REMAJA GIFTED
Remaja gifted memiliki IQ diatas rata-rata (biasanya dinyatakan memiliki IQ lebih dari
130) dan / atau memiliki bakat superior di beberapa bidang tertentu seperti, seni, musik, atau
matematika. Ellen Winner (1996), seorang pakar di bidang bakat, mendeskripsikan tiga
karakteristik remaja berbakat sebagai berikut:
Kematangan (precocity)
Apabila remaja diberi kesempatan untuk menggunakan bakat atau talentanya, maka
remaja yang berbakat akan cepat matang. Mereka menguasai sebuah bidang lebih awal
dibandingkan teman-teman sebayanya. Dalam berbagai hal, remaja-remaja berbakat ini cepat
matang karena mereka memiliki kemampuan alami yang tinggi di dalam satu atau beberapa
bidang tertentu, meskipun kemampuan ini harus diidentifikasi dan dipupuk.
Berkembang menurut tempo dan caranya sendiri (marching to their own drummer)
Proses belajar remaja berbakat, secara kualitatif berbeda dari remaja-remaja lainnya.
Mereka membutuhkan bantuan lebih sedikit dari orang dewasa agar dapat belajar. Dalam banyak
hal, mereka menolak berbagai jenis intruksi yang diberikan secara eksplisit. Mereka juga sering
kali menemukan caranya sendiri dan memecahkan masalah dengan cara yang unik.
Gairah untuk menguasai (a passion to master)
Remaja berbakat terdorong untuk memahami bidang di mana mereka memiliki
kemampuan yang tinggi. Mereka memperlihatkan minat dan obsesi yang intens, serta
kemampuan untuk fokus. Mereka memiliki motivasi intrinsik.
Selain itu ada karakteristik yang keempat yang terlihat menonjol pada remaja berbakat adalah
keterampilan pemrosesan-informasi. Para peneliti menemukan bahwa remaja berbakat belajar
dengan kecepatan tinggi, lebih cepat memproses informasi, bernalar lebih baik, menggunakan
strategi lebih baik, dan lebih baik dalam memonitor pemahaman mereka dibandingkan remaja
yang tidak berbakat (Jackson & Butterfield, 1996).
Diposting oleh psychlogyspot di 21.22 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Daftar Pustaka
Atkinson, Rita L., Atkinson, Richard C., Bem, Daryl J., Smith, Edward E. 2010. Pengantar
Psikologi. Tanggerang : Interaksara.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus
Organisme Respon.[1]
Adapun yang disebut tingkah laku mempunyai arti yang lebih kongkrit dari pada jiwa.
Karena itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui tingkah laku,
kita dapat mengenal seseorang. Termasuk dalam tingkah laku disini adalah perbuatan-perbuatan
yang terbuka maupun tertutup.
Tingkah laku yang tertutup adalah tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak
langsung melalui alat-alat atau metode khusus, misalnya berfikir, sedih, berhayal, bermimpi,
takut, dan sebagainya. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang dapat diketahui secara
langsung dari orang yang bersangkutan, misalnya berbicara, bercakap-cakap, dan sebagainya.[2]
Dalam psikologi masa kini, kedua jenis tingkah laku tersebut sama pentingnya, tetapi dahulu ada
aliran-aliran yang hanya mementingkan tingkah laku yang terbuka saja,
misalnyabehaviourism, dan aliran tertutup seperti aliran psikologi intropeksi.[3]
B. Studi Masalah Keperilakuan
Studi sistematik terhadap masalah keperilakuan, terutama mengenai perilaku manusia secara
keseluruhan, komunitas tertentu atau perilaku manusia dalam hubunganya dengan objek-ebjek
fisik bukan manusia diluar dirinya, dapat dilakukan melalui pendekatan tunggal atau pendekatan
antar disiplin.
Untuk dapat melakukan studi sistematik terhadap masalah keperilakuan, peneliti sosial harus
memahami minimal tiga hal, yaitu konsep dasar, metode pencarian, dan pentingnya studi; hal ini
sejalan dengan konsep studi-studi sosial sebagaimana dikemukakan oleh Skeel ( 1979 ) memang
hanya mewakili beberapa cabang saja dari ilmu sosial secara keseluruhan. Namun demikian,
prinsip dasar dari pengkajian atau studi sistematik mengenai masalah keprilakuan dari disiplin
lain dalam lingkup ilmu sosial dapat mengikuti kerangka berpikir tersebut.
Lebih jauh, peneliti yang ingin melakukan studi masalah keperilakuan, disamping harus
memahami fokus studi, juga harus memahami mengenai informasi yang diperlukan dalam
rangka memecahkan masalah menjadi fokus, untuk selanjutnya menyusun generalisasi.[4]
C. Tingkah Laku Kelompok
Ada dua teori yang menerangkan tingkah laku kelompok, teori pertama adalah yang
dikemukakan oleh ahli-ahli psikologi dari aliran-aliran klasik, yang berpendapat bahwa unit
terkecil yang dipelajari psikologi adalah inddividu.[5]
Oleh karena itu, kelompok tidak lain adalah sekumpulan individu dan tingkah laku kelompok
adalah gabungan dari tingkah laku-tingkah laku individu- individu secara bersama-sama. Teori
kedua adalah teori yang bertolak belakang dengan teori pertama yang diajukan oleh seorang
sarjana psikologi Prancis bernama Gustave Le Bon ( 1841-1931 ) dalam bukunya yang terkenal
Psychlogy des Foules ( 1895 ). Dalam teorinya , Le Bon mengatakan bahwa bila dua orang
atau lebih berkumpul di suatu tempat tertentu, mereka akan menampilkan prilaku yang sama
sekali berbeda dari pada ciri-ciri tingkah laku individu-individu itu masing-masing.
Demikian juga kelompok orang tidak mempunyai sifat-sifat yang ada pada anggota-anggota
kelompok itu. Oleh kerena itu, menurut teori jiwa kelompok ini, suatu kelompok merasa dan
bertindak berbeda dari masing-masing individu. Sebagai anggota kelompok seorang dapat saja
melakukan hal-hal yang luar biasa yang tidak pernah dilakukannya kalau dia sedang berada
sendirian. Sama halnya dengan orang yang berada dalam pengaruh hipnotis. Itulah sebabnya
banyak orang tua dan guru bertanya- tanya, mengapa jagoan-jagoan tawuran yang ganas sekali
mencelurit lawannya, ketika di rumah justru sangat baik membentu orang tua. Tidak pernah
melawan, dan rajin beribadah.[6]
D. Ciri- Ciri Tingkah Laku Intelegen
Menurut Effendi & Praja, beberapa ciri tingkah laku yang intelegen ialah sebagai berikut:
1. Purposeful behavior, artinya tingkah laku yang intelegen, selalu terarah pada tujuan atau
mempunyai tujuan yang jelas.
2. Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi atau tidak acak-acakan.[7]
3. Physical well toned behavior, artinya memiliki sifat jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan
tangkas atau lincah.
4. Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis dan kaku, tetapi selalu
siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
5. Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, gairah, dan
penuh kepercayaan akan sukses/optimis.
6. Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dan
bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7. Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efesien, efektif, dan cepat atau menggunakan waktu
yang singkat.
8. Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang
meliputi sikap dasar serta jiwa yang terbuka.[8]
E. Tinjauan Terhadap Perilaku
Pada umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara
organisme dengan lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika
mental/ psikologis yang mendasari prilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang
syaraf faali ( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu prilaku. Ketiga tinjauan ini sama
pentingnya dan mendapat perhatian yang sama besarnya.[9]
F. Sel-Sel Tubuh
Tubuh kita dibekali dengan sel-sel yang berfungsi sebagai penerima rangsang ( receptor );
penerus rangsang ( adjustor ) dan sel-sel penanggap rangsang ( affector ).[10]
Dengan berfungsinya ketiga jenis sel-sel tubuh ini, organisme dapat menerima rangsang
( bunyi ) dan menanggapinya secara tepat ( berbunyi ). [11]
G. Sistem Syaraf Kita
Sistem syaraf kita terbagi menjadi dua, yaitu sistem syaraf pusat, yang terdiri dari sel-sel
syaraf di otak dan di sumsum tulang belakang; serta sistem syaraf tepi ( perifer ) yang terdapat
dalam semua organ lain dalam tubuh manusia.
Sistem syaraf pusat berfungsi mengkoordinasi perilaku. Perilaku yang kompleks di
koordinasi oleh otak dan yang sederhana ( seperti refleks ) oleh sumsum tulang belakang. Sistem
syaraf tepi tidak memiliki fungsi koordinasi. Tugas utamanya adalah menyalurkan rangsang
rangsang yang diterima baik dari dalam maupun dari luar tubuh ke sistem syaraf pusat.[12]
Sel-sel syaraf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke sistem syaraf pusat
disebut afferent; dan yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf pusat ke sistem tepi
disebut efferent.
1. Otak Manusia
Otak memiliki +10 milyar sel syaraf atau + 90 % dari seluruh sel syaraf yang ada pada tubuh
kita. Kalau tempurung kepala dibuka akan terlihat sebuah benda setengah padat, seperti jamur
keriput, dan berwarna abu-abu kemerahan. Lapisan teratas yang tebalnya +1/2 inci, merupakan
kumpulan berjuta-juta syaraf yang disebut Cortex. Inilah pusat pengelolaan segala hal kita
pikirkan, rasakan, dan lakukan.
Penerimaan rangsang di hantar ke korteks melalui jalur sensoris dan perintah dari cortex ke
organ-organ tubuh disalurkan lewat jalur motorik. Dalam cortex terdapat pusat bicara (Daeraah
Broca ), pusat penglihatan, dan pusat penciuman serta pengecapan. Gangguan pada pusat ini
akan mengakibatkan gangguan pada organ-organ yang bersangkutan.
Bila otak dilihat dari atas, maka akan nampak dua bagian yang simetris. Kedua belahan yang
nampaknya mirip benar ini di sebut hemisfer cerebrum kiri dan kanan. Hemisfer yang domonan
disebut hemisfer mayor dan yang tidak domonan di sebut hemisfer monor.[13]
3. Sistem Endokrin
Selain sistem syaraf pusat, tubuh kita memiliki sistem lain yang berfungsi membantu sistem
syaraf pusat sekaligus dapat mempengaruhi tingkah laku. Inilah sistem endokrin, yang terdiri dari
rangkaian kelenjar ( glandula ) yang dapat mengeluarkan cairan kimiawi tertentu langsung ke
dalam darah. Banyak sedikitnya cairan kimiawi ini, disebut hormon, sangat menentukan fungsi
tubuh manusia dan akhirnya menentukan perilaku. Kelenjar-kelenjar itu, dapat disebutkan
beberapa di antaranya yang terpenting:
a. Kelenjar gondok ( thyroid ): mengeluarkan hormon trioksin yang membantu mengatur
metabolism tubuh.
b. Kelenjar pituitary: mengeluarkan hormon pitutiari yang bekerjasama dengan hipotalamus ikut
mengatur berbagai reaksi emosional individu.
c. Kelenjar adrenal: menghasilkan hormon adrenalin yang dikeluarkan atas pengaruh hormon
pitutiari pada saat seorang sedang stress.
d. Kelenjar kelamin ( gonad ): yang menghasilkan hormon-hormon yang mempengaruhi perilaku
seksual.
e. Kelenjar pancreas: menghasilkan insulin yang mengatur kadar gula dalam darah.[14]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Perilaku ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara organisme dengan
lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika mental/ psikologis
yang mendasari perilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang syaraf faali
( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu perilaku.
Sel-sel syafaf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke sistem syaraf
pusat disebut afferent; dan yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf pusat ke sistem
tepi disebut efferent.
Sistem endokrin, yang terdiri dari rangkaian kelenjar ( glandula ) yang dapat
mengeluarkan cairan kimiawi tertentu langsung ke dalam darah. Banyak sedikitnya cairan
kimiawi ini, disebut hormon, sangat menentukan fungsi tubuh manusia dan akhirnya
menentukan perilaku. Yaitu antara lain: Kelenjar Gondok ( thyroid ), Kelenjar pituitary,
Kelenjar Adrenal, Kelenjar Kelamin, Kelenjar Pancreas
B. Saran
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran nya agar makalah ini dapat lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarman.( 1997 ). Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku. Jakarta: Bumi Aksara
Fauzi, Ahmad.( 2004 ). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Irwanto.( 2002 ). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo
Sarwono, Sarlito W.( 2009 ). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Sobur, Alex.( 2003 ). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
www.peutuah.com/konsep-dasar-prilaku-manusia
[1] www.peutuah.com/konsep-dasar-prilaku-manusia.
[2] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2004 ), h.13
[3] Ahmad Fauzi, Op.Cit., h.13
[4] Sudarawan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Prilaku ( Jakarta: Bumi Aksara, 1997 ), h.35.
[5] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009 ), h.208
[6] Sarlito W. Sarwono, Op.Cit., h.208-209
[7] Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung: Pustaka Setia, 2003 ),h.160
[8] Alex Sobur, Op.Cit., h.160.
[9] Irwanto, Psikologi Umum ( Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002 ), h.21
[10] Ibid
[11] Irwanto, Op.Cit.,h.21-22
[12] Ibid
[13] Irwanto, Op.Cit., h.22-25
[14] Irwanto, Op.Cit., h.26-28
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus
Organisme Respon.[1]
Adapun yang disebut tingkah laku mempunyai arti yang lebih kongkrit dari pada jiwa.
Karena itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui tingkah laku,
kita dapat mengenal seseorang. Termasuk dalam tingkah laku disini adalah perbuatan-perbuatan
yang terbuka maupun tertutup.
Tingkah laku yang tertutup adalah tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak
langsung melalui alat-alat atau metode khusus, misalnya berfikir, sedih, berhayal, bermimpi,
takut, dan sebagainya. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang dapat diketahui secara
langsung dari orang yang bersangkutan, misalnya berbicara, bercakap-cakap, dan sebagainya.[2]
Dalam psikologi masa kini, kedua jenis tingkah laku tersebut sama pentingnya, tetapi dahulu ada
aliran-aliran yang hanya mementingkan tingkah laku yang terbuka saja,
misalnyabehaviourism, dan aliran tertutup seperti aliran psikologi intropeksi.[3]
B. Studi Masalah Keperilakuan
Studi sistematik terhadap masalah keperilakuan, terutama mengenai perilaku manusia secara
keseluruhan, komunitas tertentu atau perilaku manusia dalam hubunganya dengan objek-ebjek
fisik bukan manusia diluar dirinya, dapat dilakukan melalui pendekatan tunggal atau pendekatan
antar disiplin.
Untuk dapat melakukan studi sistematik terhadap masalah keperilakuan, peneliti sosial harus
memahami minimal tiga hal, yaitu konsep dasar, metode pencarian, dan pentingnya studi; hal ini
sejalan dengan konsep studi-studi sosial sebagaimana dikemukakan oleh Skeel ( 1979 ) memang
hanya mewakili beberapa cabang saja dari ilmu sosial secara keseluruhan. Namun demikian,
prinsip dasar dari pengkajian atau studi sistematik mengenai masalah keprilakuan dari disiplin
lain dalam lingkup ilmu sosial dapat mengikuti kerangka berpikir tersebut.
Lebih jauh, peneliti yang ingin melakukan studi masalah keperilakuan, disamping harus
memahami fokus studi, juga harus memahami mengenai informasi yang diperlukan dalam
rangka memecahkan masalah menjadi fokus, untuk selanjutnya menyusun generalisasi.[4]
C. Tingkah Laku Kelompok
Ada dua teori yang menerangkan tingkah laku kelompok, teori pertama adalah yang
dikemukakan oleh ahli-ahli psikologi dari aliran-aliran klasik, yang berpendapat bahwa unit
terkecil yang dipelajari psikologi adalah inddividu.[5]
Oleh karena itu, kelompok tidak lain adalah sekumpulan individu dan tingkah laku kelompok
adalah gabungan dari tingkah laku-tingkah laku individu- individu secara bersama-sama. Teori
kedua adalah teori yang bertolak belakang dengan teori pertama yang diajukan oleh seorang
sarjana psikologi Prancis bernama Gustave Le Bon ( 1841-1931 ) dalam bukunya yang terkenal
Psychlogy des Foules ( 1895 ). Dalam teorinya , Le Bon mengatakan bahwa bila dua orang
atau lebih berkumpul di suatu tempat tertentu, mereka akan menampilkan prilaku yang sama
sekali berbeda dari pada ciri-ciri tingkah laku individu-individu itu masing-masing.
Demikian juga kelompok orang tidak mempunyai sifat-sifat yang ada pada anggota-anggota
kelompok itu. Oleh kerena itu, menurut teori jiwa kelompok ini, suatu kelompok merasa dan
bertindak berbeda dari masing-masing individu. Sebagai anggota kelompok seorang dapat saja
melakukan hal-hal yang luar biasa yang tidak pernah dilakukannya kalau dia sedang berada
sendirian. Sama halnya dengan orang yang berada dalam pengaruh hipnotis. Itulah sebabnya
banyak orang tua dan guru bertanya- tanya, mengapa jagoan-jagoan tawuran yang ganas sekali
mencelurit lawannya, ketika di rumah justru sangat baik membentu orang tua. Tidak pernah
melawan, dan rajin beribadah.[6]
D. Ciri- Ciri Tingkah Laku Intelegen
Menurut Effendi & Praja, beberapa ciri tingkah laku yang intelegen ialah sebagai berikut:
1. Purposeful behavior, artinya tingkah laku yang intelegen, selalu terarah pada tujuan atau
mempunyai tujuan yang jelas.
2. Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi atau tidak acak-acakan.[7]
3. Physical well toned behavior, artinya memiliki sifat jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan
tangkas atau lincah.
4. Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis dan kaku, tetapi selalu
siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
5. Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, gairah, dan
penuh kepercayaan akan sukses/optimis.
6. Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dan
bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7. Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efesien, efektif, dan cepat atau menggunakan waktu
yang singkat.
8. Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang
meliputi sikap dasar serta jiwa yang terbuka.[8]
E. Tinjauan Terhadap Perilaku
Pada umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara
organisme dengan lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika
mental/ psikologis yang mendasari prilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang
syaraf faali ( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu prilaku. Ketiga tinjauan ini sama
pentingnya dan mendapat perhatian yang sama besarnya.[9]
F. Sel-Sel Tubuh
Tubuh kita dibekali dengan sel-sel yang berfungsi sebagai penerima rangsang ( receptor );
penerus rangsang ( adjustor ) dan sel-sel penanggap rangsang ( affector ).[10]
Dengan berfungsinya ketiga jenis sel-sel tubuh ini, organisme dapat menerima rangsang
( bunyi ) dan menanggapinya secara tepat ( berbunyi ). [11]
G. Sistem Syaraf Kita
Sistem syaraf kita terbagi menjadi dua, yaitu sistem syaraf pusat, yang terdiri dari sel-sel
syaraf di otak dan di sumsum tulang belakang; serta sistem syaraf tepi ( perifer ) yang terdapat
dalam semua organ lain dalam tubuh manusia.
Sistem syaraf pusat berfungsi mengkoordinasi perilaku. Perilaku yang kompleks di
koordinasi oleh otak dan yang sederhana ( seperti refleks ) oleh sumsum tulang belakang. Sistem
syaraf tepi tidak memiliki fungsi koordinasi. Tugas utamanya adalah menyalurkan rangsang
rangsang yang diterima baik dari dalam maupun dari luar tubuh ke sistem syaraf pusat.[12]
Sel-sel syaraf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke sistem syaraf pusat
disebut afferent; dan yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf pusat ke sistem tepi
disebut efferent.
1. Otak Manusia
Otak memiliki +10 milyar sel syaraf atau + 90 % dari seluruh sel syaraf yang ada pada tubuh
kita. Kalau tempurung kepala dibuka akan terlihat sebuah benda setengah padat, seperti jamur
keriput, dan berwarna abu-abu kemerahan. Lapisan teratas yang tebalnya +1/2 inci, merupakan
kumpulan berjuta-juta syaraf yang disebut Cortex. Inilah pusat pengelolaan segala hal kita
pikirkan, rasakan, dan lakukan.
Penerimaan rangsang di hantar ke korteks melalui jalur sensoris dan perintah dari cortex ke
organ-organ tubuh disalurkan lewat jalur motorik. Dalam cortex terdapat pusat bicara (Daeraah
Broca ), pusat penglihatan, dan pusat penciuman serta pengecapan. Gangguan pada pusat ini
akan mengakibatkan gangguan pada organ-organ yang bersangkutan.
Bila otak dilihat dari atas, maka akan nampak dua bagian yang simetris. Kedua belahan yang
nampaknya mirip benar ini di sebut hemisfer cerebrum kiri dan kanan. Hemisfer yang domonan
disebut hemisfer mayor dan yang tidak domonan di sebut hemisfer monor.[13]
3. Sistem Endokrin
Selain sistem syaraf pusat, tubuh kita memiliki sistem lain yang berfungsi membantu sistem
syaraf pusat sekaligus dapat mempengaruhi tingkah laku. Inilah sistem endokrin, yang terdiri dari
rangkaian kelenjar ( glandula ) yang dapat mengeluarkan cairan kimiawi tertentu langsung ke
dalam darah. Banyak sedikitnya cairan kimiawi ini, disebut hormon, sangat menentukan fungsi
tubuh manusia dan akhirnya menentukan perilaku. Kelenjar-kelenjar itu, dapat disebutkan
beberapa di antaranya yang terpenting:
a. Kelenjar gondok ( thyroid ): mengeluarkan hormon trioksin yang membantu mengatur
metabolism tubuh.
b. Kelenjar pituitary: mengeluarkan hormon pitutiari yang bekerjasama dengan hipotalamus ikut
mengatur berbagai reaksi emosional individu.
c. Kelenjar adrenal: menghasilkan hormon adrenalin yang dikeluarkan atas pengaruh hormon
pitutiari pada saat seorang sedang stress.
d. Kelenjar kelamin ( gonad ): yang menghasilkan hormon-hormon yang mempengaruhi perilaku
seksual.
e. Kelenjar pancreas: menghasilkan insulin yang mengatur kadar gula dalam darah.[14]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Perilaku ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara organisme dengan
lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika mental/ psikologis
yang mendasari perilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang syaraf faali
( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu perilaku.
Sel-sel syafaf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke sistem syaraf
pusat disebut afferent; dan yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf pusat ke sistem
tepi disebut efferent.
Sistem endokrin, yang terdiri dari rangkaian kelenjar ( glandula ) yang dapat
mengeluarkan cairan kimiawi tertentu langsung ke dalam darah. Banyak sedikitnya cairan
kimiawi ini, disebut hormon, sangat menentukan fungsi tubuh manusia dan akhirnya
menentukan perilaku. Yaitu antara lain: Kelenjar Gondok ( thyroid ), Kelenjar pituitary,
Kelenjar Adrenal, Kelenjar Kelamin, Kelenjar Pancreas
B. Saran
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran nya agar makalah ini dapat lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarman.( 1997 ). Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku. Jakarta: Bumi Aksara
Fauzi, Ahmad.( 2004 ). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Irwanto.( 2002 ). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo
Sarwono, Sarlito W.( 2009 ). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Sobur, Alex.( 2003 ). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
www.peutuah.com/konsep-dasar-prilaku-manusia
[1] www.peutuah.com/konsep-dasar-prilaku-manusia.
[2] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2004 ), h.13
[3] Ahmad Fauzi, Op.Cit., h.13
[4] Sudarawan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Prilaku ( Jakarta: Bumi Aksara, 1997 ), h.35.
[5] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009 ), h.208
[6] Sarlito W. Sarwono, Op.Cit., h.208-209
[7] Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung: Pustaka Setia, 2003 ),h.160
[8] Alex Sobur, Op.Cit., h.160.
[9] Irwanto, Psikologi Umum ( Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002 ), h.21
[10] Ibid
[11] Irwanto, Op.Cit.,h.21-22
[12] Ibid
[13] Irwanto, Op.Cit., h.22-25
[14] Irwanto, Op.Cit., h.26-28
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus
Organisme Respon.[1]
Adapun yang disebut tingkah laku mempunyai arti yang lebih kongkrit dari pada jiwa.
Karena itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui tingkah laku,
kita dapat mengenal seseorang. Termasuk dalam tingkah laku disini adalah perbuatan-perbuatan
yang terbuka maupun tertutup.
Tingkah laku yang tertutup adalah tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak
langsung melalui alat-alat atau metode khusus, misalnya berfikir, sedih, berhayal, bermimpi,
takut, dan sebagainya. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang dapat diketahui secara
langsung dari orang yang bersangkutan, misalnya berbicara, bercakap-cakap, dan sebagainya.[2]
Dalam psikologi masa kini, kedua jenis tingkah laku tersebut sama pentingnya, tetapi dahulu ada
aliran-aliran yang hanya mementingkan tingkah laku yang terbuka saja,
misalnyabehaviourism, dan aliran tertutup seperti aliran psikologi intropeksi.[3]
B. Studi Masalah Keperilakuan
Studi sistematik terhadap masalah keperilakuan, terutama mengenai perilaku manusia secara
keseluruhan, komunitas tertentu atau perilaku manusia dalam hubunganya dengan objek-ebjek
fisik bukan manusia diluar dirinya, dapat dilakukan melalui pendekatan tunggal atau pendekatan
antar disiplin.
Untuk dapat melakukan studi sistematik terhadap masalah keperilakuan, peneliti sosial harus
memahami minimal tiga hal, yaitu konsep dasar, metode pencarian, dan pentingnya studi; hal ini
sejalan dengan konsep studi-studi sosial sebagaimana dikemukakan oleh Skeel ( 1979 ) memang
hanya mewakili beberapa cabang saja dari ilmu sosial secara keseluruhan. Namun demikian,
prinsip dasar dari pengkajian atau studi sistematik mengenai masalah keprilakuan dari disiplin
lain dalam lingkup ilmu sosial dapat mengikuti kerangka berpikir tersebut.
Lebih jauh, peneliti yang ingin melakukan studi masalah keperilakuan, disamping harus
memahami fokus studi, juga harus memahami mengenai informasi yang diperlukan dalam
rangka memecahkan masalah menjadi fokus, untuk selanjutnya menyusun generalisasi.[4]
C. Tingkah Laku Kelompok
Ada dua teori yang menerangkan tingkah laku kelompok, teori pertama adalah yang
dikemukakan oleh ahli-ahli psikologi dari aliran-aliran klasik, yang berpendapat bahwa unit
terkecil yang dipelajari psikologi adalah inddividu.[5]
Oleh karena itu, kelompok tidak lain adalah sekumpulan individu dan tingkah laku kelompok
adalah gabungan dari tingkah laku-tingkah laku individu- individu secara bersama-sama. Teori
kedua adalah teori yang bertolak belakang dengan teori pertama yang diajukan oleh seorang
sarjana psikologi Prancis bernama Gustave Le Bon ( 1841-1931 ) dalam bukunya yang terkenal
Psychlogy des Foules ( 1895 ). Dalam teorinya , Le Bon mengatakan bahwa bila dua orang
atau lebih berkumpul di suatu tempat tertentu, mereka akan menampilkan prilaku yang sama
sekali berbeda dari pada ciri-ciri tingkah laku individu-individu itu masing-masing.
Demikian juga kelompok orang tidak mempunyai sifat-sifat yang ada pada anggota-anggota
kelompok itu. Oleh kerena itu, menurut teori jiwa kelompok ini, suatu kelompok merasa dan
bertindak berbeda dari masing-masing individu. Sebagai anggota kelompok seorang dapat saja
melakukan hal-hal yang luar biasa yang tidak pernah dilakukannya kalau dia sedang berada
sendirian. Sama halnya dengan orang yang berada dalam pengaruh hipnotis. Itulah sebabnya
banyak orang tua dan guru bertanya- tanya, mengapa jagoan-jagoan tawuran yang ganas sekali
mencelurit lawannya, ketika di rumah justru sangat baik membentu orang tua. Tidak pernah
melawan, dan rajin beribadah.[6]
D. Ciri- Ciri Tingkah Laku Intelegen
Menurut Effendi & Praja, beberapa ciri tingkah laku yang intelegen ialah sebagai berikut:
1. Purposeful behavior, artinya tingkah laku yang intelegen, selalu terarah pada tujuan atau
mempunyai tujuan yang jelas.
2. Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi atau tidak acak-acakan.[7]
3. Physical well toned behavior, artinya memiliki sifat jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan
tangkas atau lincah.
4. Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis dan kaku, tetapi selalu
siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
5. Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, gairah, dan
penuh kepercayaan akan sukses/optimis.
6. Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dan
bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7. Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efesien, efektif, dan cepat atau menggunakan waktu
yang singkat.
8. Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang
meliputi sikap dasar serta jiwa yang terbuka.[8]
E. Tinjauan Terhadap Perilaku
Pada umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara
organisme dengan lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika
mental/ psikologis yang mendasari prilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang
syaraf faali ( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu prilaku. Ketiga tinjauan ini sama
pentingnya dan mendapat perhatian yang sama besarnya.[9]
F. Sel-Sel Tubuh
Tubuh kita dibekali dengan sel-sel yang berfungsi sebagai penerima rangsang ( receptor );
penerus rangsang ( adjustor ) dan sel-sel penanggap rangsang ( affector ).[10]
Dengan berfungsinya ketiga jenis sel-sel tubuh ini, organisme dapat menerima rangsang
( bunyi ) dan menanggapinya secara tepat ( berbunyi ). [11]
G. Sistem Syaraf Kita
Sistem syaraf kita terbagi menjadi dua, yaitu sistem syaraf pusat, yang terdiri dari sel-sel
syaraf di otak dan di sumsum tulang belakang; serta sistem syaraf tepi ( perifer ) yang terdapat
dalam semua organ lain dalam tubuh manusia.
Sistem syaraf pusat berfungsi mengkoordinasi perilaku. Perilaku yang kompleks di
koordinasi oleh otak dan yang sederhana ( seperti refleks ) oleh sumsum tulang belakang. Sistem
syaraf tepi tidak memiliki fungsi koordinasi. Tugas utamanya adalah menyalurkan rangsang
rangsang yang diterima baik dari dalam maupun dari luar tubuh ke sistem syaraf pusat.[12]
Sel-sel syaraf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke sistem syaraf pusat
disebut afferent; dan yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf pusat ke sistem tepi
disebut efferent.
1. Otak Manusia
Otak memiliki +10 milyar sel syaraf atau + 90 % dari seluruh sel syaraf yang ada pada tubuh
kita. Kalau tempurung kepala dibuka akan terlihat sebuah benda setengah padat, seperti jamur
keriput, dan berwarna abu-abu kemerahan. Lapisan teratas yang tebalnya +1/2 inci, merupakan
kumpulan berjuta-juta syaraf yang disebut Cortex. Inilah pusat pengelolaan segala hal kita
pikirkan, rasakan, dan lakukan.
Penerimaan rangsang di hantar ke korteks melalui jalur sensoris dan perintah dari cortex ke
organ-organ tubuh disalurkan lewat jalur motorik. Dalam cortex terdapat pusat bicara (Daeraah
Broca ), pusat penglihatan, dan pusat penciuman serta pengecapan. Gangguan pada pusat ini
akan mengakibatkan gangguan pada organ-organ yang bersangkutan.
Bila otak dilihat dari atas, maka akan nampak dua bagian yang simetris. Kedua belahan yang
nampaknya mirip benar ini di sebut hemisfer cerebrum kiri dan kanan. Hemisfer yang domonan
disebut hemisfer mayor dan yang tidak domonan di sebut hemisfer monor.[13]
3. Sistem Endokrin
Selain sistem syaraf pusat, tubuh kita memiliki sistem lain yang berfungsi membantu sistem
syaraf pusat sekaligus dapat mempengaruhi tingkah laku. Inilah sistem endokrin, yang terdiri dari
rangkaian kelenjar ( glandula ) yang dapat mengeluarkan cairan kimiawi tertentu langsung ke
dalam darah. Banyak sedikitnya cairan kimiawi ini, disebut hormon, sangat menentukan fungsi
tubuh manusia dan akhirnya menentukan perilaku. Kelenjar-kelenjar itu, dapat disebutkan
beberapa di antaranya yang terpenting:
a. Kelenjar gondok ( thyroid ): mengeluarkan hormon trioksin yang membantu mengatur
metabolism tubuh.
b. Kelenjar pituitary: mengeluarkan hormon pitutiari yang bekerjasama dengan hipotalamus ikut
mengatur berbagai reaksi emosional individu.
c. Kelenjar adrenal: menghasilkan hormon adrenalin yang dikeluarkan atas pengaruh hormon
pitutiari pada saat seorang sedang stress.
d. Kelenjar kelamin ( gonad ): yang menghasilkan hormon-hormon yang mempengaruhi perilaku
seksual.
e. Kelenjar pancreas: menghasilkan insulin yang mengatur kadar gula dalam darah.[14]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Perilaku ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara organisme dengan
lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika mental/ psikologis
yang mendasari perilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang syaraf faali
( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu perilaku.
Sel-sel syafaf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke sistem syaraf
pusat disebut afferent; dan yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf pusat ke sistem
tepi disebut efferent.
Sistem endokrin, yang terdiri dari rangkaian kelenjar ( glandula ) yang dapat
mengeluarkan cairan kimiawi tertentu langsung ke dalam darah. Banyak sedikitnya cairan
kimiawi ini, disebut hormon, sangat menentukan fungsi tubuh manusia dan akhirnya
menentukan perilaku. Yaitu antara lain: Kelenjar Gondok ( thyroid ), Kelenjar pituitary,
Kelenjar Adrenal, Kelenjar Kelamin, Kelenjar Pancreas
B. Saran
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran nya agar makalah ini dapat lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarman.( 1997 ). Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku. Jakarta: Bumi Aksara
Fauzi, Ahmad.( 2004 ). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Irwanto.( 2002 ). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo
Sarwono, Sarlito W.( 2009 ). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Sobur, Alex.( 2003 ). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
www.peutuah.com/konsep-dasar-prilaku-manusia
[1] www.peutuah.com/konsep-dasar-prilaku-manusia.
[2] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2004 ), h.13
[3] Ahmad Fauzi, Op.Cit., h.13
[4] Sudarawan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Prilaku ( Jakarta: Bumi Aksara, 1997 ), h.35.
[5] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009 ), h.208
[6] Sarlito W. Sarwono, Op.Cit., h.208-209
[7] Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung: Pustaka Setia, 2003 ),h.160
[8] Alex Sobur, Op.Cit., h.160.
[9] Irwanto, Psikologi Umum ( Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002 ), h.21
[10] Ibid
[11] Irwanto, Op.Cit.,h.21-22
[12] Ibid
[13] Irwanto, Op.Cit., h.22-25
[14] Irwanto, Op.Cit., h.26-28
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan
yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,
membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun
yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo, merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus
Organisme Respon.[1]
Adapun yang disebut tingkah laku mempunyai arti yang lebih kongkrit dari pada jiwa.
Karena itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari daripada jiwa dan melalui tingkah laku,
kita dapat mengenal seseorang. Termasuk dalam tingkah laku disini adalah perbuatan-perbuatan
yang terbuka maupun tertutup.
Tingkah laku yang tertutup adalah tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak
langsung melalui alat-alat atau metode khusus, misalnya berfikir, sedih, berhayal, bermimpi,
takut, dan sebagainya. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang dapat diketahui secara
langsung dari orang yang bersangkutan, misalnya berbicara, bercakap-cakap, dan sebagainya.[2]
Dalam psikologi masa kini, kedua jenis tingkah laku tersebut sama pentingnya, tetapi dahulu ada
aliran-aliran yang hanya mementingkan tingkah laku yang terbuka saja,
misalnyabehaviourism, dan aliran tertutup seperti aliran psikologi intropeksi.[3]
B. Studi Masalah Keperilakuan
Studi sistematik terhadap masalah keperilakuan, terutama mengenai perilaku manusia secara
keseluruhan, komunitas tertentu atau perilaku manusia dalam hubunganya dengan objek-ebjek
fisik bukan manusia diluar dirinya, dapat dilakukan melalui pendekatan tunggal atau pendekatan
antar disiplin.
Untuk dapat melakukan studi sistematik terhadap masalah keperilakuan, peneliti sosial harus
memahami minimal tiga hal, yaitu konsep dasar, metode pencarian, dan pentingnya studi; hal ini
sejalan dengan konsep studi-studi sosial sebagaimana dikemukakan oleh Skeel ( 1979 ) memang
hanya mewakili beberapa cabang saja dari ilmu sosial secara keseluruhan. Namun demikian,
prinsip dasar dari pengkajian atau studi sistematik mengenai masalah keprilakuan dari disiplin
lain dalam lingkup ilmu sosial dapat mengikuti kerangka berpikir tersebut.
Lebih jauh, peneliti yang ingin melakukan studi masalah keperilakuan, disamping harus
memahami fokus studi, juga harus memahami mengenai informasi yang diperlukan dalam
rangka memecahkan masalah menjadi fokus, untuk selanjutnya menyusun generalisasi.[4]
C. Tingkah Laku Kelompok
Ada dua teori yang menerangkan tingkah laku kelompok, teori pertama adalah yang
dikemukakan oleh ahli-ahli psikologi dari aliran-aliran klasik, yang berpendapat bahwa unit
terkecil yang dipelajari psikologi adalah inddividu.[5]
Oleh karena itu, kelompok tidak lain adalah sekumpulan individu dan tingkah laku kelompok
adalah gabungan dari tingkah laku-tingkah laku individu- individu secara bersama-sama. Teori
kedua adalah teori yang bertolak belakang dengan teori pertama yang diajukan oleh seorang
sarjana psikologi Prancis bernama Gustave Le Bon ( 1841-1931 ) dalam bukunya yang terkenal
Psychlogy des Foules ( 1895 ). Dalam teorinya , Le Bon mengatakan bahwa bila dua orang
atau lebih berkumpul di suatu tempat tertentu, mereka akan menampilkan prilaku yang sama
sekali berbeda dari pada ciri-ciri tingkah laku individu-individu itu masing-masing.
Demikian juga kelompok orang tidak mempunyai sifat-sifat yang ada pada anggota-anggota
kelompok itu. Oleh kerena itu, menurut teori jiwa kelompok ini, suatu kelompok merasa dan
bertindak berbeda dari masing-masing individu. Sebagai anggota kelompok seorang dapat saja
melakukan hal-hal yang luar biasa yang tidak pernah dilakukannya kalau dia sedang berada
sendirian. Sama halnya dengan orang yang berada dalam pengaruh hipnotis. Itulah sebabnya
banyak orang tua dan guru bertanya- tanya, mengapa jagoan-jagoan tawuran yang ganas sekali
mencelurit lawannya, ketika di rumah justru sangat baik membentu orang tua. Tidak pernah
melawan, dan rajin beribadah.[6]
D. Ciri- Ciri Tingkah Laku Intelegen
Menurut Effendi & Praja, beberapa ciri tingkah laku yang intelegen ialah sebagai berikut:
1. Purposeful behavior, artinya tingkah laku yang intelegen, selalu terarah pada tujuan atau
mempunyai tujuan yang jelas.
2. Organized behavior, artinya tingkah laku yang terkoordinasi atau tidak acak-acakan.[7]
3. Physical well toned behavior, artinya memiliki sifat jasmaniah yang baik, penuh tenaga dan
tangkas atau lincah.
4. Adaptable behavior, artinya tingkah laku yang luas fleksibel, tidak statis dan kaku, tetapi selalu
siap untuk mengadakan penyesuaian/perubahan terhadap situasi yang baru.
5. Success oriented behavior, artinya tingkah laku yang didasari perasaan aman, tenang, gairah, dan
penuh kepercayaan akan sukses/optimis.
6. Clearly motivated behavior, artinya tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhannya dan
bermanfaat bagi orang lain atau masyarakat.
7. Rapid behavior, artinya tingkah laku yang efesien, efektif, dan cepat atau menggunakan waktu
yang singkat.
8. Broad behavior, artinya tingkah laku yang mempunyai latar belakang dan pandangan luas yang
meliputi sikap dasar serta jiwa yang terbuka.[8]
E. Tinjauan Terhadap Perilaku
Pada umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara
organisme dengan lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika
mental/ psikologis yang mendasari prilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang
syaraf faali ( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu prilaku. Ketiga tinjauan ini sama
pentingnya dan mendapat perhatian yang sama besarnya.[9]
F. Sel-Sel Tubuh
Tubuh kita dibekali dengan sel-sel yang berfungsi sebagai penerima rangsang ( receptor );
penerus rangsang ( adjustor ) dan sel-sel penanggap rangsang ( affector ).[10]
Dengan berfungsinya ketiga jenis sel-sel tubuh ini, organisme dapat menerima rangsang
( bunyi ) dan menanggapinya secara tepat ( berbunyi ). [11]
G. Sistem Syaraf Kita
Sistem syaraf kita terbagi menjadi dua, yaitu sistem syaraf pusat, yang terdiri dari sel-sel
syaraf di otak dan di sumsum tulang belakang; serta sistem syaraf tepi ( perifer ) yang terdapat
dalam semua organ lain dalam tubuh manusia.
Sistem syaraf pusat berfungsi mengkoordinasi perilaku. Perilaku yang kompleks di
koordinasi oleh otak dan yang sederhana ( seperti refleks ) oleh sumsum tulang belakang. Sistem
syaraf tepi tidak memiliki fungsi koordinasi. Tugas utamanya adalah menyalurkan rangsang
rangsang yang diterima baik dari dalam maupun dari luar tubuh ke sistem syaraf pusat.[12]
Sel-sel syaraf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke sistem syaraf pusat
disebut afferent; dan yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf pusat ke sistem tepi
disebut efferent.
1. Otak Manusia
Otak memiliki +10 milyar sel syaraf atau + 90 % dari seluruh sel syaraf yang ada pada tubuh
kita. Kalau tempurung kepala dibuka akan terlihat sebuah benda setengah padat, seperti jamur
keriput, dan berwarna abu-abu kemerahan. Lapisan teratas yang tebalnya +1/2 inci, merupakan
kumpulan berjuta-juta syaraf yang disebut Cortex. Inilah pusat pengelolaan segala hal kita
pikirkan, rasakan, dan lakukan.
Penerimaan rangsang di hantar ke korteks melalui jalur sensoris dan perintah dari cortex ke
organ-organ tubuh disalurkan lewat jalur motorik. Dalam cortex terdapat pusat bicara (Daeraah
Broca ), pusat penglihatan, dan pusat penciuman serta pengecapan. Gangguan pada pusat ini
akan mengakibatkan gangguan pada organ-organ yang bersangkutan.
Bila otak dilihat dari atas, maka akan nampak dua bagian yang simetris. Kedua belahan yang
nampaknya mirip benar ini di sebut hemisfer cerebrum kiri dan kanan. Hemisfer yang domonan
disebut hemisfer mayor dan yang tidak domonan di sebut hemisfer monor.[13]
3. Sistem Endokrin
Selain sistem syaraf pusat, tubuh kita memiliki sistem lain yang berfungsi membantu sistem
syaraf pusat sekaligus dapat mempengaruhi tingkah laku. Inilah sistem endokrin, yang terdiri dari
rangkaian kelenjar ( glandula ) yang dapat mengeluarkan cairan kimiawi tertentu langsung ke
dalam darah. Banyak sedikitnya cairan kimiawi ini, disebut hormon, sangat menentukan fungsi
tubuh manusia dan akhirnya menentukan perilaku. Kelenjar-kelenjar itu, dapat disebutkan
beberapa di antaranya yang terpenting:
a. Kelenjar gondok ( thyroid ): mengeluarkan hormon trioksin yang membantu mengatur
metabolism tubuh.
b. Kelenjar pituitary: mengeluarkan hormon pitutiari yang bekerjasama dengan hipotalamus ikut
mengatur berbagai reaksi emosional individu.
c. Kelenjar adrenal: menghasilkan hormon adrenalin yang dikeluarkan atas pengaruh hormon
pitutiari pada saat seorang sedang stress.
d. Kelenjar kelamin ( gonad ): yang menghasilkan hormon-hormon yang mempengaruhi perilaku
seksual.
e. Kelenjar pancreas: menghasilkan insulin yang mengatur kadar gula dalam darah.[14]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya.
Perilaku ditinjau secara sosial, yaitu pengaruh hubungan antara organisme dengan
lingkungannya terhadap perilaku; intrapsikis, yaitu proses dan dinamika mental/ psikologis
yang mendasari perilaku; serta biologis yaitu proses-proses dan dinamika yang syaraf faali
( neural-fisiologis ) yang ada dibalik suatu perilaku.
Sel-sel syafaf yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf tepi ke sistem syaraf
pusat disebut afferent; dan yang menghantar impuls-impuls dari sistem syaraf pusat ke sistem
tepi disebut efferent.
Sistem endokrin, yang terdiri dari rangkaian kelenjar ( glandula ) yang dapat
mengeluarkan cairan kimiawi tertentu langsung ke dalam darah. Banyak sedikitnya cairan
kimiawi ini, disebut hormon, sangat menentukan fungsi tubuh manusia dan akhirnya
menentukan perilaku. Yaitu antara lain: Kelenjar Gondok ( thyroid ), Kelenjar pituitary,
Kelenjar Adrenal, Kelenjar Kelamin, Kelenjar Pancreas
B. Saran
Kami menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan karena itu kami mengharapkan
kritik dan saran nya agar makalah ini dapat lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarman.( 1997 ). Metode Penelitian Untuk Ilmu-Ilmu Prilaku. Jakarta: Bumi Aksara
Fauzi, Ahmad.( 2004 ). Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia
Irwanto.( 2002 ). Psikologi Umum. Jakarta: PT. Prenhallindo
Sarwono, Sarlito W.( 2009 ). Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Pers
Sobur, Alex.( 2003 ). Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia
www.peutuah.com/konsep-dasar-prilaku-manusia
[1] www.peutuah.com/konsep-dasar-prilaku-manusia.
[2] Ahmad Fauzi, Psikologi Umum ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2004 ), h.13
[3] Ahmad Fauzi, Op.Cit., h.13
[4] Sudarawan Danim, Metode Penelitian Untuk Ilmu-ilmu Prilaku ( Jakarta: Bumi Aksara, 1997 ), h.35.
[5] Sarlito W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum ( Jakarta: PT Raja Grafindo, 2009 ), h.208
[6] Sarlito W. Sarwono, Op.Cit., h.208-209
[7] Alex Sobur, Psikologi Umum ( Bandung: Pustaka Setia, 2003 ),h.160
[8] Alex Sobur, Op.Cit., h.160.
[9] Irwanto, Psikologi Umum ( Jakarta: PT. Prenhallindo, 2002 ), h.21
[10] Ibid
[11] Irwanto, Op.Cit.,h.21-22
[12] Ibid
[13] Irwanto, Op.Cit., h.22-25
[14] Irwanto, Op.Cit., h.26-28