Anda di halaman 1dari 31

Terbang Aman

Transportasi pesawat udara melakukan


penerbangan pada ketinggian antara
9.150 m - 12.200 m dari permukaan laut
Orang sehat akan mengalami penurunan
saturasi oksigen menjadi 40% - 60%
Pendahuluan
Bertambahnya ketinggian dari permukaan
laut menyebabkan penurunan tekanan
udara (hipobarik), konsentrasi oksigen &
suhu udara
Perjalanan dengan pesawat udara
menyebabkan penurunan tekanan parsial
oksigen awak pesawat dan penumpang
dapat terpapar dengan keadaan
kekurangan oksigen (hipoksia hipobarik)
(Stoller ; 2004, Ogle ; 2005)
Pendahuluan
Perubahan faal paru pada ketinggian
terjadi melalui mekanisme penurunan
tekanan parsial udara & ekspansi gas
dalam rongga tubuh yang cenderung
menjadi lebih besar dari semula
Pendahuluan
Federal Aviation Administration (FAA)
menetapkan bahwa setiap pesawat udara
tetap memelihara tekanan kabinnya pada
ketinggian 2.348 meter (8000 kaki) dari
permukaan laut
Pada ketinggian tersebut inspired fraction
oxygen (FiO2) sekitar 15% & pada orang
sehat terjadi penurunan saturasi oksigen
(SaO2) menjadi 93%-94%, sesuai dengan
kurva disosiasi
(Dirkes, 1995; Chung, 2002)
Pendahuluan
Pada ketinggian 8000 kaki terjadi
ekspansi gas sekitar 38% dalam rongga
tubuh
Penelitian Dillard dkk, pada ketinggian
8000 kaki menemukan penurunan forced
vital capacity (FVC) sekitar 0,123 L,
peningkatan residual volume (RV) dan
peningkatan peak expiratory flow (PEF)
Pendahuluan
Penurunan FVC disebabkan ekspansi
udara dalam tubuh (distensi udara)
sedangkan peningkatan PEF akibat
penurunan densiti udara
Pendahuluan
Kabin Pesawat Udara
Hampir semua pesawat udara mempunyai
kabin bertekanan yang aman & sehat bagi
penumpang serta crew pesawat.
Terdapat dua pertimbangan utama yang
menyebabkan pesawat udara diberikan
fasilitas pressurized :
Pengaruh menurunnya tekanan parsial
oksigen & potensial untuk terjadinya
hipoksia.
Dampak penurunan tekanan pada tubuh
& pengisian udara ke rongga tubuh.
(Maton, 2001)
Kabin bertekanan (cabin pressure)
pesawat komersial biasanya
disesuaikan dengan tekanan barometric
pada ketinggian 1500 sampai 2500
meter (5000 8000 kaki) dari
permukaan laut
Tekanan kabin pesawat bervariasi
sesuai tipe pesawat, kondisi cuaca dan
adanya gangguan dalam perjalanan
udara
(Gandreau, 2002)
Kabin Pesawat Udara
Standar yang digunakan sebagai
petunjuk operasional kabin pesawat
selama penerbangan adalah dari FAA &
JAA.
System pressurization kabin pesawat
dari FAA, mengatur ruang kabin berada
pada ketinggian kurang dari 8000 kaki,
walaupun pesawat udara terbang pada
ketinggian operasional yang maksimal.
Kabin Pesawat Udara
Kelembaban dalam kabin pesawat
rendah (10-20%), sehingga potensial
menyebabkan eksaserbasi penyakit
saluran napas.
(Maton, 2001; Chung, 2002 ;
Gendreau, 2002 ; Seccombe, 2004)
Kabin Pesawat Udara
Fit to fly
Diperkirakan sekitar 5% penumpang
pesawat udara dengan penyakit paru
seperti COPD dalam satu perjalanan &
jumlah ini bertambah dengan
meningkatnya jumlah penumpang
pertahunnya.
Pada penderita COPD : perjalanan udara
dapat menyebabkan hipoksia morbiditas
dan mortalitas selama penerbangan.
Dari penelitian ditemukan sekitar satu
kegawatan medis dari 19.000-40.000
episode perjalanan dan kematian
terjadi sekitar 1 dari 3.200.000 episode
perjalanan.
(Stoller, 2004)
Fit to fly
Sehingga penting bagi tenaga medis
untuk memberikan advis mengenai
resiko dalam suatu perjalanan udara.
(Chung, 2002; Cokker, 2004)
Berdasarkan The Aerospace Medical
Association Guidelines direkomendasikan
PaO2 > 70 mmHg sebelum penerbangan
adekuat untuk terbang yang aman.
Fit to fly
Berbagai test telah direkomendasikan
oleh Aerospace Medical Association and
the British Thoracic Society yaitu
hypoxia inhalation test (HIT) test
untuk memprediksi kejadian hipoksia
pada perjalanan udara.
HIT : test pernafasan dg campuran gas
hipoksik selama 20 menit dg tujuan
untuk memprediksi hipoksemia pada
tekanan kabin maksimum pada
ketinggian 2,438 m (8,000 kaki)
Fit to fly
Pada ketinggian 2,438 m, tekanan
barometer sekitar 565 mm Hg,
menghasilkan tekanan parsial oksigen
inspirasi (Pio2) adalah 108 mm Hg.
Untuk mendapatkan tekanan yang sama
dg saat penerbangan, HIT menggunakan
fraksi oksigen inspirasi (Fio2) yaitu 0.15
dengan nitrogen balance.
Terapi oksigen selama penerbangan
direkomendasikan jika HIT PaO2 turun
hingga 50 sampai 55 mm Hg.
Fit to fly
Dillard et al and Naughton et al
menggunakan hypobaric chamber
hypobaric hypoxia pd ketinggian 2,438
m dapat menggunakan HIT (Fio2,
0.151) pada pasien dengan COPD.
Ini dapat digunakan untuk memprediksi
hipoksia hipobarik pada penumpang
udara.
Fit to fly
Preflight medical check up
Guideline evaluasi preflight medical check
up terhadap penderita dengan penyakit
paru bertujuan mencegah terjadinya
hipoksemia berat akibat penurunan
tekanan pada kabin pesawat.
Pemeriksaan analisis gas dengan PaO2 <
70 mmHg diindikasikan untuk penggunaan
suplemen oksigen selama penerbangan,
karena diprediksikan akan terjadi
penurunan PaO2 pada ketinggian 8000
kaki dibawah dari 50 mmHg.
Pemeriksaan faal paru bertujuan untuk
mengevaluasi perubahan fungsi paru
akibat ketinggian dan pemeriksaan ini
penting dalam memprediksi terjadinya
hipoksia.
(Dillarrd, 2001; Coker 2002)
Preflight medical check up
Persamaan yang dipakai untuk
memprediksi tingkat hipoksia pada
ketinggian 8000 kaki dalam suatu
penerbangan adalah :
PaO
2
Alt = 0,519 x (PaO2 sea level) +
11,855 (FEV
1(L)
) 760.
(Cooker, 2002)
Preflight medical check up
Rekomendasi pemberian oksigen
tambahan selama penerbangan, jika
ditemukan penurunan PaO2 < 6,7 kPa (<
50 mmHg) antara lain :
FEV1 < 50% nilai prediksi
TLCO
2
< 50% nilai prediksi
Dispnea memberat jika berjalan 50
meter
FVC < 50% nilai prediksi
SaO
2
< 95%
(Neije, 2000; Akero, 2005)
Preflight medical check up
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
penerbangan :
Efek hipoksia dan penurunan tekanan
udara dalam kabin
Efek dari imobilisasi
Kemampuan untuk mempertahankan
posisi saat pendaratan darurat
Saat untuk minum obat selama
perjalanan
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
penerbangan :
Kemampuan pasien secara fisik &
mental selama perjalanan & saat di
embarkasi
Apakah kondisi medis pasien dapat
mempengaruhi kenyamanan &
keselamatan penumpang lain &
operasional pesawat terbang?
Apakah asuransi melindungi jika pasien
mengalami masalah?
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
penerbangan :
penderita COPD harus menumpang
pesawat yang non smoking
inhaler untuk pencegahan dan terapi
COPD harus dibawa dalam tas penderita
COPD
nebuliser portable mungkin tersedia di
kabin pesawat, tetapi penderita COPD
harus memberitahukan kepada kru
pesawat tentang penyakitnya
Pasien yang mendapat terapi oksigen
selama penerbangan harus tetap
mendapat terapi oksigen saat singgah
di daerah ketinggian
Beberapa bandara menyediakan kursi
roda untuk transportasi ke & dari
pesawat
Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum
penerbangan :
Penyakit Saluran Nafas
Keputusan untuk terbang dengan penyakit
pernafasan sebelumnya seringkali sulit.
Adanya sesak nafas saat istirahat tidak
boleh terbang tanpa oksigen
Uji sederhana dapat dilakukan dengan
menilai kemampuan pasien berjalan
sejauh 50 meter tanpa bantuan dalam
ruangan yang normal atau dengan
menaiki satu tangga tanpa menjadi
bertambah sesak
Penyakit Saluran Nafas
Jika saturasi oksigen > 95%, tidak
diperlukan oksigen selama penerbangan
dan tidak perlu rujukan ke spesialis paru
Penderita penyakit pernafasan dengan
eksaserbasi aktif harus menunggu sampai
penyakitnya membaik sebelum terbang.
Penderita dengan infeksi saluran nafas
baik pneumonia ataupun infeksi virus
harus menunggu sampai terjadi perbaikan
secara klinis sebelum perjalanan.
Penyakit Saluran Nafas
Pada penyakit yang berat seringkali
diperlukan pemeriksaan dari ahli paru
untuk memutuskan penderita layak untuk
terbang atau tidak melalui serangkaian
pemeriksaan mulai anamnesis,
pemeriksaan fisis , test fungsi paru ,
hypoxic challenge testing & analisis gas
darah untuk menentukan apakah
diperlukan pemasangan oksigen selama
penerbangan.
Penyakit Saluran Nafas
Hypoxic challenge test : simulasi
lingkungan kabin pesawat dalam
laboratorium menggunakan campuran
oxygen-nitrogen.
Jika hasilnya P
a
O
2
< 55 mm Hg,
diindikasikan penggunaan oksigen
selama penerbangan.
Penyakit Saluran Nafas
Pneumothorax yang tidak diterapi
merupakan kontra indikaasi absolut
untuk perjalanan udara.
Perjalanan dapat dilakukan dua minggu
setelah mendapat terapi yang adekuat,
dimana telah terjadi ekspansi yang
penuh pada paru.
Penyakit Saluran Nafas
Pasien dengan asma yang stabil dapat
melakukan penerbangan tanpa masalah,
tetapi mereka harus tetap membawa obat
selama perjalanan.
Dianjurkan untuk pemberian terapi awal
dengan steroid oral jika penyakitnya
kambuh.

Anda mungkin juga menyukai