Anda di halaman 1dari 28

JOURNAL READING

Air Travel and Chronic Obstructive Pulmonary


Disease; A New Algorithm for Pre-Flight Evaluation

SUSDOKBANG A-18
• Lettu Kes dr. Muhammad Zikri • Letda Kes dr. Bimo Tejomukti
• Lettu Kes dr. Toni Alie Ngena Pinem Purwanto
• Letda Kes dr. Kiagus M. Reza • Letda Kes dr. Sahid Adi Kusumo
Negoro
• Letda Kes dr. Wahyu Pamungkas
• Letda Kes dr. Rifqi Shafiyuddin Nazar
• Letda Kes dr. Adhitya Pratama
• Letda Kes dr. Rizky Nurwan Diyanto
• Letda Kes dr. Wiwi Hermy Putri
PENDAHULUAN

• Berkurangnya tekanan atmosfer pada kabin pesawat dapat menyabkan


permasalahan serius seperti hipoksia pada pasien dengan gangguan
fungsi paru khususnya PPOK.

• Dengan bertambahnya penyakit PPOK dan jumlah penumpang yang


menempuh jalur udara, diperlukan pemeriksaan yang mudah dalam
menilai status kesehatan penumpang.
PENDAHULUAN
• Saat ini, maskapai udara merekomnedasikan pemberian oksigen pada
penumpang yang mempunyai tekanan oksigen arteri dibawah 6.6 atau
7.3 kPa (50 / 55 mmHg).
• Berbagai macam variable untuk menilai fungsi paru, prediksi
perhitungan dan algoritma tertentu untuk menilai PaO2 saat penerbangan,
kebutuhan suplementasi oksige dan pengujian simulasi hipoksia
ketinggian (HAST).
• HAST diyakini sebagai gold standard akan tetapi memerlukan waktu
yang cukup lama dan tidak tersedia dengan mudah, untuk itu perlu cara
mudah untuk melakukan skrining sebelum dirujuk untuk uji HAST
PENDAHULUAN
• Perhitungan PaO2 di daratan dan hasil spirometric terbukti tidak dapat
diandalkan sebagai alat untuk menilai risiko keparahan hipoksia pada
saat penerbangan.
• British Thoracic Society (BTS), melakukan pemeriksaan pulse
oksimetri SpO2 pada daratan sebagai skrining, dan menentukan apabila
SpO2 Daratan <92% sebagai nilai untuk merekomendasikan pemberian
oksigen tambahan saat penerbangan.
PENDAHULUAN
• Hipotesa kami ialah kombinasi dari pengukuran SpO2 SL dan
desaturase denan 6 menit test jalan (6MWT) dapat menentukan pasien
PPOK yang memerlukan atau tidak suplementasi oksigen saat
penerbangan dan pasien yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut
dalam HAST.
• Untuk menguji hipotesa ini, sejumlah pasien PPOK dilakukan
pemeriksaan SpO2 saat istirahat dan 6MWT dan hasil dibandingkan
dengan saturasi yang didapat pada HAST.
PENDAHULUAN

• Tujuan primer dari studi ini untuk membuat algoritma yang simple dan
mudah dalam menilai pasien PPOK sebelum penerbangan.

• Tujuan sekunder dari studi ini untuk menilai apabila HAST dapat
dilakukan uji dengan indikator SpO2 sebagai ganti PaO2.
METODE
• Jenis Penelitian : Prospektif Cross-Sectional
• Tempat : Rumah Sakit Rehabilitasi Paru di Norwegia
• Penelitian ini diakui oleh : The Regional Committee for
Medical Research Ethics dan tercatat di ClinicalTrials.gov
(NCT00896584).
PEMBUATAN ALGORITMA
• Berdasarkan pengukuran fungsi paru, gas darah, pulse oximetry dan uji
berjalan selama 6 menit (6MWT)
• Penggunaan oksigen saat penerbangan yang dianjurkan, PaO2
HAST<6.6 kPa
• Untuk menguji algoritma ini maka dilakukan
• terhadap semua sampel dan
• sampel dibagi menjadi tiga kategori yaitu SpO2 >95%, 92-95% and <92%.
• Algoritma divalidasi secara prospektif pada sampel independen pasien
dengan PPOK
SUBJEK PENELITIAN
• Populasi Penelitian : 139 pasien PPOK yang dirujuk dari dokter
spesialis paru di Norwegia Selatan untuk melaksanakan pemeriksaan
sebelum penerbangan, dengan kriteria rujukan sbb:
• PPOK derajat sedang-sangat berat berdasarkan kriteria GOLD
• Riwayat intoleransi saat perjalanan udara/penerbangan
• Atau SpO2 sea level ≤ 95%.
SUBJEK PENELITIAN
• Kriteria Inklusi : • Dari 139 pasien (39 ekslusi,
• PPOK derajat sedang-sangat total sampel sebanyak 100
berat pasien)
• Dapat melaksanakan uji
berjalan selama 6 menit
(6MWT) • Validasi Algoritma
• Kriteria Eksklusi: dilaksanakan pada 50 pasien
• Unstable angina tambahan dengan PPOK
• Hipertensi tidak terkontrol
• Aritmia tidak terkontrol
• Terapi oksigen jangka panjang
PENGUKURAN PADA SEA LEVEL DAN
HAST
• Pemeriksaan fungsi paru. Pemeriksaan SpO2 dengan pulse oximetry
dan pengambilan sampel darah arteri secara rutin dari kateter arteri
radialis dan segera di periksa.
• Dispnoe yang berkaitan dengan exercise diukur dengan menggunakan
skala modified Medical Research Council Dyspnoea Scale (mMRC)
• 6MWT, SpO2 dan dispnoe dicatat setiap menit. Pada saat 6MWT tidak
ada pasien yang menggunakan oksigen tambahan.
PENGUKURAN PADA SEA LEVEL DAN
HAST
• HAST digunakan untuk mensimulasikan tekanan kabin yang sesuai
dengan ketinggian 2438 m diatas sea level (8000 ft)
• Subjek bernafas dengan 15,1% oksigen (15.1% O2, 84.9% N2 dengan
menggunakan masker oksigen dan sampel darah arteri diambil setelah 15
menit paparan hipoksia ini.
• SpO2 harus stabil selama 5 menit sebelum pengambilan sampel darah
arteri, jika tidak maka pemeriksaan diperpanjang hingga 20 menit.
• EKG, SpO2 dan dispnoe terus dipantau.
• Pasien direkomendasikan untuk menggunakan oksigen tambahan jika
PaO2 HAST <6.6 kPa.
STATISTIK
• Untuk menghitung jumlah sampe maka diasumsikan tingkat sensitifitas dan
spesifisitas akan mencapai 80% pada penelitian yang direncanakan. Sehingga
dibutuhkan 100 pasien.
• Karakteristik pasien disajikan sebagai data mean dan standar deviasi
• Hubungan antara PaO2 HAST dan karakteristik pasien diukur dengan
Pearson’s correlation coefficient and one-way repeated measuresanalysis of
variance.
• Dilakukan analisis ROC pada SpO2, SpO2 selama 6MWT dan jarak berjalan
pada PaO2 HAST <6.6 kPa sebagai variable diskriminan
• Analisis Statistik dengan menggunakan software PASW software (V.18.0;
Chicago, Illinois, USA).
• Perbedaan dianggap signifikan jika nilai p<0,05.
HASIL
HASIL
HASIL

ROC analyses were used as the basis for developing the preflight evaluation algorithm.
SpO2 SL and SpO2 6MWT showedgood diagnostic properties (area under curve 0.78 and
0.79, respectively) for detection of in-flight PaO2 <6.6 kPa
HASIL
HASIL

The primary and secondary


discriminator for evaluating whether the patient was
fit to fly
without further assessment, in need of further
evaluation with
HAST or should receive in-flight supplemental
oxygen without
further evaluation.
HASIL

After the algorithm was established, it was


prospectively
validated on an independent sample of 50 patients
with COPD
who were referred to HAST
HASIL

The area under the ROC curve when using pulse


oximetry to detect in-flight PaO2 <6.6 kPa was
0.93, indicating strong prognostic properties for the
method
DISKUSI
• Pasien PPOK melakukan perjalanan melalui udara  kebanyakan tanpa masalah medis
yang parah selama penerbangan
• Beberapa pasien mengalami Hipoksemia Berat
• Penelitian  Membangun dan memvalidasi algoritma sederhana dan layak secara klinis
untuk penilaian pra-penerbangan pasien dengan PPOK berdasarkan nilai SpO2 dan SpO2
istirahat di permukaan laut selama 6MWT.
• Hasil terkait olahraga dapat menjadi pembeda yang berguna  Kelompok menunjukkan
bahwa kapasitas aerobik berkorelasi dengan hipoksemia dalam penerbangan
• Desaturasi selama 6MWT memberikan informasi yang berguna dalam penilaian pra-
penerbangan
• Saturasi oksigen diukur dengan oksimetri nadi, saat istirahat dan selama 6MWT 
sering digunakan dalam perawatan medis pasien dengan PPOK
DISKUSI
• 6MWT adalah tes yang sering digunakan untuk menilai kinerja latihan pada
pasien dengan COPD dari pada HAST.
• Pasien dengan PPOK yang memiliki SpO2 SL> 95% dan tanpa desaturasi
aktivitas berat (SpO2 ≥ 84%) dapat melakukan perjalanan dengan aman melalui
udara tanpa penilaian lebih lanjut sebelum penerbangan.
• Penilaian pra-penerbangan lebih lanjut tidak diperlukan pada pasien dengan SpO2
SL <92% atau pasien dengan SpO2 SL 92-95% dan SpO2 6MWT <84%. Tetapi
harus dilengkapi dengan oksigen tambahan selama penerbangan.
• Penilaian pra-penerbangan dengan HAST terbatas pada pasien dengan kombinasi
istirahat SpO2 SL> 95% dan desaturasi olahraga berat (SpO2 <84%), dan untuk
pasien dengan SpO2 SL antara 92%-95% tanpa olahraga berat.
• Pada kedua kelompok pasien ini, tingkat hipoksemia dalam penerbangan sulit
untuk diprediksi, pengujian pra-penerbangan dengan HAST sangat disarankan.
DISKUSI
• HAST terbukti menjadi prediktor yang baik untuk PaO2 dalam penerbangan.
• Pengambilan sampel darah arteri/memasukkan kateter arteri radial, dan
penggantian pengukuran gas darah arteri (belum pernah dipublikasikan) terasa sulit
dibanding dengan menggunakan oksimetri nadi memudahkan prosedur HAST.
• Nilai cut-off untuk SpO2 HAST adalah ≤ 85% sebagai pengganti PaO2 HAST <6,6
kPa, nilai yang dapat diterima untuk sensitivitas dan spesifisitas tes.
• Penelitian ini hanya terdiri dari pasien dengan COPD sedang hingga sangat parah
dan algoritma mungkin tidak dapat diterapkan pada pasien dengan penyakit paru-
paru lainnya.
• Algoritma untuk evaluasi pra-penerbangan pasien dengan PPOK dengan
menggunakan oksimetri non-invasif sederhana saat istirahat dan selama berjalan.
• Mayoritas populasi yang terdiri dari pasien PPOK sedang hingga sangat parah
dapat diklasifikasikan sebagai layak terbang atau membutuhkan oksigen tambahan
tanpa penilaian pra-penerbangan lebih lanjut.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai