Anda di halaman 1dari 12

1

RANCANGAN SISTEM OUTSOURCI NG UMKM ZYSKU XENA


UNTUK MEMENUHI PERMINTAAN PELANGGAN

Faradiani Sekar Putri
Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Manajemen Rekayasa Industri
Institut Teknologi Bandung
2014
Email: faradiani.sputri@students.itb.ac.id

ABSTRAK

Zysku Xena merupakan suatu UMKM busana muslim yang sedang mengalami masa stagnan
dalam jumlah penjualannya. Dalam proses bisnisnya, Zysku Xena melakukan outsourcing
untuk proses produksinya. Masalah-masalah dalam sistem outsourcing Zysku Xena adalah
sistem yang tidak terstruktur, kesalahan dalam pemilihan pemasok, serta kurangnya
pengawasan kepada para pemasok. Penelitian ini bertujuan untuk merancang sistem
outsourcing yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan
yang datang. Perancangan sistem outsourcing mengacu pada teori pengembangan sistem oleh
Kendall & Kendall (2011) dan teori proses bisnis outsourcing oleh Indrajit & Djokopranoto
(2003). Dalam perancangan sistem outsourcing, dilakukan pula perancangan sistem pemilihan
pemasok yang disusun menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan
software Expert Choice. Pada akhir penelitian ini didapatkan suatu usulan sistem yang
dirancang berdasarkan perbaikan sistem lama dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan
yang ada dalam sistem sebelumnya.
Kata kunci: UMKM, industri fashion, busana muslim, sistem pemilihan pemasok,
outsourcing, teori perancangan sistem, AHP

ABSTRACT

Zysku Xena is an islamic fashion SMEs that having stagnant period in the number of sales. In
its business processes, Zysku Xena outsources the production process. The problems in the
outsourcing system Zysku Xena are the unstructured systems, errors in supplier selection, and
lack of oversight to the suppliers. This study aims to design an outsourcing system that fits the
companys need which is to meet the demands of customers. Outsourcing system design refers
to the theory of system development by Kendall & Kendall (2011) and the theory of
outsourcing business process by Indrajit & Djokopranoto (2003). In outsoursing system
design, it is also conducted the selection of suppliers system design that prepared using
Analytical Hierarchy Process (AHP) method and Expert Choice software. At the end of this
study found that a proposed system is designed based on the improvement of the old system
and it solves the existing problems in the previous system.
Keywords: SMEs, industrial fashion, Islamic fashion, the system supplier selection,
outsourcing, system design theory, AHP
1. Pendahuluan
Zysku Xena merupakan UMKM yang bergerak di bidang penjualan busana muslim di
Indonesia. Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) dari Kementrian Perindustrian
(Kemenperin) menyatakan bahwa pertumbuhan industri busana muslim di Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya, bahkan pada semester pertama tahun 2012 mengalami
peningkatan sekitar 8,5%. Hal tersebut membuktikan bahwa industri busana muslim
memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bertolak belakang dari
2

hal tersebut, penjualan Zysku Xena mengalami masa stagnan sejak tahun 2012. Tidak
adanya peningkatan penjualan menyebabkan perusahaan tidak dapat berkembang lebih besar
dan memperluas pasar mereka.
Perusahaan Zysku Xena melakukan outsourcing untuk proses produksi atas produk-produk
mereka. Namun, terdapat beberapa masalah pada sistem outsourcing mereka yang
menyebabkan target produksi dari Zysku Xena tidak terpenuhi. Para penjahit yang
memproduksi produk pakaian Zysku Xena, yang tidak dapat memenuhi jumlah permintaan
dari perusahaan. Kemudian, Zysku Xena sendiri tidak mempunyai sistem yang valid untuk
selalu dipakai dalam pengambilan keputusan untuk pembagian kerja pada pemasok atau
pemasok mereka sehingga target produksi tidak dapat mereka capai. Kesalahan penilaian
Zysku Xena kepada para pemasoknya berakibat kepada jumlah pesanan jadi yang selalu
berada di bawah angka permintaan dari Zysku Xena.
Terkadang dalam aktivitas pengadaan, dalam memilih pemasok, perusahaan dihadapkan
pada kondisi harus memilih lebih dari satu pemasok untuk satu jenis barang (multiple
sourcing). Hal tersebut dilakukan ketika terdapat beberapa batasan seperti kapasitas order
ataupun tingkat produk cacat dalam suatu pemasok. Kondisi multiple sourcing atau multiple
outsourcing tersebut dialami oleh Zysku Xena dalam hal pemilihan pemasok dan pemilihan
penjahit untuk produksi. Di sini ditekankan bahwa penjahit bukan dialihdaya oleh Zysku
Xena dalam bentuk tenaga kerja bagi perusahaan, melainkan sebagai perusahaan lain di luar
Zysku Xena yang berperan dalam proses produksi untuk produk-produk dari Zysku Xena.
Namun, alihdaya yang dilakukan oleh Zysku Xena ini seringkali mengalami masalah seperti
tidak adanya suatu sistem pemilihan pemasok yang objektif sehingga terjadi kesalahan
pengambilan keputusan dalam menentukan perusahaan penjahit mana untuk menjadi
pemasok Zysku Xena.
Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah satu metode yang sering
digunakan dalam pembuatan model pengambilan keputusan. AHP merupakan salah satu
metode untuk membantu menyusun suatu prioritas dari berbagai pilihan dengan
menggunakan beberapa kriteria (multi criteria). Dalam penelitian ini, kasus yang terjadi
merupakan masalah pemilihan dengan multi-kriteria dan multi-partisipan sehingga AHP
cocok untuk digunakan. Untuk perhitungan AHP dilakukan menggunakan software Expert
Choice 2000.
Berdasarkan uraian sebelumnya, teridentifikasi akan kebutuhan suatu sistem outsourcing
untuk faktor produksi dan bahan baku bagi Zysku Xena untuk mencapai tujuan perusahaan,
yakni memenuhi target produksi serta menghasilkan produk berkualitas tinggi. Sistem
tersebut akan menjadi salah satu daya saing Zysku Xena dalam mengembangkan usahanya
demi menghadapi persaingan dalam industri fashion busana muslim Indonesia yang semakin
lama semakin meningkat.
2. Studi Literatur
2.1 Teori Dasar
Di dalam penelitian ini terdapat dua teori yang menjadi acuan dalam perancangan sistem
yang akan dilakukan, yakni teori perancangan sistem oleh Kendall & Kendall (2011) dan
teori proses bisnis outsourcing oleh Indrajit & Djokopranoto (2003). Ada tujuh tahap dalam
siklus hidup pengembangan sistem dalam teori perancangan sistem yang tercantum dalam
Gambar 2.1.
3

1. Mengidentifikasi
masalah, peluang, dan
tujuan
2. Menentukan syarat-
syarat informasi
3. Menganalisis
kebutuhan sistem
4. Merancang sistem
yang direkomendasikan
5. Mengembangkan dan
mendokumentasikan
6. Menguji dan
mempertahankan sistem
7. Mengimplementasikan
dan mengevaluasi sistem

Gambar 2. 1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem
(Sumber: Kendall&Kendall, 2011)
Kemudian, di dalam proses bisnis outsourcing, terdapat tujuh tahapan outsourcing seperti
pada gambar berikut:
Tahap
Perencanaan
Pilihan Strategi Analisis Biaya Pilihan Rekanan
Negosiasi
Persyaratan
Transisi
Sumberdaya
Pengelolaan
Hubungan

Gambar 2. 2 Tahapan Outsourcing
(Sumber: Indrajit&Djokopranoto, 2003)
Penelitian ini dibatasi dengan tidak memasukkan pemilihan strategi dan analisis biaya ke
dalam tahapan di dalam sistem outsourcing yang akan dirancang.
2.2 Evaluasi dan Pemilihan Pemasok
Di dalam sistem yang dirancang, terdapat sistem pemilihan pemasok. Di dalam proses
pemilihan tersebut terdapat beberapa kriteria pemasok yang menjadi acuan dalam penilaian
calon pemasok. Pemilihan kriteria-kriteria tersebut berdasarkan pada tiga penelitian akan
kriteria pemilihan pemasok, yakni penelitian oleh Stevenson, Dickson, Choi & Hartley, serta
Ge Wang. Menurut Stevenson (2000), faktor utama dalam pemilihan pemasok adalah Harga,
Kualitas, Pelayanan, Lokasi, Kebijakan Persediaan Pemasok, dan Fleksibilitas. Kemudian
Dickson (1966) menyatakan terdapat 22 kriteria yang menjadi pertimbangan dalam
pemilihan pemasok.
Choi dan Hartley (1996) mengemukakan tujuh faktor yang bisa dijadikan ukuran
performansi dan dasar pemilihan/evaluasi pemasok. Ge Wang (2004) mengemukakan empat
faktor yang bisa dijadikan ukuran performansi pemasok.


4


Tabel 2. 1 Kriteria Pemilihan Pemasok Choi &Hartley dan Ge Wang (Sumber : Sartin, 2012)
Choi and Hartley Ge Wang
Kriteria Sub Kriteria Kriteria Sub Kriteria
Pembayaran
Kondisi Keuangan
Pengiriman
Pencapaian pengiriman
Profitabilitas dari pemasok Tingkat tariff
Penyingkapan arsip keuangan Batas waktu pemenuhan pesanan
Pencapaian penghargaan Pemenuhan pesanan sempurna
Konsistensi
Ketetapan mutu
Fleksibilitas
Waktu untuk menanggapi rantai
persediaan
Ketepatan pengiriman Fleksibilitas produksi
Filosofi mutu
Biaya
Total manajemen fungsi
Menerima tanggapan Nilai tambah produktifitas
Keandalan Peningkatan keandalan produk Jaminan biaya
Hubungan
Hubungan jangka panjang
Asset
Waktu siklus uang tunai
Kedekatan hubungan Hari persediaan
Keterbukaan dalam komunikasi Pengembalian asset
Reputasi dan integritas
Fleksibilitas
Perubahan volume produk
Persiapan yang singkat
Pengiriman yang tepat
Resolusi konflik
Kemampuan
teknologi
Kemampuan desain
Kemampuan teknik
Pelayanan
Dukungan setelah penjualan
Kemampuan penjualan
Harga Inisial harga rendah

Proses penentuan kriteria dan subkriteria pemilihan pemasok bagi Zysku Xena dilakukan
oleh pemilik dari perusahaan yang mempunyai peran manajemen fungsional di perusahaan
ini. Kriteria dan subkriteria yang akan digunakan dalam proses pemilihan pemasok adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. 2 Kriteria dan Subkriteria Terpilih
No. Kriteria Sub Kriteria
1 Kualitas
Konsistensi
Kemampuan teknologi
2 Fleksibilitas
Waktu untuk menanggapi rantai persediaan
Fleksibilitas produksi
3 Pengiriman
Pencapaian pengiriman
Batas waktu pemenuhan pesanan
Pemenuhan pesanan sempurna
4 Perilaku
5 Impresi
6 Harga
7 Pelayanan Perbaikan

5

Proses pemilihan pemasok pada penelitian ini menggunakan metode Analytical Hierarchy
Process (AHP). Menurut Suryadi & Ramdhani (2000), langkah-langkah yang dilakukan
dalam AHP adalah sebagai berikut:
a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.
b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan utama.
c. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif
atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya.
d. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya
sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya.
f. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki.
g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.
h. Memeriksa konsistensi hirarki.

3. Metoda Penelitian
Tahap pembuatan struktur hierarki penilaian pemasok dilakukan setelah seluruh kriteria dan
subkriteria dalam pemilihan pemasok diidentifikasi. Struktur hierarki pengambilan
keputusan dalam perancangan sistem outsourcing ini terdiri atas beberapa tingkatan. Setelah
didefinisikan, permasalahan digambarkan ke dalam struktur hirarki sebagai berikut:
Pemilihan Pemasok Zysku
Xena
Kualitas
Fleksibilitas
Perilaku Impresi
Pengiriman
Harga
Pelayanan
perbaikan
Konsistensi
Kemampuan
teknologi
Waktu untuk
menanggapi
rantai
persediaan
Fleksibilitas
produksi
Pencapaian
pengiriman
Batas waktu
pemenuhan
pesanan
Pemenuhan
pesanan
sempurna
... Calon Pemasok n Calon Pemasok1 Calon Pemasok 2

Gambar 3. 1 Struktur Hirarki Pemilihan Pemasok Zysku Xena
4. Pengolahan Data dan Analisis
4.1 Analisis Kebutuhan Sistem
Bentuk sistem outsourcing di perusahaan adalah sebagai berikut :
6

Penentuan porsi kerja pada tiap-tiap
subkontraktor (pemasok)
Penerimaan
barang jadi
Pemeriksaan
produk dan
pembayaran
Tahap pemberian order, negosiasi harga, negosiasi
deadline, dan penyerahan kain
Jumlah permintaan
dari reseller dan
distributor
Penentuan jumlah
penjualan lewat
stockist
Penentuan jumlah
penjualan di butik dan
webstore
Penentuan
jumlah cadangan
produk
Penentuan jumlah
produksi
Pencarian
pemasok yang
dinilai sesuai

Gambar 3. 2 Sistem Outsourcing di Perusahaan
Melalui analisis kondisi aktual, di dalam kegiatan outsourcing yang dilakukan oleh Zysku
Xena, permasalahan terbagi menjadi dua:
Tabel 3. 1 Perspektif Masalah
Permasalahan pada Zysku Xena Permasalahan antara Zysku Xena dengan
Pemasok
Perusahaan tidak memiliki sistem penilaian untuk
pemasok yang valid dan kontinyu, sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
Proses kerjasama yang sederhana dan tidak ada
surat perjanjian yang mengikat satu sama lain.
Pengaturan jumlah pesanan yang berdasarkan
perkiraan oleh Zysku Xena.
Penerimaan order dari Zysku Xena oleh pemasok
yang tidak dipertimbangkan dengan jumlah
pesanan yang datang dari klien lain.
Pemantauan dari Zysku Xena terhadap proses
pengerjaan pesanan oleh pemasok yang tidak
rutin sehingga pemasok sering kehilangan
konsistensinya untuk menyelesaikan pesanan dari
Zysku Xena.

4.2 Perancangan Sistem
Proses perancangan sistem yang diusulkan berawal dari perbaikan sistem outsourcing di
Zysku Xena saat ini. Perbaikan dilakukan berdasarkan analisis kebutuhan fungsional dan non
fungsional terhadap sistem baru. Berangkat dari hal tersebut, disusunlah usulan perbaikan
sistem atau sistem baru. Pada sistem yang baru terdapat sistem pendataan yang lebih efisien
yang mempermudah pemakai sistem dalam melakukan pendataan dan peninjauan pada data-
data tersebut. Sistem pendataan dilakukan dengan pengisian form, seperti form data
produksi, form data pemasok, dan lain-lain. Kemudian di sistem yang baru ini terdapat
7

sistem pemilihan pemasok apabila terdapat sinyal kebutuhan akan pemasok baru. Pada tahap
akhir sistem terdapat peninjauan akan kualitas dari produk-produk yang telah dibuat dan
diserahkan dari pemasok ke perusahaan. Perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak
diatur dalam sebuah Surat Perjanjian Kerjasama yang mana di dalamnya mengatur
kewajiban kedua belah pihak dan konsekuensi pihak yang melanggar perjanjian tersebut.
Selanjutnya disusunlah sistem pemilihan pemasok yang akan dipakai oleh perusahaan untuk
memilih pemasok baru. Sistem pemilihan pemasok ini menggunakan software Expert
Choice. Sistem pemilihan pemasok disusun ke dalam software dengan memasukkan struktur
hirarki pemilihan pemasok ke dalam software. Kemudian dilakukan pembobotan kriteria dan
subkriteria dengan Pairwise Comparison Judgement Matrix (PCJM) sebagai berikut:

Gambar 4. 1 PCJM Kriteria
Angka berwarna hitam menunjukkan bahwa kriteria pada kolom lebih penting daripada
angka pada baris dengan bobot nilai sebesar angka tersebut. Contoh, pada kolom
perpotongan kolom Kualitas dan baris Fleksibilitas (berwarna kuning), tertera angka 5
berwarna hitam yang mempunyai arti kriteria Kualitas lebih penting daripada Fleksibilitas
dengan bobot kepentingan 5. Kemudian, dari hasil pembobotan nilai kepentingan antar
kriteria-kriteria tersebut, dapat diketahui nilai rasio konsistensi atau consistency ratio (CR)
dari bobot-bobot nilai tersebut sebesar 0,02. Syarat bahwa suatu pembobotan disebut
konsisten adalah memiliki nilai rasio konsistensi tidak melebihi 0,1. Nilai rasio konsistensi
untuk pembobotan antar kriteria tersebut tidak melebihi CR yang bernilai sebesar 0,1. Dari
hal tersebut diketahui bahwa terdapat konsistensi penilaian yang diberikan oleh responden.
Kriteria Kualitas merupakan kriteria yang paling penting dalam menentukan pemasok
terpilih yang sesuai dengan kebutuhan dari Zysku Xena. Kriteria terpenting selanjutnya
adalah Harga, diikuti Pengiriman, Perilaku, Fleksibilitas, Pelayanan Perbaikan, dan yang
paling tidak penting adalah Impresi.
Selanjutnya dilakukan proses pembobotan nilai kepentingan antar subkriteria. Proses
perhitungan tingkat kepentingan subkriteria yang digunakan dalam pemilihan pemasok
serupa dengan proses perhitungan tingkat kepentingan kriteria pada bagian sebelumnya.
Semua hasil pembobotan kriteria dan subkriteria tersebut tersimpan dalam program Expert
Choice yang dapat digunakan kapan saja pemilik membutuhkan pemilihan pemasok yang
tepat untuk Zysku Xena.
Selanjutnya dilakukan pengujian dengan kasus pemilihan pemasok yang sedang terjadi di
perusahaan. Perbandingan kondisi-kondisi antar tiap pemasok tercantum dalam tabel berikut:
8

Tabel 4. 1 Perbandingan Kondisi Antar Calon Pemasok
No
.
Krit
eria
Sub
Kriteria

Kondisi
Kode Calon Pemasok

Skala Penilaian

ST AG ARS CT

1 3 5 7 9
1
K
u
a
l
i
t
a
s

Konsistens
i
Konsistensi
Kualitas -
Frekuensi
perbedaan kualitas
(ukuran, kerapihan
jahitan, detail
model) pakaian
dalam 1 desain
(Menurut ZX)
Sedang
(Skor: 5)
Sedikit
(Skor: 7)
Sedikit
(Skor: 7)
Sedang
(Skor: 5)
Sangat
Banyak
(Tiap
pakaian
berbeda
kualitas)
Banyak
(berbeda 1
dari 10
pakaian)
Sedang
(berbeda 1
dari 20
pakaian)
Sedikit
(berbeda 1
dari 30
atau lebih
pakaian)
Tidak
Pernah
Kemampu
an
teknologi

Jenis Mesin Jahit
Listrik
(Skor: 5)
Listrik
(Skor: 5)
Listrik
(Skor: 5)
Listrik
(Skor: 5)
Manual

Listrik

2
F
l
e
k
s
i
b
i
l
i
t
a
s

Waktu
untuk
menangga
pi rantai
persediaan

Fleksibilitas
Terhadap
Perubahan Waktu
Pengerjaan
Pesanan
Fleksibel
(Skor: 5)
Fleksibel
(Skor: 5)
Tidak
Fleksibel
(Skor: 1)
Tidak
Fleksibel
(Skor: 1)

Tidak
Fleksibel
Fleksibel

Fleksibilita
s produksi
Fleksibilitas
Terhadap
Perubahan Jumlah
Pesanan
Fleksibel
(Skor: 5)
Fleksibel
(Skor: 5)
Tidak
Fleksibel
(Skor: 1)
Tidak
Fleksibel
(Skor: 1)

Tidak
Fleksibel
Fleksibel

3
P
e
n
g
i
r
i
m
a
n

Pencapaia
n
pengirima
n

Jarak Lokasi
dengan Kantor ZX
6 km
(Skor: 1)
3,5 km
(Skor: 3)
3 km
(Skor: 5)
3 km
(Skor:5)
> 4 km 3,1-4 km 2,1-3 km 1,1-2 km 0-1km

Fasilitas
Pengantaran
Pesanan
Tidak ada
(Skor: 1)
Ada (Skor:
5)
Ada (Skor:
5)
Ada (Skor:
5)
Tidak
ada
Ada

Batas
waktu
pemenuha
n pesanan

Frekuensi
Keterlambatan
Pengerjaan
Pesanan (Menurut
Pemilik)
Sedang
(Skor: 5)
Sedang
(Skor: 5)
Jarang
(Skor: 7)
Jarang
(Skor: 7)
Sangat
sering
(selalu
terlamba
t)
Sering
(terlambat
1 kali dari
2 kali
pemesanan
)
Sedang
(terlambat
1 kali dari
4 kali
pemesanan
)
Jarang
(terlambat
1 kali dari
6 kali
pemesanan
)
Tidak
Pernah
Pemenuha
n pesanan
sempurna

Frekuensi
Terjadinya
Kesalahan
Pembuatan
Pesanan (Menurut
Pemilik)
Sedang
(Skor: 5)
Jarang
(Skor: 7)
Ada (Skor:
5)
Ada (Skor:
5)
Sangat
sering
(selalu
terjadi
kesalaha
n
Sering
(cacat 1
dari 10
pakaian)
Sedang
(cacat 1
dari 20)
Jarang
(cacat 1
dari 30
atau lebih
pakaian)
Tidak
Pernah
4
Perila
ku

Keramahan
Pelayanan
(Menurut ZX)
Ramah
(Skor: 7)
Ramah
(Skor: 7)
Sangat
Ramah
(Skor: 9)
Ramah
(Skor: 7)

Sangat
tidak
ramah
Tidak
Ramah
Cukup Ramah
Sangat
Ramah
5
Impre
si

Kesan Terhadap
Perusahaan
(Menurut ZX)
Baik
(Skor: 7)
Baik
(Skor: 7)
Sangat
Baik
(Skor: 9)
Baik
(Skor: 7)

Sangat
Buruk
Buruk Cukup Baik
Sangat
Baik
6 Harga

Harga
Rp70.000,
00 (Skor:
7)
Rp70.000,
00 (Skor:
7)
Rp80.000,
00 (Skor:
3)
Rp65.000,
00 (Skor:
9)

>=Rp
81.000,0
0
Rp
76.000,00
-80.000,00
Rp
71.000,00
-
Rp75.000,
00
Rp
66.000,00
-
Rp70.000,
00
<=Rp
65.000,0
0
7
Pelay
anan
Perba
ikan

Penggantian
Kerusakan
Pesanan
Ada (Skor:
5)
Ada (Skor:
5)
Ada (Skor:
5)
Ada (Skor:
5)

tidak ada Ada

Kemudian setelah skor para alternatif dimasukkan ke dalam sistem, keluarlah hasil
rekomendasi pemasok terpilih sebagai berikut:
9


Gambar 4. 2 Tampilan Dynamic Graph
Tampilan di atas merupakan fitur Dynamic Graph di dalam software. Analisis sensitivitas
dapat dilakukan dengan mengubah nilai kriteria pada grafik sesuai dengan keinginan
pemakai yang kemudian akan terlihat pengaruh dari perubahan nilai tersebut. Rekomendasi
pemasok utama dapat berubah sesuai dengan perubahan nilai kriteria pada grafik.
5. Usulan Rancangan Sistem
Usulan rancangan sistem multisourcing bagi perusahaan dibuat sebagai acuan dari
perusahaan dalam pelaksanaan kegiatan outsourcingnya ke depan. Adanya kemungkinan
dalam penambahan atau pergantian pemasok/pemasok bagi perusahaan, diperlukan suatu
sistem outsourcing yang dapat digunakan oleh perusahaan sesuai dengan standar dan
kebutuhan dari perusahaan.
Usulan rancangan berasal dari perbaikan dan pengembangan sistem outsourcing yang
dilakukan oleh Zysku Xena saat ini dan sudah melewati tahap validasi dari pihak
perusahaan. Di dalam sistem terdapat proses pemilihan pemasok berdasarkan nilai dari
masing-masing pemasok yang dihitung menggunakan software Expert Choice. Hasil dari
perhitungan tersebut merupakan urutan prioritas pemasok yang dapat dipilih oleh Zysku
Xena saat perusahaan membutuhkan pemilihan pemasok. Nilai prioritas tersebut dapat
menjadi pertimbangan perusahaan untuk menentukan sejumlah pemesanan kepada para
pemasoknya sesuai dengan nilai yang keluar dari para pemasok tersebut.
Alur proses dalam sistem multisourcing yang dirancang untuk Zysku Xena secara detail
digambarkan dalam flowchart berikut:
10

Permintaan masuk (pre
order)
Penentuan perkiraan
jumlah produksi
Data jumlah
produksi tiap item
Pencarian
Pemasok
Data calon-calon
pemasok
Link ke Expert Choice
Data pemasok
lama
Perlu pemasok
baru?
Memasukkan bobot
perbandingan antar
pemasok berdasarkan
data
Rekomendasi
pemilihan
pemasok
Ya
Pembuatan sampel
Pemberian order
kerja berkala ke tiap-
tiap pemasok
Negosiasi dan penyusunan
kesepakatan dengan tiap
pemasok
Surat Perjanjian
Kerjasama
Pemantauan
secara berkala
Penyerahan
barang jadi
Pendataan pemasok yang
terpilih ke dalam sistem
data outsourcing
perusahaan
Pelunasan sisa
pembayaran
Quality Control Sudah sesuai?
Ya
Rujuk ke SPK Tidak
Start
End
Evaluasi hasil
pengerjaan
pesanan
Tidak
Perlu pemilihan
pemasok?
Tidak
Ya

11

Menurut pemilik perusahaan, ada kebutuhan akan pendataan dan adanya dokumentasi data-
data pemasok dibutuhkan oleh perusahaan. Pada sistem outsourcing lama pun ada sistem
pendataan namun hanya sebatas rencana jumlah produksi dan aktualisasi. Tidak terdapat
pendataan pemasok dan pendataan nilai calon pemasok. Sistem pendataan pada sistem baru
berbentuk pengisian form yang mana data-datanya dapat ditinjau kembali apabila diperlukan.
Sistem pendataan yang berbentuk form-form di dalam software Ms. Excel lebih mudah
digunakan oleh pemakai karena adanya kemudahan untuk penghisian serta peninjauan data-
data tersebut. Dengan adanya data-data tentang pemasok, seperti data kapasitas produksi,
perusahaan dapat menentukan jumlah pesanan kepada para pemasok tersebut sesuai dengan
kinerja dari masing-masing pemasok, tidak hanya berdasarkan perkiraan oleh pemilik
perusahaan dan pihak pemasok.
Kemudian, sistem pemilihan pemasok yang dirancang berbasiskan model AHP sesuai
dengan kebutuhan perusahaan akan suatu sistem pemilihan pemasok yang menghasilkan
keputusan yang efektif. Pada sistem pemilihan pemasok yang diterapkan perusahaan saat ini,
hasil keputusan yang diambil sulit untuk diukur keefektifannya karena hanya berdasarkan
perkiraan dari pengguna sistem yaitu pemilik perusahaan. Tidak ada indikator yang
menunjukan bahwa keputusan yang diambil sudah efektif atau paling tidak mencerminkan
tingkat kepuasan pihak perusahaan sebagai pengguna jasa pemasok. Pada sistem pemilihan
pemasok yang terdapat di dalam sistem outsourcing yang dirancang sebagai sistem usulan
bagi perusahaan dalam memilih pemasoknya, terdapat suatu indikator yang dapat mengukur
hal-hal yang bersifat intangible, yakni tingkat keefektifan dari hasil keputusan yang diambil.
Indikator tersebut yakni total nilai dari pemasok terhadap seluruh kriteria yang menjadi
aspek penilaian dalam menentukan pemasok terpilih yang sesuai dengan standar dan kriteria
yang telah ditetapkan perusahaan.
6. Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Rancangan sistem baru menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam sistem lama.
Sistem baru lebih terstruktur dan mempunyai sistem penilaian pemasok yang lebih objektif.
Pada sistem baru terdapat sistem pendataan yang akan mencegah terjadinya kelalaian dalam
kegiatan produksi di Zysku Xena. Kelalaian jumlah produksi, pemilihan pemasok yang tepat,
serta kelalaian pengawasan dapat terselesaikan dengan sistem yang baru.
Model keputusan pemilihan pemasok yang dirancang mampu menyelesaikan permasalahan
pemilihan pemasok yang bersifat multikriteria dan multipartisipan dalam penelitian ini. Hal
tersebut terbukti dari pengujian sistem terhadap kasus pemilihan pemasok baru yang sedang
dihadapi oleh Zysku Xena pada saat ini. Hasil rekomendasi keputusan yang didapatkan dari
sistem divalidasi oleh pemilik Zysku Xena sebagai hasil yang valid dan terbaik. Analisis
sensitivitas sistem pemilihan pemasok pun menunjukan bahwa sistem sensitif terhadap hasil
dari rekomendasi alternatif terpilih dengan pengaruh perubahan nilai kriteria terhadap
perubahan hasil prioritas pemilihan alternatif.
6.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk penelitian serupa selanjutnya antara lain:
a. Bentuk keseluruhan rancangan usulan sistem yang dibuat hingga berupa prototipe,
mulai dari sistem pendataan rencana produksi, pendataan pemasok, hingga pembuatan
Surat Perjanjian Kerja, dan Surat Pemberian Order.
12

b. Rancangan sistem yang dibuat lebih baik lagi jika berbentuk suatu program dengan user
interface yang memberikan kemudahan dalam proses input data dan lebih mudah
digunakan secara keseluruhan.
c. Pengujian terhadap sistem dilakukan secara keseluruhan mulai dari perencanaan hingga
evaluasi sehingga validasi sistem lebih valid secara obyektif.

Anda mungkin juga menyukai