Oleh : Bambang Semedi, S.H. Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Pendahuluan Freight forwarder memberikan jasa pelayanan kepada para pemakai jasanya mulai dari pemasukan barang muatan, penyelesaian barang yang dikirim maupun menyerahkannya kepada penerima barang muatan di tempat tujuan akhir. Untuk memenuhi permintaan dari pemilik barang demi tercapainya tujuan dari pengiriman barang itu sendiri pihak forwarder dapat bertindak langsung atau diserahkan kepada pihak ketiga seperti pihak pengangkut, para pemilik gudang atau depo peti kemas. Dalam hal Freight forwarder melakukan kegiatan bertindak sebagai consolidator yang menggabungkan barang eksportir ke dalam satu peti kemas baik peti kemas dengan status Full Container Load (FCL) dan Less Than Container Load (LCL), baik untuk ekspor maupun impor. Walaupun forwarder itu sendiri dalam melakukan operasinya adalah dengan menyewa ruangan kapal dan alat transportasi dari perusahaan angkutan. Forwarder dapat melaksanakan kegiatan yang lebih efisien dari pada eksportir dan importir yang mengurus barang-barangnya sendiri, sehingga lazim juga disebut sebagai The Arsitect of Transportation karena kemampuannya memberikan sistem pendistribusian produk-produk yang lebih efisien. Peti kemas merupakan satu kemasan yang dirancang secara khusus dengan ukuran tertentu, dapat dipakai berulang kali, dipergunakan untuk menyimpan dan sekaligus mengangkut muatan yang ada di dalamnya. Dalam kenyataannya di dunia perdagangan internasional, sebagian besar eksportir maupun importir menggunakan peti kemas (kontainer) sebagai alat pengemas barang-barang transaksi jual beli. Hal ini menunjukkan bahwa perdagangan internasional identik dengan keberadaan peti kemas, dimana ada ekspor impor maka disana ada peti kemas. Penulis dapat merumuskan permasalahan untuk mengetahui bagaimana total distribusi muatan FCL dan LCL. Untuk mengetahui bagaimana perbandingan jumlah penggunaan peti kemas FCL dan LCL, dan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL. Artikel ini akan fokus pada bagaimana total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL? Bagaimana perbandingan antara total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL? Bagaimana trend total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL. Ada beberapa indikator penyalahgunaan peti kemas dalam kegiatan impor dan ekspor sebagai berikut: 1. Indikator pertama adanya ketidakstabilan total distribusi muatan dalam peti kemas FCL (Full Container Load) dan LCL (Less Than Container Load). 2 2. Indikator kedua adanya peningkatan total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dibandingkan LCL. Dalam hal jumlah peti kemas yang digunakan sebagai pengemas barang impor dan ekspor menggunakan status Less Than Container Load (LCL) jumlahnya lebih banyak dari pada menggunakan status Full Container Load (FCL) dapat diindikasikan bahwa terjadi risk management. 3. Indikator ketiga adanya kecenderungan peningkatan total distribusi muatan dalam peti kemas FCL dan LCL. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat lalu lintas barang ke dalam maupun keluar daerah pabean sangatlah tinggi. Apabila dianalogikan 85% alat pengemas barang tersebut adalah peti kemas (kontainer). Dapat dibayangkan bahwa ratusan sampai ribuan peti kemas tiap harinya akan dihadapi oleh pejabat Bea Cukai. Oleh karena hal ini tidak didukung oleh faktor ketersediaan tenaga kerja, serta tidak efisien terhadap waktu dan biaya yang nantinya dapat menyebabkan para eksportir dan importir teriak akibat biaya ekonomi yang tinggi. Untuk mengantisipasi hal ini, salah satu jalan keluar yang ditempuh DJBC adalah menerapkan sistem Manajemen Resiko (risk management). Pelayanan kepada stakeholder dapat ditingkatkan karena waktu dan biaya ekonomi yang ditimbulkan dapat ditekan. Namun disisi lain, sistem ini berpotensi untuk menimbulkan celah-celah pelanggaran berupa penyelundupan karena tidak semua barang (terutama untuk barang impor) diperiksa oleh pejabat Bea Cukai. Salah satu perantara tindak pelanggaran tersebut adalah berhubungan dengan peti kemas. Mengapa? Karena peti kemas merupakan perantara terbesar dan paling berhubungan dengan barang baik selama pemuatan, pengangkutan maupun pembongkaran. Penyalahgunaan peti kemas mengindikasikan upaya pelanggaran yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu atau stakeholder. Oleh karena itu, pejabat Bea Cukai seyogyanya memiliki pengetahuan dasar tentang peti kemas, serta mengetahui bagaimana ciri-ciri fisik peti kemas yang disalahgunakan. Peti kemas (Ingggris: ISO container) adalah peti atau kotak yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan International Organization for Standardization (ISO) sebagai alat atau perangkat pengangkutan barang yang bisa digunakan diberbagai moda, mulai dari moda jalan dengan truk peti kemas, kereta api dan kapal peti kemas laut. Pada saat ini freight forwarder (FF) memegang peranan penting dalam hal perdagangan internasional antara satu negara dengan negara yang lainnya. Indikator adanya ciri-ciri fisik peti kemas (kontainer) yang harus diketahui dan dikuasai bahwa terdapat berbagai jenis peti kemas yang digunakan dalam perdagangan internasional. Tentunya tiap jenis peti kemas memiliki sifat-sifat khusus. 1. Ciri-Ciri Fisik Sebagaimana yang telah dibahas diatas, diketahui bahwa terdapat berbagai jenis peti kemas yang digunakan dalam perdagangan internasional. Tentunya tiap jenis peti kemas memiliki sifat-sifat khusus dimana sifat-sifat tersebut memudahkan untuk mengangkut jenis-jenis barang 3 yang beraneka ragam, sehingga memberikan manfaat baik bagi pengangkut maupun pihak lain, yang dalam hal ini berdampak positif dari segi pelayanan. Namun di sisi lain, beraneka ragamnya jenis dan bentuk peti kemas dapat memberikan permasalahan tersendiri bagi pejabat Bea Cukai, yang dalam hal ini bertanggung jawab untuk melaksanakan fungsi pengawasan. Sebagai contoh, pengangkutan barang yang menggunakan peti kemas jenis platform container, dimana peti kemas tersebut hanya terdiri dari lantai dasar tanpa ada dinding samping dan atas. Apabila barang yang diangkut, misalnya dalam kemasan barel/drum, diganti atau dimanipulasi dengan berbagai cara dan maksud tertentu selama dalam pengangkutannya, tentunya ini akan menyulitkan dan memberikan permasalahan bagi pejabat Bea Cukai yang bertugas untuk melayani dan mengawasi setelah barang tersebut tiba di kawasan pabean. Sehingga dalam membahas ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas, penulis membatasi cakupan penulisan yaitu dengan hanya membahas untuk jenis peti kemas general purpose container, dengan pertimbangan bahwa jenis peti kemas ini merupakan peti kemas yang paling umum digunakan dalam perdagangan internasional serta sebagian besar kegiatan ekspor impor di Indonesia menggunakan peti kemas jenis general purpose ini. Adapun dalam mengidentifikasi ciri-ciri fisik apabila peti kemas tersebut disalahgunakan, terdapat beberapa hal mendasar yang harus diperhatikan oleh pejabat Bea Cukai saat bertugas di lapangan. Filosofi yang harus tetap dipegang teguh adalah keberadaan barang di dalam peti kemas tidak berubah tanpa seizin pejabat Bea Cukai. 2. Perhatikan Segel pada Peti Kemas Salah satu tujuan penggunaan peti kemas sebagaimana telah kita ketahui di atas adalah untuk melindungi agar barang yang tersimpan di dalamnya tidak rusak, serta terjaga keamanannya. Pada saat barang telah di stuffing kedalam peti kemas, sebelum peti kemas dimasukkan kedalam sarana pengangkut, maka pihak pelayaran memberikan pengaman dengan cara menyegel peti kemas. Bagian yang disegel adalah pada pertemuan bagian daun pintu kiri dan daun pintu kanan (lihat gambar). 4 Segel yang digunakan oleh pihak pelayaran adalah sebagai berikut: Fungsi dari keberadaan segel pelayaran tersebut adalah untuk memastikan bahwa barang yang berada di dalam peti kemas tidak dapat dikeluarkan dan aman selama dalam pengangkutannya. Di sisi lain, pejabat Bea Cukai juga berwenang untuk memberikan segel pada peti kemas. Penyegelan ini dilakukan agar barang didalam peti kemas tidak dapat diambil, tidak dapat dikeluarkan dan tidak dapat diubah tanpa seizin pejabat Bea Cukai. Selain itu, penyegelan juga dilakukan apabila penjagaan dan pengawasan yang dilakukan terhadap barang yang ditegah tidak dapat dilakukan secara terus menerus. Yang dimaksud dengan segel Bea Cukai yaitu kunci, segel dan tanda pengaman yang dipergunakan oleh Pejabat Bea dan Cukai dalam penyegelan. Kunci yang dipergunakan sebagai segel Bea dan Cukai adalah kunci atau gembok dan anak kunci dengan tanda atau lambang Bea dan Cukai dengan nomor pengawas sebagaimana pada gambar di bawah ini. Kertas segel yang dipergunakan sebagai segel Bea dan Cukai adalah kertas berperekat/atau tidak yang ukuran (45 X 35 cm warna merah) dan (25X10cm merah/kuning) serta (lebar 5 cm, dalam rol), bentuk dan isinya sebagai berikut: 5 Segel kancing yang dipergunakan sebagai segel Bea dan Cukai adalah segel kancing dengan tanda atau lambang Bea dan Cukai dengan nomor pengawas. Segel kawat dan timah yang dipergunakan sebagai segel Bea dan Cukai dengan menggunakan nomor pengaman (lihat gambar). 6 Keterangan : - Diameter timah = 12 mm - Tebal timah = 5 mm (1). Pengawasan yang dilakukan untuk mengidentifikasi ada tidaknya penyalahgunaan pada peti kemas : Untuk mengetahui bahwa peti kemas masih sesuai dengan keadaan yang seharusnya, pejabat Bea Cukai mengecek segel yang ada pada peti kemas tersebut apakah masih dalam keadaan utuh/rusak. Bila utuh maka barang dalam peti kemas tersebut seharusnya masih utuh dan tidak hilang. Namun bila segel rusak, maka dapat dicurigai bahwa ada tindak pelanggaran yang dilakukan, karena sesuai hakikat pemasangan segel bahwa barang yang berada di dalam peti kemas tidak dapat diambil/dikeluarkan apabila pelaku tidak merusak segel. Oleh karena itu, sesuai pasal 105 Undang-Undang No 17 tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-Undang No 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan, bahwa setiap orang wajib menjaga kunci/segel Bea Cukai selalu dalam keadaan baik. Bila dengan sengaja dan tanpa hak membuka, melepas, atau merusak kunci, segel atau tanda pengaman yang telah dipasang oleh pejabat bea dan cukai, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Sehingga dapat disimpulkan bahwa: Salah satu ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas adalah rusaknya segel yang dipasang sedemikian rupa pada peti kemas tersebut. Pihak yang berwenang untuk menyegel peti kemas atau barang lain adalah Bea Cukai atau instansi lain. Pihak yang berwenang untuk membuka segel/kunci pengaman juga hanya Bea dan Cukai (pejabat yang diberi wewenang untuk itu). 7 Bila ada orang yang tanpa hak membuka, atau merusak tanda pengaman bea cukai, maka dapat berakibat pidana. (2). Perhatikan Keaslian Nomor Peti Kemas Pada peti kemas terdapat suatu ketentuan internasional bahwa tiap peti kemas harus memiliki Nomor Peti Kemas. Nomor peti kemas ini berfungsi sebagai Tanda Pengenal Peti kemas (Penandaan Peti Kemas). Untuk mengenali sebuah peti kemas, yang dinyatakan di dalam Bill of Lading (B/L) dan semua dokumen, dipakai suatu pengenal yang terdiri atas huruf dan angka yang disebut marking code. Pengaturan marking code ditentukan oleh ISO sebagai berikut : Kode pemilik (owner code) : 4 huruf Nomor seri (serial number) : 6 angka Nomor periksa (check number) : 1 angka Kode negara (country code) : 3 huruf Ukuran dan tipe (size and tipe) : 4 angka Sebagai gambaran jelasnya, maka perhatikan contoh Nomor Peti Kemas dibawah ini: DLCU 167435 3 RIX 2 3 1 5 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Keterangan : (1) Kode pemilik : peti kemas Djakarta Lloyd (2) Nomor seri : 16 ukuran peti kemas 1 : kode closed container 6 : kode peti kemas 20 feet 7435 : nomor peti kemas (3) Nomor periksa : 3 dipergunakan untuk memeriksa kebenarannomor seri. (4) Kode negara : RIX = Indonesia (5) Ukuran peti kemas : 2 3 2 - kode peti kemas 20 feet 3 - kode tinggi peti kemas 86 (6) Tipe peti kemas : 1 5 1 - kode untuk closed ventilated container 5 - kode untuk mechanical ventilated Adapun penjelasan dari angka digit pertama dari tipe peti kemas : 0 : closed container 1 : closed container ventilated 2 : insulated container 3 : refrigerated container 4 : refrigerated container, removable equipment 8 5 : open top container 6 : platform 7 : tank container 8 : bulk container, catle container, etc 9 : air container. Dari penjelasan mengenai marking code atau Nomor Peti Kemas tersebut, dapat diidentifikasi apakah nomor yang tertera pada peti kemas sesuai dengan fisik dari peti kemas yang bersangkutan. Sebagai contoh: Jika angka digit pertama yang tertera pada ukuran peti kemas adalah angka 2, maka menginformasikan bahwa ukuran peti kemas itu adalah 20 (20 feet). Namun apabila kenyataannya tidak sesuai (misalnya ukuran peti kemas tersebut ternyata 40), maka dapat dipastikan adanya indikasi pelanggaran berupa pemalsuan nomor peti kemas. Jika angka digit pertama yang tertera pada tipe peti kemas adalah angka 0, maka menginformasikan bahwa peti kemas tersebut bertipe closed container (general purpose container). Namun apabila kenyataannya tidak sesuai (misalnya tipe peti kemas tersebut adalah bulk container), maka dapat dipastikan adanya indikasi pelanggaran berupa pemalsuan nomor peti kemas. Dari contoh tersebut, maka pejabat Bea Cukai perlu mewaspadai adanya Nomor Peti Kemas yang palsu/dipalsukan. Ciri-ciri Nomor Peti Kemas yang asli adalah Nomor Peti Kemas tersebut bukan dari tempelan/stiker, dengan kata lain Nomor Peti Kemas asli terbuat bukan dari bahan yang bersifat sementara/temporer, melainkan Nomor Peti Kemas tersebut tercetak secara permanen pada peti kemas tersebut. Sehingga dapat disimpulkan, apabila pejabat Bea Cukai dalam menjalankan tugasnya dilapangan menemukan adanya Nomor Peti Kemas yang terbuat dari stiker atau Nomor Peti Kemas asli ditempeli stiker Nomor Peti Kemas yang berbeda, maka itu merupakan salah satu ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas, sehingga pejabat Bea Cukai bisa mengantisipasinya. (3). Perhatikan Kelainan-Kelainan Fisik Peti Kemas Selain kedua ciri-ciri fisik yang telah dijabarkan diatas, pejabat Bea Cukai juga perlu mengetahui ciri-ciri fisik lainnya untuk mengidentifikasi apakah terdapat penyalahgunaan terhadap peti kemas yang bersangkutan. Semakin banyak ciri-ciri fisik yang diketahui, maka semakin besar pula peluang bagi pejabat Bea Cukai untuk melaksanakan tugasnya dengan baik dan benar dilapangan. Adapun ciri-ciri fisik yang menunjukkan kelainan pada peti kemas tersebut antara lain: 9 (4). Ada bagian peti kemas yang dilas Apabila dilapangan pejabat Bea Cukai menemukan fisik peti kemas yang dilas, maka perlu dicurigai bahwa adanya tindak pelanggaran yang dilakukan. Pejabat Bea Cukai perlu menduga atau patut diduga bahwa bagian peti kemas yang dilas tersebut merupakan upaya pelaku untuk berhubungan kontak dengan barang yang berada di dalam peti kemas tanpa merusak segel yang dipasang sedemikian rupa pada pintu peti kemas. Tindakan ini mungkin dilakukan selama peti kemas tersebut berada dalam pengangkutan di sarana pengangkut, atau pada saat-saat dimana tindakan tersebut memungkinkan untuk dilakukan. Namun perlu dilakukan pengamatan maupun penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan bahwa adanya bagian fisik peti kemas yang dilas merupakan upaya pelaku secara melawan hukum untuk berhubungan kontak dengan barang. (5). Nama peti kemas yang dipalsukan Sama halnya dengan ciri-ciri pertama diatas, maka pejabat Bea Cukai juga perlu mencurigai apabila nama peti kemas dipalsukan, baik menggunakan piloks maupun stiker/tempelan. Misalnya, nama peti kemas EVERGREEN diubah menjadi CHANG HONG, dsb. Adanya pemalsuan nama peti kemas ini mungkin memiliki maksud tertentu yang berhubungan dengan upaya pelanggaran yang dilakukan oleh pelaku, sehingga pejabat Bea Cukai perlu mengantisipasi hal ini. Namun pejabat Bea Cukai juga jangan langsung menentukan bahwa itu pasti merupakan upaya untuk mengelabui pejabat Bea Cukai sehubungannya dengan barang. Mungkin saja itu dilakukan sesuai perjanjian antar pemilik peti kemas yang dilakukan bukan dengan maksud melawan hukum, tapi hanya perjanjian bisnis semata, misalnya pengalihan kepemilikan peti kemas. Sehingga pejabat Bea Cukai juga perlu melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memastikannya. Kesimpulan Setelah melakukan pembahasan mengenai peti kemas dan ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas sebagaimana diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Jenis-jenis peti kemas yang digunakan dalam perdagangan internasional meliputi general purpose container, temperature controlled container, open top container, open side container, ventilated container, tank container, dry bulk container, dan platform container. Namun jenis peti kemas yang paling banyak digunakan dalam kegiatan ekspor impor di Indonesia adalah jenis general purpose container. Ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas antara lain segel yang rusak, nomor peti kemas yang palsu/dipalsukan, serta adanya bagian peti kemas yang dilas dan nama peti kemas yang dipalsukan. 10 Pejabat Bea Cukai hendaknya memiliki pengetahuan mengenai jenis-jenis peti kemas yang digunakan dalam perdagangan internasional, baik itu jenis peti kemas yang banyak/umum digunakan maupun jenis peti kemas yang jarang digunakan. Dalam melakukan tugasnya di lapangan, pejabat bea cukai hendaknya mengetahui ciri-ciri fisik penyalahgunaan peti kemas untuk mengantisipasi adanya tindak pelanggaran yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu. ini berkaitan dengan fungsi pengawasan bea cukai terhadap barang untuk menghindari adanya pelanggaran terhadap ketentuan Undang-undang nomor 17 tahun 2006 baik yang mengakibatkan kerugian negara maupun tidak. Daftar referensi Modul_DTSD_Pengawasan_dan_Penindakan_Kepabeanan. Buku Undang-Undang Nomor 17 tahun 2006 tentang Kepabeanan. Internet http://id.wikipedia.org/wiki/Peti_kemas Internet http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17¬ab=21 Internet http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek=17¬ab=22