Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH INDIVIDU DALAM PROSES PEMBENTUKAN

BUDAYA

Home Group 1 Kelas MPKT A (D)

Abel Yudo Prakoso (1306384725)


Dela Cynthia Fitri (1306374296)
Fransiska Paskah (1306385500)
Leny Mahromatul Ulya (1306374005)
Rizka Amalia Putri (1306384126)
Tatya Alifa (1306384435)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas MPKT A Semester satu dan menambah wawasan
para mahasiswa akan pentingnya individu terhadap kebudayaan.
Dalam proses penulisan makalah ini, kami menemui begitu banyak kesulitan. Namun
berkat bantuan dan bimbingan berbagai pihak, makalah ini akhirnya dapat terselesaikan dengan
baik. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. J.F. Warouw M.A., selaku fasilitator dan pembimbing kami dalam
penyusunan makalah ini,
2. Orang tua penulis yang senantiasa memberikan dukungan,
3. Serta semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan karya tulis ini yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Selain itu, kami juga menyadari bahwa baik dalam segi sistematika penyusunan maupun
materi yang dipaparkan masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami berharap agar
adanya kritik dan saran yang sekiranya dapat membantu kami untuk perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga makalah ini bisa bermanfaat.

Depok, 1 November 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

Bab I Pendahuluan
1.1 Tujuan

Bab II Pembahasan
2.1 Otak Manusia

2.2 Kecerdasan Manusia

2.3 Kepribadian Manusia

2.4 Kelompok Manusia

2.5 Hubungan Komunikasi dengan Hubungan Antar Individu

11

2.6 Kepemimpinan Efektif

12

2.7 Kelompok Efektif

13

2.8 Konsep Masyarakat

14

2.9 Kebudayaan

17

Bab III Penutup

20

3.1 Daftar Pustaka

21

3.2 Lampiran

22

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menunjukkan bahwa terdapat peran
individu terhadap suatu kebudayaan. Di dalam makalah ini juga terdapat berbagai penjelasan
mengenai otak manusia, tipe kecerdasan dan kepribadian manusia, bagaimana komunikasi ikut
serta dalam kelangsungan hidup manusia, kelompok dan pemimpin yang efektif, masyarakat,
hingga kebudayaan yang kami dapat dari Buku Ajar 2 MPKT A.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

OTAK MANUSIA
Manusia diberkahi oleh akal dan otak yang lebih unggul dibandingkan dengan makhluk

lainnya. Otak manusia di desain dengan sangat canggih oleh Tuhan. Otak manusia memilki
fungsi yang lebih canggih dan unggul dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya.
Otak berevolusi 3 periode dalam 3 bagian besar, yaitu R-Complex, Lymbic System, dan
Neocortex. Saat individu menggunakan R-Complex, ia pun bertindak secara refleks ketika dalam
bahaya untuk mempertahankan hidupnya tanpa memikirkan secara cermat apa yang
dilakukannya. Lymbic System terdapat di pusat otak, memegang peranan penting dalam emosi
dan motivasi (Amygdala), dan juga pemelajaran dan memori (Hippocampus). Dengan Neocortex,
manusia dapat dibedakan dengan hewan karena manusia mampu menunda reaksinya dengan
menganalisa dan berpikir kritis, tidak seperti hewan yang menggunakan instingnya. Semakin
sering manusia menggunakan kemampuan analisisnya, semakin cepat Neocortex dapat
membantu manusia untuk menganalisis lingkungan dan situasi yang dihadapi.
Mengenai kreativitas manusia, otak kanan dan otak kiri manusia bekerja sama dalam
pembentukannya. Otak kiri memiliki spesialisasi kemampuan analitikal, sekuensial, bahasa lisan,
operasi matematika, penalaran, dan hal-hal yang biasanya di tuntut di sekolah formal. Sedangkan
otak kanan berfungsi untuk menemukan jalan sehingga mampu membuat terobosan baru yang
bersifat abstrak. Kerja sama antar kedua belahan otaklah yang dapat menyeimbangkan
kreativitas.

2.2

KECERDASAN MANUSIA

Ada tiga jenis kecerdasan manusia, yaitu intelegensi (IQ), kecerdasan emosional, dan
kecerdasan spiritual.
Kemampuan beradaptasi dikaitkan dengan inteligensi. Inteligensi dianggap sebagai
kemampuan menggunakan kognisi guna memecahkan masalah dan beradaptasi terhadap tuntutan
lingkungan yang dipelajari dari pengalaman. Dalam Frame of Mind, Gardner (1983) mengajukan
delapan macam kecerdasan, yakni :
(1) linguistik,
(2) matematik-logikal,
(3) spasial,
(4) kinestetik-jasmani,
(5) musikal,
(6) interpersonal,
(7) intrapersonal, dan
(8) naturalistik.

Kecerdasan emosional memungkinkan kecerdasan atau inteligensi, yang bersifat kognitif,


berfungsi secara optimal. Orang dengan kecerdasan emosional yang tinggi akan mudah
mengarahkan kognisinya dalam berpikir dan memecahkan masalah Goleman (1996) menemukan
lima domain dari kecerdasan emosi, yaitu memahami emosinya sendiri, mengendalikan emosi,
memotivasi diri sendiri, memahami emosi orang lain, dan menangani hubungan dengan orang
lain. Bila kecerdasan intelegensi (IQ) lebih berkaitan dengan faktor kognitif, maka kecerdasan
emosional (EQ) lebih berkaitan dengan faktor afektif.
Sebagai makhluk individual dan makhluk sosial, pada dasarnya manusia juga merupakan
makhluk spiritual. Kecenderungan tersebut tidak akan mampu terjawab hanya melalui
kecerdasan (IQ) dan kecerdasan emosi (EQ) semata, ada kecerdasan ketiga yang

memungkinkannya yaitu kecerdasan spiritual (SQ), yang oleh Zohar dan Marshall disebut
sebagai kecerdasan tertinggi. Kecerdasan ini erat kaitan dengan kehidupan keagamaan walaupun
tidak identik dengan keberagamaan. Manusia memang cenderung mencari jawaban atas berbagai
pertanyaan yang terkait dengan sesuatu yang lebih besar darinya, manusia memiliki
kecenderungan dan kemampuan berpikir melampaui dirinya (transendental).

2.3

KEPRIBADIAN MANUSIA
Setiap individu manusia mempunya kepribadian yang unik dan berbeda-beda. Dalam

empat Dimensi Tipe Kepribadian, Myers-Brings mengembangkan teori kepribadian Calr Jung.
Mereka mengembangkan sebuah model yang disebut Myers-Briggs Type Indicator ( MBTI).
Dimana dimensi ini mejelaskan bagaimana cara individu berinteraksi, karena setiap manusia
memiliki karakter yang berbeda, yaitu Extraversion dan Interversion, Sensing dan Intuition,
Thinking dan Feeling, Judging dan Perceiving.
a. (E) Extraversion / Introversion (I)
Extraversion adalah tipe individu yang memiliki semangat dengan kehadiran
orang lain, senang menjadi pusat perhatian, bertindak lalu berpikir. Orang dengan tipe
seperti ini suka berpikir dengan cara bersuara serta selalu bertindak terburu-buru
Introversion adalah tipe individu yang memilikinsemangat individualis atau
menghabiskan waktu sendiri, berusaha menghindar daripusat perhatian, lebih melakukan
sesuatu dengan cara dipikir dahulu baru bertindak, dan tipe orang seperti ini lebih
memperhatikan sesuatu secara detail
b. (S) Sensing / Intuition (N)
Sensing adalah tipe individu yang lebih mengandalkan persepsi kenyataan, data
dan kejadian yang dapat diobservasi dengan kelima panca indera. Individu tipe seperti ini
melihat dulu baru merasakan dalam hal melakukan observasi
Intuition adalah tipe individu ini melakukan observasi melalui fakta dan terkadang
orang yang memiliki sikap ini sering memikirkan sesuatu diluar kesadarannya

c. (T) Thinking / Feeling (F)


Thinking adalah tipe individu yang memandang masalah melalui sisi subjektif,
tipe seperti dalam menyelesaikan suatu masalah mendekatkan dengan fakta. Dan orang
dengan tipe ini adalah pemikir yang dalam dan sangat menghargai norma dan nilai yang
berlaku serta memiliki sikap yang jujur
Feeling adalah individu yang lebih mengandalkan perasaan, peka terhadap situasi
sekitar. Tetapi, orang tipe ini kurang menghargai norma dan nilai yang berlaku
dimasyarakat
d. (J) Judging / Perceiving (P)
Judjing adalah tipe individu yang hidup dengan teratur dan terstruktur. Individu
tipe ini mengendalikan kehidupan dengan rencana-rencana hidup, dan ia akan merasa
puas jika rencananya berhasil. Tipe seperti ini sangat menghargai waktu serta menghargai
hasil
Perceiving adalah individu yang hidup santai dan terkadang spontan, suka berbagai
kemungkinan dan suka mencari makna dari kehidupan yang dijalani. Individu seperti ini sangat
menghargai proses
Temperamen dapat dijelaskan sebagai sebuah pola dari perilaku karakteristik yang
merefleksikan kecenderungan-kecenderungan alamiah dari individu (Baron, 1998). Temperamen
akan berdampak pada bagaimana individu melihat dunia; apa nilai dan keyakinannya, bagaimana
pikiran, tindakan, maupun perasaannya. Individu-individu dengan temperamen yang sama
memiliki nilai utama yang sama, dan mereka memiliki banyak karakteristik yang sama.
Temperamen merupakan bawaan, bukan dipelajari, karena itu tindakan dan perilaku konsisten
sudah tampak sejak individu masih sangat muda.
Penamaan keempat kelompok berdasarkan temperamen :

Pembimbing / Tradisionalis (Sensing Judges)

Kaum sensing (sensor) lebih percaya pada fakta dan bukti, serta pengalaman masa lalu
dianggap sebagai informasi yang ditangkap panca inderanya. Sedangkan judges menyukai

struktur serta keteraturan, tipe orang seperti ini sangat berpengaruh dalam mengambil keputusan.
Dua hal ini digabungkan menjadi sensing judges atau tradisionalis. Kekuatan tipe ini adalah
praktis dan terorganisasi, teliti dan sistematis, memperhatikan peraturan, solid dan bisa
dihandalkan, dll. Sedangkan kelemahannya adalah tidak tertarik pada teori, kurang
memperhatikan masa depan dan masa kini, perencanaannya jangka panjang, terlalu cepat
mengambil keputusan, dll

Artis / Experiencers (Sensing, Perceivers)

Artis / Experiencers focus pada situasi sesaat dan kemampuan untuk menetapkan apa
yang harus dilakukan sekarang, tipe seperti ini tidak terlalu menukai aktifitas yang terstruktur
serta menghargai kebebasan Kekuatan tipe ini adalah tidak takut mengambil resiko, pengamat
yang baik, negosiator yang baik, cepat mengambil keputusan. Sedangkan kelemahannya adalah
sulit ditebak orang, tidak berpikir cermat sebelum bertindak, menghindari komitmen dan rencana
serta kurang bertanggungjawab

Idealis (Intuitive Feelers)

Condong bersikap menggunakan feeling dan perasaan serta pikiran. Kaum seperti ini
disebut kaum intuitive. Tipe seperti ini lebih peduli terhadap tumbuh kembangnya orang lain
tetapi tetap tidak mengesampingkan dirinya sendiri. Biasanya orang yang seperti ini tidak lelah
mencari arti kehidupan. Kekuatan tipe ini adalah mampu memotivasi orang lain menjadi lebih
baik, mampu menyelesaikan konflik, mengkordinasi tim dengan baik, memiliki sifat karismatik.
Sedangkan kelemahannya adalah lemah dalam menentukan keputusan

Rasionalis / Konseptualis (Intuitive Thinkers)

Tipe individu seperti ini adalah tipe orang yang paling mandiri, intelek dan kompeten.
Senang mencari ilmubaik untuk sendiri atau alasan lain. Suka tantangan karena punya standar
tinggi untuk diri sendiri. Kekuatan tipe ini adalah mudah mengkonseptualisasi dan merancang
perubhan dilingkungan, mampu menerima kritik sebagai masukan dan semangat. Sedangkan
kelemahannya adalah terlalu rumit dipahami orang lain, mengabaikan detail, pandangan terlalu
rasional tetapi sering melanggar aturan, buatnya perasaan bukan hal yang penting, kompetitif.

2.4

KELOMPOK MANUSIA
Manusia, sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya, pasti

akan berinteraksi satu sama lain. Secara sadar atau tidak sadar, manusia akan membentuk
kelompok dengan individu lainnya untuk mempermudah hidupnya, dengan cara interaksi.
Interaksi tersebut dilakukan dalam sebuah kelompok.

a). 5 tahap perkembangan kelompok :


1.

Forming (pembentukan)

Pada umumnya kelompok dibentuk untuk menyelesaikan tugas. Pada tahap ini anggota
kelompok belum saling mengenal. Saat mereka melakukan suatu tindakan itu muncul rasa
ketidakpastiankaren kelompok belum mengenal satu sama lain, belum mengetahui aturan-aturan.
Para anggota kelompok melakukan uji peran, peran mana yang diterima dan tidak.
2.

Storming (goncangan)

Mulai timbul perbedaan. Saat konflik muncul ada beberapa anggota yang antusiasnya
berkurang, mulai khawatir dan meragukan kelompok akan mencapai tujuan, ada perubahan sikap
terhadap anggota lain. Peran anggota pada tahap ini mendorong anggota lain agar fokus pada
tugas bukan pada perbedaan pribadi dan menahan diri. Mereka harus bisa mengatasi konflik
karena kalau tidak maka kelompok tidak dapat mencapai tujuannya.
3.

Norming (pembentukan norma)

Mulai menetapkan perilaku yang dapat diterima. Mereka merasa menjadi bagian dari
suatu kelompok kerja dan memiliki keyakinan kalau sesuatu yang dikerjakan bersama akan
berhasil. Anggota berusaha untuk mencapai keselarasan,mengurangi konflik, lebih ramah, saling
percaya dan mengembangkan rasa kesatuan kelompok.
4.

Performing (melakukan)

Telah mengerti tugas masing-masing, fokus pada tujuan kelompok bukan pribadi, status
anggota sudah stabil, ketertarikan kelompok sudah mulai ada.
5.

Adjourning (penangguhan)

Proyek-proyeknya sudah mulai selesai. Ada dua respon dalam tahap ini, sedih karena
kelompoknya akan berakhir (untuk anggota kelompok yang nyaman), dan senang (untuk anggota
kelompok yang tidak nyaman)
Kelompok yang melalui semua tahap adalah kelompok yang sehat menjadi sebuah
kelompok kerja. Tetapi ada kelompok yang tidak melewati beberapa tahap.

b). Kelompok Formal dan Kelompok Informal


Dalam kelompok, terbagi lagi jenis kelompok, yaitu kelompok formal dan kelompok
informal. Kelompok formal selalu mempunyai struktur, mengenal sistem pembagian kerja,
tercipta dengan sengaja, contohnya pemerintahan suatu negara.
Sedangkan untuk kelompok informal, terbentuk karena adamya interaksi secara terus
menerus, tetapi tidak punya struktur yang jelas. Contohnya seperti kelompok belajar.

c). Tipe kelompok berdasarkan efektivitas :


-

Pseudo

: anggota diberi tugas untuk kerjasama tetapi sebenarnya tidak

berminat. Mereka saling bersaing karena mereka tahu kinerja mereka akan dievaluasi.
-

Tradisional

: anggota mendapat tugas. Sadar kalau dibutuhkan kerjasama tetapi

kerjasama yang dilakukan kecil karena tugas setiap individu sudah terstruktur sehingga tanggung
jawab masing-masing.
-

Efektif

: semuanya komitmen dengan anggota lain dan kelompok.

Memaksimalkan keberhasilan dirinya dan anggota lain.

Kinerja tinggi : lebih tinggi komitmennya dari kelompok efektif. Selain percaya

mereka juga menghargai satu sama lain.


d). Peran persepsi
Persepsi adalah mengorganisasi dan menginterpretasi informasi apa yang ditangkap oleh
inderanya. Faktor yang mempengarui persepsi :
1.

Karakter individu

2.

Karakter target

3.

Situasi

Persepsi sangat memengaruhi bagaimana orang berkomunikasi.

2.5

HUBUNGAN KOMUNIKASI DENGAN HUBUNGAN ANTAR INDIVIDU


Komunikasi adalah proses penyampaian makna dari suatu pesan. Manusia akan selalu

terlibat dalam komunikasi selama hidupnya. Keuntungan dalam pentingnya komunikasi :


a.

Meningkatkan pandangan terhadap diri sendiri melalui latihan-latihan

b.

Meningkatkan pengetahuan tentang kehidupan antar manusia

c.

Mengajarkan seseorang tentang keterampilan hidup

d.

Membantu menggunakan kebebasan konstitusional karena kita belajar bicara

secara efektif
e.

Sukses ketika sudah turun ke lapangan kerja

f.

Mengendalikan dunia yang beragam (contoh : menguasai bermacam-macam

bahasa)
Komunikasi mempunyai komponen-komponen yang krusial, yaitu:

a.

Orang, yang berperan sebagai sumber dan penerima pesan. Karakter seseorang

mempengaruhi pesan yang disampaikan/diterima.


b.

Pesan, ide/perasaan yang disampaikan secara verbal maupun non verbal

c.

Kode, yaitu bahasa

d.

Saluran media penyampaian pesan

e.

Umpan balik respon penerima yang disampaikan oleh sumber (feedback)

f.

Encoding & decoding, yaitu proses menerjemahkan dan menempatkan ide

g.

Kebisingan dan gangguan pada proses encoding & decoding yang mengurangi

kejelasan pesan.

Berikut adalah jenis-jenis dari komunikasi :


a.

Verbal, secara langsung melalui suara menggunakan bahasa

b.

Non verbal, gerakan / penampilan fisik

c.

Tertulis, tulisan yang disampaikan melalui media (email, artikel, dll)

d.

Visual, tampilan visual informasi yang disampaikan lewat media elektronik yang

menampilkan gambar

Berikut adalah tingkatan dari komunikasi :


a.

Intrapersonal (dengan diri sendiri)

b.

Interpersonal, antara 2 individu yang bersifat 2 arah (saling bicara dan

mendengar)

c.

Kelompok (3-12 orang)

d.

Publik, pesan dari 1 orang ke banyak penerima, umumnya berbentuk formal

e.

Massa, pesan dari/melalui media massa

f.

Komputer, melalui jaringan internet (email, soc med, blog, dll)

Berikut adalah hambatan dalam komunikasi


a.

Fisik

b.

Persepsi, cara pandang tiap orang yang berbeda-beda

c.

Emosional, rasa takut dan tidak percaya kepada orang lain

d.

Budaya, latar belakang budaya berbeda, namun dapat diatasi dengan penyesuaian

diri antara pihak satu dengan yang lain.


e.

2.6

Bahasa, jenis dan gaya bahasa

KEPEMIMPINAN EFEKTIF
Kepemimpinan merupakan proses pengaruh sosial untuk memindahkan individu &

kelompok menuju pencapaian kerja. Kepemimpinan yang baik dapat berlangsung jika hubungan
pemimpin dan anggotanya efektif (timbul kepercayaan)
Berikut adalah karakteristik kepemimpinan yang efektif :
a.

Tertantang pada proses sehingga pemimpin merasa diuji untuk mengayomi

anggota demi mencapai tujuan


b.

Menginspirasi visi bersama secara jelas untuk menjalankan misi

c.

Memungkinkan orang lain untuk bertindak yaitu dengan melibatkan anggota

kelompok lain dalam pengambilan keputusan

2.7

d.

Pemimpin sebagai teladan yang merupakan model dari kelompok berfungsi

e.

Mendorong berkembangnya semangat kebersamaan

KELOMPOK EFEKTIF
Kelompok efektif adalah kelompok yang setiap anggotanya berkomitmen untuk berusaha

secara maksimal demi keberhasilan sesama anggota dengan saling mengandalkan satu sama lain
untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok yang efektf adalah kelompok yang dapat berhasil
mencapai sasaran dengan tetap mempertahankan hubungan antar anggota serta beradaptasi
dengan perubahan lingkungan sekitar.

2.7.1 Pedoman untuk membangun kelompok efektif


a.

Memiliki sasaran yang jelas yang membangkitkan komitmen anggota untuk

menncapai sasaran dengan rasa saling membutuhkan


b.

Komunikasi dua arah agar setiap anggota dapat menyampaikan ide dan perasaan

dengan jelas satu sama lain


c.

Setiap anggota harus merasakan menjadi pemimpin kelompok dan berpartisipasi

d.

Dalam partisipasi, setiap anggota diberi kuasa berdasarkan keahlian masing-

penuh.

masing dan harus saling melengkapi


e.

Dalam pengambilan keputusan, ada keseimbangan antara waktu dan sumber daya

dengan metode pengambilan keputusan


f.

Konflik dijadikan sarana untuk bersikap kritis dan konstruktif

2.7.2 Mengatasi Konflik Pendapat


Berikut sikap/strategi anggota yang dapat dilakukan saat menghadapi konflik:
a.

Burung hantu (kolaborasi), hubungan dengan sesama anggota dan tujuan sama

penting, menyelesaikan konflik dengan negosiasi


b.

Boneka beruang (akomodasi), hubungan dengan sesama anggota lebih penting

c.

Hiu (konfrontasi), menekankan kepada tujuan lebih penting

d.

Rubah (kompromi), hubungan dan tujuan sama penting namun mau menyerahkan

sebagian dari tujuan dan hubungannya dengan pihak yang berkonflik dengannya.
e.

Kura-kura (menghindar), menghindari konflik, mengganggap hubungan dengan

anggota lain tidak terlalu penting dan ada rasa pesimis akan tercapainya tujuan

2.8

KONSEP MASYARAKAT
Manusia memang dilahirkan dengan naluri untuk hidup bersama karena merupakan

mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Naluri ini lah yang pada akhirnya menuntun
manusia untuk menjalani suatu proses pembentukan masyarakat. Salama proses pembentukan ini
lah manusia senantiasa melakukan interaksi dan menyesuaikan diri dengan individu-individu
lainnya baik dalam lingkup yang kecil hingga meluas ke lingkup yang lebih besar lagi. Untuk itu
pada lembar ltm ini akan dibahas mengenai pengertian masyarakat yang dapat membantu para
pembanca untuk lebih memahami konsep masyarakat itu sendiri serta manfaat dari memahami
konsep masyarakat itu sendiri.

Istilah masyarakat merupakan sebuah istilah yang kompleks. Pengertian masyarakat


secara etimologi adalah sekelompok manusia yang saling berpastisipasi. Namun, pengertian
tersebut belum menerangkan apa itu masyarakat secara lengkap dan jelas. Untuk itu beberapa
ahli membuat berbagai definisi tentang apa itu masyarakat untuk memberikan penjelasan yang
sejelas-jelasnya tentang pengertian masyarakat itu sendiri.

Hasan Shadily (1983:47) masyarakat sebagai golongan besar atau kecil yang

terdiri atas beberapa manusia, yang dengan sendirinya bertalian dan saling mempengaruhi.

Ralph Linton (terj.1984:118) setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja di

tempat yang sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan bersama
sebagai satu kesatuan sosial.

Koentjaraningrat (2009:118) kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

suatu system adat tertentu yang bersifat kontinyu, dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

Soekanto (1990: 2629 & 187) suatu sistem sosial yang menghasilkan

kebudayaan.

Mutakin, dkk. (2004:26 & 29) meringkas beberapa pendapat ahli tentang

masyarakat dan menyusun ciri-ciri masyarakat sebagai berikut :


a.

Kumpulan manusia yang besar

b.

Bergaul dalam jangka waktu yang relatif lama

c.

Setiap anggota menyadari sebagai suatu kesatuan

d.

Bersama membangun suatu kebudayaan yang membuat keteraturan dalam hidup

bersama.
Mutakin, dkk. (2004:27) menjelaskan bahwa memahami pengertian, fungsi, dan bentukbentuk masyarakat bagi individu dapat membangun sikap-sikap sebagai berikut:
a.

Membangun rasa senasib sepenanggungan di antara sesama manusia.

b.

Menanamkan independensi antaranggota masyarakat agar tercipta keharmonisan.

c.

Menanamkan rasa toleransi.

d.

Mengukur keberartian individu.

e.

Menanamkan nilai demokrasi terhadap keberagaman yang ada.

Dengan memahami pengertian dan konsep masyarakat itu sendiri kita dapat memahami
diri baik sebagai individu maupunn sebagai anggota masyarakat yang peka terhadap masalah
sosial yang ada agar mampu ikut serta menjadi agen sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat dapat dibagi menjadi masyarakat tradisional dan masyarakat modern.
Pada umumnya, masyarakat tradisional dikenal sebagai masyarakat yang masih tertinggal dan
menolak pembangunan. Selain itu masyarakat tradisional dianggap hanya tinggal di kota saja.
Masyarakat tradisional dinilai menghambat pembangunan sebenarnya. Namun, sebenarnya,
budaya masyarakat tradisional, seperti gotong royong merupakan pembangunan. Dengan begitu,
nilai-nilai atau kebudayaan tradisional juga dibutuhkan dalam rangka pembangunan.
Sebaliknya, masyarakat modern dikatakan sebagai masyarakat yang tinggal di
daerah perkotaan. Padahal, kota sendiri merupakan daerah yang heterogen di mana para
penduduknya tidak hanya berasal dari satu daerah saja. Soekanto (1984:61) mengemukakan
beberapa ciri atau karakteristik masyarakat modern. Dengan mengetahui karakteristik
masyarakat modern, diharapkan agar karakter-karakter tersebut dapat ditanamkan dalam
masyarakat melalui pendidikan karakter. Dengan begit, setiap anggota masyarakat akan
mengetahui perannya masing-masing dalam rangka memaksimalkan pmbangunan.
Hildred

Geertz

(1981),

masyarakat

juga

dapat

dikelompokkan

berdasarkan

lingkungannya. Keadaan geografis Indonesia mempengaruhi kedaerahan pokok antara daerah


sosial dan daerah kebudayaan.
Masyarakat agraris

sebagian besar bercocok tanam

Ekonomi ditunjang faktor ekologis dan geografis

didukung oleh kesuburan tanah dan tingkat curah hujan yang tinggi

Contoh: daerah Jawa dan Bali

memperhatikan sistem pemerintahan yang feodal

terpengaruh oleh kebudayaan Hindu Budha.

Masyarakat maritim

mengandalkan laut sebagai sumber kehidupan ekonomi

ikan dan tumbuhan laut

kemampuan berlayar

Contoh: suku bangsa Makassar dan Bugis

sistem pemerintahan yang egaliter

menerima kebudayaan Islam yang egalitarian.

Masyarakat pedalaman

terisolasi dari segi geografis maupun mental

memisahkan diri dari perubahan zaman

Tradisi nenek moyang terjaga dengan baik

sengaja menolak teknologi yang berkembang

Contoh: Papua, suku Dayak di Kalimantan, suku Anak Dalam di Sumatera, dan

suku Baduy di Banten.

Masyarakat berdasarkan mata pencahariannya dibagi menjadi 5:


a. Masyarakat berburu dan meramu-> Mengandalkan alam untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Berburu oleh pria, meramu oleh wanita
b. Masyarakat berladang dan beternak-> Masih mengandalkan alam yaitu menunggu
hujan untuk mengairi ladang. Mereka menebangi hutan lalu menanami dengan tumbuhan yang
mereka perlukan
c. Masyarakat pertanian-> sudah bercocok tanam menggunakan irigasi dan teknik
pertanian yang lebih maju
d. Masyarakat industri-> sudah meninggalkan tenaga manusia, lebih banyak
menggunakkan tenaga mesin
e. Masyarakat post-industri-> kelanjutan modernisme setelah masyarakat industri,
berkembangnya teknologi informatika, sehingga informasi dapat diakses dengan mudah
melewati batas-batas Negara.

2.9

KEBUDAYAAN
Kebudayaan diartikan sebagai kelakuan yg diperoleh melalui proses belajar dari lahir

sampai meninggal. Kebudayaan dimiliki kelompok, melalui kesepakatan dan kegiatan kelompok
melalui kesepakatan anggota kelompok. Dan diwariskan ke generasi berikutnya melalui proses
belajar sehingga kebudayaan bukanlah sesuatu yg diturunkan secara genetis. Kebudayaan berasal
dari bahasa Sansekerta artinya akal, sehingga menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah
segala sesuatu berhubungan dengan akal. Ada sekitar 160 definisi kebudayaan. Definisi yang
paling luas digagas oleh Ralph Linton yaitu kebudyaan adalah keseluruhan cara hidup
masyarakat.

2.9.1 Definisi konkret:

Lawless: Kebudyaan adalah pola-pola perilaku dan keyakinan yg dimediasi oleh simbol
yg dipelajhari secara rasional terintegrasi dimiliki bersama.
Konjtraraningrat: Keseluruhan ide,gagasan tingkah laku dan kesulurahan hasil karya
manusia yg diperoleh secara belajar.
Fungsi Kebudayaan
1.

Sebagai saran kebutuhan manusia:

a.

Jasmani: sandang, pangan, papan.

b.

Rohani: sarana ekspresi spiritual, contoh: agama.

2.

Pedoman hidup manusia: mengatur perilaku lewat nilai dan norma

Menurut Soekanto:
1.

Melindungi diri dari alam

2.

Mengatur hubungan manusia

3.

Wadah untuk segenap perasaan manusia

2.9.2 Hakikat Kebudayaan


1.

Kebudayan terwujud dan disalurkan dari perilaku manusia

2.

Kebudayaan ada sebelum diri manusia lahir

3.

Diperlukan oleh manusia

4.

Mencakup nilai dan norma

5.

Bersifat dinamis tidak statis

2.9.3 Unsur Universal Kebudayaan

Menurut ahli antropologi setiap budaya memiliki unsur yg sama.


Menurut Koentjaraningrat:
1.

Sistem organisasi sosial/kekerabatan

2.

Sistem mata pencaharian

3.

Sistem teknologi

4.

Pengetahuan

5.

Kesenian

6.

Bahasa

7.

Religi

2.9.4 Hubungan Wujud dan Unsur Universal Kebudayaan


Wujud kebudayaan ada 3 yaitu ide, tata perilaku, dan karya manusia (wujud fisik). Ketiga
wujud ini memiliki unsur-unsur tersendiri. Unsur yang paling cepat berubah adalah teknologi,
sedangkan yang paling lambat adalah sistem religi.

2.9.5 Proses Manusia Mempelajari Kebudayaan


Manusia mempelajari kebudayaan melalui proses-proses yaitu:
1.

INTERNALISASI merupkan proses seorang individu menanamkan dalam

kepribadiannya segala perasaan hasrat nafsu dan emosi yg diperlukan sepanjang hidup.
2.

SOSIALISASI merupakan proses seorang individu belajar mengenai pola-pola

tindakan dalam interaksi dengan manusia di sekelilingnya.

3.

ENKULTURASI

merupaka

proses

seorang

individu

mempelajarai

dan

menyeseleaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat istiadat sistem, norma, dan peraturan yg
hidup di dalam kebudayaannya.

BAB III
PENUTUP

Manusia sebagai makhluk budaya, memiliki akal dan budi untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia dapat berkreasi, menciptakan hal yang bermanfaat, dan membuat peraturan
serta pegangan hidup untuk mencapai kesejahteraan dalam hubungan antara manusia dengan
Tuhan, sesama manusia, dan makhluk hidup lainnya.
Kebudayaan itu pasti dimiliki semua masyarakat, tapi tidak semua masyarakat dapat
mencapai peradaban. Jika kebudayaan suatu masyarakat sudah mencapai tingkatan yang
dianggap maju oleh masyarakat lain, barulah masyarakat itu dapat disebut telah mencapai
peradaban. Maka dari itu, masyarakat erat hubungannya dengan kebudayaan, karena budaya
dihasilkan oleh masyarakat, dan budaya memengaruhi kehidupan masyarakat. Masyarakat yang
mempunyai individu-individu berkualitas akan menghasilkan budaya yang berkualitas juga, dan
nantinya berpotensi besar untuk membawa masyarakat tersebut menuju peradaban yang lebih
tinggi.

Daftar Pustaka

Gardner, Howard (1983). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. New York:
Basic Books.
Goleman, Daniel. (1996). Emotional Intelligence, Why it can matter more than IQ. London:
Bloomsburry Publishing.
Singgih, Evita E. Diponegoro, Miranda. Dinari, Rosa. Nugraha, Pius. (2013). Buku MPKT A
Ajar 2 Manusia : Individu, Kelompok, Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta: Lembaga Penerbit
FE UI, 2011
Sousa, David A. (2003). How the Gifted Brain Learns. California: A Sage Publication Company.

Anda mungkin juga menyukai