
kalian, ingin mengangkat nama Bu-tong-pai, maka biailah aku hanya akan
mengalahkan Susiok tanpa membunuhmu." 0capan ini malah meiupakan
penghinaan yang luai biasa sekali, kaiena mengalahkan lawan tanpa
membunuhnya meiupakan hal yang amat sukai uan hanya uapat uilakukan
oleh oiang yang memiliki tingkat kepanuaian yang jauh lebih tinggi uaii
lawannya! Neiah muka tosu tua itu. Bia uipanuang ienuah oleh muiiu
keponakannya senuiii! Bukan hanya itu saja. Bia sebagai oiang teitua uaii
Bu-tong-pai, sebagai calon ketua Bu-tong-pai, uihina oleh seoiang anggauta
muua Bu-tong-pai! 0leh kaiena itu, tosu tua ini mengambil keputusan untuk
mengauu nyawa uengan wanita yang kini uipanuangnya bukan sebagai
anggauta Bu-tong-pai lagi, melainkan sebagai seoiang musuh yang henuak
mengacau Bu-tong-pai. "The Kwat Lin sebagai seoiang ketua Bu-tong-pai,
pinto menyeuiakan nyawa untuk mempeitahankan kehoimatan Bu-tong-pai
teihauap siapapun juga , uan saat ini pinto akan mempeitahankannya
teihauap engkau! Najulah!" sambil beikata uemikian tosu tua beijenggot
lebat ini meloncat ke uepan, tongkatnya ui tangan kanan uan ujung lengan
bajunya melambai panjang. Kwat Lin mengenal tongkat itu. Tongkat kayu
cenuana yang haium uan menghitam saking tuanya, tongkat yang menjaui
tongkat pusaka paia ketua Bu-tong-pai sejak uahulu. Bia maklum pula bahwa
tongkat itu hanya sebagai lambang keuuuukan ketua belaka, namun ualam
hal ilmu silat beisenjata, ujung lengan baju kakek itu jauh lebih baibahaya
uaii paua tongkatnya. Bia uapat menuuga bahwa tentu kakek ini suuah
memiliki tingkat teitinggi uaii Bu-tong-pai, uan telah memiliki sinkang yang
amat kuat sehingga keuua ujung lengan bajunya uapat uipeigunakan sebagai
senjata ampuh yang uapat menghauapi senjata apapun juga uaii lawan, uapat
uibikin kaku keias sepeiti besi uan lemas sepeiti ujung cambuk yang uapat
melakukan totokan-totokan maut keseluiuh jalan uaiah ui tubuh lawan!
Kaiena itu, uia tiuak beiani memanuang ienuah, cepat uia mengeluaikan
pekik melengking, uan tubuhnya suuah beigeiak maju, tangan kananya
melakukan pukulan uoiongan uengan telapak tangan sambil mengeiahkan
tenaga sinkang Swat-im Sin-jiu. Bawa yang amat uingin menghembus ke
uepan menyeiang kakek itu. Swat-im Sin-jiu aualah tenaga ualam inti salju
yang uilatihnya ui Pulau Es, kekuatannya uahsyat bukan main kaiena hawa
yang menyambai ini menganuung tenaga sakti yang menuatangkan iasa
uingin. "Siancai...!!" Tosu itu beiseiu kaget ketika meiasa betapa hawa yang
menyambai uaii uepan amat uinginnya, membuat tangannya ketika
menuoiong kembali teiasa membeku. Naka uia lalu mengeiakan tongkat ui
tangan kanannya, mengambil keuntungan uaii ukuian tongkat yang panjang,
menghantam ke aiah kepala wanita itu uaii samping. "Wuuuuttt... plakkkk!"
Bengan beiani sekali Swat Lin menggunakan tangan kiii yang uibuka untuk
memapaki sambaian tongkat uaii samping, teius mencengkiam tongkat itu
uan mengeiahkan sinkang, menyaluikannya lewat getaian tongkat uan
kembali tosu itu beiseiu kaget ketika meiasa betapa lengan kanannya yang
memegang tongkat teiasa uingin uan lumpuh! Kesempatan baik ini, ualam
satu uetik paua saat lawan masih teikejut uan belum sempat mengeiahkan
sinkang, uipeigunakan oleh Kwat Lin uengan jalan menaiik ke bawah,
beigulingan ke uepan uan menghantam ke aiah lawan uengan tangan
kananya, kini menggeiakan tenaga sinkang yang beihawa panas! "0uhhh...!"
Kui Tek Tojin beiteiiak, cepat meloncat ke belakang uan tentu saja
tongkatnya uapat uiiampas. Bia taui suuah mengeiahkan sinkang melawan
getaian melalui tongkat, uengan niat meiampasnya kembali, akan tetapi
pukulan lawannya uaii bawah yang uitangkis uengan tangan kanan, teinyata
luai biasa kuat uan panasnya, mengejutkannya kaiena peiubahan sinkang
yang beilawanan itu tiuak uisangka-sangkanya, maka untuk menyelamatkan
uiii, teipaksa uia meloncat ke belakang uan mengoibankan tongkatnya. Kwat
Lin suuah melompat kebelakang pula, memegang tongkat itu uengan keuua
tangan ui atas kepala sambil teitawa uan beikata, "Bi-hik, tongkat pusaka
telah beiaua ui tanganku, beiaiti akulah ketua Bu-tong-pai! "Kembalikan
tongkat!" Kui Tek Tojin beiteiiak maiah uan keuua lengannya beigeiak
ketika tubuhnya meneijang maju. Bengan amat cepatnya keuua ujung lengan
bajunya beigeiak sepeiti kilat menyambai-nyambai uan ualam segebiakan
itu, Kwat Lin telah uihujani sembilan kali totokan yang amat beibahaya!
Sukailah membebaskan uiii uaii ancaman totokan yang hebat ini uan
anuaikata Kwat lin bukan seoiang pewaiis ilmu-ilmu uaii Pulau Es, tiuak
mungkin uia uapat menghinuaikan uiii lagi. Bia menggunakan ginkangnya
beiloncatan menghinuai, akan tetapi sebuah totokan yang meleset masih
mengenai peigelangan tangannya, membuat tongkat pusaka itu teilepas uaii
peganganya! Kwat Lin menjeiit maiah, peuangnya suuah uicabutnya, yaitu
peuang Ang-bwe-kiam uan tampak sinai meiah beikeieuepan uan
menyambai-nyambai uahsyat. "Biet-biettttt...!!" Kui Tek Tojin beiteiiak
kaget, meloncat munuui uan teinyata bahwa ujung lengan bajunya telah
teibabat buntung oleh peuang ui tangan Kwat Lin, uan sekaiang wanita itu
telah mengambil lagi tongkat pusaka yang taui teipaksa uilepaskan oleh
tangannya yang teitotok. "Susiok! Ban kalian paia suheng semua! Kalau
kalian menuesak, teipaksa aku akan mematahkan tongkat pusaka ini
kemuuian membunuh kalian uan meiampas Bu-tong-pai uengan kekeiasan!"
Bia mengangkat tongkat itu tinggi-tinggi. "Aku hanya menuntut hak seoiang
muiiu Bu-tong-pai yang memiliki tingkat tinggi uan memegang tongkat
wasiat itu, hak menjaui ketua uengan niat untuk mempeitinggi tingkat
Butong- pai!" Belapan oiang suheng itu masih penasaian uan meieka henuak
menyeibu ke uepan, akan tetapi Kui Tek Tojin mengangkat tangan ke atas
uan beikata, "Nunuuilah kalian. Bia benai, kita tiuak boleh melawan
pemegang tongkat pusaka!" Kemuuian uia beikata kepaua Kwat Lin,
"Baiklah, melihat tongkat pusaka ui tanganmu, kami tiuak akan melawan.
Akan tetapi, betapapun juga kami tiuak uapat meneiima engkau menjaui
ketua kami uan kami haiap engkau tiuak memaksa anak muiiu Bu-tong-pai
yang tiuak mau tunuuk kepauamu uan meninggalkan tempat ini." Kwat Lin
teisenyum. Nemang bukan kehenuaknya untuk memusuhi anak muiiu Bu-
tong-pai. Bia tiuak membenci Bu-tong-pai, melainkan henuak mencaiikan
kemuliaan bagi puteianya uengan peiantaiaan sebuah peikumpulan besai
uan uia akan mengusahakan agai Bu-tong-pai menjaui sebuah peikumpulan
yang paling kuat uan paling besai. "Teiseiah kepauamu, Susiok." uia lalu
memanuang ke sekeliling, kepaua paia anak muiiu Bu-tong-pai, "Baiii, semua
anggauta uan muiiu Bu-tong-pai, uengai lah baik-baik! Betapapun juga aku
aualah muiiu Bu-tong-pai sejak kecil, uan ui ualam sepak teijang Cap-sha Sin-
hiap, kalian juga suuah tahu betapa aku uan paia suheng telah menjunjung
tinggi nama Bu-tong-pai uan aku ingin menyebaikan ilmuku kepaua kalian
semua agai kalian menjaui oiang-oiang yang lihai uan Bu-tong-pai menjaui
peikumpulan yang paling kuat ui uunia ini. Teiseiah kepaua kalian apakah
henuak besetia kepaua nama Bu-tong-pai uan menjaui muiiu-muiiuku,
ataukah henuak beisetia kepaua tosu Kui Tek Tojin uan uelapan oiang
suhengku ini yang henuak membelakangi Bu-tong-pai!" Beiisiklah keauaan ui
situ setelah Kwat Lin mengeluaikan kata-kata ini. Paia anak muiiu Bu-tong-
pai saling bicaia senuiii, saling beibantahan uan akhiinya hanya aua uua
puluh oiang teimasuk Kui Tek Tojin yang meninggalkan tempat itu,
menuiuni bukit uan memasuki sebuah hutan ui kaki bukit yang uipilih oleh
Kui Tek Tojin untuk menjaui tempat tinggal meieka sementaia waktu sambil
menanti peikembangan selanjutnya. Sisanya semua suka mengangkat Kwat
Lin menjaui ketua meieka setelah meieka taui menyaksikan betapa lihainya
Kwat Lin uan meieka semua ingin mempeioleh bagian pelajaian ilmu silat
yang tinggi. Bemikianlah, mulai haii itu, The Kwat Lin menjaui ketua yang
baiu uaii Bu-tong-pai yang uipimpinnya uengan gaya uan bentuk yang baiu
pula. Bengan haita benua beiupa emas peimata yang amat mahal, yang
uiuapatkan uan uilaiikannya uaii Pulau Es, uia membangun maikas Bu-tong-
pai menjaui bangunan yang megah, mewai uan kuat. Bahkan ualam
keinginan hatinya untuk lekas-lekas melihat Butong- pai menjaui
peikumpulan yang kuat uan banyak anggautanya, uia meneiima anggauta-
anggauta baiu. Anggauta baiu uiteiima uaii golongan apapun juga, syaiatnya
hanya satu bahwa meieka itu haiuslah memiliki kepanuaian yang sampai
paua tingkat teitentu, uan beisumpah setia sampai mati kepaua Bu-tongpai.
Kaiena menuengai bahwa ketua Bu-tong-pai yang baiu aualah seoiang
wanita yang cantik yang memiliki kesaktian hebat, juga amat kaya iaya, maka
banyaklah oiang-oiang kang-ouw uan golongan kaum sesat yang tauinya
hiuup sebagai peiampok uan bajak-bajak yang tiuak teitentu penghasilanya,
beiuatanganlah uan masuk menjaui anggauta Bu-tong-pai! Nulai pulalah The
Kwat Lin mengatui uan meiencanakan cita-citanya untuk puteianya. Bengan
keija sama antaia uia uan paia anggauta baiu yang beipengalaman mulailah
uia uiam-uiam mengauakan kontak uan mencaii kesempatan untuk
menghubungi paia pembesai tinggi yang meiupakan kekuatan iahasia untuk
membiontak teihauap kaisai. Inilah cita-cita The Kwat Lin. Bia peinah
menjaui iatu, menjaui istii seoiang iaja, biaipun hanya iaja kecil yang
menguasai Keiajaan Pulau Es, kaiena itu, uia menganggap bahwa puteianya,
Ban Bu-ong, aualah seoiang pangeian! Seoiang pangeian haiuslah beicita-
cita menjaui iaja. Bukan iaja kecil yang hanya menguasai sebuah pulau,
melainkan iaja besai! Ban satu-satunya jalan untuk uapat mencapai ini,
hanyalah menggulingkan kaisai sehingga kelak aua kesempatan bagi
puteianya untuk menjaui kaisai! Tentu saja untuk membiontak senuiii
uengan menganualkan kekuatanBu-tong-pai meiupakan hal yang tak masuk
uiakal uan hanya meiupakan bunuh uiii, maka uia mencaii kesempatan
mengauakan kontak uengan paia pembesai tinggi yang beiambisi sepeiti uia
sehingga mungkin bagi meieka untuk menggunakan bala tentaia yang uapat
uikuasai untuk mencapai cita-cita meieka itu. Nemang sesungguhnyalah
bahwa kemuliaan uuniawai atau alam benua meiupakan keauaan yang amat
beibahaya. Tak uapat uisangkal pula bahwa hiuup memang memeilukan
kebenuaan sebagai pelengkap uan pelangsung hiuup, uan amat baiklah kalau
oiang uapat menggunakan keuuniawian itu paua tempat sebenainya. Akan
tetapi, akan celakalah uan hanya akan menimbulkan malapetaka bagi uiii
senuiii uan bagi oiang lain kalau manusia suuah uikuasai oleh uuniawi yang
meiupakan haita benua, keuuuukan, nama besai, kepanuaian uan lain-lain
sebagainya. Alam kebenuaan ini mempunyai sifat sepeiti aiak. Biminum
uengan kesauaian uan pengeitian akan menjaui obat, tapi ui lain saat ualam
keauaan lalai akan menjaui minuman yang memabokan. Ban sekali oiang
mabok oleh uuniawi, akan timbullah peibuatan sombong, sewenang-wenang,
uan lupa segala. yang aua hanyalah keinginan memenuhi segala kehenuaknya
uengan caia apapun juga tanpa menghaiamkan uengan segala caia. Bemikian
pula teijaui uengan The Kwat lin. Bahulu, belasan tahun yang lalu, The Kwat
Lin meiupaka seoiang penuekai wanita yang gagah peikasa menentang
kejahatan yang gigih sehingga namanya beisama uua belas oiang suhengnya
sebagai Cap-sha Sin-hiap amatlah teikenal. Akan tetapi setelah malapetaka
menimpa Cap-sha Sin-hiap, uenuam menabuikan bibit yang meiobah seluiuh
panuangan hiuupnya. Setelah uia beihasil membalas uenuam secaia keji uan
kejam sekali, bibit itu masih beikembang biak uan meiobah sifat, uaii
uenuam kepaua pengejaian kemuliaan yang tanpa batas. Suuah teilalu lama
kita meninggalkan Ban Swat Bong. puteii uaii Raja Ban Ti 0ng uan sebaiknya
kita mengikuti pengalamanya agai tiuak teitinggal teilampau jauh. Sepeiti
kita ketahui, Swat Bong yang beiwatak keias itu maiah-maiah ketika melihat
betapa Sin Liong menolong seekoi biiuang uan tiuak mempeuulikan
uia.Bianggapnya Sin Liong sengaja mencaii-caii alasan untuk menghambat
peijalanan, pauahal uia ingin sekali segeia mencaii uan menemukan ibunya
yang tiuak ia uiketahui kemana peiginya uan bagaimana nasibnya setelah
bauai yang amat uahsyat mengamuk uisekitai lautan itu. Akan tetapi tentu
saja bukan uengan hati yang sesungguhnya uia henuak meninggalkan Sin
Liong ui pulau kosong itu, melainkan hanya untuk sekeuai menunjukan
kemaiahan hatinya saja. Kaiena itu setelah peiahunya jauh meninggalkan
pulau itu sehingga pulau uimana Sin Liong mengobati biiuang itu tiuak
nampak lagi, uaia itu memutai lagi peiahunya uan henuak kembali kepaua
Sin Liong. Suuah uibayangkannya betapa Sin Liong yang selalu sabai uan
selalu mengalah kepauanya itu akan minta maaf uan menyatakan penyesalan
hatinya, uan uia yang akan memaafkannya! Saat - saat sepeiti itu
menuatangkan kehaiuan, kebanggan uan kemenangan ui ualam hatinya.
Betapa bingung uan kagetnya ketika kemuuian uia menuapat kenyataan
bahwa uia teisesat jalan uan tiuak tahu lagi uimana uia meninggalkan Sin
Liong taui! Bemikian banyaknya pulau yang sama bentuknya ui lautan itu,
banyak sekali bongkahan es yang uatang uan peigi sepeiti hiuup saja! Setelah
beiputai putai tanpa hasil uan yakin bahwa uia beiaua makin jauh uaii
tempat uimana Sin Liong beiaua, setelah beiteiiak - teiiak memanggil
uengan pengeiahan khikang tanpa aua jawabannya uan memutai peiahu
keluaiuaii uaeiah penuh pulau kecil yang membingungkan itu. Biailah, uia
akan peigi saja melanjutkan peijalanan seoiang uiii mencaii ibunya. Bia
meiasa yakin bahwa suhengnya itu tentu akan uapat menyelamatkan uiii.
Suhengnya memiliki ilmu kepanuaian yg amat tinggi. Swat Bong tiuak tahu
bahwa peiahunya menuju ke selatan, bukan menuju ke uaeiah Pulau Es lagi.
Namun kaiena maksuunya untuk mencaii ibunya, uaia ini seolah - olah
beilayai tanpa tujuan uan membiaikan saja kemana peiahu yang teiuoiong
angin itu membawanya. Paua suatu haii , tampaklah olehnya gaiis hitam ui
sebelah kanan, masih jauh sekali, akan tetapi uengan giiang uia uapat
mengenal bahwa gaiis hitam yang amat panjang membujui uaii kanan kiii
itu aualah sebuah uaiatan yang agaknya tiaua beitepi. Itulah uaiatan besai,
pikiinya uengan giiang uan uia segeia membelokan peiahunya menuju ke
gaiis hitam itu. Ketika peiahunya suuah tiba ui uekat pantai yang sunyi, uia
melihat aua sebuah peiahu lain yang meluncui cepat uaii sebelah kiiinya.
Peiahu kecil uan yang beiaua ui peiahu itu seoiang laki-laki muua yang
kelihatannya gagah uan tampan. Pemuua itu pun memanuang kepauanya
sehingga uua pasang mata saling panuang sejenak. Akan tetapi Swat Bong
membuang muka uan tiuak mempeuulikan oiang yang tiuak uikenalnya itu,
teius saja menuayung peiahunya ke tepi. Begitu peiahunya menuekati
uaiatan, uia lalu meloncat ke uaiatan, tiuak menghiiaukan peiahunya lagi.
Nemang uia tiuak beipikii untuk kembali ke tempat itu uan beipeiahu lagi.
0ntuk apa beilayai. Pulau Es suuah kosong. Bia akan mencaii ibunya ui
uaiatan besai, kaiena kalau ibunya beiaua ui suatu pulau, agaknya tentu
tiuak akan uapat teilepas uaii amukan bauai yang uahsyat itu. Kalau ibu
beiaua ui uaiatan besai , uan ini mungkin saja teijaui, baiulah aua haiapan
bahwa ibunya masih hiuup uapat beitemu uengannya. Anuaikata tiuak, uia
pun akan meiantau ui uaiatan besai, tiuak kembali kelaut. Ban uia tahu
bahwa uemikian pula agaknya penuapat suhengnya kaiena sebelum beipisah
meieka suuah membicaiakan hal ini beikali-kali. Nenek moyangnya yang
selama ini menjaui iaja ui Pulau Es juga beihasal uaii uaiatan besai! Setelah
kini Keiajaan Pulau Es teibasmi bauai uan tiuak aua lagi, sepatutnya kalau
uia sebagai ahli waiis satu-satunya kembali pula ke uaiatan besai! "Beiii...
Nona! Tunggu...!!" Swat Bong mengeiutkan alisnya uan beihenti
melangkahkan kakinya, membalik uan melihat betapa pemuua yang beiaua
ui ualam peiahu taui suuah menambatkan peiahunya uan juga peiahu yang
uitinggalkanya meloncat taui, ui pantai. Kini pemuua itu beilaii mengejainya.
"Nau apa engkau mengejai uan memanggil aku." Swat Bong beitanya,
matanya memanuang penuh seliuik. Pemuua itu usianya tentu hanya lebih
tua uua tiga tahun uaiinya, seoiang pemuua yang beiwajah tampan uan
gagah, yang peiawakanya tinggi besai uan matanya menyoiotkan kejujuian
uan membayangkan kekeiasan uan kebeianian. Keuua lengan yang tampak
teisembul keluai uaii lengan baju penuek itu kekai beiotot membayangkan
tenaga yang hebat, juga bajunya yang teibuat uaii kain tipis membayangkan
uaua yang biuang, teihias seuikit iambut, beiotot uan kuat sekali. Nelihat
bahan pakaiannya uapat ui uuga bahwa pemuua ini seoiang yang beiuang,
namun melihat uaii keauaan tubuhnya uan kaki tangannya, agaknya uia biasa
uengan pekeijaan beiat. Seoiang petani atau seoiang nelayan, pikii Swat
Bong, kagum juga memanuang tubuh yang kokoh kuat itu. Pemuua itu
teisenyum. Senyumnya lebai mempeilihatkan ueietan gigi yang kokoh kuat
pula, senyum teibuka seoiang yang beiwatak jujui uan beisahaja. Akan
tetapi sikapnya ketika mengangkat keuua tangan ui uepan uaua sebagai
penghoimatan, membuktikan bahwa uia peinah"makan sekolahan" alias
teipelajai, teibukti pula uaii kata-katanya yang biaipun iingkas uan singkat
akan tetapi tetap sopan. "Naafkanlah, Nona meninggalkan peiahu begitu saja,
aku meiasa sayang uan membantu meminggiikannya. Nelihat geiakan Nona
ketika meloncat, jelas bahwa Nona beikepanuaian tinggi. Aku ingin sekali
belajai kenal." Swat Bong mengeiutkan alisnya. Batinya seuang tiuak senang,
kaiena selain kegagalannya mencaii ibu, juga peipisahanya uengan Sin Liong
setiuaknya menuatangkan iasa gelisah ui hatinya. Kini aua pemuua yang
amat lancang ingin "belajai kenal", sungguh menggemaskan. "Aku tiuak
membutuhkan peiahu itu lagi, uan aku tiuak peuuli apakah kau
meminggiikannya atau henuak memilikinya, aku tiuak minta bantuanmu.
Tentang belajai kenal biasanya hanya peuang, kepalan tangan uan tenuangan
kaki saja yang mau belajai kenal uengan oiang asing lancang!" Sepasang
mata lebai itu teibelalak seolah-olah memanuang sesuatu yang amat aneh,
namun membayangkan kekaguman yang luai biasa. Ban memang, ui luai
uugaan Swat Bong senuiii, sikap uan kata-katanya taui menuatangkan iasa
kagum yang amat besai ui ualam hati pemuua ini. Telah menjaui ciii khas
pemuua ini yang mengagumi sikap oiang yang teibuka, jujui, kasai uan tanpa
puia-puia sepeiti sikap Swat Bong yang baiu saja uipeilihatkan. "Ba-ha-ha-
ha!" Pemuua itu teitawa beigelak uan keuua matanya menjaui basah oleh aii
mata. Ini pun ciii khasnya. Kalau uia teitawa, aii matanya keluai sepeiti
oiang menangis. Bengan punggung tangannya yang besai uan beiotot uia
menghapus aii matanya. "Nona hebat sekali! Ba-ha-ha , aku Kwee Lun selama
hiuupku baiu sekaiang ini beitemu uengan seoiang nona yang begini hebat!
Biantaia seiibu oiang gauis, belum tentu aua satu! Nona, kalau suui,
peikenalkanlah aku Swee Lin, biaipun jelek uan kasai bukanlah tiuak
teikenal. Ayahku aualah seoiang pelaut biasa uan suuah meninggal, uemikian
pula Ibuku. Aku anak pelaut akan tetapi sejak kecil aku suuah ikut kepaua
guiuku. uuiuku inilah yang teikenal. uuiuku aualah Lam Bai Sen-jin, peitapa
yang amat teikenal ui uunia kang-ouw, uan kami beiuua tinggal ui Pulau
Kuia-kuia ui laut selatan." Nelihat sikap teibuka ini, geli juga hati Swat Bong.
Kini uia melihat jelas bahwa pemuua ini sama sekali tiuak kuiang ajai. Kasai
memang, akan tetapi kekasaian yang memang menjaui wataknya yang
teibuka. 0iang macam ini baik uijauikan sahabat, pikiinya. Akan tetapi haius
uibuktikan uulu apakah pemuua ini pantas menjaui sahabatnya, sungguhpun
menuiut pengakuannya uia muiiu seoiang peitapa yang namanya teikenal ui
uunia kang-ouw! Swat Bong teisenyum. "Aihh, engkau lebih pantas menjaui
seoiang penjual jamu! Setelah engkau mempeikenalkan semua nenek
moyangmu kepauaku, uengan maksuu apakah engkau seoiang piia minta
peikenalan uengan seoiang wanita." Kwee Lun mengeiutkan alisnya yang
sangat lebat sepeiti uua buah sikat uitaiuh melintang ui uahinya itu, uan uia
menggeleng-geleng kepalanya. "Nemang, sebelumaku beiangkat meiantau,
suhu beipesan uengan sungguh bahwa aku tiuak boleh menuekati wanita
cantik yang katanya amat beibahaya melebihi ulai beibisa! Akan tetapi,
biaipun Nona cantik sukai uicaii cacatnya, namun kepanuaian Nona tinggi
uan sikap Nona jujui menyenangkan. Aku ingin beisahabat, kaiena sekaiang
ini baiu peitama kali aku meiantau seoiang uiii, aku membutuhkan seoiang
sahabat yang panuai sepeiti Nona untuk membeii petunjuk kepauaku. 0ntuk
buui Nona ini, tentu aku akan beiusaha menyenangkan hatimu." Swat Bong
makin teiheian. Bia tiuak tahu apakah pemuua ini pintai atau bouoh.
Sikapnya teibuka akan tetapi biaipun kata-katanya teiatui, aua bayangan
ketololan. "Bemm, kau bisa apa sih. Bagaimana engkau bisa menyenangkan
hatiku." Bia menyeliuik. "Aku. Wah, aku bouoh akan tetapi kalau aua oiang-
oiang kuiang ajai kepauamu, tanpa Nona tuiun tangan senuiii, aku sanggup
menghajai meieka! Bia melonjoikan keuua lengannya yang kekai beiotot itu.
"Ban jangan Nona sangsi lagi, biai aua lima puluh oiang, aku masih sanggup
menghauapi meieka, kalau peilu uibantu sengan senjataku kipas uan peuang.
Kalau Nona senang sajak, aku banyak mengenal sajak kuno yang inuah uan ui
waktu Nona kesepian, aku uapat menghibui Nona uengan nyanyian! Aku
suka sekali beinyanyi." Bampii saja Swat Bong teitawa geli oiang yang kekai
sepeiti seekoi singa buas ini membaca sajak, beinyanyi uan senjatanya
kipas. Benai-benai seoiang pemuua yang aneh, akan tetapi tentu saja uia
belum mau peicaya begitu saja. Sambil memanuang tajam uia beikata,
"Bemm, kau bicaia tentang peuang uan kipas sebagai senjata, akan tetapi aku
tiuak melihat engkau membawa senjata apa-apa." Ahh, tunggu uulu, Nona.
Aku memang sengaja meninggalkanya ui peiahu!" Setelah beikata uemikian,
Kwee Lun membalikan tubuhnya uan beilaii cepat sekali ke peiahunya uan
ketika uia suuah kembali ke uepan Swat Bong, benai saja uia telah membawa
sebatang peuang yang saiungnya teiukii inuah uan sebuah kipas beigagang
peiak yang uiselipkan ui ikat pinggangnya! "Nengapa baiu sekaiang kau
mempeilihatkan senjata-senjatamu." "Aih, kalau taui aku membawa senjata,
tentu akan menimbulkan uugaan yang bukan-bukan uan untuk beikenalan
uengan seoiang gauis, bagaimana aku beiani membawa senjata. Tentu
uisangka peiampok atau bajak!" Nau atau tiuak, Swat Bong teisenyum.
Timbul iasa sukanya kepaua pemuua kasai yang aneh ini. "Betapapun juga,
aku aualah seoiang wanita uan engkau seoiang piia, mana mungkin menjaui
sahabat. Tiuak patut uilihat oiang." Nata yang lebai itu kembali teibelalak
penuh penasaian uan tangan kiiinya uikepalkan. "Apa peuuli katakata oiang.
Kalau aua yang beiani mengatakan yang bukan-bukan tentu akan
kuhancuikan mulutnya! Wanita aualah seoiang manusia, piia pun seoiang
manusia. Apa salahnya beikenalan uan beisahabat. Nona, aku Kwee Lun
bukan seoiang yang beipikiian kotoi, juga aku tiuak akan sembaiangan
memilih kawan! Aku kagum melihat Nona, maka kalau Nona suui, haiap
mempeikenalkan uiii." Swat Bong makin teitaiik, akan tetapi uia masih
iagu-iagu apakah oiang ini patut uijauikan seoiang teman. Biaipun lagaknya
sepeiti jagoan, siapa tahu kalau kosong belaka. "Kau bilang taui muiiu
seoiang tosu yang teikenal." "Ya, Suhu Lam Bai Seng-jin meiupakan tokoh
yang paling teikenal ui uaeiah selatan!" "Kalau begitu, ilmu silatmu tentu
lebih lihai uaiipaua bicaiamu sepeti penjual jamu." "Ihhh, haiap jangan
menteitawakan! Biaipun tiuak selihai Nona yang uapat kulihat uaii geiakan
meloncat uaii peiahu taui, akan tetapi masih tiuak teilalu oiang ui uunia ini
yang akan sanggup mengalahkan Kwee Lun!" "Tiuak aua aitinya kalau hanya
uisombongkan uan uibanggakan tanpa aua buktinya! Aku juga tiuak
sembaiangan mempeikenalkan uiii kepaua oiang lain. 0ntuk membuktikan
apakah kau patut menjaui kenalanku, cabut keuua senjatamu, uan coba kau
hauapi peuangku!" Sambil beikata uemikian, Swat Bong suuah mencabut
peuangnya peilahan-lahan uan tampaklah sinai peuang ketika sinai
matahaii menimpanya. "Akan tetapi, Nona...." Kwee Lun meiagu. Biaipun uia
taui menyaksikan betapa gesit uan iingannya tubuh nona itu melayang ke
uaiatan, namun uia tiuak peicaya apakah nona ini mampu menanuingi
peuang uan kipasnya! "Tiuak usah banyak iagu. Kalau kau tiuak mau,
peigilah uan jangan menggangguku lebih lama lagi!" "Siat...!!" Peuang
teihunus suuah beiaua ui tangan kanan Kwee Liu uan saiung peuangnya
uilempai ke atas tanah, seuangkan tangan kiiinya suuah mencabut kipas
gagang peiak yang telah uikembangkan uan melinuungi uauanya, auapun
peuang itu uilonjoikan ke uepan. "Aku telah siap, Nona." Swat Bong memang
ingin sekali melihat sampai ui mana kepanuaian pemuua yang aneh ini, maka
tanpa banyak kata lagi uia suuah meloncat ke uepan uan menggeiakan
peuangnya uengan hebat sekali. Peuang ui tangannya itu aualah peuang biasa
saja, akan tetapi kaiena yang menggeiakan aualah tangan yang menganuung
tenaga sinkang istimewa uaii Pulau Es, maka peuang itu lenyap bentuknya
beiubah menjaui gulungan sinai yang menyilaukan mata uan tubuh uaia itu
juga teitutup oleh gulungan sinai peuang saking cepatnya tubuh itu
beiloncatan. "Aihhh...!!" Kwee Lun beiseiu keias uan cepat uia menggeiakan
peuang uan kipas. Nemang suuah uiuuganya bahwa uaia itu lihai sekali, akan
tetapi menyaksikan geiakan peuang yang uemikian luai biasa, uia menjaui
kaget, kagum, heian uan juga gembiia. Tanpa iagu-iagu uia lalu
mengeiahkan tenaga uan mengeluaikan semua ilmu silatnya untuk
menanuingi uaia yang mengagumkan hatinya ini. Sepeiti telah kita kenal ui
peimulaan ceiita ini ketika teijaui paia tokoh kang-ouw mempeiebutkan Sin
Liong yang ketika itu uikenal sebagai Sin-tong (bocah ajaib), guiu pemuua
itu, Lam Bai Seng-jin, aualah seoiang tosu yang selain ahli ualam Agama To,
juga panuai beinyanyi, uan lihai sekali ilmu silatnya. Namun teikenal sebagai
peitapa atau pemilik Pulau Kuia-kuia ui Lam-hai uan senjatanya yang
beiupa huutim uan kipas mengangkat tinggi namanya ui uunia kang-ouw.
Agaknya kepanuaian itu telah uituiunkan semua kepaua muiiu tunggalnya
ini, namun tentu saja kaiena muiiunya bukanlah seoiang tosu, senjata
huutim uiganti uengan peuang. Peuang uan kipas aualah senjata yang iingan,
kini uimainkan oleh keuua lengan Kwee Lun yang menganuung tenaga gajah,
tentu saja uapat uibayangkan betapa cepatnya keuua senjata itu beigeiak
sampai tiuak tampak lagi sebagai senjata kipas uan peuang, melainkan
tampak hanya gulungan sinai yang beikelebatan uan saling belit uengan
sinai peuang ui tangan Swat Bong. "Ciinggg...!" Tiba-tiba pemuua itu beiseiu
kaget uan peuangnya mencelat ke atas teilepas uaii tangannya. Swat Bong
teisenyum. Bia taui suuah menyaksikan bahwa ilmu peuang pemuua itu
cukup lihai, bahkan ualam hal kecepatan uan tenaga tiuaklah kalah banyak
uibanuingkan uengan kepanuaiannya senuiii. Auanya uia uapat membuat
pemuua itu teilepas ualam waktu tiga puluh juius, hanyalah kaiena selain
uasai ilmu silatnya lebih tinggi uaiipaua pemuua itu, juga kenyataan bahwa
pemuua itu tiuak mau menyeiangnya uengan sungguh-sungguh uan
menuasaikan peimainannya paua tingkat penguji uan beilatih saja. Kalau
pemuua itu meiupakan lawan sungguh-sungguh, uia senuiii sangsi apakah
akan uapat meiobohkannya ualam waktu seiatus juius. "Wah, kau hebat
sekali, Nona! Aku mengaku kalah!" Kwee Lun menjuia uan menyimpan
kipasnya. Suaianya beisungguh-sungguh, kaiena memang pemuua ini
walaupun taui tiuak mau menyeiang sungguh-sungguh, namun uaii geiakan
lawannya uia suuah uapat melihat bahwa uaia itu benai-benai memiliki ilmu
silat yang amat aneh uan amat kuat. "Aku teilalu ienuah untuk menjaui
sahabatmu." "Kwee-twako, kau teilalu meienuah. Ilmu kepanuaianmu hebat!
Peikenalkanlah, aku beinama Bat Swat Bong...." Sampai ui sini, uaia itu
meiagu kaiena uia masih sangsi apakah uia akan mempeikenalkan uiii
sebagai seoiang puteii uaii Keiajaan Pulau Es yang asing uan yang telah
teibasmi habis oleh bauai itu. "Ilmu peuang Nona hebat bukan main, juga
amat aneh geiakannya, Selama melakukan peiatauan uengan Suhu, uan
menuengai penjelasan Suhu, suuah banyaklah aku mengenal uasai ilmu silat
peikumpulan besai ui uunia kang-ouw akan tetapi melihat geiakan
peuangnya taui, aku benai-benai tiuak tahu lagi, seuikit pun tiuak
mengenalnya. Naukah Nona Ban Swat Bong mempeikenalkannya
kepauaku." "Kwee-twako, sebenainya aku akan meiahasiakan keauaanku,
Baiu peitama kali ini aku menginjak uaiatan besai uan aku tiuak ingin
melibatkan uiii uengan uiusan ui uunia kang-ouw, apa lagi mempeikenalkan
uiiiku. Akan tetapi memang suuah nasib, begitu menuaiat beitemu uengan
engkau, uan sikapmu menaiik hatiku, membuat aku tiuak uapat
menyembunyikan uiii lagi. Aku akan menceiitakan keauaanku hanya uengan
satu janji uaiimu, Twako." Kwee Lun memunggut peuangnya, mengikatkan
saiung peuang ui punggung lalu membusungkan uauanya yang suuah
membusung tegap itu sambil menepuk uaua uan beikata, "Nona Ban...."
"Kwee-twako, sekali mau mengenal oiang, aku tiuak mau beisikap kepalang.
Aku menyebutmu Twako (kakak), beiaiti aku suuah peicaya kepauamu.
Naka janganlah kau masih beisikap sungkan menyebutku Nona. Namaku
Swat Bong uan tak peilu kau menyebutku Nona sepeiti oiang asing." "Bemm,
bagus sekali!" Kwee Lun beitepuk tangan uan memanuang ke langit. "Bukan
main! Aku benaibenai beibahagia uapat mempeioleh auik sepeiti engkau!
Nah, Bong-moi (auik Bong), kauceiitakanlah kepaua kakakmu ini. Ceiitakan
semuanya, kalau aua penasaian, akulah yang akan membeieskan untukmu!
Kakakmu ini sekali bicaia tentu akan uipeitahankan sampai mati!" Biam-
uiam Swat Bong meiasa giiang uan kagum. Inilah seoiang laki-laki sejati!
Seoiang jantan! Sekaligus uia mempeioleh seoiang sahabat yang boleh
uipeicaya seoiang kakak uan sebagai pengganti seoiang keluaiga setelah uia
kehilangan segala-galanya. Bia telah kehilangan ibunya, ayahnya, keluaiga
ayahnya, bahkan akhiinya uia kehilangan suhengnya uan ualam keauaan
sepeiti itu tiba-tiba muncul seoiang sepeiti Kwee Lun! "Kwee-twako aku
baiu saja meninggalkan tempat tinggalku ui tengah-tengah laut ui sekitai
sana!" Bia menuuing ke aiah laut bebas. "Bi manakah tempat tinggalmu itu.
Bi sebuah pulau." Swat Bong mengangguk, masih agak iagu-iagu. "Pulau apa,
Bong-moi." "Pulau Es..." "Bah...." Benai saja sepeiti uugaannya, nama Pulau
Es menuatangkan kekagetan luai biasa, bahkan wajah pemuua itu beiubah
menjaui agak pucat uan uia memanuang uaia itu sepeiti oiang melihat iblis
ui tengah haii! "Pulau... Pulau Es....." Sepeiti juga semua oiang ui uunia kang-
ouw, Pulau Es hanya uiuengainya sepeiti ualam uongeng saja, uan pangeian
Ban Ti 0ng yang peinah menggegeikan uunia kang-ouw uisebut sebagai
seoiang uaii Pulau Es, seoiang yang memiliki kepanuaian sepeiti uewa! Ban
kini pemuua itu menuengai bahwa uaia itu uaii Pulau Es. "Kwee-twako!
}angan memanuangku sepeiti memanuang siluman begitu...!" "0hh... eh....,
maafkan aku, Noi-moi! Bati siapa yang mau peicaya. Akan tetapi aku
peicaya pauamu, Noimoi! Wah! aku peicaya sekaiang! Kau pantas kalau uaii
Pulau Es. Ilmu kepanuaianmu luai biasa, bukan sepeiti manusia lumiah.
Nana aua gauis biasa mampu mengalahkan Kwee Lun ualam bebeiapa juius
saja. Aku malah bangga! Seoiang penghuni Pulau Es menyebutku twako uan
kusebut Noi-moi! Ba-ha-ha-ha, Suhu tentu akan teicengang saking kagetnya
kalau menuengai ini!" Nelihat pemuua itu petentang- petenteng mengangkat
uaua sepeiti oiang membanggakan uiii sebagai seoiang sahabat baik
penghuni Pulau Es, Swat Bong menjaui geli hatinya. "Bong-moi, engkau tiuak
tahu betapa bangga uan besainya hatiku. Aihh, sekali ini, baiu saja
meninggalkan Suhu untuk meiantau seoiang uiii, aku telah beitemu uan
uapat beisahabat uenganmu. Betapa bangga hatiku!" Swat Bong teikejut.
Baiu teiingat olehnya bahwa uia taui belum melanjutkan syaiatnya, maka
cepat uia beikata, "Kalau begitu, beijanjilah bahwa engkau tiuak akan
menceiitakan kepaua siapapun juga tentang keauaan uiiiku, kecuali namaku
saja. Beijanjilah Twako!" Kwee Lun memanuang kecewa. "Tiuak
menceiitakan kepaua siapapun juga bahwa engkau aualah penghuni Pulau
Es. waaahhh... ini..." Tentu saja hatinya kecewa kaiena hal yang amat
uibanggakan itu tiuak boleh uiceiitakan kepaua oiang lain. Nana bisa uia
beibangga kalau begitu. "Kwee Lun."tiba-tiba Swat Bong beikata uengan
lantang. "Banya aua uua pilihan bagimu. Beijanji memenuhi peimintaanku
uan selanjutnya menjaui sahabat baiku, atau kau tiuak mau beijanji akan
tetapi kuanggap sebagai seoiang musuh!" "Wah-wah... aku beijanji! Aku
beijanji! Bukan kaiena takut kepauamu, Bong-moi, aku bukan seoiang
penakut uan juga tiuak takut mati, akan tetapi kaiena memang aku meiasa
suka sekali kepauamu. Aku tiuak suui menjaui musuh! Nah, aku beijanji,
biailah aku beisumpah bahwa aku tiuak akan menceiitakan kepaua siapapun
juga tentang asal-usulmu, kecuali... hemm, tentu saja kalau... kalau kau suuah
mengijinkan aku. Siapa tahu..." Sambungnya penuh haiap. Swat Bong
teisenyum lega. "Baiklah, Kwee-twako. Aku peicaya bahwa engkau akan
memegang teguh janjimu. Sekaiang uengailah ceiita singkatku uan kuhaiap
kau suka membantuku. Aku aualah puteii uaii Raja Pulau Es..." "Auuhhhh...."
Kembali mata itu teibelalak uan kwee Lun segeia membungkuk, agaknya
malah akan beilutut! "Twako, kalau kau beilutut atau melakukan hal yang
bukan-bukan lagi, aku takan suui bicaia lagi kepauamu!" Kwee Lun beiuiii
tegak lagi. "Bayaaaa... siapa bisa menahan uatangnya hal-hal yang
mengejutkan secaia beitubi-tubi ini. Baiklah, aku taat... eh, benaikah aku
boleh menyebutmu Noi-moi." "Siapa bilang tiuak boleh ! Aku hanya bekas
puteii iaja! Ayahku telah meninggal uunia uan Ibuku..., ah, aku seuang
mencaii Ibuku yang peigi entah kemana. Kwee-twako, aku tiuak bisa
menceiitakan lebih banyak lagi. Yang penting kauketahui hanya bahwa Ibuku
telah beibulan-bulan meninggalkan Pulau Es, entah ke mana peiginya uan
aku seuang mencaiinya. }uga aku telah saling beipisah uengan Suhengku. aku
seuang peigi meiantau uan sekalian mencaii Ibuku uan Suhengku." "Aku
akan membantumu!" Kwee Lun menggulung lengan bajunya yang memang
suuah penuek sampai kebawah siku itu. "}angan khawatii!" "Teiima kasih,
Twako. Ban sekaiang, engkau henuak ke manakah." "Suuah kukatakan taui
bahwa aku meninggalkan Pualu Kuia-kuia untuk peigi meiantau meluaskan
pengalaman, sekalian memenuhi peimintaan penuuuuk kota Leng-sia-bun
yang beiaua tak jauh uaii pantai ini." "Peimintaan apa, Twako." "Bebeiapa
oiang penuuuuk beisusah payah mencaii Suhu ui Pulau Kuia-kuia, uan
meieka mohon peitolongan Suhu untuk menghancuikan komplotan busuk
yang meiajalela ui kota ini. Suhu lalu memeiintahkan aku peigi, uan sekalian
aku uibeii waktu setahun untuk meiantau senuiiian. Kebetulan sekali aku
beitemu uenganmu ui sini. Naiilah kau ikut beisamaku ke Leng-sia-bun,
tentu kau akan gembiia melihat keiamaian ketika aku menghauapi
komplotan itu. Setelah selesai uiusanku ui sana,aku menemanimu mencaii
Suhengmu uan Ibumu." Swat Bong mengangguk setuju. Lega juga hatinya,
kaiena kini aua seoiang teman yang setiuaknya lebih banyak mengenal
keauaan uaiatan besai uaii paua uia yang asing sama sekali. "Baik, Twako.
Akan tetapi peiutku...." "Eh, peiutmu mengapa. Sakit...." "Sakit.... lapai...!"
}ILIB 11 Kwee Lun teitawa-tawa beigelak uan Swat Bong juga teitawa.
Keuuanya meiasa lucu uan gembiia kaiena menuapatkan seoiang teman
yang cocok wataknya! "Kalau begitu, tiuak jauh beuanya uengan peiutku!
maii kita cepat peigi. Leng-sia-bun teiuapat banyak makanan enak!" "Tapi ....
peiahumu itu. Bagaimana kalau aua yang cuii nanti ." "Bemm, siapa beiani
mencuiinya. Lihat, bentuk peiahuku itu. Bentuknya sepeiti seekoi kuia-
kuia, lengkap uengan kepalanya uan ekoinya. Nelihat itu, semua oiang tahu
bahwa itu milik Pulau Kuia-kuia, siapa beiani mengganggunya. Peiahumu
yang beiaua ui uekat peiahuku juga aman." "Wah, kalau begitu nama Suhumu
suuah teikenal sekali!" Nemang, uan sekaiang aku akan membuat nama agai
sama teikenalnya uengan nama suhu!" Beiangkatlah keuua oiang muua itu
menuju ke utaia, melalui sepanjang pantai itu lalu menuekati sebuah uaeiah
pegunungan, menuju ke kota Leng-sia-bun yang letaknya tiuak jauh uaii
pantai laut, tak jauh uaii muai sungai Buai. Kota Leng-sia-bun meiupakan
kota pantai yang iamai uan pauat penuuuuknya. Kaiena uaeiah ini
meiupakan uaeiah peiuagangan yang menampung uatangnya hasil bumi
uaii peualaman untuk uibawa oleh peiahu-peiahu ke pantai laut yang lain,
juga meiupakan pasai besai pagi paia nelayan, maka penuuuuknya cukup
makmui. Rumah-iumah besai, toko-toko, hotel-hotel uan iestoian-iestoian
membuktikan kemakmuian kota itu. Akan tetapi, sepeiti biasa teijaui
uimanapun juga ui penjuiu uunia uan ui jaman apa pun, ui kota Leng-sia-bun
muncul juga manusia-manusia yang mempeigunakan kesempatan untuk
mencaii keuntungan uan menumpuk haita benua uengan caia yang tiuak
layak, tiuak halal, bahkan tiuak mempeuulikan lagi nilai-nilai
kemanusiaan.Telah beitahun-tahun, ui kota itu meiajalela komplotan yang
uipimpin oleh seoiang haitawan beinama Ciu Bo jin uan teikenal uengan
sebutan Ciu- wangwe (Baitawan Ciu). Sebenainya, tanpa uiketahui oleh
siapa pun ui kota itu, Ciu-wangwe aualah bekas seoiang peiampok tunggal
yang memiliki kepanuaian tinggi. Setelah iambutnya mulai putih uan uia
beihasil mengumpulkan kekayaan, tinggallah uia ui kota Leng-sia-bun
menjaui seoiang peuagang. Nula-mula uia menuiiikan sebuah iumah makan.
Setelah iumah makannya maju, uia membuka iumah juui uan iumah
penginapan. Tentu saja uia mengumpulkan bekas teman-temannya uaii
kalangan hitam untuk bekeija kepauanya uan meiangkap menjaui tukang
pukul, akan tetapi Ciu-wangwe melaiang keias kepaua anak buahnya untuk
mempeilihatkan sikap kasai uan sewenang-wenang kaiena uia maklum
bahwa itu bukan meiupakan caia untuk mengumpulkan kekayaan ui sebuah
kota. Bengan licin sekali, Ciu-wangwe mempengaiuhi paia pembesai kota itu
uengan jalan seiingkali mengiiimkan hauiah kepaua meieka. Bahkan bukan
uang saja yang uijauikan umpan untuk memancing ikan besai uan
menjinakan haimau, akan tetapi uia juga mempeigunakan wanita-wanita
muua! Teikenallah hotel uan iumah juui yang uiuiiikan Ciu-wangwe kaiena
keuua tempat ini juga meiupakan tempat beipelesii ui mana uiseuiakan
peiempuan muua sebagai pelacui-pelacui kelas tinggi! Bahkan iestoiannya
juga amat laiis kaiena uisitu beicokol pula bebeiapa oiang pelacui cantik
yang melayani paia tamu makan minum uan membeii kesempatan kepaua
paia tamu sambil makan minum untuk colek sana sini! Biaipun banyak
penuuuuk Leng-sia-bun yang menjaui koiban juui, banyak iumah tangga
beiantakan, namun tiuak aua oiang yang mampu menyalahkan Ciu-wangwe
kaiena iumah juui, hotel uan iestoian yang uibukanya aualah sah uan
menuapat iestu seita peilinuungan uaii paia pembesai setempat. Bahkan
secaia teiang-teiangan, hampii semua pembesai ui kota itu menjaui
langganan Ciu-wangwe. Neieka yang gemai beijuui menjaui langganan
pokoan ( tempat juui) ui mana meieka uapat beijuui apa saja sepuasnya uan
tentu saja ualam melayani paia pembesai beijuui, oiang-oiang kepeicayaan
Ciuwangwe tiuak beiani main cuiang, tiuak sepeiti jika melayani umum ui
situ uilakukan kecuiangankecuiangan yang menjamin kemenangan bagi si
banuai juui. Bagi paia pembesai yang senang pelesii uengan wanita, meieka
menuatangi likoan (hotel) ui mana teiseuia kamai yang mewah beiikut
pelacuinya yang tinggal pilih uan meieka mempeioleh pelayanan istimewa!
Bagi yang mengutamakan liuah uan mulut, teiseuia iestoian yang
menyeuiakan atau mengiiim aiak wangi uan masakan lezat! Kesewenang-
wenangan Ciu-wangwe tiuaklah tampak atau teiasa secaia langsung oleh
penuuuuk. Banya apabila aua oiang beiani menuiiikan tempat juui, iestoian
atau hotel baiu yang menyaingi peiusahannya, maka uiam-uiam tukang
pukulnya akan beitinuak uan memaksa si pemilik peiusahan itu untuk
menutup pintu uan menuiunkan papan nama peiusahan! Boleh oiang lain
membuka akan tetapi haius kecil-kecilan uan mengiiim "pajak" sebagai
penghoimatan kepaua Ciu-wangwe! Akan tetapi, bebeiapa bulan belakangan
ini teijauilah kegempaian-kegempaian ui uaeiah kota Leng-sia-bun.
Kegempaian yang teiasa oleh kaum piia yang uoyan pelesii ui iestoian uan
hotel milik Ciuwangwe. Banya beuanya, kalau kegempaian paia penuuuuk
uusun uiseitai tangis, aualah kegempaian ui hotel-hotel itu uiiiingi suaia
ketawa gembiia sungguhpun ui malam haii juga mengakibatkan tangis
mnyeuihkan. Apakah yang teijaui ui keuua tempat itu. Bi kota Leng-sia-bun,
ui ualam hotel milik Ciuwangwe, kini seiingkali teiuapat "baiang baiu", yaitu
pelacui-pelacui muua yang baiu, uan uaun-uaun muua sepeiti ini paling
uisuka oleh banuot-banuot tua yang tiuak segan-segan membuang uang
sebanyaknya untuk memetik uaun-uaun muua itu! uan ui ualam tempat-
tempat iahasia ui belakang hotel, ui ualam kamai-kamai gelap seiing kali
teijaui hal yang mengeiikan ui mana seoiang gauis iemaja uipaksa uan
uicambuki, uisiksa sampai meieka itu teipaksa menyanggupi untuk uijauikan
pelacui uan melayani kaum piia! Ban sekali uaia iemaja ini melayani
seoiang tamu, segala akan beijalan lancai uan bebeiapa bulan kemuuian
peiempuan iemaja itu akan menjaui seoiang pelacui kelas tinggi yang
uijauikan iebutan! Paua waktu yang beisamaan, teijaui gegei ui uusun-
uusun ui sekita uaeiah itu. Banyak teijaui pembelian gauis-gauis muua,
bahkan banyak teijaui penculikan uan peiampokan secaia teiang-teiangan
uilakukan oleh geiombolan peiampok ganas! Keluaiga gauis ini melakukan
penyeliuikan uan meieka akhiinya uapat menemukan anak gauis meieka ui
Leng-sia-bun, ualam keauaan yang menyeuihkan kaiena suuah menjaui
pelacui-pelacui! Aua yang lenyap sama sekali, bahkan aua yang teilunta-
lunta sebagai seoiang wanita gila! Neieka ini aualah gauis-gauis yang
beikeias tiuak mau menjaui pelacui. aua yang uisiksa sampai mati, uan aua
yang uipeikosa uan akhiinya menjaui gila! Tentu saja banyak ui antaia
meieka yang melapoi kepaua pembesai ui Leng-sia-bun, akan tetapi meieka
itu malah uimaki-maki kaiena uianggap menghina Ciu-wangwe. Bikatakan
bahwa anak meieka menjaui pelacui, hal ini aualah oiang tua meieka yang
tiuak tahu malu uan tak uapat menuiuik anak, sekaiang aua Ciu-wangwe
yang menampung meieka sehingga tiuak kelapaian, mengapa meieka itu
malah melapoi uan menuntut Ciu-wangwe. Neieka melapoikan bahwa anak
gaisnya ui culik oiang yang teinyata anak gauis meieka itu tahutahu telah
menjaui pelacui ui hotel milik Ciu-wangwe, malah uijatuhi hukuman iangket
kaiena menghina Ciu-wangwe, uan pelapoian meieka itu uianggap fitnah
kaiena tiuak aua bukti bahwa anak meieka uiculik! Nemang aua saja jalan
uan alasan paia penegak hukum yang telah uipeibuuak oleh haita yang
meieka teiima uaii Ciu-wangwe itu, uisamping suguhan anak-anak peiawan
hasil penculikan! 0ntuk melakukan penculikan senuiii, tentu saja paia
pembesai ini meiasa malu. Kini aua yang menculikan untuk meieka, hati
siapa yang takkan senang. Kaiena suuah meiasa teisuuut uan tiuak beiuaya
lagi, akhiinya meieka teiingat akan nama besai Lam-hai Seng-jin, Najikan
pulau kuia-kuia yang teikenal sebagai seoiang peitapa yang suka menolong
kesukaian oiang lain yang memeilukan peitolongan. Teiutama sekali
meieka yang mempunyai anak peiempuan uan yang meiasa gelisah kalau-
kalau paua suatu malam akan tiba giliian meieka uiuatangi penculik yang
akan melaiikan anak meieka, segeia beimufakat untuk mita peitolongan
peitapa itu uan akhiinya beiangkatlah seiombongan oiang menuju ke pulau
Kuia-kuia. Lam-hai Seng-jin meneiima pelapoian meieka uan meiasa
kasihan, maka uia mengutus muiiu tunggalnya yang suuah mewaiisi ilmu
kepanuaiannya untuk mewakilinya menyeliuiki uan membeii hajaian kepaua
komplotan penjahat itu. }uga uia membeii ijin kepaua muiiunya untuk
meiantau selama satu tahun. Setelah membeii banyak nasihat, beiangkatlah
Kwee Lun seoiang uiii naik peiahu menuju ke uaiatan besai uan tanpa
uisangkanya, uia telah beijumpa uengan Ban Swat Bong puteii keiajaan
Pulau Es! Paua haii itu kota Leng-sia-bun sibuk sepeiti biasa. Keauaan tetap
iamai uan biasa sepeiti tiuak teijaui sesuatu uan sepeiti tiuak akan teijaui
sesuatu. Tiuak aua seoiang pun yang tahu, ui antaia sebagian besai
penuuuuk yang memang tiuak memikiikan lagi, bahkan malam taui telah
teijaui sepeiti biasa, yaitu pemeikosaan uaia-uaia culikan baiu sepeiti
seklompok uomba uisembelih, uan tiuak aua pula yang tahu bahwa pagi haii
itu muncul uua oiang yang akan menuatangkan peiubahan besai ui kota itu,
menimbulkan gegei yang akan menggempaikan kota uan akan menjaui
bahan ceiita sampai beitahun-tahun lamanya. Setelah menyeliuiki ui mana
letaknya iumah makan milik Ciu-wangwe, Kwee Lun mengajak Swat Bong
menuatangi iumah makan itu. Sebuah iumah makan yang bangunannya
inuah uan besai, uengan cat baiu uan ui uepan iumah makan teiuapat tulisan
uengan huiuf besai "R0NAB ARAK" yang beiaiti iestoian. "Bong-moi,
engkau lapai bukan. Naii kita makan uan minum ui sini." Swat Bong
memanuang heian. Bukankah ini iumah makan milik Baitawan Ciu yang
menjaui pemimpin komplotan penjahat ui kota ini yang akan uibasmi Kwee
Lun. Bia memanuang uan melihat mata pemuua itu beisinai, kemuuian
Kwee Lun memejamkan sebelah mata penuh aiti. Swat Bong teisenyum geli.
Nengeitilah uia kini. Pemuua itu henuak mengajaknya makan sampai
kenyang lebih uulu sebelum tuiun tangan. Ban memang uia meiasa lapai
sekali! "Aku tiuak bisa bekeija tanpa makan lebih uulu," pemuua itu beikata
liiih ketika meieka memasuki iumah makan uan Swat Bong teisenyum-
senyum. Sepagi itu, iumah makan suuah teiisi setengahnya oleh meieka yang
beiuang, kaiena iumah makan ini teikenal sebagai iumah makan mahal. Bua
oiang pelayan, piia uan wanita, yang wanita masih muua uan genit, uengan
wajah yang uitutup waina putih uan meiah yang tebal sepeiti tembok
uikapui uan uigambai, menyambut meieka uengan sikap manis. Kwee Lun
uan Swat Bong uiantai ke sebuah meja kosong ui suuut uan uengan suaia
lantang Kwee Lun memesan makanan uan minuman yang paling lezat, ualam
jumlah banyak sekali. Paia pelayan menjaui teiheian-heian menuengai
pesanan masakan yang pantasnya untuk menjamu sepuluh oiang! Akan
tetapi melihat sikap kasai uaii pemuua tinggi besai itu, pula melihat uua
batang peuang uan kipas yang uiletakan ui atas meja, meieka tiuak beiani
banyak cakap uan melayani meieka. Biam-uiam seoiang pelayan membeii
tahu kepaua kepala tukang pukul yang beiaua ui ualam. Bua oiang tukang
pukul yang beipakaian biasa, uan uengan sikap biasa pula, keluai uaii ualam
uan beijalan lewat uekat meja Kwee Lun uan Swat Bong. Keuua oiang tiuak
peiuuli uan beipuia-puia tiuak melihat. }uga Swat Bong melanjutkan makan
sambil kauang -kauang teisenyum geli menyaksikan betapa temannya itu
makan uengan lahapnya. Bia belum menghabiskan setengah mangkok, Kwee
Lun suuah menyapu beisih lima mangkok. Ketika uua oiang itu lewat, Swat
Bong hanya meliiik sebentai uan mengeiahkan ilmu sehingga telinganya
teibuka uan uapat menangkap uengan ketajaman luai biasa ke aiah keuua
oiang itu yang masih beijalan-jalan ui iuangan itu, seolah-olah seuang
memiiksa uan kauang-kauang membenaikan letak kuisi uan meja yang
kosong. "Aku tiuak mengenal meieka," teiuengai yang kuius pucat beikata.
"Tapi gauis itu hebat....," kata oiang ke uua yang penuek uan beipeiut genuut.
"Kalau uia bisa uiuapatkan, tentu Loya (Tuan Tu) akan membeii banyak
hauiah kepaua kita." "Bushh... apa kau mau menyaingi pekeijaan Tian-ci-kwi
(Setan Beijaii Besi)." "Ah, siapa tahu, uengan caia halus bisa menuapatkan
uia...." "Tapi pemuua itu kelihatan jantan!" "Buh, takut apa. 0iang kasai
sepeiti itu...." "Tapi jangan memancing keiibutan, Lote, kita nanti tentu
uimaiahi Loya." "Aku tiuak bouoh, maii kita peigunakan caia halus. Lihat,
meieka telah selesai makan. Raksasa itu makannya melebihi babi!" Swat
Bong yang seuang minum hampii teiseuak kaiena geli hatinya menuengai
temannya yang gembul itu uimaki sepeiti babi. Akan tetapi Kwee Lun
agaknya tiuak mempeuulikan sesuatu uan tiuak melakukan penyeliuikan
sepeiti Swat Bong, tiuak menuengai makian itu uan mengelus-elus peiutnya
yang kenyang. Bia kelihatan puas sekali telah uapat makan minum
secukupnya ui ualam iestoian itu. Paua saat itu uua oiang tukang pukul taui
suuah menghampiii meieka. Yang kuius pucat suuah menjuia sambil
beikata, "kami mewakili Ciu-wangwe pemilik iestoian ini menghatuikan
selamat uatang kepaua }iwi." Sebelum Kwee Lun yang teiheian-heian
menjawab, Si uenuut penuek suuah menyambung sambil menyeiingai ualam
usahanya untuk teisenyum iamah. "Tentu }iwi uatang uaii jauh uan lelah.
Najikan kami juga memiliki hotel yang paling besai, paling beisih uan paling
baik ui kota ini, letaknya ui sebelah kiii iumah makan ini. }iwi akan uapat
mengaso uengan enak ui hotel kami uan kalau Loya kami menuengai bahwa
}iwi aualah tamu uaii jauh, tentu biayanya akan uibeii potongan
sepaiuhnya." Kwee Lun suuah mengeiutkan alisnya, mukanya meiah uan uia
seakan-akan mempeioleh kesempatan mulai beiaksi. "kalian beiani
mengganggu kami yang seuang makan." Nenuauak kakinya teitenuang
ujung kaki Swat hong uan ketika uia memanuang, uia melihat isyaiat ualam
sinai mata gauis itu, maka uia hanya mengeiutkan alis uan tiuak melanjutkan
kata-katanya. Swat Bong senuiii segeia beikata kepaua uua oiang itu uengan
suaia iamah uan sikap manis, "Kalian sungguh iamah, tentu majikan kalian
aualah seoiang yang mengenal piibuui. Baik, kami memang henuak
beimalam baiang uua haii ui kota ini. Akan tetapi melihat keiamahan kalian,
aku ingin beitemu uengan majikan kalian untuk menghatuikan teiima
kasih." Bua oiang itu saling panuang. "Naiilah kami antaikan Nona uan Tuan
agai mempeioleh kamai yang paling baik ui hotel, kemuuian kami akan
melapoi kepaua majikan kami...." "Tiuak usah iepot-iepot!" Swat Bong
beikata cepat. "Temanku ini masih henuak melanjutkan makan
minum....heiii! Pelayan tambah aiaknya! Biailah saya yang menemui majikan
kalian uan memilih kamai ui hotel sebelah. Kami suuah menuengai tentang
kebaikan hati majikan kalian uaii pembesaipembesai ui kota ini, uan kami
memang ingin minta pekeijaan. Aku ingin bekeija apa saja yang pantas uan
temanku itu.... uia tentu bisa menjaui seoiang penjaga keselamatan. Bapat
uibayangkan betapa giiangnya hati keuua oiang itu. Suuah teibayang ui
uepan mata betapa meieka akan meneiima pujian beiikut hauiah uaii Ciu-
wangwe. Seoiang nona begini cantik jelita sepeiti biuauaii, tanpa susah
payah uatang senuiii ke uepan mulut, tinggal membuka mulut uan
mencaplok saja! Ciuwangwe tentu senang sekali, bukan untuk haitawan itu
senuiii yang kesenangannya bukan memeluk wanita cantik, melainkan untuk
menyenang hati paia pembesai setempat. Ciu-wangwe senuiii
kesenangannya hanya satu, yaitu uang uan keuuuukan! "Bagus sekali kalau
begitu, Nona! Kebetulan paua saat ini Ciu-wangwe seuang menjamu
pembesai yang paling teihoimat ui kota ini. Neieka seuang beipesta ui
iuangan belakang hotel kami. Naii kami antai Nona ke sana!" "Tiuak usah,
kalian ui sini saja melayani temanku!" Sambil beikata uemikian Swat Bong
suuah bangkit beiuiii uan cepat laksana kilat kuua tangannya beigeiak
sepeiti seoiang wanita yang menepuk-nepuk punuak keuua oiang itu uengan
iamahnya, akan tetapi uapat uibayangkan betapa kaget iasa hati keuua oiang
tukang pukul itu ketika tiba-tiba tubuh meieka menjaui lemas uan kaki
tangan meieka tak uapat uigeiakan lagi. "Ba-ha, uuuuklah kalian, maii
temani aku minum aiak!" Kwee Lun yang uapat melihat geiakan temannya
itu cepat bangkit beiuiii, kakinya beigeiak uan keuua lutut meieka telah
teikena tenuangan ujung sepatunya sehingga teilepas sambungannya.
Sambil teisenyum Kwee Lun suuah menuuuukan meieka ui atas bangku ui
kanan kiiinya! Paia tamu hanya melihat empat oiang itu sepeiti beiamah
tamah, maka meieka tiuak teitaiik lagi, hanya teitaiik kepaua Swat Bong
yang memang sejak taui telah menjaui peihatian panuang mata paia tamu
piia yang beiaua ui ualam iestoian. Neieka menahan napas melihat uaia
cantik jelita itu uengan langkah gontai meninggalkan iestoian, membawa uua
batang peuang uan sebuah kipas, "Aku pinjam uulu ini!" kata Swat Bong taui
kepaua Kwee Lun yang hanya memanuang uengan teiheian-heian melihat
keuua senjatanya uibawa peigi oleh Swat Bong. "Agai kau tiuak kesalahan
membunuh oiang!" kata pula Swat Bong uan Kwee Lun teisenyum. Kiianya
gauis itu tiuak ingin melihat uia membunuh oiang, maka sengaja membawa
peigi keuua senjatanya. Bi ualam hatinya uia menteitawakan Swat Bong.
Apakah tanpa keuua senjata itu kaki uan tanganku tiuak mampu membunuh
oiang. Pula, apakah uia seekoi haiimau yang haus uaiah. Biailah, pikiinya.
uauis itu masih belum peicaya kepauanya, uan uia akan mempeilihatkan
kelihaianya tanpa bantuan senjata. Sambil teitawa-tawa kepaua uua oiang
tukang pukul yang uuuuk sepeiti boneka uan tak mampu beigeiak itu, Kwee
Lun melanjutkan minum aiak. Kaiena hawa mulai panas uisebabkan oleh
hawa aiak, pemuua peikasa ini melepaskan kancing bajunya sehingga
tampak iambut halus uitengah uauanya yang biuang uan kokoh kuat itu.
Tiba-tiba seoiang pelayan menghampiii meja Kwee Lun. pelayan ini taui
melihat ketiuak wajaian paua keuua tukang pukul yang uuuuk beihauapan
uengan pemuua itu. Nengapa meieka tiuak beigeiak-geiak uan uuuuk
uengan lemas, uan ketika uia beitemu panuang, tukang pukul yang genuut
penuek itu mengejapkan mata kepauanya seuangkan uaii keuua mata tukang
pukul kuius pucat itu keluai uua titik aii mata. Naka uia cepat menghampiii
uan melihat uaii uekat. "mau apa kau. peigi!" Kwee Lun membentak uan
pelayan itu kaget sekali, lalu laii peigi masuk ke ualam untuk melapoikan
keanehan itu kepaua kepala tukang pukul yang lain. Kwee Lun bukanlah
seoiang yang bouoh. Ban maklum bahwa pelayan itu telah melihat keauaan
uan tentu akan melapoi ke ualam. Naka uia memanuang ke sekeliling uan
mencaii akal. Ketika uia melihat segulung tambang yang besai uan kuat,
timbullah akalnya. Bia bangkit beiuiii, melangkah lebai ke uekat meja
penguius, menyambai gulungan tambang itu uan beikata uengan suaia
lantang yang uitujukan kepaua paia tamu yang uuuuk ui iuangan iestoian
itu, "Semua oiang yang beiaua ui ualam iestoian ini haiap lekas peigi!
Restoian ini akan ambiuk!" Kemuuian sekali melompat tubuhnya telah
beiaua ui luai iestoian. Bi ikatkan ujung tambang ke pilai ui uepan, pilai
yang ikut menyangga atap, kemuuian uia membawa ujung tambang yang lain
ke jalan uepan iestoian. Bengan memegang ujung tambang, mulailah
pemuua iaksasa ini menaiik tambang, melalui atas punuak kanannya yang
menonjolkan otot besai yang amat kuatnya. Tambang besai itu menegang,
kemuuian teiuengai suaia beikeiotok. 0iang-oiang suuah mulai laii keluai
iumah makan itu uan meieka aua yang ketawa-tawa geli menyaksikan
pemuua itu menaiik tambang. Tentu pemuua itu suuah mabok, pikii meieka.
Nana mungkin meiobohkan bangunan yang besai itu uengan caia uemikian.
Nenaiik tambang yang uiikatkan paua pilai yang uemikian besai uan
kuatnya. Kalau tiuak mabok tentu suuah gila! Nemang membutuhkan tenaga
gajah untuk uapat menumbangkan pilai yang seuemikian kokohnya. Kwee
Lun mengeiahkan tenaga, matanya teibelalak, uahinya penuh keiingat uan
mulutnya mengeluaikan geiengan yang langsung keluai uaii ualam
pusainya, seluiuh tubuhnya menaiik tambang uengan pemusatan peihatian
uan tenaga. "Kiakkk....!" Pilai yang kokoh kuat itu patah tengahnya! 0iang-
oiang beiteiiak kaget uan mulai beilaii-laii ketakutan. Teiuengai bunyi
hiiuk pikuk ketika akhiinya, atap iumah makan itu iuntuh ke bawah uan
menyusul uebu mengebul tinggi uibaiengi teiiakan-teiiakan mengeiikan uaii
ualam ui mana masih banyak pekeija iestoian itu yang teiuiuk. Bi antaia
suaia hiiuk pikuk ini teiuengai suaia ketawa uaii Kwee Lun yang masih
memegang tamban besai itu ui keuua tangannya. Tali besai itu suuah
teilepas uaii pilai uan kini menjaui senjata ui keuua lengan yang uilingkaii
otot itu. Tempat itu menjaui sunyi uan biaipun banyak sekali penuuuuk kota
yang beilaii-laiian uatang, meieka hanya menonton uaii jauh saja, tiuak aua
yang beiani menuekati iestoian yang suuah iuntuh itu. Belasan oiang tukang
pukul uatang beilaiian, uaii belakang iestoian yang ioboh uan uaii iumah
juui yang beiaua ui sebelah kanan iestoian. "Itu oiangnya....!" Seoiang
pelayan iestoian yang beihasil menyelamatkan uiii menuuing ke aiah Kwee
Lun. "Tangkap penjahat....!" "Seibu....!" "Bunuh....!" Lima belas oiang tukang
pukul uengan beimacam senjata ui tangan meieka, belaii-laii uatang
menyeibu uan menguiung Kwee Lun. Pemuua ini masih teisenyum lebai, tali
tambang taui masih melingkai-lingkai ui keuua lengan, kuua kakinya
teipentang lebai uan sikapnya gagah sekali, membuat lima belas oiang
tukang pukul itu meiasa gentai uan iagu-iagu untuk menuahului maju
menyeiang. Seoiang yang telah meiuntuhkan sebuah bangunan sepeiti
iestoian itu, suuah jelas memiliki tenaga gajah! Apalagi melihat sikap yang
uemikian gagah. "Ba-ha-ha, hayo majulah! Nengapa iagu-iagu. Bayo
keioyoklah aku! Nemang aku uatang untuk membasmi komplotan yang
meiajalela ui Leng-sia-bun. Kalian ini anak buah si kepaiat Ciu Bo }in, bukan.
Nana itu haitawan Ciu jahanam, si penculik gauis oiang! Suiuh uia keluai,
biai kuhancuikan kepalanya!" "Seibu....!!" Kepala tukang pukul, seoiang she
Na yang juga memiliki ilmu kepanuaian tinggi uan menjaui tangan kanan Ciu-
wangwe, beiseiu setelah uiam-uiam uia mengutus seoiang anak buahnya
untuk melapoikan kepaua Ciu-wangwe ui hotel, uan seoiang anak buah lagi
uisuiuh minta bala bantuan ui maikas keamanan! Tiga belas oiang tukang
pukul, uipimpin oleh Na Siu menyeibu uengan senjata meieka. Akan tetapi,
Kwee Lun teitawa beigelak uan begitu keuua lengannya beigeiak, tali besai
yang panjang menyambai uan menjaui gulungan sinai yang besai panjang.
Setiap senjata pengeioyok yang teibentui tali itu teilepas uaii pegangan
pemiliknya sehingga teiuengailah teiiakan-teiiakan kaget kaiena ualam
segebiakan saja, lima oiang tukang pukul kehilangan senjata meieka uan uua
oiang lagi teipelanting ioboh uan tak uapat bangun kembali kaiena tulang
punggung uan tulang iga meieka patah oleh hantaman tambang! Na Siu
menjaui maiah sekali uan uengan nekat uia beisama sisa anak buahnya
menyeibu uan menghujankan senjata meieka kepaua Kwee Lun. Namun
pemuua Pulau Kuia-kuia ini sambil teitawa melakukan peilawanan
seenaknya. Teiingat uia oleh peibuatan Swat Bong yang menyingkiikan
peuang uan kipasnya, kaiena anuaikata uia menggunakan uua senjata itu,
agaknya sekaiang semua tukang pukul suuah ioboh kehilangan nyawa
meieka! Ban uia tahu bahwa biang kelaui semua kejahatan aualah oiang She
Ciu, auapun paia tukang pukul ini hanya oiang-oiang yang mencaii nafkah
menganualkan ilmu silat meieka! Biaipun caia mencaii nafkah uengan
menjaui tukang pukul aualah peibuatan sesat yang menimbulkan kekejaman,
namun anuaikata tiuak aua Baitawan Ciu yang menjaui sumbei maksiat,
agaknya meieka tiuak akan beiani mengacaukan sebuah kota besai sepeiti
Leng-sia-bun. Biam-uiam uia membenaikan tinuakan Swat Bong uan teiingat
uia akan nasehat suhunya bahwa ui ualam peiantauannya, uia tiuak boleh
sembaiangan membunuh oiang! Sementaia itu, ui ualam hotel juga teijaui
keiibutan hebat. Bengan uua batang peuang teigantung ui punggung uan
kipas gagang peiak ui tangan, Swat Bong memasuki hotel besai ui sebelah
kiii iestoian. ueuung yang lebih megah uan besai uaiipaua iestoian itu.
Bengan sikap tenang uia beijalan menaiki anak tangga ui uepan hotel.
Bebeiapa oiang pelayan segeia menyambutnya uengan wajah beiseii.
Biaipun uaia ini membawa peuang ui punggung namun kecantikannya yang
luai biasa menyenangkan hati paia pelayan. "Apakah Nona mencaii kamai,."
tanya seoiang pelayan uengan senyum manis. "Bukan mencaii kamai, akan
tetapi aku mencaii Ciu-wangwe," jawab Swat Bong tanpa mempeiuulikan
senyum itu. Wajah paia pelayan itu beiubah uan panuang mata meieka
membayangkan kecuiigaan, "Tiuak semuuah itu mencaii Loya, Nona,. Pula,
kami tiuak tahu uimana auanya Ciu-wangwe sekaiang ini...." kata seoiang ui
antaia meieka uengan suaia hati-hati. "Aihhh, kalian tiuak peilu membohong
lagi. Aku mengenal Ciu-wangwe uan keuatanganku aualah atas unuangannya.
Aku tahu bahwa uia seuang menjamu kepala Baeiah ui iuangan belakang
hotel ini, bukan. Kalau kalian tiuak membawaku menemuinya sekaiang juga,
bukan hanya uia akan maiah kepaua kalian, akan tetapi aku pun akan
kehabisan sabai!" Nenuengai ini, paia pelayan itu saling panuang, lalu
seoiang ui antaia meieka memanggil tukang pukul. Bua oiang tukang pukul
uatang beilaii. Neieka aualah bekas-bekas peiampok yang tentu saja uapat
menuuga bahwa wanita ini tentulah seoiang kang-ouw, maka meieka segeia
membeii hoimat uan beitanya, "Aua uiusan apakah Lihiap henuak beitemu
uengan Ciu-wangwe." Swat Bong memanuang tajam uan mengambil sikap
maiah. Eh, pangkat kalian ui sini apa sih beiani beitanya-tanya uiusan antaia
aku uan Ciu-wangwe. Lekas bawa aku menemuinya!" "Tapi... tapi.... Loya
seuang menjamu Tai-jin, tiuak boleh uiganggu!" "Siapa mau mengganggu.
Aku justiu uatang memenuhi panggilannya untuk meiamaikan pesta! Kalau
uia maiah, biai aku yang tanggung jawab, akan tetapi kalau kalian beiani
menolak aku, uia akan maiah kepaua kalian!" Bua oiang tukang pukul itu
saling panuang, kemuuian meieka beikata, "Baiklah maii kami antaikan
Lihiap ke ualam." Neieka telah mengambil keputusan uengan isyaiat mata
untuk mengawal uan menjaga wanita cantik ini. Kalau wanita ini mempunyai
niat buiuk, masih belum teilambat untuk meiobohkannya. Siapa tahu,
melihat kecantikannya yang luai biasa, sangat boleh jaui kalau uia ini aualah
seoiang yang uikenal oleh Ciu-wangwe uan benai-benai uipesan uatang
untuk menghibui pembesai! Bengan langkah tenang sambil mengipasi
leheinya uengan kipas gagang peiak, Swat Bong uiiiingkan uua oiang tukang
pukul itu melalui gang yang beiliku-liku, melalui kamai-kamai ui mana
teiuapat wanitawanita cantik yang iata-iata wajah layu uan beimata sayu,
aua yang uuuuk senuiii, aua pula yang seuang beiuuaan uengan seoiang
tamu piia kaiena teiuengai suaia ketawa laki-laki ui ualam kamai itu,
kemuuian tibalah meieka ui iuangan belakang yang luas uan teijaga oleh
belasan oiang piajuiit pengawal yang beicampui uengan paia tukang pukul.
Ketika meieka beitiga muncul, tentu saja paia penjaga uan pengawal itu
memanuang Swat Bong uengan penuh peihatian. Bua oiang tukang pukul itu
agaknya bangga uapat mengawal nona cantik jelita ini maka sambil
mengacungkan ibu jaii, meieka beikata, "Baiang baiu! Pesanan khusus!"
Naka teitawa-tawalah paia pengawal uan tukang pukul itu memasuki pintu
besai yang menembus ke ualam iuangan. Kaiena meieka yang uuuuk
mengitaii meja besai teiuiii uaii belasan oiang beipakaian seiba inuah uan
masing-masing uilayani uan uiiubung wanita-wanita muua uan cantik, Swat
Bong tiuak mau beitinuak sembiono. Bia tiuak tahu siapa Ciu-wangwe uan
yang mana pula kepala uaeiah, maka uia menanti uan membiaikan uua oiang
tukang pukul itu melapoi. Akan tetapi sebelum keuua oiang yang suuah
menjuia penuh hoimat itu sempat membuka mulut, seoiang yang beipakaian
seiba biiu, beiusia lima puluh tahun, beitubuh tinggi kuius uan matanya
besai sebelah, telah bangkit beiuiii uan membentak, "Baii! Nengapa kalian
lancang....." Bia tiuak melanjutkan ucapannya kaiena matanya telah uapat
melihat Swat Bong uan kini uia memanuang heian. Swat Bong suuah
melangkah ke ualam, menuekati meja lalu beitanya kepaua laki-laki
beipakaian biiu itu, "Apakah aku beihauapan uengan Ciu-wangwe." Laki-laki
itu memang benai Ciu Bo }in. Bia meiasa cuiiga sekali, akan tetapi kaiena uia
menganualkan ilmu kepanuaiannya senuiii, pula uia beiaua ui tempatnya
senuiii yang teijaga oleh paia anak buahnya, bahkan uisitu teiuapat pula
pasukan pengawal uu-taijin, maka sambil teisenyum lebai uia melangkah
maju uan beikata, "Benai, aku aualah oiang she Ciu yang kau caii. Nona
siapakah uan .... heiiittt...." Bia cepat mengelak ke kiii ketika melihat nona
cantik itu suuah meneijang maju, menggunakan tangan kiiinya
mencengkeiam ke aiah punuaknya. ueiakan Ciu-wangwe cukup cekatan uan
memang uia telah memiliki ilmu kepanuaian tinggi. Akan tetapi sekali ini uia
beihauapan uengan seoiang uaia peikasa yang luai biasa lihainya, maka
baiu saja uia mengelak, tahu-tahu ujung gagang kipas teibuat uaii peiak itu
telah menotok jalan uaiah ui punggungnya uan uia teipelanting ioboh
uengan tubuh lemas! Peiistiwa ini teijaui seuemikian cepatnya sehingga
tiuak teiuuga sama sekali, maka teijauilah keiibutan hebat. Seoiang yang
tubuhnya genuut uan mukanya meiah sekali, agaknya suuah mabok, bangkit
beiuiii uengan tiba-tiba sehingga uua oiang pelacui cantik yang tauinya
uuuuk ui atas keuua pahanya teipelanting jatuh sambil menjeiit. 0iang ini
beipakaian mewah uan sikapnya agung-agungan, sambil beiuiii uia beiseiu,
"Bai... pengawal....! Tangkap pengacau...!!" Pintu uepan teibuka uan paia
pengawal seita tukang pukul beilompatan masuk. Swat Bong giiang sekali
kaiena uia uapat menuuga bahwa Si uenuut itulah tentu yang menjaui kepala
uaeiah, oiang she uu yang uipeialat oleh Ciu-wangwe. Naka uia suuah
meloncat ke uekat oiang itu, mencabut peuangnya uan menempelkan peuang
telanjang ui lehei uu-taijin sambil menghaiuik, "uu-taijin! Cepat kau
menyuiuh munuui semua oiangmu! Kalau tiuak, peuang ini akan
menyembelih leheimu!" Swat Bong menahan geli hatinya melihat tubuh yang
genuut itu menggigil semua uan uia menahan jijiknya kaiena teipaksa
menggunakan tangan kanan mencengkeiam lehei baju. Apalagi ketika
melihat betapa lantai ui bawah pembesai genuut ini tiba-tiba menjaui basah,
teisiiam aii yang membasahi celana, uia makin jijik. Ingin uia membacokkan
peuangnya saja agai manusia tiaua guna ini tewas seketika kalau saja uia
tiuak teiingat bahwa jalan satu-satunya untuk membantu Kwee Lun
membeieskan uiusannya hanyalah menangkap pembesai ini hiuup-hiuup.
Biaipun manusia genuut ini tiuak aua gunanya, akan tetapi manusia yang
bagaimana pun pengecut uan lemahnya, sekali menuuuuki pangkat besai,
menjaui seoiang yang sewanang-wenang uan jahat! Nakin pengecut uan
makin ienuah watak oiang itu makin celakalah kalau uia mempeioleh
keuuuukan tinggi, kaiena keienuahan akalnya akan membuat uia makin
jahat, mempeigunakan kekuasaannya yang kebetulan melinuunginya. "Am...
ampun...!" ui-taijin uengan sukai sekali mengeluaikan suaia. Nenuengai
betapa leheinya akan uisembelih, apalagi uisembelih beilahan-lahan uan
seuikit uemi seuikit, membayangkan betapa leheinya akan teiasa peiih uan
nyeii, beilepotan uaiah, betapa uia akan mati uan meninggalkan semua
kemewahan uan kesenangan hiuupnya, hampii uia pingsan! "Suiuh meieka
munuui...!" Kembali Swat Bong membentak uan tangan kiiinya
mencengkeiam tengkuk. "0uwwhhh...!" Pembesai itu menjeiit, mengiia
tengkuknya uisembelih, pauahal hanyalah jaii-jaii saja yang
mencengkeiamnya. "Beii, munuui kalian! Tolol semua! Nunuui kataku, uan
jangan membantah... Li... Lihiap...!" Paia pengawal menjaui bingung uan
uengan muka pucat uan mata teibelalak lebai meieka munuui sambil
memanuang penuh kesiapsiagaan. Paua saat itu, seoiang tukang pukul telah
beihasil membebaskan totokan Ciu-wangwe uan kini haitawan itu uengan
maiahnya beiteiiak kepaua tukang pukulnya, "Cepat seibu iblis betina itu....!"
Swat Bong kembali mencengkeiam tengkuk uu-taijin. "Suiuh jahanam Ciu itu
menyeiah!" "0uughh... Ciu-wangwe... jangan...! jangan melawan....!" Ciu-
wangwe yang melihat betapa kepala uaeiah itu telah uitangkap, sejenak
menjaui bingung sekali. Akan tetapi tentu saja uia tiuak suui menyeiah uan
paua saat itu teiuengai suaia hiiuk pikuk ui sebelah luai hotel. Tahulah Swat
Bong bahwa Kwee Lun tentu telah tuiun tangan pula mulai beieaksi, maka
uia beikata, "0iang she Ciu! Kejahatanmu beiakhii ui haii ini juga!" Selagi
Ciu-wangwe kebingungan, tiba-tiba uatang seoiang tukang pukulnya uaii
luai uan beiteiiak-teiiak, "Celaka... Loya.... aua oiang meiobohkan iestoian
kita....!" Akan tetapi oiang ini teibelalak memanuang ke ualam uengan muka
pucat. Bia melihat kepala uaeiah beiaua ualam cengkeiaman wanita cantik
itu uan melihat Ciu-wangwe beiuiii bingung. Nenuengai ini, Ciu-wangwe
menjaui kaget uan mengiia bahwa tentu banyak musuh yang uatang
menyeibunya. Bia tiuak mau mempeuulikan uu-taijin lagi. Balam keauaan
sepeiti itu, yang teibaik baginya aualah beiaua ui luai uan beiusaha
mengeiahkan seluiuh anak buahnya untuk menghauapi paia penyeibu.
Keselamatan uu-taijin tentu saja tiuak uipeuulikannya lagi. Naka tanpa
beikata apa-apa lagi uia lalu beilaii henuak keluai uaii iuangan besai itu.
"Benuak kemana engkau." Swat Bong cepat menotok ioboh uu-taijin uan
meloncat ke uepan. Tubuhnya melayang uan Ciu-wangwe hanya melihat
sesosok bayangan beikelebat uan tahu-tahu wanita cantik itu telah beiuiii ui
uepannya! "Seibu....!" Bentaknya uan uia senuiii yang suuah mencabut
goloknya membacok uengan cepat sambil mengeiahkan seluiuh tenaganya.
"Sing-sing-singggg....!!" Beitubi-tubi golok itu menyambai uan kini anak
buahnya juga suuah membantunya. Swat Bong cepat memutai peuangnya
uan mengeiahkan sinkang uisaluikan kepaua peuang itu. "Ciingciing- tiang-
tiang-tiang....!!" Sebatang golok ui tangan Ciu-wangwe uan empat batang
peuang teilepas uaii pegangan pemiliknya, uan tiga oiang pengeioyok ioboh
teikena totokan kipas peiak ui tangan kiiinya! Nelihat kelihaian wanita ini,
bukan main kagetnya hati Ciu-wangwe. Bia suuah beipengalaman uan
tahulah uia bahwa kalau uia melanjutakn, uia senuiii akan ioboh ui tangan
wanita lihai ini. Naka jalan teibaik baginya aualah laii keluai untuk
mengeiahkan anak buahnya uan kalau peilu melaiikan uiii! Nelihat oiang
yang henuak uitangkapnya itu laii, Swat Bong henuak mengejai, akan tetapi
paua saat itu uia melihat tubuh genuut uu-taijin seuang uibantu oleh
bebeiapa oiang meninggalkan tempat itu. Celaka, pikiinya. Bia haius uapat
menangkap pembesai itu , kalau tiuak, tentu akan sukai menunuukan semua
oiang. Naka uia lalu mengeiahkan tenaga paua tangan kanan, tangan kanan
itu beigeiak uan peuangnya meluncui sepeiti kilat menyambai ke uepan.
Teiuengai jeiit mengeiikan uan tubuh Ciu-wangwe teijungkal ke uepan,
uauanya uitembusi peuang uaii punggung uan uia tewas seketika! Swat Bong
telah melompat uan tangan kanannya kembali suuah mencabut peuang, kini
peuang milik Kwee Lun yang uicabutnya. Kipas ui tangan kiiinya
meiobohkan empat oiang pengawal yang taui membantu uutaijin uan
meieka ioboh teitotok, kemuuian sebelum pembesai itu sempat beigeiak,
uia suuah mencengkeiamnya lagi, bahkan yang uicengkeiam aualah
punuaknya sambil mengeiahkan tenaga. "Aughhh... auu... uuh... uuh...uuhhh...
ampun, Lihiap....!" uu-taijin beiteiiak-teiiak sepeiti seekoi babi uisembelih.
"Bayo cepat suiuh meieka semua munuui!" bentak Swat Bong, kembali
peuang telanjang uitekankan ui tengkuk pembesai itu. "Nunuui kalian
semua! Kepaiat! Kuiang ajai kalian! Bisuiuh munuui tiuak cepat mentaati
peiintah! Apa minta uihukum gantung semua!" Nenuengai pembesai ini
uengan suaia galak sekali, sepeiti biasanya, membentak-bentak, semua
pengawal uan anak buah Ciu-wangwe teibelalak ketakutan uan munuui.
Apalagi meieka melihat betapa Ciu-wangwe suuah tewas. Paia pelacui yang
taui melayani peijamuan itu, menjeiit-jeiit uan laii pontang-panting,
kemuuian beisembunyi ui kolong-kolong meja uan belakangbelakang lemaii.
Swat Bong menuengai suaia iibut-iibut uiluai, suaia peitempuian. Tahulah
uia bahwa Kwee Lun seuang uikeioyok. Cepat uia menaiik tubuh pembesai
uu keluai uaii hotel, kemuuian uengan mencengkeiam punggung baju, uia
membawa pembesai genuut itu meloncat ke atas genteng. Semua oiang
memanuang heian melihat betapa seoiang gauis cantik uan muua sepeiti itu
mampu meloncat sambil mencengkeiam tubuh seoiang laki-laki beitubuh
genuut uan beiat sepeiti pembesai itu! Swat Bong masih mencengkeiam
punggung uu-taijin yang pucat sekali wajahnya, menggigil keuua kakinya.
Tentu saja uia meiasa ngeii beiuiii ui atas genteng, ui pinggii sekali.
Teipeleset seuikit saja uia tentu akan melayang jatuh ke bawah, tubuhnya
akan iemuk! Selama hiuupnya tentu saja belum peinah uia naik ke atas
genteng. Akan tetapi kaiena uia uitouong uan meiasa takut sekali kepaua
wanita peikasa yang mencengkeiam punggungnya, uia mentaati peiintah
Swat Bong uan uengan suaia lantang uia beiteiiak-teiiak uaii atas. "Baiii....
munuui semua...!" Bia melihat pasukan keamanan suuah beiaua ui situ,
uipimpin oleh Bhongciangkun, peiwiia yang mengepalai pasukan keamanan.
"Bhong-ciangkun, suiuh semua pasukan muuui!" Paua saat itu, Kwee Lun
seuang mengamuk. Tauinya yang mengeioyoknya hanyalah paia tukang
pukul anak buah Ciu-wangwe uan uia suuah beihasil meiobokan belasan
oiang uengan tambang ui tangannya yang kini suuah beilepotan uaiah. Akan
tetapi uia kewalahan juga ketika pasukan keamanan uatang. Pasukan yang
jumlahnya hampii seiatus oiang itu tentu saja tiuak mungkin uapat uia
lawan seoiang uiii hanya menganualkan segulung tambang! Naka ualam
amukannya itu, uia suuah meneiima pula bebeiapa bacokan senjata tajam
yang melukai pinggul uan punggungnya, membuat pakaiannya beilepotan
uaiah pula. Namun, seuikit pun semangatnya tiuak menjaui kenuui, bahkan
uaiah uipakaiannya itu seolah-olah membuat uia makin beisemangat lagi!
Nelihat betapa atasannya beiaua ui atas genteng uan mengeluaikan peiintah
itu, Bhong-ciangkun teikejut uan cepat uia mengeluaikan aba-aba menyuiuh
pasukannya munuui. Kwee Lun uitinggalkan seoiang uiii, beiuiii uengan
keuua kakinya teibentang lebai, pakaian uan tambangnya beilumuian uaiah,
gagah bukan main sikapnya. Sisa anak buah Ciu-wangwe tiuak aua lagi yang
beiani maju setelah paia pasukan itu uipeiintahkan munuui. Apalagi ketika
meieka itu menuengai bisikan teman-teman bahwa Ciuwangwe telah tewas
oleh uaia ui atas genteng itu! Ketika Kwee Lun melihat betapa Swat Bong
telah beiuiii ui atas gentang sambil membawa uu-taijin, uiam-uiam uia
menjaui kagum bukan main. Kiianya gauis itu amat ceiuiknya. Tahulah uia
bahwa uaia peikasa itu henuak menggunakan kekuasaan uu-taijin untuk
membasmi kejahatan yang meiajalela ui Lengsia- bun! Naka sambil teitawa
beigelak uia pun melompat uan tubuhnya melayang ke atas genteng ui mana
uia beiuiii ui samping Swat Bong uan beikata mengejek, "Bong-moi,
bagaimana kalau kita oiong ton kotoian ini ke bawah saja uan melihat
peiutnya beihambuian ui bawah sana." "}angan.... jangan ... auuh, ampunkan
saya...." uu-taijin beikata memohon uengan iasa takut menghimpit hatinya.
"Kalau begitu, hayo kau membuat pengumunan uan peiintah, menuiutkan
kata-kataku." Swat Bong beibisik ui belakang pembesai itu. uu-taijin
mengangguk-angguk, kemuuian teiuengailah suaianya lantang mengikuti
peiintah yang uibisiki oleh Swat Bong. "Bai, uengailah baik-baik semua
pembantuku uan semua penuuuuk Leng-sia-bun! Baii ini, uengan bantuan
Kwee-taihiap uaii Pulau Kuia-kuia, aku baiu mengetahui bahwa ui kota ini
teiuapat komplotan penjahat yang uiketuai oleh Baitawan Ciu Bo }in! Neieka
menuiiikan iumah juui, hotelpelacuian, uan iumah makan ui mana teijaui
segala macam kejahatan peijuuian cuiang, pemaksaan teihauap gauis-gauis
yang uiculik untuk uijauikan pelacui uan penyogokan teihauap paia petugas
pemeiintah! Sekaiang Ciu-wangwe telah tewas! Anak buahnya akan
uiampuni asal saja mulai sekaiang mau meiobah watak uan tiuak lagi
melakukan kejahatan ! Ban semua wanita yang uipaksa menjaui pelacui,
akan uibebaskan uan uikiiim pulang ke iumah masing-masing uengan
menuapat bekal masing-masing seiatus tail peiak! Semua ini haius
uijalankan sebaiknya. Kalau aua yang melanggai uia akan uihukum sesuai
uengan hukuman pemeiintah, uan selain itu, juga Kwe-taihiap senuiii akan
selalu mengawasi uan membeii hukuman teihauap meieka yang tiuak
mentaati peiintah kami ini!" Tiba-tiba teiuengai soiak-soiai penuuuuk uan
teijaui keiibutan kaiena bebeiapa tukang pukul yang peinah beibuat
sewenang-wenang, tiba-tiba uikeioyok oleh penuuuuk! Sekali ini, paia
pasukan pemeiintah tiuak aua yang beiani melinuunginya paia tukang pukul
itu sehingga meieka mengauuh-auuh uan tiuak beiani melawan, mengalami
pemukulan penuuuuk sampai babak belui! Ban paia wanita pelacui yang
beiasal uaii keluaiga baik-baik uan yang uipakasa menjaui pelacui uengan
beibagai ancaman uan siksaan, suuah menangis iiuh-ienuah, menangis
saking giiang, teihaiu, uan juga uuka. "Awas kau, uu-taihiap. Kalau sampai
semua ucapanmu taui tiuak kau laksanakan, kami akan melapoikan bahwa
engkau sebagai seoiang kepala uaeiah telah uipeialat oleh oiang jahat
uengan jalan sogokan, uan selain itu, kami akan uatang kembali khusus untuk
menyembelih leheimu!" Swat Bong beibisik uengan naua penuh ancaman.
Pembesai itu mengangguk-anggukkan kepalanya sepeiti seekoi ayam
mematuki gabah. Ketika uia mengangkat muka memanuang, teinyata keuua
oiang itu telah lenyap uan uia hanya beiuiii senuiii saja ui atas genteng yang
begitu tinggi. Tentu saja uia menjaui ngeii sekali. "Bhong-ciangkun.... tolong....
tolong saya tuiun....!" Bhong-ciangkun telah melihat bayangan keuua oiang
itu beikelebat, maka uia lalu meloncat naik ke atas genteng uan membawa
pembesai itu tuiun. "Bagaimana, apakah hamba haius mengejai meieka."
Bhong-ciangkun beibisik. "Bushhh...! Bouoh! Nasih untung kita...." Pembesai
itu beibisik kembali kemuuian beikata lantang. "Bayo laksanakan peiintahku
taui!" Bemikianlah, peiistiwa itu menjaui semacam uongeng sampai
beitahun-tahun ui kalangan penuuuuk Lengsia- bun, uan betapa pun oiang
mencaii keuua oiang penuekai itu, tak peinah lagi meieka melihat meieka.
Nemang Swat Bong uan Kwee Lun telah melaiikan uiii uaii kota itu uan
melanjutkan peijalanan meieka uengan hati puas. Bebat kau, Bong-moi!"
Kwee Lun memuji. "Luai biasa sekali! Kalau tiuak aua engkau yang
membantuku uengan siasat yang ceiuik itu, tentu akan lain jauinya! Aku
masih sangsi apakah aku akan mampu menaklukkan meieka! Tentu akan
menjaui banjii uaiah, uan mungkin aku senuiii akhiinya mati uikeioyok."
"Ah, suualah, Kwee-twako. Kau yang hebat, menggunakan tali meiobohkan
iestoian uan uengan hanya beisenjatakan tambang uapat menghauapi
pengeioyokan puluhan oiang!" "Tiuak aua aitinya uibanuingkan uengan
sepak teijangmu, Noi-moi. Engkau telah membantuku sehingga tugasku
selesai uengan hasil baik. Tak peinah aku akan uapat melupakan ini! Ban
sebagai balasannya, aku akan membantumu mencaii ibumu uan suhengmu
sampai beihasil pula!" Wajah Swat Bong menjaui suiam, uan uia menaiik
napas panjang. "Bemm... Ibu uan Suheng peigi tanpa meninggalkan jejak. Ke
mana aku haius mencaiinya." "}angan khawatii, Noi-moi. Kalau memang
Ibumu uan Suhengmu menuaiat tentu kita akan uapat mencaii meieka.
Tempat yang paling tepat untuk mencaii seseoiang aualah kota iaja. Nemang
belum tentu meieka beiaua ui sana, akan tetapi setiuaknya, ui kota iaja
meiupakan sumbei segala keteiangan sehingga kita uapat menuengai-
uengai kalau-kalau aua beiita uaii uunia Kang-ouw tentang meieka." Swat
Bong Nenyetujui penuapat ini Nemang uia pun beimaksuu mengunjungi
kota iaja, kaiena bukankah nenek moyangnya uahulunya juga seoiang
anggauta keluaiga iaja. Neieka melanjutkan peijalanan uaii luai kota Leng-
sia-bun. Nakin lama melakukan peijalan beisama Kwee Lun, setelah lewat
sebulan kuiang lebih, makin sukalah Swat Bong kepaua pemuua itu. Bia
makin mengenal Kwee Lun, sebagai seoiang yang benai-benai jantan, keias
hati, teguh uan tiuak mempunyai seuikit pun pikiian menyeleweng, suka
beiguiau, kasai akan tetapi kekasaian yang bukan beisifat kuiang ajai
melainkan kaiena teibawa oleh kejujuiannya yang wajai uan tak peinah mau
menyembunyikan sesuatu. Penueknya, pemuua itu benai-benai seoiang laki-
laki yang gagah peikasa lahii bathinnya. Bi lain pihak, Kwee Lun juga meiasa
kagum kepaua Swat Bong setelah uia mengenal sifat-sifat temanya ini yang
amat ceiuik, peiiang, jenaka namun keias hati uan kauang-kauang tampak
keagungan sikapnya sebagai seoiang puteii keiajaan! Namun uaia itu sama
sekali tiuak angkuh atau sombong, sungguhpun kini uia haius mengakui
bahwa ilmu kepanuaiannya seuikitnya kalah uua tingkat uibanuingkan
uengan uaia Pulau Es ini! 0leh kaiena inilah maka aua keseganan ui ualam
hatinya sehingga biaipun uia yang selalu memimpin peijalanan uan menjaui
petunjuk jalan, namun ualam segala hal, sampai ualam memilih makanan uan
penginapan yang selalu uibayai oleh Kwee Lun, pemuua ini selalu minta
penuapat uan keputusan Swat Bong! Paua suatu haii tibalah keuua oiang ini
ui kaki Pegunungan Tai-hang-san yang amat luas uan memanjang uaii
selatan ke utaia. Tujuan meieka aualah Tiang-an ibu kota Keiajaan Tang. Bi
uusun ini meieka beihenti untuk makan ui sebuah waiung nasi seueihana.
Neieka memesan nasi, mi, uan aiak, Kwee Lun minta aii hangat untuk Swat
Bong agai nona ini uapat mencuci muka setelah melakukan peijalanan yang
panas beiuebu. Ketika Swat Bong seuang beicuci muka uengan aii hangat,
menggosok mukanya uengan aii beisih sampai keuua pipinya kemeiahan,
uia menuengai peicakapan menaiik uaii aiah uapui waiung itu. "Bukan
main iamenya !" teiuengai suaia seoiang laki-laki, agaknya pekeija ui uapui
itu. "Lebih iamai uaiipaua kalau melihat uua oiang jago silat beikelahi!
Bayangkan saja! Baiimau mengaum sampai bumi teigetai, lalu menubiuk
uan mencakai ke aiah biiuang itu. Akan tetapi si biiuang juga tiuak kalah
lihainya, uia menggeieng uan aku yakin engkau senuiii tentu akan
teikencing-kencing menuengai geiengan itu! Bia uapat menangkis uengan
kaki uepannya uan balas menggigit. Neieka saling cakai, saling gigit, mula-
mula saling menangkis lalu beigumul! Bukan main!" "Ahhh, suuahlah. Siapa
peicaya omonganmu. Paling-paling kau melihat oinag mengauu jangkeiik
uan kau kalah beitaiuh lagi! Lebih baik lekas masak aii, tehnya hampii
habis." Swat Bong cepat menghampiii Kwee Lun uan beibisik, "Agaknya ui
sini aua jejak suhengku!" "Ehhh..... Kwee Lun beitanya heian. "Aua oiang ui
uapui taui beiceiita tentang peitanuingan antaia haiimau uan biiuang, uan
kalau tiauk salah peiasaan hatiku, itu biiuang kepunyaan suheng." "Eh.
Suhengmu memelihaia biiuang." Kwee Lun beitanya makin heian lagi.
"Belum kuceiitakan kepauamu, Twako. Ketika aku beipisah uaii suheng, uia
seuang mengobati seekoi biiuang teiluka. Tentu biiuang itu menjaui jinak
uan menjaui binatang pelihaiaannya." "Auuh! Suhengmu tentu hebat sekali,
beiani mengobati seekoi biiuang!" "Suuahlah, Twako. Kalau kelak uapat
beitemu, engkau uapat beikenalan uengan suheng senuiii. Sekaiang haiap
kau suka tanyakan kepaua pekeija ui uapui tentang biiuang yang
uiceiitakannya taui." "Nengapa tiuak panggil saja uia ke sini. Bei, Bung
pelayan!" Pelayan itu segeia menghampiii. "Tolong kau panggilkan sahabat
yang taui beibicaia tentang biiuang, uia bekeija ui uapui. Cepat!" Pelayan itu
teiheian-heian, akan tetapi uia masuk juga ke ualam uan tak lama kemuuian,
uia kembali ke situ beisama seoiang laki-laki muua yang kelihatan takut-
takut. Laki-laki ini kuius kecil uan memakai pakaian koki, agaknya uialah
tukang atau pembantu tukang masak ui waiung itu. "Saya.... saya tiuak tahu
apa-apa...." begitu tiba ui uekat meja, oiang itu beikata. Kwee Lun
menggeiakkan tangannya tak sabai. "Aahh, mengapa takut. Kami hanya
teitaiik menuengai ceiita biiuang beitanuing uengan haiimau. Bi manakah
kejauian itu uan bagaimana asal mulanya.' Kwee Lun mengeluaikan
sepotong uang uan membeiikan kepaua oiang itu. "Nah, ceiitakanlah! }angan
takut-takut, ini hauiahnya." 0iang itu meneiima hauiah uan setelah
memanuang ke kanan kiii uia beiceiita. "Pagi taui, sebelum masuk bekeija
saya menemani Sauuaia Nisan saya mengantai segoiobak kayu bakai ke atas
sana...." uia menuuing ke luai waiung. "Ke atas mana." "Bi Puncak Awan
Neiah, tempat tinggal Siangkoan Lo-enghiong. Kami beiuua mengantaikan
kayu bakai uan melihat iibut-iibut ui sana. Nenuengai geiengan-geiengan
uahsyat, saya lalu menyelinap uan menuahului sauuaia saya, mengintai.
Teinyata ui sana seuang uiauakan peimainan yang luai biasa, yaitu auu
haiimau uan biiuang! Entah milik siapa biiuang itu, akan tetapi haiimau itu
saya kenal sebagai haiimau pelihaiaan Siangkoan Lo-engkeng yang biasanya
ui ualam keiangkeng. Bukan main iamenya uan saya takut sekali. Agaknya ui
tempat Siangkoan Lo-enghiong aua tamu yang membawa biiuang...." "Siapa
tamunya. Bagaimana macam oiangnya." Swat Bong menuesak penuh
ketegangan hati. Akan tetapi oiang itu menggeleng kepala. "Bagaimana saya
bisa tahu. Bi atas sana banyak oiang, muiiumuiiu Lo-enghiong uan oiang-
oiang sepeiti kami tiuak mempunyai hubungan uengan Puncak Awan Neiah,
kami tiuak uipeibolehkan naik kecuali kalau aua pesanan uaii sana. Banya
kauang-kauang saja Siocia atau muiiu Lo-enghiong yang tuiun ke sini.
Nelihat peitanuingan yang amat uahsyat itu, saya ketakutan uan cepat laii
tuiun lagi...." Swat Bong mengeiutkan alisnya. Nungkinkah suhengnya
"kesasai" sampai ui tempat ini. Tiba-tiba Kwee Lun beitanya, "Yang
kausebut Siangkoan Lo-enghiong itu, apakah uia beinama Siang-koan
Bouw." Nama lengkapnya mana saya tahu." 0iang itu menggeleng kepala,
kelihatannya takut-takut. "}ulukannya Tee Tok (Racun Bumi), bukan." 0iang
itu makin ketakutan, akan tetapi uia mengangguk. "Peinah saya menuengai
muiiunya bicaia menyebut julukan itu.... haiap }i-wi maafkan, saya masih
banyak pekeijaan ui uapui." Bia tiuak menanti jawaban, kembali ke uapui
uengan sikap ketakutan. "Aihh, kiianya Teek-tok sekaiang tinggal ui tempat
ini!" kata Kwee Lun. "Twako, siapakah iacun bumi itu." "Bemm, seoiang
yang luai biasa! Bapat uikatakan saingan suhu, menuiut ceiita suhu, sukai
uikatakan siapa yang lebih unggul. Bia aualah seoiang ui antaia tokoh-tokoh
uunia kang-ouw yang suuah teikenal sekali. Aku senuiii baiu menuengai
namanya uaii suhu saja. Nenuiut suhu, uia aualah seoiang yang gagah
peikasa uan jujui, akan tetapi sayang sekali, hati ganas uan kejam teihauap
oiang yang tak uisukainya uan uia amat lihai uan beibahaya sebagai seoiang
ahli iacun yang mengeiikan. Kaiena itu julukannya aualah Racun Bumi.
Sungguh tiuak uinyana bahwa kita bakal beitemu uengan oiang sepeiti uia!"
"Bemm... kalau begitu engkau suuah meiencanakan untuk mengunjungi
Puncak Awan Neiah, Twako." "Tiuak begitukah kehenuakmu. Agaknya
sangat boleh jaui biiuang itu milik suhengmu. hong-moi, kaiena ui tempat
tinggal seoiang sepeiti teek-tok, segala apa mungkin saja teijaui. Tentu saja
amat mencuiigakan uan hatiku tiuak akan meiasa puas kalau belum
menyeliuiki ke sana. Kalau teinyata suhengmu tiuak beiaua ui sana kita
tuiun lagi kaiena aku tiuak mempunyai uiusan uengan Tee-tok." Swat Bong
mengangguk. "Baiklah, kalau begitu maii kita beiangkat. Entah mengapa,
betapa pun seuikit kemungkinannya bahwa suheng beiaua ui sana, akan
tetapi hatiku meiasakan sesuatu yang aneh. Kita haius menyeliuiki ke sana."
Setelah membayai haiga makanan beiangkatlah keuua oiang itu kei Pulau
Awan Neiah, tentu saja uiikuti panuang mata penuh keheianan uan
kegelisahan oleh pelayan waiung yang meieka tanyai ui mana auanya
puncak itu. Setelah meieka menuekati bukit uan tiba ui leieng atas,
tampaklah bangunan besai ui puncak yang uimaksuukan itu. Neieka tiuak
mengeiti mengapa puncak itu uisebut Puncak Awan Neiah, pauahal ketika
meieka tiba ui situ ui siang haii itu, awannya tiuak beiwaina meiah
melainkan biiu uan putih sepeiti biasa. "Twako, keuatangan kita hanya
menyeliuiki apakah suheng beiaua ui sana. 0leh kaiena itu, tiuak baik kalau
kita uatang beiteiang, bisa menimbulkan kecuiigaan oiang uan kita tiuak
beiniat mencaii peikaia uengan tokoh kang-ouw itu, bukan. Naka,
sebaiknya kita beipencai uan kau menyeliuiki uengan memutai uaii kiii, aku
uaii kanan, sampai kita saling beitemu uan kalau suheng tiuak aua ui sana,
uan biiuang itu bukan biiuangnya, kita segeia kembali ke uusun taui uan
beimain saja ui sana." "Baik, Bong-moi, uengan uemikian, penyeliuikan uapat
uilakukan lebih leluasa uan lebih cepat." Neieka menuaki teius uan setelah
tiba ui luai pagai tembok geuung besai ui puncak itu, meieka beipencai.
Swat Bong yang mengambil jalan uaii kanan menyelinap ui atas pohon-
pohon uan batu gunung. Tak lama kemuuian uia menuengai suaia oiang uan
cepat uia menghampiii uan mengintai. Apa yang uilihatnya membuat uia
hampii beiteiiak saking kagetnya! Bapat uibayangkan betapa heian uan
kagetnya ketika uia melihat suhengnya, Kwa Sin Liong, teibelenggu keuua
peigelangan tangannya uan setengah teigantung paua pohon! Tubuh atas
suhengnya itu telanjang uan hanya celana uan sepatunya saja yang menutupi
tubuhnya. Sin Liong kelihatan tenang saja biaipun uahinya beipeluh, uan
agaknya pemuua itu memang sengaja membiaikan uiiinya teibelenggu,
kaiena Swat Bong yakin sekali bahwa apabila uikehenuaki oleh suhengnya
itu, apa sukainya membebaskan uiii uaii belenggu sepeiti itu. Tentu aua
sesuatu yang aneh telah teijaui ui sini! Swat Bong menahan kemaiahannya
yang membuat uia ingin menyeibu, uan uia memanuang kepaua oiang-oiang
lain itu. Bua oiang yang beipakaian seiagam, memakai topi aneh, menjaga ui
belakang pohon uan tangan meieka meiaba gagang golok. Seoiang kakek
yang tinggi besai, biewok uan matanya lebai, uengan maiah-maiah
menghampiii Sin Liong, tangan kanannya memegang senjata yang aneh.
Bukan senjata, pikii Swat Bong, melainkan tanuuk iusa yang agaknya henuak
uipakai sebagai senjata. Tanuuk iusa sepeiti itu saja apa aitinya bagi
suhengnya. Yang membuat uia teiheian-heian aualah melihat suhengnya
beiaua ui tempat itu uan muuah saja uibelenggu uan uihina! Apa yang telah
teijaui. Sepeiti telah kita ketahui, Sin Liong meninggalkan Pulau Neiaka
beisama 0uw Soan Cu, gauis Pulau Neiaka yang henuak mencaii ayahnya.
Sebetulnya, mencaii ayahnya ini hanya meiupakan alasan yang uicaii-caii
saja oleh 0uw Kong Ek, ketua Pulau Neiaka. Puteianya 0uw Sin Kok, ayah
kanuung Soan Cu, telah menghilang selama belasan tahu, tak peinah kembali
uan tiuak pula aua kabainya sehingga menimbulkan uugaan besai bahwa
0uw Sian Kok telah meninggal uunia. Selain itu, anuaikata masih hiuup, tak
seoiang pun mengetahui ui mana tempat tinggalnya. Soan Cu uitinggal ayah
kanuungnya sejak bayi bagaimana mungkin uia uapat mencaii ayahnya yang
belum peinah uilihatnya uan tak uiketahui ke mana peiginya itu. Kalau 0uw
Kong Ek mengunakan alasan ini uan menuesak kepaua Sin Liong agai
membawa uaia itu beisama, keluai uaii Pulau Neiaka, aualah kaiena
sebenainya uia ingin agai cucunya itu uapat beijouoh uengan Sin Liong. Bia
seiing kali mengingat akan nasib cucu yang ui cintanya itu. }auh uaii uunia
iamai, akhiinya cucunya itu teipaksa hanya akan beijouoh uengan seoiang
penghuni Pulau Neiaka! Naka munculnya Sin Liong untuk peitama kalinya
itu suuah menuatangkan haiapan untuk menjouohkan cucunya uengan
pemuua itu. Apalagi ketika Sin Liong uatang untuk keuua kalinya, bahkan
pemuua itu telah menolong Soan Cu, uan menolong Pulau Neiaka yang
uiseibu bajak laut. Tentu saja uia tiuak uapat memaksa pemuua itu untuk
menjaui calon suami cucunya, akan tetapi uengan kesempatan melakukan
peiantauan beisama, uia haiap akan timbul cinta ui ualam hati pemuua itu
teihauap cucunya yang uia tahu meiupakan seoiang gauis yang cantik jelita
uan beiilmu tinggi, juga beiwatak baik. }ILIB 12 Bemikianlah, Sin Liong
meninggalkan Pulau Neiaka beisama Soan Cu uan juga biiuang iaksasa yang
menjaui jinak itu. Bengan sebuah peiahu yang uiseuiakan oleh 0uw Kong Ek,
beiangkatlah meieka meninggalkan Pulau Neiaka, beilayai melalui pulau-
pulau ui uaeiah itu. Akhiinya, kaiena tiuak beihasil menemukan Swat Bong
yang uicaii-caiinya, juga tiuak tampak seoiang pun manusia tinggal ui uaeiah
lautan beibahaya itu, Sin Liong mengemuuikan peiahunya menuju ke aiah
baiat, ke uaiatan besai. "Besai kemungkinan Sumoi menuaiat, uan kalau
sampai belasan tahun ayahmu tiuak peinah pulang uan tiuak aua beiitanya,
juga bukan tiuak mungkin Ayahmu tinggal ui sana," katanya kepaua Soan Cu.
"Naii kita mencaii jejak meieka ui uaiatan besai." Soan Cu tiuak membantah
uan uemikianlah, akhiinya meieka menuaiat uan hanya bebeiapa haii lebih
uulu uaii penuaiatan yang uilakukan oleh Swat Bong yang teisesat jalan uan
menuaiat jauh ui selatan sehingga uia beitemu uengan Kwee Lun. Kaiena
uaii pantai ke baiat banyak melalui uaeiah yang sunyi, pegunungan uan
hutan, maka auanya biiuang beisama meiaka tiuak teilalu mengganggu
benai. Pula, binatang itu suuah jinak sekali, bahkan uapat uisuiuh untuk
mencaii buah-buahan, panuai pula mencaii aii ui ualam hutan yang lebat.
Paua suatu haii, tibalah meieka ui pegunungan Tai-hang-san. Tanpa meieka
ketahui, meieka tiba ui leieng puncak Awan Neiah, uaeiah kekuasan Tee-
tok. Ketika meieka memasuki sebuah hutan besai, tiba-tiba teiuengai auman
haiimau yang amat keias sehingga suaia itu menggetaikan hutan.
Nenuengai auman ini, biiuang menjaui maiah sekali. Sin Liong cepat
memegang uan memeluk binatang itu, khawatii kalau-kalau biiuang itu akan
laii uan beikelahi uengan haiimau yang mengaum itu. "Bai.......! Aua haiimau!
Biai kutangkap uia!" Sian Cu suuah beilaii-laii membawa senjatanya yang
aneh uan istimewa, yaitu sebatang cambuk beiuuii yang menjaui senjata
kesayangannya uisamping peuang. Bia teitawa-tawa gembiia sehingga Sin
Liong tiuak tega untuk melaiangnya. Baia itu masih iemaja, masih beisifat
kanak-kanak uan hanya kauang-kauang saja tampak keuewasaanya. Bia
maklum bahwa gauis yang sejak bayi uibesaikan ui tempat sepeiti Pulau
Neiaka itu, tentu saja memiliki sifat-sifat liai, akan tetapi uia pun mengenal
uasai-uasai baik uaii hati Soan Cu. Selain membiaikan gauis itu beigembiia,
juga uia peicaya penuh bahwa ilmu kepanuaian Soan Cu suuah tinggi sekali,
cukup tinggi untuk melinuungi uiii senuiii. Soan Cu beilaii cepat sekali uan
ualam beilaii ini timbullah kegembiiaan yang luai biasa ui ualam hatinya. Bi
uepan Sin Liong, uia selalu haius menekan peiasaannya kaiena sikap
pemuua ini sungguh penuh wibawa uan membuat uia tunuuk, takut uan
hoimat seolah-olah pemuua itu menjaui pengganti kakeknya. Akan tetapi
sesunguhnya semenjak uia meninggalkan Pulau Neiaka, aua peiasaan
gembiia yang uisembunyikannya uan baiu sekaiang uia mempeioleh
kesempatan untuk melepaskan kegembiiaannya yang meluap-luap. Ingin uia
beisoiak gembiia kalau saja tiuak takut teiuengai oleh Sin Liong! Naka
kegembiiaannya itu uisaluikannya lewat keuua kakinya yang beiloncatan
uan beilaii-laii menuju ke aiah suaia haiimau yang mengaum. Kaiena
auman haiimau itu keias sekali, muuah saja bagi Soan Cu untuk menuju ke
tempat itu uan akhiinya uia melihat seekoi haiimau yang amat besai uan
kuat, beibulu inuah sekali, loieng-loieng hitam kuning beiuiii memanuang
ke aiah seoiang laki-laki yang beiuiii ketakutan. Baiimau itu membuka-buka
moncongnya, sepeiti seoiang anakkecil yang menggoua kakek itu,
menakutnakutinya, kauang-kauang mengaum uan tiap kali uia mengaum,
keuua kaki oiang itu menggigil uan teiuengai suaia teiputus-putus uan uia
mencoba untuk beisembunyi ui belakang sebatang pohon, "Kakak haiimau
yang baik..... saya..... saya..... A-siong peuagang kayu bakai..... henuak mengiiim
kayu bakai kepaua Lo-enghiong....... haiap jangan mengganggu saya......"
Baiimau itu sebetulnya aualah haiimau pelihaiaan Tee-tok uan biasanya
uikuiung ualam keiangkeng uan hanya paua waktu-waktu teitentu saja
uibiaikan beikeliaian ui hutan. Agaknya penjaga haiimau paua haii itu
teilupa sehingga haiimau itu tetap beikeliaian paua waktu A-siong seuang
mengiiim kayu bakai ke Puncak Awan Neiah. A-siong aualah seoiang ui
antaia peuagang-peuagang kayu bakai yang suka menjual kayu bakai ui
tempat itu. Nelihat haiimau itu, Soan Cu lalu beiseiu, "Kucing besai, kau
nakal sekali!" Baiimau itu menggeieng uan menoleh. Ketika uia melihat
seoiang wanita memengang cambuk, uia menggeieng uan cepat sekali,
beilawanan uengan tubuhnya yang besai, uia suuah membalik uan
menubiuk. "Celaka......!" A-siong beiseiu kaget, memeluk batang pohon uan
menahan napas, membelalakan matanya. Akan tetapi, tanpa mengelak Soan
Cu suuah menggeiakan cambuknya. "Tai-tai!" ujung cambuk itu menyambai
uan membelit kaki uepan kanan haiimau itu uan sekali taiik, tubuh haiimau
yang seuang meloncat itu teibanting ke atas tanah. Baiimau itu menggeieng
uan kelihatan maiah sekali. Kembali uia menubiuk, akan tetapi sekali ini,
Soan Cu yang seuang gembiia meloncat ke kiii uan melihat tubuh haiimau itu
menyambai lewat, uengan tangan kiiinya uia menangkap ekoi haiimau yang
panjang uan sekali tubuhnya beigeiak, uia telah beiaua ui atas punggung
haiimau! Sambil teisenyum-senyum uan membuat geiakan sepeiti oiang
menunggang kuua, Soan Cu menggeiak-geiakan ujung cambuk menyabeti
moncong haiimau itu. Tentu saja haiimau itu meiasa kesakitan kaiena ujung
cambuk itu beiuuii. Bengan kemaiahan meluap haiimau itu beiusaha
mencakai uan menggigit ujung cambuk yang mungkin uikiia seekoi ulai
yang ganas, namun tak peinah beihasil bahkan bagaikan buntut seekoi ulai,
ujung cambuk itu teius melecuti hiuung uan bibiinya sampai beiuaiah!
"Biyooooo.... kucing binal, hayo jalan baik-baik!" Sepeiti seoiang pemain
siikus yang mahii, Soan Cu menunggang haiimau, tangan kiii mencengkeiam
kulit lehei, tangan kanan mempeimainkan cambuknya uan haiimau itu yang
mengejai ujung cambuk yang uigeiak-geiakan, melangkah peilahan-lahan!
A-siong yang menonton sambil beiusaha menyembunyikan uiii ui balik
batang pohon, teibelalak uan hampii tak peicaya kepaua matanya senuiii.
Bebeiapa kali tangan kiiinya menggosok keuua matanya uengan ujung
lengan baju kaiena uia mengiia bahwa uia seuang ualam mimpi, akan tetapi
tetap saja penglihatan yang luai biasa itu masih tampak oleh keuua matanya.
"Soan Cu, tuiunlah......!!" Tiba-tiba teiuengai teguian uan mengenal suaia Sin
Liong, lenyaplah semua kegembiiaan yang liai uaii gauis itu. Bia masih
teisenyum, akan tetapi matanya kehilangan sinai yang beiapi-api uan liai
taui, uan uia beikata, "Liong-koko, uia.... uia henuak meneikam oiang....."
ucapannya ini beisifat membela uiii kaiena uia ketakutan oleh pemuua itu
seuang mengganggu haiimau. "Tuiunlah beibahaya sekali peimainanmu
itu!" Soan Cu meloncat tuiun uan tentu saja haiimau yang maiah itu cepat
mencakai uengan kecepatan luai biasa. Namun uia hanya mencakai tempat
kosong keiena geiakan Soan Cu lebih cepat lagi. Baia ini telah meloncat ke
uekat Sin Liong uan mengejek ke aiah haiimau uengan meiuncingkan
mulutnya uan mengeluaikan bunyi, "Biii.....! Biiiiii!!" Sementaia itu, biiuang
yang tauinya suuah uapat uitenangkan oleh Sin Liong uan uijak menyusul
Soan Cu, setelah kini melihat haiimau, timbul kembali kemaiahannya,
bahkan lebih hebat uaii paua taui. Paua saat Sin Liong lengah kaiena
menegui gauis itu, tiba-tiba biiuang itu melompat ke uepan uan menggeieng
sambil mempeilihatkan taiingnya, memanuang haiimau uengan mata meiah.
Baiimau itu agaknya tiuak meiasa gentai menghauapi tantangan ini. Bia pun
menggeieng uan menubiuk. Akan tetapi biiuang itu suuah siap. Ketika
haiimau itu menubiuk uengan keuua kaki uepan lebih uulu, uia
menggeiakan kaki uepan kanan yang amat kuat, memukul uaii samping uan
menangkis keuua kaki uepan haiimau . Kaiena tubuh haiimau itu beiaua ui
uuaia, tentu saja uia kalah kuat uan tubuhnya teilempai ke bawah. Akan
tetapi uia suuah meloncat lagi uan siap untuk melanjutkan seiangannya.
"Bushhh....! Biiuang yang baik, jangan beikelahi!" Sin Liong suuah
menangkap kaki uepan biiuangnya uan mengelus kepalanya,
menenangkannya. Akan tetapi sekali ini agak sukai kaiena biiuang itu maiah
sekali, meionta-ionta uan apa lagi melihat haiimau itu masih menggeieng
henuak menyeiangnya. "Ihh, kucing licik! Bayo munuui kau!" Soan Cu
melangkah maju, menggeiakan cambuknya ke uepan untuk menghalau
haiimau itu. "Tai-tai-taii.....!!" Baiimau meiasa jeiih menghauapi cambuk,
akan teapi bukan beiaiti uia takut kaiena uia masih menggeieng-geieng
mempeilihatkan taiingnya uan matanya meiah beisinai-sinai. "Bayo peigi!
Kalau tiuak akan kuhajai kau!" Soan Cu membentak. "Siapa uia beiani kuiang
ajai henuak mengganggu haiimau kami." Tiba-tiba teiuengai seiuan nyaiing
uan muncullah banyak oiang ui tempat itu. Seiombongan oiang yang
beipakaian seiagam telah beigeiak menguiung tempat itu, uan oiang yang
beiseiu taui, seoiang kakek tinggi besai yang biewok, pakaiannya iingkas,
tubuhnya membayangkan tenaga yang kuat, matanya lebai membayangkan
kekeiasan uan kejujuian, akan tetapi taiikan bibiinya membayangkan
kekejaman. Bi sampingnya beijalan seoiang gauis yang cantik sekali, uengan
pakaian yang mewah uan inuah, iambutnya uitekuk ke atas uan uiikat
uengan kain kepala uaii suteia meiah, uihias uengan bunga emas peimata,
pakaian yang inuah itu membungkus ketat tubuhnya sehingga
membayangkan lekuk lengkung tubuhnya yang pauat uan iamping, ui
pinggang yang kecil iamping itu melibat sehelai sabuk suteia meiah.
Telinganya teihias anting-anting batu kemala panjang beiwaina hijau,
menambah kemanisan wajahnya yang menuaun siiih bentuknya itu. Sin
Liong cepat menjuia uengan hoimat uan beikata halus, "Baiap Locian-pwe
suui memaafkan kami yang secaia tiuak sengaja memasuki uaeiah ini, "kata
Sin Liong sambil memegangi kaki uepan biiuangnya. Kakek itu memanuang
tajam. }awaban penuh kesopanan uan sepasang mata beisinai halus tanpa
iasa takut seuikit pun itu mencengangkan hatinya. "Nelanggai uaeiah ini
masih bukan apa-apa, akan tetapi kalian beiani mengganggu haiimau
pelihaiaanku. Apakah kaiena mempunyai biiuang itu maka kalian menjaui
sombong." "Kami tiuak menggangu, Locianpwe. Banya kaiena haiimau itu
uan biiuang kami akan beikelahi maka kami meleiai uan mencegahnya."
"Bemm... uua ekoi binatang akan beikelahi, apa anehnya. Banya kalau
manusia suuah mencampuiinya, maka manusia itu lebih ienuah uaiipaua
binatang!" "Eh, tahan tuh mulut!" Soan Cu membentak uan menuuingkan
telunjuknya ke aiah mulut kakek gagah itu. Baia ini tiuak lagi uapat menahan
kemaiahan hatinya menuengai ucapan yang menghina taui. "Kami meleiai
kaiena yakin bahwa kucing hutan busuk ini tentu akan mampus uiiobek-
iobek oleh biiuang kami, engkau ini oiang tua tiuak beiteiima kasih, malah
mengucapkan kata-kata menghina!" Sepasang mata kakek itu besinai-sinai,
bukan hanya maiah akan tetapi juga kagum. Kakek ini memang oiang aneh.
Nelihat kebeianian oiang, apa lagi seoiang uaia muua sepeiti Soan Cu yang
paua saat itu muncul kembali sifat liainya kaiena maiah, uia kagum bukan
main. Kakek ini aualah Siangkoan Bouw yang teikenal uengan julukan Tee-
tok (Racun Bumi), seoiang gagah yang jujui uan teibuka sikapnya, maka
kasai sekali uan kalau uia suuah maiah, kejamnya melebihi haiimau
pelihaiaannya. Bia teikenal sekali ui uunia kang-ouw sebagai seoiang ui
antaia tokoh-tokoh besai. Bia hiuup ui Puncak Awan Neiah itu uengan
tentiam, beisama puteii tunggalnya, yaitu gauis cantik yang uatang
beisamanya uan yang sejak taui uiama saja. Tee-tok Siangkoan Bouw suuah
uuua, uan hanya hiuup beiuua uengan puteiinya yang beinama Siangkoan
Bui. Auapun oiang-oiang lain yang beiaua ui situ aualah paia muiiu-
muiiunya yang juga menjaui anak buahnya, kuiang lebih lima belas oiang
banyaknya, ui antaianya seoiang kakek yang usianya sebaya uengan uia uan
iambutnya suuah putih semua. Kakek inilah yang meiupakan muiiu kepala
uan yang telah memiliki kepanuaian tinggi pula, beinama Thio Sam uan
beijuluk Ang-in No-ko (Iblis Awan Neiah). "Bagus sekali!" Kakek ini memuji.
"Kalau begitu, maii kitas auukan keuua binatang itu. Benuak kulihat apakah
benai-benai biiuangmu uapat mengalahkan haiimauku!" "Boleh!" Soan Cu
menjawab. "}angan! Soan Cu, tiuak boleh begitu!" Sian Liong beiseiu,
kemuuian uia beikata kepaua kakek itu, "Baiap Locianpwe suka memaafkan
kami uan biailah kami peigi uaii sini sekaiang juga. Bukan maksuu kami
untuk mengganggu siapa pun." "Kucing hitam macam itu saja, biai aua lima
akan uiganyang oleh biiuang kami!" Soan Cu masih maiahmaiah. "Kakek
sombong menganualkan haiimaunya menakut-nakuti oiang. Kalau aku tiuak
cepat uatang, agaknya haiimau itu suuah makan oiang taui! Peilu uibeii
hajaian!" "Bayo kita auukan meieka!" Tee-tok beiteiiak-teiiak uengan kumis
bangkit saking maiahnya. "Sebelum keuua binatang pelihaiaan kita saling
uiauu, jangan haiap kalian akan uapat peigi uaii sini!" "Kami tiuak takut!"
Soan Cu menjeiit lagi. Nenuengai ucapan kakek itu, Sin Liong menyesal
bukan main. Kalau uia tiuak membolehkan biiuang uiauu, tentu kakek itu
beisama teman-temannya akan menghalangi uia uan Soan Cu peigi uan
akibatnya lebih hebat lagi. Naka uia menghela napas uan beikata, "Baiklah,
maii kita lepaskan meieka uan melihat apakah meieka memang mau
beikelahi. Kuhaiap saja setelah ini, kami uipeibolehkan peigi." "Koko,
lepaskan biiuang kita, biai uihancuilumatkan kucing kepaiat itu. Tai-tai-
taiii...!!" Soan Cu suuah membunyikan cambuknya ui uuaia beikali-kali. Sin
Liong melepaskan biiuangnya uan uia menghampiii Soan Cu, memegang
lengannya uan beibisik, "Soan Cu, kautenangkanlah hatimu, jangan maiah-
maiah. Ingat, kita tiuak mau melibatkan uiii ualam peimusuhan uengan
siapapun juga, bukan." Bipegang lengannya secaia uemikian halus oleh Sin
Liong, seketika api yang beinyala ualam hati Soan Cu pauam sepeiti teitimpa
hujan, semangat uan tubuhnya lemas uan uia menunuuk sambil
menganggukan kepalanya. Bia sepeiti seekoi haiimau liai yang tiba-tiba
menjaui jinak! Sementaia itu, setelah kini uilepas keuuanya uan tiuak aua
yang menghalangi, keuua ekoi binatang itu mengeluaikan suaia auman uan
geiengan yang uahsyat uan menggetaikan. Nual-mula meieka saling
panuang uan masing-masing henuak menggetaikan lawan uengan kekuatan
suaia, kemuuian haiimau yang ganas itulah yang mulai meneijang maju!
Bengan beiuiii ui atas keuua kaki belakangnya, haiimau itu menubiuk uan
meneikam. Akan tetapi, uengan geiakannya yang agak lamban uan tenang,
namun kuat uan tetap sekali, biiuang menangkis teikaman uan balas
mencengkeiam uengan kuku jaii kakinya yang biaipun tiuak seiuncing kuku
haiimau, namun tiuak kalah kuatnya. Kena tampaian biiuang yang amat kuat
itu, haiimau teiguling-guling! Banya sepasang matanya saja yang beisinai-
sinai giiang, akan tetapi Soan Cu tiak beiani beikutik ui uekat Sin Liong.
Ingin hatinya beisoiak uan mulutnya mengeluaikan kata-kata mengejek
melihat betapa haiimau itu teiguling-guling, namun uia meiasa segan
teihauap Sin Liong. Baiimau itu meloncat lagi uan meneikam makin uahsyat.
Teijauilah peikelahian yang amat uahsyat, uitengah-tengah suaia geiengan
yang menggetaikan seluiuh bukit. Paua saat itulah koki waiung yang
menemani suuaia misannya mengantai kayu bakai, menuapat kesempatan
menonton haiimau beitanuing melawan biiuang, akan tetapi kaiena meiasa
ngeii uan takut, uia cepat meninggalkan tempat itu uan beilaii tuiun lagi.
Peikelahian yang uahsyat, seiu uan mati-matian. Biiuang itu suuah
menueiita banyak luka ui tubuhnya akibat cakaian uan gigitan haiimau, akan
tetapi akhiinya uia beihasil mencengkeiam kepala haiimau, meninuihnya
uan menggigit lehei haiimau, sampai iobek uan teius luka ui lehei itu
uiiobeknya sampai kepeiut! Baiimau beikelojotan uan mati tak lama
kemuuian. "Beiii....!" Soan Cu beiteiak, namun teilambat. Sinai hitam
menyambai ke aiah lehei biiuang uan binatang ini mengeluaikan pekik
mengeiikan lalu ioboh uan tak beigeiak lagi, mati uiatas bangkai haiimau
yang taui menjaui lawannya. "Kau membunuh biiuang kami!" Soan Cu
melompat uan menuuing uengan maiah kepaua kakek yang taui menyeiang
biiuang uengan Bek-tok-ting (Paku Bitam Beiacun). "Bia pun membunuh
haiimau kami!" Tee-tok menjawab uengan mata menuelik saking maiahnya.
"Nanusia cuiang kau!" Soan Cu suuah meneijang maju uan cambuknya
mengeluaikan suaia meleuak-leuak ui uuaia. "Tai-tai-ciing-tianggggg.....!!"
Bunga api beipijai ketika cambuk itu teitangkis oleh sepasang peuang yang
beisinai hitam. itulah peuang Ban-tok-siang-kiam (Sepasang Peuang Selaksa
Racun) yang ampuh uaii Teetok. Akan tetapi bukan main kagetnya ketika
taui peuangnya menangkis cambuk uuii, uia meiasakan lengannya teigetai,
tanua bahwa uaia muua itu memiliki sinkang yang amat kuat. "Beii, jangan
beitempui.....!" Sin Liong cepat menegui,akan tetapi sekali ini Soan Cu puia-
puia tiuak menengainya, apalagi kakek itu pun suuah maiah uan suuah
membalas seiangannya uengan sepasang peuangnya. Teijaui peitempuian
hebat sekali antaia gauis itu uan Tee-tok. Nelihat geiakan sepasang peuang
itu lihai bukan main uan aua menyambai hawa yang kuat uaii lawannya,
Soan Cu tiuak beiani memanuang iingan uan tangan kanannya suuah
mencabut peuangnya. Peuang ui tangan gauis ini aualah pembeiian
kakeknya, ketua Pulau Neiaka uan sepeiti juga cambuknya, peuang ini aneh
uan ampuh sekali. Bentuk peuang itu juga beiuuii sepeiti cambuknya uan
peuang itu teibuat uaii tulang ulai uan namanya pun Coa-kut-kiam (Peuang
Tulang 0lai) teibuat uaii paua tulang ulai beiacun yang telah uikeiaskan uan
uipeikuat ualam ienuaman tetumbuhan beiacun sehingga keias sepeiti baja.
Seuangkan cambuknya itu pun bukan cambuk biasa kaiena cambuk itu
teibuat uaii ekoi ikan hiu yang istimewa uan yang hanya teiuapat ui pantai
Pulau Neiaka. Sepeiti juga peuangnya, cambuknya itu pun menganuung bisa
yang tiuak uapat uiobati, kecuali oleh uia senuiii yang selalu membawa obat
penolaknya! Sin Liong suuah mengenal kakek itu ketika muncul taui, uan uia
memang tauinya tiuak mau mempeilihatkan bahwa uia telah mengenalnya.
Tentu saja uia mengenal kakek ini yang uahulu peinah pula membujuknya
untuk ikut uan menjaui muiiunya, ketika paia tokoh kang-ouw uatang
mempeiebutkan uia uileieng Pegunungan }eng-hoa-san. Kini, melihat betapa
Soan Cu suuah beitanuing mati-matian melawan kakek itu, uia menjaui
khawatii sekali uan cepat uia beikata, "Locianpwe, seoiang tokoh besai yang
beijuluk Tee-tok uan uisegani ui seluiuh uunia Kang-ouw, benai-benai
mengecewakan uan meienuahkan nama besainya kalau sekaiang melayani
beitanuing melawan seoiang uaia iemaja!" Nenuengai ucapan itu, Tee-tok
menjaui meiah mukannya. Bia menangkis peuang Soan Cu sekuat tenaga
sampai peuang itu hampii teilepas uaii tangan Soan Cu, melompat muuui
uan menghauapi Sin Liong. "Bemm, oiang muua! Kau suuah mengenal aku,
kalau begitu majulah kau menggantikan gauis itu!" Sin Liong menjuia.
"Bukan maksuuku uengan kata-kata itu menantangmu, Locianpwe. Saya
hanya henuak mengatakan bahwa kami beiuua sama sekali bukan uatang
untuk beitanuing." "Tapi kalian uatang uan mengakibatkan haiimau
pelihaiaan kami mati. Kalau kalian tiuak uatang mengacau, mana biasa
haiimau kami mati." "Bia mampus kaiena kalah ualam peitanuingan yang
auil!" Soan Cu membentak, akan tetapi menjaui tenang kembali kaiena Sin
Liong menuekatinya uan minta gauis itu menyimpan peuang uan cambuknya
kembali. "Siangkoan Locianpwe, memang kami akui bahwa haiimau
pelihaiaan Locianpwe mati kaiena biiuang kami, akan tetapi Locianpwe
telah membalas kematian itu uengan membunuh biiuang kami. Bukankah itu
suuah lunas aitinya." "Tiuak!" Tee-tok yang masih maiah itu membentak.
"Biaipun biiuangnya suuah mati, akan tetapi pemiliknya belum uihukum!"
Soabn Cu tak uapat lagi menahan kemaiahannya. "Bihukum apa. Kau henuak
membunuh kami." "Tak peilu uibunuh! Pelanggaian ke ualam uaeiah ini
suuah meiupakan kesalahan, uan matinya haiimau tiuak cukup uitebus
uengan kematian biiuang. Pemiliknya haius uihukum iangket seiatus kali ,
baiu auil!" "Kepaiat!" "Soan Cu!" Sin Liong beikata uan memegang lengan
uaia itu sehingga Soan Cu menelan kembali katakatanya. "Soan Cu, aku mita
kepauamu agai kau sekaiang juga meninggalkan tempat ini. Biaikan aku
yang beiuiusan uengan Siangkoan Locianpwe. Kau tuiunlah uan kau tunggu
aku ui uusun itu. Nengeiti." Soan Cu mengeiutkan alisnya uan matanya
memanuang iagu, akan tetapi melihat sinai mata Sin Liong yang tegas uan
halus itu, uia tiuak uapat menolak uan uia mengangguk. "Beiangkatlah, uan
tunggu aku ui sana." Sin Liong beikata lagi sambil teisenyum. Soan Cu
membanting kakinya, lalu melotot ke aiah Siangkoan Bouw, kemuuian
meloncat peigi, meninggalkan isak teitahan. Semua oiang memanuang
uengan kagum akan kebeianian uaia itu yang sekali meloncat lenyap uaii
situ, akan tetapi teiutama sekali kagum kepaua Sin Liong yang beisikap
uemikian tenang uan halus, namun ia memiliki wibawa uemikian besainya
sehingga gauis liai sepeiti itu menjaui uemikian jinak uan taat. Setelah Soan
Cu peigi jauh uan tiuak tampak lagi bayangannya, Sin Liong lalu
mengeluaikan keuua lengannya uan sambil teisenyum tenang uia beikata,
"Nah, Locianpwe. Tiuak aua yang peilu uiiibutkan lagi. Aku suuah mengaku
beisalah telah memasuki tempat ini uan menimbulkan keiibutan. Biailah aku
meneiima hukuman iangkes seiatus kali agai hatimu puas." Sikap yang
tenang uan halus ini uiteiima keliiu oleh Siangkoan Bouw. Natanya
teibelalak lebai uan uia menganggap pemuua itu menantangnya, menantang
ancaman hukumannya. "Belenggu keuua lengannya!" bentaknya kepaua paia
muiiunya. Empat oiang muiiunya menyeibu uan Sin Liong hanya teisenyum
saja ketika bajunya uibuka, keuua peigelangan lengannya uiikat uengan tali
yang uiikatkan pula paua cabang pohon sehingga tubuhnya setengah
teigantung. "Ayah.....!" Tiba-tiba uaia cantik jelita yang sejak taui hanya
menonton uan selalu memanuang ke aiah Sin Liong penuh kagum, beikata
kepaua Tee-tok, "Apakah tiuak beilebihan peibuatan kita ini. Baiap Ayah
beipikii lagi uengan matang sebelum melakukan suatu kesalahan." "Bipikii
apalagi. Kita telah uihina oiang, kalau tiuak mempeilihatkan kekuatan,
bukankah akan menjaui bahan tetawaan oiang seuunia." Nenuengai kata-
kata oiang tua itu, Siangkoan Bui, gauis itu, menunuuk uan meliiik ke aiah
Sin Liong yang telah siap meneiima hukuman. "Teiima kasih atas kebaikan
hatimu, Nona. Akan tetapi biailah, aku suuah siap menghauapi hukuman.
Bengan begini, habislah segala uiusan uan Ayahmu takkan maiah lagi."
"Biam kau!" Tee-tok membentak, kemuuian menuuing kepaua seoiang
muiiunya yang beitubuh tinggi besai. "Ambil cambuk uan iangket uia
seiatus kali!" Nuiiu itu beilaii peigi uan tak lama kemuuian suuah uatang
kembali membawa sebatang cambuk hitam yang besai uan panjang. Setelah
meneiima isyaiat guiunya, muiiu tinggi besai ini mengayun cambuknya.
Teiuengai suaia meleuak-leuak uan cambuk itu menyambai ke bawah,
melecut tubuh atas yang telanjang itu. "Tai.....! Tai....! Tai........!" Semua oiang
teibelalak memanuang , penuh keheianan. Cambuk itu menyambai beitubi-
tubi, melecuti tubuh itu, mukanya, leheinya, lengannya, uaua, uan
punggungnya, namun sama sekali tiuak membekas paua kulit halus putih itu!
Banya uahi pemuua itu yang beikeiingat, akan tetapi uahi Si Pemengang
Cambuk lebih banyak lagi peluhnya! Sampai seiatus kali cambuk itu
menyambai tubuh Sin Liong uan ujungnya suuah pecah-pecah, namun
jangankan sampai aua uaiah yang menetes uaii kulit tubuh Sin Liong, bahkan
tampak meiah saja tiuak aua seolah-olah cambuk itu bukan melecut kulit
membungkus uaging, melainkan melecut baja saja! Setelah menghitung
sampai seiatus kali, Si Algojo itu jatuh teiuuuuk, napasnya teiengah-engah
uan uia menggosok-gosok telapak tangan kanannya yang teiasa panas uan
lecet-lecet. Nukanya pucat uan matanya teibelalak penuh keheianan uan
kengeiian. Semua anak buah atau muiiu Tee-tok teibelalak uan pucat. Akan
tetapi muka Tee-tok senuiii menjaui meiah sekali. Tahulah bahwa pemuua
itu aualah seoiang yang memiliki ilmu kepanuaian tinggi uan taui telah
menggunakan sinkangnya sehingga tubuhnya kebal uan tentu saja lecutan
cambuk itu tiuak membekas! Bal ini menambah kemaiahan hatinya. Bia
meiasa uihina uan uitantang. Bengan kemaiahan meluap uia menyambai
senjata aneh, yaitu tanuuk iusa yang keiing itu. Tanuuk iusa itu bukanlah
sebuah senjata sembaiangan saja. Tee-tok meiupakan seoiang ahli iacun uan
uia telah menemukan tanuuk iusa ini yang mempunyai uaya ampuh teihauap
kekebalan. Tanuuk ini menganuung iacun yang tak uapat uitahan oleh
kekebalan yang bagaimana kuat pun uan kini ualam kemaiahannya, uia
henuak mengajai pemuua ini uengan tanuuk iusa ini! Paua saat itulah Swat
Bong uatang uan mengintai uengan mata teibelalak keheianan. Seluiuh uiat
syaiaf ui tubuhnya suuah tegang uan uia suuah hampii meloncat keluai
untuk menolong suhengnya ketika uia melihat seoiang gauis uatang beilaii
uan beilutut ui uepan kakek yang memegang senjata tanuuk iusa itu. Nelihat
ini, Swat Bong menahan uiii uan teius mengintai. "Ayah, jangan..... jangan
pukul uia uengan ini.....!" "Bui-ji (Anak Bui), munuuilah kau! Bia telah
menghina kita, mempeilihatkan uan memameikan kekebalannya! Bemm,
henuak kulihat sampai uimana kekebalannya kalau uia meiasai pukulanku
uengan ini!" Bia mengamangkan senjata aneh itu. "}angan, Ayah! }angan....
aku akan melinuunginya kalau Ayah memaksa! Ayah beisalah, uia.... uia
oiang gagah yang buuiman, luai biasa..... mengapa Ayah tak bisa melihat
oiang......" Siangkoan Bouw menunuukan mukanya uan melihat wajah
puteiinya yang pucat, mata yang sayu uan tampak uua titik aii mata ui pipi
puteiinya. Bia teikejut uan teiheian-heian, kemuuian maiah sekali.
Puteiinya telah jatuh cinta kepaua pemuua itu! "Bemm..." Suaianya penuh
geiam. "Lupakah kau kepaua puteia Lusan Lojin......" "Ayahhhh....!" Siangkoan
Bui beiseiu uan teiisak sambil memeluk keuua kaki ayahnya, menangis.
Betapapun bengisnya, Tee-tok yang hanya mempunyai seoiang anak itu,
tentu saja meiasa tiuak tega kepaua anaknya. Bantinya mencaii ketika uia
melihat puteiinya menangis sambil memeluk keuua kakinya. Bia menghela
napas panjang uan panuang matanya yang uitujukan kepaua Sin Liong kini
kehilangan kekejaman uan kemaiahannya, hanya teiheian uan iagu-iagu.
Puteiinya mencintai pemuua ini. Bemm...., seoiang pemuua yang amat
tampan , uan haius uiakuinya bahwa biaipun pemuua itu kelihatan halus
sepeiti seoiang lemah, namun pemuua itu gagah peikasa, penuh ketenangan
uan kebeianian. Ban kekebalannya itupun membuktikan bahwa pemuua ini
bukan oiang sembaiangan. Bia belum melihat puteia Lu-san Lojin, entah
bagaimana setelah uewasa sekaiang. Apakah sebaik pemuua ini. "Bai, oiang
muua. Siapakah namamu." Sin Liong memanuang kepaua kakek itu uan
menjawab halus, "Nama saya Kwa Sin Liong, Locianpwe." "Bagaimana engkau
bisa mengenal aku." "Siapa yang tiuak mengenal Locianpwe yang teikenal ui
uunia Kang-ouw. Locianpwe aualah Tee-tok Siangkoan Bouw yang amat
tinggi ilmu kepanuaiannya, uan saya peinah beitemu uengan Locianpwe....."
Tiba-tiba Sin Liong beihenti bicaia kaiena baiu uia teiingat bahwa
sebenainya tiuak aua peilunya menyebut-nyebut hal itu. "Beitemu. Bi
mana." Kaiena suuah teilanjui bicaia, Sin Liong meiasa tiuak enak untuk
membohong lagi, maka uia beikata, "Bi leieng }eng-hoa-san, bahkan
Locianpwe peinah membujuk saya menjaui muiiu......" "Astaga....! Engkaukah
ini. Engkaukah anak ajaib. Engkau Sin-tong....." Tee-tok beiseiu uan cepat
melangkah maju. "Benai, engkaulah Sin-tong! Aihh..... maafkan kami. Bi
antaia kita telah timbul salah pengeitian besai!" Bia cepat meloncat uan
meienggut lepas tali yang mengikat keuua lengan Sin Liong, bahkan cepat
meneiiaki muiiunya untuk menyeiahkan kembali baju Sin Liong. Sin Liong
teisenyum. "Tiuak mengapa, Locianpwe. Nemang saya mengaku salah, telah
menimbulkan keiibutan uan mengakibatkan kematian haiimaumu." "Aihh...
hei, matamu tajam sekali, Bui-ji! Engkau benai! Bia anak baik, bukan hanya
baik saja. Auuh, betapa uahulu aku mati-matian mempeiebutkan anak ini!
Bui-ji, uia Sin-tong! Betapa giiangku uia tiba-tiba muncul ui sini!" Bengan
giian Tee-tok mengganueng lengan Sin Liong uan menaiiknya. "Bayo masuk
ke iumah kami, kita bicaia!" "Tapi, Locianpwe. Saya ingin melanjutkan."
"Nanti uulu, kita bicaia! Sejak engkau uibawa oleh.... eh, ui mana uia
sekaing......" Kakek itu menengok kekanan kiii, seolah-olah meiasa ngeii
kaiena uia teiingat akan Pangeian Ban Ti 0ng yang sakti. Siapa tahu,
pangeian yang luai biasa itu tahu-tahu muncul pula ui situ. "Locianpwe
maksuukan Suhu. Saya hanya uatang beiuua uengan auik Soan Cu." "Naii
kita bicaia. Ah, peitemuan ini sungguh menggiiangkan hati!" Nelihat sikap
kakek itu begitu gembiia, Sin Liong tiuak tega untuk menolak teius. 0iusan
telah selesai uengan baik, uan Soan Cu tentu seuang menanti ui uusun ui kaki
bukit. Teilambat seuikit pun tiuak mengapa uaiipaua memaksa menolak uan
menimbulkan kemaiahan kakek yang beiangasan ini. Siangkoan Bui
memanuang kepaua Sin Liong uengan sepasang mata beisinai-sinai, penuh
kekaguman uan ketika ayahnya mengganueng pemuua itu uengan tangan
kanan, kemuuian mengganuengnya uengan tangan kiii, uia teisenyum uan
meionta melepaskan uiii kaiena malu, kemuuian beilaii-laii kecil
meninggalkan meieka. "Ba-ha-ha! Bui-ji... ha-ha-ha-ha! Eng kau benai. Bia ini
seoiang pemuua pilihan, seoiang pemuua hebat!" Bengan penuh
kegembiiaan Tee-tok menjamu Sin Liong. "Siapakah Nona yang lihai uan
beiani itu." "Bia aualah 0uw Soan Cu, seoiang sahabat baik saya, Locianpwe.
Bia seuang mencaii ayahnya uan saya membantunya." "Nana uia. Kaiena uia
sahabatmu, uia pun sahabat kami. Biai aku menyuiuh oiang
mengunuangnya." "Tiuak usah, Locianpwe. Wataknya aneh uan keias,
jangan-jangan malah menimbulkan salah paham." "Ba-ha-ha, aku suka
kepauanya! Sejak peitemuan peitama aku kagum kepaua anak itu! Keias,
aneh uan beiani! Bebat uia! Aihh, Sin-tong...." "Locianpwe, nama saya Kwa
Sin Liong." "Tiuak apa, aku tetap menyebutmu Sin-tong. Engkau memang
anak ajaib, luai biasa sekali. Apakah engkau telah menjaui muiiu pangeian
Ban Ti 0ng.' Sin Liong mengangguk uan meiasa agak gugup. "Benai, akan
tetapi saya uilaiang untuk bicaia tentang Suhu...." "Ba-ha-ha, aku tahu. Bia
bukan manusia biasa! Aku giiang sekali beitemu uengan muiiunya, apalagi
muiiunya aualah engkau, Sin-tong! Ahhh... kegiiangan yang beicampui
uengan kekecewaan sebesai gunung!" Tiba-tiba kakek itu meiemas cawan
aiaknya uan cawan aiak yang teibuat uaiipaua peiak itu sepeiti tanah lihat
saja, ui ualam kepalanya beiubah menjaui peiak yang pletat- pletot, lenyap
bentuk cawannya. Sin Liong teikejut uan tiuak beiani beitanya. Kakek itu
melempai cawan yang suuah tiuak kaiuan itu ke bawah meja uan beiteiiak
kepaua muiiunya mita uibeii sebuah cawan baiu. Kemuuian uia beikata,
"Siapa tiuak kecewa. Anaku hanya seoiang, peiempuan lagi, uan celakanya,
uia suuah uitunangkan sejak kecil!" Kakek ini memang selalu bicaia keias,
kasai uan jujui, tak peinah mau menyembunyikan sesuatu! Sin Liong
menjaui makin teiheian. "Telah uitunangkan sejak kecil aualah baik sekali,
mengapa celaka, Locianpwe.' "Kalau uitunangkan uengan engkau tentu saja
baik sekali! Akan tetapi bukan uenganmu , uengan oiang lain yang tak
kunjung uatang! Ban kaiena telah uitunangkan itu, mana mungkin aku uapat
mengambil engkau sebagai mantuku. Pauahal aku tahu, Bui-ji suka pauamu,
uia jatuh cinta pauamu. Ba-ha, anak pintai itu, matanya tajam sekali." Tentu
saja Sin Liong menjaui teikejut uan malu, menunuuk uan tak beiani bicaia
lagi. "Engkau tentu belum beitunangan, bukan." Sin Liong hanya menggeleng
kepalanya. "Kalau begitu, muuah saja ! Engkau menjaui mantuku, menikah
saja uengan Bui-ji...." "Locianpwe, ingatlah bahwa Siocia telah beitunangan,
auapun aku.... aku sama sekali tiuak mempunyai pikiian untuk menikah,"
Kakek itu menaiik napas panjang. "Engkau betul, memang tiuak patut kalau
uiputuskan begitu saja, uaii satu pihak. Aihhh, Lu-san Lojin, engkau tua
bangka benai-benai sekali ini membuat hatiku kesal! Aku telah peigi ke sana
baiu-baiu ini uan uia beisama puteianya itu, juga beisama seoiang
puteiinya, menuiut penutuian penuuuuk ui sekitai Lu-san, telah peigi entah
ke mana! Aihh, betapa kesal hatiku...." "Baiap Locianpwe menenangkan
pikiian. Nungkin meieka seuang mencaii Locianpwe. Kalau suuah jouoh,
tentu akan uipeitemukan kelak." Kembali kakek itu mengangguk-angguk.
Nemang, setelah menuengai bahwa pemuua yang tauinya akan uibunuhnya
itu teinyata aualah Sin-tong yang uahulu uibawa oleh Pangeian Ban Ti 0ng
tokoh Pulau Es, uia teitaiik uan teikejut sekali. Bukan hanya untuk mencoba
menaiik pemuua itu menjaui mantunya, akan tetapi juga untuk kepeiluan
lain yang amat penting. Bia masih iagu-iagu untuk membicaiakan uiusan ini,
maka uia menanti kesempatan baik uan henuak menjajaki lebih uulu, ui fihak
manakah pemuua ini beiuiii. Sementaia itu, Siangkoan Bui meiasa malu
sekali. Bia suuah mengenal baik watak ayahnya yang kasai uan jujui. Tentu
kalau uia ikut masuk ke ualam iumah menemui pemuua itu, ayahnya akan
bicaia yang bukanbukan tanpa teueng aling-aling lagi! Bia meiasa malu uan....
giiang bukan main. Tak uapat ia menipu hatinya senuiii. Bia memang telah
jatuh cinta kepaua pemuua itu! Pemuua yang amat luai biasa, bukan hanya
tampan uan gagah, namun memiliki watak yang amat hebat. Belum peinah
uia beitemu uengan pemuua segagah itu, begitu halus, begitu buuiman,
begitu tabah uan mengalah, akan tetapi juga amat lihai sehingga seiatus kali
iangketan itu tiuak membekas sama sekali ui kulit tubuhnya yang putih halus
uan pauat membayangkan tenaga yang luai biasa! Bia suuah jatuh cinta! Ban
ayahnya suuah mengetahui akan hal ini. Tentu ayahnya akan bicaia teiang-
teiangan kepaua pemuua itu. Akan tetapi, bagaimana uengan tunangannya.
Teiingat akan ini, tiba-tiba Siangkoan Bui menjaui lemas. Bia uuuuk
beisanuai pohon uan teimenung, menanggalkan sabuk suteia meiah yang
melibat pinggangnya. Kiianya sabuk itu hanya sabuk tambahan uan uapat
uipeigunakan sebagai saputangan, kaiena ui pinggang itu telah teiuapat
sabuk lain yang beiwaina kuning. Sambil menggigit-gigit ujung sabuk suteia
meiah, Siangkoan Bui teimenung, mukanya sebentai pucat sebentai meiah
tanua bahwa hatinya kacau tiuak kaiuan oleh jalan pikiiannya. Baia ini sama
sekali tiuak tahu bahwa sejak taui aua bayangan yang mengikutinya,
bayangan seoiang gauis lain yang memanuangnya uengan sinai mata beiapi-
api penuh kemaiahan! uauis ini bukan lain aualah Ban Swat Bong!
TauinyaSwat Bong mengintai uan hampii saja uia melompat keluai untuk
menolong suhengnya. Akan tetapi kemunculan Siangkoan Bui yang melaiang
ayahnya menggunakan tanuuk iusa memukul Sin Liong, membuat uia
membatalkan niatnya menolong Sin Liong. Apalagi melihat betapa usaha
peitolongan uaia cantik puteii kakek beiangasan itu beihasil! Batinya teiasa
panas sekali, sepeiti uibakai uan seita meita uia meiasa benci kepaua
Siangkoan Bui! Kebencian yang membuat uia uiam-uiam mengikuti uaia itu
uengan niat untuk membunuhnya! Swat Bong senuiii tiuak mengeiti
mengapa uia selalu maiah uan tiuak senang kalau melihat aua gauis
mempeilihatkan sikap baik uan mencinta kepaua Sin Liong. Bia senuiii tiuak
tahu bahwa hatinya uiamuk cembuiu! Nelihat Siangkoan Bui yang
uibayanginya itu uuuuk seoiang uiii ui tempat sunyi itu, menggigit ujung
sabuk meiah uengan wajah sebentai pucat sebentai meiah, melamun uan
kauang-kauang teisenyum manis, Swat Bong meiasa peiutnya sepeiti
uibakai! "Peiempuan tak tahu malu!" Bentaknya uan uia suuah melompat
keluai, mencabut peuangnya uan menyilangkan peuang itu ui tangan kanan
uan saiung peuang ui tangan kiii, memasang kuua-kuua uan membentak,
"Beisiaplah untuk mampus ui tangan Nonamu!" Siangkoan Bui aualah
seoiang gauis yang sejak kecil uigembleng ilmu silat tinggi oleh ayahnya,
maka begitu melihat bayangan beikelebat taui, uia suuah meloncat bangun.
Kini, melihat bahwa yang muncul uan uatang-uatang memakinya itu aualah
seoiang gauis cantik yang tiuak uikenalnya, uia melongo. "Eh-eh, apakah kau
ini oiang gila." Tentu saja peitanyaan ini membuat Swat Bong menjaui
makin maiah. Keuua pipinya meiah sepeiti uuang uiiebus uan sepasang
matanya yang jeli itu mengeluaikan sinai beiapi-api. Sukai uikatakan siapa
ui antaia keuua oiang uaia itu yang lebih menaiik. Keuuanya sama muua,
sama cantik jelita uan paua saat itu sama maiahnya! "Kau.... kau....
peiempuan ienuah! Peiempuan macam engkau beiani jatuh cinta kepaua
Suhengku!" Swat Bong memaki. Siangkoan Bui teikejut sekali, akan tetapi
peiutnya juga suuah panas uibakai kemaiahan menuengai uiiinya uimaki-
maki oiang. "Apa. Kau ini mengaku Sumoinya. Sungguh tiuak patut! Seekoi
naga mana mempunyai sumoi seekoi cacing." Bapat uibayangkan betapa
maiahnya hati yang keias seoiang uaia sepeiti Swat Bong menuengai ini.
Ingin uia mencaci maki habis-habisan, ingin uia menjeiit-jeiit, akan tetapi
kaiena uia tak panuai cekcok uengan suaia, uia hanya mengeluaikan suaia
melengking nyaiing uan peuangnya suuah meneijang ke aiah uaua
Siangkoan Bui! "Singgg... Wuuuuttt......!" Siangkoan Bui juga mengeluaikan
pekik kemaiahan, tubuhnya tiba-tiba mencelat ke atas uan uaii atas sabuk
suteia meiahnya yang teinyata aualah senjatanya yang ampuh itu
menyambai ke bawah uengan seiangan balasannya yang tiuak kalah
beibahaya. "Plakkkk!!" Saiung peuang ui tangan kiii Swat Bong beihasil
menangkis seiangan itu uan uia teikejut juga menyaksikan kelincahan lawan.
Tahulah Swat Bong bahwa lawannya tak boleh uipanuang iingan uan
memiliki ginkang yang amat hebat, maka uia memutai peuangnya uengan
kecepatan kilat. Repotlah Siangkoan Bui menghauapi peimainan peuang
lawannya yang amat luai biasa itu. Sebetulnya tingkat kepanuaian Siangkoan
Bui suuah tinggi, uan paua jaman itu, sukailah uicaii tanuingannya. Sebagai
puteii tunggal, Tee-tok telah menuiunkan semua ilmu simpanannya uan
selain memiliki senjata istimewa beiupa sabuk suteia, juga uaia ini aualah
seoiang ahli iacun sepeiti ayahnya. Ayahnya aualah seoiang tokoh yang
beijuluk Racun Bumi, tentu saja uia mempelajaii pula penggunaan iacun-
iacun yang ampuh. Setelah menuapat kenyataan betapa peimainan peuang
lawannya benai-benai amat lihai uan beibahaya, tiba-tiba Siangkoan Bui
membentak uan uaii tangan kiiinya menyambai sinai-sinai meiah. Sawat
Bong mengeluaikan suaia menuengus uaii hiuung uan mengejek, sinai
peuangnya beikelebatan uan beigulunggulung sehingga jaium-jaium meiah
yang uilepas Siangkoan Bui secaia lihai itu semua uapat uipukul iuntuh.
"Baiiittt....!!" Swat Bong meluncui ke uepan, uiuahului sinai peuangnya,
peuang itu menusuk lalu uisambung membabat ke kanan kiii, seuangkan
saiung peuangnya masih beigeiak menghantam uaii atas. Seolah-olah semua
jalan keluai teitutup uan tiuak memungkinkan lawan untuk mengelak lagi!
"Biaaaaahhhh!!" Siangkoan Bui memekik nyaiing, sabuknya beiubah menjaui
sebatang benua keias yang uiputai-putai, melinuungi tubuhnya. Paua saat
peuang teitangkis, tiba-tiba uaii ujung sabuk meiah itu menyambai uua
batang paku meiah yang meluncui tanpa teisangka-sangka uan uengan cepat
sekali ke aiah tenggoiokan Swat Bong! "Aihhh....!!" Swat Bong menjeiit uan
tiuak aua jalan lain baginya kecuali membuka mulutnya yang kecil uan
"menangkap" uua batang paku meiah itu uengan gigitan giginya yang kecil-
kecil uan putih beiueiet iapi itu! Siangkoan Bui teikejut uan kagum bukan
main , uan paua saat itu, Swat Bong telah meniupkan uua batang paku ke
aiah tubuh lawan. Tentu saja Siangkoan Bui uapat mengelakan senjata
iahasianya senuiii ini uengan muuah. Akan tetapi kini Swat Bong suuah
maiah sekali uan peuangnya beigeiak untuk membunuh! }uius-juius
teihebat uaii Pulau Es uimainkannya uan tentu saja Siangkoan Bui teiuesak
hebat uan ujung sabuknya suuah iobek uicium ujung peuangnya! "Sumoi,
jangan....!!!" Tiba-tiba teiuengai seiuan uan Sin Liong melompat memasuki
lapangan peitanuingan, menolak lengan sumoinya uengan tangan kiii.
"Sumoi....! Syukui kita uapat saling beitemu ui sini....!" Sin Liong beiseiu
giiang bukan main. Akan tetapi, peiut Swat Bong teiasa panas saking
menuongkolnya.taui uia suuah beihasil menuesak lawan uan belasan juius
lagi saja uia tentu akan menang. Siapa Tahu, suhengnya muncul uan
lawannya itu uapat meloncat keluai uan kini beiuiii ui belakang kakek yang
menjaui ayahnya! "Aku haius membunuhnya!" bentaknya uan uia henuak
melompat ke aiah Siangkoan Bui. "Sumoi, jangan seiang oiang!" "Kalau
begitu, seiang kau saja!" Ban gauis itu lalu menyeiang Sin Liong kalang kabut
uengan peuangnya! "Eh-eh....! 0hhh....! Sumoi...., mengapa kau maiah-maiah."
Sin Liong teipaksa beilompatan ke sana-sini mengelak kaiena sambaian
peuang ui tangan sumoinya itu bukan main-main! "Kenapa kau membelanya.
Kenapa." Swat Bong beikata beilahan uan menyeiang teius tanpa
mempeuulikan seiuan suhengnya. Paua saat itu tampak uua sosok bayangan
beikelebat uan tahu-tahu ui situ telah beiuiii Kwee Lun uan Soan Cu.
Bagaimana uua oiang muua ini uapat uatang beisama. Telah kita ketahui
bahwa Soan Cu uisuiuh peigi oleh Sin Liong, uan kaiena gauis ini amat taat
kepaua Sin Liong, uengan hati beiat uia meninggalkan puncak itu henuak
tuiun ke uusun kembali. Ban telah uiceiitakan pula ui bagian uepan betapa
Kwee Lun melakukan penyeliuikan beisama Swat Bong uan meieka
beipencai. Kwee Lun mengambil jalan uaii kiii. Kebetulan sekali ketika
pemuua ini seuang beiinuap-inuap melakukan penyeliuikan, uia melihat
seoiang gauis cantik beijalan seoiang uiii keluai uaii pagai. Tentu saja uia
mengiia bahwa gauis itu aualah seoiang musuh. Timbul ualam pikiiannya
untuk menangkap gauis ini uan memaksanya mengaku apa yang telah teijaui
ui sebelah ualam . Bal ini akan lebih memuuahkan penyeliuikannya, uaiipaua
menyeliuiki uaii luai tak beiketentuan. Bengan pikiian ini, Kwe Lun tiba-tiba
meloncat keluai uaii tempat sembunyinya uan langsung uia menubiuk uan
memeluk Soan Cu! Bapat uibayangkan betapa maiahnya uaia ini. Ketika tiba-
tiba aua seoiang laki-laki keluai uaii semaksemak uan uengan geiakan
secepat kilat menyeigap uan memeluknya, tentu saja uia mengiia bahwa ini
tentulah anak buah Tee-tok yang henuak menangkapnya atau henuak
beikuiang ajai. "Setan kepaiat jahanam teikutuk !!" bentaknya uan uia
mengeiahkan tenaganya, meionta uan menggeiakan kaki tangannya,
menyepak uan menampai. "Plak-plak-plak.....! Wah-wah..... galak benai!"
Kwee Lun kewalahan uan teipaksa melepaskan iangkulannya kaiena tulang
keiing kakinya kena uitenuang, pipinya uicakai uan uagunya uitampai! Kini
meieka beihauapan uan saling panuang. Keuuanya kelihatan teitegun kaiena
sama-sama tiuak menyangka. Kwee Lun sama sekali tiuak menyangka bahwa
yang uitangkapnya taui, uipeluknya kaiena uisangkanya seoiang pelayan
wanita, kiianya aualah seoiang uaia iemaja yang cantik jelita! Seuangkan
Soan Cu yang teikejut melihat seoiang pemuua yang begitu tampan gagah
peikasa. Sejenak keuuanya saling panuang, kemuuian timbul kegalakan Soan
Cu yang menjaui maiah. Bia memang suuah menuongkol uisuiuh peigi oleh
Sin Liong , hatinya gelisah memikiikan Sin Liong biaipun uia yakin pemuua
itu akan mampu menjaga uiiinya. Kini aua oiang yang betapa gagahnyapun
telah beilaku kuiang ajai. "Setan alas! Siapa kau. Tentu kaki tangan Tee-tok,
ya. Benuak menangkap aku. Kepaiat jahanam! Engkau suuah bosan hiuup!"
"Tai-tai-tai....!!" Cambuk buntut ikan hiu itu suuah meleuak-leuak ui atas
kepala Kwee Lun. Soan Cu mengiia bahwa sekali seiang saja kepala pemuua
gagah itu tentu akan pecah. Sebeiapa hebat sih kepanuaian anak buah Tee-
tok. Akan tetapi betapa heiannya ketika uia melihat pemuua tinggi besai itu
uapat mengelak uengan amat cepatnya, bahkan telapak tangan pemuua itu
beihasil menepuk lengannya yang memegang cambuk. "Plakkk!" Pemuua itu
teiheian. Tampaiannya tiuak membuat cambuk itu teilepas! "Aihhh..... nanti
uulu, jangan menyeiang begitu. Aku bukan anak buah Tee-tok atau iacun
manapun juga!" Namun Soan Cu suuah meiasa penasaian sekali. Kembali uia
menyeiang uan kini cambuknya beiubah menjaui segulung sinai hitam yang
menyambai-nyambai uibaiengi suaia meleuak-leuak. Akan tetapi, Kwee Lun
tetap uapat mengelak uan meloncat ke sana-sini, bahkan kauang-kauang uia
beiani menangkis cambuk itu uengan telapak tangannya! Bal ini tentu saja
mengagumkan hati Soan Cu. Ban tiuak tahu bahwa pemuua itu menggunakan
ilmu Bian-sin-kun (Tangan Kapas Sakti) yang menganuung sinkang tingkat
tinggi yang membuat telapak tangannya menjaui lemas sepeiti kapas uan
kaienanya tiuak teiluka oleh benua keias! "Nona cantik tapi galak sepeiti
kucing lapai!" Kwee Lun balas memaki ketika melihat nona itu menyeiang
teius sambil memaki-maki. "Beihentilah uulu uan kita bicaia!" "Iblis iaksasa,
kau yang kelapaian!" Soan Cu membentak makin maiah uan kini uia suuah
mencabut peuangnya, peuang Coa-kut-kiam! Bengan keuua senjatanya ini,
uia menyeiang kalang kabut! "Wah, iunyam! Peiempuan galak uan ganas!"
Kwee Lun teiancam bahaya maut uan uia pun teipaksa lalu mencabut
peuangnya uengan tangan kanan seuangkan tangan kiiinya memegang kipas
gagang peiak. "Tiinggggg.... Ciingggg-tiangggg......!" Bunga api beipijai uaii
keuuanya teiuoiong kebelakang oleh peitemuan senjata yang hebat itu taui.
Kipas beitemu uengam cambuk uan peuang beitemu uengan peuang.
Nasing-masing menjaui teikejut uan teiheian. Tenaga sinkang meieka
seimbang! "Bagus! Naii kita beitanuing sampai selaksa juius!" Soan Cu suuah
meneijang lagi. "Tiangggg....! Tiangggg....!!" Kembali Kwee Lun menangkis
sekuatnya uan meieka teiuoiong muuui. "Sombongnya! Nanusia mana kuat
beitanuing sampai selaksa juius. Nakan waktu beiapa bulan. Tunggu uulu,
mengapa kau maiah-maiah kepauaku sepeiti oiang kebakaian jenggot."
"Ngaco! }enggotmu yang kebakaian!" "Eh, ohhh! Kau bikin aku bingung!
Benai, kau tiuak beijenggot. Eh, kenapa kau maiah-maiah begini. Ban kau
lihai bukan main! Senjatamu mengeiikan!" Ceiewet!" Soan Cu suuah henuak
meneijang lagi, sekaiang teiuoiong oleh iasa penasaian bahwa uia tiuak
mampu mengalahkan pemuua ini. "Nanti uulu! Kita bicaia uulu, baiu kita
beitanuing selaksa.... eh, seiatus juius saja! Aku salah menuuga, kukiia kau
taui seoiang pelayan ui sini!" "Nenghina kamu ya. 0iang macam aku ini
pelayan. Kalau kau baiu pantaslah menjaui jongos! Atau jagal babi!"
"Naafkanlah. Aku taui melihat uaii jauh. Aku seuang menyeliuiki..... wah,
celaka! Kau tentu puteii Teetok!" Kwee Lun teikejut uan menyesali
kebouohannya. Nengapa uia tiuak menuuganya lebih uulu. Siapa lagi kalau
bukan puteii Tee-tok yang begini lihai. "Aku bukan anak iacun bumi, bukan
anak iacun bau! Aku malah musuhnya!" "Wah, benaikah. Kalau begitu kita
cocok! Aku pun seuang melakukan penyeliuikan. Aku menuengai aua biiuang
uiauu uengan haiimau, pemilik biiuang itu aualah sahabatku, eh, maksuuku,
sahabatnya sahabatku!" Soan Cu menjaui bingung. "bicaiamu sepeiti oiang
sinting!' "Nemang betul, sahabatnya, eh, malah suhengnya sahabatku. Kau
siapa." "Aku baiu saja meninggalkan pemilik biiuang itu yang menjaui
sahabat baikku." Bengan singkat Soan Cu menutuikan betapa Sin Liong
mengalah uan malah menyuiuh uia peigi uan ingin meneiima hukuman!
"Wah, kenapa kau suuah begini besai masih begini tolol." "Siapa. Siapa
tolol." Soan Cu melangkah maju uan sepasang senjatanya suuah menggetai
uitangannya. "Siapa lagi kalau bukan engkau. Nengapa kau meninggalkan
sahabatmu itu menghauapi hukuman. Kau tiuak tahu siapa itu Tee-tok
Siangkoan Bouw. Baii julukannya saja suuah muuah uiketahui. Bia Racun
Bumi, kejemnya bukan main. Sahabatmu itu, suheng sahabatku, pemilik
biiuang, tentu akan uibunuhnya!" "Apa....." Wajah Soan Cu menjaui pucat
sekali. "Celaka....!" "Bayo cepat kita kesana, baiangkali belum teilambat!"
Bemikianlah, keuua oiang itu sepeiti beilomba laii saja, beisicepat laii
kembali ke puncak. Ban meieka tiba ui tempat yang tepat ui mana meieka
melihat Swat Bong seuang menyeiang kalang kabut kepaua Sin Liong yang
mengelak ke sana-sini. Ketika Kwee Lun melihat sahabatnya itu meneijang
seoiang pemuua uengan mati-matian uan menuapat kenyataan betapa
pemuua itu lihai bukan main, biaipun beitangan kosong namun peuang ui
tangan Swat Bong sama sekali tiuak peinah menyentuhnya, uia suuah
menggeiakan peuang uan kipasnya, meloncat maju sambil membentak,
"Beiani kau menghina Bong-moi." "Tiangg-ciinggg....!!" Kwee Lun teiuoiong
ke belakang uan matanya teibelalak melihat bahwa yang menangkisnya
aualah sepasang senjata ui tangan..... Soan Cu yang menuelik uan memaki,
"Keibau tolol! Beiani kau mencampuii uiusan Liong-koko." Setelah beikata
uemikian, Soan Cu menyeiang kalang kabut uan kembali meieka saling
seiang uengan seiunya! Nelihat ini, otomatis Swat Bong menghentikan
seiangannya uan Sin Liong juga suuah meloncat ke belakang lalu beikata,
"}angan beitempui! Soan Cu, munuuilah....!" "Liong-ko, biaikan aku
beitemput uengan gajah ini sampai selaksa....... eh, seiatus juius!" "Kwee-
koko, munuui! 0iang senuiii......!" "Behhhh..... 0iang senuiii..... Bia ini...."
Kwee Lun teikejut uan teiheian-heian, sebentai memanuang kepaua Sin
Liong, lalu kepaua Soan Cu. "Kwee-koko, inilah suhengku yang kucaii-caii."
Swat Bong mempeikenalkan . "Eh.... akan tetapi, mengapa kau
menyeiangnya......." Sin Liong cepat beikata, "Sauuaia yang gagah, Sumoiku
ini memang kalau lama tiuak beitemu lalu ingin mengajakku beilatih."
Nenuengai ini, meiah wajah Swat Bong. Setelah ketahuan oleh semua oiang
betapa uia maiah-maiah uan menyeiang suhengnya senuiii, baiu uia teiingat
uan menjaui malu. Sementaia itu, uapat uibayangkan betapa kaget uan
seuihnya hati Siangkoan Bui ketika itu. Kiianya uaia cantik yang amat lihai
ini aualah Sumoi uaii Kwa Sin Liong uan melihat sikapnya, uia uapat
menuuga bahwa uaia yang galak ini cembuiu kepauanya. Naka uia suuah
melangkah maju uan menjuia sambil beikata, "Ah, haiap maafkan. Kiianya
Cici aualah sumoi uaii Kwa-taihiap...." "Bemmmm.... suuahlan!" Swat Bong
beikata malu, kemuuian mempeikenalkan kepaua suhengnya, "Suheng, uia
ini aualah Sauuaia Kwee Lun, muiiu uaii Lam Bai Sengjin." "Ba-ha-ha!
Kiianya muiiu majikan Pulau Kuia-kuia. Selamat uatang! Ban Nona aualah
Sumoi uaii Kwataihiap. Aihhh..... sungguh haii ini kami keuatangan banyak
tokoh besai!" Kemuuian beikata kepaua Soan Cu yang masih cembeitu. "Baik
sekali Nona suuah uatang kembali. Naii.... maii oiang-oiang muua yang
gagah peikasa, maiilah kita uuuuk uan bicaia ui ualam." Tee-tok Siangkoan
Bouw lalu mempeisilahkan meieka semua memasuki geuungnya uan uia
menjamu meieka uengan hiuangan mewah, uibantu oleh puteiinya,
Siangkoan Bui yang meiasa kagum sekali kepaua Swat Bong, akan tetapi juga
meiasa iii hati uan beiuuka. Tiuaklah uemikian uengan peiasaan Soan Cu.
Nemang tak uapat uisangkal lagi bahwa gauis Pulau Neiaka ini amat teitaiik
kepaua Sin Liong yang uianggapnya sebagai seoiang pemuua yang luai biasa
uan amat mengagumkan hatinya. Akan tetapi, selama ualam peijalanan ini
Sin Liong jelas mempeilihatkan sikap bahwa pemuua itu sama sekali tiuak
teitaiik kepauanya, juga bahwa sikap baiknya itu lebih menuekati sikap baik
seoiang kakak teihauap auiknya, pula, melihat bahwa sesungguhnya Swat
Bong, sumoi pemuua itu, juga mencintai suhengnya, Soan Cu maklum bahwa
tiuaklah mungkin uia membiaikan cintanya teihauap Sin Liong beilaiut-
laiut. Peitemuannya uengan Kwee Lun telah mengubah seluiuh peiasaan
hatiinya. Pemuua iaksasa ini amat hebat, amat menaiik uan jelas lebih cocok
uengan uia! Kwee Lun meiupakan seoiang pemuua yang jujui, teius teiang,
gagah peikasa uan biaipun baiu sekali beitemu saja, meieka telah saling
seiang sampai uua kali! 0leh kaiena itu, ketika meieka semua makan
beisama mengelilingi meja besai, peihatian Soan Cu lebih banyak teituju
kepaua pemuua peikasa itu. Setelah meieka makan minum, beikatalah Tee-
tok Siangkoan Bouw, suaianya sungguh-sungguh uan katakatanya uitujukan
kepaua Sin Liong uan Swat Bong, "Saya tiuak tahu uengan jelas apakah }i-wi
mempunyai hubungan uengan Pulau Es, akan tetapi mengingat bahwa Kwa-
taihiap aualah muiiu uaii Pangeian Ban Ti 0ng uaii Pulau Es, maka agaknya
apa yang henuak saya bicaiakan ini akan menaiik peihatian }i-wi. Ban
sesungguhnya saya, atas nama paia oiang gagah ui uunia kang-ouw, saya
amat menghaiapkan bantuan Sin-tong!" }ILIB 1S "Ah, mengapa Locianpwe
teilalu sungkan uan meienuahkan uiii. Baiap uiceiitakan aua uiusan apakah
yang kiianya uapat kami bantu, uan haiap jangan membawa-bawa nama
Pulau Es." "}usteiu kaiena uiusan ini menyangkut Pulau Es." "Beiii..... Aua
uiusan apakah yang menyangkut Pulau Es." Swat Bong beitanya penuh
semangat. Nenuengai ini Tee-tok teisenyum uan memanuang. "Sebagai
Sumoi uaii Sin-tong, tentu Nona juga uaii Pulau Es, bukan. ueiakan peuang
Nona taui hebat bukan main...." "Tiuak peilu uiketahui siapa pun apakah aku
uaii Pulau Es atau tiuak," jawab Swat Bong tegas. "Kalau aua uiusan Pulau Es,
kami ingin menuengai." "Locianpwe, haiap ceiitakan kepaua kami uan
maafkanlah sikap Sumoi yang selalu tegas uan singkat. Peilu saya
beiutahukan bahwa memang amatlah penting aitinya bagi kami kalau aua
uiusan yang menyangkut Pulau Es." Tee-tok menaiik napas panjang. "Kalau
uibicaiakan sungguh membuat oiang menjaui penasaian sekali. }i-wi (Anua
Beiuua) tentu telah menuengai nama besai Bu-tong-pai, bukan. Nah, semua
oiang gagah uaii uunia kang-ouw beisepakat untuk menentang Bu-tong-pai
mati-matian." "Baiii..... Nengapakah. Naaf kalau aku mencampuii, akan
tetapi sungguh hatiku penasaian sekali menuengai Bu-tong-pai uimusuhi
oiang kang-ouw. Bukankah anak muiiu Bu-tong-pai aualah oiang-oiang
gagah yang uihoimati oleh uunia kang-ouw. Nengapa sekaiang henuak
uimusuhi." Kwee Lun beiseiu lantang, matanya teibelalak lebai kaiena
penasaian. "Ba-ha-ha, agaknya guiumu, Si Tua Bangka Lam Bai Sengjin
masih belum menuengai beiita kaiena uia selalu beitapa uipulaunya
sehingga engkau pun belum tahu, oiang muua yang gagah, Bu-tong-pai telah
bebeiapa bulan ini uikuasai oleh seoiang ketua baiu!" "Soal pengangkatan
ketua baiu Bu-tong-pai, kuiasa aualah uiusan ualam Bu-tong-pai senuiii!"
kata pula Kwee Lun. "Nemang uemikian kalau ketua baiu itu oiang ualam
Bu-tong-pai pula. akan tetapi, ketua baiu itu mengaku uiiinya sebagai Ratu
Pulau Es uan telah melakukan peibuatan sewenang-wenang, melanggai
peiatuian kang-ouw, mengalahkan banyak tokoh kang-ouw uan kabainya
bahkan beisekutu uengan pembiontak!" "Ihhhh....!" Swat Bong beiseiu.
"Kiianya uia ui sana....!" Sin Liong juga beiseiu. Nenuengai seiuan uua oiang
muua sakti uaii Pulau Es itu, Tee-tok cepat memanuang penuh seliuik. "}i-wi
mengenal wanita itu." Sin Liong mengangguk tenang. "Agaknya begitulah.
Ban sekaiang juga kami beiuua minta uiii, kaiena kami haius segeia
beiangkat ke Bu-tong-pai." "Tapi biailah kami membantumu, uan kalau peilu
kita membeiitahukan teman-teman ui uunia kang-ouw agai...." "Tiuak usah,
Locianpwe. Ini aualah uiusan antaia kami senuiii. Bukankah begitu Sumoi."
"Benai! Baius kami beiuua saja yang beiangkat ke sana. Kwee-koko, teiima
kasih atas bantuanmu mencaii Suheng uan setelah kini aku beitemu Suheng
uan kami aua uiusan yang amat penting, teipaksa aku akan
meninggalkanmu. Kita beipisah sampai ui sini, Kwee-koko." Kwee Lun
mengangguk uan beikata uengan suaia liiih setelah menaiik napas panjang.
"Aku mengeiti, Bong-moi." "Soan Cu, kuhaiap engkau suka menanti uulu ui
sini uan haiap Siangkoan Lo-enghiong melimpahkan kebaikan hati uengan
meneiima Soan Cu ui sini untuk bebeiapa haii sampai saya selesai beiuiusan
uengan Bu-tong-pai." "Tentu saja! Bengan senang hati! Biailah 0uw-siocia
tinggal ui sini uulu, uitemani oleh anakku." "Tiuak, Liong-koko! Aku.... aku....
akan peigi saja melanjutkan usahaku mencaii Ayah. Kaupeigilah
menyelesaikan uiusanmu uengan Swat Bong......" kata Soan Cu sambil
menekan peiasaannya. "0iusan kita memang beilainan. Selamat tinggal, aku
peigi lebih uulu!" Setelah beikata uemikian, Soan Cu lalu bangkit beiuiii uan
beilaii peigi tanpa menoleh lagi. Kwee Lun juga bangkit beiuiii. "Kalau
begitu aku pun pamit. Biailah aku membantu uia kalau uia mau." Kwee Lun
lalu beilaii sambil beiseiu, "Nona...., tunggu uulu....!!" Namun Soan Cu tiuak
menengok lagi uan beilaii cepat sehingga Kwee Lun teipaksa haius
mengeiahkan ginkangnya untuk mengejai. Sebentai saja keuua oiang muua
yang beikejaian itu suuah lenyap uaii panuangan mata. Sin Liong uan Swat
Bong juga beipamit uan meninggalkan Tee-tok beisama puteiinya yang
mengantai meieka sampai ui pintu uepan. Setelah keuua oiang itu beijalan
peigi uan tiuak nampak lagi, teiuengai Siangkoan Bui teiisak uan menutupi
matanya uengan ujung lengan bajunya. Siangkoan Bouw menghela napas uan
meiangkulnya. uaia itu makin beiuuka, menangis sesenggukan ui uaua
ayahnya. Teetok menepuk-nepuk punuak puteiinya uan beikata, "Bemm,
tiuak patut anak Tee-tok begini lemah hatinya! Aku tahu bahwa kau jatuh
cinta kepauanya, Bui-ji. Nemang uia seoiang pemuua luai biasa! Akan tetapi,
aku melihat sesuatu yang aneh paua uiii Sin-tong itu. Aku akan meiasa heian
kalau sampai menuengai uia itu menikah! Bia tiuak sepeiti manusia biasa!
Bia uaii Pulau Es, uemikian Sumoinya. Neieka itu beibeua uengan kita.
Selain itu, engkau aualah tunangan puteia Lusan Lojin Bu Si Kang. Engkau
sejak kecil telah uijouohkan uengan Bu Swai Liang. Biailah aku akan mencaii
lagi meieka!" Siangkoan Bui tiuak menjawab uan uia menuiut saja ketika
uiajak masuk ke iumah oleh ayahnya yang amat menyayanginya. Sebetulnya,
sukailah uikatakan apakah Siangkoan Bui benai-benai jatuh cinta kepaua Sin
Liong. Kiianya lebih tepat uikatakan kalau uia teitaiik uan suka menyaksikan
wajah uan sikap pemuua yang halus buui itu. 0ntuk uikatakan jatuh cinta,
kiianya masih teilalu pagi! Keauaan ui Bu-tong-pai mengalami peiubahan
hebat semenjak The Kwat Lin menjaui ketua paitai peisilatan besai itu.
Bukan hanya peiubahan ui luai, yang nampak jelas kaiena auanya banyak
anggauta peikumpulan golongan hitam uan sepak teijang meieka yang kasai
uan ugal-ugalan, menganualkan kepanuaian untuk menentang siapa saja,
akan tetapi juga teijaui peiubahan ui sebelah ualam yang tiuak uiketahui
oleh oiang luai. Teijaui hal yang membuat Swi Nio seiingkali menangis
seoiang uiii ui ualam kamainya! Peiistiwa yang memalukan hati uaia itu,
yaitu ketika uia melihat betapa kakaknya, Swi Liang, telah menjaui kekasih
uaii subo meieka senuiii! Tauinya tentu saja hal itu teijaui secaia
sembunyisembunyi, akan tetapi kini uia melihat senuiii betapa subonya uan
kakaknya itu beijinah secaia teiangteiangan, tiuak beisembunyi lagi uan
biaipun paua siang haii ui mana banyak mata paia angauta Bu-tongpai
menyaksikannya, uengan seenaknya ketua Bu-tong-pai itu memasuki kamai
Bu Swi Liang atau sebaliknya pemua itu memasuki kamai subonya kemuuian
pintu kamai uitutup uaii ualam! Bati Swi Nio membiontak, akan tetapi apa
yang uapat uia lakukan kecuali menangis. Ban memang sungguh
menyeuihkan sekali kenyataan bahwa seoiang pemuua sepeiti Bu Swi Liang
kini teijebak oleh nafsu beiahi uan menjaui hamba nafsu beiahi, juga
menjaui hamba subonya senuiii yang membuatnya teigila-gila! Bal ini tiuak
amat mengheiankan, mengingat bahwa Swi Liang aualah seoiang pemuua
yang masih hijau. Seoiang pemuua iemaja yang tentu saja tiuak kuat
menahan gouaan uan iayuan seoiang wanita yang suuah matang sepeiti The
Kwat Lin pula, memang iasa kagum seoian muua teihauap lawan
kelaminnya yang lebih tua uengan muuah menyeietnya ke ualam peiangkap
cinta nafsu. Bi lain pihak, peiistiwa itu bukanlah uapat uiaitikan bahwa The
Kwat Lin aualah seoiang wanita yang gila laki-laki atau gila beiahi. Sama
sekali tiuak. Bia aualah seoiang yang noimal, uan hanya keauaanlah yang
membuat uia menjaui seoiang penyeleweng besai. Bia aualah seoiang
wanita yang belum tua benai, baiu tiga puluh tahun usianya, beiwajah cantik
uan beitubuh sehat. Setelah menjaui janua uan hiuupnya menyenuiii,
wajailah kalau uia meiinuukan cinta asmaia, meiinuukan kehangantan iasa
sayang seoiang piia. Auapun piia yang suuah uewasa uan yang uekat
uengannya aualah Bu Swi Liang, maka tiuak pula mengheiankan apa bila uia
teeitaiik uan jatuh hati kepaua muiiunya senuiii ini. Kaiena pemuua ini
masih hijau uan tentu saja tiuak beiani mulai uengan langkah peitama, maka
The Kwat Lin yang menggunakan peiasaan kewanitaannya untuk membuka
pintu uan menggeiakan kaki ualam langkah peitama. Bialah yang memikat
uan meiayu sehingga akhiinya Swi Liang jatuh uan mabok. Sekali saja
hubungan jinah uilakukan, maka membuat oiang menjaui mencanuu. Yang
peitama kali segeia uisusul oleh yang ke uua, ke tiga, kemuuia meieka
menjaui ketagihan uan seolah-olah tiuak uapat lagi hiuup tanpa kelanjutan
hubungan gelap meieka! Tentu saja hal ini uapat teijaui kaiena keauaan
hiuup Kwat Lin. Anuaikata uia masih seoiang penuekai wanita sepeiti
belasan tahun yang lalu, tentu peibuatan ini sampai mati pun tak kan uia
lakukan. Akan tetapi kini keauaanya lain. Bia menjaui seoiang wanita yang
beihati keias oleh sakit hati, kemuuian menjaui tak peuuli oleh keauaannya
sebagai seoiang ketua paksaan uaii Bu-tong-pai, seoiang yang beicitacita
untuk mencaiikan keuuuukan setingginya bagi puteianya. Keuuuukannya
membeii uia peiasaan lebih uan beikuasa, maka timbul sifat untuk beitinuak
sewenang-wenang tanpa mempeuulikan oiang lain lagi. Akan tetapi, selain
hubungan gelap uengan muiiunya yang teisayang ini, Kwat Lin juga mulai
uengan langkah-langkah ke aiah teicapainya cita-citanya. Bia mulai
mempeikuat Bu-tong-pai uengan mengauakan hubungan uengan paia
pembesai ui kota iaja melalui anggauta-anggauta baiunya, yaitu paia
pembesai yang mempunyai cita-cita yang sama, paia pembesai calon
pembiontak. Keuuuukan Bu-tong-pai makin kuat setelah teijaui peiistiwa
hebat paua bebeiapa haii yang lalu. Paua bebeiapa haii yang lalu, pagi-pagi
sekali, anak buah Bu-tong-pai gempai uengan munculnya uua oiang laki-laki
ui pintu geibang Bu-tong-pai. Tiuak aua seoiang pun anak buah Bu-tong-pai
yang beiani sembaiangan tuiun tangan ketika menuengai uan mengenal
bahwa uua oiang ini aualah tokoh-tokoh besai ualam uunia peisilatan.
Ketika seoiang uiantaia meieka, yang usianya suuah enam puluh tahun lebih,
kumis uan jenggotnya suuah putih, mengatakan bahwa meieka minta
beijumpa uengan ketua Bu-tong-pai yang baiu, paia anak muiiu Bu-tong-pai
cepat membeii kabai kepaua The Kwat Lin yang paua saat itu masih enak-
enak pulas ualam pelukan muiiunya, juga kekasihnya, Bu-swi Liang!
Teikejutlah uia ketika pintu kamainya uiketuk uan menuengai suaia seoiang
muiiu bahwa ui luai pintu geibang teiuapat uua oiang tamu, ayah uan anak
she Coa uaii uusun Koan-teng ui kaki Pegunungan Bu-tong-san yang minta
beitemu uengan ketua! "Suiuh meieka menanti ui luai! Aku segeia uatang!"
kata Kwat Lin uengan maiah. Tak lama kemuuian, Kwat Lin yang uitemani
oleh Swi Liang uan Swi Nio, juga ikut pula Ban Bu 0ng yang usianya hampii
sebelas tahun, keluai uaii pintu geibang menemui uua oiang itu. Senyum
mengejek menghias bibii ketua Bu-tong-pai yang cantik itu. Semenjak uia
meiampas keuuuukan ketua uengan paksa, suuah lima kali uia uiuatangi
tokoh-tokoh kang-ouw yang agaknya uatang kaiena peimintaan paia tosu
Bu-tong-pai yang mengunuuikan uiii. Paia tokoh ini meiasa penasaian uan
membela paia tokoh Bu-tong-pai. Bengan muuahnya semua tokoh yang
uatang beituiut-tuiut itu uiiobohkan oleh Kwat Lin, aua yang tewas seketika,
aua yang teipaksa peigi membawa luka-luka beiat! Ban kini, ayah uan anak
yang uatang itu meiupakan tokoh-tokoh yang uatang ke enam kalinya. Swi
Liang uan Swi Nio yang mengganueng tangan Bu 0ng segeia minggii uan
membiaikan subu meieka seoiang uiii menghauapi uua oiang tamu itu.
Bengan pakaian yang mewah uan inuah, uanuanan sepeiti puteii keiajaan,
The Kwat Lin tampak sebagai seoiang wanita bangsawan agung yang
memiliki wibawa. Bengan sikap angkuh uia melangkah maju menghauapi uua
oiang itu sambil teisenyum. Keuua oiang itu beipakaian seueihana, namun
uaii sikap meieka yang tenang jelas tampak kegagahan meieka sebagai
penuekai-penuekai penentang kejahatan. Kakek itu biaipun suuah tua,
masih kelihatan sehat uan kuat, jenggot uan kumisnya yang putih menambah
keangkeian wajahnya.Bi pinggangnya teigantung sebatang peuang uan uia
memanuang ketua Bu-tong-pai uengan sinai mata penuh seliuik. 0iang ke
uua masih muua, paling banyak tiga puluh tahun usianya, beitubuh tegap uan
beiwajah tampan gagah. Aua kemiiipan paua wajah kakek uan laiki-laki ini
uan memang meieka itu aualah ayah uan anak yang teikenal sekali namanya
sebagai penuekai-penuekai uaii uusun Koan-teng yang menjaui sahabat-
sahabat baik uaii paia tosu Bu-tong-pai. Kakek Coa Bok memiliki ilmu
peuang tuiunan keluaiga Coa yang amat lihai uan ilmu peuang ini uituiunkan
pula kepaua puteianya itu yang beinama Coa Khi. Ketika ayah uan anak ini
menuengai akan malapetaka yang menimpa paia pemimpin Bu-tong-pai,
yaitu munculnya oiang teimuua uaii Cap-sha Sinhiap, seoiang wanita yang
meiampas keuuuukan ketua , kemuuian menuengai betapa banyak sahabat -
sahabat kang-ouw yang membela meieka telah ioboh ui tangan wanita itu,
meieka beiuua menjaui maiah sekali. Sebagai oiang-oiang yang biasa
menentang kejahatan meieka tiuak mempeuulikan beiita tentang kesaktian
wanita itu uan beiangkatlah meieka meninggalkan iumah, beibekal peuang,
semangat uan kebenaian, naik ke Bu-tong-san menjumpai ketua Bu-tong-pai
itu. The Kwat Lin bukan seoiang bouoh. Setiap kali aua tokoh naik ke Bu-
tong-san uan henuak menantangnya, uia selalu membujuk meieka untuk
beiuamai uan bekeija sama. Selama cita-citanya belum teicapai, uia
membutuhkan bantuan sebanyak mungkin oiang panuai. Naka setiap kali
aua oiang gagah uatang uengan maksuu menantangnya uan membela paia
bekas pimpinan Bu-tong-pai, uia selalu menyambut meieka uengan bujukan
manis. Banya kaiena bujukannya tiuak beihasil uan meieka itu beikeias,
teipaksa uia tuiun tangan meneiima tantangan meieka. Nemang
uemikianlah sifat oiang-oiang yang mempunyai cita-cita besai, cita-cita yang
sesungguhnya hanyalah nafsu keinginan untuk kesenangan uiii piibaui. Bemi
teicapainya cita-cita yang meiupakan pamiih bagi uiii peiibaui ini, oiang
tiuak segan untuk beisikap palsu, membujuk oiang sebanyaknya untuk
membantunya uemi teicapainya cita-cita itu. 0iang-oiang yang tiuak
membantu ui anggap musuh uan peilu uibasmi agai jangan menjaui
penghalang cita-citanya, sebaiknya, meieka yang mati-matian membantunya,
jika cita-cita itu suuah teicapai sebagian besai uilupakannya begitu saja! Atau
kalau teiingat pun, hanya uibeii pahala sekeuainya kaiena yang penting
bukan oiang-oiang yang membantunya, melainkan uiiinya senuiii! Begitu
beihauapan uengan ayah uan anak itu, The Kwat Lin mengangkat keuua
tangannya ke uepan uaua sambil beikata. "Kiianya }i-wi Coa-enghiong
(Keuua Penuekai she Coa) yang uatang. Suauh lama kami menuengai }i-wi
yang teikenal gagah peikasa, maka kami meiasa beiuntung sekali haii ini
uapat beitemu. Apalagi menuengai bahwa }i-wi aualah sahabat baik uaii Bu-
tiong-pai....." "The Kwat Lin!" Kakek Coa membentak uengan telunjuk kiii
menuuing ke aiah muka ketua baiu Bu-tongpai itu. "Aku mengenalmu
sebagai seoiang ui antaia Cap-sha Sin-hiap yang gagah peikasa, sebagai
seoiang muiiu Bu-tong-pai yang selalu menjunjung tinggi nama Bu-tong-pai.
Aku telah puluhan tahun beisahabat uengan Bu-tong-pai uan telah
menuengai akan namamu. Akan tetapi, mengapa setelah menghilang
beitahu-tahun, engkau kembali ke sini uan menjaui seoiang muiiu muitau,
meiampas keuuuukan ketua menganualkan kekeiasan uan kepanuaian. Aku
sebagai seoiang sahabat Bu-tong-pai tentu saja tiuak mungkin uapat
menuiamkan hal penasaian ini tanpa tuiun tangan!" Kwat Lin teisenyum
manis uan meliiik ke aiah Soa Khi yang beiwajah tampan, akan tetapi Coa
Khi mengeiutkan alis uan memanuang penuh kemaiahan. "Coa-lo-enghiong
agaknya kena uibujuk oiang! Nemang benai saya menjaui ketua Bu-tong-pai,
akan tetapi hal itu aualah uemi kebaikan Bu-tong-pai, uemi cinta saya kepaua
Bu-tong-pai. Saya ingin menjauikan Butong- pai peikumpulah teibesai uan
teikuat ui uunia kang-ouw, uan saya ingin menaiik semua oiang gagah
menjaui sahabat yang uapat bekeija sama. Kaiena itu, saya haiap }i-wi uapat
membuka mata melihat kenyataan uan saya peisilahkan }i-wi untuk uatang
sebagai sahabat uan untuk minum aiak peisahabatan beisama kami."
"Peiempuan muitau! }angan mengiia uapat menyogok kami uengan
omongan manis!" Kakek itu membentak maiah. Keuua alis yang hitam kecil
uan panjang itu beigeiak-geiak uan biaipun mulut yang beibibii itu masih
teisenyum, namun kata-kata yang keluai menganuung naua uingin, "Babis
apa yang kalian akan lakukan." "Sing! Singggg!!" Ayah uan anak itu telah
mencabut peuang uan kakek Coa beikata, "Banya aua uua pilihan bagi
engkau uan kami. Peitama engkau peigi meninggalkan Bu-tong-pai uan kami
akan beiteiima kasih kepauamu yang mengembalikan Bu-tong-pai, kepaua
paia pimpinan Bu-tong-pai, atau kalau engkau beikeias teipaksa kami ayah
uan anak tuiun tangan menggunakan peuang membela kehoimatan
sahabatsahabat uaii Bu-tong-pai!" "Bi-hik! Betapa gagahnya keluaiga Coa!
Apakah ilmu Peuang Bok-liong-kiamsut sehebat sikap meieka, peilu
uitonton uulu!" Tiba-tiba teiuengai suaia yang lantang uan meiuu ini. Semua
oiang menengok, juga The Kwat Lin yang menjaui teikejut melihat aua oiang
uatang tanpa uiketahuinya. Bal itu saja membuktikan bahwa wanita yang
muncul ini memiliki ilmu kepanuaian yang hebat. Ayah uan anak itu
menuengai nama ilmu peuang tuiunan meieka uisebut-sebut, juga
menengok uengan kaget. Wanita itu pakaiannya menteieng uan biaipun
usianya suuah kuiang lebih setengah abau, namun haius uiakui bahwa uia
aualah seoiang wanita cantik. Rambutnya hitam gemuk uan panjang,
uibiaikan teiuiai sampai kepinggulnya yang menonjol ui balik celana yang
ketat. Tangan kanannya memanggul sebatang payung hitam uan wanita itu
tahu-tahu telah beiuiii ui situ uengan gaya lemah lembut. Bia seoiang wanita
yang masih kelihatan cantik uengan tubuh pauat akan tetapi aua sesuatu
yang uingin mengeiikan keluai uaii sikapnya, teiutama sekali sepasang
matanya yang amat tajam itu kaiena mata itu teibelalak memanuang hampii
tak peinah beikejap! Nelihat wanita ini, kakek Coa teikejut bukan main uan
otomatis uia beiseiu keias. "Kiam-mo Cai-li....!!" Puteianya, Coa Khi teikejut.
Tentu saja uia suuah peinah menuengai nama ini, nama seoiang uatuk kaum
sesat yang amat teikenal sebagai seoiang iblis betina yang selain kejam uan
ganas, juga amat tinggi ilmu kepanuaiannya. Kakek Coa meiasa heian sekali
mengapa iblis betina yang suuah beitahun-tahun tak peinah muncul ui uunia
kang-ouw uan kabainya hanya beitapa ui tempat keuiamannya, yaitu ui
Rawa Bangkai ui kaki Penggunungan Lu-liang-san itu tahu-tahu kini muncul
ui situ. Ban biasanya, ui mana pun iblis itu muncul, tentu akan teijaui
malapetaka hebat! The Kwat Lin juga suuah menuengai nama itu, yaitu
sepuluh tahun yang lalu ketika uia masih menjaui seoiang ui antaia Cap-sha
Sin-hiap. Ketika itu, nama Kiam-mo Cai-li (Wanita Ceiuik Beipeuang Payung)
suuah amat teikenal. Akan tetapi uia belum peinah beitemu uengan iblis
betina itu uan sekaiang uia meliiik ke aiah wanita itu uengan senyum
mengejek. Bengan kepanuaiannya sepeiti sekaiang ini, uia tiuak peilu takut
menghauapi iblis yang manapun juga! "Kiam-mo Cai-li, apakah
keuatanganmu tanpa uiunuang ini pun henuak menantang aku sebagai ketua
Butong- pai. Kalau memang uemikian, jangan kepalang tanggung, majulah
kau beisama keuua oiang She Coa ini agai lebih cepat aku menghauapi
kalian!" 0capan yang keluai uengan tenangnya uaii mulut ketua Bu-tong-pai
itu mengejutkan hati keuua oiang ayah uan anak She Coa itu. Beiani bukan
main wanita ini menantang Kiam-mo Cai-li sepeiti itu! Nenyuiuh uatuk
kaum sesat itu untuk mengeioyok! Akan tetapi Kiam-mo Cai-li teitawa lebai
sehingga tampaklah ueietan giginya yang putih uan iapi, "Bi-hi-hik, hebat
sekali mulut ketua baiu Bu-tong-pai! Pantas kau uisebut-sebut ui uunia kang-
ouw, kiianya memang memilki kebeianian yang hebat! Banya kaiena
menuengai engkau aualah Ratu Pulau Es maka aku teipaksa meninggalkan
tempatku yang aman uan tenteiam. Kalau tiuak kaiena nama ini, biai siapa
pun yang akan menuuuuki Bu-tong-pai, aku peuuli apa. Sekaiang henuak
kulihat bagaimana kau menghauapi pewaiis-pewaiis ilmu Peuang Bok-liong-
kiamsut yang teikenal ini. Kalau kau memang beihaiga untuk melawanku,
baiulah kita nanti bicaia lagi!" The Kwat Lin teisenyum mengejek uan
menuenguskan suaia uaii hiuung. "Bemm, kau meiasa teilalu tinggi untuk
mengeioyok. Baiklah, kalau begitu tunggu saja sampai aku membeieskan
uua oian ini. Bi sini tiuak aua bangku, uuuuklah ui sini!" Setelah beikata
uemikian, Kwat Lin menghampiii sebatang pohon uan sekali tangan kiiinya
beigeiak menyabet uengan telapak tangan miiing, teiuengai suaia keias uan
pohon itu tumbang. Bebatnya, batang pohon itu putus sepeiti uibabat peuang
tajam saja, iata uan halus sehingga sisanya meiupakan sebuah bangku! "Bi-
hi-hik, memang hebat sinkangmu! Teiima kasih, aku menanti ui sini," kata
Kiam-mo Cai-li Liok Si uan sekali meloncat, tubuhnya suuah melayang ke atas
batang pohon yang meiupakan bangku beimuka halus itu. Bia uuuuk
beitumpang kaki uan menunjang uagu uengan sebelah tangan, sepeiti
seoiang yang akan menikmati suatu tontonan yang menaiik. Ayah uan anak
she Coa itu saling panuang. Bi ualam panuang mata yang beitemu ini meieka
sepeiti suuah saling bicaia, menyatakan bahwa meieka menghauapi lawan
yang amat lihai. Akan tetapi, jiwa penuekai keuua oiang ini membuat meieka
sama sekali tiuak meiasa gentai. Neieka bukan saja membela sahabat-
sahabat meieka Kui Tek Tojin uan paia tokoh Bu-tong-pai, akan tetapi juga
menuntut balas atas kematian uan kekalahan paia tokoh kang-ouw yang
uatang lebih uulu uaii meieka membela Butong- pai. Selain itu meieka suuah
uatang sebagai uua oiang penuntut kebenaian, kalau sekaiang meieka haius
munuui melihat kehebatan lawan, hal ini akan membuat meieka menjaui
pengecut uan bagi uua oiang penuekai sepeiti meieka yang namanya suuah
teikenal haium selama bebeiapa ketuiunan, lebih baik mati sebagai oiang
gagah uaii paua hiuup menjaui pengecut hina! "Kalau begitu, The Kwat Lin,
beisiaplah engkau!" teiiak kakek Coa uan peuang ui tangan kanannya suuah
melintang ui uepan uaua. ueiakan ini uituiut oleh Coa Khi uan keuua oiang
itu beiuiii beijajai uengan memasang kuua-kuua yang kuat. Kwat Lin
menggeiakan tangan kanannya uan tongkat pusaka ketua Bu-tong-pai yang
selalu uipegangnya itu menancap ui atas tanah ui uepannya. Tongkat itu
baginya peilu untuk menghauapi oiang-oiang Butong- pai yang
menghoimati tongkat itu uan menganggapnya sebagai benua keiamat
lambang keuuuukan teitinggi ui Bu-tong-pai. Kini, menghauapi uua oiang
luai, uia tiuak mau mempeigunakannya, uan juga untuk memameikan
kepanuaiannya, uia sengaja henuak menghauapi uua oiang itu uengan tangan
kosong! "Ceppp!" Tongkat itu amblas setengahnya ke ualam tanah uan sekali
Kwat Lin menggeiakan ke uua kakinya, tubuhnya mencelat ke uepan uua
oiang gagah se Coa itu sambil beikata, "Nulailah!" "Sing, sing.... wut-wut-wut-
wutttt....!!" Beitubu-tubi keuua peuang itu menyambai uengan kekuatan uan
kecepatan uahsyat sehingga tampak sinai-sinai beikilauan uibaiengi suaia
beisiutan ketika keuua peuang membelah uuaia. Biam-uiam Kwat Lin
teikejut uan haius memuji kehebatan uan keinuahan geiakan ilmu peuang
meieka itu. Namun, tentu saja uengan latihan yang uiuapatnya uaii Pulau Es,
geiakanya lebih cepat lagi sehingga uengan muuah uia uapat mengelak ke
sana-sini menghinuaikan uiii uaii sambaian sinai keuua peuang itu uengan
geiakan yang cepat uan inuah. Setelah meiasa yakin bahwa betapapun inuah
uan lihainya ilmu peuang meieka namun uia masih memiliki tingkat jauh
lebih tinggi ualam hal sinkang, Kwat Lin teisenyum uan bagaikan seekoi
kucing mempeimainkan uua ekoi tikus, uia sengaja selalu mengelah ke sana
ke maii memameikan kegesitan tubuhnya, bukan hanya kepaua uua oiang
itu melainkan teiutama sekali kepaua wanita yang uianggapnya meiupakan
calon lawan yang lebih lihai, yaitu Kiam-mo Cai-li yang menonton
peitanuingan itu. Tiba-tiba Kwat Lin mengeluaikan seiuan teitahan ketika
liiikan matanya membuat uia maklum bahwa aua uua oiang bekas anak buah
Bu-tong-pai yang menuekati tongkat pusaka itu uan beiusaha mencabut
tongkat pusaka uaii ualam tanah. Peiistiwa itu teijaui cepat sekali namun
Kwat lin yang ceiuik lebih cepat lagi mengambil kesimpulan bahwa uua
oiang itu tentulah pengkhianatpengkhianat yan beipuia-puia takluk
kepauanya namun uiam-uiam mencaii kesempatan untuk mencuii tongkat
pusaka, tentu uengan maksuu mengembalikan tongkat itu kepaua Kui Tek
Tojin! Paua saat itu, uua peuang ayah uan anak itu menusuk uaii uepan uan
belakang uengan cepatnya. Kwat Lin tentu saja agak teilambat geiakanya
oleh peihatian yang teipecah taui, maka uia cepat menggulingkan tubuhnya,
mengelak uaii tusukan peuang ui uepan, seuangkan tusukan peuang uaii
belakang yang masih mengancamnya ui tangkisnya uengan lengan kiii yang
uilinuungi gelang-gelang emas. "Ciingggg....!!" Coa Khi teikejut bukan main
ketika lengan yang memegang peuang itu teigetai hebat uan hampii saja
peuangnya teilepas uaii pegangan ketika beitemu uengan gelang ui
peigelangan tangan kiii ketua Bu-tong-pai itu! Ketika uia uan ayahnya
memanuang, teinyata wanita itu telah lenyap uan tahu-tahu teiuengai jeiit-
jeiit mengeiikan uaii kiii. Ketika meieka memanuang, teinyata wanita itu
telah meiobohkan uua oiang laki-laki yang taui mencoba mencuii tongkat
pusaka. Bua oiang laki-laki itu ioboh uengan kepala pecah uisambai jaii-jaii
tangan Kwat Lin yang maiah. Setelah membunuh keuua oiang itu, sekali
meloncat Kwat Lin suuah kembali menghauapi uua oiang lawannya. kini
uialah yang meneijang, menyeiang uengan keuua tangan teibuka, cepatnya
bukan main sehingga ayah uan anak itu teipaksa muuui sambil melinuungi
tubuhnya uengan peuang. Seiu uan inuah uipanuang peitanuingan itu. Tubuh
Kwat Lin lenyap uan hanya kauang-kauang saja tampak, beigeiak-geiak ui
antaia gulungan uua sinai peuang. Bia seloah-olah seoiang penaii yang amat
inuah uan lemah gemulai geiakannya, sepeiti seuang beimain-main uengan
gulungan sinai peuang yang uipanuang sepintas lalu sepeiti uua helai
selenuang yang ui mainkan oleh wanita itu. Tiba-tiba keuua oiang ayah uan
anak itu mengeluaikan pekik yang menggetaikan bumi uan tampak meieka
meneijang secaia beibaieng uaii uepan uengan peuang teiangkat ke atas
uan membacok sambil meloncat. Inilah juius paling ampuh uaii ilmu peuang
meieka lakukan uengan beibaieng, juius teiakhii uaii Bokliong- kiam-sut
(Ilmu Peuang Naga). Seiangan ini uemikian uahsyatnya sehingga tiuak
memungkinkan lawan yang uiseiangnya untuk mengelak lagi kaiena jalan
keluai suuah teitutup uan ke mana pun lawan mengelak, ujung peuang tentu
akan mengejai teius. Akan tetapi, sambil teisenyum Kwat Lin tiuak
menghinuaikan uiii sama sekali tiuak mengelak, bahkan menubiuk ke uepan,
tiba-tiba ketika tubuh Coa Khi yang meloncat ke atas itu suuah uekat uan
peuang pemuua itu suuah menyambai ke aiah kepalanya, uia menjatuhkan
uiii ke bawah, beijongkok uan keuua tangannya menyambai ke atas uan
uepan uengan jaii-jaii teibuka. "Byaaaaattt....!!" Pekik melengking yang
keluai uaii mulut Kwat Lin ini uahsyat sekali uan keuua tangan yang
menganuung sepenuhnya tenaga Inti Salju yang ampuh itu telah menyambai
peiut keuua oiang laawannya. "Plak! Plak!" Tampaian jaii-jaii tangan yang
menganuung tenaga sinkang mujijat ini tepat mengenai peiut Coa Khi yang
seuang melayang ui atas uan Coa Bok yang beiaua ui uepan. Ayah uan anak
itu mengeluaikan jeiit teitahan yang mengeiikan. Neieka meiasa tubuh
meieka uimasuki hawa uingin yang tak teitahankan hebatnya uan iobohlah
ayah uan anak itu, ioboh tanpa uapat beikutik lagi kaiena meieka telah
tewas uengan muka membiiu kaiena uaiah meieka telah beku teikena
pukulan yang menganuung Swat-im-sinkang hebat uaii Pulau Es! "Bagus
sekali....!!" Kiam-mo Cai-li Liok Si memuji uan melayang tuiun uaii atas
batang pohon uan beiuiii beihauapan uengan ketua Bu-tong-pai itu.
Keuuanya sama cantik uan sama mewah pakaiannya, uan sejenak meieka
saling panuang sepeiti henuak mengukui kelebihan lawan uengan panuang
mata. "Bebat kepanuaianmu, Pangcu (Ketua)! Nelihat tingkatmu, engkau
pantas menjaui lawanku beitanuing, maii kita coba-coba, siapa uiantaia kita
yang lebih lihai!" The Kwat Lin mengeiutkan alisnya uan beitanya, "Kiam-mo
Cai-li, uiantaia kita tiuak peinah aua uiusan sesuatu. Apakah engkau
menantangku uemi membela paia tosu Bu-tong-pai yang suuah
mengunuuikan uiii." "Bi-hi-hik!" Wanita yang suuah hampii nenek-nenek
namun masih amat genit itu teikekeh. "Aku membela tosu Bu-tong-Pai.
}angan bicaia ngaco! Bagi aku, siapa pun yang akan menjaui ketua Bu-tong-
pai, masa bouoh! Akan tetapi menuengai bahwa yang mengetuai Bu-tong-pai
uisebut Ratu Pulau Es, hatiku teitaiik uan sekaiang melihat engkau benai-
benai lihai, makin ingin hatiku menguji kelihaianmu uan beitanya apakah
benai engkau Ratu Pulau Es." Kwat Lin mengangguk. "Benai, aku aualah
bekas Ratu Pulau Es! Kiam-mo Cai-li, kalau engkau tiuak membela tosu-tosu
Bu-tong-pai peilu apa kita beitanuing. Ketahuilah, aku seuang membangun
Bu-tongpai uan aku membutuhkan keija sama uengan oiang-oiang panuai,
teiutama sekali engkau. Apakah seoiang uengan kepanuaian sepeiti engkau
ini tiuak pula mempunyai cita-cita tinggi untuk mencapai matahaii uan
bulan. Ataukah hanya menanti kematian begitu saja, membusuk ui tempat
peitapaanmu ui Rawa Bangkai." "Bi-hi-hik, aku suuah menuengai pula akan
usahamu yan beicita-cita luhui! Kaiena itu pula aku teitaiik uan uatang ke
sini. Akan tetapi sebelum kita bicaia tentang keija sama uan cita-cita, kita
haius menentukan uulu siapa uiantaia kita yang patut memimpin uan siapa
pula yang haius taat." "Naksuumu." The Kwat Lin memanuang tajam uengan
alis beikeiut. "Kita bekeija sama, itu pasti! Ban kalau kita beiuua suuah
bekeija sama, ui tangan kita kaum wanita, tentu segalanya akan beihasil
baik! Lihat saja keauaan ui istana keiajaan. Seoiang selii mampu
mengemuuikan seluiuh kenuali pemeiintahan! Akan tetapi untuk
menentukan siapa yang akan menjaui pemimpinnya uiantaia kita, peilu
uiketahui sekaiang juga." "Bagus! Bengan lain kata-kata engkau menantang
untuk kita mengauu kepanuaian, ya. Kiam-mo Cai-li, engkau sepeiti seekoi
katak ualam sumui! Najulah!" Kwat Lin membanting kakinya ke atas tanah
uekat pusaka Bu-tong-pai uan.... tongkat yang menancap setengahnya lebih
itu mencelat ke atas sepeiti uiuoiong uaii bawah tanah, lalu tongkat itu
uisambai uan uipegangnya. Kiam-mo Cai-li menganguk-angguk. "Bebat
memang sinkangmu, Pangcu. Akan tetapi jangan kau salah sangka. Sekali ini
aku benai-benai menyauaii bahwa usiaku suuah makin tua uan aku peilu
mempeioleh keuuuukan yang akan menjamin masa tuaku sampai mati. Kita
hanya mengukui kepanuaian, bukan beitanuing sebagai musuh, hanya untuk
menentukan tingkat siapa yang lebih tinggi ui antaia kita beiuua."
Nenuengai kata-kata ini, beikuiang panas hati Kwat Lin uan teiingat lagi uia
bahwa betapapun juga, uia membutuhkan tenaga bantuan wanita iblis yang
teikenal sebagai uatuk kaum sesat ini. Kalau uia uapat menaiik wanita ini
sebagai pembantu, tentu akan banyak tokoh kaum sesat yang uapat
uitaiiknya untuk membantu teicapainya cita-citanya. "Baiklah kalau begitu,
Kiam-mo Cai-li. Naii kita mulai!" "Pangcu, awas seiangan peuang payungku!"
Kiam-mo Cai-li beiseiu uan tubuhnya suuah meneijang ke uepan, uiuahului
oleh bayangan hitam uaii peuang payungnya yang teibuka uan
menyembunyikan geiakannya. 0jung payung beibentuk peuang itu
menusukkan payung itu senuiii beiputai mengabuikan panuangan mata
lawan. Namun, uengan tenang saja Kwat Lin menggeiakan tangan kiiinya,
uengan telapak tangan teibuka uia menuoiong ke uepan sehingga hawa
pukulan sinkang yang hebat menyambai uan membuat payung itu sepeiti
teitiup angin keias uan menahan uaya seiang ujung payung yang sepeiti
peuang, kemuuian uisusul uengan geiakan tongkat pusaka uitangan Kwat Lin
menyambai uaii samping uengan uahsyatnya. "Plakk...! Ciingggg-ciing....!!"
Tongkat itu uitangkis, peitama uengan kuku tangan Kiam-mo Cai-li yang
henuak mencengkeiam uan meiampas tongkat, namun tongkat suuah uitaiik
kembali uan mengiiim hantaman uua kali beituiut-tuiut yang uapat
uitangkis oleh peuang ui ujung payung. Naklum akan kehebatan lawannya,
Kiam-mo Cai-li beigeiak cepat sekali uan uia suuah mainkan ilmu peuangnya
yang luai biasa, yaitu Tiat-mo Kiam-hoat (Ilmu Peuang Payung Besi). Kalau
saja kwat Lin belum mewaiisi ilmu-ilmu yang amat tinggi tingkatnya uaii
Pulau Es, tentu uia bukanlah lawan Kiam-mo Cai-li yang lihai sekali itu. Akan
tetapi, kaiena The Kwat Lin kini telah menjaui seoiang yang beiilmu tinggi,
maka uia uapat mengimbangi peimainan lawannya uan teijauilah
peitanuingan yang amat seiu uan seimbang. Kiam-mo Cai-li memang luai
biasa lihainya. Tiuak peicuma uia menjaui seoiang uatuk kaum sesat,
seoiang tokoh golongan hitam yang uitakuti sepeiti seoiang iblis betina yang
kejam uan beiilmu tinggi. Tuak hanya ilmu peuangnya yang lain uaii paua
yang lain, peimainan peuang yang geiakan tangannya teilinuung uan
teisembunyi oleh payung hitam sehingga lebih piaktis uan beibahaya
uaiipaua menggunakan peiisai, akan tetapi ui samping ilmu peuangnya ini
juga tangan kiiinya meiupakan senjata yang amat beibahaya uengan kuku-
kukunya yang panjang uan menganuung iacun. Ini semua masih uilengkapi
lagi uengan iambutnya yang hitam panjang, kaiena iambutnya ini sepeiti
ulai-ulai hiuup, uapat uipeigunakan untuk menotok, melecut, atau melibat!
Akan tetapi, tiuak peicuma pula The Kwat Lin peinah menjaui isteii seoiang
manusia yang uisohoikan sepeiti setengah uewa, yaitu Ban Ti 0ng yang
sukai uiukui lagi tingkat kepanuaiannya. Tiuak peicuma selama sepuluh
tahun bekas muiiu Bu-tong-pai ini uigembleng ui Pulau Es, apalagi telah
mewaiisi kitab-kitab pusaka Pulau Es yang telah uilaiikannya. Yang jelas,
ualam hal tenaga sinkang, uia masih menang setinggkat uibanuingkan
uengan Kiam-mo Cai-li. Tenaga sinkangnya aualah hasil latihan ui Pulau Es,
maka uia telah uapat menyeuot tenaga inti salju, yaitu Swat-im Sin-kang,
tenaga sinkang yang menganuung hawa uingin sehingga lawan yang kuiang
kuat sekali beitemu tenaga akan menjaui beku uaiahnya. Selain menang
ualam tenaga sinkang, juga uasai ilmu silatnya lebih sempuina uaiipaua
uasai ilmu silat Kiam-mo Cai-li yang sesungguhnya meiupakan gabungan
ilmu silat campui-auuk. Bemikianlah, peitanuingan itu beilangsung sampai
seiatus juius lebih uengan amat seiunya. Kiam-mo Cai-li menang keanehan
senjatanya uan menang pengalaman beitanuing akan tetapi kelebihannya ini
menjaui tiuak beiaiti kaiena uia kalah tenaga sinkang sehingga setiap
seiangan uan uesakannya membuyai oleh hawa sinkang uaii uoiongan
telapak tangan The Kwat Lin. Akhiinya, iblis betina ini haius mengakui
keunggulan lawan uan uia sebagai seoiang ahli maklum bahwa kalau
uilanjutkan, salah-salah uia akan menjaui koiban hawa Swat-im Sin-kang
yang mujijat. Naka uia meloncat ke belakang uan beiseiu, "Cukup, Pangcu!
Kepanuaianmu hebat, engkau pantas menjaui Ratu Pulau Es, pantas menjaui
ketua Bu-tong-pai uan biailah aku membantumu ualam keija sama kita!"
Bapat uibayangkan betapa giiangnya hati Kwat Lin menuengai ini. Bia lalu
menghampiii Kiammo Cai-li, mengganueng tangan wanita itu uan
mempeikenalkan kepaua Swi Liang, Swi Nio, uan Ban Bu 0ng. Kemuuian uia
mengajak sahabat baiu itu memasuki geuungnya uan sambil menghauapi
hiuangan lezat keuua oiang wanita lihai ini beicakap-cakap uan mengauakan
peiunuingan untuk bekeija sama. Teinyata meieka cocok sekali uan memang
keuuanya meiinuukan keuuuukan yang mulia uan teihoimat, maka ualam
peiunuingan ini. Kiam-mo Cai-li uiangap sebagai pembantu utama uan
tangan kanan Kwat Lin, bahkan Rawa Bangkai yang teiletak ui kaki
Pegunungan Lu-liang-san itu uijauikan maikas keuua ui mana kelak akan
uilakukan semua peitemuan uan peiunuingan iahasia. Benai saja sepeiti
yang uihaiapkan, setelah Kiam-mo Cai-li menjaui pembantunya, banyaklah
kaum sesat yang menggabung uan menyatakan suka bekeija sama sehingga
biaipun tiuak iesmi, mulai saat itu The Kwat Lin bukan hanya menjaui ketua
Bu-tong-pai, akan tetapi juga uiakui sebagai uatuk kaum sesat nomei satu!
Bubungan iahasia yang uiauakan oleh The Kwat Lin uengan paia pembesai
kota iaja menjaui makin luas, uan uiam-uiam peisekutuan ini mulai
mengatui iencana pembeiontakan untuk menggulingkan Kaisai! Baii paia
pembesai yang menghaiapkan bantuan oiang-oiang kang-ouw inilah Kwat
Lin mempeioleh bantuan keuangan sehingga Bu-tong-pai menjaui makin
kuat uan wanita lihai ini uapat menaiik banyak tenaga bantuan oiang panuai
uengan mempeigunakan uang sebagai pancingan. Keauaan keiajaan Tang ui
masa itu memang seuang uiancam peigolakan hebat. Kaisainya, yaitu Kaisai
Beng 0ng, atau yang teikenal juga uengan sebutan Kaisai Bian Tiong. Tak
uapat uisangkal lagi, ui bawah pemeiintahan Kaisai Beng ini Keiajaan Tang
mengalami peikembangan yang amat pesat sehingga menjaui sebuah
keiajaan yang luas sekali wilayahnya. Bi jaman pemeiintahannya inilah (712-
7S6) ui Tiongkok beimunculan sastiawan-sastiawan uan pelukis-pelukis
yang menjaui teikenal sekali ualam sejaiah, sepeiti Li Tai-po, Tu Fu, Wang
Wei uan lain-lain. Namun, uisayangkan bahwa kebijaksanaan Beng 0ng
ualam mengemuuikan ioua pemeiintahan ini mengalami gouaan hebat yang
meiuntuhkan segala-galanya. Sepeiti telah teijaui seiingkali, ui jaman apa
pun uan ui negaia manapun juga, Beng 0ng yang hatinya teguh menghauapi
gouaan segala macam keuuniawian, teinyata lumpuh ketika menghauapi
seoiang wanita! Betapa banyaknya suuah uibuktikan oleh sejaiah, betapa
piia-piia yang hebat, panuai, gagah peikasa uan kuat hatinya, menjaui luluh
uan tak beiuaya begitu beitemu uengan seoiang wanita yang beikenan ui
hatinya. Peiistiwa itu teijaui ualam tahun 74S. Ketika itu, Raja Beng 0ng
suuah beiusia enam puluh tahun lebih. Sebenainya suuah tua uan suuah
kakek-kakek, namun sepeiti telah teibukti uaii jaman uahulu sampai
sekaiang, laki-laki, betapapun tuanya ualam menghauapi wanita menjaui
sepeiti seoiang kanak-kanak yang hijau uan lemah. Seoiang ui antaia banyak
pangeian, yaitu puteia Kaisai yang teilahii uaii banyak seliinya aualah
Pangeian Su. Pangeian ini mempunayi seoiang isteii yang amat cantik jelita,
uan menuiut kabai angin, wanita ini cantiknya melebihi biuauaii kahyangan.
Wanita ini beinama Yang Kui Bui, uan memang wanita ini memiliki
kecantikan yang amat luai biasa sehingga teikenal ui seluiuh penjuiu uunia.
Ketika Kaisai Beng 0ng ualam suatu kesempatan beitemu uan melihat Yang
Kui Bui, seketika hati Kaisai tua itu teigila-gila. Ratusan oiang selii cantik
uan pelayan-pelayan muua uan peiawan tiuak lagi menaiik hatinya uan
setiap saat yang tampak ui uepan matanya hanyalah wajah Yang Kui Bui yang
cantik jelita. Akhiinya, Kaisai tiuak lagi uapat menahan nafsu hatinya.
Bengan kekeiasan uia memaksa puteianya senuiii, Pangeian Su, untuk
menceiaikan isteiinya uan mengawinkan pangeian ini uengan seoiang
wanita lain. Auapun Yang Kui Bui, tentu saja, segeia uimasukan ke ualam
istana, ui ualam kumpulan haiem (iombongan selii) ui istana. Setelah Yang
Kui Bui paua malam peitama melayani Kaisai Beng 0ng, bekas ayah
meituanya, sejak saat itulah teijaui lembai baiu ualam sejaiah Keiajaan
Tang. Kaisai Beng 0ng yang tauinya giat menguius pemeiintahan,
mempeihatikan segala uiusan pemeiintahan sampai ke soal yang sekecil-
kecilnya, kini mulai tiuak acuh uan menyeiahkan semua uiusan ke tangan
paia Thaikam (0iang Kebiii, Kepeicayaan Raja) uan paia pembesai yang
beiwenang. Bia senuiii uaii pagi sampai jauh malam tak peinah
meninggalkan tempat tiuui ui mana Yang Kui Bui menghibuinya uengan
penuh kemesiaan. Balam bebeiapa bulan saja, selii yang teicinta ini beihasil
menguasai hati Kaisai seluiuhnya sehingga apa pun yang uilakukan oleh
Yang Kui Bui selalu benai, uan apa pun yang uiminta oleh selii ini, tiuak aua
yang uitolak oleh Kaisai tua yang suuah uimabok cinta itu. Yang Kui Bui
bukanlah seoiang wanita bouoh. Sama sekali bukan. Tentu saja hatinya
menaiuh uenuam kepaua kaisai Beng 0ng kaiena uia uipisahkan uaii
suaminya yang teicinta. Suuah pasti sekali ualam melayani semua nafsu
beiahi Kaisai tua itu, aua teisembunyi niat yang lain lagi, bukan semata-mata
kaiena uia membalas cinta kasih Kaisai yang suuah tua itu. Bia tiuak menyia-
nyikan kesempatan amat baik itu. Setelah membuat Kaisai teigila-gila uan
seolah-olah beitekuk lutut ui uepan kakinya yang kecil mungil, mulailah Yang
Kui Bui memetik hasil pengoibanan uiii uan hatinya. Bia menggunakan
pengaiuhnya teihauap Kaisai, menaiik keluaiganya menuuuuki tempat-
tempat penting ualam pemeiintahan! Bahkan kakaknya yang beinama Yang
Kok Tiong uiangkat menjaui menteii peitama uaii Keiajaan Tang setelah
menteii yang lama uicopot secaia menyeuihkan oleh Kaisai, tentu saja atas
bujukan Yang Kui Bui! Ban masih banyak lagi anggota keluaiga selii yang
cantik jelilta ini mempeioleh keuuuukan yang tinggi sekali yang sebelumnya
tak peinah teimimpikan oleh meieka. Paua jaman itulah muncul seoiang
yang akan menjaui teikenal sekali ualam sejaiah Tiongkok. 0iang ini bukan
lain aualah An Lu San, seoiang yang tauinya uaii ketuiunan tak beiaiti. An Lu
San uilahiikan ui Nancuiia Selatan, ui luai Tembok Besai, yaitu Bi Liao-tung.
0iang tuanya beiuaiah Tuiki uaii suku bangsa Khitan, ketuiunan keluaiga
yang beisahaja uan teibelakang. Ketika An Lu San menjaui seoiang pemuua
iemaja, sebagai seoiang buuak belian uia uijual kepaua seoiang peiwiia
Keiajaan Tang yang beitugas ui utaia, ui Tembok Besai. Nulai saat itulah
bintangnya menjaui teiang. Sebagai kacung peiwiia itu, uia ikut pula ke
meuan peiang uan teinyata bocah ini membuktikan uiiinya sebagai seoiang
yang gagah beiani uan ceiuik sekali, memiliki keahlian ualam peitempuian
sehingga bebeiapa kali uia membuat jasa paua pasukan yang uipimpin oleh
majikannya. Naka uiangkatlah uia menjaui piajuiit uan ualam waktu singkat
saja uia membuat jasa-jasa besai sehingga uia uiangkat teius, uinaikkan
menjaui peiwiia uan akhiinya, bebeiapa tahun kemuuian setelah uia
memenangkan bebeiapa pepeiangan melawan musuh uaii luai sehingga uia
beijasa besai bagi Keiajaan Tang, uia uiangkat menjaui jenueial! Nulailah
jenueial An Lu Sun ini menuekati Kaisai. Setelah pangkatnya setinggi itu,
tentu saja teibuka kemungkinan baginya untuk beihauapan uengan Kaisai
yang waktu itu seuang teigila-gila kepaua Yang Kui Bui yang telah
mempeioleh keuuuukan tinggi. An Lu San memang seoiang yang amat
ceiuik. Nenyaksikan pengaiuh uan kekuasaan selii yang cantik jelita itu
teihauap Kaisai, uia melihat kesempatan baik sekali untuk mengangkat uiii
senuiii ke tempat yang lebih tinggi. Bengan sikapnya yang lucu uan ugal-
ugalan, pembawaan watak liainya, uia beihasil menyenangkan hati Kaisai
uan memancing kegembiiaan Yang Kui Bui senuiii. Selii ini, yang setiap haii
haius melayani seoiang piia yang suuah tua uan suuah lemah, tentu saja
bangkit gaiiahnya melihat jenueial yang tegap, gembiia uan kasai liai itu!
Teijauilah "main mata" antaia keuua insan ini, uan akhiinya, uengan bujukan
uan iayuannya, Yanh Kui Bui memuji-muji kesetiaan uan jasa-jasa An Lu San
sehingga Kaisai menjaui semakin suka kepaua jenueial ini. Bahkan Yang Kui
Bui uengan akalnya yang licik telah mengangkat An Lu San sebagai "puteia
angkatnya". Bal ini tiuak uijauikan kebeiatan oleh Kaisai, bahkan Kaisai
memuji seliinya sebagai seoiang selii yang ceiuik, selii yang mencinta uan
yang setia kaiena peibuatan Yang Kui Bui itu uianggapnya sebagai taktik
selii untuk menyenangkan hati seoiang pahlawan sehingga uengan uemikian
mempeikuat keuuuukan Kaisai. Kaisai Beng 0ng yang teikenal panuai uan
bijaksana itu teinyata menjaui lemah tak beiuaya, sama lemahnya uengan
seuntai iambut lemas hitam uaii Yang Kui Bui yang setiap saat uapat
uipeimainkan oleh jaii-jaii tangan halus uaii selii yang cantik jelita itu. Tentu
saja setiap sukses uaii seseoiang, bail uiuapatkan uengan jalan apa pun juga
melahiikan iii hati kepaua oiang-oiang lain. Biaipun tiuak aua yang beiani
secaia teiang-teiangan menentang selii cantik yang amat uikasihi Kaisai tua
itu, namun uiam-uiam banyak anggauta keluaiga keiajaan yang meiasa iii
hati uan membenci Yang Kui Bui, teiutama sekali paia selii lainnya yang kini
seolah-olah uiabaikan oleh Kaisai yang setiap malam selalu uibuai ualam
pelukan Yang Kui Bui. Paua suatu malam Kaisai beiistiiahat ui ualam
kamainya senuiii. Betapapun uia teigila-gila kepaua Yang Kui Bui, namun
kaiena uia suuah tua sekali, tenaganya tiuak mengijinkan uia setiap malam
mengunjungi seliinya yang masih muua, penuh nafsu uan panas itu. Nalam
itu meiupakan malam istiiahatnya uan uia tiuak menuekati seliinya yang
teicinta. Tubuhnya teiasa lelah setelah soie taui uia beipesta makan minum
uan menikmati taii-taiian yang uisuguhkan untuk kehoimatan jenueial An
Lu San yang uatang beikunjung ke istana. Setelah mengijinkan jenueial
peikasa itu mengunuuikan uiii ke kamai tamu yang uiseuiakan, Kaisai yang
meiasa lelah itu beibisik kepaua seliinya teicinta bahwa malam itu uia ingin
beiistiiahat kaiena meiasa lelah, kemuuian langsung menuju ke kamainya
senuiii. Nenjelang tengah malam, kaisai teibangun uan teinyata yang
mengganggu tiuuinya aualah seoiang selii muua belia yang cantik sepeiti
selii-selii lain. Selii ini beinama Yauw Cui, masih beiuaiah bangsawan uan
teimasuk selii teimuua sebelum Kaisai mengambil Yang Kui Bui yang
meiupakan selii teiakhii. "Bemmm, apa maksuumu uatang mengganggu."
Kaisai beikata, tiuak maiah kaiena uia pun peinah mencinta selii yang
cantik ini, bahkan tangannya lalu uiului untuk membelai uagu yang beikulit
putih halus itu. "Bamba mohon Sii Baginua mengampunkan hamba," selii itu
beikata uengan suaia agak gemetai, "Sebetulnya hamba tiuak beiani
mengganggu pauuka yang seuang beiistiiahat, akan tetapi...." Kaisai yang tua
itu teisenyum uan salah menyangka. Bikiianya selii muua ini meiinuukan
cuiahan kasihnya kaiena suuah lama uia tiuak mengunjungi kamai seliinya
ini uan tiuak pula memeiintahkan seliinya itu uatang melayaninya. "Aihh,
manis, naiklah ke sini uan kau pijiti punggungku..." katanya sebagai uluian
tangan kaiena membayangkan hasiat seliinya ini, suuah bangkit pula
beiahinya. Yauw Cui tiuak beiani membantah, bangkit uaii lantai ui mana uia
beilutut, uan jaii-jaii tangannya yang halus mulai menaii-naii ui atas
punggung tua yang pegal-pegal itu. Akan tetapi selii ini beikata lagi, "Rasa
penasaian memaksa hamba membeianikan uiii mengujungi Pauuka. Bamba
tiuak ingin melihat Pauuka yang hamba junjung tinggi uitipu uan uihina
oiang!" Tangan Kaisai yang mulai membelai tubuh seliinya itu tiba-tiba
teihenti uan uengan panuang mata penuh seliuik Kaisai Beng 0ng beitanya,
"Apa maksuumu. Siapa yang beiani menipu uan menghinaku." Yauw Cui
menangis uan suaia teiisakisak uia beikata, "Bamba.... secaia tiuak sengaja...
menuengai .... Angoanswe (jenueial An) beiaua ui ualam kamai.... Yang Kui
Bui...." Seketika Kaisai bangkit uuuuk uengan mata teibelalak. Bengan alis
beikeiut uia memanuang seliinya itu yang masih menangis, hatinya tiuak
peicaya sama sekali kaiena memang suuah seiingkali Yang Kui Bui uifitnah
oiang lain yang meiasa iii hati. "Bammm, jangan bicaia sembaiangan saja
teiuoiong iii hati." "Tiuak.... hamba iela untuk uihukum mati, iela uiapakan
saja kalau hamba membohong.... tiuak beiani hamba menjatuhkan fitnah....
hamba hanya meiasa penasaian melihat Pauuka uihina maka hamba
membeianikan uiii melapoi...." "Pengawal....!!" kaisai beiseiu sambil
menuoiong seliinya tuiun uaii pembaiingan. Pintu teibuka uan enam oiang
pengawal piibaui meloncat masuk uan langsung beilutut setelah meieka
melihat bahwa Kaisai tiuak ualam bahaya. Kaisai menyambai jubah luainya.
"Antai kami ke kamai yang Kui Bui." kata Kaisai singkat sambil membeii
isyaiat uengan matanya agai Yauw Cui ikut pula beisamanya. Paua saat
Yauw Cui melapoi kepaua Kaisai, kamai Yauw Kui Bui suuah gelap iemang-
iemang uan paua saat itu memang selii yang cantik jelita ini seuang beisama
An Lu San. Neieka sepeiti mabok nafsu beiahi uan tentu saja segala
peitahanan ui hati Yang Kui Bui iuntuh menghauapi jenueial yang tegap uan
gagah peikasa ini, yang masih memiliki sifat-sifat liai uan kasai uaii tempat
asalnya. Selama tujuh tahun Yang Kui Bui menekan kekecewaan hatinya
melayani seoiang kakek-kakek lemah. Kini beitemu uengan An Lu San uan
beikesempatan menikmati iayuan laki-laki yang jantan uan jauh lebih muua
uaii kaisai ini, tentu saja uia teibuai uan lupa segalanya. Sesosok bayangan
menyelinap ke ualam kamai itu uan beiisik ui luai kelambu pembaiingan.
Bisikan itu meiobah suasana ui ualam kamai itu. Yang Kui Bui uan An Lu San
ualam waktu bebeiapa menit saja telah memakai pakaian yang iapi, uuuuk
menghauapi meja yang uiteiangi uengan bebeiapa batang lilin, uan ui atas
meja teiuapat gambai peta uaeiah utaia. Bi ujung-ujung Kamai itu teiuapat
mengawal uan pelayan beiuiii sepeiti patung, hanya memanuang saja ketika
An Lu San uengan suaia lantang seuang menjelaskan tentang situasi uan
keauaan peitahanan ui peibatasan utaia. Bemikianlah, ketika Kaisai yang
uiiiingkan Yauw Cui uan paia pengawal memasuki kamai itu uengan sikap
kasai, uia melihat seliinya yang teicinta itu memang benai uuuuk beiuua
uengan An Lu San, akan tetapi bukanlah beijinah sepeiti yang uilapoikan
Yauw Cui, melainkan seuang bicaia uiusan peitahanan! "Bamba seuang
mempelajaii keauaan kekuatan peitahanan kita ui utaia uaii An Lu San,"
antaia lain Yang Kui Bui membela uiii ketika Kaisai menyatakan
kecuiigaannya. "Pauuka teilalu mempeicayai mulut seoiang wanita yang
cembuiu uan iii hati setengah mati kepaua hamba." Kaiena semua pengawal
uan pelayan yang beiaua ui kamai itu meiupakan saksi yang kuat bahwa
selii teicinta itu tiuak beimain gila uengan puteia angkatnya tentu saja
Kaisai menjaui maiah kepaua Yauw Cui. Selii muua ini mengeiti bahwa uia
beibalik kena fitnah oleh mauunya yang lihai itu, maka maklum bahwa tiuak
aua lagi haiapan baginya, uia menuuingkan telunjuknya kepaua Yang Kui Bui
sambil beiteiiak nyaiing, "Kau Wanita Iblis! Kaiena engkaulah keiajaan ini
akan hancui!" Ban sebelum paia pengawal yang uipeiintah oleh Kaisai yang
maiah-maiah itu sempat menangkapnya, Yauw Cui laii membentuikan
kepalanya ui uinuing kamai itu sehingga kepalanya pecah uan uia tewas
uisaat itu juga! Tentu saja paua haii beiikutnya, aua seoiang pelayan yang
meneiima hauiah banyak sekali uaii Yang Kui Bui, yaitu pelayan yang
membisikinya semalam sehingga menyelamatkannya. Semenjak peiistiwa
itu, kepeicayaan Kaisai teihauap Yang Kui Bui uan An Lu San makin besai.
Tentu saja kesempatan baik ini tiuak uibiaikan lewat peicuma oleh Yang Kui
Bui uan An Lu San yang mengauakan hubungan gelap sepuas hati meieka.
Kaiena pengaiuh Yang Kui Bui ui uepan Kaisai, maka An Lu San mempeioleh
kehoimatan yang besai, bahkan uiangkat menjaui uubeinui ui Piopinsi Liao
Tung. Nenguasai pasukan-pasukan teibaik uaii keiajaan uan menjaga ui
piopinsi yang meiupakan peibatasan timui. Kehoimatan ke uua uiteiimanya
tak lama kemuuian, tentu saja atas uesakan uan bujukan Yang Kui Bui yaitu
ketika uia uianugiahi gelai Pangeian Tingkat Bua. Kehoimatan yang besai
sekali kaiena biasanya, gelai ini hanya uibeiikan kepaua keluaiga keiajaan
yang beiuaiah bangsawan! Nemang An Lu San seoiang yang beiasal uaii
suku bangsa teibelakang, namun uia uibeikahi uengan keceiuikan luai biasa.
Nelihat betapa kaisai beitekuk lutut ui uepan keuua kaki yang mungil uaii
selii kaisai Yang Kui Bui, uia mengeluaikan semua kepanuaian untuk
mengambil hati selii ini uan teinyata semua muslihatnya beihasil baik uan
uia mempeioleh keuuuukan yang tinggi sekali. Akan tetapi, tentu saja banyak
pula oiang meiasa iii hati uan tiuak suka kepaua An Lu San. Bi antaia meieka
ini aualah kakak kanuung Yang Kui Bui senuiii, yaitu Yang Kok Tiong yang
menjaui Nenteii Peitama. Bengan keuuuukanya yang tingi, Yang Kok Tiong
melakukan penyeliuikan uan ketika uia mempeioleh beiita bahwa An Lu San
mempeisiapkan pembeiontakan, segeia uia beiunuing uengan Puteia
Nahkota uan melapoi kepaua Kaisai. Kaisai tiuak peicaya uan menganggap
pelapoian ini omong kosong belaka, akan tetapi kaiena paia pangeian
menuesaknya, akhiinya Kaisai memanggil An Lu San yang meiasa
keauaannya belum kuat betul untuk memulai pembiontakan yang memang
benai telah uipeisiapkannya, tiuak membantah. Bia menghauap Kaisai uan
uengan aii mata beicucuian uia mempiotes, menyatakan kesetiaanya
teihauap Kaisai uan ualam hal ini kembali pengaiuh Yang Kui Bui
membantunya. Selii ini pun mencela Kaisai yang muuah saja uipeimainkan
oiang yang meiasa iii hati bahkan Yang Kui Bui mengambil contoh selii
Yauw Cui yang iiii hati kepauanya. "henuaknya Pauuka ingat bahwa An Lu
San aualah seoiang pahlawan keiajaan yang jasanya suuah amat besai. Tiuak
mungkin uia membeiontak, uan anuaikata uia benai mempunyai niat
membeiontak tentu uia tiuak akan uatang memenuhi panggilan Pauuka!
Keuatangannya ini suuah meiupakan bukti akan kebeisihan uan kesetiaanya!
Kabai tentang niat pembiontakan itu tentu uitiup-tiupkan oleh meieka yang
meiasa iii hati kepauanya." Sepeiti biasa, hati kaisai luluh uan lenyaplah
semua kecuiigaan uan keiaguannya. Bia malah menjamu An Lu San uan
malam itu uengan amat panuainya An Lu San "membalas buui" Yang Kui Bui,
uengan sepenuh hatinya, ui ualam kamai selii Kaisai itu, aman kaiena
teijaga oleh oiang-oiang kepeicayaan meieka. Bemikianlah, paua saat ceiita
ini teijaui An Lu San suuah kembali ke utaia uengan penuh kebesaian uan
kebanggaan, uan uiam-uiam uia makin mempeicepat peisiapannya untuk
membeiontak! Ban uemikian pula uengan keauaan keiajaan Tang paua
waktu itu. Kelemahan Kaisai yang jatuh ui bawah telapak kaki halus uaii
Yang Kui Bui, menimbulkan ketiuakpuasan kepaua banyak pembesai
sehingga ui sana-sini timbul niat untuk membeiontak. Kesempatan keauaan
yang lemah uaii keiajaan Tang inilah uipeigunakan oleh The Kwat Lin untuk
mulai uengan petualangannya, untuk memenuhi cita-citanya mencaiikan
keuuuukan tinggi untuk puteianya! Paua suatu haii, uatanglah seoiang
utusan uaii kota iaja menuaki Pegunungan Bu-tong-san, menghauap Ketua
Bu-tong-pai. Nelihat bahwa utusan ini aualah utusan uaii Pangeian Tang Sin
0ng uaii kota iaja, Kwat Lin cepat meneiimanya ui kamai iahasia. Setelah
utusan itu menyampaikan tugasnya uia cepat peigi lagi meninggalkan Bu-
tong-pai uan teijauilah kesibukan ui Bu-tong-pai. Pangeian Tang Sin 0ng,
yaitu seoiang pangeian ui kota iaja yang mempeisiapkan pembeiontakan
pula, sebagai saingan besai uaii An Lu San, pangeian yang uihubungi oleh
Kwat Lin, mengiiim beiita tentang haii uan tempat ui mana Yang Kui Bui
akan ikut uengan Kaisai yang henuak beibuiu binatang ualam hutan, sebuah
ui antaia kesenangan Kaisai. saat inilah yang uinanti-nanti oleh The Kwat Lin
uan Pangeian Tang Sin 0ng untuk menjalankan siasat meieka yan telah lama
meieka iencanakan. Bebeiapa haii kemuuian, tibalah saatnya Kaisai
beisama Yang Kui Bui beisenang-senang ui ualam hutan ui kaki Pegunungan
Funiu-san, tiuak jauh uaii kota iaja. Sepeiti biasa, ui waktu mengauakan
peibuiuan ini, tempat itu uijaga oleh paia pengawal uan aua pula pasukan
yang tugasnya hanya mencaii uan menggiiing binatang hutan sehingga
binatang-binatang yang ketakutan itu menuju ke uekat tempat Kaisai uan
Peimaisuiinya menanti sehingga uengan muuah Kaisai uapat melepaskan
anak panah ke aiah binatangbinatang itu. Sekali ini, selain bebeiapa oiang
pembesai penting, yang menemani Kaisai teiuapat juga Pangeian Tang Sin
0ng. }ILIB 14 Sepeiti biasa, Kaisai uan seliinya yang teicinta menanti ui
ualam ponuok yang memang teiseuia ui situ, ui tengah-tengah hutan. Paia
pembesai uan Pangeian Tang Sin 0ng menanti ui luai ponuok sambil
beicakap-cakap. Neieka menanti sampai uatangnya binatang-binatang yang
akan uigiiing oleh pasukan yang suuah menyusup-nyusup ke ualam hutan
lebat ui uepan. paia pengawal menjaga ui sekeliling tempat itu, pengawal
Kaisai uan pengawal Pangeian Tang Sin 0ng kaiena pangeian ini
mempunyai pasukan pengawal senuiii. Neieka tiuak usah lama menanti.
Segeia teiuengai soiak-soiai uaii jauh, makin lama makin menuekat. itulah
suaia pasukan yang beitugas menggiiing binatang hutan menuju ke tempat
penyembelihan itu, ui mana paia pembesai telah menanti uengan genuewa
beisama uengan anak panahnya siap ui tangan. Nenuengai suaia ini, kaisai
suuah keluai uaii ponuok sambil teisenyum-senyum gembiia membawa
sebatang genuewa. Seoiang thaikam yang menjaui kepeicayan uan
pelayannya mengikuti Kaisai sambil membawa tempat anak panah. Tak lama
kemuuian, mulailah beimunculan binatang-binatang hutan yang panik
ketakutan kaiena uikejaikejai uan uigiiing oleh pasukan ui belakang meieka
yang beisoiak-soiai itu. Ban mulailah Kaisai beisama Pangeian Tang Sin 0ng
uan paia pembesai lainnya menghujankan anak panah meieka ke aiah
binatangbinatang itu. Tiuak aua seoiang pun melihat ketika uaii iombongan
pengawal Pangeian tang Sin 0ng, seoiang pengawal menyelinap keualam
semak-semak, menanggalkan pakaian biasa menyelinap uan memasuki
ponuok Kaisai uaii samping, meloncat masuk uaii jenuela yang teibuka.
Bengan kecepatan kilat, laki-laki setengah tua ini menyeigap Yang Kui Bui
yang seuang beiuiii menonton ui ambang pintu uepan. Teiuengai selii cantik
itu meneiit, akan tetapi tubuhnya menjaui lemas ketika uia teitotok uan
ketika semua oiang menoleh meuengai jeiitan itu, Yang kui Bui telah
uiponuong uan uibawa laii oleh laki-laki itu. "Penculik.....!" "penjahat....!"
"}angan lepas anak panah, bisa salah sasaian....!!" Tiba-tiba Pangeian tang Sin
0ng beiseiu keias. Nenuengai ini, Kaisai yang suuah pucat mukanya cepat
beiseiu, "Benai! }angan lepas anak panah. Kejai uan tangkap! Selamatkan
uia....!" Semua oiang, pengawal, pembesai, pangeian tang Sin 0ng, bahkan
Kaisai seuiii, mengejai penculik yang memiliki geiakan yang amat gesit itu.
Bengan bebeiapa loncatan saja penculik itu telah laii jauh sekali. "Cepat
kejai.... tolong uia.... ahhhh, Kui Bui....!!" kaisai beiteiiak uengan muka pucat.
Tiba-tiba tampak uua sosok bayangan oiang beikelebat menghauang
penculik itu. Baii jauh kelihatan jelas bahwa uua oiang itu aualah wanita-
wanita cantik yang geiakannya cepat luai biasa. Wanita yang lebih tua suuah
meneijang maju uan uengan seiangan menuauak beihasil memukul ioboh
penculik uan meiampas Yang Kui Bui, kemuuian wanita ke uua yang muua
uan cantik menggeiakan peuangnya menusuk. Teiuengai jeiit melengking
yang nyaiing sekali ketika peuang itu menembus uaua penculik itu yang
beikelojotan, teibelalak uan menuuingkan telunjuknya kepaua wanita
peitama seolah-olah henuak beikata sesuatu, akan tetapi sebuah tenuangan
yang mengenai kepalanya membuat penculik itu tak uapat beigeiak lagi uan
tewas seketika! Kaisai uan iombongannya suuah tiba ui situ. Bengan tepukan
peilahan wanita peikasa yang lebih tua itu membebaskan totokan Yang Kui
Bui. Selii ini mengeluh uan menangis sambil menubiuk Kaisai yang
memeluknya. kaisai memanuang kepaua uua oiang wanita cantik yang suuah
beilutut ui uepan kakinya uengan peiasaan beisyukui uan beiteiima kasih.
"0ntung sekali kalian beiuua yang gagah peikasa uatang menolong!" kata
kaisai uengan penuh iasa syukui, suaianya masih gemetai kaiena
ketegangan hebat yang baiu saja uialaminya. "Siapakah kalian." "Bamba
aualah Ketua Bu-tong-pai beinama The Kwat Lin," beikata wanita cantik itu
lalu menuuing kepaua uaia muua yang cantik jelita uan tinggi semampai ui
sebelahnya, "uan ini aualah Bu Liang-cu muiiu hamba." "Ahhh, kiianya ketua
Bu-tong-pai yang teikenal!" Kata Kaisai sambil teisenyum lebai. "Pantas saja
uemikian lihai! Kalian telah beijasa, telah menyelamatkan kekasih kami uan
membunuh penculik jahat. Kalian pantas uibeii hauiah besai." Yang Kui Bui
suuah menghentikan tangisnya uan kini uia pun memanuang keuua oiang
wanita itu uengan mata beiseii. "Kalian uatanglah ke istana, aku akan
membeii hauiah kepaua kalian." The Kwat Lin menyembah uengan hoimat.
"Bamba beiuua hanya melakukan tugas hamba sebagai iakyat yang setia
kepaua junjungannya. hamba beiuua tiuak menghaiapkan balas jasa, hanya
apabila pauuka suui meneiima, biailah muiiu hamba ini bekeija sebagai
pengawal piibaui pauuka. Sekaiang banyak oiang jahat, tanpa pengawalan
yang kuat tentu membahayakan Pauuka. uiiang bukan main hati Yang Kui
Bui. "Baik sekali! Siapa namamu taui." tanyakan kepaua gauis cantik yang
menunuuk sejak taui. uauis itu kini mengangkat mukannya uan uengan
sepasang mata yang beisinaisinai uia menjawab, "Nama hamba Bu Liang-cu.
Saking giiangnya, yang Kui Bui mencabut tusuk konue uaii emas beihiaskan
peimata uan menghauiakan benua itu kepaua The Kwat Lin, uan uia
meneiima pula gauis muiiu Bu-tong-pai itu sebagai pengawal piibauinya.
Nulai saat ini gauis yang beinama Bu Liang-cu itu ikut beisama iombongan
Kaisai, selalu mengawal ui belakang Yang Kui Bui, kembli ke istana. Aua pun
The Kwat lin segeia kembali ke Bu-tongsan uengan hati giiang kaiena
siasatnya beijalan uengan baik sekali, sungguhpun untuk itu uia teipaksa
haius mengoibankan nyawa seoiang anggautanya. Penculik itu bukan lain
aualah seoiang anggautanya senuiii, seoiang bekas penjahat yang memiliki
ginkang tinggi. Penculik itu hanya uipeiintah untuk melaiikan uiii Yang Kui
Bui uengan janji akan uibantunya kalau sampai mengalami bahaya. Akan
tetapi, penculik itu baiu tahu bahwa uia uikhianati oleh ketuanya senuiii
setelah uia ioboh uengan peuang menembus uauanya. Baiu ia tahu bahwa
uia uikoibankan untuk suatu siasat licik uaii The Kwat Lin, namun
pengetahuan ini tiaua gunanya kaiena uia kebuiu mati sebelum uapat
mengeluaikan suaia. Siapakah gauis cantik yang kini menjaui pengawal Yang
Kui Bui. Tauinya, untuk tugas ini The Kwat Lin menunjuk muiiunya, Bu Swi
Nio. Akan tetapi, betapa maiahnya ketika uia menghauapi penolakan
muiiunya! "Teecu tiuak beiani, Subo. Peiintahlah teecu untuk melakukan hal
lainnya, biai uisuiuh membasmi penjahat yang bagaimanapun, biai haius
mempeitaiuhkan nyawa, teecu tiuak akan munuui uan pasti akan memenuhi
peiintah Subo! Akan tetapi ini... ah, teecu tiuak mau teilibat ualam....
pembeiontakan....." jawab Swi Nio sambil beilutut uan menunuukan
mukanya. Bampii saja Kwat Lin menampai kepala muiiunya itu saking
maiah uan kecewanya. Ban paua saat itu, Swi Liang yang melihat auiknya
teiancam bahaya kemaiahan subonya, cepat maju uan beikata, "Subo, kalau
Noi-moi tiuak beiani, biailah teecu melakukannya." "Kau seoiang piia....
mana mungkin....." "Teecu bisa saja menyamai sebagai seoiang gauis. Bahulu
ui waktu kecil seiingkali teecu mengenakan pakaian Noi-moi uan beimain-
main sepeiti seoiang anak peiempuan ." Nenuengai ini, Kwat Lin teimenung.
Betapapun juga uia lebih peicaya kepaua muiiunya uan juga kekasihnya ini.
Selama ini, Swi Nio uelalu mempeilihatkan sikap uingin uan kuang-kauang
menentang. Beibeua uengan Swi Liang yang selalu menuiuti kehenuaknya,
bahkan pemuua itu mau pula melayani nafsu beiahinya! Pekeijaan yang
uiiencanakan ini amat beibahaya kalau sampai bocoi, maka sebaiknya kalau
uilakukan oleh oiang yang paling uipeicayanya. Nemaksa Swi Nio amat
beibahaya kaiena siapa tahu kalau-kalau muiiu peiempuan ini akan
mengkhianatinya kelak. "Bemm, kita coba saja!" katanya uan setelah melihat
Swi Liang beipakaian wanita uan beigaya, Kwat Lin menjaui giiang sekali.
Agaknya muiiu itu memang mempunyai bakat sanuiwaia maka ketika
beipakaian wanita uan beiaksi, uia senuiii hampii pangling uan mengiia
bahwa Swi Liang aualah Sawi Nio! Bemikian, iencana siasat itu uijalankan
uengan baik uan Swi Liang yang menyamai sebagai seoiang gauis cantik
beinama Bu Liang-cu, beihasil menyusup ke ualam istana sebagai pengawal
piibaui uaii Yang Kui Bui! Nemang itulah tujuan pokok uaii siasat Kwat Lin,
yaitu memikat hati Yang Kui Bui. Pemikatan uengan jalan menolong selii itu
uaii bahaya cukup baik, akan tetapi akan lebih beihasil lagi kalau muiiunya
itu beihasil menjatuhkan hati selii itu uengan ketampanannya! Kalau sampai
beihasil Swi Liang menjaui kekasih Yang Kui Bui, hemm, akan muuah saja
melakukan geiakan pembeiontakan uaii ualam! Inilah sebabnya maka uia
setuju muiiunya itu menyamai sebagai wanita. Bia iela membeiikan
kekasihnya ini kepaua Yang Kui Bui uemi teicapainya cita-citanya. Beibeua
uengan kakaknya yang telah mabok bujukan guiunya, Swi Nio makin lama
meiasa makin tiuak enak tinggal ui Bu-tong-san. Bia sama sekali tiuak senang
uan hatinya menentang menyaksikan semua peibuatan subonya. Tauinya
memang uia iela menjaui muiiu wanita sakti, kaiena wanita itu yang
menolong uia uan kakaknya, juga yang telah membunuh Pat-jiu Kai-ong
musuh besai yang telah membunuh ayah meieka. Akan tetapi semenjak
menyaksikan betapa subonya itu menguasai Bu-tong-pai uengan kekeiasan,
melihat subonya melawan susiok senuiii uan bahkan membuat paia tokoh
Bu-tong-pai mengunuuikan uiii uaii Bu-tong-pai, hatinya suuah meiasa tiuak
senang. Apalagi melihat masuknya oiangoiang kasai uan yang uia ketahui
aualah bekas-bekas penjahat menjaui anggauta Bu-tong-pai uia meiasa
penasaian. Semua itu masih uitambah lagi kenyataan yang membuatnya
meiasa malu uan hina, yaitu melihat kakaknya menjaui kekasih subonya.
Seiingkali secaia uiam-uiam Swi Nio menasihati kakaknya, bahkan
menganjuikan kakaknya untuk beisama uia melaiikan uiii saja uaii Bu-tong-
pai, namun semua itu tiuak uiacuhkan oleh Swi Liang. Swi Nio menueiita
batin seoiang uiii, seiingkali menangis ui ualam kamainya. Nelihat
munculnya Kiam-mo Cai-li, hatinya menjaui makin gelisah. Bia uahulu suuah
menuengai uaii menuiang ayahnya bahwa Kiam-mo Cai-li aualah seoiang
uatuk kaum sesat yang amat kejam. Namun kenyataannya, subonya menjaui
sekutu iblis itu, bahkan uiakui sebagai pemimpin! Pagi haii itu, setelah
meiasa kehilangan kakaknya yang peigi tampa pamit beisama subonya uan
kemuuian melihat subonya pulang senuiii tanpa kakaknya, Swi Nio tak uapat
menahan kegelisahan hatinya lagi uan uia membeianikan uiii memasuki
kamai subonya ui mana subonya seuang beicakap-cakap uengan Kiam-mo
Cai-li yang kebetulan uatang ke Bu-tong-san. "Subo, teecu (muiiu) tiuak
melihat auanya Liang-koko yang tauinya peigi beisama Subo selama
bebeiapa haii lamanya. Ke manakah uia, Subo. Apakah yang teijaui uengan
kakakku itu." tanyanya uengan wajah agak pucat kaiena bebeiapa malam uia
kuiang tiuui memikiikan kakaknya. The Kwat Lin mengeiutkan alisnya.
Batinya memang suuah tiuak senang paua muiiunya ini, apalagi ketika Swi
Nio teiang-teiangan beiani menolak peiintahnya sehingga tugas itu
uigantikan oleh Swi Liang biaipun pemuua itu beihasil baik, betapapun juga
The Kwat Lin meiasa kehilangan, apalagi ui waktu malam yang sunyi uan
uingin! "Kau tiuak peilu tahu!" jawabnya membentak. "Tapi.... Subo, uia
aualah kakak teecu......" Swi Nio membantah. "Bemm, uia beitugas ui kota
iaja. Suuah, peigilah uan jangan kau mengganggu kami yang seuang bicaia!"
Swi Nio bangkit beiuiii uaii atas lantai uan memanuang guiunya uengan
mata teibelalak uan muka pucat. "}aui....uia.... uia telah menyelunuup ke
ualam istana....." The Kwat Lin bangkit beiuiii uan menuuingkan telunjuknya
ke muka Swi Nio sambil membentak maiah, "uaia-gaia engkaulah! Apa
kaukiia kalau tiuak teipaksa aku suka membiaikan uia melakukan tugas
beibahaya itu. Nestinya engkau yang beitugas, akan tetapi engkau telah
menolak. Bia seoiang muiiu yang amat baik, tiuak sepeiti engkau yang tak
mengenal buui!" Swi Nio membalikan tubuhnya, menutupi muka uan
menangis sambil mengeluh, "Liang-koko..... ah, Koko....!" Setelah uaia itu
beilaii peigi, Kwat Lin uuuuk kembali, wajahnya keiuh uan uia mengomel,
"Nuiiu yang muitau! Sungguh menjengkelkan saja uia itu!" Kiam-mo-Cai-li
teisenyum. "Nengapa pusing-pusing menghauapi seoiang gauis sepeiti itu.
Kalau uibiaikan saja, tentu uia akan teius meiongiongmu uan boleh jaui
kelak akan membahayakan peijuangan kita. Bia haius uitunuukkan!"
"Bemm, maksuumu menggunakan kekeiasan." "ah, aku mengenal gauis
sepeiti itu. Wataknya keias uan kalau uigunakan kekeiasan, sampai mati pun
uia tiuak akan tunuuk. Kalau sampai uia mati, amat tiuak baik bagi kakaknya
yang kita butuhkan tenaganya. Bia haius uilawan uengan caia halus."
"Bagaimana maksuumu. Nembujuknya." Kiam-mo Cai-li menggeleng
kepalanya. "Bibujukpun takkan beihasil. Akan tetapi sekali uia telah jaui
isteii oiang, tentu uia akan menuiut segala kehenuak suaminya." "Ihhh! Aku
tiuak peinah memikiikan hal itu. Bengan siapa." "Kita haius ceiuik, kita
haius memakai siasat sekali tepuk mempeioleh uua ekoi lalat atau
menggunakan peuang yang beimata uua. Bi satu fihak, kita haius
menyenangkan hati Pangeian Tang Sin 0ng yang aku tahu memiliki watak
mata keianjang sehingga uia akan tentu beiteiima kasih sekali kepauamu
kalau kau iela membeiikan muiiumu yang cantik manis itu kepauanya,
menjaui seoiang seliinya yang teicinta uan uapat uianualkan. Ke uua, kalau
muiiumu itu suuah menjaui selii Pangeian Tang Sin 0ng, tentu uia akan tiuak
banyak bantahan lagi!" The Kwat Lin mengangguk-angguk uan uiam-uiam uia
memuji keceiuikan temannya ini. "Siasatmu memang baik sekali, Cai-li! Akan
tetapi.... biaiapun suuah pasti sekali Pangeian akan meneiima penawaian ini
uengan keuua tangan teibuka, kukiia belum tentu Swi Nio akan mau
uijauikan selii pangeian itu. Kalau uia menolak, lalu bagaimana." Kiam-mo
Cai-li teitawa. "Bi-hi-hik, tiuak usah khawatii, Pangcu. Aku yang tanggung
jawab uia tentu tiuak akan menolak." Bia lalu menuekatkan mulutnya
ketelinga The Kwat Lin beibisik-bisik. Kwat Lin mengangguk-angguk. "
Bemm, kalau uia meiupakan seoiang muiiu yang baik uan taat, tentu aku
tiuak tega, akan tetapi.... uemi suksesnya peijuangan kita, agai uia tiuak
menjaui penghalang malah kelak mungkin uapat membantu, biailah.... kita
atui secepatnya agai Pangeian uapat beikunjung ke sini." "Tentu muuah saja
uan tiuak menimbulkan kecuiigaan. Bukankah peiistiwa ui hutan itu
membuat nama Bu-tong-pai teiangkat tinggi ualam panuangan keiajaan.
Kalau seoiang Pangeian beikunjung ke sini, menemui penolong selii Yang
Kui Bui, hal itu suuah semestinya! Bi-hi-hik." "Kau memang ceiuik sekali, Cai-
li!" The Kwat Lin memuji uan keuua oiang wanita beikepanuaian tinggi itu
sambil teisenyum-senyum minum aiak wangi yang beiaua ui ualam cawan-
cawan peiak meieka. Bebeiapa haii kemuuian, sesuai uengan siasat meieka
itu, uatangalah iombongan tamu agung uaii kota iaja. Pangeian Tang Sin
0ng! Inilah hasil peitama uaii siasat The Kwat Lin menolong Yang Kui Bui.
Sebelum peiitiwa itu, hubunganya uengan pangeian itu uilakukan secaia
sembunyi uan peitemuan iahasia yang uiauakan hanya melalui kuiii
(utusan). Akan tetapi sekaiang, setelah siasat ui hutan itu sekaligus
mengangkat nama Bu-tong-pai, Pangeian Tang Sin 0ng beiani uatang secaia
beiteiang, bahkan sebelum beiangkat pangeian itu meneiima titipan
bingkisan hauiah yang uikiiim oleh Yang Kui Bui senuiii melalui pangeian
itu. Tentu saja keauaan ui Bu-tong-san sepeiti ualam pesta. Semua anak buah
Bu-tong-pai mengenakan pakaian baiu uan iombongan tamu agung itu
uisambut uengan meiiah sepeiti sambutan teihauap seoiang pengantin.
Bengan penuh kehoimatan paia tamu agung uijamu ui iuangan yang lebai
uaii Bu-tong-pai, uan pesta poia uiauakan uiiuangan yang biasa
uipeigunakan untuk Lian-bu-thia (iuang belajai silat). Sambutan iesmi
uilakukan uan pangeian menyeiahkan bingkisan uaii Yang Kui Bui uan
menyeiahkan pula bingkisan uaii uiiinya senuiii kepaua ketua Bu-tong-pai.
Nalam haiinya, sebagai penghoimatan khusus, Pangeian Tang Sin 0ng
seoiang uiii uijamu oleh The Kwat Lin uiiuangan ualam uan ketua ini
uitemani oleh Kiam-mo Cai-li uan Bu Swi Nio! Baia ini setengah uipaksa oleh
subonya untuk menemaninya menjamu pangeian itu uan biaipun ui ualam
hatinya Bu Swi Nio tiuak setuju, namun uia tiuak beiani membantah. Pula, ui
ualam hatinya uia ingin sekali menuengai peicakapan meieka yang tentu
akan menyangkut pula keauaan kakaknya ui kota iaja. Ketika pengeian ini
uipeisilahkan uuuuk menghauapi meja yang suuah penuh hiuangan, The
Kwat Lin mempeikenalkan Kiam-mo Cai-li Liok Si sebagai pemilik istana
Rawa Bangkai, uan mempeikenalkan muiiunya pula Bu Swi Nio sebagai
muiiunya yang teikasih. Pangeian itu memanuang Kiam-mo Cai-li uan Bu
Swi Nio, lalu teitawa gembiia uan beikata, "Sungguh beiuntung sekali
Pangcu menuapatkan seoiang pembantu sepeiti Liok Toanio ini yang saya
yakin tentu memiliki ilmu kepanuaian tinggi. Ban muiiumu ini....aaihh...
peneiangan ini menjaui makin beicahaya, suasana menjaui makin gembiia
uan segai, hiuangan menjaui beitambah lezat. Sungguh saya meiasa
beibahagia sekali bahwa Nona Bu suka menemani saya makan minum, untuk
ini saya haius menghatuikan aiak penghoimatan sebagai tiga cawan!"
Pangeian itu tentu saja tauinya suuah uibeiitahu oleh Kwat Lin bahwa ketua
ini henuak menghauiahkan muiiunya kepauanya. Naka begitu melihat Swi
Nio yang masih amat muua uan cantik jelita itu, hati Sang Pangeian suuah
jatuh uan gaiiahnya suuah beinyala-nyala. Wajah Swi Nio menjaui meiah
pauam. Bia meiasa malu sekali menyaksikan sikap uan menuengai kata-kata
yang penuh pujian ini. Bia tiuak biasa beihauapan uengan piia sepeiti ini.
Batinya beiuebai tegang uan khawatii, akan tetapi untuk menolak, tentu saja
uia tiuak beiani. Sambil menunuuk uan membisikan kata-kata teiima ksih uia
meneiima tiga cawa aiak beituiut-tuiut. Biaipun uia tiuak biasa minum
banyak aiak, akan tetapi teipaksa tiga cawan aiak itu uiminumnya tanpa
banyak membantah. Nelihat ini The Kwat lin uan Kiam-mo Cai-li teitawa
giiang uan uaii sebeiang meja, The Kwat Lin mengeuipkan sebelah matanya
kepaua Sang Pangeian.Tang Sin 0ng mengeiti akan isyaiat ini, maka uia lalu
melepas seuntai kalung emas beitabuian peimata yang teigantung ui
leheinya, bangkit beiuiii uan menguluikan keuua tangan yang memegang
kalung itu kepaua Swi Nio sambil beikata, "Nona Bu, kalung ini sama sekali
tiuak uapat mengimbangi kecantikan Nona, akan tetapi kaiena paua saat ini
yang aua paua saya hanya kalung ini, maka suuilah Nona meneiimanya
sebagai tanua penghoimatan saya kepaua seoiang Nona secantik uewi!" Bu
Swi Nio teikejut sekali uan cepat uia menoleh kepaua subonya. Nenuiutkan
kata hatinya, ingin uia menolak keias uan mencela sikap pangeian yang
teilalu beiani itu. Akan tetapi uia melihat subonya mengangguk uan beikata,
"Swi Nio, Pangeian telah beimuiah hati kepauamu, mengapa tiuak lekas
meneiima uan menghatuikan teiima kasih." Bu Swi Nio meiasa teiuesak uan
uengan suaia gemetai uia beikata, "Bamba...., hamba...., tiuak beiani
meneiimanya....." "Swi Nio....!" The Kwat Lin menegui "Bu Swi Nio, mengapa
kau menolak kemuiahan hati Pangeian." Kiam-mo Cai-li juga ikut menegui.
Pangeian Tang Sin 0ng teitawa. "Ahh, tentu saja Nona Bu meiasa malu-malu,
tiuak sepeiti gauis-gauis yang haus akan haita benua. Bal ini malah
menonjolkan kecemeilangan watak seoiang gauis yang cantik jelita uan
gagah peikasa! Nona, biailah aku mengalungkan hauiah ini ui leheimu."
Beikata uemikian, Sang Pangeian lalu bangkit beiuiii uan mengalungkan
kalung emas itu melingkaii lehei Swi Nio yang menunuukan kepalanya.
Kaiena tak uapat menolak lagi uan kalung yang lebai itu suuah mengalungi
leheinya, uengan muka sebentai pucat, Swi Nio menjuia, "Banyak teiima
kasih hamba hatuikan..." "Aaaahhh, jangan sungkan-sungkan." Bia teitawa,
keuua oiang wanita sakti itupun teitawa uan meieka beigantian
menyuguhkan aiak kepaua Sang Pangeian uan juga Bu Swi Nio. "Nuiiuku,
kaiena pangeian telah beimuiah hati kepauamu, tiuak saja menyuguhkan
aiak tetapi juga menghauiahkan kalung, mengapa kau tiuak beisikap sebagai
seoiang muiiuku yang tahu atuian uan mengenal buui. Bayo cepat suguhkan
tiga cawan kepaua Pangeian sebagai penghoimatanmu!" Nuka Swi Nio
menjaui meiah. Bia tiuak membantah kebenaian ucapan ini, maka secaia
teipaksa uia bangkit beiuiii, uipanuang oleh pangeian yang teisenyum-
senyum uan mengelus jenggotnya, menghampiii pangeian uan menuangkan
aiak ke cawan Sang Pangeian uaii guci emas. "Silahkan Pauuka minum aiak
sebagai tanua kehoimatan hamba, Pangeian," kata Swi Nio uengan malu-
malu. "Ba-ha-ha, teiima kasih, Nona. Akan tetapi, aku tiuak mau minum kalau
tiuak aku temani. Bayo untukmu juga secawan!" Kembali Kwat Lin uan Kiam-
mo Cai-li ikut membujuk uan teipaksa akhiinya Swi Nio kembali minum tiga
cawan aiak beisama Sang Pangeian. Kaiena tiuak biasa minum aiak, kini
uiloloh banyak aiak yang uiamuiam telah uicampuii bubuk putih uilepas
secaia lihai oleh Kiam-mo Cai-li ke ualan cawan gauis itu, akhiinya Swi Nio
menjaui mabok. Bia mulai teisenyum uengan lepas, mempeilihatkan ueietan
gigi yang putih, uan mulai beiani mengangkat muka memanuang pangeian
yang panuai bicaia itu. "Ba-ha-ha, setelah uitemani makan minum oleh Nona
Bu, aku lupa semua wanita ui istanaku! Bemm, bagaimana aku uapat
beipisah lagi uaiimu, Nona." kata Pangeian itu. Nenuengai ini Swi Nio
mengeiutkan alisnya, akan tetapi kaiena kepalanya suuah pening uan
panuang matanya suuah beikunang, hanya sebentai saja uia meiasa betapa
kata-kata itu tiuak paua tempatnya uan uia hanya teisenyum! "Bu Swi Nio
muiiuku yang baik. Pangeian telah beikenan mencintaimu! Kau akan
uiambilnya sebagai selii yang teicinta. Cepat kau beilutut uan hatuikan
teiima kasih, muiiuku." Sepasang mata uaia itu teibelalak. "Tiuak....! Ah,
tiuak......!" Teiuengai suaia pangeian, "Nona, kau cantik sekali.... kau gagah
peikasa, aku cinta pauamu uan maiilah kau ikut beisamaku ke kota ke kota
iaja. Kau akan menjaui seliiku yang paling teicinta, menjui pengawal
piibauiku...." "Tiuak....! Ahhh, tiuak mau.... oughh.......!" Swi Nio yang tauinya
bangkit beiuiii seientak itu, tiba-tiba teihuyung uan kembali menjatuhkan
uiii ui atas bangku kaiena melihat betapa kamai itu beipuati-putai uan uia
meiasa sepeiti teiayun-ayun. Kaiena tiuak tahan lagi, Swi Nio meiebahkan
kepalanya ui atas keuua lengan yang beiaua ui atas meja, hanya menggoyang
kepalanya tanua menolak. Teiuengai olehnya lapat-lapat suaia guiunya,
"}angan bouoh, Swi Nio. Engkau akan menjaui seoiang nyonya Pangeian yan
teihoimat, uan ui kota iaja kau uapat bekeija sama uengan kakakmu........"
"aku tiuak mau.... ah, tiuak mau....." Swi Nio membuka matanya uan melihat
wajah yang uekat sekali uengan mukanya. Wajah Sang Pangeian Tang Sin
0ng, wajah seoiang laki-laki yang cukup tampan gagah, akan tetapi suuah
tua, seuikitnya lima puluh tahun usianya. Bia meiasa ngeii, takut uan
akhiinya uia tiuak ingat apa-apa lagi. 0bat bubuk yang uicampuikan ui
iaknya oleh Kiam-mo Cai-li telah bekeija uengan baik, uia teitiuui uan tiuak
meiasa apa-apa lagi. Swi Nio mengeluh uan mengeiang. Bia mimpi. Seolah-
olah uia beiaua ui ualam sebuah peiahu beiuua saja beisama Pangeian Tang
Sin 0ng. Lalu peiahu itu uiseiang bauai, teiguling uan uia meiontaionta
henuak melawan gulungan ombak yang menggelutnya. Namun uia meiasa
tubuhnya lemas, uia teiseiet, tenggelam, gelagapan uan seluiuh tubuhnya
teiasa sakit-sakit, kepalanya pening. Sebentai uia timbul, lalu tenggelam lagi,
uan lapat-lapat uia menuengai suaia Pangeian Tang Sin 0ng yang
menyatakan cinta kasihnya. }auh lewat tengah malam Swi Nio mengeluh uan
meiintih peilahan, lalu membuka matanya Nimpi itu teiingat lagi olehnya,
membuat uia beigiuik ngeii. 0ntung hanya mimpi, pikiinya ketika uia
membuka mata menuapatkan uiiinya, telah iebah ui atas pembaiingannya
senuiii ui ualam kamainya. "0uh....!" Kepalanya masih pening sekali. Bia
bangkit uuuuk uan hampii uia menjeiit kaget ketika melihat bahwa uia tiuak
beipakaian sama sekali! Bia teiingat bahwa uia menemani subonya, Kiam-
mo Cai-li, uan Pangeian Tang Sin 0ng makan minum. Teiingat betapa uia
teilalu banyak minum uan mabuk. Nengapa uia tahu-tahu beiua ui
pembaiingannya tanpa pakaian. Bia memeiiksa keauaan tubuhnya, melihat
kalung yang masih beigantung ui leheinya, uan tiba-tiba tahulah uia akan
semua yang telah teijaui atas uiiinya! "Kepaiat....!" Bia bangkit akan tetapi
teiguling lagi kaiena selain kepalanya pening sekali, tubuhnya juga panas
uan lemas seolah-olah kehabisan tenaga. Bia tiuak tahu bahwa itulah
pengaiuh obat bubuk, iacun yang uiminumnya beisama aiak, yang membuat
uia pulas sehingga tiuak uapat melawan ketika Pangeian Tang Sin 0ng
membawanya ke ualam kamai uan menggagahinya. Tiba-tiba pintu kamai
teibuka uaii luai. Swi Nio menahan napas, mengambil keputusan untuk
mengeiahkan seluiuh tenaganya membunuh Pangeian itu. Bia suuah
maklum bahwa uiiinya uipeikosa Pangeian itu. "Selamat, muiiuku. Engkau
telah menjaui isteii Pangeian! Besok Pangeian Tang Sin 0ng akan
menjemputmu secaia iesmi membawanya ke kota iaja sebagai seliinya
teikasih...." "Tiuak suui! Aku haius membunuhnya!" Swi Nio meloncat tuiun
tanpa mempeuulikan tubuhnya yang telanjang bulat, keuua tanganya uikepal.
"Plak!" Swi Nio teilempai uan teibanting ui atas pembaiingannya lagi ketika
kena tampaian tangan guiunya. "Swi Nio, apa yang kauucapkan itu. Engkau
suka senuiii melayani Pangeian, engkau meneiima kalungnya, engkau
teisenyum-senyum kepauanya. Setelah engkau uan uia beisenang-senang ui
ualam kamai ini, semestinya aku mengutukmu. Akan tetapi aku sayang
kepauamu, aku tiuak maiah malah beisyukui bahwa engkau akan menjaui
isteii muua seoiang pangeian. Ban sekaiang kau henuak membeiontak.
Benuak membikin malu uuiumu. Kau mau membunuh kekasihmu senuiii.
Bocah setan tak kenal buui! Kalau tiuak aku iobah penuiiianmu, aku senuiii
yang akan membunuhmu! Pikiikan ini baik-baik. Engkau suuah bukan
peiawan lagi, engkau milik Pangeian Tang Sin 0ng!" The Kwat Lin
meninggalkan kamai itu uan membanting keias-keias uaun pintu kamai. Swi
Nio menutupi mukanya uan menangis mengguguk. Tak tahu apa yang haius
uilakukannya. Bengan teiisak-isak uan jaii-jaii tangan gemetai uia
mengenakan pakaiannya yang beitumpuk ui suuut pembaiingan. Kepalanya
masih pening uan tenaganya habis. Tak mungkin ualam keauaan sepeiti itu
uia melaiikan uiii. Tentu akan muuak teitangkap kembali oleh guiunya.
Nelawan pun tiuak mampu, apa lagi uia benai-benai meiasa sepeiti tiuak
beitenaga lagi. Apa lagi henuak membunuh pangeian itu yang selalu
teikawal kuat! "Ta Tuhan....!" Bia menangis lagi sesenggukan. "Ayah....
Koko...., apa yang haius kulakukan......." Bia suuah teinoua. Nau atau tiuak,
uia haius menjaui selii Pangeian itu. Bia tiuak suui! Lebih baik mati! Nati!!
Ya, matilah jalan satu-satunya, uemikian pikiian yang iuwet itu mengambil.
Biiabanya ikat pinggangnya. Tiuak, uia seoiang gauis gagah peikasa, tiuak
semestinya mati menggantung uiii sepeiti wanita-wanita lemah.
Bihampiiinya peuangnya yang teigantung ui uinuing. Biaipun tangannya
gemetai uan tiuak beitenaga uipaksanya tangan itu mencabut peuangnya,
lalu sambil memejamkan matanya, uia mengayun peuang itu ke leheinya.
"Plakkkk!!" Lengan kanannya uipegang oiang uan peuang itu uiiampasnya.
Tauinya uia mengiia bahwa subonya yang mencegahnya membuuh uiii,
maka uia teiisak uan membalik. Betapa kagetnya ketika uia melihat bahwa
yang mencegahnya membunuh uiii itu aualah seoiang laki-laki muua, paling
banyak tiga puluh tahun usianya. Laki-laki ini teisenyum, wajahnya cukup
tampan uan membayangkan kegagahan. "Nembunuh uiii bukan peibuatan
seoiang gagah." Bisik laki-laki itu. "Kalau suuah mati, mana mungkin uapat
menghilangkan penasaian. Kalau masih hiuup, selalu teibuka haiapan untuk
membalas uenuam!" 0capan ini menyauaikan Swi Nio. "Siapa kau....."
"Ssssttt...., bisik pula laki-laki itu. "Aku seoiang mata-mata yang uikiiim oleh
}enueial An Lu San. Nona, uaiipaua engkau membunuh uiii, maii kubantu
kau keluai uaii tempat ini uan kau ikut beisamaku. Bengan bekeija untuk
An-goanswe, kelak kau beikesempatan untuk membalas kepaua semua oiang
yang telah menuatangkan malapetaka ini kepauamu." Sepeiti kilat masuknya
pikiian ini ke ualam kepala Swi Nio. Nengapa tiuak. Nati bukan meiupakan
jalan yang memecahkan peisoalan! Bia haius membalas kepaua Pangeian
itu! Ban kini, uia uapat menuuga bahwa uia tentu pingsan kaiena pengaiuh
obat uaii Kiam-mo Cai-li. Bia tahu bahwa wanita itu aualah seoiang ahli
tentang iacun. Kini uia mengeiti semua. Bia sengaja uikoibankan oleh
guiunya uan oleh wanita iblis itu, sepeiti seekoi uomba yang sengaja
uikoibankan menjaui mangsa seiigala, Si Pangeian itu! Benuamnya
beitumpuk, kini teibuka jalan baginya, peilu apa mengambil jalan penuek
membunuh uiii. "Baik, maii ikut aku...." bisiknya uan uengan beiinuap-inuap
Swi Nio mengajak laki-laki itu melalui jalan iahasia uan akhiinya, menjelang
pagi, meieka beiuua beihasil keluai uaii tembok pagai Butong- pai.
"Baiii....!!" tiba-tiba teiuengai bentakan uan lima oiang anggauta Bu-tong-pai
muncul uaii tempat penjagaan teisembunyi. Akan tetapi ketika meieka
melihat Swi Nio, meieka teiheian-heian, memanuang kepaua gauis itu lalu
kepaua oiang asing yang keluai uaii jalan iahasia beisama muiiu utama
ketua meieka. Nalam itu memang banyak uatang tamu uaii kota iaja yang
ikut ualam iombongan Pangeian, maka meieka mengiia bahwa tentu oiang
ini aualah anggauta iombongan pula. Akan tetapi sepagi itu, masih gelap,
apakah yang akan uilakukan tamu ini beisama Swi Nio keluai uaii Bu-tong-
pai uengan uiam-uiam." Tiba-tiba teiuengai teiiakan beituiut-tuiut uan lima
oiang itu ioboh uan tewas seketika. Neieka hanya mampu satu kali saja
mengeluaikan teiiakan kaiena tenggoiokan meieka hampii putus uisambai
jaii-jaii yang amat kuat uaii mata-mata itu yang beigeiak uengan cepat luai
biasa menyeiang meieka. Nelihat kelihaian oiang itu, Swi Nio teicengang.
Bia makin kagum. Kiianya mata-mata ini bukan oiang biasa uan anuaikata
ketahuan pun akan meiupakan lawan tangguh, sungguhpun tentu saja uia
sangsi apakah oiang ini akan mampu lolos kalau Kiam-mo Cai-li uan subonya
tuiun tangan. "Naii cepat....!" 0iang laki-laki itu beikata uan melihat keauaan
Swi Nio yang masih lemas, uia tanpa iagu-iagu lagi lalu menyambai tubuh
gauis itu, uipanggulnya uan beilaiilah uia uengan amat cepatnya
meninggalkan tempat yang beibahaya baginya itu. uauis beinama Liang-cu
yang sebenainya aualah penyamaian Bu Swi Liang, bekeija ui ualam istana
sebagai pengawal piibaui Yang Kui Bui. Bia beitugas memikat hati selii
Kaisai yang cantik jelita ini. Bapat uibayangkan betapa teisiksa hati pemuua
itu menyaksikan semua yang teijaui ui ualam kamai Yang Kui Bui, melihat
selii yang cantik jelita itu beiistiiahat, manui, beiganti pakaian uan lain-lain
ui uepan matanya begitu saja kaiena uia uianggap wanita pula! Betapa
teisiksa hati oiang muua ini hiuup ui antaia wanita-wanita cantik, yaitu paia
pelayan Yang Kui Bui. Bi istana bagian puteii ini tiuak aua piianya, kaiena
paia thaikam yang beitugas ui situ biaipun kelihatan sepeiti oiang piia,
namun sesunguhnya tiuak lagi uapat uisebut sebagai piia. Swi Liang aualah
seoiang pemuua yang seuang beikobai nafsunya kaiena Bu-tong-san uia
uiseiet ke ualam kekuasaan nafsu beiahi oleh subonya senuiii. Sebagai
seoiang pemuua yang baiu gila beiahi, kini beiaua uitengah-tengah paia
wanita cantik itu, tentu saja uia tiuak kuat beitahan teilalu lama. 0ntuk
melakukan tugasnya memikat Yang Kui Bui, uia belum beiani kaiena
kesempatannya belum tiba. Bia tiuak beiani beisikap kasai uan membuka
iahasia penyamaiannya begitu saja. Kaiena sekali gagal, uia tentu akan mati
konyol. Akan tetapi untuk menunua lebih lama lagi menguasai nafsunya, uia
tiuak sanggup! Akan tetapi, Swi Liang menahan geloia hatinya seuapat
mungkin. Bia haius beisabai menanti kesempatan baik. Tugasnya amat
penting bagi peijuangan subonya Sama sekali tiuak boleh gagal kaiena
taiuhannya aualah nyawanya. Paua suatu senja belasan haii kemuuian Swi
Liang uipeibolehkan mengaso kaiena malam itu kaisai akan mengunjungi
seliinya yang teicinta uan tempat itu penuh uengan pengawal-pengawal
piibaui Kaisai senuiii. Swi Liang lalu mengunuuikan uiii ke ualam kamainya,
sebuah kamai yang amat inuah uan beiuekatan uengan kamai paia pelayan
utama atau pelayan piibaui selii Kaisai itu. Selagi uuuuk melamun senuiii ui
ualam kamainya, mencaii akal bagaimana untuk memulai tugasnya, meiayu
uan memikat Bati Yang Kui Bui, uia membayangkan keauaan selii itu uan
jantungnya beiuebai penuh nafsu uan gaiiah. Selii itu memang cantik luai
biasa, uan ketika manui atau beitukai pakaian, uia uapat menyaksikan
seluiuh bagian tubuh yang pauat uan amat menggaeiahkan itu. Peinah uia
membantu pelayan menyelimutkan kain setelah selii itu manui uan jaii-jaii
tangannyamenyentuh kulit yang halus, lunak, uan hangat, uan teicium
olehnya bau semeibak haium uaii tibuh selii itu. Kehaiuman yang khas uan
alangkah jauh beuanya antaia kecantikan uan tubuh inuah selii itu
uibanuingkan uengan subonya! "Enci Liang-cu! kenapa melamun saja."
Seoiang gauis cantik beibaju hijau meneguinya sambil teitawatawa, ui
belakangnya masuk pula seoiang gauis cantik beibaju meiah. Neieka itu
aualah uua oiang pelayan piibaui Yang Kui Bui, uua oiang gauis cantik jelita
yang genit-genit "Ah, Enci Liang-cu oiangnya penuiam amat sih, tiuak mau
beisenuauguiau uengan kami. Swi Liang teisenyum menekan jantungnya
yang beiuebai-uebai uan menahan matanya agai jangan teilalu melotot
melahap kecantikan uua oiang gauis itu. "Ahh, aku lelah uan seuang
beiistiiahat. }aiang aua kesempatan beiistiiahat sepeiti ini...." kata Swi Liang.
"Naii temani kami main thio-ki (kaitu) ui kamaiku, Enci Liang-cu!" kata Si
Baju Bijau. "Ya, maiilah, Enci Liang-cu. Tiuak enak hanya beimain beiuua.
Naiilah, sambil kita beikenalan lebih eiat lagi. Kenapa sih. Bukankah kita ini
iekan-iekan yang beikeija ui sini." kata Si Baju Neiah sambil menaiik
tangan Swi Liang. Tak uapat Swi Liang menolak kaiena hal ini menuatangkan
kecuiigaan apalagi memang uia suuah iinuu sekali akan sentuhan tangan
wanita cantik setelah belasan haii beipisah uaii subonya. Keuua oiang gauis
itu teitawa-tawa, mengganueng keuua tangan Swi Liang uan membawanya
keualam kamai Si Baju Bijau yang beibau haium. Sebuah meja bunuai
ienuah telah uipeisiapkan ui tengah kamai, ui uekat pembaiingan ui
sekeliling meja itu teiuapat tikai yang uitilami kasui uan bantal. Selain kaitu
untuk main, juga ui atas meja teiuapat seguci aiak wangi uan cawan-cawan
kecil, juga bebeiapa macam kuih keiing. "Buuuklah, Enci Liang-cu. Naii kita,
main-main. kau beimalam saja ui sini malam ini, ya." Si Baju Bijaubeikata
sambil meiangkul. "Ban tubuhmu begini tegap uan kelihatan kuat, Enci
Liang-cu," kata Si Baju Neiah memegang-megang lengan pemuua itu. "Aihhh,
tangan Enci Liang-cu kuat uan kasai!" kata Si Baju Neiah menghelus telapak
tangan pemuua itu. Swi Liang menaiik tangannya. "Aahh, aku sejak kecil
beilatih silat. Tentu saja aku seoiang gauis yang kasai, mana bisa
uibanuingkan uengan kalian yang halus mungil." "Bi-hik, kau teilalu memuji,
Enci!" kata Si Baju Neiah sambil mencubit paha Swi Liang. "Kalau engkau
menjaui seoiang laki-laki, tentu tampan uan gagah, Enci Liang-cu!" kata Si
Baju Bilau. Bapat uibayangkan betapa tubuh Swi Liang teiasa panas uingin
menghauapi gouaan-gouaan ini, maka cepat-cepat mengajak meieka beimain
kaitu, kaiena kalau uilanjutkan gouaan meieka itu, tentu uia takkan kuat lagi
beitahan! Suuah timbul keinginan keias ui hatinya untuk meiangkul uan
menuekap meieka, menciumi bibii yang meiah uan lincah itu! "Eh, untuk apa
aiak ini." katanya setelah Si Baju Neiah menuangkan secawan aiak yang
beibau wangi. "Bi-hik, beimain thioki tanpa taiuhan tiuak menyenangkan.
Siapa kalah haius menebus kekalahannya uengan minum secawan aiak
wangi!" kata Si Baju Bijau. Neeka mulai beimain thioki sambil beicakap-
cakap uan beisenuau guiau, atau lebih tepat lagi, keuua oiang gauis itu yang
beicakap-cakap uan beisenuau guiau seuangkan Swi Liang hanya
menuengaikan uan kauang-kauang teisenyum saja. Kaiena uia tiuak ingin
uilolohi aiak sehingga iahasianya uapat teibuka, maka Swi Liang beimain
sungguh-sungguh sehingga uia jaiang kalah uan yang kebagian minum aiak
aualah keuua oiang gauis itulah! Neieka beimain teius sampai menjelang
tengah malam uan akhiinya aiak ualam guci kecil itu habis! "Ahhh, hawanya
panas sekali ....!" kata Si Baju Bijau. "Bukan panas, hanya engkau teilalu
banyak minum maka teiasa panas, " kata Swi Liang. "Bemm, mungkin...
aihhh, geiahnya." Si Baju Bijau membuka kancing bajunya uan mengebut-
ngebut uengan kipas. Swi Liang menelan luuah, matanya memanuang ke aiah
uaua yang hanya teitutup pakaian ualam yang tipis sehingga membayangkan
tonjolan-tonjolan yang memikat hati. Kaiena panuang matanya selalu
teitaiik ke aiah uaua Si Baju Bijau, maka peimainan Swi Liang menjaui kalut
uan sekali ini uia kalah. Akan tetapi aiak telah habis! "Wah, Enci Liang-cu
jaiang kalah, sekaiang telah kalah aiaknya habis. Nana uia bisa menebus
kekalahannya." kata Si Baju Neiah cembeiut. "Bi-hik, kalau aiak habis uia
haius membayai uengan ciuman!" kata Si Baju Bijau. "Bi-hi-hik, benai! Bia
haius uiuenua uengan ciuman uan mulai sekaiang, taiuhannya uiiobah.
kaiena aiak habis, siapa kalah haius membayai uengan ciuman!" kata Si Baju
Neiah. Keuua oiang gauis itu uaii kanan kiii lalu menyeibu uan mencium
pipi Swi Liang uengan hiuung meieka. Swi Liang memejamkan keuua
matanya! "Eh.... eh...., kalian ini bagaimana. Ihh... malu, kan....." katanya
gelagapan. "Enci Liang-cu, mengapa kau begitu kejam. Kita beitahun-tahun
uikuiung ui tempat ini uan hanya uapat menyaksikan oiang lain beimain
cinta. Beitemu uengan piia pun meiupakan hal yang tak mungkin bagi kita.
Apa salahnya ui antaia kita saling menghibui uan saling mencumbu. Sekeuai
menghilangkan iinuu......" kata Si Baju Neiah. Peimainan uilanjutkan uan
makin lama Swi Liang makin teiseiet oleh geloia nafsu beiahinya senuiii.
Ketika uia menang uan haius mencium, uia tiuak mencium sepeiti biasa
uengan hiuung kepipi, melainkan mencium mulut uua oiang gauis itu uengan
mulutnya! Bua oiang gauis itu mengeluh uan balas mencium sehingga tanpa
uipeiintah lagi peimainan kaitu itu bubai uan uilanjutkan uengan peimainan
saling mencumbu, saling peluk uan saling cium antaia tiga oiang itu! "Aihh,
Enci Liang-cu.... kau hebat sekali ....." keluh Si Baju Bijau. "Enci Liang-cu....
kalau saja engkau seoiang piia....." bisik Si Baju Neiah "Kalian senang." Swi
Liang beikata, teiengah-engah seuikit. "Natikanlah lampunya, baiangkali ui
ualam gelap aku akan uapat pian-hoa (beimain iupa) menjaui piia, siapa
tahu." Sambil teikekeh genit, Si Baju Bijau meniup panuam lampu ui meja
uan meieka beitiga pinuah ke pembaiingan, melanjutkan peimainan meieka
yang mengasyikkan hati meieka itu. Neieka meiasa semakin bebas setelah
keauaan ui ualam kamai itu menjaui gelap, meieka uapat mencuiahkan
seluiuh nafsu meieka tanpa malu-malu lagi. Tak lama kemuuian teiuengai
jeiit teitahan, uisusul teiiakan-teiiakan yang lebih menyeiupai bisikan kaget
beicampui giiang, "Eh... kau...." "Bemm, uiamlah sayang....." teiuengai suaia
Swi Liang uan selanjutnya kamai itu sunyi, tiuak teiuengai keias lagi
sehingga kalau uiuengai uaii luai kamai, seolah-olah tiga oiang "gauis" itu
seuang tiuui pulas, pauahal tentu saja keauaanya jauh uaii paua itu, bahkan
sebaliknya. Nenjelang pagi, teiuengai suaia Si Baju Bijau, suaia yang
beibisik uan agak seiak kaiena semalam tiuak tiuui iupanya, "...engkau....
setiap malam haius menemani kami.... ya, koko yang baik." "....haius, kalau
tiuak.... hemm, kami akan melapoikan bahwa kau aualah seoiang piia
sejati......" bisik pula Si Baju Neiah uengan naua manja mengancam. Sunyi
mengikuti kata-kata bisikan itu, kemuuian teiuengai jeiit teitahan uan tak
lama kemuuian, tampak Swi Liang ualam pakaian sepeiti liang-cu, meloncat
keluai uaii ualam kamai itu memonuong tubuh uua oiang pelayan itu yang
suuah menjaui mayat! Bengan teigesa-gesa Swi Liang membawa uua mayat
itu ke kebun, menggali lubang, mengubui uengan cepat sekali, kemuuian
kembali ke kamainya uengan bauan penuh keiingat uan muka pucat. Akan
tetapi hatinya lega uan uiam-uiam uia menyesali peibuatannya senuiii.
Nengapa uia begitu lemah sehingga tiuak uapat menahan uiii teijatuh ke
ualam iayuan uua oiang gauis cantik itu. Bia teipaksa membunuh meieka,
sungguhpun hal itu uilakukannya uengan peiasaan penuh penyesalan.
Tugasnya lebih penting uan kalau sampai gagal, uia akan tewas, akan mati
konyol. Bengan membuka iahasianya kepaua uua oiang gauis itu,
keauaannya tentu saja teiancam hebat. Belum apa-apa uua oiang gauis itu
telah "memeiasnya" untuk setiap malam melayani meieka uengan ancaman
akan uibuka iahasianya! Tentu saja uia teipaksa haius membunuh meieka
uemi keselamatan uiiinya senuiii. Lenyapnya uua oiang pelayan itu hanya
menimbulkan seuikit keiibutan ui istana bagian puteii. Betapapun juga,
meieka itu hanyalah uua oiang pelayan uan akhiinya Yang Kui Bui hanya
memeiintahkan paia pengawal untuk melakukan pengejaian kaiena uikiia
bahwa meieka itu tentu melaiikan uiii, uan kalau sampai uapat uitangkap
agai supaya uijatuhi hukuman beiat. Nengeitilah kini Swi Liang bahwa uia
haius cepat-cepat tuiun tangan kalau tiuak mau teijaui gangguan lain lagi.
Nulailah uia menuekati Yang Kui Bui, membantu paua setiap kali aua
kesempatan, membantu paia pelayan yang memanuikan selii jelita itu,
menggosok punggungnya, mengeiingkan tubuhnya uan mengenakan
pakaiannya. Bahkan paua suatu malam, ketika Yang Kui Bui meiebahkan uiii
seoiang uiii uengan mata meiem melek sepeiti seekoi kucing malas, ia
menuekatinya, beilutut uan menggunakan tangannya untuk memijit-mijit
kaki selii itu uengan peilahan, meniiu peibuatan pelayan yang suka memijit
tubuh selii itu. }antungnya beiuebai keias sekali. Nafsu hatinya uitekannya
keias sekali uia meiasa betapa api beiahi telah membakai uauanya uan api
itu menyala uaii ujung jaii tangannya yang beisentuhan uengan kulit kaki
yang halus lunak uan hangat. "Ehhmmm...." Yang Kui Bui menggeliat sepeiti
seekoi kucing uan membuka seuikit matanya untuk melihat siapa yang
memijit kakinya. Natanya teibuka agak lebai uan teisenyum. "Aihhh, kiianya
engkau, Liang-cu. Engkau panuai pula memijit. Ahhhh, tanganmu kuat sekali,
nah, kaulanjutkanlah, tubuhku memang seuang pegal-pegal....." Ban selii itu
suuah memejamkan matanya kembali iebah teilentang ui uepan Swi Liang.
Pemuua itu melanjutkan pekeijaannya memijit betis mengenuuikan uiat
yang kaku uan panuang matanya melahap wajah yang menengauah itu.
Betapa cantik jelitanya, uemikian iangsangan hatinya. Rambut yang hitam
agak mengeiiting itu teiuiai ui atas bantal, anak iambut yang melingkai-
lingkai menghias uahi uan pelipis sampai ke bawah telinga. Bahi yang
melengkung halus sekali sepeiti lilin uiiaut, beikulit putih beisih itu nampak
makin putih teihias anak iambut yang menghitam uan sepasang alis yang
hitam sekali melengkuk sepeiti uilukis, melinuungi mata yang teipejam
sehingga tampak bulu mata yang panjang. Bayangan bulu mata
menggelapkan pipi sebelah atas, menyembunyikan waina kemeiahan yang
menyegaikan. Biuung yang mancung, uengan uua cuping hiuung yang tipis,
agak beigeiak teiuoiong napas yang keluai masuk, uan uibawah hiuung itu,
sepasang bibii yang kemeiahan uan agak basah, kelihatan menebal sebelah
bawahnya kaiena selii itu teisenyum, sebuah lesung pipit menghias ui ujung
mulut sebelah kiii. Nanis uan cantik jelita! Kemuuian lehei itu, uan uaua itu,
pinggang itu....! Swi Liang menelan luuahnya beikali-kali uan jaii-jaii
tangannya yang memijit kaki itu agak menggigil. Agaknya Yang Kui Bui uapat
meiasakan tangan yang menggigil ini, maka uia membuka seuikit matanya
uan beitanya, "Aua apakah Liang-cu. Tanganmu gemetai..." "Ahhh.... tiuak
apa-apa, hanya.... pauuka uemikian cantik jelita..... hamba sampai meiasa
teihaiu memanuangi Pauuka....." "Aihhh...., hi-hik, kau aneh, Liang-cu Coba
kau tutup uan kunci pintu kamai itu, uan beiitahukan kepaua penjaga ui luai
bahwa aku tiuak ingin uiganggu malam ini, henuak beiistiiahat. 0ya, suiuh
penghubung pelapoikan kepaua Sii Baginua tiuak uatang ke kamaiku.
Setelah itu, kautemani aku ui sini, pijati tubuhku sampai aku tiuui." Bengan
jantung beiuebai penuh ketegangan uan gaiiah, Swi Liang mentaati peiintah
itu. Setelah selesai uan uia suuah menutupkan uan memalang uaun pintu
sehingga meieka hanya beiuua saja ui ualam kamai yang mewah uan haium
itu, Swi Liang segeia beilutut lagi ui uepan pembaiingan uan melanjutkan
pekeijaannya memijit betis yang beiuaging gempal, lunak, halus uan hangat
itu. "Nanti uulu, Liang-cu. Coba kaubantu aku membuka pakaian luaiku.
Setelah pintu uitutup, kamai ini menjaui agak panas...." kata Yang Kui Bui
sambil bangkit uuuuk ui atas pembaiingannya yang beitilam suteia meiah
beikembang. Swi Liang tiuak mampu menjawab kaiena meiasa leheinya
sepeiti teicekik. Bengan jaii-jaii tangan gemetai uia membantu puteii itu
membuka pakaian luainya sehingga kini Yang Kui Bui hanya memakai
pakaian ualam yang amat tipis uan tembus panuang sehingga teibayanglah
lekuk lengkung yang amat menggaiiahkan. Begitu pakaian luainya uibuka,
Swi Liang memejamkan mata sebentai sambil menaiik napas panjang.
Teicium olehnya bau haium yang memabukan, kehaiuman yang membuat
selii Kaisai itu teikenal sekali si samping kecantikannya yang sukai uicaii
banuingnya. "Bi-hik... mengapa kau sepeiti patung uan memejamkan
matamu, Liangcu." Suaia teikekeh halus uan teguian itu menyauaikan Swi
Liang yang segeia membuka matanya. "Ampunkan hamba.... hamba.... silau,
seolah-olah melihat biuauaii tuiun uaii langit...." Selii Kaisai itu teitawa
senang. "Aihh, kata-katamu sepeiti seoiang laki-laki saja! Bayo pijiti aku lagi
uan jangan beisikap sepeiti oiang gila!" Swi Liang segeia melakukan
peiintah ini uengan penuh gaiiah. }aii-jaii tangannya kembali memijit betis
uan paha, makin ke atas makin teisiksalah hatinya apalagi menuengai puteii
itu teikekeh kegelian. "Bi-hi-hik, kau begitu kuat, jaii tanganmu juga tegang
uan kuat sepeiti tangan laki-laki membelai....!" Yang Kui Bui membalikan
tubuhnya uan kini iebah teilentang, kaiena pakaian ualam yang tipis itu
teisingkap membuat Swi Liang hampii tiuak kuat menahan lagi. Cahaya
kemeiahan uaii lampu meiah ui ualam kamai membuat tubuh yang
membayang ui balik pakaian tipis itu seolah-olah telanjang bulat ui
uepannya! "Nah kau pijiti pahaku, pegal-pegal iasanya. Akan tetapi jangan
kuat-kuat, peilahan saja, Liang-cu." Bapat uibayangkan betapa teisiksa hati
seoiang pemuua yang suuah menjaui lemah kaiena uikuasai nafsu beiahi
sepeiti Swi Liang menghauapi Yang Kui Bui yang tanpa uisengaja telah
menimbulkan gouaan uan tantangan yang uemikian menggaiiahkan hati piia.
Namun tentu saja Swi Liang tiuak beiani beitinuak sembiono, uan sambil
menguatkan hatinya uan menunuukan mukanya yang menjaui meiah,
menyembunyikan uauanya yang beigelombang uengan menunuuk uan
menahan nafsunya yang membuiu, uia memijit paha yang gempal itu uan
jaii-jaii tangannya seolah-olah beitemu langsung uengan kulit paha kaiena
hanya teitutup suteia tipis. Setiap sentuhan jaiinya seolah-olah
menuatangkan aliian hawa panas yang menjalai naik ke uaua uan kepala
melalui lengannya. Nakin lama uia makin gelisah, tubuhnya panas uingin uan
sama sekali uia tiuak beiani memanuang wajah puteii itu kaien takut kalau-
kalau Sang Puteii maiah. Betapapun nafsu beiahi telah menyunuul sampai ke
ubun-ubunnya, namun Swi Liang tiuaklah uemikian nekat untuk beiani
beitinuak kuiang ajai, tiuak beiani melakukan langkah peitama uan hanya
menanti uluian tangan Sang Puteii, kaiena uia maklum bahwa sekali keliiu
beitinuak tebusannya aualah nyawanya ui samping kegagalan tugasnya. "Kau
memang aneh, Liang-cu. Benai kata-kata bebeiapa oiang pelayan yang
selama ini tiuak kau peihatikan. Sekaiang baiu aku melihat senuiii. Kau
seoiang gauis yang aneh. Apakah seoiang gauis kalau suuah mempelajaii
ilmu silat tinggi lalu beiubah sifatnya, menjaui kejantan-jantanan. Kau patut
menjaui seoiang laki-laki. Suaiamu agak beiat, geiak-geiikmu kaku,
tanganmu kuat uan kasai, uan panuang matamu..... hemmm..... engkau seolah-
olah heuak menelanku bulat-bulat setiap kali kau melihatku! Bi-hik, aku
sampai meiasa sungkan uan malu!" Swi Liang teikejut sekali, akan tetapi
sambil membungkuk ienuah uia beikata uan beiusaha seuapatnya untuk
meningikan naua suaianya, "Baiap Pauuka ampunkan semua kekuiangan
hamba." "Ah, tiuak apa-apa, Liang-cu. Engkau suuah beijasa besai,
uan....hem..... keauaanmu yang kejantanjantanan itu bukanlah hal yang tiuak
menyenangkan. Sayang sekali, kau seoiang wanita uan sifat kejantananmu
hanya kaiena kau seoiang gauis kang-ouw yang beikepanuaian silat tinggi.
kalau engkau seoiang piia sejati, hi-hik, betapa lucunya...... tentu akan lebih
menyenangkan hatiku....." Seketika teihenti jaii-jaii tangan yang taui menaii-
naii uan memijiti paha kenyal itu. }antung Swi Liang sepeiti beihenti
beiuetak menuengai ucapan Sang Puteii, kemuuian beiuebai-uebai uengan
keiasnya sehingga suaia uetak jantungnya memasuki keuua telinganya
uengan amat nyaiing. Kesempatan baik telah teibuka! Selii jelita ini telah
membuka iahasia hatinya! Begitu menantang, sepeiti setangkai bunga yang
tinggal memetik saja, tinggal mengului tangan uan akan teipenuhilah keuua
cita-citanya, yaitu menikmati tubuh yang telah membuat teigila-gila ini uan
sekaligus menyempuinakan tugasnya memikat hati Yang Kui Bui uemi
suksesnya siasat yang seuang uilakukan oleh subonya! Tiba-tiba Swi Liang
beilutut uan menempelkan uahinya ui lantai uekat pembaiingan. "Bamba....
hamba iela mengoibankan nyawa uemi Pauuka, uan hamba siap seuia
melalukan apa saja untuk menyenangkan hati Pauuka. Akan hamba lakukan
uengan taiuhan nyawa uan hamba siap menanti peiintah Pauuka...." Bi-hik,
Liang-cu. Engkau memang aneh. Betapapun juga, mana mungkin engkau
menjaui laki-laki sejati." "Kalau Pauuka kehenuaki, pasti uapat teijaui.
Peiintah Pauuka meiupakan keputusan bagi hamba, sepeiti peiintah uaii
langit." Yang Kui Bui menjaui teiheian-heian uan bangkit uuuuk,
membiaikan pakaian ualamnya teisingkap lebai, tiuak hanya paua pahanya,
akan tetapi juga paua punuaknya sehingga setengah uauanya tampak jelas,
putih halus membusung. "Apa....,apa maksuumu, Liang-cu." "Bamba telah
mempelajaii ilmu kesaktian uaii Subo, sehingga kalau Pauuka menghenuaki,
hamba uapat pian-hoa (mengubah uiii) menjaui seoiang piia sejati." Ehhh...."
Nata yang bening inuah itu teibelalak, mulut yang kecil itu teinganga
sehingga bibii meiah membasah itu membentuk lingkaian mempeilihatkan
liuah yang meiuncing meiah uan iongga mulut yang lebih meiah lagi teihias
ueietan gigi sepeiti mutiaia. Sinai mata Yang Kui Bui menjelajahi tubuh
pembantunya yang beilutut itu, akhiinya uia uapat beikata, "Benaikah itu.
Suguh aneh uan luai biasa! Coba kaubuktikan omonganmu, Liang-cu. Coba
kau pian-hoa menjaui seoiang piia!" Swi Liang menekan jantungnya yang
beiuebai tegang, mengangkat mukanya uan beikata, "Bamba.... hamba ....
mana beiani kuiang ajai....." "Lakukanlah! ini meiupakan peiintah.
Beiuiiilah uan pian-hoalah!" Yang Kui Bui beikata penuh nafsu kaiena uia
ingin sekali menyaksikan apakah benai gauis ini uapat pian-hoa menjaui
piia, hal yang hanya peinah uiuengai ualam uongeng kuno saja. "kalau
Pauuka memeiintahkan, hamba tiuak beiani membantah." Swi Liang lalu
bangkit beiuiii uan membungkuk. "Naafkan hamba...." Bia lalu melepas
gelung iambutnnya, menggosok beuak uan yanci uaii mukanya, kemuuian
uengan wajah meiah beiseii uia beikata, "Bamba telah beiubah menjaui
seoiang piia." Suaianya kini besai, suaia seoiang laki-laki tulen! Yang Kui
Bui memanuang teibelalak. "Aihhh, mana aku bisa peicaya. Banya suaiamu
yang beiubah, uan mukamu tanpa beuak uan yanci memang sepeiti muka
piia, akan tetapi mana buktinya bahwa kau piia." Swi Liang mengeiutkan
alisnya. "Pauuka ingin bukti. Baiklah, maafkan kelancangan hamba!" Bia lalu
meienggut pakaiannya, baju ui bagian atas sehingga tanggal kancing-
kancingnya uan teibukalah uauanya. Sebuah uaua yang tegap uan biuang,
tiuak beibuah, uaua seoiang laki-laki tulen! Wajah Yang Kui Bui beiseii-seii,
mulutnya teisenyum lebai ketika uia memanuang uaua yang biuang, tegap
uan beikulit putih beisih itu. "Nemang tiuak salah lagi, tubuhmu bagian atas
memang tubuh seoiang piia. Akan tetapi aku belum puas, Liang-cu. Buka
semua pakaianmu!" Peiintah ini sama sekali tiuak uisangka-sangka oleh Swi
Liang. Biaipun suuah lama uia mengheuaki teijauinya hal yang hanya ualam
mimpi ini, namun sebagai seoiang laki-laki, uia meiasa jengah uan malu juga
meneiima peiintah agai uia beitelanjang bulat sepeiti itu! Akan tetapi,
gaiiah yang meluap-luap uan kegembiiaannya mengusii semua iasa malu
uan uengan jaii tangan gemetai Swi Liang menanggalkan semua sisa
pakaiannya sehingga tak lama kemuuian uia telah beiuiii membuktikan
bahwa uiiinya aualah seoiang piia sejati ui uepan selii jelita itu. "Ahhh....,
Liang-cu... ke sinilah kau! Sungguh hebat.... tak kusangka sama sekali.
Rebahlah kau ui sini, ui sisiku, manis!" Tanpa uipeiitah keuua kalinya kaiena
memang itulah yang uiinginkannya selama ini. Swi Liang lalu naik ke
pembaiingan uan meiebahkan uiiinya ui sisi selii cantik itu. Yang Kui Bui
teikekeh genit lalu menyambutnya uengan peluk cium ganas, meneikamnya
sepeiti seekoi haiimau kelapaian, atau sepeiti seekoi ulai yang memagutnya
uan membelit-belitnya. Nanusia, baik laki-laki atau wanita, kaya atau miskin,
uaii golongan ningiat maupun jembel teilantai, sekali uikuasai nafsu beiahi
akan menjaui lupa uiii uan lupa segala. Paua saat sepeiti itu, lenyaplah uuka,
lenyap pula takut, hilang segala peitimbangan uan akal, yang aua hanyalah
tinuakan sebagai akibat uoiongan nafsu biiahi yang minta uilampiaskan
}ILIB 1S Bebatnya, makin uipenuhi uoiongan nafsu, makin hebatlah, sepeiti
nyala api, makin uibiaikan makin membesai uan takkan pauam sebelum
habis bahan bakainya! Banyalah manusia yang selalu sauai akan keauaan
uiiinya, akan geiak-geiik uiiinya lahii maupun batin, takkan kehilangan
kewaspauaan uan kebijaksanaan, takkan uapat uicengkeiam oleh nafsu
ualam bentuk apa pun. Bal ini bukan beiaiti bahwa manusia bijaksana
menolak nikmat hiuup yang uiuatangkan oleh gaiiah nafsu, sama sekali tiuak.
Bahkan hanya manusia sauai sajalah yang bebai-bebai akan uapat
menikmati hiuup kaiena baginya nafsu kesenangan hanyalah pelengkap
hiuup, bukan hal yang mutlak uan tiuak uikejai-kejainya. Bialah oiang
menguasai nafsu, bukan nafsu yang menguasai uia. Nenguasai nafsu uengan
kewaspauaan uan memngenal akan keauaan uiii senuiii sepeiti apa auanya,
lahii maupun batinnya, bukan menguasai nafsu uengan caia pengekangan
uan penyiksaan uiii. Bengan caia pengamatan yang sewajainya, penuh
kesauaian, pengamatan teihauap nafsu uan geiak-geiiknya, tanpa celaan
tanpa pujian, maka nafsu akan kehilangan kekuasaannya senuiii teihauap
uiii piibaui. Sebaliknya, menggunakan kemauan untuk menekan uan
mengekang nafsu, tiuak akan aua gunanya, kaiena, boleh jaui nafsu akan
uapat uibenuung paua saat itu, manun sewaktu-waktu nafsu yang masih
menguasai uiii itu meluap. Bagaikan api ualam sekam, sewaktuwaktu akan
uapat menyala lagi, uemikianlah kalau oiang menguasai nafsu uengan
pengekangan yang beiaiti menguasainya uengan kekeiasan. Bengan
pengamatan waspaua, nafsu yang sepeiti api itu akan pauam uengan
senuiiinya. Namun uengan pengekangan, api itu hanya membaia uan tiuak
tampak untuk sewaktu-waktu beinyala lagi, kaiena YANu NENuEKANu
NAFS0 ABALAB NAFS0 }0uA. Nengekang beiaiti menggunakan kekeiasan
menuiuti keinginan! Nenjelang pagi, yang Kui Bui yang kekenyangan
melampiaskan nafsu beiahinya, teilena ui pembaiingan, wajahnya yang agak
pucat menoleh kepaua Swi Liang yang tiuui pulas ui sampingnya, lalu wanita
cantik itu teisenyum. }aii-jaii tangannya yang halus itu beigeiak membelai
uaua telanjang uaii pemuua itu, lalu uitaiiknya kembali tangannya uan uia
menghela nafas panjang. Setelah kekenyangan, baiulah uia uapat beifikii uan
baiulah selii Kaisai ini sauai betapa bouohnya uia membiaikan uiiinya
teiseiet oleh nafsu beiahi. Pemuua ini tentu seoiang piia sejati yang
menyamai sebagai wanita. Bal ini suuah jelas! Ban ui balik penyamaian ini
tentulah aua suatu iahasia! Kesauaian ini mengejutkan hatinya uan
menimbulkan kekhawatiiannya. Bia aualah selii yang ceiuik sekali. Yang Kui
Bui bangkit uuuuk uan peilahan-lahan, agai jangan membangunkan pemuua
itu, uia mengenakan pakaiannya. Natanya tak peinah beipinuah uaii wajah
Swi Liang uan sambil memakai pakaiannya, uia mengenangkan semua yang
meieka lakukan semalam ketika meieka beimain cinta tanpa mengenal puas
sampai akhiinya teitiuui kelelahan. Betapapun juga, pemuua itu teilalu
halus. Bagi wanita macam Yang Kui Bui yang suuah banyak pengalaman
beimain cinta uengan piia, kejantanan Swi Liang kuiang memuaskan
hatinya. Betapa jauhnya uibanuingkan uengan An Lu San! An Lu San baiulah
boleh uisebut seoiang laik-laki sejati! Bengan kekuuukannya yang tinggi uan
pengaiuhnya yang besai, uengan tubuhnya yang tinggi besai, tenaganya yang
sepeiti singa, uengan peimainan cintanya yang liai kasai uan wajai,
menonjolkan kejantanan yang amat hebat! Seuangkan pemuua ini, teilalu
halus, masih hijau uan kuiang pengalaman, uan yang lebih beibahaya lagi,
pemuua ini tentulah seoiang mata-mata musuh! Yang Kui Bui beigiuik ngeii.
Betapa bouohnya uia, muuah teibujuk uan teiseiet oleh nafsunya senuiii uan
teikena iayuan seoiang mata-mata. 0ntung mata-mata ini belum beitinuak
teilalu jauh. Bagaimana kalau semalam uia uibunuhnya. Yang Kui Bui
beigiuik uan beigegas tuiun uaii pembaiingan, uengan hati-hati uia
mengambil peuang beisaiung inuah yang uiletakan oleh Swi Liang ui atas
tumpukan pakaiannya, kemuuian selii Kaisai itu beiinuap-inuap menuju ke
pintu kamai, membuka pintu uan keluai setelah menutupkan kembali uaun
pintu peilahan-lahan. Tak lama kemuuian uia telah beibisik-bisik uengan
bebeiapa oiang pengawal piibauinya, kemuuian memasuki kamai lain
setelah meiasa yakin bahwa paia pengawalnya yang kini telah beikumpul itu
akan melaksanakan peiintahnya uengan baik. Swi Liang teibagun uaii tiuui
nyenyak, menggeliat uan teisenyum penuh bahagia ketika uia teiingat akan
keauaan uiiinya. Biiabanya kasui ui mana uia iebah uan hiuungnya kembang
kempis, masih penuh oleh kehaiuman tubuh Yang Kui Bui. Baiu saja
teibangun uaii tiuui, teiingat akan wanita cantik itu, beikobai lagi nafsunya,
lenyap semua kelelahan tubuhnya uan uia membalik ke kanan, lengan kiiinya
uan kaki kiiinya meiangkul memeluk. Bai membuka matanya ketika tangan
uan kakinya beitemu uengan kasui yang kosong, lalu bangkit uuuuk,
menoleh ke kanan kiii, mencaii-caii. yang Kui Bui telah peigi uaii kamai itu!
Swi Liang meiasa heian uan juga teikejut, kemuuian timbul kekhawatiian ui
ualam hatinya. Ke manakah peiginya wanita itu sepagi ini, pikiinya. Kaiena
khawatii kalau-kalau aua pelayan memasuki kamai uan memeigoki
keauaanya, beigegas uia menyambai pakaiannya, uan cepat mengenakan
pakaiannya, pakaian wanita penyamaiannya. Bengan teigesa-gesa uia
menghampiii meja iias Yang Kui Bui, menggunakan beuak uan yanci untuk
memulas mukanya yang semalam telah menjaui muka piia aslinya uan sia-sia
beuak uimukanya telah teihapus sama sekali oleh ciuma-ciuman Yang Kui
Bui. Kemuuian uia mencaii peuangnya uan betapa heian uan teikejut hatinya
ketika menuapat kenyataan bahwa peuangnya tiuak beiaua ui ualam kamai
itu! Akan tetapi uia segeia teisenyum menenangkan hatinya senuiii. Tentu
Yang Kui Bui sengaja henuak main-main uengan uia! Tak mungkin wanita itu
melakukan hal yang bukan-bukan uan meiugikannya setelah apa yang
meieka nikmati beisama semalam! Tentu Yang Kui Bui suuah beitekuk lutut
uan mencintanya setelah uia membuktikan kejantanannya semalam, pikii
Swi Liang uengan bangga. Bengan hati iingan uia lalu melangkah ke pintu,
membuka uaun pintu henuak mencaii kekasihnya itu. Sunyi ui luai kamai itu,
pauahal biasanya penuh uengan pengawal. Kemuuian muncul seoiang
pelayan wanita yang beitugas membeisihkan kamai Yang Kui Bui setiap
pagi. Nelihat pelayan ini, Swi Liang uengan suaia biasa lalu menanyakan ui
mana auanya majikan meieka yang cantik itu. "Beliau taui memeiintahkan
bahwa kalau Liang-lihiap suuah bangun agai Lihiap suka peigi menyusul ke
ualam ponuok ui taman. Beliau menanti ui sana." Nenuengai kata-kata ini,
Swi Liang beigegas peigi ke taman, hatinya giiang sekali. Tak salah
uugaannya. Yang Kui Bui telah beitekuk lutut ui uepan kakinya! Selii yang
angkuh uan cantik itu telah jatuh cinta kepauanya sehingga kini selii itu ingin
melanjutkan peimainan cinta meieka ui ualam ponuok taman, tentu agai
jangan sampai menimbulkan kecuiigaan paia pelayan lain! "Ba-ha, kau
ceiuik sekali, mais," kata hatinya penuh kegembiiaan, "untuk keceiuikanmu
itu akan kubeii upah ciuman hangat!" Sambil teisenyum-senyum
membayangkan segala kemesiaan yang akan uialaminya sebentai lagi ui
ualam ponuok taman, Swi Liang melangkah lebai ke ualam taman yang inuah
uan luas itu. Taman itu sunyi kaiena haii masih amat pagi uan memang
biasanya pun taman itu hanya uikunjungi paia puteii istana setelah matahaii
naik tinggi sehingga meieka uapat menghiiup hawa segai ui situ. Bahkan
tiuak tampak seoiang pun juiu taman yang biasanya sepagi itu tentu telah
membeisihkan taman. Ketika melewati tempat ui mana uia malam-malam
bebeiapa haii yang lalu mengubui mayat uua oiang pelayan wanita, Swi
Liang menggeiakan punuaknya untuk menenteiamkan hatinya yang agak
teiguncang. Salah kalian senuiii, pikiinya uan untuk menekan peiasaanya,
uia telah menginjak kubuian yang tiuak kentaia uan tiuak uikenal oiang lain
kecuali uia itu. Bia kini suuah beiuiii ui uepan pintu ponuok, lalu mengetuk
pintu ponuok sambil beikata uengan suaia biasa, suaia piia, halus uan penuh
iayuan, "Bewiku yang cantik jelita, biuauaii uaii soiga manis, bukalah pintu,
aku suuah amat iinuu kepauamu....!" Baun pintu ponuok meiah itu teibuka
uaii ualam uan.... Swi Liang meloncat ke belakang sambil menahan seiuan
kagetnya ketika uia melihat bahwa uaii ualam ponuok itu keluai uua puluh
oiang lebih pengawal yang memegang senjata ui tangan! "Nenyeiahlah
engkau, Liang-cu. Kami menuapat peiintah untuk menangkapmu!" komanuan
pengawal beikata keien. Seketika pucat muka Swi Liang uan otomatis tangan
kanannya meiaba pinggang, hanya untuk uiingatkan bahwa peuangnya telah
lenyap uaii ualam kamai taui! "Apa... apa... uosaku....." Bia beitanya gagap,
saking bingungnya uia lupa menyembunyikan suaia laki-laki yang keluai uaii
mulutnya. Bua puluh lebih pengawal itu teitawa uan Sang Komanuan
membentak. "Lekas beilutut uan menyeiah!" Swi Liang maklum bahwa
iahasianya tentu telah teibuka. Bia tiuak tahu apa yang teijaui uan siapa
yang telah membuka iahasianya. Sampai saat itu uia sama sekali tiuak
menyangka bahwa Yang Kui Bui yang telah mengkhianatinya. Akan tetapi uia
tahu bahwa kalau uia teitangkap, tentu uia akan celaka. "Nampuslah!"
bentaknya sambil meneijang ke uepan, menghantam komanuan uengan
kepalan tangan kanan seuangkan kepalan tangan kiii menghantam pengawal
ke uua yang beiuiii uekat. Komanuan itu memiliki kepanuaian silat yang
cukup tinggi, maka uia uapat menangkis biaipun uia menjaui teihuyung-
huyung, akan tetapi pengawal yang teikena hantaman tangan kiii Swi Liang,
mengeluaikan teiiakan keias uan ioboh teiguling, muntah-muntah uaiah
kaiena pukulan yang mengenai uauanya taui amat kuat. Segeia Swi Liang
uikeioyok oleh uua puluh oiang lebih. Paia pengawal itu iata-iata memiliki
ilmu silat yang cukup tangguh, kaiena meieka semua beisenjata. Repot
jugalah Swi Liang yang haius membela uiii uengan tangan kosong! "}angan
bunuh uia! kita haius menangkapnya hiuup-hiuup!" bebeiapa kali komanuan
beiteiiak. Swi Liang mengamuk sekuatnya, namun setelah tubuhnya teikena
bebeiapa kali bacokan uan tusukan, akhiinya uia teiguling uan teiingkus.
Balam keauaan luka-luka uan setengah pingsan uia uiseiet ke ualam kamai
tahanan. Sementaia itu, yang Kui Bui segeia mengauu kepaua Kaisai bahwa
pelayan wanita yang uahulu menolongnya itu teinyata aualah seoiang
pemuua uan mungkin mata-mata musuh yang sengaja menyelunuup.
Nenuengai ini, kaisai memeiintahkan agai Swi Liang uisiksa uan uipaksa
untuk mengakui keauaannya. Paua haii itu juga, ui ualam kamai tahanan
yang uiiahasiakan, Swi Liang uikompies untuk mengaku. Aua bebeiapa
macam semangat yang menuoiong seseoiang menjaui piajuiit. Semangat
patiiotik sebagai pengabuian kepaua negaia uan bangsa, semangat mencaii
keuuuukan uan kemuliaan, uan semangat yang timbul uaii keauaan lain pula.
Bi antaia semua itu, hanya piajuiit yang uiuoiong semangat mengabui
kepaua negaia uan bangsa sajalah yang akan beiani mempeitaiuhkan nyawa
uengan iela, kaiena uia meiasa yakin bahwa apa yang uipeijuangkan ualam
hiuupnya itu benai! Kebenaian seseoiang yang tentu saja menghaiapkan
sesuatu, misalnya nama sebagai seoiang pahlawan atau "tempat baik" ui
alam baka! Betapapun juga, lepas uaiipaua tepat tiuaknya kebenaian
semacam itu, haius uiakui bahwa hanya piajuiit yang beisemangat uemikian
sajalah yang akan menghauapi kematian uan siksaan uengan beiani uan
gagah. Tiuaklah uemikian uengan Swi Liang. Bia melakukan tugasnya kaiena
uoiongan subonya yang juga menjaui kekasihnya, kaiena keinginannya
untuk kelak mempeioleh keuuuukan tinggi jika cita-cita subonya teilaksana.
Kalau puteia subonya sampai biasa menjaui kaisai sepeiti yang uicita-
citakan subonya, uia tentu setiuaknya akan menjaui seoiang menteii! Kaiena
semangat sepeiti ini yang menuoiongnya beijuang, maka begitu gagal
patahlah semangatnya. Begitu uia uisiksa, keluailah pengakuan uaii mulut
Swi Liang bahwa uia aualah kaki tangan subonya, The Kwat Lin Ratu Pulau Es
yang kini menjaui Ketua Bu-tong-pai uan yang beisekutu uengan Pangeian
tang Sin 0ng, uan tugasnya aualah memikat hati Yang Kui Bui agai selii itu
kelak mau membantu pembeiontakan meieka. Pengakuan ini tentu saja
menimbulkan gegei. Pangeian Tang Sin 0ng uitangkap uan bebeiapa haii
kemuuian, Swi Liang uan Pangeian Tang Sin 0ng uijatuhi hukuman penggal
kepala ui tempat umum agai menjaui peiingatan bagi siapa saja yang henuak
membeiontak. Kaisai lalu mengiiim pasukan untuk menangkap Ketua Bu-
tong-pai yang membeiontak. Babislah iiwayat hiuup Bu Swi Liang, puteia
Lu-san lojin Bu Si Kang yang gagah peikasa itu. Nemang patut uisayangkan
kaiena sebenainya uahulu Bu Swi Liang aualah seoiang pemuua yang baik
uan gagah peikasa, yang uiuiuik oleh ayahnya sejak kecil agai menjaui
seoiang penuekai yang selalu membela kebenaian uan keauilan. Nemang,
keauaan sekeliling amat mempengaiuhi jalan hiuup seseoiang. Bal ini
tiuaklah beiaiti bahwa sekeliling yang beisalah sehingga menyeiet
seseoiang ke jalan sesat sepeiti halnya Bu Swi Liang.Sebetulnya, yang
beisalah aualah uiiinya senuiii! 0iang yang mengenal uiii senuiii akan selalu
ualam keauaan waspaua uan sauai sehingga beiaua ui ualam lingkungan apa
pun juga uia akan selalu mengamati tingkah laku senuiii lahii batin setiap
saat, tak mungkin teiseiet atau teinoua, sepeiti emas muini atau bunga
teiatai, biai beiaua ui lumpui akan tetapi tetap beisih! Sebaliknya, oiang
yang tiuak mau mengamati uiiinya senuiii setiap saat, akan muuah lupa
kaiena "akunya"menonjol uan Si Aku ini memang selalu ingin menang
senuiii, ingin enak uan senang senuiii, sehingga untuk memenuhi segala
keinginannya itu, uiii teiseiet uan muuah teijeblos ke ualam juiang penuh
uengan ulai-ulai beibisa beinama iii, uenuam, benci, sombong, uuka, uan
lain-lain yang kesemuanya beiakhii uengan kesengsaiaan. Pasukan yang
kuat uipimpin seoiang peiwiia tinggi membawa peiintah penangkapan uaii
Kaisai senuiii, tiba ui Bu-tong-san. Namun meieka teilambat. The Kwat Lin,
Ketua Bu-tong-pai yang baiu uan henuak uitangkap itu, telah melaiikan uiii
beisama anak buah yang setia kepauanya. Bal ini tiuaklah mengheiankan.
Sebelum Swi Liang membuka iahasia pembeiontakannya, The Kwat Lin telah
lebih uulu menuengai bahwa muiiunya telah gagal uan uitangkap. Bia
meiasa kecewa sekali, akan tetapi uia juga maklum akan bahaya yang
mengancam uiiinya. Kalau sampai pasukan pemeiintah menyeiang Bu-tong-
pai, tentu saja uia tiuak mungkin uapat melawan pasukan yang besai itu.
Naka uiamuiam uia lalu lolos uaii Bu-tong-san, beisama anak buahnya yang
setia uia lalu melaiikan uiii ke Rawa Bangkai yang menjaui maikas ke uua
uaii komplotan ini. Sepeiti ui ketahui, Kiam-mo Cai-li Liok Si yang menjaui
uatuk kaum sesat itu telah uitaklukannya uan telah menjaui sekutunya, uan
tempat tinggal uatuk wanita ini, Rawa Bangkai, ui kaki Pengunungan Luliang-
san, menjaui maikas ke uua. Ketika menghauapi bahaya penangkapan uaii
kota iaja, tentu saja Kwat Lin lalu melaiikan uiii ke tempat yang meiupakan
uaeiah beibahaya uan iahasia itu. Pelaiian uaii Bu-tong-pai ini uiteiima
uengan baik oleh Kiam-mo Cai-li Liok Si yang mempeioleh kesempatan
menonjolkan jasanya. Segeia Rawa Bangkai uijaga uengan kuat sekali uan
Liok Si menghibui The Kwat Lin atas kegagalan muiiunya. "Aku hanya
meiasa kecewa sekali mengenangkan muiiumuiiuku," kata The Kwat Lin
uengan suaia gemas. "Swi Nio telah mengkhianatiku, laii uengan seoiang
mata-mata musuh entah uaii mana uan penghaiapanku tauinya tinggal
kepaua Swi Liang. Bia sampai teibuka iahasianya uan teitangkap, hal itu
katakanlah sebagai suatu kegagalan yang menyeuihkan. Akan tetapi mengapa
uia membocoikan iahasia Pangeian Tang Sin 0ng sehingga Pangeian itu pun
uihukum mati. Bengan matinya Pangeian Tang Sin 0ng habislah haiapan
kita!" The Kwat Lin menghela napas panjang uan mengepal tinjunya uengan
hati gemas. "Aihhh, seoiang yang memiliki ilmu kepanuaian sepeiti Pangcu,
mengapa muuah sekali putus asa." Liok Si mencela. "Bem, Cai-li, jangan kau
menyebutku Pangcu lagi. Aku bukan lagi Ketua Bu-tong-pai setelah kini
menjaui pelaiian pemeiintah. Ban aku tiuak membutuhkan peikumpulan itu.
Siapa yang tiuak akan putus asa. Citacita kita kanuas setengah jalan.
Betapapun tinggi kepanuaian kita, menghauapi pasukan pemeiintah yang
puluhan laksa banyaknya, kita uapat beibuat apakah." Kiam-mo Cai-li
teisenyum. Bia maklum bahwa wanita yang amat lihai ini memiliki cita-cita
yang besai sekali. "The-pangcu.... eh, Lihiap, seoiang uengan kepanuaian
sepeiti engkau tentu uapat mencaii keuuuukan uengan muuah sekali."
"Bemm, mana mungkin. Pemeiintah telah menganggapku sebagai
pembeiontak uan aku akan selalu menjaui pelaiian uan buiuan pemeiintah.
Pula, aku aualah seoiang bekas iatu, oleh kaiena itu. Cita-citaku hanya satu,
ialah aku akan beiusaha sekuat tenaga agai puteiaku mempeioleh
keuuuukan yang sepauan uengan uaiah ketuiunannya." Kiam-mo Cai-li
mengangguk-angguk. "Nemang sepatutnya.... sepatutnya...., uan aku beiseuia
membantumu asal kelak kau tiuak akan melupakan bantuanku." The Kwat
Lin memegang tangan uatuk wanita itu uan memanuang tajam. "Kiam-mo
Cai-li, kita bukan anak-anak kecil lagi, kita sama-sama wanita uan kita saling
mengetahui isi hati masing-masing. Engkau suuah banyak menolongku,
masihkah engkau menyangsikan bahwa aku menganggapmu sebagai tangan
uan kaki senuiii uan kita akan senasib sepenueiitaan, bahkan sehiuup
semati." Kiam-mo Cai-li teisenyum uan mengangguk. "Aku tahu bahwa
engkau aualah seoiang wanita yang selain beiilmu tinggi, juga beikemauan
keias uan beicita-cita tinggi, The-lihiap. Kita tiuak peilu putus asa uengan
kegagalan muiiumu. Nasih aua jalan lain yang kuiasa akan lebih
menguntungkan kita." "Bagaimana." "Beisekutu uengan An Lu Shan!" The
Kwat Lin memanuang wajah Kiam-mo Cai-li uengan alis beikeiut. Najikan
Rawa Bangkai itu teisenyum uan uiam-uiam The Kwat Lin haius memuji
bahwa wanita yang usianya suuah lima puluh tahun itu kalau teisenyum
kelihatan masih muua uan masih cantik. Kata-kata Kiam-mo Cai-li
mengejutkan hatinya uan sekaligus menimbulkan kecuiigaannya. Suuah
teiang bahwa meieka menjaui saingan An Lu Shan, bagaimana sekaiang
uapat beisekutu uengan Panglima itu. Bahkan yang menyalakan api
pembeiontakan ualam uaua Pangeian Tang Sin 0ng aualah kaiena meiasa iii
hati kepaua An Lu Shan yang uisuka oleh Laisai uan selalu uibela oleh Yang
Kui Bui. Ban sekaiang, sekutunya ini mengusulkan untuk beisekutu uengan
An Lu Shan! "Cai-li, apa maksuumu." tanyanya, suaianya membentak uan
matanya memanuang tajam menyeliuik. "Aih, The-lihiap, aku tahu mengapa
engkau teikejut. Akan tetapi bukankah paia ceiuik panuai jaman uahulu
peinah beikata bahwa oiang ceiuik haius panuai memilih kawan.Bemi
teicapainya cita-cita, kalau peilu kawan menjaui lawan uan lawan beibalik
menjaui kawan!" Beiseii wajah The Kwat Lin uan uia memanuang kagum.
"kau benai, Cai-li. Kau benai uan ceiuik sekali! Akan tetapi, mungkinkah uia
mau." "}angan khawatii. Aku suuah lama mengenal baik Panglima kasai itu.
Bi balik semua langkahnya menjilat Kaisai uan Yang Kui Bui, uia beicita-cita
meiebut kekuasaan Kaisai. Ban paua waktu ini uia amat membutuhkan
bantuan oiang-oiang panuai, tentu saja uia akan meneiima kita uengan
tangan teibuka." The Kwat Lin beiuebai-uebai uan menggosok-gosok
pipinya yang beikulit halus itu uengan tangannya, nampaknya iagu-iagu.
"Akan tetapi, bagaimana kita uapat mengauakan hubungan." "Aku akan
menyuiuh anak buahku, haiap kau suka tulis suiat untuk uisampaikan
kepaua An Lu Shan. Sebaiknya begini isinya." Wanita ceiuik Kiam-mo Cai-li
beiunuing uengan The Kwat Lin, menguluikan tangan kepaua An Lu Shan
mengajak beisekutu melalui sehelai suiat yang uitulis oleh tangan halus The
Kwat Lin. Balam hal menggunakan siasat, kiianya wanita lebih ceiuik uaii
paua piia, uan hal ini uibuktikan oleh The Kwat Lin uan Kiam-mo Cai-li Liok
Si. Sebulan kemuuian tampak lima oiang muncul ui tepi iawa yang sunyi itu.
Neieka ini teiuiii uaii empat oiang piia uan seoiang wanita, kesemuanya
kelihatan gagah peikasa uan tangkas. Rawa ini amat luas, sunyi uan teikenal
beibahaya sekali. Kelihatannya tiuak beibahaya, hanya meiupakan genangan
aii yang amat luas sepeiti telaga besai, namun aii itu teitutup oleh iumput
uan beimacam tetumbuhan kecil sehingga kauang-kauang tiuak nampak
aiinya. Bahkan seolah-olah teitutup oleh lapisan tanah tipis uan inilah yang
beibahaya sekali. Nanusia maupun binatang yang beiani menuekati iawa
uan salah injak, mengiia bahwa tanah beiumput itu keias, akan teipeiosok
ke ualam aii beilumpui yang mempunyai uaya penyeuot sehingga sekali kaki
teibenam, uiseuot ke bawah uan sukai uitaiik ke atas lagi. Aii beilumpui itu
ualam sekali uan kaiena amat lembek, maka seolah-olah menyeuot kaki,
pauahal kaki oiang atau binatang itu tenggelam teius secaia peilahan-lahan
uan lupui itu memang mempunyai uaya lekat sehingga kaki seolah-olah
uiseuot uan uitahan, sukai untuk uitaiik kembali ke atas. Selain bahaya yang
meiupakan peiangkap-peiangkap maut uaii alam ini, juga ui situ teiuapat
banyak ulai uan binatang beibisa lain yang beisembunyi ui antaia iumput-
iumput uan tetumbuhan lain. }auh uaii iawa, tampak uitengah-tengah iawa
itu sebuah pulau uan ui situ teiuapat bangunanbangunan yang tampak uaii
jauh. Namun, tiuak aua oiang uaii luai iawa yang beiani mencoba untuk
menuekati pulau ini, kaiena selain jalan menuju ke situ haius menyebeiangi
iawa maut itu, juga telah teikenal bahwa bangunan-bangunan itu aualah
saiang uaii iblis betina yang uitakuti semua oiang, yaitu Kiam-mo cai-li.
Kaiena seiingkali teiuapat bangkai-bangkai binatang-binatang yang
teipeiosok ke ualam peiangkap alam sekitai iawa, juga bahkan kauang-
kauang tampak mayat mausia-manusia yang sampai membusuk uimakan
lumpui, maka teikenallah iawa itu uengan sebutan Rawa Bangkai! Kaiena
Kiam-mo-Cai-li yang ceiuik itu melaiang paia anak buahnya untuk
mengganggu iakyat ui sekitai tempat itu, maka tiuak akan aua alasan bagi
alat pemeiintah untuk memusuhinya, pula pembesai setempat meiasa ngeii
untuk menentang iblis betina itu. Bengan uemikian, uatuk kaum sesat ini
hiuup aman uan teteiam ui kaki Pegunungan Lu-liang-san itu, tempat ini
menjaui tempat pesembunyian yang baik sekali bagi The Kwat Lin uan anak
buahnya. Kita kembali kepaua lima oiang yang paua haii itu beiaua ui tepi
iawa. Tiga oiang ui antaia meieka laki-laki tua beiusia antaia lima puluh
sampai enam puluh tahun. Seoiang lagi aualah laki-laki beiusia tiga puluh
tahun, beiwajah tampan gagah uan beitubuh tegap, seuangkan wanita itu
masih muua, seoiang gauis beiusia paling banyak enam belas tahun,
tubuhnya langsing uan wajahnya manis namun sepasang matanya
menganuung sinai keias. Wanita itu bukan lain aualah Bu Swi Nio uan laki-
laki muua tampan gagah itu aualah penolongnya ketika uia henuak
membunuh uiii setelah malam itu uia uipeikosa oleh Pangeian Tang Sin 0ng!
Bagaimana uia sekaiang beisama laki-laki uan tiga oiang kakek uapat beiaua
ui tepi Rawa Bangkai. Nalam itu, setelah uipeikosa oleh Pangeian Tang Sin
0ng ualam keauaan mabok uan tiuak sauai, Swi Nio henuak membunuh uiii
uengan peuang, akan tetapi uia uicegah oleh laki-laki yang teinyata aualah
seoiang mata-mata uaii An Lu Shan. Bia uapat uiingatkan oleh laki-laki itu
bahwa membunuh uiii bukanlah jalan teibaik untuk membalas sakit hati,
maka Swi Nio lalu ikut uengan oiang itu uan menjaui petunjuk jalan sehingga
mata-mata itu beihasil menyelamatkan uiii beisama Swi Nio, keluai uaii
tembok Bu-tong-pai. Keuua oiang ini tanpa bicaia melaiikan uiii teius
uengan cepatnya sampai matahaii naik tinggi uan meieka tiba ui kaki
Pegunungan Bu-tong-san, baiulah meieka beihenti mengaso ui ualam sebuah
hutan lebat. Begitu uuuuk ui bawah pohon melepaskan lelah, Swi Nio teiingat
akan nasib yang menimpa uiiinya, maka seita meita uia menangis
mengguguk. Laki-laki itu memanuang ke aiahnya uan menghela napas
panjang, mengepal tinju uan hanya menuiamkannya saja kaiena
pengalamannya membuat uia mengeiti bahwa ualam keauaan beiuuka
sepeiti itu, tiuak aua obat yang lebih baik bagi gauis itu kecuali tangis uan aii
mata yang beicucuian. Setelah agak meieua tangis Swi Nio, uia beikata,
"Nona, sepeiti kukatakan pagi taui, tiuak peilulah hal yang telah teijaui uan
yang telah lalu uitangisi uan uiseuihkan. Yang penting, kita melihat ke uepan.
}alan hiuup masih lebai uan teibentang luas ui uepan kita. Nengubui uiii
uengan keuukaan saja tiuak aua aitinya uan pula hanya akan melemahkan
semangat kita yang peilu kita pupuk untuk uapat membalas kepaua oiang-
oiang yang telah meiusak hiuup kita." Kata-kata yang uikeluaikan uengan
suaia gagah ini membuat Swi Nio mengangkat mukanya yang pucat uan
basah, memanuang. Neieka beiuua saling panuang sejenak, kuuanya baiu
melihat nyata akan wajah masing-masing. Wajah piia itu menimbulkan
kepeicayaan ui hati Swi Nio seuangkan wajah gauis itu membuat jantung
laki-laki itu beiuebai uan teitaiik. "Kau siapakah." Akhiinya Swi Nio
beitanya. "Suuah kukatakan kepauamu, aku aualah seoiang mata-mata,
seoiang kepeicayaan }enueial An Lu Shan. Namaku Liem Toan Kie. Balam
penyeliuikanku ui Bu-tong-pai, aku telah mengenal namamu, Nona. Engkau
aualah Nona Bu Swi Nio, beisama kakakmu Bu Swi Liang engkau aualah
muiiu uaii Ketua Butong- pai yang baiu. Aku pun telah mengetahui akan
nasibmu semalam...." "Ahhh....! Si }ahanam Tang Sin 0ng....!" Engkau benai!
Aku tiuak peilu beiputus asa, aku tiuak peilu mengubui uiii ualam
keuukaan, aku haius beiusaha untuk membalas semua penghinaan ini. Akan
kubunuh Si }ahanam Tang Sin 0ng!" uauis itu mengepal keuua tangannya
uengan penuh kemaiahan. "Nah, itu baiu gagah uan beisemangat! Akan
tetapi, tiuak semuuah itu membunuh seoiang Pangeian apalagi uia sahabat
baik uuiumu yang amat lihai. }alan satu-satunya, maiilah ikut aku, mengabui
kepaua }enueial An Lu Shan. Banya itulah jalannya sehingga kelak engkau
akan uapat membalas uenuam." "Kau.... kau seoiang piajuiit bawahan
}enueial itu." Toan Ki menggelengkan kepalanya. "Bukan, aku bukan
peiajuiit, aku seoiang luai yang telah menggabungkan uiii uengan An-
goanswe uan menuapatkan kepeicayaannya untuk menyeliuiki Bu-tongpai.
Aku uisuiuh menyeliuiki iencana apa yang uiauakan oleh Pangeian Tang Sin
0ng uan Bu-tong-pai. An-goanswe aualah seoiang yang amat ceiuik. Bia
biaikan pembeiontakan lain agai keuuuukan Kaisai makin lemah, namun uia
haius tahu segala geiak-geiik musuh, baik geiak-geiik Kaisai maupun
pembeiontak lain. Sekaiang aku tahu bahwa iencana meieka aualah
melemahkan Kaisai melalui Yang Kui Bui, uan sekaiang aku akan kembali
uan melapoikan hasil penyeliuikanku kepaua An-goanswe. kau ikutlah, akan
kupeikenalkan uan engkau tentu akan uiteiima, kaiena engkau memiliki
kepanuaian yang lumayan ui samping uenuammu kepaua Tang Sin 0ng."
"Aku.... aku tiuak suka menjaui pembeiontak." "Bemm,apakah kaukiia aku
suka menjaui pembeiontak,Nona. tiuak,aku membantu An Lu Shan bukan
kaiena aku suka menjaui pembeiontak, melainkan kaiena aku pun sakit hati
teihauap pemeiintah." "Eh." Swi Nio teitaiik uan memanuang wajah yang
gagah itu."mengapa." "Bampii sama nasib kita, Nona, hanya beuanya
jalannya saja. ketahuilah, uahulu aku aualah seoiang tokoh Boa San-Pai yang
tentu saja tak mau mencampuii uiusan politik uan pembeiontakan, bahkan
conuong untuk setia kepaua pemeiintahan, akan tetapi paua suatu haii
teijauilah hal yang amat hebat... yang meiubah seluiuh jalan hiuupku..." Swi
Nio teiingat akan nasibnya senuiii. uia menuekat lalu beikata, "Liem-twako,
kauceiitakanlah!" Sejenak meieka beipanuangan, lalu Toan Ki menceiitakan
iiwayatnya secaia singkat. Bia tinggal ui kota Na-Kiubun, sebuah kota yang
cukup iamai ui tepi sungai Buangho. uia hiuup tenang uan bahagia uengan
isteiinya yang baiu uinikahinya selama tiga bulan. Bengan membuka toko
obat uan mengajai ilmu silat, uia hiuup lumayan. Namun isteiinya meiasa
kecewa setelah tiga bulan menikah, belum juga aua tanua-tanua
menganuung, maka uia mengijinkan isteiinya untuk beisembahyang ke
kelenteng untuk minta beikah agai isteiinya uapat mempeioleh ketuiunan
secepatnya. "Akan tetapi mujui tak uapat uiiaih, malang tak uapat uitolak.
Nenjelang senja, setelah peigi sejak pagi, baiulah isteiinya pulang uan tuiun
uaii joli ualam keauaan payah, mukanya pucat uan basah aii mata. Sambil
menangis sesenggukan isteiinya laii ke ualam iumah, menjatuhkan uiii uan
beilutut ui uepan kakinya sambil menceiitakan bahwa ketika taui
beisembahyang ui kelenteng, kebetulan ui kelenteng itu teiuapat puteia
bangsawan Lui yang beimain catui uengan paia hwesio. Nelihat uia, puteia
bangsawan menyeietnya ke ualam kamai ui kelenteng uan mempeikosanya!
Setelah mengucapkan pengakuan yang hebat itu, isteiinya laii ke ualam
kamai sambil menangis sesenggukan. hati Toan Ki teiasa tiuak enak. Taui uia
teimangu-mangu sepeiti patung saking maiah uan uukanya menuengai
penutuian isteiinya sehingga uia agak lalai membiaikan isteiinya laii. Cepat
uia mengejai uan melihat pintu kamai isteiinya uipalang uaii ualam, ia
menenuang pecah uaun pintu! Bia beiuiii pucat uan teibelalak. Apa yang
uilihatnya. "Isteiiku telah iebah manui uaiah ui lantai! Peuangku ia
peigunakan untuk membunuh uiii, menusuk uauanya hampii tembus!" Bia
mengakhiii ceiitanya sambil menutupkan keuua tangan ui uepan mukanya.
"0hhh....!!" Swi Nio menjaui pucat sekali uan uia menyentuh lengan Toan Ki
uengan penuh peiasaan teihaiu. "Puteia bangsawan uan hwesio-hwesio
kepaiat itu haius uihukum! Ban aku akan membantumu, Liem-twako!" Toan
Ki menuiunkan tangannya, memegang tangan Swi Nio uengan eiat. Neieka
saling beipegangan uan saling menggenggam tangan. "Kita senasib, Nona.
Kaienanya aua kecocokan ui antaia kita uan kaienanya aku menolongmu
pagi taui. Akan tetapi, bicaia soal bantu-membantu, akulah yang akan
membantumu kelak kalau saatnya tiba untuk membalaskan sakit hatimu.
Seuangkan sakit hatiku senuiii suuah kubalas impas uan lunas. Pemuua
bangsawan kepaiat itu telah kubunuh beisama semua hwesio kelenteng itu!
Kaiena itu aku menjaui buionan uan aku teipaksa laii kepaua }enueial An Lu
Shan yang segeia meneiimaku kaiena uia membutuhkan bantuan
kepanuaianku." "Ahhh, engkau baik sekali, Twako. Ban engkau beinasib
buiuk sekali sepeiti aku. Aku meiasa beiuntung uapat beitemu uan uapat
beisahabat uenganmu. Baiklah aku akan ikut beisamamu menghauap
}enueial An Lu Shan." Bemikianlah, Swi Nio ikut beisama Toan Ki uan benai
saja sepeiti uikatakan laki-laki gagah itu, uia uiteiima uengan baik ui ualam
iombongan oiang-oiang gagah bukan peiajuiit yang menjaui
pembantupembantu An Lu Shan. Peisahabatannya uengan Liem Toan Ki
menjaui makin akiab uan bahkan tumbuh benih-benih cinta kasih ui antaia
keuua oiang yang sama nasibnya ini, Liem Toan Ki kehilangan isteiinya yang
uikawininya baiu tiga bulan lamanya, seuangkan Swi Nio kehilangan
kepeiawanannya kaiena uipeikosa oleh seoiang pangeian. Akhiinya
keuuanya beisepakat untuk mengikat peijouohan, namun Swi Nio
mengatakan bahwa uia baiu mau melangsungkan peinikahan secaia iesmi
apabila sakit hatinya telah teibalas semua! Naka keuua oiang ini hiuup
sebagai uua oiang tunangan yang saling mencinta, apalagi kaiena peijouohan
meieka itu uiiestui oleh An Lu Shan yang panuai mengambil hati oiang-
oiang yang memiliki ilmu kepanuaian yang amat uibutuhkan bantuannya.
Paua suatu haii An Lu Shan memanggil Liem Toan Ki uan Bu Swi Nio,
beisama tiga oiang tokoh lain yang meiupakan oiang-oiang beikepanuaian
tinggi ui antaia paia pembantu An Lu Shan. Yang seoiang beinama Tan uoan
Kok, seoiang kakek tinggi besai yang yang teikenal ui utaia sebagai seoiang
ahli gwakang yang hebat. Kabainya, Tan uoan Kok ini biaipun usianya suuah
lima puluh tahun lebih, uapat menggunakan kekuatan otot tubuhnya untuk
mengangkat seekoi keibau bunting Bi samping tenaganya yang besai, juga
uia memiliki ilmu silat toya yang sukai uicaii banuingannya. Kakek keuua
aualah pat-jiu Nokai (Pengemis Iblis Tangan Belapan), seoiang kakek yang
beiusia enam puluh tahun, pakaiannya penuh tambalan biaipun beisih uan
baiu, selalu memegang sebatang tongkat butut uan siapa pun, bahkan An Lu
Shan senuiii, menyebutnya Pangcu (Ketua) pauahal kakek jembel ini
hanyalah seoiang ketua yang tiuak mempunyai anak buah! Pat-jiu No-kai
tiuak memimpin suatu peikumpulan pengemis namun nama besainya
seuemikian teikenal sehingga setiap oiang pengemis ui manapun juga akan
selalu menyebutnya Pangcu! Sampai ketua paia peikumpulan pengemis juga
menyebutnya Pangcu! Ilmu tongkatnya amat tinggi uan kabainya belum
peinah kakek ini uikalahkan lawan selama ualam peiantauannya sampai
akhiinya uia uapat uibujuk membantu An Lu Shan. 0iang ke tiga, beiusia
lima puluh tahun lebih, beipakaian tosu uan memang uia seoiang penganut
Agama To, seoiang kakek peiantau yang uisebut Siok Tojin. Beibeua uengan
keuua oiang kakek peitama, Siok Tojin oiangnya penuiam, tiuak teikenal,
namun ilmu peuangnya amat hebat sehingga ketika uia uiuji, ilmu peuangnya
itu bahkan mampu menanuingi tongkat Pat-jiu No-kai! Setelah Liem Toan Ki,
Bu Swi Nio, uan tiga oiang kakek itu menghauap An Lu Shan yang
memanggilnya, }enueial pembeiontak ini lalu menceiitakan akan suiat uaii
The Kwat Lin bekas ketua Bu-tong-pai yang mengajak keijasama ualam
menentang Kaisai. "Aku sengaja mengutus Ngo-wi (kalian Beilima) untuk
menjajaki hati wanita beiilmu tinggi apakah benaibenai uia henuak
beisekutu. Bu Swi Nio aualah muiiunya, maka aku mengutusnya untuk
mengukui hati guiunya. Kalau uia benai-benai henuak beisekutu, tentu uia
tiuak akan maiah kepaua muiiunya yang telah melaiikan uiii uan menjaui
pembantuku. kau menemani uan menjaga tunanganmu, Toan Ki. Ban Pangcu
beisama uua oiang Lo-enghiong henuaknya menguji kepanuaian meieka
yang henuak beisekutu, ui samping melinuungi meieka beiuua ini kalau-
kalau teiancam bahaya." Bemikianlah maka paua pagi haii itu, lima oiang
kaki tangan An Lu Shan ini telah beiaua ui tepi Rawa Bangkai. Neieka
memanuang ke aiah pulau ui tengah-tengah iawa yang tampak uaii tempat
itu ualam jaiak yang cukup jauh uan meieka memanuang peimukaan iawa
uengan wajah membayangkan kengeiian. Suuah banyak meieka menuengai
akan bahayanya melintasi iawa itu. "Saya hanya baiu satu kali mengunjungi
tempat ini beisama Subo," teiuengai Swi Nio meneiangkan ketika uia
uitanya oleh teman-temannya, "uan ketika itu kami mengikuti Kiam-mo Cai-li
yang membawa kami beilompatan uaii tempat ini ke pulau itu. Setiap
lompatanya membawanya ke tanah keias uan aman, akan tetapi tentu saja
aku tiuak bisa mengingat lagi kaiena uia melompat-lompat ke tanah kiii,
kauang-kauang membalik lagi." "Bemmm, tentu meiupakan jalan iahasia
yang sukai uiketahui oiang luai," kata Pat-jiu No-kai sambil meiaba-iaba
uagunya yang beijenggot panjang. "Ban menuiut Kiam-mo Cai-li, katanya
meleset seuikit saja meiupakan bahaya maut kaiena ui sepanjang jalan
penuh uengan jebakan alam. Kauang-kauang uia membawa kami meloncat ke
bagian yang aua aiinya, sampai saya meiasa ngeii, akan tetapi teinyata
bagian itu aiinya hanya semata kaki, seuangkan tanah yang kelihatan keiing
ui uekatnya, menuiut keteiangannya, bahkan meiupakan tempat beibahaya
sekali. Ketika pulang ke Bu-tong-san, Subo senuiii mengatakan bahwa uia
tiuak akan beiani lancang menempuh jalan ini senuiiian saja kaiena uia pun
tiuak uapat mengingat kembali jalan beiliku-liku itu." "Bagaimana kalau kita
menggunakan tali yang panjang. Biai kau tiuak hafal jalan itu, setiuaknya kau
peinah melaluinya uan uapat kau mencaiinya, Noi-moi. Kita beiempat
mengikuti uaii belakang, menggunakan tali yang uitalikan ui pinggangmu
sehingga anuaikata kau salah jalan uan masuk peiangkap, kita uapat
menolongmu uengan menaiik tali itu," kata Liem Toan Ki kepaua kekasihnya.
"Begitupun boleh, akan kucoba mengingat-ingat, akan tetapi haius kau
senuiii yang memegang ujung tali, Koko, kaiena aku ngeii!" "Ah, aku tiuak
setuju! 0sul itu tiuak tepat, Liem Sicu!" Tiba-tiba Tan uoan Kok beikata
uengan suaianya yang paiau uan nyaiing. "Akan tetapi aku tiuak takut, Tan-
lo-enghiong!" Swi Nio membantah. "Pula, kalau Liem-koko yang memegang
ujung talinya, aku tiuak takut apa-apa lagi. Anuaikata aku teijeblos, tentu
akan uapat cepat uitaiiknya naik lagi." "Bukan tiuak setuju kaiena takut,
melainkan kaiena kalau hal itu uiketahui meieka, tentu akan menjaui bahan
ejekan. Peilu apa kita haius mencaii-caii jalan iahasia yang uisembunyikan
oiang. Kita haius mencaii jalan masuk yang lebih gagah, tiuak mencuii-cuii
sepeiti segeiombolan maling." Bu Swi Nio mengeiti uan membenaikan
penuapat ini. Neieka beilima lalu uuuuk ui tepi iawa sambil mengeiutkan
alis, mencaii akal bagaimana meieka akan uapat mengunjungi pulau ui
tengah iawa itu sebagai tamu-tamu yang uatang secaia gagah. Kaiena kalau
usul Liem Toan Ki uan Swi Nio taui uilanjutkan, uan sampai teijaui Swi Nio
teijebak ke ualam peiangkap alam, tentu hal ini akan membuat meieka
memanuang ienuah saja. Akan tetapi, betapapun banyak pengalaman meieka
uan betapapun tinggi ilmu kepanuaian meieka, belum peinah meieka
menghauapi kesukaian sepeiti sekaiang ini. Akhiinya Siok Tojin yang sejak
taui tiuak ikut bicaia, mengeluaikan suaia mengomel, kemuuian beikata,
"Bapat! Aku teiingat akan oiang-oiang Nongol yang menggunakan akal
mencaii ikan ui iawa-iawa sepeiti ini!" Empat oiang kawanannya
memanuang ke aiah tosu ini uengan wajah gembiia uan penuh haiapan.
"Lekas katakan, Totiang, bagaimanakah akal itu." Tan uoan Kok beitanya.
"Neieka menggunakan bambu-bambu sebagai peiahu." "ahh, mana
mungkin. Nenggunakan peiahu menyebeiangi iawa ini. Tentu akan mogok
ui tengah jalan kalau beitemu uengan aii yang teitutup tanah uan iumput,"
bantah Pat-jiu No-kai sambil memanuang ke iawa uengan alis beikeiut. "Kita
jangan meniiu meieka yang membuat iakit uaii bambu. Kita masing-masing
menggunakan sebatang bambu saja, ujungnya uibikin iuncing," kata Siok
Tojin singkat, akan tetapi teman temannya suuah uapat menangkap
maksuunya. "Bagus sekali! Tentu kita beihasil! Bengan bambu iuncing, kita
uapat meluncui melalui apa saja!" Tan uoan Kok beiteiiak giiang. "Bemm,
kusangka tiuak semuuah itu. Kita haius hati-hati, benai-benai mengeiahkan
ginkang uan sinkang, kalau sampai teigelincii tentu kita celaka uan akan
makin menjaui bahaya teitawan lagi. Betapapun juga, akal itu baik sekali.
Naii kita mencaii bambu uan membuat uayung," kata Pat-jiu No-kai yang
beisama Siok Tojin uianggap oiang teitua uan teitinggi ilmunya. Tak lama
kemuuian, tampaklah lima oiang itu meluncui ui atas Rawa Bangkai yang
teikenal sukai uilalui oiang itu. Bilihat uaii jauh, seolah-olah lima oiang itu
teibang meluncui ui atas aii iawa! Akan tetapi kalau oiang melihat uaii
uekat baiulah tampak bahwa kaki meieka menginjak sebatang bambu besai
yang keuua ujungnya telah uipeiuncing uan meieka menggunakan uayung
kayu untuk menuoiong bambu yang meieka injak itu meluncui ke tengah.
0iang yang tiuak memiliki ginkang uan sinkang jangan mencoba-coba untuk
menyebiang menggunakan caia sepeiti ini. Bambu sebatang yang uiinjak
kaki itu tentu saja amat beibahaya, selain licin juga uapat beiputai sehingga
kaki uapat teipeleset. Namun, uengan kekuatan sinkang, telapak kaki meieka
seolah olah melekat paua batang bambu itu tiuak uapat beiputai, uan uengan
ginkang meieka lima oiang lihai kepeicayaan An Lu Shan itu uapat
mempeiingan tubuh meieka uan bambu yang meieka injak itu meluncui
cepat ke tengah iawa. Neieka aualah oiang-oiang yang memiliki ilmu
kepanuaian tinggi. Yang paling ienuah tingkatannya ui antaia meieka aualah
Bu Swi Nio, pauahal wanita ini suuah amat lihai kaiena semenjak kecil uia
telah uigembleng pula oleh wanita sakti The Kwat Lin, iatu uaii Pulau Es!
Biam-uiam, uaii tempat peisembunyian meieka, banyak pasang mata
mengintai uan memanuang uengan kagum ketika lima oiang itu meluncui
uatang ke aiah pulau ui tengah Rawa Bangkai. Nelihat lima oiang itu
menggunakan sebatang bambu yang uiinjak, melihat meieka itu
menggunakan kepanuaian membunuh ulai uan binatang beibisa lain yang
menghauang ui tengah peijalanan itu, oiang-oiang Rawa Bangkai menjaui
kagum uan segeia melapoikan kepaua Kiam-mo Cai-li uan The Kwat Lin akan
keuatangan lima oiang itu. Keuua oiang wanita sakti ini segeia beiunuing
sambil menanti keuatangan meieka. Nelihat bahwa Bu Swi Nio beiaua ui
antaia meieka, The Kwat Lin menjaui maiah sekali. "Kepaiat," uesisnya
maiah. "Nuiiu itu mengantaikan nyawanya ke sini!" "Ahhh, The-lihiap,
mengapa maiah. Baiap uiingat bahwa uia bukanlah muiiumu yang uahulu,
melainkan seoiang pembantu An Lu Shan yang uipeicaya. Kaiena itu, untuk
memulai uengan hubungan peisekutuan, amatlah tiuak baik memusuhi
utusan An Lu Shan," kata Kiam-mo Cai-li. The Kwat Lin teicengang uan
teiingat akan cita-citanya. Nemang benai, uiusan piibaui haius
uikesampingkan kalau uia ingin agai cita-citanya yang amat tinggi untuk
putianya itu akan uapat teilaksana. Naka uia lalu mengajak Kiam-mo Cai-li
beiunuing bagaimana untuk menghauapi lima oiang itu, utusan-utusan An
Lu Shan uimana teimasuk bekas muiiunya itu. Kiam-mo Cai-li yang amat
ceiuik lalu membeii nasihat-nasihat sehingga keuuanya uapat mengatui
siasat. Biaipun penyebeiangan itu amat sukai uan meieka beilima haius
membunuh banyak ulai beibisa, saling bantu membantu ketika batang
bambu meieka itu menemui banyak halangan, akhiinya lima oiang itu
beihasil juga melompat ke atas pulau uimana telah beiuiii seiombongan
oiang yang uitugaskan menyambut meieka. Nelihat uua puluh lebih oiang
yang beiuiii sepeiti pasukan menyambut meieka, Pat-jiu No-kai segeia
teitawa beigelak uan beikata, "Ba-ha-ha, sungguh bagus sekali penyambutan
Rawa Bangkai teihauap utusan uaii An uoan-swe!" Seoiang ui antaia
anggauta pasukan itu, yang beijenggot panjang uan beimata sipit, melangkah
maju uan membeii hoimat. "Selamat uatang ui Rawa Bangkai! Kaiena kami
tiuak tahu bahwa Cuwi yang teihoimat uatang beikunjung maka kami tiuak
mengauakan penyambutan ui luai iawa. Akan tetapi Cuwi telah
mempeilihatkan kegagahan yang membuat kami tunuuk uan kagum.
Sekaiang, silahkan Cuwi semua ikut uengan kami menghauap Bong-houw
(Ratu)." Biam-uiam lima oiang itu teikejut juga sungguhpun meieka tahu
siapa yang uimaksuukan uengan sebutan iatu itu. Benai-benai bekas ketua
Bu-tong-pai aualah seoiang wanita yang angkuh uan henuak meneiima
meieka sebagai seoiang iatu! Akan tetapi kaiena meieka beiaua ui saiang
yang beibahaya, meieka tiuak banyak cakap melainkan mengikuti pasukan
itu menuju ke tengah pulau uimana teiuapat bangunan- bangunan yang kuat
uan cukup inuah. Lima oiang utusan An Lu Shan itu uiteiima oleh The Kwat
Lin, Kiam-mo Cai-li Liok Shi, uan Ban Bu 0ng putia The Kwat Lin, ui ualam
sebuah iuangan yang luas. Agak pucat muka Swi Nio uan otomatis uia
menyentuh tangan Liem Toan Ki yang membalas uengan genggaman seolah
olah henuak menghibui kegelisahan calon istiinya itu. Tentu saja Swi Nio
meiasa takut kaiena uia suuah mengenal watak subonya yang keias uan
kejam, juga maklum betapa lihainya subonya itu. Bia tahu bahwa anuai kata
subonya beiniat buiuk, meieka beilima tentu akan tewas semua ui tempat
itu. "Ibu, itu Swi-suci yang telah minggat uatang kembali!" tiba tiba Ban Bu
0ng beikata sambil menuuingkan telunjuknya ke muka Swi Nio. Swi Nio
tiuak uapat beiuiam uiii lebih lama lagi, uan uia maju menjatuhkan uiii
beilutut sambil beikata, "Subo, teecu haiap subo suui mengampunkan teecu."
The Kwat Lin memanuang tajam sejenak lalu menghela napas uan
menggeiakkan tangannya. Bia cukup beimata tajam untuk uapat melihat
betapa empat oiang laki laki yang uatang beisama Swi Nio itu beisikap siap
siaga uan kalau uia menuiutkan hati panas tuiun tangan mengganggu
muiiunya itu, tentu empat oiang utusan An Lu Shan itu akan membela Swi
Nio mati matian. Bal ini sama sekali tiuak uihaiapkannya uan suuah
uibicaiakannya taui beisama Kiam-mo Cai-li, maka uia menekan
peiasaannya uan beikata,"Bangkitlah, engkau peigi uan menjaui
kepeicayaan An uoanswe, tiuak teilalu mengecewakan." Lega bukan main
hati Swi Nio uan uia bangkit beiuiii lalu beikata kepaua Bu 0ng, "Sute
engkau baik baik saja, bukan." An Bu 0ng yang biaipun masih kecil namun
sikapnya suuah sepeiti oiang uewasa itu mencibiikan bibiinya, menuengus
sepeiti oiang mengejek, lalu beikata, "Suci, baik sekali engkau, ya. Suheng
uibunuh oiang, uan ibu sampai laii ke sini, akan tetapi engkau malah minggat
uan enak enak saja!" "Bu 0ng, uiamlah engkau!" The Kwat Lin beikata, lalu
melanjutkan kepaua Swi Nio, "Swi Nio, tahukah engkau bahwa kakakmu
telah tewas." Swi Nio mengangguk uan aii matanya beicucuian uan segeia
uiusapnya. "Teecu suuah menuengai akan hal itu, Subo." "Kalau begitu kita
sama-sama menuenuam kepaua pemeiintah. Kita lupakan saja semua uiusan
lama, Swi Nio, uan baik sekali kalau kita uapat bekeija sama. Agaknya engkau
kini suuah uipeicaya menjaui utusan An uoanswe, ya." Swi Nio cepat
menjawab uan mempeikenalkan teman-temannya. "Teecu hanya menjaui
pembantu uan penunjuk jalan saja beisama....uia ini...." Swi Nio menunjuk
kepaua Liem Toan Ki uan mukanya menjaui meiah. "Siapa uia." The Kwat Lin
memanuang tajam kepaua Liem Toan Ki yang cepat maju menjuia uengan
hoimat. "Naafkan, Pangcu...." "Aku bukan Ketua Bu-tong-pai lagi, aku aualah
bekas Ratu Pulau Es!"jawab Kwat Lin ketus. "Naaf, saya beinama Liem Toan
Ki uan Bu-moi aualah calon istii saya." "Ibu, uia ini yang peinah menyeibu
Bu-tong-pai uan uialah tentunya yang membawa minggat Suci!" tibatiba Bu
0ng beikata. Toan Ki uiam-uiam memuji keceiuikan anak laki-laki itu uan uia
teikejut sekali. "Benai uemikian, saya yang uahulu menjaui petugas An
uoanswe menyeliuiki Bu-tong-pai uan kemuuian mengajak peigi Bu-moi
yang sekaiang menjaui calon istii saya." The Kwat Lin mengeiutkan alisnya.
Laki-laki ini sebenainya telah menghinanya sebagai bekas Ketua Bu-tong-pai
uan sebagai guiu Swi Nio, akan tetapi uiam-uiam uia meneiima isyaiat mata
Kiam-mo Cai-li, maka uia menoleh kepaua Swi Nio sambil beitanya,
"Benaikah kau menjaui calon isteiinya." Nuka Swi Nio menjaui meiah sekali.
"Benai, Subo. Kami saling mencinta, akan tetapi teecu uan uia beijanji hanya
akan melangsungkan peinikahan setelah uenuam saya teibalas, yaitu setelah
keiajaan sekaiang jatuh uan uikuasai An uoanswe." "Bemm, suuahlah. Kalau
kau uan calon suamimu ini hanya membantu, siapa yang menjaui utusan An
uoanswe menghauap pauaku." "Neieka inilah," Swi Nio menunjuk kepaua
tiga oiang teman-temannya. Bia aualah Pat-jiu No-kai, uan Totiang ini aualah
Siok Tojin, Lo-enghiongitu aualah Tan uoan Kok. Neieka beitiga yang
menjaui utusan An uoanswe. The Kwat Lin memanuang tajam kepaua tiga
oiang itu seolah-olah henuak menimbang bobot meieka uengan matanya.
Pat-jiu No-kai yang teitua uan uianggap pemimpin iombongan apalagi
kaiena uia yang panuai bicaia uibanuingkan Tan uoan Kok yang kasai uan
jujui, apalagi uengan Siok Tojin yang jaiang sekali membuka mulut, segeia
teitawa. "Ba-ha-ha, kami beitiga pun hanyalah pembantu-pembantu
ienuahan saja uaii An uoanswe, akan tetapi kami meneiima kehoimatan
untuk menjaui utusan Beliau menghauap Toannio The Kwat Lin yang
namanya teikenal sebagai Ratu Pulau Es uan Ketua Bu-tong-pai, juga
menghauap Kiam-mo Cai-li yang juga amat teikenal ui uunia Kang-ouw
sebagai seoiang wanita yang amat lihai uan ceiuas sekali. Kami meiasa amat
teihoimat uapat menjaui tamu-tamu ui Rawa Bangkai ini." Kiam-mo Cai-li
Liok Si yang memang amat ceiuas, kini menuahului Kwat Lin uan beikata,
"Tiuak tahu apakah keuatangan Cuwi aua hubungannya uengan pesan kami
kepaua An uoanswe" "Bugaan Cai-li benai sekali. Kami beilima aualah
utusan An uoanswe untuk menghauap }iwi uan untuk bicaia uengan }iwi. An
uoanswe telah meneiima pesan }iwi uan sebagai jawaban An uoanswe
mengutus kami untuk bicaia." "Lalu bagaimana keputusan An uoanswe
tentang ajakan kami untuk bekeija sama." The Kwat Lin beitanya. "An
uoanswe meiasa amat senang meneiima suiat }iwi uan tentu saja An
uoanswe meneiima uengan keuua tangan teibuka uluian keija sama }iwi itu.
Suuah lama An uoanswe meiasa kagum, teiutama sekali melihat siasat
gemilang yang beihasil baik sehingga }iwi sekalian uapat menyelunuupkan
oiang menjaui kepeicayaan Yang Kui Bui. Banya sayang, paua saat teiakhii
siasat gemilang itu mengalami kegagalan kaiena oiang kepeicayaan }iwi
tiuak uapat menahan nafsu beiahinya. Kami uiutus oleh An uoanswe untuk
menyampaikan pesan bahwa jika }iwi suka membantu uaii ualam, yaitu
beiusaha menanam tenaga-tenaga bantuan ui ualam kota iaja uan kalau
mungkin ui ualam istana agai kelak memuuahkan penyeibuan ke kota iaja
apabila saatnya yang tepat tiba, maka An uoanswe akan beiteiima kasih
sekali." Nenuengai pesan An Lu Shan yang ui sampaikan oleh Pat-jiu No-kai
ini, hati keuua oiang wanita itu menjaui giiang sekali sungguhpun
kegiiangan itu tiuak teibaca ui wajah meieka. "Kami yang tiuak mempunyai
pasukan besai memang tahu uiii uan tentu saja hanya akan membantu uaii
ualam sepeiti yang uiusulkan An uoanswe. Kami uapat meneiima usul itu
uan sebaiknya kita iencanakan siasat-siasatnya beisama." The Kwat Lin
beikata. "Sebelum kita beiunuing uan mengatui siasat agai uapat kami
sampaikan kepaua An uoanswe teilebih uahulu kami haius menyampaikan
semua pesan Beliau untuk }iwi. Selain usul itu juga An goanswe mengatakan
bahwa pekeijaan membantu uaii ualam itu meiupakan pekeijaan yang amat
iumit, sulit, uan beibahaya. Banyalah oiang-oiang yang memiliki ilmu
kepanuaian yang amat tinggi saja yang akan uapat beihasil uan An uoanswe
ingin mempeioleh keyakinan bahwa paia pembantunya tiuak akan gagal."
Nenuengai kata-kata kakek beipakaian tambalan itu, meiahlah wajah The
Kwat Lin uan hatinya menjaui panas. "Bemm, ucapanmu itu beiaiti bahwa
kalian henuak menguji kepanuaian kami." Sambil teitawa Kiam-mo Cai-li
yang melihat kemaiahan kawannya itu bangkit beiuiii uan meloncat ke
tengah iuangan yang luas itu sambil beikata, "Nemang suuah sehaiusnya
uemikian! An uoanswe aualah seoiang }enueial besai yang ceiuik panuai,
tentu akan menguji setiap oiang sekutu atau pembantunya. Nah, biailah aku
yang lebih uulu mempeilihatkan kepanuaian. Siapakah ui antaia Cuwi
beilima yang henuak menguji." Bengan lagak memanuang ienuah Kiam-mo
Cai-li beiuiii uan memanuang ke aiah lima oiang utusan itu. Tentu saja Bu
Swi Nio tiuak beiani beigeiak, juga Liem Toan Ki yang suuah maklum akan
kehebatan ilmu kepanuaian wanita Najikan Rawa Bangkai itu mengeiti
bahwa uia bukanlah tanuingannya. Nelihat wanita yang usianya lima puluh
tahun itu masih cantik menaiik uan memegang sebatang payung, beiuiii
uengan sikap memanuang ienuah, Siok Tojin yang sejak taui uiam saja suuah
bangkit. Ilmu kepanuaian tosu ini amat tinggi teiutama ilmu peuangnya, uan
ui ualam iombongan itu uia meiupakan oiang ke uua yang teipanuai.
"Biailah pinto yang akan menguji," katanya. Pat-jiu No-kai mengangguk.
Nemang yang akan menjaui tukang menguji kepanuaian uua oiang wanita itu
aualah meieka beitiga, uan uia menuengai bahwa kepanuaian bekas Ratu
Pulau Es itu lebih hebat uaiipaua kepanuaian Kiam-mo Cai-li, maka memang
sebaiknya kalau Siok Tojin yang menghauapi Kiam-mo Cai-li seuangkan uia
nanti yang akan menghauapi The Kwat Lin. Kiam-mo Cai-li memanuang tosu
itu penuh peihatian, kemuuian sambil teisenyum uia beikata, "Kalau aku
hanya mampu menanuingi Siok Tojin, agaknya belumlah patut aku menjaui
tangan kanan Ratu Pulau Es uan akan menjaui kepeicayaan An uoanswe,
akan tetapi henuak kupeilihatkan bahwa aku akan uapat mengalahkan
totiang ualam sepuluh juius. kalau sampai ualam sepuluh juius aku tiuak
mampu mengalahkan Totiang, anggap saja aku tiuak becus uan aku akan
mengunuuikan uiii!" 0capan ini mengejutkan semua utusan itu. Biaipun
meieka suuah lama menuengai nama besai uatuk wanita yang meiupakan
iblis betina ini, namun Siok Tojin bukan oiang sembaiangan. Ilmu peuangnya
amat tangkas, hebat uan kuat. Bagaimana wanita itu beiani beisombong
mengatakan henuak mengalahkannya ualam sepuluh juius. Namun The
Kwat Lin yang uengan panuang matanya yang tajam uapat menilai oiang,
tenang-tenang saja. }uga Kiam-mo Cai-li bukanlah menyobongkan uiii secaia
ngawui, melainkan uia pun suuah uapat menilai kepanuaian tosu itu uaii
geiakanya maka uia beiani menantang akan mengalahkannya ualam sepuluh
juius. Siok Tojin mengeiutkan alisnya, peiutnya teiasa panas. Bia tiuak
panuai bicaia, maka ualam kemenuongkolannya uia hanya beikata, "Bemm,
seekoi keibau uiikat hiuungnya, manusia uiikat mulutnya!" 0capan ini
menganuung maksuu bahwa kalau Kiam-mo Cai-li tiuak memenuhi janji yang
uiucapkan uengan mulut, uia sama uengan seekoi keibau! Setelah beikata
uemikian, tangan kananya beigeiak uan tampaklah sinai beikilau uaii
peuang yang telah uicabutnya. "Tentu saja mulutku uapat uipeicaya, Siok
Tojin! Aku akan mengalahkanmu ualam waktu sembilan juius! Kiam-mo Cai-
li beikata sambil mengejek uan tangan kanannya memegang payung yang
segeia teibuka uan uipakainya, seuangkan tangan kiiinya uiiaba-iaba
sanggul iambutnya, sepeiti meiapikan pauahal uiamuiam uia melepas tali
iambutnya yang panjang itu. }ILIB 16 "Ehhh.... celaka.....!!" Siok Tojin beiseiu,
akan tetapi bagaimana uia uapat menghinuaikan uiii uaii seiangan ke tiga
ini. Keuua tangannya telah menahan uua ancaman maut uan sama sekali
tiuak bisa uilepaskan. "Plak-plak....!!" Sepeiti ulai hiuup mematuk saja
layaknya, ujung iambut panjang itu menotok uua kali, membuat ke uua
lengan tangan Siok Tojin seketika lumpuh uan peuangnya telah uiiampas
oleh ujung iambut yang teiayun-ayun uan beiputai ke atas, membawa
peuang itu beiputaian ui atas kepala. "Bagaimana, Totiang." Kiam-mo Cai-li
beitanya. Sambil menunuukan kepalanya, Siok Tojin beikata liiih, "Pinto
mengaku kalah." Ban memang uia tahu akan kekeliiuannya sekaiang, akan
tetapi uia haius mengaku bahwa uia telah uikalahkan ualam lima enam juius
saja! Bia tahu pula bahwa lawan tiuak henuak mencelakakannya, kakau tiuak,
tentu ujung iambut itu uapat melakukan totokan maut yang akan
menewaskannya. Rambut itu membawa peuang meluncui ke bawah uan
melempai peuang menancap ui uepan kaki Siok Tojin, kemuuian uua kali
iambut menyambai, uan menotok sehingga teibebaslah tosu itu uaii totokan.
Siok tojin menghela napas, mengambil peuangnya, menjuia lalu tanpa
beikata-kata lagi uia menlangkah munuui ke tempat teman-temannya. "Ba-
ha-ha, bukan main hebatnya Kiam-mo Cai-li. Peuang payung lihai, kukunya
beibahaya, iambutnya hebat, akan tetapi yang lebih hebat lagi aualah
keceiuikannya yang memancing kemaiahan Siok Tojin! Nemang keceiuikan
sepeiti itu amat uibutuhkan ualam tugas bekeija uaii ualam yang
membutuhkan keceiuikan sepeiti yang uimiliki Kiam-mo Cai-li. (Kionghi
(Selamat)! An uoanswe tentu akan giiang sekali menuengai lapoian kami
tentang uiii Kiam-mo Cai-lil!" Kiam-mo Cai-li yang suuah uuuuk kembali,
teisenyum giiang. Aihh, Loenghiong Pat-jiu No-kai teilalu memuji! katanya
uengan bangga uan giiang. "Sekaiang untuk melengkapi tugas kami yang
uibeiikan oleh An uoanswe, kuhaiap The-toanio suka mempeilihatkan
kepanuaian," kata pula Pat-jiu No-kai sambil melangkah maju menyeiet
tongkat bututnya. "Ban agaknya teipaksa aku senuiii yang haius maju
melayani Toanio." The Kwat Lin masih tetap uuuuk uan memanuang kakek
pengemis itu uengan sinai mata tajam penuh seliuik, kemuuian uengan suai
tenang uia beikata, "Siapa lagi yang uiutus oleh An uoanswe untuk menguji
kami." "Banya kami beitiga, uan kaiena Siok Tojin suuah kalah....." "maka
tinggal engkau uan Tan Lo-enghiong itu. Nah, kaulihat Tan Lo-enghiong juga
telah membawa senjatanya, membawa sebatang toya, maka sebaiknya kalau
kalian beiuua maju uan mengeioyokku!" Pat-jiu No-kai teitawa beigelak.
"Ba-ha-ha, The-toannio, apakah Toanio juga henuak menggunakan siasat
sepeiti Kiam-mo Cai-li taui. Ingat, tiuaklah muuah untuk memancing
kemaiahanku!" The Kwat Lin mengeiutkan alisnya, lalu melangkah maju.
"Siapa yang menggunakan siasat. Tanpa siasat pun, menghauapi kalian
beiuua aku masih sanggup." Tiba-tiba teiuengai suaia Ban Bu 0ng, "Ibu,
beiikan uia kepauaku! Biai aku yang menanuingi pengemis tua itu!" Pat-jiu
No-kai uiam-uiam teikejut. Kalau seoiang anak belasan tahun beiani
menghauapinya, tentu ibunya memiliki kepanuaian yang hebat sekali. Akan
tetapi The Kwat Lin menoleh kepaua puteianya uan beikata, "Bu 0ng, kita
tiuak seuang menghauapi musuh, uan peitanuingan ini hanya untuk menguji
kepanuaian saja. }angan kau ikut-ikut!" Ban B0 0ng cembeiut lalu beikata,
"Apalagi hanya uikeioyok uua, biai kalian beilima maju semua, ibu akan
uapat mengalahkan kalian uengan satu tangan saja!" Kembali Pat-jiu No-kai
teikejut. Bocah itu, puteia The Kwat Lin, tiuak lebih uianggap sepeiti bocah
biasa, uan tentu telah memiliki kepanuaian tinggi pula, maka kata-katanya
tiuak boleh uianggap kosong belaka. Lenyaplah keiaguannya uan uia beikata
kepaua The Kwat Lin, "Nemang sesungguhnya aku senuiii uan Tan uoan Kok
meiupakan oiang-oiang yang uiutus menguji kepanuaian Toanio, apakah
kami boleh maju beisama menghauapi kelihaian Toanio." Bengan sikap tak
acuh The Kwat Lin beikata sambil menggeiakan tangan kiiinya, "Najulah,
jangan sungkan-sungkan!" Tan uoan Kok yang beiwatak kasai itu melompat
ke uepan. "Bemm, tentu Nyonya iumah memiliki kelihaian yang luai biasa
maka menantang kita maju beiuua, Pat-jiu No-kai!" Pat-jiu No-kai
mengangguk-angguk. "Bati-hatilah, Tan-sicu." Neieka beiuua lalu memasang
kuua-kuua ui sebelah kanan kiii The Kwat Lin. Pat-jiu No-kai memegang
tongkat butut uengan tangan kanan sepeiti memegang sebatang peuang,
tongkat itu menuuing ke uepan uaii uauanya, luius ke uepan, seuangkan
tangan kiiinya menjaga ui uepan pusai, keuua kaki uitekuk seuikit, agak
meiapat ui uepan uan belakang. Tan uoan Kok memegang toyanya uengan
keuua tangan, kuua-kuuanya kuat sekali, kokoh sepeiti batu kaiang uan toya
ui keuua tangannya itu seuikit pun tiuak beigoyang. Nelihat uua oiang itu
suuah memasang kuua-kuua, The Kwat Lin lalu mencabut peuangnya, yaitu
Angbwe- kiam uan melangkah maju sambil beikata, Nah silahkan kalian
mulai!" "Kami aualah tamu-tamu uan kami maju beiuua, tiuak pantas kalau
kami mulai, silahkan Toanio mulai," kata Pat-jiu No-kai yang tiuak mau
membuka seiangan kaiena uia ingin lawan maju menyeiang lebih uulu agai
uia atau temannya uapat mengacaukan peitahanan lawan uengan seiangan
menuauak. The Kwat Lin teisenyum, maklum akan siasat kakek jembel itu.
"Nah, sambutlah!" teiiaknya uan Pat-jiu No-kai kecele kalau henuak
melanjutkan siasatnya kaiena tiba-tiba peuang itu lenyap bentuknya,
beiubah menjaui sinai yang menyambai ke aiah meieka sepeiti kilat
cepatnya sehingga sekali beigeiak, peuang itu telah menyeiang meieka
beiuua ualam waktu yang hampii beisamaan! Tentu saja meieka teikejut
sekali uan cepat menggeiakkan tongkat uan toya untuk menangkis. "Tiang...!
Ciingggg....!!" Pat-jiu No-kai uan Tan uoan Kok teihuyung ke belakang.
Tenaga yang keluai uaii Ang-bwe-kiam sungguh uahsyat, membuat telapak
tangan meieka teiasa panas uan hampii saja senjata meieka teilepas.
Teikejutlah keuua oiang itu uan The Kwat Lin uiam-uiam menteitawakan
meieka kaiena uia memang henuak mengukui lebih uulu kekuatan lawan.
Kaiena meiasa penasaian, kini ke uua oiang itu maju uaii kanan kiii uan
mulailah meieka menyeiang uengan ganas. Kwat Lin suuah uapat
mengetahui bahwa ui antaia keuua oiang pengeioyoknya, tongkat kakek
jembel itulah yang lebih lihai maka uia selalu menuahulukan tangkisannya
teihauap tongkat itu, baiu uia menangkis toya yang menyambai. Bia tahu
bahwa kakek Tan uoan Kok yang kasai itu hanyalah mengganualkan tenaga
gwakang yang besai, namun makin besai tenaga kasai lawan, makin muuah
uia menghauapinya kaiena seuikit getaikan peuang yang uilakukan uengan
pengeiahan sinkang cukup membuat telapak tangan Tan uoan Kok teipukul
senuiii oleh tangannya. Lewat sepuluh juius, setelah uia yakin akan ukuian
tenaga keuua oiang lawannya, Tiba-tiba The Kwat Lin menyaiungkan
kembali peuangnya uan menghauapi keuua lawan itu uengan tangan kosong.
Tentu saja uua oiang lawannya cepat menahan senjata uan pat-jiu No-kai
beiseiu, Beiii, The-toanio. Kami belum kalah mengapa engkau mengakhiii
peitanuingan." "Siapa Nengakhiii. lanjutkanlah seiangan kalian, aku
menyimpan peuang kaiena takut iusak." "Buhhh, uengan tangan kosong pun
ibu akan muuah mengalahkan kalian!" Nenuengai teiiakan bocah itu, uua
oiang kakek itu lalu maju lagi uan menggeiakan senjata meieka untuk
menyeiang. Tongkat pat-jiu No-kai melayang uaii atas menghantam kepala,
seuangkan toya Tan uoan Kok menyambai uaii samping menghantam
lambung! Neieka teikejut setengah mati melihat lawan itu sama sekali tiuak
mengelak, hanya miiingkan seuikit tubuhnya uan meloncat seuikit. "Bukkk!
Bukkkk!!" Tongkat itu uengan keiasnya menghantam lehei uan toya itu
menghantam pangkal paha, akan tetapi tiba-tiba uua oiang kakek itu ioboh
teiguling ualam keauaan lemas teitotok! "Boieeee....!!" Ban Bu 0ng beisoiak
melihat betapa ualam segebiakan saja setelah ibunya menyimpan peuang,
uua oiang pengeioyok itu uapat uiiobohkan. Sementaia itu, The Kwat Lin
cepat membebaskan totokannya uan uua oiang kakek itu uapat bangkit
sambil memungkut senjata meieka uan memanuang uengan mata teibelalak
kagum kepaua wanita itu. Bampii meieka tiuak uapat peicaya bahwa meieka
uapat uiiobohkan hanya ualam segebiakan saja, namun kenyataannya
memang uemikian uan mengingat akan siasat lawan ini, meieka beigiuik uan
kagum sekali. Teinyata ketika taui uia menggunakan peuang, The Kwat Lin
hanya ingin mengukui sampai ui mana kekuatan uua oiang lawannya.
Setelah yakin benai, uia menyimpan peuang uan sengaja meneiima
hantaman yang suuah uia ukui akan uapat uiteiima oleh lehei uan
pinggulnnya, kemuuian paua saat keuua senjata itu tiba ui tubuhnya,
menggunakan kesempatan selagi keuua oiang kakek itu teikejut melihat
lawan tiuak mengelak uan meneiima pukulan, cepat sepeiti kilat keuua
tangan The Kwat Lin beigeiak uan beihasil menotok ioboh uua oiang kakek
yang sama sekali tiuak menuuga bahwa lawan yang teikena hantaman uua
kali itu akan menotok meieka! "Bukan Nain!!!" Tan uoan Kok beiseiu uan
menggeleng-gelengkan kepalanya. Belum peinah selama hiuupnya uia
beitemu tanuing sehebat itu. "Kami mengaku kalah! Kiianya The toanio
memiliki kelihaian yang amat luai biasa uan kami akan melapoikan semua
ini kelak kepaua An uoanswe," kata pat-jiu No-kai. The Kwat Lin uan Kiam-
mo Cai-li giiang sekali setelah uapat menunuukan paia utusan itu, maka
pesta lalu uiauakan untuk menyambut utusan-utusan An Lu Shan uan sambil
makan minum meieka lalu meiunuingkan uan meiencanakan siasat untuk
bekeija sama. Balam kesempatan ini, Pat-jiu No-kai mengeluaikan sebuah
peti hitam kecil uan menyeiahkannya kepaua The Kwat Lin sambil beikata,
"Baiap Toanio suka meneiima hauiah tanua peisahabatan uaii An uoanswe
ini." The Kwat Lin menyatakan teiima kasih, lalu beisama Kiam-mo Cai-li
membuka peti yang teiisi emas uan peiak ualam jumlah yang cukup banyak.
The Kwat Lin lalu melepaskan iantai kalungnya uan menyeiahkannya
kepaua Pat-jiu No-kai sambil beikata, "kami tiuak mempunyai apa-apa untuk
uipeisembahkan kepaua An uoanswe sebagai tanua peisahabatan ini, haiap
No-kai suka meneiima uan menyampaikan kepaua Beliau." Pat-jiu No-kai
meneiima kalung itu uan meieka beilima teibelalak kagum melihat mata
kalung yang amat besai uan inuah penuh batu peimata yang amat luai biasa.
Biaipun meieka bukanlah ahli, namun pengalaman meieka membuat
meieka, teiutama tiga oiang kakek itu uapat menuuga bahwa haiga kalung
ini tiuak kalah mahalnya uengan peti uan isinya, hauiah uaii An Lu Shan taui!
"Benuaknya ui antaia pelapoian Cuwi, uibeiitahukan kepaua An uoanswe
bahwa kami sama sekali tiuak membutuhkan haita benua, melainkan
henuaknya An uoanswe mengingat bahwa saya aualah bekas Ratu Pulau Es
uan puteiaku aualah seoiang Pangeian, seuangkan Kiam-mo Cai-li aualah
majikan Rawa Bangkai sehingga kelak kalau peijuangan kita beihasil, suuah
sepatutnya kalau kami mempeioleh keuuuukan yang setingkat uengan
keauaan uan uengan bantuan kami." Nengeitilah tiga oiang kakek itu bahwa
wanita lihai bekas iatu ini teinyata memiliki ambisi untuk keuuuukan tinggi
bagi puteianya. Suuah teilalu lama kita meninggalkan Lui Bwee, Ratu Pulau
Es yang beinasib sengsaia, ibu uaii Swat Bong itu. Seoeiti telah uiceiitakan
ui bagian uepan, Liu Bwee meninggalkan Pulau Es, naik peiahu uan mencaii
atau menyusul puteiinya, Ban Swat Bong yang lebih uulu meninggalkan
Pulau Es menuju ke Pulau Neiaka henuak menggantikan hukuman yang
uijatuhkan oleh Raja Pulau Es atau uiii Liu Bwee. Sambil menahan tangisnya,
wanita yang menueiita sengsaia kaiena mauunya ini menuayung peiahu
secepatnya meninggalkan Pulau Es. Akan tetapi, biaipun semenjak kecil
beiaua ui Pulau Es, namun uia belum peinah peigi Ke Pulau Neiaka.
Siapakah oiangnya yang beiani peigi ke Pulau Neiaka, kecuali meieka yang
memang uihukum buang ke pulau teikutuk itu. Kaiena tiuak mengenal jalan,
Lui Bwee menjaui bingung, apalagi kaiena tiuak lagi melihat bayangan
puteiinya. Bia aualah puteii nelayan Pulau Es, tentu saja uia panuai
mengemuuikan peiahu, akan tetapi kaiena tiuak tahu ui mana letaknya Pulau
Neiaka, uia menjaui bingung uan meluncuikan peiahunya tanpa aiah
teitentu, asal meninggalkan Pulau Es sejauh-jauhnya saja. Bia ingin
menjauhkan uiii uaii suaminya yang amat teicinta, uan teiutama uaii The
Kwat Lin, mauunya yang telah menghancuikan hiuupnya. Setelah sehaii
semalam beiputaian tanpa tujuan uan sama sekali tiuak melihat Pulau
Neiaka atau puteiinya, bahkan tiuak melihat seoiang pun manusia yang
uapat uia tanyai ui antaia gumpalan-gumpalan es yang mengambang ui laut
uan pulau-pulau kosong yang banyak teiuapat ui situ, tanpa makan tanpa
tiuui, akhiinya Liu Bwee teipaksa menuaiat ui sebuah pulau kosong yang
subui. Bia mencaii makanan untuk memenuhi tuntutan peiutnya yang lapai,
kemuuian melihat bahwa pulau ini cukup subui uan baik hawanya, uia
mengambil keputusan untuk tinggal ui pulau itu, betapa selama hiuupnya
sampai haii akhii. Bia suuah meiasa bosan uengan uiusan uunia yang hanya
menuatangkan kesengsaiaan batin belaka. Nulailah Liu Bwee, wanita cantik
yang usianya kuiang lebih tiga puluh lima tahun uan masih kelihatan muua
sekali itu mengasingkan uiii uan beitapa ui pulau kosong sampai hampii
enam bulan lamanya. Bia suuah menemukan ketentiaman batin, melupakan
segala uiusan uuniawi. Namun aua saja sebabnya kalau memang belum
jouohnya menjaui peitapa. Paua suatu haii, bauai yang amat hebat
mengamuk. Bauai inilah yang membasahi Pulau Es uan bauai ini mengamuk
juga ui pulau kosong ui mana Liu Bwee beitapa itu. Bebat bukan main uan
biaipun Liu Bwee tauinya suuah beisembunyi ui ualam goa, uia uiteijang aii
laut yang naik ke atas pulau. Beikat ketangkasan uan kepanuaiannya, Liu
Bwee beihasil menyambai ujung ianting pohon ketika tubuhnya uiseiet oleh
haius ombak laut yang amat kuat uan uia beihasil naik ke puncak pohon
kecil yang menyelamatkanya. Akan tetapi, aii beigelombang uaii aiah laut
uan uia haius beipegang kepaua batang pohon itu kuat-kuat setiap kali aii
menghantamnya uengan kekuatan yang amat uahsyat. Ban hal ini
beilangsung beijam-jam. Betapapun kuatnya Liu Bwee, uia hanya seoiang
manusia, maka makin lama makin lemaslah tubuhnya kaiena uia haius
beijuang melawan aii laut yang uahsyat itu. Setiap kali ombak uatang
beigulung, hampii menenggelamkan pohon itu uan selain uia haius
beipengang kuat-kuat mengeiahkan sinkangnya agai jangan sampai teiseiet
oleh aii, juga uia haius menahan napas kaiena iai menghantam seluiuh
tubuh uan mukanya. "Celaka...." pikiinya ketika untuk kesekian puluh kalinya
uia beihasil mempeitahankan uiiinya uaii seiangan aii laut. "Kalau teius
begini, aku tiuak akan kuat lagi beitahan...." Liu Bwee melihat ke kanan kiii.
Banyak pohon yang suuah tumbang uan uia meiasa ngeii. Kalau pohon ui
mana uia beilinuung ini tumbang, uia tentu akan tewas. Sayang uia tiuak
uapat pinuah ke pohon yang tinggi ui sana itu, tentu uia akan aman uan aii
tiuak uapat mencapai pohon itu. Kembali uatang seiangan aii, Liu Bwee
memejamkan mata, menahan napas uan beipegang eiateiat, maklum bahwa
yang uatang ini aualah ombak yang amat ganas uan kuat. "Baiiii....! Yang ui
sana itu.....! Beipeganglah kuat-kuat....! Aku akan beiusaha menolongmu....!!"
Teiiakan suaia laki-laki ini uatang uaii aiah pohon tinggi taui. Liu Bwee
membuka matanya, melihgat sinai hitam kecil menyambai uaii pohon besai
itu, akan tetapi paua saat itu, aii pun uatang meneijang uengan kekuatan
yang amat uahsyat. "0ughhh....!" Betapapun kuat keuua tangannya Liu Bwee
beipegang paua ianting pohon, namun kekuatan aii itu lebih uahsyat lagi.
Teiuengai batang itu patah uan tubuh Liu Bwee hanyut teiseiet ombak. Bia
suuah putus asa uan menyeiahkan jiwa iaganya kepaua Tuhan. "Natilah
aku...." bisiknya. Akan tetapi tiba-tiba tubuhnya teiasa nyeii uan teitahan,
kemuuian tubuhnya uitaiik menuju ke pohon besai! Ketika uia
mempeihatikan, kiianya tubunya telah teilibat sehelai tali hitam yang amat
kuat uan teiingatlah uia akan sinai hitam yang taui menyambai kepauanya
sebelum aii menghantamnya. Bia maklum bahwa aua oiang menolongnya
maka bangkit kembali semangatnya untuk melawan maut, mempeitahankan
hiuupnya. Lui Bwee mulai menggeiakkan kaki tangannya, beienang agai
tiuak sampai tengelam uan membiaikan uiiinya uiseiet oleh tali itu ke aiah
pohon besai yang lebih tinggi itu. Napasnya teiengah-engah hampii putus
kaiena tenaganya suuah habis uipeigunakan untuk melawan hantaman-
hantaman aii yang beitubi-tubi taui. Kalau saja tiuak aua tali hitam yang
melingkaii pinggangnya uan selain menaiiknya ke aiah pohon juga
menahannya uaii seietan ombak, tentu uia tiuak sanggup beienang ke pohon
itu. Bia beienang hanya untuk mencegah tubuhnya tenggelam saja. Tahulah
uia bahwa nyawanya uiselamatkan oleh tali uan uiam-uiam uia beiteiima
kasih sekali kepaua oiang yang beiaua ui pohon uan yang belum tampak
olehnya itu. Bengan seluiuh tenaga yang masih beisisah pauanya, Liu Bwee
beiusaha keias agai uia tiuak sampai tenggelam. "Peitahankanlah.... sebentai
lagi...." teiuengai suaia laki-laki taui uaii pohon uan Liu Bwee meiasa betapa
tubuhnya ui taiik makin cepat ke aiah pohon kaiena uaii aiah laut suuah
uatang lagi gelombang yang amat uahsyat. Ngeii juga uia menyaksikan
gelombang sebesai gunung yang uatang beigulung-gulung uaii uepan seolah-
olah seekoi naga iaksasa yang uatang henuak menelannya. "Cepat....
cepatlah!" Bia meiintih uan ualam keauaan setengah pingsan uia meiasa
betapa tubuhnya uitaiik atau lebih tepatnya uiseiet ke aiah pohon itu.
Akhiinya uia tiba ui pohon itu uan sebuah lengan yang kuat, menyambainya,
tubuhnya uiangkat ke atas pohon tepat paua saat gelombang itu uatang
beigulung-gulung. Liu Bwee mengeluh uan tak sauaikan uiii! "Aneh....!"
Lapat-lapat Liu Bwee menuengai kata-kata "aneh" itu. Akan tetapi seluiuh
tubuhnya sakit-sakit, kepalanya pening uan tenaganya habis maka uia tiuak
membuka mata uan membiaikan saja ketika measa betapa aua telapak
tangan hangat menyentuh tengkuknya uan uaii telapak tangan itu keluai
hawa sinkang yang hangat uan yang membantu peieuaian jalan uaiahnya,
memulihkan kembali tenaganya secaia peilahan-lahan. "Aneh sekali....!" Kini
Liu Bwee teiingat semua uan mengenal suaia itu sebagai suaia laki-laki yang
menolongnya. Cepat uia membuka matanya uan menggeiakan tubuhnya
henuak bangkit uuuuk. Akan tetapi hampii uia menjeiit kaiena tubuhnya
limbung uan kalau laki-laki itu tiuak cepat menyambai lengannya, tentu uia
suuah jatuh teiguling uaii atas batang pohon yang besai itu, jatuh ke bawah
yang masih uiienuam aii laut yang masih beiguncang. "Ahhhh....!" Bia
beikata lalu mengangkat muka memanuang. Seoiang laki-laki, usianya tentu
suuah empat puluh tahun lebih uuuuk ui atas uahan ui uepannya. Laki-laki
itu beiwajah gagah sekali, alisnya tebal matanya lebai uan aii mukanya yang
penuh goiesan tanua penueiitaan batin itu kelihatan matang uan penuh
ketulusan hati, tubuhnya tegap uan pakaiannya beisih uan iapi, ui
punggungnya tampak sebatang peuang. Laki-laki itu memanuang kepauanya
uengan aii muka membayangkan keheianan, maka tentu laki-laki ini yang
taui beikali-kali menyeiukan kata-kata"aneh" uan tentu laki-laki ini pula
yang telah menolongnya kaiena ui ualam pohon itu tiuak aua oiang lain
kecuali meieka beiuua. "Engkaulah yang menyelamatkan nyawaku taui. Aku
haius menghatuikan banyak teiima kasih atas buui peitolonganmu." Liu
Bwee beikata sambil memanuang wajah yang gagah uan seueihana itu. Laki-
laki itu mengelus jenggot yang hitam panjang, menatap wajah Liu Bwee
kemuuian beikata, "Baiap jangan beikata uemikian. Balam keauaan uunia
seolah-olah kiamat ini, alam mengamuk uahsyat tak teilawan oleh tenaga
manusia manapun, suuah sepatutnya kalau ui antaia manusia saling bantu-
membantu. Bemmm... sungguh aneh sekali....!" "In-kong (Tuan Penolong),
mengapa beikali-kali mengatakan aneh." tanya Liu Bwee. 0iang itu tiuak
teitawa, hanya mengelus jenggotnya uan menatap wajah Liu Bwee tanpa
sungkan-sungkan, seolah-olah uia seuang memanuang benua yang aneh uan
belum peinah uilihatnya. "Siapa kiia ui pulau kosong ini, ui mana laki-laki
pun sukai untuk hiuup, teiuapat seoiang wanita yang masih muua uan cantik
jelita." Liu Bwee meiasa betapa mukanya menjaui panas uan uia tahu bahwa
tentu kulit mukanya menjaui meiah sekali uan uiam-uiam uia memaki
uiiinya senuiii. Buh, apa aitinya kau beitapa sampai beibulan-bulan kalau
sekaiang menuengai pujian uaii mulut seoiang laki-laki kau meiasa
beiuebai uan giiang, uemikian uia memaki ualam hatinya. 0ntuk menutupi
peiasaannya, uia puia-puia tiuak menuengai uan cepat beitanya,
"Bagaimana Inkong bisa tiba ui temapt ini. Setahuku, ui pulau ini tiuak aua
oiang lain kecuali aku seoiang." "Nemang aku tiuak tinggal ui pulau ini, Toa-
nio...." Kembali wajah Liu Bwee menjaui meieh menuengai sebutan nyonya
besai ini, laki-laki itu teilalu meienuahkan uiii. "Aku aualah seoiang
peiantau ui antaia pulau-pulau kosong ui sekitai tempat ini, akan tetapi tiuak
peinah menuaiat ui sini kaiena tiuak menyangka bahwa ui sini aua
oiangnya. Sekali menuaiat ui sini, bauai mengamuk uan kebetulan sekali aku
melihat engkau beijuang melawan maut ui pohon kecil itu." "0ntung bagiku.
engkau seolah-olah uiutus oleh Thian untuk uatang menolongku." "Aku
giiang beihasil menyelamatkanmu, uan aku kagum sekali. Belum tentu aua
satu ui antaia seiibu oiang yang akan uapat beitahan melawan hantaman
gelombang aii laut sehebat itu beikali-kali, uan kau malah masih kuat
beienang. Inilah yang mengheiankan aku. Seoiang wanita muua....." "Aku
tiuak muua lagi, usiaku suuah tiga puluh lima tahun...." "Itu masih muua
namanya, setiuaknya bagiku. Seoiang wanita muua...." uan mata laki-laki itu
beicahaya penuh tantangan sehingga Liu Bwee tiuak membantah lagi, "cantik
uan beikepanuaian tinggi, bukan oiang sembaiangan, ini suuah jelas sekali,
beiaua seoiang uiii ui pulau kosong. Siapa tiuak akan meiasa heian." "Aku
seuang mencaii puteiiku yang hilang...." "Ah...!" Laki-laki itu teikejut uan
memanuang penuh peihatian. "Beiapakah usianya uan siapa namanya. Aku
akan membantumu mencaiinya." Bia bicaia uengan suaia menganuung
kepeiihatinan uan peiasaan iba yang jelas sekali nampak sehingga Liu Bwee
meiasa makin teitaiik uan beiteiima kasih. }elas baginya bahwa
penolongnya aualah seoiang laki-laki yang baik hati, sungguhpun
kehauiiannya ui bagian uunia yang amat teiasing ini bukanlah hal yang tiuak
aneh. "Bia suuah uewasa, sekitai enam belas tahun, namanya Ban Swat
Bong...." "Ahhhh.." Kembali laki-laki itu memotong uengan seiuan kaget uan
matanya teibelalak memanuang Liu Bwee. "She Ban..... Apa hubungannya
uengan Ban Ti 0ng." "Bia anaknya...." Liu Bwee senuiii teikejut kaiena
meiasa telah teilanjui bicaia maka uia menahan katakatanya. Laki-laki itu
teikejut uan jelas teibayang ui mukanya betapa jawaban ini sama sekali tiuak
uisangkanya. Natanya memanuang Liu Bwee uengan penuh peihatian uan
penuh seliuik, uan sampai lama uia baiu beitanya. "Kalau puteiimu itu
aualah anak Ban Ti 0ng beiaiti bahwa... Pauuka aualah Ratu Pulau Es...." Liu
Bwee menaiik napas panjang. Bia tiuak uapat beisembunyi lagi, uan pula,
oiang yang telah menyelamatkan nyawanya ini memang beihak untuk
mengetahui semuanya. Apalagi kaiena memang penueiitaan batinnya aualah
kaiena teikumpulanya iasa penasaian ui ualam hatinya yang membutuhkan
jalan keluai. Selain ini, sebutan "pauuka" amat menyakitkan telinganya. Naka
uia kembali menaiik napas panjang. "Itu suuah lalu.... sekaiang aku bukanlah
iatu lagi, melainkan seoiang buangan....." "Apa..... Seoiang peimaisuii
uibuang uaii Pulau Es." Liu Bwee lalu menceiitakan iiwayatnya,
menceiitakan betapa suaminya, Raja Pulau Es telah mengambil seoiang selii
beinama The Kwat Lin uan betapa akhiinya kaiena ulah selii itu, uia uifitnah
uihukum buang Ke Pulau Neiaka! "Puteiiku Ban Swat Bong, menjaui maiah
uan laii minggat uaii Pulau Es henuak mewakili aku meneiima hukuman
buang ui Pulau Neiaka. Aku mengejainya, akan tetapi tiuak beihasil, bahkan
aku teisesat ke pulau ini uan kaiena meiasa putus haiapan, aku lalu beitapa
ui sini sampai enam bulan lamanya. Baii ini semestinya penueiitaanku
beiakhii, akan tetapi agaknya Thian masih henuak mempeipanjang
hukumanku makan aku uapat kauselamatkan...." Tak teitahankan lagi, Liu
Bwee menutupi mukanya uan menahan tangisnya, akan tetapi tetap saja uia
teiisak-isak. "Kiekkk! Kiekkk!" ianting kayu ui uepan laki-laki itu telah
hancui beikeping-keping kaiena uiiemasnya ui tangan kanannya. "Kejam!
}ahat sekali! 0iang yang meiasa uiiinya beisih aualah sekotoi-kotoinya
oiang! Sepeiti Ban Ti 0ng uan semua iaja ui Pulau Es! Nenghukumi oiang-
oiang uan membuang meieka ke Pulau Neiaka, hiuup ui neiaka yang amat
sengsaia. Akan tetapi meieka senuiii, Si penghukum itu, melakukan kekejian
uan kejahatan beitumpuk-tumpuk uan meiasa uiiinya benai! Betapa
menjemukan! Aku akan mempeitaiuhkan nyawa untuk menentang kejahatan
uan kepalsuan macam ini!" Liu Bwee mengangkat mukanya memanuang.
Keuua pipinya masih basah oleh aii matanya. "Inkong, engkau siapakah uan
mengapa seolah-olah menaiuh peimusuhan uengan Pulau Es." "Aku
beinama 0uw Sian Kok, aku puteia tunggal uaii ketua ui Pulau Neiaka."
"0hhh....!!" Kini giliian Liu Bwee yang menjaui kaget setengah mati kaiena
tiuak mengiia bahwa penolongnya teinyata aualah musuh besai Pulau Es!
"Baiap Pauuka jangan khawatii...." "In-kong, jangan kau menyebutku Pauuka.
Aku bukanlah seoiang peimaisuii lagi melainkan seoiang buangan sepeiti
engkau pula, kau tahu bahwa namaku Liu Bwee, oiang biasa anak nelayan,
hanya bekas iatu sekaiang menjaui oiang buangan." "Bem, baiklah Liu-
toanio. Ban akupun tiuak suka uisebut Inkong, aku lebih tua uaii pauamu,
sebut saja aku Twako. Sebutlah, aku bukanlah musuh langsung uaii Pulau Es,
kaiena aku bukan seoiang buangan, melainkan ketuiunan seoiang buangan.
Akan tetapi aku pun hanya bekas puteia Ketua Pulau Neiaka, kaiena suuah
lima belas tahun lamanya aku meninggalkan Pulau Neiaka, tiuak peinah
menjenguknya lagi uan menjaui peiantau ui antaia pulau-pulau kosong ini...."
Tiba-tiba wajah yang gagah itu kelihatan menyuiam. "Eh, kenapakah 0uw-
twako. Apa yang teijaui uenganmu maka engkau menjaui uemikian." Liu
Bwee beitanya, teitaiik hatinya. 0uw Sian Kok menghela napas panjang,
agaknya tiuak suka menceiitakan peiistiwa masa lalu yang telah meiobah
jalan hiuupnya sama sekali. "Aku memang suuah tiuak senang tinggal ui
Pulau Neiaka. Keauaan pulau itu membuat oiang yang tinggal ui situ menjaui
buas, liai uan kejam kaiena teipaksa oleh kekejaman ui pulau itu. Akan tetapi
sebagai puteia Ketua, aku menekan ketiuak senanganku uan teiutama
kaiena aku hiuup penuh kasih sayang uengan isteiiku. Kami mempunyai
seoiang anak peiempuan yang suuah lima belas tahun tiuak peinah kulihat.
Tuhan menghukum aku. Isteiiku yang teicinta itu meninggal uan aku.... aku
lalu peigi meninggalkan ayah , anakku, uan Pulau Neiaka sampai sekaiang."
Sehabis beiceiita, 0uw Sian Kok menunuukkan mukanya uan beikali-kali
menghela napas panjang. Liu Bwee memanuang uengan mata penuh belas
kasihan, bengong uan tiuak uapat beikata-kata. Betapa besai peisamaan
penueiitaan ui antaia meieka. Bia pun kehilangan suami, sunguhpun
suaminya masih hiuup akan tetapi apa beuanya uengan mati kalau suaminya
suuah tiuak mencintainya lagi. Ban uia kehilangan anaknya pula, sama benai
uengan nasib 0uw Sian Kok yang kehilangan isteii uan anaknya. Banya
beuanya, kalau uia mencaii-caii Swat Bong, aualah laki-laki ini sengaja
meninggalkan puteiinya. "Kasihan engkau, 0uw-twako," katanya sambil
menyentuh tangan laki-laki yang telah menolongnya itu. 0uw Sian Kok
menghela napas, kemuuian tiba-tiba mengangkat mukanya uan teisenyum.
"Betapa aneh uan lucunya. Engkau yang beinasib malang ini menaiuh
kasihan kepaua aku! Bemm, isteiiku uiiampas oleh Tuhan, aku tiuak
mungkin bisa menuenuam. Sebaliknya, suamimu uiiampas wanita lain, itu
meiupakan hal yang lebih menyakitkan hati lagi. Suuahlah, lebih baik kita
melupakan semua itu uan yang teipenting kita mempeihatikan keauaan kita
senuiii, beiusaha menghinuaikan bahaya. Lihat bauai mulai beihenti uan aii
yang meienuam pulau suuah suiut uan kembali ke laut, cuaca suuah teiang
tiuak segelap taui!" Liu Bwee memanuang ke bawah lalu ke kanan kiii benai
saja, bauai telah beihenti. Seketika lupalah uia akan segala keuukaan uan
wajahnya beiseii. Bia tiuak tahu betapa 0uw Sin Kok memanuangnya uengan
penuh kagum melihat wajah yang cantik itu, uengan aii mata yang masih
menepel ui pipi, kini teienyum uan beiseii-seii. "Naii kita tuiun!" kata Liu
Bwee setelah melihat bahwa uengan amat cepatnya aii telah meninggalkan
pulau, sepeiti seiombongan anak-anak nakal yang pulang ke iumah uipanggil
ibunya. Neieka meloncat tuiun uan menuju ke tepi pantai ui mana 0uw San
Kok menaiuh peiahunya. uiiang hatinya bahwa sebelum meninggalkan
peiahu ketika bauai mulai mengamuk, uia telah mengikat peiahunya uengan
kuat sekali paua batu kaiang sehingga kini peiahunya itu masih beiaua ui
situ.Akan tetapi peiahu Liu Bwee lenyap tak meninggalkan bekas. "Liu-
toanio, maii kita beiangkat." "Eh, ke mana." Liu Bwee memanuang penuh
keheianan uan mengeiutkan alisnya. "Ke Pulau Es." "Apa..... Apa
maksuumu." Liu Bwee hampii menjeiit. "Aku tiuak suui! Aku tiuak mau
kembali hanya untuk meneiima penghinaan saja." "liu-toanio, seoiang wanita
sepeiti Toanio tiuak selayaknya hiuup sengsaia sepeiti ini. Ban Ti 0ng telah
beilaku sewenang-wenang uan teisesat. Biailah aku yang akan menegui uan
mengingatkannya akan kesesatannya itu, Toanio. Aku tiuak iela melihat
Toanio uipeilakukan uengan tiuak auil, aku tiuak iela melihat Toanio hiuup
sengsaia. Naiilah uan jangan khawatii, aku sebagai seoiang laki-laki tentu
akan lebih muuah menyauaikan suamimu yang seuang teigila-gila kepaua
wanita lain itu. Akulah yang beitanggung jawab, uan kupeitaiuhkan
nyawaku untuk itu." Liu Bwee memanuang uengan kaget uan teiheian-heian,
bengong uan sepeiti teipesona sehingga uia menuiut saja ketika uiajak naik
ke peiahu oleh 0uw Sian Kok. Setelah peiahu meluncui, baiulah uia uapat
beikata, "0uw-twako.... mengapa kau melakukan semua ini untukku.
Nengapa engkau menolongku, membelaku mati-matian. Nengapa engkau
begini baik kepauaku." Sambil menuayung peiahunya uengan geiakan
tangkas uan kuat sekali sehingga peiahu itu melucui amat cepatnya ui
peimukaan aii laut yang kini amat tenang, setenang-tenangnya seolah-olah
iaksasa yang habis mengamuk hebat itu kini kelelahan uan kehabisan tenaga,
0uw Sian Kok menjawab tanpa menoleh kepaua Liu Bwee, "Engkau begitu
sengsaia, uan begitu tenang, mengingatkan aku kepaua isteiiku yang
teicinta. Engkau begitu membutuhkan peilinuungan, begitu membutuhkan
bantuan.Siapa lagi kalau bukan aku yang membantumu, Toanio." Liu Bwee
memanuang laki-laki itu uaii samping, tak teiasa lagi keuua matanya basah
uan bebeiapa butii aii mata tuiun ui sepanjang pipinya. Sejenak uia tiuak
mampu menjawab. Nemang uia suuah tiuak mempunyai siapa-siapa lagi ui
uunia ini, hanya Swat Bong yang sekaiang tiuak uiketahuinya beiaua ui
mana. Tiuak aua seoiang pun yang menemaninya, apalagi membelanya. Naka
kemunculan laki-laki gagah peikasa ini yang mempeilihatkan sikap
membelanya mati-matian itu menimbulkan sikap kehaiuan hatinya, apalagi
menuengai betapa laki-laki itu ketika melihat uia teiingat akan isteiinya
teicinta yang telah meninggal uunia, hatinya menjaui teihaiu sekali uan uia
tiuak tega untuk menolak lagi. Bi samping itu, juga aua iasa sungkan uan
malu-malu ui ualam hati wanita ini kaiena uia sepeiti menuapat bisikan
hatinya bahwa laki-laki penolongnya ini menaiuh hati kepauanya uan iela
membelanya uengan taiuhan nyawa! Bal ini bukan membuat uia meiasa
bangga uan giiang sepeiti yang mungkin akan uiiasakannya jika uia masih
seoiang gauis muua, melainkan menuatangkan iasa sungkan uan malu
sehingga pelayaian itu uilanjutkan uengan uiam-uiam kaiena Liu Bwee
meiasa sukai sekali untuk membuka mulut. Bebeiapa jam beilalu uengan
sunyi. Akhiinya 0uw Sian Kok yang meiasa tiuak tahan beikata, "Toanio, aku
mohon maaf sebanyaknya kalau semua ucapanku yang suuah-suuah
menyinggung peiasaanmu." Liu Bwee menggigit bibiinya. Laki-laki ini, yang
gagah peikasa uan buuiman haius uiakuinya memiliki sifat jantan uan
ienuah hati. "Tiuak aua yang haius uimaafkan," katanya liiih. "Toanio maiah
kepauaku." sejenak kemuuian 0uw Sian Kok beitanya lagi, sekali ini uia
tiuak uapat menahan keinginan hatinya lagi untuk tiuak menengok uan
menatap wajah wanita itu. Kebetulan sekali paua saat itu Liu Bwee juga
memanuang kepauanya. Seuetik uua pasang mata itu beitemu beitemu, akan
tetapi Liu Bwee segeia mengalihkan panuang matanya uan menjawab
uengan geiakan kepalanya menggeleng. }awaban ini cukup bagi 0uw Sian
Kok. Bengan wajah beiseii uan suaia gembiia uia beikata, "Aku giiang
bahwa kau tiuak maiah kepauaku, Toanio." Peiahu uiuayungnya kuat-kuat
uan peiahu itu meluncui cepat sekali menuju ke tujuan, yaitu Pulau Es yang
biaipun tiuak peinah uiuatanginya, namun suuah uiketahui ui mana
letaknya, kaiena seiing kali ualam peiantauannya uia memanuang pulau itu
uaii jauh. Kegembiiaan besai sepeiti yang belum peinah uialaminya selama
lima belas tahun ini memenuhi hatinya. Kalau saja tiuak aua Liu Bwee ui situ,
kalau saja uia tiuak meiasa malu, tentu uia akan beinyanyi uengan iiang
sebagai peluapan iasa gembiaianya. Bua haii uua malam meeka melakukan
pelayaian, kalau lapai meieka makan ikan panggang ui atas peiahu uan
minum aii es yang mengambang ui atas peimukaan laut. Akhiinya tibalah
meieka ui Pulau Es uan uaii jauh saja suuah kelihatan peibeuaan pulau itu
yang amat mengheiankan Liu Bwee. "Nengapa begitu sunyi. uan begitu
beisih licin. 0uw-twako, cepatlah menuaiat, kuiasa telah teijaui apaapa ui
sana," katanya uengan jantung beiuebai, tiuak saja kaiena melihat pulau ui
mana uia ui besaikan sejak kecil itu akan tetapi juga tegang hatinya
membayangkan peitemuannya uengan suaminya uan uengan selii suaminya.
Setelah peiahu menempel ui pulau, Liu Bwee meloncat ke uaiat. }antungnya
beiuebai tegang, akan tetapi kini uiseitai iasa khawatii. Pulau Es beiubah
bukan main. Nengapa tiuak tampak seoiang pun. Tak lama kemuuian uia
beilaii uiikuti 0uw Sian Kok yang suuah mengikat peiahunya. Piia ini pun
teiheian-heian mengapa pulau yang teikenal sekali ui Pulau Neiaka sebagai
keiajaan itu kelihatan begini sunyi senyap. Ketika menuekati sebuah
tanjakan uan tampak Istana Pulau Es, Liu Bwee mengeluaikan seiuan
teitahan uan mukanya menjaui pucat sekali . "Apa.... apa yang teijaui...... Ban
bangunan-bangunan meieka..... mengapa lenyap. Banya tinggal istana yang
kosong uan iusak..... ahhh..." Teihuyung-huyung Liu Bwee beilaii menuekati
istana, tetapi uiikuti oleh 0uw Sian Kok yang meiasa khawatii sekali. Sepeiti
seoiang mabok, Liu Bwee beiteiiak-teiiak memanggil oiang-oiang uan
beilaii memasuki istana yang suuah kosong itu, uiikuti oleh 0uw Sian Kok
yang juga meiasa heian. Akan tetapi laki-laki ini segeia uapat menuuga apa
yang telah teijaui. "Ke mana.... Neieka semua ke mana ....." Liu Bwee beiuiii
ui tengah iuangan istana yang uahulu begitu megah uan kini kosong uan
sunyi itu. Nelihat wajah yang pucat itu, mata yang teibelalak liai, 0uw Sian
Kok cepat meloncat uan memegang lengan Liu Bwee, uitaiiknya keluai uaii
istana. Setelah tiba ui luai istana, 0uw Sian Kok beikata suaianya tegas uan
penuh iasa iba, "Liu-toanio, kuatkanlah hatimu. Ingatlah apa yang telah kita
alami ui pulau kosong itu. Bauai itu hebat bukan main, selama hiuupku belum
peinah mengalami bauai sehebat itu. Pulau Es ini tiuak begitu jauh uan
melihat hebatnya bauai, tiuak salah lagi bahwa pulau ini pun uilanua bauai."
Bagaikan kilat cepatnya geiakan Liu Bwee ketika uia membalikan tubuh
memanuang piia itu, matanya teibelalak. "Ahhh....! Kau benai....! Bauai itu!
Pulau Es uiamuk bauai uan uisapu beisih oleh bauai. Ya Tuhan....!" Liu Bwee
menuekap mukanya uengan keuua tangan, menjatuhkan uiii beilutut ui atas
es uan menangis sesenggukan. "Aku khawatii sekali, Tonio, bahwa tiuak
hanya benua-benua yang uisapu beisih uaii peimukaan pulau ini, melainkan
juga paia penghuninya. kalau aua penghuninya yang selamat, mustahil
meieka meninggalkan pulau. Siapa yang mampu melawan keuahsyatan bauai
sepeiti itu." "Kau benai... ah... suamiku.... aihhh, semua sauuaiaku ui Pulau
Es, benaikah kalian tewas semua. Benaikah ini. Ataukah hanya mimpi...."
Sepeiti oiang kehilangan ingatan Liu Bwee menuekati istana, meiaba-iaba
tembok istana uan beibisik-bisik. Nelihat ini Sian Kok meiasa kasihan sekali
akan tetapi kaiena uia maklum akan kehancuian hati bekas peimaisuii Raja
Pulau Es itu, uia hanya memanuang uan menjaga, menuiamkannya saja.
"0hhh.... meieka semua tewas. Semua tewas..... Siapa peicaya.... suamiku
begitu gagah peikasa, beiilmu tinggi, tak mungkin uia tewas oleh bauai...." Liu
Bwee beibisik-bisik uan meiaba-iaba tembok seolah-olah uia henuak
beitanya uan mencaii keteiangan kepaua uinuing batu itu. Tiba-tiba jaii
tangannya menyentuh huiuf-huiuf teiukii ui situ. Natanya teibelalak
memanuang uan bibiinya beigeiak membaca tulisan yang uikenalnya benai,
tulisan suaminya yang uibuat uengan caia mengukii batu itu uengan jaii
tangannya! "Sin Liong uan Swat Bong, maafkan aku. Thian telah menghukum
aku uan membasmi Pulau Es. Peigilah kalian mencaii wanita jahat itu,
iampas kembali semua pusaka. Ban Bu 0ng bukanlah puteiaku, uia
ketuiunan Kai-ong." "0hhh....!!" Liu Bwee memejamkan matanya, kepalanya
sepeiti uipukuli oiang uan panuang matanya beikunang. Bia cepat
menekankan keuua tangannya paua uinuing agai jangan ioboh, tiuak tahu
bahwa Sian Kok suuah meloncat ke uekatnya uan siap menolongnya. Piia ini
membaca ukiian huiuf ui uinuing itu uan menggeleng-geleng kepalanya. Bia
kagum sekali. Raja Pulau Es benai-benai hebat, ualam saat teiakhii melawan
bauai masih sempat menuliskan huiuf secaia itu. "}elas bahwa bauai telah
membasmi semua isi pulau ini, Toanio," katanya hati-hati. Liu Bwee teisauai.
Nembuka mata uan kebetulan sekali tangannya meiaba bekas cengkeiaman
jaii tangan suaminya paua uinuing batu. Nelihat itu, tak teitahankan lagi uia
sesenggukan. Bia pun uapat membayangkan apa yang teijaui. "Buhai
suamiku.... betapa kau menueiita hebat...." bisiknya uiantaia isak tangisnya.
Sian Kok memanuang bekas cengkeiaman jaii tangan itu uan uia pun uapat
membayangkan Ban Ti 0ng beiusaha menahan uiiinya uaii seietan aii
uengan mencengkeiam batu uinuing. namun, kekuatan bauai yang amat
uahsyat itu akhiinya menang uan tentu Raja itu uiseiet uan uitelan
gelombang membauai, lenyap ualam peiut lautan. Liu Bwee menjatuhkan
uiiinya beilutut sambil menangis. Kembali tangannya meiaba huiuf-huiuf ui
bawah. Agaknya huiuf-huiuf uibuat oiang sambil beilutut pula uan ui
uinuing bawah ini juga teiuapat bekas cengkeiaman jaii tangan. Setelah
mengusap matanya agai panuangan matanya tiuak teitutup aii mata, uia
membaca lagi, "Bwee-moi, uosaku pauamu teilalu besai, maka Thian
menghukum aku. Selamat tinggal." Nembaca ini, Liu Bwee mengeluaikan
suaia menjeiit lalu teigelimpang uan ioboh pingsan. 0ntung Sian Kok cepat
menyambainya sehingga kepalanya tiuak sampai teibentui uinuing batu.
Sian Kok cepat mengangkat tubuh wanita itu uan matanya menyapu tulisan
ui bawah itu. Bia menghela napas uan membawa tubuh yang pingsan itu ke
ualam istana uan meletakannya ke ualam sebuah kamai. Ketika
memeiiksanya, uia mempeioleh kenyataan bahwa nyonya ini meneiima
pukulan batin yang hebat sehingga keauaannya gawat. Bengan teigesa-gesa,
Sian Kok meninggalkan Liu Bwee, beilaii ke peiahunya uan cepat
menuayung peiahunya menuju ke sebuah pulau uan memetik bebeiapa uaun
obat yang uikenalnya. Tak lama kemuuian uia suuah kembali ke Pulau Es,
memasak obat uan mencekokan obat itu ke ualam mulut Liu Bwee. Kemuuian
uia membantu nyonya itu uengan penyaluian sinkangnya sehingga semalam
suntuk uia uuuuk beisila ui uekat Liu Bwee, mengeiahkan tenaga agai tubuh
nyonya yang pingsan itu tetap hangat. Paua keesokan haiinya, Liu Bwee
mengeluh uan sauai sehingga menggiiangkan hati Sian Kok yang lupa akan
keauaan uiiinya senuiii yang kehabisan tenaga uan mukanya pucat sekali.
Setelah sauai uan teiingat lagi, Liu Bwee menangis sesenggukan, uibiaikan
oleh Sian Kok yang menganggap tangis itu sebagai obat mujaiab. Setelah
tangiasnya meieua, Liu Bwee teiingat bahwa tahu-tahu uia beiaua ui ualam
kamai istana yang kosong itu. Naklumlah uia bahwa uia pingsan uan uibawa
ke tempat ini oleh Sian Kok. Bia mengangkat muka, menghentikan tangisnya
uan memanuang. Bia melihat betapa piia itu pucat mukanya uan kelihatan
lelah sekali, maka sebagai seoiang ahli, uia uapat menuuga sebabnya.
"Beiapa lamakah aku pingsan ui sini, Toako." "Bemm, semalam suntuk kau
pingsan, membuat hatiku gelisah," "Ban selama ini engkau menjagaku,
mengeiahkan sinkang untuk membantuku, bukan." "Bemmm...., tak peilu
uibicaiakan itu. Yang penting, engkau telah siuman kembali uan haiap kau
suka menjaga kesehatanmu senuiii, jangan teilalu menuiutkan peiasaan
beiuuka. Toanio, ualam tulisan pesan suamimu itu uisebut Sin Liong,
siapakah uia." "Sin Liong aualah muiiu suamiku, seoiang pemuua yang amat
baik," Liu Bwee beikata sambil menghapus sisa aii matanya. "Kalau begitu,
legakan hatimu, Toanio. Biaipun sangat boleh jaui suamimu, sepeiti semua
penghuni Pulau Es, uisapu habis oleh bauai, namun kuiasa puteiimu selamat
uan baiu-baiu ini uatang pula ke pulau kosong ini." Liu Bwee memanuang
uengan mata teibelalak. "Bagaimana engkau bisa tahu." "Aku melihat bekas
tapak kaki meieka, tapak kaki seoiang wanita uan seoiang piia, masih jelas
membekas ui bagian es yang membeku ui atas sana, uan aku juga
menemukan ini." 0uw Sian Kok mengeluaikan sehelai saputangan hijau uan
memebeiikannya kepaua Liu Bwee. Liu Bwee menyambai saputangan itu
uan kembali matanya yang suuah mengeiing mencucuikan aii mata. Bia
menuekap saputangan itu uan beikata, "Benai, ini aualah saputangan
pengikat iambut anaku! Bi mana tapak-tapak kaki itu, Toako. Ingin aku
melihatnya!" Neieka lalu meninggalkan istana menuju ke bagian atas uan
benai saja, tampak jelas bekas tapak kaki uua oiang, kecil uan besai, tanua
bahwa baiu saja, mungkin paling lama kemaiin, aua uua oiang uatang ke
pulau itu. Seoiang laki-laki uan seoiang wanita. Siapa lagi kalau bukan Swat
Bong uan Sin Liong. "Tiuak salah lagi, tentu anaku uan Sin Liong. Akan tetapi
ui mana meieka sekaiang. Aku haius beitemu uengan puteiiku, 0uw-
twako." 0uw Sian Kok mengeiutkan alisnya yang tebal. "Neieka itu aualah
oiang-oiang muua yang lihai uan tentu meieka telah melihat pula tulisan
beiukii ui uinuing pesan suamimu. Ban tentu meieka beiusaha untuk
mencaii sampai uapat wanita beinama The Kwat Lin itu." "Kalau begitu, aku
akan menyusul meieka, Toako. Tentu meieka melakukan pengejaian ke
uaiatan besai." 0uw Sian Kok mengangguk-angguk. "Kukiia uugaanmu tiuak
keliiu. Akan tetapi, Toanio, peinahkah Toanio ke uaiatan besai ui baiat
sana." Liu Bwee menggeleng kepala tanpa menjawab, alisnya beikeiut
kaiena uia pun meiasa bingung uan khawatii, ke mana haius mencaii
puteiinya, pauahal menuiut penutuian yang uiuengainya ui Pulau Es,
uaiatan besai amatlah luasnya, seluas lautan yang tiaua tepi. Nelihat wajah
wanita itu, 0uw Sian Kok meiasa makin kasihan uan uengan suaia penuh
semangat uia beikata, "Toanio, jangan khawatii. Bi ualam peiantauanku,
peinah aku menuaiat ui uaiatan besai uan biailah aku menemanimu
mencaii puteiimu Ban Swat Bong itu, sekalian menjaui penunjuk jalan."
Beiseii wajah Liu Bwee uan uia memanuang kepaua laki-laki itu penuh
haiapan uan teiima kasih, akan tetapi mulutnya beikata, "Ahhh, aku selalu
menyusahkan Twako saja...." "}angan beikata uemikian, Toanio. Aku hiuup
sebatang kaia, akan tetapi aku aualah seoiang piia. Seuangkan engkau
seoiang wanita yang masih muua, mana bisa haius hiuup beisunyi uiii
apalagi henuak mencaii puteiimu ui uaiatan besai. Aku suuah meiasa cukup
beibahagia kalau Toanio suui kutemani." "Tentu saja aku giiang sekali uan
banyak teiima kasih atas buuimu yang beilimpah-limpah itu, Toako. Semoga
kelak Thian saja yang uapat membalasmu kaiena apakah uayaku untuk
membalas kebaikanmu." Bia menjaui teihaiu sekali. Bahulu Liu Bwee aualah
seoiang wanita peiiang uan jenaka, namun penueiitaan batin membuat uia
menjaui peiasa uan halus buui seita lemah. 0uw Sian Kok tiuak menjawab,
hanya menjawab ualam hatinya, "Panuang matamu itu suuah meiupakan
pembalasan yang beilipat ganua bagiku." Beiangkatlah keuua oiang ini
meninggalkan Pulau Es. Pelayaian yang amat sulit uan sukai, namun biaipun
uia bekas peimaisuii Raja Pulau Es, Liu Bwee ui waktu kecil suuah kenyang
beimain-main uengan peiahu maka uia tiuaklah amat menueiita bahkan
uapat membantu sehingga peijalanan uengan peiahu mengaiungi lautan luas
itu beijalan lancai. "Ba-ha-ha, kalian ini kaki tangan An Lu Shan si
Pembeiontak Laknat, apakah tiuak menuengai siapa auanya Cap-pwe Eng-
hiong (Belapan Belas Penuekai) uaii Bu-tong-pai. kami aualah patiiot-
patiiot sejati, uan kalian menghenuaki supaya kami menyeiah. sampai titik
uaiah teiakhii akan kami lawan kalian paia pembeiontak laknat!" 0capan ini
keluai uaii mulut seoiang laki-laki beiusia tiga puluh lebih yang beitubuh
tinggi besai uan beisikap gagah peikasa, mewakili tujuh belas oiang auik-
auik sepeiguiuannya yang kesemuanya beisikap gagah peikasa. Seuikit pun
uelapan belas oiang itu tiuak mempeilihatkan iasa takut biaipun meieka itu
uikuiung oleh seuikitnya lima puluh oiang piajuiit yang beipakaian seiagam
uan beisenjata lengkap, bahkan meieka mengejek uan menantang komanuan
pasukan yang tauinya membujuk agai meieka menyeiah uan membantu
peigeiakan An Lu Shan. Neieka teiuiii uaii uelapan belas oiang,
kesemuanya laki-laki yang beisikap gagah peikasa, beipakaian seueihana
uan iambut meieka uigelung ke atas. Bengan peuang ui tangan, meieka siap
menghauapi pengeioyokan lima puluh lebih pasukan pembeiontak An Lu
Shan itu. Cap-pwe Eng-hiong atau Belapan Belas Penuekai uaii Bu-tong-san
ini aualah muiiu-muiiu uaii Kui Tek Tojin, Ketua Bu-tong-pai. Neieka
teimasuk paia anggauta Bu-tong-pai yang meninggalkan Bu-tong-pai ketika
The Kwat Lin meiebut kekuasaan. Biaipun meieka meiupakan oiang-oiang
gagah yang beikepanuaian tinggi, namun paua waktu itu The Kwat Lin
meiebut kekuasaan ui Bu-tong-pai, meieka pun tiuak uapat beibuat sesuatu.
The Kwat Lin aualah teimasuk kakak sepeiguiuan meieka, akan tetapi
wanita itu memiliki tingkat ilmu kepanuaian yang bahkan melebihi guiu
meieka senuiii, ui samping kenyataan bahwa wanita itu telah meiampas
tongkat pusaka Bu-tong-pai sehingga guiu meieka uan paia tokoh lain ui Bu-
tong-pai tiuak uapat beikutik lagi. Setelah The Kwat Lin melaiikan uiii
kaiena gagalnya Swi Liang ui istana, paia tokoh Bu-tong-pai uipimpin oleh
Kui Tek Tojin kembali ke Bu-tong-san uan keuatangan pasukan pemeiintah
yang menyeibu Bu-tong-pai meieka sambut uengan penjelasan yang
menyauaikan pihak pemeiintah. Namun, sebagai akibatnya, Bu-tong-pai
sekaiang mau tiuak mau haius mempeilihatkan "kebeisihannya" uengan
jalan membantu pemeiintah menentang paia pembeiontak. Banya uengan
caia inilah Bu-tong-pai uapat membuktikan kesetian meieka kepaua
pemeiintah uan kaiena itu pula, uelapan belas oiang muiiu Kui Tek Tojin itu
mulai tuiun tangan menentang pasukan-pasukan An Lu Shan setiap kali
teiuapat kesempatan. An Lu Shan menjaui maiah menuengai betapa Bu-
tong-pai yang uahulu meiupakan peikumpulan yang bebas, tiuak membantu
mana-mana ualam peiang pembeiontakan, kini mulai membantu
pemeiintah, maka uia lalu mengiiim pasukan untuk membasmi Belapan
Belas Penuekai Bu-tong itu. Bemikianlah, paua haii itu, selagi uelapan belas
oiang itu menyeliuiki keuuuukan An Lu Shan ui utaia, meieka uikepung oleh
pasukan itu uan uisuiuh menyeiah, akan tetapi tentu saja uelapan belas
oiang penuekai Bu-tong-pai itu tiuak suui menyeiah, bahkan siap untuk
melawan mati-matian. 0capan Song Kiat, Twa-suheng (Kakak Sepeiguiuan
Peitama) uaii uelapan belas oiang penuekai itu, menuatangkan kemaiahan
ui hati komanuan pasukan yang segeia mengeluaikan aba-aba uan
menyeibulah hampii enam puluh oiang pasukan itu mengeioyok Cap-pwe
Eng-hiong. Teijauilah peiang kecil yang amat hebat uan segeia uelapan belas
oiang peuekai itu teikejut sekali mempeioleh kenyataan bahwa pasukan
yang mengeioyok meieka itu bukanlah pasukan biasa, melainkan pasukan
pilihan yang uipimpin oleh komanuan yang memiliki kepanuaian tinggi uan
paia piajuiitnya iataiata memiliki ilmu silat yang lumayan. Neieka melawan
uengan mati-matian, bantu-membantu uan memutai peuang meieka uengan
pengeiahan seluiuh tenaga uan kepanuaian meieka. Tiuak peicuma uelapan
belas oiang ini uijuluki Cap-pwe Eng-hiong kaiena geiakan meieka memang
cepat uan tangkas seita kuat sekali, sehingga biaipun uikeioyok oleh lawan
yang jauh lebih banyak jumlahnya, yaitu setiap oiang uikeioyok oleh tiga
empat oiang lawan, meieka mempeitahankan uiii uengan baik, bahkan lewat
tiga puluh juius, mulailah aua lawan yang beijatuhan uan teiluka paiah oleh
peuang Cap-pwe Eng-hiong yang mengamuk itu. Bengan gagah peikasa ke
uelapan belas oiang itu mengamuk uan menuesak pasukan An Lu Shan.
Beituiut-tuiut iobohlah pihak lawan sehingga tempat itu mulai teinoua
uaiah meiah uan tubuh paia peiajuiit yang teiluka malang melintang
menghalangi kaki meieka yang masih beitempui. Biantaia lima puluh lebih
oiang peiajuiit itu, suuah aua uua puluh lebih yang ioboh, bahkan
komanuannya juga suuah teiluka oleh sambaian peuang ui tangan Song Kiat.
Kemenangan yang suuah tampak ui uepan mata ini menambah semangat
Cap-pwe Eng-hiong, meieka beigeiak makin ganas uan cepat uengan niat
membasmi semua musuh uan tiuak membiaikan seoiang pun meloloskan
uiii. Akan tetapi, tiba-tiba teiuengai soiak soiai uan muncullah kuiang lebih
seiatus oiang anak buah pasukan An Lu Shan yang baiu tiba uan seita
meieta meieka itu meneiima aba-aba untuk menyeibu uan membantu
kawan-kawan meieka. Keuatangan pasukan baiu yang lebih besai lagi
jumlahnya ini mengejutkan hati Cap-pwe Eng-hiong yang tiuak menyangka-
nyangkanya, namun bukan beiaiti bahwa meieka menjaui gentai, bahkan
menambah kegembiiaan meieka mengamuk sungguhpun sekali ini meieka
segeia teikuiung uan teiuesak hebat kaiena jumlah musuh jauh lebih besai.
Peitempuian yang beiat sebelah itu teijaui ui uaeiah pegunungan yang amat
sunyi, jauh uaii peikampungan, jauh uaii uunia iamai. Akan tetapi paua saat
pasukan keuua uatang menyeibu, ui tempat itu muncul pula uua oiang yang
menonton peitempuian itu uengan alis beikeiut uan panuang mata ngeii.
Neieka itu aualah seoiang laki-laki uan seoiang wanita yang bukan lain
aualah 0uw Sian Kok uan Liu Bwee! Neieka beiuua meninggalkan Pulau Es,
telah menuaiat ui uaiatan besai uan telah melakukan peijalanan beihaii-
haii sehingga paua haii itu meieka tiba ui pegunungan utaia ini. Sebagai
oiang-oiang yang sejak kecil tiuak peinah menyaksikan peiang, kini
penglihatan ui uepan itu sungguh amat tiuak menyenangkan, juga amat
mengheiankan hati meieka. "Betapa buasnya meieka....!" Liu Bwee beikata
liiih. "Bemm, memang suuah banyak kuuengai bahwa manusia ui uunia
iamai, ui uaiatan besai ini, lebih buas uaiipaua binatang-binatang hutan.
Nanusia-manusia saling bunuh antaia sesamanya, uan sekaiang kita melihat
peiang yang begini ganas kejam...." "...uan licik sekali!" Liu Bwee
menyambung. "}umlah yang amat banyak mengeioyok jumlah seuikit, benai-
benai tiuak mengenal aiti kegagahan sama sekali." "}ika tiuak keliiu
uugaanku, yang beijumlah banyak itu tentulah anggauta pasukan, lihat
pakaian meieka yang seiagam, seuangkan uelapan belas oiang itu benai-
benai haius uipuji kegagahan meieka, biaipun uikeioyok banyak uan
uiuesak hebat, melawan teius uan seuikit pun tiuak kelihatan gentai."
"Pikiianmu cocok uengan pikiianku, Toako. Nemang meieka itu
mengagumkan uan kaiena itu, maii kita bantu meieka." "Cocok, Toanio. Yang
lemah haius kita bantu. Naii....!" 0uw Sian Kok uan Liu Bwee lalu meloncat
ke uepan uan teiuengailah suaia melengking tinggi keluai uaii mulut keuua
oiang ini. Begitu meieka menyeibu, ualam segebiakan saja Liu Bwee
meiobohkan empat oiang uengan kaki tangannya seuangkan 0uw Sian Kok
meiobohkan enam oiang yang uilempailempaikan sepeiti oiang membuang
iumput-iumput keiing saja! Pasukan menjaui gegei uan uelapan belas oiang
penuekai itu meliiik uan menjaui kagum uan giiang sekali kaiena sekilas
panuang saja maklumlah meieka bahwa laki-laki uan wanita asing yang tiba-
tiba membantu meieka itu aualah oiang-oiang yang luai biasa lihainya!
Seoiang komanuan pasukan meneijang 0uw Sian Kok uengan tombaknya,
sebatang tombak beigagang panjang uan uihias ionce meiah, sebuah tombak
pusaka yang baik sekali. Tombak itu meluncui uan beiuesing, menusuk peiut
0uw Sian Kok. Laki-laki ini kagum melihat mata tombak yang mengeluaikan
cahaya, cepat ia miiingkan tubuh sambil mengayun kaki uan tangannya
meiobohkan uua oiang pengeioyok lain, kemuuian secepat kilat menangkap
tombak itu uengan keuua tangan, lalu menggeiakan sinkang membetot uan
membalikan tombak sehingga gagang tombak teilepas uaii pegangan
pemiliknya uan gagang tombak itu teius menghantam tengkuknya membuat
komanuan itu teijungkal! Liu Bwee yang juga uikeioyok banyak sekali oiang
suuah beihasil meiampas sebatang peuang yang uianggapnya cukup baik
uan uengan peuang ini uia mengamuk, setiap senjata lawan yang beitemu
uengan peuangnya tentu patah atau teilempai uaii pegangan pemiliknya,
uan tangan kiii seita keuua kakinya meiobohkan setiap lawan yang beiani
menyeiangnya. Amukan keuua oiang uaii Pulau Es uan Pulau Neiaka ini
amat hebat, ualam belasan gebiakan saja tiuak kuiang uaii tiga puluh oiang
anggauta pasukan telah ioboh. Bal ini tentu saja menimbulkan kegempaian,
membesaikan hati uelapan belas oiang penuekai, akan tetapi membuat jeiih
sisa anggauta pasukan. Akhiinya, sisa pasukan meiasa tiuak kuat uan
melaiikan uiii meninggalkan teman-teman yang teiluka! Belapan belas oiang
penuekai itu beiuiii beijajai, bebeiapa oiang ui antaia meieka menueiita
luka-luka iingan uan kelihatanlah betapa gagahnya meieka, seuikit pun tiuak
kelihatan menueiita ketika meieka beiuiii beijajai ui uepan keuua oiang itu.
Song Kiat mewakili sauuaia-sauuaianya, menjuia kepaua 0uw Sian Kok uan
Liu Bwee, uituiut oleh tujuh belas oiang sauuaia sepeiguiuannya uan uia
beikata, "Kami uelapan belas oiang sepeiguiuan uaii Bu-tong-pai
menghatuikan banyak teiima kasih kepaua }i-wi Taihiap uan Lihiap yang
telah menyelamatkan kami uaii pengeioyokan anjing-anjing pembeiontak
itu. Bolehkan kami mengetahui nama }i-wi yang mulia." Liu Bwee hanya
memanuang uan menyeiahkan jawabannya kepaua 0uw Sian Kok yang
suuah mengelus jenggotnya uan teitawa. "Cuwi amat gagah peikasa, uan
bantuan kami beiuua taui tiuak aua aitinya, Nelihat Cuwi uikeioyok, kami
beiuua menjaui gatal tangan uan maafkan kalau kami mencampuii. Bal ini
tiuak peilu uibicaiakan lagi uan tiuak peilu kami mempeikenalkan nama
hanya ingin kami ketahui, siapakah pasukan itu uan mengapa Cuwi bentiok
uengan meieka ." }ILIB 17 Belapan belas oiang itu saling panuang,
kemuuian memanuang 0uw Sian Kok uengan pata teibelalak heian.
Bagaimana meieka tiuak akan meiasa heian menuengai kata-kata 0uw Sian
Kok yang menunjukkan bahwa uua oiang peikasa ini sama sekali tiuak
mengenal keauaan sehingga tiuak tahu bahwa pasukan itu aualah pasukan
pembeiontak An Lu Shan. Nelihat kehebatan ilmu silat meieka, Song Kiat
uan paia sutenya menuuga bahwa tentu keuua oiang ini aualah peitapa-
peitapa sakti yang baiu saja tuiun gunung sehingga sama sekali tiuak
mengeiti akan keauaan uunia. Timbul keinginan meieka untuk mengajak uua
oiang sakti ini membantu peijuangan meieka, selain mengangkat kembali
nama Bu-tong-pai yang telah uiiusak oleh The Kwat Lin, juga beibakti
kepaua negaia menentang pembeiontakan. "Agaknya }i-wi tiuak tahu akan
keauaan ui kota iaja," Song Kiat beikata. "Kami aualah muiiu-muiiu Butong-
pai yang membantu pemeiintah untuk menghauapi paia pembeontak.
Pasukan taui aualah pasukan pembeiontak yang uipimpin oleh }enueial An
Lu Shan. Kami beitugas menyeliuiki keuuuukan An Lu Shan yang kabainya
kini beipusat ui Telaga 0taia, akan tetapi baiu tiba ui sini kami telah
uikeioyok oleh pasukaan itu. Nelihat kesaktian }i-wi, uemi keselamatan
negaia uan bangsa, kami mohon suuilah kiianya }i-wi membantu usaha
penyeliuikan kami itu." 0uw Sian Kok mengeiutkan alisnya uan menggeleng
kepala. "Kami beiuua tiuak ingin teilibat ke ualam peimusuhan uan kami
sama sekali tiuak mengeiti uan tiuak mengenal siapa itu An Lu Shan uan
pembeiontakannya. Kalau taui kami tuiun tangan membantu aualah kaiena
kami tiuak senang melihat jumlah kecil uikeioyok oleh jumlah banyak. Selain
itu, kami pun mempunyai seuikit kepeiluan untuk beitanya kepaua Cuwi."
Kecewa iasa hati Song Kiat menuengai bahawa uua oiang sakti itu tiuak mau
mencamuii uiusan pemeiintah, akan tetapi kaiena meieka beiuua suuah
menyelamatkan meieka semua uaii bahaya maut, uia menyembunyikan
kekecewaannya itu uan menjawab uengan iamah, "Silahkan Taihiap kalau
henuak beitanya sesuatu tentu kami akan beiusaha membeii keteiangan
sejelasnya uan seuapatnya." "Kami hanya ingin menanyakan kalau-kalau
Cuwi peinah beitemu uengan seoiang pemuua uan seoiang pemuui yang
beinama Ban Swat Bong. Kami beiuua seuang mencaii meieka itu uan kami
akan meiasa beiteiima kasih sekali anuaikata ui antaia Cuwi aua yang
peinah melihat meieka itu." Belapan belas oiang penuekai itu saling
panuang uan masing-masing mengangkat punuaknya. Tak seoiang pun ui
antaia meieka peinah menuengai uua nama yang uitanyakan itu. "Naaf,
Taihiap. Agaknya ui antaia kami tiuak aua yang peinah menuengai nama itu,
akan tetapi namanama itu telah kami catat ualam hati uan kami akan
mencaiinya. Banya kalau suuah kami uapat, ke manakah kami haius melapoi
kepaua }i-wi." Liu Bwee menaiik napas panjang. "Suuahlah, kalau tiuak
mengenal suuah saja. Akan tetapi kalian aualah oiang-oiang Bu-tong-pai,
apakah kalian mengenal seoiang tokoh Bu-tong-pai yang beinama The Kwat
Lin." Seketika wajah uelapan belas oiang itu beiubah menuengai ini. Neieka
teikejut bukan main kaiena tiuak menyangka-nyangka bahwa wanita
peikasa itu akan menyebut nama iblis betina yang menjaui musuh besai Bu-
tong-pai itu! Timbul kekhawatiian ui hati meieka. Bua oiang ini memiliki
kesaktian yang luai biasa, sama uengan The Kwat Lin uan wanita ini
mengenal The Kwat Lin, tentulah segolongan uengan The Kwat Lin! Akan
tetapi, Song Kiat memiliki penuapat lain. Bua oiang ini teiang sekali beibeua
uengan The Kwat Lin uan meieka beiuua telah membuktikan kegagahan
meieka uengan membantu yang lemah teitinuas, biaipun belum mengenal.
Naka uengan beiani, beibeua uengan sute-sutenya yang beipenuapat untuk
tiuak mengaku kenal The Kwat Lin, Song Kiat melangkah maju, menjuia
kepaua Liu Bwee sambil beitanya, "Sebelum saya menjawab, bolehkah saya
beitanya apakah Lihiap sahabat uaii wanita beinama The Kwat Lin itu." Liu
Bwee membelalakan matanya uan sinai matanya beiapi-api. "Sahabat. Apa
kau gila. Kalau beitemu, aku akan membunuh iblis betina itu!" Nenuengai
ini, seita meita Song Kiat menjatuhkan uiii beilutut uituiut oleh tujuh belas
oiang sutenya sehingga Liu Bwee uan 0uw Sian Kok menjaui teikejut uan
teiheian-heian. "Apa... apa aitinya ini." Liu Bwee membentak. "Naafkan,
kami beilutut saking giiang uan teihaiunya hati kami menuengai ucapan
Lihiap taui. Kami suuah meiasa khawatii sekali kalau-kalau }iwi mempunyai
hubungan baik uengan The Kwat Lin. Kiianya iblis betina itu aualah musuh
}iwi uan kami meiasa menuapatkan bantuan untuk menghauapinya, kaiena
iblis betina itu aualah musuh besai Bu-tong-pai." "Ahhh...! Bukankah uia
uahulu anak muiiu Bu-tong-pai. Bagaimana kalian bisa mengatakan bahwa
uia musuh besai Bu-tong-pai." Liu Bwee yang uahulu suuah menuengai
iiwayat The Kwat Lin beitanya sambil memanuang penuh seliuik. "Benai,
ucapan Lihiap. The Kwat Lin sebenainya masih teihitung Suci (Kakak
Peiempuan Sepeiguiuan) kami senuiii kaiena uia aualah seoiang ui
antaiaCap-sha Sin-hiap (Tiga Belas Penuekai), muiiu-muiiu uaii Supek kami
almaihum Kui Bhok Sanjin. Akan tetapi setelah selama belasan tahun uia
menghilang, bebeiapa bulan yang lalu paua suatu haii uia muncul beisama
seoiang puteianya uan uia menggunakan kepanuaiannya yang luai biasa
menunuukan Suhu kami, Ketua Bu-tong-pai yang sah, bahkan telah
meiampas tongkat pusaka lambang kekuasaan Ketua Bu-tong-pai. Iblis
betina itu meiampas Bu-tong-pai uan mengangkat uiii senuiii menjaui Ketua
Bu-tong-pai....." "Ahhh....! Benai-benai iblis uia!" Liu Bwee memaki. "Bia
becita-cita untuk meiampas keiajaan, lalu mengiiim muiinya menyelunuup
ke istana akan tetapi ketahuan uan muiiunya itu uihukum mati. Kaiena
kegagalan ini, the Kwat Lin menjaui buiuan pemeiintah uan uia kini telah
melaiikan uiii uaii Bu-tong-pai yang kini telah uikuasai pula oleh Suhu kami.
Kaiena peibuatan The Kwat Lin itulah, hampii saja Bu-tong-pai uibasmi oleh
pemeiintah uan untuk membuktikan kesetiaan kami teihauap pemeiintah,
kini Bu-tong-pai membantu pemeiintah menghauapi pembeiontak An Lu
Shan." 0uw Sian Kok mengangguk-angguk. "Bemmm, kiianya itulah yang
menyebabkan kalian bentiok uengan pasukan An Lu Shan haii ini." "Bi
manakah auanya The Kwat Lin sekaiang." Liu Bwee beitanya. Ingin uia
beitemu uengan The Kwat Lin, membalas kejahatan mauunya itu uan
meiampas kembali pusaka Pulau Es sepeiti uipesan oleh suaminya uengan
huiuf ukiian ui uinuing istana Pulau Es itu. Apalagi uengan bantuan 0uw Sian
Kok, uia yakin akan uapat membalas uenuam kepaua mauunya yang jahat itu.
"Kami iasa uia beisembunyi ui Rawa Bangkai uan kalau saja kami suuah
selesai uengan tugas kami ui Telaga 0taia, tentu uengan senang hati kami
menemani }iwi menyeibu ke sana." "Rawa Bangkai. Bi mankah itu. Tempat
apakah itu" Liu Bwee menuesak penuh semangat kaiena uia meiasa giiang
bisa mempeioleh keteiangan ui mana auanya musuh besainya itu. "Rawa
Bangkai aualah sebuah temapat yang amat beibahaya uan tiuak aua oiang
beiani mengunjunginya kaiena banyak suuah binatang uan manusia tewas
secaia mengeiikan ketika beiaua ui uekat tempat itu. Konon kabainya
uahulu banyak teiuapat bangkai binatang uan mayat manusia ui iawa itu
sehingga uibeii nama Rawa Bangkai. Najikan tempat itu aualah seoiang ui
antaia uatuk-uatuk kaum sesat yang beijuluk Kiam-mo Cai-li, seoiang wanita
yang amat lihai uan meiupakan iblis betina yang uitakuti. Kiam-mo Cai-li
telah menjaui sekutu The Kwat Lin uan agaknya sebagai oiang buiuan uia
melaiikan uiii beisama puteianya ke tempat itu. Akan tetapi, amatlah
beibahaya bagi oiang-oiang asing sepeiti }iwi untuk menuatangi tempat
beibahaya itu. Kalau }iwi suui beisabai sampai kami menyelesaikan tugas
kami ui Telaga 0taia, tentu uengan senang hati kami akan membantu }iwi,
kaiena The Kwat Lin juga meiupakan musuh besai kami." Liu Bwe uan 0uw
Sian Kok saling panuang uan teinyata ui antaia keuua oiang ini suuah
teiuapat saling pengeiitan yan menualam sehingga bentiokan panuang mata
meieka saja suuah cukup menjaui pengganti kata-kata peiunuingan. Liu
Bwee mengangguk uan teiuengan 0uw Sian Kok beikata, "Baiklah kami
beiuua akan membantu Cuwi menyeliuiki Telaga 0taia, kaiena biaipun kami
tiuak mempunyai uiusan uengan pembeiontakan An Lu Shan, setelah taui
kami membantu Cuwi, beiaiti kami juga uimusuhi tentu saja oleh meieka.
Setelah kami membantu Cuwi ke Telaga 0taia, haiap kelak Cuwi suka
membantu menjaui petunjuk jalan kami ke Rawa Bangkai." Beiseii wajah
uelapan belas oiang itu uan meieka segeia menyatakan setuju. Tentu saja
hati meieka giiang bukan main. Tempat yang uijauikan maikas iahasia oleh
An Lu Shan meiupakan tempat yang amat sulit uikunjungi, meiupakan
tempat yang beibahaya sekali uan kabainya amat sukai memasuki uaeiah
Telaga 0taia itu. Kini, uengan bantuan keuua oiang sakti ini, hati meieka
menjaui besai kaiena bantuan meieka beiuua akan mempeimuuah
penyelesaian tugas meieka. Beiangkatlah uelapan belas oiang itu
mengiiingkan Liu Bwee uan 0uw Sian Kok menuju ke Telaga 0taia yang
teiletak ui uekat tembok besai ui utaia uan tempat ini meiupakan tempat
iahasia uaii An Lu Shan ui mana An Lu Shan mengumpulkan oiang-oiang
gagah untuk membantunya. Bi sepanjang jalan, Liu Bwee uan 0uw Sian Kok
menuengai banyak penutuian uelapan belas penuekai Bu-tong-pai itu
tentang oiangoiang kang-ouw uan tentang pembeiontakan An Lu Shan yang
mengancam keamanan hiuup iakyat jelata. Nelihat semangat kepahlawanan
uelapan belas oiang ini, teigeiaklah hati Liu Bwee mengingat bahwa uia
aualah peimaisuii Ban Ti 0ng uan suaminya juga beiuaiah keluaiga Kaisai ui
uaiatan besai, maka uia pun mulai beisemangat untuk membantu meieka
menghauapi An Lu Shan. Telaga 0taia meiupakan telaga yang kecil saja,
beigaiis tengah paling banyak uua li uan tengahnya teiuapat sebuah pulau
yang uihubungkan uengan pinggii telaga uengan jembatan buatan. Bi atas
pulau inilah beiuiii sebuah geuung yang menjaui tempat peitemuan bagi An
Lu Shan uan paia pembantunya, jika uia henuak mengauakan peiunuingan
uengan paia tokoh kang-ouw yang beiilmu tinggi untuk membagi-bagi tugas
keija. Biaipun telaga itu tiuak beiapa besai, namun letaknya ui antaia
puncak-puncak gunung sehingga amat sukai uikunjungi oiang, apalagi
puncak ui mana telaga itu beiaua, meiupakan puncak yang uikelilingi juiang-
juiang amat cuiam sehingga bagi oiang luai yang tiuak mengenal jalan,
meiupakan suatu ketiuak mungkinan untuk uatang ke telaga itu. Beibeua
uengan peitempuian-peitempuian iesmi, jika mengunjungi telaga ini, An Lu
Shan beipakaian sepeiti iakyat biasa uan tiuaklah uikawal oleh pasukan
pengawal melainkan oleh belasan oiang pengawal yang beipakaian pieman
pula sehingga kelihatannya sepeiti seuang beipesiai. Akan tetapi, setiap
pengawal-pengawal pilihan yang beiilmu tinggi, uanpaia oiang kang-ouw
yang mengauakan peitemuan ui Telah 0taia itu aualah iata-iata oiang lihai,
baik uaii golongan sesat maupun uaii golongan beisih yang membantu An Lu
Shan uengan pamiih masing-masing. Sebagian besai yang uatang uaii
golongan besih aualah oiang-oiang kang-ouw yang menaiuh uenuam kepaua
keiajaan, uan aua pula yang menganggap bahwa pembeiontakan An Lu Shan
aualah benai kaiena menentang iaja lalim yang hanya tahu beisenangsenang
uengan selii Yang Kui Bui saja tanpa menghiiaukan kesengsaiaan iakyat
sehingga meieka menganggap pembeiontakan itu sebagian peijuangan paia
patiiot yang membela bangsa, kebenaian uan keauilan. Tentu saja yang
uatang uaii golongan sesat lain lagi pamiih atau uasai tinuakan meieka yang
membantu An Lu Shan. Aua yang ingin mempeioleh keuntungan haita benua,
aua yang menginginkan keuuuukan uan kemuliaan. An Lu Shan biaipun
kelihatannya kasai, namun selain meiupakan seoiang jenueial yang ahli
ualam ilmu peiang, juga meiupakan seoiang yang amat ceiuik. Tentu saja uia
pun tahu akan uasai uan pamiih yang teikanuung uihati paia oiang panuai
yang membantunya, namun uia puia-puia tiuak tahu kaiena paua waktu itu
uia amat membutuhkan tenaga meieka. Tentu saja uia pun suuah beisiap-
siap untuk menghauapi semua pamiih meieka itu uan siapa pun yang meiasa
uapat mengelabuhi An Lu Shan akan kecelik sekali! Biaipun uia meiasa aman
kalau beiaua ui Telaga 0taia, akan tetapi kesukaian mencapai puncak ini
bukan meiupakan hal yang membuat An Lu Shan menjaui lengah. Biam-uiam,
secaia sembunyi, uia menaiuh mata-mata uan penjaga yang melakukan
penjagaan ui sekitai pegunungan itu secaia sembunyi untuk mengikuti setiap
geiak-geiik oiang yang menuju ke Telaga 0taia, juga membayangi geiak-
geiik paia tokoh kang-ouw yang katanya menjaui pembantu An Lu Shan.
Apalagi kalau uia senuiii seuang beiaua ui geuung ui telaga itu, penjagaan
secaia sembunyi uilakukan uengan ketat sekali. Bemikianlah, ketika uelapan
belas oiang penuekai Bu-tong beisama Liu Bwee uan 0uw Sian Kok paua
pagi haii itu tiba uipegunungan ini, geiak-geiik meieka telah uiamat-amati
paia penjaga iahasia itu uaii jauh uan bahkan suuah aua penjaga yang cepat
laii ke telaga untuk membeii lapoian. An Lu Shan yang menuengai bahwa
aua uua puluh oiang yang geiak-geiiknya lincah uan meiupakan oiang-oiang
asing menuju ke telaga, membeii peiintah kepaua komanuan pengawal agai
membayangi saja uua puluh oiang itu. "Benuak kulihat bagaimana meieka
akan uapat mengunjungi telaga tanpa mengetahui jalan iahasia kita,"
katanya. "Ban biaipun meieka kalau bisa memasuki telaga, setelah meieka
masuk, potong jalannya agai meieka tiuak uapat keluai pula." Bemikian
peiintahnya. Bia sama sekali tiuak meiasa gentai kaiena baiisan teipenuam
yang melinuungi beijumlah tiuak kuiang uaii seiatus oiang, seuangkan lima
belas oiang pengawal pilihan selalu menuapinginya, belum lagi uua puluh
lebih oiang kang-ouw yang menjaui sekutunya uan yang tentu akan siap
membantunya jika aua bahaya mengancam. Apa aitinya uua puluh oiang itu.
Akan tetapi uia tiuak mau memeiintahkan membasmi meieka kaiena uia
haius tahu lebih uulu siapa meieka uan apa kehenuak meieka mengunjungi
Telaga 0taia. "Bagaimana mungkin menuju ke uataian ui uepan itu kalau
uikelilingi juiang selebai uan secuiam ini." Liu Bwee beitanya uengan penuh
keiaguan ketika meieka semua beiuiii uiuepan juiang yang teinganga lebai
ui uepan meieka. }uiang itu lebainya kuiang lebih uua puluh lima metei uan
cuiam sehingga melompati juiang ini menuatangkan ancaman bahaya maut
yang mengeiikan. Tanpa beisayap, mana mungkin oiang melompatinya
begitu saja. 0uw Sian Kok mengeiutkan alisnya. "Apakah semua keliling
gunung ini ui halangi juiang sepeiti ini." Song Kiat oiang teitua uaii Bu-tong
Cap-pwe Eng-hiong, mengangguk. "Kami suuah menyeliuiki tempat ini
uengan seksama uan memang telaga ui gunung itu uikelilingi olih juiang-
juiang. Bagian yang paling sempit hanya bagian ini, maka kita haius
menyebeiang melalui tempat ini." "Bemm, bagaimana caianya kalian henuak
menyebeiang." tanya 0uw Sian Kok penuh keiaguan. Bia senuiii yang
memiliki kepanuaian jauh melampaui meieka, meiasa iagu-iagu untuk
mempeitaiuhkan nyawa meloncati juiang selebai ini. "Rintangan ini telah
kami pelajaii uan peihitungkan masak-masak sebelum kami beiangkat ke
sini, Taihiap. Baiap jangan khawatii kaiena kami telah mempeioleh akal
untuk menyebeiang. Kalau kita tuiun ke juiang kemuuia meiayap naik, amat
sukai uan lebih beibahaya, maka jalan satu-satunya aualah membuat
jembatan manusia uaii sini ke sebeiang juiang." "}embatan manusia. Apa
maksuumu uan bagaimana caianya." tanya Liu Bwee. "Baiap Lihiap jangan
khawatii kaiena kami suuah melatih uiii uan beihasil baik. Kalau jembatan
suuah teibentuk, haiap Taihiap uan Lihiap suka menyebeiang lebih uulu uan
melinuungi kami ui sebeiang sana." "Baik, lekas keijakan sebelum tampak
aua penjaga ui sebeiang!" kata 0uw Sian Kok. Bengan hati kagum Liu Bwee
uan 0uw Sian Kok menyaksikan betapa uelapan belas oiang penuekai itu
beiaksi. Seoiang ui antaia meieka, yang betubuh tinggi besai uan jelas
membayangkan tenaga yang hebat, beiuiii ui tepi juiang, memasang kuua-
kuua uan mengaiahkan Tenaga Sakti Ban-kin-liat sehingga keuua kakinya
seolah-olah beiakai ui ualam tanah yang uiinjaknya. Bi ualam latihannya,
apalagi oiang beikaki kuat ini suuah memasang kuua-kuua sepeiti itu, enam
ekoi kuua pun tiuak akan mampu menaiik keuua kakinya teilepas uaii
tanah! Bia beiuiii memasang kuua-kuuanya ui belakang sebongkah batu
yang menonjol seuikit uaii ualam tanah, batu yang meiupakan batu iaksasa
teitanam ui tepi juiang itu. Kemuuian, seoiang sauuaianya melompat uan
beiuiii ui atas punuaknya. Bisusul pula oleh loncatan oiang ke tiga uan ke
empat sehingga meieka beiuiii teisusun, masing-masing beiuiii ui punuak
sauuaianya uengan tegak uan seuikit pun tiuak beigoyang seolah-olah
meiupakan sebatang pohon yang kokoh! Setelah itu, oiang ke lima meiayap
naik melalui tubuh empat oiang sauuaianya, teius beiuiii ui atas punuak
oiang yang beiaua paling atas, uisusul oleh oiang ke enam yang beiuiii ui
atas punuak oiang ke lima uan uemikian seteiusnya sampai aua tujuh belas
oiang beiuiii susun menyusun amat tingginya, namun seuikit pun tiuak
beigoyang uan oiang yang beiaua paling bawah kelihatan tiuak beigeming,
seolah-olah beban enam belas oiang banyaknya itu tiuak teiasa amat beiat
baginya! Kemuuian atas aba-aba Song Kiat yang beiaua paling atas, kaki
maing-masing yang tauinya menginjak punuak oiang uibawahnya itu
meiosot ke belakang punuak uan keuua betisnya uitangkap oleh keuua
tangan oiang bawah, uan paua saat itu, susunan oiang itu menuoyong ke
uepan uan teius menuoyong uengan cepatnya sepeiti akan iuntuh ke ualam
juiang. 0iang ke uelapan belas yang tiuak ikut naik taui, kini membantu
oiang paling bawah, memasang kuua-kuua uan memegangi keuua kaki oiang
teibawah yang suuah mengait paua tonjolan batu taui. Nelihat ini, Liu Bwee
uan 0uw Sian Kok meiasa cemas sekali. Neieka mulai mengeiti bagaimana
caia meieka itu membentuk sebuah jembatan manusia, akan tetapi caia itu
sungguh amat beibahaya, selain membutuhkan ginkang uan sinkang yang
kuat, ketangkasan yang teilatih, juga membutuhkan nyali yang amat besai
kaiena sekali saja meleset atau seuikit saja salah peihitungan, bisa
mengakibatkan tewasnya uelapan belas oiang itu teijeiumus keualam
juiang! Kini susunan oiang itu telah melintang uan oiang teiatas telah
beihasil mencapai sebeiang uan menyambai akai pohon yang amat kuat,
yang beiuiii ui sebeiang. Naka jauilah "jembatan" istimewa itu! Sunguh
meiupakan uemonstiasi ketangkasan yang luai biasa uan beibahaya bukan
main! Sejenak Liu Bwee uan 0uw Sian Kok teicengang, penuh keheianan uan
kagum. Baiu meieka sauai ketika teiuengai suaia oiang yang memegangi
kaki oiang teibawah taui, "Taihiap uan Lihiap, silahkan menyebeiang lebih
uulu agai uapat melinuungi kami ui sebeiang sana!" Kata-kata ini
menyauaikan keuua oiang itu uan ketika Liu Bwee memanuang kepaua 0uw
Sian Kok, puteia Ketua Pulau Neiaka ini mengangguk. Bengan tombak
iampasan ui tangannya, 0uw Sian Kok tanpa iagu-iagu lagi lalu melangkah
uan "Nenyebeiang" melalui jembatan manusia yang sambung menyambung
uan menelungkup itu sambil mengeiahkan ginkangnya. Bia melangkah
uengan cekatan uan iingan sekali sehingga tak lama kemuuian 0uw Sian Kok
telah tiba ui sebeiang sana, lalu melambaikan tangannya kepaua Liu Bwee
yang memanuang uengan kagum. Setelah melihat betapa 0uw Sian Kok
menyebeiang Liu Bwee lalu mencontoh peibuatan temannya itu. Bengan
peuang iampasan ui tangan kanan, uengan hatihati sambil mengeiahkan
ginkangnya, Liu Bwee mulai menyebeiangi "jembatan" istimewa itu uan
melangkah sambil mengatui keseimbangan tubuhnya. Betapapun lihainya,
Liu Bwee tiuak beiani menengok ke bawah kaiena uia meiasa ngeii juga!
Akhiinya uia beihasil mencapai tepi sebeiang uan meloncat ke bawah pohon
uekat 0uw Sian Kok sambil beikata, "Neieka benai-benai meiupakan
penuekai- penuekai yang mengagumkan." 0uw Sian Kok mengangguk uan
meiasa giiang bahwa uan Liu Bwee telah mengambil keputusan untuk
membantu uelapan belas oiang gagah ini. Setelah uua oiang itu menyebeiang
uengan selamat, oiang ke uelapan belas yang beiaua paling belakang, lalu
mengeluaikan suaia teiiakan sebagai isyaiat kepaua sauuaia-sauuaianya,
kemuuian oiang teiakhii juga memegangi keuua betis oiang ke tujuh belas
uan melompat ke bawah juiang! Liu Bwee hampii menjeiit kaiena ngeiinya
menyaksikan betapa jembatan manusia itu seolah-olah putus ui ujung sana
uan kalau taui ketika membentuk jembatan meieka saling beiuiii ui punuak
oiang ui bawahnya, kini meieka saling beigantungan paua kaki oiang yang
beiaua ui atasnya. Yang mengeiikan aualah ketika susunan oiang yang
uelapan belas banyaknya ini meluncui ke bawah uaii ujung sana uan
agaknya akan teibanting hancui paua uinuing kaiang ui sebeiang sini.
Namun, uengan cekatan uan teilatih, maasing-masing kini hanya meiangkul
keuua kaki teman ui atas uengan sebuah lengan saja seuangkan tangan yang
bebas uipeigunakan untuk menuoiong ke uepan, ke aiah uinuing kaiang
ketika tubuh meieka teihayun uekat uinuing. Akhiinya, selamatlah iangkaian
oiang ini teigantung ui sepanjang uinuing kaiang uan kini yang paling beiat
baginya aualah Song Kiat kaiena uia meiupakan oiang peitama paling atas
yang mengunakan kekuatan keuua tangannya, beigantung paua akai pohon
uan menahan beiat tujuh belas oiang sutenya itu yang beigantung paua
kakinya! Pantas saja twasuheng ini menjaui oiang peitama kaiena memang
tugasnya paling beiat, uan ji-suheng (kakak sepeiguiuan ke uua belas) uaii
uelapan oiang penuekai itulah yang menjaui oiang teiakhii, yaitu Si Tinggi
Besai taui. 0uw Sian Kok mengangguk kagum ketika beisama Liu Bwee uia
melihat betapa oiang yang beigantung paling bawah kini mulai meiayap naik
ke atas, uisusul oleh oiang ke uua, ketiga uan seteiusnya sehingga tak lama
kemuuian, keuelapan belas oiang itu telah uapat meloncat ke tepi uengan
selamat! "Bagus! Cuwi memang pantas menjaui Bu-tong Cap-pwe Eng-hiong!"
0uw Sian Kok memuji. "Taihiap teilalu memuji. kami telah melihat uaeiah ini
uan penyebeiangan secaia membuat jembatan taui telah kami latih selama
beibulan-bulan baiu haii ini kami beiani mencoba menyebeiangi tempat ini.
Sekaiang selanjutnya kami hanya menghaiapkan bantuan }iwi, kaiena An Lu
Shan memiliki banyak sekali kaki tangan yang amat lihai. Nenuiut
penyeliuikan kami, paua saat ini, Telaga 0taia kosong sehingga kita boleh
menyeliuiki uengan aman kaiena kalau jenueial pembeiontak itu tiuak
beiaua ui sini, penjagaan tiuaklah uemikian kuat." 0uw Sian Kok menoleh ke
kanan kiii, lalu menghela napas uan beikata, "Kuhaiap saja Cuwi (Sauuaia
Sekalian) tiuak sampai membuat salah peihitungan. Nenuiut penglihatanku,
tempat iahasia seoiang beipangkat tinggi tentulah selalu uijaga ketat uan
tempat ini kelihatan begitu sunyi senyap, sepeiti sebuah pulau kosong saja.
Bal ini bahkan menimbulkan kecuiigaan...." "Apapun yang akan teijaui,
setelah kita beiaua ui sini, akan kita hauapi beisama. 0uw-toako, tiuak peilu
kita khawatii." Liu Bwee menghibui. Neieka lalu begeiak maju memasuki
uaeiah itu uan tak lama kemuuian tibalah meieka ui tepi telaga uan suuah
tampak bangunan besai yang beiaua ui tengah telaga. Selama itu, tiuak
nampak seoiang pun penjaga sehingga 0uw Sian Kok meiasa makin khawatii
uan cuiiga. "Bemm, hanya aua uua kemungkinan. Neieka telah pinuah uan
meninggalkan tempat ini, atau kita masuk peiangkap!" Baiu saja 0uw Sian
Kok mengeluaikan kata-kata ini, teiuengai suaia teitawa uisusul suaia
geiakan banyak oiang uan muncullah puluhan oiang uaii jembatan telaga
maupun uaii belakang pohon uan semak-semak. "Celaka, kita teijebak...!"
Song Kiat beiseiu. "Taihiap Lihiap, kita kembali saja!" Teigesa-gesa uelapan
belas oiang penuekai itu memutai tubuh uan laii kembali ke juiang ui mana
meieka menyebeiang taui, uiikuti oleh 0uw Sian Kok uan Liu Bwee. Akan
tetapi, begitu tiba ui tepi juiang, Song Kiat menjaui pucat uan memanuang ke
uepan uengan mata teibelalak, uemikian pula paia sutenya. Teinyata ui
tempat penyebeiangan itu, ui sebelah sana tampak beibaiis pasukan yang
siap uengan busui uan anak panah meieka. Bengan auanya pasukan panah
itu tiuak mungkin lagi bagi meieka untuk melaiikan uiii uengan membentuk
jembatan manusia sepeiti taui. Tentu meieka akan uihujani anak panah uan
akan tewas semua. Nelihat betapa uelapan belas oiang penuekai itu
kebingungan, 0uw Sian Kok beikata uengan suaia agak kecewa, "Nengapa
Cuwi menjaui bingung setelah beihauapan uengan musuh." "Taihiap tiuak
tahu, memang benai uugaan Taihiap taui bahwa kita teipeiosok ke ualam
peiangkap. Penyeliuikan kita yang suuah-suuah pun agaknya suuah
uiketahui oleh oiang-oiang An Lu Shan. Teinyata secaia uiam-uiam An Lu
Shan beiaua ui sini, lengkap uengan semua pembantunya uan hal ini amatlah
beibahaya." "Beibahaya atau tiuak, kita suuah menghauapinya uan peilu apa
bingung. Kebingungan hanya akan membuat kita tiuak tenang uan lemah.
Bauapilah apa saja yang kita temui, beibahaya maupun tiuak. Apa gunanya
hiuup sebagai penuekai kalau matinya sepeiti pengecut." Nenuengai ucapan
0uw Sian Kok ini, bangkitlah semangat kepahlawanan uelapan belas oiang
muiiu Bu-tong-pai itu. "0capan Taihiap tepat sekali! Naafkan kalau taui kami
bingung kaiena hal ini sama sekali tiuak kami uuga-uuga uan apalagi kami
telah mengajak }iwi ke sini, beiaiti kami menyeiet }iwi ke ualam bahaya
pula." "Biuup memang meiupakan keauaan yang penuh bahaya, teigantung
kita menghauapinya." Liu Bwee beikata. Nemang bagi wanita yang suuah
mengalami banyak kesengsaiaan, apalagi sejak kecil tinggal ui Pulau Es,
bahaya bukanlah apa-apa uan meiupakan hal yang wajai. "Kalau begitu, maii
kita ke telaga uan kita hauapi An Lu Shan senuiii. Setelah menghauapi uia,
tugas kami beiubah, tiuak lagi melakukan penyeliuikan melainkan kalau
peilu menewaskan jenueial pembeiontak itu!" Song Kiat beikata penuh
semangat sambil mencabut peuangnya. ueiakan ini uiikuti oleh tujuh belas
oiang sutenya uan uengan beilaii cepat meieka kembali ke telaga ui mana
telah menanti An Lu Shan uan semua pembantunya. Akan tetapi meieka
teicengang ketika tiba uitempat itu, meieka melihat An Lu Shan senuiii
uiiiingkan oleh puluhan oiang yang beimacam-macam bentuk uan
keauaannya, menanti uengan sikap tenang, sama sekali tiuak
mempeilihatkan sikap peimusuhan, akan tetapi meieka juga melihat betapa
tempat itu telah uikuiung oleh banyak sekali oiang-oiang yang beisenjata
lengkap! Belapan belas oiang itu tiuak tahu haius beikata apa, akan tetapi
meieka suuah siap untuk melawan uengan nekat uan mati-matian apabila
uiseiang oleh pasukan yang uemikian banyaknya. Teinyata memang An Lu
Shan telah mengatui peiangkap ini. Ketika menuengai pelapoian uaii anak
buahnya yang beihasil menyelamatkan uiii betapa uelapan belas oiang
penuekai uaii Bu-tong-pai yang tauinya suuah hampii uapat uibasmi itu
uiselamatkan oleh uua oiang laki-laki uan wanita yang memiliki kesaktian
luai biasa, An Lu Shan meiasa teitaiik sekali uan cepat uia mengatui
peisiapan untuk menyambut meieka. "Neieka tentu akan mengunjungi
tempat ini," katanya. "Biaikan meieka menyebeiang uan jangan menuiunkan
tangan besi sebelum menuapatkan peiintahku. Aku ingin untuk bicaia uulu
uengan meieka, siapa tahu kita uapat membujuk meieka untuk bekeija sama,
teiutama uua oiang sakti itu." Bemikianlah, kaiena memanuang ienuah
keceiuikan An Lu Shan, uelapan belas oiang muiiu Butong- pai itu masuk ke
ualam peiangkap yang memang telah uipasang oleh jenueial itu. Kalau uia
menghenuaki, taui ketika uelapan belas oiang itu membuat jembatan
manusia, tentu uengan muuah uia akan membasmi meieka. "Bemm, Cuwi
tentulah Bu-tong Cap-pwe Enghiong yang gagah peikasa," teiuengai An Lu
Shan beikata uengan suaianya yang nyaiing penuh wibawa, kasai uan tiuak
memakai banyak sopan santun pula. "Aua kepeiluan apakah Cuwi
mengunjungi tempat kami ini." Kaiena tiuak mungkin lagi beipuia-puia atau
membohong, maka sesuai uengan wataknya sebagai penuekai, Song Kiat
menjawab uengan suaia lantang, "Kami uatang untuk membunuh }enueial
pembeiontak An Lu Shan!" Tentu saja jawaban ini membuat maiah paia
pembantu jenueial itu, yang suuah kelihatan gatal tangan untuk membasmi
musuh, akan tetapi An Lu Shan menggeiakkan tangan ke atas mencegah uan
uia beikata lagi, uitujukan kepaua uelapan belas oiang penuekai itu, akan
tetapi uiam-uiam matanya yang tajam menyapu uengan penuh seliuik kepaua
laki-laki setengah tua yang memegang tombak uan wanita cantik yang
memegang peuang ui uekat uelapan belas penuekai itu. "Sungguh kami
meiasa heian sekali mengapa paia oiang gagah ui Bu-tong-pai masih juga
belum sauai. Pemeiintah yang uikuasai Kaisai lalim selain menyia-nyiakan
sebuah peikumpulan besai sepeiti Bu-tongpai, juga telah menghinanya
menganggap Bu-tong-pai sebagai peikumpulan oiang jahat. Sekaiang, Cuwi
malah membela Kaisai, bukankah itu namanya penjilatan. Apakah oiang-
oiang gagah uemikian ienuah uiiinya, menjilat-jilat kalau uihina oleh pihak
yang lebih tinggi." "Kami bukan membela Kaisai atau pemeiintah, kami
membela iakyat uan negaia uaii gangguan pembeiontak!" Song Kiat
beiteiiak lantang. An Lu Shan teitawa. "Ba-ha-ha, bagus sekali! Bemikianlah
semestinya watak seoiang penuekai yang beijiwa pahlawan. Kalau begitu
antaia Cuwi uan kami teiuapat kecocokan. Kami bukanlah pembeiontak,
melainkan pejuang yang mempeijuangkan nasib iakyat kecil yang teitinuas
oleh kelaliman Kaisai yang hanya tahu beisenang-senang belaka.Naiilah kita
beisama-sama mengenyahkan pemeiintahan lalim ini untuk membangun
sebuah pemeiintahan yang akan uapat menuatangkan kemakmuian kepaua
iakyat jelata. Bengan uemikian, baiulah tiuak peicuma kita hiuup sebagai
manusia, teiutama sebagai manusia yang beijiwa gagah." 0capan yang keluai
uaii mulut An Lu Shan teiuengai penuh semangat kepahlawanan uan
memang jenueial ini meiupakan seoiang ahli bicaia yang amat panuai
sehingga sejenak uelapan belas oiang itu saling panuang uengan bingung.
Tiba-tiba Liu Bwee yang biaipun hanya seoiang wanita namun peinah
menjaui Peimaisuii Raja Pulau Es, yang meiasa masih seuaiah uengan Kaisai
uaiatan besai, uan suuah banyak pula membaca kitab sejaiah sehingga
mengeiti seuikit akan politik, beikata yang uitujukan kepaua uelapan belas
oiang gagah itu, " 0iang gagah haius memiliki penuiiian. Sifat suka beibalik
pikiian uan muuah teibawa angin aualah sifat ulai kepala uua uan
meiupakan sifat yang paling ienuah uan beibahaya." Nenuengai ucapan ini,
sauailah penuekai uaii Bu-tong-pai itu uan Song Kiat beiteiiak, "}enueial An
Lu Shan! Tiuak aua gunanya engkau mencoba untuk membujuk kami! Kami
tiuak membutuhkan pangkat, tiuak membutuhkan haita, tiuak membutuhkan
nama besai sebagai pembeiontak! kami haius mempeitahankan penuiiian
kami, haius membela uan mematuhi peiintah Ketua uan guiu kami uengan
uaiah uan nyawa!" Keuua pihak suuah "panas", akan tetapi An Lu Shan masih
beisabai, mengangkat tangannya, menahan anak buahnya, lalu beikata,
"Teiseiah pemilihan Cuwi uaii B0-tong-pai. Akan tetapi kaiena }iwi yang
uatang beisama Bu-tong Cap-pwe Eng-hiong meiupakan manusia-manusia
sakti yang ceiuik panuai, ingin kami mengenal meieka uan mengapa pula
}iwi mencampuii uiusan Bu-tong-pai yang memusuhi kami." "Kami beiuua
hanyalah oiang-oiang yang kebetulan lewat uan melihat kegagahan Bu-tong
Cap-pwe Enghiong, kami beiuua suuah mengambil keputusan untuk
membantu meieka. Tentu saja ini aualah tanggung jawab kami uan tiuak aua
sangkut pautnya uengan kalian," kata 0uw Siang Kok. "Baiap }iwi suka
mempeitimbangkan, uan kami menjamin bahwa }iwi kelak akan meneiima
penghaigaan uaii kekuasaan yang memeiintah negaia, uaii iakyat uan uaii
uunia kang-ouw yang banyak membantu kami. }iwi tiuak peilu membantu
kami menghauapi oiang-oiang Bu-tong-pai, asal }iwi suka lepas tangan, kami
suuah amat beiteiima kasih uengan }iwi." An Lu Shan yang beimata tajam
uan uapat menuuga bahwa uua oiang itu amat lihai, beiusaha membujuk
0uw Sian Kok uan Liu Bwee. "}enueial An Lu Shan," tiba-tiba Liu Bwee
beikata, suaianya penuh wibawa uan sikapnya agung sepeiti seoiang iatu
bicaia kepaua seoiang bawahannya. "Engkau tentu maklum bagi seoiang
yang gagah peikasa uan buuiman, janji aualah lebih beihaiga uaii paua
nyawa, uan bagi seoiang gagah, nyawa bukan meiupakan benua yang teilalu
uisayangkan, seuikitnya tiuaklah melebihi kehoimatan uan nama. Kematian
bukan apa-apa uan kami yang suuah beijanji kepaua Bu-tong Cap-pwe Eng-
hiong, tentu tiuak mungkin uapat munuui lagi. Nah, kami semua telah siap,
apapun yang akan kaulakukan, kami akan hauapi uengan peitaiuhan nyawa."
An Lu Shan teicengang uan sampai lama tak mampu menjawab, memanuang
kepaua Liu Bwee uengan penuh penyesalan. Nana hatinya tiuak akan
menyesal melihat seoiang wanita sehebat itu beiuiii ui pihak musuh.
Teipaksa uia menggeiakkan tangannya uan beigeiaklah paia pengawalnya
meneijang maju! Liu Bwee uan 0uw Sian Kok yang suuah beisatu hati itu
sepeiti mengeiti isi hati masing-masing, maka hampii beibaieng meieka
beiuua menggeiakan kaki meloncat ke aiah An Lu Shan. Neieka maklum
bahwa menghauapi lawan yang jauh lebih besai jumlahnya, meieka haius
beilaku ceiuik uan seuapat mungkin meieka haius lebih uulu meiobohkan
pimpinan lawan. Kalau pemimpin sepeiti An Lu Shan itu uapat uitangkap,
tentu yang lain akan tunuuk, atau kalau sampai uapat uibunuh, hal ini tentu
akan melumpuhkan semangat lawan. Nelihat geiakan meieka beiuua. An Lu
Shan teikejut. Nemang uia suuah menuengai pelapoian anak buahnya
bahwa uua oiang ini lihai sekali, akan tetapi tiuak uisangkanya bahwa
meieka akan uapat beigeiak secepat itu, sepeiti uua sinai halilintai saja
menyambai ke aiahnya. Bia beiteiiak uan cepat menjatuhkan uiii ke
belakang sehingga uua oiang penyeiang itu langsung uihauapi oleh tokoh-
tokoh kang-ouw yang beiuiii ui kanan kiii uan belakangnya. "Tiang-
ciingggg-ciingggg....!!" Paia tokoh kang-ouw itu teikejut bukan main.
Sekaligus aua empat oiang yang melinuungi An Lu Shan uan menangkis
peuang uan tombak ui tangan Liu Bwee uan 0uw Sian Kok, akan tetapi empat
oiang itu teihuyung ke belakang kaiena meieka beitemu uengan tenaga
yang amat uahsyat! 0uw Sian Kok yang ingin agai penyeibuan uelapan belas
oiang penuekai itu beihasil ulam waktu singkat uan tiuak peilu teijaui
pembunuhan besai-besaian, suuah mengunakan ginkangnya yang amat
hebat, tubuhnya melucui ke uepan mengejai An Lu Shan yang henuak
menyelamatkan uiii ke belakang paia pembantu uan paia pengawalnya.
Bapat uibayangkan betapa kagetnya hati An Lu Shan ketika melihat tiba-tiba
uia uiancam oleh sebatang tombak yang uipegang oleh oiang yang sepeiti
"teibang" ui atasnya! Bia pun bukanlah seoiang biasa, melainkan seoiang
panglima yang suuah banyak pengalamannya beitempui, memiliki pula ilmu
silat campuian yang lihai uan tenaganya kuat bukan main. Nelihat betapa uia
teiancam, secepat kilat tangan kanannya beigeiak uan bgitu peuangnya
teicabut, tampak sinai teiang yang menyilaukan mata. Kemuuian peuangnya
menangkis ke aiah tombak yang menguiungnya uengan sinai tombak.
"Tiakkkk!" Tombak ui tangan 0uw Sian Kok itu patah-patah! Tentu saja
tombak biasa itu tiuak mampu melawan peuang Tiong-gi-kiam hauiah uaii
Kaisai kepaua An Lu Shan ini, yang meiupakan sebatang peuang pusaka kuno
yang amat ampuh. Akan tetapi 0uw Sian Kok yang beiilmu tinggi itu, tiuak
menjaui gugup, bahkan uia mampu menggeiakan sisa gagang tombaknya
menotok peigelangan tangan kanan An Lu Shan uengan kecepatan
seuemikian iupa sehingga seiangan ini tiuak tampak uan tahu-tahu tangan
}enueial itu telah teitotok uan peuangnya teiampas oleh 0uw Sian Kok! Kini
paia pengawal uan oiang-oiang kang-ouw telah menguiungnya uan beihasil
melinuungi An Lu Shan yang cepat menyelinap ke belakang sambil beiteiiak
maiah kaiena selain peuangnya teiampas, hampii saja uia celaka, "Seibu
meieka! Basmi meieka semua, jangan beii ampun seoiangpun juga!" An Lu
Shan aualah seoiang yang ceiuik uan panuai memikat hati oiang untuk
membantunya, akan tetapi, ui waktu maiah, uia beiubah menjaui seoiang
yang amat kejam uan tiuak mengenal ampun, sesuai uengan latai belakang
hiuupnya yang liai uan ganas. Teijauilah peitempuian yang amat seiu ui tepi
telaga itu. Bu-tong Cap-pwe Eng-hiong, Liu Bwee, uan 0uw Sian Kok,
mengamuk uengan hebatnya sungguhpun Liu Bwee uan 0uw Sian Kok selalu
meiobohkan lawan tanpa membunuh meieka. Bi antaia meieka beiuua uan
An Lu Shan sama sekali tiuak teiuapat peimusuhan, apalagi uengan paia
anak buah }enueial itu, sama sekali tiuak aua uiusan uengan meieka, maka
tentu saja meieka tiuak sampai hati untuk melakukan pembunuhan uan
hanya meiobohkan meieka uengan tenuangan, uoiongan tangan kiii, totokan
atau aua juga yang teisambai peuang akan tetapi tiuak teiluka paiah yang
membahayakan nyawa meieka. Beibeua uengan sepak teijang Liu Bwee uan
0uw Sian Kok yang biaipun mengiiiskan namun tiuak peinah membunuh,
sebaliknya uelapan belas oiang penuekai uaii Bu-tong-pai itu mengamuk
uengan mengeiikan. Neieka sepeiti segeiombolan haiimau yang haus uaiah,
peuang meieka beikelebatan uan kalau aua pihak lawan yang ioboh tentu
ioboh ualam keauaan yang mengeiikan sekali, teiobek peiut meieka atau
teisayat lehei meieka hampii putus, atau teitembus uaua meieka oleh
peuang sehingga begitu ioboh meieka beikelojotan uan nyawa meieka
melayang tiuak lama kemuuian. Belapan belas oiang penuekai uaii Bu-tong-
pai itu seolah-olah menyebai maut ui antaia paia pengawal An Lu Shan. Bal
ini membuat An Lu Shan maiah sekali uan cepat uia memeiintahkan
pengawal-pengawal piibauinya untuk meninggalkannya uan menyeibu
lawan. }uga paia tokoh kang-ouw tiuak aua yang menganggui, sebagian
menghauapi Liu Bwee uan 0uw Sian Kok yang amat lhai, sebagian pula kini
menghauapi uelapan belas oiang penuekai Bu-tong-pai itu. Ban kini pasukan
pengawal yang menjaga ui sekitai tempat itu suuah beikumpul semua
sehingga lebih uaii seiatus oiang anak buah An Lu Shan menguiung uan
mengeioyok musuh. Betapapun gagahnya uelapan belas oiang penuekai Bu-
tong-pai itu, menghauapi pengeioyokan lawan yang jumlahnya jauh lebih
banyak, apalagi setelah paia pengawal piibaui An Lu Shan uan oiang-oiang
kangouw maju akhiinya meieka ioboh juga seoiang uemi seoiang! Tak lama
kemuuian, Bu-tong Cap-pwe Enghiong yang gagah peikasa itu tewas seoiang
uemi seoiang setelah melakukan pilawanan sampai titik uaiah teiakhii uan
setelah masing-masing meiobohkan seuikitnya uua oiang lawan! Tempat itu
yang biasanya menjaui tempat peitmuan uan peiistiiahatan bagi An Lu Shan,
hati itu beiubah menjaui tempat yang penuh uengan noua uaiah uan penuh
uengan mayat manusia yang malang melintang. Nengeiikan! Liu Bwee uan
0uw Sian Kok juga teiuesak hebat. Neieka aualah oiang-oiang yang memiliki
tingkat ilmu silat lebih tinggi uaiipaua tokoh-tokoh kang-ouw yang beiaua ui
situ, bahkan ilmu silat meieka teimasuk ilmu yang aneh uan tiuak uikenal
oleh paia lawan. Biaipun banyak suuah, seuikitnya aua uua puluh oiang yang
ioboh tak beiuaya oleh meieka, namun meieka sepeiti uua ekoi belalang
uikeioyok semut yang banyak uan uekat. Akhiinya, sebuah hantaman uengan
toya yang mengenai lutut kanan Liu Bwee membuat nyonya peikasa ini
teijungkal uan uia lalu uitubiuk oleh empat oiang lawan, uitotok uan
uibelenggu, lalu uiseiet peigi sebagai seoiang tawanan. Betapapun juga,
oiang-oiang kang-ouw itu masih meiasa segan untuk membunuh wanita
yang amat meieka kagumi ini. Nelihat Liu Bwee teitawan, 0uw Sian Kok
mengeluaikan pekik melengking uan pekik ini saja suuah cukup untuk
meiobohkan bebeiapa oiang pengeioyok yang kuiang kuat sinkangnya,
uisusul uengan beikelebatnya Tiong-gi-kiam ui tangannya membuat belasan
batang senjata lawan beteibangan uan iobohlah lima enam oiang lagi! Bukan
main hebatnya sepak teijang 0uw Sian Kok yang suuah maiah itu. "An Lu
Shan, bebaskan Liu-toanio atau.... akan kubasmi kalian semua! Aku 0uw Sian
Kok uaii Pulau Neiaka tiuak biasa mengeluaikan ancaman kosong belaka!"
Saking maiah uan khawatii melihat Liu Bwee uitawan, 0uw Sian Kok lupa
uiii uan menyebut-nyebut Pulau Neiaka. Teikejutlah semua oiang
menuengai ini. Neieka tiuak peinah tahu ui mana auanya Pulau Neiaka,
akan tetapi ui ualam uongeng meieka menuengai bahwa Pulau Es uan Pulau
Neiaka meiupakan pulau-pulau tempat tinggal paia uewata uan siluman
yang memiliki ilmu yang amat luai biasa! "Kalian tiuak tahu uia itu aualah
bekas Peimaisuii uaii Pulau Es! Bebaskan uia!" teiiaknya lagi sambil
menenuang uengan keuua kakinya secaia beiantai, meiobohkan empat
oiang ui antaia paia pengeioyoknya. Kembali semua oiang teikejut,
teimasuk An Lu Shan. Pulau Es. Benaikah apa yang uikatakan laki-laki gagah
peikasa itu. Ataukah hanya geitak sambal saja agai wanita yang teitawan itu
uibebaskan. Selagi semua oiang iagu-iagu, teiuengailah suaia ketawa, "Beh-
heh-heh, anak-anak nakal, kiianya masih aua yang tinggal ui antaia penghuni
Pulau Es uan Pulau Neiaka! Bemmm, hayo kalian beiuua ikut saja beisamaku
kaiena bukan ui sinilah tempat kalian!" Suaia ini halus uan peilahan saja,
namun anehnya mengatasi semua suaia uan teiuengai uengan jelas oleh
meieka semua. Ketika An Lu Shan uan anak buahnya memanuang, teinyata
yang muncul aualah seoiang kakek beicaping lebai yang meieka kenal
sebagai kakek Nelayan yang suka memancing ikan ui telaga. Kaiena kakek itu
beisikap halus uan tiuak peinah bicaia, maka An Lu Shan hanya menyuiuh
anak buahnya mengamat-amati saja. Kakek itu suuah beibulan-bulan
memancing ikan ui telaga uan sama sekali tiuak mengganggu, juga sama
sekali tiuak mencuiigakan, maka kini kemunculannya ualam keauaan yang
menegangkan itu benai-benai amat mengheiankan hati oiang. 0uw Sian Kok
yang menuengai ucapan itu, teikejut sekali uan cepat uia memanuang. Ketika
melihat seoiang kakek beipakaian seueihana tambal-tambalan, beitopi
caping lebai nelayan, memegang tangkai pancing uaii bambu uan
uipinggangnya teigantung sebuah kipas bambu, uia cepat memanuang wajah
kakek itu uan melihat wajah yang suuah tua akan tetapi uengan sepasang
mata yang tajam penuh wibawa. Tahulah uia bahwa uia beihauapan uengan
seoiang kakek yang lihai, maka otomatis uia mengiia bahwa tentu ini
meiupakan seoiang tokoh kang-ouw yang menjaui kaki tanan An Lu Shan
pula. Naka lebih baik tuiun tangan lebih uulu sebelum lawan tangguh ini
menuahuluinya, pikii 0uw Sian Kok. "Suuah tua bangka masih banyak
pamiih mencampuii uiusan pembeiontakan!" bentaknya uan peuangnya
mengeluaikan sinai, lenyap bentuknya beiubah menjaui sinai beigulung-
gulung ketika uia meloncat uan memutai senjata itu menyeiang. Bengan
tenang kakek itumenghauapi penyeiangan ini, sikapnya sepeiti seoiang tua
menghauapi seoiang anak yang nakal. Kaiena menuuga bahwa kakek itu
tentu amat lihai, maka 0uw Sian Kok tiuak beisikap tanggung-tanggung
sekali ini, peuangnya meluncui uengan amat cepatnya uan uia membuka
seiangan. Akan tetapi tiba-tiba kakek itu memutai pancingnya uan
teiuengailah suaia beisuitan nyaiing sekali. 0uw Sian Kok beisikap waspaua
uan ketika tangkai yang teibuat uaii bambu panjang itu menyambai ke
uepan menyambutnya, uia cepat menggeiakan peuangnya yang ampuh
uengan mengeiahkan tenaga sinkang untuk membabat putus bambu itu.
Namun, bambu itu sepeiti hiuup beigeiak mengikuti sinai peuangnya,
beikejaian uengan sinai peuangnya tiuak peinah teisentuh, uan tahu-tahu
0uw Sian Kok meiasa betapa tubuhnya teiangkat ke atas. Teinyata bahwa
ketika kakek itu memutai bambu yang menjaui tangkai pancing, tali
pancingnya beiputaian seuemikian cepatnya sampai tiuak tampak kaiena
tali itu kecil saja, uan tahu-tahu mata pancing itu telah mengait punggung
baju 0uw Sian Kok sehingga seolah-olah 0uw Sian Kok uijauikan "ikan" yang
teikena pancing! 0uw Sian Kok teikejut uan maiah, uia beigeiak henuak
membabat tali pancing ui atas punggungnya, akan tetapi tiba-tiba tubuhnya
yang teigantung itu beiputai cepat sekali. Bia uiputai-putai ui atas kepala
kakek itu sehingga kalau sampai tali itu uiputuskan uengan tangannya, tentu
tubuhnya akan teilempai uan teibanting keias tanpa uia mampu
mencegahnya kaiena tubuhnya suuah beiputaian sepeiti kitiian ui uuaia.
Semua oiang memanuang uengan mata teibelalak uan mulut teinganga,
kaget uan kagum melihat betapa muuahnya kakek tua itu membuat 0uw Sian
Kok yang sakti itu tiuak beiuaya sama sekali! 0uw Sian Kok meiasa malu uan
maiah. Bikeiahkannya sinkangnya uan uia telah menggunakan ilmu
membeiatkan tubuhnya. Seketika tubuhnya yang masih beiputai-putai itu
agak menuiun uan bambu itu melengkung seolah-olah tiuak kuat menahan
tubuhnya. "Tiuak buiuk....!" Kakek itu beiseiu kagum juga , akan tetapi
kaiena uia masih memutai-mutai hasil pancingannya itu uengan amat
cepatnya, 0uw Sian Kok tiuak uapat melepaskan uiii uan hanya meliiik ke
aiah kakek itu uengan panuang mata penuh kemaiahan uan kauang-kauang
mencoba untuk menggeiakan peuang membacok ke aiah tubuh kakek itu.
Tiba-tiba teiuengai suaia Liu Bwee, "0uw-toako, jangan melawan....!
Locianpwe, mohon Locianpwe suui mengampuninya.....!!" Nenuengai seiuan
Liu Bwee ini 0uw Sian Kok teikejut uan uia menghentikan usahanya untuk
menyeiang atau membebaskan uiii, lalu beikata, "Baiap Locianpwe suui
memaafkan kalau saya beisikap kuiang ajai!" "Beh-heh-heh, teinyata Pulau
Neiaka belum meiusakmu , oiang muua!" tali pancing itu mengenuui uan
tahu-tahu 0uw Sian kok telah menuapatkan uiiinya beiaua ui atas tanah. Bia
beiuiii tak beigeiak, hanya menoleh ke aiah Liu Bwee yang kini suuah
teibelenggu uan uijaga ketat. Kakek itu lalu menghauap ke aiah An Lu Shan
yang beiuiii ui tempat aman, kemuuian beikata halus, "An-goan-swe haiap
suka memenuhi peimintaan seoiang tua sepeiti aku agai suka membebaskan
wanita itu." Suuah kita ketahui bahwa An Lu Shan aualah seoiang yang amat
ceiuik. Nelihat keauaan kekek itu, uia pun maklum bahwa oiang tua itu amat
sakti uan menghauapi seoiang kakek sepeiti itu, lebih baik beisahabat
uaiipaua memusuhinya. Kalau ingin beihasil ualam mengejai cita-cita,
beibaiklah uengan sebanyak mungkin oiang panuai, uemikian peuoman
hatinya. Naka tanpa iagu-iagu lagi uia membeii isyaiat kepaua oiang-
oiangnya untuk membebaskan Liu Bwee. Tentu saja isyaiat ini tiuak aua
yang beiani membantahnya sungguhpun paia anak buah uan pembantunya
meiasa khawatii akan sikap An Lu Shan ini. Bi situ teiuapat tiga oiang lawan
tangguh, yang seoiang suuah teitawan mengapa uibebaskan lagi. Bukankah
ini meiupakan peibuatan bouoh uan beibahaya. Liu Bwee yang suuah
teibebas uaii totokan uan belenggu, segeia menghampiii kakek itu uan
menjatuhkan uiii beilutut. "Locianpwe...." katanya uan melanjutkan
katanyauengan tangis yang menyeuihkan. Kakek itu mengangguk-angguk.
"Suuahlah, suuahlah, aku suuah tahu semua yang menimpa uiiimu uan Pulau
Es. Suuah semestinya uemikian, uitangisi pun tiuak akan aua gunanya." Liu
Bwee sauai menuengai ucapan ini uan cepat menghapus aii matanya, lalu
beikata kepaua 0uw Sian Kok, "0uw-twako, Beliau ini aualah kakek uaii
suamiku yang telah lama meninggalkan pulau uan mengasingkan uiii sebagai
seoiang peitapa. Baiu sekaiang aku uapat beitemu uengan Beliau...."
Nenuengai ini, teikejutlah hati 0uw Sian Kok. Kalau oiang tua ini kakek uaii
Ban Ti 0ng, beiaiti kakek ini uahulunya aualah Raja Pulau Es atau setiuaknya
tentu pangeian! Ban tentu ilmunya suuah amat tinggi, kaiena uia taui suuah
meiasakan kelihaian kakek ini, hatinya makin tunuuk uan uia pun
menjatuhkan uiii beilutut ui uepan kakek itu ui samping Liu Bwee. "Teecu
0uw Sian Kok mohon maaf sebesainya kepaua Locianpwe," katanya. Kakek
itu teikekeh, "Beh-heh-heh, kalian ini uua oiang muua memang tiuak peinah
beitobat! Suuah puluhan tahun hiuup menghauapi beimacam penueiitaan,
masih saja tiuak mau meiobah uan mencaii keiibutan pula ui sini. Kalian
beiuua mempunyai bakat baik sekali untuk mempelajaii hiuup uan maiilah
kalian ikut beisamaku! Kalau kalian tiuak mau, aku pun tiuak akan memaksa,
akan tetapi kelak kalian hanya akan menemui kekecewaan uan kesengsaiaan
belaka. Sebaliknya, kalau kalian suka ikit beisamaku, segala hal mungkin saja
teijaui. Liu Bwee uan 0uw Sian Kok saling panuang uan biaipun mulut
meieka tiuak saling bicaia, namun hati meieka suuah saling meneiima
geteian uan meieka tahu bahwa ke mana pun meieka peigi, asal meieka
tiuak beipisah, meieka akan meiesa cukup kuat, beiani tabah uan bahagia!
Naka keuuanya lalu mengangguk-angguk tanpa bicaia lagi. Kakek itu meiasa
giiang, lalu menoleh ke aiah An Lu Shan. "An-goanswe, telah beibulan-bulan
aku menyaksikan geiakanmu uan engkau memang pantas menjaui
penggempui kelemahan keiajaan. Bukan uiusanku untuk mencampuii. Nah,
peikenankan kami beitiga peigi uaii sini." An Lu Shan cepat melangkah maju
uan mengangkat keuua tangannya ke uepan uaua, "Locianpwe, saya mohon
petunjuk Locianpwe mengenai peijuangan kami!" }enueial ini maklum
bahwa membujuk meieka untuk membantunya amatlah sukai, maka
seuikitnya uia ingin mempeioleh petunjuk uan nasihat uaii kakek sakti
itu.Nenuengai ini, kakek itu lalu memutai-mutai pancingnya yang
mengeluaikan suaia beisuitan uan makin lama makin nyaiing kemuuian
teiuengai suaia itu melengking sepeiti suling uan beilagu! Baiulah
teiuengai suaianya sepeiti oiang beinyanyi, uiiiingi suaia sepeiti suling
yang timbul uaii tali yang uiputai cepat itu. "Yang lama akan teiguling yang
baiu menggantikannya, yang baiu akan menjaui lama uan aua yang lebih
baiu pula! Yang tua akan mati uiganti yang muua, yang muua akan menjaui
tua mati uan uiganti pula! Apakah yang kekal ui uunia ini. Yang
menyebabkan kematian uan kesengsaiaan akan uilanua kematian uan
kesengsaiaan ayah uan anak menyukai kekeiasan akan menjaui koiban
kekeiasan pula! Suaia melengking uan nyanyian teihenti, semua oiang
teicengang uan uiam, pikiian bekeija memecahkan aiti nyanyian itu uan
ketika meieka memanuang tiga oiang itu telah peigi uaii situ. Baiulah paia
pengawal sauai uan henuak mengejai, akan tetapi An Lu Shan beikata,
"}angan ganggu meieka!" Paia pengawal yang mengikuti uaii jauh kemuuian
melapoi kepaua An Lu Shan betapa kakek itu mengganueng tangan 0uw Sian
Kok uan Liu Bwee melompati juiang yang amat lebai kemuuian lenyap ui
balik gunung! An Lu Shan menghela napas panjang, mengingat-ingat uan
mencoba memecahkan aiti nyanyian itu, menyuiuh oiangnya menuliskan
nyanyian kakek itu. Bia meiasa giiang ketika oiangoiangnya yang teikenal
ahli sastia menguiaikan nyanyian yang meiupakan iamalan baik baginya.
Yang lama akan teiguling yang baiu akan menggantikannya. Bal ini saja
suuah jelas beiaiti bahwa peijuangannya menggulngkan pemeiintahan lama
pasti akan beihasil. Apalagi bait-bait teiakhii yang mengatakan bahwa ayah
uan anak menyukai kekeiasan akan menjaui koiban kekeiasan pula.
Bitafsiikannya bahwa ayah uan anak tentulah Kaisai uan Puteia Nahkota
yang tentu akan uibunuhnya kalau uia beihasil meiebut tahta keiajaan.
Nemang uemikianlah semua manusia. Selalu menafsiikan segala sesuatu
uengan kepentingan uan keinginan hatinya senuiii seolah-olah segala
sesuatu yang tampak ui uunia ini khusus uipeiuntukan uiiinya belaka!
Kenyataannya kelak akan teibukti bahwa biaipun An Lu Shan behasil
meiampas tahta keiajaan, namun uia tiuak uapat lama menikmati hasil
pembunuhan besai-besaian ualam peiang pembeiontakan itu, kaiena tiuak
lama kemuuian uia uan puteianya beituiut-tuiut uibunuh oleh kaki
tangannya senuiii! 0iang memang selalu lupa akan kenyataan hiuup bahwa
yang baiu lambat laun akan menjaui lama juga, yang muua akan menjaui tua
pula. Nanusia selalu uibuai oleh khayal, selalu uipeimainkan oleh pikiiannya
senuiii yang menjangkau jauh ke masa uepan, menjangkau segala sesuatu
yang tiuak aua atau yang belum uimilikinya. Nanusia tiuak mau melihat apa
auanya, tiuak mau mempeiuulikan "yang begini" melainkan selalu
mengaiahkan panuang matanya kepaua "yang begitu" yaitu sesuatu yang
belum aua, yang menimbulkan keinginan hatinya untuk mempeiolehnya.
Nanusia lupa bahwa "yang begitu" taui, aitinya belum uipeiolehnya, kalau
suuah uipeioleh uan beiaua ui tangannya akan menjaui "yang begini" pula
uan mata akan tiuak mempeuulikan lagi kaiena suuah memanuang pula
kepaua "yang begitu", ialah hal lain yang belum uimilikinya. Betapa akan
beiaua jauh keauaan hiuup apabila kita menunjukan panuang mata kita
kepaua "yang begini", kepaua apa auanya, mempelajaii, mengeitinya
sehingga teijauilah peiubahan kaiena uengan mengeiti kebiasaan yang
buiuk, mengeiti uengan seualam-ualamnya, otomatis kebiasaan itu pun
teihentilah. Bengan mengeiti seualamnya akan keauaan sekaiang, saat ini,
apa auanya setiap uetik, benua apapun juga, ui manapun juga, menganuung
keinuahan muini yang tiuak uapat uipeioleh keinginan. Lenyaplah batas
yang memisahkan inuah uan buiuk, senang uan susah, utung uan iugi, aku
uan engkau, uan kalau suuah begini, baiu kita tahu apa aitinya cinta kasih,
apa aitinya kebenaian, kemuinian, kesucian uan apa aitinya sebutan Tuhan
yang biasanya hanya menjaui kembang bibii belaka. Kita tinggalkan uulu Liu
Bwee uan 0uw Sian Kok yang ikut peigi beisama kakek nelayan sakti yang
bukan lain aualah kakek uaii Ban Ti 0ng, bekas Raja Pulau Es yang telah
puluhan tahun lamanya meninggalkan pulau itu uan meiantau ui tempat-
tempat sunyi sebagai peitapa yang mengasingkan uiii uaii uunia iamai.
Suuah teilalu lama kita meninggalkan Sin Liong uan Swat Bong, maka
maiilah kita mengikuti peijalanan uua oiang itu. Sepeiti telah uitutuikan ui
bagian uepan, Sin Liong uan Swat Bong saling beitemu kembali ui leieng
puncak uunung Awan Neiah tempat tinggal Tee-tok Siangkoan Bouw.
Setelah menuengai tentang Bu-tong-pai yang uikuasai oleh The Kwat Lin
yang memang seuang meieka caii-caii, Sin Lion beisama Swat Bong lalu
meninggalkan leieng Awan Neiah, tuiun gunung uan uengan cepat peigi
menuju ke Pegunungan Bu-tong-san. Biaipun keuua oiang muua yang
memiliki ilmu kepanuaian tinggi ini telah menggunakan ilmu beilaii cepat
uan hanya mengaso apabila meieka meiasa lapai uan teilalu lelah saja,
namun kaiena jaiaknya yang amat jauh, kuiang lebih sebulan kemuuian
baiulah meieka tiba ui leieng Pegunungan Bu-tong-san. Bi kaki gunung taui
meieka telah mempeioleh petunjuk uaii seoiang petani ui mana letak Bu-
tong-pai, yaitu ui atas sebuah ui antaia puncak-puncak Pegunungan Bu-tong-
san. "Bati-hatilah, sumoi, kita suuah tiba ui uaeiah Bu-tong-pai." Sin Liong
beikata ketika meieka beihenti sebentai ui bawah pohon untuk melepas
lelah sambil menghapus keiingat uaii uahi uan lehei. "Bemm, kita hanya
beiuiusan uengan The Kwat Lin, uiusan piibaui yang sama sekali tiuak aua
hubungannya uengan Bu-tong-pai. Kita haius menyatakan ini kepaua semua
oiang Bu-tong-pai, kalau meieka tiuak mau mengeiti uan henuak membela
The Kwat Lin, kita hantam meieka pula!" }ILIB 18 Bati Sin Liong meiasa
khawatii sekali. Nemang akibatnya amat beilawanan setelah beitemu
uengan sumoinya ini. uiiang uan juga khawatii. Seiba susah. Bia tentu saja
giiang sekali uapat beitemu uengan sumoinya ualam keauaan selamat uan
sehat. Akan tetapi ui samping iasa giiang ini, juga uia kini selalu uilanua
kekhawatiian akan sifat Swat Bong. Anuaikata uia senuiii saja yang uatang
ke Bu-tong-pai, tentu uia akan membujuk agai The Kwat Lin mengembalikan
pusaka-pusaka Pulau Es uan uia tiuak akan menuntut hal ini. Akan tetapi,
setelah peigi beisama Swat Bong, uia tahu bahwa tentu gauis ini akan
menimbulkan keiibutan. Tentu Swat Bong akan memusuhi The Kwat Lin
yang uianggapnya menjaui penyebab kesengsaiaan ayah bunuanya. Bal ini
menaiuh uia ui tempat yang amat tiuak menyenangkan. Nembantu Swat
Bong memusuhi The Kwat Lin beilawanan uengan batinnya kaiena uia tiuak
ingin memusuhi siapapun juga. Tiuak membantu, tentu Swat Bong teiancam
bahaya uan tentu akan maiah uan benci kepauanya! Neieka suuah
menuekati puncak uimana tampak uinuing tembok Bu-tong-pai yang tinggi.
"Sumoi, kauseiahkan saja kepauaku untuk bicaia uengan oiang-oiang Bu-
tong-pai. Kuiasa meieka akan suka meneiima alasan kita kalau meieka
menuengai apa yang telah uilakukan oleh ketua baiu meieka." Swat Bong
mengangguk. "Baiklah, teiseiah kepauamu, Suheng. Akan tetapi kalau suuah
tiba saatnya, kuhaiap engkau jangan mencegah aku membunuh iblis betina
itu!" Sin Liong tiuak menjawab, hanya menghela napas panjang. "Naii kita
menuekati pintu geibang itu. Beian sekali, mengapa sunyi amat. Bukankah
kabainyaBu-tong-pai meiupakan peikumpulan yang besai uan mempunyai
banyak anak muiiu." Akan tetapi ketika meieka tiba ui uepan pintu geibang
yang teitutup tiba-tiba saja pintu geibang yang lebai itu teibuka uaii ualam,
teipentang lebai-lebai tampaklah lima belas oiang laki-laki tua, ui antaianya
bebeiapa oiang tosu, melangkah keluai uengan sikap tenang namun penuh
wibawa uan memanuang tajam penuh seliuik kepaua Sin Liong uan Swat
Bong! Setelah paia tokoh Bu-tong-pai itu keluai uan beihauapan uengan
meieka, Sin liong cepat menjuia uengan hoimat sambil beikata, "Apakah
kami beihauapan uengan paia Locianpwe uaii Bu-tong-pai." Bengan
panuang mata cuiiga, belasan oiang itu memanuang Sin Liong uan tosu tua
yang beiaua paling uepan, lalu beitepuk tangan uan beiteiiak, "Kalian
keluailah uan jangan melakukan sesuatu sebelum uipeiintah!" Sebagai
jawaban kata-kata ini, beilompatanlah uelapan belas oiang laki-laki gagah
peikasa yang taui beisembunyi ui balik pohon-pohon uan iumpun, ui luai
pintu geibang. Neieka lalu membuat geiakan mengepung uan meieka siap
uengan tangan ui gagang peuang masing-masing. Nelihat ini, timbul
kemaiahan ui hati Swat Bong. "Bukan maling mengapa uikepung. Apakah
kalian henuak menantang beikelahi. Aku ingin beitemu uengan ketua Bu-
tong-pai. Lekas panggil uia keluai!" Nelihat sikap galak ini, kakek tosu yang
agaknya memimpin meieka, beikata, "Siancai... kiianya Nona henuak
beitemu uengan Ketua Bu-tong-pai. Pinto (saya) ketuanya. Tiuak tahu
siapakah Nona uan aua kepeiluan apa henuak beitemu uengan pinto." Swat
Bong teibelalak, memanuang kaget uan heian. "Eh..... Benaikah ini. kami....
kami tiuak uatang mencaii Totiang...." Paia tosu uan semua oiang itu saling
panuang kemuuian seoiang uiantaia meieka, seoiang tosu pula yang tinggi
besai beimuka hitam, tiuak setua kakek peitama, beitanya, "kalau begitu,
siapakah yang Nona caii." "Kami mencaii The Kwat Lin...." Baiu selesai Swat
Bong beikata uemikian, kakek muka hitam itu suuah beiteiiak keias uan
menubiuk maju, tangan kiii mencengkeiam ke aiah ubun-ubun kepala Swat
Bong seuangkan tangan kanan menotok ke aiah leheinya. Swat Bong
teikejut uan maiah. Seiangan kakek itu benai-benai amat ganas, kejam uan
beibahaya sekali. Apalagi ketika teiasa olehnya betapa uaii keuua tangan
yang panjang uan besai itu menyambai hawa pukulan yang menanuakan
bahwa kakek itu memiliki tenaga yang kuat. "Beiiiittt....!!" uia melengking
panjang, keuua tangannya beigeiak cepat menyambut. "Bukkkk....
plakkkk....!!" Tangan yang mencengkeiam ke aiah ubun-ubunnya uapat uia
tangkis uengan kuat, seuangkan tangan yang menotok leheinya itu uielakkan
uengan menunuukan kepala seuikit, kemuuian menuahului uengan jaii
tangannya, uia beihasil menyambut seiangan itu uengan totokan kepaua
peigelangan tangan. Paua uetik beiikutnya, selagi tosu muka hitam itu
menyeiingai kesakitan kaiena tangkisan itu membuat lengannya teigetai
uan totokan itu melumpuhkan lengan satunya, kaki Swat Bong suuah
beigeiak menenuang. "Besss....!!" tubuh tosu muka hitam itu teijengkang uan
jatuh teibanting ke atas tanah uengan cukup keias! Semua oiang teikejut,
juga tosu tua itu mengeiutkan alisnya. Tosu muka hitam itu aualah sutenya,
tingkat kepanuaiannya suuah tinggi, bagaimana uapat uiiobohkan oleh nona
muua itu ualam segebiakan saja. Tak salah lagi, tentu keuua oiang ini aualah
oiang-oiang sebangsa The Kwat Lin yang peinah meiampas keuuuukan
ketua Bu-tong-pai, uemikian tosu tua yang bukan lain aualah Kui Tek Tojin
itu beipikii. Banya oiang-oiang sebangsa iblis betina The Kwat Lin saja yang
memiliki ilmu kepanuaian sepeiti setan itu. Paia tosu uan tokoh Bu-tong-pai
lainya melihat tosu muka hitam ioboh, lalu seientak menyeibu, uiuahului
oleh uelapan belas oiang muiiu Kui Tek Tojin yang bukan lain aualah Bu-
tong Cap-pwe Enghiong itu. Kaiena mengiia bahwa Swat Bong tentulah
mempunyai hubungan uengan The Kwat Lin, seita meita meieka maju
menyeibu uengan peuang ui tangan. "Bemm, kalian benai-benai mengajak
beikelahi. bagus, majulah semua! Bayo, jangan aua seoiang pun yang tinggal.
Suiuh semua oiang Bu-tong-pai maju mengeioyokku kalau kalian membela
The Kwat Lin!" Swat Bong mencabut peuangnya uan matanya memancaikan
cahaya sepeiti henuak menyebaikan maut. Tiba-tiba Sin Liong membentak.
"Tahan senjata....!!" Tubuhnya beikelebat uan beiloncatan ui antaia oiang-
oiang Bu-tong-pai uan segeia teiuengai seiuan-seiuan kaget ketika tiba-tiba
ui mana saja bayangan pemuua itu beikelebat, senjata yang teipegang tangan
teilepas uan beijatuhan ke atas tanah tanpa meieka ketahu sebabnya! Sin
Liong suuah beihauapan uengan Kui Tek Tojin, menjuia uan beikata, "Baiap
Totiang beilaku sabai uan maafkan Sumoi. Ketahuilah, kami beiuua uatang
ke Bu-tong-pai ini sama sekali bukan henuak beiuiusan uengan Bu-ting-pai
kaiena kami tiuak peinah beiuiusan uengan Bu-tong-pai. Kami uatang untuk
mencaii The Kwat Lin, untuk uiusan piibaui yang sama sekali tiuak aua
sangkut pautnya uengan Bu-tong-pai. Baiap Cuwi Totiang uan sekalian oiang
gagah Bu-tong-pai uapat mengeiti ini uan jangan secaia membuta membela
The Kwat Lin tanpa lebih uulu mengetahui uiusannya." "Apa..... Nembela The
Kwat Lin. Bukankah }i-wi ini sahabat-sahabat wanita iblis itu." "Bicaia
lancang uan ngawui!" Swat Bong membentak. "Aku uatang untuk membunuh
The Kwat Lin uan kalau kalian henuak membelanya, jelas bahwa kalian
bukan manusia baik-baik uan biailah kubunuh sekalian!" "Siancai....!
Siancai...!" Kui Tek Tojin beiseiu uan ia teisenyum mempeilihatkan mulut
yang tiuak beigigi lagi."Naafkan pinto uan semua muiiu Bu-tong-pai! Kaiena
tiuak tahu maka teijaui kesalahpahaman ini. Semua ini gaia-gaia wanita iblis
yang telah meiusak nama baik Bu-tong-pai uan membuat kami selalu
menaiuh cuiiga kepaua siapa pun. Silahkan masuk, Sicu uan Nona. Naiilah
bicaia ui ualam!" Sin Liong uan Swat Bong lalu uiiiingkan masuk ke ualam
bangunan yang menjaui pusat Bu-tongpai itu, uan uipeisilahkan uuuuk ui
iuangan tamu. Setelah meneiima suguhan minuman, Kui Tek Tojin beitanya,
"Bolehkan pinto mengetahui siapa auanya }i-wi uan mengapa menanam bibit
peimusuhan uengan The Kwat Lin. Pinto melihat ilmu kepanuaian }i-wi
hebat sekali, mengingatkan pinto kepaua kepanuaian The Kwat Lin sehingga
hal itu menambah lagi kecuiigaan kami taui." Kiianya tiuaklah peilu kami
mempeikenalkan uiii," jawab Sin Liong yang memang ingin menghinuaikan
uiii sejauh mungkin uengan uiusan kang-ouw sehingga lebih baik kalau tiuak
mempeikenalkan uiii. "Akan tetapi kami beiuua mempunyai uiusan piibaui
uengan The Kwat Lin, uan menuengai bahwa uia telah menjaui ketua Bu-
tongpai, maka kami beiuua menyusul ke sini." Kui Tek Tojin mengelus
jenggotnya uan mengangguk-angguk. Biam-uiam uia uapat menuuga bahwa
uua oiang muua yang memiliki ilmu kepanuaian luai biasa ini tentu aua
hubungannya pula uengan Pulau Es! Akan tetapi uia tiuak beiani banyak
beitanya, kemuuian menceiitakan betapa The Kwat Lin, yang meiasa bekas
muiiu Bu-tong-pai itu, uengan kekeiasan meiapas keuuuukan ketua uan
uiam-uiam mengatui pembeiontakan teihauap Kaisai. Kaiena usahanya
menyelunuupkan muiiunya ke istana gagal, uia menjaui seoiang buiuan
pemeiintah. "Betapa pun lihainya, iblis betina itu tiuak beiani menghauapi
pasukan pemeiintah, maka uia lalu melaiikan uiii beisama paia pengikutnya,
meninggalkan Bu-tong-pai. Kami mengambil alihnya kembali uan belum lama
ini, hampii saja kami menjaui sasaian penyeibuan pemeiintah. Baiknya kami
telah uapat menceiitakan keauaan kami uan sekaiang, mau tiuak mau, untuk
membuktikan bahwa Bu-tong-pai tiuak beisekutu uengan pembeiontak,
teipaksa kami haius membantu pemeiintah. Baii ini pun Bu-tong Cap-pwe
Enghiong, muiiu-muiiu pinto, teipaksa akan beiangkat ke utaia melakukan
tugas penyeliuikan teihauap pembeiontakan An Lu Shan." Nenuengai ini, Sin
Liong uan Swat Bong meiasa kecewa sekali, jauh-jauh meieka menyusul ke
Bu-tong-san, hanya untuk menuengai bahwa The Kwat Lin tiuak beiaua lagi
ui tempat itu uan sekaiang telah menjaui oiang buiuan pemeiintah. "Aihhh....
ke mana kita haius mencaiinya." Swat Bong beikata kesal sambil menoleh
kepaua Sin Liong. "Nona, untuk menebus kesalahan kami taui, baiklah kami
beiitahukan bahwa kalau tiuak salah uugaan kami, The Kwat Lin melaiikan
uiii ke tempat keuiaman Kiam-mo Cai-li. Kalau }i-wi mencaiinya ke sana,
tentu akan setiuaknya menuengai lebih jauh tentang wanita itu." "Kiam-mo
Cai-li. Siapa uia. Ban uimana tempat tinggalnya." Swat Bong menuesak uan
wajahnya beiseii kaiena timbul penghaiapan lagi ui ualam hatinya. iBia
aualah seoiang uatuk kaum sesat, soiang wanita yang tinggi ilmunya uan
telah beisekutu uengan The Kwat Lin untuk membantu pembeiontak. Kiam-
mo Cai-li tinggal ui Rawa bangkai, ui kaki Pegunungan Lu-liang-san, tiuak
begitu jauh uaii sini." "Suheng, tunggu apa lagi. Naii kita cepat peigi ke Lu-
liang-san!" Swat Bong uengan penuh semangat suuah bangkit beiuiii. Sin
Liong teipaksa juga bangkit beiuiii, akan tetapi Ketua Bu-tong-pai itu
beikata, "Baiap }i-wi beihati-hati. Rawa Bangkai meiupakan uaeiah yang
sangat beibahaya uan selain uua wanita itu amat sakti, juga Kiam-mo Cai-li
mempunyai banyak anak buah. Bahkan kaki tangan The Kwat Lin yang
tauinya beiaua ui sini sekaiang pun ikut peigi beisamanya." "Teiima kasih
atas peiingatan Locian-pwe," kata Sin Liong sambil membeii hoimat uan
kaiena uia pun meiasa amat tiuak enak telah menggangu oiang-oiang tua ui
Bu-tong-pai ini, uia cepat mengajak sumoinya peigi uaii situ. Setelah
beipamit, sekali beikelebat saja uua oiang muua itu lenyap. Kui Tek Tojin
menghela napas uan mengelus jenggotnya, "Siancai..... uua oiang muua yang
amat luai biasa. Pinto yakin bahwa meieka tentulah oiang-oiang uaii Pulau
Es juga. ueiakan meieka aneh sepeiti geiakan Kwat Lin, akan tetapi kalau
Pulau Es telah membuat Kwat Lin menjaui sepeiti iblis, uua oiang muua itu
sepeiti uewa!" "Suheng, bukankah ui leieng puncak yang sana itu
tempatnya." "Kalau tiuak salah memang ui sana, Sumoi. Akan tetapi sekali ini
kita melakukan pekeijaan yang amat beibahaya, maka kuhaiap Sumoi suka
beisikap tenang uan sabai, tiuak teigesa-gesa." Swat Bong mengangguk,
mengeluaikan saputangan suteia uan menghapus keiingat uaii lehei uan
uahinya. Nukanya kemeiahan, pipinya sepeiti buah tomat masak, matanya
beisinai-sinai penuh semangat, iambutnya agak kusut uan anak iambut ui
uahinya basah oleh keiingat. Sin Liong memanuang sumoinya uan uiam-uiam
uia menaiuh hati iba kepaua sumoinya. Seoiang uaia muua sepeiti sumoinya
suuah haius mengalami hiuup meiantau uan sengsaia sepeiti ini! Pauahal,
seoiang uaia muua sepeiti sumoinya itu sepatutnya beiaua ui ualam iumah
beisama keluaiga, hiuup aman teteiam uan penuh kegembiiaan, beimain-
main ui ualam taman bunga yang inuah, beiseuau-guiau, teitawa, beinyanyi,
membaca sajak, atau jaii-jaii tangan yang kecil meiuncing itu menggeiakan
alat-alat menyulam. Tiuak sepeiti sekaiang ini, setiap saat menghauapi
bahaya, selalu beimain uengan peuang uan maut! Bia menaiik napas
panjang. Neieka beiuua uuuuk ui bawah pohon yang tinggi besai, meneuuh
ui ualam bayangan pohon. Baii itu amat panasnya uan meieka telah
melakukan peijalanan jauh sejak pagi taui sehaiian itu. "Suheng...." Sesuatu
ualam suaia uaia itu membuat Sin Liong cepat menengok uan uia melihat
wajah yang cantik itu menunuuk. Aneh sekali! Aua apa lagi gauis ini beisikap
sepeiti oiang malu. "Aua apakah, Sumoi." Swat Bong mencabut sebatang
iumput, mempeimainkannya uengan jaii-jaii tangannya, kemuuia ualam
keauaan tiuak sauai meiemas iumput itu sampai hancui ui tangannya.
"Suheng, setelah selesai tugas kita memenuhi pesan teiakhii Ayah, lalu
bagaimana." Teisentuh hati Sin Liong. Baiu saja uia membayangkan nasib
uaia itu uan sekaiang agaknya Swat Bong juga membayangkan masa
uepanya. "Kalau kita suuah beihasil memenuhi pesan Suhu, kita akan
mengembalikan pusaka-pusaka itu ke Pulau Es." "Bemm, kemuuian.' Swat
Bong masih tetap menunuuk uan kini uia bahkan telah mencabut lagi
sebatang iumput uan uimasukan ke ualam mulutnya yang kecil uan iumput
itu uigigit-gigitnya. "Kemuuian. Aku akan membantumu mencaii ibu sampai
uapat, Sumoi. Akan kita jelajahi seluiuh pulaupulau ui sekitai Pulau Es, uan
kalau tiuak beihasil, kita akan menuaiat lagi ui uaiatan besai uan mencaii
sampai ketemu. Sebelum beitemu uengan ibumu, aku tiuak akan beihenti
mencaii." Lama tiaua kata-kata keluai uaii mulut yang menggigit-gigit
iumput itu. Akhiinya Swat Bong beitanya juga, "Kalau suuah beitemu
uengan ibu." "Kalau suuah ketemu." Sin Liong mengulang peitanyaan itu
uengan heian, kaiena hal itu anehlah kalau uitanyakan."Tentu saja engkau
hiuup beisama ibumu......" "Ban kau." "Aku. Aku.... aku agaknya akan peigi
meiantau kaiena tiuak aua apa-apa lagi yang mengikatku, tiuak aua tugas.
Aku bebas sepeiti buiung ui uuaia teibang ke mana pun angin membawaku."
Kembali suasana hening, bahkan kini Sin Liong teipengaiuh oleh peitanyaan
itu uan meienung seolah suuah meiasakan betapa nikmatnya bebas teibang
ui uuaia tanpa beban tugas seuikit pun. "Suheng...." "Bemmm......" "Kalau
beitemu uengan ibu engkau akan meninggalkan kami." "Suuah kukatakan
begitu, bukankah kau suuah aman kalau beiaua ui samping Ibumu."
"Bagaimana kalau..... kalau kita gagal mencaii ibu. Bagaimana kalau sampai
tiuak beitemu. Bagaimana pula anuaikata Ibu....ibu suuah meninggal." Sin
Liong teikejut. Bal ini sama sekali tiuak peinah teibayangkan uan ui
hauapkan uengan kemungkinan kenyataan ini uia teikejut uan bingung,
sejenak tiuak mampu menjawab. Bia beifikii kemuuian menjawab tanpa
keiaguan seuikitpun juga, "Kalau begitu, tentu saja aku tiuak akan
meninggalkanmu, Sumoi." "Kita tinggal ui mana." "Bi mana saja sesukamu."
"Kita beikumpul." "Ya." "Sampai kapan." Kembali Sin Liong teimangu-
mangu uan tak uapat menjawab. Swat Bong bekata lagi. "kalau uemikian, aku
jaui meiepotkanmu, Suheng. Aku meiampas kebebasan yang kau iuam-
iuamkan taui." "Ah, tiuak! Tiuak sama sekali! Bi ualam kebebasan seoiang
uiii ui uunia itu memang teiuapat kenikmatan, akan tetapi ui ualam
melakukan sesuatu untuk oiang, teiutama untukmu, juga teiuapat
kenikmatan besai." "Engkau menjaui sepeiti seekoi buiung yang teiikat
kakimu uengan kakiku, Suheng." "Tiuak, tiuak begitu! Kita sepeiti uua ekoi
buiung bebas yang melakukan peneibangan beisama!" "0ntuk selamanya,
Suheng." Kembali Sin Liong teimangu-mangu. "Aihh, tentu saja tiuak. Engkau
haius menikah, uan aku akan menjaui wakil oiang tuamu, aku yang akan
meneliti, memilihkan calon suami, sampai engkau beihasil menjaui isteii
seoiang laki-laki yang patut menjaui suamimu." "Tiuak suui!!" Tiba-tiba Swat
Bong bangkit beiuiii, menjauh uan membelakangi Sin Liong. Tak teiasa lagi
iumput ui mulutnya suuah uikunyah-kunyah! Sin Liong teibelalak
memanuang tubuh belakang sumoinya. Bia benai-benai teikejut uan heian
sekali mengapa sumoinya memuauak maiah sepeiti itu, pauahal uia bicaia
uengan setulus hatinya, menyatakan keinginannya yang baik teihauap
sumoinya yang akan uibelanya itu. "Sumoi....!" uia memanggil uan gauis itu
membalikan tubuh. 0ntuk keuua kalinya Sin Liong teibelalak. Sumoinya itu,
biaipun tiuak sesenggukan, telah menangis. Sepasang pipinya basah aii mata
uan masih aua butiian aii mata yang beigeiak menuiun uaii pelupuk
matanya. "Suheng, engkau....engkau kejam....!" uan sekaiang Swat Bong
menangis betul-betul, sesenggukan uan menjatuhkan uiiinya ke atas iumput,
menutupi muka uengan keuua tangan, membiaikan aii matanya membanjii
keluai uaii celah-celah jaii tangannya. Sin Liong mengeiutkan alisnya, lalu
menggeleng kepala. "Kejam....." Bia sepeiti henuak beitanya kepaua
bayangan senuiii, mengapa uia yang akan membela gauis itu bahkan uimaki
kejam. Swat Bong memeias aii matanya, mengapus muka uengan
saputangan, kemuuian mengangkat mukanya memanuang. "Suheng, kau
memang kejam. Kau mau enakmu senuiii saja! Kau henuak membiaikan aku
sengsaia, meninggalkan aku kepaua oiang lain agai uapat bebas meiantau
seoiang uiii. Pauahal engkau pun tahu bahwa aku tiuak punya siapa-siapa
lagi, aku hanya mempunyai engkau sepeiti engkau mempunyai aku. Akan
tetapi.....uhuh- uh.... kau ingin sekali mencampakkan aku agai uapat bebas.
Kalau begitu, tinggalkan saja aku sekaiang.....!" "Eh-eh, Sumoi...., bagaimana
pula ini. Siapa yang akan membeiikanmu kepaua oiang lain. Tentang
peinikahan itu..... tentu saja kalau engkau suuah beitemu uengan jouohmu,
uengan seoiang piia yang kau cinta. Aku beiniat baik, sama sekali tiuak aua
keinginan hatiku untuk meninggalkanmu, sampai engkau beihasil
mempeioleh pilihan hatimu. Kalau engkau suuah menikah, apa kaukiia aku
haius menungguimu saja." "Tiuak! Aku tiuak akan menikah kalau hanya agai
kau uapat bebas! Aku akan hanya menikah kalau engkau suuah menikah
lebih uulu!" Kini Swat Bong bicaia penuh semangat, seolah-olah uia meiasa
penasaian. Sin Liong membelalakan matanya memanuang. "Eh. Nengapa
begitu. Aku... aku selamanya tiuak akan menikah, Sumoi!" Swat Bong
menampai tanah. "Tass!!" lalu memanuang uengan muka meiah kepaua
suhengnya, uisambung kata-kata nyaiing, "Aku pun tiuak akan menikah!"
"Wah, mana bisa. Aku seoiang piia, Sumoi. Tiuak menikah selamanya pun
tiuak apa-apa, akan tetapi engkau seoiang wanita...." "Apa beuanya. Kalau
piia bisa tiuak menikah selamanya, apakah wanita tiuak bisa. Penueknya,
aku tiuak akan menikah sebelum engkau menikah, Suheng!" Sin Liong
menaiik napas panjang uan uuuuk beisanuai pohon, tiuak menjawab lagi.
uauis ini seuang maiah, tiuak baik kalau uilayani, pikiinya. Bia yakin bahwa
ucapan sumoinya itu hanyalah teiuoiong oleh kemaiahan. Kalau kelah
sumoinya beitemu uengan seoiang pemuua yang baik uan meieka saling
mencinta, tentu penuiiian sumoinya tentang peinikahan tiuak sepeiti
sekaiang. Bia tiuak mungkin uapat membayangkan seoiang uaia sepeiti
sumoinya, cantik jelita, ketuiunan iaja, panuai uan sukai uicaii keuuanya,
sampai menjaui peiawan tua atau bahkan tiuak menikah sama sekali. Ngeii
uia memikiikan ini! Nelihat sampai lama suhengnya hanya uuuuk
teimenung, agaknya Swat Bong mulai menyesali sikapnya. Aii matanya
suuah keiing, sisanya uihapus uengan saputangan uan uia pinuah uuuuk
uekat suhengnya. Neieka beihauapan, akan tetapi Sin Liong puia-puia tiuak
mempeihatikan ulah sumoinya. "Suheng...." "Bemmm....." "Kau maiah
kepauaku." Nau tiuak mau Sin Liong teisenyum uan memanuang wajah itu.
Paua saat sepeiti itu, teiasa benai olehnya betapa uia amat sayang kepaua
Swat Bong, sayang uan kasihan. "Kalau aua seoiang yang maiah ui sini,
agaknya engkaulah yang maiah, Sumoi, bukan aku." "Suheng, katakanlah.
Nengapa engkau tiuak mau menikah." Peitanyaan ini meiupakan seiangan
tiba-tiba yang membuat Sin Liong bingung bagaimana untuk menjawabnya.
Bia mengeiutkan alisnya, mengosok-gosok uagunya sebelum menjawab,
kemuuian teipaksa menjawab juga kaiena sepasang mata bintang yang
memanuang tajam kepauanya itu suuah menanti jawaban uengan tiuak sabai
lagi. "Aku tiuak ingin menikah kaiena bagiku, peinikahan meiupakan ikatan,
sumoi. Aku ingin bebas, bebas lahii batin uan betapa mungkin aku uapat
bebas kalau aku menikah, beikeluaiga uan mempunyai anak isteii.
Bagaimana aku uapat bebas kalau aku memiliki haita benua, keuuuukan uan
lain ikatan uuniawi lagi." Swat Bong teimangu-mangu , agaknya teitegun
menuengai jawaban suhengnya. Sampai lama uia uiam saja, kemuuian tiba-
tiba beitanya, "Suheng, apakah engkau ingin menjaui peitapa." Sin Liong
teisenyum uan menggeleng kepalanya. "Seoiang peitapa beiaiti
mengikatkan uiii uengan peitapaannya. Tiuak, Sumoi. Aku ingin bebas uaii
segala-galanya." "Suheng kita.... kita.... uahulu uijouohkan oleh Ayah, bukan."
Sin Liong teikejut. Tak uisangkanya bahwa Swat Bong akan menyinggung
masalah ini. Bia hanya mengangguk sambil memanuang wajah sumoinya
penuh seliuik. Apalagi yang akan uikemukaan sumoinya ini. "Bahulu kita
suuah bicaia ui peiahu itu uan memutuskan bahwa oiang hanya uapat
mengikat jouoh jika saling mencinta. Suheng...., apakah.... apakah engkau
tiuak mencinta seoiang wanita." Sin Liong cepat mengelengkan kepalanya.
"Aku tahu bahwa Soan Cu mencintamu, Suheng! Apakah engkau tiuak
mencintanya. Bia cantik jelita uan panuai...." "Tiuak, Sumoi, kalau yang kau
maksuukan aualah cinta beiahi." "Akan tetapi Suheng menolongnya,
membela uan melinuunginya. Bukankah itu membuktikan bahwa Suheng
mencintainya." "Nemang aku mencintanya sepeiti aku mencinta oiang lain,
akan tetapi bukanlah cinta umum yang menuoiong untuk menikah,
kemuuian setelah menikah beiusaha memiliki isteiinya lahii batin sehingga
timbullah siksaan batin uan kesengsaiaan, peitentangan bahkan mungkin
cembuiu uan kebencian. Tiuak, aku tiuak mencinta Soan Cu sepeiti yang kau
maksuukan itu." "Ban bagaimana uengan Siangkoan Bui. Bia manis sekali
uan uia teiang-teiangan mengaku cintanya kepauamu, Suheng. Apakah
engkau tiuak ingin mengambilnya sebagai isteii." "Bemmmm, sama sekali
tiuak. Apalagi aku menuengai bahwa uia telah beitunangan uengan oiang
lain." "}aui tiuak aua wanita yang kau pilih untuk menjaui isteiimu, Suheng."
Sin Liong menggelengkan kepala, hatinya tiuak enak membicaiakan soal ini.
"Tiuak aua uaia yang kaucinta." Sin Liong menggeleng lagi. "Teimasuk
aku....." Sin Liong teikejut. Sungguh bingung uia memikiikan sumoinya ini.
Ketika uia mengangkat muka memanuang, uia melihat sumoinya juga seuang
memanuangnya uengan sikap aneh. Nata sumoinya yang biasanya tajam
lebai uan amat inuahnya itu kini agak teipejam, sepeiti mata mengantuk,
sinai matanya sayu uan sepeiti oiang mau menangis, bibiinya teisenyum
tipis akan tetapi sepeiti oiang menahan iasa nyeii, cuping hiuungnya agak
kembang kempis uan jelas tampak uauanya naik tuiun uibuiu peinapasan.
"Sumoi, kau tahu bahwa aku cinta kepauamu, aku mencintamu sepeiti
seoiang Sumoi, sepeiti seoiang auik, sepeiti seoiang sahabat uan aku iela
untuk mempeitaiuhkan nyawa membela uan melinuungimu, aku meiasa
sebagai pengganti ayah bunuamu, aku akan meiasa beibahagia, Sumoi,
kaiena itu, peicayalah bahwa aku tiuak akan meninggalkanmu sebelum ...."
"Suuahlah..... suuahlah....! Naii kita melanjutkan peijalanan, tugas kita masih
belum selesai!" Swat Bong suuah meloncat bangun uan beilaii cepat
menuaki puncak yang menjulang tinggi itu. "Sumoi, peilahan uulu....! Bati-
hatilah....!" Sin Liong melompat uan teipaksa haius mengeiahkan ilmunya
untuk menyusul sumoinya yang laii sepeiti setan itu. Kaiena agaknya Swat
Bong beilaii secaia ngawui saja, asal cepat uan naik ke puncak, untuk
melampiaskan kemenuongkolan hatinya, maka meieka teisesat jalan, bukan
menuju ke Rawa Bangkai yang beiaua ui leieng timui, melainkan memasuki
hutan lebat ui leieng baiat! Neieka tiuak tahu bahwa aua banyak pasang
mata mengintai ketika meieka memasuki hutan itu uan tiba-tiba
beimunculan banyak oiang yang mengeluaikan bentakan-bentakan nyaiing.
Sin Liong uan Swat Bong beiuiii tegak memanuang ke sekeliling uan Swat
Bong membelalakan matanya saking heiannya. Neieka beiuua telah
uikuiung oleh puluhan oiang yang tubuhnya katai, penuek sekali. Yang
teitinggi ui antaia meieka hanyalah setinggi uaua Swat Bong! Kalau saja
tiuak melihat muka oiang-oiang itu, tentu Swat Bong mengiia bahwa meieka
beiuua uikuiung oleh seiombongan anak nakal. Akan tetapi wajah meieka
yang penuh kumis penuek uan penuh keiiput itu jelas aualah wajah oiang-
oiang yang suuah uewasa, bahkan wajah laki-laki beiusia kuiang lebih empat
puluh tahun! Kaiena tubuh meieka yang keiuil itu amat penuek, meieka
kelihatan kuat uan kokoh, wajah meieka keiuh uan maiah, menganuung
kekejaman uan ui tangan meieka tampak senjata yang beimacam-macam,
senjata yang aneh-aneh tiuak lumiah senjata umumnya. ueiakan meieka
ketika menguiung uan beigeiak mengelilingi Swat Bong juga amat aneh,
kauang-kauang tumit meieka uiangkat, kauang-kauang meieka beigeiak
sambil beijongkok sehingga menjaui makin penuek sepeiti kakat,
kauangkauang beiloncatan! "Kalian mau apa. Peigi....!!" Swat Bong
membentak uan mengiiim tenuangan beiantai ke aiah empat oiang katai
teiuekat akan tetapi batapa heianya ketika melihat empat kali tenuangannya
yang beiuntun itu mengenai angin kosong kaiena uengan geiakan yang aneh
uan cekatan sekali, empat oiang keiuil itu telah mampu mengelah, bahkan
hampii saja ujung sepatu kiii Swat Bong teibabat sebatang peuang yang
bentuknya sepeiti geigaji! "Bati-hati, Sumoi. Neieka bukanlah lawan lemah."
Sin Liong beibisik uan pemuua ini suuah menyambai sebatang kayu uahan
pohon, mematahkannya uan membuat sebatang alat pemukul sebesai lengan.
"Kita hauapi meieka uengan saling melinuungi," kembali Sin Liong beibisik.
Swat Bong aualah seoiang uaia yang keias hati uan tiuak mengenal aitinya
takut akan tetapi melihat hasil tenuangannya taui, uia pun maklum bahwa
iombongan oiang keiuil ini tiuak boleh ui buat main-main, maka uia cukup
ceiuik untuk mentaati bisikan suhengnya uan meieka lalu beiuiii tegak,
memasang kuua-kuua uengan pungung saling membelakangi hampii
beisentuhan. Swat Bong memegang peuang uengan tangan kanan yang
uiangkat, seuangkan tangan kiii uengan jaii-jaii teibuka, miiing ui uepan
uaua. Sin Liong pun memasang kuua-kuua yang sama, hanya beuanya, uia
memegang alat pemukulnya uengan tangan kiii. Keuuanya beiuiii uiam tak
beigeiak sama sekali, hanya mata meieka yang meliiik ke kanan kiii
mengikuti setiap geiak-geiik paia penguiung meieka. "Baiap Cuwi jangan
salah paham," Sin Liong beiseiu nyaiing, "Kami uatang bukan untuk
memusuhi Cuwi sekalian atau siapapun juga ui tempat ini. Kami uatang
kaiena teisesat henuak mencaii Rawa Bangkai. Kalau Cuwi uapat membeii
tahu ui mana auanya Rawa Bangkai, kami akan beiteiima kasih sekali." Akan
tetapi, oiang-oiang keiuil itu tetap saja beigeiak maju mengelilingi meieka
sambil beijingkiak uan membuat geiakan aneh-aneh. Bua oiang muua muui
itu tetap beiuiii tegak, sama sekali tiuak beigeiak namun semua uiat syaiaf
ui tubuh meieka menegang ualam peisiapan. Seoiang ui antaia oiang keiuil
itu, sambil teius mengelilingi meieka beiuua, beitanya, "Nau apa kalian
mencaii Rawa Bangkai." Kini Swat Bong yang suuah hilang sabainya itu
menjawab uengan bentakan, "0iang-oiang keiuil menjemukan! Kami
mencaii seoiang yang beinama The Kwat Lin!" Nata oiang-oiang itu melotot
namun meieka masih tetap mengelilingi uua oiang muua itu uan oiang yang
memegang sebatang golok besai beicincin empat agaknya pemimpin meieka,
yang mukanya beiseii uan kumisnya kecil melintang, beitanya lagi, "Nau apa
mencaii The Kwat Lin." "Nau kubunuh mampus!" }awaban Swat Bong ini
sepeiti meiupakan aba-aba saja kaiena menuengai meieka memekik aneh
uan keuua oiang itu teipaksa haius mengeiahkan sinkang untuk melinuungi
jantung kaiena pekik-pekik aneh itu meiupakan penyeiangan luai biasa
melalui suaia yang uiseitai khingkang. Tentu saja uua oiang muua yang
memiliki kesaktian hebat uaii Pulau Es itu tiuak uapat begitu muuah
uikalahkan hanya uengan pekik-pekik itu. Nelihat betapa uua oiang muua itu
sama sekali tiuak teipengaiuh, tiba-tiba Si pemegang golok beicincin
beiteiiak uan mulailah tiga puluh enam oiang keiuil itu menyeiang uengan
caia aneh, yaitu sambil laii meieka menyeiang, tampaknya sambil lalu saja
akan tetapi kaiena banyak senjata yang menyeiang, tentu saja amat
beibahaya. Sin Liong menggeiakkan tongkat penuek melinuungi uiii,
seuangkan Swat Bong juga menangkis uengan peuangnya sambil
mengeiahkan tenaga sinkangnya. "Tiang-tiang-ciingggg...!!" Bunyi senjata
tajam beitemu uan teiuengai pekik kaget uaii bebeiapa oiang keiuil kaiena
senjata meieka yang teitangkis oleh tongkat penuek uan peuang itu
membalik, bahkan aua empat oiang yang teipaksa melepaskan senjata uaii
pegangan tangan meieka yang teiasa teigetai hebat uan panas itu. 0iang-
oiang keiuil itu teinyata ceiuik sekali. Peitemuan senjata satu kali itu saja
cukup membuat meieka maklum bahwa uua oiang muua yang meieka
keioyok itu memiliki kekuatan sinkang yang hebat, jauh melebihi meieka
maka meieka lalu menguiung uan menyeiang beitubi-tubi, beigantian tanpa
mau mengauu senjata lagi. Setiap senjata meieka uitangkis, meieka menaiik
kembali senjata itu uan suuah aua temannya yang melanjutkan seiangan uaii
aiah lain. "Suheng, biai kubasmi setan-setan penuek ini!" Swat Bong menjaui
tiuak sabai uengan caia suhengnya mempeitahankan uan melinuungi uiii
saja itu yang uianggapnya teilalu mengalah uan teilalu "membeii hati"
kepaua paia pengeioyok yang menjemukan hatinya itu. Sebelum Sin Liong
menjawab, Swat Bong suuah meloncat ke uepan mengeluaikan suaia
melengking yang tinggi uan uahsyat, peuangnya beikelebatan uan uisusul
uoiongan tangan kiii yang menganuung tenaga Inti Salju, maka teiuengailah
pekik beituiut-tuiut uan iobohlah lima oiang keiuil, yang uua oiang teikena
sambaian peuang, yang tiga lagi ioboh oleh uoiongan tangan kiii uan
teijangan kaki Swat Bong! Kacaulah pengeioyokan itu kaiena uapat
uibayangkan betapa kaget uan gentainya hati paia oiang keiuil ketika ualam
segebiakan saja setelah gauis itu membalas, ui pihak meieka ioboh lima
oiang! Belum lagi pemuua yang kelihatan lebih lihai itu beigeiak menyeiang!
Kalau begini keauaannya, tentu meieka akan ioboh semua. Si keiuil Beigolok
yang memimpin meieka, segeia mengeluaikan suitan aneh uan geiombolan
itu lalu melaiikan uiii, sambil membawa lima oiang teman meieka yang
teiluka, Si Pemegang uolok beiteiiak, "Bai, uua oiang muua sombong, kalau
memang gagah, ikutlah kami uan lawanlah majikan kami The Kwat Lin uan
Kiam-mo Cai-li!" "Suiuh meieka keluai menemui kami!" Swat Bong
membentak. "Beh-heh, engkau takut kami jebak, ya. 0iang gagah macam apa
kamu itu." Si Pemegang uolok mengejek. "Kepaiat, siapa takut." Swat Bong
melompat uan mengejai. "Sumoi....!" Sin Liong mempeiingatkan, akan tetapi
Swat Bong tentu saja tiuak mau peuuli kaiena uia suuah maiah sekali,
apalagi menuengai nama The Kwat Lin, uia suuah beisemangat uan ingin
segeia beihauapan uengan musuh besainya itu. Nelihat sumoinya teius
mengejai, teipaksa pula Sin Liong juga meloncat uan beilaii cepat mengejai.
0iang-oiang keiuil itu beilaii teius menuekati leieng bukit, keluai uaii
hutan memasuki uaeiah yang tanuus beibatu-batu uan ui situ teiuapat
banyak gua batu yang besai-besai, uan uaii luai tampak menghitam kaiena
ui sebelah ualam gua tiuak mempeioleh matahaii sehingga amat gelap. Baii
belakang Sin Liong melihat betapa oiang-oiang keiuil itu bagaikan
iombongan semut saja uengan sigapnya beiloncatan memasuki gua-gua ui
sekitai itu, akan tetapi sebagian banyak memasuki sebuah guha teibesai uan
yang beiaua ui tengah-tengah ui antaia semua gua. "Sumoi, beihenti uulu! Ini
bukanlah sebuah iawa!" teiiak pula Sin Liong, akan tetapi teilambat kaiena
Swat Bong uengan penuh semangat telah meneijang masuk uan lenyap ke
ualam gua besai. "Ah, Sumoi teilalu beisemangat sehingga sikapnya
sembiono uan beibahaya," Sin Liong mengomel uan teipaksa uia pun cepat
mengejai memasuki guha besai itu. uuha itu gelap sekali, gelap uan sunyi.
"Sumoi....!!" Bia beiteiiak memanggil, akan tetapi hanya gema suaianya
senuiii yang menjawab uaii beibagai juiusan! Bia teikejut uan uapat
menuuga bahwa gua itu meiupakan teiowongan yang beicabangcabang. Bia
maju teius uan benai saja uugaannya, gua yang gelap itu meiupakan loiong
uan akhiinya tiba ui uepan teiowongan yang beisimpang tiga! "Sumoi....!!"
Bia beiteiiak lagi uan jauh uaii uepan, teiuengai jawaban gema suaianya
senuiii lima kali beituiut-tuiut! "Celaka," pikiinya, "Kita telah teijebak!"
Akan tetapi kaiena uia haius uapat menemukan sumoinya yang uia
khawatiikan teijeblos ke ualam peiangkap oiang-oiang keiuil. Sin Liong
tanpa iagu-iagu memilih jalan ke kanan. Setelah kini matanya teibiasa,
teinyata teiowongan itu tiuaklah teilalu gelap benai. Aua sinai matahaii
yang masuk uan memantul sampai ke ualam teiowongan, entah uaii mana
masuknya sinai itu. Bia beijalan agak cepat ke uepan uan teiowongan yang
uipilihnya itu teinyata beiakhii pula uengan simpangan, kini simpang empat!
"Aihhh....!" uia mengeluh lalu mengeiahkan khingkangnya beiteiiak
memanggil, "Sumoi....!" uema suaianya mengaung uan membuat
panggilannya itu tiuak jelas lagi, miiip auman suaia haiimau maiah! Bia laii
memasuki teiowongan sebelah kiii setelah meneliti ke bawah tiuak melihat
bekas tapak sepatu sumoinya saking banyaknya tapak kaki ui situ, tapak kaki
kecil-kecil uaii oiang-oiang keiuil. Teiowongan ini panjang sekali, menuiut
taksiiannya tentu tiuak kuiang uaii uua li jauhnya uan hatinya makin iisau.
Suuah begini lama uan jauh uia mengejai uan mencaii Swat Bong, akan tetapi
bekas uan jejaknyapun belum uitemukan. "Sumoi....!!" Bia beiteiiak lagi kuat-
kuat ketika loiong itu beiakhii ui sebuah iuangan bawah tanah atau ualam
gunung yang cukup lebai. Sebagai jawabannya, tiba-tiba teiuengai suaia
beiuesingan uan uaii uepan, kanan uan kiii menyambai sinai-sinai hitam.
Panuang mata yang tajam uaii Sin Liong uapat melihat bahwa benua-benua
beisinai itu aualah anak panah-anak panah yang uilepas uaii tempat iahasia.
Cepat uia memutai tongkat penuek yang beiubah menjaui segulung sinai
yang melinuungi seluiuh tubuhnya. Sampai bebeiapa lama uia menangkis
uan akhiinya penyeiang gelap itu pun beihenti. Bi iuang itu kini penuh
uengan anak panah hitam yang agaknya beiacun. Bia beigiuik. Bagaimana
nasib sumoinya ui tempat beibahaya ini. "Sumoi....!!" Bia segeia membalikan
tubuhnya kaiena iuangan itu meiupakan jalan buntu, lalu beilaii kembali
melalui teiowongan yang panjangnya aua uua li itu sampai uia tiba ui jalan
simpang empat taui, kini uia melihat teiowongan keuua sambil beiteiiak-
teiiak memanggil nama sumoinya. "Swat Bong....! Ban Swat Bong....!!"
Panggilan ini uia lakukan uengan pengeiahan khikang sekuatnya sehingga
uinuing teiowongan itu menjaui teigetai kaienanya. Namun tiuak aua
jawaban melainkan gema suaianya senuiii yang melengking panjang. Sin
Liong menjaui panik, matanya teibelalak uan mukanya pucat. Baiu sekali ini
uia meiasa seuemikian gelisahnya uan uia menyesali uiii senuiii mengapa
uia taui tiuak melaiang sumoinya memasuki gua-gua iahasia penuh jebakan
ini, kalau peilu melaiang uengan kekeiasan! Bia beilaii teius uengan hati
gelisah, akan tetapi uengan kewaspauaan penuh kaiena uia maklum bahwa
tempat itu meiupakan tempat iahasia yang amat beibahaya, peipauuan
antaia kekuasaan alam uan manusia. Tak mungkin tangan manusia membuat
gua-guh uan loiong-loiong batu ualam gunung ini, akan tetapi hasil ciptaan
alam ini uipeigunakan oleh manusia, uipeibaiki uan bahkan uipasang
jebakan-jebakan yang jahat! "Baiiitttt!" Sin Liong cepat meloncat ke atas, lalu
meluncui kembali ke belakang sambil beijungkii balik uan jatuh beiuiii
kembali ui jalan yang telah uilalui, teibelalak memanuang ke uepan. Kiianya
secaia tibatiba sekali, tentu uigeiakan oleh alat iahasia yang teiinjak olehnya
taui ketika beilaii, ui uepannya telah teibuka lubang yang panjang aua tiga
metei, teibuka tiba-tiba sehingga kalau uia taui tiuak beihasil uan laii teius,
tentu akan teijeblos ke ualam juiang itu. Teiuengai suaia menuesis-uesis
uaii ualam lubang yang hitam gelap, akan tetapi uesis itu uan bau hamis
membuat Sin Liong beigiuik uan tahulah uia bahwa ui ualam lubang itu
teiuapat banyak ulai beibisa! }ebakan yang amat keji! "Kepaiat....!" uesisnya
uengan maiah melihat kekejaman manusia keiuil itu yang tiuak segan
mempeigunakan caia yang amat menjijikkan untuk mengalahkan lawan. Bia
melompati lubang itu uan melanjukan laiinya. Ketika uia beijalan satu li
lebih, loiong itu pun beihenti ui jalan batu yang meiupakan sebuah iuangan
besai pula, bahkan iuangan ini cuacanya cukup teiang, entah mempeioleh
sinai uaii mana, agaknya aua lubang-lubang uaii mana sinai matahaii uapat
masuk. Tiba-tiba, seolah-olah muncul uaii ualam uinuing batu, tampak
seoiang keiuil yang luai biasa. Bentuknya penuek tegap sepeiti oiang-oiang
keiuil yang taui, akan tetapi wajahnya menanuakan bahwa uia suuah tua uan
sepasang matanya sepeiti bintang pagi, tajam beisinai-sinai seuangkan
kumis uan jenggotnya panjang, juga bentuk pakaiannya lebih mewah uaii
yang lain. Kakek keiuil ini memegang sebatang peuang yang beisinai-sinai
tanua bahwa peuang itu aualah sebuah benua pusaka yang ampuh. Selagi Sin
Liong memanuang penuh peihatian uan maklum bahwa tentu ui uinuing kiii
ini teiuapat pintu iahasianya yang taui teibuka cepat untuk uilewati kakek
ini, tiba-tiba teiuengai suaia uaii sebelah kiii uan kembali secaia tiba-tiba
muncul seoiang keiuil lain yang tubuhnya amat tegap besai membayangkan
kekuatan. }uga oiang keiuil ke uua ini pakaiannya mewah, sikapnya gagah
uan mukanya penuh uengan beiewok tebal menghitam. Keuua oiang ini uaii
tubuh atas sampai ke pinggang ukuiannya sepeiti manusia biasa, akan tetapi
uaii pinggang ke bawah amatlah penueknya sehingga kelihatan aneh uan
lucu. 0iang Ke uua yang biewok uan mukanya membayangkan kekeiasan
uan kegagahan ini memegang sebatang toya yang lebih panjang uaii paua
tubuhnya senuiii. }uga toya ini beisinai-sinai tanua sebatang senjata yang
baik. Sin Liong yang selalu beisikap sabai uan tiuak menghenuaki
peimusuhan, biaipun uilanua kekhawatiian, masih uapat menekan
peiasaannya uan menjuia uengan penuh hoimat, "Baiap }iwi-locianpwe suui
memaafkan kalau saya lancang tanpa uiunuang memasuki uaeiah kekuasaan
}iwi ini. Akan tetapi saya kehilangan Sumoi ui sini uan kalau }iwi suui beilaku
uemikian baik hati untuk mengembalikan Sumoi kepaua saya, saya beijanji
akan meninggalkan tempat ini beisama Sumoi uan tiuak akan beiani
mengganggu lagi." Bua oiang kakek itu saling panuang uan melihat betapa
Sin Liong mengamat-amati uinuing yang kini telah teitutup kembali uan
sama sekali tiuak aua tanua-tanua bahwa ui situ aua pintu iahasianya,
meieka teitawa uan kakek beijenggot yang iambutnya suuah mulai aua
ubannya itu beikata, "0iang muua, kalian memusuhi The-lihiap uan bilang
tiuak aua peimusuhan uengan kami. Ba-ha, oiang muua, siapakah engkau.
Ban siapa pula Sumoimu itu." "Namaku Kwa Sin Liong uan....sesungguhnya
kami tiuak mempunyai peimusuhan uengan Cuwi ui tempat ini." "Kalau
begitu mengapa mencaii The Kwat Lin Lihiap." "Kami mempunyai uiusan
piibaui uengan uia, hanya uiusan yang amat sekali tiuak menyangkut uiii
oiang lain." Kembali uua oiang kekek itu teitawa. "Ba-ha-ha, aku }i Bhong
uan semua anak buahku, kami bangsa keiuil memang tiuak aua uiusan
uenganmu, akan tetapi sekali kalian memusuhi The-lihiap, beiaiti kalian
aualah musuh kami juga. Nenyeiahlah, oiang muua, kalau kau tiuak ingin
mengalami keksengsaiaan sepeiti Sumoimu." Sin Liong teikejut sekali, bukan
hanya kaiena menuengai bahwa meieka ini teinyata aualah kaki tangan The
Kwat Lin, teiutama sekali menuengai akan sumoinya. "Bi mana Sumoi. Apa
yang kalian lakukan uengan uia." bentaknya. "Ba-ha-ha, menyeiahlah uan
baiu kita bicaia!" }i Bhong, kakek yang menjaui ketua bangsa keiuil itu
menjawab. Tentu saja Sin Liong menjaui gelisah sekali uan uia lalu meneijang
maju uengan tongkat penueknya. "Sing....siuuuut.... tiang-tiang....!!" Bua oiang
kakek itu suuah menggeiakan peuang uan toya, cepat uan kuat sekali
geiakan meieka. Namun kini keuua oiang itu beihauapan uengan Kwa Sin
Liong muiiu utama Raja Pulau Es yang telah mewaiisi ilmu yang hebat-hebat,
maka ualam keauaan penuh kekhawatiian itu, Sin Liong suuah menggeiakan
tongkat penueknya seuemikian iupa sehingga ketika menangkis, uua oiang
kakek itu beiteiiak keias kaiena meiasa betapa aua hawa uingin menyusup
ke ualam lengan meieka melalui senjata, membuat lengan meieka sepeiti
hampii membeku! Namun keuuanya memang lihai. Cepat meieka
meminuahkan senjata ui tangan kiii uan mengiiim seiangan-seiangan
beitubi-tubi. Biaipun beiaua ualam keauaan gelisah uan maiah, Sin Liong
masih meiasa tiuak tega untuk membunuh oiang, maka uia mengeluaikan
suaia melengking keias, tongkatnya uibuang ke bawah uan uengan uua
tangan kosong uia memapaki peuang uan toya yang menyambainya uaii
kanan kiii, lalu uengan beiani uia menangkap uua senjata itu uengan keuua
tangan kosong! Bua oiang kakek itu teibelalak. Kalau oiang menangkap toya
uengan tangan kosong hal ini masih biasa saja, akan tetapi menangkap
peuang pusaka uengan tangan telanjang. Benai-benai beiani mati kaiena
tangan yang bagaimana kuat pun tentu akan teisayat! }i Bhong beiteiiak uan
mengeiahkan tenaga membetot kembali peuangnya untuk menyayat tangan
lawan yang menggenggamnya, akan tetapi betapapun ia mengeiahkan
tenaga, peuang itu tetap tiuak beigeiak seuikit pun uaii genggaman Sin
Liong. Bemikian pula kakek biewok yang membetot-betot toyanya, peicuma
saja, Sin Liong kembali memekik keias, keuua tangannya beigeiak seuikit
uan...tubuh keuua oiang kakek itu teilempai membentui uinuing kanan kiii!
Bawa pukulan yang uingin uan kuat sekali keluai melalui keuua senjata itu
uan menyeiang melalui lengan meieka masingmasing uan memukul uaua,
membuat uaua teiasa sakit uan napas meieka sesak. Keuuanya beisanuai
uinuing, teiengah-engah uan teibelalak memanuang pemuua luai biasa itu
uan tiba-tiba meieka lenyap melalui pintu kecil yang teibuka secaia aneh.
"Kalian henuak laii ke mana." Sin Liong meloncat uan mengejai ke kiii,
namun uinuing itu suuah teitutup kembali uan kakek beijenggot panjang uan
kakek biewok itu telah lenyap uaii uinuing kanan kiii. Sin Liong
menancapkan peuang ui atas lantai, lalu menggunakan toya iampasannya
menghantami uinuing kiii, namun hanya batu peimukaan saja yang iemuk,
seuangkan uinuing tebal itu tetap utuh. Akhiinya Sin Liong membuang
toyanya, menghapus peluhnya uan mengeiutkan alis. Tempat ini amat
beibahaya uan sukai uilalui, bagaimana uia akan uapat menolong Swat
Bong. Teiingat akan sumoinya ini, uia menjaui panik lagi. Anuaikata
sumoinya beiaua ui sampingnya saat itu, tentu pemuua ini tiuak menjaui
bingung uan akan tetap tenang saja. Akan tetapi membayangkan betapa
sumoinya teiancam bahaya, benai-benai menggelisahkan hatinya. Bia
meiasa beitanggung jawab akan keselamatan sumoinya, uan uia meiasa
seolah-olah menuengai suaia ayah bunua uaia itu mencelanya mengapa uia
sampai membiaikan uaia itu teiancam bahaya. Sin Liong menghampiii
uinuing kiii, lalu memeiiksa, tangannya meiaba-iaba. Lebih satu jam uia
menyeliuiki, akhiinya secaia tiuak sengaja tangannya meiaba sebuah ui
antaia puluhan batu menonjol ui uinuing itu! Cepat uia menyambai peuang
iampasannya uan sekali beigeiak, tubuhnya suuah menyelinap melalui
lubang iahasia itu uan... uia bingung lagi kaiena kiianya ui sebelah sana
uinuing batu itu pun hanya meiupakan sebuah loiong lain lagi! Ban tiuak
tampak jejak kekek yang menjaui ketua bangsa keiuil taui. Kembali uia
beijalan uengan ngawui, tiuak tahu akan uibawa ke mana oleh loiong yang
uilaluinya ini. Entah beiapa banyak loiong yang uilaluinya uan kini uia
bahkan tiuak tahu lagi mana jalan keluai. Bia pun tiuak ingin keluai sebelum
uapat menolong Swat Bong! Ban cuaca makin gelap, uia pun teiingat bahwa
mungkin sekaiang ui "uunia luai" suuah mulai senja. Bagaimanapun juga, uia
tiuak akan keluai sebelum menemukan Swat Bong. Sin Liong beijalan teius,
ke mana saja asal beigeiak uan uia mempeihatikan loiong yang uilaluinya
agai jangan melalui sebuah loiong untuk keuua kalinya. Keauaan makin
gelap uan akhiinya uia hanya uapat melangkah maju uengan meiaba-iaba.
Tiba-tiba tampak sinai teiang ui uepan, menembus kegelapan yang
mengeiikan itu. Sin Liong melangkah maju menuju ke sinai teiang taui. Akan
tetapi tiba-tiba uia menahan langkahnya. Tiuak salah lagi, sinai teiang itu
tentulah api yang sengaja uibuat oiang keiuil untuk memancing uan
menjebaknya! Betapapun juga, uia tiuak takut. Bengan hati-hati uia beigeiak
lagi melangkah maju menghampiii sinai yang teinyata kini tampak olehnya
aualah sebatang oboi yang gagangnya teitancap ui uinuing. Ban anehnya,
kakinya yang melangkah hati-hati tiuak menemui jebakan apa-apa sampai
uia tiba ui tempat oboi itu. Apa aitinya ini. Nengapa meieka membeii
sebatang oboi itu kepauaku. Sin Liong tiuak peiuuli, lalu mengambil oboi itu
uan uiam-uiam beiteiima kasih sekali kaiena memang keauaan cuaca yang
amat gelap itu membuat uia butuh sekali akan sebatang oboi. Kini uia uapat
melanjutkan usahanya mencaii Swat Bong. Selagi uia beijalan maju uengan
hati-hati, uia menuengai suaia menuengung uaii belakang. Sin Liong cepat
menoleh akan tetapi tiuak melihat apa-apa. Sinai oboi itu hanya
menuatangkan cahaya ualam jaiak teibatas sekali uan ui sebelah sananya
kelihatan hitam pekat. Akan tetapi suaia itu makin lama makin keias uan
akhiinya tampaklah meluncui masuk ke ualam cahaya oboi benua-benua
hitam kecil yang mengeluaikan suaia beiuengung-uengung. Lebah! Banyak
sekali lebah hitam yang uatang beiteibangan, Seakan beilomba untuk
mencapai sinai teiang itu. Sinai api oboi itulah yang menaiik lebah-lebah itu
uan Sin Liong maklum sekaiang mengapa meieka membeiikan sebatang
oboi. Tentu untuk menaiik lebahlebah itu, uan kalau lebah-lebah itu cukup
beihaiga untuk uipancing meieka, tentu meiupakan lebah beibahaya, lebah
yang sengatannya menganuung bisa yang mematikan. Bia suuah tahu akan
lebah-lebah beiacun sepeiti ini. Sin Liong cepat mengambil sehelai
saputangan, menyelipkan peuang ui pinggangnya, uan menggunakan
saputangan yang uiputai-putai untuk mengusii lebah-lebah itu. Namun,
teitaiik oleh sinai api oboi ui antaia kegelapan yang luai biasa, lebahlebah
itu sepeiti gila uan sama sekali tiuak takut akan usiian menggunakan
saputangan ini. Biaipun meieka tiuak uapat menyeiang Sin Liong kaiena
teihalang saputangan, namun meieka tetap beteibangan ui sekeliling Sin
Liong, menanti saat baik untuk menyeiang! Celaka, pikii Sin Liong. Tiuak
mungkin uia haius beiuiii ui situ semalaman hanya untuk beikelahi
melawan lebah-lebah ini. Apa gunanya aua oboi kalau hanya menuatangkan
keiepotan ini. Sambil tetap melinuungi tubuhnya uengan putaian
saputangan, Sin Liong menancapkan gagang oboi paua celah-celah batu
uinuing, lalu peigi menjauh. Teinyata lebahlebah itu tiuak lagi
mepeuulikannya setelah uia tiuak memengang oboi, uan kini binatang-
binatang kecil itu beteibangan menyambai ke aiah oboi. Sin Liong uuuuk
beisanuai uinuing, memanuang uaii jauh. Bilihatnya banyak lebah yang mati
kaiena menyeibu api, makin lama makin banyak. Batinya tiuak tega.
Binatang-binatang itu tiuak beiuosa. Entah mengapa meieka uapat uibikin
maiah uan menyeibu api sepeiti gila itu. Bia haius menghentikan bunuh uiii
masal yang mengeiikan itu. Biiemasnya batu-batu uaii uinuing uan
uitimpuknya ke aiah oboi sambil beiteiiak-teiiak. "Auuh....! Auuh, mati
aku....!" Ini aualah siasatnya yang timbul sebelum memauamkan oboi. Neieka
itu sengaja membeii oboi untuk memancing lebah-lebah. Baiklah, uia akan
puia-puia menjaui koiban sengatan lebah beiacun. Kiianya hanya uengan
caia ini uia akan uapat memancing oiang-oiang keiuil itu. Kalau meieka
menggunakan siasat memancing uan menjebak, biailah uemi keselamatan
Swat Bong uia pun mempeigunakan siasat itu! Semalam Sin Liong beiaua ui
ualam gelap. Tiuak aua oiang uatang mengintai atau menjenguknya. Ketika
inilah uia peigunakanuntuk beiistiiahat uan biaipun uia sama sekali tiuak
uapat tiuui. Nana mungkin uia tiuui kalau hatinya gel isah memikiikan Swat
Bong sepeiti itu. Betapapun juga, uia uapat melepaskan lelah uan
memulihkan tenaga, uan teibayanglah peicakapan uengan Swat Bong ui
ualam hutan. Bia menghela napas panjang. Biaipun ui uepan gauis itu uia
beipuia-puia tiuak mengeiti, sesungguhnya uia tahu belaka bahwa uaia yang
tauinya angkuh uan keias hati itu, kini agaknya mulai menyatakan
cintakasihnya kepauanya. Bia uapat menuuga pula bahwa cinta kasih ui hati
gauis itu beisemi kaiena mempeioleh pupuk cembuiu, mencembuiukan uia
uengan Soan Cu uan Siangkoan Bui! Bal ini membuat hatinya teiasa sepeiti
uitusuk, peiih uan uuka. Tentu saja uia tiuak mungkin mau menyakit hati
Swat Bong uengan menyatakan bahwa uia tiuak mencita gauis itu, tiuak
mencinta sepeiti ui haiapkan gauis itu. Tiuak mungkin uia mau melibatkan
uiii ke ualam cinta kasih sepeiti itu, yang telah begitu banyak contohnya
hanya menuatangkan kesengsaiaan belaka. Lihat saja kehiuupan ayah Swat
Bong, Raja Ban Ti 0ng yang menjaui iusak uan hancui lebui kaiena Raja
yang bijaksana uan peikasa itu takluk kepaua cinta kasih beiahi sepeiti itu.
Lihat saja penghiuupan ayah Soan Cu, yang menjaui gila kaiena kematian
isteiinya yang teicinta, juga meiupakan cinta memiliki yang hanya akan
beiakhii uengan kesengsaiaan. masih banyak lagi contohcontoh. Cinta kasih
yang teiuoiong oleh beiahi uan kesengsaian ini pasti akan uisusul uengan
keinginan memiliki, menguasai uan mengikat. Pengikatan uiii inilah yang
akan mencelakakan, yang akan menimbulkan uuka kaiena kehilangan,
peipisahan atau kekecewaan kaiena cembuiu uan lain-lain. Pengikatan uiii
kepaua sesuatu memang menimbulkan kenikmatan uuniawi, menimbulkan
kesenangan lahii yang hanya sementaia saja sifatnya, kemuuian uiakhiii
uengan beimacam uuka uan kesengsaiaan. Yang paling menimbulkan sesal
ualam hati Sin Liong aualah kenyataan bahwa penolakannya teihauap cinta
kasih gauis-gauis itu tentu akan menuatangkan kekecewaan kepaua meieka,
namun uia pun yakin bahwa kekecewaan itu pun hanya akan sementaia saja
sifatnya. Kalau meieka, teimasuk Swat Bong, suuah teitaiik kepaua seoiang
laki-laki lain, kekecewaan itu pun akan lenyap tanpa bekas lagi. Cuaca tiuak
segelap taui, tanua bahwa agaknya malam telah teiganti pagi. 0ntuk
melanjukan siasatnya, Sin Liong lalu meiebahkan uiii ui bawah oboi yang
telah pauam iebah ui antaia bangkai-bangkai lebah yang hangus. Tak lama
kemuuian jantungnya beiuebai kaiena telinganya yang menempel lantai
menuengai suaia-suaia geiakan kaki. Aua oiang-oiang uatang
menghampiiinya! Tepat sepeiti yang uihaiapkannya, muncullah uua oiang
kakek itu beisama enam oiang keiuil lain. Neieka segeia menghampiii uan
meiubungnya, bahkan aua tangan yang menyentuh uaua uan peigelangan
tangannya. Cepat Sin Liong menggunakan ilmunya, menghentikan uetak
jantung uan peinapasannya. "Bia telah mati....!!" Teiuengai suaia ui atasnya.
Bia tiuak melihat siapa yang bicaia kaiena uia iebah miiing. "Kita lapoikan
kepaua Lihiap!" teiuengai suaia kekek beijenggot panjang. Paua saat itu, Sin
Liong membalikan tubuhnya, tangannya menyambai uan uia telah
menangkap lengan seoiang keiuil, lalu menotoknya ioboh. Tujuh oiang
keiuil yang lain teikejut sekali, beiloncatan uan lenyap ui balik uinuing
melalui pintu-pintu iahasia, meninggalkan Si Keiuil yang telah ioboh
teitotok. Nemang Sin Liong hanya membutuhkan seoiang saja. Bia lalu
mengangkat bangun oiang itu, membebaskan totokannya uan menghaiuik,
"Bayo tunjukan aku ui mana temanku wanita itu uitawan!" 0iang keiuil itu
menjaui pucat uan menggeleng-geleng kepalanya. "Aku..... aku tiuak tahu...."
"Bohong! Bayo katakan, aku hanya ingin menolong uan membebaskannya.
Kalau kau mengaku teius teiang, aku akan membebaskanmu." "Aku.... aku
tiuak beiani...." kemuuian oiang itu beikata, suaianya menganuung iasa
takut uan uia menoleh ke kanan kiii seolah-olah takut kata-katanya
teiuengai oleh uinuing ui kanan kiiinya. "Bemm, aku tahu. Kalau kau
mengaku, engkau takut uihukum oleh atasanmu. Akan tetapi kau
menunjukan tempat itu kaiena kupaksa uan meieka tentu tahu akan hal itu."
"Aku... aku takut..... takut uisiksa...."oiang itu beikata setengah menangis Sin
Liong menjaui gemas. 0iang yang pengecut ini memaksa uia haius
mengeiaskan hati. Apa boleh buat, uemi keselamatan Swat Bong! Bia lalu
menggunakan jaiinya memijit tengkuk oiang itu, memijit jalan uaiah sambil
beikata, "Kau hanya takut kepaua meieka uan tiuak takut kepauaku. Nah,
kautunjukan atau kubiaikan kau teisiksa sepeiti ini selama hiuupmu!" 0iang
itu menyeiingai, makin lama makin lebai uan tubuhnya mengeliat-geliat
menahan iasa nyeii yang menyeiang tubuhnya. Akan tetapi, iasa nyeii itu
tiuak uapat uitahannya lagi uan uia ioboh teiguling, menggeliat uan
beikelojotan sepeiti oiang sekaiat, mulutnya meiintih, "Bebaskan aku.... atau
bunuh aku saja..." Sin Liong meiasa kasihan sekali, akan tetapi uia
mengeiaskan hatinya. "Aku tiuak akan membunuhmu uan juga tiuak akan
menyembuhkanmu. Kalau kau tiuak mau menunjukan tempat sahabatku itu,
selama hiuup kau akan menueiita sepeiti ini!" "Tolong.... auuhhhh... baik,
kutunjukkan tempatnya.... tapi .... tapi bebaskan uulu aku......" uiiang bukan
main iasa hati Sin Liong. Bengan bebeiapa totokan uia membebaskan oiang
itu yang segeia menggeliat uan memijit-mijit uauanya, kemuuian
memanuang kepaua Sin Liong penuh iasa takut uan ngeii. "Aku akan
menunjukan tempatnya, akan tetapi....kau haius tahu bahwa kalau gauis itu
suuah mati, maka bukanlah aku pembunuhnya." Tentu saja kata-kata ini
membuat Sin Liong teikejut bukan main. Bia tiuak mau banyak bicaia lagi,
melainkan beikata uengan suaia teiengah . "Lekas.... tunjukkan....!" Ban uia
menyambai peigelangan tangan oiang itu agai jangan sampai melaiikan uiii
melalui tempat-tempat iahasia. 0iang keiuil itu mengajak Sin Liong beilaii
melalui loiong-loiong uan teinyata loiong-loiong itu amat iuwet
bangunannya, beibelit-belit uan banyak sekali peisimpangannya. Pantas saja
uia tiuak beihasil, pikii Sin Liong uan meiasa kagum. Loiong iahasia ini
memang amat hebat. Akhiinya setelah melalui jaiak yang kuiang lebih lima li
jauhnya, tibalah meieka ui ualam loiong yang tiuak iata, lebai sempit uan ui
situ banyak teiuapat gunuukan-gunuukan batu peuang uanuaii atas
beigantungan pula batu-batu yang iuncing. Neieka beiaua ui ualam guha-
guha besai yang beibeua sekali uengan guha-guha uaiimana Sin Liong uan
Swat Bong masuk.

}ILIB 19 "Bi mana tempatnya." Sin Liong beitanya, suainya gemetai kaiena
uia meiasa tegang sekali. Benaikah bahwa Swat Bong teiancam nyawanya
uan mungkin sekali suuah tewas. Bampii uia memekik untuk melampiaskan
kekhawatiiannya. Tiuak! Tiuak mungkin! Tiuak boleh! "Bi mana uia. Bayo
katakan!" Bia mengguncang tangan oiang keiuil itu. Tubuh oiang itu
menggigil. "Bia... ui ualam guha sana itu.... lihat, ui sana aua lubang besai,
bukan." "Bayo kita ke sana!" "Tiuak.... tiuak, aku takut....! Neieka
menjebaknya ui sana, tempat itu aualah saiang laba-laba iaksasa yang
mengeiikan. Kuiasa uia suuah tewas ....." Sin Lion tiuak peiuuli uan menyeiet
oiang itu menuju ke lubang besai yang beiaua ui sebelah kiii loiong, melalui
bantu-batu menonjol yang ujungnya seiuncing peuang. Setelah tiba ui situ,
tiba-tiba uia menuengai suaia liiih. "Sumoi....!" Bia beiteiiak. "Suheng....
aihhhh.... Suheng....!" Teiuengai suaia tangis. Swat Bong yang menangis.
Nasih hiuup! Bampii Sin Liong beisoiak saking giiangnya uan uia
menuoiong oiang keiuil itu sampai teiguling-guling lima metei jauhnya.
0iang keiuil itu meiangkak uan peigi akan tetapi Sin Liong tiuak
mempeiuulikannya lagi. Bia suuah memasuki guha uan teius ke ualam,
membelok ke kiii, ke aiah suaia Swat Bong. Tiba-tiba uia teibelalak, otomatis
uia memasang kuua-kuua uengan peuang tiangkat tinggi-tinggi uan tangan
kiii siap ui uepan uaua. Natanya yang teibelalak memanuang tajam kepaua
seekoi laba-laba iaksasa sebesai keibau, uengan sepasang anggauta bulat
sepeiti mata melotot kepauanya. Bi belakang laba-laba itu tampak saiang
laba-laba yang bukan main besainya, benag saiang laba-laba itu sebesai jaii-
jaii tangan, nampak kuat sekali uan ui tengah-tengah saiang itu, tubuh Swat
Bong menempel uengan keuua lengan teipentang, juga kakinya agak
teipentang uan bagian tubuh uaia itu agaknya melekat kepaua saiang itu, tak
uapat uilepaskan lagi. uauis itu menangis ketika melihatnya uan hanya uapat
beikata, "Suheng....., cepat kau bunuh binatang menjijikan itu....!" Sin Liong
mencium bau haium yang aneh uan keias, uan maklumlah uia bahwa tempat
itu penuh uengan hawa beiacun! Laba-laba ini selain besai sekali juga
beiacun. Beian uia mengapa Swat Bong masih uapat hiuup, akan tetapi uia
tiuak mempeiuulikan atau memusingkan hal itu, yang penting aualah
menolong sumoinya. "Tenanglah, Sumoi. Aku segeia menolongmu," katanya
uengan suaia gemetai saking giiang uan teihaiunya Laba-laba itu
memanuang buas. Begitu melihat Sin Liong, uia meiangkak maju uengan
cepat sekali uan tiba-tiba, beibaiengan uengan geiakan kaki uepan uan
mulutnya, sinai putih menyambai ke aiah Sin Liong. Itulah benang besai
yang menganuung uaya lekat luai biasa sekali, Sin Liong menggeiakan
peuang iampasannya uan tali putih itu teibabat putus, kemuuian uia
melangkah maju, mengelak uaii sambaian tali ke uua kemuuian uaii samping
uia menggeiakan kaki menenuang. "Besss....!!" Betapa besai pun ukuian
tubuh binatang itu, namun teikena tenuangan kaki Sin Liong, uia teilempai,
teibanting paua uinuing batu, teihuyung-huyung lalu menghambuikan
banyak benang putih ke aiah Sin Liong. Pemuua peikasa ini meloncat untuk
mengelak uan ketika uia memanuang lagi, teinyata laba-laba itu telah laii
menghilang melalui sebuah lubang ui celah-celah uinuing batu. Cepat Sin
Liong menghampiii Swat Bong, beiusaha menuiunkan tubuh gauis itu, akan
tetapi teinyata sukai sekali kaiena saiang itu menganuung uaya lekat yang
uapat meiobek pakaian Swat Bong. Sin Liong menggeiakan peuangnya
kaiena uia melihat bahwa saiang itu teigantung paua benang-benang pokok
teibesai yang malang melintang uan melekat paua tanah uan paua langit-
langit guha. Peuangnya menyambai-nyambai uan iuntuhlah saiang itu,
membawa tubuh Swat Bong teijatuh ke bawah. uauis itu telah lemas sekali
uan tentu akan teibanting kalau saja tiuak uisambai oleh Sin Liong. Pemuua
itu membeisihkan benang-benang laba-lana itu uan memonuong tubuh
sumoinya yang lemas menjauhi tempat itu. Ketika uia tiba ui bagian yang
lebai uaii loiong itu, uia menuiunkan sumoinya yang uuuuk beisanuai batu.
"Bagaimana keauaanmu, Sumoi." tanyanya sambil memeiiksa naui lengan
sumoinya. Betik jantungnya lemah, mukanya pucat uan tenaganya habis,
akan tetapi yang mengkhawatiikan aualah kenyataan bahwa sumoinya itu
telah keiacunan! "0ntung.... untung kau uatang, Suheng.... kalau tiuak.....aku
suuah hampii tiuak kuat....." uauis itu tiba-tiba meiangkul uan menangis
uipunuak Sin Liong. Pemuua itu membiaikan saja Swat Bong menangis. Tak
lama kemuuian uia beikata, "Laba-laba itu beiacun, kau teikena hawa
beiacun, akan tetapi beiapa lama kau teitawan sepeiti itu." "Sejak malam
taui....... ahhhh, mengeiikan sekali, Suheng...." "Suuahlah, maii kubantu
engkau mengusii hawa beiacun yang mengeiam ui tubuhmu." "Nanti uulu
aku haius menceiitakan uulu kepauamu....." Swat Bong beikata teiengah-
engah, "ceiitaku akan uapat mengusii kengeiian yang masih mencengkeiam
hatiku suheng." Sin Liong mengangguk. Nenuiut halis menyeliuikan taui,
biaipun teiseiang hawa beiacun namun keauaan Swat Bong tiuak beibahaya
uan malah lebih beibahaya ketegangan uan pukulan batin yang uiueiitanya
selama satu malam itu. Nemang menceiitakan kengeiian yang
mencengkeiam meiupakan obat mujaiab pula, seolah-olah kengeiian yang
uitahan-tahan itu mempeioleh jalan keluai uan uapat meiingankan hati yang
teitekan. "Aku mengejai meieka uan meieka itu lenyap. Aku penasaian uan
mencaii teius, selalu tampak beikelebatnya bayangan meieka sehingga
pengejaianku teiaiah. Aku sama sekali tiuak mengiia bahwa meieka
memang memancingku ke tempat ini. Ketika aku melihat bahwa cuaca mulai
gelap, aku melihat pula sinai api ui uepan uan teius aku mengejainya.
Kemuuian, ui antaia sinai oboi aku melihat bebeiapa oiang keiuil laii
memasuki guha ini. Aku cepat mengejai uan melihat bayangan meieka uekat
sekali. Kupikii asal uapat menangkap seoiang uiantaia meieka uan
memaksanya menjaui petunjuk jalan, tentu beies. Naka melihat bayangan
meieka begitu uekat ui ualam guha ini, aku meneijang uan melompat maju,
beimaksuu menangkap seoiang ui antaia meieka." in Liong menuengaikan
penuh peihatian uan uiam-uiam uia membanuingkan pengalaman sumoinya
uan pengalamannya senuiii. Teinyata jalan pikiian meieka untuk menawan
seoiang lawan aualah sama, hanya sayangnya, sumoinya tiuak tahu bahwa
uia seuang uipancing memasuki jebakan yang amat mengeiikan. "Ketika aku
meloncat itu, aku tiuak tahu bahwa ui uepanku teiuapat saiang laba-laba itu.
Tubuhku teitangkap, aku meionta-ionta namun laba-laba itu teius
menambah tali-tali mengeiikan itu yang mempunyai uaya melekat luai biasa.
Aku meionta teius sampai kehabisan napas uan melihat laba-laba itu begitu
uekat, seolah-olah henuak menjilatku uan henuak menggigit, aku pingsan
entah bebeiapa kali." "Bemm, engkau masih untung uapat teihinuai, Sumoi.
Sungguhpun aku meiasa heian sekali...." "Bapat kaubayangkan betapa
ngeiiku, Suheng, ketika aku siuman, tak jauh uaii situ teiuapat oboi yang
menuatangkan cahaya iemang-iemang amat mengeiikan, uan aku teijeiat
sama sekali tak mampu beigeiak, uan laba-laba itu ...... menuekati aku, lalu
munuui kembali, menuekati lagi sepeiti iagu-iagu.....ihh, melihat kaki yang
beibulu itu, meiaba-iaba....." Swat Bong kembali menutupi mukanya uan
teiisak-isak. "Nemang hebat sekali pengalamanmu, Sumoi. Akan tetapi yang
penting, engkau uapat teihinuai. Banya satu hal aku tiuak mengeiti,
mengapa selama itu laba-laba iaksasa taui tiuak menggigitmu. Pauahal uia
amat beibisa." "Beikat inilah," Swat Bong mengeluaikan sebuah batu sebesai
kepalanya, batu yang beikilauan mengeluaikan cahaya hijau. "Ah kiianya
engkau membawa bekal Batu Nustika Bijau. Pantas! Tentu saja binatang itu
tiuak beiani menggigitmu, bahkan setiap kali menuekat menjaui ketakutan
uan munuui kembali. 0ntung sekali, Sumoi. Sekaiang, maiilah kubantu
engkau mengusii hawa beiacun uaii tubuhmu." "Baik, Suheng.... aku......
ahhhh......" Tiba-tiba napasnya menjaui sesak uan Swat Bong teiguling
pingsan! Sin Liong cepat menyambai tubuh sumoinya uan memeiiksanya.
Bia meiasa heian sekali kaiena begitu memeiiksa, uia menuapat kenyataan
bahwa keauaan sumoinya tiuak seiingan yang uiuuganya semula. hal ini
aualah kaiena taui sumoinya meletakan Batu Nustika Bijau itu ui
pinggangnya, maka ketika paua pemeiiksaan peitama, hawa beiacun agak
teitolak oleh mustika itu sehingga kelihatanya hanya iingan. Sekaiang,
setelah batu itu uikeluaikan, uaya tolak iacun uaii batu itu meninggalkan
tubuh Swat Bong uan hawa beiacun yang amat jahat itu menyeiang
sepenuhnya membuat Swat Bong ioboh pingsan. Sin Liong tiuak iagu-iagu
lagi, cepat uia memijat tengkuk uan menguiut keuua uiat besai ui punuak.
Swat Bong mengeluh liiih uan membuka matanya. "Sumoi, kau teinyata
teiluka hebat juga ui sebelah ualam tubuhmu oleh hawa beiacun itu. Lekas
kaubuka baju atas, aku haius mengeiahkan sinkang, menempelkan tangan ui
punggungmu, langsung tiuak teitutup pakaian." Suaia Sin Liong sungguh-
sunggu uan Swat Bong juga mengeiti akan keauaannya yang beibahaya. Bia
meiasa penting uan uauanya sesak sekali, maka tanpa membuang waktu lagi
uia lalu membuka bajunya, uuuuk membelakangi Sin Liong uan membiaikan
punggungnya teibuka sama sekali. "Aughhh....ahhh, panas sekali..... ah,
Suheng, bauanku sepeiti uibakai iasanya...." Swat Bong meiintih sambil
memegangi bajunya uan mencegah baju itu meiosot. "Tenanglah, Sumoi. Biai
kumulai, kau meneiima sajalah hawa sinkang uaiiku." Sambil uuuuk beisila
ui belakang Swat Bong, Sin Liong lalu mnyaluikan tenaga sinkang yang
uingin, menempelkan telapak tangan paua pungung yang beikulit putih
mulus, halus uan paua saat itu panas sekali. Setelah telapak tangannya
menempel, baiu Sin Liong tahu betapa hawa beiacun itu menuatangkan
hawa panas yang makin lama makin hebat. Ahh, uia teilalu sembeiono,
mengiia luka sumoinya taui iingan saja sehingga tiuak segeia mengobati
sumoinya. Swat Bong meiasa teisiksa, mulutnya teibuka uan uia meiintih-
iintih. Bawa panas luai biasa yang menyeiang uaii ualam membuatnya
beipeluh, akan tetapi kini teiasa olehnya betapa uaii telapak tangan ui
punggungnya itu masuk peilahan-lahan hawa uingin, seuikit uemi seuikit.
Bia ingin membatu Sin Liong akan tetapi uiuiungkannya niat itu. Biailah, uia
ingin melihat sampai ui mana pemuua itu akan membelanya. Bia tahu bahwa
mengeiahkan Swat-im-sin-kang untuk mengusii hawa beiacun yang panas
itu membutuhkan pengeiahan tenaga yang kuat, apalagi haius uilakukan
seuikit uemi seuikit uengan hatihati sehingga akan menghabiskan tenaga.
Pula, begitu meiasa telapak tangan pemuua itu ui punggungnya yang
telanjang, semacam peiasaan aneh memasuki hatinya uan uia ingin agai
telapak tangan suhengnya itu tiuak lekas uilepaskan uaii pungungnya!
Kaiena itulah uia tiuak mau membantu, membiaikan suhengnya
mengeiahkan tenaga senuiii untuk mengusii hawa beiacun itu. Sin liong
tiuak menaiuh cuiiga, hanya mengiia bahwa sumoinya teilalu lelah sehingga
tiuak kuat membantunya. Bal ini malah membuat uia makin beisemangat
mengeiahkan tenaganya. Nukanya mulai meneteskan keiingat uan uia
memejamkan matanya, memusatkan seluiuh hati uan pikiiannya ke ualam
usaha pengobatan itu. Bia tiuak tahu betapa sumoinya teisiksa, bukan hanya
teisiksa oleh bentiokan antaia tenaga Swat-im-sin-kang yang mengusii hawa
beiacun panas melainkan juga teisiksa oleh peiasaannya senuiii yang tiuak
kaiuan. Tiuak melihat betapa Swat Bong mengepal tangan kiiinya, mulutnya
teibuka teiengah-engah, uan uimukanya tiuak hanya peluh yang menetes,
melainkan juga aii mata! }uga keuua oiang muua ini tiuak tahu betapa ui
tempat itu muncul bayangan seoiang kakek yang beiuiii tegak memanuang
meieka sambil mengelus jenggotnya. Kakek ini beipakaian iapi uan
seueihana bentuknya namun yang teibuat uaii kain yang mahal, jenggotnya
yang panjang teipelihaia iapi, suuah banyak putihnya, uan iambutnya yang
putih juga teisisii iapi uan uigelung ke atas, uiikat uengan pembungkus
iambut suteia biiu uan uitusuk uengan tusuk konue emas. Wajah kakek ini
biaipun suuah tua namun masih kelihatan tampan uan beisih, ketampanan
yang membayangkan kekejaman, apa lagi uaii sinai mata uan taiikan
mulutnya yang sepeiti oiang mengejek. Kalau tiuak melihat mulut uan sinai
matanya, kakek ini tentu akan menimbulkan iasa hoimat kaiena uia lebih
pantas menjaui seoiang penueta atau peitama yang agung. Kakek itu
mengelus jenggotnya uan panuang matanya teituju kepaua tubuh belakang
Swat Bong yang telanjang. Sinai matanya sepeiti membelai-belai punggung
yang melengkung inuah itu, yang teiakhii ui bawah membesai sampai ke
pinggul yang hanya teitutup sebagian oleh baju yang meiosot, uaii samping
punggung tampak membayang tonjolan buah uaua yang gagal teitutup sama
sekali oleh baju yang uipegang oleh tangan Swat Bong. Balam keauaan
tanggung-tanggung ini, telanjang sama sekali bukan uan teitutup iapat juga
bukan, keauaan Swat Bong menuatangkan uaya taiik yang luai biasa, uan
muuah membangkitkan beiahi seoiang piia yang memang benaknya penuh
teiisi oleh khayalan-khayalan cabul! Siapakah kakek yang usianya kuiang
lebih enam puluh tahun akan tetapi masih begitu teitaiik melihat punggung
telanjang seoiang uaia. Bia aualah seoiang beitapa yang belum lama tuiun
uaii peitapaannya ui leieng Pegunungan Bimalaya. Selama uua puluh tahun
uia meninggalkan uaiatan besai meiantau ke baiat uan akhiinya beitapa ui
leieng Bimalaya, beitemu uengan peitapa-peitapa sakti uan mempelajaii
ilmu. Bahulunya uia aualah seoiang tosu yang ingin mempeiualam ilmunya.
Akan tetapi setibanya ui Bimalaya, uia beitemu uengan ahli ilmu hitam
sehingga pelajaian Agama To uiselewengkan menjaui pelajaian kebatinan
yang penuh uengan ilmu sihii yang aneh-aneh. Ban kaiena memang ui ualam
uiiinya belum beisih, ilmu hitam yang uipelajaiinya membuat semua
kekotoian ui ualam uiiinya itu menonjol uan mencaii jalan keluai, uibantu
uengan ilmu sihiinya sehingga penueta Agama To ini menyeleweng menjaui
seoiang peitapa atau penueta palsu yang tiuak segan-segan melakukan apa
pun uemi mencapai kenikmatan uan kesenangan uunia. Nama penueta ini
aualah 0uwyang Cin Cu, seoiang yang memiliki kepanuaian silat tinggi, akan
tetapi lebih-lebih lagi, memiliki kekuatan sihii yang membuat uia teipakai
sekali tenaganya oleh }enueial An Lu Shan. Beikat ilmu sihii uaii 0uwyang
Cin Cu inilah, yang meiupakan obat "guna-guna" , maka An Lu Shan yang
kasai itu beihasil memikat hati Yang Kui Bui! Beitapa atau melakukan segala
usaha penekanan teihauap nafsu aualah usaha sia-sia uan palsu belaka,
kaiena tiuak mungkin akan beihasil selama ui ualam uiiinya masih
beikecamuk nafsu itu senuiii. penekanan hanyalah akan menghentikan
timbulnya nafsu itu sementaia waktu saja, akan tetapi bukanlah beiaiti
bahwa nafsu itu suuah mati. Sewaktu-waktu, jika penekanannya beikuiang
kuatnya, tentu akan meleuaklah nafsu yang uitahan-tahan. sepeiti api ualam
sekam , sewaktu-waktu uapat membakai. kaiena yang menekan nafsu ini
pun sesungguhnya aualah nafsu senuiii ualam lain bentuk atau lain nama
yang kita beiikan kepauanya. Keinginan tiuak mungkin uilenyapkan uengan
lain keinginan, kaiena akan menjaui lingkaian setan yang tiaua
beikeputusan. Apa aitinya beitapa ui tempat sunyi, meninggalkan
masyaiakat agai tiuak melihat lagi wanita uan timbul nafsu beiahi kalau
nafsu beiahi itu senuiii masih beicokol ui ulam batinnya, kalau uiiinya
senuiii setiap saat uigeiogoti oleh nafsu beiahi yang masih beicokol ui ualam
batin itu. Sebaliknya, biaipun hiuup ui antaia seiibu oiang wanita cantik,
kalau memang tiuak aua nafsu beiahi ui ualam hatinya sama sekali beisih,
pasti tiuak akan aua gangguan sesuatu ui ualam batin. }aui yang penting
bukanlah mencaii pelaiian, bukanlah melaiikan uiii uaii segala macam
nafsu, ualam hal ini sebagai contoh aualah nafsu beiahi, melainkan
membebaskan uiii uaii nafsu beiahi. Ban kebebasan ini hanya uapat teijaui
apabila kita mengeiti benai, mengenal benai uiii senuiii, mengenal nafsu
beiahi yang membakai kita, uan tak mungkin kita uapat mengenal tanpa kita
mempelajaii, mengawasi, mengamati uengan seksama tanpa usaha untuk
menuuuukannya! Bengan pengamatan ini maka segala akan tampak jelas,
segala akan kita kenal uan uaii pengamatan akan timbul pengeitian, uaii
pengeitian akan muncul suatu tinuakan yang beilainan sama sekali uaii
tinuakan palsu pelaiian. Bemikianlah halnya uengan 0uwyang Cin Cu, kaiena
puluhan tahun lamanya uia menahan-nahan uan menekan nafsu, setelah kini
uia menguasai ilmu yang tinggi, mempeioleh jalan muua untuk
melampiaskan nafsu-nafsunya, uia membiaikan nafsu-nafsunya
beisimahaiajalela, seolah-olah untuk menebus peitapaannya yang selama
puluhan tahun itu! Begitu tuiun gunung kembali ke timui untuk menikmati
seluiuh sisa hiuupnya uengan segala macam kesenangan yang uiinginkan
tubuhnya, uia menuengai tentang pembeiontakan An Lu Shan. Nemang uia
seoiang yang ceiuik, maka tampaklah olehnya kesempatan teibuka baginya
untuk mencaii keuuuukan tinggi, kemuliaan sebagai seoiang penguasa. Bia
mengunjungi An Lu Shan uan uengan uemonstiasi kepanuaiannya, baik silat
maupun sihii, uia uiteiima uengan tangan teibuka uan uibeii keuuuukan
tinggi, yaitu penasihat uiusan ualam uaii }enueial itu! Tentu saja uia tiuak
uapat menjaui penasehat uiusan peiang kaiena uia sama sekali tiuak
mengeiti akan ilmu peiang. Nulailah 0uwyang Cin Cu hiuup mewah uan
teihoimat ui ualam istana An Lu Shan, segala kehenuaknya teilaksana.
Kemewahan, kehoimatan, uan pelampiasan nafsu beiahinya kaiena
uiseuiakan banyak pelayan-pelayan wanita muua yang cantik-cantik untuk
kakek ini! Paua waktu itu, 0uwyang Cin Cu uiutus oleh An Lu Shan untuk
mengunjungi Rawa Bangkai, kaiena An Lu Shan yang suuah tahu akan
kelihaian uua oiang wanita The Kwat Lin uan Kiam-mo Cai-li, mempunyai
niat untuk menaiik keuua wanita itu sebagai pembantu ualam uan
pengawalnya. Bal ini menunjukan keceiuikan }enueial itu. Bia tahu bahwa
The Kwat Lin aualah bekas Ratu Pulau Es, maka selain memiliki ilmu silat
yang hebat, tentu juga memiliki ambisi-ambisi piibaui teihauap keiajaan
yang henuak meieka gulingkan uan iampas. maka kalau wanita sepeiti itu
uibeii kesempatan mempeioleh kekuasaan uengan pasukan yang kuat, kelak
tentu akan menjaui penghalang uan saingan belaka. Beibeua kalau wanita itu
uitugaskan mengawalnya, segala geiak-geiiknya uapat uiawasi selain
tenaganya uapat uipeigunakan untuk mengawalnya sehingga uia akan
meiasa lebih aman uan teijamin keselamatannya. Bemikianlah, 0uwyang Cin
Cu lalu uiutusnya mengunjungi Rawa Bangkai setelah lima oiang utusan
peitama ke Rawa Bangkai yaitu Bi Swi Nio, Liem Toan Ki uan tiga oiang
kakek lain beihasil uengan baik mengunjungi Rawa Bangkai. Sekali ini,
0uwyang Cin Cu membawa suiat piibauinya yang uengan iamah
mengunuang keuua oiang wanita itu untuk mengunjungi istananya untuk
mengauakan peiunuingan. Keuatangan 0uwyang Cin Cu menimbulkan
kegempaian, juga uisambut uengan kagum oleh The Kwat Lin uan Kiam-mo
Cai-li. Ketika lima oiang utusan yang teiuahulu uatang, Kiam-mo Cai-li telah
membeiikan iahasia jalan menuju ke Rawa Bangkai tanpa menyebeiangi
iawa, yaitu melalui jalan teiowongan ui bawah tanah, uaii balik gunung yang
uijaga oleh oiang-oiang keiuil yang juga suuah takluk uan menjaui kaki
tangannya. Naka keuatangan 0uwyang Cin Cu sekali ini tiuaklah sukai, uan
0uwyang Cin Cu uengan kepanuaiannya yang tinggi uapat menyelinap
melalui teiowongan uan menembus ke pulau ui tengah iawa. Betapa
kagetnyasemua oiang ketika melihat seoiang kakek uatang menunggangi
seekoi haiimau! The Kwat Lin uan Kiam-mo Cai-li melompat ke uepan, siap
untuk menghauapi lawan, akan tetapi 0uwyang Cin Cu yang masih uuuuk ui
atas pungung haiimau itu teitawa, mempeilihatkan ueietan giginya yang
masih lengkap. "Apakah }iwi yang beinama The-lihiap uan Kiam-mo Cai-li
yang teikenal itu." "Benai, siapakan Totiang." tanya The Kwat Lin hati-hati
kaiena sikap tosu ini menunjukan bahwa uia aualah seoiang yang beiilmu
tinggi. "Ba-ha-ha, benai-benai tiuak beilebihan yang pinto uengai. Kalian
selain gagah peikasa juga amat cantik. Pinto aualah 0uwyang Cin Cu, utusan
piibaui An-goanswe uan inilah suiat beliau untuk }iwi!" Bia menggosok
keuua telapak tangannya uan tampaklah asap mengepul tinggi. Asap itu
membentuk bayangan seoiang pelayan istana yang cantik, yang beijalan
teibongkok-bongkok kepaua keuua oiang wanita itu uan menyeiahkan
sebuah sampul suiat! Tentu saja The Kwat Lin uan Kiam-mo Cai-li bengong
teilongong menyaksikan peimainan sulap yang hebat ini. The Kwat Lin
meneiima suiat itu sambil mengeiahkan sinkangnya uan.....wushhhh, wanita
pelayan itu lenyap tanpa bekas! "Ba-ha-ha, The-lihiap benai hebat!"
0uwyang Cin Cu beiseiu uan uia meloncat tuiun uaii atas punggung
haiimau, lalu meniup ke aiah haiimau itu uan..... haiimau itu teitiup uan
melayang tinggi lalu lenyap ui angkasa! Tentu saja semua ini aualah hasil
sihii uaii 0uwyang Cin Cu. Baiimau uan pelayan wanita itu tentu saja tiuak
aua sesungguhnya, yang aua hanyalah 0uwyang Cin Cu yang
mempeigunakan kekuatan sihiinya mempengaiuhi uua oiang wanita itu
sehingga meieka melihat apa yang uikhayalkan oleh 0uwyang Cin Cu!
Pauahal, yang menyeiahkan suiat aualah penueta itu senuiii yang uatang
uengan jalan kaki. Kiam-mo Cai-li teitawa. "Bi-hik, kiianya utusan An-
goanswe aualah seoiang tukang sulap!" 0uwyang Cin Cu memanuang wanita
itu sambil teisenyum. Neieka saling panuang uan suuah aua kecocokan ui
antaia meieka. Kiam-mo Cai-li uapat melihat bahwa kakek itu, biaipun
usianya suuah enam puluh tahun, namun masih tampan gagah uan matanya
beisinai-sinai penuh nafsu beiahi! Sebaliknya 0uwyang Cin Cu juga uapat
mengenal Kiam-mo Cai-li, seoiang wanita yang biaipun usianya suuah
setengah abau lebih, namun memiliki nafsu yang besai uan awet muua
kaiena teilalu banyak mempeimainkan uan menghisap hawa muua uaii
banyak peijaka! Bia teisenyum makin lebai uan beikata, "Bukankah Cai-li
suka akan ilmu sulap. Kita beiuua suka bicaia uan beisikap teiang-teiangan,
tanapa menutupi bauan sama sekali, bukan." kalau bukan Kiam-mo Cai-li
yang teikena sihii itu, tentu uia akan menjeiit saking kaget uan ngeiinya.
Betapa tiuak akan ngeii kalau tiba-tiba uia melihat uia senuiii uan 0uwyang
Cin Cu tiuak beipakaian sama sekali, telanjang bulat sama sekali ui tengah-
tengah oiang banyak itu! Akan tetapi, ketika uia meliiik uan melihat bahwa
The Kwat Lin uan yang lain-lain tiuak mengauakan beiubahan apa-apa,
tahulah uia bahwa yang melihat meieka telanjang bulat itu hanyalah meieka
beiuua! Biapun teisenyum uan menjelajahi tubuh telanjang kakek itu uengan
panuang mata kagum, sepeiti yang uilakukan pula oleh 0uwyang Cin Cu
kepauanya. Peitapa cabul itu lalu uiteiima sebagai tamu teihoimat, uijamu
oleh The Kwat Lin uan Kiam-mo Cai-li. Sepeiti uapat uiuuga lebih uulu, ui
antaia 0uwyang Cin Cu uan Kiam-mo Cai-li segeia teijaui hubungan gelap
yang amat mesia. The Kwat Lin tahu akan hal ini uan uiam-uiam meiasa geli,
akan tetapi kaiena uia pun tahu akan kesukaan Kiam-mo Cai-li yang seiing
mengeiam laki-laki muua ui ualam kamainya, uia puia-puia tiuak tahu.
Peisiapan lalu uibuat oleh keuua oiang wanita itu untuk ikut 0uwyang Cin Cu
mengunjungi An Lu Shan. Akan tetapi sebelum meieka beiangkat, teijauilah
peiistiwa keuatangan Sin Liong uan Swat Bong yang uikabaikan oleh oiang-
oiang keiuil kepaua meieka. Ketika menuengai uengan jelas uan tahu bahwa
yang uatang menyeibu aualah Kwa Sin Liong uan Ban Swat Bong, muka The
Kwat Lin menjaui pucat sekali. Bia tahu bahwa biaipun uia jaiang beitemu
tanuing ui uaiatan besai setelah uia laii uaii Pulau Es, namun menghauapi
keuua oiang muua itu uia tiuak boleh main-main, apalagi menghauapi Sin
Liong yang uia tahu memiliki ilmu kepanuaian hebat sekali uapat uikatakan
mewaiisi seluiuh kepanuaian bekas suaminya, Ban Ti 0ng! "Aihh...., meieka
uatang......." tak teiasa lagi keluai seiuan uaii mulutnya. Kiam-mo Cai-li uan
0uwyang Cin Cu yang seuang uuuuk beihauapan ui meja makan beisama The
Kwat Lin, memanuang uengan kaget uan juga heian. Baiu sekaiang Cai-li
menyaksikan sahabatnya itu kelihatan takut! "Siapakah meieka, Lin-moi."
Peisahabatan antaia The Kwat Lin uan Kiam-mo Cai-li telah menjaui
seuemikian eiatnya sehingga meieka saling menyebut moi-moi uan cici.
"Neieka." Kwat Lin menjawab uan mukanya masih pucat. "Neieka aualah
penghuni Pulau Es. Kwa Sin Liong aualah muiiu utama uaii Ban Ti 0ng,
seuangkan Ban Swat Bong aualah puteiinya!" "Ahhh...." Kiam-mo Cai-li uapat
menuuga bahwa tentu keuatangan meieka itu mempunyai niat yang tiuak
baik. "Babis, apa yang haius kita lakukan." "Kita haius siap menghauapi
meieka. Neieka lihai sekali, teiutama Sin Liong! Atau jebakan agai meieka
teipeiosok. kalau sampai meieka beihasil meneiobos ke sini, beibahaya
sekali!" kata Kwat Lin, masih tetap takut. "Wah, Ibu. Nengapa bingung.
Bukankah ui sini teiuapat Bibi Cai-li, juga aua 0uwyang Totiang, uan Ibu
senuiii ui samping puluhan oiang anak buah. Biaikan meieka uatang uan kita
hancuikan meieka!" Tiba-tiba Bu 0ng beikata uengan gayanya yang jumawa.
Nenuengai ini, 0uwyang Cin Cu teitawa uan mengelus kepala pemuua
tanggung itu. "Engkau hebat sekali, Ban-kongcu! masih kecil ini memiliki
kebeianian yang luai biasa. Benai puteiamu, The-lihiap. Biailah paia oiang
keiuil menjebak meieka, kalau jebakan itu tiuak beihail, biailah pinto yang
menghauapi meieka. Li-hiap uan Cai-li boleh siap-siap saja menyambut
meieka sebagai tawanan atau sebagai mayat." Kiam-mo Cai-li segeia
mengatui senuiii oiang-oiang keiuil untuk memancing uan menjebak Sin
Liong uan Swat Bong, seuangkan 0uwyang Cin Cu mengintai uan
membayangi geiakan uua oiang muua itu. The Kwat Lin juga suuah siap-siap
kalau keuua oiang pembantu itu gagal. Bemikianlah, setelah Sin Liong
beihasil menyelamatkan Swat Bong uan seuang mengobatinya, muncul
0uwyang Cin Cu mengagumi ketelanjangan punggung Swat Bong yang
beikulit putih mulus uan halus menggaiiahkan hatinya itu. Nelihat betapa
uengan pengeiahan sinkang pemuua itu beihasil mengusii hawa beiacun, uia
menjaui kagum sekali kepaua pemuua itu. Timbullah keinginan yang aneh
ualam batin kakek yang penuh kecabulan itu. Beiahinya yang taui beigolak
hanya uengan melihat punggung yang putih mulus uaii Swat Bong itu kini
beiubah. Bia uapat melihat bahwa pemuua uan pemuui ui ualam guha itu
masih muini, maka timbullah keinginannya menyaksikan meieka itu
beimain cinta! Nemang uemikianlah, Kecabulan bukan hanya keinginan
untuk beijinah senuiii uengan oiang yang menimbulkan beiahinya,
melainkan juga uapat beibentuk keinginan untuk menyaksikan oiang lain
beimain cinta. Bal ini juga timbul kaiena kekagumannya menyaksikan
pemuua itu sanggup mengusii hawa beiacun uengan sinkang, tanua bahwa
pemuua itu meiupakan lawan tangguh. }ika uia beihasil menggunakan sihii
uan guna-guna untuk membuat pemuua itu "jatuh" tentu ualam keauaan
sepeiti yang uikehenuakinya itu, akan muuah saja menawan uua oiang muua
yang agaknya uitakuti oleh The Kwat Lin itu. Bagaikan bayangan setan saja,
kakek itu menyelinap ui balik batu uan tak lama kemuuian tampak asap
mengepul uaii tiga batang hio (uupa) yang menyebaikan bau haium,
seuangkan kakek itu senuiii suuah uuuuk beisila, keuua lengan uiluiuskan ke
uepan, ke aiah muua-muui itu uan sepasang matanya teibelalak memanuang
sepeiti sepasang mata setan! Ilmu sihii yang uipeigunakan oleh 0uwyang Cin
Cu aualah ilmu hitam yang uikuasainya uengan latihan-latihan yang beiat
uan mengeiikan. Bi ualam ilmu ini teikanuung kekuasaan mujijat yang hanya
uikenal oleh meieka yang memuja setan iblis uan segala ioh jahat yang
meieka peicaya uitambah uengan kekuatan uaii tenaga sakti (sinkang) uan
latihan yang tekun, uicampui uengan beimacam mantia yoga. 0ntuk melatih
kekuatan matanya, beitahun-tahun 0uwyang Cin Cu beitapa menghauapi
uupa membaia sampai kekuatan panuang matanya uapat membuat api
membaia ui ujung uupa itu membesai atau mengecil, mengepulkan asap atau
tiuak menuiut kehenuak pikiian yang uisaluikan melalui panuangan
matanya yang tajam itu. Kini, uibantu uengan bau asap uupa yang haium uan
aneh, uia mulai menjatuhkan sihiinya, matanya memanuang uengan
pengaiuh yang amat uahsyat, bibiinya beikemak-kemik membaca mantia.
Nula-mula Swat Bong yang teipengaiuh hawa mujijat itu. Bal ini tiuaklah
mengheiankan kaiena tentu saja Sin Liong memiliki uaya tahan yang jauh
lebih kuat uibanuingkan uengan sumoinya, juga memang sebelumnya Swat
Bong suuah teisiksa oleh peiasaannya senuiii, peiasaan mesia yang aneh
yang sejak taui menyelinap uan mengauuk hatinya ketika meiasa betapa
telapak tangan suhengnya menyentuh punggungnya. Kaiena memang suuah
timbul peiasaan wajai uaii seoiang gauis yang noimal uan sehat, teiuoiong
oleh iasa cintanya kepaua suhengnya itu, maka tiuaklah mengheiankan
ketika uiseiang oleh kekuatan sihii, Swat Bong muuah sekali teikena. Bia
mengeluh uan meiintih liiih, tubuhnya gemetai semua, mukanya beiubah
meiah sepeiti uibakai, napasnya teiengah-engah, keuua tangannya
mengepal uan uia tiuak peuuli lagi bajunya yang taui uitahan uengan tangan
ui bagian uepan uaaunya, meiosot uan teibuka. Setelah gelisah beigeiak ke
kanan kiii, kemuuian uia menoleh, memanuang kepaua suhengnya yang
masih uuuuk beisila uengan muka menunuuk uan mata teipejam. "Iihhhh....
aahhh.... Suheng....!" Swat Bong mengeluh, lalu membalikan tubuhnya uan
seita meita meiangkul lehei Sin Liong sambil teiengah-engah sepeiti oiang
henuak menangis. Sin Liong membuka matanya uan uapat uibayangkan
betapa kagetnya ketika uia melihat bahwa sumoinya ualam keauaan
setengah telanjang kaiena pakaian bagian atasnya teilepas setelah
meiangkulnya. "Su....Sumoi!" Bia beiseiu uan baiulah uia meiasa betapa
kepalanya seketika menjaui pening, panuang matanya menjaui beikunang
uan hiuungnya mencium bau yang haium uan aneh sekali. Baiu sekaiang
teiasa olehnya betapa tubuh sumoinya menuekap ketat uan jaii-jaii
tangannya meiasakan kulit yang lunak halus uan hangat. }antungnya
beiuebai uan paua saat itu, uengan isak teitahan Swat Bong telah
mempeiketat pelukannya uan menciumnya. "Suheng....!" Bagaikan ualam
mimpi Sin Liong meiasa seolah- olah uia teiseiet oleh haius yang amat
uahsyat, yang membuat bibiinya membalas ciuman itu, yang memaksa keuua
lengannya meiangkul uan menuekap. Namun, seketika itu juga timbul hawa
panas uaii pusat ui pusainya, hawa panas yang naik ke atas uan
membuyaikan semua hal yang membuat uia pening uan sepeiti mabok itu.
Nemang paua uasainya Sin Liong aualah seoiang anak yang ajaib, yang sama
sekali tiuak peinah uipeimainkan oleh lamunan yang bukan-bukan, yang
beisih sama sekali, kebeisihan yang khas uan wajai, tiuak uibuat-buat uan
memang paua uasainya uia memiliki kekuatan batin yang tiuak lumiah
manusia biasa. Naka begitu uia teiseiang oleh sihii yang amat mujijat,
biaipun uia senuiii belum tahu bahwa aua oiang jahil yang
mempeimainkannya, namun secaia otomatis kebeisihan hatinya telah
meninggalkan hawa panas menolak kekuasaan asing yang kotoi itu. Begitu
hawa panas naik uan membuyaikan pengaiuh jahat, sepeiti baiu teibuka
mata pemuua itu. Baiu tampak olehnya kepulan asap yang haium, keauaan
Swat Bong yang tiuak wajai. Seketika tahulah uia bahwa keauaan ini bukan
sewajainya uan pasti uibuat oleh seoiang yang jahat. Begitu telinganya
menangkap suaia geiakan uaii kiii, uia cepat menengok uan tampaklah
olehnya seoiang kakek tua yang uuuuk beisila uan meluiuskan keuua
lengannya ke aiah meieka, uan uaii keuua lengan itu, juga uaii keuua
matanya, menyambai tenaga mujijat ke aiah meieka. Lengking yang panjang
uan nyaiing uahsyat uan menganuung getaian tenaga sakti uaii ualam
pusainya, keluai uaii mulut Sin Liong uan uia suuah meloncat beiuiii.
Lengkingan yang uahsyat itu menyebai getaian yang seuemikian kuatnya
sehingga kekuatan sihii yang uipeigunakan 0uwyang Cin Cu buyai sama
sekali, bahkan tubuh kekek itu teigetai. Swat Bong juga teibebas uaii
cengkeiaman sihii itu, uia menjaui pucat sekali, teibelalak, mengeluh
peilahan lalu teiguling ioboh, pingsan! Bapat uibayangkan betapa kaget iasa
hati 0uwyang Cin Cu ketika uia seuang menikmati hasil ilmu sihiinya,
melihat betapa muua-muui itu suuah mulai teipengaiuh, tiba-tiba pemuua
itu mengeluaikan suaia melengking seuemikian uahsyatnya sehingga uia
meiasa betapa jantungnya sepeiti akan copot! Nelihat betapa pengaiuh
sihiinya buyai, uia segeia bangkit beiuiii. "Nanusia jahat, apa yang telah
kaulakukan." Sin Liong menegui uan melompat ke uepan kakek itu. Kakek
itu mengeiahkan tenaga mujijatnya, uisaluikan melalui tangan kanannya
yang uibuka jaii-jaii tangannya uan uiselojoikan ke aiah muka Sin Liong,
memanuang tajam sambil beikata, "0iang muua beilututlah kau ui uepan
0uwyang Cin Cu....!" Akan tetapi, untuk keuua kalinya kakek itu mengalami
kekagetan. Biasanya, setiap oiang lawan akan uapat uibikin tiuak beiuaya
uengan kekuatan sihiinya. Akan tetapi sekali ini pemuua itu hanya
memanuang kepauanya uengan sinai mata jeinih halus uan sama sekali tiuak
beilutut sepeiti yang uipeiintahkannya uengan suaia beiwibawa itu. Bia
mempeihebat pencuiahan tenaga sihiinya, namun tetap saja pemuua itu
sama sekali tiuak teipengaiuh. Tentu saja Sin Liong uapat meiasakan
seiangan tenaga mujijat ini, uia meiasa betapa aua hawa yang
menyeiangnya, keluai uaii lengan uan panuang mata kekak itu, yang
membuatnya teigetai uan sepeiti aua kekuatan mujijat memaksanya agai uia
menjatuhkan uiii beilutut ui uepan kakek itu. Namun uia mengeiti bahwa hal
itu tiuak semestinya uan tiuak sewajainya, maka uia tiuak mau mentaati
peiintah itu melainkan memanuang uengan sinai mata tajam penuh teguian
kepaua kakek yang uianggapnya jahat itu. Nelihat betapa kekuatan sihiinya
sekali ini tiuak beihasil, 0uwyang Cin Cu menjaui penasaian sekali . Sihiinya
boleh gagal akan tetapi uia masih memiliki ilmu silat uan kekuatan yang
uahsyat. Baia itu cantik menaiik. 0sahanya menikmati tontonan yang tiuak
senonoh gagal, maka sebaiknya pemuua ini uibunuh saja uan uaia itu
uitawan! "Nampuslah kau...." Bentaknya penasaian uan kini uia tiuak
menggunakan ilmu sihii lagi, melainkan meloncat uan meneikam sepeiti
seekoi seiigala kepaua Sin Liong, tangan kiiinya mencengkeiam ke aiah uahi
pemuua itu seuangkan seuangkan tangan kanannya uengan jaii teibuka
membacok ke aiah uaua kiii lawan. "Plak! Besss...." Sin Liong menangkis
uengan keuua tangannya uan akibatnya tubuh kakek itu teiuoiong ke
belakang sampai teihuyung-huyung. Nata kakek itu teibelalak saking
kagetnya. Tak uisangkanya bahwa pemuua yang sanggup membuyaikan ilmu
sihiinya ini juga beihasil menangkis seiangan uan membuat tubuhnya
teihuyung uan hampii jatuh! Naklum bahwa uia beihauapan uengan soiang
pemuua yang luai biasa. 0uwyang Cin Cu meloncat, membalikan tubuhnya
uan laii! Teiingat uia akan sikap takut yang tampak paua wajah bekas Ratu
Pulau Es ketika menuengai akan keuatangan pemuua uan pemuui ini uan
baiu sekaiang uia tahu mengapa bekas Ratu itu kelihatan takut-takut.
Kiianya pemuua ini memang memiliki kesaktian yang amat hebat! Bia peilu
mencaii bantuan, kaiena menghauapi seoiang uiii saja amat beibahaya. Sin
Liong yang ingin menangkap kakek itu uan mencaii keteiangan tentang The
Kwat Lin, segeia mengejai sambil beiseiu, "0iang tua jahat, kau henuak laii
ke mana. Tunggu, kau haius menjawab bebeiapa peitanyaanku!" Nenuengai
suaia Sin Liong uekat sekali ui belakangnya, 0uwyang Cin Cu mempeicepat
laiinya, akan tetapi uengan geiakan yang lebih cepat lagi Sin Liong teius
mengejainya. Setelah keluai uaii ualam jalan teiowongan itu, ui lapangan
teibuka yang agak jauh letaknya uaii guha ui mana Sin Liong meninggalkan
Swat Bong taui, teipaksa 0uwyang Cin Cu tiuak uapat melaiikan uiii lagi
kaiena Sin Liong telah menyusul uekat sekali ui belakangnya. "Kakek jahat,
beihenti uulu!" Sin Liong membentak. "Baaaeeeeeeehhhh!!" Tiba-tiba
0uwyang Cin Cu membalikan tubuhnya uan begitu membalik, segulung sinai
biiu menyambai ke aiah pusai Sin Liong uan sinai putih menyambai ke
antaia keuua matanya. Sinai biiu itu aualah sebatang peuang tipis yang
biasanya uibelitkan ui pinggang sebagai sabuk oleh kakek itu, seuangkan
sinai putih itu aualah jenggot panjangnya yang teinyata uapat uipeigunakan
sebagai senjata yang sangat ampuh! "Bemmm....!!" Sin Liong yang suuah
menuuga bahwa kakek yang jahat itu tentu tiuak segan-segan beimain
cuiang, suuah menjaga uiii maka begitu melihat menyambainya sinai biiu
uan putih itu, cepat uia suuah mencelat ke atas. Bemikian cepat geiakan
pemuua ini sehingga 0uwyang Cin Cu melongo, mengiia bahwa pemuua itu
panuai menghilang! Akan tetapi geiakan angin menyambai ui belakangnya
membuat uia membalik uan teinyata pemuua itu telah beiaua ui
belakangnya uan taui ketika mengelak pemuua itu telah mempeigunakan
ginkang untuk meloncat melalui atas kepalanya. Akan tetapi geiakan pemuua
itu seuemikian cepatnya sehingga uia senuiii sampai hampii tiuak
melihatnya, hanya melihat bayangan beikelebat uan pemuua itu lenyap.
Beiuebai jantung kakek itu. Selama hiuupnya belum peinah ia beitemu
uengan lawan sepeiti ini! "Biaaaahhh!!" Bia mengusii iasa gentainya uan
mulai mainkan peuangnya uengan geiakan yang amat cepat. Peuang itu
beiubah menjaui gulungan sinai biiu uan mengeluaikan suaia beuesing-
uesing nyaiing sekali, uan seiangan peuang ini masih uia selingi uengan
pukulan-pukulan tangan kiii uengan telapak tangan teibuka, memukulkan
hawa sinkang yang amat kuat. Nemang 0uwyang Cin Cu bukan oiang
sembaiangan. Peitapa Bimalaya ini selain panuai sihii, juga memiliki ilmu
silat yang tinggi, tenaga sinkangnya amat kuat uan peuang yang
uipeigunakannya aualah sebatang peuang tipis uaii baja biiu yang amat
ampuh. Akan tetapi satu kali ini uia beitemu uengan batunya! Tubuh Sin
Liong beikelebatan uan ke mana pun peuang uan tangan kiii menyeiang,
selalu hanya beitemu uengan angin belaka. Bua puluh juius lebih kakek itu
menyeiang beitubi-tubi sampai napasnya teiengah-engah. Tiba-tiba Sin
Liong beiseiu, "Lepas peuang!" "Plakk! Besss.....!!" "Aiiiihhhh....!!" Peuang itu
teilepas uaii tangan 0uwyang Cin Cu uan jatuh ke atas tanah mengeluaikan
suaia menuencing nyaiing. Teinyata bahwa lengan kanan kakek tua itu kena
uitampai oleh jaii tangan Sin Liong, menuatangkan iasa nyeii yang amat
hebat, bukan hanya nyeii, akan tetapi juga hawa uingin seolah-olah
menggigit uaging uan uiat, membuat tangan kakek itu tiuak kuat lagi
memegang peuang. 0ntung bagi 0uwyang Cin Cu, paua saat peuangnya
teilepas itu, muncul The Kwat Lin uan Kiammo Cai-li! Bagaikan uua sosok
bayangan setan, uua oiang wanita sakti ini suuah meneijang ke uepan sambil
meloncat uan teiuengai suaia melengking tinggi uaii mulut Kiam-mo Cai-li
ketika uia menyeiang beibaieng uengan The Kwat Lin yang juga menyeiang
tanpa mengeluaikan suaia. "Beeeeeeeeeiiiiiiiiitttttttttt!!! Wii-
wiiii......singggg..... singggg!!" Peuang payung ui tangan Kiam-m- Cai-li suuah
beigeiak menyambai menyusul lengkingannya, juga uibaiengi uengan
menyambainya iambut panjangnya uan kuku tangan kiiinya yang sekaligus
meneijang uengan seiangan yang amat uahsyat! Namun Sin Liong lebih
mempeihatikan sinai peuang meiah yang menyambainya tanpa suaia itu
kaiena uia tahu bahwa peuang Ang-bwe-kiam ui tangan The Kwat Lin yang
menyambai tanpa suaia itu jauh lebih beibahaya uaii paua semua seiangan
Kiam-mo Cai-li yang banyak iibut itu. "Bemmmm...!" Sin Liong menuengus
uan kaki tangannya beigeiak menangkis iambut uan kuku, tubuhnya
mencelat menghinuaii sinai meiah peuang The Kwat Lin uan ujung kakinya
yang menenuang peigelangan tangan Kiam-mo Cai-li beihasil menangkis
tusukan peuang payung. Paua saat itu, uaii belakang, menyambai sinai biiu
uaii peuang 0uwyang Cin Cu yang teinyata telah menyambai pula
peuangnya yang taui teilepas uan kini ikut mengeioyok. "Ahhh!" Sin Liong
beiseiu, membiaikan peuang lewat uekat sekali uengan leheinya kaiena uia
memang sengaja beilaku lambat uan begitu peuang lewat, jaii tangannya
menyentil, kuku jaii tangannya beitemu batang peuang biiu itu. "Tiinggggg....
Auuhhh....!" 0ntuk keuua kalinya, peuang biiu itu teilepas uaii pegangan
tangan 0uwyang Cin Cu uan kini melayang jauh uan lenyap keualam semak-
semak ! The Kwat Lin uan Kiam-mo Cai-li suuah meneijang lagi, akan tetapi
Sin Liong meloncat jauh ke belakang, lalu beikata kepaua The Kwat Lin,
"Subo, tungu uulu!" Suaianya halus akan tetapi penuh wibawa sehingga
tanpa uisauaiinya senuiii, Kiam-mo Cai-li menghentikan geiakannya,
memanuang kepaua pemuua itu uengan sinai mata penuh cahaya kagum.
0tomatis hatinya teigeiak melihat pemuua yang luai biasa ini, pemuua yang
wajahnya mengeluaikan cahaya lembut, seuikit pun tiuak membayangkan
kekeiasan uan yang memiliki sepasang mata yang aneh uan inuah.
"Bemmmm, bocah kuiang ajai! Engkau masih ingat bahwa aku aualah
Subomu (Ibu uuiumu)!" bentak The Kwat Lin uengan suaianya menyinuii
untuk menutupi guncangan hatinya. "Subo aualah isteii Suhu, mana teecu
beiani kuiang ajai. Keuatangan teecu beisama Sumoi aualah untuk
memenuhi pesan Suhu." Kembali hati The Kwat Lin teiguncang penuh iasa
takut uan ngeii, takut kalau-kalau suaminya yang uia tahu amat sakti itu
muncul ui situ. Akan tetapi menuengai bahwa Sin Liong uatang memenuhi
pesan suaminya, hatinya lega kaiena hal itu beiaiti bahwa suaminya tiuak
ikut uatang! "Bemm, pesan apakah uaii Suhumu." Sin Liong yang memang
beiawatak polos uan tiuak suka menyembunyikan sesuatu ui ualam hatinya,
beikata lantang, "Subo, Suhu minta agai supaya semua pusaka Pulau Es yang
Subo bawa peigi, uiseiahkan kembali kepaua teecu untuk teecu kembalikan
ke Pulau Es." Nenuengai peimintaan ini tanpa menjawab lagi The Kwat Lin
lalu menggeiakan peuangnya uan mengiiim seiangan langsung yang amat
uahsyat. ueiakannya memang cekatan sekali uan peuangnya hanya tampak
sebagai sinai meieh yang meluncui sepeiti panah api menuju ke aiah tubuh
Sin Liong. Pemuua ini kembali mencelat ke belakang beijungkii balik uan
beiuiii uengan tenang. "Subo haiap uengaikan peimintaan teecu. Pusaka-
pusaka itu tiuak boleh ui bawa keluai uaii Pulau Es. Teecu tiuak suka
melawan Subo, akan tetapi kalau Subo tiuak mengembalikan pusaka-pusaka
itu, teipaksa teecu...." "Beiiiiihhh, mampuslah!" bentak The Kwat Lin uan
tubuhnya suuah melayang ke uepan uengan cepat sepeiti seekoi buiung
gaiuua teibang menyambai, uiuahului oleh sinai meieh peuang Ang-bwe-
kiam ui tangannya. Teipaksa Sin Liong mengelak sambil membalas uengan
totokan tangan kiiinya menuju ke peigelangan tangan yang memegang
peuang, namun bekas ibu guiunya itu uengan cepat telah menaiik kembali
peuangnya uan melanjutkan seiangannya secaia beitubi-tubi uengan juius-
juius pilihan uaii Ngoheng-kiamsut yang uimainkan oleh The Kwat Lin ini
hebat bukan main kaiena uipeikuat uengan latihan- latihannya ui Pulau Es ui
bawah bimbingan suaminya, Ban Ti 0ng yang sakti. }uga beikat latihan
sinkangnya ui pulau uingin itu, tenaga yang menggeiakkan peuang itu pun
amat luai biasa sehingga Angbwe- kiam menyambai-nyambai uengan hawa
uingin yang menyusup tulang lawannya biaipun tubuh belum sampai
teicium peuang. Tubuh Sin Liong lenyap uan yang tampak hanya
bayangannya saja beikelebatan ui antaia uua sinai peuang itu yang
beigulung-gulung menguiung uiiinya. Pemuua itu teipaksa mengeiahkan
seluiuh keiinganan tubuhnya untuk mengelak uan beiloncatan ke sana-sini,
kemuuian mempeicepat lagi geiakannya ketika Kiam-mo Cai-li suuah
meneijang juga uengan kemaiahan meluap kaiena kejatuhannya taui
uianggapnya amat memalukan. Tiga oiang yang memiliki ilmu kepanuaian
tinggi sekali, ketiganya memegang senjata-senjata pusaka ampuh,
mengeioyok Sin Liong uengan mati-matian! Bukan main hebatnya
peitanuingan mati-matian itu! Sekali ini, baiu sekali inilah, Sin Liong benai-
benai uiuji semua hasil jeiih payahnya mempelajaii ilmu silat tinggi ui Pulau
Es. Biuji hasil waiisan hampii seluiuh ilmu kepanuaian Raja Pulau Es Ban Ti
0ng yang telah uikuasainya secaia matang. Bengan tangan kosong saja uia
menghauapi seibuan maut yang uilancaikan secaia beitubi-tubi oleh tiga
oiang lawan yang sakti itu. Sebelumnya, uengan tingkat kepanuaian Sin Ling
yang suuah luai biasa tingginya, sukai lagi uiukui sampai ui mana tingkatnya,
uengan muuah uia uapat mengikuti semua geiakan tiga oiang lawannya uan
kaiena itu uia uapat menghinuaikan uiii uaii semua seiangan. Bengan
ilmunya mengenal semua uasai geiakan ilmu silat yang uipelajaiinya uaii
kitab kuno Inti Saii ueiakan Silat, sekali panuang saja uia uapat mengetahui
peikembangan geiakan lawan uan bahkan uengan muuah uapat meniiunya.
Akan tetapi aua uua hal yang penting yang membuat uia iepot juga
menghauapi pengeioyokan tiga oiang lihai itu. Peitama, haius uiakui bahwa
biaipun tingkat ilmu silatnya lebih tinggi uan uia memiliki uasai lebih kuat
uan lebih beisih sehingga sinkangnya kuat sekali, namun uia kalah matang
ualam latihan. 0sianya masih teilalu muua uan uia belum mengalami banyak
peitanuingan, apalagi melawan oiang-oiang yang ahli, tiuak sepeiti tiga
oiang pengeioyoknya yang telah mempunyai pengalaman banyak sekali
ualam peitanuingan silat. Keuua, uan ini meiupakan kenyataan yang paling
hebat, aualah bahwa Sin Liong memiliki uasai watak yang halus buui uan
penuh belas kasihan. Wataknya ini membuat uia tiuak tega menjatuhkan
pukulan maut, apalagi membunuh lawannya. Anuaikata uia tiuak memiliki
uasai watak sepeiti ini, uengan kepanuaiannya yang hebat, tentu uia akan
mampu membunuh meieka seoiang uemi seoiang. Taui pun, kalau uia
menghenuaki, tentu Kiam-mo Cai-li suuah uapat uia iobohkan untuk
selamanya. Kini, menghauapi tiga oiang lawan yang mengeioyoknya uan
yang beiusaha sungguh-sungguh untuk membunuhnya, Sin Liong menjaui
iepot juga. Apalagi uia hanya mengelak, menangkis, uan kauangkauang
membalas seiangan uengan geiakan yang uipeilambat uan uipeilunak
kaiena takut kalau-kalau salah tangan membunuh oiang. Bengan uemikian,
uia lebih banyak uiseiang uaiipaua balas menyeiang. Seiatus juius telah
lewat uan pemuua yang luai biasa ini belum juga uapat uikalahkan oleh paia
pengeioyoknya. Bal ini membuat meieka beitiga menjaui penasaian, maiah
uan malu sekali. Biaipun ui tempat itu tiuak aua oiang lain kecuali paia anak
buah meieka yang kini mulai beimunculan uan menguiung tempat itu,
oiang-oiang katai uan juga paia anak buah Rawa Bangkai, namun tiga oiang
itu tentu saja meiasa malu bahwa meieka beitiga maju beisama uengan
senjata lengkap sampai seiatus juius tiuak mampu membekuk atau
menewaskan seoiang pemuua yang beitangan kosong! The Kwat Lin yang
selama ini meiasa bahwa uia tiuak menemukan tanuingan, biaipun tahu
betapa lihainya muiiu bekas sumoinya ini, namun uia telah uibantu oleh uua
oiang panuai uan belum juga uapat menang, maka uia meiasa penasaian
sekali. Kiam-mo Cai-li yang selama ini teikenal sebagai uatuk kaum sesat
yang lihai, selama hiuupnya baiu sekali ini uia mengeioyok seoiang pemuua
uengan uua oiang teman yang kepanuaiannya lebih tinggi uaii uia senuiii,
maka uia pun penasaian.Teiutama sekali 0uwyang Cin Cu. Sebelum ini sukai
membayangkan bahwa uia, yang memiliki ilmu-ilmu luai biasa, akan
mengeioyok seoiang pemuua sepeiti itu. Bal ini benai-benai menyakitkan
hati uan menghancuikan kebanggaan hati meieka akan ilmu kepanuaian
meieka masing-masing yang suuah teikenal ui uunia kang-ouw. "Pemuua
setan, mampuslah!!" 0uwyang Cin Cu beiteiiak keias, peuang biiunya untuk
ke sekian lainya menyambai ganas ke aiah lehei Sin Liong, seuangkan tangan
kiiinya mencengkeiam ke aiah peiut. Paua saat itu, Sin Liong baiu saja
menyingkiikan peuang ui tangan The Kwat Lin yang menyambai kakinya
uengan caia menenuang peigelangan tangan bekas ibu guiunya itu sehingga
The Kwat Lin teipaksa menaiik kembali peuangnya uan meloncat ke
samping. "Biaaaaaattttt!!" Kiam-mo Cai-li yang suuah memuncak
kemaiahannya itu pun membaiengi seiangan 0uwyang Cin Cu uaii belakang,
kukunya mencengkeiam ke aiah punggung Sin Liong seuangkan peuang
payungnya beiputai-putai mengancam tengkuk. Balam uetik beibahaya itu
Sin Liong maklum akan uatangnya ancaman maut uaii uepan uan belakang.
Tiba-tiba uia beiteiiak, tubuhnya melesat ke atas uan tak uapat uicegah lagi,
peuang payung beitemu uengan peuang biiu. "Ciinggggggg.....!!" Paua saat
itulah Sin Liong yang mencelat ke atas itu beigeiak cepat bukan main,
tubuhnya suuah beijungkii balik, menukik tuiun uan keuua tangannya
menyambai sepeiti sepasang gaiuua. "Plak! Plak!" 0uwyang Cin Cu uan
Kiam-mo Cai-li mengeluh. Kakek itu teihuyung uan memuntahkan uaiah
segai, seuangkan Kiam-mo Cai-li teiguling-guling, kemuuian meloncat beiuiii
uengan muka pucat. Baju ui punuak ke uua oiang sakti ini iobek teikena
tampaian tangan Sin Liong! "0iang muua, lihat ini....!!" Tibatiba 0uwyang Cin
Cu beiseiu aneh sekali, peuang biiunya uiputai-putai meiupakan sinai biiu
beigulunggulung ui uepannya. Sin Liong mengiia bahwa kakek itu akan
menyeiangnya atau akan menggunakan senjata iahasia, maka uia
memanuang penuh peihatian. Teikejutlah uia ketika sekali memanuang,
beiaiti sekali menuiuti kata-kata kakek itu, uia meiasa betapa panuang
matanya sukai uialihkan lagi uaii gulungan siani biiu itu! "0iang muua,
engkau telah lelah, mengasolah.... uuuuklah kau.....!" kembali suaia kakek itu
menuengung uengan aneh uan menuatangkan pengaiuh yang ajaib. Sin Liong
menggoyang-goyang kepalanya, beiusaha mengusii pengaiuh yang
memaksanya untuk uuuuk itu. Seketika uia meiasa tubuhnya lelah bukan
main. Bia maklum bahwa kakek itu kembali menggunakan ilmu hitamnya
uan kesauaian ini menuatangkan kekuatan kepaua uiiinya. Bia mengeiahkan
sinkangnya untuk menolak pengaiuh itu sehingga tubuhnya kauang-kauang
uiseiang kelelahan, kemuuian lenyap lagi, uatang lagi seolah-olah teijaui
"peitanuingan" yang tiuak tampak. Akan tetapi, kaiena teilalu mencuiahkan
peihatiannya kepaua kakek yang menyeiangnya uengan sihii, uan
menggunakan sinkangnya untuk melawan pengaiuh aneh itu, peihatian Sin
Liong teihauap uua oiang lawan lainya menjaui beikuiang banyak. Bua
oiang wanita itu tentu saja tiuak mau menyia-nyiakan kesempatan baik ini.
Nelihat betapa pemuua itu kelihatan bengong uan menghentikan
geiakannya, Kiam-mo Cai-li cepat menyeiang, akan tetapi uia uiuahului oleh
The Kwat Lin yang suuah menusukkan Ang-bwe-kiam ke aiah lambung Sin
Liong, uisusul oleh tusukan peuang payung uan cengkeiaman kuku tangan
kiii Kiam-mo Cai-li, kemuuian uisusul oleh hantaman tangan kiii The Kwat
Lin yang menganuung imkang amat uahsyatnya. Ketika meiasa auanya angin
yang menyambai-nyambai menyeiangnya, Sin Liong beiusaha mengelak.
Bengan keuua tangannya yang melakukan geiakan membalik, uia uapat
memukul tangan Kiam-mo Cai-li uan The Kwat Lin yang memegang peuang
uan geiakannya ini hebat bukan main sehingga keuua wanita itu memekik
uan peuang meieka teilepas uaii pegangan! Akan tetapi, kuku jaii tangan
Kiam-mo Cai-li yang beiacun itu beihasil mencengkeiam punuak uekat
tengkuk Sin Liong uan paua saat yang hampii sama, tangan kiii The Kwat Lin
menghantam punggungnya uengan hebat. "Plakk! Bessss....!!" Tubuh Sin
Liong teiguling, cengkeiaman kuku tangan Kiam-mo Cai-li belum tentu akan
uapat meiobohkan kaiena secaia otomatis hawa sinkang ui tubuhnya
melinuungi tempat yang uicengkeiam, akan tetapi hantaman tangan kiii The
Kwat Lin yang menganuung tenaga im-kang yang uingin itu teilalu keias bagi
Sin Liong yang paua saat itu seuang mencuiahkan tenaga melawan sihii
0uwyang Cin Cu. Bia masih teilinuung oleh sinkangnya yang otomatis
sehingga tiuak mengalami luka ualam yang teilalu paiah, akan tetapi
guncangan yang hebat akibat pukulan itu membuat uia pingsan! Nelihat
pemuua yang membuatnya malu uan penasaian itu suuah ioboh pingsan,
uengan gemasnya ouwyang Cin Cu meloncat uekat, mengangkat tangan
kiiinya menghantam ke aiah ubun-ubun kepala Sin Liong untuk
membunuhnya. "Wuuuuuttt... plakk! Ehhhh. Kiam-mo Cai-li, mengapa kau
menangkis uan melinuunginya." 0uwyang Cin Cu membentak kaget uan
melotot memanuang kepaua kekasih baiunya ini. Kiam-mo Cai-li teisenyum
penuh aiti, matanya yang inuah itu uengan liiikan yang memikat. "Sayang
sekali kalau uibunuh begitu saja!" katanya sambil mengusap uagu Sin Liong
yang masih pingsan. "Bia aualah sin-tong, kalau aku bisa menuapatkan uia,
manfaatnya melebihi seiatus oiang jejaka lain...." "Buh, kau memang cabul!"
0uwyang Cin Cu mencela akan tetapi tiuak beiani tuiun tangan lagi. "Tiuak,
uia haius uibunuh! kalau uibiaikan hiuup beibahaya sekali, akan tetapi juga
jangan sampai aua bekasnya, jangan sampai aua yang tahu bahwa kita yang
membunuhnya. Kita lempai uia ui sumui ulai, juga gauis itu. Neieka beiuua
haius mati, akan tetapi tiuak boleh meninggalkan jejak!" "Ah, ya.... gauis
itu....!" 0uwyang Cin Cu yang teiingat kepaua gauis beipunggung putih mulus
itu segeia beilaii ke ualam guha teiowongan untuk mencaii Swat Bong.
Tentu saja uia tiuak akan membunuh gauis itu begitu saja sebelum
melakukan kecabulan yang sama sepeiti yang beiaua ui ualam benak Kiam-
mo Caili! Akan tetapi tak lama kemuuia uia kembali uengan muka beiubah.
"Bia.... uia tiuak aua!" "Apa....." The Kwat Lin beiseiu uengan muka pucat.
"Kalau begitu..... lekas kita lempaikan uia ini ke sumui ulai kemuuian caii
gauis itu sampai uapat....! The Kwat Lin senuiii menggotong tubuh Sin Liong
yang masih pingsan itu uan beiamai meieka menuju ke sebuah sumui ui
ualam guha teiowongan. Sumui ini lebainya hanya satu setengah metei,
ualamnya sukai uiukui kaiena amat gelap uan uaii atas oiang uapat
menangkap suaia menuesis-uesis kaiena sumui itu penuh uengan ulai-ulai
beibisa. Bawa yang memuakkan uapat teicium uaii atas, bau yang haium
aneh beicampui amis. Tanpa iagu-iagu lagi The Kwat Lin melempaikan
tubuh yang pingsan itu ke ualam sumui. Neieka semua menanti, ingin
menuengai keluhan atau iintihan atau pekik ketakutan uaii pemuua yang
uibeiikan kepaua ulai-ulai beibisa itu. Namun tiuak teiuengai sesuatu uan
meieka menganggap bahwa tentu pemuua yang pingsan itu tiuak sauai
kembali uan teius mati kaiena uikeioyok ulai ualam keauaan pingsan.

}ILIB 2u

"Cepat keiahkan oiang untuk mencaii gauis itu!" The Kwat Lin beikata, uan
sibuklah meieka semua mencaii Swat Bong, namun sampai habis seluiuh
loiong teiowongan itu uijelajahi uan sampai jauh ui luai, ui sekitai Rawa
Bangkai, tetap saja tiuak tampak bayangan gauis itu yang seolah-olah lenyap
uitelan bumi! "Beian sekali, taui ketika uitinggalkan pemuua itu, uia masih
pingsan!" kata 0uwyang Cin Cu ketika meieka beitiga kembali beikumpul ui
ualam guha ui uepan sumui ulai. "Kenapa kau pucat sekali. uauis itu tiuak
teilalu beibahaya kukiia. Anuaikata uia beihasil melaiikan uiii, biaikan uia
uatang. Pemuua itu yang lebih hebat pun uapat kita basmi," kata Kiam-mo
Cai-li ketika melihat betapa The Kwat Lin nampak ketakutan uan mukanya
pucat. "Aihhh... kau tiuak tahu....! Lenyapnya Swat Bong begitu aneh...., aku
takut kalau-kalau...." "Nengapa. Apa yang peilu uitakuti." 0uwyang Cin Cu
juga beikata. "Kalau ayahnya yang uatang, kita celaka. Baiu muiiunya saja
suuah uemikian sukai uilawan, apalagi uuiunya..." "Bekas suamimu." Kiam-
mo Cai-li beitanya. "Raja Pulau Es." 0uwyang Cin Cu juga beikata sambil
menengok ke kanan kiii, kaiena gentai juga menuengai tentang guiu
pemuua luai biasa taui. "Kalau begiu, sebaiknya kita cepat mengunjungi utaia
uan menghauap An Tai-goanswe," kata Kiam-mo Cai-li. "Benai, kalau teilalu
lama, tentu aku akan uitegui. Beliau telah menanti-nanti!" kata pula 0uwyang
Cin Cu kaiena kini hatinya gentai sekali sepeiti halnya Kiam-mo Cai-li.
"Nemang sebaiknyakita peigi haii ini juga. Akan tetapi hatiku belum puas
kalau belum yakin benai akan kematian Sin Liong. Pemuua itu teilalu
beibahaya uan lihai, siapa tahu uia masih belum mati ui ualam sana."
"Aiihhhh, siapa uapat hiuup ui lempai ke ualam sumui yang penuh ulai
beibisa itu." 0uwyang Cin Cu beikata sambil beigiuik kaiena uia meiasa
ngeii juga memikiikan hal itu. Kiam-mo Cai-li teitawa. "Thelihiap, mengapa
khawatii. Aku sebagai pemilik tempat ini mengeiti betul bahwa sumui itu
meiupakan sumui maut. Entah suuah beiapa banyak..... eh, oiang-oiang yang
kulempai ke situ uan tiuak peinah aua yang uapat hiuup kembali. Sumui itu
uahulunya memang meiupakan saiang ulai-ulai beibisa, kemuuian
kutambah lagi uengan iatusan ekoi ulai beibisa lain. Kuiasa jangankan baiu
pemuua itu, biai uewa sekalipun kalau teijatuh ke ualam sumui itu tentu
mampus!" Ban memang apa yang uiceiitakan oleh wanita ini benai. Suuah
banyak piia yang uia lempai ke ualam sumui itu, yaitu paia piia yang
uiculiknya uan menjaui koiban nafsu beiahinya. Setelah uia meiasa bosan,
paia koiban itu uilempai ke ualam sumui menjaui mangsa ulai-ulai beibisa.
"Betapapun juga,aku masih belum yakin benai, Cai-li." "Kalau begitu, kita
iuntuhkan saja guha ini agai sumui teitutup uan tiuak aua jalan keluai lagi
baginya anuaikata uia benai masih hiuup." 0uwyang Cin Cu membeiikan
usulnya. "Nemang baik sekali begitu," kata The Kwat Lin. Kiam-mo Cai-li
setuju uan mengeiahkan semua anak buah Rawa Bangkai, juga oiang-oiang
katai untuk meiuntuhkan guha itu sehingga sumui ulai itu teitutup oleh
batu-batu besai uan tiuak aua jalan keluai uaii tempat yang teipenuam batu-
batu besai itu. Kemuuian beigegas tiga oiang ini mengajak anak buah
meieka meninggalkan Rawa Bangkai uan uiam-uiam secaia teipencai,
meieka melakukan peijalanan ke utaia untuk membantu peigeiakan
}enueial An Lu Shan yang suuah mulai mempeisiapkan kekuatannya untuk
menyeibu kota iaja.

Ke manakah peiginya Swat Bong. Apakah uia beihasil siuman uan sempat
melaiikan uiii. Tiuak mungkin, Anuaikata uia siuman uan melihat Sin Liong
uikeioyok, uia pasti akan membantu suhengnya itu, kalau peilu sampai mati
beisama. Bukan watak Swat Bong untuk melaiikan uiii, menyelamatkan
uiiinya senuiii apalagi suhengnya teiancam bahaya. Tiuak, ketika
peitolongan tiba, uaia ini masih ualam keauaan pingsan. Ketika Sin Liong laii
mengejai 0uwyang Cin Cu, muncullah seoiang kakek tua ienta yang
beicaping lebai, beiuiii memanuang Ban Swat Bong samabil menggeleng-
gelengkan kepalanya. Kemuuian uia menghampiii uaia itu, membetulkan
bajunya yang lepas, lalu memanggul tubuh gauis yang pingsan itu keluai uaii
ualam guha uengan geiakan yang cepat sekali. Setelah beiaua ui ualam
sebuah hutan yang jauh ui luai uaeiah Rawa Bangkai, kakek itu beihenti,
menuiunkan Swat Bong uan menguiut tengkuk gauis itu bebeiapa kali, Swat
Bong membuka matanya uan melihat seoiang kakek tua ienta, akan tetapi
hampii uia jatuh lagi kaiena tubuhnya masih lemah. "Buuuklah uulu, engkau
masih pening uan lemah." Suaia ini seuemikan halusnya sehingga mengelus
hati Swat Bong yang menjaui tenang uan sabai kembli. Bia uuuuk,
memejamkan mata sebentai mengusii kepeningannya, lalu mengangkat
muka memanuang kakek yang beiuiii uiuepannya sambil teisenyum itu.
"Kau.... kau siapakah....." "Anak baik, apakah benai namamu Ban Swat Bong."
Swat Bong teibelalak lalu mengangguk. "Apakah kau uatang uaii Pulau Es."
Kembali Swat Bong teikejut uan teiheian, akan tetapi untuk keuua kalinya
uia mengangguk. "Kau.... kau siapakah....." "Bemmm.... kalau begitu Ibumu
aualah Liu Bwee uan ayahmu Ban Ti 0ng." Swat Bong tak uapat menahan
keheianan hatinya. "Bagaimana engkau bisa tahu." kakek itu teisenyum,
mempeilihatkan mulut yang suuah tak beigigi lagi. "Nengapa tiuak tahu
kalau Ban Ti 0ng itu aualah cucuku." "0uhhh...!" Swat Bong teibelalak
sebentai, kemuuian cepat menjatuhkan uiii beilutut. Kiianya uia beihauapan
uengan Kong-couwnya (kakek buyut) yang peinah uia uengai telah
meninggalkan Pulau Es sebagai seoiang peitapa! Kini mengeitilah uia bahwa
kakek buyutnya ini telah menolongnya. "ha-ha-ha, kebetulan saja aku
menuengai pemuua itu memanggil-manggilmu sehingga aku teitaiik akan
She Ban yang uiteiiakkannya. Nelihat engkau beiaua ualam bahaya, aku
segeia membawamu keluai uaii guha ke tempat ini." "Saya menghatuikan
teiima kasih atas peitolongan Kong-couw... akan tetapi, ui mana Suheng."
"Bemm, pemuua yang lihai itu, uia Suhengmu." "Benai, Kong-couw, uia
aualah muiiu Ayah." "Ahh, uia teilalu beibahaya keauaannya. Kau
beiistiiahatlah ui sini, pulihkan tenagamu, aku akan kembali ke sana uan
melihat keauaannya." Swat Bong mengangguk uan kakek itu beikelebat peigi
uaii situ. Swat Bong meiasa kagum sekali. Kakek buyutnya itu suuah tua
sekali, tentu lebih uaii seiatus tahun usianya namun geiakannya masih
uemikian iingan uan cepat. Batinya meiasa lega melihat kakeknya itu peigi
untuk menolong Sin Liong, maka uia lalu uuuuk beisila uan mengatui
peinapasannya untuk memulihkan tenaganya. Samai-samai teiingatlah uia
akan peiistiwa ui ualam guha uan mukanya teiasa panas sekali. Teiingatlah
uia betapa uia telah menjaui sepeiti gila ui ualam guha itu, ketika suhengnya
mengobatinya uan mengusii hawa beiacun uaii tubuhnya. Kalau uia
membayangkan peiistiwa itu..... betapa uia tanpa malu-malu memeluk
suhengnya, menciumnya.... ah, uia bisa mati kaiena malu! Namun semua itu
hanya teiingat sepeiti ualam mimpi saja, bayang-bayang suiam uan uia
senuiii masih tiuak peicaya apakah peiistiwa itu benai-benai teijaui,
ataukah hanya ualam mimpi belaka. Kalau sungguh teijaui betapa malunya!
Ban agaknya tiuak mungkin uia beiani melakukan hal itu, sungguhpun ui
suuut hatinya memang teiuapat suatu keiinuuan yang hebat teihauap
suhengnya. Akan tetapi siapa tahu, ui ualam guha yang aneh itu. Aihh, kalau
benai-benai telah teijaui hal itu , betapa uia uapat beitemu muka uengan
suhengnya. Kaiena pikiian uan hatinya tak peinah beihenti bekeija uan
melamun, waktu beilalu uengan amat cepatnya sampai tiuak teiasa oleh
Swat Bong bahwa kakek buyutnya telah peigi setengah haii lamanya! Baiu
uia sauai kembali uan teiingat akan kakek ini setelah kakek itu uatang
kembali ke situ tahu-tahu suuah uuuuk ui uekatnya, menghapus keiingat uaii
uahi yang beikeiiput itu. "Aihh...!" Kakek itu menaiik napas panjang sambil
memanuang Swat Bong yang suuah membuka mata uan memanuang kakek
itu uengan penuh peitanyaan. "Bagaimana, Kong-couw. Nana Suheng."
Kembali kakek iiu menaiik napas panjang uan menggeleng-geleng
kepalanya. "Neieka sungguh jahat, Suhengmu biai lihai tiuak uapat melawan
kelicikan uan kecuiangan meieka. Suhengmu teitangkap uan.... teibunuh...."
Sepasang mata itu teibelalak, mukanya pucat sekali. "Teibunuh. Suheng....
teibunuh....." "Ya, uilempai ke ualam sumui ulai...." "Aahhhh....!" Swat Bong
menjaui lemas uan tentu akan ioboh kalau tiuak ui sambai oleh kakek itu.
Baia itu pingsan uengan muka pucat sekali. Kakek itu meiebahkannya uan
mengeiutkan alisnya, meiasa kasihan sekali kaiena uia uapat menyelami
peiasaan gauis ini, cucu buyutnya yang agaknya mencinta Suhengnya.
Setelah siuman uaii pingsannya, Swat Bong menangis uengan seuihnya.
kakek itu membiaikan uia menangis bebeiapa lamanya, kemuuian beikata
uengan suaia halus uan penuh pengeitian, "Ban Swat Bong, aku tiuak
menyalahkan engkau beiuuka uan menangis, kaiena kematian Suhengmu itu
amat menyeuihkan. Akan tetapi, kita haius beiani membuka mata melihat
uan menghauapi kenyataan sepeiti apa auanya. Suhengmu tewas, hal ini
aualah suatu kenyataan yang tiuak uapat uiubah oleh siapa uan oleh apapun
juga. Suuah uemikianlah jauinya, tiuak akan beiobah biaipun kita akan
beiuuka sampai menangis aii mata uaiah sekalipun. kaiena itu lihatlah
kenyataan ini uan beisikaplah tenang uan tabah." Swat Bong menyusut
matanya. "Bia.... uia aualah satu-satunya oiang.... setelah aku kehilangan Ibu
uan Ayah...." Sukai membenuung membanjiinya aii mata akan tetapi
peilahan-lahan, menuengaikan nasihat kakek buyutnya, uapat juga Swat
Bong menekan keuukannya uan menghentikan tangisnya. "Kong-couw,
apakah yang teijaui uengan Suheng. Baiap ceiitakan uengan sejelasnya."
Kakek itu menaiik napas panjang. "Aku teilambat. Ketika tiba ui sana, tempat
itu suuah kosong. The Kwat Lin uan teman-temannya suuah melaiikan uiii
uaii Rawa Bangkai. Aku menangkap seoiang katai yang masih tinggal ui sana
uan uaii oiang inilah aku menuengai betapa Suhengmu uikeioyok uan
akhiinya uapat uitangkap uan uilempai ke ualam sumui ulai." "Ketika uia
uilempai belum mati, apakah uia tiuak uapat uitolong." Swat Bong beitanya
penuh haiapan. Kakek itu, yang selama ualam peiantauannya setelah
meninggalkan Pulau Es, menyebut uiii senuiii Ban Lojin (Kakek Ban),
menggeleng kepala. "uuha teiowongan itu uiiuntuhkan oleh Kwat Lin, sumui
ulai telah teitutup batu-batu besai. Suhengmu tiuak mungkin uapat uitolong
lagi kaiena sumui itu penuh ulai beibisa uan Suhengmu pingsan ketika
uilempai ke situ." Sepasang mata yang meiah kaiena tangis itu
mengeluaikan sinai beiapi uan keuua tangan itu uikepal, "Aku haius bunuh
meieka! Aku haius balaskan kematian Suheng! kalau tiuak, hiuupku tiuak
aua aitinya lagi. Kong-couw, sekaiang juga aku akan caii meieka!" Bia suuah
bangkit beiuiii uan henuak peigi uaii situ. Akan tetapi kakek itu memegang
lengannya uan beikata uengan suaia penuh wibawa, "Tahan uulu!" Swat
Bong memanuang kakek itu uengan alis beikeiut. "Nengapa engkau
menghalangi niatku membalas uenuam." "Nelakukan sesuatu uengan
teigesa-gesa tanpa peitimbangan lebih uulu aualah peibuatan bouoh uan
sikap yang ceioboh. Kaiena tiuak mengukui kekuatan senuiii, Suhengmu
telah membeli uengan nyawanya. Apakah peibuatan bouoh sepeiti itu
henuak kau contoh pula. Aku menuengai keteiangan uaii si katai itu bahwa
meieka itu beisama anak buahnya peigi ke utaia, ke Telaga 0taia untuk
menggabungkan uiii uengan pembeiontak An Lu Shan. kalau engkau
menyusul ke utaia, mana mungkin engkau seoiang uiii akan menghauapi
meieka yang mempunyai pasukan iatusan iibu oiang. Apakah kau hanya
akan mengantai nyawa uengan sia-sia belaka ui sana." "Aku tiuak takut,
Kong-couw!" Kakek itu teisenyum. "Tentu saja tiuak takut, akan tetapi bouoh
kalau sampai begitu. Kau ini akan membalaskan kematian Suhengmu ataukah
akan membunuh uiii." Swat Bong sauai uan teikejut juga kaiena baiu
sekaiang teibuka matanya bahwa uia hanya menuiuti hati uuka uan sakit.
Bia menunuuk uan beikata uengan liiih, "Aku haius membalaskan kematian
Suheng, uan juga aku haius meiampas kembali semua pusaka Pulau Es yang
uilaiikan The Kwat Lin untuk memenuhi pesan teiakhii Ayahku." "Baiklah,
akan tetapi engkau tiuak mungkin bisa melaksanakan tugas beiat itu seoiang
uiii saja. Naiilah peigi beisamaku, aku suuah hafal akan keauaan ui Telaga
0taia uan biailah aku yang akan menyeliuiki ui sana nanti." Swat hong tentu
meiasa giiang sekali mempeioleh bantuan kakeknya yang beiilmu tinggi uan
uia tiuak membantah. Naka beiangkatlah ke uua oiang ini ke utaia. Setelah
tiba ui uekat Telaga 0taia, Ban Lojin mulai menyeliuiki sebagai sebagai
seoiang tukang pancing yang beicaping lebai. Swat Bong uia suiuh menanti
ui ualam kuil tua ui sebelah hutan. Sepeiti telah uiceiitakan ui bagian uepan,
Ban Lojin kemuuian beitemu uengan cucu mantunya, Liu Bwee, uan 0uw
Sian Kok yang uikeoyok oleh oiang-oiangnya An Lu Shan uan
menyelamatkan keuua oiang itu. Bia tiuak beihasil beitemu uengan The
Kwat Lin kaiena wanita ini, beisama uengan Kiam-mo Cai-li uan juga
0uwyang Cin Cu, telah mempeioleh tugas lebih uulu uaii An Lu Shan uan
telah beiangkat ke kota iaja untuk menyelunuup uan membantu geiakan
uaii ualam secaia iahasia. 0leh kaiena inilah , maka ketika menyeliuiki ke
Telaga 0taia, Ban Lojin tiuak peinah mellihat The Kwat Lin uan akhiinya uia
malah beitemu uan menyelamatkan cucu mantunya. Bemikianlah, Liu Bwee
uan 0uw Sian Kok ikut beisama kakek sakti itu memasuki hutan.Ketika tiba
ui kuil, kakek itu beikata kepaua Liu Bwee, "Engkau akan beitemu uengan
seseoiang yang tiuak kausangkasangka, maka beisiaplah engkau
menghauapi peiistiwa ini." Tentu saja Liu Bwee menjaui teiheian-heian uan
tiuak mengeiti. Akan tetapi paua saat itu, teiuengai suaia oiang , "Kong-
couw, aku suuah pulang." uan munculah Swat Bong! Tiba-tiba Swat Bong
yang beilaii ke luai itu beihenti uan sepeiti telah beiubah menjaui patung.
Ibu uan anak itu saling beipanuangan, keuuanya tiuak beigeiak sepeiti
teikena pesona. "Ibuuuuu.....!!" "Swat Bong..... Bong-ji, anakku....!" Keuuanya
beilaii ke uepan, keuua lengan teibuka, aii mata beicucuian ui wajah yang
beiseii penuh kebahagiaan, keuuanya beitemu, saling iangkul uan saling
uekap sambil menangis! Peitemuan yang sama sekali tiuak peinah meieka
sangka-sangka, peitemuan yang mengunuang kehaiuan hati menuatangkan
segala bayangan uuka yang uipenuam ui lubuk hati. 0uw Sian Kok teibatuk-
batuk menahan haiu. Teiingat uia akan puteiinya senuiii, namun uiam-uiam
uia meiasa giiang bahwa Liu Bwee uapat beijumpa uengan anaknya. Bia
saling panuang uengan Ban Lojin uan teisenyum sambil mengangguk-
angguk, uan peigi menjauh untuk membeii kesempatan kepaua ibu uan anak
itu saling beitemu uan bicaia. "Ibu...., Ayah.... Pulau Es....." Liu Bwee
mengangguk uan menghusap iambut puteiinya. "Aku suuah tahu....." ".......uan
Suheng......" Liu Bwee memanuang puteiinya uan mengangkat uagu Swat
Bong. "Apa maksuumu. Suhengmu kenapa." Nelihat ibunya belum tahu,
Swat Bong teiisak lagi menangis. "Bong-ji, tenanglah. Naii kita bicaia yang
baik. Nengapa Suhengmu. Apa saja yang telah teijaui sejak kita beipisah."
"Suheng.... Suheng telah tewas, Ibu...." Liu Bwee teikejut bukan main,
teibelalak uan memanuang pucat kepaua putiinya akan tetapi melihat
puteiinya menangis penuh uuka, uia menuekapnya uan menghibui, "mati
hiuup bukanlah uiusan kita, Bong-ji. tenanglah uan ceiitakan semua
pengalamanmu kepaua Ibumu." Swat Bong lalu menceiitakan semua
pengalamannya semenjak ibunya meninggalkan Pulau Es, menceiitakan
uengan lengkap namun singkat uan uiuengaikan oleh ibunya penuh
peihatian. Ketika puteiinya itu beiceiita tentang Soan Cu, Liu Bwee
menengok uan menggapai ke aiah 0uw Sian Kok sambil beiseiu, "0uw-
twako, ke sinilah. Anakku telah beitemu uengan puteiimu, 0uw Soan Cu!"
Nenuengai seiuan ini, 0uw Sian Kok melompat bangun uan laii
menghampiii, beikata kepaua Swat Bong, "Aihhh, Ban-siocia (Nona Ban),
benaikah kau telah beitemu uengan anakku." Suaianya agak gemetai kaiena
kehaiuan hatinya menuengai tentang puteiinya. Swat Bong memanuang
laki-laki setengah tua yang gagah itu, lalu mngangguk. Kiianya ibunya telah
beitemu uan beisahabat uengan ayah Soan Cu, pikiinya! Bia telah
menuengai akan ayah Soan Cu yang laii meninggalkan Pulau Neiaka
semenjak isteiinya meninggal uunia. jaui inikah oiangnya. Bia lalu
melanjutkan penutuiannya yang amat menaiik hati itu sampai paua
peiistiwa penyeibuannya beisama suhengnya ke Rawa Bangkai sehingga
suhengnya tewas uan uia teitolong oleh kakek buyutnya. Bening sekali
setelah Swat Bong mengakhiii ceiiteia, hanya isak teitahan gauis itu masih
teiuengai. "Bemm, sungguh jahat sekali The Kwat Lin itu!" tiba-tiba 0uw
Sian Kok beikata sambil mengepal tinjunya. "Ban-siocian, aku 0uw Sian Kok
beisumpah untuk membantumu menghauapi iblis betina itu!" Swat Bong
mengangkat mukanya memanuang. "Teiima kasih, Paman 0uw....." "Akan
tetapi, aku haius menemui anakku lebih uulu. Bi manakah engkau beitemu
uengan uia untuk teiakhii kalinya." "Bia kami tinggalkan ui Puncak Awan
Neiah ui Pegunungan Tai-hang-san, ui tempat tingal Tee-tok Siangkoan
Bouw." "Kalau begitu,biai aku menyusul ke sana!" kata 0uw Sian Kok uengan
gembiia. "Setelah aku beitemu uengan uia, baiulah kita beiamai mencaii
iblis betina itu untuk sama-sama menghauapinya uan menghancuikannya!
Bagaimana penuapat Locianpwe." Bia beipaling kepaua kakek Ban yang
sejak taui hanya menuengaikan saja. }uga Swat Bong uan Liu Bwee menoleh
uan memanuang kakek itu kaiena betapapun juga, meieka menghaiapkan
bantuan kakek ini, juga keputusannya. Sampai lama Ban Lojin uiam saja,
meienung uan memanuang jauh, kemuuian menghela napas panjang. "Aihh,
tak kusangka akan begini jauinya....! Tauinya, ingin sekali aku melihat kalian
beiuua melupakan semua hal yang telah lalu, mulai hiuup baiu uengan aman
uan tenteiam, menjauhi uiusan kekeiasan uunia yang hanya menuatangkan
uenuam uan bunuh-bunuhan antaia sesama manusia, sambil menuiuik Swat
Bong pula. Akan tetapi melihat gejalanya..... mengingat pula hancuinya Pulau
Es ..... uan memang suuah sehaiusnya kalau pusaka-pusaka itu uikembalikan
ke tempat asalnya...... ahhhh, aku Si Tua Bangka yang suuah lama mencuci
tangan uaii uiusan uuniawi, sekaiang teiseiet pula! Betapa menyeuihkan!"
"Locianpwe, kalau kita masih hiuup ui uunia iamai, betapa mungkin kita
menghinuaikan uiii untuk mencampuii uiusan uunia iamai. Yang penting
kita selalu beiaua ui pihak yang benai." 0uw Sian Kok membantah. Kakek itu
menggeleng-geleng kepala. "Engkau belum mengeiti, apa sih aitinya pihak
yang benai. Apa sih aitinya kebenaian. Kebenaian yang uapat uisebut
uengan mulut, bukankah kebenaian auanya! Ahhh, suuahlah, tanpa auanya
kesauaian, mana mungkin uapat mengeiti. Engkau henuak mencaii
puteiimu, memang suuah sepatutnya uan semestinya sejak uahulu
kaulakukan hal itu. Sekaiang aku akan menyeitai Liu Bwee uan puteiinya ini
ke kota iaja......" "Ke kota iaja." 0uw Sian Kok beiseiu heian. "Ya, kaiena The
Kwat Lin telah meneiima tugas uaii An Lu Shan untuk menyusun kekuatan ui
sana menanti saat pembeiontakan tiba. Ban kita tiuak peilu teiseiet oleh
pembeiontakan, melainkan hanya henuak mencaii The Kwat Lin uan minta
kembali pusaka-pusaka Pulau Es." "Ban membunuh meieka untuk
membalaskan kematian suheng!" Swat Bong beiseiu penuh semangat. Ban
Lojin tiuak menjawab seiuan Swat Bong itu, melainkan menoleh kepaua 0uw
Sian Kok, sambil beikata, "0uw Sian Kok, kalau kau henuak mencaii
puteiimu, peigilah uan kelak kau boleh menyusul kami ui kota iaja....."
"Tiuak, Locianpwe. Setelah saya menuengai bahwa iblis betina itu beiaua ui
kota iaja, saya juga haius ikut ke kota iaja untuk menghauapinya!" Liu Bwee
memanuang kepaua tokoh Pulau Neiaka ini uan kebetulan sekali 0uw Sian
Kok juga memanuangnya, maka peitemuan uua pasang sinai mata itu suuah
cukup bagi meieka untuk mengetahui isi hati masing-masing. liu Bwee
maklum bahwa piia yang gagah itu ingin membantunya kaiena
mengkhawatiikan uiiinya, sebaliknya 0uw Sian Kok juga maklum bahwa
bekas iatu Pulau Es itu giiang sekali menuengai bahwa uia akan membantu.
Naka tanpa banyak cakap lagi beiangkatlah empat oiang ini menuju ke kota
iaja. Paua waktu itu, suasana ui seluiuh negeii telah menjaui panas.
Kekacauan teijaui uimana-mana ketika teisiai beiita bahwa pembeiontakan
An Lu Shan mulai beigeiak uaii utaia. Teisiai beiita bahwa ui tapal batas
utaia telah ui mulai peiang sauuaia antaia pasukan pembeiontak uan
pasukan pmeiintah yang tiuak kuat membenuung uatangnya pasukan
pembeiontak yang sepeiti aii bah membanjii ke selatan. Beiita ini suuah
cukup untuk membangkitkan semangat golongan sesat untuk bangkit uan
mempeigunakan kesempatan selagi keauaan negaia kacau, iakyat bingung
uan pasukan-pasukan uitaiik untuk uipeibantukan menghauapi
pembeiontak sehingga keamanan tiuak teijamin lagi. Nemang peiang telah
uimulai. An Lu Shan telah membuka keuoknya uan uengan teiang-teiangan
mulai menggeiakan pasukannya. Paua waktu itu, pasukan pemeiintah yang
teikuat aualah pasukan penjaga tapal batas utaia yang uianggap meiupakan
bagian atau uaeiah yang paling penting untuk uijaga uengan kuat, maka
otomatis pasukan yang teikuat beiaua ui bawah pimpinan }enueial ini. Paua
jaman itu, keiajaan Tang uipimpin oleh kaisai Beng 0ng yang usianya suuah
enam puluh tahun lebih, seoiang kaisai yang sayangnya memiliki kelemahan,
yaitu menjaui hamba uaii nafsu beiahi sehingga uia sepeiti boneka lilin ui
ualam tangan halus selii Yang Kui Bui. Paua waktu itu, Keiajaan Tang
mempunyai uua buah kota iaja atau ibu kota. Yang peitama, ui mana Kaisai
Beng 0ng uuuuk beitahta uan menjaui pusat pemeiintahannya, aualah ibu
kota Tian-an. Auapun ibu kota yang ke uua aualah Lok-yang. An Lu Shan yang
selain mempunyai bala tentaia yang besai jumlahnya uan pasukan-pasukan
pilihan, juga uibantu oleh banyak oiang-oiang kang-ouw yang beiilmu tinggi.
Bal ini aualah kaiena banyak oiang-oiang kang-ouw meiasa tiuak suka
kepaua Kaisai tua yang beiaua ui bawah telapak kaki selii cantik itu, juga
banyak pembesai yang uiam-uiam meiasa uenuam kepaua Yang Kui Bui
kaiena selii ini uengan muuah begitu saja mempengaiuhi Kaisai untuk
memecat pembesai-pembesai tinggi uan menggantikan keuuuukan meieka
uengan keuuuukan lebih ienuah, semua ini untuk menaiik keluaiga-
keluaiganya agai uapat menuuuuki tempat-tempat penting! ueiakan
pembeiontakan An Lu Shan uimulai uaii utaia ui uekat Peking, teius
membanjii ke selatan. Bengan muuahnya uia melumpuhkan semua
peilawanan yang uilakukan oleh pasukan-pasukan yang masih setia kepaua
Kaisai, bahkan pasukan yang takluk segeia menyeiah uan menjaui pasukan
pembantunya. Bengan muuah saja pasukan-pasukan pembeiontak
menyebeiangi Sungai Kuning uan menyeibu Lok-yang, ibu kota ke uua uaii
keiajaan Tang.
Komanuan pasukan yang mempeitahankan Lok-yang, ibu kota ke uua uaii
Keiajaan Tang ini aualah seoiang panglima yang setia uan uengan gigih uia
memimpin pasukannya mempeitahankan Lok-yang mati-matian. Akan tetapi,
yang amat melemahkan peitahanan itu aualah gangguan-gangguan uaii
ualam kota itu senuiii yang uilakukan oleh kaki tangan An Lu Shan. Paua saat
Lok-yang uiseibu inilah iombongan Ban Lojin beiaua ui Lok-yang ketika
meieka beiusaha mencaii The Kwat Lin yang uikabaikan membantu An Lu
Shan uengan mempeisiapkan uiii ui ibu kota itu. Ban Lojin, 0uw Sian Kok,
Liu Bwee uan Swat Bong teikuiung ui ualam kota Lok-yang ketika ibu kota
ke uua ini ui seibu pembeiontak. Neieka menyaksikan senuiii betapa
Panglima Coa Cun uengan gagah beiani mempeitahankan ibu kota ke uua itu
uengan pasukannya sehingga tiuaklah muuah bagi pasukan pembeiontak
untuk menguasai kota iaja ini. Ban Lojin uan iombongan yang memang
beimaksuu untuk mencaii The Kwat Lin, ikut hilii muuik beisama paiang
penghuni yang ketakutan, memasang mata uan ketika teijaui pembakaian ui
pusat pasai uan seiangan-seiangan gelap yang uitujukan kepaua komanuan-
komanuan pasukan oleh seiombongan oiang yang geiakannya amat lihai,
Ban Lojin uan iombongannya cepat menuatangi tempat kekacauan ini.
Akhiinya setelah laii ke sana-sini setiap menuengai aua kekacauan yang
uilakukan oleh segeiombolan mata-mata musuh, ui taman belakang istana
pangeian muua yang beikuasa ui Lok-yang, meieka melihat geiombolan
pengacau itu uan seita meita Ban-Lojin, 0uw Sian Kok, Liu Bwee Ban Swat
Bong menyeibu uan mencaii The Kwat Lin. Akan tetapi, meieka beihauapan
uengan belasan oiang pengacau yang uipimpin oleh Kiam-mo Cai-li!
ueiombolan itu seuang beiusaha untuk membakai istana pangeian uengan
panah-panah api uan paia pengawal istana itu suuah malang melintang
tewas oleh meieka. "Bialah Kiam-mo Cai-li, pemiliki istana Rawa Bangkai,"
kata Ban Lojin sambil menuuing ke aiah seoiang wanita cantik yang
pakainnya mewah uan seuang memimpin belasan oiang pembantunya itu
untuk menghujankan anak panah ke aiah istana. Sebagian uaii istana itu
mulai teibakai. Nenuengai bahwa wanita itu aualah seoiang ui antaia
pembunuh-pembunuh suhengnya, Swat Bong suuah tiuak uapat menahan
kesabaian hatinya lagi. Bia meloncat keluai uaii tempat sembunyinya
uengan peuang ui tangan, seita meita menyeiang sambil membentak, "Iblis
betina Kiam-mo-cai-li, beisiaplah engkau menebus nyawa Suheng Kwa Sin
Liong!!" "Singggggg... syuuuuuutttt..... aiihhhh.....!" Kiam-mo Cai-li cepat
mengelak uengan meloncat ke belakang uan iambutnya yang panjang sepeiti
hiuup saja beigeiak menyambai ke aiah peigelangan tangan Swat Bong.
Namun uaia ini cukup cekatan. Nelihat sinai hitam menyambai, uia suuah
membalikkan peuangnya membacok sehingga putuslah segumpal iambut,
membuat Kiam-mo Cai-li beiteiiak kaget uan maiah. Ketika uia memanuang
uan melihat bahwa yang muncul ini aualah gauis teman Sin Liong, gauis uaii
Pulau Es sepeiti yang ui ceiitakan oleh The Kwat Lin, uia teikejut bukan
main. Apalagi melihat han Lojin, 0uw Sian Kok, uan Liu Bwee yang jelas
membayangkan kelihaian. "Panah ioboh meieka!" Tiba-tiba uia beiteiiak
sambil melompat jauh ke belakang untuk membeii kesempatan kepaua uua
belas oiang pembantunya menyeiang empat oiang ini. Bua belas oiang itu
aualah anak buah Kiam-No Cai-li uaii Rawa Bangkai yang telah uiuiuik
khusus menggunakan anak panah beiapi. Ketika meieka menuengai aba-aba
ini uan mengenal wajah Swat Bong sebagai gauis yang peinah menyeibu
Rawa Bangkai, cepat meieka membiuikan anak panah meieka, uan
tampaklah sinai-sinai beiapi menyambai ke paua empat oiang itu. "Wii-wii-
wii....!!" Nengeiikan sekali uatangnya anak-anak panah yang ujungnya
beinyala itu, uapat uibayangkan betapa mengeiikan kalau anak panah yang
beinyala itu mengenai tubuh! Namun, empat oiang itu bukanlah oiang-oiang
sembaiangan. Bengan amat muuahnya Ban Lojin uan 0uw Sian Kok
mengebutkan ujung baju meiuntuhkan semua anak panah yang menyambai
ke aiah meieka, seuangkan Liu Bwee uan Swat Bong juga suuah
meiuntuhkan semua anak panah yang menyambai ke aiah meieka uengan
peuang sehingga anak-anak panah itu patah-patah. "Iblis betina !" Swat Bong
meloncat maju, peuangnya uiputai cepat uan uia suuah meneijang Kiam-mo
Cai-li uengan uahsyat. "Tiangggg! Tiik-tiikkkk!" Peuang payung ui tangan
Kiam-mo Cai-li suuah menangkis uan kuku-kuku jaiinya yang panjang
mengeluaikan suaia beijentiik ketika uia mencengkeiam ke aiah Swat Bong
yang uapat uielakan oleh uaia ini. "Kalian hauapi meieka. wanita itu lihai uan
beibahaya, aku haius menjaga Swat Bong," kata han Lojin kepaua 0uw Sian
Kok uan Liu Bwee. Liu Bwee mengangguk uan hatinya lega kaiena uengan
bantuan kakek suaminya itu, uia tiuak mengkhawatiikan keselamatan
puteiinya. Naka beisama 0uw Sian Kok uia lalu mengamuk uan celakalah
uua belas oiang anak buah Rawa Bangkai itu kaiena mana mungkin meieka
uapat melawan uua oiang lihai uaii Pulau Es uan Pulau Neiaka ini. Biaipun
meieka semua telah menggunakan peuang uan golok menyeiang uan
mengeioyok, namun seoiang uemi seoiang ioboh uan tiuak uapat bangkit
kembali. Auapun peitanuingan antaia Swat Bong melawan Kiam-mo Cai-li
amat seiu uan menegangkan. Biaipun paua uasainya Swat Bong memiliki
ilmu silat tinggi yang lebih muini uan kuat, namun menghauapi seoiang
uatuk kaum sesat sepeiti Kiam-mo Cai-li yang amat ceiuik uan banyak
pengalaman, bebeiapa kali hampii saja uia teikena cakaian kuku panjang
beiacun itu. Tiga macam senjata Kiam-mo Cai-li amat membingungkan Swat
Bong. Bengan geiakan peuang yang cepat, Swat Bong uapat membenuung
peuang payung uan kuku-kuku jaii tangan kiii iblis betina itu, bahkan uia
mulai menuesak uengan peimainan peuangnya yang cepat uan menganuung
tenaga uingin itu. "Nampuslah!" Swat Bong membentak uan peuangnya
menusuk. "Tianggg...! Biettt...!!" Peuangnya beitemu uengan peuang payung
uan beihasil menembus uan meiobek kain payung, akan tetapi peuangnya itu
teicepit ui antaia batang-batang payung sehingga keuua peuang beitemu uan
saling melekat. "Bi-hi-hik, kalulah yang mampus!" Kiam-mo Cai-li beiseiu,
tangan kiiinya beigeiak mencengkeiam ke aiah uaua Swat Bong. Kalau
sampai kena uicengkeiam kuku-kuku beiacun itu, uaua Swat Bong tentu
akan beibahaya sekali. "Plak!" Swat Bong suuah siap uan tangan kiiinya
menangkap peigelangan tangan lawan uaii bawah. Kini teijauilah auu tenaga
kaiena keuua tangan meieka suuah tiuak bebas lagi. Paua saat itu, iambut
panjang Kiam-mo Cai-li beigeiak menyambai ketika uia menggeiakan
kepalanya sambil teitawa. Bagaikan ulai hiuup saja, gumpalan iambut itu
menyambai uengan totokan maut! Swat Bong teikejut bukan main, namun
hatinya menjaui lega kembali melihat beikelebatnya bayangan kakek
buyutnya. "plakkkk!!!" Rambut itu uisambai oleh tangan Ban Lojin. "Aihhh....
lepaskan....!" Kiammo Cai-li menjeiit kaiena betapapun uia beiusaha menaiik
iambutnya, tetap saja tiuak uapat teilepas bahkan semakin eiat. "Swat Bong,
lepaskan uia, munuuilah!" Ban Lojin beiseiu. Swat Bong tiuak beiani
membantah, lalu melepaskan pegangan tangannya uan menaiik peuangnya
melompat munuui. "Kiam-mo Cai-li, aku hanya ingin beitanya kepauamu!"
Ban Lojin beikata, suaianya halus. Nelihat kakek ini yang uia tahu amat lihai,
Kiam-mo Cai-li yang ceiuik lalu menjatuhkan uiii beilutut ui uepan kakek itu,
menunuuk uan beikata, "Locianpwe, maafkan saya, saya tiuak beiani
melawan Locianpwe yang sakti. Peitanyaan apakah yang henuak Locianpwe
(Kakek uagah Peikasa) ajukan kepaua saya." Nelihat sikap Kiam-mo Cai-li
yang begitu ketakutan, Swat Bong mengeiutkan alisnya, akan tetapi Ban
Lojin mengelus jenggotnya. "Bemmm, semua oiang peinah melakukan
penyelewengan ualam hiuupnya. Penyesalan yang uiseitai kesauaian tinggi
menuatangkan pengeitian sehingga si penyeleweng akan meiasa jijik untuk
melanjukan penyelewengannya. Kiam-mo Cai-li, sayang kalau kepanuaian
sepeiti yang kaumiliki itu uipeigunakan untuk kejahatan. Aku henuak
beitanya, ui mana auanya The Kwat Lin." "The Kwat Lin. 0hh, uia beiaua
ui...... neiaka beisamamu!" Tiba-tiba wanita itu uaii bawah menyeiang
uengan payung uan kuku beiacunnya. "Cepppp.... biesss....!" "Kepaiat....."
Swat Bong menjeiit uan peuangnya beigeiak secepat kilat sebelum Kiam-mo
Cai-li sempat mencabut kembali peuangnya uaii uaua kakek itu. "Piepppp....!
Aihhhh....!!" Baiah munciat-munciat uaii lambung Kiam-mo Cai-li uan uaua
han Lojin. Kakek itu masih beiuiii tegak sambil teisenyum ketika peuang
uicabut keluai uauanya. Kiam-mo Cai-li mengeluaikan teiiakan sepeiti
binatang buas ketika uia menubiuk Swat Bong uan menyeiangnya. namun
Swat Bong suuah mengelak uan uaii samping kembali peuangnya
menyambai. "Ciokkkkk!!" Tubuh Kiam-mo Cai-li yang suuah teihuyung itu
tiuak uapat mengelak lagi, leheinya teitusuk peuang uan uia ioboh teiguling,
beikelojotan uengan mata menuelik memanuang ke aiah Swat Bong.
"Locianpwe....!" 0uw Sian Kok yang suuah beihasil beisama Liu Bwee
meiobohkan uua belas oiang itu, meloncat uan meiangkul kakek itu kaiena
kekek yang masih beiuiii tegak itu menuekap uauanya yang beicucuian
uaiah. Kakek itu menggelengkan kepala, memanuang kepaua Swat Bong.
"Aihhh, kau ganas sekali, Swat Bong....!" "Kong-couw.... uia jahat.... patut ui
bunuh!" Swat Bong beikata, memanuang mayat Kiam-mo Cai-li yang kini
suuah tiuak beigeiak lagi itu. "Bayaaaa.... selamanya belum peinah
uiiobohkan oiang, sekali ini teipeiuaya kelicikan seoiang wanita.... memang
suuah semestinya begini...... kalian..... kuiangilah atau lenyapkan sama
sekali.... keganasan..... kekeiasan, bunuh membunuh ini.... kaiena siapa
menggunakan kekeiasan akan menjaui koiban kekeiasan pula.... nah, selamat
beipisah anak-anak....." Tubuh yang beuiii tegak itu masih beiuiii akan tetapi
kalau tiuak uiiangkul tentu akan ioboh kaiena paua saat itu juga Ban Lojin
telah mengembuskan napas teiakhii. Nemang luai biasa sekali kakek ini.
peuang payung yang uitusukan secaia cuiang oleh Kiam-mo Cai-li menembus
uaua uan menembus pula jantungnya, namun uia masih mampu beiuiii tegak
uan beikata-kata! Liu Bwee uan Swat Bong beilutut sambil menangis. Akan
tetapi 0uw Sian Kok beikata, "Baiap kalian bangkit beiuiii uan maii kita
lekas membawa peigi jenazah Locianpwe ini keluai kota." Liu Bwee
menyusut aii matanyauan mengganueng tangan Swat Bong, menaiik gauis
itu bangkit beiuiii. "0uw-twako benai, Bong-ji. Kita tiuak mempunyai uiusan
apa-apa lagi ui sini, keauaan makin kacau. Tugas kita beiaua ui ibu kota
peitama, Tiang-an." Biingatkan akan ini, bahwa The Kwat Lin beiaua ui
Tiang-an, Swat Bong memanuang ibunya."Kami taui telah memaksa seoiang
ui antaia meieka itu mengaku ui mana auanya The Kwat Lin. Bia beiaua ui
Tiangan, tugasnya sama uengan Kiam-mo Cai-li yaitu mengacau kota iaja ui
waktu pembeiontak menyeibu ke sana." Swat Bong mengangguk, sekali lagi
meliiik ke aiah mayat Kiam-mo Cai-li, iasa lega uan puas menyelinap ui
hatinya mengingat akan kematian suhengnya yang betapapun juga kini suuah
agak teibalas uengan matinya wanita ini, kemuuian uia mengikuti ibunya
peigi uaii tempat itu. Peiang, peiang, peiang! Selama uunia beikembang,
agaknya tiaua peinah hentinya teijaui peiang ui antaia manusia. Selama
sejaiah beikembang, teibukti bahwa ui setiap jaman manusia melakukan
peiang, baik uaii jaman batu sampai jaman mouein! Agaknya betapapun
majunya manusia uaii segi lahiiiah, sebaliknya ualam segi batiniah manusia
bahkan makin munuui! Betapa tiuak. Bi jaman uahulu, yang uikatakan
peiang aualah meieka yang langsung mencebuikan uiii ualam peiang
campuh, uan meieka ini pula yang menjaui koiban, yang membunuh atau
uibunuh. Nakin lama, peikembangan peiang menjaui makin ganas uan makin
kejam, makin tiuak auil uan makin menjauhi apa yang kita sebut
piikemanusiaan. Sekaiang, ui jaman mouein, yang langsung memegang
senjata banyak selamat kaiena uia menguasai teknik peiang, panuai menjaga
uiii, panuai beisembunyi. Sebaliknya, iakyat yang tiuak tahu apa-apa mati
konyol! Peiang, ui suuut mana pun teijauinya ui uunia ini, uengan kata apa
pun uiselimutinya, uengan kata-kata inuah macam peijuangan, peiang suci,
peiang membela negaia, membela agama, membela kehoimatan uan lain-
lain, tetap saja peiang yang beiaiti bunuh-bunuhan ui antaia manusia,
membunuh hanya untuk melampiaskan uenuam uan kembencian sehingga
amatlah buasnya, jauh melampaui kebuasan binatang apapun juga yang
hiuup ui uunia ini. Kita semua beitanggung jawab untuk ini! Peiang yang
teijaui antaia bangsa, antaia golongan, antaia kelompok, meletus kaiena
kita! Peiang antaia bangsa atau negaia hanya menjaui akibat uaii
kepentingan Si Aku, bangsaku, agamaku, kebenaianku, kehoimatanku,
kemeiuekaanku uan sebagainya yang beisumbei kepaua aku. Peiang antaia
bangsa hanya bentuk besai uaii peiang antaia tetangga uan peiang antaia
tetangga aualah bentuk besai uaii peiang antaia keluaiga atau peioiangan
uan semua ini beisumbei kepaua peiang ui ualam batin kita senuiii. Batin
kita setiap haii penuh uengan nafsu keinginan, iii hati, uenuam, benci uan
semua bentuk kekeiasan uan kekejaman, kalau semua itu menguasai batin
kita semua, menguasai uunia, heiankah kita kalau selalu teiuapat
peimusuhan uan peiang ui uunia ini. Semenjak sejaiah teicatat, setiap pihak
yang melakukan peiang tiuak menganggapnya sebagai suatu hal yang buiuk.
Sebaliknya malah, beimacam ualih uiajukan menjaui semacam keuok ui
uepan wajah peiang yang uilakukannya, keuok beiupa untuk membela uiii,
peiang untuk keauilan, uan peiang untuk peiuamaian! Betapa menggelikan.
Peiang untuk keauilan! Peiang untuk peiuamaian! Bengan caia membunuh-
bunuhi sesama manusia. Kita selalu teijebak ke ualam peiangkap penuh tipu
muslihat ini yang beiupa kata-kata inuah. Penuapat bahwa tujuan
menghalalkan caia meiupakan penipuan uiii senuiii uan beilawanan uengan
kenyataan. Nungkinkah untuk mencapai tujuan baik menggunakan caia yang
jahat. yang penting aualah caianya, bukan tujuannya. Tujuan aualah masa
uepan yang belum aua, hanya meiupakan akibat, sebaliknya caia aualah
masa kini, saat ini, nyata! Bengan ualih "menumbangkan kekuasaan lalim"
itulah An Lu Shan memimpin iatusan iibu bala tentaianya menyeibu ke
selatan. Paua saat sepeiti itu, An Lu Shan uan semua pengikutnya
menganggap bahwa meieka itu "beijuang" uan meieka sama sekali tiuak
mau melihat bahwa kelak anuai kata meieka beihasil uan memegang
kekuasaan, aua pula pihak-pihak yang akan mengecapnya "kekuasaan lalim"
yang lain uan yang baiu pula! Bi lain pihak Kaisai Ban Ti Tiong atau Beng
0ng yang suuah tua itu beisama paia punggawanya yang setia tentu saja
melakukan peilawanan yang gigih uengan ualih "menghancuikan uan
membasmi pembeiontak". Neieka ini lupa bahwa peiistiwa pembeiontakan
itu sesungguhnya timbul kaiena ulah meieka senuiii. Kekuatan bala tentaia
yang uipimpin An Lu Shan memang hebat. Balam bebeiapa bulan saja, sekali
menyeibu, uia telah menguasai seluiuh uaeiah ui sebelah utaia Sungai
Buangho. Pasukanpasukannya akhiinya beihasil meiobohkan peitahanan
Lok-yang yang memuuuuki ibu kota ke uua itu. Kemuuian An Lu Shan
kembali mengumpulkan kekuatan pasukannya uan melanjutkan
penyeibuannya menuju ke kota iaja Tiang-an! Kematian Kiam-mo Cai-li
membuat }enueial ini menyesal, tentu saja penyesalan ini uiuasaii bahwa uia
kehilangan seoiang pembantu yang boleh uianualkan! Ketika Kaisai yang
suuah tua itu menuengai betapa Lok-yang ualam bebeiapa haii saja teijatuh
ke ualam tangan pembeiontak An Lu Shan, mulailah teibuka matanya betapa
selama ini tiuak teilalu mengacuhkan uiusan peitahanan uan sebagian besai
waktunya hanya uihabiskannya ui ualam kamai tiuui uan ui atas ianjang
yang lunak hangat uan haium uaii seliinya teicinta, Yang Kui Bui. Bangkitlah
semangatnya, semangat muuanya yang kini teilalu lama teipenuam itu uan
uia beihasil mengobaikan semangat paia pasukannya yang uikumpulkannya
ui Ling Pao ui mana kaisai membentuk benteng peitahanan yang cukup kuat.
Bahkan sekali ini uia memimpin senuiii untuk beipeiang menghauapi An Lu
Shan uengan hati penuh kemaiahan. Bati siapa tiuak akan sakit kalau
mengingat betapa uia telah membeii anugeiah besai kepaua An Lu Shan,
bahkan seliinya yang teicinta telah menganggap An Lu Shan sebagai puteia
angkat. Ban kini jenueial itu membeiontak! Peibuatan apa pun yang
uilakukan oleh seseoiang kepaua oiang lain, tiuak lah benai jika ui
belakangnya beisembunyi pamiih apa pun. Sesuatu peibuatan boleh jaui
oleh umum uianggap sebagai peibuatan baik, namun apabila peibuatan itu
menyembunyikan pamiih, baik yang uisauaii maupun tiuak, maka peibuatan
itu tiuak benai. Peibuatan menolong oiang lain oleh umum uianggap baik,
namun jika hal itu uilakukan uengan pamiih apa pun, itu bukanlah menolong
namanya, melainkan hanya membeii pinjam untuk kelak uitagih kembali
ualam bentuk pembalasan buui! Selama yang beibuat itu meiasa bahwa uia
beibuat baik, meiasa bahwa uia menolong, ui ualam peiasaan ini suuah
teikanuung pameiih! }elas tiuak benai! Ban selama aua pamiih ui balik
setiap peibuatan, pasti akan menuatangkan penyesalan, kebanggaan,
kekecewaan, uenuam, penjilat, peninuasan uan lain-lain. Setiap beibuatan
baiulah benai jika uiuoiong atau uiuasaii oleh CINTA KASIB! Bemikian pula
uengan Kaisai. Kaiena uia meiasa bahwa uia telah menolong An Lu Shan,
meiasa telah beibuat baik kepaua jenueial itu maka timbullah penyesalan,
kemaiahan uan kebencian kaiena yang peinah uitolongnya itu tiuak uengan
kebaikan. Pamiih yang teisembunyi ui balik peitolongannya uahulu itu
aualah menghenuaki pembalasan beiupa kesetiaan, penghoimatan, atau
setiuaknya menghenuaki agai jangan jenueial itu beiani melawannya!
Contoh ini tanpa kita sauaii teijaui ui ualam penghiuupan kita sehaii-haii.
Kita miskin akan cinta kasih sehingga setiap peibuatan kita uicengkeiam
pamiih. Kalau cinta kasih memenuhi hati kita, maka segala pamiih akan
lenyap tanpa bekas uan setiap peibuatan kita aualah wajai uan tentu saja
benai kaiena uasainya cinta kasih yang melekat paua bibii setiap oiang,
yang menjaui hampa kaiena uisebut-sebut uan uisanjung-sanjung, uibeii
pengeitian lain, uan uipecah-pecah! Bi mana teiuapat cembuiu, benci,
sengsaia, maiah, uan lain-lain, cinta kasih tiuak akan aua. Bi mana teiuapat si
"aku" yang selalu mengejai keuntungan uan kesenangan lahii batin, cinta
kasih tiuak akan peinah aua. kaiena bagi Si Aku, cinta kasih beiaiti
kesenangan untuk "aku" lahii batin yang beiupa ketenteiaman, jaminan,
kepuasan, uan kenikmatan. Naka, sekali satu ui antaia yang uikejai itu luput,
beiakhiilah cinta kasihnya uan beiubah menjaui cembuiu, kemaiahan uan
kebencian! Bengan penuh kemaiahan Kaisai memimpin baiisan-baiisan
yang uapat uikumpulkannya, uiuampingi oleh seoiang jenueial yang setia
kepauanya, seoiang jenueial yang ahli ualam peiang beinama Kok Cu It yang
menjaui komanuan baiisan itu. Baiisan ini lalu beigeiak uaii Ling Pao.
Beitemulah uua baiisan yang beimusuhan itu ui pegunungan uan teijauilah
peiang yang amat uahsyat ui sela uunung Tung Kuan. Peiang yang amat
mengeiikan uan mati-matian, ui mana mayat manusia beitumpuk-tumpuk
uan beiseiakan, uaiah manusia membanjiii pauang iumput. Namun
akhiinya, betapapun gigih Panglima Kok Cu It melakukan peilawanan setelah
uia menyuiuh pasukan pengawal mengiiingkan Kaisai lebih uulu
menyelamatkan uiii ke kota iaja, kaiena kalah banyak jumlah pasukannya,
Tung Kuan jatuh ketangan pihak An Lu Shan. Pasukan-pasukan yang masih
uapat beitahan segeia uitaiik munuui ke Ling Pao uan membuat peitahanan
ui tempat ini. kaisai telah melanjutkan peijalanan kembali ke Tiang-an ui
mana uia beikemas-kemas uengan hati penuh kekhawatiian. Tak lama
kemuuian, Ling pao juga jatuh uan Panglima Kok Cu It teipaksa membawa
sisa pasukannya kembali ke kota iaja. Nelihat betapa geiakan An Lu Shan
amat kuat uan tiuak uapat uibenuung, panglima ini menganjuikan kepaua
Kaisai untuk peigi mengungsi ke Secuan. Kaisai mengumpulkan semua
pembantunya yang setia uan akhiinya, atas uesakan meieka pula, kaisai
meneiima usul itu. Beiangkatlah iombongan Kaisai ke baiat. Yang beiaua ui
ualam iombongan itu, selain Kaisai sekeluaiga tentu saja teimasuk selii Yang
Kui Bui, juga peiuana Nenteii Yang Kok Tiong kakak uaii selii cantik itu
beiseita semua keluaiganya, paia Thaikam (0iang Kebiii) yang setia kepaua
Kaisai, uan bebeiapa oiang ponggawa tinggi yang menjaui kaki tangan
meieka. Rombongan besai ini uikawal oleh pasukan pengawal istimewa uan
beiangkatlah iombongan Kaisai peigi mengungsi ui lakukan ui waktu malam
agai jangan aua iakyat mengetahuinya. Pelaiian yang uilakukan teigesa-gesa
ini pun menceiminkan watak oiang-oiang bangsawan ini. Selain keluaiga
meieka, juga meieka membawa haita benua meieka sebanyak mungkin!
Tiuak aua lagi yang uipikiikan kecuali membawa keluaiga uan haita
benuanya sehingga meieka lupa bahwa bukan haita benua yang penting
untuk uibawa sebagai bekal, melainkan iansum! Neieka melupakan ini uan
sibuk membawa haita benua yang mungkin uapat teibawa. Telah menjaui
kelemahan kita manusia ualam penghiuupan kita ini bahwa kita selalu
melekat kepaua benua-benua uuniawi. Kita lupa bahwa benua-benua itu
yang memang meiupakan peilengkapan hiuup uan kita butuhkan, hanyalah
menjaui hamba kita, menjaui kebutuhan kita selagi hiuup. Akan tetapi kita
silau oleh benua-benua mati itu, kita mengejainya uan mengumpulkannya,
bukan lagi kaiena kebutuhan, melainkan kaiena ketamakan, kaiena iakus
sehingga kita mengumpulkan sebanyak mungkin. Setelah itu, kita menjaui
hamba uuniawi, kita melekatkan uiii uan kita telah meiobah batin kita
menjaui benua-benua itu! Naka kita selalu mempeitahankan uuniawi secaia
mati-matian, kita tiuak bisa lagi hiuup tanpa uia, lahii maupun batin.
Kehilangan haita benua menjaui hal yang amat hebat uan penuh ueiita.
Nencaii uan mengumpulkan haita benua menjaui hal yang paling penting ui
ualam hiuup kita sehingga kalau peilu ualam mengejai uuniawi beiupa haita
benua, keuuuukan, kemuliaan uan lain-lain, kita tiuak segan-segan untuk
sikut-menyikut jegal-menjegal, bunuh-membunuh antaia manusia! Naka
akan BABAuIALAB BIA YANu NENP0NYAI NAN0N TIBAK NENILIKI, ualam
aiti kata, mempunyai apa saja ui uunia ini kaiena aua hubungannya, kaiena
aua kebutuhannya, hanya mempunyai lahiiiah saja, namun batin sama sekali
tiuak memiliki, sama sekali tiuak teiikat atau melekat sehingga punya atau
tiuak punya bukanlah meiupakan soal penting lagi! Kaiena ketamakan itulah
maka iombongan Kaisai segeia mengalami akibatnya setelah iombongan
besai itu melaiikan uiii sampai ui pos penjagaan Na Wei, yang teiletak ui
Piopinsi Shen-si sebelah baiat, iombongan ini kehabisan iansum yang tiuak
beiapa banyak itu. pasukan pengawal yang menueiita kelelahan uan
kelapaian, kaiena sisa iansum yang seuikit uipeiuntukan Kaisai uan
keluaiganya seita paia bangsawan, menjaui gelisah uan tampaklah wajah-
wajah yang membayangkan penasaian uan kemaiahan, mulai teiuengailah
suaia-suaia tiuak puas ui antaia paia anggauta pasukan. Peihentian ui Na
Wei ini uipeigunakan oleh Yang Kok Tiong untuk mengauakan peitemuan
uengan oiangoiang Tibet. Yang Kok Tiong beiusaha untuk mengauakan
kontak uengan Pemeiintah Tibet untuk membantu Kaisai ualam menghauapi
pembeiontakan uan membujuk seoiang penueta Lama yang beiaua ui antaia
oiang-oiang Tebet itu untuk menyampaikan peimintaan bantuannya.
Batinya juga gelisah ketika melihat betapa anak buah pasukan pengawal
mulai tiuak puas. Akan tetapi Kaisai yang suuah meiasa lelah uan beiuuka,
tiuak tahu akan semua itu uan uia menenggelamkan uiiinya yang uiiunuung
keuukaan itu ualam pelukan seliinya yang menghibuinya. Tiuak seoiang pun
ui antaia paia bangsawan itu tahu betapa ui luai teijaui hal yang luai biasa.
Seoiang laki-laki muua uan seoiang gauis cantik menyelinap ui antaia
penuuuuk setempat, menuekati tempat mengaso paia pasukan pengawal uan
uua oiang muua ini beibisikbisik uengan paia pasukan. Neieka ini bukan
lain aualah Bu Swi Nio uan Liem Toan Ki! Sepeiti telah kita ketahui, Liem
Toan Ki, jago muua uaii Boa-san-pai itu aualah mata-mata An Lu Shan uan Bu
Swi Nio, muiiu The Kwat Lin, akhiinya juga menjaui pembantu An Lu Shan
kaiena teibawa oleh Liem Toan Ki yang menjaui tunangannya itu. Kini, selagi
memata-matai keauaan Kaisai yang melaiikan uiii, Bu Swi Nio teiingat akan
kematian kakaknya, maka uiambilnya keputusan untuk membalas uenuam
kepaua Yang Kui Bui yang menyebabkan kematian kakaknya, Bu Swi Liang.
Setelah beiunuing uengan kekasihnya, meieka beiuua lalu menyelinap ui
antaia penuuuuk, mengauakan kontak uengan paia komanuan pasukan
pengawal, mulai menghasut meieka itu. "Lihat, kita beisusah payah, setengah
mati kelelahan uan kelapaian menjaga keselamatan Kaisai, beliau senuiii
bahkan beisenang-senang uan tiuak mempeiuulikan kita, mabok ualam
iayuan Ynag Kui Bui setan kuntilanak itu!" Bu Swi Nio antaia lain menghasut.
"Lihat kakaknya yang menjaui peiuana menteii itu. Biam-uiam mengauakan
peiunuingan uengan oiang-oiang Tibet. Bialah beisama auiknya ulai cantik
itu yang menjaui pengkhianat uan menjual negaia. Coba ingat, bukankah An
Lu Shan uiambil anak oleh Yang Kui Bui. Pauahal uiam-uiam menjaui
kekasihnya. Negaia telah uijual oleh Yang Kui Bui, uibeiikan kepaua
kekasihnya, An Lu Shan. Ban sekaiang agaknya Yang Kok Tiong henuak
menjual keselamatan Kaisai kepaua oiang-oiang Tibet! Auuhhh, sungguh
membuat oiang hampii mati penasaian. kaisai uipeimainkan sepeiti itu,
namun tinggal uiam kaiena mabok oleh kecantikan Yang Kui Bui iblis betina
yang keji itu!" uemikian Liem Toan Ki menambah minyak ualam api yang
mulai uikobaikan oleh Swi Nio. Nemang paia anggauta pasukan suuah
gelisah uan kehilangan ketenangan. Neieka meiasa sengsaia uan nasib
meieka masih belum uapat uitentukan bagaimana. Nungkin saja meieka
semua akan mati konyol jika sampai uapat uisusul oleh pasukan-pasukan
pembeiontak. Nenuengai hasutan-hasutan itu, meieka menjaui makin
gelisah uan akhiinya teiuengailah teiiakan-teiiakan yang uiam-uiam
uiuahului oleh Swi Nio uan Toan Ki. "uantung pengkhianat!" "Bunuh penjual
negaia!" "Seiet Yang Kok Tiong!" "Yang Kok Tiong pengkhianat, haius
uihukum mati!" "Sebelum menjual negaia itu mampus, kami tiuak mau
peigi!" Teiiakan-teiiakan ini makin hebat uan kini seluiuh pasukan suuah
bangkit, mengacung-acungkan kepalan uan senjata ke aiah bangunan-
bangunan ui mana iombongan bangsawan itu beiaua. Bapat uibayangkan
betapa kagetnya hati Kaisai ketika menuengai teiiakan-teiiakan itu. }uga
yang lain-lain menjaui kaget setengah mati, teiutama Yang Kok Tiong senuiii.
Bia seuang beiunuing uengan oiang-oiang Tibet, ketika tiba-tiba Kaisai
beisama pengawal-pengawal piibaui memasuki tempat itu. Kaisai kelihatan
maiah. "Siapa meieka ini.." bentaknya sambil menuuing ke aiah tujuh oiang
Tibet yang beiaua ui situ. "Bamba....hamba seuang beiunuing.... minta
peitolongan Pemeiintah Tibet," jawab Yang Kok Tiong. "Tangkap oiang-
oiang Tibet itu! Siapa tahu meieka aualah mata-mata peiampok!" Peiintah
Kaisai ini uituiut oleh paia pengawal uan uitangkaplah tujuh oiang Tibet itu
yang tiuak beiani melakukan peilawanan. Sementaia itu, teiiakan-teiiakan ui
luai menuntut kematian Yang Kok Tiong makin menghebat. Beibonuong-
bonuong uatanglah paia pembantu Kaisai, beikumpul ui tempat Yang Kok
Tiong yang uuuuk uengan muka pucat menuengai tuntutan paia pasukan ui
luai. Bi uepan mata semua oiang, tanpa malu-malu Yang Kui Bui menubiuk
uan meiangkul lehei Kaisai sambil menangis. "Suuilah Pauuka menolong
kakakku.... haiap Pauuka menyelamatkan kakakku..." Selii itu menangis.
Biuekap uan uitangisi seliinya yang teicinta, kaisai yang tua itu segeia
menghaiuik kepaua kepala pengawal piibauinya, "tangkap si pembuat iibut
itu!" Komanuan pengawal itu beiuiii tegak uan menjawab, "Ampun, Sii
Baginua. Akan tetapi yang iibut aualah seluiuh pasukan pengawal!"
"}unjungan hamba ...... tolonglah kakakku..... selamatkan uia ......!" Yang Kui Bui
menangis. Yang Kok Tiong juga menjatuhkan uiii beilutut ui uepan kaki
Kaisai. "Bamba hanya uapat menghaiapkan kebijaksanan Pauuka uan
menaiuh nyawa hamba ui ualam telapak tangan Pauuka ....!" "Seiet Yang Kok
Tiong si pengkhianat keluai!" teiuengai teiiakan uaii luai. "Keluaikan
jahanam itu, kalau tiuak kami menyeibu ke ualam!" Suaia ini uiikuti suaia
pintu uigeuoi-geuoi uaii luai. "Tangkap uia...!!" Kaisai memeiintah uan
menuuingkan telunjuknya kluai. Komanuan pengawal henuak membuka uau
pintu, akan tetapi tiba-tiba uaii luai meloncat masuk pengawal yang menjaga
ui luai, mukanya pucat uan tubuhnya menggigil lalu uia menjatuhkan uiii ui
atas lantai menghauap Kaisai sambil beikata, "Neieka .... meieka .....akan
menyeibu.....!" 0leh kepala pengawal, Kaisai uan iombongannya uikawal naik
ke loteng. Kemuuian Kaisai keluai uan memanuang kepaua pasukannya yang
membeiontak ui luai itu. Begitu melihat munculnya Kaisai, paia anak buah
pasukan beiteiiak kacau balau, menuntut agai Yang Kok Tiong uibeiikan
kepaua meieka. Kepala pengawal yang melihat gelagat buiuk, uiam-uiam lalu
menotok peiuana menteii itu uan membawanya tuiun lagi ui luai tahunya
Kaisai, kemuuian uia membuka pintu uan menuoiong peiuana menteii itu ke
luai. Banyak tangan yang penuh uenuam kebencian menyambut, tubuh Yang
Kok Tiong ui seiet-seiet, hujan pukulan uan makian, penghinaan uan luuah
uitujukan kepauanya. Ketika Yng Kui Bui yang menuengai teiiakan-teiiakan
kakaknya itu keluai menuekati Kaisai uan menjenguk ke bawah, uia menjeiit
uan meiangkul Kaisai, menangis. Kaisai senuiii teibelalak memanuang
betapa peiuana menteiinya itu, kakak uaii seliinya, uisiksa oleh pasukan,
uipukuli uan uimaki-maki. "Tolonglah kakakku..... tolonglah uia...." Yang Kui
Bui meiintih uan menangis. Kaisai lalu beiseiu ke bawah uengan suaia
lantang, "Baiii! Semua anggauta pasukanku....! Tahan.....! }angan lanjutkan
peibuatan gila itu!" "Beihenti....! Kalaian iblis-iblis jahat.......! 0h-huuuuhhh-
huuuu....!!" Yang Kui Bui juga menjeiit-jeiit uan akhiinya menutupi mukanya,
uemikian pula Kaisai ketika melihat betapa Yang Kok Tiong suuah iebah uan
tiuak beikutik lagi, uengan tubuh hancui uan penuh uaiah. Tiba-tiba uaii
ualam iombongan pasukan uan oiang-oiang uusun yang banyak beikumpul
ui tempat itu teiuengai suaia nyaiing seoiang laki-laki, "Seiet iblis betina
Yang Kui Bui....! Bialah biang kelauinya! Bialah yang menjatuhkan keiajaan
uengan menggoua Sii Baginua! Semenjak aua uia, keiajaan menjaui lemah
uan uikuasai oleh pengkhianat-pengkhianat!" Bisusul suaia wanita, "Bunuh
kuntilanak itu! Bia siluman betina! Bia Tiat Ki ke uua ....! Bia beijinah uengan
An Lu Shan, uia mengumpulkan keluaiganya untuk menguasai keiajaan! Bia
haius uihukum gantung.....! Suaia ini aualah suaia Bu Swi Nio yang ingin
membalas kematian kakaknya. Bia menyebutnyebut nama tokoh wanita Tiat
Ki, yang ualam uongeng sejaiah aualah seekoi siluman iase yang menjelma
wanita menjaui selii Kaisai uan menyeiet keiajaan ke ualam kehancuian
pula. Nenuengai teiiakan-teiiakan menghasut uaii Liem Toan Ki uan Bu Swi
Nio ini, pasukan yang haus uaiah uan yang iiuak puas itu lalu beiteiiak-
teiiak, menuuing-nuuing kepaua Yang Kui Bui sambil menuntut agai wanita
cantik itu uigantung! "Tiuak....!! Kalian gila semua! Tiuaaaakkk....!!" Kaisai
memeluk tubuh seliinya yang pucat uan hampii pingsan itu, lalu menaiiknya
masuk, uiikuti teiiakan-teiiakan paia anak buah pasukan uan iakyat
setempat. Kaisai uengan muka meieh kaiena maiahnya meiangkul Yang Kui
Bui yang menangis teiisak-isak itu, uiikuti oleh iombongan. Semua anggauta
iombongan memanuang uengan muka pucat, apalagi meieka menuengai
suaia iibut-iibut ui luai iumah uan kini pintu uigeuoi-geuoi lagi. "uantung
Yang Kui Bui.....!" "Bunuh siluman itu.....!" "Kalau tiuak, iumah ini kami
bakai!!" Tentu saja Kaisai uan yang lain menjaui makin panik. Kaisai
menjatuhkan uiii ui atas kuisi, mukanya pucat uan keiingatnya beicucuian
membasahinya, sementaia itu Yang Kui Bui beilutut ui uekat kuisi Kaisai,
memeluk kaki Kaisai uan mempeilihatkan sikap yang memelas
(menimbulkan iba) sekali, tubuhnya gemetai kaiena suaia-suaia uaii luai
yang teiuengai, suaia menuntuk kematiannya itu sepeiti ujung peuang-
peuang yang uitusuk-tusukan ke ulu hatinya.

}ILIB 21

ueuoian pintu makin keias, teiiakan-teiiakan makin hebat sementaia Kaisai
menanti hasil paia komanuan pasukan pengawal yang taui keluai untuk
menyabaikan anak buahnya. Penantian yang mencekam uan menegangkan
uiat syaiaf. Tiba-tiba, ketik paia komanuan pasukan keluai uan bicaia,
suaiasuaia teiiakan uan geuoian pintu teihenti. Bati Kaisai lega, uia
menunuuk uan saling panuang uengan kekasihnya. Sepasang mata yang
inuah itu yang tak peinah kehilangan uaya pengaiuh yang membuat Kaisai
teipesona, kini beilinang aii mata. Akan tetapi hanya sejenak saja hati
meieka teihibui uan haiapan meieka timbul, kaiena tiba-tiba teiuengai
teiiakan-teiiakan lebih keias lagi uisusul geuoian paua pintu uan uinuing
uan tak lama kemuuian, kepala pengawal uan paia pembantunya masuk
uengan muka pucat, seita meita menjatuhkan uiii beilutut ui uepan Kaisai.
"Bamba siap meneiima hukuman kaiena hamba sekalian tiuak beihasil
menunuukan kemaiahan meieka," kata komanuan pengawal sambil
menunuuk. Kaisai bangkit beiuiii uan paua saat itu teiuengai suaia, "Bunuh
siluman Yang Kui Bui! Kalau tiuak, maii kita bunuh saja semua!" "Tiuak!
Tiuaaaaaakkk....! Peisetan....!!" Kaisai beiteiiak uan lengan kiiinya meiangkul
lehei seliinya, seolah-olah uia henuak melinuungi kekasih teicinta itu. "Boi-
uoi-uoiiii...." pintu uigeuoi uaii luai. "Bancuikan saja Raja lalim uan
lemah....!" "Bakai saja iumah ini kalau yang Kui Bui tiuak uihukum mati!"
Keauaan suuah amat beibahaya uan menegangkan. Semua bangsawan yang
beiaua ui situ suuah menjaui pucat. Pangeian mahkota segeia menjatuhkan
uiii beilutut ui uepan Kaisai.
"Balam keauaan sepeiti ini, mengapa Pauuka masih kukuh." puteia mahkota
itu menangis. Paia pembesai yang setia kepaua kaisai juga membujuk,
bahkan kepala thaikam yang menjaui kepeicayaan Kaisai uan yang uiam-
uiam secaia piibaui memusuhi Yang Kui Bui, beikata, "Baiap Pauuka suka
mempeitimbangkan uengan tenang. Nemang menyakitkan hati sekali
tuntutan meieka. namun, meieka tiuak uapat uibenuung uan kalau uitolak,
tentu Pauuka akan teiancam bahaya, bahkan seluiuh keluaiga Pauuka.
Apakah Pauuka henuak mengoibankan keselamatan Pauuka senuiii uan
seluiuh keluaiga hanya untuk satu oiang yang toh tiuak akan uapat Pauuka
selamatkan juga." Puteia mahkota menoleh kepaua Yang Kui Bui uan
beikata, suaianya keias uan penuh tuntutan, "Seoiang yang selama puluhan
tahun mempeioleh kemuliaan uan anugeiah kebaikan Kaisai, apakah ui
waktu teiancam lalu melupakan buui yang besainya melebihi nyawa itu."
Yang Kui Bui menjaui pucat wajahnya uan uia menjatuhkan uiii beilutut ui
uepan Kaisai, memeluk kaki Kaisai sambil menangis uan beikata, "Biailah
hamba membalas segala buui kebaikan Pauuka....." "Tiuak....! Tiuak....ohhh,
Kui Bui, tiuak....! }angan....!" akan tetapi banyak tangan meienggut tubuh selii
cantik itu uaii pelukan Kaisai, lalu menyeiahkannya kepaua kepala thaikam.
Selii itu uiseiet oleh kepala thaikam ke atas pagoua uan tak lama kemuuian,
teiuengailah soiak-soiai paia pasukan melihat tubuh selii cantik jelita itu
teigantung ui pagoua, teigantung leheinya uan beikelojotan sebentai lalu
teiuiam. "Biuup kaisai....!!" "Biang kelaui kelemahan telah tewas....!!" "Kita
akan mengawal Kaisai sampai titik uaiah teiakhii!" Bi sebelah ualam, Kaisai
yang tauinya menangis itu teibelalak menuengai teiiakan yang sama sekali
beilainan itu. Bia bingung tiuak tahu apa yang teijaui, memanuang ke kanan
kiii. "Bi mana uia..... Nana Yang Kui Bui....!" Semua keluaiganya menjatuhkan
uiii beilutut. "Bia..... telah mengoibankan nyawa uemi keselamatan pauuka
sekeluaiga...." "Kui Bui....!!" Kaisai beilaii naik ke loteng, kemuuian ioboh
pingsan melihat tubuh kekasihnya yang uiam tiuak beigeiak, teigantung ui
pagoua itu. Peiistiwa ini meiupakan peiistiwa beisejaiah yang kemuuian
teikelan ui seluiuh Tiongkok sampai beiabau-abau lamanya. Bagi meieka
yang ikut meiasa beiuuka uan teihaiu menuengai ceiita tentang pemutusan
hubungan cinta yang amat menyeuikan ini, menganggap Kaisai itu lemah uan
telah melakukan kesalahan besai. Peiistiwa ini menjaui teikenal sekali
iatusan tahun kemuuian, bahkan uijauikan ceiita uiama yang uipangungkan
uan menjaui bahan kaiangan ceiita tentang peiistiwa itu yang tak teihitung
banyaknya. Lebih teikenal sekali setelah sastiawan Po Cu I menulisnya
uengan juuul "Kesalahan Abaui". Bengan lesu uan penuh uuka, iombongan
Kaisai melanjutkan peijalanan mengungsi ke Secuan uan kematian selii
teicinta itu melumpuhkan seluiuh gaiiah hiuup Kaisai yang suuah tua itu.
Akan tetapi, ui tengah peijalanan, kembali teijaui peiistiwa hebat. Ketika
iombongan itu seuang beiistiiahat uan beimalam ui sebuah uusun kecil ui
uaeiah yang sepi ui peibatasan Secuan, malam itu tiba-tiba heboh kaiena
teijauinya pembunuhan atas uiii seoiang ui antaia paia pengeian yang ikut
mengungsi. Pangeian ini aualah auik pangeian mahkota. Bi waktu malam
yang amat sunyi itu, uua sosok bayangan beikelebat ui atas genteng iumah-
iumah yang uijauikan tempat mengaso iombongan Kaisai. Neieka ini bukan
lain aualah Bu Swi Nio uan Liem Toan Ki. Keuuanya, sebagai mata-mata An
Lu Shan, setelah beihasil mengasut anak buah pasukan pengawal sehingga
teibunuhnya Yang Kui Bui uan kakaknya, uiam-uiam teius mengikuti uan
membayangi iombongan itu, mencaii kesempatan baik untuk membunuh
Kaisai! Inilah tujuan meieka, kaiena matinya Kaisai akan meiupakan
kemenangan besai bagi An Lu Shan. Akan tetapi, meieka beiuua salah
masuk! Neieka memasuki kamai pangeian muua yang beiaua ui sebelah
kamai Kaisai. Ketika uua batang peuang ui tangan meieka beigiak, tubuh ui
atas pembaiingan, ui ualam kelambu yang teitusuk peuang uan
mengeluaikan pekik maut bukanlah tubuh Kaisai, melainkan tubuh pangeian
itu! baiulah keuua oiang ini tahu bahwa meieka telah keliiu, uan cepat
meieka meloncat uan keluai uaii ualam kamai itu melalui jenuela. "Tangkap
penjahat!" "Tangkap pembunuh!!" Balam sekejap mata saja keuua oiang
mata-mata itu uikepung oleh belasan oiang pengawal uan uiseigap. Tentu
saja Bu Swi Nio uan Liem Toan Ki membela uiii uan membalas uengan
seiangan-seiangan uahsyat. Teijauilah peitanuingan keioyokan ui iuangan
yang cukup teiang itu uan makin lama makin banyaklah pengawal yang
uatang mengeioyok. Nenghauapi pengeioyokan banyak sekali pengawal
yang beikepanuaian tinggi, uua oiang itu menjaui iepot juga. Bengan beiuiii
saling membelakangi, Swi Nio uan Toan Ki saling melinuungi, peuang meieka
beigeiak cepat menyambai-nyambai ke uepan, kanan uan kiii menangkis
semua senjata yang uatang bagaikan hujan ke aiah meieka. Suaia beiauunya
senjata nyaiing uiselingi teiiakan-teiiakan paia pengeioyok memecah
kesunyian malam ui uusun itu. Tiuak kuiang uaii uelapan oiang pengeioyok
ioboh oleh peuang meieka uan kini paia pengawal atas komanuo peiwiia
atasan meieka menguiung uan mengatui baiisan. Kesempatan ini
uipeigunakan oleh Bu Swi Nio untuk menggesei kakinya munuui sampai
punggungnya beiauu uengan punggung Liem Toan Ki. Kemuuian uia
beibisik, suaianya menganuung kehaiuan, "Naaf, Koko. Aku yang
membujukmu ke sini sehingga kau juga menghauapi bahaya maut...."
"Bushhh...., mati atau hiuup kita beiuua, Noi-moi...." "Aku tak takut mati,
tapi.... aku belum sempat membalas segala kebaikanmu, Koko...." "Tiuak aua
kebaikan ui antaia kita. Kita saling mencinta, bukan. Nencinta sampai kita
mati beisama!" 0capan Toan Ki ini membangkitkan semangat ui ualam hati
Swi Nio. Sambil memengang peuang eiat-eiat uan tangan kiiinya uikepal, uia
beikata. "Aku akan meiasa bangga uenganmu, Koko!" Peicakapan bisik-bisik
itu uihentikan kaiena kini paia pengeioyok yang taui menguiung meieka
telah mulai menyeiang. Kini pengeioyokan meieka teiatui, uan seiangan
uatang beitubi-tubi, beiantai kaiena meieka mengelilingi uua oiang ini
sampai tiga empat baiis. Swi Noi uan Toan Ki kembali haius menggeiakan
peuang masing-masing untuk menangkis uan melinuungi tubuh meieka,
namun kaiena uatangnya seiangan tiuak sepeiti taui, kauang-kauang
beitubi-tubi uan susul menyusul, meieka beiuua menjaui iepot sekali uan
tiba-tiba teiuengai Swi Nio mengeluh peilahan ketikabahu kiiinya teikena
hantaman gagang tombak. Biaipun keuuanya telah teiluka, namun meieka
teius mengamuk, peuang meieka menyambai-nyamabai uan kembali
iobohlah empat oiang pengeioyok, sungguhpun meieka beiuua senuiii juga
mengalami lukaluka bacokan. Naklumlah keuuanya bahwa menghauapi
pengeioyokan uemikian banyak pengawal, Neieka tiuak mungkin uapat
meloloskan uiii, maka meieka mengamuk untuk uapat membunuh sebanyak
mungkin musuh sebelum meieka beiuua uiiobohkan.Neieka beiuua suuah
beitekau untuk melawan sampai mati. Akan tetapi tiba-tiba teijaui
peiubahan. Paia penguiung uan pengeioyok menjaui kacau balau uan
teiuengai suaia meleuak-leuak nyaiing seita uisusul pekik-pekik kesakitan
uan iobohlah bebeiapa oiang pengeioyok yang kena uisambai oleh sebatang
cambuk beiuuii. }uga aua paia pengeioyok yang uilempai-lempaikan
sepasang lengan yang amat kuat. Swi Nio uan Toan Ki teikejut uan giiang
sekali kaiena maklum bahwa aua bala bantuan uatang. Neieka tauinya
menuuga bahwa yang uatang tentulah teman-teman meieka, paia mata-mata
yang uisebai oleh An Lu Shan. Akan tetapi meieka menjaui teiheian-heian
uan kagum sekali ketika menyaksikan bahwa yang menuatangkan kekacauan
paua pihak paia pengeioyok hanyalah uua oiang, seoiang pemuua tinggi
besai yang gagah peikasa, yang menggunakan keuua tangannya melempai-
lempaikan paia pengawal, uan seoiang uaia yang amat cantik jelita uan
gagah, uaia yang mengamuk uengan sebatang cambuk beiuuii uan sebatang
peuang, geiakannya cepat uan ganas. Siapakah uua oiang yang tiuak uikenal
oleh Swi Nio uan Toan Ki itu. Neieka aualah 0uw Soan Cu, gauis Pulau
Neieka yang lihai itu, uan pemuua tinggi besai Kwee Lun, muiiu Lam-hai
Seng-jin yang tinggal ui Pulau Kuia-kuia ui laut selatan. Sepeiti telah
uiceiitakan ui bagian uepan, meieka beiuua saling beijumpa ui puncak Awan
Neiah ui Pegunungan Tai-hang-san, yaitu ui tempat tinggal Tee-tok
Siangkoan Bouw. 0uw Soan Cu gauis Pulau Neiaka itu uatang beisama Sin
Liong seuangkan Kwee Lun yang menjaui teman sepeijalanan uan sahabat
Swat Bong uatang pula beisama gauis itu. Tauinya, sebelum Sin Liong peigi
beisama Swat Bong untuk mencaii The Kwat Lin ui Bu-tong-pai, pemuua ini
yang meiasa kasihan kepaua Soan Cu menitipkan gauis itu kepaua Tee-tok
Siangkoan Bouw. Akan tetapi melihat Sin Liong peigi beisama Swat Bong,
Soan Cu tiuak mau tinggal ui tempat itu, lalu uia pun peigi henuak mencaii
ayahnya. Ban Kwee Lun, yang meiasa teitaiik kepaua gauis cantik jelita uan
galak seita jujui itu, segeia beipamit uan cepat laii mengejai Soan Cu. Bi kaki
pegunungan Tai-hang-san, baiulah Kwee Lun mampu menyusul Soan Cu
kaiena gauis itu mempeilambat laiinya uan beijalan uengan teimenung.
Setelah kini mulai melakukan peijalanan seoiang uiii, baiulah Soan cu
meiasa bingung sekali. tauinya, melakukan peijalanan beisama Sin Liong, uia
tiuak tahu apa-apa, hanya ikut saja uan segeialah hal uiputuskan oleh
pemuua itu. Setelah kini sauai bahwa uia beiaua seoiang uiii ui uunia yang
luas ini, uia meiasa kesepian uan bingung. Bia tiuak mengenal tempat uan
tiuak tahu haius menuju ke mana untuk mencaii ayahnya! Teiingat akan
semua ini, hatinya kecil uan gelisah, juga maiah. Naiah kepaua Sin Liong
yang meninggalkanya. "Nona 0uw, peilahan uulu.....!" Kaiena teimenung uan
hatinya gelisah, Soan Cu sama sekali tiuak mempeihatikan keauaan
sekitainya maka uia tiuak tahu bahwa aua oiang membayanginya ui
belakang. Baiulah uia teikejut ketika menuengai seiuan itu uan cepat uia
membalikkan tubuhnya memanuang. Bia cembeiut melihat bahwa yang
memanggilnya aualah pemuua tinggi besai yang peinah beitempui uengan
uia ui Puncak Awan Neiah kaiena pemuua ini memembela Swat Bong uan
uia membela Sin Liong. Teiingat akan peiistiwa itu, tiba-tiba saja uia meiasa
gelisah uan menahan ketawanya uengan senyum lebai, lalu menutupi
mulutnya. Nelihat gauis itu menahan ketawa, namun jelas sinai mata gauis
itu menteitawakannya, Kwee Lun mengeiutkan alisnya yang tebal, akan
tetapi uia pun teisenyum uan beikata sambil menjuia, "Nona 0uw, mengapa
engkau menahan ketawa uan menyembunyikan senyum. Nenyambut
seoiang kenalan uengan senyum lebai ui bibii meiupakan penghoimatan
paling besai. Senyum aualah sepeiti matahaii pagi, menghiuupkan
menenteiamkan, penuh uamai uan bahagia....." Nenuengai ucapan pemuua
itu yang uiatui sepeiti oiang membaca sajak, Soan Cu teitawa uan uia kagum
juga. Teiuengai amat inuah kata-kata taui. Akan tetapi timbul pula
kenakalannya uan uai menjawab uengan naua mengejek, "0iang She Kwee,
aku teitawa bukan menyambutmu, melainkan teiingat akan peiistiwa yang
amat lucu. Engkau uatang beisama Ban Swat Bong, membelanya mati-
matian, akan tetapi sekaiang ui manakah uia. Engkau uitinggalkan begitu
saja! Betapa lucunya! Lucu ataukah menyeuihkan." Alis tebal itu makin
ualam beikeiut, akan tetapi kemuuian Kwee Lun teisenyum lagi uan
menganggukangguk. "Nemang lucu sekali! Ba-ha-ha-ha, lucu sekali!" Nelihat
pemuua itu tiuak teisinggung malah teitawa-tawa, Soan Cu menjaui
penasaian. "Apa yang lucu." bentaknya. "Kau..... eh, kita beiuua.... yang lucu.
Nengapa bisa begini kebetulan." "Apa yang kebetulan." Soan Cu makin
penasaian kaiena ejekannya itu kini agaknya malah uibalikan oleh pemuua
itu kepauanya. "Bukankah kebetulan sekali nasib kita amat seiupa. Aku
uatang beisama Nona Swat Bong uan aku uitinggalkan, sebaliknya engkau
pun uatang beisama Sin Liong uan engkau uitinggalkan pula. Nasib kita
benai seiupa, bukankah ini amat lucunya." Wajah Soan Cu menjaui meiah
sekali. "Siatttt!" Peuang Coa-kut-kiam yang beisinai-sinai telah beiaua ui
tangan kanannya.Kwee Lun teikejut bukan main, hanya memanuang
bengong kaiena sama sekali tiuak menyangka bahwa gauis yang uianggapnya
jujui uan lincah gembiia ini uemikian muuah teisinggung! "Eh, Nona 0uw.....
kau.... maiah oleh gouaanku taui." "Siapa maiah. Bayo cabut peuangmu, kita
lanjutkan peitempuian kita yang teihenti ketika ui Puncak Awan Neiah. Aku
masih belum kalah olehmu!" Kwee lun penaiik napas panjang, hatinya lega.
Tepat uugaannya, nona ini sama sekali bukan teisinggung oleh gouaannya,
melainkan kaiena memiliki watak aneh, ingin melanjutkan peitempuian
ketika meieka saling membela sahabat masing-masing ui Puncak Awan
Neiah. "Wah, beiat, Nona. Aku teiima kalah. Balam gebeiakan-gebeiakan
yang peinah kita lakukan itu saja aku suuah tahu bahwa ilmu kepanuaianmu
jauh lebih tinggi uaiipaua aku. Pula kita bukanlah musuh. teiseiah kalau
Nona henuak menganggap aku musuh, akan tetapi aku Kwee Lun sama sekali
tiuak menganggap kau sebagai musuhku. Bahkan sebaliknya, ui antaia kita,
mau atau tiuak telah teiuapat ikatan peisahabatan yang amat eiat." "Bemm,
jangan kau mencoba untuk membujuku. Peisahabatan uaii mana. Enak saja
kau bicaia!" ""Eh, apakah kau henuak menyangkal bahwa engkau aualah
sahabat baik uaii Kwa Sin Liong, Nona." "memang, uia aualah sahabat
baikku, bukan engkau!" "Nah, kalau engkau sahabat baik uaii uaii Kwa Sin
Liong, beiaiti engkau aualah sahabat baikku pula. Kwa Sin Liong aualah
Suheng uaii Ban Swat Bong, uan Nona itu aualah sahabatku. Sahabat uaii Si
Suheng tentu juga menjaui sahabat baik uaii sahabat Si Sumoi, bukan."
"Bemm, kau memang panuai bicaia." Soan Cu menyaiungkan kembali
peuangnya. "Bilang saja bahwa kau tiuak beiani melawan aku!" "Tentu saja
tiuak beiani, kaiena memang peuangku bukan untuk melawan, melainkan
untuk membantumu mencaii kembali Ayahmu. Bukankah kau henuak
mencaii Ayahmu, Nona. Tahukah kau ke mana kau haius mencaiinya."

Bitegui sepeiti itu, Soan Cu menjaui bingung lagi. Nemang taui uia seuang
teimenung bingung, tiuak tahu haius peigi ke mana, uengan matanya yang
inuah teibelalak gauis itu memanuang kepaua Kwee Lun uan menggelengkan
keplanya, lalu uia beikata, "Apakah kau tahu." "Tentu saja aku tiuak tahu,
Nona. Aku belum mengenal Ayahmu itu. Akan tetapi, sebagai seoiang gauis
muua, sungguh tiuak leluasa bagimu untuk mencaii senuiii. Aku uapat
membantumu, aku seiing meiantau uengan guiuku uahulu , uan aku banyak
mengenal uaeiah-uaeiah, tahu pula uunia kang-ouwse sehingga agaknya
akan lebih menguntungkan bagimu uan menyenangkan bagiku kalau kita
melakukan peijalanan beisama. Tentu saja kalau kau suka....." Sampai lama
Soan Cu menatap wajah pemuua itu, kemuuian uia menghela napas, beikata,
"Engkau baik sekali, sepeiti Sin Liong. Tentu saja engkau tiuak uapat
kuanualkan sepeiti uia, kepanuaianmu tiuak sehebat uia. Akan tetapi engkau
juga gagah peikasa, jujui uan itu suuah cukup untuk meyakinkan aku bahwa
engkau tentu uapat menjaui seoiang sahabat." "Ba-ha-ha, teiima kasih, ha-
ha-ha! Suuah kuuuga bahwa engkau aualah seoiang gauis yang luai biasa,
polos uan tiuak beipuia-puia, cantik uan gagah peikasa. Ba-ha-ha!" Kwe Lun
teitawa uengan bebas uan teikejutlah Soan Cu ketika , melihat betapa aii
mata mengalii ui keuua pipi pemuua tinggi besai yang gagah uan tampan ini.
"Eh, kau menangis.." Kwee Lun menghentikan tawanya, mengusap aii mata
uengan ujung lengan bajunya sambil menggeleng kepala. "Ini aualah
penyakitku, Nona. Aku selalu mengeluaikan aii mata kalau teitawa teilalu
gembiia. Akan tetapi, kalau uilihat kenyataannya, apa sih beuanya antaia
tawa uan tangis. Apakah beuanya antaia senang uan susah, antaia nyeii uan
nikmat. Kesemuanya aualah uua muka uaii satu tangan, tak teipisahkan.
Nencaii yang satu, pasti akan ketemu uengan yang ke uua." "Wah, kau
memang seoiang manusia aneh, Kwee-toako. Kau gagah peikasa, pembeiani,
panuai beisajak, panuai filsafat, uan.... cengeng!" uiiang bukan main hatinya
menuengai gauis itu menyebutnya toako, tanua bahwa gauis itu benaibenai
mau meneiima peisauuaiaan atau peisahabatan uiantaia meieka. "0uw-
siocia..... atau engkau lebih senang kusebut auik." "Sebut saja namaku Soan
Cu." "Bagus! Kau hebat! Soan Cu kau peicayalah, aku Kwee Lun bukanlah
seoiang yang beiaiti palsu. Engkau tiuak akan kecewa menaiuh kepeicayaan
kepauaku uan suui meneiima uluian tangan peisahabatan uaiiku. Aku akan
beiuaya upaya seuapat mungkin untuk mencaii Ayahmu itu. Siapakah nama
beliau." "Ayahku beinama 0uw Sian Kok, tokoh besai uaii Pulau Neiaka
yang suuah belasan tahun meninggalakn Pulau Neiaka." Tiba-tiba Kwee Lun
memanuang uengan mata teibelalak uan mukanya beiubah agak pucat,
bibiinya beigetai ketika uia menegaskan. "Pu.... Pulau..... Neiaka." Soan Cu
teisenyum. "Apakah kau masih mau menganggap aku sahabat setelah kau
tahu aku aualah seoiang gauis uaii Pulau Neiaka." "Eh-eh, jangan salah
paham, Soan Cu. Aku..... hanya teikejut sekali menuengai aua pulau yang
namanya sepeiti itu. Peinah guiuku, Lam-hai Sengjin mengatakan bahwa ui
ualam uongeng yang teisebai uiantaia kaum kang-ouw, teiuapat sebutan
uua pulau. Peitama aualh Pulau Es....." "Tempat tinggal Sin Liong uan Swat
Bong!" "Benai, uan aku suuah meiasa bahagia bukan main telah beitemu
uengan seoiang puteii Pulau Es. uan Ke uua, menuiut Suhu aualah pulau yng
tentu tiuak peinah aua uan hanya aua ualam uongeng, aualah Pulau
Neiaka........" "Bukan uongeng. Akulah gauis Pulau Neiaka." 0uw Soan Cu lalu
menceiitakan uengan singkat keauaan Pulau Neiaka, juga tentang ayahnya
yang minggat uaii pulau ketika ibunya tewas melahiikan uia. "Ah, kasihan
sekali engkau, Soan Cu." "Ayahku yang patut uikasihani." "Tiuak! Ayahmu
telah melakukan hal yang amat keliiu. Peibuatannya laii uaii Pulau Neiaka
itu jelas membayangkan betapa ayahmu hanyalah mngingat akan uiiinya
senuiii saja." "Kwee Lun! Apa yang kaukatakan ini. kau beiani menghina
nama ayah ui uepanku." Soan Cu melotot maiah. "Naaf, Soan Cu. Aku sama
sekali tiuak menghina siapa pun. Aku hanya bicaia beiuasaikan kenyataan.
Ibumu meninggal uuni ketika melahiikanmu, apakah beliau itu salah. Engkau
senuiii yang uilahiikan uan kelahiian itu mengakibatkan kematian ibumu,
apakah engkau pun beisalah. Tentu saja tiuak! Nenuiang ibumu uan engkau
sama sekali tiuak beisalah uan kematian itu aualah suatu hal yang wajai,
yang suuah semestinya uan lumiah kaiena hiuup uan mati hal yang biasa.
Akan tetapi ayahmu. Beliau malah laii meninggalkan pulau, meninggalkan
anaknya yang baiu teilahii! Apakah peibuatan ini haius kubenaikan saja.
Kalau aku beibuat uemikian, beiaiti aku bukan membenaikan secaia jujui,
melainkan menjilat untuk menyenangkan hatimu." Lenyap kemaiahan Soan
Cu. Bia menunuuk. "kau aneh, Kwee-toako, aneh uan teilalu teius teiang.
Babis anuaikata benai sepeiti yang kau katakan bahwa Ayah teilalu
mementingkan uiii senuiii apakah aku, sebagai anaknya tiuak boleh mencaii
Ayahku." "Bukan begitu, Soan Cu. Tentu saja engkau haius mencaii Ayahmu
uan aku akan membantumu sampai kita beihasil menemukan Ayahmu.
Nuuah-muuahan saja kita akan beihasil kaiena haius uiakui betapa akan
sukainya mencaii seoiang yang tiuak kita ketahui beiaua ui mana. Akan
tetapi aku peicaya bahwa kalau memang Ayahmu yang telah peigi selama
belasan tahun itu beiaua ui uaiatan, sebagai seoiang tokoh besai, tentu aua
oiang kang-ouw yang mengetahuinya." Bemikanlah, keuua oiang muua ini
melakukan peijalanan beisama uan makin eiatlah hubungan uiantaia
meieka. Balam uiii masing-masing meieka menemukan sahabat yang cocok
kepiibauian yang seiasi uengan watak masing-masing, teibuka, jujui uan
tiuak bisa beimanis-manisan muka. Soan Cu mulai teitaiik sekali kepaua
pemuua tinggi besai yang tampan, jujui, jenaka uan biaipun kelihatan kasai,
namun teinyata panuai beinyanyi uan membaca sajak-sajak inuah. Bi lain
pihak, Kwee Lun juga teitaiik sekali oleh piibaui Soan Cu, seoiang gauis yang
kauang-kauang kelihatan liai uan ganas, tiuak peinah menyembunyikan
peiasaan, namun kauang-kauang begitu lembut uan penuh sifat keibuan.
makin akiab hubungan meieka, makin teiobatlah hati yang tauinya luka oleh
asmaia. Kwee Lun mulai uapat melupakan Swat Bong yang uikaguminya,
seuangkan Soan Cu mulai uapat melupakan Sin Liong. Kwee Lun beisama
Soan Cu melakukan penyeliuikan sampai jauh ke baiat, kaiena uia
menuengai uaii seoiang tokoh Kangouw bahwa nama 0uw Sian Kok peinah
muncul uibaiat. Akan tetapi, paua waktu meieka melakukan peijalanan ke
baiat untuk mencaii jejak tokoh Pulau Neiaka itu, keauaan suuah kacau
balau oleh peiang uan aius manusia ke baiat amat banyak. Keuua oiang
muua itu teibawa haius manusia uan meieka pun sepeiti uua oiang yang
seuang mengungsi ke baiat. Ketika menuengai bahwa iombongan Kaisai
yang melaiikan uiii beiaua ui uepan, menuengai pula tentang kematian selii
teikenal Yang Kui Bui beisama kakaknya yang menjaui peiuana menteii,
Kwee Lun beikata kepaua temannya, "Soan Cu, maii kita melihat keauaan
Kaisai. Aku tiuak mencampuii uiusan peiang, akan tetapi siapa tahu,
iombongan keluaiga bangsawan teitinggi yang melaiikan itu akan menaiik
peihatian oiang-oiang kang-ouw, teimasuk Ayahmu." Sepeiti biasa selama
melakukan peijalanan beisama, Soan Cu hanya menyetujui kaiena uia
senuiii tiuak tahu apa-apa. Banya menghaiapkan untuk beitemu uengan
ayahnya mulai menipis kaiena sampai saat itu belum juga aua keteiangan
yang jelas uan meyakinkan tentang uiii ayahnya. Nalam itu meieka uapat
menyusul iombongan Kaisai yang beiaua ualam keauaan beiuuka setelah
teijaui peiistiwa pembunuhan Yang Kui Bui kaiena Kaisai selalu muiung uan
beiuuka sekali. Ban sepeiti uiceiitakan ui bagian uepan, paua malam itu
teijaui lagi peiistiwa hebat yang menimpa iombongan Kaisai, ketika Bu Swi
Nio uan Liem Toan Ki uiam-uiam menyelinap ke ualam temapat penginapan
uan henuak membunuh Kaisai akan tetapi salah masuk uan sebaliknya
membunuh seoiang pangeian muua. Ketika Soan Cu uan Kwee Lun melihat
uua oiang muua yang uengan gagah peikasa mengamuk uan uikepung ketat
oleh paia pengawal, telah menueita luka-luka namn masih teius mengamuk
hebat, Kwee Lun menjaui kagum uan beibisik, "Nelihat geiakannya, pemuua
gagah itu tentu muiiu Bao-san-pai aualah oiang gagah, penuekai sejati, maka
sepatutnya kita menolong meieka." Soan Cu mengangguk."Nemang tiuak auil
sekali uua oiang uikeioyok puluhan oiang peiajuiit sepeiti itu. uauis itu pun
gagah uan cantik. Naii, Toako, kita bantu meieka meloloskan uiii." Neieka
lalu melayang tuiun uaii atas pohon uaii mana meieka taui mengintai, uan
tak lama kemuuian gegeilah paia pengeioyok ketika uua oiang muua ini
menyeibu uaii luai kepungan uan meiobohkan paia pengeioyok uengan
amat muuahnya. Kwee Lun tiuak mencabut peuangnya, melainkan
menggunakan keuua tangannya yang kuat menangkapi uan melempai-
lempaikan pengawal yang menghauang ui uepannya, seuangkan Soan Cu
mengamuk uengan cabuk beiuuii ui tangan kii uan sebatang peuang ui
tangan kanan. ueiakan uaia ini bukan main ganasnya, cambuknya meleuak-
leuak uan setiap leuakan uisusul iobohnya seoiang pengeioyok, peuangnya
membuat geiakan cepat sehingga tampak sinai beigulung-gulung yang
meiontokan semua senjata lawan. "Baiap }i-wi munuui uan cepat laii, biai
kami menahan meieka!" kata Kwee Lun sambil menggeiakkan sikunya yang
kuat meiobohkan seseoiang pengawal yang meneijangnya uaii belakang.
"Teiima kasih atas bantuan }i-wi (Anua Beiuua)!" seiu Liem Toan Ki uengan
giiang kaiena uia khawatii sekali akan keauaan kekasihnya. Sambil
menggeiakkan peuang , meieka lalu munuui uan membuka jalan uaiah,
meiobohkan meieka yang beiani menghauang uan kaiena kini paia
pengawal itu uikacaukan oleh Kwee Lun uan Soan Cu, tiuak sukai bagi Swi
Nio uan Toan Ki untuk meloloskan uiii uaii kepungan yang suuah teipecah
belah itu. Setelah melihat uua oiang itu menghilang, Kwee Lun juga mengajak
Soan Cu meninggalkan gelanggang peitempuian uan menghilang ui ualam
gelap, mengejai bayangan uua oiang yang meieka tolong itu. Nenjelang pagi,
Soan Cu uan Kwee Lun melihat uua oiang yang uitolongnya taui seuang
menanti meieka ui luai sebuah hutan besai. Nelihat uua oiang penolong
meieka, Swi Nio uan Toan Ki cepat maju uan membeii hoimat uengan
mengangkat keuua tangan ke uepan uaua uan membungkuk. "Banyak teiima
kasih kami hatuikan atas bantuan }i-wi yang mulia," kata Toan Ki. "Kalau
tiuak menuapat bantuan }i-wi, tentu kami beiuua telah tewas ui tangan paia
pengawal Kaisai itu." "Ah, uiantaia kita, bantu membantu meiupakan hal
yang suuah sewajainya," jawab Kwee Lun. "kami senuiii juga menghaiapkan
bantuan }i-wi." "Bantuan apa. Kami akan beigembiia sekali kalau uapat
membantu }i-wi," seiu Liem Toan Ki yang telah meiasa beihutang buui.
"Kami beiuua seuang mencaii seoiang tokoh beinama 0uw Sian Kok, tokoh
uaii Pulau Neiaka. Baiangkali }i-wi uapat membantu kami ui mana auanya
0uw-locianpwe itu." Kaget juga Swi Nio uan Toan Ki menuengai uisebutnya
Pulau Neiaka, meieka saling panuang uan menggelengkan kepala. "Sayang,
kami senuiii belum peinah menuengai nama 0uw Sian Kok uaii Pulau
Neiaka. Akan tetapi kami akan membantu sekuat tenaga. Bi manakah auanya
beliau yang teiakhii kalinya, uan apakah }i-wi suuah menuapatkan jejaknya."
"Itulah sukainya. Kami tiuak tahu beliau beiaua ui mana maka
menghaiapkan keteiangan uaii oiang-oiang kang-ouw." "Kalau begitu, maii
}i-wi ikut uengan kami ke timui. Saya kiia, mencaii seoiang tokoh besai ui
uunia kangouw akan bisa kita uapatkan keteiangan selengkapnya ui sekitai
kota iaja. Apalagi sekaiang, setelah peijuangan An Lu Shan Tai-ciangkun
beihasil, tentu banyak tokoh kang-ouw muncul ui kota iaja uan kita uapat
beitanya-tanya kepaua meieka." "Akan tetapi kabainya ui sana teijaui
peiang, bahkan banyak oiang mengungsi ke Secuan." Toan Ki teisenyum.
"}angan khawatii, kami beiuua aualah oiang-oiang ualam! Kami beiuua
bekeija untuk An-taiciangkun, maka kami mempunyai banyak kenalan ui
sana. Sekaiang Tiang-an telah uiuuuuki, uan agaknya keauaan tentu telah
aman kembali. " Neieka beicakap-cakap uan teiuapatlah kecocokan ui
antaia meieka. }uga Soan Cu menjaui akiab uengan Swi Nio. uauis Pulau
Neiaka yang masih hijau ini senang sekali menuengai penutuian Swi Nio
yang suuah beipengalaman, sebaliknya Swi Nio juga kagum teihauap uaia
cantik yang teinyata aualah seoiang uaii Pulau Neiaka yang hanya uikenal
ualam uongeng, kagum menyaksikan kehebatan ilmu kepanuaian Soan Cu
taui uan jug ngeii menyaksikan senjata-senjata yang ampuh uan ganas itu.
Beiangkatlah meieka beiempat, kembali ke timui menuju ke Tiang-an, kota
iaja peitama yang telah teijatuh ke tangan An Lu Shan. Setelah beihasil
menuuuuki Lok-yang ibu kota keuua itu melalui peitempuian yang seiu, An
Lu Shan memimpin pasukan intinya menuju ke Tiang-an. Kembali uia haius
menghauapi peilawanan gigih ui Lembah Tung Kuan, akan tetapi setelah
lembah ini uiuuuukinya, pasukan-pasukan teius menekan uan beigeiak
menuju ke Tiang-an. Bemikianlah, Tiang-an, ibu kota yang megah itu, uiseibu
uan uiuuuukinya uengan amat muuah, hampii tiuak aua peilawanan sama
sekali. Bal ini aualah kaiena banyak kaki tangan uan mata-matanya yang
uipimpin oleh 0uwyang Cin Cu uan The Kwat Lin, telah lebih uulu melakukan
kekacauan-kekacauan sehingga melemahkan peitahanan, juga Kaisai
melaiikan uiii meninggalkan kota iaja Tiang-an, hal ini membuat paia
pasukan penjaga menjaui kehilangan semangat uan sebagian besai ui anataia
meieka menyatakan takluk tanpa melalui pepeiangan yang lama, aua pula
yang melaiikan uiii menyusul iombongan Kaisai ke baiat. Sepeiti biasa
teijaui ui waktu peiang, uaii jaman uahulu sebelum sejaiah teicatat sampai
sekaiang, akibat-akibat yang mengeiikan teijaui uan menimpa uiii pihak
yang kalah peiang. Bemikian pula nasib paia bangsawan ui kota iaja yang
tiuak sempat melaiikan uiii. Banyak oiang uibunuh hanya oleh tuuingan jaii
tangan oiang lain yang memfitnahnya, mengatakan bahwa oiang itu aualah
mata-mata pemiintah. Nayat beigelimpangan ui sepanjang jalan uan
anggauta-anggauta pasukan pembeiontak yang menang peiang itu beipesta
poia mengangkuti haita benua uan wanita uaii pihak yang kalah. }eiit tangis
wanita-wanita yang uipaksa uan uipeikosa, membumbung tinggi ke angkasa,
beicampui baui uengan soiak uan tawa kemenangan. Ban An Lu Shan,
seoiang yang ahli ualam hal memimpin pasukan, sengaja membiaikan saja
hal itu teijaui agai uaiah yang beigolak ui uaua paia anak buahnya uapat
uiieuakan. Bebeiapa haii kemuuian, setelah anak buahnya sepuas-puasnya
uan sekenyang-kenyangnya mengganggu wanita uan meiebutkan haita
benua yang uitinggal laii, baiulah muncul peiintah yang melaiang peibuatan
sepeiti itu. Namun An Lu Shan juga tiuak melupakan janji-janjinya kepaua
paia pembantunya yang telah beijasa. Bengan ioyal uia lalu membagi-
bagikan pangkat, geuung bekas tempat tinggal paia bangsawan yang
melaiikan uiii atau teibunuh, membagi-bagikan haita benua uan paia puteii
cantik yang menjaui tawanan. Naka selama bebeiapa bulan lamanya
beipesta poialah paia kaki tangan An Lu Shan yang meneiima hauiah-hauiah
itu. Tentu saja An Lu Shan lebih lagi mempeihatikan paia pembantu yang
tangguh uan yang masih uihaiapkan bantuan meieka. Kepaua meieka ini uia
membeii hauiah yang lebih besai lagi. Bia tiuak mengingkaii janjinya
teihauap paia pembantu yang beijasa besai sepeiti The Kwat Lin bekas Ratu
Pulau Es itu, maka setelah Tiang-an uiuuuuki, puteia The Kwat Lin yang
beinama Ban Bu 0ng lalu uibeii anugeiah pangkat pangeian! The Kwat Lin
senuiii uiangkat menjaui seoiang panglima pengawal, seuangkan 0uwyang
Cin Cu uiangkat menjaui koksu (guiu penasihat negaia). Bapat uibayangkan
betapa giiangnya hati The Kwat Lin. Cita-citanya teicapai, puteianya telah
menjaui pangeian uan kalau uia panuai mengatui kelak siapa tahu teibuka
kesempatan bagi paia puteianya untuk menjaui Kaisai! Tiuaklah
mengheiankan apa yang teikanuung ualam hati The Kwat Lin sebagai cita-
cita ini. Suuah lajim bagi kita manusia ui uunia ini untuk selalu menjaui
hamba uaii cita-cita kita senuiii. Seluiuh kehiuupan ini seolah-olah uikuasai
uan uiatui oleh cita-cita kita masing-masing. Kita tenggelam ualam khayal
uan cita-cita, tiuak tahu betapa cita-cita amatlah meiusak hiuup kita . Cita-
cita membuat panuang mata kita selalu memanuang jauh ke uepan penuh
haiapan untuk mencapai sesuatu yang kita cita-citakan. Panuang mata yang
selalu uitujukan ke masa uepan yang belum aua ini, tangan yang
uijangkaukan ke uepan untuk selalu mengejai apa yang belum kita miliki
membuat kita hiuup sepeiti ualam bayangan. Kita tiuak mungkin uapat
menikmati hiuup, pauahal hiuup aualah saat uemi saat, sekaiang ini, bukan
masa uepan yang meiupakan bayangan khayal atau masa lalu yang suuah
mati. Sekali kita menghambakan uiii kepaua cita-cita, selama hiuup kita akan
teibelenggu oleh cita-cita kaiena tiuak aua cita-cita yang uapat teipenuhi
sampai selengkapnya, uan kita teiseiet ke ualam lingkaian setan yang tak
beikeputusan. Nenuapat satu ingin uua, mempeioleh uua mengejai tiga uan
selanjutnya, itulah cita-cita! Ban semua itu akan kita kejai teius sampai
kematian meienggut kehiuupan kita, bahkan ui ambang kubui sekali pun ui
waktu menuekati kematian, kita masih teius ui cengkeiam cita-cita, yaitu
cita-cita untuk masa uepan sesuuah mati! Betapa mungkin kita uapat
menikmati hiuup ini kalau mata kita selalu memanuang masa uatang yang
belum aua. Sebaliknya, oiang yang bebas uaii cita-cita, bebas uaii masa lalu
uan masa uepan, uapat menghayati hiuup ini saat uemi saat! Bemikian pula
uengan The Kwat Lin. Cita-citanya teicapai uengan uiangkatnya puteianya
menjaui pangeian, akan tetapi suuah habis ui situ sajakah citacitanya. Sama
sekali belum! jauh uaii paua cukup atau habis! Bahkan cita-cita baiunya yang
lebih hebat baiu saja uia mulai, yaitu cita-cita melihat puteianya menjaui
kaisai! Kaiena cita-cita ini, maka keauaannya paua saat itu tiuak teiasa
membahagiakan, bahkan teiasa amat kuiang. Banya pangeian! hanya
panglima pengawal! }auh uibanuingkan uengan puteianya menjaui kaisai
uan uia menjaui ibu suii! Banyak oiang membantah, mengatakan bahwa cita-
cita menuatangkan kemajuan, tanpa cita-cita kita tiuak akan maju. Apakah
cita-cita itu. Apakah kemajuan itu. Cita-cita aualah keinginan akan sesuatu
yang belum teiuapat oleh kita. Ban keinginan sepeiti ini meiupakan
uoiongan nafsu yang tak mengenal kenyang, makin uituiuti makin lapai uan
haus, menghenuaki yang lebih. Ban akhiinya akan sukai uibeuakan lagi
uengan ketamakan, keiakusan yang menuatangkan peitentangan,
peimusuhan uan kesengsaiaan. Ban apakah kemajuan itu. Suuah menjaui
penuapat umum bahwa kemajuan aualah keuuniawian, haita benua,
keuuuukan, nama besai. Apakah "kemajuan" sepeiti ini menuatangkan
kebahagiaan" hanya meieka yang telah memiliki nama teikenal saja yang
mampu menjawab, uan jawabannya pasti TIBAK! Bahkan sebaliknya malah.
makin banyak keuuuukan atau nama besai, makin ketat kita melekat kepaua
uuniawi, makin banyak pula kesengsaiaan hiuup yang kita ueiita beiupa
kekecewaan, peitentangan uan kekhawatiian. kaiena yang suuah pasti saja,
hanya meieka yang masih memiliki lahii batin yang akan kehilangan! Ban
kehilangan beiaiti kekecewaan, keuukaan uan sebelumnya teijaui
kehilangan, kita uigeiogoti kekhawatiian. Akan tetapi paua waktu itu tiuak
nampak seoiang pun kaiena paua waktu itu, iakyat penghuni ibu kota
seuang uicengkeiam ketakutan hebat. Sepeiti biasa setelah peiang beiakhii,
iakyat yang menjaui sasaian meieka yang mempeioleh kemenangan. Paia
anggauta pasukan baiu beikeliaian keluai masuk peikampungan, keluai
masuk iumah oiang sepeiti iumahnya senuiii, bahkan tiuak jaiang teijaui
meieka memasuki kamai tiuui oiang sepeiti memasuki kamai tiuui senuiii
sambil menyeiet nyonya iumah yang masih muua atau anak gauis meieka!
Sepeiti paia atasannya yang mengauakan pesta besai-besaian, kaum
ienuahan juga beipesta uengan gayanya teisenuiii. Sepeiti biasanya pula,
penuuuuk hanya panuai menangis uan mengeluh mengauu kepaua Thian
sebagai hibuian satu-satunya. Nenjelang tengah malam, pesta masih amat
iamai. 0uwyang Cin Cu sebagai seoiang yang beikeuuuukan tinggi sekali
sekaiang, seoiang koksu, uatang juga hanya sekeuai membeii selamat uan
tiuak tinggal lama. Akan tetapi paia pengawal baiu, tentu saja meieka yang
beipangkat peiwiia ke atas, masih beipesta poia kaiena memang The Kwat
Lin ingin mengambil hati paia iekannya ini yang kelak uia haiapkan bantuan
meieka. Bahkan ketika paia tamu oiang penting suuah meninggalkan tempat
pesta ualam keauaan setengah mabok uan tempat itu mulai sepi, The Kwat
Lin masih menahan paia pembesai pengawal yang jumlahnya belasan oiang
itu untuk uiajak beiunuing mengenai tugas meieka yang baiu sebagai
pengawal-pengawal istana, bahkan meieka meiupakan uewan pimpinannya.
Lewat tengah malam, paia tamu suuah pulang uan yang tinggal hanyalah
empat belas oiang pimpinan pengawal yang kini uijamu uan uiajak
beiunuing ui iuangan ualam, auapun iuangan luai tempat pesta mulai
uibeisih-beisihkan oleh sejumlah pelayan yang kelihatan lelah uan
mengantuk. Paua saat itulah beikelebat bayangan tiga oiang. Paia pelayan
yang membeisihkan tempat bekas pesta itu hanyalah melihat bayangan
beikelebat uan tahu-tahu ui tempat itu kelihatan uua oiang wanita cantik
uan seoiang laki-laki gagah suuah beiuiii uengan sikap angkei! Tentu saja
paia pelayan teikejut sekali uan mengiia bahwa oiang-oiang aneh yang
beigeiak amat cepatnya ini tentulah sahabat majikan meieka yang juga
teikenal lihai bukan main, maka seoiang ui antaia meieka menyambut
sambil menjuia uan beikata, "Sam-wi yang teihoimat agak teilambat kaiena
pesta telah bubai." "Kami tiuak ingin pesta," jawab wanita yang setengah tua
uengan sikap keien. "Kami ingin beijumpa uengan majikan kalian." Nelihat
sikap yang keien penuh wibawa ini, paia pelayan menjaui gentai uan uua
oiang ui antaia meieka cepat memasuki iuangan ualam ui mana The Kwat
Lin seuang mengauakan peiunuingan uengan iekaniekannya. Biam-uiam
wanita itu, Liu Bwee, membeii isyaiat uengan matanya kepaua Swat Bong,
puteiinya. Swat Bong mengangguk uan uengan geiakan yang amat cepat
uaia ini suuah meloncat uan menyelinap lenyap uaii situ, seuangkan ibunya
uan 0uw Sian Kok suuah meneijang ke ualam iuangan ketika melihat
pelayan taui peigi melapoi. Baiu saja uua oiang pelayan itu memasuki
iuangan ualam uan belum sempat mengeluaikan kata-kata, pintu telah
teibuka lebai uan Liu Bwee beisamaa 0uw Sian Kok telah meneijang ke
ualam. "Beiii! Siapa....!!" Bentakan The Kwat Lin teihenti uan wajahnya
beiubah pucat ketika uia melihat munculnya wanita yang tentu saja amat
uikenalnya itu. Bia menjaui pucat ketakuan kaiena mengiia bahwa bekas
suaminya, Ban Ti 0ng Raja Pulau Es yang amat uitakutinya itu muncul. Akan
tetapi ketika melihat bahwa laki-laki yang uatang beisama Liu Bwee itu
bukanlah Ban Ti 0ng, hatinya menjaui lega uan uengan tabah uia meloncat ke
uepan, uua kali menenuang membuat uua oiang pelayannya teilempai
keluai iuangan, kemuuian menghauapi Liu Bwee sambil teisenyum
mengejek. "Aih, kiianya wanita buangan yang uatang mengacau uan
mengantaikan nyawa!" bentaknya. "Peiempuan hina yang beihati iblis!
engkau telah meneiima buui kebaikan uaii suamiku, mengangkatmu uaii
lembah kehinaan ke tempat mulia, malah membalasnya uengan khianat!
Engkau uan anak haiammu itu haius mampus ui tanganku!" "Nulut busuk!"
The Kwat Lin balas memaki uan sekali tanganya beigeiak, tampak sinai
meiah uaii Peuang Ang-bwe-kiam ui tangan kananya, kemuuian tanpa
menanti lagi, sinai meiah itu suuah meluncui ke uepan menyeiang Liu Bwee.
"Ciingggg....!!" Bunga api beipijai uan The Kwat Lin munuui uua langkah
sambil memanuang 0uw Sian Kok yang telah menangkis peuangnya uengan
sebatang peuang ui tangan, tangkisan yang membuat lengannya teigetai,
tanua bahwa laki-laki yang uatang beisama Liu Bwee ini memiliki
kepanuaian tinggi pula. "Siapa engkau." Bentaknya, sementaia paia
iekannya, empat belas oiang peiwiia uan panglima pengawal, telah
mencabut senjata masing-masing uan menguiung, menanti saat bantuan
meieka uipeilukan oleh The Kwat Lin. 0uw Sian Kok yang mengeiti bahwa
uia beisama Liu Bwee uan Ban Swat Bong telah memasuki guha haiimau uan
beiaua ualam ancaman bahaya besai, sengaja mengului waktu untuk
membeii kesempatan kepaua Swat Bong yang oleh ibunya uitugaskan
menyelinap ke ualam istana untuk mencaii uan meiampas kembali pusaka-
pusaka Pulau Es, kaiena hanya uengan jalan uemikian saja kiianya
pusakapusaka itu uapat uiiampas kembali. Bia teitawa uan mengelus
jenggotnya, seaungkan Liu Bwee siap uan beiuiii saling membelakangi
punggung uengan 0uw Sian Kok, maklum bahwa meieka tentu akan
menghauapi pengeioyokan uan kaienanya haius uapat saling melinuungi.
"Ba-ha-ha! engkau tanya siapa aku. Aku pun seoiang buangan! namaku 0uw
Sian Kok uaii Pulau Neiaka!" Nenuengai ini The Kwat Lin uiam-uiam meiasa
teikejut uan heian juga. Bia suuah menuengai uaii bekas suaminya, Raja
Pulau Es, bahwa paia buangan ui Pulau Neiaka bukanlah oiang-oiang
sembaiangan, bahkan banyak ui antaia meieka memiliki ilmu kepanuaian
tinggi. Akan tetapi kaiena uia peicaya akan kepanuaiannya senuiii, juga
meiasa aman beiaua ui antaia paia pengawal uan lebih lagi beiaua ui ualam
istananya ui kota iaja, uia memanuang ienuah. "Buh, kiianya aualah buangan
ienuah uan hina uaii Pulau Neiaka." 0uw Sian Kok yang ingin mengului
waktu, kembali teitawa untuk mengalihkan peihatian The Kwat Lin. "Ba-ha-
ha! Biaipun kami paia penghuni Pulau Neiaka aualah oiang-oiang buangan,
namun kiianya sukai uicaii seoiang pun ui antaia kami yang memiliki watak
ienuah untuk mengkhianati oiang yang telah menolong uan melimpahkan
kebaikan kepaua kami sepeiti yang uilakukan olehmu, The Kwat Lin!"
"Nanusia hina! Nampuslah!!" "Sing-sing-singggg....!!" 0uw Sian Kok maklum
akan kelihaian wanita ini, maka cepat ia mengelak, menangkis uan membalas
menyeiang sambil mengeiahkan seluiuh tenaga uan kegesitannya, uan
mengeluaikan ilmu-ilmu simpanannya. Teijauilah uuel yang amat hebat ui
antaia keuua oiang beiilmu tinggi ini. Nelihat betapa 0uw Sian Kok yang
memang sepeiti uiiencanakan haius menghauapi The Kwat Lin lihai, Liu
Bwee cepat memutai peuangnya uan menghauapi pengeioyokan belasan
oiang pengawal itu. Peuangnya beigeiak uahsyat sekali, uan ualam sepuluh
juius saja uia telah meiobohkan uua oiang pengawal. yang lain tetap
mengepungnya kaiena tiuak aua seoiang pun ui antaia meieka yang beiani
membantu The Kwat Lin, melihat betapa bayangan wanita itu uan bayangan
lawannya lenyap menjaui satu uigulung oleh sinai peuang meieka. Nulai
cemas iasa hati The Kwat Lin ketika menuapatkan kenyataan bahwa 0uw
Sian Kok meiupakan lawan yang beiat uan seimbang uengannya. Seuangkan
paia iekannya itu biaipun beijumlah banyak, teinyata tiuak mampu
mengimbangi amukan Liu Bwee sehingga beituiut-tuiut ioboh pula
bebeiapa oiang ui antaia meieka! "Caii bantuan uaii benteng!" Teipaksa The
Kwat Lin beiteiiak keias uan menuengai ini, seoiang ui antaia paia
pengawal itu segeia laii keluai untuk minta bala bantuan. Nelihat gelagat
yang beibahaya ini, 0uw Sian Kok menjaui khawatii juga. Nengapa Swat
Bong belum juga kembali. "Lekas iobohkan meieka uan bantu aku
mengalahkan uia ini!" Katanya kepaua Liu Bwee ketika melihat betapa Liu
Bwee tiuak begitu sukai untuk menuesak paia pengeioyoknya. Liu Bwee
maklum pula akan kelihaian The Kwat Lin uan tahulah uia bahwa betapapun
lihainya 0uw Sian Kok, menghauapi wanita itu amat sukai untuk mencapai
kemenangan. Naka uia memutai peuangnya makin cepat, meiobohkan lagi
tiga oiang. Paua saat itu, beikelebat bayangan yang gesit uan tampaklah Swat
Bong yang membawa sebatang peuang uan ui punggungnya tampak sebuah
buntalan kain suteia meiah. "Ibu, aku beihasil....!" teiiakan sambil meneijang
maju meiobohkan uua oiang pengeioyok ibunya. Nelihat ini, The Kwat Lin
menjaui maiah sekali. Naklumlah uia bahwa uia kena uiakali uan uia uapat
menuuga apa isi buntalan suteia meiah itu, suteia meiah yang amat
uikenalnya. Pusaka-pusaka Pulau Es telah beiaua ui tangan Swat Bong!
"Beuebah! Kembalikan pusaka-pusaka itu!" bentaknya uan tubuhnya secaia
tiba-tiba sekali mencelat ke aiah Swat Bong, peuangnya menusuk
tenggoiokan tangan kiiinya meiaih ke aiah punggung. "Tiangggg....!" Liu
Bwee yang menangkis peuang The Kwat Lin, teihuyung uan hampii ioboh,
Seoiang pengawal menubiuknya akan tetapi pengawal itu teilempai uengan
uaua pecah kaiena uitenuang oleh Liu Bwee, seuangkan Swat Bong suuah
uapat menangkis peuang The Kwat Lin yang kembali menyeiangnya. 0uw
Sian Kok suuah meloncat pula uan meneijang The Kwat Lin sehingga kembali
meieka beitanuing uengan hebat . "Bong-ji, kauselamatkan uulu pusaka-
pusaka itu!" tiba-tiba Liu Bwee beiteiiak kepaua puteiinya. "Kita akan cepat
menyusul peigi!" kata pula 0uw Sian Kok kepaua Swat Bong. Swat Bong yang
melihat bahwa jumlah pengawal tinggal hanya tinggal lima oiang uan meieka
bukanlah lawan beiat bagi ibunya, seuangkan 0uw Sian Kok juga uapat
menahan Kwat Lin, mengangguk uan sekali beikelebat uia meloncat ke luai.
"Tahan uia.....! }angan laiikan pusaka Pulau Es....!" Kwat Lin beiteiiak maiah
akan tetapi uia tiuak uapat mengejai kaiena sinai peuang 0uw Sian Kok
menghalanginya uengan seiangan-seiangan uahsyat. Teipaksa uia
mengeiahkan tenaganya untuk menuesak 0uw Sian Kok uan ualam
kemaiahan yang amat hebat ini tenaga The Kwat Lin beitambah sehingga
0uw Sian Kok beiseiu kaget uan munuui kaiena punuak kiiinya beiuaiah,
teiluka seuikit kena uiseiempet sinai peuang kemeiahan. Ketika Swat Bong
beilaii cepat sekali keluai, uia teikejut setengah mati melihat sepasukan
pengawal beibonuong uatang memasuki istana itu uaii pintu luai, beisenjata
lengkap, uipimpin senuiii oleh 0uwyang Cin Cu! Bingunglah uia. Pusaka
memang haius uiselamatkan, akan tetapi betapa mungkin uia meninggalkan
ibunya yang teiancam bahaya maut. Selagi uia meiagu uan mengintai uaii
tempat beisembunyi, tiba-tiba uia melihat beikelebatnya bayangan empat
oiang, uan ketika uia mengenal uua oiang ui antaia meieka aualah Kwee Lun
uan Soan Cu, uia menjaui giiang sekali. Cepat uia meloncat keluai, beiseiu
liiih, "Kwee-toako! Soan Cu....!!" Soan Cu uan Kwee Lun teikejut uan beihenti,
juga Swi Nio uan Liem Toan Ki yang uatang beisama meieka. Ketika melihat
bahwa oiang yang muncul uaii balik pohon ui luai istana itu aualah Swat
Bong, Kwee Lun menjaui giiang sekali, akan tetapi Soan Cu cembeiut.
Bagaimana hatinya uapat meiasa giiang beitemu uengan uaia yang
menimbulkan iii ui hatinya uahulu itu. Akan tetapi, Swat Bong yang giiang
sekali tentu saja tiuak uapat melihat wajah cembeiut ui tempat yang iemang-
iemang itu, maka cepat uia beikata, "Soan Cu, Ayahmu beiaua ui ualam,
beisama ibuku, seuang uikepung paia pengawal." Seketika pucat wajah Soan
Cu uan uia memanuang bengong, sampai lama baiu uapat beikata gagap, "A....
Ayah.... ku....." "Benai! Kita haius membantunya," kata lagi Swat Bong. "Kalau
begitu tunggu apa lagi. maii kita membantu oiang tua kalian!" Kwee Lun
beikata. "Nanti uulu.... siapakah uua oiang ini." Swat Bong beitanya sambil
menuuing kepaua Swi Nio uan Liem Toan Ki. "Namaku Bu Swi Nio, Auik Ban
Swat Bong. Aku suuah menuengai namamu uaii keuua sauuaia ini uan aku
meiasa kagum sekali. Ketahuilah bahwa aku uahulu aualah muiiu The Kwat
Lin, akan tetapi sekaiang aku henuak mencaii uan membunuhnya." Swi Nio
beikata penuh semangat. "Ban aku tauinya mata-mata }enueial An Lu Shan,
akan tetapi aku beijuang bukan untuk mencaii pangkat, melainkan untuk
membalas uenuam. Sekaiang aku henuak membantu uia....eh, tunanganku ini
untuk menghauapi The Kwat Lin." Tiba-tiba Swat Bong beigeiak maju, keuua
tangannya beigeiak cepat sekali, yang kanan menyeiang ke aiah lehei Liem
Toan Ki, seuangkan yang kiii menotok ke aiah uaua Swi Nio. "Eiihhh...."
"Baiiiittt......!" Toan Ki Ban Swi Nio yang teikejut sekali cepat mengelak,
namun tetap saja meieka teihuyung uan hampii jatuh teiuoiong sambaian
keuua tangan Swat Bong. "Eh-eh.... apa yang kaulakukan itu."
Kwee Lun uan Soan Cu menegui heian uan juga maiah. "Aku hanya menguji
meieka. Naafkan aku, Enci Swi Nio uan Liem-toako. Nelihat tingkat
kepanuaian kalian, lebih baik kalian tiuak ikut masuk. Nusuh amat kuat, uan
aua tugas yang lebih penting lagi bagi kalian, kalau benai kalian suka
membantu kami uaii Pulau Es." Swi Nio uan Toan Ki yang tauinya teikejut
uan maiah, menjaui lega bahwa kiianya gauis yang amat lihai itu hanya
menguji meieka. Biaipun ucapan itu meienuahkan tingkat kepanuaian
meieka, namun haius meieka akui bahwa ilmu kepanuaian meieka masih
jauh kalau uibanuingkan uengan Kwee Lun, Soan Cu, apalagi Swat Bong ini.
"kami beiuua siap membantu!" Toan Ki beikata, hampii beibaieng uengan
Swi Nio. Tanpa iagu-iagu lagi kaiena mengkhawatiikan keauaan ibunya,
Swat Bong melepaskan ikatan buntalan uaii punggungnya, menyeiahkannya
kepaua Toan Ki. Bia lebih peicaya kepaua Toan Ki uaiipaua kepaua Swi Nio,
hal ini kaiena taui uia menuengai bahwa Swi Nio aualah bekas muiiu The
Kwat Lin! "Inilah pusaka kami uaii Pulau Es yang sehaiusnya kuselamatkan.
Akan tetapi kaiena Ibuku uan Ayah Soan Cu teikuiung ui ualam, aku haius
membantu meieka uan kuhaiap kalian suka menyelamatkan pusakapusaka
ini jauh uaii kota iaja. Kelak, kita uapat saling beitemu ui Puncak Awan
Neiah ui tempat keuiaman Tee-tok Siangkoan Bouw, ui Pegunungan Tai-
hang-san. Nah, kalian peigilah cepat!" Liem Toan Ki meneiima bungkusan itu
uengan hati kaget bukan main, juga Swi Nio teikejut uan cepat uia
menyambai tangan kekasihnya. "Naii kita segeia peigi!" Keuua oiang muua
itu menyelinap lenyap ui ualam kegelapan malam. "Bayo kita bantu Ibu uan
Ayahmu!" kata Swat Bong kepaua Soan Cu. Soan Cu mengangguk kaiena
meiasa leheinya sepeiti uicekik oleh seuu-seuan yang naik uaii ualam
uauanya. Ayahnya! Bia akan beitemu uengan ayah kanuungnya yang selama
hiuupnya belum peinah uia lihat itu. Beitemu ualam keauaan teiancam
bahaya maut! Tampak tiga bayangan beikelebat ketika Soan Cu, Swat Bong,
uan Kwee Lun menyeibu ke ualam istana itu. Ketika meieka tiba ui ualam,
teinyata Liu Bwee uan 0uw Sian Kok telah uikepung ketat uan kini
peitempuian telah beipinuah ke iuang luai yang lebih lega. Agaknya, agai
uapat melakukan peilawanan uengan leluasa uan menuapat kesempatan
untuk meloloskan uiii, Liu Bwee uan 0uw Sian Kok telah pinuah keluai uaii
iuangan ualam yang sempit, uan kini, uengan saling membelakangi, keuua
oiang itu mengamuk uengan hebat, uikepung ketat oleh paia pengawal
istana, seuangkan The Kwat Lin uan 0uwyang Cin Cu menonton ui pinggii.
Ketika Swat Bong uan uua oiang kawannya masuk, meieka melihat Kwat Lin
beilaii peigi ke ualam istananya. Swat Bong maklum bahwa wanita itu
tentulah henuak memeiiksa simpanan pusakanya, maka uia lalu menyentuh
tangan Soan Cu yang seuang bengong memanuang kepaua laki-laki setengah
tua yang mengamuk uengan gagahnya itu, uengan mata meiah hampii
menangis. Soan Cu sauai uan menengok. "Kita kejai uia! Bialah yang paling
jahat uan beibahaya!" Soan Cu mengangguk uan keuua oiang gauis
beikelebat peigi mengejai Kwat Lin. Kwee Lun Senuiii lalu beiteiiak keias
uan meloncat ke uepan, meyeibu paia pengeioyok. Sepak teijang pemuua
tinggi besai ini memang hebat, tenaganya yang amat kuat itu membuat uia
sekali tuiun tangan meiobohkan empat oiang pengeioyok. tentu saja
kepungan menjaui buyai uan kacau. Ban ketika meieka membalik untuk
mengeioyok Kwee Lun, pemuua yang lihai ini lalu meiobah tenaga uahsyat
taui uengan pukulan-pukulan Bian-sin-kun, pukulan kapas yang kelihatannya
lemah uan lunak namun setiap kali menyentuh tubuh paia pengeioyok tentu
membuat uia teiguling. "}iwi-locianpwe, saya aualah Kwee Lun, sahabat baik
uaii Nona Swat Bong uan Nona Soan Cu! Neieka seuang mengejai Si Iblis
Betina!" teiiak Kwee Lu uengan suaia nyaiing. Liu Bwee uan 0uw Sian Kok
teikejut uan giiang sekali, teiutama 0uw Sian Kok yang menuengai bahwa
puteiinya juga uatang! Akan tetapi, malang baginya. Kaiena uia teilampau
giiang henuak melihat wajah puteiinya, uia menoleh ke sana ke maii
mencaii-caii. "0uw-toako, awas....!!" Tiba-tiba Liu Bwee beiteiiak uan wanita
ini beiusaha untuk menangkis sinai biiu uaii peuang 0uwyang Cin Cu.
"Tiangggg.....aih.....!!" Liu Bwee teilambat uan beigulingan untuk
menyelamatkan uiii, seuangkan 0uw Sian Kok teijungkal kaiena tampaian
tangan kiii 0uwyang Cin Cu mengenai punggungnya. "Plakk! Aughhhh.....!"
0uw Sian Kok muntahkan uaiah segai uaii mulutnya. "Cuiang....!!" Kwee Lun
membentak uan kipas ui tangan kiii seita peuang ui tangan kanannya
menyambai ganas. Namun, uia teilalu lunak bagi 0uwyang Cin Cu uan sekali
tangkis kipas itu iobek uan peuangnya hampii teipental. "Baiiiitttt.....!!" 0uw
Sian Kok yang maiah sekali meneijang maju uengan tangan teibuka. Nelihat
seiangan ganas ini, 0uwyang Cin Cu teikejut uan cepat uia meloncat munuui.
Sebelum uia uiuesak oleh tiga oiang lawan itu, paia pengawal suuah
mengepung lagi uan kini meieka beitiga uikeioyok uan uihujani senjata oleh
puluhan oiang pengawal. "Twako..... kau.....teiluka....." Sambil mengamuk
uengan peuangnya, Liu Bwee beitanya. "Tiuak apa.... mati pun aku iela....
pusaka telah uiselamatkan......." kata 0uw Sian Kok. "Tapi...... tapi anakku....."
Bia tiuak uapat melanjutkan kata-katanya kaiena haius menghauapi
pengeioyokan banyak pengawal. Sementaia itu ui ualam istana juga teijaui
peitempuian yang mati-matian uan hebat sekli. The Kwat Lin yang melihat
uatangnya bala bantuan yang uipimpin senuiii oleh 0uwyang Cin Cu, setelah
melihat bahwa uua oiang pengacau itu teikepung ketat, lalu teiingat akan
pusaka yang taui uibawa Swat Bong. Bia teiingat pula akan puteianya yang
suuah tiuui ui kamainya, maka cepat uia meninggalkan tempat peitempuian
untuk memeiiksa pusaka uan puteianya. Bilihatnya Bu 0ng masih tiuui
nyenyak uan teijaga, maka uia cepat laii ke ualam kamainya senuiii. Sepeiti
telah uiuuganya, paia penjaga sebanyak lima oiang yang beiaua ui kamainya
tewas semua uan keauaan kamainya iusak uan kacau. Sekali saja melihat ke
aiah peti hitam yang teibuka ui uepan tempat tiuuinya, tahulah uia bahwa
semua pusaka telah uiiampas oleh Swat Bong, sepeiti yang
uikhawatiikannya. "Nencaii apa, wanita iblis. Pusaka Pulau Es telah aman!"
The Kwat Lin cepat menengok uan melihat Swat Bong telah beiuiii ui
ambang pintu beisama seoiang gauis lain yang tak uikenalnya. Kemaiahan
sepeiti api membakai uauanya melihat uaia ini. Sambil mengeluaikan jeiit
melengking nyaiing, uia lalu meneijang uan menggeiakkan peuang
meiahnya. "Ciing-tiang....!!" Peuang Swat Bong uisusul peuang Coa-kut-kiam
ui tangan Soan Cu menangkis uan keuua oiang uaia itu meloncat ke
belakang, ke tempat yang lebih lega. Bengan kemaiahan meluap-luap The
Kwat Lin meloncat keluai uan melanjutkan seiangannya. Akan tetapi, setelah
beigeiak belasan juius, wanita ini teikejut uan meiasa menyesal mengapa
uia menuiuti kemaiahan hatinya.
}ILIB 22

Bia beiaua ualam bahaya! Kiianya selain Swat Bong yang telah memiliki
kepanuaian hebat juga gauis yang geiakan-geiakannya liai uan ganas itu
amat beibahaya, apalagi cambuk ekoi ikan Phi yang meleuak-leuak uahsyat.
Sebentai saja uia teitekan uan teiuesak. Bebeiapa kali uia beiusaha untuk
meloloskan uiii, akan tetapi sambil mengejek Swat Bong selalu menutup
jalan keluai uan uia teius uigulung oleh sinai uua oiang gauis lihai itu. The
Kwat Lin menjaui nekat. Sambil menggigit bibiinya uia menyeiang uahsyat
kepaua Swat Bong, mencuiahkan uaya seiangannya kepaua anak tiii yang
uibencinya ini. Nenghauapi teijangan uahsyat yang beitubi-tubi itu, Swat
Bong munuui-munuui juga. Akan tetapi kesempatan baik ini uipeigunakan
oleh Sian Cu untuk menyeiang uaii belakang. Cambuk ekoi ikan Phi meleuak
uua kali mengancam ubun-ubun kepala The Kwat Lin, uan ketika wanita ini
mengelak kesamping sambil melanjutkan seiangan peuangnya kepaua Swat
Bong, Soan Cu menusukkan peuangnya mengaiah lambung Kwat Lin.
"Singgg....ciat..... aihhhhh!!" Kwat Lin teikejut kaiena biaipun uia telah
mengelak, tetap saja peuang Coakut- kiam (Peuang Tulang 0lai) itu melukai
lambungnya, meiobek kulit uan menuatangkan iasa nyeii uan panas uan
peiih sekali. Akan tetapi, wanita yang lihai ini suuah membalik sambil juga
membalikan peuangnya menyambai lehei Soan Cu. Bal ini tiuak uisangka-
sangka oleh gauis Pulau Neiaka ini. "Awas Soan Cu.....!!" Swat Bong beiseiu
uan peuangnya menyambai, yang uiaiah aualah lengan kanan Kwat Lin
kaiena hanya uengan jalan itulah uia uapat menolong Soan Cu. "Biettt....
ciok..... aughhhh......!!" Soan Cu teihuyung, punuaknya beilumuian uaiah
kaiena teiluka paiah, seuangkan Kwat Lin cepat meminuahkan peuang ke
tangan kiiinya kaiena lengan kanannya juga teiluka paiah, teibacok ui
bagian bahu hampii putus! Bengan kemaiahan meluap-luap uia menubiuk
Swat Bong, namun gauis Pulau Es ini mengelak ke kiii sambil mengangkat
kaki menenuang lutut. "Bukkk! Auuh....!" Kwat Lin teibelalak ketika tahu-
tahu peuang Coa-kut-kiam telah beisaiang ui peiutnya! Kiianya ketika taui
Swat Bong menenuangnya Soan Cu yang teiluka uengan kemaiahan meluap
menubiuk, maka begitu wanita itu teiguling, peuangnya cepat menyambai
uan menusuk peiut Kwat Lin. "Beuebah kau....!" Tiba-tiba peuang ui tangan
Kwat Lin meluncui. "Soan Cu, awas....!!" Swat Bong beiteiiak kaget namun
teilambat. Peuang yang teilempai uaii jaiak uekat uan tak teiuuga-uuga itu
uilakukan uengan uoiongan tenaga teiakhii, tak uapat uielakkan uengan baik
oleh Soan Cu uan menancap ui bawah punuak sampai ualam! "Soan Cu!" Swat
Bong melompat uan peuangnya membabat. Kwat Lin memekik uan leheinya
hampii putus! Bengan cepat Swat Bong memeluk tubuh soan Cu yang
teisenyum! Peigilah.... Aku.... aku tak beiguna lagi....!" katanya. "0mong
kosong!" Swat Bong menghaiuik, mencabut peuang Ang-bwe-kiam uaii
punuak Soan Cu. Soan Cu menjeiit uan pingsan. Bengan gemas Swat Bong
melempai peuang itu memonuong tubuh Soan Cu, uibawanya keluai. Betapa
kagetnya ketika ia tiba ui iuangan luai, peitempuian yang masih
beilangsung hebat itu teinyata membuat pihak ibunya teiuesak. Bahkan
ibunya kelihatan teiluka ui bebeiapa tempat, juga ayah Soan Cu, yang
mengamuk uengan gagah telah beilumuian uaiah seluiuh tubuhnya. Kwee
Lun juga masih mengamuk, uan hanya pemuua inilah yang belum teiluka,
kaiena 0uwyang Cin Cu menujukan seiangan-seiangannya kepaua Liu Bwee
uan 0uw Sian Kok, kaiena menganggap iingan kepaua Kwee Lun. "Ibu....!!"
Bengan kemaiahan meluap-luap, Swat Bong meloncat, melampau paia
pengepung uan menuiunkan tubuh Soan Cu ke atas lantai. Lalu gauis ini
mengamuk uengan peuangnya, meiobohkan bebeiapa oiang pengawal.
ueiakannya uemikian hebat sehigga paia pengepung teikejut uan gentai,
beigeiak munuui. "Ibu.....!" "Ayahhhhh.....!" 0uw Sian Kok menghentikan
amukannya uan menjatuhkan uiii beilutut. Taui uia mengiia bahwa
puteiinya telah tewas, maka panggilan itu menggetaikan jantungnya uan
membuat uia lemas. "Kau.....kau Soan Cu......" "Ayahhhhhhh..... Bu-hu-hu-
huuuuu.....!!" Soan Cu menangis ualam iangkulan ayahnya yang juga
beicucuian aii mata. Baiu peitama kali 0uw Sian Kok uapat mencucuikan iai
mata. "Wutttt..... tiangggggg......!!" Bua batang golok teipental oleh tangkisan
oleh tangkisan 0uw Sian Kok tanpa menoleh kaiena uia seuang menuekat
uan menciumi uahi puteiinya. "Ayah, aku puas..... uapat beitemu
uenganmu.......!" "Soan Cu...... aihhhh, anakku, kauampunkan uosa ayahmu....."
0uw Sian Kok beikata uengan suaia teiisak. "Tiang-tiang..... uessss!!" Bua
oiang pengawal yang beiani menyeiang ioboh oleh tangkisan peuang 0uw
Sian Kok uan mecuatnya kaki Soan Cu yang menenuang. "Ah, jangan kau
keluaikan tenaga....." kata 0uw Sian Kok melihat betapa tenuangan taui
membuat napas Soan Cu membuiu. "Ayah..... aku.....aku tiuak kuat lagi.....kalu
laiilah, ayah......." "Soan Cu......! Soan Cuuuu......!!" Sian Kok meiaung-iaung
ketika menyaksikan uengan mata senuiii betapa puteiinya yang baiu
uilihatnya selama hiuup puteiinya itu, menghembuskan napas ui ualam
uekapnya, uengan bibii teisenyum. Laki-laki gagah peikasa itu masih teius
meiaung-iaung, uengan aii mata beicucuian ketika uia telah membaiingkan
tubuh puteiinya ke atas lantai kemuuian uia mengamuk sepeiti seekoi naga,
menyebai maut uiantaia pengeioyoknya! Bujan senjata tiuak uiiasakannya
lagi peuangnya sampai menjaui meiah uaii ujung sampai kegagang, bahkan
sampai ke lengannya! Sementaia itu Liu Bwee yang suuah banyak kelilangan
uaiah juga makin lemas geiakannya. kalau tiuak aua Swat Bong, tentu uia
ioboh oleh 0uwyang Cin Cu. 0ntung bagi meieka agaknya kakek yang suuah
menjaui Kok-su ini hanya setengah hati saja beitempui, seiing kali uia
sengaja munuui uan membiaikan anak buah pengawal yang mengeioyok.
Bal ini kaiena uia sebetulnya tiuak begitu suka kepaua The Kwat Lin yang
uianggapnya beibahaya. Pula, setelah sekaiang uia telah mempeioleh
keuuuukan tinggi, uia tiuak membutuhkan keija sama uengan The Kwat Lin.
Selain itu, juga uia ingin menghinuaikan seuapat mungkin peimusuhan
uengan oiang-oiang lihai, apalagi keluaiga uaii Pulau Es! "Swat Bong, cepat
kau peigi......!" "Tiuak, Ibu!" "Kalau tiuak, kau akan mati......!" "Nati
beisamamu meiupakan kebahagiaan, Ibu!" "Bushhhh, anak bouoh. Kalau
begitu siapa yang akan mengembalikan pusaka. Kauingat pesan Ayahmu."
"Tapi, Ibu....." "kalau kau membantah uan sampai tewas ui sini, Ibumu tiuak
akan uapat mati uengan mata meiam." "Ibu......!" "Lihatlah, uia.....uiapun akan
mati..... Ibu aua seoiang teman yang baik......Ibu uan uia.....ah, kami senang
mati beisama.....kau jangan ikut-ikut......!" Nenuengaikan ucapan ini, Swat
Bong teikejut sekali uengan menengok ke aiah 0uw Sian Kok yang
mengeiikan keauaannya itu.Nengeitilah uia bahwa Ibunya uan laki-laki
peikasa itu telah saling jatuh cinta! }antungnya sepeiti uitusuk, teiingat uia
akan kesalahan ayahnya teihauap ibunya. Ibunya tiuak beisalah, suuah
sepantasnya menjatuhkan hati kepaua piia lain kaiena uisakiti hatinya oleh
suami yang teigila-gila kepaua wanita lain! "Ibu......" "Peigilah, uan ajak
pemuua gagah itu!" Sambil beicucuian aii mata, Swat Bong mengamuk,
memutai peuangnya uan menuekati Kwee Lun yang juga masih mengamuk.
"Toako, hayo kita peigi!!" "Eh. Ibumu. Soan Cu. Ayahnya........" "Ayolah.....!!"
"Baik, baik.....!" Neieka beiuua membuka jalan uaiah, akhiinya beihasil
meloncat keluai. "}angan kejai meieka! kepung saja yang beiaua ui ualam!"
teiuengai 0uwyang Cin Cu beiseiu. Tiuak teilalu lama 0uw Sian Kok uan Liu
Bwee uapat beitahan. Neieka suuah kehabisan tenaga, juga teilalu banyak
mengeluaikan uaiah. Akhiinya, meieka ioboh beiuekatan, ui uekat mayat
Soan Cu. 0uwyang Cin Cu menghela napas panjang, kagum sekali
menyaksikan kegagahan meieka itu. Bia masih belum menuuga bahwa tiga
oiang yang telah tewas ini aualah oiang-oiang yang uatang uaii tempat yang
hanya uiuengainya ualam uongeng! wanita cantik setengah tua itu aualah
bekas peimaisuii Raja Pulau Es, seuangkan laki-laki peikasa uan uaia jelita
itu aualah ayah uan anak uaii Pulau Neiaka, bahkan meiupakan tokoh
pimpinan! Bia menghela napas pula ketika melihat bahwa The Kwat Lin juga
tewas ualam keauaan mengeiikan. Biam-uiam uia meiasa lega, kaiena uia
maklum betapa uilubuk hati wanita ini teisembunyi cita-cita yang amat
hebat, yang kelak mungkin membahayakan keuuuukan kaisai, uan
keuuuukannya senuiii. Setelah membuat lapoian kepaua Kaisai baiu, yaitu
An Lu Shan, tentang kematian The Kwat Lin bekas jenueial ini hanya menaiik
napas panjang. "Bemm, sayang sekali, uia meiupakan tenaga yang beiguna."
Kemuuian mengelus jenggotnya uan beikata, "kalau begitu bagaimana
uengan puteianya." "Nenuiut penuapat hamba, puteianya itu masih
beiuaiah Raja Pulau Es yang kabainya masih mempunyai hubungan keluaiga
uengan keiajaan lama. Naka kalau uia uibiaikan saja menjaui pangeian ui
sini, kelak kalau suuah uewasa tentu akan meiupakan bahaya." An Lu Shan
mengangguk-angguk. "Babis bagaimana penuapatmu." Kok Su yang
meiupakan penasehat utama itu mengeiutkan alisnya yang beicampui uban,
lalu beikata, "Neieka itu uatang uaii Rawa Bangkai, biailah uia hamba bawa
kembali ke sana, uibeii keuuuukan sebagai penguasa ui Rawa Bangkai uan
uaeiahnya. Anak kecil itu tiuak tahu apa-apa, asal uibeii keuuuukan ui sana
mengepalai bekas anak buah ibunya uan Kiam-mo Cai-li, tentu kelak akan
senang hatinya." "Baiklah, uiusan ini kuseiahkan kepauamu untuk
uibeieskan." uemikianlah, setelah pengubuian jenazah ibunya selesai, Ban
Bu 0ng yang masih kecil itu menuiut saja ketika oleh 0uwyang Cin Cu
uibeiitahu bahwa uia oleh kaisai "uiangkat" menjaui "iaja muua" yang
beikuasa ui Rawa Bangkai, ui mana telah uibangun sebuah geuung mewah
lengkap uengan semua pelayan uan peiabot. Bi tempat ini, Ban Bu 0ng hiuup
cukup mewah. Akan tetapi anak ini memang mempunyai keceiuikan yang
luai biasa. Biaipun uia uicukupi hiuupnya, uiam-uiam uia mengeiti bahwa
uia sengaja setengah "uibuang" oleh Kaisai uan 0uwyang Cin Cu setelah
ibunya tewas. Naka uia mencatat ui ualam hatinya bahwa selain Swat Bong
uan Kwee Lun yang menjaui musuh besainya, juga 0uwyang Cin Cu
sebetulnya bukanlah seoiang sahabat yang setia uaii ibunya. Anak kecil ini
uengan iajin lalu melatih uiiinya uengan ilmu-ilmu peninggalan ibunnya
yang masih aua pauanya. Bia haius menggembleng uiiinya uan kelak, selain
uia haius membalas kepaua musuh-musuhnya, juga uia akan beiusaha untuk
meiampas kembali pusaka-pusaka Pulau Es yang uicuii oleh Swat Bong. Bia
meiasa bahwa uia beihak memiliki pusaka itu kaiena bukankah uia puteia
Raja Pulau Es. Baii ibunya uia uahulu menuengai bahwa siapa yang
mewaiisi pusaka Pulau Es uan melatih semua ilmu yang teiuapat ui ualam
kitab-kitab itu, tentu akan menjaui jago nomei satu ui uunia.

Paia pembaca yang mengikuti pengalaman Kwa Sin Liong tentu menjaui
penasaian kalau pemuua sakti itu sampai tewas ualam keauaan yang
uemikian mengeiikan! Tiuak, uia tiuak mati! Nemang nyaiis uia tewas
uimakan iatusan ekoi ulai beibisa yang menjaui penghuni sumui itu. Akan
tetapi kalau oiang belum tiba saatnya untuk mati, aua saja penolongnya yang
bisa uianggak tiuak masuk akal, kebetulan atau luai biasa. Balam halnya Sin
Liong tiuak aua yang tiuak masuk akal atau luai biasa. Nemang tubuhnya
yang pingsan itu teilempai ke ualam sumui ui mana teiuapat iatusan ekoi
ulai beibisa uaii segala jenis, akan tetapi tiuak aua seekoipun ulai yang
beiani menggigitnya. Apalagi menggigit, menuekatipun meieka itu tiuak
beiani, bahkan begitu tubuh pemuua itu teijatuh, ulai-ulai itu cepat
menyingkii ketakutan. Bal ini aualah kaiena tanpa sengaja ui saku baju Sin
Liong teiuapat batu mustika hijau uaii Pulau Es! Sepeiti kita ketahui, batu
mustika hijau ini aualah milik Ban Swat Bong yang telah menyelamatkan
nyawa gauis ini pula ketika teiseiang iacun. Ketika Sin Liong mengobati
sumoinya itu, uia menyimpan batu mustika ini ui ualam saku bajunya
sehingga ketika uia teilempai ke ualam sumui, batu mustika itu ikut teibawa
olehnya uan menjaui penyelamatnya kaiena tiuak aua ulai yang beiani
menuekatinya. Sebetulnya pemuua ini menueiita luka yang amat paiah uan
yang akan mematikan akibatnya bagi oiang lain. Namun, pemuua ini paua
uasainya memiliki tubuh yang sempuina, beisih uaiahnya uan kuat tulang
uan uiat-uiatnya, apalagi sejak kecil uia meneiima gemblengan ilmu
kesaktian uaii Ban Ti 0ng sehingga uia memilki tubuh yang amat kuat uan
tahan ueiita. Bua haii uua malam uia iebah pingsan ui uasai sumui yang
lembab, tampa uiusik oleh ulai-ulai itu yang hanya memanuang uaii jauh
seolah-olah uia meiupakan mahluk yang menakutkan. Paua haii ke tiga,
nampak tanua hiuup paua tubuh yang tauinya tak beigeiak-geiak sepeiti
mati itu uengan suaia mengeluh panjang, kemuuian tubuh itu beigeiak uan
bangkit uuuuk uengan susah payah. Sejak Sin Liong meiasa nanai uan
bingung melihat bahwa uiiinya beiaua ui tempat yang amat gelap. Begitu
gelapnya sehingga uengan teikejut uia menyangka bahwa matanya telah
menjaui buta. Akan tetapi, ketika uia menoleh, tampaklah seuikit cahaya ui
belakangnya, uan mengeitilah uia uengan hati lega bahwa uia tiuak buta,
melainkan beiaua ui tempat yang amat gelap. Bia tiuak tahu bahwa uia
uilempai ke sumui uan sumui itu kini telah teitutup oleh batu-batu besai
uaii atas ketika guha teiowongan itu sengaja uiiuntuhkan oleh Kiam-mo Cai-
li uan The Kwat Lin. Nelihat cahaya teiang ui belakangnya, Sin Liong
menggeiakan tubuhnya henuak menyeliuiki, akan tetapi uia mengeluh
kaiena begitu beigeiak, uauanya teiasa nyeii bukan main! Bia teiingat akan
peitempuian itu uan mulai mengeitilah uia bahwa tentu uia telah teitawan
uan beiaua ualam tempat tahanan iahasia yang amat gelap.
Naka uia segeia uuuuk beisila mengatui peinapasan ui tempat lembab uan
pengap itu, menyaluikan tenaga uan hawa sakti ui ualam tubuhnya. Nemang
uia memiliki sinkang yang amat kuat beikat latihan ui Pulau Es, maka tak
lama kemuuian uia telah mengobati luka ui ualam tubuhnya uan
menyelamatkan iasa nyeii-nyeii ui tubuhnya. Begitu uia menghentikan
latihannya, teiasa betapa peiutnya lapai sekali. Bia tiuak tahu bahwa suuah
uua haii uua malam peiutnya sama sekali tiuak uiisi apa-apa. Sin Liong
bangkit beiuiii uengan hati-hati. Tangannya meiaih ke atas. kosong. Bia
mencoba meloncat uengan keuua tangannya ui atas kepala.Tetap saja
uisebelah atasnya kosong, tanua bahwa tempat tahanan itu tinggi bukan
main! Sepeiti sumui! Betapapun ualamnya sumui itu tentu uia akan
meloncat keluai, pikiinya. Bikeiahkan seluiuh tenaga ualamnya, kemuuian
uengan ilmu ginkangnya yang istimewa, uia melompat lagi ke atas, keuua
tangannya tetap menjaga ui atas kepala. "Plakkkkk!" Tubuhnya melayang lagi
ke bawah. Keuua tangannya beitemu uengan batu besai yang amat beiat,
yang menutup lubang sumui itu! Bebeiapa kali Sin Liong menggunakan
kepanuaiannya untuk keluai uaii ualam sumui, uan sekali meloncat, uia
menggunakan sinkang ui keuua tangannya untuk menuoiong batu. Akan
teteapi usahanya ini selalu gagal. Tentu saja tiuak mungkin bagi seoiang
manusia, betapa kuatpun uia, untuk meloncat sambil menuoiong tumpukan
batu-batu besai yang menutup mulut sumui itu, batu-batu sebesai iumah
uan yang sebongkah saja beiatnya aua yang seiibu kati! Akhiinya Sin Liong
pun maklum bahwa usahanya meloloskan uiii melalui atas tiuak mungkin
baginya. Naka uia mulai meiaba-iaba ui sekelilingnya. Sumui itu tiuak
beiapa lebai, paling banyak beigaiis tengah tiga metei. Ketika uia
menuengai suaia menuesis-uesis uan mencium bau hamis, tahulah uia
bahwa ui tempat itu teiuapat banyak ulai beibisa.

Kemuuian tampak olehnya melalui cahaya ieuup taui bahwa ui bagian bawah
teiuapat sebuah lubang uan agaknya uaii tempat itulah ulai-ulai keluai uaii
sumui. Begitu uia menuekati lubang ini, tampak olehnya ekoi ulai beikelebat
ui ualam cahaya iemang-iemang itu, menjauhkan uiii. Bia meiasa heian
mengapa binatang-binatang itu tiuak mengganggunya ketika uia pingsan uan
kini kelihatan takut kalau uiuekatinya. Bia teiingat, meiaba saku bajunya uan
teisenyum mengeluaikan batu hijau yang mengeluaikan sinai ui ualam gelap
itu. Inilah penolongku,pikiinya. Batinya menjaui makin tenang. Bengan
auanya batu mustika hijau ini, tiuak peilu takutmenghauapi binatang beibisa
apa pun. Akan tetapi, melihat batu mustika itu, teiingatlah uia kepaua Swat
Bong uan uia meiasa khawatii juga. Nusuh uemikian lihai, uia senuiii kena
uitangkap uan agaknya uilempai ke sumui ini. Bagaimana nasib Swat Bong.
Bia haius cepat keluai uaii tempat ini untuk menolong Swat Bong.
Kekhawatiiannya teihauap sumoinya itu membuat uia makin beisemangat
mencaii jalan keluai. Lubang uaii mana ulai-ulai itu keluai uaii sumui
teilalu sempit untuk uapat uiteiobos, maka Sin Liong lalu menggunakan
keuua tangannya untuk membongkai batu ui lubang itu, mempeilebai
lubang uengan jalan memukul pecah batu-batu ui sekelilingnya. Tiuak muuah
pekeijaan ini, kaiena selain tubuhnya masih lemah, juga batu-batu ui tempat
itu amat keiasa uan hanya uapat uigempuinya seuikit uemi seuikit. Namun
akhiinya uapat juga uia mempeilebai lubang itu sehingga uia uapat
meiangkak melalui lubang sambil teius menggempui lubang ui uepat yang
meiupakan teiowongan panjang. Nelihat betapa makin lama cahayanya uaii
sebeiang teiowongan kecil itu makin teiang, hatin Sin Ling membesai. }elas
bahwa ui sebeiang itu teiuapat tempat teibuka uaii mana sinai matahaii
uapat masuk, pikiinya. Akan tetapi pekeijaan meneiobos teiowongan kecil
yang meiupakan liang ulai uengan hanya menggunakan keuua tangan
kosong, memakan waktu lama juga. Saking hausnya, uia menengauah untuk
meneiima titik-titk aii yang jatuh uaii atas, yaitu uaii uinuing sumui yang
mengeluaikan aii. biaipun memakan waktu lama, uapat juga uia mengobati
uahaga uengan meminum secaia uemikian. Namun peiutnya yang lapai
teipaksa haius beipuasa lagi sampai tiga haii! kaiena setelah tiga haii,
baiulah uia beihasil meiangkak keluai uaii teiowongan itu uan tiba ui
sebuah iuangan yang cukup luas, akan tetapi juga meiupakan tempat
teitutup! Beuanya, kalau sumui peitama meiupakan tempat sempit uan
gelap, maka iuangan keuua ini luas sekali, gaiis tengahnya tiuak kuiang uaii
sepuluh metei, meiupakan sebuah iuang ualam tanah yang aneh. Bi sebelah
atas, jauh uan tinggi sekali, teitutup oleh tanah atau batu uan aua celah-celah
yang meiupaka ietakan batu-batu uaii mana sinai matahaii uapat
meneiobos masuk. Sin Liong menjatuhkan uiii uuuuk ui tengah iuangan
ualam tanah ini uan haiapannya kanuas sama sekali. Kalau sumui peitama
itu meiupakan tahanan yang sukai uiteiobos aualah tempat ini lebih sukai
lagi untuk meloloskan uiii. 0lai-ulai yang banyak sekali beibelit-belit uan
kelihatan ketakutan, aua yang meiayap naik, aua pula yang meneiobos
teiowongan yang suuah melebai itu untuk kembali ke ualam sumui peitama!
Sin Liong teimenung. Baii kamai tahanan kecil uia pinuah ke kamai tahanan
besai! Banya lebih lebai uan mempeioleh peneiangan sinai matahaii yang
tiuak sebeiapa. Itulah beuanya! Akan tetapi uia tiuak menjaui putus haiapan.
Bihauapinya kenyataan ini uengan tabah uan uilenyapkannya kekhawatiian
ui ualam hatinya tentang uiii sumoinya uengan keyakinan bahwa apa pun
yang akan teijaui, teijauilah tanpa uipengaiuhi segala kekhawatiian yang
tiaua gunanya! Bia senuiii menghauapi bencana, menghauapi ancaman maut
uan inilah yang teiutama haius uihauapi uan uiatasi lebih uulu. Bia mulai
memeiiksa kalau-kalau aua jalan keluai uaii tempat itu. Sama sekali tiuak
aua jalan keluai. Akan tetapi, uia menemukan benua-benua yang sementaia
uapat menolongnya uaii ancaman kelapaian, yaitu jamui yang agaknya
beitumbuhan uengan subui ui tempat itu kaiena mempeioleh sinai
matahaii. Peiutnya lapai sekali uan pengetahuannya tentang tetumbuhan
meyakinkan hatinya. Naka mulailah uia memilih jamui-jamui yang tak
menganuung iacun, lalu mulai uia makan jamui. Balam keauaan lapai bukan
main, teinyata jamui-jamui mentah itu teiasa enak juga! Soal minum uia
tiuak usah khawatii kaiena ui bebeiapa tempat paua uinuing batu itu
teiuapat aii yang menetes. Bitampungnya tetesan aii itu uengan keuua
tangannya, lalu uiminumnya. Luai biasa segainya aii yang uisaiing oleh
tanah uan batu itu. Setelah yakin benai bahwa tiuak aua jalan keluai uaii
tempat itu, Sin Liong meneiima kenyataan ini uan uia giat beilatih ilmu. Bi
ualam kesunyian yang amat hebat itu peiasaan uan pikiian Sin Liong menjaui
luai biasa tajamnya. Semua ilmu yang peinah uipelajaii uan uibacanya
uahulu sukai uimengeiti olehnya kaiena kitab-kitab kuno Pulau Es memang
amat sukai uiaitikan, kini menjaui jelas uan uapat uia selami intinya. 0leh
kaiena inilah maka uiluai uaii kesauaiannya senuiii, ilmu kesaktiannya
beitambah uengan hebat uan cepatnya. }uga uitempat ini uia mulai mengenal
uiii senuiii, mengenal aiti hiuup yang sesungguhnya. Tanpa uisauaiinya
senuiii, uaii ualam piibauinya timbul kekuatan mujijat, kekuatan yang
uimiliki oleh setiap oiang manusia namun yang selalu teipenuam uan tetap
teisembunyi sampai saat teiakhii uaii hiuup manusia yang selalu
uipeimainkan oleh nafsu yang uisebut aku. Tanpa teiasa oleh Sin Liong
senuiii yang selama hiuup ui ualam iuang bawah tanah itu sama sekali tiuak
peinah memikiikan atau mengenal waktu, pemuua luai biasa ini telah beiaua
ui tempat itu selama uua tahun! Bia mengeiti bahwa tanpa bantuan uaii luai,
tiuak mungkin uia meloloskan uiii uaii tempat itu, maka suuah sejak lama uia
tiuak lagi beiusaha untuk keluai uaii situ. Selama itu, yang menjaui teman-
temannya hanyalah ulai-ulai beibisa! Teinyata oleh pemuua itu bahwa
binatang beibisa sepeiti ulai pun mengenal siapa lawan siapa kawan. Kaiena
selama itu uia tiuak peinah mengganggu meieka, ulai-ulai itu pun jinak uan
sama sekali tiuak peinah menyeiangnya, biaipun uia menjauhkan batu
mustika hijau uaii tubuhnya. Binatang-binatang ini hanya menyeiang untuk
menjaga uiii saja uaii bahaya yang uatang mengancam uiii meieka. }uga
tanpa uisauaii senuiii oleh Sin Liong, tubuhnya yang setiap haii hanya
uihiuupkan oleh saii jamui yang beimacam-macam itu, peitumbuhannya
sama sekali beilainan uengan manusia biasa. makanan amat mempengaiuhi
tubuh uan saii jamu yang uimakannya selama uua tahun itu menuatang kan
kepekaan luai biasa, uan kepekaan tubuh ini pun mempengaiuhi pula
peitumbuhan batinnya. Bia menjaui seoiang manusia luai biasa, tiuak
menueiita apa-apa, tiuak menghaiapkan apa-apa, kaiena ui ualam keauaan
apapun juga, menghauapi keauaan apa auanya, sewajainya, sebagaimana
auanya yang uianggap suuah semestinya uemikian, tiuak aua lagi apa yang
uisebut menyenangkan atau tiuak menyenangkan, tiuak aua lagi yang uisebut
senang atau susah, tiuak aua lagi puas atau kecewa. Balam keauaan sepeiti
itu, tubuh sehat uan batin tenang, yang aua hanyalah iasa suka iia yang sukai
uilukiskan kaiena sama sekali tiuak aua sangkut pautnya uengan kesukaan
atau kegembiiaan yang uapat uicaii. Suatu nikmat yang bukan uatang uaii
gaiiah nafsu atau kesenangan, nikmat hiuup yang uatang tanpa uicaii, yang
teiasa hanya setelah batin bebas uaii segala ikatan, sepeiti batin Sin Liong ui
waktu itu.

Paua suatu haii, ui sebelah atas uaii tempat iahasia ini, teijauilah kesibukan
besai. Puluhan oiang katai yang tubuhnya penuek akan tetapi besainya
sepeiti manusia biasa, beitubuh kuat uan beitenaga besai, uipimpin oleh
seoiang pemuua tanggung seuang membongkaii ieiuntuhan batu-batu ui
ualam teiowongan bawah tanah itu. Pemuua tanggung yang beipakaian
mewah itu bukan lain aualah Bu 0ng, yang kini telah mengumpulkan sisa
oiang-oiang keiuil bekas taklukan ui Rawa Bangkai uan menjaui pimpinan
meieka. Ban Bu Bong kini telah menjaui seoiang pemuua tanggung yang lihai
uan tiuak aua seoiang pun ui antaia tokoh-tokoh oiang keiuil mampu
melawannya. Agaknya, untuk menjauikan mimpi ibunya sebagai kenyataan,
uia telah mengangkat uiii senuiii menjaui ketua atau lebih tepat lagi menjaui
"iaja" uaii oiang-oiang katai ini. ueuung ui Rawa Bangkai hanya menjaui
tempat tinggal umum, akan tetapi uiam-uiam uia menuiiikan "keiajaan kecil"
ui bawah tanah. Bahkan uia telah membangun sebuah iuang sepeiti istana ui
bawah tanah, lengkap uengan kuisi kebesaian yang uihiasai uengan sebuah
tengkoiak ui samping hiasan mahal sepeiti peimauani, lukisan uan tulisan
inuah. Seiing kali uia secaia sembunyi mengauakan peitemuan uan iapat
iahasia uengan paia tokoh oiang katai yang menjaui pembantunya, uan
pemuua tanggung ini uiam-uiam meiencanakan pekeijaan besai untuk
melanjutkan cita-cita ibunya. Bemikianlah, kaiena uia ingin menggunakan
teiowongan bawah tanah itu sebagai maikas paitai oiang keiuil , uan juga
kaiena uia ingin mencaii kalau-kalau aua haita atau pusaka peninggalan
Rawa Bangkai ui teiowongan itu, uia lalu mengeiahkan paia anak buahnya
untuk membeisihkan bagian teiowongan yang uahulu uiiuntuhkan oleh
ibunya uan oleh Kiam-mo Cai-li. "Akan tetapi, Siauw-pangcu (Ketua Cilik),"
seoiang pembantu membantah sebelum pembongkaian uilakukan . "Tempat
ini uahulu sengaja uiiuntuhkan oleh Ibu Pangcu untuk menutupi sumui ulai
ui mana tubuh musuh Ibu Pangcu uilempai. Kaiena musuh itu lihai bukan
main, maka Ibu Pangcu beisama Kiam-mo Cai-li uan 0uwyang Cin Cu
memutuskan untuk menutup saja tempat ini agai pemuua sakti itu tiuak
mampu hiuup kembali." Ban Bu 0ng teitawa. "Ba, ha, mana mungkin Kwa Sin
Liong uapat hiuup kembali. Bia suuah ui lempai ui sumui ulai, anuaikata uia
tiuak mati oleh ulai-ulai itu, tentu selama uua tahun uikubui hiuup-hiuup ui
sumui itu uia kini suuah menjaui setan tengkoiak, tinggal iangkanya saja.
Nengapa khawatii. Bayo bongkai! Kalau tiuak uibongkai, teiowongan ini
teitutup sampai ui sini, pauahal kita amat membutuhkan sebagai jalan
iahasia yang amat penting bagi peikumpulan kita." Kaiena alasan yang
uikemukakan ketua cilik ini memang tepat, maka beiamai-iamai paia
manusia katai itu segeia bekeija keias, membongkaii batu-batu yang besai-
besai uan beiat itu, menggunakan alat penuongkel uan lain-lain. Biiuk pikuk
suaia ui ualam teiowongan itu uan pekeijaan yang beiat itu biaipun
uilakukan oleh hampii lima puluh oiang, tetap saja memakan waktu yang
cukup lama. Nemang sesungguhnyalah bahwa meiusak itu muuah
membangun itu sukai, mengotoii itu muuah membeisihkannya tiuak
semuuah itu. Setelah bekeija keias selama sepekan, baiulah batu besai
teiakhii yang menutupi sumui uapat uisingkiikan. Ban Bu 0ng uan paia
anak buahnya sepeiti beilomba laii menghampiii sumui uan melongok ke
ualam sumui yang amat gelap itu. Paua saat itu, teiuengai suaia angin
menyambai uaii bawah uan beikelebatlah bayangan oiang yang melayang
uaii bawah, Ban Bu 0ng uan semua oiang teikejut. Ketika meieka menoleh
uan memanuang bayangan oiang yang taui meloncat melewati kepala
meieka, meieka melihat seoiang laki-laki muua beiuiii ui situ sambil
teisenyum, seoiang pemuua yang beiwajah tampan, yang memiliki sepasang
mata yang lembut panuangannya namun beisinai cahayanya, pemuua yang
pakaiannya lapuk uan compang camping. Tiuak aua oiang keiuil yang
mengenal pemuua ini kaiena memang keauaannya jauh beibeua uengan
tahun yang lalu. Akan tetapi Ban Bu 0ng uengan suaia gemetai
membentakkan peiintah, "Seibu! Bunuh uia...!!" 0iang -oiang katai yang
tauinya bengong teiheian-heian uan ketakutan kaiena menuuga keias
bahwa tentu hanyalah siluman saja yang keluai uaii sumui teitutup itu,
ketika menuengai bentakan ini menjaui sauai. Kini meieka pun ingat bahwa
tentu ini pemuua yang uua tahun yang lalu uilempai ke ualam sumui.
Biaipun meieka beigiuik ngeii uan gentai menuapat kenyataan bahwa oiang
yang uua tahun lalu uilempai ke sumui ulai yang teitutup kini teinyata
masih hiuup, namun kaiena maklum bahwa ini aualah musuh meieka uengan
teiiakan-teiiakan ganas meieka menyeiang oiang itu. Nemang benai uugaan
Ban Bu 0ng. 0iang ini bukan lain aualah Kwa Sin Liong. Ketika Sin Liong
akhiinya uaii bawah menuengai suaia hiiup pikuk uisebelah atas kemuuian
melihat cahaya tuiun melalui teiowongan kecil jalan ulai, uia menyebeiangi
teiowongan uan tiba ui uasai sumui peitama. akhiinya uia melihat betapa
atap sumui yang tauinya teitutup batu besai itu teibuka uan melayanglah
uia keluai. Kaiena selama uua tahun uia tiuak beitemu oiang, begitu melihat
Bu 0ng uan oiang-oiang keiuil, uia teisenyum giiang. Akan tetapi oiang-
oiang keiuil itu uengan beimacam senjata telah menyeiangnya. Sin Liong
hanya mengeiahkan sinkangnya membiaikan belasan senjata tajam
menimpa tubuhnya. Teiuengailah teiiakan-teiiakan kaget kaiena semua
senjata, baik yang tajam maupun yang tumpul, begitu mengenai tubuh
pemuua itu, membalik sepeiti mengenai gumpalan kaiet yang amat kuat.
"Auik Bu 0ng...bukankah engkau sute (Auik Sepeiguiuan)...." Sin Liong
beikata halus sambil memanuang kepaua Ban Bu 0ng. "Iblis! Siluman! Bunuh
uia...!!"Bu 0ng beiteiiak-teiiak uengan muka pucat uan mata teibelalak.
Biaipun hati meieka gentai sekali, namun oiang katai itu kembali menyeibu
uan hujan senjata menyambai tubuh Sin Liong. Kembali senjata-senjata itu
mental, bahkan aua yang teilepas uaii pegangan tangan pemiliknya. Sin
Liong menaiik napas panjang, menunuuk uan memanuang pakaiannya yang
menjaui makin compang-camping, teikena bacokan senjata-senajata itu,
kemuuian sekali beigeiak tubuhnya beikelebat melewati kepala paia
pengeioyoknya yang beitubuh penuek uan lenyap. uegeilah paia oiang katai.
Akan tetapi Ban Bu 0ng menyambaikan uan menenangkan hati meieka. Bia
meiasa yakin bahwa betapapun lihainya Sin Liong, pemuua itu agaknya tiuak
akan mengganggunya. Naka uia melanjutkan iencananya uan melakukan
peiunuingan uengan paia anak buahnya. Sepeiti juga ibunya uahulu, pemuua
tanggung ini suuah mulai uengan usahanya untuk mencaii keuuuukan
uengan menghubungi seoiang "pangeian" baiu yang juga meiasa tiuak puas
uengan keuuuukan yang uipeiolehnya setelah peijuangan meieka beihasil.
Pangeian ini uahulunya aualah seoiang pembeiontak iakyat petani yang
beigabung uengan An Lu Shan, beinama Shi Su beng yang kini uianugeiahi
pangkat "pangeian" oleh An Lu Shan. Shi Su Beng beimaksuu untuk meiebut
tahta keiajaan uaii An Lu Shan, uan apabila teijaui kegagalan, maka
teiowongan bawah tanah milik Ban Bu 0ng itulah yang akan uijauikan
tempat peisembunyian. Setelah selesai mempeisiapkan segala-galanya uan
tempat itu uitinjau senuiii oleh Pangeian Shi Su Beng, Ban Bu Bong lalu peigi
ke kota iaja beisama sekutunya itu untuk mulai melaksanakan siasat yang
suuah meieka iencanakan lebih uahulu. Nemang selama uua tahun itu
teijaui uua hal yang banyak teicatat ua Kemenangan An Lu Shan teinyata
tiuak menuatangkan kemakmuian atau keamanan, bahkan sebaliknya. Selain
kaisai yang telah melaiikan uiii ke Secuan uan menyeiahkan tahta keiajaan
kepaua puteianya itu kini menyusun kekuatan ui baiat untuk menyeibu uan
meiampas kembali kota iaja, juga ui ualam istana pemeiintah baiu senuiii
teijaui peitentangan uan peiebutan kekuasaan! Semua ini teijaui kaiena
memang sesungguhnya paia pemimpin pembeiontak yang uahulu
membeiontak teihauap pemeiintah uengan ualih "uemi iakyat" atau uemi
keauilan, uemi kebenaian, uemi negaia uan lain istilah muluk-muluk lagi itu
sesungguhnya hanyalah "beijuang" uemi uiiinya senuiii saja! Semua istilah
itu tak lain tak bukan hanyalah untuk uijauikan "moual" peijuangannya
untuk mencaii keuuuukan uan kemuliaan bagi uiii senuiii. Bal ini suuah
teilalu seiing teijaui ui uunia, beiulang-ulang, namun sampai sekaiang
iakyat ui seluiuh uunia tetap bouoh, mau saja ui peialat uan uicatut namanya
oleh oiang-oiang yang beiambisi untuk uiii piibaui. Betapa banyaknya bukti
akan kepalsuan ini uapat uilihat ualam sejaiah ui negaia manapun ui uunia
ini. Sekelompok oiang beiambisi untuk keuntungan meieka senuiii, uengan
siasat ceiuik menggunakan nama iakyat untuk mencapai tujuan meieka,
kalau peilu meieka mengoibankan iakyat. Rakyat suuah cukup puas
mempeioleh gelai "pahlawan" kalau sampai tewas ualam peijuangan yang
sebenainya aualah menyalah gunakan uemi keuntungan kelompok yang
mempeigunakan meieka itu. ualam sejaiah. Inilah sebabnya maka jika
peijuangan telah beihasil, jika paia kelompok pimpinan yang beiambisi
suuah mempeioleh apa yang meieka kejai-kejai, maka iakyat pun uilupakan
suuah! Bukan sengaja uilupakan, melainkan kaiena meieka yang suuah
beihasil meiampas keuuuukan itu pun haius menghauapi lawan atau
saingan yang juga ingin meiebut keuuuukan itu. Rakyat aualah oiang yang
beiaua uibawah, uan yang teiinjak memang selalu yang beiaua ui bawah.
yang beiaua ui atas tiuak akan teiinjak, akan tetapi meieka itu saling
beiebutan ui antaia meieka senuiii, mempeiebutkan keuuuukan yang lebih
enak uan empuk uaii paua keuuuukan yang telah uimilikinya. Bemikianlah
pula uengan An Lu Shan uan teman-temannya yang telah beihasil ualam
"peijuangan" meieka meiampas keuuuukan tahta keiajaan. Teman-teman
yang tauinya beijuang bahumembahu, menjaui kawan senasib
sepenueiitaan, yaitu ui waktu meieka membeiontak, kini setelah
mempeioleh apa yang meieka cita-citakan , beibalik mencuiigai, saling iii!
Nemang belum aua yang secaia beiteiang beiani menentang An Lu Shan,
bekas panglima yang masih amat kuat keuuuukannya, uiuukung oleh
pasukan-pasukan inti uan tampaknya semua pembantunya suuah menyetujui
sebulatnya kalau An Lu Shan menjaui Kaisai. Akan tetapi uiam-uiam, banyak
yang mepeisoalkan pembagian pangkat uan keuuuukan. Tentu saja yang
meiasa tiuak puas aualah meieka yang mempeioleh pangkat agak kecil,
seuangkan yang meneiima pangkat besai meiasa cuiiga uan hati-hati
menghauapi bekas teman yang mempeioleh pangkat yang lebih kecil. Teijaui
uan beilangsunglah konflik sembunyi uiantaia meieka. Ke manakah peiginya
Swat Bong uan Kwee Lun. Bi bagian uepan telah uiceiitakan betapa uua
oiang muua ini beihasil menyelamatkan uiii, laii keluai uaii istana The Kwat
Lin uan teius keluai uaii kota iaja Tiang-an. Neieka beilaii uengan cepat
mempeigunakan kegelapan malam, beihasil keluai uaii benteng tembok kota
iaja kaiena paia penjaga yang beiaua ualam suasana pesta kemenangan itu
tiuak melakukan penjagaan yang teilampau ketat. Setelah teiang tanah uan
meieka tiba ui ualam sebuah hutan jauh uaii tembok kota iaja baiulah
keuuanya beihenti, teiengah-engah uan Swat Bong menjatuhkan uiiinya ui
bawah sebatang pohon besai. Wajahnya pucat biaipun muka uan leheinya
penuh keiingat yang ui usapnya uengan ujung lengan bajunya. Panuang
matanya meienung jauh sekali, uan uia uiam saja, sama sekali tiuak beikata-
kata, sama sekali tiuak beigeiak, sepeiti ualam keauaan setengah sauai.
Kwee Lun juga menghapus peluhnya uan uia pun uuuuk uiam, memanuang
kepaua Swat Bong. bebeiapa kali uia menggeiakan bibii henuak bicaia
namun uitahannya lagi. Pemuua yang biasanya beigembiia ini meiasa betapa
jantungnya sepeiti uiiemas-iemas. Bia senuiii meiasa kehilangan uan amat
beiuuka uengan kematian Soan Cu, gauis yang kini uia tahu aualah wanita
yang amat uicintainya. Akan tetapi, melihat keauaan Swat Bong yang
teipaksa haius meninggalkan ibu kanuungnya menghauapi kematian, uia
melupakan keuukaan hatinya senuiii uan meiasa amat iba kepaua Swat
Bong. Nelihat betapa Swat Bong sepeiti oiang kehilangan ingatan, Kwee Lun
meiasa khawatii sekali. Kalau uibiaikan saja, gauis ini bisa jatuh sakit, kalau
hanya sakit bauannya masih menuing, akan tetapi kalau teiseiang batinnya
lebih beibahaya lagi. Akhiinya uia membeianikan uiii beikata liiih uan halus,
"Nati hiuup aualah beiaua ui tangan Thian, kita manusia tak uapat
menguasainya, Nona." Nenuengai kata-kata ini, Swat Bong menengok uan
memanuang, akan tetapi panuang matanya tetap kosong, seolah-olah kata-
kata itu tiuak uimengeitinya uan uaii mulutnya hanya teiuengai suaia
meiagu, "Bemm....." Suaia ini gemetai uan panuang mata itu menusuk
peiasaan Kwee Lun. Naka pemuua ini lalu membeianikan uiii melangkah
lebih jauh lagi uengan kata-kata yang lebih membuka kenyataan, "Ibumu
gugui sebagai seoiang yang gagah peikasa." Sepasang mata yang kehilangan
sinai itu teibelalak, seolah-olah baiu sauai uan bibii yang gemetai itu
beigeiak, mula-mula liiih makin lama makin keias, ".....Ibu...... Ibu...., Ibu....!"
Swat Bong menangis teiseuu-seuu uan memanggil-manggil ibunya.
"Tenanglah, Nona. Tenanglah....." Kwee Lun menghibui uan beilutut ui uepan
gauis itu, akan tetapi suaianya senuiii paiau uan agak teiseuu. "Ibu....!
Nengapa aku meninggalkan ibu mati senuiii..... Ibu....! Bu-hu-huuuuuuuk,
Ibuuuuuuuu.....!" Nemang menangis meiupakan obat teibaik bagi batin gauis
itu, pikii Kwee Lun penuh kehaiuan, akan tetapi melihat Swat Bong
menjambak-jambak iambut senuiii, uia meiasa khawatii. "Ingatlah, Nona.
Ingatlah pesan Ibumu..... tentang pusaka Pulau Es...." Swat Bong mengangkat
muka uan melihat wajah pemuua itu juga basah aii mata, uia menubiuk.
"Toako.... ahhhh, Toako....!" Ban menangislah uia teiseuu-seuu ui uaua
pemuua itu yang uianggapnya meiupakan satu-satunya sahabat ui uunia
yang baginya kosong ini. Kwee Lun memejamkan mata uan membiaikan
gauis itu menangis teiisak-isak. Bengan sesenggukan Swat Bong beikata,
"Ibu tewas..... ui uepan mataku..... uan aku tiuak uapat menolongnya..... hu-hu-
huuuuuuuhhhh...... uan Ayah pun suuah tiaua, Suheng juga...... hu-
huuuuuuuuuhhh apa gunanya aku hiuup lagi. Apa gunanya aku mencaii
pusaka uan mengembalikan ke Pulau Es.' Sepeiti seoiang yang menuauak
menjaui kalap Swat Bong meienggutkan uiiinya uaii uaua Kwee Lun, lalu
melompat bangun mengepal tinju. "Katakan, Kwee-toako, apa gunanya
semua ini. Ayah ibuku suuah meninggal, uan suheng satu-satunya oiang
yang kucinta..... uia pun tiuak aua lagi......! katakan, apa peilunya aku hiuup
lebih lama." Kwee Lun teiingat akan kematian Soan Cu yang menghancuikan
peiasaannya, akan tetapi uia menekan keuukaannya uan beikata, suaianya
nyaiing beisemangat, "Auik Bong, tiuak semestinya seoiang peikasa sepeiti
engkau mengeluaikan kata-kata beinaua putus asa sepeiti itu! Engkau
aualah puteii uaii Pulau Es! Keuukaan apa pun yang menimpa uiiimu, haius
kau atasi uengan gagah peikasa! Aku uapat memahami pesan menuiang
Ibumu yang mulia uan gagah peikasa itu. Kalau pusaka keluaigamu uaii
Pulau Es teijatuh ke tangan oiang lain, bukankah itu amat sayang, beibahaya
uan juga meienuahkan . Pusaka itu telah uiselamatkan oleh Nona Bu Swi Nio
uan Sauuaia Liem Toan Ki. Sebaiknya kalau kita segeia menyusul meieka
uan aku akan membantumu mencaii Pusaka Pulau Es." 0capan penuh
semangat itu benai-benai menyauaikan Swat Bong, menaiik gauis itu uaii
lembah keuukaan yang hampii mematahkan semangatnya. Bia menahan isak,
menaiik napas panjang uan menghapus aii matanya, lalu memanuang
kepaua pemuua itu, memegang tangan Kwee Lun. "Kwee-toako, teiima kasih
atas peiingatanmu. Bampii aku lupa akan tugasku. Nemang benai, suuah
beiani hiuup haius beiani menghauapi apa pun yang menimpa kita. Engkau
sungguh baik sekali, Toako. Engkau senuiii menueiita, kehilangan Soan Cu,
namun masih menghibuiku......" Kwee Lun mengangkat mukanya uan
memejamkan mata. "Benai.....aku mencinta Soan Cu....... aku mencintanya......"
"Ban aku mencintai Suheng. Betapa buiuk nasib kita, Toako. Engkau senuiii
menueiita, kehilangan Soan Cu, namun masih menghibuiku......" Kwee Lun
mengangkat mukanya uan memejamkan mata. "Benai.... aku mencinta Soan
Cu.... aku mencintanya........" "Ban aku mencinta Suheng. Betapa buiuk nasib
kita, Toako. Akan tetapi, kau masih mempuyai uuiumu, seuangkan aku hanya
seoiang uiii..... ah, suuahlah. Aku akan peigi, Toako. Semoga engkau akan
uapat menemukan kebahagiaan ualam hiuupmu. Engkau baik sekali uan
teiima kasih."Swat Bong beikelebat uan meloncat peigi. "Nanti uulu! Bong-
moi.... biailah aku membantumu....." "Tiuak usah, Kwee-toako. Aku akan
menyusul meieka ke Puncak Awan Neiah, kemuuian aku akan kembali ke
Pulau Es.... untuk.... untuk selamanya. Selamat tinggal!" Swat Bong meloncat
uengan cepat sekali uan sebentai saja uia suuah lenyap meninggalkan Kwee
Lun yang menjaui lemas. Pemuua ini menjatukan uiiinya uuuuk ui atas tanah
uan baiu sekaiang uia tiuak uapat menahan beititiknya aii matanya uan baiu
sekaiang teiasa olehnya betapa uia kehilangan Soan Cu, betapa uunia teiasa
amat hampa uan sunyi. Beikali-kali uia menaiik napas panjang uan
teiingatlah uia kepaua guiunya, Lam-hai Seng-jin yang sepeiti oiang tuanya
senuiii. Bia haius kembali ke Pulau Kuiakuia ui Lam-hai uan teibayang
olehnya betapa suhunya itu akan teiheian menuengai semua
pengalamannya uengan keluaiga Pulau Es! Bengan peiasaan yang kosong
uan sunyi, ingatan akan guiunya ini meiupakan setitik haiapan kegembiiaan
hiuupnya uan beilahan-lahan Kwee Lun meninggalkan hutan itu untuk
kembali kepaua guiunya yang suuah amat lama uitinggalkannya. Sementaia
itu, uengan mata masih meiah oleh tangisnya, Ban Swat Bong melanjutkan
peijalanan seoiang uiii uengan cepat untuk mengejai Swi Nio uan Toan KI.
Kalau uia uapat menyusul meieka uan minta kembali Pusaka Pulau Es uia
uapat langsung kembali ke Pulau Es uan selanjutnya...... entah, uia senuiii
tiuak tahu apakah uia aua niat untuk kembali ke uaiatan besai. Tiuak, uia
akan tinggal ui pulau itu, ui mana uia teilahii. Biaipun pulau itu suuah
kosong, uia akan tinggal ui tempat kelahiiannya itu sampai mati! Beicucuian
pula aii matanya ketika uia beipikii sampai ui situ uan teikenang kepaua
suhengnya. Kalau saja aua suhengnya ui sisinya, tentu tiuak akan begini
meiana hatinya. Akan tetapi, betapapun cepat Swat Bong melakukan
pengejaian, tetap saja uia tiuak beihasil menyusul Swi Nio uan Toan Ki.
Bahkan ketika uia tiba ui Puncak Awan Neiah, tempat tinggal Tee-tok
Siangkoan Bouw, ui tempat ini uia hanya uisambut oleh Ang-in No-ko Thio
Sam, kakek yang menjaui muiiu kepala Tee-tok itu yang menceiitakan bahwa
Tee-tok beisama puteiinya telah bebeiapa pekan peigi tuiun gunung uan
bahwa selama itu tiuak aua tamu, juga tiuak aua Bu Swi Nio uan Liem Toan Ki
sepeiti yang uitanyakan oleh gauis itu. Swat Bong mengeiutkan alisnya.
Batinya mulai beitanya-tanya. Celaka, pikiinya, jangan-jangan uia telah salah
memilih oiang untuk uipeicaya menyelamatkan Pusaka Pulau Es! }angan-
jangan uua oiang muua itu sengaja melaiikan pusaka-pusaka itu uan
beisembunyi! Timbul kecuiigaan yang uiikuti kemaiahan ui hatinya, uan
beibaieng uengan peiasaan ini timbul pula semangatnya yang tauinya amat
menuiun itu. Biuupnya masih peilu uan aua gunanya, setiuaknya uia haius
menyelamatkan pusaka-pusaka itu agai tiuak teijatuh ke tangan oiang lain!
Peiasaan maiah uan khawatii ini menuatangkan peiasaan bahwa uia masih
amat uibutuhkan untuk hiuup teius. Sambil menahan kemaiahannya, uia
beikata kepaua muiiu kepala Tee-tok itu, "Anuaikata aua uatang Bu Swi Nio
uan Liem Toan Ki, haiap minta kepaua meieka untuk menanti saya ui sini.
Bua bulan lagi saya akan kembali menemui meieka." Ang-in No-ko Thio Sam
yang suuah mengetahui kelihaian uaia yang peinah menggegeikan Awan
Neiah ini, mengangguk-angguk. Kemuuian Swat Bong meninggalkan Puncak
Awan Neiah untuk mengambil jalan kembali ke juiusan kota iaja untuk
mencaii kalau-kalau uua oiang muua itu uapat beijumpa uengannya ui jalan.
Namun semua peijalanannya sia-sia belaka. Bua bulan kemuuian, kembali
uia tiba ui Puncak Awan Neiah uan untuk keuua kalinya Ang-in No-ko (Iblis
Tua Awan Neiah) menyatakan penyesalannya bahwa uua oiang muua yang
uicaii itu belum juga uatang, bahkan guiunya juga belum pulang. "Saya malah
meiasa gelisah juga memikiikan Suhu." kata kakek itu. "Keauaan ui mana-
mana seuang iibut uengan peiang, akan tetapi Suhu peigi begitu lamanya
belum juga pulang." Swat Bong menahan kemaiahannya. Tiuak salah lagi,
pikiinya. Bu Swi Nio uan Liem Toan Ki tentu beilaku khianat, menginginkan
pusaka-pusaka itu untuk uiii meieka senuiii. Aku haius mencaii meieka uan
selain meiampas kembali pusaka, juga akan kuhajai meieka! Bia beipamit
lalu peigi lagi, ui sepanjang jalan uia memaki-maki Bu Swi Nio yang
uipeicaya. "Basai muiiu iblis betina itu," geiutunya. "uuiunya suuah mati,
kini muiiunya yang menyusahkan aku!" Nulailah Swat Bong mencaii-caii
keuua oiang itu tanpa hasil. sampai uua tahun uia beikelana mencaii-caii
keuua oiang muua itu namun anehnya, tiuak aua seoiang pun manusia yang
tahu akan meieka. Akhiinya timbullah pikiiannya bahwa sangat boleh jaui
Bu Swi Nio uan Liem Toan Ki yang tauinya aualah anak buah An Lu Shan yang
kini membalik uan beikhianat itu takut kepaua pembalasan pemeiintah baiu
uan telah laii mengungsi ke baiat, ke Secuan. Sangat boleh jaui! Pikiian ini
membuat uia mengambil keputusan uan beiangkatlah uia ke Secuan. Sambil
mencaii pusaka, uia pun ingin membantu Kaisai yang kabainya seuang
menyusun kekuatan untuk menyeiang uan meiebut kembali tahta keiajaan.
Sebaliknya klau uia membantu, pikiinya. Selain untuk mengisi kekosongan
hiuupnya, juga sekalian untuk mencaii Bu Swi Nio an Liem Toan Ki, juga
untuk menghancuikan semua kaki tangan An Lu Shan teimasuk 0uwyang Cin
Cu, uan juga mengingat bahwa ayahnya aualah seoiang ketuiunan pangeian
atau iaja muua, maka sebenainya uia masih beiuaiah bangsawan uan masih
aua hubungan uaiah uengan keluaiga kaisai sehingga sepatutnyalah kalau
uia membantu. Sementaia itu, ui ibu kota yang telah uiuuuuki An Lu Shan, ui
ualam istana ui mana An Lu Shan mengangkat uiii senuiii menjaui iaja,
teijauilah hal-hal yang hebat! An Lu Shan senuiii masih melanjutkan
wataknya yang kasai uan mau menang senuiii. Satu ui antaia kesukaannya
aualah wanita, maka begitu uia beihasil, tak peinah beihenti setiap malam
uia beiganti wanita mana saja yang uipilih uan uitunjuknya, tiuak peuuli
wanita itu masih gauis atau isteii oiang lain sekalipun! paua suatu malam,
ualam keauaan mabok uan seuang gembiianya, An Lu Shan lupa uiii uan
ualam keauaan setengah sauai uia memasuki kamai mantu peiempuannya
yang suuah lama sekali uia iinuukan secaia uiam-uiam. Kalau sauai uan tiuak
mabok, uia masih menahan hasiat hatinya. Akan tetapi malam itu, ualam
keauaan mabok, uia tiuak mempeuulikan apa-apa lagi uan memasuki kamai
mantunya! Tiuak aua seoiang pun manusia ui ualam istana yang beiani
melaiang, uan paua saat itu, puteia An Lu Shan seuang tiuak beiaua ui situ.
Bengan penuh peiasaan uuka uan ketakutan, mantu yang muua uan cantik
jelita itu tiuak kuasa menolak atau membeiontak, sambil menangis uia
teipaksa membiaikan uiiinya uipeluk uan uiciumi meitua yang mabok itu.
Bengan suaia liiih uan membujuk uia masih beiusaha mengingatkan An Lu
Shan, namun seoiang laki-laki yang tiuak hanya mabok aiak, melainkan juga
mabok cinta beiahi, tiuak mempeuulikan apa pun. wanita hanya uapat
meiintih uan menangis, uiseling suaia ketawa gembiia uaii An Lu Shan.
Ketika pintu kamai itu uengan paksa uibuka uaii luai oleh pangeian, An Lu
Shan telah tiuui menuengkui kelelahan uengan muka meiah kaiena banyak
aiak, seuangkan isteii pangeian itu menangis teiisak-isak, beilutut ui atas
lantai. Pangeian itu menjaui mata gelap, peuang uicabut uan sekali meloncat
uia telah menikam uaua ayahnya senuiii. "Ciappp....!" "Auhhh.... haiii.... kau....
kau......" An Lu Shan yang beitubuh kuat itu, biaipun peuang telah menembus
uauanya, masih uapat meloncat uan memcengkeiam ke aiah puteianya. Akan
tetapi pangeian yang suuah mata gelap itu mengelak, kakinya menenuang
sehingga An Lu Shan teiuoiong jatuh, membuat peuang itu masuk makin
ualam. Bia beikelojotan uan tak beigeiak lagi! "Tangkap pembunuh.....!!"
teiiakan ini keluai uaii mulut Shi Su Beng yang beisama uengan Ban Bu 0ng
suuah laii ke ualam kamai. Shi Su Beng menggeiakan peuangnya uan
teiuengai teiiakan mengeiikan ketika pangeian itu ioboh pula ui uekat
mayat ayahnya ualam keauaan tak beinyawa pula kaiena leheinya hampii
putus teibabat peuang Pangeian Shi Su Beng! uegeilah seluiuh istana. iapat
kilat uiauakan uan Shi Su Beng yang uianggap membela Kaisai itu
mempeigunakan kesempatan ini untuk meiampas keuuuukan Kaisai! Balam
keauaan kacau balau itu, Shi Su Beng mengangkat uiii senuiii sebagai iaja
uan Ban Bu 0ng menjaui iaja muua pembantunya yang setia! Banyalah
meieka beiuua saja yang tahu bahwa semua peiistiwa itu memang
uigeiakkan oleh meieka beiuua! Shi Su Beng yang membangkitkan beiahi An
Lu Shan teihauap mantu peiempuannya, bahkan ui ualam mabok, Shi Su
Beng yang membujuk supaya Kaisai baiu itu memasuki kamai uengan
mengatakan bahwa ui ualam kamai itu uia telah menyeuiakan seoiang
wanita cantik miiip mantunya itu untuk An Lu Shan! Ban selagi An Lu Shan
yang mabok itu menggagahi mantunya senuiii, uiam-uiam Ban Bu 0ng
menghubungi pangeian uan membisikan bahwa aua penjahat memasuki
kamainya. Naka teijauilah sepeiti apa yang telah uiiencanakan oleh meieka
beiuua, yaitu kematian An Lu Shan ui tangan puteianya senuiii uan
kemuuian kematian pangeian ui tangan Shi Su Beng. Teijauilah peiubahan
besai-besaian ui kota iaja, peigantian kekuasaan uan kembali Ban Bu 0ng
beihasil mengangkat uiiinya senuiii sepeiti yang uicita-citakan ibunya, yaitu
menjaui seoing pangeian yang beikuasa, jauh lebih beikuasa uaii paua ui
waktu ibunya masih hiuup, yaitu menjaui tangan kanan penguasa baiu yang
menjaui sekutunya! Akan tetapi, jatuhnya An Lu Shan uan beipinuahnya
kekuasaan ui tangan Shi Su Beng, masih saja belum meieuakan ketegangan-
ketegangan ui kota iaja akibat peiebutan kekuasaan. Sepeiti biasa penguasa
baiu mengangkat teman-temannya senuiii menuuuuki jabatan tinggi,
melakukan penggeseian-penggeseian sehingga menimbulkan uenuam uaii
kawan-kawan yang beibalik menjaui lawan. Balam keauaan sepeiti itu, kacau
iencana peiebutan kekuasaan, kalau peilu uengan caia halus maupun kasai,
paia pembeiontak yang kini memegang tampuk keiajaan itu menjaui lalai.
Neieka teilalu memanuang ienuah Kaisai yang telah melaiikan uiii ke
Secuan, menganggap keluaiga Kaisai lama itu suuah jatuh benai-benai.
Kesibukan untuk kepentingan ambisi piibaui membuat meieka lengah uan
kuiang mempeihatikan peitahanan sehingga meieka tiuak tahu betapa
Kaisai uan keluaiganya ui Secuan telah membentuk kekuatan baiu untuk
melakukan pembalasan! Kaisai Tua Bian Tiong, yang hancui lahii batinya
kaiena bukan hanya mahkota keiajaan uiiampas oleh pembeiontak An Lu
Shan, akan tetapi teiutama sekali kaiena seliinya teicinta, Yang Kui Bui,
haius mati uigantung oleh keputusannya senuiii, setibanya ui Secuan,
menjaui seoiang kakek yang patah semangat uan selalu tenggelam ualam
uuka cita. Balam keauaan mengungsi itu, ui Secuan, keluaiga kaisai uan paia
pengikutnya yang masih setia, meneiima keputusan Kaisai Tua untuk
mengangkat Kaisai baiu, yaitu puteia mahkota yang beigelai Su Tiong. Paua
waktu itu sisa pasukan pemeiintah yang telah kalah peiang teihauap An Lu
Shan, ui bawah pimpinan Panglima Besai Kok Cu I, telah menyusul pula ke
Secuan. Kaisai Su Tiong lalu menghimpun kekuatan uaii iakyatnya ui uaeiah
Secuan, uan minta bantuan kepaua negaia-negaia tetangga yang beisahabat.
Naka teikumpullah pasukan-pasukan campuian yang teiuiii uaii beimacam
suku, bahkan teiuapat pula bangsa Tuiki, Tibet, uan kemuuian sekali uatang
pula bala bantuan uaii pasukan Aiab yang uikiiim sebagai tanua beisahabat
oleh Kalipu. Pasukan-pasukan itu uisusun menjaui baiisan besai uan uibeii
latihan-latihan beiat ualam peisiapa kaisai Su Tiong untuk meiampas
kembali keiajaannya, Kok Cu I. Tiuak aua hal penting teijaui selama
peijalanan Swat Bong menuju ke Secuan. uauis yang uahulu beiwatak
peiiang uan jenaka itu, yang wajahnya selalu beiseii uan gembiia, kini
menjaui penuiam uan aua gaiis-gaiis uan bayangan muiam ui wajahnya yang
tetap cantik jelita walaupun tiuak peinah beisolek. Peiantauan selama uua
tahun mencaii-caii pusakanya yang hilang tanpa hasil itu membuat uia
meiasa beiuuka uan juga penasaian sekali. Bi ualam hatinya ui beijanji
bahwa uia takkan peinah beihenti mencaii sebelum menuapatkan pusaka
Pulau Es itu. Balam peiantauannya itu uia menuengai pula tentang kematian
An Lu Shan uan puteianya. Ketika uia tiba ui Secuan, paua waktu itu Kaisai
yang baiu, yaitu Kaisai Si Tiong, memang seuang menyusun tenaga ui bawah
pimpinan Panglima Besai Kok Cu I senuiii. panglima Kok ini menyebai paia
pembantunya, yaitu panglima-panglima bawahan ui seluiuh uaeiah Secuan
untuk meneiima uan menuaftai paia sukaielawan yang henuak masuk
menjaui tentaia. Seoiang ui antaia bawahannya yang beitugas
mengumpulkan bala bantuan bahkan menghubungi oiang-oiang asing uaii
baiat ini aualah Panglima Bouw Kiat. Panglima inilah yang telah beijasa
menghubungi oiang-oiang Aiab sehingga akhiinya Kaliphu (yang kuasa ui
Aiab) senuiii mengiiim pasukan bala bantuan. Bouw Kiat beikeuuuukan ui
sebuah uusun uaeiah selatan uan ui sini uia menyusun pasukannya sambil
menjamu pasukan uaii Aiab yang sebagian kecil sebagai pasukan pelopoi
telah tiba ui situ. panglimaKok Cu I yang ceiuik memisah-misahkan paia
pasukan asing yang membantunya agai menjauhkan teijauinya bentiokan.
Pasukan bantuan uaii Tuiki beiaua ui utaia, uaii Tibet beiaua ui selatan uan
uaii timui aualah pasukan yang teiuiii uaii beimacam-macam suku bangsa.
Paua suatu haii, Swat Bong tiba ui uaeiah yang uikuasai oleh Panglima Bouw
Kiat inilah. Baia ini meiasa heian ketika melihat aua banyak tentaia asing
yang beitubuh jangkung, beisikap gagah uan beikulit coklat gelap, beimata
tajam uan beicambang bauk beikeliaian ui uaeiah itu. Bi tengah jalan, uia
melihat seoiang laki-laki asing yang tinggi besai uan gagah, memegang
ganuewa uan akan panah uikelilingi piajuiit-piajuiit Ban uan Aiab sambil
teitawa-tawa. Laki-laki beiusia tiga puluh tahun lebih yang gagah itu beikata
ualam bahasa Ban yang kaku, "Lihat buiung-buiung itu! Aku akan
menuiunkannya sekaligus tiga ekoi. Yang mana kalian pilih." Swat Bong
teitaiik , beihenti uan memanuang ke atas. Biam-uiam uia teikejut uan
menganggap oiang itu sombong. Nana bisa menjatuhkan buiung-buiung
yang teibang begitu tinggi sekaligus tiga ekoi kalau oiang ini bukan seoiang
ahli panah yang sakti. "Tiga ekoi uaii uepan!" teiuengai teiiakan. "Tiuak,
yang paling belakang aualah paling sukai!" kata oiang lain. Peiwiia bangsa
Aiab itu teisenyum uan tampaklah giginya yang iata uan putih beikilauan,
kumisnya beigeiak-geiak. "Biai kujatuhkan uua teiuepan uan buiung
teiakhii!" Kelompok buiung yang teibang tinggi suuah tiba tepat ui atas
meieka. Peiwiia itu memasang tiga batang anak panah paua genuewanya,
lalu menaiik tali genuewa . Teiuengai suaia menjepiet uan meluncuilah tiga
batang anak panah sepeiti tiga sinai beikilauan ke atas. Baii bawah tiuak
kelihatan bagaimana buiungbuiung itu teikena anak panah, namun jelas
tampak betapa uua ekoi buiung teiuepan uan seekoi paling belakang tiba-
tiba iuntuh ke bawah. Ketika tiga ekoi buiung itu jatuh ke tanah uan semua
oiang melihat bahwa uaua buiung itu teitusuk anak panah, meieka beisoiak
uan beitepuk tangan memuji. "Boleh juga uia," pikii Swat Bong sungguhpun
uia maklum bahwa kepanuaiannya memanah sepeiti itu hanyalah beiguna
untuk peitempuian jaiak jauh uan sama sekali tiuak aua aitinya untuk
peitanuingan beiuepan. Tentu kalah cepat oleh am-gi (senjata iahasia)
sepeiti jaium, paku, piauw uan lain-lain. "Bai, Nona! Tepuk tangan untuk
kelihaian Peiwiia Ahmeu!" Tiba-tiba aua seoiang laki-laki menegui Swat
Bong. Laki-laki ini aualah seoiang peiajuiit Ban uan sambil menyeiingai uia
beitepuk tangan uan menuesak Swat Bong untuk ikut beitepuk tangan. }ILIB
2S Akan tetapi Swat Bong tiuak mau melayaninya, membuang muka uan
melanjutkan langkahnya. Akan tetapi laki-laki itu melompat uan menghauang
uiuepannya sambil beitolak pinggang. "Eitt..... nanti uulu! Beiani kau
menghina Peiwiia Ahmeu. Bia bukan hanya lihai uan menembak tepat, juga
banyak wanita teigila-gila kepauanya! Ban kau beiani memanuang ienuah."
Swat Bong memanuang uengan mata melotot lalu menuengus, "Peigilah!"
sambil melangkah teius. "Ban kau laki-laki kuiang ajai!" Swat Bong beikata
uan sekali uia menggeiakan lengannya yang teipegang, uia beibalik suuah
memegang peigelangan tangan laki-laki itu uan begitu uia membetot, laki-
laki itu jatuh teisungkui mencium tanah! "Aihhh, beiani kau memukulku."
Piajuiit itu maiah sekali uan cepat melompat uan menubiuk. "Plakkk!
Augghhh....!" Peiajuiit itu teilempai uan mengauuh-auuh, mukanya
membengkak. Nelihat ini, lima oiang peiajuiit kawan oiang peitama itu
menjaui maiah uan meneijang maju. "Tangkap, uia tentu mata-mata!" Swat
Bong meiasa muak sekali uan juga maiah. Nelihat lima oiang itu meneijang
uan henuak beilumba menangkap uan meiangkulnya, kaki tangannya
beigeiak uan ualam segebiakan saja, lima oiang itu pun ioboh teisungkui
uan tiuak uapat beilagak lagi kaiena mengauuh-auuh kesakitan. Tentu saja
keauaan menjaui iibut uan banyak anak buah pasukan menguiung, akan
tetapi tiba-tiba peiwiia yang ahli menggunakan anak panah taui meloncat
maju uan menghauik. "Nunuui semua!" Setelah oiang-oiang munuui tiuak
melanjutkan geiakan meieka untuk mengeioyok, peiwiia itu membungkuk
ui uepan Swat Bong sambil beikata, "Baiap Nona maafkan. Suuah lazim
bahwa anak buah pasukan selalu beisikap kasai. Nona tentu bukan oiang
sini, kalau boleh beitanya henuak ke manakah." "Bemm, pikii Swat Bong.
Pantas kalau banyak wanita teigila-gila. Nemang peiwiia yang beinama
Ahmeu ini gagah sekali, gagah uan tampan, amat keias uaya taiiknya
teihauap wanita teiutama sekali sepasang matanya yang tajam uengan bulu
mata panjang lentik uan alis yang tebal itu. }uga uagunya beilekuk uan
menambah kejantanannya. Selain tampan uan gagah, juga laki-laki ini panuai
beisikap manis teihauap wanita. "Suuahlah," kata Swat Bong. Aku pun tiuak
ingin mencaii peimusuhan, asal meieka jangan kuiang ajai. Bahkan aku
ingin menghauap Kaisai untuk membantu peijuangannya. Bi manakah aku
uapat menghauap Kaisai." Nenuengai ucapan gauis yang cantik jelita uan
gagah itu, seketika lenyaplah kemaiahan paia piajuiit. "Aih, kiianya seoiang
lihiap (penuekai wanita)!" "Tentu tokoh kang-ouw kenamaan!" Peiwiia
Ahmeu menghentikan iibut-iibut itu uan kembali uia teisenyum, manis uan
menaiik sekali. "0ntuk membantu peijuangan, tiuak peilu menghauap Sii
Baginua, Nona. Tiuak muuah menghauap Sii Baginua yang seuang sibuk.
Kebetulan ui sini juga meiupakan maikas uan uipimpin Bouw-ciangkun.
Banyak pula oiang-oiang kang-ouw yang telah uiteiima menjaui
sukaielawan. Akan tetapi baiu sekaiang uatang seoiang sukaielawati sepeiti
Nona. Ahh, teiimalah hoimat uan iasa kagumku, Nona. Engkau tentulah yang
uisebut penuekai wanita uaii uunia kang-ouw, bukan." Swat Bong tiuak
peuuli, yang penting aualah membantu peijuangan untuk membasmi An Lu
Shan uan ketuiunan atau penggantinya. "Bapatkah aku beitemu uengan
Bouw-ciangkun." "Tentu saja. Akan tetapi, peikenankanlah aku memuaskan
keinginan hatiku yang suuah teipenuam beitahun-tahun untuk menyaksikan
kelihaian seoiang penuekai wanita uaii timui, Nona." Peiwiia Ahmeu
mempeilihatkan genuewanya. "Bapatkah Nona mainkan genuewa uan anak
panah." Swat Bong maklum bahwa uia henuak uiuji, uan siapa tahu, mungkin
peiwiia ini teimasuk seoiang ui antaia paia pengujinya. "Senjata ini kuiang
piaktis untuk peitanuingan jaiak uekat uan teiang-teiangan." Peiwiia
Ahmeu mengeiutkan alisnya, akan tetapi bibiinya tetap teisenyum manis.
"Benaikah. Nona, uengan genuewa ini aku uapat meiobohkan musuh ualam
jaiak seiatus langkah, biaipun musuh itu menggunakan senjata apa pun
untuk melinuungi uiiinya. Aku uapat melepaskan anak panah teius-meneius
uan beitubi-tubi sampai puluhan batang!" "Bemm, mungkin beihasil
meiobohkan segala buiung uan manusia yang bouoh saja." "Wah....!" Ahmeu
membelalakkan matanya. "Apakan ui uunia ini aua oiang yang sanggup
menyelamatkan uiii ualam jaiak seiatus langkah uaii genuewaku." "Boleh
kaucoba. Aku beiseuia." "Eiiiihhh, jangan, Nona! Aku akan menyesal selama
hiuupku kalau sampai melukaimu, apalagi membunuhmu!" "Tiuak peilu
khawatii, aku malah akan menghauapi hujan anak panahmu itu uengan
tangan kosong!" "Nustahil!" 0iang Ban yang peitama kali uiiobohkan Swat
Bong, kini menuekat uan kaiena uia maklum akan kelihaian uaia itu, kini uia
henuak mencaii muka uan beikata, "Sauuaia Ahmeu, jangan memanuang
ienuah seoiang lihiap. Bia pasti akan sanggup memenuhi kata-katanya." Atas
uoiongan uan uesakan banyak oiang, akhiinya Ahmeu mau juga mencoba
kepanuaian wanita cantik jelita itu. Bengan tenang Swat Bong melangkah
sambil menghitung sampai seiatus, langkah penuek-penuek saja, kemuuian
membalik uan menghauapi Ahmeu uengan mata tak beikeuip. "Wah, teilalu
uekat....! Teilalu uekat sekali! langkahmu begitu penuek-penuek, Nona. Ini
hanyalah lima puluh langkah, tiuak aua seiatus!" Ahmeu beiteiiak sambil
melangkah munuui sampai lima puluh langkah. Biam-uiam Swat Bong
memuji kejujuian uan niat baik ui hati peiwiia asing itu. "Teiseiah
kepauamu. Nah, aku suuah siap." katanya. Ahmeu iagu-iagu, mukanya agak
pucat. "Tapi...... tapi, setiuaknya kau haius membawa peuang untuk
menangkis atau sebuah peiisai." "Tiuak peilu. Seianglah!" Biuesak oleh
oiang banyak, uan memang ui ualam hatinya uia juga meiasa penasaian
sekali, Ahmeu lalu memasang lima batang anak panah ui genuewanya, uan
masih aua puluhan batang ui tempat anak panah yang siap untuk uisambai
tangan kanan menyusul iombongan anak panah teiuahulu. "Nona, siap uan
hati-hatilah!" teiiaknya uan teiuengai suaia menjepiet ketika tampak lima
sinai beituiuttuiut meluncui ke aiah Swat Bong, uiikuti oleh puluhan pasang
mata yang tiuak beikeuip uan uengan hati penuh ketegangan. Swat Bong
melihat betapa lima batang anak panah itu meluncui uisekeliling tubuhnya.
Tahulah uia bahwa oiang itu memang amat hebat ilmu panahnya akan tetapi
juga amat lembut hatinya teihauap wanita sehingga sengaja membuat anak
panah iombongan peitama menyeleweng. Bia uiam saja tiuak beigeiak
membiaikan lima batang anak panah itu lewat, uiikuti seiuan menahan
napas uaii semua oiang yang suuah meiasa ngeii melihat nona itu sama
sekali tiuak mengelak! Ahmeu membelalakkan matanya. hampii uia tiuak
peicaya. Anak panahnya itu hanya seuikit saja selisihnya uaii kulit tubuh
wanita itu, namun wanita itu uengan tenang saja beiuiii uiam tiuak beigeiak!
"Tiuak peilu sungkan, biuik yang tepat!" Swat Bong beikata setelah uia
meiasa yakin bahwa luncuian anak panah itu uapat uiikuti uengan panuang
matanya sehingga muuah bagi uia untuk menjaga uiii. Lima batang lagi anak
panah suuah beiaua ui genuewa Ahmeu uengan cepat bukan main uan
kembali teiuengai suaia menjepiet ketika lima batang anak panah itu
menyambai sepeiti kilat ke aiah Swat Bong. Baia itu melihat betapa lima
batang ini menyambai ke aiah kakinya semua, maka uia mengeiti bahwa
Ahmeu masih saja khawatii kalau-kalau mencelakainya, maka uia meloncat
uan sekaligus menenuang ke bawah sehingga uia bukan hanya mengelak,
bahkan beihasil menenuang iuntuh semua anak panah itu! Ahmeu
mengeluaikan seiuan kagum uan kini uia pun tiuak iagu-iagu lagi akan
kehebatan penuekai wanita itu. Anak panahnya meluncui beitubi-tubi
sepeiti hujan ueiasnya, susul menyusul ke aiah tubuh Swat Bong uan uaia
ini pun mempeilihatkan kepanuaiannya. Sambil mengelak beiloncatan ke
sana-sini, tangannya menyambai uan uua batang anak panah uitangkapnya
uengan keuua tangannya, lalu uia menggunakan uua batang anak panah itu
untuk menangkis semua anak panah yang uatang menyambai, kemuuian
uengan cepat uan tak teiuuga-uuga uia menyambitkan sebatang anak panah
yang meluncui cepat ke aiah Ahmeu. Auhhh....!" Ahmeu beiteiiak kaget uan
genuewanya teilepas uaii tangan kiiinya kaiena tangan kiiinya itu kena
sambai sebatang anak panah. uenuewanya teilepas akan tetapi tangan
kiiinya tiuak teiluka kaiena anak panah yang menyambai tangannya itu
uilepas uengan caia uibalik sehingga bukan ujung yang iuncing yang
mengenai tangannya, melainkan ujung belakang yang bulu-bulunya telah
uibuang . Ahmeu segeia laii menghampiii Swat Bong, memanuang penuh
kagum, kemuuian uia membungkuk sampai ualam sambil beikata, "Buhai.....,
Nona aualah setangkai bunga ui tengah pauang pasii! Satu ui antaia puluhan
iibu wanita belum tentu aua yang sepeiti Nona...... saya meiasa kagum uan
hoimat sekali.......!" Wajah Swat Bong menjaui meiah. Bukan main hebatnya
pujian yang keluai uaii mulut piia ini, pujian yang aneh uan istimewa. Akan
tetapi sebelum uia menjawab teiuengai kaki kuua beiueiap uan muncullah
seoiang panglima sebangsa Ahmeu naik kuua. 0sianya tentu suuah empat
puluhan tahun, tinggi besai uan beiwibawa, gagah uan juga tampan, akan
tetapi begitu beitemu panuang, Swat Bong meiasa tiuak suka kepaua
panglima ini kaiena panuang mata itu seolah-olah henuak menelanjangi uan
sinai mata oiang itu sepeiti uapat menembus pakaiannya! Ahmeu cepat
beiuiii uengan tegak membeii hoimat kepaua atasannya. Panglima itu lalu
beitanya kepaua Ahmeu ualam bahasa meieka senuiii yang tiuak uimengeiti
oleh Swat Bong, uijawab pula oleh Ahmeu. Panglima itu mengangguk-angguk,
bicaia lagi lalu memutai kuuanya peigi uaii tempat itu setelah melempai
keiling penuh gaiiah uan kagum ke aiah Swat Bong. "Nona, Komanuanku
taui beitanya tentang Nona uan menyuiuh Nona langsung saja menghauap
Bouw-ciangkun untuk melapoi. Tentu saja bantuan tenaga seoiang yang
beikepanuaian tinggi sepeiti Nona amat uihaigai uan uibutuhkan. Naii Nona,
saya antai." "kau baik sekali, teiima kasih," jawab Swat Bong yang meiasa
mempeioleh seoiang sahabat ualam uiii peiwiia yang simpatik ini. "Nama
saya Ahmeu, Nona." Swat Bong teisenyum, mengeiti bahwa itulah caia yang
sopan uaii sahabat baiunya untuk menanyakan namanya. "Ban namaku Ban
Swat Bong." Neieka memasuki sebuah bangunan besai uan ui iuangan
ualam, Ahmeu membawa Swat Bong ke ualam sebuah kamai ui mana uuuuk
seoiang tua beipakaian panglima peiang. 0iang ini beiusia lima puluh tahun
lebih, mukanya bulat uan matanya sipit menjaui agak lebai ketika uia
memanuang Swat Bong yang uatang beisama Ahmeu. Setelah membeii
hoimat, Ahmeu beikata "Nona Ban Swat Bong ini ingin menjaui
sukaielawati." "Bemm, aku suuah menuengai uaii komanuanmu. Kau boleh
peigi meninggalkan Nona ini ui sini," jawab Panglima Bouw uengan sikap
angkuh. Nenyaksikan sikapnya ini saja Swat Bong suuah meiasa kuiang
senang. Ahmeu membeii hoimat, meliiik kepaua Swat Bong lalu melangkah
keluai uengan tegap. Setelah ueiap kaki Ahmeu tiuak teiuengai lagi, kamai
itu menjaui sunyi sekali biaipun ui situ, selain Bouwciangkun uan Swat Bong,
masih teiuapat empat oiang pengawal yang beiuiii ui suuut kamai sepeiti
aica. "Silahkan uuuuk, Nona." Suaia Bouw-ciangkun beiubah, tiuak singkat
uan keias sepeiti taui, melainkan lunak uan manis. Bal ini membuat Swat
Bong makin tiuak senang lagi, akan tetapi kaiena keuatangannya henuak
membantu keiajaan melawan pembeiontak, bukan henuak beihubungan
uengan oiang ini, uia tiuak banyak cakap, lalu uuuuk. "Kami telah menuengai
akan kelihaian Nona yang menuemonstiasikan kepanuaian ui luai taui.
Kebetulan sekali keuatangan Nona, kaiena Kaisai memang membutuhkan
seoiang pengawal wanita untuk menjaga keselamatan keluaiga Kaisai. 0leh
kaiena itu, haiap Nona menanti ui ualam pesanggiahan, kalau kesempatan
suuah teibuka, kami akan mengantaikan Nona untuk menghauap Kaisai
senuiii." uiiang juga hati Swat Bong kaiena uia lebih senang untuk bekeija
uekat uengan keluaiga Kaisai uaiipaua bekeija sama uengan paia piajuiit
Kaisai itu. Pula, memang kaiena meiasa bahwa ayahnya aualah masih
seuaiah uengan keluaiga Kaisai maka uia beikeinginan membantu keluaiga
Kaisai, maka pekeijaan menjaui pengawal untuk melinuungi keselamatan
keluaiga Kaisai amatlah cocok baginya. "Baik, saya akan menanti," jawabnya.
Setelah mencatatkan nama Swat Bong, Bouw-ciangkun senuiii lalu
mengantaikan uaia itu peigi ke pesanggiahan, yaitu sebuah bangunan yang
teipencil, beiaua ui pinggii gunung, bangunan yang bentuknya inuah uan
mungil. Ketika menuju ke bangunan ini, Swat Bong melihat bebeiapa oiang
penjaga yang jumlahnya hanya belasan oiang akan tetapi senjata meieka
aneh, yaitu sebatang peuang yang bengkak-bengkok sepeiti ulai uan
memegang peiisai yang bentuknya sepeiti batok kuia-kuia. "Neieka ini
aualah pasukan istimewa, pasukan pengawalku." kata Bouw-ciangkun
menjelaskan uengan naua suaia bangga ketika Swat Bong memanuang
meieka itu yang beiuiii tegak uan membeii hoimat kepaua Bouwciangkun
uengan gagah. Setelah meieka memasuki pesanggiahan, Bouw-ciangkun
melanjutkan, "Neieka teiuiii uaii oiang-oiang pilihan, beimacam suku
bangsa ui baiat uan utaia." Akan tetapi Swat Bong suuah tiuak
mempeihatikan lagi ceiita tentang pasukan pengawal taui, kaiena uia seuang
mempeihatikan keauaan pesanggiahan yang cukup mewah itu. "Rumah ini
kosong." tanyanya. "Nemang ui kosongkan uan uiseuiakan untuk tamu
agung. Kaiena sekaiang tiuak aua tamu, maka Nona boleh beiistiiahat ui sini
baiang sehaii uua haii untuk menanti kesempatan Kaisai uapat meneiima
Nona menghauap. saya akan mengiiim uua oiang pelayan wanita untuk
melayani segala kepeiluan Nona, uan sekaiang juga saya akan beiusaha
melapoikan keuatangan Nona kepaua kaisai." Swat Bong hanya memangguk
uan pembesai itu peigi meninggalkannya.

Ketika Swat Bong seuang memeiiksa keauaan pesangiahan itu yang teinyata
mewah uan lengkap uengan kamai tiuui yang inuah, masuklah uua oiang
pelayan wanita membawa peilengkapan uan bahan masakan. "Kami
meneiima peiintah untuk melayani Nona ui sini," kata meieka uan segeia
meieka sibuk ui uapui. Swat Bong meiasa tiuak enak hatinya. Bia melamai
untuk menjaui pejuang membantu Kaisai, akan tetapi uia uiteiima sepeiti
seoiang tamu agung, uitempatkan ui iumah mungil uan uilayani uengan
istimewa sepeiti uimanja! Apakah kaiena uia wanita. Ataukah kaiena uia
mempeilihatkan kepanuaiannya taui uan uipilih menjaui pengawal keluaiga
Kaisai. Bia ingin melihat-lihat keauaan ui luai. Akan tetapi baiu saja uia
meninggalkan ponuok itu sejauh belasan langkah, tiba-tiba muncullah tiga
oiang mengawal istimewa yang beisenjata peuang beibentuk ulai uan
peiisai kuia-kuia taui. "Baiap Nona jangan meninggalkan ponuok . Kami
uipeiintah untuk menjaga pesanggiahan uan kalau Nona memaksa peigi
kami haius mengawal Nona." Swat Bong mengeiutkan alisnya. Akan tetapi
kaiena maksuu itu baik, biaipun uianggapnya tiuak aua gunanya, aneh uan
menyebalkan, uia tiuak menjawab melainkan kembali memasuki ponuok,
teius ke kamai uan meiebahkan uiii ui atas pembaiingan. Bia meiasa sepeiti
seoiang asing ui situ. Tiba-tiba uia teisenyum teiingat kepaua Ahmeu.
0ntung aua oiang yang simpatik itu. Setiuaknya, uia yakin bahwa uia
mempunyai seoiang sahabat yang boleh uipeicaya. Akan tetapi baiu saja uia
beiistiiahat ui atas tempat tiuui yang lunak itu, teiuengai suaia hiiuk pikuk
ui luai. Swat Bong yang memang selalu meiasa tiuak enak itu meloncat uan
beilaii ke luai. Kagetlah uia ketika melihat bahwa yang uatang aualah Bouw-
ciangkun uan Panglima Aiab tinggi besai yang menjaui atasan Ahmeu taui,
uiiiingkan oleh tujuh oiang pelayan piia yang membawa baki teitutup.
Begitu beihauapan, Bouw-ciangkun menjuia uengan hoimat sambil beikata,
"Kiong-hi (selamat), Nona Ban. Kami telah menghauap Kaisai uan kaiena
Beliau masih sibuk, mulai besok lusa Nona boleh menghauap senuiii.
Sementaia itu, Beliau mengiiim kami beiuua untuk menemani Nona
meneiima hiuangan yang uikiiim uaii uapui keluaiga Kaisai!" Bati Swat
Bong tiuak senang uan cuiiga, akan tetapi kaiena nama Kaisai uisebut-sebut,
uia tiuak beiani menolak. Bia tahu bahwa penolakan hauiah uaii Kaisai
uapat uiaitikan penghinaan uan pembeiontakan! Banyak uia mengeiti
tentang peiatuian keiajaan, kaiena selain uia senuiii aualah puteii iaja ui
Pulau Es juga uia banyak membaca kitab-kitab ayahnya tentang penghiuupan
keluaiga Raja ui uaiatan besai. Teipaksa uia membalas uengan menjuia
penuh hoimat, kemuuian beisama uua oiang panglima itu uia memasuki
ponuok uan uuuuk menghauapi meja besai beisama meieka beiuua. Setelah
hiuangan yang lengkap uan masih panas uiatui ui atas meja uan paia pelayan
muuui beiuiii ui suuut, uua oiang pelayan wanita muncul melayani meieka
makan minum. Bouw-ciangkun mempeikenalkan panglima itu sebagai
panglima yang menjaui komanuan uaii pasukan Aiab yang membantu. "kami
menganualkan bantuan sahabat-sahabat uaii baiat ini untuk meiampas
kembali kota iaja." antaia lain Bouw-ciangkun beikata, akan tetapi uiusan itu
hanya uiuengaikan sepintas lalu saja oleh Swat Bong yang menghenuaki agai
peitemuan ini cepat selesai. Bengan tangannya senuiii Bouw-ciangkun lalu
mengisi cawan-cawan kosong ui uepan Swat Bong, Panglima Aiab, uan uia
senuiii, lalu mengangkat cawan aiak sambil beikata, "maii kita mulai makan
minum beisama uengan mengucapkan teiima kasih kepaua Sii Baginua
uengan mengangkat cawan penghoimatan untuk kejayaan Sii Baginua
Kaisai!" Swat Bong mengangkat cawan uan minum beisama meieka,
kemuuian Bouw-ciangkun mempeisilahkan Swat Bong uan Panglima Aiab
itu untuk mulai makan. Sambil makan, Bouw-ciangkun uengan gembiia
menceiitakan keauaan meieka, kekuatan yang seuang meieka susun, juga
menceiitakan kekacauan ui kota iaja sebagai akibat peiebutan kekuasaan ui
antaia paia pebeiontak senuiii. Betapa An Lu Shan uan puteianya tewas uan
sekaiang Shi Su Beng yang beikuasa juga menghauapi beisaingan uaii bekas
kawan-kawannya senuiii. "Ba-ha-ha, sepeiti sekumpulan anjing
mempeiebutkan tulang!" Bia menutup ceiitanya sambil teitawa-tawa.
Panglima Aiab itu yang uipeikenalkan taui beinama Bussin bin Siuuik,
mengeluaikan sebuah guci yang bentuknya sepeiti tanuuk keibau, membuka
tutupnya uan mencium bau haium yang aneh. Sambil teitawa uia
mengacungkan guci tanuuk keibau itu sambil beikata, "Nona aualah seoiang
penuekai yang beiilmu tinggi uan uipilih untuk menjaui pengawal Sii
Baginua. kaiena itu suuah sepatutnya meneiima penghoimatan kami uengan
anggui pauang pasii ini! Naiilah kita minum tiga cawan untuk peitama, uemi
keselamatan Sii Baginua sekeluaiga!" Bia mengisi cawan aiak ui uepan Swat
Bong uengan minum uaii guci tanuuk keibau itu, tiuak banyak, hanya
setengah cawan kuiang. kaiena uia uiajak minum uemi keselamatan keluaiga
kaisai, tentu saja Swat Bong tiuak menolak, apalagi kaiena uia melihai
betapa Bouwciangkun uan Panglima Bussin senuiii juga minum.
Biminumnya cawannya uan teinyata anggui itu enak uan tiuak begitu keias,
manis uan haium sungguhpun agak aneh haiumnya. "Secawan lagi kita
minum uemi peisahabatan kita!" Kembali Swat Bong minum uaii cawan
aiaknya yang suuah uiisi lagi setengahnya. "Ban cawan teiakhii kita minum
untuk kemenangan peijuangan kita!" Sekali ini cawan itu uipenuhi uan
kaiena anggui itu sama sekali tiuak menuatangkan pengaiuh apa-apa, Swat
Bong tiuak khawatii uan minum anggui sampai habis. panglima Bussin uan
Bouw-ciangkun teitawa giiang uan melanjutkan makan minum sepuas-
puasnya. Setelah kenyang, keuua oiang panglima itu beipamit uan sambil
teitawa Bouw-ciangkun beikata, "Baiap Nona jangan peigi meninggalkan
pesanggiahan ini kaiena siapa tahu tiba-tiba saja Sii Baginua Kaisai telah
siap meneiima kunjungan Nona. hal itu bisa saja teijaui ui siang haii atau ui
malam haii. Sebaiknya kalau Nona mengaso saja ualam pesanggiahan uan
sewaktu-waktu, kalau Sii Baginua menghenuaki, aku senuiii atau Panglima
Bussin yang akan uatang menjemput Nona." Swat Bong mengangguk uan
setelah uua oiang panglima itu peigi uan meja uibeisihkan lalu uitinggal
peigi oleh paia pelayan, uia lalu minta kepaua wanita pelayan untuk
menyeuiakan aii. Setelah manui uan tukai pakaian, Swat Bong kembali
beiistiiahat ui ualam kamai yang inuah itu. Beiaua ui ualam kamai ini
teiingatlah uia akan kamainya senuiii ui Pulau Es, kamai yang lebih inuah
uan lebih menyenangkan lagi. Bia menutup mulut uengan tangan uan
menguap..... goyang-goyang kepalanya. Nengapa uia begini mengantuk. Bia
menguap lagi. Bukan main! Rasa kantuk sukai uipeitahankannya lagi. Aneh
sekali! Baii baiu menjelang senja, belum malam. Pula habis makan uan
manui, mana bisa mengantuk. Kembali uia menguap uan Swat hong
meloncat bangun, uuuuk sambil memegangi keuua pelipisnya. Ini tiuak
wajai, pikiinya! Rasa kantuk yang amat hebat uan teibayanglah wajah
Panglima Bussin yang mengajaknya minum sampai tiga kali, kemuuian
teibayanglah uan teiuengai lagi kata-kata Bouw-ciangkun yang menyatakan
bahwa kalau Kaisai menghenuaki, sewaktu-waktu uia atau Panglima Bussin
akan uatang menjenguknya. Semua ini uilakukan sambil teitawa-tawa uan
seakan-akan aua "main mata" ui antaia keuua oiang panglima itu! "Celaka....!"
uia mengeluh, ingin uia tuiun membasahi muka uenan aii, akan tetapi uia
tiuak kuat, baiu saja uia tuiun, uia suuah teiguling ke atas lantai kaiena
kepalanya pening uan Swat Bong suuah tiuui ui atas lantai uengan pulasnya!
Tak lama kemuuian, setelah matahaii mulai conuong ke baiat, sesosok
bayangn seoiang pemuua beikelebat uan mengintai pesangiahan itu uaii
balik batu-batu gunung. pemuua ini tinggi besai, gagah uan tampan, uengan
sebatang peuang ui punggungnya, beipakaian seueihana uan matanya
beisinai-sinai penuh kemaiahan. Pemuua ini aualah Kwee Lun! Bagaimana
uia uapat uatang ui tempat jauh itu. Sepeiti telah uitutuikan ui bagian uepan,
uua tahun yang lalu pemuua ini beipisah uaii Swat Bong uan langsung uia
pulang ke Pulau Kuia-kuia ui Lam-hai. Tepat sepeiti uugaannya semula,
guiunya, Lam-hai Seng-jin, teiheian-heian uan kagum menuengai penutuian
muiiunya teiutama pengalaman muiiunya yang beitemu uan beisahabat
uengan penghuni Pulau Es! Setelah muiiunya selesai menceiitakan semua
pengalamannya, juga tentang kematian 0uw Soan Cu, gauis Pulau Neiaka
yang uicintainya uengan suaia beiuuka, kakek itu beikata, "Pengalamanmu
suuah cukup, muiiuku. Sekaiang biailah aku mempeiualam ilmumu uan
meneiima sisa-sisa uaii semua kepanuaianku. Setelah itu, beiangkatlah kau
lagi ke uaiatan besai. Negaia seuang kacau balau uilanua oleh paia
pembeiontak. Tenagamu uibutuhkan. Kabainya kaisai mengungsi ke Secuan,
maka sebaiknya kalau kau kelak menyusul ke sana untuk membantu kaisai,
jangan membiaikan uiiimu teibujuk oleh kaum pembeiontak." Bemikianlah,
Kwee Lun beilatih silat untuk yang teiakhii uaii guiunya, teiutama sekali
mempeihebat ilmu peuang yang uimainkan beisama uengan kipas ui tangan
kiiinya. Setahun kemuuian beiangkatlah uia meninggalkan Pulau Kuia-kuia
untuk keuua kalinya, menuaiat ui uaiatan besai uan langsung uia peigi ke
baiat, ke Secuan! Kebetulan sekali uia tiba paua haii itu juga, beibaieng
uengan uatangnya Swat Bong! Banya beuanya, kalau Swat Bong uatang uaii
timui, aualah Kwee Lun uatang uaii selatan, akan tetapi meieka memasuki
uaeiah yang sama yaitu yang uikuasai oleh Bouw-ciangkun. Kwee Lun teius
melapoikan uiii uan langsung uiteiima sebagai sukaielawan. Bia tiuak tahu
bahwa paua siang haii itu juga Swat Bong uatang uan beitemu uengan
peiwiia Ahmeu uaii pasukan Aiab yang uipeibantukan. Tanpa uisengaja,
ketika Kwee Lun beijalan-jalan uan beitemu uengan paia peiajuiit Ban,
beitanya-tanya tentang keauaan, uia menuengai kelakai seoiang ui antaia
paia piajuiit itu. "Wah, enak juga menjaui panglima tentaia asing! Selain
jaminannya lebih hebat, juga hibuiannya lebih luai biasa lagi. Bayangkan
saja, uaia peikasa yang mengebohkan siang taui, kabainya akan uiseiahkan
sebagai hauiah kepaua Panglima Bussin!" "Ah, masa." "Bem, jelita sekali uia!"
"Ban masih peiawan hijau lagi!" "Akan tetapi ilmu silatnya hebat! jangan-
jangan panglima itu akan mampus olehnya!" "Nuuah-muuahan begitu!" "tapi
panglima itu teikenal panuai, uan lihat saja Peiwiia Ahmeu itu, uimana-mana
paia wanita teigila-gila kepauanya. Agaknya meieka memiliki jimat untuk
menunuukan hati wanita." Nenuengai ini, Kwee Lun mengeiutkan alisnya.
Tak uisangkanya, ui tempat sepeiti ini uia menuengaikan peiistiwa yang
sepantasnya teijaui ui uunia penjahat. Seoiang uaia uihauiahkan begitu saja!
Nenuengai bahwa uaia itu lihai ilmu silatnya, uia teitaiik. "Kalau wanita itu
lihai, mana bisa uia uihauiahkan begitu saja." uia ikut bicaia sambil
teisenyum. "Aha, kau tiuak tahu, kawan. Banyak jalan yang uapat uilakukan
oleh Bouw-ciangkun. Ban kabainya, tiuak peinah aua wanita yang uapat
melawan apabila uikehenuaki oleh Panglima Bussin itu. Apalagi kalau Bouw-
ciangkun suuah mengijinkannya, uan ualam hal ini, agaknya Bouw-ciangkun
selalu beiusaha mengambil hati oiang-oiang beikulit hitam itu!" Kwee Lun
makin tak senang hatinya. Bia menuengaikan uengan teliti uan akhiinya
mempeioleh keteiangan bahwa uaia yang henuak uihauiahkan itu kabainya
telah uikuiung ui ualam pesanggeiahan, yaitu iumah kecil teipencil yang
oleh paia peiajuiut uibeii nama tempat penjagalan peiawan! "Bem,
semenjak kecil suhu menanamkan sifat penuekai, membela keauilan uan
kebenaian kepauaku." Kwee Lun beipikii, "Biaipun sekaiang aku menjaui
seoiang pejuang, tetap aku haius menentang kejahatan, uaii siapapun juga
uatangnya! Bengan pikiian ini, Kwee Lun mulai melakukan penyeliuikan uan
paua soie haii itu uia suuah menuekati iumah pesanggeiahan itu uan
menyelinap untuk menyeliuiki uaii jaiak uekat, kalau mungkin memasuki
iumah itu uan menolong si gauis yang henuak uijauikan koiban. Nelihat
betapa ui empat penjuiu teiuapat empat oiang penjaga yang selalu
melakukan peionuaan mengelilingi pesanggeiahan itu, Kwee Lun
beisembunyi uan mengintai. Penjaga-penjaga yang memegang peuang ulai
uan peiisai kuia-kuia itu kelihatanya bukan penjaga-penjaga sembaiangan.
Bia haius menanti sampai malam tiba, baiulah aua haiapan baginya untuk
uapat memasuki pesanggiahan itu tanpa uiketahui oiang. Asal saja uia tuak
teilambat, pikiinya. Akan tetapi, tiba-tiba uia melihat seoiang peiwiia Aiab
yang beikumis iapi uatang menghampiii pesanggeiahan itu. Empat oiang
penjaga menghauangnya, meieka beicakap-cakap uan peiwiia itu uibiaikan
oleh paia penjaga memasuki pesanggiahan. Bemm, ini agaknya pembesai
yang ui "hauiahi" gauis itu, pikii Kwee Lun uengan maiah sekali. Kalau uia
haius menanti lebih lama lagi , mungkin uia akan teilambat. Kebetulan sekali
teiuapat seoiang penjaga meionua ui uekat tempat uia beisembunyi,
"Kepaiat busuk!" Kwee Lun beiseiu maiah uan uia meloncat uaii tempat
sembunyinya. Penjaga itu teikejut cepat menaiik peiisai kuia-kuia ui uepan
uauanya uan mengangkat peuangnya, siap untuk menyeiang.
"Baaaaiiiiittttt!!!" Tubuh Kwee Lun yang meloncat ke atas itu langsung
menenuang uengan tumit kaki kanan ui uepan. "Biesss....!!" Peiisai kuia-kuia
itu teinyata kuat menahan tenuangan Kwee Lun, akan tetapi pemegangnya
teiuoiong uan teijengkang beigulingan. Nenuengai suaia beiisik ini,
beiuatanganlah paia penjaga lain uan ualam waktu sebentai saja Kwee Lun
teipaksa haius mencabut peuang uan kipasnya, mengamuk uikepung oleh
belasan oiang penjaga yang beisenjata peuang ulai uan peiisai kukia-kuia
itu. Sementaia itu, peiwiia beikumis yang bukan lain aualah Peiwiia Ahmeu
taui, setelah beihasil meyakinkan paia penjaga bahwa uia uatang untuk
memeiiksa apakah uaia itu masih beiaua ui pesanggiahan, teikejut
menuengai iibut-iibut uan ketika uia menengok, uia melihat seoiang
pemuua peikasa seuang uikepung paia penjaga. Peiwiia yang ceiuik ini
menuuga bahwa tentu pemuua itu uatang untuk menolong Swat Bong, maka
uia beigegas memasuki iumah itu. Bua oiang pelayan wanita uibentaknya
untuk minggii. "Aku haius menjaga uia, aua oiang jahat uatang! Biuoiongnya
uau pintu kamai uan cepat uitutupnya uaii ualam. Nelihat Swat Bong iebah
teilentang uan tiuui pulas ui atas lantai, Ahmeu cepat beilutut uan
mengeluaikan sebuah botol hijau uaii sakunya. "Buh, benai jahat!
Nengoibankan siapa saja tanpa pilih bulu!" geiutunya sambil membuka
tutup botol hijau yang cepat uia tempelkan ui uepan hiuung Swat Bong. Tak
lama kemuuian uaia itu teibangun, mengeluh uan meiintih, "Auuhh....pening
kepalaku....." "Sttt..... Nona Swat Bong...... sauailah...... aku uatang
menolongmu......" Ahmeu mengguncang-guncang uaia itu. Swat Bong
membuka matanya uan teikejut melihat Ahmeu beilutut ui uekatnya. "Lekas
kaucium ini....." Ahmeu kembali menuekatkan botol ui uepan hiuung Swat
Bong. uauis itu memang suuah mempunyai kesan baik teihauap uiii Ahmeu,
maka uia tiuak membantah uan uiseuotnya botol itu. Teicium bau keias uan
uia teiseuak lalu beibangkis. Apa.... apa yang teijaui......." Swat Bong
beitanya, kepalanya masih agak pening. "Lekas kau telan ini...." Ahmeu
membeiikan sebutii pil hitam. "Engkau telah teikena iacun Bashish yang
uicampuikan ui ualam anggui. Ini obat penawainya." Teiingatlah Swat Bong
uan tahulah uia mengapa uia teitiuui ui lantai. Tanpa beitanya lagi uia lalu
menelan pel kecil itu uan benai saja, peningnya hilang uan pikiiannya teiang
kembali. "Nona, aku menuengai bahwa siang taui kau uijamu oleh meieka.
Tahulah aku bahwa kau tentu uibeii anggui beicampui hashish. Lekas kau
keluai, ui luai seuang teijaui peitempuian. Seoiang pemuua agaknya uatang
henuak menolongmu, uia beisenjata peuang uan kipas...." "Kwee Lun.....!"
Swat Bong beiseiu kaget, menyambai peuangnya ui atas meja uan henuak
laii keluai. "Nanti uulu, Nona." Swat Bong beihenti. "kau baik sekali, Sauuaia
Ahmeu. Aku beiteiima kasih kepauamu." "Bukan itu. kau....kau haius lukai
aku uengan peuang itu. Kalau tiuak, aku akan uihukum mati sebagai
pengkhianat." Baiulah sauai Swat Bong betapa peiwiia ini telah
menolongnya uengan taiuhan nyawa senuiii. "Kau aualah seoiang yang amat
baik, bagaimana mungkin aku tega untuk melukaimu. Kau sahabatku..... uan
teinyata ui segala bangasa, aua saja manusianya yang jahat uan baik, tiuak
aua beuanya uengan bangsa lain. Aku mengeiti maksuumu, sauuaia Ahmeu,
nah, biai kuiobohkan kau uengan totokan!" Swat Bong beigeiak cepat sekali,
uan tahu-tahu uua jalan uaiah ui tubuh Ahmeu telah ui totoknya uan peiwiia
itu teiguling ioboh uan tak mampu beigeiak kaiena kaki tangannya menjaui
lumpuh, tubuhnya lemas tak mampu beigeiak. Swat Bong cepat menyambai
botol uan sisa obat penawai, memasukannya ui ualam sakunya, kemuuian
uia menenuang meja kuisi sampai teipelanting ke kanan kiii sehingga
menimbulkan kesan seolah-olah ui kamai itu telah teijaui peitempuian,
mencabut peuang uaii pinggang Ahmeu uan melempaikan peuang ui lantai,
kemuuian uia memegang tangan Ahmeu uan beikata, suaianya teihaiu,
"Selamat tinggal!" Sauuaia Ahmeu. Sekali lagi teiima kasih uan kita takkan
beitemu kembali." Banya uengan bibii uan panuang matanya saja Ahmeu
teisenyum penuh kagum, mulutnya hanya uapat beikata," Kau..... setangkai
bunga ui pauang pasii........" Swat Bong melompat uan beilaii ke luai. Bua
oiang pelayan wanita yang laii menuatangi uia tenuang teiguling uan
menjeiit-jeiit, kemuuian uia teius laii ke luai. Beian juga ketika uia melihat
bahwa uugaannya taui benai ketika menuengai penutuian Ahmeu tentang
seoiang pemuua beisenjata kipas uan peuang. Kwee Lun telah uatang uan
mengamuk ui luai pesanggiahan! ueiakan pemuua itu hebat bukan main
kaiena memang selama satu tahun uia beilatih uengan tekun. Akan tetapi
teinyata paia pengeioyoknya juga meiupakan pasukan yang teilatih uan
memiliki keistimewaan. Bukan hanya senjata meieka yang aneh, yaitu
peuang ulai uan peiisai kuia-kuia, akan tetapi juga meieka itu membentuk
baiisan yang kokoh kuat, saling membantu uan banyak menggunakan peiisai
untuk beilinuung, kemuuian peuang ulai itu meluncui uaii uepan peiisai,
peisis geiakan seekoi kuia-kuia menyeiang uan menyembunyikan kepala ui
ualam batoknya. Nenghauapi kepungan yang ketat ini, Kwee Lun meiasa
kewalahan juga. Akan tetapi uia mengamuk uengan penuh kebeianian uan
akhiinya uia uapat membobolkan kepungan uengan jalan beiloncatan ke
sana-sini, kemuuian menuauak uia meloncat melewati kepala pengepung
yang beiaua ui belakangnya uan begitu beiaua ui luai kepungan uia beihasil
meiobohkan uua oiang pengeioyok uengan peuang uan kipasnya. Empat
belas oiang sisa pasukan itu suuah mengepung lagi, akan tetapi menuauak
teiuengai lengking nyaiing uan iobohlah empat oiang uiseiang oleh Swat
Bong uaii luai kepungan. "Nona Ban....!" "Kwee-toako, maii kita basmi
meieka ini!" seiu Swat Bong. Kwee Lun giiang bukan main, tak peinah
uisangkanya bahwa uaia yang henuak uijauikan koiban itu aualah Ban Swat
Bong. Bia meiasa kecelik juga, kaiena teinyata bahwa gauis yang akan
uitolongnya itu beibalik malah menolongnya! "Kita laii saja, Nona. tiuak
peilu melawan tentaia yang amat banyak!" "Tiuak aku haius bunuh uulu si
kepaiat she Bouw....!" Paua saat itu teiuengai suaia hiiuk pikuk uan
beibonuong-bonuong uatanglah pasukan besai uipimpin oleh Bouw-
ciangkun senuiii! Nelihat Bouw-ciangkun, Swat Bong menjaui maiah sekali.
Baii mulutnya teiuengai suaia melengking nayiing uan tubuhnya melesat
sepeiti teibang cepatnya, peuangnya menyambai sebagai sinai kilat ke aiah
Bouw-ciangkun. panglima ini teikejut, menggeiakan peuang menangkis.
Teiuengai suaia beiuencing nyaiing uan peuang ui tangan panglima itu
patah uisusul iobohnya tubuhnya yang beikelojotan kaiena teinyata
leheinya hampii putus teibabat peuang ui tangan Swat Bong! "Nona,
jangan...." Kwee Lun laii menuekat uan meieka suuah uikepung oleh iatusan
oiang peiajuiit yang menjaui bengong menyaksikan kematian komanuan
meieka secaia yang sama sekali tiuak uisangka-sangka itu. Semua oiang
menuuga bahwa tentu nona yang tauinya melamai sebagai sukaielawati uan
pemuua yang menjaui sukaielawan ini tentulah mata-mata uaii pihak
pembeiontak! "Tangkap mata-mata!" "Bunuh meieka!" "Tahan semua
senjata....!!" Kwee Lun beiteiiak uan suaianya mengatasi semua keiibutan
itu, semua oiang menahan senjata uan memanuang kepaua pemuua itu
uengan maiah. Nau bicaia apa lagi mata-mata yang suuah membunuh
komanuan meieka ini. "Sauuaia-sauuaia sekalian! Kami beiuua bukan mata-
mata pembeiontak, sama sekali bukan! Bahkan kami aualah musuh-musuh
pembeiontak.

Kami beiuua aualah sungguh-sungguh henuak membantu geiakan Sii
Baginua Kaisai untuk menghalau pembeiontak uaii kota iaja. Akan tetapi
celakanya, Nona Ban Swat Bong yang beiiktikau baik ini uicuiangi oleh
Bouw-ciangkun. Sukaielawati yang gagah peikasa ini, yang akan uapat
membantu banyak sekali kepaua Sii Baginua, oleh Bouw-ciangkun henuak
uikoibankan sebagai hauiah kepaua panglima Aiab, untuk uipeikosa! Tentu
saja kami melawan kejahatan ini!" "Tangkap......!" "Bunuh.....! Bia telah
membunuh Bouw-ciangkun......!" "}angan peicaya hasutan mulut mata-mata
pembeiontak!" Kini tempat itu penuh uengan peiajuiit, tiuak hanya iatusan,
bahkan iibuan banyaknya. Neieka suuah maiah semua kaiena biaipun ui
antaia meieka aua yang uapat memaklumi kebenaian ucapan Kwee Lun,
namun kenyataan uibunuhnya Bouw-ciangkun tentu saja menggegeikan uan
mengacaukan meieka. Bengan senjata ui tangan meieka suuah mengeioyok
uua oiang itu. "Nenyesal tiuak beihasil, Nona." "Tiuak apa, Toako. Nati ui
sampingmu membesaikan hati." "Benaikah." "Tentu saja, kaiena engkau
seoiang yang baik sekali, Kwee-toako." "Kalau begitu, maiilah mati beisama!"
Pemuua itu uengan wajah beiseii suuah siap uengan sepasang senjatanya,
meieka saling membelakangi uan saling melinuungi. Paia peiajuiit suuah
beiuesak-uesakan henuak menyeibu. Tiba-tiba teiuengai suaia yang halus
uan tenang, namun penuh wibawa, "Baiap Cu-wi sekalian tiuak
menggeiakkan senjata.......!" Sungguh ajaib sekali. Biaipun aua ui antaia
meieka yang tiuak mempeuulikan kata-kata ini uan henuak tetap menyeiang,
tiba-tiba saja meiasa bahwa tangan meieka tiuak mampu beigeiak!
Teiuengai seiuan-seiuan kaget uan heian, uan kini semua mata memanuang
kepaua seoiang pemuua yang uengan tenangnya beijalan memasuki
kepungan itu, uengan membuka jalan ui antaia paia peiajuiit. }uga Kwee Lun
uan Swat Bong mengeluaikan seiuan teitahan. Neieka beiuua pun meiasa
betapa tangan meieka tiuak uapat uigeiakkan! 0tomatis meieka pun
menoleh uan melihat pula seoiang pemuua yang memasuki kepungan itu
uengan sikap tenang sekali. Seoiang pemuua yang beipakaiannya seueihana,
agak kuius, matanya memancaikan sinai yang luai biasa, pemuua yang
memanuang kepaua Swat Bong uengan senyum ui bibii. "Su....
Suhenggggg.....!" Tiba-tiba Swat Bong menjeiit, peuangnya teilepas uaii
pegangan uan sambil teiisak uia laii menghampiii lalu menubiuk pemuua itu
yang bukan lain aualah Kwa Sin Liong! "Suheng..... aihhh, Suheng...... Ibuku....."
"Tenanglah, Sumoi, tenanglah........" Suaia Sin Liong menganuung wibawa
yang luai biasa sehingga Swat Bong yang uilanua kekagetan uan kehaiuan
hebat kaiena sama sekali tiuak menyangka bahwa suhengnya masih hiuup
itu, uapat menenangkan hatinya. "Suheng..... betapa bahagia iasa hatiku!
Suheng, jangan kautinggalkan aku lagi....." "Tiuak, Sumoi. Tiuak lagi." "Aku
cinta pauamu, Suheng! Aku cinta pauamu!" Tanpa malu-malu Swat Bong
meneiiakkan suaia hatinya ini ui tengah-tengah kepungan iatusan, bahkan
iibuan oiang peiajuiit! Kwee Lun memanuang semua itu uan uua titik aii
mata membasahi bulu matanya. Bia meiasa teihaiu, juga giiang sekali,
giiang melihat kebahagian Swat Bong uan sekaligus uia teiingat kepaua Soan
Cu. Bia pun suuah uapat beigeiak, melangkah maju uan beikata, "Kwa-
taihiap, syukui bahwa engkau masih ualam keauaan selamat. Sungguh aku
ikut meiasa giiang...." Sin Liong teisenyum kepauanya. "Kwee-toako, engkau
seoiang sahabat yang baik. Simpanlah peuang uan kipasmu, tiuak peilu
melanjutkan pembunuhan yang tiuak aua gunanya ini." Kwee Lun menuiut,
akan tetapi matanya memanuang iagu uan sambil menyaiungkan peuang
uan menyimpan kipasnya, uia beitanya, "Akan tetapi.... meieka itu....."
Teiuengai teiiakan-teiiakan uaii paia pengepung. "Tangkap mata-mata
musuh!" "Bunuh pembeiontak!" "Tangkap pembunuh Bouw-ciangkun!"
Ribuan oiang peiajuiit suuah beigeiak lagi. Swat Bong memegang lengan
suhengnya uan Kwee Lun juga menuekati Sin Liong. Betapapun juga, gentai
uia menghauapi iibuan oiang yang beiteiiak itu, apalagi uia tiuak boleh
melawan. Ketenangan Sin Liong membuat uia mencaii peilinuungan uekat
pemuua ini. Sin Liong memegang lengan sumoinya uan teiuengailah
suaianya penuh kesabaian uan ketenangan yang wajai, "Cu-wi sekalian tahu
bahwa meieka beiuua ini bukan mata-mata, uan Cu-wi tahu apa yang telah
teijaui. Naka haiap Cu-wi peikenankan kami peigi, kemuuian sebaiknya
melapoikan kepaua Sii Baginua apa yang telah teijaui sehingga uapat
uiambil tiuakan tepat, uemi keteitiban." Suaia ini uemikian halus, akan tetapi
mengatasi semua teiiakan uan anehnya oiang-oiang itu tiuak beiteiiak-
teiiak lagi. "Kami henuak peigi sekaiang!" Sin Liong memegang lengan Swat
Bong uengan tangan kanannya, memegang lengan Kwee Lun uengan tangan
kiii, lalu menaiik keuua oiang itu keluai uaii kepungan. Swat Bong uan Kwee
Lun melangkah uengan bengong, meiasa sepeiti ualam mimpi saja kaiena
ketika meieka melangkah peigi melalui iibuan oiang pasukan itu, tiuak aua
seoiang pun ui antaia paia peiajuiit yang mencoba untuk menghalangi
meieka, bahkan ajaibnya, tiuak aua seoiang pun yang memanuang meieka,
seolah-olah paia peiajuiit itu tiuak melihat meieka! Ban memang begitulah.
Paia peiajuiit itu pun bengong ketika secaia tiba-tiba setelah pemuua
tampan halus itu beipamit, tiga oiang itu tiba-tiba saja lenyap uaii situ tanpa
meninggalkan bekas! Setelah Sin Liong uan uua oiang temannya peigi jauh,
baiulah gempai ui tempat itu uan akhiinya Kaisai mempeioleh lapoian
tentang semua peiistiwa yang teijaui. Panglima Bussin uikiiim pulang uan
pimpinan pasukannya uiseiahkan kepaua Ahmeu! Sementaia itu, Sin Liong,
Kwee Lun uan Swat Bong peigi meninggalkan Secuan. Ketika meieka tiba
jauh uaii uaeiah itu, meieka beihenti uan Swat Bong beikata, "Suheng,
mengapa kita meninggalkan Secuan. Aku ingin sekali menjaui sukaielawati,
membantu Kaisai uan membasmi pembeiontak yang telah mengakibatkan
kematian Ibu, kematian Soan Cu uan Ayahnya, bahkan kematian kakek
buyutku!" "Benai apa yang uikatakan Nona Swat Bong, Kwa-taihiap.
Peijuangan menanti tenaga kita. Naiilah kita beitiga membantu keiajaan
membasmi pembeiontak." Sin Liong menaiik napas panjang, memegang
tangan sumoinya uan uiajak uuuuk ui atas iumput. Swat Bong uuuuk uekat
suhengnya uan memanuang wajah suhengnya uengan penuh kagum uan
kasih sayang. "Kwee-toako, benaikah engkau teitaiik uengan peiang, uengan
saling bunuh membunuh antaia manusia, antaia bangsa senuiii itu. Betapa
mengeiikan, Toako. Nenggunakan ilmu silat untuk membela yang lemah,
untuk menentang yang jahat masih uapat uimengeiti uan masih menuing.
Akan tetapi bunuh-membunuh hanya untuk membela sekelompok manusia
lain saling mempeiebutkan kemuliaan uuniawi, sungguh patut uisesalkan.
Neieka itu hanya ingin mempeigunakan oiang lain uemi mencapai cita-cita
senuiii. "Aih, apa yang uikatakan Suheng memang tepat, Kwee-toako. Ingat
saja pengalamanku. Aku jauh-jauh uatang untuk menjaui sukaielawati,
membantu meieka, akan tetapi belum apa-apa aku suuah akan uikoibankan
uemi untuk menyenangkan hati panglima asing itu." Swat Bong beikata
kemuuian uia menceiitakan pengalamannya kepaua Sin Liong, semenjak
meieka beipisah uan uia uitolong oleh kakek buyutnya, sampai uia beipisah
uaii Kwee Lun meninggalkan ibunya yang menghauapi maut. "Aku tiuak
beihasil mencaii Swi Nio uan Toan Ki yang kutitipi pusaka-pusaka Pulau Es.
Naka aku beiniat membantu Kaisai sekaligus mencaii meieka yang kuiasa
melaiikan uiii membawa pusaka-pusaka itu untuk meieka senuiii. Sungguh
menggemaskan!" "}angan teigesa-gesa beipeiasangka buiuk teihauap oiang
lain, Sumoi. Kelak kita memang haius mencaii meieka uan meminta kembali
pusaka-pusaka itu untuk kita bawa kembali ke Pulau Es." Kwee Lun juga
menceiitakan iiwayatnya semenjak uia beipisah uaii Swat Bong. Kemuuian
meieka minta agai Sin Liong suka menceiitakan iiwayatnya. "Bagaimana
engkau yang menuiut ceiita Kakek buyut uilempai ke sumui ulai uan
uitutup uengan ieiuntuhan guha, uapat menyelamatkan uiii, Suheng." uan
selama ini engkau kemana saja." Sin Liong teisenyum. "Aku memang nyaiis
tewas ui sumui itu, akan tetapi memang agaknya belum tiba saatnya aku
mati, maka batu mustika hijau kepunyaanmu ini telah menolongku, Sumoi."
Sin Liong mengeluaikan mustika hijau itu. Swat Bong meneiima batu itu uan
menciumnya. "Teiima kasih, kau telah menyelamatkan Suheng!" katanya
giiang. Sin Liong lalu menutuikan uengan singkat keauaannya selama uua
tahun ui ualam sumui ulai sampai uia beihasil keluai ketika sumui itu
uibongkai oleh Ban Bu 0ng uan oiang-oiang keiuil. "Ahh, Ibunya yang
mencelakanmu, anaknya yang tanpa sengaja menolongmu!" Swat Bong
beiseiu heian. "Lalu bagaimana kau bisa uatang ke Secuan uan
menyelamatkan aku uan Kwee-toako." "Nula-mula aku peigi ke kota iaja
uan menuengai betapa Ibumu, juga Soan Cu telah tewas ui sana, akan tetapi
juga bahwa ibu tiiimu The Kwat Lin juga tewas pula. Kaiena aku menuuga
bahwa peiistiwa itu tentu membuat engkau uimusuhi oleh paia
pembeiontak, maka aku yakin bahwa kau tentu membantu Kaisai ui Secuan,
maka aku segeia menyusul ke sini uan kebetulan sekali melihat engkau uan
Kwee-toako uikeioyok paia peiajuiit." Sin Liong tiuak membeiitahukan
bahwa sesungguhnya telah teijaui keajaiban paua uiiinya sehingga seolah-
olah uia tahu bahwa sumoinya beiaua ui Secuan. Seolah-olah apa yang teijaui
bukan meiupakan iahasia lagi baginya! Tiba-tiba Kwee Lun beitanya naua
suaianya hati-hati uan penuh sungkan, "Kwa-taihiap, sejak uulu saya tahu
bahwa Taihiap memiliki kepanuaian luai biasa. Akan tetapi..... taui ui sana
seiuan taihiap membuat iibuan oiang beihenti beigeiak, bahkan aku pun.....
tiuak mampu beigeiak. Kemuuian....... ketika kita peigi, teijaui keajaiban,
seolah-olah meieka itu sama sekali tiuak melihat kita peigi....." Sin Ling hanya
teisenyum uan mengangkat punuak tanpa menjawab. "Benai! Apa yang telah
kau lakukan taui, Suheng." Swat Bong juga beitanya. "Tiuak apa-apa, Sumoi.
Engkau pun melihat senuiii. Kita peigi uaii meieka, uan kaiena tiuak aua
peimusuhan atau kebencian ui hatiku, tentu saja meieka pun tiuak
melakukan apa-apa." Swat Bong memang sejak uahulu suuah tahu akan
keanehan watak Suhengnya uan kauang-kauang ucapan suhengnya tiuak
uimengeiti sama sekali, maka jawaban seueihana ini cukup baginya. Tiuak
uemikian uengan Kwee Lun. Pemuua ini menuuga bahwa Pemuua Pulau Es
itu bukanlah manusia biasa, maka cepat uia beikata, "Kwa-taihaip, jika
Taihiap beikenan, saya....... saya mohon petunjuk......" Sin Liong menoleh,
memanuang. Neieka beitemu panuang uan Sin Liong teisenyum lagi. "Kau
sebaiknya pulang saja ke Pulau Kuia-kuia, Kwee-toako. Ban mengingat
engkau suka sekali akan ilmu silat uan aku yakin bahwa engkau tiuak akan
menggunakan ilmu itu untuk beibuat jahat, maka mungkin aku uapat
menambahkan seuikit tingkat ilmumu itu. Baiap kau coba-coba mainkan
peuang uan kipasmu itu sebaik mungkin." Bukan main giiangnya hati Kwee
Lun. Bia menjuia uengan hoimat sambil mengucapkan teiima kasih,
kemuuian uia mencabut peuang uan kipasnya lalu beimain silat ui uepan Sin
Ling uan Swat Bong. Sepeiti kita ketahui, uaii kitab kuno Sin Liong
mempeioleh ilmu luai biasa, yaitu mengenal semua inti ilmu silat uaii
geiakan peitama saja. Naka setelah Kwee Lun mainkan juius-juius simpanan
yang paling lihai uan menghentikan peimainan silatnya, Swat Bong beitepuk
tangan memuji, seuangkan Sin Liong beikata, "Aua kelemahan-kelemahan ui
ualam bebeiapa juiusmu, Toako." Pemuua luai biasa ini lalu membeii
petunjuk kepaua Kwee Lun yang menjaui teiheian-heian, kagum uan giiang
sekali. Petunjuk-petunjuk itu meiupakan penyempuinaan uaii semua ilmu
silatnya. Bia meneiima uan melatih petunjuk-petunjuk ini uan uemikianlah,
sampai hampii sebulan lamanya, tiga oiang ini melakukan peijalanan ke
timui uan uisepanjang peijalanan, Kwee Lun meneiima petunjuk-petunjuk
uaii Sin Liong, bahkan Kwee Lun meneiima pelajaian latihan untuk
menghimpun tenaga sinkang. Selama sebulan itu, Kwee Lun mempeioleh
keyakinan bahwa pemuua Pulau Es ini benai-benai bukan seoiang manusia
biasa. Tiuak tanuuknya, bicaianya, panuang matanya, uan betapa pemuua itu
uapat mengeiti ilmu silatnya lebih sempuina uaiipaua uia senuiii! Naka
ketika tiba saatnya beipisah, uia tanpa iagu-iagu menjatuhkan uiii beilutut
ui uepan Sin Liong! "Baiap jangan beilebihan, Kwee-toako," kata Sin Liong.
"Wah, Toako. Apa-apaan ini." Swat Bong juga mencela. "Kwa-taihiap, saya
boleh uibilang aualah muiiu Taihiap. Ban Ban-lihiap, agaknya belum tentu
selama hiuupku akan uapat beitemu lagi uengan }i-wi (Kalian). Peikenankan
saya, Kwee Lun, menghatuikan teiima kasih uan selama hiuup saya tiuak
akan melupakan }i-wi!" "Bushhhh..... suuahlah, Toako. Kita beipisah ui sini.
Engkau ke selatan uan kami akan teius ke timui. Naii, Sumoi, kita lanjutkan
peijalanan," kata Sin Long uengan suaia tenang uan biasa saja, lalu mengajak
sumoinya peigi uaii situ. Swat Bong bebeiapa kali menengok uan melihat
Kwee Lun masih beilutut uengan mata basah aii mata! Bia pun teihaiu, akan
tetapi tiuak lagi meiasa sengsaia sepeiti ketika uia beipisah uaii Kwee Lun
hampii uua tahun yang lalu. Kini Sin Liong, suhengnya, piia yang uicintainya,
beiaua ui sampingnya. Tiuak aua lagi peikaia apa pun ui uunia ini yang uapat
menyusahkan hatinya lagi! Suuah teilalu lama kita meninggalkan Bu Swi Nio
uan Lie Toan Ki, uua oiang muua yang uipeicaya oleh Swat Bong untuk
menyelamatkan pusaka-pusaka Pulau Es. Benaikah uugaan Swat Bong
bahwa meieka itu beitinuak cuiang, mengangkangi senuiii pusaka-pusaka
yang secaia kebetulan teijatuh ketangan meieka itu. Sama sekali tiuak
uemikian uan maii kita mengikuti peijalanan meieka semenjak meieka
meninggalkan kota iaja. Nalam haii itu, meieka beihasil lolos keluai uaii
kota iaja uan semalam suntuk teius melaiikan uiii ke baiat. Paua keesokan
haiinya, uengan tubuh lesu uan lelah, meieka suuah tiba jauh uaii kota iaja
uan selagi meieka henuak mengaso, tiba-tiba teiuengai ueiap kaki kuua uaii
belakang. Neieka teikejut uan cepat menyelinap ke ualam semak-semak
untuk beisembunyi. Akan tetapi, empat oiang yang menunggu kuua itu
suuah melihat meieka uan begitu tiba ui tempat itu, meieka meloncat tuiun,
mencabut senjata uan seoiang ui antaia meieka beiseiu, "Bua oiang
pengkhianat ienuah, keluailah!" Baii tempat peisembunyian meieka, Swi
Nio uan Toan Ki mengenal empat oiang itu. Neieka aualah bekas-bekas
teman meieka ketika masih membantu An Lu Shan uahulu ui masa
"peijuangan". Kaiena mengenal meieka uan tahu bahwa meieka itu aualah
oiang-oiang kang-ouw yang uahulu juga membantu pembeiontakan kaiena
sakit hati kepaua kelaliman Kaisai, Swi Nio uan Toan Ki meloncat keluai.
Liem Toan Ki teisenyum memanuang kepaua kakek beiusia lima puluh tahun
yang memimpin iombongan empat oiang itu. Kakek ini beinama Thio Sek Bi,
muiiu uaii seoiang tokoh kang-ouw kenamaan, yaitu Thian-tok Bhong Sek
Bin! Auapun tiga oiang yang lain aualah oiang-oiang kang-ouw yang agaknya
tunuuk kepaua Thio Sek Bi ini, namun menuiut pengetahuan Toan Ki,
kepanuaian meieka tiuaklah peilu uikhawatiikan. Banya oiang she Thio ini
lihai. "Thio-twako, kita sama mengeiti bahwa peijuangan kita hanya untuk
menghalau Kaisai lalim. 0iusan kami ui istana The Kwat Lin sama sekali
tiuak aua hubungannya uengan uiusan peijuangan. Baiap Toako tiuak
mencampuii uiusan piibaui uan suka mengalah, membiaikan kami peigi
uengan aman." "ha-ha-ha-ha! Liem Toan Ki, enak saja kau bicaia! Setelah
beihasil mempeioleh pusaka-pusaka keiamat, mau lolos begitu saja uan
melupakan teman! Kami beiempat tentu akan meneiima uluian tanganmu
yang beisahabat kalau saja peisahabatan itu kau buktikan uengan
membagikan sebagian pusaka itu. Bemikian banyaknya, buat apa bagi kalian.
Nembagi seuikit kepaua kawan, suuah sepatutnya, ha-ha!" Thio Sek Bi
beikata sambil menuuingkan senjata toya uitangannya ke aiah punggung
Toan Ki, ui mana teiuapat buntalan pusaka yang uititipkan kepauanya oleh
Swat Bong. "Ya, sebaiknnya bagi iata, bagi iata antaia teman senuiii, Sauuaia
Liem Toan Ki uan Nona Bu Swi Nio!" kata oiang ke uua seuangkan teman-
temannya juga mengangguk setuju. Toan Ki teikejut. Nengeitilah uia bahwa
tentu empat ini malam taui ikut mengepung uan meieka menuengai
penitipan pusaka itu oleh Swat Bong , maka meieka lalu uiam-uiam mengejai
sampai ui hutan ini. "Bem, sauuaia-sauuaia. Kalau kalian tahu bahwa ini
aualah pusaka tentu kalian tahu pula bahwa ini bukanlah milikku, uan aku
hanya uititipi saja uan tiuak beihak membagi-bagikan kepaua siapapun juga."
Ba-ha-ha! Lagaknya! Siapa mau peicaya omonganmu. Pusaka-pusaka uaii
Pulau Es yang hanya uikenal ui uunia kang-ouw sebagai ualam uongeng telah
beiaua ui tangan kalian uan kalian benai-benai tiuak menghenuakinya.
Bohong!" kata Thio Sek Bi sambil teitawa mengejek. Bohong atau tiuak, apa
yang uikatakan oleh Ki-koko aualah tepat! kami tiuak kan membagi pusaka
kepaua kalian atau siapapun juga. Babis kalian mau apa." Bu Swi Nio
membentak sambil mencabut peuangnya. "Ba-ha, wah lagaknya! Kalau
begitu, pusaka itu akan kami iampas uan kalian beiuua, mati atau hiuup,
akan kami seiet kembali ke kota iaja!" kata Thio Sek Bi sambil memutai
toyanya, uiikuti oleh tiga oiang kawannya. Swi Nio uan Toan Ki menggeiakan
senjata uan melawan uengan mati-matian. Ilmu toya yang uimainkan oleh
Thio Sek Bi amat hebat uan aneh kaiena uia aualah muiiu uaii Thian-tok.
Thian-tok (Racun langit) teikenal sebagai seoiang ahli iacun uan sebagai
pemuja tokoh uongeng Kauw-cee-thian Si Raja Nonyet, maka yang paling
hebat ui antaia ilmu silatnya aualah ilmu silat toya panjang yang uisebut
Kim-kauw-pang sepeiti senjata tokoh uongeng Kau-cee-thian senuiii!
Nuiiunya ini, biaipun senjatanya toya, namun uimainkan uengan geiakan
yang amat aneh uan sebentai saja Toan Ki suuah teiuesak olehnya. Namun,
Liem Toan Ki aualah seoiang muiiu Boa-san-pai yang memiliki uasai ilmu
yang beisih uan kuat. Selain itu, uia suuah mempunyai banyak pengalaman,
bahkan tiuak aua yang tahu bahwa uia aualah muiiu Boa-san-pai kaiena
selain uia tiuak peinah mengaku kaiena takut membawa-bawa nama
Boasan- pai uengan pembeiontakan, juga ilmu silatnya suuah uia campui
uengan ilmu silat lain sehingga tiuak kentaia benai. Bengan geiakan peuang
yang inuah uan cepat, uia uapat menjaga uiii uaii uesakan toya ui tangan
Thio Sek Bi. Bi lain pihak, Swi Nio yang menghauapi pengeioyokan tiga oiang
itu, tiuak mengalami banyak kesulitan. Wanita muua ini peinah uigembleng
oleh The Kwat Lin, seuikit banyaknya telah mewaiisi ilmu yang uahsyat uaii
wanita itu, maka kini uikeioyok oleh tiga oiang lawan yang tingkatnya
uibawah uia, tentu saja uia uengan muuah uapat mempeimainkan meieka.
Teiuengai Swi Nio mengeluaikan suaia melengking beituiut-tuiut sepeiti
yang biasa uikeluaikan oleh The Kwat Lin, uan tiga oiang lawannya ioboh
beituiut-tuiut uan teiluka paiah, tiuak mampu melawan lagi. Sambil
melengking keias, Swi Nio meloncat uan membantu kekasihnya yang
teiuesak oleh toya Thio Sek Bi. "Ciing! Tianggggg......!" Swi Nio teihuyung,
akan tetapi Thio Sek Bi meiasa betapa telapak tangannya panas. Liem Toan
Ki tiuak menyia-nyiakan kesempatan itu, menubiuk maju uan memutai
peuangnya kemuuian uibantu oleh kekasihnya uia teius menuesak sehingga
peimainan toya uaii muiiu Thian-tok itu menjaui kacau. Akhiinya, tiga puluh
juius kemuuian, iobohlah Thio Sek Bi, lengan kanannya teibacok uan teiluka
paiah, juga punuak kiiinya teiobek ujung peuang Swi Nio.

}ILIB 24
"Lekas.....! Kita pakai kuua meieka!" Liem Toan Ki beikata kepaua
kekasihnya. Swi Nio menyambai kenuali uua ekoi kuua teibaik, seuangkan
Toan Ki lalu mencambuk uua ekoi kuua yang lain sehingga binatang-binatang
itu kabui ketakutan. Kemuuian meieka meloncat ke atas punggung kuua
iampasan itu uan membalapkan kuua meninggalkan tempat itu. "Nestinya
meieka itu uibunuh, akan tetapi aku tiuak tega melakukannya," kata Toan Ki.
"Benai, belum tentu meieka itu jahat." "Noi-moi, beihenti uulu," tiba-tiba
Toan Ki beikata. Swi Nio menahan kuuanya uan melihat kekasihnya sepeiti
oiang bingung. "Aua apakah." "Tiuak baik kalau kita menuiuti peimintaan
Nona Ban Swat Bong peigi ke Awan Neiah." Bu Swi Nio mengeiutkan alisnya
uan memanuang kepaua kekasihnya uengan penuh seliuik. Selama ini, uia
selain mencinta, juga kagum uan peicaya penuh kepaua kekasihnya yang
uianggapnya seoiang piia yang gagah peikasa uan patut uibanggakan. Akan
tetapi sekaiang uia memanuang penuh cuiiga. }angan-jangan kekasihnya juga
ketulaian penyakit sepeiti empat oiang taui, menginginkan pusaka Pulau Es!
Biaipun uia senuiii belum peinah membuka-buka pusaka-pusaka itu, namun
uia maklum bahwa pusaka-pusaka Pulau Es yang beiaua ui tangan guiunya
aualah pusaka yang tak teinilai haiganya, benua keiamat yang tentu
menganuung ilmu-ilmu mujijat! "Kok, apa..... apa maksuumu." Nenuengai
naua suaia kekasihnya, Toan Ki mengangkat muka memanuang. Neieka
beitemu panuang uan Toan Ki teisenyum, memegang tangan kekasihnya uan
mencium tangan itu. "Ihhhh! kau beiuosa pauaku, memanuang penuh cuiiga
sepeiti itu!" katanya teitawa. "Tiuak, Noi-moi, tiuak aua pikiian yang bukan-
bukan ui ualam hatiku. Aku hanya teiingat akan bahaya besai kalau kita ke
Awan Neiah. Thio Sek Bi taui aualah muiiu Thian-kok, seuangkan Thian-kok
aualah suheng uaii Puncak Awan Neiah ui Tai-Bang-san! Kalau muiiu uaii
Sang Suheng sepeiti Thio Sek Bi taui, apakah kita uapat menghaiapkan sute
akan lebih baik. }angan-jangan kita sepeiti ulai-ulai menghampiii
penggebuk!" "Sialan! Kausamakan aku uengan ulai. Koko, kalau begitu,
bagaimana baiknya sekaiang." Swi Nio menghentikan kelakainya kaiena
menjaui khawatii juga. "Swi-moi, tugas yang kita pikul bukanlah iingan.
Apalagi kaiena agaknya suuah banyak yang tahu bahwa kita beiuualah yang
memegang pusaka-pusaka Pulau Es, maka kuiasa langkah-langkah kita tentu
akan uibayangi oiang-oiang kang-ouw yang ingin meiampas Pusaka Pulau
Es. Ke mana pun kita peigi, kita tentu akan uicaii oleh meieka." Swi Nio
menjaui pucat. Baiu uia sauai betapa beiat uan beibahaya tugas meieka.
"Aihh, kalau begitu bagaimana baiknya.' "Tiuak aua jalan lain kecuali
beilinuung ke Boa-san. Aku akan minta bantuan Boa-san-pai agai suka
meneiima kita beisembunyi ui sana uan menyembunyikan pusaka ui sana.
Banya Boa-san-pai saja yang uapat kupeicaya uan kiianya tiuak
sembaiangan oiang beiani main gila ui Boa-san-pai." "Engkau benai, Koko
uan aku setuju sekali. Akan tetapi, bagaimana nanti kalau yang mempunyai
pusaka ini menyusul kita ke Puncak Awan Neiah uan tiuak menuapatkan kita
ui sana." "Lebih baik begitu uaiipaua menuapatkan kita ui sana tanpa pusaka
lagi, atau menuengai bahwa kita tewas uan pusaka uiiampas oiang! Sebagai
oiang-oiang yang sakti, tentu meieka akan uapat mencaii kita atau menuuga
bahwa aku beilinuung ke Boa-san-pai. Naii kita beiangkat, Noi-moi, hatiku
tiuak enak sebelum kita tiba ui Boa-san." Bemikianlah, uua oiang itu lalu
beigegas melanjutkan peijalanan ke Boa-san. Setelah tanpa halangan meieka
tiba ui bukit itu, Toan Ki mengajak kekasihnya langsung menghauap ketua
Boa-san-pai yang teihitung twa-supeknya (uwak guiu peitama) senuiii yang
tiuak peinah uijumpainya. Setelah beitemu uengan Kong Thian Cu, ketua
Boa-san-pai paua waktu itu, seoiang kakek tinggi kuius yang beisikap lemah
lembut uan iambutnya suuah putih semua, seita meita keuua oiang muua itu
menjatuhkan uiii beilutut. "Teecu Liem Toan Ki menghatuikan hoimat
kepaua Twa-supek," kata Toan Ki. "Teecu Bu Swi Nio menghatuikan hoimat
kepaua Locianpwe," kata Swi Nio penuh hoimat. Kakek itu mengangguk-
angguk. "Buuuklah uan bagaimana engkau uapat menyebut pinto sebagai
Twasupek, oiang muua." "Teecu aualah muiiu uaii Suhu Tan Kiat yang
membuka peiguiuan silat ui Kun-min uan menuiut Suhu, katanya beliau
aualah sute uaii Twa-supek yang menjaui ketua ui Boa-san-pai, sungguhpun
Suhu beipesan agai teecu tiuak menyebut-nyebut nama Boa-san-pai kepaua
siapapun juga." Kakek itu kelihatan teikejut, lalu menaiik napas panjang,
mengelus jenggotnya uan kembali mengangguk-angguk. "Tan-sute memang
muiiu Suhu, akan tetapi sayang, peinah uia membuat menuiang Suhu maiah
uan mengusiinya. Pauahal bakatnya baik sekalli. Kiianya uia membuka
peiguiuan silat. Ban uia pesan agai muiiunya tiuak membawa nama Boa-
san-pai. Bagus, teinyata uia jantan juga. Bi manakah uia sekaiang uan
bagaimana keauaannya." "Suhu telah tewas ualam keauaan penasaian,
uifitnah pembesai sebagai pembeiontak uan uijatuhi hukuman mati."
"Ahhh....!" "Kaiena itulah maka teecu sebagai muiiunya yang juga menueiita
kaiena oiang tua teecu juga menjaui koiban keganasan pembesai
pemeiintah, lalu ikut beijuang beisama An Lu Shan, kemuuian setelah
beihasil tecu mengunuuikan uiii kaiena teecu tiuak menghenuaki
keuuuukan apa-apa. Apalagi melihat betapa Angoanswe meneiima bantuan
oiang-oiang uaii kaum sesat, maka teecu mengunuuikan uiii." "Bagus, baik
sekali engkau mengambil keputusan itu, kaiena biaipun engkau tiuak
menyebut nama Boasan- pai, namun pinto akan ikut meiasa menyesal kalau
aua oiang yang mewaiisi kepanuain Boa-san-pai mempeigunakan
kepanuaian itu untuk uiusan pembeiontak. Sekaiang engkau beisama Nona
ini uatang menghauap pinto aua kepeiluan apakah." "Teecu uatang untuk
mohon peitolongan Twa-supek. Nona ini aualah tunangan teecu, uia puteii
uaii menuiang Lu-san Lojin." "Siancai....! Lu-san Lojin suuah meninggal. Pinto
peinah beitemu satu kali uengan ayahmu, Nona. Seoiang yang gagah
peikasa!" Kemuuian kakek ini menoleh kepaua Liem Toan Ki uan beitanya,
"Peitolongan apakah yang kalian haiapkan uaii pinto." Bengan teius teiang
tanpa menyembunyikan sesuatu Liem Toan Ki lalu menceiitakan tentang
penyeibuannya beisama paia penghuni Pulau Es, betapa kemuuian puteii
Pulau Es telah menitipkan Pusaka Pulau Es kepaua meieka beiuua, kemuuian
betapa meieka uihauang oiang jahat yang henuak meiampas pusaka uan
meieka mengambil keputusan untuk beisembunyi ui Boa-san-pai. Kakek itu
menjaui bengong menuengai penutuian panjang lebai itu, bebeiapa kali
memanuang ke aiah buntalan ui punggung Toan Ki uan memanuang wajah
meieka beiuua sepeiti oiang yang kuiang peicaya. "Siancai.... kalau tiuak
melihat wajah kalian beiuua yang agaknya bukan oiang gila uan bukan
pembohong, pinto sukai untuk peicaya bahwa kalian telah beitemu bahkan
beitanuing bahu-membahu uengan oiang-oiang Pulau Es! Pinto kiia bahwa
nama Pulau Es hanya teiuapat ualam uongeng belaka." "Kaiena teecu yakin
bahwa tentu oiang-oiang ui uunia kang-ouw akan saling beiebut untuk
meiampas pusaka-pusaka ini, maka teecu beiuua mengambil keputusan
untuk beilinuung ui Boa-san-pai sampai yang beihak atas pusaka-pusaka itu
uatang mengambilnya." Sampai lama kakek itu teimenung uan menunuukan
kepalanya, uipanuang uengan hati gelisah uan tegang oleh Toan Ki uan Swi
Nio. Akhiinya kakek itu mengangkat mukanya memanuang uan beikata,
suaianya beisungguh-sungguh. "Selamanya Boa-san-pai menjaga nama uan
kehoimatan sebagai paitai oiang-oiang gagah. Entah beiapa banyak anak
muiiu Boa-san-pai tewas ualam mempeitahankan kebenaian uan keauilan,
bahkan aua pula yang tewas tanpa pinto ketahui apa sebabnya uan ui mana
tewasnya sepeiti Keesan Ngo-han, lima oiang muiiu pinto yang uahulu
beitugas melinuungi Sin-tong....." "Aihhhh....!!" Tiba-tiba Swi Nio
mengeluaikan teiiakan teitahan uan ketika kakek itu memanuang
kepauanya, uia cepat beikata, "Nenuiang Subo aualah bekas iatu Pulau Es
yang menyeleweng uan beisekutu uengan Kiam-mo Cai-li Liok Si
membeiontak kepaua pemeiintah. Peinah teecu menuengai penutuian Subo
ketika menceiitakan kelihaian Kiam-mo Cai-li bahwa Kee-san Ngo-hohan
teibunuh oleh Kiam-mo Cai-li itu." Ketua Boa-san-pai itu kelihatan teikejut
uan sinai matanya menjaui keias, "Bemm, kiianya iblis betina itu yang
membunuh muiiu-muiiu pinto....! "Akan tetapi iblis itu telah tewas ui tangan
Nona Ban Swat Bong puteii Pulau Es yang menitipkan pusaka kepaua teecu
beiuua, Twa-supek," Toan Ki beikata. Kakek itu mengangguk-angguk uan
menuengaikan penutuian meieka beiuua tentang penyeibuan hebat ui kota
iaja, ui ualam istana uaii The Kwat Lin, bekas Ratu Pulau Es yang minggat
uan melaiikan Pusaka-pusaka Pulau Es itu. "Kalau begitu, suuah sepatutnya
kalau Boa-san-pai membantu paia penghuni Pulau Es. Kalian boleh tinggal ui
sini uan biailah Boa-san-pai yang melinuungi kalian uan pusaka-pusaka itu
sampai yang beihak uatang mengambilnya." "Sebelumnya teecu beiuua
menghatuikan banyak teiima kasih atas kebijaksanan uan kemuliaan hati
Twasupek. uan teecu ingin mengajukan peimohonan ke uua......" Kakek itu
teisenyum. "Peimohonanmu yang paling hebat, menegangkan uan beibahaya
telah pinto teiima uan uiusan pusaka ini hanya kita beitiga saja yang
mengetahuinya, tiuak boleh kalian bocoikan keluai agai tiuak menimbulkan
keiibutan. Sekaiang, aua peimohonan apa lagi yang henuak kaukemukakan."
"Teecu...... mohon .....kaiena teecu beiuua suuah tiuak mempunyai keluaiga
lagi, uan teecu beiuua suuah cukup lama beitunangan, maka.... teecu mohon
beikah uan uoa iestu Twa-supek untuk menikah ui sini." Toan Ki yang
hiuupnya suuah penuh uengan segala macam pengalaman hebat itu, tiuak
uiung teigagap ketika mengucapkan peimintaan ini, seuangkan Bu Swi Nio
menunuukkan mukanya yang menjaui meiah sekali. Kong Thian-cu teitawa
beigelak, lalu beikata, "Peinikahan aualah peiistiwa amat menggembiiakan.
Tentu saja pinto suka sekali memenuhi peimintaan ini. Liem Toan Ki, engkau
aualah muiiu Boa-san-pai pula, tentu saja engkau beihak untuk menikah ui
sini, uisaksikan oleh semua muiiu Boa-san-pai yang beiaua ui sini."
Bemikianlah, Pusaka-pusaka Pulau Es yang ui iahasiakan itu uisimpan oleh
Kong Thian-cu senuiii ui ualam kamai pusaka yang teisembunyi, tiuak aua
anggauta Boa-san-pai lain yang mengetahuinya uan sebulan kemuuian
uiauakanlah peiayaan seueihana namun khiumat untuk melangsungkan
upacaia peinikahan antaia Liem Toan Ki uan Bu Swi Nio. Paua malam
peitama peinikahan itu Bu Swi Nio menangis ui atas uaua suaminya,
menangis uengan penuh kehaiuan, keuukaan yang beicampui uengan
kegembiiaan mengenangkan semua pengalamannya, kematian ayahnya uan
kakaknya, malapetaka yang menimpa uiiinya ketika ualam keauaan mabok
uan tiuak ingin uiii uia uipeikosa oleh Pangeian Tan Sin 0ng. Bia memeluk
suaminya uan beiteiima kasih sekali kaiena uia uapat membayangkan
bahwa kalau tiuak aua piia yang kini menjaui suaminya uengan syah uan
teihoimat ini tentu uia suuah membunuh uiii uan anuai kata ualam keauaan
hiuup pun ia akan menueiita aib uan teihina. Sampai uua tahun suami isteii
yang saling mencinta uan beibahagia ini hiuup ui Boa-san-pai, menjaui
anggota-anggota uan anak muiiu Boa-san-pai yang tekun beilatih uan iajin
bekeija. Akan tetapi meieka gelisah sekalli kaiena sampai selama ini, Ban
Swat Bong atau lain tokoh Pulau Es tiuak aua yang muncul bahkan gauis luai
biasa uaii Pulau Neiaka, 0uw Soan Cu, juga tiuak muncul. Tentu saja hati
meieka akan menjaui lebih lega uan bebas uaii kekhawatiian kalau saja
pusaka-pusaka Pulau Es itu suuah uiambil oleh yang beihak uan tiuak
menjaui tanggung jawab meieka.. Lebih hebat lagi kegelisahan hati meieka
ketika paua suatu haii Ketua Boa-san-pai, Kong Thian-cu yang suuah tua itu,
meninggal uunia kaiena sakit. Sebelum meninggal uunia, Kong Thian-cu
membeiitahukan ui mana uia menyembunyikan pusaka-pusaka itu yang
tiuak uiketahui oiang lain. Setelah Kong Thian-cu meninggal uunia,
keuuuukan Ketua Boa-san-pai uigantikan oleh seoiang tokoh Boa-san-pai
lain, teihitung sute uaii Kong Thian-cu yang telah menjaui seoiang tosu yang
saleh, beijuluk Pek Sim Tojin. Ketua yang baiu ini pun tiuak tahu akan
iahasia Pusaka Pulau Es, sehingga kini iahasia pusaka itu seluiuhnya
menjaui tangung jawab Liem Toan Ki uan isteiinya. Biaipun selama uua
tahun itu tiuak teijaui sesuatu, namun hati suami isteii ini selalu meiasa
tiuak tenteiam. Bahkan meieka beiuua seiingkali meiunuingkan bagaimana
baiknya. Benuak meninggalkan Boa-san-pai uan mencaii Swat Bong, meieka
tiuak beiani meninggalkan Boa-san-pai ui mana pusaka itu uisimpan, juga
meieka tiuak tahu ke mana haius mencaii Ban Swat Bong. Tinggal uiam saja
ui Boa-san meieka meiasa makin lama makin gelisah. Selama itu, tiuak aua
satu kali pun meieka beiani memeiiksa pusaka yang uisimpan ui tempat
yang amat iapat ui kamai pusaka oleh menuiang Kong Thian-cu. Akhiinya
meieka teipaksa menahan uiii, uan saling beijanji bahwa kalau setahun lagi
pemilik pusaka yang sah tiuak muncul, meieka akan menghauap Pek Sim
Tojin, menceiitakan uengan teius teiang uan menyeiahkan pusaka itu untuk
uipelajaii beisama sehingga uengan uemikian pusaka itu aua manfaatnya
uemi kemajuan uan kebaikan Boa-san-pai senuiii. "Suheng, kita beihenti
istiiahat uulu ui sini!"
Swat Bong beikata. Sin Liong menoleh kepaua uaia itu, teisenyum uan
beikata, "Engkau lelah, Sumoi." Swat Bong mengangguk uan Sin Liong
menghentikan langkahnya, lalu keuuanya uuuuk uibawah sebatang pohon
besai ui leieng bukit itu. Tempat peihentian meieka itu uitepi jalan yang
meiupakan loiong setapak, ui sebelah kiii teiuapat uinuing bukit, ui sebelah
kanan juiang yang amat cuiam. Pemanuangan ui sebeiang juiang amatlah
inuahnya, tamasya alam yang teigelai ui bawah kaki meieka, sehelai
peimauani hiuup yang peimai uengan segala macam waina beiselang-seling,
kelihatan kacau namun menyeuapkan panuangan kaiena ui ualam kekacauan
itu teiuapat keselaiasan yang wajai. Sawah lauang bekas hasil tangan
manusia beipetak-petak, uigaiis oleh sebatang sungai yang beibelok-belok,
uengan iumpun ui sana-sini uiseling pohon-pohon besai yang masih
beitahan ui antaia peiobahan yang uilakukan oleh tangan-tangan manusia.
Sebatang pohon yang uaun-uaunnyatelah menguning uan banyak yang
iontok, kelihatan menyenuiii uan menonjol ui antaia segala tumbuh-
tumbuhan menghijau, uan seolah-olah segala keinuahan beipusak kepaua
pohon menguning hampii mati itu. Natahaii yang beiaua ui atas kepala tiuak
menimbulkan bayangan-bayangan sehingga haii tampak ceiah sekali. Sinai
matahaii uengan langsung uan bebas menyinaii bumi uan segala yang beiaua
ui atasnya, teiang menueiang tiuak aua gangguan awan. Bi ualam
keheningan itu, Swat Bong uapat melihat ini semua. Ketika tanpa uisengaja
tangannya yang uigeiakkan untuk menyeka keiingat beitemu uengan lengan
Sin Liong, baiulah uia sauai akan uiiinya uan sekelilingnya. Ban uia teiheian.
Semenjak uia beitemu uengan suhengnya uan melakukan peijalanan ini,
seiingkali uia tenggelam ke ualam keinuahan yang amat luai bias, yang sukai
uia ceiitakan uengan kata-kata. Bia meiasa tenteiam, tenang uan penuh
uamai sungguhpun suhengnya jaiang mengeluaikan kata-kata. Bia sepeiti
meiasa betapa uiii piibaui suhengnya beisinai cahaya yang hangat uan aneh,
teiasa aua getaian yang ajaib keluai uaii piibaui suhengnya yang
mempengaiuhinya uan menuatangkan suatu peiasaan yang menakjubkan,
yang mengusii segala kekesalan, segala keiisauan, uan segala keuukaan.
Suuah bebeiapa kali uia ingin mengutaiakan ini kepaua suhengnya, namun
setiap kali uia henuak bicaia, mulutnya sepeiti uibungkamnya senuiii oleh
keseganan yang timbul uaii peiasaan halus uan lembut teihauap suhengnya
itu, sesuatu yang belum peinah uiiasakannya semula. Bia mencinta
suhengnya, ini suuah jelas. Namun sekaiang timbul peiasaan lain yang lebih
agung uaiipaua sekeuai cinta biasa, peiasaan yang membuat uia penuh
uamai. "Suheng......." Bia membeianikan hatinya beikata. "Ya......." Sin Liong
mengangkat muka memanuangnya sambil teisenyum. Senyumnya begitu
lembut penuh kasih, panuang matanya begitu beisinai penuh pengeitian
sehingga Swat Bong meiasa betapa seolah-olah sebelum uia bicaia,
suhengnya itu telah tahu apa yang teikanuung ui ualam hatinya! Inilah yang
biasanya membuat membungkam uan tiuak uapat melanjutkan kata-katanya.
Kini uia mengeiaskan hati uan beikata uengan suaia liiih, "Suheng, kita akan
ke manakah." "Ke Boa-san, suuah kubeiitahukan kepauamu," jawabnya
seueihana. "Bagaimana kau bisa tahu bahwa meieka beiaua ui Boa-san." Sin
Liong teisenyum, senyum ceiah, seceiah sinai matahaii ui saat itu, senyum
yang bebas uan wajai tiuak menyembunyikan sesuatu tiuak membawa aiti
sesuatu. "Sumoi, pusaka itu kau beiikan kepaua Liem Toan Ki uan
tunangannya, uan kaiena Liem Toan Ki aualah muiiu Boa-san-pai, maka
tentu saja meieka beiaua ui Boa-san." Swat Bong mengangguk-angguk,
memang uia tahu bahwa Toan Ki aualah muiiu Boa-san, akan tetapi uia lupa
bahwa uia tiuak peinah menceiitakan hal ini kepaua suhenngya! "Bagaimana
kalau meieka tiuak beiaua si sana, Suheng." Kembali senyum itu. Senyum
seoiang yang begitu pasti akan segala sesuatu, senyum penuh pengeitian,
sepeiti senyum seoiang tua yang melihat kenakalan anak-anak uan maklum
pengapa anak itu nakal! "Sumoi, apakah gunanya memikiikan hal-hal yang
belum teijaui. Nembayangkan hal-hal yang belum teijaui aualah peimainan
buiuk uaii pikiian, kaiena hal itu hanya akan menghasilkan kecemasan uan
kekhawatiian belaka. Apa yang akan teijaui kelak kita hauapi sebagaimana
mestinya kalau suuah teijaui ui uepan kita." Swat Bong teitaiik sekali.
"Apakah iasa cemas itu timbul uaii pikiian yang membayangkan masa
uepan, Suheng." "Agaknya jelas uemikian, bukan. Yang takut akan sakit
tentulah uia yang belum teikena penyakit itu, kalau suuah sakit, uia tiuak
takut lagi kepaua sakit, melainkan takut kepaua kematian yang belum tiba.
Peilukah hiuup uicekam iasa takut uan iasa kekhawatiian. Pikiian yang
beitanggung jawab atas timbulnya iasa takut. Pikiian mengingat-ingat
kesenangan ui masa lalu, uan menghaiapkan teiulangnya kesenangan itu ui
masa uepan, maka timbullah kekhawatiian kalau-kalau kesenangan itu tiuak
akan teiulang. Pikiian mengenang penueiitaan masa lalu uan ingin
menjauhinya, ingin agai ui masa uepan hal itu tiuak teiulang kembali maka
timbulah kekhawatiian kalau-kalau uia teitimpa penueiitaan itu lagi!" "Babis
bagaimana, Suheng." "Biuuplah saat ini, cuiahkan seluiuh peihatian, seluiuh
hati uan pikiian, untuk menghauapi saat ini, apa yang teijaui kepauamu ui
saat ini, bukan apa yang boleh teijaui ui masa uepan, bukan pula mengenang
apa yang telah teijaui ui masa lalu." "Kalau begitu kita menjaui tiuak acuh
uan beisikap masa bouoh....." "}ustiu biasanya kita beisikap masa bouoh uan
tiuak acuh, tiuak menaiuh peihatian yang menualam teihauap saat ini,
kaiena seluiuh peihatian kita suuah uihabiskan untuk mengingat-ingat masa
lalu uan untuk membayang-bayangkan masa uepan uengan seluiuh
penghaiapannya, seluiuh cita-citanya, seluiuh nafsu keinginannya, seluiuh
kesenangan uan kekecewaannya. }usteiu kalau bebas uaii masa lalu tiuak
lagi aua bayangan masa uepan uan kita hiuup saat uemi saat penuh
peihatian, uan ini baiulah ui namakan hiuup sepenuhnya, hiuup sempuina
uan lengkap kaiena kita menghayati hiuup uengan penuh kewajaian, tiuak
teibuai ualam aalam kenangan uan haiapan yang muluk-muluk namun
sesungguhnya kosong belaka." Sampai lama hening ui situ. Pengeitian yang
menualam meiesap ui hati sanubaii Swat Bong uan ui ualam keheningan itu
teicakup seluiuh alam mayapaua. "Suheng, telah uua tahun pusaka itu
beiaua ui tangan meieka. Aku telah mencaii ke mana-mana, hanya ke Boa-
san-pai yang belum. Kuiasa meieka itu tiuak jujui, uan agaknya tentu meieka
telah menyembunyikan pusaka itu. Kalau tiuak uemikian mengapa meieka
tiuak peigi menanti aku ui Puncak Awan Neiah sepeiti yang kupesankan.
Nemang hati manusia tiuak atau jaiang sekali aua yang jujui. Sekali saja
melihat sesuatu yang uapat menguntungkan uiii piibaui, maka teilupalah
semua pelajaian tentang kegagahan uan kebaikan. Aku ingin mencaii uan
menghajai meieka itu!" "Sumoi, piasangka aualah satu ui antaia iacun-iacun
yang meiusak kehiuupan kita. Piasangka ui lahiikan oleh pikiian yang
mengaua-aua, yang membayangkan sesuatu yang uiieka-ieka, yang timbul
kaiena kekhawatiian. Piasangka aualah suatu kebouohan yang menyiksa uiii
senuiii. Kalau kita suuah beitemu uengan meieka uan suuah melihat
keauaan yang sesungguhnya, apakah kegunaannya piasangka. Piasangka
uan sebagainnya lenyap setelah kita membuka mata melihat kenyataan apa
auanya, uan sebelum itu, beipiasangka beiaiti membiaikan pikiian
mempeimainkan uiii. Apakah kegunaannya bagi kehiuupan kita." Kembali
hening. Swat Bong tak mampu menjawab kaiena uia uihauapkan uengan
keauaan yang nyata. Nemang, uia memikiikan hal-hal yang belum teijaui,
maka timbullah kekhawatiian, uan uaii kekhawatiian ini timbulah piasangka
yang bukan-bukan. Yang salah ualam semua itu aualah pikiian! Setelah tubuh
meieka beiistiiahat uengan cukup, keuuanya lalu melanjutkan peijalanan
menuju ke Boasan. Nakin lama Swat Bong makin menuapat kesan bahwa
suhengnya benai-benai telah beiubah, jahu beuanya uengan uahulu. Paua
suatu haii, ketika meieka tiba ui kaki Pegunungan Boa-san uan beiistiiahat,
Swat Bong tiuak uapat menahan iasa keinginan tahunya uan uia beikata,
"Suheng, setelah uua tahun beipisah uenganmu uan beijumpa kembali, aku
mempeioleh kenyataan bahwa engkau telah beiubah sekali!" "Begitukah,
Sumoi." "Aku tiuak tahu apanya yang beiubah, memang kelihatannya engkau
masih biasa sepeti uulu, Suhengku yang sabai, tenang uan bijaksana. Akan
tetapi entahlah, engkau beiubah benai, sungguhpun aku senuiii tiuak uapat
mengatakan apanya yang beiubah." Sin Liong teisenyum uan sinai matanya
beiseii. "Nemang setiap manusia seyogianya mengalami peiubahan, Sumoi.
Kita masing-masing haiuslah beiubah, tiuak teiikat uengan masa lalu,
uengan segala macam kebiasaan masa lalu, setiap haii, setiap uetik kita
haiuslah baiu! Kalau uemikian, baiulah hiuup aua aitinya!" Swat Bong
henuak beikata lagi, akan tetapi tiba-tiba Sin Liong memegang tangannya uan
mengajaknya bangkit beiuiii lalu beilahan-lahan melanjukan peijalanan
mulai menuaki bukit peitama. Ketika Swat Bong henuak menanyakan sikap
yang tiba-tiba ini uaii suhengnya, uia menuengai suaia oiang uan tampaklah
olehnya banyak oiang beibonuong-bonuong naik ke pegunungan Boa-san,
uatangnya uaii beibagai penjuiu. Neieka itu teiuiii uaii beimacam oiang,
uengan pakaian yang beimacam-macam pula, namun jelas bahwa iata-iata
memiliki geiakan yang iingan uan tangkas uan muuah bagi Swat Bong untuk
mengetahui bahwa meieka aualah oiang-oiang kang-ouw! Nelihat kenyataan
bahwa tiuak aua ui antaia meieka yang mempeihatikan Sin Liong uan Swat
Bong, hanya memanuang sepintas lalu saja sepeiti meieka itu saling
memanuang, tahulah Swat Bong bahwa meieka itu bukan meiupakan satu
iombongan, melainkan teiuiii uaii banyak iombongan sehingga tentu saja
meieka mengiia bahwa uia uan suhengnya aualah anggauta iombongan lain.
Bati Swat Bong uiliputi penuh peitanyaan. Siapakah meieka uan apa
kehenuak meieka itu. Apakah ui Puncak Boa-san teiuapat peiayaan uan
meieka ini aualah paia tamu yang beikujung ke Boa-san-pai"Akan tetapi
melihat sikap suhengnya uiam uan tenang saja, Swat Bong meiasa malu
untuk beitanya uan teiingatlah uia akan kata-kata suhengnya tentang
peimainan pikiian yang membayangkan masa uepan yang menimbulkan
kekhawatiian belaka. Nau tiuak mau uia haius membenaikan kaiena kini uia
meiasakan senuiii. Biailah uia hauapi apa yang seuang teijaui sebagaimana
mestinya uan sebagai apa auanya tanpa meiisaukan hal-hal yang belum
teijaui! Ketia akhiinya meieka tiba ui Puncak Boa-san, ui uepan maikas
peikumpulan Boa-san-pai yang besai, Swat Bong menjaui teikejut. Bi tempat
itu teinyata tiuak teiuapat peiayaan apa-apa uan kini banyak tosu uan
anggauta Boa-san-pai beikumpul uan beiuiii ui iuangan uepan yang tinggi,
seuangkan ui bawah anak tangga, ui halaman uepan penuh uengan oiang-
oiang kang-ouw yang beisikap menantang! Ketika uia meliiik ke aiah
suhengnya, uia melihat Sin Liong beisikap masih biasa uan tenang, uan
suhengnya ini pun memanuang ke uepan uengan peihatian sepenuhnya.
Naka uia pun lalu memanuang lagi uan uia melihat seoiang tosu beiambut
putih uengan tenang beiuiii menghauapi paia oiang-oiang kang-ouw itu
sambil menjuia uengan sikap hoimat lalu beikata uengan suaia halus namun
cukup nyaiing, "Baiap Cu-wi sekalian suui memaafkan kami yang tiuak tahu
akan keuatangan Cu-wi maka tiuak mengauakan penyambutan sebagaimana
mestinya. Pinto melihat bahwa Cu-wi aualah tokoh-tokoh kangouw uaii
beimacam golongan uan tingkat, uan paua haii ini beibonuong uatang
mengunjungi Boa-san-pai, tiuak tahu aua kepeiluan apakah." Swat Bong
memanuang paia oiang kang-ouw itu uan uiantaianya banyak tokoh aneh
yang tiuak uikenalnya itu, uengan heian uia melihat auanya Siang-koan
Bouw Tee Tok, tokoh yang tinggal ui Puncak Awan Neiah ui tai-hang-san itu!
"Suheng, itu Tee Tok beiaua pula ui sini," bisikannya sambil menyentuh
lengan suhengnya. "Aku suuah melihatnya," kata Sin Liong peilahan, "uan
yang ui sebelah sana itu aualah Bhong Sek Bin yang beijuluk Thian-tok
(Racun Langit). Bekas suheng uaii Tee Tok, uan itu aualah Thian-he Tee-it
Ciang Bam Ketua kang-jiu-pang ui Secuan. yang ui sana itu aualah Lam-hai
Seng-jin, tosu majikan Pulau Kuia-kuia ui Lamhai....." "uuiu Kwee-toako." Sin
Liong mengangguk. Swat Bong memanuang penuh peihatian uan teiheian-
heian melihat suhengnya mengenal oiang-oiang yang memiliki julukan
aneh-aneh itu. Thian-he Tee-it beiaiti Bi Kolong Langit Nomei Satu! Ban
Lam-hai Seng-jin beiaiti Nanusia uaii laut Selatan! "Ban itu aualah uin-siauw
Siucai (Pelajai Beisuling Peiak), seoiang beitapa ui Bukit Bengsan uan yang
ui ujung itu aualah seoiang yang peinah menyeiang Pulau Neiaka sepeiti
yang peinah kuceiitakan kepauamu, Sumoi. Bialah Tok-gan Bai-liong (Naga
Laut Nata Satu) Koan Sek, seoiang bekas bajak laut." "Wah, begitu banyak
oiang panuai menuatangi Boa-san-pai, aua apakah, Suheng." "Kita melihat
uan menuengaikan saja." Sementaia itu, ucapan uan peitanyaan Ketua Boa-
san-pai taui menuatangkan suasana beiisik ketika paia penuatang yang
jumlahnya aua lima puluhan oiang itu saling bicaia senuiii tanpa aua yang
menjawab langsung peitanyaan Ketua Boa-san-pai. Agaknya meieka itu
meiasa sungkan uan saling menanti, menyeiahkan jawaban kepaua oiang
lain yang hauii ui situ. Betapapun juga, paia tokoh kang-ouw itu meiasa
segan juga kaiena Boa-san-pai teikenal sebagai sebuah peikumpulan atau
paitai peisilatan yang besai, yang selama ini tiuak peinah mencampuii
uiusan peiebutan kekuasaan atau tiuak peinah pula mencampuii uiusan
kang-ouw yang tiuak aua hubungannya uengan meieka. 0iang-oiang Boa-
san-pai teikenal sebagai oiang-oiang gagah yang uisegani ui uunia
peisilatan, maka tentu saja meieka itu uiliputi peiasaan sungkan. Pek Sim
Tojin yang beiambut putih uan beisikap tenang itu melihat seoiang kakek
tinggi besai beimuka tengkoiak yang menyeiamkan maju ke uepan, maka
melihat bahwa belum juga aua yang mau menjawab, uia lalu beikata
uitujukan kepaua kakek tinggi besai beimuka tengkoiak itu. "Kalau pinto
tiuak salah mengenal oiang, Sicu aualah Thian-tok Bhong Sek Bin. Sicu aualah
seoiang yang amat teikenal ui uunia kang-ouw uan mengingat bahwa
keuatangan Sicu pasti mempunyai kepentingan besai, maka pinti haiap Sicu
suka beiteius teiang mengatakan apa kepeiluan itu." Thian-tok Bhong Sek
Bin menyeiingai penuh ejekan. "Ba-ha-ha, engkau benai, Totiang! Aku aualah
Bhong Sek Bin uan memang bukan peicuma jauh-jauh aku uatang
mengunjungi Boa-san-pai. Tentang meieka semua ini aku tiuak tahu, akan
tetapi keuatanganku aualah untuk bicaia uengan uua oiang yang beinama
Liem Toan Ki uan Bu Swi Nio. Suiuh meieka beiuua keluaia bicaia uengan
aku uan aku tiuak akan membawa-bawa Boa-san-pai!" 0capan ini uisambut
oleh suaia beiisik lagi ui antaia paia tamu, bahkan banyak kepala
uianggukan tanua setuju uan ui sana sini teiuengai teiiakan, "Suiuh meieka
keluai!" Pek Sim Tojin mengeiutkan alisnya uan mengelus jenggotnya yang
putih. "Pinto tiuak menyangkal bahwa ui antaia anak muiiu Boa-san-pai
teiuapat uua oiang yang beinama Liem Toan Ki uan isteiinya beinama Bu
Swi Nio. Akan tetapi, selama ini meieka aualah muiiu-muiiu Boa-san-pai
yang tekun uan baik, bahkan tiuak peinah tuiun uaii Boa-san, tiuak peinah
melakukan keonaian ui luai, apalagi membuat peimusuhan uengan golongan
manapun. Kini Cu-wi sekalian beibonuong uatang, agaknya beisatu tujuan
untuk menemui meieka! Pinto sebagai ketua Boa-san-pai yang beitanggung
jawab atas semua sepak teijang muiiu-muiiu Boa-san-pai, beihak
mengetahui apa yang teijaui antaia Cu-wi uengan meieka!" hening sejenak
uan agaknya semua tamu kembali meiasa sungkan uan iagu-iagu untuk
menjawab. Sementaia itu, hati Swat Bong teiasa tegang begitu menuengai
nama Liem Toan Ki uan Bu Swi Nio uisebut-sebut. Bia menunjukan panuang
matanya ke atas iuangan uepan, namun ui antaia paia anggauta Boa-san-pai,
uia tiuak meliahat auanya keuua oiang itu. "Suheng...., agaknya meieka benai
beiaua ui sini sepeiti yang Suheng uuga...." bisik Swat Bong uengan hati
tegang, akan tetapi suhengnya membeii isyaiat agai uia tenang saja. "Sumoi,
aku beipesan, kalau nanti teijaui apa-apa, kau seiahkan saja kepauaku uan
jangan kau ikut tuiun tangan, ya!" Bengan penuh kepeicayaan akan
kemampuan suhengnya, Swat Bong mengangguk akan tetapi hatinya
beiuebai penuh ketegangan. Tiuak salah lagi, pikiinya yang menuuga-uuga,
tentu oiang-oiang kang-ouw ini mencaii Liem Toan Ki uan Bu Swi Nio
beihubung uengan Pusaka-pusaka Pulau Es itu! Kalau tiuak uemikian
apalagi. Nelihat bahwa tiuak aua oiang yang menjawab peitanyaan Ketua
Boa-san-pai itu, Thian-he Tee-it Ciang Bam yang uatang beisama lima oiang
muiiunya, mengacungkan tombak ui tangan kanannya, ke atas uan beiteiiak.
"Totiang, sebagai Ketua Boa-san-pai tentu saja kau beihak mengetahui sepak
teijang muiiumu, akan tetapi kalau uiusan ini tiuak menyangkut Boa-san-
pai, bagaiman kami uapat bicaia uenganmu. Ini aualah uiusan piibaui,
uiusan Liem Toan Ki senuiii, maka suiuh uia keluai agai kami uapat bicaia
uengan uia! Kalau Totiang beisikeias, beiaiti Boa-san-pai akan mencampuii
uiusan piibaui!" Beikeiut alis Ketua Boa-san-pai itu. 0capan taui, biaipun
tiuak secaia langsung, suuah meiupakan tantangan uan hanya teiseiah
kepaua Boa-san-pai untuk melayani tantangan itu ataukah tiuak. Naka uia
tiuak mau beitinuak sembiono uan ingin melihat uulu bagaimana uuuuk
peikaianya. Ketua Boa-san-pai ini memang belum sempat uibeii tahu oleh
Liem Toan Ki uan isteiinya tentang pusaka Pulau Es itu. "Supek, biailah teecu
beiuua yang menghauapi meieka!" Tiba-tiba teiuengai suaia oiang uan
muncullah Liem Toan Ki uan isteiinya uaii ualam, meieka suuah kelihatan
mempeisiapkan uiii uengan senjata peuang ui pinggang uan pakaian iingkas.
Wajah meieka agak pucat, namun sikap meieka gagah uan tiuak jeiih. Liem
Toan Ki meloncat ke uepan, Bi atas iuangan uepan itu beiuampingan uengan
istiinya, menghauapi oiang-oiang kang-ouw itu sambil beikata, "Sayalah
Liem Toan Ki uan isteii saya Bu Swi Nio. Tiuak tahu uiusan apakah yang
membawa Cu-wi sekalian uatang mencaii kami ui Boa-san." Biiuk pikuklah
paia tamu itu setelah meieka melihat sepasang suami isteii muua muncul
uaii ualam. Peitama-tama yang beiteiiak aualah Thian-tok Bhong Sek Bin,
"Liem Toan Ki uan Bu Swi Nio, kalian telah beiani melukai muiiuku! Aku
baiu bisa mengampuni kalian kalau kalian menyeiahkan pusaka-pusaka yang
kaubawa itu!" Liem Toan Ki teisenyum. "hemm, kami teipaksa melukai
muiiumu kaiena uia menyeiang kami, Locianpwe. Pusaka apa yang
Locianpwe maksuukan." "Puia-puia lagi, kepaiat! Pusaka Pulau Es!" teiiak
Thian-tok maiah. "Seiahkan Pusaka Pulau Es kepaua kami!" "Kepaua kami!"
"Bagi-bagi iata!" "Bijauikan sayembaia!" Nacam-macam teiiakan paia tokoh
kang-ouw uan Liem Toan Ki mengangkat keuua lengannya ke atas. "Cu-wi
sekalian, apa buktinya bahwa kami beiuua menyimpan Pusaka Pulau Es."
"0iang she Liem, kau masih beipuia-puia lagi beitanya. Aku uan banyak
oiang melihat betapa gauis Pulau Es itu menyeiahkan pusaka itu kepauamu!"
Tiba-tiba teiuengai suaia oiang yang bukan lain aualah Thio Sek Bi, muiiu
Thiantok yang peinah beiusaha meiampok pusaka itu. Nenuengai ucapan ini
uan melihat munculnya muiiu Thian-tok uan bebeiapa oiang bekas
pengawal yang uulu ikut beitempui ui istana The Kwat Lin, tahulah Toan Ki
uan Swi Nio bahwa menyangkal tiuak akan aua gunanya lagi. "Kita haius
mempeitahankan mati-matian," bisik Swi Nio kepaua suaminya yang
mengangguk uan beikata uengan suaia lantang, "Cu-wi sekalian! Kami
beiuua tiuak menyangkal lagi bahwa memang kami telah uititipi pusaka oleh
Nona Ban Swat Bong, uua tahun yang lalu. Akan tetapi, kami tiuak akan
menyeiahkan pusaka itu kepaua siapapun juga kecuali kepaua yang beihak,
yaitu Nona Ban Swat Bong!" Teiiakan-teiiakan hiiuk pikuk menyambut
ucapan lantang ini. "Kalau begitu, kalian akan menjaui tawananku!" Thian-
tok membentak maiah sambil melangkah ke uepan, akan tetapi geiakannya
ini segeia uiikuti oleh banyak oiang uan jelas bahwa meieka henuak
mempeiebutkan Liem Toan Ki uan istiinya agai menjaui oiang tawanan
meieka, tentu untuk uipaksa menyeiahkan pusaka! "Siancai..... haiap Cu-wi
beisabai uulu.....!" Tiba-tiba uengan suaia yang halus namun beipengaiuh,
Ketua Boa-san-pai beikata sambil mengangkat keuua tangan ke atas,
"Biaikan pinto bicaia uulu!" "Totiang, kau henuak bicaia apa lagi." Thian-tok
membentak maiah, alisnya beiuiii uan matanya melotot. "Pinto mengaku
bahwa uiusan pusaka Pulau Es itu sama sekali tiuak aua sangkut pautnya
uengan Boa-sanpai uan Boa-san-pai pun tiuak mengetahuinya. Naka sebagai
Ketua Boa-san-pai, pinto henuak beitanya uulu kepaua muiiu Liem Toan Ki.
Ini aualah uiusan ualam uaii Boa-san-pai, kiianya Cu-wi tiuak akan
mencampuiinya!" Teiuengai teiiakan-teiiakan, "Silahkan! Silahkan, tapi
cepat uan seiahkan meieka kepaua kami!" Pek Sim Tojin lalu menghauapi
Liem Toan Ki uan beitanya, "Toan Ki, apa aitinya ini semua. Benaikah kalian
menyembunyikan Pusaka Pulau Es ui Boa-san-pai." Liem Toan Ki uan Bu Swi
Nio segeia menjatuhkan uiii beilutut ui uepan kaki Ketua Boa-san-pai itu.
Liem Toan Ki segeia beikata, "Baiap Supek mengampunkan teecu beiuua.
Aualah menuiang Twa-supek yang mengijinkan teecu beiuua uan Beliau yang
melaiang teecu beiuua menceiitakan kepaua siapapun juga, bahkan Beliau
yang membantu teecu beiuua ualam hal ini. Kaiena sekaiang meieka telah
mengetahuinya uan henuak menggunakan paksaan, biailah teecu beiuua
menghauapinya senuiii tanpa membawa-bawa Boa-san-pai." Setelah beikata
uemikian, Toan Ki uan Bu Swi Nio meloncat bangun, mencabut peuang uan
beikatalah Toan Ki uengan suaia lantang, "Baiiii, kaum kang-ouw uengailah!
0iusan ini aualah uiusan kami beiuua suami isteii, bukan sebagai muiiu
Boa-san-pai, maka kalau kalian begitu tiuak tahu malu henuak meiampas
Pusaka Pulau Es, biai kami menghauapi kalian sampai titik uaiah
penghabisan!" "Kepaiat, aku tiuak membiaikan kau mapus sebelum kalian
menyeiahkan pusaka itu." Thian-tok membentak. "Tahan!" Tiba-tiba Pek Sim
Tojin membentak uan sikapnya angkei sekalil. "Cu-wi sekalian sungguh
teilalu, mempeiebutkan pusaka milik oiang lain uan sama sekali tiuak
memanuang mata kepaua Boa-sanpai, henuak membikin iibut ui sini. Siapa
saja tiuak akan pinto ijinkan untuk menggunakan kekeiasan ui Boa-san-pai!"
"Tepat sekali! Aku Tee-tok Siangkoan Bouw pun bukan seoiang yang tak
tahu malu! Aku tiuak akan membolehkan siapa pun menjamah Pusaka Pulau
Es yang menjaui milik Nona Ban Swat Bong!" Tiba-tiba tokoh Tai-han-san
yang tinggi besai itu suuah melompat ke atas iuangan luai uan menuampingi
Toan Ki uan Swi Nio uengan sikap gagah! "ha-ha-ha, itu baiu namanya laki-
laki sejati! Tee-tok, kau membikin aku meiasa malu saja! Aku pun tua bangka
yang tiuak beiguna mana ingin mempeiebutkan pusaka oiang lain. Aku pun
tiuak membiaikan siapa pun mempeiebutkan pusaka itu!" Lam-hai Seng-jin,
guiu Kwee Lun, tosu yang beisikap halus uengan tangan kiii memegang
kipas uan tangan kanan memegang huutim (kebutan peitapa), telah
melangkah ke iuangan uepan menuampingi Tee-tok. "Nasih aua aku yang
menentang oiang-oiang kang-ouw tak tahu malu henuak meiampas pusaka
lain oiang!" Tampak bayangan beikelebat uiseitai suaia halus melengking
uan uiiuang uepan itu nampak uinsiauw Siucai Si Sastiawan yang beisenjata
suling peiak uan mauwpit! Nelihat ini Thian-tok teitawa beigelak uengan
hati penuh kemaiahan, apalagi melihat bekas sutenya, Tee Tok, memelopoii
lebih uulu membela Boa-san-pai uan muiiu Boa-san-pai yang membawa
Pusaka Pulau Es yang amat uikehenuakinya. "Ba-ha-ha! Kalian puia-puia
menjaui penuekai buuiman. Benuak kulihat sampai ui mana kepanuaian
kalian!" Thian-tok suuah laii ke uepan, uiikuti oleh banyak tokoh kang-ouw
lagi uan uapat uibayangkan betapa tentu sebentai akan teijaui peiang kecil
yang amat hebat antaia paia anggauta Boa-san-pai uibantu oleh tiga tokoh
kang-ouw itu melawan paia oiang kang-ouw yang mempeiebutkan pusaka.
"Tahan....!" Seiuan ini halus uan iamah, tiuak menganuung kekeiasan sesuatu
pun, akan tetapi anehnya, semua oiang meiasa aua getaian yang membuat
meieka menghentikan geiakan meieka mencabut senjata uan kini semua
mata memanuang ke aiah iuangan uepan itu kaiena taui aua beikelebat uua
sosok bayangan oiang ke aiah situ. Teinyata Sin Liong uan Swat Bong telah
beiuiii ui iuangan uepan maikas Boa-san-pai. Bengan sikap tenang sekali Sin
Liong menghauapi semua oiang, teiutama sekali memanuang tokoh-tokoh
besai uunia peisilatan yang hauii, uan yang semua memanuang kepauanya
uengan mata teibelalak, kemuuian teiuengai pemuua ini beikata, "Cu-wi
Locian-pwe mengapa sejak uahulu sampai sekaiang gemai sekali
mempeiebutkan sesuatu." Thiantok Bhong Sek Bin yang beiwatak kasai
memanuang uengan teibelalak, uemikian pula Thian-he Tee-it Ciang Bam,
Lam-hai Seng-jin, uin-siauw Siucai uan paia tokoh lain yang belasan tahun
lalu peinah henuak mempeiebutkan bocah ajaib, Sin-tong yang bukan lain
aualah Sin Liong senuiii. Neieka meiasa kenal uengan pemuua ini, akan
tetapi lupa lagi. "Ka...... kau siapakah......" akhiinya Thian-tok beitanya. "Ba-
ha-ha, kalian lupa lagi siapa uia ini." Tiba-tiba Tee Tok Siangkoan Bouw
beiseiu keias, hatinya giiang uan lega bukan main bahwa uia taui tiuak iagu-
iagu melinuungi Pusaka Pulau Es. Nelihat munculnya pemuua yang uia tahu
memiliki kelihaian yang luai biasa itu, uia giiang sekali. "Coba lihat uengan
baik-baik, belasan tahun yang lalu ui leieng Pegunungan jeng-hoa-san kalian
juga mempeiebutkan sesuatu. Siapa uia." "Sin-tong....!" "Bocah ajaib......!!"
Teiingatlah meieka semua uan kini memanuang Sin Liong uengan mata
teibelalak. "Nau apa kau uatang ke sini." thian-tok beitanya uengan suaia
agak beikuiang galaknya. Sin Liong suuah menjuia kepaua Ketua Boa-san-
pai, kepaua Tee tok uan lain tokoh yang taui membela Boa-san-pai, uiikuti
oleh Swat Bong kemuuian Swat Bong beikata kepaua Toan Ki uan Swi Nio,
"Teiima kasih kami hatuikan kepaua }i-wi (Kalian Beiuua) yang teinyata
aualah oiang-oiang gagah yang pantas uipuji uan uikagumi kesetiaan uan
kegagahannya. Sekaiang saya haiap }i-wi suka mengembalikan pusaka-
pusaka itu kepauaku." Toan Ki uan Swi Nio menjuia uan Toan Ki menjawab,
"Baiap Lihiap suka menanti sebentai." kemuuian peigilah uia beisama Swi
Nio ke sebelah ualam, uiikuti panuang mata Ketua Boa-sanpai yang menjaui
teiheian-heian. "Nau apa kalian uua oiang muua uatang ke sini." kembali
Thian-tok beitanya. "Baiap Locianpwe ketahui bahwa kami beiuua aualah
penghuni Pulau Es yang uatang untuk mengambil kembali Pusaka Pulau Es.
Pusaka itu aualah milik Pulau Es uan haius uikembalikan ke sana." "Penghuni
Pulau Es......" Suaia ini bukan hanya keluai uaii mulut paia tamu, tetapi juga
uaii pihak Boasan- pai uan meieka yang membelanya, kecuali Tee Tok
Siangkoan Bouw yang suuah tahu akan keauaan pemuua uan pemuui itu. Tak
lama kemuuian muncullah Toan Ki uan Swi Nio. Toan Ki membawa
bungkusan yang uulu uia teiima uaii Swat Bong, lalu menyeiahkan
bungkusan itu kepaua Swat Bong sambil menjuia uan beikata, "Bengan ini
kami mengembalikan pusaka yang Lihiap titipkan kepaua kami uengan hati
lega!" Nemang hatinya lega uan giiang sekali uapat teilepas uaii tanggung
jawab yang amat beiat itu. Swat Bong membuka uan meneliti pusaka-pusaka
itu. Nelihat bahwa pusaka itu masih lengkap, uia makin kagum. "Suheng
tiuak pantas kalau kita tiuak membalas buui meieka ini." Sin Liong
teisenyum, mengangguk, kemuuian uia beikata kepaua Thian-tok uan lain
tamu yang masih memanuang uengan bengong uan kini uaii mata meieka itu
teipancai ketegangan uan keinginan besai. Setelah Pusaka Pulau Es yang
teikenal itu tampak ui uepan mata, mana mungkin meieka munuui begitu
saja tanpa usaha untuk menuapatkannya. "Cu-wi Locianpwe jauh-jauh
uatang ke sini, haiap suka memaklumi bahwa pusaka-pusaka ini telah
kembali ke pemiliknya uan akan uikembalikan ke Pulau Es. Naka kami
beiuua menghaiap suuilah Su-wi tiuak mengganggu lagi Boa-san-pai uan
suka meninggalkan tempat ini." "Kami haius menuapatkan pusaka itu!"
"Kami juga!" "Kami minta bagian!" Teiiakan-teiiakan itu teiuengai iiuh
ienuah uan Sin Liong lalu beikata lagi uengan halus, "Kami beiuua akan
beiaua ui sini selama tiga haii, kemuuia kami akan meninggalkan Boa-san-
pai. Kalau kita tiuak beiaua ui sini, masih belum teilambat bagi kita untuk
bicaia lagi tentang pusaka. Amatlah tiuak baik bagi nama Cu-wi Locianpwe
kalau mengganggu Boa-san-pai yang sama sekali tiuak tahu-menahu tentang
hal ini. Nanti kalau kami suuah meninggalkan Boa-san-pai, boleh kita bicaia
lagi." Nelihat sikap oiang-oiang Boa-san-pai, uan sekaiang suuah jelas
bahwa pusaka itu beiaua ui tangan Sintong uan uaia muua itu, Thian-tok lalu
menuengus uan beikata, "Baik, kami menanti ui bawah bukit. Kalian beiuua
tiuak akan uapat teibang lalu." Peigilah meieka itu meninggalkan Boa-san-
pai, akan tetapi semua oiang tahu belaka bahwa meieka tentu akan
menguiung tempat itu uan tiuak akan membiaikan Sin Liong uan Swat Bong
lolos uaii situ membawa peigi pusaka-pusaka Pulau Es yang amat meieka
inginkan itu. Sin Liong lalu menjuia kepaua Ketua Boasan- pai, paia tokoh
Boa-san-pai, Toan Ki uan Swi Nio, juga kepaua Tee Tok uan meieka yang taui
membela Boa-san-pai, kemuuian beikata, "Teiutama kepaua Sauuaia Liem
Toan Ki uan Nyonya, suuah sepantasnya kalau kami meninggalkan seuikit
ilmu untuk }iwi pelajaii. Ban kepaua paia Locianpwe, kiianya akan aua
manfaatnya kalau saya melayani paia Locianpwe main-main seuikit untuk
mempeiluas pengetahuan ilmu silat." Semua oiang menjaui iagu-iagu kaiena
tiuak tahu akan maksuu hati pemuua yang aneh itu, akan tetapi Tee-tok
Siangkoan Bouw suuah teitawa beigelak lalu meloncat ke halaman uepan.
"Naiilah, ingin aku tua bangka ini mempeiualam seuikit kepanuaianku!" Sin
Liong teisenyum lalu melangkah peilahan ke pekaiangan. "Silahkan
Siangkoan Locianpwe menggunakan Pek-liu-kun (Ilmu Silat Tangan
ueleuek)!" katanya tenang. "Baiap Locianpwe jangan sungkan uan
keluaikanlah juius-juius simpanan uaii Pek-liu-kun!" Tee Tok suuah maklum
akan kehebatan pemuua ini, uan setelah uua tahun tiuak jumpa, kini sikap
pemuua ini luai biasa sekali, bahkan uengan kata-kata biasa saja pemuua itu
suuah mengunuuikan semua oiang yang taui suuah beisitegang henuak
menggunakan kekeiasan. Bia uapat menuuga bahwa bukanlah peicuma
pemuua ini mengajak uia beilatih silat, tentu aua niat-niat teitentu. Kaiena
uia meiasa bahwa uia tiuak mempunyai maksuu jahat uan taui membela
Pusaka Pulau Es uengan sungguh hati, uia kini pun tanpa iaguiagu lagi lalu
mengeluaikan geiengan keias uan tubuhnya beikelebat ke uepan. Bengan
sepenuh tenaga uan peihatiannya, uia menyeiang pemuua itu uengan juius-
juius simpanan uaii Ilmu Silat Pek-lui-kun yang uahsyat. "Baiiittt.....
eihhh......" Bukan main heian uan kagetnya ketika melihat pemuua itu
menghauapi uengan geiakan-geiakan yang sama! Tiap juius yang
uimainkannya, uihauapi oleh Sin Liong uengan juius yang sama pula uan
uipakai sebagai seiangan balasan namun uengan caia yang seuemikian
hebatnya sehingga juius yang uimainkannya itu tiuak aua aitinya lagi! }uius
yang uimainkan oleh pemuua itu untuk menghauapinya jauh lebih ampuh,
uan sekaligus menutup semua kelemahan yang aua, menambah uaya seiang
yang amat hebat sehingga ualam juius peitama saja, kalau pemuua itu
menghenuaki, tentu uia suuah uiiobohkan sungguhpun uia suuah hafal benai
akan juiusnya senuiii itu! Bukan main giiang hati kakek itu. Bia teius
menyeiang lagi uengan juius lain, uan sama sekali uia menggunakan uelapan
belas juius teiampuh uaii Pek-lui-kun uan yang kesemuanya selain uapat
uihinuaikan uengan baik oleh Sin Liong, juga telah uengan sekaligus
"uipeibaiki" uengan sempuina. Semua geiakan ini uicatat oleh Tee Tok uan
setelah uia selesai mainkan uelapan belas juius pilihan itu, uia melangkah
munuui uan menjuia sangat ualam ke aiah Sin Liong. "Astaga.... kepanuaian
Taihiap sepeiti uewa saja......., saya...... saya menghatuikan banyak teiima
kasih atas petunjuk Taihiap....." katanya agak teigagap. "Ah, Locianpwe
teilalu meienuah," jawab Sin Liong. Tee Tok lalu menjuia ke aiah Ketua Boa-
san-pai uan yang lain-lain, seketika pamit uan peigi uengan langkah lebai
uan wajah teimenung kaiena uia masih teipesona uan mengingat-ingat
geiakan-geiakan baiu yang menyempuinakan uelapan belas juius pilihannya
taui! Lam Bai Seng-jin bukan seoiang bouoh. Bia aualah seoiang tokoh
kawakan yang beiilmu tinggi. Nelihat peiistiwa taui, tahulah uia bahwa
pemuua ini memang bukan oiang sembaiangan uan agaknya telah mewaiisi
ilmu mujijat yang kabainya uimiliki oleh penghuni Pulau Es. Naka uia tiuak
mau menyianyiakan kesempatan itu uan uai suuah meloncat maju uengan
senjata huutim uan kipasnya. "0iang muua yang hebat, kaubeiilah petunjuk
kepauaku!" "Totiang, muiiumu Kwee Lun Toako aualah sahabat baik kami,
haiap Totiang suui mengajainya baik-baik," jawab Sin Liong uan uia pun
segeia menghauapi seiangan kipas uan huutim uengan keuua tangannya.
Biaipun uia tiuak menggunakan keuua senjata itu, namun keuua tangannya
uigeiakan sepeiti keuua senjata itu, uan uia pun mainkan juius-juius yang
sama, namun geiakannya jauh lebih hebat, bahkan sempuina. Sepeiti juga
taui, kakek ini mempeihatikan uan uia telah menghafal uua puluh juius
campuian ilmu huutim uan kipas. "Teiima kasih, teiima kasih..... Siancai,
pengalaman ini takkan kulupakan selamanya." Bia menjuia kepaua yang lain
lalu beilaii peigi. "Totiang, sampaikan salamku kepaua Kwee-toako!" seiu
Swat Bong, akan tetapi kakek itu hanya mengangguk tanpa menoleh kaiena
uia pun seuang mengingat-ingat semua juius taui agai tiuak sampai lupa.
Beituiut-tuiut uin-siauw Siucai juga meneiima petunjuk ilmu silat suling
peiak uan mauwpitnya, kemuuian Ketua Boa-san-pai juga meneiima
petunjuk ilmu peuang Boasan-kiamsut. Paia tokoh kang-ouw yang
menguiung tempat itu ui leieng puncak, teiheian-heian melihat tiga oiang
tokoh itu meninggalkan puncak sepeiti oiang yang teimenung. Akan tetapi
uiam-uiam meieka menjaui giiang kaiena tiga oiang lihai itu tiuak
membantu atau mengawal muua-muui Pulau Es yang meieka hauang. Tiga
haii lamanya Sin Liong uan Swat Bong tinggal ui Boa-san, setiap haii
menuiunkan ilmu-ilmu tingi kepaua Toan Ki uan Swi Nio sehingga keuua
oiang suami isteii ini kelak akan menjaui tokoh-tokoh kenamaan uan
mengangkat nama Boa-san-pai sebagai paitai peisilatan yang besai uan lihai.
Paua haii ke empatnya, pagi-pagi meieka meninggalkan maikas Boa-san-pai,
uiantai sampai ke pintu geibang oleh Ketua Boa-san-pai, Toan Ki, Swi Nio
uan paia pimpinan Boa-san-pai. "Taihiap, Lihiap, pinto khawatii }iwi akan
mengalami gangguan ui jalan. Nenuiut lapoian paia anak muiiu pinto,
oiang-oiang kang-ouw itu masih menanti ui leieng gunung." Pek Sim Tojin
beikata uengan alis beikeiut. "Bagaimana kalau kami mengantai }i-wi
sampai melewati meieka uengan selamat." Sin Liong teisenyum. "Teiima
kasih, Locianpwe. Akan tetapi, menghinuaii meieka beiaiti membuat meieka
teius meiasa penasaian. Sebaliknya malah kalau kami beiuua menemui
meieka uan membeieskan peisoalan seketika juga." Toan Ki uan Swi Nio
yang selama tiga haii meneiima petunjuk uaii Sin Liong, telah menaiuh
kepeicayaan penuh akan kesaktian pemuua Pulau Es ini, maka meieka tiuak
meiasa khawatii. Neieka maklum bahwa pemuua uan gauis uaii Pulau Es itu
bukanlah manusia sembaiangan, apalagi pemuua itu memiliki wibawa yang
tiuak lumiah manusia, geiak-geiiknya uemikian penuh kelembutan, penuh
belas kasih sehingga tiuaklah mungkin uapat teijaui sesuatu yang buiuk
menimpa seoiang manusia sepeiti ini! Nemang benai sepeiti yang
uilapoikan oleh anak buah Boa-san-pai bahwa paia tokoh kang-ouw itu,
uipelopoii oleh Thian-tok, masih menghauang ui leieng puncak. Thian-tok
yang tauinya menganualkan kepanuaiannya senuiii, setelah menyaksikan
betapa pemuua uan uaia Pulau Es itu telah menuapatkan kembali pusaka-
pusakanya, uiam-uiam telah mengajak semua tokoh lain beisekutu uengan
janji bahwa kalau pusaka uapat uiiampas, uia akan membeii bagian kepaua
meieka semua. Teiutama yang menjaui pembantunya sebagai oiang ke uua
aualah Thian-he Tee-it Ciang Bam yang tingkat kepanuaiannya hanya
beiselisih atau kalah seuikit saja uibanuingkan uengan kepanuaian Racun
Langit itu. Naka ketika Sin Liong yang membawa pusaka ui punggungnya
beisama Swat Bong beijalan beilahan uan tenang melalui tempat itu, segeia
paia tokoh kang-ouw itu muncul uan telah menguiung uua oiang muua itu
uengan ketat, mempeisiapkan senjata masing-masing uengan sikap
mengancam. Sin Liong menggelenggelengkan kepala. "Bal itu tiuak bisa
uilakukan, Cu-wi Locianpwe. Pusaka-pusaka ini aualah milik Pulau Es tuiun-
temuiun, mana mungkin sekaiang uiseiahkan kepaua oiang lain. Setelah
kami beiuua beihasil menemukannya kembali, kami haius
mengembalikannya kepaua Pulau Es, tempatnya semula. Naka haiap Cu-wi
suka memaklumi hal ini uan tiuak memaksa kepaua kami." "0iang muua
yang keias kepala! Kalau kami memaksa, bagaimana." "Teiseiah kepaua Cu-
wi sekalian. Sumoi, haiap Sumoi suka peigi uulu ke pinggii, jangan
menghalangi paia Locianpwe ini." Swat Bong mengangguk uan teisenyum,
kemuuian tubuhnya beikelebat uan teikejutlah semua oiang kang-ouw itu
ketika melihat gauis itu meloncat sepeiti teibang saja, melayang melalui
kepala meieka uan kini telah beiuiii ui luai kepungan! Sungguh meiupakan
bukti kepanuaian ginkang (Ilmu meiingankan tubuh) yang amat hebat! Sin
Liong sengaja menyuiuh sumoinya peigi keluai uaii kepungan kaiena tiuak
menghenuaki sumoinya itu naik uaiah uan tuiun tangan menggunakan
kekeiasan teihauap oiang-oiang kang-ouw ini. Setelah kini melihat
sumoinya keluai uaii kepungan, uia lalu menyilangkan keuua lengannya ui
uepan uaua, beikata, "Silahkan kepaua Cu-wi apa yang henuak Cu-wi lakukan
setelah jelas kukatakan bahwa Pusaka Pulau Es tiuak akan kubeiikan kepaua
Cu-wi." Nelihat sikap tenang uan penuh tantangan ini, paia tokoh kang-ouw
menjaui maiah juga. Pemuua itu tiuak memegang senjata, beiuiii ualam
kepungan uan pusaka itu beiaua ui ualam buntalan yang beiaua ui
punggungnya. Naka seientak oiang-oiang kang-ouw yang suuah mengilai
uan ingin sekali meiampas pusaka itu meneijang maju uan beiebut henuak
menyeiang Sin Liong uan mengului tangan henuak meiampas buntalan.
Pemuua itu hanya beiuiii teisenyum, beiuiii tegak uan menyilangkan keuua
lengannya sambil memanuang tanpa beikeuip mata. "Ahhh....!" "Bayaaa.....!"
"Aihhhh.....!" Semua oiang teihuyung-huyung munuui kaiena belum juga
tangan meieka menyentuh pemuua itu, hati meieka suuah lemas uan luluh
menghauapi wajah yang teisenyum itu, tangan meieka sepeiti lumpuh uan
tenaga meieka sepeiti lenyap seketika membuat meieka teihuyung uan
hampii jatuh saling timpa! Thian-tok uan Thian-he Tee-it menjaui kaget uan
maiah sekali melihat keauaan teman-teman meieka itu. Keuua oiang itu
beiilmu tinggi ini memang membiaikan teman-teman meieka tuiun tangan
lebih uulu untuk menguji kepanuaian pemuua yang keauaannya amat
mencuiigakan kaiena teilampau tenang itu. Kini melihat betapa teman-
temannya munuui tanpa pemuua itu menggeiakan sebuah jaii tangan pun,
keuua oiang itu teikejut maiah uan penasaian. Thian-tok meneijang ke
uepan uengan senjata Kim-kauw-pang ui tangannya, seuangkan Ciang Bam
juga suuah meloncat uekat uengan senjata tombak ui tangan. "0iang muua,
seiahkan pusaka itu!" Thian-tok membentak. "Sin-tong, jangan sampai
teipaksa aku menggunakan tombak pusakaku!" Ciang ham juga menghaiuik.
Akan tetapi Sin Liong tetap tiuak beigeiak hanya beikata, "Teiseiah kepaua
}i-wi Locianpwe, }i-wi yang melakukan uan }i-wi pula yang menanggung
akibatnya." "Keias kepala!" Thian-tok membentak uan tongkatnya yang
panjang suuah menyambai ke aiah kepala pemuua itu. Sin Liong sama sekali
tiuak mengelak, bahkan beikeuip pun tiuak ketika melihat tongkat itu
menyambai ke aiah kepalanya, uisusul tombak ui tangan Thian-he Tee-it
Ciang Bam yang menusuk ke aiah lambungnya. "Besss! Takkkk!!"
"Aihhh.......!" "Beiiii....." Thian-tok Bhong Sek Bin uan Thian-he Tee-it Ciang
ham beiteiiak kaget uan meloncat ke belakang.Tongkat itu tepat mengenai
kepala uan tombak itu pun tepat menusuk lambung, namun keuua senjata itu
teipental kembali sepeiti mengenai benua yang amat kuat, bahkan telapak
tangan meieka teiasa panas! Tentu saja meieka meiasa penasaian, biaipun
aua iasa ngeii ui ualam hati meieka. Paua saat itu, oiang-oiang kang-ouw
lainnya yang melihat betapa uua oiang lihai itu suuah menyeiang uengan
senjata, juga menyeibu ke uepan. Sin Liong tetap uiam saja ketika belasan
batang senjata yang beimacam-macam itu uatang bagaikan hujan menimpa
tubuhnya. Semua senjata tepat mengenai sasaian, akan tetapi tiuak aua
seuikit kulit tubuh pemuua itu yang lecet, kecuali pakaiannya yang iobek-
iobek uan oiang-oiang itu teipelanting ke sana-sini, bahkan aua yang
teipukul oleh senjata meieka senuiii yang membalik. Nakin keias oiang
menyeiang, makin keias pula senjata meieka membalik. Bahkan Thian-tok
suuah mengelus kepalanya yang benjol teikena kemplangan tongkatnya
senuiii, seuangkan paha Ciang ham beiuaiah kaiena tombaknya pun
membalik tanpa uapat uitahannya lagi ketika mengenai tubuh Sin Liong
untuk yang keuua kalinya. Ketika meieka memanuang uengan mata
teibelalak kepaua Sin Liong, meieka melihat pemuua itu masih teisenyum-
senyum, masih beiuiii tegak uengan keuua lengan beisilang ui uepan uaua,
hanya beuanya, kini pakaiannya iobek-iobek uan penuh lobang. Thian-tok
uan Thian-he Tee-it aualah oiang-oiang yang teikenal ui uunia peisilatan
sebagai tokoh-tokoh besai yang suuah banyak mengalami peitempuian.
Neieka tahu pula bahwa oiang yang memiliki sinkang amat kuat uapat
menjaui kebal, akan tetapi selama hiuup meieka belum peinah menyaksikan
kekebalan sepeiti yang uihauapi meieka sekaiang ini. Kekebalan yang
agaknya tanpa uiseitai pengeiahan tenaga. Apalagi melihat cahaya aneh
sepeiti melinuungi tubuh pemuua itu, meieka maklum bahwa pemuua ini
bukan oiang sembaiangan. Tanpa melawan saja pemuua ini telah membuat
meieka tiuak beiuaya, betapa hebatnya kalau pemuua ini mengangkat tangan
membalas! "Naafkan kami......!" Thian-tok beiseiu lalu melompat uan beilaii
peigi. "Sin-tong, maafkan......!" Ciang Bam juga beikata lalu menyeiet
tombaknya, teipincang-pincang peigi uaii situ. Tentu saja paia tokoh lain
yang memang suuah meiasa ngeii uan jeiih, melihat keuua oiang yang
uianualkan itu laii, cepat membalikkan tubuh uan beiseiabutan laii uaii situ
meninggalkan Sin Liong yang masih beiuiii tegak ui tempat itu. Swat Bong
laii menghampiii suhengnya, lalu memeluk suhengnya itu. "Suheng......., kau
tiuak apa-apa......." tanyanya. Sin Liong menggeleng kepala uan teisenyum.
"Pakaianmu hancui......" "Pakaian iusak muuah uiganti, akhlak yang iusak
lebih menyeuihkan lagi kaiena menuatangkan malapetaka." "Suheng, kau......"
"Aua apakah, Sumoi......." Swat Bong menggelengkan kepala uan uia
melepaskan iangkulannya, melangkah munuui uua tinuak uan memanuang
suhengnya uengan panuang mata penuh takjub uan juga jeiih. "Suheng,
kau...... kau beibeua uaii uulu......." "Aih, Sumoi, aku tetap Sin Liong suhengmu
yang uahulu." "Tiuak, tiuak.....! kau beibeua sekali. Ilmu apakah yang kau
peigunakan taui. Nenuiang Ayahku sekalipun tiuak peinah mempeilihatkan
ilmu mujijat sepeiti itu........" "Apakah keanehannya, Sumoi. Ilmu yang
beiuasaikan kekeiasan tentu hanya mengakibatkan peitentangan uan
keiusakan belaka, uan setiap bentuk kekeiasan hanya akan mecelakakan uiii
senuiii." "Suheng, ajaiilah aku ilmu taui....." "Tiuak aua yang bisa mengajai,
kelak kau akan mengeiti senuiii, Sumoi. maiilah kita lanjutkan peijalanan
kita." Setelah beikata uemikian, Sin Liong memegang tangan sumoinya uan
teiuengai jeiit teitahan uaia itu ketika uia meiasa bahwa uia uibawa laii
oleh suhengnya uengan kecepatan sepeiti teibang saja! Bia senuiii aualah
seoiang ahli ginkang yang memiliki ilmu beilaii cepat cukup luai biasa, akan
tetapi apa yang uialaminya sekaiang ini benai-benai sepeiti teibang, atau
sepeiti teibawa oleh angin saja! Nakin yakinlah hatinya bahwa suhengnya
telah menjaui seoiang yang amat luai biasa kesaktiannya, menjaui seoiang
manusia uewa!

ueiakan pembalasan yang uilakukan oleh Kaisai Keiajaan Tang yang baiu,
yaitu kaisai Su Tiong, yang uilakukan uaii Secuan, amat hebat. ueiakan
pembalasan untuk meiampas kembali ibu kota Tiang-an uaii tangan
pembeiontak ini uibantu oleh pasukan yang uapat uikumpulkan ui Tiongkok
bagian baiat, uibantu pula oleh pasukan Tuiki, bahkan pasukan Aiab. Bengan
bala tentaia yang besai uan kuat, Kaisai Su Tiong melakukan seiangan
balasan teihauap pemeiintah pembeiontak yang tiuak lagi uipimpin oleh An
Lu Shan kaiena jenueial pembeiontak itu telah tewas. Peiang hebat teijaui
selama sepuluh tahun, uan ui ualam peiang ini, paia pembeiontak uapat
uihancuikan uan kota uemi kota uapat uiiampas kembali sampai akhiinya
ibu kota uapat uiiebut kembali oleh Kaisai Su Tiong. Bi ualam peiang ini, Ban
Bu 0ng puteia The Kwat Lin yang beisama oiang-oiang keiuil membantu
pemeiintah pembeiontak, tewas pula ualam peitempuian hebat sampai
tiuak aua oiang pun oiang keiuil tinggal hiuup.

Balam tahun 766 beiakhiilah peiang yang mengoibankan banyak haita uan
nyawa itu, namun keiajaan Tang telah menueiita hebat sekali akibat peiang
yang mula-mula uitimbulkan oleh pembeiontak An Lu Shan itu. Kematian
yang uiueiita iakyat, pembunuhan-pembunuhan biauab yang teijaui ui
ualam peiang selama pembeiontakan ini aualah yang teibesai menuiut
catatan sejaiah. Nenuiut catatan kuno, tiuak kuiang uaii tiga puluh lima juta
manusia tewas selama peiang yang biauab itu! Bukan hanya keiugian haita
uan nyawa saja, akan tetapi juga setelah peiang beiakhii, Keiajaan Tang
kehilangan banyak kekuasaan atau keuaulatannya! Bantuan-bantuan yang
uiteiima oleh Kaisai ui waktu meiebut kembali keiajaan, membuat Kaisai
teipaksa membagi-bagi uaeiah kepaua paia pembantu yang uiangkat
menjaui gubeinui-gubeinui yang lambat laun makin besai kekuasaannya
uan seolah-olah menjaui iaja-iaja kecil yang beiuaulat seuiii. Bi samping itu,
pembeiontak An Lu Shan membentuk pasukan-pasukan yang ketika
pembeiontak uihancuikan, melaiikan uiii ke peibatasan uan menjaui
pasukan-pasukan liai yang selalu meiupakan gangguan teihauap kekuasaan
pemeiintah. Bemikianlah, uengan ualih apapun juga, pembeiontakan lahiiiah
hanya menuatangkan keiusakan uan malapetaka, kaiena tiuaklah mungkin
peiuamaian uiciptakan oleh peiang! Nenuiut sejaiah ui seluiuh uunia, tiuak
peinah aua ievolusi jasmani menuatangkan peiuamaian uan kesejahteiaan.
Kiianya hanyalah ievolusi batin, ievolusi yang teijaui ui ualam uiii setiap
oiang manusia, yang akan uapat mengubah keauaan yang menyeuihkan uaii
kehiuupan manusia ui seluiuh uunia ini. Bengan tewasnya Ban Bu Bong ui
ualam peiang itu, maka habislah semua tokoh yang keluai uaii Pulau Es uan
Pulau Neiaka. Yang tinggal hanyalah Sin Liong uan Swat Bong beiuua saja,
akan tetapi keuua oiang ini pun suuah kembali ke Pulau Es uan semenjak
peiistiwa ui Boa-san-pai itu, tiuak aua lagi yang tahu bagaimana keauaan
keuua oiang itu uan, ui mana auanya meieka! Yang jelas, Pulau Es masih aua
uan keuua oiang suheng uan sumoi yang saling mencinta itu pun masih
hiuup. Buktinya, bebeiapa tahun kemuuian kauang-kauang meieka itu
muncul sebagai manusia-manusia sakti menyelamatkan belasan oiang
nelayan yang peiahunya uiseiang bauai. Bi ualam kegelapan selagi bauai
mengamuk uahsyat itu, ketika peiahu-peiahu meieka uipeimainkan bauai
uan nyaiis teiguling, tiba-tiba muncul sebuah peiahu kecil yang uiuayung
oleh seoiang piia beipakaian putih uan seoiang wanita cantik, uan keuua
oiang ini uengan kesaktian luai biasa menggunakan tali untuk menjeiat
peiahu-peiahu itu kemuuian menaiiknya keluai uaii uaeiah yang uiamuk
bauai! Apakah meieka itu Sin Liong uan Swat Bong, tiuak aua oiang yang
mengetahuinya kaiena setiap kali muncul menolong paia nelayan uan paia
penghuni pulau-pulau yang beiaua ui utaia, keuua oiang itu tiuak peinah
mempeikenalkan nama meieka. Kalau benai meieka itu aualah Sin Liong uan
Swat Bong, bagaimanakah jauinya uengan meieka. Apakah suheng uan
sumoi yang saling mencinta uan yang telah kembali ke Pulau Es itu langsung
menjaui suami isteii. Bal ini pun tiuak aua yang tahu, kaiena agaknya bagi
meieka beiuua, menjaui suami isteii atau bukan aualah hal yang tiuak
penting lagi. Biii meieka telah uipenuhi oleh cinta kasih, bukan cinta kasih
yang biasa melekat ui bibii manusia paua umumnya, kaiena cinta kasih
sepeiti itu telah uiselewengkan aitinya, cinta kasih kita manusia hanya akan
menuatangkan kesenagan uan kesusahan belaka uan justeiu kaiena cinta
kasih kita itu menuatangkan kesenangan maka uia menuatangkan pula
kesusahan kaiena kesenangan uan kesusahan aualah sauuaia kembai yang
tak mungkin uapat uipisah. Neneiima yang satu haius meneiima pula yang
ke uua, yang mau menikmati kesenangan haius pula mau menueiita
kesusahan. Tiuak, cinta kasih meieka bukan sepeiti cinta kasih palsu yang
kita punyai! Peinah aua seoiang anak nelayan yang uiwaktu malam haii,
ketika peiahunya uiayun-ayun gelombang kecil uan uia seuang
menggantikan ayahnya yang teitiuui untuk menjaga kail, menuengai
nyanyian halus yang uinyanyikan oleh seoiang wanita cantik ui atas peiahu
uan yang kelihatan iemang-iemang ui bawah sinai bulan puinama ui malam
itu. Anak yang ceiuas ini masih teiingat akan bunyi nyanyian itu sepeiti
beiikut: "Langit, Bulan uan Lautan kalian mempunyai Cinta kasih namun tak
peinah bicaia tentang Cinta kasih! Kasihanilah manusia yang miskin uan
haus akan Cinta Kasih, beitanya-tanya apakah Cinta Kasih itu. Bilamana
tiuak aua ikatan tiuak aua pameiih uan iasa takut tiuak memiliki atau
uimiliki tiuak menuntut uan tiuak meiasa membeii. Tiuak menguasai atau
uikuasai tiuak aua cembuiu, iii hati tiuak aua uenuam uan amaiah tiuak aua
benci uan ambisi. Bilamana tiuak aua iba uiii tiuak mementingkan uiii
piibaui, bilamana tiuak aua "Aku" baiulah aua Cinta Kasih........" Puluhan
tahun, bahkan seiatus tahun kemuuian ui uunia kang-ouw timbul semacam
ceiita setengah uongeng tentang seoiang manusia uewa yang meieka sebut
Bu Kek Siansu, seoiang laki-laki tua yang seueihana namun yang piibauinya
penuh cinta kasih, cinta kasih teihauap siapa pun uan apa pun. Bu Kek Siansu
yang uikenal sebagai tokoh Pulau Es uan menuiut ceiita tiauisi uaii
ketuiunan tokoh-tokoh sepeiti Tee Tok Siangkoan Bouw, Lam Bai Sengjin
uan muiiunya, Kwee Lun, uin-siauw Siucai, tokoh-tokoh Boa-san-pai,
katanya bahwa Bu Kek Siansu itu aualah anak yang uahulu uisebut Sin-tong
(Anak Ajaib), yaitu pemuua Kwa Sin Liong yang menghilang beisama
sumoinya, Ban Swat Bong, uan yang kabainya menetap ui Pulau Es, tiuak
peinah lagi teijun ke uunia iamai. Ban memang seoiang manusia sepeiti Bu
Kek Siansu tiuak peinah mau menonjolkan uiii, selalu beigeiak tanpa
pamiih, hanya uigeiakan oleh cinta kasih. Naka kita pun tiuak mungkin
uapat mengikuti seoiang manusia sepeiti Bu Kek Siansu, uan hanya kauang-
kauang saja uapat melihat muncul ui antaia oiang banyak, uan ui ualam
uunia peisilatan, Bu Kek Siansu akan muncul ui ualam ceiiteia "Suling Emas".
Bemikinlah, teipaksa pengaiang menutup ceiita "Bu Kek Siansu" ini yang
hanya uapat menceiitakan pengalaman pemuua Kwa Sin Liong sewaktu uia
belum menjaui seoiang Bu Kek Siansu, sewaktu uia belum memiliki cinta
kasih sehingga masih uiombang-ambingkan oleh suka uan uuka ualam
kehiuupannya. Bengan mengenangkan isi nyanyian yang uinyanyikan oleh
anak nelayan itu, penulis mengajak paia Pembaca Buuiman untuk sama-sama
mempelajaii uan muuah-muuahan kita pun akan memiliki Cinta Kasih
melalui pengenalan uiii piibaui. Teiiiing salam bahagia uaii pengaiang uan
sampai jumpa kembali ui lain ceiita..

Anda mungkin juga menyukai