Anda di halaman 1dari 2

Pertama kali terbentuk pada bulan september 1994 dengan nama Teater PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra)

FKIP Unlam. Terbentuknya teater PBSI FKIP Unlam yang beranggotakan 32 orang ini bermula dari keinginan dalam kegiatan Bulan Bahasa 1994 di Kabupaten Batola. Dalam kegiatan ini naskah yang di tampilkan berjudul Surat Siti Kepada Suto karya/sutradara Agus Waluyo (anggota teater) dan Rahasia Negara Dipa karya Ir. Ian Emti. Berdasarkan pertimbangan diatas, bahwa ternyata minat terhadap seni peran (akting) dikalangan mahasiswa cukup besar, maka dosen FKIP Unlam Drs. Daud Pamungkas, Drs. Jumadi, dan Drs. Jarkasi menganggap perlu adanya tindak lanjut terhadap apa yang sudah ada agar lebih berkembang. Awal lahirnya Teater Himasindo FKIP Unlam, yaitu pada saat mengikuti kegiatan Kemah Sastra 1995 di Pantai Batakan. Dalam kegiatan tersebut Teater Himasindo FKIP Unlam mengawali perjalanannya dengan menampilkan naskah Amanat Seorang Raja sutradara Eman Hermansyah Sastrapraja. Pementasan yang dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 1995 dan merupakan penampilan perdana (setelah berganti nama) dijadikan sebagai awal kelahirannya setelah melalui proses. Setelah itu, kelompok seni ini terus mematangkan dirinya dengan merekrut anggota baru yang bukan saja mahasiswa FKIP dan Fakultas lain di Lingkungan Unlam namun juga pelajar SLTP, SMU, dan Perguruan tinggi lainnya. Beberapa kegiatan dan pementasan penting yang pernah diikuti antara lain sebagai Juara I pada Festival Baca Puisi dan drama Dakwah SeKalimantan yang diadakan oleh UNISKA. Kemudian pada tanggal 11 s/d 20 April 1996 mengikuti Apresiasi Seni Bulan Empat LISMA di Universitas Pasundan Bandung. Sedangkan pada Festival Teater Mamanda Pelajar dan Mahasiswa Se-Kodya Banjarmasin di Taman Budaya Kal-Sel Teater Himasindo FKIP Unlam berhasil sebagai juara II dan salah seorang pemainnya Norsaidah terpilih menjadi Artis Terbaik. Walaupun namanya cukup di kenal di tingkat daerah dan nasional sebagai Teater Kampus, namun kesejahteraannya kurang mendapat perhatian serius dari pihak Fakultas (Kepemimpinan Terdahulu). Minimnya dana yang diberikan oleh Fakultas membuat pengurus dan anggota teater mengusahakan sendiri tambahannya dengan meminta sumbangan dari donatur pribadi yang lebih menghargai nilai suatu seni. Kendala dana ini pula mengakibatkan batalnya rencana keberangkatan anggota teater

himasindo pada saat akan mengikuti kegiatan PASAR SENI ITB Bandung Bulan Nopember 1995 dan undangan Pentas Mamanda di Taman Ismail Marzuki Jakarta tahun 1997. Padahal dari kedua Moment Emas tersebut sebenarnya dapat lebih memperkenalkan keberadaan teater kampus Kal-Sel kepada masyarakat penikmat seni dan kelompok seni lainnya di ajang nasional. Selain itu untuk membuktikan bahwa seni budaya daerah yang dikemas dengan idiom-idiom baru akan mempercantik dan memperkaya budaya bangsa.

Anda mungkin juga menyukai