Anda di halaman 1dari 8

SENI RUPA MODERN

KELOMPOK 4 :

Elly Maesari
Galuh
Garnis
Gita Trisnawati

LUKISAN AFFANDI
TENTANG AFFANDI
Affandi adalah kelahiran Cirebon pada 1907. Dia putra dari
R. Koesoema, seorang mantri ukur di pabrik gula di
Ciledug, Cirebon. Pendidikan formalnya cukup tinggi, mulai
dari HIS, MULO hingga AMS di jaman Belanda. Namun,
bakat seni lukisnya yang sangat kental mengalahkan
disiplin ilmu lain dalam kehidupannya, dan memang
menjadikan namanya tenar sama dengan tokoh bidang
lainnya.
Dengan lebih mengutamakan kebebasan berekspresi.
Dilandasi jiwa kerakyatan, Affandi tertarik dengan tema
kehidupan masyarakat kecil. Teknik melukis bentuk
bahkan yang cenderung memperindah obyeknya seperti
yang dilakukan angkatan Moi India atau India Jelita,
dirasakan Affandi tidak mewakili kondisi masyarakat
dengan kemelaratan akibat penjajahan.
Lukisan Affandi yang menampilkan sosok
pengemis ini merupakan manifestasi pencapaian
gaya pribadinya yang kuat. Lewat ekpresionisme,
ia luluh dengan objek-objeknya bersama dengan
empati yang tumbuh lewat proses pengamatan
dan pendalaman. Setelah empati itu menjadi
energi yang masak, maka terjadilah proses
penuangan dalam lukisan seperti luapan gunung
menuntaskan gejolak lavanya.

Dalam setiap ekspresi, selain garis-garis
lukisanya memunculkan energi yang meluap
juga merekam penghayatan keharuan dunia
bathinnya. Dalam lukisan ini terlihat sesosok
tubuh renta pengemis yang duduk menunggu
pemberian santunan dari orang yang lewat.
Penggambaran tubuh renta lewat sulur-sulur
garis yang mengalir, menekankan ekspresi
penderitaan pengemis itu. Warna coklat hitam
yang membangun sosok tubuh, serta
aksentuasi warna-warna kuning kehijauan
sebagai latar belakang, semakin mempertajam
suasana muram yang terbangun dalam
ekspresi keseluruhan
Namun dibalik kemuraman itu, vitalitas hidup
yang kuat tetap dapat dibaca lewat goresan-
goresan yang menggambarkan gerak sebagian
figur lain.. Dinamika itu juga diperkaya
dengan goresan spontan dan efek-efek
tekstural yang kasar dari plototan tube cat
yang menghasilkan kekuatan ekspresi.
Pilihan sosok pengemis sebagai objek-objek
dalam lukisan tidak lepas dari empatinya pada
kehidupan masyarakat bawah. Affandi adalah
penghayat yang mudah terharu, sekaligus
petualang hidup yang penuh vitalitas.Objek-
objek rongsok dan jelata selalu menggugah
empatinya. Dalam berbagai pernyataan dan
lukisannya, ia sering menggungkapkan bahwa
matahari, tangan dan kaki merupakan simbol
kehidupannya. Matahari merupakan
manifestasi dari semangat hidup. Tangan
menunjukkan sikap yang keras dalam
berkarya dan merealisir segala idenya. Kaki
merupakan ungkapan simbolik dari motivasi
untuk terus melangkah maju dalam menjalani
kehidupan. Simbol-simbol itu memang
merupakan kristalisasi pengalaman dan sikap
hidup Affandi, maupun proses perjalanan
keseniannya yang keras dan panjang. Lewat
sosok pengemis dalam lukisan ini, kristalisasi
pengalaman hidup yang keras dan empati
terhadap penderitaan itu dapat terbaca.

Dalam melukis juga Affandi melangkah
dengan lebih mengutamakan kebebasan
berekspresi. Dilandasi jiwa kerakyatan,
Affandi tertarik dengan tema kehidupan
masyarakat kecil..
Dengan pengalaman dan melihat kondisi
masyarakat yang menderita, Affandi lebih
tergugah mengungkapkan lewat tumpahan
dan goresan warna kusam dan tema
kemelaratan. Pengamatan terhadap
sensitivitas lingkungan diungkapkan secara
lugas, sehingga karyanya yang berjudul
Pejuang Romusha (1943) yang
menampilkan rakyat dalam kemelaratan
tidak disukai penguasa Jepang.
Humanisme Affandi terlihat juga pada
karyanya Dia Datang, Menunggu, dan Pergi
(1944). Dalam karya ini ditampilkan seorang
pengemis yang baru datang, kemudian
meminta, lalu pergi. Raut muka pengemis yang
kurus dengan pakaian lusuh, namun dari sisa
ketegarannya masih bersemangat menjalani
kehidupan walaupun dengan mengemis.
Pengamatan Affandi seperti ini menunjukkan
keprihatinan jiwanya terhadap penderitaan
sesama antara anak bangsa. Tema-tema
kerakyatan menjadi dominasi dalam karya-
karya Affandi.
SELESAI

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai