Anda di halaman 1dari 29

ASPEK

MEDIKOLEGAL
KEDOKTERAN DI
INDONESIA

ARIF WAHYONO
INST. KEDOKTERAN FORENSIK RUMKIT BHAYANGKARA
Tk 1 R. SAID SUKANTO

2021
Contents

1 Profesi Dokter di Indonesia

2 Prosedur Mediko-legal

3 Kedokteran Forensik

4 Surat Permintaan Visum

5 Visum Et Repertum & RM


PROFESI DOKTER
– Profesi yg setua dengan peradaban manusia

– Dasar : KEPERCAYAAN

– Praktek dokter selalu penuh resiko

– Tetap pada koridor HUKUM dan ETIKA dari KEDOKTERAN


DOKTER INDONESIA
AN
YANKES E R GAKKUM
KT
DO
PELAYAN KES KE SEORANG AHLI
A
Melaks. Upaya
E TIK Melaksanakan
kesehatan Undang Undang

PRINSIP KERJA PRINSIP KERJA


1. Ilmiah. BUKA 1. Ilmiah.
JAGA
RHS RHS 2. Stand. Profesi.
2. Stand. Pelayanan.
3. Upaya maksimal. 3. Imparsialitas.

OUT PUT
OUT PUT 1. Ket. Ahli
Pasien sembuh 2. V.E.R
& sehat 3. SKM
LEGALITAS & MORAL
DOKTER
– LEGAL DUTY :
– Pasal 133 KUHAP: penyidik berhak meminta pemeriksaan
– Pasal 216 KUHP: menolak permintaan penyidik dapat dihukum
– UU Kesehatan No. 36 tahun 2009 Pasal 189 ayat (2) butir f : bantuan
ahli dalam penyidikan tindak pidana bidang kesehatan
– MORAL DUTY :
– Pasal 7 Etik Kedokteran: hanya memberikan informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan
PASAL 133 KUHAP (1)
(aspek medikolegal)

– Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan


menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya
Sifat Bantuan Dokter
menurut Hukum
– Merupakan kewajiban hukum
– Jika dilanggar : sanksi pidana
– Pasal 216 KUHP :
PASAL 216 KUHP
Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi
sesuatu, atau oleh pejabat berdasar- kan tugasnya, demikian pula yang diberi
kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula
barangsiapa dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau mengga-galkan
tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana penjara paling
lama empat bulan dua minggu atau denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
Prosedur MEDIKO-LEGAL

– Prosedur mediko-legal adalah tata-cara atau prosedur


penatalaksanaan dan berbagai aspek yang berkaitan
pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum.
– Secara garis besar prosedur mediko-legal mengacu
kepada peraturan perundangundangan yang berlaku
di Indonesia, dan pada beberapa bidang juga mengacu
kepada sumpah dokter dan etika kedokteran
LINGKUP
PROSEDUR MEDIKO-LEGAL
– pengadaan visum et repertum untuk korban,
– tentang pemeriksaan kedokteran terhadap tersangka.
– pemberian keterangan ahli pada masa sebelum persidangan
dan pemberian keterangan ahli di dalam persidangan,
– kaitan visum et repertum dengan rahasia kedokteran,
– tentang penerbitan Surat Keterangan Kematian dan Surat
Keterangan Medik ,
– tentang fitness / kompetensi pasien untuk menghadapi
pemeriksaan penyidik,
ILMU
KEDOKTERAN FORENSIK
– Cabang spesialistik Ilmu Kedokteran,
– Yang mempelajari pemanfaatan dari Ilmu
Kedokteran
– Untuk membantu penyelesaian masalah hukum
– Yang berkaitan dengan tubuh manusia dalam
rangka penegakan hukum dan keadilan.
Company Logo
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

– Kedokteran forensik :
– Forensik patologi MATI
– Forensik klinik  HIDUP
– Forensik psikiatri  TSK, Criminal profiling
– Forensik molekuler  D.N.A profiling, Paternitas
– Forensik antropologi Identifikasi
– Forensik serologi
– Forensik entomologi
– Forensik sidik jari
– Legal medicine  sengketa medis / malpraktek
ILMU KEDOKTERAN FORENSIK

– YANG BERHAK MELAKUKAN PEMERIKSAAN KEDOKTERAN


FORENSIK :
– Dokter ahli kedokteran forensik
– Dokter umum, dokter lainnya ( sesuai dg keahlian )
– Ahli lainnya  membantu jika ada permintaan dari dokter

Contoh ahli lain : kimia, balistik, laboratory, dll


SIFAT PEMERIKSAAN FORENSIK

1. ILMIAH
berdasaran kaidah ilmu

2. OBYEKTIF
mengemukakan fakta

3. IMPARSIAL
tidak memihak
PERLUNYA PEMERIKSAAN
KEDOKTERAN FORENSIK
– Penentuan ada atau tidaknya kelainan
– Penentuan penyebab kelainan
– Penentuan ada atau tidaknya hubungan antara
penyeban dengan kelainan
– Berat kelainan berdasarkan undang-undang yang
berlaku
PADA KORBAN HIDUP

– SURAT PERMINTAAN VeR DAPAT “TERLAMBAT” :


– KORBAN LUKA DIBAWA KE DOKTER (RS) DULU SEBELUM KE
POLISI
– SPV MENYEBUTKAN PERISTIWA PIDANA YANG DIMAKSUD
– VeR = SURAT KETERANGAN, JADI DAPAT DIBUAT
BERDASARKAN REKAM MEDIS (RM telah menjadi barang
bukti sejak datang SPV)
– PEMBUATAN VeR TANPA IJIN PASIEN, SEDANGKAN Surat
Keterangan Medis LAIN HARUS DENGAN IJIN.
PADA KORBAN MATI

– Pemeriksaan luar
– Pemeriksaan dalam : otopsi
– 3 Macam otopsi :
– Otopsi anatomis  mhs kedokteran, bag.anatomi
– Otopsi klinis atas permintaan keluarga, di kamar mayat
– Otopsi forensik atas permintaan penyidik, di kamar mayat
PIHAK YG MENYAMPAIKAN
TENTANG PERLU TIDAKNYA OTOPSI
PASAL 134 KUHAP
(1)Dalam hal sangat diperlukan di mana untuk keperluan pembuktian
bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik wajib
memberi-tahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban.
(2)Dalam hal keluarga keberatan, penyidik wajib menerangkan
sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan perlu dilakukannya
pembedahan tsb.
(3)Apabila dalam waktu dua hari tidak ada tanggapan apapun dari
keluarga atau pihak yang perlu diberitahu tidak ditemukan, penyidik
segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 133 ayat (3) undang-undang ini.
Surat Permintaan Visum
• Kepala surat ( Kop surat ), tanggal
• Nomor surat , peruntukan surat dan tujuan
dari permohonan pembuatan SPV

• Identitas yang akan diperiksa

• Kronologis terjadinya TP

• Ditanda tangani oleh penyidik aipda/bripda


atau a.n Kapolres/Kapolsek
• Stempel / cap  sesuai / tidak dg kop surat
Visum et Repertum
– Keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter
– atas permintaan penyidik,  hrs ada Surat Permintaan
Visum
– memuat hasil pemeriksaan kedokteran forensik
– terhadap korban hidup, korban mati, benda tubuh manusia
atau yang berasal dari tubuh manusia
– dibuat atas sumpah untuk kepentingan peradilan.
PROJUSTISIA
artinya dibuat secara khusus untuk kepentingan
peradilan. Oleh UU dinyatakan sbg surat resmi dan
Anatomi VeR tidak perlu materai untuk menjadikannya berkekuatan
hukum.
• PRO JUSTISIA.
• PENDAHULUAN. PENDAHULUAN
• PEMBERITAAN. Berisi :
• KESIMPULAN. - Identitas dokter & instansinya
• PENUTUP. - Instansi peminta Ver serta identitas
yang diperiksa
- Tanggal & tempat pemeriksaan
- Objek pemeriksaan( korban ) sesuai uraian identitas
dalam SpV dari penyidik
BIDDOKKES POLDA JABAR
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK.III INDRAMAYU
Jl. Raya Pantura KM 73 -75, Losarang, Indramayu

Nomor :R/ Losarang, April 2017


Lampiran :-
Perihal : Pemeriksaan Visum et Repertum
a/n .
PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Arif Wahyono, Dokter, Spesialis Forensik pada Rumah Sakit Bhayangkara TK.III Indramayu
menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor Maja dengan suratnya nomor : B / 171 /
IV / 2015 / Reskrim, tertanggal empat belas April tahun dua ribu lima belas, maka pada tanggal lima belas April tahun dua ribu empat
belas belas pukul dua puluh dua lewat tiga puluh menit Waktu Indonesia bagian Barat bertempat di PPT Rumah Sakit Bhayangkara TK.III
Indramayu, Losarang telah melakukan pemeriksaan seseorang, yang menurut surat tersebut adalah :
-------------------------------------------------------------------------------------
Nama :
Jenis kelamin :
AN
Tempat tanggal lahir : LU
Warga Negara : A HU
ND
Pekerjaan : PE
Alamat :
Anatomi VeR PEMBERITAAN
berisi FAKTA, dari hasil apa yang dilihat/diketahui
pada saat pemeriksaan bersifat sebagai PENGGANTI
• PRO JUSTISIA.
BARANG BUKTI
• PENDAHULUAN.
pemeriksaannya harus sesuai standar, diuraikan
• PEMBERITAAN.
secara rinci dan objektif
• KESIMPULAN.
• PENUTUP.
KESIMPULAN
berisikan OPINI / PENDAPAT dokter pemeriksa
berdasarkan keilmuannya
PENUTUP : SUMPAH JABATAN “Demikianlah telah saya uraikan dengan sejujur-
jujurnya dan menggunakan pengetahuan saya yang sebaik-baiknya, mengingat
sumpah jabatan, sesuai dengan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP)”
I. RIWAYAT KEJADIAN :---------------------------------------------------------------------------------------
Pengantar korban ( bibi korban ) mengatakan bahwa korban sering dipukuli, disiksa dan diancam oleh pelaku
yang diakui sebagai ibu tiri korban ....dst
II. HASIL PEMERIKSAAN :
1. Kesadaran sadar penuh, Keadaan umum tampak hiperaktif, nadi seratus kali per menit, laju napas dua puluh
empat kali per menit, dan suhu tubuh tiga puluh enam koma lima derajat selsius, berat badan sepuluh kilogram,
tinggi badan delapan puluh lima sentimeter. -------------------------------------------------------------------
2. Pada pembatas lubang hidung kanan dan kiri, terdapat luka terbuka, bentuk tdak beraturan, batas tegas, dasar
tulang dalam hidng, pada daerah seluas nol koma lima sentimeter kali satu sentimeter. ------------------ ( bagian
terpenting  PENGGANTI BARANG BUKTI)

ITAAN
B ER
PEM
II. PEMERIKSAAN LABORATORIUM :---------------------------------------------------------------------
1. Pemeriksaan NAPZA : .............
2. Pemeriksaan Laboratorium : .....................

ULAN
III. KESIMPULAN : OPINI / PENDAPAT DOKTER PEMERIKSA. -------------------------------------
Pada pemeriksaan anak perempuan berusia .................... SIMP
KE
IV. PENUTUP.
PERHATIAN !!
dalam pembuatan VeR

– Lengkap dan Jelas – memberikan penilaian atau melakukan


pemeriksaan thd hasil dari
kejadian/peristiwa yg TELAH TERJADI
– Tidak menggunakan
– BUKAN PROSES
istilah/bahasa yang hanya lazim
bagi kalangan kedokteran – Dlm visum TIDAK BOLEH dituliskan
 Pembunuhan

– Mengacu pada pasal yang terikat  Perkosaan


dalam undang – undang  Kecelakaan
 Bunuh diri
 Penganiayaan
VeR dan REKAM MEDIS (RM)
– Ver bisa dianggap Surat Keterangan, JADI DAPAT DIBUAT
BERDASARKAN REKAM MEDIS
– Manfaat dari rekam medis (RM):
– A = administrative value
– L = legal value
– F = financial value
– R = research value
– E = education value
– D = documentation value

- RM telah menjadi barang bukti sejak datang SPV


VER DAN RAHASIA
KEDOKTERAN
– Dokter wajib simpan rahasia kedokteran
– DASAR HUKUM
Pasal 1 PP No 10/1966
Pasal 2 PP No 10/1966
Pasal 3 PP No 10/1966

Pasal 2 PP No 10/1966
“Pengetahuan tersebut pasal 1 harus dirahasiakan oleh orang-orang
tersebut dalam pasal 3, kecuali apabila suatu peraturan lain yang
sederajat atau lebih tinggi dari pada PP ini menentukan lain.
PASAL 3 PP No 10 /1966
– Yang diwajibkan menyimpan rahasia yang dimaksud dalam pasal 1
ialah :

– Tenaga kesehatan menurut pasal 2 Undang-Undang tentang


tenaga kesehatan.
– Mahasiswa kedokteran, murid yang bertugas dalam lapangan
pemeriksaan, pengobatan dan atau perawatan, dan orang lain
yang ditetapkan oleh menteri kesehatan

SUMPAH DOKTER :
– Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter
VER DAN RAHASIA
KEDOKTERAN (2)
– Pembuatan VER adalah wajib hukumnya didasarkan atas
Undang-Undang (Pasal 133 KUHAP, kedudukannya lebih
tinggi dari PP No 10/1966)

– Mengugurkan wajib simpan rahasia kedokteran


Pasal 50 KUHP : “Barang siapa melakukan perbuatan untuk
melaksanakan ketentuan Undang-Undang tidak dipidana”.
“Knowing is not enough; we must apply.
Willing is not enough; we must do.”
(Goethe)

Anda mungkin juga menyukai