Anda di halaman 1dari 43

Artikel – Artikel Seputar Terorisme Dalam Pandangan Ahlus

Sunnah wal Jama’ah - Salafiyyin

Daftar Isi

Nasehat Kepada Teroris

Menyikapi Aksi-Aksi Teroris Khawarij

Sikap Ahlus Sunnah wal Jama’ah – Salafiyyin


Terhadap Berbagai Aksi Terorisme – Khawarij

Inikah Jihad ??

Tips Agar Anak Tidak Menjadi TERORIS

Nasehat Kepada Teroris


Penulis : Ustadz Sofyan Chalid

(Disertai Peringatan: Cadar, Celana Ngatung dan Janggut Bukan Ciri-ciri Teroris)

Hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kita mengadukan segala fitnah dan ujian yang
mendera, akibat ulah sekolompok anak muda yang hanya bermodalkan semangat belaka
dalam beragama namun tanpa disertai kajian ilmu syar’i yang mendalam dari al-Qur’an dan
as-Sunnah serta bimbingan para Ulama, kini ummat Islam secara umum dan Ahlus Sunnah
(orang-orang yang komitmen dengan Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam) secara
khusus harus menanggung akibatnya berupa celaan dan citra negatif sebagai pendukung
terorisme.
Aksi-aksi terorisme yang sejatinya sangat ditentang oleh syari’at Islam yang mulia ini justru
dianggap sebagai bagian dari jihad di jalan Allah, sehingga pelakunya digelari sebagai
mujahid, apabila ia mati menjadi syahid, pengantin surga dan calon suami bidadari...
Demi Allah, akal dan agama mana yang mengajarkan terorisme itu jihad...?! Akal dan agama
mana yang mengajarkan buang bom di sembarang tempat itu amal saleh...?!
Maka berikut ini kami akan menunjukkan beberapa penyimpangan terorisme dari Syari’at
Islam dan menjelaskan beberapa hukum jihad syar’i yang diselisihi para Teroris, berdasarkan
al-Qur’an dan as-Sunnah serta keterangan para Ulama Ahlus Sunnah wal Jama’ah para
pengikut generasi Salaf (generasi Sahabat Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam).

Pelanggaran- pelanggaran hukum Jihad Islami yang dilakukan Teroris:


Pelanggaran Pertama: Tidak memenuhi syarat-syarat Jihad Islami
Jihad melawan orang kafir terbagi dua bentuk; jihad difa’ (defensif, membela diri) dan jihad
tholab (ofensif, memulai penyerangan lebih dulu), adapun yang dilakukan oleh para Teroris
tidak diragukan lagi adalah jihad ofensif, sebab jelas sekali mereka yang lebih dulu
menyerang, bahkan menyerang orang yang tidak bersenjata.
Dalam jihad defensif, ketika ummat Islam diserang oleh musuh maka kewajiban mereka
untuk membela diri tanpa ada syarat-syarat jihad yang harus dipenuhi (Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah dalam Al-Ikhtiyarat Al-Fiqhiyah hal. 532 dan Al-Fatawa Al-Kubrô 4/608).
Namun untuk ketegori jihad ofensif terdapat syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi
sebelum melakukan jihad tersebut. Disinilah salah satu perbedaan mendasar antara jihad
dan terorisme. Bahwa jihad terikat dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan Allah Ta’ala
dalam syari’at-Nya, sedangkan terorisme justru menerjang aturan-aturan tersebut. Maka
inilah syarat-syarat jihad ofensif kepada orang-orang kafir yang dijelaskan para Ulama:
Syarat Pertama: Jihad tersebut dipimpin oleh seorang kepala negara
Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi
wa sallam bersabda:
?
ْ َA BِDَEFَGَ‫ أ‬I
ْ َJَK َ‫ع‬FَGَ‫َ أ‬MNOP‫? ا‬
ْ َAَ‫ و‬BِSFَTَE I
ْ َJَK UَTَE َMNOP‫? ا‬
ْ َAَ‫ِ و‬VِWُY َZ[ِAَ\ْP‫ ا‬I
ْ َJَK BِDَEFَGَ‫? أ‬
ْ َAَ‫َ^ْ]ِ و‬Y َZ[ِAَ\ْP‫ا‬
I
ْ َJَK BِSFَTَE Fَ_NSِ‫مُ وَإ‬FَAِbْP‫ٌ ا‬dNDُe f
ُ َgFَJُY ?
ْ ِA ِMِh‫ وَرَا‬UَJNjُYَ‫ِ و‬Mِk
“Siapa yang taat kepadaku maka sungguh ia telah taat kepada Allah, dan siapa yang
bermaksiat terhadapku maka sungguh ia telah bermaksiat kepada Allah. Dan siapa yang taat
kepada pemimpin maka sungguh ia telah taat kepadaku, dan siapa yang bermaksiat kepada
pemimpin maka sungguh ia telah bermaksiat kepadaku. Dan sesungguhnya seorang
pemimpin adalah tameng, dilakukan peperangan dibelakangnya, dan dijadikan sebagai
pelindung.” (HR. Al-Bukhary no. 2957 (konteks di atas milik Al-Bukhary), Muslim no. 1835,
1841, Abu Daud no. 2757 dan An-Nasa`i 7/155).
Berkata al-Imam an-Nawawy rahimahullah, “Dan makna “dilakukan peperangan
dibelakangnya” yaitu dilakukan peperangan bersamanya melawan orang-orang kafir,
Al-Bughôt (para pembangkang terhadap penguasa), kaum khawarij dan seluruh pengekor
kerusakan dan kezholiman.” (Syarah Muslim 12/230).
Syarat Kedua: Jihad tersebut harus didukung dengan kekuatan yang cukup untuk
menghadapi musuh. Sehingga apabila kaum Muslimin belum memiliki kekuatan yang cukup
dalam menghadapi musuh, maka gugurlah kewajiban tersebut dan yang tersisa hanyalah
kewajiban untuk mempersiapkan kekuatan
Allah Subhânahu wa Ta’âlâ menegaskan : “Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka
kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang
(yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah dan (yang juga) musuh
kalian serta orang-orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya; sedang Allah
mengetahuinya.” (QS. Al-Anfâl : 60)
Diantara dalil akan gugurnya kewajiban jihad bila tidak ada kemampuan, adalah hadits
An-Nawwâs bin Sam’ân radhiyallâhu ‘anhu tentang kisah Nabi ‘Isâ ‘alaissalâm membunuh
Dajjal…, kemudian disebutkan keluarnya Ya`jûj dan Ma`jûj,
…Fَ_َDْ[َwَK َxُ‫ ه‬،َ{ِPَ|َ‫ إِ ْذ آ‬Uَْ‫€ أَو‬
ُ ‫ ا‬UَPِ‫ إ‬Uَْ[ِE: B
ْ ‚Sِ‫ إ‬I
ْ َƒ َZْ„َ‫…أ‬
ُ ْe ً‫دا‬FَwِE B
ْ ِP FَP ‫ن‬
ِ ‫َا‬IَY ٍIََ\ِP ،ْŠِ‹ِPFَjِJِk ْ‫‚ز‬ZََK
‫ي‬
ْ ِ‫د‬FَwِE UَPِ‫ْرِ إ‬xWP‫ ا‬
ُ َ^ْwَYَ‫ و‬M
ُ NOP‫ْجَ ا‬xُe\ْ َY َ‫ْج‬xُe\ْ َAَ‫? وَهُŠْ و‬
ْ ِA ‚fُ‫َبٍ آ‬Iَ َ‫ن‬xُOِْDَY …
“…Dan tatkala (Nabi ‘Isâ) dalam keadaan demikian, maka Allah mewahyukan kepada (Nabi)
‘Isâ, “Sesungguhnya Aku akan mengeluarkan sekelompok hamba yang tiada tangan (baca:
kekuatan) bagi seorangpun untuk memerangi mereka, maka bawalah hamba-hamba- Ku
berlindung ke (bukit) Thûr.” Kemudian Allah mengeluarkan Ya`jûj dan Ma`jûj, dan mereka
turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi….” (HR. Muslim no. 2937 dan Ibnu
Majah no. 4075).
Perhatikan hadits ini, tatkala kekuatan Nabi ‘Isâ ‘alaissalâm dan kaum muslimin yang
bersama beliau waktu itu lemah untuk menghadapi Ya`jûj dan Ma`jûj, maka Allah tidak
memerintah mereka untuk mengobarkan peperangan dan menegakkan jihad bahkan mereka
diperintah untuk berlindung ke bukit Thûr.
Demikian pula, ketika Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan para Sahabat masih lemah di
Makkah, Allah Ta’ala melarang kaum Muslimin untuk berjihad, padahal ketika itu kaum
Muslimin mendapatkan berbagai macam bentuk kezhaliman dari orang-orang kafir.
Berkata Syaikhul Islâm Ibnu Taimiyah rahimahullâh, “Dan beliau (Nabi shollallâhu ‘alaihi wa
‘alâ âlihi wa sallam) diperintah untuk menahan (tangan) dari memerangi orang-orang kafir
karena ketidakmampuan beliau dan kaum muslimin untuk menegakkan hal tersebut. Tatkala
beliau hijrah ke Madinah dan mempunyai orang-orang yang menguatkan beliau, maka
beliaupun diizinkan untuk berjihad.” (Al-Jawâb Ash-Shohîh 1/237).
Syarat Ketiga: Jihad tersebut dilakukan oleh kaum Muslimin yang memiliki wilayah kekuasaan
Perkara ini nampak jelas dari sejarah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, bahwa Beliau
diizinkan berjihad oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika telah terbentuknya satu
kepemimpinan dengan Madinah sebagai wilayahnya dan beliau sendiri sebagai pimpinannya.
Berkata Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah, “Awal disyariatkannya jihad adalah setelah
hijrahnya Nabi shollallahu‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam ke Madinah menurut kesepakatan
para ulama.” (Fathul Bari 6/4-5 dan Nailul Authar 7/246-247).
Demikianlah syarat-syarat jihad dalam syari’at Islam. Adapun dari sisi akal sehat, bahwa
tujuan jihad adalah untuk meninggikan agama Allah Ta’ala sehingga Islam menjadi
terhormat dan berwibawa di hadapan musuh, hal ini tidak akan tercapai apabila tidak
dipersiapkan dengan matang dengan suatu kekuatan, persiapan dan pengaturan yang baik.
Maka ketika syarat-syarat di atas tidak terpenuhi, sebagaimana dalam aksi-aksi terorisme,
hasilnya justru bukan membuat Islam menjadi tinggi, malah memperburuk citra Islam,
sebagaimana yang kita saksikan saat ini.

Pelanggaran Kedua: Memerangi orang kafir sebelum didakwahi dan ditawarkan apakah
memilih Islam, membayar jizyah atau perang
Pelanggaran ini menunjukkan kurangnya semangat para Teroris untuk mengusahakan
hidayah kepada manusia dan semakin jauh dari tujuan jihad itu sendiri, padahal hakekat
jihad hanyalah sarana untuk menegakkan dakwah kepada Allah Ta’ala.
Ini juga merupakan bukti betapa jauhnya mereka dari pemahaman yang benar tentang jihad,
sebagaimana tuntunan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam kepada para Mujahid yang
sebenarnya, yaitu para Sahabat radhiyallahu ‘anhum. Dalam hadits Buraidah radhiyallâhu
‘anhu, beliau berkata:
َ‫ن‬Fَ‫ل آ‬
ُ ْxُ•َ‫ ا€ِ ر‬UNOَ– €
ُ ‫ِ ا‬Mْ[َOَE ِMِP—َ‫Šَ و‬NO•
َ َ‫َ إِذَا و‬ZNAَ‫ًا أ‬Zْ[ِAَ‫ أ‬UَOَE ٍ˜ْ[َe ْ‫ٍ أَو‬dNYِZَ• ™ُ Fَ–ْ‫ أَو‬B
ْ ِK ِMِjN–Fَ„ ‫َى‬xْJَjِk ِ€‫ا‬
?
ْ َAَ‫ و‬M
ُ َ^َA ?
ْ ِA َ?ْ[ِ_ِOْُ_ْP‫ًا ا‬Zْ[َ„ NŠُ› َ‫ل‬Fَƒ ‫•ْŠِ ُأْœُوْا‬Fِk ِ€‫ ا‬B
ْ ِK ْ[ِwَ•ِf ِ€‫ْا ا‬xُOِgFَƒ ?
ْ َA َZَžَ‫€ِ آ‬Fِk ‫ْا وَŸَ ُأْœُوْا‬xOُ َg َŸَ‫و‬
‫ِرُوْا‬Iْ َg َŸَ‫ْا و‬xُO‚¡َ_ُg َŸَ‫ْا و‬xُOُjْJَg ‫ًا‬Iْ[ِPَ‫ِ[ْ…َ وَإِذَا و‬JَP َ‫ك‬N‫و‬I
ُ َE َ?ِA َ?ْ[ِ‫ِآ‬Zْ£ُ_ْP‫ُ‹ُŠْ ا‬E‫ ْد‬FَK UَPِ‫َثِ إ‬¥َ› ٍ‫ل‬FَTِ„ N?ُ‹ُjNYَ\َK FَA
َ‫ْك‬xُkFَeَ‫ أ‬f
ْ َwْƒFَK ْŠُ‹ْDِA N¦ُ‫ْ‹ُŠْ وَآ‬DَE NŠُ› ْŠُ‹ُE‫ ا ْد‬UَPِ‫َمِ إ‬¥ْ•ِbْP‫ن ا‬
ْ ِbَK َ‫ْك‬xُkFَeَ‫ أ‬f
ْ wَ ْƒFَK ْŠُ‹ْDِA N¦ُ‫ْ‹ُŠْ وَآ‬DَE ‫ن‬
ْ ِbَK ْŠُ‫ْا ه‬xَkَ‫أ‬
ُŠُ‹ْOََK َdَYْœِ§ْP‫ن ا‬
ْ ِbَK ْŠُ‫ْكَ ه‬xُkFَeَ‫ أ‬f
ْ َwْƒFَK ْŠُ‹ْDِA N¦ُ‫ْ‹ُŠْ وَآ‬DَE ‫ن‬
ْ ِbَK ْŠُ‫ْا ه‬xَkَ‫? أ‬
ْ ِ^َjْ•FَK ِ€Fِk ْŠُ‹ْOِgFَƒَ‫و‬
“Adalah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa âlihi wa salllam apabila beliau mengangkat
amir/pimpinan pasukan beliau memberikan wasiat khusus untuknya supaya bertakwa
kepada Allah dan (wasiat pada) orang-orang yang bersamanya dengan kebaikan. Kemudian
beliau berkata, “Berperanglah kalian di jalan Allah dengan nama Allah, bunuhlah siapa yang
kafir kepada Allah, berperanglah kalian dan jangan mencuri harta rampasan perang dan
janganlah mengkhianati janji dan janganlah melakukan tamtsîl (mencincang atau merusak
mayat) dan janganlah membunuh anak kecil dan apabila engkau berjumpa dengan
musuhmu dari kaum musyrikin dakwailah mereka kepada tiga perkara, apa saja yang
mereka jawab dari tiga perkara itu maka terimalah dari mereka dan tahanlah (tangan)
terhadap mereka ; serulah mereka kepada Islam apabila mereka menerima maka terimalah
dari mereka dan tahanlah (tangan) terhadap mereka, apabila mereka menolak maka
mintalah jizyah (upeti) dari mereka dan apabila mereka memberi maka terimalah dari
mereka dan tahanlah (tangan) terhadap mereka, apabila mereka menolak maka mintalah
pertolongan kepada Allah kemudian perangi mereka”. (HR. Muslim no. 1731, Abu Dâud no.
2613, At-Tirmidzy no. 1412, 1621, An-Nasâ`i dalam As-Sunan Al-Kubrô no. 8586, 8680, 8765,
8782 dan Ibnu Mâjah no. 2857, 2858).

Pelanggaran Ketiga: Membunuh orang Muslim dengan sengaja


Kami katakan bahwa mereka sengaja membunuh orang Muslim yang tentu sangat mungkin
berada di lokasi pengeboman karena jelas sekali bahwa negeri ini adalah negeri mayoritas
Muslim, dan mereka sadar betul di sini bukan medan jihad seperti di Palestina dan Afganistan,
bahkan mereka tahu dengan pasti kemungkinan besar akan ada korban Muslim yang
meninggal.
Tidakkah mereka mengetahui adab Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam sebelum
menyerang musuh di suatu daerah?! Disebutkan dalam hadits Anas bin Mâlik radhiyallâhu
‘anhu:
N‫ أَن‬NBِwNDP‫ ا‬UNOَ– €
ُ ‫ِ ا‬Mْ[َOَE UَOَEَ‫ِ و‬MِP— َŠNOَ•َ‫نَ و‬Fَ‫ َœَا إِذَا آ‬FَDِk FًAْxَƒ ْŠَP ?
ْ ُ¨َY ْ‫ْœُو‬ َY FَDِk UNjَ َ©ِwْTُY َZُªْDَYَ‫ِ و‬bَK‫ن‬
ْ
َVِ_َ• FًS‫ أَذَا‬N¦َ‫ْ‹ُŠْ آ‬DَE ‫ن‬
ْ ِ‫َŠْ وَإ‬P V
ْ َ_ْَY FًS‫رَ أَذَا‬Fََ‫َ[ْ‹ِŠْ أ‬OَE
“Sesungguhnya Nabi shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam apabila bersama kami untuk
memerangi suatu kaum, beliau tidak melakukan perang tersebut hingga waktu pagi,
kemudian beliau menunggu, apabila beliau mendengar adzan maka beliau menahan diri dari
mereka dan apabila beliau tidak mendengar adzan maka beliau menyerang mereka secara
tiba-tiba. ”(HR. Al-Bukhâri no. 610, 2943, Muslim no. 382, Abu Daud no. 2634, dan
At-Tirmidzy no. 1622).
Tidakkah mereka mengetahui betapa terhormatnya seorang Muslim itu?! Tidakkah mereka
mengetahui betapa besar kemarahan Allah Ta’ala atas pembunuh seorang Muslim?!
Allah Ta’ala berfirman: “Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu’min dengan sengaja,
maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan
mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya”. (QS. An-Nisâ` : 93)
Dan Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘ala alihi wa sallam menegaskan:
‫ل‬
ُ ‫َœَوَا‬P Fَ[ْSIP‫ن ا‬
ُ َxْ‫َ أَه‬fَE‫? ا€ِ ى‬
ْ ِA ِfْjَƒ ٍfُeَ‫ِŠٍ ر‬OْُA
“Sungguh sirnanya dunia lebih ringan di sisi Allah dari membunuh (jiwa) seorang muslim.”
(Hadits Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhuma riwayat At-Tirmidzy no. 1399, An-Nasa`i 7/
82, Al-Bazzar no. 2393, Ibnu Abi ‘ashim dalam Az-Zuhd no. 137, Al-Baihaqy 8/22, Abu Nu’aim
dalam Al-Hilyah 7/270 dan Al-Khathib 5/296. Dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany
rahimahullah dalam Ghayatul Maram no. 439).

Pelanggaran Keempat: Membunuh orang kafir tanpa pandang bulu


Inilah salah satu pelanggaran Teroris dalam berjihad yang menunjukkan pemahaman
mereka yang sangat dangkal tentang hukum-hukum agama dan penjelasan para Ulama.
Ketahuilah, para Ulama dari masa ke masa telah menjelaskan bahwa tidak semua orang kafir
yang boleh untuk dibunuh, maka pahamilah jenis-jenis orang kafir berikut ini:
Pertama, kafir harbiy, yaitu orang kafir yang memerangi kaum Muslimin, inilah orang kafir
yang boleh untuk dibunuh.
Kedua, kafir dzimmy, yaitu orang kafir yang tinggal di negeri kaum Muslimin, tunduk dengan
aturan-aturan yang ada dan membayar jizyah (sebagaimana dalam hadits Buraidah di atas),
maka tidak boleh dibunuh.
Ketiga, kafir mu’ahad, yaitu orang kafir yang terikat perjanjian dengan kaum Muslimin untuk
tidak saling berperang, selama ia tidak melanggar perjanjian tersebut maka tidak boleh
dibunuh.
Keempat, kafir musta’man, yaitu orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum
Muslimin, atau sebagian kaum Muslimin, maka tidak boleh kaum Muslimin yang lainnya
untuk membunuh orang kafir jenis ini. Dan termasuk dalam kategori ini adalah para
pengunjung suatu negara yang diberi izin masuk oleh pemerintah kaum Muslimin untuk
memasuki wilayahnya.
Banyak dalil yang melarang pembunuhan ketiga jenis orang kafir di atas, bahkan terdapat
ancaman yang keras dalam sabda Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam:
?
ْ َA َfَjَƒ ‫ًا‬Iَ‫ه‬Fَ^ُA ْŠَP ‫ح‬
ْ َZَY َdَِh‫ِ رَا‬dNDَ§ْP‫ ا‬N‫ وَإِن‬Fَ‹َْYِ‫ ر‬I
ُ َeْxُg ?
ْ ِA ِ‫َة‬Zْ[ِَA َ?ْ[^ِ َkْ‫ أَر‬FًAFَE
“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga dan sesungguhnya
bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun”. (HR. Al-Bukhary no. 3166, 6914,
An-Nasa`i 8/25 dan Ibnu Majah no. 2686).
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berpendapat bahwa kata mu’ahad dalam hadits di atas
mempunyai cakupan yang lebih luas. Beliau berkata, “Dan yang diinginkan dengan
(mu’ahad) adalah setiap yang mempunyai perjanjian dengan kaum muslimin, baik dengan
akad jizyah (kafir dzimmy), perjanjian dari penguasa (kafir mu’ahad), atau jaminan
keamanan dari seorang muslim (kafir musta’man).” (Fathul Bary 12/259).
(Disarikan dari buku Meraih Kemuliaan melalui Jihad Bukan Kenistaan, karya Al-Ustadz
Dzulqarnain hafizhahullah. Semua dalil, takhrij hadits dan perkataan Ulama di atas dikutip
melalui perantara buku tersebut, jazallahu muallifahu khairon).

Peringatan: Cadar, Celana Ngatung dan Janggut bukan Ciri-ciri Teroris


Ketahuilah wahai kaum Muslimin, menggunakan cadar bagi wanita muslimah, mengangkat
celana jangan sampai menutupi mata kaki dan membiarkan janggut tumbuh bagi seorang
laki-laki Muslim adalah kewajiban agama dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan
terorisme, sebagaimana yang akan kami jelaskan nanti bukti-buktinya insya Allah dari
al-Qur’an dan as-Sunnah serta penjelasan para Ulama ummat.
Benar bahwa sebagian Teroris juga mengamalkan kewajiban-kewajiban di atas, namun
apakah setiap yang mengamalkannya dituduh Teroris?! Kalau begitu bersiaplah menjadi
bangsa yang teramat dangkal pemahamannya… Maka inilah keterangan ringkas yang insya
Allah dapat meluruskan kesalah pahaman.

Pertama: Dasar kewajiban menggunakan cadar bagi Muslimah


Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: “Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak
perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al Ahzab: 59)
Perhatikanlah, ayat ini memerintahkan para wanita untuk menutup seluruh tubuh mereka
tanpa kecuali. Berkata As-Suyuthi rahimahullah, “Ayat hijab ini berlaku bagi seluruh wanita,
di dalam ayat ini terdapat dalil kewajiban menutup kepala dan wajah bagi wanita.” (Lihat
Hirasatul Fadhilah, hal. 51, karya Asy-Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullah) .
Istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam yang mulia: ‘Aisyah radhiyallahu’anha dan para wanita
di zamannya juga menggunakan cadar, sebagaimana penuturan ‘Aisyah radhiyallahu’anha
berikut:
“Para pengendara (laki-laki) melewati kami, di saat kami (para wanita) berihram
bersama-sama Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam. Maka jika mereka telah dekat kepada
kami, salah seorang di antara kami menurunkan jilbabnya dari kepalanya sampai menutupi
wajahnya. Jika mereka telah melewati kami, maka kami membuka wajah.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, Ibnu Majah dan lain-lain).

Kedua: Dasar kewajiban mengangkat celana, jangan sampai menutupi mata kaki bagi
laki-laki Muslim
Banyak sekali dalil yang melarang isbal (memanjangkan pakaian sampai menutupi mata
kaki), diantaranya sabda Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam hadits Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu:
“Bagian kain sarung yang terletak di bawah kedua mata kaki berada di dalam neraka.” (HR.
Al-Bukhori, no. 5787).
Dan hadits ‘Aisyah radhiyallahu’anha:
“Bagian kain sarung yang terletak di bawah mata kaki berada di dalam neraka.” (HR. Ahmad,
6/59,257).

Ketiga: Dasar kewajiban membiarkan janggut tumbuh bagi laki-laki Muslim


Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
memerintahkan untuk memotong kumis dan membiarkan janggut.” (HR. Muslim no. 624).
Juga dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Berbedalah dengan orang-orang musyrik; potonglah kumis dan biarkanlah janggut.” (HR.
Muslim no. 625).
Dan masih banyak hadits lain yang menunjukkan perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam untuk membiarkan janggut tumbuh, sedang perintah hukum asalnya adalah wajib
sepanjang tidak ada dalil yang memalingkannya dari hukum asal.

Demikianlah penjelasan ringkas dari kami, semoga setelah mengetahui ini kita lebih
berhati-hati lagi dalam menyikapi orang-orang yang mengamalkan sejumlah kewajiban di
atas. Tentu sangat tidak bijaksana apabila kita mengeneralisir setiap orang yang nampak
kesungguhannya dalam menjalankan agama sebagai teroris atau bagian dari jaringan teroris,
bahkan minimal ada dua resiko berbahaya apabila seorang mencela dan membenci satu
kewajiban agama atau membenci orang-orang yang mengamalkannya (disebabkan karena
amalan tersebut):
Pertama: Berbuat zhalim kepada wali-wali Allah, sebab wali-wali Allah adalah orang-orang
yang senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, baik perintah itu
wajib maupun sunnah. Dan barangsiapa yang memusuhi wali Allah dia akan mendapatkan
kemurkaan Allah ‘Azza wa Jalla.
Allah Ta’ala berfirman: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman
dan mereka selalu bertakwa”. (Yunus: 62-63)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, beliau berkata : Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam
bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman, ‘Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku
maka Aku umumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku
dengan sesuatu yang lebih aku cintai daripada amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan
senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah sampai Aku
mencintainya. Apabila Aku sudah mencintainya maka Akulah pendengarannya yang dia
gunakan untuk mendengar, Akulah pandangannya yang dia gunakan untuk melihat, Akulah
tangannya yang dia gunakan untuk berbuat, Akulah kakinya yang dia gunakan untuk
melangkah. Kalau dia meminta kepada-Ku pasti akan Aku beri. Dan kalau dia meminta
perlindungan kepada-Ku pasti akan Aku lindungi.’.” (HR. Bukhari, lihat hadits Arba’in ke-38).
Faidah: Para Ulama menjelasakan bahwa makna, “Akulah pendengarannya yang dia gunakan
untuk mendengar, Akulah pandangannya yang dia gunakan untuk melihat, Akulah tangannya
yang dia gunakan untuk berbuat, Akulah kakinya yang dia gunakan untuk melangkah”
adalah hidayah dari Allah Ta’ala kepada wali-Nya, sehingga ia tidak mendengar kecuali yang
diridhai Allah, tidak melihat kepada apa yang diharamkan Allah dan tidak menggunakan kaki
dan tangannya kecuali untuk melakukan kebaikan.
Kedua: Perbuatan tersebut bisa menyebabkan kekafiran, sebab mencela dan membenci satu
bagian dari syari’at Allah Jalla wa ‘Ala, baik yang wajib maupun yang sunnah, atau membenci
pelakunya (disebabkan karena syari’at yang dia amalkan) merupakan kekafiran kepada Allah
Tabaraka wa Ta’ala.
Berkata Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah pada pembatal keislaman
yang kelima:
“Barangsiapa membenci suatu ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam walaupun dia mengamalkannya, maka dia telah kafir.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: “Yang demikian karena sesungguhnya mereka benci
kepada apa yang diturunkan Allah (Al-Qur’an) lalu Allah menghapuskan amalan-amalan
mereka.” (Muhammad: 9)
Maka berhati-hatilah wahai kaum Muslimin.
Dan kepada Ikhwan dan Akhwat yang telah diberikan hidayah oleh Allah untuk dapat
menjalankan kewajiban-kewajiban di atas hendaklah bersabar dan tetap tsabat (kokoh) di
atas sunnah, karena memang demikianlah konsekuensi keimanan, mesti ada ujian yang
menyertainya.
Dan wajib bagi kalian untuk senantiasa menuntut ilmu agama dan menjelaskan kepada
ummat dengan hikmah dan lemah lembut, serta hujjah yang kuat agar terbuka hati mereka
insya Allah, untuk menerima kebenaran ilmu yang berlandaskan al-Qur’an dan as-Sunnah
dengan pemahaman Salaful Ummah, bukan pemahaman Teroris. Wallohul Musta’an.

Tanah Baru, Depok, 3 Ramadhan 1430 H.

Sumber :
Publikasi Ahlussunnah Jakarta
http://ahlussunnah- jakarta.com/ artikel_detil. php?id=374

Menyikapi Aksi-Aksi Teroris Khawarij


Al-Ustadz Qomar ZA, Lc

Seperti kita ketahui bersama, dalam kurun enam tahun belakangan ini, negeri kita
diguncang sejumlah aksi teroris. Yang paling akhir (semoga memang yang terakhir),
adalah bom di Hotel JW Mariott dan Ritz Carlton beberapa waktu lalu, disusul dengan
peristiwa-peristiwa yang membuntutinya. Peristiwa-peristiwa itu menyisakan banyak
efek negatif yang menyedihkan bagi kaum muslimin. Betapa tidak. Kaum muslimin yang
merupakan umat yang cinta damai kemudian tercitrakan menjadi kaum yang suka
melakukan kekerasan.

Kondisi ini diperparah dengan munculnya narasumber-narasumber dadakan. Di antara


mereka ada yang membenarkan “aksi heroik” para teroris ini. Sedangkan yang lain
beranggapan bahwa semua orang yang berpenampilan mengikuti sunnah sebagai orang
yang sekomplotan dengan para teroris tersebut. Tak ayal, sebagian orang yang
bercelana di atas mata kaki pun jadi sasaran kecurigaan, ditambah dengan cambangnya
yang lebat dan istrinya yang bercadar. Padahal, bisa jadi hati kecil orang yang
berpenampilan mengikuti sunnah tersebut mengutuk perbuatan para teroris yang
biadab itu dengan dasar dalil-dalil yang telah sahih dalam syariat.

Oleh karena itu, kami terpanggil untuk sedikit memberikan penjelasan seputar masalah
ini, mengingat betapa jeleknya akibat dari aksi-aksi teror tersebut. Di mana aksi-aksi
tersebut telah memakan banyak korban, baik jiwa maupun harta benda, sesuatu yang
tak tersamarkan bagi kita semua.

Nah, darimanakah teror fisik ini muncul, sehingga berakibat sesuatu yang begitu kejam
dan selalu mengancam? Tak lain teror fisik ini hanyalah buah dari sebuah teror
pemikiran yang senantiasa bercokol pada otak para aktor teror tersebut, yang akan
terus membuahkan kegiatan selama teror pemikiran tersebut belum hilang.

Apa yang dimaksud dengan teror pemikiran? Tidak lain, keyakinan bahwa sebagian
kaum muslimin telah murtad dan menjadi kafir, khususnya para penguasa. Bahkan di
antara penganut keyakinan ini ada yang memperluas radius pengkafiran itu tidak
semata pada para penguasa, baik pengkafiran itu dengan alasan ‘tidak berhukum
dengan hukum Allah‘ atau dengan alasan ‘telah berloyal kepada orang kafir‘, atau
dalih yang lain. Demikian mengerikan pemikiran dan keyakinan ini sehingga pantaslah
disebut sebagai teror pemikiran. Keyakinan semacam ini di masa lalu dijunjung tinggi
oleh kelompok sempalan yang disebut dengan Khawarij.
Dengan demikian, teror pemikiran inilah yang banyak memakan korban. Dan ketahuilah,
korban pertama sebelum orang lain adalah justru para pelaku bom bunuh diri tersebut.
Mereka terjerat paham yang jahat dan berbahaya ini, sehingga mereka menjadi martir
yang siap menerima perintah dari komandannya dalam rangka memerangi “musuh”
(versi mereka). Lebih parah lagi, mereka menganggapnya sebagai jihad yang
menjanjikan sambutan bidadari sejak saat kematiannya. Keyakinan semacam inilah
yang memompa mereka untuk siap menanggung segala risiko dengan penuh sukacita.
Sehingga berangkatlah mereka, dan terjadilah apa yang terjadi…

Benarkah mereka disambut bidadari setelah meledaknya tubuh mereka hancur


berkeping-keping dengan operasi bom bunuh diri tersebut? Jauh panggang dari api!
Bagaimana dikatakan syahid, sementara ia melakukan suatu dosa besar yaitu bunuh
diri! Kita tidak mendahului keputusan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita hanya
menghukuminya secara zhahir (lahir) berdasarkan kaidah hukum, tidak boleh bagi kita
memastikan bahwa seseorang itu syahid dengan segala konsekuensinya. Bahkan
berbagai hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang mencela Khawarij dan
mengecam bunuh diri lebih tepat diterapkan kepada mereka. Oleh karena itulah, saya
katakan: Mereka adalah korban pertama kejahatan paham Khawarij sebelum orang lain.

Tolong hal ini direnungi dan dipahami. Terutama bagi mereka yang ternodai oleh paham
ini. Selamatkan diri kalian. Kasihanilah diri kalian, keluarga kalian, dan umat ini. Kalian
telah salah jalan. Bukan itu jalan jihad yang sebenarnya. Segeralah kembali sebelum
ajal menjemput. Sebelum kalian menjadi korban berikutnya. Teman-teman
seperjuangan dan juga ustadz kalian tidak akan dapat menolong kalian dari hukum Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Masing-masing akan mempertanggungjawabkan amalnya
sendiri:




‫آ‬
ُ‫و‬
ِ ِ

َ‫م‬ 

ِ


ِ
ْ‫ا ا‬
‫د‬

َ (95) [ ‫ـ‬
‫ـ‬/95]

“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan
sendiri-sendiri.“ (Maryam: 95)

Sekadar itikad baik tidaklah cukup. Itikad baik haruslah berjalan seiring dengan cara
yang baik.

Kami goreskan tinta dalam lembar-lembar yang singkat ini, dengan tujuan agar semua
pihak mendapatkan hidayah. Barangkali masih ada orang yang sudi membaca dan
merenungkannya dengan penuh kesadaran. Juga agar semua pihak dapat bersikap
dengan benar dan baik. Sekaligus ini sebagai pernyataan sikap kami, karena kami pun
menuai getah dari aksi teror tersebut.

Taat kepada pemerintah dalam hal yang baik

Kaum muslimin harus meyakini tentang wajibnya taat kepada pemerintah dalam
perkara yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Hal itu berdasarkan firman Allah
Subhanahu wa Ta’ala :


 "

#‫أ‬َ%َِ
&
'‫ُا ا‬(

َ ‫ا‬
) ِ*‫أ‬
َ "
'‫ا ا‬
) ِ*‫أ‬
َ‫و‬
‫ل‬َ,-
.‫ ا‬/ِ‫ُو‬
‫وأ‬ 
01
َ
ْ‫ ا‬
2ُ(
ْ
ِ
‫ن‬
ْ4
0
َ 
5ُ6
‫ز‬
ََ(
َ /ِ
 ‫ء‬
ٍ/
:
َ ;‫<و‬
‫د‬

َ =َ‫إ‬
0
ِ
'‫ل ا‬
0,-
.‫ ا‬
‫ن و‬ْ‫إ‬
0 ‫آ‬
ُ
5
ُ(ْ ‫ن‬
َُ
(
ِ?
ُ
ِ
'0@
‫م‬
A


ْ‫ ا‬
‫و‬0B
ِC
َ
ْ‫ ا‬D
َ
ِ‫ذ‬
َF
B
َ%ُG
H
‫أ‬
َ‫و‬

0
‫و‬1
ْ
َ (59) [‫ء‬G(‫ا‬/59]

“Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri
di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur‘an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu
benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.“ (An-Nisa: 59)

Ulil Amri adalah para ulama dan para umara’ (para penguasa), sebagaimana disebutkan
oleh Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsirnya. (Tafsir Al-Qur‘anil ‘Azhim,
1/530)

Seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, bernama Al-Irbadh Radhiyallah


‘anhu mengatakan:

='
J َ
(@
0 ‫ل‬ُ,-‫ر‬
" Lِ‫ ا‬n ‫ت‬"‫َا‬‫م ذ‬
N 
OPُ Q
َR
Sْ‫أ‬
َ َ( 
َ6
" َ(Tَ6"

َ ًTَ6
ِ
 
ًUَ ِ@
V
َ‫ر‬
"‫ذ‬َ
"
(ْ
ِ‫ن‬ُ, )

ْ‫ ا‬VَW
0‫و‬ ‫و‬
"(
ِْ‫ب‬,ُ
ُْ‫ل ا‬
ََ
َQ ٌZ
َِS: 
‫ل‬َ,-‫ر‬" ،ِL‫ن ا‬
'1
َ‫آ‬َ;ِ&ِ‫ه‬
"ُT
َ6ِ


،N
‫دع‬^

, ‫َا‬‫ ذ‬_
َ` 
")
َ%َ 
َ‫إ‬0‫ل ا؟‬ََ
َ: 
2ُ ِ
J‫ُو‬‫ ى أ‬
ْ5َ@
0L ِ‫ ا‬c
A_G
O‫ ا‬ ‫و‬ِ6
"'d‫ ا‬ ‫نو‬ْ‫إ‬
0‫و‬
‫ا‬
`R6
" e
f
ِR H
" g
'40
َ%ْ hْ)
ِ 2
ُ(ْ
ِ ‫ِي‬`)
@ ‫"ى‬
 G

َ ًَ5ِB
ْ‫ ا‬،‫ا‬ jk
ِ‫آ‬َ
2ُ 
َ)"
َ /ِ
5('G
,@0

ِ(
'-
,‫و‬ ‫ء‬
َِl
َmُ
ْ‫ ا‬n َ
o`ِ
_
ْ‫ ا‬%َِ`:
ِ‫ا‬.‫ُا ا‬ 2GO_
َ "@
0 ‫<ا‬ p6
"‫و‬ "
َ6
" &ِW
0‫ ا‬(
'0@

‫آ‬
ُO‫إ‬
0‫و‬ ‫ت‬َِP`
"q
,‫و‬ ‫ر‬0,1
ُْ‫ن ا‬
'40
َQ'‫آ‬ٍُPَ`
"q
,ٌ6
"`@
0Q '‫آ‬
ُ‫و‬
 ٍ6
"`@
0ٌََ
r"

Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam shalat mengimami kami, lalu beliau
menghadapkan wajahnya kepada kami seraya memberikan nasihat kepada kami dengan
nasihat yang sangat mengena. Air mata berderai dan qalbu pun bergoncang karenanya.
Maka seseorang mengatakan: “Wahai Rasulullah, seakan-akan ini adalah nasihat
perpisahan. Lalu apa wasiat anda kepada kami?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda: “Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala, mendengar dan taat (kepada penguasa) sekalipun dia seorang budak sahaya
dari Habasyah (sekarang Ethiopia, red.). Karena siapa saja yang hidup sepeninggalku,
dia akan melihat perselisihan yang banyak. Maka tetaplah kalian pada sunnahku dan
sunnah (tuntunan) para khulafa‘ur-rasyidin yang mendapat petunjuk. Berpeganglah
dengannya dan gigitlah dengan gigi-gigi geraham kalian, serta jauhilah oleh kalian
perkara-perkara yang baru (dalam Islam), karena segala yang baru tersebut adalah
bid‘ah dan segala yang bid‘ah adalah kesesatan.“ (Shahih, HR. Abu Dawud,
At-Tirmidzi, dan yang lain)

Untuk lebih lengkapnya, lihat pembahasan pada majalah Asy Syariah Vol. I/05.

Berlepas diri dari aksi teror

Kaum muslimin harus berlepas diri dari aksi-aksi teroris, karena aksi-aksi tersebut
bertolak belakang dengan ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para
sahabatnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus Nabi-Nya sebagai rahmat bagi alam
semesta sebagaimana dalam firman-Nya:


‫و‬
‫ك‬ََ
(
ْ-
‫ر‬
‫أ‬
َ '
‫إ‬
0ً_
H
‫ر‬
"nَ_
ِ
َ"
)
ْ
ِ (107) [‫ـء‬
‫ ـ‬Rgt‫ا‬/107]

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam.“ (Al-Anbiya: 107)

Beliau adalah seorang nabi yang sangat memiliki kasih sayang dan kelembutan
sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala sebutkan dalam firman-Nya:

`

َ
َ 
‫آ‬
ُ‫ء‬
َ"
W ‫ل‬
ٌ,
-‫ر‬
" %
ْ
ِ 
2
ُG
ِl
ُg
ْ‫أ‬
َ u
ٌ0
u6
"
ِ

َ6
" 
 
5
(
ِ6
" w
v0
H
" 
2
ُ

َ6
" n
َ(
ِ
ِ?
_
,
ْ0
@
‫ف‬
ٌ‫ُو‬
‫رء‬
"v ِ
H‫ر‬
" (128) [@5‫ا‬/128]

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.“ (At-Taubah: 128)

Dalam sebuah riwayat dari Atha’ bin Yasar, ia berkata: Aku berjumpa dengan Abdullah
bin Amr bin Al-Ash Radhiyallah ‘anhuma maka aku pun mengatakan:

g
R
0B
ْ‫أ‬َ %
ْ6
" ِl
َJ
ِ ‫ل‬
0,
-‫ر‬" L
ِ‫= ا‬J L‫ا‬ 6 -‫ و‬/ِ  ‫ة‬
ِ‫"ا‬
‫ر‬
5'‫ا‬. ‫ل‬
ََ
َ: ،ْQW
"‫أ‬
َ
L
ِ‫ ا‬
‫ و‬
g'‫إ‬
0 ‫ف‬ٌ,
J
_ 
َ /ِ
 ‫ة‬ِ‫"ا‬
‫ر‬
5
'‫ ا‬ِ5
ِl
َ{ِ@
0 /ِ ‫ن‬
0ُ
ْ‫ا‬:  "#‫أ‬
َ |‫' ا(ـ‬ g‫إ‬0
‫ك‬
ََ
(
ْ-
‫ر‬‫أ‬
َ‫ا‬ً`ِ‫َه‬
:‫ا‬ً}
fR
,‫و‬
‫ا‬ًِ
&g
َ‫و‬
‫ا‬ً‫ز‬H
ِ‫و‬
o
o1ُ
ِْn
َV "g
ْ‫أ‬
َ‫و‬
‫ِي‬
`R6
" /ِ
-
,‫ر‬
"‫و‬ Dَ5
ُ
_O-

Q
َ‫آ‬
}
5
َ_,
ْ‫ ا‬V
"G
َ ~l
َ@
0 
€‫و‬ 
ٍ ِ
‚َ 
€‫و‬
‫ب‬
ƒ'm-
‫ق‬0‫ ا‬
-
1َ
ْ0@. ‫ل‬
ََS …
,g
ُ,: 
€‫و‬
‫ب‬ƒ'
mJ
/ِ
‫ق‬
0‫ ا‬
-1
َ
ْ‫ ا‬
€‫و‬
cَ`

َ†
َ
oGO‫ ا‬
ِ†
َ
oGO0
@%ْ2
َِ‫و‬

l)
 l
ِU
ْ ‫و‬
%ْ
َ‫و‬ p
"R
0ْ
='
5H
" ِ

,

ِ@
0 
َ
'_
ِْ‫ء ا‬َ"
W
)
"ْ‫ن ا‬
ْ1
َ@
0 ‫ُا‬
ُ


€
"
َ‫إ‬
0 
‡‫إ‬
0 L
ُ‫ˆ ا‬
5
َl
ْ

َ "
@
0 
ً(,
6
‫أ‬
َ 
ً 
_6


ًg‫َا‬
‫ ذ‬‫ و‬e
_J
,ً@ُS
ُ‫و‬
ًlْ

ُ

“Kabarkan kepadaku tentang sifat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam kitab
Taurat.” Beliau menjawab: “Ya, demi Allah, beliau disifati dalam kitab Taurat seperti
beliau disifati dalam Al-Qur’an: “Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai
saksi, sebagai pembawa berita gembira, sebagai pemberi peringatan, sebagai pelindung
bagi kaum yang ummi. Engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku. Aku menamaimu
Al-Mutawakkil (orang yang bertawakkal). Engkau bukanlah orang yang kasar tutur
katamu, bukan pula kaku tingkah lakumu, bukan orang yang suka berteriak-teriak di
pasar, bukan pula orang yang membalas kejelekan dengan kejelekan, akan tetapi justru
memaafkan dan mengampuni kesalahan. Allah tidak akan mewafatkannya hingga Allah
meluruskan dengannya agama yang bengkok, dengan orang-orang mengucapkan La
Ilaha illallah. Dengan kalimat itu ia membuka mata yang buta, telinga yang tuli, dan
qalbu yang tertutup.“ (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 2018, Ahmad dalam kitab Musnad,
dan yang lain)

Bahkan dalam kondisi perang melawan orang kafir sekalipun, masih nampak sifat kasih
sayang beliau. Sebagaimana pesan beliau kepada para komandan pasukan perang yang
diriwayatkan oleh Sulaiman bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata:

‫ن‬
ََ
‫لآ‬ُ,
-‫ر‬
"Lِ‫= ا‬J L‫ا‬ 6 -‫َا و‬
‫إذ‬
0"
O‫أ‬
َ ‫ا‬
j
ِ‫أ‬
َ =َ
6
"hƒ
W
"‫و‬‫أ‬
ٍَ
O
0-
;
J‫و‬
‫أ‬
َ

 ِ5
ِJ
OَB ‫ ى‬
ْ5
َ@
0Lِ‫ ا‬%
ْ
‫و‬
)

% َ
ِ ‫َا‬
n_
ِِG
_
,
ْ ،‫ا‬
BَOP
ُ‫ل‬ََS: ‫ُوا‬u‚
ْ‫ ا‬A-
0@ ،ِ
L‫ا‬
‰ Q0 0R-
،ِL‫ُا ا‬
َِ
S %
ْ
"lَ‫آ‬
َ ،ِL0
@ ‫ُوا‬u‚ْ‫َ ا‬
‫و‬
‫ا‬ U
ُ
َ َ‫و‬ ‫وا‬‫`ر‬ِU
ْ
َ َ‫و‬
‫ُا‬
k
ُ_
َ َ
‫و‬
‫ُا‬5
ُ
ْ
َ ‫ا‬
` ِ‫و‬
‫َا‬‫إذ‬
0‫و‬
V" ِ
َ‫ك‬َ‫و‬
O`
6"%
َِn
َ‫آ‬ِ
0f
ْ_,
ْ‫ ا‬
6
‫د‬َ =َ
‫إ‬0‫ث‬َِ
P
َ
‫ل‬
ƒ
{B
ِ -
‫أو‬َ‫ل‬
ƒَB
ِ- %
'
5
ُO1
َ
َ  ‫ك‬
َ,@"
W‫أ‬
َQْR
S
َْ

(
ْ
ِ‹.‫آ‬
ُ‫و‬

(
ْ6
"OP
ُ
6
‫د‬
‫َ= ا‬
‫إ‬
0
،A
‫َم‬
-4
0
ْ‫ن ا‬
ْ4
0
َ‫ك‬َ,
@"W‫أ‬
َQ ْR
S
َْ

(
ْ
ِ‹.‫آ‬
ُ‫و‬

(
ْ6
"…

Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bila menetapkan seorang komandan


sebuah pasukan perang yang besar atau kecil, beliau berpesan kepadanya secara
khusus untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan berbuat baik kepada
kaum muslimin yang bersamanya, lalu beliau mengatakan: “Berperanglah dengan
menyebut nama Allah, di jalan Allah. Perangilah orang yang kafir terhadap Allah.
Berperanglah, jangan kalian melakukan ghulul (mencuri rampasan perang), jangan
berkhianat, jangan mencincang mayat, dan jangan pula membunuh anak-anak. Bila
kamu berjumpa dengan musuhmu dari kalangan musyrikin, maka ajaklah kepada tiga
perkara. Mana yang mereka terima, maka terimalah dari mereka dan jangan perangi
mereka. Ajaklah mereka kepada Islam, kalau mereka terima maka terimalah dan jangan
perangi mereka…” (Shahih, HR. Muslim)

Dalam riwayat Ath-Thabarani (Al-Mu‘jam Ash-Shaghir no. hadits 340):


€‫و‬
،‫ا‬
(
ُR


َ َ
‫و‬
‫ُا‬
5
ُ
ْ
َ ،‫ا‬
`

ِ‫و‬
€‫و‬
،ً
‫"أة‬

‫ ا‬
€‫و‬

m
:
َ ‫ا‬

R
0‫آ‬
َ

“Jangan kalian takut, jangan kalian membunuh anak-anak, jangan pula wanita, dan
jangan pula orang tua.“

Islam bahkan tidak membolehkan membunuh orang kafir kecuali dalam satu keadaan,
yaitu manakala dia sebagai seorang kafir harbi (yang memerangi muslimin). Allah l
berfirman:


,‫آ‬
ُ"
(
ْ

'‫ ا‬%
06
"%َِ
&
'‫ ا‬

َ‫آ‬
ُُ

َِ

, /ِ
%0^
`‫ ا‬

َ‫و‬
‫آ‬
ُ
W
0m
ْ
,%ْ
ِ‫آ‬
ُ‫ر‬
0
‫د‬
ِ
‫ن‬
ْ‫أ‬
َ‫ه‬
‫<و‬R

َ ‫ُا‬dG
ِْ
ُ‫و‬
0

َ‫إ‬
0
‫ن‬'‫إ‬
0 "
'‫ ا‬
#q
ِ
,nَd
ِG
ِ
ْ_
,
ْ‫( ا‬8) 
_g
'‫إ‬0
,‫آ‬
ُ"(
ْ

'‫ ا‬%
06
"
%
َِ
&'‫ ا‬
‫آ‬
ُُ
ََS /ِ
%0^
`‫ ا‬
‫آ‬
ُW
"B
ْ‫أ‬
َ‫و‬
%ْ
ِ‫آ‬
ُ‫ر‬
0
‫د‬ِ ‫وا‬
‫ه‬"َ
Ž‫و‬

6
"2
ُW0‫"ا‬
B
ْ‫إ‬
0‫ن‬ْ‫أ‬
َ

‫ه‬


'

َ%ْ
‫و‬


'
5
َ
Dَ†
ِ
َ‫ُو‬
1
َ,‫ه‬
‫ن‬َ,
_
ِ'
T‫( ا‬9) [‫(ـ‬q5_‫ا‬/8، 9]

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah
hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu
karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zalim.“ (Al-Mumtahanah: 8-9)

Adapun jenis kafir yang lain, semacam kafir dzimmi yaitu orang kafir yang hidup di
bawah kekuasaan dan jaminan penguasa muslim, atau kafir mu‘ahad yaitu seorang
kafir yang memiliki perjanjian keamanan dengan pihak muslim, atau kafir musta‘min
yaitu yang meminta perlindungan keamanan kepada seorang muslim, atau sebagai duta
pihak kafir kepada pihak muslim, maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melarang
membunuh mereka. Bahkan mereka dalam jaminan keamanan dari pihak pemerintah
muslimin.

Kaum muslimin berlepas diri dari aksi-aksi teror tersebut, karena aksi-aksi tersebut
mengandung pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran agama Islam yang mulia. Di
antaranya:

1. Membunuh manusia tanpa alasan dan cara yang benar

2. Menumbuhkan rasa ketakutan di tengah masyarakat

3. Merupakan sikap memberontak kepada penguasa muslim yang sah

4. Menyelewengkan makna jihad fi sabilillah yang sebenarnya

5. Membuat kerusakan di muka bumi

6. Merusak harta benda

7. Terorisme Khawarij adalah bid’ah, alias perkara baru yang diada-adakan dalam
agama, sehingga merupakan kesesatan.

Dan berbagai pelanggaran agama yang lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:


‫و‬
‫ُا‬
5
ُْ
َ 
2
ُG
lُg
ْ‫أ‬َ ‫ن‬
'‫إ‬
0
"
'‫ن ا‬ََ
‫ آ‬
2
ُ@0 
_ ِ
H‫ر‬" (29) %
ْ
‫و‬
Qْ)
"l
ْ
D
َ
ِ‫ذ‬
َ ً
g‫ ا‬‫`و‬6


_
ْŽ
ُ‫و‬
‫ف‬َ
G
َ ِ ِ
{
gُ ‫ا‬
‫َر‬g‫ن‬
ََ‫وآ‬
Dَ
ِ‫ذ‬
َ =َ
6
" ِ
'‫ا ا‬
jGِ
(30) [‫ء‬G(‫ا‬/29، 30]

“Dan janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah adalah Maha
penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan
aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.“ (An-Nisa: 29-30)

Janganlah membunuh diri kalian, yakni janganlah sebagian kalian membunuh yang lain.
Karena sesama kaum muslimin itu bagaikan satu jiwa. (Lihat Tafsir As-Sa‘di)

_g
'‫إ‬
0 ‫ء‬
ُ‫َا‬
uW
" %
َِ
&
'‫ن ا‬
َ,
@‫ر‬
0"
q
,
"
'‫ ا‬

َ,
-‫ر‬
"‫و‬
‫ن‬
َ
)
"G

‫و‬

 ‫ض‬
0‫ر‬
1
َ
ْ‫ا ا‬
‫ د‬
G
َ ‫ن‬
ْ‫أ‬
َ
‫ُا‬
5
'
َ
,‫و‬‫أ‬
َ ‫ا‬,
R
'{

,‫و‬‫أ‬
َc"d
'
َ
ُ
0ِ
`
‫أ‬
َ

ُW
‫ر‬
‫أ‬
َ‫و‬
%ْ
ِ‫ف‬ٍَ
B
ِ‫و‬‫أ‬
َ ‫ا‬
l
َ(
ْ
,%َ
ِ‫ض‬0‫ر‬
1
َ
ْ‫ا‬
D
َ
ِ‫ذ‬
َ

َ‫ي‬vu
ْB
ِ /ِ
 
g
ْ`
<‫ ا‬

َ‫و‬

 /ِ
‫ة‬ِ
"B
ِC
َ
ْ‫ب ا‬
v‫َا‬
&6
"v ِ
T6
" (33) [‫ـ`ة‬
‫ـ‬Z‫ا‬/33]

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan


Rasul-Nya serta membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau
disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari
negeri (tempat tinggalnya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk
mereka di dunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar.“ (Al-Maidah: 33)

Makna memerangi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya adalah menentang dan
menyelisihi. Kata ini tepat diberikan pada perkara kekafiran, merampok di jalan, dan
membuat ketakutan pada perjalanan manusia. (Tafsir Ibnu Katsir, 2/50)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

‫ر‬
‫"ا‬
:ِ
,2
ُ5ِ_
OZ
ِ‫أ‬َ%
َ
&ِ
'‫ ا‬

g
َp
UِR

ُ2
ُgَ
p
UِR
,‫و‬

gَ
(
ُ)"
ْ
َ‫و‬ 2
ُgَ
(
ُ)"
ْ
‫و‬ . Q
َ
S
ِ: 

‫ل‬
َ
-
,‫ر‬
" ،ِL‫’ ا‬
€
َ‫أ‬َ
‫ه‬&
ُ@
0َ(g
ُ ‫ِ؟‬
‹ G
O0@‫ل‬ََ
َ: ،€
   ‫ا‬
,َS‫أ‬
َ,2ُ

ِ ،َ‫’ة‬
€{
O‫َا ا‬ ‫إذ‬0‫و‬


5
ُ
‫أ‬
َ‫ر‬"%ْ
ِ2
ُ
ِ
€‫و‬, ً
†
:
َ gَ
‫ه‬
"2
ْ
َ ‫ا‬‫ه‬
"‫آ‬
َْ َ_
6
"€‫و‬ ‫ا‬6u
0(ْ
َ ‫ا‬`
%ْ
ٍِ6"َ*

“Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membencinya dan mereka


membenci kalian, yang kalian melaknatinya dan mereka melaknati kalian.“ Dikatakan
kepada beliau: “Wahai Rasulullah, tidakkah kita melawannya dengan pedang
(senjata)?“ Beliau mengatakan: “Jangan, selama mereka mendirikan shalat di
tengah-tengah kalian. Jika kalian melihat pada pemimpin kalian sesuatu yang kalian
benci maka bencilah perbuatannya dan jangan kalian cabut tangan kalian dari
ketaatan.“ (Shahih, HR. Muslim)

Dari Abdurrahman bin Abi Laila, ia berkata:


(P
َ.̀"
H ‫ب‬
,"qJ
‫أ‬
َ `
ٍ_Oq
"
, =J L‫ا‬ 6 -‫ و‬: ‫ل‬
ََ
S ‫ل‬
ُ
-
,‫ر‬
" L
ِ‫= ا‬J L‫ا‬ 6
-‫ و‬: َ
Qq
ِ 
N
ِG_
,
ِ‫ن‬ْ‫أ‬
َ‫ع‬"‫و‬
o
"
, 
_
ِG

,

Para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah memberitahukan kepada


kami bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidak halal bagi
seorang muslim untuk menakut-nakuti muslim yang lain.“ (Shahih, HR. Abu Dawud)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda:


‫ن‬
ََ
‫"= آ‬
(
ْ
%ْ6
"Qَ ِ
S‫ل‬ََ
S‫و‬
‫ة‬ِ
"k
ْ‫آ‬
َ‫و‬
‫ل‬0‫"ا‬
?G
#‫ ا‬
ِ6
""
r‫إ‬
0‫و‬
‫ل‬0
_
ْ‫ا‬

“Adalah Rasulullah melarang dari ‘katanya dan katanya‘, banyak bertanya (yang tidak
bermanfaat), dan menyia-nyiakan harta.“ (Shahih, HR. Al-Bukhari dari sahabat
Al-Mughirah bin Syu’bah Radhiyallah ‘anhu )

Ideologi Teroris Khawarij

Mengapa kami memberi embel-embel kata teroris dengan kata Khawarij? Karena, kata
teroris secara mutlak memiliki makna yang luas. Aksi teror telah dilakukan oleh banyak
kalangan, baik yang mengatasnamakan Islam ataupun non-Islam, semacam yang
dilakukan oleh orang-orang Yahudi terhadap bangsa Palestina pada masa kini, dan
semacam yang dilakukan oleh Sekutu terhadap bangsa Jepang dalam peristiwa
pengeboman Nagasaki dan Hiroshima di masa lalu. Sehingga dengan penambahan kata
“Khawarij” di belakang kata teroris, akan mempersempit pembahasan kita.
Pembahasan kita hanya tentang orang-orang yang melakukan aksi-aksi teror di negeri
kita akhir-akhir ini yang mengatasnamakan Islam atau mengatasnamakan jihad. Adapun
Khawarij, merupakan sebuah kelompok sempalan yang menyempal dari Ash-Shirathul
Mustaqim (jalan yang lurus) dengan beberapa ciri khas ideologi mereka.

Mengapa kami menyebutnya ideologi? Karena mereka memiliki sebuah keyakinan yang
hakikatnya bersumber dari sebuah ide. Maksud kami, sebuah penafsiran akal pikiran
yang keliru terhadap nash (teks) Al-Qur’an atau Al-Hadits. Dari sinilah kemudian
mereka menyempal. Sekali lagi, hal ini terjadi akibat penafsiran yang salah terhadap
Al-Qur’an dan Al-Hadits, bukan akibat penafsiran yang apa adanya, yang menurut
sebagian orang kaku atau “saklek“, dan tidak pantas dikatakan sebagai salah satu
bentuk ijtihad dalam penafsiran Al-Qur’an maupun Al-Hadits. Sehingga, ideologi
mereka sama sekali tidak bisa disandarkan kepada Islam yang benar. Demikian pula
aksi-aksi teror mereka sama sekali tidak bisa dikaitkan dengan ajaran Islam yang mulia
nan indah ini. Bahkan Islam berlepas diri dari mereka. Lebih dari itu, Islam justru sangat
mengecam mereka, di mana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyebut mereka
sebagai anjing-anjing penghuni neraka seperti dalam hadits berikut ini:

‫ب‬

€‫آ‬
ِQ0‫ه‬
‫أ‬
َ ،0
‫'ر‬
(‫ ا‬

B
َ =َ
5
ْS
َ%ْ
;

ُ5
َS
َ
“(Mereka) adalah anjing-anjing penghuni neraka. Sebaik-baik korban adalah orang yang
mereka bunuh.“ (Shahih, HR. Ahmad dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak. Lihat Shahih
Al-Jami‘ no. 3347)

Para teroris Khawarij yang ada sekarang ini adalah salah satu mata rantai dari kaum
Khawarij yang muncul sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam . Ketika itu, para
sahabat masih hidup. Merekalah orang-orang yang memberontak kepada Khalifah
Utsman bin ‘Affan Radhiyallah ‘anhu dan membunuhnya. Mereka jugalah yang
membunuh Khalifah Ali bin Abu Thalib Radhiyallah ‘anhu. Sekte ini terus berlanjut,
turun-temurun diwarisi oleh anak cucu penyandang ideologi Khawarij sampai pada
masa ini, yang ditokohi oleh Usamah bin Laden (yang telah diusir dari Kerajaan Saudi
Arabia karena pemikirannya yang berbahaya), Al-Mis’ari, Sa’ad Al-Faqih, dan
tokoh-tokoh lainnya. Mereka bersama Al-Qaedahnya telah melakukan aksi-aksi teror
di Saudi Arabia, bahkan di wilayah Makkah dan Madinah, sehingga menyebabkan
kematian banyak orang, baik dari kalangan sipil maupun militer. Karenanya, pemerintah
Saudi Arabia beserta para ulamanya (yaitu) anak cucu murid-murid Asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah memberantas mereka. Sehingga para
teroris Khawarij tersebut -termasuk yang ada di negeri ini- sangat benci kepada
pemerintah kerajaan Saudi Arabia, dan ini menjadi salah satu ciri mereka.

Coba perhatikan, siapakah korban aksi teror mereka? Bukankah kaum muslimin?
Perhatikanlah bahwa kaum muslimin juga menjadi target operasi mereka. Ya, walau
awalnya mereka berdalih memerangi orang kafir, tapi pada akhirnya musliminlah yang
menjadi sasaran mereka dan justru mereka akan lebih sibuk memerangi kaum muslimin.
Sungguh benar sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam :

‫ن‬
َُ
5
ُ
ْ
Qَ‫ه‬
‫أ‬
َ‫م‬Aَ
-
4
0
ْ‫ن ا‬
َ
6`
"
‫و‬
Qَ‫ه‬
‫أ‬
َ‫ن‬0َ
P‫و‬
1
َ
ْ‫ا‬

“Mereka membunuh pemeluk Islam dan membiarkan penyembah berhala.“ (HR.


Al-Bukhari dan Muslim)

Sehingga kami memohon kepada segenap kaum muslimin agar tidak mengaitkan aksi
teror mereka dengan ajaran Islam yang mulia, yang dibawa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam pembawa rahmat. Mereka sangat jauh dari Islam, Islam pun berlepas diri dari
mereka. Jangan termakan oleh opini yang sangat dipaksakan untuk mengaitkan
aksi-aksi itu dengan Islam. Opini semacam ini hanyalah muncul dari seseorang yang
tidak paham terhadap ajaran Islam yang sesungguhnya dan tidak paham jati diri para
teroris Khawarij tersebut, atau muncul dari orang-orang kafir ataupun muslim yang
“mengail di air keruh“, yang sengaja menggunakan momentum ini untuk menyudutkan
Islam dan muslimin, semacam yang dilakukan pelukis karikatur terlaknat dari Denmark
beberapa tahun silam.

Mungkin muncul pertanyaan, “Mengapa teroris Khawarij memerangi muslimin?”


Jawabannya, bermula dari penyelewengan makna terhadap ayat:

%
ْ
‫و‬

َ2
ُq


_@
0‫ل‬َu
َg
ْ‫أ‬
َ 
'‫ ا‬D
َ†
ِ
َ‫ُو‬
1
َ,‫ه‬
‫ن‬َ‫و‬

َِ
2
ْ‫( ا‬44) [‫ـ`ة‬
‫ـ‬Z‫ا‬/44]

“Barangsiapa yang berhukum dengan selain hukum Allah, maka mereka adalah
orang-orang kafir.“ (Al-Maidah: 44)

Kemudian, vonis brutal kepada banyak pihak sebagai kafir. Berikutnya, serampangan
dalam memahami dan menerapkan dalil-dalil tentang larangan terhadap seorang
muslim berloyal kepada orang kafir, sehingga beranggapan bahwa banyak muslimin
sekarang, baik pemerintah secara khusus maupun rakyat sipil secara umum, telah
berloyal kepada orang-orang kafir. Konsekuensinya, mereka tidak segan-segan
menganggap banyak muslimin sebagai orang kafir. Semua itu berujung kepada tindakan
teror yang mereka anggap sebagai jihad fi sabilillah.

Sebuah pemahaman yang sangat dangkal. Tidak sesederhana itu menghukumi seorang
muslim sebagai kafir, disebabkan si muslim tersebut tidak berhukum dengan hukum
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan tidak sesederhana itu menghukumi seorang muslim
sebagai kafir, disebabkan si muslim tersebut loyal kepada orang kafir. Karena loyal itu
bertingkat-tingkat, dan sebabnya pun bermacam-macam. Loyal yang jelas membuat
seseorang menjadi kafir adalah bila loyalnya karena cinta atau ridha kepada agama si
kafir tersebut. Untuk lebih lengkapnya, lihat pembahasan masalah takfir ini pada Asy
Syariah Vol.I/08/1425 H/ 2004.

Mengidentifikasi teroris Khawarij

Kami merasa perlu untuk membahas secara singkat tentang ciri-ciri teroris Khawarij,
karena kami melihat telah terjadi salah kaprah dalam hal ini. Kami memandang bahwa
tidak tepat bila seseorang menilai orang lain sebagai teroris atau sebagai orang yang
terkait dengan jaringan teroris, ataupun mencurigainya hanya berdasarkan dengan
penampilan lahiriah (luar) semata.
Pada kenyataannya, para pelaku teror tersebut selalu berganti-ganti penampilan.
Bahkan terkadang mereka cenderung memiliki penampilan yang akrab dengan
masyarakat pada umumnya untuk menghilangkan jejak mereka. Lihatlah
gambar-gambar Imam Samudra cs sebelum ditangkap. Sehingga, penampilan lahiriah
-baik penampilan ala masyarakat pada umumnya atau penampilan agamis- akan selalu
ada yang menyerupai mereka. Berdasarkan hal ini, penampilan lahiriah semata tidak
bisa menjadi tolok ukur. Tatkala para teroris tersebut memakai topi pet, celana panjang,
kaos serta mencukur jenggot, kita tidak bisa menjadikan hal-hal ini sebagai ciri teroris.
Tidak boleh bagi kita untuk menilai orang yang serupa dengan mereka dalam cara
berpakaian ini sebagai anggota mereka.

Demikian pula sebaliknya. Ketika para teroris itu berpenampilan Islami dengan
memelihara jenggot, memakai celana di atas mata kaki, memakai gamis, dan istrinya
bercadar, kita juga tidak bisa menjadikan penampilan ini sebagai ciri teroris. [1] Tidak
boleh pula bagi kita untuk menilai orang yang berpakaian seperti mereka ini sebagai
anggota jaringan mereka. Faktor pendorong orang-orang untuk berpenampilan agamis
adalah karena hal itu merupakan ajaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam -terlepas
dari perbedaan pendapat para ulama dalam hal cadar, apakah itu wajib atau sunnah-.
Semua itu tak ubahnya ajaran agama Islam yang lain semacam shalat, puasa, dan lain
sebagainya. Mereka para teroris Khawarij juga shalat dan berpuasa bahkan mungkin
melakukannya dengan rajin dan penuh semangat. Lalu apakah kita akan menilai shalat
dan puasa sebagai ciri teroris? Sehingga kita akan menuduh orang yang shalat dan
puasa sebagai anggota jaringan teroris? Tentu tidak. Begitu pula jenggot dan cadar. Hal
yang seperti ini hendaknya direnungkan.

Maka kami mengingatkan diri kami dan semua pihak dengan firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala :

%
َِ
&
'‫ ا‬
‫ن و‬
َ‫ُو‬
‫?ذ‬

, n
َ(
ِ
ِ?
_
,
ْ‫ت ا‬
َِ
(
ِ?
_
,
ْ‫ ا‬
‫ و‬
0
U
َ@
0 
 ‫ا‬,
RG
5
َ‫آ‬
ْ‫` ا‬
ِ
َ
َ ‫ُا‬
_
5
َH
‫ا‬

gَ
5
@
, 
_P
ْ‫إ‬
0‫و‬

( 0
R
, (58) [‫اب‬u‫ـ‬Ht‫ا‬/58]

“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul
kebohongan dan dosa yang nyata.“ (Al-Ahzab: 58)

Akan tetapi, di antara cara mengidentifikasi teroris Khawarij bisa dilakukan dengan
hal-hal berikut ini:
1. Mereka memiliki pertemuan-pertemuan rahasia, yang tidak dihadiri kecuali oleh
orang-orang khusus.

2. Mereka akan menampakkan kebencian terhadap penguasa muslim. Dalam


pertemuan-pertemuan khusus, mereka tak segan-segan menganggap para penguasa
muslim tersebut sebagai orang kafir.

3. Mereka akan menampakkan pujian-pujian terhadap para tokoh-tokoh Khawarij masa


kini, semacam Usamah bin Laden dan yang sejalan dengannya.

4. Mereka gandrung terhadap buku-buku hasil karya tokoh-tokoh tersebut, juga


buku-buku tokoh pergerakan semacam Sayyid Quthub, Salman Al-‘Audah, Fathi
Yakan, Hasan Al-Banna, Said Hawwa, dan yang sejalan dengan mereka.

Ini semua sebatas indikasi yang mengarah kepada terorisme. Untuk memastikannya,
tentu perlu kajian lebih lanjut terhadap yang bersangkutan.

Tidak boleh melindungi teroris Khawarij

Kami meyakini bahwa melindungi teroris Khawarij atau para pelaku kejahatan yang lain
merupakan salah satu dosa besar yang bisa menyebabkan seseorang menuai laknat.
Sebagaimana diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallah ‘anhu, beliau berkata:


 َ
g`
"(ْ6ِ‫ء‬ٌ/
:َ‫إ‬
0'‫ب‬,َ
5‫آ‬
ِL ِ‫; ا‬
ِ&
ِ‫ه‬
"‫و‬ 
ُl
َ ِq{O‫ ا‬%06
"/A
ّR0(
'‫= ا‬J L‫ ا‬6 -‫ و‬:

ُ(
َِ`_
ْ‫م ا‬v
"H
"   %
َ
@

ƒZِ"
6 =َ‫إ‬
0 ،‫َا‬&‫آ‬
َ %ْ
‫ث‬َ`
"H
‫أ‬
َ "

ِ ً
P`
"H" ‫و‬
‫أ‬َ ‫ ى‬
‫ً و‬P`
ِq

,

ِ

َ)"
َ ُ(
َ)
َLِ‫ ا‬
ِ2
َZ
َِ_

ْ‫ ا‬‫سو‬0'(‫ ا‬
‫و‬nَ)
ِ_ W‫أ‬
َ َR 
ْ
,Qُ
(
ْ
ِ‫ف‬ٌ
J َ
‫و‬ ‫ل‬
ٌ`6
"

Kami tidak memiliki sesuatu kecuali kitab Allah Subhanahu wa Ta’ala dan lembaran ini
yang berasal dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Madinah adalah tanah suci
antara gunung ‘A-ir sampai tempat ini; Barangsiapa mengada-adakan sesuatu yang
baru (dalam agama) atau melindungi orang yang jahat, maka laknat Allah atasnya,
laknat para malaikat dan manusia seluruhnya, tidak diterima darinya tebusan maupun
taubat.“ (Shahih, HR. Al-Bukhari)

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda:

%
َ)
"
َ Lُ‫ ا‬%
ْ
ˆ"@
‫ذ‬
َ 
0 U
َ
ِ ،ِL‫ ا‬%َ)
"
َ‫و‬ L
ُ‫ ا‬%
ْ
‫ ى‬
‫ و‬،ً
P`
ِq

, %
َ)
"
َ‫و‬
L‫ا‬ %
ْ
%
َ)
"
َ
،ِ
`
"
ِ‫ ا‬
‫و‬%َ)
"
َ‫و‬ L‫ا‬ %
ْ
"

َ‫ر‬"َ(_

ْ‫ا‬
“Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang
melindungi penjahat, Allah melaknat orang yang mencaci kedua orangtuanya, dan Allah
melaknat orang yang mengubah batas tanah.“ (Shahih, HR. Muslim)

Membenarkan upaya pemberantasan terorisme

Kaum muslimin juga membenarkan secara global upaya pemberantasan terorisme,


karena aksi teror adalah perbuatan yang mungkar. Sementara, di antara prinsip agama
Islam yang mulia ini adalah amar ma‘ruf dan nahi munkar, yaitu memerintahkan kepada
yang baik dan mencegah dari yang mungkar. Sehingga, masyarakat secara umum
terbebani kewajiban ini sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Untuk itu,
sudah semestinya seluruh elemen masyarakat bahu-membahu memberantas
terorisme ini dengan cara yang benar, sesuai dengan bimbingan Islam.

Di antara salah satu upayanya adalah memberikan penjelasan yang benar tentang
ajaran agama Islam, jauh dari pemahaman yang melampaui batas dan juga tidak
menggampang-gampangkan sehingga lebih dekat kepada pemahaman liberalisme dalam
agama. Akan tetapi tepat dan benar, sesuai yang dipahami para sahabat di antaranya
adalah sahabat ‘Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abu Thalib Radhiyallah ‘anhu (yang
menjadi korban paham Khawarij yang menyimpang dari pemahaman para sahabat).
Karena para sahabat adalah orang yang paling memahami ajaran agama ini setelah Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Lebih khusus pemahaman tentang jihad, dengan pemahaman yang tidak ekstrem
sebagaimana kelompok Khawarij dan tidak pula menyepelekan sebagaimana kelompok
Liberal. Namun dengan pemahaman yang mengacu kepada jihad Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya serta bimbingan para ulama yang mengikuti
jejak mereka.

Demikian pula tentang kewajiban rakyat terhadap pemerintah, baik ketika pemerintah
itu adil atau ketika tidak adil. Tetap taat kepadanya dalam perkara yang baik dan
bersabar atas kekejamannya.

Juga bagaimana tuntunan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam menasihati


penguasa ketika penguasa itu salah, zalim, dan tidak adil, yaitu menyampaikan nasihat
dengan cara yang tepat tanpa mengandung unsur provokasi yang membuat rakyat
semakin benci terhadap pemerintahnya. (lihat majalah Asy Syariah Vol. I/05/1424
H/2004)

Kemudian memahami klasifikasi orang kafir, serta hukum terhadap masing-masing jenis.
Karena, tidak bisa pukul rata (Jawa: gebyah uyah, red.) bahwa semua jenis orang kafir
boleh atau harus dibunuh.

Juga memahami betapa besarnya nilai jiwa seorang muslim di sisi Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sehingga tidak bermudah-mudah dalam melakukan perbuatan yang menjadi
sebab melayangnya nyawa seorang muslim.

Memahami pula kapan seseorang dihukumi tetap sebagai muslim dan kapan dihukumi
sebagai orang kafir; dengan pemahaman yang benar, tanpa berlebihan atau
menyepelekan, serta memahami betapa bahayanya memvonis seorang muslim sebagai
orang kafir.

Selanjutnya memahami betapa jeleknya seorang Khawarij sebagaimana tertera dalam


hadits-hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Dan terakhir, memahami pula bahwa bom bunuh diri hukumnya haram dan merupakan
dosa besar, walaupun sebagian orang berusaha menamainya dengan bom syahid untuk
melegitimasi operasi tak berperikemanusiaan tersebut.

Tentunya, rincian masalah ini menuntut pembahasan yang cukup panjang. Bukan pada
lembaran-lembaran yang ringkas ini. Namun apa yang disebutkan cukup menjadi
isyarat kepada yang lebih rinci.

Penutup

Kami ingatkan semua pihak, bahwa munculnya aksi teroris Khawarij ini merupakan ujian
bagi banyak pihak. Di antaranya:

Pihak pertama,
pertama orang-orang yang berkeinginan untuk menjadi baik dan mulai menapaki
jejak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Mereka menyadari pentingnya berpegang
teguh dengan ajaran-ajaran beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang mulia nan indah.
Mereka menyadari betapa bahayanya arus globalisasi yang tak terkendali terhadap
ajaran Islam yang benar. Mereka berusaha mengamalkan ajaran Islam pada diri dan
keluarga mereka untuk melindungi diri mereka sehingga tidak terkontaminasi oleh
berbagai kerusakan moral bahkan aqidah, sekaligus melindungi diri dan keluarga
mereka dari api neraka di hari akhirat, dalam rangka mengamalkan firman Allah l:

 "

#‫أ‬
َ %
َِ
&
'‫ُا ا‬
(

َ ‫ُا‬
S 
2
ُG
l
ُg
ْ‫أ‬
َ 
2
ُ ِ
‫ه‬
‫أ‬
َ‫و‬
‫ا‬
‫َر‬
g "
‫ده‬
ُ
S‫و‬
‫س‬
,'
(‫ا‬
‫ة‬
ُ‫ر‬
""
Œq
ِ
ْ‫ ا‬
‫" و‬


َ6
"ٌ2
َZ
َِ

‫ظ‬ٌَ

ِ‫د‬F‫"ا‬
`:
ِ َ
‫ن‬َ,
{)

"
'‫  ا‬
‫ه‬

"
‫أ‬
َ‫ن‬َُ
)
"l
ْ
‫و‬


‫ن‬
َ‫و‬

?

, (6) [ ‫ـ‬
‫ـ‬q5‫ا‬/6]

“Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.“ (At-Tahrim: 6)

Pihak ini menjadi korban aksi teroris. Karena para teroris dengan aksi mereka, telah
mencoreng Islam di mata masyarakat yang luas, sehingga pihak ini menuai getah dari
aksi para teroris tersebut. Pihak ini akhirnya dicurigai oleh masyarakat sebagai bagian
dari jaringan teroris hanya karena sebagian kemiripan pada penampilan luar, padahal
aqidah dan keyakinan mereka sangat jauh dan bertentangan. Sehingga celaan, cercaan,
sikap dingin, diskriminasi bahkan terkadang intimidasi (ancaman) dari masyarakat
kepada mereka pun tak terelakkan. Maka kami nasihatkan kepada pihak ini untuk
bersabar dan mengharap pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala kesulitan
yang mereka dapatkan. Janganlah melemah, tetaplah istiqamah. Jadikan ridha Allah
Subhanahu wa Ta’ala sebagai tujuan. Ingatlah pesan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam :

Q
ْS
ُV(
ْ
 L
ِ0
@
ِ5
َ-
َ


“Katakan: ‘Aku beriman kepada Allah‘ lalu istiqamahlah.“ (Shahih, HR. Muslim dari
sahabat Sufyan bin Abdillah Ats-Tsaqafi Radhiyallah ‘anhu)

Pihak kedua,
kedua adalah orang awam pada umumnya. Tak sedikit dari mereka
ber-su‘uzhan (buruk sangka) kepada pihak pertama karena adanya aksi-aksi teror
tersebut. Mereka memukul rata tanpa membedakan. Bahkan lebih parah dari itu, aksi
teror tersebut memunculkan fobi terhadap Islam pada sebagian mereka, kecurigaan
kepada setiap orang yang mulai aktif dalam kegiatan-kegiatan keislaman. Bahkan
mungkin sebagian orang curiga terhadap Islam itu sendiri. Ya Allah, hanya kepada
Engkaulah kami mengadu. Betapa bahayanya kalau kecurigaan itu sudah sampai pada
agama Islam itu sendiri, sementara Islam berlepas diri dari kejahatan ini. Tak pelak,
tentu hal ini akan menumbuhkan rasa takut dan khawatir untuk mendalami ajaran Islam
dan untuk lebih mendekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berbagai amalan
ibadah.

Nasihat kami kepada pihak ini, janganlah salah dalam menyikapi masalah ini, sehingga
menghalanginya untuk lebih mendalami Islam dan lebih mendekat kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Pelajarilah Islam dengan benar, ikuti jejak para As-Salafush
Shalih, para sahabat, serta menjauhi pemahaman ekstrem Khawarij dan menjauhi
paham liberalisme serta inklusivisme yang bermuara pada kebebasan yang luas dalam
memahami ajaran agama. Dengan cara ini, insya Allah mereka akan dapat menilai mana
yang benar dan mana yang salah. Jalan pun menjadi terang baginya sehingga dia tidak
akan salah dalam menentukan sikap dan tidak terbawa oleh arus.

Pihak ketiga,
ketiga anak-anak muda yang punya antusias terhadap agama. Aksi teroris,
penangkapan para teroris, dan berbagai berita yang bergulir dan tak terkendali, juga
merupakan ujian buat mereka. Berbagai macam sikap tentu muncul darinya, antara pro
dan kontra. Kami nasihatkan kepada mereka agar bisa bersikap adil dalam menilai.
Jangan berlebihan dalam bersikap. Jangan menilai sesuatu kecuali berdasarkan ilmu,
baik ilmu agama yang benar yang menjadi barometer dalam menilai segala sesuatu,
maupun ilmu (baca: pengetahuan) terhadap hakikat segala yang terjadi. Lalu
terapkanlah barometer tersebut pada hakikat realita yang terjadi. Jangan terbawa
emosi karena larut dalam perasaan yang dalam.

Sebagaimana kami nasihatkan kepada anak-anak muda yang bersemangat dalam


menjunjung nilai-nilai Islam, agar mereka tidak salah memilih jalan mereka. Ada 73 jalan
yang berlabel Islam di hadapan anda. Masing-masing jalan akan mempersunting anda
untuk menjadi anggota keluarganya. Bila tidak berhati-hati, anda akan menjadi anggota
keluarga penghuni neraka. Karenanya, ikutilah petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam dalam menentukan jalan di tengah-tengah perselisihan yang banyak. Ikuti
Sunnah Nabi dan para Khulafa’ur-rasyidin. Jauhilah bid’ah. Ingatlah hadits Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam yang lalu di awal pembahasan ini.

Demikian apa yang bisa kami sumbangkan kepada Islam dan muslimin serta umat
secara umum terkait masalah ini. Kami memohon maaf atas segala kekurangan dan
kesalahan. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menerima amal kami. Ampunan-Nya
senantiasa kami mohon, sampai kami berjumpa dengan-Nya pada hari yang harta dan
anak sudah tidak lagi bermanfaat padanya, kecuali mereka yang datang kepada-Nya
dengan qalbu yang bersih.

Amin…

Footnote :
[1] Perlu diketahui bahwa penampilan seperti itu sebenarnya merupakan cara
penampilan yang dituntunkan dalam syariat dan dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad
n, serta diamalkan oleh para sahabat dan para salafush shalih, serta para ulama Ahlus
Sunnah yang mulia. Jadi, sebenarnya itu merupakan ciri-ciri seorang muslim yang
berpegang teguh dengan agamanya. Sepantasnya seorang muslim berpenampilan
dengan penampilan seperti itu. Namun para teroris Khawarij tersebut telah menodai
ciri-ciri yang mulia ini, dengan mereka terkadang berpenampilan dengan penampilan
tersebut. Sehingga sampai-sampai kaum muslimin sendiri tidak mau berpenampilan
dengan penampilan Islami seperti di atas, karena beranggapan bahwa penampilan
tersebut adalah penampilan teroris. Nyata-nyata para teroris Khawarij tersebut telah
membuat jelek Islam dari segala sisi!

(Sumber http://www.merekaadalahteroris.com/mat/?p=64)
Sikap Ahlus Sunnah wal Jama’ah - Salafiyyin
Terhadap Berbagai Aksi Terorisme - Khawarij

Pasca pengeboman terakhir yang terjadi beberapa waktu lalu, berkembang berbagai opini
dan penilaian tak menentu di masyarakat negeri ini tentang terorisme dan para pelakunya,
dengan berpatokan pada tanda-tanda yang serba bias. Suasana ini semakin diperparah
dengan munculnya “tokoh-tokoh” memberikan berbagai komentar, yang berbagai komentar
tersebut kemudian dilansir oleh media.

Kondisi ini membuat kami Ahlus Sunnah wal Jama’ah - Salafiyyin merasa prihatin. Hal ini
mendorong kami untuk tampil memberikan penjelasan singkat kepada kaum muslimin :

1. Terorisme berlabelkan Islam yang muncul pada masa sekarang sebenarnya berakar
dan merupakan kelanjutan dari paham sesat khawarij, yang telah muncul pada awal-awal
Islam. Paham ini merupakan paham yang muncul karena semangat yang tinggi membela
Islam namun ekstrim dalam memahami dan menerapkan dalil-dalil Al-Qur`an dan
As-Sunnah, dengan bekal pemahaman yang pendek tanpa mau merujuk kepada para ‘ulama
Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Sehingga mereka salah total dalam mengaplikasikan dalil-dalil.

2. Terorisme - Khawarij bukan bagian dari agama Islam. Tindakan tersebut bertentangan
dengan agama Islam, di samping juga sangat berbahaya bagi agama Islam dan bagi umat
manusia. Tidak ada satu dalil pun dalam Al-Qur`an dan As-Sunnah yang menganjurkan atau
membenarkan memperjuangkan Islam dengan cara terorisme, atau dengan aksi-aksi
kekerasan para teroris - khawarij, baik dengan cara pengeboman, pembunuhan,
perampokan, penentangan terhadap pemerintah muslimin, dll.

3. Jihad merupakan amalan yang agung dan mulia dalam Islam. Jihad yang diajarkan
dalam Islam adalah jihad yang membawa rahmah. Jihad dalam Islam ada aturan,
syarat-syarat, dan rinciannya. Jihad dalam Islam ditentukan oleh para ‘ulama Ahlus Sunnah.
Bukan dilakukan dengan sembarangan dan brutal, apalagi dengan cara-cara teror. Aksi-aksi
yang dilakukan oleh para teroris - khawarij tersebut bukanlah jihad sama sekali.

4. Dakwah Salafiyyah adalah dakwah hikmah yang mengusung dakwah para Nabi dan
Rasul. Dakwah Salafiyyah jauh dan bersih dari paham sesat teroris - khawarij. Banyak pihak
yang mengklaim Salafiyyah, namun mereka salah dalam memahami dan menerapkan
salafiyyah itu sendiri.
5. Tuduhan sebagian pihak bahwa Wahhabiyyah berada di balik berbagai aksi terorisme,
merupakan tuduhan yang salah besar. Wahhabiyyah adalah Dakwah Tauhid yang
ditegakkan oleh Syaikhul Islam Muhamad bin ‘Abdil Wahhab rahimahullah. Dakwah beliau
tidak lain adalah melanjutkan dakwah para nabi dan rasul, dakwah yang berlandaskan
Al-Qur`an dan As-Sunnah di atas manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Tentu saja merupakan
dakwah yang ditegakkan di atas hikmah dan kasih sayang, jauh dari kekerasan apalagi
terorisme.

* Catatan : Istilah Wahhabiyyah/ Wahabisme merupakan istilah yang tidak benar, sengaja
dimunculkan oleh kaum syi’ah, shufi, dan liberalis yang membenci Dakwah Tauhid yang
dikibarkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdil Wahhab rahimahullah, dalam upaya
mereka menjauhkan masyarakat muslim dari dakwah tauhid dan sunnah.

6. Berhukum dengan hukum Allah merupakan kewajiban setiap muslim, termasuk


pemerintah kaum muslimin. Namun tidak semua orang yang tidak berhukum dengan hukum
Allah serta merta divonis kafir dan dinyatakan halal darahnya, atau divonis kafir
pemerintahnya. Semua itu ada rinciannya dalam Islam.

7. Setiap mukmin harus berloyal kepada Islam dan kaum muslimin, di sisi lain setiap
muslim harus berlepas diri dan benci kepada kekafiran dan orang-orang kafir. Namun dalam
menerapkannya ada aturan dan rincian yang telah ditetapkan oleh syari’at. Tidak semua
orang kafir boleh dibunuh atau diperangi.

8. Bahwa penampilan Islami, seperti jenggot, baju gamis, celana di atas mata kaki, istri
bercadar, dll merupakan bagian dari Islam yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh
junjungan kita Nabi besar Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini merupakan ciri-ciri
seorang muslim yang berpegang teguh pada agamanya. Wajib bagi kaum muslimin untuk
mencintai cara penampilan Islami tersebut. Namun kaum teroris - khawarij telah menodai
ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut, dengan mereka terkadang juga
berpenampilan dengan penampilan tersebut. Maka tidak boleh bagi kaum muslimin untuk
menganggap penampilan Islami tersebut sebagai ciri-ciri teroris - khawarij.

9. Kami mengajak kepada segenap kaum muslimin untuk kembali berpegang


teguh kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan cara pemahaman dan pengaplikasian yang
benar, yaitu dengan metode Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang sesuai dengan bimbingan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para shahabatnya. Dalam semua aspek, baik
dalam aqidah, ibadah, akhlak, maupun dalam bermuamalah. Sehingga kaum muslimin bisa
bersikap dan menilai segala hal di atas landasan agamanya. Termasuk dalam menyikapi
berbagai aksi terorisme kaum khawarij, kaum muslimin bisa bersikap berlandaskan
Al-Qur`an dan As-Sunnah, tidak terombang ambing oleh pemberitaan media maupun
komentar tak bertanggungjawab dari para tokoh yang tidak jelas motivator dan kapasitas
ilmunya.

10. Satu-satunya cara untuk menyelesaikan dan memberantas terorisme - khawarij


adalah semua pihak, baik pemerintah maupun rakyat, harus kembali berpegang teguh
kepada Al-Qur`an dan As-Sunnah dengan cara pemahaman dan pengaplikasiann yang benar,
yaitu dengan metode Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Dalam semua aspek, baik dalam aqidah,
ibadah, akhlak, maupun dalam bermuamalah.

Demikian penjelasan singkat yang bisa kami berikan. Adapun rincian dari penjelasan di atas
bisa didapatkan dalam taklim, ceramah, kaset, dan buku para ustadz salafi/ahlus sunnah
maupun situs ahlus sunnah di internet. Semoga bermanfaat dan menjadi pencerahan bagi
kaum muslimin.

15 Ramadhan 1430 H

sumber http://www.merekaad alahteroris. com/mat/? p=65


Inikah Jihad ??

Peledakan demi peledakan terjadi di negeri kita. Yang satu belum terlupakan dan bekasnya
masih ada, duh yang lain terjadi lagi. Terakhir masyarakat Indonesia Raya dikagetkan lagi
oleh sebuah ledakan di Hotel JW Marriott pada tanggal 17 Juli 2009 M.

Sebagian orang yang terpengaruh dengan paham Khawarij menyangka bahwa semua tindak
teror tersebut adalah ibadah jihad yang mendapatkan ganjaran pahala yang amat besar di
sisi Allah -Azza wa Jalla-. Tapi, demikiankah jihad??!

Para pembaca yang budiman, apa yang dilakukan oleh para teroris tersebut bukanlah jihad
sedikitpun!! Bahkan ia adalah sebuah bentuk pemberontakan kepada pemerintah muslim,
dalam hal ini Bapak SBY –semoga Allah selalu memberinya petunjuk dan kekuatan-.
Sedangkan pemberontakan kepada seorang pemerintah muslim adalah amat haram!!!

Kalian jangan tertipu dengan pengakuan batil mereka yang menyatakan bahwa perbuatan
mereka adalah JIHAD, walaupun mereka menghiasi perbuatan batil mereka dengan
ayat-ayat dan hadits-hadits tentang JIHAD. Demikianlah kebiasaan buruk mereka dari zaman
ke zaman, mereka senantiasa berdalih dengan ayat atau hadits, padahal ayat-ayat dan
hadits-hadits tersebut menjadi bumerang atas diri mereka yang tidak menempatkannya pada
tempatnya. Sebab ayat-ayat atau hadits-hadits JIHAD menjelaskan bahwa jihad yang
dimaksudkan adalah JIHAD bersama pemerintah dan atas izinnya, bukan kembali kepada ide
dan hawa nafsu setiap orang, walaupun ia melantik dirinya sebagai "MUJAHIDIN"! !!

Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thohawiy- rahimahullah- berkata saat menyebutkan aqidah Ahlus
Sunnah, "Haji, dan jihad akan terus berjalan bersama pemerintah dari kalangan kaum
muslimin, yang baik maupun yang fajir sampai tegaknya hari kiamat, tak akan dibatalkan dan
digugurkan oleh sesuatu apapun". [Lihat Al-Aqidah Ath-Thohawiyyah (hal. 50)]

Para teroris menganggap perbuatan mereka merupakan perbaikan yang membawa


kemaslahatan. Ini adalah sangkaan batil, sebab bagaimana mungkin suatu perusakan
dikatakan perbaikan. Cukuplah kerusakan dari tindak jahat mereka tersebut, jauhnya
manusia dari Islam, dan banyaknya persangkaan buruk kepada Islam beserta pemeluknya.
Belum lagi akibat buruk lainnya, berupa sempitnya gerak dakwah Islam di berbagai tempat.
Mereka inilah yang disebutkan oleh Allah -Azza wa Jalla- di dalam firman-Nya,
"Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya dalam kehidupan dunia menarik hatimu,
dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya. Padahal ia adalah
penantang yang paling keras. Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan membinasakan tanaman-tanaman dan binatang
ternak. Sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan. Dan apabila dikatakan kepadanya:
"Bertakwalah kepada Allah", maka bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya
berbuat dosa. Maka cukuplah baginya neraka jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu
tempat tinggal yang seburuk-buruknya" . (Al-Baqoroh : 204-206)

Ketika menafsirkan ayat ini, Ahli Tafsir Jazirah Arab, Al-Imam Abdur Rahman Ibn Nashir
As-Sa’diy -rahimahullah- berkata, "Di dalam ayat ini terdapat dalil bahwa ucapan-ucapan
yang muncul dari orang-orang, bukanlah dalil tentang kejujuran atau kedustaan, kebajikan
atau kefajiran sampai ada perbuatan yang membenarkan ucapannya atau membersihkannya.
Seyogyanya menguji kondisi orang-orang yang memberi kesaksian, para pejuang kebenaran,
dan para pejuang kebatilan dari kalangan manusia dengan meneliti perbuatan-perbuatan
mereka, memperhatikan korelasi-korelasi dari kondisi mereka, serta jangan tertipu dengan
kecohan mereka, dan penyucian mereka terhadap diri mereka sendiri". [Lihat Taisir Al-Karim
Ar-Rahman min Kalam Al-Mannan (hal. 94) oleh As-Sa'diy]

Seorang teroris (walaupun ia mengaku sebagai "mujahid") jika niatnya ingin melakukan
perbaikan di muka bumi dengan tindak terornya, maka ucapannya tidak boleh kita benarkan
begitu saja, sebab apa yang mereka lakukan bukanlah sesuatu yang benar, bahkan
perbuatan batil. Mana ada dalil dalam Al-Qur’an atau Sunnah yang menyatakan bahwa jihad
boleh dikumandangkan tanpa ada izin dari pemerintah muslim?! Mana hujjahnya (dalil)
bahwa membunuh orang kafir mu’ahad atau musta’min atau kafir dzimmi adalah sesuatu
yang dibenarkan?! Tolong datangkan dalilnya -wahai para teroris- bahwa jihad adalah
membunuh kaum muslimin?!

Semua pertanyaan-pertanya an ini tidak akan mampu dijawab oleh kaum


KHAWARIJ-TERORIS, kecuali mereka harus berdusta dan menipu kaum muslimin dengan
silat lidah mereka yang licik.

Membunuh orang-orang kafir di luar medan jihad, dan tanpa ada izin dari pemerintah adalah
perbuatan kezhaliman di sisi Allah, sebab perbuatan itu akan melahirkan kerusakan besar
bagi kaum muslimin. Inilah yang pernah dikatakan oleh Allah -Azza wa Jalla- dalam
firman-Nya,
“ Oleh Karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa: barangsiapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan
karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia
seluruhnya. dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah
datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterang an yang
jelas. Kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas
dalam berbuat kerusakan di muka bumi". (QS. Al-Maa’idah: 32)

Inilah hukum yang Allah tetapkan bagi Bani Isra’il, suatu kaum yang suka membunuh
manusia. Perlu diketahui bahwa hukuman dan ancaman dalam ayat ini tidak terkhusus bagi
Bani Isra’il, tapi mencakup semua umat. Hanya saja Allah mengaitkan ayat ini dengan Bani
Isra’il, karena mereka adalah kaum jahat yang amat gemar membunuh manusia, sampai
para nabi-nabi pun mereka bunuh.

Ulama Negeri Yaman, Al-Imam Muhammad Ibn Ali Asy-Syaukaniy -rahimahullah- berkata,
"Allah menyebutkan Bani Isra’il secara khusus, karena konteks ayat menyebutkan
kejahatan-kejahatan mereka (Bani Isra’il); karena mereka umat pertama yang turun atasnya
ancaman dalam hal pembunuhan jiwa. Lantaran itu, lahirlah kecaman keras atas mereka,
karena seringnya mereka menumpahkan darah, dan seringnya membunuh para nabi". [Lihat
Fath Al-Qodir (2/298)]

Jika orang-orang kafir tinggal bersama kaum muslimin (kafir dzimmi) atau masuk ke negeri
kita (kafir mu’ahad atau musta’min) dan mendapatkan jaminan keamanan dari pemerintah
kita, maka kita tidak boleh menzhalimi mereka dan menyakitinya, kecuali jika ia melakukan
pelanggaran, maka ia diberi hukuman setimpal dengan perbuatannya. Namun hukuman
tersebut tidak dilakukan oleh orang perorangan, tapi kembali kepada pemerintah.

Selain kafir harbi (yang memerangi kaum muslimin), orang-orang kafir tersebut di atas (kafir
dzimmi, mu’ahad, dan musta’min) tidak boleh kita bunuh, dan tidak boleh pula dizhalimi.
Inilah yang pernah dipraktekkan oleh Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan para
sahabatnya -radhiyallahu anhum-. Kaum kafir di zaman Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-
banyak yang keluar masuk ke negeri Madinah dan Makkah, tapi tak ada sejarahnya Nabi
-Shallallahu alaihi wa sallam- membunuh atau menzhalimi mereka. Adapun kafir harbi atau
kaum Yahudi (Bani Isra’il) yang suka membatalkan isi perjanjian, maka Nabi -Shallallahu
alaihi wa sallam- memerangi mereka demi mencapai kemaslahatan dan menciptakan
keamanan. Sebab mereka adalah kaum yang suka berbuat onar sebagaimana juga yang
anda lihat sampai hari ini di Negeri Palestina –semoga Allah membersihkannya dari
cengkeraman zhalim Bani Isra’il-.

Di dalam sebuah hadits, Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda dalam menjelaskan
bahwa orang-orang kafir (selain kafir harbi) tidak boleh dibunuh,

?
ْ َA َfَjَƒ ‫ًا‬Iَ‫ه‬Fَ^ُA ْŠَP ‫ح‬
ْ ِZَY َdَِh‫ِ رَا‬dNDَ§ْP‫ ا‬N‫ وَإِن‬Fَ‹َْYِ‫ ر‬I
ُ َeْxُg ?
ْ ِA ِ‫َة‬Zْ[ِَA َ?ْ[^ِ َkْ‫ أَر‬FًAFَE

" Barangsiapa yang membunuh kafir mu’ahad, ia tidak akan mencium bau surga, dan
sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan 40 tahun " . [HR. Al-Bukhary dalam
Shohih-nya (3166)]

Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

َŸَ‫? أ‬
ْ َA َŠَOَ¼ ‫ًا‬Iَ‫ه‬Fَ^ُA ْ‫ أَو‬M
ُ َTَJَjْS‫ أَوْ ا‬M
ُ َžNOَ‫ْقَ آ‬xَK ِMِjَƒFَG ْ‫ أَ„َ|َ أَو‬M
ُ ْDِA Fً¾ْ[َ¿ ِZْ[َ ِk ِÀ[ِG ٍÁْžَS FَSَ\َK M
ُ ُ§[ِ§َ َ‫ْم‬xَY
َ[ِJْP‫ِا‬dَAF

“Ingatlah, siapa yang menzholimi seorang kafir mu’ahad, merendahkannya, membebani di


atas kemampuannya atau mengambil sesuatu darinya, tanpa keridhoan dirinya, maka saya
adalah lawan bertikainya pada hari kiamat [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (3052). Hadits
ini di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah (445)]

Hadits ini adalah dalil bantahan atas para teroris yang semena-mena mengganggu
orang-orang kafir, seperti menyakitinya, menakut-nakutinya, menghalalkan harta mereka,
bahkan membunuh mereka sebagaimana yang terjadi di Legian, Bali, dan daerah lainnya.

Abdur Ra’uf Al-Munawiy Asy-Syafi’iy -rahimahullah- berkata ketika menerangkan hadits yang
semakna dengan hadits di atas, "Orang kafir yang diberi jaminan keamanan (oleh
pemerintah muslim), dan orang mukmin, tidak boleh diganggu jiwa, anggota badan, dan
hartanya selama masih ada ikatan perjanjian dan jaminan keamanan. Bagi permasalahan ini
ada syarat-syarat dan hukum-hukumnya yang telah dijelaskan dalam kitab-kitab furu’ (fiqih)".
[Lihat Faidhul Qodir (6/318)]

Jadi, menganggu, dan menzhalimi kaum kafir tersebut –apalagi membunuhnya- adalah
perkara yang diharamkan oleh Allah dan Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-. Bukan
seperti yang dipahami oleh para teroris-Khawarij bahwa semua jenis orang kafir boleh
dibunuh. Demi Allah, ini adalah bukti kedunguan dan kedangkalan akal mereka. [Lihat Badzl
An-Nushhi wa At-Tadzkir li Baqoya Al-Maftunin bi At-Takfir wa At-Tafjir (hal. 42-43) karya
Syaikh Al-Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad, cet. Mathba'ah Safir, 1426 H]

Para pembaca budiman, para teroris dalam aksi kejinya, bukan hanya menzhalimi dan
membunuh orang kafir saja, tapi KAUM MUSLIMIN pun tak lepas darinya. Membunuh
seorang muslim dengan sengaja, dan tanpa alasan syar’iy merupakan dosa besar yang
mendapatkan lima ancaman dalam sebuah nas ayat,

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah
Jahannam, ia kekal di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutuknya serta
menyediakan azab yang besar baginya”. (QS. An-Nisa`: 93)

Ibnu Nashir As-Sa’diy berkata, "Tak ada ancaman yang lebih besar dalam semua jenis dosa
besar, bahkan tidak pula semisalnya dibandingkan ancaman ini, yaitu pengabaran bahwa
balasan orang yang membunuh adalah Jahannam. Maksudnya, cukuplah dosa yang besar ini
saja untuk dibalasi pelakunya dengan Jahannam, beserta siksaan yang besar di dalamnya,
kerugian yang hina, murkanya Al-Jabbar (Allah), luputnya keberuntungan, dan terjadinya
kegagalan, dan kerugian. Kami berlindung kepada Allah dari segala sebab yang menjauhkan
dari rahmat-Nya". [Lihat Taisir Al-Karim (hal.193-194) ]

Lihatlah pembaca yang budiman!! Allah mengancamnya di dalam ayat ini dengan neraka
Jahannam dan tidak sampai disitu saja, bahkan ia akan lama di dalamnya, Allah murka
kepadanya, mengutuknya dan menyediakan siksa yang pedih baginya. Tak heran jika Nabi
-Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda,

‫ل‬
ُ ‫َœَوَا‬P Fَ[ْSIP ‫ن‬
ُ َxْ‫ أَه‬UَOَE ِ€‫? ا‬
ْ ِA ِfْjَƒ f
ٍ ُeَ‫ِŠٍ ر‬OْُA

“Sungguh hancurnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada membunuh seorang muslim”.
[HR. At-Tirmidzy dalam As-Sunan (1399), dan An-Nasa`iy dalam As-Sunan (7/82). Hadits ini
di-shohih-kan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ghoyatul Maram (4390)]

Para pembaca yang budiman, saking bodohnya para teroris tersebut, mereka rela
membunuh diri dengan bom. Padahal Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda,
?
ْ َAَ‫َ و‬fَjَƒ M
ُ َْžَS ٍ‫ء‬B
ْ َ£ِk BِK Fَ[ْSIP‫|‚بَ ا‬E
ُ ِMِk َ‫ْم‬xَY ِdَAFَ[ِJْP‫ا‬

"Barangsiapa yang membunuh dirinya dengan sesuatu di dunia, maka kelak ia akan disiksa
dengan sesuatu tersebut pada hari kiamat". [HR. Al-Bukhoriy (no. 6047), dan Muslim (no.
176)]

Semua ayat-ayat dan hadits-hadits di atas meruntuhkan persangkaan batil para


teroris-Khawarij yang menyatakan bahwa tindak teror dan peledakan yang mereka lakukan
adalah JIHAD!!! Padahal bukan jihad, bahkan perusakan, bunuh diri dan mati konyol !!!

Ulama Negeri Madinah, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad -hafizhohullah- berkata setelah
peledakan di kota Riyadh yang dilakukan oleh para teroris, "Peristiwa peledakan yang telah
terjadi termasuk perkara yang amat buruk dalam hal kejahatan dan perusakan di muka bumi.
Perkara yang lebih buruk lagi, setan menghias-hiasi bagi para teroris yang telah melakukan
perbuatan itu bahwa perbuatan jahat itu adalah JIHAD. Berdasarkan akal dan agama apakah
sehingga JIHAD bisa berupa bunuh diri, membunuh kaum muslimin, dan kaum kafir yang
mendapatkan jaminan keamanan, menakut-nakuti masyarakat, membuat para wanita
menjadi janda, anak-anak menjadi yatim, merobohkan bangunan bersama orang-orang ada
di dalamnya". [Lihat Bi Ayyi Aqlin wa Diin Yakunu At-Tafjir wa At-Tadmir Jihadan?! (hal. 16),
oleh Syaikh Al-Abbad]

Mereka berteriak ketika kaum kuffar AS dan sekutunya membantai jutaan kaum muslimin
dengan menyatakan bahwa nyawa seorang muslim itu sangat mahal di sisi Allah. Namun di
sisi lain, mereka sendiri ternyata juga turut menumpahkan darah kaum muslimin. Parahnya
lagi, kesalahan tersebut berusaha ditutupi dan dibenarkan dengan berjuta dalih: “Ini kan
jihad”, dan “Mereka mati syahid”. Seorang yang membunuh dirinya, membunuh kaum
muslimin, atau kaum kafir yang tak layak dibunuh, merusak harta benda orang lain, dan
membangkang melawan pemerintah. Demikiankah jihad?! Sama sekali bukan jihad, tapi ia
adalah teror dan pemberontakan yang diharamkan dalam Islam!!

Sumber : Buletin Jum’at At-Tauhid edisi 125 Tahun II. Penerbit : Pustaka Ibnu Abbas.
Alamat : Pesantren Tanwirus Sunnah, Jl. Bonto Te’ne No. 58, Kel. Borong Loe, Kec. Bonto
Marannu, Gowa-Sulsel. HP : 08124173512 (a/n Ust. Abu Fa’izah). Pimpinan
Redaksi/Penanggung Jawab : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al Atsary, Lc. Dewan Redaksi :
Santri Ma’had Tanwirus Sunnah – Gowa. Editor/Pengasuh : Ust. Abu Fa’izah Abdul Qadir Al
Atsary, Lc. Layout : Abu Dzikro. Untuk berlangganan/ pemesanan hubungi : Ilham Al-Atsary
(085255974201) . (infaq Rp. 200,-/exp)

http://almakassari. com/artikel- islam/aqidah/ inilah-jihad. html#more- 597


Tips Agar Anak Tidak Menjadi TERORIS
Penulis: Redaksi Assalafy.org

Betapa hancur hati kedua orang tua, tatkala dikabarkan kepada mereka ternyata
anaknya - yang selama ini dikenal sebagai anak baik-baik dan pendiam - terciduk oleh
aparat kepolisian karena terlibat jaringan terorisme. Orang tua yang lain pun shock
begitu mendengar anaknya tewas dalam aksi peledakan. Sementara itu,
teman-temannya serasa tidak percaya mendengar berita bahwa anak yang selama ini
mereka kenal sebagai anak baik, supel, dan ramah, ternyata terlibat aksi terorisme!!

Demikianlah, betapa menyedihkan, ternyata jaringan terorisme telah berhasil


menyeret anak-anak baik dari putra-putra kaum muslimin dalam aksi biadab yang
bertentangan dengan agama dan akal sehat tersebut.

Tentunya, kita bertanya-tanya bagaimana anak-anak muslimin bisa terseret jaringan


terorisme? Melalui pintu apa terorisme bisa masuk ke alam pikiran mereka sehingga
mereka tertarik dan mau mengikutinya?

Pembaca, kaum muslimin yang dirahmati oleh Allah …

Akar munculnya terorisme adalah dari paham sempalan khawarij. Suatu paham
ekstrim dalam beragama, yang membuahkan sikap merasa benar sendiri, kemudian
serampangan dalam memahami dan mengamalkan dalil-dalil syari’at lepas dari
bimbingan para ‘ulama, yang berujung kepada pengkafiran semua pihak yang
bertentangan dengan pendapatnya, termasuk mengkafirkan pemerintah kaum
muslimin.

Gerakan terorisme yang pertama kali muncul dalam sejarah Islam adalah di akhir
masa Khilafah ‘Utsman bin ‘Affan Radhiyallah ‘anhu, yang diprakarsai oleh seorang
Yahudi, Abdullah bin Saba`, dengan menampilkan slogan keadilan dan benci
kezhaliman. Sebagai korban pertama kali adalah sang khalifah Utsman bin ‘Affan
sendiri! Kemudian semakin gencar pada masa Kekhalifahan ‘Ali bin Abi Thalib
Radhiyallah ‘anhu, yang beliau sendiri pun menjadi korban aksi terorisme tersebut.
Merekalah kelompok sempalan khawarij, yang tumbuh menggerogoti dan
menghancurkan Islam. Di atas paham mengkafirkan orang-orang yang bertentangan
dengan mereka, dan berlanjut menghalalkan darah mereka. Terutama pemerintah
muslimin, yang telah mereka vonis sebagai pemerintah kafir. Itu semua mereka
lakukan atas nama agama.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam jauh-jauh hari telah memberitakan


kemunculan kelompok sesat ini, lengkap dengan ciri-ciri dan sifat-sifatnya. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

‫ج‬
ُ ُ ََْ

ِ ِ ِ ‫ن‬
ِ َ ‫ث َْمٌ ا‬
ُ ‫ن َأَْا‬
ِ َْ
َ ‫" ِم ُ!َ َ ُء ا‬
َ ْ
َ ْ‫ن ا‬
َ ُُْْ#َ$ ِْ% ‫ل‬
ِ َْ ِ َْ ِ'$ِ َ(‫ن ا‬
َ ْ‫ْ َ ُءو‬#َ$ ‫ن‬
َ ُْ#ْ‫* ا‬
َ ‫َ ِو ُز‬,ُ$ ،ْ.ُ‫ِ َه‬0ََ ‫ن‬
َ ُُْ ْ1َ$
%
َ ِ %
ِ $2‫َ ا‬1َ‫ق آ‬
ُ ُ ْ1َ$ .ُ ْ 5‫ ا‬%
َ ِ ِ'ِ ‫ا‬

Akan keluar di akhir zaman suatu kaum yang muda-muda umurnya, pendek akalnya.
Mereka mengatakan ucapan sebaik-baik manusia. Mereka membaca Al Qur’an, tapi
tidak melewati kerongkongan mereka. Mereka melesat (keluar) dari (batas-batas)
agama seperti melesatnya anak panah menembus binatang buruannya. [HR. Al
Bukhari 3611, 5057, 6930; Muslim 1066]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menyifati mereka sebagai:

ْ.ُ‫ ه‬6 َ7 8
ِ ْ9َْ‫َ'ِ َو ا‬#ِْ9َْ‫ا‬

Mereka adalah sejahat-jahat makhluk. [HR. Muslim 1067]

Maka apabila pada anak-anak kaum muslimin ada kecenderungan mengkritisi


pemerintah muslimin, selalu menentang kebijakan pemerintah muslimin, bahkan
berani memvonis kafir terhadap pemerintah muslimin tanpa bimbingan para ‘ulama,
maka hati-hati dan waspadalah! Ini merupakan bibit paham takfir (mudah
mengkafirkan kaum muslimin), yang merupakan benih awal untuk seseorang berani
menghalalkan darah pemerintah muslimin dan siapapun yang mereka anggap
membela dan mendukung pemerintah. Pada ujungnya, mengantarkan mereka untuk
berani melakukan aksi kekerasan yang dilabeli sebelumnya sebagai jihad. Inilah awal
mula seorang terseret dalam aksi terorisme.

Kaum muslimin rahimakumullah…

Kesalahfatalan berikutnya, yang pada ujungnya menghantarkan anak-anak kaum


muslimin untuk tertarik dengan gerakan terorisme adalah semangat berjihad yang
besar dan kebencian yang besar terhadap orang-orang kafir, namun tidak disertai
dengan pemahaman yang benar tentang apa itu jihad, bagaimana aturan Islam
tentang masalah jihad, serta orang kafir manakah yang boleh untuk diperangi?

Tidak diragukan lagi, bahwa jihad merupakan puncak Islam yang tertinggi.
Orang-orang kafir adalah musuh-musuh Islam yang harus dibenci dan diperangi oleh
kaum muslimin. Namun, dalam agama Islam ada aturan dan tuntunan yang harus
dipahami dengan benar dan tidak boleh dilanggar. Hal inilah yang tidak dipahami
dengan baik oleh mereka yang terlibat dalam aksi terorisme tersebut. Karena memang
di antara sifat dan ciri-ciri mereka adalah pendek akalnya dan cupet (Bhs. Jawa:
dangkal) cara pandangnya. Tak heran bila aksi terorisme (baca: kebodohan) yang
mereka lakukan tersebut merusak citra Islam dan mencemarkan nama baik kaum
muslimin, terkhusus lagi nama baik orang-orang yang istiqamah di atas agamanya.

Sebagai contoh, bahwa dalam syari’at Islam tidak semua orang kafir boleh dibunuh.

Kafir Dzimmi, Kafir Mu’ahad, Kafir Musta’min dalam Islam jiwanya terlindungi tidak
boleh dibunuh. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

ْ%َ :
َ َ;َ ‫ْ ُ=َهًَا‬.َ ْ‫َ ِح‬$ َ'َ?ِ@‫َ'ِ رَا‬,‫ن ا‬
 ‫ْ?َ َ َوِإ‬$‫َ ُ ِر‬0َُْ ْ%ِ ‫ِْ َ ِة‬5َ %
َ ِْ=َDْ‫ًَ َأر‬E

Barangsiapa yang membunuh seorang kafir mu’ahad, maka dia tidak akan mencium
aroma wangi al Jannah (surga). (Padahal) sesungguhnya aroma wangi al jannah itu
didapati (tercium) sejauh perjalanan 40 tahun. [HR. Al-Bukhari 3166, 6914; An-Nasa`i
4764; Ibnu Majah 2736; Ahmad V/36]

Adapun orang kafir yang boleh diperangi dan dibunuh adalah kafir harby, yaitu
orang-orang kafir yang memerangi muslimin, tidak ada antara muslimin dengan
mereka perjanjian, dzimmah, tidak pula jaminan keamanan.

Kita perlu waspada pula, apabila seorang mulai kagum dan mengidolakan tokoh-tokoh
teroris semacam Usamah bin Laden, Aiman Azh-Zhawahiri, seraya menganggapnya
sebagai tokoh ‘ulama besar yang diikuti ucapan dan fatwa-fatwanya. Sebagai contoh,
pelaku peledakan bom Bali yang bernama Imam Samudra. Dia menganggap
tokoh-tokoh teroris panutannya diatas sebagai ‘ulama dan menyejajarkannya dengan
para ‘ulama besar Ahlus Sunnah. Padahal sifat dasar para khawarij pelaku aksi teror
tersebut adalah sama sekali lepas dari bimbingan para ‘ulama besar Ahlus Sunnah wal
Jama’ah dalam memahami dan mengaplikasikan dalil-dalil syari’at.

Lebih rumit lagi, orang-orang yang terlibat dalam jaringan terorisme, ternyata
bukanlah orang-orang yang jauh dari agama. Sebaliknya mereka adalah orang yang
zhahirnya sangat dekat kepada agama, menampakkan syi’ar-syi’ar Islam dalam
penampilan dan pakaian mereka, dan sangat rajin beribadah. Bahkan aksi teror yang
mereka lakukan tersebut diyakini dalam rangka memperjuangkan Islam dan
merupakan bagian dari ajaran Islam!!

Kaum muslimin rahimakumullah…

Sikap komitmen terhadap ajaran agama, berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan
As-Sunnah merupakan sikap yang harus kita jalankan. Tidak boleh bagi kaum
muslimin untuk menjauh atau apriori terhadap Islam dan bimbingan Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Namun sikap berpegang teguh terhadap agama tersebut
harus berdasarkan manhaj (metode pemahaman) yang benar, dengan bimbingan para
‘ulama sejati dari kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Alhamdulillah Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah meninggalkan umatnya di atas petunjuk yang
sangat jelas. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menegaskan:

.ُ ْ$‫ وَا‬F
ِ ‫ْ َْ ا‬.ُGُ;ْ‫َ َآ‬H Iَ9َE :
ِ ْJِ ،ِ‫َء‬Kَْ(ْ‫ُ َ ا‬9َْ َ‫َ َ ُره‬L‫ََاءٌ َو‬

Demi Allah, aku tinggalkan kalian di atas (agama) yang terang benderang. Kondisi
malam dan siangnya sama. (HR. Ibnu Majah no.5. Ash-Shahihah no.688)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga telah menggariskan manhaj yang benar
dalam memahami dan mengaplikasikan agama ini, yaitu dengan sabda beliau
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam:

ُMLNَِ ْ%َ ْOِ=َ$ ْ.ُGِْ ‫َََى‬5َ ً "


َ َ;ْ ‫ ا‬،‫ًِْا‬Jَ‫ْ آ‬.ُGَْ9َ=َ ُ5ِD
ِ; ِ'ُ‫َ!َ ِء َو‬9ُْ‫ ا‬%
َ ْ$ِ ِ7‫ اا‬%
َ ِّ$ِ ْ َ1ْ‫ْ ا‬%ِ ،‫َ=ِْي‬D ‫ْا‬6KَE َ َْ9َE Sِ ِ0‫َِا‬D

Sesungguhnya orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku), dia akan mendapati
perselisihan yang banyak. Maka wajib atas kalian untuk berpegang dengan sunnah
(bimbingan)ku dan sunnah para khulafa’ rasyidin sepeninggalku. Gigitlah sunnah
tersebut dengan gigi geraham kalian. (Abu Dawud 4607, At-Tirmidzi 2676.
Ash-Shahihah no. 937)

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam juga bersabda tentang jalan yang benar dalam
memahami Islam:

َ َL‫ِ َأ‬Mَْ9َE ‫ِ


اَْْ َم‬Dَ?ْT‫َوَأ‬

Jalan/Prinsip yang Aku (Rasulullah) berada di atasnya dan juga para shahabatku.
(At-Tirmidzi 2641, Ath-Thabarani I/256. Ash-Shahihah 203, 204)

Jika kita tidak memperhatikan prinsip di atas, akan menyebabkan salah dalam
memahami dan mengaplikasikan dalil-dalil agama yang membuahkan sikap ekstrim
dan menyimpang dalam beragama.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam telah mencela sikap ekstrim tersebut dalam
sabda beliau:

U
َ َ9َ‫ُ ه‬1ْ‫ا‬،َ‫ِ=ُن‬V
ّ ََ; U
َ َ9َ‫ ه‬،َ‫ِ=ُن‬V
ّ ََ;ُ1ْ‫ ا‬U
َ َ9َ‫ن ه‬
َ ُ=ِV
ّ ََ;ُ1ْ‫ا‬

Binasalah orang-orang yang ekstrim, binasalah orang-orang yang ekstrim, binasalah


orang-orang yang ekstrim. (Muslim 2670)

(Dikutip dari http://www.assalafy.org/mahad/?p=334#more-334

Anda mungkin juga menyukai