Anda di halaman 1dari 27

1

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengenai masalah hukum jual beli darah masih banyak terjadi konteversi dikalangan
ulama dan pengarang-pengarang buku. Pendapat pertama mengatakan bahwa darah yang
dikenakan biaya oleh tim medis seharusnya tidak boleh dilakukan karena semua bagian tubuh
manusia termasuk darah adalah mulia,sehinngga tidak boleh diperjualbellikan. Pendapat kedua
mengatakan bahwa darah tersebut boleh dikenakan biaya, biaya tersebut untuk administrasi, gaji
pegawai Rumah Sakit dan Yasasan yang bergerah dalam pengadaan darah (PMI). Bila dilihat
dari sudut pandang pemerintah itu sendiri, pemerintah telah membuat peratutan pemerintah
khusus dalam menangani masalah Transfusi Darah dari mulai memberi perintah kepada Menteri
Kesehatan, melakukan pengasan sampai memberikan subsidi silang bagi yang benar-benar tidak
mampu. Untuk menyelamatkan jiwa seseorang, islam tidak membedakan agama/kepercayaan,
suku/budaya untuk menerima/memberikan darah kepada mereka yang non muslim
Menyumbangkan darahnya kepada seseorang yang membutuhkan adalah pekerjaan
kemanusiaan yang sangat mulia. Karena dengan mendonorkan sebagian darahnya berarti
seseorang telah memberikan pertolongan kepada orang lain, sehingga seseorang selamat dari
ancaman yang membawa kepada kematian. Donor darah diperbolehkan jika dengan
mendonorkan darahnya itu tidak membahayakan pihak pendonor. Tapi jika membawa bahaya
atau mengancam keselamatan pihak donor, maka haram bagi seseorang untuk mendonorkan
darahnya. Dalam hal ini donor darah yang diberikan hanya sebatas untuk keperluan menolong
resepien yang membutuhkannya. Orang yang menyumbangkan darahnya itu semata-mata untuk
menolong orang lain yang memerlukannya. Berarti niat pendonor hanya untuk kerja
kemanusiaan, ia tidak mengharapkan imbalan berupa materi dari resepien, ini dalam hukum
Islam diperbolehkan tapi jika darahnya itu diperjual belikan hukumnya haram.



2

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
B. Tujuan Penulisan
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengerti pengertian transfusi darah
b. Mengetahui hukum dari transfusi darah
c. Mengerti tentang mengapa diharamkan dan dihalalkan suatu transfusi darah
d. Memahami dan meneldani ayat-ayat Al-quran yang terkait hubunganya dengan transfusi
darah
e. Mengerti alasan tentang diharamkan suatu darah yang diperjual belikan
f. Mengerti dan memahami tentang kaidah transfusi darah yang di halalkan
g. Mengetahui hukum dari menerima/mendonorkan darah kepada Non Muslim

C. Ruang Lingkup

Pengertian Transfusi darah
Hukum Mempergunakan Darah (Transfusi Darah)
Hukum Menjual-belikan Donor Darah
Hukum Menerima/Memberikan Darah Kepada Non Muslim
Penjelasan menurt Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta
Penjelasan Ustadz Dr. Setiawan Budi Utomo tentang Tranfusi Darah







3

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Transfusi/ Donor Darah
Definisi Transfusi Darah, menurut :
Dr. Ahmad Sofyan mengartikan transfusi darah dengan istilah pindah-tuang darah,
sebagaimana dikemukakannya dalam rumusan definisinya yang berbunyi:
Pengertian pindah-tuang darah adalah memasukan darah orang lain kedalam pembuluh
darah orang yang akan ditolong.
Sedangkan Asy-Syekh Husnain Muhammad Makhluf merumuskan definisinya sebagai
berikut: Transfusi darah adalah memanfaatkan darah manusia dengan cara memindahkannya
dari tubuh orang yang sehat kepada tubuh orang yang membutuhkannya, untuk mempertahankan
hidupnya..
Menurut Keperawatan :
Transfusi darah atau blood transfution (bahasa Inggris) adalah memindahkan darah dari
seseorang kepada orang lain dalam rangka menyelamatkan jiwanya. Darah adalah jaringan cair
yang terdiri dari dua bagian, yaitu cairan yang disebut dengan plasma dan sel darah.
Jadi, secara keseluruhan darah manusia kira-kira seperdua belas dari badan atau ditaksir
sekitar lima liter. Dengan rincian persen berbentuk cairan atau plasma dan persen sisanya adalah
sel darah yang terbagi lagi menjadi sel darah merah, sel darah putih, dan butir pembeku
(trambosit). Yang dimaksud dengan plasma darah adalah cairan yang berwarna kuning dan
mengandung cairan yang berwarna kuning dan mengandung 91,0 persen air, 8,5 persen mineral,
dan 0,1 persen sejumlah bahan organik seperti lemak, urea, asam urat, kolesterol, dan asam
amino.
4

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Unsur kedua dari darah manusia adalah sel darah merah. Sel darah merah memerlukan
protein dan zat besi. Dalam hal ini, wanita lebih membutuhkan zat besi dalam kadar yang tinggi
karena sebagiannya terbuang ketika menstruasi dan zat besi diperlukan lebih banyak bagi wanita
untuk perkembangan janin dan pembuatan air susu. Unsur ketiga dari darah manusia adalah sel
darah putih.
Dalam pelaksanaan transfusi darah, hal yang penting dan harus dicermati oleh pihak medis
adalah golongan donor darah (yang menyumbangkan darah) dan golongan darah resepien
(penerima darah). Golongan darah manusia terdiri dari golongan AB, A, B, dan O. Hal ini
dimaksudkan agar ada kecocokan antara donor dengan resepien karena antara golongan donor
darah dengan resepien tidak semua bisa saling memberi dan menerima. Berikut ini, komposisi
golongan darah manusia secara medis, yaitu:
1. Dilihat dari donor, yaitu:
a. Golongan darah AB dapat memberi kepada AB.
b. Golongan darah A dapat memberi kepada A, dan AB.
c. Golongan darah B dapat memberi kepada B, dan AB.
d. Golongan darah O dapat memberi kepada semua golongan darah.
2. Dilihat dari resepien, yaitu:
a.. Golongan darah AB dapat menerima semua golongan.
b. Golongan darah A dapat menerima kepada golongan darah A, dan O.
c. Golongan darah B dapat menerima kepada golongan B, dan O.
d. Golongan darah O hanya dapat menerima kepada golongan darah O.
2. Fungsi Transfusi Darah
Masing-masing unsur darah dalam tubuh kita memiliki peran dan fungsinya masing-masing.
Plasma darah berfungsi untuk perantara penyaluran makanan, lemak, dan asam animo ke
jaringan tubuh. Selain itu juga berfungsi untuk mengangkut bahan buangan seperti urea, asam
5

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
urat, dan sebagian karbon dioksida, menyegarkan cairan jaringan tubuh dimana melalui cairan ini
semua sel tubuh dapat menerima makanan.
Sel darah merah bekerja sebagai system transport dari tubuh, mengantar semua bahan kimia,
oksigen, dan zat makanan yang diperlukan oleh tubuh, menyingkirkan karbon dioksida dan hasil
buangan lainnya serta mengatur panas ke seluruh tubuh.
Sel darah putih berfungsi untuk mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera,
menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan kotoran, menyediakan
bahan pelindung tubuh dari serangan bakteri. Fungsi ini berhubungan dengan fungsi sel pembeku
(trambosit), yaitu membekukan darah yang keluar dari anggota tubuh yang terluka atau cidera,
sehingga darah tersebut dapat tertahan.
Setelah memahami fungsi darah bagi tubuh manusia. Maka manusia tidak dapat hidup tanpa
darah karena semua jaringan tubuh memerlukan darah. Otak manusia membutuhkan darah yang
mencukupi dan teratur. Jika tidak menerima darah dalam tempo lebih dari empat menit, maka sel
otak akan mati.
3. Jenis Donor Darah
Ada dua macam donor darah yaitu :
1. Donor keluarga atau Donor Pengganti adalah darah yang dibutuhkan pasien dicukupi
oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien.
2. Donor Sukarela adalah orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah
lainnya atas kerelaan mereka sendiri dan tidak menerima uang atau bentuk pembayaran
lainnya. Motivasi utama mereka adalah membantu penerima darah yang tidak mereka
kenal dan tidak untuk menerima sesuatu keuntungan.
4. Syarat-syarat Calon Donor Darah
Umur 17 60 tahun(usia 17 tahun diperbolehkan mendonor bila mendapat izin tertulis
dari orang tua)
6

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Berat badan 50 kg atau lebih
Temperatur tubuh 36,6-37,5 derajat celcius
Hemoglobin Perempuan minimal 12 gr, sedangkan Prian Minimal 12,5 gr
Tekanan darah 120/140/80 - 100 mmHg
Nadi 50-100/menit teratur
Tidak berpenyakit jantung, hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit perdarahan,
kejang, kanker, penyakit kulit kronis.
Tidak hamil, menyusui, menstruasi (bagi wanita
Bagi donor tetap, penyumbangan 5 (lima) kali setahun (dengan jarak penyumbangan
sekurang-kurangnya 3 bulan). Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.
Kulit lengan donor sehat.
Tidak menerima transfusi darah/komponen darah 6 bulan terakhir.
Tidak menderita penyakit infeksi ; malaria, hepatitis, HIV/AIDS.
Bukan pencandu alkohol/narkoba.
Tidak mendapat imunisasi dalam 2/4 bulan terakhir.
Beritahu Petugas bila makan aspirin dalam 3 hari terakhir.

5. Orang Yang Tidak Boleh Menjadi Pendonor Darah

Pernah menderita hepatitis B
Dalam jangka waktu enam bulan sesudah kontak erat dengan penderita hepatitis
Dalam jangka waktu enam bulan sesudah transfusi
Dalam jangka waktu enam bulan sesudah tato/tindik telinga
Dalam jangka waktu 72 jam sesudah operasi gigi
Dalam jangka waktu enam bulan sesudah operasi kecil
Dalam jangka waktu 12 bulan sesudah operasi besar
Dalam jangka waktu 24 jam sesudah vaksinasi polio, influenza, kolera, tetanus dipteria,
atau profilaksis
Dalam jangka waktu dua minggu sesudah vaksinasi virus hidup parotitis epidemica,
measles, dan tetanus toxin
7

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Dalam jangka waktu satu tahun sesudah injeksi terakhir imunisasi rabies therapeutic
Dalam jangka waktu satu minggu sesudah gejala alergi menghilang
Dalam jangka waktu satu tahun sesudah transplantasi kulit
Sedang hamil dan dalam jangka waktu enam bulan sesudah persalinan
Sedang menyusui
Ketergantungan obat
Alkoholisme akut dan kronis
Mengidap Sifilis
Menderita tuberkulosis secara klinis
Menderita epilepsi dan sering kejang
Menderita penyakit kulit pada vena (pembuluh darah balik) yang akan ditusuk
Mempunyai kecenderungan perdarahan atau penyakit darah, misalnya kekurangan G6PD,
thalasemia, dan polibetemiavera
Seseorang yang termasuk kelompok masyarakat yang berisiko tinggi mendapatkan
HIV/AIDS (homoseks, morfinis, berganti-ganti pasangan seks, dan pemakai jarum suntik
tidak steril)
Pengidap HIV/ AIDS menurut hasil pemeriksaan saat donor darah
6. Proses Transfusi Darah
1. Pengisian Formulir Donor Darah.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan golongan, tekanan darah dan hemoglobin darah..
3. Pengambilan Darah
Apabila persyaratan pengambilan darah telah dipenuhi barulah dilakukan pengambilan
darah.
4. Pengelolahan Darah
Beberapa usaha pencegahan yang di kerjakan oleh PMI sebelum darah diberikan kepada
penderita adalah penyaringan terhadap penyakit di antaranya :
a. Penyakit Hepatitis B
b. Penyakit HIV/AIDS
8

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
c. Penyakit Hipatitis C
d. Penyakit Kelamin (VDRL)
Waktu yang di butuhkan pemeriksaan darah selama 1-2 jam
5. Penyimpanan Darah
Darah disimpan dalam Blood Bank pada suhu 26 derajat celcius. Darah ini dapat
dipisahkan menjadi beberapa komponen seperti :
-PRC
-Thrombocyt
-Plasma
-Cryo precipitat
7. Manfaat Donor Darah
1. Dapat mengetahui Golongan Darah Tanpa di Pungut Biaya.
2. Anda secara teratur memeriksakan kesehatan (tiap kali menjadi Donor/tiap 3 bulan sekali )
yang meliputi :
-Tekanan Darah, Nadi, dan Suhu
-Tinggi Badan, Berat Badan (Body Mass Index)
-Haemoglobine, Penyakit Dalam
-Penyakit Hipatitis B dan Hipatitis C
-Penyakit HIV/AIDS
3. Sekali menjadi Donor dapat menolong/menyelamatkan 3 orang pasien yang berbeda.
4. Darah anda dapat menyelamatkan jiwa orang lain secara langsung.
5. Pendonor yang secara teratur Mendonorkan Darah (setiap 3 Bulan) akan menurunkan Resiko
Terkena penyakit Jantung sebesar 30 % (British Journal Heart) seperti serangan jantung Koroner
dan Stroke.
8. Pengambilan Darah
1. Oleh petugas yang berwenang.
2. Menggunakan peralatan sekali pakai.
3. 250-350 ml, tergantung berat badan.
9

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
4. Mengikuti Prosedur Kerja Standar.
5. Informed Consent : Darah diperiksa terhadap IMLTD (Infeksi Menular Lewat Transfusi
Darah) ; Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, Sifilis).
9. Tujuan Transfusi Darah
Memelihara dan mempertahankan kesehatan donor.
Memelihara keadaan biologis darah atau komponen komponennya agar tetap
bermanfaat.
Memelihara dan mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah
(stabilitas peredaran darah).
Mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah.
Meningkatkan oksigenasi jaringan.
Memperbaiki fungsi Hemostatis.
Tindakan terapi kasus tertentu.
10. Hukum Mempergunakan Darah (Transfusi Darah)
Pada dasarnya, darah yang dikeluarkan dari tubuh manusia termasuk najis mutawasittah
menurut hukum islam. Maka agama islam melarang mempergunakannya, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Dan keterangan tentang haramnya mempergunakan darah, terdapat pada
beberapa ayat yang dhalalahnya shahih. Antara lain berbunyi: Diharamkan bagimu
(mempergunakannay) bangkai, darah, daging babi, daging hewan yang disembelih bukan atas
nama Allah(Q.S. Al Maidah :3).
Tetapi bila berhadapan dengan hajat manusia untuk mempergunakannya dalam keadaan
darurat, sedangkan sama sekali tidak ada bahan lagi yang dapat dipergunakaanya untuk
menyelamatkan nyawa seseorang maka najis itu boleh dipergunakannya hanya sekedar
kebutuhan untuk mempertahankan kehidupan; misalnya seseorang menderita kekerungan darah
karena kecelakaan, maka hal itu debolehkan dalam islam untuk menerima darah dari orang lain,
yang disebutnya Transfusi Darah. Hal tersebut, sangat dibutuhkan (dihajatkan) untuk
menolong seseorang dalam keadaan darurat, sebagaiman keterangan Qaidah fiqhiyah yang
10

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
berbunyi: Perkara hajat (kebutuhan) menempati posisi darurat (dalam menetapkan hukum
islam), baik bersifat umum maupun khusus. Dan dalam kaidah Fiqhiyah selanjutnya yang
berbunyi : Tidak ada yang haram bila berhadapan dengan yang hajat(kebutuhan).
Maksud yang terkandung dalam kedua Qaidah Fiqhiyah tersebut diatas adalah
menunujukan bahwa islam membolehkan hal-hal yang bersifat makruh dan yang haram bila
berhadapan dengan yang hajat dan darurat. Dan membolehkan transfusi darah untuk
menyelamatkan pasien karena keadaan darurat yang tertentu. Akan tetapi kebolehannya hanya
sebatas pada transfusi darah saja.
Bila dalam keadaan darurat yang dialami oleh seseorang maka Agama islam
membolehkan, tetapi bila digunakan untuk hal-hal yang lain maka agama islam melarangnya.
Karena dibutuhkannya hanya untuk ditransfer kepada pasien saja. Hal ini sesuai dengan maksud
Qaidah Fiqhiyah yang berbunyi :Sesuatu yang dibolehkan karena keadaan darurat, (hanya
diberlakukan) untuk mengatasi kesulitan tertentu.
Kalau kita membuka lembaran Al-Quran dan Hadits, tidak ditemukan satu nash yang
menjelaskan hukum donor darah. Jika demikian halnya, maka cara yang harus ditempuh untuk
mendapatkan kejelasan hukumnya harus dilakukan ijtihad yang dilakukan secara jamai
(kolektif). Karena masalah donor berhubungan dengan kesehatan, maka tidak cukup ulama saja
tapi juga dibutuhkan bidang ilmu kedokteran sehingga tidak terjadi hal yang dapat mengancam
kesehatan si donor dan resepien.
Menyumbangkan darahnya kepada seseorang yang membutuhkan adalah pekerjaan
kemanusiaan yang sangat mulia. Karena dengan mendonorkan sebagian darahnya berarti
seseorang telah memberikan pertolongan kepada orang lain, sehingga seseorang selamat dari
ancaman yang membawa kepada kematian. Maka tidaklah salah jika orang Islam
menyumbangkan darahnya kepada orang beragama non-Islam yang sangat membutuhkan
darahnya. Karena menyumbangkan darahnya dengan ikhlas kepada siapa saja termasuk amal
kemanusiaan yang amat dianjurkan oleh Islam. Seperti halnya orang memberi makan kepada
orang lapar yang terancam akan mati. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat Al-
11

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Maidah ayat 32; Artinya: Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka
seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. (QS. Al-Maidah ayat 32).
Setelah diteliti, ternyata dalam Al-Quran tidak ada ayat dan Hadits yang secara jelas
melarang memberikan donor darah kepada orang yang membutuhkan. Maka kebolehan donor
darah itu sejalan dengan kaidah Ushul Fiqh yang artinya: Pada asalnya hukum sesuatu itu tidak
boleh sebelum ada dalil yang mengharamkannya.
Dilihat dari urgensinya, donor darah dalam hukum Islam tidak lepas dari unsur
kemashlahatan yang bersifat dharury, yaiu menyelamatkan jiwa manusia dalam keadaan darurat.
Sebab jika tidak menggunakan sesuatu yang diharamkan, yaitu darah (benda najis), maka
seseorang akan meninggal. Dalam hal ini, orang sakit yang kekurangan darah harus dibantu
dengan donor darah.
Kaidah Bahaya tidak boleh dihilangan dengan bahaya yang lain. memberikan ketentuan
hukum bahwa donor darah diperbolehkan jika dengan mendonorkan darahnya itu tidak
membahayakan pihak pendonor. Tapi jika membawa bahaya atau mengancam keselamatan pihak
donor, maka haram bagi seseorang untuk mendonorkan darahnya. Oleh krena itu, perlu ketelitian
dari pihak medis. Kaidah Ushul Fiqh mengatakan: Sesuatu yang diperbolehkan karena terpaksa
harus disesuaikan dengan kadar dibutuhkannya.
Dalam hal ini donor darah yang diberikan hanya sebatas untuk keperluan menolong resepien
yang membutuhkannya. Maka selain itu, mengalirkan darah diluar alasan darurat, seperti marus
yang untuk diminum, maka menjual dan meminumnya hukumnya haram.
10.1 Ada tiga perkara yang harus dibicarakan untuk menjawab pertanyaan Hukum
Tranfusi Darah.

1. Siapakah orang yg menerima darah yg didonorkan itu ?
2. Siapakah orang yang mendonorkan darahnya itu ?
3. Instruksi siapakah yg dipegang dalam pendonoran darah itu ?
ATAU :
12

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Pertama : Siapakah orang yang diberi tambahan darah?
Kedua : Siapakah si pendonor darah?
Ketiga : Siapakah orang yang menjadi rujukan dalam masalah perlu transfusi darah ini?
1. Yang boleh menerima darah yang didonorkan adalah orang yang berada dalam keadaan
kritis karena sakit ataupun terluka dan sangat memerlukan tambahan darah.

QS. 2:173
Yang Pertama : Orang yang perlu diberi tambahan darah ialah orang sakit atau
terluka, yang keberlangsungan hidupnya sangat tergantung pada donor darah. Dasarnya
adalah firman Allah Subhanahu wa Taala.
Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak meginginkannya dan
tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya [Al-Baqarah : 173]

QS. 5:3
Dalam ayat lain, Allah Subhanahu wa Taala berfirman.
Artinya : Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa,
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang [Al-Maidah : 3]

QS. 6:119
Allah berfirman.
Artinya : Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkanNya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya [Al-Anam :
199]
Bentuk pengambilan dalil dari ayat di atas bahwasanya jikalau keselamatan jiwa
pasien karena sakit atau luka sangat tergantung kepada darah yang didonorkan oleh orang
lain dan tidak ada zat makanan atau obat-obatan yang dapat menggantikannya untuk
menyelamatkan jiwanya maka dibolehkan mendonorkan darah kepadanya. Dan hal itu
dianggap sebagai pemberian zat makanan bagi si pasien bukan sebagai pemberian obat.
Dan memakan makanan yang haram dalam kondisi darurat boleh hukumnya.
13

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah

Sisi pendalilan ayat-ayat ini adalah, ayat-ayat ini memberikan pengertian, jika
kesembuhan orang yang sakit atau terluka serta keberlangsungan hidupnya tergantung
pada transfusi darah dari orang lain kepadanya, sementara tidak ada obat yang mubah
yang dapat menggantikan darah dalam usaha penyembuhan dan penyelamatannya, maka
boleh mentransfusi darah kepadanya. Ini sebenarnya, bukan pengobatan namun hanya
memberi tambahan yang diperlukan.

2. Yang Kedua : Si pendonor darah adalah orang yang tidak terancam resiko jika ia
mendonorkan darah. Berdasarkan keumuman sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam. Artinya : Tidak membahayakan diri dan orang lain [Riwayat Imam Ibnu Majah
dan dishahihkan oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani]
Boleh mendonorkan darah jika tidak menimbulkan bahaya dan akibat buruk terhadap si
pendonor darah. berdasarkan hadits Nabi SAW :Tidak boleh melakukan sesuatu yang
membahayakan jiwa dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.

3. Yang Ketiga : Orang yang didengar ucapannya dalam masalah perlunya transfusi darah
adalah dokter muslim. Jika kesulitan mendapatkannya, saya tidak mengetahui adanya
larangan untuk mendengar ucapan dari dokter non muslim, baik Yahudi ataupun Nasrani,
jika ia ahli dan dipercaya orang banyak.

Dalilnya yaitu kisah yang terdapat dalam hadits shahih, bahwa pada saat melakukan
hijrah, beliau Shallallahu alaihi wa sallam menyewa seorang musyrik yang lihai sebagai
pemandu jalan.

Ibnul Qayyim rahimahullahu mengatakan dalam kitabnya (Badai Al-Fawaid) : Dalam
(kisah) Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyewa Abdullah bin Uraiqith Ad-Daili
sebagai pemandu saat berhijrah padahal dia seorang kafir, terdapat dalil bolehnya meruju
kepada orang kafir dalam bidang kedokteran, celak, obat, tulis menulis, hitungan, cacat
atau yang lainnya, selama tidak masuk wilayah yang mengandung keadilan.

14

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Keberadaannya sebagai seorang kafir tidak serta merta menyebabkannya tidak bisa
dipercaya sama sekali dalam segala hal. Dan tidak ada yang lebih beresiko ketimbang
menjadikannya sebagai pemandu jalan, terutama seperti perjalanan melakukan hijrah.

Ibnul Muflih, dalam kitab Al-Adab Asy-Syariyah, menukil perkataan Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyyah.
Jika ada seorang Yahudi atau Nasrani yang ahli dalam masalah kedokteran serta
dipercaya banyak orang, maka boleh bagi seorang muslim untuk berobat kepadanya,
sebagaimana juga boleh menitipkan harta kepadanya dan bermuamalah dengannya.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Taala.

Artinya : Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya
harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu ; dan di antara mereka ada orang yang
jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu,
kecuali jika kamu selalu menagihnya [Ali-Imran : 75]

Dalam hadits shahih (yang diriwayatkan Imam Bukhari, red) bahwa saat Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam melakukan hijrah, beliau Shallallahu alaihi wa sallam menyewa
seorang musyrik pemandu yang lihai. Beliau Shallallahu alaihi wa sallam
mempercayakan jiwa serta harta kepadanya.

Kabilah Khuzaah menjadi tempat rahasia Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, baik
yang muslim di antara mereka ataupun kafir. Dan diriwayatkan, Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam memerintahkan agar menjadikan Al-Harits bin Kaladah sebagi dokter
padahal dia kafir. Jika memungkinkan dia berobat kepada seorang muslim, sebagaimana
juga memungkinkan dia menitipkan barang atau bermuamalah, maka semestinya dia
tidak beralih kepada non muslim.

Sedangkan, jika dia perlu untuk menitipkan barang kepada seorang ahli kitab atau
berobat kepadanya, maka hal itu boleh dilakukan. Ini tidak dikategorikan wala kepada
Yahudi dan Nasrani yang terlarang. Selesai perkataan Ibnu Taimiyah rahimahullahu.
15

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Demikian ini pendapat madzhab Malikiyah, Al-Mawardzi mengatakan : Aku
memasukkan seorang Nasrani ke rumah Abu Abdillah, orang itu lalu menerangkan
(obat), sementara Abu Abdillah menuliskan keterangannya. Kemudian dia menyuruhku
untuk membeli obat itu untuknya.
[Al-Fatawa Al-Mutaalliqah Bith Thibbi Wa Ahkamil Mardha, halaman 346-348]

jadi...menurut Syaikh Muhammad bin Ibrahim Alu Syaikh bahwa mendonorkan darah itu
boleh-boleh saja dgn memperhatikan 3 hal tersebut diatas,

selain itu ada artikel tentang HUKUM DONOR DARAH yang isinya:

Instruksi yang dipegang dalam pendonoran darah itu adalah instruksi seorang dokter
muslim. Jika tidak ada, maka kelihatannya tidak ada larangan mengikuti instruksi dokter
non muslim, baik dokter itu Yahudi, Nasrani ataupun selainnya. Dengan catatan ia adalah
seorang yang ahli dalam bidang kedokteran dan dipercaya banyak orang. Dasarnya
adalah sebuah riwayat dalam kitab Ash-Shahih, bahwasanya Rasulullah menyewa
seorang lelaki dari Bani Ad-Diel sebagai khirrit, sementara ia masih memeluk agama
kaum kafir Quraisy. Khirrit adalah penunjuk jalan (guide) yang mahir dan mengenal
medan. (H.R Al-Bukhari No: 2104).

10.2 Lembaga tertinggi Majelis Ulama juga mengeluarkan fatwa berkenaan dengan
masalah ini sebagai berikut:

a. Boleh hukumnya mendonorkan darah selama tidak membahayakan jiwanya dalam
kondisi yang memang dibutuhkan untuk menolong kaum muslimin yang benar-benar
membutuhkannya.
b. Boleh hukumnya mendirikan Bank donor darah Islami untuk menerima orang-orang yang
bersedia mendonorkan darahnya guna menolong kaum muslimin yang membutuhkannya.
Dan hendaknya bank tersebut tidak menerima imbalan harta dari si sakit ataupun ahli
waris dan walinya sebagai ganti darah yang di donorkan. Dan tidak dibolehkan
16

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
menjadikan hal itu sebagai lahan bisnis untuk mencari keuntungan, karena hal itu
berkaitan dengan kemaslahatan umum kaum muslimin.

10.3 Fatwa Syeikh Husamuddin bin Musa 'Ufanah

Beliau berfatwa bahwa donor darah merupakan praktek yang sangat penting untuk
dilakukan. Bertabarru' atau menumbang darah sebagai donor adalah sebuah amal yang
disunnahkan.
Beliau menyatakan tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa hukum donor darah itu sampai
kepada hukum fardhu kifayah. Tentunya bila sudah ada muslim yang melakukannya, sudah
gugur kewajibannya.
Beliau menyatakaan haramnya jual beli darah. Karena tubuh manusia itu mulia, tidak untuk
diperjual-belikan. Termasuk juga darahnya.

10.4 Fatwa Dr. Yusuf Al-Qaradhawi

Beliau menyatakan bahwa donor darah adalah bentuk sedekah yang paling utama di
zaman sekarang ini. Sebab menjadi donor darah dalam konteks ini bukan sekedar membantu,
tetapi sudah sampai taraf menyelematkan nyawa seseorang. Jadi nilainya sangat tinggi di sisi
Allah. Bahkan menyelamatkan nyawa manusia yang seharusnya mati tidak tertolong, tapi dengan
berkat donor darah ini mengakibatkan bisa terus berlangsungnya kehidupan seseorang,
digambarkan seperti memberikan kehidupan kepada semua manusia.

QS 5:32
Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah
memelihara kehidupan manusia semuanya.

HR Bukhari dan Muslim
Siapa yang membebaskan seorang muslim dari bebannya di dunia, maka Allah akan
membebaskannya dari bebannya di hari kiamat.
17

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah

10.5 Fatwa Syaikh Zaid Bin Muhammad Al-Madkholi

Apabila terdapat padanya maslahat dan tidak menimbulkan kemudharatan yang dapat
membahayakan dirinya, maka donor darah tidak terlarang. Bahkan padanya terdapat pahala dan
keutamaan, sebagaimana yang termaktub dalam kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.
QS 99:78
Barangsiapa yang beramal dengan sebiji debu kebaikan maka dia akan melihatnya, dan
barangsiapa yang beramal dengan sebiji debu kejelekan maka dia akan melihatnya.

Hadits
Dan Allah akan selalu menolong hamba-Nya, selama hamba Nya selalu menolong saudaranya

Beliau juga berfatwa tidak boleh menjual-belikan darah dan juga memakan hasil dari
penjualannya itu.

Kalau meminjam istilah anda, maka dari dalil-dalil tersebut tidak ada yang dapat menyatakan
bahwa darah dari seorang kafir yang mengandung unsur babi tidak boleh digunakan, selama
tujuannya demi kemashlahatan manusia, maka darah siapapun dapat dipergunakan untuk
siapapun, bergantung dari kecocokan darah tentunya.
11. Hukum Menjual-belikan Donor Darah
Kalau kita kembali kepada pengertian istilah donor darah, maka orang yang menyumbangkan
darahnya itu semata-mata untuk menolong orang lain yang memerlukannya. Berarti niat
pendonor hanya untuk kerja kemanusiaan, ia tidak mengharapkan imbalan berupa materi dari
resepien. Ini mungkin bisa terjadi jika resepien mendapatkan darah dari donor yang bersifat
langsung diberikan oleh donor tanpa melalui pihak ketiga. Namun permasalahan yang kita
temukan dilapangan si resepien yang membutuhkan darah seperti dirumah sakit, ia tidak
mendapatkannya secara Cuma-Cuma. Tapi ia harus membeli darah dengan cukup mahal.
Permasalahan bukan lagi donor atau resepien, tapi bagaimana sekarang hukum menjual-belikan
18

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
darah yang menurut hukum Islam tergolong benda najis. Berdasarkan Hadits riwayat Bukhari
dan Muslim yang artinya: Semua darah itu najis, termasuk darah manusia.
Imam Abu Hanifah dan Zahiri membolehkan menjual-belikan benda najis yang ada
manfaatnya, seperti kotoran hewan seperti serbuk. Secara analogis mazhab ini membolehkan jual
beli darah karena besar manfaatnya bagi manusia untuk keperluan transfusi darah untuk
keperluan operasi dan sebagainya. Namun Imam Syafii mengharamkan jual beli benda najis
termasuk darah . ayat Al-Quran menyatakan secara tegas bahwa darah termasuk benda yang
diharamkan. Firman Allah dalam surat Al-Maidah ayat 3 yang artinya: Diharamkan bagimu
(memakan) bangkai darah, daging babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah.
(QS. Al-Maidah ayat 3).
Benda yang diharamkan tidak boleh untuk dijual belikan. Berdasarkan Hadits Rasulullah
SAW yang artinya: Sesungguhnya Allah jika mengharamkan sesuatu, maka mengharamkan
juga harganya. (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Memperhatikan dua silang pendapat diatas, maka jual beli darah adalah sesuatu yang tidak
pantas dan tidak etis. Sebab jika hal ini diperbolehkan, maka darah dijadikan ajang bisnis oleh
manusia. Berkaitan jual beli darah nampaknya sangat bertentangan dengan tujuan luhur dari
donor darah, yaitu menyelamatkan jiwa manusia dari kebinasaan.
Namun Imam Syafii mengharamkan jual beli benda najis termasuk darah . Ayat Al-Quran
menyatakan secara tegas bahwa darah termasuk benda yang diharamkan. Firman Allah dalam
surat Al-Maidah ayat 3 yang artinya: Diharamkan bagimu (memakan) bangkai darah, daging
babi (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah. (QS. Al-Maidah ayat 3).
Dalam dua buku teradapat silang pendapat mengenai jual beli darah. Silang tersebut dari
pendapat Prof.. Drs. H. Marzuki Zuhdi dan Drs. H. Mahyudin, M.Pd.I. menurut pendapat Prof.
Drs. H. Marzuki Zuhdi mengatakan bahwa jual beli darah manusia itu tidak etis disamping bukan
termasuk barang yang dibolehkan untuk diperjualbelikan karena termasuk bagian manusia yang
Allah muliakan dan tidak pantas untuk diperjualbelikan, karena bertentangan dengan tujuan dan
misi semula yang luhur, yaitu amal kemanusiaan semata, guna menyelamatkan jiwa sesama
19

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
manusia. Karena itu seharusnya jual beli darah manusi itu dilarang, karena bertentangan dengan
moral agam dan Norma kemanusiaan.
Menurut Drs. H. Mahyudin, M..Pd.I juga berpendapat tentang jual beli darag yang dilakukan
oleh Tim medis itu bahwa dibolehkan oleh islam bila seseorang menerima bantuan darah
dibebani biaya untuk administrasi dan imbalan jasa kepada dokter. Dengan cara pengumpulan
dana dari pasien, berarti Yayasan atau Badan yang bergerak dalam pengumpulan darah dari para
donor dapat menjalankan tugasnya dengan lancer. Sebab dana-dana tersebut dapat digunakan
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam tugas-tugas operasional yayasan atau badan tersebut
termasuk gaji perawat, biaya peralatan medis dan perlengkapan lainnya. Tentu saja dana yang
dipergunakan untuk biaya hidup para pegawai dan karyawan atau badan yang mengelolanya.

12. Hukum Menerima/Memberikan Darah Kepada Non Muslim
Bagi kalian atau saudara kalian yang pernah dirawat di Rumah Sakit yang mendapatkan
bantuan darah, pernahkah kalian bertanya dalam benak kalian Darimana asal usul darah
tersebut? Jika darah tersebut darah dari non muslim, Apakah kita boleh menerimanya? Ataupun
kasus sebaliknya.
Penerima sumbangan darah tidak disyaratkan harus sama dengan donornya mengenai
agama/kepercayaan, suku/bangsa tertentu, dan lain sebagainya. Karena menyumbangkan darah
dengan ikhlas adalah termasuk amal kemanusiaan yang dapat dihargai dan dianjurkan oleh Islam
sebab dapat menyelamatkan jiwa manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Maidah
ayat 32 yang berbunyi :Barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-
olah ia memelihara kehidupan manusia semuanya.
Adapun dalil syari yang biasa menjadi pegangan untuk membolehkan transfusi darah
tanpa mengenal batas agama dan lain sebagainya, berdasarkan kaidah hukum Fiqh Islam yang
berbunyi: Bahwasanya pada prinsipnya segala sesuatu boleh hukumnya kecuali kalau ada dali
yang mengaramkannya.
20

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Jadi, boleh saja mentransfusi darah seseorang untuk orang non muslim dan sebagainya
demi menolong dan memuliakan/menhormati harkat dan martabat manusia (human dignity).
13. Penjelasan menurt Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiyah Wal Ifta
ditanya : Ada seorang yang kekurangan darah, dan pihak rumah sakit mencarikannya darah.
Sementara kita mengetahui darah itu najis. Adakah rukhshah (keringanan hukum) bagi orang
yang hendak mendonorkan darahnya kepada orang sakit yang sangat membutuhkan darah ini?
Jawaban :
Hukum asal dalam pengobatan, hendaknya dengan menggunakan sesuatu yang diperbolehkan
menurut syariat. Namun, jika tidak ada cara lain untuk menambahkan daya tahan dan mengobati
orang sakit kecuali dengan darah orang lain, dan ini menjadi satu-satunya usaha menyelamatkan
orang sakit atau lemah, sementara para ahli memiliki dugaan kuat bahwa ini akan memberikan
manfaat bagi pasien, maka dalam kondisi seperti ini diperbolehkan untuk mengobati dengan
darah orang lain. Berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala.
Artinya : Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa
dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak meginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya [Al-Baqarah : 173]
Allah berfirman.
Artinya : Padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang
diharamkanNya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya [Al-Anam : 119]

[Al-Fatawa Al-Mutaaliqqah Bit-Thibbi Wa Ahkamil Mardha, halaman 348-349]

14. Penjelasan Ustadz Dr. Setiawan Budi Utomo tentang Tranfusi Darah
21

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Ustadz Dr. Setiawan Budi Utomo semoga diberkati dan dimuliakan Allah. Saya bekerja di kantor
Palang Merah Indonesia (PMI). Dalam menjalani tugas dan profesi, saya sering menemukan hal-
hal yang perlu pengarahan dan landasan syariah sehingga dapat saya jalani dengan hati yang
mantap tanpa keraguan. Masalah yang saya tanyakan adalah:
1. Bagimanakah pandangan Islam terhadap usaha dan pelayanan kemanusiaan yang
dilakukan Palang Merah serta hukum memakainya sebagai simbol? Sebab ini sama
artinya dengan Salib Merah. Bagimanakah hukum bekerja padanya.
2. Apa hukum transfusi darah dan bagaimanakah hubungan antara resipien dan donor darah
dari segi syariah?
3. Bolehkah seseorang menjual darahnya, dan bagaimana status hukum imbalan ataupun
penghargaan materi yang diterima oleh donor?
4. Bila seorang pasien membutuhkan darah, maka PMI menjualnya melalui Rumah Sakit
kepada pasien tersebut, bolehkah hal ini secara syariah?

Jawaban :
Usaha dan pelayanan sosial kemanusiaan sangat mulia dalam pandangan umat manusia secara
universal dan terpuji dalam pandangan agama, termasuk dalam hal ini adalah kegiatan dan misi
kemanusiaan Palang Merah Indonesia. Rasulullah saw menyatakan bahwa sebaik-baik manusia
adalah yang paling banyak manfaat (jasanya) bagi umat manusia. Hal itu tentunya terlepas dari
makna filosofis dan religius simbolis dari pemakaian nama organisasi. Memang pemakaian
lambang palang merah atau salib merah (red cross) untuk organisasi ini adalah meniru Barat
yang pada mulanya sangat erat hubungannya dengan semangat religiusitas Nasrani/Kristiani dan
menggunakannya sebagai simbol misi kemanusiaan sekaligus misi Salib yaitu penyebaran agama
Nasrani.
Memang sangat disayangkan umat Islam Indonesia yang merupakan mayoritas bangsa Indonesia
kehilangan identitas keislamannya sampai dalam masalah simbol dan lambang sosial, dan
cenderung meniru dan mengambil simbol Barat yang notabene sarat dengan semangat misi
22

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
kristiani. Padahal Islam memiliki simbol religi sosial tersendiri yakni bulan sabit yang
menandakan siklus bulan hijriyah sebagai perjalanan syiar Islam dan oleh karenanya Dunia Arab
dan Negara-Negara Islam lebih cenderung menggunakan lambang Bulan Sabit Merah (Hilal
Ahmar/ Red Crescent) untuk organisasi sosial kemanusiaan semacam Palang Merah. Nabi saw
selalu menganjurkan kepada umatnya untuk memiliki identitas independen dan menghindari
mental imitator yang suka meniru dan taklid buta kepada simbol umat lain apalagi yang berbau
ritual dan syiar keagamaan. Sabda Nabi saw.: Berbedalah kalian dari umat Yahudi dan Nasrani
(HR. Al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Al-NasaI dan Ibnu Majah) dan sabdanya: Barang siapa
yang menyerupai suatu kaum (umat lain) maka ia termasuk golongan mereka. (HR. Abu Dawud
dan At-Tabrani)
Dengan demikian kewajiban umat Islam baik pemerintah maupun masyakat pada umumnya
adalah menyadari hal ini dan berusaha untuk mendekatkan lembaga dan simbol sosial sesuai
dengan aspirasi akidah dan syiar Islam sebagai agama mayoritas di Indonesia. Adapun hukum
bekerja padanya selama membawa misi kemanusiaan adalah merupakan amal yang terpuji
sebagai ibadah sosial apalagi dibarengi dengan nilai-nilai dakwah Islam yang menjadi kewajiban
setiap muslim.
Masalah transfusi darah yaitu memindahkan darah dari seseorang kepada orang lain untuk
menyelamatkan jiwanya. Islam tidak melarang seorang muslim atau muslimah menyumbangkan
darahnya untuk tujuan kemanusiaan, bukan komersialisasi, baik darahnya disumbangkan secara
langsung kepada orang yang memerlukannya, misalnya untuk anggota keluarga sendiri, maupun
diserahkan pada palang merah atau bank darah untuk disimpan sewaktu-waktu untuk menolong
orang yang memerlukan.
Penerima sumbangan darah tidak disyariatkan harus sama dengan donornya mengenai
agama/kepercayaan, suku bangsa, dsb. Karena menyumbangkan darah dengan ikhlas adalah
termasuk amal kemanusiaan yang sangat dihargai dan dianjurkan (mandub) oleh Islam, sebab
dapat menyelamatkan jiwa manusia, sesuai dengan firman Allah: dan barang siapa yang
memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia memelihara kehidupan manusia
semuanya. (QS. Al-Maidah:32).
23

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Jadi boleh saja mentransfusikan darah seorang muslim untuk orang non muslim dan sebaliknya,
demi menolong dan saling menghargai harkat sesama umat manusia. Sebab Allah sebagai Khalik
alam semesta termasuk manusia berkenan memuliakan manusia, sebagaimana firman-Nya: dan
sesungguhnya Kami memuliakan anak cucu Adam (manusia). (QS. Al-Isra:70). Maka sudah
seharusnya manusia bisa saling menolong dan menghormati sesamanya.
Adapun dalil syari yang menjadi dasar untuk membolehkan transfusi darah tanpa mengenal
batas agama dan sebagainya, berdasarkan kaidah hukum fiqih Islam yang berbunyi: Al-Ashlu
Fil Asyya al-Ibahah Hatta Yadullad Dalil Ala Tahrimihi (bahwasanya pada prinsipnya segala
sesuatu itu boleh hukumnya, kecuali ada dalil yang mengharamkannya). Padahal tidak ada satu
ayat dan hadits pun yang secara eksplisit atau dengan nash yang sahih, melarang transfusi darah,
maka berarti transfusi darah diperbolehkan, bahkan donor darah itu ibadah, jika dilakukan
dengan niat mencari keridhaan Allah dengan jalan menolong jiwa sesama manusia.
Namun untuk memperoleh maslahah (efektifitas positif) dan menghindari mafsadah
(bahaya/risiko), baik bagi donor darah maupun bagi penerima sumbangan darah, sudah tentu
transfusi darah itu harus dilakukan setelah melalui pemeriksaan yang teliti terhadap kesehatan
keduanya, terutama kesehatan pendonor darah; harus benar-benar bebas dari penyakit menular,
seperti AIDS dan HIV. Penyakit ini bisa menular melalui transfusi darah, suntikan narkoba, dll.
Jelas bahwa persyaratan dibolehkannya transfusi darah itu berkaitan dengan masalah medis,
bukan masalah agama. Persyaratan medis ini harus dipenuhi, karena adanya kaidah-kaidah fiqih
seperti: Adh-Dhararu Yuzal (Bahaya itu harus dihilangkan/ dicegah). Misalnya bahaya
penularan penyakit harus dihindari dengan sterilisasi, dsb., Ad-Dhararu La Yuzalu Bidharari
Mitslihi (Bahaya itu tidak boleh dihilangkan dengan bahaya lain). Misalnya seorang yang
memerlukan transfusi darah karena kecelakaan lalu lintas atau operasi, tidak boleh menerima
darah orang yang menderita AIDS, sebab bisa mendatangkan bahaya lainnya yang lebih fatal.
Dan Kaedah La Dharara wa La Dhirar (Tidak boleh membuat mudarat kepada dirinya sendiri
dan tidak pula membuat mudarat kepada orang lain). Misalnya seorang pria yang terkena AIDS
tidak boleh kawin sebelum sembuh. Demikian pula seorang yang masih hidup tidak boleh
menyumbangkan ginjalnya kepada orang lain karena dapat membahayakan hidupnya sendiri.
24

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
Kaidah terakhir ini berasal dari hadits riwayat Malik, Hakim, Baihaqi, Daruquthni dan Abu Said
al-Khudri. Dan riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Abbas dan Ubadah bin Shamit.
Adapun hubungan antara donor dan resipien, adalah bahwa transfusi darah itu tidak membawa
akibat hukum adanya hubungan kemahraman antara donor dan resipien. Sebab faktor-faktor
yang dapat menyebabkan kemahraman sudah ditentukan oleh Islam sebagaimana tersebut dalam
An-Nisa:23, yaitu: Mahram karena adanya hubungan nasab. Misalnya hubungan antara anak
dengan ibunya atau saudaranya sekandung, dsb, karena adanya hubungan perkawinan misalnya
hubungan antara seorang dengan mertuanya atau anak tiri dan istrinya yang telah disetubuhi dan
sebagainya, dan mahram karena adanya hubungan persusuan, misalnya hubungan antara seorang
dengan wanita yang pernah menyusuinya atau dengan orang yang sesusuan dan sebagainya.
Kemudian pada ayat berikutnya, (an-Nisa:24) ditegaskan bahwa selain wanita-wanita yang
tersebut pada An-Nisa:23 di atas adalah halal dinikahi. Sebab tidak ada hubungan kemahraman.
Maka jelaslah bahwa transfusi darah tidak mengakibatkan hubungan kemahraman antara
pendonor dengan resipien. Karena itu perkawinan antara pendonor dengan resipien itu diizinkan
oleh hukum Islam.
Masalah transfusi darah tidak dapat dipisahkan dari hukum menjualbelikan darah sebagaimana
sering terjadi dalam parkteknya di lapangan. Mengingat semua jenis darah termasuk darah
manusia itu najis berdasarkan hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Jabir, kecuali barang najis
yang ada manfaatnya bagi manusia, seperti kotoran hewan untuk keperluan rabuk. Menurut
madzhab Hanafi dan Dzahiri, Islam membolehkan jual beli barang najis yang ada manfaatnya
seperti kotoran hewan. Maka secara analogi (qiyas) madzhab ini membolehkan jual beli darah
manusia karena besar sekali manfaatnya untuk menolong jiwa sesama manusia, yang
memerlukan transfusi darah. (Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, I/109, Sayyid Sabiq, Fiqh As-
Sunnah, III/130)
Namun pendapat yang paling kuat adalah bahwa jual beli darah manusia itu tidak etis disamping
bukan termasuk barang yang diboelhkan untuk diperjual belikan karena termasuk bagian
manusia yang Allah muliakan dan tidak pantas untuk diperjual belikan, karena bertentangan
dengan tujuan dan misi semula yang luhur, yaitu amal kemanusiaan semata, guna
25

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
menyelamatkan jiwa sesama manusia. Karena itu, seharusnya jual beli darah manusia itu
dilarang, karena bertentangan dengan moral agama dan norma kemanusiaan.
Apabila praktik transfusi darah itu memberikan imbalan sukarela kepada donor atau penghargaan
apapun baik materi maupun non materi tanpa ikatan dan transaksi, maka hal itu diperbolehkan
sebagai hadiah dan sekedar pengganti makanan ataupun minuman untuk membantu memulihkan
tenaga. Ada baiknya bila pemerintah memikirkan dan merumuskan kebijakan dalam hal ini
seperti memberikan sertifikat setiap donor yang dapat dipergunakannya sebagai kartu diskon
atau servis ekstra dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bilamana orang yang berdonor
darah memerlukan pelayanan kesehatan, atau bahkan mendapatkan pelayanan gratis bilamana ia
memerlukan bantuan darah sehingga masyarakat akan rajin menyumbangkan darahnya sebagai
bentuk tolong-menolong dan benar-benar menjadi tabungan darah baik untuk dirinya maupun
orang lain sehingga terjalin hubungan yang simbiosis mutualis.





BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Transfusi darah yaitu memindahkan darah dari sesorang kepada orang lain karena
kepentingan medis. Islam sendiri telah membolehkan kegiatan transfusi darah dilakukan, karena
dengan melakukan transfusi darah berarti kita telah menyelamatkan jiwa seseorang. Sedangkan
tujuan transfusi darah adalah untuk : memelihara dan mempertahankan kesehatan donor,
26

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
memelihara keadaan biologis darah atau komponen agar lebih bermanfaat, Memelihara dan
mempertahankan volume darah yang normal pada peredaran darah (stabilitas peredaran darah).
mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, meningkatkan oksigenasi jaringan,
memperbaiki fungsi Hemostatis, tindakan terapi kasus tertentu.
Praktik menjual belikan darah baik secara langsung maupun melalui rumah sakit dapat
dihindarkan karena sebenarnya transfusi darah terlaksana berkat kerjasama sosial yang murni
subsidi silang melalui koordinasi pemerintah dan bukan menjadi objek komersial sebagaiman
dilarang Syariat Islam dan bertentangan dengan perikemanusiaan, sehingga setiap individu tanpa
dibatasi status ekonomi dan sosialnya berkesempatan untuk mendapatkan bantuan darah setiap
saat bilamana membutuhkannya sebab di sini harus berlaku hukum barang siapa menamam
kebaikan maka ia berhak mengetam pahala dan ganjaran kebaikannya.
B. Saran
Marilah kita saling membantu sesama manusia, salah satunya dengan cara menyumbangkan
darah kita untuk orang yang membutuhkan (donor darah). Harus kita disadari bahwa kadang kala
tak semua dari kita mampu memberikan harta yang dipunyai. Namun ALLAH tidak pernah
menutup niat hambanya untuk beramal. Ada peluang yang diberikan Nya, yaitu melalui harta
yang ada di tubuh kita sendiri yaitu DARAH. Disadari bahwa hal itu akan membawa banyak
manfaat bagi manusia lain.

DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. Anatomi dan Fisiolog untuk para medis, Alih Bahasa: Sri Yuliani
Handoyo, Jakarta : PT. Gramedia, 1989.
Qardhawi, Yusuf, Dr., Al-Halal Wa Al-Haram, Beirut : Maktabah Al-Islami, 1994,
Cet. Ke-15.
Rusyd, Ibnu, Bidayatul Mujtahid, Mustafa Al-Babi Al-Halaby Wa Auladuhu, 1339.
Sabiq, Sayyid, Fiqhus Sunnah , Lebanon : Dar Al-Fikri, 1981.
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20080303224701AAC8ev4
27

pandangan agama islam yang berhubungan dengan tranfusi darah
http://www.eramuslim.com/konsultasi/fikih-kontemporer/hukum-transfusi-darah.html.
http://pmipohuwato.blogspot.com/2009/11/transfusi-darah-dalam-islam.html
http://tafany.wordpress.com/2009/06/12/transfusi-darah/
http://www.almanhaj.or.id/content/2199/slash/0

Anda mungkin juga menyukai