;2008 1.r;.'...
tssN 0r26-2092
;
nclalas university
f
MAffi
PEru
(Kppr
ffiAB{
RA
' _ ,
lr .ii,
No
;rl r- j iq..r:'i
..1
,];rnsri saGrj'g
.. ;.1
Nsyah Elliyonti
Pe
ro no
Ked oltr e m
n,YuUir ltdo
O n ko
ogi
Deteksi
Beli ncblosloma
Adizol flohman
Daftar Pustaka
DETEKSI
Radionuclide -Ireatment
in
2. Liepe K. Dosimetry of (1BS) Re-Hydrox-vethylidine diposphonate in Human cancer Prostate skeletal ir,letastases.Journal oI Nuclear Medicine
2003;44:69
5
3- Koutsikos f, Leondi
, 4.
,1
of
or
1S3Sm-EDTMP
PENDATII.JLUAN
Conrbined rvith Amifostine in a Rabbit Model. Iournal o[ Nuclear lr{edicine 2OO I:42:'1545-1550
5.
8-1
65
6.
David A, BlotLa A, Bondanelli lr'1, Rossi R, Roti E. Braverman LE, Busutti L, Uberti EC. .Serum Th_vroglobulin Concentrations and I-131 Whole-Body Scan Results in Patients With Differentiated Tliyroid Carcinoma After Administration o[
dari lapisan sensoris retina, paling serinE terfadi pada usia sebelum lima tahun. Insidennya berkisar antara 1 : 14'000 sampai dengan 1 : 34'000 kelahiran hidup.' Retinoblastoma ini sangat nrembahayakan kehidupan bila tidak diobati secara tepat, dapat berakibat latal karena dalam satu sampai dua tahun
seteiah didiagnosis akan bermetastase ke otak atau berrnetastase iauh secara hematogen.
Journal Of Nuclear
7.
Mubashar M, Harrington FlJ, Charrdhar-v KS, Lalani EN, Sinnett D, Glass DM, Tc-
in
Assesnrent
Multidrug Resistance
N{eclicine 2002r43
:5
in
Paticnts
19-525
maka prognosanya akan lebih baik. Tujrran pengobatan adalah untuk memp;rtalankan kehidupan, mempertahankan bola mata dan bila perlu meniaga supava tajam penglihatan dan kosmetiknya tetap baik''
Pengobata_n dapat berupa fotokoagulasi, kemoterapi serta tindakan bedah.'
9.
Su ZE Ichise Utsonorniya K, Ballinger JR, Piqt:ctttr-NIillcr II, Rauth Alrl,'iang "\r, lvI. Comparlson of the accunrulation ol-the accumulatiotr and eiflu-r kinetics of technetium-99n sestanribi and technetiun'r-ggm tetrofosmin in an MRPexpressing lunor cell Iine. Er.Lrr-rpeatr Jourtral Nuclear \ledicinc 2O0O;27:77861792
GAMBARAN KLINIS
10.
Khalkhali
I,
Umumnya terlihat pada usia 2 sampai .lengan 3 tahun, sedangkan pada kasus yar-; diturunkan rnelalui genetik Sejala klinis dapat muncul lebih awal.'
D
Suri
A,rdalas,
5l
FK URnd
Itiddr
l{araFs
5l Fl( t}urn
Ardizol Rohmon
Ardizol Rohmon
1. Leukokoria
Merupakan gejala klinis )'ang paliog sering ditemukan pirda retinoblastoma intra okuler vang dapat mengenai satu atau k:dua mata. Gejala ini sering disebut seperti "nrata kucing". Hal ini disebabkal oleh refleksi cahal'a dari tumor -t'ang benvarna putih disekitar retina. \\rarna pulih mungkin terlihat pacla saat anak melirik atau dergan pencahayaan
pa.la r,r'aktu pupil dalam keadaan seni midriasis.
.llt^r,
penyebaran sel tumor sehingga tindakan ^ni jarang dilakukan oleh dokter spesialis mata.]
2. Femeriksaan dengan antrstesi
2.
.:.
Stiabismusr
. ,':
,$ejala
dini
_r'ang, -sering
3. 4.
juga terjadi
apabila
5.
ini seriug belhubungan dengan giaukor:ra sekunder yang i'akibat reti.oblastorna. Apabila sudah terjadi g,laukoma maka diprediksi sr-l(lalr olpredlKsl strrlah tcrjadi invasi i.r'asi tunror ke nen.us ne^'us optikus. Selain selain tn't, panyt;lt:tlt rnat;r rrrcr;'lr ini rlapat pula akibat gejala inflamasi
,merah
6.
7.
umum Bertujuan untuk melakukan pemeriksaan bola mata secara baik, yaitu menentukan diameter kornea, Tekanan Intra Okuler, pemeriks"an funduskopi serta melihat pembuluh darah atau neovaskularisasi yang terjadi. Fluoresensi Angiografi Ultlasonografi Untuk melihat kalsifikasi dan ukuran turnor Computerized Tomography (CT scan) U'^.-k melihat adanya kalsifikasi, ukuran serta perluasan tl'mor Magnetic Resonance Imaging (ivIRI) Baik 'rntuk melihat adanya kalsifikasi, ukuran d rn perluasan tumor Lumbal pungsi
Pada pemeriksaan patologi anatomi akan
'4.
-r'arg, tanrpak sebagai serulitis preseptar atau endoftahnitis. Inflanrasi iri disebabkan oleh udun,r'o tu,no. r..ang, nekrosis
Buftalmus Merupakan gejala klinis -r'ang berhrrbungan deng,an peningkatan Tekanan Intra Okuler akibat trr mor lang br_.rtantbah besar.
flognosa dan survival rate sangat tergantung pada stadium klinis tumor pada saat didiagnosis. Klasifikasi 1'ang paling sering dipakai aoalah
klasifikasi Reese Ellsworth, yaitu:
Grup
1a
6.
Terjadi karena tumor sistem s'araf parasirrrpatik -r,arrg telah 'engga.rggu Proptosis
1b
Za
Tirmor multipel ukuran 4 diameter papil nervus optikus pada atau dibelakarrg ekuator Thmor soliter ulqrran 4 - 10 diameter papil nervus optikus pada
atau dibelakang ekuator
dan
2b
Tumor multipel ukuran 4 - 70 diameter papil nervus optikus , padaatau dibelakang ekuator
Beberapa lesi pada anterior sampai ekuator
DIAGNOSIS
3a 3b 4a
1.
Biopsi
I)cnp,an llrclakuk;rrr lrio;lsi jarrrnr lraltrs maka tunror dapat ditentukarr jcrrisrryu. Narrrun dcrrrikiarr tinclakan ini dapat menyebabkan terjadinya
fupplenot MaFlai fdoklere Andahs. 0atam
Rangra C[es
N:rab 53 FK tJend
rr fnes.
oJJn nrBla
59
Ardizal Rohnrcn
Deteksi Dini
do
notol a ko
n oo
Re
li nob I asto mo
Arrlizol Rohmon
fraksi perhari 190 - 200 cGy dengan total dosis 4000 diberikan selama 4 sampai 6 mingu.'
Vitreous seeding
5. Kemoterapi
Indikasinya adalah pada tumor yang sudah dilakukan enukleasi bulbi yang pada perneriksaan patologi anatomi teldapat tumor pada khoroid dan atau mengenai nervus optikus. Kernoterapi juga diberikan pada dan dengan metastase regional pasien y"og rud"h dilakukan "1qsgnt6r;rsi juga diberikan pada tumor ukuran jauh. dapat Kemoterapi It^,, ,n"t"rLse kecil dan sedang untuk rnenghindarkan tindakan radioterapi-' Retinoblastoma study Group me nganiurkan penSSunaan carboplastin, vincristine sulfate dan etopozide phosphate. Beberapa peneliti juga menambahkan cyclosporine atau dikombinasikan dengan regimen kemoterapi carboplastin, vincristine, etopozide phosphate' Teknik lain yang dapat digabungkan dengan metode kemoterapi ini adalah: a. IGmotermoterap i, dimana se te lah dilakukan ke more duks i dilan jutkan dengan termoterapi- cara ini paling baik untuk tumor- tumor yanE berada pada fovea dan nervus optikus dimana iika dilakukan radiasi atau fotokoagulasi laser dapat berakibat teriadinya penurunan visus." b. Kemoradioterapi, adalah kombinasi antara kemoterapi da-n radioterapi y-g dqpat dipergunakan untuk tumor-tumor lokal dan sistemik-
sangat tergantung pada besarnya tumor, kejaringan ekstra okuler dan adanva tanda-tanda
qsi laser sangat bermanlaat untuk retinoblastoma stadium . Dengan melakukan fotokcagulasi laser diharapkan pembuluh menuju ke tunior akan tertutup sehingga sel tumor akan imati. Keberhasilan cara ini dapat dinilai dengan aciam,a regresi ilan terbentuknya jaringan sikatrik korioretina.n cara ini baik tuinor yang diametern_r,a 4,5 mm dan ketebalan 2,5 mm tanpa a vitreous seeding. Yang paling sering dipakai adalah Argon atau de laser yang dilakukan seban-vak z sampai 3 kali dengan interval masing-nrasingnya 1 bulan.
2. Krioterap
Dapat dipergunakan untuk tunror 1,ang diameternl,s 3,5 rnm dengan ketebalan 3 mm tanpa adanya seeding, dapat juga digabungkan 'itreous dengan foto koagulasi laser. Keberhasilan cara ini akan terlihat adanya tanda-tanda sikatrik korioretina. cara ini akan berhasil jika dilakukan sebanyak 3 kali dengan interval rrrasing-masingnl,a l bulan.'"
6. Enukleasibulbi
Dilalukan apabila tumor sudah memenuhi seSmen posterior bola mata. Apabila tumor telah berinvasi kejaringan sekitar bola mata maka
dilalmkan eksenterasiBerdasarkan uluran
h;;;,
3. Thermoterapi
Dengan mempergunaka' laser rnfra red untuk menghanctrrkan sel-sel tumor tcnrtarna unluk turrror-trrntor ukuran kecil.'
1. Ttrmolkq"il
uL.""
4. Radioterapi
Dapat digunakan pada turnor-tunror tirnbul kearah korpus vitreus 'a'g dan turrror-tu'r'r yang suriah br:ri.vasi ke optikus yang terlihat
tumor kecil dari 2 diameter papil nervrx optikus tanpa infiltrasi ke korpus vitreus atau srrb retinal. Dapat dilakukan fotokoagulasi laser, termoterapi, krioterapi d an kemoterapi
sctclalr rlil'kukirrr c'trklcasi btrlbi. Dosis 'er*us ,r,ang dianjurkrn adalah dosis
5Lr1rp/rrlrrrr l.i,rJ.t.rh
2. TumorMedium a. Brakiterapi t,ntuk tumor ukuran kecil dari 8 diarneter papil nervus optikusterutamayangtidakadainfiltrasikekorpusvitreous,juga regtesi diperguna-kan untuk tumor-tumor yant sudah mengalami
bf/dEr FiJdr
lkdoldan ArdJd. Dddn
((\to\l.ran y'vrlrlas
0atarn Rangfa
Oa
Nalaj6
5j
FK tlBM
Rt+l
Dca Nrtars
5l Fl( ttlrd
61
Ardiz,tl Rahmon
Ardizol Rohmon
7-
I{alvesten EM, Knuth KR, Elus FD. Retinoblastoma, J pecliatric ophthalmol and
Strabismrrs 7987 -24; 296 - 300
5
a. Kemoterapi untuk
m
SE
seperti krioterapi dan fotokoagurasi laser yang b".tJj,r"o untuk m enukleasi atau radioterapi. Tindakan ini juga
ntungan apabila terdapat tumor yang kecil pada mata
JA, out co^ne cf Eyes rvith unilateral sporadic Retinoblastoma Based on the initial external findings by the family and the hdiatrician- f. hdiatric ophthalmcl and strabismus 2004 - 47 r43 149
10.
Shanmunugam MP, Biswas f, The Clinical Spectrum and Treatment Out Come op Retinoblastoma in Indian children, f.pediatric ophtalmol and strabismus
2OOS
Enukleasi bulbi dilakukan apabila tumor yang diffuse pada segmen pppterior bola mata dan yang mempunyai resiko tinggi untuk sudah neluas kejaringan ekstra okuler maka dilakukan diikuti dengan kemoterapi dan radioteiapi
sudah bermetastasis jauh, han-r,a diberikan kernoterapi saja
42;75-87
|;,Abranxon DH, Scheller AC. Transpupillar_v Therrnotherapi for Small L.rrra Oculer reinobalastonra ,, OphthaLnologu
as
initial treatmeni
2, Abraharn DH, Retinoblastonra : Diagnosis and Nlanagement CA : A Cancer jounral forclinicians j982, \bl 23, 130 142 3. Baiasubrama'a R, pushker N. ,{t'pical presentation or F.etinoblastoma Journar Pediatric ophtharmorog-r' and strabisnrus 2oo1 : 24 : 16-2r. 4 Ell CA, Retinoblastoma, In : Tasrnan \V, /aeger E A eds. rthiLlnrologr' , \bl UI, Chap .r5 Li'incott_Rarrn publisher, ,
9. 5.
6'
K,
Gunaep
I,
retinoblstoma and analysis of associated factors leading to with externar beam radiotherap-r, and enucleation
IJaik IJG Treatnrent of nretcstatic retinobrastonra - 12Jo. )'irlcinda N causes or chemoreduction failure in
III.
1917- 1924
"*,'irrot ophthalmologv
treatment
zoo4; yol
5l
FK
OuI
!'4dffil
Nardis
5l tK
uru^d
..;
I
I
\,llhont
rod rlbr/rrh Firdo
rr's
tt
/l'luni ul K/inil
Diogno-sr's
II
uho m
notl Abduh
Fi
tdous
para dokter/dokter klinik diagnosis dini karsinoma nasoiaring. asar pada stadium dini'
penyakit iDi hrskesmas dapat membantu menemukan
IN I KARS IN O I\1A NAS O FARING
olehkarenaitupadamakalahiniakanmenjelaskanmengenaipetunjuk
ERMASAI-\I
:\N
DIAGNO SIS
Pengertian diagnosis dini Pada ka penyakit dalam stadium I dan stadi pada nasofaring atau mnsa hidung' keleniar gelah bening leher dan metast
ULUAN
hrsinoma nasolarin3 nerupakarl kanker kepala dan leher van3 sering mukan di lndonesia. Berdasarkan sufve\r Departemen Kesehatan unjukkan prevalensi 4,7 kasus per 100'000 penduduk per tahun'' Di p Dr NI Djamil Pad.anS nrenurut catatan uredik periode 20(13 s/d 2007 banYak dari idit.mukur] 130 kasus denSan rasio laki-laki tiSa kali lebih
perempuan.
stadium dini masih sulit didapalkan di [ndonesia dan luar negeri' negeri. Berdasarkan p"n"titi"" 1'ang dilakukan
kasusdini.stadiumldanll)ait",nurnnberkisar3,S-13'9%dibandingkan
dengan kasus laniut (stadium III dan
permasalahan diagnosis
faktor berikut ini:
l.
di Prevalensi karsinoma nasofaring tertinSSi cii china Selatan, terutama penduduk per 100.0c0 propinsi Guangdong dan GuarrgXi, 1,aitu 40-50 kasus p".iuhr^ dan di daerah yang banyak ditempati oleh imigran China di Asia Tenggara, California, Hongkong dan Tain'an''
Pasien biasanya baru datang ke dokter setelah penyakit dalan keadaan dan stadium lanjut (III-IV) karena gejala stadiun' dini ( I-IIJ tidaklah sesifik
di daerah yanB tersembunyi' Berdasarkan anatomi, tumor pr:imer tumbuh sulit dilihat oleh pasien maupun dokter' pasien tidak mengacuhkannya dan
dini masih sering terabaikan. Penemuan karsinoma nasofaring pada stadium sulit didapatkan.
angka mortalitas yang tinggi' Angka 5 tahun II harapan hidup pada stadium dini, yaitu stadium I adalah 67,6%0, stadium meninggal 38,O %. Sedingkan separuh stadium III dan IV biasanya akan Kanker
3.Padabeberapapasienstadiumdinitidakmenrrnjukkansuatugejalasama penyakit selanjutnya' sekali, demikian pula pada perjalanan tidak dapat dideteksi di 4. Geia.la mungkin ada, tetapi tumor primer dengan teliti' nasofa.inS, *alaupun sudah diperiksa
ini mempunyai
5.Umumnyaperkembangantumorcepatsekali'iikatidakcepatdidiagnosis seglra berkembang meniadi kasus laniut' "kan penyakit karsinoma 6. Kebanyakan pasien belum mengetahui tentang nasofaring, '''
PATOIOGIKNF
Secana makroskopik pertumbuhan
Seandainya setiap dokter t\skesmas memahami cara mendeteksi dini ini; dan meruiuknya ke rumah sakit yang lengkap fasilitas
.1 .
dapat
5l Flt tlsnC
r ftidr
XcAfrs-er
fnfufs' oJan
Rr#
Des
Na6 5l
FK tlwtd
tuba eustachius
ya.
5
ci dinding lateral di atap nasofaring. Lesi ini jarang disertai nekrotik dan sangat nrudah mengadakan infiltrasi ke jaringan
dan
di
yanS hubungan dengan kebiasaan diet tertentu, infeksi, dan keturunan merupakan faktor resiko."
Para
g ( KNF)'
daerah tuba eustachius, cepat menyebabkan sumbatan tuba. Tumor biasanya berbentuk i anggur atau polipoid tanpa adanya ulseratif. Tumor ini mengadakan si disekitar tuba eustachius dan meluas masuk kedalam ruang ilofaring dan mengadakan kompresi cabang mandibura saraf $beminus [V2), tumor dapat menjalar kebarvah mendesak palatum mole mudah menyebar kedaerah petrosfenoid di basis kranii.' $lirBentuk eksofitik biasanya tumbuh pada satu sisi nasofaring, tidak lgrdapat ulseratif, kadang-kadang bertangkai dan permukaannya licin. llhmor ini tumbuh dari atap dan dapat mengisi seluruh rongga nasofaring. ftrmor dapat mendorong palatum mole ke barvah dan tumbuh kearah koana 'dan masuk ke kavum nasi. Tumor bentuk ini cepat tumbuh mencapai sinus maksila dan rongga orbita sehingga menyebabkan eksoptalmus unilateral atau menonjol keluar ke nares anterior. Di daerah tuba eustachius turnor ini, lebih cenderung tumbuh secara submukosa ke arah basis kranii. Kompresi saraf kranial terjadi bila tumor tumbuh sangat bcsar.,
secara mikroskopik,
andung EBV Virus ini banl'3[ diseluruh dunia dan hidup di nasofaring, bebas di udara dan dap-at masuk ke dalam tubuh dan tinggal juga sebagai tanpa menimbulkan g";4"- Pada beberapa kasus bahrva EBV
karsi-noma
penyebabinfeksimononuclmsisyangseringdikenalsebag,ai..mono''. mengenai WA^rrp,rtt'demikian belum ada per ahalr'an yanS sempurna tidak saia i."it".'yirrg luat antara infeksi EBV dengan KNE Infeksi EBV jarang sedangkan infeksi cukup ;hi menimbulkan IGIF, karena kanker ini
:-.
yang tinggi dari EBV fanyak teriadi. Beberapa penelitian menemukan kadar virus ini di dalam darah penderita l(\fp::';
atas 3 bentuk, yaitu : 1) Tipe 1 : Karsinoma sel skuamosa dengaa keratin, 2) Tipe 2 : Kiusinoma sel skuamosa tanpa keratin, 3) Tipe 3: Karsinoma tanpa
diferensiasi.u
untuk terjadinya Faktor Genetik: Kecurigaan bahrva faktor genetik berperan yang terdapat tingi risiko berclasarkan atas karsinoma nasofaring, ^aa* yang maupun Surranya sendiri' pada orang China, baik yang ti jarang terkena penyakit ini. Di ielah pindah ke Negara lain. Ras Ras Melayu' yaitu Malaysia dan didapat pada bangsa
ari", i"rb"oyak
Dari ketiga tipe ini yang paling sering ditemukan ialah karsinoma tanpa diferensiasi. Tipe 2 dan tipe 3 mempunyai sifat radiosensitive, serta titer antibody terhadap virus Epstein-Barr, sedangkan tipe 1 radiosensitive dan tidak nrenunjukkan hubungan yang berarti
tersebut.
ketunrnan Hubungan antara profil HLA ditemukan pada penderita KNF Singapura' Malaysia, seperti China yiig berimigrasi kenegara lain, kompleks genetic Hongkong dan ketunrlnan China di California, khususnva korelasi dengan HI-A-Az, HLA Bw46, HI,A-B17lBu':j8, Dr3, Dr9 mempunyai g'''' pen ingkatan resiko terjadinya kars inoma n a so far i n
terti-oggi dari KNF bila rerpapar zat karsiilogen. Di china selatan frekuensi
PENYEB
\B KNF
orangyangmemilikiHI-A.A2mempunyairesikotinggiuntukmenderita
Itrnyclr;rlr 1-rirsti KN['.surrrlrri s:rat ini rna.sih belum diketahui. walaupun <,enriki.' para .hli telah rrrenenruka. bahr'a timbulnl,a pen-vakit ini ada
suppiemenr Maldtah
HI,A.Bw46danBlTditemukanpadapendertaKr\FdaridaerahGuangzhou. Padapengamatanpadasaudarakand.ungpenderital(\FdiChinaSelatan
t.ppbr?Er tlai$h
KedrflM
5l Fl(
l}Bnd
Xl#dn
06
ltataf6
5l
FK Ltund
67
PaluniLtk
.\l
u ho
m o d Abd u h Fi rdou s
BtZ memberikan risiko 10 kali untuk nenderita KNn FILA-B$'46 berhubun8an dengan onset yang
lelah memberikan kesan bahu,a HL,r\-Bn'46 dan
lambat sedangkan B17 berhubrlngarl dengan onset yang cepat'2'
Penelitian pada penapisan penduduk untuk KNF telah diperlihatkan rahwa kasus-kasus dini Kr\F dapat diidentifikasi pada individu yang sehat (Ig'dA/CA) dari fang mempunyai kadar IgA terhadap virol capsid antigen EBV. Bilamana individu deng,an seropositif nlaka pada subjek dilakukan pemeriksaan nasofaring setiap tahun dengan mengunakan pemeriksaan nasofaring indirek, 32 kasus KNF tanpa gejala diidentilikasi dari 2823 pada individu yang sehat dengan seroposi[i[. Bia-r'a program penapisau akan nenjadi hambatan jika dilaktrkan pada rnasYarakat luas, \valaupun detnikian arlanl,a presdiposisi Senetik i'an3 ielas dari penyakit ini, penapisan pada ke luarga ltasien KNI" t]ltuigkin biaYa nreniadi efektif. Dilaporkar-r pr.rla da|i -l2tl kasrrs taDpa Sejala dari saudara kar]clurlS pasien KNF juga clilakr-rkau penapisan. Icrtl-t'ata 3 kastrs KNF clitenrrrkan. Suatu proSranr perLapisan ini akan lebih baik lLtltttk rtrendapatkan kasus-kasus rlcnylitl r;l;rrlirrrrr rlini,lril;r rlilr;tlrrlilr!.kilrl llirsictt van.q, daLarlg clengan gejalagejala. SturliLrrtr ltcrrvakit atlirlalr irrtlihator l.rrognosis paling l.rcnting dari Penl'akit ini. ' Jika cara pencegahan KNF belum ada dan deteksi dini dengan cara penapisan rnungkin sa[u satun-\'a secagai sun.Iber dan pertimbangan kebijakan yarg dapat dilakukan untr.rk semua anSSota keluarga pasien KNE cara ini akan menjadi kebijakan dalam upaya mendapatkan suatu diagnosis dini pada pasien yang mempunyai gejala. Hal ini dapat dicapai melalui edukasi pada masyarakat agar dapat berkonsultasi ke dokter pada gejalagejala dini, dan memperbaiki tingkat kervaspadaan terhadap tumor ini
kepada dokter puskesmas.
'
Gejala dini KNF sangat beravariasi, ringan dan tidak khas. Keluhan tergantung letak dan perluasan tumor nasofaring, apakah tumbuh kearah murua tuba eustachius atau ke koana. oleh karena itu keluhan pertama dari pasien biasanya adalah keluhan telinga dan hiduag atau keduanya. Gejala lanjut berupa timbul massa (kelenjar getah bening) di reher dan gangguan saraf kraniaVmata dan nyeri pada tulang femur, spina vertebra torakolumbal, hati, paru, ginjal dan limpa.'n
Gejala din: Geiala Telinga Gejala-gejala yang berhubungarr dcngan tr:lirrga rneliprrti tuli, tirrrril.us, otalgia dan otorrhoea, semuanya biasanva unilateral. Dari gejala tersebut tuli
rnerupakan yang sering ditemukan. Tuli yang ditemukan adalah tuli konduktif yang biasanya oleh karena otitis media efusi akibat gangguan fuog.i tuba eustachius. Hal ini arvalnya disebabkan infiltrasi tumor pada otot tuba dan gangguan yang intermiten dari mekanisme pembukaan tuba. Gangguan fungsi tuba mungkin menjadi menetap karena tumor meluas masuk ruang dan struXtur sekitarnya. Otitis mcdia efusi menjadi suatu tanda kewaspadaan untuk menemukar kanker lebih dini. Untuk menilai ada Banpuan fungsi fuba maka perlu dilakukan perneriksaan timpanometri.' Tinitus terjadi kira-kira pada sepertiga dari pasien-pasien I.C.IF dan dapat menyusahl:an serta sulit diobati. Otalgia jarang ditemukan, nyeri telinga dikarenakan turnor masuk ke daerah parafar ing dan terjadi erosi pada dasar tengkorak. Nyeri yan;g hebat akibat deri infiltrasi tumor ke saraf glossofaringeus yang mengenai serabut saraf ser^sorik di telinga tengah, saraf iniberialan dari foramen fugulare ke daerah rrofaring." l*trEr,rq*h lftztAnes. tED Rn'gfa D6 l{fift 5] FK lrsd
GAMBARAN KLINIK
Keluhan pasien KNF sering, tidak jelas dan membingungkan sampai tumor memasuki stadium laniut. Kesulitan ini dikombinasi dengan masalahtudahr 0b; Natak 53 FK thrd
Dahm RarEfa
ll u ho nt n o tl Abrl u lt )
_i
rdo tt s
I|tuniuk Minik
Gejala Hidung
Diognosis
Din:
L:':1,"*_]i::g
o it,oso/oring
Mu ho m mod,Ahd
Lt
('
|
rersrrnrbat'"[i:'1,:];, tunrbar,,",;;;;.;;:,1'',::',,*,rreriprrri insus in be^varna darah, d ara h, hidung u ;;;,;,.il':j;:l'i bi a r",.r r.,,;,:;' hid uns ;"'::",').,!:'::]".". " sering asan-\.a -r'ang ;. ; ii; ; berrvarna :il:::i tjdak :'i',1'.T, u,,r^,'ot^1'^!"r l' :i :: i;:, " rrrrlis f ;;, ::i; darr rl] si ; sinusiris. Adarva ini juga "i;i ,'1"'"T:: .Se)aia-Seiaia darah qpd^i,n "'-' o' n?i,'* ?,:LJr'"i::; ;;;r:;"r:il::i;'i#:'r'va
r
h l:i rrlo us
""t"-
rnengenai
diternukan
, bila ada
telah
Gejala Lanjut
Massa cli leher
DI,AGNOSIS
ini pa.ling sering " menl,ebabkan pasien - t'ten1'ebabkan datang berobat esar kasus ku-. rrrurnlllkl nremiliki li ke dokter. dokter ,,_r"O,ijl.^lda.tang ;;'TJilliu r" keleniar iu.,lj."ij,"#l' norrnalnl,a ttdak u n' u, tidak I r : I' T :".t1 :' r..-.... - _._...^. "n ".u ^",:",o. ,".u'iul'rr;;1*'" " dirasakan nyeri. l::;-' lerkena, diikuti kelompok yans .ro.r"-^ ,-_,. densan r-or -^^ourr \ul lrtt tarna kali kal. infCri^. W^t _ :"]1y"1 '^-"ikal trat r^dr oaglan bagian nriddle enjar se
r
Gejala
P d
ih
dapat kepala d
teliri.
fl*:: illf'l'
vrvrr,dr yang
'";;;""i"
cDrrni,rt.r-^- p p
il**;:Til
kelenjar_
il; d;:rd:l
terkenu
I
.
besar daripada kelen;.-ar -__- kelen;.-ar , ^srcU/al ^besar ^_aran dari arah cephalodcephalod-^' ,urqrr5 uan ada bilamana
dar dan
eiala Saraf
Keluhan-keluhan
il**pf:;:ffi
Kelumpuhan saraf da
sa
;;iH"I,i:.:i,i.il:t",""ji:i"":i:;ilT
%op"ri"r.,
I i
u e b h' *" .;;;, .."o i: i:' l,'lt ..'na atau ekstrl ::lT i: kranial) yans ",lTffii t*"tkranir,. ngsgring terkena, r ma ta' sa'ur r' ""It T""= o" b k;; T'il;Tff
;:
ffi*"i
ennya
.","r
;,
Ja
;, ;,Jil"
i T'1
;i
l;,,
_", u,. r", ul-*-,.#u,.n r.,,iu t. ;:::i i,:i<an penyakit sudah stadium
ii:'il'
ffi;i
,, ,_E
s. oaAm fun9e
S6
Nareb
9tder*r
&iJah
t{dC, Sl F'(
thand
71
il u h o n, nt o rl Abtl u h Fi rd
ou
tosofcring
llu
hom mod
Abduh Ftrdo us
o
m en
e
Ia lLrn
rrr"i.il;:etelnpat'
sehingga
nasofaring.to
berva.asi, maka diagnosis bandingn-va juga bervariasi berdasarkan gejala Snang ada' hda pasien yang datang dengan keluhan epistaksis, hidung tersurnbat atau ingusan, KNF menjadi sarah diagnosis karena keadaan tersebut menyerupai rhinitis, sinusitis, de*iasi septum atau polip nasi. pada daerah bukan endemik gejala-gejala tersebut tidak dicurigai, sehingga pemeriksaan rutin nasofaring yang merupakan dasar dari keberhasiran diagnosis menjadi terabaikan. ruaa u suatrr lumor \ran8 menyebabkan gejala tersebut kebanyakan pasti dapat dirihat i"a" pemeriksaan
sangat
dari vairu,,,,"irl;",..;;.otur,
nas
mungkin sering tertutupi .*ebagai otitis media serosa. pacla pasien dengan otitis media serosa ya'g ticlak dapat diterangkan, khususnya jika unilateral, KNF harus dicurigai sebagai kemungkinan ,o
pen,1,s[sg.
sika
.r r"uluup,
men
Kadang-kadarrg ada suatu massa di nasofaring seperti hipertrofi adenoid, kista, meningocele atau meningo-enceparocele, angiofibroma, r.uberkurosis,
stJjif{|:,ositolosi
eksroliatir
KESTMPUII\N
1' Untuk
mendapatkan stadium dini pada Ii\F perlu penrahaman dari para dokter dan masyarakat menge:rai gejala dini dari ien-vakit KNF nrelalui sym posium/ seminar atau pen_i.u luhan.
u'"""
aia atau
2'
p"."Iu,;;.,
;.; p"n.g"l;;i;.:;;",,,or.
Uahn naTfa Des ftata.s
Pemeriksaan ruLin nasofaring de'gan mengunakan arat endoskop kaku atau en'loskop serat optik sangat diperrukan untuk diagnosis dini pada setiap pasien yang mempunyai gejala dini l3\E
Andalas
----_ 5l ft
Ururd
ltCdEt
5l
FtC
tturd
tll u
I t
nt m o rl
rlbd h
u
f-i
nktu s
g
Untuk mendapatkan kasus utttt dini KNF sarat sarar berguna. rer8una' ot"t oleh karena tu.rnu -r\uJrr) iru r, perlu perr u 0,,"i,, disediakan
serotogi ig-,\ orttt-lluV ^o' anrr_EilV (v (V l::]:::*:""n ttrpertimbangkan dipertimbangtun sebagai sarana ,"'; diaqn ma sih b,k"; r, rl,i,, l;;;'"T : ::1T..$r:-,::'
hlsi
Suloini
TES TVA
SERVIKS
DAFIARPUSIhKA
1. 2. 3.
pusat penelitian
rasil",
pe
Jil;}:i?
B;:j;,i"%",,,
;t"x,,:
Huang
o, a"
lr
"
";
il. :) ; :,tJTj
c^^. .
ilili
*,",,
I.
PENDAHULUAN
ra
Aetiornoi-.r
i d u'' i a,,"
k,
,,,,,f*l'
.
;;::::l,l Nasol,rrarl.ns;J
H"ua.una
tV".J.
dkk,2006)
fJ""#lTrT -
Asia selatan'
l":
8 *e,o ter j a d i d,
;:il;.
;;;:.5:fJ"f
L,u"
lL#:;
,llll iiltil;;,-,,,
t"", u"[t]*.L.Agusdin
Ti
t): t).ilfala1'sia'The
internet Journal of
ein-Barr spesifik
o:na na nasofaring'
;,
Lo s, Lee
Tesis.hogram
*,
".1r.",
S.et
i;i',llr)l
al N""^^'^-
pusar parorogi dari 72 12 F Indone.sia, 3;:1,jH_":::3,Jr":?:fj_:_ah,v,a kanker serviks _"rrdrd,rkl di ---'Yuqu^r ;',crrngKsI oJrr,""u rgkat tertinggi, tcrtinggi, jenis yailu zso/o dari 10 ^ ienis kanke. kanker terbanvi . ,..i".,-" r^r-: r-r , ; - * Iaki-laki uotr dan perIrp_uan perempuan atau atau 26,40/o kanter kanle" terbanyak 26.4o/nderi rprhr-.,^L pa :^_:_ dari rn ' 10 jenis -ser.,ik" Angka kematian fi;; belurn dikerahrri ;,^lif":rpuan. ;,,-.
I-,20O7 ;Nurama
r#ii,
squamous
rjffi
Emedjcine, ''et,cr',
*.ffH*1t"fttrt:
t.
ZhuXN,ChenR,Kon
B, c, anr, DR and Lntna. Ann Otol **,**;;i;}.::.|ljil:'liT,il3,fTl_,'T,""ns.A, Rhinol lrryg;
H,",,,xTr;"TH?.n::::"j,:;:T;_
10. Woo iKS. Clinical D.
j:,;il:i:::l"T;,:j*,iff
ff
e
t.,
,
..
*mxm f;
di
nesara
"T
Honskons
ril
laptenenHaFla/\Kedohrar*."@
-"g"r"h 0","*t--rg1 u:nru\ mengiden_tifikasi lesi . mengobatinya sebelum b".k"rnb";;;:;adi tesi invasif.
masih terfnal-lanyaknya
*giu