Kemantapan Lereng Batuan
Kemantapan Lereng Batuan
A
dan
B
=sudut geser dalam bidang lemah A dan B
=bobot isi batuan
w
=bobot isi air
H =tinggi keseluruhan dari baji yang terbentuk (Gambar 3.4)
X =sin
24
/(sin
45
sin
2.na
)
Y =sin
13
/(sin
35
sin
1.nb
)
A =(cos
a
-cos
b
cos
na.nb
)/(sin
5
sin
2
na.nb
)
B =(cos
b
-cos
a
cos
na.nb
)/(sin
5
sin
2
na.nb
)
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T.
a
dan
b
=dip bidang lemah A dan B
5
=plunge dari garis potong kedua bidang lemah
na.nb
=sudut perpotongan kedua bidang lemah
1.nb
=sudut antara bidang lemah A dengan garis perpotongan bidang lemah
A dan muka lereng.
2.na
=sudut antara bidang lemah B dengan garis perpotongan bidang lemah
B dan muka lereng.
24
, dsb =sudut-sudut yang diperoleh dengan menggunakan stereonet seperti
terlihat pada Gambar 3.5.
Gambar 3.4.
Geometri Baji Untuk Analisis Kemantapan Dengan Memperhitungkan Kohesi dan Air
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T.
Gambar 3.5.
Stereoplot Data Longsoran Baji
J ika tahanan bidang longsorannya tidak terdapat kohesi, maka penentuan faktor
keamanannya dapat menggunakan persamaan berikut ini :
F =(sin/sin )(tan/tan
i
)..............................................................(3-4)
Sudut , dan
i
ini akan sangat mudah ditentukan dengan bantuan stereonet.
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Longsoran Guling
Asumsi yang digunakan adalah longsoran guling yang terjadi mempunyai n buah blok
berbentuk teratur dengan lebar x dan tinggi y
n
(Gambar 3.6). Penomoran blok
dimulai dari bawah (toe) ke atas. Sudut kemiringan lereng adalah dan kemiringan
muka atas lereng adalah
u
, sedangkan dip dari bidang-bidang lemah adalah 90-.
Undak-undakan yang terjadi (akibat longsoran) berbentuk teratur dan mempunyai
kemiringan b. Konstanta a
1
, a
2
dab b (Gambar 3.6) selanjutnya dapat dihitung dengan
persamaan sebagai berikut :
a
1
=x.tan(-)
a
2
=x.tan(-
u
)
b =x.tan(-)................................................................................(3-5)
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T.
Tinggi blok ke-n (y
n
) dihitung dengan persamaan berikut ini :
y
n
=n(a1-b) (untuk blok dari crest ke bawah)
=y
n-1
-a
2
-b (untuk blok di atas crest).......................................(3-6)
Gambar 3.6.
Model Longsoran Guling Untuk Analisis Kesetimbangan Batas
Berdasarkan model pada Gambar 3.6, terlihat ada tiga grup blok yang mempunyai
tingkat kemantapan berbeda, yaitu :
Satu set blok yang akan tergelincir (di daerah toe)
Satu set blok yang mantap (di daerah atas)
Satu set blok yang akan terguling (di daerah tengah)
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T.
Gambar 3.7.
Kondisi Kesetimbangan Batas Blok Ke-n yang Akan Terguling dan Tergelincir
Selanjutnya, kesetimbangan gaya-gaya yang bekerja di setiap blok ditunjukkan pada
Gambar 3.7. Dari gambar tersebut terlihat bahwa gaya-gaya yang bekerja di dasar
blok ke-n adalah Rn dan Sn, sedangkan gaya-gaya yang bekerja di interface (dengan
blok terdekat) adalah Pn, Qn, Pn-1 dan Qn-1. Konstanta Mn, Ln dan Kn yang
terdapat pada gambar tersebut dihitung sebagai berikut :
Untuk blok di bawah crest lereng : M
n
=y
n
; L
n
=y
n
-a
1
; K
n
=0
Untuk blok tepat di crest lereng : M
n
=y
n
-a
2
; L
n
=y
n
-a
1
; K
n
=0
Untuk blok di atas crest lereng : M
n
=y
n
-a
2
; L
n
=y
n
; K
n
=0
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T.
Sementara untuk gaya-gaya Q
n
, Q
n-1
, R
n
dan S
n
dihitung dengan persamaan berikut ini :
Q
n
=P
n
tan
Q
n-1
=P
n-1
tan
R
n
=W
n
cos+(P
n
-P
n-1
)tan
S
n
=W
n
sin+(P
n
-P
n-1
) ...............................................................(3-7)
Dimana W
n
=y
n
.x
Sedangkan untuk gaya-gaya P
n
dan P
n-1
, perhitungannya dibedakan untuk blok yang
terguling dan blok yang tergelincir.
Untuk blok ke-n yang terguling, dicirikan dengan yn/x >cot. bila >, maka :
P
n-1,t
={P
n
(M
n
-x.tan)+(W
n
/2)(y
n
sin-xcos)}/L
n
.........(3-8)
P
n
=0 (untuk blok teratas dari set blok yang terguling)
=P
n-1,t
(untuk blok terguling dibawahnya)
Untuk kontrol lebih lanjut bisa dilihat bahwa pada blok ini harga R
n
>0 dan | S
n
| <
R
n
tan.
Untuk blok ke-n yang tergelincir, dicirikan dengan S
n
=R
n
tan, maka :
P
n-1,s
= P
n
-{W
n
(tancos-sin)}/(1-tan
2
)........................(3-9)
P
n
= P
n-1,t
(untuk blok teratas dari set blok yang tergelincir)
= P
n-1,s
(untuk blok tergelincir dibawahnya, disini akan terlihat P
n-
1,t
>P
n-1,s
)
Perhitungan di atas dilakukan dengan mengambil >, dengan memperhatikan blok
no. 1 (toe) :
J ika P
0
>0, maka lereng berada pada dalam kondisi tidak mantap untuk nilai
yang diasumsikan. Oleh karena itu disarankan untuk mengulang perhitungan
dengan meningkatkan nilai .
J ika P
0
<0, maka disarankan untuk mengulang perhitungan dengan menurunkan
nilai , karena hal ini tidak mungkin.
J ika P
0
>tetapi cukup kecil, maka lereng berada dalam kondisi setimbang untuk
nilai yang diasumsikan.
P
0
adalah merupakan gaya yang menahan balok no 1.
Longsoran Busur
Metoda yang banyak digunakan untuk menganalisa longsoran ini adalah metoda
Fellnius dan metoda Bishop. Namun untuk keperluan praktis, Hoek & Bray (1983),
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T.
telah menuangkan dalam bentuk diagram. Cara ini merupakan cara yang sangat
mudah, cepat dan hasilnya masih dapat dipertanggungjawabkan. Asumsi yang
digunakan :
J enis tanah/batuan, dalam hal ini tanah/batuan dianggap homogen dan kontinyu.
Longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran
Tinggi permukaan air tanah pada lereng.
Hoek & Bray membuat lima buah diagram untuk masing-masih kondisi air tanah
tertentu mulai dari sangat kering sampai jenuh.
Cara perhitungannya adalah sebagai berikut (untuk lebih jelasnya lihat Gambar 3.8.) :
Langkah 1 : Dengan gambar geometri lereng yang telah dibuat, tentukan kondisi
air tanah yang ada dan sesuaikan dengan Gambar 3.9. Pilih yang
paling tepat atau mendekati.
Langkah 2 : Hitung angka c/(gHtanf), kemudian cocokan angka tersebut pada
lingkaran terluar dari diagram (chart) yang dipilih.
Langkah 3 : Ikuti jari-jari mulai dari angka yang diperoleh pada langkah 2 sampai
memotong kurva yang menunjukkan kemiringan.
Langkah 4 : Dari titik pada langkah 3, kemudian ditarik ke kiri dan ke bawah untuk
mencari angka tanf/F dan c/(gHF).
Langkah 5 : Hitung faktor keamanan (F) dari kedua angka yang diperoleh dari
langkah 4 dan pilih yang paling tepat.
Gambar 3.8.
Langkah Perhitungan Faktor Keamanan Untuk Longsoran Busur Dengan Menggunakan Diagram Hoek &
Bray
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T.
Gambar 3.9.
Keadaan Atau Pola Aliran Air Tanah Untuk Diagram 1-5
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Gambar 3.10.
Circular Failure Chart Nomor 1
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T.
Gambar 3.11.
Circular Failure Chart Nomor 2
Gambar 3.12.
Circular Failure Chart Nomor 3
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004
Kemantapan Lereng Batuan Ir. Karyono M.T.
Gambar 3.13.
Circular Failure Chart Nomor 4
Gambar 3.14.
Circular Failure Chart Nomor 5
Diklat Perencanaan Tambang Terbuka
Unisba, 30 Agustus s.d 07 September 2004