Anda di halaman 1dari 15

Pada tanggal 28 oktober 2015 Nn.D 20 tahun sudah dua hari dirawat di RS.

Mahapati dengan diagnosa


medis Thypoid. Keadaan umum klien lemah, kesadaran compos mentis. Hasil TTV didapatkan data TD
= 120/80 mmHg, N = 90x/menit, Rr = 20x/menit, S = 37,7°C. BB sebelum sakit 50 kg, BB saat ini = 46kg
dan TB = 162 cm. warna bibir klien tampak merah muda, bibir tampak stomatitis, mukosa mulut kering,
warna gigi putih, jumlah gigi 32 buah, tidak ada karies, terdapat bercak putih dibagian lidah atas, klien
mengeluh mual dan muntah saat makan, bising usus 14x/menit, klien mengeluh nyeri perut dibagian
ulu hati, nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk dan nyeri pun tidak menyebar pada daerah lain.
Tekstur kulit klien halus, warna putih langsat, turgor kulit kurang elastis. Berdasarkan pemeriksaan
laboratorium, didapati terjadi penurunan pada nilai Hb & albumin. Hb klien 11gr/dL dan kadar albumin
klien 2,8 gr/ dL. Diit yang diberikan adalah TKTP 2000 Kkal dalam bentuk bubur nasi dan snack (crackers
& teh manis). Klien diberikan therapy antibiotik kloramfenikol 250 3 x 1 kapsul, paracetamol 500 mg
3x1 tablet dan berlosid syrup 3x1 sendok makan.

ROLEPLAY

Pada pukul 08.00 pagi Zr.Gita selaku ketua tim mendapatkan operan dari shift malam. Zr.Gita
berkewajiban untuk memantau semua perkembangan pasien di ruang melati sekaligus mengontrol
mutu pelayanan yang diberikan oleh perawat dibawah pimpinannya. Zr. Gita menjelaskan dengan
penuh percaya diri kepada perawat lainnya mengenai perkembangan semua pasien di ruang melati.

Zr.Gita : “ Assalmu’alaikum Wr.Wb"

Zr. Yang lainnya : “ Wa’alaikumsallam Wr.Wb”

Zr. Gita : “ Baik langsung saja. Saya akan menyampaikan informasi dari perawat
shift malam terkait semua perkembangan pasien di ruang melati.”

ZR.Gita : “Pasien kita ada 3. Yang pertama Ny. Indah di kamar IA. Ia masih harus
dipantau intake + output urinenya. Jika intake + output belum normal.
Tolong hubungi dr. Tigor untuk kolaborasi Pemberian obat yang lebih
efektif. Ini hasil TTV + catatan perkembangan Ny.Indah (sambil
memperlihatkan buku status Ny. Indah).”

“Yang kedua, Tn. Amir yang berada di kamar 3B, sudah membaik. Hari ini
ada rencana pemulangan. Tolong di cek persediaan botol infusnya masih
sisa atau tidak, kalau masih sisa, tolong di retur ke bagian farmasi.”

”Yang ketiga, Nn. Dewi yang baru masuk pada tanggal 14

April. Masih nyeri di daerah ulu hati, mual (+), muntah (+),

dapat diet TKTP 2000 Kkal dalam bentuk bubur nasi & snack (crackers +
teh manis), makanan hanya habis ¼ Porsi. Hasil TTVnya TD :120/80
mmHg, N : 90 x/ menit, Rr: 20x / menit, S: 37,70c. untuk therapy obatnya,
ia mendapatkan antibiotik kloramfenikol 250 mg 3 x 1 kapsul,
paracetamol 500 mg 3 x 1 tablet dan berlosid syrup 3x1 sendok makan .
Apa ada yang perlu ditanyakan kembali? Siapa tahu ada yang belum
jelas?”

Zr. Yang lainnya : “ Tidak. Sudah jelas.”


Zr. Gita : “ Baiklah, saya akhiri saja. Terima kasih atas kerja samanya,

semoga Allah menguatkan kita semua untuk merawat pasien.”

Zr. Yang lainnya : “amin”

TAHAP PRA INTERAKSI

Pada tahapan ini semua suster mulai membaca buku status pasien, kemudian membuat
rencana keperawatan apa saja yang akan dilakukan pada hari ini, dan tak lupa mereka juga
menyiapkan obat, baik oral maupun injeksi sesuai dengan terapi obat yang tercatat di buku status
pasien.

Pada pukul 08.30 Zr.Annisa berniat untuk melakukan kontrak perawatan berupa mengukur
TTV Nn.Dewi. Sebelum masuk ke kamar Nn. Dewi, Zr. Annisa menilai sikapnya terlebih dahulu.

Zr. Annisa : “ Apakah saya sanggup membuat klien merasa nyaman terhadap

Keberadaan saya?” (dalam hati)

“ Apakah saya sanggup menghadapi kemarahan klien? (Dalam

hati)

“ Apakah klien mampu mengekspresikan perasaannya

dihadapan saya?” (Dalam hati).

Di tempat yang sama, Brud.Panji tengah menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakannya,
yakni berupa : tensi air raksa, termometer, stetoskop, jam arloji, handskun, bengkok, secarik kertas,
pulpen dan 3 bungkus alkohol soap. Bukan hanya itu, Zr.Annisa dan Brud.Panji juga memperhatikan
penampilannya. Mereka tidak ingin terlihat lesu dan tidak rapi dalam berpakaian, karena
professionalisme dari seorang perawat tercermin dari penampilannya yang rapi dan murah senyum.

TAHAP ORIENTASI

Zr. Annisa : “ Selamat pagi mba Dewi ” (tersenyum ramah, sambil mencocokan identitas yang
tertera di gelang pasien)

Nn. Dewi : “ Selamat pagi suster”

Zr. Annisa : “ Perkenalkan nama saya Zr. Diana dan rekan saya Zr.Dwi. Oh ya, Mba Dewi kalau
dirumah biasa dipanggil apa?” (dengan suara ramah)

Nn. Dewi : “Kalau di rumah, saya biasa dipanggil teh Dewi sus”

Zr. Annisa : “ Berarti saya panggil teh Dewi juga ya?” (sambil tersenyum)

Nn. Dewi : “Boleh sus”

Zr. Annisa : “Oh ya, Bagaimana tidurnya semalam? Apakah nyenyak?” (dengan suara ramah dan
menjaga kontak mata)

Nn. Dewi : “Nggak bisa tidur sus.”


Zr. Annisa : “Mengapa tidak bisa tidur?” (menyentuh lengan klien dengan ekspresi wajah empati)

Nn. Dewi : “Kepikiran sama KTI nih sus, takut kelamaan di rawat trus nanti KTInya terbengkalai.
Padahal aku harus sering-sering konsul sama pembimbing.”

Zr. Annisa : “ Kalau mau cepat pulang, makanan yang sudah disediakan harus

Dihabiskan ya!” ( menggunakan teknik persuasif)

Nn. Dewi : “iya sus”

FASE KEJA

Zr.Annisa : “Teh Dewi, pagi ini saya dan Zr.Annisa akan melakukan tindakan pengukuran tanda-
tanda vital yang terdiri dari tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan. Tempatnya di sini saja,
waktunya + 15 menit, tujuannya supaya saya bisa mengetahui kondisi teh Dewi. Apakah teh Dewi
bersedia?” (dengan suara jelas dan ramah)

Nn. Dewi : “ Bersedia suster”

Zr. Annisa : “Baik, kalau teh Dewi bersedia langsung saja saya ukur TTV teh Dewi ya.

------ Setelah TTV -----

Zr. Annisa : “Tekanan darah teh Dewi 130 / 90 mmHg, Nadi : 85 x/m, Suhu : 37,7°C,
Rr : 20x/m.

Nn. Dewi : “Kok tekanan darah saya meningkat sus? Saya juga ngerasa pusing?”

Zr.Annisa : “Ini karena mba semalam tidak bisa tidur karena memikirkan KTI mba. saat mba
mengalami sedikit saja stress maka pembuluh darah mba akan mengalami
penyempitan, padahal tekanan darah mba meningkat. Sehingga pembuluh darah di
jantung harus bekerja keras untuk memompa darah dan menyemprotkannya ke
seluruh tubuh. Akibat pembuluh darah menyempit, maka darah yang disemprotkan
hanya sedikit, sehingga O2 tidak sampai maksimal ke sel-sel otak. Itulah yang
membuat mba merasa pusing” (dengan suara jelas dan nada ramah)

Nn.Dewi : ”Oh gitu ya sus, makasih ya sus atas penjelasannya”

Zr.Annisa : “Iya sama-sama”

FASE TERMINASI SEMENTARA

Zr. Annisa : “ Karena sudah selesai pemeriksaanya, maka saya pemisi untuk kembali ke
Nursestation. Nanti pukul 10.00 Brud.Panji akan mengantarkan snack ya.”(dengan
nada ramah)

Nn. Dewi : “ Sekali lagi, makasih ya suster”

Zr. Annisa : “ Iya, sama-sama. Permisi!”

FASE KERJA

Brud.Panji : “ Pagi teh dewi!” (dengan nada ramah)

Nn. Dewi : “ Pagi suster. Ini pasti Brud.Panji?”

Brud.Panji : “ Iya, wah teh Dewi pandai mengingat yah” (Penghargaan terhadap klien)

Nn.Dewi : “hehe.., tadi pagi dikasih tahu sama Zr.Annisa, kalau nanti snacknya dianterin sama
Brud.Panji.”

Brud.Panj : “Ohh..karena sudah dikasih tahu sama suster Annisa, berarti kami tidak perlu

Lagi ya memperkenalkan lagi ya?” (sambil tersenyum)

Nn. Dewi : “Iya sus, langsung saja. Snacknya apa ya sus?”

Brud.Panji :“ snack pagi ini crakers ya teh Dewi. Ini juga ada teh manisnya.”

Nn. Dewi : “ Harus dimakan ya sus? Kalau boleh tahu alasannya apa ya sus?”

Brud.Panji : “ iya harus dimakan crakersnya. Alasannya karena makan siang kan baru dikasih
pukul 12.00 sedangkan jarak antara makan pagi ke makan siang + 6 jam, sementara
lambung akan Menggiling makanan selama 4 jam sekali. Untuk itu, diberikanlah
crackers supaya ada makanan yang bisa digiling oleh lambung“ (dengan nada ramah
dan sesekali menyentuh klien)

Nn. Dewi : “ Oh gitu ya sus, tapi sebenarnya saya tidak suka crackers sus.

Ibu Sri : “ Assalamu’alaikum” ( masuk seorang wanita di sela-sela perbincangan

Antara Nn.Dewi dan Brud.Panji)

Eh ada suster ya. (sambil tersenyum ramah ke perawat )

Brud.Panji : “ Iya bu, ini kami mau mengantarkan snack.”( tersenyum ramah)

Ibu Sri : “ Wah, anak saya nggak suka crackers brud.” ( ucap Ibu Sri, ketika melihat

nampan kecil berisi crackers dan segelas teh manis)

Brud.Panji : “ Kenapa tidak suka?” (dengan nada ramah dan sesekali menyentuh klien)

Ibu Sri : “Crackers dari rumah sakit rasanya hambar brud. Makanya anak saya nggak suka.
Kalau misalnya biskuat boleh kan sus?”

Brud.Panji : “ Boleh saja ibu. Tapi lebih baik anak ibu hanya mengkonsumsi makanan yang sudah
disediakan oleh pihak RS, karena menu makanan dan snack anak ibu sudah ditentukan oleh ahli gizi,
dan semua makanan tersebut sudah diukur sesuai dengan kadar kalori yang harus masuk ke tubuh
anak ibu” (tersenyum ramah)

Ibu Sri : “ Oh gitu ya sus. Terima kasih sus atas informasinya.”

Brud.Panji : “ Sama-sama ibu.”

Brud.Panji : “ Nah, teh Dewi, tadi kan sudah mendengar alasan kenapa teh Dewi harus makan
snack ini, berarti nanti dimakan ya crakersnya!”(teknik persuasif)

Nn.Dewi : “ Iya sus, nanti saya makan”

Brud.Panji : “ (tersenyum ramah) Oh ya nanti pukul 11.30 Zr. Annisa akan mengantarkan makan
siang untuk teh dewi ya”

Ibu Sri : “ Oh iya sus”

Zr.Annisa : “Baik ibu, kalau tidak ada lagi yang ingin ibu tanyakan, saya permisi dulu ya bu”
(tersenyum ramah lalu meninggalkan klien dan ibunya)

Ibu Sri : “ Iya suster.”

Pada pukul 11.30 Zr. Annisa mengantarkan makan siang + obat oral ke ruangan Nn. Dewi.
Nn.Dewi mendapatkan diet TKTP 2000 kalori dalam bentuk bubur nasi dan obat oral berupa berlosid
syrup 3x1 sendok makan.

FASE KERJA

Zr. Annisa : “ Siang teh Dewi! Siang ibu!” (tersenyum ramah)

Nn. Dewi& ibu Ela : “Siang sus”

Zr. Annisa : “ Ibu ini ada makan siang buat teh Dewi. Makan siangnya berupa

bubur nasi ya ibu”

Ibu Ela : “ Baik sus, nanti saya saja sus yang menyuapi anak saya”

Zr. Annisa : “Baik ibu. Oh ya bu, ini juga ada obat yang harus diminum sama teh Dewi. Ada
berlosid syrup diminum 3x1 sendok makan fungsinya untuk mengurangi rasa mual. Obat ini diminum
sebelum makan ya ibu.”(nada suara jelas dan ekspresi wajah yang ramah)

Ibu Sri :” Baik sus”

Zr. Annisa : “Kalau begitu saya permisi dulu ya bu. Nanti Brud.Panji akan kembali ke
ruangan teh dewi untuk mengevaluasi makanan dan obat yang dihabiskan”

IbuSri : “ Makasih banyak sus”

Zr. Annisa : “ Iya, sama-sama” (tersenyum lalu meninggalkan klien dan ibunya).

Pukul 13.00, Brud.Panji kembali lagu ke ruang Nn. Dewi untuk melakukan evaluasi sebelum ia
operan dengan perawat shift siang.

Brud.Panji : “Siang semua”

Ibu Sri & Nn. Dewi : “Siang sus!”


Brud.Panji : “Bagaimana makan siangnya teh Dewi? Apakah dihabiskan semua?”

Ibu Sri : “ Cuma 2 sendok sus”

Brud.Pnaji : “ Kenapa Cuma 2 sendok ?” (menyentuh klien dengan ramah sebagai bentuk
perhatian)

Nn. Dewi :“ Makanannya nggak enak sus, hambar! boleh nggak si brud beli

makanan di luar?”

Brud.Panji : “ Memangnya teh Dewi mau makan apa?”

Nn. Dewi : “ Aku lagi kepengen makan gulai brud”

Brud.Panji : “ Wah kalau gulai tidak boleh teh Dewi. Gulai kan pedas dan juga mengandung
lemak yang tinggi.” (menjelaskan dengan ramah)

Nn. Dewi : “ Kenapa Aku nggak boleh makan pedas ya brud?”

Brud.Panji : “ Karena makanan pedas dapat memperparah kondisi usus teh Dewi. Usus teh
Dewikan sudah luka akibat dari bakteri Salmonella typosa. Kalau teh Dewi makan pedas atau asam,
nanti usus teh Dewi akan mengalami pembengkakan atau yang lebih parahnya lagi bisa
menyebabkan perdarahan.” (menjelaskan dengan ramah dan menjaga kontak mata dengan klien)

Nn. Dewi : “ Oh gitu ya brud, pantas saja makanan yang disediakan dari RS tidak pernah
pedas. Padahal saya di rumah suka banget makan pedas. Iya kan bu?” (Nn.Dewi menatap ibu Sri)

Ibu Sri : “iya brud, di rumah saya biasa masak makanan pedas. Kalau sambal itu brud, di
rumah saya itu sudah menjadi menu pelengkap makanan wajib” (Sambil tersenyum kepada
Brud.Panji)

Brud.Panji : “ Wah, kalau kondisi lambung dan ususnya lagi baik mugkin tidak ada masalah
bu bila mengkonsumsi makanan pedas, tapi kalau lagi sakit tifus, itu justru memperparah kondisi
ususnya.”

Ibu Sri : “Oh ya Brud, Kalau makanan yang berlemak kenapa tidak boleh sus?”

Brud.Panji : “ Karena proses penyerapan makanan berlemak terjadi di usus. Berbeda


dengan karbohidrat dan protein yang penyerapannya dilakukan di lambung. Bila teh Dewi, makan
makanan yang berlemak, otomatis usus akan bekerja lebih keras untuk menyerap makanan tersebut
sementara usus teh dewi kan lagi luka, itu akan memperburuk kondisi teh dewi.” (tersenyum ramah
dan sesekali menyentuh klien)

Ibu Sri : “Wah..saya jadi banyak ilmu nih dari Brudernya. Oh ya brud, selain makanan
pedas, asam dan berlemak apakah ada lagi yang harus dihindari brud?”

Brud.Panji : “ Ada ibu, yakni hindari untuk minum kopi dan soda. Karena kedua minuman
tersebut dapat meningkatkan asam lambung. Kalau asam lambung naik, maka hal tersebut bisa
menyebabkan pasien mengalami mual dan muntah” (dengan ramah)

Ibu Sri : “ Oh gitu ya brud”

Nn. Dewi : “ maaf ya brud, ibu saya banyak bertanya. Ibu saya memang agak kritis kalau
soal kesehatan”
Ibu Sri : “ biarin atuh teh, sekalian belajar. Ya kan brud?”

Brud.Panji :“ Iya ibu, nggak papa. Semua pasien dan keluarganya berhak tahu kok dari
setiap alasan tindakan keperawatan yang kami lakukan” (tersenyum ramah)

Ibu Sri : “ Terima kasih brud”

Brud.Panji : “Sama-sama. Nah, sekarang ibu dan teh Dewi sudah tahu kan mengenai
makanan apa saja yang harus dihindari?”

Nn.Dewi & ibu Sri : “Sudah brud.”

Brud.Panji : “ Apa saja?”

Nn. Dewi : “ Makanan asam, pedas dan berlemak”

Ibu Sri : “ Kopi dan soda juga brud” (ujar Ibu Sri menambahkan)

Brud.Panji : Benar sekali. Oh ya, nanti sore akan diberikan makan sore yang akan
diantarkan oleh perawat shift sore. Teh Dewi harus habiskan ya makanan sorenya! Supaya nutrisi
teh Dewi terpenuhi dan teh Dewi bisa cepat sembuh.”

Ibu Sri : “ Tuh teh! Di habisin makanannya. Walaupun nggak enak, harus tetap masuk”

Brud.Panji : “ Nah benar sekali tuh kata ibunya. Oh ya, tadi teh Dewi merasa mual tidak
saat makan atau muntah mungkin?”

Nn. Dewi : “ Iya brud mual, tapi nggak separah kemarin.”

Brud.Panji : “ Kalau obat yang diminum setelah makan seperti antibiotik dan obat
paracetamolnya ikut dimuntahkan tidak?”

Nn. Dewi : “ Alhamdulillah tidak brud. Tadi setelah makan aku berhenti sebentar sambil
ngilangin rasa mual.Terus baru minum obat deh.

Brud.Panji : “ Oh gitu. Ya sudah kalau teh Dewi masih mual, nanti saat operan dinas saya
akan menginformasikan kepada teman saya untuk menghubungi ke bagian gizi, supaya teh Dewi
mendapatkan makanan dalam porsi sedikit tapi sering, untuk menghindari rasa mual.”

FASE TERMINASI

Brud.Panji : “ Baik, kalau tidak ada yang ditanyakan lagi. Saya permisi dulu ya.”

Nn. Dewi : “ Oh ya bruder panji, brud. bentar lagi mau operan dinas ya?”

Brud.Panji : “ Iya, nanti sekitar jam 14.00”

Nn. Dewi : “ Besok Brud. masuk pagi lagi kan?”

Brud.Panji : “Iya”

Nn. Dewi : “ ok deh.”

Ibu Sri :“Oh ya, sebelumnya makasih banyak ya brud, sudah seharian merawat anak
saya. Makasih juga karena suster sudah mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saya ataupun
anak saya. Maaf ya brud, kalau saya dan anak saya agak sedikit cerewet. Oh iya, sampaikan rasa
terima kasih saya juga ya sus buat suster yang lainnya.”

Brud.Panji : “Sama-sama. Iya ibu, insyaallah nanti saya sampaikan. Saya permisi dulu ya
bu.” (sambil tersenyum, kemudian pergi meninggalkan Ibu Sri & Nn. Dewi).

Ibu Lala saat ini dirawat di rumah sakit karena habis operasi usus buntu hari kedua. Saat ini
mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, dengan skala nyeri 8. Dari hasil pengkajian didapatkan data
luka bekas operasi masih basah, sepanjang 10cm, tampak bersih, tidak kemerahan, suhu tubuh
370C.

Prolog : Suatu pagi di rumah sakit Ulin Banjarmasin terdapat seorang pasien bernama Ibu Lala
berusia 23 tahun,dirawat dalam rangka pemulihan post operasi appendiciti.

Tahap Pengkajian

Perawat melakukan kunjungan pada pasien.

Perawat : “Selamat pagi Ibu. Perkenalkan saya Perawat Fitri dan ini rekan saya Perawat Deni.

Benar dengan Ibu Lala usia 23th?”

Pasien : (Mengangguk)

Perawat : “Bagaimana Ibu perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya masih pucat, semalam
tidurnya nyenyak atau tidak bu?”

Pasien : “Saya merasa bekas oprasinya itu nyeri mba, tidak nyaman rasanya, saya itu
merasagelisah sekali mba jadi ya tidurnya tidak nyenyak mba, sebentar-sebentar terbangun.”

Perawat : “Aduh pantas mukanya tampak lesu sekali.”

Hari ini bu, saya dan rekan-rekan perawat shift pagi akan membantu merawat bapak sampai jam 2
siang nanti.

Nah bu, seperti yang telah kita sepakati sebelumnya pagi ini saya akan meminta waktu ibu sebentar
partner saya akan memeriksa sekitar 10 menit saja untuk mengumpulkan data kondisi kesehatan ibu
dengan menanyakan beberapa pertanyaan dan melakukan beberapa pemeriksaan ringan.

Ibu sudah siap? Posisinya sekarang sudah nyaman atau belum bu?

Pasien : “Iya mba saya sudah siap, sudah nyaman juga kok mba.”

Perawat : “Agar lebih cepat saya mulai sekarang ya bu. Ibu merasa sulit untuk bernafas atau
tidak?”

Pasien : “Iya mba, saya itu merasa sesak nafas.”

Perawat : “Merasa sesak nafasnya terus menerus atau hanya sesekali bu?”

Pasien : “Sesekali sih mba kadang sesak mba kadang ya lega napasnya”
(Sembari bertanya perawat memeriksa RR pasien untuk memvalidasi pernyataan pasien)

Perawat : “Ibu sejak semalam sudah minum berapa banyak ?”

Suami Pasien : “Ini mba habis 4 gelas ini mba (menunjukkan sebuah gelas)”

Perawat : “Lalu Ibu tadi sarapannya dihabiskan atau tidak?”

Suami Pasien : “Ini mba cuma dimakan 3 sendok saja.”

Perawat : “Aduh kok makannya cuma sedikit, ditambah ya Bu makannya supaya tidak lemas.
Sedikit-sedikit saja makannya tidak apa-apa tapi sering ya. Lalu tadi sayurnya dimakan apa tidak?”

Suami Pasien : “Dimakan kok mba, dihabiskan malahan, cuma Ibu ini makan nasinya itu lho mba
yang susah.”

Perawat : “Oh bagus sekali sayurnya dihabiskan nanti siang nasinya juga di habiskan ya bu.”

Pasien : (tersenyum dan mengangguk)

Perawat : “Ibu muntah atau tidak? Ada rasa mual?”

Istri Pasien : “Muntah tidak mba, mual juga tidak.”

Perawat : “Sejak semalam Ibu sudah BAB belum?”

Pasien : “Sudah mba.”

Perawat : “Berapa kali bu? BAB-nya lancar atau tidak? Banyak atau sedikit?”

Suami Pasien : “Satu kali, Lancar mba.”

Pasien : “Seperti biasa mba BAB-nya seperti sebelum sakit.”

Perawat : “Lalu untuk BAK-nya? Sejak semalam sudah BAK berapa kali?”

Suami Pasien : “Pipisnya sudah tiga kali mba.”

Perawat : “Pipisnya banyak atau tidak? Apa ibu memperhatikan warna urine Ibu?”

Suami Pasien : “Pipisnya ya segini ini lho mba, warnanya kuning pekat mba (menunjukkan pispot
yang berisi urine pasien)”

Perawat : “Ini ibu kurang minum bu, minumnya ditambah ya bu sedikit-sedikit saja kalau tidak
bisa banyak yang penting sering.”

Suami pasien : “Iya mba.”

Tu bu dengar kata mbarnya, ibu minumnya harus dibanyakin.

Pasien : (tersenyum simpul)

Perawat : “Lalu apakah ada keluhan lain bu soal BAB dan BAK-nya?”

Pasien : “Setelah operasi mba saya merasakan sakit tiap pipis”

Perawat : “Sakitnya seperti apa ya bu?”

Pasien : “Seperti terbakar gitu mba rasanya saat pipis”


Perawat : “Ada lagi yang lain bu?”

Pasien : “Itu mba saya masih belum bisa kentut semenjak operasi”

Perawat : “Untuk luka operasinya sendiri bagaimana bu? Ada keluhan?”

Pasien : “Rasanya itu mba sakit sekali perut saya yang bagian di operasi itu lho mba yang sakit
sekali.”

Perawat : “Sakitnya itu seperti apa ya bu?”

Pasien : “Nyeri gitu mba rasanya.”

Perawat : “Permisi ya bu, saya lihat ya bu luka operasinya.”

(Perawat melihat luka operasi pasien dan mendapati luka masih basah namun tidak kemerahan dan
luka operasi tersebut bersih)

Perawat : “Bu ini bekas operasinya bagus kok, lukanya bersih juga tidak kemerahan. Hanya
belum kering saja.”

Pasien : “Memang lukanya memang keringnya lama ya mba?”

Perawat : “Ya semuanya tergantung kondisi ibu juga, kalau kondisi ibu stabil luka bekas
operasinya juga aka cepat kering. Nah ibu, apakah ibu merasakan gangguan istirahat dan aktivitas?”

Pasien : “Kalau istirahat ya terganggu mba, kan saya merasa nyeri jadi tidak bisa nyenyak
tidurnya.”

Perawat : “Lalu untuk aktifitasnya sendiri bu? Ibu sudah bisa duduk?”

Pasien : “Belum mba, tiduran saja sakit.”

Perawat : “Oh begitu ya, jadi ibu masih memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas yang
ringan?”

Pasien : “Iya mba, badan saya masih lemas, apa-apa perlu dibantu. Tapi kalau hanya
menggerakkan tangan dan kaki saya masih bisa kok mba.”

Perawat : “Kok hanya Bapak yang nungguin bu?”

Suami pasien : “Anak-anak kan sekolah mba, tapi nanti adiknya bapak akan gantikan saya jaga ibu
soalnya saya mau bereskan pekerjaan dirumah. Tidak enak juga mba nitip anak-anak ke tetangga
lama-lama.”

Perawat : “Oh begitu ya, tu Ibu kasihan anak-anaknya ditinggal dirumah, ibu banyak istirahat
dan makan ya dan jangan banyak bergerak dulu supaya lekas pulih kondisinya. Jadi dapat segera
berkumpul dengan anak-anak.”

Pasien : “Iya mba saya juga tidak mau lama-lama di rumah sakit.”

Perawat : “Nah ibu saya sudah selesai, ada keluhan lain yang ingin ibu sampaikan atau barangkali
ada yang ingin ditanyakan?”

Suami pasien : “Ini mba badan istri saya kok rasanya panas ya mba?”

Pasien : “Iya mba saya merasa panas badan saya”


Perawat : “Saya ukur suhunya dan sekalian tensinya ya bu (perawat melakukan validasi
pernyataan pasien dengan mengukur suhu tubuh dan tensi pasien)”

Suami pasien : “Bagaimana mba suhu badan istri saya berapa? Tensinya berapa?”

Perawat : “Suhunya normal kok 370 Cs dan tekanan darahnya juga normal 120/80mmhg. Baik
ibu, saya sudah mendapatkan data yang saya butuhkan. Jadi ibu merasa luka operasinya nyeri dan
lukanya juga masih basah, ibu juga terkadang merasa sesak nafas ya bu, makannya hanya tiga
sendok, minumnya sudah empat gelas, BAB-nya seperti biasa, sejak selesai opersi sampai saat ini
belum kentut ya, BAK-nya sudah tiga kali warna urinenya kuning pekat dan ibu merasakan sakit saat
kencing, lalu untuk melakukan aktivitas ringan masih memerlukan bantuan dan tidurnya belum bisa
nyaman ya bu.”

Pasien : “Iya mba benar”

Perawat : “Nah ibu sudah bagus sekali ibu mau makan pagi ini meskipun belum dihabiskan dan
ibu juga sudah banyak minum sejak semalam tapi nanti siang makannya dihabiskan ya bu dan
minumnya ditambah lagi.”

Pasien : “Iya baik mba”

Perawat : “Baik ibu, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi yang akan kemari,
mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk menyampaikan diagnosa keperawatan dari
gangguan kesehatan yang ibu alami. Ibu silahkan dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas
waktunya, kalau perlu bantuan silahkan pencet belnya kami siap membantu ibu, saya permisi dulu
ya pak, bu (berpamitan).”

Tahap Diagnosa

Perawat : “Selamat pagi Ibu. Perkenalkan saya Perawat Dayah. Benar dengan Ibu Lala berumur
23 tahun? Saya lihat gelangnya ya Bu.”

Istri Pasien : “Iya suster benar”

Pasien : (Mengangguk)

Perawat : “Bagaimana Bu perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya masih pucat?”

Pasien : “Saya merasa bekas operasinya itu nyeri Sus, tidak nyaman rasanya, saya itu merasa
gelisah sekali sus jadi ya tidurnya tidak nyenyak sus, sebentar-sebentar terbangun.”

Perawat : “Aduh pantas saja wajahnya belum cerah. Hari ini Bu, saya dan rekan-rekan perawat
shift pagi akan membantu merawat ibu sampai jam 2 siang nanti. Nah Bu, seperti yang telah
disampaikan perawat sebelumnya akan ada perawat lagi yang akan kemari ya Bu untuk
menyampaikan diagnosa keperawatan mengenai gangguan kesehatan yang Ibu alami saat ini. Ibu
sudah siap menerima penjelasan dari saya? Posisinya sekarang sudah nyaman atau belum bu?”

Pasien : “Iya suster silahkan saya sudah siap, posisi saya sudah enak kok sus.”

Perawat : “Ibu, berdasarkan data yang telah kami peroleh dan telah kami kaji kami mendiagnosa
ibu mengalami nyeri akut berhubungan dengan agens cedera atau nyeri yang ibu rasakan
disebabkan operasi usus buntu yang baru saja dijalani. Ibu juga beresiko infeksi berhubungan
dengan pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat atauibu ada resiko infeksi karena kekebalan
tubuh ibu menurun. Tapi ibu tidak perlu khawatir infeksi itu hanya resiko dan kami disini berupaya
mencegah resiko tersebut dengan sebaik-baiknya.”

Perawat : “Nah ibu saya sudah selesai menyampaikan diagnosa keperawatan, ada keluhan yang
ingin ibu sampaikan atau barangkali ada yang ingin ditanyakan?Atau ada penjelasan saya yang
kurang jelas?”

Pasien : “Tidak suster, saya sudah mengerti.”

Perawat : “Baik ibu, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi yang akan kemari,
mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk menyampaikan rencana tindakan keperawatan
yang akan bapak terima selama dirawat disini. Ibu silahkan dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas
waktunya, kalau perlu bantuan silahkan pencet belnya, saya permisi dulu ya pak, bu (berpamitan).”

Tahap Intervensi

Perawat : “Selamat pagi bapak. Perkenalkan saya suster Nurfa. Benar dengan Ibu Lala 23 thn?
Saya lihat gelangnya ya pak.”

Pasien : (Mengangguk)

Perawat : “Bagaimana bu perasaannya pagi ini? Kok kelihatannya kurang semangat?”

Pasien : “Ini sus saya merasa bekas oprasinya itu nyeri sus, tidak nyaman rasanya, saya itu
merasa gelisah sekali sus jadi saya tidak bisa nyaman beristirahat.”

Perawat : “Aduh pantas mukanya tampak lesu sekali. Hari ini bu, saya dan rekan-rekan perawat
shift pagi akan membantu merawat ibu sampai jam 2 siang nanti. Seperti yang telah disampaikan
perawat sebelumnya akan ada perawat lagi yang akan kemari ya bu untuk menyampaikan rencana
tindakan keperawatan yang akan ibu terima selama menjalani perawatan disini. Nah, ibu sudah siap?
Posisinya sekarang sudah nyaman atau belum bu?”

Pasien : “Iya suster saya sudah siap, sudah nyaman juga kok sus posisinya.”

Perawat : “Tadi kan ibu sudah diberitahu gangguan kesehatan yang ibu alami. Kami sudah
berkolaborasi dengan Dokter dan ibu mendapat terapi obat. Ada obat analgesic untuk diminum dan
ada antibiotik yang suntikkan..Obat ini berfungsi agar nyeri yang bapak rasakan berkurang serta
mencegah infeksi lebih lanjut.Kami juga akan membersihkan luka operasi ibu secara berkala. Untuk
antibiotiknya sendiri harganya cukup mahal jadi kami minta persetujuan dulu dan perlu tanda
tangan dari pihak keluarga jika setuju.”

Suami Pasien : “Memang harga antibiotiknya berapa ya sus?”

Perawat : “Harganya Rp 200.000,00 tiap suntikan dan satu hari bapak akan disuntik 2 kali jadi
untuk antibiotiknya saja sehari biayanya Rp 400.000,00.”

Suami Pasien : “Gimana bu, mau tidak?”

Pasien : “Mau lah bu, Ibu inign cepat sembuh.”

Suami Pasien : “Baik sus, saya akan menandatanganinya.”


Perawat : “Silahkan bu tanda tangan disini. Nah ibu saya sudah selesai menyampaikan rencana
tindakan keperawatan yang akan ibu terima selama menjalani perawatan disini supaya bapak lekas
sembuh, bagaimana ibu sudah jelas atau belum? Perlu saya ulang ibu penjelasannya?”

Pasien : “Sudah cukup sus saya sudah jelas.”

Perawat : “Baik ibu, cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi yang akan kemari,
mungkin saya atau rekan perawat yang lainnya untuk melaksanakan rencana tindakan keperawatan
yangbaru saja saya jelaskan kepada ibu. Ibu silahkan dilanjutkan istirahatnya, jika perlu bantuan
silahkan pencet bel ya bu. Terimakasih atas waktunya, saya permisi dulu ya bu, pak (berpamitan).”

Tahap Implementasi

Perawat : “Selamat pagi ibu . Perkenalkan saya suster Munica Surtiono. Benar dengan ibu Lala
berumur 23 tahun? Saya lihat gelangnya ya bu.”

Pasien : (Mengangguk)

Perawat : “Bagaimana bu perasaannya pagi ini? Sudah merasa baikan atau belum?”

Pasien : “Belum sus saya masih merasa bekas oprasinya itu nyeri sus, tidak nyaman rasanya,
saya itu merasa gelisah sekali sus jadi ya tidurnya tidak nyenyak sus, sebentar-sebentar terbangun.”

Perawat : “Jadi nyerinya masih terasa sekali ya bu?”

Pasien : “Iya suster.”

Perawat : “Nah bu, seperti yang telah disampaikan perawat sebelumnya akan lagi yang akan
kemari ya bu untuk melaksanakan tindakan keperawatan yang tadi sudah dijelaskan. Nah, ibu sudah
siap?”

Pasien : “Iya suster saya sudah siap.”

Perawat : “Permisi bu saya bersihkan dulu ya luka operasinya. (perawat membersihkan luka
bekas operasi pasien).Nah ibu ini obatnya yang untuk diminimun, bisa minum obatnya sendiri kan
ibu?”

Suami Pasien : “Biar saya saja sus yang bantu minumkan.”

Pasien : “Tidak usah pak, ibu bisa kok minum obatnya sendiri”

Perawat : “Iya bu memang sebaiknya obatnya diminum sendiri, sekalian ibu latihan bergerak
sedikit-sedikit. Saya suntikkan ya antibiotiknya.”

(pasien meminumobat dan perawat menyuntikan antibiotik)

Perawat : “Baik ibu, saya sudah selesai melaksanakan tindakan keperawatan untuk ibu. Mungkin
ada yang ingin ditanyakan? Atau ada keluhan yang ingin disampaikan?”

Pasien : “Tidak sus terimakasih saya mau istirahat sus ngantuk rasanya habis minum obat.”

Perawat : “Iya bu memang seharusnya ibu banyak istirahat supaya lekas sembuh. Baik ibu,
cukup sekian dari saya, setelah ini akan ada perawat lagi yang akan kemari, mungkin saya atau rekan
perawat yang lainnya untuk melakukan evaluasi kondisi kesehatan ibu dari pagi sampai siang ini
setelah mendapatkan serangkaian asuhan keperawatan dari kami. ibu silahkan dilanjutkan
istirahatnya, terima kasih atas waktunya, jika perlu bantuan silahkan pencet belnya ya, saya permisi
dulu bu, pak (berpamitan).”

Tahap Evaluasi

Perawat : “Selamat siang bapak. Perkenalkan saya perawat Ifdy dan ini rekan saya suster Ayu.

Benar dengan Ibu Lala 23thn ? Saya lihat gelangnya ya bu.”

Pasien : (Mengangguk)

Perawat : “Bagaimana bu perasaannya siang ini?”

Pasien : “Sudah lebih baik mas dari pada pagi tadi.”

Perawat : “Aduh pantas mukanya sudah lebih cerah. Nah bu, seperti yang telah disampaikan
perawat sebelumnya akan ada perawat lagi yang akan kemari ya bu untuk melihat kondisi ibu
setelah mendapatkan serangkaian tindakan keperawatan dari kami dari pagi tadi sampai siang
ini.Nah saya akan menanyakan beberapa pertanyaan dan melakukan beberapa pemeriksaan
ringan.Nah, ibu sudah siap? Posisinya sekarang sudah nyaman atau belum ibu?”

Pasien : “Iya mas saya sudah siap”

Perawat : “Apakah sudah merasa baikan atau masih merasakan nyeri di luka bekas operasinya?”

Pasien : “Sudah lebih baik mas, ya masih nyeri tapi nyerinya tidak terus menerus seperti pagi
tadi.”

(Perawat melihat luka operasi pasien dan mendapati luka mulai kering, tidak kemerahan dan luka
operasi tersebut bersih)

Perawat : “ibu ini bekas operasinya bagus kok, lukanya bersih juga tidak kemerahan dan sudah
mulai kering. Ibu masih merasa sesak napas bu ?”

Pasien : “Sudah tidak mas, tidak sama sekali.”

(Sambil bertanya perawat memeriksa RR pasien untuk memvalidasi pernyataan pasien)

Perawat : “ibu sejak pagi sampai siang ini sudah minum berapa banyak ?”

Suami Pasien : “Ini mas habis 2 botol air mineral.”

Perawat : “Lalu ibu makan siangnya dihabiskan atau tidak?”

Suami Pasien : “Dihabiskan mas semuanya.”

Perawat : “Oh bagus sekali ibu nafsu makannya sudah kembali”

Pasien : (tersenyum dan mengangguk).

Perawat : “Ibu muntah atau tidak? Ada rasa mual?”

Suami Pasien : “Muntah tidak mas, mual juga tidak.”

Perawat : “Dari tadi pagi ibu sudah BAB belum?”

Pasien : “Belum mas.”

Perawat : “Lalu untuk BAK-nya? Dari pagi tadi sudah BAK berapa kali?”
Suami Pasien : “Sudah 2 kali mas.”

Perawat : “Pipisnya banyak atau tidak? Apa Bapak memperhatikan warna urine ibu ?”

Pasien : “Pipisnya seperti biasa mas warnanya juga seperti bisa sebelum sakit.”

Perawat : “Lalu apakah ibu sudah bisa kentut?”

Pasien : “Sudah sus, perut saya rasanya lega sekali.”

Perawat : “Lalu kencingnya masih sakit bu?”

Pasien : “Sudah tidak kok mass.”

Perawat : “Nah ibu, apakah ibu masih merasakan gangguan istirahat dan aktivitas?”

Pasien : “Kalau istirahat saya sudah mulai bisa nyenyak tidurnya mas, kan nyerinya sudah
banyak berkurang.”

Perawat : “Lalu untuk aktifitasnya sendiri bu ?”

Pasien : “Saya tadi sempat duduk sebentar mas dan rasanya badan saya sudah mulai enak
untuk digerakan.”

Perawat : “Sudah mulai bisa duduk ya, nah selanjutnya ibu berlatih untuk bangun dari tempat
tidur ya. Sekarangsaya ukur suhunya dan sekalian tensinya ya bu . Suhunya normal 370 C dan
tekanan darahnya juga normal 120/80mmHg. Baik ibu, saya sudah mendapatkan data yang saya
butuhkan. Jadi ibu merasa nyeri luka operasinya sudah berkurang ya, ibu juga sudah tidak sesak
nafas, makan siangnya dihabiskan, minumnya juga banyak, ibu belum BAB tapi sudah bisa kentut ya
bu, BAK-nya dua kali warna urinenya jernih seperti sebelum sakit dan ibu sudah tidak merasakan
sakit saat kencing, lalu ibu sudah bisa duduk dan tidurnya sudah mulai nyenyak ya bu.”

Pasien : “Iya mas benar”

Perawat : “ibu sudah mengalami kemajuan yang cukup baik dibandingkan kondisi ibu pagi tadi.
Dipertahankan ya bu, juga berlatih bergerak sedikit-sedikit ya bu supaya kondisinya lekas pulih
sepenuhnya.”

Pasien : “Iya mas baik”

Perawat : “Baik ibu, cukup sekian dari saya, setelah ini ibu akan dibantu rekan-rekan perawat
shift siang untuk melakukan pengecekan kondisi kesehatan ibu secara berkala, sekalian saya dan
rekan-rekan perawat shift pagi mohon pamit. Jika ibu butuh bantuan silahkan pencet bel. Silahkan
dilanjutkan istirahatnya, terima kasih atas waktunya, saya permisi dulu ya bu, (berpamitan).”

Anda mungkin juga menyukai