ABSTRACT
The research was performed to obtain influence temperature on corrosion rate of carbon steel
API 5L Grade B and optimal inhibitor concentration need to suppress corrosion rate. The
reasearch was performed by weight loss method at temperature of 28,5OC, 50OC and 80OC. The
result shown that corrosion rate increases as the temperature increases. Optimal inhibitor
concentration at temperatur of room and 50OC was obtained at 150 ppm. At temperature of
80OC, optimal inhibitor concentration was obtained at 200 ppm.
Keywords: carbon steel, corrosion inhibitor, corrosion rate, inhibition efficiency
.....
Gambar 1. a. Ilustrasi Proses Korosi; b. Aliran listrik pada proses korosi
Dalam larutan brine, laju korosi baja a. Observasi lapangan meliputi pengambilan
karbon pada temperatur 150 oF dan 300 oF sampel air dari sumur gas Lapangan Tunu
adalah 41,6 mpy dan 242,0 mpy pada Total E&P Indonesie.
pemaparan selama 72 jam. Penggunaan b. Eksperimen laboratorium berupa
inhibitor korosi senyawa imidazolin 100 ppm perendaman sampel baja karbon dalam
dan senyawa amida 100 ppm pada temperatur sampel air pada kondisi statis dengan
150oF memberikan efesiensi inhibisi 95,9% dan konsentrasi inhibitor korosi dan temperatur
96,7%, pada temperatur 300oF efesiensi inhibisi yang bervariasi selama 6 dan 7 hari.
menurun menjadi 37,9% dan 72,3% (Huey dkk,
2000). 3.3 Sampel dan Teknik Sampling
Dalam penelitian ini akan diteliti Sampel penelitian berupa sampel air
konsentrasi optimal dari inhibitor korosi pada dari sumur gas Lapangan Tunu Total E&P
temperatur yang berbeda untuk mengendalikan Indonesie di Kabupaten Kutai Kartanegara
korosi pada jaringan pipa di Lapangan Tunu Provinsi Kalimantan Timur dan sebagai
yang memiliki temperatur operasi bervariasi dan spesimen uji digunakan kupon baja karbon jenis
menggunakan material baja karbon dengan API 5L Grade B. Sampel air diambil dari sumur
standar API 5L Grade B. Inhibitor korosi dalam gas dan dipisahkan dari kondensatnya. Botol
penelitian ini adalah inhibitor korosi yang sampling diisi penuh dan ditutup rapat.
digunakan di jaringan pipa Lapangan Tunu 3.6 Bahan dan alat yang digunakan
dengan senyawa aktif amina kuaterner. Bahan yang digunakan dalam
Bagaimanakah pengaruh temperatur pada laju penelitian ini sebagai berikut: Inhibitor korosi
korosi baja karbon API 5L Grade B? Berapakah merek Champion SRN-4407 dengan senyawa
konsentrasi optimal dari inhibitor korosi yang aktif amonium kuaterner; Aseton merek Univar;
diperlukan agar laju korosi bisa ditekan? Aquades; Asam klorida 37% merek Merck dan
Spesimen uji berupa kupon baja karbon API 5L
C. METODOLOGI PENELITIAN Grade B. Sedangkan alat yang digunakan:
3.1 Rancangan Penelitian Bejana uji dilengkapi dengan tutup; Water bath;
Penelitian ini dirancang dalam bentuk Neraca analitis merek Mettler Toledo dengan
observasi lapangan dan eksperimen di ketelitian 0,01 mg; dan peralatan gelas.
laboratorium :
3.6.3 Prosedur h. Spesimen uji direndam kembali dalam
3.6.3.1 Preparasi Larutan Pickling larutan uji yang telah digunakan pada
a. 100 mL HCl pekat dan 2 mL inhibitor perendaman 6 hari sebelumnya.
korosi dilarutkan dengan aquades menjadi i. Setelah 7 hari spesimen uji diangkat dari
1000 mL. larutan uji untuk dibersihkan dan
b. Dibuat sebelum membersihkan spesimen ditimbang.
uji yang telah direndam. 3.6.3.4 Pembersihan Produk Korosi dan
3.6.3.2 Preparasi Spesimen Uji Penimbangan
a. Permukaan spesimen dipoles dengan a. Spesimen uji dibersihkan dari produk
amplas halus sehingga tidak tampak adanya korosi dengan menggunakan sikat plastik.
goresan atau pitting. b. Spesimen uji dicelupkan dalam larutan
b. Spesimen uji dibersihkan dengan aquades. pembersih karat sampai terbentuk
c. Spesimen uji dibersihkan dengan aseton gelembung gas.
untuk menghilangkan minyak dan lemak c. Spesimen uji disikat dengan sikat plastik
yang menempel. dan dibilas dengan air keran.
d. Spesimen uji dikeringkan dan disimpan d. Spesimen uji dibilas dengan aquades,
dalam desikator sebelum ditimbang. kemudian spesimen uji dibilas lagi dengan
e. Spesimen uji ditimbang dengan aseton.
menggunakan neraca analitis. e. Spesimen uji dikeringkan dalam desikator
f. Spesimen uji diukur dimensinya dengan dan ditimbang.
menggunakan jangka sorong.
3.6.3.3 Preparasi Larutan Uji 3.6.3.5 Perhitungan Laju Korosi dan Efesiensi
a. 0,05 mL inhibitor korosi dilarutkan ke Inhibisi
dalam 1000 mL sampel air yang diambil Laju pengurangan ketebalan logam
dari Lapangan Tunu, untuk mendapatkan dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
konsentrasi inhibitor korosi sebesar 50 K C x ((W0 − Wt ) − ( B0 − Bt ))
ppm. C=
b. Larutan dihomogenkan. Axt xD
c. Diulangi prosedur a dan b dengan Laju kehilangan berat logam dihitung
menggunakan 0,1 - 0,25 mL untuk dengan menggunakan rumus berikut :
mendapatkan konsentrasi 100 - 250 ppm. K L x ((W0 − Wt ) − ( B0 − Bt ))
L=
d. Disiapkan 1000 mL larutan uji tanpa Axt
menggunakan inhibitor korosi.
dimana:
3.6.3.4 Perendaman Spesimen Uji dalam
C = Laju pengurangan ketebalan logam
Larutan Uji
(µm.tahun-1)
a. Bejana uji diisi larutan uji sampai penuh. L = Laju kehilangan berat logam (g.m-2.tahun-1)
b. Spesimen uji direndam sampai semua KC = Faktor konversi (8,76.107 µm.jam.cm-
permukaannya tercelup dalam larutan uji 1
.tahun-1)
dengan menggunakan penyangga. KL = Faktor konversi (8,76.107 cm2.jam.m-
c. Selama uji dilakukan, bejana harus ditutup 2
.tahun-1)
rapat untuk menghindari hilangnya larutan W0 = Berat spesimen uji sebelum perendaman
akibat penguapan. (g)
d. Perendaman dilakukan dalam temperatur Wt = Berat spesimen uji setelah perendaman (g)
ruangan, 50oC, dan 80oC untuk setiap B0 = Berat blanko sebelum perendaman (g)
variasi konsentrasi. Bt = Berat blanko setelah perendaman (g)
e. Perendaman pada temperatur 50oC dan A = Luas permukaan (cm2)
t = Lama perendaman (jam)
80oC dilakukan dalam water bath.
D = Berat jenis (g.cm-3)
f. Temperatur udara ambien diukur secara
berkala. Sedangkan efesiensi inhibisi dihitung
g. Perendaman dilakukan selama 6 hari. dengan menggunakan rumus berikut :
Setelah 6 hari spesimen uji diangkat dari C tak terinhibisi − C terinhibisi
larutan uji untuk dibersihkan dan E= x 100%
ditimbang. C tak terinhibisi
dimana:
E = Efesiensi inhibisi ( % )
CTak Terinhibisi = Laju korosi tanpa inhibitor korosi setiap hari menggunakan termometer raksa dan
(µm.tahun-1) memberikan hasil rata-rata 28,5oC.
CTerinhibisi = Laju korosi dengan inhibitor korosi Berdasarkan pengamatan visual, korosi
(µm.tahun-1) yang terjadi merupakan korosi merata. Gambar
spesimen uji tanpa inhibitor korosi pada
D. HASIL DAN PEMBAHASAN masing-masing temperatur dapat dilihat pada
Perendaman spesimen uji dalam larutan gambar 3 dan 4.
uji dilakukan sebanyak 2 kali pada masing- Korosi merata dapat terjadi akibat
masing variasi temperatur dan konsentrasi adanya sisi katoda dan anoda yang terdistribusi
inhibitor. Laju korosi baik sebagai laju secara merata di permukaan logam. Timbulnya
pengurangan berat logam maupun laju perbedaan potensial antara sisi katoda dan
pengurangan ketebalan logam selama 6 dan 7 anoda dapat timbul karena adanya unsur paduan
hari dihitung dari selisih penimbangan sebelum dalam baja karbon seperti mangan, nikel dan
dan sesudah perendaman. Perendaman spesimen krom yang terdistribusi secara merata dan
uji dilakukan pada temperatur ruang, 50oC dan memiliki potensial reduksi yang berbeda dengan
80oC untuk mengetahui pengaruh temperatur besi sebagai penyusun utama baja karbon.
terhadap laju korosi. Temperatur ruang diukur
a b c
Gambar 3. Permukaan spesimen uji setelah perendaman 6 hari pertama pada temperatur
(a) 28,5OC (b) 50OC dan (c) 80OC
a b c
Gambar 4. Permukaan spesimen uji setelah perendaman 7 hari kedua pada temperatur
(a) ruang (b) 50OC dan (c) 80OC
3000 3000
0 ppm
50 ppm
2500 2500
100 ppm
Laju Korosi (g.m-2.thn-1 )
150 ppm
.thn-1)
2000 2000
200 ppm
Laju Korosi (g.m
-2
250 ppm
1500 1500
1000 1000
500 500
0 0
0 20 40 60 80 0 20 40 60 80
(T emperatur o C) (T emperatur o C)
a. b.
Gambar 5. Laju Pengurangan Berat Logam Terhadap Temperatur
pada (a) 6 Hari Pertama dan (b) 7 Hari Kedua
3000
3000
R 6-12
Temp 28,5oC
80 6-12
Temp 80oC
2000 2000
Laju Korosi (g.m
-2
-2
1500 1500
1000 1000
500 500
0 0
0 50 100 150 200 250 0 50 100 150 200 250
Konsent rasi Inhibit or (ppm) Konsentrasi Inhibitor (ppm)
a b
Gambar 6. Laju Pengurangan Berat Logam Terhadap Konsentrasi Inhibitor
pada (a) 6 Hari Pertama dan (b) 7 Hari Kedua
100 80
80
60
Efesiensi Inhibisi (%)
Efesiensi Inhibisi ( % )
60
40
40
T=28,5 C
T=28,5 C
T=50 C 20
20 T=50 C
T=80 C
T=80 C
0 0
0 50 100 150 200 250 0 50 100 150 200 250
a. b.
Gambar 7. Efesiensi Inhibisi pada (a). 6 hari pertama (b). 7 hari kedua
Pada perendaman selama 7 hari kedua Karbon API 5L Grade B dapat diperoleh
juga diperoleh penurunan efesiensi inhibisi kesimpulan sebagai berikut :
dengan naiknya temperatur. Efesiensi inhibisi 1. Laju korosi naik dengan meningkatnya
maksimal diperoleh pada konsentrasi inhibitor temperatur. Pengaruh dari kenaikan
150 ppm sebesar 70,762% dan 64,550% untuk temperatur cukup besar untuk
temperatur ruang dan 50 oC. Pada temperatur 80 meningkatkan laju korosi.
o
C efesiensi inhibisi optimal diperoleh pada 2. Kenaikan konsentrasi inhibitor korosi dapat
konsentrasi 200 ppm sebesar 62,243%. menurunkan laju korosi. Laju korosi akan
Efesiensi inhibisi pada perendaman 7 hari kedua turun seiring dengan naiknya konsentrasi
dapat dilihat pada gambar 7.b. inhibitor sampai pada konsentrasi optimal.
Dari gambar diatas dapat disimpulkan Pada temperatur ruang dan 50 oC
bahwa peningkatan konsentrasi inhibitor konsentrasi optimal dari inhibitor korosi
organik akan menaikkan efesiensi inhibisi, adalah sebesar 150 ppm dan pada
dengan kata lain jika jumlah inhibitor dalam temperatur 80 oC adalah sebesar 200 ppm.
larutan bertambah, maka bertambah pula 5.2 Saran
inhibitor yang terjerap pada permukaan logam. 1. Disarankan injeksi inhibitor korosi pada
Semakin banyak molekul inhibitor terjerap sumur di Lapangan Tunu disesuaikan antara
maka kemampuan lapisan film untuk kandungan air dan temperatur operasi
melindungi permukaan logam semakin baik. dengan konsentrasi optimal yang telah
Efesiensi inhibisi akan bertambah seiring diketahui.
dengan naiknya konsentrasi hingga permukaan 2. Disarankan dilakukan penelitian lebih
menjadi jenuh, yakni apabila seluruh permukaan lanjut dengan metode yang lain seperti
telah menjerap molekul. galvanostatis atau potensiostatis dan
menggunakan jenis inhibitor lainnya untuk
E. KESIMPULAN DAN SARAN dibandingkan dengan hasil penelitian ini.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Penentuan
Konsentrasi Optimal Inhibitor Korosi pada Baja
F. DAFTAR PUSTAKA
American Petroleum Institute. 1990. Corrosion of Oil and Gas Well Equipment. Dallas: API.
American Standard for Testing and Materials. 2004. Designation G1-03: Standard Practice for
Preparing, Cleaning, and Evaluation Corrosion Test Specimens. New York: ASTM
International.
American Standard for Testing and Materials. 2004. Designation G31-72: Standard Practice for
Laboratory Immersion Corrosion Testing of Metals. New York: ASTM International.
Anonim. 2002. Lab Standing Instruction 3-4-06 (Cleaning of Corrosion Coupon). Balikpapan: Total
E&P Indonesie.
Beavers, J. A. 2001. “Introduction to Corrosion”. In Ronald L. Bianchetti (Ed). Peabody’s : Control of
Pipeline Corrosion. Houston: NACE International.
Dalimunthe, I. S. 2004. Kimia Dari Inhibitor Korosi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
George, K. S. 2003. Electrochemical Investigation of Carbon Dioxide Corrosion of Mild Steel in the
Presence of Acetic Acid. Ohio: Ohio University.
Huey, C. J, Tao H. and Jepson, W. P. 2000. High Temperatur Corrosion Inbition Performance of
Imidazolin and Amide. Houston: NACE International.
Nimno, B. and Hinds, G. 2003. Beginners Guide to Corrosion. NPL’s Corrosion Group. Diakses pada
tanggal 20 Januari 2007 dari www.corrosiondoctor.com.
Schmitt G. 2003. “Future Challange for Functional Chemicals in Oil and Gas Production”. The Journal of
Corrosion Science and Engineering. Vol 6 No.60.
Siddique, W. A., Monika and Dubey, A. 2005. ”Inhibition of Acid Corrosion of Mild Steel with 1,3-
Diaminopropana” The Journal of Corrosion Science and Engineering. Vol 7 No.23
Smallman, R. E. And Bishop, R. J. 2001. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa Material. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Total. 2006. Company Profile Total E&P Indonesie. Balikpapan: Total E&P Indonesie.