Anda di halaman 1dari 11

Tinjauan Pustaka

Metabolisme tubuh serta pengaturan suhu tubuh


Riana Liza Songupnuan
102011010/E5
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jln. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp.021-56942061 Fax. 021-5631731
Email : Rhyasong@ymail.com

Pendahuluan
Manusia biasanya tinggal di lingkungan yang lebih dingin daripada suhu tubuh
mereka tetapi mereka terus-menerus menghasilkan panas secara internal, yang membantu
mempertahankan suhu tubuh. Produksi panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar
metabolic yang berasal dari makanan.
Produksi energi juga dapat mempengaruhi suhu tubuh. Energi yang di dapat adalah
dari makanan yang kita makan. Makanan ini akan dipecah lewat proses-proses kimiawi yang
selanjutnya akan di keluarkan melalui panas. Secara kimiawi dalam makakalah ini membahas
tentang metabolism karbohidrat dan lemak, pengukuran basal metabolic rate dan
hubungannya dengan panas yang dikeluarkan tubuh.
Patologis demam
Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan
oleh toksin yang masuk ke dalam tubuh. Toksin yang paling mudah adalah mikroorganisme
penyebab sakit. Mikroorganisme yang masuk kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat
toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya
mikroorganisme tersebut, tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan
memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara lain berupa leukosit, makrofag, dan
limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-
tentara tubuh itu akan mengelurkan senjata berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen
yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun
hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat
bisa keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2.
1,2

Proses selanjutnya adalah asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan
pemacu pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan
dan campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata
akan mempengaruhi kerja dari thermostat hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus
selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya
peningkatan titik patokan ini dikarenakan mesin tersebut merasa bahwa suhu tubuh sekarang
dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respondingin/ menggigil. Adanya proses
mengigil ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih banyak. Adanya
perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang pengaturan hipotalamus yang
mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan demam atau
febris.
1,2
Pengaturan suhu tubuh peranan hipotalamus
Suhu tubuh hampir seluruhnya oleh mekanisme persarafan umpan balik, dan hampir
semua mekanisme ini terjadi melalui pusat pengaturan suhu yang terletak pada hipotalamus.
Agar mekanisme umpan balik dapat berlangsung, harus juga tersedia pendektetor suhu untuk
menetukan kapan suhu tubuh menjadi sangat panas atau sangat dingin.
Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat integrasi
termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen tentang suhu di berbagai bagian tubuh dan
memicu penyesuaian yang sangat kompleks dan terkoordinasi dalam mekanisme penas dan
pembuangan panas sesuai kebutuhan untuk mengoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari
patokan normal. Hipotalamus dapat berespon terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,01C.
Untuk menyeimbangkan mekanisme pengeluaran panas dan mekanisme pembentukan panas,
hipotalamus harus diberi informasi secara terus menerus tenting suhu tubuh dan suhu kulit
oleh reseptor yang peka terhadap suhu khusus yang disebut termoreseptor.
1

Suhu inti di pantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus itu sendiri
serta tempat lain disusunan saraf pusat dan bagian abdomen. Termoreseptor perifer
memantau suhu kulit diseluruh tubuh dan menyalurkan informasi tentang perubahan suhu di
pemukaan ke hipotalamus. Di hipotalamus diketahui terdapat dua pusat regulasi suhu. Region
posterior diaktifkan oleh dingin dan kemudian memicu refleks-refleks yang memerantarai
produksi dan penghematan panas. Regio anterior, yang diaktifkan oleh panas, memicu
refleks-refleks yang memerantarai pengeluaran panas.
2

Pada kondisi panas bagian anterior hipotalamus mengurangi produksi panas dengan
menurunkan aktivitas otot dan meningkatkan panas dengan memicu vasodilatasi kulit. Ketika
vasodiltasi kulit maksimal kulit pun tidak mampu membuang panas yang berlebihan dari
tubuh maka terjadi proses berkeringat untuk meningkatkan pengeluaran panas melalui
evaporasi. Pada kenyataannya, jika suhu udara meningkat melebihi suhu kulit dengan
vasodilatasi maksimal, maka gradient suhu berbalik sendiri sehingga terjadi penambahan
panas dari lingkungan.
2

Stadium demam
Tingkatan demam terdiri dari stage of chill dan stage of fastigium. Stage of chill
adalah fase rasa dingin disertai menggigil, heat loss menurun dan heat production meningkat.
Stage of fastigium adalah tingkat krisis dari penyakit dimana heat loss meningkat dan heat
production menurun. Tingkatan ini terjadi pada demam dan biasanya disebabkan oleh
peradangan. Namun pada demam yang tidak disebabkan faktor pirogenik melainkan karena
ekspos terhadap panas berlebihan yang bisa disebut hyperthemia terdapat tahapan heat
cramps yang merupakan tahap awal, heat exhaustion dan heat stroke.
Heat exhaustion ialah suatu keadaan kolaps karena dehidrasi berat yang menyebabkan
hipotensi akan berkurangnya volume plasma karena berkeringat sehingga menyebabkan
penurunan curah jantung dan vasodilatasi pembuluh darah kulit yang berlebihan sehingga
menyebabkan penurunan resistensi perifer. Pada keadaan heat exhaustion suhu inti tubuh
berkisar 37,5-39
0
C, terjadi kram otot, mual, sakit kepala, pucat dan banyak berkeringat.
Biasanya terjadi pada orang yang aktif secara fisik pada suhu lembab, sehingga tidak
teraklimatisasi.
Heat stroke ialah bentuk hipertermia yang lebih berat dengan suhu tubuh yang lebih
tinggi. Heat stroke ditandai oleh kolaps, delirium, kejang dan penurunan kesadaran. Biasanya
rejadi karena lama terpapar udara/suhu lingkungan yang panas. Pada keadaan ini terjadi
mekanisme umpan balik positif, peningkatan suhu tubuh makin meningkatkan metabolisme
dan menghasilkan panas lebih banyak.
2
Mekanisme pengeluaran panas
Sebagian besar produksi panas didalam tubuh dihasilkan pada organ dalam, terutama dalam
hati, otak, jantung, dan otot rangka selamakerja. Kemudian panas ini dihantarkan dari organ
dan jaringan yang lebih dalam kekulit, dimana panas hilang ke udara dan sekitarnya. Oleh
karena itu, laju hilangnya panas ditentukan hampir seluruhnya oleh dua factor: seberapa cepat
panas dapat dikonduksi dari tempat panas dihasilkan dalam inti tubuh kekulit dan seberapa
cepat panas kemudian dapat dihantarkan dari kulit kesekitarnya. Secara fisika pengeluaran
panas dapat melalui:
1. Radiasi
Kehilangan panas melaui radiasi berarti kehilangan dalam bentuk gelombang
inframerah, suatu jenis gelombang elektromagnetik. Radiasi adalah emisi energi
panas dari permukaan suatu benda hangat dalam bentuk gelombang elektromagnetik
atau gelombang panas. Tubuh manusia menyebarkan gelombang panas kesegala
penjuru. Gelombang panas juga dipancarkan dari dinding dan benda-benda lain
ketubuh. Perpindahan netto panas melalui radiasi selalu dari benda yang lebih hangat
ke yang lebih dingin maka tubuh memperoleh panas dari benda yang lebih hangat dari
pada permukaan kulit, misalnya matahari, radiator atau kayu yang terbakar.
Sebaliknya, tubuh kehilangan panas melalui radiasi ke benda-benda di lingkungan
yang permukaannya lebih dingin dari pada permukaan kulit, misalnya dinding
bangunan, furnitur, atau pohon.
1,2

2. Konduksi
Konduksi adalah perpindahan panas antara benda-benda yang berbeda
suhunya yang berkontak langsung satu sama lain, dengan panas mengalir menuruni
gradient suhu dari benda yang lebih dingin melalui pemindahan dari molekul ke
molekul. Semua molekul terus-menerus bergetar, dengan molekul yang lebih hangat
bergerak lebih cepat dari moleku yang dingin. Ketika molekul yang berbeda
kandungan panas saling bersentuhan maka molekul yang lebih hangat dan bergerak
lebih cepat memicu molekul lebih dingin untuk bergerak lebih cepat sehingga moleku
yang dingin itu menjadi lebih hangat. Laju perpindahan panas melalui konduksi
bergantung pada perbedaan suhu antara benda-benda yang bersentuhan daya hantar
panas bahan-bahan yang terlibat (yaitu seberapa mudah panas dihantarkan oleh
molekul bahan). Panas dapat bertambah tau berkurang melalui konduksi ketika kulit
berkontak dengan suatu pengantar(konduktor). Namun, hanya sebagain kecil dari
pertukaran panas total antara kulit dan lingkungan berlangsung melalui konduksi saja
karena udara bukan penghantar panas yang baik.
1

3. Konveksi
Konveksi merujuk kepada pemindahan energi panas oleh arus udara (atau
H
2
O). Sejumlah kecil konveksi hampir selalu terjadi di sekitar tubuh akibat
kecenderungan udara disekitar kulit untuk naik sewaktu menjadi panas. Sewaktu
tubuh kehilangan panas melalui konduksi ke udara sekitar yang lebih dingin, udara
yang berkontak langsung dengan kulit menjadi lebih hangat. Karena udara hangat
lebih ringan (kurang padat) daripada udara dingin, maka udara yang telah dihangatkan
tersebut naik sementara udara yang lebih dingin berpindah ke dekat kulit
menggantikan udara yang telah hangat tersebut. Proses ini akan berulang. Pergerakan
ini disebut arus konveksi, membantu membawa panas menjauhi tubuh.
1

4. Evaporasi
Evaporasi adalah metode terakhir pemidahan panas yang digunakan oleh tubuh.
Ketika udara menguap dari permukaan kulit, panas yang diperlukan untuk mengubah
air dari keadaan cair menjadi gas diserap dari kulit sehingga tubuh menjadi lebih
dingin. Evaporasi air melalui kulit dan paru-paru yang tidak kelihatan ini tidak dapat
dikendalikan untuk tujuan pengaturan suhu karena evaporasi tersebut dihasilakan dari
difusi molekul air terus menerus mealui kulit dan permukaan system pernapasan.
1,2

Peningkatan kebutuhan energi
Metabolisme karbohidrat
Karbohidrat adalah komponen utama dalam makanan yang merupakan sumber energi
yang utama bagi organisme hidup. Pada dasarnya metabolisme glukosa dapat dibagi dalam
dua bagian yaitu yang tidak menggunakan oksigen atau anaerob dan yang menggunakan
oksigen atau aerob. Glukosa adalah bahan bakar utama kebanyakan jaringan. Glukosa
dimetabolisme menjadi piruvat melalui jalur glikolisis. Jaringan aerob memetabolisme
piruvat menjadi asetil koA yang dapat memasuki asam sitrat untuk oksidasi sempurna
menjadi CO
2
dan H
2
O yang berkaitan dengan pembentukan ATP dalam proses fosforilasi
oksidatif. Glikolisis juga dapat berlangsung secara anaerob (tanpa oksigen), dengan produk
akhir berupa laktat.
3
Metabolisme utamanya yaitu yang pertama glikolisis Emden Meyerhof (EM). Pada
glikolisis EM, menguraikan glukosa menjadi piruvat (dalam keadaan aerob) atau laktat
(dalam keadaan anaerob) untuk menghasilkan energi. Terjadi di sitosol. Jumlah ATP yang
dihasilkan pada keadaan aerob yaitu 8 ATP/mpl glukosa dan pada keadaan anaerob
menghasilkan 2 ATP/mol glukosa. Di dalam sel darah merah (eritrosit), glikolisis EM selalau
anaerob dan hasil akhirnya asam laktat.
Proses yang kedua yaitu oksidasi piruvat menjadi asam laktat. Proses ini terjadi
dimitokondria. Di dalam sel darah merah tidak ada mitokondria, maka piruvat diubahmenjadi
laktat. Enzim yang digunakan yaitu piruvat dehidrogenase yang meningkat pada saat/setelah
makan, berhenti saat lapar, meningkat bila banyak piruvat, dan dihambat oleh peningkatan
asetil koA.
Selanjutnya siklus asam sitrat merupakan jalur akhir metabolisme bermacam zat.
Terjadi di mitokondria. Diawali dengan oksidasi setil koaA membentuk suatu siklus.Asetil
koA dapat diperoleh dari oksidasi karbohidrat, lemak dan asam amino. Terjadi dimitokondria.
SAS adalah suatu rangkaian reaksi yang melakukan oksidasi terhadap asetil koA,
membebaskan H
+
dan e- sehingga menghasilkan ATP. SAS berfungsi amfibolik yaitu
berfungsi dalam jalur anabolik dan katabolik. Siklus terdiri dari penggabungan 1molekul
asetil koA (2C) dengan asam dikarboksilat (4C) oksaloasetat asam trikarboksilat (6C)
yaitu asam sitrat. Dalam siklus asam sitrat dihasilkan 12 ATP. Jadi, produksi ATP pada
oksidasi 1 molekul glukosa adalah Glikolisi EM pada keadaan aeob 8 ATP, oksidasi piruvat
menjadi asetil koA 6 ATP, dan pada siklus asam sitrat yaitu 24 ATP. Pada keadaan aerob
dihasilkan 38 ATP.
Glikogenesis yaitu pembentukan glikogen dari glukosa. Sebagai persediaan energi
cadangan terutama di hati dan otot. Glikogenesis meningkat setelah makan dan glikogenensis
menurun pada saat puasa/lapar. Fugnsi glikogen otot adalah sebagi sumber glukosa untuk
glikolisis di otot (energi). Fungsi glikogen hati yaitu sebagai simpanan glukosa dan untuk
penyediaan darah (untuk mempertahankan kadar glukosa darah terutama antara waktu makan
dan kerja otot). Di hati ada enzim glukosa 6- fosfatase yang mengkatalisis glukosa 6P
glukosa. Di otot tidak ada enzim glukosa 6-fosfatase. Proses pembentukan glikogen
memerlukan 3 enzim yaitu enzim UDP-glukosafosorilase (untuk pembentukan UDP-glu dari
glukosa 1P + UTP dengan melepaskan 2Pi), enzim glikogen sintase (untuk pembentukan unit
glukosil 1 4 dari molekul glikogen primer + UDP glukosa) dan enzim percabangan
(branching enzim) untuk membentuk unit 1 6 glikogen. Enzim ini akan memindahkan
segmen glukosa dari glikogen ( 6 molekul glukosa) ke bagian cabang lain bila sudah
terbentuk 11 glukosa.
Glikogenolisis adalah proses pemecahan glikogen menjadi glukosa, di hati dan otot.
Di hati glikogenolisis meningkat menyebabkan glukosa darah meningkat. Di
otot,glikogenolisis berubah menjadi piruvat (aerob) atau laktat (anaerob pada kerja
fisik,olahraga berat). Enzim yang berperan yaitu fosforilase yaitu merupakan enzim regulator
yang mengkatalisis reaksi pemecahan ikatan glikosidik/fosforolisis (pemecahan dengan 12
fosfat). Oleh fosforilase tiap 1 molekul glukosa pada rantai lurus dilepaskan menjadi glukosa
1P sampai tinggal 4 molekul glukosa pada cabang. Enzim glukan transferase memindahkan
3 segmen glukosa dari 4 sisa glukosa ke rantai lurus yang berdekatan dan meninggalkan 1
glukosa pada cabang tersebut. Debranching enzim menghidrolisi tempat percabangan,
memutuskan 1 molekul glukosa pada cabang tersebut menghasilkan glukosa bebas
(pemecahan hidrolitik) meniadakan percabangan.
Glukoneogenesis merupakan pembentukan karbiohidrat (glukosa/glikogen) dari
senyawa bukan karbohidrat seperti asam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan propiaonat.
Tujuannya yaitu untuk menyediakan glukosa di dalam tubuh bila kekurangan,misalnya
keadaan letih, puasa. Terjadi di hati dan ginjal. Proses ini melibatkan kebalikan dari sebagian
besar glikolisis EM, SAS, dan beberapa reaksi.
Metabolisme lemak
Secara ringkas, hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan adalah asam lemak dan
gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak mengalami
esterifikasi yaitu membentuk ester dengan gliserol menjadi trigliserida sebagai cadangan
energi jangka panjang. Jika sewaktu-waktu tak tersedia sumber energi dari karbohidrat
barulah asam lemak dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun jika harus memecah
cadangan trigliserida jaringan. Proses pemecahan trigliserida ini dinamakan lipolisis.
Proses oksidasi asam lemak dinamakan oksidasi beta dan menghasilkan asetil KoA.
Selanjutnya sebagaimana asetil KoA dari hasil metabolisme karbohidrat dan protein, asetil
KoA dari jalur ini pun akan masuk ke dalam siklus asam sitrat sehingga dihasilkan energi. Di
sisi lain, jika kebutuhan energi sudah mencukupi, asetil KoA dapat mengalami lipogenesis
menjadi asam lemak dan selanjutnya dapat disimpan sebagai trigliserida. Beberapa lipid non
gliserida disintesis dari asetil KoA. Asetil KoA mengalami kolesterogenesis menjadi
kolesterol. Selanjutnya kolesterol mengalami steroidogenesis membentuk steroid. Asetil KoA
sebagai hasil oksidasi asam lemak juga berpotensi menghasilkan badan-badan keton (aseto
asetat, hidroksi butirat dan aseton). Proses inidinamakan ketogenesis. Badan-badan keton
dapat menyebabkan gangguan keseimbangan asam-basa yang dinamakan asidosis metabolik.
Keadaan ini dapat menyebabkan kematian.
3
Oksidasi asam lemak jenuh (oksidasi beta asam lemak)
Lemak dalam tubuh tidak hanya berasal dari makanan yang mengandung lemak,tetapi
dapat pula berasal dari karbohidrat dan protein. Hal ini dapat terjadi karena adahubungan
antara metabolisme karbohidrat, lemak, protein atau asam amino. Asam lemak yang terjadi
pada proses hidrolisis lemak, mengalami proses oksidasi dan menghasilkan asetil-KoA.
Berikut ini adalah tahap-tahap reaksi:
1. Pembentukan asil-KoA dari asam lemak berlangsung dengan katalis enzim asil-
KoAsintase (tiokinase). Mula asam lemak bereaksi dengan ATP dan enzim
membentuk kompleks enzim-asiladenilat. Molekul asila adenilat terdiri atas gugus asil
yang berikatan dengan gugus fosfat pada AMP. Molekul ATP dalam reaksi ini diubah
menjadi AMP dan pirofosfat. Kemudian asil AMP bereaksi dengan koenzim A
membentuk asil-KoA. Pirofosfat dengan segera terhidrolisis menjadi 2 gugus fosfat.
2. Reaksi kedua ialah pembentukan enoil-KoA dengan cara oksidasi. Enzim asil-
KoAdehidrogenase berperan sebagai katalis dalam reaksi ini. Koenzim yang
dibutuhkandalam reaksi ini ialah FAD yang berperan sebagai akseptor hydrogen. Dua
molekulATP dibentuk untuk tiap pasang elektron yang ditransportasikan dari molekul
FADH melalui transpor elektron.
3. Reaksi ketiga, enzim enoil-KoA hidratase merupakan katalis yang menghasilkan L-
hidroksiasil koenzim A. Reaksi ini ialah reaksi hidrasi terhadap ikatan rangkap
antaraC-2 dan C-3
4. Reaksi keempat adalah reaksi oksidasi yang mengubah hidroksiasil-KoA
menjadiketoasil-KoA. Enzim L-hidroksiasil koenzim A dehidrogenase merupakan
katalisdalam reaksi ini dan melibatkan NAD yang direduksi menjadi NADH. Proses
oksidasi kembali NADH ini melalui transpor elektron menghasilkan 3 ATP.

5. Tahap kelima adalah reaksi pemecahan ikatan C C, sehingga menghasilkan asetil-
KoA dan asil-KoA yang mempunyai jumlah atom C yang dua buah lebih pendek dari
molekul semula. Asil-KoA yang terbentuk pada reaksi tahap 5, mengalami
metabolisme lebih lanjut melalui reaksi tahap 2 hingga tahap 5 dan demikian
seterusnya sampai rantai C pada asam lemak terpecah menjadi molekul-molekul
asetil-KoA. Selanjutnya asetil-KoA dapat teroksidasi menjadi CO
2
dan H
2
O melalui
siklus asam sitrat atau digunakan untuk reaksi-reaksi yang memerlukan asetil-KoA.

Oksidasi asam lemak tidak jenuh
Seperti pada asam lemak jenuh, tahap pertama oksidasi asam lemak tidak jenuh
adalah pembentukan asil-KoA. Selanjutnya molekul asil-KoA dari asam lemak tidak jenuh
tersebut mengalami pemecahan melalui proses oksidasi seperti molekul asam lemak jenuh,
hingga terbentuk senyawa sis-sis-asil KoA atau trans-sis-asil KoA, yang tergantung pada
letak ikatan rangkap pada molekul tersebut.
BMR
Sudah menjadi hal yang penting untuk mendapatkan suatu cara agar dapat mengukur
sifat kecepatan metabolisme jaringan yang tidak bergantung pada kerja dan factor luar
lainnya yang tidak memungkinkan untuk membandingkan kecepatan metabolisme seseorang
dengan kecepatan ,metabolisme orang lain. Untuk melakukan hal ini, kecepatan metabolisme
biasanya diukur pada apa yang disebut keadaan basal dan kecepatan metabolisme yang
diukur kemudian disebut kecepatan metabolism basal (BMR).
Hubungan panas dengan BMR
Saat dalam keadaan istirahat total, orang normal akan mengkonsumsi energi dengan
kecepatan sekitar 92 kkal/jam. BMR adalah jumlah energi yang diperlukan untuk melakukan
fungsi tubuh minimal.
Energi dalam molekul nutrien yang tidak digunakan untuk melakukan kerja diubah
menjadi energi termal atau panas. Selama proses-proses biokimia hanya sekitar 50% energi
dalam molekul nutrient dipindahkan ke ATP, sisanya 50% dari energi nutrien ini segera
lenyap sebagai panas. Selama pengeluaran ATP oleh sel, 25% energi lainnya yang berasal
dari makanan diubah menjadi panas. Karena bukan suatu mesin panas, maka tubuh tidak
dapat mengubah panas menjadi kerja. Karena itu, tidak lebih dari 25% energi nutrien yang
tersedia untuk kerja. Sisanya 75%-nya hilang sebagai panas selama perpindahan energi dari
molekul nutrient ke ATP ke dalam sistem sel.
1

Karena energi yang digunakan untuk metabolism basal berubah menjadi panas yang
terutama dikeluarkan melalui kulit, maka dapat diperkirakan bahwa laju metabolism basal
berkaitan dengan luar permukaan atau massa tubuh. Laju metabolisme bergantung pada suhu
tubuh. Apabila suhu tubuh berubah sebesar 1C terjadi peningkatan taraf metabolisme 13-
14%.
4


Kesimpulan
Keseimbangan termoregulasi di atur oleh atau dikontrol oleh hipotalamus.
Hipotalamus diberi tahu tentang suhu kulit oleh termoreseptor perifer dan suhu inti oleh
termoreseptor sentral, dengan reseptor terpenting terletak dihipotalamus itu sendiri. Dari
proses metabolisme 25% energi kimia di gunakan untuk melakukan kerja biologis, sedangkan
75% dari energi yang digunakan oleh otot rangka di ubah menjadi panas. Karena itu,
sebagian besar energi dalam makanan akhirnya mencul sebagai panas tubuh.











Daftar pustaka
1. Sherwood L. Fisiologi Manusia: dari sel ke sistem. 6
th
ed. Jakarta: EGC, 2012. h.
702,11-7
2. Guyton AC,Hall JE.Fisiologi kedokteran.11
th
ed.Jakarta : EGC, 2008
3. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. 27
th
ed. Jakarta: EGC; 2006.
p.139-224.
4. Cameron JR, Skofronick JG, Grant RM. Fisika tubuh manusia. Edisi ke 2. Jakarta;
penerbit buku kedokteran EGC, 2006, h.19.
5. Ganong WF. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2003.
6. Marks DB, Marks AD, smith CM.Biokimia kedokteran dasar sebuah pendekatan
klinis.Jakarta:EGC;2000.

Anda mungkin juga menyukai