Oleh :
ANISA WISDATIKA
G1F009033
RETNA PANCAWATI
G1F009034
PERDANI ADNIN M
G1F009035
LIA NADIA F
G1F009036
A. Judul Percobaan :
Isolasi Glikosida dari Daun Jambu Biji (Psidium guajava)
B. Tujuan Percobaan :
Memahami prinsip dan melakukan isolasi flavonoid dari daun jambu biji
beserta analisis kualitatif hasil isolasi dengan metode kromatografi lapis
tipis
C. Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang dipergunakan adalah air suling,eter,asam klorida
2N,Natrium sulfat anhidrat,lempeng selulosa/kertas
kromatografi,methanol,asam asetat 15%,campuran n-butanol:asam
asetat:air (4:1:5) v/v,ammonia,pereaksi sitroborat.
D. Alat percobaan
Panci infus, corong besar, Erlenmeyer 50 ml,tabung reaksi,corong pisah
250 ml,cawan porselin,flakon (3 buah).
E. Skema Percobaan
Serbuk bahan
Campuran
Filtrat Jernih
Kertas saring+endapan
-
Rendemen
Ditimbang
Ditambahkan 10 ml HCl 2 N
Sisa Padatan
Dikocok hati-hati
Ditambah eter
Dikocok
Air asam
Air Asam
Sari Eter
- disaring dengan
Tersisa 1 ml
kertas saring
yang diberi
Natrium sulfat
anhidrat dalam
cawan
- Diuapkan tanpa
penangas
Sari III
Residu 2 ml
- dilarutkan 2 ml
Methanol
Sari II
Sari I
F. Pembahasan
Sistematika:
Divisi
: Spermatophita
Subdivisi : Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Myrtales
Keluarga : Myrtaceae
Marga
: Psidium
Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0% dan tidak lebih dari
37,0% b/b C2H4O2. Cairan jernih, tidak berwarna; bau khas, menusuk,
rasa asam yang tajam. Dapat bercampur denagn air, dengan etanol dan
dengan gliserol (Anonim, 1995).
6. Natrium sulfat anhidrat
Na2SO4; BM 142,04; murni pereaksi. Untuk penetapan kadar alkaloid
secara kromatografi gas.
7. Ammonia
Ammonia adalah larutan NH3 yang mengandung tidak kurang dari 27,0%
dan tidak lebih dari 31,0% b/b NH3. Diudara terbuka ammonia cepat
hilang. Cairan jernih, tidak berwarna; bau khas, menusuk kuat. Bobot jenis
kurang dari 0.90 (Anonim, 1995)
Isolasi flavonoid dari daun Jambu Biji dilakukan dengan mengekstraksi
serbuk daun Jambu Biji secara infundasi. Prinsip infundasi adalah ekstraksi
dengan metode panas. Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan
mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit.
(Anonim, 2000).
Percobaan mula-mula dilakukan penimbangan serbuk daun Manihot
sebanyak 40 gr, dimasukan dalam panci infus dan ditambah 240 ml akuades.
Selanjutnya dididihkan selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 oC
sambil sesekali diaduk. Pendidihan dilakukan selama 15 menit karena jika lebih
dari 15 menit akan menjadi dekok. (Anonim, 2000)
Setelah mendidih, panci infus dikeluarkan ditunggu sampai dingin
kemudian disaring melalui corong Buchner yang dilapisi kertas saring yang telah
dibasahi dengan akuades, sehingga diperoleh filtrat yang jernih.. Filtrat yang
dihasilkan berwarna kuning kecoklatan, filtrat kemudian dipindahkan ke dalam
erlenmeyer 250 ml yang bersih dan disimpan dalam lemari es selama satu minggu
sehingga terbentuk kristal amorf putih kekuningan. Fungsi penyimpanan dalam
lemari es adalah agar kristal cepat terbentuk .
Flavonoid
Semua flavonoid, menurut strukturnya, merupakan senyawa induk flavon
yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan Primula, dan semuanya
mempunyai sejumlah sifat yang sama. Saat ini dikenal sekitar 20 jenis flavonoid.
Flavonoid terutama berupa senyawa yang larut dalam air. Mereka dapat
diekstraksi dengan alkohol 70% dan tetap ada pada lapisan air setelah ekstrak
dikocok dengan eter minyak bumi. Flavonoid berupa senyawa fenol, karena itu
warnanya berubah bila di tambah basa atau amoniak, jadi flavonoid mudah
dideteksi pada kromatogram atau dalam larutan.
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonyugasi dan karena itu
menunjukan pita serapan kuat pada spektrum UV dan spektrum tampak.
Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula sebagai glikosida
dan aglikon flavonoid.
Flavonoid terdapat dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang sekali
dijumpai hanya flavonoid tunggal dalam jaringan tumbuhan. Disamping itu,
sering terdapat campuran yang terdiri atas flavonoid yang berbeda kelas.
Antosianin berwarna yang terdapat dalam daun bunga hampir selalu disertai oleh
flavon dan flavonolol tanwarna.
Flavonoid mempunyai rumus umum, C6C3C6.
Aktivitas biologi flavonoid antara lain,
- anti kanker : kuersetin, mirisetin
- anti oksidant : kuersetin, antosianidin, dan prosianidin
- anti inflamasi : apigenin, taksifolin, luteolin, kuersetin
- anti alergi : nobeletin, tangeretin
- anti hipertensi : prosianidin
- anti virus : amentiflavum, skutellarein, kuersetin
Klasifikasi flavonoid umumnya didasarkan atas inti molekul,
*Harbone membagi flavonoid kedalam kelompok
- Antosianin
- Proantosianidin
- Flavonol
- Flavon
- Khalkon dan auron
- Flavanon
- Glikoflavon
- Isoflavon
- Biflavonil
*Berdasarkan warna flavonoid
*Berdasarkan flavonoid major dan flavonoid minor
- flavonoid major : flavon, flavonol, biflavonil
- flavonoid minor : khalkon, dihidrokhalkon, auron, flavanon, flavononol dan
isoflavon(Lisna, 2010) .
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya.
Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut
dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat
fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula
tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan
jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi
berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut.
Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.
[Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice In Organic
Chemistry]
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi adalah:
Waktu ekstraksi
Kuantitas pelarut
Suhu pelarut
halus yang sesuai dalam panic dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air
selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90 derajat sambil sekali-sekali
diaduk (Anonim, 1995).
Infundasi : proses penyarian untuk menyari zat kandungan aktif yg larut dalam air
dari bahan-bahan nabati. Infusa tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam
(Hackiems, 2010).
Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari
suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut
tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut pelarut
polar) ada juga pelarut yang tidak mau campur air (contohnya aseton, etil asetat,
disebut pelarut non polar).
Untuk melakukan proses infusa, maka kita harus mempersiapkan 1 unit
panci yang terdiri dari 2 buah panic yang saling bisa ditumpuk. Bagi para
pengobat tradisional mungkin sudah mengenal jenis panci yang demikian ini,
namanya paci-tim. Panci yang di atas digunakan untuk menaruh bahan yang
akan di ekstraksi (tentu bersama pelarutnya, yaitu air, masing-masing dengan
takaran tertentu), sementara panci sebelah bawah diisi air, maksudnya digunakan
sebagai pemanas panci atas, sehingga panas yang diterima panci atas tidak
langsung berhubungan dengan api.
Teorinya, ketika panci bawah airnya mendidih (pada suhu 100o C), maka
panas yang diterima oleh panci atas hanya bersuhu sekitar 90o C saja. Kondisi
demikian ini diperlukan agar zat aktif dalam bahan tidak rusak oleh pemanasan
berlebihan. (biasanya zat aktif akan rusak bila dipanaskan sampai 100o C atau
lebih).
Jadi prosedur pembuatan infusa dalam garis besarnya adalah sebagai berikut:
Simplisia yang berupa tanaman dengan derajat halus tertentu ditimbang
(misalnya 10 g), kemudian dimasukkan ke dalam panci atas diberi air
secukupnya. Maksud dari secukupnya adalah diperhitungkan terhadap kadar
ekstrak yang hendak kita inginkan, jadi misalnya kita ingin membuat ekstrak
berkadar zat aktif 10%, maka serbuk tanaman yang dibutuhkan adalah 10 g
bersama air 100 g (100 cc), sementara kalo kita menggunakan air sebanyak 200 cc
dan serbuknya tetap 10 g, maka kadar ekstrak yang akan kita peroleh menjadi 5%
saja. Begitu seterusnya.
Setelah panci atas siap untuk diproses, maka masukkan panci beserta isinya
segera ke dalam panic bawah yang telah berisi air. Setelah itu panci bawah
dipanaskan di atas api langsung dan dibiarkan sampai mendidih (artinya suhu
mencapai 100 C). Diharapkan maka suhu air di panci atas akan mencapai 90 C.
Pemanasan dilakukan selama 15 menit terhitung mulai air di panci bawah
mendidih (suhu panci atas mencapai 90C), sambil sekali-sekali diaduk.
Waktu 15 menit itu adalah aturan umum yang diberikan oleh buku-buku farmasi
resmi seperti Farmakope.
Setelah cukup 15 menit, maka panci atas diturunkan dan disaring selagi masih
panas melalui kain flanel,
Apabila ternyata volume akhir yang didapat kurang dari 100 cc (air semula
100cc) maka perlu
ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infusa
yang dikehendaki yaitu 100 cc.
Cara menambahkan air itu harus menurut aturan kuantitatif, yaitu hasil saringan
tadi dipindah ke gelas ukur, kemudian kekurangan air yang diperlukan,
ditambahkan sampai volume akhir mencapai batas skala 100 cc (jadi tidak boleh
mengukur air sesuai dengan kurangnya air, namun yang diukur adalah bagian air
yang akan ditambahi) (Didik, 2010) .
Adapun
keuntungan:
untuk
simplisia
yang
lunak
seperti
daun
dan
bunga,sedangkan kerugian: tidak dapat untuk simplisia keras seperti kulit pohon
Sokhletasi
Metode penyarian dengan alat soxhlet adalah penyarian atau ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru yg dilakukan dgn alat khusus sehingga
terjadi ekstraksi kontinyu dgn jumlah pelarut relatif konstandgn adanya pendingin
balik
Keuntungan penyarian dgn alat soxhlet :
Jumlah cairan penyari relatif sedikit (2 kali sirkulasi)
Penyarian sempurna (tetesan terakhir tidak berwarna)
Kerugian :
Pemanasan berlebih terhadap kandungan kimia dalam serbuk sehingga tidak
cocok untuk zat kimia yg termolabil .
Jumlah bahan terbatas (30-50 gram), pengatasan : menggunakan alat soxhlet dgn
jumlah lebih banyak karena kapasitas laboratorium hanya 250-500 ml
Tidak bisa dgn penyari air (harus solvent organik) (Hackiems, 2010) .
Prinsip sokletasi
Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna
dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka
pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersari. Metode sokletasi
menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa
organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang
tidak diinginkan
Keunggulan sokletasi :
1. Sampel diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan berulang ulang.
2. Jumlah pelarut yang digunakan sedikit.
3. Proses sokletasi berlangsung cepat.
4. Jumlah sampel yang diperlukan sedikit.
5. Pelarut organik dapat mengambil senyawa organik berulang kali.
Kelemahan sokletasi :
1. Tidak baik dipakai untuk mengekstraksi bahan bahan tumbuhan yang mudah
rusak atau senyawa senyawa yang tidak tahan panas karena akan terjadi
penguraian.
2. Harus dilakukan identifikasi setelah penyarian, dengan menggunakan pereaksi
meyer, Na, wagner, dan reagen reagen lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Aliem. 2010. Sochletasi.http://aliemalfiqry.blogspot.com/ diakses tanggal 29
Desember 2010
Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan RI: Jakarta
Dalimartha, S., 1999, Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1, Trubus Agriwidya,
Jakarta.
Devy, 2009. Ekstraksi.http://majarimagazine.com/. diakses tanggal 29 Desember
2010
Didik. 2010. Infusa. http://obtrando.files.wordpress.com/. diakses tanggal 29
Desember 2010
Hackiems. 2010. Infusa. http://epidemologipenyakit.blogspot.com/. diakses
tanggal 29 Desember 2001
Hertin, 2010. Glikosida. http://budayadimatamanusia.blogspot.com/. diakses
tanggal 28 Desember 2010
Irwanto, 2010. Ekstraksi Menggunakan Proses Infundasi, Maserasi, dan
Perkolasi.
Desember 2010
http://pancasetyawatiutami.blogspot.com/. diakses
Jawaban Pertanyaan :
1. Air
Air dipertimbangkan sebagai penyari karena:
1. Murah dan mudah diperoleh
2. Stabil
3. Tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar
4. Tidak beracun
5. Alamiah
Kerugian penggunaan air sebagai penyari:
1. Tidak selektif
2. Sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak
3. Untuk pengeringan diperlukan waktu lama
Air disamping melarutkan garam alkaloid, minyak menguap, glikosida,
tanin dan gula, juga melarutkan gom, pati, protein, lendir, enzim, lilin,
lemak, pectin, zat warna dan asam organic. Dengan demikian penggunaan
air sebagai cairan penyari kurang menguntungkan. Disamping zat aktif
ikut tersari juga zat lain yang tidak diperlukan atau malah mengganggu
proses pembuatan sari seperti gom, pati, protein, lemak, enzim, lendir dan
lain-lain.
Air merupakan tempat tumbuh bagi kuman, kapang dan khamir, karena itu
pada pembuatan sari dengan air harus ditambah zat pengawet. Air dapat
melarutkan enzim. Enzim yang terlarut dengannya air akan menyebabkan
reaksi enzimatis, yang mengakibatkan penurunan mutu. Disamping itu
adanya air akan mempercepat proses hidrolisa.Untuk memekatkan sari air
dibutuhkan waktu dan bahan bakar lebih banyak bila dibandingkan dengan
etanol.
2. Hidrolisis telah sempurna ketika antara air-asam dan eter telah terpisah
secara sempurna.
3. Percobaan mula-mula dilakukan penimbangan serbuk daun Manihot
sebanyak 40 gr, dimasukan dalam panci infus dan ditambah 240 ml
akuades. Selanjutnya dididihkan selama 15 menit terhitung mulai suhu
mencapai 90oC sambil sesekali diaduk. Pendidihan dilakukan selama 15
menit karena jika lebih dari 15 menit akan menjadi dekok. (Anonim, 2000)
Setelah mendidih, panci infus dikeluarkan ditunggu sampai dingin
kemudian disaring melalui corong Buchner yang dilapisi kertas saring
yang telah dibasahi dengan akuades, sehingga diperoleh filtrat yang
jernih.. Filtrat yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan, filtrat
kemudian dipindahkan ke dalam erlenmeyer 250 ml yang bersih dan
disimpan dalam lemari es selama satu minggu sehingga terbentuk kristal
amorf putih kekuningan. Fungsi penyimpanan dalam lemari es adalah agar
kristal cepat terbentuk .
Filtrat yang telah terbentuk kristal kekuningan di dalamnya lalu dituang
sebagian besar larutan jernihnya dengan hati-hati dijaga agar kristal tidak
ikut tertuang. Kristal kekuningan yang ada pada dasar erlenmeyer disaring
melalui kertas saring yang telah ditara. Jika masih ada kristal yang
menempel pada dasar erlenmeyer dibilas dengan air suling dan bilasan
tersebut dituangkan ke kertas saring, lalu kristal dicuci dengan 10 ml air
es. Sebelum ditimbang untuk memperoleh rendemen endapan terlebih
dahulu dikeringkan pada suhu 50oC. Percobaan menghasilkan rendemen
sebesar 1,2 %.