Anda di halaman 1dari 11

REFLEK SPINAL PADA KATAK

Oleh : Nama NIM Rombongan Kelompok Asisten : Siti Nur Hidayah : B1J011026 :I :2 : Arya Nugraha

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS BIOLOGI PURWOKERTO 2013

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sistem saraf adalah suatu sistem organ yang terdiri dari sel-sel saraf atau neuron. Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat yang meliputi otak dan batang spinal, dan sistem saraf perifer yang meliputi saraf kranial, saraf spinal, dan trunkus simpatikus. Kedua sistem ini bekerja saling menunjang. Sistem saraf pusat berguna sebagai pusat koordinasi untuk aktivitas-aktivitas yang harus dilaksanakan. Sedangkan sistem saraf perifer berfungsi memberikan informasi kepada sistem saraf pusat tentang adanya stimulus yang menyebabkan otot dan kelenjar melakukan respon (Johnson, 1984). Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang-tindih, yaitu input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input adalah penghantaran atau konduksi sinyal dari reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya di mata ke pusat integrasi. Integrasi adalah penerjemahan informasi yang berasal dari stimulasi reseptor ke lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon tubuh yang sesuai. Sebagian integrasi dilakukan dalam system saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang (pada vertebrata). Output motoris adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi ke sel-sel efektor, sel-sel otot atau sel kelenjar yang

mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimulus tersebut. Sinyal tersebut dihantarkan oleh saraf yang berasal dari penjuluran neuron yang terbungkus dengan ketat dalam jaringan ikat. Saraf yang menghubungkan sinyal motoris dan sensoris antara system saraf pusat dan bagian tubuh lain secara bersamaan disebut system saraf tepi (Campbell, 2004). Sistem saraf tersusun atas dua jenis sel utama, yaitu sel neuron dan sel-sel pendukung. Neuron adalah sel yang menghantarkan stimulus di sepanjang jalur komunikasi sistem saraf. Sel-sel pendukung (glia) memberikan struktur dalam sistem saraf serta melindungi, menginsulasi, dan secara umum membantu fungsi neuron. Refleks merupakan suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap suatu stimulus tertentu (Bykov, 1960).

1.2 Tujuan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui terjadinya refleks spinal pada katak.

II. MATERI DAN CERA KERJA

2.1 Materi Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah pinset, jarum, dan gunting. Bahan yang digunakan adalah katak (Fejervarya cancrivora) dan H2SO4 .

2.2 Cara Kerja 1. Dengan jarum preparat, otak katak dirusak, katak dipegang dengan kepala ditundukkan ke arah ventral (ke arah perut). Pada batas kepala dan punggung, kita masukkan ujung jarum tersebut kurang lebih sedalam 1 cm, kemudian kita korek-korek. 2. Katak diletakkan di atas meja dan diperhatikan, katak ditelentangkan dan diamati apakah katak membalik ke posisi semula jika memberikan reflek beri tanda + pada tabel dan jika tidak beri tanda -. 3. Ekstrimitas anterior dan posterior ditarik dan diamati apakah ada gerakan kaki kembali ke posisi semula/menarik kaki jika memberikan reflek beri tanda + pada tabel dan jika tidak beri tanda -. 4. Kaki katak dimasukkan ke dalam larutan asam sulfat yang tersedia, terjadilah gerakan refleks yang menarik kaki dari larutan asam sulfat (refleks melarikan diri). Kemudian dapat dilihat pula gerakan-gerakan kaki itu, dan kadang-kadang juga dengan kaki yang lain untuk menghapuskan asamnya (refleks

menghapuskan). 5. Dirusak tulang belakangnya mulai dari , , , dan total. 6. Ulangi poin 4-6 kemudian catat hasilnya.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil 1.Tabel Hasil Pengamatan Refleks Spinal Pada Katak Perlakuan perusakan Otak Total Pembalikan tubuh + Penarikan kaki depan + Penarikan kaki belakang + + Pencelupan H2SO4 + + -

3.2 Pembahasan Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap suatu stimulus tertentu. Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua neuron, yang membentuk suatu busur refleks. Dua neuron yang penting dalam suatu busur refleks adalah neuron afferen, sensoris, atau penghubung (interneuron) yang terletak diantara neuron reseptor dan neuron efektor. Refleks spinal yang khas adalah refleks rentang yang digambarkan dengan refleks pemukulan ligamentum partela, sehingga menyebabkan otot lutut terentang. Aksi refleks ini tidak memerlukan kontrol kesadaran (Frandson, 1992). Hasil menunjukan bahwa perlakuan perusakan otak pada katak (Fejervarya cancrivora) menunjukan hasil positif pada tiap stimulus yang di berikan. Perusakan otak dengan menusukkan jarum pada 1/4 bagian medulla spinalis (sumsum tulang belakang) katak, memberikan informasi bahwa perlakuan pembalikan tubuh, penarikan kaki depan,menunjukan hasil negatif sementara, penarikan kaki belakang, dan pencelupan H2SO4 menunjukan hasil yang positif, yang menandakan saraf-saraf pusat dan perifer masih bekerja . Refleks merupakan suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar terhadap suatu stimulus tertentu. Refleks pada amphibia merupakan konsep dari suatu ritme yang melekat dalam sistem saraf pusat yang telah ditentukan selama perkembangan. Katak yang telah pulih dari shock spinal akan menarik kakinya apabila diberi stimulasi (Frandson, 1993). Perlakuan perusakan otak pada 1/2 bagian medulla spinalis (sumsum tulang belakang) katak memberikan informasi bahwa perlakuan pembalikan tubuh, penarikan kaki depan, penarikan kaki belakang, dan pencelupan H2SO4 menunjukkan hasil negatif, yang menandakan bahwa katak tidak memberikan respon akibat kerusakan pada sistem syaraf pusat dan perifer. Perlakuan perusakan otak pada 3/4 bagian medulla spinalis (sumsum tulang belakang) katak memberikan informasi bahwa perlakuan pembalikan tubuh, penarikan kaki depan, penarikan kaki belakang, dan pencelupan H2SO4 menunjukan hasil yang negatif, yang menandakan saraf-saraf pusat dan perifer sudah tidak bekerja (memberikan respon). Perlakuan perusakan otak pada seluruh bagian medulla spinalis (sumsum tulang belakang) katak memberikan informasi bahwa perlakuan pembalikan tubuh, penarikan kaki depan,

penarikan kaki belakang, dan pencelupan H2SO4 menunjukan hasil yang negatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pearce (1989) yang menyatakan bahwa sumsum tulang belakang merupakan pusat gerak refleks, sehingga semakin tinggi tingkat perusakan sumsum tulang belakang maka semakin lemah respon yang diberikan. Hal ini yang akan menyebabkan refleks pembalikkan tubuh, penarikkan kaki depan dan kaki belakang serta pencelupan ke dalam larutan H2SO4 makin melemah seiring dengan tingkat perusakan. Perusakan tulang belakang juga merusak tali spinal sebagai jalur saraf, namun dengan adanya respon refleks yang sederhana dapat terjadi melalui aksi tunggal dari tali spinal meskipun adanya perusakkan sumsum tulang belakang. Pemberian konvergen pada sumsum tulang belakang dapat memberikan efek terjadinya gerakan bebas pada extrimitas katak (Lemay, 1996). Menurut Hildebrand (1995), sumsum tulang belakang sebagai saraf perifer mengandung tali spinal sehingga menimbulkan synaps yang dibawa neuron menyebabkan gerak refleks. H2SO4 termasuk larutan elektrolit kuat yang dapat menghantarkan listrik, Sifat hantaran listrik ini disebabkan karena adanya partikel bermuatan positif dan negatif. Larutan H2SO4 bersifat asam pekat yang digunakan pada saat praktikum berfungsi untuk memberikan rangsangan kimiawi sehingga menimbulkan gerak refleks. Larutan H2SO4 merupakan asam kuat dan berbahaya apabila terkena tubuh. Kaki katak yang dicelupkan ke dalam larutan H2SO4 akan mengakibatkan katak sebisa mungkin akan menarik kakinya dari larutan itu karena berbahaya bagi tubuhnya, ini merupakan salah satu gerakan untuk perlindungan tubuhnya dari zat-zat kimia yang berbahaya. Percobaan ini membuktikan bahwa dalam suatu sistem refleks diperlukan sumsum tulang belakang sebagai pusat koordinasi dan pengaturan gerak refleks Kinestesis seringkali dinyatakan sebagai perasaan otot ataupun perasaan motorik, bahkan cukup populer juga dengan sebutan indera keenam (the sixth sense), karena dikenal sebagai indera tambahan dari lima indera yang dikenal saat ini. Sedang untuk menggambarkan perasaan otot, tendo, dan persendian, termasuk di dalamnya kesadar-an jumlah tegangan serabut otot, berupa peregangan dan kontraksi, kerapkali digunakan terminologi sensasi somatik (Frost, 1971:104). Kinestesis yang kerapkali disebut juga dengan propriosepsi mengacu pada sensasi dan persepsi anggota tubuh, togok, dan gerakan kepala. Meskipun kemampuan ini kerapkali diabaikan sebagai salah satu indera dasar manusia, kinestesis penting sebagai sumber umpan balik dan selalu memberi informasi sensori kepada sistem

syaraf pusat mengenai hal-hal yang terkait dengan karakteristik gerakan, seperti arah, posisi dalam ruang, kecepatan, dan aktivasi otot (Nugroho, 2005). Sistem saraf yang terdiri dari jaringan-jaringan saraf mempunyai fungsi utama sebagai pembuat peran kimiawi dan perkembangan saluran komunikasi untuk koordinasi fungsi-fungsi tubuh. Sistem saraf amphibi sama seperti sistem saraf pada vertebrata, terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer (Hoar, 1984). Saraf berfungsi dengan mekanisme depolarisasi dan repolarisasi. Kedua mekanisme tersebut berkaitan dengan transportasi ion menembus membran (transmembran). Transportasi transmembran tersebut terkait dengan ion kalsium dan kalium sehingga kedua ion tersebut termasuk jenis ion yang esensial bagi mekanisme dalam syaraf. Mekanisme tersebut memunculkan gelombang depolarisasi (Frandson, 1993). Gerak sadar adalah gerakan yang terjadi karena proses yang disadari. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Gerak refleks merupakan gerakan yang terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan. Diagram mekanisme reflek adalah : Stimulus ReseptoNeuron afferent mengalami integrasi Neuron efferent Efektor Respon. Stimulus yang datang akan diterima reseptor dan kemudian disalurkan pada bagian neuron sensori. Neuron sensori menyalurkan informasi dari ujung reseptor yang kemudian dibawa ke neuron motorik yang sebelumnya mengalami integrasi yang dihubungkan oleh synaps. Neuron motorik kemudian menyalurkan informasi ke efektor dan menghasilkan suatu respon (Ville et al., 1988).

Gambar 1. Sel saraf

Menurut Gordon et al (1982), refleks spinal pada katak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Kondisi sumsum tulang belakang dimana kerusakan sumsum tulang belakang dalam tingkat parah dapat menghilangkan reflek spinal. b. Larutan kimia seperti H2SO4 yang dapat menimbulkan refleks spinal tertentu. c. Obat-obatan keras dapat menurunkan kontrol otak terhadap pergerakan, sehingga gerakan dikendalikan oleh sumsum tulang belakang sebagai refleks spinal. Pearce (1989) menyatakan bahwa sumsum tulang belakang merupakan pusat gerak refleks, sehingga semakin tinggi tingkat perusakan sumsum tulang belakang maka semakin lemah respon yang diberikan. Hal ini yang akan menyebabkan refleks pembalikkan tubuh, penarikkan kaki depan dan kaki belakang serta pencelupan ke dalam larutan H2SO4 makin melemah seiring dengan tingkat perusakan. Perusakan tulang belakang juga merusak tali spinal sebagai jalur syaraf, namun dengan adanya respon refleks yang sederhana dapat terjadi melalui aksi tunggal dari tali spinal meskipun adanya perusakkan sumsum tulang belakang. Praktikum yang dilakukan sesuai dengan pernyataan tersebut diatas sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang pasangan syaraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan respon terhadap stimulus atau rangsang (Ville et al., 1988).

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : 1. Katak yang telah pulih dari shock spinal akan menarik kakinya apabila diberi stimulasi 2. Sumsum tulang belakang merupakan pusat gerak refleks, sehingga semakin tinggi tingkat perusakan sumsum tulang belakang maka semakin lemah respon yang diberikan. 3. Saraf berfungsi dengan mekanisme depolarisasi dan repolarisasi.

DAFTAR REFERENSI

Bykov, K.M. 1960. Text Book of Physiology. Foreign Languages Publishing House, Moskow. Campbell, N.A. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Jakarta. Erlangga. Frandson, G. M. 1992. Anatomi dan Fisiologi Kedokteran. Buku kedokteran EGC, Jakarta. Gordon, M. S., G. A. Bortholomew., A. D. Grinell., C. B. Jorgenscy and F. N. White. 1982. Animal Physiology : Principle and Adaptation, 4th Edition. MacMillan Publishing Co INC, New York. Hildebrand, M. 1995. Analysis of Vertebrate Structure, 4th Edition. John Willey&Sons INC, New York. Hoar, W.S.1984. General and Comparative Physiology Third Edition. Prentice Hall of India Private Limited, New Delhi. Lemay, A.M., H. Nevile, and E. Bizzi. 1996. Recruitment Modulation of Force Fields Organized in the Frog's Spinal Cord. Departments of Mechanical Engineering and Brain & Cognitive Sciences, Massachusetts Institute of Technology, Cambridge, MA 02 139. Nugroho , Setyo. 2005. Peran Kinestesis Dalam Pembelajaran Motorik. Cakrawala Pendidikan, Juni 2005, Th. XXIV, No. 2 Pearce, E. 1989. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia. Jakarta. Soemardji, A. 2002. Toksisitas Akut dan Penentuan DL50 Oral Ekstrak Air Daun Gandarusa (Justicia gendarussa Burm. F.) pada Mencit Swiss Webster. Departemen Farmasi FMIPA ITB. Vol. 7 No. 2, Oktober 2002, hal 57 62. Ville, C.A., W.F. Walker, Jr. dan R.D. Barnes. 1988. Zoologi Umum. Erlangga, Jakarta. Wulangi. S kartolo. Prinsip-prinsip fisiologi Hewan. DepDikBud : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai