Anda di halaman 1dari 4

3. Oklusi Pada pemeriksaan rongga mulut, juga dilakukan cek oklusi pada gigi geligi anak.

Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion adalah closing up atau menutup ke atas. Dengan demikian pengertian oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup. Oklusi pada anak baik pada gigi sulung maupun gigi tetap selalu berubah (dinamis) sesuai tumbuh kembang anak. Perkembangan oklusi masa gigi sulung sering mengalami gangguan yang dapat mempengaruhi hubungan oklusi gigi tetap. Oleh karena itu, tahap perkembangan gigi yang paling penting untuk diperhatikan adalah pada masa transisi antara gigi sulung ke gigi tetap karena dapat menyebabkan timbulnya kelainan susunan gigi atau maloklusi. Klasifikasi maloklusi menurut Edward Angle dibagi dalam tiga kelas dengan kunci oklusal yang digunakan sebagai patokan adalah gigi molar pertama rahang atas dengan molar pertama rahang bawah, yang diantaranya: 1. Klas I Angle (Netroklusi) Pada klasifikasi ini, mandibula dengan lengkung giginya berada dalam hubungan mesiodistal yang normal terhadap maksila, yang mana tonjol mesiobukal gigi molar pertama rahang atas terletak pada celah bagian bukal (buccal groove) gigi molar pertama rahang bawah. 2. Klas II Angle (Distoklusi) Jika lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri dalam hubungan mesiodistal yang lebih ke distal terhadap maksila. Tonjol mesiobukal cusp molar pertama rahang atas lebih ke anterior dari garis bukal molar pertama rahang bawah. 3. Klas III Angle (Mesioklusi) Merupakan kebalikan dari distoklusi, dimana lengkung gigi di mandibula dan mandibulanya sendiri terletak dalam hubungan yang

lebih ke mesial terhadap lengkung gigi di maksila dan tonjol mesiobukal cusp molar pertama rahang atas berada lebih ke distal atau melewati tonjol distal molar pertama rahang bawah, atau sedikit lebih ke distal dari garis bukal molar pertama rahang bawah.

Pada pasien kami yang bernama Dika, tidak dilakukan pemeriksaan oklusi, karena gigi pasien masih dalam masa geligi pergantian, dimana gigi permanen yang baru erupsi hanya gigi 36 dan gigi 46, sementara gigi molar pertama rahang atas pada kedua regio masih belum erupsi. Selain itu, sesuai dengan penjelasan sebelumnya, bahwa oklusi pada anak baik pada gigi sulung maupun gigi tetap selalu berubah (dinamis) sesuai tumbuh kembang anak. Pada pasien kami yang masih berusia 5 tahun, maka dapat dipastikan bahwa rahang akan masih terus tumbuh dan berkembang, sehingga belum bisa diklasifikasikan atau ditentukan hubungan oklusi pada gigi geliginya maupun ada atau tidaknya kelainan pada oklusinya (maloklusi), seperti adanya cross bite (gigitan silang), gigitan terbuka, ataupun gigitan dalam. Seluruh gigi geligi susu akan lengkap erupsi pada anak berumur kurang lebih 2,5 tahun. Pada periode ini biasanya akan dijumpai adanya generalized interdental spacing (celahcelah diantara gigi-geligi). Hal ini terjadi karena adanya pertumbuhan tulang rahang ke arah transversal untuk mempersiapkan tempat gigi-gigi permanen yang akan tumbuh. Adanya celahcelah ini memberi kemungkinan gigi-gigi permanen yang akan erupsi mempunyai cukup tempat, dan sebaliknya bila tidak ada space atau celah, maka memberi indikasi kemungkinan terjadinya gigi crowded atau berjejal. 4. X-ray Foto Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk menegakkan diagnosis, karena dalam mendiagnosis penyakit atau kelainan gigi tidak selalu dapat terlihat secara langsung melalui pemeriksaan fisik. Sehingga

penggunaan foto rontgen dapat membantu mengetahui ada atau tidaknya kelainan, besarnya kerusakan atau keparahan, serta hubungannya dengan jaringan di sekitarnya yang tidak dapat dilihat secara klinis. 5. Perawatan-perawatan gigi sebelumnya Pada pasien kami, diketahui bahwa ia sudah pernah melakukan perawatan pada gigi sebelumnya, yaitu scalling dan juga pulpektomi gigi 85. Oleh karena itu dapat terlihat bahwa pada saat dilakukan pemeriksaan, kondisi gigi pasien dalam keadaan bersih dan terbebas dari kalkulus. Untuk gigi 85 yang dilakukan perawatan pulpektomi, diakibatkan karena sudah terjadi peradangan pada jaringan pulpa sebelumnya, sehingga dilakukan perawatan saluran akar dengan mengambil atau mengeluarkan jaringan pulpa seluruhnya dan kemudian diberikan tumpatan pada gigi pasien. 6. Keluhan Gigi Merupakan suatu keluhan mengenai penyakit atau kelainan yang dirasakan saat pasien datang. Penjelasan mengenai keluhan tersebut sangat menunjang dalam menentukan diagnosa dan juga menggambarkan proses perjalanan penyakit. Hal ini meliputi rasa sakit yang dirasakan, lokasi gigi yang dikeluhkan, kapan pertama kali timbul rasa sakit, berapa lama rasa sakitnya, dan sebagainya. Pada pasien anak-anak, hal ini bisa disampaikan oleh orang tua atau pendampingnya atau bisa juga anak yang dituntun dengan pemberian pertanyaan-pertanyaan oleh operator atau dokter gigi. Namun pada pasien kami, karena tidak ada orang tua yang mendampingi, dan juga kesulitan komunikasi karena perbedaan bahasa yang tidak dapat dipahami, baik oleh operator maupun pasien, maka pada pemeriksaan subjektif ini kurang mendapatkan hasil yang maksimal. Sehingga informasi yang bisa kami dapatkan adalah pasien mengeluhkan gigi belakang berlubang dan terasa sakit. 7. Pemeriksaan Kelenjar Limfe dan Tonsil

Pemeriksaan kelenjar limfe maupun tonsil, berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya proses peradangan yang sedang terjadi. Pemeriksaan kelenjar limfe dilakukan dengan cara menginstruksikan anak untuk menunduk kemudian dilakukan perabaan atau palpasi di daerah submandibularis kiri dan kanan. Kemudian kita rasakan ada atau tidaknya pembengkakan, konsistensi, dan rasa sakit yang dirasakan pasien saat dilakukan pemeriksaan. Apabila terasa lunak dan sakit maka menunjukkan adanya inflamasi akut di sekitar mulut. Sedangkan bila perabaan terasa kenyal dan tidak sakit, maka terjadi inflamasi kronik. Sementara untuk memeriksa tonsil, dapat dilakukan dengan cara menekan lidah menggunakan kaca mulut atau tongue blade. Bila terdapat perubahan warna atau pembengkakan pada tonsil, maka menunjukkan bahwa sedang terjadi peradangan pada rongga mulut. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah kita lakukan, didapati hasil bahwa tidak ada pembengkan maupun rasa sakit saat melakukan palpasi pada kelenjar submandibula. Begitu pula dengan pemeriksaan tonsil, didapati bahwa tonsil dalam keadaan normal, tidak terdapat pembengkakan maupun perubahan warna. Sehingga hal ini mengindikasikan bahwa sedang tidak terjadi peradangan atau inflamasi dalam rongga mulut pasien.

Anda mungkin juga menyukai