Anda di halaman 1dari 20

REFERAT ANESTESI UMUM

Oleh : Vida Rahmi Utami (030.08.250)

Pem im i!" : d#. $. Sa %# N%"#aha& S'.A! d#. U(% N%#hadiat& S'. A!

PRO)RAM PEN*I*I+AN PROFESI *O+TER ,A)IAN-SMF ANESTESIO.O)I FA+U.TAS +E*O+TERAN UNIVERSITAS TRISA+TI RUMA$ SA+IT UMUM *AERA$ +ARA/AN) +ARA/AN)& 0U.I 2012
1

,A, I PEN*A$U.UAN

Anestesi umum adalah suatu tindakan yang membuat pasien tidak sadar selama prosedur medis, sehingga pasien tidak merasakan atau mengingat apa pun yang terjadi. Anestesi umum biasanya dihasilkan oleh kombinasi obat intravena dan gas yang dihirup (anestesi). "Tidur" pasien yang mengalami anestesi umum berbeda dari tidur seperti biasa. Otak yang dibius tidak merespon sinyal rasa sakit atau manipulasi bedah. Praktek anestesi umum juga termasuk mengendalikan pernapasan pasien dan memantau fungsi vital tubuh pasien selama prosedur anestesi berlangsung. Anestesi umum diberikan oleh dokter yang terlatih khusus, yang disebut ahli anestesi, ataupun bisa juga dilakukan oleh pera at anestesi yang berkompeten.

,A, II PEM,A$ASAN ANESTESI UMUM *e2i!i3i

Anestesi umum adalah suatu keadaan meniadakan nyeri se!ara sentral yang dihasilkan ketika pasien diberikan obat"obatan untuk amnesia, analgesia, kelumpuhan otot, dan sedasi. Pada pasien yang dilakukan anestesi dapat dianggap berada dalam keadaan ketidaksadaran yang terkontrol dan reversibel. Anestesi memungkinkan pasien untuk mentolerir tindakan pembedahan yang dapat menimbulkan rasa sakit tak tertahankan, yang berpotensi menyebabkan perubahan fisiologis tubuh yang ekstrim, dan menghasilkan kenangan yang tidak menyenangkan. #omponen anestesi yang ideal terdiri dari$ %. &ipnotik, '. Analgetik, (. )elaksasi otot Anestesi umum menggunakan !ara melalui intravena dan se!ara inhalasi untuk memungkinkan akses bedah yang memadai ke tempat dimana akan dilakukan operasi. *atu hal yang perlu di!atat adalah bah a anestesi umum mungkin tidak selalu menjadi pilihan terbaik, tergantung pada presentasi klinis pasien, anestesi lokal atau regional mungkin lebih tepat. +etode pemberian anestesi umum dapat dulihat dari !ara pemberian obat, terdapat ( !ara pemberian obat pada anestesi umum$ %. Parenteral Anestesi umum yang diberikan se!ara parentral baik intravena maupun intramuskuler biasanya digunakan untuk tindakan operasi yang singkat atau untuk induksi anestesi. Obat anestesi yang sering digunakan adalah$ Pentothal ,ipergunakan dalam larutan ',-. atau -. dengan dosis permulaan /"0 mg1kg 22 danselanjutnya dapat ditambah sampai % gram.

Penggunaan$ " " 3ntuk induksi, selanjutnya diteruskan dengan inhalasi. Operasi"operasi yang singkat seperti$ !urettage, reposisi, insisi abses.

4ara Pemberian$ 5arutan ',-. dimasukkan 67 pelan"pelan /"8 44 sampai penderita tidur, pernapasan lambat dan dalam. Apabila penderita di!ubit tidak bereaksi, operasi dapat dimulai. *elanjutnya suntikan dapat ditambah se!ukupnya apabila perlu sampai % gram. #ontra 6ndikasi$ %.Anak"anak di ba ah / tahun '.*ho!k , anemia, uremia dan penderita"penderita yang lemah (.9angguan pernafasan$ asthma, sesak nafas, infeksi mulut dan saluran nafas /.Penyakit jantung -.Penyakit hati 0.Penderita yang terlalu gemuk sehingga sukar untuk menemukan vena yang baik. #etalar (#etamine) ,iberikan 67 atau 6+ berbentuk larutan %: mg1!! dan -: mg1!!.,osis$ 67 %"( mg1kg22,6+ 8"%( mg1kg22%"( menit setelah penyuntikan operasi dapat dimulai. Penggunaan$ %. Operasi"operasi yang singkat '. 3ntuk indikasi penderita tekanan darah rendah #ontra 6ndikasi$ Penyakit jantung, kelainan pembuluh darah otak dan hypertensi.
4

Oleh karena komplikasi utama dari anestesi se!ara parenteral adalah menekan pusat pernafasan, maka kita harus siap dengan peralatan dan tindakan pernafasan buatan terutama bila ada sianosis. '. Perektal Obat anestesi diserap le at mukosa re!tum kedalam darah dan selanjutnya sampai ke otak. ,ipergunakan untuk tindakan diagnosti! (katerisasi jantung, roentgen foto, pemeriksaanmata, telinga, oesophagos!opi, penyinaran dsb) terutama pada bayi"bayi dan anak ke!il. ;uga dipakai sebagai induksi narkose dengan inhalasi pada bayi dan anak" anak. *yaratnya adalah$ %.)e!tum betul"betul kosong '.Tak ada infeksi di dalam re!tum. 5ama narkose ':"(: menit. Obat"obat yang digunakan$ " Pentothal %:. dosis /: mg1kg22 " Tribromentothal (avertin) 8: mg1kg22 (. Perinhalasi Obat anesthesia dihirup bersama udara pernafasan ke dalam paru"paru, masuk ke darah dan sampai di jaringan otak mengakibatkan narkose. Obat"obat yang dipakai$ %. 6nduksi halotan 6nduksi halotan memerlukan gas pendorong O ' atau !ampuran <'O dan O'. 6nduksidimulai dengan aliran O' = / ltr1mnt atau !ampuran <'O$O' > ($%. Aliran = / ltr1mnt.#alau pasien batuk konsentrasi halotan diturunkan, untuk kemudian kalau sudah tenang dinaikan lagi sampai konsentrasi yang diperlukan. '. 6nduksi sevofluran

6nduksi dengan sevofluran lebih disenangi karena pasien jarang batuk halotankonsentrasi dipertahankan sesuai kebutuhan.

alaupun

langsung diberikan dengan konsentrasi tinggi sampai 8 vol .. *eperti dengan

(. 6nduksi dengan enfluran (ethran), isofluran ( foran, aeran ) atau desfluran jarang dilakukan karena pasien sering batuk dan aktu induksi menjadi lama. Apabila obat anestesi inhalasi, dihirup bersama"sama udara inspirasi masuk ke dalam saluran pernafasan, di dalam alveoli paru akan berdifusi masuk ke dalam sirkulasi darah. ,emikian pula yang disuntikkan se!ara intramuskuler, obat tersebut akan diabsorbsi masuk ke dalam sirkulasi darah. *etelah masuk ke dalam sirkulasi darah obat tersebut akan menyebar kedalam jaringan. ,engan sendirinya jaringan yang kaya pembuluh darah seperti otak atau organ vital akan menerima obat lebih banyak dibandingkan jaringan yang pembuluh darahnya sedikit seperti tulang atau jaringan lemak. Tergantung obatnya, di dalam jaringan sebagian akan mengalami metabolisme, ada yang terjadi di hepar, ginjal atau jaringan lain. ?kskresi bisa melalui ginjal, hepar, kulit atau paru@paru. ?kskresi bisa dalam bentuk asli atau hasil metabolismenya. <'O diekskresi dalam bentuk asli le at paru. Aaktor yang mempengaruhi anestesi antara lain$ " Aaktor respirasi (untuk obat inhalasi). " Aaktor sirkulasi " Aaktor jaringan. " Aaktor obat anestesi. Aaktor respirasi *esudah obat anestesi inhalasi sampai di alveoli, maka akan men!apai tekanan parsiel tertentu, makin tinggi konsentrasi Bat yang dihirup tekanan parsielnya makin tinggi. Perbedaan tekanan parsiel Bat anestesi dalam alveoli dan di dalam darah menyebabkan terjadinya difusi. 2ila tekanan di dalam alveoli lebih tinggi maka difusi terjadi dari alveoli ke dalam sirkulasi dan sebaliknya difusi terjadi dari sirkulasi ke dalam alveoli bila tekanan parsiel di dalam alveoli lebih rendah (keadaan ini terjadi bila pemberian obat anestesi dihentikan.
6

+akin tinggi perbedaan tekanan parsiel makin !epat terjadinya difusi. Proses difusi akan terganggu bila terdapat penghalang antara alveoli dan sirkulasi darah misalnya pada udem paru dan fibrosis paru. Pada keadaan ventilasi alveoler meningkat atau keadaan ventilasi yang menurun misalnya pada depresi respirasi atau obstruksi respirasi. Aaktor sirkulasi Aliran darah paru menentukan pengangkutan gas anestesi dari paru ke jaringan dan sebaliknya. Pada gangguan pembuluh darah paru makin sedikit obat yang dapat diangkut demikian juga pada keadaan !ardia! output yang menurun. Blood gas partition coefisien adalah rasio konsentrasi Bat anestesi dalam darah dan dalam gas bila keduanya dalam keadaan keseimbangan. 2ila kelarutan Bat anestesi dalam darah tinggi129 koefisien tinggi maka obat yang berdifusi !epat larut di dalam darah, sebaliknya obat dengan 29 koefisien rendah, maka !epat terjadi keseimbangan antara alveoli dan sirkulasi darah, akibatnya penderita mudah tertidur aktu induksi dan mudah bangun aktu anestesi diakhiri. Aaktor jaringan Cang menentukan antara lain$ " Perbedaan tekanan parsiel obat anestesi di dalam sirkulasi darah dan di dalam jaringan. " #e!epatan metabolisme obat. " Aliran darah dalam jaringan. " Tissue/blood partition coefisien .Aaktor Bat anestesi Tiap"tiap Bat anestesi mempunyai potensi yang berbeda. 3ntuk mengukur potensi obat anestesi inhalasi dikenal adanya +A4 (minimal alveolar concentration). +enurut +erkel dan ?ger (%D0(), +A4 adalah konsentrasi obat anestesi inhalasi minimal pada tekanan udara % atm yang dapat men!egah gerakan otot skelet sebagai respon rangsang sakit supramaksimal pada -:. pasien. +akin rendah +A4 makin tinggi potensi obat anestesi tersebut.

Stadi%m a!e3te3i

#edalaman anestesi harus dimonitor terus menerus oleh pemberi anestesi, agar tidak terlalu dalam sehingga membahayakan ji a penderita, tetapi !ukup adekuat untuk melakukan operasi. #edalaman anestesi dinilai berdasarkan tanda klinik yang didapat. 9uedel membagi kedalaman anestesi menjadi / stadium dengan melihat pernafasan, gerakan bola mata, tanda pada pupil, tonus otot dan refleks pada penderita yang mendapat anestesi ether. %. *tadium 6 ,isebut juga stadium analgesi atau stadium disorientasi. ,imulai sejak diberikan anestesi sampai hilangnya kesadaran. Pada stadium ini operasi ke!il bisa dilakukan. '. *tadium 66 ,isebut juga stadium delirium atau stadium eEitasi. ,imulai dari hilangnya kesadaran sampai nafas teratur. ,alam stadium ini penderita bisa meronta ronta, pernafasan irregular, pupil melebar, refleks !ahaya positif gerakan bola mata tidak teratur, lakrimasi (F), tonus otot meninggi, refleE fisiologi masih ada, dapat terjadi batuk atau muntah, kadang"kadang ken!ing atau defekasi. *tadium ini diakhiri dengan hilangnya refleks menelan dan kelopak mata dan selanjutnya nafas menjadi teratur. *tadium ini membahayakan penderita, karena itu harus segera diakhiri. #eadaan ini bisa dikurangi dengan memberikan premedikasi yang adekuat, persiapan psikologi penderita dan induksi yang halus dan tepat. #eadaan emergen!y delirium juga dapat terjadi pada fase pemulihan dari anestesi. (. *tadium 666 ,isebut juga stadium operasi. ,imulai dari nafas teratur sampai paralise otot nafas. ,ibagi menjadi / plane$ " Plane 6$ ,ari nafas teratur sampai berhentinya gerakan bola mata. ,itandai dengan nafas teratur, nafas torakal sama dengan abdominal. 9erakan bola mata berhenti, pupil menge!il, refleks !ahaya (F), lakrimasi meningkat, refleE faring dan muntah menghilang, tonus otot menurun.
8

"

Plane 66$ ,ari berhentinya gerakan bola mata sampai permulaan paralisa otot interkostal. ,itandai dengan pernafasan teratur, volume tidak menurun dan frekuensi nafas meningkat, mulai terjadi depresi nafas torakal, bola mata berhenti, pupil mulai melebar dan refleks !ahaya menurun, refleks kornea menghilang dan tonus otot makin menurun.

"

Plane 666$ ,ari permulaan paralise otot interkostal sampai paralise seluruh otot 6nterkostal. ,itandai dengan pernafasan abdominal lebih dorninan dari torakal karena terjadi paralisis otot interkostal, pupil makin melebar dan refleE !ahaya menjadi hilang, lakrimasi negafif, refleE laring dan peritoneal menghilang, tonus otot makin menurun.

"

Plane 67$ ,ari paralise semua otot interkostal sampai paralise diafragma. ,itandai dengan paralise otot interkostal, pernafasan lambat, iregular dan tidak adekuat, terjadi jerky karena terjadi paralise diafragma. Tonus otot makin menurun sehingga terjadi fla!!id, pupil melebar, refleks !ahaya negatif refleks spin!ter ani negative.

/.

*tadium 67 ,ari paralisis diafragma sampai apneu dan kematian. ;uga disebut stadium over dosis atau stadium paralysis. ,itandai dengan hilangnya semua refleks, pupil dilatasi, terjadi respiratory failure dan dikuti dengan circulatory failure.

Pe#3ia'a! A!e3te3ia Um%m$ Praktek anesesi yang aman dan efisien memerlukan personil bersertifikat, obat"obatan

dan peralatan yang tepat, serta keadaan pasien yang optimal. Persyaratan minimum untuk anestesi umum #ebutuhan infrastruktur minimum untuk anestesi umum termasuk ruang yang !ukup terang dengan ukuran yang memadai, sebuah sumber oksigen bertekanan (paling sering di pipa)G perangkat hisap yang efektifG monitor yang sesuai dengan standar A*A ( American Society of Anesthesiologist) , termasuk denyut jantung, tekanan darah, ?#9, denyut nadi

oksimetri, kapnografi, suhu, dan konsentrasi oksigen terinspirasi dan dihembuskan dan Bat anestesi yang diaplikasikan. *elain ini, beberapa peralatan dibutuhkan untuk memasukkan Bat anestesi. Alat yang sederhana seperti jarum dan jarum suntik, jika obat harus diberikan sepenuhnya intravena. ,alam sebagian besar keadaan, ini berarti membutuhkan tersedianya sebuah mesin yang memungkinkan untuk mengetahui pemasukkan gas dan memelihara anestesi tetap berjalan +enyiapkan pasien #ondisi pasien harus !ukup dipersiapkan. +etode yang paling efisien adalah pasien ditinjau oleh orang yang bertanggung ja ab untuk memberikan anestesi dengan baik sebelum tanggal operasi. ?valuasi praoperasi memungkinkan pemantauan laboratorium yang tepat, perhatian terhadap kondisi medis pasien yang terbaru atau yang sedang berlangsung, diskusi dari setiap reaksi sebelumnya yang merugikan pribadi atau keluarga untuk anestesi umum, penilaian status fungsional jantung dan paru, dan ren!ana anestesi yang efektif dan aman. &al ini juga berfungsi untuk meredakan ke!emasan dari pembedahan yang tidak diketahui oleh pasien dan keluarga mereka. *e!ara keseluruhan, proses ini memungkinkan untuk optimasi pasien pada aktu perioperatif. Pemeriksaan fisik yang terkait dengan evaluasi praoperasi memungkinkan pelaksana anestesi untuk fokus se!ara khusus pada kondisi saluran napas yang diharapkan, termasuk membuka mulut, gigi longgar atau bermasalah, keterbatasan dalam rentang gerak leher, anatomi leher, dan presentasi +allampati (lihat di ba ah). ,engan menggabungkan semua faktor, ren!ana yang sesuai untuk intubasi dapat diuraikan dan langkah tambahan, jika perlu, dapat diambil untuk mempersiapkan bronkoskopi serat optik, laringoskopi video, atau berbagai intervensi sulit terhadap saluran napas lainnya. +anajemen jalan napas #esulitan yang mungkin dihadaapi dalam manajemen jalan napas, meliputi kondisi diba ah ini$

10

)ahang yang ke!il atau mundur 9igi rahang atas yang menonjol 5eher yang pendek ?kstensi leher terbatas Pertumbuhan gigi yang buruk Tumor di ajah, mulut, leher, atau tenggorokan Trauma pada ajah Aiksasi antar"gigi Penggunaan cervical collar yang keras 2erbagai sistem penilaian telah dibuat menggunakan pengukuran orofa!ial untuk memprediksi intubasi sulit. Cang paling banyak digunakan adalah skor +allampati, yang mengidentifikasi pasien dengan faring yang kurang jelas divisualisasikan melalui mulut terbuka. Penilaian +allampati idealnya dilakukan saat pasien duduk dengan mulut terbuka dan lidah yang menonjol tanpa phonating. Pada banyak pasien yang diintubasi karena indikasi emergensi, jenis penilaian seperti ini tidak mungkin. *ebuah penilaian sederhana dapat dilakukan pada pasien dalam posisi terlentang untuk mendapatkan gambaran dari ukuran bukaan mulut dan perkiraan lidah dan orofaring sebagai faktor dalam keberhasilan intubasi (lihat gambar di ba ah)

11

*kor +allampati yang tinggi telah terbukti menjadi prediksi intubasi sulit. <amun, tidak ada sistem penilaian yang sensitive %::. atau spesifik %::. . Akibatnya, praktisi mengandalkan beberapa kriteria dan pengalaman mereka untuk menilai jalan napas. Pelaksana anestesi bertanggung ja ab untuk menilai semua faktor yang mempengaruhi kondisi medis pasien dan memilih teknik anestesi yang optimal sesuai kondisi pasien. 2eberapa pertimbangan dalam melakukan anestesi umum meliputi$ #euntungan " " " " " " +enurunkan kesadaran dan ingatan pasien selama operasi +emungkinkan relaksasi otot yang tepat untuk jangka aktu yang lama +emfasilitasi kontrol penuh terhadap jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi ,apat digunakan dalam kasus"kasus yang sensitif terhadap Bat anestesi lo!al ,apat diberikan tanpa memindahkan pasien dari posisi terlentang ,apat disesuaikan dengan mudah untuk prosedur operasi dengan durasi aktu yang tak dapat diprediksi atau pada keadaan penambahan aktu operasi " ,apat diberikan dengan !epat dan reversibel

#ekurangan

12

" " "

+embutuhkan peningkatan kompleksitas pera atan dan biaya yang terkait +embutuhkan persiapan pasien praoperasi ,apat menyebabkan fluktuasi perubahan fisiologis yang memerlukan intervensi aktif

"

Terkait dengan komplikasi kurang serius seperti mual atau muntah, sakit tenggorokan, sakit kepala, menggigil, dan dibutuhkan fungsi mental yang normal aktu dalam pengembalian

"

Terkait dengan kondisi hipertermia yang ga at, sebuah kondisi yang jarang, terkait dengan kondisi otot yang terkena paparan beberapa (tidak semua) Bat anestesi umum yang dapat menyebabkan kenaikan suhu akut dan berpotensi mematikan, hiperkarbia, asidosis metabolik, dan hyperkalemia.

4a#a mem e#i5a! a!e3te3i Pemberian anestesi dimulai dengan induksi yaitu memberikan obat sehingga penderita tidur. Tergantung lama operasinya, untuk operasi yang aktunya pendek mungkin !ukup dengan induksi saja. Tetapi untuk operasi yang lama, kedalaman anestesi perlu dipertahankan dengan memberikan obat terus menerus dengan dosis tertentu, hal ini disebut maintenan!e atau pemeliharaan. #edaaan ini dapat diatasi dengan !ara mendalamkan anestesi. Pada operasi" operasi yang memerlukan relaksasi otot, bila relaksasinya kurang maka ahli bedah akan mengeluh karena tidak bisa bekerja dengan baik, untuk operasi yang membuka abdomen maka usus akan bergerak dan menyembul keluar, operasi yang memerlukan penarikan otot juga sukar dilakukan. #eadaan relaksasi bisa terjadi pada anestesi yang dalam, sehingga bila kurang relaksasi salah satu usaha untuk membuat lebih relaksasi adalah dengan mendalamkan anestesi, yaitu dengan !ara menambah dosis obat. Pada umumnya keadaan relaksasi dapat ter!apai setelah dosis obat anestesi yang diberikan sedemikian tinggi, sehingga menimbulkan gangguan pada organ vital. ,engan demikian keadaan ini akan mengan!am ji a penderita, lebih"lebih pada penderita yang
13

sensitif atau memang sudah ada gangguan pada organ vital sebelumnya. 3ntuk mengatasi hal ini maka ada tehnik tertentu agar ter!apai trias anestesi pada kedalaman yang ringan, yaitu penderita dibuat tidur dengan obat hipnotik, analgesinya menggunakan analgetik kuat, relaksasinya menggunakan pelemas otot (muscle relaxant) tehnik ini disebut balan!e anestesi. Pada balan!e anestesi karena menggunakan muscle relaxant, maka otot mengalami relaksasi, jadi tidak bisa berkontraksi atau mengalami kelumpuhan, termasuk otot respirasi, jadi penderita tidak dapat bernafas. #arena itu harus dilakukan nafas buatan (dipompa), tanpa dilakukan nafas buatan, penderita akan mengalami kematian, karena hipoksia. ;adi nafas penderita sepenuhnya tergantung dari pengendalian pelaksana anestesi, karena itu balan!e anestesi juga disebut dengan tehnik respirasi kendali atau control respiration. 3ntuk mempermudah respirasi kendali penderita harus dalam keadaan terintubasi. ,engan menggunakan balan!e anestesi maka ada beberapa keuntungan antara lain$ " ,osis obatnya minimal, sehingga gangguan pada organ vital dapat dikurangi. Polusi kamar operasi yang ditimbulkan obat anestesi inhalasi dapat dikurangi. *elesai operasi penderita !epat bangun sehingga mengurangi resiko yang ditimbulkan oleh penderita yang tidak sadar. " ,engan dapat diaturnya pernafasan maka dengan mudah kita bisa melakukan hiperventilasi, untuk menurunkan kadar 4O' dalam darah sampai pada titik tertentu misalnya pada operasi otak. ,engan hiperventilasi kita juga dapat menurunkan tekanan darah untuk operasi yang memerlukan tehnik hipotensi kendali. " #arena pernafasan bisa dilumpuhkan se!ara total maka mempermudah tindakan operasi pada rongga dada (thora!otomy) tanpa terganggu oleh gerakan pernafasan. #ita juga dapat mengembangkan dan mengempiskan paru dengan sekehendak kita tergantung keperluan. ,engan demikian berdasar respirasinya, anestesi umum dibedakan dalam ( ma!am yaitu$ " )espirasi spontan yaitu penderita bernafas sendiri se!ara spontan.
14

" )espirasi kendali1respirasi terkontrol 1balan!e sepenuhnya tergantung bantuan kita.

anestesi$ pernafasanpenderita

" Assisted )espirasi$ penderita bernafas spontan tetapi masih kita berikan sedikit bantuan. 2erdasar sistim aliran udara pernapasan dalam rangkaian alat anestesi, anestesi dibedakan menjadi / sistem, yaitu $ Open, semi open, !losed, dan semi !losed. %. *istem open adalah sistem yang paling sederhana. ,i sini tidak ada hubungan fisik se!ara langsung antara jalan napas penderita dengan alat anestesi. #arena itu tidak menimbulkan peningkatan tahanan respirasi. ,i sini udara ekspirasi babas keluar menuju udara bebas. #ekurangan sistem ini adalah boros obat anestesi, menimbulkan polusi obat anestesi di kamar operasi, bila memakai obat yang mudah terbakar maka akan meningkatkan resiko terjadinya kebakaran di kamar operasi, hilangnya kelembaban respirasi, kedalaman anestesi tidak stabil dan tidak dapat dilakukan respirasi kendali. '. ,alam system semi open alat anestesi dilengkapi dengan reservoir bag selain reservoir bag, ada pula yang masih ditambah dengan klep % arah, yang mengarahkan udara ekspirasi keluar, klep ini disebut non rebreating valve. ,alam sistem ini tingkat keborosan dan polusi kamar operasi lebih rendah dibanding system open. (. ,alam sistem semi !losed, udara ekspirasi yang mengandung gas anestesi dan oksigen lebih sedikit dibanding udara inspirasi, tetapi mengandung 4O' yang lebih tinggi, dialirkan menuju tabung yang berisi sodalime, disini 4O ' akan diikat oleh sodalime. *elanjutnya udara ini digabungkan dengan !ampuran gas anestesi dan oksigen dari sumber gas ( A9A 1Fresh Gas Flow) untuk diinspirasi kembali. #elebihan aliran gas dikeluarkan melalui klep over flow. #arena udara ekspirasi diinspirasi lagi, maka pemakaian obat anestesi dan oksigen dapat dihemat dan kurang menimbulkan polusi kamar operasi.

15

/. ,alam system !losed prinsip sama dengan semi !losed, tetapi disini tidak ada udara yang keluar dari sistem anestesi menuju udara bebas. Penambahan oksigen dan gas anestesi harus diperhitungkan, agar tidak kurang sehingga menimbulkan hipoksia dan anestesi kurang adekuat, tetapi juga tidak berlebihan, karena pemberian yang berlebihan bisa berakibat tekanan makin meninggi sehingga. menimbulkan pe!ahnya alveoli paru. *istem ini adalah sistem yang paling hemat obat anestesi dan tidak menimbulkan polusi. Pada system !losed dan semi!losed juga disebut system rebreathing, karena udara ekspirasi diinspirasi kembali, sistem ini juga perlu sodalime untuk membersihkan 4O'. Pada system open dan semi open juga disebut system nonrebreathing karena tidak ada udara ekspirasi yang diinspirasi kembali, system ini tidak perlu sodalime. 3ntuk menjaga agar pada system semi open tidak terjadi rebreathing, aliran !ampuran gas anestesi dan oksigen harus !epat, biasanya diberikan antara ' @ ( kali menit volume respirasi penderita. *ystem )ebreathing )eservoir bag *odalime Tingkat polusi Tingkat keborosan obat FFF FF F "

kamar operasi Open *emi open *emi !losed 4losed " " F F " F F F " F F F FFFF FFF FF F

2ila obat anestesi seluruhnya menggunakan obat intravena, maka disebut anestesi intravena total (total intravenous anesthesia1T67A). 2ila induksi dan maintenan!e anestesi menggunakan obat inhalasi maka disebut 76+A (7olatile 6nhalation and +aintenan!e Anesthesia) Pemulihan anestesi Pada akhir operasi atau setelah operasi selesai, maka anestesi diakhiri dengan menghentikan pemberian obat anestesi. Pada anestesi inhalasi bersamaan dengan penghentian
16

obat anestesi aliran oksigen dinaikkan, hal ini disebut oksigenisasi. ,engan oksigenisasi maka oksigen akan mengisi tempat yang sebelumnya ditempati oleh obat anestesi inhalasi diaveoli yang berangsur"angsur keluar mengikuti udara ekspirasi. ,engan demikian tekanan parsiel obat anestesi di alveoli juga berangsur"angsur turun, sehingga lebih rendah dibandingkan dengan tekanan parsiel obat anestesi inhalasi didalamdarah. +aka terjadilah difusi obat anestesi inhalasi dari dalam darah menuju ke alveoli. *emakin tinggi perbedaan tekanan parsiel tersebut ke!epatan difusi makin meningkat. *ementara itu oksigen dari alveoli akan berdifusi ke dalam darah. *emakin tinggi tekanan parsiel oksigen di alveoli (akibat oksigenisasi) difusi kedalam darah semakin !epat, sehingga kadar oksigen di dalam darah meningkat, menggantikan posisi obat anestesi yang berdifusi menuju ke alveoli. Akibat terjadinya difusi obat anestesi inhalasi dari dalam darah menuju ke alveoli, maka kadarnya di dalam darah makin menurun. Turunnya kadar obat anestesi inhalasi tertentu di dalam darah, selain akibat difusi di alveoli juga akibat sebagian mengalami metabolisme dan ekskresi le at hati, ginjal, dan keringat. #esadaran penderita juga berangsur"angsur pulih sesuai dengan turunnya kadar obatanestesi di dalam darah. 2agi penderita yang mendapat anestesi intravena, maka kesadarannya, berangsur"angsur pulih dengan turunnya kadar obat anestesi akibat metabolisme atau ekskresi setelah pemberinya dihentikan. *elanjutnya pada penderita yang dianestesi dengan respirasi spontan tanpa menggunakan pipa endotrakheal maka tinggal menunggu sadarnya penderita, sedangkan bagi penderita yang menggunakan pipa endotrakheal maka perlu dilakukan ekstubasi(melepas pipa ?T). ?kstubasi bisa dilakukan pada aktu penderita masih teranestesi dalam dan dapat juga dilakukan setelah penderita sadar. ?kstubasi pada keadaan setengah sadar membahayakan penderita, karena dapat terjadi spasme jalan napas, batuk, muntah, gangguan kardiovaskuler, naiknya tekanan intra okuli dan naiknya tekanan intra !ranial. ?kstubasi pada aktu penderita masih teranestesi dalam mempunyai resiko tidak aktu antara tidak sadar sampai sadar. Tetapi ada operasi aktu penderita masih teranestesi dalam. Pada penderita yang

terjaganya jalan nafas, dalam kurun tertentu ekstubasi dilakukan pada

mendapat balan!e anestesi maka ekstubasi dilakukan setelah napas penderita adekuat. 3ntuk
17

memper!epat pulihnya penderita dari pengaruh mus!le relaEant maka dilakukan reverse, yaitu memberikan obat antikolinesterase. *ebagian ahli anestesi tetap memberikan reverse alaupun napas sudah adekuat bagi

penderita yang sebelumnya mendapat mus!le relaEant. *ebagian ahli anestesi melakukan ekstubasi setelah penderita sadar, bisa diperintah menarik napas dalam, batuk, menggelengkan kepala dan menggerakkan ekstremitas. Penilaian yang lebih obyektif tentang seberapa besar pengaruh mus!le relaEant adalah dengan menggunakan alat nerve stimulator.

Adapun setelah prosedur diatas selesai, pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan terus diobservasi dengan !ara menilai AldretteHs s!ore nya, nilai 8"%: bisa dipindahkan ke ruang pera atan, -"8 observasi se!ara ketat, kurang dari - pindahkan ke 643, penilaian meliputi$

&al yang dinilai %. #esadaran$ *adar penuh 2angun bila dipanggil Tidak ada respon '. )espirasi$ ,apat melakukan nafas dalam, bebas, dan dapat batuk *esak nafas, nafas dangkal atau ada hambatan Apnoe (. *irkulasi$ perbedaan dengan tekanan preanestesi Perbedaan F" ': Perbedaan F" -:
18

<ilai

' % :

' % :

' %

Perbedaan lebih dari -: /. Aktivitas$ dapat menggerakkan ekstremitas atas perintah$ / ekstremitas ' ekstremitas Tidak dapat -. Iarna kulit <ormal Pu!at, gelap, kuning atau berbintik"bintik 4yanoti!

' % :

' % :

*AFTAR PUSTA+A

1. 5atief *A, *uryadi #A, ,a!hlan +). Petunjuk Praktis Anestesiologi. ?disi kedua.

;akarta$ A#36.':%%
2. ,esai

A+, 9eneral Anesthesia. A!!essed on ;uly '8 ':%'. Available at

http$11emedi!ine.meds!ape.!om1arti!le1%'J%-/("overvie Ksho all.

19

(. 9eneral http$11

Anesthesia.

A!!essed

on

;uly

'D

':%'.

Available

at

.mayo!lini!.!om1health1anesthesia1+C::%::

/. 2udiono 3, +akalah Anestesi 3mum. A!!essed on ;uly '8 ':%'. Available at http$11 .s!ribd.!om1do!1D08-8'JD1Anestesi"3mum

-. +uhiman +, 5atief *A, 2asuki 9. Anestesiologi. ;akarta$ 2agian Anestesiologi dan terapi 6ntensif A#36. 0. Anestesi http$11 3mum. A!!essed on ;uly 'D ':%'. Available at

.s!ribd.!om1do!1D/:%0JD(1A<?*T?*6"3+3+

20

Anda mungkin juga menyukai