0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
448 tayangan0 halaman
Studi ini membuat dan menguji aplikasi biopestisida nabati dari daun nimba, tomat, dan lada untuk mengendalikan hama lalat buah pada tanaman jambu kristal. Biopestisida dibuat dari ekstrak tumbuhan tersebut dan diuji efektivitasnya di lahan UD Bumiaji Sejahtera. Hasilnya menunjukkan biopestisida ini berefek repelent dan dapat membunuh serangga hama.
Studi ini membuat dan menguji aplikasi biopestisida nabati dari daun nimba, tomat, dan lada untuk mengendalikan hama lalat buah pada tanaman jambu kristal. Biopestisida dibuat dari ekstrak tumbuhan tersebut dan diuji efektivitasnya di lahan UD Bumiaji Sejahtera. Hasilnya menunjukkan biopestisida ini berefek repelent dan dapat membunuh serangga hama.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Studi ini membuat dan menguji aplikasi biopestisida nabati dari daun nimba, tomat, dan lada untuk mengendalikan hama lalat buah pada tanaman jambu kristal. Biopestisida dibuat dari ekstrak tumbuhan tersebut dan diuji efektivitasnya di lahan UD Bumiaji Sejahtera. Hasilnya menunjukkan biopestisida ini berefek repelent dan dapat membunuh serangga hama.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba,
Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah
(Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu MAGANG KERJA Oleh : DHANI GALIH RAHMAWANTO 105040213111036 UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN MALANG 2013 Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu LAPORAN MAGANG KERJA Oleh : DHANI GALIH RAHMAWANTO 105040213111036 MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN MALANG 2013 Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu LAPORAN MAGANG KERJA Oleh : DHANI GALIH RAHMAWANTO 105040213111036 MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN MALANG 2013 Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu LAPORAN MAGANG KERJA Oleh : DHANI GALIH RAHMAWANTO 105040213111036 MINAT HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN MALANG 2013 i LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN MAGANG KERJA Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu Disetujui Oleh : Pembimbing lapang, Rakhmad Hardiyanto, ST. Pembimbing Utama, Dr. Anton Muhibbudin, SP., MP. NIP.19771130 200501 1 002 Mengetahui, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Ketua Dr. Ir. Bambang Tri Raharjo, SU. NIP. 19550403 198303 1 003 ii RINGKASAN DHANI GALIH RAHMAWANTO. 105040213111036. Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu. Di bawah bimbingan Dr. Anton Muhibbudin, Sp., MP, sebagai pembimbing utama dan Rakhmad Hardiyanto, ST, serta Drs. Imam Ghozali, ST.,S.Pd.,MMsebagai pembimbing lapang. Pengelolaan ekosistem pertanian dengan memakai bahan bahan kimia sintetis. Dapat menyebabkan efek negatife pada lingkungan dan pada kesehatan manusia. Pemakaian bahan kimia dalam proses budidaya pertanian memang dapat mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil panen. tetapi pemakain bahan kimia akan memberikan efek terhadap pertumbuhan tanaman, adanya resurjensi resistensi hama, dan ketergantungan secara ekonomis. Maka perlu adanya pendekatan, dengan mengubah pola pikir petani kearah pertanian organik dengan memakai bahan dari alam. Dalam pertanian organik akan banyak hama dan penyakit yang menyerang tanaman, karena pertanian organik tidak memakai bahan kimia dalam proses budidaya. Salah satu penngendalian hama dan penyakit secara organik yaitu mengubah pemakaian pestisida kimia sintetis, dengan menggunakan pestisida nabati atau pestisida hayati. Pestisida berbahan dasar dari tumbuhan. Beberapa tumbuhan mempunyai bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggu dan cepat terurai. Kegiatan magang kerja ini di lakukan di UD. Bumiaji Sejahtera, Dusun Banaran, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Magang kerja dilaksanakan pada tanggal 1 Juli 30 September 2013. Magang kerja dilaksanakan dengan mengikuti jadwal kegiatan atau akativitas yang ada di UD. Bumiaji Sejahtera sebagai berikut : 1) Kegiatan Budidaya Jambu Kristal. 2) pembuatan biopestisida nabati untuk pengendalian hama lalat buah yang menyerang jambu kristal, yang dilaksanakan pada lahan tanaman jambu kristal. Pada UD. Bumiaji Sejahtera sebagai usaha dagang milik perseorangan yang bergerak pada bidang pemasaran buah jambu kristal. terdapat beberapa masalah yang belum dapat di atasi yaitu adanya serangan hama lalat buah (Bactrocera sp.). lalat buah merupakan hama utama pada tanaman holtikulturam, khususnya pada tanman buah dan sayuran. Kerusakan akibat serangan hama ini dapat menyebabkan penurunan hasil panen baik secara kwalitas maupun kwantitas. Usaha pengendalian hama ini di UD.bumiaji sejahtera di arahkan pada pengendalian hayati dan nabati. Dengan penggunaan biopestisida nabati yang berasal dari tanaman atau tumbuhan yang mempunyai bahan aktif untuk mengendalikan hama atau penyakit tanaman. Pemakaian pestisida nabati dari daun nimba, tomat dan lada untuk pengendalian hama lalat buah menunjukkan bahwa pestisida ini bersifat refellent dan dapat mematikan serangga hama tersebut. iii SUMMARY DHANI GALIH RAHMAWANTO. 105040213111036. Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu. Di bawah bimbingan Dr. Anton Muhibbudin, Sp., MP, sebagai pembimbing utama dan Rakhmad Hardiyanto, ST, serta Drs. Imam Ghozali, ST.,S.Pd.,MMsebagai pembimbing lapang. Management of agricultural ecosystems using the materials synthetic of chemicals. Can causes negatife effects to the environment and on human health. Use of chemicals in the agriculture cultivation process can indeed accelerating and increase growth and harvest. but the usage of of chemicals will give effect to plant growth, the resurgence of pest resistance, and economic dependence. So there needs to approach, to changing mindset of farmers toward organic farming using the natural materials. In the organic farming will be more pests and diseases that attacks the crops, because organic farming does not use chemicals in the cultivation process. One of pest control diseases organically is changing usage synthetic chemical pesticides, with using botanical pesticides or biological pesticides. Pesticides based from plant. Of some plants have active material that serve as a natural defense against bullies and fast unraveled. This internship program activities carried at UD. Bumiaji Sejahtera, Dusun Banaran Bumiaji, Batu, East Java. Internship was held on 1 July to 30 September 2013. Job training conducted by following a schedule of activities or activities that there at UD. Bumiaji Sejahtera as follows: 1) The Crystal Guava Cultivation. 2) the manufacture plant biopesticides for pest control the fruit fly attacking the crystal guava, which implemented in crop land crystal guava On the UD. Bumiaji Sejahtera as a private ownership trading businesses which operates in field of crystal guava fruit marketing. There are some problems that can not be solvedis the existence of pest the fruit fly (Bactrocera sp.). the fruit fly is a major pest in horticulture crops, especially in fruit and vegetable crops. Damage caused by these pests can cause a decrease in crop yields both in quality and quantity. This pest control efforts at UD. Bumiaji Sejahtera directed at biological control and nabaties. With the use of plant-based bio-pesticides are derived from plants or crops that have active ingredients to control pests or plant diseases. Use of botanical pesticides from neem leaves, tomato and pepper for pest control the fruit fly showed that this pesticide is refellent and can be deadly insect pests.. iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Kehadirat Allah SWT yang atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal magang kerja yang berjudul Studi Pembuatan dan Aplikasi Bio-pestisida Nabati (Daun Nimba, Tomat dan Merica(Lada)) untuk Pengendalian Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada tanaman Jambu Kristal (Psidium guajava L.) Di UD.Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu . Kegiatan ini merupakan kewajiban setiap mahasiswa jenjang S-1 dengan program studi Agroekoteknologi, Universitas Brawijaya dalam rangka menyelesaikan program jenjang S-1. Kegiatan ini bertujuan untuk melatih mahasiswa bersosialisasi di dunia kerja. Sehingga diharapakn dapat mencetak mahasiswa berpengalaman dan berwawasan luas di bidang pertanian. Dalam penyusunan proposal ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Bambang Tri Raharjo, SU. selaku Ketua Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Bapak Dr. Anton Muhibbudin, SP. M.Sc. selaku dosen pembimbing utama dan kepada kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dorongan secara materi, spiritual, dan motivasi. Karyawan UD.Bumiaji Sejahtera yang telah membantu selama proses magang kerja berlangsung. Serta semua yang terkait dalam pembuatan laporan magang kerja. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan magang kerja ini masih terdapat kekurangan. Oleh karenanya, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat di harapakan untuk kesempurnaan laporan. Malang, 12 November 2013 Penulis, v Daftar Isi Cover halaman Judul halaman Lembar pengesahan.................................................................................................. i Ringkasan................................................................................................................ ii Summary ................................................................................................................ iii Kata pengantar ....................................................................................................... iv Daftar Isi.................................................................................................................. v Daftar gambar........................................................................................................ vii Daftar tabel........................................................................................................... viii Lampiran ................................................................................................................ ix I. PENDAHULUAN.............................................................................................. 1 1.1 Latarbelakang.............................................................................................. 1 1.2 Tujuan.......................................................................................................... 2 1.3 Sasaran kompetensi yang di targetkan ........................................................ 3 II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 4 2.1 Pertanian organik......................................................................................... 4 2.2 Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) ............................................................. 7 2.2.1 Klasifikasi lalat buah (Bactrocera sp.)................................................. 7 2.2.2 Morfologi ............................................................................................. 7 2.2.3 Siklus hidup.......................................................................................... 9 2.2.4 Bioekologi .......................................................................................... 10 2.2.5 Serangan............................................................................................. 11 2.2.6 Pengendalian secara umum................................................................ 12 2.3 Bio-pestisida Nabati .................................................................................. 14 vi 2.4 Tsianaman penghasil pestisida .................................................................. 16 III. METODE PELAKSANAAN.......................................................................... 21 3.1 Waktu dan tempat...................................................................................... 21 3.2 Metode pelaksanaan .................................................................................. 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................... 22 4.1 Profil Perusahaan PO.Bumiaji Sejahtera................................................... 22 4.2 Kegiatan Magang Kerja ............................................................................ 23 4.2.1 Kegiatan di UD.Bumiaji Sejahtera..................................................... 23 4.2.2 Pembuatan pestisida nabati dan Aplikasi di UD.Bumiaji Sejahtera .. 34 4.2.2.1 pembuatan biopestisida nabati.......................................................34 4.2.2.2 aplikasi biopestisida nabati............................................................38 V. PENUTUP........................................................................................................ 45 5.1 Kesimpulan................................................................................................ 45 5.2 Saran.......................................................................................................... 45 Daftar Pustaka Lampiran vii Daftar Gambar No Teks Hal Gambar 1. Lalat buah (Bactrocera sp.)................................................................ 7 Gambar 2. Siklus Hidup Lalat Buah (Bactrocera sp.)......................................... 10 Gambar 3. Serangan Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada buah jambu.................. 11 Gambar 4. Okulasi pada tanaman Jambu kristal di UD.Bumiaji Sejahtera......... 23 Gambar 5. Pencangkokan Tanaman jambu kristal.............................................. 24 Gambar 6. Pembuatan lubang tanam jambu kristal............................................. 25 Gambar 7. Penyiangan lahan jambu kristal......................................................... 26 Gambar 8. Perbaikan bedengan dan pembumbunan jambu kristal...................... 26 Gambar 9. Pemangkasan cabang dan pewiwilan jambu kristal........................... 27 Gambar 10. Pemupukan tanaman jambu kristal.................................................... 29 Gambar 11. Penyiraman bibit tanaman jambu kristal............................................ 29 Gambar 12. Penyemprotan tanaman jambu kristal................................................ 31 Gambar 13. Buah tanaman jambu kristal yang dilakukan penjarangan................. 31 Gambar 14. Pembungkusan buah tanaman jambu kristal...................................... 32 Gambar 15. Bahan yang digunakan untuk pembuatan biopestisida nabati............ 35 Gambar 16. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan biopestisida nabati....... 35 Gambar 17. Alur kerja pembuatan larutan nimba 36 Gambar 18. Alur kerja pembuatan biopestsida nabati 37 Gambar 19. Alur kerja aplikasi biopestsida nabati di lapang................................ 38 Gambar 20. Aplikasi biopestsida pada tanaman jambu kristal.............................. 39 Gambar 21. Alur kerja aplikasi bipestisida nabati pada perangkap feromon........ 41 Gambar 22. Aplikasi biopestsida nabati pada perangkap feromon........................ 42 viii Daftar Table No Table Hal Tabel 1. Perbedaan sistem budidaya pertanian organik dengan pertanian non organik................................................................................................ 6 Tabel 2. Komposisi kimia lada putih dan lada hitam....................................... 18 ix Lampiran No Teks Hal Lampiran 1. Kegiatan magang di UD.Bumiaji Sejahtera 45 Lampiran 2. Struktur perusahaan PO.Bumiaji Sejahtera 51 Lampiran 3. Pembuatan biopestisida nabati (Daun nimba, tomat dan merica(lada)) 52 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tindakan pengelolaan (manipulasi) ekosistem dapat menyebabkan efek samping tehadap sebagian besar ekosistem sumberdaya dan lingkungan sekitarnya. Pemakaian bahan bahan kimia dalam budidaya pertanian memang dapat mempercepat dan meningkatkan pertumbuhan serta hasil panen. tetapi, sebagai akibatnya dari pemakaian bahan kimia yang berlebih seperti pupuk kimia dan pestisida kimia. Dapat memberikan efek terhadap pertumbuhan tanaman budidaya misalnya adanya inflasi pertumbuhan gulma yang cepat yang memberikan daya saing terhadap tanaman budidaya lebih kuat, hama serangga menjadi kebal (resisten), adanya resurjensi hama target, induksi ledakan hama sekunder, dan kontaminasi lingkungan (pencemaran) yang berakibat pada kondisi lingkungan hidup manusia. (Damastuti & Dency, 1998) Efek pemakaian bahan bahan kimia yang paling berbahaya adalah timbulnya peracunan yang membahayakan kesehatan manusia, yang bahkan dapat menimbulkan kematian. Data WHO mencatat setidaknya dua juta orang mengalami keracunan di seluruh dunia dan 40 ribu di antaranya meninggal dunia dari jumlah tersebut setengah juta orang mengalami keracunan pestisida dan lima ribu diantaranya meninggal dunia. Dan 75 % di seluruh kasu ini, sekitar 30 ribu orang tinggal di negara negara berkmbang. Selain menimbulkan kematian, akibat jangka panjang pemakaian bahan kimia sintetis pada lingkungan pertanian akan berakibat terhadap manusia adalah peningkatan kelahiran cacat dan kanker. (Damastuti & Dency, 1998) Upaya untuk menanggulangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis pada proses budidaya pertanian adalah melakukan pendekatan. Dengan mengubah pola pikir petani dari pemakaian bahan kimia yang dapat menimbulkan banyak efek samping terutama pada lingkungan. Kearah pertanian yang lebih mengayomi lingkungan hidup, seperti pemakaian bahan bahan organik pada proses budidaya pertanian. Proses budidaya secara organik dapat mehasilkan produk pertanian yang berkwalitas dengan kwantitas yang memadai, membudidayakan tanaman secara alami, mendorong dan meningkatkan siklus hidup biologis dalam ekosistem pertanian, memelihara dan meningkatkan keseburuan tanah jangka 2 panjang, menghindarkan seluruh bentuk pencemaran yang di akibatkan penerapan teknik pertanian, memelihara keragaman genetik sistem pertanian dan sekitarnya, dan mempertimbangkan dan sosial dan ekologis yang lebih luas dalam sistem usaha tani. (Sudirja, 2008) Dalam budidaya pertanian secara organik pasti akan banyak hama dan penyakit yang menyarang tanaman. Karena, bertanam secara organik tidak memakai bahan bahan kimia untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit. Melainkan dengan menggunakan bahan bahan dari alam yang dapat dimanfaatkan untuk mencegah adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman budidaya. Salah satu usaha untuk menanggulangi hama dan penyakit pada budidaya pertanian organik ialah dengan menggunakan mikroorganisme dan tumbuh tumbuhan yang dapat mengendalikan OPT (Organisme Penggangu Tanaman) pada tanaman. Penggunaan pestisida dalam budidaya terutama pestisida sintetis atau kimia memberikan keuntungan secara ekonomis, namun dapat mendatangkan kerugian di antaranya residu yang tertinggal tidak hanya pada tanaman, tetapi juga pada air, tanah dan udara dengan penggunaan terus menerus akan mengakibatkan efek resistensi dari beraia janis hama (Djafaruddin, 2001). Alternatif pilihan pengganti pestisida kimia adalah penggunaan pestisida hayati yang berasal dari tumbuhan. Pestisida nabati adalah salah satu pestisida yang berbahan dasar dari tumbuhan. Tumbuhan mempunyai bahan aktif yang berfungsi sebagai alat pertahanan alami terhadap pengganggu karena cepat terutai di tanah dan tidak membahayakan hewan, manusia atau serangga yang bukan sasaran (Sastrodihardjo, 1999) 1.2 Tujuan 1. Melatih mahasiswa di lapangan untuk aspek pertanian, perkebunan atau manajemen lingkungan yang tidak tercakup dalam proses perkuliahan. 2. Memberi kesempatan mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja sektor pertanian yang relevan dengan profesi yang akan dikembangkannya di masyarakat. 3. Memberikan pengalaman bekerja mahasiswa di lingkungan profesional pertanian atau agribisnis. 3 4. Memberikan keterampilan tambahan yang dimungkinkan berguna untuk kerja di masa depan. 1.3 Sasaran kompetensi yang di targetkan Dengan adanya magang kerja dalam pendidikan strata satu, mahasiswa di harapkan dapat mendapai standart kompetensi dalam dunia pendidikan dan pekerjaan minimal sebagai berikut : 1. Mampu menerapkan dan mensosialisasikan IPTEKS dibidang pertanian berdasarkan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan dan mengangkat kearifan lokal. 2. Mampu mengimplementasikan dan mengembangkan usaha inovatif sistem pertanian berkelanjutan dan mampu berkomunikasi dan menjalin kerjasama secara efektif dengan mengikuti etika bisnis. 3. Mampu merencanakan, merancang, melaksanakan dan mengevaluasi sistem pertanian yang efektif dan produktif, dan mampu mengaktualisasikan potensi diri untuk bekerjasama dalam tim multidisiplin. 4. Mampu belajar sepanjang hayat, dan mampu berpikir analitik untuk mengidentifikasi, merumuskan masalah dan akar masalah serta mencari solusi berbasis ilmiah dalam sistem pertanian yang berkelanjutan. 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertanian organik Pertanian organik adalah sistem yang tidak menggunakan sama sekali input kimia anorganik, baik untuk pupuk maupun pestsida, herbisisda, tetapi hanya menggunakan input alamiah (organik), sistem pertanian holistik yang mendukung dan mempercepat biodiversiti, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah dan terpadu dengan cara mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas agroekosistem secara alami sehingga menghasilkan pangan yang cukup, berkwalitas dan berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan secara ekologi dan ekonomi, tidak merusak lingkungan, tingkat produktivitas memedai dan petani masih mendapatkan keuntungan. Sistem pertanian ini merupakan sistem yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan organik dalam bentuk limbah pertanian maupun ternak (low return) yang bertujuan menyediakan hara untuk tanaman. (Anonim (a), 2013). Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang mendorong tanaman dan tanah tetap sehat melalui cara pengelolaan tanah dan tanaman yang disyaratkan dengan pemanfaatan bahan bahan organik atau alamiah sebagai input, dan menghindari penggunaan pupuk buatan dan pestsisda kecuali untuk bahan bahan yang diperkenankan (IASA, 1990). Dari studi lain menyataakan bahwa sistem pertanian yang sama sekali tidak menggunakan input kimia anorganik (kecuali yang diizinkan) tetapi hanya menggunakan bahan alami berupa bahan atau pupuk organik disebut sebagai sistem pertanian organik absolut. Sistem pertanian yang menggunakan bahan bahan organik sebagai salah sati masukan yang berfungsi sebagai pembenah tanah dari suplemen pupuk buatan disertai dengan aplikasi herbisida dan pestisida secara selektif dan rasional di sebut pertanian organik rasional (Fagi dan Las, 2007). Produk organik adalah produk hasil tanaman atau ternak yang diproduksi melalui praktek praktek yang secara ekologi, sosial ekonomi berkelanjutan, dan mutunya baik (nilai gizi dan keamanan terhadap racun terjamin). Oleh karena itu pertanian organik tidak berarti hanya meninggalkan praktek pemberian bahan non organik, tetapi juga harus mperhatikan cara cara budidaya lain, misalnya pengendalian erosi, penyiangan , pemupukan , dan pengendalian hama dengan 5 bahan bahan organik atau non organik yang diizinkan. Dari segi sosial ekonomi, keuntungan yang diperoleh da produksi pertanian organik hendaknya dirasakan secara adil oleh produsen, pedagang dan konsumen (Pierrot, 1991). Prinsip dasar budidaya pertanian organik yang di rumuskan oleh IFOAM (International Federation of Organic Agriculture Movement) (IFOAM, 1992). Tenntang budidya tanaman organik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Lingkungan : hasur bebas dari kontaminasi bahan sintetik. Karena itu pertanaman organik tidak boleh berdekatan dengan pertanaman yang memakai bahan kimia. 2. Bahan tanam : varietas yang ditanam sebaiknya telah beradaptasi bai di daerah yang bersangkutan dan tidak berdampak negatif pada lingkungan. 3. Pola tanam : berpijak pada prinsip konservasi tanah dan air, berwawasam lingkungan menuju pertanian berkelanjutan. 4. Pemupukan : bahan organik sebagai pupuk dan tidak boleh memakai bahan anorganik atai kimia sintetis. 5. Pengelolaan Organisme Pengganggu : Semua pestisida sintetis tidak boleh digunakan, kecuali yang diizinkan dan terdaftar pada IFOAM, melainkan hanya memakai pengendalian hayati. (Anonim (b). 2013) Tabel 1. Perbedaan Sistem Budidaya Pertanian Organik dengan Pertanian Non Organik Proses Pertanian Non Organik Pertanian Organik Persiapan tanah Maksimalisasi pengolahan tanah memalui mekanisasi pertanian yang berakibat pemadatan tanah dan matinya beberapa organisme Minimalisasi pengolahan dan mekanisasi pertanian yang memacu pertumbuhan organisme dan menjaga aerasi tanah Persiapan bibit Bibit diperlakukan dengan bahan kimia sinteis Bibit diperlakukan dengan alami Penanaman Monokultur, rotasi tanaman hanya dari satu jenis tanaman dan tidak Mutikultur, rotasi bertahap, kombinasi tanaman dalam satu 6 ada kombinasi tanaman luasan lahan. Penanaman habitat predator dan pengendalian hama. Tanaman pupuk hijau, pestisisda hayati dan obat obatan alami Pengairan Dapat menggunaman air dari mana saja Menggunakan air yang bebas bahan kimia sintetis Pemupukan dan pengendalian hama serta gulam Dominasi penggunaan pupk kimia dan pestisida Penggunaan pupuk organik, pengendalian hama berdasarkan keseimbangan hayati Panen dan pasca panen Produk mengandung residu bahan kimia dan menggunakan bahan kimia sintesis Tidak diperlakukan bahan kimia dan sehat untuk konsumen Sumber : PPHP, 2005 7 2.2 Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) 2.2.1Klasifikasi lalat buah (Bactrocera sp.) Sistem klasifikasi lalat buah adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Diptera Sub Ordo : Cycloorhapha Family : Tephritidae Genus : Bactrocera Sub Genus : Bactrocera Species : Bactrocera sp. (Drew, 1997) Gambar 1. Lalat buah (Bactrocera sp.) (en.wikipedia.org) 2.2.2Morfologi Ukuran tubuh lalat buah hampir sama dengan lalat rumah, atau sedikit lebih besar. Namun, lalat buah berwarna lebih menarik, dengan kombinasi warna hitam keabu abuan, kuning, dan orange kecoklatan. Lalat buah mempunyai tubuh yang berbuku buku, baik ruas tubuh utama maupun alat tambahan, misalnya kaki dan antena. Sebagai anggota kelas serangga, lalat buah mempunyai bagian tubuh, yaitu sebagai berikut : 8 a. Kepala (Cepal) Kepala lalat buah terbentuk bulat agak lonjong, dan merupakan tempat melekat antena dengan tiga ruas. Warna pada ruas antena ini merupakan salah satu ciri khas spesies lalat buah tertentu. Selain itu, spesise lalat buah dapat dibedakan berdasarkan ciri lain yang berupa bercak hitam bagian depan wajah, atau warna tertentu pada daerah kepala (Siti Zubaidah, 2008). b. Rongga dada (Toraks) Bagian punggung (dorsal) rongga dada lalt buah mempunyai ciri khas tertentu. Ciri tersebut dapat berupa garis di tengah, atau garis pinggir (lateral) berwarna kuning di masing masing sisi latero dorsal skuntum. Dari arah dorsal tampak warna dasar skutelum. Skutelum lalat buah biasanya berwarna kuning, walaupun pada berbagai spesies terdapat tambahan warna lain, misalnya warna hitam dengan pola bercak tertentu. Sayap lalat buah biasanya mempunyai bercak bercak pada bagian tepi posterior. Bercak bercak tersebut menutupi vena kosta serta subkosta dan vena vena lain disekitarnya. Kaki lalat buah juga mempunyai warna khas yang merupakan ciri suatu spesies tertentu. Sementara itu, sel anal (sala satu vena sayap) pada kebanyakan lalat buah mempunyai perpanjangan ke arah posterior (Siti Zubaidah, 2008) c. Rongga perut (Abdomen) Dari arah dorsal, abdomen lalat buah mempunyai gambaran khas atau pola pola tertentu, misalnya huruf T yang jelas, atau hanya berupa bercak bercak hitam yang tidak jelas. Pada kebanyakan lalat buah abdomen berwarna coklat tua. Sebagai anggota ordo diptera, lalat buah hanya mempunyai dua sayap. Sayap yang berkembang adalah sayap bagian depan. Sayap belakang mengecil dan berubah menjadi alat keseimbangan yang disebut halter. Pada permukaannya terdapat bulu bulu halus yang berfungsi sebagai indera penerima rangsang dari lingkungan, terutama kekuatan aliran udara. Lalat buah mengalami perubahan bentuk tubuh atau metamorfosis sempurna (holometabola). Pada tipe metamorfosisi ini, lalat buah akan melalui telur, larva, pupa, dan lalat dewasa dalam satu siklus kehidupannya. 9 Alat mulut lalat buah dewasa bertipe penjilat penyerap. Apabila di lihat sepintas, bentuknya menyerupai alat penyedot debu, berupa suatu saluran yang bagian ujungnya melebar. Sementara, alat mulut larva lalat buah berupa mandibula yang berbentuk kait berlubang (Boror, 2001) 2.2.3Siklus hidup Umur imago atau lalat buah dewasa dapat mencapai 1 bulan. Lalat buah dewasa meletakkan telur telurnya yang berbentuk seperti pisang di bawah permukaan buah atau batang, dan akan menetas dua tiga hari kemudian. Satu ekor lalat betina , menghasilkan telur 1200 1500 butir. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan berkelompk 2 15 butir. Seekor lalat buah betina dapat meletakkan telur 1 40 butir/hari (Kalshoven, 1981). Larva yang disebut sindat atau singgat ini kemudian mulai menggerogoti daging buah atau jaringan batang dan matang setelh tujuha sampai sepuluh hari. Larva terdiri dari tigamasa instar atau tiga kali proses penggantia kulit. Larva lalat buha yang bertipe asepala (yidak mempunyai kepala yang berbentuk jelas) ini mempunyai perilaku unik, yaitu mampu melompat, terutama ketika masuk ke instars ketiga, atau mejelang berpupa. Larva kemudian berpupa di dalam tanah, di dalam sebuah selubung. Masa pupa rata rata 19 hari, dan sangat di pengaruhi oleh kondisi kelembapan tanah, yaitu umur pupa lebih pendek pada kelembapan lebih tinggi. Namun, pada spesise Anastrepha ludens menunjukkan bahwa fenologi buah berperan lebih penting dari pada kelembapan tanah dan suhu (Montoya, 2008 : 643 650) Lalat buah dewasa mebutuhkan pakan yang cukup karbohidrta, asam amino, sterols, vitamin, dan mineral. Telur akan diletakkan pada jaringan tumbuhan yang cocok (cukup nutrisi) bagi keturunannya. Dari kajian terdahulu bahwa lalat buah memilih buah yang mulai masak agar lebih mudah di tembus oleh ovipositor, memiliki kandungan gula yang mulai meningkat, kandungan air yang makin rendah, dan ukuran yang makin besar (Messina et al, 1991: 197 208) 10 Gambar 2. Siklus Hidup Lalat Buah (Bactrocera sp.) (http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com) 2.2.4Bioekologi Dalam siklus hidupnya lalat buah mempunyia 4 stadium hidup yaitu , telus, larva, pupa dan dewasa. Lalat buah betina memasukkan telus kedalam daging buah atau di dalam luka atau cacat buah secara berkelompok. Lalat buah betina bertelur sekitar 15 butir. Terlur berwarna putih tranparan berbentuk bulat panjang dengan salah satu ujungnya runcing. Larva lalat buah hidup dan berkembang di dalam daging bauh selama 6 9 hari. Larva pengorek daging buah sambil mengelurkan enzim prusak atau pencerna yang berfungsi melunakkan daging buah sehingga mudah di hisap dan di cerna. Enzim tersebut diketahui yang mempercepat pembusukan, selain bakteri pembusuk yang mempercepat aktivitas pembusukkan buah. Jika aktivitas pembusukan sudah mencapai tahapp lanjut, buah akan jatuh ke tanah, bersamaan dengan masknya buah, larva lalat buah sipa memasuki tahap pupa. Pupa berwarna coklat dan berbentuk oval dengan panjang 5 mm. Lalat dewasa berawarna kecoklatan, dada berwarna gelap dengan dua garis kuning membujur dan pada bagian perut terdapat garis melintang. Lalat buah betina ujung perutnya lebih runcing di bandingkan lalat jantan. Siklus telur menjadi dewasa berlangsung selam 16 hari. Fase kritis tanaman yaitu pada saat tanaman mulai 11 berbuah terutama pada saat buah menjelang masak. Lalat buah yang mempunyai ukuran yang kurang baik. Suhu optimal untuk perkembangan lalat buha 26 o C, sedangkan kelembapan relatif sekitar 70%. Kelembapan tanah sangat berpengaruh terhadap perkembangan pupa (Anonim (c), 2013) 2.2.5Serangan Gejala serangan Pada buah yang serangan biasanya terdapat lubang kecil di bagian tengah kulitnya, serangan lalat buah ditemukan terutama pada buah yang hampir masak. Gejala awal ditandai dengan noda/titik bekas tusukan ovipositor (alat peleatk telur) lalat betina saat meletakkan telur kedalam buah, selanjutnya karena aktivitas hama didalam buah, noda tersebut berkembang menjadi meluas. Larva memakan daging buah sehingga menyebabkan buah busuk sebelum masak. Apabila di belah pada daging buah terdapat belatung belatung kecil dengan ukuran 4 10 mm yang biasanya meloncat apabila tersenut. Kerugian yang disebabkan oleh hama ini mencapai 30 60 %. Kerusakan yang ditimbulkan oleh larvanya akan menyebabkan gugurnya buah sebelum kematangan yang diingikan (Anonim (c), 2013). Gambar 3. Serangan Lalat Buah (Bactrocera sp.) pada buah jambu (http://infohamapenyakittumbuhan.blogspot.com) 12 2.2.6Pengendalian secara umum 1. Pembukusan buah Cara ini dilakukan dengan mebungkus buah yang muali ranum atau berubah menuju ke fase masak. Pembungkusan dapat dilakukan menggunakan kertas semen, kertas koran atau plastik. Bisa juga dengan menggunakan kantung. Pada bagian ujung bawah pembungkus dibuat lubang untuk mengalirkan air yang mungkin masuk dari bagian atas. Pembungkusan dengan kertas kurang efektif karena mudah sobek dan hancur apabila terekna hujan. Cara ini efeketif, tetapi apabila pembungkusan dilakukan saat buah masih terlalu muda akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan buah (Anonim (c),2013) 2. Mulsa Mulsa dipasang di bawah tanaman akan menghalangi larva instar terakhir untuk berpupa di dalam tanah. Jenis mulsa yang dapat digunakan adalah platik, atau potongan jerami kering. Mulsa plastik berfungsi untuk memutus siklus hidup lalat buah yatu menghalangi larva instar terakhir untuk masuk dan berpupa di dalam tanah sedangkan mulsa jerami di percaya menumbuhkan jamur parasit yang dapat menyerang pupa (Anonim (c),2013) 3. Pemanfaatan musuh alami Musuh alami lalat buah yang paling penting adalah parasitoid dan beberapa predator, misalnya tawon dari famili Braconidae, contoh predator lalat buah adalah semut Oecophyla smaragdina dan O.denticula. di alam lalat buah mempunyai musuh alami berupa parasitoid dari genus biosteres dan opius (famili Branconidae). Biosteres sp dapat ditemukan pada lalat buah yang menyerang mangga, balimbing dan jambu biji dengan parasitasi 5,17 10,31% , sedangkan Ophius sp.banyak ditemukan pada lalat buah yang menyerang mangga dengan tingkat parasitasi 0 6,6% (Putra, 1997). 4. Penggunaan perangkap metil eugenol Metil eugenol merupakan zat yang bersifat volatile atau menguap dan melepaskan aroma wangi. Susunan kimia metil eugenol terdiri dari unsur C, H, dan O (C12H24O2). Zat ini merupakan food lure atau dibutuhkan oleh lalat buah jantan untuk dikonsumsi. Dengan demikian, jika mencium aroma metil eugenol, lalat buah jantan akan berusahan mencari sumber aroma tersebut dan 13 memakannya. Radius aroma antraktan dari metil eugenol ini mencapai 20-100 m, tetapi jika di bantu angin, jangkauannya bisa mencapai 3 km. Di dalam tubuh lalat buah jantan, metil eugenol di proses menjadi zat pemikat yang akan berguna dalam proses perkawinan. Dalam proses perkawinan tersebut, lalat buah betina akan memilih lalat buah jantan yang telah mengonsumsi metil eugenol karena lalat buah jantan tersebut mampu mengeluarkan aroma yang berfungsi sebagai sex pheromone (daya pikat seksual). Di alam, lalat buah jantan memperoleh metil eugenol dari berbagai jenis tanaman, seperti treggula dan selasih. Lalat buah jantan memperoleh metil eugenol dengan cara mengisap bunga atau daun tanaman penghasil metil eugenol sehingga tidak jarang dilihat kerumunan lalat buah yang sedang mengerumuti tanaman penghasil metil eugenol. (Kardinan, 2003) 5. Perangkap warna/likat kuning Serangga hama tertentu juga lebih tertarik terhadap warna. Warna yang disukai serangga biasanya warna-warna kontras seperti kuning cerah. Keunggulan dari penggunaan perangkap warna ini adalah murah, efisien juga praktis. Namun perangkap ini hanya bisa digunakan pada hama siang hari saja. Prinsip kerjanya pun tidak jauh berbeda dengan perangkap cahaya dimana serangga yang datang pada tanaman dialihkan perhatiannya pada perangkap warna yang dipasang. Serangga yang tertarik perhatiannya dengan warna tersebut akan mendekati bahkan menempel pada warna tersebut. Bila pada obyek warna tersebut telah dilapisi semacam lem, perekat atau getah maka serangga tersebut akan menempel dan mati. (Asri A.,2003) 6. Pengendalian lalat buah secara kultur teknis a. Sanitasi lingkungan, yaitu pengumpulan buah buah yang terserang, baik yang jatuh maupun yang masih di pohon. Kemudian dimusnahkan dengan menimbun yang terserang ke dalam tanah (pastikan bahwa kedalaman tanah tidakn memungkinkan larva dapat berkembang menjadi pupa). b. Tanah di sekitarnya dicangkul dan di balik agar pupa yang bersembunyi terkena siar matahari dan mati. c. Tanaman perangkap, yaitu menanam selasih di sekeliling kebun 14 d. Pengasapan dengan membakar sampah kering dan bagian atasnya di tutupi sampah basah, agar dapat dihasilkan asap dan tidak sampai terbakar. Kepulan asap yang menyebar ke seluruh bagian tanaman akan mengusir keberadaan hama. e. Pembungkusan buah dengan kertas atau kantong plastik f. Penggunaan perangkap atraktan dalam alat perangkap yang terbuat dari botol bekas air minum mineral yang di beri lubang untuk masuknya lalat buah. Bahan atraktan : metil eugenol (ME), protein hidrolisa, atau selasih. (Anonim (d), 2013) 7. Pengendalian kimia Pengendalian lalat buah secara kimiawi dapat dilakukan dengan memasang alat perangkap yang terbuat dari botol aqua dengan jarak 10 meter. Dalam perangkap tersebut diberi buah buahan yang aromanya disukai lalat (misal nangka, timun) kemudian dicampur insektisida berbahan aktif metomil. Selain itu juga dapat dilakukan penyemprotan menggunakan insektisida berbahan aktif sipermetrin, deltametrin, profenofos, klorpirifos, metomil, kartophidroklorida, atau dimehipo dengan dosis/konsentrasi sesuai petunjuk pada kemasan. Penyemprotan menggunakan insektisida sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dan dicampur dengan gula pasir sebanyak dua sendok makan per-tangki untuk memancing lalat memakan pestisida tersebut. (Anonim (d), 2013) 2.3 Bio-pestisida Nabati Pestisida nabati adalah bahan pengendalian hama dan penyakit tanaman yang beerbahan aktof berasasl dari tumbuh tumbuhan. Secara umum, pestisida nabati merupakan suatu pestisida dengan bahan dasar berasal dari tumbuhan. Pembuatannya relatif mudah dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas. Pestisida nabati bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam serta manusia dan ternak (Soenandar M.& Tjacyono Heru R.,2012). Berikut beberapa fungsi pestisida nabati untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman : 1. Sebagai penolak kehadiran serangga (repelent) 15 2. Sebagai antifidan sehingga hama tidak menyukai tanaman yang telah di semprot pestisida nabati. 3. Terhambatnya proses metamorfosis serangga, misalnya, perkembangan telur, larva dan pupa menjadi tidak sempurna. 4. Terhambatya reproduksi serangga betina dan mengacaukan sistem hormon pada serangga. Dari hasil penelitian terdahulu, beberapa jenis tanaman yang mempunyai indikasi sebagai pestisida nabati di antaranya mimba, kunyit, jahe, serai, temu hitam, laos, gadung, biji bengkuang, dan sirih. Pestisida nabati juga memiliki sifat yang menguntungkan, seperti tidak mencemari lingkungan, lebih spesifik terhadap hama, dan residu lebih pendek (Soenandar M.& Tjacyono Heru R.,2012). a. Keunggulan pestisida nabati 1. Tidak terjadi resistensi pada hama 2. Tidak berdampak merugikan bagi musuh alami hama 3. Tidak menyebabkan kerusakan lingkungan dan persediaan air tanah 4. Mengurangi resiko terjadinya letusan serangan hama kedua (sekunder) 5. Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak 6. Mengurangi biaya produksi dan ketergantungan petani terhadap pestisida kimia. b. Kelemahan pestisida nabati 1. Kurang praktis dalam aplikasinya. Karena, bahan nabati mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia dan biotik dari lingkungan. efeknya, saat pengaplikasian memerlukan frekuensi yang berulang ulang dengan dosis yang lebih banyak dibandingkan dengan pestisida kimia. 2. Memerlukan bahan pengemulsi sebagai pelarut, karena pestisida nabati sulit terlarut. 3. Memerlukan bahan baku bahan tanaman dengan volume yang cukup banyak agar mencapai dosis yang dianjurkan 4. Ketersediaan bahan baku tanaman yang tidak konsisten sehingga relatif menyulitkan petani. 16 2.4 Tanaman penghasil pestisida a. Mimba (Azadirachta indica)m Daun dan biji tanaman mimba dapat digunakan untuk mengendalikan hama ulat, kumbang, serta kutu daun yang selalu menyerang tanaman pangan dan holtikultura. Zat yang terkandung dalam mimba mampu menghambat pertumbuhan serangga hama. Tanaman mimba mengandung zat azadirachtin, triol, salanin dan nimbin. Daun dan biji mimba yang digunakan unutuk mengendalikan hama dan penyakit diformulasikan dalam bentuk minyak atau serbuk. Kandungan ratcun (zadirachtin) pada biji mimba labih tinggi dibandingkan dengan kandungan racun pada daun mimba. Minyak dari biji mimba telah banyak ditemukan di pasaran dengan dosis 5 10 ml/lt air. Minyak mimba cukup efektif digunakan untuk mengendalikan beberapa jenis hama serta tidak meninggalkan residu berbahaya pada tanaman dan lingkungan (Soenandar M.& Tjacyono Heru R.,2012). Senyawa kimia tersebut dapat berperan sebagai penghambat pertumbuhan serangga, penolak makan (antifeedant) dan repelen bagi serangga (Rachmawati, 2009). Azadirachtin merupakan senyawa yang paling banyak terdapat dalam biji mimba, dan dalam 1 gram biji kira kira terdapat 2 4 mg azadiractin namun ada juga yang samapi 9 mg. Bahan aktif ini tidak langsung membunuh, namun akhirnya akan dapat mematikan serangga melalui mekanisme menolak makan, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi (Sudarmadji, 1993). Azadiracthin juga berperan sebagai ecdyson blocker atau zat yang dapat menghambat kerja hormon ecdyson, yaitu hormon yang berfungsi dalam proses metamorfosa serangga. Serangga akan terganggu pada proses pergantian kulit, atau proses perubahan dari telur menjadi larva, atau dari larva menjadi kepompong atau dari kepompong menjadi dewasa. Biasanya kegagalan dalam proses ini mengakibatkan kematian (Chiu, 1988) Salanin mempunyai daya kerja sebagai penghambat makan, namun tidak mempengaruhi proses ganti kulit pada serangga (Sudarmadji, 1993). Penggunaan pestisida nabati yang berasal dari mimba seringkali tidak menyebabkan hama langsung mati setelah di semprot, biasanya memerlukan waktu 4 5 hari untuk 17 mati. Namun demikian, daya rusak hama sudah sangat menurun karena dalam keadaan sakit (Ruskin, 1992). Meliontriol, senyawa ini dalam konsentrasi yang sangat randah mampu menolak serangga untuk makan. Senyawa ini berperan sebagai penghalau (repellent) yang menyebabkan serangga enggan mendekati zat tersebut (Sudarmadji, 1993). Nimbin berperan sebagai anti mikroorganisme seperti anti virus, bakterisida, dan fungisida yang bermanfaat untuk digunakan dalam mengendalikan penyakit tanaman (Ruskin, 1992). Senyawa ini juga mempunyai potensi untuk digunakan sebagai pengendali virus yang menyerang tanaman dan ternak (Sudarmadji, 1993). Bermacam macam ekstrak mimba dilaporkan mempengaruhi serangga melalui berbagai macam cara anatara lain : 1. Penghambatan perkembangan telur, larva, atau pupa 2. Memblokir proses ganti kulit selama stadium larva 3. Gangguan terhadap proses kawin serangga, terutama gangguan dalam proses komunikasi seksual 4. Penolakan makan terhadap larva dan dewasa 5. Mencegah betina untuk meletakkan telur 6. Membuat serangga mandul 7. Meracuni larva dan dewasa 8. Menghambat pembentukan khitin (Ruskin, 1992) b. Lada atau Merica (Piper nigrum L.) Komponen kimia lada atau merica terdiri atas air, pati, selulosa, abu, minyak volatil dan mineral mineral. Kandungan kimia pada lada ini berbeda beda tergantung dari varietas lada dan derah penanaman lada yang berhubungan langsung dengan perbedaan iklim, keadaan tanah dan faktor lingkungan lainnya. Komposisi kimia lada lebih jelas dapat di lihat pada tabel 2. 18 Tabel 2. Komposisi kimia lada putih dan lada hitam Komponen kimia (%) Lada hitam Lada putih Min Max Min Max Air 9,56 15,60 9,90 16,50 Nitrogen total 1,56 2,60 1,55 2,60 Nitrogen EENV* 2,70 4,33 0,00 0,00 Minyak volatil 1,00 2,00 1,00 2,20 Pati dan karbohidrat lain 32,10 50,00 54,30 69,00 Selulosa 11,90 15,50 4,20 7,80 Piperine 1,70 7,40 0,00 0,00 Abu 3,40 5,90 0,80 3,00 Sumber : Aksi Agraris Kanisius, 1980. *Nitrogen dalam Ekstrak Ether non Volatil Total nitrogen dalam lada yaotu sekitar 82% merupakan non protein nitrogen, misalnya alkoloid. Dari non protein nitrogen ini lebih dari setengahnya terdiri dari asam amino sederhana yang langsung dapat digunakan oleh tubuh (Pruthi, 1976). Komposisi minyak volatil menetukan secara langsung sifat oeganoleptik lada yaitu odor dan flavor, sedangkan sifat rasa pedas lada disebabkan oleh alkoloid alkoloid non volatil dimana piperine merupakan zat yang terpenting (Purseglove et al., 1981 dan Govindarajan, 1977). Ektrak eter lada yang bersifat non volatil (non volatil ether extract) yang cukup banyak mengandung alkoloid pembentuk zat pedas sering digunakan sebagai indikator kasar tingkat kepedasan bahan ini (Govindarajan, 1977). Lada mengandung minyak atsiri dan oleoresin. Adapun untuk mendapatkan secara optimal maka minyak atsiri pada lada tersebut, dilakukan penyulingan terlebih dahulu, kemudian sisa penyulingan di ekstrak kembali dengan pelarut organik sehingga di peroleh oleoresin (Somaatmadja, 1981). Komponen kimia oleoresin terdiri dari poperine chavicine, poperida piperida lain seperti piperitin, minyak yang mudah meguap, alkoloid dan resin (Guenther, 1987). Piperine adalah komponen alkoloid utama pembentuk rasa pedas lada. Isomer trans trnas dari 1-piperonyl piperidine yang diisolasi pertama kali oleh 19 Oested pada tahun 1820 dan kemudian diidentifikasi dengan rumus molekul C 15 H 19 NO 3 . Bahan ini larut sebagian dalam air dingin dan petroleumeter, sedangkan dalam air panas, alkohol, kloroform, benzenen dan asam asetat larut sepenuhnya. Jika di pecah akan menjadi piperidine dan piperic acid. Berat molekul 285.33 dan titik leburnya adala 130 o C (Purseglove et al., 1981 dan pruthi, 1976). Lada hitam dapat digolongkan ke dalam tanaman yang mempunyai daya insektisida (Mc Indoo & Sievers, 1924). Sejak saat itu, penelitian terhadap insektisisda alami nabati dilakukan secara intensif. Dari penelitian lebih lanjut, bahwa bubuk lada hitam bertindak sebagai repellent atau zat penolak terhadap hama jagung Heliothis obsoleta pada saat akan bertelur (Freeborn & Wymore, 1929). Pada tanaman lada terdapat tiga kompenen aktif yang diidentifikasi sebagai peepuloidin, guineensine dan pipricidie yang merupakan bentuk isobutyl dan piperine dengan gugus alkil yang bervariasi. Ketiga zat aktif ini mempunyai efek meumpuhkan kaki serangga, tetapi yang paling toksik adalah guineensine (Kumari & Majumder 1981). Lada hitam (Piper Nigrum L.) merupakan salah satu tanaman yang memiliki efek insektisida. Sejauh ini senyawa senyawa dalam lada hitam yang barhasil diidentifikasi mempunyai efek insektisisda selain piperine adalah golongan alkoloid : isobutylamise alkoloid, pellitorine, gineensine, pipercide dan piperidine. Senyawa senyawa ini bekerja sebagai antikolinesterase. Antikolinesterase bekerja dengan menghambat kerja kolinesterase dan mengakibatkan suatu keadaan yang mirip dengan perangsangan saraf kolinergik secara terus menerus dan mengakibatkan kekejangan dan kematian (Maulani R.,2010) Pada lalat Musca domestica membuktikan bahwa ektrak lada hitam pada konsentrasi 10%, 7% dan 4%. Memiliki efek insektisisda di atas LD50. Peneletian ini membuktikan bahwa senyawa limonene dan linalool yang terdapat pada lada efektif membunuh lalat. Senyawa senyawa ini tergabung dalam minyak essential yang bersifat volateli dan menguap pada suhu kamar dan penguapan 20 akan semakin besar dengan kenaikan suhu dan kelembapan relatif yang rendah (Rosalia, 2005) c. Tomat ( Solanum lycopersicum Linn) Tomat merupakan buah yang kaya akan manfaat dan merupakan bahan pokok pembuatan berbagai macam jenis saus. Banyak orang telah memanfaatkan buah tomat untuk di konsumsi sebagai sayur maupun buah, sebagau bahan baku pembuatan saus, untuk minuman, khasiat kecantikan, bahkan banyak juga masyarakat yang tidak mengetahui bahwa bagian tanaman tomat juga memiliki manfaat sebagai insektisida dan repellent. Kandungan kimia daun tomat diduga berpotensi sebagai insektisida yaitu alkoloid solanine dan alkoloid solanidine (Syarif, A. dkk. 2005) Ektrak etanol daun tomat memliki kandungan kimia alkoloid solanine dan alkolid soladinidine yang berfungsi sebagai racun kontak pada nyamuk Culex sp. zat ini akan menghambat kerja enzim acetylcholinesterase, kemudian kejang sehingga dapat menyebabkan kematian. (Dinnarwika, Syarah. 2012). Tomat berupa daun dan batang mengandung senaya yang rasanya tidak disenangi oleh aham sehingga efektif untuk mengendalikan hama pada tanaman dan juga sebagai fungsida ringan (Kuruseng, 2008). Tomat mengandung racun alami yang termasuk golongan glikoalkaloid. Racun ini menyebabkan tomat hijau berasa pahit saat dikomsumsi. Untuk mencegah terjadinya keracunan, sabaiknya hindari mengkomsumsi tomat hijau dan jangan pernah mengkomsumsi daun dan batang tanaman tomat. Daun tomat bagus sebagai insektisisda dan fungsida alami. Pada tomat hijau, kandungan senyawa penghambat gliko alkoloid tomatin labih tinggi, yang mampu menghmbat pertumbuhan miselium patogen Botrytis cinera. Akibatnya, jamur mampu membentuk apresorium dan melakukan pemantakan pada buah tomat hijau, perkembangan hifa lebih lanjut dapat dihambat dengan konsentrasi solanin di dalam buah, yang bersifat fungitoksin (Soesanto, Loekas. 2007). Dapat digunakan untuk membasmi kutu, ulat bulu, telur serangga, belalang, ngengat, lalat putih, jamur dan bakteri pembusuk (Supriadi, Dani. 2012). 21 III. METODE PELAKSANAAN 3.1 Waktu dan tempat Kegiatan magang kerja di lakukan di PO. Bumiaji Sejahtera,Dusun Banaran Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Magang kerja di laksanakan pada tanggal 01 Juli sampai dengan tanggal 30 September 2013. Jenis kegiatan magang yang dilaksanakan sesuai dengan kegiatan yang ada pada perusahaan atau instansi tempat magang kerja. 3.2 Metode pelaksanaan Adapun metode pelaksanaan magang kerja yang dilakukan pada tempat atau Instansi Magang kerja ini adalah: a. Praktek kerja langsung sesuai dengan aktivitas yang ada di perusahaan. Kegiatan yang dilakukan menyesuaikan dengan kegiatan yang ada di lapang. Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengikuti secara langsung semua kegiatan di lapang. b. Diskusi dan wawancara dengan staf perusahaan. Kegiatan ini ialah kegiatan wawancara dan diskusi dengan pembimbing lapang, karyawan dan para pekerja lapang. c. Pengumpulan data primer dan sekunder sebagai data pelengkap. 1. Pengumpulan data primer Data diperoleh secara langsung dengan observasi di lapang sesuai dengan aktivitas yang ada pada tempat magang. Data primer yang akan diambil meliputi gambar atau foto yang ada di lapang. 2. Pengumpulan data sekunder Pengumpulan data ini dengan menggunakan metode dokumenter yaitu data yang diperoleh dari studi literatur, dokumentasi dan arsip perusahaan. 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PO.Bumiaji Sejahtera 1) Personal company Nama Perusahaan : Bumiaji Sejahtera Pemilik : Imam Ghozali Direktur : Rakhmad Hardiyanto Alamat : Jl. Kopral Kasdi 75 Banaran, Bumiaji, Kota Wisata Batu Telepon : (0341) 594 286 HP : 081 7960 4950 Nomor Ijin Usaha : 510/218/422.208/SIUP MI-025/2013 Visi Perusahaan a. Menjadikan Bumiaji sebagai sentra agritourism Kota Wisata Batu pada 2014 b. Menjadikan Bumiaji sebagai sentra home industry makanan olahan Kota Wisata Batu pada 2014 Misi Perusahaan a. Menciptakan sumber daya manusia jujur, kreatif, inovatif dan berjiwa entrepreneur b. Mengeksplorasi potensi pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis pemberdayaan masyarakat 2) Luas Lahan di UD.Bumiaji Sejahtera Di UD.Bumiaji Sejahtera yang bergerak pada bidang pertanian, pariwisata dan home industri. Pada perusahaan ini yang diutamakan adalah pada bidang agrotourism (wisata pertanian), komoditas utama yang di miliki untuk agrowisata ialah tanaman jambu kristal (Psidium guajava). Lahan yang di miliki di UD.Bumiaji Sejahtera total keseluruhan lahan 24.000 m 2 , dengan rician lahan : 1. Lahan di daerah Junggo, Kecamatan Bumiaji, Batu :15.000 m 2 2. Lahan di daerah Dayakan, Kecamatan Bumiaji, Batu : 2.500 m 2 3. Lahan di daerah Keramat, Kecamatan Bumaji, Batu : 2.000 m 2 4. Lahan di daerah Banaran Barat, Kec. Bumiaji, Batu : 4.500 m 2 Luas lahan produktif untuk jambu kristal sebanyak 2.600 m 2 yang terletak pada dua tempat yang berbeda yaitu pada kebun Dayakan (2.500 m 2 ) dan kebun 23 Keramat (100m 2 ). Sedangkan sisa lahan yang lain pada kebun Keramat ditanami tumpang sari jambu kristal belum produktif, jeruk manis dan berbagai macam sayuran. Pada lahan Junggo setengah dari total lahan ditanami apel dan setengahnya ditanami berbagai macam sayuran. Untuk lahan Banaran Barat masih dalam proses penumbuhan hasil okulasi antara pohon awal jambu merah dan diokulasi jambu kristal serta dilakukan tumpangsari dengan berbagai sayuran. Dengan tenaga kerja yang di gunakan berjumlah 3 orang pekerja dengan bidang yang berbeda yaitu pada bidang perbanyakan jumlah bibit tanaman jambu kristal serta perawatan tanaman jambu kristal, dan pada bidang tanaman holtikultura. Gaji karyawan yang bekerja berkisar antara Rp. 25.000/hr. 4.2 Kegiatan Magang Kerja 4.2.1Kegiatan di UD.Bumiaji Sejahtera Proses budidaya tanaman jambu kristal 1. Persiapan budidaya tanaman jambu kristal a. Perbanyakan tanaman jambu kristal 1) Okulasi - Pilih batang bawah yang memenuhi syarat yaitu telah berumur 5 bulan - Ambil mata tunas tempel dari cabang atau batang sehat yang berasal dari pohon jambu krital varietas unggul yang telah terbukti keunggulannya. - Buat lidah kulit batang yang terbuka pada batang bawah setinggi 20 cm dari pangkal batang dengan ukuran yang sesuai dengan mata tempel. - Masukkan mata tempel ke dalam lidah batang bawah sehingga menempel dengan baik - Setelah 2 -3 minggu, ikatan tempelan dapat dibuka dan disemprot dengan ZPT. - Pada okulasi yang jadi, kerat batang sekitar 2 cm di atas okulasi dengan posisi melintang sedikit condong keatas sedalam 2/3 bagian penampang. 24 Gambar 4. Okulasi pada tanaman Jambu Kristal di UD.Bumiaji Sejahtera 2) Cangkok - Memlih dahan tanaman yang bergaris tangah 2 cm.panjang dahan 100 cm dan dahan tumbuh tegak. - Menyayat kulit cabang secara melingkar sepanjang 3 5 cm. kulit cabang yang di sayat sebaiknya berada tepat di bawah kuncup daun. - Mengkerat kulit dengan ujung pisau. Kikis kambium yang mungkin masih melekat pada bagian kayu, dan buang lendir yang membasahinya. - Mengeringkan bagian dahan yang telah di kupas dengan membiarkannya selama 2 5 hari. - Membungkus dahan yang telah di kelupas dengan mos atau serabut kelapa. Dan ikat bagian bawah lembaran pembungkus 6 cm di bawah sayatan. - Memasukkan tanah basah yang telah dicampur pupuk kancang ke dalam pembungkus. - Merapikan sehingga dahan yang terkelupas tertutup tanah seluruhnya. Kemudian ikat bagian atas lembaran pembungkus. - Menyiram secara teratur pada pagi dan sore hari terutama jika tidak terjadi hujan. - Cangkokan yang telah tumbuh jangan langsung dilakukan penanaman di lahan. Sebelumnya tanam terlebih dahulu hasil cangkokan pada polybag dengan campuran tanah gembur dan pupuk kandang. 25 - Setelah umur cangkokan pada polybag mencapai 3 bulan, maka cangkokan telah siap untuk dipindahkan ke lahan yang siap untuk di tanami. Gambar 5. Pencangkokan tanaman jambu kristal 2. Teknik penanaman jambu kristal a. Pengolahan tanah Lahan yang akan ditanami tanaman jambu kristal sebelumnya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Pengolahan tanah pada lhan di fungsikan sebagai sanitasi lahan dan pembersihan dari OPT yang berada di dalam tanah agar pada saat di tanaman OPT tersebut tidak akan menyerang tanaman jambu kristal. Dengan cara membalik tanah dan membuat bedengan bedengan denagn ukuran 1 m x 5 m. Membalik tanah bagian bawah selain untuk mengendalikan hama atau penyakit yang ada di dalam tanah, juga berfungsi untuk memberikan hara yang ada di lapisan top soil tanah agar berada di atas dan mudah dalam penyerapan hara untuk tanaman. b. Penentuan jarak tanaman Tanaman jambu kristal dapat di budidayakan secara monokulture maupun intercropping dengan tanaman di bawahnya. Jarak tanam jambu kristal yang di lakasanakan di UD.Bumiaji Sejahtera di desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Di peruntukan dengan jarak tanam 300 cm x 400 cm dengan secara mono kulture, sedang dengan pola tanam intercroping di lakukan pada bagian bawah tanaman jambu kristal, yaitu di tanam tanaman yang tidak membutuhkan penyinaran yang lama dan cahaya yang sedikit. 26 c. Pembuatan lubang tanam Ukuran lubang tanam untuk penanaman jambu kristal di PO. Bumiaji Sejahtera yaitu 30 cm x 50 cm x 50 cm. dimana tanah hasil galian pada bagian atas dan tanah bagian bawah di campur menjadi satu dengan menggunakan pupuk kandang sebanyak 1 kg/lubang tanam Gambar 6. Pembuatan Lubang Tanam Jambu Kristal 3. Pemeliharaan tanaman a. Penyiangan Proses penyiangan tanaman jambu akan dilaksanakan apabila terdapat gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Pada tanaman yang berjarak tanam rapat makan tidak perlu untuk di lakukan penyiangan, karena tajuk tanaman jambu yang rapat akan menggangu pertumbuhan gulma pada bagian bawah pohon tanaman jambu. Penyiangan dilakukan pada saat awal musim penghujan dimana semua tanaman mulai tumbuh, pada saat sebelum musim penghujan maka lahan yang ada di sekitar tanaman jambu digemburkan kembali untuk agar gulma pada sekitar tanaman jambu tidak tumbuh kembali. 27 Gambar 7. Penyiangan Lahan Jambu Kristal b. Pembubunan tanaman Tanaman jambu kristal dilakukan pembumbunan pada saat musim penghujan. Dengan kondisi tanah yang kering dan terkena air makan tanah akan terbawa oleh air, yang menyebabkan tanah yang ada di sekitar tanaman jambu menjadi berkurang dan menggenangi tanaman jambu kristal. dengan pembumbunan tanaman maka air akan dapat mengalir dengan lancar dan tidak menggenangi tanaman jambu. Gambar 8. Perbaikan bedengan dan Pembumbunan Jambu Kristal c. Pemangkasan Pemangkasan yang dilakukan untuk tanaman jambu kristal ini bertujuan untuk memaksimalkan hasil fotosintat dari hasil proses fotosintesis ke jaringan tanaman yang lebih muda atau tunas baru yang masih dapat melakukan proses fase vegetatif yang cepat. Dengan cara memangkas bagian dahan atau ranting 28 tanaman yang sudah tua atau sudah tidak dapat berproduksi, atau pada tangkai yang telah dipetik. Tangkai tanaman yang menghasilkan buah dan telah dipetik tidak dapat memproduksi bunga, maka dengan pemangkasan bisa memaksimalkan produksi bunga pada tanaman pada cabang baru setelah pemangkasan cabang tanaman yang telah tua. Selain itu, pemangkasan yang pada jambu kristal dapat mempercepat proses pembungaan pada cabang baru atau tunas baru. Dengan mempercepat proses pembungaan makan produksi buah meningkat. Karena pemangkasan yang dilakukan dapat memusatkan hasil fotosintesis tanaman pada cabang baru dengan bunga dari calon buah tanaman jambu kristal. Dengan pemengkasan juga dapatn membuat sinar matahari dapat masuk melewati sela sela daun. Dengan penyinaran yang maksimal maka pada bagian bawah dari tajuk tanaman tidak ternaungi dan tidak menyebabkan kelembapan menjadi tinggi. Kelembapan yang tinggi dapat menjadikan tempat tinggal dari penyakit penyakit tanaman berupa jamur, bakteri dll, serta juga dapat menjadi tempat tinggal beberapa hama tanaman jambu. Pemangkasan tanaman jambu kristal ini akan dilakukan setelah umur 3 6 bulan. Gambar 9. Pemangkasan Cabang dan Pewiwilan Jambu Kristal d. Pemupukan tanaman Pemupukan dilakukan pada 3 tahap daiman pada tahap pertama umur 0 6 bulan, tahap kedua pada umur 6 12 bulan dan tahap ketiga umur 12 24 bulan. 1) Tahap pertama ( 0 6 bulan) 29 Pemupukan tahap awal diman tanaman di tanam sampai tanaman berumur 6 bulan dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk kandang atau kompos sebanyak 5 kg/1000 m 2 sebagai pupuk dasar untuk penanaman jambu kristal, dan selanjutnya dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk aorganik berupa Urea : Tsp : ZK ( 3 : 2 : 1 ) per 1000 m 2 . Dengan cara kocor, dimana pupuk dilarutkan kedalam air agar pupuk dapat di serap langsung oleh tanaman. Pemupukan pada umur 0 6 bulan dilakukan setiap 2 minggu sekali, dengan tujuan untuk mempercepat proses vegetatif tanaman. setelah proses vegetatif tanaman pertumbuhannya lebih cepat maka tanaman akan cepat untuk berbungan dan menghasilkan buah. 2) Tahap kedua (6 12 bulan) Pada umur 6 12 bulan tanaman dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk yang sama dan dosis yang sama, yaitu Urea : Tsp : ZK ( 3 : 2 : 1 ) per 1000 m 2 . Tetapi jarak waktu pemberian pupuk lebih lama di bandingkan pada awal fase vegetatif dengan selang waktu 1 bulan sekali. Pemberian pupuk pada umur 6 12 bulan dengan cara di taburkan pada daerah areal perakaran tanaman jambu secara melingkar. Karena pada tahap ini sudah memulai fase generatif atau pembentukan bunga. Maka asupan pupuk yang diberikan dikurangi untuk mempercepat pembuahan pada tanaman. 3) Tahap ketiga (12 24 bulan) Pada umur tanaman jambu yang telah mencapai 2 tahun takaran pupuk yang digunakan tetap sama dengan umur 6 12 bulan, tetapi selang waktu pemupukan yang digunakan dikurangi, dengan tujuan untuk mepercepat proses pemasakan buah. Jarak waktu yang digunakan untuk pemupukan tanaman umur 12 24 bulan, dilakukan setiap 3 bulan sekali. 30 Gambar 10. Pemupukan Tanaman Jambu Kristal e. Pengairan tanaman Pemberian air pada tanaman jamb ukristal ini dilakukan 2 kali dalam minggu pertama setelah penanam, yaitu pada pagi dan sore hari. Setelah tanaman telah mulai beradapatasu dengan lingkungan sekitar dapat dikurangiimenjadi sekali dalam sehari. Setelah tanaman tumbuh kuat frekuensi penyiraman dapat dikurangi lagi atau penyiraman dilakukan saat diperlukan saja. Jika turun hujan yang lebat diusahakan agar sekeliling tanaman tidak tergenang air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air. Sebaliknya pada musim kemarau tanah akan terlihat mengering dan merakah maka di perlukan penyiraman yang lebih dari pada penyiraman yang terdahulu dan dilakukan sehari sekali setiap sore hari. Gambar 11. Penyiraman bibit tanaman Jambu Kristal 31 f. Pengendalian OPT (Organisme Penggangu Tanaman) 1) Tahap pertama (0 6 bulan) Pengendalian OPT pada awal tanam sampai tanaman berumur 6 bulan dilakukan dengan menggunakan pestisida anorganik. Pestisida yang digunakan adalah Dorstick (pelekat, penabur) sebanyak 25 cc/100 Lt, ANTONIK (zat perangsang tumbuh tanaman) sebanyak 25 cc/100 Lt, dan menggunakan fungsida yaitu CABRIO 250EC sebanyak 25 cc/ 100 Lt dan FOLICUR 25WP sebanyak 25 cc/100 Lt. 2) Tahap kedua (6 12 bulan) Pengendalian OPT pada umur tanaman mencapai 6 12 bulan. Pengandalian tetap menggunakan dosis yang sama, akan tetapi penggunaan air dan dosis pestisida ditambahkan 10 % dari takaran air seblumnya menjadi 110 Lt air yang digunakan pada saat penyemprotan dengan dosis Dorstick (pelekat, penabur) menjadi 35 cc/110 Lt, ANTONIK (zat perangsang tumbuh tanaman) sebanyak 35 cc/110 Lt, dan menggunakan fungsida yaitu CABRIO 250EC sebanyak 35 cc/ 110 Lt dan FOLICUR 25WP sebanyak 35 cc/110 Lt. 3) Tahap ketiga (12 24 bulan) Dengan bertambahnya umur tanaman yang sudah mencapai dua tahun maka takaran air dan dosis yang digunakan untuk menyemprot tanaman bertambah manjadi 20 %. Maka takaran air dan dosis dalam penyemprotan atau pengendalian OPT pada umur tanaman mancapai 2 tahun di perlukan dosis Dorstick (pelekat, penabur) menjadi 55 cc/130 Lt, ANTONIK (zat perangsang tumbuh tanaman) sebanyak 55 cc/130 Lt, dan menggunakan fungsida yaitu CABRIO 250EC sebanyak 55 cc/ 130 Lt dan FOLICUR 25WP sebanyak 55 cc/130 Lt. 32 Gambar 12. Penyemprotan Tanaman Jambu Kristal g. Pemeliharaan lain 1) Penjarangan buah Penjarangan dilakukan untuk meningkatkan kualitas buah yaitu besar seragam, kulit baik, dan sehat, dilakukan dengan membuang buah yang tidak normal (terserang hama penyakit atau kecil-kecil). Untuk mendapatkan buah yang baik satu tunas hendaknya berisi 3 5 buah. Gambar 13. buah tanaman jambu kristal yang dilakukan penjarangan 2) Pembungkusan buah Pembungkuasn buah tanaman jamb dilakukan pada saat buah tanaman sudah sudah berumur 1,5 bulan atau bakal buah tanaman, dengan cara membungkusnya dengan menggunakan plastik bening ukuran 15 x 35 cm. Dan pada bagaian pucuk plastik dipotong untuk memberikan lubang udara 33 pada buah, lubang udara berfungsi sebagai pembuang air yang dikeluar oleh proses penguapan buah tanaman. pembungkusan bertujuan untuk menghindari keruskan secara mekanis dari tanaman itu sendir dan serangan serangga hama yang akan merusak buah tanaman jambu. Gambar 14. Pembungkusan Buah Tanaman Jambu Kristal 34 4.2.2Pembuatan Biopestisida Nabati dan Aplikasinya di UD.Bumiaji Sejahtera 4.2.2.1 Pembuatan Biopestisida nabati (Daun nimba, Tomat dan Merica) Di perusahaan UD. Bumiaji Sejahtera yang terletak di desa Bumiaji, Kecamatan Bumiaji, Batu. Bergerak pada bidang pendistribusian buah jambu dan bibit tanaman jambu serta sebagai tempat pariwisata. Telah mulai mengacu pada sistem pertanian yang bertaraf lingkungan dengan salah satunya adalah pembuatan dan pemakain biopestisida nabati yang berasal dari tumbuh tumbuhan salah satu yang di gunakan untuk pestisida nabati pada UD. Bumiaji Sejahtera yaitu daun tanaman nimba, buah tomat yang telah masak, dan biji merica atau lada. Untuk mempercepat proses dekomposisi bahan bahan tersebut perusahaan menggunakan dekomposer yaitu superdegra serta sari apel yang digunakan untuk menggantika molase. Pestisida nabati ini di UD.Bumiaji Sejahtera berfungsi sebagai pengendalian lalat buah yang menyerang buah tanaman jambu kristal secara nabati, pemilihan bahan bahan tersebut berdasarkan pengalaman pemilik perusahan UD. Bumiaji Sejahtera dan informasi informasi yang didapat dari luar seperti pengamalan orang lain, majalah pertanian, buku pedoman dll. Pemilihan daun tanaman nimba, karena daun nimba diketahui mempunyai zat yang dapat digunakan untuk mengendalikan beberapa hama dan penyakit pada tanaman. Tanaman nimba diketahui dapat menghambat pertumbuhan serangga, penolak atau refellent, dan penolak makan serangga atau antifedant. Karena, dalam tumbuhan nimba merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai senyawa senyawa bioaktif yang termasuk kedalam kelompok limonoid (triterpenoid) dan setidaknya terdapat sembilan senyawa limonoid yang telah di ketahui diantaranya azadiracthin, meliantriol, salanin, nimbin, nimbidin. Senyawa utamanya Azadirachtin (C 35 H 44 O 16 ) merupakan salah satu jenis senyawa yang cukup aktif yang tidak langsung mematikan serangga akan tetapi mlalui proses mekanisme menolak makan, mengganggu pertumbuhan dan reproduksi serangga, menggangu pertumbuhan dan reproduksi serangga. Hal ini disebabkan oleh adanya sifat daya antifeedant dan repellent terhadap serangga (Kardinan, 2002). Selain itu tanaman nimba banyak terdapat di pulau jawa, dan biasanya di tanaman pada sepanjang jalan raya dan tidak dimanfaatkan oleh orang, keuntungan lainnya bahwa azadirachtin pada nimba mudah terabsorbsi oleh tanaman, bekerja secara sistemik, 35 sedikit racun kontak dan aman bagi serangga musuh alami (Isman, 1994). Dengan ketersedian bahan yang melimpah maka UD.Bumiaji Sejahtera memanfaatkan tanaman tersebut untuk digunakan sebagai bahan baku untuk biopestisida nabati untuk pengendalian serangan hama lalat buah. Pemakaian bahan baku berasal dari merica atau lada, karena merica meruapakan bahan rempah rampah yang biasanya dimanfaatkan untuk bahan masakan dan mudah untuk di dapatkan, maka UD.Bumiaji Sejahtera memanfaatkan merica untuk digunakan sebagai bahan pembuatan pestisida nabati, dan diketaihui merica atau lada mengandung zat piperine kemudian diidentifkasi dengan rumus molekul C 15 H 19 NO 3 yang bersifat sebagai penolak atau repellent pada serangga (Purseglove et al., 1981 dan pruthi, 1976), dan beberapa zat aktif lain yang diketahui merupakan bentuk isobutyl dan piperine dengan gugus alkil yang bervariasi. Ketiga zat aktif dapat melumpuhkan kaki serangga (Kumari & Majumder 1981). Maka pemakai bahan baku rempah rampah yaitu merica digunakan sebagai campuran untuk mengendalikan serangan hama lalat buah. Dan satu bahan lagi yang berasal dari buah yaitu tomat, buah tomat yang digunakan untuk pestisida ini berupa tomat yang telah masak. Buah tomat di pakai karena bahan yang mudah di dapat dan banyak. Dan dalam ekstrak etanol tomat memliki kandungan kimia alkoloid solanine dan alkolid soladinidine zat ini akan menghambat kerja enzim acetylcholinesterase, kemudian kejang sehingga dapat menyebabkan kematian (Dinnarwika, Syarah. 2012). Tomat di ketahui dapat digunakan sebagai bahan untuk insektisida alami dan fungsida alami, oleh karena itu tomat digunakan sebagai campuran bahan untuk pestsida nabati untuk mengendalikan serangan hama lalat buah di UD. Bumiaji Sejahtera. Proses pembuatan biopestisida nabati dari bahan baku daun nimba, lada (merica) dan buah tomat in iadalah sebagai berikut : a. Bahan yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati untuk pengendalian hama lalat buah yaitu adalah sebagai berikut : 1. Daun Nimba : @ 1 kilogram 2. Lada (Merica) : @ 100 gram 3. Buah Tomat : @ 500 gram 4. Air : @ 5 liter 36 5. Molase (Sari Apel) : @ 100 ml (larutan nimba) - @ 50 ml 6. Super Degra (Dekomposer) : @ 100 ml (larutan nimba) - @ 50 ml Gambar 15. Bahan yang digunakan untuk pembuatan Biopestisida nabati b. Alat yang digunakan dalam pembuatan Biopestisida Nabati adalah sebagai berikut : 1. Pisau : @ 1 buah 2. Talenan : @ 1 buah 3. Jirigen 5 lt : @ 2 buah 4. Mug Takaran : @ 1 buah Gambar 16. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan Biopestisida Nabati c. Proses pembuatan Biopestisida Nabati untuk mengendalikan hama lalat buah 1. Pembuatan larutan Nimba Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebagai pembuatan larutan ekstrak daun nimba, kemudian menimbang daun nimba seberat 1 kilogram dan langkah selanjuntnya memotong atau mencacah daun nimba sampai daun nimba berukuran kecil. Setelah itu daun nimba yang telah di potong - potong di masukkan kedalam jirigen dengan volume 5 liter untuk 1 kg daun nimba yang telah di cacah. Selanjuntnya 37 menambahkan air secukupnya dan di beri sari apel (Molase) sebanyak 100 ml, serta Super Degra (Dekomposer) sebanyak 100 ml. Setelah semua bahan tercampur menjadi satu kemudian langkah selanjutnya adalam melakukan proses fermentasi atau dekomposisi untuk mendapatkan ekstrakan daun nimba, proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak daun nimba dibutuhkan 14 hari. Pembuatan ektrak daun nimba di lakukan terlebih dahulu, karena daun nimba mempunyai tektur daun yang keras dan sulit untuk terurai walaupun telah di lakukan proses fermentasi. Maka untuk mendapatkan ekstrak daun nimba di butuhkan waktu yang lama. Proses yang lama ini mengakibatkan tingkat peluruhan zat pada daun nimba menjadi lebih sulit. Gambar 17. Alur kerja pembuatan larutan nimba 2. Pembuatan Biopestisida Nabati Terlebih dahulu menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan pestisida nabati. Kemudian buah tomat dan biji merica (lada) di timbang untuk buha tomat seberat 500 gram sedang untuk merica seberat 100 gram, setelah buah tomat dan merica di timbang selanjutnya memotong motong buah tomat sampai berbentuk dadu dan memasukkannya kedalam 38 jirigen dengan volume 5 liter, sedemikian juga dengan biji mericanya di haluskan dengan memblendernya, setelah biji merica halus dimasukkan kedalam jirigen dengan volume 5 liter. Selanjutnya menambahkan sari apel sebanyak 50 cc dan superdegra sebanyak 50 cc, dan ditambahkan dengan hasil dari ekstraksi daun nimba yang telah terdekomposisi selama 7 hari. Penambahan dekomposer serta gula hanya sedikit karena sebelumnya pada larutan hasil ekstraksi juga telah menggunakan bahan dekomposes serta gula, dan tidak di tambahkan air karena larutan nimba di gunakan sebagai pengganti air. Setelah semuai selesai dimasukkan kedalam jirigen maka di lakukan kembali proses dekomposisi untuk mendapatkan ekstrak larutan pestsida nabatti 7 hari. Gambar 18. Alur kerja pembuatan biopestisida nabati 4.2.2.1 Aplikasi Biopestisida nabati (Daun nimba, Tomat dan Merica) Setelah proses yang cukup panjang dan lama maka di dapatkan larutan biopestisida nabati berbahan daun nimba, buah tomat dan merica. Untuk penggunakan biopestisida nabati ini karena masih dalam bentuk larutan maka dibutuhkan air untuk mengencerkan larutan tersebut dan siap untuk di aplikasikan 39 untuk mengendalikan serangan hama lalat buah. Proses aplikasinya adalah sebagai berikut antara lain : 1) Aplikasi pada tanaman jambu kristal Bahan yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati dengan campuran EM yaitu sebagai berikut : 1. Biopestisida nabati : 1 liter 2. EM : 1 liter 3. Air jernih mentah : 100 liter 4. Perekat Latron 750 L : 100 ml alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati dan campuran EM adalah sebagai berikut : 1. Mesin sprayer Power Sprayer IndoKoyo SC-30 10 40 BAR : 1 set 2. Selang spraayer dan nozzle : 100 meter 3. Drum kapasitas 100 liter : 1 buah 4. Kayu pengaduk : 1 buah 5. Gelas takar ukuran 500 ml : 1 buah Gambar 19. Alur kerja aplikasi biopestisida nabati di lapang Fungsi mesin Power Sprayer IndoKoyo SC-30 tekanan 10 -40 BAR dengan bahan bakar bensin untuk menyemprotkan campuran larutan Bio-pestisida nabati ,EM dan perekat Latron 750 L. Selang sprayer berguna dalam Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan Menambahkan air sebanyak 100 liter kedalam drum Memasukkan biopestisida nabati sebanyak 1 liter dan EM 1 liter serta perekat 100 ml Mengaduk dengan kayu pengaduk hingga larutan homogen Menyalakan mesin sprayer Menyambungkan selang penyedot dengan nozzle Memasukkan selang penyedot yang terpasang penyaring ke dalam drum Membuka kran yang terhubung nozzle, kemudian semprotkan ke tanaman jambu kristal Aplikasi untuk mendapatkan hasil maksimal dilakukan 3 x 1 minggu 40 menyalurkan campuran homogen EM, pestisida nabati dan perekat Latron 750 L berbahan aktif alkil gleserol flalat. Sedangkan nozzle untuk mengatur bentuk semprotan. Drum untuk wadah mencampur bahan-bahan. Kayu pengaduk berfungsi menghomogenkan bahan-bahan. Kaleng cat untuk mengambil air dari saluran irigasi untuk diletakkan ke drum. Gelas takar untuk mengetahui ukuran bahan mikroorganisme efektif, pestisida nabati dan perekat. Proses aplikasi biopestisida dari bahan daun nimba, tomat dan lada (merica). Setelah dilakukan proses fermentasi selama 7 hari. Maka ektrak dari bahan tersebut telah siap untuk di aplikasikan ke lahan jambu kristal. ekstrakan hasil fermentasi tersebut masih dalam bentuk larutan pekat yang apabila langsung di gunakan pada tanaman akan mengakibatkan efek negatif pada tanaman. penyemprtan di lapang menggunakan mesin sprayer Power Sprayer IndoKoyo SC-30 tekanan 10 -40 BAR, dengan bahan bakar bensin. Dosis yang digunakan pada saat pengaplikasian di lapang adalah 1 liter ektrak biopestisida nabati serta EM sebanyak 1 liter untuk 100 liter air dan ditambahkan perekat sebanyak 100 ml (Latron 750 L berbahan aktif alkil gleserol flalat). Kemudian dilakukan pengadukan bahan agar bahan tercampur homogen. Setelah semua bahan telah tercampur maka telah siap untuk di aplikasikan ke lahan jambu kristal untuk mengendalikan serangan lalat buah. Gambar 20. Aplikasi Biopestisida pada tanaman jambu kristal Penggunaan biopestisida dilapang hanya di gunakan 1 kali aplikasi, karena masih dalam tahap percobaan. Dimana perusahaan masih dalam proses menuju ke pertanian organik yang berwawasan lingkungan atau bersahabat dengan lingkungan. Aplikasi dengan dosis 1 liter/100 liter air menunjukkan untuk luasan 41 lahan 100 m 2 . Untuk aplikasi pada lahan produktif tanaman jambu kristal di UD.Bumiaji Sejahtera berkisar antara 2.600 m 2 , maka di butuhkan dosis biopestisida nabati serta EM sebanyak 26 liter untuk lahan produktif di UD.Bumiaji Sejahtera. Jumlah tenaga kerja yang di butuhkan sebanyak 2 orang untuk aplikasi biopestsida serta EM, gaji tenaga kerja berkisar antara Rp. 25.000/hari, untuk memaksimalkan aplikasi di butuhkan waktu 3 x 1 minggu. Maka selama 1 bulan aplikasi dibtuhkan biaya untuk tenaga kerja sebanyak Rp. 300.000/bulan. Tetapi karena aplikasi ini hanya bersifat pengujian maka dilakukan hanya 1 kali dan menunjukkan bahwa dalam 3 hari setelah aplikasi biopestisida nabati. Serangan lalat buah menurun dan kehadiran atau kenampakkan lalat buah pada lahan tidak diketahui. Maka dapat dikatakan bahwa penggunakan biopestisida nabati dari ekstrak daun nimba, tomat dan lada (merica) menunjukkan hasil bahwa biopestisida nabati ini bersifat repellant,atau sebagai zat yang dapat berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga hama. Dari hasil penelitian terdahulu (Sudarmadji, 1993) menyatakan bahwa zat Melintriol, pada Nimba dalam konsentrasi yang sangat rendah mampu menolak serangga untuk makan, senyawa ini menyebabkan serangga enggan mendekati zat tersebut atau repellant. Selain itu, toksi dari zat Azadirachtin yang masuk kedalam sistem metabolisme serangga dapat menggangu sel neurosekretori yang akhirnya berakibat adanya gangguan pada stimulasi protein dan pengaturan metamorfosa. Gangguan yang berat akan menyababkan mortalitas larva, sedang gangguan yang rignan menyababkan pertumbuhan terhambat (Mordue & Blackwell, 1993). Sedangkan pada lada dari penelitian (Freeborn & Wymore, 1929) menyatakan ekstrak bubuk lada hitam dapat bertindak sebagai repellent atau zat penolak terhadap hama jagung Heliothis obselata pada saat akan bertelur. Dari penelitian (Aswin D, Subandi. 2011) bahwa bau yang tajam dari lada hitam atau komponen alkoloid dari piperine yaitu amide dari 5-(2,4 dioxymethylenen- phenyl)-heza-2,4-dienoic acid (piperinic acid). Karena ekstrak lada hitam mengandung senyawa piperine yang menguap serta mengandung aroma yang tidak disukai oleh serangga. Efek lada hitam memiliki efek repellent yang lebih stabil pada konsentrasi 0,75% dalam berfungsi menolak kehadiran semut api 42 Solenopsis sp. semut api bergantung pada feromon yang disebarkan oleh semut api lainnya dalam mencari makan. Feromon adalah isyarat yang digunakan di antara hewan ang sama spesies dan biasanya diproduksi dan di terima di odorant binding protein di antena, dan aroma yang ditimbulkan oleh piperine yaitu amide dari 5-(2,4 dioxymethylenen-phenyl)-heza-2,4-dienoic acid (piperinic acid) akan menggangu penghantaran dan penerimaan feromon yang menybabkan kehilangan jaringan komunikasi yang menjadi salah satu sistem terpenting dalam kompleks sosial semut. Dan tomat menurut (Syarif, A. dkk. 2005) semua bagian tomat juga memiliki manfaat sebagai insektisida dan repellent. Dimana dalam daun tomat terdapat zat alkoloid solanine dan alkoloid solanidine. 2) Aplikasi pada hama lalat buah jantan pada perangkap feromon Adapun bahan yang digunakan untuk melakukan aplikasi pada perangkap feromon adalah sebagai berikut : 1. Biopestisida nabati : 10 ml 2. Air jernih mentah : 1 liter Dan alat yang digunakan untuk aplikasi Biopestisida nabati pada perangkap feromon adalah sebagai berikut : 1. Mug takaran : 1 buah 2. Hand sprayer volume 2 liter : 1 buah Gambar 21. Alur kerja aplikasi pada perangkap feromon Menyiapkan alat dan bahan yang dipergunakan Menakar biopestsida nabati sebanyak 10 ml Memasukkan kedalam botol handsprayer volume 2 liter Menambahkan air jernih sebanyak 1 liter Menutup handsprayer dengan semprotan handsprayer Menghomogenkan larutan dengan di kocok Kemudian semprotkan pada hama lalat buah yang terperangkap di perangkap feromon Aplikasi hanya di lakukan 1 kali untuk mengetahui keefektifan biopestisida 43 Dan pada saat di lakukan aplikasi dengan menggunakan hand sprayer dengan dosis 10 ml untuk 1 liter air. Kemudian di lakukan penyemprotan pada serangga yang hidup dalam perangkap feromon yang telah di pasang di tanaman jambu kristal. Pada perangkap feromon terdapat beberapa hama lalat buah jantan yang tertangkap dan diberi perlakuan dengan menyemprotkan larutan biopestisida nabati. 2 3 hari setelah pengaplikasian biopestisida nabati pada hama lalat buah jantan yang terperangkap tidak menunjukkan adanya tanda kehidupan. Maka dapat dikatakan biopestisida nabati dari daun nimba, buah tomat dan lada (merica) dapat mematikan hama lalat buah jantan pada fase dewasa. Aplikasi ini bertujuan untuk mengetahu keektifitasan Biopestisida nabati pada hama lalat buah pada fase dewasa. Gambar 22. Aplikasi Biopestsida nabati pada perangkap feromon Dalam penelitian yang di lakukan oleh (Ruskin, 1992) bahwa petisida nabati yang berasal dari nimba seringkali tidak menyebabkan hama langsung mati setelah di semprot, melainkan memerlukan waktu 4 5 hari untuk mati. Namun demikian, daya rusak hama sudah menurun karena dalam keadaan sakit. Menurut (Sudarmadji, 1993) zat Salanin yang terkandung dalam nimba mempunyai daya kerja sebagai penghambat makan, namun tidak mempengaruhi proses pergantian kulit pada serangga. Pada penelitian (Rosalia, 2005) padap lalat Musca Domestica membuktikan bahwa ekstrak lada hitam pada konsentrasi 10%, 7% dan 4% memiliki efek insektsida di atas LD50. Penelitian ini membuktikan bahwa senyawa limonene dan linatool yang terdapat dalam lada hitam efektif membunuh lalat Musca Domestica. Dan hasil penelitian (Kumari & Majumder, 1981) juga membuktikan 44 pada tanaman lada terdapat tiga komponen aktif yang diidentifikasi sebagai peepuloidin, guineensine dan pipricidie, yang mempunyai efek melumpuhkan kaki serangga. Sedangkan tomat dari hasil (Dinnarwika, Syarah. 2012) menunjukkan ekstrak etanol daun tomat memiliki kandungan kimi alkolid solanine dan alkoloid soladinidine yang berfungsi sebagai racun kontak pada nyamuk Culex sp. zat ini akan menghambat kinerja enzim acetylcholinesterase, kemudian mengakibatkan kejang sehingga dapat menyebabkan kematian. 45 V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil magang yang di laksanakan di UD.Bumiaji Sejahtera didapatkan bahwa pengaplikasian biopestisida nabati di lapang atau dilahan jambu kristal dengan dosis 1 liter untuk 100 liter air, dilakukan penyemprotan dengan menggunakan sprayer mesin diesel. setelah 3 hari pengaplikasian Biopestisida Nabati, lalat buah tidak tampak pada lahan. Maka dapat di nyatakan bahwa Biopestisida Nabati ekstrak daun nimba, buah tomat dan lada (merica), sebagai pestisida yang bersifat repellent (penghalau serangga). Sedang setelah di aplikasikan pada lalat buah jantan yang terperangkap pada perangkap feromon dengan dosis 10 cc untuk 1 liter air, didapati lalat buah jantan setelah 2 3 hari mengalami kematian. Dengan pemakaian biopestisida nabati yang berasal dari tanaman atau alam. Maka dapat meminimalisir penggunaan bahan anorganik dalam mengendalikan hama. Pada UD.Bumiaji Sejahtera dengan menggunakan pestisida nabati dapat meminimalkan penggunakan insektisida kimia untuk pengendalian hama lalat buah, serta dapat digunakan berulangkali karena bahan yang mudah terdegradasi. 5.2 Saran Dalam pengaplikasian Biopestisida Nabati hanya menggunakan dosis sesuai dengan pengalaman pemilik instansi yang telah dilaksanakan dahulu. Maka perlu diadakan penilitian lanjutan untuk mengetahui dosis yang tepat. Agar lebih efisien dalam penggunaan bahan serta kebutuhan bahan yang di perlukan 46 Daftar pustaka Anonimous (a), 2013. Sutanto, 2002. Suatu sistem produksi pertanaman yang berazaskan daur ulang hara secara hayati http://diperta.jabarprov.go.id/assets/. Diakses tanggal 03 10 2013. _ (b), 2013. P. Tandisau dan Hermawati, 2012. Sulsel.libang.depatan.go.id/index/Prinsip-dasar-pengembangan- pertanian-organik. Diakses tanggal 03 10 2013. _ (c), 2013. Ganang, 2012. Identifikasi lalat buah pada mangga malam. http://eprints.uny.ac.id/9256/1/cover%20-2018.pdf. Diakses tanggal 03 10 2013. (d), 2013. Novik kurnianti. 24/05/2013. Lalat Buah (Bactrocera sp.). http://www.tanijogonegoro.com/2013/05/lalat-buah.html. diakses tanggal 03 - 10 2013. Aksi Agraria Kanisius. 1980. Bercocok tanam lada. Penerbit yayasan kanisius. Yogyakarta Aswin D.,Subandi. 2011. Uji efekitivitas ekstrak lada hitam (Piper nigrum) sebagai penolak (Repellent) semut api Solenopsis sp. Jurnal mahasiswa program studi pendidikan dokter FKUB Chui, S.F., 1988. Recent advances in reserch on botanical insecticides in China. South China Agriculture University, Ghuangzou. P.69 77. Djafaruddin. 2001. Dasar- dasar Perlindungan Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta Dinnarwika, Syarah. 2012. Uji Potensi Ekstrak Etanol Daun Tomat (Solanum lycopersicum Linn.) sebagai insektisida terhadap nyamuk Culex sp. Dengan Metode Elektrik. Tugas Akhir. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Fagi,A.M., dan I.Las, 2007. Membekali petani dengan teknologi maju berbasi kearifan lokal pada era revolusi hijau lestari. Freeborn,S.B. dan H.Wymore. 1929. Attempts to Protect Sweet Corn from Infestation of the corn erworm, Heliothis obsoleta (Fab). J. Econ. Entomol. 22 : 666 671. IASA, 1990. Planting The Future : A Source Guide to Sustainable Agriculture in The Third Word. Minneapolis. 47 IFOAM, 1992. Basic Standart of Organic Agriculture and Food Processing. International Federation of Organic Agriculture Movement. Tholey Theley. 24p. Govindarajan, V.S. 1977. Pepper Chemistry, Thecnology and Quality Evaluation. CRC Press, Inc., Cleveland, Ohio. Guenther,E. 1987. Minyak Atsiri I. Terjemahan dari The Essential Oils. Oleh S. Ketaren. UI press. Jakarta. Isman MB. 1994. Botanical insectidies, detterents and repellent in modern agriculture and increasingly regulated world. Annual review of entomology, 51:45 66. Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve Kumari, M.K.,Krishna dan S.K.Majumder. 1981. Insecticidal Action of Black pepper dan Pepper Product. Central Food Technological Reseacrh Institute, Mysore, India. Kardinan, A. 2002. Pestisida nabati ramuan dan aplikasi, PT. Penebar Swadaya. Jakarta. Maulani R, 2010. Efek lama penyimpanan ekstrak biji lada hitam (Piper nigrum) sebagai insektisida terhadap lalat Musca domestica dengan metode semprot. Program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya. Mc Inddo, N.E. & A.F.Sievers. 1924. Plants tested for reported to prosses Insecticidal properties. U.S.Dept.Agric.Dept.Bull. 1201.61 pp. Mordue AJ, Blackwell A. 1993. Azadiracthin: an update. Journal of insect physiologhy, 39 (11): 903 924. Pierrot J.M.,1991. Basic Standart dor Organic Coffea and Tea. In Fisrt International Conference on Organic Coffea and Tea. Switzerland, June 2nd to 4th. Pruthi,J.S. 1976. Spices dan Condiments. Mational book trust. New Delhi, India. Purseglove, J.W., Brown, E.G.,Green,C.L.&Robbins,S.R., 1981. Spices. Vol I & II. Longmans Inc.,London and New York. Rachmawati, R. 2009. Pengaruh Ekstrak Biji Nimba (Azadiracta indica (A.Juss)) pada pola perkembangan dan pola protein lalat buah Bactrocera carambolea Drew dan Hancock (Diptera: Tephritidae). Tesis. Universitas Brawijaya Malang. 48 Ruskin,F.R., 1992. Neem :A tree for solving global problem. National academy press. Washington D.C. 141 pp Sastrodiharjo, S. 1999. Arah pembangunan dan strategi penggunaan pestisida nabati. Makalah disajikan pada forum komunikasi pemanfaatan pestisida nabati, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. 9 10 November. Bogor Soenandar,M.&Tjahyono Heru,R., 2012. Membuat Pestisida Organik. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta Selatan. Edisi I : 79 88 Soesanto, Loekas. 2007. Penyakit Pascapanen : Sebuah Pengantar. Kanisius. Yogyakarta. Sudarmadji, D. 1993. Prospek dan kendala dalam pemanfaatan mimba sebagai insektisida nabati. Prosiding seminar hasil penelitian dalam rangka pemanfaatam pestisida nabati. Bogor. Hal 222 229. Supriadi, Dani. 2012. Pemanfaatan Kulit Ubi Kayu Dan Daun Tomat Sebagai Insektisida Nabati Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura L. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Sawi. Skirpsi. Universitas Sumatera Utara. Somaatmadja,D. 1981. Prospek pengembangan Oleoresin di Indonesia. BPPIHP. Syarif, A., Setiawati, A., Muchtar, H. 2005. Farmakologi dan Terapi Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, hal 40-56. 49 Lampiran Lampiran 1 Kegiatan Magang kerja UD. Bumiaji Sejahtera, Bumiaji, Batu Nama : Dhani Galih Rahmawanto NIM : 105040213111036 Pembimbing Utama : Dr. H. Anton Muhibbudin,SP.,MP Pembimbing Lapang : 1. Rahkmad Hardiyanto,ST. 2. Drs. Imam Gozhali,ST.,S.Pd.,MM Waktu Kegiatan 1 juli 2013 - Menyiram bibit jambu kristal - Menyiangi, memangkas dan meremajakan tanaman strawberry - Menyiangi dan memperbaiki bedengan jambu kristal - Perawatan tanaman tomat - Memangkas tanaman jambu kristal - Evaluasi dan kejaringan 2 juli 2013 - Mengairi tanaman jambu kristal - Memangkas tanaman jambu kristal - Memindahkan cangkokan lecy china pada polybag 3 juli 2013 - Melakukan penggemburan tanah pada media strowberry 4 juli 2013 - Pemangkasan tanaman jambu kristal - Melakukan pembenahan mulsa yanaman ketumbar - Sharing kegiatan selanjutnya 5 juli 2013 - Menggemburkan media stowberry - Peremajaan strowberry - Pemangkasan jambu kristal - Penjarangan buah tanaman jambu kristal - Sharing kegiatan lapang 6 juli 2013 - Pemupukan tanaman jamb ukristal, brokoli dan jeruk 8 juli 2013 - Pemupukan strowberry - Pemanenan buah tomat dan memberi tali - Pemindahan bibit jambu kristal pada polybag - Melakukan okulasi mata tunas jambu kristal 9 juli 2013 - Penyiangan, penggemburan dan pemupukan 50 bokhasi pada lahan jmabu kristal - Pemangkasan dan penjarangan tanaman strowberry - Sharing dan evaluasai kegiatan lapang 10 juli 2013 - Penanaman biji sukini - Pewiwilan cabang tanaman tomat - Pemanenan buah cabe hijau - Pemanena jagung manis 11 juli 2013 - Pewiwilan cabang tanaman jambu kristal - Pemindahan bibit jambu kristal pada polybag - Kunjungan pada toko bumiaji sjahtera 13 juli 2013 - Pemberian ajir dan pengikatan tanaman jambu kristal - Pemupukan yanaman zukini - Pemanenan buah tomat - Pemanenan buah jambu kristal 14 juli 2013 - Penanam bibit tanaman jambu kristal - Pemberian ajir dan pengikatan jamb ukristal - Pemangkasan jeruk, apel dan jambu kristal - Pembuatan irigasi pada lahan jambu kristal - Penyiraman persemauan tomat - Pemanenab bua jamb ukristal ` 15 juli 2013 - Pengambilan bibit letus - Penanaman bibit letus - Penyiaraman bibit letus 16 juli 2013 - Pengambilan bibit letus - Penanaman bibit letus - Penyiaraman bibit letus 17 juli 2013 - Pengambilan bibit andewi - Penyiraman tanaman letus - Penanamn bibit andewi - Pemanena buah tomat 18 juli 2013 - Pembungkusan buah jamb ukristal - Pembuatan media untuk pembibitan strowberry - Penyemaian biji andewi merah dan sawi daging - Pemasangan trap feromon pada lahan jambu kristal 20 juli 2013 - Penyiraman persemaian andewi merah dan sawi daging - Penyiraman tanaman andewi, letus dan ketumbar - Pemanenan buah strowberry - Pengemasan buah strowberry 22 juli 2013 - Penyiraman letus dan ketumbar, andewi - Pemanenan tanaman jagung manis - Penyiraman tanaman strowberry 23 juli 2013 - Penyiraman bibit tanaman jambu kristal 51 okulasi - Pemupukan tanaman andewi - Pemanenan buah tomat - Pengamasan keripik ubi jalar 24 juli 2013 - Penyiraman bibit tanaman jambu kristal - Pemanenan buah jambu kristal dan strowberry - Pendistribusian keripik 25 juli 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal yang telah di okulasi - Penyemprotan tanaman letus, andewi dan ketumbar - Penyiangan letus dan andewi 27 juli 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal - Penyiangan andewi, letus dan ketumbar - Pemupukan andewi, dan letus - Perawatan strowberry 28 juli 2013 - Penyiraman tanaman letus, andewi dan ketumbar - Pemanenan tanaman brokoli - Penataan bibit jambu kristal - Pengemasan keripik 29 juli 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal - Sanitasai gudang pada lahan jambu kristal 30 Juli 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal - Penyiraman tanaman strowberry - Distribusi keripik 31 juli 2013 - Pengambilan bibit tanaman letus - Penanaman bibit letus - Penyiraman tanaman letus - Penyiraman bibit jambu kristal - Pemanenan tanaman brokoli 1 agustus 2013 - Penanamn bibit letus - Penyiraman letus - Penyiraman bibit jambu kristal - Distribusi keripik 2 agustus 2013 - Pengambilan bibit letus - Penyiraman letus - Penyiraman bibit jambu kristal - Penyiraman persemaian andewi merah dan sawi daging 3 agustus 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal yang diokulasi - Penyiraman persemaian andewi merah dan sawi daging - Penanamn bibit letus - Pengairan lahan jambu kristal - Penyiraman tanaman strowberry 14 agustus 2013 - Penyiangan tanaman ketumbar, letus dan andewi 52 - Pemangkasan dan penjarangan buah jambu kristal - Pendistribusian jambu kristal 15 agustus 2013 - Penyiraman tanaman strowberry - Penyiangan tanaman strowberry - Penanaman bibit tomat - Penanaman bibit sawi daging 16 agustus 2013 - Penanaman bibit sawi daging - Penyiangan tanaman tomat 17 agustus 2013 - Pemindahan bibit tanaman jambu kristal - Bersih gudang - Pengangkutan sekam untuk transplanting bibit jambu kristal 19 agustus 2013 - Penyiraman tanaman strowberry - Penyiangan tanaman strowberry - Perbanyaan tanaman strowberry - Pembuatan biopestisida nabati 20 agustus 2013 - Pemangkasan tanaman strowberry - Penyiangan tanaman strowberry - Pemanenan buah jambu kristal - Distribusi keripik 22 agustus 2013 - Pemangkasan tanaman strowberry - Penyiangan tanaman ketumbar, letus dan andewi - Pemanenan tanaman ketumbar 23 agustus 2013 - Pengendalian OPT pada tanaman apel 24 agustus 2013 - Penyiangan tanaman ketumbar, letus dan andewi - Sharing pembuatan proposal budidaya jambu kristal di bumiaji 25 agustus 2013 - Penyemprotan tanaman jambu kristal - Pengambilan pupuk kandang - Pengairan lahan jambu kristal - Pembuatan proposal budidaya jambu kristal di bumiaji 26 agustus 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal - Pengambialan dokumentasi untu proposal - Penyemprotan bibit jambu kristal - Transplanting bibit jambu kristal 27 agustus 2013 - Pembuatan proposal standarisasi budidaya jambu kristal - Pemanenan buah jambu kristal 28 agustus 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal - Membuat lubang tanam brokoli - Pemanenan buah jambu kristal dan zukini 31 agustus 2013 - Mengikuti kegiatan karnival pada UD bumiaji sejahtera, batu 1 september 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal 53 - Pemanenan tanaman andewi - Pembuatan MOL 2 september 2013 - Mengairi lahan jambu kristal - Pemanenan sawi dan andewi - Pemanenan buah jambu kristal - Sharing pembuatan strandarisasi budidaya jambu kristal 3 september 2013 - Sharing dan bertemu dengan dosen pembimbing magang 4 september 2013 - Pemanenan bauh jambu kristal - Pengemasan dan pembersihan buah jambu kristal - Pengairan lahan jambu kristal 5 september 2013 - Pemanenan buah jambu kristal - Pengemasan buah jambu kristal - Pengairan lahan jambu kristal - Sharing dan evaluasi 6 september 2013 - Pemanenan buah jambu kristal - Pembersihan buah jambu kristal - Pendistribusian jambu kristal 7 september 2013 - Pemanenan buah jambu kristal - Pendistribusian buah jambu kristal - Pembuatan biopestsida dari daun sirsak 8 september 2013 - Mencari bahan untuk pembuatan biopestisida nabati - Pembuatan biopestisida nabati dari daun nimba, tomat dan lada (merica) - Pemanenan buah jambu kristal 9 september 2013 - Pembungkusan buah jambu kristal 10 september 2013 - Sanitasi lahan jambu kristal - Pembungkusan buah jambu kristal 11 september 2013 - Pemanenan sayur andewi, letus dan kailan - Sanitasi lahan sayuran 12 september 2013 - Melakukan uji kandungan gizi pada buah jambu kristal di FTP UB 14 september 2013 - Pemanenan buah jambu kristal - Memaking keripik singkong 15 september 2013 - Memupuk tanaman jambu kristal - Memanena buah jambu kristal - Pengaplikasian biopestisida nabati dan EM pada tanaman Jambu kristal 16 september 2013 - Melakukan perawatan tomat - Menyiram bibit jambu kristal - Aplikasi biopestsida nabati pada buah jambu kristal - Membuat pupuk kandang dengan menggunakan EM - Pemanenan buah jambu kristal 54 18 sptember 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal - Penanaman andewi merah - Meberi ZPT pada jambu kristal - Mencangkok jambu kristal 19 september 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal - Memupuk tanaman ketumbar - Aplikasi biopestsida nabati pada buah jambu kristal dan mengamati 20 september 2013 - Melakukan distribusi dan pemasaran 21 september 2013 - Penyiraman bibit jambu kristal - Memperbaiki guludan - Membungkus buah jambu kristal 25 september 2013 - Memindahkan bibit jambu kristal - Memanen buah jambu kristal 23 september 2013 - Mendistribusikan jambu kristal (bibit dan buah) 26 september 2013 - Memanen buah tanaman jambu kristal - Mendistribusikan keripik - Memindahkan etalase dari gudang 27 september 2013 - Pengemasan keripik - Memanen buah jambu kristal - Mendistribusikan buah jambu kristal 28 september 2013 - Melakukan sanitasi lahan sayuran - Memanen zukini - Menyiram tanaman jambu kristal - Melakukan pendistribusian dan pemasaran 30 september 2013 - Melakukan distribusi dan pemasaran 55 Lampiran 2 Direktur utama UD.Bumiaji Sejahtera Owner UD.Bumiaji Sejahtera Man. HRD dan Keuangan Kep. Agroindustry dan pemasaran Kepala Kebun jambu Kepala Kebun Sayur Pemasaran sayur Asisten Kepala Kebun Struktur UD. Bumiaji Sejahtera Karyawan Karyawan Karyawan 56 Lampiran 3 Pembuatan biopestisida nabati (Daun nimba, tomat dan merica(lada)) a. Pembuatan ektraks daun nimba Alur kerja 1. Alat dan bahan 2. Mencacah nimba dan memasukkan ke jirigen 3. Menakar super degra (100 ml) dan memasukkan kejirigen 4. Mnakar sari apel (100 ml) dan memasukkan ke jirigen 5. Menambahkan air sebanyak 5 liter 6. Menutup jirigen dan mengocok jirigen sampai bahan tercampur 1 2 2 3 3 4 4 5 6 6 57 b. Pembuatan biopestisida nabati (daun nimba, tomat dan merica) 1 2 2 2 3 3 3 4 5 6 7