Anda di halaman 1dari 6

Landasan Teori

2.3.1. Minyak Bumi Terdapat dua teori pembentukan minyak bumi yang dikenal yaitu teori biogenic yang menyatakan bahwa minyak bumi dihasilkan dari proses perubahan meteri organik karena tekanan dan pemanasan selama kurun waktu jutaan tahun, sedangkan teori abiogenic menyatakan bahwa minyak bumi terbentuk dari binatang dan tumbuhan laut yang terkubur selama jutaan tahun dan terdapat pengaruh dari

lingkungannya, seperti temperatur, tekanan, kehadiran senyawa logam dan mineral, letak geologis dan waktu proses perubahan. Pengaruh lingkungan pada proses pembentukan minyak bumi menyebabkan minyak bumi akan mempunyai komposisi yang berbeda dari tempat yang satu dengan tempat yang lainnya (Edy Prayitno, 2006). Minyak bumi terdiri dari senyawa-senyawa yang mengandung unsur karbon dan hydrogen. Selain itu juga terdapat senyawa lain yang mengandung unsur belerang, nitrogen, oksigen, dan logam dalam jumlah sedikit. Komposisi kimia dan fisis minyak bumi mentah sangat bervariasi, tetapi komponen dasar pada umumnya terdiri dari: karbon (83-87%), oksigen (0,1-2%), logam (0-0,1%) (Gruce & Steven, 1958). Garamgaram dan air juga terdapat dalam minyak bumi. a. Senyawa hidrokarbon Senyawa hidrokarbon dalam minyak bumi dibagi menjadi tiga golongan yaitu: 1. nparafin: merupakan fraksi utama dari minyak mentah yang dihasilkan dari straight-destilation, di mana senyawa yang dihasilkan mempunyai bilangan oktan rendah. Kondisi senyawa parafin pada suhu kamar dan tekanan atmosfer : a) C1 C4 berupa gas. Yang termasuk dalam senyawa ini adalah propana dan butana yang merupakan komponen utama penyusun LPG. b) C5 C15 berupa cair. Senyawa parafin yang berupaa cair terdapat pada fraksi nafta, bensin, kerosin, bahan bakar diesel dan minyak bakar. c) Lebih dari 15 atom karbon berupa padatan. Yang termasuk dalam golongan ini adalah malam parafin. 2. Isoparafin: Senyawa yang mempunyai rantai cabang sangat sedikit, namun jumlah isoparafinnya dapat ditingkatkan melalui proses perengkahan katalitik, alkilasi, iso merasi dan polimerisasi. 3. Naphten: Senyawa hidrokarbon jenuh, mempunyai sifat kimia seperti parafin dan mempunyai struktur molekul siklis (disebut sikloparafin). Naften yang

banyak terkandung dalam minyak bumi adalah siklopentana dan sikloheksana yang terdapat dalam fraksi nafta dan fraksi minyak bumi dengan titik didih yang lebih tinggi. 4. Aromatik Minyak bumi sangat sedikit mengandung senyawa aromatik yang sangat dibutuhkan pada bensin sebagai bahan anti-knocking 5. Olefin Senyawa hidrokarbon tidak jenuh, hampir tidak terdapat dalam minyak mentah tetapi proses perengkahan katalitik akan menghasilkan senyawa ini. Senyawa olefin tidak stabil dan digunakan sebagai bahan baku untuk zat petrokimia. 6. Nafta Merupakan senyawa siklis yang jenuh dan tidak reaktif, yang

merupakansenyawa kedua terbanyak dalam minyak bumi. Senyawa ini memiliki berat molekul yang rendah dan digunakan sebagai bahan bakar, sedangkan senyawa nafta yang memiliki berat molekul yang tinggi terdapat pada fraksi gas oil dan minyak pelumas. b. Senyawa non-hidrokarbon Senyawa non hidrokarbon dalam minyak bumi dan produknya adalah senyawa organik yang mengandung belerang, oksigen, nitrogen, logam. Senyawa yang demikian disebut dengan senyawa hetero atom. Sebagai senyawa organik keberadaanya melarut dalam minyak bumi, sedangkan senyawa anorganik tidak melarut dalam minyak bumi melainkan larut dalam air sebagai emulsi didalamnya terdapat garam garam anorganik. Komposisi dasar minyak bumi dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Dasar Minyak Bumi Komposisi Karbon Hidrogen Belerang Oksigen Nitrogen Logam Presentase (%) 87,00 89,00 11,00 15,00 0,004 6,00 0,10 2,00 0,01 2,00 0,00 0,10

Sumber : Jasji dan Nasution, 1997

1. Senyawa belerang Distribusi belerang dalam fraksi-fraksi minyak bumi makin bertambah dengan makin bertambahnya berat fraksi. Kadar belerang minyak bumi sekitar 0,04 6 % berat (kadar belerang minyak bumi Indonesia kurang dari 1% berat). Senyawa belerang dalam minyak bumi dan produknya dapat menimbulkan beberapa kerugian, diantaranya: pencemaran udara, korosi, menurunkan angka oktan bensin, menurunkan suseptibilitas bensin terhadap timbal tetra etil dan meracuni katalis. 2. Senyawa oksigen Kadar oksigen dalam minyak bumi sekitar 0,1 2 % berat. Dalam minyak bumi, oksigen terdapat sebagai asam organik (asam naftenat dan sebagian kecil asam alifatik) yang terdistribusi dalam semua fraksi dengan konsentrasi tertinggi pada fraksi gas. Asam naftenat mempunyai sifat sedikit korosif dan mempunyai bau tidak enak. 3. Senyawa nitrogen Senyawa nitrogen terdapat dalam semua fraksi minyak bumi (sekitar 0,1 2 % berat) tetapi konsentrasinya makin tinggi dalam fraksi-fraksi yang mempunyai titik didih lebih tinggi (Hardjono, 2001). Adanya nitrogen dalam minyak bumi dan produknya akan menurunkan aktifitas katalis yang digunakan dalam proses perengkahan, reforming, polimerisasi, isomerisasi. 4. Senyawa logam Dalam distilasi minyak mentah, senyawa logam (besi, nikel, vanadium dan arsen) cenderung berkumpul dalam fraksi residu, walaupun jumlahnya kecil dapat bersifat racun terhadap katalis, logam vanadium dapat menyebab korosi turbin gas pada pipa-pipa pembangkit uap. 2.3.2. Benzene Benzena, juga dikenal dengan nama C6H6, PhH, dan benzol, adalah senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau yang manis. Benzena adalah sejenis karsinogen. Benzena adalah salah satu komponen dalam bensin dan merupakan pelarut yang penting dalam dunia industri. Benzena juga adalah bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan alami dalam minyak

bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi. Benzena memiliki rumus molekul : C6H6 Sifat fisik benzena antara lain adalah : a. Berupa cairan tak berwarna b. Mudah menguap c. Bersifat racun d. Bersifat Non-polar e. Titik didih > Alkena & Alkuna Sifat kimia benzena adalah : a. Merupakan senyawa aromatis b. Tidak melunturkan warna air bromine c. Lebih mudah mengalami reaksi subtitusi daripada reaksi adisi d. Mudah terbakar membentuk jelaga Benzena, juga dikenal dengan nama C6H6, PhH, dan benzol, adalah senyawa kimia organik yang merupakan cairan tak berwarna dan mudah terbakar serta mempunyai bau yang manis. Benzena adalah sejenis karsinogen. Benzena adalah salah satu komponen dalam bensin dan merupakan pelarut yang penting dalam dunia industri. Benzena juga adalah bahan dasar dalam produksi obat-obatan, plastik, bensin, karet buatan, dan pewarna. Selain itu, benzena adalah kandungan alami dalam minyak bumi, namun biasanya diperoleh dari senyawa lainnya yang terdapat dalam minyak bumi. Rumus Struktur:

Gambar 6. Struktur Benzena Struktur Kekule Benzena Struktur benzena pertama kali diperkenalkan oleh Kekule pada tahun 1865. Menurutnya, keenam atom karbon pada benzena tersusun secara melingkar membentuk segi enam beraturan dengan sudut ikatan masing-masing 120 derajat.

Ikatan antara karbon adalah ikatan rangkap dua dan ikatan tunggal yang berselang seling, seperti diperlihatkan gambar di atas. Benzena termasuk senyawa aromatik dan memiliki rumus molekul C6H6. Rumus molekul benzena memperlihatkan sifat ketakjenuhan dengan adanya ikatan rangkap. Tetapi ketika dilakukan uji bromin benzena tidak memperlihatkan sifat ketakjenuhan karena benzena tidak melunturkan warna dari air bromin. Berdasarkan hasil analisis, ikatan rangkap dua karbon-karbon pada benzena tidak terlokalisasi pada karbon tertentu melainkan dapat berpindah-pindah. Gejala ini disebut resonansi. Adanya resonansi pada benzena ini menyebabkan ikatan pada benzena menjadi stabil, sehingga ikatan rangkapnya tidak dapat diadisi oleh air bromin. 2.3.3. Proses Pemisahan Benzene Proses pemisahan benzene yang berlangsung di kilang Paraxylene Cilacap melalui beberapa tahapan, yaitu : Naphta Hydro Treating Unit (unit 82) Tujuan dari proses di unit ini adalah untuk menghilangkan impurities agar tidak mengganggu pada proses selanjutnya. Impurities ini dapat dihilangkan dengan cara menambahkan gas hidrogen (H2) melalui suatu reaktor katalis yaitu Ni Mo Alumina sehingga impurities seperti sulfur maupun nitrogen dapat bereaksi membentuk gas H2S dan NH3 dengan reaksi seperti berikut : S + H2 H2S (g) N2 + 3H2 2NH3 (g) Platforming Unit (unit 84) Unit ini berfungsi untuk merubah senyawa paraffin dan naphten yang terdapat dalam treated naphta menjadi senyawa aromatik yang maksimum. Hasil dari platforming ini masuk ke dalam kolom de butanizer. Produk puncaknya adalah C4 yang selanjutnya C3 dan C4 digunakan untuk LPG, sedangkan produk bawahnya (8404) untuk bahan baku pembuatan paraxylene dan benzena. Sulfolane Unit (unit 85) Metode proses yang digunakan pada unit ini adalah ekstraksi dengan pelarut sulfolane untuk memisahkan senyawa aromat seperti benzena, toulena, silena, dan etil benzena dari senyawa parafin. Hasil ekstraknya adalah senyawa aromat yang mengandung senyawa benzena, sedangkan raffinat mengandung komponen komponen non aromate seperti parafin dan nafta diguanakan untuk komponen

mogas . Produk ekstrak ini akan diproses pada unit Benzene Column dan Toluene Column. Tatoray Unit (Unit 86) Proses ini bertujuan untuk mengonversi toluena dari unit sulfolane menjadi gugus benzena dan C9 + aromat dari unit fraksinasi menjadi gugus silena dengan bantuan hidrogen yang dihasilkan dari platforming unit. Adanya unit ini, produksi benzena dan parasilena dapat dicapai secara maksimum dengan yield yang sangat tinggi. Fraksinasi Unit (Unit 87) Heavy platformate dari platforming unit dan bottom toluene column dari sulfolane unit yang kaya akan kandungan toluena, C8 aromate, dan C9+ aromat. Senyawa silena dipisahkan dari senyawa senyawa lainnya kemudian diproses pada parex unit untuk memisahkan parasilena. Parex Unit (Unit 88) Umpan pada proses ini adalah puncak (top) dari fraksinasi unit yang terdiri dari senyawa toluena dan C8 aromat. Pada unit ini terjadi pemisahan secara kontinyu menggunakan metode adsorpsi dan desorpsi. Proses adsorpsi bertujuan untuk memisahkan secara selektif parasilena dari campuran orto-silena, etil benzena, dan non aromatik. desorbent yang digunakan adalah para dietilbenzena (pDEB) yang kemudian pada absorbent chamber dipisahkan menjadi ekstrak dan raffinat. Raffinat yang terdiri dari senyawa ortosilena, metasilena, etilbenzena, dan non aromatik digunakan sebagai umpan pada isomer unit. Isomer Unit (Unit 89) Unit ini berfungsi untuk mengubah ortosilena dan metasilena menjadi parasileba melalui proses isomerisasi menggunakan katalis bi fungsional yang terdiri dari zeolite (acid sites) dan platinum (metal sites). Di dalam reaktor, isomer etilbenzena juga dikonversikan menjadi ketiga macam silena dan senyawa senyawa jenuh. Tujuan dari proses ini untuk memperbanyak yield parasilena yang selanjutnya dikirim kembali ke unit fraksinasi. Berikut ini disampaikan diagram alir proses kilang parasilena Cilacap seperti ditunjukkan pada gambar berikut :

Anda mungkin juga menyukai