Anda di halaman 1dari 31

SAKRAMEN Sakramen (Bhs.

Latin : Sacramentum, yang artinya janji setia di hadapan umum) adalah tanda dan sarana kelihatan yang diadakan oleh Kristus yang mengungkapkan dan menguatkan iman, mempersembahkan penghormatan kepada llah serta menghasilkan buah pengudusan dan keselamatan manusia. Sakramen !uga sangat membantu untuk menciptakan, memperkokoh dan menampakkan persekutuan gere!a"i. Sakramen ini harus dirayakan oleh #mat beriman Kristiani dengan sangat khidmat dan cermat yang diungkapkan dengan !an!i untuk setia di hadapan umum (Kan. 840). $rang%orang Kristiani &imur menyebut sakramen sebagai mysterion ( Bhs. 'unani realitas tersembunyi, namun kelihatan ). (ere!a Katolik dan (ere!a $rtodoks menga!arkan ) (tu!uh) sakramen yaitu : Baptis, Krisma, *karisti, &obat, +engurapan $rang Sakit, &ahbisan dan +erka"inan. &iga Sakramen (Baptis, Krisma dan ,mamat) disebut sebagai sakramen yang bermeterai kekal dan tidak dapat diterima ulang. -i samping itu Sakramen Baptis, Krisma dan *karisti !uga disebut sebagai Sakramen ,nisiasi, dimana dengan menerima ketiga sakramen ini umat beriman Kristiani telah secara penuh masuk dalam persekutuan (ere!a Katolik. &eologi modern menga!arkan bah"a : (a) Kristus adalah sakramen utama dan tanda rahmat llah yang berdaya guna dan, (b) (ere!a adalah sebagai sakramen dasar yang di"u!udnyatakan dalam ketu!uh sakramen. -i ba"ah ini a!aran tentang ) (tu!uh) sakramen dalam (ere!a Katolik yang perlu diketahui umat Katolik : 1. SAKRAMEN BAPTIS Sakramen Baptis berasal dari bahasa 'unani : Baptism, yang artinya membasuh, mencelupkan, adalah tanda dan sarana dimana orang yang dibaptis dilahirkan kembali men!adi anggota umat llah dan dibersihkan dari dosa asal le"at pencurahan atau penenggelaman dalam air. Sakramen Baptis adalan sakramen pertama dari tu!uh sakramen yang dapat diterima orang beriman. Baptis berasal dari bahasa 'unani yang artinya membasuh, mencelupkan, menenggelamkan atau memasukkan ke dalam air. Sakramen Baptis adalah kelahiran kembali seseorang dari dosa agar diterima sebagai "arga gere!a. Sakramen Baptis biasa !uga disebut sebagai pintu gerbang untuk memasuki sakramen%sakramen selan!utnya. rtinya seorang yang belum dibaptis tidak dii.inkan menerima sakramen%sakramen lainnya (Kan. /01). #pacara pembaptisan ditentukan dengan menggunakan sarana air yang telah diberkati atau disahkan oleh ketentuan gere!a dengan disertai rumusan kata%kata Aku membaptis kamu demi nama apa, dan !utera dan "#h Kudus. +erintah untuk membaptis ini adalah dari 'esus sendiri setelah kebangkitan%2ya ($atius %8&'()%0). Berikut ini adalah beberapa ketentuan hukum gere!a Katolik tentang Sakramen Baptis yang perlu diketahui oleh umat Katolik : A. Penerimaan Sakramen Baptis (Kanon 849 86 !. 3. Sakramen Baptis hanya dapat diterimakan secara sah dengan pembasuhan air sungguh, disertai rumus kata%kata yang di"a!ibkan oleh (ere!a. 1. Sakramen baptis hendaknya diterimakan menurut tata perayaan dalam buku%buku liturgi yang disetu!ui, kecuali dalam keadaan darurat, dimana harus ditepati hanya hal% hal yang dituntut untuk sahnya sakramen. 4. +enerimaan Sakramen Baptis haruslah disiapkan dengan semestinya. Karena itu, orang de"asa yang bermaksud menerima Sakramen Baptis hendaknya diterima dalam katekumenat dan se!auh mungkin dibimbing le"at berbagai tahap, menurut tata perayaan inisiasi yang telah disesuaikan oleh Kon5erensi +ara #skup. $rang tua dari anak%anak yang akan dibaptis, demikian pula mereka yang akan menerima tugas sebagai "ali baptis, hendaknya diberitahu dengan baik tentang makna sakramen ini dan tentang ke"a!iban%ke"a!iban yang melekat padanya. 0. ir yang harus digunakan dalam menerimakan Sakramen Baptis, di luar keadaan terpaksa, haruslah air yang sudah diberkati menurut ketentuan%ketentuan buku liturgi.

6. 7eskipun Sakramen Baptis dapat diterimakan pada hari apapun, namun dian!urkan agar pada umumnya diterimakan pada hari 7inggu atau !ika dapat pada malam +askah. 8. -iluar keadaan darurat, tempat yang biasa untuk baptis adalah gere!a atau ruang doa. +ada umumnya orang de"asa hendaknya dibaptis di gere!a parokinya sendiri, sedangkan kanak%kanak di gere!a paroki orang tuanya, kecuali bila alasan "a!ar mengan!urkan lain. ). 9ika calon baptis, karena !arak !auh atau keadaan lain, tidak dapat datang atau diba"a tanpa kesulitan besar ke gere!a paroki, pembaptisan dapat dan harus dilaksanakan di gere!a atau ruang doa lain yang lebih dekat, atau di tempat lain, yang layak. B. Pe"a#an Sakramen Baptis (Kanon 861 86$!. 3. +elayan biasa dari Sakramen Baptis adalah #skup, ,mam dan -iakon. Bilamana pelayan biasa itu tidak ada atau terhalang, Sakramen Baptis dapat dilaksanakan oleh Katekis atau orang lain yang oleh $rdinaris :ilayah ditugaskan untuk itu, bahkan dalam keadaan darurat oleh siapapun yang mempunyai maksud yang semestinya. 7aka, para gembala !i"a%!i"a, terutama +astor +aroki, diharap memperhatikan agar umat beriman diberitahu tentang cara membaptis secara benar. 1. -i luar keadaan darurat, tak seorangpun boleh melayani Sakramen Baptis di "ilayah lain tanpa i.in yang semestinya. %. Penerima Sakramen Baptis (Kanon 864 8&1! 3. 'ang dapat dibaptis hanyalah seseorang yang belum pernah dibaptis dan tidak terkena halangan untuk dibaptis. 1. Seorang de"asa hanya dapat dibaptis bila ia telah menyatakan keinginannya untuk menerima dibaptis, mendapat penga!aran yang cukup mengenai kebenaran%kebenaran iman dan ke"a!iban%ke"a!iban kristiani, dan telah teru!i dalam hidup kristiani melalui katekumenat. Sementara itu, orang de"asa yang berada dalam bahaya maut dapat dibaptis !ika ia memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kebenaran%kebenaran iman yang pokok, dan dengan salah satu cara pernah menyatakan kesediaannya untuk dibaptis serta ber!an!i bah"a ia akan mematuhi perintah%perintah gere!a. 4. $rang de"asa yang dibaptis, !ika tidak ada alasan berat yang merintanginya, hendaknya segera setelah dibaptis mengambil bagian dalam perayaan *karisti, !uga dengan menerima komuni. 0. +ara orang tua "a!ib mengusahakan agar anak mereka dibaptis dalam minggu%minggu pertama setelah kelahirannya. 7aka, segera sesudah kelahiran anaknya, orang tua hendaknya menghadap pastor paroki untuk memintakan Sakramen Baptis bagi anak mereka. Bila bayi itu berada dalam bahaya maut, hendaknya ia dibaptis tanpa menunda%nunda. 6. gar seorang bayi boleh dibaptis, haruslah orang tuanya, sekurang%kurangnya satu dari mereka, atau seorang yang secara sah menggantikan orang tuanya, menyetu!ui pembaptisan itu. Selain itu, haruslah ada harapan bah"a anak itu akan dididik dalam agama Katolik. Bila harapan itu tidak ada, penerimaan Sakramen Baptis hendaknya ditunda menurut ketentuan hukum setempat. 8. 9ika diragukan apakah seseorang telah dibaptis, atau apakah baptisnya telah diberikan secara sah, dan setelah penyelidikan serius keraguan itu masih tetap ada, maka kepadanya boleh diterimakan Sakramen Baptis bersyarat.

'. (a"i Baptis (Kanon 8&) 8&4!.

3. Saat dibaptis, penerima baptis sedapat mungkin hendaknya didampingi seorang :ali% Baptis, yang kemudian berke"a!iban mendampinginya men!adi de"asa dalam iman kristiani. 1. Sebagai :ali%Baptis hendaknya dipilih seorang pria, atau seorang "anita, atau seorang pria dan seorang "anita. 4. gar seorang dapat mengemban tugas sebagai :ali%Baptis, haruslah ia ditun!uk oleh penerima baptis sendiri, atau oleh orang tuanya, atau orang yang me"akili orang tuanya, sudah berumur genap enam belas tahun, telah menerima Sakramen +enguatan dan Komuni +ertama, lagi pula hidup sesuai dengan iman Katolik, dan ia bukanlah ayah atau ibu dari penerima baptis itu sendiri. E. Pem*+ktian ,an Pen-atatan Baptis (Kanon 8&. 8&8!. 3. #ntuk membuktikan bah"a seseorang telah menerima Sakramen Baptis, cukuplah pernyataan dari seorang saksi yang dapat dipercaya atau, !ika orang itu dulu dibaptis pada usia de"asa, pengucapan sumpah dari orang yang dibaptis itu sendiri. 1. +astor +aroki dimana baptis dilaksanakan harus dengan teliti dan tanpa menunda% nunda mencatat nama orang yang dibaptis, dalam buku baptis. -i sana hendaknya dicatat !uga nama orangtuanya, "ali baptisnya, saksinya (!ika ada), tempat dan tanggal pembaptisannya, tanggal dan tempat kelahirannya. Ketent+an/ketent+an "a#akn#a se*a0ai (a"i Baptis 1 3. orang yang ditun!uk oleh penerima baptis sendiri, atau oleh orang tuanya atau orang yang me"akili orang tuanya; 1. cakap, dan sanggup melaksanakan tugas sebagai :ali Baptis; 4. seorang pria atau "anita, atau pria dan "anita yang sudah berumur genap enam belas tahun; 0. beriman Katolik dan telah menerima Sakramen Baptis, Krisma dan Komuni +ertama; 6. hidup pribadi dan keluarganya sesuai dengan iman Katolik; 8. bukanlah ayah atau ibu dari penerima baptis itu sendiri. ). SAKRAMEN KRISMA 2 PEN34ATAN Sakramen Krisma berasal dari bahasa 'unani : <hrism, yang artinya $inyak !engurapan Sakramen ini biasa disebut Sakramen +enguatan. Berkat Sakramen Krisma ini, orang menerima kepenuhan =oh Kudus yang pada hari +entakosta diutus oleh &uhan kepada para rasul. -engan =oh Kudus ini pula, orang men!adi lebih serupa dengan Kristus dan dikuatkan dalam perutusan men!adi saksi Kristus dalam iman dan kasih. 'ang bersangkutan ikut ambil bagian dalam &ritugas 'esus Kristus : sebagai ,mam, 2abi dan =a!a (menguduskan, menga!ar dan memimpin). Sakramen Krisma ini menggunakan sarana minyak. 7inyak yang digunakan adalah minyak yang telah diberkati #skup bersama dengan minyak lain pada misa Krisma hari Kamis +utih. 7inyak ini terbuat dari campuran minyak .aitun dengan balsam. 7inyak Krisma ini biasanya digunakan dalam perayaan baptis, penguatan, tahbisan #skup atau ,mam, pemberkatan gere!a dan altar. Sakramen Krisma ini diterimakan setelah Sakramen Baptis dan tidak dapat diulang, yang tu!uannya untuk memberikan daya kekuatan sepenuhnya kepada orang yang telah dibaptis. Sakramen ini menghadirkan =oh Kudus, yang menandai bah"a orang tersebut men!adi milik Kristus dan men!adi hamba Kristus untuk tugas perutusan.

B. Penerimaan Sakramen Pen0+atan (Kanon 8&9/881!. 3. Sakramen +enguatan, yang dengannya orang yang telah dibaptis melan!utkan per!alanan inisiasi kristiani dan diperkaya dengan anugerah =oh Kudus serta

dipersatukan secara lebih sempurna dengan gere!a, menguatkan dan semakin me"a!ibkannya untuk men!adi saksi Kristus, menyebarkan dan membela iman, dengan perkataan dan perbuatannya. 1. Sakramen +enguatan diberikan dengan pengurapan krisma pada dahi, yang hendaknya dilakukan dengan penumpangan tangan serta dengan kata%kata yang diperintahkan dalam buku%buku liturgi yang telah disetu!ui. Krisma yang digunakan dalam Sakramen +enguatan haruslah dikonsekrasi oleh #skup. 4. Sepatutnya Sakramen +enguatan diterimakan dalam gedung gere!a dan dalam misa; tetapi atas alasan yang "a!ar dan masuk akal sakramen ini !uga dapat diterimakan di luar misa dan di tempat mana pun yang pantas. %. Pe"a#an Sakramen Pen0+atan (Kanon 88)/888!. 3. +elayan biasa dari Sakramen +enguatan adalah #skup. 2amun sakramen ini !uga dapat diberikan secara sah oleh ,mam, yang memiliki ke"enangan itu berdasarkan hukum (ere!a atau berdasarkan pemberian "e"enang khusus dari otoritas yang ber"enang. 1. #skup -iosesan "a!ib mengusahakan agar Sakramen +enguatan diberikan kepada ba"ahannya, yang meminta dengan baik dan masuk akal. 4. ,mam yang memiliki ke"enangan melayani Sakramen +enguatan dapat menerimakan sakramen ini secara layak di "ilayah yang ditentukan baginya kepada orang%orang luar, kecuali bila ada larangan dari $rdinaris mereka. -i "ilayah lain, tak seorang imam pun dapat secara sah menerimakan sakramen ini. '. Penerima Sakramen Pen0+atan (Kanon 889/891!. 3. 'ang dapat menerima Sakramen +enguatan hanyalah orang yang telah dibaptis dan belum pernah menerima Sakramen +enguatan. -i luar bahaya maut, seorang dapat menerima Sakramen +enguatan secara layak bila ia dapat menggunakan akal, telah dia!ar secukupnya, berdisposisi baik dan dapat membarui !an!i%!an!i baptis. 1. $rang yang beriman "a!ib menerima Sakramen +enguatan pada "aktunya. +ara orang tua dan para gembala, terutama pastor paroki, hendaknya mengusahakan agar umat beriman diberi penga!aran dengan baik dan pada "aktu yang tepat dapat menerima sakramen ini. 4. Sakramen +enguatan hendaknya diberikan kepada orang beriman pada sekitar usia dapat menggunakan akal, kecuali bila Kon5erensi +ara #skup telah menentukan usia lain, atau !ika ada bahaya maut atau, !ika menurut penilaian pelayan sakramen, ada alasan berat yang mengan!urkan lain. E. (a"i Pen0+atan (Kanon 89)/89$!. 3. +enerima Sakramen +enguatan hendaknya sedapat mungkin didampingi oleh seorang :ali%+enguatan, yang bertugas mengusahakan agar orang yang menerima sakramen ini bertindak sebagai saksi Kristus yang se!ati dan dengan setia memenuhi ke"a!iban% ke"a!ibannya sebagai seorang "arga gere!a yang de"asa. 1. gar seorang dapat mengemban tugas sebagai "ali%penguatan, haruslah dipenuhi syarat%syarat yang !uga harus dipenuhi oleh seorang "ali%baptis. 7aka dian!urkan agar orang yang dulu telah men!adi "ali%baptis dipilih lagi men!adi "ali%penguatan. (lihat Kanon /)0 di ba"ah )

5. Pem*+ktian ,an Pen-atatan Pen0+atan (Kanon 894/896!. 3. #ntuk membuktikan bah"a Sakramen +enguatan telah diterimakan, cukuplah pernyataan dari seorang saksi yang dapat dipercaya atau !ika orang itu menerima penguatan pada usia de"asa, pengucapan sumpah olehnya sendiri.

1. +astor +aroki hendaknya mencatat hal%hal berikut : nama penerima sakramen, pelayan sakramen, nama orang tua dan "ali penguatan, tempat serta tanggal penerimaan sakramen. %a"on Penerima Sakramen Krisma2Pen0+atan (Kan. 889 891! 1 3. $rang yang sudah dibaptis dan belum menerima sakramen krisma; 1. $rang yang cukup usia dan dapat mengunakan akal budi, mendapat penga!aran secukupnya, berkehendak baik serta mau memperbarui !an!i%!an!i baptis; 4. $rang yang dalam bahaya maut, tapi dapat menggunakan akal budi Ketent+an ,a"am memi"i6 (a"i Pen0+atan (kanon 8&4! 1 3. orang yang ditun!uk oleh penerima Krisma sendiri, atau oleh orang tuanya atau orang yang me"akili orang tuanya; 1. cakap, dan sanggup melaksanakan tugas sebagai "ali penguatan; 4. seorang pria atau "anita, atau pria dan "anita yang genap berusia enam belas tahun; 0. beriman Katolik dan telah menerima Sakramen Baptis, Krisma dan Komuni +ertama; 6. hidup pribadi dan keluarganya sesuai dengan iman Katolik; 8. ia bukanlah ayah atau ibu dari penerima penguatan itu sendiri; ). !ika dari !emaat bukan gere!a Katolik, hendaknya didampingi seorang :ali Baptis Katolik. /. dian!urkan adalah orang yang dulu men!adi "ali baptisnya. $. SAKRAMEN EKARISTI MA7AK4'4S *karisti berasal dari bahasa 'unani *ucharistia, yang artinya ucapan syukur, atau biasa dikenal dengan istilah +er!amuan &uhan > 7isa. Konsili ?atikan ,, menyebut *karisti sebagai sumber dan puncak seluruh hidup kristiani, yang mencapai puncaknya pada saat konsekrasi roti dan anggur men!adi tubuh dan darah Kristus dan berakhir dengan penerimaan komuni. -engan sambut komuni ini, orang dipersatukan dengan &uhan dan umat seiman dalam satu &ubuh Kristus. Sakramen ini berkaitan erat dengan perayaan *karisti, karena hanya le"at perayaan *karisti sakramen ini ada. Sakramen ini men!adi tanda dan sarana kehadiran Kristus di tengah !emaat. -alam *karisti ini, sarana yang digunakan adalah roti dan anggur yang menandai Kristus hadir secara nyata dalam rupa roti dan anggur. -an *karisti yang paling agung adalah yang diadakan oleh Kristus sendiri pada per!amuan terakhir, serta yang paling agung di antara sakramen%sakramen lainnya dan merupakan pusat hidup (ere!a. Selain sebagai ungkapan syukur dan pu!ian, *karisti !uga mengungkapkan kesatuan kita dalam (ere!a yang berdayaguna yang di"u!udnyatakan dalam hubungan dengan sesama sebagai panggilan umat beriman. Berikut ini adalah beberapa ketentuan hukum gere!a Katolik tentang Sakramen *karisti yang perlu diketahui oleh umat Katolik : A. Sakramen Ekaristi (Kanon 98&/899!. 3. Sakramen *karisti merupakan sakramen yang terluhur. -i dalamnya Kristus sendiri dihadirkan, dikurbankan, dan disantap. +erayaan *karisti merupakan puncak seluruh ibadat dan kehidupan kristiani. 1. #mat beriman hendaknya menaruh hormat yang sebesar%besarnya terhadap *karisti, dengan mengambil bagian akti5 dalam perayaan mahaluhur itu, menerima sakramen ini dengan penuh bakti dan kerap kali, serta menyembah su!ud setinggi%tingginya di hadapannya. 4. +erayaan *karisti hendaknya diatur sedemikan rupa sehingga semua yang mengambil bagian di dalamnya memetik hasil yang berlimpah darinya. B. Pe"a#an Sakramen Ekaristi (Kanon 9 /911!. 3. +elayan, yang selaku pribadi Kristus dapat melaksanakan Sakramen *karisti hanyalah ,mam yang telah ditahbiskan secara sah.

1. 9ika ada kekurangan ,mam, $rdinaris :ilayah dapat mengi.inkan para ,mam, atas alasan yang "a!ar, merayakan dua kali misa sehari, bahkan !ika kebutuhan pastoral menuntutnya, !uga tiga kali pada hari%hari 7inggu dan hari%hari raya. 4. 9ika tiada alasan yang "a!ar dan masuk akal, imam !anganlah merayakan *karisti tanpa partisipasi umat, paling tidak partisipasi dari satu orang beriman. 0. -alam perayaan *karisti, diakon dan a"am tidak boleh mengucapkan doa%doa, khususnya -oa Syukur gung. 6. +elayan biasa komuni suci adalah #skup, ,mam, dan -iakon. +elayan luar%biasa komuni suci adalah akolit dan orang beriman lain yang ditugaskan. %. Penerimaan Sakramen Ekaristi (Kanon 91)/9)$!. 3. Seorang anak dapat menerima komuni suci bila ia telah memiliki pemahaman yang cukup dan telah disiapkan dengan seksama, sedemikian sehingga ia dapat memahami makna komuni suci sesuai dengan daya tangkapnya dan mampu menyambut &ubuh &uhan itu dengan iman dan kekhidmatan. 2amun seorang anak yang berada dalam bahaya maut dapat diberi komuni suci bila ia dapat membedakan &ubuh Kristus dari makanan biasa serta menyambut komuni dengan hormat. 1. &erutama adalah tugas orang tua, atau mereka yang menggantikan kedudukan orang tua, serta para pastor paroki untuk mengusahakan agar anak%anak yang telah dapat menggunakan akal budi disiapkan dengan semestinya agar mereka pantas menerima komuni suci. Sebelum menerima komuni pertama, mereka harus lebih dahulu menerima sakramen tobat. 4. 9angan dii.inkan menerima komuni suci mereka yang terkena hukuman dari (ere!a, misalnya eks%komunikasi, maupun mereka yang membandel dalam dosa berat yang nyata. 0. $rang beriman yang sadar telah berdosa berat dan belum sempat menerima sakramen tobat !anganlah menerima komuni suci, kecuali bila ada alasan berat dan tidak ada kesempatan untuk mengaku dosa. -alam hal demikian ia "a!ib melakukan tobat yang sempurna dan membangun niat untuk mengakukan dosa sesegera mungkin. 6. $rang beriman yang telah menerima komuni suci dapat menerima lagi pada hari yang sama, asal komuni itu diterimanya dalam perayaan *karisti, bukan di luar perayaan *karisti. 8. Sangatlah dian!urkan agar umat beriman menerima komuni suci di dalam perayaan *karisti. 7eskipun demikian, mereka yang meminta komuni di luar misa hendaknya dilayani, asal ada alasan yang "a!ar dan ritus liturginya diindahkan. ). $rang beriman yang akan menerima komuni suci hendaknya berpantang dari segala macam makanan dan minuman selama "aktu sekurang%kurangnya satu !am sebelum menerima komuni, terkecuali air dan obat%obatan. 2amun mereka yang lan!ut usia dan menderita sakit maupun mereka yang mera"at dapat menerima komuni meskipun dalam "aktu satu !am sebelumnya telah makan sesuatu. /. $rang beriman yang berada dalam bahaya maut, yang timbul dari sebab apapun, hendaknya diperkuat dengan komuni suci sebagai *iaticum. @. +iaticum bagi orang sakit !angan terlalu ditunda%tunda. 7ereka yang beker!a dalam penggembalaan !i"a%!i"a hendaknya "aspada, agar orang%orang sakit dikuatkan dengan *iaticum sementara mereka masih sadar penuh.

'. Pera#aan Ekaristi (Kanon 9)4/9$$!. 3. +erayaan *karisti hendaknya dilaksanakan dalam bahasa Latin atau bahasa lain, asal teks liturginya sudah mendapat persetu!uan dari yang ber"enang. 1. +ara ,mam dan -iakon, dalam merayakan dan melayani *karisti, hendaknya mengenakan busana suci yang diperintahkan oleh aturan (ere!a.

4. 0.

+erayaan *karisti hendaknya dilakukan di tempat suci, kecuali dalam kasus%kasus khusus pada saat kebutuhan menuntut lain. 2amun bagaimana pun *karisti haruslah dirayakan di tempat yang pantas. Kurban *karisti haruslah dilaksanakan di atas altar yang sudah dikuduskan atau diberkati. 2amun di luar tempat suci !uga dapat digunakan me!a yang cocok, yang harus selalu ditutup kain altar dan k#rp#ral.

E. Stipen,i+m Misa (Kanon 94./9.8!. 3. Sesuai dengan kebiasaan, imam yang merayakan misa atau ikut konselebrasi misa boleh menerima stipendium, bila ia meng%aplikasikan misa itu untuk intensi atau u!ub tertentu. 2amun sangat dian!urkan agar para ,mam !uga merayakan untuk intensi umat beriman yang miskin tanpa menerima stipendium. 1. #mat beriman, dengan menghaturkan stipendium agar misa diaplikasikan bagi intensinya, membantu kese!ahteraan (ere!a dan dengan itu berpartisipasi dalam usaha (ere!a mendukung para pelayan dan karyanya. 4. Aendaknya di!auhkan sama sekali segala kesan perdagangan atau !ual beli stipendium misa. 0. +ertemuan para #skup se%propinsi (ere!a"i ber"enang menentukan, le"at dekrit, besarnya stipendium yang harus dipersembahkan untuk perayaan dan aplikasi misa, dan ,mam tidak boleh menuntut !umlah yang lebih besar, meskipun ia boleh menerima stipendium lebih besar, yang diberikan secara sukarela.

4. SAKRAMEN T8BAT Sakramen &obat biasa disebut Sakramen +engakuan -osa atau Sakramen +erdamaian atau Sakramen =ekonsiliasi, adalah satu dari tu!uh sakramen yang diadakan oleh kristus demi pengampunan dosa yang telah dilakukan setelah dibaptis. Sakramen ini menandai dan menghasilkan perdamaian antara orang berdosa dengan &uhan dan sesama. Sakramen ini men!a"ab kebutuhan kita untuk mengakukan dosa, menerima pengampunan dari llah dan didamaikan dengan umat yang dirugikan oleh dosa%dosa kita. -alam ,n!il, Kristus tampil mengampuni dosa (7rk. 1:6%33; Luk.):48%6B) dan memberikan kuasa untuk mengampuni kepada murid%murid%2ya ('oh. 1B:3@%14). ,n!il ini oleh (ere!a Katolik digunakan sebagai dasar umat beriman Kristiani untuk mengampuni dosa sesamanya dan kuasa para ,mam untuk menerimakan Sakramen &obat. +engakuan dosa ini harus terus berlangsung seumur hidup, karena kerapuhan dan kelemahan kodrat kita sebagai manusia. #nsur perdamaian itu nampak dari kata%kata St. gustinus dan Aippo (460%04B) dalam bahasa Latin : !a, cum ecclesia, yang artinya yang mengampuni dosa adalah damai dengan (ere!a. A. Penerimaan Sakramen To*at (Kanon 9.9/964!. 3. -alam Sakramen &obat, orang beriman mengakukan dosa%dosanya kepada pelayan sakramen yang ber"enang, menyesalinya serta berniat memperbaiki diri, dan memperoleh pengampunan dari llah melalui absolusi yang diberikan oleh pelayan sakramen itu, sekaligus diperdamaikan kembali dengan (ere!a yang telah dilukainya dengan berdosa. 1. +engakuan pribadi dan utuh serta absolusi merupakan cara biasa satu%satunya, dengannya orang beriman yang bertobat dari dosa%dosa beratnya diperdamaikan kembali dengan llah dan (ere!a. Aanya ketidakmungkinan 5isik atau moral sa!a dapat membebaskan seseorang dari pengakuan semacam itu. 4. 7engenai tempat pengakuan, hendaknya dibuat pedoman oleh Kon5erensi +ara #skup. 9angan menerima pengakuan dosa di luar tempat pengakuan, kecuali atas alasan yang "a!ar.

B. Pe"a#an Sakramen To*at (Kanon 96./986!. 3. Aanyalah ,mam yang dapat diberi "e"enang untuk melayani Sakramen &obat. 1. Ke"enangan menerimakan Sakramen &obat secara tetap hendaknya diberikan secara tertulis. 4. 7eskipun demikian, imam manapun, meskipun sebenarnya tidak memiliki ke"enangan menerimakan Sakramen &obat, dapat memberi absolusi kepada peniten mana pun yang berada dalam bahaya maut. 0. =ahasia pengakuan dosa tidak dapat diganggu gugat. Karena itu sama sekali tidak dibenarkan bah"a bapa pengakuan dengan kata%kata atau dengan cara lain membocorkan dosa peniten, sekecil apapun dosa itu. 9uga terikat ke"a!iban untuk menyimpan rahasia itu : semua orang lain, yang dengan cara apa pun memperoleh pengetahuan mengenai dosa%dosa peniten, dari pengakuan itu. 6. Bapa pengakuan sama sekali tidak boleh dan tidak layak menggunakan pengetahuan apa pun, yang didapatnya dari pengakuan dosa. %. Penerimaan Sakramen To*at (kanon 9&8/991!. 3. ,mam dalam mendengarkan pengakuan dosa hendaknya ia bertindak sebagai hakim dan tabib, pelayan keadilan dan !uga berbalas kasih demi kehormatan llah dan keselamatan !i"a%!i"a. 1. $rang beriman haruslah menyesali dosa%dosanya dan berniat memperbaiki diri, lalu kembali kepada llah, agar ia dapat menerima bantuan%bantuan rohani%2ya, yang memba"anya kepada keselamatan. 4. $rang beriman "a!ib mengakukan semua dosa beratnya, menurut !enis dan !umlahnya, yang telah dilakukan setelah baptis dan belum pernah mendapat pengampunan. 0. Setiap orang beriman, sesudah mencapai usia dapat membuat diskresi, "a!ib dengan setia mengakukan dosa%dosa beratnya, sekurang%kurangnya sekali setahun. 6. &ak seorangpun dilarang mengaku dosa le"at pener!emah, asal menghindari penyalahgunaan dan sandungan. '. In,+"0ensi (Kanon 99)/99&!. 3. ,ndulgensi adalah pengampunan di hadapan llah hukuman%hukuman sementara atas dosa%dosa yang sudah diampuni. ,ndulgensi itu dapat diterimakan kepada orang beriman yang berdisposisi baik dan memenuhi persyaratan yang digariskan dan dirumuskan (ere!a. ,ndulgensi itu diperoleh dengan pertolongan (ere!a. 1. ,ndulgensi dapat bersi5at sebagian. ,ndulgensi !uga dapat bersi5at penuh. Aal itu berarti : membebaskan sebagian atau semua hukuman sementara yang diakibatkan oleh dosa% dosa, meskipun dosa%dosa itu sudah diampuni. 4. Setiap orang beriman dapat memohon indulgensi, sebagian atau penuh, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang%orang yang telah meninggal. 0. gar dapat memperoleh indulgensi, seseorang haruslah sudah dibaptis, tidak terkena hukuman eks%komunikasi, dan dalam keadaan ber%rahmat.

'a9tar isti"a6/isti"a6 1 Absolusi ( Latin : melepaskan ) : +erkataan>pernyataan pengampunan atas dosa%dosa pribadi kepada orang yang bertobat dengan perantaraan Kristus. Diskresi : meneliti bathin dan kemudian menegaskan bah-a dirinya telah berd#sa. Dosa : setiap pikiran, kata atau perbuatan yang dengan sadar dan bebas tidak taat kepada kehendak dan kebaikan llah. -osa dapat merusak dan memutuskan hubungan dengan llah dan sesama.

Ekskomunikasi (Latin : pengucilan dari persekutuan) : Larangan untuk menerima sakramen% sakramen dan untuk melakukan hak%hak penuh seseorang dalam (ere!a yang dinyatakan oleh pengadilan atau pe!abat gere!a"i. Indulgensi : penghapusan dari hukuman sementara yang disebabkan oleh dosa%dosa, dan disesali serta diampuni. Penitensi : denda yang "a!ib dilaksanakan pengaku dosa yang telah di!atuhkan kepadanya setelah mengakukan dosanya secara pribadi di hadapan pe!abat gere!a (#skup>,mam). Sakramen Tobat : pengakuan dosa secara pribadi kepada pe!abat gere!a (#skup>,mam) yang mempunyai kuasa untuk menerima pengakuan dosa dan dan mengampuni dosa%dosa itu. ( .ihat /#h. %0&'()%0 ) Tobat : &indakan berbalik dari dosa dan mengarahkan diri kepada llah. &obat ini memulihkan kembali keutuhan pribadi dan komunitas Kristiani yang disebabkan oleh dosa%dosa. 1yarat agar dapat menerima 1akramen 2#bat & 3. sudah dibaptis; 1. mengaku secara pribadi di hadapan imam; 4. dengan kesadaran sendiri; 0. rasa sesal se!ati atas dosanya; 6. tidak ada yang disembunyikan dosanya; 8. kehendak tulus untuk tidak berdosa lagi; ). men!auhi semua kesempatan dosa; /. kesediaan untuk men!alankan denda.

.. SAKRAMEN PEN34RAPAN 8RAN3 SAKIT Setelah Konsili ?atikan ,,, Sakramen 7inyak Suci disebut Sakramen +engurapan $rang Sakit. Sakramen ini meru!uk pada pelayanan kepada orang sakit dan mengungkapkan kesetiaka"anan (ereka terhadap orang sakit atau orang yang menghadapi a!al (.ihat /ak. 3&'4)'4). -isamping itu Sakramen ini memohon kesembuhan rohani dan !asmani kepada llah agar dipersatukan dengan sengsara dan "a5at Kristus di salib. Sakramen ini menandai dan mendampingi orang beriman yang menghadapi a!al, agar ia meninggal seperti Kristus. -alam Sakramen ini, sarana yang digunakan adalah minyak dimana si sakit diurapi>diolesi pada dahi dan tangan dengan minyak .aitun yang sudah diberkati disertai kata%kata : 5engan pengurapan suci ini, sem#ga 2uhan dalam kasih)6ya dan belas kasihan)6ya membantu engkau dengan rahmat "#h Kudus. 1em#ga 2uhan yang membebaskan engkau dari d#sa, menyelamatkanmu dan membangkitkan kamu. A. Penerimaan Sakramen Pen0+rapan (Kanon 998/1 )!. 3. -engan Sakramen +engurapan $rang Sakit, (ere!a Katolik menyerahkan kepada &uhan seorang beriman yang sedang menderita sakit berbahaya, agar beliau meringankan dan menyelamatkannya. Sakramen itu diterimakan dengan menurapkan minyak, sambil mengucapkan kata%kata yang ditetapkan dalam buku%buku liturgi; 1. 7inyak yang dipergunakan dalam Sakramen +engurapan $rang Sakit adalah minyak yang sudah diberkati oleh #skup, atau oleh mereka yang dalam hukum disamakan dengan #skup -iosesan, atau dalam keadaan terpaksa oleh imam manapun, tetapi diberkati dalam perayaan sakramen itu sendiri; -alam keadaan terpaksa, cukuplah satu pengurapan pada dahi atau !uga pada bagian lain dari tubuh, dengan mengucapkan rumus secara utuh; +erayaan bersama pengurapan orang%orang sakit, yakni untuk beberapa orang sakit secara bersama%sama, yang telah dipersiapkan dan berdisposisi baik, dapat dilakukan menurut ketentuan%ketentuan #skup -iosesan.

4. 0.

B. Pe"a#anan Sakramen Pen0+rapan ( Kanon 1 $ !. 3. 'ang dapat menerimakan Sakramen +engurapan $rang Sakit hanyalah seorang ,mam; 1. Ke"a!iban dan hak melayani sakramen ini, dalam keadaan biasa, hanyalah dimiliki oleh para imam yang ditugaskan untuk menggembalakan !i"a%!i"a, misalnya di +aroki atau tempat lain, bagi umat yang dipercayakan kepada mereka untuk mereka layani secara pastoral. 4. 2amun, atas alasan yang masuk akal, para imam lain dapat !uga melayani sakramen ini sekurang%kurangnya dengan mengandaikan adanya i.in dari para imam yang punya "e"enang pastoral tersebut. Ketentuan ini terutama berlaku saat ada seorang Katolik yang berada dalam bahaya maut. 0. 7aka setiap imam boleh memba"a minyak yang sudah diberkati, agar dalam keadaan mendesak dapat menerimakan Sakramen +engurapan $rang Sakit. %. Penerima Sakramen Pen0+rapan (Kanon 1 4/1 &!. 3. Sakramen +engurapan $rang Sakit dapat diberikan kepada orang beriman yang telah dapat menggunakan akal budi, yang mulai dalam bahaya, karena sakit atau karena usia lan!ut. Sakramen ini dapat diberikan lagi kepadanya, bila ia, setelah sembuh, !atuh sakit berat lagi, atau !ika keadaannya semakin ga"at; 1. -alam keraguan apakah ia sakit sudah dapat menggunakan akal budi, atau apakah sakitnya membahayakan, atau apakah ia sudah mati, hendaknya sakramen ini diberikan; 4. Kepada orang%orang sakit, yang se"aktu masih sadar diri meminta sakramen ini, sekurang%kurangnya secara implisit, hendaknya Sakramen +engurapan $rang Sakit ini diberikan; 0. Sakramen +engurapan $rang Sakit !anganlah diberikan kepada mereka yang membandel dalam dosa berat yang nyata.

6. SAKRAMEN TA7BISAN 2 IMAMAT. Sakramen ini !uga disebut dengan Sakramen ,mamat, yang memberikan meterai kekal pada seseorang untuk ikut serta dalam pelayanan imamat Kristus dengan memimpin ibadah, memerintah dan menga!ar sebagai #skup, ,mam atau -iakon. Sakramen ini menandai dan menghasilkan seorang laki%laki diangkat kepada !abatan : -iakon, ,mam atau #skup. Sakramen ini diterimakan dengan penumpangan tangan dan doa tahbisan setelah liturgi sabda dan sebelum liturgi *karisti. (ere!a Katolik menegaskan bah"a &ahbisan ini termasuk dalam tatanan ilahi, dan memberikan "e"enang kepada yang ditahbiskan untuk men!adi "akil Kristus dalam pelayanan%pelayanan yang tidak boleh dilakukan oleh a"am. Sesudah ditahbiskan, -iakon boleh mengenakan stola dan ,mam mengenakan kasula. Kepada ,mam diberikan ,n!il, piala dan patena. Sedangkan untuk #skup menerima cincin, mitra dan tongkat #skup dan kemudian duduk di kursi takhta keuskupan sebagai lambang kuasa menga!arnya. 7ereka men!adi serupa seperti Kristus sebagai ,mam, =a!a dan (uru. Sakramen ini mempunyai ciri khas tak terhapuskan dan tak dapat diulang serta memberikan rahmat "#h Kudus. A. Penerimaan Sakramen Ta6*isan (Kanon 1 8/1 )$!. 3. -engan Sakramen &ahbisan, se!umlah orang dari kaum beriman diangkat men!adi pelayan%pelayan suci, dikuduskan dan ditugaskan untuk menggembalakan umat llah, masing%masing menurut tingkatannya, dengan melaksanakan tugas%tugas menga!ar, menguduskan dan memimpin umat. 1. &ahbisan%tahbisan itu adalah tahbisan -iakon, tahbisan ,mam, dan tahbisan #skup. &ahbisan%tahbisan itu diberikan dengan penumpangan tangan dan doa tahbisan, seperti ditetapkan dalam buku%buku liturgi untuk masing%masing tingkat.

10

4. +ada penahbisan itu haruslah diundang para diakon, imam dan umat beriman, agar perayaan itu dihadiri oleh sebanyak mungkin orang. B. Pe"a#an Sakramen Ta6*isan (Kanon 1 1)/1 )$!. 3. +elayan Sakramen &ahbisan adalah #skup. Setiap ,mam dan -iakon hendaknya ditahbiskan oleh #skupnya sendiri. 1. &iada seorang #skup pun boleh menahbiskan seseorang men!adi #skup sebelum ia mendapat mandat dari +aus. 4. -i luar "ilayah ke"enangannya, seorang #skup hanya dapat menahbiskan ,mam setelah ada i.in dari #skup -iosesan setempat. %. Penerima Sakramen Ta6*isan (Kanon 1 )4/1 $9!. 3. Aanya pria yang telah dibaptis dapat menerima tahbisan suci secara sah. gar tahbisan suci layak diberikan, perlulah bah"a penerima tahbisan memiliki kualitas%kualitas yang semestinya. Aendak ditolak untuk menerima Sakramen &ahbisan mereka yang mengidap kelainan. 7isalnya gila, atau terkena suatu halangan, misalnya punya isteri. 1. Sakramen &ahbisan imam !angan diberikan kecuali kepada mereka yang telah mencapai umur genap dua puluh lima tahun dan cukup matang.

&. SAKRAMEN PERKA(INAN. Sakramen ini men!adi tanda dan sarana persekutuan kasih antara seorang laki%laki dengan seorang perempuan yang sudah dibaptis sebagai suami%isteri. +erka"inan Katolik adalah suatu ikatan per!an!ian yang berlaku seumur hidup antara seorang pria dengan "anita yang dibaptis men!adi suami%isteri. -alam perka"inan ini, mereka ber!an!i untuk saling mengikatkan diri, saling melengkapi, penyerahan diri secara total, saling membantu dan saling membahagiakan satu sama lain, serta melahirkan dan mendidik anak%anaknya. +erka"inan Katolik merupakan sakramen, karena cinta suami%isteri yang dibaptis dipadankan seperti cinta 'esus Kristus kepada (ere!a%2ya. +er!an!ian seumur hidup ini dalam Kitab Suci dinyatakan bah"a pria dan "anita diciptakan untuk menguasai dunia, melahirkan anak%anak, dan saling melengkapi ( Kej. '&%7)%88 %&'8)%3). Kedua mempelai sendiri adalah yang menghadirkan sakramen ini, sedangkan ,mam atau -iakon adalah bertindak sebagai saksi resmi. ,katan ini tidak dapat diputuskan selama pasangannya masih hidup. Si5at hakiki perka"inan Katolik adalah m#n#gam dan tak terceraikan, monogam berarti seorang suami>isteri layaknya mempunyai satu isteri atau satu suami. &ak terceraikan artinya, bah"a apa yang telah dipersatukan oleh llah tidak dapat diceraikan oleh kuasa manusia. (.ihat $at. '(&4).

A. Ketent+an 4m+m (Kanon 1 ../1 6)!. 3. +erka"inan antar dua orang yang tidak Katolik diakui oleh (ere!a Katolik sebagai perka"inan yang sah bila : a. Kedua mempelai tidak terkena halangan kodrati; b. Kesepakatan nikah kedua mempelai tidak cacat; c. Kedua mempelai menikah di depan dua orang saksi dan seorang pe!abat publik yang ber"enang menikahkan mereka. 1. +erka"inan orang Katolik diakui oleh (ere!a Katolik sebagai perka"inan yang sah bila : a. Kedua mempelai tidak terkena halangan kodrati maupun halangan gere!ani; b. Kesepakatan nikah kedua mempelai tidak cacat;

11

c. Kedua mempelai menikah di depan dua orang saksi dan seorang -iakon>,mam>#skup, yang ber"enang menikahkan mereka. 4. Suatu perka"inan diakui sebagai sebuah sakramen bila kedua mempelai sudah dibaptis secara sah dan perka"inan mereka !uga sah; 0. Aanyalah &ribunal (ere!ani berhak menegaskan secara resmi bah"a sebuah perka"inan adalah tidak sah. B. Persiapan Perka:inan (Kanon 1 6$/1 &)!. 3. Sebelum dinikahkan, calon suami%isteri harus diselidiki secara cermat, apakah keduanya memang dapat menikah secara sah dan pantas; 1. +enyelidikan itu dilaksanakan oleh +astor +aroki (dengan mengadakan penyelidikan kanonik) maupun oleh seluruh umat paroki (dengan menanggapi pengumuman nikah). %. 7a"an0an Perka:inan (Kanon 1 &$/1 8)!. 3. 'ang dimaksud dengan halangan%halangan perka"inan ialah hal%hal menyebabkan orang tidak dapat menikah secara sah; 1. Beberapa halangan bersi5at kodrati. Beberapa halangan bersi5at (ere!ani.

yang

'. 'ispensasi ,ari 7a"an0an (Kanon 1 8$/1 94!. 3. Aalangan%halangan berikut bersi5at kodrati, berlaku untuk semua orang dan tidak dapat di%dispensasi oleh siapapun : a. ,mpotensi se!ak menikah, yang tak tersembuhkan; b. Aubungan saudara kandung antara calon suami%isteri; c. ,katan perka"inan sah dari perka"inan sebelumnya, yang belum diputus oleh pimpinan (ere!a Katolik. 1. Aalangan%halangan berikut ini hanya berlaku bagi orang Katolik dan hanya dapat di% dispensasi oleh &ahta Suci di =oma : a. tahbisan suci sebagai diakon>imam>uskup; b. kaul kekal dalam tarekat tingkat kepausan; c. pembunuhan suami>isteri agar dapat menikah (lagi). 4. Aalangan%halangan berikut ini berlaku bagi orang Katolik dan dapat di%dispensasi oleh #skup>?ik!en>?ikep : a. usia terlalu muda : pemuda belum 38 tahun, pemudia belum berusia 30 tahun; b. beda agama : satu calon suami%isteri !elas belum pernah dibaptis secara sah; c. hubungan antara penculik dan orang yang diculiknya untuk dinikahi; d. hubungan saudara dekat : hubungan sebagai kemenakan, atau saudara sepupu, atau saudara semenda; e. hubungan antara seseorang dengan anak>bapak>ibu dari teman kumpul kebonya.

E. Kesepakatan Nika6 (Kanon 1 9./11 &!. 3. Kesepakatan dinilai cacat, dan karenanya membuat sebuah perka"inan tidak sah, bila : a. salah satu kedua mempelai tidak mampu menggunakan akal budi secukupnya atau tidak mampu memenuhi ke"a!iban%ke"a!iban yang hakiki sebagai suami>isteri; b. mempelai digantikan orang lain, bukan orang yang disepakati men!adi suami>isteri; c. mempelai ditipu supaya mau menikah; d. mempelai dipaksa oleh orang lain untuk menikah. 1. 7empelai dapat di"akili, asal sudah dipenuhi syarat%syarat yang ditentukan oleh (ere!a untuk dapat menikah le"at "akilnya. 4. +erka"inan dapat dilangsungkan le"at pener!emah. &etapi pastor paroki !angan meneguhkan perka"inan itu sebelum ia merasa pasti bah"a pener!emah tersebut dapat dipercaya.

12

5. Tata Pene0+6an Nika6 (Kanon 11 8/11)$!. 3. +ada prinsipnya seorang Katolik harus menikah di depan pastor parokinya sendiri (atau diakon>imam lain yang mendapat surat kuasa dari pastor parokinya) dan dua saksi (yang sudah de"asa, sehat, dan sedapat mungkin Katolik). 1. Sebelum menikahkan, diakon>imam>uskup harus lebih dahulu mengadakan penyelidikan kanonik dan pengumuman nikah, untuk mengetahui benar%benar, bah"a kedua mempelai dapat menikah dengan sah dan pantas. 4. +ada prinsipnya seorang Katolik harus menikah di gere!a parokinya sendiri, kecuali bila ia telah mendapat i.in untuk menikah di gere!a paroki lain, setelah ada i.in dari para pastor dari kedua paroki. 3. Perka:inan %amp+r (Kanon 11)4/11)9!. 3. +erka"inan antara seorang Katolik dan seorang Kristen%bukan Katolik (yang telah dibaptis secara sah) disebut perka"inan campur beda gere!a. 1. +erka"inan antara seorang Katolik dan seorang bukan%Kristen (yang belum pernah dibaptis secara sah) disebut perka"inan campur beda agama. 4. +erka"inan campur hanyalah sah bila dilaksanakan di depan seorang diakon>imam>#skup yang ber"enang dan dua saksi. 0. -i luar pernikahan di depan seorang diakon>imam>#skup dan dua saksi tersebut tidak boleh dilaksanakan dengan tata cara agama lain. 6. ,.in>dispensasi untuk perka"inan campur barulah diberikan setelah calon mempelai Katolik men!an!ikan dua hal, yakni : akan tetap beriman Katolik dan akan berusaha sekuat tenaga untuk membaptis dan mendidik semua anaknya secara Katolik. 9an!i tersebut harus diketahui oleh calon mempelai bukan%Katolik. 7. Perka:inan Ra6asia (Kanon 11$ /11$$!. 3. 'ang dimaksud dengan perka"inan rahasia ialah perka"inan yang hanya diketahui oleh kedua mempelai, kedua saksi, dan diakon>pastor>#skup yang memberkati perka"inan itu. 1. ,.in semacam itu hendaknya hanya diberikan bila ada alasan berat, yang menuntut dirahasiakannya perka"inan tersebut. 4. +erka"inan rahasia yang sudah diteguhkan hendaknya dicatat hanya dalam buku catatan khusus, yang disimpan dalam arsip rahasia keuskupan.

I.

Aki*at/Aki*at Perka:inan (Kanon 11$4/114 !. 3. -ari perka"inan yang sah timbullah suatu ikatan perka"inan yang bersi5at monogam dan tak%terceraikan. -an bila kedua mempelai sudah dibaptis secara sah, pernikahan yang sah !uga menimbulkan sakramen perka"inan. 1. Seorang anak dianggap sah bila ia dikandung saat ibunya mempunyai suami yang sah. Seorang anak !uga dianggap sah bila saat dilahirkan ibunya mempunyai suami yang sah.

;. Pem+t+san Ikatan Nika6 (Kanon 1141/11. !. 3. ,katan perka"inan sah antara dua orang terbaptis, yang sudah disempurnakan dengan hubungan seks, tidaklah dapat diputus oleh siapa pun dan atas alasan apa pun, kecuali oleh kematian salah satu dari suami%isteri tersebut. 1. ,katan perka"inan sah antara dua orang terbaptis, yang belum disempurnakan dengan hubungan seks , hanya dapat diputus oleh &ahta Suci di =oma; 4. ,katan perka"inan sah antara seorang Katolik dan seorang yang belum terbaptis, yang telah menikah secara Katolik, hanya dapat diputus oleh &ahta Suci di =oma.

13

0. ,katan perka"inan sah antara dua orang tak%terbaptis terputus dengan sendirinya oleh suatu perka"inan baru dari salah satu dari mereka berdua, yang kemudian dibaptis, berdasarkan pri*ilegium !aulinum. 6. Seorang pria yang punya beberapa isteri barulah boleh dibaptis setelah ia ber!an!i untuk hidup hanya dengan satu isteri sa!a, entah isteri pertama entah isteri yang lain, dan meninggalkan isteri%isteri yang lain. K. Pisa6 Ran<an0 (Kanon 11.1/11..!. 3. $rang Katolik diharap mengampuni suami>isterinya yang ber.inah dan tetap hidup bersamanya. :alaupun demikian, kalau ia tidak dapat mengampuninya, ia dapat memisahkan diri darinya, kecuali kalau ia menyetu!ui>menyebabkan per.inahan itu, atau bahkan ia sendiri pun ber.inah. 1. Kalau ia memisahkan diri dari suami>isteri yang ber.inah, maka dalam "aktu enam bulan ia harus meminta persetu!uan #skup atas tindakannya, agar ia tetap boleh pisah ran!ang dan me!a makan dari suami>isterinya yang ber.inah itu. 4. Kalau ia tidak memisahkan diri dari suami>isteri yang ber.inah, maka diandaikan bah"a ia telah mengampuninya. 0. +isah ran!ang dan me!a makan dapat ter!adi !uga karena hidup%bersama dirasa terlalu berat, asal sudah ada i.in dari #skup setempat. 6. +isah ran!ang dan me!a makan dapat ter!adi !uga bila hidup bersama membahayakan salah satu dari mereka. Kalau bahaya tersebut mendesak, pihak tak%bersalah dapat segera memisahkan diri dari suami>isterinya yang membahayakan hidupnya. Kalau bahaya tersebut tidak mendesak, ia harus lebih dahulu meminta persetu!uan #skup. 8. Selama pisah ran!ang dan me!a makan berlangsung, penghidupan dan pendidikan anak%anak haruslah tetap diperhatikan dengan baik. =. Pen0esa6an Perka:inan (Kanon 11.6/116.!. 3. +erka"inan yang menurut hukum (ere!a Katolik belum sah sebaiknya disahkan dengan pembaharuan kesepakatan nikah, di depan dua orang saksi dan seorang diakon>imam>#skup yang ber"enang menikahkan mereka, setelah pasti bah"a mereka berdua dapat menikah secara sah dan pantas. 1. +erka"inan yang belum sah !uga dapat disahkan tanpa pembaharuan kesepakatan nikah. +engesahan semacam itu hanyalah dapat dilakukan oleh #skup. 4. +erka"inan yang menurut hukum (ere!a Katolik !elas%!elas tidak sah dapat dibatalkan (artinya : dinyatakan tidak sah). 2amun yang berhak membatalkan secara resmi hanyalah &ribunal (ere!a, setelah terbukti bah"a perka"inan tersebut memang tidak sah se!ak saat pernikahan. ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// KE=4AR3A KAT8=IK MEMA7AMI SAKRAMEN BAPTIS ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Baptis berasal dari bahasa 'unani yang artinya membasuh, mencelupkan atau memasukkan ke dalam air. Sakramen Baptis adalah kelahiran kembali seseorang dari dosa agar diterima sebagai "arga gere!a. Sakramen Baptis biasa !uga disebut sebagai pintu gerbang memasuki sakramen% sakramen selan!utnya. #pacara pembaptisan ditentukan menggunakan sarana air yang telah diberkati atau disahkan oleh ketentuan gere!a dengan disertai rumusan kata%kata Aku membaptis kamu demi nama apa, dan !utera dan "#h Kudus. +erintah untuk membaptis ini adalah dari 'esus sendiri setelah kebangkitan%2ya ($atius %8&'()%0). Berikut ini adalah beberapa ketentuan hukum gere!a Katolik tentang Sakramen Baptis yang perlu diketahui oleh umat Katolik : 5. Penerimaan Sakramen Baptis (Kanon 849 86 !.

14

3. Sakramen Baptis hanya dapat diterimakan secara sah dengan pembasuhan air sungguh, disertai rumus kata%kata yang di"a!ibkan oleh (ere!a. 1. Sakramen baptis hendaknya diterimakan menurut tata perayaan dalam buku%buku liturgi yang disetu!ui, kecuali dalam keadaan darurat, dimana harus ditepati hanya hal%hal yang dituntut untuk sahnya sakramen. 4. +enerimaan Sakramen Baptis haruslah disiapkan dengan semestinya. Karena itu, orang de"asa yang bermaksud menerima Sakramen Baptis hendaknya diterima dalam katekumenat dan se!auh mungkin dibimbing le"at berbagai tahap, menurut tata perayaan inisiasi yang telah disesuaikan oleh Kon5erensi +ara #skup. $rang tua dari anak%anak yang akan dibaptis, demikian pula mereka yang akan menerima tugas sebagai "ali baptis, hendaknya diberitahu dengan baik tentang makna sakramen ini dan tentang ke"a!iban% ke"a!iban yang melekat padanya. 0. ir yang harus digunakan dalam menerimakan Sakramen Baptis, di luar keadaan terpaksa, haruslah air yang sudah diberkati menurut ketentuan%ketentuan buku liturgi. 6. 7eskipun Sakramen Baptis dapat diterimakan pada hari apapun, namun dian!urkan agar pada umumnya diterimakan pada hari 7inggu atau !ika dapat pada malam +askah. 8. -iluar keadaan darurat, tempat yang biasa untuk baptis adalah gere!a atau ruang doa. +ada umumnya orang de"asa hendaknya dibaptis di gere!a parokinya sendiri, sedangkan kanak%kanak di gere!a paroki orang tuanya, kecuali bila alasan "a!ar mengan!urkan lain. ). 9ika calon baptis, karena !arak !auh atau keadaan lain, tidak dapat datang atau diba"a tanpa kesulitan besar ke gere!a paroki, pembaptisan dapat dan harus dilaksanakan di gere!a atau ruang doa lain yang lebih dekat, atau di tempat lain, yang layak. 3. Pe"a#an Sakramen Baptis (Kanon 861 86$!. 3. +elayan biasa dari Sakramen Baptis adalah #skup, ,mam dan -iakon. Bilamana pelayan biasa itu tidak ada atau terhalang, Sakramen Baptis dapat dilaksanakan oleh Katekis atau orang lain yang oleh $rdinaris :ilayah ditugaskan untuk itu, bahkan dalam keadaan darurat oleh siapapun yang mempunyai maksud yang semestinya. 7aka, para gembala !i"a%!i"a, terutama +astor +aroki, diharap memperhatikan agar umat beriman diberitahu tentang cara membaptis secara benar. 1. -i luar keadaan darurat, tak seorangpun boleh melayani Sakramen Baptis di "ilayah lain tanpa i.in yang semestinya.

7. Penerima Sakramen Baptis (Kanon 864 8&1! 3. 'ang dapat dibaptis hanyalah seseorang yang belum pernah dibaptis dan tidak terkena halangan untuk dibaptis. 1. Seorang de"asa hanya dapat dibaptis bila ia telah menyatakan keinginannya untuk menerima dibaptis, mendapat penga!aran yang cukup mengenai kebenaran%kebenaran iman dan ke"a!iban%ke"a!iban kristiani, dan telah teru!i dalam hidup kristiani melalui katekumenat. Sementara itu, orang de"asa yang berada dalam bahaya maut dapat dibaptis !ika ia memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kebenaran%kebenaran iman yang pokok, dan dengan salah satu cara pernah menyatakan kesediaannya untuk dibaptis serta ber!an!i bah"a ia akan mematuhi perintah%perintah gere!a. 4. $rang de"asa yang dibaptis, !ika tidak ada alasan berat yang merintanginya, hendaknya segera setelah dibaptis mengambil bagian dalam perayaan *karisti, !uga dengan menerima komuni. 0. +ara orang tua "a!ib mengusahakan agar anak mereka dibaptis dalam minggu%minggu pertama setelah kelahirannya. 7aka, segera sesudah kelahiran anaknya, orang tua hendaknya menghadap pastor paroki untuk memintakan Sakramen Baptis bagi anak mereka. Bila bayi itu berada dalam bahaya maut, hendaknya ia dibaptis tanpa menunda% nunda.

15

6.

gar seorang bayi boleh dibaptis, haruslah orang tuanya, sekurang%kurangnya satu dari mereka, atau seorang yang secara sah menggantikan orang tuanya, menyetu!ui pembaptisan itu. Selain itu, haruslah ada harapan bah"a anak itu akan dididik dalam agama Katolik. Bila harapan itu tidak ada, penerimaan Sakramen Baptis hendaknya ditunda menurut ketentuan hukum setempat. 8. 9ika diragukan apakah seseorang telah dibaptis, atau apakah baptisnya telah diberikan secara sah, dan setelah penyelidikan serius keraguan itu masih tetap ada, maka kepadanya boleh diterimakan Sakramen Baptis bersyarat. I. (a"i Baptis (Kanon 8&) 8&4!. 3. Saat dibaptis, penerima baptis sedapat mungkin hendaknya didampingi seorang :ali% Baptis, yang kemudian berke"a!iban mendampinginya men!adi de"asa dalam iman kristiani. 1. Sebagai :ali%Baptis hendaknya dipilih seorang pria, atau seorang "anita, atau seorang pria dan seorang "anita. 4. gar seorang dapat mengemban tugas sebagai :ali%Baptis, haruslah ia ditun!uk oleh penerima baptis sendiri, atau oleh orang tuanya, atau orang yang me"akili orang tuanya, sudah berumur genap enam belas tahun, telah menerima Sakramen +enguatan dan Komuni +ertama, lagi pula hidup sesuai dengan iman Katolik, dan ia bukanlah ayah atau ibu dari penerima baptis itu sendiri. ;. Pem*+ktian ,an Pen-atatan Baptis (Kanon 8&. 8&8!. 3. #ntuk membuktikan bah"a seseorang telah menerima Sakramen Baptis, cukuplah pernyataan dari seorang saksi yang dapat dipercaya atau, !ika orang itu dulu dibaptis pada usia de"asa, pengucapan sumpah dari orang yang dibaptis itu sendiri. 1. +astor +aroki dimana baptis dilaksanakan harus dengan teliti dan tanpa menunda%nunda mencatat nama orang yang dibaptis, dalam buku baptis. -i sana hendaknya dicatat !uga nama orangtuanya, "ali baptisnya, saksinya (!ika ada), tempat dan tanggal pembaptisannya, tanggal dan tempat kelahirannya. .ingkungan 1t. 2itus ' Sumber : 3. kitab (-euterokanonika), Lembaga lkitab ,ndonesia, 9akarta 3@@@; 1. Kitab Aukum Kanonik (<odeC ,uris <anonici), Sekretaris K:, $bor 3@@3; 4. Buku Keluarga Katolik 7emahami Aukum (ere!a, diterbitkan oleh Komisi +endampingan Keluarga Keuskupan gung Semarang, &ahun 1BB).

///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// KE=4AR3A KAT8=IK MEMA7AMI SAKRAMEN KRISMA 2 PEN34ATAN /////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////


Sakramen Krisma biasa disebut Sakramen +enguatan, adalah berasal dari bahasa 'unani yang artinya minyak pengurapan. Sakramen Krisma ini diterimakan setelah Sakramen Baptis, yang tu!uannya untuk memberikan daya kekuatan sepenuhnya kepada orang yang telah dibaptis. Sakramen ini menghadirkan =oh Kudus, yang menandai bah"a orang tersebut men!adi milik Kristus dan men!adi hamba Kristus. K. 3. Penerimaan Sakramen Pen0+atan (Kanon 8&9/881!. Sakramen +enguatan, yang dengannya orang yang telah dibaptis melan!utkan per!alanan inisiasi kristiani dan diperkaya dengan anugerah =oh Kudus serta dipersatukan secara lebih sempurna dengan gere!a, menguatkan dan semakin me"a!ibkannya untuk men!adi saksi Kristus, menyebarkan dan membela iman, dengan perkataan dan perbuatannya. 1. Sakramen +enguatan diberikan dengan pengurapan krisma pada dahi, yang hendaknya dilakukan dengan penumpangan tangan serta dengan kata%kata yang

16

diperintahkan dalam buku%buku liturgi yang telah disetu!ui. Krisma yang digunakan dalam Sakramen +enguatan haruslah dikonsekrasi oleh #skup. 4. Sepatutnya Sakramen +enguatan diterimakan dalam gedung gere!a dan dalam misa; tetapi atas alasan yang "a!ar dan masuk akal sakramen ini !uga dapat diterimakan di luar misa dan di tempat mana pun yang pantas. =. 3. Pe"a#an Sakramen Pen0+atan (Kanon 88)/888!. +elayan biasa dari Sakramen +enguatan adalah #skup. 2amun sakramen ini !uga dapat diberikan secara sah oleh ,mam, yang memiliki ke"enangan itu berdasarkan hukum (ere!a atau berdasarkan pemberian "e"enang khusus dari otoritas yang ber"enang. 1. #skup -iosesan "a!ib mengusahakan agar Sakramen +enguatan diberikan kepada ba"ahannya, yang meminta dengan baik dan masuk akal. 4. ,mam yang memiliki ke"enangan melayani Sakramen +enguatan dapat menerimakan sakramen ini secara layak di "ilayah yang ditentukan baginya kepada orang%orang luar, kecuali bila ada larangan dari $rdinaris mereka. -i "ilayah lain, tak seorang imam pun dapat secara sah menerimakan sakramen ini. M. 3. Penerima Sakramen Pen0+atan (Kanon 889/891!. 'ang dapat menerima Sakramen +enguatan hanyalah orang yang telah dibaptis dan belum pernah menerima Sakramen +enguatan. -i luar bahaya maut, seorang dapat menerima Sakramen +enguatan secara layak bila ia dapat menggunakan akal, telah dia!ar secukupnya, berdisposisi baik dan dapat membarui !an!i%!an!i baptis. 1. $rang yang beriman "a!ib menerima Sakramen +enguatan pada "aktunya. +ara orang tua dan para gembala, terutama pastor paroki, hendaknya mengusahakan agar umat beriman diberi penga!aran dengan baik dan pada "aktu yang tepat dapat menerima sakramen ini. 4. Sakramen +enguatan hendaknya diberikan kepada orang beriman pada sekitar usia dapat menggunakan akal, kecuali bila Kon5erensi +ara #skup telah menentukan usia lain, atau !ika ada bahaya maut atau, !ika menurut penilaian pelayan sakramen, ada alasan berat yang mengan!urkan lain.

N. 3.

(a"i Pen0+atan (Kanon 89)/89$!. +enerima Sakramen +enguatan hendaknya sedapat mungkin didampingi oleh seorang :ali%+enguatan, yang bertugas mengusahakan agar orang yang menerima sakramen ini bertindak sebagai saksi Kristus yang se!ati dan dengan setia memenuhi ke"a!iban%ke"a!ibannya sebagai seorang "arga gere!a yang de"asa. 1. gar seorang dapat mengemban tugas sebagai "ali%penguatan, haruslah dipenuhi syarat%syarat yang !uga harus dipenuhi oleh seorang "ali%baptis. 7aka dian!urkan agar orang yang dulu telah men!adi "ali%baptis dipilih lagi men!adi "ali% penguatan. (lihat Kanon /)0 di ba"ah ) 8. 3. Pem*+ktian ,an Pen-atatan Pen0+atan (Kanon 894/896!. #ntuk membuktikan bah"a Sakramen +enguatan telah diterimakan, cukuplah pernyataan dari seorang saksi yang dapat dipercaya atau !ika orang itu menerima penguatan pada usia de"asa, pengucapan sumpah olehnya sendiri. 1. +astor +aroki hendaknya mencatat hal%hal berikut : nama penerima sakramen, pelayan sakramen, nama orang tua dan "ali penguatan, tempat serta tanggal penerimaan sakramen.

17

S#arat se*a0ai :a"i *aptis ( kanon 8&4 ! 1 4. ditun!uk oleh penerima Baptis sendiri, atau oleh orang tuanya atau orang yang me"akili orang tuanya; 0. sudah berumur genap enam belas tahun; 6. telah menerima Sakramen Baptis dan Komuni +ertama; 8. hidup pribadi dan keluarganya sesuai dengan iman Katolik dan; ). ia bukanlah ayah atau ibu dari penerima baptis itu sendiri.

.ingkungan 1t. 2itus '


Sumber : 3. kitab (-euterokanonika), Lembaga lkitab ,ndonesia, 9akarta 3@@@; 1. Kitab Aukum Kanonik (<odeC ,uris <anonici), Sekretaris K:, $bor 3@@3; 4. Buku Keluarga Katolik 7emahami Aukum (ere!a, diterbitkan oleh Komisi +endampingan Keluarga Keuskupan gung Semarang, &ahun 1BB).

/////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////

KE=4AR3A KAT8=IK MEMA7AMI SAKRAMEN EKARISTI ///////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// *karisti berasal dari bahasa 'unani, yang artinya ucapan syukur, atau biasa dikenal dengan istilah +er!amuan &uhan > 7isa. Konsili ?atikan ,, menyebut *karisti sebagai sumber dan puncak seluruh hidup kristiani , yang mencapai puncaknya pada saat konsekrasi roti dan anggur men!adi tubuh dan darah Kristus dan berakhir dengan komuni. Berikut ini adalah beberapa ketentuan hukum gere!a Katolik tentang Sakramen *karisti yang perlu diketahui oleh umat Katolik : 8. Sakramen Ekaristi (Kanon 98&/899!. 18

@.

Sakramen *karisti merupakan sakramen yang terluhur. -i dalamnya Kristus sendiri dihadirkan, dikurbankan, dan disantap. +erayaan *karisti merupakan puncak seluruh ibadat dan kehidupan kristiani. 3B. #mat beriman hendaknya menaruh hormat yang sebesar%besarnya terhadap *karisti, dengan mengambil bagian akti5 dalam perayaan mahaluhur itu, menerima sakramen ini dengan penuh bakti dan kerap kali, serta menyembah su!ud setinggi%tingginya di hadapannya. 33. +erayaan *karisti hendaknya diatur sedemikan rupa sehingga semua yang mengambil bagian di dalamnya memetik hasil yang berlimpah darinya. 1). Pe"a#an Sakramen Ekaristi (Kanon 9 /911!. 8. +elayan, yang selaku pribadi Kristus dapat melaksanakan Sakramen *karisti hanyalah ,mam yang telah ditahbiskan secara sah. ). 9ika ada kekurangan ,mam, $rdinaris :ilayah dapat mengi.inkan para ,mam, atas alasan yang "a!ar, merayakan dua kali misa sehari, bahkan !ika kebutuhan pastoral menuntutnya, !uga tiga kali pada hari%hari 7inggu dan hari%hari raya. /. 9ika tiada alasan yang "a!ar dan masuk akal, imam !anganlah merayakan *karisti tanpa partisipasi umat, paling tidak partisipasi dari satu orang beriman. @. -alam perayaan *karisti, diakon dan a"am tidak boleh mengucapkan doa%doa, khususnya -oa Syukur gung. 3B. +elayan biasa komuni suci adalah #skup, ,mam, dan -iakon. +elayan luar%biasa komuni suci adalah akolit dan orang beriman lain yang ditugaskan. 1$. Penerimaan Sakramen Ekaristi (Kanon 91)/9)$!. 3B. Seorang anak dapat menerima komuni suci bila ia telah memiliki pemahaman yang cukup dan telah disiapkan dengan seksama, sedemikian sehingga ia dapat memahami makna komuni suci sesuai dengan daya tangkapnya dan mampu menyambut &ubuh &uhan itu dengan iman dan kekhidmatan. 2amun seorang anak yang berada dalam bahaya maut dapat diberi komuni suci bila ia dapat membedakan &ubuh Kristus dari makanan biasa serta menyambut komuni dengan hormat. 33. &erutama adalah tugas orang tua, atau mereka yang menggantikan kedudukan orang tua, serta para pastor paroki untuk mengusahakan agar anak%anak yang telah dapat menggunakan akal budi disiapkan dengan semestinya agar mereka pantas menerima komuni suci. Sebelum menerima komuni pertama, mereka harus lebih dahulu menerima sakramen tobat. 31. 9angan dii.inkan menerima komuni suci mereka yang terkena hukuman dari (ere!a, misalnya eks%komunikasi, maupun mereka yang membandel dalam dosa berat yang nyata. 34. $rang beriman yang sadar telah berdosa berat dan belum sempat menerima sakramen tobat !anganlah menerima komuni suci, kecuali bila ada alasan berat dan tidak ada kesempatan untuk mengaku dosa. -alam hal demikian ia "a!ib melakukan tobat yang sempurna dan membangun niat untuk mengakukan dosa sesegera mungkin. 30. $rang beriman yang telah menerima komuni suci dapat menerima lagi pada hari yang sama, asal komuni itu diterimanya dalam perayaan *karisti, bukan di luar perayaan *karisti. 36. Sangatlah dian!urkan agar umat beriman menerima komuni suci di dalam perayaan *karisti. 7eskipun demikian, mereka yang meminta komuni di luar misa hendaknya dilayani, asal ada alasan yang "a!ar dan ritus liturginya diindahkan. 19

38. $rang beriman yang akan menerima komuni suci hendaknya berpantang dari segala macam makanan dan minuman selama "aktu sekurang%kurangnya satu !am sebelum menerima komuni, terkecuali air dan obat%obatan. 2amun mereka yang lan!ut usia dan menderita sakit maupun mereka yang mera"at dapat menerima komuni meskipun dalam "aktu satu !am sebelumnya telah makan sesuatu. 3). $rang beriman yang berada dalam bahaya maut, yang timbul dari sebab apapun, hendaknya diperkuat dengan komuni suci sebagai *iaticum. 3/. +iaticum bagi orang sakit !angan terlalu ditunda%tunda. 7ereka yang beker!a dalam penggembalaan !i"a%!i"a hendaknya "aspada, agar orang%orang sakit dikuatkan dengan *iaticum sementara mereka masih sadar penuh. 14. Pera#aan Ekaristi (Kanon 9)4/9$$!. 6. +erayaan *karisti hendaknya dilaksanakan dalam bahasa Latin atau bahasa lain, asal teks liturginya sudah mendapat persetu!uan dari yang ber"enang. 8. +ara ,mam dan -iakon, dalam merayakan dan melayani *karisti, hendaknya mengenakan busana suci yang diperintahkan oleh aturan (ere!a. ). +erayaan *karisti hendaknya dilakukan di tempat suci, kecuali dalam kasus%kasus khusus pada saat kebutuhan menuntut lain. 2amun bagaimana pun *karisti haruslah dirayakan di tempat yang pantas. /. Kurban *karisti haruslah dilaksanakan di atas altar yang sudah dikuduskan atau diberkati. 2amun di luar tempat suci !uga dapat digunakan me!a yang cocok, yang harus selalu ditutup kain altar dan k#rp#ral. 1.. Stipen,i+m Misa (Kanon 94./9.8!. 6. Sesuai dengan kebiasaan, imam yang merayakan misa atau ikut konselebrasi misa boleh menerima stipendium, bila ia meng%aplikasikan misa itu untuk intensi atau u!ub tertentu. 2amun sangat dian!urkan agar para ,mam !uga merayakan untuk intensi umat beriman yang miskin tanpa menerima stipendium. 8. #mat beriman, dengan menghaturkan stipendium agar misa diaplikasikan bagi intensinya, membantu kese!ahteraan (ere!a dan dengan itu berpartisipasi dalam usaha (ere!a mendukung para pelayan dan karyanya. ). Aendaknya di!auhkan sama sekali segala kesan perdagangan atau !ual beli stipendium misa.

/.

+ertemuan para #skup se%propinsi (ere!a"i ber"enang menentukan, le"at dekrit, besarnya stipendium yang harus dipersembahkan untuk perayaan dan aplikasi misa, dan ,mam tidak boleh menuntut !umlah yang lebih besar, meskipun ia boleh menerima stipendium lebih besar, yang diberikan secara sukarela.
.ingkungan 1t. 2itus '

Sumber : 3. kitab (-euterokanonika), Lembaga lkitab ,ndonesia, 9akarta 3@@@; 1. Kitab Aukum Kanonik (<odeC ,uris <anonici), Sekretaris K:, $bor 3@@3; 4. Buku Keluarga Katolik 7emahami Aukum (ere!a, diterbitkan oleh Komisi +endampingan Keluarga Keuskupan gung Semarang, &ahun 1BB);

20

KE=4AR3A KAT8=IK MEMA7AMI SAKRAMEN T8BAT Sakramen &obat biasa disebut Sakramen +engakuan -osa atau Sakramen +erdamaian, adalah satu dari tu!uh sakramen yang diadakan oleh kristus demi pengampunan dosa yang telah dilakukan setelah dibaptis. Sakramen ini men!a"ab kebutuhan kita untuk mengakukan dosa, menerima pengampunan dari llah dan didamaikan dengan umat yang dirugikan oleh dosa%dosa kita. +engakuan dosa ini harus terus berlangsung seumur hidup, karena kerapuhan dan kelemahan kodrat kita sebagai manusia. #nsur perdamaian itu nampak dari kata% kata St. gustinus dan Aippo (460%04B) dalam bahasa Latin : !a, cum ecclesia, yang artinya yang mengampuni dosa adalah damai dengan (ere!a. 21

A. Penerimaan Sakramen To*at (Kanon 9.9/964!. i. -alam Sakramen &obat, orang beriman mengakukan dosa% dosanya kepada pelayan sakramen yang ber"enang, menyesalinya serta berniat memperbaiki diri, dan memperoleh pengampunan dari llah melalui absolusi yang diberikan oleh pelayan sakramen itu, sekaligus diperdamaikan kembali dengan (ere!a yang telah dilukainya dengan berdosa. ii. +engakuan pribadi dan utuh serta absolusi merupakan cara biasa satu%satunya, dengannya orang beriman yang bertobat dari dosa%dosa beratnya diperdamaikan kembali dengan llah dan (ere!a. Aanya ketidakmungkinan 5isik atau moral sa!a dapat membebaskan seseorang dari pengakuan semacam itu. iii. 7engenai tempat pengakuan, hendaknya dibuat pedoman oleh Kon5erensi +ara #skup. 9angan menerima pengakuan dosa di luar tempat pengakuan, kecuali atas alasan yang "a!ar. B. Pe"a#an Sakramen To*at (Kanon 96./986!. 8. Aanyalah ,mam yang dapat diberi "e"enang untuk melayani Sakramen &obat. ). Ke"enangan menerimakan Sakramen &obat secara tetap hendaknya diberikan secara tertulis. /. 7eskipun demikian, imam manapun, meskipun sebenarnya tidak memiliki ke"enangan menerimakan Sakramen &obat, dapat memberi absolusi kepada peniten mana pun yang berada dalam bahaya maut. @. =ahasia pengakuan dosa tidak dapat diganggu gugat. Karena itu sama sekali tidak dibenarkan bah"a bapa pengakuan dengan kata%kata atau dengan cara lain membocorkan dosa peniten, sekecil apapun dosa itu. 9uga terikat ke"a!iban untuk menyimpan rahasia itu : semua orang lain, yang dengan cara apa pun memperoleh pengetahuan mengenai dosa%dosa peniten, dari pengakuan itu. 3B. Bapa pengakuan sama sekali tidak boleh dan tidak layak menggunakan pengetahuan apa pun, yang didapatnya dari pengakuan dosa. %. Penerimaan Sakramen To*at (kanon 9&8/991!. 8. ,mam dalam mendengarkan pengakuan dosa hendaknya ia bertindak sebagai hakim dan tabib, pelayan keadilan dan !uga berbalas kasih demi kehormatan llah dan keselamatan !i"a%!i"a. ). $rang beriman haruslah menyesali dosa%dosanya dan berniat memperbaiki diri, lalu kembali kepada llah, agar ia dapat menerima bantuan%bantuan rohani%2ya, yang memba"anya kepada keselamatan. /. $rang beriman "a!ib mengakukan semua dosa beratnya, menurut !enis dan !umlahnya, yang telah dilakukan setelah baptis dan belum pernah mendapat pengampunan. @. Setiap orang beriman, sesudah mencapai usia dapat membuat diskresi, "a!ib dengan setia mengakukan dosa%dosa beratnya, sekurang%kurangnya sekali setahun. 3B. &ak seorangpun dilarang mengaku dosa le"at pener!emah, asal menghindari penyalahgunaan dan sandungan. '. In,+"0ensi (Kanon 99)/99&!. 6. ,ndulgensi adalah pengampunan di hadapan llah hukuman%hukuman sementara atas dosa%dosa yang sudah diampuni. ,ndulgensi itu dapat diterimakan kepada orang beriman yang berdisposisi baik dan memenuhi persyaratan yang digariskan dan dirumuskan (ere!a. ,ndulgensi itu diperoleh dengan pertolongan (ere!a. 22

8. ,ndulgensi dapat bersi5at sebagian. ,ndulgensi !uga dapat bersi5at penuh. Aal itu berarti : membebaskan sebagian atau semua hukuman sementara yang diakibatkan oleh dosa%dosa, meskipun dosa%dosa itu sudah diampuni. ). Setiap orang beriman dapat memohon indulgensi, sebagian atau penuh, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang%orang yang telah meninggal. /. gar dapat memperoleh indulgensi, seseorang haruslah sudah dibaptis, tidak terkena hukuman eks%komunikasi, dan dalam keadaan ber%rahmat. 'a9tar isti"a6/isti"a6 1
Absolusi ( Latin : melepaskan ) : +erkataan>pernyataan pengampunan atas dosa%dosa pribadi kepada orang yang bertobat dengan perantaraan Kristus. Diskresi : meneliti bathin dan kemudian menegaskan bah-a dirinya telah berd#sa. Dosa : setiap pikiran, kata atau perbuatan yang dengan sadar dan bebas tidak taat kepada kehendak dan kebaikan llah. -osa dapat merusak dan memutuskan hubungan dengan llah dan sesama. Ekskomunikasi (Latin : pengucilan dari persekutuan) : Larangan untuk menerima sakramen% sakramen dan untuk melakukan hak%hak penuh seseorang dalam (ere!a yang dinyatakan oleh pengadilan atau pe!abat gere!a"i. Indulgensi : penghapusan dari hukuman sementara yang disebabkan oleh dosa%dosa, dan disesali serta diampuni. Penitensi : denda yang "a!ib dilaksanakan pengaku dosa yang telah di!atuhkan kepadanya setelah mengakukan dosanya secara pribadi di hadapan pe!abat gere!a (#skup>,mam). Sakramen Tobat : pengakuan dosa secara pribadi kepada pe!abat gere!a (#skup>,mam) yang mempunyai kuasa untuk menerima pengakuan dosa dan dan mengampuni dosa%dosa itu. ( .ihat
/#h. %0&'()%0 )

Tobat : &indakan berbalik dari dosa dan mengarahkan diri kepada llah. &obat ini memulihkan kembali keutuhan pribadi dan komunitas Kristiani yang disebabkan oleh dosa%dosa. 1yarat agar dapat menerima 1akramen 2#bat & 3. sudah dibaptis; 1. rasa sesal se!ati atas dosanya; 4. pengakuan atas dosa%dosanya secara pribadi kepada pe!abat gere!a (#skup>,mam); 0. kehendak tulus untuk tidak berdosa lagi; 6. men!auhi semua kesempatan dosa; 8. kesediaan untuk men!alankan denda yang diberikan oleh ,mam.

23

.ingkungan 1t. 2itus '


Sumber : 3. Akitab (Deuterokanonika), Lembaga lkitab ,ndonesia, 9akarta 3@@@; 1. Kitab Hukum Kanonik (<odeC ,uris <anonici), Sekretaris K:, $bor 3@@3; 4. Keluarga Katolik Memahami Hukum ere!a", diterbitkan oleh Komisi +endampingan Keluarga Keuskupan Semarang, &ahun 1BB).

gung

SAKRAMEN PEN34RAPAN 8RAN3 SAKIT

Sakramen +engurapan $rang Sakit dulu disebut Sakramen 7inyak Suci. Sakramen ini meru!uk pada pelayanan kepada orang sakit dan mengungkapkan kesetiaka"anan (ereka terhadap orang sakit atau orang yang menghadapi a!al (.ihat /ak. 3&'4)'4). -isamping itu Sakramen ini memohon kesembuhan rohani dan !asmani kepada llah agar dipersatukan dengan sengsara dan "a5at Kristus di salib. -alam Sakramen ini, si sakit diurapi>diolesi pada dahi dan tangan dengan minyak .aitun yang sudah diberkati disertai kata%kata : -engan pengurapan suci ini, semoga &uhan dalam kasih%2ya dan belas kasihan%2ya membantu engkau dengan rahmat =oh Kudus. Semoga &uhan yang membebaskan engkau dari dosa, menyelamatkanmu dan membangkitkan kamu. 24

'. Penerimaan Sakramen Pen0+rapan (Kanon 998/1 )!. 6. -engan Sakramen +engurapan $rang Sakit, (ere!a Katolik menyerahkan kepada &uhan seorang beriman yang sedang menderita sakit berbahaya, agar beliau meringankan dan menyelamatkannya. Sakramen itu diterimakan dengan menurapkan minyak, sambil mengucapkan kata%kata yang ditetapkan dalam buku%buku liturgi; 8. 7inyak yang dipergunakan dalam Sakramen +engurapan $rang Sakit adalah minyak yang sudah diberkati oleh #skup, atau oleh mereka yang dalam hukum disamakan dengan #skup -iosesan, atau dalam keadaan terpaksa oleh imam manapun, tetapi diberkati dalam perayaan sakramen itu sendiri; ). -alam keadaan terpaksa, cukuplah satu pengurapan pada dahi atau !uga pada bagian lain dari tubuh, dengan mengucapkan rumus secara utuh; /. +erayaan bersama pengurapan orang%orang sakit, yakni untuk beberapa orang sakit secara bersama%sama, yang telah dipersiapkan dan berdisposisi baik, dapat dilakukan menurut ketentuan%ketentuan #skup -iosesan. E. Pe"a#anan Sakramen Pen0+rapan ( Kanon 1 $ !. 3. 'ang dapat menerimakan Sakramen +engurapan $rang Sakit hanyalah seorang ,mam; 1. Ke"a!iban dan hak melayani sakramen ini, dalam keadaan biasa, hanyalah dimiliki oleh para imam yang ditugaskan untuk menggembalakan !i"a%!i"a, misalnya di +aroki atau tempat lain, bagi umat yang dipercayakan kepada mereka untuk mereka layani secara pastoral. 4. 2amun, atas alasan yang masuk akal, para imam lain dapat !uga melayani sakramen ini sekurang%kurangnya dengan mengandaikan adanya i.in dari para imam yang punya "e"enang pastoral tersebut. Ketentuan ini terutama berlaku saat ada seorang Katolik yang berada dalam bahaya maut. 0. 7aka setiap imam boleh memba"a minyak yang sudah diberkati, agar dalam keadaan mendesak dapat menerimakan Sakramen +engurapan $rang Sakit.

5. Penerima Sakramen Pen0+rapan (Kanon 1 4/1 &!. 3. Sakramen +engurapan $rang Sakit dapat diberikan kepada orang beriman yang telah dapat menggunakan akal budi, yang mulai dalam bahaya, karena sakit atau karena usia lan!ut. Sakramen ini dapat diberikan lagi kepadanya, bila ia, setelah sembuh, !atuh sakit berat lagi, atau !ika keadaannya semakin ga"at; 1. -alam keraguan apakah ia sakit sudah dapat menggunakan akal budi, atau apakah sakitnya membahayakan, atau apakah ia sudah mati, hendaknya sakramen ini diberikan; 4. Kepada orang%orang sakit, yang se"aktu masih sadar diri meminta sakramen ini, sekurang%kurangnya secara implisit, hendaknya Sakramen +engurapan $rang Sakit ini diberikan; 0. Sakramen +engurapan $rang Sakit !anganlah diberikan kepada mereka yang membandel dalam dosa berat yang nyata.

25

Sumber : 0. Akitab (Deuterokanonika), Lembaga lkitab ,ndonesia, 9akarta 3@@@; 6. Kitab Hukum Kanonik (<odeC ,uris <anonici), Sekretaris K:, $bor 3@@3; 8. Keluarga Katolik Memahami Hukum ere!a", diterbitkan oleh Komisi +endampingan Keluarga Keuskupan Semarang, &ahun 1BB).

gung

SAKRAMEN TA7BISAN

Sakramen ini !uga disebut dengan Sakramen ,mamat, yang memberikan meterai kekal pada seseorang untuk ikut serta dalam pelayanan imamat Kristus dengan memimpin ibadah, memerintah dan menga!ar sebagai #skup, ,mam atau -iakon. 7ereka men!adi serupa seperti Kristus sebagai ,mam, ra!a dan guru. Sakramen ini mempunyai ciri khas tak terhapuskan dan tak dapat diulang serta memberikan rahmat "#h Kudus. '. Penerimaan Sakramen Ta6*isan (Kanon 1 8/1 )$!. 0. -engan Sakramen &ahbisan, se!umlah orang dari kaum beriman diangkat men!adi pelayan%pelayan suci, dikuduskan dan ditugaskan untuk 26

menggembalakan umat llah, masing%masing menurut tingkatannya, dengan melaksanakan tugas%tugas menga!ar, menguduskan dan memimpin umat. 6. &ahbisan%tahbisan itu adalah tahbisan -iakon, tahbisan ,mam, dan tahbisan #skup. &ahbisan%tahbisan itu diberikan dengan penumpangan tangan dan doa tahbisan, seperti ditetapkan dalam buku%buku liturgi untuk masing%masing tingkat. 8. +ada penahbisan itu haruslah diundang para diakon, imam dan umat beriman, agar perayaan itu dihadiri oleh sebanyak mungkin orang. E. Pe"a#an Sakramen Ta6*isan (Kanon 1 1)/1 )$!. 0. +elayan Sakramen &ahbisan adalah #skup. Setiap ,mam dan -iakon hendaknya ditahbiskan oleh #skupnya sendiri. 6. &iada seorang #skup pun boleh menahbiskan seseorang men!adi #skup sebelum ia mendapat mandat dari +aus. 8. -i luar "ilayah ke"enangannya, seorang #skup hanya dapat menahbiskan ,mam setelah ada i.in dari #skup -iosesan setempat. 5. Penerima Sakramen Ta6*isan (Kanon 1 )4/1 $9!. 4. Aanya pria yang telah dibaptis dapat menerima tahbisan suci secara sah. gar tahbisan suci layak diberikan, perlulah bah"a penerima tahbisan memiliki kualitas%kualitas yang semestinya. Aendak ditolak untuk menerima Sakramen &ahbisan mereka yang mengidap kelainan. 7isalnya gila, atau terkena suatu halangan, misalnya punya isteri. 0. Sakramen &ahbisan imam !angan diberikan kecuali kepada mereka yang telah mencapai umur genap dua puluh lima tahun dan cukup matang.

Sumber : ). Akitab (Deuterokanonika), Lembaga lkitab ,ndonesia, 9akarta 3@@@; /. Kitab Hukum Kanonik (<odeC ,uris <anonici), Sekretaris K:, $bor 3@@3; @. Keluarga Katolik Memahami Hukum ere!a", diterbitkan oleh Komisi +endampingan Keluarga Keuskupan Semarang, &ahun 1BB).

gung

SAKRAMEN PERKA(INAN

+erka"inan Katolik adalah suatu per!an!ian yang berlaku seumur hidup antara seorang pria dengan "anita dimana mereka ber!an!i untuk saling mengikatkan diri mereka untuk saling membantu dan saling membahagiakan serta melahirkan dan mendidik anak. +er!an!ian seumur hidup ini dalam Kitab Suci dinyatakan bah"a pria dan "anita diciptakan untuk menguasai dunia, melahirkan anak%anak, dan saling melengkapi ( Kej. '&%7)%88 %&'8)%3). Kedua mempelai sendiri adalah adalah pelayan%pelayan sakramen, sedangkan ,mam atau -iakon adalah bertindak sebagai saksi resmi. ,katan ini tidak dapat diputuskan selama kedua partner hidup masih hidup. Si5at hakiki perka"inan Katolik adalah m#n#gam dan tak terceraikan, monogam berarti satu isteri atau satu suami, tak terceraikan artinya apa yang telah dipersatukan llah tidak dapat diceraikan oleh manusia. (.ihat $at. '(&4). 27

A. Ketent+an 4m+m (Kanon 1 ../1 6)!. 6. +erka"inan antar dua orang yang tidak Katolik diakui oleh (ere!a Katolik sebagai perka"inan yang sah bila : a. Kedua mempelai tidak terkena halangan kodrati; b. Kesepakatan nikah kedua mempelai tidak cacat; c. Kedua mempelai menikah di depan dua orang saksi dan seorang pe!abat publik yang ber"enang menikahkan mereka. 8. +erka"inan orang Katolik diakui oleh (ere!a Katolik sebagai perka"inan yang sah bila : a. Kedua mempelai tidak terkena halangan kodrati maupun halangan gere!ani; b. Kesepakatan nikah kedua mempelai tidak cacat; c. Kedua mempelai menikah di depan dua orang saksi dan seorang -iakon>,mam>#skup, yang ber"enang menikahkan mereka. ). Suatu perka"inan diakui sebagai sebuah sakramen bila kedua mempelai sudah dibaptis secara sah dan perka"inan mereka !uga sah; /. Aanyalah &ribunal (ere!ani berhak menegaskan secara resmi bah"a sebuah perka"inan adalah tidak sah. B. Persiapan Perka:inan (Kanon 1 6$/1 &)!. 4. Sebelum dinikahkan, calon suami%isteri harus diselidiki secara cermat, apakah keduanya memang dapat menikah secara sah dan pantas; 0. +enyelidikan itu dilaksanakan oleh +astor +aroki (dengan mengadakan penyelidikan kanonik) maupun oleh seluruh umat paroki (dengan menanggapi pengumuman nikah). %. 7a"an0an Perka:inan (Kanon 1 &$/1 8)!. 4. 'ang dimaksud dengan halangan%halangan perka"inan ialah hal%hal yang menyebabkan orang tidak dapat menikah secara sah; 0. Beberapa halangan bersi5at kodrati. Beberapa halangan bersi5at (ere!ani.

'. 'ispensasi ,ari 7a"an0an (Kanon 1 8$/1 94!. 0. Aalangan%halangan berikut bersi5at kodrati, berlaku untuk semua orang dan tidak dapat di%dispensasi oleh siapapun : a. ,mpotensi se!ak menikah, yang tak tersembuhkan; b. Aubungan saudara kandung antara calon suami%isteri; c. ,katan perka"inan sah dari perka"inan sebelumnya, yang belum diputus oleh pimpinan (ere!a Katolik. 6. Aalangan%halangan berikut ini hanya berlaku bagi orang Katolik dan hanya dapat di%dispensasi oleh &ahta Suci di =oma : a. tahbisan suci sebagai diakon>imam>uskup; b. kaul kekal dalam tarekat tingkat kepausan; c. pembunuhan suami>isteri agar dapat menikah (lagi). 8. Aalangan%halangan berikut ini berlaku bagi orang Katolik dan dapat di% dispensasi oleh #skup>?ik!en>?ikep : a. usia terlalu muda : pemuda belum 38 tahun, pemudia belum berusia 30 tahun; b. beda agama : satu calon suami%isteri !elas belum pernah dibaptis secara sah; c. hubungan antara penculik dan orang yang diculiknya untuk dinikahi; 28

d. hubungan saudara dekat : hubungan sebagai kemenakan, atau saudara sepupu, atau saudara semenda; e. hubungan antara seseorang dengan anak>bapak>ibu dari teman kumpul kebonya. E. Kesepakatan Nika6 (Kanon 1 9./11 &!. 0. Kesepakatan dinilai cacat, dan karenanya membuat sebuah perka"inan tidak sah, bila : a. salah satu kedua mempelai tidak mampu menggunakan akal budi secukupnya atau tidak mampu memenuhi ke"a!iban%ke"a!iban yang hakiki sebagai suami>isteri; b. mempelai digantikan orang lain, bukan orang yang disepakati men!adi suami>isteri; c. mempelai ditipu supaya mau menikah; d. mempelai dipaksa oleh orang lain untuk menikah. 6. 7empelai dapat di"akili, asal sudah dipenuhi syarat%syarat yang ditentukan oleh (ere!a untuk dapat menikah le"at "akilnya. 8. +erka"inan dapat dilangsungkan le"at pener!emah. &etapi pastor paroki !angan meneguhkan perka"inan itu sebelum ia merasa pasti bah"a pener!emah tersebut dapat dipercaya. 5. Tata Pene0+6an Nika6 (Kanon 11 8/11)$!. 0. +ada prinsipnya seorang Katolik harus menikah di depan pastor parokinya sendiri (atau diakon>imam lain yang mendapat surat kuasa dari pastor parokinya) dan dua saksi (yang sudah de"asa, sehat, dan sedapat mungkin Katolik). 6. Sebelum menikahkan, diakon>imam>uskup harus lebih dahulu mengadakan penyelidikan kanonik dan pengumuman nikah, untuk mengetahui benar%benar, bah"a kedua mempelai dapat menikah dengan sah dan pantas. 8. +ada prinsipnya seorang Katolik harus menikah di gere!a parokinya sendiri, kecuali bila ia telah mendapat i.in untuk menikah di gere!a paroki lain, setelah ada i.in dari para pastor dari kedua paroki. 3. Perka:inan %amp+r (Kanon 11)4/11)9!. 8. +erka"inan antara seorang Katolik dan seorang Kristen%bukan Katolik (yang telah dibaptis secara sah) disebut perka"inan campur beda gere!a. ). +erka"inan antara seorang Katolik dan seorang bukan%Kristen (yang belum pernah dibaptis secara sah) disebut perka"inan campur beda agama. /. +erka"inan campur hanyalah sah bila dilaksanakan di depan seorang diakon>imam>#skup yang ber"enang dan dua saksi. @. -i luar pernikahan di depan seorang diakon>imam>#skup dan dua saksi tersebut tidak boleh dilaksanakan dengan tata cara agama lain. 3B. ,.in>dispensasi untuk perka"inan campur barulah diberikan setelah calon mempelai Katolik men!an!ikan dua hal, yakni : akan tetap beriman Katolik dan akan berusaha sekuat tenaga untuk membaptis dan mendidik semua anaknya secara Katolik. 9an!i tersebut harus diketahui oleh calon mempelai bukan% Katolik. 7. Perka:inan Ra6asia (Kanon 11$ /11$$!.

29

0. 'ang dimaksud dengan perka"inan rahasia ialah perka"inan yang hanya diketahui oleh kedua mempelai, kedua saksi, dan diakon>pastor>#skup yang memberkati perka"inan itu. 6. ,.in semacam itu hendaknya hanya diberikan bila ada alasan berat, yang menuntut dirahasiakannya perka"inan tersebut. 8. +erka"inan rahasia yang sudah diteguhkan hendaknya dicatat hanya dalam buku catatan khusus, yang disimpan dalam arsip rahasia keuskupan. I. Aki*at/Aki*at Perka:inan (Kanon 11$4/114 !. +. -ari perka"inan yang sah timbullah suatu ikatan perka"inan yang bersi5at monogam dan tak%terceraikan. -an bila kedua mempelai sudah dibaptis secara sah, pernikahan yang sah !uga menimbulkan sakramen perka"inan. D. Seorang anak dianggap sah bila ia dikandung saat ibunya mempunyai suami yang sah. Seorang anak !uga dianggap sah bila saat dilahirkan ibunya mempunyai suami yang sah. ;. Pem+t+san Ikatan Nika6 (Kanon 1141/11. !. 8. ,katan perka"inan sah antara dua orang terbaptis, yang sudah disempurnakan dengan hubungan seks, tidaklah dapat diputus oleh siapa pun dan atas alasan apa pun, kecuali oleh kematian salah satu dari suami%isteri tersebut. ). ,katan perka"inan sah antara dua orang terbaptis, yang belum disempurnakan dengan hubungan seks , hanya dapat diputus oleh &ahta Suci di =oma; /. ,katan perka"inan sah antara seorang Katolik dan seorang yang belum terbaptis, yang telah menikah secara Katolik, hanya dapat diputus oleh &ahta Suci di =oma. @. ,katan perka"inan sah antara dua orang tak%terbaptis terputus dengan sendirinya oleh suatu perka"inan baru dari salah satu dari mereka berdua, yang kemudian dibaptis, berdasarkan pri*ilegium !aulinum. 3B. Seorang pria yang punya beberapa isteri barulah boleh dibaptis setelah ia ber!an!i untuk hidup hanya dengan satu isteri sa!a, entah isteri pertama entah isteri yang lain, dan meninggalkan isteri%isteri yang lain.

K. Pisa6 Ran<an0 (Kanon 11.1/11..!. ). $rang Katolik diharap mengampuni suami>isterinya yang ber.inah dan tetap hidup bersamanya. :alaupun demikian, kalau ia tidak dapat mengampuninya, ia dapat memisahkan diri darinya, kecuali kalau ia menyetu!ui>menyebabkan per.inahan itu, atau bahkan ia sendiri pun ber.inah. /. Kalau ia memisahkan diri dari suami>isteri yang ber.inah, maka dalam "aktu enam bulan ia harus meminta persetu!uan #skup atas tindakannya, agar ia tetap boleh pisah ran!ang dan me!a makan dari suami>isterinya yang ber.inah itu. @. Kalau ia tidak memisahkan diri dari suami>isteri yang ber.inah, maka diandaikan bah"a ia telah mengampuninya. 3B. +isah ran!ang dan me!a makan dapat ter!adi !uga karena hidup%bersama dirasa terlalu berat, asal sudah ada i.in dari #skup setempat. 33. +isah ran!ang dan me!a makan dapat ter!adi !uga bila hidup bersama membahayakan salah satu dari mereka. Kalau bahaya tersebut mendesak, 30

pihak tak%bersalah dapat segera memisahkan diri dari suami>isterinya yang membahayakan hidupnya. Kalau bahaya tersebut tidak mendesak, ia harus lebih dahulu meminta persetu!uan #skup. 31. Selama pisah ran!ang dan me!a makan berlangsung, penghidupan dan pendidikan anak%anak haruslah tetap diperhatikan dengan baik. =. Pen0esa6an Perka:inan (Kanon 11.6/116.!. 0. +erka"inan yang menurut hukum (ere!a Katolik belum sah sebaiknya disahkan dengan pembaharuan kesepakatan nikah, di depan dua orang saksi dan seorang diakon>imam>#skup yang ber"enang menikahkan mereka, setelah pasti bah"a mereka berdua dapat menikah secara sah dan pantas. 6. +erka"inan yang belum sah !uga dapat disahkan tanpa pembaharuan kesepakatan nikah. +engesahan semacam itu hanyalah dapat dilakukan oleh #skup. 8. +erka"inan yang menurut hukum (ere!a Katolik !elas%!elas tidak sah dapat dibatalkan (artinya : dinyatakan tidak sah). 2amun yang berhak membatalkan secara resmi hanyalah &ribunal (ere!a, setelah terbukti bah"a perka"inan tersebut memang tidak sah se!ak saat pernikahan.

.ingkungan 1t. 2itus '


Sumber : 3B. Akitab (Deuterokanonika), Lembaga lkitab ,ndonesia, 9akarta 3@@@; 33. Kitab Hukum Kanonik (<odeC ,uris <anonici), Sekretaris K:, $bor 3@@3; 31. Keluarga Katolik Memahami Hukum ere!a", diterbitkan oleh Komisi +endampingan Keluarga Keuskupan Semarang, &ahun 1BB).

gung

31

Anda mungkin juga menyukai