Anda di halaman 1dari 9

PENINGKATAN DAN PEMANTAPAN PERAN DAN

POSISI PROFESI AKUNTANSI DALAM


LINGKUNGAN YANG BERUBAH
Oleh : Dr. Wahjudi Prakarsa

1. PENDAHULUAN
2. SUMBER KEMEROSOTAN CITRA AKUNTAN DAN USAHA PERBAIKAN
3. TANGGAPAN REGULATOR DAN PROFESI
4. COST OF SELF-REGULATION DI INDONESIA


PENDAHULUAN

Sudah sejak lama peran dan posisi akuntansi menjadi sasaran kritik masyarakat
pada umumnya dan dunia usaha pada khususnya. Pada masa lalu, yang
menjadi sasaran utama adalah profesi akuntan publik berhubung keterlibatannya
dalam mekanisme pengendalian sosial yang sarat dengan konflik-konflik
kepentingan ekonomi dan politik. Kritik-kritik tersebut tampaknya tak terhindarkan
karena menurut Peter Agars, mantan presiden International Federation of
Accountants, kesenjangan harapan (expectation gap) masyarakat hampir
mustahil untuk ditutup. Posisi para akuntan publik akan selalu berada di ujung
tanduk dan akan mencapai titik nadir pada masa depresi serta resesi ekonomi,
terutama kalau kejadiannya juga dipacu oleh skandal korporasi. Keprihatinan
mereka akan memuncak pada masa-masa sulit tersebut karena semua telinga
akan tertutup bagi para auditor.

Penderitaan profesi akuntan publik tampaknya tidak akan pernah berakhir
akan mereda pada masa kemakmuran dan akan memuncak pada masa resesi
dan tubulensi. Dalam era revolusi industri dimana : (1) lingkungan pasar masih
didominasi oleh para produsen ; (2) hukum Say supply creates its own demand
masih berlaku ; (3) paradigma organisasi dengan governance structure hirarkis
mekanistik otokratik konfrontatik masih dominan film-film Holywood
selalu menampilkan profil akuntan sebagai gentelman berkepala doingin,
berbusana konservatif yang selalu asyik dengan olah raga neraca dan tidak
begitu kontroversial.

Wajah yang relatif lugu tersebut tampaknya akan sirnah dalam film-film
Holywood konteporer. Dalam masa peralihan memasuki era revolusi informasi
dimana : (1) lingkungan pasar didominasi oleh para konsumen yang makin well-
informed dan demanding ; (2) hukum demand creates its own supply
menggantikan hukum Say ; (3) persaingan menjadi makin tajam ; (40 yang tidak
berubah adalah perubahan itu sendiri dan yang pasti adalah ketidakpastian itu
sendiri ; dan (50 kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung pada
keberhasilan transformasi dan reformasi menuju paradigma dengan gonernance
structure jejaring-organik-partisipatif-koensistensi, resiko kegagalan usaha
menjadi makin besar. Dalam sejumlah kasus kegagalan merger dan akusisi,
leverage buyouts, corporate raider, rekayasa akuntansi, dan manipulasi
keuangan, persepsi publik selalu menggiring posisi auditor pada titik episentrum.

Dalam situasi semacam ini, publikasi yang sering rancu dari media masa
cenderung mengakselerasikan tekanan darah para regulator dan mencapai titik
kulminasinya dalam bentuk ungkapan kecurigaan yang pada umumnya tertuju
pada the big six dan public accounting firm besar lainnya yang menurut Arens
dan Loebbecke mengaudit 90 % dari laporan keuangan emiten yang terdaftar di
NYSE dan AMEX. Tekanan politik di masa lalu cukup ditindaklanjuti dengan
ritual politik kosmetik seperti metamorfosa Committee on Accounting Procedures
(CAP) menjadi Accounting Principle Board (APB) pada tahun 1959 dan
selanjutnya Fianancial Accounting Standards Board (FASB) pada tahun 1972,
tidak lagi mempan. Para regulator menuntut self-regulation yang lebih nyata,
termasuk mekanisme pengendalian perilaku yang cenderung makin spesifik.
Kalau segala usaha yang telah dilakukan oleh profesi akuntan publik masih
dipandang tidak memadai, tidak tertutup peluang bahwa kemandirian dalam
bentuk self-regulation yang selama ini dinikmati profesi akan diambilalih oleh
para regulator. Untuk mencegah kemungkinan ini, satu-satunya alternatif yang
terbuka bagi profesi akuntan publik adalah meningkatkan cost of self-regulation.

Dalam lingkungan ganas yang sarat denngan berbagai skandal keuangan,
profil akuntan yang ditampilkan film Holywood tentu jauh berbeda dengan apa
yang digambarkan di muka. Kalau Holywood memutuskan untuk membuat versi
film mengenai krisis saving and loan di AS, sutradara tentu akan menyerahkan
peran akuntan publik kepada Robert deNiro, bukan Whally Cox. Sejak akhir
dasawarsa 1980-an, penampilan yang kurang populer tersebut tidak hanya
terbatas pada profesi akuntan publik, tetapi bahkan telah menjalar ke profesi
akuntan manajemen dan akuntan pendidik. Untuk menghadapi para konsumen
informasi akuntansi isu yang timbul belakangan ini tidak terbatas pada
pemantapan dan peningkatan peran dan profesi, tetapi juga mengejar
ketertinggalan yang berlangsung selama beberapa dasawarsa.

Menurut Peter Drucker, dunia usaha pada umumnya memiliki dua sistem
informasi. Sistem yang pertama mengatur arus data eksternal dan sistem lainnya
yang jauh lebih tua dan mengatur arus data internal adalah sistem akuntansi.
meskipun telah berumur 500 tahun, penampilan sistem akuntansi dewasa ini
sangat menyedihkan. Perubahan dalam teknologi informasi dalam 20 tahun yang
akan datang, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan perubahan yang akan
terjadi dalam akuntansi. dewasa ini, perbaikan sedang berlangsung dalam
akuntansi biaya manufaktur yang sejak dasawarsa 1920-an bertahan dalam
posisi status quo dan telah usang. Sedang akuntansi bisnis jasa masih
menghadapi masalah yang belum terpecahkan berhubung dengan kesulitan
untuk menghubungkan pengeluaran dengan hasil yang dicapai. Meskipun
dewasa masih terpisah satu sama lain, menurut Peter Drucker, sistem yang
diorganisasi di sekitar data eksternal dan internal ini menyatu di depan sehingga
manajemen puncak tidak hanya tergantung pada sistem akuntansi yang selama
ini mudah dimanipulasi dan hanya menjelaskan apa yang terjadi, bukan apa
yang akan terjadi.


SUMBER KEMEROSOTAN CITRA AKUNTAN DAN
USAHA PERBAIKAN

Ketidakmantapan peran dan posisi profesi akuntan publikyang telah
berlangsung sedemikian lama, menurut //Milss dan Bettner, timbul karena empat
kesenjangan persertual : (1) kesenjangan harapan (the expectation gap) ; (2)
kesenjangan ragam jasa (the scope of service gap) ; (3) kesenjangan persaingan
intraprofesional (the intraproffesional gap) ; dan (4) kesenjangan ambiguitas
peran (the role ambiguity gap).

Kesenjangan harapan, suatu istilah yang diciptakan oleh the
Commission on Auditors Responsibilities (terkenal dengan sebutan the Cohen
Commission)ini timbul karena adanya perbedaan persepsi antara profesi
akuntan publik dan masyarakat, tentang peran dan tugas serta tanggungjawab
para auditor. Kesenjangan ini makin melebar sebagai akibat dari berbagai
skandal yang telah dijelaskan dimuka dan juga sebagai akibat dari
ketidakpuasan yang makin meningkat terhadap kinerja FASB.

Kesenjangan dalam ragam jasa yang ditawarkan, timbul karena
dugaan adanya konflik jasa atestasi yang diberikan auditor independen dengan
jasa-jasa lain yang ditawarkan kantor akuntan publik. Kesenjangan ini cenderung
melebar belakangan ini sebagai akibat dari perubahan lingkungan pasar
sehingga memaksa kantor-kantor akuntan publik, terutama yang besar, untuk
mempertahankan diri dari berbagai ancaman akibat intensifikasi regulasi
pemerintah, peningkatan tanggungjawab hukum dan perubahan teknologi. Demi
mempertahankan keunggulan daya saing, perubahan lingkungan pasar tersebut
harus ditanggapi oleh kantor akuntan publik, terutama yang berskala besar,
melalui transformasi visi, misi danstrategi dan adaptasi selanjutnya dalam kultur,
struktur dan sistem organisasi.

Peningkatan cost of self-regulation dalam jassa audit ekstenal yang telah
disinggung di muka memaksa kantor akuntan publik untuk melakukan
diversifikasi usaha. Di samping ekspansi jasa konsultasi manajemen yang telah
ada seperti perpajakan, manajemen sumber daya manusia, metodologi
manufaktur, teknologi informasi dan rekrutmen eksekutif, juga ditawarkan jasa-
jasa baru seperti personal financial planning, risk management, litigation support,
corporate finance, dan appraisal services. Diversifikasi usaha ini semata-mata
dipacu oleh permintaan atau merupakan akibat yang wajar dari kemajuan
teknologi yang mendorong kantor-kantor akuntan publik untuk mengembangkan
keahlian dan ketrampilan nontradisional, tetapi juga dipacu oleh intensifikasi
regulasi pemerintah serta wabah litigasi yang cenderung meningkatkan cost of
self-regulation dan selanjutnya mengurangi kesejahteraan ekonomi kantor
akuntan publik berskala besar.

Diversifikasi jasa dengan resiko yang lebih kecil dari jasa atestasi
mempengaruhi sevice mix sehingga aktivitas makin menyimpang dari core
services yang tradisional. Komposisi jasa nontradisinal makin membesar. Dari
tahun 1975 sampai 1990, pendapatan bruto kator akuntan besar dari jasa
akuntansi dan audit menurun dari antara dua-per-tiga dan tiga-per empat
menjadi kurang dari setengah, sehingga dewasa ini usaha kantor akuntan publik
telah bergeser dari jasa audit ke konsultasi manajemen. Sebagai akibat dari
perubahan service mix ini orientasi ke strategi bisnis tampaknya tak
terhindarkan. Kebijakan harga pun diterapkan sehingga tidak jarang jasa audit
ditawarkan dengan potongan harga yang relatif besar agar dapat menarik
nasabah untuk memanfaatkan jasa konsultasi dengan resiko yang lebih kecil
dan tarif yang mahal. Kalau dalam organisasi kator akuntan publik jasa audit
merupakan profit center yang mandiri, tidak tertutup peluang bahwa tarif yang
murah tersebut akan dikompensasikan dengan menurunnya kualitas audit.

Kesenjangan dalam persaingan intraprofesional, menyangkut konflik
yang timbul akibat prilaku persaingan di antara kantor akuntan publik. Seperti
telah disinggung di muka, keinginan untuk mempertahankan dan meningkatkan
keunggulan daya saing memaksa kantor akuntan publik untuk berpaling dari
strategi profesional ke stategi bisnis yang sering diorntasi pada tujuan (meraih
laba sebesar-besarnya) menghalalkan segala cara. Menurut Peter Agars,
potensi untuk maju sering terhambat oleh beberapa kelemahan yang inheren
dalam profesi. Salah satu kelemahan tersebut adalah perilaku kanibalistik.
Sebagai contoh, kalau seorang nasabah berkepentingan dengan audit opinion
atau expert opinion seseorang akuntan, dia dengan mudah dapat mencari
akuntan lain untuk memberikan opini alternatif dengan harga cocok. Prilaku ini,
menurut Agars, telah menurunkan derajat profesi menjadi piranha.

Kesenjangan ambiguitas peran, menyangkut konflik antara nilai dan
norma yang diproyeksikan kantor-kantor akuntan bagi para staf profesional dan
persepsi para staf profesional mengenai nilai dan norma tersebut. Konvergensi
antara dua sistem nilai ini sangat menentukan kelangsungan hidup organisasi
karrena ambiguitas peran cenderung memacu konflik peran (role conflic) dan
selanjutnya kedua variabel ini secara signifikan berkaitan dengan persepsi para
auditor senior mengenai iklim organisasi dan kepuassan serta ketegangan kerja.
Berbagai studi juga mengkofirmasikan dampak potensial dari ambiguitas dan
koflik peran ini terhadap stres, turnover, dan kinerja suboptimal yang sanngat
merugikan organisasi.

Akuntan publik merupakan profesi yang rawan stres. Beberapa studi telah
mengungkapkan peningkatan secara signifikan kadar kolesterol akuntan selama
musim sibuk dan kemudian cenderung menurun pada masa senggang. Dengan
ancaman yang datang saling susul menyusul dalam bentuk regulasi, litigasi,
persaingan yang makin tajam, balas jasa yang cebderung menurun, standard
overload, pertmbuhan yang lambat, dan kemajuan teknologi yang tak terkejar,
peningkatan kadar kolesterol tampaknya akan berkelanjutan sepanjang tahun.
Tampaknya perlu diadakan penelitian apakan umur para akuntan publiklebih
rendah dari pada penduduk Nevada. Kalau lebih pendek, alangkah malangnya
nasib akuntan publik, mati kecewa, ditakdirkan mati muda tanpa pernah
merasakan kenikmatan hidup.

Masalah ini akan menjadi kritikal selaras dengan pembesaran usaha
melalui divessifikasi jasa dan perluasan wilayah kerja, khususnya setelah kantor
akuntan publik menjadi global firm. Merger dan ekspansi global the Big Six telah
menciptakan masalah baru yang tidak semata-mata berkaitan dengan pemberian
jasa audit bermutu kapada nasabah global, tetapi juga masalah koordinasi yang
meliputi manajeman standardisasi aktivitas seperti proses audit, kreteria
rekrutmen dan promosi, dan implementasi kode etik pada tingkat lokal dengan
kultur yang berbeda satu sama lain. Untuk menghadapi ekspansi teritorial, yang
diperlukan tidak terbatas pada stres management, tetapi juga management of
cultural diversity.


TANGGAPAN REGULATOR DAN PROFESI

Untuk menanggapi berbagai kesenjangan tersebut, terutama kesenjangan
harapan, pada tahun 1985 dan 1986 the House Subcommitte on Oversight and
Investigation (lebih dikenal dengan sebutan the Dingell Committee)
menyelenggarakan dengar pendapat untuk memperoleh jawaban mengenai isu
tentang sejauh mana : (1) tugas dan tanggung jawab auditor dalam
pengungkapan kecurangan, tindakan ilegal, dan evaluasi kelangsungan usaha
para nasabah ; dan (2) perbaikan yang mungkin dilakukan oleh profesi akuntansi
terhadap hakekat dan limitasi fungsi audit pada umumnya. Untuk mempersempit
kesenjangan harapan tersebut, perluasan peran auditor tampaknya tak
terhindarkan. Sebagai tindak lanjut dari hasil dengar pendapat tersebut
kemudian dibentuk task force, komisi, dan beberapa standar audit serta laporan
baru.

Pada tahun 1985, dibentuk the National Commission on Fraudulent
Financial Reporting (the Treadway Commission). Pada tahun 1987 komisi ini
merekomendasikan reformasi besar-besaran dalam pelaporan informasi
keuangan. Rekomendasi ini ditujukan kepada semua pihak yang terlibat
langsung maupun tak langsung dalam pelaporan keuangan, meliputi emiten,
akuntan publik, SEC, badan-badan sektor publik dan swasta, dan sektor
pendidikan.

Rekomedasi uang ditujukan kepada emiten dan manajemen puncak
menyangkut lingkungan pengendalian, fungsi audit dan pengendalian internal,
dan komite audit. Kepada akuntan publik komisi merekomendasikan deteksi
pelaporan kecurangan, kualitas audit, komunikasi yangjelas mengenai misi audit,
perbaikan susunan standar audit, dan intensifikasi peer review. Selanjutnnya
rekomendasi yang ditujukan kepada sektor pendidikan, menyangkut penyusunan
danb kurikulum bisnis dan akuntansi yang tepat, ujian sertifikasi dan pendidikan
profesi berkelanjutan.

Rekomendasi ini telah ditindaklanjuti oleh semua pihak, menanggapi dua
isu yang disoroti the Dingell Committee tersebut diatas. Pada tahun 1992, the
Committee of Sponsoring Organization (COSO) of the Treadway Commission
(AICPA, AAA, ILA, IMA, dan FEI) menerbitkan hasil studi, Internal Control
Integrated Framework, yang antara lain mendefinaisikan pengendalian internal,
menjelaskan komponen pengandalian internal, memberikan kreteria dan bahan-
bahan yang diperlukan untuk mengevaluasi sistem pengendalian. Studi ini
mepurakan literatur pengendalian internal yang paling otoritatif.

Auditing Standards Board juga menerbitkan sejumlah pernyataan dalam
lima bidang : (1) deteksi kecurangan dan tindakan ilegal (SAS 52 dan 54) ; (2)
audit yang lebih efektif (SAS 55, 56, dan 57) ; (3) perbaikan komunikasi eksternal
(SAS 58 dan 59); (4) perbaikan komunikasi internal (SAS 60); dan (5) hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam audit (SAS 61).

Pada bulan maret 1993, the Public Oversight Board (POB) menerbitkan
laporan. In the Public Interest Issues Confronting Accounting Profession,
menyangkut masalah litigation, self-regulation, standards, public confidence, dan
professional practice. Rekomendasi yanng diberikan meliputi Congresional
legislation, SEC reguirements dan audit committees untuk memperbaiki
pelaporan keuangan. Pada bulan mei 1993 AICPA mendukung the Federal
Financial Fraud Detection and Disclosure Act dan pada bulan juni 1993,
mengkonfirmasikan tekadnya untuk membrantas kecurangan, memperbaiki
pelaporan keuangan, memastikan independensi auditor publik, memperbarui
sistem kewajiban profesional, dan memperkuat professionals self-regulation.

Pada bulan september 1994, POB menerbitkan laporan, Strengthening
the Professionalism of the Independent Auditor, yang memberikan rekomendasi
pembentukan panel tiga anggota untuk menanggapi pertanyaan mengenai
obyektivitas auditor yang diajukan oleh Warren Schuetze, Chief Accountant SEC.

Pada tahun 1995, the POB menerbitkan laporan yang ditujukan pada
direksi, manajemen, dan auditor dengan judul Allies inProtecting Shareholder
Interests, yang memberikan pedoman penafsiran kepada tiga kelompok ini
dalam mengimplimentasikan rekomendasi yang diterbitkan pada bulan
september tersebut.

Pada tahun 1988, the AICPAs Special Commttee on Standars of
Professional Conduct for CPAs (the Anderson Committee) memberikan
beberapa rekomendasi : (1) restrukturisasi the AICPAs Code of Professional
Conduct dalam dua seksi : principle of conduct dan revised rules of performance
and behavior; (2) memberikan pedoman pada para praktisi dalam memberikan
pertimbangan mengenai lingkup dan hakekat pemberian jasa, disamping
ketaatan pada profesionalisme; (3) membentuk program baru untuk memantau
praktik akuntansi dan memperbaiki konsistensi analistisnya; dan (4) membentuk
pendidikan profesi berkelanjutan yang mandatory dan menyaratkan 150 SKS
pendidikan tinggi pada tahun 200 bagi mereka yang ingin memasuki profesi.

Seperti yang telah dikemukakan Peter Drucker di muka, perbaikan yang
berlangsung tanpa tekanan regulator dan bahkan lebih drastik telah melanda
akuntansi manajemen yang telah sekian lama hanya diperlakukan sebagai by
products dari akuntansi keuangan. Secara tidak langsung perbaikan ini
cenderung meningkatkan konsistensi analisis akuntansi sesuai dengan
rekomendasi the Anderson Committee. Perubahan paradigma organisasi dan
manajemen dari corporate governance dengan stuktur hirakis-mekanistik-
otokratik-konfrontatif menuju struktir jejaring-oranik-partisipatif-koeksistensi
mendorong perubahan yang draktik dalam visi,. Misi dan strategi dan adaptasi
selanjutnya dalam struktur, kultur dan sistem, termasuk strutur, kultur dan sistem
yang inherent dalam akuntansi manajemen.

Saran the Anderson Committee tersebut juga telah meluas ke sektor
pendidikan yang sudah sejak lama menghadapi kesenjangan, terutama
kesenjangan harapan. Menurut laporan Bedford Committeee, program
pendidikan akuntansi yang berjalan selama kurang tanggap dalam menampung
perubahan ekstensif yang terjadi dalam teknologi, nilai-nilai kemasyarakatan,
dan institusi sosial, pemerintahan serta bisnis. Kurukulum dan silabus pendidikan
akuntansi yang berjalan selama ini juga telah usang karena dikembangkan pada
dasawarsa 1960-an. Kesimpulan tersebut juga dipewrkuat oleh sekutu the Big
Eight yang selanjutnya mensdesifikasikan beberapa kapabilitas yang
dipersyaratkan untuk mencapai sukses dalam profesi akuntansi publik di masa
depan.

Kompleksitas yang inheren dalam lingkungan kontemporer yang
mendorong Accounting Education Change Commission (AECC) yang dibentuk
untuk menindaklanjuti laporan Bedford Committee dan kesimpulan para sekutu
the Big Six public accounting firm tersebut di atas untuyk merekomendasikan
reorientasi fokus pendidikan tinggi akuntansi dengan memberikan prioritas pada
pengajaran dan pengembangkan kurikulum dan mata ajaran. Untuk maksud ini
AECC telah memberikan hibah sebesar $4 juta dari the big Eight untuk
membiayai implementasin proyek perbaikan dalam pendidikan akuntansi pada
sepuluh universitas dan dua community college.

Pada dasarnya AECC menyarankan sistem pendidikan akuntansi yang
mampu menghasilkan lulusan yang utuh sebagai tenaga profesional. Untuk
mencapi sasaran tersebut, yang diperlukan tidak semata-mata pengetahuan
akuntansi dan pengetahuan bisnis yang relevan dengan akuntansi, tetapi juga
keahlian atau skills, yang meliputi intellectual skills, interpersonal skills, dan
communication skills, dan orientasi profesional. Berhubung product life cycle
pengetahuan cebderung makin pendek, proses belajar mengajar di masa depan
lebih menekankan learning to learn daripada knowledge acuisition.

Berbagai tanggapan profesi pada hakekatnya dimaksudkan untuk
mempersempit kesenjangan harapan yang sengaja ditampilkan secara
berlebihan ini dimaksudkan untuk menekankan betapa besarnya cost of self-
regulation.



COST OF SELF-REGULATION DI INDONESIA

Dibandingkan dengan negara-negara maju pada umumnya dan Amerika
Serikat pada khususnya, cost of self-regulation (terutama yang legal) di
Indonesia masih sangat rendah. Campur tangan regulator relatif tidak berarti dan
akan selalu terlambat dibandingkan dengan yang akan berlangsung di negara-
negara maju. Keterlambatan ini wajar karena peningkatan regulasi akuntansi di
negara-negara maju tersebut diatas tidak langsung dilakukan oleh birokrat, tetapi
sebagai akibat tidak langsung dari ketidakpuasan dari masyarakat pada
umumnya dan dunia usaha pada khususnya. Ketidakpuasan ini terutama dipicu
oleh skandal keuangan yang tidak pareto optimal sehingga memaksa lembaga-
lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif untuk bertindak. Dalam lingkungan
organisasi makro, sangat ironis untuk menghadapi kenyataan bahwa dalam
lingkungan profesi akuntansi justru berlangsung kecenderungan dan sebaliknya.

Kecenderungan regulasi, birokrasi dan deprivatisasi profesi akuntansi
yang sedang berlangsung di negara-negara maju tersebut timbul karena warisan
sejarah. Sudah sejak lama profesi akuntansi publik menikmati status sebagai
badan semi registratif yang seharusnya merupakan wewenang negara. Status
tersebut dinikmati akuntan publik di Amerika Serikat sejak pembentukan SEC
yang diatur dalam the securities and exchange Act 1934. seharusnya yang diberi
wewenang sebagai hakim fair disclosure yang ditampung dalam the securities
and exchange 1933 adalah SEC, bukan akuntan publik. Namun, berhubung
pasar modal AS pada waktu itu sudah relatif besar dan SEC tidak mempunyai
aparat yang memadai dan dipandang tidak akan mampu mengembangkan
aparat untuk masa selanjutnya, maka tugas tersebut diserahkan pada profesi
akuntan publik. Perlu dicatat penyerahan kekuasaan tersebut tidak dilakukan
secara formal, tetapi hanya berdasarkan gentlemen agreement. Selama ini
SEC hanya berkepentingan dengan disclosure laporan keuangan, sedang
content diserahkan pada profesi akuntan publik.

Sampai dengan awal dasa warsa 1970-an, SEC tidak mengakui GAAP
sebagai referensi satu-satunya yang dapat digunakan oleh akuntan publik dalam
audit laporan keuangan. Kriteria yang digunakan oleh SEC sangat kabur, yaitu
substansial authoritative support yang didefinisikan dalam accounting series
release (ASR) nomor 4 SEC baru mengakui GAAP secara formal setelah
pembentukan FASB pada tahun 1972. wewenang dan kekuasaan FASB
diperkuat oleh SEC dalam ASR nomor 150 yang diterbitkan pada tanggal 20
Desember 1973.

For purpose of this policy, principles, standards, and practise
promulgated by the FASB in its statements and interpretations will be
considered by the Commission as having substantial authoritative suppor,
and those contrary to such FASB promulgation will be considered to have
no support.

Nah, tidak berbeda dengan AS, profesi akuntan publik di Indonesia juga
merupakan badan semi legislatif yang harus mengatur rumah tangganya sendiri.
Citra profesi akuntan publik akan merosot kalau tidak dapat melaksanakan self
regulating mechanism secara efektif. Untuk menghadapi para pemakai laporan
keuangan yang daharapkan makin well-informed dan makin demanding di masa
depan, usaha mengejar ketertinggalan dan pemantapan serta peningkatan peran
dan posisi profesi secara mandiri tampaknya merupakan satu-satunya alternatif
yang terbuka untuk menetralisasikan meningkatkan cost of regulation di masa
depan.

Anda mungkin juga menyukai