Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

K KONDISI ONDISI T TANAH ANAH P PERTANIAN ERTANIAN D DAERAH AERAH R RAWA AWA
1.1 JENIS TANAH UTAMA DI LAHAN RAWA
Lahan rawa merupakan lahan yang selalu dijenuhi air, baik yang berasal dari
hujan maupun luapan sungai atau pengaruh pasang surut air laut. Keberadaan
air tersebut terutama disebabkan oleh bentuk fsiograf datar sampai cekung
yang tidak memungkinkan air tersebut teratus secara cepat. Endapan gambut
di rawa terbentuk secara geologis dengan bahan endapan berupa bahan yang
terbawa bersama air dari daerah hulu (koloid mineral) atau berupa timbunan
sisa tumbuhan setempat yang laju penimbunan lebih cepat daripada laju
perombakannya. Sering sekali bahan penyusun rawa tersebut berupa campuran
gambut dan tanah mineral, baik campuran langsung maupun lapis melapisi.
egetasi alami, kejenuhan air yang relati! tidak bergerak, kekahatan oksigen
merupakan keadaan dimana laju dekomposisi lebih rendah daripada laju
sedimentasi yang menyebabkan lahan gambut dapat tumbuh dan berkembang.
"awa bukan gambut merupakan endapan alu#ial mineral (umumnya lempung)
mentah atau gambut yang keadaan aslinya jenuh air (reduksi) dengan suasana
tawar atau masin. $engisian endapan tersebut berasal dari bahan erosi di
daerah hulu yang terbawa oleh aliran sungai yang kehilangan kecepatannya
sewaktu memasuki rawa. %engan sangat berkurangnya kecepatan air,
menyebabkan sebagian besar bahan erosi akan mulai diendapkan di daerah
cekungan rawa tersebut. &ilamana suasana pembentukan rawa adalah marin,
maka terjadi reduksi besi dari bahan sedimen dan reduksi sul!at yang terdapat
dalam air laut. Kedua komponen redukti! ini dapat membentuk senyawa yang
disebut dengan pirit. Kandungan pirit yang ' (.)* + dan tidak cukup bahan
alkalinitas untuk menetralkan asam yang ada di dalam pirit tersebut disuatu
lingkungan maka tanahnya disebut Sul!a,uent atau sul!at masam potensial
(S-$). &ilamana pirit teroksidasi dan bersi!at sangat masam yang disertai oleh
bercak jarosit maka disebut dengan Sul!a,uept atau tanah sul!at masam aktual
(S-.).
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 1
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
/anah merupakan !aktor penentu dalam pendayagunaan lahan rawa pasang
surut. $arameter dari tanah yang diperhatikan dalam pendayagunaan lahan
rawa pasang surut yaitu ketebalan gambut dan kedalaman lapisan pirit.
%ataran rawa termasuk kelompok fsiograf yang disebut lingkungan
pengendapan baru. %i wilayah rawa pasang0surut air tawar ("uas sungai 11),
fsiograf endapan marin biasanya adalah endapan campuran, yakni berupa
endapan marin yang ditutupi oleh endapan sungai (fuviatil-marin).
2enis tanah utama yang banyak ditemukan di lahan rawa pasang surut adalah3
4. /anah mineral rawa5
6. /anah organik, tanah gambut dan tanah bergambut5
7. /anah mineral lahan kering.
1.1.1 1.1.1 T TANAH ANAH M MINERAL INERAL R RAWA AWA
/anah mineral rawa mempunyai tekstur halus, berwarna abu0abu, sering
mengandung bahan organik yang tinggi (tanah bergambut) dan terdapat
lapisan organik dangkal sampai medium di bagian atas tanah. -emiliki drainase
yang buruk, dan sebelum reklamasi tanahnya mentah atau sebagian matang
pada (,)( m lapisan atas serta mempunyai daya dukung tanah yang sangat
rendah walaupun proses reklamasi telah berlangsung cukup lama. Kesuburan
tanahnya ber#ariasi tetapi pada umumnya sedang sampai tinggi.
A. Tanah Salin
Lahan ini langsung dipengaruhi oleh pasang surut air laut, baik melalui
sungai maupun pengaruh pasang surut yang melebar ke arah depresi
alu#ium rawa. Secara garis besar intrusi air laut ini sangat ber#ariasi, dapat
hanya 8 4( km dari garis pantai sampai menjorok cukup jauh ke pedalaman
(9( km), tergantung dari hidrotopograf lahan dan besar kecilnya discharge
dari sungai yang bermuara di laut tersebut, di samping besarnya amplitudo
ayunan pasang surut. /anah bersuasana payau sampai masin dengan
tumbuhan penutup berupa hutan bakau sampai nipah. /anahnya terdiri atas
bahan endapan mineral bersuasana marin dan:atau gambut pantai.
-engingat suasana endapan yang bersi!at marin, kaya bahan organik dan
daerah dengan iklim tropis, di daerah ini berkembang tanah yang
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 2
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
mengandung bahan sulfdik dan merupakan tanah yang mentah (lunak).
-enurut klasifkasinya tanah yang ada disebut tanah ;ala,uent, Sul!a,uent
bila endapannya adalah mineral dan Sulfhemist bila tanahnya adalah
gambut.
B. Lahan Endapan Marin Non Salin
Lahan ini masih dipengaruhi oleh pasang surut tetapi tidak bersuasana
payau atau masin, meskipun suasana asin0payau masih terasa di aliran
sungai. Sewaktu pengisiannya dipengaruhi oleh air masin, sehingga
tanahnya dapat mengandung bahan sulfdik yang terutama pada tanah
mineralnya. -eliputi daerah belakang lahan yang masih akti! dipengaruhi
air asin, baik berupa jalur meander ataupun pengisian celah teras yang
teriris oleh aliran sungai:saluran drainasi alami. Keberadaan bahan sulfdik
dicirikan pula oleh #egetasi gelam atau rerumputan yang toleran suasana
masam.
C. Tanah Al!ial Non Marin
Lahan yang jenuh air, baik musiman ataupun permanen yang tidak
dipengaruhi oleh air payau atau masin dan pengisian daerah cekungan di
antara perbukitan atau dataran rendah dengan bahan pengisi berupa tanah
mineral atau gambut yang tidak mengandung bahan sulfdik. /anah ini
dapat juga berupa tanah gumuk pasir di pesisir pantai, atau dapat pula
berupa teras tua yang sudah cukup matang dan tidak terpengaruh pasang
surut. %emikian pula daerah rawa musiman yang hanya tergenang dalam
jangka waktu singkat di musim hujan (6 < 7 bulan) yang dikenal dengan
lahan rawa musiman.
Karena dalam kondisi alamiah kandungan airnya tinggi, penurunan muka tanah
akan terjadi setelah reklamasi, drainase akan menambah tekanan tanah dan
selanjutnya terjadi penurunan muka tanah. =ntuk tujuan reklamasi dan
pengembangan pertanian, dua aspek yang sangat penting dari tanah mineral
rawa adalah3
4. Keberadaan tanah sul!at masam potensial atau pirit5
6. $ermeabilitas dan tingkat kematangan tanah.
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 3
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
1.1.1.1 1.1.1.1 T TANAH ANAH S SUL"AT UL"AT M MASAM ASAM P POTENSIAL OTENSIAL DAN DAN P PERMASALAHANN#A ERMASALAHANN#A
$ada tanah sul!at masam potensial ($.SS), tanpa reklamasi rawa, penurunan
muka air tanah di bawah lapisan pirit tidak dapat dicegah selama musim
kemarau, dan akan terjadi oksidasi pirit. $irit yang telah teroksidasi hendaknya
harus dilakukan pencucian:leaching menggunakan air hujan:air pasang surut
sebelum melakukan penanaman berikutnya. %isamping masalah yang
berkaitan dengan peman!aatan untuk pertanian, masalah lain yang disebabkan
oleh air asam adalah3
4. =ntuk manusia air asam rasanya tidak enak, menyebabkan pembusukan
gigi, mencuci menjadi sulit dan mandi kurang enak5
6. &eberapa jenis ikan tidak dapat hidup5 pertumbuhan tanaman terbatas dan
makanan ikan pun menjadi terbatas5
7. .ir asam dapat berpengaruh terhadap struktur beton dan tidak dapat
digunakan sebagai campuran beton5
>. .pabila air asam bercampur dengan air berlumpur dari sungai pasang surut,
akan terjadi sedimentasi partikel tersuspensi yang mengakibatkan
terjadinya pendangkalan saluran.
?iri lapangan untuk tanah sul!at masam potensial adalah3
a. /anah bersuasana jenuh air atau selalu tergenang5
b. @arna tanah kekelabuan dan tidak mengandung bercak:karat
kemerahan5
c. /anahnya lunak (mentah) mudah keluar dari sela jari tangan bila tanah
tersebut dikepal5
d. &ila tanah diambil dan dibiarkan terbuka di udara, warna tanah cepat
berubah menjadi lebih kelam5
e. $emberian peroksida (;
6
A
6
) pada tanah ini akan menyebabkan
terjadinya reaksi cepat berupa buih panas yang disertai oleh bau
belerang. p; tanah setelah reaksi reda 8 6,*(
?iri lapangan untuk tanah sul!at masam aktual adalah3
4. /anah bersuasana tidak jenuh air (oksidati!)5
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 4
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
6. @arna tanah kelabu coklat kehitaman, mengandung bercak kekuningan
di permukaan tanah (disebut jarosit)5
7. /anahnya keras (matang) tanah tidak terperas ke luar dari sela jari
tangan bila tanah tersebut dikepal5
>. p; tanah 8 7,* (luar biasa masam) dan tidak ada tanaman budidaya
yang mampu tumbuh (kecuali rumpuit purun atau pohon gelam)5
*. .ir saluran yang ada di sekitas tanah ini umumnya jernih, sangat
masam (terasa sepet atau pahit bila dicicipi). .ir terebut mengandung
sul!at dan besi yang bila terminum dapat menyebabkan
murus:mencret, tidak dapat digunakan sebagai air untuk kebutuhan
rumah tangga). p; air dapat 8 6,(.
1dentifkasi tanah sul!at masam3
a. /est p; dalam keadaan aerob, keberadaan jarosit
b. /est potensi kemasaman
c. /est secara inkubasi
d. /est kemasaman aktual
1.1.1.$ 1.1.1.$ P PERMEABILITAS ERMEABILITAS DAN DAN T TIN%KAT IN%KAT K KEMATAN%AN EMATAN%AN T TANAH ANAH
$ermeabilitas lapisan atas tanah sangat besar, dan nilai k dilaporkan dari 6
sampai 6( m:hari, dengan nilai K
%
mencapai 4.((( m
7
:m:hari. $ermeabilitas
yang tinggi sering berkaitan dengan tingginya kandungan bahan organik di
lapisan atas tanah dan adanya lubang akar tanaman asli yang tetap stabil
karena lapisan besi. $ermeabilitas berpengaruh besar terhadap drainabilitas,
retensi air dan karakteristik pencucian tanah. Lapisan atas tanah yang sebagian
matang menyebabkan pembajakan tanah kurang e!ektip dan menghambat
penyiapan lahan dengan mekanisasi.
1.1.$ 1.1.$ T TANAH ANAH % %AMBUT AMBUT DAN DAN T TANAH ANAH B BER%AMBUT ER%AMBUT
Keberadaan air yang tergenang yang semula berasal dari daerah lain
menyebabkan material yang terikut akan terendapkan (biasanya dalam ukuran
koloid) merupakan bahan pengisi daerah cekung atau rawa, disamping
biomassa #egetasi yang ada diatasnya. $eningkatan muka air laut dengan iklim
yang agresi! di daerah tropis (khususnya 1ndonesia) pada 6((( < *((( tahun
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 5
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
yang lalu menyebabkan banyak lahan datar menjadi daerah rawa yang
kemudian terisi oleh bahan endapan. $ada situasi ini proses erosi dan deposisi
berjalan intensi!, terbentuk endapan gambut (kebanyakan terbentuk dari
tumbuhan yang ada diatasnya) yang dapat terpisah atau secara bersamaan
dengan endapan bahan mineral (berasal dari lahan atasan).
Bambut terbentuk di daerah cekungan atau datar, dapat berlingkungan tawar
dan dapat pula berlingkungan marin. $roses perubahan dari bahan segar
menjadi gambut pada umumnya dicirikan oleh perombakan bahan0bahan yang
relati! mudah dan cepat terombak, seperti polisakarida, protein dan gugus0
gugus ali!atik atau siklik yang berantai pendek. &ahan0bahan yang rentan
terhadap pelapukan tersebut umumnya kaya dengan nutrisi, bila terombak
akan melarut dan mengalami pelindian ke luar lingkungan endapannya. %alam
proses sedimentasi bahan anorganik akan selalu menghasilkan alkalinitas
akibat pereduksian nitrat, mangan, besi, sulfda dan karbon dioksida yang
merupakan bahan terlarut dan terlindi ke luar dari lingkungannya. %engan
demikian dapat dikatakan bahwa bahan gambut sebenarnya sudah merupakan
sisa hasil perombakan terbatas yang relati! resisten terhadap perombakan pada
lingkungan yang miskin oksigen. &ahan endapan anorganik merupakan bahan
yang berpotensi mengeluarkan kemasaman bila lingkungannya mengalami
pengusikan. %i suasana marin seringkali gambut yang tercampur dengan koloid
anorganik mengandung pirit, sehingga sumber potensi kemasamannya dapat
terdiri atas asam organik dan asam sul!at.
Caktor #egetasi berpengaruh timbal balik dengan tanah. .rtinya, tanah
mempengaruhi pertumbuhan, baik yang alami maupun tanaman budidaya,
sebaliknya #egetasi dapat mempengaruhi si!at0si!at tanah. %i 1ndonesia
pengaruh tanah terhadap penyebaran jenis #egetasi alami (hutan) sering
dikaburkan oleh pengaruh iklim yang tampaknya lebih dominan daripada
pengaruh tanah. ;anya pada tanah0tanah yang mempunyai si!at khas,
pengaruh tanah menjadi lebih dominan daripada pengaruh iklim. Sebagai
contoh tanah0tanah pantai yang kegaramannya tinggi, tidak peduli kondisi
iklimnya, sudah dapat dipastikan akan ditumbuhi jenis mangro#e seperti
.#icennia sp. (api0api), "hiDophora sp. (bakau), Sonneratia sp. (pedada), dll.
/anah0tanah yang tidak terpengaruh air asin, hubungan si!at tanah dengan
penyebaran jenis hutan menjadi kurang dominan dibanding pengaruh iklim. %i
daerah beriklim basah (curah hujan ' 4.9(( mm.th
04
) tidak peduli jenis
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 6
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
tanahnya ditumbuhi oleh hutan hujan tropika, yang terdiri atas pohon0pohon
yang selalu hijau dan tidak pernah menggugurkan daunnya dalam musim
kemarau. $erbedaan jenis #egetasi di daerah tersebut umumnya disebabkan
oleh perbedaan letak ketinggian yang seterusnya menyebabkan perbedaan
suhu.
%i daerah rawa beriklim basah, pengaruh tanah dan iklim berjalan bersama. %i
wilayah ini tajuk teratas adalah jenis pohon Gonystylus sp. (ramin) dan Shorea
uliginosa (meranti). $ada lapisan kedua ditemukan jenis0jenis pohon dari !amili
Lauraceae, Euphorbiaceae, Myrtaceae, dll. Kecuali berbagai jenis #egetasi
tersebut, di dalam tanah hidup berbagai jenis organisme yang dapat dibedakan
menjadi jenis !auna dan jenis Eora, baik yang berukuran mikro, meso, ataupun
makro. Arganisme tersebut ada yang berman!aat (misalnya cacing tanah,
bakteri pengikat F, dll) dan ada juga yang mengganggu pertumbuhan tanaman
(tikus, nematoda parasit, phythium, dll). /erhadap si!at0si!at tanah, berbagai
organisme tersebut dapat mempengaruhi si!at0si!at fsik maupun si!at kimia
tanah. Si!at0si!at fsik tanah yang dipengaruhi oleh mikroorganisme adalah
pembentukan humus dan struktur tanah, sedang si!at0si!at kimia antara lain
meliputi proses oksidasi reduksi berbagai unsur (S, F, Ce, -n, dll), pengikatan F
dari udara dll. $eranan cacing tanah juga penting, baik mekanik, fsik, maupun
kimia.
A. %a&'( Topogenous
.dalah gambut yang dibentuk pada depresi topograf dan diendapkan dari
sisa tumbuhan yang hidupnya atau berkembangnya mengambil nutrisi
tanah mineral, dan nutrisi tersebut mengandung air yang berasal dari
humifkasi sisa0sisa tumbuhan yang semasa hidupnya tumbuhan dari
pengaruh air permukaan tanah sehingga kadar abunya dipengaruhi oleh
elemen yang terbawa oleh air permukaan tersebut (gambut ini disebut
sebagai gambut GeutrophicG atau gambut kaya bahan nutrisi).
B. %a&'( Ombrogenous
.dalah gambut yang dibentuk dalam lingkungan pengendapan dimana
tumbuhan pembentuk semasa hidupnya hanya tumbuh dari air hujan,
sehingga kadar abunya adalah asli (inherent) dari tumbuhan itu sendiri
(gambut ini disebut sebagai gambut GoligotrophicG atau gambut miskin
bahan nutrisi). Selama pembentukan gambut ombrogenous masih berlanjut,
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 7
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
biasanya nutrisi akan terlepas atau hilang secara berangsur0angsur,
sehingga tumbuhannya menjadi kurang subur atau kurang lebat
pertumbuhan daripada kondisi sebelumnya. Selain itu produksi material
organik menjadi rendah dan kondisi ini menyebabkan kecepatan
pembentukan massa gambut menjadi berkurang. Kecepatan pembentukan
!ormasi gambut sangat lambat dan berbeda diantara lahan gambut yang
ada. $erbedaan kecepatan pembentukan !ormasi gambut tersebut
disebabkan karena iklim dan jenis tumbuhan setiap daerah atau negara
berbeda. Kecepatan pembentukan !ormasi gambut di Eropa diperkirakan
sekitar (,6( 0 (,H( - per 4.((( tahun. -enurut .ndriesse (4I)>) ketebalan
gambut maksimum pada daerah dataran pantai adalah >,(( - dan gambut
yang terdapat di pedalaman dapat mencapai ketebalan sekitar 46,(( -.
1.1.$.1 1.1.$.1 P PROSES ROSES P PEMBENTUKAN EMBENTUKAN % %AMBUT AMBUT
$roses pembentukan tanah gambut adalah sebagai berikut3
4. Bambut terbentuk setempat:insitu, hasil penimbunan bahan organik dari
lingkungannya sendiri5
6. Laju deposisi lebih cepat dari dekomposisi disebabkan oleh suasana anaerob
dari lingkungan yang jenuh:lewat jenuh air5
7. $enyusun gambut terutama dari bahan non0klorofl (ranting, batang, akar)5
>. Susunan gambut terdiri atas bahan sisa:residu pelapukan bahan dasar dan
hasil polimerisasi:kondensasi5
*. $enyusun utama gambut adalah ?, ;, dan A yang berbentuk gugus koloidal
aromatis, bermuatan negati! dari anion organik5
9. /ingkat dekomposisi alami ditentukan oleh durasi kestabilan muka air
setempat (dikaitkan dengan e#olusi perubahan muka air laut)5
). Kesuburan gambut lebih ditentukan oleh keadaan lingkungan, relati! subur
pada di daerah cekungan dan pantai. -asam0sangat masam pada daerah
yang memungkinkan hasil dekomposisi keluar dari lingkungannya5
H. Kadar abu menentukan tingkat kesuburan gambut (tidak termasuk kadar
deposit bahan mineral dalam gambut).
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 8
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
1.1.$.$ 1.1.$.$ S SI"AT I"AT % %AMBUT AMBUT
$ada umumnya p; tanah gambut di 1ndonesia berkisar 7 sampai *, tetapi
gambut pantai umumnya lebih tinggi daripada gambut pedalaman. /anah0tanah
yang sangat masam menyebabkan kekahatan unsur hara seperti F, $, K, ?a,
-g, &o, -o, ?u, Ce, Jn. Kekahatan hara mikro ?u paling sering ditemukan pada
tanah gambut. ;al ini karena rendahnya kadar ?u dalam mineral tanah, serta
kuatnya ikatan kompleks ?u 0 organik. Kandungan F total umunya tinggi
berkisar antara 6.((( 0 >.((( kg F.ha
04
pada lapisan (06( cm tetapi yang
tersedia bagi tanaman hanya kurang dari 7 persen dari jumlah tersebut. Fisbah
?:F yang sangat tinggi menyebabkan F dalam gambut tidak mudah tersedia
bagi tanaman.
=nsur $ tanah gambut umumnya terdapat sebagai $0organik. %ibandingkan
dengan beberapa jenis tanah mineral misalnya .ndisol, =ltisol, dan Aksisol,
tanah gambut mempunyai kapasitas fksasi $ yang lebih rendah sehingga
ketersediaan $ pada tanah gambut dapat lebih baik daripada tanah0tanah
mineral tersebut.
Kapasitas tukar kation tanah gambut umumnya sangat tinggi (I(06(( cmol
(K).kg
04
) tetapi kejenuhan basanya, terutama pada gambut pedalaman adalah
sangat rendah. Kejenuhan basa gambut pedalaman Kalimantan /engah kurang
dari 4( persen (/im Cakultas $ertanian, 1$&, 4I)>). Keadaan ini menghambat
penyediaan hara yang baik bagi tanaman terutama K, ?a, dan -g. /anah
gambut tebal umumnya juga mempunyai kadar abu yang sangat rendah yang
menunjukkan gambut tersebut sangat miskin hara.
1.1.$.) 1.1.$.) T TANAH ANAH % %AMBUT AMBUT
Bambut dibedakan berdasar atas ketebalan dan tingkat dekomposisinya.
%ikatakan tanah gambut bilamana kandungan bahan organiknya ' 7(+ bila
bagian mineralnya bertekstur kasar:pasir, dan kadar bahan organik ' *(+ bila
!raksi mineralnya adalah lempung. %isebut tanah gambut bilamana
ketebalannya ' >( (untuk gambut matang), ' 9( cm (untuk gambut
mentah:agak matang).
/ingkat dekomposisi:Kematangan Bambut3
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 9
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
4. Bambut mentah (fbrik) bilamana kandungan serat masih banyak dan bila
diperas maka air perasannya masih jernih kekuningan dan tidak
mengandung lumpur.
6. Bambut setengah matang (hemik) bilamana kandungan serat kasar lebih
rendah, berwarna hitam dan bila diperas yang terperas ke luar adalah koloid
bercampur air berwarna gelap.
7. Bambut matang (saprik) bila tidak lagi mengandung bahan:serat kasar dan
bila diperas maka akan terperas seperti pasta dengan sedikit sisa di dalam
genggaman.
>. %ikatakan juga tanah gambut bila suatu tanah berlapis0lapis antara sedimen
organik dan mineral dengan imbangan ' 9(+ adalah gambut sampai
kedalaman 4H( cm yang di bagian tanah atasannya adalah gambut dengan
ketebalan ' 7( cm.
1.$ TIPOLO%I LAHAN RAWA
%engan mempertimbangkan !aktor0!aktor pengaruh marin, ketebalan lapisan
gambut, adanya potensi sul!at masam:pirit, serta intensitas dan lama
genangan, maka lahan di wilayah rawa dapat dikelompokkan dalam beberapa
tipologi lahan utama, sebagai berikut3
4. Lahan Po(*n+ial 3 -erupakan lahan yang lapisan atasnya ( 0 *( cm,
mempunyai kadar pirit 6+, dan belum mengalami proses oksidasi, dengan
demikian hal ini memiliki resiko atau kendala kecil untuk pengusahaan
tanaman.
6. Lahan Sl,a( Ma+a& 3 -erupakan lahan yang tanahnya memiliki lapisan
pirit atau sulfdik pada kedalaman 8 *( cm dan semua tanah yang memiliki
horison sul!urik, walau kedalaman lapisan piritnya ' *( cm. Lahan sul!at
masam dibedakan atas
a. Lahan sul!at masam aktual menunjukkan adanya lapisan sul!urik
b. Lahan sul!at masam potensial yang tidak:belum mengalami proses
oksidasi pirit.
7. Lahan %a&'( 3 -erupakan lahan rawa yang mempunyai lapisan gambut
dari berbagai ketebalan, yaitu mulai dari dangkal:tipis (*( 0 4(( cm), sedang
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 10
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
(4(( 0 6(( cm), dalam:tebal (6(( 0 7(( cm), sampai dengan sangat
dalam:tebal (' 7(( cm). Lahan dengan lapisan gambut tipis 8 *( cm
disebut lahan bergambut (peaty soil).
>. Lahan Salin 3 -erupakan lahan pasang0surut payau:salin. &ila lahan ini
mendapat intrusi atau pengaruh air laut lebih dari > bulan dalam setahun
dan kandungan Fa dalam larutan H04*+, lahan ini disebut lahan salin.
1.) REKLAMASI %AMBUT
Lahan gambut sebagai ekosistem yang berperan sebagai pemendam karbon
dan penyimpan dan pelepas air, sebagai sumberdaya gambut dapat
diman!aatkan untuk berbagai kepentingan (pertanian, energi atau bahan baku
untuk diekstrak). =ntuk dapat tetap berperan sebagai ekosistem dan sekaligus
sebagai sumberdaya (khususnya tanaman hutan), maka gambut paling tepat
bila dibiarkan dalam keadaan aslinya. &ila hal tersebut tidak dimungkinkan,
maka lahan gambut dengan persyaratan tertentu dapat digunakan untuk usaha
budidaya pertanian. /entu saja !ungsi ekosistemnya akan berubah, sesuai
dengan tindakan reklamasi yang diterapkan dan macam tanaman yang
menggantikan tumbuhan aslinya.
1dentifkasi lahan gambut yang meliputi sebaran luas, kualitas gambut (tebal,
tingkat kesuburan, tara! rombak dan lain0lain) merupakan suatu bagian dari
perencanaan awal untuk menentukan pendayagunaan lahan gambut. Sistem
e#aluasi kesuburan dan kemasaman gambut sampai pada saat ini masih
berpedoman pada kriteria tanah mineral. $adahal pada nilai satuan yang sama,
harkat nilai tersebut hanya sekitar 4*+ dari nilai harkat tanah mineral. 1ni
disebabkan oleh daya simpan lengas yang sangat besar pada gambut dan nilai
& gambut yang jauh lebih kecil dari tanah mineral ((,4 < (,6* pada gambut
dan (,I < 4,7* pada tanah mineral), dengan lain perkataan untuk mendapatkan
harkat yang sama akan dibutuhkan ketebalan 4(( < 46( cm gambut untuk
disetarakan dengan 6( cm tanah mineral (-aas, dkk3 4II)). Selain laksana
tanah diatas, !aktor yang juga sangat berperan dalam penentuan kesesuaian
lahan adalah kondisi keairan (kualitas dan kuantitas) dalam keadaan asli
ataupun keadaan setelah reklamasi. .yunan air harian (pasang0surut), iklim dan
salinitas air merupakan agensia yang berperilaku terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi setelah lahan rawa direklamasi. -aas, dkk (4II))
menyimpulkan bahwa peran air yang ada dalam gambut sebagai penyuplai
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 11
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
nutrisi sangatlah penting, pelindian selain berperan untuk mengubah suasana
gambut, menghilangkan kemasaman terlarutkan, juga sekaligus menghilangkan
nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. %engan demikian konsep
drainase bebas:tidak terbatas perlu dipertimbangkan kembali dalam proses
reklamasi lahan gambut.
/anah gambut berasal dari sisa0sisa tumbuhan, karena itu si!at0si!atnya sangat
dipengaruhi oleh si!at dari tumbuhan asal. /anah gambut yang berasal dari sisa0
sisa tanaman pohon mempunyai si!at yang berbeda dengan yang berasal dari
rumput, paku0pakuan ataupun lumut sphagnum. &ahkan di antara jenis pohon
dapat menghasilkan jenis gambut yang berbeda misalnya antara pohon0pohon
hutan yang kaya unsur hara dengan pohon0pohon lain yang miskin unsur hara.
%alam kaitannya dengan mikroorganisme, tanah gambut 1ndonesia terbentuk
karena kurang akti!nya mikroorganisme dalam melakukan proses dekomposisi
akibat keadaan anaerob (tergenang air) di daerah rawa0rawa tempat terjadinya
gambut tersebut. .kti#itas mikroorganisme juga dapat mencerna berkaitan
dengan substrat tumbuh yang miskin hara (substratum pasir kuarsa dan:atau
serasah oligotrofk). -aka dapat terbentuk gambut di lahan kering.
Keadaan ini akan berubah bila perbaikan drainase dilakukan dengan pembuatan
saluran drainase. Karena air keluar dari tanah maka udara mulai masuk ke
dalam tanah sehingga terbentuk suasana aerob yang dapat meningkatkan
kegiatan mikroorganisme dalam dekompisisi bahan organik. &erhubung dengan
itu maka terjadilah proses pematangan biologis (biological ripening) di samping
pematangan kimia dan fsik. .kibat proses pematangan tersebut terjadilah
amblesan (subsidence) tanah gambut baik sebagai akibat keluarnya air dari
tanah (pematangan fsik) maupun dekomposisi bahan organik kasar menjadi
bahan organik halus (pematangan biologi dan kimia). &erbagai jenis organisme
yang akti! dalam proses pematangan biologi tersebut antara lain adalah jenis0
jenis aktinomisetes, !ungi, dan bakteri. .ctynomycetes mampu menghancurkan
selulosa dan bahan0bahan organik lain yang resisten, sedang !ungi juga mampu
menghancurkan selulosa dan lignin, disamping bahan yang mudah hancur
seperti gula, pati, protein, dsb. %engan proses dekomposisi tersebut maka
tanah gambut kasar (Fibrist) akan berubah menjadi gambut sedang (;emist)
yang selanjutnya menjadi gambut halus (Saprist).
/anah gambut memiliki ketebalan lebih dari *( cm dan mengandung 9* +
bahan organik. Endapan bahan organik yang lebih dangkal dengan bahan
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 12
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
organik kurang dari 9*+ yang seringkali ditemukan di daerah pesisir pantai
bukan dinamakan gambut, tetapi disebut rawa. Aleh karena itu penamaan
$royek $embukaan Satu 2uta /anah Bambut di Kalimantan /engah yang
sekarang berjalan sebenarnya kurang tepat. /anah yang dibuka terdiri atas
tanah mineral, dan sebagian gambut.
Cormasi gambut dangkal yang relati! padat tidak menimbulkan masalah yang
berat bagi petani. ;ambatan utama adalah amblesan (subsidence) permukaan
gambut setelah di lakukan drainasi. .mblesan ini disebabkan oleh pemadatan
masa gambut, pengerutan struktur gambut yang mengering, serta peningkatan
mineralisasi bahan organik. -asalah ini jarang terjadi bila lapisan gambut tidak
tebal, tetapi sebaliknya pada lapisan gambut tebal penurunan permukaan akan
merusak sistem drainasi dan struktur lainnya serta dapat mengakibatkan
robohnya tanaman yang bertajuk berat. Lapisan atas gambut harus
dipertahankan, bila pada lapisan bawah terdapat endapan marin yang potensial
masam. Bambut yang berakumulasi di bawah #egetasi bakau mengandung
campuran bahan pirit. /anah semacam ini akan menjadi masam bila dikeringkan
secara berlebihan dan mengakibatkan peningkatan kadar besi dan aluminium
(Sudjadi dan Sedyarso, 4I)H).
Kubah0kubah gambut menimbulkan masalah berat karena memiliki porositas
yang tinggi dan kadar mineral yang rendah (biasanya 8 4+). $ertumbuhannya
kearah #ertikal memungkinkan drainasi yang menyebabkan gambut mengering
dan terpecah0pecah. .mblesan akibat pengeringan si!atnya tidak merata,
karena adanya perbedaan jumlah sisa #egetasi serta kepadatan gambut
setempat. %rainasi yang berlebihan akan mengakibatkan gambut yang terbuka
terkena radiasi matahari dan menyebabkan degradasi lapisan atau tanah yang
peka terhadap erosi. $embukaan gambut, tanpa didahului dengan
penelitian:pemetaan akan mendatangkan kesulitan.
$erubahan tanah gambut menjadi lahan pertanian yang produkti! memerlukan
proses ameliorasi yang kompleks dan memerlukan waktu bertahun0tahun.
-enurut $olak (4I*6) pembukaan hutan atau belukar pada tanah gambut harus
disertai dengan drainasi, penurunan kemasaman dan pemupukan. ?ara
reklamasi gambut sangat bergantung pada si!at dan kedalaman gambut serta
rejim kelengasan tanah. Langkah pertama adalah membakar lapisan gambut
yang tipis. .kibat pembakaran p; tanah dan tingkat kesuburan tanah akan
meningkat untuk sementara waktu walaupun demikian untuk meningkatkan
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 13
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
kesuburan tanah masih diperlukan pengapuran dan pemupukan. $etani %.S
"okan di "iau mengalami kehampaan padi pada dua pertiga lahan gambut tebal
yang mereka tanami. Sebagian dari tanah yang baru direklamasi, ditinggalkan
setelah beberapa tahun. -enurut @yk (4I*4) dan %ijk (4I7)) bahwa masalah
sterilitas tersebut disebabkan oleh Dat beracun yang terdapat dalam air irigasi.
$endapat ini diperkuat oleh oort (4I>6) yang menggunakan air gambut dalam
percobaannya. Bambut yang sudah berkembang lanjut dapat digunakan
sebagai tanah pertanian. ;istosol dengan ketebalan lapisan bahan organik lebih
dari 6.( m tidak disarankan untuk pengembangan pertanian dan sebaiknya
dibiarkan sebagai kawasan konser#asi. -enambahkan tanah mineral pada
lapisan atas gambut dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman.
1.- STATUS MUTU TANAH RAWA
Status mutu tanah dipandang perlu untuk dibakukan guna dijadikan dasar bagi
peruntukan dan pengendalian kerusakan tanah:lahan. $enetapan status mutu
tanah sebagai bagian dari baku mutu lingkungan sebagaimana dipersyaratkan
=ndang0=ndang Fomor 67 /ahun 4II), agar ditetapkan dengan peraturan
pemerintah untuk dijadikan acuan dalam pengendalian kerusakan tanah dan
lingkungan dalam kerangka pengelolaan lingkungan hidup. $eraturan
$emerintah ini telah disepakati Kantor -enteri Fegara Lingkungan ;idup untuk
memenuhi persyaratan Letter o! 1ntent 1-C butir *(.
Status -utu /anah dan Kriteria Kerusakan /anah harus mencakup
parameterisasi si!at dasar tanah dan status mutunya yang dimengerti dan
dapat diaplikasikan untuk berbagai macam penggunaan (khusus produksi
biomassa). Sumberdaya tanah ini harus dipelihara, ditingkatkan dan dipulihkan
sehingga tetap dapat digunakan dan memberikan man!aatnya secara optimal
dan berkelanjutan. Klasifkasi status mutu tanah merupakan kerangka ambang
kritis tanah yaitu suatu kisaran angka yang dijadikan patokan untuk
menentukan boleh0tidaknya dan sesuai0tidaknya areal tanah di lokasi tertentu
digunakan untuk suatu kegiatan tertentu. =ntuk mendorong agar pengalokasian
penggunaan tanah tetap memperhatikan ambang kritis tanah dan agar ada
upaya untuk memelihara, meningkatkan dan memulihkan status mutu tanah,
perlu adanya mekanisme pengendalian. $engendalian mencakup kegiatan atau
tindakan pencegahan, penanggulangan dan pemulihan yang masing0masing
kegiatan memerlukan instrumen yang berbeda. %iharapkan mutu tanah dapat
terpelihara sehingga mampu mendukung kegiatan pembangunan di daerah
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 14
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
yang meman!aatkan sumberdaya alam tanah secara berkelanjutan, dalam
rangka pelaksanaan == Fo. 66 /ahun 4III tentang $emerintahan %aerah.
1.. SI"AT DASAR TANAH DAN AMBAN% KRITISN#A
$ada prinsipnya pertumbuhan #egetasi ditentukan oleh tanah khususnya dalam
hal penyediaan air dan hara, di samping itu tanah juga harus menciptakan
lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan:perkembangan akar. Kondisi
tersebut membutuhkan keberadaan pori untuk perpanjangan akar dan
pemenuhan kebutuhan oksigen pada perna!asan akar dan pelepasan
karbondioksida. $aling sedikit ada 49 macam hara yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan #egetasi. Karbon, hidrogen dan oksigen yang diambil dari udara
dan air kombinasinya terdapat dalam reaksi !otosintesa dan ketiganya
merupakan sekitar I( + dari bahan penyusun kering. ;ara lainnya (47 hara)
diambil sebagian besar dari tanah. ;ara di dalam tanah dalam bentuk
tersediakan terdapat dalam koloid mineral dan organik, di samping sebagai
bahan yang tidak larut:tidak tersediakan bagi #egetasi. ;ara tersediakan
merupakan hasil proses pelapukan:peruraian mineral dan dekomposisi bahan
organik. 1mbangan keharaan merupakan hal yang penting, kelebihan suatu hara
tersediakan dapat menimbulkan kekahatan:kekurangan hara lainnya, sebagai
contoh kekahatan K karena kebanyakan ?a atau -g. 2uga daya tanggap jenis
atau #arietas tanaman dapat beraneka pada suasana yang sama.
$enyusunan status mutu tanah dirancang bersama secara nasional yang
melibatkan pakar 1lmu /anah dari berbagai $erguruan /inggi (1$&, =B-, =F$.%,
=F1&".@), para praktisi 1lmu /anah, dan 1nstansi terkait (KL;, Kehutanan,
$ertanian). $erumusan awalnya sangat melebar dengan mengikutsertakan
bidang ilmu lain yang terkait dengan tanah, antara lain3 Cakultas /eknik,
Beograf, ;ukum, di samping Cakultas $ertanian:2urusan 1lmu /anah. Kegiatan
perumusan berjalan secara berkesinambungan sejak /. 4IIH sampai /. 6((4,
yang pada akhirnya diputuskan bahwa konsep penilaian hanya dikhususkan
pada status mutu tanah ditinjau dari aspek produksi biomassa. =ntuk tanah
rawa tidak terlalu banyak bidang kepakaran yang terlibat, mengingat di
1ndonesia rawa merupakan bidang tanah yang relati! baru dan para pakarnya
pada waktu itu berasal dari $uslittanak, 1$&, =B- dan institusi terkait lainnya.
.khirnya melalui kerjasama $SL; dan $SSL0=B- dengan &apeda $usat pada /.
4III telah dirumuskan suatu usulan $eraturan $emerintah tentang baku mutu
tanah yang berlaku untuk tanah lahan kering dan lahan basah, yang
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 15
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
selanjutnya menjadi $eraturan $emerintah Fo. 4*( tahun 6(((. %alam paper ini
khusus dibahas risalah baku mutu lahan basah (rawa).
$ermasalahan utama di lahan rawa adalah keberadaan gambut dan sul!at
masam potensial, keduanya stabil pada suasana redukti! (kondisi alami hutan
rawa). $engalih!ungsian rawa untuk produksi biomassa yang dibudidayakan
melalui pembukaan lahan dan saluran drainasi dapat menyebabkan perubahan
suasana redukti! ke arah oksidati! yang disertai oleh pemasaman tanah.
4. Bambut merupakan tanah isian bagian cekung dari rawa, berasal dari bahan
organik yang terhambat dekomposisinya akibat kelangkaan oksigen, laju
deposisi lebih cepat daripada laju dekomposisi. &ila lahan gambut dibuka,
air tanah akan turun yang dapat menyebabkan3 (a) suasana menjadi
oksidati! dan terjadi peningkatan perombakan gambut5 (b), secara mekanis
dengan hilangnya daya tumpu gambut oleh air, gambut akan mengalami
amblesan. .mblesan ini ditentukan oleh tinggi penurunan muka air tanah,
tebal dan tingkat dekomposisi gambut dan waktu, serta kemungkinan
adanya kebakaran. =ntuk kelestariannya diperkirakan bila laju amblesan '
7* cm:* tahun, maka lahan gambut tersebut rusak:tidak berkelanjutan.
/anah gambut ber!ungsi ganda, di samping sebagai media tumbuh juga
sebagai penyimpan dan penyalur air. Kualitas gambut ditentukan oleh tebal
dan tingkat dekomposisinya. Semakin tebal akan semakin kurang baik daya
dukungnya (secara fsik maupun secara kimia), dan gambut yang mentah
berkualitas lebih buruk dibandingkan gambut yang matang. Bambut ' 7 m
telah ditetapkan sebagai lahan preser#asi yang lebih ditekankan pada !ungsi
lingkungannya.
6. 2eluk $irit. $irit merupakan bentukan alam di rawa yang terdiri atas senyawa
!ero0sulfda yang stabil pada suasana reduksi. .erasi yang disebabkan oleh
kon#ersi lahan rawa menjadi lahan budidaya akan menyebabkan kestabilan
pirit terganggu dan teroksidasi menjadi asam sul!at dan besi oksida. .sam
sul!at yang terbentuk akan menyebabkan peracunan bagi tanaman serta
sangat memasamkan tanah dan air. Semakin dangkal keberadaan pirit di
dalam tanah akan semakin besar pula kemungkinan penurunan p; tanah
bila pada lahan tersebut dibuat saluran pengatus.
7. Kedalaman .ir /anah %angkal:Ladung. =ntuk menjaga agar tanah rawa
tetap berperan sebagai lahan rawa, maka kedalaman air tanah tidak boleh
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 16
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
terlalu dalam. .ir tanah dangkal 8 6* cm dita!sirkan masih dapat
menyebabkan tanah rawa tetap jenuh air melalui aliran kapiler. Kondisi
jenuh air ini memungkinkan suasana ayunan suasana reduksi tidak terlalu
menggoncah.
>. Filai "edoks. 1mbangan udara dan air yang serasi di dalam ruang pori tanah
sangat berperan dalam proses penyerapan hara dan respirasi akar, dikenal
sebagai tanah dengan aerasi baik (oksidati!). &ila pori diisi oleh air, akan
terjadi kelangkaan udara (oksigen) dan tanah cenderung bersuasana
redukti!. Suasana oksidasi atau reduksi tersebut dapat dideteksi dengan
pengukuran Eh (potensial redoks, dengan satuan m), semacam
pengukuran p; dengan menggunakan elektroda platina. Suasana oksidati!
biasanya mempunyai nilai redoks ' >(( m, dan suasana reduksi kuat nilai
tersebut dapat 8 0 6(( m.
*. "eaksi /anah. "eaksi tanah menunjukkan reaksi asam dan basa di dalam
tanah. "eaksi tanah tersebut akan mempengaruhi proses0proses di dalam
tanah dan secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan tanaman
lewat pengaruhnya terhadap ketersediaan unsur hara. Suatu tanah dapat
bereaksi asam atau alkalis tergantung pada konsentrasi ion ; dan A;. =ntuk
mencirikan reaksi tanah tersebut dipakai istilah p; yang diartikan sebagai
nilai logaritma negati! dari konsentrasi ion ;. $engukuran dilakukakan
dengan p; meter, p; stick atau kertas lakmus. Kondisi alami rawa tanah
gambut atau sul!at masam potensial mempunyai p; dengan kisaran > < 9.
9. Filai %;L. Kandungan ion terlarutkan dalam tanah secara kualitati! diukur
dengan E? meter yang pengukurannya disebut nilai daya hantar listrik (%;L)
dengan satuan mikro0milimhos:cm
6
(LS0mS) "awa baru direklamasi
umumnya mempunyai ion dalam bentuk terlarutkan. ;al tersebut terbaca
dengan nilai %;L ' 7(( mS:cm, batas toleransi tanaman adalah >.(((
mS:cm, dimana kepekatan larutan mencapai takaran yang telah
menyebabkan proses plasmolisis (pemecahan sel akti! akar) terjadi.
Semakin tinggi nilai %;L maka semakin masam air tersebut, terjadi
terutama pada musim kemarau dimana proses pengenceran oleh hujan
tidak terjadi, sedangkan e#aporasi berlanjut dan air tidak mengalir:bergerak.
/ingginya nilai %;L dapat juga disebabkan oleh penyusupan air laut, tapi
untuk air laut umumnya semakin tinggi nilai %;L tidak disertai oleh semakin
rendahnya p; (tetap sekitar netral).
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 17
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
). &iologi /anah. Kualitas tanah tidak hanya ditentukan oleh si!at fsik dan
kimia tanah, tetapi juga oleh jumlah, jenis, dan kegiatan biota yang terdapat
dalam tanah. &iota yang penting ialah bakteri, aktinomisetes, jamur,
ganggang biru, dan cacing tanah. %i dalam tanah bakteri merupakan
kelompok yang paling dominan. 2enis, jumlah, dan kegiatan biota tanah
sangat dipengaruhi oleh beberapa !aktor yaitu suhu, kelembaban, redoks
potensial, bahan organik, p;, dan hara di dalam tanah. $ada kondisi normal,
umumnya jumlah koloni miroba tanah mencapai ' 4() c!u:g tanah.
Ta'*l 1/1 Kri(*ria K*r+a0an Tanah n(0 Lahan Ba+ah
No.
Si,a( Da+ar
Tanah
A&'an1
Kri(i+
M*(od*
P*n10ran
P*rala(an
4 .mblesan gambut
dari atas parit
' 7* cm: * th $engukuran
langsung
$atok
subsidensi
6 Kedalaman lapisan
berpirit dari
permukaan tanah
8 6* cm
p; ;
6
A
6
6,*
"eaksi oksidasi
dan pengukuran
langsung
;
6
A
6
, p;
meter:stick,
meteran
7 Kedalaman air
tanah dangkal
' 6* cm $engukuran
langsung
-eteran
> a. "edoks untuk
tanah berpirit
' 04(( m /egangan listrik p; meter,
elektroda
platina
b. "edoks untuk
tanah gambut
' 6(( m
* p; (;
6
A) 436,* 8 >,(5 ' ),( $otensiometrik p; meter5 p;
stick
9 %aya ;antar
Listrik:%;L
' >,( mS:cm /ahanan listrik E? meter
) 2umlah mikroba 8 4(
6
c!u:g
tanah
lating
techni!ue
?awan petri,
colony
counter
?atatan3
4. =ntuk lahan basah yang tidak bergambut dan kedalaman pirit ' 4((
cm, ketentuan kedalaman air tanah dan nilai redoks tidak berlaku.
6. Subsidensi gambut dan kedalaman lapisan berpirit tidak berlaku
ketentuan0ketentuannya jika lahan belum terusik:masih dalam kondisi
alami:hutan alam.
&aku mutu tanah disajikan dalam ambang kritis, yang berarti bahwa jika
ambang kritis terlewati maka tanah rawa tersebut dikategorikan rusak. /idak
dibedakan !aktor penyebab dari pelampauan si!at dasar tanah rawa tersebut,
apakah karena perbuatan manusia ataukah memang bawaan:bentukan alami
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 18
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
tanah rawa. "awa yang tidak bermasalah antara lain bebas pirit pada
kedalaman ' 4(( cm, tidak bergambut, bersi!at matang (warna kecoklatan)
merupakan rawa yang dapat dikon#ersi menjadi lahan budidaya (umumnya
tadah hujan) dengan kategori tidak rusak, meskipun kedalaman air tanah dan
nilai redoks telah melampui ketentuan yang tertera pada $$ tersebut.
1nteraksi watak keairan dan watak tanah di lahan rawa sangatlah erat, dikenal
istilah tipologi luapan dan tipologi lahan. $ada tipologi luapan . dan & (pasang
mampu meluapi lahan) kemungkinan tanah tidak jenuh relati! kecil, bila
kedalaman lapisan berpirit 8 6* cm mampu menyebabkan tanah menjadi rusak
bila direklamasi. ;al ini tidak terjadi pada tanah gambut mengingat pada
tipologi luapan ini gambut relati! selalu jenuh air, kerusakan terjadi bila si!at
dasar p; yang mungkin mencapai 8 7.* bila gambut direklamasi. Sebaliknya
pada tipologi luapan ? dan % (air pasang tidak meluapi lahan dan air tanah '
*( cm) umumnya kedalaman lapisan berpirit ' *( cm sehingga cukup aman
untuk direklamasi dengan muka air tanah ' 6* cm. =ntuk tanah gambut hal ini
tidak berlaku, karena gambut dengan air tanah ' 6* cm berpotensi menjadi
hidro!obik dan sangat masam.
$enyajian ambang kritis untuk setiap peruntukan selalu diupayakan untuk
menyebutkan dampak yang mungkin timbul dari kondisi si!at dasar yang ada.
%engan upaya tersebut, diharapkan bahwa masyarakat awam yang tidak
menguasai detail teknis masalah kimia, fsika, dan biologi tanah dapat lebih
mudah memahami ambang kritis tersebut. /etapi, mengingat kompleksitas
unsur tanah itu sendiri, maka banyak parameter yang memerlukan pengujian di
laboratorium. %alam kaitan tersebut, penilaian ambang kritis memerlukan
kualitas sumberdaya manusia dan laboratorium yang memadai.
1.2 E3ALUASI LAHAN RAWA UNTUK PRODUKSI BIOMASSA
$ada masa lampau e#aluasi kesesuaian hanya berdasar atas kondisi:tipologi
tanah, padahal kondisi lingkungan tanah juga sangat menentukan cocok atau
tidaknya suatu lahan rawa dikembangkan untuk produksi biomassa. Caktor
lingkungan dan tanah yang penting untuk parameter e#aluasi antara lain
berupa3
a. /ipologi luapan, mencakup ., &, ? dan %. =ntuk lahan lebak berlaku
lama musim tergenang dan lama musim tidak tergenang5
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 19
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
b. $osisi lahan, terdiri atas tanggul alam yang pada umumnya di tepi
sungai, dan rawa belakang5
c. 2enis tanah5
d. Si!at kimia tanah (terutama p; pada kondisi alami dan prediksi setelah
dikembangkan untuk produksi biomassa)5
TL
Po+i+
i
J*ni+ Tanah E!ala+i P*rn(0an K*(*ran1an
. /. -ineral halus
-ineral pasir
Bambut 8 6((
cm
Bambut ' 6((
cm
$irit 8 *( cm
$irit ' *( cm
;utan &akau dan nipah
(garaman permanen)
Sawah, tegal, sagu (garaman
berkala)

;utan untuk Konser#asi
:preser#asi:lindung
Sawah, tegal (sorjan), kebun
sagu, atau kelapa (sorjan)
Sawah
Sawah
Sawah, tegal
$adi dapat 6 kali
tanam per tahun
"& -ineral halus
-ineral pasir
Bambut 8 6((
cm
Bambut ' 6((
cm
$irit 8 *( cm
$irit ' *( cm
&akau dan nipah (garaman
permanen
Sawah, tegal, sagu (garaman
berkala)
Konser#asi:preser#asi:lindung
Sawah, tegal, kebun
karet:kelapa
Sawah, kebun karet:sagu
Sawah
Sawah, tegal
$adi dapat 6 kali
tanam per tahun
/egal dan kebun
dengan membuat
sorjan atau
guludan
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 20
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
TL
Po+i+
i
J*ni+ Tanah E!ala+i P*rn(0an K*(*ran1an
& /. -ineral halus
-ineral pasir
Bambut 8 6((
cm, Saprik,
p; ' 7,*
Bambut 8 6((
cm, p; 8 7,*
Bambut ' 6((
cm, Saprik:
;emik, p; ' 7,*
Bambut ' 6((
cm, p; 8 7,*
$irit 8 *( cm
$irit ' *( cm
Sawah, tegal, kebun
Konser#asi:preser#asi:lindung
Sawah, tegal, kebun karet:sagu
$reser#asi:konser#asi
Kebun karet, preser#asi:
konser#asi
$reser#asi:konser#asi
Sawah, preser#asi:konser#asi
Sawah, tegal, kebun
$ergiliran
tanaman padi <
palawija
$ergiliran
tanaman padi <
palawija
$ergiliran
tanaman padi <
bera
$ergiliran
tanaman padi <
palawija.
"& -ineral halus
-ineral pasir
Bambut 8 6((
cm, Saprik, p; '
7,*
Bambut 8 6((
cm, p; 8 7,*
Bambut ' 6((
cm, Saprik:
;emik, p; '
7,*
Bambut ' 6((
cm,
p; 8 7,*
$irit 8 *( cm
$irit ' *( cm
Sawah, tegal, kebun
Konser#asi:preser#asi:lindung
Sawah, tegal, kebun
$reser#asi:konser#asi:hutan
rawa
Kebun, preser#asi:konser#asi
$reser#asi:konser#asi:hutan
rawa
Sawah, preser#asi:konser#asi
Sawah, tegal, kebun
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 21
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
TL
Po+i+
i
J*ni+ Tanah E!ala+i P*rn(0an K*(*ran1an
C4 D /. -ineral halus
-ineral pasir
Bambut 8 4((
cm, Saprik, p; '
7,*
Bambut 8 4((
cm,
p; 8 7,*
Bambut ' 4((
cm, Saprik:
;emik, p; '
7,*
Bambut ' 4((
cm, p; 8 7,*
$irit 8 *( cm
$irit ' *( cm
Sawah tadah hujan, tegal,
kebun
Konser#asi:preser#asi:lindung
/egal:kebun (karet) dengan air
tanah 8 7( cm
$reser#asi:konser#asi:hutan
rawa

Kebun dengan air tanah 8 7(
cm, preser#asi:konser#asi
$reser#asi:konser#asi:hutan
rawa
$reser#asi:konser#asi
Sawah, tegal, kebun dengan air
tanah 8 7( cm
Lahan tadah
hujan dengan
pola pergiliran
tanaman
padi:palawija <
palawija:bera
-uka air tanah 8
7( cm
&ila p; gambut 8
7,* maka
penggunaan
yang tepat
adalah
preser#asi:hutan,
walaupun
ketebalan
gambut 8 4((
cm.
Khusus untuk
rawa belakng
dengan jarak ' *
km dari sungai
merupakan
daerah
tampungan air
(preser#asi:
konser#asi:hutan
lindung)
"& -ineral halus
-ineral pasir
Bambut 8 4((
cm,
Saprik, p; ' 7,*
Bambut 8 4((
cm,
p; 8 7,*
Bambut ' 4((
cm,
p; 8 7,*
$irit 8 *( cm
$irit ' *( cm
Sawah tadah hujan, tegal,
kebun
Konser#asi:preser#asi:lindung
/egal dengan air tanah 8 7(
cm, kebun
$reser#asi:konser#asi:hutan
rawa

$reser#asi:konser#asi:hutan
rawa
$reser#asi:konser#asi
Sawah, tegal, kebun dengan air
tanah 8 7( cm
Keterangan3 /L M /ipologi Luapan, /. M /anggul .lam, dan "& M "awa
&elakang
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 22
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
1.5 PELUAN% PEMAN"AATAN LAHAN RAWA #AN% BERWAWASAN
LIN%KUN%AN
%alam sistem pertanian dikenal istilah pertanian terindustri yang ekstrakti! dan
hanya mengutamakan produksi, dan sistem pertanian yang berkekang diri yang
dicirikan oleh teknologi daur ulang, konser#asi air serta keanekaragaman
tanaman dan ternak (Creudenberger, ?it. Fotohadiprawiro, 4II)). &erbeda
dengan tanah mineral yang bahan penyusunnya relati! stabil, maka tanah
gambut mudah berubah karena gambut yang bahan dasarnya berupa lapukan
kayu (lignin) itu sendiri secara alamiah akan terdegradasi lanjut.
"eklamasi tanah gambut:rawa dilakukan dengan perbaikan pengatusan, dengan
membuat saluran yang akan menyebabkan keseimbangan alamiah lahan rawa
berubah. $erubahan ini terutama terjadi di dalam tanah akibat perubahan
suasan redukti! menjadi kearah oksidati!. "eaksi kimia, biokimia, dan
mikrobiologis akan menghasilkan perubahan tanah anasir yang berperan ganda
(sistem redoks). Aksidasi bahan metan, sulfda, !ero, amonium, dan mangan
atau percepatan oksidasi bahan organik akan menghasilkan senyawa0senyawa
yang lebih sederhana dan sebagian besar berupa asam0asam dalam bentuk
terlarutkan. Bambut yang mengandung koloid mineral pada tahap awal
reklamasi akan mampu menghasilkan produksi tanaman. Kelanjutan
dekomposisi yang selalu menghasilkan garam dan asam organik pada suatu
saat tidak dapat diimbangi oleh bahan penetral sehingga mulai melarutkan
koloid mineral dengan memunculkan aluminium sebagai kation utama.
Konsep pengelolaan berkelanjutan yang sekaligus berwawasan lingkungan
untuk tanah gambut antara lain adalah3
4. %engan meminimalkan kecepatan degradasi gambut dan
6. -emberi bahan masukan dari luar agar proses ekstraksi nutrisi tidak
hanya mengandalkan nutrisi yang terkandung dalam gambut yang
relati! kecil. Jona riDosfr gambut yang diperuntukkan bagi tanaman
pangan pada umumnya 8 6* cm, sedang untuk penyetaraan dengan
riDosfr yang sama dengan tanah mineral dibutuhkan tebal 4(( cm.
=ntuk sistem sawah yang jenuh air, maka nutrisi yang ada atau dapat
ada di dalam lengas tanah (sebagai nutrisi terlarutkan) akan dapat
berperan sebagai penyedia hara.
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 23
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
/indakan pengolahan minimum dan peman!aatan tanah gambut untuk
persawahan dengan membiarkan gambut tetap jenuh air nampaknya
merupakan upaya untuk memperpanjang umur keberadaan gambut, hanya saja
tindakan yang sering keliru terapannya dengan membakar gambut yang
abunya dimaksudkan untuk menekan kemasaman merupakan proses
pemacuan penghilangan sumberdaya alam ini. &ila 4 m
7
gambut jenuh tanpa
mineral dibakar sampai menjadi abu, maka kandungan abunya tidak akan lebih
dari * kg. Kekuatan penetralan kemasaman pada * kg abu tersebut adalah
setara dengan * kg dolomit atau kapur lainnya.
&eberapa tindakan pengelolaan yang pernah ada dan yang sedang
dikembangkan dan konsekuensinya untuk lahan gambut adalah3
4. $engatusan lahan gambut berdampak pada percepatan aliran air secara
lateral yang sekaligus merubah aerasi yang selanjutnya ber!ungsi sebagai
pemacu proses perombakan, pembilas dan membawa hasil dekomposisi
tersebut keluar dari tempat semula. .ir yang keluar dari areal gambut selalu
berwarna kecoklatan keruh (suspended) atau bening (solution), ini
menunjukkan terjadinya pelarian:pencucian dari material halus (koloidal)
sampai material terlarutkan secara berkesinambungan. Suryanto (4II4)
dalam penelitiannya menemukan kehilangan ' )*+ unsur !os!or bila
gambut teraerasi dilindi selama 4* hari yang juga disertai oleh hilangnya
sebagian besar basa tertukarkan. .kibat kehilangan kation basa pada
perombakan awal akan menyebabkan perombakan lanjutan hanya akan
menghasilkan asam0asam organik (koloidal:terlarut) yang menyebabkan p;
gambut menjadi sangat masam dan miskin hara. &ahan yang tidak mudah
terombak akan menguasai sisa gambut setelah proses perombakan berjalan
secara lambat, terdiri dari bahan lignin dan komponen humat (' H*+) yang
relati! stabil pada suasana masam (driessen, 4I)H).
6. .ir yang berasal dari hujan atau sungai tawar bila digunakan untuk mengairi
lahan tersebut hanya akan ber!ungsi sebagai bahan pengencer dari bahan
terlarutkan. .ir tersebut tidak dapat berperan untuk menukar atau
menetralkan kation asam yang ada dalam tapak jerapan mengingat air
tersebut tidak mengandung kadar ion yang mempunyai kekuatan untuk
mendesak ion dalam kompleks pertukaran. %engan demikian konsep
peningkatan kesuburan gambut dengan pencucian air hujan adalah sesuatu
konsep yang kurang tepat. /indakan perbaikan kualitas air di petak
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 24
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
pertanaman merupakan tindakan yang perlu diteliti lanjut. -aas, dkk (4II))
menemukan peningkatan produksi padi sekitar 6(+ bagi gambut yang
airnya ditukar, meskipun kedua perlakuan tersebut diperkaya dengan
kombinasi pupuk kandang dan kapur. $embenahan melalui air pengairan
secara alami telah dilakukan oleh petani di delta -ekong, ietnam. $ada
akhir musim kering mereka memasukkan air payau ke lahan pertanian
selama 7 < * hari, diulang 6 < 7 kali. $ada saat hujan, air hujan ber!ungsi
sebagai penggelontor sisa garam selama 6 minggu, dan setelah itu lahan
siap ditanami. $etani di Sei -uhur (Kalsel) juga menggunakan garam dapur
yang langsung ditebarkan ke lahan pada akhir musim kemarau untuk
memperbaiki kualitas tanahnya. %i /embilahan ("iau) gambut dengan
ketebalan ' 7 m dan tara! perombakan hemist:fbrist, merupakan daerah
penghasil utama kopra di "iau. %i sini pengaruh pengayaan gambut akan
hara melalui susupan air payau:masin mampu membuat perkebunan kelapa
menjadi sumber penghasilan turun temurun sejak puluhan tahun yang lalu.
Sebaran kelapa hanya terpusat pada lahan yang tidak secara langsung
terkena air laut (di luar Dona bakau dan nipah), nilai kegaraman air yang
masih layak adalah 8 4( mS. Bambut tebal yang tidak terpengaruh oleh
susupan air laut pada umumnya kurang produkti!, tanaman kelapa yang
baik tidak lagi dijumpai pada jarak 46( km dari tepi laut di /embilahan, "iau
(anonim, 4II4).
7. Konsep penyuburan tanah yang sering dipromosikan dengan bahan basa
abu #ulkan, sangat boleh jadi perlu dikaji dari sisi komposisi bahan dan
kemungkinan ubahan bahan tersebut sehingga mampu berperan sebagai
penyubur gambut.
%engan melihat komposisi diatas abu #ulkan dalam perannya sebagai penyubur
tanah akan melarut secara perlahan dan menyediakan hara, kecuali F dan $.
/etapi pelarutan akan pula melarutkan anasir yang dapat berdampak negati!
pada tanaman, yaitu keberadaan aluminium yang dalam tahapan awal kurang
berperan mengingat kuatnya ikatan ligan organik0aluminium tersebut. %ampak
jangka panjang yang hendaknya memerlukan perhatian serius, terlebih lagi bila
takaran abu #ulkan yang diberikan mencapai nilai H 0 ' 4( ton:ha. &atuan beku
andesitik atau basaltik yang juga banyak terdapat di luar 2awa, komposisinya
hampir menyerupai abu #ulkan tersebut. -ungkin saja bahan tersebut dapat
ditambang dan dihaluskan untuk dipakai sebagai pengganti abu #ulkan, bila
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 25
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
konsep penyuburan gambut dengan abu #ulkan dapat dipertanggungjawabkan.
/erlepas dari nilai gunanya yang lain, komposisi semen yang ditinjau dari bahan
dasarnya dan proses yang terjadi selama pembuatannya kiranya bernilai guna
lebih baik dari segi kecepatan pelarutan bahannya dan reaksinya terhadap
penetralan sumber kemasaman tanah. Aksida basa yang terkandung di dalam
semen tersebut dapat mencapai ' I,*+ ditambah oksida ?a yang ' 9(+.
Keadaan ini secara teoritis memungkinkan peran semen lebih baik sebagai
bahan pembenah gambut, bila yang diharapkan peran penetralannya saja,
maka takaran 6 < * ton:ha saja nampaknya setara dengan takaran abu #ulkan
yang terakhir direkomendasikan.
4. $engapuran sering didengungkan untuk meningkatkan p; tanah, takaran
kapur tiap unit #olume gambut memang tidaklah besar (8 > ton:ha), tetapi
harus diingat bahwa pemberian bahan alkali kuat seperti kapur tersebut
akan menyebabkan percepatan peruraian gambut tersebut yang
menghasilkan humat terlindi. $engapuran langsung pada tanah gambut
akan mempercepat pelarutan gambut yang nantinya hanya akan
menyisakan komponen lignin atau humin yang sukar terombak (-aas,
4II7). $ercobaan pengapuran mencapai p; tetap *,(, menunjukkan
terjadinya pelarutan bahan humin sebanyak 69+ dari berat tanah gambut
(-aas, 4IH)). $elarutan asam humat dan !ul!at yang berwarna kecoklatan
tersebut akan sangat merugikan keharaan tanaman, karena sebagian besar
hara terkandung dalam kedua !raksi tersebut (Bieseking, 4I)*). $erlindian di
lapangan akan terjadi berkesinambungan dalam waktu yang tidak terbatas,
dengan demikian degradasi keharaan tanaman akan berlangsung terus.
$eningkatan kandungan bahan yang sukar terurai (cenderung mentah) akan
mendominasi bahan penyusun gambut. $enanggulangan hal tersebut adalah
dengan pemampatan gambut dan pencegahan pelindian.
6. .ir laut mempunyai p; ),I( dan E? ** mS, didominasi oleh garam natrium
dan chlorida, disamping mengandung juga ion -g, ?a, K, SA>, dan ;?A7
dalam jumlah yang lebih kecil. -engingat kadar ioniknya (ionic strength)
yang cukup tinggi, maka air laut dapat dipergunakan sebagai ion penukar
(ion eNchanger). %isamping itu keberadaan ion karbonat dapat dipakai untuk
menetralkan sebagian asam yang ada. Setelah ekstraksi keempat sisa air
laut dicuci dengan air suling, komposisi kemasaman air cucian tersebut juga
diamati. Kekuatan air laut murni sebagai pengekstrak kira0kira *(+
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 26
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
dibanding dengan 4 F K?l. Karena sebagian sumber asam dinetralisir oleh
karbonat yang terkandung di dalam air laut, maka kemasaman yang
sebetulnya berhasil dikeluarkan dari bahan gambut lebih besar. $ercobaan
lain menunjukkan bahwa pengekstrakan dengan berbagai konsentrasi K?l
(garam netral) (,(4 - mampu mengeluarkan 9*+ kemasaman tertukarkan
dengan > kali ekstrak berkesinambungan (-aas, 4IH)). &ila dikon#ersikan
ke suasana air laut, kemungkinan peman!aatan air laut encer akan mampu
menghasilkan hal yang serupa. $engamatan lapangan di beberapa daerah
sur#ei telah menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman keras tidak
berkorelasi dengan gambut, asalkan terdapat pengaruh air payau (21/,
4II4). .ir sebagai bahan pelarut (musim hujan) dipakai untuk
menghilangkan material yang larut air dan tidak berpengaruh pada kation
atau anion yang ada di tapak jerapan. $encucian atau penukaran akan juga
membawa bahan0bahan yang terlarutkan lainnya, terutama asam0asam
!ul!at atau gugus0gugus organik dengan rantai karbon pendek.
Keseimbangan larutan dan !ase koloid gambut terganggu dan imbangan
baru akan lebih dikuasai oleh ion0ion penukar yang pada umumnya
merupakan garam0garam netral.
7. Suatu hal yang wajar akibat dekomposisi lanjutan, pelarutan dan kehilangan
air sebagai penyangga untuk tetap sarang (pemadatan, pngerutan, dan
dehidrasi), dengan waktu gambut akan mengalami penurunan:penipisan
(Lucas, 4IH6). &esaran penipisan ini ber#ariasi 8 4 sampai H cm setiap
tahun, di &raDil selama * tahun terdapat penurunan muka gambut K *( cm
pada gambut dengan ketebalan awal 6,( m yang direklamasi selama *
tahun.
>. %ikenal istilah reklamasi total bagi lahan rawa:gambut yang mengandung
pirit, yaitu membuat suasana oksidati! semaksimal mungkin sehingga
hampir semua pirit akti! dapat teroksidasi. $ada akhir reklamasi dikerjakan
ameliorasi, dapat dengan proses penukaran maupun proses penetralan.
Kebutuhan bahan penukar:penetral dapat diperhitungkan dari penurunan
kejenuhan aluminium sehingga memenuhi persyaratan tumbuh tanaman.
*. $emberian masukan pupuk organik nampaknya mempunyai peluang yang
cukup memberikan harapan. $upuk organik tersusun atas bahan yang tidak
dikuasai oleh lignin dan bersuasana netral sampai alkalis disamping mampu
menekan sumber kemasaman juga menyuplai hara yang relati! cepat
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 27
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
tersedia, disamping meningkatkan muatan (charge) gambut. Kombinasi
pupuk organik, kapur dan bahan mineral (clay) dapat berperan ganda
sebagai pembenah si!at fsik, kimia dan tahanan keharaan gambut.
9. -onitoring sistem tata air dan kualitas tanah perlu mendapatkan perhatian
selama proses reklamasi. ;al ini penting pula untuk menentukan bentuk tata
air yang tepat untuk suatu jenis komoditas yang diterapkan secara
OberkelanjutanP. .nalisis laboratorium yang lebih rinci diperlukan secara
berkala yang akan menentukan inputan agar kebutuhan tanaman dapat
dipenuhi.
1.6 PENDA#A%UNAAN LAHAN %AMBUT
Konsep pendayagunaan lahan gambut untuk tujuan ekstraksi tidak dapat
mempertahankan pertumbuhan gambut, semakin besar usikan terhadap
gambut dan lingkungannya akan semakin cepat pula gambut tersebut musnah.
/umbuhan hutan yang diangkut juga merupakan tindakan ekstraksi, mengingat
bahan gambut pada umumnya tersusun atas bahan kayu (ranting, dahan,
batang dan akar), hanya sebagian kecil berasal dari dedaunan. =saha
peman!aatan gambut untuk petanian (terutama tanaman pangan) secara
lestari dan berwawasan lingkungan bermakna meman!aatkan gambut tersebut
selama mungkin dengan menekan laju dekomposisi ke arah hasil akhir berupa
bahan terlarutkan dan gas ?A
6
. =ntuk tujuan tersebut maka pola penggunaan
gambut untuk persawahan merupakan pilihan yang tepat, kondisi tergenang
dan perbaikan kualitas air di le#el petak persawahan tanpa terlalu
mementingkan aspek drainase yang merupakan upaya yang dapat menekan
perubahan redoks pada gambut disamping juga ikut berperan dalam mencegah
polusi air akibat bahan terlarutkan tersebut keluar dari lingkungan petak sawah
tersebut. $enilaian !ungsi gambut terhadap lingkungan lokal atau regional, dan
kesesuaian lahan tetap menjadi prioritas utama dalam menentukan direklamasi
atau tidaknya suatu lahan gambut. Kriteria !ungsi gambut sebagai
reser#oir:peredam air, ketebalan, tingkat dekomposisi, p; gambut secara
umum merupakan kriteria pokok yang perlu selalu diperhatikan. Bambut air
tawar yang hanya dapat direklamasi dengan sistem tata air satu jalan, untuk
dapat OlestariP harus diberi masukan yang akan dikembangkan. .meliorasi
gambut dengan memasukkan kombinasi pupuk alam dan bahan alam lain yang
reakti#itasnya rendah atau teknologi masukan rendah lainnya merupakan
prasyarat penciptaan lingkungan yang sesuai untuk budidaya pertanian
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 28
Improvement in Managing Swampland Ecosystem
tanaman pangan. =ntuk lebih mengoptimalkan penggunaan lahan seperti ini,
kiranya usaha perikanan juga memberikan peluang yang cukup cerah. /entu
saja kualitas yang ada di saluran harus diupayakan perbaikannya agar lebih
sesuai dengan jenis ikan yang ingin dikembangkan.
Modul III : Pengembangan Pertanian Daerah Rawa 29

Anda mungkin juga menyukai