Anda di halaman 1dari 15

Referat

ABORTUS IMMINENS

Pembimbing :
dr. A. Sri Widianto, Sp.OG
dr. Bharoto Winardi, Sp.OG
dr. Vicentia Merry,Sp.OG
dr.Danny Wiguna,Sp.OG
dr. Lusiana Irene Widiastuti,Sp.OG
Penyusun :
MURDIANA (2009-061-205)

Bagian kebidanan dan kandungan
RS Panti Rapih
Yogyakarta
2010

BAB I
PENDAHULUAN
1. Definisi

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Batasan yang digunakan adalah kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat dibagi
menjadi abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan merupakan
abortus yang berlangsung tanpa tindakan atau terjadi secara spontan.

Menurut Arthur T. Evans dalam bukunya manual of obstetrics, definisi
aborsi adalah pengakhiran kehamilan dengan pengeluaran janin immature atau
nonviable fetus dan usia janin kurang dari 20 minggu dihitung dari hari
pertama haid terakhir ( HPHT ) atau berat badan janin kurang dari 500 g.


2. Epidemiologi

Insiden aborsi dipengarui oleh umur ibu dan riwayat obstetriknya
seperti kelahiran normal sebelumnya, riwayat abortus spontan, dan kelahiran
dengan anak memiliki kelainan genetik. Frekuensi abortus diperkirakan
sekitar 10-15 % dari semua kehamilan.

Namun, frekuensi angka kejadian
sebenarnya dapat lebih tinggi lagi karena banyak kejadian yang tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi; juga karena abortus spontan
hanya disertai gejala ringan, sehingga tidak memerlukan pertolongan medis
dan kejadian ini hanya dianggap sebagai haid yang terlambat. Delapan puluh
persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12 minggu. Hal
ini banyak disebabkan karena kelainan pada kromosom.
Dari 1.000 kejadian abortus spontan, setengahnya merupakan blighted
ovum dan 50-60 % dikarenakan abnormalitas kromosom. Disamping kelainan
kromosom, abortus spontan juga disebabkan oleh penggunaan obat dan faktor
lingkungan, seperti konsumsi kafein selama kehamilan.

3. Etiologi
Abortus spontan meiliki banyak etiologi yang satu dan lainnya saling
terkait. Abnormalitas dari kromosom adalah etiologi yang paling sering
menyebabkan abortus, 50% angka kejadian abortus pada trimester pertama,
lalu insiden menurun pada trimester kedua sekitar 20-30 %, dan 5-10 % pada
trimester ketiga. Penyebab yang lain dari aborsi dengan persentasi yang kecil
adalah infeksi, kelainan anatomi, factor endokrin, factor immunologi, dan
penyakit sistemik pada ibu. Dan ada banyak pula penyebab yang belum
diketahui hingga sampai saat ini

a. Abnormalitas kromosom
Kelainan kromosom yang tersering menyebabkan kelainan kromosom
seperti aneuploidy ( kelainan jumlah kromosom ) pada Turners
syndrome, Monosomy X, trisomi 16, dan triploidy yang menyebabkan
sekitar 20 % dari seluruh abortus. Konsepsi poliploid menghasilkan
yolk sacs yang kosong atau blighted ovum dengan perubahan ke arah
mola hidatidiosa.

b. Maternal infection
Infeksi pada ibu dapat mengakibatkan kematian janin atau abortus.
Organisme yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah
Treponema Pallidum, Chlamydia Trachomatis, Nisseria Gonorrhoeae,
Streptococcus agalactiae, herpes simplex virus, Cytomegalovirus, dan
Listeria monocytogenes. Walaupun organisme tersebut sering
ditemukan pada wanita hamil yang mengalami abortus, patofisiologi
dari infeksi tersebut hingga menyebabkan abortus belum dapat
diketahui sampai saat ini.

c. penyakit lain
Gangguaan pada system endokrin seperti hyperthyroid dan diabetes
mellitus yang tidak terkontrol; penyakit cardiovascular seperti
hipertensi; dan penyakit jaringan ikat seperti sistemik lupus
erithematosus, mungkin berhubungan dengan kejadian abortus.

d. Defek pada uterus
Kelainan congenital pada uterus wanita hamil seperti unicornuate,
bicornuate, atau uterus yang bersepta dapat mengurangi ruang dari
uterus sehingga menyebabkan abortus. Selain itu adanya mioma uteri
baik yang submukosa maupun intramural juga berhubungan kejadian
abortus.
Skar yang terjadi pada uterus akibat adanya tindakan bedah seperti
dilatasi dan kuretasi, myomectomi, dapat menyebabkan inkompeten
pada rahim dan serviks sehingga dapat menyebabkan abortus spontan.

e. Immunologic Disorders
Golongan darah ABO, Rh, Kell, atau lainnya mempunyai antigens
yang memiliki hubungan dengan abortus spontan. Pada kejadian
abortus yang disebabkan factor immunologic dapat ditemukan Human
Leukocyte Antigens (HLA) ibu pada janin.

f. Malnutrition
Malnutrisi berat dapat berhubungan dengan abortus spontan




g. Toxic Factors
Radiasi, obat-obatan anti-kanker, gas anastesi, alcohol, nikotin,
adalah zat-zat embryotoxic. Sehingga jika dipakai pada wanita hamil
dapat mengakibatkan kelainan pada janin bahkan dapat menimbulkan
abortus spontan.
h. Trauma
Trauma dibagi menjadi dua yaitu trauma langsung dan tidak langsung.
Trauma langsung seperti terkena tembakan senjata api, dan trauma
tidak langsung seperti oprasi pemindahan corpus luteum kehamilan di
ovarium, mungkin dapat menyebabkan abortus

4. Mekanisme Abortus
Mekanisme awal terjadinya abortus adalah lepasnya sebagian atau
seluruh bagian embrio akibat adanya perdarahan minimal pada desidua.
Kegagalan fungsi plasenta yang terjadi akibat perdarahan subdesidua tersebut
menyebabkan terjadinya kontraksi uterus dan mengawali adanya proses
abortus.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu :
Embrio rusak atau cacat yang masih terbungkus dengan sebagian desidua dan
villi chorialis cenderung dikeluarkan secara in toto, meskipun sebagian dari
hasil konsepsi masih tertahan dalam cavum uteri atau di canalis servikalis.
Perdarahan pervaginam terjadi saat proses pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8-14 minggu :
Mekanisme di atas juga terjadi dan diawali dengan pecahnya selaput ketuban
telebih dahulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat namun
plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Jenis ini sering menimbulkan
perdarahan pervaginam banyak.
Pada kehmilan minggu ke 14-22 :
Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta
beberapa saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam
uterus sehingga menimbulkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi
perdarahan pervaginam banyak. Perdarahan pervaginam umumnya lebih
sedikit namun rasa sakit lebih menonjol.
5. Klasifikasi
a. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului
faktor-faktor mekanis ataupun medialis, semata-mata disebabkan oleh
faktor-faktor alamiah. Biasanya disebabkan karena kurang baiknya
kualitas sel telur dan sel sperma.

- Abortus imminens (threaned abortion)
Pengertian abortus imminens adalah perdarahan yang berasal
dari intra uterine sebelum usia kehamilan kurang dari 20 minggu
dengan atau tanpa kontraksi, tanpa dilatasi cerviks, dan tanpa ekspulsi
hasil konsepsi.

- Abortus insipiens (inivitable)
Merupakan suatu abortus yang sedang berlangsung, ditandai
dengan perdarahan pervaginam <20 minggu dengan adanya
pembukaan serviks, namun tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Pada
keadaan ini didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolik
uterus yang hebat.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan dilatasi
ostium serviks dengan bagian kantong konsepsi menonjol. Hasil
pemeriksaan USG mungkin didapatkan jantung janin masih berdenyut,
kantong gestasi kosong (5-6,5 minggu), uterus kosong (3-5 minggu)
atau perdarahan subkhorionik banyak di bagian bawah. Kehamilan
biasanya tidak dapat dipertahankan lagi dan pengeluaran hasil konsepsi
dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum
disusul dengan kerokan.

- Abortus komplit
Adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia kehamilan
kurang dari 20 mingguatau berat badan kurang dari 500 gram dan
masih terdapat hasil konsepsi yang tertinggal di dalam uterus.
- Abortus inkomplet
Adalah pengeluaran hasil konsepsi. Pada penderita ditemukan
perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah
banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala kehamilan dan uji
kehamilan menjadi negatif. Pada pemeriksaan USG didapatkan uterus
yang kosong.

b. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20
minggu akibat tindakan baik menggunakan alat maupun obat-obatan. Jenis
abortus provokatus dibagi berdasarkan alasan melakukan abortus adalah :
- Abortus terapeutik adalah abortus provokatus yang dilakukan
atas indikasi medis
- Abortus kriminalis adalah abortus provokatus yang dilakukan
bukan karena indikasi medis tetapi perbuatan yang tidak legal
atau melanggar hukum.
Abortus complete dan abortus inkomplete



Abortus imminens, abortus insipiens, dan miss abortion

6. Diagnosis dan Tatalaksana
Perdarahan Serviks Uterus Gejala/Tand
a
Diagnosis Tindakan
Bercak
hingga
Sedang
Tertutup Sesuai
dengan
usia
gestasi
Kram perut
bawah
uterus lunak
Abortus
Imminens
Observasi
perdarahan,
istirahat,
hindarkan
coitus
Sedikit
membesa
r dari
normal
Limbung /
pingsan
Nyeri perut
bawah
Nyeri
goyang
porsio
Masa
adneksa
Cairan
bebas intra
abdomen
Kehamila
n ektopik
yang
terganggu
Laparotomi
dan parsial
salpingekto
mi atau
salpingesto
mi
Tertutup/terbu
ka
Lebih
kecil dari
usia
gestasi
Sedikit/tanp
a nyeri
perut bawah
Riwayat
ekspulsi
hasil
konsepsi
Abortus
komplit
Tidak perlu
terapi
spesifik
kecuali
perdarahan
berlanjut
atau terjadi
infeksi
Sedang
hingga
massif/banya
k
Terbuka Sesuai
usia
kehamila
n
Kram atau
nyeri perut
bawah
belum
terjadi
ekspulsi
hasil
konsepsi
Abortus
insipiens
Evakuasi
Kram atau
nyeri perut
bawah
ekspulsi
sebagian
hasil
konsepsi
Abortus
inkomplit
evakuasi
Terbuka Lunak
dan lebih
besar
dari usia
gestasi
Mual/munta
h
Kram perut
bawah
Sindroma
mirip
preeklamsia
Tak ada
jenin keluar
jaringan
seperti
anggur
Abortus
mola
Evakuasi
tatalaksana
mola

7. Prognosis
Prognosis buruk bila dijumpai pada pemeriksaan USG adanya :
- Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan
tidak adanya kutub janin
- Perdarahan retrochorionic yang luas ( >25 % ukuran kantung
kehamilan )
- DJJ yang perlahan ( < 85 dpm )














BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Disebut juga abortus membakat, dimana terjadi perdarahan
pervaginam pada kehamilan <20 minggu dengan atau tanpa kontraksi uterus
tanpa disertai dilatasi serviks dan tanpa pengeluaran hasil konsepsi.
Perdarahan pada abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun hal
tersebut berlangsung beberapa hari atau minggu. Dapat atau tanpa disertai rasa
mulas ringan, sama dengan pada waktu menstruasi atau nyeri pinggang
bawah.
Pemeriksaan vagina pada kelainan ini memperlihatkan tidak adanya
pembukaan serviks. Sementara pemeriksaan dengan real time ultrasound pada
panggul menunjukkan ukuran kantong amnion normal, jantung janin
berdenyut, dan kantong amnion kosong, servik tertutup, dan masih terdapat
janin utuh. Keluarnya fetus masih dapat dicegah dengan tirah baring dan
memberikan obat-obatan.

2. Faktor resiko
Angka kejadina abortus imminens dipengaruhi oleh berbagai faktor :
- Usia Ibu
- Faktor yang berkaitan dengan kehamilan
Jumlah kehamilan dengan janin aterm sebelumnya
Kejadian abortus sebelumnya
Riwayat hamil dengan janin yang mengalami kelainan
congenital atau defek genetik
- Pengaruh orang tua
Kelainan genetik orang tua
Komplikasi medis
3. Patogenesis
Pathogenesis abortus hingga saat ini belum diketahui dengan pasti
dikarenakan penyebab terjadinya abortus banyak dan setiap penyebab
memiliki pathogenesis masing-masing. Misalnya Perdarahan dapat
disebabkan karena penembusan villi korialis ke dalam desidua basalis.
Perdarahan biasanya sedikit dan tidak disertai rasa mules. selain itu,
perdarahan juga dapat disebabkan oleh adanya benda asing di dalam uterus
sehingga menimbulkan kontraksi dan berakhir dengan perdarahan.
4. Diagnosis
Diagnosis abortus immines ditentukan karena pada wanita hamil terjadi
perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak
sama sekali, uterus membesar sesuai tuanya kehamilan, serviks belum
membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi
perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi
pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koriales ke dalam
desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit,
warnanya merah dan cepat berhenti, tidak disertai mules-mules.

5. Tatalaksana
Penanganan abortus imminen terdiri atas :
1. Istirahat berbaring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan bertambahnya rangsang mekanik.
2. Pemberian hormon progesterone pada abortus imminens masih menjadi
perdebatan. Hormon progesterone dapat diberikan jika pada pemeriksaan
didapatkan adanya kekurangan hormon progesterone.
3. Pemeriksaan ultrasonografi penting untuk mengetahui apakah janin masih
hidup atau tidak.

6. Prognosis
Prognosis ditentukan lamanya perdarahan , jika perdarahan berlangsung lama,
mules- mules yang disertai pendataran serviks menandakan prognosis yang
buruk.














Daftar Pustaka
1. Prawirohardjo, Sarwono. Kelainan dalam lamanya kehamilan. Ilmu Kebidanan.
Jakarta.2007.
2. Cunningham FG, MacDonald PC,Gant NF. Abortion. In Williams Obstetrics 20
th

Ed. Appleton Lange, 1997, p 579.
3. DeCherney, Alan H. Spontaneous Abortion. In current Diagnosis and Treatment
in Obstetrics and gynecology. McGraw-Hill Companies, 2003.
4. Evans, Artur T. Pregnancy Loss and Spontaneous Abortion. In Manual of
Obstetrics 7
th
Ed

. Lippincott Williams & Wilkins, 2007.

Anda mungkin juga menyukai