Anda di halaman 1dari 21

OLEH Ika Isaura Septyanti Suciyati Madeali Yulham Sidar Effan Cahyati Ida Meyda E.

Ismail Hasan Hikmah Titi Fitriy Aprilyanty Rizkie Anugerah P. Yandy Efrianna R.

260112110561 260112110563 260112110565 260112110567 260112110569 260112110571 260112110573 260112110575 260112110577 260112110579

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik (SBP) lebih tinggi dari sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP) lebih tinggi dari sama dengan 90 mmHg.

Pembagian hipertensi diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan etiologi 2. Berdasarkan tekanan darah 3. Berdasarkan akibat klinikopatologis

Hipertensi esensial atau hipertensi primer


Hipertensi sekunder atau hipertensi renal

Hipertensi berdasarkan tingginya tekanan darah menurut JNC (Joint Nasional Committee) VII tahun 2003
Kategori
1. Normal 2. Pre hipertensi 3. Hipertensi tingkat 1 4. Hipertensi tingkat 2

TDS (mmHg)
<120 120-139 140-159 160

TDD (mmHg)
<80 80-89 90-99 >100

Hipertensi Benigna Hipertensi Maligna Hipertensi Pulmonaris

Patofisiologi
a. b. c. d.

Mekanisme Humoral Pengaturan Neuronal Elektrolit dan Zat Kimia Lain Mekanisme Endotelial Vaskuler

Sebagian besar manifestasi klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun, dan berupa : Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranium Penglihatan kabur akibat kerusakan retina karena hipertensi Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg Sukar tidur Lemah dan lelah Muka pucat Suhu tubuh rendah. Rasa berat ditengkuk

1. Faktor Resiko Mayor Hipertensi Merokok Obesitas (Body Mass Index 30) Immobilitas Dislipidemia Diabetes mellitus Mikroalbuminuria atau perkiraan Glomerular Filtration Rate <60 ml/min Umur (>55 tahun untuk lakilaki, >65 tahun untuk perempuan) Riwayat keluarga untuk penyakit kardiovaskular prematur (laki-laki < 55 tahun atau perempuan < 65 tahun)

.2. Kerusakan Organ Target Jantung : Left ventricular hypertrophy Angina atau sudah pernah infark miokard Sudah pernah revaskularisasi koroner Gagal jantung Otak : Stroke atau Transient Ischemic Attack Penyakit ginjal kronis Penyakit arteri perifer Retinopathy

Diagnosis hipertensi menggunakan tiga metode klasik yaitu a. Pencatatan riwayat penyakit (anamnesis) b. Pemeriksaan fisik (sphygomanometer) c. Pemeriksaan laboraturium (data darah,urin,kreatinin serum,kolesterol).

Mengurangi resiko merupakan tujuan utama terapi hipertensi, dan pilihan terapi obat dipengaruhi secara bermakna oleh bukti yang menunjukkan pengurangan resiko.

1.

Terapi non farmakologi Penurunan Berat Badan Jika terdapat kelebihan berat badan Penghentian atau pembatasan konsumsi alkohol Mengurangi Asupan Garam Melakukan diet makanan Melakukan Aktivitas fisik Penghentian Merokok Menghindari Stress

2. Terapi farmakologi Melakukan pengukuran tensi tekanan darah terlebih dahulu agar
diketahui (Tekanan Darah Sistolik) TDS dan (Tekanan Darah Diastolik) TDD sehingga dapat dilakukan diagnosis untuk tindakan terapi yang tepat. Untuk penderita hipertensi tahap 1 umumnya diawali dengan pemberian obat diuretik thiazide. Contoh diuretik thiazide yang dapat dipertimbangkan ; Angiotensin-Converting Enzyme (ACE), Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), dan Calcium Channel Blocker (CCB) Penderita hipertensi tahap 2 pada umumnya diberikan terapi kombinasi, salah satu obatnya diuretik thiazide kecuali terdapat kontraindikasi. Contoh kombinasi 2 obat diuretik thiazide yang dapat dipertimbangkan ; Angiotensin-Converting Enzyme (ACE), Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), dan Calcium Channel Blocker (CCB) atau kombinasi lainnya. Blocker, 2-agonis sentral, inhibitor adrenergic, dan vasodilator merupakan alternative yang dapat digunakan penderita setelah mendapatkan obat pilihan pertama.

1.

Seorang wanita RM berusia 76 th didiagnosa diabetes dan hipertensi. Tekanan darahnya, sistolik 140 200 mmHg dan diatole 70-104 mmHg. Body mass index (BMI) 32. Obat yang dia minum sbb: metoprolol XL 50 mg dua kali sehari triamterene 37.5 mg/ HCTZ 25 mg satu kali sehari furosemide 40 mg satu kali sehari olmesarten 20 mg setiap mau tidur metformin 1 g dua kali sehari clonidine 0.2 mg empat kali sehari dan jika dibutuhkan aspirin 81 mg satu kali sehari clopidogrel 75 mg satu kali sehari ezetimibe 10 mg/simvastatin 40 mg satu kali sehari Walaupun minum obat2an tersebut , tekanan darahnya tetap eningkat Kadar gula darah sewaktu setelah diukur; antara 130 dan 186 mg/dl. Dia mengeluh sering merasa pusing.

Pertanyaan: 1. Jelaskan rasionalitas pengobatan pada pasien tersebut ! 2. Bagaimana farmakoterapi untuk pasien tersebut ? 3. Informasi apa saja yang diberikan pada pasien ?

Penanganan
Anamnese : Tekanan darah : masuk ke dalam kategori hipertensi Normal : Sistole 110 130 mmHg Diastole 70 100 mmHg Berat Badan : masuk ke dalam kategori obesitas Normal BMI : < 25 Standar kadar gula darah : Sewaktu : 100 200 mg/dL Puasa : 70 120 Obat obatan : Metoprolol : untuk obat hipertensi golongan bloker Triamterene : obat hipertensi HCTZ : obat hipertensi Furosemide : untuk obat diuretika Olmesarten : obat hipertensi gol Aniotensin II receptor blocker Metformin : obat diabetes (berupa hormon) Clonidine : antihiperttensi Aspirin : analgetika Clopidogrel : antihipertensi Ezetimibe : penghambat absorbsi kolesterol Simvastatin : menurunkan kadar LDL dan kolesterol total dalam darah

Terapi non farmakologi harus tetap dilakukan yaitu : 1. Mengonsumsi makanan dengan kadar karbohidrat rendah (menurunkan kadar gula dalam darah) 2. Mengonsumsi makanan dengan kadar garam rendah (menurunkan kadar Na dalam darah) 3. Tidak mengkonsumsi alkohol 4. Tidak mengkonsumsi rokok 5. Olahraga yang cukup 6. Jaga Emosi (Jangan stress)

2. L.N.

adalah seorang wanita 49 tahun berkulit putih dengan riwayat diabetes tipe 2, obesitas, hipertensi, dan migrain. Pasien didiagnosis diabetes tipe 2 sejak 9 tahun yang lalu ketika mulai merasakan gejala poliuria dan polidipsia ringan. Berat badan L.N. berubah-ubah antara 165 hingga 185 pon. Pengobatan awal untuk penyakit diabetesnya terdiri dari sulfonilurea oral dengan penambahan metformin. Melalui pengujian, diketahui bahwa HbA1c L.N. sebesar 7,4%. L.N. didiagnosis hipertensi 5 tahun yang lalu ketika tekanan darahnya diukur, berada pada kisaran 160/90 mmHg. L.N. awalnya diobati dengan lisinopril, mulai dari 10 mg perhari dan meningkat menjadi 20 mg perhari, namun tekanan darahnya tidak pernah stabil berada pada keadaan yang normal. Satu tahun yang lalu, L.N. terdeteksi menderita mikroalbuminuria dengan kadar mikroalbumin sebesar 1.943 mg/dl urin. Hari ini L.N. datang ke rumah sakit untuk memeriksakan penyakitnya. Pemeriksaan fisik menunjukkan tekanan darah L.N sebesar 154/86 mmHg dengan denyut nadi 78 bpm.

Terapi Farmakologi Obat yang dipilih untuk jenis ARB adalah irbesartan yang dikombinasikan dengan diuretika thiazide (chortalidone )

Terapi Nonfarmakologi

Olahraga secara teratur Pengaturan pola makan Operasi bariatrik (jika perlu)

Anda mungkin juga menyukai