Anda di halaman 1dari 4

Kartika Sari/Karakterisasi Sifat Termal Fiberglass Dengan Filler Serat Sansivieria Trifasciata 75

[Type text]
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013
ISSN : 0853-0823



KARAKTERISASI SIFAT TERMAL FIBERGLASS DENGAN FILLER
SERAT SANSIVIERIA TRIFASCIATA
Kartika Sari

Dosen Program Studi Fisika Jurusan MIPA FST Universitas Jenderal Soedirman
Email : tikasari1571@gmail.com


ABSTRAK - Karakterisasi sifat termal dari fiberglass berfiller serat lidah mertua dilakukan untuk menentukan
konduktivitas panas dan panas jenis dari komposit yang akan dihasilkan. Sifat termal tersebut ditentukan olehfraksi
volume dan arah susunan filler yang digunakan. Pemanfaatan bahan pengisi organik bertujuan untuk mengurangi
penggunaan bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Fraksi volume yang digunakan 20% dan 50% dengan
pola susunan serat searah dan dua arah. Komposit dengan susunan dua arah dapat meningkatkan sifat termal dari
komposit. Hal ini disebabkan karena filler dapat mengisi secara homogen di dalam matrik, sehingga tidak ada
rongga-rongga di antara filler dan matrik. Komposit dengan perbandingan komposisi serat dengan matrik sebesar
50%:50% menghasilkan konduktivitas panas dan panas jenis tertinggi yaitu 0,099 W/mK dan 1,907 J/gK.

Kata kunci : komposit, serat sansivieria trifasciata, fraksi volume, konduktivitas termal, panas jenis
ABSTRACT - Characterization of the thermal properties of fiberglass fibers berfiller Sansivieria Trifasciata
performed to determine the thermal conductivity and specific heat of the composite to be produced. Thermal
properties are determined by the volume fraction of filler composition and direction is used. Utilization of organic
filler aimed at reducing the use of chemicals that can harm the environment. Volume fractions were used 20% and
50% with the patterns in unidirectional and bi-directional fibers. Composites with a two-way arrangement can
improve the thermal properties of the composites. This is because the filler can fill homogeneously in the matrix, so
that there are no voids between the filler and the matrix. Composites with fibers with a matrix composition ratio of
50%: 50% heat conductivity and specific heat at highest 0.099 W / m K and 1.907 J / g K.

Keywords: composite, fiber sansivieria trifasciata, volume fraction, thermal conductivity, specific heat.


I. PENDAHULUAN
Jenis komposit yang telah banyak terdapat di pasaran
adalah komposit dari serat gelas atau fiberglass.Fibeglass
yang saat ini terdapat di pasaran adalah jenis fiberglass
polycarbonate dengan spesifikasi konduktivitas panas dan
panas jenisnya adalah 0,19-0,22 W/mK dan 1,2 J/gK.
Fiberglass dengan filler serat alami haruslah memiliki
massa jenis yang rendah, mampur terbiodegradasi, harga
lebih murah dan ramaha lingkungan. Serat alami dari
tanaman dipilih karena ketersediaannya yang cukup banyak
dan masih belum dimanfaatkan secara optimal seperti eceng
gondok[1], serat daun pandan alas[2], serabut kelapa[3], dan
serat batang pisang[4]. Serat Sansivieria Trifasciata dipilih
sebagai filler karena memiliki densitas yang rendah dengan
matrik epoksi resin. Menurut Schwartz[4], serat dalam
struktur komposit harus memiliki modulus elastisitas tinggi,
kekuatan yang seragam di antara serat, stabil selama proses
produksi dan diamer serat yang seragam.
Untuk matrik menurut Gibson[5] , dalm struktur
komposit bisa berasal dari bahan polime, logam, maupun
keramik. Matrik yang dipilih umumnya adalah matrik yang
memiliki ketahanan panas yang tinggi karena fungsi matrik
adalah mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur,
melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi lingkungan,
mentransfer dan mendistribusikan beban ke serat.
Adapun sifat termal material sangatlah bergantung
terhadap perubahan suhu. Jika suhu berubah, maka akan
terjadi pergerakan molekul akibat suhu yanga akan
mengubah struktur molekulnya[6]. Sifat termal yang
penting dari suatu material meliputi konduktivitas termal,
panas jenis, temperatur transisi gelas, melting point dan
temperatur degradasi atau dekomposisi. Temperatur
degradasi menunjukkan temperatur saat material uji
mengalami kehilangan massa dan berubah fasa menjadi
gas[7].
Panas terjadi akibat adanya aktivitas termal pada partikel
penyusun bahan berupa getaran partikel. Getaran partikel
tersebut dapat menyebabkan perpindahan panas dari daerah
bertemperatur tinggi ke daerah bertemperatur rendah dalam
suatu bahan[8,9]. Dalam bahasan tentang material padat,
perpindahan kalor yang terjadi adalah perpindahan kalor
secara konduksi. Jika sejumlah kalor dQ mengalir pada suatu
bahan dengan rentang waktu dt, maka laju aliran kalornya
adalah sebesar dQ/dt dan disimbolkan dengan H. Hasil

76

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI
eksperimen menunjukkan bahwa laju aliran kalor sebanding
dengan luasan dan negatif gradien temperaturnya


H adalah laju aliran kalor (W), K adalah konduktivitas
termal dari bahan (W/m.K), A adalah luas permukaan (m
T/x menyatakan perubahan temperatur bahan dengan
ketebalan x dan tanda negatif menunjukkan arah aliran kalor
dari temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah.
Skema distribusi temperatur dan aliran kalor pada suatu
bahan ditunjukkan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Skema distribusi temperatur dan aliran kalor pada suatu
bahan[4]


Konduktivitas termal merupakan suatu besaran yang
menunjukkan kemampuan suatu bahan padat dalam
menghantarkan panas. Konduktivitas termal merupakan
jumlah panas yang dialirkan tiap satuan luas dan satuan
ketebalan dari suatu bahan dalam satuan waktu dengan
perubahan sebesar satu satuan suhu[10].
persamaan (1), maka diperoleh [11,12] :

Jika tebal bahan x adalah panjang lintasan d
terjadi perubahan temperatur, maka konduktivitas termal
bahan dapat dihitung melalui persamaan (3)[12

Jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan
temperatur bahan bermassa m dari T
1
ke T
2
akan sebanding
dengan perubahan temperaturnya (T) itu sendiri. Massa dan
sifat alami suatu bahan juga dapat mempengaruhi jumlah
panasnya. Panas yang diperlukan untuk meningkatkan
temperatur 1 kg air sebesar 1C adalah sebanyak 4190 J
sedangkan untuk meningkatkan temperatur 1 kg aluminium
sebesar 1C hanya memerlukan panas sebanyak 910 J.
Berdasarkan hubungan tersebut, dapat dirumuskan :

dengan c adalah panas jenis bahan (J/kg.K), yaitu suatu
besaran yang dimiliki oleh setiap bahan. Panas
dimiliki oleh setiap bahan pada umumnya berbeda
Pada keadaan dengan perubahan temperatur yang sangat
kecil, maka jumlah panas dirumuskan pada persamaan
(5)[12] :
Kartika Sari/Karakterisasi Sifat Termal Fiberglass Dengan Filler Serat Sansivieria Trifasciata
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013
ISSN : 0853-0823
eksperimen menunjukkan bahwa laju aliran kalor sebanding
dengan luasan dan negatif gradien temperaturnya
[10]
.
1)
H adalah laju aliran kalor (W), K adalah konduktivitas
permukaan (m
2
),
x menyatakan perubahan temperatur bahan dengan
ketebalan x dan tanda negatif menunjukkan arah aliran kalor
dari temperatur tinggi ke temperatur yang lebih rendah.
Skema distribusi temperatur dan aliran kalor pada suatu

Skema distribusi temperatur dan aliran kalor pada suatu
Konduktivitas termal merupakan suatu besaran yang
menunjukkan kemampuan suatu bahan padat dalam
menghantarkan panas. Konduktivitas termal merupakan
yang dialirkan tiap satuan luas dan satuan
ketebalan dari suatu bahan dalam satuan waktu dengan
]. Berdasarkan
2)

x adalah panjang lintasan d selama
terjadi perubahan temperatur, maka konduktivitas termal
[12].
3)

Jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan
akan sebanding
T) itu sendiri. Massa dan
sifat alami suatu bahan juga dapat mempengaruhi jumlah
panasnya. Panas yang diperlukan untuk meningkatkan
temperatur 1 kg air sebesar 1C adalah sebanyak 4190 J
ngkatkan temperatur 1 kg aluminium
sebesar 1C hanya memerlukan panas sebanyak 910 J.
Berdasarkan hubungan tersebut, dapat dirumuskan :
4)

dengan c adalah panas jenis bahan (J/kg.K), yaitu suatu
besaran yang dimiliki oleh setiap bahan. Panas jenis yang
dimiliki oleh setiap bahan pada umumnya berbeda-beda.
Pada keadaan dengan perubahan temperatur yang sangat
pada persamaan

Metode pengukuran panas jenis melalui
Scanning Calorimetry (DSC) dilakukan dengan menentukan
laju pemanasan (dT/dt) dan laju aliran kalor (dQ/dt) pada
bahan. Oleh karena itu, laju aliran kalor pada bahan
dirumuskan[12] :


dan panas jenis bahan dapat dihitung
persamaan (7)[12].

c adalah panas jenis bahan (J/kg.K), m adalah massa bahan
(kg), dQ/dt adalah laju aliran kalor (J/s) dan dT/dt adalah
laju pemanasan (K/s).

II. METODE PENELITIAN
Pembuatan komposit terdiri dari filler
fraksi volume serat 20% dan 50% dari volume cetakan untuk
masing-masing susunan serat. Fraksi volume material
penyususn dengan persamaan :
V
m
= 100% - V
Dengan V
f
dan V
m
adalah fraksi volume serat dan
volume matrik (%). Kemudian, serat Sansivieria Trifasciata
disusun searah dan dua arah. Baru epoksi resin dituangkan di
atas serat dan didiamkan selama 12 jam sampai mengeras
sehingga membentuk fiberglass. Setelah fiberglas dengan
filler serat Sansivieria Trifasciata diuji dengan Linseis STA
PT1600. Ketika H positif, berarti arah aliran kalor menuju
ke sampel dan terjadi proses endoterm.
arah aliran kalor keluar dari sampel dan terjadi proses
eksoterm. Kemudian dilakukan pemanasan hingga diperoleh
suhu degradasi dengan kecepatan pemanasan (
10
0
C per menit.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari data yang diperoleh dari alat DSC yang digunakan
diperoleh Gambar 2., Gambar 3., gambar 4., dan Gambar 5.
Pada Gambar 2. dan Gambar 3. merupakan komposit
dengan fraksi volume 20% dan berat 20 mg dengan susunan
serat searah dan dua arah . Temperatur degradasi untuk
setiap sampel komposit berada pada rentang temperatur 300
0
C. Degradasi merupakan peristiwa keh
sampel uji dilakukan pemanasan pada temperatur yang
sangat tinggi.
Dengan menggunakan persamaan
kondukstivitas panas untuk serat searah dengan fraksi
volume 20% sebesar 0,032 W/m.K. dan p
0,904 J/g.K
Konduktivitas panas untuk serat dua arah dengan fraksi
volume 20% sebesar 0,070 W/m.K
J/g.K dan 1,206 J/g.K.
Sedangkan untuk Gambar 4. dan Gambar 5. merupakan
grafik dari fraksi volume 50% serat Sansivieria Trifasciata
dengan berat 20 mg.

Karakterisasi Sifat Termal Fiberglass Dengan Filler Serat Sansivieria Trifasciata
5)
Metode pengukuran panas jenis melalui Differential
(DSC) dilakukan dengan menentukan
laju pemanasan (dT/dt) dan laju aliran kalor (dQ/dt) pada
bahan. Oleh karena itu, laju aliran kalor pada bahan
6)

dan panas jenis bahan dapat dihitung menggunakan
7)

c adalah panas jenis bahan (J/kg.K), m adalah massa bahan
(kg), dQ/dt adalah laju aliran kalor (J/s) dan dT/dt adalah
Pembuatan komposit terdiri dari filler dan matrik dengan
fraksi volume serat 20% dan 50% dari volume cetakan untuk
masing susunan serat. Fraksi volume material
V
f
8)
adalah fraksi volume serat dan fraksi
volume matrik (%). Kemudian, serat Sansivieria Trifasciata
disusun searah dan dua arah. Baru epoksi resin dituangkan di
atas serat dan didiamkan selama 12 jam sampai mengeras
Setelah fiberglas dengan
sivieria Trifasciata diuji dengan Linseis STA
H positif, berarti arah aliran kalor menuju
dan terjadi proses endoterm. Ketika H negatif,
arah aliran kalor keluar dari sampel dan terjadi proses
anasan hingga diperoleh
suhu degradasi dengan kecepatan pemanasan (heating rate)

Dari data yang diperoleh dari alat DSC yang digunakan
diperoleh Gambar 2., Gambar 3., gambar 4., dan Gambar 5.
Pada Gambar 2. dan Gambar 3. merupakan komposit
dengan fraksi volume 20% dan berat 20 mg dengan susunan
Temperatur degradasi untuk
setiap sampel komposit berada pada rentang temperatur 300
C. Degradasi merupakan peristiwa kehilangan massa
sampel uji dilakukan pemanasan pada temperatur yang
Dengan menggunakan persamaan (3) diperoleh
kondukstivitas panas untuk serat searah dengan fraksi
. dan panas jenis sebesar
Konduktivitas panas untuk serat dua arah dengan fraksi
0,070 W/m.K danpanas jenis 0,904
Gambar 4. dan Gambar 5. merupakan
grafik dari fraksi volume 50% serat Sansivieria Trifasciata

Kartika Sari/Karakterisasi Sifat Termal Fiberglass Dengan Filler Serat Sansivieria Trifasciata 77

[Type text]
Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013
ISSN : 0853-0823




Gambar 2. Serat Searah


Gambar 3. Serat Dua Arah

Gambar 4. Serat Searah
Gambar 4. Komposit dengan serat searah dengan fraksi
volume 50% terlihat bahwa terjadi degaradasi suhu pada 150
0
C. Konduktivitas panas yang dihasilkankomposit untuk
serat searah dengan fraksi volume 50% diperoleh 0,072
W/m.K. dan panas jenis sebesar 1,733 J/g.K.


Gambar 5. Serat Dua Arah

Gambar 5. Komposit dengan susunan serat dua arah
menghasilkan konduktivitas panas sebesar 0,099 W/m.K.
Sedangkan panas jenis sebesar 1,907 J/g.K.
Fiberglass dengan susunan serat dua arah bersifat lebih
konduktif dibandingkan dengan susunan serat searah. Hal
ini disebabkan oleh rongga udara yang terbentuk semakin
berkurang karena filler dengan susunan serat dua arah
memiliki kerapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
susunan serat searah. Sehingga perambatan panas dapat
berlangsung tanpa melalui hambatan rongga-rongga udara
yang terdapat pada fiberglass.
Panas jenis fiberglass yang dihasilkan dengan serat dua
arah lebih besar dibandingkan dengan susunan serat yang
searah, disebabkan oleh penambahan jumlah filler dengan
susunan yang semakin rapat berfungsi untuk mereduksi
perbedaan suhu pada fiberglasss, sehingga panas jenisnya
meningkat.

IV. KESIMPULAN
Diperoleh kesimpulan bahwa konduktivitas panas dan
panas jenis dari fiberglass berfiller Sansivieria Trifasciata
meningkat dengan adanya penambahan fraksi volume serat
Sansivieria Trifasciata. Konduktivitas panas dan panas jenis
maksimum pada saat fraksi volume serat 50% dengan
susunan serat dua arah yaitu 0,099 W/m.K dan 1,907 J/g.K.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih diberikan kepada Universitas
Jenderal Soedirman yang telah memberikan kesempatan

78 Kartika Sari/Karakterisasi Sifat Termal Fiberglass Dengan Filler Serat Sansivieria Trifasciata

Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI Jateng & DIY, Solo, 23 Maret 2013
ISSN : 0853-0823

kepada penulis untuk menghasilkan penelitian melalui
Penelitian RISET PEMULA tahun 2012.

PUSTAKA
[1] Purboputro, P., Pengaruh Panjang Serat terhadap
Kekuatan Impak Eceng Gondok dengan Matrik
Poliester, Jurnal Media Mesin, Vol. 7 No. 2, hlm. 70-
76, 2006.
[2] Mujiyono dan Nurhadiyanto, D., Pemanfaatan Serat
Daun Pandan Alas sebagai Pengisi Alternatif Pengganti
Fiberglass, Jurnal Media Teknik, No. 1 Tahun XVIII,
Februari 2006, hlm. 61-69, 2006.
[3] Jufri, M., Pembuatan Komposit Berbasis Polyester
dengan Penguat Serat Alam, Penelitian Berorientasi
dan Berbasis Produk, Fakultas Teknik UMM, Malang,
2007.
[4] Boimau, K., Pengaruh Fraksi Volume dan Panjang
SeratBending Komposit Poliester yang Diperkuat Serat
Batang Pisang, Seminar Nasional Tahunan Teknik
Mesin (SNTTM) ke-9, Palembang, 2010.
[5] Ogazic, E., Corrosion Inhibition of Aluminium in
Acidic and Alkaline Media By Sansevieria trifasciata
Extract, Journal Corrosion Science, hlm. 1527-1539,
2007.
[6] Kartini, R., Pembuatan dan Karakterisasi Komposit
Polimer Berpenguat Serat Alam, Skripsi, Fakultas
MIPA, IPB, Bogor, 2002.
[7] Mutnuri, B., Thermal Conductivity Characterization
of Composite Materials, Thesis, Department of
Mechanical Engineering, West Virginia University,
Morgantown, 2006.
[8] Cecen, V., Thermal Properties and Mechanical
Anisotropy in Polymer Composite, Thesis, Mechanical
Engineering, Dokuz Eylul University, Turkish, 2006.
[9] Saito, S. dan Surdia, T., Pengetahuan Bahan Teknik,
Pradnya Paramita, Jakarta, 2000.
[10] Blaine, R. L and Marcus, S. M., Thermal Conductivity
of Polymers, Glasses and Ceramics by Modulated
DSC, Journal of Thermal Analysis and Rheology.
[11] Oneill, M. J., Measurement of Specific Heat
Functions by Differential Scanning Calorimetry,
Journal Analytical Chemistry, Volume 38 Nomor 10
September 1966, page 1331-1335, 1966.
[12] Sari, L. N., Differential Scanning Calorimetry (DSC),
Jurnal, Departemen Teknik Metalurgi dan Material
Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Jakarta.

TANYA JAWAB

Perdamean S, LIPI
? a. Arah senar pengaruhnya terhadap konduktivitas
gimana?
b. Apakah yang baik nilainya yang kecil atau besar dan
kenapa nilai dari referensinya?

Kartika Sari, Fisika - UNSOED
a. Mengurangi panas
b. Kecil dan dibandingkan dengan referensi.

Muhammad Nur, FSM - UNDIP
? Apa yang digunakan sebagai perekat?

Kartika Sari, Fisika - UNSOED
Epoksi Resin

Prijo Sardjono, Pusat Penelitian Fisika - LIPI
? Serat yang digunakan dari tumbuhan apa?

Kartika Sari, Fisika - UNSOED
Daun Sansevieria Trifasciata

Anda mungkin juga menyukai