Anda di halaman 1dari 105

1

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

















































Jl. Pandanaran 79 Semarang
Telp. 024- 8415269 8318070 fax. 024- 8318771
www.dinkes-kotasemarang.go.id
i

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012




Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa taala, atas
segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penyusunan Buku Profil Kesehatan
Kota Semarang Tahun 2012 ini telah dapat kami selesaikan sebagai rangkaian dari
penyajian data / informasi kegiatan yang telah dilaksanakan mulai tahun 2012.

Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu media yang dapat
berperan dalam pemantauan dan evaluasi pencapaian hasil pembangunan
kesehatan dan hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Kota
Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang juga merupakan penyajian yang relative
komprehensif terdiri dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya
kesehatan dan data umum serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan.
Dengan demikian kebutuhan terhadap data yang berkualitas menjadi sangat krusial.

Data yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Profil Kesehatan ini
bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar sektor kesehatan.
Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari
unit pelaksana teknis (Puskesmas, Instalasi Farmasi) maupun dari Rumah Sakit
yang bersumber dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit, telah dilakukan uji silang data
dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat
Kota dan tingkat Provinsi termasuk melibatkan pula lintas sektoral yaitu Badan Pusat
Statistik, Bapermas & KB, Polrestabes Semarang, dan lain-lain.

Dengan konsistensi penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap
tahun, maka berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan
kesehatan baik indikator masukan, proses maupun indikator keluaran, manfaat dan
indikator dampak dapat diikuti secara cermat. Fakta ini merupakan bahan yang
sangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan dalam konteks penentu
strategi dan kebijakan kesehatan di masa yang akan datang.

Profil Kesehatan Kota Semarang ini disajikan dalam bentuk cetakan, dan
softcopy serta juga dapat diunduh di website www.dinkes-kotasemarang.go.id
sehingga memudahkan para pengguna (masyarakat) untuk mendapatkan publikasi
ini.
Untuk meningkatkan mutu Profil Kesehatan Kota Semarang berikutnya
diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak
khususnya dalam upaya mendapatkan data / informasi yang relevan, akurat, tepat
waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah
menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota
Semarang, kami mengucapkan terima kasih.


Semarang, J uni 2013

Kepala Dinas Kesehatan


Ttd


dr. Widoyono, M.PH
NIP. 19630809 198801 1 001




KATA PENGANTAR
ii

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012






Halaman

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFAR LAMPIRAN TABELDAFTAR TABEL

i
ii
iiiv


BAB

I

PENDAHULUAN

1
A.
B.
C.
Latar Belakang
Dasar
Visi dan Misi
1
1
3



BAB



II
D. Tujuan
E. Sistematika Penulisan

GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK
6
7

8
A.
B.
C.
D.
E.

Keadaan Geografis
Kependudukan
Sarana dan Prasarana Kesehatan
Keadaan Kesehatan Lingkungan
Keadaan Perilaku Masyarakat
8
8
13
14
18

BAB III SITUASI DERAJ AT KESEHATAN 20
A.
B.
C.
Mortalitas / Kematian
Status Gizi Bayi & Balita
Morbiditas
20
24
25

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 74
A. Pelayanan Kesehatan Dasar 74
B. Pelayanan Kesehatan Rujukan 81
C. Pelayanan J aminan Kesehatan Masyarakat 84
D. Perbaikan Gizi Masyarakat
E. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut
F. Pelayanan Kesehatan Pekerja
G. Pelayanan Kesehatan Khusus
86
88
88
89

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 90
A.
B.
C.
D.
Sarana Kesehatan
Tenaga Kesehatan
Perbekalan Kesehatan
Pembiayaan Kesehatan
90
91
93
94

BAB

VI

KESIMPULAN

96






DAFTAR I SI
iii

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012


DAFTAR LAMPIRAN TABEL

Tabel Nama Tabel
1 Luas wilayah, jumlah kelurahan, jumlah & kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga
2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan rasio beban tanggungan
3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dan kelompok umur
6 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
7 Jumlah kematian bayi & balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas
8 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan dan puskesmas
9 Jumlah kasus AFP dan AFP Rate menurut kecamatan dan puskesmas
10 Jumlah kasus baru TB Paru dan kematian akibat TB menurut jenis kelamin, kecamatan
11 Jumlah kasus dan angka penemuan TB Paru BTA +menurut jenis kelamin, kecamatan
12 Jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru BTA +menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
13 Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
14 Jumlah kasus baru HIV, AIDS dan IMS lain menurut jenis kelamin, kecamatan & Puskemas
15 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS
16 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
17 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
18 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
19 Jumlah kasus dan angka prevalensi kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
20 Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
21 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : difteri, pertusis, tetanus
22 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : campak, polio, hepatitis B
23 Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas
24 Kesakitan dan kematian malaria menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
25 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
26 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas
27 Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
28 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, pelayanan ibu nifas
29 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan & puskesmas
30 Jumlah ibu hamil yang dapat tablet Fe 1 dan Fe 3 menurut kecamatan & puskemas
31 Jumlah & persentase ibu hamil dan neonatal resiko tinggi/komplikasi ditangani
32 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan ibu nifas menurut kecamatan
33 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, per kecamatan & puskesmas
34 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi per kecamatan & puskesmas
35 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan & puskesmas
36 Cakupan kunjungan neonatus (KN) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
37 Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
38 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan & puskesmas
39 Cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi menurut kecamatan & puskesmas
40 Cakupan imunisasi BCG, Polio pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
41 Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
42 Pemberian makanan pendamping (MP) ASI anak usia 6-23 bulan keluarga miskin
iv

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


43 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
44 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
45 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
46 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan
47 Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan
48 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
49 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat level 1
50 Jumlah penderita & kematian pada KLB menurut jenis KLB
51 Desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani <24 jam menurut kecamatan & puskesmas
52 Pelayanan kesehatan gigi mulut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas
53 Pelayanan kesehatan gigi mulut pada anak SD/setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan
54 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan
55
Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar menurut jenis kelamin, kecamatan &
puskesmas
56 Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan
57 Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan
57a Jumlah Kunjungan Pelayanan kesehatan masyarakat miskin menurut jenis & rumah sakit
58 Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap & kunjungan gangguan jiwa di sarana kesehatan
59 Jumlah Tempat Tidur & Angka kematian pasien di rumah sakit
60 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit
61 Persentase rumah tangga ber PHBS menurut kecamatan & puskesmas
62 Persentase rumah sehat menurut kecamatan & puskesmas
63 Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes menurut kecamatan & puskesmas
64 Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih per kecamatan & puskesmas
65 Persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan per kecamatan & puskesmas
66 Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan & puskesmas
67 Persentase tempat umum & pengelolaan makanan (TUPM) sehat per kecamatan & puskesmas
68 Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya menururt kecamatan & puskesmas
69 Ketersediaan obat menurut jenis obat
70 Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan
71 Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes & memiliki 4 spesialis dasar
72 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan & puskesmas
73 Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) menurut kecamatan & puskesmas
74 Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan : dokter spesialis, dr. umum, dr. gigi
75 Jumlah tenaga keperawatan & kebidanan di sarana kesehatan
76 Jumlah tenaga kefarmasian & gizi disarana kesehatan
77 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat & sanitasi di sarana kesehatan
78 Jumlah tenaga teknisi medis & fisioterapi di sarana kesehatan
79 Anggaran kesehatan
80 Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas & rasio korban luka serta meninggal
81 Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium baik menurut kecamatan & puskesmas
82 Kasus penyakit tidak menular (PTM) di Puskesmas & Rumah Sakit

1

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012




Hzzuiyhb nt niuujrf r




A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index
Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat,
cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak
untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan
pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari
paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat.
Seiring dengan visi tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Kota
Semarang adalah Ter wujudnya Masyarakat Kot a Semarang yang Mandiri unt uk
Hidup Sehat


B. Dasar
Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok
yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam
penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan
pembangunan kesehatan:

1. Perikemanusiaan
Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan
perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pemberdayaan dan Kemandirian
Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai
obyek namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. Segenap
komponen bangsa bertangggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan,

BAB
I
PENDAHULUAN
2

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


proyek, program kesehatan harus mampu membangkitkan peran serta individu,
keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap individu, keluarga dan
masyarakat dapat menolong dirinya sendiri.
Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan,
proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang tepat
ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau bahu
membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat
menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat
mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus
diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas,
terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu.

3. Adil dan Merata
Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang
sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu,
tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama, dan status sosial individu,
keluarga dan masyarakat.
Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus
diimbangi dengan upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar
gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian pembangunan
kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk beresiko tinggi yang
merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok
penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain
lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit.

4. Pengutamaan dan Manfaat
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau
kesehatan dalam kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan
peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program
kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
peningkatan deajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan
diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar profesi dan
3

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mempertimbangkan dengan
sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah.
C. Visi dan Misi
1. Visi
Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan
maka Dinas Kesehatan Kota memiliki Visi Terwujudnya Masyarakat Kot a
Semar ang yang Mandir i unt uk Hidup Sehat
Visi tersebut mengandung filosofi pokok yang akan dilaksanakan
perwujudannya, yaitu kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa
kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit hasil yang akan dapat dicapai. Perilaku masyarakat kota
Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan adalah yang bersifat proaktif
untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Disamping itu semua
lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.

2. Misi
Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi
kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara
teknisterhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota
Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh
seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administarsi
pemerintahan, yaitu :
1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas,
2. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan hidup
sehat

3. Tujuan
a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang
efektif dan efisien. (Misi 1)
b. Meningkatkan kesiapan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan dalam
mendukung proses pelayanan kesehatan. (Misi 1)
4

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


c. Mengembangkan kebijakan dan manajemen yang efektif dan efisien dalam
pengelolaan pelayanan dan sumber daya kesehatan. (Misi 1)
d. Meningkatkan pelayanan kefarmasian serta penyediaan obat perbekalan
kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu. (Misi 1)
e. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat
untuk memlihara dan melindungi kesehatan dan lingkungannya sendiri. (Misi
2)

4. Sasaran

a. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat
penyakit..
b. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya.
c. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga.
d. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam
upaya perbaikan gizi.
e. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.
f. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya
manusia kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan
yang optimal.
g. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan
tugas umum dan rumah tangga.
h. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan
i. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian
pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna
menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien.
j. Mengembangkan system informasi kesehatan yang komprehensif,
berhasilguna dan berdaya guna
k. Meningkatkan ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan
l. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah tangga
yang memnuhi syarat kesehatan
m. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya
kesehatan bersumberdata masyarakat.




5

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012




5. Strategi Kebijakan

Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas
Kesehatan Kota Semarang terdiri dari 12 (dua belas ) alternative startegi yang
ditetapkan, antara lain
1. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas
pelayanan kesehatan dasar
2. Memanfaatkan secara optimal jejaring kerja yang ada
3. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran
aktif masyarakat
4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan
5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program
6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi
informasi
7. Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi
khususnya pada kelompok beresiko
8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersasarn
masyarakat miskin dan renta
9. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan
10. Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua
pelayanan
11. Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang
akuntable, transparan dan berkinerja tinggi.
12. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya.

Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kota Semarang
Tahun 2012 perlu diterbitkan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012.
Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai
pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota
Semarang Sehat 2013.
Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya
meliputi data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program program
kesehatan, masalah kesehatan dan lain-lain. Tersusunnya Buku Profil Kesehatan
Kota Semarang Tahun 2012 didukung oleh pengelola data dan informasi Dinas
6

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas, Instalasi Farmasi, berbagai sarana
pelayanan kesehatan, juga lintas sektor terkait (Badan Pusat Statistik, ASKES,
J AMSOSTEK, Bapermas & KB, POLRESTABES Semarang, dll).

D. Tujuan
1. Umum
Tujuan disusunnya Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012 adalah
tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan
dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara
berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya menuju Kota Semarang yang Sehat.

2. Khusus
Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah :
a. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan
fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi;
b. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi
angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat;
c. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan
kegiatan dan sumber daya kesehatan.
d. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan
program kesehatan;
e. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program program
kesehatan;
f. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai
sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun
Unit-Unit Kesehatan lainnya;
g. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan
pelaporan kesehatan.






7

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012



E. Sistematika Penulisan
Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya
kesehatan dan sumber daya kesehatan di Kota Semarang pada Tahun 2012, maka
diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Kota Semarang yang disusun dengan
sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
BAB II GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK KOTA
SEMARANG
BAB III SITUASI DERAJ AT KESEHATAN DAERAH
BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN
BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
BAB VI KESIMPULAN
LAMPIRAN




















8

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012




BAB II




A. Keadaan Geografis
1. Letak
Kota Semarang terletak antara garis 650 - 710 Lintang Selatan dan garis
10935 - 11050 Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal,
sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten
Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut J awa dengan panjang garis pantai
meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan
348,00 di atas garis pantai.

2. Luas Wilayah Kota Semarang
Dengan luas wilayah sebesar 373,67 km
2
, dan
merupakan 1,15% dari total luas daratan
Provinsi J awa Tengah. Kota Semarang
terbagi dalam 16 kecamatan dan 177
kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada,
kecamatan Mijen (57,55 km2) dan Kecamatan
Gunungpati (54,11 km2), dimana sebagian
besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan
dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan Semarang
Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan
bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan
sebagainya.


B. Kependudukan
1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, Komposisi
Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
J umlah penduduk Kota Semarang menurut Profil Kependudukan Kota
Semarang oleh BPS sampai dengan akhir Desember tahun 2012 sebesar :
GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK
KOTA SEMARANG
BAB
I I
9

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


1.628.590 jiwa, terdiri dari 798.467 jiwa penduduk laki-laki dan 830.123 jiwa
penduduk perempuan. Dengan jumlah sebesar itu Kota Semarang masih
termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk
terbesar di J awa Tengah.
Tabel 1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun 2004 - 2011
Tahun Jumlah Penduduk Tingkat pertumbuhan
Setahun ( % )
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1.399.133
1.419.478
1.434.132
1.454.594
1.481.640
1.506.924
1.527.433
1.544.358
1.628.590
1,52
1,45
1,02
1,43
1,86
1,53
1,41
1,11

Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang Semarang Dalam Angka

Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 7 tahun terakhir
menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat.

b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena
berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara
geografis wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran
rendah ( Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah
merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri,
sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan,
persawahan, dan hutan.
Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat
dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan.
Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum
terlalu padat. Pada tahun 2012 kepadatan penduduknya sebesar 4.358 jiwa per
km
2
. Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk
paling kecil adalah Kecamatan Ngaliyan sebesar 806 jiwa per km
2
, diikuti
10

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

dengan Kecamatan Mijen 1.056 jiwa per km
2
dan Kecamatan Gunungpati 1.776
jiwa per km
2
. Ketiga Kecamatan tersebut merupakan daerah pertanian dan
perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya masih banyak terdapat areal
persawahan dan perkebunan,
Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota,
dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat
banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan
penduduknya adalah Kecamatan Gayamsari 12.144 jiwa/km
2
, kemudian
Kecamatan Semarang Selatan 11.883 jiwa/km
2
, dan Kecamatan Candisari
11.724 jiwa/km
2
.
Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat
dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4 (empat)
anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang
ada .

c. Komposisi Penduduk
Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus
dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis
kelamin. Dari 1.628.590 penduduk Kota Semarang pada tahun 2012 terdiri dari
798.467 jiwa penduduk laki-laki dan 830.123 penduduk perempuan.. Indikator dari
variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka
perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan.


Sumber data : BPS Kota Semarang
49%
51%
Komposisi Penduduk Kota Semarang
menurut jenis kelamin 2012
Laki-Laki Perempuan
11

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012



PIRAMIDA PENDUDUK KOTA SEMARANG TAHUN 2013











Sumber data : BPS Kota Semarang

d. Kelahiran, Kematian dan Perpindahan
Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat
pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar
sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi
kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya
menjadi sangat berat.
Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah
dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara
sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan
mati. Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran Kasar
atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate
( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian
selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian
penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk
CBR periode 2004 2011. Dapat dilihat pada tabel berikut :




100000 50000 0 50000 100000
0 - 4
10 - 14
20 - 24
30 - 34
40 - 44
50 - 54
60 - 64
70 - 74
LAKI-LAKI perempuan
12

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012




Tabel 2: Perkembangan Kelahiran dan Kemat ian Penduduk
Kota Semarang Periode 2004 2012

Tahun J ml Penduduk CBR
(/1000 pddk)
CDR
(/1000 pddk)
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
1.399.133
1.419.478
1.434.132
1.454.594
1.481.640
1.506.924
1.527.433
1.544.358
1.628.590
12,64
15,23
15,46
16,06
16,25
16,60
5,27
6,41
7,56
7,04
6,98
6,79
Sumber data : BPS Kota Semarang

Umur Harapan Hidup Kota Semarang Tahun 2012 ini sekitar 72,20
tahun sedikit meningkat dari tahun 2011 yaitu 72,18 tahun.

















13

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


C. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
Tabel Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Semarang
A. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN 2011 2012
1.









2.
3.


4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
Rumah Sakit Umum :
a. Rumah Sakit Swasta
b. Rumah Sakit Umum Daerah
c. Rumah Sakit Umum Pusat
d. Rumah Sakit TNI / POLRI
e. Rumah Sakit Khusus, terdiri dari :
- RS J iwa
- RS Bedah Plastik
- Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA )
- Rumah Sakit Bersalin ( RSB )
Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA
Puskesmas , terdiri dari :
a. Puskesmas Perawatan
b. Puskesmas Non Perawatan
Puskesmas Pembantu
Puskesmas Keliling
Posyandu yang ada
Posyandu Aktif
Apotik
Laboratorium Kesehatan Swasta
Klinik Spesialis / Klinik Utama
Optik
Klinik 24 J am
Toko Obat
BP Umum
BP Gigi
PBDS
Dokter Umum Praktek Perorangan
Dokter Spesialis Praktek
Dokter gigi swasta
Bidan praktek swasta

10
2
1
3
9
1
1
3
3
6
37
13
24
35
37
1.533
1.055


14
95
13
20
139
24
23
1.327
681
328


10
2
1
3
9
1
1
3
3
6
37
12
25
35
37
1.556
1.150
403
30
31

9
12
72
25
4
1.512
691
358

Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Semarang
14

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian
khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan
indikator -indikator seperti: akses terhadap air bersih dan air minum berkualitas dan
akses terhadap sanitasi layak.

1. Sarana Air Bersih dan Akses Air Mimum Berkualitas
a. Ketersediaan Air Bersih
Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air
bersih Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan
memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 2012
jumlah KK yang diperiksa sumber air bersihnya adalah 316.001 KK atau 76,2% dari
414.725 KK yang ada. Adapun cakupan prosentase air bersih menurut jenis
sarananya adalah sebagai berikut:
Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut J enis Sarana

Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL

Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota
Semarang berasal dari Ledeng 63,2%, diikuti oleh sumur Gali 19%.
Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya
perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ).
Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sektor swasta penyedia air bersih yang
meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.
63%
5%
19%
2%
0%
11%
LEDENG
SPT
SGL
MATA AIR
PAH
LAINNYA
15

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012



b. Akses Air Minum
Tahun 2012 jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah
316.001 KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi
sebesar 310.395 KK atau 98,2%.

Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang
digunakan paling banyak berasal dari ledeng meteran dengan 203.701 KK (64,5%).
Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 65.

2. Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar
a. Rumah Sehat
Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt
berawal dari rumah yang sehat. Rumah tidak hanya sebatas tempat berteduh
semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat.
di Kota Semarang pada tahun 2012, jumlah rumah yang diperiksa adalah 287.341
unit atau (82,1%). Dari jumlah tersebut diperoleh jumlah rumah yang sehat adalah
252.220 unit atau 87,8 %. J ika hasil cakupan ini dibandingkan dengan tahun 2011
yaitu 86,8%, maka terdapat sedikit peningkatan hasil/
Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya
adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada
tahun 2012, terdapat 288.995 (82,42%) unit yang diperiksa. Dari hasil pemeriksaan
terhadap bangunan bebas jentik diperoleh hasil 243.767 unit atau 84,35% adalah
Kemasan; 0,0
Ledeng; 63,2
SPT; 4,9
SGL; 19,0
Mata air; 1,9
PAH; 0,1
Lain; 11,0
16

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


bangunan bebas jentik. J ika dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 yang tercatat
85.04% bangunan bebas jentik nyamuk, maka masih sangat perlu peningkatan
partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN
di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis
demam berdarah.

b. Keluarga dengan J amban Sehat
J amban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat. Pengelolaan sebuah
jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk
mencegah terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada
tahun 2012 dari 316.001 KK diketahui bahwa 285.090 KK (90,2%) telah memiliki
jamban keluarga dan sebanyak 274.288 KK (96,2 %) diantaranya telah memenuhi
syarat jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut
yaitu meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi
syarat kesehatan.

c. Pengolahan Air Limbah
Salah satu upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat
adalah pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan.
Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan
untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan
dari jamban atau peturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih minimal
10 meter
Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang
nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat)
Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat)
Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak
bocor sampai meluap)
Pada tahun 2012 jumlah pengelolaan air limbah di rumah tangga yang
diperiksa adalah 316.001 (76,2%) KK dan yang memiliki sarana tersebut sejumlah
285.013 KK (90,2%) sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak
274.420 KK (96,3 %).

17

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012




d. Tempat Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU dan TUPM)
Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang
disediakan oleh badan badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung
digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap, memiliki
fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan limbah) untuk
kebersihan dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum yang sehat
berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan fasilitas
umum tersebut untuk berbagai kepentingan.
Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi
tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung
terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang
vektor penyakit yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap
kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi
sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial.
J umlah TTU dan TPM di Kota Semarang tahun 2012 sejumlah 2.652 pengelolaan
makanan (TUPM) di Kota Semarang, dari jumlah tersebut TUPM yang diperiksa
sebanyak 1.950 unit, dan yang dinyatakan sehat sejumlah 1.762 unit atau 90,36%.
TUPM tersebut meliputi hotel, restoran/rumah makan dan pasar.
- J umlah hotel : 100 unit, jumlah diperiksa 91 unit, jumlah sehat 91 unit
(100%)
- J umlah pasar : 59 buah, jumlah diperiksa 52 unit, jumlah sehat 39 unit
(75%)
- J umlah restoran/rumah makan: 845 unit, jumlah diperiksa 474 unit, jumlah
sehat 448 unit (94,51%)
- J umlah TUPM lainnya : 1.639 unit, jumlah diperiksa 1.333 unit, jumlah
sehat 1.184 unit (88,82%)

e. Kesehatan Lingkungan Institusi
Upaya pembinaan kesehatan lingkungan pada tahun 2012 ini selain
dilakukan pada rumah tangga dan tempat-tempat umum, juga dilaksanakan pada
beberapa institusi/sarana seperti:
- sarana kesehatan sejumlah 784 tempat, dan yang telah dilakukan
pembinaan sebanyak 722 tempat atau 82,1 %.
18

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


- Instalasi Pengolahan Air Minum sejumlah 220 tempat, dan yang telah
dilakukan pembinaan sebanyak 164 tempat atau 74,5 %.
- sarana pendidikan sejumlah 1.439 tempat, dan yang telah dilakukan
pembinaan sebanyak 1.373 tempat atau 95,4 %.
- sarana ibadah sejumlah 1.644 tempat, dan yang telah dilakukan
pembinaan sebanyak 1.494 tempat atau 90,9 %.
- perkantoran sejumlah 415 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan
sebanyak 276 tempat atau 66,5 %.
- Dan sarana lain sejumlah 730 tempat, dan yang telah dibina sebanyak
660 tempat atau 90,4%.
Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel nomer 68.

F. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT
1. Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikan anggota rumah tangga atas dasar kesadaran
menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat.
PHBS dalam rumah tangga di Kota Semarang diterjemahkan dalam 16
indikator PHBS yang mengacu pada 16 indikator PHBS di Provinsi J awa Tengah.
Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kota semarang dilakukan oleh Dinas
Kesehatatan bermitra dengan Tim Penggerak PKK dan instansi terkait melalui
kegiatan penyuluhan, pengkajian strata, bahkan Lomba Pelaksana PHBS. Dengan
mengkaji PHBS melalui 16 indikator diharapkan masyarakat mampu mengetahui
jumlah rumah tangga yang ber-PHBS dan yang belum, serta prioritas masalah
perilaku yang berpotensi mempengarui derajad kesehatannya sehingga sesegera
mungkin dilakukan upaya mengatasinya.
Dari hasil pengkajian PHBS tahun 2012 yang dilakukan oleh Dinas kesehatan
bersama PKK, secara total populasi rumah tangga (total covered ) diperoleh jumlah
rumah tangga berPHBS (strata Utama dan paripurna) sebesar 90,02 % terdiri dari
strata utama 70,66% dan strata paripurna 19,35 % sementara jumlah rumah tangga
yang belum BerPHBS sebanyak 9,8 % terdiri dari strata pratama 1,06% dan madya
8,92%


19

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012




2. Posyandu Purnama dan Mandir i
Sebagai salah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya
masyarakat, Posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam sistem
penyelenggaraan pelayanan kebutuhan dasar dalam rangka meningkatkan kualitas
sumber daya manusia secara dini serta merupakan lini terdepan dari deteksi dini di
bidang kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Agar posyandu dapat melakukan
fungsi dasarnya, dimana posyandu mempunyai daya ungkit yang sangat besar
terhadap penurunan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Angka
Kematian Ibu, maka perlu adanya upaya untuk memantau dan mendorong tingkat
perkembangan posyandu.
J umlah posyandu di Kota Semarang dari tahun ke tahun selalu meningkat,
pada tahun 2012 jumlah posyandu tercatat 1.556 buah dengan posyandu aktif
sejumlah 1.150 buah, secara keseluruhan meningkat 23 posyandu di banding tahun
2011 sejumlah 1.533 buah. Tingkat Perkembangan Posyandu Berdasarkan
penghitungan strata posyandu di tahun 2012 diperoleh jumlah posyandu berstrata
Purnama 559 buah (35,9 %) dan mandiri 591 (37,98 %), sementara jumlah
posyandu berstrata pratama dan madya mencapai 406 buah (26 %). J umlah
posyandu berstrata pratama dan madya (26%) inilah yang perlu dilakukan upaya
yang lebih intensif lagi agar dapat meningkat stratanya menjadi purnama maupun
mandiri di tahun berikutnya. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 72.
20

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH


Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa indicator
yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas
(kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia
digambarkan melalui Angka Mortalitas; terdiri atas Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas;
angka kesakitan beberapa penyakit serta Status Gizi pada balita dan dewasa.

A. MORTALITAS / KEMATIAN
Mortalitas dapat dijelaskan sebagai kejadian kematian pada suatu
masyarakat dari waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat menggambarkan
status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi/ tingkat permasalahan
kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu
dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan
kesehatan dan program pembangunan kesehatan

1. Kemat ian Bayi dan Balita
Pada tahun 2012, berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan
kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 118 dari
27.448 kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka Kematian
Bayi (AKB) sebesar 9,0 per 1.000 KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka
terdapat penurunan dari tahun sebelumnya. J ika dibandingkan dengan target MDGs
dimana tahun 2015 target AKB sebesar 23 per 1.000 KH, maka AKB Kota Semarang
telah dibawah target. Seperti diketahui bahwa angka kematian bayi adalah jumlah
penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam
1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang
rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian.
Angka Kematian Balita (AKBa) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum
mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup.
AKBa merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan
sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data kasus kematian Anak Balita di Kota
Semarang Tahun 2012 sebanyak 44 anak dari 27.448 kelahiran hidup (laporan
Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKBa) Kota Semarang
sebesar 1,6 per 1.000 KH. J ika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi
SITUASI DERAJAT KESEHATAN
KOTA SEMARANG
BAB
I I I
21

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

penurunan.yakni 3,5 per 1.000 KH. J ika dibandingkan dengan target MDGs yang
menetapkan bahwa AKBa tahun 2015 sebesar 32 per 1.000 KH, maka AKBa Kota
Semarang telah dibawah target.

Grafik 3.1. Perkembangan AKB & AKBa Kota Semarang

Sumber: Seksi anak & remaja Bidang Kesga

Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB & AKBa, di
antaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal itu disebabkan
AKB & AKBa sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu,
perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang
meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif
pada daya tahan bayi terhadap infeksi penyakit.

2. Kematian Ibu Maternal (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal
dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat
digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini
dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama
kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan
kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.
2009 2010 2011 2012
18,6
16,8
12,1
10,7
4,9
3,5
2,7
1,6
AKB AKBa
22

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota
Semarang pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dari 27.448 jumlah kelahiran hidup
atau sekitar 77,5 per 100.000 KH menurun jika dibandingkan dengan tahun 2011
yaitu 31 kasus dari 25.852 jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9 per 100.000



Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga













Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga

Sebanyak 11 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas,
kemudian pada waktu persalinan sebanyak 5 kasus dan masa kehamilan 6 kasus.



0
50
100
150
2009 2010 2011 2012
85,47
73,8
119,9
77,5
AKI
Grafik 3.2. Tren Angka Kematian Ibu Maternal
Grafik 3.3 Perkembangan J umlah Kematian Ibu Maternal
Kota Semarang Tahun 2005 - 2012
23

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012












Sumber: Seksi Ibu & Lansi Bidang Kesga

Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah
dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan
anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan
standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh
tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan
Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang
lainnya.





Sumber: Seksi Ibu & Lansia Bidang Kesga
Grafik 3.4. Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal
Grafik 3.5. J umlah Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Kelompok
Umur Kota Semarang Tahun 2012
24

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


B. STATUS GIZI BAYI & BALITA
Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil
pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam
hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Menurut laporan
puskesmas pada tahun 2012 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir
Hidup sebanyak 27.448 bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar 110.694 anak.
Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun
2012 yaitu sebanyak 165 bayi (0,6%) yang terdiri dari 71 bayi laki-laki dan 94 bayi
perempuan.
Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari
seluruh balita yang ada yaitu sejumlah 86.904 balita dengan rincian jumlah balita
yang naik berat badannya sebanyak 69.210 anak (79,6%) dan Bawah Garis Merah
(BGM) sebanyak 1.261 anak (1,5%), data selengkapnya pada tabel 44.
Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah
adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh
pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian
penyakit.






Sedangkan untuk kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 39 kasus, mengalami
peningkatan dari tahun lalu yang berjumlah 26 kasus. Dari seluruh kasus gizi buruk
tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat
dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari, perawatan serta
pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan bantuan dana
program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin)/J AMKESMAS dan
APBD II





Status Gizi Jumlah Balita
Gizi Lebih 1.618
Gizi baik 84.094
Gizi Kurang 1.091
Gizi Buruk 39
25

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


C. MORBIDITAS
Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun
angka prevalens dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit
dalam uatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam
penilaian erhadap derajat kesehatan masyarakat.
1. Pola 10 Besar Penyakit Rumah Sakit

Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK

2. Pola 10 Besar Penyakit Puskesmas

Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK

7.365
6.954
5.798
3.635
2.802
2.516
2.144
1.930
1.770
1.679
Diare & Gastroenteritis (A09)
Diabetes Melitus
Demam tifoid & paratifoid (A01)
Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06.9)
Jantung (I21)
Hipertensi Essensial (I10)
Spondylosis (M47)
Vertigo (R42)
Myalgia (M87)
Varicella (B01.9)
Rumah Sakit (Kasus Rawat Inap)
9.155
8.671
7.001
6.979
4.870
4.683
4.042
3.595
3.201
2.639
Penyakit Jantung Hipertensi (I11)
Pneumonia (J12)
Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06)
Reumatik (M79)
Penyakit Gusi & Jar. Periodental (K04)
Kencing Manis Lainnya (E13)
Dermatitis kontak alergik (L24)
Osteoporosis (J04)
Laringitis & Trachetis (M82)
Penyakit Pulpa & Jar. Peripekal (K02)
Jenis Penyakit di Puskesmas
26

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Mijen
Ngaliyan
Gunung Pati
Rowosari
Sekaran
Genuk Mangkang
Karanganyar
Kedungmundu
Bangetayu
Tambakaji
Pegandan
Srondol
Tlogosari Wetan
Ngesrep
Lebdosari
Pudak Payung
Karangmalang
Bandarharjo
Krobokan
Gayamsari BuluLor
Manyaran
Tlogosari Kulon
Miroto
Karangdoro
Suspec Pusk.shp
0 - 29 / kurang
30 - 59 / sedang
> 60 / baik
N
E W
S
Suspek TB Pusk 2012
3. Penyakit Menular
a. Tuberkulosis Paru
Kasus Penderita
Penemuan suspek tahun 2012 sebanyak 11.724 orang mengalami penurunan
bila dibanding tahun 2011. Penemuan penderita TB Paru BTA positif sebanyak
1.132 orang (70 %), mengalami peningkatan 143 kasus (9 %) bila dibandingkan
tahun 2011(61%). Penemuan kasus TB anak sejumlah 359 kasus (13%) , sama
dengan dengan penemuan TB anak di tahun 2011 ( 13%) .














Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
suspec 2220 3548 7449 10012 8437 8511 8003 110471500111724
Tar BTA (+) 1626 1579 1470 1517 1557 1585 1557 1612 1612 1612
BTA (+) 254 558 812 901 747 750 793 879 989 1132
BTA (-) 174 621 1242 1058 1592 1080 892 1051 1240 1034
TB EP 0 0 0 0 0 0 67 146 186 225
TB Anak 0 0 0 0 0 0 771 371 356 359
Target suspec 16256157981470015169155751585415567161201612016120
0
2000
4000
6000
8000
10000
12000
14000
16000
18000
Grafik penemuan kasus TB Kota Semarang
tahun 2003-2012
27

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Prosentase Penemuan suspek tertinggi di Puskesmas Karangdoro (102 %)
397 dari target 290 suspek, ini merupakan hasil dari petugas yang aktif untuk
melakukan pencarian suspek TB. Penemuan Suspek TB pada 3 tahun terakhir
mengalami peningkatan, tahun 2009 ditemukan sebanyak 8.003 ( 51% ), tahun
2010 ditemukan sebanyak 10.977 ( 69% ) dan tahun 2011 ditemukan sebanyak
15.001 ( 93% ), tetapi pada tahun 2012 ini penemuan suspek mengalami penurunan
sebesar 20% ( dari 93% menjadi 73%).

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Penemuan suspek tertinggi di fasilitas pelayanan kesehatan RSUP Dr.
Kariadi sejumlah 1762 suspek ( 367%) diikuti RS Islam Sultan Agung sejumlah 305
suspek ( 179%) sedangkan RS yang menemukan suspek terendah adalah RS
Bhayangkara Akpol dan Klinik Asthma dr Priyadi, hal ini dikarenakan RS dan klinik
tersebut kurang aktif dalam kegiatan penjaringan suspek.

367
179172
155
147145142135
121117
84
76
29
8 7 0 0
0
50
100
150
200
250
300
350
400
GRAFIK PENEMUAN SUSPEK
RS, PPTI, BKPM TAHUN 2012
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Realisasi 14,6 35,6 55,2 59 49 48 50 53 61 70
Target 35 35 55 59 49 48 50 50 55 60
0
10
20
30
40
50
60
70
80
GrafikprosentasepenemuanpenderitaTB Barudi KotaSemarang
tahun2003-2012
28

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

Mijen
Ngaliyan
Gunung Pati
Rowosari
Sekaran
Genuk Mangkang
Karanganyar
Kedungmundu
Bangetayu
Tambakaji
Pegandan
Srondol
Tlogosari Wetan
Ngesrep
Lebdosari
Pudak Payung
Karangmalang
Bandarharjo
Krobokan
Gayamsari BuluLor
Manyaran
Tl ogosari Kulon
Miroto
Karangdoro
CDR Pusk.shp
0 - 35/ Kurang
36 - 69/ Sedang
>70 / Sesuai target
N
E W
S
Peta CDR Pusk 2012
Prosentase penemuan penderita baru BTA Positif tahun 2012 mencapai 70%
mengalami peningkatan 9% bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 61%. Hal ini
menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan pelaporan
yang lebih baik.

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Penderita TB BTA (+) tahun 2012 berjumlah 1132 kasus, jenis kelamin laki
laki sebanyak 657 kasus (58% ) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 475
kasus (42%). Hal ini menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak
dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan menurut golongan umur Penderita TB
terbanyak pada golongan umur 25-34 th sebanyak 243 kasus ( 23%), kemudian
disusul pada golongan umur 45-54 th sebanyak 228 kasus (21%), golongan umur
35-44 th sebanyak 197 kasus (19%), golongan umur 55-65 tahun sebanyak 165
kasus (16%), golongan umur 15-24 th sebanyak 154 kasus (14%), golongan umur
>65% sebanyak 71 kasus (7%) dan golongan umur 5-14 th sebanyak 4 kasus , hal
ini menunjukkan bahwa penularan TB masih berlangsung disegala usia.









Sumber: Seksi P2ML bidang P2P
L
657
58%
P
475
42%
GrafikkasusTB BTA Positif
berdasarkan jeniskelaminTh
2012
5-14
4
0%
15-24
154
14%
25-
34
243
23%
35-44
197
19%
45-54
228
21%
55-65
165
16%
>65
71
7%
29

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Prosentase angka Penemuan Kasus baru BTA (+) tertinggi di capai oleh
Puskesmas Karangdoro (109%) target 22 kasus menemukan 24 kasus TB BTA
Positif, prosentase terendah di puskesmas Pudak payung ( 11%) target 19 kasus
dan menemukan 2 kasus BTA Positif. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya
petugas dalam pemberdayaan masyarakat di wilayahnya.

Angka Konversi
Angka konversi di tahun 2012 sampai tribulan 4 sebesar 72% (825 dari 1132
bta pos) mengalami penurunan sebesar 3% dibandingkan pada tahun 2011 (75%),
hal ini dikarenakan penderita yang diobati teratur minum obat dan pemeriksaan
follow up bulan ke dua belum dilaksanakan secara teratur. Untuk peta dan rangking
Konversi perpuskesmas disajikan dibawah ini.

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Ada puskesmas sudah mencapai angka konversi 100% hal itu bisa diartikan
bahwa pengobatan TB fase intensif sudah teratur dan evaluasi pengobatan sudah
dilaksanakan sesuai prosedur namun untuk angka konversi di Rumah sakit hanya 3
RS yang mengalami konversi lebih dari 80%, yaitu RS Banyumanik, RSPW dr. Cipto
dan PPTI, hal ini kemungkinan disebabkan penderita tidak datang saat follow up
karena pindah,,mangkir atau meninggal.

Angka kesembuhan (Cure Rate)
Angka kesembuhan tahun 2011 sebesar 63 % (650 kasus dinyatakan
sembuh dari total kasus 989 yang diobati). Angka kesembuhan th 2010 masih sama
dengan angka kesembuhan ditahun 2009,namun belum mencapai target nasional
Mijen
Ngaliyan
GunungPati
Rowosari
Sekaran
Genuk Mangkang
Karanganyar
Kedungmundu
Bangetayu Tambakaji
Pegandan
Srondol
Tlogosari Wetan
Ngesrep
Lebdosari
PudakPayung
Padangsari
Karangmalang
Bandarharjo
Krobokan
Gayamsari
BuluLor
Kagok
Manyaran
Tlogosari Kulon
Poncol
Purwoyoso
Miroto
Pandanaran
Candi Lama
Karangayu
Karangdoro
Lamper Tengah
Bugangan
NgemplakSimg
Keterangan.shp
0- 79/ Tdk sesuai Target
80 - 100/ Sesuai target
N
E W
S
Peta Konversi 2012
30

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

yang 85%, hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan yang tidak
dilakukan oleh petugas kesehatan, yang sebagian besar adalah kasus TB yang
diobati di Rumah sakit.








Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Angka kesembuhan di beberapa puskesmas sudah mencapai target namun
masih ada 3 puskesmas yang angka kesembuhannya masih sangat rendah /dibawah
50% yaitu puskesmas Pudak Payung, Ngemplak Simongan dan Karang Malang, hal
ini kemungkinan disebabkan karena penderita mangkir, pindah dan meninggal.

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

0
10
20
30
40
50
60
70
80
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
SEMBUH 41 67 77 70 67 75 63 66 66 63
LENGKAP 44 65 9 19 14 14 24 20 19 17
DO 6 6 4 1 0 2 2 7 8 8
GAGAL 3 0 0 4 0 3 3 1 1 1
PINDAH 2 6 4 5 0 4 4 4 7 7
MENINGGAL 2 2 1 1 4 4 4 2 3 4
%
Grafik Evaluasi Hasil Pengobatan Penderita TB BTA Positif Tahun 2011
Mijen
Ngaliyan
GunungPati
Rowosari
Sekaran
Genuk Mangkang
Karanganyar
Kedungmundu
Bangetayu
Tambakaji
Pegandan
Srondol
Tlogosari Wetan
Ngesrep
Lebdosari
PudakPayung
Padangsari
Karangmalang
Bandarharjo
Krobokan
Gayamsari
BuluLor
Kagok
Manyaran
Tlogosari Kulon
Poncol
Purwoyoso
Miroto
Pandanaran
Candi Lama
Karangayu
Karangdoro
Lamper Tengah
Bugangan
Ngemplak Simg
Keterangan
0- 29/ Kurang
30- 59/ Sedang
60- 100/ Sesuai Target
N
E W
S
PETA KESEMBUHAN TAHUN 2011
31

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Evaluasi hasil pengobatan penderita TB Paru BTA positif tahun 2010 sebesar
66%, masih sama dengan evaluasi hasil pengobatan tahun 2009. Pengobatan
lengkap 19% mengalami penurunan 1% dibanding 20% pada tahun 2009, penderita
meninggal naik 1% dari 2% ditahun 2009 menjadi 3% pada tahun 2010, angka
kegagalan masih sama pada th 2010 yaitu 1% sedangkan angka drop out 8%
mengalami peningkatan sejumlah 1% bila dibanding tahun 2009 sebesar 7%, hal ini
dikarenakan banyak kasus TB positif di Rumah sakit yang mangkir tidak mengambil
obat dan tidak dilacak oleh petugas.


b. HIV / AIDS
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai
HIV positif. J umlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3
metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey,
dan survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).
Pada tahun 2012 estimasi populasi risti tertinggi dari kelompok pelanggan
WPS yaitu 63,8% dari estimasi seluruh populasi risti tertular HIV, sedangkan
estimasi populasi risti terendah adalah pasangan tetap waria sebesar 0,05%.
Dibandingkan dengan estimasi tahun 2011 terjadi peningkatan 2 kali lipat.


Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Kasus HIV mengalami peningkatan yang signifikan pada dua (2) tahun
terakhir yaitu tahun 2011 sebesar 427 orang dan tahun 2012 sebesar 520 orang.
1 4 2 1 4 6 13 20
50
179 195 199
323
287
427
520
1 5 7 8 12 18
31
51
101
280
475
674
997
1284
1711
2231
0
500
1000
1500
2000
2500
1995 1997 1998 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Kumulatif Kasus HIVTahun 1995 -Desember2012*
(Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang
Data Per Tahun
Data Kumulatif
32

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

Peningkatan kasus HIV pada tahun 2012 karena adanya peningkatan dalam upaya
penemuan kasus HIV, peningkatan pada penjangkauan populasi risti, meningkatnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum dan populasi risti.
Berdasarkan data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota
Semarang dari laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang
namun juga luar wilayah Kota Semarang. Sedangkan data untuk kasus HIV tahun
2012 untuk Kota Semarang saja sebanyak 176 orang, dengan kondisi 104 orang
sudah pada stadium AIDS.

Grafik Kasus HIV Kota Semarang

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik pie diatas terlihat bahwa selama tahun 1995 2012 kasus
HIV lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu sebesar 52% dibandingkan dengan
perempuan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mobilitas laki-laki lebih tinggi
dibandingkan dengan perempuan sehingga resiko untuk terinfeksi HIV lebih besar
sedangkan untuk tahun 2012, antara laki-laki dan perempuan yang terinfeksi HIV
hamper sama yaitu dengan perbandingan 51% dan 49%. Hal ini kemungkinan
disebabkan karena sudah banyak perempuan yang terinfeksi HIV dari pasangannya.
Sedangkan kasus HIV di Kota Semarang tahun 2012 sendiri lebih banyak laki-laki
sebesar 60% dibandingkan dengan perempuan sebesar 40%.
52%
48%
KumulatifKasus HIV
Tahun 1995 - Desember 2012*
(Laporan Klinik VCT)
di Kota Semarang
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
49%
51%
Kasus HIVTahun 2012
(Laporan Klinik VCT)
di Kota Semarang
Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
33

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012



Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan data diatas dapat diketahui selama tahun 2010 2012
kelompok umur 25-49 tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 831
kasus.

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui kumulatif kasus HIV Tahun 2007-
2012 tertinggi pada pelanggan pekerja seks yaitu sebesar 41% dan terkecil pada
LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki) dan WBP (Warga Binaan Permasyarakatan)
masing-masing sebesar 1%.
<4 5-14 15-19 20-24 25-49 50
2012 15 4 10 43 410 34
2011 26 6 3 64 280 19
2010 12 3 6 27 141 12
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
Kasus HIVTahun 2010-2012
(Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang
Berdasarkan Kelompok Umur
2012
2011
2010
Pelanggan PS
41%
WPS
13%
Penasun
4%
Waria
2%
Lelaki Seks
Lelaki
1%
WBP
1%
Pasangan
risti
19%
Lain-Lain
19%
Kumulatif Kasus HIVTahun 2007 - 2012
(Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang
Berdasarkan Kelompok Risiko
34

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012



Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV selama
tahun 2011-2012 di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan,
berdasarkan data Kecamatan tertinggi kasus HIV adalah Kecamatan Semarang
Utara yaitu sebanyak 27 kasus, sedangkan kasus terendah di Kecamatan Mijen yaitu
sebanyak 2 kasus.


35

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012


Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV di Kota
Semarang tahun 2012, kecamatan tertinggi jumlah kasus HIV adalah kecamatan
Semarang Utara sebanyak 21 kasus, sedangkan kecamatan dengan kasus terendah
yaitu Kecamatan Mijen sebanyak 2 kasus.


Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus
AIDS di Kota Semarang yaitu sebanyak 104 kasus, meningkat dibandingkan tahun
2011 sebesar 59 kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah
kematian akibat AIDS pada tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu 12 orang,
dibanding tahun 2011. Sedangkan kumulatif kasus AIDS dari tahun 1998 sampai
dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 339 kasus.

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Total
Kasus AIDS 1 0 1 1 1 1 7 11 25 33 15 19 61 59 104 339
Kematian 0 0 0 0 0 1 1 3 9 5 4 2 5 10 12 52
Kumulatif 1 1 2 3 4 5 12 23 48 81 96 115 176 235 339
1 1 2 3 4 5
12
23
48
81
96
115
176
235
339
0
50
100
150
200
250
300
350
400 KumulatifKasus AIDSTahun 1998-Desember 2012*
di Kota Semarang
36

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012



Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun
2012 sudah mencapai seluruh kecamatan di Kota Semarang, Kecamatan yang
mempunyai kasus rendah yaitu; Kecamatan Tugu, Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan
Mijen, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Candisari, Kecamatan Semarang
Tengah, dan Kecamatan Gayamsari. Kecamatan yang mempunyai kasus sedang
yaitu; Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Tembalang, Kecamatan Pedurungan,
Kecamatan Genuk, Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Semarang Barat,
Kecamatan Semarang Selatan, dan Kecamatan Gajahmungkur, sedangkan
kecamatan yang memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Utara.
Berbagai upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang
telah dilakukan. Berkaitan dengan penanganan ODHA, jumlah kumulatif ODHA yang
memenuhi syarat ARV Tahun 2012 sebesar 1.775 orang. Sedangkan kumulatif
ODHA yang pernah diberi ARV di Kota Semarang sampai tahun 2012 sebanyak
1.650 orang.
Selanjutnya pada bulan September 2012, Dinas Kesehatan Kota Semarang
mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering
disingkat dengan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya
yang meliputi upaya promotif preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup
semua bentuk layanan HIV dan IMS. Berikut ini bagan jenis layanan LKB :

Mijen
Tugu
Ngaliyan
Gunung Pati
Tembalang
GENUK
Banyumanik
Pedurungan
SEMARANG BARAT
Gayamsari
SEMARANG UTARA
CANDISARI
GAJ AH MUNGKUR
SEMARANG TIMUR
kss.AIDS Kec
1 - 5
6 - 10
11 - 15
N
KASUS PENDERITA AIDS PERKECAMATAN
KOTA SEMARANG TAHUN 2012
37

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012





Dari 37 puskesmas yang ada di Kota Semarang, 5 puskesmas sudah dilatih
LKB, yaitu Puskesmas Lebdosari, Poncol, Halmahera, Ngaliyan dan Bandarharjo.
Sedangkan RS yang sudah dilatih LKB adalah RSUD Kota Semarang, RS Tugurejo,
dam RS Panti Wilasa Citarum.





38

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

c. Pneumonia


Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

J umlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2012 ini mengalami
penurunan 525 kasus dari 1.600 menjadi 1.075 tetapi jumlah penderita pneumonia
1-4 th dan Pneumonia Berat < 1 th pada tahun 2012 meningkat dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. J umlah penderita pneumonia umur 1-4 tahun sebanyak
3.237 meningkat sebanyak 277 kasus dibanding tahun 2011, penderita pneumonia
berat umur < 1 tahun sebanyak 180 balita meningkat sebanyak 165 dari tahun
sebelumnya dan jumlah pneumonia berat umur 1-4 tahun sebanyak 157 kasus
balita.


Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Pneumonia <1 Th 237 267 186 464 457 609 1011 1147 1268 1448 1600 1075
Pneumonia 1 -4 Th 415 428 369 1870 1123 1664 2206 2712 3446 3132 2960 3237
Pneumonia berat <1Th 8 0 15 4 29 3 5 56 45 17 15 180
Pneumonia berat 1 - 4 Th 21 0 8 8 27 10 8 8 8 11 12 157
KASUS PNEUMONIA & PNEUMONIA BERAT
DI KOTA SEMARANG TAHUN 2012
<1
1.255
27%
1 - 4
3.394
73%
PNEUMONIA BALITA
KOTA SEMARANG TAHUN 2012
MENURUTGOLONGAN UMUR
L
2490
54%
P
2159
46%
KASUSPNEUMONIA BALITA
KOTA SEMARANG TAHUN 2012
MENURUT JENISKELAMIN
39

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

Pada tahun 2012 kasus pneumonia balita banyak terjadi pada kelompok
umur 1 4 tahun sejumlah 3.394 kasus (73%), pada kelompok umur <1 tahun
sejumlah 1.255 kasus ( 27%). Menurut jenis kelamin kasus Pneumonia Balita di Kota
Semarang tahun 2012 tampak bahwa kasus pneumonia balita pada perempuan
sebanding dengan kasus pneumonia balita pada laki laki.
IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2012 sebesar 248 per
10.000 balita menurun dibanding tahun 2011. Penurunan IR pneumonia berarti
jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin
menurun, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa
balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran aktif petugas Puskesmas serta
kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia
balita di masyarakat. IR pneumonia per Puskesmas untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada peta berikut ini




Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa Puskesmas yang mempunyai IR
Pneumonia melebihi target 300 per 10.000 balita ada 11 Puskesmas yaitu
puskesmas Candi lama (1257), Halmahera (1064), Mijen ( 620), Ngesrep (596),
Lamper tengah (531), Poncol (456), Bugangan (452), Karangayu (375), Karangdoro
(377), Bangetayu (313), Karanganyar ( 325).
Peta IR Pneumonia per Puskesmas Kota Semarang
2012
40

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Angka kematian (CFR) akibat pneumonia dan pneumonia berat di Kota
Semarang berdasarkan data dari RS tahun 2012 sebesar 0.40% (19/4649),
sedangkan di Puskesmas tidak ada kasus pnemonia maupun pneumonia berat yang
meninggal (CFR 0%).
Cakupan penemuan penderita pneumonia dan pneumonia berat yang
berobat ke Puskesmas di tahun 2012 sebesar 25% mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan kualitas tata laksana penderita
pneumonia dan pneumonia berat adalah 100% dan tidak ada masalah dalam tata
laksananya.

d. Kusta

Capaian kusta di Kota Semarang tahun 2012 sebagai daerah low endemik :
Prevalensi : 0,15 ( target nasional : <1 / 10.000 penduduk)
CDR : 2,34 ( target nasional : <5 / 100.000 penduduk)
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
PB 1 0 1 0 4 2 7 3 3 1 6 3
MB 6 11 10 8 16 12 27 17 24 16 35 41
Juml 7 11 11 8 20 14 34 20 27 17 41 44
GRAFIK PENEMUAN KUSTA KOTA SEMARANG
TAHUN 2001 2012

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan grafik di atas penemuan kusta di Kota Semarang tahun 2012
berjumlah 44 - meningkat bila dibandingkan dengan tahun 2011- yang terdiri dari
kusta tipe PB 3 kasus (6,8 %), dan kusta tipe MB 41 kasus (93,2 %). Hal ini tidak
jauh berbeda dari tahun sebelumnya di mana prosentase kasus MB lebih besar dari
41

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


kasus PB. Adapun CDR kasus kusta tahun 2012 meningkat 0,15 dibanding tahun
2011, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah.

GRAFIK CDR KASUS KUSTA
KOTA SEMARANG TAHUN 2008 - 2012
0
0,5
1
1,5
2
2,5
2008 2009 2010 2011 2012
1,35
1,8
0,86
2,19
2,34

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P


GRAFIK KASUS KUSTA BERDASARKAN
JENIS KELAMIN TAHUN 2012
LAKI-LAKI
70%
PEREMPUAN
30%

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P


42

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012



KASUS KUSTA BERDASARKAN KELOMPOK UMUR
KOTA SEMARANG
TAHUN 2012
1 - 15 TH
4%
16 - 49 TH
64%
>50 TH
32%

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Berdasarkan jenis kelamin, kusta terdiri atas laki-laki ( 70 % ) dan perempuan
( 30 % ). Dominasi laki-laki, kemungkinan disebabkan karena angka mobilitas laki-
laki lebih tinggi, sebagaimana teori yang dijabarkan oleh Dr. Zulkifli, M.Si. pada
tulisannya, laki-laki lebih banyak dijangkiti kusta dibandingkan perempuan.
Berdasarkan umur kasus kusta di Kota Semarang tahun 2012 sebagai berikut :
tertinggi adalah kategori umur 16 49 tahun ( 64 % ), >50 tahun ( 32 % ), 1 15
tahun ( 4 % ). Prosentase tertinggi terdapat pada usia produktif, hal ini dikarenakan
pada kelompok umur tersebut mobilitas tinggi, sehingga kemungkinan tertular
kuman Baccilus leprae juga tinggi.


Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Bandarharjo
Karanganyar
Lebdosari
Genuk
Bangetayu
Pegandan
Srondol
Ngesrep
Candi Lama
Kagok
Gayamsari
Ngemplak Simg
Poncol
Puskesmas Dg Kss Kusta
Tdk ada Kasus
Kasus : 1 - 2
Kasus : 3 - 5
Kasus : 6 - 11
PETA KASUS KUSTA BERDASARKAN PUSKESMAS
DI KOTA SEMARANG
TAHUN 2012
43

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Berdasarkan laporan Puskesmas pada tahun 2012, kasus kusta di Kota
Semarang terdistribusi di 17 Puskesmas, dengan perincian sebagai berikut :
Bandarharjo (11 kasus), Gayamsari (6 kasus), Ngemplak Simongan (4 kasus),
Ngesrep (5 kasus), Lebdosari (3 kasus), Miroto (2 kasus), Poncol (2 kasus), Srondol
(1 kasus), Pegandan (2 kasus), Bululor (1 kasus), Candilama (1 kasus), Halmahera
(1 kasus), Kagok (1 kasus), Karang Anyar (1 kasus), Pandanaran (1 kasus), Genuk
(1 kasus), Bangetayu (1 kasus).

Berdasarkan kelurahan kasus kusta tahun 2012 , kasus terbanyak terdapat
di Kelurahan Tambakrejo (6 kasus), Bandarharjo (4 kasus), Ngemplak Simongan (4
kasus), Tanjungmas (4 kasus), Gisikdrono (2 kasus), J angli (2 kasus), Pandean
Lamper (2 kasus).

Berdasarkan peta di atas cacat tingkat 2 terdapat di Puskesmas Bandarharjo
(3 kasus), Bululor (1 kasus), Gayamsari (3 kasus), Lebdosari (2 kasus), Miroto (1
kasus), Pandanaran (1 kasus), Ngesrep (1 kasus), Srondol (1 kasus). Cacat kusta
tingkat 2 di Kota Semarang sebanyak : 13 kasus ( 29,5 % ). Indikator nasional untuk
kecacatan kusta di bawah dari 5 % dari kasus yang ditemukan. Dengan demikian
kecacatan kusta tingkat 2 di Kota Semarang lebih besar dari indikator nasional.


Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
Bandarharjo
Gayamsari
Puskesmas dg Cacat Tk.1
Tdk ada
Cacat Tk1 (1 - 2 kss)
PETA KASUS KUSTA CACAT TINGKAT 1 BERDASARKAN PUSKESMAS
KOTA SEMARANG
TAHUN 2012
44

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Kasus Cacat tingkat 1 ditemukan di wilayah Puskesmas Bandarharjo (2 kasus) dan
Gayamsari (1 kasus).
RFT Rate MB Kusta semenjak tahun 2003 hingga tahun 2012, mengalami
fluktuatif. Tahun 2012 : 19,51% , karena pengobatan masih belum selesai,
berlanjut hingga tahun 2013.

PROSENTASE RFT RATE MB KUSTA KOTA SEMARANG
TH 2003 - 2012
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Prosentase 100 92 100 91 81 88 92 87 53 19,51

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik.
Sebagaimana tujuan utama terapi medik yaitu pengobatan dengan menggunakan
MDT sesuai tipe.Terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf
tepi, baik karena kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi.
RFT Rate Kusta tipe PB tahun 2012 sebesar 100 % .





45

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

e. Diare


Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Penderita Diare dari tahun 2005 2011 terus meningkat namun pada tahun
2012 mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun
(CTPS) yang sudah di canangkan sudah diterapkan dalam kegiatan sehari hari.
Tahun 2012 kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golongan
umur >5 tahun sebanyak 26.264 kasus (62 %) dan terendah pada kelompok umur
< 1 tahun sejumlah 4.870 kasus (11.5 % ).

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
<1 th 3697 4144 4146 3776 3446 4402 6915 4870
1-4 th 7491 8242 8267 8625 7996 10194 12550 11215
>5 th 15509 16625 17530 19947 18991 19895 28586 26264
Total 26697 29011 29943 32338 30433 34491 48051 42349
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
A
x
i
s
T
i
t
l
e
GRAFIK PENDERITA DIARE MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN
2012
L
21.049
50%
P
21.300
50%
KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2012
MENURUT JENIS KELAMIN
46

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Cakupan pelayanan penderita diare diketahui dengan menghitung jumlah
penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan 1.000. Pada tahun 2012 IR
(Incidence Rate) sebesar 23 per 1.000 penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang
meninggal akibat penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar 0,01 %
(5/42.349) dan berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun 20052012
tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti
penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang
meninggal. Untuk lebih jelasnya berikut ini peta IR diare per Puskesmas di Kota
Semarang tahun 2012.


Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa dari 37 Puskesmas di Kota
Semarang yang IR nya sesuai dan melebihi target ( target IR 22/1000 penduduk)
ada 13 puskesmas yaitu puskesmas Mangkang(35), Ngemplaksimongan ( 33),
Gunungpati (30), Genuk (28), Karang anyar (28), Bandarharjo (27), Lamper tengah
(27),Karang malang (26), Ngesrep (25), Bugangan (23), Bangetayu (23),
Manyaran(22) dan Halmahera(21).
Puskesmas yang IR diarenya <21 per 1.000 penduduk ( kurang dari target )
ada 24 Puskesmas yaitu puskesmas Padangsari, Mijen, Miroto, Kedungmundu,
Karangayu, Pudakpayung, Rowosari, Krobokan, Purwoyoso, Kagok, Sekaran,
Karanganyar
Lebdosari
Krobokan
Bulu Lor
Bandarharjo
Genuk Karangdoro
Gayamsari
Halmahera
Poncol
Miroto
Pandanaran
Pegandan
NgemplakSimg
Karangayu
Manyaran
Tlogosari Wetan
Kedungmundu
Candi Lama
Kagok
Rowosari
Padangsari
Ngesrep
Srondol
PudakPayung
Sekaran
Tambakaji
Mijen
Karangmalang
Ngaliyan
GunungPati
Mangkang
Bangetayu
Krobokan
Gayamsari
Manyaran
Tlogosari Kulon
Purwoyoso
MirotoHalmahera
Lamper Tengah
Bugangan
IRDIARE
Rendah
Sedang
Tinggi
N
IR DIARE 2012
47

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Pegandan, Pandanaran,Tlogosari wetan, Srondol, Gayamsari, Karangdoro, Poncol,
Tambak Aji, Candi Lama, Bulu Lor, Tlogosari Kulon, Ngalian dan Lebdosari.
Rangking IR Per Puskesmas dapat dilihat dibawah ini

Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

Dari peta diatas dapat diketahui bahwa dari 17 kecamatan ada 6 kecamatan
yang IR nya rendah yaitu kecamatan Tugu, Candisari, Gajahmungkur, Semarang
Tengah, Gayamsari, Pedurungan.
Cakupan pelayanan penderita diare adalah jumlah penderita diare yang
berobat ke tempat pelayanan kesehatan dibagi dengan jumlah sasaran. Cakupan
pelayanan penderita diare tahun 2012 sebesar 55% . Hal ini bisa diartikan kinerja
petugas Puskesmas lebih baik sehingga kepercayaan masyarakat terhadap
pelayanan puskesmas meningkat jumlah penderita diare yang berobat ke
Puskesmas menjadi semakin banyak jumlahnya. Kualitas tata laksana penderita
diare adalah jumlah penderita yang diberi oralit dibagi dengan jumlah penderita.
Kualitas tata laksana penderita diare pada tahun 2012 sudah 100%, berarti kinerja
petugas diare Puskesmas bisa dikatakan baik karena kualitas tata laksana dalam hal
ini adalah pelayanan pengobatan terhadap penderita diare ke Puskesmas terlayani
dengan baik dan mendapatkan pengobatan yang sesuai. Masalah tata laksana
penderita diare adalah jumlah penderita yang diberi infus dibagi jumlah penderita.
Masalah tata laksana penderita diare di Puskesmas tahun 2012 adalah 2 %, sama
dengan tahun sebelumnya. Hal ini berarti penanganan penderita diare yang berobat
Banyumanik
Tugu
Ngaliyan
Mijen
Smg. Barat
Sm,g. Utara
Smg. Timur
Gayamsari
Pedurungan
Smg. Tengah
Tembalang
Candisari
Gajamungkur
Gunung Pati
Genuk
IR.Kec.shp
0 - 27
28 - 55
56 - 105
N
IR DIARE PER KECAMATAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2012
48

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


ke Puskesmas ada yang sudah terjadi dehidrasi sehingga tetap memerlukan cairan
infus.

4. Penyakit PD3I
a. Tetanus
Tahun 2012 tidak ditemukan kasus Tetanus Neonatorum (TN) di kota
Semarang Meskipun Cakupan persalinan nakes dan Cakupan TT Bumil sudah
melebihi target, tetapi cakupan TT Bumil tahun 2012 mengalami penurunan yaitu
cakupan TT sebanyak 85%, sedangkan tahun 2011 sebanyak 92,3 %

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

b. Difter i
Tahun 2012 kasus difteri Kota Semarang sebanyak 5 kasus sama dengan
tahun 2011 dan tidak ditemukan penderita meninggal dunia. Berdasarkan jenis
kelamin, maka kasus ditemukan lebih banyak pada laki-laki, yaitu sebanyak 4
penderita ( 80 %,) dan perempuan sebanyak 1 penderita ( 20 % ). Berdasarkan
golongan umur kasus terbanyak ditemukan pada umur antara 5-14 tahun yaitu
sebanyak 60 %, hal ini berbeda dengan tahun 2011 dimana penderita terbanyak
adalah umur <1 tahun yaitu sebanyak 75 %.
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Per sal inan Nakes 95,27 90,17 92,15 96,7 93,19 96,08 98,2
Tar get Nas 85 85 90 90 95 93 90
Cak. TT Bumi l 92 85 79 71,3 77,4 92,3 85
Tar get Nas. TT 80 80 80 80 85 85 85
0
20
40
60
80
100
120
J
u
m
l
a
h
Grafi k Cakupan Imuni sasi Bumi l dan Persal inan Nakes
Tahun 2006-2012
49

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

Penderita difteri menurut tempat wilayah kerja Pukesmas yaitu Puskesmas
Tambak aji (Kelurahan tambak aji ), Puskesmas Lamper Tengah (kelurahan lamper),
Puskesmas Bandarharjo (Kelurahan Tanjung mas) , Puskesmas Bulu lor (Kelurahan
Panggung lor), dan Puskesmas Karangayu ( kelurahan Bojong Salaman )


Sumber: Seksi PP Bidang P2P


Sumber: Seksi PP Bidang P2P


99
Bandarharjo
Bangetayu
Bugangan
BuluLor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
Ngaliyan
Ngemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
PudakPayung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
Tambakaji
Tlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shp
Tdk ada kasus
Ada kasus
N
PETA KASUS DIFTERI TH 2012
1
10
100
1 kali 3 kali > 3 kali
p
r
o
s
e
n
t
a
s
e
GRAFIK KASUS DIFTERI BERDASARKAN
RIWAYAT IMUNISASI TAHUN 2012
50

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


c. Campak
Gambaran secara umum untuk kasus campak dari tahun 20062012 dari
hasil laporan mingguan (W2) puskesmas maupun rumah sakit mengalami fluktuatif.
Pada tahun 2012 kasus Campak berjumlah 201 kasus mengalami penurunan
dibanding tahun 2011. Kasus Campak yang ditemukan merupakan kasus Campak
klinis (belum dengan pemeriksaan laboratorium). Sedangkan cakupan imunisasi juga
mengalami fluktuatif walaupun dari tahun ke tahun cakupan selalu diatas target
nasional (90%). Seperti terlihat pada grafik dibawah ini :

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

Adapun lokasi kasus Campak terbanyak tahun 2012 di kecamatan
Gajahmungkur berbeda dengan tahun 2011 kasus Campak terbanyak di kecamatan
Semarang Barat. Sejak tahun 2010 Surveilans Campak di kota Semarang
diilaksanakan berbasis laboratorium dengan kegiatan CBMS (Case Base Measles
Surveilans). Pada tahun 2012 telah dilakukan pemeriksaan Serum kasus klinis
Campak di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Dari total 26 sampel serum
Campak yang dikirim ke BLK Yogyakarta , semuanya negative campak.
Cakupan Imunisasi Campak digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan
/ efektivitas program. Tahun 2011 cakupan imunisasi campak menurun 3,6 % jika
dibandingkan dengan tahun 2010. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 ada
kegiatan Crash rogram Campak dan Polio sehingga masih ada masyarakat yang
beranggapan tidak perlu membawa balitanya kembali untuk mendapatkan imunisasi
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Cak Imun 104 104 90 107 105,5 101,1 114
Campak 999 348 167 305 426 422 201
0
100
200
300
400
500
600
700
800
900
1000
1100
Target
85 %
KASUS CAMPAK DAN CAKUPAN
IMUNISASI CAMPAK TAHUN 2006- 2012
51

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


campak rutin karena sudah mendapatkan imunisasi campak waktu kegiatan crash
program, Cakupan tahun 2012 naik 10,2% jika dibandingkan dengan tahun 2011.












Sumber: Seksi PP Bidang P2P

BIAS Campak dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2012 dengan sasaran
siswa kelas I 25.782 divaksinasi campak dengan hasil sebanyak 25. 363 (98,4 %)
dengan target minimal 98 %. Mulai tahun 2007 , cakupan BIAS Campak sudah
mencapai target.


Mijen
Ngaliyan
Gunung Pati
Rowosari
Sekaran
Genuk Mangkang
Karanganyar
Kedungmundu
Bangetayu
Tambakaji
Pegandan
Srondol
Tlogosari Wetan
Ngesrep
Lebdosari
Pudak Payung
Padangsari
Karangmalang
Bandarharjo
Krobokan
Gayamsari
Bulu Lor
Kagok
Manyaran
Tlogosari Kulon
Poncol
Purwoyoso
Miroto
Pandanaran
Candi Lama
Karangayu
Karangdoro
Lamper Tengah
Bugangan
Ngemplak Simg
99
Sum2.shp
0 - 98
99 - 150
N
BIAS CAMPAK TH 2012
2008 2009 2010 2011 2012
CAK Campak 107,3 91,59 107,6 104 114,2
Target 90 90 90 90 90
0
20
40
60
80
100
120
p
e
r
s
e
n
CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DIKOTA SEMARANG
TAHUN 2008-2012
52

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

d. Polio
Hasil surveilans AFP di Kota Semarang dari tahun 2006 sampai tahun 2012
selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah
berjalan cukup baik .Kasus AFP di tahun 2012 sebanyak 8 kasus

Sumber: Seksi PP Bidang P2P

Kasus AFP di kota Semarang pada tahun 2012 berada di wilayah kerja
Puskesmas Tambak Aji , Tlogosari kulon , Ngesrep, Manyaran , Mijen , Pandanaran,
Krobokan , dan Lebdosari.

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
AFP 8 11 14 9 12 13 8
0
2
4
6
8
10
12
14
16
J
u
m
l
a
h
KASUS AFP DI KOTA SEMARANG
TAHUN 2006- 2012
99
Bandarharjo
Bangetayu
Bugangan
BuluLor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
Ngaliyan
Ngemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak Payung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
Tambakaji
Tlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shp
Tdk ada kasus
Ada kasus
N
PETA DISTRIBUSI KLB BERDASARKAN
PUSKESMAS TH 2012
PETA DISTRIBUSI AFP MENURUT PUSKESMAS TH 2012
53

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 2012 sebanyak 8 kasus,
yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5 orang (62 %) dan perempuan 3 orang (26
%).Hal ini tidak berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2011 dimana laki-laki lebih
banyak daripada perempuan. Dan yang terbanyak pada golongan umur 1-5 tahun
sebanyak 4 orang (50 %)

5. Penyakit Bersumber Binatang
a. Malar ia
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di kota
Semarang, angka kesakitan malaria di Semarang dalam kurun waktu tiga tahun
terakhir (2010-2012) menunjukkan trend meningkat, kemungkinan besar penyakit ini
bisa menimbulkan KLB bahkan hingga mewabah apabila tidak dilakukan
penanganan yang memadai. Situasi angka kesakitan malaria selama tahun 2010
2012 relatif cenderung naik, tahun 2010 sebanyak 7 kasus, tahun 2011 sebanyak 14
kasus sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 20 kasus, dan jika tahun 2011
dibandingkan dengan tahun 2012 terdapat peningkatan sebesar 30%.


Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Penemuan penderita malaria diwilayah kecamatan kota Semarang
menggunakan indikator Annual Paracite Incidence (API) atau angka parasite malaria
per 1.000 penduduk. pada tahun 2012 API kota Semarang sebesar 0,011 atau naik
0,0033 bila dibandingkan dengan API tahun 2011 sebagaimana dapat dilihat pada
grafik berikut:
7
14
20
2010 2011 2012
TREN KASUS MALARIA TH 2010 - 2012
54

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012













Selama tiga tahun terakhir (2010-2012) kasus malaria kota Semarang
sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi malaria
di kota Semarang sebelum sakit kasus pernah tinggal/bekerja di daerah endemis
malaria (Kalimantan, Papua).


Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Dari grafik diatas Kasus malaria meninggal tiga tahun terakhir (2010-2012)
sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meninggal 0 kasus, tahun 2011 sebanyak 1 kasus
dan tahun 2012 tidak ada kasus meninggal . Sedangkan rata-rata kasus malaria
selama tahun 2010-2012 sebanyak 14 kasus pertahun.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
2010 2011 2012
kasus
sembuh
meninggal
0,0055
0,0046
0,0079
0,011
0
0,002
0,004
0,006
0,008
0,01
0,012
2009 2010 2011 2012
55

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

J umlah malaria tahun 2012 kota Semarang sebanyak 20 kasus, sedang
angka kematian kasus malaria tahun 2012 sebanyak 0(0%), sedangkan yang
sembuh sebanyak 20 kasus (100%).
Pada tahun 2012 semua kelurahan di Kota Semarang 100% API 1
sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini:


Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Dari 20 kasus malaria import Kota Semarang tahun 2012 menurut jenis
plasmodium setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 15 kasus
(75%) berplasmodium falciparum dan sebanyak 5 kasus (25%) berplasmodium
Vivak.










Mijen
Rowosari
Podorejo
Wates
Sekaran
Meteseh
Kandri
Tugurejo
Ngaliyan
Ngijo
Wonosari
Sadeng
Wonoplumbon
Sukorejo Pesantren
Gunungpati
Ngadirgo
Gondoriyo
Kedungpane
Jangli
PudakPayung
J atisari
Tambakharjo
Plalangan
Patemon
Kudu
TambakAji
Randugarut
Sendangmulyo
Trimulyo
Beringin
Sumurrejo
Bulusan
Mangunharjo
Pakintelan
Jabungan
Cepoko
Wonolopo
Pongangan
Kramas
Tembalang
Mangkang Kulon
Karanganyar
Tawangsari
J atirejo
Tanjungmas
Ngesrep
Bubakan
Tinjomoyo
Jatibarang
Bamban Kerep
Genuksari
Purwosari Mjn
Srondol Kulon
Cangkiran
Kalipancur
Tandang
Pedalangan
Tlogomulyo
Karangroto
Gajahmungkur
Banjardowo
Kalicari
Purwoyoso
TerboyoKulon
Manyaran
Jerakah
Plamongansari
Gemah
Palebon
Polaman
Tlogosari Kulon
Kemijen
Sembungharjo
Banyumanik
MuktiharjoKidul
Karangrejo
Krapyak
Candi
Bongsari
Sambirejo
Tegalsari
Tawangmas
Mugasari
Krobokan
Kaligawe
Sekayu
Kauman
Keterangan
API 0%
API 0,01-0,99
API > 1
N
E W
S
15; 75%
5; 25%
P.Falciparum P.Vivak
56

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


b. Demam Berdarah
Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2012 sebanyak 1.250 kasus. J umlah
tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2011 yang
mencapai 1.303 kasus atau turun 4,1%. IR DBD tahun 2012 menjadi 70,9 turun 3,9
% dari tahun 2011 yaitu 73,87.

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Pola perhitungan Dinas Kesehatan Kota Semarang menggunakan data
jumlah penduduk riil. Yang dimaksud penduduk riil adalah orang yang tinggal di Kota
Semarang dengan tidak memperhatikan apakah dia beridentitas Kota Semarang
maupun tidak. Termasuk anak kost, kontrak atau orang yang tinggal di Kota
Semarang dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan data yang diolah Incidence
Rate (IR) DBD Kota Semarang dari Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2012 selalu
jauh lebih tinggi dari IR DBD J awa Tengah dan IR DBD Nasional. Tahun 2012 IR
DBD Kota Semarang 3 kali lebih tinggi dari IR DBD J awa Tengah.

1994. 1995. 1996. 1997. 1998. 1999. 2000. 2001. 2002. 2003. 2004. 2005. 2006. 2007. 2008. 2009. 2010. 2011. 2012.
Penderit a 1278 2015 2369 964 2294 1400 1428 986 607 1128 1621 2297 1845 2924 5.249 3883 5.556 1.303 1.250
IR 107,5 165,7 190,8 76,4 180,0 74,0 110,0 74,7 45,0 81,8 116,0 164,5 126,3 196,4 361 262,1 368,7 73,87 70,9
Kemat ian 3 31 21 2 12 3 8 10 3 10 7 38 42 32 18 42 47 10,0 22
CFR % 0,23 1,54 0,89 0,21 0,52 0,21 0,56 1,01 0,49 0,89 0,43 1,65 2,28 1,09 0,30 1,08 0,85 0,77 1,76
0
1000
2000
3000
4000
5000
6000
PERKEMBANGAN IR-CFR DBD 1994 - 2012
57

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012



J umlah Penderita DBD Laki-laki Tahun 2012 adalah 619 kasus atau 49,52%,
sisanya atau 631 (50,48%) adalah Perempuan. Proporsi menurut jenis kelamin pada
penderita DBD tidak terlalu signifikan.

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur 5
9 tahun yaitu sebanyak 320 kasus atau 26% dan terendah pada golongan umur >60
th, sebanyak 9 kasus atau 0,7%. J ika dilihat dari sudut lebih luas lagi maka
golongan usia balita dan usia sekolah paling dominan

TH. 2006 TH. 2007 TH. 2008 TH. 2009 TH. 2010 TH. 2011 TH. 2012
KOTA SEMARANG 129,4 197,7 361 262,1 368,7 73,87 70,9
JAWA TENGAH 33,7 62 61 61,4 61,4 13,7 19,29
INDONESIA 52,5 71,7 59 55 55 25,7
0
50
100
150
200
250
300
350
400
IR DAN CFR DBD KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH DAN INDONESIA
Laki-laki
619
49,52%
Perempuan
631
50,48%
PROPORSI KASUS DBDKOTA SEMARANG TAHUN 2012
58

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012


Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P


Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

J ika dilihat dari waktu kejadian peningkatan kasus DBD Tahun 2012 ada di
tribulan kedua (April, Mei, J uni), kemudian kembali turun di tribulan ketiga dan mulai
naik di tribulan keempat. Model curve seperti Tahun 2012 tidak seperti yang terjadi
selama ini.
Kejadian kasus terendah Tahun 2012 terjadi di bulan Agustus dengan jumlah
penderita 51 orang sedangkan pada Tahun 2011 terjadi di bulan November 2011
dengan 33 orang penderita. Kejadian tertinggi kasus DBD Tahun 2012 terjadi di
bulan April dengan 155 kasus sedangkan pada Tahun 2011 terjadi di bulan dengan
<1 TH
23
1,8% 1 - 4th
241
19,3%
5-9 th
320
25,6%
10-14th
246
19,7%
15-19 th
102
8,2%
20-24 th
83
6,6%
25-29 th
55
4,4%
30-34 th
34
2,7%
35-39 th
42
3,4%
40-44 th
31
2,5%
45-49 th
18
1,4%
50-54 th
14
1,1%
55-
59th
32
2,6%
>60 th
9
0,7%
GRAFIK PENDERITA DBD MENURUT KEL. UMUR TH. 2012
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOP DES
P 2012 85 128 113 155 137 136 109 51 64 58 88 126
M 2012 - 3 3 6 2 - 1 2 1 - 1 3
P 2011 182 171 215 168 138 132 66 61 54 44 33 39
M 2011 0 1 3 2 0 1 0 1 0 0 0 2
-
50,0
100,0
150,0
200,0
250,0
GRAFIK BULANAN DBD TAHUN 2012
59

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


kasus Maret 215 kasus. Untuk kasus meninggal terbanyak Tahun 2012 juga terjadi di
Bulan April dengan jumlah kematian 6 orang sedangkan Tahun 2011 terjadi di Bulan
Maret yaitu 3 orang.













Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Tahun 2012 jumlah kelurahan endemis 143 kelurahan turun dari 152
kelurahan di Tahun 2011.

Dari gambaran grafik di atas terlihat bahwa ABJ yang meningkat dapat
menurunkan kasus DBD. Hal tersebut jelas berhubungan sangat signifikan karena
DBD hanya dapat ditularkan melalui nyamuk, sehinga ABJ merupakan salah satu
indikator yang paling valid untuk menggambarkan trend DBD.
84,77
91,12
90,99
5.556
1.303 1.250
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
80
82
84
86
88
90
92
Th. 2010 Th. 2011 Th. 2012
ABJ DAN KASUS TAHUN 2010 - 2012
ABJ
60

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


J ika dibandingkan dengan grafik curah hujan, tahun 2008 sampai dengan
2011 peningkatan curah hujan ada di tri bulan pertama kemudian turun dan kembali
naik pada tribulan keempat, gambaran tersebut hampir sama dengan kejadian kasus
DBD dimana puncak kejadian DBD ada di tribulan pertama kemudian turun terus dan
mulai naik lagi pada tribulan keempat. Pada Tahun 2012 Peningkatan kasus tidak
seperti tahun tahun terdahulu. Pada Tahun 2012 peningkatan curah hujan sama
seperti pada umumnya yaitu terjadi di tribulan pertama tetapi peningkatan kasus
terjadi di tribulan kedua (April, Mei J uni). Pada tribuan berikutnya kasus DBD dan
curah turun dan kembali meningkat di tribulan keempat.


Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

J anFebMrtAprl MeiJunJ ul Agst Sept OktNovDesJanFebMrtAprlMei J unJ ul Agst Sept OktNovDesJ anFebMrtAprl Mei J unJul Agst Sept OktNovDesJanFebMrtAprl Mei JunJ ul Agst SeptOktNovDesJ ANFEBMARAPRMEI J UNI JULI AGUST SEPT OKTNOPDES
2008 2009 2010 2011 2012
Kasus 9 9 7 4 6 3 2 6 1 2 3 1 6 4 3 3 2 3 3 2 2 1 1 3 4 7 1 5 5 3 3 2 2 3 3 3
CurahHujan 4 8 2 8 5 5 2 8 7 1 3 3 2 1 9 4 8 2 9 4 2 1 1 8 4 3 3 2 2 2 7 1 2 2 2 4 2 2 1 1 7 6 7 0 7 5 5 2 4 2 2 1 8 1 2 0 3 2 3 3
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
1600
KASUS DBD DAN CURAH HUJAN
TH. 2008 SAMPAI DENGAN TH. 2012
Kasus
Curah Hujan
2.924
5.249
3.883
5.556
1.303
1.250 1.862
2.600
5.764
3.228
1.879
2.248
-
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
2007 2008 2009 2010 2011 2012
KASUS DAN CURAH HUJAN TAHUN 2007 SAMPAI DENGAN TAHUN 2012
Kasus Curah Hujan Linear (Kasus) Linear (Curah Hujan)
61

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Dari grafik di atas terlihat bahwa kecenderungan penurunan jumlah kasus
DBD dan curah hujan dari Tahun 2007 sampai dengan 2012. Penurunan penurunan
kasus DBD lebih ekstrem di banding penurunan curah hujan
Angka Kemat ian
J umlah penderita yang meninggal mengalami kenaikan dari 10 orang di
tahun 2011 menjadi 22 orang di tahun 2012. Sehingga CFR DBD dari pada Tahun
2011 sebesar 0,77% naik menjadi 1,76% pada Tahun 2012 atau naik 125,7 %.
Kasus kematian terbanyak Tahun 2012 pada Bulan April dengan 6 kasus kematian.
Tahun 2011 kasus kematian terbanyak pada Bulan Maret.
Sejak Tahun 1994 sampai dengan 2012 jumlah kasus dan kematian tertinggi
pada Tahun 2010 yaitu 5.556 kasus dan 47 meninggal. IR tertinggi juga pada Tahun
2010 yaitu 368,7 per 100.000 dan CFR tertinggi pada Tahun 2006 yaitu 2,28%
Dilihat dari jumlah kejadian DBD ditingkat kota, Tahun 2011 tidak terjadi
Kejadian Luar Biasa (KLB) tetapi pada Bulan J anuari 2012 terjadi KLB. Penentuan
KLB menggunakan dasar dua kali atau lebih kasus dari periode sebelumnya (Perda
Kota Semarang no. 5 Tahun 2012 tentang Pengendalian DBD).

c. Chikungunya


Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa Incidence Rate (IR) kasus
Chikungunya di Kota Semarang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012
cenderung mengalami penurunan. Rata rata IR kasus Chikungunya dalam 5 tahun
62

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


terakhir (tahun 2007 2011) adalah 11,3 per 100.000 penduduk. Kasus tertinggi
terjadi pada tahun 2010 dengan IR 22,9 per 100.000 penduduk (345 kasus).
Sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan IR yang cukup sigifikan dari
tahun 2011 yaitu sebesar 47,5% dengan IR 3,52 per 100.000 penduduk (62 kasus).
J ika dihubungkan menurut bulan kejadian dapat dilihat bahwa kasus
Chikungunya pada tahun 2012 mengalami penurunan yang yang tajam dari Bulan
Maret ke bulan selanjutnya hingga pada Bulan J uli dan seterusnya tidak ditemukan
lagi kasus Chikungunya.

Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P
Dari tahun 2010 2012, kasus Chikungunya lebih banyak menyerang
perempuan, hal ini kemungkinan disebabkan karena perempuan lebih banyak
tinggal di rumah dibandingkan dengan laki-laki. Disamping itu kasus ini banyak
menyerang golongan usia produktif, yaitu usia 16 55 tahun.

63

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012




Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Dari peta di atas dapat dilihat bahwa kasus Chikungunya ditemukan di
kecamatan yang letaknya saling berdekatan. Terdapat 2 kecamatan yang IR
Chikungunya di atas rata rata IR Kota Semarang 5 tahun terakhir yaitu Kecamatan
Candisari dan Gayamsari. Sedangkan 5 kecamatan lainnya memiliki IR Chikungunya
di bawah rata rata IR Kota Semarang. Walaupun hanya terjadi di 7 kecamatan,
munculnya Chikungunya di kecamatan yang sebelumnya tidak ada kasus harus
tetap diwaspadai. Terutama di kecamatan yang berdekatan atau berbatasan
64

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


langsung dengan kecamatan lain yang sudah ditemukan kasus Chikungunya, seperti
pada Kecamatan Semarang Tengah dan Tembalang.

Penanganan Kasus
Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan pada setiap laporan adanya kasus
Chikungunya. Pada tahun 2012, dari 62 kasus Chikungunya yang ditemukan, hanya
61 kasus yang telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (98,4%). Hal ini
disebabkan karena ada 1 kasus yang terlambat dilaporkan dari Rumah Sakit
(dilaporkan > 1 bulan), Indikator Pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi oleh
Puskesmas antara lain target Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk PE 24 jam
dan target Rencana Strategis (Renstra) Kota Semarang untuk PE 48 jam.
Selama tahun 2012 telah dilakukan Fogging Focus di 4 wilayah Puskesmas,
yaitu Puskesmas Candi Lama, Gayamsari, Tlogosari Kulon dan Padangsari. Ketiga
kejadian di Puskesmas tersebut masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB)
Chikungunya
KLB Chikungunya pada tahun 2012 terjadi di 4 wilayah Puskesmas, yaitu
Puskesmas Candi Lama, Gayamsari, Tlogosari Kulon, dan Padangsari. Wilayah
Puskesmas Candi Lama yang mengalami KLB adalah J l. Cinde RT 5, 6, dan 7 RW
VIII, Kelurahan J omblang. Wilayah Puskesmas Gayamsari yang mengalami KLB
adalah J l. Kanguru RT 2, 3, dan 4 RW IV, Kelurahan Gayamsari. Wilayah
Puskesmas Tlogosari Kulon yang mengalami KLB adalah J l. Wahyu Temurun RT 5
RW XXI, Kelurahan Tlogosari Kulon. Sedangkan wilayah Puskesmas Padangsari
yang mengalami KLB adalah RT 8 RW II, Kelurahan Padangsari dan RT 2 RW V,
Kelurahan Pedalangan.

d. Rabies
Selama empat tahun terakhir (2009-2012) angka GHPR Gigitan Hewan
Penular Rabies Kota Semarang mengalami peningkatan, tahun 2009 kasus GHPR
sebanyak 9 kasus, tahun 2010 sebanyak 19 kasus, tahun 2011 sebanyak 38 kasus
dan tahun 2012 sebanyak 36 kasus. J ika dibandingkan GHPR tahun 2011 dan tahun
2012 terdapat penurunan kasus sebanyak 2 (5.3%) sebagaimana dapat dilihat pada
grafik dibawah ini:



65

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

L
22
61%
P
14
39%
3; 8%
4; 11%
15;
42%
8;
22%
6; 17%
0-5 6-15 16-34 35-54 55












Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Kasus GHPR Kota Semarang tahun 2012 menurut jenis kelamin
sebagaimana pada grafik dibawah, laki-laki sebanyak 22(61%), sedang perempuan
sebanyak 14 (39%). Dari grafik juga dapat dilihat kasus GHPR kota Semarang tahun
2012 menurut golongan umur, tertinggi kasus berumur 16-34 tahun sebanyak 15
kasus (42%), sedang terendah kasus GHPR berumur 0-5 tahun sebanyak 3 kasus
(8%).

Menurut pemetaan distribusi kasus GHPR di Kota Semarang tahun 2011 dan
tahun 2012 terdapat pengelompokan kasus yaitu diwilayah tengah Kota Semarang,
dimana diwilayah tersebut merupakan tempat hunian padat dan banyak yang
memelihara hewan penular rabies (Anjing, kera dan kucing).

0
5
10
15
20
25
30
35
40
2009 2010 2011 2012
9
19
38
36
Grafik GHPR tahun 2009-2012
66

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012



Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P

Dari total kasus GHPR Kota Semarang tahun 2012, sebanyak 35 (97%)
kasus GHPR diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) sedangkan 1 (3%) kasus GHPR
tidak diberikan VAR karena luka garukan atau lecet/luka kecil disekitar tangan dan
kaki serta keadaan hewan pada waktu menggigit dalam kondisi sehat (Tdk ada
perubahan tabiat, senang bersembunyi ditempat-tempat yang gelap dan dingin, tdk
menyerang dan menggigit apa saja yang dijumpai, tdk kejang-kejang dll). Kasus
diberikan VAR kurang dari 24 jam sejak diinformasikan.

e. Leptospirosis
Kasus Leptospirosis di Kota Semarang meningkat dari tahun 2007 sampai
dengan 2009, terjadi penurunan pada tahun 2010 dan 2011,kasus meningkat
kembali pada tahun 2012, sedangkan untuk angka kematian mengalami peningkatan
yang cukup tinggi dari tahun 2010 ke tahun 2011,dan kembali menurun pada tahun
2012, hal ini kemungkinan disebabkan karena ketidaktahuan penderita atau
pengetahuan masyarakat tentang penyakit Leptospirosis sehingga terjadi
keterlambatan dalam penanganannya.

3
Mijen
Rowosari
Podorejo
Wates
Sekaran
Meteseh
Kandri
Tugurejo
Ngaliyan
Ngijo
Wonosari
Sadeng
Wonoplumbon
Sukorejo
Pesantren
Gunungpati
Gondoriyo
J angli
Pudak Payung
J atisari
Tambakharjo
Plalangan
Patemon
Kudu
Tambak Aji
Randugarut
Sendangmulyo
Trimulyo
Sumurrejo
Bulusan
Mangunharjo
J abungan
Cepoko
Wonolopo
Kramas
Karanganyar
Tanjungmas
Ngesrep
Bubakan
Genuksari
Cangkiran
Kalipancur
Tandang
Tlogomulyo
Kalicari
Purwoyoso
J erakah
Tlogosari Kulon
Kemijen
Muktiharjo Kidul
Tambangan
Candi
Bongsari
Tegalsari
Tawangmas
Krobokan
Keterangan
Tdk ada kasus
Ada Kasus
N
E W
S
Peta GHPR tahun 2012
67

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012



Kasus leptospirosis di Kota Semarang menyebar di 21 Puskesmas dari 37
Puskesmas,seperti terlihat pada grafik dibawah. Berdasarkan IR atau angka
kesakitan Leptospirosis tahun 2012, ada 14 Puskesmas dengan IR 0,1 - 10 /100.000
penduduk yaitu Puskesmas Bandarharjo, Gayamsari, Pegandan, Tlogosari Kulon,
Bulu Lor, Banget Ayu, Kagok, Ngesrep, Poncol, Karangdoro, Lamper Tengah,
Tlogosari Wetan, Mijen, Tambak Aji, sedangkan 7 Puskesmas dengan IR >
10/100.000 pendududk, yaitu Puskesmas Kedung Mundu, Halmahera, Pandanaran,
Ngemplak Simongan, Candi Lama, Sekaran, dan Bugangan. Berdasarkan
Internasional Leptospirosis Society ( ILS ) IR <10 / 100.000 penduduk adalah rendah
dan >100 / 100.000 penduduk adalah tinggi.











0
50
100
150
200
250
2007 2008 2009 2010 2011 2012
P 8 178 235 71 70 81
M 1 8 9 6 25 14
CFR 13 4 5 8 36 17
GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS 2007-2012
68

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012



Kasus leptospirosis berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2012 lebih
banyak yang laki-laki yaitu sebanyak 43 kasus ( 53 % ) dibandingkan perempuan 38
kasus ( 47 % ). Sedangkan kjasus bnerdasarkan kelompok umur yang tertertinggi
adalah kelompok umur >50 th, yaitu sebanyak 40 kasus ( 49 % ) , sedangkan kasus
terendah pada kelompok umur 11 20 tahun yaitu sebanyak 3 kasus ( 4 % ). Hal ini
menunjukkan bahwa penyakit Leptospirosis dapat menyerang segala umur bahkan
balita, seperti terlihat pada grafik di atas.

f. Flu Burung
Kota Semarang tahun 2012 tidak ditemukan adanya konfirm flu burung tetapi
ada beberapa wilayah kelurahan yang melaporkan tentang adanya unggas yang mati
dan setelah dilakukan pemeriksaan rapid hasilnya negatif H5N1 sedang yang
dicurigai suspek flu burung 1 orang.
Suspec flu burung di Kota Semarang selama tahun 2009-2012 terjadi
penurunan, tahun 2009 sebanyak 8 suspec, tahun 2010 sebanyak 3 suspec, tahun
2011 sebanyak 1 suspec dan tahun 2012 sebanyak 1 suspek flu burung dan berjenis
kelamin perempuan. Sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini:









LAKI-
LAKI
53%
PEREM
PUAN
47%
GRAFIKKASUSLEPTOSPIROSISBERDASARKAN
JENISKELAMIN 2012
17%
4%
5%
11%
14%
49%
GRAFIK KSSLEPTOSPIROSIS
BERDASARKAN GOL.UMUR 2012
0-10
11-20
21-30
31-40
41-50
>50
0
2
4
6
8
2009 2010 2011 2012
P 5 0 0 1
L 3 3 1 0
69

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Distribusi kasus suspec flu burung Kota Semarang tahun 2011 berasal dari
kelurahan Karangroto sedang pada tahun 2012 berasal dari kelurahan Pindrikan
kidul.
Peta kasus suspec flu burung kota Semarang tahun 2011-2012

Tahun 2011 Tahun 2012


Kecamatan di Kota Semarang yang positif H5N1 pada unggas tahun 2011
sebanyak 14 kecamatan (87,5%) dan yang negatif sebanyak 2 kecamatan (12,5%),
sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 15 kecamatan (93,7%) dan hanya 1
kecamatan yang masih negatif yaitu Kecamatan Semarang Timur. J umlah laporan
kematian unggas di Kota Semarang tahun 2012, kelurahan Mangkang Wetan
sebanyak 157 ekor, kelurahan Karangroto sebanyak 120 ekor, dan kelurahan
Mangunharjo Kec Tugu sebanyak 43 ekor.

g. Penyakit Tidak Menular
Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring
meningkatnya frekuensi kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi
perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yang
dikenal sebagai transisi epidemiologi. Penyakit tidak menular yang utama
adalah penyakit jantung termasuk kardiovaskuler, paru-paru terutama yang
kronis, stroke dan kanker. Dan angka penyakit tidak menular di Indonesia
terus meningkat, pada Tahun 2009 kematian akibat penyakit tidak menular
sebesar 993 kasus, Tahun 2010 sebesar 907 kasus, Tahun 2011 sebesar
1.077 kasus dan tahun 2012 meningkat menjadi 2.084 kasus.


PindrikanKidul
ket erangan.shp
tdk adasuspek
adasuspek
N
E W
S
70

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012




Sumber: Seksi PP Bidang P2P

Selama tahun 2008 2012 grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh grafik
di atas. Pola beraturan serta berulang, di mana angka tertinggi selama lima tahun
tersebut terdapat pada kasus karena Hipertensi dan Diabetes mellitus. Persentase
kedua penyakit tersebut sebagai berikut : Tahun 2008 Hipertensi 42,9 % ; Diabetes
mellitus 21,1 %. Tahun 2009 Hipertensi 44,9% ; Diabetes mellitus 21,3 %. Tahun
2010 Hipertensi 46,8 % ; Diabetes mellitus 20,5 % ; Tahun 2011 Hipertensi 42,4% ;
Diabetes 19,7% ; dan Tahun 2012 Hipertensi 49,1%, Diabetes mellitus 20,7%.

0
20000
40000
60000
80000
100000
120000
Angina
pektori
s
IMA Dekom
kordis
Hiperte
nsi ess
Hiperte
nsi lain
stroke
hem
Stroke
non
hem
DM
TGT
INS
DM
NON
INS
2008 5886 2419 10124 92145 38538 3493 9988 25067 39109
2009 5630 2033 6315 99738 13799 2767 8235 13632 40295
2010 3672 1847 4349 89412 18427 2026 7116 9504 37759
2011 6736 2130 9944 106977 21617 2507 12183 14326 45551
2012 2577 1182 1347 34202 2973 987 3092 976 14648
DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2008 S/D 2012
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
Ca hati Ca
bronk
Ca
mamm
ae
Ca
servic
PPOM Asma KLL Psikosis Osteop
orosis
2008 300 265 5367 5939 4673 19367 10500 31299
2009 299 237 3249 3505 4903 17271 9423 21476
2010 222 268 2349 2782 2846 14568 8753 24388
2011 332 451 4946 5155 4249 17670 8785 39935
2012 292 186 998 482 1342 5674 3659 1023 1559
DISTRIBUSI KASUS PTM TAHUN 2008 S/D 2012
71

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012





























Sumber: Seksi PP Bidang P2P

Berdasarkan kelompok umur, kasus penyakit tidak menular banyak terjadi
pada penderita golongan umur 45 64 tahun, hal ini dimungkinkan karena pada
umur tersebut seseorang banyak melakukan aktivitas namun tidak diimbangi oleh
pola hidup sehat. Kasus usia muda dengan penyakit jantung dan pembuluh darah
72

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

(Hipertensi, Stroke, Angina, Dekompensasio Cordis, Diabetes Mellitus) kemungkinan
disebabkan karena kasus bawaan lahir atau diturunkan oleh orang tuanya.




















Selama tahun 2007 2011 grafik kasus karena PTM ditunjukkan oleh





Sumber: Seksi PP Bidang P2P

Berdasar grafik kematian tahun 2012, urutan kematian karena penyakit tidak
menular adalah : jantung dan pembuluh darah ( 1344 ), diabetes mellitus ( 286 ),
kanker ( 229 ), PPOM (66), kecelakaan lalu lintas ( 52 ), dan asma ( 38 ), serta
psikosis ( 12 ).

0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Ca hati Ca
Bronchu
s
Ca
mamma
e
Ca
Cerviks
PPOK Asma
Bronkial
e
Kecelak
aan
Lalin
Psikosis Osteopo
rosis
L 169 114 13 0 827 2490 2049 533 405
P 123 72 985 482 515 3184 1610 490 1154
KASUS PTM BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012
73

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

































Berdasarkan grafik CFR PTM Kota Semarang di atas, urutan kematian PTM
pertama dan kedua adalah penyakit stroke haemorragie dan kanker bronkus dan
paru.
0
50
100
150
200
250
300
Angina
pektoris
IMA Dekom
kordis
Hiperten
si ess
Hiperten
si lain
stroke
hem
Stroke
non
hem
DM TGT
INS
DM
NON INS
2007 18 98 33 57 18 225 126 36 62
2008 20 74 72 48 14 197 160 18 67
2009 12 77 33 111 15 183 163 26 56
2010 28 80 32 53 13 199 147 60 25
2011 28 80 32 140 15 199 162 53 37
2012 54 193 128 275 162 298 234 106 180
GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG
TAHUN 2007-2012
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ca hati Ca bronk Ca
mammae
Ca servic PPOM Asma KLL Psikosis
2007 19 11 69 23 47 21 81 0
2008 18 16 61 36 29 11 88 1
2009 26 20 60 38 36 38 97 2
2010 19 28 41 50 36 15 78 3
2011 18 48 58 48 46 27 86 0
GRAFIK KEMATIAN AKIBAT PTM DI KOTA SEMARANG
TAHUN 2007-2012
74

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012






Secara umum upaya kesehatan terdiri dari atas dua unsur utama, yaitu upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan
masyarakat adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau
masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya
kesehatan masyarakat mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, pemberantasan penyakit menular, pengendalian penyakit tidak menular,
penyehatan lingkungan dan penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat,
kesehatan jiwa, pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan, pengamanan
penggunaan zat adiktfi dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika,
psikotropika, zat adiktif dan bahan berbahaya, serta penanggulangan bencana dan
bantuan kemanusiaan.
Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh
pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan. Upaya kesehatan perorangan mencakup upaya-upaya
promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan rawat jalan, pengobatan
rawat inap, pembatasan dan pemulihan kecacatan yang ditujukan terhadap
perorangan.
Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun
terakhir, pada tahun 2012.

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
1. Pelayanan KIA
a. Pelayanan Kesehatan Antenatal
Cakupan pelayanan antenatal dapat dipantau melalui pelayanan kunjungan
baru ibu hamil K1 untuk melihat akses dan pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai
standar paling sedikit empat kali (K4) dengan distribusi sekali pada triwulan
pertama, sekali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga.
SITUASI UPAYA KESEHATAN
KOTA SEMARANG
BAB
I V
75

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Pelayanan yang diberikan oleh petugas kesehatan pada ibu hamil yang
berkunjung ke tempat pelayanan kesehatan atau antenatal care (ANC) meliputi
penimbangan berat badan, pemeriksaan kehamilannya, pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi TT dan konsultasi.
Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2012 adalah
27.889 meningkat jika dibanding dengan tahun 2011 adalah 26.743 bumil
(94,4%). Faktor pendukung dalam hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya
kesadaran ibu hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke sarana pelayanan
kesehatan yang ada dan adanya dukungan peningkatan kualitas pelayanan ANC
oleh petugas puskesmas. Cakupan K4 Puskesmas dari rentang antara yang
terendah adalah Puskesmas Purwoyoso (73,1%) dan yang tertinggi adalah
Puskesmas Karangdoro (143,1%).

b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin
Pertolongan Persalinan
Upaya untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Ibu Maternal, salah
satunya melalui persalinan yang sehat dan aman, yaitu persalinan yang ditolong
oleh tenaga kesehatan (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan,
pembantu bidan, dan perawat bidan) maupun dengan dukun terlatih yang
didampingi oleh tenaga kesehatan.
J umlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang
pada tahun 2012 adalah 26.618 (98,2%) dari 27.108 ibu bersalin. Hal ini berarti
meningkat jika dibanding dengan tahun 2011 sejumlah 25.972 (96,1%) dari
27.032 total persalinan. Pencapaian ini didukung dengan tersedianya Bidan di
seluruh Puskesmas dengan perbandingan Puskesmas dan Bidan yaitu 1 : 4.
Disamping itu jumlah Rumah Sakit dan Rumah Bersalin di Kota Semarang yang
telah mencukupi.

c. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
J umlah pelayanan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan adalah
21.398 orang atau 78,9% dari total ibu nifas yang berjumlah 27.108 orang.

d. Pelayanan Komplikasi Maternal
Yang dimaksud dengan risiko tinggi pada ibu hamil adalah keadaan ibu hamil
yang mengancam kehidupannya maupun janinnya, misalnya umur, paritas,
76

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


interval dan tinggi badan. Prosentase sasaran ibu hamil risiko tinggi adalah 20%
dari ibu hamil yang ada di masyarakat. Pada tahun 2012 jumlah neonatal risti
yang ditangani sebesar 3.095 kasus atau 54,5% dari total 5.680 komplikasi
kebidanan. Adapun jumlah ibu hamil adalah 28.399 orang.

e. Pelayanan Neonatal Komplikasi
Pada tahun 2012 jumlah neonatal risti yang ditangani sebesar 2.785 kasus
atau 67,5 % dari total perkiraan 4.128 neonatal, meningkat dari tahun 2011 jumlah
neonatal risti yang ditangani sebesar 2.187 (56,4%) dari total perkiraan 3.878
neonatal komplikasi. J ika dibandingkan dengan tahun 2010 dengan jumlah ibu
hamil risiko tinggi/ komplikasi yang ditemukan di Kota Semarang sebesar 5.663
orang dan bumil risti/ komplikasi yang dirujuk yaitu sebanyak 79,99%
menunjukkan ada penurunan kasus.

f. Kunjungan Neonatal
Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2012
adalah 27.035 atau (98,5%) dari 27.448 bayi lahir hidup, mengalami kenaikan jika
dibanding tahun 2011 sebesar 24.127 (96,75%). Sedangkang KN3 tahun 2012
adalah 25.533 (93%) mengalami kenaikan jika dibanding tahun 2011 yaitu
sebesar 23.317 (90,2%) dan tahun 2010 sebanyak 24.910 anak.
Namun demikian kondisi saat ini berupa meningkatnya kesadaran
masyarakat akan kesehatan neonatus, peningkatan pelayanan kesehatan
terutama kesehatan anak (neonatus, bayi, balita) di Puskesmas, dan adanya
pemeriksaan kunjungan ke rumah oleh tenaga kesehatan bagi neonatus yang
tidak dapat berkunjung ke puskesmas serta sistem pencatatan dan pelaporan
(PWS KIA) yang sudah berjalan dengan baik.

g. Pelayanan Kesehatan Bayi
Kunjungan bayi adalah kunjungan bayi (0 11 bulan) yang memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan, paling
sedikit 4 kali. Hasil cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2012
adalah 25.680 atau 99,3% dari 25.852 bayi yang ada. Hal ini menunjukkan
peningkatan jika dibanding dengan tahun 2011 yang sebesar 25.636 (99,2%) dari
total jumlah 25.852 jumlah bayi.

77

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


h. Pelayanan Kesehatan Balita
Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) anak balita dan pra sekolah adalah
anak umur 1 6 tahun yang dideteksi dini tumbuh kembang sesuai dengan
standar oleh tenaga kesehatan, paling sedikit 2 kali. Pelayanan DDTK anak balita
dan prasekolah meliputi kegiatan deteksi dini masalah kesehatan anak
menggunakan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), monitoring pertumbuhan
menggunakan Buku KIA/KMS dan pemantauan perkembangan (motorik kasar,
motorik halus, bahasa dan sosialisasi dan kemandirian), penanganan penyakit
sesuai MTBS, penanganan masalah pertumbuhan, stimulasi perkembangan anak
balita dan prasekolah, pelayanan rujukan ke tingkat yang lebih mampu.
Hasil pelayanan kesehatan balita minimal 8 kali di peroleh cakupan tahun
2012 adalah 71.512 atau (80,8 %). Sedangkan hasil cakupan deteksi dini tumbuh
kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak
86.904 (78,5%) bayi ditimbang dari total balita yang ada berjumlah 110.694 anak.
Adapun jumlah balita yang ditimbang bulan ini dikurangi dengan balita yang
ditimbang bulan ini tetapi tidak datang pada bulan sebelumnya adalah 78.351.
Dari angka tersebut sebanyak 69.210 (79,7%) balita dengan BB naik. Sedangkan
1.261 atau 1,6% mengalami BGM. Data secara terperinci dapat dilihat pada tabel
44.

i. Pelayanan Kesehatan pada siswa SD
Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas diperoleh hasil sebanyak 25.019 murid
SD atau 98,8 % dari 25.369 murid SD keseluruhan. Dari capaian ini dapat
disimpulkan bahwa pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 sudah optimal.

2. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)
Sebagai upaya mengendalikan jumlah kelahiran dan mewujudkan keluarga kecil
yang sehat dan sejahtera, pemerintah melakukan konsep pengaturan jarak kelahiran
atau pembatasan kelahiran dengan program Keluarga Berencana (KB).
a. J umlah Pasangan Usia Subur (PUS)
Pada tahun 2012, jumlah PUS yang berhasil didata oleh Puskesmas
sebanyak 259.120, angka ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
tahun 2011, yaitu sebanyak 246.618. Yang menjadi peserta KB baru sebanyak
78

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

36.298 orang (14%) dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina sebesar 194.423
orang (75,0%).

b. Peserta KB Baru
Dari 36.298 peserta KB Baru, secara rinci mix kontrasepsi yang digunakan
adalah sebagai berikut :
- Suntik : 55,7%
- Pil : 16.4%
- Kondom : 8,0%
- IUD : 10,4%
- Implant : 5,5%
- MOW : 3,9%
- MOP : 0,1%

c. Peserta KB Aktif
Hasil pembinaan peserta KB Aktif selama tahun 2012 sebesar 194.423
dengan mix kontrasepsi sebagai berikut :
- Suntik : 58,1%
- Pil : 15,5%
- IUD : 6.8%
- Implant : 5.9%
- Kondom : 8,3%
- MOW : 4,4%
- MOP : 1,2%

Dari data diatas menunjukkan bahwa selama tahun 2012, pemakaian
kontrasepsi suntik merupakan yang tertinggi karena sifatnya yang praktis dan juga
cepat dalam mendapatkan pelayanannya. Apabila dibandingkan dengan data
tahun 2011, kontrasepsi suntik juga masih menduduki peringkat teratas,
sedangkan kontrasepsi pria merupakan yang paling sedikit digunakan yaitu
kondom dan MOP. Hal ini disebabkan banyak suami masih menganggap bahwa
istri saja yang mempunyai kewajiban untuk menggunakan kontrasepsi sebagai
upaya pengaturan kelahiran.


suntik
pil
kondom
IUD
Implan
MOW
MOP
suntik
pil
kondom
IUD
Implan
MOW
79

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


3. Pelayanan Imunisasi
Untuk menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak
balita perlu dilaksanakan program imunisasi untuk penyakit-penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus,
Hepatitis B, Polio dan campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar
lengkap terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.
Untuk menilai kelengkapan imunisasi dasar bagi bayi, biasanya dilihat dari cakupan
imunisasi DPT3 +HB, Polio 4 dan Campak 80%.
Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 +HB3 pada tahun 2012 sebesar 29.663
(211,8%) meningkat jika dibanding tahun 2011 yang sebesar 28.022 anak
(191,27%), Cakupan imunisasi campak sebesar 29.473 (210,5%) meningkat dari
tahun 2011 yaitu 26.779 (182,2%) dari sasaran sejumlah 14.002 bayi. Adapun DO
Rate yang didapat selama tahun 2012 adalah -0,2 dari batasan -5 > 0 >5, hal ini
berarti masih baik. Dari data tersebut maka cakupan imunisasi di Kota Semarang
pada bayi telah dilaksanakan secara lengkap dan memenuhi target yang ada.
Program imunisasi dapat berjalan secara efektif dan memberikan dampak
penurunan kejadian penyakit apabila kelengkapan imunisasi telah terlaksana dan
mutu pelayanan imunisasi diterapkan sesuai standar, terutama dalam penangan cool
chain. Strategi operasional pencapaian cakupan tinggi dan merata dapat dilihat dari
pencapaian Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Tahun 2012 jumlah
desa/kelurahan yang sudah mencapai UCI dengan kriteria cakupan DPT 3, polio dan
Campak 80% sebanyak 177 kelurahan (100%) dari 177 kelurahan yang ada,
jumlah ini sama dari Tahun 2011 dan tahun 2010 yaitu 177 kelurahan (100%).
Hasil imunisasi ibu hamil pada tahun 2012 sebesar 15.969 (56 %) TT 1 dengan
target 85 % dan TT 2 14.653 (52 %).
80

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012




Pencapaian hasil Imunisasi kontak lengkap di Kota Semarang mulai tahun 2008
sudah mencapai target minimal yaitu 95%. Dibandingkan dengan tahun 2011,
cakupan imunisasi kontak lengkap tahun 2012 meningkat.









TT1 TT2 TT3 TT4 TT5
2008 79 73 11 6 4
2009 52 48,5 8 5 3
2010 59,7 53 9,2 5,1 3,2
2011 61,9 58,4 15 7,4 3,1
2012 56 52 13 7 4,5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
P
R
O
S
E
N
T
A
S
E
GRAFIK CAKUPAN TT1-TT5 DI KOTA SEMARANG
TAHUN 2008-2012
2008 2009 2010 2011 2012
DPT HB 3 108 103 107 109 114
POLIO 4 108 103 102 105 115
CAMPAK 110 106 108 104 114
Target 90 90 90 90 90
0
20
40
60
80
100
120
140
P
R
E
S
E
N
T
A
S
E
GRAFIK CAKUPAN IMUNISASI KONTAK LENGKAP DI KOTA
SEMARANG TAHUN 2008-2012
81

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012
























B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN
1. Kunjungan Pelayanan Kesehatan
Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan oleh penduduk dapat diperoleh
dari data kunjungan di sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas & Rumah Sakit)
baik kunjungan rawat jalan dan rawat inap. Pada tahun 2012 total kunjungan
tingkat Kota Semarang pada unit rawat jalan sebesar 2.845.274 kunjungan
mengalami peningkatan dibanding tahun 2011 yaitu 1.398.308 kunjungan dan
2010 yaitu sebanyak 1.439.924.
Sedangkan untuk kunjungan rawat inap pada tahun 2012 sebesar 388.858
kunjungan. Namun demikian kunjungan pasien di pelayanan kesehatan ini belum
bisa menunjukkan kunjungan khusus warga Kota Semarang karena berbagai
macam faktor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada lampiran tabel 58.

99
Bandarharjo
Bangetayu
Bugangan
BuluLor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
Ngaliyan
Ngemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak Payung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
Tambakaji
Tlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shp
0 - 94
95 - 99
100 - 300
N
CAKUPAN BCG TH 2012
Bandarharjo
Bangetayu
Bugangan
BuluLor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
Ngaliyan
Ngemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak Payung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
Tambakaji
Tlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shp
0 - 89
90 - 94
95 - 300
N
CAKUPAN DPT-HB 3 TH 2012
99 Bandarharjo
Bangetayu
Bugangan
Bulu Lor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
GunungPati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
Ngaliyan
Ngemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak Payung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
Tambakaji
Tlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shp
0 - 89
90 - 94
95 - 300
N
CAKUPAN CAMPAK TH 2012
99 Bandarharjo
Bangetayu
Bugangan
BuluLor
Candi Lama
Gayamsari
Genuk
Gunung Pati
Halmahera
Kagok
Karanganyar
Karangayu
Karangdoro
Karangmalang
Kedungmundu
Krobokan
Lamper Tengah
Lebdosari
Mangkang
Manyaran
Mijen
Miroto
Ngaliyan
Ngemplak Simg
Ngesrep
Padangsari
Pandanaran
Pegandan
Poncol
Pudak P ayung
Purwoyoso
Rowosari
Sekaran
Srondol
Tambakaji
Tlogosari Kulon
Tlogosari Wetan
Sum2.shp
0 - 89
90 - 94
95 - 300
N CAKUPAN POLIO 4 TH 2012
82

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012



2. Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Indikator pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dilihat dari angka BOR,
LOS, TOI, GDR, dan NDR. Adapun data pemanfaatan Rumah Sakit di Kota
Semarang dapat dilihat dari beberapa indikator kinerja sebagai berikut:
a. Bed Occupat ion Rate (BOR), standar yang ideal untuk suatu Rumah
Sakit adalah antara 70% s.d 80%. Manfaat Angka Penggunaan Tempat Tidur
(BOR ) adalah untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah
Sakit. Berdasarkan data yang dilaporkan prosentase BOR yang digunakan
pada penderita Rawat Inap di Rumah Sakit se- Kota Semarang pada tahun
2012 mencapai 73,7 % mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang
sebesar 62,6 dan tahun 2010 yang mencapai 60,2% dengan jumlah tempat
tidur sebanyak sebesar sebanyak 3.911 buah. Capaian angka ini belum
dapat mencapai standar yang ideal untuk Rumah Sakit. Hal ini menunjukkan
bahwa pemanfaatan tempat tidur pada Rumah Sakit di Kota Semarang belum
dimanfaatkan secara optimal.

b. Lengt h Of St ay ( LOS) adalah rata-rata dalam 1 (satu) tempat tidur
dihuni oleh 1 (satu) penderita rawat inap yang dihitung dalam hari dengan
standar ideal antara 6 9 hari. Manfaat LOS adalah untuk mengukur efisiensi
pelayanan Rumah Sakit, dan untuk mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit.
Berdasarkan data yang dilaporkan pencapaian LOS RS tahun 2012 sebesar
5,6 hari sedikit mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang mencapai 4,8
hari. Cakupan pencapaian tersebut dapat diartikan bahwa penggunaan
tempat tidur di RS di Kota Semarang belum memenuhi standar ideal.

c. Turn of Int er val (TOI) adalah rata-rata tempat tidur tidak ditempati
dengan standar ideal antara 1 3 hari. TOI untuk Kota Semarang pada tahun
2012 sebesar 2,0 hari sedikit mengalami perbaikan jika dibanding tahun 2011
sebesar 2,9 hari, dan tahun 2010 yang sebesar 3,4 hari. Angka ini dapat
diartikan bahwa pemakaian tempat tidur di Rumah Sakit sudah optimal.

d. Gross Death Rat e (GDR), adalah angka kematian untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar maksimum adalah 45. Manfaat GDR (Gross Death Rate)
untuk mengetahui mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Angka ini bisa
untuk menilai mutu pelayanan jika angka kematian kurang dari 48 jam
83

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


rendah. Berdasarkan data yang dilaporkan GDR Kota Semarang pada tahun
2012 sebesar 3,5 % sedikit mengalami peningkatan dibanding 2011 sebesar
3,07 % namun sedikit mengalami penurunan kasus jika dibandingkan tahun
2010 sebesar 3,73 %.

e. Neat h Death Rat e (NDR), manfaat NDR adalah untuk mengetahui mutu
pelayanan / perawatan Rumah Sakit. Semakin rendah NDR suatu Rumah
Sakit, berarti bahwa mutu pelayanan / perawatan Rumah Sakit makin baik.
NDR yang masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 penderita
keluar. Pencapaian NDR di Kota Semarang pada tahun 2012 sebesar 2,1 %
mengalami peningkatan dari tahun 2011 yang sebesar 1,66 %, namun
mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2010 yang sebesar 24,8
permil. Namun demikian secara keseluruhan pelayanan rumah sakit di Kota
Semarang masih tergolong baik.

3. Pelayanan Kesehatan Gigi & Mulut
Kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di sarana
pelayanan kesehatan pada tahun 2012 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap
sejumlah 6.186 kasus, pencabutan gigi tetap 8.936 kasus, dengan rasio untuk
tumpatan/pencabutan dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,7 sedikit
mengalami peningkatan dari tahun 2011 sebesar 0,5.
Terhadap pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan
kesehatan gigi terhadap 23.766 siswa (16,6%), dari total 142.553 anak SD/MI.
Dari jumlah tersebut terdapat 6.329 siswa perlu perawatan dan yang telah
mendapatkan perawatan sebanyak 2.658 siswa (42.0%). Berkaitan dengan
kegiatan sikat gigi massal, diperoleh hasil sejumlah 259 SD/MI telah melakukan
kegiatan tersebut atau 42,8 % dari total 605 SD/MI. Namun demikian sudah 100
% SD/MI mendapat pelayanan kesehatan gigi.
Berdasarkan data yang ada kesehatan gigi dan mulut masih belum menjadi
alasan penting masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Selain itu
pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masih belum
terlaksana dengan baik sehingga sering terjadi keterlambatan dalam
pelaporannya. Untuk itu perlu adanya peningkatan pelayanan kesehatan gigi
mulut khususnya pada upaya kesehatan secara promotif dan preventif,
84

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

peningkatan kemampuan tenaga kesehatan serta peningkatan kualitas
pencatatan dan pelaporan yang ada.

C. PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT
J aminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (J PKM) merupakan upaya
pemeliharaan kesehatan secara paripurna, terstruktur yang dijamin kesinambungan
dan mutunya dimana pembiayaannya dilaksanakan secara pra upaya yang bertujuan
tidak hanya sekedar menyembuhkan penyakit tetapi juga dituntut aktif untuk
berusaha meningkatkan derajad kesehatan dan mencegah peserta agar tidak jatuh
sakit.
Program J amkesmas diselenggarakan untuk memberikan kemudahan dan
akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas kesehatan
yang melaksanakan program J amkesmas, mendorong peningkatan pelayanan
kesehatan yang terstandar dan terkendali mutu dan biayanya, dan terselenggaranya
pengelolaan keuangan negara yang transparan dan akuntabel. Sasaran atau kuota
J amkesmas Kota Semarang tahun 2012 sebanyak 306.700 jiwa.

Gambaran Kepersertaan J aminan Kesehatan Kota Semarang 2012

Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan

Program J amkesmas 2011 dikembangkan dengan memberikan J aminan
Persalinan bagi semua kehamilan/persalinan (yang belum memiliki J aminan
Persalinan). J aminan Persalinan yang memberikan pelayanan kepada seluruh ibu
hamil yang melahirkan dimana persalinannya ditolong tenaga kesehatan di fasilitas
kesehatan pemerintah dan swasta.

306700; 20%
91309; 6%
228732; 15%
202754; 13%
7000; 1%
670429; 45%
jaminan kesehatan
masyarakat
jaminan kesehatan
masyarakat Kota
Askes
Jamsostek
PT. HatimasSetia
belumterjamin
85

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012


Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan

J aminan Kesehatan Masyarakat Kota (J amkesmaskot) merupakan
Pengembangan program jaminan kesehatan di daerah (J amkesda) dalam upaya
menuju pencapaian kepesertaan semesta (universal coverage) sebagaimana
amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem J aminan Sosial
Nasional (SJ SN). Dalam rangka memperluas cakupan kepesertaan di luar kuota
sasaran yang sudah tercakup dalam program J amkesmas (Nasional).
Kota Semarang merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi J awa
Tengah yang telah mengembangkan sistem jaminan sosial bagi masyarakatnya.
Sistem jaminan kesehatan di Kota Semarang terbentuk dengan terbitnya Peraturan
Walikota Semarang Nomor 28 Tahun 2009 yang dikenal dengan nama J aminan
Kesehatan Masyarakat Kota Semarang (J amkesmaskot).
J umlah warga miskin Kota Semarang Tahun 2012 (kuota) yang ditanggung
pembiayaan kesehatannya oleh Pemerintah Pusat adalah 306.700 jiwa, sedangkan
warga miskin Kota Semarang berdasarkan hasil validasi data tahun 2011 adalah
448.398 jiwa sehingga ada 141.698 jiwa yang menjadi tanggung jawab Pemerintah
Kota dalam pelayanan kesehatan.
Cakupan kunjungan J amkesmas di pelayanan dasar Kota Semarang tahun
2012 untuk rawat jalan mengalami penurunan dibanding 2011, sebagaimana grafik
berikut:
887; 2%
38; 0% 1; 0%
1001; 2%
7424; 14%
24,481,
45%
20.238 ; 37%
CAKUPAN PELAYANAN JAMPERSAL DI PELAYANAN DASAR
KOTA SEMARANG TAHUN 2012
Peserta Jampersal dirujuk
Tindakan Pasca Persalinan
(Manual Placenta)
Tindakan Emergensi Dasar
di Poned
Pra Rujukan
PARTUSNORMAL
PNC
ANC
86

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012


Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan

Cakupan kunjungan pelayanan jamkesmaskot bagi warga miskin Kota
Semarang tahun 2012 sebanyak 23.700 kunjungan, yang terdiri dari kunjungan
warga miskin yang masuk data base sebanyak 15.496 kunjungan (65,38 %) dan
yang menggunakan SKTM sebanyak 8.204 kunjungan (34,62 %). Kunjungan
pelayanan kesehatan ini bila dibandingkan jumlah warga miskin yang memanfaatkan
(utility) maka rata rata per orang memanfaatkan 3,6 kali kunjungan per tahun.

D. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
1. Pemberian Tablet Tambah Darah Pada Ibu Hamil (Fe)
Anemia Gizi adalah rendahnya kadar Haemoglobin (Hb) dalam darah yang
disebabkan karena kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk pembentukan Hb
tersebut. Di Indonesia sebagian besar anemia ini disebabkan karena kekurangan zat
besi (Fe) hingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi. Untuk
penanggulangan masalah ini telah dilakukan intervensi dengan distribusi tablet Fe.
Cakupan pemberian tablet Fe terkait erat dengan pelayanan antenatal care (ANC).
Analisis cakupan K4 dengan Fe3 sering menunjukkan adanya kesenjangan yang
cukup besar, hal ini mungkin disebabkan karena belum optimalnya koordinasi lintas
program terkait atau pencatatan dan pelaporan cakupan Fe ibu hamil belum
terlaporkan dengan baik.
Pada tahun 2012 cakupan untuk pemberian tablet Fe 3 sebanyak 27.221 atau
95,85 % meningkat dari tahun 2011 dimana cakupan untuk pemberian tablet Fe 3
sebanyak 25.397 bumil atau (89,67%) dari 28.323 ibu hamil. Hal ini menunjukkan
bahwa penjaringan pertama pada ibu hamil sudah dapat dilaksanakan sesuai target.
-
100.000
200.000
300.000
400.000
2011 2012
RAWAT JALAN 389.535 294.175
RAWAT INAP 1.176 1.563
DIRUJUK 97
GRAFIK CAKUPAN KUNJUNGAN JAMKESMAS DI
PELAYANAN DASAR KOTA SEMARANG TAHUN 2011-
2012
87

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Dari data yang ada diperoleh bahwa cakupan pemberian Fe3 kepada ibu hamil
tertinggi diperoleh oleh Puskesmas Bugangan sejumlah 125,97% dan terendah pada
puskesmas miroto sebesar 73,79%.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A
Tujuan pemberian kapsul Vitamin A adalah untuk menurunkan prevalensi dan
mencegah kekurangan vitamin A (KVA) pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi
terbukti efektif untuk mengatasi masalah KVA pada masyarakat apabila cakupannya
tinggi. Bukti-bukti lain menunjukkan peranan vitamin A dalam menurunkan angka
kematian yaitu sekitar 30%-54%, maka selain untuk mencegah kebutaan, pentingnya
vitamin A saat ini lebih dikaitkan dengan kelangsungan hidup anak, kesehatan dan
pertumbuhan anak.
Dari data yang dilaporkan oleh puskesmas diperoleh bahwa cakupan
pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sejumlah 14.124 bayi atau sebesar
100,9% dari 14.002 bayi yang ada. Sedangkan cakupan pemberian vitamin A yang
diberikan 2 kali kepada anak balita ( 1-4 tahun ) sebesar 89.764 anak atau 100,11%
dari 89.668 sasaran anak balita yang ada. Bagi ibu nifas diperoleh cata cakupan
pemberian vitamin A sebesar 28.892 ibu nifas (106,59%) dari 27.107 ibu nifas. Data
lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 32.

3. Pemberian ASI Ekslusif
ASI (Air Susu Ibu) merupakan salah satu makanan yang sempurna dan
terbaik bagi bayi karena mengandung unsur-unsur gizi yang dibutuhkan oleh bayi
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi guna mencapai pertumbuhan dan
perkembangan bayi yang optimal. Oleh sebab itu , pemberian ASI perlu diberikan
secara ekslusif sampai umur 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak
berumur 2 (dua) tahun. Walaupun demikian masih terdapat kendala dalam
pemantauan pemberian ASI Ekslusif karena belum ada sistem yang dapat
diandalkan. Selama ini pemantauan tingkat pencapaian ASI Ekslusif dilakukan
melalui laporan puskesmas yang diperoleh dari hasil wawancara pada waktu
kunjungan bayi di Puskesmas.
Berdasarkan hasil laporan puskesmas tahun 2012, pemberian ASI Ekslusif
pada bayi umur 0-6 bulan sejumlah 9.547 bayi atau 64,0% dari 14.915 bayi. Hal ini
menynjukkan peningkatan dari tahun 2011, dimana pemberian ASI Ekslusif sebesar
1.656 (24,2%) dari 6.833 bayi usia 0 6 bulan yang ada. J ika dibandingkan dengan
88

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


cakupan Indonesia tahun 2011 sebesar 61,5% maka cakupan di tahun 2012 ini
sedikit ada peningkatan.
Namun demikian terdapat beberapa hal yang menghambat pemberian ASI
Ekslusif diantaranya adalah : rendahnya pengetahuan ibu dan keluarga lainnya
mengenai manfaat dan cara menyusui yang benar, kurangnya pelayanan konseling
laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan, faktor sosial budaya, kondisi yang
kurang memadai bagi para ibu yang bekerja dan gencarnya pemasaran susu
formula. Untuk itu tingkat pencapaian dalam program ASI Ekslusif ini harus
mendapatkan perhatian khusus dan memerlukan pemikiran dalam mencari upaya-
upaya terobosan serta tindakan nyata yang harus dilakukan oleh provider di bidang
kesehatan dan semua komponen masyarakat dalam rangka penyampaian informasi
maupun sosialisasi guna meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat.

E. PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT
Pelayanan kesehatan usila yang dimaksudkan adalah penduduk usia 60 tahun ke
atas yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan
baik di puskesmas maupun di Posyandu Kelompok Usia Lanjut. Hasil kegiatan
pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2012 sejumlah 32.958
(64,37%) dari 51.200 usia yang ada, atau mengalami peningkatan dari tahun 2011
yang sebesar 30.551 (65,18%) dari 46.872 jumlah usila yang ada.
Namun demikian keaktifan petugas puskesmas dalam melakukan pembinaan dan
pelayanan di dalam dan luar gedung terhadap kelompok usia lanjut sangat
mendukung pencapaian indikator tersebut.

F. PELAYANAN KESEHATAN PEKERJA
Dari laporan Puskesmas yang terdata cakupan pelayanan kesehatan pekerja
baik sektor formal maupun informal yang dilayani di Kota Semarang pada tahun
2012 sebanyak 76,235 orang, yang terdiri dari kasus penyakit umum pada pekerja
sebesar 66%, kasus diduga karena penyakit akibat kerja pada pekerja sebesar 9%,
Kasus penyakit akibat kerja sebesar 3%, kasus kecelakaan kerja sebesar 0,43% dan
kasus lainnya sebesar 22%. Gambaran cakupan pelayan kesehatan kerja dapat
dilihat pada grafik dibawah ini
89

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012


Sumber: Seksi Pemberdayaan & Pembiayaan Kesehatan

G. PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS
1. Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Gawat Darurat
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses oleh
masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 37 sarana kesehatan
(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS J iwa (100%), 7 RS Khusus
(87,5%) dan 13 puskesmas perawatan (100%).

2. Pelayanan Kesehatan J iwa
Selain menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara umum, sarana
kesehatan yang ada juga memberikan pelayanan terhadap kesehatan jiwa.
Berdasarkan data yang berhasil didapat, pelayanan kesehatan jiwa pada
Puskesmas dan Rumah Sakit di Kota Semarang pada tahun 2012 yang diwakili
dengan jumlah kunjungan gangguan jiwa menunjukkan 57.604 kunjungan pasien.
Namun demikian angka ini termasuk kunjungan gangguan jiwa bagi warga di luar
Kota Semarang yang mendapatkan pelayanan di sarana kesehatan Kota
Semarang.







50.456 ; 66%
6.581 ; 9%
1,935,
3%
325 ; 0%
16.938 ; 22%
GRAFIK CAKUPAN UPAYA KESEHATAN KERJA
KOTA SEMARANG TAHUN 2012
Kasus Penyakit
Umum pd
Pekerja
Kasus diduga
PAK pd pekerja
Kasus PAK pd
pekerja
Kasus
Kecelakan
Akbat Kerja
90

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012





Sumber daya kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung dalam
penyediaan pelayanan kesehatan yang berkualitas, yang diharapkan dapat
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Pada bab ini, sumber daya kesehatan
diulas dengan menyajikan gambaran keadaan sarana kesehatan, tenaga kesehatan,
perbekalan kesehatan dan pembiayaan kesehatan.

A. SARANA KESEHATAN
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat perlu
didukung oleh adanya sarana kesehatan yang memadai dan memiliki kualitas
pelayanan yang baik. Sarana kesehatan dasar yang ada di Kota Semarang pada
tahun 2012 terdiri dari :
o Rumah Sakit Umum : 15 RS
o Rumah Sakit J iwa : 1 RS
o Rumah Sakit Bersalin : 3 RS
o Rumah Sakit Ibu dan Anak : 4 RS
o Puskesmas : 37 Puskesmas
Perawatan : 13 Puskesmas
Non Perawatan : 24 Puskesmas
Pembantu : 35 Puskesmas
Pusling : 37 Puskesmas
o Rumah Bersalin : 6 RB
o Balai Pengobatan Umum : 72 BP Umum
o BP Gigi : 25 BP Gigi
o Klinik Utama : 31 Klinik
o Apotek : 403 Apotek
o Toko Obat : 12 Unit
o Praktek dokter spesialis : 691 Unit
o Praktek dokter umum : 1.512 Unit
o Praktek dokter gigi : 358 Unit
Data secara lengkapnya dapat dilihat pada tabel 70.

SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
KOTA SEMARANG
BAB
V
91

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Laboratorium Kesehatan dan 4
spesialis dasar.
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat, telah
terdapat beberapa sarana pelayanan kesehatan yang telah dilengkapi oleh fasilitas
laboratorium kesehatan dan 4 (empat) spesialis dasar. Kondisi yang ada di Kota
Semarang pada tahun 2012, diketahui bahwa sarana kesehatan yang memiliki
laboratorium kesehatan sebanyak 59 buah (100%) dan yang memberikan pelayanan
4 spesialis dasar sebesar 15 buah (24,19%). Sarana kesehatan tersebut terdiri dari :
15 Rumah Sakit Umum dengan fasilitas laboratorium kesehatan dan 4 spesialis
dasar; Rumah Sakit Khusus 5 buah yang memiliki laboratorium kesehatan, 1 Rumah
Sakit J iwa, serta 37 puskesmas se-Kota Semarang telah seluruhnya dilengkapi oleh
fasilitas laboratorium kesehatan sederhana
Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses
oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 37 sarana kesehatan
(58,06%) yaitu 16 Rumah Sakit Umum (100%), 1 RS J iwa (100%), 7 RS Khusus
(87,5%) dan 13 puskesmas perawatan (100%).
Desa Siaga, merupakan desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber
daya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-
masalah kesehatan secara mandiri. Sebuah desa dikatakan menjadi desa siaga
apabila desa tersebut telah memiliki sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan
Desa (Poskesdes). J umlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun
2012 sebanyak 177 Kelurahan. Artinya semua kelurahan di Kota Semarang telah
menjadi kelurahan siaga

B. TENAGA KESEHATAN
Penyelenggaraan upaya kesehatan tidak akan berjalan dengan baik jika tidak
didukung oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu
diperlukan peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM)
dibidang kesehatan, yang diharapkan mampu bekerja secara profesional dan selalu
berusaha untuk mengembangkan kemampuan secara keilmuan dan ketrampilannya
dalam rangka memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat.
Informasi tenaga kesehatan diperlukan bagi perencanaan dan pengadaan
tenaga serta pengelolaan kepegawaian. Kesulitan memperoleh data ketenagaan
yang mutakhir disebabkan antara lain karena sifat data ketenagaan yang selalu
berubah terus-menerus sehingga sistem pencatatan dan pelaporan belum dapat
92

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


ditampilkan secara lengkap, akurat dan sistematis. Sebaran tenaga kesehatan di
sarana pelayanan kesehatan, Rumah Sakit, dan Dinas Kesehatan Kota Semarang
sebagai berikut:

Tabel m : Data Tenaga Kesehatan di Kota Semarang Tahun 2012
No



Jenis Tenaga
Kesehatan



Unit Kerja
Jumlah
DKK Puskesmas
RSU/RS
RSB Khusus
Lainnya

Institusi
Diknakes
/Diktat
Sarana
Kesh
Lain
1 Dokter Spesialis 0 2 629 631
2 Dokter Umum 6 106 215 327
3 Dokter Gigi 3 46 64 113
4 Perawat 1 158 2.884 3.043
5
Sarjana
Keperawatan 2 10 425 437
6 Bidan 5 146 421 572
7 Tenaga Farmasi 3 35 351 389
8
Sarjana Farmasi &
Apoteker 3 12 68 86
9 Tenaga Sanitarian 3 38 12 53
10 Kesehatan Masy. 37 21 76 134
11 Tenaga Gizi 3 35 86 121
12 Tenaga Terapi Fisik 0 0 117 117
13
Tenaga Keteknisian
Medik 10 47 425 482
Sumber : Sub Bag Umum Kepegawaian dan Bidang Yankes

Adapun Rasio tenaga kesehatan Kota Semarang (berdasarkan lokasi kerja di
puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kota Semarang)
dibandingkan dengan jumlah penduduk kota Semarang tahun 2012 dapat
diperoleh data sebagai berikut:
a. jumlah Dokter Umum sebesar 19.7 per 100.000 penduduk
(target IS: 40/100.000 penduduk)
b. jumlah Dokter Spesialis sebesar 38,7 per 100.000 penduduk
(target IS: 6/100.000 penduduk)
c. jumlah Dokter Gigi sebesar 6.8 per 100.000 penduduk
(target IS: 11/100.000 penduduk)
d. jumlah Perawat sebesar 82 per 100.000 penduduk
(target IS: 117,5/100.000 penduduk)
e. jumlah Bidan sebesar 35 per 100.000 penduduk
(target IS: 100/100.000 penduduk)

93

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


f. jumlah Tenaga Farmasi sebesar 28 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 10/100.000 penduduk)
g. jumlah Tenaga Gizi sebesar 7 per 100.000 penduduk
(target IS 2011 : 22/100.000 penduduk)
h. jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat sebesar 6,0 per 100.000
penduduk (target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
i. jumlah Tenaga Sanitasi sebesar 3,1 per 100.000 penduduk
(target IS 2010 : 40/100.000 penduduk)
j. jumlah tenaga teknisi medis sebesar 29 per 100.000 penduduk

Data secara lengkap dapat dilihat pada tabel 74 s.d tabel 77

C. PERBEKALAN KESEHATAN
Ketersediaan Obat
Tingkat ketersediaan obat sesuai dengan Pelayanan Kesehatan dasar di
Puskesmas tahun 2012 adalah 158%. Angka ini diperoleh dari jumlah persediaan
obat dari seluruh sumber anggaran tahun 2012 yaitu Rp. 9.633.264.965,45 dibagi
dengan jumlah pemakaian obat selama tahun 2012 sebesar Rp.
6.086.186.497,81.
Perencanaan dan pengadaan obat di Kota Semarang tahun 2012 seluruh
jenis obatnya adalah obat esensial dan generik sesuai dengan Pedoman
Pengadaan Obat dari Kemenkes RI.

No Tahun Pemakaian obat
Puskesmas (Rp.)
Pesediaan
Obat (Rp.)
Ketersediaan
Obat (%)
1 2009 4.297.138.293 6.972.699.466 162
2 2010 4.937.400.129 7.124.472.650 144
3 2011 5.335.760.964 9.149.159.943 171
4 2012 6.086.186.497 9.633.264.965 158

Sumber: Seksi Farmamin Bidang Yankes & Instalasi Farmasi





94

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012


D. PEMBIAYAAN KESEHATAN
Tren alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang menunjukan angka yang
fluktuatif dari tahun 2009 s/d 2012 sebagai berikut:

Grafik Tren Alokasi Anggaran Kesehatan Kota Semarang
Dari Tahun 2009 s/d 2012

Sumber: Subbag Perencanaan & Evaluasi

Alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang pada tahun 2012 sebesar Rp.
128.956.186.687 hal ini menunjukkan peningkatan dari tahun 2011 yaitu sebesar
Rp. 110.371.222.850,-. Alokasi dana ini terbagi atas: sumber APBD Kota Semarang
sebesar Rp. 103.938.931.635,- (80,60%); sumber APBD Propinsi Rp. 140.000.000,-
(0,11%); sumber APBN sebesar Rp. 17.407.413.500,- (13,5%), pinjaman luar negeri
sebesar Rp. 6.314.521.552 (4,9%), dan sumber pemerintah lain sebesar Rp.
1.155.320.000,- (0,9%).





0
50.000.000.000
100.000.000.000
150.000.000.000
200.000.000.000
2009 2010 2011 2012
193.676.453.160
106.684.129.161
110.371.222.850
128.956.186.687
Alokasi Anggaran Kesehatan
95

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


J ika dibandingkan dengan total APBD Kota Semarang yang sebesar Rp.
2.418.386.486.000,- terhadap total APBD dinas Kesehatan adalah 4,30%. Data
secara lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 79.

Rasio Anggaran Kesehatan Terhadap APBD
Tahun 2010 s/d 2012


Sumber: Subbag Perencanaan & Evaluasi
6,65
4,29 4,3
0
1
2
3
4
5
6
7
2010 2011 2012
rasio
96

Profil KesehatanKotaSemarangTahun2012

BAB V
KESIMPULAN


Berbagai upaya yang telah dilaksanakan dalam pembangunan
kesehatan, antara lain upaya peningkatan dan perbaikan terhadap derajat kesehatan
masyarakat, upaya pelayanan kesehatan, sarana kesehatan dan sumber daya
kesehatan. Hasil-hasil kegiatan pembangunan kesehatan di 16 kecamatan di Kota
Semarang selama periode 1 (satu) tahun tergambar dalam Profil Kesehatan Kota
Semarang tahun 2012.
Secara umum upaya-upaya yang telah dilakukan dalam
pembangunan kesehatan telah menunjukkan hasil yang cukup baik, namun masih
ada beberapa program kesehatan yang belum mencapai hasil yang optimal.
Keberhasilan maupun kekurangan dalam pencapaian upaya-upaya pembangunan
kesehatan di Kota Semarang selama tahun 2012 adalah sebagai berikut :
1. Jumlah Kematian Bayi, berdasarkan hasil laporan berbagai sarana pelayan
kesehatan yang terjadi di Kota Semarang Tahun 2012 sebanyak 118 dari 27.448
kelahiran hidup,sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,0
per 1.000 KH.
2. Jumlah Kematian Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2012 sebanyak 44
anak dari 27.448 kelahiran hidup sehingga Angka Kematian Balita (AKABA) Kota
Semarang diperoleh sebesar 1,6 per 1.000 KH.
3. Jumlah kematian Ibu maternal, berdasarkan laporan Puskesmas dan Rumah
Sakit pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dengan jumlah kelahiran hidup (KH)
sebanyak 27.448 orang atau 77,5 per 100.000 KH.
4. Jumlah kasus bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) tahun 2012
sebesar 165 bayi (0,6%)
5. Jumlah Balita dengan status bawah garis merah (BGM) sebanyak 1.261
anak (1,5%) dari 86.904 balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu
6. Jumlah kasus gizi buruk balita yang ditemukan tahun 2012 sejumlah 39
kasus.
7. Jumlah pender ita TB Paru yang ditemukan tahun 2012 dengan status supek
sebesar 11.724 orang, penderita BTA (+) sebesar 1.132 orang (70%), kasus TB
anak sejumlah 359 kasus (13%). Angka kesembuhan tahun 2011 sebesar 63%.
KESIMPULAN
BAB
VI
97

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


8. Jumlah kasus HIV yang ditemukan tahun 2012 sebesar 520 orang, sedangkan
jumlah kasus AIDS pada tahun 2012 sebanyak 104 orang, dan yang meninggal
adalah 12 orang.
9. Jumlah kasus pneumonia umur < 1 th tahun 2012 adalah 1.075 orang, umur 1
- 4 th sebanyak 3.237. Sedangkan untuk kasus pneumonia berat umur <1 th
sebesar 180 balita, dan umur 1-4 tahun sebanyak 157 anak.
10. Jumlah penderita kusta yang ditemukan tahun 2012 adalah 44 kasus, dengan
tipe kusta PB ada 3 kasus (6,8%) dan tipe MB ada 41 kasus (93,2%).
11. Jumlah kasus diare, tahun 2012 untuk penderita umur <1 tahun sebesar 4.870
kasus, umur 1-4 tahun sebesar 11.215 kasus, umur >5 tahun sebesar 26.264
kasus, dengan total kasus adalah 42.349 kasus.
12. Jumlah kasus tetanus neonatorum (TN), tidak ditemukan kasus pada tahun
2012. Dengan cakupan TT bumil tahun 2012 sebanyak 85%.
13. Jumlah kasus difteri tahun 2012 sebanyak 5 kasus, dan tidak ditemukan
penderita yang meninggal.
14. Jumlah kasus campak yang ditemukan pada tahun 2012 sejumlah 201 kasus,
dengan cakupan imunisasi 114 kasus
15. Jumlah kasus polio, dengan kasus AFP tahun 2012 sejumlah 8 kasus.
16. Jumlah kasus malaria, tahun 2012 sebesar 20 kasus, dengan API sebesar
0,011.
17. Jumlah kasus demam berdarah pada tahun 2012 sebanyak 1.250 kasus
dengan jumlah meninggal 22 orang. IR DBD adalah 70,9 % dan CFR DBD
adalah 1,78 %.
18. Jumlah kasus Chikungunya yang terjadi pada tahun 2012 sebesar 62 kasus
dengan IR 3,52 per 100.000 penduduk.
19. Jumlah kasus Rabies yang terjadi di tahun 2012 sebanyak 36 kasus, 95%
diberikan vaksin anti rabies, 3% tidak diberikan VAR karena luka garukan atau
lecet/luka kecil disekitar tangan dan kaki serta keadaan hewan pada waktu
menggigit dalam kondisi sehat
20. Jumlah kasus leprospirosis yang terjadi pada tahun 2012 sebesar 81 kasus
dengan jumlah kematian 14 kasus, angka CFR adalah 17 per 100.000
penduduk.
21. Jumlah kasus flu burung yang terjadi pada tahun 2012 tidak temukan adanya
konfirm kasus, namun terdapat 1 kasus suspek flu burung.
98

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


22. Jumlah Kasus Penyakit t idak menular , jumlah kematian tahun 2012 sebesar
2.084 kasus dengan, urutan berdasarkan jumlah kematian karena penyakit tidak
menular adalah : jantung dan pembuluh darah ( 1344 ), diabetes mellitus ( 286 ),
kanker ( 229 ), PPOM (66), kecelakaan lalu lintas ( 52 ), dan asma ( 38 ), serta
psikosis ( 12 ).
23. Cakupan kunjungan ibu hamil K4 Kota Semarang pada tahun 2012 adalah
27.889 meningkat jika dibanding dengan tahun 2011 adalah 26.743 bumil
(94,4%).
24. Jumlah persalinan dengan pertolongan tenaga kesehatan di Kota Semarang
pada tahun 2012 adalah 26.618 (98,2%) dari 27.108 ibu bersalin.
25. Jumlah pelayanan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan adalah
21.398 orang atau 78,9% dari total ibu nifas yang berjumlah 27.108 orang.
26. Jumlah pelayanan komplikasi maternal, pada tahun 2012 jumlah neonatal risti
yang ditangani sebesar 3.095 kasus atau 54,5% dari total 5.680 komplikasi
kebidanan.
27. Pelayanan Neonatal komplikasi yang dilayani/ditangani pada tahun 2012
sebesar 2.785 kasus atau 67,5 % dari total perkiraan 4.128 neonatal.
28. Cakupan kunjungan neonatus (KN 1) tingkat Kota Semarang tahun 2012
adalah 27.035 atau (98,5%) dari 27.448 bayi lahir hidup.
29. Cakupan kunjungan bayi di Kota Semarang pada tahun 2012 adalah 25.680
atau 99,3% dari 25.852 bayi yang ada.
30. Pelayanan kesehatan balita minimal 8 kali di peroleh cakupan tahun 2012
adalah 71.512 atau (80,8 %).
31. Cakupan deteksi dini tumbuh kembang (DDTK) anak balita tingkat Kota
Semarang pada tahun 2012 sebanyak 86.904 (78,5%) bayi ditimbang dari total
balita yang ada berjumlah 110.694 anak.
32. Pelayanan kesehatan pada siswa SD kelas 1 & sederajat yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan di tingkat puskesmas diperoleh hasil sebanyak 25.019 murid
SD atau 98,8 % dari 25.369 murid SD keseluruhan.
33. Jumlah pasangan usia subur (PUS) yang berhasil didata oleh Puskesmas
sebanyak 259.120, dengan jumlah peserta KB baru sebesar 36.298 orang (14%)
dengan jumlah peserta KB aktif yang dibina sebesar 194.423 orang (75,0%).
34. Cakupan bayi yang diimunisasi DPT3 + HB3 pada tahun 2012 sebesar 29.663
(211,8%), dengan Cakupan imunisasi campak sebesar 29.473 (210,5%).
99

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


Adapun DO Rate yang didapat selama tahun 2012 adalah -0,2 dari batasan -5 >
0 >5, hal ini berarti masih baik
35. Cakupan kunjungan pelayanan kesehatan pada tahun 2012 total kunjungan
tingkat Kota Semarang pada unit rawat jalan sebesar 2.845.274 kunjungan,
sedangkan untuk kunjungan rawat inap pada tahun 2012 sebesar 388.858
kunjungan
36. Pencapaian hasil kinerja Rumah Sakit di Kota Semarang meliputi : BOR
(73,7%) ; LOS (5,6 hari) ;TOI (2,0 hari) ; GDR (3,5 %) ; NDR (2,1 %).
37. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di puskesmas pada
tahun 2012 meliputi pelayanan tumpatan gigi tetap sejumlah 5.968 kasus,
pencabutan gigi tetap 8.556 kasus, dengan rasio untuk tumpatan/pencabutan
dibandingkan pencabutan gigi sebesar 0,7.
38. Pelayanan UKGS di sekolah dasar, dilaksanakan pemeriksaan kesehatan gigi
terhadap 23.766 siswa (16,6%), dari total 142.553 anak SD/MI. Dari jumlah
tersebut terdapat 6.329 siswa perlu perawatan dan yang telah mendapatkan
perawatan sebanyak 2.658 siswa (42.0%). Berkaitan dengan kegiatan sikat gigi
massal, diperoleh hasil sejumlah 259 SD/MI telah melakukan kegiatan tersebut
atau 42,8 % dari total 605 SD/MI.
39. Jumlah pelayanan kesehatan masyarakat miskin, meliputi kunjungan
jamkesmas rawat jalan 294.175 kunjungan, kunjungan jamkesmas rawat inap
1.563 kunjungan, kunjungan pelayanan jamkesmaskot 23.700 kunjungan, utility
kunjungan 3,6 kali/tahun.
40. Cakupan pemberian Fe3 sebesar 27.221 (95,85%), meningkat dari tahun 2011.
41. Cakupan pemberian vitamin A pada bayi umur 6-11 bulan sejumlah 14.124
bayi atau sebesar 100,9% dari 14.002 bayi yang ada. Sedangkan cakupan
pemberian vitamin A yang diberikan 2 kali kepada anak balita ( 1-4 tahun )
sebesar 89.764 anak atau 100,11% dari 89.668 sasaran anak balita yang ada.
Bagi ibu nifas diperoleh cata cakupan pemberian vitamin A sebesar 28.892 ibu
nifas (106,59%) dari 27.107 ibu nifas.
42. Cakupan pemberian ASI Ekslusif pada bayi umur 0-6 bulan sejumlah 9.547
bayi atau 64,0% dari 14.915 bayi.
43. Cakupan pelayanan kesehatan Usila di Kota Semarang pada tahun 2012
sejumlah 32.958 (64,37%) dari 51.200 usia yang ada.
44. Cakupan pelayanan kesehatan pekerja baik sektor formal maupun informal
yang dilayani di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 76,235 orang.
100

Profil KesehatanKota SemarangTahun2012


45. Jumlah sarana kesehatan yang memiliki laborator ium kesehatan sebanyak
59 buah (100%) dan yang memberikan pelayanan 4 spesialis dasar sebesar 15
buah (24,19%).
46. Sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat yang dapat diakses
oleh masyarakat di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 37 sarana
kesehatan (58,06%).
47. Jumlah desa/kelurahan siaga yang ada di Kota Semarang Tahun 2012
sebanyak 177 Kelurahan.
48. Tingkat ketersediaan obat sesuai dengan Pelayanan Kesehatan dasar di
Puskesmas tahun 2012 adalah 158%.
49. Alokasi anggaran kesehatan Kota Semarang pada tahun 2012 sebesar Rp.
128.956.186.687, dengan rasio terhadap APBD Kota Semarang sebesar 4,3%.

Anda mungkin juga menyukai