Anda di halaman 1dari 12

SATU-SATUNYA JALAN UNTUK MENCAPAI TUHAN

oleh Ida Waisnawa Pandita Damodara Pandit Dasa Praya, 9 Juni 2012 Om svastyastu. Setiap hari kita terkena debu dari lingkungan kita, demikian juga debu dosa terus beterbangan menerpa pikiran kita,masuk dan menyentuh badan halus kita. Bahkan kalau kita melihat orang yang berdosa saja kita juga ikut berdosa. Sri Garga-muni menyatakan bahwa Zaman Kali adalah zaman yang penuh dengan dosa sehingga pada zaman ini orang-orang sulit mengerti Tuhan. Melihat kemerosotan pada zaman ini, Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu menyatakan, Aku sebenarnya tidak mau memberkati orangorang Zaman Kali ini untuk kembali ke tempat-Ku. Namun pada saat itu, Svarupa Damodara Swami, sekretaris Beliau memohon, Wahai Tuhan, janganlah khawatir. Anda harus berkarunia kepada mereka semua. Ketika mereka mau mulai menyanyikan nama suci Tuhan Sri Krishna dan mereka mau mengucapkan mah-mantra Hare Krishna, maka mereka adalah orang-orang yang patut Anda selamatkan. Hanya merekalah orang-orang yang patut Anda selamatkan. Jadi Tuhan itu hanya satu dan tidak banyak. Beliau turun sekarang di zaman ini dari tempat-Nya yang jauh sekali. Beliau, Tuhan Sri Krishna turun sebagai Sri Caitanya r Caitanya Mahprabhu. Beliau mengatakan, Sesungguhnya Aku tidak ingin menyelamatkan mereka karena mereka tidak tertarik kepada Tuhan. Mereka sudah sangat jatuh dalam perbuatan berdosa. Akan tetapi permohonan seorang penyembah yang agung didengarkan oleh Tuhan Sendiri. Svarupa Damodara Swami mengatakan, Mohon berkarunialah Oh Tuhan. Anda bisa saja tidak berkaunia, namun mohon berkarunialah kepada mereka yang mau mengucapkan nama suci Tuhan r Krishna. Begitu kita mengucapkan mah-mantra Hare Krishna kekuatan Tuhan itu masuk ke dalam diri kita. namnam akari bahuda nija sarva saktih (Siksastaka 2) Dalam ayat itu dijelaskan bahwa segala kekuatan Tuhan sudah masuk ke dalam nama suci-Nya. Sekarang tidak ada kekuatan lain lagi yang bisa menghalau dosa-dosa kecuali kekuatan nama suci Tuhan. Kekuatan semua dewa pun tidak bisa menghalau dosa. Kekuatan para dewa hanya membantu untuk mencapai hal-hal material, dan itupun hanya Tuhan sesungguhnya yang memberi. Karena itu kalau seseorang mau mengucapkan maha-mantra Hare Krishna, kekuatan Tuhan sudah hadir pada dirinya dan hal-hal yang berdosa sudah mulai disucikan. Apalagi pada saat hari-hari suci seperti puasa ekadasi, karena memang kekuatan Tuhan memberikan karunia lebih pada hari itu. Kita mengucapkan nama suci Tuhan Sri Krishna lebih banyak, kekuatan itu lebih besar lagi. Karena itu, kita dianjurkan ketika hari ekadasi sebaiknya kita jangan pergi ke mana-mana, melainkan tinggal di tempat suci. Banyak sekali kita melihat orang yang munafik, orang yang suka memfitnah, orang yang suka berzinah dan lain-lain. Itu akan membuat kita juga berdosa. Sesungguhnya orang-orang yang diselamatkan di Zaman Kali hanyalah orangorang yang mau mengucapkan mah-mantra Hare Krishna dan menyerahkan diri kepada Tuhan Sri Krishna dalam nama Tuhan Sri Caitanya Mahaprabhu. Bahkan ini pun bisa kita

buktikan. Kalau kita menjadi penyembah dan mengucapkan nama suci Krishna, lalu mulai mengikuti prinsip-prinsip dharma, Anda akan diberikan kemuliaan. Anda akan merasakan bahwa ternyata Anda memang sungguh-sungguh sedang berjalan menuju Tuhan. Tuhan Sri Krishna menyatakan bahwa orang yang berjalan menuju diri-Nya tidak akan pernah binasa: na me bhaktah pranasyati (Bhagavad-gita 9.31) Penyembah-Ku tidak akan pernah binasa. Begitu Tuhan Sri Krishna berjanji. Apa artinya penyembah-Nya tidak pernah binasa? Begitu seseorang memulai mengucapkan nama suci Krishna, dia sudah tidak terhitung lagi di antara orang-orang yang berdosa. Baru saja kita menginjak untuk memulai jalan ini, kita tidak terhitung di antara orangorang berdosa. Ini sama dengan kuliah. Begitu kita mulai menjadi mahasiswa baru, hari pertama kita sudah terhitung menjadi mahasiswa. Demikian pula ketika kita mulai menjadi penyembah Tuhan Sri Krishna, kita sudah tidak terhitung lagi di antara orangorang yang berdosa. Saya akan bercerita sedikit perjalanan tentang sang roh. Jika kita berjalan pada tingkat karma-kanda (melakukan sesuatu sesuai dengan keinginannya sendiri dan hanya untuk kepuasan diri sendiri), seberapa pun banyaknya perbuatan saleh kita di bumi ini, perbuatan dosa itu jauh lebih banyak ada di depan mata kita. Di zaman Satyayuga kita melihat hampir semua orang bersifat suci. Sekarang pada Zaman Kali, kita melihat hampir semua orang tidak suci. Setiap hari kita mengajak mereka bicara. Apalagi kita mengabdi kepada mereka sebagai atasan kita. Belum lagi para pemabuk, penjudi, orang yang berzinah atau tidak mengenal Tuhan. Ketika orang-orang seperti itu meninggalkan dunia, mereka dipanggil oleh dewa Yamaraja sebagai hakim tertinggi. Mereka dibawa oleh pengawal-pengawal Yamaraja (para Yamaduta) dengan diikat. Roh mereka yang dibungkus badan halus diseret ke hadapan Yamaraja. Ini diandaikan seperti polisi menangkap maling. Mengapa diborgol? Karena secara umum sudah kena salah. Walaupun banyak perbuatan salehnya, mereka banyak juga salahnya. Di pengadilan Dewa Yama ada penghakiman. Kemudian, Yama melihat perbuatan-perbuatan seseorang selama dia hidup, apakah dosa atau perbuatan salehnya yang lebih banyak. Perbuatan yang salah harus kena hukuman, namun perbuatan yang baik juga diperhitungkan. Itulah akibat kalau seseorang berada dalam jalan karma kanda. Sesungguhnya agama yang biasa-biasa saja itu tidak ada. Kalau kita beragama sesuai dengan keinginan Tuhan, sesuai dengan apa yang Tuhan maksud, kita akan selamat. Di Zaman Kaliyuga, proses mencapai Tuhan satu-satunya adalah dengan sanatana-dharma (menyerahkan diri kepada Tuhan dengan memuji nama suci Tuhan). Orang yang berada dalam jalan ini tidak akan masuk ke pengadilan Dewa Yama. Dia akan dapat menikmati planet-planet surga, kemudian ketika kembali ke dunia ini dia akan naik sesuai dengan tingkatannya. Dikatakan bahwa orang-orang yang mulai mengucapkan nama suci r Krishna dan orang-orang yang mau datang kepada Tuhan r Krishna, merekalah orang-orang suci yang sesungguhnya karena mereka dipersiapkan menjadi orang itu. api cet su-duracaro bhajate mam ananya-bhak sadhur eva sa mantavyah samyag vyavasito hi sah

(Bhagavad-gita 9.30) Bahkan jika seseorang melakukan perbuatan yang sangat menjijikan sekalipun, jika dia sekarang dia mulai sibuk dalam bhakti kepada Tuhan Sri Krishna, dia harus dianggap sebagai orang suci karena dia tetap berjalan dalam jalan kerohanian yang sebenarnya. Mungkin saja kita berpikir kita tidak begitu menjijikkan, namun sebenarnya kita memang menjijikkan. Buktinya adalah kita tidak bisa bergaul dengan para dewa. Zaman dahulu, para dewa singgah dan bergaul dengan manusia di bumi, namun sekarang, kita tidak bisa lagi bergaul dengan para dewa. Jadi, begitulah kita sekarang yang sebenarnya. Namun dalam sloka ini dijelaskan bahkan jika seseorang melakukan perbuatan yang menjijik an sekalipun. Ini artinya bahwa orang yang mau menjadi penyembah Tuhan Sri Krishna sangat beruntung. Dalam sloka ini juga dijelaskan, jika seseorang sibuk dalam bhakti kepada Tuhan Sri Krishna, dia dianggap sebagai sadhu, orang suci. Mengapa? Karena di antara berjuta-juta orang, dia adalah yang mulai percaya kepada Tuhan. Lalu, adakah orang suci yang disiksa di neraka? Adakah seorang warga negara yang taat lalu tiba-tiba ditangkap dan dihukum oleh polisi? Tentu tidak. Dewa Yamaraja sebagai hakim bagi orang-orang berdosa tidak pernah salah. Sekretaris Yamaraja bernama Citragupta, dan tempat tinggal Dewa Yamaraja berada di Planet Pitraloka. Bagi seorang penyembah Tuhan Sri Krishna, dinyatakan bahwa hanya dengan mendengarkan tentang Tuhan saja kita sudah menjadi orang suci. Hanya dengan duduk dan mendengarkan tentang Tuhan kita sudah melaksanakan bhakti pertama dan menjadi disucikan. Oleh karena itu, betapa beruntungnya kita menjadi umat Hindu, menjadi penyembah Tuhan r Krishna. Namun sekarang keberuntungan ini tidak diijinkan oleh Kali, penguasa kegelapan zaman ini. Ketika Tuhan r Krishna berada di bumi, Kali tidak bisa berbuat apa-apa. Begitu Tuhan r Krishna kembali ke dunia rohani, Uddhava menyampaikan, Sekarang saatnya Kali pasti akan bangkit. Karena itu, Yudhistira bersama saudara-saudaranya berangkat meninggalkan bumi ini karena melihat bumi ini sudah mulai dikuasai oleh Kali. Ada tipu-menipu, ada orang jahat, sapi tidak mengeluarkan susu lagi, kuda-kuda tidak jinak, dan lain sebagainya. Akhirnya, Uddhava bertemu dengan Pariksit Maharaja di Vndvana. Pada saat itu, istri-istri Tuhan r Krishna yang berjumlah 16.108 orang tidak diajak ke dunia rohani, melainkan Arjuna yang diberi tugas untuk membawa mereka ke Vrndavana. Di Vrndavana, ada cucu Anirudha bernama Bajra, diangkat menjadi raja oleh Yudhistira bersamaan dengan Pariksit Maharaja diangkat menjadi raja di Mayapur, sedangkan Bajra di Mathura. Istriistri Tuhan dibawa ke Mathura dan dari sana segala kerinduan dan kesedihan ditinggalkan. Kemudian mereka bertanya kepada salah satu cucu Tuhan, yaitu Yamuna. Mengapa Anda begitu berbahagia? akhrinya Dewi Yamuna mengatakan, Ketahuilah mengapa saya berbahagia karena rahasia itu dipegang oleh Uddhava (sekretaris Tuhan Sri Krishna di Dvaraka) sebelum Dvaraka tenggelam dan Tuhan kembali ke dunia rohani, Uddhava sudah diperintahkan pergi oleh Tuhan ke Himalaya di Badrikashram (pertapaan Vyasadeva). Namun, karena Tuhan lalu memerintahkannya untuk menjadi rumput di Vndvana, akhirnya beliau pun menjelma di Vrndavana sebagai rumput-rumput dan secara gaib beliau bersembunyi tinggal di pertapaan Naradakunda. Kemudian para istri Tuhan diajak ke sana sehingga Uddhava muncul di sana. Pariksit Maharaja pada saat itu ikut, akhirnya Uddhava menyampaikan Srimad Bhagavatam pada mereka, bercerita tentang Tuhan Sri Krishna. Mendengar Srimad Bhagavatam sama dengan Tuhan r Krishna Sendiri. Pariksit Maharaja juga ingin mendengar Srimad Bhagavatam. Uddhava

mengatakan, Sebaiknya Anda sekarang pergi ke segala penjuru dan bunuh Kali karena dia sekarang merajalela. Nanti pada saatnya Anda akan mendengar Srimad Bhagavatam dari Resi Sukadeva Gosvami, putera Vyasadeva. Karena diri Andalah yang mendengar Srimad Bhagavatam, seluruh dunia nanti akan mendapat percikan minuman kekekalan Srimad Bhagavatam itu. Akhirnya Pariksit Maharaja berangkat untuk mengawasi negerinya. Beliau akhirnya bertemu dengan seseorang berwajah hitam legam yang sedang memotong kaki sapi. Tiga kaki sapi itu sudah dipotong. Sapi itu adalah lambang dharma dan empat kaki itu adalah empat tiang dharma. Hanya ada satu kaki saja yang belum dipotong. Karena Kali ini dilihat sedang membunuh sapi, Pariksit Maharaja sangat marah dan membentangkan panahnya ingin membunuh Kali. Jika Kali dibunuh, tidak akan ada orang-orang yang berdosa seperti sekarang. Sekarang kita takut kepada siapa? Takut dengan sesama manusia! Manusia sebenarnya menjadi sahabat semuanya, sama halnya dengan kambing. Tidak pernah ada kambing takut dengan kambing, tapi sekarang manusia takut dengan manusia. Kambing pun takut pada manusia. Pohon takut pada manusia sehingga tidak mau berbuah. Karena Kali ingin dibunuh oleh Pariksit Maharaja, ia langsung minta ampun. Sesungguhnya, Kali juga sudah mengalahkan Resi Adama. Ketika berada di surga, dia bersama istrinya Havyavati. Kali juga menjadi ular di sana dan merayu mereka sehingga mereka dikutuk dengan lahir ke bumi (kisah Adam dan Hava). Pariksit Maharaja sebelumnya memang mengampuni Kali karena dia minta ampun. Kali berkata, Wahai Raja, Anda adalah pelindung semua makhluk hidup. Anda mengetahui hamba juga makhluk hidup. Ketika hamba sekarang mau bertobat mengakui kesalahan dan mohon perlindungan Anda, apakah Anda tega membunuh hamba? Itu berarti Anda bukanlah seorang raja yang utama. Pariksit Maharaja mengampuninya. Namun kau harus berjanji untuk tidak berbuat begitu lagi. Ketika Kali diampuni, dia mengatakan, Saya sekarang menjadi warga negara Anda di sini. Apakah Anda tidak memberikan saya tempat untuk bisa hidup? Pariksit Maharaja menjawab, Saya berikan kau empat tempat di mana kau bisa tinggal. Jangan pernah lewat dari empat tempat ini. (1) Di tempat pelacuran, (2) Di tempat perjudian, (3) Di tempat emas disimpan, (4) Di tempat pembantaian binatang. Kalau empat tempatnya hanya empat itu, Kali dapat dilokalisasi. Misalnya, ada rumah potong, hanya di sana saja Kali ada dan tidak merembet ke tempat lain. Karena itulah, ketika Kali melihat Maharaja bermahkota emas, Kali masuk ke dalam mahkotanya. Pikiran Maharaja dipengaruhi. Akhirnya Maharaja mengalungkan bangkai ular pada seorang brahmana. Anak brahmana ini kesal dan mengutuk Maharaja agar meninggal dalam waktu tujuh hari. Selama tujuh hari itu Maharaja khusuk mendengarkan Srimad Bhagavatam dari Resi Sukadeva Gosvami. Setelah Pariksit Maharaja meninggalkan planet bumi ini, Kali bukan berada di empat tempat itu saja sekarang, melainkan memenuhi seluruh planet bumi. Kalau zaman dahulu dijelaskan bahwa di mana pun ada tempat pelacuran, hanya di sana saja terjadi perzinahan. Akan tetapi sekarang, hal itu terjadi di mana-mana,di sekolah, di kantor bahkan di tempat yang formal. Yudhistira mengatakan, Zaman Kali telah mulai. Akan ada korupsi, nepotisme,semuanya. Kali sekarang sudah mulai memenuhi bumi. Dia ada di air, di udara, di mana-mana. Dia hadir dengan berbagai cara. Kepribadian Kali inilah yang selalu merongrong orang supaya setiap orang menjahui Tuhan. Bahkan sekarang Kali merembet lagi bukan hanya kepada sesuatu yang secara nyata kita lihat, namun juga ke dalam sesuatu yang tidak kasat mata. Orang yang mau belajar ilmu mistik pun dipengaruhi oleh Kali yang berpura-pura menjadi penguasa seperti para dewa.

Jadi, ayat ini (Bhagavad-gita 9.30) menunjukkan bahwa bahkan orang yang paling berdosa sekalipun, kalau dia sudah mulai sibuk berbhakti pada Krishna, dia harus dianggap orang suci. Jangan mengatakan bahwa diri kita suci namun kita berbuatlah dengan cara seperti ini. Sama halnya jika kita mendapatkan pekerjaan sebagai pegawai negeri di kantor, kita tidak usah mengatakan gaji kita. Kita hanya perlu diam karena nanti pada awal bulan pasti kita mendapatkan gaji. Begitu juga kita, tidak usah mengaku orang suci. Kata su-durcra yang digunakan dalam ayat ini sangat bermakna, dan kita seharusnya mengerti dengan tepat. Ketika makhluk hidup terikat di alam material, ia memiliki dua jenis kegiatan: yang satu berada dalam ikatan, sementara yang lain berada dalam aturan. Untuk melindungi badan sebagaimana dan melindungi aturan di dalam masyarakat maupun negara, tentu ada perbedaan kegiatan, bahkan bagi para penyembah, dalam hubungan ini dengan kehidupan yang terikat, dan kegiatan seperti itu disebut dengan ikatan. Disamping ini, makhluk hidup juga yang sepenuhnya sadar tentang alam rohani dan sibuk dalam kesadaran Krishna, atau berbhakti kepada Tuhan r Krishna, mereka memiliki kegiatan yang disebut dengan kerohanian. Kegiatan seperti itu dilaksanakan di dalam posisi mengikuti aturan, dan secara teknik kegiatan mereka disebut dengan bhakti. Sekarang, dalam keadaan terikat, kadang-kadang bhakti dan kegiatan yang terikat dihubungkan dengan badan akan berhubungan satu dengan yang lain. Selanjutnya, kadang-kadang ada kegiatan yang bertentangan satu dengan yang lain. Sejauh mungkin, seorang penyembah sangat hati-hati agar supaya dia tidak melakukan sesuatu yang dianggap menghancurkan seluruh yang ada. Tuhan mengetahui bahwa kesempurnaan di dalam kegiatan bergantung kepada kemajuan tentang keinsafan dirinya dalam kesadaran Krishna. Akan tetapi, kadang-kadang mungkin terlihat bahwa orang yang berada dalam kesadaran Krishna itu melakukan beberapa perbuatan yang mungkin dianggap sangat menjijikan diantara masyarakat. Namun kejatuhan yang sangat seperti itu tidak akan mengurangi kualitasnya. Maksudnya di sini adalah bahwa kadang-kadang kita berbuat salah, namun jika tetap menjadi penyembah Tuhan Sri Krishna, kita masih ada harapan untuk selamat. Seperti bintik-bintik pada bulan yang tidak mengurangi sinar bulan itu, begitu juga para penyembah ketika sedikit bersalah. Sama seperti kita sekarang, kalau kita tidak ada pengabdian kepada Tuhan namun setiap hari hanya berbuat dosa saja, apa yang dapat kita abdikan? Tapi kalau orang yang berbhakti sekarang kepada Tuhan kalaupun salah sedikit itu tidak terhitung. Namun, jangan mengambil keuntungan di sini. Oh, saya penyembah Tuhan, tidak apa-apa salah sedikit. Ini tidak bagus. Oleh karena itu, dianjurkan dalam bhakti ini seseorang melakukan berbagai pelayanan yaitu sravanam (mendengar), kirtanam (memuji), smaranam (ingat terus kegiatan rohani Tuhan). Ketika Tuhan Sri Rama membunuh Raja Kera, Bali, Bali tidak terima bahwa Sri Rama menerima segala sesuatu yang harus ada akibatnya. Karena itulah ketika Tuhan berpulang, Bali menjelma menjadi Jara, seorang yang menjadi pemburu di hutan. Dia membuat mata panah dari gada yang dihancurkan oleh Pradyumna. Ketika Tuhan sedang duduk pada saat itu di bawah pohon beringin, kaki Beliau merah sekali dan dianggap seperti bibir rusa. Jara pun memanah. Pada saat dipanah itulah, kaki Tuhan terkena sedikit saja (sudah diterima oleh Tuhan sebagai suatu balasan) dan Jara pada saat itu mohon ampun. Akan tetapi, Tuhan r Krishna mengatakan, Tidak usah kamu minta ampun. Sesungguhnya kita sudah bertemu di masa lampau dan pada saat itu kamu adalah Bali dan Aku membunuhmu karena kamu bertempur dengan Sugriva. Pertempuranmu sebenarnya merugikan bagi semua yang ada. Kamu keliru sehingga kamu menyalahkan Sugriva. Namun demikian,

karena kamu adalah penyembah-Ku, Aku membalas janji itu kepadamu. Hari ini sudah terbalas bahwa kamu sudah mengakhiri-Ku, dan Aku akan mempersiapkan diri untuk pulang ke dunia rohani tempat tinggal-Ku. kemudian Jara memohon ampun dan ingin menyerahkan diri kepada Tuhan, Waktunyalah kamu sekarang tidak lagi di bumi dan pulang ke dunia rohani. Akhirnya Jara memegang kaki Tuhan pada saat itu dan Beliau berangkat ke dunia rohani, terbang. Tuhan dijemput oleh para pengawal-pengawal lalu naik pesawat rohani, dan Jara mengikuti Tuhan. Demikianlah orang suci tempatnya bukan di bumi melainkan di dunia rohani, di tempat kerajaan Tuhan. Sedangkan di surga, kesucian orang-orang suci masih tercampur, masih belum murni. Kalau kita masuk ke surga berarti kemurnian kita masih tercampur. Tentu karena kita penyembah kita tidak akan binasa. Penyembah-Ku tidak pernah binasa artinya bahwa penyembah Tuhan Sri Krishna tidak pernah dibawa ke pengadilan Dewa Yamaraja. Ketika kita maju dalam rohani, aturan itu sudah tidak terasa. Walaupun dia tidak membaca sloka atau tidak tahu kitab suci, yang dia tahu adalah bahwa Krishna adalah kekasihnya, Krishna anaknya. Mereka sudah terhitung mengikuti aturan. Bagaimana kita tahu bahwa Tuhan mengatakan kita berdosa? Kita tahu dari seberapa kita mengikuti aturan sembilan cara bhakti. Begitu kita akan memasuki 9 cara bhakti ini, sudah tidak kata berdosa karena dosa itu sudah mulai minggir. Begitu kita akan masuk ke daerah cahaya lampu, tidak ada kata gelap lagi di sana. Tuhan r Krishna disebut seperti surya sedangkan kegelapan itu disebut dengan andakara (kegelapan). Kegelapan itu sebenarnya adalah dosa. Oleh karena itu berbuatlah di dalam bhakti kepada Tuhan. Baik itu berada alam ukuran Tuhan bukan dalam ukuran pertimbangan manusia. Ukuran baik menurut manusia belum tentu baik bagi Tuhan.Sravanam misalnya (mendengar tentang nama suci Tuhan). Selain kita sravanam itu, juga jangan mendengarkan hal-hal buruk dari orang lain. Kalau Anda menggosipkan orang lain, biasanya senang sekali kita mendengar. Kirtanam artinya memuji, kita mengucapkan nama suci Krishna. Kita memuji Tuhan, berdoa, dan mengucapkan mantra-mantra. Pada saat yang sama juga jangan memfitnah orang lain, jangan menjelekkan orang. Kebenaran itu dosa atau tidak tergantung Tuhan Sendiri. Percayalah pada apa yang diajarkan dalam agama. Kalau setiap orang mengikuti seperti itu, seluruh dunia akan damai. Oleh karena itu Sri Caitanya Mahaprabhu mengajarkan, Orang-orang yang cerdas adalah mereka yang mengucapkan nama suci Sri Krishna. Orang-orang itulah yang akan diselamatkan di Zaman Kali ini.
harer nama harer nama harer nmaiva kevalam kalau nasty eva nasty eva nasty eva gatir anyatha (Brhan-naradiya Purana) Pada Zaman Kali, tiada cara lain, tiada cara lain dan tiada cara lain untuk mencapai Tuhan kecuali dengan cara mengucapkan nama suci-Nya, mengucapkan nama suci-Nya dan mengucapkan nama suci-Nya. Om santih santih santih, Om.

THE ONLY WAY TO ATTAIN GOD


by His Holy Grace Sri Sriman Srila Damodara Pandit Dasa A lecture on Srimad Bhagavad-gita in Praya, Lombok, 9 June 2012 Everyday we are affected by dusts from our environment, and the dusts of sins similarly fly and affected our mind,infiltrate and touch our subtle bodies. Even if we see sinful persons, we are affected by sinful reactions. Sri Garga-muni stated that the Age of Kali is full of sins, and therefore, in this age, people are so reluctant to understand God. Seeing deteriorated people in this age, Lord Caitanya Mahaprabhu stated, Actually, I do not desire to bless people at this age to return to My abode. However, at that time, Svarupa Damodara Swami, His personal secretary, begged, O My Lord, please be pacified. You must be merciful to all of them. As soon as they start to chant the holy names of Lord Krishna, they must be saved by You. Only those people you must deliver. So. God is one, not many. He has descended in this age from His yonder abode. He, Lord Krishna, descended as Sri Caitanya r Caitanya Mahprabhu. He said, Actually I do not desire to deliver them because they are not interested in God. They are too fallen in sinful activities. However, a prayer from a great devotee like Svarupa Damodara is considered by God. Svarupa Damodara said, Please be merciful, O Lord. You can be unmerciful, but please be merciful to those who chant the holy names of Lord Krishna. When we chant the holy names of Krishna, the Hare Krishna Mahamantra, Gods potency enters ourselves. namnam akari bahuda nija sarva saktih (Siksastaka 2) In this verse it is stated that all of Gods potencies have been injected into the holy names. Now there is no more power to purify sinful reactions other than he power of the holy names. Even the prowess of all demigods cannot be used for redemption. Demigods prowess is only capable to give material benefits, and that prowess is actually from God. Therefore, if one desires to chant the Hare Krishna Mahamantra, the potency of the Supreme Lord Krishna has been inserten within him and any sinful reactions start to vanish. Moreover, in holy days such as Ekadasi, there is more mercy durign that particular day. We chant more, we accept more blessings. So, we are advised that in ekadasi we do nto go anywhere. Stay at home or holy places. We can see many hypocrites, people who are fond of illicit sex and those who slander others. When we see them, there is sinful reaction. Actually, those who are delivered in this age of Kali are those who chant the Hare Krishna Mahamantra and surrender unto Lord Krishna on the name of Lord Caitanya Mahaprabhu. This is provable. If you become a devotee of Lord Krishna and chant His holy names, then you start to follow dharmic principles, you will be granted glories. You will feel and see that you are actually progressing towards God. Lord Krishna stated that those who surrender in His path will never perish. na me bhaktah pranasyati (Bhagavad-gita 9.31)

My devotee will never perish. So, this is His promise. What does it mean? As soon as one start to chant the holy names of Krishna, he is at once no longer included amongst sinful persons. When we have just made our first little step on the path of bhakti, we are at once excluded from category of sinful persons. This is similar to a student. As soon as a someone is enrolled in a university, even in the first day, he is called a student. So, when we start to become a devotee of Lord Krishna, we are not counted amongst the list of sinful persons. I will tell you a very good story. If we follow the path of karma-kanda (doing something according to ones own will and for ones own satisfaction), no matter how many pious activities we have done, sinful activities are so much more than that. In the age of Satya, almost all people are saintly. However, in this age of Kali, we can see that almost everyone is not saintly. Those people, we talk to them everyday, we serve them as our masters. Then, we meet drunkards, gamblers, prostitutes or atheists. When those people leave their bodies, they are called by Yamaraja, the supreme judge. They are bound and brought by the constables of Yamaraja (the Yamadutas). The sinful souls, covered by their subtle bodies, are dragged before Yamaraja. Just like a cop who arrests a burglar. Those souls are guilty. Even though they have accumulated results of many pious activities, they also at the same time commit sins. In the court of Yamaraja, judgment is established. Then, he sees all activities performed by the soul during his life, whether the sins or the pious deeds are more. Sinful deeds result in punishments, but pious deeds end in good result, too. That is the consequence of one who follow the path of karma kanda. Actually, there is no so-called religion of common sense. Religion means, we are following Gods desires, then we are saved. In the age of Kali, the only process to attain God is by sanatana-dharma (surrender to God by chanting His holy names). Those who follow this path will never enter the court of Yamaraja. He will be able to attain heavenly planets, then when he comes back to the earth, he will progress further. It is stated that those who chant the holy names of Krishna and those who surrender unto Him are the real saintly persons because they are already prepared for it. api cet su-duracaro bhajate mam ananya-bhak sadhur eva sa mantavyah samyag vyavasito hi sah (Bhagavad-gita 9.30) Even if one commits the most abominable action, if he is engaged in devotional service he is to be considered saintly because he is properly situated in his determination. We may probably think that we are not quite disgusting, but actually we are. In fact, we cannot associate with demigods. In the previous ages, demigods visited the earth regularly and interacted with human beings. Now, we cannot do the same thing. So, that is our present condition. However, in this verse it is stated, even if one commits the most abominable action. This means that one who wants to become a devotee of Lord Kirshna is very fortunate. It is also stated here, if one engages in the service of the Lord, he is considered a sadhu, a saintly person. Why? Because amongst milions of people, he is the one who has faith upon Krishna. Then, what is the reason of punishing him in the hellish planets? Is it logical if an obedient citizen is caught by the police and punished? Surely not.

Yamaraja, as the supreme judge of the sinful has never been unjust. His secretary, named Citragupta, and his abode is on Planet Pitrloka. For devotees of Lord Krishna, only by hearing about Him one is purified. See? Only by sitting down and listen to His pastimes we have conducted the first principle of bhakti and purified. Therefore, we are very fortunate as devotees of Lord Krishna. However, this fortune is not allowed by Kali, the proprietor of this age. When Lord Krishna was present on earth, Kali could not act. As soon as Lord Krishna came back to the spiritual world, Uddhava stated, Now it is surely the time for Kali to rise. Therefore, soon after that, Yudisthira, together with his brothers left the earth, seeing that the earth had been subdued by Kali. Evils were everywhere, cows no longer produced milk, horses were not tame, and so on. Then, Uddhava met Pariksit Maharaja in Vndvana. At that time, Lord Krishnas 16,108 queens did not follow Lord Krishna to the spiritual world. Arjuna was asked to protect them and bring them to Vrndavana. In Vrndavana, Anirudhas grandson named Bajra, appointed as king by Yudhistira at the same time when Pariksit Maharaja was enthroned in Mayapur, while Bajra in Mathura. Lord Krishnas queens were protected in Mathura, and there their lament and yearn diminished. One day, the queens asked Yamuna, Why are you so happy? Then Yamuna said, This is because of Uddhava. This secret was kept by Uddhava before Dvaraka sank into the ocean and Lord Krishna returned to His abode. Uddhava had been instructed by the Lord to go to Badrikashram (Vyasadevas hermitage). However, because teh Lord then instructed him to become grass in Vndvana, he then became grass in Vrndavana and mystically he hid in Naradakunda. Then, the queens were accompanied to go to Naradakunda, and Uddhava appeared there. Pariksit Maharaja was also present at that time. Then, Uddhava spoke about Srimad Bhagavatam to all audience there. Listening to Srimad Bhagavatam equals to Lord Krishna Himself. Pariksit Maharaja also wanted to hear Srimad Bhagavatam, but Uddhava stated, It is better for you now to travel around the world to kill Kali because he is not terrorizing the world. At the appropriate time, you will hear the Srimad Bhagavatam from Sukadeva Gosvami, the son of Vyasadeva. Because of your hearing Srimad Bhagavatam, the whole world will obtain the drops of that nectarean Srimad Bhagavatam. Then, Pariksit Maharaja went to control his state. In a certain place, he met a person with dark complexion who was cutting a cows legs. Three legs had been cut, and there was only one leg intact. The four legs of the cow are the four pillars of dharma, while the cow itself is the dharma. Seeing this horrible scene, Pariksit Maharaja was very angry. He set his arrow to kill Kali. If Kali had been killed, there would not have been evils on earth. Now we are afraid of our own species. We are afraid of human beings, we are envious and suspicious to others. Goats are better. A goat is not afraid of its flock, but now human beings are afraid of human beings. Goats are afraid of us. Trees are afraid of us so they do not produce sufficient fruits. Because Kali was to be killed, he begged for forgiveness. Actually, the same Kali had defeated Adama-rsi. When he was on heaven, he was with his wife, Havyavati. Kali disguised as a serpent and provoked them so they were cursed to take birth on earth (the story of Adam and Eve). Pariksit Maharaja actually forgave Kali because he begged for forgiveness. Kali said, O King, you are the protector of all living beings. You know that I am also a living being. I have now rectified my mistake and I beg for your mercy. Are you so determined to kill me? If it is so, then you are not an ideal king. Pariksit Maharaja forgave him but he warned Kali, But you must promise not to do such sinful activity. When Kali was forgiven, he begged again, I am now your citizen. Dont you give me places to live?

Pariksit Maharaja replied, I give you four places in which you can live. Never surpass beyond these four places: (1) in brothelhouses, (2) in gambling areas, (3) where gold is kept, (4) slaughterhouses. So, Kali was able to be localized at that time, but because Maharaja was wearing a golden throne, he entered the gold and infected Maharajas mind. Out of uncontrolled rage, Maharaja put a dead snake around a brahmanas neck. The son of this brahmana was burnt in fury and cursed Maharaja, saying that he would die in seven days. During his last seven days, Maharaja heard Srimad Bahagvatam continuously from Sri Sukadeva Gosvami. After Pariksit Maharaja left the earth, Kali now has spread not only within those four places, but fulfilled the earth as well. In the dusk of Dvaparayuga, it is said that Kali remained only within those four places. However, today we can see its influence has infiltrated everything,schools, governments and even informal places. Yudhistira Maharaja said, The age of Kali has begun. There would be corruptions, nepotism, and any bad things. Kali has now fulfilled the earth. He is within the air, water and everything. This Kali personified always provokes everyone to stay far away from Krishna. Even Kali has infiltrated and misled so-called spiritual seekers by disguising as false prophets, gods and gurus. So, this verse (Bhagavad-gita 9.30) shows that even the most sinful person, if he starts to become a devotee of Krishna, he must be considered saintly. Never say that ourselves are saintly, but we have to act in saintly ways. So, the word su-durcrah used in this verse is very meaningful. [rla Prabhupdas purport:] When a living entity is conditioned, he has two kinds of activities: one is conditional, and the other is constitutional. As for protecting the body or abiding by the rules of society and state, certainly there are different activities, even for the devotees, in connection with the conditional life, and such activities are called conditional. Besides these, the living entity who is fully conscious of his spiritual nature and is engaged in Ka consciousness, or the devotional service of the Lord, has activities which are called transcendental. Such activities are performed in his constitutional position, and they are technically called devotional service. Now, in the conditioned state, sometimes devotional service and the conditional service in relation to the body will parallel one another. But then again, sometimes these activities become opposed to one another. As far as possible, a devotee is very cautious so that he does not do anything that could disrupt his wholesome condition. He knows that perfection in his activities depends on his progressive realization of Ka consciousness. Sometimes, however, it may be seen that a person in Ka consciousness commits some act which may be taken as most abominable socially or politically. But such a temporary falldown does not disqualify him. So the meaning here is that sometimes we commit some mistakes, but if we still become devotees of Lord Krishna, we still have chance to be delivered. As dots on the surface of the moon do not obstruct its light, devotees of Krishna, even though sometimes commit unexpected actions, he is still considered saintly. If we commit sinful actions everyday without devoting ourselves to Krishna, what is our value? But if a devotee commits a slight mistake, his mistake is like dots of the moon which do not affect the light, but we should not take benefit from this verse by committing further sins. O, now I am a devotee of Lord Krishna. It is okay to make mistakes. This is not good. Therefore, it is advised that in devotional service, one performs many kinds of service, starting from sravanam (hearing), kirtanam (chanting), smaranam (remembering) of Krishna. When Lord Ramacandra killed Bali, the king of the apes, Bali could not accept the fact that Lord Rama would like to accept the reciprocal result of killing him. Therefore, when Lord

Krishna was about to leave for the spiritual world, Bali incarnated as Jara, a hunter. He made a sharp arrow from a piece of metal which was sourced from the remainings of a club destroyed by Pradyumna. So it happened that Lord Krishna sat under a banyan tree. His lotus-feet was reddish, and Jara misunderstood them as lips of a deer. Then Jara shot Krishnas lotus-feet. As the arrow stabed on His lotus-feet, the Lord accepted it as a reciprocal action from Jara (Bali) for His killing him in his previous life. Jara bowed down before the Lord and begged for forgiveness, but The Lord said, No, you do not need to do so. Actually we had met in your previous life. You was Bali and I descended as Rama. I killed you durign your battle with Sugriva. Your battle was actually demanding to everyone. You were misled so you accused Sugriva. Nevertheless, since you are My devotee, I accept your doing the same thing now to Me. Today it has been a justice that now you have end My presence on earth. I am preparing to return to My abode, and it is also your time to go there also. Then, Jara touched the lotus-feet of The Lord. Residents of the spiritual world came to accompany the Lord in a spiritual plane, and Jara followed Him. So, a pure devotee of The Lord resides in the spiritual world, not in this material world. Meanwhile, saintly persons in the heavenly planets are of mixed purity, in the other words, they are still affected by the three gunas. If we enter the heavenly planets, it means that our purity is mixed with the three modes of material nature. Surely, since we are devotees, we will never perish. My devotees never perish means that Lord Krishnas devotees will never be dragged to the court of Yamaraja. If one is advanced in devotional service, rules and regulations are no more bondage. Even though he does not read slokas and does not understand the Holy Scriptures, he only understands that Krishna is his sweetheart, Krishna is his son, etc. They have been considered following the rules of pure bhakti. Ho can we know that we are sinful accordign to God? We know from how far we have followed rules and regulations of the nava-vidha-bhakti. As soon as we enter these nine process of bhakti, we are no more included in the level of sinful activities because sins cannot touch this process. As soon as we approach the light, then there is no question of darkness. Lord Krishna is like the sun, and darkness of maya is called andakara. The darkness itself is sins. Therefore, act on the path of bhakti. Goods and bads are of the Lords judgment, not us. Good in our eyes is not always good in Gods judgment. For example, sravanam (hearing about God). Apart from hearing about God, we should not listen to worldly gossips from omundane people. If you hear gossips about others, they are very pleasing to the ears, right? Kirtanam means chanting, or talking about God. So, we praise Him, offer prayers and chanting mantras. At the same time, do not talk about others disqualifications. Whether something is sinful or not, it is absolutely depends on Krishnas judgment. Put strong faith on it. If everyone follows the path of bhakti, the whole world will be peaceful. Therefore, Sri Caitanya Mahaprabhu teaches us, Intelligent people are those who chant the holy names of Krishna. Only those people who are saved in this age of Kali.
harer nama harer nama harer nmaiva kevalam kalau nasty eva nasty eva nasty eva gatir anyatha (Brhan-naradiya Purana)

In this Age of Kali there is no other means, no other means, no other means for self-realization than chanting the holy name, chanting the holy name, chanting the holy name of Lord Hari. Om santih santih santih, Om.

Anda mungkin juga menyukai