Anda di halaman 1dari 5

Mertua ku sayang mertuaku malang

Di pagi hari datang seorang wanita di pimpin oleh seorang wanita muda, kerumah sakit
(rawat jalan) ingin memeriksakan kesehatannya , saya ingat dengan kedua wanita tersebut hanya
saja saya lupa nama mereka, mereka selalu datang hanya berdua, dan mereka jarang datang ke
poli, wanita tersebut terlihat sangat kurus, memakai jilbab, jika tidak memakai jilbab pasti bisa
terlihat rambutnya sudah memutih semua, wajah kecil dan kulit sudah banyak yang keriput, mata
bulat, hidung mancung, walau sudah lanjut usia tapi masih tetap terlihat sisa-sisa kecantikannya
ketika muda, beliau sangat menjaga penampilan, terlihat di usianya yang sudah lanjut wajahnya
masih di hiasi make-up dan lipstick yang merah merona pada bibir, (dari kejauhan sudah terlihat
merah bibirnya) serta terlihat pada baju yang di pakai memakai baju gamis cokelat yang sangat
sederhana tetapi rapi sepadan dengan jilbabnya, di tambah lagi dengan tas kecil yang di
bawanya. Terlalu asyik saya memperhatikan wanita tersebut sehingga tanpa di sadari beliau
sudah ada di depan meja saya.
Perawat : selamat pagi ibu ?
Pasien : pagi suster, saya mau ke dokter nenfi.
Perawat :dokter nenfi sudah ada bu, maaf sebelumnya sudah mendaftar di meja
administrasi.
Pasien : sudah suster dan katanya di suruh langsung ke meja perawat untuk selanjutnya.
Perawat : maaf ibu boleh saya tahu , berbicara dengan ibu siapa namanya ya ?
Pasien : saya ibu S, ini menantu saya U,
Saya pun mengambil status yang bernama ny. S, dan melihat riwayat beliau, sudah berumur
60thn menderita diabetes mellitus sudah sekitar 30tahun, dan 2 atau 3 bulan baru periksa
kedokter N (tidak pasti datang untuk konsultasi)
Perawat : baik ibu kita periksa sebentar, tekanan darah dan timbang ya bu,
Setelah di periksa perawat terlihat BB 40kg, TD. 100/60 mmhg. Dan saya pun bertanya
kembali kepada ny. S
Perawat : ibu apa yang di rasakan sekarang ?
Pasien : mata saya buram, pandangan gelap, kaki kesemutan.
Ny.U : sudah seminggu ini gula darah ibu naik suster berkisar 300-400, tadi pagi 345,
padahal selama 3 bulan ini gula darah ibu sudah terkontrol, tapi semenjak pulang
kampong gula darahnya ndak terkontrol (kata menantunya menambahkan )
terdengar suara kecewa dan kesal dari ny. U
Suster : ibu S, gula darah sempat terkontrol tapi kenapa tiba-tiba naik lagi, waktu pulang
kampung tidak d minum ya obatnya?
Pasien : iya waktu saya pulang kampung saya tidak minum obat sama sekali, karena
ponakan dan anak-anak saya di sana bilang kalau saya minum obat terus nanti
ginjal saya rusak, dan saya di suruh untuk minum ramuan herbal seperti rebusan
sirih merah. Sekarang mata saya buram, pandangan gelap, kaki kesemutan
Suster : ibu obat kencing manisnya jangan putus ya, sayang kan kalau gula darah nya
yang sempat terkontor lagi jadi nggak beraturan. Saya sambil melirik sekilas
menantunya hanya diam antara kesal dan kasian dengan mertunya.
Pasien : suster mata saya buram, pandangan gelap, kaki kesemutan ..
Perawat : iya bun anti di bertemu dokter nenfi ceritakan saja keluhan yang ibu rasakan
ibu sama beliau ya!!!! (sudah ke tiga kalinya ny.s menyampaikan keluhannya
tanpa ia sadari)
Pasien : iya suster mata saya buram, pandangan gelap, kaki kesemutan.
Baiklah ibu S dan ny. U silahkan menunggu panggian di pintu no. 5 ya.
Pasien & ny.U : baik suster makasih ya.
Ny. U pun dengan hati-hati membimbing ny. S menuju ruang tunggu di depan pintu no. 5
Beberapa menit kemudian saya pun memanggil nama ny.S. Dengan tertatih tatih di pimpin
oleh Ny. U beliau masuk keruangan dokter.
Di ruangan yang berukuran 4x4 barwarna putih, terdapat 1 tempat tidur kecil untuk pasien
dan di sampingnya ada tirai di samping tempat tidur terdapat alat-alat dokter untuk memeriksa
pasien, ada 1 meja dengan 3 kursi, di salah satu kursi sudah duduk dokter nenfi dengan wajah
ayu, muka tirus , berkacamata, dan gigi rata berbehel.tersenyum dengan anggun Ya dokter N
memang sabar dan ayu, sangat cocok mempunyai pasien seperti Ny. S.
Dr N pun menyapa Ny. S dan Ny.U, mereka bertiga sangat akrab, dr. N pun menanyakan
keluhan yang di rasakan Ny. S dan Ny. S tetap mengatakan mata saya buram, pandangan gelap,
kaki kesemutan dokter. Baiklah bu mari kita periksa dulu yaNy.s pun berbaring di tempat
tidur yang sudah di sediakan. Sambil periksa dr. N pun bertanya
Dr. N : ibu gula darahnya naik lagi ya ? (pertanyaan dr.N seperti ingin mempertegas
data-data yang sudah di ada dan ingin mendengar penjelasan langsung dari
Ny.S)
Pasien : itu lah dokter gula darah saya naik jadinya mata saya buram, pandangan gelap,
dan kaki kesemutan.
Setelah memeriksa Ny. S, dr N pun kembali ke kursi beliau, dan Ny.S juga kembali ke
kursinya. kenapa gula darahnya bisa naik ya? Dengan suara lembutnya dokter N bertanya, sambil
menoleh ke arah Ny. U menantunya Ny. S.
seperti mendapat peluang untuk menjelaskan alasannya atau bisa saja Ny. U meluapkan isi
hatinya (terlihat dari mimic wajahnya saat di depan meja perawat), antara nada suara kesal,
kecewa dan sedih Ny. U menceritakan kronologi pengobatan mertuanya pada dr. N.
Kesal karena Ny. U merasa dengan susah payah dia menjaga pola makan dan mengontrol
dalam pemberian obat dan periksa rutin gula darah walau pemeriksaan hanya di lakukan rumah
saja, sehingga gula darah Ny. S 3 bulan terkontrol ( berkisar 120 180 ) dan obat juga sempat
dosisnya berkurang,
kecewa dengan saudara-saudara suaminya yang menyuruh ibunya untuk berhenti minum
obat dan meminum ramuan herbal rebusan daun sirih merah sehingga selama seminggu pulang
kampung gula darah naik kembali ke 300 400
Sedih dengan keadaan mertuanya yang sudah tua dan pikun mengikutin saja kata-kata anak
anaknya tanpa bertanya dengan menantunya yang menjaga dan khawatir dengan keadaan
mertuanya.
Setelah Ny. U menceritakan kronologi kepada dr. N, dokter N pun menjelaskan kepada Ny.
S dan Ny.U bahwa jika gula darahnya sudah turun / terkontrol maka , pandangan kabur dan kaki
kesemutan akan berkurang dengan sendirinya. Tetapi tatapan mata nya menatap focus kepada
Ny. S. dr N menganjurkan kepada Ny.S agar lembali minum obat diabetesnya, agar gula
darahnya turun kembali. Dan menyarankan istirahat yang teratur, sedangkan untuk Ny.U agar
untuk memantau gula darah ibunya setiap senin dan kamis saat puasa (sebelum makan) dan dua
jan setekah makan kemudian di laporkan ke dr. N melalui sms.
Setelah jelas dengan penjelasan dr.N, Ny. U dan Ny.S pun pamit untuk pulang .
Saya pun mengantar mereka sampai di depan pintu keluar, saya pun mengatakan semoga
sehat selalu ya ibu. Ny. S dan Ny.U pun tersenyum sambil mengucapkan terima kasih ya suster.
Kesimpulan:
Dalam pengobatan / therapy kepada pasien khususnya penderita diabetes sangat di perlukan
adanya kedisplinan therapy dan dukungan keluarga dalam memotivasi pasien dalam menjalankan
therapy tersebut.
Karena pengobatan tidak akan berjalan lancar / berhasil jika tidak disiplin dan keluarga tidak
mendukung. Perlu kesabaran dalam mengangani penderita lansia yang sudah mulai pelupa dan
suka berubah pemikiran.

Anda mungkin juga menyukai